99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN AKIBAT PERUBAHAN IKLIM (CLIMATE CHANGE) Studi Kasus : Kecamatan Mondokan, Sragen Skripsi Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh: Maryatun (F1110018) JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN AKIBAT PERUBAHAN IKLIM (CLIMATE CHANGE)

Studi Kasus : Kecamatan Mondokan, Sragen

Skripsi

Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh: Maryatun (F1110018)

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

Page 2: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

Page 3: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

Page 4: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

Kedua Orang Tuaku Tercinta

Kakakku dan Ponakanku Tercinta

Sahabat-sahabatku

Almamaterku

Page 5: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

MOTTO

“Tiadalah hidup di dunia ini, melainkan permainan dan pergurauan.

Sesungguhnya kampung akhirat, lebih baik bagi orang-orang yang

taqwa. Apa tidaklah kamu memikirkannya?”

(QS. AL – An’am : 32)

Jika anda selalu berfikir tentang kegagalan, maka anda akan

mendapatkanna. Milikilah pikiran positif dan kuasailah pikiran anda

dengan rasa percaya diri dan keakinan. Inilah cara untuk mempertegas

tindakan, cara untuk memperkaya prestasi da cara menghidupkan

pengalaman.

(Swami Sivanada)

ALLAH menguji keikhlasan dalam kesendirian, ALLAH memberi

kedewasaan ketika masalah berdatangan, dan ALLAH melatih

ketegaran dalam kesakitan. Hidup ini indah jika ALLAH dihati.

(Penulis)

Page 6: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT, penulis panjatkan atas segala anugrahnya yang

berlimpah, sehingga penilis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Valuasi

Ekonomi Terhadap Perubahan Iklim (Climate Change) Pada Dampak Bencana

Kekeringan Yang Mempengaruhi WTP Mitigasi (Studi Kasus : Kecamatan

Mondokan, Sragen)”.

Skripsi ini disusun guna melengkapi untuk menyelesaikan program S-1 pada

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Bersama ini penulis

mengucapkan trimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak

yang membantu memberikan dukungan material maupun spiritual sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Kemudian dengan selesainya skripsi ini penulis

dengan segenap cinta dan ketulusan hati mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Suryanto,. SE,. M.Si,. Selaku Pembimbing yang telah

memberikan izin penelitian, dan memberikan masukan yang berarti dalam

perjalanan kuliah penulis.

2. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Drs. Supriyono, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan Reguler Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Page 7: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

4. Ibu Dr. Evi Gravitiani, SE., M.Si,. Selaku Pembimbing dalam tim

penelitian yang telah memberikan masukan dan waktu yang berarti dalam

proses menyelesaikan skripsi.

5. Bapak Dr. Mugi Rahardjo, M.Si dan Bapak Drs. Akhmad Daerobi, M.Si

selaku penguji skripsi yang telah memberikan masukan untuk menuju

yang lebih baik.

6. Seluruh pegawai Kecamatan Mondokan, Pegawai Kelurahan Jekani,

Gemantar, BPS Kecamatan Mondokan, BPS Kabupaten Sragen,

Kasbanglimas Kabupaten Sragen, dan Bappeda Kabupaten Sragen, yang

telah membantu penulis dalam mengumpulakan data dan informasi yang

berguna dalam menyelesaikan Skripsi.

7. Bapak dan ibu tercinta yang telah menyelimuti dengan kasih sayangmu,

serta selalu memberkan bantuan baik moral maupun material dan doa

restunya.

8. Kedua kakakku yang selalu sayang sama aku, terimakasih sudah mau

membelikan barang-barang yang aku butuhin dalam penyusunan skripsi.

9. Spesial untuk seseorang yang selalu dekat dihatiku, makasih banget atas

dukungan, pengertian dan kebersamaannya selama ini. Moga kita

langgeng teruss. Amienn..

10. Rekan-rekan, Ulie cocoi makasih zaw printnya, Zefanya maya Chooby,

Jevlira Vorta. Niki Nungki, Dyan Kusuma, Rizky Ayuningtyas P, Andita

Dian P, Miratus Kiky, Aiuu Slipta.

Page 8: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

11. Nduk Iin yang telah meluangkan waktunya dan selalu menemani secara

sukarela selama malakukan penelitian.

12. Teman-teman satu tim dalam penelitian mz dwi, mb rusminah, mz aryo.

13. Seluruh mahasiswa Non-Reg Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas

Maret angkatan 2010, aiyoo pada semangat semua nylesein skripsinya.

14. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Kami ucapkan

terimakasih. Semoga Tuhan senantiasa memberikan anugrahnya.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi wacana pengembangan penelitian ilmu

ekonomi dan Studi Pembangunan Khususnya konsentrasi lingkungan. Saran dan

kritik yang bersifat menbangun kepada penulis diterima dengan senang hati.

Surakarta, November 2012

Penulis

Maryatun

F 1110018

Page 9: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii

ABSTRAK ....................................................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi

HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ........................................................................... 7

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 7

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Perubahan Iklim (Climate Change) .......................................... 9

2.1.1 Pengertian Bencana .................................................................. 9

2.1.2 Pengertian Perubahan Iklim ..................................................... 10

2.1.3 Tanda-tanda Umum terjadinya Kekeringan ............................. 11

2.1.4 Faktor Penyebab Kekeringan ................................................... 15

Page 10: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

2.1.5 Partisipasi Masyarakat ............................................................. 18

2.1.6 Konsep Masyarakat Tahan Bencana ........................................ 19

2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan .................................................. 21

2.1.8 Kebijakan Sosial Penanggulangan Bencana Kekeringan .......... 30

2.1.9 Valuasi Ekonomi ...................................................................... 33

2.2 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 36

2.3 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 41

2.4 Hipotesis ............................................................................................. 43

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian ........................................................................ 44

3.1.1 Daerah Penelitian ..................................................................... 44

3.1.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................ 45

3.1.3 Tehnik Pengumpulan Data ....................................................... 45

3.1.4 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................ 46

3.1.5 Definisi Variabel ...................................................................... 48

3.1.6 Analisis Data ............................................................................ 49

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ............................................................... 52 4.1.1 Letak, luas dan batas Wilayah .................................................. 52 4.1.2 Kependudukan .......................................................................... 53 4.1.3 Sarana dan Prasarana Ekonomi ................................................ 62

4.2 Karakteristik Geografi dan Sosial Ekonomi Petani di Kecamatan Mondokan ......................................................................................... 64

4.3 Analisis Data dan Pembahasan .......................................................... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan .......................................................................................................... 83

Saran ..................................................................................................................... 84

Page 11: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 86

LAMPIRAN

Page 12: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Jumlah dan Kepadatan penduduk Kecamatan Mondokan Tahun 2010 ..... 54

4.2 Jumlah penduduk Menurut Mata Pencaharian Kecamatan Mondokan ...... 55

4.3 Luas Desa, Luas Lahan Sawah, Luas Lahan Bukan Sawah dan Luas Lahan Perumahan/Pemukiman/Pertokoan Tahun 2010 ......................................... 59

4.4 Tingkat Pendidikan Masyarakat Kecamatan Mondokan Tahun 2010 ......... 61

4.5 Sarana dan Prasarana Ekonomi Kecamatan Mondokan Tahun 2010 .......... 64

4.6 Pendapatan Responden yang Bekerja di Sektor Pertanian ......................... 65

4.7 Responden yang Bekerja di Sektor Pertanian Menurut Umur .................... 66

4.8 Tingkat Pendidikan Responden yang Bekerja di Sektor pertanian ............. 68

4.9 Responden yang Bekerja di Sektor Pertanian Menurut Luas Lahan ........... 69

4.10 Responden yang Bekerja di Sektor Pertanian Menurut Modal Usaha ........ 70

4.11 Jumlah Anggota Yang Membantu Pekerjaan .............................................. 71

4.12 Hasil Uji Harvey Untuk Menguji Heteroskedastisitas ................................ 74

4.13 Hasil Analisis Regresi ................................................................................. 75

Page 13: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Peta Kabupaten Sragen ................................................................................. 5

2.1 Tempat penampungan Air ............................................................................. 26

2.2 Alur Dampak Perubahan Lingkungan Terhadap Manusia ............................ 34

2.3 Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 42

4.1 Persentase Luas Lahan Sawah Kecamatan Mondokan Menurut Desa

Tahun 2010 ................................................................................................... 56

4.2 Persentase Luas Lahann Bukan Sawah Kecamatan Mondokan Menurut Desa

Tahun 2010 ................................................................................................... 57

4.3 Persentase Luas Lahan Bukan Sawah Menurut Desa dan Penggunaan

Tahun 2010 ................................................................................................... 58

Page 14: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner

Lampiran 2 Daftar Variabel Utama Yang Digunakan Dalam Penelitian

Lampiran 3 Hasil Olah Data

Page 15: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Suatu kawasan (wilayah) akan selalu bertumbuh dan berkembang dinamis

seiring perjalanan waktu, baik dimensi kenampakan fisik maupun non fisiknya.

Perubahan (evolusi) kenampakam fisik suatu kawasan dapat kita lihat terhadap 3

(tiga) elemen morfologi kota yaitu : karakteristik penggunaan lahan, bangunan

dan sirkulasi. Sedangkan perubahan non fisik meliputi aspek ekonomi, sosial,

budaya, politik, teknologi dan sebagainya.

Proses perubahan tersebut dapat diidentifikasi misalnya, yang sebelumnya

adalah kawasan dengan ciri pedesaan berubah menjadi ciri perkotaan, atau yang

sebelumnya adalah kota kecil berubah menjadi kota besar bahkan menjadi kota

metropolitan yang terdiri dari kota-kota sekitarnya atau bahkan kota megapolitan,

yang pada umumnya kenampakan spasial fisikal kekotaannya melewati batas-

batas administrasi pemerintahan kota tersebut yang oleh Yunus (1999) disebut

sebagai under bounded city.

Pembangunan baik dalam aspek fisik dan non fisik adalah sesuatu yang

mutlak diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu daerah

(kawasan) baik dalam skala lokal, regional dan nasional. Tanpa adanya aktivitas

ekonomi, sosial, budaya dan sebagainya maka dapat dikatakan suatu kawasan

‘mati’ (stagnan) dan kondisi ini tentunya tidak diinginkan terjadi oleh suatu

Page 16: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 2

pemerintahan dan masyarakat (stakeholders) di manapun. Salah satu ciri

pembangunan secara fisikal adalah adanya perubahan (evolusi) di kawasan objek

pembangunan tersebut, misalnya kawasan yang sebelumnya adalah kawasan

hutan, pertanian, perkebunan, ruang terbuka hijau dan sebagainya secara lambat

laun berubah menjadi kenampakan perumahan permukiman penduduk,

perkantoran, perdagangan, sekolah, pusat kesehatan, dan berbagai sarana

prasarana berciri perkotaan lainnya.

Perubahan iklim global dewasa ini meningkatnya konsentrasi gas-gas

rumah kaca (CO2, CH4, CFC, HFC, N2O), terutama peningkatan konsentrasi

CO2, di atmosfir menyebabkan terjadinya global warming (peningkatan suhu

udara secara global) yang memicu terjadinya global climate change (perubahan

iklim secara global). Fenomena ini memberikan berbagai dampak yang

berpengaruh penting terhadap keberlanjutan hidup manusia dan makhluk hidup

lainnya di planet bumi ini, di antaranya adalah pergeseran musim dan perubahan

pola/distribusi hujan yang memicu terjadinya banjir dan tanah longsor pada

musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau, naiknya muka air laut

yang berpotensi menenggelamkan pulau-pulau kecil dan banjir rob, dan bencana

badai/gelombang yang sering meluluhlantakan sarana-prasarana penopang

kehidupan di kawasan pesisir. Perubahan iklim global sebagai implikasi dari

pemanasan global telah mengakibatkan ketidakstabilan atmosfer di lapisan bawah

terutama yang dekat dengan permukaan bumi (Hery, 2012).

Pemanasan global ini disebabkan oleh meningkatnya gas-gas rumah kaca

yang dominan ditimbulkan oleh industri-industri. Gas-gas rumah kaca yang

Page 17: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 3

meningkat ini menimbulkan efek pemantulan dan penyerapan terhadap

gelombang panjang yang bersifat panas (inframerah) yang diemisikan oleh

permukaan bumi kembali ke permukaan bumi. Pengamatan temperatur global

sejak abad 19 menunjukkan adanya perubahan rata-rata temperatur yang menjadi

indikator adanya perubahan iklim. Perubahan temperatur global ini ditunjukkan

dengan naiknya rata-rata temperatur hingga 0.74oC antara tahun 1906 hingga

tahun 2005. Temperatur rata-rata global ini diproyeksikan akan terus meningkat

sekitar 1.8-4.0oC di abad sekarang ini, dan bahkan menurut kajian lain dalam

IPCC diproyeksikan berkisar antara 1.1-6.4oC.

Pemanasan global sebagai salah satu contoh kerusakan lingkungan akibat

pesatnya industrialisasi dan pembangunan yang disebabkan oleh emisi gas

penyebab efek rumah kaca adalah suatu keniscayaan. Industrialisasi dan

pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

pemanasan global. Meskipun tidak sedikit juga upaya untuk menekan atau

mencegah peningkatan pemanasan global, baik di level internasional, nasional,

maupun konteks lokal. Pemanasan global dan perubahan iklim mempersulit

kehidupan masyarakat rentan, padahal sumbangan mereka terhadap emisi gas

rumah kaca sangat sedikit dibandingkan negara-negara indusri. Indonesia mulai

merasakan dampak pemanasan global (global warming) yang dibuktikan dari

berbagai perubahan iklim maupun bencana alam yang terjadi. Dampak

pemanasan global itu di antaranya, terjadinya perubahan musim di mana musim

kemarau menjadi lebih panjang sehingga menyebabkan gagal panen, krisis air

bersih dan kebakaran hutan.

Page 18: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 4

Selain itu, penelitian dari Badan Meteorologi dan Geofisika menyebutkan,

Februari 2007 merupakan periode dengan intensitas curah hujan tertinggi selama

30 tahun terakhir di Indonesia. Indonesia yang terletak di equator, merupakan

negara yang pertama sekali akan merasakan dampak perubahan iklim. Dampak

tersebut telah dirasakan yaitu pada 1998 menjadi tahun dengan suhu udara

terpanas dan semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Diperkirakan pada

2070 sekitar 800 ribu rumah yang berada di pesisir harus dipindahkan dan

sebanyak 2.000 dari 18 ribu pulau di Indonesia akan tenggelam akibat naiknya air

laut. Perubahan iklim yang disebabkan pemanasan global telah menjadi isu besar

di dunia. Mencairnya es kutub utara dan kutub selatan yang akan menyebabkan

kepunahan habitat di kutub utara dan selatan merupakan bukti dari pemanasan

global.

Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah

dalam masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun).

Biasanya kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara terus-menerus mengalami

curah hujan di bawah rata-rata. Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan

kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi),

transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia. Kekeringan dapat menjadi

bencana alam apabila mulai menyebabkan suatu wilayah kehilangan sumber

pendapatan akibat gangguan pada pertanian dan ekosistem yang ditimbulkannya. Dampak

ekonomi dan ekologi kekeringan merupakan suatu proses sehingga batasan

kekeringan dalam setiap bidang dapat berbeda-beda. Namun demikian, suatu

kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat pula menyebabkan kerusakan yang signifikan. Di

Page 19: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 5

Indonesia, khususnya daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat bagian Selatan rentan

terhadap bencana kekeringan (Putri, 2012).

Wilayah di Jawa Tengah yang mengalami kekeringan salah satunya adalah

Kabupaten Sragen. Bencana kekeringan yang melanda sejumlah wilayah di

Sragen membuat air bersih terasa sangat mahal. Untuk satu tangki air bersih

setara 4.000 liter, warga harus mengeluarkan uang antara Rp 200-Rp 300 ribu.

Tidak jarang, warga harus menjual barang berharga berupa perhiasan emas untuk

membeli air bersih itu. Sebanyak 3.246 kepala keluarga (KK) atau 11.501 jiwa di

Sragen, Jawa Tengah mengalami krisis air bersih. Padahal, Pemerintah

Kabupaten (Pemkab) Sragen, tahun ini tidak memiliki alokasi anggaran untuk

penanganan bencana kekeringan. Menurut data Dinas Sosial Kabupaten Sragen,

krisis air bersih terjadi di 10 desa yang berada di enam kecamatan, yakni Desa

sepat di Masaran, Desa Gesi dan Srawung di Gesi, Desa Kalikobok dan

Bonagung di Tanon, Desa Banyurip di Jenar, Desa Juwok di Sukodono dan Desa

Tempelrejo, Jekani dan Kedawung di Mondokan.

Page 20: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 6

Gambar 1.1 Peta Kabupaten Sragen

Kecamatan Mondokan merupakan daerah yang sangat rawan terjadinya

kekeringan, dikarenakan lahan tanah di kecamatan Mondokan merupakan tanah

yang mengandung batuan kapur. Mondokan adalah sebuah kecamatan di

Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan Mondokan

Kecamatan Mondokan terletak + 23 km di sebelah utara Ibukota Kabupaten

Sragen. Adapun batas - batas wilayahnya adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan

2. Sebelah Timur : Kecamatan Sukodono, Kab. Sragen

3. Sebelah Selatan : Kecamatan Tanon, Kab. Sragen

4. Sebelah Barat : Kecamatan Sumberlawang Kab. Sragen

Page 21: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 7

Luas wilayah 4.937,2 Ha, terdiri dari Lahan Sawah seluas 1.158,8 Ha,

Pekarangan seluas 1.349,9 Ha, Tegal seluas 2.199 Ha, dan Lainnya seluas 230

Ha. Pada Setahun terakhir banyak sekali petani yang mengalami gagal panen,

dikarenakan akibat kondisi iklim dan cuaca yang tidak menentu. Jadwal dan pola

tanampun mengalami perubahan, kondisi ini diperparah karena sebagian besar

petani khususnya di Kecamatan Mondokan merupakan bertani yang mana iklim

dan cuaca merupakan faktor penentu sekaligus pembatas keberhasilan usaha

mereka.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang tersebut maka penulis merumuskan

permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimanakah karakteristik geografi dan sosial ekonomi (umur, pendidikan,

luas lahan, modal, jumlah keluarga dan pendapatan) petani di Kecamatan

Mondokan?

b. Bagaimanakah faktor-faktor fisik sosial ekonomi yang mempengaruhi WTP

mitigasi?

1.3 Tujuan Penelitian

Dengan melihat kepada perumusan masalah yang telah ditulis, maka tujuan

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui dan menjelaskan karakteristik geografi dan sosial ekonomi

(umur, jenis kelamin, status kawin, pendidikan, luas lahan, modal dan jumlah

keluarga) petani di Kecamatan Mondokan?

Page 22: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 8

b. Untuk mengetahui dan menjelaskan faktor-faktor fisik sosial ekonomi yang

mempengaruhi WTP mitigasi.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

a. Bagi Pemerintah Daerah

Sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah setempat untuk mengevaluasi

kesejahteraan penduduk yang bekerja di sektor pertanian di Kabupaten

Sragen.

b. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau referensi bagi

semua pihak yang berminat untuk meneliti masalah perubahan iklim

khususnya masalah kekeringan di Kabupaten Sragen.

c. Bagi Masyarakat Sekitar

Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan

pemikiran terhadap masyarakat, sehingga dapat meningkatkan kinerja dan

pendapatan di sektor pertanian yang berada di Kecamatan Mondokan.

Page 23: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Perubahan Iklim (cl i mat e change )

2.1.1 Pengertian Bencana

Bencana secara umum menurut UU No. 24 Tahun 2007 dapat

didefinisikan sebagai suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, yang

disebabkan baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor

manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Bencana secara khusus menurut UU No. 24 Tahun 2007 dapat

didefinisikan sebagai kejadian akibat peristiwa alam atau karena perbuatan

orang, yang menimbulkan perubahan sifat fisik dan atau hayati pesisir, dan

mengakibatkan korban jiwa, harta, dan atau kerusakan di wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil. Dua makna bencana baik secara umum maupun secara

khusus, mengandung arti bahwa tinggi rendahnya risiko dampak bencana

bergantung pada kerentanan setiap komponen yang terkena dampak. Mileti

dan Gottschlich dalam Hardoyo, 2011 menjelaskan tentang 3 sistem utama

yang mengalami kerugian akibat bencana yaitu:

a. Lingkungan fisik (physical environment)

Sistem ini berkaitan dengan proses fisik alami bumi yang selalu

berubah dan dinamis, seperti perubahan iklim dan proses geologi.

Page 24: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 10

Kedinamisan pada sistem ini berimplikasi pada kondisi yang tidak

menentu pada suatu lingkungan hidup.

b. Sosial kependudukan (socio-demographic)

Sistem ini berkaitan dengan distribusi dan komposisi penduduk yang

mempengaruhi jumlah dan karakteristik penduduk yang terkena bencana.

c. Lingkungan terbangun (built environment)

Sistem ini berkaitan dengan kepadatan bangunan dan fasilitas umum

yang menentukan besarnya kerusakan yang akan terjadi dalam sebuah

peristiwa alam.

2.1.2 Pengertian Perubahan Iklim

Iklim merupakan suatu kejadian cuaca selama kurun waktu yang

panjang, yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai

statistik yang berbeda dengan keadaan pada setiap saatnya (World Climate

Conference, 1979 dalam Hery, 2012). Sedangkan Perubahan iklim adalah

berubahnya kondisi fisik atmosfer buni antara lain suhu dan distribusi

curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor

kehidupan manusia (Kementerian Lingkungan Hidup, 2001 dalam

LAPAN). Perubahan ini tidak hanya terjadi sesaat tetapi dapat terjadi

dalam kurun waktu yang panjang. Definisi perubahan iklim yang lain

diantaranya:

a. UU No. 31 Tahun 2009 Tentang Meteorologi, Klimatologi dan

Geofisika Perubahan Iklim adalah berubahnya iklim yang

diakibatkan, langsung atau tidak langsung, oleh aktivitas manusia

Page 25: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 11

yang menyebabkan perubahan komposisi atmosfer secara global serta

perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu

yang dapat dibandingkan.

b. Pemahaman petani Perubahan Iklim adalah terjadinya musim hujan

dan kemarau yang sering tidak menentu sehingga dapat mengganggu

kebiasaan petani (pola tanam) dan mengancam hasil panen.

c. Pemahaman masyarakat umum Perubahan iklim adalah

ketidakteraturan musim. Perubahan iklim merupakan sesuatu yang

sulit untuk dihindari dan dapat memberikan dampak pada berbagai

segi kehidupan.

Pola musim secara tidak teratur sudah terjadi sejak tahun 1991 yang

pada saat itu mengganggu swasembada pangan nasional yang sampai saat

ini masih bergantung pada impor pangan. Menurut kajian dari IPCC 4AR

yang menyatakan iklim di Indonesia secara spesifik, antara lain:

meningkatnya hujan di kawasan utara dan menurunnya hujan di selatan

(khatulistiwa), kebakaran hutan dan lahan yang berpeluang besar dengan

meningkatnya frekuensi dan intensitas El-Nino (gejala penyimpangan

(anomali) pada suhu permukaan Samudra Pasifik di pantai

Barat Ekuador dan Peru yang lebih tinggi daripada rata-rata normalnya),

Delta sungai Mahakam masuk ke dalam peta kawasan pantai yang rentang

(Murdiyarso, 2007).

Page 26: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 12

2.1.3 Tanda-tanda Umum terjadinya Kekeringan

Kekeringan adalah kurangnya air bagi kehidupan manusia dan

makhluk hidup lainnya pada suatu wilayah yang biasanya tidak kekurangan

air. Menurut Sheila B. Red (1995) dalam Putri (2012) kekeringan

didefinisikan sebagai pengurangan persediaan air atau kelembaban yang

bersifat sementara secara signifikan dibawah normal atau volume yang

diharapkan untuk jangka waktu khusus. Menurut Sheila B. Red (1995)

dampak kekeringan dapat dikelompokkan berdasarkan jenisnya yaitu

sebagai berikut:

a. Kekeringan meteorologis, berasal dari kurangnya curah hujan dan

didasarkan pada tingkat kekeringan yang relatif rendah terhadap

tingkat kekeringan normal atau rata-rata dan lamanya periode kering.

Perbandingan ini harus bersifat khusus untuk daerah tertentu dan bisa

diukur pada musim harian dan bulanan, atau jumlah curah hujan skala

waktu tahunan.

b. Kekeringan hidrologis mencakup berkurangnya sumber-sumber air

seperti sungai, air tanah, danau dan tempat-tempat cadangan air

lainnya. Definisinya mencakup data tentang ketersediaan dan tingkat

penggunaan yang dikaitkan dengan kegiatan wajar dari sistem yang

dipasok (sistem domesti, industri, pertanian yang menggunakan

irigasi). Salah satu dampaknya adalah kompetisi antara pemakai air

dalam sistem-sistem penyimpanan air ini.

Page 27: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 13

c. Kekeringan pertanian adalah dampak dari dampak dari kekeringan

meteorologis dan hidrologis terhadap produksi tanaman pangan dan

ternak. Kekeringan ini terjadi ketika kelembapan tanah tidak

mencukupi untuk mempertahankan hasil dan pertumbuhan rata-rata

tanaman. Dampak dari kekeringan pertanian sulit untuk bisa diukur

karena rumitnya pertumbuhan tanaman dan kemungkinan adanya

faktor-faktor lain yang bisa mengurangi hasil seperti hama, alang-

alang, tingkat kesuburan tanah yang rendah dan hasil tanaman yang

rendah. Kekeringan kelaparan bisa dianggap sebagai satu bentuk

kekeringan yang ekstrim, dimana kekurangan banjir sudah begitu

parahnyasehingga sejumlah besar menusia menjadi tidak sehat atau

mati. Bencana kelaparan biasanya mempunyai penyebab-penyebab

yang kompleks sering kali mencangkup perangdan konflik. Meskipun

kelangkaan pangan merupakan faktor utama dalam bencana kelaparan,

kematian dapat muncul sebagai akibat dari pengaruh-pengaruh yang

rumit lainnya seperti penyakit atau kurangnya akses dan jasa-jasa

lainnya.

d. Kekeringan sosio ekonomi berhubungan dengan ketersediaan dan

permintaan akan barang-barang dan jasa dengan tiga jenis kekeringan

yang sudah dijelaskan. Ketika persediaan barang-barang seperti air,

jerami atau jasa seperti energi listrik tergantung padacuaca, kekeringan

bisa menyebabkan kekurangan. Konsep kekeringan sosio ekonomi

mengenali hubungan antara kekeringan dan aktivitas-aktivitas

Page 28: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 14

manusia. Sebagai contoh, praktek-praktek penggunaan lahan yang

jelek semakin memperburuk dampak-dampak dan kerentanan terhadap

kekeringan di masa mendatang.

Sedangkan bencana kekeringan menurut Sudibyakto (2005)

merupakan sebagai kekurangan dari sejumlah air yang diperlukan, dimana

keperluan air ini ditentukan oleh kegiatan ekonomi masyarakat maupun

tingkat sosial ekonominya. Sehingga yang mendapatkan dampak langsung

dari kekeringan ini adalah masyarakat, terutama untuk penghidupan

masyarakat. Adapun dampak bencana kekeringan yang dirasakan oleh

masyarakat adalah sebagai berikut:

a. Kelangkaan air pada musim kemarau, dimana sumber-sumber air yang

terdapat di kawasan kekeringan tersebut letaknya sangat jauh dari

pemukiman, sehingga pada musim kemarau masyarakat harus membeli

air dari tangki untuk meencukupi kebutuhan hidupnya dan tidak dapat

menanam di lahan pertaniannya.

b. Produktivitas sumberdaya alam rendah, biasanya tanaman pertanian

hanya dapat tumbuh didataran antar bukit (ladang/ sawah kering) pada

musm penghujan. Pada musim kemarau lahan pertanian tidak dapat

ditanami, karena tidak ada cadangan air dalam tanahnya.

c. Pendapatan masyarakat rendah, dikarenakan sebagian besar penduduk

bekerja di sektor pertanian. Sehingga masyarakat memiliki

ketergantungan yang tinggi terhadap sumberdaya alam untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Pada musim kemarau masyarakat tidak

Page 29: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 15

mendapatkan penghasilan dari sektor pertanian karena merupakan masa

bero. Padahal pengeluaran rumah tangga dilakukan setiap hari yang

terdiri dari konsumsi primer, konsumsi sekunder,pendidikan,

transportasi,kesehatan dan kegiatan sosial, serta harus membeli air untuk

kebutuhan rumah tangga.

Gejala terjadinya kekeringan adalah sebgai berikut:

1. Kekeringan berkaitan dengan menurunnya tingkat curah hujan dibawah

normal dalamsatu musim. Pengukuran kekeringan Meteorologis

merupakan indikasi pertama adanya bencana kekeringan.

2. Tahap kekeringan selanjutnya adalah terjadinya kekurangan pasokan air

permukaan danair tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi

muka air sungai, waduk, danau danair tanah. Kekeringan Hidrologis bukan

merupakan indikasi awal adanya kekeringan.

3. Kekeringan pada lahan pertanian ditandai dengan kekurangan lengas

tanah (kandunganair di dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi

kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah yang

luas yang menyebabkan tanaman menjadikering dan mengering.

2.1.4 Faktor Penyebab Kekeringan

Faktor-faktor penyebab terjadinya kekeringan yaitu sebagai berikut

(Putri, 2012) :

a. Lapisan tanah tipis

Dengan lapisan tanah yang tipis, air hujan yang terkandung dalam tanah

tidak akan bertahan lama. Hal ini dapat terjadi karena air akan lebih

Page 30: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 16

cepat mengalami penguapan oleh panas matahari. Biasanya bencana

kekeringan sering terjadi di daerah pegunungan kars, karena di daerah ini

memiliki lapisan tanah atas yang tipis.

b. Air tanah dalam

Air hujan yang jatuh pada saat musim penghujan, akan meresap jauh ke dalam

lapisan bawah tanah mengingat selain hanya mampu menyimpan air dengan

intensitas yang terbatas, tanah juga tidak mampu menyimpan air dengan

jangka waktu yang lebih lama.Hal ini menyebabkan aliran-aliran air di

bawah tanah (sungai bawah tanah) yang dalam,sehingga tanaman tidak

mampu menyerap air pada saat musim kemarau, karena akar yangdimiliki tidak

mampu menjangkaunya. Air tanah yang dalam menyebabkan sumber-sumber mata

air mengalami kekeringan di musim kemarau,karena air yang terdapat jauh di bawah

lapisan tanah tidak mampu naik, sehingga kalaupun ada sumber mata air yang

tidak mengalami kekeringan pada musim kemarau, itu jumlahnya terbatas.

c. Tekstur tanah kasar

Tekstur tanah yang kasar, tidak mampu menyimpan air dengan jangka waktu yang

lama.Karena air hujan yang turun akan langsung mengalir ke dalam,

karena tanah tidak mampumenahan laju air. Di lain sisi, air yang

terkandung dalam tanah yang memiliki tekstur yangkasar akan

mengalami penguapan relatif lebih cepat, karena rongga-rongga tanah

jelaslebih lebar dan sangat mendukung terjadinya proses penguapan.

Page 31: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 17

d. Iklim

Dalam hal ini iklim berkaitan langsung dengan bencana kekeringan.

Keadaan alam yang tidak menentu akan berpengaruh terhadap kondisi iklim yang

terjadi. Sehingga mengakibatkan perubahan musim. Misalnya: Akibat

perubahan kondisi iklim, menyebabkan musim kemarau berjalan

lebihlama daripada musim penghujan, dengan musim kemarau yang lebih lama

tentunya akan memungkinkan terjadinya bencana kekeringan. Karena

kebutuhan air kurang terpenuhi dimusim kemarau.

e. Vegetasi

Vegetasi juga mempunyai andil terhadap terjadinya kekeringan .Jenis

vegetasi tertentu seperti ketela pohon yang menyerap air tanah dengan

intensitas yang lebih banyak, daripada tanaman lain, tentunya akan sangat

menguras kandungan air dalam tanah. Dan lebih parahnya, penanaman ketela pohon

banyak terjadi di daerah pegunungan karstyang rawan akan bencana

kekeringan. Vegetasi lain yang dapat memicu kekeringan adalah tanaman

bambu. Bambu memiliki struktur yang sangat rumit, dan menutupi permukaan

tanah (lapisan tanah atas) di sekitar bambu itu tumbuh. Sehingga

kemungkinan tanaman lain untuk tumbuh sangat kecil. Dengan

demikian tanaman yang seharusnya berfungsi untuk menyimpan air

tidak ada atau terbatas jumlahnya.

f. Topografi

Topografi atau tinggi rendah suatu daerah sangat berpengaruh terhadap

kandungan air tanah yang dimiliki. Biasanya daerah yang rendah akan

Page 32: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 18

memiliki kandungan air tanah yang lebih banyak daripada di daerah dataran

tinggi. Hal ini disebabkan karena air hujanyang diserap oleh tanah akan mengalir dari

tempat yang tinggi ke tempat yang rendah.Oleh karena itu air akan lebih banyak

terserap oleh tanah di dataran yang lebih rendah.Dengan kata lain.di dataran

tinggi kemungkinan terjadi bencana kekeringan lebih besar daripada di

dataran rendah. Karena dataran tinggi tidak mampu menyimpan air lebih lama.

2.1.5 Partisipasi Masyarakat

Dengan adanya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan

hidup, apabila berjalan sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah dan apabila setiap masyarakat menjalankan secara

objektif dan tidak hanya mengutamakan kepentingan dirinya atau

kelompoknya saja, maka kerugian yang akan timbul tidak akan berarti

dibandingkan manfaatnya (Suratmo, 1999 dalam Royadi, 2006). Manfaat

pertisipasi masyarakat:

a. Masyarakat mendapatkan informasi mengenai rencana pembangunan

didaerah, sehingga dapat mengetahui dampak apa yang akan terjadi

baik yang positif maupun yang negatife, dan cara menaggulangi

dampak negatife yang akan dan harus dilakukan.

b. Masyarakat akan ditingkatkan pengetahuannya mengenai masalah

lingkungan, pembangunan dan hubungan, sehingga pemerintah dapat

menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran masyarakat akan

tanggungjawabnya dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Page 33: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 19

c. Masyarakat dapat menyampaikan informasi dan pendapatan atau

persepsinya kepada pemerintah terutama masyarakat di tempat proyek

yang akan terkena dampak.

d. Pemerintah mendapatkan informasi-informasi dari masyarakat yang

belum atau tidak ada dalam laporan Amdal, sehingga kebijaksanaan

atau keputusan yang akan diambil akan lebih tepat.

e. Apabila masyarakat telah mengetahui cukup banyak mengenai proyek

tersebut termasuk dampak (positif dan negatif) dan usaha-usaha apa

saja yang akan dilakukan untuk mengurangi dampak negatif,

sedangkan dari pihak pemerintah dan pemrakarsa proyek mengetahui

pendapat-pendapat masyarakatserta keinginanya atau hal-hal apa yang

diperlukan, sehingga salah paham atau terjadinya konflik dapat

dihindari.

f. Masyarakat akan dapat menyiapkan diri untuk menerima manfaat yang

akan dapat dinikmati dan apabila mungkin meningkatkan manfaat

tersebut (dampak positif) dan ikut menekan atau menghindari diri

terkena dampak negatif.

g. Dengan adanya ikut aktifnya masyarakat dalam pengelolaan

lingkungan hidup sejak tahap penyusunan Amdal, biasanya perhatian

dari instasi pemerintah yang bertanggungjawab dan pemrakarsa proyek

pada masyarakat akan meningkat.

Page 34: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 20

2.1.6 Konsep Masyarakat Tahan Bencana

Twigg (2007) menyatakan pengurangan risiko bencana (PRB)

merupakan sebuah konsep yang luas dan relatif baru. Ada beberapa

definisi berbeda dari istilah ini dalam literatur teknis, tetapi PRB secara

umum dipahami sebagai pengembangan dan penerapan secara luas dari

kebijakan-kebijakan, strategi-strategi dan praktik-praktik untuk

meminimalkan kerentanan dan risiko bencana di masyarakat. PRB adalah

sebuah pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi, mengkaji dan

mengurangi risiko-risiko bencana. PRB bertujuan untuk mengurangi

kerentanan-kerentanan sosial-ekonomi terhadap bencana dan menangani

bahaya-bahaya lingkungan maupun bahaya-bahaya lain yang

menimbulkan kerentanan.

Banyak upaya telah dilakukan untuk mendefinisikan ‘ketahanan’.

Berbagai macam definisi dan konsep akademis yang ada dapat

membingungkan. Agar operasional, lebih mudah bila kita bekerja dengan

definisi-definisi luas dan karakteristik-karakteristik yang umum dipahami.

Dengan pendekatan ini, sistem atau ketahanan masyarakat dapat

dipahami sebagai:

a. Kapasitas untuk menyerap tekanan atau kekuatan-kekuatan yang

menghancurkan, melalui perlawanan atau adaptasi

b. Kapasitas untuk mengelola, atau mempertahankan fungsi-fungsi dan

struktur-struktur dasar tertentu, selama kejadian-kejadian yang

mendatangkan malapetaka

Page 35: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 21

c. Kapasitas untuk memulihkan diri atau ‘melenting balik’ setelah suatu

kejadian

‘Ketahanan’ pada umumnya dipandang sebagai suatu konsep yang

lebih luas daripada ‘kapasitas’ karena konsep ini memiliki makna yang

lebih tinggi daripada sekedar perilaku, strategi-strategi dan langkah-

langkah pengurangan serta manajemen risiko tertentu yang biasa dipahami

sebagai kapasitas.

2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan

Dalam usaha mengurangi dampak yang ditimbulkan banjir, seringkali

penanganan masalah banjir ditekankan pada usaha struktural dan

dibebankan secara keseluruhan kepada pemerintah. Strategi Mitigasi dan

Upaya Pengurangan Bencana diantaranya (Putri, 2012) :

1. Penyusunan peraturan pemerintah tentang pengaturan sistem

pengiriman data iklim daridaerah ke pusat pengolahan data.

2. Penyusunan PERDA untuk menetapkan skala prioritas penggunaan air

dengan memperhatikan historical right dan azas keadilan.

3. Pembentukan pokja dan posko kekeringan pada tingkat pusat dan daerah.

4. Penyediaan anggaran khusus untuk pengembangan/perbaikan jaringan

pengamatan iklim pada daerah-daerah rawan kekeringan.

5. Pengembangan/ perbaikan jaringan pengamatan iklim pada daerah-

daerah rawankekeringan.

Page 36: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 22

6. Memberikan sistem reward dan punishment bagi masyarakat yang melakukan

upayakonservasi dan rehabilitasi sumber daya air dan hutan/ lahan.

Jika lebih dirincikan, tahap mitigasi bencana kekeringan adalah sebagai

berikut:

1. Pra bencana

a. Memanfaatkan sumber air yang ada secara lebih efisian dan efektif.

b. Memprioritaskan pemanfaatan sumber air yang masih tersedia sebagai air baku

untuk air bersih.

c. Menanam pohon dan perlu sebanyak-banyaknya setiap jengkal lahan yang ada di

lingkungan tinggal kita.

d. Memperbanyak resapan air dengan tidak menutup semua permukaan dengan

plester semen atau ubin keramik.

e. Kampanye hemat air, gerakan hemat air, perlindungan sumber air.

f. Perlindungan sumber-sumber air pengembangannya.

g. Panen dan konservasi air

Panen air merupakan cara pengumpulan atau penampungan air hujan

atau air aliran permukaan pada saat curah hujan tinggi untuk digunakan pada waktu

curah hujan rendah. Panen air harus diikuti dengan konservasi air, yakni

menggunakan air yangsudah dipanen secara hemat sesuai kebutuhan.

Pembuatan rorak merupakan contoh tindakan panen air aliran permukaan dan

sekaligus juga tindakan konservasi air. Daerah yang memerlukan panen air

adalah daerah yang mempunyai bulan kering(dengan curah hujan < 100 mm per

bulan) lebih dari empat bulan berturut-turut dan pada musim hujan curah hujannya

Page 37: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 23

sangat tinggi (> 200 mm per bulan). Air yang berlebihan pada musim hujan ditampung

(dipanen) untuk digunakan pada musim kemarau. Penampungan atau 'panen air'

bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, sehingga sebagian lahan

masih dapat berproduksi pada musim kemarau serta mengurangi risiko erosi pada

musim hujan. Beberapa tempat yang bisa dimanfaatkan untuk penampungan air adalah

(Putri, 2012) :

a. Rorak

Rorak adalah lubang kecil berukuran panjang/ lebar 30-50 cm dengan kedalaman

30-80 cm, yang digunakan untuk menampung sebagian air aliran permukaan. Air

yang masuk ke dalam rorak akan tergenang untuk sementara dan secara perlahan

akan meresap ke dalam tanah, sehingga pengisian pori tanah oleh air akan lebih

tinggi dan aliran permukaan dapat dikurangi.

b. Saluran Buntu

Saluran buntu adalah bentuk lain dari rorak dengan panjang beberapa

meter (sehingga disebut sebagai saluran buntu). Perlu diingat bahwa

dalam pembuatanrorak atau saluran buntu, air tidak boleh tergenang

terlalu lama (berhari-hari) karena dapat menyebabkan terganggunya

pernapasan akar tanaman dan berkembangnya berbagai penyakit pada

akar.

c. Lubang Penampungan Air (catch pit)

Bibit yang baru dipindahkan dari polybag ke kebun, seharusnya dihindarkan dari

kekurangan air. Sistem 'catch pit' merupakan lubang kecil untuk menampung air,

sehingga kelembaban tanah di dalam lubang dan di sekitar akar

Page 38: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 24

tanaman tetap tinggi. Lubang harus dijaga agar tidak tergenang air

selama berhari-hari karena akan menyebabkan kematian tanaman.

d. Embung

Embung adalah kolam buatan sebagai penampung air hujan dan aliran permukaan.

Embung sebaiknya dibuat pada suatu cekungan di dalam daerah aliran

sungai (DAS) mikro. Selama musim hujan, embung akan terisi oleh air aliran

permukaan dan rembesan air di dalam lapisan tanah yang berasal dari

tampungan mikro di bagian atas/hulunya. Air yang tertampung dapat

digunakan untuk menyiram tanaman, keperluan rumah tangga, dan minuman

ternak selama musim kemarau. Kapasitas embung berkisar antara 20.000

m3 (100 m x 100 m x 2 m) hingga 60.000m3. Embung berukuran besar

biasanya dibuat dengan menggunakan bulldozer melalui proyek

pembangunan desa. Embung berukuran lebih kecil, misalnya 200sampai 500 m3

juga sering ditemukan, namun hanya akan mampu menyediakan air untuk areal

yang sangat terbatas. Embung kecil dapat dibuat secara swadaya

masyarakat. Embung cocok dibuat pada tanah yang cukup tinggi kadar

liatnya supaya peresapan air tidak terlalu besar. Pada tanah yang

peresapan airnya tinggi, seperti tanah berpasir, air akan banyak hilang

kecuali bila dinding dan dasar embung dilapisi plastik atau aspal. Cara ini

akan memerlukan biaya tinggi.

e. Bendungan Kecil

Cek dam adalah bendungan pada sungai kecil yang hanya dialiri air selama musim

hujan, sedangkan pada musim kemarau mengalami kekeringan. Aliran

Page 39: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 25

air dan sedimen dari sungai kecil tersebut terkumpul di dalam cek dam, sehingga

padamusim hujan permukaan air menjadi lebih tinggi dan memudahkan

pengalirannya kelahan pertanian di sekitarnya. Pada musim kemarau

diharapkan masih ada genangan air untuk tanaman, air minum ternak,

dan berbagai keperluan lainnya.

f. Panen Air Hujan dari Atap Rumah

Air hujan dari atap rumah dapat ditampung di dalam bak atau tangki

untuk dimanfaatkan selama musim kemarau untuk mencuci, mandi,

dan menyiram tanaman. Untuk minum sebaiknya digunakan air

dari mata air karena pada awal musim hujan, air hujan mengandung debu yang

cukup tinggi.

Page 40: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 26

Gambar 2.1. Tempat Penampungan air

2. Saat Terjadi Bencana

Sasaran penanggulangan kekeringan ditujukan kepada ketersediaan

air dan dampak yang ditimbulkan akibat kekeringan. Untuk

penanggulangan kekurangan air dapatdilakukan melalui:

a. Pembuatan sumur pantek atau sumur bor untuk memperoleh air.

Page 41: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 27

b. Penyediaan air minum dengan mobil tangki.

c. Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan.

d. Penyediaan pompa air.

e. Pengaturan pemberian air bagi pertanian secara darurat (seperti gilir

giring).

Untuk penanganan dampak, perlu dilakukan secara terpadu oleh

sektor terkait antaralain dengan upaya:

1. Dampak Sosial:

a. Penyelesaian konflik antar pengguna air.

b. Pengalokasian program padat karya di daerah-daerah yang

mengalami kekeringan.

2. Dampak Ekonomi:

a. Peningkatan cadangan air melalui pembangunan waduk-waduk

baru, optimalisasi fungsi embung, situ, penghijauan daerah

tangkapan air, penghentian perusakan hutan, dll.

b. Peningkatan efisiensi penggunaan air melalui gerakan hemat air,

daur ulang pemakaian air.

c. Mempertahankan produksi pertanian, peternakan, perikanan, dan

kayu/hutan melalui diversifikasi usaha.

d. Meningkatkan pendapatan petani, dan perdagangan hasil pertanian

melalui perbaikan sistem pemasaran.

Page 42: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 28

e. Mengatasi masalah transportasi air antara lain dengan

menggunakan alternatif modatransportasi lain atau melakukan stok

bahan pokok.

3. Dampak Keamanan:

a. Mengurangi kriminalitas melalui penciptaan lapangan pekerjaan.

b. Mencegah kebakaran dengan meningkatkan kehati-hatian dalam penggunaan

api.

4. Dampak Lingkungan:

a. Mengurangi erosi tanah melalui penutupan tanah ( land covering).

b. Mengurangi beban limbah sebelum dibuang kesumber air.

c. Meningkatkan daya dukung sumber air dalam menerima beban pencemaran

dengan cara pemeliharaan debit sungai.

d. Membangun waduk-waduk baru untuk menambah cadangan air pada

musimkemarau.

e. Mempertahankan kualitas udara (debu, asap, dll) melalui

pencegahan pencemaran udara dengan tidak melakukan kegiatan yang

berpotensi menimbulkan kebakaran yang menimbulkan terjadinya

pencemaran udara.

f. Mencegah atau mengurangi kebakaran hutan dengan pengolahan

lahan dengancara tanpa pembakaran.

3. Pasca Bencana

Kegiatan pemulihan mencakup kegiatan jangka pendek maupun jangka panjang

akibat bencana kekeringan antara lain:

Page 43: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 29

a. Bantuan sarana produksi pertanian.

b. Bantuan modal kerja.

c. Bantuan pangan dan pelayanan medis.

d. Pembangunan prasarana pengairan, seperti waduk, bendung karet,

saluran pembawa,dll.

e. Pelaksanaan konservasi air dan sumber air di daerah tangkapan hujan.

f. Penggunaan air secara hemat dan berefisiensi tinggi.

g. Penciptaan alat-alat sanitasi yang hemat air.

h. Penertiban penggunaan air.

Kejadian kekeringan mempengaruhi sistem sosial, disamping sistem fisik dan ,

sehingga manajemen kekeringan merupakan suatu tanggung jawab sosial,yang pada

dasarnya terarah pada upaya pasokan air dan mengurangi/meminimalkan

dampak. Berikut ini dibahas upaya-upaya penanganan bencana kekeringan,

baik upaya non fisik maupun upaya fisik darurat dan upaya fisik jangka panjang.

1. Upaya Non Fisik Upaya non fisik merupakan upaya yang bersifat pengaturan,

pembinaan dan pengawasan, diantaranya adalah:

a. Menyusun neraca air regional secara cermat.

b. Menentukan urutan prioritas alokasi air.

c. Menentukan pola tanam dengan mempertimbangkan ketersediaan

air.

d. Menyiapkan pola operasi sarana pengairan.

e. Memasyarakatkan gerakan hemat air dan dampak kekeringan.

f. Menyiapkan cadangan/stok pangan.

Page 44: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 30

g. Menyiapkan lapangan kerja sementara.

h. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan upaya penanganan kekeringan.

2. Upaya Fisik Darurat Upaya penanganan kekeringan yang bersifat fisik

darurat/ sementara diantaranya adalah:

a. Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan yang mempunyai

waduk/ reservoir, sehingga hujan yang terbentuk airnya dapat ditampung.

b. Pembuatan sumur pantek, untuk mendapatkan air.

c. Penyediaan pompa yang movable di areal dekat sungai atau

danau, sehingga pompa tersebut dapat dipergunakan secara bergantian

untuk memperoleh air.

d. Operasi penyediaan air minum dengan mobil tangki untuk memasok air

padadaerah-daerah kering dan kritis.

3. Upaya Fisik Jangka Panjang Upaya penanganan kekeringan yang bersifat

jangka panjang diantaranya adalah:

a. Pembangunan prasarana pengairan, seperti waduk, bendung karet,

saluran pembawa,dll.

b. Pelaksanaan konservasi air dan sumber air di daerah tangkapan hujan.

c. Penggunaan air secara hemat dan berefisiensi tinggi.

d. Penciptaan alat-alat sanitasi yang hemat air.

2.1.8 Kebijakan Sosial Penanggulangan Bencana Kekeringan

Surjono (2010) menyatakan bahwa terdapat beberapa kebijakan-

kebijakan yang dilakukan untuk penanggulangan bencana kekeringan,

meliputi :

Page 45: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 31

1. Kebijakan Sosial Jangka Pendek

Penanggulangan jangka pendek pada dasarnya adalah untuk

mengatasi korban bencana terbatas pada saat kekeringan terjadi yang

bersifat kuratif, penyembuhan dan peringanan penderitaan korban

bencana. Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam jangka

pendek untuk mengatasi kekeringan meliputi :

a. Membuka lumbung desa yang berisi hasil bumi (padi, jagung,

ketela) bagi warga yang membutuhkan karena lahan pertaniannya

sementara waktu tidak dapat berproduksi. Lumbung desa yang

isinya adalah tabungan masyarakat sendiri yang diberikan kepada

masyarakat yang membutuhkan dengan system pinjam, dengan

syarat pinjaman kemudian diganti ketika kekeringan usai dan lahan

pertanian sudah berfungsi lagi.

b. Pendalaman sumur yang masih mungkin mengeluarkan air,

sekaligus juga peremajaan sumur untuk mendapatkan debit air

yang banyak pada saat kekeringan usai.

c. Mendistribusikan pasokan air yang secara rutin diberi oleh

pemerintah setempat dan lembaga swasta lainnya.

2. Kebijakan Sosial Jangka Menengah

Berbeda dengan upaya penanggulangan jangka pendek, model

penanggulang jangka menengah dilakukan pada saat tidak terjadi

kemarau panjang. Model ini tidak ditujukan untuk menghadapi

bencana kekeringan di saat yang sama, tetapi juga untuk menghadapi

Page 46: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 32

kemarau pangjang musim-musim mendatang, yang hasilnya tidak

mesti dapat dinikmati langsung saat terjadinya kemarau panjang.

Berbagai upaya yang berkaitan dengan penanggulangan bencana

jangka menengah yang dilakukan oleh masyarakat meliputi :

a. Teraseringisasi tanah pertanian, baik yang berupa kebun, tegal

maupun sawah, terutama pedesaan yang hamparan tanahnya

memiliki kemiringan diatas 30o. Teraseringisasi dimaksudkan

untuk menahan selama mungkin air dalam tanah sebelum mengalir

ke sungai, sehingga kandungan air dalam tanah dapat bertahan

lebih lama.

b. Memperbanyak unit-unit tangki beton penampungan air hujan agar

cadangan air yang dimiliki warga lebih banyak sehingga dapat

digunakan pada saat kemarau panjang.

c. Pengawetan bahan-bahan makanan hasil pertanian dari lingkungan

sendiri (hasil bumi), seperti pengasapan gabah, jagung, kedelai,

kacang hijau dan kacang tanah. Pengeringan ketela pohon dan

ketela rambat, agar bahan-bahan makanan dapat disimpan dalam

waktu berbulan-bulan, terutama agar dapat dipakai untuk

persediaan selama kemarau panjang berlangsung.

3. Kebijakan Sosial Jangka Panjang

Model penanggulangan jangka panjang dilakukan juga tidak

pada musim kemarau panjang, tetapi justru pada musim penghujan

karena implementasinya hanya dapat dikerjakan pada musim

Page 47: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 33

penghujan. Berbagai upaya dalam melakukan penanggulangan korban

kekeringan jangka panjang meliput :

a. Melakukan Reboisasi atau peremajaan hutan dan pedesaan dengan

pohon-pohon baru yang tahan terhadap kekeringan dan sekaligus

berfungsi sebagai penyimpan air dalam tanah.

b. Perlindungan sumber-sumber air yang tahan kekeringan dengan

pohon-pohon varietas penyimpan air dan sekaligus juga untuk

melindungi mata air dari panas matahari sehingga pada musim

kemarau panjang tidak banyak terjadi penguapan air secara sia-sia.

c. Penciptaan sarana dan prasarana mobilitas social dalam bentuk

pengadaan sarana dan fasilitas transportasi daerah yang dapat

menghubungkan dengan daerah lainnya, terutama untuk

mendukung mobilitas warga yang ingin mencari kompensasi

penghasilan selama di desanya terjadi kekeringan.

2.1.9 Valuasi Ekonomi

Valuasi ekonomi lingkungan digunakan untuk memudahkan

perbandingan antara nilai lingkungan hidup (environmental value) dan nilai

pembangunan (development values) (Rachman Kurniawan, dkk.,2009).

Menurut Sanim, 2006 (dalam Rachman Kurniawan, dkk.,2009) valuasi

ekonomi lingkungan seharusnya merupakan suatu bagian integral dari

prioritas pembangunan sektoral dalam menentukan keseimbangan antara

konservasi dan pembangunan, serta dalam memilih standar lingkungan.

Page 48: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 34

Valuasi pada dasarnya adalah member nilai moneter kepada sumber

daya alam dan lingkungan. Teknik valuasi diperlukan karena

ketidaktersediaan harga sumber daya alam dan lingkungan di pasar (Fauzi,

2010). Teknik yang sering digunakan untuk valuasi ekonomi adalah teknik

contingent valuation. Menurut Patunru (1994) mendefinisikan contingent

valuation sebagai suatu pendekatan survei untuk valuasi barang dan jasa

non market berdasarkan kuesioner untuk mendapatkan informasi tentang

nilai barang dan jasa dalam pertanyaan. Nilai yang diperoleh untuk barang

dan jasa dikatakan contingent atas sifat pasar yang dibangun (hipotetis atau

disimulasi) dan barang dan jasa digambarkan dalam scenario survey.

3

4

5

6

7

Gambar 2.2. Alur dampak perubahan lingkungan terhadap manusia (Freeman, 1979)

EFEK LANGSUNG Melalui system kehidupan – mekanisme biologis

Kesehatan manusia: kematian , trauma, stress akibat banjir, khawatir akan banjir

Dampak ekosistem lainnya: penggunaan rekreasional menurun, keberagaman ekologi,

Produktifitas ekonomi dari ekosistem: menurunnya permintaan akan developer, menurunnya nilai properti

EFEK TIDAK LANGSUNG Melalui system kehidupan

Kerusakan akibat banjir pada property, peningkatan biaya produksi, meningkatnya waktu perjalanan

Rasa estetika daerah yang terkena banjir

Ketegangan antar komunitas, waktu/usaha/energi politisi

Page 49: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 35

Penilaian dengan pendekatan WTP dilakukan dengan melihat

preferensi masyarakat dalam menanggapi kualitas lingkungan yang terjadi

di sekitar (Hussen dalam Adrianto, 2010). Dengan demikian, penilaian

non-market valuation dapat digunakan untuk memberikan penilaian

ekonomis untuk barang-barang lingkungan termasuk ekowisata.

Secara umum teknik penilaian ekonomi lingkungan yang tidak dapat

dinilai dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, kelompok pertama

adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit di mana

willingness to pay terungkap melalui model yang dikembangkan (revealed

preference method). Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang

didasarkan pada survei langsung di mana keinginan membayar atau WTP

diperoleh secara langsung dari responden (experssed preference method),

(Fauzi, 2010). Kedua metode tersebut Metode ini sebagian besar diterapkan

sebagai metodologi valuasi terhadap barang-barang non-market valuation,

contingent valuation method (CVM) termasuk kelompok exprerssed

preference method dan travel cost method (TCM) termasuk revealed

preference method.

Contingent valuation method merupakan suatu metode untuk

mendapatkan estimasi nilai terutama jumlah yang mau dibayarkan individu

atau rumah tangga untuk barang lingkungan tertentu. Freeman (1979)

mengklasifikasikan banyak alur di mana kualitas lingkungan berdampak

pada manusia, seperti tingkat risiko banjir, banjir, dan gempabumi. Ia

menyatakan bahwa efek ini mungkin bersifat langsung atau tidak langsung

Page 50: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 36

melalui sistem organisme lain. Menurut Tresnadi (1999), contingent

valuation adalah suatu metode pemikiran untuk atribut nilai lingkugan

yang tidak ada di pasar atau bentuk-bentuk kesenangan lainnya seperti ilai

seni pada grand canyon, rekreasi atau sumber daya alam.

Disebut metode perkiraan karena meminta publik untuk menyatakan

keinginannya baik untuk membayar maupun untuk menerima barang dan

komoditas lingkungan yang semuanya tergantung penjelasan tentang

pelayanan lingkungan. Nilai-nilai tersebut pada umumnya dapat diukur

berdasarkan keinginan masyarakat untuk membayar perbaikan lingkungan

(Willingness To Pay) atau untuk menerima kompensasi akibat kerusakan

lingkungan (Willingness To Accept) (Fauzi, 2010). Pendekatan CVM ini

secara teknis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu teknis eksperimental

melalui simulasi dan teknik survei. Pendekatan pertama lebih banyak

dilakukan melalui simulasi komputer sehingga praktek di lapangan sangat

sedikit. Metode CVM sering digunakan untuk mengukur nilai pasif sumber

daya alam atau sering juga dikenal dengan nilai keberadaaan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Cho dan Kim (2004), penelitain ini menggunakan metode analisis

CVM. Hasil dari penelitian ini dimana variabel jenis kelamin, umur,

pendapatan, dan pemeblian air menunjukkan hasil yg signifikan thp WTP.

Variabel tahun dan ukuran rumah (famno) menunjukkan hasil tdk

signifikan thp WTP. Penelitian ini menjelaskan bahwa WTP diperkirakan

Page 51: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 37

akan cukup utk membyar penuh biaya penyediaan kualita air daerah

metropolitan Seoul yg lebih baik. Penelitian ini memfokuskan pada biaya

ekonomi dan manfaat bagi peningkatan kualitas air rumah tangga Paldang

Reservoir di Korea. Informasi mengenai manfaat dan biaya akan

membantu utk membuat kebijakan menemukan tgkt optimal secara sosial

pengurangan kontaminasi air yg masuk Korea.

Suryanti, dkk (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Strategi

Adaptasi Ekologi Masyarakat Di Kawasan Karst Gunungsewu Dalam

Mengatasi Bencana Kekeringan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengidentifikasi karakteristik wilayah, sumberdaya alam, dan masyarakat

serta dampak kekeringaan masyarakat di kawasan Karst Gunungsewu. Ada

beberapa variabel dalm penelitian ini adalah modal, luas lahan dan

pendapatan. Penelitian ini bersifat deskriptif, hasil dari penelitian ini adalah

kecamatan Tepus merupakan daerah kering dan tandus dengan kondisi air

permukaannya relatif sedikit dan sumber airnya sangat dalam sehingga

selalu mengalami kekeringan setiap tahunnya. Untuk mendapatkan air,

masyarakat harus mengeluarkan biaya mencapai Rp. 80.000,- sampai Rp.

150.000,- per 6.000 liter. Penggunaan lahan di Kecamatan Tepus

didominasi oleh penggunaan lahan ladang (sawah kering) yaitu 81,48%

dari luas total wilayah. Pendapan masyarakat juga rendah, sebagian besar

penduduk di Kecamatan Tepus (83%) bekerja di sektor pertanian.

Suryanto (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan

Karakteristik Wilayah, Persepsi Individu, dan Perilaku Mitigasi

Page 52: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 38

Gempabumi Di Kabupaten Bantul DIY. Penelitian ini mempunyai tujuan

yaitu menganalisis tingkat kerentanan dan tingkat kapasitas penduduk

dalam menghadapi risiko bencana gempabumi, mengevaluasi hubungan

persepsi individu bencana gempabumi dan perilaku mitigasi, dan

mengklasifikasikan variabel-variabel persepsi dan sosial-ekonomi yang

dapat digunakan untuk memprediksi karakteristik kerawanan wilayah.

Analisis data yang digunakan adalah Sistem Informasi Geografi (SIG),

analisis regresi berganda, dan analisis regresi logistik. Hasil yang diperoleh

dari analisis SIG menunjukkan bahwa wilayah yang rawan bencana di

Kabupaten Bantul adalah wilayah yang memiliki tingkat kepadatan

penduduk dan kepadatan pemukiman tinggi. Berdasarkan regresi berganda

diketahui bahwa derajat penolakan risiko, kemampuan kontrol,

kepercayaan rumah tahan gempa, tingkat pendapatan dan variabel dummy

wilayah berpengaruh positif dan signifikan. Ada satu variabel yang tidak

signifikan adalah variabel persepsi terhadap peran pemerintah pusat untuk

WTP mitigasi. Menurut analisis klasifikasi (analisis regresi logistik) dilihat

dari kategori wilayah kerawanan yang dikategorikan menjadi tiga terdapat

variabel-veriabel yang signifikan yaitu tingkat pendidikan, persepsi

terhadap peran pemerintah daerah, persepsi terhadap peran pemerintah

pusat, dan kepercayaan terhadap rumah tahan gempa. Tiga kategori

wilayah kerawanan antara lain kurang rawan, rawan, dan sangat rawan.

Seenprachawong (2005), pada penelitiannya yang berjudul Economic

Valuation of Cultural Heritage: A Case Study of Historic Temples in

Page 53: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 39

Thailand. Tujuan utama pada penelitian ini adalah untuk memperoleh nilai

pemulihan candi bersejarah di wilayah Thailand Tengah. Sebuah penilaian

survei (CV) dilakukan pada bulan Januari 2005. penelitian ini meminta

kepada responden untuk kesediaan mereka untuk membayar perbaikan

candi bersejarah. Diperoleh hasil yaitu ada dua korelasi bersifat sangat

lemah dan sangat kuat. Pada korelasi sangat lemah diperoleh 0,031 yang

artinya bahwa sikap masyarakat terhadap pelestarian candi di wilayah

Thailand tengah dan sikap mereka untuk melestarikannya kurang

mendukung, sedangkan pada korelasi sangat kuat diperoleh 0,526 yang

artinya masyarakat mendukung adanya program pelestarian candi

bersejarah. Ada tiga variabel nilang elastsitas WTP, yaitu umur,

pendidikan, dan pendapatan. Besarnya dampak dari hasil perhitungan umur

sebesar satu persen dapat meningkatkan jumlah WTP sebesar 18,25%, pada

tingkat pendidikan peningkatan sebesar satu persen dapat meningkatkan

jumlah WTP sebesar 2,41%, sedangkan pada variabel pendapatan

diperoleh 1,58% meningkatkan jumlah WTP. Ditemukan bahwa

masyarakat bersedia membayar 214 Baht dalam satu kali pajak penghasilan

atau 243 Baht sebagai sumbangan sukarela untuk membiayai program

pelestarian candi bersejarah. Hasil dari penelitian adalah masyarakat

Thailand lebih memilih program pelestarian candi bersejarah.

Sarjono (2010), pada penelitiannya yang berjudul Kebijakan Sosial

Penanggulangan Korban Bencana Kekeringan Studi Kasus di Kabupaten

Grobogan, Jawa Tengah. Model kebijakan sosial dalam penanggulangan

Page 54: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 40

bencana kekeringan di Kabupaten Grobogan merupakan program yang

dilakukan bersama oleh masyarakat dan pemerintah setempat dalam rangka

menyikapi bencana kekeringan sebagai kejadian alam yang rutin terjadi

setiap tahunnya yang disikapi secara positif. Hasilnya adalah kebijakan

penanggulangan kekeringan yang bersifat rehabitatif berupa peremajaan

pohon-pohon hutan dan kebun dengan tanaman yang tahan kekeringan dan

mampu sebagai medium penyimpanan air. Teraseringisasi struktur tanah

persawahan di lahan pertanian yang memiliki kemiringan diatas 30% agar

dapat menghambat larinya air hujan ke tempat yang paling rendah.

Yapin (2003), penelitian ini menggunakan metode CVM dan TCM.

Hasil dari penelitian ini, investigasi biaya perjalanan telah menunjukkan

bahwa kualitas air yg lebih baik menggeser kurva permintaan keluar.

Sedikit perbedaan kelengkungan dari fungsi permintaan yang pertama.

Perkiraan CVM telah menggambarkan mirip tren tetapi tindakan tersebut

lebih tinggi dari nilai yg diperkirakan melalui biaya perjalanan. Sebagian

besar menunjukkan niali penggunakan situs rekreasi sebagai konsumsi yg

baik kecuali keperluan rrekreasi. Danau telah melayani tujuan lain seprti

budidaya ikan dan pasokan air, nilai tersebut tdk tercermin baik dalam

pengukuran biaya perjalanan atau nilai-nilai CV, karena itu percaya bahwa

kedua perkiraan mengecilkan nilai guna sebenarnya dari danau. Penilaian

kontingensi adalah variabel independen dari biaya perjalanan dan jml

pengunjung. Responden sebenarnya bergantung pada pendapatan,

Page 55: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 41

pendidikan, dan penghakiman responden thp kualitas air danau. Umur dan

jenis kelamin tampaknya tdk memiliki byk dampak pd kontingen penilaian.

2.3 Kerangka Pemikiran

Perubahan iklim dalam jangka panjang yang melanda masyarakat di

kecamatan Mondokan sebagaimana telah dijelaskan akan merugikan

pendapatan masyarakat yang bekerja pada sektor pertanian.

Berikut disajikan kerangka pemikiran kaitannya dengan pendapatan

penduduk yang bekerja di sektor pertanian

Page 56: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 42

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran

Dari kerangka pemikiran tersebut dijelaskan bahwa perubahan iklim

yang berdampak pada kekeringan terhadap sektor pertanian yang

mempengaruhi tingkat pendapatan petani, dimana faktor-faktor yang

mempengaruhi antara lain karakteristik petani (umur, jenis kelamin,

status, pendidikan), Faktor demografi (lahan pertanian), dan faktor

Perubahan Iklim

(kekeringan)

Sektor Pertanian

Faktor yang mempengaruhi

· Modal · Jumlah Keluarga

Proses Produksi Pertanian oleh petani

Faktor demografi

· Kondisi lahan

WTP (willingness to Pay)

Faktor karakteristik petani

· Umur · Jenis kelamin · Pendidikan · Status

Page 57: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 43

ekonomi (modal dan jumlah keluarga) yang mana akan diketahui apakah

masyarakat mau melakukan tindakan mitigasi.

2.4 Hipotesis

1. Diduga karakteristik geografi dan sosial ekonomi di Kecamatan

Mondokan relatif merata.

2. Diduga semua variabel independen secara serempak atau beersama-

sama berpengaruh terhadap WTP. Faktor-faktor fisik yang

mempengaruhi WTP

a) Diduga pendapatan mempunyai hasil yang signifikan terhadap

WTP.

b) Diduga modal mempunyai hasil yang signifikan terhadap WTP.

c) Diduga luas lahan mempunyai hasil yang signifikan terhadap

WTP.

d) Diduga pendidikan mempunyai hasil yang signifikan terhadap

WTP.

e) Diduga jumlah anggota yang membantu mempunyai hasl yang

signifikan terhadap WTP.

Page 58: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 44

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode survei yang menganalisis faktor-

faktor yang berhubungan terhadap pendapatan masyarakat yang berprofesi

sebagai petani. Dalam survei, informasi atau data dikumpulkan dari responden

dengan menggunakan kuisioner. Pengisian kuisioner yang dirancang harus diisi

oleh kepala rumah tangga, mengingat variabel pendapatan keluarga dan juga

keputusan jumlah biaya maksimum yang ingin dibayar (WTP) merupakan

variabel yang sangat diperlukan validitasnya. Namun demikian dimungkinkan

untuk beberapa kasus responden yang bukan kepala keluarga dapat mengisi

kuisioner dengan catatan telah mendapat persetujuan dari kepala keluarga.

Tujuan survei dapat bersifat menerangkan atau menjelaskan, yaitu fenomena

sosial dengan meneliti hubungan variabel penelitian (Singarimbun, 1995 dalam

Rahmat, 2007 ).

Adapun tahap-tahap penelitian adalah sebagai berikut:

1. Daerah Penelitian

Lokasi penelitian adalah kawasan yang termasuk daerah rawan

kekeringan di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen.

2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu:

2.1 Data Primer

Page 59: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 45

Data ini dikumpulkan langsung dari obyek penelitian melalui

kuisioner dan wawancara langsung dengan masyarakat yang tinggal di

kawasan kekeringan tersebut.

2.2 Data Sekunder

Data lain yang dapat dipakai untuk melengkapi analisis dalam

penelitian ini adalah berbasis data yang diperoleh dari sumber sekunder.

Data ini dikumpulkan dari kantor Kecamatan, Kantor Dinas Pertanian,

maupun instans yang terkait yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu

Badan Pusat Statistik Sragen dan Pusat Statistik Mondokan.

3. Teknik Pengumpulan Data

3.1 Observasi

Mengadakan pengamatan langsung pada obyek yang diteliti.

3.2 Interview

Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara kepada

mesyarakat langsung.

3.3 Kuesioner

Teknik pengumpulan data dengan membuat daftar pertanyaan dan

atau pernyataan yang telah disiapkan terlebih dahulu yang kemudian

diberikan kepada masyarakat yang bekerja di sektor pertanian yang tinggal

di daerah Mondokan.

Page 60: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 46

3.4 Studi Pustaka

Mencari dan mengumpulkan data yang sudah ada, baik yang ada di

buku, majalah dan koran, BPS ataupun data-data yang tersedia pada

internet dan sumber-sumber lainnya.

4. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

4.1 Ukuran Populasi dan Sampel

Data terdiri dari data sekunder merupakan data yang bersumber dari

instansi dan lembaga-lembaga terkait di wilayah kekeringan di Kecamatan

Mondokan maupun literatur pendukung lainnya. Sedangkan data primer

diperoleh dengan diambil sampelnya terlebih dahulu dengan

menggunakan strategic random sample (Scheaffer et.al., 1996), berarti

bahwa semua rumah yang berlokasi di wilayah banjir dibagi dalam

beberapa blok, dan kemudian sampel diacak untuk setiap blok. Sampel

digunakan karena tidak semua unit pada populasi dapat diidentifikasi,

biaya dan waktu yang digunakan lebih sedikit dibandingkan menghitung

populasi. Penentuan jumlah sampel yang akan diambil ditentukan dengan

rumus Slovin, yaitu sebagai berikut (Arikunto, 1996 dalam Rahmat,

2007):

Dimana:

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

e = tingkat kekeliruan pengambilan sampel yang bisa ditolerir

Page 61: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 47

1 = angka konstanta

Sesuai dengan rumus slovin diatas, maka jumlah jumlah sampel

yang akan diambil dengan tingkat ketepatan 95% dalam penelitian ini

adalah :

= 74,14 dibulatkan menjadi 75 responden.

Penentuan responden berdasarkan klaster sampling yang mana

populasinya dibagi menjadi beberapa kelompok. Kemudian dari

kelompok-kelompok tersebut dipilih secara random atau acak. Dalam

klaster sampling kita tidak langsung memilih individu, melainkan

memilih kelompok. Yang termasuk sebagai anggota sampel adalah

anggota yang berada dalam kelompok yang terpilih itu.

Pemakaian metode tersebut dapat memberikan gambaran secara

jelas dan tepat terhadap populasi yang akan diteliti, yaitu masyarakat

yang bekerja di sektor pertanian di Kecamatan Mondokan .

4.2 Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan 6 variabel penelitian yaitu variabel

pendapatan, variabel pendidikan, variabel umur petani, variabel modal,

variabel luas lahan, dan variabel jumlah keluarga yang membantu.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

Page 62: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 48

1. Variabel terikat ( Dependent Variable )

Willingness to pay adalah jumlah maksimum yang mau

dibayarkan oleh responden setelah diberikan rentetan tawaran

pertanyaan dan berkisar antara Rp 0 sampai dengan Rp 1.000.000

untuk mengurangi dampak kekeringan (misalnya, jika terjadi

kekurangan dalam hal modal, perawatan, pengairan dll) terhadap

tenaman pertanian.

2. Variabel Bebas ( Independent variable)

2.1 Pendapatan (INC)

2.2 Pendidikan (EDC)

2.3 Umur (AGE)

2.4 Jumlah Keluarga (FAM)

2.5 Luas lahan (AREA)

2.6 Modal (FINC)

4.3 Alat Analisis

4.3.1 Definisi Operasional Variabel

1. WTP (Wi l l i ngness t o pay )

WTP adalah jumlah maksimum yang mau dibayarkan oleh

responden untuk mengurangi dampak kekeringan.

2. Pendapatan

Pendapatan adalah penghasilan yang diterima seseorang karena

melakukan pekerjaannya. Pendapatan yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah pendapatan bersih, yaitu pendapatan kotor

Page 63: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 49

yang diterima petani setelah dikurangi dengan biaya operasional,

yang dinyatakan dalam satuan rupiah per bulan.

3. Modal Kerja

Modal kerja dalam penelitian ini adalah jumlah uang yang

dikeluarkan oleh petani untuk pertama kalinya dalam memulai

usaha pertanian, baik untuk biaya pengelolaan lahan maupun

pembelian benih yang dinyatakan dalam satuan rupiah.

4. Luas Lahan

Luas lahan adalah jumlah keseluruhan lahan yang dimiliki petani

yang digunakan untuk pertanian, seperti untuk ditanami tanaman

padi yang dinyatakan dalam satuan Ha.

5. Umur

Umur digunakan sebagai pengukur motivasi seseorang dalam suatu

hal (dalam kajian ini melakukan aktifitas pertanian). Seseorang

yang berumur produktif mempunyai kecenderungan memiliki

motivasi yang tinggi dalam bekerja.

6. Pendidikan

Pendidikan memiliki arti yang penting dalam kehidupan karena

dengan pendidikan seseorang akan memiliki pengetahuan sehingga

akan lebih produktif dan inovatif. Pengetahuan akan tingkat

pendidikan dapat digunakan untuk memberikan gambaran terhadap

kemajuan penduduk.

Page 64: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 50

7. Jumlah Anggota yang Membantu

Jumlah anggota yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah

orang yang membantu pekerjaan bertani yang dinyatakan dalam

satuan orang (Sujali, 1989).

4.4 Teknik dan Alat Analisis

Nilai kerugian yang diakibatkan oleh bencana kekeringan akan

dinilai dengan menggunakan Contingent Valuation Method (CVM).

CVM adalah metode survei langsung pada sampel dengan populasi yang

sesuai tentang willingness to pay dan willingness to accept (WTA).

CVM mempunyai dua keuntungan dibandingkan metode tidak langsung.

Pertama, CVM dapat mengambil dua nilai sekaligus, use value dan

non-use value. Kedua, CVM jawaban pertanyaan tentang WTP atau

WTA dapat secara langsung dikoreksi secara teori dengan ukuran

moneter pada tingkat perubahannya (Lee, 1999 : 114). Aplikasi CVM

dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut.

1. Identifikasi masalah

2. Membuat kerangka masalah

3. Merumuskan pemecahan masalah

4. Merumuskan cara untuk pemecahan masalah (payment vehicle)

5. Mempersiapkan alat survei untuk mengetahui WTP/WTA secara

individu, yang terdiri dari pembuatan skenario hipotesis; pertanyaan

tentang WTP/WTA; dan membuat skenario tentang biaya kompensasi.

6. Menggunakan alat survei dengan sampel dari populasi yang sesuai

Page 65: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 51

7. Menganalisis respon yang diperoleh sewaktu survei, yaitu

menggunakan data sampel untuk mengestimasi survei yang akurat.

8. Menanggapi jawaban responden yang tidak sesuai dengan kenyataan

(protest responses)

Untuk menganalisis pengaruh perubahan iklim terhadap petani di

Kecamatan Mondokan, Sragen yang dipengaruhi oleh pendapatan,

pendidikan, umur, modal, luas lahan, dan jumlah keluarga yang

membantu, sehingga dapat diformulasikan sebagai berikut:

Model Regresi Double Log

0 1 2Ln(MODAL) +

2 3 4 (AGE) +

5(FAMILY) + e Keterangan : Ln(WTP) = Willingness To Pay (variabel dependen) Ln(PEND) = Pendapatan Ln(MODAL) = Modal Ln(LAHAN) = Luas lahan EDC = Pendidikan AGE = Umur Family = Jumlah Keluarga e = Error

0 = Konstanta

Page 66: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 52

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Letak, Luas dan Batas Wilayah

Kecamatan Mondokan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten

Sragen dengan luas wilayah 4.936,9 Ha terdiri dari 23,46% lahan sawah dan

76,54% lahan bukan sawah. Terdiri dari 9 Desa, 113 Dukuh, dan 238 RT.

Desa Gemantar memiliki luas terbesar mencapai 15,29% (755 Ha) dari luas

wilayah Kecamatan Mondokan sebaliknya Desa Sumberejo merupakan desa

terkecil dengan luas 377,1 Ha atau 7,64% dari luas wilayah Kecamatan

Mondokan.

Secara administrasi wilayah Kecamatan Mondokan dibatasi oleh :

1. Sebelah Utara : berbatasan dengan wilayah Kabupaten

Grobogan

2. Sebelah Timur : berbatasan dengan wilayah Kecamatan

Sukodono, Kab. Sragen

3. Sebelah Selatan : berbatasan dengan wilayah Kecamatan Tanon,

Kab. Sragen

4. Sebelah Barat : berbatasan dengan wilayah Kecamatan

Sumberlawang Kab. Sragen

(Sumber : Bappeda Kabupaten Sragen 2010)

Page 67: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 53

Kecamatan Mondokan terletak di sebelah utara Ibu Kota Kabupaten

Sragen pada jarak 25 km (40 km dari kota Solo) dengan ketinggian 110

meter dari permukaan air laut. Beriklim tropis dan temperatur sedang. Batas

wilayah Kecamatan Mondokan sebelah utara adalah wilayah Kabupaten

Grobogan, sebelah timur wilayah Kecamatan Sukudono, sebelah selatan

wilayah Kecamatan Tanon, dan sebelah barat wilayah Kecamatan

Sumberlawang.

4.1.2 Kependudukan

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Mondokan sampai akhir tahun 2010

sebesar 34,248 jiwa terdiri dari 16,931 laki-laki dan 17,317 perempuan.

Kepadatan penduduk terbesar terdapat di desa Kedawung, dengan jumlah

penduduk sebanyak 4.961 orang dan luas wilayah 558,4 Km2 sehingga

mempunyai kepadatan penduduk 888,43 orang per Km2. Kepadatan

penduduk terkecil terdapat di desa Sono, dengan jumlah penduduk

sebanyak 2.518 orang dan luas wilayah 445,3 Km2 sehingga mempunyai

kepadatan penduduk 565,46 orang per Km2. Berikut disajikan tabel

mengenai jumlah dan kepadatan penduduk daerah penelitian tahun 2010.

Dengan rumus yang digunakan adalah :

Kepadatan penduduk =

Page 68: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 54

Tabel 4.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Mondokan Tahun 2010

No. Nama Desa Luas

Wilayah (Km2)

Jumlah Penduduk

(orang)

Kepadatan Penduduk

(orang/Km2) 1 Sono 445,3 2.518 565,46 2 Tempelrejo 482,1 3.341 693,01 3 Trombol 407,4 3.608 885,62 4 Jekani 633,2 4.290 677,51 5 Pare 667 4.227 633,73 6 Kedawung 558,4 4.961 888,43 7 Jambangan 611,4 3.537 578,51 8 Gemantar 755 5.238 693,77 9 Sumberejo 377,1 2.867 760,28

Jumlah 4936,9 34.587 700,58 Sumber : BPS Kabupaten Sragen, 2010

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dua desa yang

memiliki kepadatan penduduk terbesar yaitu desa Trombol dan desa

Kedawung. Sedangkan desa yang mempunyai kepadatan penduduk paling

rendah yaitu desa Sono, dimana letaknya memang benar-benar jauh dari

jalan raya yang ada sehingga dapat dikatakan memiliki tingkat

aksesibilitas yang buruk.

Secara keseluruhan menurut Sukamto (1976), kepadatan penduduk

suatu wilayah dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Kepadatan penduduk rendah apabila lebih kecil dari 1000 orang per

Km2

2. Kepadatan penduduk sedang apabila 1000 sampai 5000 orang per Km2

3. Kepadatan penduduk tinggi apabila lebih besar dari 5000 orang per

Km2

Dengan demikian kepadatan penduduk di Kecamatan Mondokan

termasuk dalam klasifikasi rendah yakni sebesar 700,58 orang per Km2.

Page 69: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 55

2. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk menggambarkan aktifitas penduduk

dalam menjalankan usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mata

pencaharian penduduk juga menggambarkan potensi yang ada pada

daerah tersebut. Hampir sebagian besar penduduk Kecamatan Mondokan

bekerja di sektor pertanian. Hal ini dikarenakan sektor pertanian dapat

dikatakan mampu untuk diandalkan sebagai mata pencaharian pokok.

Berikut disajikan data mengenai jumlah penduduk menurut mata

pencaharian di daerah penelitian yaitu Kecamatan Mondokan sampai

akhir tahun 2010.

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Mondokan Tahun 2010

No. Nama Desa Jenis Mata Pencaharian

Pertanian

Industri Perdagangan

Transportasi

Jasa Total

1 Sono 1.124 59 260 27 91 1.561 2 Tempelrejo 1.004 489 578 11 161 2.243 3 Trombol 1.345 111 213 14 148 1.831 4 Jekani 1.861 74 228 58 210 2.431 5 Pare 2.004 85 284 42 148 2.603 6 Kedawung 1.456 74 267 30 403 2.230 7 Jambangan 2.188 10 67 8 184 2.457 8 Gemantar 2.751 43 266 67 92 3.219 9 Sumberejo 1.148 20 232 48 287 1.735

Jumlah 14.921 965 2.395 305 1.724 20.310 Sumber : BPS Kabupaten Sragen, 2010

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa mata pencaharian

yang paling dominan dari penduduk di Kecamatan Mondokan adalah

pada sektor pertanian, yaitu sebesar 52,20% dari total seluruh mata

pencaharian yang ada di wilayah Kecamatan Mondokan. Mata

pencaharian di sektor pertanian merupakan yang paling dominan karena

Page 70: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 56

di wilayah Kecamatan Mondokan sebagian besar masih berupa sawah dan

tegal. Potensi pertanian di Kecamatan Mondokan kurang baik dengan luas

lahan sawah hanya sebesar 1.184,8 Ha (23,98% dari luas lahan

keseluruhan). Lahan sawah terluas terdapat di Desa Gemantar sebesar

19,43% (224,9 Ha) sebaliknya Desa Sono memiliki lahan sawah paling

sedikit yaitu 5,53% (61,1 Ha). Data persentase luas lahan sawah

selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Persentase Luas Lahan Sawah

Di Kecamatan Mondokan Menurut Desa Tahun 2010 Sumber Data : BPS Kabupaten Sragen, 2010

Kurang baiknya potensi pertanian di Kecamatan Mondokan juga

dapat dilihat dari tidak adanya lahan sawah berpengairan. Dengan kata

lain semua lahan sawah yang ada merupakan lahan sawah tidak

berpengairan. Selain potensi pertanian padi sawah, Kecamatan Mondokan

juga memiliki potensi pertanian bukan sawah seperti perkebunan dan

Page 71: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 57

padang rumput.potensi lain dari lahan bukan sawah adalah dapat

diusahakan untuk tambak, perumahan, kawasan industri, pertokoan dll.

Data luas lahan bukan sawah selengkapnya dapat dilihat pada Gambar

4.2.

Gambar 4.2. Persentase Luas Lahan Bukan Sawah

Di Kecamatan Mondokan Menurut Desa Tahun 2010 Sumber Data : BPS Kabupaten Sragen, 2010

Berdasarkan Gambar 4.2 dapat diketahui bahwa lahan bukan sawah

terluas terdapat di Desa Pare sebesar 14,5% (422 Ha) dari keseluruhan

lahan bukan sawah. Luas lahan bukan sawah terbesar kedua terdapat di

Desa Gemantar sebesar 14,03% (337,1 Ha). Sebaliknya Desa Trombol

memiliki lahan bukan sawah paling sedikit yaitu sebesar 6,96% (102,2

Ha).

Sebanyak 52,39% (2.058,9 Ha) lahan bukan sawah yang ada

dimanfaatkan untuk tambak/perkebunan/padang rumput, 45,52%

(1.72Ha) lainnya dimanfaatkan untuk

perumahan/pemukiman/industri/pertokoan dan 2,09% (79 Ha) sisanya

Page 72: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 58

dimanfaatkan untuk ladang/huma/tegal/diusahakan. Data luas lahan

bukan sawah (tambak/perkebunan/padang rumput,

perumahan/pemukiman/industri/pertokoan, dan ladang/huma/tegal)

selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.3.

4.3.1. Tamba/perkebunan/padang rumput 4.3.2.Perumahan/pemukiman/industri/pertokoan

4.3.3. Ladang/huma/tegal tidak diusahakan

Gambar 4.3. Persentase Luas Lahan Bukan Sawah

Di Kecamatan Mondokan Menurut Desa dan Penggunaan Tahun 2010 Sumber Data : BPS Kabupaten Sragen, 2010

Berdasarkan Gambar 4.3 dapat diketahui bahwa lahan

tambak/perkebunan/padang rumput terluas terdapat di Desa Pare seluas

20,15% (399 Ha) sebaliknya Desa Trombol memiliki lahan

Page 73: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 59

tambak/perkebunan/padang rumput paling sedikit yaitu sebesar 5,16%

(102,2 Ha).

Lahan perumahan/pemukiman/industri/pertokoan terluas terdapat di

Desa Jambangan sebesar 16,56% (284,9 Ha) diikuti Desa Kedawung

sebesar 13,70% (235,6 Ha). Desa Pare memiliki lahan

perumahan/pemukiman/industri/pertokoan paling sedikit yaitu sebesar

7,33% (126 Ha).

Ladang/huma/tegal diusahakan yang ada di Kecamatan Mondokan

terdapat di Desa Jambangan 64,56% (51 Ha), Desa Pare 29,11% (23 Ha)

dan Desa Sumberejo 6,33% (5 Ha).

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diambil suatu

kesimpulan dalam bentuk sebuah tabel untuk lebih jelasnya, berikut

disajikan tabel mengenai luas Kecamatan Mondokan per desa menurut

penggunaan lahan sampai tahun 2010.

Tabel 4.3. Luas Desa, Luas Lahan Sawah, Luas Lahan Bukan Sawah dan Luas Lahan Perumahan/Pemukiman/Industri/Pertokoan Tahun 2010

No. Nama Desa Luas Desa Lahan Sawah Lahan Bukan

Sawah Perumahan/ pemukiman/ Industri dan Petokoan, dll

1 Sono 445,3 61,1 245,2 139 2 Tempelrejo 482,1 146,4 109,1 226,6 3 Trombol 407,4 94,7 102,2 210,5 4 Jekani 633,2 141,6 327,5 164,1 5 Pare 667 119 422 126 6 Kedawung 558,4 126,7 221,8 209,9 7 Jambangan 611,4 153,1 174,5 283,8 8 Gemantar 755 224,9 337,1 193 9 Sumberejo 377,1 117,3 119,5 140,3

Jumlah 4.936,9 1.184,8 2.058,9 1.693,2

Sumber : BPS Kabupaten Sragen, 2010

Page 74: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 60

Berdasarkan Tabel 4.3, desa yang paling dominan penduduknya

yang bekerja di sektor pertanian adalah Desa Gemantar dengan 2.751

orang (562 Ha), sedangkan desa yang paling kecil penduduknya yang

bekerja di sektor pertanian adalah Desa Sono dengan 1.124 orang (306,3

Ha). Hal ini menandakan bahwa unsur-unsur pedesaan di wilayah

Kecamatan Mondokan masih sangat kuat.

3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat pendidikan

Pendidikan merupakan usaha sistematik untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa menuju bangsa yang maju, cerdas, dan mandiri dan

dilakukan secara sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran dan atau pelatihan. Secara umum ada tiga pilar

strategi pendidikan yaitu perluasan kesempatan pendidikan bagi

penduduk usia muda yang masuk dalam kelompok pendidikan dan

pelatihan, perbaikan mutu komponen, masukan, proses dan keluaran

pendidikan yang berstandar serta penataan pengelolaan pendidikan

dengan mengembangkan model desentralisasi pengolahan pendidikan

yang berbasis sekolah.

Berkenaan dengan usaha-usaha tersebut perlu dilakukan

pemberdayaan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah

sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap, kemampuan peserta pendidik,

peningkatan partisipasi keluarga serta peningkatan dukungan aparat

pemerintah hingga tingkat desa/kelurahan dalam rangka mensukseskan

program-program pendidikan seperti program wajib belajar pendidikan

Page 75: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 61

dasar, peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan mutu

dan kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan, peningkatan

pendidikan luar sekolah serta peningkatan manajemen pendidikan.

Tingkat pendidikan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam

pandangan penduduk terhadap kualitas hidupnya. Penduduk yang

mempunyai pendidikan yang tinggi cenderung lebih cermat hidupnya

dibandingkan dengan penduduk yang mempunyai tingkat pendidikan

yang rendah. Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar penduduk di

wilayah Kecamatan Mondokan belum mendapatkan pendidikan dasar 9

tahun.

Perincian persentase tingkat pendidikan secara keseluruhan di

daerah penelitian, yaitu Kecamatan Mondokan adalah dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 4.4 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Mondokan Tahun 2010

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

1 Tidak/Belum sekolah 16.325 47,95

2 Tamat SD 13.251 38,92

3 Tamat SLTP 3.255 9,56

4 Tamat SLTA 942 2,77

5 Tamat DI-DIII 188 0,55

6 Tamat S1/ D IV 83 0,25

Jumlah Total 34.044 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Sragen, 2010

Page 76: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 62

Adapun status Kecamatan apabila jumlah penduduk :

1. Menamatkan SD ke atas lebih kecil dari 30%, maka disebut dengan

pendidikan penduduknya rendah (Desa Swadaya).

2. Menamatkan SD ke atas 30% sampai dengan 60%, maka disebut

dengan pendidikan penduduknya sedang (Desa Swakarya).

3. Menamatkan SD ke atas lebih besar 60%, maka disebut dengan

pendidikan penduduknya tinggi (Desa Swasembada).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sampai tahun 2010

penduduk di Kecamatan Mondokan yang menamatkan SD ke atas adalah

52,04%, maka dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan penduduk

Kecamatan Mondokan adalah sedang (Desa Swakarya).

4.1.3 Sarana dan Prasarana Ekonomi

Ketersediaan sarana dan prasarana ekonomi merupakan salah satu

indikator kemajuan suatu wilayah. Hal ini dikarenakan dengan adanya

sarana dan prasarana ekonomi yang relatif komplit akan menggerakkan

aktifitas ekonomi penduduk yang pada akhirnya dapat diharapkan

meningkatkan kesejahteraan penduduk di daerah penelitian.

Besaran Kontribusi Kecamatan Mondokan dalam pembentukan PDRB

ditingkat kabupaten dipengaruhi oleh memadainya sarana ekonomi yang ada

baik dari sisi kuantitas maupun penempatan lokasi. Jumlah sarana ekonomi

yang memadai tidak akan banyak berarti jika penempatannya tidak

memperhatikan kebutuhan masyarakat. Artinya, bangunan sarana ekonomi

tersebut tidak berfungsi/ tidak dimanfaatkan karena lokasinya tidak strategis.

Page 77: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 63

Jumlah pasar dan kelompok pertokoan di Kecamatan Mondokan

masing-masing 7 unit dan 277 unit. 7 pasar yang ada terdapat di Desa

Kedawung, Jambangan, Sumberejo, sono, Tempelrejo, Pare, dan Gemantar.

Jumlah kelompok pertokoan paling banyak terdapat di Desa Gemantar

sebanyak 62 unit. Sebaliknya Desa Jambangan memiliki kelompok

pertokoan paling kecil yaitu 12 unit.

Guna mengetahui strategis tidaknya lokasi pasar/kelompok pertokoan

salah satunya dapat diketahui dari kepadatan penduduk desa dimana lokasi

pasar berada. Berdasarkan kepadatan penduduk diketahui Desa Kedawung

memiliki kepadatan penduduk tertinggi sebesar 878 jiwa/km2 sebaliknya,

Desa Sono memiliki kepadatan penduduk terendah sebesar 565 jiwa/km2.

Berdasarkan perbandingan data jumlah pasar/kelompok pertokoan

khususnya kelompok pertokoan dan kepadatan penduduk diketahui belum

semua lokasi penempatan kelompok pertokoan strategis. Desa Gemantar

misalnya, dengan kepadatan ppenduduk hanya 692 jiwa/km2 memiliki

kelompok pertokoan terbanyak sebanyak 62 unit sedangkan Desa Sumberejo

yang memiliki kepadatan penduduk mencapai 727 jiwa/km2 hanya memiliki

32 kelompok pertokoan. Berikut disajikan tabel mengenai jumlah sarana dan

prasarana ekonomi di Kecamatan Mondokan sampai tahun 2010.

Page 78: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 64

Tabel 4.5. Sarana dan Prasarana Ekonomi di Kecamatan Mondokan tahun 2010

No.

Nama Desa

Jenis Sarana dan Prasarana Ekonomi

Pasar

Toko

Kios Sarana Pertanian

Koperasi

KUD

Non KUD

KUD

kopinkra

Simpan

Pinjam

Non KUD

1 Sono 1 23 - 4 - - - -

2 Tempelrejo

1 28 - 4 - - - -

3 Trombol - 33 - 4 - - 1 - 4 Jekani - 26 - 2 1 - - - 5 Pare 1 19 - 5 - - - - 6 Kedawung 1 42 - 5 - - 1 1 7 Jambangan 1 12 - 7 - - - - 8 Gemantar 1 62 - 5 - - - - 9 Sumberejo 1 32 - 4 - - - -

Jumlah 7 277 0 40 1 0 2 1 Sumber : BPS Kabupaten Sragen, 2010

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana

ekonomi yang mendominasi adalah Toko, Kios Peratanian yang Non KUD

dan Pasar, yaitu 95% dari keseluruhan sarana dan prasarana yang ada di

wilayah Kecamatan Mondokan. Persebarannya relatif merata, namun jumlah

terbesar berada pada wilayah-wilayah yang letaknya strategis dari jangkauan

masyarakat, termasuk pada Desa Gemantar karena sebagai ibukota

kecamatan Mondokan.

4.2 Karakteristik Geografi dan Sosial Ekonomi Petani di Kecamatan Mondokan

Salah satu langkah analisis yang dapat dilakukan pada penelitian ini adalah

dengan menggunakan klasifikasi. Untuk menentukan dan mempelajari distribusi

variabel-variabel penelitian yaitu karakteristik geografi dan sosial ekonomi

Page 79: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 65

responden dapat menggunakan tabel frekuensi. Tabel frekuensi dapat digunakan

untuk mengetahui ciri atau karakteristik dari responden atas dasar analisis satu

variabel tertenti (Sofian Effendi, 1981 dalam Rahmat, 2007).

Karakteristik penduduk yang bergerak atau bekerja pada sektor pertanian di

Wilayah Kecamatan Mondokan cukup bervariasi. Karakteristik-karakteristik

yang perlu dibahas disini meliputi pendapatan, umur, pendidikan, luas lahan,

modal dan jumlah anggota keluarga yang membantu pekerjaan.

1. Pendapatan di Sektor Pertanian

Pendapatan yang dihitung dalam penelitian ini adalah pendapatan rata-

rata perbulan. Pendapatan yang diperoleh antara satu jenis usaha maupun jenis

usaha lainnya adalah berlainan. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan tabel

tentang pendapatan responden yang bekerja pada sektor pertanian berdasarkan

jenis usahanya.

Tabel 4.6 Pendapatan Responden Yang Bekerja pada Sektor Pertanian

Pendapatan Kotor per Bulan

(Rp. 000) Frekuensi Persen

< 500. 15 20,00

500 – 1.000 47 62,67

>1.000 13 17,33

Jumlah 75 100,00

Sumber : Data Primer, 2012

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sekitar 62,67% petani

memiliki pendapatan kotor per bulan antara Rp. 500.000,- sampai Rp.

Page 80: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 66

1.000.000,-. Persentase ini merupakan porsi terbesar dari petani tersampling.

Secara berurutan persentase berikutnya adalah pendapatan kotor petani kurang

dari Rp. 500.000,- sebesar 20%, sedangkan petani yang berpendapatan kotor

lebih dari Rp. 1.000.000,- sebesar 17,33%.

Dari hasil perhitungan pada tabel tersebut dapat ditarik kesimpulan

bahwa pendapatann antara Rp. 500.000,- sampai dengan Rp. 1.000.000,- per

bulan sangat mendominasi. Hal tersebut belum cukup mempengaruhi

kesejahteraan keluarga petani di wilayah Kecamatan Mondokan.

2. Umur Responden

Umur merupakan salah satu unsur geografi yang sangat penting karena

dapat digunakan sebagai pengukur motivasi seseorang dalam suatu hal (dalam

kajian ini yang melakukan aktifitas pertanian). Seseorang yang berumur

produktif mempunyai kecenderungan memiliki motivasi yang tinggi dalam

bekerja. Seseorang yang telah berumur produktif namun belum berkeluarga

memiliki motivasi yang tinggi untuk bekerja sehingga dapat segera

berkeluarga. Adapun seseorang yang berumur produktif dan sudah

berkeluarga memiliki motivasi yang tinggi untuk bekerja sehingga dapat

menghidupi keluarganya untuk mencapai hidup yang sejahtera.

Tabel 4.7. Responden Yang Bekerja Pada Sektor Pertanian Di Kecamatan Mondokan Menurut Umur

Umur (tahun) Frekuensi Persen

19 25,33

46 – 60 48 64,00

8 10,67

Page 81: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 67

Jumlah 75 100,00

Sumber : Data Primer, 2012

Karakteristik umur penduduk yang bekerja di sektor pertanian cukup

bervariasi dari yang berusia dewasa yaitu usia 40 tahun dan yang tertua

berusia 75 tahun. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa kelompok petani

dengan umur yang lebih kecil sama dengan 45 tahun yaitu sebanyak 19 orang

atau 25,33%, kelompok umur 46 tahun sampai 60 tahun sebanyak 48 orang

atau 64%, sedangkan pada kelompok umur lebih besar sama dengan 61 tahun

sebanyak 8 orang atau 10,67%. Secara keseluruhan umur dari seluruh

responden yang ada didominasi oleh umur 46 sampai dengan 60 tahun dengan

persentase sebesar 64%.

Di dalam pengelompokan umur tidak ada perbedaan yang berarti antara

kelompok dewasa dengan kelompok tertua atau kelompok umur muda. Hal ini

berdasarkan paham dalam demografi bahwa penduduk usia produktif berusia

15 sampai 64 tahun (Mantra, 1981 dalam Rahmat, 2007). Berdasarkan tabel

diatas dikatakan bahwa hampir seluruh petani adalah kelompok umur

penduduk usia produktif.

3. Tingkat Pendidikan

Pengetahuan akan tingkat pendidikan dapat digunakan untuk

memberikan gambaran terhadap kemajuan penduduk. Pendidikan memiliki

arti penting dalam kehidupan karena dengan pendidikan seseorang akan

memiliki pengetahuan sehingga akan lebih produktif dan inovatif. Selain itu

pendidikan juga merupakan indikator terhadap kualitas sumber daya manusia.

Page 82: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 68

Tabel 4.8. Tingkat Pendidikan Respponden yang Bekerja di Sektor Pertanian di Kecamatan Mondokan

Tingkat pendidikan Frekuensi Persen

Tdk Tamat SD 5 6,67

Tamat SD 37 49,33

Tamat SLTP 24 32,00

Tamat SLTA 9 12,00

Tamat Akademi - -

Tamat PT - -

Jumlah 75 100,00

Sumber : Data Primer, 2012

Tingkat pendidikan responden yang bekerja pada sektor pertanian cukup

beragam dari tidak sekolah sampai tamat Sekolah Lanjut Tingkat Atas

(SLTA). Dari berbagai tingkatan tersebut, jumlah responden yang memiliki

tingkat pendidikan tidak sekolah/ tidak tamat SD yaitu sebanyak 5 orang atau

6,67%, tingkat pendidikan tamat SD yaitu sebanyak 37 orang atau 49,33%,

tingkat pendidikan tamat SLTP yaitu sebanyak 24 orang atau 32%, dan

tingkat pendidikan tamat SLTA yaitu sebanyak 9 orang atau 12%. Dari

keterangan diatas dapat diketahui bahwa persentase tingkat pendidikan yang

paling tinggi adalah tamatan SD yaitu sebesar 49,33%, dan diikuti oleh

tamatan SLTP sebesar 32%. Dengan komposisi tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa kategori tingkat pendidikan dari penduduk yang bekerja

pada sektor pertanian adalah rendah. Dengann demikian dapat diketahui

bahwa sebagian besar petani adalah berpendidikan rendah.

Page 83: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 69

4. Luas Lahan

Luas lahan merupakan jumlah keseluruhan lahan yang dimiliki petani

yang digunakan untuk pertanian, seperti untuk ditanami tanaman padi, jagung,

tanaman palawija, dll. Luas lahan yang dimiliki para petani sangatlah

berpengaruh terhadap hasil yang akan didapatkan untuk mencukupi kebutuhan

sehari-hari. Berikut disajikan tabel karakteristik responden yang bekerja pada

sektor pertanian menurut besarnya luas lahan yang dipakai untuk pertanian.

Tabel 4.9. Responden Yang Bekerja Pada Sektor Pertanian Menurut Luas Lahan

Luas Lahan (Ha) Frekuensi Persen

< 1 8 10,67

1 – 2 67 89,33

>2 - -

Jumlah 75 100,00

Sumber : Data Primer, 2012

Dari tabel 4.9 dapat diketahui bahwa sebagian besar petani mempunyai

luas lahan untuk perrtanian antara 1 sampai 2 hektar (Ha) yaitu sebanyak 67

Ha atau 89,33%. Persentase ini merupakan porsi besar terbesar dari luas lahan

yang dipakai oleh petani. Secara berurutan persentase di bawahnya adalah

petani yang mamiliki luas lahan lkurang dari 1 hektar (Ha). Sedangkan petani

yang ada di wilayah Kecamatan Mondokan tidak ada satu pun yang

mempunyai luas lahan lebih dari 2 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa

perekonomian di wilayah tersebut sangatlah kurang dari yang seharusnya.

Page 84: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 70

5. Modal Untuk proses Penanaman

Penggunaan modal usaha, dalam hal ini untuk proses penanaman sangat

mempengaruhi besar kecilnya hasil yang diperoleh. Modal yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah jumlah uang yang dikeluarkan oleh petani untuk

tahap pertama dalam proses penanaman, baik untuk biaya pembelian benih

maupun untuk membayar keperluan lainnya (biaya pekerja, dll).

Berikut disajikan tabel karakteristik responden yang bekerja pada sektor

pertanian menurut besarnya modal yang dipakai berdasarkan jenis usaha.

Tabel 4.10. Responden Yang Bekerja Pada Sektor Pertanian menurut Modal

Usaha di Kecamatan Mondokan

Besarnya Modal Usaha (Rp. 000) Frekuensi Persen

< 1.000 2 2,67

1.000 - 2.000 67 89,33

>2.000 6 8,00

Jumlah 75 100,00

Sumber : Data Primer. 2012

Dari tabel 4.10 tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar petani

menggunakan modal antara Rp. 1.000.000,- sampai dengan Rp. 2.000.000,-

yaitu sebanyak 67 orang atau 89,33%. Persentase ini merupakan porsi terbesar

dari modal usaha yang dipakai oleh petani. Secara berurutan persentase di

bawahnya adalah petani yang menggunakan modal kurang dari Rp.

1.000.000,- yaitu 2 orang atau 2,67%. Sedangkan yang terakhir adalah petani

yang menggunakan modal lebih dari Rp. 2.000.000,- yaitu sebanyak 6 orang

atau 8%. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan luas lahan

Page 85: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 71

sehingga menyebabkan adanya perbedaan modal yang digunakan selama

proses penanaman.

6. Jumlah Anggota Keluarga Yang Membantu Pekerjaan

Jumlah usaha pada sektor pertanian yang ada di wilayah Kecamatan

Mondokan cukup bervariasi, ada sebagian yang sedikit memerlukan tenaga

tambahan, ada juga yang tidak memerlukan tenaga tambahan. Biasanya

pekerjaan tambahan diperlukan pada saat awal penanaman dan sewaktu akan

panen. Tenaga tambahan yang dimaksud adalah anggota keluarga sendiri

ataupun tenaga orang lain apabila membutuhkan sehingga harus

mengeluarkan biaya tambahan untuk upah pekerja. Besar kecilnya anggota

keluarga rumah tangga yang membantu diharapkan akan berpengaruh

terhadap besar kecilnya pendapatan rumah tangga.

Tabel 4.11. Jumlah Anggota Yang Membantu Pekerjaan

Jumlah Anggota Keluarga yang

membantu Frekuensi Persen

< 3 26 34,67

3 – 5 49 65,33

>5 - -

Jumlah 75 100,00

Sumber : Data primer, 2012

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa semua jenis usaha pertanian

membutuhkan tenaga tambahan. Jumlah tenaga tambahan yang paling

dominan adalah antara 3 sampai 5 orang yaitu sebanyak 49 orang atau

65,33%, dan jumlah anggota keluarga yang membantu lebih kecil dari 3

adalah sebanyak 26 orang atau 34,67%.

Page 86: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 72

Hal tersebut dapat terjadi karena kebanyakan usaha pertanian di wilayah

Kecamatan Mondokan tergolong pekerjaan yang pokok dan sebagian besar

hasilnya tidak sebanding dengan modal yang dikeluarkan. Sehingga tidak

terlalu menggunakan banyak tenaga kerja dan umumnya mereka dapat

kerjakan sendiri, supaya biaya yang dikeluarkan tidak terlalu banyak.

4.3 Analisi Regresi

Berdasarkan hasil survei yang diperoleh dari responden petani yang ada di

Kecamatan Mondokan, Sragen selanjutnya akan dilakukan analisis regresi untuk

mengetahui pengaruh variabel bebas (independent variabel) dengan variabel

terikatnya (dependen variabel). Analisis yang digunakan adalah model regresi

berganda dalam bentuk linear.

4.3.1 Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi Klasik digunakan untuk mengetahui hasil estimasi regresi

dari adanya gejala heteroskedastisitas, gejala multikolinearitas dan gejala

autokorelasi. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah Uji Multikolinearitas

dan Uji Heteroskedastisitas.

1. Multikoliniearitas

Salah satu asumsi model regresi linear klasik adalah bahwa tidak

terdapat masalah multikolinearitas diantara variabel yang menjelaskan

yang termasuk dalam model regresi. Jika dalam model terdapat

multikolinearitas, maka model tersebut memiliki standar yang besar,

sehingga koefisien tidak dapat ditaksir dengan ketepatan tinggi. Cara

Page 87: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 73

meneliti ada tidaknya multikolinearitas dalam penelitian ini

menggunakan perhitungan regresi pelengkap (auxiliary regressions).

)1/(),,,,1(

)2/(,,,,

543212

543212

+---

=knxxxxxR

kxxxxxRFi

..............................(4.1)

98.258)1675/()5195.0(

)26/(4805.0=

+--

=Fi

Jika Fhitung > Fi, maka terdapat hubungan kolinear antara masing-

masing variabel bebas (Xi….Xk). Jika Fhitung < Fi, maka Xi tidak kolinear

dengan X lainnya, demikian juga terhadap X2 , X3, X4, dan X5. Oleh

karena Fhitung < Fi , maka Xi tidak kolinear dengan X

lainnya demikian juga terhadap X2 , X3, X4, dan X5, sehingga kelima

variabel tersebut dapat dipertahankan dalam model regresi.

2. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam fungsi

regresi yang mempunyai varian yang tidak sama sehingga penaksir OLS

tidak efisien, baik dalam sampel kecil maupun sampel besar. Pengujian

heteroskedastisitas dalam penelitian ini akan menggunakan uji, yaitu

dengan meregresi nilai residual (et) yang dikudratkan dengan variable

bebas. Jika regresi menghasilkan probabilitas Heteroskedastisitas terjadi

jika muncul dalam fungsi regresi yang mempunyai varian yang tidak

sama sehingga penaksir OLS tidak efisien baik dalam sampel kecil

maupun besar (tetapi masih tetap bias dan konsisten). Salah satu cara

untuk mendeteksi Heteroskedastisitas adalah dengan uji Harvey.

Page 88: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 74

Dengan kriteria pengujian:

1. Apabila nilai X² hitung (nilai obs* R Squared) > nilai X² tabel dengan

deraja

tidak lolos uji heteroskedastisitas.

2. Apabila nilai X² hitung (nilai obs* R Squared) < nilai X² tabel dengan

lolos uji heteroskedastisitas.

Tabel 4.12 Hasil Harvey untuk Menguji Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: Harvey

F-statistic 0.907862 Prob. F(6,67) 0.4947 Obs*R-squared 5.563925 Prob. Chi-Square(6) 0.4738 Scaled explained SS 6.949086 Prob. Chi-Square(6) 0.3256

Sumber : olah data, eviews 6.0

Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas yang telah dilakukan,

diketahui bahwa X² hitung (obs* R squared) = 5.56 sedangkan X² tabel

= 5.99. Disimpulkan bahwa X² hitung < X² tabel atau 5.56 < 5.99. Jadi

model tersebut dinyatakan lolos uji heteroskedastisitas.

4.3.2 Uji Statistika (Uji Hipotesis)

Pengujian hipotesis merupakan uji di mana untuk mengetahui

tingkat signifikansi antara variable bebas : pendapatan, modal, luas lahan,

umur, pendidikan dan jumlah keluarga dengan variable terikat :

willingness to pay (WTP).

Page 89: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 75

Tabel 4.13 Hasil Analisis regresi

Nama Variabel Notasi Koefisien Regresi

Standar Error

Statistik t Signifikan

Konstanta Pendapatan Modal Luas lahan Umur Pendidikan Jumlah Keluarga

C Ln(INC)

Ln(MODAL) Ln(LAHAN)

(AGE) (EDC)

(FAMILY)

1.288466 0.788166 0.506222 -0.297820 -0.018517 -0.137323 0.188359

2.316205 0.117425 0.180130 0.124454 0.031204 0.125718 0.230411

0.556283 6.712096 2.810317 -2.393010 -0.593410 -1.092308 0.817490

0.5799 0.0000* 0.0065* 0.0195* 0.5549 0.2786 0.4165

F hitung F sign R2 Adj R2

10.33158 0.00000 0.480578 0.434062

Keterangan: *) signifikan pada level 5 persen

Sumber: olah data Eviews 6.0

1. Uji t (t -t est )

Uji t adalah uji secara individual semua koefisien regresi yang

bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari masing-masing

variabel independen terhadap variabe dependennya. Hasil pengujian

dengan uji statisik t adalah sebagai berikut: Pengaruh variabel

independen terhadap WTP dengan Pengujian secara individual dari

koefisien regresi masing masing variabel bebas dengan menggunakan

model least square (OLS). Penelitian ini menggunakan tingkat

signifikansi 5% yang berarti tingkat keyakinanya adalah 95%. Kreteria

pengujian uji t adalah membandingkan nilai dari thitung dengan ttabel.

Selain itu dilihat juga tingkat nilai t-probabilitas di mana jika nilai t-

probabilitas lebih kecil dari 0,05 atau tingkat signifikansi 5% maka

koefisien regresi tersebut mempunyai pengaruh signifikan terhadap

variable terikat, begitu juga sebaliknya. Berikut merupakan hasil

Page 90: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 76

pengujiaan parameter individual variable dengan tingkat singnifikansi

5% yaitu:

a. Pendapatan (INC)

Nilai koefisien dari variabel INC mempunyai nilai thitung<ttabel

|6.712096|>|1.667239| dengan nilai probabilitas 0.000<0,05 artinya

variabel INC secara individu berpengaruh positif (+) terhadap

variabel dependen WTP pada tingkat signifikansi 5%. Dapat

dikatakan, INC (Pendapatan) berpengaruh terhadap WTP

(willingness to pay).

b. Modal

Nilai koefisien dari variabel modal mempunyai nilai thitung<ttabel

|2.810317|>|1.667239| dengan nilai probabilitas 0.0000<0,05 artinya

variabel Modal secara individu berpengaruh (+) terhadap variabel

dependen WTP pada tingkat signifikansi 5%. Dapat dikatakan,

Modal berpengaruh terhadap WTP (willingness to pay).

c. Luas Lahan (Area)

Nilai koefisien dari variabel Area mempunyai nilai thitung<ttabel

|2.393010|>|1.667239| dengan nilai probabilitas 0.0012<0,05 artinya

variabel Area secara individu berpengaruh (+) terhadap variabel

dependen WTP pada tingkat signifikansi 5%. Dengan dikatakan,

Area berpengaruh terhadap WTP (willingness to pay).

Page 91: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 77

d. Umur (AGE)

Nilai koefisien dari variabel AGE mempunyai nilai thitung<ttabel

|0.593410|<|1.667239| dengan nilai probabilitas 0.8470>0,05 artinya

variabel AGE secara individu berpengaruh (-) terhadap variabel

dependen WTP pada tingkat signifikansi 5%. Dapat dikatakan,

AGE tidak berpengaruh terhadap WTP (willingness to pay).

e. Pendidikan (EDC)

Nilai koefisien dari variabel EDC mempunyai nilai thitung<ttabel

|1.092308|<|1.667239| dengan probabilitas 0.5411>0,05 artinya

variabel EDC secara individu berpengaruh (-) terhadap variabel

dependen WTP pada tingkat signifikansi 5%. Dapat dikatakan,

Pendidikan (EDC) tidak berpengaruh terhadap WTP (willingness to

pay).

f. Jumlah Keluarga (Family)

Nilai koefisien dari variabel Family mempunyai nilai

thitung<ttabel |0.817490|<|1.667239| dengan probabilitas 0.5411>0,05

artinya variabel Family secara individu berpengaruh (-) terhadap

variabel dependen WTP pada tingkat signifikansi 5%. Dapat

dikatakan, Jumlah Keluarga (Family) tidak berpengaruh terhadap

WTP (willingness to pay).

2. Uji F (F-test)

Uji F adalah uji untuk mengetahui besarnya pengaruh yang

terjadi pada variabel-variabel independen secara bersama-sama dan

Page 92: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 78

seberapa besarnya mempengaruhi variabel dependen. Besarnya nilai

probabilitas (F-statistik) dalam model persamaan tersebut adalah

0.000000 maka dapat dikatakan bahwa secara statistik semua koefisien

regresi tersebut signifikansi pada tingkat signifikansi 5%. Hal ini

berarti bahwa variabel independen mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap variabel dependen.

3. Koefisien Determinasi

Uji determinasi untuk mengetahui berapa persen variasi

perubahan variabel independen dapat menjelaskan variasi perubahan

variabel dependen. Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa

nilai R 2 adalah 0.480578 hal ini berarti bahwa sekitar 48% variabel

WTP dapat dijelaskan oleh variabel pendapatan, modal, luas lahan,

umur, pendidikan, keluarga. Sedangkan sisanya lainnya dijelaskan

oleh variabel lain di luar model.

4.3.3 Interpretasi Data

Pengaruh dari masing-masing variabel pendapatan, modal, luas

lahan, umur, pendidikan, keluarga terhadap tingkat WTP Kecamatan

Mondokan, Sragen.

1. Pengaruh Pendapatan (INC) terhadap WTP

Nilai koefisien regresi variabel pendapatan adalah sebesar 0.788166

dengan probabilitas sebesar 0.0000 sehingga variabel pendapatan pada

responden mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan

untuk membayar melakukan tindakan mitigasi. Sama halnya dengan

Page 93: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 79

penelitian Cho dan Kim (2004) yang berjudul The Cost Benefit

Analysis of The Improvement of Watet Quality of The Paldang

Reservoir in Korea. Hasil dari penelitian ini dimana variabel jenis

kelamin, umur, pendapatan, dan pembelian air menunjukkan hasil yang

signifikan terhadap WTP.

Dalam penelitian ini, semakin tinggi pendapatan yang diperoleh belum

tentu digunakan untuk melakukan tindakan mitigasi. Hal ini

dikarenakan adanya kekhawatiran responden terhadap program

relokasi yang dicanangkan oleh pemerintah. Kemudian ditambah

dengan tingkat pendapatan responden yang dapat dilihat di tabel

dimana rata-rata pendapatan berada diantara 500rb--1jt per bulan.

Sebanyak 47 orang dari total responden 75. Hasil tersebut menunjukan

bahwa rata-rata pendapatan penduduk di daerah rawa kekeringan

adalah masyarakat tidak mampu atau kalangan bawah..

2. Pengaruh Modal Terhadap WTP

Nilai koefisien regresi variabel modal adalah sebesar 0.506222

dengan nilai probabilitas sebesar 0.0065 sehingga variabel modal

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan untuk

membayar tindakan mitigasi. Dalam penelitian ini, semakin tinggi

modal yang dikeluarkan belum tentu digunakan untuk melakukan

tindakan mitigasi. Hal ini dikarenakan adanya kekhawatiran

responden terhadap seberapa banyak modal yang dikeluarkan unuk

proses pengolahan lahan pertanian. Kemudian ditambah dengan

Page 94: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 80

tingkat modal responden yang dapat dilihat di tabel dimana rata-rata

modal berada diantara 1jt-2jt. Sebanyak 67 orang dari total responden

75. Hasil tersebut menunjukan bahwa rata-rata modal yang

dikeluarkan penduduk di daerah rawa kekeringan adalah masyarakat

kalangan bawah.

3. Pengaruh Luas Lahan Terhadap WTP

Nilai koefisien regresi variabel luas lahan adalah sebesar -0.297820

dengan nilai probabilitas sebesar 0.0195 sehingga variabel luas lahan

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan untuk

membayar tindakan mitigasi. Dalam penelitian ini, semakin

bertambah luas lahan pertanian yang dimiliki maka diharapkan

semakin mempunyai keinginan untuk melakukan mitigasi.

4. Pengaruh Umur Terhadap WTP

Nilai koefisien regresi variabel umur adalah sebesar -0.018517

dengan nilai probabilitas sebesar 0.5549 sehingga variabel umur tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan untuk

membayar melakukan tindakan mitigasi. Sama halnya dengan

penelitian Yapin (2003) menyebutkan bahwa umur dan jenis kelamin

tampaknya tidak memiliki banyak dampak pada kontingen penilaian

atau tidak signifikan. Sedangkan dgn Cho dan Kim (2004), penelitian

ini menggunakan metoden analisis CVM. Hasil dari penelitian ini

dimana variabel jenis kelamin, umur, pendapatan, dan pembelian air

meunjukkan hasil yg signifikan thp WTP. Sehinnga semakin tua usia

Page 95: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 81

responden diharapkan semakin mempunyai keinginan melakukan

tindakan mitigasi.

5. Pengaruh Pendidikan Terhadap WTP

Variabel pendidikan mempunyai pengaruh yang tidak signifikan

terhadap kemampuan untuk membayar. Nilai koefisien regresi

variabel pendidikan adalah sebesar -0.137323 dengan nilai

probabilitas sebesar 0.2786. Sehingga tingkat pendidikan responden

tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan

untuk membayar melakukan tindakan mitigasi. Hal yang berbeda

dipaparkan oleh Yapin (2003), dimana penelitiannya menyebutkan

bahwa responden sebenarnya tergantung pada pendapatan,

pendidikan, dan penghakiman responden terhadap kualitas air danau

yang artinya pendapatan, pendidikan, dan penghakiman responden

berpengaruh positif terhadap kemampuan untuk membayar. Sehingga

tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir responden

terhadap tindakan mitigasi. Semakin tinggi timgkat pendidikan

diharapkan pola pikir responden semakin rasional.

6. Jumlah Keluarga

Nilai koefisien regresi variabel jumlah anggota keluarga adalah

sebesar 0.188359 dengan nilai probabilitas sebesar 0.4165 sehingga

variabel jumlah anggota keluarga tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap kemampuan untuk membayar tindakan mitigasi.

Jumlah anggota keluarga tidak signifikan karena, semakin banyak

Page 96: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 82

anggota keluarga maka kemampuan untuk membayar berkurang

bahkan tidak ada, sedangkan mayoritas responden berada dikalangan

menengah ke bawah dengan tuntutan biaya hidup yang tinggi

sehingga tidak melakukan tindakan mitigasi.

Page 97: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 83

BAB V

PENUTUP

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan dari tujuan penelitian maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Latar belakang sosial ekonomi dan geografi penduduk yang bergerak pada

sektor pertanian di wilayah Kecamatan Mondokan relatif merata.

Pendapatan dengan proporsi terbesar pada tingkat pendapatan antara

Rp.500.000,- sampai dengan Rp.1.000.000,-. Tingkat pendidikan terbesar

adalah tamatan SD, dan diikuti oleh tamatan SLTP. Modal usaha yang

terbesar adalah mereka yang menggunakan modal Rp.1.000.000,- sampai

Rp.2.000.000,-. Luas lahan yang mendominasi adalah antara 1 sampai 2

Ha. Adapun jumlah keluarga yang ikut membantu dalam pekerjaan

pertanian dengan proporsi terbesar yaitu pada jumlah antara 3 hingga 5

orang.

2. Bentuk fungsi model empirik yang paling baik dalam penelitian ini adalah

bentuk doubel log. Hasil analisis regresi menggunakan metode Ordinary

Least Squares (OLS). Variable pendapatan (INC), Variabel Modal dan

Variabel Luas Lahan (Area), berpengaruh secara signifikan 5% terhadap

tingkat WTP. Pada persamaan : Tingkat WTP (dWTP)= 1.288466 +

0.788166 Pendapatan (dINC) + 0.506222 Modal (dModal) - 0.297820 Luas

Lahan (Area) – 0.018517 Umur (Age) - 0.137323 Pendidikan (EDC) +

0.188359 Jumlah Keluarga (Family). Sehingga dapat dikatakan bahwa

Page 98: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 84

faktor-faktor fisik yang mempengaruhi WTP adalah pendapatan, modal,

luas lahan dikarenakan variabel tersebut hasilnya signifikan pada tingkat

signifikan 5% dan berpengaruh pada WTP.

7.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, maka penulis dapat

memberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Perlu dibangun embung yang dapat digunakan untuk penyimpanan air hujan

dan aliran permukaan. Embung sebaiknya dibuat pada suatu cekungan di dalam

daerah aliran sungai (DAS) mikro. Selama musim hujan, embung akan terisi oleh air

aliran permukaan dan rembesan air di dalam lapisan tanah yang berasal dari

tampungan mikro di bagian atas/hulunya. Serta pengolahan lahan pertanian

dengan cara teraseringisasi tanah pertanian, baik yang berupa kebun, tegal,

maupun sawah.

2. Masyarakat seharusnya melakukan pola pemanfaatan air dalam pemenuhan

kebutuhan rumahtangga dengan cara membangun bak Penampungan Air

Hujan (PAH) lebih dari satu bagi mereka yang mempunyai dana lebih dan

memiliki pekarangan yang luas disekitar rumahnya.

3. Untuk meningkatkan pendapatan para petani, sebaiknya masyarakat di

Kecamatan Mondokan bisa membuka lapangan pekerjaan dengan berdagang

atau bekerja di sektor non-pertanian (industri, perdagangan, dan bangunan)

jika musim kemarau tiba. Untuk mendapatkan tambahan modal apabila

modal yang dimiliki dalam jumlah kecil, BKK daerah Kecamatan Mondokan

Page 99: VALUASI EKONOMI MITIGASI DAMPAK BENCANA KEKERINGAN …/Valuasi... · 2.1.7 Mitigasi Bencana Kekeringan ... pembangunan di seluruh dunia sedikit banyak ikut andil dalam penciptaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 85

dapat memberikan solusi dengan memberikan kredit usaha dengan bunga

kecil sehingga mereka mampu meningkatkan usahanya.

4. Masyarakat seharusnya melakukan penanaman jenis tanaman yang mampu

hidup dan berproduksi seperti tanaman palawija, meskipun pada saat

kemarau panjang sehingga saat terjadi kekeringan warga masyarakat tetap

dapat memanfaatkan lahan pertaniannya.