18
96 VII. KELEMBAGAAN PEMBERANTASAN ILLEGAL LOGGING DI INDONESIA 7.1. Pendahuluan Kelembagaan Pemberantasan IL di Indonesia dapat digolongkan kedalam 2 kelompok, yaitu yang pertama : merupakan bagian secara structural pada departemen teknis (Departemen Kehutanan dan bagian structural yang menjadi bagian pemerintahan daerah otonom, sedangkan diluar jajaran itu merupakan kelompok penegak hukum pada Polri, Kejaksaan dan Kehakiman. Tugas dan fungsi dari bagian structural Departemen/Pemerintah maupun Dinas/Pemerintah Daerah Otonom merupakan gerbang pertama dalam menegakkan hukum administrasi (termasuk Hukum Lingkungan). Sedangkan kelompok yang ke 2 yang lazim disebut sebagai aparatur hukum yang terdiri dari Kepolisian, Kejaksaan dan Kehakiman merupakan gerbang kedua manakala sanksi-sanksi yang bersifat administratif antara lain sebagai akibat pelanggaran terhadap pemenuhan syarat-syarat administratif telah tidak dipenuhi oleh para pelaku perbuatan melawan hukum dan akibat sebagai dampak lanjutannya dapat diduga telah dan atau dapat mengakibatkan kerugian berupa harta benda baik yang diderita masyarakat umum maupun pemerintah (pelanggaran hukum perdata), ataupun dampak pelanggaran yang bersifat administratif tersebut telah dapat diduga dan atau telah mengakibatkan terancamnya keselamatan jiwa manusia (sifat kepidanaan) Praktek IL tidak disebabkan oleh faktor tunggal, tetapi dipengaruhi oleh beragam faktor. Praktek IL yang terjadi bukan hanya menjadi ranah kehutanan dan lingkungan, tetapi telah meluas masuk ke dalam ranah ekonomi, sosial, politik, dan hubungan internasional. Sebagai contoh, tingginya permintaan kayu tropis asal Indonesia telah mendorong sebagian kelompok untuk menebang kayu secara ilegal di kawasan hutan dan dijual di pasaran internasional. Selain itu ketimpangan antara kapasitas terpasang industri berbasis hutan dengan pasokan bahan baku kayu juga mendorong aktifitas ilegal dalam pembalakan hasil hutan kayu, baik dengan modus menebang diluar konsesi yang telah diijinkan dan atau menebang di

VII. KELEMBAGAAN PEMBERANTASAN ILLEGAL LOGGING DI ... · disebut sebagai aparatur hukum yang terdiri dari Kepolisian, Kejaksaan dan ... mengimplementasikan pemberantasan IL di Indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: VII. KELEMBAGAAN PEMBERANTASAN ILLEGAL LOGGING DI ... · disebut sebagai aparatur hukum yang terdiri dari Kepolisian, Kejaksaan dan ... mengimplementasikan pemberantasan IL di Indonesia

96

VII. KELEMBAGAAN PEMBERANTASAN ILLEGAL LOGGING

DI INDONESIA

7.1. Pendahuluan Kelembagaan Pemberantasan IL di Indonesia dapat digolongkan

kedalam 2 kelompok, yaitu yang pertama : merupakan bagian secara

structural pada departemen teknis (Departemen Kehutanan dan bagian

structural yang menjadi bagian pemerintahan daerah otonom, sedangkan

diluar jajaran itu merupakan kelompok penegak hukum pada Polri,

Kejaksaan dan Kehakiman. Tugas dan fungsi dari bagian structural

Departemen/Pemerintah maupun Dinas/Pemerintah Daerah Otonom

merupakan gerbang pertama dalam menegakkan hukum administrasi

(termasuk Hukum Lingkungan). Sedangkan kelompok yang ke 2 yang lazim

disebut sebagai aparatur hukum yang terdiri dari Kepolisian, Kejaksaan dan

Kehakiman merupakan gerbang kedua manakala sanksi-sanksi yang bersifat

administratif antara lain sebagai akibat pelanggaran terhadap pemenuhan

syarat-syarat administratif telah tidak dipenuhi oleh para pelaku perbuatan

melawan hukum dan akibat sebagai dampak lanjutannya dapat diduga telah

dan atau dapat mengakibatkan kerugian berupa harta benda baik yang

diderita masyarakat umum maupun pemerintah (pelanggaran hukum

perdata), ataupun dampak pelanggaran yang bersifat administratif tersebut

telah dapat diduga dan atau telah mengakibatkan terancamnya keselamatan

jiwa manusia (sifat kepidanaan)

Praktek IL tidak disebabkan oleh faktor tunggal, tetapi dipengaruhi oleh

beragam faktor. Praktek IL yang terjadi bukan hanya menjadi ranah

kehutanan dan lingkungan, tetapi telah meluas masuk ke dalam ranah

ekonomi, sosial, politik, dan hubungan internasional. Sebagai contoh,

tingginya permintaan kayu tropis asal Indonesia telah mendorong sebagian

kelompok untuk menebang kayu secara ilegal di kawasan hutan dan dijual di

pasaran internasional. Selain itu ketimpangan antara kapasitas terpasang

industri berbasis hutan dengan pasokan bahan baku kayu juga mendorong

aktifitas ilegal dalam pembalakan hasil hutan kayu, baik dengan modus

menebang diluar konsesi yang telah diijinkan dan atau menebang di

Page 2: VII. KELEMBAGAAN PEMBERANTASAN ILLEGAL LOGGING DI ... · disebut sebagai aparatur hukum yang terdiri dari Kepolisian, Kejaksaan dan ... mengimplementasikan pemberantasan IL di Indonesia

97

kawasan hutan yang dilarang seperti di hutan lindung dan hutan konservasi.

Oleh karena itu untuk mempersempit ruang gerak pelaku IL dan jaringannya,

maka perlu dibangun sistem kelembagaan IL terutama berkaitan dengan

peranan dari masing-masing stakeholder.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peranan stakeholder dalam

pemberantasan IL di Indonesia.

7.2. Metode Analisis Kelembagaan Pemberantasan IL di Indonesia

a. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil kuisioner melalui

wawancara terstruktur dan pengisian kuisioner oleh stakeholders yang

berkaitan dengan perencanaan, perumusan, penetapan, dan

implementasi kebijakan pemberantasan IL di Indonesia, yaitu :

pemerintah, pemerintah daerah (dinas/instansi daerah yang mengurus

kehutanan), kepolisian, kejaksaan, pengadilan, LSM, akademisi, serta

tokoh masyarakat. Jumlah responden adalah 46 orang. Kuisioner dalam

penelitian ini memuat informasi tentang: identitas umum responden,

persepsi responden terhadap sistem kebijakan pemberantasan IL di

Indonesia, serta hak-hak, tanggung-jawab, manfaat yang akan

didapatkan, dan intensitas keterkaitan antar stakeholders dalam

pengendalian kebijakan IL di Indonesia.

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari hasil

penelusuran data yang telah ada sebelumnya dan dipublikasikan. Data

sekunder yang diperlukan menyangkut tugas dan fungsi pokok dari

masing-masing stakeholders dalam kaitannya kegiatan pemberantasan IL

di Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini

dikarenakan bahwa penanganan IL di Indonesia dengan cakupan luasan

areal dan dampak yang besar tidak mungkin dapat ditangani oleh satu

instansi/lembaga, tetapi harus didukung oleh semua pihak. Sebagai acuan

dalam menganalisis peranan masing-masing stakeholders dari instansi

atau lembaga pemerintah mengacu kepada Instruksi Presiden Nomor 4

Page 3: VII. KELEMBAGAAN PEMBERANTASAN ILLEGAL LOGGING DI ... · disebut sebagai aparatur hukum yang terdiri dari Kepolisian, Kejaksaan dan ... mengimplementasikan pemberantasan IL di Indonesia

98

Tahun 2005 yang telah ditetapkan. Sumber data sekunder diperoleh dari

beberapa instansi/lembaga yang berkaitan langsung dengan

pemberantasan IL di Indonesia, seperti pemerintah, pemerintah daerah

(dinas/instansi daerah yang mengurus kehutanan), kepolisian, kejaksaan,

pengadilan, LSM, akademisi, serta tokoh masyarakat. Selain bersumber

dari instansi/lembaga tersebut, penelusuran dilakukan pula dengan

menggunakan fasilitas internet.

b. Analisis Data

Peranan stakeholders dalam pemberantasan IL di Indonesia dianalisis

dengan menggunakan kerangka 4R (4Rs Framework). Kerangka 4R

dikembangkan oleh IIED (International Institute for Environment and

Development) sebagai alat untuk menilai peranan dan kekuatan stakeholders

untuk meningkatkan kolaborasi komunitas dalam pengelolaan SDA (Dubois,

1998). Kerangka 4R bertujuan untuk mendefinisikan peranan stakeholders

yang berkaitan dengan Rights (hak-hak yang dimiliki stakeholders),

Responsibilities (tanggung-jawab yang dimiliki stakeholders),

Revenue/Returns (hasil/manfaat yang didapatkan stakeholders), dan

Relationship (hubungan antar stakeholders) sebagaimana ditunjukkan pada

Gambar 25.

STAKEHOLDERS

ROLES

RESPONSIBILITIES

REVENUESRIGHTS

RELATIONSHIP

Gambar 25. Kerangka 4R untuk Mendefinisikan Peranan Stakeholders (Dubois, 1998).

Page 4: VII. KELEMBAGAAN PEMBERANTASAN ILLEGAL LOGGING DI ... · disebut sebagai aparatur hukum yang terdiri dari Kepolisian, Kejaksaan dan ... mengimplementasikan pemberantasan IL di Indonesia

99

Kerangka 4R ini membantu dalam menunjukkan permasalahan

(issues) kritis terkait keterlibatan stakeholders dan juga mengidentifikasi

poin-poin pengaruhnya terhadap suatu program atau kebijakan (Dubois,

1998). Tabel 16 menunjukkan struktur dasar dari Kerangka 4R. Khusus

untuk Relationship antar stakeholder dibuat dalam tabel tersendiri

sebagaimana disajikan pada Tabel 17. Tabel 16 mendeskripsikan

tanggung-jawab, hak-hak, serta hasil/manfaat dari masing-masing

stakeholder dalam merencanakan, merumuskan, menetapkan, dan

mengimplementasikan pemberantasan IL di Indonesia sebagai hasil

analisis dari data dan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara,

kuisioner, dan penelusuran data sekunder. Tabel 17 mendeskripsikan

derajat Relationship diantara stakeholders yang terlibat dalam

pemberantasan IL di Indonesia yang terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu

Baik, Cukup Baik, dan Buruk. Penilaian relationship dilakukan dengan

menganalisis bentuk hubungan (formal/informal), frekuensi kontak, dan

tingkat konvergensi (convergence) atau pertemuan dari pendapat

stakeholders. Relationship antar stakeholder juga dipengaruhi oleh

beberapa faktor, seperti : services (pelayanan/jasa), legal/contractual

(hukum/kontraktual), market (dinyatakan dengan demand and supply dari

barang dan jasa), information exchange (pertukaran informasi),

interpersonal (hubungan antar pribadi), dan power.

Tabel 16. Kerangka Dasar Pendekatan 4R

Stakeholders Responsibilities Rights Revenues

1

2

3

4

5

6

7

8

Page 5: VII. KELEMBAGAAN PEMBERANTASAN ILLEGAL LOGGING DI ... · disebut sebagai aparatur hukum yang terdiri dari Kepolisian, Kejaksaan dan ... mengimplementasikan pemberantasan IL di Indonesia

100

Tabel 17. Relationship Stakeholders dalam Pemberantasan IL di Indonesia

Stakeholder 1 2 3 4 5 6 7 8

1

2

3

4

5

6

7

8

7.3. Hasil dan Pembahasan Analisis Kelembagaan Pemberantasan IL di Indonesia

Kelembagaan pemberantasan IL di Indonesia dikaji dengan

menggunakan pendekatan 4Rs yang secara deskriptif menguraikan

tentang tanggung-jawab (responsibilities), hak dan kewajiban (rights),

manfaat (Revenues), dan hubungan antar stakeholders (relationship).

Namun sebelum keempat Rs tersebut dideskripsikan terlebih dahulu

dianalisis pendapat responden tentang pentingnya keberadaan masing-

masing stakeholders yang terkait dengan pemberantasan IL di Indonesia.

Gambar 26 menunjukkan bahwa keberadaan institusi penegak

hukum, yaitu kepolisian, kejaksanaan, dan pengadilan dianggap penting

dalam kegiatan pemberantasan IL di Indonesia. Hanya sebagian kecil

responden yang menganggap keberadaan penegak hukum kurang

penting atau tidak penting, tetapi hampir semuanya menganggap penting

keberadaan dari ketiga aparat hukum ini. Hal ini disebabkan bahwa

praktek IL dipersepsi sebagai kegiatan melanggar hukum, sehingga

keberadaan aparat penegak hukum menjadi penting. Oleh karena itu

kredibilitas, kapasitas, dan kompetensi institusi penegak hukum menjadi

bagian yang sangat penting dalam penegakan hukum di bidang

kehutanan. Konsistensi aparat dalam memutuskan perkara yang

memberikan efek jera terhadap pelaku IL dan masyarakat lainnya

Page 6: VII. KELEMBAGAAN PEMBERANTASAN ILLEGAL LOGGING DI ... · disebut sebagai aparatur hukum yang terdiri dari Kepolisian, Kejaksaan dan ... mengimplementasikan pemberantasan IL di Indonesia

101

diharapkan akan meningkatkan ketaatan masyarakat terhadap aturan

hukum kehutanan yang telah ditetapkan. Keselarasan interpretasi

terhadap pasal-pasal yang akan digunakan untuk memberantas praktek IL

perlu dilakukan, termasuk perlunya konsensus diantara aparat penegak

hukum untuk menetapkan hukuman minimal yang memberi efek jera bagi

pelaku IL di Indonesia.

98%

96%

93%

0%

2%

4%

2%

2%

2%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Kepolisian

Kejaksaan

Pengadilan

Tidak Penting

Kurang Penting

Penting

Gambar 26. Pendapat Responden terhadap Keberadaan Aparat Hukum

Gambar 27. menunjukkan pendapat responden terhadap keberadaan

instansi pemerintah di tingkat pusat yang terkait dengan pemberantasan

IL di Indonesia. Keberadaan Departemen Kehutanan sebagai instansi

teknis yang diberikan tugas mengurus hutan di Indonesia dianggap paling

berkompeten dalam menyelesaikan IL di Indonesia. Selain itu karena IL

berdampak terhadap kualitas lingkungan, maka Kementerian Lingkungan

Hidup juga dianggap penting untuk dilibatkan dalam pemberantasan IL di

Indonesia.

Page 7: VII. KELEMBAGAAN PEMBERANTASAN ILLEGAL LOGGING DI ... · disebut sebagai aparatur hukum yang terdiri dari Kepolisian, Kejaksaan dan ... mengimplementasikan pemberantasan IL di Indonesia

102

91%

87%

78%

78%

78%

76%

73%

69%

62%

56%

51%

9%

9%

22%

13%

13%

24%

24%

22%

27%

33%

38%

0%

4%

0%

9%

9%

0%

2%

9%

11%

11%

11%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100

%

Departemen Kehutanan

Kantor Meneg Lingkungan Hidup

Kantor Menkopolkam

Departemen Keuangan

Departemen Dalam Negeri

Departemen Perdagangan

Departemen Perindustrian

Departem Hukum dan HAM

Badan Intelejen Negara (BIN)

Departemen Pertahanan

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Tidak Penting

Kurang Penting

Penting

Gambar 27. Pendapat Responden Terhadap Keberadaan Instansi Pusat

Dalam Kaitannya dengan Pemberantasan IL Di Indonesia

Pelaksanaan pemberantasan IL di Indonesia memerlukan koordinasi

diantara stakeholders, terutama instansi penegak hukum dan teknis

kehutanan yang lebih dianggap berkompeten. Kementerian Koordinator

Politik Hukum dan Ham (Polhukam) merupakan instansi yang dipandang

responden mampu melakukan koordinasi dalam pemberantasan IL di

Indonesia, selain tentunya terkait dengan Inpres Nomor 4 Tahun 2005

yang menunjuk Kementerian Polhukam sebagai koordinator dalam

percepatan pemberantasan IL di Indonesia.

Departemen Keuangan, khususnya Direktorat Jenderal Bea dan

Cukai memiliki peranan penting dalam memonitor dan mengawasi lalu

lintas barang, baik ekspor-impor maupun perdagangan antar pulau.

Aparat bea cukai berhak untuk memeriksa dokumen barang, termasuk

kayu, apakah barang yang masuk dan keluar pelabuhan memiliki

dokumen yang sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Monitoring dan pengawasan yang lemah serta adanya sikap

koruptif-kolutif berkontribusi terhadap meningkatnya kegiatan

penyelundupan kayu di Indonesia.

Keberadaan Departemen Dalam Negeri dalam pemberantasan IL di

Indonesia terkait dengan kewenangannya untuk mengevaluasi kebijakan

Page 8: VII. KELEMBAGAAN PEMBERANTASAN ILLEGAL LOGGING DI ... · disebut sebagai aparatur hukum yang terdiri dari Kepolisian, Kejaksaan dan ... mengimplementasikan pemberantasan IL di Indonesia

103

daerah, berupa keputusan kepala daerah (Gubernur atau Bupati/Walikota)

dan peraturan daerah yang dianggap tidak sesuai dengan peraturan di

atasnya. Keberadaan departemen ini penting terutama di era otonomi

daerah yang memberikan kewenangan lebih luas kepada daerah untuk

mengatur daerahnya sendiri. Banyak kebijakan daerah terkait sumberdaya

alam, termasuk hutan yang dipandang bertentangan peraturan

perundang-undangan di atasnya. Hal ini tidak terlepas dari motivasi

pengembangan kebijakan daerah yang lebih mengarusutamakan

pemanfaatan sumberdaya alam untuk kepentingan ekonomi daripada

pelestariannya. Peranan instansi lainnya adalah Departemen

Perdagangan dan Departemen Perindustrian yang memiliki kewenangan

dalam pengaturan arus perdagangan barang dan kegiatan produksi.

Perdagangan merupakan penggerak pertumbuhan ekonomi. Peningkatan

arus perdagangan menyebabkan peningkatan pendapatan masyarakat,

terutama pelaku usaha. Mekanisme perdagangan saat ini yang cenderung

mengarah ke perdagangan bebas dapat berdampak negatif atau positif

terhadap lingkungan. Kayu tropis khususnya yang berasal dari Indonesia

sejak lama memiliki nilai komersial tinggi di pasaran internasional. SCA

dan WRI (2004) menyebutkan bahwa hutan tropis Indonesia memiliki lebih

dari 4.000 spesies pohon, baru 40-50% yang dimanfaatkan secara

komersial, misalnya Meranti (Shorea sp.), Keruing (Dipterocarpus spp.),

dan Ramin (Gonystylus bancanus). Kayu tersebut menjadi bahan industri

kayu lapis (plywood) yang sampai akhir tahun 2000-an merajai pasaran

kayu lapis dunia, dengan tujuan ekspor ke Uni Eropa, Jepang, Korea, dan

Amerika Serikat. Tingginya nilai ekonomi kayu Indonesia menjadi daya

tarik pelaku IL untuk menebang hutan dan menyelundupkannya keluar

negeri.

Keberadaan stakeholders lainnya dalam pemberantasan IL di

Indonesia disajikan pada Gambar 28. Bupati dan Gubernur sebagai

kepala daerah dapat memberikan kontribusi besar terhadap efektifnya

pemberantasan IL di daerahnya bersama-sama dengan masyarakat, LSM,

dunia usaha, dan legislatif. Keberadaan dunia internasional dalam

Page 9: VII. KELEMBAGAAN PEMBERANTASAN ILLEGAL LOGGING DI ... · disebut sebagai aparatur hukum yang terdiri dari Kepolisian, Kejaksaan dan ... mengimplementasikan pemberantasan IL di Indonesia

104

pemberantasan IL yang lebih terkait dengan penegakan hukum dianggap

kurang penting. Namun demikian dukungan internasional terhadap

pemberantasan IL di Indonesia dapat dilakukan melalui upaya untuk lebih

mendorong peningkatan kapasitas masyarakat dan aparat serta

mendorong kepedulian konsumen internasional untuk menggunakan kayu

tropis yang sumbernya legal.

Keberadaan eksekutif dan legislatif di tingkat lapangan dapat

berkontribusi positif terhadap pemberantasan IL di wilayahnya atau

sebaliknya membiarkan kegiatan IL berjalan sebagai sumber

pendapatannya walaupun ilegal dan melanggar hukum. Kerumitan

pemberantasan IL di tingkat lokal akan meningkat apabila kepala daerah

dalam proses pemilihannya melibatkan pengusaha dan masyakat pelaku

IL sebagai tim pendukungnya. Politik balas budi terhadap pendukungnya

diwujudkan dengan pembiaran aktifitas IL di wilayahnya sepanjang

memberikan keuntungan ekonomi bagi kepentingan diri dan aktifitas

politiknya.

91%

87%

84%

80%

73%

71%

67%

60%

7%

13%

11%

20%

18%

20%

24%

36%

2%

0%

4%

0%

9%

9%

9%

4%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Bupati

Gubernur

Masyarakat

LSM

Dunia Usaha

DPRD Kabupaten

DPRD Provinsi

Dunia Internasional

Tidak Penting

Kurang Penting

Penting

Gambar 28. Pendapat Responden terhadap Keberadaan Stakeholders

dalam Kaitannya dengan Pemberantasan IL di Indonesia

Pemahaman terhadap kegiatan pemberantasan IL di Indonesia

dianggap menjadi salah satu kunci keberhasilan pemberantasan IL.

Page 10: VII. KELEMBAGAAN PEMBERANTASAN ILLEGAL LOGGING DI ... · disebut sebagai aparatur hukum yang terdiri dari Kepolisian, Kejaksaan dan ... mengimplementasikan pemberantasan IL di Indonesia

105

Pendapat responden menunjukkan bahwa pemahapan kepolisian

terhadap upaya pemberantasan IL lebih besar daripada kejaksaan dan

pengadilan. Belum selarasnya pemahaman terhadap penegakan hukum

IL diantara komponen penegak hukum dapat menyebabkan penegakan

hukam tidak efektif memberikan dampak jera dengan proses yang

berlangsung lama.

Responden menilai pemahaman instansi teknis di tingkat pusat

dalam pemberantasan IL di Indonesia lebih rendah tingkat

pemahamannya. Hal ini disebabkan bahwa permasalahan IL di Indonesia

kompleks, tidak hanya menyangkut teknis tetapi berkembang menjadi

masalah hukum, perdagangan, perbankan, bahkan pencucian uang.

Namun, lingkup yang diberantas adalah masalah pelanggaran hukum

kehutanan yang derivatif tindak hukumnya mencakup permasalahan di

luar kehutanan. Oleh karena itu, kepentingan dan pemahaman aparat

penegak hukum lebih menonjol daripada instansi teknis.

Di tingkat LSM yang bergerak di bidang lingkungan dipandang

memiliki pemahaman yang lebih tinggi dibanding dengan yang lainnya.

Perhatian yang besar juga diberikan oleh dunia internasional yang

memandang hutan tropis Indonesia penting untuk mendukung

keberlanjutan ekosistem global. Sejumlah inisiatif dan fasilitasi perumusan

kebijakan dan aksi pemberantasan IL di Indonesia didukung oleh lembaga

internasional, misalnya komisi Uni Eropa yang membetuk program FLEGT

(Forest Law Enforcement and Governance Trade) di Indonesia untuk

memfasilitasi pemberantasan IL di Indonesia.

Eksekutif dan legislatif dipandang memiliki pemahaman yang kurang

terhadap pemberantasan IL di wilayahnya. Sebagian diantara elit lokal

ada yang melihat bahwa pengurusan dan perlindungan kawasan hutan

merupakan kewenangan pusat (pemerintah). Hal ini terkait dengan trauma

masa lalu, dimana peranan daerah relatif kecil terhadap keputusan pusat

dalam menunjuk pengelola hutan di daerah. Namun dengan adanya

reformasi kebijakan termasuk di sektor kehutanan, maka peranan daerah

dalam kebijakan daerah signifikan, misalnya tanpa rekomendasi bupati

Page 11: VII. KELEMBAGAAN PEMBERANTASAN ILLEGAL LOGGING DI ... · disebut sebagai aparatur hukum yang terdiri dari Kepolisian, Kejaksaan dan ... mengimplementasikan pemberantasan IL di Indonesia

106

dan gubernur, Menteri Kehutanan tidak dapat lagi memberikan ijin konsesi

hutan alam dan hutan tanaman. Walaupun telah terjadi perubahan

kebijakan kehutan yang lebih terdesentralisasi, sebagian diawasi elit lokal

masih melihat hutan dalam kaca mata ekonomi kayu semata sebagai

sumber pemasukan pendapatan daerah.

67%

56%

47%

29%

38%

40%

4% 7%13%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Kepolisian Kejaksaan Pengadilan

Tidak PahamKurang Paham

Paham

Gambar 29. Pendapat Responden terhadap Tingkat Pemahaman Aparat

Hukum dalam Kaitannya dengan Pemberantasan IL di Indonesia

60% 59% 57%52% 50%

45%39% 39% 39% 39% 36%

38%36%

34% 43%

39% 48%55% 57% 55%

45%55%

2% 5%9%

5%11%

7% 7% 5% 7%

16%9%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Kan

tor M

eneg

Lin

gkun

gan

Hid

up

Dep

arte

men

Keh

utan

an

Kan

tor

Men

kopo

lkam

Dep

arte

m H

ukum

dan

HAM

Dep

arte

men

Dal

am N

eger

i

Bad

an In

tele

jen

Neg

ara

(BIN

)

Dep

arte

men

Ten

aga

Ker

ja d

an T

rans

mig

rasi

Dep

arte

men

Per

taha

nan

Dep

arte

men

Per

indu

stria

n

Dep

arte

men

Keu

anga

n

Dep

arte

men

Per

daga

ngan

Tidak Paham

Kurang Paham

Paham

Gambar 30. Pendapat Responden terhadap Tingkat Pemahaman Instansi

Pusat dalam Kaitannya Dengan Pemberantasan IL di Indonesia

Page 12: VII. KELEMBAGAAN PEMBERANTASAN ILLEGAL LOGGING DI ... · disebut sebagai aparatur hukum yang terdiri dari Kepolisian, Kejaksaan dan ... mengimplementasikan pemberantasan IL di Indonesia

107

Gambar 31. Pendapat Responden terhadap Tingkat Pemahaman

Stakeholders dalam Kaitannya dengan Pemberantasan IL di Indonesia

Setiap stakeholders yang menjadi responden memberikan pendapat

tentang right (hak dan kewajibannya) dalam pemberantasan IL di

Indonesia sebagaimana disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18. Aspek Hak dan Kewajiban Stakeholders dalam

Pemberantasan IL di Indonesia.

No. Kategori Responden Rights

1. Instansi Pemerintah bidang Politik, Hukum, dan HAM.

Melakukan koordinasi program, langkah tindak, monitoring, dan evaluasi kegiatan dalam pemberantasan IL di Indonesia.

Memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan permasalahan pemberantasan hukum.

2. Aparat Penegak Hukum.

Memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam setiap tahapan proses penegakkan hukum pemberantasan IL;

Melakukan proses penindakan hukum terhadap setiap kegiatan IL yang terjadi;

Melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam kegiatan pemberantasan IL.

Melakukan berbagai upaya penegakkan hukum yang berkaitan dengan pemberantasan IL di Indonesia.

3. Instansi Teknis Kehutanan dan Lingkungan.

Melakukan operasi pemberantasan IL baik secara mandiri maupun gabungan dengan instansi lainnya, terutama dengan aparat penegak hukum.

Page 13: VII. KELEMBAGAAN PEMBERANTASAN ILLEGAL LOGGING DI ... · disebut sebagai aparatur hukum yang terdiri dari Kepolisian, Kejaksaan dan ... mengimplementasikan pemberantasan IL di Indonesia

108

No. Kategori Responden Rights

Melakukan penyidikan terhadap pelaku IL sebagai upaya penegakan hukum.

Melindungi pemegang izin pengusahaan kayu yang sah dari tindakan IL.

Memulihkan kondisi ekosistem hutan yang terdegradasi akibat IL.

4. Instansi Pemerintah di bidang Keuangan, Industri, dan Perdagangan.

Melakukan monitoring dan pengawasan lalu lintas perdagangan kayu, baik ekspor-impor dan perdagangan antar pulau.

Melakukan penegakan terhadap upaya penyelundupan kayu bekerjasama dengan aparat penegak hukum dan instansi terkait lainnya.

Melakukan penyidikan terhadapkayu yang masuk dan keluar serta diduga berasal dari sumber yang tidak sah.

Melakukan pengaturan dan restrukturisasi industri berbasis hasil hutan agar sesuai dengan kemampuan pasokan bahan baku yang tersedia. Dalam hal ini peminjaman terhadap ijin kapasitas industri disesuaikan dengan jumlah bahan baku hasil hutan yang tersedia.

5. Instansi Pemerintah di bidang Luar Negeri.

Meningkatkan kerjasama internasional dalam pemberan tasan IL, terutam berkaitan dengan perdaganan internasional yang ilegal. Kerjasama meliputi kerjasama multilateral maupun kerjasama bilateral perlu disepakati kesepahaman tentang penggunaan kayu yang legal.

Menggalang dukungan internasional terhadap upaya pemberantasan IL di Indonesia.

6. Lembaga Swadaya Masyarakat.

Membantu upaya-upaya pemerintah dan masyarakat dalam pemberantasan IL, misalnya dengan memfasilitasi program untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam berpartisipasi mencegah IL.

Mengumpulkan data dan informasi praktek IL dan melaporkannya kepada aparat yang berwenang.

7. Masyarakat (Adat) Menerapkan aturan-aturan adat untuk melindungi hutannya dari praktek IL.

Berpartisipasi dalam proses legislasi peraturan yang mengatur pengelolaan dan perlindungan hutan, termasuk penysusunan kebijakan pemberantasan IL.

Menjaga ekosistem hutan dari setiap aktivitas yang merusak dan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungannya.

Page 14: VII. KELEMBAGAAN PEMBERANTASAN ILLEGAL LOGGING DI ... · disebut sebagai aparatur hukum yang terdiri dari Kepolisian, Kejaksaan dan ... mengimplementasikan pemberantasan IL di Indonesia

109

Tabel 19 menunjukkan bahwa right (hak dan kewajiban) yang dimiliki

dalam pemberantasan IL dapat dikategorikan ke dalam hak dan kewajiban

untuk:

a. Melakukan upaya-upaya penegakan hukum dalam pemberantasan IL;

b. Melakukan koordinasi dengan berbagai stakeholders serta

mendapatkan data dan informasi terkait pemberantasan IL;

c. Melakukan pengawasan yang lebih baik terhadap pengelolaan hutan

secara utuh, sejak proses perencanaan, pengelolaan, pemanenan hasil

hutan, pengelolalaan hasil hutan, dan pemasaran hasil hutan;

d. Meningkatkan kerjasama dan dukungan internasioanl terhadap upaya

pemberantasan IL di Indonesia;

e. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemberantasana IL

dengan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya upaya pengelolaan

dan pelestarian hutan sebagai penyangga kehidupan masyarakat;

Berkaitan dengan tanggung jawab (Responsibilities) dari setiap

lembaga yang diwawancarai menunjukkan bahwa setiap lembaga secara

umum cukup memahami tugas masing-masing dalam kaitannya dengan

pemberantasan IL, baik instansi penegak hukum, instansi terkait di pusat,

dan daerah, masyarakat, LSM, maupun lembaga internasional. Tanggung

jawab tersebut meliputi tanggung jawab untuk:

a. Melakukan koordinasi, monitoring, dan evaluasi kegiatan

pemberantasan IL;

b. Melakukan proses penegakan hukum, mulai tahap penyelidikan,

penyidikan dan pemberkasan, penuntutan, serta penjatuhan hukum

berupa hukuman badan dan atau denda;

c. Melakukan fasilitasi untuk meningkatkan kapasitas aparat pemerintah,

aparat penegak hukum, masyarakat, dan stakeholders lainnya dalam

mendorong percepatan pemberantasan IL di Indonesia.

d. Melakukan penyempurnaan hukum dan sinkronisasi diantara peraturan

perundang-undangan yang terkait dengan pemberantasan IL di

Indonesia.

Page 15: VII. KELEMBAGAAN PEMBERANTASAN ILLEGAL LOGGING DI ... · disebut sebagai aparatur hukum yang terdiri dari Kepolisian, Kejaksaan dan ... mengimplementasikan pemberantasan IL di Indonesia

110

e. Mengimplementasikan tata kelola pembangunan kehutanan yang baik

dengn meningkatkan akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan

hutan di Indonesia;

f. Melakukan upaya pemulihan ekosistem hutan dan lingkungannya yang

mengalami degradasi akibat praktek IL;

g. Menerapkan aturan dan hukum adat terhadap kegiatan yang merusak

ekosistem hutan di wilayah adat sepanjang masyarakat adat tersebut

eksis kelembagaan sosialnya; dan

h. Melakukan penyuluhan dan pendidikan lingkungan akan pentingnya

hutan dalam mendukung kehidupan masyarakat.

i. Meningkatkan kegiatan perekonomian masyarakat yang berada di dal

am dan sekitar hutan agar tingkat pendapatannya meningkat;

j. Meningkatkan sarana dan prasarana perlindungan hutan.

Berkaitan dengan Revenues (manfaat) yang dapat diperoleh dari

pemberantasan IL, meliputi empat aspek yaitu: ekologi, sosial, ekonomi,

dan pemerintahan sebagaimana disajikan pada Tabel 19.

Tabel 19. Revenues (Manfaat) yang Dapat Diperoleh dari

Pemberantasan IL

No. Aspek Revenues

1. Ekologi. Terjaganya kelestarian lingkungan dan ekosistem.

Mengurangi dampak bencana akibat IL dan kerusakan lingungan lainnya.

Tutupan hutan yang optimal tetap terpelihara sebagai pelindung ekosistem dan sumber kehidupan masyarakat.

Kontribusi hutan tropis terhadap lingkungan global dapat dipertahankan dan meningkat.

2. Sosial. Menurunkan intensitas konflik, baik konflik

antar masyarakat, atau konlik antara masyarakat dengan hewan hutan yang selama praktek IL terganggu habitatnya.

Page 16: VII. KELEMBAGAAN PEMBERANTASAN ILLEGAL LOGGING DI ... · disebut sebagai aparatur hukum yang terdiri dari Kepolisian, Kejaksaan dan ... mengimplementasikan pemberantasan IL di Indonesia

111

No. Aspek Revenues

3. Ekonomi. Meningkatkan pemasukan negara dari hasil hutan.

Meningkatkan keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan kayu.

Penyelundupan kayu dapat ditekan, sehingga pemasukan terhadap negara meningkat.

Meningkatkan jaminan keamanan insvestasi.

4. Pemerintah. Meningkatkan kredibilitas negara sebagai negara yang mampu menjaga hutannya dengan baik, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan internasional.

Tingkat hubungan (Relationhship) antar stakeholders disajikan pada

Tabel 20. Tabel 20 menunjukkan bahwa hubungan diantara aparat

penegak hukum dalam pemberantasan IL cukup baik. Hubungan yang

cukup baik juga terjadi antara aparat penegak hukum dengan instansi

yang secara teknis mengurus pengelolaan hutan, dan instansi yang

mengkoordinasikan penangananan IL di Indonesia. Tingkat hubungan

yang kurang/lemah terjadi antara instansi teknis kehutanan dan

lingkungan dengan daerah. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan

pandangan dalam pengelolaan hutan. Masih banyak daerah yang melihat

hutan sebagai sumberdaya alam bernilai ekonomi yang dapat

memberikan masukan pendapatan daerah. Kondisi ini cenderung bagi

daerah yang dalam tahap proses pembangunan ekonomi. Untuk

mengembangkan kegiatan ekonominya, daerah membutuhkan dukungan

sumberdaya alam termasuk hutan sebagai sumber pendapatan

daerahnya. Tabel 20. juga menunjukkan bahwa pemberantasan IL belum

dipandang sebagai masalah bersama yang diindikasikan oleh relasi hanya

cukup baik dalam lingkup aparat penegak hukum dan instansi teknis yang

langsung mengurus pengelolaan hutan. Oleh karena itu, upaya untuk

meningkatkan koordinasi diantara stakeholders dalam pemberantasan IL

sangat diperlukan.

Page 17: VII. KELEMBAGAAN PEMBERANTASAN ILLEGAL LOGGING DI ... · disebut sebagai aparatur hukum yang terdiri dari Kepolisian, Kejaksaan dan ... mengimplementasikan pemberantasan IL di Indonesia

112

Tabel 20. Tingkat Hubungan (Relationhship) antar Stakeholders dalam

Pemberantasan IL Di Indonesia A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V A 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 B 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 C 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 D 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 E 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 F 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 G 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 H 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 I 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 J 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 K 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 L 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 M 1 2 1 1 1 1 1 1 1 N 1 1 1 1 1 1 1 1 O 1 2 1 1 1 1 1 P 1 1 1 1 2 1 Q 1 1 1 1 1 R 1 1 1 1 S 1 1 1 T 1 1 U 2 Keterangan : A. Kepolisian I. Departemen Pertahanan M. Kantor Meneg LH B. Kejaksaan J. Departemen Perdagangan N. Badan Intelijen Negara (BIN) C. Pengadilan K. Departemen Perindustrian O. Gubernur

D. Kantor Menkopolkam L. Departemen Tenaga Kerja & Transmigrasi P. Bupati

E. Departemen Kehutanan M. Kantor Meneg LH Q. DPRD Tingkat Provinsi F. Departemen Keuangan I. Departemen Pertahanan R. DPRD Tingkat Kabupaten G. Departemen Dalam

Negeri J. Departemen Perdagangan S. Masyarakat

H. Departemen Hukum & HAM K. Departemen Perindustrian T. Dunia Usaha

L. Departemen Tenaga Kerja & Transmigrasi U. LSM

V. Dunia Internasional

7.4. Kesimpulan

Peranan stakeholders menjadi salah satu kunci dalam

pemberantasan IL di Indonesia. Praktek IL sulit diberantas karena

melibatkan jaringan yang luas dan dipengaruhi oleh sektor-sektor lainnya

di luar kehutanan, sehingga pemberantasan IL akan efektif dijalankan

apabila stakeholders baik aparat hukum, aparat instansi/lembaga

Page 18: VII. KELEMBAGAAN PEMBERANTASAN ILLEGAL LOGGING DI ... · disebut sebagai aparatur hukum yang terdiri dari Kepolisian, Kejaksaan dan ... mengimplementasikan pemberantasan IL di Indonesia

113

pemerintah dan pemerintah daerah, kelompok masyarakat dan lembaga

masyarakat, serta lembaga internasional mampu bersinergis sesuai

dengan peranan dan kewenangan yang dimiliki masing-masing. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa hampir semua stakeholders memiliki

pendapat yang sama bahwa praktek IL berdampak buruk terhadap

lingkungan, ekonomi, sosial, dan kredibilitas pemerintah. Namun

kesamaan pendapat tersebut belum menjadi jaminan bahwa kegiatan

pemberantasan IL akan efektif diberantas. Masih adanya perbedaan

kepentingan terhadap sumberdaya hutan dari sisi ekonomi dan ekologis

menjadi kendala membangun kebersamaan stakeholders dalam

pemberantasan IL di Indonesia. Relasi antar aparat penegak hukum

dalam pemberantasan IL di Indonesia adalah baik, sedangkan relasi antar

stakeholders diluar aparat penegak hukum berada pada tingkat cukup

baik dan kurang. Hal ini menunjukkan bahwa pemberantasan IL bagi

sebagian instansi/lembaga belum dianggap sebagai musuh bersama

(common enemy), sehingga curahan perhatian dan keterlibatannya masih

relatif kecil. Oleh karena itu langkah awal dalam merumuskan kembali

strategi pemberantasan IL di Indonesia adalah dengan menjadikan

praktek IL sebagai musuh bersama yang dapat merusak tatanan

kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.