Upload
nor-maisarah-mohamed-shukri
View
451
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
Visum et Repertum No. KS 26/VR/2003Halaman 1 dari 8
BAGIAN KEDOKTERAN FORENSIKFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN
Makassar, 27 Januari 2003
PRO JUSTITIA
Visum et Repertum No. KS 26/VR/2003
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dokter desi matias dari Bagian
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, menerangkan
bahwa berhubung dengan surat permintaan Visum et Repertum dari kepala kepolisian
Sektor Kota Tamalate , No. Pol. M/67/I/2003/Reskrim, tertanggal dua puluh tiga
januari dua ribu tiga yang ditandatangani oleh AKP Adhi nugroho NRP 567489,
maka saya pada tanggal dua puluh lima januari tahun dua ribu tiga, mulai jam
sembilan lewat lima puluh menit sampai jam tiga belas Waktu Indonesia Tengah di
Kamar Bedah Mayat Rumah Sakit Bhayangkara Mappaoddang Makassar, telah
melakukan bedah mayat laki-laki yang ditunjuk oleh polisi tersebut dimana mayat
tanpa segel ini merupakan satu-satunya mayat yang terdapat dalam kamar bedah
mayat tersebut…………………………….
Penunjukkan ini sesuai dengan permintaan Visum et Repertum dari polisi tersebut di
atas yang menerangkan bahwa mayat ini adalah :……………………………………
Nama : Belum jelas……………………………………………………………
Jenis Kelamin : Laki-laki………………………………………………………………
Umur : 35 tahun………………………………………………………………
Warga Negara : Indonesia…………………………………………………………….
Alamat : Belum jelas..…………………………………………………………
Pekerjaan : Belum jelas.………………………………………………………….
Korban tersebut diketemukan pada hari Rabu tanggal dua puluh dua januari tahun dua
ribu tiga jam sembilan lewat tiga puluh menit Waktu Indonesia Bagian Tengah dalam
1
Visum et Repertum No. KS 26/VR/2003Halaman 2 dari 8
sumur di jalan P. Kemerdekaan KM. 15/sekitar Perumahan DEPAG Makassar…….
……………………………….
Pada pemeriksaan kami dapatkan :
I. PEMERIKSAAN LUAR
1. Mayat laki-laki telah ada di atas mejah bedah mayat tertutup kantong plastik
mayat berwarna kuning dengan tulisan biru bertuliskan “Bantuan dari Yayasan
Stanley Nugroho”. Setelah dibuka mayat mengenakan kemaja lengan panjang
berwarna hijau polos bertuliskan “American Wear” pada kerahnya, celana
panjang jeans berwarna cokelat garis-garis, merk “Ivin”, pada kantong celana
kanan terdapat satu lembar uang dua puluh ribu rupiah, satu lembar uang
sepuluh ribu rupiah, lima lembar uang lima ribu rupiah, enam lembar uang
seribu rupiah dan tiga butir obat antimab, pada kantong celana kiri terdapat
satu botol kecil balsam cap kaki tiga, satu uang logam lima ratus rupiah, dan
dua uang logam seratus rupiah, dengan sarung kotak-kotak ungu……………
2. Rambut kepala hitam, lurus, sebagian sudah terlepas, terpanjang lima
sentimeter, alis mata berwarna hitam, tumbuh lebat dan mudah dicabut,
terpanjang satu sentimeter, bulu mata hitam sebagian sudah terlepas, mudah
dicabut, terpanjang nol koma dua sentimeter, kumis hitam, tumbuhnya sedang,
mudah dicabut, terpanjang nol koma lima sentimeter, jenggot hitam, sukar
dicabut, terpanjang dua centimeter…………………………………………….
3. Warna kulit sukar ditentukan, seluruh kulit sudah terkelupas, umur kira-kira
antara tiga puluh sampai empat puluh lima tahun, berat badan tidak diukur,
panjang badan seratus enam puluh satu sentimeter, gizi baik, kira-kira
termasuk bangsa Indonesia……………………………………………………
4. Kaku mayat sudah menghilang, lebam mayat tidak tampak, seluruh tubuh
berwarna hijau kehitaman dan sudah mengalami pembusukan lanjut…………..
2
Visum et Repertum No. KS 26/VR/2003Halaman 3 dari 8
5. Mata : kelopak mata kanan terbuka, kelopak mata tertutup, kedua bola mata
sudah membusuk………………………………………………………………...
6. Hidung : bentuk luar normal, dari lubang hidung tidak ada keluar cairan………
7. Telinga : bentuk luar normal, tidak ada cairan keluar dari kedua lubang
telinga…………………………………………………………………………....
8. Mulut : bibir terbuka, bentuk ;uar normal, dari lubang mulut tidak ada keluar
cairan, gigi geligi lengkap, gusi tidak ada kelainan, lidah terjulur dan tergigit…
9. Kemaluan : laki-laki sudah disunat, panjang penis tujuh sentimeter, warna kulit
penis lebih gelap dari warna kulit sekitarnya, rambut kemaluan hitam, keriting,
lebat, terpanjang enam sentimeter, panjang zakar enam sentimeter, lingkar
zakar tujuh sentimeter, tidak ada cairan keluar dari lubang kemaluan, kantong
buah zakar membengkak dengan ukuran tiga belas kali dua belas sentimeter.
Sudah mengalami pembusukan………………………………………………….
10. Lubang pelepasan : keluar kotoran berwarna hijau kekuningan………………
11. Luka-luka pada kulit :…………………………………………………………...
a. Kulit kepala: tidak ada perlukaan……………………………………………
b. Kulit muka : kulit ari sudah terkelupas, tidak ada perlukaan ………………
c. Kulit leher : kulit ari sudah terkelupas, tidak ada perlukaan ………………
d. Kulit dada : kulit ari sudah terkelupas, tidak ada perlukaan ………………
e. Kulit dinding perut : kulit ari sudah terkelupas, tidak ada perlukaan ………
f. Kulit pinggang : kulit ari sudah terkelupas, tidak ada perlukaan ………
g. Kulit bokong : kulit ari sudah terkelupas, tidak ada perlukaan………..
h. Kulit anggota gerak : kulit ari sudah terkelupas, tidak ada perlukaan ……...
12. Tulang-tulang : tidak ada patah tulang…………………………………………..
3
Visum et Repertum No. KS 26/VR/2003Halaman 4 dari 8
II. PEMERIKSAAN DALAM
13. Lemak berwarna kuning di bawah kulit dada setebal satu milineter, di bawah
kulit perut setebal lima millimeter. Tulang dada dan tulang iga tidak ada patah
tulang…………………………………………………………………………….
14. Kantung jantung (pericardium) : bagian yang tidak ditutupi paru-paru delapan
koma lima sentimeter, jaringan lemak sedikit, tidak ada perlengketan, tidak ada
cairan pada kantong jantung.................................................................................
15. a. Jantung ukuran empat belas sentimeter kali dua belas sentimeter kali dua
koma lima sentimeter, warna merah kehitaman, perabaan lunak, tebal otot bilik
kiri satu koma lima sentimeter, tebal otot bilik kanan nol koma lima
sentimeter, perdarahan atau bekas baji mati (infark) jantung tidak ada………....
b. Lingkar jantung (AV) kiri dua belas koma lima sentimeter dan lingkaran
jantung (AV) kanan dua belas sentimeter, katup-katup jantung normal………...
c. Nadi besar (aorta) : tidak ada kelainan………………………………………..
d. Nadi paru-paru : tidak ada kelainan…………………………………………..
e. Nada koronaria : tidak ada kelainan…………………………………………..
16. - Lidah : tidak ada kelainan…………………………………………………….
- Tonsil : tidak ada kelainan…………………………………………………….
- Kelenjar gondok : tidak ada kelainan…………………………………………
- Selaput lendir kerongkongan dan tenggorok : tidak ada kelainan……………
- Tulang lidah, tulang rawan gondok, tulang cincin tenggorok tidak ada patah
tulang…………………………………………………………………………
17. a. Rongga paru-paru : rongga paru-paru kiri terdapat cairan berwarna merah
dan encer sebanyak seratus lima puluh cc, rongga paru-paru kanan tidak ada
cairan…………………………………………………………………………….
4
Visum et Repertum No. KS 26/VR/2003Halaman 5 dari 8
b. Selaput paru-paru : selaput paru-paru kiri terdapat perlengketan pada bagian
belakang bawah, selaput paru-paru kanan terdapat perlengketan pada bagian
depan bawah, samping, dan belakang atas………………………………………
18. a. Paru-paru kiri : ukuran dua puluh satu sentimeter kali tujuh belas koma lima
sentimeter kali dua sentimeter, berat tiga ratus dua puluh lima gram, warna
hitam, permukaan berbenjol-benjol, perabaan lunak, terdapat gelembung gas
pembusukan, bintik-bintik antrakosis tersebar di seluruh paru…………………
b. paru-paru kanan : ukuran dua puluh lima koma lima kali empat belas koma
tiga sentimeter kali dua koma dua sentimeter, berat empat ratus lima puluh
lima gram, warna hitam, permukaan berbenjol-benjol, perabaan lunak, terdapat
gelembung gas pembusukan, bintik-bintik antrakosis tersebar di seluruh
paru………………………………………………………………………………
Mikroskopis : menunjukkan nekrosis paru, tidak ditemukan benda asing pada
sediaan ini………………………………………………………………………
19. Hati : ukuran dua puluh empat koma lima sentimeter kali empat sentimeter
berat tujuh ratus delapan puluh lima gram, permukaan berbenjol-benjol, tepi
tumpul, perabaan lunak, berwarna merah kehitaman, terdapat gelembung gas
pembusukan……………………………………………………………………
20. Kantong empedu : sudah mengalami pembusukan ……………...……………
21. Rongga perut : sudah mengalami pembusukan …………………………………
22. Limpa : sudah mengalami pembusukan ………………………………………...
23. Pankreas sudah mengalami pembusukan ……………………...……………….
24. Lambung : berisi gas pembusukan…………….………………………………..
25. a. Usus dua belas jari : berisi gas pembusukan ………………..………………..
b. Usus halus : berisi gas pembusukan ………………………………………….
c. Usus besar : berisi gas pembusukan ………………………………………….
5
Visum et Repertum No. KS 26/VR/2003Halaman 6 dari 8
26. a. Ginjal kanan : ukuran sepuluh koma lima sentimeter kali enam sentimeter
kali nol koma lima sentimeter, berat delapan puluh gram, warna merah
kecoklatan, permukaan berlubang-lubang, perabaan lunak, penampang tidak
ada kelainan……………………………………………………………………...
b. Ginjal kiri : sebelas sentimeter kali lima koma lima sentimeter kali satu
koma lima sentimeter. Warna merah kecoklatan, permukaan berlubang-lubang,
perabaan lunak, penampang tidak ada kelainan…...……………………………
27. Kandung kencing, saluran air seni ureter, dan saluran air seni urethra : tidak
ada kelainan……………………………………………………………………...
28. a. Tulang-tulang panggul : tidak ada patah tulang………….…………………...
b. Tulang-tulang belakang, tulang leher, tulang punggung, tulang ekor tidak
ada patah tulang…………………………………………………………………
c. Tulang-tulang anggota gerak : tidak ada patah tulang ……………………….
29. a. Selaput otak keras : tidak ada kelainan tertentu ……………………………...
b. Selaput otak lunak : tidak ada kelainan tertentu……..……………………….
30. a. Otak besar : membubur.………………………………………………………
b. Otak kecil : membubur………………………...……………………………...
31. Tulang-tulang tengkorak : tidak ada patah tulang……………...………………..
32. Toksikologi : tidak dilakukan pemeriksaan………………..……………………
III. RINGKASAN
Mayat laki-laki yang menurut polisi bernama belum jelas, umur 35 tahun.
Warga Negara Indonesia, alamat belum jelas, pekerjaan belum jelas, yang
diketemukan dalam sumur di Jalan P. Kemerdekaan KM. 15 / sekitar perumahan
DEPAG Makassar. Dari hasil pemeriksaan tanggal dua puluh lima januari tahun
dua ribu tiga mulai jam sembilan lewat lima puluh lima menit sampai jam tiga
6
Visum et Repertum No. KS 26/VR/2003Halaman 7 dari 8
belas Waktu Indonesia Tengah di kamar bedah mayat rumah sakit Bhayangkara
Mappaoddang Makassar………………………………………….…………………
Pada pemeriksaan kami dapatkan mayat laki-laki telah mengalami
pembusukan lanjut, mengenakan kemeja lengan panjang warna hijau dan celana
panjang jeans warna cokelat, warna kulit sulit ditentukan, seluruh kulit sudah
terkelupas, gizi cukup, kira-kira termasuk bangsa Indonesia(1,2). Kaku mayat
sudah menghilang, lebam mayat tidak tampak, seluruh tubuh berwarna hijau
kehitaman dengan tanda-tanda pembusukan lanjut (4). Pada pemeriksaan luar tidak
didapatkan tanda-tanda kekerasan (1,12). Pada pemeriksaan dalam terdapat cairan
warna merah encer pada rongga paru-paru kiri sebanyak seratus lima puluh cc
(17.a) jantung, ginjal tidak ada kelainan (15.a,26) sedangkan otak, hati, paru-paru
dan limpa sudah mengalami pembusukan lanjut; pemeriksaan mikroskopis paru:
menunjukkan nekrosis paru, tidak ditemukan benda asing pada sediaan ini
(18,19,22,31). Tidak terdapat patah tulang di seluruh tubuh (12)………………….
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan surat permintaan visum et repertumdari kepala kepolisian sektor
kota Tamalate No. Pol : M/67/I/2003/Reskrim, tertanggal dua puluh tiga januari
dua ribu tiga yang ditandatangani olah AKP adhi Purboyo NRP : 567489 telah
dilakukan bedah mayat atas mayat laki-laki yang menurut polisi bernama belum
jelas, umur 35 tahun, alamat belum jelas, pekerjaan belum jelas, pada tanggal dua
puluh lima januari dua ribu tiga mulai jam sembilan lewat lima puluh menit
sampai jam tiga belas Waktu Indonesia Tengah yang diketemukan pada tanggal
dua puluh tiga januari dua ribu sebelas di dalam sumur di Jalan P. Kemerdekaan
KM. 15 / sekitar perumahan DEPAG Makassar.
Dari hasil pemeriksaan dapat disimpulkan penyebab kematian tidak dapat
ditentukan karena mayat sudah mengalami pembusukan lanjut……………………
7
Visum et Repertum No. KS 26/VR/2003Halaman 8 dari 8
V. PENUTUP
Demikian visum et repertum ini dibuat dengan penguraian sejujur-jujurnya
dengan mempergunakan pengetahuan saya yang sebaik-baiknya, serta mengingat
sumpah ketika menerima jabatan…………………………………………………..
Yang Memeriksa
dr. Desi Matias
8
B. RESUME
1. Surat permintaan visum
Surat permintaan Visum et Repertum No. Pol. M/67/I/2003/Reskrim, dari
kepala kepolisian Sektor Kota Tamalate, AKP Adhi nugroho NRP 567489.
2. Dokter yang memeriksa
Dipimpin oleh dokter desi matias
3. Waktu dan tempat pemeriksaan bedah mayat (otopsi)
Tanggal dua puluh lima januari tahun dua ribu tiga, mulai jam sembilan lewat
lima puluh menit sampai jam tiga belas Waktu Indonesia Tengah di Kamar
Bedah Mayat Rumah Sakit Bhayangkara Mappaoddang Makassar.
4. Identitas mayat
Berdasarkan keterangan polisi, mayat laki-laki nama tidak dicantumkan, umur
35 tahun, agama tidak dicantumkan, pekerjaan tidak dicantumkan, alamat
tidak dicantumkan, warga negara tidak dicantumkan.
5. Waktu dan tempat kejadian.
Korban tersebut diketemukan pada hari rabu tanggal dua puluh dua januari
tahun dua ribu tiga jam sembilan lewat tiga puluh menit Waktu Indonesia
Bagian Tengah dalam sumur di jalan P. Kemerdekaan KM. 15/sekitar
Perumahan DEPAG Makassar.
6. Pemeriksaan luar
Pada pemeriksaan didapatkan kaku mayat sudah menghilang, lebam mayat
tidak tampak. Bola mata sudah membusuk, kelopak mata kanan terbuka,
kelopak mata kiri tertutup. Kedua lubang hidung tidak ada keluar cairan. Bibir
terbuka, lidah terjulur dan tergigit. Telinga kanan dan kiri tidak ada keluar
9
cairan dari kedua lubang telinga. Kulit kepala tidak ada perlukaan, kulit ari
terkelupas pada muka, leher, dada, dinding perut, pinggang, bokong, anggota
gerak.
7. Pemeriksaan dalam
Pada pemeriksaan dalam didapatkan rongga paru-paru kiri terdapat cairan
berwarna merah dan encer sebanyak seratus lima puluh cc, selaput paru-paru
kiri terdapat perlengketan pada bagian belakang bawah, selaput paru-paru
kanan terdapat perlengketan pada bagian depan bawah, samping, dan belakang
atas. Paru-paru kiri warna hitam, terdapat gelembung gas pembusukan, bintik-
bintik antrakosis tersebar di seluruh paru, paru-paru kanan warna hitam,
terdapat gelembung gas pembusukan, bintik-bintik antrakosis tersebar di
seluruh paru, mikroskopis menunjukkan nekrosis paru, tidak ditemukan benda
asing. Mikroskpik jaringan hati, limpa, hati, kantong empedu, dan pankreas
sudah membusuk. Lambung, usus dua belas jari, usus halus, usus besar berisi
gas pembusukan. Otak sudah membubur.
10
C. TINJAUAN PUSTAKA
Tenggelam adalah merupakan akibat dari terbenamnya seluruh atau
sebagian tubuh ke dalam cairan. Tenggelam merupakan salah satu bentuk
kematian asfiksia, dimana bila pada asfiksia yang lain tidak terjadi perubahan
elektrolit dalam darah, sedangkan pada tenggelam perubahan tersebut ada; baik
tenggelam dalam air tawar, maupun tenggelam dalm air asin.1
Tenggelam biasanya didefinisikan sebagai kematian akibat mati lemas
(asfiksia) disebabkan masuknya cairan ke dalam saluran pernapasan. Sebenarnya
istilah tenggelam harus pula mencakup proses yang terjadi akibat terbenamnya
korban di dalam air yang menyebabkan kehilangan kesadaran dan mengancam
jiwa.2
Beberapa istilah drowning: 2
1. Wet drowning. Pada keadaan ini cairan masuk ke dalam saluran pernapasan
setelah korban tenggelam.
2. Dry drowning. Pada keadaan ini cairan tidak masuk ke dalam saluran
pernapasan, akibat spasme laring.
3. Secondary drowning. Terjadi gejala beberapa hari setelah korban tenggelam
(dan diangkat dari dalam air) dan korban meninggal akibat komplikasi.
4. Immersion syndrome. Korban tiba-tiba meninggal setelah tenggelam dalam air
dingin akibat refleks vagal. Alkohol dan makan terlalu banyak merupakan
faktor pencetus.
Berapa lama orang yang tenggelam menemui ajalnya ditentukan oleh
keadaan lingkungannya, misalnya kondisi fisik dan kesehatan korban, sifat reaksi
korban sewaktu terbenam dan jumlah air yang terinhalasi.1
- Waktu akan menjadi lebih singkat pada terbenam yang tak diduga, kondisi
fisik yang buru serta korban yang tidak bias berenang.
- Kematian akan segera terjadi, bila kematiannya oleh karena inhibisi kardial
(cardiac inhibition)
11
- Orang yang cepat panik akan lebih cepat tenggelam.
- Air yang dingin akan mempercepat kemayian pada orang yang terbenam, oleh
karena terjadi hypothermia; kematian pada kasus ini karena gagal jantung
(cardiac failure), oleh karena terjadi peningkatan tekanan dalam vena dan
arteri.
- Biasanya orang akan menjadi tidak sadar setelah terbenam selama 2 atau 3
sampai 10 menit, sebelum terjadi kematian korban dapat berada dalam
keadaan mati suri, sehingga upaya untuk melakukan resusitasi sering
membawa hasil baik.
Pada orang yang tenggelam, tubuh korban dapat beberapa kali berubah
posisi, umumnya korban akan tiga kali tenggelam. Ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:1
- Pada waktu pertama kali orang “terjun” ke air, oleh karena gravitasi ia akan
terbenam untuk pertama kalinya.
- Oleh karena berat jenis tubuh lebih kecil dari berat jenis air, korban akan
timbul, dan berusaha untuk bernapas mengambil udara; akan tetapi oleh
karena tidak bisa berenang air akan masuk tertelan dan terinhalasi, sehingga
berat jenis korban sekarang menjadi lebih besar dari berat jenis air, dengan
demikian ia tenggelam untuk kedua kalinya.
- Sewaktu berada pada dasar sungai, laut, atau danau proses pembusukan akan
berlangsung dan terbentuk gas pembusukan.
- Waktu yang dibutuhkan agar pembentukan gas pembusukan dapat
mengapungkan tubuh korban adalah sekitar 7-14 hari.
- Pada waktu tubuh mengapung, oleh karena terbentuknya gas pembusukan
tubuh dapat pecah terkena benda-benda disekitarnya, digigit binatang atau
oleh karena proses pembusukan akan keluar, tubuh korban terbenam untuk
ketiga kalinya dan yang terakhir.
12
Mekanisme tenggelam
Mekanisme pada kasus tenggelam, bukan hanya sekedar masuknya
cairan ke dalam saluran napas, akan tetapi merupakan hal yang cukup kompleks,
mekanisme tenggelam dalam air asin berbeda dengan tegggelam dalam air tawar.
Tenggelam dalam air tawar
Air tawar akan dengan cepat diserap dalam jumlah besar, terjadi
absorbs cairan masif ke dalam alveolus, dimana dalam waktu 3 menit dapat
mencapai 72% dari volume darah sebenarnya. Kerana konsentrasi elektrolit
dalam air tawar lebih rendah dari konsentrasi dalam darah, maka akan terjadi
hemodilusi darah, air masuk ke dalam aliran darah sekitar alveoli dan
mengakibatkan pecahnya sel darah merah (hemolisis).
Oleh karena terjadi perubahan biokimia yang serius, dimana kalium
dalam plasma meningkat dan natrium berkurang, juga terjadi anoksia yang hebat
pada miokardium. Hemodilusi menyebabkan cairan dalam pembuluh darah atau
sirkulasi menjadi berlebihan, terjadi penurunan tekanan sistol, dan dalam waktu
beberapa menit terjadi fibrilasi ventrikel. Jantung untuk beberapa saat masih
berdenyut dengan lemah, terjadi anoksia cerebri yang hebat, hal ini yang
menerangkan mengapa kematian terjadi dengan cepat.
Tenggelam dalam air asin
Terjadi hemokonsentrasi, cairan dari sirkulasi dapat tertarik keluar
sampai sekitar 42% dan masuk ke dalam jaringan paru-paru, sehingga terjadi
edema paru yan hebat dalam waktu yang singkat. Pertukaran elektrolit dari air
asin ke dalam darah mengakibatkan meningkatnya hematokrit dan peningkatan
kadar natrium plasma.
Fibrilasi ventrikel tidak terjadi, terjadi anoksia pada miokardium dan
disertai peningkatan viskositas darah yang menyebabkan terjadinya payah
13
jantung. Hemolisis tidak terjadi melainkan hemokonsentrasi, sehingga tekanan
sistolik akan menetap dalam beberapa menit.
Mekanisme kematian pada korban tenggelam
1. Asfiksia akibat spasme laring
2. Asfiksia karena gagging dan choking
3. Refleks vagal
4. Fibrilasi ventrikel (dalam air tawar)
5. Edema pulmoner ( dalam air asin)
Pemeriksaan pada kasus tenggelam
Pada pemeriksaan mayat akibat tenggelam, pemeriksaan harus seteliti
mungkin agar mekanisme kematian dapat ditentukan, karena seringkali
ditemukan sudah membusuk.2
Hal penting yang perlu ditemukan pada pemeriksaan adalah : 2
1. Menentukan identitas korban
Identitas korban ditentuak dengan memeriksa antara lain :
a. pakaian dan benda-benda milik korban
b. warna distribusi rambut dan identitas lain.
c. kelainan atau deformitas dan jaringan parut
d. sidik jari
e. pemeriksaan gigi
f. teknik pemeriksaan lain
2. Apakah korban masih hidup sebelum tenggelam
Pada mayat yang masih segar, untuk menentukan apakah korban masih hidup
atau sudah meninggal pada saat tenggelam, dapat diketahui dari hasil
pemeriksaan
a. Metode yang memuaskan untuk menentukan apakah orang masih hidup
waktu tenggelam adalah pemeriksaan diatom.
14
b. Untuk membantu menentukan diagnosis, dapat dibandingkan kadar
elektrolit magnesium darah dari bilik jantung kiri dan kanan.
c. Benda asing dalam paru dan saluran pernafasan mempunyai nilai yang
menentukan pada mayat yang terbenam selama beberapa waktu dan mulai
membusuk. Demikian pula dengan isi lambung dan usus.
d. Pada mayat yang segar, adanya air dalam lambung dan alveoli yang secara
fisik dan kimia sifatnya sama dengan air tempat korban tenggelam
mempunyai nilai yang bermakna.
e. Pada beberapa kasus , ditemukannya kadar alkohol tinggi dapat
menjelaskan bahwa korban sedang dalam keracunan alkohol pada saat
masuk ke dalam air.
3. Penyebab kematian yang sebenarnya dan jenis drowning
Pada mayat yang segar, gambaran pasca mati dapat menunjukkan tipe
drowning dan juga penyebab kematian lain seperti penyakit, keracunan atau
kekerasan lain. Pada kecelakaan di kolam renang benturan ante-mortem ( ante
mortem impact) pada tubuh bagian atas, misalnya memar pada muka,
perlukaan pada vertebra servikalis dan medulla spinalis dapat ditemukan.
4. Faktor-faktor yang berperan pada proses kematian
Faktor-faktor yang berperan pada proses kematian, misalnya
kekerasan, alkohol, atau obat-obatan dapat ditemukan pada pemeriksaan luar
atau melalui bedah mayat.
5. Tempat korban pertama kali tenggelam
Bila kematian korban berhubung dengan masuknya cairan ke dalam
saluran pernafasan, maka pemeriksaan diatom dari air tempat korban
ditemukan dapat membantu menentukan apakah korban tenggelam di tempat
itu atau di tempat lain.
6. Apakah ada penyulit alamiah yang mempercepat kematian
a. Bila sudah ditentukan bahwa korban masih hidup pada waktu masuk ke
dalam air, maka perlu ditentukan apakah kematian disebabkan karena air
15
masuk ke dalam saluran pernafasan (tenggelam). Pada immersion,
kematian terjadi dengan cepat, hali ini mungkin disebabkan oleh sudden
cardiac arrest yang terjadi pada waktu cairan melalui saluran pernafasan
bagian atas.
Beberapa korban yang terjun dengan kaki terlebih dahulu menyebabkan
cairan dengan mudah masuk melalui hidung. Faktor lain adalah keadaan
hipersensitivitas dan kadang-kadang keracunan alkohol.
b. Bila tidak ditemukan air dalam paru-paru dan lambung, berarti kematian
seketika akibat spasme glottis, yang menyebankan cairan tidak dapat
masuk.
Waktu yang diperlukan untuk terbenam dapat bervariasi tergantung
dari keadaan sekeliling korban, keadaan masing-masing korban, reaksi
perorangan yang bersangkutan, keadaan kesehatan, dan jumlah serta sifat
cairan yang dihisap masuk ke dalam saluran pernafasan.
Korban tenggelam akan menelan air dalam jumlah yang makin lama
makin banyak, kemudian menjadi tidak sadar dalam waktu 2-12 menit
(fatal period). Dalam periode ini bila korban dikeluarkan dalam air, ada
kemungkinan masih dapat hidup bila upaya resusitasi berhasil.2
Pemeriksaan luar pada kasus tenggelam
- Penurunan suhu mayat (algor mortis) berlangsung cepat, rata-rata 50F per
menit, suhu tubuh akan sama dengan suhu lingkungan dalam waktu 5 atau 6
jam
- Lebam mayat (livor mortis) akan tampak jelas pada dada bagian depan, leher
dan kepala. Lebam nayat berwarna merah terang yang perlu dibedakan
dengan lebam mayat yang terjadi pada keracunan CO.
- Pembusukan sering tampak, kulit berwarna kehijauan atau merah gelap.
Pada pembusukan lanjut tampak gelembung-gelembung pembusukan,
16
terutama bagian atas tubuh, dan skrotum serta penis pada pria dan labia
mayora pada wanita. Kulit telapak tangan dan kaki dapat terkelupas.
- Gambaran kulit angsa (goose-flesh, cutis anserina) sering dijumpai. Keadaan
ini terjadi selama interval antara kematian somatik dan seluler, atau
merupakan perubahan post-mortal karena terjadinya rigor mortis pada mm.
erector pili.
- Cutis anserine tidak mempunyai nilai sebagai kriteria diagnostik.
- Busa halus putih yang berbentuk jamur ( mushroom-like mass) tampak
pada mulut atau hidung atau keduanya.
17
- Terbentuknya busa halus tersebut adalah sebagai berikut:
- Masuknya cairan ke dalam saluran pernafasan meransang terbentuknya
mukus, substansi ini ketika bercampur dengan air dan surfaktan dari
paru-paru dan terocok oleh karena adanya upaya pernafasan yang hebat.
- Pembusukan akan merusak busa tersebut dan terbentuk pseudoform yang
berwarna kemerahan yang berasal dari darah dan gas pembusukan.
- Perdarahan berbintik (petechial haemorrhages), dapat ditemukan pada
kedua kelopak mata, terutama kelopak mata bagian bawah.
- Pada pria genitalianya dapat mengerut, ereksi atau semi-ereksi;yang
tersering dijumpai semi-ereksi
- Pada lidah dapat ditemukan memar atau bekas gigitan yang merupakan
tanda bahwa korban masih hidup atau tanda sedang terjadi epilepsi
sebagai akibat dari masuknya korban ke dalam air.
- Cadaveric spasm, biasanya jarang dijumpai dan dapat diartikan bahwa
berusaha untuk tidak tenggelam, sebagaimana sering didapatkannya
dahan, batu atau rumput yang tergenggam, adanya cadaveric spasm
menunjukkan bahwa korban masih dalam keadaan hidup saat terbenam.
- Luka-luka pada daerah wajah, tangan dan tungkai depan dapat terjadi
akibat persentuhan korban dengan dasar sungai, atau terkena benda-
benda di sekitarnya. Luka-luka tersebut sering mengeluarkan “darah”
sehingga tidak jarang memberi kesan korban dianiayai sebelum
ditenggelamkan.
18
- Pada kasus bunuh diri dimana korban dari tempat yang tinggi terjun ke
sungai, kematian dapat terjadi akibat benturan yang keras sehingga
menyebabkan kerusakan pada kepala atau patahnya tulang leher.
- Bila korban yang tenggelam adalah bayi, maka dapat dipastikan bahwa
kasusnya merupakan kasus pembunuhan.
- Bila seseorang dewasa ditemukan mati dalam empang yang dangkal,
maka harus dipikirkan kemungkinan adanya unsur tindak pidana,
misalnya setelah diberi racun korban dilempar ke tempat tersebut dengan
maksud mengacaukan penyidikan.
Pemeriksaan dalam pada kasus tenggelam
- Bila keadaan mayat telah megalami pembusukan lanjut, pemeriksaan dan
pengambilan kesimpulan menjadi sulit.
- Pemeriksaan terutama ditujukan pada sistem pernafasan, busa halus
putih dapat mengisi trakhea dan cabang-cabangnya, air juga dapat
ditemukan, demikian pula halnya dengan benda-benda asing yang ikut
terinhalasi bersama air.
19
- Benda asing dalam trakhea dapat tampak secara makroskopik misalnya
pasir, lumpur, binatang air, tumbuhan air dan lainnya, sedangkan yang
tampak secara mikroskopik di antaranya telur cacing dan diatome
(ganggang kersik).
- Untuk mencari diatome, paru-paru harus didestruksi dahulu dengan asam
sulfat dan asam nitrat, kemudian disentrifuse dan endapannya dilihat
dibawah mikroskop.
- Pada keadaan dimana tubuh korban sudah sedemikian busuknya yaitu
sudah terbenam untuk ketiga kalinya, dan baik kulit maupun organ-organ
telah hancur, maka pemeriksaan diatome diambil dari sumsum tulang
panjang dan selanjutnya dilakukan proses yang sama.
- Pemeriksaan diatome diktakan positif bla dari sediaan paru-paru dapat
ditemukan diatome sebanyak 5 per LPB atau bila dari sumsum tulang
sebanyak 1 per LPB.
- Oleh karena diatome banyak terdapat di alam dan tergantung musim,
maka tidak ditemukannya diatome tidak dapat menyingkirkan bahwa
korban bukan mati tenggelam; relevansi diatome terbatas pada tenggelan
dengan mekanisme asfiksia.
- Adanya diatome hanya menunjukkan bahwa korban senmasa hidupnya
pernah kemasukkan ganggan kersik tersebut.
20
- Pleura dapat berwarna kemerahan dan terdapat bintik-bintik perdarahan,
perdarahan ini dapat terjadi karena adanya kompresi terhadap septum
inter alveoli, atau oleh karena terjadinya fase konvulsi akibat kekurangan
oksigen.
- Bercak “Paltauf” berwarna biru kemerahan dan banyak terlihat pda
bagian paru-paru, yaitu pada permukaan anterior dan permukaan antar
bagian paru-paru.
- Kongesti pada larynx merupakan kelainan yang berarti, paru-paru
biasanya sangat mengembang, seringkali menutup pericardium dan pada
permukaan tampak adanya jejas dari tulang iga, pada perabaan kenyal.
- Edema dan kongesti paru-paru dapat sangat hebat sehingga beratnya
dapat mencapai 700-1000 gram, dimana berat paru-paru normal adalah
sekitar 250-300 gram.
- Paru-paru pucat dengan diselingi bercak-bercak merah diantara daerah
yang berwarna kelabu, pada pengirisan tampak banyak cairan merah
kehitaman bercampur buih keluar dari penampang tersebut, yang pada
keadaan paru-paru normal, keluarnya cairan bercampur busa tersebut
baru tampak setelah dipijat dengan dua jari
- Gambaran paru-paru seperti tersebut di atas dikenal dengan nama
“emphysema aquaosum’ atau “emphysema hydroaerique”
- Obstruksi pada sirkulasi paru-paru akan menyebabkan distensi jantung
kanan dan pembuluh vena besar dan keduanya penuh berisi darah yang
berwarna merah gelap dan cair. Tidak ada bekuan.
Test kimiawi pada kasus tenggelam.
- Gettler, menunjukkan adanya perbedaan kadar klorida dari darah yang
diambil dari jantung kanan dan jantung kiri.
- Durlacher, menyatakan tes yang lebih dipercaya adalah penentuan
perbedaan berat jenis plasma dari jantung kiri dan kanan.
21
- Polson dan Gee, berpendapat bahwa kedua tes tersebut dapat dipakai
sebagai data konfirmatip dalam kasus tenggelam, dengan catatan
pemeriksaan dilakukan dalam beberapa jam setelah terbenam.
Analisa diatome dan isi lambung
- Pemeriksaan diatome merupakan pemeriksaan yang pada akhir-akhir ini
banyak dikerjakan, karena cukup relevan; dengan pengertian : pada
tenggelam dapat ditemukan diatome, tidak diketemukannya diatome
tidak dapat menyingkirkan bahwa kematian korban bukan karena
tenggelam.
- Pemeriksaan isi lambung : adanya pasir atau lumpur dan binatang air
serta tumbuhan bersifat menunjang.
Kematian mendadak pada tenggelam dalam air yang dingin
Mati mendadak segera setelah seseorang masuk ke dalam air dingin,
sering disinggung, walaupun tanpa penyebab langsung, oleh karena spasme
larynx atau vagal refleks yang menyebabkan cardiac arrest.1
Keadaaan tersebut, yaitu yang mendadak tadi, hanya dapat dijelaskan oleh
karena terjadinya fibrilasi ventrikel pada korban, dan dapat dibuktikan bahwa
pada orang yang masuk ke air yang dingin atau tersiram air yang dingin, dapat
menimbulkan “ventricular ectopic beat”.1
22
D. PEMBAHASAN
1. Thanatologi
Kaku mayat sudah tidak ada ini menunjukkan bahwa waktu kematian lebih
dari 24 jam karena setelah mati klinis kaku mayat mulai terdapat sekitar 2 jam post
mortal dan mencapai puncaknya setelah 10-12 jam post-mortal, keadaan ini akan
menetap selama 24 jam; dan setelah 24 jam kaku mayat mulai menghilang. Lebam
mayat tidak tampak, seluruh tubuh berwarna hijau kehitaman. dan sudah
mengalami pembusukan lanjut. Tanda-tanda pembusukan lanjut sudah ada yaitu
rambut mudah dicabut, kulit ari terkelupas dan keluar cairan berwarna merah
kehitaman pada mulut dan hidung. Pada pemeriksaan mikroskopik jantung, paru-
paru, hati, limpa, lambung, ginjal dan rahim didapatkan jaringan sudah membusuk.
Usus dan lambung berisi gas pembusukan. Otak sudah membubur. Selain itu
didapatkan selaput bening dan selaput putih keruh. Rumus Casper menunjukkan
perbedaan kecepatan pembusukan pada keadaan lingkungan yang berbeda-beda.
Menurut Casper, keadaan mayat setelah berada selama 1 minggu di udara terbuka
adalah sama dengan 2 minggu di dalam air dan 8 minggu di dalam kuburan.
2. Mekanisme kematian
Pada pemeriksaan luar tidak ditemukan tanda-tanda kegagalan pernafasan
(asfiksia). Pada pemeriksaan dalam juga tidak ditemukan tanda-tanda tenggelam
yang bermakna. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan jaringan sudah
membusuk. Tes getah paru tidak ditemukan benda asing. Dalam bronchus dan
lambung terdapat benda putih yang berbentuk seperti prisma. Ini bukan petunjuk
yang dapat diterima karena dapat muncul setelah kematian. Penyebab kematian
tidak bisa ditentukan karena tidak dijumpai tanda yang khas baik pada
pemeriksaan luar atau dalam serta keadaan mayat telah mengalami pembusukan
lanjut.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Idries, abdul M. Pedoman Ilmu kedokteran Forensik Edisi Pertama. Jakarta. Binarupa Aksara. 1997. H: 178-190.
2. Budiyanto A.Widiatmaka W, Sudiono S,dkk. Ilmu kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997. H: 64-70
3. DiMaioVJ, DiMaio DJ. Death by Drowning in Forensic Pathology Second Edition. Washington DC. CRC Press. 2001.
4. Bell, Micheal D, MD,. Drowning in Forensic Pathology Principles and Practice. Dolinak D, Matshes E, Lew E. USA. Elsevier Academic Press. 2005. P: 227-33
5. James, Jason Payne. History and Development of Clinical Forensic Medicine in Clinical Forensic Medicine Second Edition. Springer. 2005. P: 1-6
24