22
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA BUNGA KRISAN POTONG DI DESA HARGOBINANGUN KECAMATAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN Frendita Sandriawati, Sapja Anantanyu, Agung Wibowo Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl Ir Sutami No 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax. (0271) 637457 Email : [email protected] Telp : 081228004106 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat penerapan teknologi budidaya tanaman bunga krisan potong oleh petani, mengetahui faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong oleh petani dan mengetahui hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong oleh petani. Penelitian ini dilakukan di Desa Hrgobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman dengan menggunakan metode deskriptif. Penentuan sample dilakukan dengan metode survay di kelompok tani bunga krisan potong Kecamatan Pakem dengan jumlah responden sebanyak 46 petani bunga krisan. Metode analisis yang digunakan adalah Uji Koefisien Korelasi Rank Spearman (rs) pada tingkat kepercayaan 99%. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang mengkaji hubungan faktor internal dan eksternal dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong oleh petani, dengan menggunakan analisis Rank Spearman dan uji signifikansi pada tingkat kepercayaan 99% didapat hasil bahwa faktor internal tidak berhubungan dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong, sedangkan pada faktor eksternal terdapat hubungan yang signifikan dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong. Kata Kunci:Teknologi Budidaya, Bunga Krisan Potong, Faktor Internal dan Eksternal Abstract: The aims of this research to determine the extent of the application of technology chrysanthemum cultivation by farmers, know the internal and external factors associated with the level of technology implementation chrysanthemum flower cultivation by farmers and determine the relationship between the internal and external factors with the level of 1

agribisnis.fp.uns.ac.idagribisnis.fp.uns.ac.id/.../uploads/2014/01/JURNAL.docx · Web view1FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA BUNGA KRISAN

  • Upload
    vocong

  • View
    233

  • Download
    10

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: agribisnis.fp.uns.ac.idagribisnis.fp.uns.ac.id/.../uploads/2014/01/JURNAL.docx · Web view1FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA BUNGA KRISAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA BUNGA KRISAN POTONG DI

DESA HARGOBINANGUN KECAMATAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN

Frendita Sandriawati, Sapja Anantanyu, Agung WibowoProgram Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jl Ir Sutami No 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax. (0271) 637457Email : [email protected] Telp : 081228004106

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat penerapan teknologi budidaya tanaman bunga krisan potong oleh petani, mengetahui faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong oleh petani dan mengetahui hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong oleh petani. Penelitian ini dilakukan di Desa Hrgobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman dengan menggunakan metode deskriptif. Penentuan sample dilakukan dengan metode survay di kelompok tani bunga krisan potong Kecamatan Pakem dengan jumlah responden sebanyak 46 petani bunga krisan. Metode analisis yang digunakan adalah Uji Koefisien Korelasi Rank Spearman (rs) pada tingkat kepercayaan 99%. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang mengkaji hubungan faktor internal dan eksternal dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong oleh petani, dengan menggunakan analisis Rank Spearman dan uji signifikansi pada tingkat kepercayaan 99% didapat hasil bahwa faktor internal tidak berhubungan dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong, sedangkan pada faktor eksternal terdapat hubungan yang signifikan dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong.

Kata Kunci:Teknologi Budidaya, Bunga Krisan Potong, Faktor Internal dan Eksternal

Abstract: The aims of this research to determine the extent of the application of technology chrysanthemum cultivation by farmers, know the internal and external factors associated with the level of technology implementation chrysanthemum flower cultivation by farmers and determine the relationship between the internal and external factors with the level of technology implementation chrysanthemum flower cultivation by farmers. The research was conducted in the district of Sleman Pakem using descriptive methods. Determination of thesamplewas conducted usingsurvayinchrysanthemumfarmer groupsin the villageHargobinangun, District Pakemwiththe respondents number of46farmers of chrysanthemum flowers. The analytical methodusedis theSpearmanRankCorrelationCoefficient Test(rs) at99% confidence level. Based on the researchanddiscussionthat examines therelationshipof internalandexternalfactorswiththe level oftechnology implementationchrysanthemumflowercultivationbyfarmers, using the SpearmanRankanalysisandtest of significanceat the99% confidence levelthat theresultsobtainedinternalfactorsnot related tothe level oftechnology implementationcultivationof chrysanthemums , whiletheexternalfactorsaresignificant relationshipwiththe level oftechnology implementationchrysanthemum flowercultivation.

Key words: Cultivation technology, Chrysanthemum cut flowers, Internal and exsternal factors

1

Page 2: agribisnis.fp.uns.ac.idagribisnis.fp.uns.ac.id/.../uploads/2014/01/JURNAL.docx · Web view1FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA BUNGA KRISAN

PENDAHULUAN

Tanaman hias merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai prospek agribisnis yang cukup besar di Indonesia. Salah satu dari tanaman hias tersebut adalah tanaman krisan. Tanaman Krisan (Chrysanthemum sp) termasuk salah satu jenis tanaman hias yang banyak digemari oleh masyarakat karena mempunyai warna, ukuran, dan bentuk bunga menarik. Krisan sangat potensial dikembangkan sebagai komoditas ekspor yang memberi kontribusi nyata terhadap penyerapan devisa negara. Tujuan ekspor bunga krisan adalah Hongkong, Jepang, Singapura, dan Malaysia. Volume ekspor bunga krisan pada akhir tahun 2009 mencapainilai ekspor sekitar US $ 695,491. Terjadi fluktuasi pada tahun 2010 naik menjadi US $ 1.397,751 dan pada tahun 2011 terjadi sedikit penurunan menjadi US $ 1.329,468 (Dirjen Hortikultura, 2011).

Saat ini minat masyarakat untuk membudidayakan krisan potong secara komersial meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar domestik maupun internasional. Hal ini

dibuktikan dari peningkatan luas area tanam dan jumlah petani produsen di berbagai daerah sentra. Peningkatan jumlah petani perlu diimbangi dengan upaya pembinaan Pemerintah agar usaha budidaya krisan potong yang dilakukannya diharapkan dapat memberi keuntungan finansial dengan tanpa mengganggu kelestarian lingkungan sistem produksi. Penerapan SOP (Standart Operasional Prosedur) merupakan salah satu cara efektif untuk mendapatkan hasil bunga bermutu dan berdaya saing tinggi. Dengan mengacu SOP, petani produsen dapat memenuhi standar mutu sesuai preferensi konsumen internasional sehingga membuka peluang ekspor untuk memperoleh devisa secara maksimal (Direktorat Budidaya Tanaman Hias, 2007).

Teknologi budidaya krisan yang diterapkan petani di Desa Hargobinangun saat ini dipandang sebagai ternologi yang diperlukan oleh petani sehingga dapat dikatakan sebagai teknologi tepat guna (TTG), karena selain dapat menambah tingkat penghasilan bagi petani juga dapat berpengaruh positif terhadap nilai sosial dan

Page 3: agribisnis.fp.uns.ac.idagribisnis.fp.uns.ac.id/.../uploads/2014/01/JURNAL.docx · Web view1FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA BUNGA KRISAN

budaya setempat. Sesuai dengan pendapat Riady A. Gani (1997), menyatakan bahwa teknologi tepat guna hanya akan berperan secara efektif apabila diimplementasikan dalam bentuk proses yang bertahap. Tahap tersebut. sepatutnya berawal dari teknologi yang sudah tumbuh dalam masyarakat, yang perlu disempurnakan melalui inovasi-inovasi tertentu untuk mendorong petani mencapai kapasitas ekonomi yang memungkinkan merekan mengadopsi teknologi yang lebih maju.

Inovasi merupakan suatu gagasan, tindakan atau barang yang di anggap baru oleh seseorang. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka dia adalah inovasi. Baru dalam ide yang inovatif tidak berarti harus baru sama sekali. Suatu inovasi mungkin telah lama diketahui oleh seseorang tetapi dia belum mengembangkan sikap suka atau tidak suka terhadap inovasi tersebut, apakah dia menerima atau menolaknya. (Hanafi, 1987).

Soekartawi (1988) mengatakan bahwa cepat tidaknya proses adopsi inovasi sangat tergantung dari faktor internal dari adopter itu sendiri, antara lain latar belakang sosial, ekonomi, budaya ataupun politik. Sedangkan Lionberger dalamMardikanto (2006) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan seseorang untuk mengadopsi inovasi meliputi

luas usahatani, tingkat pendapatan, tingkat partisipasi dalam kelompok tani maupun diluar kelompoknya, aktifitas mencari informasi atau ide-ide baru, dan sumber informasi yang dimanfaatkannya. Faktor eksternal petani yang mempengaruhi perubahan-perubahan meliputi lingkungan sosial dan lingkungan ekonomi. Kekuatan-kekuatan ekonomi yang berkembang dimasyarakat meliputi ketersediaan dana atau kredit usahatani, tersedianya sarana produksi dan peralatan usahatani, perkembangan teknologi pengolahan, dan pemasaran hasil.

Penelitian ini bertujuan untuk1) mengkaji sejauh mana tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong oleh petani di Desa HargobinangunKecamatan Pakem Kabupaten Sleman, 2) mengkaji faktor internal dan eksternal apa yang berhubungan dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong, 3) mengkaji hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong oleh petani di Desa Hargobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif explanatory, dengan teknik survai. Penelitian ini dilakukan di Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, dengan pertimbangan bahwa di Desa Hargobinangun adalah daerah yang dikembangkan untuk budidaya

Page 4: agribisnis.fp.uns.ac.idagribisnis.fp.uns.ac.id/.../uploads/2014/01/JURNAL.docx · Web view1FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA BUNGA KRISAN

bunga krisan potong berdasarkan program dari Balai Pengkajian Tanaman Hias Yogyakarta, dan lokasi serta kondisi alamnya cocok untuk budidaya krisan.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh petani budidaya bunga krisan potong di Desa Hargobinangun. Sedangkan penentuan jumlah sampel menggunakan metode sensus, yaitu semua unit populasi sebanyak 46 petani budidaya bunga krisan di ambil sebagai sumber data.

Metode analisis data yang digunakan untuk menentukan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong, dan menentukan faktor internal dan eksternal apa saja yang berhubungan, dilakukan dengan menjumlahkan skor-skor antar sub variabel. Hasil dari penjumlahan antar sub tersebut dikategorikan dalam tiga tingkat, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Rumus interval sebagai berikut:Lebar Interval = ∑ Skor Tertinggi – ∑ Skor Terendah∑ Kelas………(1)

Untuk mengetahui hubungan faktor internal dan eksternal petani

dengan tingkat penerapan teknologibudidaya bunga krisan potong, maka digunakan rumus dengan Uji korelasi rank spearman (rs) dengan program SPSS versi 17 for windows. Perhitungan uji korelasi menurut Siegel (1997) dirumuskan sebagai berikut:

rs = 1 – 6.∑ di2N 3– N ………...

…..(2)

Keterangan :rs= Koefisien korelasi Rank Spearman N= Banyaknya sampeldi= Selisih antara rangking dari

variabel

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Penerapan Teknologi Budidaya Bunga Krisan Potong

Tingkat penerapan teknologi dipengaruhi oleh penyerapan dan penerimaan informasi budidaya yang diikuti dengan tindakan nyata melalui budidaya krisan potong yang dilakukan oleh petani sesuai dengan metode yang dianjurkan untuk menaikkan nilai tambah dari produk yang dihasilkan. Berikut ini distribusi responden berdasarkan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong di desa hargobinangun:

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Penerapan Teknologi Budidaya Bunga Krisan Potong

No1. Penyiapan Sarana dan Prasarana Produksi Kategori Jumlah (orang) Presentase (%)

11,8-15,1 Tinggi 39 84,788,4-11,7 Sedang 7 15,225-8,3 Rendah 0 0

2. Pengolahan Lahan16,4-21 Tinggi 44 95,6511,7-16,3 Sedang 2 4,357-11,6 Rendah 0 0

Page 5: agribisnis.fp.uns.ac.idagribisnis.fp.uns.ac.id/.../uploads/2014/01/JURNAL.docx · Web view1FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA BUNGA KRISAN

3. Pembibitan 3 Tinggi 34 73,92 Sedang 12 26,11 Rendah 0 0

4. Penanaman 3 Tinggi 37 80,42 Sedang 9 19,61 Rendah 0 0

5. Pemeliharaan 16,4-21 Tinggi 36 78,2611,7-16,3 Sedang 10 21,747-11,6 Rendah 0 0

6. Panen 4,8-6,1 Tinggi 45 97,83,4-4,7 Sedang 1 2,22-3,3 Rendah 0 0

7. Pasca Panen4,8-6,1 Tinggi 13 28,263,4-4,7 Sedang 32 69,572-3,3 Rendah 1 2,17

Sumber : Analisis Data Primer 2013

Berdasarkan Tabel 1 hampir seluruhnya dari jumlah responden telah menerapkan teknologi budidaya bunga krisan potong dengan sangat baik. Petanitelah melakukan teknik budidaya krisan potong sesuai dengan metode yang dianjurkan oleh penyuluh serta berdasarkan standart operasional dari Balai Penelitian Tanaman Hias dari Badan Litbang. Pada kegiatan pasca panen sebagian besar responden berada pada kategori sedang, dikarenakan dalam kegiatan pasca panen petani kurang terlibat secara langsung, sehingga kurang mengetahui informasi mengenai pengelompokan grade terhadap hasil komoditasnya dan

pemasarannya. Meskipun demikian dalam hal budidaya petani bunga krisan sudah dapat menerapkan teknologi budidaya dengan baik. Dengan melakukan teknik dan metode yang telah dianjurkan, maka responden dapat meningkatkan nilai tambah produksi dan kualitas bunga potong krisan. Meningkatnya produksi dan kualitas bunga potong krisan, maka akan meningkatkan pendapatan yang diperoleh petani itu sendiri.

FaktoFaktor YangBerhubungan Dengan Tingkat PenerapanTeknologi Budidaya Bunga Krisan Potong

Tabel 2. Faktor Internal yang Berhubungan Dengan Tingkat Penerapan Teknologi Budidaya Bunga Krisan Potong

No1. Luas lahan Kategori Jumlah (orang) Presentase (%)

≥ 250 m2 Tinggi 22 47,8< 250 – 150 m2 Sedang 23 50,0< 150 m2 Rendah 1 2,2

2. Pendidikan formal

Page 6: agribisnis.fp.uns.ac.idagribisnis.fp.uns.ac.id/.../uploads/2014/01/JURNAL.docx · Web view1FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA BUNGA KRISAN

D III/ Sarjana Tinggi 6 13,1SMP/SMA Sedang 37 80,4Tidak tamat SD/SD Rendah 3 6,5

3. Pendidikan Non Formal4,8 - 6,1 Tinggi 44 95,653,4 - 4,7 Sedang 2 4,352 - 3,3 Rendah 0 0

4. Tingkat partisipasi dalam kelompok tani4,8 - 6,1 Tinggi 43 93,63,4 - 4,7 Sedang 2 4,32 - 3,3 Rendah 1 2,1

5. Sumber informasi yang dimanfaatkan3 Tinggi 41 89,12 Sedang 5 10,91 Rendah 0 0

6. Tingkat kosmopolitan3 Tinggi 0 02 Sedang 16 34,81 Rendah 30 65,2

Sumber: Analisis data primer 2013

Tabel 3. Faktor Eksternal yang Berhubungan Dengan Tingkat Penerapan Teknologi Budidaya Bunga Krisan Potong

No1. Sifat usahatani Kategori Jumlah Presentase (%)

3 Tinggi 44 95,652 Sedang 2 4,351 Rendah 0 0

2. Keadaan kelompok tani4,8 - 6,1 Tinggi 44 95,653,4 - 4,7 Sedang 2 4,352 - 3,3 Rendah 0 0

3. Tingkat keaktifan penyuluh4,8 - 6,1 Tinggi 16 34,83,4 - 4,7 Sedang 30 65,22 - 3,3 Rendah 0 0

Sumber: Analisis Data Primer 2013 Pada penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penerapan teknologi budidaya krisan potong diukur dari faktor internal (karakteristik petani) dan faktor eksternal. Pengukuran faktor-faktor ini di kategorikan menjadi tiga, yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

Page 7: agribisnis.fp.uns.ac.idagribisnis.fp.uns.ac.id/.../uploads/2014/01/JURNAL.docx · Web view1FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA BUNGA KRISAN

Berdasarkan Tabel 2 pada penguasaan luas lahan usahatani, dapat disimpulkan bahwa petani dalam penelitian sebagian besar memiliki luas lahan budidaya krisan antara <250 m2– 150 m2 dan dikategorikan sedang. Petani di Desa Hargobinangun rata-rata mempunyai kepemilikan lahan pertanian yang sangat sempit dibawah 2000 m2, sehingga petani di daerah tersebut kebanyakan termasuk dalam kategori petani pra sejahtera. Dengan kepemilikan lahan yang begitu sempit sangat sulit petani bisa mendapat kehidupan yang layak tanpa adanya inovasi usahatani. Oleh karena itu, salah satu cara inovasi adalah dengan mencari alternatif komoditas yang bernilai ekonomi tinggi yaitu dengan membudidayakan bunga krisan potong ini.

Pada tingkat pendidikan, sebagian besar responden yang membudidayakan bunga krisan potong berpendidikan sedang yaitu sebanyak 37 orang. Tingkat pendidikan sedang umumnya dimiliki oleh responden yang berusia antara 30 tahun sampai 50 tahun dengan tingkat pendidikan SMP/SMA.

Berdasarkan Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan non formal terdapat pada kategori tinggi sebanyak 44 orang yang menggambarkan bahwa minat responden dalam mengikuti kegiatan yang dapat menambah pengetahuan dan pengalaman khususnya dalam budidaya krisan potong adalah tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai respon,

minat dan kemauan yang sangat baik untuk mengikuti penyuluhan dan pelatihan sehingga banyak hal-hal baru dan inovasi baru yang bisa di dapat untuk memajukan budidayanya.

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa tingkat partisipasi petani dalam kelompok tani berada pada kategori tinggi yaitu 43 orang. Petani rutin mengikuti pertemuan kelompok taninya, juga aktif dalam mengikuti kegiatan diluar penyuluhan atau diluar kegiatan kelompok tani yang diadakan asosiasi.

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan petani dalam memanfaatkan sumber informasi adalah tinggi yaitu 41 orang dengan prosentasi 89,1% yang berarti dalam membudidayakan krisan potong petani banyak memanfaatkan informasi untuk memperbaiki budidayanya. Sebagian besar petani dalam penelitian cukup banyak mendapatkan sumber informasi tentang budidaya krisan dari badan Litbang, penyuluh, kunjungan, internet, dan dari buku serta sharing atau berbagi informasi dengan petani krisan yang lain.

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat kosmopolitan atau tingkat keaktifan petani dalam mencari informasi keluar daerah adalah rendah yaitu 30 orang. Dalam satu tahun, rata-rata petani keluar daerah hanya satu atau dua kali

Page 8: agribisnis.fp.uns.ac.idagribisnis.fp.uns.ac.id/.../uploads/2014/01/JURNAL.docx · Web view1FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA BUNGA KRISAN

apabila ada agenda kegiatan yang di buat oleh asosiasi, itupun jika ada kunjungan atau field trip ke daerah budidaya krisan yang sudah maju seperti Bandungan atau Lembang.

Berdasarkan table 3 pada sifat usahatani, petani menerapkan usahatani yang bersifat modern (komersial) sebanyak 34 orang. Sebagian petani memiliki usahatani yang sedang sebanyak 12 orang. Sifat usahatani tegolong menjadi 2 yaitu usahatani modern (komersial), dan tradisional (sub sisten). Sifat usahatani modern (komersial) merupaka sifat usahatani yang menyukai perubahan, selalu mencari atau memburu inovasi demi perubahan, peningkatan produksi dan produktivitas, serta perbaikan efisiensi dan memerlukan pasar sebagai sarana untuk menjual produksinya. Usahatani komersial bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Pada usahatani tradisional atau sub sisten teknologi yang digunakan masi sangat sederhana dan tidak mengikuti perubahan jaman, tujuan usahatani subsisten adalah untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

Pada tabel3 dapat dilihat bahwa hampir seluruh

responden yang berjumlah 46 orang menyatakan hubungan didalam kelompok tani terjalin dengan sangat baik. Responden yang diteliti menyatakan bahwa di dalam kelompoknya sangat mengutamakan sifat kekeluargaan, banyak manfaat yang di dapat khususnya untuk memajukan budidaya usahataninya, serta kebutuhan finansial maupun kebutuhan lainnya dalam kelompok tani sudah tercukupi.

Tingkat keaktifan penyuluh dari Tabel 3 di atas berdasarkan jumlah responden yang diteliti berada pada kategori sedang sebanyak 30 orang. Sebagian besar responden menyatakan tingkat keaktifan penyuluh sudah baik. Rata-rata responden yang diteliti sudah mempunyai kemampuan yang baik dalam mengelola budidaya krisan sehingga masalah yang muncul masih bisa ditangani sendiri oleh petani tanpa banyak bantuan dari penyuluh.Hubungan Antara Faktor Internal dan Faktor Eksternal Dengan Tingkat Penerapan Teknologi Budidaya Bunga Krisan Potong

Untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan (faktor internal dan eksternal) dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong digunakan uji korelasi RankSpearman (rs), sedangkan untuk menguji tingkat signifikansi terhadap nilai yang diperoleh dengan menggunakan besarnya nilai thitung dan ttabel dengan tingkat kepercayaan 99 % (α = 0,01). Hasil analisis hubungan faktor internal dan eksternal dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga

Page 9: agribisnis.fp.uns.ac.idagribisnis.fp.uns.ac.id/.../uploads/2014/01/JURNAL.docx · Web view1FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA BUNGA KRISAN

krisan potong dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 4. Analisis Hubungan Antara Faktor Internal dan Faktor Eksternal dengan Tingkat Penerapan Teknologi Budidaya Bunga Krisan Potong

Variabel X Y Total (Tingkat Penerapan Teknologi Budidaya Bunga Krisan Potong)

rs thit

Penguasaan lahan usahatani (X1.1) 0,135 0,903

Pendidikan formal (X1.2) 0,024 0,159

Pendidikan non formal (X1.3) 0,699** 6,483

Tingkat partisipasi dalam kelompok tani (X1.4) 0,590** 4,847

Sumber informasi yang dimanfaatkan (X1.5) 0,427** 3,132

Tingkat kosmopolitan (X1.6) -0,109 -0,723

Faktor Internal (X1tot) 0,255 1,553

Sifat usahatani (X2.1) 0,699** 6,483

Keadaan kelompok tani (X2.2) 0,699** 6,483

Tingkat keaktifan penyuluh (X2.3) 0,109 0,723

Faktor Eksternal (X2tot) 0.489* 3,658

**Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)*Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed)Keterangan:Ttab = 2,015 (α 0,05)Ttab = 2,692 (α 0,01)

** = Signifikan pada 0,01* = Signifikan pada 0,05

rs = Korelasi rank spearman

Hubungan Antara Penguasaan Lahan Usahatani Dengan TingkatPenerapan Teknologi BudidayaBunga Krisan Potong

Berdasarkan Tabel 4 menunjukan bahwa terdapat hubungan yang tidak

signifikan antara penguasaan lahan dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong dengan nilai rs sebesar 0,135 dan thitung 0,903 lebih kecil dari ttabel 2,015. Jadi, ini menunjukkan bahwa penguasaan lahan usahatani tidak berhubungan dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong. Hal ini terjadi karena cara penerapan teknologi dan cara membudidayakan tanaman krisan potong yang digunakan oleh petani baik yang mempunyai luas lahan

Page 10: agribisnis.fp.uns.ac.idagribisnis.fp.uns.ac.id/.../uploads/2014/01/JURNAL.docx · Web view1FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA BUNGA KRISAN

sedikit sampai luas lahan yang paling banyak adalah sama.

Hubungan Antara PendidikanFormal Dengan Tingkat Penerapan Teknologi Budidaya Bunga Krisan Potong

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai thitung lebih kecil dari tTabel yaitu 0,159 < 2,015. Hal ini menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan dengan arah hubungan yang cenderung positif antara pendidikan formal dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong. Petani dalam penelitian ini lebih banyak menggunakan pengalamannya sendiri dalam membudidayakan bunga potong krisan. Pengalaman merupakan salah satu pembelajaran yang tidak diperoleh atau belum tentu diajarkan saat melalui pendidikan sekolah. Sebagian besar petani dalam penelitian ini memiliki pendidikan yang cukup baik pada tingkat sedang antara SMP dan SMA.

Hubungan Antara Pendidikan NonFormal Dengan Tingkat PenerapanTeknologi Budidaya Bunga KrisanPotong

Berdasarkan pada Tabel 4 di atas dapat dilihat nilai thitung ≥tTabel yaitu 6,483>2,692 pada nilai signifikan 0,01. Nilai ini menunjukkan hubungan yang signifikan dengan arah hubungan yang cenderung positif. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan non formal berhubungan dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong. Petani dalam penelitian ini mempunyai tingkat keingintahuan yang tinggi mengenai budidaya krisan yang berhubungan dengan tingkat

penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong. Melalui pendidikan non formal yang diikuti oleh petani, maka petani akan mendapatkan banyak informasi yang berkaitan dengan tingkat penerapan teknologi budidaya dan dapat diterapkan pada usahatani mereka. Informasi yang didapat dalam pendidikan non formal tersebut dapat membuat petani memiliki pertimbangan tentang penerapan teknologi budidayanya dari ilmu yang di dapat dengan apa yang telah diterapkannya mereka selama ini.

Hubungan Antara TingkatPartisipasi Dalam Kelompok TaniDengan Tingkat PenerapanTeknologi Budidaya Bunga KrisanPotong

Berdasarkan pada Tabel4di atas diketahui bahwa nilai thitung lebih besar dari tTabel yaitu 4,847 > 2,692. Nilai ini menunjukkan hubungan yang signifikan dengan arah hubungan yang cenderung positif. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi petani dalam kelompok tani berhubungan dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong. Kelompok tani di Kecamatan Pakem memiliki suasana kelompok yang yang harmonis didalamnya. Hal ini juga didukung dengan adanya komunikasi yang baik dan kekompakan antara anggota kelompok.

Hubungan Antara SumberInformasi Yang Dimanfaatkan Oleh Petani Dengan Tingkat Penerapan Teknologi Budidaya Bunga Krisan Potong

Page 11: agribisnis.fp.uns.ac.idagribisnis.fp.uns.ac.id/.../uploads/2014/01/JURNAL.docx · Web view1FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA BUNGA KRISAN

Pada Tabel4di atas diketahui bahwa nilai dari thitung lebih besar dari tTabel yaitu 3,132 >2,692 dengan arah hubungan yang cenderung positif. Perbandingan nilai ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara sumber informasi yang dimanfaatkan oleh petani dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong. Artinya bahwa sumber informasi yang dimanfaatkan oleh petani berhubungan dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong. Hal ini dipengaruhi karena petani mencari informasi tentang budidaya bunga krisan potong dari berbagai sumber informasi yang bisa di dapat seperti penyuluh, buku terkait, bertanya pada sesama anggota kelompok, studi banding atau kunjungan ke daerah budidaya krisan yang lain, maupun dari seminar dan pelatihan yang mereka ikuti. Hubungan Antara TingkatKosmopolitan Dengan TingkatPenerapan Teknologi BudidayaBunga Krisan Potong

Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa nilai thitung lebih kecil dari tTabel yaitu -0,723 < 2,015 dengan arah hubungan yang cenderung negatif. Nilai ini menunjukan adanya hubungan yang tidak signifikan. Artinya bahwa tingkat kosmopolitan tidak berhubungan dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong. Hal ini disebabkan karena di daerah penelitian merupakan salah satu sentra pembudidayaan bunga krisan potong yang mendapat perhatian dari pemerintah serta badan

Litbang dalam pengembangan budidaya bunga krisan potong yang dapat memfasilitasi petani akan masuknya informasi dari luar tanpa harus sering keluar daerah untuk memperoleh informasi.

Hubungan Antara Faktor InternalDengan Tingkat PenerapanTeknologi Budidaya Bunga KrisanPotong

Berdasarkan Tabel 4di atas dapat dilihat bahwa nilai thitung lebih kecil dari tTabel yaitu 1,55.22 <2,015 dengan arah hubungan yang cenderung positif. Nilai ini menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara faktor internal dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong. Dapat diartikan bahwa faktor internal tidak berhubungan dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong. Dari penelitian yang dilakukan petani sudah baik dalam menarapkan usahataninya dilihat dari hasil panen yang memuaskan dan dapat mencukupi kebutuhan pasar dengan kualitas bunga yang diperhitungkan serta menjadi supplier di pasaran. Kecamatan Pakem juga menjadi salah satu daerah penghasil bunga krisan yang pemasarannya sudah luas ke floris-floris dalam kota.

Hubungan Antara Sifat UsahataniDengan Tingkat PenerapanTeknologi Budidaya Bunga KrisanPotong

Pada Tabel 4di atas dapat diketahui bahwa nilai thitung lebih besar dari tTabel yaitu 6,483> 2,692 dengan arah hubungan yang cenderung positif. Nilai ini menunjukkan hubungan yang

Page 12: agribisnis.fp.uns.ac.idagribisnis.fp.uns.ac.id/.../uploads/2014/01/JURNAL.docx · Web view1FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA BUNGA KRISAN

signifikan antara sifat usahatani dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong. Sifat usahatani berhubungan dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong, karena sebagian besar sifat usahatani petani bunga krisan potong sudah bersifat modern dan mampu mencukupi kebutuhan hidupnya yang diperoleh dari pendapatan usahatani bunga krisan miliknya.

Hubungan Antara KeadaanKelompok Tani Dengan TingkatPenerapan Teknologi BudidayaBunga Krisan Potong

Berdasarkan pada Tabel 4di atas dapat dilihat bahwa t hitung lebih dari t Tabel yaitu 6,483 > 2,692 dengan arah hubungan yang cenderung positif. Perbandingan ini menunjukkan hubungan yang signifikan antara keadaan kelompok tani dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong. Artinya bahwa keadaan kelompok tani mempengaruhi tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong. Keadaan kelompok tani bunga krisan di daerah penelitian sangat mengutamakan suasana kekeluargaan, antara anggota kelompok saling rukun, aktif memberikan masukan pada setiap anggota kelompoknya yang mengalami masalah dalam budidaya sehingga tercipta kenyamanan di dalam kelompoknya sendiri.

Untuk dana kelompok biasanya didapatkan dari kas yang masuk seperti iuran rutin, dana bantuan dari instansi terkait, dan dana bantuan yang sampai saat ini masih berjalan adalah

bantuan dari Jepang yang disebut dengan CF_SKR yaitu dana pengembalian uang pampasan perang. Dana pengembalian pampasar perang ini diberikan secara bergilir kepada petani khususnya bunga krisan untuk mengembangkan budidayanya. Oleh karena itu pada tahun 2012 banyak kubung-kubung budidaya krisan baru yang di bangun petani dan uangnya berasal dari dana bantuan tersebut.

Hubungan Antara TingkatKeaktifan Penyuluh DenganTingkat Penerapan TeknologiBudidaya Bunga Krisan Potong

Tabel 4 di atas menunjukan ada hubungan yang tidak sigifikan antara keaktifan penyuluh dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong dengan nilai perbandingan thitung 0,723 < tTabel 2,015 dengan arah hubungan yang cenderung positif. Dapat diartikan bahwa kualitas maupun intensitas penyuluh dalam melakukan kegiatan penyuluhan tidak berpengaruh terhadap tinggi rendahnya tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong. Hal ini dikarenakan petani sudah cukup mengerti dan berpengalaman dalam melakukan budidaya bunga krisan potong. Petani juga semakin maju dalam melakukan usahataninya melalui pengalaman dan masalah-masalah yang mereka hadapi dalam usahataninya.

Hubungan Antara Faktor EksternalDengan Tingkat PenerapanTeknologi Budidaya Bunga KrisanPotong

Page 13: agribisnis.fp.uns.ac.idagribisnis.fp.uns.ac.id/.../uploads/2014/01/JURNAL.docx · Web view1FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA BUNGA KRISAN

Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa thitung lebih besar dari tTabel

yaitu 3,658 > 2,692. Perbandingan ini menunjukkan hubungan yang signifikan dengan arah hubungan yang cenderung positif. Dapat diartikan bahwa faktor ekternal berpengaruh pada tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong. Hal ini dikarenakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh petani dengan sistem sosialnya sangat terfokus pada peningkatan usaha budidayanya sehingga berpengaruh terhadap tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong yang menjadikan tinggi dalam penerapannya. Jadi dalam menerapkan teknologi budidaya bunga krisan potong, petani cenderung mengutamakan sifat usahatani yang modern, kekompakan dan kerukukan antar anggota kelompok juga diperlukan guna menjaga keberlangsungan kelompok dan usahataninya, serta petani lebih mengandalkan pengetahuan yang telah dimiliki dan pengalaman yang diperolehnya selama membudidayakan bunga krisan potong.

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

1) Tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong dalam kegiatan penyiapan lahan sampai pada kegiatan panen termasuk dalam kategori tinggi. Sedangkan pada kegiatan pasca panen termasuk dalam kategori sedang, 2) Faktor Internal dan eksternal berdasarkan kategori tinggi adalah pendidikan non formal, tingkat partisipasi petani dalam kelompok tani, sumber informasi yang

dimanfaatkan, sifat usahatani, dan keadaan kelompok tani, 3) Faktor internal dan eksternal berdasarkan kategori sedang adalah penguasaan lahan usahatani, pendidikan formal, dan tingkat keaktifan penyuluh, 4) Faktor internal dan eksternal berdasarkan kategori rendah adalah tingkat cosmopolitan, 5) Hubungan pendidikan non formal, tingkat partisipasi dalam kelompok tani, sumber informasi yang dimanfaatkan, sifat usahatani, dan keadaan kelompok tani dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan menunjukan hubungan yang signifikan, 6) Hubungan pemilikan luas lahan, pendidikan formal, tingkat kosmopolitan, dan tingkat keaktifan penyuluh dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan menunjukan hubungan yang tidak signifikan

SaranTingkat penerapan teknologi

budidaya bunga krisan potong oleh petani sudah baik. Namun dalam pengelolaan pasca panen termasuk dalam kategori sedang. Kegiatan pasca panen sampai pada pemasaran bunga krisan potong di Desa Hargobinangun ditangani oleh asosiasi, oleh karena itu sebaiknya petani perlu dilibatkan di dalamnya agar lebih mengetahui informasi tentang pengelolaan pasca panen yang tepat mulai dari sortasi, grading, hingga pemasarannya. Hal ini dimaksutkan agar petani juga dapat

Page 14: agribisnis.fp.uns.ac.idagribisnis.fp.uns.ac.id/.../uploads/2014/01/JURNAL.docx · Web view1FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA BUNGA KRISAN

mengetahui kualitas bunga potong yang dibudidayakannya serta mengetahui nilai ekonominya.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Budidaya Tanaman Hias. 2007. Standart Operasional Prosedur Budidaya Krisan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Direktorat Jendral Hortikultura. 2011. Komoditas Hortikultura di Indonesia. Departemen Pertanian. Jakarta

Lionberger, Herbert F. 1960. Adoption of New Ideas and Practices. The Iowa State University Press. Missouri.

Mardikanto, T. 2006. Prosedur Penelitian Penyuluhan Pembangunan. Prima Pressindo. Surakarta.

Riady A Gani. 2007. Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. BPTP Jawa Tengah. Departemen Pertanian.

Siegel, S. 1997. Statistik Non Parametrik. PT. Gramedia. Jakarta.

Soekartawi, 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. UI Press. Jakarta.