Upload
zahrah-muhafidzah
View
34
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan validasi
Citation preview
OPTIMASI DAN VALIDASI SPEKTROFOTOMETER VISIBEL DAN PENENTUAN KADAR FORMALIN DALAM BAHAN MAKANAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Validasi metoda analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter
tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa
parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya.
Tujuan dari validasi metode adalah untuk mengetahui sejumlah mana
penyimpangan yang tidak dapat dihindari suatu metode kondisi normal dimana
seluruh elemen terkait telah dilaksanakan dengan baik. Disamping itu dengan
memvalidasi metode dapat diperkirakan dengan pasti tingkat kepercayaan yang
dihasilkan oleh suatu metode pengujian maupun dari metode instrument yang
digunakan. Untuk mendapatkan hasil yang paling akurat dari suatu validasi, maka
semua variabel dari metode harus diperhitungkan, seperti jenis atau matriks
contoh, cara penyiapan contoh dan cara evaluasi data
Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang
memakai sumber radiasi elektromagnetik UV dekat (190-380 nm) dan sinar
tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer. Radiasi UV
jauh (100-190 nm) tidak digunakan, sebab pada daerah radiasi tersebut diabsorpsi
oleh udara. Adakalanya spektrofotometer UV-Vis yang beredar memberikan
rentang pengukuran panjang gelombang 190-1100 nm. Hal ini perlu diperhatikan
sebab di atas panjang gelombang 780 nm merupakan daerah radiasi infra merah.
Karenanya, pengukuran di atas panjang gelombang 780 nm harus menggunakan
detektor dengan kualitas sensitif terhadap radiasi inframerah.
Formalin atau larutan formaldehida merupakan larutan yang mengandung
formaldehida dan metanol sebagai stabilisator. Kadar formaldehida (CH2O) tidak
kurang dari 34% dan tidak lebih dari 38%. Formalin berupa cairan jernih, tidak
berwarna atau hampir tidak berwarna, dan bau menusuk. Formalin dapat
dicampur dengan air dan dengan etanol (95%) P. Bobot tiap milliliter adalah 1,08
150 2013 0030ZAHRAH MUHAFIDZAH INDAH MUTMAINAH
OPTIMASI DAN VALIDASI SPEKTROFOTOMETER VISIBEL DAN PENENTUAN KADAR FORMALIN DALAM BAHAN MAKANAN
gram. Dapat bercampur dengan air dan alkohol, tetapi tidak bercampur dengan
kloroform dan eter. Titik didih formalin adalah 96oC.
2.1 Maksud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui validitas
metode spektrofotometer visible pada penetapan kadar formalin dalam bahan
makanan yang dihasilkan dengan melihat parameter validasi yang meliputi;
liniearitas, limit deteksi, limit kuantitasi, ketelitian, dan ketepatan.
3.1 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengukur jumlah kadar
formalin dalam bahan makanan yang dihasilkan dengan melihat parameter
validasi yang meliputi; liniearitas, limit deteksi, limit kuantitasi, ketelitian, dan
ketepatan.
150 2013 0030ZAHRAH MUHAFIDZAH INDAH MUTMAINAH
OPTIMASI DAN VALIDASI SPEKTROFOTOMETER VISIBEL DAN PENENTUAN KADAR FORMALIN DALAM BAHAN MAKANAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum
Validasi metode adalah proses yang dilakukan dilabolatorium bahwa
karakteristik metode analisis memenuhi persyaratan sesuai penggunaannya
karakteristik metode analisis dinyatakan sebagai parameter analisis, yaitu
selektifitas/spesifisitas,linieritas, batas kuantitasi, batas deteksi,presisi,
akurasi,ruggedness dan ketegaran (robustness). Validasi metode dilakukan untuk
menjamin reprodusibilitas hasil. Metode Spektrofotometri sering dilakukan
karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu mempunyai sensitifitas yang
tinggi,cara pengerjaan sederhana, cepat dan biaya relatif murah (sudjarwo, 2013).
Tujuan dari validasi metode adalah untuk mengetahui sejumlah mana
penyimpangan yang tidak dapat dihindari suatu metode kondisi normal dimana
seluruh elemen terkait telah dilaksanakan dengan baik. Disamping itu dengan
memvalidasi metode dapat diperkirakan dengan pasti tingkat kepercayaan yang
dihasilkan oleh suatu metode pengujian maupun dari metode instrument yang
digunakan. Untuk mendapatkan hasil yang paling akurat dari suatu validasi, maka
semua variabel dari metode harus diperhitungkan, seperti jenis atau matriks
contoh, cara penyiapan contoh dan cara evaluasi data (budiarti, 2009).
Dalam proses validasi metode, parameter-parameter unjuk kerja metode
ditentukan dengan menggunakan peralatan yang memenuhi spesifikasi, bekerja
dengan baik dan terkalibrasi secara memadai. Secara umum, validasi metode
mencakup penentuan yang berkaitan dengan alat dan metode (Nugroho, 2006).
150 2013 0030ZAHRAH MUHAFIDZAH INDAH MUTMAINAH
OPTIMASI DAN VALIDASI SPEKTROFOTOMETER VISIBEL DAN PENENTUAN KADAR FORMALIN DALAM BAHAN MAKANAN
Formalin adalah nama dagang larutan formaldehid dalam air dengan kadar
35 – 40%. Formalin biasanya mengandung golongan alkohol (metanol) sebanyak
10–15% yang berfungsi sebagai stabilisator supaya formaldehidnya tidak
mengalami polimerasi.Formalin merupakan bahan pembunuh hama atau
disinfektan, bahan pengawet mayat.Dan menurut BPOM,kadar formalin dalam
makanan adalah sekitar 1,88 – 413,89 ppm ( mg/kg ) (sudjarwo, 2013).
Tujuan utama yang harus dicapai dari suatu kegiatan analisis kimia adalah
dihasilkannya data hasil uji yang abash (valid). Secara sederhana hasil uji yang
abash dapat digambarkan sebagai hasil uji yang mempunyai akurasi (accuracy)
dan presisi (precission) yang baik (Achmad, 2000).
Prosedur analisis yang harus divalidasi meliputi beberapa jenis pengujian,
yaitu adanya pengotor, uji limit untuk mengendalikan keberadaan pengotor, serta
uji kuantitatif komponen aktif atau komponen lain dalam produk obat-obatan.
Selain itu, terdapat 8 parameter validasi metode analisis, yaitu spesifisitas,
ketelitian, ketepatan, linearitas, kisaran, limit deteksi, limit kuantitasi, dan
ketangguhan, sedangkan parameter yang harus dipenuhi untuk validasi metode
analisis produk obat-obatan meliputi spesifisitas, linearitas, kisaran, limit deteksi,
limit kuantitasi, ketelitian, dan ketepatan (Nugroho, 2006) :
a. Linieritas
Linearitas menunjukkan kemampuan suatu metode analisis untuk
memperoleh hasil pengujian yang sesuai dengan konsentrasi analit dalam
150 2013 0030ZAHRAH MUHAFIDZAH INDAH MUTMAINAH
OPTIMASI DAN VALIDASI SPEKTROFOTOMETER VISIBEL DAN PENENTUAN KADAR FORMALIN DALAM BAHAN MAKANAN
contoh pada kisaran konsentrasi tertentu. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
membuat kurva kalibrasi dari beberapa set larutan standar yang telah
diketahui konsentrasinya. Persamaan garis yang digunakan pada kurva
kalibrasi diperoleh dari metode kuadrat terkecil, yaitu y = a + bx. Persamaan
ini akan menghasilkan koefisien korelasi (r). Koefisien korelasi inilah yang
digunakan untuk mengetahui linearitas suatu metode analisis. Penetapan
linearitas minimum menggunakan lima konsentrasi yang berbeda. Nilai
koefisien korelasi yang memenuhi persyaratan adalah lebih besar dari 0.9970
(ICH 1995 diacu dalam Chan 2004).
Linearitas juga dapat diketahui dari kemiringan garis, intersep, dan
residual (Ermer & Miller 2005). Residual menyatakan besarnya
penyimpangan yang terjadi antara nilai yang terukur (y) dan nilai teoretis yang
dihitung dari persamaan regresi (ŷ). Plot antara residual dan konsentrasi dibuat
untuk mengetahui distribusi residual secara statistik. Jika residual terdistribusi
secara normal (rerata mendekati nol dan berbentuk linear), maka persamaan
regresi dapat dikatakan mempunyai bentuk yang benar.
b. Limit Deteksi dan Kimit Kuantitasi
Limit deteksi (LD) merupakan jumlah atau konsentrasi terkecil analit
dalam contoh yang dapat dideteksi, namun tidak perlu diukur sesuai dengan
nilai sebenarnya. Limit kuantitasi (LK) adalah jumlah analit terkecil dalam
contoh yang dapat ditentukan secara kuantitatif pada tingkat ketelitian dan
150 2013 0030ZAHRAH MUHAFIDZAH INDAH MUTMAINAH
OPTIMASI DAN VALIDASI SPEKTROFOTOMETER VISIBEL DAN PENENTUAN KADAR FORMALIN DALAM BAHAN MAKANAN
ketepatan yang baik. Limit kuantitasi merupakan parameter pengujian
kuantitatif untuk konsentrasi analit yang rendah dalam matriks yang kompleks
dan digunakan untuk menentukan adanya pengotor atau degradasi produk
(ICH 1995). Limit deteksi dan limit kuantitasi dihitung dari rerata kemiringan
garis dan simpangan baku intersep kurva standar yang diperoleh.
c. Ketelitian
Ketelitian prosedur analisis menyatakan kedekatan hasil dari sederet
pengukuran yang diperoleh dari contoh yang homogen pada kondisi tertentu
(ICH 1995). Ketelitian dinyatakan dengan 3 cara, yaitu keterulangan
(repeatability), ketelitian intermediet (intermediet precision), dan ketertiruan
(reproducibility). Keterulangan adalah pengukuran ketelitian dengan metode,
peralatan, dan laboratorium yang sama pada selang waktu tertentu. Ketelitian
intermediet dilakukan dalam laboratorium yang sama, namun dengan operator
dan peralatan yang berbeda serta pada hari yang berlainan. Ketertiruan
merupakan pengukuran ketelitian yang dilakukan dengan peralatan, operator,
dan laboratorium yang berbeda.
d. Ketepatan
Ketepatan suatu metode analisis didefinisikan sebagai kedekatan hasil
yang diterima (baik sebagai nilai teoretis maupun sebagai nilai rujukan yang
diterima) dengan nilai yang diperoleh dari hasil pengukuran (ICH 1995 diacu
dalam Chan 2004). Ketepatan dinyatakan sebagai perolehan kembali yang
150 2013 0030ZAHRAH MUHAFIDZAH INDAH MUTMAINAH
OPTIMASI DAN VALIDASI SPEKTROFOTOMETER VISIBEL DAN PENENTUAN KADAR FORMALIN DALAM BAHAN MAKANAN
ditentukan dengan cara menambahkan sejumlah tertentu standar dari analit
yang akan diukur ke dalam contoh. Perolehan kembali (%) yang dapat
diterima menurut ICH adalah 98–102%. ICH juga mensyaratkan minimum 9
kali pengukuran pada 3 tingkat konsentrasi yang berbeda.
150 2013 0030ZAHRAH MUHAFIDZAH INDAH MUTMAINAH
OPTIMASI DAN VALIDASI SPEKTROFOTOMETER VISIBEL DAN PENENTUAN KADAR FORMALIN DALAM BAHAN MAKANAN
BAB 3 METODE KERJA
3.1. Alat Praktikum
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alu, botol
semprot, gelas kimia,gelas ukur, labu ukur, lumpang, kuvet, pipet tetes, pipet
volume, sendok tanduk, sonikator, spektrofotometri dan timbangan analitik.
3.2. Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan dalam prktikum ini adalah aquadest, asam
kromatopat, asam sulfat pekat, kertas saring sampel bakso, sampel tahu dan
tissue.
3.3. Cara Kerja
a. Penentuan kadar formalin
Ditimbang 3 mg sampel bakso dan tahu yang telah dihaluskan.
Ditambahkan 10 ml aquadest. Kemudian disonikator dan disaring. Setelah iti
filtrat dikumpulkan dan diambil sebanyak 1 ml filtrat dimasukkan kedalam
labu ukur 10 ml . Diencerkan sampai batas tanda, dituang kedalam gelas
kimia 100 ml. Kemudian ditambahkan 1,2 ml asam kromatopat dan 6 ml
asam sulfat pekat. Lalu didinginkan, dan diukur pada spektofotometri.
Kemudian dihitung akurasi dan % kadarnya.
b. Pembuatan blanko
Dimasukkan 10 ml aquadest kedalam labu ukur 50 ml.
Kemudian di tambahkan 1,2 ml asam kromatopat dan 6 ml asam sulfat
pekat. Labu di dinginkan dan di ukur pada spektrofotometri
150 2013 0030ZAHRAH MUHAFIDZAH INDAH MUTMAINAH
OPTIMASI DAN VALIDASI SPEKTROFOTOMETER VISIBEL DAN PENENTUAN KADAR FORMALIN DALAM BAHAN MAKANAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Tabel
a. Linearitas
PPM(x) Abs (y) y1 (y-y1)2
30 0,205 0,2074 5,76 x 10-6
40 0,304 0,3063 5,29 x 10-6
50 0,413 0,4052 60,84 x 10-6
60 0,505 0,5041 0,81 x 10-6
70 0,599 0,603 16 x 10-6
∑ = 88 ,7 x 10−6
3
= 29,566 x 10-6
Vxo = Sxo . 100 %
x
Sxo = syb
Sy =√ε ¿¿¿
Sy =√ 88 ,7 x10−65−2
= 5,437 x 10-3
Sxo = , 437 x10−3
0,60989
= 0,549
Vxo = 0,549 .100 %
50
= 1,098 %
150 2013 0030ZAHRAH MUHAFIDZAH INDAH MUTMAINAH
OPTIMASI DAN VALIDASI SPEKTROFOTOMETER VISIBEL DAN PENENTUAN KADAR FORMALIN DALAM BAHAN MAKANAN
b. LOD/LOQ
PPM(x) Abs (y) y (y-y)2
0,0370 0,019 0,0278 7,7284 x 10-4
0,0444 0,028 0,0188 3,5344 x 10-4
0,0740 0,034 0,0128 1,6384 x 10-4
0,1480 0,074 -0,0279 7,3984 x 10-4
0,1850 0,079 -0,0322 10,368 x 10-4
∑y = 0,0468 ∑= 30,6676 x 10-4
a = 6,160 x 10-3
b = 0,416
r = 0,9864
SD =√ε ¿¿¿
= √ 30,668 x10−4
5−1
= √7,667 x10−4
= 27,6 x 10-2
= 0,027689
LOD = 3x SD
b LOQ = 10 x SD
b
= 3x 0,0276
0,416 = 10 x 0,0276
0,416
= 0,1990 = 0,6634
150 2013 0030ZAHRAH MUHAFIDZAH INDAH MUTMAINAH
OPTIMASI DAN VALIDASI SPEKTROFOTOMETER VISIBEL DAN PENENTUAN KADAR FORMALIN DALAM BAHAN MAKANAN
c. Tabel Presisi
Ppm Serapan (y) ỹ - y (ỹ – y)2
1 0.290 6 x 10-4 36 x 10-8
2 0.290 6 x 10-4 36 x 10-8
3 0.289 16 x 10-4 256 x 10-8
4 0.291 4 x 10-4 16 x 10-8
5 0.292 14 x 10-4 196 x 10-8
6 0.289 16 x 10-4 256 x 10-8
7 0.290 6 x 10-4 36 x 10-8
8 0.291 4 x 10-4 16 x 10-8
9 0.292 14 x 10-4 196 x 10-8
10 0.292 14 x 10-4 196 x 10-8
rata-rata
0.2906 ∑ = 1240 x 10-8
SD = √∑ ( ỹ – y )2n−1
SD = √ 1240 x10−810−1
SD = √137,777 x10−8
= 11,737 x 10-4
SD = 0,0011737
KV = Syỹ
= 11,737 x10−4
0,2906
150 2013 0030ZAHRAH MUHAFIDZAH INDAH MUTMAINAH
OPTIMASI DAN VALIDASI SPEKTROFOTOMETER VISIBEL DAN PENENTUAN KADAR FORMALIN DALAM BAHAN MAKANAN
= 40,388 x 10-4
= 0,0040388
d. Akurasi
Berat formalin
yang di (+) x(µg)
Pengamatan
Berat formalin
yang diperoleh
(µg)
x rata-rata
% recovery
% recovery rata-rata
370,0000 12
326,8428329,1609 328,00185 88,335 %
88,962 % 88,648 %
462,5000 12
398,7019401,0199 399,8609 86,205 %
86,707 % 86,456 %
555,0000 12
489,1052491,4233 490,26425 88,127 %
88,544 % 88,335 %
740,0000 12
635,3824656,4634 654,9229 85,862 %
88,711 % 87,287 %
925,0000 12
797,7064797,7064 797,7064 86,238 %
86,238 % 86,238 %
%recovery = berat formalin yangdiperoleh
berat formalin yangditambahkan x 100 %
Untuk berat formalin yang ditambahkan 370,0000 µg
%recovery = 326,8428370,0000 x 100 %
= 88,335 %
%recovery = 329,1609370,0000 x 100 %
=88,962%
Untuk berat formalin yang ditambahkan 462,5000 µg
%recovery = 398,7019462,5000 x 100 %
= 86,205 %
%recovery = 401,0199462,5000 x 100 %
=86,707%
Untuk berat formalin yang ditambahkan 555,0000 µg
150 2013 0030ZAHRAH MUHAFIDZAH INDAH MUTMAINAH
OPTIMASI DAN VALIDASI SPEKTROFOTOMETER VISIBEL DAN PENENTUAN KADAR FORMALIN DALAM BAHAN MAKANAN
%recovery = 489,1052555,0000 x 100 %
= 88,127 %
%recovery = 491,4233555,0000 x 100 %
=88,544%
Untuk berat formalin yang ditambahkan 740,0000 µg
%recovery = 635,3824740,0000 x 100 %
=85,862 %
%recovery = 656,4634740,0000 x 100 %
=88,711%
150 2013 0030ZAHRAH MUHAFIDZAH INDAH MUTMAINAH
OPTIMASI DAN VALIDASI SPEKTROFOTOMETER VISIBEL DAN PENENTUAN KADAR FORMALIN DALAM BAHAN MAKANAN
Untuk berat formalin yang di tambahkan 925,0000 µg
%recovery = 797,7064925,0000 x 100%
= 85,238%
%recovery = 797,7064925,0000 x 100%
= 85,238%
4.1.2 Perhitungan Penetapan Kadar
Abs Spektro Kurva Baku
Bakso = 0,154 a : -0,0893
Tahu = 0,030 b : 0,00989
r : 0,999
a. Untuk Bakso
Y = a + bx
0,154 = -0,0893 + 0,00989 . x
0,154 + 0,0893 = 0,00989 . x
0,24330,00989 = x
24,600 ppm = x
0,0246 mg/ml
% kadar = C xV x Fp
Bs x 100%
= 0,0246 x10 x10
0,003105 x 100 %
= 79,227%
b. Untuk Tahu
Y = a + bx
-0,030 = -0,0893 + 0,00989 . x
-0,030 + 0,0893 = 0,00989 . x
0,05930,00989 = x
0,005995 mg/ml
ZAHRAH MUHAFIDZAH INDAH MUTMAINAH 150 2013 0030
OPTIMASI DAN VALIDASI SPEKTROFOTOMETER VISIBEL DAN PENENTUAN KADAR FORMALIN DALAM BAHAN MAKANAN
% kadar = C xV x Fp
Bs x 100%
= 0,005995 x 10 x10
0,00304 x 100 %
=1972, 394%
4.2. Pembahasan
Validasi metoda analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap
parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan
bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya.
Validasi metode analisis bertujuan untuk memastikan dan
mengkonfirmasi bahwa metode analisis tersebut sudah sesuai untuk
peruntukannya. Validasi biasanya diperuntukkan untuk metode analisa yang
baru dibuat dan dikembangkan. Sedangkan untuk metode yang memang telah
tersedia dan baku (misal dari AOAC, ASTM, dan lainnya), namun metode
tersebut baru pertama kali akan digunakan di laboratorium tertentu, biasanya
tidak perlu dilakukan validasi, namun hanya verifikasi. Tahapan verifikasi
mirip dengan validasi hanya saja parameter yang dilakukan tidak selengkap
validasi.
Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik
yang memakai sumber radiasi elektromagnetik UV dekat (190-380 nm) dan
sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer.
Radiasi UV jauh (100-190 nm) tidak digunakan, sebab pada daerah radiasi
tersebut diabsorpsi oleh udara. Adakalanya spektrofotometer UV-Vis yang
beredar memberikan rentang pengukuran panjang gelombang 190-1100 nm.
Hal ini perlu diperhatikan sebab di atas panjang gelombang 780 nm
merupakan daerah radiasi infra merah. Karenanya, pengukuran di atas
panjang gelombang 780 nm harus menggunakan detektor dengan kualitas
sensitif terhadap radiasi inframerah.
Formalin adalah nama dagang larutan formaldehid dalam air dengan
kadar 35 – 40%. Formalin biasanya mengandung golongan alkohol (metanol)
sebanyak 10–15% yang berfungsi sebagai stabilisator supaya formaldehidnya
ZAHRAH MUHAFIDZAH INDAH MUTMAINAH 150 2013 0030
OPTIMASI DAN VALIDASI SPEKTROFOTOMETER VISIBEL DAN PENENTUAN KADAR FORMALIN DALAM BAHAN MAKANAN
tidak mengalami polimerasi.Formalin merupakan bahan pembunuh hama atau
disinfektan, bahan pengawet mayat.Dan menurut BPOM,kadar formalin
dalam makanan adalah sekitar 1,88 – 413,89 ppm ( mg/kg ).
Ditimbang 3 mg sampel bakso dan tahu yang telah dihaluskan.
Ditambahkan 10 ml aquadest. Kemudian disonikator dan disaring. Setelah iti
filtrat dikumpulkan dan diambil sebanyak 1 ml filtrat dimasukkan kedalam
labu ukur 10 ml . Diencerkan sampai batas tanda, dituang kedalam gelas
kimia 100 ml. Kemudian ditambahkan 1,2 ml asam kromatopat dan 6 ml
asam sulfat pekat. Lalu didinginkan, dan diukur pada spektofotometri.
Kemudian dihitung akurasi dan % kadarnya.
Alasan penambahan asam kromatropat yaitu untuk medeteksi adanya
formalin pada sampel tahu yang ditandai dengan perubahan warna menjadi
warna ungu. Pewarnaan tersebut disebabkan karena terbentuknya ion
karbenium-oksoium yang stabil karena mesomeri. Dimana reaksi asam
kromatropat mengikuti prinsip kondensasi senyawa fenol dengan
formaldehida membentuk senyawa yang berwarna (3,4,5,6-
dibenzoxanthylium).
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh % kadar bakso
79,227% dan % kadar tahu adalah 1972,394%.
ZAHRAH MUHAFIDZAH INDAH MUTMAINAH 150 2013 0030
OPTIMASI DAN VALIDASI SPEKTROFOTOMETER VISIBEL DAN PENENTUAN KADAR FORMALIN DALAM BAHAN MAKANAN
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh % kadar bakso
79,227% dan % kadar tahu adalah 1972,394%
5.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum asisten selalu mendampingi praktikannya.
ZAHRAH MUHAFIDZAH INDAH MUTMAINAH 150 2013 0030
OPTIMASI DAN VALIDASI SPEKTROFOTOMETER VISIBEL DAN PENENTUAN KADAR FORMALIN DALAM BAHAN MAKANAN
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Kukuh. S. 2000. Validasi Metode Uji. Pusat Standarisasi dan Akreditasi Laboratorium BSN Jakarta: tidak diterbitkan.
Budiarti, A dkk . 2009. Pengaruh Perendaman Dalam Air Hangat Terhadap Kandungan Formalin pada Mie Basah dari Tiga Produsen yang Dijual di Pasar Johar Semarang. Jurnal Ilmu Farmasi dan Ilmu Klinik. Vol VI(1). Hal 1-6.
Chan, C. C,. Lam, Herman. Lee, Y. C. and Zhang, Xue-Ming. 2004. Analytical Method Validation and Instrument Performance Verification. Canada: John Wiley & Sons.
Hendayana, Sumar. 1994. KIMIA ANALTIK INSTRUMEN. Semarang: IKIP Semarang Press.
[ICH] International Conference on Harmonization. 2005. Validation of Analytical Procedures: Text and Methodology Q2(R1) [terhubung berkala]. www.ich.org. [02 Maret 2011].
Nugroho, Arif. Wahyono, Hendro. Dan Fatimah, S. 2006. “Validasi Metode Alat ICP-AES Plasma 40 untuk Pengukuran Unsur CR, P, Ti”. Jurnal Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, BATAN.12, (2), 100-107.
Sudjarwo. 2013. JURNAL VALIDASI SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE UNTUK PENENTUAN KADAR FORMALIN DALAM DAGING AYAM. Universitas Airlangga : Surabaya
ZAHRAH MUHAFIDZAH INDAH MUTMAINAH 150 2013 0030
OPTIMASI DAN VALIDASI SPEKTROFOTOMETER VISIBEL DAN PENENTUAN KADAR FORMALIN DALAM BAHAN MAKANAN
LAMPIRAN
A. Skema Kerja
a. Penentuan kadar formalin
Ditimbang 3 mg sampel bakso dan tahu yang telah dihaluskan
Ditambahkan 10 ml aquadest
Kemudian disonikator dan disaring
Setelah itu filtrat dikumpulkan dan diambil sebanyak 1 ml filtrat
Dimasukkan kedalam labu ukur 10 ml
Diencerkan sampai batas tanda
Dituang kedalam gelas kimia 100 ml
Kemudian ditambahkan 1,2 ml asam kromatopat dan 6 ml asam sulfat pekat
Lalu didinginkan
Diukur pada spektofotometri
Kemudian dihitung akurasi dan % kadarnya
ZAHRAH MUHAFIDZAH INDAH MUTMAINAH 150 2013 0030