16
VEGETASI POHON/HUTAN; ALTERNATIF LANGKAH PENINGKATAN POTENSIAL PENYIMPANAN KARBON, DALAM RANGKA MITIGASI CO 2 ATMOSFIR Oleh : Gusmailina I. PENDAHULUAN Berdasarkan inventarisasi gas-gas rumah kaca (GRK) di Indonesia yang dilakukan pada tahun 1994, menunjukkan bahwa emisi total CO 2 adalah 748,607 Gg (Giga gram), CH 4 sebanyak 6,409 Gg, N 2 O sekitar 61 Gg, NOX sebanyak 928 Gg dan CO sebanyak 11,966 Gg. Sementara penyerapan CO 2 pada tahun yang sama oleh hutan sebanyak 364,726 Gg, untuk tahun 1994 tingkat emisi CO 2 di Indonesia sudah lebih tinggi dari tingkat penyerapannya. Indonesia sudah menjadi net emitter, sekitar 383,881 Gg pada tahun 1994. Peningkatan simpanan karbon (carbon store) di dalam tanah, tanaman maupun produksi tanaman mempunyai efek menguntungkan terhadap lingkungan dan pertanian. Lahan tanaman budidaya, padang gembalaan dan hutan dapat dikelola baik untuk aspek produksi maupun penyimpanan karbon. Pendekatan pengelolaan lahan tersebut dapat dicapai dengan penerapan pengelolaan lahan yang salah satunya adalah, pengelolaan unsur hara yang efisien. Sehingga pertumbuhan tanaman pohon sebagai sumber rosot dapat dipacu. Akan tetapi upaya-upaya penurunan emisi GRK tidak berarti apabila pemerintah berencana menandatangani investasi membangun pembangkit listrik sebesar 10.000 MW berbahan bakar batubara. Untuk tiap MWh listrik yang 1

VEGETASI POHON

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: VEGETASI POHON

VEGETASI POHON/HUTAN; ALTERNATIFLANGKAH PENINGKATAN POTENSIAL PENYIMPANAN KARBON,

DALAM RANGKA MITIGASI CO2 ATMOSFIR

Oleh : Gusmailina

I. PENDAHULUAN

Berdasarkan inventarisasi gas-gas rumah kaca (GRK) di Indonesia yang dilakukan

pada tahun 1994, menunjukkan bahwa emisi total CO2 adalah 748,607 Gg (Giga gram), CH4

sebanyak 6,409 Gg, N2O sekitar 61 Gg, NOX sebanyak 928 Gg dan CO sebanyak 11,966 Gg.

Sementara penyerapan CO2 pada tahun yang sama oleh hutan sebanyak 364,726 Gg, untuk

tahun 1994 tingkat emisi CO2 di Indonesia sudah lebih tinggi dari tingkat penyerapannya.

Indonesia sudah menjadi net emitter, sekitar 383,881 Gg pada tahun 1994. Peningkatan

simpanan karbon (carbon store) di dalam tanah, tanaman maupun produksi tanaman

mempunyai efek menguntungkan terhadap lingkungan dan pertanian. Lahan tanaman

budidaya, padang gembalaan dan hutan dapat dikelola baik untuk aspek produksi maupun

penyimpanan karbon. Pendekatan pengelolaan lahan tersebut dapat dicapai dengan penerapan

pengelolaan lahan yang salah satunya adalah, pengelolaan unsur hara yang efisien. Sehingga

pertumbuhan tanaman pohon sebagai sumber rosot dapat dipacu. Akan tetapi upaya-upaya

penurunan emisi GRK tidak berarti apabila pemerintah berencana menandatangani investasi

membangun pembangkit listrik sebesar 10.000 MW berbahan bakar batubara. Untuk tiap MWh

listrik yang dihasilkan, pembangkit batubara dapat menghasilkan 934kg CO2, maka total emisi

CO2 yang dihasilkan tidak kurang dari 21 juta ton setiap tahunnya. Total proyeksi emisi CO2

Indonesia dari berbagai sektor untuk tahun 2005 sebesar 245,89 juta ton. Pilihan untuk

pembangunan pembangkit listrik dengan bahan bakar yang murah perlu ditinjau kembali,

karena pertimbangan lingkungan perlu mendapat porsi yang seimbang dengan ekonomi dalam

rencana pembangunan (Salim, 2006).

Pada awal dua dasawarsa terakhir, manusia berada dalam suatu krisis global yang

serius, yaitu suatu krisis kompleks dan multi dimensional. Krisis ini menyentuh setiap segi

aspek lingkungan, terutama segi kehidupan seperti, kesehatan, mata pencaharian, energi,

kualitas lingkungan, hubungan sosial, ekonomi, teknologi, dan politik. Krisis ini merupakan

krisis multi dimensi intelektual, moral serta spiritual, yang sebelumnya tidak pernah terjadi.

1

Page 2: VEGETASI POHON

Krisis lingkungan antara lain: kegiatan pencemaran dan perusakan

lingkungan akibat ulah dan perbuatan manusia. Namun kepedulian untuk

menjaga kelestarian lingkungan masih sedikit sekali dilakukan oleh manusia sekarang ini.

Kebanyakan perusahaan berlomba-lomba mencari laba yang setinggi-tingginya tanpa

menghiraukan dampak sosial yang terjadi pada lingkungan. Hal tersebut merupakan tindakan

yang harus dibayar mahal oleh generasi sekarang dan generasi yang akan datang.

Tulisan ini menyajikan beberapa aspek tentang kerusakan lingkungan akibat manusia,

serta langkah solusi untuk meminimalisasi dampak serta menjaga kelestarian pohon, hutan,

atau vegetasi guna menciptakan lingkungan yang bersih, indah, sehat serta sekaligus

mendukung program Kyoto Protocol. Berdasarkan Kyoto Protokol, negara-negara maju yang

meratifikasi perjanjian (termasuk Indonesia) wajib menurunkan emisi gas rumah kaca mereka.

Setiap negara memiliki kewajiban yang berbeda, dengan total penurunan sebesar 5,2%

dibandingkan tingkat emisi tahun 1990. Menurut Pejabat Kepala UNFCCC, Richard Kinley,

negara-negara tersebut sudah melakukan tindak-tindakan yang sesuai untuk menurunkan emisi

hingga setidaknya 3,5% dalam periode komitmen pertama, yaitu tahun 2008-2012 dengan

bantuan mekanisme berbasis pasar yang tersedia dalam Kyoto Protokol target penurunan emisi

akan tercapai. Mekanisme penurunan gas rumah kaca yang tersedia dalam Kyoto Protokol

adalah Joint Implementation, Emission Trading, serta Clean Development Mechanism/CDM

(atau Mekanisme Pembangunan Bersih/MPB). CDM merupakan satu-satunya mekanisme

yang memungkinkan kerjasama antara negara maju dengan negara berkembang. Indonesia

juga telah telah melakukan beberapa tindakan yang mendukung berjalannya Protokol Kyoto.

Pada Juli 2005 Komnas Mekanisme Pembangunan Bersih (Komnas MPB) resmi dibentuk.

Komisi ini memiliki otoritas menyetujui proyek-proyek MPB di Indonesia. Apabila telah

disetujui, proyek-proyek tersebut dapat didaftarkan kepada CDM Executive Board di tingkat

internasional. Saat ini lima proyek telah mendapat persetujuan Komnas MPB, sementara satu

proyek lain sedang dikaji (Anonimus, 2006).

A. Tragedi Lingkungan Dunia

Musibah kebocoran instalasi nuklir Chernobyl, memiliki dampak sangat luas. Hingga

kini kasus Chernobyl masih menghantui masyarakat dunia terhadap nuklir karena berdampak

pada daerah sekitarnya. Bocornya pabrik kimia di Bophal, India, juga menjadi tragedi

2

Page 3: VEGETASI POHON

mengejutkan dunia, karena telah menyebabkan kematian ribuan penduduk (+2000 orang)

akibat pelepasan senyawa kimia beracun, methyl isocyanate. Penduduk yang tinggal di sekitar

pabrik yang menjadi korban, sekalipun belum pernah merasakan manfaat dari kehadiran pabrik

kimia tersebut.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 70 % penduduk perkotaan

di dunia sesekali menghirup udara tidak sehat, 10 % menghirup udara yang bersifat marjinal,

sisanya menghirup udara dengan kadar udara beracun. Beberapa peneliti di Universitas

Harvard, menunjukkan bahwa kematian akibat pencemaran udara di USA berkisar antara

50.000 dan 100.000 per tahun, padahal tingkat pencemaran udaranya cenderung lebih rendah

daripada kota-kota di negara berkembang. Umumnya pencemaran udara lebih mempengaruhi

anak-anak dari pada orang dewasa. Studi telah membuktikan bahwa anak-anak yang tinggal di

kota dengan tingkat pencemaran udara yang lebih tinggi, memiliki paru-paru lebih kecil.

Pada 1980, akibat pencemaran udara di kota industri Cubatao, Brasilia, 40 dari setiap 1000

bayi yang lahir meninggal saat dilahirkan, 40 yang lain kebanyakan cacat, dan meninggal pada

minggu pertama. Pada tahun yang sama, 10.000 dari 80.000 jumlah penduduk, mengalami

kasus medis darurat yang meliputi TBC, pneumonia, bronkitis, emphysema, asma, dan

penyakit-penyakit pernapasan lain. Demikian juga di kota metropolitan Athena, Yunani,

tingkat kematian melonjak 500 persen, akibat pencemaran udara. Bahkan di daerah-daerah

yang jauh dari fasilitas industri, pencemaran udara juga dapat menyebabkan kerusakan.

Di daerah-daerah hutan tropis di Afrika, para ilmuwan melaporkan adanya tingkat

hujan asam dan kabut asap yang sama tingginya dengan di Eropa Tengah, akibat pembakaran

rutin padang rumput. Hal ini juga sering menimpa Indonesia, dengan penyebab yang sama

yaitu kebakaran hutan dan gambut yang hampir setiap tahun terjadi pada musim kemarau,

sehingga mengakibatkan udara makin panas, pandangan jadi terhalang, serta mewabahnya

penyakit akibat gangguan pernafasan. Kasus PT Inti Indo Rayon Utama di Porsea, Sumatera

Utara, bahan buangan yang mencemari lingkungan sekitarnya. Kasus lain di Jawa Timur yaitu

tercemarnya air susu ibu (ASI) oleh logam berat mercuri karena tercemarnya pantai Kenjeran

yang membuat 80 persen siswa SD di kawasan itu lamban menerima pelajaran. Hal ini

menunjukkan masih rendahnya kepedulian pengusaha untuk turut serta mengelola lingkungan

dengan benar. Menurut Emil Salim, bahwa ada lima perbedaan perubahan lingkungan masa

lalu dengan masa kini yakni:

3

Page 4: VEGETASI POHON

1. Perubahan lingkungan masa lampau berjalan dengan sangat lamban, sehingga kehidupan di

bumi dapat menyesuaikan diri dengan evolusi perubahan ini. Sedangkan perubahan saat ini

terjadi sebaliknya.

2. Kerusakan lingkungan akhir-ahir ini bersifat global, melewati batas-batas negara. Banyak

kasus yang dapat dijadikan contoh untuk hal ini. Pencemaran udara oleh Amerika Serikat

mengakibatkan turunnya hujan asam di Kanada. Pencemaran industri di Jerman

menyebabkan hujan asam di Skandinavia, begitu pula kebakaran hutan di Indonesia

mencemari negara-negara Asean lainnya.

3. Kerusakan lingkungan masa kini telah menjangkau batas-batas generasi dan merugikan

generasi mendatang. Misalnya penciutan sumber daya hayati yang terjadi saat ini jelas

akan mengurangi pemakaiannya oleh generasi yang akan datang.

4. Banyak kerusakan lingkungan sekarang ini bersifat irreversibel, tak dapat dipulihkan

kembali. Ini berlaku baik sumber daya alam yang dapat diperbaharui maupun yang tidak

dapat diperbaharui. Hal ini terjadi karena penggunaan yang melampaui ambang batas

pemba-haruan diri.

5. Masalah lingkungan tidak lagi terbatas dalam ekologi yang ditangani secara ilmiah belaka.

Artinya di masa lampau masalah lingkungan diperlakukan sebagai problematik ilmu dan

teknologi. Tetapi saat ini keadaan berubah, lingkungan telah menyusup masuk ke bidang

sosial ekonomi. Sehingga lahir ekonomi lingkungan juga akuntansi lingkungan.

B. Hujan Asam

Sumber utama pencemaran di kota-kota besar, berasal dari sektor transportasi yang

padat. Kendaraan bermotor di kota-kota besar memberikan kontribusi sekira 70% terhadap

pencemaran udara. Penyebab polusi lainnya ialah sektor industri sekira 15%, rumah tangga

10%, serta lainnya 5% (Budiwati, 2002). Umumnya yang terjadi di perkotaan, kemampuan

penambahan ruas jalan dengan laju pertambahan kendaraan bermotor sangat tidak seimbang.

Seperti di Jawa Barat, pertambahan ruas jalan per tahun rata-rata di bawah 0,5%, sedangkan

laju pertambahan kendaraan rata-rata mencapai 15%. Akibatnya, pada ruas-ruas jalan tertentu

sulit dihindari terjadinya kemacetan lalu lintas yang berpotensi terhadap pencemaran udara

kota yang ditimbulkan dari emisi gas buang kendaraan bermotor. Kondisi seperti ini yang

berdampak terhadap tingginya risiko hujan asam. Sampling yang dilakukan LAPAN di kota

4

Page 5: VEGETASI POHON

Bandung sepanjang tahun 2000-2001, menunjukkan bahwa kisaran pH antara 5,89, sampai

4,69. Kondisi seperti ini sudah menunjukkan bahwa wilayah kota Bandung sudah sangat

buruk dalam komposisi keasamaan air hujannya. Bahkan, sebagian daerah sudah dapat

dipastikan terkena hujan asam.

Ketika terjadi kebakaran hutan yang memuncak di daerah Sumatra Utara pada tahun

1997, BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) menyebutkan bahwa pH air hujan menurun

hingga di bawah 4, ini sudah dikategorikan sebagai hujan asam. Akibat dari turunnya hujan

asam maka bangunan dan batuan menjadi lebih mudah keropos, demikian pula besi menjadi

lebih mudah berkarat dan keropos. Hujan asam merusak struktur tanah dan tanaman sehingga

dapat menggagalkan panen. Hujan asam juga mencemari air tanah dangkal dan air permukaan

sehingga dapat mematikan biota air.

II. MENJAGA MEKANISME KESEIMBANGAN ALAM SEBAGAI UPAYA MINIMASI

Di alam terjadi proses hubungan timbal balik, saling ketergantungan antar komponen.

Materi yang dibuang akan menjadi bahan baku bagi yang lain, sehingga tidak ada komponen

yang hilang dengan percuma. Selain itu, di alam tidak ada yang gratis, oleh sebab itu semua

dinamika komponen pendukungnya berpengaruh pada lingkungan, termasuk hasil perbuatan

manusia. Oleh sebab itu jika kita ingin memperoleh lingkungan yang berkualitas baik, maka

kita juga harus memperlakukan lingkungan dengan baik. Salah satu cara adalah dengan peduli

terhadap keberadaan pohon. Kepada masyarakat perlu disosialisasikan manfaat keberadaan

pohon bagi kelangsungan hidup manusia.

A. Beberapa Manfaat Vegetasi Pohon

1. Menahan laju air sehingga akan lebih banyak air yang terserap ke dalam tanah. Menurut

penelitian, tegakan hutan yang berdaun jarum mampu membuat 60% air hujan terserap

tanah, bahkan tegakan hutan yang berdaun lebar mampu membuat 80% air hujan terserap

tanah. Dengan kemampuan ini akan meningkatkan cadangan air tanah. Saat ini, kawasan

Punclut yang merupakan kawasan resapan air bagi warga Bandung dan sekitarnya hanya

mampu meresapkan air 5 liter/dt. Jumlah ini terus mengecil seiring dengan meluasnya

permukaan tanah yang tertutup. Perlu diketahui, air tanah yang sekarang ini kita nikmati

sesungguhnya merupakan hasil resapan air hujan sekira 6.000 tahun lalu ketika areal

serapan air masih sangat luas. Selain itu, akar pohon akan menahan tanah yang terkikis

5

Page 6: VEGETASI POHON

agar tidak masuk ke aliran sungai/saluran air yang akan menimbulkan endapan.

Kemampuan inilah yang dapat mencegah terjadinya kekurangan air di musim kemarau dan

banjir di musim hujan (Adiningsih, 2002).

2. Menjaga kesuburan tanah. Saat hujan, butir-butir air hujan tidak langsung menimpa

permukaan tanah. Setelah ditahan oleh tajuk pohon selanjutnya ditahan oleh serasah yang

berupa daun dan ranting kering. Dengan demikian tidak mengelupaskan dan memercikkan

butir-butir lapisan tanah bagian atas, yang umumnya subur/tanah humus.

3. Memasok kebutuhan oksigen (O2). Melalui proses fotosintesis, tajuk pohon mengurangi

kadar CO2 (hasil aktivitas manusia, pabrik, kendaraan bermotor) di udara dan menghasilkan

O2 yang sangat diperlukan manusia. Menurut Mudjono (1977), setiap 1 hektare lahan hijau

dapat mengubah 3,7 ton CO2 menjadi 2 ton O2. Proses ini sangat penting sebab gas CO2

sangat beracun dan bila dalam jumlah yang berlebihan akan menimbulkan efek rumah

kaca.

4. Menyaring kotoran (debu jalanan, abu pabrik/rumah tangga). Dengan struktur tajuk dan

kerimbunan dedaunan, debu, dan abu dapat menempel pada daun, yang di saat hujan akan

tercuci oleh air hujan. Dari berbagai pengamatan yang dirangkum oleh Bianpoen (1977)

diketahui bahwa kumpulan pohon yang terdapat di sebidang tanah seluas 300x400 m2

mampu menurunkan konsentrasi debu di udara dari 7.000 partikel/liter menjadi 4.000

partikel/liter. Selain itu diketahui pula bahwa antara ujung-ujung suatu jalur hijau yang

memiliki panjang 5 km dengan lebar 2 km, terjadi penurunan konsentrasi debu dengan

perbandingan 50 : 3. Dengan tajuknya yang lebat, barisan pohon mampu mengurangi

kecepatan angin. Menurut Kitredge (1948), jalur hijau (shelterbelts) mampu mereduksi

20% dari kecepatan angin di tempat terbuka. Ini berarti dapat mengurangi kadar debu yang

beterbangan. Yang menurut hasil pengukuran kadar debu oleh Badan Meteorologi dan

Geofisika (R.P. Sudarno, 1984), sejak 1978 konsentrasi debu di semua kota mengalami

kenaikan.

5. Mereduksi beberapa zat pencemar udara. Selain CO2, peristiwa pembakaran (terutama yang

berbahan bakar minyak) juga menghasilkan limbah asap yang mengandung sulfur dioksida

(SO2). Di udara, SO2 ini akan bereaksi dengan uap air membentuk asam sulfat (H2SO4).

Bila bercampur air hujan akan menghasilkan hujan asam yang membahayakan kesehatan

kulit serta menimbulkan korosi. Dalam hal ini tajuk pohon berfungsi menahan air hujan

6

Page 7: VEGETASI POHON

tersebut, yang kemudian pada beberapa pohon yang mengeluarkan air gutasi, kandungan

asamnya dinetralkan.

6. Keenam, meningkatkan kenyamanan lingkungan. Pepohonan mampu membentuk

mikroklimat yang sejuk, mengurangi kebisingan, mencegah silaunya sinar matahari,

mengurangi bau busuk serta menyekat pemandangan yang kurang layak. Kegiatan

metabolisme evapotrenspirasi tumbuhan akan menyebabkan suhu di sekitar tajuk menjadi

lebih rendah dan kadar kelembapannya meningkat (Zoer'aini, 1988).

Manusia penting menyadari bahwa sebatang pohon sangat berarti dan banyak memberi

manfaat bagi kelangsungan dan kualitas hidup manusia. Oleh karenanya perlu sosialisasi

kembali dari sekarang secara bersama untuk berupaya menghutankan kembali hutan, serta

menghijaukan kembali kota. Masalah penghijauan bukan menjadi urusan pemerintah semata.

Masyarakat pun harus terlibat aktif. Seharusnya masyarakat jangan hanya mengeluh bila

kotanya menjadi gersang dan panas, tetapi juga ikut berbuat dan mendukung program dari

pemda setempat. Namun pemerintah juga mempunyai aturan yang tegas sehingga bagi perusak

lingkungan diberi sanksi. Pemerintah harusnya berani menegur para pengembang yang tidak

menyediakan sarana ruang terbuka hijau. Sesuai dengan peraturan ada, bahwa daerah

pemukiman harus menyediakan sedikitnya 20% dari lahan untuk RTH

B. Jalur Hijau / RTH (Ruang Terbuka Hijau)

Yang termasuk ruang terbuka hijau itu di antaranya taman kota, hutan kota, jalur hijau,

halaman rumah, perkantoran, dan pusat bisnis, serta kebun binatang. Ia berfungsi sebagai filter

udara dan daerah tangkapan air. Daun-daun pepohonan berfungsi menyerap polutan-polutan di

sekitarnya, serta melepaskan oksigen (O2) yang membuat udara di sekitarnya menjadi segar.

Ketika hujan turun, tanah dan akar-akar pepohonan akan mengikat air yang jatuh sehingga

menjadi cadangan air.

Kawasan hijau juga melepaskan anion (ion negatif) lebih besar ketimbang kawasan

tanpa pepohonan. Data menunjukkan, konsentrasi anion terbesar bisa ditemukan di hutan rimba

atau air terjun, yakni sebesar 50.000 ion per cc (sentimeter kubik) udara. Berikutnya di

pegunungan dan pantai 5.000 ion per cc, pinggiran kota dan tempat terbuka 700 – 1.500 ion per

cc, taman kota 400 – 600 ion per cc, jalur hijau di dalam kota 100 – 200 ion per cc, perumahan

dalam kota 40 – 50 ion per cc, dan yang terkecil di dalam ruang ber-AC yakni 0 – 25 ion per cc

7

Page 8: VEGETASI POHON

(Yudana, 2001). Anion memberi pengaruh baik bagi kesehatan sampai ada yang menyebutnya

sebagai vitamin udara. Manfaat lain, ion negatif dapat membunuh dan menghentikan aktivitas

bakteri; mengurangi penyakit pernapasan karena berfungsi mengaktifkan gerakan bulu getar

hidung, melebarkan saluran napas, menjaga peredaran darah normal, dan mengurangi

kecepatan pernapasan; menaikkan kemampuan menyerap dan memanfaatkan oksigen,

mengaktifkan pembaharuan sel dan meningkatkan fungsi pertahanan tubuh; serta

menghilangkan kelelahan. Yang terakhir ini karena anion akan menguraikan asam laktat

penyebab rasa lelah menjadi air dan ion laktat. Untuk kebutuhan menjaga kesehatan tubuh,

diperlukan 1.000 – 2.000 ion per cc. Artinya, kebutuhan tersebut akan terpenuhi bila kita

berada di pinggiran kota. Sebaliknya, secara fisiologis kita akan kekurangan anion bila

konsentrasinya cuma di bawah 50 ion per cc udara.

Soeriatmadja dalam Seminar Penghijauan Kota yang diselenggarakan oleh Paguyuban

Pelestarian Budaya Bandung dan Pikiran Rakyat menyatakan tahun 1961 kota Bandung yang

luasnya 8.098 Ha terdiri dari taman alam dan buatan seluas 3.431 Ha. Namun setelah 20 tahun

kemudian hanya tinggal 716 Ha saja (Suara Pembaruan, 29-1-1991). Perhitungan yang

dilakukan berdasarkan pendekatan kebutuhan oksigen berdasarkan Rumus Gerakis pada tahun

1988 di Kotamadya Bandung mestinya sudah harus tersedia penghijauan sebesar 5.093,61 Ha

(Ryanto, 1989 dalam Dephut).

Jumlah karbon yang diserap oleh pohon yang sedang dalam pertumbuhan tergantung

dari spesies, iklim dan tanah, serta umur pohon. Kecepatan penyerapan karbon sebatang pohon

lebih tinggi di awal pertumbuhan, dan akan menurun ketika pohon mencapai usia dewasa.

Oleh sebab itu sebuah hutan yang sedang dalam masa pertumbuhan akan menyerap 10 ton

karbon per hekatar per tahun (Foley, 1993). Sehingga bila diperkirakan untuk menyerap 10

persen dari emisi karbondioksida keatmosfir saat ini dibutuhkan areal penanaman hutan sekitar

700.000 km persegi.

Bahan bakar biomasa berasal dari kayu atau sisa-sisa tanaman pertanian yang ditanam.

Bahan ini dapat digunakan secara berkelanjutan, dengan jumlah yang digunakan setara dengan

jumlah yang ditanam. Jika hal ini dilakukan, tidak ada emisi karbon dioksida kaarena

tumbuhan yang ditanam menggunakan CO2 sebanyak yang dilepaskan ketika bahan dibakar.

Jika energi yang dihasilkan digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil, maka ada pula

penghematan CO2.

8

Page 9: VEGETASI POHON

C. Tumbuhan Penyerap Polutan Atau Tanaman Produktif

Mengahadapi minimnya ruang terbuka hijau, tentu saja pemerintah daerah harus

berupay mengembalikan fungsi taman yang telah berubah. Seperti pemda DKI dalam tahun-

tahun belakangan telah berhasil mengembalikan fungsi setidaknya 14 lokasi taman setiap

tahunnya. Kalau saja upaya itu dilakukan secara berkelanjutan dan konsisten, maka perlu

waktu sekitar 19 tahun agar 270 taman, yang telah berubah fungsi, kembali menjadi taman.

Keberhasilan berdirinya hutan kota di tengah Kota New York, yang dinamai Central

Park, mungkin bisa dijadikan contoh bahwa mengembalikan fungsi taman bukan hal yang

mustahil. Pendirian kawasan terbuka hijau ini berkat "ngotot" nya seorang arsitek lanskap

setempat dan telah berhasil meyakinkan Panitia Kota, yang menganggap taman tidaklah

menguntungkan secara ekonomis, melalui suatu kampanye besar-besaran. Lahan yang sudah

telanjur menjadi peruntukan lain pun berhasil dihutankan kembali meski harus dibeli dengan

nilai mahal. Upaya pemulihan fungsi RTH akan lebih bermakna bila program Pemda membuat

taman interaksi sosial di wilayah lingkungan permukiman yang padat.

PENUTUP

Meningkatnya emisi GRK hasil aktivitas manusia yang terus menerus, akan

meningkatkan bencana yang terkait dengan iklim. Untuk mengantisipasi dampak perubahan

iklim, diperlukan kajian untuk mengidentifikasi daerah dan sektor mana yang rentan terhadap

perubahan iklim kemudian menentukan strategi adaptasi yang paling sesuai. Adaptasi perlu

dimasukkan ke dalam agenda rencana pembangunan, terutama di bidang yang rentan dampak

perubahan iklim seperti pertanian, perikanan, kesehatan, kehutanan, dan sumberdaya air.

Kegiatan-kegiiatan rehabilitasi lahan kritis dengan cara reforestasi, melarang illegal logging,

penangkapan ikan dengan racun, serta hemat air, sebenarnya sudah termasuk adaptasi terhadap

perubahan iklim. Kegiatan-kegiatan ini sekarang menjadi semakin penting dengan adanya

ancaman perubahan iklim.

Pentingnya penataan perkotaan dalam rangka membangun cadangan oksigen, cadangan

air, sera penyaring debu dan polutan, tidak hanya pemerintah, tetapi warga masyarakat dituntut

peran aktifnya serta berkewajiban untuk menghijaukan ruang yang bisa dihijaukan, baik

9

Page 10: VEGETASI POHON

berupa taman, lapangan, kantor atau pertokoan, pabrik serta sarana-sarana umum lainnya.

Semoga ini tidak membuat kita kehabisan oksigen, dan sulit bernafas.

DAFTAR BACAAN

Anonimus, 2006. Satu Tahun Protokol Kyoto; Dunia secara perlahan mulai mengurangi emisi gas rumah kaca. Yayasan Pelangi Indonesia. Jakarta

Adiningsih N. U. 2002. Wacana gerakan sejuta pohon. Mari tanam pohon!. Pikiran Rakyat Media. Bandung.

Budiwati, Tuti. 2002. Akibat padatnya lalu lintas berpolusi tinggi, Bandung terancam hujan asam. Pikiran Rakyat Seri Makalah Hijau. Mutu Udara Kota. Bandung

Irwan, D. Zoer'aini, 1994. Peranan bentuk dan struktur hutan kota terhadap kualitas lingkungan kota: Studi Kasus Laokasi Pemukiman Kota Jakarta. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Irawan, 2001. Analisa Kemungkinan Penerapan Environmental Costing di Indonesia Lintasan Ekonomi Volume XVIII, Nomor 1, Jakarta.

Salim, N. 2006. Hari Bumi 2006: Solusi bagi perubahan iklim. Yayasan Pelangi Indonesia. Jakarta.

Yudana, I. G. A. 2001. Kembalikan sumber vitamin udara. Intisari Online www.indomedia.com/intisari/ Diakses Februari 2004.

 

10