8
Bob Johansen, seorang Futuris pada Instute For The Future mencirikan dunia pada abad 21 sebagai dunia yang berubah dengan cepat (volale), dak menentu (uncertain), rumit (complex), dan kabur (ambiguous) — VUCA world. Hal tersebut secara nyata dilihat dalam situasi global saat ini: perubahan iklim global yang ekstrim, ekstrim dalam arena polik, dunia maya dan nyata yang semakin dak dapat dipisahkan, tantangan terorisme global, dan lain sebagainya. Di tengah -tengah tantangan dunia secara globa tersebut, Alumni Kristen sebagai pengikut Kristus harus hidup dan menjalankan panggilannya sebagai “Garam dan Terang’. Di sisi lain, Alumni Kristen juga dak terlepas dari masalah -masalah pribadinya sehari-hari, seper krisis iman, keluarga, pekerjaan, termasuk perannya dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam situasi tersebut, Alumni Kristen seharusnya terus membangun kehidupan yang berdampak di tengah -tengah pergumulan pribadi yang dihadapinya. Dalam pelayanannya, Yesus mengajarkan mengenai kedatangan Kerajaan Allah kepada Israel dan menentang paham- paham yang dimenger orang-orang pada zaman itu — dikenal dengan Khotbah di Bukit. Namun sampai pada saat kemaanNya, hal Kerajaan Allah tersebut dak dapat dimenger oleh banyak orang dan bahkan menjadi bahan olok -olok di kayu salib. Tidak jauh berbeda pada zaman ini, masih begitu banyak paham di dunia yang mengajarkan manusia untuk membangun kerajaan dan kenyamanannya sendiri -sendiri. Sebagai orang-orang yang telah dipanggil kepada terang Kerajaan Allah, alumni Kristen harus berjaga-jaga seap waktu terhadap paham-paham tersebut dan sea pada panggilannya untuk mengenalkan Kerajaan Allah kepada orang-orang di sekitarnya. Sama seper Kristus yang tetap sea memberitakan kebenaran dan mendatangkan kehendak Allah di bumi, mari kita tetap sea menjadi rekan sekerja Allah dan dak justru menjadi semakin serupa dengan dunia. Sumber : Buku Acara RAN 2017 VOLUME 17/2017

VOLUME 17/2017pmktugm.org/wp-content/uploads/2015/03/WAP_Sept_RAN_2017.pdf · Alumni Kristen seharusnya terus membangun kehidupan yang berdampak di tengah-tengah pergumulan pribadi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: VOLUME 17/2017pmktugm.org/wp-content/uploads/2015/03/WAP_Sept_RAN_2017.pdf · Alumni Kristen seharusnya terus membangun kehidupan yang berdampak di tengah-tengah pergumulan pribadi

Bob Johansen, seorang Futuris pada Institute For The Future mencirikan dunia pada abad 21 sebagai dunia yang berubah

dengan cepat (volatile), tidak menentu (uncertain), rumit (complex), dan kabur (ambiguous) — VUCA world. Hal tersebut

secara nyata dilihat dalam situasi global saat ini: perubahan iklim global yang ekstrim, ekstrim dalam arena politik, dunia maya

dan nyata yang semakin tidak dapat dipisahkan, tantangan terorisme global, dan lain sebagainya. Di tengah-tengah tantangan

dunia secara globa tersebut, Alumni Kristen sebagai pengikut Kristus harus hidup dan menjalankan panggilannya sebagai

“Garam dan Terang’. Di sisi lain, Alumni Kristen juga tidak terlepas dari masalah-masalah pribadinya sehari-hari, seperti krisis

iman, keluarga, pekerjaan, termasuk perannya dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam situasi tersebut,

Alumni Kristen seharusnya terus membangun kehidupan yang berdampak di tengah-tengah pergumulan pribadi yang

dihadapinya.

Dalam pelayanannya, Yesus mengajarkan mengenai kedatangan Kerajaan Allah kepada Israel dan menentang paham-

paham yang dimengerti orang-orang pada zaman itu — dikenal dengan Khotbah di Bukit. Namun sampai pada saat

kematianNya, hal Kerajaan Allah tersebut tidak dapat dimengerti oleh banyak orang dan bahkan menjadi bahan olok-olok di

kayu salib. Tidak jauh berbeda pada zaman ini, masih begitu banyak paham di dunia yang mengajarkan manusia untuk

membangun kerajaan dan kenyamanannya sendiri-sendiri. Sebagai orang-orang yang telah dipanggil kepada terang Kerajaan

Allah, alumni Kristen harus berjaga-jaga setiap waktu terhadap paham-paham tersebut dan setia pada panggilannya untuk

mengenalkan Kerajaan Allah kepada orang-orang di sekitarnya. Sama seperti Kristus yang tetap setia memberitakan kebenaran

dan mendatangkan kehendak Allah di bumi, mari kita tetap setia menjadi rekan sekerja Allah dan tidak justru menjadi semakin

serupa dengan dunia.

Sumber : Buku Acara RAN 2017

VOLUME 17/2017

Page 2: VOLUME 17/2017pmktugm.org/wp-content/uploads/2015/03/WAP_Sept_RAN_2017.pdf · Alumni Kristen seharusnya terus membangun kehidupan yang berdampak di tengah-tengah pergumulan pribadi

embicara utama Retreat kali ini mempunyai nama lengkap Tiopan Manihuruk. Beliau

adalah Staf Senior di Perkantas Medan. Pria yang berusia 56 tahun ini aktif melayani

pada pelayanan Mahasiswa dan pelayanan Alumni sebagai pembicara dalam

Persekutuan Kelompok Besar dan memimpin Kelompok Pemuridan Alumni.

Bang Tiopan (nama panggilan) memulai pembahasannya dengan menjelaskan bahwa kedatangan Kerajaan

Allah merupakan inti misi dan pengajaran Yesus dalam Perjanjian Baru. Kerajaan Allah ditandai dengan kekuasaan kekal Allah,

bersifat universal, dan dihubungkan dengan tujuan kedatangan Yesus ke dunia. Kedatangannya juga menuntut sebuah

pertobatan dan kebenaran yang merupakan unsur-unsur Kerajaan Sorga. Kebenaran inilah yang membedakan antara warga

Kerajaan Sorga atau bukan. Oleh karena itu kita harus menyadari bahwa menghadirkan Kerajaan Sorga bukan dengan pedang

dan kekerasan tapi dengan memiliki jati diri dan etika perjanjian yang baru oleh Yesus Kristus melalui kelahiran baru.

Di tengah dunia yang sangat kontras bahkan membenci jati diri dan watak warga Kerajaan Sorga, maka kepada setiap

umat-Nya diperintahkan untuk berperan sebagai perwujudan kesalehan sosial. Keadaan dunia yang VUCA, jahat, semakin

membusuk, munafik, gelap dan seterusnya Yesus memerintahkan murid untuk hadir dan berperan (bukan eskapis atau

konformis, Roma 12: 1-2). Kehadiran dan peran orang Kristen simultan (bagai dua sisi uang logam). Menjadi garam yang

bersifat melindungi dari kebusukan dan kejahatan dunia sekitar sekaligus menjadi terang melalui pemberitaan Injil dan

sekaligus pernyataan kasih Allah melalui perilaku sehari-hari. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa garam tidak ada artinya

jika disimpan dan terang tidak mungkin disembunyikan.

Di sesi kedua yang membahas Matius 5:17—6:24, dijelaskan mengenai tuntutan pengajaran Kristus yang justru

melampaui Hukum Taurat. Larangan untuk membunuh misalnya, bukan sekedar tindakan membunuh. Menurut Yesus,

tindakan marah dapat disebut membunuh. Selain itu juga mengenai aturan perzinahan, bukanlah sekedar melakukan

perzinahan secara fisik namun menurut Yesus, ketika terlintas dalam pikiran seorang pria untuk menginginkan wanita yang

bukan istrinya, adalah perzinahan. Yesus sedang menyatakan kepada kita tingginya tuntutan Hukum Taurat dan hanya Yesus

yang dapat memenuhi tuntutan tersebut. Namun tidak berarti kita kemudian menyerah dan tidak melakukannya. Kasih

karunia Allah menjadi kesadaran bagi kita untuk melakukan Hukum Taurat bukan karena sebuah legalisme semata tapi wujud

nyata dari jiwa dan karakter Kerajaan Sorga yang sempurna dari Allah sendiri.

Sedangkan dalam Ibadah Minggu yang membahas Matius 6:25— 7:29, bang Tiopan menjelaskan bahwa spritual yang

sehat menentukan sikap dan perilaku terhadap uang, kepemilikan dan ambisi. Hal ini terkait dengan pilihan kita terhadap

harta duniawi atau surgawi dan terang atau gelap yang hanya bisa kita lakukan dengan mengarahkan mata pada Tuhan. Di

bagian akhir dari khotbahnya, bang Tiopan menyatakan bahwa pengakuan percaya seharusnya tidak hanya bersifat verbalis (di

mulut saja) tetapi dinyatakan melalui kepatuhan melakukan Firman Tuhan. Pengakuan verbal disertai dengan kepatuhan

moral merupakan bentuk kesejajaran perkataan dengan tindakan.

Pembicara utama RAN yang lain adalah Kak Oka. Pada kesempatan ini, beliau diberi kesempatan untuk

membukakan ke alumni kondisi Indonesia saat ini dan bagaimana secara praktis alumni bisa menjadi

garam dan terang. Menarik pemaparan yang disampaikannya. Dengan data yang dipunyainya, dia

menunjukkan fakta banyaknya bidang-bidang yang masih belum digarap dengan maksimal di negara

kita. Padahal bidang tersebut bisa jadi pundi-pundi yang menghasilkan. Namun karena selama ini

dikuasai oleh asing sehingga bangsa Indonesia sendiri tidak dapat merasakan keuntungan dari kekayaan

alam yang melimpah yang dimiliki negara. Contoh yang disampaikannya adalah tentang tidak adanya

smelter yang berakibat hasil tambang di negara kita harus ‘dibawa’ keluar dalam kondisi masih mentah. Selanjutnya kita

membeli ulang barang tersebut dari luar negeri setelah mengalami proses penambahan nilai yang harganya jauh lebih mahal

dibandingkan saat kita menjualnya.

Hal lain yang disampaikan adalah mengenai radikalisme yang sudah sangat mengakar di negeri kita. Beliau mengajak

peserta dan alumni pada umumnya untuk ikut ambil bagian dengan kedua kondisi tersebut (ekonomi dan radikalisme) sebagai

wujud peduli dan kecintaan kita kepada bangsa dan negara melalui Pemerintah. Ada beberapa bidang-bidang yang dibukakan

yang di dalamnya alumni bisa ikut mengawasi Pemerintah agar program dan dana yang digunakan benar-benar tepat sasaran,

yaitu kesejahteraan masyarakat.

Eksposisi Matius 5-7

Page 3: VOLUME 17/2017pmktugm.org/wp-content/uploads/2015/03/WAP_Sept_RAN_2017.pdf · Alumni Kristen seharusnya terus membangun kehidupan yang berdampak di tengah-tengah pergumulan pribadi

ungguh suatu hal yang istimewa di hari Ulang Tahun ke-25 Yayasan Alumni PMKT bisa

menghadirkan salah seorang pendiri PMKT, yaitu kak Benny Harijanto (Kimia’74). Dalam

sambutannya, beliau menceritakan awal mula pendirian PMKT yang selama ini secara

singkat ditulis dalam buku acara RUT (Retreat Umum Teknik). Kak Benny menceritakan saat

mengikuti Retreat Perkantas tahun 1976 di Semarang, pertama kali dia bertobat dan

menyadari bagaimana mahasiswa di Jogja jika tidak ada persekutuan. Dari pergumulan tersebut,

bersama dengan beberapa mahasiswa yang lain membuat persekutuan di Jogja yang kemudian dikenal

dengan Persekutuan Mahasiswa Kristen Yogyakarta (PMKY). Selanjutnya, beliau membagikan

pergumulan untuk membuat persekutuan di Kampus Teknik dengan kak Herry Susanto (Kimia’74).

Mereka bersama-sama mendoakan dan mulai mengajak beberapa teman untuk bersama-sama

bersekutu. Tempat yang digunakan saat itu adalah di Balai Mahasiswa Gereja Baptis. Sungguh bukan

perjuangan yang mudah, yang sempat juga membuat mereka hampir menyerah. Mereka berdua harus

naik sepeda motor, membawa gitar dan ternyata tidak banyak yang datang saat itu.

Namun Tuhan ijinkan Persekutuan Mahasiswa tetap berjalan. Inilah yang membuat Kak Benny

merasa terharu karena PMKT bisa berjalan hingga saat ini bahkan memiliki Yayasan Alumni. Dia percaya

jika Tuhan menaruh beban di hati dan hanya berserah menurutiNya, Tuhan akan bekerja. PMKT ada

hanya karena anugerah, kuasa dan berkat Tuhan semata. Dia berharap PMKT tidak hanya untuk alumni

Kristen yang dibekali hal rohani sehingga di manapun bekerja atau melayani tetap dipakai Tuhan, tetapi

juga mahasiswa baru.

Satu pernyataan yang disampaikannya, “Kita bisa merencanakan banyak hal, tapi yang penting

adalah panggilan Tuhan di manapun Tuhan menempatkan. Bukan ilmu, tapi bagaimana tujuan Tuhan

ditemukan dan dinyatakan.” Pertanyaan yang seharusnya kita pikirkan bersama, “Apakah saya sudah

dipakai Tuhan untuk memuliakanNya di dalam pekerjaan saya?”.

Sementara itu mas Gunawan Santoso (Nuklir’84) mengisahkan pergumulan mereka

sewaktu menjadi mahasiswa dan melayani di PMKT. Mereka rindu dan bergumul

dalam doa mereka untuk dukungan alumni bagi pelayanan mahasiswa yang tidak

mereka rasakan saat itu. Sampai kemudian mereka akhirnya lulus dan menjadi

alumni, mereka membentuk persekutuan alumni di Jakarta yang hanya dihadiri

oleh 7 orang alumni (seven magnificent). Hingga jumlahnya terus bertambah dan

mas Gunawan menyadari bahwa ternyata jawaban doa dari pergumulan ketika mereka masih menjadi

mahasiswa ternyata adalah mereka sendiri. Ketika mereka menjadi alumnilah yang kemudian

mendukung pelayanan mahasiswa. Itulah yang kemudian membuat mereka ‘nekat’ membuat Yayasan

Alumni dengan 10 orang pendiri, walaupun akhirnya hanya 9 orang yang bisa tanda tangan. Namun

rupanya, kenekatan mereka tidak hanya berhenti di situ. Pada tahun 1997, mereka nekat ‘ngutang’

untuk membeli rumah di Pandega Siwi. Tahun 1998 terjadi krisis dan mereka sempat bingung untuk

melunasi hutang mereka walaupun akhirnya lunas. Tahun 2005 kenekatan berlanjut, mereka

membangun rumah tersebut menjadi bangunan tiga lantai seperti sekarang ini. Rumah itu selesai 5

tahun kemudian. Melihat hal yang luar biasa itu, setiap kali mas Gun menceritakan ke orang lain selalu

menimbulkan decak kagum. Namun mas Gun menyampaikan bahwa Tuhanlah yang luar biasa. From

grace to grace and only by grace. Di bagian akhir sambutannya, mas Gun menantang setiap alumni yang

selama ini sudah merasakan nikmat dan indahnya persekutuan sewaktu mahasiswa untuk bersama-

sama menggumulkan komitmen mendukung pelayanan mahasiswa dan alumni.

25 tahun Yayasan Alumni PMKT

Page 4: VOLUME 17/2017pmktugm.org/wp-content/uploads/2015/03/WAP_Sept_RAN_2017.pdf · Alumni Kristen seharusnya terus membangun kehidupan yang berdampak di tengah-tengah pergumulan pribadi

da yang baru di Retreat Alumni kali ini. Peserta dibagi dalam kelompok-kelompok sesuai dengan profesinya

masing-masing pada acara mentorship program, diskusi dan sharing di setiap sesi. Hal ini bertujuan agar

setiap diskusi dan sharing yang dilakukan bisa spesifik, terarah, dan produktif. Melalui kebersamaan

tersebut diharapkan rekan-rekan alumni dapat membangun persaudaraan dan jejaring yang seluas-luasnya

dengan rekan-rekan alumni lainnya yang seprofesi sehingga selepas Retreat ini dapat terjalin kerjasama,

sinergi, dan kolaborasi dalam menjalankan panggilan hidup masing-masing.

Kelompok-kelompok yang terbentuk yaitu: Energy, Construction, Consultant, Manufacture, Home, Non Engineering, Banking,

Ministry, dan Enterpreneur.

Mentorship program

Energy

Enterpreneur

Construction

Banking Ministry

Energy

Consultant

Manufacture

Manufacture Manufacture

Info Peserta RAN 2017 : Alumni Teknik UGM (69 orang), Non Teknik UGM (14 orang), Anak-anak (28 orang),

Mahasiswa (4 orang), Staf+Pembicara+MEBIG (6 orang), Jumlah pasangan suami istri (21 pasang), Total peserta (121 orang)

Page 5: VOLUME 17/2017pmktugm.org/wp-content/uploads/2015/03/WAP_Sept_RAN_2017.pdf · Alumni Kristen seharusnya terus membangun kehidupan yang berdampak di tengah-tengah pergumulan pribadi

Terimakasih buat Retreat Alumni kali ini khususnya buat teman-teman alumni yang sudah

bekerja keras karena saya memahami hal tersebut tidak mudah. Sebagian besar dari

mereka mempunyai pekerjaan dan fokus pada keluarga. Untuk itu sekali lagi saya

sampaikan ucapan terimakasih karena retreat ini benar-benar punya arti tersendiri buat

Yayasan dalam rangka 25 tahun Yayasan. Saya berharap dalam 2-3 tahun ke depan kita

bisa kembali mengadakan Retreat Alumni dan bisa kembali berjumpa seperti saat ini.

Saya sangat terkesan dengan pernyataan Kak Oka yang menurut saya mengggelitik. Saya merasa kita sebagai alumni PMKT itu

sudah menguasai teori dan terbiasa membuat paper. Tapi kelemahan kita selama ini semuanya masih sekedar wacana. Jadi

saya punya kerinduan untuk kita bisa do something. Tidak perlu yang terlalu fantastis, tetapi mulai dari hal-hal kecil karena

Alkitab mengatakan bahwa siapa yang setia terhadap perkara kecil akan dipercayakan perkara besar. Jika kita mulai dari hal

kecil sudah baik, pada akhirnya kita bisa mengerjakan hal yang besar.

Kita di sini belajar banyak hal yang luar biasa. Selain itu, saya juga mendapatkan fakta-fakta yang

menggelisahkan tentang bangsa kita dan didorong untuk bersemangat menghadapi kegelisahan itu.

Salah satunya dengan mempersiapkan diri kita sebagai seorang alumni untuk bekerja lebih baik lagi

dalam dunia pekerjaan kita dan dunia sehari-hari melalui kesadaran diri kita sebagai garam dan terang.

Retreat kali ini juga sangat membantu saya menyegarkan kembali kehidupan rohani saya dan lebih

bersemangat lagi di masa yang akan datang. Pesannya semoga tahun depan juga diadakan dan lebih

banyak orang yang terberkati.

Yang didapat dari RAN ini lebih ke materi yang disampaikan yaitu tentang eksposisi khotbah di

bukit. Tapi yang lebih berkesan bagi saya justru melihat alumni senior dan badan pendiri YA yang

mempunyai komitmen luar biasa dan sampai sekarang masih tetap solid. Itu jadi pelajaran

tersendiri buat saya pribadi angkatan 2008. Jika jaman dulu saja bisa sesolid itu, apalagi kita di

jaman sekarang ini.

Kesan yang saya dapatkan, acaranya seru walaupun lintas generasi, berbagai-bagai umur tetapi

semuanya berbaur. Pengetahuan saya bertambah, terutama untuk sektor pekerjaan yang saya

jalani sekarang. Saya memahami hal tersebut melalui sharing yang disampaikan oleh kakak-kakak

senior. Saya senang karena selain tempatnya bagus, makanannya juga enak. Pesannya semoga

retreat alumni berikutnya saya bisa ikut.

Yang saya dapat selama mengikuti retreat ini adalah saya merasakan persekutuan kita dengan teman-

teman semakin dikuatkan dan kita juga mendapatkan Firman Tuhan yang mempertajam visi kita.

Semoga di retreat yang akan datang semakin banyak alumni yang bisa

hadir untuk bersama-sama memperkuat persekutuan kita.

Saya merasa senang mengikuti retreat ini karena selain mendapatkan teman baru juga disegarkan

secara rohani. Saya juga senang dengan adanya pelayanan anak yang dilakukan oleh MEBIG.

Dengan adanya MEBIG, saya dan suami bisa mengikuti semua sesi dengan baik. Selain itu, anak-

anak juga sangat bersemangat mengikuti Ibadah yang dilakukan oleh MEBIG.

Pingkan, TETI 2011

Bellinda, TA 2008

Kristanto, TS 1983

Kunti,istri Heri TK 1998

Rannu, TS 2002

Pesan dan Kesan

Page 6: VOLUME 17/2017pmktugm.org/wp-content/uploads/2015/03/WAP_Sept_RAN_2017.pdf · Alumni Kristen seharusnya terus membangun kehidupan yang berdampak di tengah-tengah pergumulan pribadi

Retreat kali ini adalah retreat pertama saya sejak menjadi alumni. Saya merasakan perbedaan yang

mendasar antara RAN dan RUT. Jika di RUT saya dibina menjadi mahasiswa Kristen yang berdampak

di lingkungan sekitar yaitu mahasiswa sedangkan di RAN ini lingkupnya tidak hanya mengenai dunia

profesi yang ditekuni tetapi juga keadaan Indonesia. Saya mendapatkan pemahaman baru tentang

politik setelah kemarin mengikuti kapita selekta yang membahas kondisi politik di Indonesia.

Sebenarnya saya bukan orang yang suka politik tapi dengan kejadian pasca Pilkada Jakarta, saya

melihat bahwa kita sebagai orang Kristen seharusnya juga ikut terjun di dunia politik. Bukan berarti

saya langsung masuk dunia politik, tetapi memulainya dari hal-hal kecil yaitu di lingkungan kerja

saya. Di lingkungan kerja saya, ada banyak teman-teman yang berbeda keyakinan dengan saya. Saya

harus menyatakan Kristus melalui hidup saya, salah satunya dengan menjaga prinsip toleransi sesa-

ma umat beragama. Dengan hal tersebut, harapannya tidak ada lagi kejadian intoleransi seperti

yang dialami oleh Pak Ahok kemarin. Selain hal itu, saya juga merasa dikuatkan melalui retreat ini. Sebagai orang baru di dunia

kerja, saya diingatkan untuk tekun dalam bekerja, setia pada perkara kecil karena melalui itu Tuhan akan menyatakan ke-

hendakNya supaya hidup saya bukan mengenai saya tapi mengenai Dia. Bukan my story tapi HIS story. Dengan demikian orang

-orang bisa melihat kemuliaan Tuhan melalui hidup saya. Saya sangat senang mengikuti retreat ini. Awalnya saya berpikir re-

treat ini dilaksanakan setahun sekali, ternyata 2 tahun sekali. Saya berharap bisa mengikuti RAN selanjutnya.

Saya mendapatkan banyak hal dari Matius 5-7 yang begitu luar biasa. Menurut saya, bahannya

sangat padat tapi sungguh menyegarkan dan mengingatkan kembali pemahaman saya mengenai

Firman Tuhan yang disampaikan. Saya senang karena bisa bertemu dengan teman-teman lama,

rasanya seperti jaman mahasiswa dulu. Saya berharap bisa ikut RAN selanjutnya.

Retreat Alumni Nasional kali ini begitu berkesan. Materi yang dibawakan bang Tiopan juga sangat

berguna untuk kondisi saat ini. Khususnya tantangan kita sebagai Anak Tuhan dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara. Saya sangat terkesan dengan Retreat ini karena sangat bermanfaat,

meneguhkan, dan mengoreksi kita untuk lebih serius dalam menghidupi kekristenan kita. Pesan

saya ke depannya supaya apa yang telah didapatkan ini tetap digaungkan, tetap dijadikan komitmen

pribadi maupun secara kolektif sehingga setidak-tidaknya kita bisa berbuat sesuatu lebih dari apa

yang sudah kita lakukan selama ini bagi bangsa dan negara, bagi gereja, dan pasti bagi keluarga kita

masing-masing.

Puji Tuhan, ini retreat yang luar biasa. Saya pribadi, saya merasa dicharge secara kerohanian.

Sebagai alumni saya juga belajar untuk kembali berintegritas dan belajar menerapkannya dalam

pekerjaan sehari-hari. Tuhan kiranya memberikan umur panjang dan kesehatan kepada seluruh

alumni sehingga kita bisa berjumpa lagi dalam acara Retreat Alumni mendatang. Saya sam-

paikan ucapan terimakasih untuk Panitia yang sudah melakukan pekerjaannya dengan baik

bahkan luar biasa. Juga untuk seluruh alumni yang juga luar biasa. Walaupun dari berbagai

angkatan, dari angkatan 70an sampai 2010-an sangat kompak. Thumbs up...

Pesan dan Kesan

Timur, TGl 2012

Kus Jayanto, TE 1987

Koko, TM 1997

Julianta, TGl 2002

Page 7: VOLUME 17/2017pmktugm.org/wp-content/uploads/2015/03/WAP_Sept_RAN_2017.pdf · Alumni Kristen seharusnya terus membangun kehidupan yang berdampak di tengah-tengah pergumulan pribadi

Saya mendapatkan pemahaman tentang tantangan di dunia kerja dan perubahannya yang sangat

cepat. Karena hal itu, maka kita perlu mempersiapkan diri lebih baik sebelum memasuki dunia

kerja. Pemahaman ini juga seharusnya dibagikan ke teman-teman mahasiswa yang lain. Saya

heran dengan kakak-kakak alumni yang begitu perhatian dengan pertumbuhan rohani kita di

PMKT. Mereka banyak membantu menyediakan fasilitas agar kami nyaman dalam ber-KTB dan

bersekutu. Apa yang mereka lakukan untuk pelayanan PMKT sungguh menginspirasi saya.

Selain itu, dari diskusi dengan kakak-kakak alumni, saya mempunyai kerinduan untuk sungguh-

sungguh menjangkau teman-teman yang belum aktif di PMKT dan belum memiliki tempat untuk

bertumbuh. Saya rindu bisa bersama-sama bersekutu dan melayani dengan mereka di PMKT.

Saya juga rindu untuk mengingatkan teman-teman yang lain supaya tidak hanya fokus di pro-

gram kerja tetapi juga menciptakan kondisi yang nyaman bagi teman-teman bersekutu di PMKT.

Saya juga ingin teman-teman mengetahui sejarah panjang perjuangan alumni PMKT dan kerinduan alumni untuk terus men-

dukung pelayanan mahasiswa, bahkan kesediaan mereka untuk membimbing ketika kita sudah jadi alumni nantinya.

Dari sesi yang saya ikuti, saya mendapatkan pemahaman tentang pelayanan yang seharusnya

lebih fokus kepada jiwa. Selain itu saya juga disadarkan tentang generasi sekarang yang berbeda

dengan jaman sebelumnya yang disebabkan oleh perubahan teknologi yang sangat cepat,

sehingga karakter dan kebutuhan generasi sekarang juga berbeda. Oleh karena itu pendekatan

yang dilakukan tidak bisa sama. Harus lebih kreatif dalam mengelola acara-acara Persekutuan

seperti E-Stuf dan Persekutuan Doa supaya yang hadir tidak hanya karena rutinitas tetapi karena

kerinduan bersekutu.

Saya mempunyai pendapat yang tidak jauh berbeda dengan teman-teman yang lain. Saya

melihat pelayanan kita sudah terkaburkan, bukan melayani jiwa tapi justru fokus ke program

kerja. Sebagai tambahan pendapat dari saya adalah kita tidak boleh punya standar ganda da-

lam hidup. Selain itu, saya juga kagum dengan sharing dari kakak-kakak alumni yang semangat

dalam melayani jiwa. Awalnya memang tidak mudah, tetapi tetap yakin dan percaya jika

Tuhan akan memampukan. Lebih kagum lagi setelah melihat dukungan yang mereka berikan

untuk pelayanan mahasiswa setelah menjadi alumni.

Melalui RAN kali ini, saya melihat komunikasi alumni yang baik dengan teman-teman yang

dulunya tidak aktif di PMKT. Sehingga ketika menjadi alumni tetap bisa diajak mengikuti

kegiatan RAN atau yang lain. Selain juga saya melihat kesetiaan alumni ber-KTB walaupun

hanya sebulan sekali untuk saling menguatkan satu sama lain. Saya juga mempunyai pen-

dapat yang sama dengan Jo, selama ini mungkin kita fokus hanya ke program kerja bukan ke

jiwa. Hal ini menjadi bahan evaluasi untuk fokus ke penjangkauan jiwa-jiwa dan bukan han-

ya sekedar menyelesaikan program kerja. Cara-caranya bisa dengan acara futsal bareng

atau memasak bersama melalui acara PMKT Memasak atau kegiatan lain yang bisa melibat-

kan non pengurus PMKT. Jika komunikasi yang dijalin sudah bagus, saya yakin mereka akan

lebih mudah untuk diajak mengikuti kegiatan persekutuan. Kalaupun dia tidak aktif di PMKT,

tetapi karena merasa nyaman dengan PMKT harapannya ketika menjadi alumni juga nya-

man ketika mengikuti kegiatan Alumni PMKT.

Lia, TF 2014

Dwi, TS 2014

Jo, TM 2014

Sam, TM 2014

Apa kata Mahasiswa...

Page 8: VOLUME 17/2017pmktugm.org/wp-content/uploads/2015/03/WAP_Sept_RAN_2017.pdf · Alumni Kristen seharusnya terus membangun kehidupan yang berdampak di tengah-tengah pergumulan pribadi

R etreat kali ini menyediakan pelayanan bagi rekan-rekan Alumni yang membawa keluarga, khususnya anak-anak.

Panitia bekerjasama dengan lembaga pelayanan MEBIG Indonesia yang dipimpin oleh Kak Sudi Ariyanto (TN’82)

untuk Pelayanan Anak. Beberapa orang tua begitu bersyukur dengan adanya pelayanan ini. Orang tua dan anak-

anak sama-sama dilayani di Retreat kali ini.

Selain itu, kita juga bisa menyaksikan jerih lelah Panitia yang menyiapkan souvenir dan hadiah lomba, dibantu oleh mahasiswa

yang diundang hadir di Retreat kali ini.

Lomba yang dipertandingkan yaitu : lomba wefie terbaik, program terbaik dan yang terbanyak mengajak alumni lain untuk

mengikuti RAN. Lomba wefie terbaik dimenangkan oleh grup Non Engineering, program terbaik oleh grup Home Builder alias

ibu rumah tangga dan yang terbanyak mengajak untuk ikut RAN adalah mas Gunawan Santoso, diwakili oleh bang Jimmy

Peranginangin penerimaan hadiahnya.

Akhirnya, terimakasih untuk pihak-pihak yang telah mendukung terselenggaranya acara RAN 2017, khususnya kepada Panitia

yang sudah bekerja keras , Yayasan Alumni PMKT, pendoa, donatur, pengisi acara (Bang Tiopan, Kak Oka, Pak Benny, Kak

Daniel, Bang Jimmy, Kak Gun, Kak Basuki, Morentalisa, serta tim MEBIG), peserta dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan

satu persatu. Kiranya momen ini menjadikan kita semakin kuat menyatakan garam dan terang di tengah dunia yang berubah

cepat, tidak menentu, rumit dan kabur. Sampai jumpa lagi di RAN berikut.....

Indah tuk dikenang...

Untuk dukungan dana Operasional Yayasan Alumni Kristiani Teknik melalui Persembahan Iman atau G100K dapat dikirimkan ke :

Rekening YAKT

BCA KCP Senayan City an Bianda Serginia/Suzanna Hardjono no. 5005080859 atau

Bank Mandiri an Bianda Serginia no. 101-000-683-909-4