Upload
vuongthien
View
219
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KAYU GALAM UNTUK BAHAN BIO-BRIKET SEBAGAI PENINGKATAN FUNGSI
LAHAN BASAH YANG RUSAK
PROPOSAL METODE PENELITIAN
(HMKK 538)
Disusun Oleh :
NAMA : M. HAVIZ ANSHARI
NIM : (H1F114029)
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2016
i
TERIMA KASIH KEPADA
ii
Rektor Universitas Lambung Mangkurat
Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc
Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama dan Humas
Prof. Dr. Ir. H. Yudi Firmanul
Arifin, M.Sc
Kepala Prodi Teknik Mesin
Achmad Kusairi S, ST,. MT., MM.
Mahasiswa
Wakil Rektor Bidang Akademik
Dr. Ahmad Alim Bachri, SE., M.Si
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni
Dr. Ir. Abrani Sulaiman, M,Sc
Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan
Dr. Hj Aslamiah, M.Pd., Ph.d
Dosen Pengampuh
Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah Amd. Hyp, ST, M.Kes.
Dekan Fakultas Teknik
Dr. Ing. Yulian Firmana Arifin, ST., MT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Metode
Penelitian ini dengan judul PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KAYU GALAM
UNTUK BAHAN BIO-BRIKET SEBAGAI PENINGKATAN FUNGSI LAHAN
BASAH YANG RUSAK. Keberhasilan dalam penyusunan Proposal Metode
Penelitian ini tidak lepas dari bantuan dan kerja sama, serta dukungan dari
berbagai pihak. Ucapan terima kasih Penulis haturkan kepada :
1. Bapak Ach. Kusairi S, MM., MT. selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat
2. Ibu Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd.hyp., ST., M.Kes. selaku Dosen
Pengampuh 1
3. Bapak dan Ibu saya yang selalu memberikan dukungan dan semangat serta
doanya yang selalu menyertai saya.
Proposal ini disusun untuk memenuhi persyaratan kelulusan mata kuliah
Metode Penelitian (HMKK 538) dan bisa menjadi pengetahuan serta pengenalan
bagi mahasiswa tentang dunia Konversi Energi.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap nantinya proposal ini bisa
bermanfaat bagi semua pihak, terutama para mahasiswa dan saya sendiri.
Banjarbaru, 17 November 2016
M. Haviz Anshari
iii
DAFTAR ISI
Judul Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................ iii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah......................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ............................................................. 3
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................... 3
BAB II DASAR TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu......................................................... 4
2.2 Briket................................................................................. 6
2.3 Bio-char............................................................................. 6
2.4 Galam (Melaleuca Cajuputi)............................................. 7
2.5 Perekat.............................................................................. 8
2.6 Lahan Gambut.................................................................. 8
2.7 Kotoran Ternak................................................................. 9
BAB III METODE PENELITIAN
iv
3.1 Objek Penelitian .............................................................. 10
3.2 Alat dan Bahan ............................................................... 10
3.3 Metode Pembuatan Briket................................................ 11
3.4 Parameter yang Diuji........................................................ 12
3.5 Diagram Alir Metode Penelitian........................................ 14
3.6 Jadwal Pelaksanaan Penelitian........................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 16
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia saat ini tengah gencar meningkatkan penelitian, produksi dan
penggunaan EBT (Energi Baru Terbarukan) sebagai sumber daya energi utama.
Pengalihan paradigma penggunaan sumber daya ini dikarenakan tidak lain
adalah kekhawatiran pemimpin dunia terhadap menipisnya cadangan energi
dunia. Berdasarkan data dari World Energy Council dalam World Energy
Resource 2013 Survey suplai energi dunia (batubara, minyak dan gas alam)
akan habis dalam kurun waktu beberapa dekade. Saat ini dunia masih memiliki
ketergantungan yang tinggi terhadap suplai bahan bakar fosil seperti batubara,
minyak bumi dan gas alam yaitu sebesar 76%. Dengan jumlah cadangan yang
terbatas, sumber-sumber energi tersebut akan habis dalam waktu dekat dan
76% bagian dunia akan lumpuh tanpa sumber energi. Masalah ini dapat
terpecahkan dengan dua kondisi. Satu, ditemukan cadangan baru dalam jumlah
besar yang tentunya akan diperlukan eksplorasi besar-besaran dan akan
berimbas pada pengerusakan yang besar terhadap lingkungan. Dua, dilakukan
inovasi terhadap EBT secara lebih gencar sehingga variasi sumber energi
menjadi lebih banyak dan kebutuhan akan sumber energi jangka panjang dapat
terpenuhi (World Energy Coucil. 2013. World Enerrgy Resource 2013 Survey).
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam yang
sangat berlimpah, baik sumberdaya alam yang dapat diperbaharui maupun tidak
dapat diperbaharui. Sumberdaya alam yang dapat diperbaharui seperti:
ekosistem hutan, ekosistem hewan sedangkan sumber daya yang tidak dapat
diperbaharui seperti: minyak bumi, batubara, pertambangan emas, perak dan
lain-lain.
1
Kotoran sapi menghasilkan kalor sekitar 4000 kal/g dan gas metan (CH)
yang cukup tinggi. Gas metan merupakan salah satu unsur penting dalam briket
yang berfungsi sebagai penyulut, yaitu agar briket yang dihasilkan diharapkan
mudah terbakar.(Pancapalaga, 2008).
Berbagai macam pohon yang tumbuh subur di Kalimantan Selatan Salah
satunya yaitu pohon Galam (Melaleuca cajuputi) dengan subspesies cumingina.
Subspesies ini memiliki kadar cineole rendah sehingga apabila digunakan
sebagai bahan baku minyak kayu putih keluarannya akan berkualitas rendah
(Kartikawaka.N.K et.al, 2014). Pohon ini memiliki ketahanan yang tinggi terhadap
kadar asam tanah dan genangan air yang umum ditemukan pada lahan HRG
(Hutan Rawa Gambut) di Kalimantan dan Sumatera sehingga banyak ditemukan
di lokasi tersebut. Masyarakat memanfaatkan kayu dari pohon ini sebagai
penyangga cetakan beton, arang, landasan bangunan di bawah air tawar dan air
asin karena tahan lama (Daryono, 2009). Oleh masyarakat daerah Banjarbaru
dan Marabahan Kalimantan Selatan, tanaman ini kayunya dimanfaatkan sebagai
penyangga cetakan beton, arang, landasan bangunan, sedangkan kulit kayu
dibuang atau dibakar karena dianggap tidak berguna. Atas hal ini dapat
dilakukan penelitian pemanfaatan kulit kayu pohon galam ini. Dan harapan ini
dapat menyadarkan masyarakat dan pemerintah akan potensi dari tumbuhan
endemik rawa gambut Kalimantan, sehingga dapat dilakukan usaha bersama
rehabilitasi HRG.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka di dapatkan rumusan masalah sebagai
berikut:
a. Bagaimana kemampuan bio-briket yang menggunakan bahan dasar
pengolahan dari kulit pohon gelam (Melaleuca cajuputi)?
2
b. Bagaimana kualitas bio-briket berbahan dasar kulit kayu pohon gelam
dibandingkan dengan bio-briket yang lain?
c. Dan apakah bio-briket berbahan dasar kulit kayu pohon gelam dapat
memenuhi Standar Nasional Indonesia untuk bio-briket?
1.3 Batasan Masalah
Penelitian ini akan di batasi pada :
a. Penelitian ini Hanya untuk daerah Kalimantan Selatan.
b. Penelitian ini Hanya pada pohon Galam (Melaleuca cajuputi) dengan
subspesies cumingina.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Mengenali/mempelajari kemampuan bio-briket berbahan dasar kulit
galam (Melaleuca cajuputi).
b. Membandingkan kualitas bio-briket berbahan dasar kulit kayu pohon
galam dengan bio-briket lain dan Standar Nasional Indonesia.
c. Memberikan alternatif pemanfaatan lahan gambut yang rusak sebagai
salah satu lumbung energi.
1.5 Manfaat Penelitian
Berikut merupakan manfaat yang diharapkan dari pemanfaatan kulit kayu
pohon galam sebagai bahan dasar bio-briket :
a. Memberikan kontribusi atas perkembangan EBT nasional dan
internasional.
b. Memberikan alternatif EBT dengan bahan baku yang melimpah dan
mudah dibudidayakan.
3
c. Memberikan alternatif sumber daya energi yang murah dan ramah
lingkungan.
d. Mendapatkan briket yang berkualitas tinggi.
4
BAB II
Dasar Teori
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merujuk pada beberapa penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya yaitu oleh :
Santosa, Mislaini R dan Swara Pratiwi Anugrah dari Jurusan Teknik
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas Kampus Limau
Manis, Padang pada bulan September - Oktober 2010 dengan judul STUDI
VARIASI KOMPOSISI BAHAN PENYUSUN BRIKET DARI KOTORAN SAPI
DAN LIMBAH PERTANIAN, didapatkan hasil sebagai berikut :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa briket terbaik terdapat pada komposisi
kotoran sapi : limbah pertanian adalah 1:3 dengan nilai kalor 4.527,22 kal/g.
Nilai karakteristik dari tiap-tiap perlakuan komposisi briket menunjukkan bahwa
dengan meningkatnya proporsi penggunaan limbah pertanian sebagai bahan
baku briket mampu meningkatkan kadar karbon, nilai kalor, kerapatan dan kuat
tekan, serta mampu menurunkan kadar air dan kadar abu. Nilai kalor
berpengaruh terhadap laju pembakaran. Semakin tinggi nilai kalor briket, maka
laju pembakaran briket semakin tinggi.
Siti Jamilatun dari Program Studi Teknik Kimia, Universitas Ahmad
Dahlan Yogyakarta Jl. Prof. Dr.Soepomo, Yogyakarta dengan judul SIFAT-SIFAT
PENYALAAN DAN PEMBAKARAN BRIKET BIOMASSA, BRIKET BATUBARA
DAN ARANG KAYU didapatkan hasil sebagai berikut :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tempurung kelapa memiliki lama menyala
terpanjang yaitu 116 menit dengan kecepatan pembakaran 126,6 gram/detik dan
nilai kalor tertinggi sebesar 5.779,11 kal/gram. Untuk mendidihkan 1 liter air,
semua jenis briket yang diuji membutuhkan waktu antara 5 sampai 7 menit. Jika
5
dibandingkan dengan briket batubara yang memiliki nilai kalor 6.058 kal/gram
dan arang kayu dengan nilai kalor 3.583 kal/gram maka briket tempurung kelapa
cukup baik digunakan sebagai bahan bakar alternatif.
M. Yusuf Thoha, Diana Ekawati Fajrin dari Jurusan Teknik Kimia,
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya dengan judul PEMBUATAN BRIKET
ARANG DARI DAUN JATI DENGAN SAGU AREN SEBAGAI PENGIKAT
didapatkan hasil sebagai berikut :
Hasil analisa penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi substitusi binder
maka kadar air semakin tinggi, kadar abu semakin tinggi, kadar volatile matter
semakin tinggi, fixed carbon semakin rendah dan nilai kalor semakin rendah. Dan
semakin tinggi suhu karbonisasi maka nilai konversi biomassa menjadi arang
semakin rendah, kadar abu semakin rendah, kadar volatile matter semakin
rendah, dan kadar fixed carbon semakin tinggi.
2.2 Briket
Keberadaan sampah organik merupakan salah satu masalah yang tengah
dihadapi hampir seluruh pemerintah dunia. Pemanfaatan limbah pertanian,
rumah tangga dan industri sering kali sulit dilakukan karena sifatnya dan
karakteristik yang tidak merata. Maka salah satu solusi yang bisa dilakukan
adalah pemadatan limbah tersebut menjadi produk dengan kerapatan yang tinggi
dibandingkan bahan mentah, proses ini dikenal dengan nama densifikasi atau
pembriketan (Bhattacharya, -).
2.3 Bio-char
Bio-char merupakan alternatif untuk sumber energi dan penyimpan karbon.
Proses produksi bio-char dapat dilakukan dalam skala kecil hingga komersial.
Bahan baku pembuatan biochar dapat berupa kayu, limbah pertanian seperti
6
tongkol jagung, limbah pabrik industri seperti blotong , dan sekam padi (Ibnu
Rois, 2005).
2.4 Galam (Melaleuca Cajuputi)
Taksonomi
Family Myrtaceae
Sinonim Myrtus Saligna Burm,f ; Melaleuca
minor Smith, Melaleuca
leucadendron (Smith) Duthie
Gambar 2.1 (a) Hutan Galam
(b) Kayu Galam
Sumber : Simpson, 2009
Pohon galam (M. Leucadendron) tersebar sepanjang daerah Asia Tenggara
– Pasific dari sebelah utara Australia, Papua ugini, Indonesia Malaysia, Thailand,
Kamboja bagian selatan, dan Vietnam. Tumbuhan ini banyak ditemukan hidup
diatas hutan rawa dan lahan yang tergenang secara periodik. Walaupun
tumbuhan ini banyak ditemukan di daerah HRG (Hutan Rawa Gambut) yang
miskin unsur hara dan memiliki kandungan asam yang tinggi, mereka juga
7
(a) (b)
mampu tumbuh di daerah yang kaya dan memiliki kadar pH yang tinggi.
Pertumbuhan pada daerah tersebut justru akan mengakselerasi pertumbuhan
dari pohon Galam, ini disebabkan oleh tingginya kemampuan bertahan hidup dari
pohon ini. Pohon galam memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pH rendah,
genangan, api dan semprotan air garam. Pohon galam terbagi kedalam 3
subspesies yaitu cajuputi, cumingiana (Turcz) Barlow, dan platyphylla Barlow
(Schmidt et.al, 2014). Subspesies cumingiana ini banyak tersebar di Kalimantan.
2.5 Perekat
Perekat adalah suatu zat atau bahan yang memiliki kemampuan untuk
mengikat dua benda melalui ikatan permukaan. Beberapa istilah lain dari perekat
yang memiliki kekhususan meliputi glue, mucilage, paste, dan cement. Glue
merupakan perekat yang terbuat dari protein hewani, seperti kulit, kuku, urat, otot
dan tulang yang secara luas digunakan dalam industri pengerjaan kayu.
Mucilage adalah perekat yang dipersiapkan dari getah dan air dan diperuntukkan
terutama untuk perekat kertas. Paste merupakan perekat pati (starch) yang
dibuat melalui pemanasan campuran pati dan air dan dipertahankan berbentuk
pasta. Cement adalah istilah yang digunakan untuk perekat yang bahan
dasarnya karet dan mengeras melalui pelepasan pelarut (Ruhendi, dkk, 2007).
2.6 Lahan Gambut
“Lahan gambut adalah lahan yang memiliki lapisan tanah kaya bahan
organik (C-organik > 18%) dengan ketebalan 50 cm atau lebih. Bahan organik
penyusun tanah gambut terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang belum melapuk
sempurna karena kondisi lingkungan jenuh air dan miskin hara. Oleh karenanya
lahan gambut banyak dijumpai di daerah rawa belakang (back swamp) atau
daerah cekungan yang drainasenya buruk (Agus & Subiksa, 2008).
8
2.7 Kotoran Ternak
Kotoran ternak apabila dibiarkan menumpuk tanpa penanganan maka akan
berpotensi menyebabkan polusi dari proses pembusukan kotoran yang terjadi.
Keluaran dari pembusukan kotoran tersebut adalah BOD, penyakit, nutrisi,
methane (CH4) dan emisi amonia. Kerusakan besar akan dialami oleh air
permukaan tanah dan air bawah tanah. Terutama polusi akibat emisi gaas
methane yang terlepas ke angkasa berkontribusi aktif dalam peningkatan suhu
bumi saat ini (Lusk, 1998). Sehingga dibutuhkan sebuah alternatif pengelolaan
yang lebih ramah lingkungan.
9
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Dalam Penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah pohon Galam
(Melaleuca cajuputi) dengan subspesies cumingina yang berada di wilayah
Kalimantan Selatan. Penelitian dilakukan di laboratorium Program Studi Teknik
Mesin Universitas Lambung Mangkurat.
3.2 Bahan dan Peralatan
3.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Kulit kayu pohon galam (Melaleuca cajuputi) subsp. cumingina
b. Kotoran sapi yang sudang kering
c. Pati
d. Air
3.2.2 Peralatan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Tungku yang digunakan untuk pengeringan kulit kayu pohon galam
(Melaleuca cajuputi) dan kotoran sapi.
b. Sekop kecil yang digunakan sebagai alat untuk memasukkan kulit kayu
pohon galam (Melaleuca cajuputi) dan kotoran sapi ke dalam tungku.
c. Lesung dan alu yang digunakan sebagai alat untuk menumbuk.
d. Ember dan baskom digunakan sebagai pengadukan adonan.
e. Gelas ukur yang digunakan untuk mengukur jumlah air yang dibutuhkan
untuk membuat larutan kanji.
f. Pengaduk kayu yang digunakan sebagai alat untuk mengaduk adonan.
10
g. Timbangan digunakan sebagai alat untuk mengukur berat bahan.
h. Cetakan digunakan sebagai tempat untuk mencetak sampel briket.
i. Oven digunakan sebagai alat untuk pengeringan.
j. Bom kalorimeter digunakan sebagai alat untuk mengukur nilai kalor dari
briket yang dihasilkan.
k. Nama label yang digunakan untuk menandakan sampel perlakuan.
l. Alat tulis yang digunakan sebagai tambahan peralatan penelitian.
m. Saringan yang digunakan untuk menyaring bioarang yang telah ditumbuk.
3.3 Metode Pembuatan Briket
Bagian ini menjelaskan langkah-langkah pembuatan bio-briket dengan kulit
kayu pohon galam (Melaleuca cajuputi) dan kotoran sapi :
a. Kulit kayu pohon galam (Melaleuca cajuputi) dibersihkan, kemudian
keringkan di bawah sinar matahari.
b. Kotoran sapi yang di keringkan dibawah sinar matahari.
c. Masukkan bahan ke dalam tungku secara bertahap, Kemudian materi
dinyalakan dengan api. Setelah bahan menjadi arang, bahan dikeluarkan
dari tungku.
d. Hasil dari pembakaran bahan pada tungku di buat menjadi arang bubuk.
Setelah menjadi arang bubuk, bioarang diayak untuk mendapatkan materi
dengan ukuran yang seragam. Dalam penelitian ini, ukuran materi yang
diperbolehkan lebih besar dari atau sama dengan 70 mesh.
e. Kemudian menyiapkan perekat campuran (pati) yang dilarutkan dalam air
dengan perbandingan 1: 10, kemudian dipanaskan.
f. Pati tepung adonan yang telah menjadi perekat, kemudian dicampur dengan
hasil arang bubuk penyaringan sehingga menjadi adonan lengket, maka
adonan diaduk agar semua bahan tercampur rata.
11
g. Hasil adonan dimasukkan ke dalam cetakan kemudian ditekan. Tekanan
dilakukan sedemikian rupa sehingga briket lebih padat dan kuat.
h. Briket kemudian dikeluarkan dari cetakan dan pengeringan dalam oven pada
suhu 600C selama ± 24 jam, briket yang dihasilkan diuji parameter, yaitu
kualitas nilai kalor, kadar air, dan kadar abu.
3.4 Paramater yang Diuji
Parameter yang diuji adalah sebagai berikut:
3.4.1 Kualitas Nilai Kalor
Nilai kalor menjadi parameter mutu paling penting bagi briket arang
sebagai bahan bakar sehingga nilai kalor sangat menentukan kualitas briket.
Semakin tinggi nilai kalor bakar briket, semakin tinggi pula kualitas briket yang
dihasilkan. Mengukur kualitas nilai kalor dilakukan untuk setiap perlakuan pada
setiap pengulangan. Kualitas nilai kalor dapat diukur dengan menggunakan
kalorimeter bom (cal /gr). Cara pengujian kualitas nilai kalor dari briket bioarang
kulit kayu pohon galam (Melaleuca cajuputi) dan kotoran sapi adalah sebagai
berikut:
Nilai kalori dihitung dengan persamaan :
HHV = (T2-T1 - 0,05) x Cv
Dimana, T1 = Suhu sebelum pengeboman (0C)
T2 = suhu setelah pengeboman (0C)
1 Joule = 0,239 kal
HHV = Kualitas Nilai Kalor (cal / g)
pemanasan jenis bom kalorimeter (Cv) = 73529,6 (joule / g0C)
Kenaikan suhu kawat penyala = 0.050C
12
3.4.2 Kandungan Air
Penentuan kadar air dilakukan untuk setiap perlakuan pada setiap
pengulangan. Kandungan air dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan:
Kadar air (%) = {(G0 - G1) / G0} x 100%
dimana, G0 = Berat sampel sebelum pengeringan (gr)
G1 = Berat sampel setelah pengeringan (gr)
3.4.3 Tingkat Abu
Penentuan kadar abu dengan memanaskan sampel pada piring porselen
di oven pada suhu 1050C selama 1 jam, kemudian didinginkan dalam eksikator
kemudian ditimbang. Sampel ditimbang sebanyak 4 gram dalam cangkir porselen
dan kemudian dimasukkan ke dalam tungku pembakaran pada suhu antara
300°C sampai 500°C sampai sampel menjadi abu, untuk mendapatkan nilai
kadar abu, dapat digunakan persamaan berikut:
Kadar abu (%) = (C / A) x 100%
dimana, A = berat bahan sebelum pembakaran (gr)
C = berat abu / residu (gr)
13
3.5 Diagram Alir Metode Penelitian
14
Kulit Kayu Pohon Galam
Pengeringan
Pemilahan dan penimbangan
Proses Karbonasi
Penghalusan arang
Mencampurkan material
Pencetakan
Penekanan adonan briket
pengeringan
Tercampur
Briket
Selesai
Tidak
Ya
START
Kotoran Sapi
Penentuan Kadar Air
Penentuan Kadar Abu
Penentuan Kualitas Kalor
3.6 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan ini dilaksanakan diantara Awal Bulan Februari hingga
menjelang akhir April. Berikut gambar jadwal pelaksanaan penelitian
Kegiatan
Februari
2017Maret 2017 April 2017
Minggu Minggu Minggu
I II III IV I II III IV I II III IV
Tahapan Persiapan
Penelitian
Observasi Kelapangan
Pengumpulan data
Pengolahan data
Tahap Penyusunan
Proposal
15
DAFTAR PUSTAKAAgus, Fahmudin & I.G. Made Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk
Pertanian dan Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah : Bogor.
Amin, S., 2000. Penelitian berbagai jenis kayu limbah pengolahan untuk
pemilihan Bahan Baku briket Arang, Jurnal Sains dan Teknologi
Indonesia. Bogor.
Balitbangda Kalsel. 2005. Pengembangan Ekosistem Rawa Untuk Mendukung
Pengembangan Ekonomi Wilayah di Kabupaten Tapin. Pemerintah
Propinsi Kalimantan Selatan. Banjarmasin.
Bhattacharya, S.C. et al. –. A Study on Improved Biomass Briquetting. Asian
Institute of Technology : Thailand.
Daryono, Herman. 2009. Potensi, Permasalahan Dan Kebijakan Yang
Diperlukan Dalam Pengelolaan Hutan Dan Lahan Rawa Gambut Secara
Lestari. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, Vol.6, Hlm. 71-101.
Djeni Hendra, 2007. Pembuatan Briket Arang dari Campuran kayu, Bambu,
Sabut Kelapa dan Tempurung Kelapa sebagai Sumber Energi Alternatif.
Eko Y.A dan Aisyah E.P, 2014. Pembuatan Biobriket Dari Campuran Limbah
Kulit Pisang Dan Serbuk Gergaji Menggunakan Perekat Tetes. Vol 03
Nomer 01. Fakultas Teknik Universitas Surabaya.
Feri P.H.,Fathul Alim, 2011. Optimasi Kondisi Operasi Pirolisis Sekam Padi
Untuk Menghasilkan Bahan Bakar Bioarang Sebagai Bahakn Bakar
Alternatif. 5 November Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Indarti. 2001. Country Paper. Indonesia regional seminar on commercialization of
biomass technology. 4 – 8 June, Guangzhou, China.
Kartika, N.K et.al. 2014. Budidaya dan Prospek Pengembangan Kayu Putih.
Jakarta: IPB Press.
16
Pancapalaga, Wehandako. 2008. Evaluasi Kotoran Sapi dan Limbah Pertanian
Kosap Plus Sebagai Bahan Bakar Alternatif.
http://esearchreport.umm.ac.id/index.php/researcreport/article/viewile/
43/44 umm research report fulltext.pdf. ( Diakses pada 18 November
2008).
Lubis, A. dan A. Sugiyono. 1996. Overview of Energy Planning in Indonesia.
Technical Committee Meeting to Asses and Compare the Potential Rule
of Nuclear Power and Other Option in Alleviating Health and Environental
Impacts Electricity Generation, 14 – 16 October, Vienna, Austria.
Mukhlis,Noor M,Alwi et al. 2014. Biodiversitas Rawa, Eksplorasi, Penelitian dan
Pelestarianya.IAARD Press, Jakarta.
Nodali Ndraha. 2010. Uji Komposisi Bahan Pembuat Briket Bioarang Tempurung
Kelapa Dan Serbuk Kayu Terhadap Mutu Yang Dihasilkan. USU.
Ruhendi, S., D.N. Koroh, F.A. Syahmani, H. Yanti, Nurhaida, S. Saad, T. Sucipta,
2007, Analisis Perekatan Kayu, Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Schmidt, L.H & Le Thi Thu Thuy. 2004. Seed Leaflet : Melaleuca cajuputi Powel.
Seed Leaflet. No.29.
Silalahi, 2000, Penelitian Pembuatan Briket Kayu dari Serbuk Gergaji Kayu,
Bogor: Hasil Penelitian Industri DEPERINDAG.
Simpson, J. 2009. Improving Production and Income To Fatmers From
Melaleuca. Deutsche Gesellshaft fuer Technische Zusammenarbit.
Jerman.
Supriyanto. 2010. Studi Kasus Energi Alternatif Briket Sampah Lingkungan
Kampus POLBAN. Yogyakarta. LIPI. Malang.
Supriyanto dan Merry, 2010, Studi Kasus Energi Alternatif Briket Sampah
Lingkungan Kampus Polban Bandung, Seminar Nasional Teknik Kimia,
Yogyakarta.
17
Supriyono. 1997. Pembuatan Arang Aktif Dari Serbuk Gergaji Kayu Jati Dengan
Bahan Pengaktif Asam Klorida. Yogyakarta.
Syamsiro, M. dan Harwin Saptoadi, 2007. Pembakaran Briket Biomassa
Cangkang Kakao : Pengaruh Temperatur Udara Preheat, Seminar
Nasional Teknologi 2007 (SNT 2007), Yogyakarta
Tirono,M. dan Sabit,A. 2011. Efek Suhu pada Proses Pengarangan terhadap
Nilai Kalor Arang Tempurung Kelapa (Coconut Shell Charcoal). Jurusan
Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
World Energy Coucil. 2013. World Enerrgy Resource 2013 Survey. London :
World Energy Council
Yusuf, Andi Ardan. 2010. Kegunaan Briket Batubara. [Skripsi]. Fakultas
Teknologi Industri. Universitas Muslim Indonesia. Jakarta.
18