VK-Blighted Ovum.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/22/2019 VK-Blighted Ovum.pdf

    1/14

    PRESENTASI KASUS

    BLIGHTED OVUM

    Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian

    Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul

    Diajukan Kepada :

    dr. Bambang Basuki, Sp.OG

    Disusun oleh :

    Ranggit Oktanita

    20080310106

    KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANEMBAHAN SENOPATI

  • 7/22/2019 VK-Blighted Ovum.pdf

    2/14

    LEMBAR PENGESAHAN

    PRESENTASI KASUS

    BLIGHTED OVUM

    Disusun oleh :

    Ranggit Oktanita 20080310106

    Telah disetujui dan dipresentasikan

    Pada tanggal

    Pembimbing

    dr. Bambang Basuki, Sp.OG

  • 7/22/2019 VK-Blighted Ovum.pdf

    3/14

    BAB I

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. DefinisiBlighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi

    tidak ada bayi di dalam kandungan. Seorang wanita yang mengalaminya juga merasakan

    gejala-gejala kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah pada awal

    kehamilan (morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi pembesaran perut,

    bahkan saat dilakukan tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium hasilnya pun

    positif.

    Blighted ovum (kehamilan anembryonic) yang terjadi ketika ovum yang telah

    dibuahi menempel pada dinding uterus, tetapi embrio tidak berkembang. Sel

    berkembang membentuk kantung kehamilan, tetapi tidak membentuk embrio itu sendiri.

    Blighted ovum biasanya terjadi dalam trimester pertama sebelum seorang wanita tahu

    tentang kehamilannya. Tingginya tingkat kelainan kromosom biasanya menyebabkan

    tubuh wanita secara alami mengalami keguguran.

    B. EtiologiBlighted ovum biasanya merupakan hasil dari masalah kromosom dan

    penyebab sekitar 50% dari keguguran trimester pertama. Tubuh wanita mengenali

    kromosom abnormal pada janin dan secara alami tubuh berusaha untuk tidak

    meneruskan kehamilan karena janin tidak akan berkembang menjadi bayi normal dan

    sehat. Hal ini dapat disebabkan oleh pembelahan sel yang abnormal, atau kualitas

    sperma atau ovum yang buruk.

    Sekitar 60% blighted ovum disebabkan kelainan kromosom dalam proses

    pembuahan sel telur dan sperma. Infeksi TORCH, rubella dan streptokokus, penyakit

    kencing manis (diabetes mellitus) yang tidak terkontrol, angguan hormonal serta faktor

    imunologis seperti adanya antibodi terhadap janin juga dapat menyebabkan blightedovum. Risiko juga meningkat bila usia suami atau istri semakin tua karena kualitas

    sperma atau ovum menjadi turun.

  • 7/22/2019 VK-Blighted Ovum.pdf

    4/14

    a. Faktor GenetikAbnormalitas kromosom orang tua dan beberapa faktor imunologi berhubungan

    dengan blighted ovumdan abortus secara umum telah diteliti. Pada tahun 1981 Granat

    dkk mendeskripsikan adanya translokasi 22/22 pada pria yang istrinya mengalami 6 kali

    abortus secara berurutan,. Pada tahun 1990, Smith dan Gaha menemukan insiden yang

    cukup besar dari carrier translokasi kromosom pada suatu penelitian terhadap keluarga

    abortus habitualis dan didapatkan 15 balanced reciprocal translocations dan 9 fusi

    robertsonianpada populasi ini. Kelainan kromosom yang paling banyak menyebabkan

    abortus habitualis adalah balanced translocation yang menyebabkan konsepsi trisomi.

    Kelainan struktural kromosom yang lain adalah mosaicism, single gene disorder dan

    inverse dapat menyebabkan abortus habitualis. Single gene disorder dapat diketahui

    dengan melakukan pemeriksaan yang seksama terhadap riwayat keluarga atau dengan

    mengidentifikasi pola dari kelainan yang dikenal dengan pola keturunan.2,3,4,7,8

    b. Kelainan HormonalFaktorfaktor endokrinologi yang berhubungan dengan abortus dan blighted

    ovum termasuk insufisiensi fase luteal dengan atau tanpa kelainan dimana luteinizing

    hormone (LH)hipersekresi, diabetes mellitus, dan penyakit tiroid. Perkembangan pada

    kehamilan awal tergantung pada produksi estrogen yang dihasilkan oleh korpus luteum

    sampai kecukupannya terpenuhi diproduksi oleh perkembangan trofoblast, yang terjadi

    pada usia kehamilan 79 minggu. Abortus spontan terjadi pada kehamilan kurang dari

    10 minggu jika korpus luteum gagal untuk memproduksi progesteron yang cukup,

    adanya gangguan distribusi progesteron ke uterus, atau bila pemakaian hormon

    progesteron pada endometrium dan desidua terganggu. Keguguran juga dapat terjadi

    apabila trofoblas tidak dapat menghasilkan progesteron yang seharusnya menggantikan

    progesteron dari korpus luteum ketika korpus luteum menghilang.2,9

    Sekresi LH yang abnormal juga memiliki akibat langsung pada perkembangan

    oosit, menyebabkan penuaan yang prematur, dan pada endometrium menyebabkan

    maturasi yang tidak sinkron. Dipihak lain, sekresi luteinizing hormone yang abnormal

    dapat menimbulkan keguguran secara tidak langsung dengan cara meningkatkan kadar

    hormon testosteron. Keadaan gangguan sekresi luteinizing hormone biasanya

    berhubungan dengan adanya polikistik ovarium.4

  • 7/22/2019 VK-Blighted Ovum.pdf

    5/14

    Mekanisme yang mungkin menyebabkan terjadinya keguguran pada penderita

    diabetes mellitus ialah gangguan aliran darah pada uterus terutama sekali pada kasus-

    kasus dengan diabetes mellitus tahap lanjut.4

    Hipotiroid merupakan gangguan endokrin lain yang dihubungkan dengan

    adanya abortus berulang, terutama sekali sebagai akibat disfungsi korpus luteum dan

    ovulasi yang sering menyertai penyakit tiroid. Antitiroid antibodi juga dihubungkan

    dengan abortus berulang. Karena pada awal kehamilan tubuh membutuhkan kadar

    hormon tiroid yang lebih tinggi, adanya antitiroid antibodi dapat menjadi suatu petanda

    bagi seseorang untuk terjadi peningkatan risiko terjadinya abnormalitas tiroid yang

    dapat berakhir pada keguguran. Kelainan-kelainan regulasi hormonal tersebut juga

    mampu menyebabkan kegagalan perkembangan atau pembentukan janin.2,4

    c. Infeksi Saluran ReproduksiWalaupun keguguran telah dihubungkan dengan organisme seperti Ureaplasma

    urealyticum, Mycoplasma hominis, Chlamydia trachomatis, dan Toxoplasma gondii,

    namun tidak ada hubungan yang meyakinkan dengan abortus berulang. Adanya

    organisme tersebut pada saat terjadinya keguguran tidak dapat dianggap sebagai bukti

    organisme tersebut sebagai penyebab dari keguguran. Organisme-organisme tersebut

    dapat menjadi penyebab keguguran apabila4:

    Telah ada dalam waktu yang lama tanpa menimbulkan gejala pada ibu

    secara nyata sehingga keadaan ini menjadi tidak terdiagnosis dan tidak diobati

    Memiliki jalur untuk masuk ke lingkungan intrauteri sehinggamenginfeksi jaringan fetus dan/atau menstimulasi terjadinya proses radang.

    Terdapat bukti bahwa vaginosis bakterialis berhubungan dengan keguguran dan

    juga menjadi faktor risiko terjadinya persalinan preterm. Bakterial vaginosis disebabkan

    karena terganggunya flora normal dari vagina. Terjadi pertumbuhan berlebih dari

    bakteri anaerob dan lactobacilli yang normal tidak ada atau tidak banyak terdapat.

    Tidak didapatkan adanya hubungan yang nyata dengan keguguran dan hubungan ini

    masih perlu dibuktikan. Terdapat teori yang menyatakan bahwa keguguran merupakan

    akibat dari aktifasi imunologi sebagai respon dari adanya organisme patologis.4

    Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi obligat

    intraselular protozoa yakni Toxoplasma gondii. Toxoplasma gondii menginduksi respon

  • 7/22/2019 VK-Blighted Ovum.pdf

    6/14

    kekebalan tubuh tipe 1 yang kuat yakni T-cell-mediated. Saat respon imun berlangsung

    dan terdapat respon yang dominan kuat Th 1, terjadi peningkatan IFN di plasenta,

    yang disekresikan oleh antigen-spesifik T-sel, membatasi replikasi takizoite kemudian

    akan menarik TNF yang menghambat proliferasi sel trofoblas manusia in vitro dan

    toksik untuk sel-sel trofoblas manusia. Di samping itu, IFN juga meningkatkan

    produksi NO oleh sel trofoblas dan memicu apoptosis. Mekanisme dimana NO

    menginduksi apoptosis tidak jelas, tetapi dapat melibatkan efek pembentukan

    peroxynitrite dari NO dan superoksida dalam mitokondria. Hal ini dapat menyebabkan

    kerusakan pada sel plasenta terutama sel trofoblas atau target fetoplacental lainnya

    mengakibatkan kematian inembryo dan resorpsi. Mekanisme imunitas inilah yang dapat

    menyebabkan terjadinya blighted ovum.

    C. PatofisiologiPada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma. Namun

    akibat berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak dapat berkembang

    sempurna, dan hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan. Meskipun demikian plasenta

    tersebut tetap tertanam di dalam rahim. Plasenta menghasilkan hormon HCG (human

    chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur

    (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di

    dalam rahim. Hormon HCG yang menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan

    seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif. Karena

    tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur kadar

    hormon HCG (human chorionic gonadotropin) yang sering disebut juga sebagai hormon

    kehamilan.

    D. Gejala dan TandaBlighted ovum sering tidak menyebabkan gejala sama sekali. Gejala dan tanda-

    tanda mungkin termasuk:

    periode menstruasi terlambat kram perut minor vagina atau bercak perdarahan tes kehamilan positif pada saat gejala

  • 7/22/2019 VK-Blighted Ovum.pdf

    7/14

    ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul keluhanperdarahan

    hampir sama dengan kehamilan normalE. Diagnosis

    1. Anamnesis2. Pemeriksaan Fisik3. Pemeriksaan Penunjang (USG) diagnosis pasti, Blighted ovum dapat segera

    terdeteksi segera pada pemeriksaan ultrasonografi pada minggu 6, karena tidak

    tampaknya fetus. Pada usia 7 minggu dipastikan tidak ada fetus. Pencitraan USG

    dapat dilakukan transabdominal maupun transvaginal, namun cara yang kedua

    lebih akurat pada usia kehamilan yang sangat dini.

    Pada usia 8 dan 9 minggu, jika perhitungan HPHT tepat, detak jantung bayi

    atau pulsasi sudah dapat terdeteksi. Kantung gestasi mulai tampak pada pertengahan

    minggu ke 4, dan yolk sacnormalnya tampak pada minggu 5. Sehingga, embrio dapat

    terlihat jelas mulai pertengahan minggu 5 pada pemeriksaan USG tranvaginal.

    Gambar 1. Gambaran USG Blighted Ovum Dibandingkan dengan Kehamilan

    Normal

    Tidak ditemukan fetal pole, dengan kantung gestasi (ges sac) diameter lebih

    dari 10 mm tanpayolk sac, diameter 15 mm tanpa mudigah pada USG transvaginal atau

    lebih dari 25 mm pada USG transabdominal. Sedangkan pada gambar di sebelah kanan

    tampak gambaran hiperechoic berupa fetal pole di dalam ges sac.

  • 7/22/2019 VK-Blighted Ovum.pdf

    8/14

    Dikutip dari Williams Gynecology

    Gambar 2.Blighted ovumpada uterus bicornu unicolis

    Pemeriksaan kadar hormon pada kehamilan dapat juga membantu pemeriksaan

    dimana beta-hCG dibentuk oleh plasenta. Normalnya, pada pemeriksaan darah hormon

    ini dapat dideteksi pada hari 11 setelah konsepsi, dan pada tes urin pada hari ke 12-14

    hari. Produksi hormone ini akan menjadi 2 kali lipat tiap 72 jam. Kadarnya akan

    mencapai jumlah tertinggi pada kehamilan usia 8-11 minggu lalu menurun. Jika

    penurunan kadar beta-hCG ini terjadi lebih dini, dapat dicurigai terjadinya blighted

    ovum.

    F. PencegahanDalam banyak kasus blighted ovum tidak bisa dicegah. Beberapa pasangan

    seharusnya melakukan tes genetika dan konseling jika terjadi keguguran berulang di

    awal kehamilan. Blighted ovum sering merupakan kejadian satu kali, dan jarang terjadi

    lebih dari satu kali pada wanita.

    Untuk mencegah terjadinya blighted ovum, maka dapat dilakukan beberapa

    tindakan pencegahan seperti pemeriksaan TORCH, imunisasi rubella pada wanita yang

    hendak hamil, bila menderita penyakit disembuhkan dulu, dikontrol gula darahnya,

    melakukan pemeriksaan kromosom terutama bila usia di atas 35 tahun, menghentikan

    kebiasaan merokok agar kualitas sperma/ovum baik, memeriksakan kehamilan yang

    rutin dan membiasakan pola hidup sehat.

  • 7/22/2019 VK-Blighted Ovum.pdf

    9/14

    G. PenatalaksanaanJika telah didiagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya adalah

    mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan dianalis untuk

    memastikan apa penyebab blighted ovum lalu mengatasi penyebabnya. Jika karena

    infeksi maka maka dapat diobati agar tidak terjadi kejadian berulang. Jika penyebabnya

    antibodi maka dapat dilakukan program imunoterapi sehingga kelak dapat hamil

    sungguhan. Penyebab blighted ovum yang dapat diobati jarang ditemukan, namun masih

    dapat diupayakan jika kemungkinan penyebabnya diketahui. Sebagai contoh, tingkat

    hormon yang rendah mungkin jarang menyebabkan kematian dini ovum. Dalam kasus

    ini, pil hormon seperti progesteron dapat bekerja. Namun efek samping dari pemakaian

    hormon adalah sakit kepala, perubahan suasana hati, dan lain-lain. Jika terjadi kematian

    telur di awal kehamilan secara berulang, maka pembuahan buatan mungkin efektif

    dalam memproduksi kehamilan. Dalam hal ini perlu donor sperma atau ovum untuk

    memiliki anak. Akan tetapi, pembuahan buatan itu mahal dan tidak selalu bekerja dan

    risiko kelahiran kembar seringkali lebih tinggi. Jika belum berhasil maka adopsi adalah

    pilihan lain bagi banyak pasangan.

    Pada pasien diterapi dengan pemberian preparat misoprostol, setelah terjadi

    dilatasi servik kemudian dilakukan kuretase.

  • 7/22/2019 VK-Blighted Ovum.pdf

    10/14

    BAB II

    LAPORAN KASUS

    A. IdentitasNama : Ny. WUsia : 41 tahun

    Alamat : Pendowoharjo, Sewon, Bantul

    Pekerjaan : Guru

    Pendidikan : S1

    Agama : Islam

    Tanggal masuk : 08 Juni 2013

    B. AnamnesisKeluhan utama : Merasa keluar darah dari jalan lahir sejak 4 hari smrs

    Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang dari Poli rujukan dari Puskesmas denganketerangan G5P4A0, UK = 11

    -3minggu mengeluh keluar

    darah dari jalan lahir sejak 4 hari smrs. Pasien merasa hamil

    3 bulan. Pasien mengatakan sudah melakuakan cek urin dan

    hasil PP test (+).

    Riwayat penyakit dahulu : Pasien tidak pernah mengalami penyakit serupa

    sebelumnya

    Riwayat penyakit keluarga : Riwayat asma(-), DM (-), penyakit jantung (-), Hipertensi

    (-)

    Riwayat obstetri : G5P4A0

    Anak 1 : perempuan, 15 tahun, 3,4 kg, normal di bidan

    Anak 2 : perempuan, 14 tahun, 3,9 kg, normal di bidan

    Anak 3 : Laki- laki,13 tahun, 4 kg, normal di bidan

    Anak 4 : Laki- laki,9 tahun, 4 kg, normal di bidan

    Anak 5 : hamil ini

    HPMT : 20 Maret 2013

    HPL : 27 Desember 2013

    UK : 11-3

    minggu

    Riwayat haid : siklus haid pasien teratur 28 hari, durasi 7 hari, nyeri perut

    ringan saat hari pertama menstruasiRiwayat perkawinan : sudah menikah 22 tahun

    C. Pemeriksaan FisikKondisi Umum : baik, composmentis, tidak tampak anemis

    Vital Sign : TD : 120/80 mmHg RR : 24 x/menit

    HR : 80 x/menit T : 37C

    Status Generalisata : Kepala : mesocephal

  • 7/22/2019 VK-Blighted Ovum.pdf

    11/14

    Mata : conjungtiva anemis (-/-), sclera icteric (-/-)

    Hidung : simetris, tidak ada deformitas, sekret (-/-)

    Mulut : bibir tidak tampak sianosis

    Leher : pembesaran limfonodi (-)

    Thorax : simetris, ketinggalan gerak (-/-), sonor (+/+)

    normal, vocal fremitus (+/+) normal, vesikular (+/+) normal,

    COR S1-S2 regular

    Abdomen :supel, peristaltik (+) normal, nyeri tekan (-),

    timpani (+), tidak ada tanda peradangan, tidak ada sikatrik

    Extremitas : akral hangat, nadi cukup, edema (-/-)

    Kulit : turgor dan elastisitas kulit baik, ujud kelainan

    kulit (-)

    Status Ginekologi : Pemeriksaan Luar :

    Inspeksi : sikatrik (-), tanda radang (-), dinding perut datar,

    terdapat perdarahan pervaginamPalpasi : supel (+), nyeri tekan (-), TFU belum dapat

    diukur

    Pemeriksaan Dalam : V/U tenang, dinding vagina licin,

    servix teraba tebal, tidak ada pembukaan, sarung tangan

    lendir darah (-)

    D. Pemeriksaan PenunjangLaboratorium : (Darah Lengkap)

    Hb : 12,6

    AL : 11,2

    AT : 321HMT : 37,1

    Golongan Darah : B

    PPT : 12,1

    APTT : 28,5

    Kontrol PPT : 13,8

    Kontrol APPT : 33,6

    HbsAg : (-)

    USG : GS (+), FP (-), tidak tampak massa intrauterine

    E. Diagnosis KerjaBlighted Ovum

    F. TerapiDilatasi dengan misoprostol

    Kuretase

    22.00Dilatasi dengan misoprostol 100 mg

  • 7/22/2019 VK-Blighted Ovum.pdf

    12/14

    08 Juni 2013

    05.00Dilatasi dengan misoprostol 100 mg

    Ax : Pasien mengeluh perdarahan pervaginam (-), nyeri abdomen (-), pusing (+) cekot

    cekot, BAK lancar, BAB lancar, punggung terasa pegal

    Px : KU : baik, CM, tak tampak anemis

    VS : TD : 120/80 mmHg RR : 20 x/menit

    HR : 80 x/menit T : 36,8C

    Kepala : conjungtiva anemis (-/-)

    Thorax : pulmo : vesikular (+/+), COR : S1 S2 regular

    Abdomen : nyeri tekan (-), peristaltik (+)

    Extremitas : akral hangat, nadi cukup

    Dx : Blighted Ovum

    Tx : Curretage

    09.10Telah dilakukan curretage a/i Blighted Ovum

    Dx : Post Curretage a/i Blighted OvumTx : Amoxicillin 3 x 500mg

    Asam Mefenamat 3 x 500mg

    SF 1 x 1 tab

    09 Juni 2013

    Ax : Pasien mengeluh perdarahan pervaginam (-), nyeri abdomen (-), pusing (+) cekot

    cekot, BAK lancar, BAB lancar, punggung terasa pegal

    Px : KU : baik, CM, tak tampak anemis

    VS : TD : 100/70 mmHg RR : 18 x/menit

    HR : 80 x/menit T : 36,6C

    Kepala : conjungtiva anemis (-/-)

    Thorax : pulmo : vesikular (+/+), COR : S1 S2 regular

    Abdomen : nyeri tekan (-), peristaltik (+)

    Extremitas : akral hangat, nadi cukup

    Dx : Post Curretage a/i Blighted Ovum

    Tx : Amoxicillin 3 x 500mg

    Asam Mefenamat 3 x 500mg

    SF 1 x 1 tab

  • 7/22/2019 VK-Blighted Ovum.pdf

    13/14

    BAB III

    PEMBAHASAN

    Pada kasus ini pasien yang merasa hamil 11-3minggu datang ke poli dengan

    keluhan keluar darah tanpa disertai lendir melalui jalan lahir. Dari gejala tersebut

    dimungkinkan bahwa pasien mengalami abortus. Akan tetapi perlu dipastikan melalui

    pemeriksaan penunjang USG mengenai kondisi dalam rahim ibu sehingga dapat

    disimpulkan diagnosis pasti yang ada.

    Pada pemeriksaan USG terlihat kantung kehamilan tanpa massa intrauterin

    didalamnya. Disimpulkan diagnosis dari kasus ini adalah blighted ovum atau kehamilan

    kosong dimana terbentuk kantung kehamilan dan plasenta tetapi tidak ada pembentukan

    embrio. Blighted ovum pada awalnya tidak dapat dibedakan gejalanya dari kehamilan

    biasa hingga terjadi abortus spontan dan telah dilakukan pemeriksaan USG.

    Pada kasus ini etiologi yang paling mungkin dalah faktor usia ibu. Usia

    pasien 41 tahun merupakan usia resiko tinggi untuk terjadinya kehamilan. Semakin

    tinggi usia semakin besar resiko kerusakan ovum.

    Setelah dicapai diagnosis pasti blighted ovum, tindakan selanjutnya adalah

    kuretase jaringan untuk menghentikan membersihkan jaringan, mencegah infeksi,

    sehingga rahim siap untuk kehamilan berikutnya.

  • 7/22/2019 VK-Blighted Ovum.pdf

    14/14

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Wibowo B, Wiknjosastro H: Kelainan dalam lamanya kehamilan. Dalam: WiknjosastroH, Saifuddin AB, Rachimhadhi T: Ilmu kebidanan. Edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina

    Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1994; 302-312

    2. Hill JA: Recurrent spontaneous early pregnancy loss. In: Berekj JS, Adashi EY, HillardPA: Novaks gynecology 12

    th edition. Pennsylvania: Williams & Wilkins Co,

    1996;963-979

    3. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD, CunninghamFG. First trimester abortion. In: Williams Gynecology 22

    nded. New York: McGraw-

    Hill; 2008:298-3254. Porter FT, Branch DW, Scott JR. Early pregnancy loss. In: Danforths Obstetric and

    Gynecology 10th

    ed. New York. Lippincott Williams & Wilkins; 2009:61-70

    5. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H: Gangguan bersangkutan dengan konsepsi. Dalam:Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T: Ilmu kandungan. Edisi kedua. Jakarta:

    Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1997; 246-250

    6. Hatasaka HH: Recurrent miscarriage: epidemiologic factors, definitions and incidence.In: Clin obstet gynecol 37; 1994; 625-634

    7. Byrne JLB, Ward K: Genetic factors in recurrent abortion. In: Clin obstet gynecol 37;1994; 693-704

    8. Hunt JS, Roby KF: Implantation factors. In: Clin obstet gynecol 37; 1994; 635-6459. Brent RL, Beckman DA: The contributional of environmental teratogens to embryonic

    and fetal loss. In: Clin obstet gynecol 37; 1994; 646-664

    10.Azmanov, Dimitiar et al.2006.profile of chromosomal in different gestational agespontaneous abortions detevted by comparative genomic hybridation. Eur J Obstet

    Gynecol Reprod Biol. Epub 2006 Jun 6. Sofia. University Hospital Maichin Dom

    11.Kashevarova et al. 2006. Pathogenetic effects early human embryo development.ESHRE Annual. Prague