88
Volume 43 KIPRAH 1

Volume 43 KIPRAH · [email protected],disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 1

Page 2: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH2

Page 3: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 3

NUANSA

Dewan Redaksi:SetiaBudhyAlgamar•HediyantoW.Husaini

•RidoMatariIchwan•Mudjiadi•HarisHasundunganBatubara•AntoniusBudiono•TriDjokoWalujo•Pardino•RaniWoroWirasmi

•DanisHidayatSumadilaga

Pemimpin Umum:WaskitoPandu

Pemimpin Redaksi:LisniariMunthe

Wakil Pemimpin Redaksi:EttyWinarni

Redaktur Pelaksana:Sambiyo•Djuwanto

Redaksi:Yunaldi•Warjono•Srijanto

•AdeSyaiful•KrisnoYuwono•WayanYoke

Editor:EndahPrihatiningtyas•YanaNahriahHajar

Desain/Artistik:AgusIwanSetiawan

Fotografer:Suseno

Sekretaris:Juariah

Kontributor:TaufanMadiasworo•WidjajaMartokusumo

•PututMarhayudi

Sirkulasi/Distribusi:NadiTarmadi•Yusron•UmiFatimahS.

•Ilma•Syaiful•Sutikno

Diterbitkan oleh:KementerianPekerjaanUmum

Alamat:PuskomPU,GedungBinaMargaLt.1

JlPattimura20,KebayoranBaru,Jakarta12110Telp./Fax:021-7251538,021-7221679

e-mail:[email protected]

KIPRAHHUNIAN, INFRASTRUKTUR, KOTA DAN LINGKUNGAN

Redaksi Majalah KIPRAHmenerimakirimanartikel,atautulisanlainyang(1)bersifatpopulerdan(2)sesuaidenganisiMajalahKIPRAH.(3)Panjangtulisanminimal400kata,maksimal1600kata.(4)Pengirimannaskah dapat dilakukanmelalui email ke [email protected], disertaidengandatadiriberupabiografisingkatdanalamat,nomortelepon,faxatauE-mail(bilaada).(5)Naskahyangtidakdimuatbiasanyatidakakandikembalikan,kecualiataspermintaanpenulis. (6)Redaksiber-hakmelakukan perubahan naskah tanpamengubah isi dari tulisan.

Komunikasi,

Hari Air dunia merupakan event yang diperingati tiap tahun pada tanggal

22 Maret di seluruh dunia. KIPRAH edisi 43 mengangkat tema terkait

ketersediaan air bersih dengan menyoroti masalah air perkotaan yang

masih menjadi tantangan yang cukup serius untuk diatasi. Dari pihak pemerin-

tah, meski diakui bahwa masalah air perkotaan lebih kepada masalah nonteknis,

namun program-program untuk membantu pengembangan air minum perko-

taan terus dilakukan.

Potret miris kondisi air perkotaan, khususnya di ibu kota yang disorot Kiprah

edisi kali ini menjadi sesuatu yang harus dicarikan jalan keluarnya. Jika ibu kota

negara, yang notabene wajah yang pertama kali dilihat oleh negara lain, sudah

mengalami degradasi air yang sedemikian parah, lalu bagaimana dengan kota-

kota lain di Indonesia? Masyarakat miskin yang memiliki akses terbatas ke air

bersih merupakan target group yang pertama kali harus dituju dalam mengatasi

permasalahan air perkotaan.

Dari segi teknologi, penggunaan sistem penyulingan air atau Reverse Osmosis

(RO) dan daur ulang air limbah merupakan beberapa cara inovatif yang dilaku-

kan pihak swasta untuk memperoleh air bersih. Meski teknologi ini tak murah,

tetapi menjadi solusi alternatif untuk menghentikan pengambilan air tanah di

kota-kota besar yang semakin hari semakin berkurang tajam. Dari sisi Kemen-

terian PU, produk-produk Litbang SDA memegang peran penting dalam men-

dukung teknologi andal, aplikatif, inovatif dan berkelanjutan. Sebutlah akuifer

buatan, kincir air, boks tersier, flood forecasting and warning system (FFWS) dan

alat pengolah air serta temuan berarti lainnya. Langkah selanjutnya yaitu ba-

gaimana produk tersebut dapat diaplikasikan dan berguna bagi masyarakat.

Sorotan tajam dari pakar Ilmu Lingkungan Hidup, Emil Salim, yakni Kementerian

PU diimbau untuk melakukan tinjauan terhadap pengelolaan air demi penyela-

matan air negara kita, menjadi suatu hal yang patut kita lakukan. Seperti yang ia

sampaikan bahwa PU adalah benteng terdepan dalam penyelamatan air negara

kita. Dengan kata lain, PU adalah komandan dalam pengaturan sumber daya air.

Satu sistem, itulah solusi yang ditawarkan Emil Salim untuk penyelamatan air di

negara kita, tidak ada pengotak-ngotakan dalam tugas.

Berbagai pihak yang menyoroti masalah air perkotaan dapat memberikan wa-

wasan dan pemahaman pada kita, bahwa air perkotaan masih menjadi persoal-

an yang hingga kini masih terus dicarikan jalan keluarnya. Komunikasi antarsek-

tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita

mau menyelesaikan target MDGs tahun 2015, yakni memberikan pelayanan air

minum sebesar 68,9% melalui jaringan perpipaan sebesar 41,03% (perkotaan

68% dan pedesaan 19,8%). Dukungan masyarakat untuk terus peduli terhadap

air perkotaan menjadi suatu pertanda baik dan hal ini harus ditangkap sebagai

peluang untuk menjaga keberadaan infrastruktur sumber daya air. Ini bukan

hal mudah, namun dengan usaha keras dari semua pihak, maka tak ada yang tak

mungkin untuk mewujudkannya. Harus optimis.(Lisniari)

Kunci Penanganan Air

Page 4: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH4

DAFTAR ISI

8

22

NUANSA

Komunikasi Kunci Penanganan Air.......................................................3

LINTAS INFO

Tantangan SDA Semakin Kompleks.....................................................6PU Dukung 6 Koridor Ekonomi Indonesia........................................6Jembatan Selat Sunda Kapan dibangun?.........................................7Agoes Widjanarko, Ketua Dewan Pengawas PJT I .....................7

LAPORAN UTAMA

Air Perkotaan dan Tantangannya.........................................................8

Program Penyehatan PDAM: Penyebabnya Lebih ke Masa- lah Nonteknis................................................................................................10

Waspadai Krisis Air...............................................................................................13

Kanal Banjir Timur: Show-case Pembangunan infrastruktur Terpadu di Perkotaan Secara Nasional............................................16

Penataan kawasan Bantaran Sungai di Perkotaan....................20

PRO-RESTORS (Program Restorasi Sungai) di Perkotaan..........21

Bandung Kekurangan Air......................................................................22

Air Masih Mencukupi, Tapi Kualitasnya Harus Diperbaiki........24

Kabar Baik dari Batam..............................................................................26

Mengintip Pengelolaan Air di Negara Lain...................................27

Perubahan Iklim dan Sumber Daya Air...........................................28

Air Laut Bisa Diminum?...........................................................................30

Krisis Air? Daur Ulang Saja.....................................................................32

BPPSPAM: Kita Bisa Memenuhi Target MDGs...............................34

PT. Aetra Air Jakarta: Pentingnya Meningkatkan Koordinasi Antarinfrastruktur........................................................................................35

Indonesia Memerlukan Sistem Teknologi Tinggi Untuk Pengolahan Air...........................................................................................37

3544 52

10

Page 5: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 5

DAFTAR ISI

24

Sadarestuwati, Anggota Komisi V DPR-RI: Tingkatkan Kerjasama Antar Sektor Publik..............................................................39

Riswantoni, Anggota Komisi V DPR-RI: Pelayanan Air Bersih Menjadi PR Pemerintah...........................................................................40

Inilah Kata Mereka......................................................................................41

TAMU KITA

PU Benteng Terdepan Pembangunan Negara Kita..................42

GALERI

Mau Dibawa Ke manakah Aku?.........................................................46

INFOTEKNOLOGI

Riset: Puslitbang SDA Menjawab Peluang dan Tantangan...48

JELAJAH

Infrastruktur Air Yogyakarta Pascaletusan Merapi.......................50

Uma Lengge dan Uma Jompa: Budaya desa Maria, Mutiara Sejarah Budaya Bima................................................................................52

PJT I Melayani Air Bersih Masyarakat Lamongan........................54

Pencapaian dan Prospek PJT I..............................................................54

Perjalanan Menembus Batas................................................................52

LAPORAN KHUSUS

Memaknai Peringatan Hari Air Dunia ke-19..................................58

Save Jakarta Water Fun Walk: Mencetak Generasi Peduli Air......59

Pawai Simpatik Peduli Air di Bundaran HI......................................60

SELINGAN

Batu, Menuju Kota Agrowisata............................................................62

AKTUALITA

Pemasangan Alat Pengolah Air di Bunaken.................................64

SERBA SERBI

Mengetengahkan Bahasa “Plat Merah” ke Ruang Publik.......66

WACANA

Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman......................................................69

Tantangan Global Mewujudkan Kota yang Berkelanjutan....72

Road Map Menuju Penatausahaan Aset yang Akuntabel.....74

Informasi Terbuka, Kinerja Terjaga: Implementasi Keterbu-kaan Informasi Publik di Lingkungan PU........................................76

Pemugaran Wisma Kerkhoven, Lembang.....................................78

Assessment Center Sebagai Strategi Pengembangan SDM...80

HUMANIKA

Ully Sigar: Tak Kenal Lelah Mendampingi Masyarakat..............82

JENDELA

Farhan: Edukasi Lebih Penting............................................................84

RESENSI BUKU

Mari Meninjau Kembali Kondisi dan Potensi SDA Kita..............85

KARIKATUR

Air Perkotaan................................................................................................86

61 74

27 32

82

Page 6: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 41 • KIPRAH6

LINTAS INFO

Peluang dan tantangan bidang Sumber Daya Air

(SDA) semakin rumit, terlebih setelah terjadinya

fenomena perubahan iklim. Berbagai permasalahan

tersebut dibahas dalam Kolokium Pusat Penelitian dan

Pengembangan Sumber Daya Air (23-24/3) di Bandung.

Kolokium yang rutin diselenggarakan setiap tahun ini

membahas berbagai masalah peluang dan tantangan SDA

dan dihadiri oleh sejumlah pakar SDA, kalangan akademisi,

dan tamu undangan lainnya.

Menteri Pekerjaan Umum (PU), yang diwakili oleh Kepala

Balitbang Kementerian PU, Moh. Hasan, mengemukakan

bahwa Puslitbang SDA selaku pendukung bidang rekayasa

teknologi harus bisa menjawab berbagai tantangan dan

peluang tersebut demi kesejahteraan masyarakat. Berbagai

isu mendasar tentang kuantitas, kualitas, dan keberlanjutan

SDA kini tengah terjadi di beberapa daerah. Oleh karena

itu, sudah menjadi tugas Puslitbang Air untuk melakukan

pembaruan data berdasar penelitian yang akurat dan

komprehensif sebelum melakukan pemanfaatan. Dalam

hal ini, Puslitbang Air memegang peran penting dalam

pendalaman dan pengkajian secara akademis berbagai isu

mendasar tersebut.

Arie lebih lanjut melaporkan bahwa pihaknya terus melakukan

inovasi rekayasa teknologi melalui kegiatan pemantauan

terhadap kondisi lingkungan, seperti hidrologi dan analisis

karakteristilk sungai, alokasi air, serta peringatan dini banjir,

selain aktif melakukan kegiatan penelitian terhadap rawa,

pantai, dan gunung berapi. Hasilnya berupa rekomendasi

yang akan dijadikan masukan bagi penentu kebijakan di

bidang rekayasa teknik sumber daya air, baik pemerintah

maupun swasta.(Joe)

Tantangan SDA Semakin

Kompleks Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mendukung konektivitas antar dan dalam 6 koridor ekonomi In-donesia. Konektivitas yang ditawarkan berupa pem-

bangunan jalan akses menuju pelabuhan udara dan outlet lainnya, pembangunan jalan tol, dan dukungan penyediaan air baku untuk air bersih, air industri, serta air irigasi perta-nian di cluster-cluster yang sudah disiapkan di semua koridor tersebut.

PU Dukung 6 Koridor Ekonomi Indonesia

Demikian disampaikan Menteri Pekerjaan Umum (PU),

Djoko Kirmanto, dalam acara Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia 2011 di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Sabtu (2/4).

Dalam rangka merealisasikan dukungan infrastruktur ter-sebut, Kementerian PU mengundang para pengusaha untuk bersama-sama melihat peta koridor ekonomi dan cluster-nya guna mempertemukan keinginan pengusaha dengan anggaran yang ada sekarang. Langkah tersebut nantinya ditindaklanjuti dengan penyusunan time line untuk melihat kebutuhan infrastruktur yang bisa dipenuhi per tahun, se-suai ketersediaan dana.

“Mengingat dana yang ada tidak akan pernah bisa me-menuhi apa yang diminta, maka dari awal kita harus sepa-kat mengenai cluster-cluster mana yang harus didahulukan serta infrastruktur apa yang harus kita bangun di cluster tersebut,” jelas Djoko.

Enam koridor ekonomi tersebut adalah Koridor Sumatera sebagai sentra produksi dan pengolahan hasil bumi dan lumbung energi nasional, Koridor Jawa sebagai pendorong industri dan jasa nasional, Koridor Bali-Nusa Tenggara seba-gai pintu gerbang pariwisata nasional dan pendukung pa-ngan nasional, Koridor Kalimantan sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil tambang dan lumbung energi nasio-nal, Koridor Sulawesi-Maluku Utara sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian, perkebun-an dan perikanan na-sional, serta Koridor Papua-Maluku seba-gai pengolahan sum-ber daya alam (SDA) yang melimpah dan sumber daya manu-sia (SDM) yang se-jahtera.(Ida)

Acara Kolokium SDA di Bandung. (Foto: Dok.)

Rapat Pimpinan Nasional KADIN Indonesia 2011. (Foto: Dok.)

Page 7: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 41 • KIPRAH 7

LINTAS INFO

Penumpukan kenda-

raan di Pelabuhan

Merak, Banten, ham-

pir setiap waktu terjadi.

Kemacetan ini telah meng-

akibatkan kerugian waktu

dan material yang ditaksir

hingga Rp 5-10 miliar per

hari. Kerugian muncul dari

pertambahan biaya opera-

sional transportasi, biaya

tunggu proses produksi,

serta kerugian kerusakan

Jembatan Selat Sunda Kapan Dibangun? A

goes Widjanarko, Sekjen Kementerian Pekerjaan

Umum ditunjuk sebagai Ketua Dewan Pengawas

Perum Jasa Tirta (PJT) I periode 2011-2014, meng-

gantikan Budiman Arif yang telah menjabat sejak 1999. Per-

gantian pengurus juga dilakukan di jajaran anggota Dewan

Pengawas, diantaranya Zuryati Simbolon menggantikan

Suyono Salamun, Maurin Sitorus dari Kementerian Keuang-

an menggantikan Sriyadi, dan Mochammad Amron, Dirjen

Sumber Daya Air (SDA) digantikan oleh Hadi Prasetyo.

Untuk selanjutnya, Mochammad Amron diangkat sebagai

Ketua Dewan Pengawas PJT II, Jawa Barat, menggantikan

Agoes Widjanarko, Ketua Dewan

Pengawas PJT I barang. Hal itu dikeluhkan Sony Pradipto, anggota Asosiasi

Pengusaha Indonesia (Apindo) Jakarta, yang juga pengusaha

angkutan sembako trayek Jakarta-Palembang.

Ia mengaku bahwa perusahaan menderita kerugian cukup be-

sar akibat macetnya jasa penyeberangan Merak-Bakauheni.

Belum lagi risiko rusaknya barang-barang yang diangkut. Hal

yang sama juga dialami sejumlah pengusaha lain yang setiap

hari harus mengeluarkan biaya ekstra saat menunggu antrean

kendaraan hingga lima hari, yang panjangnya mencapai 12 kilo-

meter. Keluhan serupa juga dialami oleh para pengemudi ang-

kutan umum.

Menurut Sony, Jembatan Selat Sunda (JSS), yang menghubung-

kan Sumatera dan Jawa, merupakan solusi permanen dari

fenomena penumpukan kendaraan di Merak-Bakauheni yang

kerap terjadi belakangan ini. Alasannya, kondisi penyeberang-

an Merak-Bakauheni saat ini sudah semakin sulit mengimbangi

lonjakan kendaraan.

Pertanyaannya, kapan JSS ini akan dibangun? “Kita harapkan

JSS segera terwujud,” ujar Sony. Sebab, jika kondisi ini dibiar-

kan terus-menerus, maka ini akan berpengaruh pada ekonomi

daerah-daerah di Sumatera dan Jawa. Selain itu, intensitas

kemacetan yang tinggi akan mendongkrak inflasi serta memicu kerugian besar bagi pengusaha dan pengguna jasa lainnya.

Beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan terkait pemba-

ngunan JSS tahun 2011, diantaranya penyiapan materi teknis

Rencana Tata Ruang Kawasan sekitar JSS dan kajian struktur

jembatan gantung ultra panjang. Sony optimistis bila JSS ter-

wujud, transportasi penyeberangan menjadi semakin lancar

sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di ke-

dua wilayah itu. (Joe)

posisi Siswoko, mantan

Dirjen SDA 2005-2007. Se-

rah terima jabatan dilaku-

kan di Gedung Serbaguna

Jasa Tirta, Malang, Sabtu

(12/2), dihadiri segenap

jajaran Dewan Pengawas,

Direksi, dan karyawan ser-

ta tamu undangan.

Agoes Widjanarko dalam

sambutannya mengatakan

bahwa prestasi bagus PJT I

agar terus dikembangkan

menjadi perusahaan yang

profesional. Untuk itu, ja-

linan komunikasi antarpe-

Ilustrasi Jembatan Selat Sunda. (Foto: Dok.)

Agoes Widjanarko, Ketua Dewan Pengawas PJT I periode 2011-2014

(Foto: Dok.)

ngurus, anggota, dan karyawan perlu terus digalakkan, agar

perusahaan menjadi semakin maju dan berkembang.

Direktur Utama PJT I, Tjoek Walujo Subijanto melaporkan

bahwa memasuki usianya yang ke-21 (1991- 2011), PJT I se-

laku pengelola sumber daya air di Wilayah Sungai Kali Bran-

tas dan Bengawan Solo semakin berkembang pesat, dibuk-

tikan dengan grafik laba perusahaan yang kian meningkat, yang tahun ini menyentuh angka Rp 250 miliar. PJT I akan

terus membenahi dan mengembangkan diri serta bertekad

menjadi pengelola sumber daya air terbaik di Asia Tenggara

dan Asia Pasifik pada tahun 2025.(Joe)

Page 8: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH8

LAPORAN UTAMA

Jumlah populasi dunia diperkira-

kan akan mencapai 7 miliar pada

tahun 2012 dan lebih dari separuh

dari jumlah tersebut (+58%) akan ting-

gal di daerah perkotaan (World Deve-lopment Report, 2009). Tentunya hal ini

perlu mendapat perhatian dan menjadi

tantangan tersendiri, terutama jika kita

kaitkan dengan ketersediaan air bersih

untuk warga perkotaan.

Data dari PBB menyebutkan bahwa

sekitar 827,6 juta orang hidup di per-

mukiman kumuh dengan sanitasi dan

akses air bersih yang minim. Sekitar 27%

masyarakat perkotaan di negara-ne-

gara berkembang tidak memiliki pipa

saluran air di rumah. Di banyak tempat,

masyarakat miskin dan masyarakat ter-

pinggirkan lainnya tidak punya pilihan

selain membeli air kepada pedagang

tidak resmi dengan harga yang lebih

tinggi dibandingkan tetangganya yang

memiliki pasokan air di rumahnya.

Berbagai macam penyakit yang dise-

babkan minimnya air bersih dan fasilitas

sanitasi yang baik setiap harinya mem-

bunuh sekitar 5000 anak-anak di selu-

ruh dunia. Bayangan akan masa depan

juga tidak terlalu jauh berbeda, jumlah

populasi dunia diperkirakan mencapai

9 miliar dengan 60% diantaranya ting-

gal di perkotaan pada tahun 2050.

Di Indonesia sendiri, selama sepuluh ta-

hun terakhir, otonomi dan pemekaran

wilayah telah menciptakan 31 kota-kota

baru. Data BPS tahun 2010 menyebut-

kan bahwa sekitar 121 juta dari 238 juta

penduduk Indonesia kini hidup di perko-

Air Perkotaan dan TantangannyaLebih dari empat puluh tahun lalu, umat manusia menunjukkan bahwa dengan gabungan antara

ambisi, ilmu pengetahuan, uang, serta kerja keras, kita bisa menapakkan kaki di bulan. Kini banyak orang berlomba-lomba menjadi pahlawan untuk menemukan sumber air di bulan atau planet lain. Padahal sebutan pahlawan saat ini lebih tepat ditujukan bagi mereka yang tetap berpijak di bumi,

mengusahakan solusi bagi penyediaan air bersih berkelanjutan bagi warga dunia. Apakah itu Anda?

taan. Kebocoran rata-rata PDAM secara

nasional juga masih pada kisaran 37%. Di

Jakarta, 9 juta penduduk menghasilkan

1,3 juta m3 air limbah per harinya, dan

hanya 3% yang diolah melalui Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Di sisi lain, segudang persoalan meng-

hampar di depan mata. Sebut saja per-

ubahan iklim. Pertumbuhan penduduk

perkotaan meningkat tajam namun

tidak demikian dengan daya dukung

kotanya. Eksploitasi air tanah yang ber-

lebihan menyebabkan degradasi kuali-

Walaupun malam hari, karena kebutuhan, warga tetap berusaha mendapatkan air minum dengan membawa galon isi ulang. (Foto: Seno)

_

Page 9: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 9

LAPORAN UTAMA

tas dan kuantitasnya. Contoh yang

paling nyata adalah penurunan permu-

kaan tanah di sebagian kota, intrusi air

laut, dan penurunan muka air tanah.

Perubahan tata guna lahan dan me-

ningkatnya pencemaran air yang ber-

asal dan limbah domestik dan industri

turut memperburuk keadaan.

Selain itu terdapat ancaman gempa

bumi dan tsunami terhadap kota-kota

pantai. Di Indonesia, permasalahan

banjir tidak hanya mengakibatkan

kerusakan tapi juga berdampak pada

aspek lain, seperti kemacetan dan hi-

langnya waktu produktif.

Di kota-kota besar di Jawa, ketersedia-

an air mengalami tantangan tersendiri.

Jumlahnya sangat melimpah di musim

penghujan sehingga cenderung me-

nimbulkan banjir, namun pada saat ke-

marau mengalami kekurangan.

Belum lagi masalah-masalah non-

teknis seperti masalah politik, perilaku

masyarakat, sosial, dan budaya. Con-

toh kecilnya adalah perilaku sebagian

masyarakat kita yang menjadikan

sungai sebagai tempat sampah atau

keengganan kepala daerah untuk me-

nyesuaikan tarif PDAM agar layak di

atas biaya operasi.

Segala persoalan tersebut tentunya

menimbulkan pertanyaan, apakah kita

mampu mengatasinya? Bisakah kita

mencapai target MDGs? Banyak yang

optimistis, namun tidak sedikit pula

yang pesimistis. Terkait dengan per-

tanyaan ini, kiranya tema Hari Air Dunia

2011, yaitu “Air Perkotaan dan Tanta-

ngannya” cukup relevan.

Fakta-fakta tersebut memperlihatkan

kondisi ketersediaan dan akses air kita

saat ini. Berbagai kemajuan dalam hal

pemenuhan air bersih memang telah

banyak dihasilkan beberapa dekade

terakhir. Upaya pembenahan PDAM

terus dilakukan, diantaranya melalui

kebijakan bantuan penyehatan PDAM,

fasilitas restrukturisasi utang dan fasili-

tas subsidi bunga bank pemerintah bagi

peminjaman untuk keperluan pengem-

bangan PDAM sehingga diharapkan

pada akhirnya bisa meningkatkan ca-

kupan pelayanan kepada masyarakat.

Penyusunan Rencana Tata Ruang baik

di tingkat wilayah maupun daerah juga

terus dikejar agar ada kejelasan dan

memudahkan upaya penertiban tata

guna lahan. Di berbagai tempat juga

telah dilakukan pembangunan ben-

dungan dan waduk. Pembangunan ini

tidak semata-mata untuk menjaga ke-

tersediaan air baku, namun juga seba-

gai sumber tenaga listrik dan pengen-

dalian banjir.

Demikian pula upaya restorasi sungai,

sistem drainase kota yang layak, pem-

bangunan saluran pengendali banjir,

perlindungan pantai dan konservasi

serta aktivitas kepedulian publik. Dari

segi teknologi, sekarang kita juga mu-

lai menerapkan teknologi penyulingan

air laut yang semakin murah, teknolo-

gi daur ulang limbah dan berbagai

teknologi yang mendukung keterse-

diaan air.

Pertanyaannya adalah apakah itu sudah

cukup? Apalagi jika dikaitkan dengan

target Millenium Development Goals

(MDGs) yaitu pada tahun 2015 men-

datang diharapkan dapat mengurangi

setengah dari jumlah orang yang tidak

memiliki akses air minum yang sehat

atau meningkatkan cakupan pelayanan

air bersih dari angka 47% pada tahun

2009 (data terakhir dari Dirjen Cipta

Karya) menjadi 68% pada tahun 2015.

Kota sebagai suatu wilayah akan selalu

menjadi tempat yang menarik untuk

pengharapan akan kehidupan yang

lebih baik. Perkotaan yang masif dan

pertumbuhan ekonomi membuat isu

pengelolaan sumber daya air menjadi

kompleks. Nasib jutaan anak-anak dan

masyarakat miskin di perkotaan ber-

gantung pada upaya pencarian solusi

dalam menghadapi tantangan pe-

menuhan kebutuhan air di perkotaan,

tidak saja di Indonesia tapi juga di ber-

bagai belahan dunia.

(Redaksi, diolah dari materi peringatan Hari Air Dunia 2011)

Target Millenium Development Goals (MDGs) adalah pada

tahun 2015 mendatang diharapkan dapat

mengurangi setengah dari jumlah orang yang tidak memiliki akses air

minum yang sehat

Page 10: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH10

LAPORAN UTAMA

Ditemui seusai salat Jumat di ru-

ang kerjanya, bapak dari tiga

anak ini dengan lugas men-

jawab pertanyaan-pertanyaan dari tim

KIPRAH. Dengan didampingi Direktur

Pengembangan Air Minum, Danny

Sutjiono dan Kasubdit Data dan Infor-

masi Direktorat Jenderal Cipta Karya,

Program Penyehatan PDAM :

Penyebabnya Lebih ke

“Kalau kita bicara masalah air baku, kita mulai dengan mensyukuri, jangan mengeluh. Secara kuantitas, Indonesia memiliki air baku yang cukup, walaupun penyebarannya tidak merata.

Permasalahan ada pada kualitasnya yang terus memburuk,” ujar Direktur Jenderal Cipta Karya, Budi Yuwono, mengenai pelayanan air bersih di Indonesia.

Dian Irawati, Budi Yuwono yang men-

jabat sebagai Dirjen Cipta Karya sejak

tahun 2008 ini bicara banyak soal air

bersih.

Air bersih adalah kebutuhan dasar

yang merupakan tanggung jawab pe-

merintah, baik pusat maupun daerah,

yang penyelenggaraannya didesen-

tralisasikan ke pemda. Meski demikian,

dengan kondisi pemda-pemda saat ini

yang rata-rata masih belum mampu

mengelola sendiri, pemerintah pusat

masih mempunyai kewajiban untuk

membantu penyelenggaraan kebutuh-

an dasar ini.

IPA Kolaka, Sulawesi Tenggara. (Foto: Seno)

Masalah Nonteknis

Page 11: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 11

LAPORAN UTAMA

Budi Yuwono memaparkan bahwa pe-

layanan air bersih perkotaan di seluruh

Indonesia tahun 2009 baru mencapai

47%, sedangkan target MDGs tahun

2015 terkait pelayanan air bersih ada-

lah sebesar 68%. Kini di tahun 2011,

dengan sisa waktu hanya sekitar 4 ta-

hun lagi, ia mengaku optimistis dapat

memenuhi target tersebut, sepanjang

pembagian tugas dan tanggung jawab

antara pemerintah pusat dan daerah

tepat serta berjalan baik, sebagaimana

telah diatur dalam UU dan PP.

Meski demikian, kenyataan di lapangan

tidak seperti itu. Daerah (dalam hal ini

kota-kota) sendiri, pada awal-awal PELI-

TA (Pembangunan Lima Tahun, zaman

orde baru) sudah banyak dibantu pe-

merintah pusat, yakni berupa infrastruk-

tur pengolahan air bersih. Apabila dulu

modal tersebut dikembangkan, seka-

rang seharusnya mereka (pemda-red.)

sudah mampu, tapi pada kenyataan-

nya tidak semua berkembang. Contoh

kota yang memiliki pelayanan air bersih

yang baik, diantaranya Surabaya, Ban-

jarmasin, dan Palembang. Sementara

di kota lain, seperti Bandung, keadaan-

nya masih tersengal-sengal.

Tiap tahun Kementerian PU memberi-

kan anggaran ke daerah untuk mem-

buat infrastruktur Sistem Penyediaan

Air Minum-Ibu Kota Kecamatan (SPAM-

IKK) sekaligus membina Sumber Daya

Manusia (SDM)-nya. Ada juga program

bantuan pengelolaan investasi untuk

memantau penggunaan dan pemeli-

haraan infrastruktur air minum terse-

but, namun tetap saja setelah sekian

tahun menurun. Kemudian, kalau

infrastruktur tersebut rusak, pemda

mengambil jalan pintas dengan mem-

inta pembangunan infrastruktur yang

baru kepada pemerintah pusat.

“Anda lihat pemda, rata-rata anggaran

untuk air minum paling tinggi hanya 5%

dari APBD. Namun ada juga salah satu

bupati di Sumatera Selatan yang saya

salut karena kantor bupatinya kurang

begitu bagus, tapi PDAM-nya bagus.

Biasanya kantornya bagus, PDAM se-

tempat keadaannya ya... malah begi-

tu,” jelas Budi Yuwono miris.

Budi Yuwono juga menegaskan bah-

wa pemerintah telah membuat kebi-

jakan bantuan pengembangan melalui

Direktorat Pengembangan Air Minum

berupa program bantuan penyehat-

an PDAM dan fasilitas restrukturisasi

utang-utang lama. Program ini sudah

berjalan dan yang sudah memanfaat-

kannya baru 68 PDAM dari sekitar 173

PDAM yang masuk kategori tidak se-

hat.

ngan bupati. Banyak juga pemda yang

tidak memiliki konsep yang jelas, tidak

tahu akan dibawa ke mana pengem-

bangan PDAM-nya. Sambil bercanda,

Budi Yuwono berkata, “Mungkin lebih

tepat Anda tanyakan ke Bupati, Bapak

kok tidak mau meneruskan (mengem-

bangkan PDAM-red.), memangnya ke-

napa sih?” sambungnya.

Selain itu terdapat masalah pada tarif

air. Beberapa kepala daerah tidak

mau menyesuaikan tarif agar menjadi

tarif wajar dengan alasan sebentar

lagi pilkada dan kebijakan itu diang-

gap tidak populer. Padahal anggapan

ini menyesatkan. Tarif air yang murah

akan berpengaruh buruk pada upaya

pengembangan dan pemeliharaan,

yang akhirnya justru merugikan se-

muanya.

Masih banyak PDAM yang masuk ka-

tegori sakit. Rata-rata karena masalah

mismanagement dan tarif yang tidak

wajar. Dampak terbesar dari kedua

masalah tersebut yaitu maintenance.

Rumah saja jika tidak dipelihara bisa ru-

sak, begitu pula dengan pompa air. Con-

toh lain yaitu jika meter air tidak ditera

maka terjadi kebocoran di mana-mana

dan akhirnya mengurangi pemasukan,

atau honor pegawainya berkurang. Hal

ini memungkinkan pegawai mencuri

air atau malas membaca meter, bocor

tidak diperbaiki, terus seperti itu.

Permasalahan ini layaknya spiral, se-

makin lama semua semakin menurun.

Akibatnya, kebocoran rata-rata di

perkotaan masih 37%, bahkan Jakarta

sebesar 47%, padahal kota-kota besar

dunia sekarang sudah bicara mengenai

tingkat kebocoran di bawah 5%. Tapi

untuk kota dengan kompleksitas tinggi

seperti Jakarta, sebetulnya tingkat ke-

bocoran air sebesar 20% dinilai sudah

cukup bagus.

Bicara soal Kerjasama Pemerintah

dan Swasta (KPS), Budi Yuwono juga

mensinyalir bahwa banyak pengusaha

kita yang melihat banyak persoalan

Pemerintah juga memberikan fasili-

tas pinjaman untuk mengembangkan

PDAM. Bila PDAM memanfaatkan ban-

tuan ini, maka pinjaman akan diperoleh

dari bank pemerintah dengan suku

bunga yang disubsidi dan kalau gagal,

pemerintah akan menjaminnya. Tapi

berdasarkan fakta, lagi-lagi banyak

PDAM melewatkan kesempatan emas

tersebut.

Penyebabnya bermacam-macam, tapi

lebih kepada masalah nonteknis. Ambil

contoh, ada bekas camat yang dijadi-

kan direktur PDAM hanya karena orang

tersebut ada hubungan keluarga de-

Budi Yuwono, Dirjen Cipta Karya. (Foto: Ynh)

Page 12: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH12

LAPORAN UTAMAterkait dengan komitmen pemerintah

daerah, seperti bupati yang tidak mau

menaikkan tarif, sehingga investor

enggan berinvestasi. Mereka akan ber-

minat untuk berinvestasi pada sektor-

sektor yang tidak berhubungan lang-

sung dengan masyarakat. Contohnya

yaitu membawa air dari sumber ke kota

seperti di Umbulan. Jadi, iklim KPS ini

harus kita dorong agar bisa positif.

KPS diperlukan karena dana yang kita

miliki tidak mencukupi, hanya sekitar

25% dari total kebutuhan. Selebihnya

diharapkan dana diperoleh melalui

program KPS, pinjaman perbankan,

dan program Corporate Social Responsi-bility (CSR) dari perusahaan swasta.

Mengenai sikap masyarakat terhadap

pemanfaatan air bersih, Budi Yuwono

tidak melihat adanya masalah. “Seder-

hana saja, air katanya murah untuk

rakyat, tapi kalau kita langsung tanya

pada mereka, mereka bilang saya mau

saja tarifnya naik, asal airnya ngocor (lancar-red.). Asal imbang saja. Tapi

kalau keluarnya angin disuruh bayar,

ya siapa pun pasti marah. Mereka tidak

mengeluhkan masalah tarif ini,” pa-

parnya.

Ia menegaskan bahwa untuk air ber-

sih diberlakukan tarif progresif, yakni

siapa yang memakai lebih banyak akan

membayar lebih mahal. Jadi sebetulnya

tidak ada alasan untuk tidak menaikkan

tarif. Ia juga menyatakan bahwa sebe-

narnya dari segi teknologi kita tidak

kalah dengan negara lain. Katakan saja

teknologi penyulingan air laut.

“Masalahnya lagi-lagi tarif, karena ong-

kos penyulingan air laut itu sekarang

sekitar Rp 7000 per m3, sedangkan di

kita disuruh bayar yang Rp 2000 per

m3 saja masih berkelahi,” tandas Budi.

Teknologi penyulingan air laut inilah

yang kini coba dikenalkan oleh Ke-

menterian PU, dalam hal ini Direktorat

Pengembangan Air Minum, di Tanjung

Pinang. Diharapkan program teknologi

penyulingan air laut ini sudah mulai

beroperasi tahun 2012 dengan kapasi-

tas 50 l/det.

Bicara masalah air bersih tentu tidak

lepas dari permasalahan air limbah. Air

limbah ini perlu diolah namun belum

sepenuhnya dilakukan. Akibatnya, air

baku tercemar oleh air limbah yang be-

lum diolah. Alternatifnya adalah mem-

bangun sanitasi untuk mengolah air

limbah tersebut agar dapat dimanfaat-

kan.

Masalahnya, kita sangat minim fasilitas

pengolahan air limbah. Bahkan di kota-

kota yang baru berkembang, masalah

sanitasi belum menjadi perhatian. Salah

satu contohnya yaitu pembangunan

real estate. Rumahnya tampak bagus-

bagus tapi air limbahnya tidak dikelola

dengan baik, sehingga air tanah akan

tercemar dan semakin rusak.

Para pengembang real estate berala-

san bahwa pembuatan sistem peng-

olahan air limbah akan memakan biaya

yang tinggi, sehingga harga rumah pun

semakin tinggi dan tidak terjangkau

masyarakat. “Itu semua omong kosong.

Kita pernah membuat hitung-hitungan,

komponen pengolahan air limbah ini

sangat kecil, sehingga tidak terlalu

meningkatkan harga jual. Bayangkan

saja rumah bagus, tapi sistem pengo-

lahan air limbahnya cuma cubluk saja,

‘kan tidak imbang?” tambahnya.

Budi Yuwono berharap agar kita ber-

sama-sama kelak bisa mewujudkan

peningkatan pelayanan pengelolaan

yang baik dan terjangkau ke seluruh

masyarakat. Itu saja. Selanjutnya Direk-

torat Pengembangan Air Minum hanya

tinggal mengurus pengaturan, penga-

wasan, pembinaan dan membangun

yang kecil-kecil saja.(Wy)

Seorang Ibu mencuci peralatan rumah tangga di tepian sungai di Jambi. (Foto: Dok.)

Page 13: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 13

LAPORAN UTAMA

Kelangkaan air hampir setiap

tahun terjadi di beberapa daerah,

sementara pertumbuhan jumlah

penduduk setiap tahun kian tinggi. Alih

fungsi lahan akibat berkembangnya

permukiman dan industri di perkotaan

juga telah menyebabkan menurunnya

area resapan dan kapasitas lingkungan

dalam penyediaan air. Belum lagi ano-

mali cuaca akibat pemanasan global

yang berpengaruh terhadap siklus ke-

Mewaspadai Krisis Air

Waspadalah terhadap krisis air. World Water Forum (Forum Air Dunia) II di Den Haag pada Maret 2000 memprediksikan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara yang akan mengalami krisis air

pada 2025. Pemberitaan tentang kelangkaan air pun kerap muncul. Sejumlah keluarga harus berjalan berkilo-kilo meter hanya untuk mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Bagaimana

antisipasi kita? Berikut rangkuman pendapat sejumlah pakar tentang kelangkaan air yang berhasil dihimpun KIPRAH.

tersediaan air. Kondisi ini menjadikan

laju kebutuhan akan air sangat pincang

dan semakin menekan kemampuan

alam dalam menyuplai air.

Akibat terbatasnya ketersediaan air,

maka di beberapa daerah sering terjadi

konflik kepentingan penggunaan air, baik secara horizontal maupun vertikal.

Benturan kepentingan ini tidak hanya

terjadi antarpenduduk, tetapi juga

antarpemda kabupaten/kota, provinsi.

Contoh kasus pemanfaatan air yang

tidak dikelola secara baik, diantaranya

adalah konflik kepentingan antara Pemkot Bogor, Depok dan Jakarta

lantaran kepentingan pengendalian

banjir; sengketa penggunaan sumber

air antara Kuningan dan Kota Cirebon;

serta Boyolali dan Kota Surakarta.

“Untuk itulah pengelolaan sumber

(Ilustrasi: Goes Ise)

Page 14: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH14

LAPORAN UTAMAdaya air berbasis wilayah sungai sangat

mutlak diperlukan,” tegas Mochammad

Amron, Direktur Jenderal Sumber

Daya Air (SDA) Kementerian PU ketika

ditemui KIPRAH.

Menurutnya, SDA kini menghadapi

berbagai tekanan yang berakibat makin

menurunnya kuantitas dan kualitas air.

Data Ditjen SDA menunjukkan bahwa

Indonesia menduduki urutan ke-5 di

antara negara-negara yang kaya air,

setelah Brasil, Rusia, Cina, dan Kanada.

Hal ini tercermin pula pada potensi

ketersediaan air permukaan, terutama

dari sungai yang rata-rata berjumlah

15.500 meter kubik per kapita per tahun,

jauh melebihi rata-rata dunia yang hanya

600 meter kubik per kapita per tahun.

Namun, ketersediaan air sangat ber-

variasi melihat tempat dan waktu.

Di Pulau Jawa yang penduduknya

mencapai 65 persen dari total penduduk

Indonesia, hanya tersedia potensi 4,5

persen potensi air tawar nasional.

Kenyataannya, jumlah ketersediaan air

di Pulau Jawa yang mencapai 30.569,2

juta meter kubik per tahun tidak

mencukupi untuk memenuhi kebutuhan

air seluruh penduduknya. Kondisi

ini paling tidak masih melanda Jawa

hingga 2015. Demikian juga di wilayah

lain, walaupun pada tahun yang sama

masih tergolong surplus, secara umum

ketersediaan air terus menurun dan

fluktuatif, kecuali Papua dan Maluku.

Catatan Ditjen SDA menunjukkan bahwa

di Sungai Cimanuk, Jawa Barat misalnya,

debit air mencapai 600 meter kubik per

detik saat musim hujan, tetapi pada

musim kemarau hanya 20 meter kubik

per detik. Artinya, kondisi daerah aliran

sungainya kritis. “Ancaman ini akan

semakin gawat jika tidak ada upaya

konservasi dan efisiensi penggunaan,” tegas Mochammad Amron.

Di samping menurunnya ketersediaan

air, SDA juga mengalami berbagai

tekanan yang berakibat pada buruknya

kualitas air. Salah satu penyebabnya

adalah pencemaran lingkungan pa-

da air permukaan sungai, danau, wa-

duk, dan air bawah tanah, seperti

kebocoran limbah industri ke sungai,

limbah rumah tangga, dan lahan-lahan

pertanian. Indikasi yang kasat mata

adalah terjadinya intrusi air laut ke

daratan yang menyebabkan salinitas air

di sumur-sumur penduduk meningkat

serta eksplorasi pengeboran air tanah

yang berlebihan telah menyebabkan

menurunnya permukaan tanah. Jika

penyedotan air tanah ini tidak diatur

dengan tegas, maka persediaan air

tanah terancam habis dan permukaan

tanah pun otomatis akan ambles.

Amron menuturkan bahwa konsumsi ke-

butuhan air akan semakin tinggi seiring

dengan peningkatan jumlah penduduk.

Apalagi dibarengi dengan ragam kebu-

tuhan yang menuntut pelayanan dalam

jumlah banyak, baik untuk kebutuhan

rumah tangga, industri, irigasi, pengge-

lontoran kota, energi, rekreasi, dan ber-

bagai aspek kehidupan lain. Ironisnya, di

tingkat pemanfaat banyak kita jumpai pe-

makaian air yang tidak efisien, yaitu pola hidup yang boros air.

Kondisi ini bila terus dibiarkan dikhawa-

tirkan akan mempengaruhi pencapaian

tujuan-tujuan pembangunan milenium

atau Millenium Development Goals (MDGs)

yang menargetkan dapat mengurangi

setengah dari jumlah orang yang tidak

memiliki akses air minum yang sehat

pada tahun 2015.

Untuk itu, menurut Amron, kesadaran

dan pemahaman masyarakat tentang

sumber daya air perlu terus ditingkatkan,

yakni melalui konsep budaya hemat air.

Demikian juga komitmen para pemang-

ku kepentingan (stakeholders) dalam

menjaga kelestarian lingkungan perlu

ditingkatkan agar kuantitas dan kualitas

air tetap terjaga. Selain itu, kerja sama

dengan lembaga lain, termasuk Badan

Meteorologi Klimatogi dan Geofisika (BMKG) pun perlu ditingkatkan untuk

mengantisipasi perubahan iklim dan pe-

nentuan pola kerja pengelolaan.

Selain dipengaruhi iklim, ternyata penge-

lolaan air di negeri ini memang tak bisa

dibilang bagus. Meski pemerintah telah

membangun prasarana dan sarana sumber

daya air berupa bendungan, bendung, dan

jaringan irigasi, tetapi karena terbatasnya

dana operasi dan pemeliharaan (O&P),

maka banyak bangunan yang rusak dan

fungsinya menurun. Seorang warga mengambil air dari tempat penampungan air terdekat di Daerah Jambi.

(Foto: Dok.)

Page 15: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 15

LAPORAN UTAMA

Pengelolaan dan pengembangan SDA

yang mencakup tiga kegiatan pokok,

yakni konservasi, pemanfaatan, dan

pengendalian daya rusak air harus

ditingkatkan, karena tantangan SDA

semakin luas dan kompleks. Defisit air di wilayah kekurangan air misalnya,

sekarang meningkat. Di sisi lain,

ketersediaan air di daerah surplus air

juga semakin menurun. Hal ini dapat

dibuktikan dengan semakin menurunnya

debit air di sejumlah wilayah sungai

dan menyusutnya volume air baku di

sejumlah kantong-kantong air atau

waduk tampungan air di kawasan DAS.

Melihat fenomena-fenomena tersebut,

Amron berpendapat bahwa krisis air

akan segera terjadi bila SDA tidak

dikelola dengan baik. Karenanya, lan-

jut Amron, pengelolaan SDA harus di-

lakukan secara holistik dengan prinsip

satu sungai, satu perencanaan, dan

satu pengelolaan secara terpadu. Tuju-

annya yaitu mewujudkan sinergi dan

keterpaduan yang harmonis antar

wilayah, antarsektor, dan bahkan

antargenerasi. Semua pemangku ke-

pentingan harus dilibatkan mulai dari

perencanaan, proses pembangunan,

hingga pemeliharaan dan pemanfaatan.

Terhadap pelestarian SDA dan bangunan

prasarananya, penerima manfaat air

wajib ikut serta dalam menanggung

biaya O&P dengan membayar jasa

pengelolaan. Di sini peran Dewan SDA,

Balai Wilayah Sungai, dan perusahaan

pengelola SDA sangat penting khu-

susnya dalam menjaga pelayanan dan

kelestarian lingkungan. “Anggaran

dana untuk O&P pun perlu terus

digenjot agar bangunan-bangunan air

tetap berfungsi.” tegas Amron yang

juga menjadi Kepala Dewan Pengawas

Perum Jasa Tirta (PJT) II.

Krisis air juga disebabkan oleh rusaknya

Daerah Aliran Sungai (DAS). Padahal

DAS selain berfungsi sebagai resapan

air juga penyangga sumber daya air.

Ironisnya, DAS sebagai fungsi penyangga

atau resapan air makin jauh dari angan-

angan, karena sebagian besar dalam

keadaan kritis. Tercatat, terdapat 22

DAS dinyatakan kritis pada tahun 1984

dan kini meningkat menjadi 62 DAS. Ini

disebabkan terjadinya alih fungsi lahan

dan pembabatan hutan yang semena-

mena sehingga lahan resapan menjadi

semakin kritis.

Berubahnya fungsi DAS tersebut,

menurut Rusfandi Usman, mantan

Direktur Utama Perum Jasa Tirta (PJT)

yang sekarang menjadi konsultan SDA,

adalah awal dari hilangnya volume

besar air melalui aliran permukaan

yang seharusnya dapat dikonservasi.

Ia mencontohkan, kondisi DAS Kali

Brantas dan Bengawan Solo yang terus

mengalami degradasi karena praktek

penebangan liar dan konversi lahan yang

tidak mengikuti kaidah konservasi telah

mengancam keberlanjutan manfaat

pengembangan dan pengelolaan SDA

yang telah dilakukan.

Data laju deforestasi antara tahun 2000

dan 2005 mencapai 1,8 juta hektar per

tahun. Dengan menurunnya luas hutan

sebesar 6,69 persen dalam kurun waktu

10 tahun telah meningkatkan potensi

erosi dan sedimentasi di DAS Brantas

dan Bengawan Solo.

Untuk mengatasinya, PJT I bekerja sama

dengan instansi terkait, perguruan tinggi,

dan LSM telah melakukan kegiatan-

kegiatan pengelolaan DAS, antara lain

penghijauan dan reboisasi dalam rangka

mendukung program penanaman sejuta

pohon. Terkait dengan itu, Gerakan

Nasional Kemitraan Peduli Air (GNKPA)

perlu terus digalakkan agar lingkungan

daerah konservasi tetap terjaga.

Senada dengan Rusfandi, Imam Ansori,

Sekretaris Harian Dewan SDA Nasional

mengingatkan bahwa paradigma

pemberdayaan SDA perlu diubah dari

eksploitasi berkepanjangan kepada

budaya konservasi dan pemanfaatan

air yang efisien. Pemanfaatan air yang efisen harus menjadi target dalam pengelolaan air.

Prinsipnya, lanjut Ansori, setiap

pemanfaatan air harus diimbangi dengan

upaya konservasi air yang memadai.

Dan sebagian hasil dari pemanfaatan air

hendaknya diinvestasikan kepada upaya

konservasi air secara berkelanjutan.

Karenanya, menurut Ansori, pengelolaan

SDA harus dilakukan secara baik dan

benar.

Pertama, mencakup pengelolaan lahan

atau ruang di daerah tangkapan air (wa-tershed management), seperti pengelo-

laan di daerah hulu, daerah resapan,

dan lahan di kawasan permukiman dan

perkotaan dengan memperluas ruang

terbuka hijau. Kedua, pengelolaan di ja-

ringan SDA (water conveyance manage-ment), seperti sungai, danau, cekungan

air tanah, rawa-rawa, permukiman te-

pian sungai dan danau, penambangan

bahan galian sungai, transportasi su-

ngai, serta aktivitas sosial masayarakat

di sekitar SDA. Ketiga, pengelolaan air

di tingkat pengguna (water use mana-gement), seperti pengelolaan jaringan

irigasi, sanitasi, drainase, perkotaan, in-

dustri, pengendalian pencemaran, dan

yang tak kalah penting adalah mencer-

daskan perilaku masyarakat menuju

penggunaan air yang berkelanjutan.

Sudah menjadi tugas dan tanggung

jawab kita untuk menjaga kelestarian

lingkungan dan mengelola SDA secara

berkelanjutan agar terhindar dari an-

caman terjadinya krisis air.(Joe)

Moch. Amron, Dirjen Sumber Daya Air. (Foto: Dok.)

Page 16: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH16

LAPORAN UTAMA

Apa yang melatarbelakangi ide untuk menjadikan Kanal Ban-jir Timur sebagai show-case

pembangunan infrastruktur terpadu di perkotaan?

Ya, sebenarnya ide awal ditetapkan-

nya Kanal Banjir Timur (KBT), atau yang

dulu sering kita sebut dengan Banjir

Kanal Timur (BKT), sebagai show-case pembangunan dan pengelolaan in-

frastruktur (hijau) terpadu di kawasan

perkotaan ini datang dari Bapak Wakil

Presiden RI yang mungkin sudah jenuh

dan geregetan melihat kok kita hampir

selalu tidak bisa mengendalikan pem-

bangunan di sekitar sungai, kali, kanal

dan lain-lain, mengapa hampir semua

sungai di perkotaan di Indonesia berke-

san kotor, kumuh, berbau tidak sedap?

Mengapa kita tidak bisa memelihara-

nya dengan baik? Kemudian pertanyaan

yang paling penting adalah: mengapa

pemerintah selalu kalah cepat dengan

tumbuhnya permukiman-permukiman

liar di sepanjang sungai serta mengapa

pemerintah tidak bisa mengendalikan

kekumuhan dan pencemaran sungai-

sungai tersebut?

Tapi, mengapa harus KBT? Mengapa bu-kan kali atau sungai lainnya yang sudah terlanjur kotor, tercemar berat dan ku-muh, seperti, katakanlah, Sungai Cili-wung atau Sungai Cipinang?

Banyak sekali contoh di negara-negara

maju, bahkan di negara-negara tetang-

ga kita, seperti Singapura dan Malaysia,

bahwa hampir semua air sungai alami

dan kanal buatan (man made)-nya ter-

lihat bersih, tidak ada sampah atau ko-

Kanal Banjir Timur (KBT) yang membentang sepanjang 23,5 km dari selatan ke utara (dari Kebon Nanas sampai Marunda)

di perbatasan Jakarta Timur/Utara dan Bekasi yang baru saja selesai dibangun telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai

show-case (percontohan) pembangunan infrastruktur (hijau) terpadu di perkotaan secara nasional. Untuk itu, KIPRAH

berusaha mendapatkan informasi lengkap mengenai rencana tersebut dari salah satu narasumber yang aktif dalam

mempersiapkan skenario besar tersebut, yaitu Setia Budhy Algamar, yang saat ini menjabat sebagai Staf Ahli Menteri PU

Bidang Ekonomi dan Investasi. Berikut adalah petikan wawancara KIPRAH dengan beliau.

Kanal Banjir Timur: Show-case Pembangunan

Infrastruktur Terpadu di Perkotaan Secara Nasional

Kanal Banjir Timur. (Foto: Dok. BBWS Ciliwung-Cisadane)

Page 17: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 17

LAPORAN UTAMA

toran di badan sungai, asri, tidak ada

sedikitpun akuisisi oleh permukiman liar,

sehingga infrastruktur tersebut dapat

berfungsi maksimal sebagaimana pe-

rencanaannya. Bahkan kanal-kanal dan

sungai-sungai tersebut dapat berfungsi

ganda tanpa harus mengurangi fungsi

utamanya, antara lain sebagai pengen-

dali banjir. Nah, di Indonesia, khususnya

di Jakarta dan sekitarnya, kita sudah

tahu dan bisa melihat sendiri ‘kan ba-

gaimana beratnya kondisi sungai-su-

ngai dan kanal-kanal kita saat ini karena

keterlanjuran-keterlanjuran yang sudah

sangat kronis tersebut, dan rasanya

amat sangat berat serta berisiko tinggi

sekali kalau kita memulai upaya besar

untuk memulai dari KBT yang kebetul-

an baru saja selesai kita bangun, dan

relatif belum tercemar, untuk dijadikan

sebagai show-case pembangunan dan

pengembangan infrastruktur (hijau)

terpadu dan berkelanjutan di perkotaan

secara nasional.

Kalau begitu, bagaimana kira-kira konsep pengembangan KBT sebagai show-case

pembangunan infrastruktur terpadu se-bagaimana Anda sebutkan tadi?

Begini ya, yang ada di pikiran kita se-

mua pada prinsipnya adalah kita secara

bersama-sama akan mencoba meng-

arahkan, mendorong, mempercepat

dan mengendalikan pembangunan

kawasan perkotaan di area sepanjang

Kanal Banjir Timur (KBT) dengan me-

nerapkan prinsip-prinsip ekonomi dan

keberlanjutan lingkungan (eco-two city), dengan KBT sebagai elemen uta-

ma yang berfungsi sebagai pengendali

banjir agar dapat menjadi percontohan

pembangunan infrastruktur hijau ter-

padu dan berkelanjutan, khususnya di

daerah perkotaan secara nasional.

Wah, kelihatannya ideal sekali konsep-nya. Apa Anda yakin ini akan bisa ter-wujud, mengingat tingkat kepedulian masyarakat kita terhadap lingkungan hingga kini masih sangat rendah?

Ya, memang kelihatannya hal-hal yang

ingin kita capai tersebut cukup ideal,

namun saya yakin hal tersebut bukan

suatu hal yang tidak mungkin kita ca-

pai, bukan mimpi. Kita semua harus

mempunyai keyakinan yang sama se-

perti itu. Kita harus ingat bahwa KBT ini

dibangun dengan pikiran, tenaga, dan

daya dari putra-putri terbaik bangsa

Indonesia dengan dana yang sangat

besar. Di samping itu, tidak sedikit

pula pengorbanan yang telah diberi-

kan oleh masyarakat yang tanahnya

terkena pembebasan sebagai akibat

pembangunan KBT ini. Oleh karena itu,

alangkah sayang dan sia-sianya kalau

sekiranya kemudian pengorbanan dan

daya upaya yang sangat besar tersebut

berakhir dengan KBT yang tidak ber-

fungsi dengan sangat tidak optimal dan

bahkan bernasib sama dengan sungai-

sungai atau kanal-kanal lainnya di Ja-

karta dan sekitarnya.

Bisa Anda jelaskan secara singkat apa saja komponen-komponen utama pengem-bangan KBT sebagai show-case pemba-ngunan infrastruktur terpadu perkotaan seperti yang Anda maksudkan?

Sebelum saya menjelaskan hal tersebut,

perlu saya ingatkan bahwa fungsi uta-

ma pembangunan KBT tetap harus kita

jaga, yaitu untuk mengatasi masalah

banjir di bagian timur dan sebagian

wilayah utara Jakarta. Namun, di sam-

ping itu, kita perlu segera melakukan

pengembangan pokok-pokok kegiatan

untuk menjadikan KBT sebagai kom-

ponen pendorong pengembangan ka-

wasan perkotaan menuju tercapainya

green infrastructure dan waterfront city

(dengan elemen utamanya adalah su-

ngai) dengan mengoptimalkan fungsi

KBT sebagai prasarana pengendalian

banjir, konservasi air, koridor ruang

terbuka hijau, permukiman hijau, trans-

portasi air dan dermaga, transportasi

massal, olahraga, eco-two city (kota

dengan fasilitas penunjang aktivitas

ekonomi tanpa melupakan ekologi ra-

mah lingkungan), pariwisata, serta ka-

wasan perniagaan dan pelabuhan.

ini dari sungai-sungai, kali-kali, ataupun

kanal-kanal lama yang sudah terlanjur

tercemar parah. Oleh karena itu, Bapak

Wakil Presiden kemudian menetapkan

Setia Budhy Algamar, Staf Ahli Menteri PU Bidang Ekonomi dan Investasi.

(Foto: Joe)

Page 18: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH18

LAPORAN UTAMA

Kalau begitu banyak sekali institusi dan pemerintah daerah yang akan terlibat, bukan hanya dari Kementerian PU? Apa-kah Anda yakin koordinasi tersebut akan bisa berjalan dengan baik, mengingat selama ini kata koordinasi hanya mudah untuk diucapkan namun sangat sulit di-laksanakan?

Betul sekali, ini sebuah pekerjaan besar

dan tentunya tidak mudah, namun seka-

ligus sebagai sebuah test-case bagi kita

semua apakah kita bisa berkoordinasi

dengan baik antarsektor dan antar-ting-

katan-pemerintahan? Bapak Menteri

PU, Bapak Gubernur DKI Jakarta, dan

Bapak Wakil Menteri PU sangat concern

dengan hal ini, dan kita telah melakukan

koordinasi dengan sangat baik dengan

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan te-

lah melakukan serangkaian rapat-rapat

koordinasi yang sangat produktif untuk

merealisasikan rencana besar ini. Dalam

waktu dekat, kita akan mengembang-

kan koordinasi dan kerja sama dengan

berbagai institusi terkait lainnya, seperti

Kementerian Perhubungan, Kementeri-

an Negara Lingkungan Hidup, Pemerin-

tah Kota Bekasi, Pemerintah Kabupaten

Bogor dan lainnya dengan membentuk

Tim Koordinasi.

Mengingat sedemikian besar dan kom-pleksnya permasalahan disertai berba-gai kemungkinan yang akan dihadapi, apakah tidak sebaiknya dibentuk saja semacam badan yang bersifat otonom dan berwenang penuh dalam memba-ngun dan mengendalikan pembangunan di kawasan sepanjang KBT ini?

Ya, kita juga menyadari hal tersebut dan

salah satu tugas Tim Koordinasi nanti-

nya adalah mempersiapkan lembaga

permanen pengelola dan pengendali

pembangunan (Badan Pengelola Pem-

bangunan) kawasan sepanjang Kanal

Banjir Timur (KBT). Namun, kita semua

juga merasakan bahwa koordinasi dan

kerja sama antara Kementerian PU dan

Pemprov DKI dalam kasus KBT ini da-

pat dijadikan model sekaligus titik awal

koordinasi dan kerja sama untuk lebih

meningkatkan efisiensi dan efektivi-tas pembangunan serta pengendalian

pembangunan di Provinsi DKI Jakarta.

Hal ini perlu dilakukan, mengingat cu-

kup banyaknya program dan kegiatan

pembangunan infrastruktur ke-PU-an

berskala cukup besar di provinsi ini,

seperti jalur jalan tol W2, 6 ruas jalan

tol dalam kota, pembangunan jalan tol

Becakayu, jalan Akses Tanjung Priok

(ATP), kebutuhan pemanfaatan air

baku dari Waduk Jatiluhur untuk air mi-

num dan industri, penanganan Sungai/

Kali Malang, Pesanggrahan, Angke dan

Sunter, penanganan permukiman di

bantaran-bantaran sungai, sinkronisasi

antara RTR Kawasan Jabodetabekpun-

jur dengan RTRW Provinsi DKI Jakarta,

dan lain sebagainya.

Apakah bisa dijelaskan secara garis besar apa saja kegiatan-kegiatan yang perlu segera dilakukan untuk mewujudkan ka-wasan sepanjang KBT ini sebagai show-

case pembangunan infastruktur (hijau) terpadu di daerah perkotaan secara na-sional?

Dalam beberapa kali pertemuan koor-

dinasi dengan Pemprov DKI, kita telah

menyepakati garis besar kegiatan yang

akan dilakukan, antara lain: penuntasan

fisik KBT; pengendalian limbah padat dan limbah cair di Sungai Cipinang (se-

bagai “penyumbang” terbesar polusi di

KBT), Sunter, Buaran, Jati Kramat, dan

Sungai Cakung; pengendalian debit,

muka air, dan kualitas air; pemanfaatan

kawasan sepanjang tepi sungai, ruas

kolam sedimen, serta bantaran sungai

sebagai ruang publik; pemanfaatan

muara dan tepi KBT sebagai pelabuhan

serta ruang publik; pemanfaatan ruang

di koridor KBT; pemanfaatan alur sungai

sebagai transportasi sungai; modifikasi bertahap (beautifikasi) jembatan na-

sional dan provinsi, termasuk jembatan

pejalan kaki; pemanfaatan energi poten-

sial pada bendung gerak untuk PLT mini/

mikrohidro; pemantauan sistem sungai

dan KBT; dan upaya peningkatan debit

minimum dan kualitas lingkungan.

Dari sekian banyak rencana yang telah disepakati untuk menjadikan kawasan di sepanjang KBT ini sebagai show-case

pembangunan infrastruktur terpadu, apakah bisa dijelaskan komponen-kom-ponen apa saja yang saat ini sedang dan akan segera dibangun oleh Kementerian PU dan Pemprov DKI Jakarta, selain KBT sendiri tentunya sebagai unsur pengikat utama?

Desain jembatan yang saat ini telah dan akan dibangun (total 29 buah) perlu disesuaikan kembali dengan fungsi KBT sebagai show-case pengelolaan sungai.

(Sumber: BBWS Ciliwung-Cisadane).

Page 19: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 19

LAPORAN UTAMA

Pada tahun 2011 ini Pemprov DKI se-

dang melaksanakan pembangunan fisik bulevar sepanjang 10 km dengan lebar

28 meter di sisi Jakarta dari Marun-

da sampai Jalan Bekasi Raya, pemba-

ngunan taman-taman di beberapa titik

yang penduduknya cukup padat, serta

kegiatan-kegiatan yang lebih bersifat

software (berupa perencanaan, desain,

dan lain-lain). Sementara Kementerian

PU, selain akan menuntaskan pemba-

ngunan fisik KBT tahun ini, juga akan segera membangun trashrack di bebe-

rapa anak sungai dan drainase kota un-

tuk pengendalian limbah padat (memi-

apakah Anda yakin bahwa KBT akan mampu mengurangi banjir yang selama berpuluh-puluh tahun melanda Jakarta Timur dan Jakarta Utara?

Ya, ada beberapa lokasi yang petak-

petak tanahnya tampak seperti pulau-

pulau kecil masih berada di tengah-te-

ngah KBT, dan betul bahwa kondisi ini

sedikit banyak akan mengganggu aliran

air di KBT. Namun, berdasarkan infor-

masi yang saya dapat dari pihak Balai

Besar Wilayah Sungai Ciliwung–Cisa-

dane, tanah-tanah tersebut adalah

tanah-tanah eks sengketa yang telah

gambarkan dalam bahasa dan ungkap-an yang lebih sederhana oleh semua ka-langan, kira-kira KBT seperti apa yang diinginkan oleh pemerintah dengan upa-ya-upaya yang telah dan akan dilakukan ini?

Kawasan perkotaan di sepanjang KBT

yang kita inginkan di masa depan ada-

lah sebuah kawasan sepanjang 23,5 km

yang kanalnya tetap berfungsi utama

sebagai pengendali banjir, namun di

kiri-kanannya kita bisa melihat lingkung-

an yang asri, hijau, tidak ada bangunan-

bangunan liar yang mengakuisisi ban-

diselesaikan dengan baik dan sebagian

lagi walaupun belum dapat diselesai-

kan secara tuntas, namun, uang ganti

ruginya telah dititipkan di pengadilan.

Jadi, saya yakin dalam waktu dekat,

hambatan-hambatan kecil tersebut

akan dapat segera diatasi sepenuhnya.

Terkait fungsi utama KBT sebagai pe-

ngendali banjir, harus kita ingat bahwa

dari rencana dan desain awal, kita me-

mang tidak mengatakan bahwa KBT

akan menghilangkan banjir di Jakarta

sepenuhnya, tapi KBT kita yakini dapat

mengurangi genangan dan risiko banjir

serta menyelamatkan dua juta warga

di 13 kawasan rawan banjir di wilayah

Jakarta Timur dan Jakarta Utara seluas

207 km2 dari ancaman banjir rutin.

Pertanyaan terakhir, apakah bisa Anda

Diperlukan RTR Kawasan dan Desain Ruang serta fasilitas publik yang menyatu dan saling menunjang dengan fungsi KBT agar diperoleh ekosistem yang tetap ramah lingkungan.

(Sumber: BBWS Ciliwung-Cisadane).

nimalisasi masuknya sampah

dari sungai-sungai pencemar

utama ke KBT), membangun

beberapa ecotech garden (un-

tuk pengendalian sedimen dan

logam berat di inlet drainase),

akan memperindah dan mem-

percantik beberapa jembatan

pejalan kaki dan jembatan

kendaraan tanpa harus meng-

ubah struktur, mengadakan

sayembara perancangan ka-

wasan sempadan dan ban-

taran KBT serta desain ruang

untuk fasilitas publik pada

ruas-ruas tertentu untuk me-

nampung aspirasi masyarakat

sebanyak mungkin dan untuk mengetahui lingkungan yang sekira-

nya mereka kehendaki, pengendalian

sampah domestik melalui pembinaan

terhadap masyarakat di sepanjang KBT

mengenai program 3 R (reduce, reuse, dan recycle), melalui jamban rumah

tangga dan komunal, dan lain-lain yang

akan terus kita lakukan dan tingkatkan

pelaksanaannya pada tahun-tahun beri-

kutnya.

Dari peninjauan dengan menggunakan perahu karet, menyusuri KBT sepanjang 17,5 km bersama Bapak Wakil Menteri PU beberapa waktu lalu, terlihat bahwa masih ada beberapa lokasi yang tanah-nya belum dibebaskan sehingga praktis cukup mengganggu dan menyebabkan tidak optimalnya aliran air di KBT. Na-mun, jika semua nantinya telah bebas,

taran sungai, badan airnya

dapat digunakan sebagai

sarana olahraga air, sarana

angkutan air publik lengkap

dengan terminal-terminal

kapal angkutan air yang

juga akan dilewati kereta

api sebagai bagian terpadu

dari pemecahan masalah

transportasi Kota Jakarta,

kawasan bagi warga Jakarta

untuk bisa menikmati dan

memanfaatkan bantaran

kanal yang juga merupakan

jalan inspeksi sebagai sarana

olahraga ringan bersepeda

santai bersama keluarga,

sebagai jogging track, yang

di kiri-kanannya terdapat bulevar lebar,

tempat lalu lalangnya kendaraan umum

dan pribadi secara tertib dan lancar,

kawasan yang memiliki taman-taman,

digunakan sebagai tempat rekreasi dan

children playground, yang jembatan

untuk pejalan kaki dan jembatan ken-

daraannya tidak hanya kokoh namun

juga indah dan cantik, serta kawasan

untuk kegiatan-kegiatan sosial dan

ekonomi sebagai penunjang kehidupan

kota dan lingkungan dapat berkembang

secara seimbang dengan pelestarian

lingkungan. Jika kita mau dan konsisten

melaksanakan rencana yang telah di-

susun dan disepakati bersama tersebut,

saya yakin semua yang saya gambar-

kan tadi dapat kita wujudkan, lihat dan

nikmati dalam waktu yang tidak terlalu

lama lagi.(Joe)

Page 20: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH20

LAPORAN UTAMA

Saat ini kondisi debit aliran sungai

di perkotaan semakin meningkat.

Hal ini disebabkan oleh penggu-

naan lahan yang juga terus meningkat.

Dengan kecenderungan meningkat-

nya debit aliran puncak maka tentunya

bantaran sungai menjadi semakin tidak

stabil atau semakin sering terjadi luapan

dan semakin kecil debit aliran rejim ka-

rena debit minimum dan debit rata-rata

semakin kecil.

Dengan demikian, bantaran sungai men-

jadi semakin lebar karena perbedaan

debit puncak dan minimum semakin

besar gap-nya. Penanganan bantaran

sungai dari aspek tata ruang menjadi se-

makin tidak jelas atau terkesan membi-

ngungkan karena deliniasi (seleksi visual

dan pembedaan wujud gambaran pada

berbagai data keadaan lapangan) atau

regulasi zona sebelumnya menjadi tidak

sesuai dengan kenyataan akibat per-

ubahan kondisi bantaran sungai terse-

but.

Untuk menangani masalah sumber

daya air dan penataan ruang suatu su-

ngai, perencanaan Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) yang berhubungan

dengan air haruslah berbasis DAS dan

dilakukan secara konsisten dan sinkron

dari hulu hingga hilir.

Apabila suatu DAS berhubungan dengan

dua atau lebih kota/kabupaten di hulu

dan hilirnya, maka perencanaan pun ha-

rus dilakukan oleh pihak-pihak dari kota-

kota yang bersangkutan secara bersama

atau sinkron agar RTRW-nya relatif se-

suai dengan rencana pengembangan

dalam jangka waktu tertentu sehingga

masyarakat akan bisa hidup aman, nya-

man, produktif, dan berkelanjutan, tan-

pa dampak negatif yang signifikan.

Selain itu, penggunaan land capability map dalam penyiapan suatu RTRW men-

jadi syarat mutlak dan prinsip penting

agar peruntukan ruang akan menjadi

lebih konsisten. Persyaratan ini tertuang

dalam UU Penataan Ruang, PP Penye-

lenggaraan Penataan Ruang dan dalam

pedoman penyiapan RTRW Kota.

Setelah pemanfaatan lahan menyesuai-

kan land capability map, maka selan-

jutnya dibuat penataan ruang dengan

mempertimbangkan aspek air (sungai/

rawa/kolam) serta pengkajian ulang

mengenai dampak pembangunan atau

urbanisasi terhadap air, yang dikenal de-

ngan prinsip “Zero ∆q Policy”.

Prinsip “Zero ∆q Policy” merupakan

cara untuk menghindari tuntutan pi-

dana karena melakukan kegiatan yang

mengakibatkan terjadinya banjir kepa-

da pihak lain sebagaimana tertuang da-

lam pasal 52 UU SDA No. 7 Tahun 2004.

Prinsip ini sama dengan prinsip “Storm-water Management” sebagaimana ter-

tuang dalam Undang-undang di Ameri-

ka Serikat mengenai “Clean Water Act”,

yakni di dalam pembangunan tidak

boleh menambah debit atau mengaki-

batkan kerusakan atau banjir kepada

pihak lain, dengan cara membangun

detention pond (kolam yang berfungsi

untuk mengalirkan air ke sebuah tem-

pat saat level air sudah melewati kapa-

sitas kolam namun masih dalam batas

tertentu) dan retention pond (kolam

yang berfungsi untuk menampung air

hujan sementara dengan memberikan

kesempatan untuk dapat meresap ke

dalam tanah yang operasionalnya da-

pat dikombinasikan dengan pompa

atau pintu air).

Pembangunan detention pond dan re-tention pond harus didesain menjadi

bagian dari sistem drainase kota. Kolam-

kolam ini menjadi upaya efektif untuk

menangkal banjir alami di wilayah kota

yang sering tergenang air.

(Ynh: Disadur dari makalah Seminar HAD XIX “Pengelolaan Sungai di Perkotaan, Ditjen Sumber Daya Air dan Penataan Ruang, Ke-menterian PU, 19 April 2011”)

Penataan Kawasan

Bantaran sungai atau sempadan su-

ngai diperlukan dalam penataan ruang

di perkotaan agar masyarakat bisa

terhindar dari dampak negatif atau

daya rusak air pada saat banjir terjadi.

Untuk meningkatkan efektivitas

sempadan, terdapat beberapa

metode dan prinsip penataan ruang

yang dapat diterapkan sebagai

upaya pencegahan dan solusi untuk

permasalahan daya rusak air.

Bantaran Sungai di Perkotaan

LAPORAN UTAMA

Bantaran Sungai Surabaya.(Foto: Seno)

Page 21: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 21

LAPORAN UTAMA

Tujuan PRO-RESTORS adalah un-

tuk mewujudkan lingkungan su-

ngai di perkotaan yang sehat de-

ngan cara mendorong kesadaran dan

prakarsa pemerintah daerah (pemkot/

pemkab) serta peran aktif masyarakat

umum dan dunia usaha yang ber-

domisili di kawasan sekitar sungai. PRO-

RESTORS mencakup kegiatan nonfisik dan kegiatan fisik.

Kegiatan nonfisik tersebut diantaranya sosialisasi fungsi dan peraturan terkait

daerah sempadan dan bantaran sungai,

sosialisasi peran masyarakat dan dunia

usaha dalam pengendalian kualitas air,

edukasi untuk menumbuhkan kepedu-

lian masyarakat terhadap lingkungan su-

ngai dan peran aktif dalam pemeliharaan

sungai, serta edukasi bagi masyarakat

untuk memanfaatkan, mengawasi, dan

memelihara ruang publik.

Sedangkan kegiatan fisiknya antara lain pembersihan sungai, pemasangan

marka dan papan sosialisasi sempadan

sungai, penertiban sempadan sungai,

penertiban sempadan sungai, relokasi

penduduk bantaran sungai, pembuat-

an TPS, pembuatan IPAL industri kecil,

pembuatan septic tank komunal, pem-

bangunan prasarana ruang publik, re-

hab/pembangunan prasarana pengen-

dali banjir, serta penanaman pohon.

Sebagai pembanding, kita bisa meng-

ambil contoh dari proyek restorasi em-

pat sungai besar di Korea Selatan. Ke-

giatan pokok restorasi sungai tersebut

antara lain mengembangkan komuni-

tas berbasis sungai, menciptakan ruang

publik untuk penduduk, memperbaiki

kualitas air dan ekologi, melakukan tin-

dakan pencegahan banjir, serta menye-

lamatkan ketersediaan air.

(Program Restorasi Sungai) PRO-RESTORS

Salah satu realisasi PRO-RESTORS di In-

donesia yang sedang diinisiasikan saat

ini yakni kegiatan peningkatan peran

serta masyarakat dalam rehabilitasi

dan pemulihan cadangan sumber daya

air di kawasan urban forest bantaran

sungai Bengawan Solo, Surakarta, yang

sudah dimulai pada tahun 2009. Secara

khusus, kegiatan tersebut meliputi pe-

nguatan dan peningkatan fungsi tang-

gul sebagai jalan inspeksi dan kolektor

sekunder, penguatan dan normalisasi

sungai, serta relokasi permukiman di

bantaran sungai.

Untuk lebih mempercepat terwujud-

nya sungai-sungai di perkotaan yang

bersih, indah dan lingkungannya nya-

man, perlu segera dirumuskan PRO-

RESTORS di perkotaan yang lebih

terstruktur dengan mengedepankan

peran masyarakat di kawasan sungai.

(Ynh: Disadur dari makalah Seminar HAD XIX “Pengelolaan Sungai di Perkotaan, Ditjen Sumber Daya Air dan Penataan Ruang, Ke-menterian PU, 19 April 2011”)

Indonesia memiliki lebih dari

5.000 sungai besar dan kecil yang

sebagian diantaranya mengalir

melewati kawasan perkotaan

tetapi masyarakat perkotaan masih

banyak yang memperlakukan

sungai sebagai tempat pembuangan

sampah, limbah rumah tangga, MCK,

dan limbah industri. Di lain pihak,

masyarakat yang kurang mampu

memanfaatkan air sungai untuk

memenuhi kebutuhan domestik,

meskipun kualitas air tersebut sangat

buruk. Guna mendorong terwujudnya

sungai-sungai di perkotaan yang

berbudaya BERHIMAN (bersih-jernih-

indah-nyaman), perlu diperkenalkan

Program Restorasi Sungai (PRO-

RESTORS) di perkotaan dengan

mendorong prakarsa pemerintah

daerah setempat serta peran aktif

masyarakat di sekitar kawasan sungai

atau pinggir kali.

di Perkotaan

Sungai Han, Seoul, merupakan salah satu contoh proyek restorasi empat sungai besar di Korea Selatan. (Foto: Chang W.S.)

Page 22: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH22

LAPORAN UTAMA

Ironis memang. Pada musim hujan

air melimpah dan terjadi banjir,

sebaliknya pada musim kemarau

warga justru kesulitan mendapatkan

sumber air. Belum lagi masalah

pertambahan jumlah penduduk yang

menyebabkan warga kota kembang

ini sulit mengakses air bersih. Bahkan,

kejadian amblesnya tanah pun dikaitkan

dengan pengambilan air tanah yang

berlebihan.

PDAM selaku institusi pengelola

belum bisa melayani secara penuh

Bandung Kekurangan Air

kebutuhan warga, sehingga banyak

warga menggunakan air tanah untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari,

bahkan memanfaatkan air sungai

untuk berbagai keperluan. Selain

itu, kepemilikan septic tank pun juga

terbatas, sehingga mereka membuang

limbah langsung ke badan sungai.

Menyikapi kekurangan air dan

pencemaran air, Arie Setiadi Moer-

wanto, Kepala Pusat Penelitian dan

Pengembangan Sumber Daya Air

(Puslitbang Air) kepada KIPRAH

menyatakan bahwa pihaknya terus

melakukan inovasi rekayasa teknologi

dengan memantau kondisi hidrologi

dan analisis karakteristik sungai, alokasi

air, serta peringatan dini banjir, dan

kekeringan sungai Citarum, mulai dari

hulu sungai di Gunung Wayang hingga

jembatan Tanjung Pura di Kabupaten

Karawang. Selain itu, Puslitbang Air

juga melakukan pemantauan terhadap

tinggi muka air waduk (termasuk

tingkat keamanan), danau, dan sumur-

sumur observasi air tanah dalam, di

samping pemantauan kualitas air,

Lain dulu lain sekarang. Saat ini Bandung mengalami defisit air dan pencemaran luar biasa. Penyebabnya bermacam-macam. Mulai dari pertambahan jumlah penduduk, rusaknya daerah

tangkapan air, alih fungsi lahan, eksploitasi air tanah berlebihan, limbah, hingga anomali cuaca.

LAPORAN UTAMA

Pinggiran Sungai Citarum, Bandung. (Foto: Dok.)

Page 23: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 23

LAPORAN UTAMA

pengukuran suhu air, keasaman, daya

hantar listrik, dan oksigen terlarut.

Dari hasil pantauan disebutkan bahwa

sumber pencemaran terberat dan

menjadi prioritas penanganan adalah

pencemaran di ruas bagian hulu Sungai

Citarum hingga Waduk Saguling. Di

lokasi ini, beban pencemarannya sudah

melampaui daya tampung sungai.

Artinya, rendahnya debit air tidak

sebanding dengan tingkat pencemaran.

Adapun sumber pencemaran terbesar

berasal dari limbah penduduk, industri,

pertanian/irigasi, dan peternakan.

Untuk mengatasi limbah peternakan,

telah diperkenalkan teknologi An-

aerobik Saringan Tetes Bertingkat dan

Beraerasi. Teknologi ini digunakan un-

tuk limbah cair yang berasal dari limbah

peternakan, terutama parameter

organik total nitrogen dan total

fosfat, sehingga dapat mengurangi

pencemaran badan air dengan tingkat

keandalan tinggi, sederhana, dan

biayanya murah. Upaya lain adalah

penerapan pengolahan limbah industri

komunal di Cisirung, Bandung Selatan,

sebagai laboratorium lapangan.

DAS Citarum juga menjadi uji coba

penerapan sistem kartu kendali

mutu kualitas air dan hidrologi.

Melalui sistem ini, keberhasilan upaya

pemulihan DAS dapat dipantau secara

spasial dan temporal hingga ke anak-

anak sungai utamanya. Sistem ini juga

dapat menentukan siapa yang secara

administratif bertanggung jawab

atas keberhasilan maupun kegagalan

pengolahan kualitas air. Hasil dari

kajian Puslitbang SDA tersebut

ditujukan kepada pemda, pemkot, atau

pemimpin daerah setempat untuk

digunakan sebagai bahan membuat

kebijakan tentang SDA.

Kota Bandung memang semakin

berkembang. Tetapi menurut Arie,

pembangunannya sebaiknya tidak

hanya mengedepankan aspek fisik, tetapi juga aspek lain yang terkait

dengan penataan perkotaan yang

juga harus menjadi pertimbangan

dalam perencanaan dan perancangan,

misalnya ekonomi, demografi (urbanisasi), dan sosiologi. “Mungkin

perencanaan kotanya sudah baik,

tetapi kondisi di lapangan justru

terbalik, sehingga menjadi tidak logis,”

ujarnya.

Sebagai contoh, dulu sewaktu

Bandung masih berwajah Paris van

Java saat belum ada pengembangan

permukiman, berita banjir dan

kekurangan air merupakan berita

istimewa. Akan tetapi, hal tersebut kini

telah menjadi berita rutin. Rutinitas itu

menunjukkan kecenderungan makin

parahnya frekuensi dan intensitas

banjir serta kekeringan.

Selain itu, alih fungsi lahan tutupan di

dalam kota pun semakin meluas. Hal ini

menjadikan tempat resapan air semakin

berkurang karena makin banyak

ruang terbuka hijau (RTH) yang telah

berubah fungsi. Kondisi ini diperparah

oleh pemompaan air tanah yang

melebihi laju pengisian kembali oleh

akuifer. Akibatnya, permukaan tanah

menurun, banyak sumur penduduk

yang mengering, dan fluktuasi debit airnya pun semakin besar.

“Sebetulnya sumber masalah dan

teknologi penanggulangannya sudah

banyak diketahui, tetapi upayanya

yang masih sangat terbatas,” ujar

Arie. Ia memberitahu bahwa cara

preventif yang cukup murah adalah

dengan menghindari berkurangnya

daerah resapan dan memperbesar laju

resapan, antara lain dengan reboisasi

dan membuat sumur-sumur resapan.

Cara lainnya adalah dengan memanen

hujan (rain harvesting), membuat

embung atau kolam buatan, mengisi

akuifer air tanah dan lain sebagainya.

Untuk menyukseskan program

pengelolaan SDA perlu komitmen

bersama dari semua pihak untuk

menjaga lingkungan agar kuantitas

dan kualitasnya tetap terjaga secara

berkelanjutan.(Joe)

Air limbah pabrik. (Foto: Dok.)

Sebagai contoh, dulu sewaktu

Bandung masih berwajah Paris van

Java saat belum ada pengembangan

permukiman, berita banjir dan kekurangan air

merupakan berita istimewa. Akan

tetapi, hal tersebut kini telah menjadi

berita rutin.

Page 24: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH24

LAPORAN UTAMA

Siang itu kondisi jalanan di Tanjung

Priok dan sekitarnya macet se-

perti biasa. Walaupun kami pergi

menggunakan mobil, terik matahari

saat itu terasa menyengat hingga ke

dalam mobil. Terlihat juga Kali Sunter

di samping jalan raya yang kondisinya

sepertinya malah makin memprihatin-

kan. Lepas dari kemacetan, tim KIPRAH

Kota metropolitan, kota bisnis, kota sejuta pusat perbelanjaan dan hiburan. Begitulah kesan-kesan yang muncul terhadap Kota Jakarta. Namun, di balik kesan mewahnya, Jakarta memiliki berbagai

permasalahan, baik persoalan infrastruktur, kepadatan penduduk, kemacetan hingga kondisi lingkungan hidup yang kian memprihatinkan, tak terkecuali ketersediaan air bersihnya. Berikut

adalah potret ketersediaan dan pemanfaatan air bersih di Jakarta, khususnya di Wilayah Pademangan Timur, Jakarta Utara.

LAPORAN UTAMA

Kualitasnya Harus DiperbaikiAir Masih Mencukupi, Tapi

kemudian menelusuri jalan-jalan sekitar

Kelurahan Pademangan Timur untuk

berbincang-bincang dengan beberapa

warga mengenai ketersediaan dan kon-

disi air bersih di sana.

Berdasarkan data statistik 2010, Pade-

mangan merupakan salah satu wilayah

Jakarta Utara yang memiliki penduduk

sejumlah 149.596 jiwa dengan laju

pertumbuhan penduduk sebesar 1,6%.

Meskipun penduduknya tidak seba-

nyak wilayah lain di Jakarta Utara, na-

mun lingkungan permukiman di Pade-

mangan Timur terlihat cukup padat.

Jalan-jalan yang seharusnya digunakan

untuk dua jalur tampak begitu sempit

akibat banyaknya bangunan yang kian

Depot Pengambilan air bersih di daerah Pademangan Timur, Jakarta Utara. (Foto: Ais)

Page 25: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 25

LAPORAN UTAMA

memakan bahu jalan. Ketika memasuki

jalan-jalan sekitar permukiman lebih

dalam, tak jarang kami jumpai bebera-

pa tukang air keliling berseliweran.

Sesampainya kami di suatu permukim-

an tak jauh dari kantor kelurahan, kami

kembali mendapati seorang tukang air

keliling melintas. Kami menyetop tu-

kang air tersebut karena didorong oleh

rasa penasaran tentang keberadaan tu-

kang air yang banyak ditemui di daerah

ini. Penjual air keliling yang berusia

sekitar empat puluhan itu bernama

Dakri. Ia hendak menuju tempat pengi-

sian air bersih di Wilayah Pademangan

Timur. Air ini disuplai oleh PDAM dan

disimpan di bak penampungan besar

yang dialirkan ke jerigen melalui selang

besar.

Ironisnya, kekurangan akses bagi

warga untuk mendapatkan air bersih

justru mendatangkan rezeki dan men-

jadi sumber penghasilan bagi para tu-

kang air, tak terkecuali Dakri. Ia sudah

lama berjualan air keliling, terutama di

Wilayah Buaran yang sebagian besar

warganya memang tidak berlanggan-

an air dari PDAM. Sambil mengisi air,

Dakri menjelaskan, “Masing-masing

jerigen isinya 20 liter. Harga jualnya Rp

1.250 untuk dua galon.” Setiap hari, ba-

pak dari empat orang anak ini menja-

jakan air dari pagi hingga sore, namun

keuntungan yang didapatnya tidaklah

seberapa. “Yah, rata-rata [air] yang

terjual per hari bisa sampai 12 jerigen

dan penghasilan saya per hari sekitar

Rp 15.000,” kata Dakri datar.

Setelah itu kami mampir ke sebuah

warung dan berbincang-bincang de-

ngan beberapa orang yang berada di

sana, tepatnya warga RT 03 RW 10 Ke-

lurahan Pademangan Timur. Salah satu

warga bernama Tumin Hadi Sumarto

(66), menuturkan bahwa sebagian

besar warga RT 03 RW 10 Kelurahan

Pademangan Timur berlangganan air

PDAM tapi juga mengambil air tanah

lewat pompa air. “Kami menggunakan

air PDAM untuk minum dan masak. Se-

dangkan air tanah sebagai tambahan,

bisa untuk mandi dan mencuci,” kata

Tumin. Menurut bapak dari sembilan

anak ini, air PDAM yang kualitas awal-

nya bagus kini dirasakan makin mem-

buruk. “Airnya sekarang agak kotor,

warnanya kuning. Kalau siang-siang

kalau tidak dibantu pompa air, gak bisa

ketolong, karena air sering mati atau

keluarnya kecil sekali. Air mulai lancar

lagi sekitar jam enam sore,” ujar Tumin.

Menanggapi kualitas air tanah yang

juga tidak bagus, Tumin berkomentar,

“Kita bisa menggunakan air tanah se-

puasnya, tapi yah… memang kualitas-

nya begitu, gak jernih dan payau.”

Meski demikian, warga sekitar Pade-

mangan Timur terkesan tidak dapat

berbuat apa-apa terhadap masalah

penurunan kualitas air bersih ini. Sikap

mereka cenderung pasrah selama ke-

tersediaan air tanah masih dirasakan

mencukupi dan bisa mereka manfaat-

kan. Selain itu, tak sedikit pula dari

mereka mencari cara untuk dapat

mengurangi biaya tagihan air. “Karena

keluarnya air dari keran hanya sedikit,

saya sering matikan air PDAM, jadi dihi-

tung-hitung kita hanya mengeluarkan

biaya perawatan (instalansi),” tambah

Tumin. Selepas membahas air bersih,

sejenak kami melepas dahaga di wa-

rung itu lalu mengobrol ringan dengan

masyarakat lain. Tak lama setelah itu,

kami pun pamit.

Langit siang Jakarta kian gelap. Tak

lama kemudian hujan turun begitu le-

batnya. Dari dalam mobil, kami mem-

perhatikan permukiman-permukiman

lain yang ada di sekitar Pademangan

Timur secara sekilas. Di sana banyak

juga terdapat permukiman kumuh.

Hampir dapat dipastikan bahwa para

warga permukiman tersebut menga-

lami kesulitan terkait dengan akses

mereka untuk mendapatkan air ber-

sih karena tidak mampu berlanggan-

an air PDAM. Tampaknya kepadatan

penduduk, kemiskinan, serta kurang

baiknya pengelolaan sumber daya

air menjadi faktor utama dalam per-

masalahan air di perkotaan, khususnya

Jakarta. Melihat ketersediaan air ber-

sih dan air minum untuk warga saat ini,

apakah, paling tidak dalam lima tahun

ke depan, Jakarta masih dapat menam-

pakkan wajah metropolitannya yang

gemerlap?(Ynh/Joe)

Tampungan air PDAM di salah satu rumah warga di Pademangan, Jakarta Utara. (Foto: Ais)

Page 26: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH26

LAPORAN UTAMA

Batam sendiri merupakan sebuah

pulau yang sangat strategis, ter-

letak di bagian utara Indonesia,

berseberangan dengan Singapura, dan

berada di jalur pelayaran internasional,

sehingga kebutuhan akan dukungan

infrastruktur, seperti air bersih, mutlak

diperlukan.

Kinerja pengelolaan penyediaan air

Kabar Baik dari Batam

Batam adalah wilayah pe-nyandang predikat kawasan ekonomi khusus yang sedang

giat membangun dan tentunya membutuhkan pasokan air baku yang semakin bertambah. Tidak heran bila masalah penyediaan

air bersih di kota ini benar-benar diperhatikan oleh pihak terkait, dalam hal ini pemda setempat

dan Badan Pengusahaan Batam (dulu dikenal dengan nama Oto-

rita Batam).

bersih oleh PDAM Batam, yakni Adhya

Tirta Batam (ATB) memang patut dibe-

rikan acungan jempol. Di saat banyak

PDAM lain merugi, ATB justru sukses

mencetak keuntungan bersih hingga

rata-rata Rp 40 miliar per tahun. Tidak

hanya itu. Cakupan area pelayanan ATB

mencapai 95% dengan tingkat rasio pe-

gawai per 1000 sambungan berada pada

kisaran 2,4, dibandingkan dengan rata-

rata PDAM lainnya yang berada pada

kisaran 8. PDAM juga terus melakukan

pembangunan Instalasi Pengolahan

Johor (sebuah badan yang membawah-

i beberapa perusahaan pengelola air

bersih/minum di Malaysia). Bagaimana

semua ini bisa terjadi? Bisa kita keta-

hui dari sejarahnya. Ketika dimulainya

pembangunan di Pulau Batam, yaitu

tahun 1971, awalnya penyediaan dan

pengelolaan air bersih di Batam di-

lakukan oleh pemerintah, dalam hal ini

Otorita Batam.

Meski demikian, seiring pesatnya

perkembangan Batam serta pemenuh-

an kebutuhan pasar maka pemerintah

melalui BP Batam mengadakan kerja

sama konsesi pengelolaan air bersih

dengan PT. Adhya Tirta Batam untuk

mengelola air bersih di Batam selama

25 tahun, mulai tahun 1995 hingga ta-

hun 2020. ATB merupakan bentuk Ker-

ja sama Pemerintah dan Swasta (KPS)

untuk pengelolaan air minum pertama

di Indonesia.

Di sisi lain, BP Batam selaku regulator

memonitor setiap aktivitas ATB, baik

secara teknis maupun komersial, ter-

masuk penentuan tarif dan menjamin

ketersediaan serta kualitas air baku

sesuai dengan kemampuan efektif dari

waduk-waduk di Pulau Batam.

ATB terus menunjukkan kinerja yang

positif. Hasil kinerja tersebut tak lepas

dari dukungan pihak BP Batam, iklim in-

vestasi yang kondusif, serta manajerial

yang baik. Perjalanan ATB sendiri tidak

selalu mulus, misalkan saja masalah

ketersediaan di tengah meningkatnya

tuntutan akan kebutuhan air, pro-kon-

tra kenaikan tarif, tuntutan warga yang

tinggal di permukiman liar (di Batam

disebut ruli) untuk mendapatkan akses

air bersih dan segala dinamika lain.

Berbagai persoalan tersebut ternyata

tidak membuat langkah ATB surut.

Perusahaan ini telah menoreh banyak

prestasi, sebagaimana yang bisa kita

saksikan sekarang.(Wy)

Waduk Muka Kuning, salah satu sumber air baku di Batam. (Foto: Wy)

Air Bersih (IPA)/Water Treatment Plant

(WTP), peningkatan jaringan distribusi

dan transmisi, serta peningkatan kapa-

sitas tangki reservoir air.

Hasilnya cukup membanggakan sebab

model pengelolaan penyediaan air

bersih di sana dijadikan rujukan, tidak

hanya oleh pihak dalam negeri, namun

juga dari luar negeri, yaitu Syarikat Air

Page 27: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 27

LAPORAN UTAMA

Di Amerika, air minum dapat

langsung diminum dari keran.

Hal ini bisa kita jumpai dari

keran-keran khusus di tempat umum

yang memang disediakan untuk minum

secara gratis. Suatu hal yang sejalan

dengan nama besar negeri Paman Sam

sebagai negara nomor satu di dunia.

Lain pula di Arab Saudi. Di negara

yang menjadi tempat tujuan umat

Islam untuk melaksanakan ibadah Haji

tersebut, masalah air minum benar-

benar diperhatikan. Ambil contoh, di

semua mesjid yang bisa kita temukan di

berbagai pelosok kota, selalu tersedia

fasilitas air minum gratis.

Satu lagi yang unik di Arab Saudi,

banyak pemilik rumah golongan

menengah ke atas sengaja beramal

dengan menyediakan tempat air

minum gratis di depan rumahnya. Siapa

Mengintip Pengelolaan Air

saja boleh minum, sepuas-puasnya, tak

terbatas hanya para pendatang dan

warga berpenghasilan rendah. Satu

hal yang patut diacungi jempol, karena

kita semua tahu di sana air didapat

dari proses penyulingan air laut dan

pembuatannya sangat rumit.

Di negara Belanda, lain pula ceritanya.

Salah seorang pegawai Kementerian

PU yang kini sedang menempuh studi

di sana, Rani Charisma D, memaparkan

pengalamannya. Ia menuturkan bahwa

air minum bisa dinikmati langsung dari

keran di kamar mandi. Kebersihan kanal-

kanal di sana juga sangat diperhatikan,

baik dari perilaku masyarakat maupun

upaya pemerintah.

Bagaimana dengan Singapura? Sebagai

sebuah negeri yang masih mengimpor

40% kebutuhan airnya dari luar

negeri, tanpa sumber air tawar yang

memadai, dan kebutuhan air untuk

konsumsi penduduk dan industrinya

yang senantiasa meningkat, masalah

air benar-benar mendapat perhatian

besar.

Sejak kemerdekaannya pada 1965,

fokus pemerintah terpusat pada upaya

mengamankan kebutuhan dasar bagi

negara pusat jasa yang rakus air itu. Di

bawah koordinasi badan pemerintah

Public Utilities Board (PUB), proyek

raksasa terkait air bernama ABC Waters (Active, Beautiful, and Clean Waters) diluncurkan.

Proyek tersebut bertujuan untuk

menciptakan ruang-ruang publik baru

yang bersih dan indah, dengan meng-

integrasikan kanal, sungai, danau, dan

kebun. Bukan sesumbar, kini, PUB bah-

kan memasang target Singapura bisa

bebas air impor pada tahun 2061.(Wy)

di Negara LainLain padang, lain belalang. Lain negara, lain pula pengelolaan air bersihnya. Masalah air ini ternyata juga dipandang sebagai masalah krusial dengan intensitas berbeda di masing-masing negara. Mari

sejenak kita intip kondisi pengelolaan air bersih di negara-negara lain.

Sungai di depan Merlion Park, Singapura. (Foto: Wy)

Page 28: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH28

LAPORAN UTAMA

Perubahan iklim adalah semua

bentuk perubahan yang terjadi

pada iklim seiring berjalannya

waktu, baik yang disebabkan oleh

variabel alamiah maupun aktivitas

manusia. Dampak perubahan iklim ini

tidak dibatasi oleh batas administrasi

wilayah atau negara, sehingga upaya

mengatasinya perlu dilakukan secara

bersama-sama baik di tingkat global,

nasional, maupun lokal.

Dampak buruk pemanasan bumi saat

ini mengancam kehidupan umat manu-

sia, seperti naiknya intensitas bencana

alam, kenaikan permukaan air laut, ru-

saknya keanekaragaman hayati, penu-

runan ketersediaan sumber air bersih,

musim kemarau yang lebih panjang

dan perubahan pola curah hujan yang

mengancam ketahanan pangan.

Sebagai negara kepulauan dengan jum-

lah penduduk yang tinggi, dan kemam-

puan ekonomi yang terbatas, Indo-

nesia termasuk negara yang memiliki

kerentanan tinggi terhadap bencana

terkait dengan iklim (climate-related disasters).

Tingginya potensi frekuensi bencana

dapat meningkatkan potensi kerusakan

investasi infrastruktur pekerjaan umum.

Potensi kerusakan tersebut mencakup

infrastruktur sumber daya air, seperti

waduk, bendungan, jaringan irigasi,

bangunan pengendali banjir, bangunan

pengambil air baku, bangunan penga-

Perubahan Iklim dan Sumber Daya Air

Pemanasan bumi dan perubahan iklim telah menjadi isu global yang dampaknya meliputi semua negara di seluruh dunia. Mulai dari naiknya harga produk pertanian akibat curah hujan yang intens

sampai cuaca ekstrem yang mengganggu jadwal penerbangan di Eropa. Lalu bagaimana dampaknya terhadap sumber daya air, khususnya di Indonesia?

man pantai, infrastruktur jalan dan jem-

batan, serta infrastruktur permukim-

an.

Berkaitan dengan sektor air, bahaya

dan dampak atau risiko terkait perubah-

an iklim dengan kerusakan infrastruk-

tur, seperti penurunan ketersediaan air,

banjir, kekeringan, tanah longsor, dan

intrusi air laut.

Berdasarkan data Bank Dunia tahun

2007, perubahan iklim diprediksi akan

meningkatkan curah hujan antara 2%

sampai 3% per tahun di Indonesia. Se-

lain itu, musim hujan menjadi lebih

Oleh: **Desfitrina Syamsir

Perubahan iklim mengancam ketersediaan air baku. (Foto: Dok.)

Page 29: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 29

LAPORAN UTAMA

singkat (jumlah hari hujan selama seta-

hun berkurang), dengan peningkatan

risiko terjadinya banjir serta mengubah

pola presipitasi, penguapan, air lim-

pasan, dan kelembapan tanah sehing-

ga berdampak pada sektor pertanian

dan ketahanan pangan.

Hasil penelitian Puslitbang SDA PU

menunjukkan bahwa tren curah hujan

dan debit aliran sungai di Jawa mem-

perlihatkan penurunan per tahun,

kecuali Kali Brantas. Sementara itu,

tren banjir di DAS Solo memperlihat-

kan peningkatan pada waktu puncak

antara 48-69 persen dengan menggu-

nakan tata guna lahan 2008 dibanding-

kan base line 1964.

Saat ini, 62 DAS (18,5 juta hektar) di

Indonesia dalam kondisi kritis. Akibat-

nya terjadi penurunan cadangan sum-

ber air, fluktuasi debit, serta laju sedi-mentasi dan erosi yang tinggi. Musim

kering yang panjang menurunkan

produksi pangan secara signifikan. Ter-

jadi penurunan kualitas air yang tajam

karena polusi pada badan air, sehingga

biaya pengolahan air meningkat dan

berdampak buruk pada sanitasi publik,

serta membahayakan biota air. Degra-

dasi dasar sungai akibat penambangan

batu dan pasir menyebabkan kerusak-

an struktur dan infrastruktur sepan-

jang sungai. Meningkatnya laju sedi-

mentasi, sampah rumah tangga, dan

pembangunan lahan menyebabkan

perubahan morfologi sungai, kerusak-

an ekosistem, dan ancaman bencana

banjir. Sementara itu, resapan air tanah

sangat berkaitan dengan penataan ru-

ang (guna lahan). Perubahan guna la-

han menjadi kawasan perkotaan dan

industri menyebabkan berkurangnya

kawasan resapan air.

Untuk itulah dibutuhkan strategi dan

kebijakan yang dapat mengatasi per-

soalan sumber daya air dan lingkungan

yang diperparah oleh perubahan iklim.

Hendaknya recharge air tanah dapat di-

optimalkan dan akuifer harus dikelola

dengan baik. Terkait dengan penataan

ruang, kawasan lindung yang menjadi

kawasan resapan air haruslah dapat di-

jaga kelestariannya.

Sejalan dengan itu, Kementerian PU

telah menyusun Rencana Aksi Na-

sional Mitigasi dan Adaptasi Perubah-

an Iklim (RAN MAPI) yang mencakup

upaya mitigasi dan adaptasi terhadap

perubahan iklim untuk seluruh sektor

di Kementerian PU. Saat ini RAN MAPI

PU sedang dalam proses revisi menye-

suaikan perkembangan terakhir.

Strategi dan kebijakan mitigasi dan

adaptasi untuk mengatasi berbagai

dampak pada sumber daya air berlan-

daskan kepada UU No. 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang dan UU No 7

Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;

PP No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi

serta Rancangan PP tentang Rawa.

Strategi mitigasi tersebut antara lain

mengelola tata air pada lahan-lahan

gambut dalam rangka pengendalian

emisi gas rumah kaca (kerentanan ke-

bakaran, penurunan muka air, dll.),

meningkatkan daya dukung daerah

aliran sungai (DAS) kritis dan pada

sumber air tercemar, mengembang-

kan metode, melaksanakan pengu-

kuran, dan pelaporan pelaksanaan

mitigasi perubahan iklim berbasis MRV

(Measurable, Reportable, and Verifiable/

Terukur, Terlaporkan dan Terverifikasi), serta mengembangkan konsep green

technology di bidang SDA.

Kebijakan adaptasi untuk mengatasi

dampak perubahan iklim pada sektor

sumber daya air mencakup kebijakan

untuk meningkatkan kualitas pelayan-

an infrastruktur sumber daya air untuk

menjamin ketahanan pangan dan me-

ngurangi kerentanan terhadap banjir,

tanah longsor, dan kekeringan. Upaya

adaptasi, antara lain meningkatkan

manajemen prasarana sumber daya air,

mengembangkan disaster risk mana-gement untuk banjir/rob, longsor, dan

kekeringan, meningkatkan kesadaran

dan peran masyarakat tentang penye-

lamatan air, meningkatkan manajemen

dan mengembangkan prasarana SDA

untuk pengendalian daya rusak air,

serta meningkatkan akses terhadap

data dan informasi terkait dampak per-

ubahan iklim. Selain itu, perlu adanya

sistem peringatan dini bencana, kon-

servasi embung dan pemanfaatan air

hujan, serta penyiapan regulasi terkait.

Upaya adaptasi terhadap perubahan

iklim, khususnya di sektor air, juga mem-

butuhkan partisipasi dan kesadaran

bersama seluruh masyarakat karena

masyarakatlah yang mempengaruhi

perubahan iklim dan masyarakat pula

yang terkena dampaknya, sehingga

peran masyarakat sangat besar dalam

mencegah dampak negatif perubahan

iklim ini.

**) Staf BP Konstruksi, Kementerian Peker-

jaan Umum.

Page 30: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH30

LAPORAN UTAMA

Air merupakan unsur utama ke-

hidupan yang harus dimanfaat-

kan secara bijak. Kenyataannya,

di negara kita justru air sering dihambur-

hamburkan, dicemari, dan disia-siakan.

Tak ayal, yang terjadi sekarang adalah

kecenderungan berkurangnya keterse-

diaan air bersih. Kondisi ini diperparah

dengan pengambilan air bawah tanah

yang saat ini sudah tergolong mengkha-

watirkan.

Samsuhadi (Dosen Luar Biasa Jurusan

Teknik Lingkungan Universitas Trisakti)

pada tahun 2005 pernah meneliti, jika

pada tahun 2025 penduduk Jakarta

mencapai 27 juta jiwa dan setiap

orang membutuhkan air bersih sekitar

200 liter/hari (termasuk kebutuhan

untuk industri), maka kebutuhan air

bersih akan mencapai 2.000 juta m3.

Sementara pasokan PDAM diperkirakan

hanya 645 juta m3, sehingga terjadi

defisit air sebesar 1.355 juta m3 yang

hanya akan bisa dipenuhi dari air tanah

dan atau sumber-sumber lainnya.

Badan Regulator Pelayanan Air Minum

DKI Jakarta juga menyatakan bahwa

tingginya kebutuhan air di Jakarta yang

tidak diimbangi dengan penambahan

jaringan dan pasokan ditengarai bakal

memicu defisit air dari tahun ke tahun. Saat ini saja total kebutuhan air baku

di DKI Jakarta mencapai 17.700 liter/

detik. Dari analisis kebutuhan air di

DKI, defisit air baku pada tahun 2010

Air Laut Bisa Diminum?Akhir-akhir ini kita sering mendengar sistem penyulingan air yang dikenal dengan teknologi Reverse

Osmosis atau disingkat dengan RO. Meskipun bukan termasuk teknologi baru sebab penggunaannya sudah dimulai pada tahun 1970-an untuk memurnikan air laut hingga layak dikonsumsi sebagaimana

halnya air tawar. Namun, belum banyak orang yang mengenal teknologi ini. Padahal teknologi pengolahan air RO ini sudah dikenal luas dan digunakan di negara-negara maju, seperti Amerika

Serikat, Jepang, dan Singapura.

mencapai 6.857 liter/detik. Pada tahun

2015 diperkirakan akan terjadi defisit sekitar 13.045 liter/detik dan tahun

2020 akan mencapai 28.370 liter/detik.

Berdasarkan data angka kebutuhan air

yang terus meningkat tersebut, apabila

upaya pelestarian lingkungan di sekitar

wilayah Jakarta serta upaya alternatif

penyediaan air baku tidak segera di-

lakukan, maka dalam waktu 10 tahun

mendatang warga Jakarta akan benar-

benar kesulitan mendapatkan air ber-

sih.

Minum Air Laut dengan RO

Saat ini operator penyedia air minum

PDAM maupun operator swasta lainnya

masih mengandalkan cara-cara konven-

sional dengan memasok air dari sum-

ber air permukaan, seperti sungai dan

waduk. Dengan makin berkurangnya

sumber air permukaan, krisis air sudah

menjadi langganan setiap tahun. Hal ini

masih akan terus terjadi sebab selain

minimnya pasokan, masalah kualitas air

juga menjadi persoalan serius. Air yang

mengalir melewati saluran terbuka sa-

Penampungan air sungai untuk diolah menjadi air baku. (Foto: Dok.)

Page 31: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 31

LAPORAN UTAMA

ngat berpotensi tercemar limbah dan

bibit penyakit.

Hal ini diperparah dengan kondisi pipa-

pipa distribusi yang sudah berumur

puluhan tahun, sehingga ketika air tiba

di tempat pelanggan sudah tidak sesu-

ai lagi dengan kondisi pada saat baru

diolah. Air menjadi keruh, berwarna

cokelat atau hitam dan bau.

Penyulingan air laut dengan teknologi

RO merupakan salah satu alternatif

solusi keterbatasan pasokan air dalam

jangka panjang sebagai langkah antisi-

pasi krisis air yang selama ini terjadi. Os-mosis merupakan perpindahan cairan

dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi

rendah melalui membran semipermea-

bel. Adapun Reverse Osmosis, atau

yang biasa disebut RO, adalah kebali-

kan dari osmosis, yaitu perpindahan zat

(larutan) dari konsentrasi rendah ke

konsentrasi tinggi melalui sebuah mem-

bran. Teknologi ini digunakan untuk pe-

murnian air dengan mengubah air laut

menjadi air tawar hingga siap diminum.

Cara kerja RO adalah dengan mendesak-

kan air laut melewati membran-mem-

bran semipermeabel untuk menyaring

kandungan garamnya. Kandungan ga-

ram yang tersaring kemudian disisih-

kan. Tekanan yang amat kuat dikenakan

di sebelah sumber air agar molekul-

molekul air dapat menembus membran

RO di sebelahnya. Sebelum didorong ke

membran, air disaring terlebih dahulu

melalui beberapa tahap filtrasi (penya-ringan), antara lain cartridge (sedimen),

karbon blok, dan karbon granular. Ke-

mudian, air didorong dengan tekanan

tinggi untuk melewati membran dan

menghasilkan air yang murni.

Membran RO berteknologi tinggi ini

mempunyai pori-pori yang sangat kecil,

yaitu hanya 0.0001 mikron (500,000

kali lebih kecil dibandingkan diameter

sehelai rambut manusia). Membran ini

memungkinkan penyaringan berbagai

bahan mikro organisme, logam berat,

bakteri, virus, bahan anorganik, dan

bahan berbahaya lainnya

yang terlarut dalam air.

Dengan demikian, hanya

molekul air saja yang dapat

menembus membran

tersebut sehingga dapat

menghasilkan air yang

mencapai kemurnian

99,99 %.

Penyulingan Air Laut

oleh PT. Pembangunan

Jaya Ancol (PJA)

Program penyulingan

air laut dengan Reverse

Osmosis (RO) baru

saja dilakukan oleh PT.

Pembangunan Jaya

Ancol sebagai langkah

alternatif solusi keterbatasan pasokan

air. Dengan memanfaatkan air laut yang

melimpah, PT. Pembangunan Jaya Ancol

bukan cuma mengolah air laut menjadi

air tawar, melainkan juga mengolah

sisa hasil RO-nya menjadi kolam apung

berkadar garam tinggi.

Kebutuhan air tawar untuk kawasan

Taman Impian Jaya Ancol mencapai

15.000 m3/hari. Seluruh kebutuhan itu

saat ini belum bisa terpenuhi karena

pasokan dari perusahaan air minum

daerah hanya sebesar 9.000 m3/hari

sehingga masih kekurangan 6.000 m3/

hari.

Desain rancang bangun yang dibuat

oleh PT. Arkonin ini bisa untuk

memproduksi sampai 15.000 m3/hari.

Untuk menghasilkan air bersih dari air

laut ini dibutuhkan energi listrik sebesar

4,72 kwh/m3.

Tarif air bersih dari proses desalinasi bisa

bersaing dengan tarif air bersih kelas

komersial yang mencapai Rp 12.500/

m3. Bahkan tarif air bersih industri

mencapai Rp 15.000/m3. Nilai produksi

air bersih dengan teknologi desalinasi

yang dikembangkan sekarang mampu

menekan harga hingga Rp 9.000/m3.

Dengan instalasi ini, sebanyak 7.000 m3

air laut dapat diubah menjadi 5.000 m3

air tawar per harinya. Sisanya, sekitar

2.000 m3, menjadi air berkadar garam

tinggi yang digunakan untuk Kolam

Apung, salah satu wahana wisata

di Taman Impian Jaya Ancol. Pihak

Manager PT. Pembangunan Jaya Ancol

Tbk. menyatakan proyek desalinasi ini

sebagai pengembangan model tatkala

ada tuntutan penghentian pengambilan

air tanah di Jakarta, terutama di

kawasan pesisir Jakarta Utara.

Mengingat Indonesia merupakan

negara kepulauan yang wilayah perairan

lautnya lebih luas daripada wilayah

daratannya, maka ketersediaan air

laut tentu tidak menjadi kendala sama

sekali.

Desalinasi merupakan jawaban tekno-

logi atas tuntutan penghentian

pengambilan air tanah di Jakarta dan

teknologi RO ini sudah selayaknya

dijadikan alternatif solusi yang tepat

dalam penyediaan pasokan air bersih

yang sehat dan layak. Di samping itu,

penyulingan air laut ini bisa menjadi

langkah antisipasi menghadapi krisis air

yang mengancam wilayah ibu kota.(Ade

S.R: dari berbagai sumber)

Ilustrasi cara kerja RO. (Sumber: belajarkimia.com)

Page 32: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH32

LAPORAN UTAMA

Di Indonesia, pengambilan air

bawah tanah saat ini sudah

dalam tahap mengkhawatir-

kan. Diperkirakan pada 10 tahun men-

datang, masyarakat akan kesulitan

mendapatkan air bersih karena tidak

ketatnya pengawasan pengambilan air

tanah, terlebih di Jakarta. Pengambil-

an air tanah berlebihan secara terus-

menerus, ditambah dengan semakin

besarnya beban tanah akibat berat

bangunan, mendorong terjadinya pe-

mampatan lapisan tanah. Dampak

eksploitasi air tanah bisa terlihat dari

fenomena miringnya gedung-gedung

bertingkat, amblesan tanah, kemuncul-

Krisis Air?

Saat ini ketersediaan air bersih cenderung berkurang. Semakin meningkatnya populasi manusia, semakin besar pula kebutuhan akan air bersih, sementara ketersediaan air bersih justru semakin

berkurang. Bahkan menurut pendapat beberapa ahli, suatu saat nanti akan terjadi “pertarungan” memperebutkan air bersih. Untuk mengantisipasi ancaman krisis air bersih, perlu adanya upaya-upaya

untuk memperbanyak ketersediaan air baku, salah satunya dengan mendaur ulang air limbah.

an rongga di gedung, dan amblesnya

ruas jalan.

Layanan air perpipaan yang belum

mampu memenuhi kebutuhan pen-

duduk membuat sebagian besar warga

Jakarta bergantung pada penggunaan

air tanah untuk kebutuhan sehari-

hari sehingga mendorong eksploitasi

air tanah dalam jumlah besar. Pada

saat yang bersamaan, pembangunan

hotel mewah, apartemen, dan pusat

perbelanjaan terus berlangsung. Selain

itu, makin banyaknya gedung besar ini

secara masif menambah beban pada

tanah.

Kombinasi dua hal tersebut saling

menunjang dalam menciptakan ruang

kosong di bumi yang membuat tanah

ambles. Sebagai contoh, sebagaimana

dilansir Harian Kompas, saat beberapa

bagian gedung BPPT, Sarinah, dan

Menara Eksekutif ambles pada tahun

2008, para ahli telah mengingatkan

bahwa itu terjadi karena proses

dewatering atau pengurasan air bawah

tanah dalam jumlah besar yang tidak

hati-hati. Amblesnya tanah di kawasan

Thamrin tersebut juga disebabkan oleh

besarnya penekanan permukaan tanah

akibat pembangunan gedung-gedung

pencakar langit.

Daur Ulang Saja

LAPORAN UTAMA

Air sungai yang tercemar berat, mungkinkah didaur ulang? (Foto: Seno)

Page 33: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 33

LAPORAN UTAMA

Beberapa upaya untuk mengatasi krisis

air, seperti pembuatan sumur-sumur

resapan (peresap) air hujan, pendekatan

vegetatif melalui reboisasi, perluasan

hutan kota, taman kota, pembuatan

waduk kecil atau embung, hingga

pengelolaan sistem Daerah Aliran

Sungai (DAS) yang terpadu, memang

telah dilakukan. Namun, bila eksploitasi

air tanah yang dilakukan pihak industri

tetap berlangsung, cadangan air tanah

tetap tidak akan dapat terpenuhi. Agar

kegiatan industri tetap berlangsung

dan kebutuhan masyarakat akan air

bersih dapat terpenuhi, metode daur

ulang air limbah merupakan langkah

konkret yang harus dilakukan.

Sektor industri adalah sektor yang

paling banyak melakukan eksploitasi

air tanah dalam jumlah besar. Meng-

hadapi kenyataan tersebut, Badan Pe-

ngendalian Lingkungan Hidup Daerah

(BPLHD) DKI Jakarta telah mengeluar-

kan kebijakan bagi para pelaku indus-

tri untuk membangun instalasi daur

ulang air sebagai salah satu syarat izin

analisis mengenai dampak lingkungan.

Setiap hotel dan apartemen yang baru

juga diwajibkan membangun instalasi

untuk mendaur ulang air bersih yang

mereka gunakan. Daur ulang air terse-

but dimaksudkan untuk mengurangi

penyedotan air tanah dalam. Tanpa ke-

beradaan instalasi daur ulang air, izin

mendirikan bangunan hotel atau apar-

temen baru tidak akan dikeluarkan.

Kebijakan ini sudah diterapkan sejak

pertengahan 2008.

Beberapa pengelola bangunan sudah

menerapkan kebijakan daur ulang air

limbah, salah satunya Hotel Borobu-

dur Jakarta. Sebagai salah satu hotel

besar di Jakarta dengan 695 kamar di

atas lahan dengan luas sekitar 23 hek-

tar ini, Hotel Borobudur Jakarta telah

berkomitmen dengan program kon-

servasi ramah lingkungan di seluruh

kawasan hotel hingga berhasil me-

nerima sertifikasi Eco-Hotel dari TUV Rheinland Group, yang didukung oleh

Pemerintah Republik Federal Jerman.

Hotel Borobudur Jakarta merupakan

hotel bintang lima pertama di Jakarta

yang mendapatkan sertifikasi terse-

but. Harian Kompas (16/12/2010) me-

laporkan bahwa hotel ini telah berhasil

mengurangi penggunaan listrik, air,

dan konsumsi gas selama tahun 2009,

dibandingkan tahun 2008. Begitu pula

60% dari area taman hijau hotel, meng-

gunakan pupuk kompos dan sistem

pengairan menggunakan air limbah

daur ulang. Hotel ini juga mengimbau

para tamunya untuk mempertimbang-

kan penggunaan handuk dan seprai di

kamar hotel, mengurangi konsumsi lis-

trik, air dan detergen.

Tak kalah dengan Jakarta, mulai tahun

2010 Pemerintah Provinsi D.I. Yogya-

karta juga mewajibkan hotel-hotel be-

sar memiliki unit pengolahan daur

ulang air limbah. Dengan demikian, air

limbah yang berasal dari air mandi tamu

hotel bisa dimanfaatkan kembali untuk

berbagai keperluan, seperti menyiram

tanaman hotel dan keperluan lainnya.

Saat ini baru terdapat dua hotel di Yog-

yakarta yang sudah mengolah kembali

air limbah, yaitu Hotel Melia Purosani

dan Hotel Hyatt.

Guna mengatasi krisis air bersih, Provinsi

Jawa Barat juga tak mau ketinggalan.

Sebagaimana diliput Harian Pikiran

Rakyat (15/12/2008), BPLHD Provinsi

Jawa Barat telah menetapkan 3 (tiga)

dinas di pemerintahan, yaitu Dinas Tata

Ruang dan Permukiman (Distarkim),

Dinas Pendidikan, dan Dinas

Pendapatan Daerah (Dispenda) untuk

menjadi proyek percontohan daur

ulang air limbah domestik. Program

ini diharapkan mampu memanfaatkan

60% dari 80% air limbah bekas pakai.

Jika proyek percontohan daur ulang

air limbah ini berhasil, diharapkan

percontohan ini dapat menjadi awal

dari gerakan yang lebih masif. Selain

kantor-kantor dinas, hotel, industri,

dan rumah tangga, mereka juga

menargetkan akan mendaur ulang air

limbah di lingkungan sekitar kantor

dinas pemerintah. Dengan demikian,

jumlah air yang dihemat akan menjadi

lebih besar dan tidak ada lagi krisis air

saat kemarau.

Teknologi daur ulang air limbah ini juga

mulai diterapkan di Hotel dan Apartemen

Grand Royal Panghegar. Hotel yang

terdiri dari 21 lantai dengan luas area

total 65.000 m² dan berlokasi di Jalan

Merdeka, Bandung ini telah menerapkan

sistem daur ulang air limbah. Sebelum

diolah, air limbah dipisahkan terlebih

dahulu antara buangan black water,

berupa limbah rumah tangga dari WC,

dan grey water, berupa limbah rumah

tangga bekas mencuci dan mandi. Air

hasil olahan limbah grey water tersebut

yang akan diproses sebagai air bilas toilet

dan air siram tanaman yang disalurkan

melalui pipa ke tangki gelontor WC serta

pipa keran di taman untuk penyiraman

tanaman.

Puluhan tahun lalu, air merupakan

sumber daya alam yang murah, mudah

didapat, bahkan dalam jumlah tidak

terbatas. Kini situasinya berubah.

Setiap musim kemarau, masyarakat

banyak mengeluhkan betapa sulitnya

mendapatkan air tanah karena sumur-

sumur banyak yang kering. Situasi ini

memaksa pemerintah menerapkan

aturan daur ulang limbah cair menjadi

air baku.

Proses daur ulang air limbah tampaknya

menjadi salah satu solusi efektif untuk

mengatasi krisis air bersih. Dengan

daur ulang, diperoleh penghematan air

yang cukup signifikan. Bila diterapkan secara menyeluruh, strategi tersebut

akan menekan penggunaan air tanah.

Untuk itu, gerakan daur ulang air ini

perlu dimasyarakatkan agar kebutuhan

air generasi berikutnya dapat tetap

terpelihara. Pilihan ada di tangan kita,

apakah kita akan menghabiskan air yang

ada di bumi ini untuk kita sendiri, atau

mau berbagi dengan anak-cucu kita

nanti? Banyak pihak telah bergerak dan

berbuat nyata dalam penanggulangan

krisis air. Kapan giliran kita?(Ade.S.R.)

Page 34: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH34

LAPORAN UTAMALAPORAN UTAMA

Ditemui pada hari Rabu siang (30/03),

di kantor BPPSPAM di Jakarta Se-

latan, banyak hal yang diutarakan

oleh Kepala BPPSPAM, Rachmat Karnadi,

kepada KIPRAH. Diantaranya, bagaimana

peningkatan jumlah PDAM yang sehat,

dari sekitar 9% menjadi 40% dengan jumlah

sambungan terpasang hampir 9 juta sam-

bungan. Dia mengakui tingkat kebocoran

PDAM masih tinggi dengan kisaran 34-37%,

bahkan di beberapa PDAM kota kebocoran

berada di atas 50%.

Permasalahan pokok yang dihadapi ada-

lah masalah biaya. Sekitar 50% PDAM yang

ada masih mengenakan tarif di bawah bia-

ya operasi. Mengenai masalah utang, ada

sekitar 190 PDAM yang terlibat utang de-

ngan nilai mencapai Rp 4,5 triliun. Masalah

utang ini mendapat perhatian dari peme-

rintah. Terbukti dari keluarnya Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 120 Tahun 2008

yang mengatur tentang restrukturisasi

utang PDAM. Isi dari peraturan ini adalah

PDAM akan dibebaskan utang nonpokok

setelah membuat business plan dan di-

setujui oleh tim teknis.

Hingga saat ini, 90 PDAM sudah menga-

jukan dan yang disetujui sudah 68 PDAM,

dengan jumlah hampir Rp 2 triliun. Semen-

tara yang lainnya tidak mengusulkan diri

karena merasa sulit untuk dapat ijin DPRD

setempat, demikian pula untuk mengaju-

kan kenaikan tarif cost recovery.

Kepada PDAM yang sudah dibebaskan

utangnya, maka pengembangan dapat di-

lakukan dengan cara meminjam dana dari

perbankan, kerja sama dengan swasta, dan

berdasarkan kemampuan diri sendiri. Patut

diingat, PDAM di samping menjalankan bis-

nis juga memangku beban sosial sehingga

harus pandai memilih ceruk pasar.

Permasalahan kedua, di PDAM yang akan

berkembang terhalang oleh ketersediaan

air baku. Pengembangan air minum harus

seiring dengan pengembangan ketersedia-

an air baku. Untuk itu, pemerintah telah

menyiapkan dana Rp 7 triliun untuk menun-

jang ketersediaan air baku tersebut, namun

masih dibutuhkan waktu untuk pengerjaan-

nya. Banyak juga di daerah sudah dilakukan

pembangunan guna menunjang keterse-

diaan air baku, tetapi tidak dilanjutkan.

“Fokus kita sekarang lebih pada kuantitas

air baku,” ujar Rachmat.

Terkait kerja sama dengan swasta, Rachmat

Karnadi memaparkan bahwa swasta masih

merasa khawatir dengan tidak konsekuen-

nya pemerintah. Padahal, Peraturan Presi-

den Nomor 13 Tahun 2010 menyebutkan

pemerintah dapat memberikan govern-ment support dan government guarantee.

Government Guarantee ialah apabila terjadi

keterlambatan pembayaran, maka peme-

rintah akan melakukan pembayaran pada

investor tersebut.

Rachmat mengatakan bahwa sebenarnya

instalasi air yang dimiliki sudah mendukung

air yang siap untuk diminum. Akan tetapi,

ada persoalan pada jaringan yang menga-

lami kebocoran sebesar 45% sehingga me-

nyebabkan air terkontaminasi. Kebocoran

ini bisa terjadi karena jaringan sudah tua,

kualitas pipa tidak bagus, dan pemasangan

instalasi tidak tepat.

Lebih lanjut, sebagai Kepala BPPSPAM,

Rachmat Karnadi mengutarakan harap-

annya agar kerja sama antara pengelola

sumber daya air dengan BPPSPAM men-

jadi lebih erat lagi. Hal yang perlu lebih

dipertimbangkan adalah bahwa selain iri-

gasi, kita juga mempunyai kebutuhan air

baku dan air minum yang menyeluruh di

Indonesia.

Dalam kurun waktu dari 1945 sampai 2010

ini, pemenuhan air bersih sudah tercapai

47%. Ke depannya, BPPSPAM optimistis

bisa memenuhi target MDGs bidang air

bersih sebesar 68% pada tahun 2015.(Wy)

BPPSPAM: Optimistis Penuhi

Target MDGsBicara masalah ketersediaan air baku, tentu tidak lepas dari bagaimana sistem penyediaan air minum secara

nasional. Sebagai salah satu institusi yang paling memegang peranan dalam mengelola dan membina sistem

penyediaan air minum, suara dari Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM)

tentu layak didengar.

Rachmat Karnadi, Kepala BPPSPAM. (Foto: Odhy)

Page 35: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 35

LAPORAN UTAMA

PT. Aetra Air Jakarta merupa-

kan perusahaan mitra kerja PT.

PAM Jaya yang bertugas untuk

meningkatkan pelayanan air minum di

Jakarta, khususnya di belahan timur

Sungai Ciliwung, meliputi sebagian be-

sar Jakarta Utara dan sebagian Jakarta

Pusat. Peran utama Aetra antara lain

mengelola, mengoperasikan, meme-

lihara serta melakukan investasi un-

tuk mengoptimalkan, menambah dan

meningkatkan pelayanan air bersih di

wilayah operasionalnya. Perjanjian ker-

jasama yang diperoleh Aetra dengan

PAM yaitu berupa konsesi selama 25

tahun (1998-2023).

Dalam menjalani perannya, Aetra juga

turut mendukung program pemerintah

terkait dengan sumber daya air, yakni

memenuhi hak masyarakat untuk men-

dapatkan air bersih dengan memberi-

kan akses seluas-luasnya. Hingga 2010,

Aetra telah memiliki investasi sebesar

Rp 1,355 triliun, pelanggan sebanyak

385.377 pelanggan, dan populasi ter-

layani sebanyak 2.705.742 jiwa.

Manajer Senior Corporate Secretary

PT. Aetra, Yosua L. Tobing, menjelas-

kan bahwa kebijakan pemerintah juga

PT. Aetra Air Jakarta:

Pentingnya Meningkatkan Koordinasi Antarinfrastruktur

sedikit banyak berpengaruh pada ke-

giatan operasional bisnis dan pelayan-

an air bersih, terutama terkait dengan

biaya listrik, ketersediaan air baku, in-

tegrasi jaringan, serta pajak air tanah

atau deep well.

Sejauh ini, Aetra terus berupaya un-

tuk meningkatkan kualitas pelayan-

an walaupun tentu saja terkadang

menghadapi beberapa kendala dan

permasalahan. Beberapa kendala

tersebut diantaranya, kepatuhan hu-

kum terhadap penggunaan air bersih

perpipaan sehingga banyak kerugian

komersial akibat pencurian air, pem-

bangunan infrastruktur (jalan dan

utilitas) baru yang memungkinkan

terjadinya gangguan dan inefisiensi,

serta suplai air baku yang semakin

terbatas dengan kualitas yang menu-

run.

Diakui Yosua, kendala terbesar yang

dialami oleh Aetra yakni menyangkut

jaringan, terutama karena kurangnya

koordinasi antarinfrastruktur. “Seba-

gai contoh, di daerah Jakarta Utara

yang banyak dibangun jalan beton.

Kalau jalan sudah dibeton, maka kita

akan sangat sulit melakukan perbaik-

an atau pemeliharaan pipa yang ter-

tanam di bawah jalan tersebut, yang

pada akhirnya merugikan kami secara

finansial dan terpaksa membuat ja-

ringan baru,” tuturnya.

Keefektifan dan optimalisasi akses air bersih kepada

masyarakat pastilah tidak lepas dari peran perusahaan air minum

setempat. Selama lebih dari 12 tahun mengolah dan melayani

kebutuhan air bersih di kota besar, PT. Aetra Air Jakarta telah menghadapi berbagai kendala

dan tantangan.

Instalasi Pengolahan Air milik Aetra di Pulogadung. (Foto: Dok. Aetra)

Page 36: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH36

LAPORAN UTAMA

Manajer Senior Corporate Secretary PT. Aetra, Yosua L. Tobing. (Foto: Seno)

Lalu membahas ketersediaan air baku,

Yosua juga menuturkan bahwa selama

ini Aetra mengambil pasokan air baku

100% dari Waduk Jatiluhur dan selalu

berkoordinasi dengan pihak PJT II

secara berkala terkait dengan suplai

air baku. “Karena itulah, kami meng-

harapkan adanya upaya (dari pemerin-

tah) untuk memberdayakan 13 sungai

di Jakarta secara optimal untuk meng-

hasilkan air baku yang berkualitas

baik,” tambahnya. Aetra juga pernah

mengalami gangguan suplai air akibat

gangguan jaringan (pipa pecah), baik

dikarenakan pekerjaan infrastruktur

maupun bencana alam, serta kerugian

akibat pencurian air.

Sementara itu, menyikapi tingginya pa-

jak air tanah, Yosua berkomentar, “Jika

pajak air tanah naik, maka itu akan

memberikan peluang kepada Aetra un-

tuk menjual layanannya kepada indus-

tri yang menggunakan air tanah untuk

beralih ke air perpipaan.” Permasalah-

an semacam ini biasanya akan ditinjau

dan dirundingkan bersama PDAM lain

di Indonesia dengan pihak pemerintah

melalui organisasi Persatuan Perusa-

haan Air Minum Seluruh Indonesia

(Perpamsi).

Upaya-upaya yang dilakukan Aetra un-

tuk mengatasi permasalahan tersebut

diantaranya, memperbaiki sistem distri-

busi air bersih dengan membentuk dan

menerapkan teknologi District Meter Pemasangan pipa air bersih. (Foto: Dok. Aetra)

Area (pendeteksi laju air dan kebocoran

pipa-red.), melakukan investasi terha-

dap penggantian pipa-pipa keropos dan

penguatan jaringan serta menerapkan

berbagai teknologi pengolahan air baku

dan memperbaiki sistem pelayanan ke-

pelangganan, termasuk penerapan me-

tode baru dalam penagihan.

Menurut data, tingkat kebocoran pipa

milik Aetra menurun dari 58,7% (tahun

1998) menjadi 49% (tahun 2010). “Un-

tuk cakupan wilayah seluas Jakarta

dengan berbagai persoalan terkait pe-

meliharaan jaringan, penurunan tingkat

kebocoran pipa memang relatif sangat

kecil. Upaya untuk menurunkan tingkat

kebocoran sebesar 1% saja per tahunnya

sudah cukup sulit,” ujar Yosua.

Khusus untuk gangguan energi lis-

trik, Aetra memanfaatkan reservoir

dan sistem pemompaan yang optimal

sehingga dampak gangguan dapat

diminimalkan. Namun, Yosua juga me-

ngatakan bahwa upaya yang tak kalah

penting untuk dilakukan perusahaan

adalah meningkatkan kompetensi dan

keandalan karyawan serta organisasi

sebagai aset terbesar perusahaan untuk

memberikan pelayanan yang terbaik.

Dalam kerangka CSR, Aetra pernah be-

kerja sama dengan PDAM Padang dalam

bentuk MoU untuk bidang pelatihan re-

organisasi perusahaan, penyempurnaan

sistem database, perbaikan sistem ja-

ringan pipa distribusi, perbaikan mana-

jemen aset, serta penyusunan strategic plan. Bentuk kerjasama lainnya yaitu

memberikan bantuan tenaga teknis pen-

carian kebocoran pipa PDAM di bawah

tanah sekaligus pelatihan penggunaan

peralatan deteksi bagi tenaga PDAM se-

tempat saat terjadi bencana alam besar.

Aetra pun mencoba mengembangkan

investasi dengan membuat sister com-pany di Tangerang, khususnya di Wilayah

Balaraja, serta bekerja sama dengan

salah satu grup PDAM internasional,

Acuatico, untuk mengelola air bersih di

Hanoi, Vietnam.

Selanjutnya, Yosua mengungkapkan

harapannya terhadap sumber daya air

serta pengelolaan air bersih di Jakarta.

“Untuk Aetra sendiri, kami menargetkan

adanya peningkatan investasi hingga se-

nilai Rp 777,078 miliar dan jumlah pelang-

gan hingga mencapai 401.879 pelanggan

dan cakupan pelayanan hingga 69,68%.

Kemudian kepada pihak terkait, khusus-

nya pemerintah, kami mengharapkan

adanya peningkatan kuantitas dan kuali-

tas air baku serta dikelolanya sungai-

sungai untuk dijadikan sumber alternatif

air baku di area Jakarta dan sekitarnya,”

ujarnya.(Ynh)

Page 37: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 37

LAPORAN UTAMA

Sebagai negara yang kaya akan

sumber air, baik air tawar, air

payau, maupun air laut, Indone-

sia semestinya tidak perlu cemas akan

mengalami krisis air. Faktanya, bahkan

kini banyak warga kota yang belum da-

pat mengakses kebutuhan air bersih se-

cara penuh. Mereka pun mengandalkan

sumber air tanah dangkal atau air per-

mukaan. Sementara itu, PDAM sendiri

selaku institusi pengelola belum bisa

melayani secara penuh. Data BPPSPAM

tahun 2010 menyebutkan bahwa 341

Indonesia Memerlukan

PDAM yang ada baru mampu melayani

sekitar 45-65% penduduk perkotaan de-

ngan tingkat kebocoran 34-37%.

Melihat hal ini, Setyo Sarwanto Moer-

sidik, pakar ilmu lingkungan dari Univer-

sitas Indonesia mengatakan bahwa isu

air dan sanitasi tetap menjadi isu yang

krusial. Ia mengingatkan bahwa peme-

rintah hanya memiliki waktu 4 tahun lagi

agar tujuan MDGs, yakni 68% penduduk

perkotaan pada tahun 2015 harus dapat

mengakses kebutuhan air bersih, dapat

tercapai. Padahal, sumber air baku kini

semakin menurun, baik secara kuanti-

tas, kualitas, maupun kontinuitasnya.

Menurut Setyo, kerentanan terhadap

pasokan air ini juga sangat dipengaruhi

oleh faktor perubahan iklim, yang ke-

mudian berakibat pada halangan teknis

yang terjadi pada beberapa PDAM.

Setyo juga menyoroti sistem teknologi

yang dipergunakan dalam pengolah-

an air di negara kita. Dia prihatin me-

lihat bahwa hingga saat ini pemerin-

Sistem Teknologi Tinggi

Indonesia merupakan negara keempat yang memiliki ketersediaan sumber air terbesar di dunia setelah Brasil, Rusia, dan Kanada. Tentunya hal ini menjadikan Indonesia tidak memiliki potensi untuk mengalami kondisi kritis air. Ironisnya, setiap tahun ketersediaan air bersih di banyak kota di negara

kita justru semakin menurun, baik kualitas maupun kuantitasnya. Mengapa hal ini terus terjadi?

untuk Pengolahan Air

LAPORAN UTAMA

Rumah warga di bantaran sungai yang tidak layak sanitasi. (Foto: Seno.)

Page 38: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH38

LAPORAN UTAMA

tah masih menggunakan conventional treatment dengan landasan pengolah-

an pada kekeruhan, bau, warna dan

keseimbangan, kemudian langsung ke

bakteriologis (sesuai kebijakan PU). Pa-

dahal, dalam perkembangannya proses

pengolahan konvensional itu menjadi

tidak lagi sesuai karena memburuknya

kualitas air lebih banyak disebabkan

oleh faktor lain. Misalnya, kontaminasi

limbah domestik yang kemudian meng-

akibatkan tingginya kadar minyak pada

air baku dan air minum sehingga proses

treatment yang konvensional itu menja-

di tidak lagi sesuai untuk bisa memenuhi

kriteria.

Sementara itu, landasan kebijakan di

ke-PU-an sendiri yang masih konven-

sional, maka mau tidak mau itu menjadi

patokan. Inilah yang menjadi kendala.

Oleh karena itu, perlu penerapan sistem

teknologi tinggi yang berbeda dari sebe-

lumnya, tidak hanya fluktuasi, sedimen-

tasi, dan filtrasi. Meski diakuinya, harga investasinya menjadi lebih mahal.

Air Siap Minum

“Ini sudah menjadi tuntutan masyara-

kat, yaitu air yang bisa langsung di-

minum,” papar Setyo. Penerapan

teknologi tinggi ini sebetulnya sudah

banyak diperkenalkan oleh pihak

swasta, meski masih dalam skala ke-

cil, seperti di kawasan permukiman

BSD City, kawasan Pantai Indah Ka-

puk, atau Batam. “Memang, mereka

telah menggunakan teknologi Reverse

Osmosis (RO), tetapi itu ‘kan karena

mereka mampu membayar. Padahal,

jangkauan untuk pasokan (air) ini me-

nyangkut masyarakat yang berpeng-

hasilan rendah atau ekonomi mene-

ngah ke bawah,” tukasnya. “Alangkah

baiknya teknologi serupa dapat juga

diterapkan pemerintah pada daerah-

daerah kritis strategis, seperti di dae-

rah perbatasan, daerah terpencil, dae-

rah yang hanya memiliki air payau, serta

di kota-kota baru,” tambah Setyo.

Sebetulnya, dalam skala terbatas In-

donesia juga mampu dan sudah ba-

nyak diterapkan teknologi tinggi untuk

pengolahan air, seperti penggunaan

teknologi ultrafiltrasi, membran, reverse

osmosis, elektrodialisis, maupun kombi-

nasi dari berbagai teknologi tersebut

yang dijadikan satu paket. Teknologi

terapan ini sangat fleksibel yang bisa diterapkan pada daerah-daerah ter-

tentu, seperti di kawasan perbatasan,

pulau-pulau terluar, maupun kawasan-

kawasan yang airnya payau. Prioritas

penanganan ini menjadi strategis untuk

garapan di bidang PU.

“Soal pemikiran, kemampuan analisis,

ide dan gagasan, kita selalu ada, tetapi

implementasi yang susah, terutama

akibat adanya masalah dikotomi tang-

gung jawab antara pusat dan daerah,”

kritiknya. “Saat ini yang paling parah

memang tentang pengotak-ngotakan

tugas, sektoral, dan kemudian orientasi

kepemimpinan yang sesaat di daerah.

Hal tersebut yang melemahkan seluruh

jaringan sistem dan infrastruktur yang

kita bicarakan,” tambahnya.

Air Limbah

“Menurut pandangan saya, dibanding-

kan kota-kota besar di negara tetangga,

pengelolaan air perkotaan di negara kita

jauh tertinggal,” ujar Setyo. Ia mene-

gaskan bahwa ketika bicara mengenai

infrastruktur air, maka mau tidak mau

juga harus bicara tentang air limbah

atau sewerage system. Karena itulah,

sudah saatnya masalah pengolahan air

juga mencakup pengolahan air limbah.

Selain itu, Setyo melihat bahwa secara

luas masyarakat masih menganggap

bahwa air adalah rahmat Tuhan yang

pasti ada dan gratis sehingga meng-

akibatkan mereka merasa tidak perlu

menjaganya. Inilah yang kemudian

harus dibayar mahal oleh masyarakat

itu sendiri. “Untuk itu, menurut saya,

yang dibutuhkan tidak hanya sosial-

isasi atau penyuluhan sesaat. Peme-

rintah harus melakukan pendekatan

intensif terhadap masyarakat seka-

ligus mengukur bagaimana tingkat

perubahan ke arah yang lebih baik,

kemudian apakah terjadi perubahan

setelah dilakukan intervensi terse-

but,” tegas Setyo.

Menurut Setyo, Singapura masih men-

jadi negara terbaik di Asia dalam hal

penanganan air minum dan limbah ko-

munal. Akses warga Singapura terha-

dap air dan sanitasi menjadi prioritas

penanganan, melalui sistem pengolah-

an air yang terintegrasi dengan sistem

pembuangan limbah, sistem daur ulang

air, hingga ke penampungan air hujan.

Jadi, drainase, sistem pembuangan lim-

bah, dan pengolahan air bersih men-

jadi satu kesatuan. “Sangat jauh bila

dibanding dengan Jakarta kemampuan

daya tampung Instalasi Pengolahan Air

Limbah (IPAL)-nya kecil, hanya sekitar

3%. Selain itu, sistem pengumpulan dan

pengolahan air limbahnya juga sudah

kuno,” paparnya.

Namun, di balik semua keterbatasan

yang ada, Setyo merasa optimistis bah-

wa setiap zaman akan ada yang mem-

bawa pesan perubahan ke arah yang

lebih baik. “Setiap zaman pasti mela-

hirkan orang-orang muda yang berani

melakukan revolusi ataupun perubah-

an. Jadi, saya percaya bahwa hal ini

tidak selamanya statis, tetapi dinamika

itu sendiri akan menggilas cara-cara

berpikir lama.”(Joe)

Setyo Sarwanto Moersidik,pakar ilmu lingkungan UI. (Foto : Endah)

Page 39: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 39

LAPORAN UTAMA

Sadarestuwati, politikus fraksi

PDIP asal Daerah Pemilihan l

Jawa Timur VIII, berpendapat

bahwa pemerintah harus tetap menjadi

garda terdepan dalam pembangunan in-

frastruktur penyediaan dan pengelolaan

air bersih. Apalagi bila dikaitkan dengan

target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015, maka pemerintah

harus melakukan investasi langsung un-

tuk membangun infrastruktur.

Di samping pembangunan infrastruktur,

pemerintah juga harus segera mengop-

timalisasikan PDAM serta mempriori-

taskan pembangunan Sistem Penyedia-

an Air Minum (SPAM). Sebagaimana

kita ketahui, sebagian besar PDAM di

Indonesia berada dalam kondisi tidak

sehat akibat beban utang dan tingkat

pendapatan yang lebih rendah dari bia-

ya produksi yang dikeluarkan.

“Sebenarnya saya tidak ingin berburuk

sangka terkait dengan kinerja PDAM,

namun dari pengalaman berkomuni-

kasi dengan masyarakat pengguna air

PDAM, seringkali kebijakan yang dikata-

kan tidak memberatkan masyarakat jus-

tru berakhir sebaliknya,” ujar Sadarestu-

wati. “Maka dari itu saya setuju apabila

sistem manajemen PDAM yang direkon-

struksi”.

Pemerintah sebenarnya bisa melaku-

kan reformasi PDAM dengan mendo-

Sadarestuwati, Anggota Komisi V DPR-RI:

Tingkatkan Kerja Sama Antarsektor Publik

rong kerja sama antarsektor publik atau

lebih dikenal dengan public-to-public partnership. Akan tetapi, diperlukan

peningkatan kinerja sehingga perannya

dalam penyediaan akses air bersih bagi

masyarakat Indonesia dapat diperbe-

sar.

Menurut Sadarestuwati, saat ini telah

dilakukan eksploitasi besar-besaran ter-

hadap air tanah di Jakarta. Eksploitasi

tersebut lebih banyak dilakukan oleh

gedung-gedung perkantoran, rumah

sakit, pusat perbelanjaan, apartemen

dan lain sebagainya. Pembangunan

gedung-gedung yang tidak mematuhi

perbandingan lahan terpakai dan la-

han terbuka inilah yang menyebabkan

terganggunya kelestarian air tanah.

Secara teknis, pengurasan air tanah itu

akan memperlemah struktur pondasi

gedung-gedung tinggi pengguna air ta-

nah, yang pada akhirnya dapat memba-

hayakan gedung itu sendiri dan bangun-

an gedung yang ada di sekitarnya.

Sadarestuwati menyebutkan bahwa

setidaknya ada 5 hal yang telah ditetap-

kan sebagai kebijakan dan strategi

pengembangan sistem penyediaan air

minum. Pertama, DPR mendorong pe-

merintah untuk meningkatkan cakupan

kualitas pelayanan secara konsisten

dan bertahap. Kedua, DPR mendorong

agar pemerintah dapat meningkatkan

alokasi anggaran untuk pembangunan

sistem penyediaan air minum melalui al-

ternatif sumber dan pola pembiayaan-

nya. Ketiga, fungsi regulator dan opera-

tor penyelenggaraan SPAM masih perlu

diperkuat. Prinsip kepengusahaan pada

lembaga penyelenggara perlu diterap-

kan. Selain itu, perlu disusun peraturan

perundang-undangan sebagai payung

pendukung.

Keempat, DPR mendorong pemerin-

tah untuk menyediakan air baku untuk

kebutuhan air minum, meningkatkan

pengelolaan sumber daya air berba-

sis wilayah sungai, konservasi wilayah

tangkapan air, dan perlindungan air

baku dari pencemaran. Kelima, dalam

kebijakan dan strategi pengembangan

SPAM, dalam berbagai kesempatan,

DPR juga mengajak masyarakat dan

swasta untuk berperan serta dalam pe-

nyelenggaraan SPAM.

Menjawab pertanyaan tentang du-

kungan DPR dalam alokasi APBN untuk

air bersih, Sadarestuwati menyatakan

bahwa berdasarkan postur APBN saat

ini memang alokasi anggaran untuk

pembangunan penyediaan air bersih

sangat tidak signifikan. Seharusnya, untuk meningkatkan akses orang mis-

kin terhadap air bersih sepanjang ta-

hun 2009-2014 setidaknya dibutuhkan

dana sebesar Rp 47 triliun, sementara

pemerintah hanya mampu menyedia-

kan anggaran Rp 11,8 triliun.(Jons)

Air bersih merupakan kebutuhan dasar untuk kelangsungan aktivitas kehidupan umat manusia di muka bumi ini, baik yang tinggal di perkotaan maupun di perdesaan. Penanganan air perkotaan, di

Indonesia masih belum optimal. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan air baku hanya mengandalkan air sungai yang saat ini debitnya semakin kecil dan kualitasnya sangat rendah.

Page 40: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH40

LAPORAN UTAMA

Ironisnya, masyarakat yang belum me-

nikmati air melalui sistem perpipaan

harus membayar jauh lebih mahal

ketimbang masyarakat yang telah ber-

langganan air dari Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM). Anggota Komisi V DPR

RI, Riswantoni dari Fraksi Golkar menilai

bahwa upaya pemerintah dalam menge-

jar target MDGs masih sangat jauh dari

sasaran. Ia juga mengatakan bahwa pe-

nanganan masalah penyediaan air bersih

di perkotaan dan perdesaan hingga kini

terkesan lambat. Permasalahan itu tidak

lepas dari peran PDAM dan pemerintah.

Dalam kesempatan bincang-bincang di

ruang kerjanya, Riswantoni memapar-

kan bahwa pasokan air yang berkuali-

tas baru bisa dinikmati oleh 30-40%

masyarakat perkotaan. Selebihnya

warga terpaksa memanfaatkan air yang

tidak bersih. Menyikapi kondisi ini, Komi-

si V, berharap agar pemerintah melalui

Ditjen Cipta Karya memandang masalah

penyediaan air bersih sebagai suatu

kebutuhan pokok yang siap diminum.

“Bukan sekedar air bersih untuk kegiat-

an cuci mencuci. Tapi air yang langsung

dapat diminum,” tuturnya.

Ia berpendapat bahwa pemerintah terke-

san dilematis dalam menghadapi masalah

penyediaan air bersih. Di satu sisi, meng-

inginkan adanya PDAM yang mandiri.

Namun di sisi lain, tetap memerlukan

koordinasi yang lebih mengarah kepada

kepedulian kebijakan masing-masing

pemda.

“Saya berharap sektor penanganan air

bersih menjadi prioritas untuk tahun-

tahun ke depan, contohnya Semarang,

Jambi, Bandar Lampung, dan kota lain

yang masalah airnya lebih didukung oleh

pemkot,” ujarnya. Dukungan yang diberi-

kan Ditjen Cipta Karya untuk pemkot yaitu

berupa program pembiayaan. Tapi salah

satu kendala dalam pelaksanaan program

ini adalah banyaknya sumber air yang ada

di kecamatan-kecamatan tidak dikelola

secara serius, sehingga terkesan mubazir.

“Pemda tidak siap menanganinya, sehing-

ga (sumber) air (tersebut) dibiarkan saja,”

tambahnya.

Komisi V berharap pemerintah akan

menata sekaligus membantu tiap dae-

rah, kabupaten, dan kota dengan cara

menyuplai alat-alat atau perlengkapan

untuk keperluan penyediaan air bersih.

Hal tersebut bertujuan agar masalah air

lebih diprioritaskan oleh pemda atau

pemkot setempat. Ditjen Cipta Karya

juga harus mendukung penyediaan

sarana dan prasarana perkotaan yang

memang belum mampu dikelola dae-

rah, misalnya jalan, persampahan, dan

air bersih.

Sedangkan sebagai upaya meningkat-

kan kesadaran masyarakat dalam peme-

liharaan sumber daya air, pemerintah

perlu turut andil, khususnya untuk meng-

galakkan penggunaan sumur resapan.

Riswantoni bertutur, “Saya pikir tidak ada

salahnya jika mereka (pengelola gedung-

gedung tinggi) membikin sumur resapan.

Toh tidak mengurangi lahan untuk parkir.

Malah air hujan dapat meresap ke dalam

tanah sebagai pengisian air sehingga air

permukaan bertambah.”

Riswantoni menambahkan bahwa

setidaknya 50% air hujan dapat masuk ke

tanah. Namun, masalah ini masih perlu di-

koordinasikan lebih lanjut. Selain dari pihak

Kementerian PU, khususnya Ditjen Cipta

Karya, pemda setempat juga harus tegas,

memastikan tidak ada lagi genangan air

yang terbuang percuma, serta mengin-

struksikan pembuatan sumur resapan di

lingkungan masyarakat.

Terkait kebijakan restrukturisasi utang

bagi PDAM yang merugi, Riswantoni

menilai sebenarnya masalah ini sudah

ditanggung oleh pemerintah melalui

subsidi pada pemerintah orde baru. Ke

depan, ia berharap pemerintah supaya

lebih fokus pada program pengelolaan

air baku agar bisa bersih sehingga layak

untuk masak dan minum. Untuk itu, air

genangan saat musim hujan juga di-

kelola agar tidak keruh, mudah diakses,

dan murah. “Sekarang ini air minum (isi

ulang) lebih mahal daripada bensin,”

ujar Riswantoni yang sekaligus meng-

akhiri pembicaraan.(Jons)

Pelayanan Air Bersih

Pelayanan air bersih memang masih menjadi masalah yang harus dipecahkan pemerintah. Minimnya cakupan layanan air bersih, baik di perkotaan maupun di perdesaan terbukti telah menyebabkan menurunnya tingkat kesehatan masyarakat, bahkan tidak sedikit yang meninggal dunia akibat

buruknya sanitasi. Ini masih menjadi masalah masyarakat yang sebagian besar hidupnya berada di bawah garis kemiskinan.

Riswantoni, Anggota Komisi V DPR-RI:

Menjadi PR Pemerintah

Page 41: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 41

LAPORAN UTAMA

Siti Hasanah, Kepala Seksi Prasarana dan Sarana Kelurahan

Pademangan Timur, Jakarta Utara.

Banyak yang harus dibenahi untuk bisa memenuhi

kebutuhan air di masa kini dan masa depan, misalnya dengan

pendayagunaan air dan pola hidup hemat air di masyarakat.

Saat ini pelayanan air bersih di Pademangan Timur baru

mencakup 60%. Dengan cakupan sebesar itu berarti masih ada

40% masyarakat yang belum tersentuh pelayanan air bersih.

Itu pun belum sesuai standar pelayanan minimal. Airnya

keruh dan sering mati di siang hari. Sebagai salah satu bentuk

antisipasi, sejak tahun 2009 Kelurahan Pademangan Timur

Inilah Kata Mereka...melakukan program pembinaan

berjenjang, menjadikan wilayah

kumuh menjadi wilayah siaga di

setiap RW dan RT, menerapkan

pola hemat air dan membangun

infrastruktur lingkungan karena

meski wilayah ini tak kekurangan

air, tetapi air tersebut tidak dapat

dimanfaatkan karena payau. Jadi

kebutuhan untuk mandi, mencuci, dan memasak hanya

mengandalkan pasokan air PDAM.

Suroso, Ketua RT 03 RW 10 Kelurahan Pademangan Timur,

Jakarta Utara.

Air sih banyak, bahkan sering banjir karena rob akibat pasang

laut dan genangan, tapi tak dapat dimanfaatkan. Sedangkan

air tanahnya payau karena tercemar intrusi air laut. Dibor

lima meter saja sudah mendapatkan air berlimpah, tetapi

ya, itu tidak dapat dimanfaatkan untuk memasak, mandi,

maupun mencuci.

Sebagai pelanggan air minum PDAM, saya sering komplain

masalah keruhnya air dan tidak lancarnya pasokan air

terutama di siang hari. Tapi, ya itu... tetap tidak ada perbaikan

dari pihak PDAM, padahal setiap bulannya harus membayar

Rp 80.000. Sebagian warga

di sini belum berlangganan

PDAM sehingga harus membeli

air melalui jasa gerobak air

untuk keperluan sehari-hari.

Karena sangat membutuhkan,

masih banyak masyarakat yang

menggunakan air yang belum

memenuhi standar kesehatan.

Bahkan masih ada warga yang

menggunakan air kali. Karenanya, PDAM sangat diharapkan

dapat meningkatkan kapasitas pelayanannya. Sebab sulit

dibayangkan bagaimana nasib warga jika tanpa adanya

suplai air bersih, meski kondisinya kini masih terbatas.

Nurmala Siregar, Ibu rumah tangga warga Kelurahan

Depok Jaya, Depok.

Sudah 34 tahun saya menjadi pelanggan PDAM, dahulu

kualitas air yang saya dapatkan bagus, namun sejak sepuluh

tahun terakhir kuantitas dan kualitas air bersihnya menurun.

Airnya keruh, cenderung kotor, sering mati air terutama jika

habis turun hujan dan jika sudah menyala air yang keluar

sangatlah kotor, seperti air got, dan terkadang air suka

berbau kaporit.

Saya rasa biaya yang harus pelanggan keluarkan untuk jasa

PDAM belumlah sebanding dengan tingkat pelayanan dan

kualitas air yang pelanggan PDAM dapatkan. Biaya yang

dikeluarkan untuk membayar air tinggi, tak sesuai dengan

kualitas air yang saya dapatkan.

Tidak menjadi masalah jika

harus membayar sedikit mahal,

asalkan kami sebagai pelanggan

juga mendapatkan kualitas air

yang baik dan pelayanan yang

memuaskan, tetapi yang sekarang

terjadi ‘kan kita harus bayar

air mahal tapi kualitas air dan

pelayanannya yang kita dapatkan

buruk. Pelayanan PDAM saya rasa

masih sangat mengecewakan karena kualitas air yang buruk

juga seringnya mati air, padahal sebagian besar warga di

sini sangatlah mengandalkan pasokan air dari PDAM guna

mencukupi keperluan air sehari-hari.(Joe)

Page 42: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 41 • KIPRAH42

TAMU KITA

Sosok ramah namun tegas tokoh yang satu ini terlihat

saat menyambut kedatangan tim KIPRAH di kantornya

yang berada di Jalan Veteran, Jakarta. Emil Salim

adalah salah satu dari sedikit tokoh yang pernah beberapa

kali menjabat sebagai menteri, diantaranya Menteri

Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup

Kabinet Pembangunan IV dan V maupun Menteri Negara

Urusan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Kabinet

Pembangunan III. Berikut petikan wawancara tim KIPRAH

dengan tokoh nasional yang saat ini menjabat sebagai Ketua

Dewan Pertimbangan Presiden.

Sebagaimana sering kita dengar bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang diprediksi terancam mengalami krisis air pada tahun 2015. Bagaimana tanggapan Bapak tentang hal ini?

Dalam perspektif jangka panjang air ini memang akan

mengalami defisit sehingga persoalan air menjadi persoalan dunia. Indonesia juga mengalami hal serupa. Tidak secara

nasional, karena secara nasional air bersih tawar berhadapan

dengan penduduk masih cukup, tetapi secara daerah.

Misalnya saat musim kemarau di Gunung Kidul dan NTT, di

sana mereka kekurangan persediaan air bersih.

Pastinya kita tidak perlu cemas akan kekurangan air tawar

karena air alamnya cukup, serta apabila kemampuan alam

menampung air dipelihara dengan baik. Permasalahan air di

Indonesia adalah bagaimana cara mengelola air alam dengan

curah hujan yang cukup secara baik.

Pertama, air hujan ‘kan ditampung oleh hutan. Persoalannya,

apakah pengelolaan hutan kita memperhitungkan (cara)

supaya tidak membuka hutan di hulu sungai? Lihat saja,

kenyataannya terjadi penebangan-penebangan liar di hulu

sungai. Walaupun secara teori memperhatikan supaya hutan

itu tidak sampai merusak hulu sungai, tetapi yang sering

terjadi justru pengolahan hutan tidak mengindahkannya.

Jadi, kalau ada hutan konservasi inti, itu mutlak diperlukan

sehingga janganlah dibuka. Kalau kemudian terpaksa, maka

secara teknis perlu dibangun dam untuk menampung airnya,

tetapi itu pun ada batasnya.

Kedua, sungai. Prinsip utama sungai adalah mengalirnya

air di mana hulu sungai harus ada sebagai check dam atau

embung. Kemudian, arus dari hulu itu melewati hutan-

hutan di lereng-lereng gunung sehingga gunung-gunung ini

pun harus diselamatkan. Prinsipnya, bagaimana kita tidak

membuang air hujan ke laut, melainkan menyimpannya, dan

tidak menghambat alirannya. Maka, lahirlah pengelolaan

Daerah Aliran Sungai (DAS) supaya tidak ada sedimentasi,

tidak ada pelumpuran, dan pinggiran sungai tidak sampai

berguguran ke dalam sungai. Kenyataannya, sungai-sungai,

terutama di daerah Jawa Barat, menderita sedimentasi pada

PU, Benteng Terdepan

Pembangunan dan lingkungan. Dua hal vital dalam kehidupan manusia yang seyogyanya saling mendukung sehingga warga negara

menjadi makmur dan sentosa. Kenyataannya, kedua hal tersebut kini justru menjadi

permasalahan besar yang tak kunjung bisa diatasi oleh para pejabat tinggi negara ini.

Tak heran bila salah satu putra terbaik bangsa lantang menyuarakan keprihatinannya melihat

pembangunan di Indonesia yang kini amburadul dan merusak lingkungan.

Pembangunan

TAMU KITA

Emil Salim, mantan Menteri Lingkungan Hidup. (Foto: Ynh)

Negara Kita

Page 43: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 41 • KIPRAH 43

TAMU KITA

pinggirannya akibat pelumpuran di hulu sungai. Dan, badan

sungai terancam pula oleh sampah dan limbah yang dibuang

seenaknya itu.

Ketiga, pencemaran air tawar yang jernih oleh manusia. Saat

ini penyakit terbesar di hulu sungai di kota-kota besar negara

kita adalah pencemaran industri. Selain itu, kita lihat sekarang

embung-embung yang dimaksudkan untuk menampung

hujan di sepanjang jalan dari Bogor ke Jakarta banyak yang

menghilang karena diratakan tanahnya dan dibangun rumah-

rumah.

Lalu, semakin dekat kita dengan kota, semakin banyak pula

penyedotan air tanah yang tidak mengindahkan ancaman

land subsidence (amblesnya tanah) akibat rongga-rongga

kosong yang tadinya merupakan tempat penyimpanan

air di dalam tanah. Padahal, pengambilan air tanah juga

ada ambang batasnya. Apabila kemudian diperlukan lahan

untuk permukiman dan sebagainya, ilmu harus digunakan

supaya fungsi siklus alam bisa digantikan oleh siklus buatan

manusia. Alam mengenal siklus dan siklus ini telah dipatahkan

oleh manusia. Jadi, persoalan utamanya adalah bagaimana

instansi-instansi terkait ikut aktif mengelola masyarakat secara

terintegrasi supaya fungsi siklus alam tetap utuh berjalan.

Saya tidak mengerti. Masa negara kepulauan yang 2/3

wilayahnya lautan, kok bisa kekurangan air? 2/3 republik

ini adalah H2O, air laut asin. Untuk itu, otak ada, ilmu

ada, teknologi ada. Ya, dipakai dong. Berbagai teknologi

bisa diterapkan untuk mengubah air laut itu menjadi air

tawar yang bisa kita manfaatkan, misalnya lewat teknologi

osmosis, membran, desalinasi, dan lain-lain. Belum lagi

coba lihat cara kita membangun Pulau Jawa, semua

curah hujan yang turun ditampung ke laut. Apa teori

kita untuk pengendalian banjir? Pembuatan Kanal Banjir

untuk membuang air hujan, yang notabene air tawar, ke

laut. Sementara itu, air laut tidak bisa dijadikan air tawar.

Alamak.

Jadi Bapak tidak setuju dengan pembangunan Kanal Banjir Timur maupun Kanal Banjir Barat?

Menurut saya, Proyek Kanal Banjir Timur itu adalah

kelanjutan dari teori banjir zaman Belanda di tahun 1937,

teori 80 tahun yang lalu. Insinyur Belanda waktu itu

mempelajari teori mengenai pembuatan kanal pencegah

banjir pada tahun 1890, yang pada saat ia terapkan memang

sesuai dengan kondisi pada saat itu. Tetapi menurut saya

pembangunan Kanal Banjir saat ini justru keliru.

Ruas jalan yang tergenang banjir di Aceh. (Foto: Seno)

Page 44: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 41 • KIPRAH44

TAMU KITA

Kenyataannya sekarang, pertumbuhan penduduk kian pesat.

Hal ini ditambah pula dengan pertumbuhan permukiman

yang tata ruangnya juga tidak teratur. Akibatnya, master

plan jaringan waduk tersebut jadi terputus-putus, sehingga

teori yang dibuat oleh insinyur Belanda itu tidak lagi relevan.

Tetapi sekarang, Proyek Kanal Banjir di Jakarta ini masih

berjalan.

Saya memang bukan insinyur. Hanya saja, secara logika

saya mengerti kalau kanal pencegah banjir dibangun pada

zaman Belanda, karena pada saat itu penduduknya masih

sedikit dan masih banyak situ-situ. Sekarang, situ-situ itu

telah dijadikan lahan permukiman, jumlah penduduk pun

bertambah. Masa abad ke-21 masih menggunakan teori

abad ke-19? Itu ‘kan gila. Harus diubah itu.

Bagaimana dengan masyarakat yang seringkali menyerobot lahan sehingga terjadi alih fungsi lahan, misalnya saja warga ataupun pengembang yang mendirikan bangunan di area yang sebenarnya merupakan tempat penampungan air hujan ?

Ya, untuk itu ‘kan ada aparat bekerja sama dengan polisi atau

keamanan untuk menertibkannya. Jadi, jangan biarkan orang

mengambil air tanah sembarangan. Kalaupun masyarakat

melanggar, ya aparat pemerintah berkewajiban melibatkan

aparat hukum karena negara kita ‘kan negara hukum. Karena

PU adalah penasehat teknis yang memberikan studi AMDAL

dan evaluasi, sehingga bisa atau tidaknya para pengembang

itu mendirikan perumahan atau bangunan di suatu lahan,

maka PU yang bertanggung jawab dalam masalah-masalah

terkait dengan penggalian air tanah, perubahan alih fungsi

tanah, dan lain sebagainya itu.

PU adalah benteng terdepan dalam penyelamatan air negara

kita. Seluruh insinyur yang termasyhur di republik ada di

PU. Apabila fungsi PU dijalankan oleh Ditjen SDA, sungai

dijaga supaya terus mengalir dengan baik, sedimentasi tidak

berlebihan. Apabila Ditjen Penataan Ruang menjaga supaya

lokasi aktivitas sesuai aturan, mengamankan embung-

embung, mengamankan hutan hulu, dan sebagainya.

Apabila Ditjen Cipta Karya, mengatur supaya jika ada

yang membangun kompleks permukiman, bagaimana

pembuangan sampahnya, bagaimana sumber air minumnya.

Kalau benteng terdepan ini berjalan utuh, maka kita semua

selamat.

Memang betul, PU tidak bisa berjuang sendiri. Untuk itu

ada polisi, Kemendagri, Kemenhut, dan lain sebagainya

yang membantu. Akan tetapi komandan tempurnya adalah

Kementerian PU. Kalau jebol PU, jebollah seluruh republik

Kanal Banjir Timur. (Foto: Dok.)

TAMU KITA

Kanal Banjir Timur. (Foto: Seno)

Page 45: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 41 • KIPRAH 45

TAMU KITA

ini. Ini jangan dianggap sebagai kritik, melainkan review bagi

Kementerian PU untuk mencari di mana letak salahnya.

Terkadang, visi pemerintah pusat dengan pemerintah daerah berbeda dalam hal bagaimana membangun suatu wilayah. Bagaimana pandangan Bapak mengenai hal tersebut?

Apa yang kita bangun? Negara Kesatuan Republik

Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Tetapi, apakah

Indonesia Timur terbangun? Kita harus punya pikiran

imajinatif, memiliki visi dalam membangun. People follow trade (orang mengikuti pasar), trade follows transportation (pasar mengikuti angkutan), transportation follows roads (angkutan mengikuti jalan). Tak heran kalau orang pergi ke

Jawa, karena di sana ada semua, terutama ada jalan. Siapa

yang ingin ke Papua, di sana ‘kan tidak ada jalan?

Sebagai contoh, dulu ketika permulaan negara Amerika

dibangun, pertama-tama yang dilakukan adalah membangun

jalur kereta api ke Barat, meski di kawasan Barat saat itu

jauh dari maju, belum ada kota, bahkan belum ada kargo

yang mereka angkut. Jalur kereta api itulah letak strategis

infrastruktur yang pada akhirnya meratakan pembangunan

di seluruh negara bagian Amerika. Jadi, kalau kita hendak

membangun Indonesia Timur, bangunlah infrastruktur jalan

dan jembatan di sana.

Ada argumen pembangunan jalan itu harus ada cost benefit ratio, belum lagi cargo flow maupun origin destination tidak

cocok, dan sebagainya. Kalau begitu caranya berpikir,

semua jalan adanya cuma di Jawa. Sekarang, berapa

banyak pelabuhan di Papua yang tidak memiliki jalan-jalan

di belakangnya? Berapa kilometer jalan di Papua yang baru

terbangun? Inikah pembangunan negara kesatuan republik

kita?

Bagaimana dengan adanya otonomi daerah di mana pemerintah pusat tidak bisa serta-merta mengintervensi pemerintah daerah? Menurut Bapak, bagaimana solusi untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut?

Memang, ada otonomi. Tetapi saya ingin mengatakan

bahwa kita ini satu pemerintahan, harusnya satu sistem,

tidak ada pengotak-ngotakan dalam tugas. Kita ini adalah

pembantu-pembantu presiden, bukan raja. Meski demikian,

Kementerian PU adalah komandan sumber daya air,

komandan pembuatan jalan dan jembatan, komandan

sanitasi dan drainase, komandan penataan ruang. Gunakan

wewenang sebagai komandan. Harusnya PU menunjukkan,

aku ini penanggung jawabnya, jadi harus begini, harus

begitu, kamu harus menuruti aku karena aku komandan

yang membantu presiden. Begitu.

Pembangunan tidak bisa dikotak-kotakkan, di mana masing-

masing pembantu hanya mengerjakan bagiannya tanpa ada

komunikasi dan tidak terintegrasi. Pembangunan itu seperti

satu tubuh, kau cubit hidung, maka kaki pun sakit, begitu

pula sebaliknya. Satu sistem. Hal ini bisa dipecahkan, tetapi

kenapa masing-masing kita mau tidak berbuat? Get things done.

Beberapa pihak swasta telah melakukan upaya nyata dalam

penyelamatan air dengan apa yang bisa mereka lakukan. Jadi

kasih tahu mereka cara pembangunan yang kamu inginkan,

tentukan apa saja batas yang tidak boleh mereka langgar,

persyaratan yang harus mereka penuhi.

Dalam pengelolaan air, pemerintah harus memperhitungkan

kepentingan air dari segi ekonomi yang menguntungkan

bagi pengusaha, kepentingan air untuk masyarakat terutama

masyarakat menengah ke bawah, dan kepentingan air dari

aspek lingkungan. Ketiga kepentingan ini haruslah secara

simultan diperhitungkan dengan seksama oleh pemerintah

agar keberlanjutan pembangunan dan pengelolaan air

dapat terwujud. Kementerian PU harus proaktif dan berani

bertindak tegas.

Saya juga ingin para teknisi dan ilmuwan yang mengerti

untuk speak up, berani mengungkapkan apa yang salah.

Jangan lupa, sekarang sudah 2011, lalu seperti apakah konsep

perencanaan dari Kementerian PU untuk menanggapi

berbagai tantangan di tahun 2030? Karena perencanaannya

‘kan harus dari sekarang dibuatnya. Untuk itu, harus

sudah ada konsep dan visi dari Kementerian PU yang akan

menentukan strategi pengembangan infrastruktur sekarang

demi keberlangsungan negara kita di masa depan.(Endah)Jalan di daerah Sulawesi Utara. (Foto: Seno)

Page 46: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH46

GALERIGALERI

Volume 43 • KIPRAH46

Air.

Aku bisa menjadi kawan.

Bisa juga menjadi lawan.

Jika kau berlaku semena-mena (gambar 1), Aku akan datang berbondong-bondong hingga Kau kewalahan (gambar 2) atau justru Aku akan menghilang hingga Kau kesusahan (gambar 3).

Tapi jika Aku, Kau tunjukkan arah ke tempat pengolahan yang baik (gambar 4), maka Aku akan menjadi jernih, tidak hanya segar dipandang, namun juga bersih menyehatkan (gambar 5).

Selanjutnya tinggal bagaimana Kau membawaku (gambar 6) hingga Kau bisa memanfaatkan Diriku di setiap tempat dan waktu (gambar 7).

Sekarang semua kembali padamu.

Mau dibawa ke manakah Aku?(Wy)

Gambar 1

Gambar 2

Page 47: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 47

GALERIGALERI

Volume 43 • KIPRAH 47

Gambar 3

Gambar 7

Gambar 6

Gambar 5

Gambar 4

Foto

: Do

k.

Page 48: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH48

INFOTEKNOLOGI

Fungsi litbang air jelas vital dalam mendukung pelaksanaan proyek. Sejauhmana Puslitbang SDA men-

jalani peran yang sedemikian vital terse-but?

Puslitbang SDA, dengan dukungan 8

balai mempunyai tugas utama mendu-

kung Ditjen SDA dan lembaga lain da-

lam merumuskan kebijakan teknis dan

ilmiah untuk hal-hal besar, sejak peren-

canaan, pelaksanaan, hingga operasi

dan pemeliharaan. Dukungan itu beru-

pa pengembangan desain, teknologi

terapan hingga pengujian, lewat berba-

gai model dan stimulasi.

Puslitbang SDA juga mengembangkan

produk-produk yang kemudian bisa di-

aplikasikan langsung oleh masyarakat,

seperti akuifer buatan, kincir air, boks

tersier, dan optimalisasi potensi-potensi

teknologi terapan lainnya. Tugas pen-

ting lainnya adalah mengevaluasi dan

menyusun petunjuk teknis bagi kegiat-

an konservasi pada bangunan utama,

seperti bendung dan waduk, yang

hingga kini baru mencapai 75 bendung-

an besar.

Berkaitan dengan pengelolaan hidrologi sebagai dasar pengeloaan SDA, produk teknologi apa saja yang telah berhasil dikembangkan?

Untuk mendukung manajemen data

Riset :

Puslitbang SDA Menjawab Peluang dan Tantangan

Sebagai unit penunjang perumusan kebijakan pembangunan infrastruktur PU, Puslitbang Sumber Daya Air (SDA) memegang peran penting dalam mendukung penyediaan teknologi yang andal,

inovatif, aplikatif, kompetitif, dan berkelanjutan. Sejauhmana lembaga ini mengawal pembangunan infrastruktur? Berikut wawancara KIPRAH dengan Arie Setiadi Moerwanto, Kepala Pusat Penelitian

dan Pengembangan SDA.

hidrologi dan peringatan dini telah

dilakukan pengembangan Real Time Telemetering System. Produk ini sudah

memiliki sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) 61,33% dengan

nama produk “Tech 4 Water”. Sistem

Real Time Telemetering ini sudah mu-

lai diterapkan di DAS Bengawan Solo,

Brantas, Cimanuk, Citarum, Ciliwung,

Ciujung-Cidurian, Bekasi, Siak, Sungai

Jeneberang, dan Gorontalo.

Kami telah melakukan pengembangan

perangkat lunak Neoperdas untuk

mengolah data mentah menjadi data

debit hingga siap untuk dipublikasikan.

Bagi yang membutuhkan, perangkat

lunak ini bisa didapatkan secara gratis.

Bahkan, tersedia piranti lunak River

Basin Simulation Model (RIBASIM)

dengan sistem operasi berbahasa

Indonesia. Piranti lunak ini sangat

dibutuhkan oleh pelaku proyek saat

kegiatan perencanaan pengelolaan

SDA, termasuk perencanaan alokasi air

pada suatu DAS.

Tidak hanya itu, Puslitbang SDA be-

kerja sama dengan ICHARM-Jepang,

juga mengembangkan Integrated Flood Analysis System (IFAS) untuk mempra-

kirakan banjir berbasis data satelit, yang

selanjutnya diverifikasi dengan pos-pos pengukur curah hujan. Dengan cara ini,

prediksi kejadian banjir pada suatu DAS

dapat dilakukan dengan lebih dini. Se-

lain itu, Puslitbang SDA juga melakukan

kerja sama dengan BMKG, Deltares-Be-

landa dan KNMI-Belanda, yaitu dengan

mengembangkan Drought Early Warn-ing System (DEWS), serta Low-land De-velopment. Detail kegiatan ini akan se-

lalu dievaluasi setiap tahun.

Sebagian masyarakat belum paham tentang peta informasi kerentanan ter-hadap kekeringan dan kecenderungan perubahan intensitas curah hujan. Se-jauhmana Puslitbang Air menyikapi hal ini?

Kami tengah mengembangkan pem-

buatan peta-peta, dimulai dari wilayah

Pulau Jawa. Peta tersebut dapat digu-

nakan oleh para stakeholders dalam

menyusun kegiatan adaptasi terhadap

Global Climate Change. Sebagai contoh,

pada DAS warna biru kita perlu was-

pada dalam pengelolaan banjir, karena

intensitas hujannya cenderung mening-

kat. Sebaliknya, perlu hati-hati jika ter-

jadi banjir di luar daerah berwarna biru,

maka kita tidak bisa begitu saja menya-

takan bahwa banjir tersebut diakibat-

kan oleh perubahan iklim.

Bagaimana pula dengan pemanfaatan SDA untuk energi terbarukan, misalnya tenaga listrik mikrohidro?

Hal tersebut tentu akan terus kita do-

rong guna menunjang upaya ketahanan

Page 49: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 49

INFOTEKNOLOGI

energi yang terintegrasi dengan pene-

rapan teknologi ramah lingkungan dan

pemanfaatan energi terbarukan, seperti

pengembangan turbin modular standar

untuk PLT Mikrohidro. Pengembangan

potensi energi ini akan berjalan dengan

baik karena tidak ada dampak negatif

terhadap lingkungan. Tahun ini ditar-

getkan ada 2 Purchase Agreement yang

akan diajukan ke PT PLN.

Puslitbang SDA juga mengindentifikasi perubahan pola arus laut di lokasi-lokasi

yang berpotensi untuk pembangkit e-

nergi listrik. Namun, potensi ini belum

dapat direalisasikan karena teknologi

yang ada di pasaran menuntut kece-

patan arus laut lebih besar 2,5 m/s dan

kedalaman dasar laut 50-100 meter.

Tuntutan ini tidak sesuai dengan kondisi

laut di Indonesia.

Saat ini alih fungsi lahan pertanian se-makin tak terkendali, sehingga meng-ganggu program ketahanan pangan. Bagaimana Puslitbang SDA menyikapi hal ini?

Hal ini perlu direspons dengan bijak

dengan menegakkan peraturan perun-

dang-undangan secara ketat. Komit-

men semua pihak yang berkepentingan

harus tetap terjaga. Demikian pula de-

ngan pengembangan daerah rawa per-

lu dilakukan dengan cermat.

Penelitiannya diarahkan untuk meng-

identifikasi daerah-daerah yang cocok untuk menunjang produksi padi dan

sagu, termasuk upaya pencegahan

degradasi kualitas lingkungan agar tidak

terjadi bencana, seperti banjir dan ru-

saknya ekosistem, seperti kegagalan PLG

satu juta hektar di Kalteng. Sampai saat

ini baru sekitar 1,8 juta dari potensi 33,4

juta hektar (rawa pasang surut, lebak

dan gambut) yang dikembangkan.

Kami juga mencoba berpartisipasi de-

ngan mengembangkan irigasi mikro,

yaitu modernisasi irigasi dalam arti me-

ningkatkan pelayanan dan jaringan iriga-

si menggunakan pipa bertekanan yang

responsif dengan sistem kendali penuh.

Keunggulan model ini ialah dapat mem-

beri air secara tepat waktu, tepat mutu,

dan tepat jumlah secara langsung ke

akar tanaman. Untuk menunjang ke-

giatan itu, sekarang sedang disiapkan

Laboratorium Sistem Irigasi Mikro oleh

Balai Irigasi.

Tantangan utamanya adalah kecepat-

an dan kecermatan respons sistem

irigasi terhadap perubahan parameter-

parameter luar, misalnya hujan, suhu,

dan kelembapan. Untuk itu, Balai Irigasi

telah melakukan penelitian otomatisasi

sistem irigasi. Pada sistem ini pengatur-

an air dilakukan secara otomatis dengan

memperhatikan kondisi air di lahan,

pertumbuhan tanaman, hingga penggu-

naan airnya lebih efisien dan terkendali.

Bagaimana dengan pengelolaan SDM, alih pengetahuan, dan regenerasi serta kerja sama dengan lembaga lain, baik di dalam maupun luar negeri?

Puslitbang SDA menerapkan manaje-

men mutu dan terlibat aktif dalam ke-

giatan lingkup nasional, regional, dan

internasional. Untuk lingkup nasional

misalnya, bekerja sama dengan Ditjen

SDA didukung oleh JICA dan Network Of Asian River Basin Organization (NAR-

BO), membentuk Dissemination Unit for Water Resources Management and Tech-nology (DUWRMT).

Tujuan DUWRMT adalah untuk me-

ngembangkan kapasitas River Basin Organization (RBOs) di bidang teknolo-

gi dan manajemen SDA dengan cara

mempersiapkan, mengembangkan

dan menyebarkan berbagai standar,

pedoman, manual (SPM). Hingga saat

ini telah disiapkan 90 Modul Pelati-

han, serta 5 Pilot Project untuk ajang

pelatihan, salah satunya pengembang-

an sistem peringatan dini dan pe-

ngendalian banjir berbasis partisipasi

masyarakat di Sungai Brangkal, Desa

Sooko, Kabupaten Mojokerto, Provinsi

Jawa Timur.

Di lingkup regional, Puslitbang SDA juga

penggiat Center for River Basin Organi-zations and Management (CRBOM) se-

bagai salah satu Knowledge Hub dalam

skema Asia Pasific Water Forum. Se-

dangkan dalam lingkup internasional,

lembaga ini telah ditunjuk sebagai Re-gional Training Centre for Hydrology un-

tuk wilayah South West Pacific di bawah

naungan World Meteofogical Organiza-tion yang bertugas memberi pelatihan

di bidang hidrologi bagi negara-negara

di wilayah South West Pacific.

Kerja sama dengan lembaga lain di-

wujudkan dalam bentuk MoU antara

Puslitbang SDA dengan Universitas

Lambung Mangkurat dan Universitas

Palangka Raya terkait dengan konser-

vasi, dengan PT Brantas Abipraya dan

Perum Jasa Tirta I terkait dengan pe-

manfaatan teknologi energi terbarukan,

pembangunan jejaring kerja penelitian

dan pengembangan SDA, serta Official Launching of Joint Cooperation Program

dengan BMKG, KNMI, dan Deltares.

Ke depan, diharapkan Puslitbang SDA

dapat memberikan layanan terbaik

bagi seluruh stakeholders demi terwu-

judnya penyelenggaran pembangunan

infrastruktur yang andal dan berkelan-

jutan.(Joe)

Arie Setiadi Moerwanto, Kepala Puslitbang SDA. (Foto : Ais)

Page 50: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH50

JELAJAH

Berdasarkan pantauan tim

KIPRAH sewaktu berkunjung

ke Yogyakarta pada bulan

Maret 2011, banyak infrastruktur air,

seperti irigasi, waduk, dan sabo dam

yang mengalami kerusakan. Ketika

dikonfirmasi, Erwin Trinugroho Sigit, Kabid Pelaksanaan dan Kepala Satker

Pelaksana Jaringan Sumber Daya Air,

BBWS Serayu Opak, Daerah Istimewa

Yogyakarta (DIY), menuturkan bahwa

terdapat sekitar 15 sabo dam yang

rusak berat akibat letusan Gunung

Merapi dari total 224 sabo dam yang

ada di DIY, sementara yang lainnya

mengalami kerusakan ringan.

Untuk perbaikan sistem sabo yang

rusak, pihak BBWS sudah mengajukan

kepada Kementerian PU untuk per-

baikan sistem sabo. Adapun untuk

rencana pembangunan kembali,

sedang dikaji kembali, dari 140 juta

m3 material erupsi Merapi yang sudah

turun berapa, yang akan mengendap

Infrastruktur Air Yogyakarta

Letusan Gunung Merapi yang terjadi pada akhir tahun 2010 yang lalu tidak saja

menimbulkan korban jiwa dan hilangnya harta benda

para penduduk yang tinggal di sekitarnya. Hingga kini, aktivitas

salah satu gunung teraktif di Pulau Jawa itu masih dirasakan

dampaknya sebab Gunung Merapi masih memuntahkan material vulkanik dari dalam

perut bumi. Salah satu dampak paling besar adalah rusaknya

infrastruktur air.

Pascaletusan Merapi

di lereng-lereng Merapi berapa, dan

yang diperkirakan akan turun berapa.

Berdasarkan itu, pihak BBWS akan

merencanakan kembali sistem sabo

yang ada sehingga bisa mengendalikan

sedimen yang akan turun akibat dari

erupsi Gunung Merapi yang secara

periodik akan berlangsung terus-

menerus antara 3-5 tahun.

Erwin mengungkapkan bahwa pada

waktu pembuatan master plan di tahun

2000, muntahan material Gunung

Merapi diperkirakan ada 20 juta m3

lebih sehingga sistem sabo dam yang

dibuat memiliki kemampuan untuk

menampung 20 juta m3 sedimen.

Tetapi ternyata material dari Merapi

yang turun sekarang sebanyak 140 juta

DAS yang rusak akibat terjangan banjir lahan dingin di sepanjang bantaran Kali Code, Jogja. (Foto: Endah)

Page 51: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 51

JELAJAH

m3. Oleh karena itu, sistem sabo yang

akan dibangun nantinya harus bisa

melindungi ini semua. “Katakanlah

dari 140 juta m3 itu yang sudah turun

40 juta m3, maka masih ada 100 juta m3

material yang tidak seluruhnya turun,

melainkan sebagian mengendap, yang

kemudian menambah permukaan

gunung baru,” papar Erwin.

Erupsi Merapi kemarin juga sangat

berdampak pada jaringan sanitasi.

Karena dasar sungainya naik, maka

drainasenya tidak bisa masuk ke

sungai akibat air dari drainase ter-

sebut tersumbat. Dengan kondisi ini,

masyarakat yang tinggal di lereng

Gunung Merapi agak kesulitan dalam

mengakses sumber-sumber air bersih,

terutama sumber air Umbul Wadon

dan Umbul Lanang serta sumber air

Mbebeng sudah tidak bisa digunakan

dan membutuhkan perbaikan.

Dulu, sumber air Umbul Lanang

dan Umbul Wadon letaknya tinggi,

sehingga dibantu dengan gaya gravitasi

maka airnya bisa langsung mengucur

tanpa perlu dipompa terlebih dahulu.

Tetapi, karena tidak ada sumber air

lagi, maka sekarang PDAM mulai me-

manfaatkan kembali sumber-sumber

air yang tadinya sudah tidak dipakai,

yakni sumber-sumber air yang dulunya

harus dipompa.

Erwin menyebutkan bahwa terdapat

15 sungai di sepanjang lereng Gunung

Merapi, misalnya Sungai Opak, Kali

Gendol, Sungai Pabelan, Sungai

Putih, Sungai Krasak, Kali Kuning, Kali

Code, dan sebagainya. Semua perlu

perhatian khusus yang disesuaikan

dengan material yang ada dan

morfologis sungainya. Contohnya,

sumber sedimen terbesar ada di Kali

Gendol, kalau turun akan bertemu de-

ngan Sungai Opak. Meskipun endapan

sedimen di Kali Gendol merupakan

yang terbesar di antara 15 sungai

lainnya, sekitar 14 m, tetapi material

yang turun paling sedikit atau bisa

dikatakan bahwa lahar dinginnya tidak

begitu banyak. Sementara itu, sedimen

akibat turunnya lahar dingin di Sungai

Pabelan, Sungai Putih, dan Kali Code

merupakan yang paling banyak. Pem-

beritaan banyak mengenai kondisi

di Sungai Code karena letaknya di

permukiman padat di dalam kota.

“Sebetulnya Sungai Code tidak meluap,

tetapi masyarakat (yang banyak tinggal

di sepanjang bantaran sungai) merasa

khawatir,” ujar Erwin.

Ketika ditanya mengenai kondisi

sumber air di DI Yogyakarta secara

keseluruhan, Erwin menjelaskan bahwa

di DIY terdapat 3 wilayah Sungai, yaitu

Progo, Opak, dan Serang. Dari segi

potensinya, sumber air dari Sungai

Serang cukup, sedangkan Sungai Opak

pemanfaatan sumber airnya banyak

tetapi potensinya tidak mencukupi

kebutuhan penduduk. Adapun potensi

sumber air Progo sangatlah besar.

Dalam pengelolaan sumber daya

air, DIY memiliki satu sistem yang

disebut Interbasin Water Resources Management, yaitu sistem pengolahan

air yang membawa air dari daerah yang

surplus ke daerah yang minus. Jadi,

biarpun secara keseluruhan ada daerah

yang kurang/minus, yakni di wilayah

Sungai Opak, tetapi DIY memiliki daerah

yang surplus, yaitu Progo. “Jadi, air

dibawa dari Sungai Progo ke Opak dan

juga disuplai ke Sungai Serang. Jadi

secara keseluruhan itu kebutuhannya

cukup, dengan adanya sistem tersebut

karena saling menyuplai,” tegas Erwin.

Sebagai Kepala BBWS, Erwin berharap

bahwa dalam peringatan Hari Air Dunia

(HAD) ini pemahaman dan partisipasi

masyarakat sangatlah penting karena

segala upaya yang kita lakukan tidak

akan berhasil tanpa adanya partisipasi

aktif masyarakat. Selain itu, unsur-unsur

pemerintahan juga harus punya visi

yang lain dalam pengelolaan sumber

daya air, di mana dalam hal ini kita juga

harus menggunakan pendekatan yang

berbeda, yang melihat kepentingan

masyarakat.(Endah)

Erwin Trinugroho Sigit, Kabid Pelaksanaan dan

Kepala Satker Pelaksana Jaringan Sumber Daya Air,

BBWS Serayu Opak. (Foto: Maulana)

Page 52: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH52

JELAJAH

Indonesia terkenal dengan beribu-ri-

bu pulau cantik nan elok yang dimi-

likinya. Sebagai negara kepulauan

terbesar di dunia, tidak heran bila kein-

dahan pantainya menjadi salah satu

andalan utama pariwisata Indonesia.

Selain di Bali, pantai-pantai di Provinsi

“sebelah” Bali, yaitu di Nusa Tenggara

Barat (NTB) juga tak kalah indahnya,

diantaranya Pantai Senggigi, Pantai

Gili Trawangan, dan Pantai Gili Air.

Meski demikian, ternyata adat istiadat

yang dilestarikan oleh masyarakat se-

tempat justru menjadi daya tarik bagi

wisawatan untuk berkunjung ke NTB,

sebagaimana budaya Tana Toraja di Su-

lawesi Selatan.

Selain terkenal karena pacuan kudanya,

daya tarik wisata di NTB lainnya adalah

rumah tradisionalnya yang disebut

Uma Lengge dan Uma Jompa, salah

satu rumah adat tradisional peninggal-

an asli nenek moyang suku Bima yang

dulunya berfungsi sebagai tempat pe-

nyimpanan padi. Lokasi kedua pening-

galan adat tersebut terletak di Desa

Maria, Kecamatan Maria, Kabupaten

Bima, Pulau Sumbawa. Perjalanan

menuju ke sana dapat ditempuh dari

Mataram selama kurang lebih 45 menit

perjalanan udara menuju Bandara Mu-

hammad Salahuddin dengan pesawat

kecil berpenumpang ± 20 orang.

Pada masa lalu, padi disimpan di Uma

Lengge atau Uma Jompa untuk ke-

butuhan satu tahun. Penempatannya

yang terpisah dengan rumah tinggal

penduduk konon dimaksudkan untuk

mencegah efek domino yang merugi-

Uma Lengge dan Uma Jompa:

Oleh: **Ibrahim Hasan

Budaya Desa Maria, Mutiara Sejarah Budaya Bima

kan apabila terjadi bencana kebakaran.

Dengan demikian, apabila rumah tem-

pat tinggal penduduk terbakar, maka

padi yang disimpan di dalam Uma

Lengge atau Uma Jompa tidak akan

ikut terbakar, begitu pula sebaliknya.

Oleh karena itulah, kompleks Uma

Lengge di Desa Maria dibangun agak

jauh dari pemukiman penduduk.

Secara umum, struktur Uma Lengge

berbentuk kerucut setinggi 5-7 m, ber-

tiang empat dari bahan kayu, beratap

alang-alang yang sekaligus menutupi

tiga perempat bagian rumah sebagai

dinding dan memiliki pintu masuk di

bagian bawah. Untuk bagian atap, ter-

diri atas atap uma atau butu uma yang

terbuat dari daun alang alang, langit-

Uma Lengge, bangunan tradisional Suku Bima. (Foto: Ih)

Page 53: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 53

JELAJAH

langit atau taja uma yang terbuat dari

kayu lontar, serta lantai tempat tinggal

terbuat dari kayu pohon pinang atau

kelapa. Pada bagian tiang uma juga

digunakan kayu sebagai penyangga,

yang fungsinya sebagai penguat setiap

tiang-tiang Uma Lengge. Uma Lengge

terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama

digunakan untuk menerima tamu dan

kegiatan upacara adat. Lantai kedua

berfungsi sebagai tempat tidur sekali-

gus dapur. Sementara itu, lantai ketiga

digunakan untuk menyimpan bahan

makanan, seperti padi.

Di desa Maria, terdapat satu kompleks

Uma Lengge atau Uma Jompa yang

masing-masing dimiliki oleh warga

sekitar. Meskipun rumah-rumah terse-

but kebanyakan tidak lagi digunakan

sebagai tempat penyimpanan padi,

namun karena banyaknya Uma Lengge

atau Uma Jompa yang ada di satu loka-

si komplek tersebut, kesan yang dida-

pat sungguh unik dan berbeda. Tak

pelak, kompleks ini layak untuk dijadi-

kan salah satu tujuan tempat wisata di

Provinsi NTB.

Seiring perubahan zaman, Uma Leng-

ge maupun Uma Jompa banyak yang

mengalami degenerasi kualitas. Banyak

tiang kayu dan atapnya sudah rusak.

Di sinilah peran pemerintah pusat dan

daerah dibutuhkan guna melestarikan

bangunan adat yang telah termakan

usia. Pemerintah pusat perlu turun

tangan karena Uma Lengge dan Uma

Jompa adalah bagian dari kebudayaan

nasional. Sementara itu, peran peme-

rintah daerah Kabupaten Bima Provinsi

Nusa Tenggara Barat juga harus ada

karena kedua rumah tradisional terse-

but ada dan terletak di daerah tersebut.

Pemerintah melalui dana APBN dapat

membantu merehabilitasi

dan mengembangkan daerah

tersebut sehingga dapat di-

jadikan daerah wisata yang

lebih terkenal lagi.

Di samping itu, sinergi

antarkementerian jelas diper-

lukan dalam mengembang-

kan Uma Lengge dan Uma

Jompa. Misalnya, Kementeri-

an Kebudayaan dan Pariwisa-

ta dapat gencar mempromo-

sikan Uma Lengge dan Uma

Jompa di Desa Maria sebagai

salah satu objek wisata di

NTB. Kemudian, Kementerian

Pekerjaan Umum (PU) da-

pat membantu merevitalisasi

Uma Lengge dan Uma Jompa

yang mengalami kerusak-

an, seperti mengganti atap

yang rusak dengan seng atau

mengganti kayu yang sudah

lapuk, sehingga Uma Lengge

dan Uma Jompa tetap berdiri

dan dapat dinikmati keindah-

annya.

Sudah seharusnya promosi dan pena-

taan dilakukan sehingga akan menarik

minat wisatawan untuk berkunjung,

baik dalam rangka berwisata budaya

maupun penelitian-penelitian ilmiah.

Pelestarian Uma Lengge dan Uma Jom-

pa juga berguna untuk kepentingan

pariwisata dan peningkatan Pendapat-

an Asli Daerah (PAD) NTB. Oleh karena

itu, selain campur tangan pemerintah

pusat, peran dari Dinas Pariwisata di

daerah juga diperlukan untuk mem-

bantu mengembangkan lokasi ini. Uma

Lengge dan Uma Jompa dapat menjadi

kebanggaan Nusa Tenggara Barat kare-

na keunikan dan nilai sejarah lokal yang

dimilikinya. Keduanya merupakan wa-

risan leluhur yang sangat berarti bagi

generasi selanjutnya karena menjadi

bukti sejarah dan sumber cerita masa

lalu bagi generasi yang akan datang.

**Penulis adalah Auditor Ahli Pertama di Inspektorat Jenderal Kementerian Peker-jaan Umum.

Modifikasi Uma Lengge dengan atap seng. (Foto: Ih)

Page 54: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH54

JELAJAH

Menapaki usianya yang ke-21, Perum Jasa Tirta

(PJT) I terus menggali potensi asetnya dengan

menambah layanan bidang penyediaan air

bersih dan tenaga listrik mikrohidro. Pengembangan

usaha ini diyakini dapat menambah pundi-pundi PJT I guna

mengembalikan modal usaha dan menambah dana operasi

pemeliharaan. Tekad itu diwujudkan dengan membangun

sistem penyediaan air minum (SPAM) di Bendung Gerak

Babat, Lamongan, Jawa Timur, untuk melayani 500 kepala

keluarga.

PJT I Melayani Air Bersih Masyarakat Lamongan

Proyek kerja sama dengan Ditjen Cipta Karya dan PDAM

Lamongan ini melayani kebutuhan air bersih penduduk

di tiga daerah Kecamatan Babat dengan kapasitas 30 liter

per detik. PJT I membangun konstruksi bangunan dan

jaringan pipa sepanjang empat kilometer, Ditjen Cipta Karya

membangun sistem pengolahannya, dan PDAM Lamongan

menjalankan pengoperasian dan pendistribusiannya.

Raymond Valiant Ruritan, Kepala Divisi ASA V, PJT I

mengatakan bahwa meski kemampuannya masih terbatas,

tetapi sistem ini mampu memenuhi kebutuhan masyarakat

akan air bersih. Dalam waktu dekat proyek serupa akan

dibangun di Bendung Gerak Sembayat sebagai layanan

air bersih tambahan di Gresik dan Surakarta, sedangkan

rencana pengembangan PLTM di saluran induk Lodagung,

Tulungagung Selatan dan Wlingi, Blitar, sedang dikaji.

Sementara itu, Alfan Rianto, Kepala Biro Pengembangan

Usaha Manajemen dan Teknologi mengatakan bahwa

pengembangan usaha PJT I dilakukan melalui kerja sama

“business to business” bersama institusi lain dengan

memaksimalkan potensi bidang jasa air dan nonair.

Pemanfaatan modal tersebut selanjutnya akan digunakan

sebagai tambahan O&P dan investasi pengembangan

berikutnya berdasarkan kajian hukum, finansial, dan teknik. Sinergi bisnis ini akan terus dikembangkan, baik di wilayah

kerja PJT I maupun wilayah sungai lainnya, seperti wilayah

Sungai Serayu-Bogowonto dan Jratunseluna di Jawa Tengah,

Jeneberang di Sulawesi Selatan dan Asahan di Sumatera

Utara. (Joe)

Setelah 21 tahun melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya, PJT I telah mengelola air sungai Kali

Brantas dan Bengawan Solo dengan cukup baik dan

manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat, antara lain

meningkatkan produk layanan irigasi, air baku, industri dan

pembangkit tenaga listrik. Selain itu, banjir 50 tahunan di

sungai utama telah terkendali dan sektor pariwisata juga

berkembang. Hal itu ditegaskan oleh Direktur Utama PJT

I, Tjoek Walujo Subijanto, saat memperingati hari jadi PJT

I yang ke-21, tanggal 12 Februari 2011 di Gedung Serbaguna

Pencapaian dan Prospek PJT IJasa Air di Malang, Jawa Timur.

Keberhasilan itu membuat perusahaan dipercaya untuk

mengembangkan usaha di bidang pembangunan penyaluran

listrik tenaga air dan sistem penyediaan air minum serta

mengelola SDA di luar wilayah kerja PJT I. Peluang PJT I

semakin terbuka lebar setelah terbit SK Menteri BUMN

No. S-567/MBU/2010 tanggal 14 September 2010, yang

mendorong PJT I melakukan kajian hukum, finansial, dan teknik, terkait pengelolaan SDA di luar wilayah kerjanya.

PLTA yang dikelola PJT I. (Foto: Dok.)

Page 55: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 55

JELAJAH

Dukungan lain datang dari Kementerian Pekerjaan Umum

berupa penugasan PJT I untuk melaksanakan kajian

optimalisasi pengelolaan infrastruktur guna mendukung

pengelolaan di Wilayah Sungai Jratunseluna, Serayu

Bogowonto, keduanya di Jawa Tengah, dan Jeneberang

di Sulawesi Selatan. Selain dipercaya untuk menangani

sebagian pengelolaan di Wilayah Sungai Toba Asahan (SK

Dirjen SDA No. KP.01.08DA/46 tanggal 28 Januari 2011).

Kemajuan perusahaan ini juga tak lepas dari dukungan

masyarakat dan para tenaga kerja profesional yang memiliki

dedikasi serta etos kerja kuat. Agar menjadi institusi yang

andal, lanjut Tjoek, PJT I perlu memiliki jiwa inovatif dan

entrepreneurship dalam setiap mekanisme usahanya secara

berkelanjutan. Oleh karena itu, perusahaan terus bertekad

untuk memaksimalkan potensi yang dimilikinya guna

mendapatkan desain operasi pemeliharaan yang seimbang

antara manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan.

PJT I memperoleh peningkatan laba yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Meskipun labanya belum besar, namun

kondisi baik ini telah membuka peluang investasi. Salah satu

bentuk investasi PJT I adalah membangun instalasi sistem

penyediaan air minum (SPAM) di Bendung Gerak Babat,

korporasi pengeloaan. “Ini merupakan peluang sekaligus

tantangan yang harus direbut demi kemajuan PJT,” ujar

Tjoek. Ia mencontohkan usaha di bidang kelistrikan.

Iklimnya cukup kondusif karena PJT I memiliki potensi SDA

terbarukan sebanyak 96 juta Kwh. Keuntungan usaha ini

cukup menjanjikan karena PLTM itu padat investasi. Namun,

biaya operasi dan pemeliharaan (O&P)-nya rendah, hingga

perlu sharing fasilitas modal. Untuk membangun satu unit

PLTM misalnya, dengan kemampuan daya pasang 6-7 juta

Kwh/tahun, dibutuhkan dana investasi sekitar Rp 20-30

miliar. Namun, Tjoek optimistis, bila ini dapat diwujudkan,

PJT I akan menikmati manfaat ganda dan menambah dana

O&P. Pembinaan terhadap pengusaha kecil dan koperasi

pun terus ditingkatkan dengan pemberian bantuan modal

usaha bergulir dan bantuan hibah alat produksi pertanian

kepada kelompok-kelompok tani binaan. Hingga kini,

jumlah mitra binaan tercatat sebanyak 1.321 mitra, dengan

kumulatif modal sebesar Rp 5,03 miliar.

Seperti halnya pelayanan jasa air lain, tantangan ke depan

PJT diantaranya, perubahan iklim global yang berdampak

pada ketersediaan air, belum tercukupinya dana normal

O&P di wilayah sungai secara nasional, serta kerusakan DAS

dan tingkat sedimentasi waduk dan kompetitor jasa non air.

Lamongan dan Surakarta bekerja sama dengan PDAM. PJT I

juga merintis pembangunan Pusat Listrik Tenaga Mikrohidro

(PLTM) di sejumlah DAS bekerja sama dengan institusi lain.

Selain itu, perusahaan ini tetap mengembangkan pariwisata,

training ground (jasa pusat latihan) keahlian teknik keairan,

jasa konstruksi pengerukan dan pancang cabut SSP serta

Menapaki usianya yang ke-21, dengan budaya perusahaan

“Pintu Air”, PJT I terus bertekad memaksimalkan

segala potensi sumber daya air yang dimiliki untuk

mempersembahkan kinerja terbaik bagi pemanfaat dan

masyarakat luas serta pemilik dan pembina perusahaan.

(Joe)

Bendung Purwerejo yang dikelola PJT I. (Foto: Dok.)

Page 56: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH56

JELAJAH

Tak gampang untuk membuka

jaringan jalan di Papua. Selain

menghadapi tantangan alam

yang sulit, medan di sana pun terjal,

terdapat gunung dan tebing tinggi,

serta hutan belantara yang lebat. Yang

pasti, membangun jaringan jalan di

Papua tidaklah murah. Chaerul Taher,

Sesditjen Direktorat Jenderal Bina

Marga, Kementerian Pekerjaan Umum,

mengatakan bahwa diperlukan dana

sebesar Rp 9,78 triliun atau rata-rata

Rp 2 triliun setahun untuk pengerjaan

11 ruas jalan strategis dan prioritas di

Papua, khususnya untuk Trans Papua,

dari tahun 2010 sampai tahun 2014.

Chaerul mengatakan bahwa karena

daerahnya masih tertinggal dan sa-

rana perhubungan antarwilayah ter-

batas, sehingga pengadaan material

bangunan, seperti semen, besi, batu

dan pasir menjadi sangat mahal.

Apalagi transportasi antarwilayah se-

bagian besar masih mengandalkan

angkutan udara, laut,dan sungai yang

sering terkendala masalah cuaca. Tak

heran jika dana pembangunan yang

diperlukan di Papua juga besar.

Ober Gultom, Kepala BBPJN X, saat

ditemui KIPRAH beberapa waktu

yang lalu di Gedung Bina Marga, Ja-

karta, mengatakan bahwa strategi

pembangunan jalan di Papua adalah

menyempurnakan sambungan jalan

antarwilayah Papua dan Papua Barat,

antarkawasan kabupaten dan kota,

juga antardesa dan kota. “Itu mesti

lancar dulu, sebab kalau hubungan

itu bagus, berarti arus pergerakan

orang dan jasa makin lancar. Semua

penghasilan rakyat bisa didistribusikan

ke pusat-pusat perdagangan dengan

lancar, cepat, dan murah sehingga

efisiensinya tinggi,” ujarnya.

Selain itu, BBPJN X juga berupaya

membuka daerah-daerah yang hingga

kini masih terisolasi, khususnya di

daerah tertinggal, daerah perbatasan,

dan pusat-pusat pertumbuhan, dengan

menerapkan sistem kaskade (deretan

peranti yang bekerja berurutan an-

Perjalanan

Sasaran perluasan jaringan jalan di bumi Papua ditujukan untuk pertumbuhan ekonomi dengan meningkatnya kapasitas jaringan jalan. Secara bertahap hasil pembangunan itu telah dirasakan

manfaatnya oleh masyarakat. Meningkatnya kapasitas jaringan jalan dan terbukanya daerah terisolir merupakan sedikit contoh keberhasilan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN ) X dalam menangani jaringan jalan di Papua. Lalu, seberapa jauh perkembangannya? Berikut laporannya.

Menembus Batas

JELAJAH

Salah satu ruas jalan Trans Papua. (Foto: Dok.)

Page 57: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 57

JELAJAH

tara satu setelah yang lain-red.)

yang terpadu dengan antarmoda

transportasi lainnya, seperti moda

angkutan sungai dan danau, serta moda

untuk penyeberangan dan transportasi

laut maupun udara. “Konektivitas

antarwilayah itu harus kita tingkatkan,

berbasis pada Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional (RTRWN),” tegas

Gultom.

11 Ruas Jalan Strategis

Secara fungsional, 11 ruas jalan strategis

nasional telah tersambung dengan

kondisi 60% mantap, sementara 40%

lainnya dalam kondisi sedang dan

rusak, kecuali untuk ruas Jayapura-

Wamena sepanjang 200 km yang ma-

sih sulit untuk dilalui, terputus, dan

belum bisa ditembus karena tak ada

pengembangan wilayah. Solusinya

adalah menciptakan angkutan cluster

antarmoda, baik sungai maupun darat

yang bergerak di sana.

Oleh karena itu, terselesaikannya

pembangunan 11 ruas jalan strategis,

yaitu 7 ruas jalan di Papua dan 4

ruas jalan di Papua Barat, sangat

didambakan masyarakat. Kesebelas

ruas itu memiliki total panjang lebih

dari 3.131 km, dan sampai tahun 2014

direncanakan akan dilakukan pelebaran

jalan sepanjang 1.220 km.

Sebelas ruas jalan di Papua yang

merupakan proyek prioritas tersebut

meliputi ruas Nabire-Wagete-Enarotali

(262 km), ruas Timika-Mapuru,

ruas Jaya-Pomako (39,6 km), ruas

Serui-Menawi-Sarmi (384 km), ruas

Jayapura-Wamena-Mulia (733 km),

ruas Jayapura-Sarmi (364 km), ruas

Jayapura-Hamadi-Holtekamp-batas

PNG (53 km), dan ruas Merauke-

Wiropko (557 km), ruas Wamena-

Hebema-Kenyam, ruas Wamena-Timika-

Potowaiburu-Enerotali dan Jayapura Ring Road dengan total panjang

361 km. Peningkatan struktur dan

kapasitas jalan juga dilakukan dengan

memperlebar badan jalan dari rata-rata

4,5 meter menjadi 6 meter di daerah

perbatasan Papua Nugini sepanjang

120 km, tepatnya di daerah Skow di

Jayapura, dan Sota di Merauke.

Gultom menambahkan bahwa langkah

pemprov dan pemkab yang merintis

pembangunan jalan strategis nasional

di jalan trans nasional perlu disambut

baik karena sangat mendukung per-

cepatan pelaksanaan pembangunan

jalan nasional di Papua maupun Papua

Barat.

Sementara itu, Satuan Kerja Pe-

rencanaan dan Pengawasan Jalan

dan Jembatan Papua, Refli Tangkere, mengungkapkan bahwa dengan

semakin pesatnya kemajuan Kota

Jayapura, masalah kemacetan kini

sering terjadi, terutama di saat-saat

jam sibuk. Untuk mengatasi hal itu

pihak BBPJN X berencana membangun

fly over atau jalan layang sepanjang

4,5 km dari Abepura menuju Hamadi.

Program lainnya adalah peningkatan

struktur dan kapasitas jalan melalui

pelebaran jalan dari 1 jalur dan 2 lajur,

menjadi 2 jalur dan 4 lajur, sepanjang 20

km, yakni pada ruas Jayapura menuju

Bandara Sentani. Pembangunan fly over dan peningkatan jalan itu masuk

dalam program kegiatan tahun 2010-

2014.

Seluruh rencana besar itu tentu

membutuhkan dana yang tidak kecil,

apalagi Papua tergolong memiliki

biaya ekonomi tinggi. Beruntung sejak

dikeluarkannya Instruksi Presiden No.

5/2007, alokasi anggaran Kementerian

Pekerjaan Umum untuk penanganan 11

ruas jalan strategis Papua mengalami

peningkatan cukup signifikan. Tercatat pada tahun 2007 alokasinya sebesar

Rp 305,912 miliar dan pada tahun 2008

meningkat menjadi Rp 702,91 miliar

atau naik dua kali lipat.

Sementara itu, untuk tahun 2010

anggaran untuk Papua naik lagi

mencapai Rp 1,9 triliun, sedangkan bagi

Papua Barat menjadi Rp 817 miliar. Tentu

dengan kenaikan APBN untuk tahun

anggaran 2011 bidang PU menjadi Rp

56,5 triliun, dana pembangunan Papua

juga akan mengalami peningkatan.

Dengan selesainya pembangunan jalan

ini, ke depan, Papua sebagai pintu

gerbang Indonesia Timur dan kawasan

perdagangan Asia-Pasifik diharapkan bisa semakin berkembang.(Joe)

Warga sedang melintas di jalan Trans Papua. (Foto: Dok.)

Page 58: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH58

LAPORANKHUSUSLAPORANKHUSUS

Pertumbuhan penduduk perko-

taan meningkat tajam dan

berbanding terbalik dengan

kemampuan kota untuk beradaptasi.

Meluasnya penurunan muka tanah,

eksploitasi yang berlebihan sumber

daya air tanah, konversi tata guna

lahan yang tidak terkendali, dan

meningkatnya polusi yang berasal

dari limbah domestik dan industri,

adalah permasalahan yang timbul

terkait dengan sumber daya air. Kota-

kota besar memerlukan prasarana

dan sarana yang memadai untuk

mendukung pertumbuhan kota yang

cepat dan perbaikan kesehatan dan

kesejahteraan warganya.

Dalam situasi yang dilematis ini,

Pemerintah Indonesia perlu mengelola

sumber daya air berbasis pada

pengelolaan wilayah sungai terpadu.

Oleh karena itu, isu air perkotaan tak

dapat dipisahkan dari isu wilayah sungai

setempat. Indonesia telah menerapkan

Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu

sejak tahun 1994. Jalan untuk mencapai

tujuan program tersebut secara

optimum masih panjang. Meskipun

demikian, beberapa perbaikan telah

dilakukan di semua aspek pengelolaan

sumber daya air.

Rancangan kebijakan nasional pengelo-

laan sumber daya air mengamanatkan

adanya strategi pemeliharaan

daerah tangkapan dan kelangsungan

fungsi resapan air berdasarkan

rencana pengelolaan sumber daya

air pada suatu wilayah sungai.

Strategi pemeliharaan daerah terkait

konservasi yaitu peningkatan upaya

perlindungan sumber air, pengaturan

daerah sempadan, dan pengisian air

pada sumber air untuk peningkatan

ketersediaan air baku.

Sedangkan strategi yang berkaitan

dengan sanitasi yaitu peningkatan

upaya pengendalian pemanfaatan

sumber air, dan pengaturan prasarana

dan sarana sanitasi, sedangkan contoh

strategi yang dapat dilakukan untuk

menanggulangi masalah banjir ialah

Memaknai Peringatan

Oleh: **A. Tommy M. Sitompul

peningkatan upaya pencegahan antara

lain dengan cara pengintegrasian

perencanaan, pembangunan dan

pengelolaan drainase kawasan pro-

duktif, drainase perkotaan, drainase

jalan, dan sungai ke dalam sistem

pengendalian banjir.

Dengan demikian, dalam merayakan

Peringatan Hari Air Dunia 2011 yang

memilih tema “Air Perkotaan dan

Tantangannya”, dunia hendaknya

saling bergandengan tangan men-

dukung pengelolaan sumber daya

air, agar tercapai pembangunan yang

berkelanjutan untuk kesehatan yang

lebih baik dan kesejahteraan yang

juga selaras dengan visi pengelolaan

sumber daya air kita, yaitu: “Sumber

daya air nasional yang dikelola secara

menyeluruh, terpadu, dan berwawasan

lingkungan untuk keadilan dan

kesejahteraan masyarakat Indonesia”.

**) Ka. Sub Dit Pengaturan, DitJen SDA, Kementerian Pekerjaan Umumdan Sekretaris Umum HATHI

Dalam beberapa dekade terakhir, pengelolaan sumber daya air dihadapkan pada tantangan dan isu yang kompleksitasnya

semakin tinggi. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pembangunan ekonomi yang cepat telah menjadi tantangan

alamiah dalam pengelolaan sumber daya air di Indonesia, yang berakibat pada peningkatan kebutuhan akan air. Sementara

itu, degradasi lingkungan juga berkontribusi terhadap penurunan ketersediaan air baik kuantitas maupun kualitasnya.

Hari Air Dunia ke-19

Page 59: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 59

LAPORANKHUSUS

Save Jakarta Water Fun Walk:

Mencetak Generasi Peduli Air

Peserta berjalan membawa span-

duk menuju Monas, yang berisi-

kan ajakan agar masyarakat

menyadari pentingnya mencintai dan

memelihara lingkungan hidup. Acara

gerak jalan Aspirasi Tingkat Sekolah

Menengah Atas dan Kejuruan di se-

luruh DKI di Silang Monas Barat Daya

tanggal 20 Maret 2011 ini dilepas oleh

Adhyaksa Dault.

Lebih lanjut, pria yang peduli pada

dunia kelautan dan lingkungan ini

mengajak Pemerintah DKI, Kemente-

rian Pekerjaan Umum serta instansi-

instansi terkait lainnya untuk menjaga

dan melestarikan sumber sumber air

untuk menghindari krisis ancaman

kekurangan air bersih di kemudian

hari, mengingat dampak negatifnya

yang begitu besar.

Gerak jalan yang dilakukan dalam

rangka menyambut Hari Air Dunia 2011

ini mengambil rute dari Silang Monas

Barat Daya menuju ke Bundaran HI

dan kembali ketempat semula. Para

peserta yang merupakan para siswa

SMA-SMA seantero Jakarta ini dilepas

oleh Margani, Deputi Gubernur DKI,

bersama Ketua Umum Vanaprastha,

Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI

dan Kepala Dinas Pendidikan Nasional

DKI Jakarta, Taufik Yudhi.

Acara tersebut diprakarsai oleh Vana-

prastha yang diketuai oleh mantan

Menteri Pemuda dan Olahraga, A-

dhyaksa Dault. Vanaprastha adalah

organisasi pecinta alam, dan Adhyak-

sa menduduki jabatan sebagai ketua

umum untuk periode 2010-2013. Or-

ganisasi ini memiliki agenda kegiatan

yang sifatnya langsung berinteraksi

dengan alam dan juga ditunjukkan

bagi para remaja, sehingga muncul

rasa cinta terhadap lingkungan.

Dalam penyelenggaraan kegiatan ini

Yayasan Vanaprasta bekerja sama

antara lain dengan Pemerintah DKI,

Palyja, Aetra dan Pop Mie. Ikut me-

meriahkan acara gerak jalan tersebut

tampak pagelaran musik dan bebera-

pa stand pameran, antara lain stand

BBWS Ciliwung Cisadane , Palyja, Ke-

menterian ESDM , Basarnas, Aetra,

Pop Mie, dan banyak lagi. Selain itu,

acara ini juga menampilkan penayang-

an film bertema lingkungan dan pen-tingnya air bagi kehidupan manusia,

lalu ditutup dengan penampilan grup

musik Coklat yang menghidupkan sua-

sana lomba.

Tak ayal kalau ribuan manusia memban-

jiri Monas pada hari Minggu itu, mulai

dari pelajar yang menjadi peserta lomba

gerak jalan yang berjumlah empat ribu

anak hingga massa yang berdatang-

an dari berbagai arah. “Kami sengaja

memilih hari Minggu, meski mendahu-

lui tanggal Hari Air Dunia, supaya pesan

akan pentingnya air dalam kehidupan

manusia ini lebih tersampaikan secara

masif. Mereka menikmati hari libur di

Monas sambil menyaksikan lomba ge-

rak jalan yang juga dihibur grup musik

papan atas,” ujar Adhyaksa.

Politisi asal PKS itu menambahkan,

langkah konkrit dari kegiatan tersebut

adalah memberdayakan anak muda

untuk memanfaatkan air dengan

baik, hemat dan bijaksana di sekolah

masing-masing. Sehingga, katanya,

mereka bisa menularkan sikap positif

tersebut kepada keluarga dan ling-

kungannya di rumah.

“Penyelamatan air kita mulai dari ling-

kungan sekolah dan keluarga terlebih

dulu. Kami harapkan mereka bisa

menularkannya kepada orang tua dan

saudara mereka lainnya. Ini merupa-

kan langkah yang efektif untuk me-

nyelamatkan air,” tegasnya.

Acara Lomba Gerak jalan tersebut

dimenangkan oleh perwakilan dari

SMAN 31 sebagai juara ke III, SMAN 80

sebagai Juara ke II dan juara pertama

diraih oleh SMAN 6.(Sn)

Peserta gerak jalan dalam rangka Hari Air Dunia 2011. (Foto: Seno)

Ribuan siswa se-DKI Jakarta memperingati Hari Air Dunia

2011 XIX, Minggu (20/3) di Jakarta. Acara yang bertajuk Save Jakarta Water Fun Walk

dimulai dengan jalan sehat dengan mengambil start di Bundaran Hotel Indonesia.

Page 60: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH60

LAPORANKHUSUS

Kementerian Pekerjaan Umum (PU),

perwakilan dari beberapa perusahaan,

serta utusan dari beberapa instansi

pemerintah yang tergabung dalam

Panitia HAD XIX Tahun 2011. Menariknya

lagi, di saat bersamaan, terdapat pula

aksi damai dari beberapa Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM) yang

menamakan dirinya Koalisi Rakyat

untuk Hak Atas Air (Kruha). Mereka

hadir untuk menyuarakan pentingnya

peningkatan akses air bersih bagi

masyarakat.

Dalam acara pawai simpatik tersebut,

Sekretaris Direktorat Jenderal

(Sesditjen) Sumber Daya Air (SDA)

Kementerian PU, Sugiyanto, mengata-

kan setiap orang harus menyadari arti

penting air serta melakukan upaya

penyelamatan fungsi dan ketersediaan

Meningkatnya populasi penduduk disertai degradasi lingkungan dalam beberapa dekade terakhir membuat

pengelolaan sumber daya air (SDA) di daerah perkotaan

menghadapi tantangan yang semakin berat. Oleh karena itu, Hari Air Dunia (HAD) XIX

Tahun 2011 di tingkat nasional yang mengambil tema “Air

Perkotaan dan Tantangannya” terasa pas. Salah satu kegiatan

yang dilakukan dalam memperingati HAD XIX adalah

Pawai Simpatik Peduli Air di Bundaran Hotel Indonesia (HI),

Jakarta.

LAPORANKHUSUS

Pawai Simpatik Peduli Air di Bundaran HI

Antusiasme para peserta ditam-

bah cuaca Jakarta yang sejuk

seakan turut mendukung ke-

giatan Pawai Simpatik Peduli Air di

Bundaran HI hari itu. Kegiatan ini cukup

sukses menarik perhatian warga yang

kebetulan melintas di Bundaran HI. Aca-

ra tersebut digelar sebagai salah satu

upaya menyebarluaskan pemaham-

an, menumbuhkan kesadaran, serta

meningkatkan kepedulian masyarakat

terhadap SDA. Selain diisi orasi dan

wawancara dengan wartawan, acara

juga diisi dengan pembagian bunga,

Majalah KIPRAH, dan pamflet kepada para pengguna jalan yang melintas di

sekitar Bundaran HI.

Pawai Simpatik ini diikuti sekitar

150 orang dan terdiri dari berbagai

kalangan, mulai dari staf dan pejabat

Peserta Pawai Simpatik Peduli Air di Bunderan HI. (Foto: Dok.)

Page 61: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 61

LAPORANKHUSUS

Peserta pawai membagikan bunga kepada pengendara yang lewat. (Foto: Dok.)

Direktur Sungai dan Pantai, Ditjen SDAPitoyo Subandrio. (Foto: Dok.)

air. Lebih lanjut, peran aktif masyarakat

diperlukan dalam manajemen air,

dan hal tersebut dapat diwujudkan

lewat upaya-upaya sederhana, seperti

melakukan penghematan penggunaan

air serta membuang sampah pada

tempatnya.

Sugiyanto mengatakan bahwa saat ini

pemerintah terus bekerja keras untuk

melakukan pengelolaan di bidang SDA.

Akan tetapi, upaya tersebut juga harus

didukung peran masyarakat, terutama

mereka yang tinggal di perkotaan

dengan populasi tinggi. “Kita usahakan

supaya pemenuhan kebutuhan air dapat

tersedia sepanjang tahun. Untuk itu,

saya harapkan kesadaran masyarakat

agar lebih care (peduli) terhadap

air,” ujarnya. Ia mencontohkan

permasalahan yang terjadi di Jakarta,

yaitu jumlah penduduk yang semakin

besar mengakibatkan kebutuhan akan

air semakin meningkat, sementara

sumber air relatif terbatas. "Dalam

situasi seperti ini yang harus kita

lakukan adalah upaya penghematan,"

katanya.

Hal senada disampaikan Direktur Su-

ngai dan Pantai Ditjen SDA Kementeri-

an PU Pitoyo Subandrio. Menurutnya,

pengelolaan SDA yang baik harus men-

jadi perhatian bersama. “Jangan sam-

pai di satu waktu air kita berlimpah,

tapi malah menimbulkan banjir dan di

waktu lain kita kekurangan air. Curah

hujan kita mencapai 2.500 mm per ta-

hundan ini tentu sebenarnya sebuah

anugerah jika kita bisa mengelolanya

dengan baik, ” katanya. Pitoyo me-

ngatakan bahwa tantangan penyedi-

aan air, terutama di kota-kota besar,

semakin meningkat. Oleh karena itu,

diperlukan perubahan mindset (pola

pikir) masyarakat secara keseluruhan,

mulai dari usia anak-anak hingga orang

dewasa. “Masyarakat bisa memulainya

dari hal-hal kecil, misalnya tidak mem-

buang sampah ke sungai serta mem-

buat sumur resapan,” jelasnya.

Menurut Pitoyo, salah satu contoh

perubahan pola pikir yang perlu

dilakukan adalah cara masyarakat

dalam memandang sampah. Selama

ini, sampah dianggap sebagai

barang tidak berguna. Padahal, jika

masyarakat mengolahnya dengan

baik, sampah dapat diolah menjadi

kompos yang dapat memberikan

tambahan penghasilan. Upaya lain

yang perlu dilakukan adalah mencegah

pengambilan air tanah secara ber-

lebihan. Sebab, tindakan tersebut

dapat mengakibatkan land subsident

(penurunan tanah).

Di Jakarta misalnya, penurunan tanah

mencapai 10 cm per tahun. “Namun

demikian, kalau kita ingin mengurangi

pengambilan air tanah, kita harus

cukupi dulu penyediaan air permukaan.

Tidak bisa kita larang begitu saja,” kata

Pitoyo. Ia juga mengatakan bahwa

penyediaan air bersih berkaitan de-

ngan banyak hal, misalnya sanitasi dan

sistem drainase. Oleh karena itu, pe-

ngelolaan air memerlukan koordinasi

di antara berbagai pemangku kepen-

tingan yang terlibat.

Secara khusus, Kementerian PU juga

telah membentuk Gerakan Nasional

Kemitraan Penyelamatan Air (GNKPA)

yang melakukan berbagai kegiatan,

antara lain reboisasi, sosialisasi,

pembangunan dam di sungai-su-

ngai, hingga upaya pengembalian

keseimbangan hidrologis di daerah

aliran sungai (DAS) yang berkategori

kritis. HAD sendiri diperingati setiap

tahun pada tanggal 22 Maret dan

pertama kali dideklarasikan pada

tahun 1992 oleh Majelis Umum PBB.

Untuk tahun ini, di Indonesia, selain

Pawai Simpatik Peduli Air, digelar

pula rangkaian acara dalam rangka

HAD XIX, antara lain donor darah,

seminar dan lokakarya, pameran,

hingga puncak acara peringatan yang

diadakan di Bendungan Gintung pada

bulan Mei.(Ifn)

Page 62: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH62

SELINGAN

Sesampainya di Batu, Anda akan

disuguhi beragam obyek wisata

menarik, mulai dari wisata alam,

wisata budaya, wisata satwa, hingga

wisata belanja. Pengunjung dapat

berbelanja aneka kebutuhan, seperti

cendera mata, makanan khas, pakaian,

kerajinan tangan, dan lukisan.

Data menunjukkan bahwa dalam seta-

hun tak kurang dari dua juta orang

berkunjung ke kota yang berhawa se-

juk ini. Itu semua tak lepas dari komit-

men Pemkot Batu khususnya Bappeda

dalam merancang dan merencanakan

Batu, Menuju Kota Agrowisata

Kota Batu sebagai Kota Agrowisata,

berdasarkan Rencana Tata Ruang yang

berkelanjutan.

Secara gamblang Kepala Bappeda

Kota Batu, Enny, kepada KIPRAH me-

ngatakan bahwa perencanaan dan

regulasinya telah dipersiapkan dengan

baik, agar program pembangunannya

tidak meleset. “Perencanaannya se-

lalu kita konsultasikan dengan Ditjen

Penataan Ruang di Jakarta,” ujarnya.

Seperti penetapan zonasi, pemba-

ngunan infrastruktur, transportasi, ru-

ang publik, permukiman, dan fasilitas

pendukung lainnya. Terkait dengan itu,

Taufan Madiasworo, Kepala Seksi Data

dan Informasi Perkotaan, Sub Direk-

torat Kebijakan dan Strategi Perko-

taan, Ditjen Penataan Ruang, Kemen-

terian PU menyampaikan bahwa Batu

merupakan kota yang memiliki peran

penting, baik di skala lokal maupun

nasional. Hal ini didukung dengan sek-

tor unggulan kota Batu yang berbasis

pada sektor pertanian dan pariwisata

sehingga kota Batu akan dikembang-

kan sebagai pusat kegiatan jasa Agro-

bisnis dan pusat kegiatan pariwisata.

Kota Batu juga merupakan hulu Sungai

Keindahan panorama Kota Batu, Malang, Jawa Timur, sudah cukup terkenal sebagai objek wisata. Wilayah

pegunungan di antara lereng Gunung Arjuno dan Panderman ini dapat dicapai dalam waktu 30 menit dari

Kota Malang atau tiga jam perjalanan dari Surabaya dengan sarana transportasi yang cukup memadai. Begitu

memasuki kota ini, hati terasa tenteram dan adem manakala menghirup udara segar sekaligus menyaksikan

hamparan sawah berteras yang melegakan pandangan.

SELINGAN

Kota Batu, Jawa Timur. (Foto: Istimewa)

Page 63: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 63

SELINGAN

Brantas sehingga berperan menjadi

kawasan penyangga bagi daerah di

bawahnya yang dialiri Sungai Brantas.

Pengembangan Kota Batu tentunya

harus senantiasa mempertimbangkan

aspek lingkungan, sosial dan ekonomi

secara seimbang dan terintegrasi agar

tetap berkelanjutan.

Jatim Park

Bila Anda berkunjung ke Kota Batu tak

ada salahnya mengunjungi objek wisata

favorit Batu Secret Zoo atau Taman

Margasatwa Batu, yang memilki daya

tarik tersendiri bagi wisata keluarga

atau lebih dikenal dengan Jatim Park 1

dan 2. Di sini Anda bisa melihat satwa-

satwa yang diawetkan, fosil-fosil purba

yang didatangkan dari berbagai benua,

bahkan Anda juga bisa melihat dari

dekat replika satwa langka, seperti

Alpaka asal Amerika, jaguar dan satwa

purba.

Beragam binatang unik tersebut juga

dapat dijumpai di tempat wisata Jatim Park 2 di Jalan Oro-Oro Ombo 9, yang

merupakan pengembangan dari wa-

hana Jatim Park 1 di Jalan Kartika 2.

Keduanya terletak di lereng Gunung

Panderman. Dengan tiket seharga Rp

50.000, Anda sudah bisa menikmati be-

ragam diorama Galeri Etnik Nusantara,

mulai dari baju, rumah adat, info be-

ragam suku, diorama manusia purba,

hingga sejarah perjuangan bangsa. Ja-

ngan lupa untuk menengok Galeri Fisi-

ka yang menyajikan beragam atraksi

edukatif. Pengunjung bisa menjumpai

taman burung dan ikan hingga simulasi

gunung meletus. Selain itu, wahana ini

juga dilengkapi dengan bioskop tiga

dimensi berkapasitas 120 orang de-

ngan layar berukuran 8x6 meter. Tak

jauh dari lokasi itu, wisatawan juga da-

pat menikmati aneka tumbuhan bunga

yang dibudidayakan masyarakat.

Bila Anda sudah merasa lelah, Anda

dapat menyambangi Pohon Inn yang

berbentuk menyerupai pohon dengan

sentuhan interior kamar menyerupai

hutan atau Anda juga bisa menginap di

Guest House Selorejo dengan tarif yang

terjangkau.

Waduk Selorejo

Sepanjang perjalanan menuju Waduk

Selorejo di kecamatan Ngantang, Anda

akan disegarkan oleh hijaunya peman-

dangan alam yang menyatu dengan

panaroma danau buatan yang me-

nawan. Lebih dari itu, Anda bisa ber-

main-main dengan beragam wahana,

seperti motor cross, flying fox, jogging track, spinning coaster yang memacu

adrenalin Anda.

Menurut Harry M. Sungguh, Kepala

Divisi Jasa Umum II, Perum Jasa Tirta

(PJT) I, tempat ini selalu ramai dikun-

jungi wisatawan terlebih di akhir pekan

dan hari libur. Berbagai fasilitas dan

permainan tersedia, seperti fasilitas

olah raga air, memancing, motor boat,

kano dan banana boat sebelum akhir-

nya menuju kolam renang. Lokasi ini

sering dimanfaatkan untuk kegiatan

pertemuan, lokakarya, dan seminar.

Kawasan ini juga mengoleksi sekitar

3.200 jenis tanaman tropis.

Harry menyarankan kepada para pe-

ngunjung objek wisata untuk mengun-

jungi kawasan Suaka Alam Arboretum

Sumber Brantas, yang terletak di kaki

Gunung Arjuno, tepatnya di lereng timur

pegunungan Anjasmoro, lebih kurang

18 kilometer arah utara Kota Batu pada

ketinggian 1500 meter dpl. Dari situ air

Kali Brantas mengalir ke hilir dengan

debit awal 2,5 liter per detik sejauh 320

kilometer hingga Kota Surabaya. Bagi

sebagian orang, sumber air Brantas ini

dipercaya dapat membuat awet muda

dengan cara mandi atau membasuh

muka menggunakan air tersebut.

Kota Batu kini terus bebenah dan siap

memberikan kejutan dalam perjalanan

wisata yang tak terlupakan. Keber-

hasilan Pemkot Batu dalam menggarap

potensi wisata patut dipuji karena sek-

tor pariwisata memang menjadi pilar

utama perekonomian Kota Batu. Se-

lanjutnya, Pemkot Batu terus berusaha

menggali potensi dan kreasinya untuk

mewujudkan Kota Agrowisata yang

menarik, aman, nyaman, ramah ling-

kungan, dan berkelanjutan. Anda ber-

minat berkunjung ke Kota Batu?(Joe) Waduk Selorejo. (Foto: Istimewa)

Page 64: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH64

AKTUALITA

Bunaken merupakan salah satu

ikon dalam pengembangan

pariwisata Sulawesi Utara.

Wilayah yang sudah dikenal di manca

negara ini mempunyai keunggulan

dalam wisata kelautan. Banyak

wisatawan lokal dan asing datang

untuk menikmati indahnya kekayaan

laut Bunaken, padahal wilayah ini juga

rawan bencana sehingga tepat kiranya

tempat ini dijadikan tuan rumah

penyelenggaraan ARF DiRex 2011.

Dalam kegiatan ini, Kementerian PU

Pemasangan Alat Pengolah Air di Bunaken

melakukan latihan tanggap darurat

bencana berupa penyediaan alat

pengolah air payau menjadi air

bersih. Setelah pelatihan selesai

peralatan tersebut diserahkan kepada

pemerintah daerah setempat untuk

dikelola. Mudah-mudahan pemda

mempunyai anggaran untuk opera-

sional peralatan ini.

Alternatif lain yang bisa digunakan

untuk operasional dan pemeliharaan

adalah membentuk kelompok-

kelompok masyarakat untuk menge-

lola alat tersebut. Pendapatan di-

peroleh dari pungutan warga yang

memanfaatkan air bersih ini. “Sayang

kalau alat ini tidak dikelola dengan baik”

ujar Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Penanggulangan Darurat Ditjen Cipta

Karya Kementerian PU, Rustandi.

Pendapat senada disampaikan Staf

Ahli Menteri PU Bidang Keterpadu-

an Pembangunan, Ismanto, saat ber-

kunjung ke Bunaken untuk mengetahui

secara langsung pemanfaatan alat

ini awal Maret lalu. Ia mengatakan

AKTUALITA

Warga sedang antre ambil air. (Foto: Sri)

Bersamaan dengan kegiatan ASEAN Regional Forum Disaster Relief Exercise (ARF DiREx) 2011, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) melakukan latihan tanggap darurat bencana berupa penyediaan alat pengolah air payau menjadi air bersih yang sehat di Pulau Bunaken, yang mana setelah selesai

pelatihan, peralatan tersebut diserahkan ke pemda setempat.

Page 65: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 65

AKTUALITA

bahwa alat pengolah air ini sangat

baik bagi masyarakat yang daerahnya

sedang terkena bencana. Karenanya,

walaupun ini merupakan latihan

untuk tanggap darurat apabila terjadi

bencana, airnya bisa dimanfaatkan

masyarakat sekitar.

Menurut Ismanto, inilah wujud

kepedulian Kementerian PU kepada

masyarakat, terutama masyarakat di

daerah pantai yang sulit air bersih.

Ia berharap setelah selesai acara

ini, peralatan yang digunakan bisa

dimanfaatkan dengan baik. Untuk

itu, Ismanto meminta masyarakat

Bunaken mau merawat peralatan

tersebut agar awet dan tetap bisa

beroperasi. Pemeliharaan tersebut

dapat dilakukan melalui kelompok

masyarakat untuk mengorganisasi

pembiayaan operasi pengolah air ini.

“Masyarakat pasti tidak keberatan

kalau dipungut biaya,” tutur Ismanto.

Warga setempat patut bergembira

dengan dipasangnya peralatan peng-

olah air bersih ini. Alat pengolah air

ini mempunyai kapasitas 900 liter per

jam. Saat keadaan darurat, jika alat

tersebut beroperasi 8 jam, maka akan

menghasilkan 7.200 liter air dan dapat

melayani 720 jiwa dengan asumsi satu

jiwa memerlukan 10 liter per hari.

Djaitun Pontoh (29), ibu rumah tangga,

merasa gembira dengan terpasangnya

seperangkat alat pengolah air dari

Kementerian PU tersebut. Air bersih

ini bisa dimanfaatkan untuk memenuhi

kebutuhan air bersih. “Saya sangat

senang ada alat pengolah air di sini.

Biasanya beli air dari Manado Rp 2.500-

Rp 3.000 per jerigen (berkapasitas) 20

liter,” ujarnya.

Perasaan sama juga disampaikan Misja

(50), ibu rumah tangga dengan tiga

anak. Menurutnya, air hasil pengolahan

ini terasa lebih segar dibandingkan air

yang dibeli dari Manado. Ia berharap

alat ini tetap terpasang dan bisa awet

dalam melayani kebutuhan air bersih

warga. “(Alat pengolah air tersebut)

sangat membantu warga di sini dan

tidak harus membeli air dari Manado,”

ujarnya.

Selain pemasangan alat pengolah air,

pemerintah juga menyiapkan jerigen

untuk distribusinya. Jumlah jerigen

berkapasitas 10 liter disiapkan sebanyak

450 buah. Jerigen-jerigen tersebut

akan dibagikan kepada masyarakat.

Selama pelatihan tanggap darurat, air

yang dihasilkan juga dibagikan secara

gratis.

Menurut Rustandi, alat pengolah air

ini tidak hanya dipasang di Bunaken,

tapi juga di Wori dan Maasing. Alat

pengolah air ini mempunyai kapasitas

0,25 liter per detik untuk di Wori dan

300 liter per jam untuk di Maasing.(Sr)

Generator sumber tenaga alat pengolah air. (Foto: Sri)

Staf Ahli Menteri PU Bidang Keterpaduan Pembangunan, Ismanto. (Foto: Sri)

Page 66: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 41 • KIPRAH66

SERBA SERBI

Saya, Sofwan D. Ardianto, dan

Eko Wahono sebagai satu tim

penulis dan desainer grafis sempat tidak percaya terhadap

kemauan para pejabat yang bekerja

hingga selarut itu di hari libur. Sejak

Minggu siang kami berada di ruangan

tersebut dan mengedit naskah

Mengetengahkan Bahasa

Oleh: **Agung Y. Achmad

bersama-sama secara maraton.

Bahkan, di malam selarut itu, melalui

sambungan telepon, para pejabat

tersebut berhasil mewawancarai tiga

narasumber, yakni Walikota Bontang

A. Sofyan Hasdam, Walikota Surakarta

Joko Widodo, dan Walikota Surabaya

Bambang D.H.—yang masing-masing

berkuasa pada masa itu—untuk

melengkapi informasi yang dihimpun

penulis.

Maklum, waktu yang tersedia bagi

tim penulis sangat terbatas. “Buku

ini harus mencerminkan spirit

daerah-daerah pemenang PKPD-PU,

Senin dini hari (pukul 01.00), 12 November

2006, ruangan kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pekerjaan

Umum (Puskom PU) masih terang-benderang. Suasananya riuh rendah

lantaran berlangsung diskusi hangat yang

melibatkan seorang Staf Ahli Menteri, kepala

Puskom, beberapa pejabat eselon III dan tim penulis.

Topik yang dibahas adalah naskah buku: Penilaian

Kinerja Pemerintah Daerah bidang Pekerjaan Umum (PKPD-PU) 2006, yang—dalam beberapa hari kemudian—akan diluncurkan di Istana

Negara bersamaan dengan acara pengumuman para

pemenang PKPD-PU 2006.

“Plat Merah” ke Ruang Publik

Bedah Buku Pemenang PKPD-PU 2009 di Perpustakaan Kementerian PU. (Foto: Dok.)

Page 67: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 41 • KIPRAH 67

SERBA SERBI

terutama menceritakan strategi dan

kiat-kiat para pemimpinnya sebagai

penanggung jawab pengembangan

infrastruktur bidang PU di kabupaten/

kota masing-masing. Karena itu, buku

ini harus populer dan lugas bahasanya.

Saya mengandalkan kalian yang

berpengalaman di bidang jurnalistik.

Tidak boleh ada foto mejeng (para)

pejabat,” demikian kira-kira kalimat

(buku, leaflet, booklet, video, dan lain-

lain), terutama agar informasi yang

hendak dipublikasikan bisa bermanfaat

bagi masyarakat dan akurat. Cerita di

atas juga relevan dikemukakan untuk

merespons kritik sejumlah pihak

kepada pemerintah berkaitan dengan

validitas penyajian informasi kepada

publik yang dianggap tidak akurat,

yang oleh media massa dikatakan

sebagai pembohongan publik. Ada

kaitan erat antara etos dan orientasi

birokrat dengan informasi publik yang

baik dan efektif di sana.

Tulisan ini disusun berdasarkan

pengalaman penulis selama bekerja

sama dengan Puskompu PU yang

diawali dari penyusunan buku PKPD-

PU 2006 dan beberapa buku serupa

pada tahun-tahun sesudah itu. Buku

PKPD-PU 2006 jelas tidak sempurna,

bahkan buku serupa di tahun 2007

terasa lebih baik. Akan tetapi, dari

pengalaman pertama itulah banyak

memberikan preseden menarik ten-

tang bagaimana produk publikasi

didesain sebelum disuguhkan ke

masyarakat luas.

Birokrat ala Gramsci

Bagi kami, etos kerja para pejabat di

atas, dan mungkin bukan satu-satunya

contoh di lingkungan Kementerian

PU, cukup mengesankan. Pertama,

mereka adalah para insinyur yang

(ternyata) tidak hanya ahli di bidang

technical engineering, tetapi juga

piawai menerapkan metodologi

ilmu-ilmu sosial, khususnya ilmu

komunikasi. Yang terakhir itu, seperti

akan ditunjukkan di bawah, berkaitan

juga dengan tugas dan fungsi

pemerintah sebagai agen perubahan

dalam konteks social engineering.

Kedua, saya menangkap semangat

dan dedikasi sejumlah birokrat dalam

mengetengahkan produk publikasi

yang populer, tercermin melalui pilihan

bahasa dan konsep desain yang tidak

formal. Buku yang mereka inginkan

pun tidak melulu bicara hal-hal baik

mengenai hasil pembangunan, tetapi

juga memaparkan sisi-sisi yang masih

kurang, alias seimbang. Ketiga, cukup

kuat gairah mereka untuk melewati

batas-batas formalitas birokrasi demi

tujuan-tujuan yang strategis dan

populis.

Ketiga spirit tersebut penting

maknanya dan melebihi kesan aneh

tentang kerja lembur di hari Minggu

lebih dari 12 jam, bahkan harus dilihat

dalam ranah yang lebih luas, yakni

etos birokrasi. Ini mengingatkan apa

yang pernah disebut Antonio Gramsci

(1891-1937) sebagai ciri-ciri intelek-

tual organik, untuk membedakan

dengan intelektual tradisional. Dalam

kacamata Gramsci, semua pihak

yang beraktualisasi diri hanya pada

apa yang menjadi wilayah tugas

formalnya, betatapun, misalnya

ia seorang akademisi, mengajar di

kelas tanpa memberikan responsi

intelektual terhadap perkembangan di

luar pagar kampus, adalah intelektual

tradisional. Para intelektual organis di

masing-masing profesi dan peranan

mereka, menurut Gramsci, adalah

kelompok yang akan menjadi pionir

perubahan.

Sebaliknya, seorang birokrat yang

hanya bekerja rutin, semisal masuk

dan pulang pada jam kerja, atau

bekerja dalam kualifikasi standar dengan alasan sesuai tugas pokok

dan fungsi (tupoksi), maka ia

termasuk birokrat tradisional. Sulit

terlahir suatu kreativitas serta inovasi

dari birokrat-birokrat yang beretos

kerja “sesuai argo” atau berprototipe

tradisional semacam itu. Birokrat

tradisional akan sulit memahami

diskursus pembangunan partisipatoris

(participatory development).

Bekerja sama dengan birokrat organik,

tim penulis yang cenderung “seniman”

tidak menemukan kesulitan berarti

pada saat melakukan penggalian

data di lapangan serta menentukan

konsep buku (gaya tulisan-bahasa,

yang diucapkan Budi Yuwono (kini

Dirjen Cipta Karya), sang Staf Ahli

Menteri itu.

Gambaran di atas menarik untuk

dijadikan model kegiatan sebuah

lembaga pemerintah yang hendak

menelurkan sebuah produk publikasi

Page 68: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 41 • KIPRAH68

SERBA SERBIdesain grafis). Menurut Budi Yuwono, kala itu, kehadiran tim

penulis dari luar PU bertujuan, antara

lain, untuk menggali suara rakyat

apa adanya. Kebebasan itu menjadi

semacam ruang kesempatan bagi

tim penulis untuk menemukan

model laporan atau produk publikasi

sebuah lembaga “plat merah” yang

populer.

Para pejabat pemerintah memang

seharusnya memahami implementasi

politik pembangunan partisipatoris

dan produk informasi publik yang

pro-rakyat. Pemerintah sendiri

termasuk domain atau bagian dari

eksekutif dalam penyelenggaraan

negara. Karena itu, kapasitas pejabat

pemerintah seharusnya lintas

sektoral, termasuk pemahaman

tentang metodologi ilmu-ilmu sosial.

Bagi lembaga-lembaga pemerintah

untuk mempertimbangkan konsep

“senyum dan bekerja” dalam

menyusun produk publikasi publik

mereka adalah hal penting. Senyum

berarti menggambarkan hal-hal

positif yang menggembirakan

tentang aktivitas pembangunan,

sementara bekerja menonjol-

kan aspek perjuangan. Komposisi

senyum dan bekerja ini akan lebih

baik bila mengangkat hal-hal yang

bersifat lokal.

Tim penulis secara sadar me-

nampilkan kegiatan dialog Walikota

Yogyakarta Hery Zudianto dan

masyarakat di bantaran sungai yang

dilakukan tanpa protokoler dan

pemberitahuan resmi atau kegiatan

‘blusukan’ (baca: bersih-bersih

selokan) Walikota Surakarta Joko

Widodo, atau yang akrab dipanggil

Jokowi, bersama semua kepala

dinas selepas kegiatan senam pagi

di setiap hari Jumat misalnya. Bagi

penulis, hal tersebut menarik untuk

ditampilkan karena di sana ada unsur

inovasi dan kreativitas birokrasi yang

“tak wajar” dalam menggerakkan

partisipasi masyarakat. Pendekatan

nonverbal semacam ini terasa

mengena dari segi penyampaian

pesan-pesan pembangunan. Dengan

demikian, publik akan memahami

pelaksanaan pembangunan dalam

konteks “kekitaan”.

Penyajian laporan berbasis jurnalistik

semacam itu serasa menyapa publik

secara akrab, sementara hakikat

pembangunan infrastruktur PU,

yang mengandaikan prinsip-prinsip

antara lain sustainable development,

keseimbangan habitat, menciptakan

kesejahteraan masyarakat, pun bisa

objektivisme secara salah. Dalam tugas

peliputan atas nama Kementerian PU,

tim penulis menemukan kenyataan-

kenyataan yang sering dilihat dalam

kacamata dualisme itu, yakni gap

antara idealitas dan implementasi;

antara kebijakan dan fakta di

lapangan; serta antara peraturan dan

perilaku. Menghadapi ini, Giddens,

yang juga seorang konsultan editor

dua perusahaan penerbitan di

Inggris (Macmillan dan Hutchinson),

menganjurkan kita untuk melihat

dua hal yang seolah bertentangan

(dualisme) itu sebagai kenyataan hal

yang berkaitan (dualitas, duality).

Menemui fakta seperti itu, mengikuti

teori Giddens, si penulis menampilkan

sebab-sebab kesenjangan itu terjadi,

dan mengetengahkan kiat-kiat pa-

ra penguasa daerah. Itulah yang di-

lakukan Walikota Bontang, A. Sofyan

Hasdam, ketika hendak mengeluarkan

kebijakan penataan ruang dengan

cara mengajak masyarakat untuk

menjadikan sungai sebagai wajah

depan. Menurut sang walikota,

setelah menerima insentif Rp 5 juta

per Kepala Keluarga, masyarakat

mengubah arah hadap rumah mereka

ke sungai, sehingga mereka menjaga

kelestarian lingkungan pelataran dan

permukiman secara umum.

Dinamika pembangunan infrastruktur

PU, atau dalam ilmu sosial disebut

praktik sosial semacam itulah yang

semestinya jangan dilewatkan sebagai

objek peliputan dalam setiap upaya

penggalian informasi. Pembangunan

infrastruktur PU dalam ranah ini harus

dilihat sebagai bagian dari politik

pembangunan. Karena itu, data-data

teknis cukup disajikan dalam bentuk

tabel. Dengan demikian, informasi

publik pengembangan infrastruktur

PU akan menghasilkan narasi yang

hidup dan relevan dengan cara

berpikir masyarakat luas. Pada titik

itulah komunikasi berjalan efektif.

** Wartawan Majalah TEMPO

ditampilkan. Implikasi psikologis

yang tercipta dalam konteks seperti

ini diantaranya bahwa kekurangan

pelaksanaan pembangunan infra-

struktur PU tidak akan dipahami

sebagai kelemahan pemerintah

semata, tetapi kekurangan bersama.

Selanjutnya, partisipasi publik pun

akan tumbuh. Karena itu, meng-

informasikan fakta tentangan

kelemahan bukanlah suatu aib.

Pendekatan di atas bukan hal baru.

Anthony Giddens telah menganjurkan

kepada kita untuk menghindari

cara berpikir dualisme dalam teori-

teori sosial, yakni dalam memahami

kesenjangan subjektivisme dan

Para intelektual organis di masing-

masing profesi dan peranan

mereka, menurut Gramsci, adalah kelompok yang akan menjadi

pionir perubahan.

Page 69: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 69

Istilah gender memang kian familier

bagi kita, namun pengertian istilah

ini mungkin masih belum dipahami

banyak orang. Pada dasarnya, gender

adalah perbedaan peran dan tang-

gung jawab antara laki-laki dan perem-

puan yang terjadi akibat relasi sosial

budaya masyarakat. Berbeda dengan

istilah “seks” atau “jenis kelamin”

yang melihat perbedaan berdasarkan

alat kelamin yang dimiliki, gender di-

gunakan untuk membedakan laki-laki

dengan perempuan melalui apa yang

Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Penyelenggaraan Infrastruktur

PU dan Permukiman

Dahulu pekerjaan konstruksi dan pembuatan bangunan senantiasa dilakukan oleh laki-laki. Tetapi beberapa dekade belakangan, tak

sedikit perempuan yang sukses berkarya dalam bidang-bidang yang sebelumnya “dikuasai” oleh kaum laki-laki, tak terkecuali bidang infrastruktur dan pekerjaan umum (PU). Pertanyaannya

kini, apakah hasil pembangunan infrastruktur PU dan Permukiman, yang pada dasarnya “netral gender” (tidak memihak salah satu jenis kelamin), telah diselenggarakan dan telah pula

mengakomodasi kepentingan gender secara adil dan setara?

seharusnya maupun tidak seharusnya

mereka kenakan, apa yang dianggap

pantas dan tidak pantas mereka laku-

kan, maupun apa yang biasa dan tidak

biasa mereka lakukan berdasarkan

nilai-nilai sosial dan budaya yang ada

di sekitarnya.

Sebagai contoh, seorang perempuan

dianggap tidak pantas, tidak mampu,

atau tidak bisa menjadi kontraktor, ar-

sitek, mandor ataupun kuli bangunan,

dan lain sebagainya karena itu meru-

pakan pekerjaan berat, pekerjaan yang

pantas dan cocoknya untuk laki-laki.

Bahkan, ada kepercayaan bahwa kaum

Hawa juga tidak mampu mengerjakan-

nya sebaik kaum Adam. Generalisasi

pelabelan kekuatan maupun kelemah-

an terhadap laki-laki ataupun perem-

puan yang dijadikan tolak ukur untuk

mengotak-ngotakkan peran maupun

tanggung jawab seseorang inilah yang

kemudian menimbulkan adanya dis-

kriminasi atau ketidakadilan gender.

Pemerintah RI telah melakukan rati-

fikasi terhadap konvensi hukum inter-

nasional CEDAW (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimina-tion Against Women) melalui pembu-

atan Undang-undang Nomor 7 Tahun

1984 tentang Penghapusan Perlakuan

Diskriminasi terhadap Perempuan.

Ratifikasi ini berarti pemerintah te-

lah mengikatkan diri pada kewajiban

menghapus diskriminasi serta mema-

juan kesetaraan dan keadilan gender

di negaranya.

Pengarusutamaan Gender (PUG) ada-

lah strategi untuk mengurangi kesen-

jangan antara laki-laki dan perempuan

dalam mengakses dan mendapatkan

manfaat hasil-hasil pembangunan

dengan cara mengintegrasikan pers-

pektif gender ke dalam proses pem-

bangunan di setiap bidang. Hal terse-

but tercantum dalam Buku II Bab I dari

Rencana Pembangunan Jangka Me-

nengah Nasional periode 2010-2014.

Telah diterbitkan pula Instruksi Presi-

den Nomor 9 Tahun 2000 tentang

Pengarusutamaan Gender dalam Pem-

bangunan Nasional yang mewajibkan

semua instansi pemerintah pusat dan

daerah untuk melaksanakan PUG ke

Seminar tentang gender di Kementerian PU. (Foto: Dok.)

WACANA

Page 70: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH70

WACANAbangunan bidang PU yang ditujukan

untuk memperkecil atau menghapus

kesenjangan gender.

Berdasarkan laporan Tim Pelaksana

Pengarusutamaan Gender Sekreta-

riat Jenderal Kementerian Pekerjaan

Umum, pelaksanaan PUG di Kemen-

terian PU telah menjadi komitmen

Pimpinan Kementerian PU yang difasi-

tim ini masih belum melaksanakan

tugasnya secara optimal karena se-

bagian besar tugas tersebut dilaksa-

nakan oleh staf/eselon IV.

Tingkat pemahaman mengenai konsep

dan isu gender serta manfaat PUG da-

lam pembangunan di lingkungan Ke-

menterian PU pada umumnya masih

terbatas serta belum memiliki persa-

dalam kebijakan, program, dan kegiat-

an pembangunan.

Menindaklanjuti Instruksi Presiden

tersebut, Kementerian PU telah

menunjukkan komitmennya melalui

pembentukan Tim PUG Kementerian

PU sebagai fasilitator dalam pelaksa-

naan PUG bidang PU serta telah me-

netapkan PUG dalam Renstra Kemen-

terian PU periode 2010-2014 Bab IV

sebagai salah satu strategi yang akan

diterapkan dalam setiap penyusunan

kebijakan, perencanaan, pengang-

garan, serta implementasinya melalui

program dan kegiatan.

Khususnya tahun 2010, pelaksanaan

pembangunan infrastruktur PU dan

Permukiman mulai menyusun Peren-

canaan dan Penganggaran Responsif

Gender (PPRG) dengan mengacu pada

Peraturan Menteri Keuangan (PMK)

yang dikeluarkan setiap tahunnya ten-

tang Petunjuk Teknis Penyusunan dan

Penelaahan PPRKA-KL (Rencana Kerja

dan Anggaran Kementerian Negara/

Lembaga) dan Pelaksanaan DIPA (Daf-

tar Isian Pelaksanaan Anggaran).

Pelaksanaan PUG PU bertujuan untuk

memastikan bahwa penyelenggaraan

infrastruktur PU dan Permukiman

telah responsif gender. Tujuan lain-

nya adalah tersusunnya rencana ke-

bijakan, program dan anggaran serta

kegiatan pembangunan bidang PU

yang responsif gender.

Untuk melaksanakan PUG dalam pem-

bangunan bidang PU, dapat digunakan

alur kerja analisis gender (Gender Ana-lysis Pathway/GAP). Melalui alur kerja

ini secara bertahap dilakukan analisis

mulai dari proses perencanaan, pelak-

sanaan, pemantauan dan evaluasi ser-

ta pelaporan dari seluruh kebijakan,

program, hingga kegiatan pembangun-

an bidang PU yang responsif gender.

Melalui metode ini dapat teridentifikasi kesenjangan gender dan permasalah-

an gender sekaligus dapat disusun ren-

cana kebijakan program kegiatan pem-

litasi oleh Tim PUG-PU melalui Surat

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 363 Tahun 2009, merupakan

perubahan terhadap SK Men PU No.

25/2007).

Tim PUG-PU yang dibentuk tersebut

beranggotakan Eselon I dan Eselon II

tertentu sebagai perwakilan dari ma-

sing-masing satminkal di Kementerian

PU. Meskipun demikian, tampaknya

maan persepsi. Pelaksanaan PUG-PU

pun masih dilakukan secara parsial

dan belum didasarkan pada pendekat-

an dan analisis gender secara benar.

Pembinaan SDM di lingkungan Ke-

menterian PU pada dasarnya tidak dis-

kriminatif. Berdasarkan statistik, jum-

lah pegawai perempuan hanya sekitar

23% dari total PNS Kementerian PU.

Namun bila dikaitkan dengan proses

Peserta orientasi CPNS baru Kementerian PU kini juga tidak melulu didominasi oleh pria. (Foto: Dok.)

Page 71: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 71

WACANA

rekrutmen pada 3 tahun terakhir, jum-

lah pegawai perempuan meningkat

secara signifikan. Hal ini mengindikasi-kan bahwa tingkat responsivitas Ke-

menterian PU terhadap isu gender

sudah lebih baik.

Adapun penyediaan sarana dan prasa-

rana yang responsif gender di lingkung-

an gedung Kementerian PU baru seba-

KL mengintegrasikan perpektif gen-

der. Untuk kepentingan penyusun-

an Perencanaan dan Penganggaran

Responsif Gender (PPRG), Kemente-

rian PU cq. Biro Perencanaan dan Ker-

jasama Luar Negeri telah menerbitkan

buku panduan “Pengintegrasian

Aspek Gender dalam Perencanaan

Program dan Anggaran Kementerian

PU”.

Pada tahun 2010, PPRG telah diuji

coba pada 12 kegiatan dan pada tahun

2011 akan diterapkan pada 36 kegiat-

an yang tersebar di setiap Eselon 2

Kementerian PU. Kegiatan ini akan di-

pantau oleh Bappenas dan Kemente-

rian Keuangan.

Dalam tahap pelaksanaan, secara

umum pemetaan PUG dapat dilihat

dari kebijakan dan dari proses peli-

batan laki-laki dan perempuan dalam

pelaksanaan pembangunan masing-

masing sub bidang PU. Direktorat Jen-

deral Cipta Karya melakukan kegiatan

pembangunan yang responsif gender

karena lebih banyak dan secara lang-

sung melibatkan masyarakat. Peran

dan partisipasi perempuan telah di-

canangkan sejak perencanaan, pelak-

sanaan, pemantauan, dan evaluasi.

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

melakukan beberapa kegiatan yang

melibatkan masyarakat petani pe-

makai air perempuan dan berkolabo-

rasi dengan Kementerian Pertanian.

Hal ini disebabkan pemakai/peman-

faat pembangunan adalah kelompok

tertentu, terkait pembinaannya de-

ngan kementerian lain.

Direktorat Jenderal Bina Marga mengi-

dentifikasi pengarusutamaan gender pada studi analisis dampak lingkungan

fisik dan sosial ekonomi, namun pada tahap pelaksanaan, monitoring, dan

evaluasi PUG tidak dapat terdeteksi

secara signifikan. Direktorat Jenderal Penataan Ruang menyusun Rencana

Detail Tata Ruang (RDTR) kota/kabu-

paten dan kawasan. Beberapa unit

kerja lain yang juga telah dilakukan

kegiatan yang responsif gender ada-

lah Pusdata, Puskompu, dan Puslit-

bang Sosekling.

Tahap Pemantauan dan Evaluasi (Mo-

nev) mengacu pada Panduan “Pe-

mantauan dan Penilaian Pelaksanaan

Pengarusutamaan Gender dalam Pem-

bangunan Nasional” yang diterbitkan

oleh Kementerian Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak

(KPPPA).

Berdasarkan hasil Monev oleh Tim In-

dependen Nasional, Kementerian PU

dinilai patut menerima penghargaan

Anugerah Parahita Ekapraya selama 3

tahun terakhir berturut-turut. Anuge-

rah Parahita Ekapraya merupakan

penghargaan tinggi atas segala upaya

dalam peningkatan kualitas perem-

puan pada semua aspek kehidupan

dan kesetaraan dengan laki-laki. Peng-

hargaan ini diberikan kepada institusi

yang dipandang berhasil dalam pelak-

sanaan strategi PUG.

Pada tanggal 22 Desember 2010 lalu

Kementerian Pekerjaan Umum (PU)

kembali menerima penghargaan

Anugerah Parahita Ekapraya Kategori

Madya dari Kementerian Pember-

dayaan Perempuan dan Perlindungan

Anak yang diserahkan oleh Presiden

RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

kepada Menteri PU Djoko Kirmanto

dalam acara “Puncak Peringatan Hari

Ibu ke-28 Tahun 2010” di Jakarta.

Penghargaan ini menunjukkan komit-

men Kementerian PU dalam menginte-

grasikan perspektif gender, antara

lain pembinaan SDM dan penyediaan

sarana dan prasarana gedung Ke-

menterian PU yang responsif gender.

Meskipun demikian, upaya peningkat-

an kesetaraan gender dalam meng-

akses dan mendapatkan manfaat dari

hasil-hasil pembangunan di setiap bi-

dang masih diperlukan, utamanya di

lingkungan internal Kementerian PU.

(Endah)

tas penyediaan Nursery Room (Ruang

ibu menyusui) dan Tempat Penitipan

Anak (TPA) yang terletak di gedung

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

dan Direktorat Jenderal Penataan Ru-

ang dengan jumlah dan kondisi yang

masih terbatas.

Pada tahap perencanaan dan pem-

rogaman mengacu pada Peraturan

Menteri Keuangan (PMK) PMK No.

119/2009 dan No. 104/PMK.02/2010

yaitu agar K/L dalam penyusunan RKA-

Page 72: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH72

WACANA

Keberlanjutan tidak hanya ma-

salah melindungi lingkungan,

mengurangi eksploitasi sumber

daya alam ataupun mengurangi polusi,

namun juga tentang keseimbangan

terhadap keberlanjutan sistem sosial

dan ekonomi. Diperkirakan pada tahun

2030 jumlah penduduk yang tinggal di

perkotaan akan mencapai 4,9 miliar

dengan tingkat urbanisasi mencapai

60,3%, utamanya di kota-kota negara

berkembang.

Kondisi ini memicu terjadinya per-

masalahan lingkungan perkotaan dan

membutuhkan penanganan yang ber-

fokus pada kebijakan dan tata kelola

pengembangan kota dengan perenca-

naan yang lebih holistik dan termasuk

di dalamnya solusi sistem lingkungan.

Permasalahan tentang kota yang

berkelanjutan menjadi sebuah topik

yang menarik untuk dibahas dan diper-

debatkan. Beragam pendekatan dilaku-

kan dalam upaya menerjemahkan dan

mengimplementasikan konsep berkelan-

jutan tersebut melalui inovasi teknologi,

penggunaan teknologi tepat guna dan

hemat energi, ruang terbuka hijau, kom-

paksi perkotaan, transportasi publik

antarmoda yang terintegrasi, penerapan

intellegent building system (IBS), pember-

dayaan dan partisipasi masyarakat, tata

kelola (governance), reformasi institusi,

pertimbangan terhadap aspek sosial dan

budaya serta kearifan lokal, penggunaan

instrumen ekonomi, dan kebijakan.

Tantangan Global Mewujudkan

Kota yang BerkelanjutanOleh: **Joessair Lubis, Taufan Madiasworo

Pembangunan Berkelanjutan

Deklarasi Johanessburg (2002), mene-

kankan secara spesifik perlunya integra-

si secara seimbang, efisien dan sinergis tiga pilar pembangunan berkelanjut-

an, yaitu aspek lingkungan, sosial dan

ekonomi. Menurut Sumarwoto (2006),

pembangunan berkelanjutan adalah

perubahan positif sosial ekonomi yang

tidak mengabaikan sistem ekologi dan

sosial dimana masyarakat bergantung

kepadanya.

Keberhasilan penerapannya memerlu-

kan dukungan kebijakan, perencanaan

dan proses pembelajaran sosial secara

terpadu. Walaupun konsep pemba-

ngunan berkelanjutan diyakini sebagai

konsep yang ideal dan diterima sebagai

sebuah kesepakatan global, namun per-

wujudan pembangunan berkelanjutan

ini tidaklah mudah.

Berbagai upaya yang dilakukan, mu-

lai dari mengurangi pemakaian mobil,

mendaur ulang plastik, kertas dan kaca,

konservasi air dan sebagainya, pada

dasarnya merupakan tindakan dalam

rangka menerapkan ide tentang pem-

bangunan berkelanjutan. Kepentingan

pembangunan harus seimbang antara

kepentingan jangka pendek dan ke-

pentingan jangka panjang, begitu pula

kepentingan lingkungan harus seim-

bang dan sinergi dengan kepentingan

sosial dan kepentingan ekonomi.

Kota Berkelanjutan

Kota berkelanjutan adalah kota yang

berkembang secara terintegrasi dan

seimbang baik secara lingkungan,

ekonomi, sosial-budaya disertai dengan

tata kelola (governance) yang baik. Na-

mun seringkali aspek lingkungan menja-

di yang utama sehingga aspek sosial dan

ekonomi menjadi terpinggirkan.

Keberlanjutan metabolisme kota de-

ngan pembangunannya harus dapat

memenuhi kebutuhan-kebutuhan masa

Saat ini keberlanjutan menjadi isu kunci di tengah berbagai permasalahan lingkungan global seperti keterbatasan energi, efek rumah kaca, kenaikan muka air laut, banjir, pemanasan global, perubahan

iklim serta masalah-masalah lain yang terkait dengan sistem ekonomi dan sosial. Kondisi ini telah menyadarkan semua pihak untuk bekerjasama secara global dan mendorong kebutuhan untuk berfikir

global serta terciptanya aksi-aksi lokal.

Page 73: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 73

WACANA

alam, lingkungan hidup dan lingkungan

hidup binaan manusia merupakan satu

kesatuan dan keutuhan sistem.

Pandangan mengenai kota berkelan-

jutan perlu diekstrapolasi menjadi

suatu model sosial-ekonomi yang beru-

saha mewujudkan kualitas kehidupan

masyarakat yang lebih sejahtera tanpa

mengabaikan aspek lingkungan. Proses

perwujudan hal ini dilakukan dengan

perencanaan yang mengintegrasikan

berbagai dimensi kegiatan pemangku

kepentingan serta melalui partisipasi

masyarakat dalam proses perumusan

kebijakan pembangunan kota terkait

dengan bentuk kelembagaan peme-

rintahan yang dapat memberikan akses

dan menyediakan wadah untuk ter-

jadinya partisipasi masyarakat.

Selain itu diperlukan dukungan sistem

informasi yang mutakhir dalam men-

dorong partisipasi masyarakat kotanya.

Selanjutnya yang tidak kalah penting

adalah perubahan paradigma peme-

rintahan sebagai aktor utama pemba-

ngunan menjadi mitra pembangunan

bersama masyarakat.

Singapura dianggap berhasil dalam

pembangunan kota berkelanjutan mela-

lui strategi penyeimbangan kehidupan

ekonomi dengan meningkatkan kehi-

dupan sosial masyarakatnya serta kuali-

tas lingkungannya. Hal ini pertama-tama

dilakukan dengan pemilihan rencana

strategis yang tepat, memformulasikan

kebijakan yang inovatif, dan memanfaat-

kan teknologi untuk menangani masalah

perkotaan dan lingkungan. Sebagai con-

toh adalah penanganan kawasan berse-

jarah perkotaan yang dilakukan mela-

lui strategi konservasi dinamis melalui

insentif, pemberdayaan masyarakat,

peningkatan kualitas lingkungan, me-

ngurangi beban kegiatan pada kawasan

bersejarah kota dengan mengalihkan

pusat kegiatan pada bagian kota yang

lain untuk menjaga memori tempat

(sense of place) dan keberlanjutan aspek

sosial dan ekonomi.

Peran penataan ruang

Berbagai permasalahan perkotaan

membutuhkan pendekatan yang tepat

dalam penanganannya. Harus disadari

bahwasanya masing-masing kota memi-

liki karakteristik yang spesifik sehingga dalam mengimplementasikan pemba-

ngunan berkelanjutan ini membutuhkan

pendekatan pengembangan perkotaan

yang berbasis kebutuhan dan kemam-

puan dan potensi yang dimiliki masing-

masing kota dengan penataan ruang

sebagai instrumennya.

Penataan ruang memiliki peran yang

sangat siginifikan sebagai instrumen dalam rangka mewujudkan kota yang

berkelanjutan. Dalam rencana tata

ruang kota diatur hal-hal yang terkait

perwujudan kota yang berkelanjut-

an, seperti: pengaturan pusat-pusat

kegiatan dan pembagian peran dan

fungsi kota-kota di kawasan metro-

politan, kompaksi perkotaan dengan

mendekatkan fungsi dan aktivitas se-

hingga pola pergerakan menjadi lebih

efisien, konservasi terhadap kawasan lindung, dan pertimbangan terhadap

daya dukung lingkungan. Tidak kalah

pentingnya pengembangan infrastruk-

tur perkotaan yang tidak hanya sebagai

pembentuk struktur ruang kota namun

juga sebagai instrumen pengendalian

pemanfaatan ruang, pengembangan

sistem jaringan transportasi publik dan

jalur pejalan kaki yang dapat menekan

angka kemacetan terutama di kota-

kota besar, penataan dan pengelolaan

terhadap sektor informal serta peles-

tarian terhadap kawasan bersejarah

perkotaan.

Upaya tindak lanjut

Untuk mewujudkan kota berkelanjutan

perlu terus di dorong dan ditingkatkan

hal-hal sebagai berikut: penggunaan

sumber daya alam secara efisien, pe-ngurangan secara bertahap ketergan-

tungan akan sumber daya dari luar dan

sumber daya yang tidak terbaharukan,

penggunaan dan penciptaan teknologi

tepat guna, dan penghematan energi,

dan ramah lingkungan.

Diperlukan pula pemahaman yang baik,

perubahan sikap hidup dan model men-

tal yang lebih peduli lingkungan. Terkait

hal tersebut maka pendidikan ling-

kungan dan ekologi harus ditanamkan

pada anak-anak sejak usia dini. Pember-

dayaan masyarakat, modal sosial dan

tata kelola global menjadi sangat re-

levan, selain komitmen dan dukungan

semua pihak serta semua generasi.

**Ditjen Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum

kini tanpa membahayakan kemampuan

generasi-generasi masa depan untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan mere-

ka sendiri. Perkotaan dalam konsep ling-

kungan hidup adalah merupakan suatu

proses interaksi antara manusia (ling-

kungan hidup sosial) dengan sumber

daya alam (lingkungan hidup alam) yang

terejawantah dalam lingkungan binaan

manusia (bulit environment). Dalam ling-

kungan binaan tersebut manusia dengan

nilai-nilai budayanya berinteraksi dengan

lingkungan fisik sehingga manusia dapat beradaptasi dengan baik didalamnya.

Proses interaksi antara lingkungan hidup

Pedestrian di Singapura. (Foto: Taufan)

Page 74: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH74

WACANA

Keseriusan pemerintah dalam

pengelolaan BMN sebenarnya

mulai terlihat dengan terbitnya

Keputusan Presiden Nomor 17/2007

tentang Penertiban BMN serta ter-

bitnya Peraturan Pemerintah Nomor

6/2006 tentang Pengelolaan Barang

Milik Negara/Daerah. Dari sudut kelem-

bagaan, pembentukan unit khusus di

Kementerian Keuangan untuk penge-

lolaan kekayaan negara dan pembuat-

an road map pengelolaan BMN meru-

pakan komponen pendukung yang

penting. Untuk sisi teknis pencatatan,

sistem akuntasi BMN bahkan sudah di-

Road Map Menuju Penatausahaan Aset yang Akuntabel

Oleh: **Eddy Putra R.S

implementasikan sejak tahun 2005 se-

laras dengan penerbitan Standar Akun-

tasi Pemerintah untuk aktiva tetap.

Langkah yang telah dilakukan Kemen-

terian Keuangan kemudian diikuti pula

oleh Menteri Pekerjaan Umum (PU)

melalui penerbitan Peraturan Men-

teri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/

M/2008 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Departemen Pekerjaan Umum

terkait pembentukan Pusat Pengelo-

laan BMN. Pada tahun berdirinya Pusat

Pengelolaan BMN, usaha yang pertama

dilakukan adalah melakukan diagnosa

terhadap pencatatan keberadaan,

penggunaan, penguasaan, dan peman-

faatan aset.

Beberapa hasil diagnosa yang ditemu-

kan oleh Pusat Pengelolaan BMN ada-

lah fakta betapa compang-campingnya

pengelolaan aset waktu itu karena be-

lum seluruh BMN tercatat, sedangkan

BMN yang sudah tercatat belum semua

menggunakan nilai yang real. Ditam-

bah lagi beberapa BMN ternyata masih

dikuasai oleh pihak lain secara fisik. Hal lain yang ditemukan adalah informasi

mengenai BMN amat minim sekali,

Djoko Kirmanto, Menteri PU, membuka rapat koordinasi aset barang milik negara. (Foto: Dok.)

Pada era 1970-an, fokus utama pemerintah adalah

membangun. Dengan demikian, dapat dimengerti ketika

aspek penatausahaan hasil pembangunan menjadi kurang

penting. Baru pada awal 1990-an pemerintah memulai upaya penatausahaan Barang Milik Negara (BMN) agar lebih

transparan dan akuntabel. Upaya setengah hati ini berjalan

sangat lamban. Selanjutnya, dengan paket reformasi

keuangan negara, yang ditandai antara lain dengan penerbitan Laporan Keuangan Pemerintah

Pusat Tahun Anggaran 2004, terlihat nilai aset negara

atau BMN. Meskipun kualitas datanya masih buruk, namun dapat digunakan sebagai titik

tolak pembenahan manajemen BMN.

Page 75: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 75

WACANA

salah satunya karena masalah teknolo-

gi yang sudah usang atau penggunaan

teknologi yang “aneh”, yaitu pencata-

tan dilakukan sendiri tanpa audit fisik yang memadai. Selain itu, ketiadaan in-

formasi dasar mengenai BMN dan kon-

disi aktualnya membawa kerugian bagi

negara karena kondisi ini membuka pe-

luang bagi kerja sama birokrat dengan

Milik Negara) sementara manajemen

BMN hanya bersifat pencatatan yang

tidak terpadu.

Adapun kerugian terbesar dan yang

terpenting adalah pemanfaatan BMN.

Belum lagi opportunity cost (biaya pe-

luang) yang hilang karena anggaran

untuk kegiatan lain yang lebih penting

terpaksa “mengalah” oleh pengadaan

BMN yang kemudian mubazir.

Dengan telah terdeteksinya penyakit-

penyakit dalam pengelolaan BMN,

maka mulai dirintis usaha koreksi yang

lebih sistematis untuk penyelesaian-

nya, mulai dari tahap pendataan, pen-

catatan, pelaporan, pemanfaatan, dan

penghapusan. Oleh karena itu, dalam

rangka mewujudkan penatausahaan

aset yang akuntabel dan sejalan de-

ngan tuntutan yang dihadapi oleh

Kementerian Pekerjaan Umum dalam

melakukan penatausahaan BMN, diper-

lukan road map yang harus diterapkan

di lingkungan Kementerian Pekerjaan

Umum.

Pertama, membangun dan mem-

perkuat sistem pendataan BMN yang

lengkap, tepat, dan akurat melalui

pengembangan sistem informasi yang

terintegrasi dengan Sistem Akuntansi

Barang Milik Negara (SIMAK-BMN).

Kedua, meningkatkan kualitas pembi-

naan, pengelolaan, pengawasan, dan

pengendalian BMN melalui peningkat-

an dan perkuatan SDM dan SIMAK-

BMN. Ketiga, meningkatkan kualitas

pelaporan, penyusunan program, ser-

ta pengembangan sistem penatausa-

haan BMN melalui pembinaan penge-

lola BMN. Keempat, mewujudkan

sistem pemantauan dan evaluasi yang

berkelanjutan dan berkesinambungan

melalui sosialisasi dan koordinasi kebi-

jakan dan peraturan yang terkait penye-

lenggaraan BMN. Kelima, melakukan

penerbitan aset yang bertujuan untuk

pengamanan aset negara dalam ben-

tuk perkuatan hak. Keenam, melaku-

kan penilaian atas BMN sehingga aset

Kementerian Pekerjaan Umum ternilai

secara wajar dan dapat dipertang-

gungjawabkan. Terakhir, memberikan

kontribusi yang nyata terhadap neraca

NKRI.

Perkembangan lebih jauh akan aset

yang dikelola Kementerian Pekerjaan

Umum tercermin dalam alokasi ang-

garan yang kian membesar. Terlebih

setelah dilakukan inventarisasi dan

penilaian barang oleh Kementerian

Keuangan melalui Tim Satgas Penilaian

di bawah payung Keputusan Presiden

Nomor 17/2007 terlihat nilai aset tetap

pada rekaman posisi Semester II Tahun

Anggaran 2010 sebesar Rp 296,5 triliun.

Penertiban Barang Milik Negara Ke-

menterian Pekerjaan Umum akan lebih

dipertajam mengingat angka neraca

Rp 296,5 triliun merupakan merupakan

angka yang bersifat sementara. Hal ini

dikarenakan belum terkumpulnya aset

yang tersebar di seluruh Indonesia,

seperti aset bendung, saluran primer

yang sampai saat ini belum tersentuh

secara menyeluruh, di samping aset

tanah yang digunakan sebagai jalan na-

sional sepanjang ± 36.000 km ternyata

masih sebagian besar belum dinilai

serta diamankan sesuai peraturan per-

undangan-undangan.

Perubahan paradigma baru pengelo-

laan Barang Milik Negara/aset negara

yang ditandai dengan dikeluarkannya

Peraturan Pemerintah Nomor 06/2006

yang merupakan peraturan turunan

UU Nomor 1/2004 tentang Perbenda-

haraan Negara, telah memunculkan

optimisme best practices baru dalam

penataan dan pengelolaan aset negara

yang lebih tertib, akuntabel, dan trans-

paran ke depannya. Pengelolaan aset

negara yang profesional dan modern

dengan mengedepankan good go-vernance di satu sisi diharapkan akan

mampu meningkatkan kepercayaan

pengelolaan keuangan negara dari

masyarakat/stakeholders.

**Kepala Pusat Pengelolaan Barang Milik Negara, Kementerian Pekerjaan Umum.

pihak swasta untuk mengalihkan BMN

menjadi milik swasta.

Temuan selanjutnya adalah anggaran

pengadaan BMN yang dilakukan setiap

tahun ternyata dibuat tanpa mengikuti

praktek yang wajar. Idealnya, peng-

adaan hanya akan dilakukan ketika

BMN tersebut diperlukan. Kenyataan-

nya, pengadaan berdasarkan keterse-

diaan jatah anggaran yang harus diha-

biskan. Tidak hanya itu. Sebelum Tahun

Anggaran 2004, penerbitan aset masih

lemah akibat sistem penataan aset yang

dibuat secara manual dengan mengiku-

ti kaidah IKMN (Inventarisasi Kekayaan

Page 76: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH76

WACANA

naan program dan kegiatan di PU harus

transparan. Dengan begitu, masyarakat

dapat menilai sejauh mana kinerja PU

menjalankan program-programnya dan

masyarakat dapat berperan aktif dalam

mengawasi kinerja PU. Dengan kata lain,

transparansi berujung pada peningkat-

an partisipasi masyarakat. Pelibatan

masyarakat ini diharapkan akan mendo-

rong terciptanya kinerja yang lebih efek-

tif dan efisien di lingkungan PU.

Sampai saat ini, langkah-langkah yang

telah dilakukan oleh PU terkait dengan

KIP adalah menyusun peraturan men-

Dalam penerapannya, Pemerin-

tah telah menerbitkan PP No.61

tahun 2010 tentang Pelaksa-

naan UU KIP. Dalam PP ini, komponen

terpenting dalam pelaksanaan keterbu-

kaan informasi ialah penunjukan Peja-

bat Pengelola Informasi dan Dokumen-

tasi (PPID) di masing-masing lembaga,

paling lambat 20 Agustus 2011. Jika

sampai batas waktu tersebut belum

juga dilaksanakan maka layanan infor-

masi publik akan terhambat. Sebagai

implikasinya, institusi tersebut dapat

dikenakan sanksi akibat dari ketidak-

puasan pemohon informasi.

Sanksi terhadap pelanggaran ini ter-

cantum di dalam UU, yakni bagi Badan

Publik yang dengan sengaja tidak me-

nyediakan, tidak memberikan, dan/atau

tidak menerbitkan Informasi Publik dan

mengakibatkan kerugian bagi orang

lain dikenakan pidana kurungan paling

lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana

denda paling banyak lima juta rupiah.

Implementasi KIP di PU

Agar setiap program di Kementerian

Pekerjaan Umum (PU) dapat dipertang-

gungjawabkan maka setiap pelaksa-

Informasi Terbuka, Kinerja Terjaga:

Implementasi Keterbukaan Informasi Publik di Lingkungan PU

Terbitnya UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) dimaksudkan untuk memfasilitasi

sinergi antara pemerintah dengan masyarakat. Dari sembilan komponen good governance, empat diantaranya

membutuhkan keterbukaan informasi agar dapat berjalan. Kempat komponen tersebut adalah akuntabilitas,

transparansi, partisipasi masyarakat, dan efektivitas-efisiensi.

Pelayanan informasi publik di perpustakaan Kementerian PU. (Foto: Dok.)

Page 77: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 77

WACANA

teri dan buku panduan pelaksanaan

keterbukaan informasi di lingkungan

PU. Selanjutnya, PU harus menyusun

daftar klasifikasi informasi. Tentunya klasifikasi ini membutuhkan inventaris atau daftar informasi publik yang dimi-

liki PU. Daftar ini berisi keterangan me-

ngenai informasi apa saja yang bersifat

terbuka dan yang dikecualikan. Setelah

terkumpul dan terklasifikasi, maka PPID akan mengesahkan daftar klasifikasi in-

formasi tersebut.

Penerapan KIP bukan perkara mudah,

terutama jika melihat jumlah data dan

informasi yang dimiliki oleh seluruh

unit yang ada di Kementerian PU. Ker-

ja besar ini tidak dapat berjalan tanpa

adanya dukungan dari semua pihak di

lingkungan PU.

Langkah selanjutnya, setiap unit perlu

mengidentifikasi dan mengklasi-fikasi-kan informasi berdasarkan ketentuan

yang ada dalam UU KIP. Semua unit

di lingkungan PU di seluruh Indonesia

perlu menginventarisasi dan menginte-

grasikan informasi dan dikelola oleh

Pejabat Pelaksana Pengelola Informasi

dan Dokumentasi di tiap-tiap daerah

yang selanjutnya akan dilaporkan ke

PPID pusat.

Klasifikasi Informasi

Dalam UU ini, informasi diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu: informasi

yang wajib disediakan dan diumumkan

secara berkala, seperti laporan keuang-

an dan annual report; informasi yang

wajib diumumkan, seperti wabah pe-

nyakit atau hama penyakit tanaman;

informasi yang wajib tersedia setiap

saat, seperti peraturan perundang-un-

dangan, info layanan publik, kebijakan,

prosedur perizinan; serta Informasi

yang dikecualikan.

Informasi yang dikecualikan harus me-

menuhi beberapa syarat, antara lain:

Informasi yang apabila dibuka • dapat mengungkapkan aset vital

negara sehingga membahayakan

keamanan nasional.

Informasi yang apabila dibuka da-• pat mengakibatkan terganggunya

ketertiban umum, kepentingan

ekonomi nasional dan/atau sta-

bilitas sistem moneter dan/atau

sistem keuangan, serta hubungan

luar negeri (public order, interna-tional relations).

Informasi yang apabila dibuka • dapat mengungkapkan isi akta

otentik yang bersifat pribadi dan

kemauan terakhir ataupun wasiat

seseorang.

Informasi yang apabila dibuka da-• pat mengungkap kerahasiaan yang

bersifat pribadi.

Informasi memorandum atau su-• rat-surat antar badan publik atau

intra badan publik, yang menurut

sifatnya dirahasiakan kecuali atas

putusan Komisi Informasi atau

pengadilan

Informasi yang tidak boleh diung-• kapkan berdasarkan undang-un-

dang.

Sesuai UU KIP, informasi yang dikecua-

likan bersifat ketat dan terbatas. Infor-

masi ini juga didasarkan pada pengu-

jian konsekuensi yang timbul apabila

informasi tersebut diberikan kepada

masyarakat, serta setelah ditimbang

dengan seksama bahwa membuka

suatu informasi kepentingan publik

lebih berat daripada menutupnya.

Terakhir, informasi yang dikecualikan

tidak bersifat permanen. PP No. 61 ta-

hun 2010 tentang pelaksanaan UU KIP

mengatur bahwa informasi yang dapat

menghambat proses penegakan hukum

dikecualikan paling lama 30 tahun dan

harus dibuka paling lama 30 hari setelah

jangka waktu pengecualian berakhir.

Setiap informasi di lingkungan PU ini

akan diuji oleh PPID yang ditunjuk oleh

Menteri. Pada akhirnya, uji konsekuensi

yang dilakukan PPID akan menghasil-

kan daftar klasifikasi informasi, baik yang terbuka maupun tertutup, untuk

lingkup Kementerian PU.

Dalam hubungan resiprokal antara PU

dengan masyarakat pengguna informa-

si, ada hak dan kewajiban yang dimiliki

masing-masing pihak terkait penggu-

naan informasi ini. Sebagaimana tercan-

tum dalam UU KIP, setiap orang berhak

melihat, mengetahui, mendapatkan

salinan, menyebarluaskan, dan menga-

jukan gugatan bila hak atas permintaan

informasinya dilanggar. Namun apa-

bila pengguna menggunakan informasi

tersebut untuk bahan publikasi, maka

pengguna informasi harus mengikuti

peraturan yang telah ditetapkan, yakni

mencantumkan sumbernya (nama per-

orangan atau badan yang membuat/

mengeluarkan informasi tersebut).

Sebaliknya, lembaga publik juga berhak

menolak memberikan informasi yang

dikecualikan jika pengguna informasi

tidak mematuhi peraturan perundang-

undangan penggunaan informasi yang

berlaku. Penolakan pemberian infor-

masi tersebut harus didasari beberapa

alasan, misalnya dikhawatirkan akan

membahayakan negara, berkaitan de-

ngan kepentingan perlindungan usaha

dari persaingan, atau berkaitan dengan

hak-hak pribadi.

Sedangkan kewajiban PU terkait de-

ngan informasi publik antara lain menye-

diakan, memberikan dan menerbitkan

informasi publik yang akurat, benar,

dan tidak menyesatkan. Kementerian

PU perlu membangun serta mengem-

bangkan sistem informasi dan doku-

mentasi untuk mengelola informasi

publik secara baik dan efisien, meman-

faatkan sarana dan media elektronik,

media nonelektronik, serta menyusun

kearsipan dan pendokumentasian in-

formasi publik sehingga informasi pub-

lik tersebut dapat diakses dengan mu-

dah oleh pengguna. Dalam menyusun

kebijakan terkait KIP, Kementerian PU

harus mempertimbangkan aspek poli-

tik, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau

pertahanan dan keamanan Negara.(Ew)

Page 78: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH78

WACANA

Kota Lembang terkenal sebagai salah satu objek wisata alam di wilayah sekitar Bandung. Di kota ini didirikan sebuah fasilitas peneropongan bintang, Observatorium Bosscha, yang tidak hanya dinilai penting bagi pengembangan sains dan teknologi di Indonesia, tapi juga sebagai warisan

budaya. Sebagai bagian dari upaya pelestarian warisan budaya, maka diperlukan adanya rehabilitasi bangunan. Salah satunya adalah pemugaran Wisma Kerkhoven.

Sejak tahun 2008, di dalam

kompleks Observatorium Boss-

cha memiliki fasilitas baru

yang bernama Wisma Kerkhoven. Nama Kerkhoven diambil dari nama

salah seorang pendiri Observatorium

Bosscha, yaitu R. A. Kerkhoven, yang

sangat berjasa bagi kelangsungan

Observatorium Bosscha sekaligus se-

orang kerabat keluarga besar K.A.R.

Bosscha. Bangunan Wisma Kerkhoven

terletak di bagian selatan tapak

kawasan observatorium yang memiliki

ketinggian sekitar 1.300 m (dpl). Massa

bangunan ini berupa persegi panjang,

berukuran 11 x 28 m2 dengan peletakan

memanjang ke arah utara-selatan. Di

tengah bangunan terdapat selasar

yang berfungsi sebagai penghubung

kamar-kamar yang berada di kedua sisi

bangunan, sementara di sisi selatan

terdapat teras melengkung dengan

hamparan pemandangan yang luas ke

arah lembah.

Peletakan batu pertama bangunan

dilaksanakan pada tanggal 14 Mei 1926

oleh Anton Pannekoek, ahli Astronomi

asal Amsterdam yang pernah bertugas

di Technische Hoogeschool Bandung

(sekarang ITB). Bangunan ini memiliki

gaya arsitektur tertentu yang

menyesuaikan kondisi tempat yang

beriklim tropis. Wisma Kerkhoven

ini dibangun dengan menggunakan

teknologi tepat guna yang cukup

sederhana, namun memiliki ketahanan

yang relatif baik. Secara keseluruhan,

bangunan ini hanya mengalami per-

baikan kecil di beberapa bagian.

Pemugaran

Oleh:** Widjaja Martokusumo

Dengan dukungan Rektor ITB,

Dirjen Dikti-Depdiknas, berbagai

instansi terkait dengan Kementerian

Kebudayaan dan Pariwisata, maka

pada bulan Agustus tahun 2004

Observatorium Bosscha telah di-

nyatakan sebagai Benda Cagar

Budaya melalui Keputusan Menteri

kebudayaan dan Pariwisata No.

KM.51/OT.007.MKP/2004. Kini Wisma

Kerkhoven telah berusia lebih dari 50

tahun. Merujuk pada UU No. 5 tahun

1992 tentang Benda Cagar Budaya

dan UU No. 28 tahun 2002 tentang

Bangunan Gedung, bangunan tersebut

memang layak dilestarikan. Di samping

itu, pelestarian bangunan diperlukan

untuk aspek formal dan aspek sains

(kontribusi keilmuan).

Salah satu karakteristik khusus

bangunan Wisma Kerkhoven adalah

konstruksi rangka kayu yang diekspos

(Fachwerkhaus), dengan atap meng-

gunakan kuda-kuda kayu dan pelapis

atap seng. Saat ini bangunan dengan

strukur rangka kayu merupakan sesuatu

yang langka. Bangunan rangka kayu

sendiri adalah bangunan tradisional

yang sering dijumpai di Eropa Barat,

khususnya di daerah Prancis Selatan,

dan daerah perbatasan Jerman

dengan Swiss. Atap Wisma Kerkhoven

juga memiliki keunikan, yakni memiliki

lubang-lubang pembuangan udara

panas di sisi barat atap yang sekaligus

Wisma Kerkhoven, Lembang

Perubahan fisik Wisma Kerkhoven saat dipugar tahun 2007, sebelum (kiri) dan sesudah (kanan). (Foto: Dok.W. Martokusumo)

Page 79: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 79

WACANA

berfungsi sebagai lubang cahaya untuk

menerangi selasar dalam bangunan.

Udara di bawah atap akan relatif lebih

panas karena atap seng menyerap

panas dan sekaligus berfungsi sebagai

bantalan udara agar udara di bawah

plafon tetap sejuk. Akibat pemanasan

terus menerus, udara di bawah atap

akan memuai dan mengalir ke tempat

yang tekanannya lebih rendah melalui

lubang-lubang pembuangan udara

panas pada sisi barat atap. Aliran ini

restoratif, yaitu mengembalikan ke

kondisi semula tanpa menggunakan

bahan baru. Perubahan cukup sig-

nifikan terjadi pada sistem utilitas bangunan, penggantian kabel listrik,

termasuk tata cahaya ruang dalam,

khususnya di kamar-kamar.

Sejak awal 2008, bangunan faculty house ini memiliki beberapa fungsi

dan sarana, antara lain ruang seminar

dan lokakarya berkapasitas 40 orang,

ruang rapat berkapasitas 30 orang,

galeri, museum dan guest house.

Dalam konsep pelestariannya, Wisma

Kerkhoven ini memang difungsikan

tidak hanya untuk mengakomodasi

kegiatan ilmiah, namun juga sebagai

akomodasi sejumlah peneliti yang

bekerja di Observatorium Bosscha.

Sejak diresmikan oleh Dr. Kusmayanto

Kadiman, Menristek saat itu, pada

tanggal 15 Desember 2007, fasilitas baru

ini dijadikan tempat penyelenggaraaan

berbagai kegiatan di Observatorium

Bosscha. Sejumlah kegiatan

yang pernah dilakukan, antara

lain seminar, diskusi, acara

kultural (pertunjukan musik

dan resital), dan pameran

astrofilateli.

Kini Observatorium Bosscha

berusia lebih dari 90 tahun

dan masih memiliki predikat

sebagai observatorium

terbesar di Asia Tenggara.

Observatorium ini memiliki

catatan sejarah yang panjang.

Penggunaan peralatan te-

lah berevolusi dari sistem

mekanik menjadi elektronik,

mode media data juga

berubah dari analog menjadi

digital.

Ruang museum di Wisma

Kerkhoven dimanfaatkan

sebagai ruang untuk me-

nyimpan dan memamerkan

benda-benda kuno, yang

sangat bermakna sekaligus

sebagai rekaman perjalanan

observatorium, seperti peralatan,

dokumen, serta teropong. Namun, pe-

nataan dan inventarisasi benda-benda

museum belum sepenuhnya selesai

dan museum ini belum dibuka untuk

umum, kecuali untuk acara-acara

khusus.

Rehabilitasi bangunan Wisma

Kerkhoven merupakan salah satu

upaya pelestarian sebuah artefak

khususnya dalam pengembangan

Ilmu Astronomi di Indonesia dan Asia

Tenggara. Rehabilitasi bangunan ini

juga membuka peluang penyesuaian

interior bangunan dan integrasi

fungsi-fungsi baru. Dengan kata

lain, rehabilitasi bangunan dapat

memberikan makna baru bagi Wisma

Kerkhoven serta sebagai wujud

apresiasi terhadap benda cagar

budaya.

**Arsitek dan Pengajar di Program Studi Arsitektur ITB

dipercepat oleh masuknya udara sejuk

dari luar kemudian akan mendorong

udara panas keluar dari atap.

Sebelum direhabilitasi pada awal

tahun 2007, Wisma Kerkhoven

digunakan sebagai rumah dinas

direktur observatorium. Kegiatan

rehabilitasi bangunan merupakan

bagian dari rencana pengembangan

Observatorium Bosscha sebagai Space Science Centre ITB. Selain perubahan

fungsi sejumlah ruangan, dilakukan

rehabilitasi pada konstruksi rangka

kayu yang rusak akibat rayap serta

lantai dan dinding bangunan yang

retak akibat gempa bumi dan landslide.

Umumnya perubahan tersebut bersifat

Interior ruang utama Wisma Kerkhoven. (Foto: Dok.W. Martokusumo)

Page 80: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH80

WACANA

Dunnette dalam buku “Hand-

book of Industrial-organiza-

tional Psychology” mendefi-

nisikan assessment center sebagai

serangkaian aktivitas yang distandar-

isasi suatu kelompok sebagai dasar

untuk menilai atau memprediksi ting-

kah laku individu yang dikenal atau

dipercaya memiliki relevansi dengan

pekerjaan yang dilaksanakan dalam

kerangka organisasi. Assessment cen-ter merupakan metode yang dapat

dipertanggungjawabkan dan kompre-

hensif untuk memperoleh informasi

secara akurat dan lengkap. Informasi

tersebut meliputi kompetensi jabatan,

baik kompetensi potensial, maupun

aktual, yang akan mendukung proses

pengambilan keputusan dan kebijakan

kepegawaian, seperti seleksi, mutasi,

Assessment CenterOleh: **Aulia Sekar Hasdiena

Seiring perkembangan paradigma dalam memahami

organisasi pemerintah dalam kerangka Reformasi

Birokrasi, kita semakin menyadari bahwa sumber daya

manusia (SDM) merupakan aset organisasi. Sasaran

yang ingin dicapai adalah adanya sumber daya yang

berintegritas, berkompeten, profesional, berkinerja tinggi

dan sejahtera. Oleh karena itu, sudah saatnya organisasi

pemerintah mulai memberikan perhatian lebih terhadap

strategi pengembangan sumber daya manusia dalam unit

organisasinya, salah satunya dengan assessment center.

Sebagai Strategi Pengembangan SDM

promosi, pola karir, pengembangan

dan pelatihan yang transparan, adil

dan dapat dipertanggungjawabkan.

Pada sektor pemerintahan, alat

ukur ini akan sangat berguna dalam

meningkatkan objektivitas dan

transparansi dalam proses seleksi,

penempatan pegawai, pengangkatan

dalam jabatan baik struktural maupun

fungsional, pelaksanaan diklat,

pengembangan karier, maupun dalam

mengkaji sistem remunerasi yang layak

dan berkeadilan. Di bidang kelembagaan

pemerintahan, assessment center juga

dapat diaplikasikan sebagai instrumen

dalam penataan dan pengembangan

organisasi pemerintah agar lebih

rasional, efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Di lingkungan kerja, sering kita temui

kasus seseorang yang dipromosikan

karena faktor senioritas sehingga

setiap orang terkesan hanya menunggu

giliran untuk menggantikan atasannya.

Praktik seperti ini membuktikan bahwa

kepemimpinan dalam suatu organisasi

bergantung pada kapasitas pejabat yang

bersangkutan. Di dalam manajemen

SDM terdapat prinsip “the right man on

the right place”. Pada beberapa dekade

terakhir, implementasi prinsip tersebut

mendorong manajemen organisasi

untuk mencari metode terbaik dalam

mengevaluasi potensi dan kompetensi

seseorang untuk menduduki suatu

jabatan.

Kita mengenal berbagai metode

evaluasi perilaku kandidat, seperti

Peserta diklat sedang mengerjakan tugas kelompok. (Foto: Dok.)

Page 81: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 81

WACANA

tes psikologi, personality test (tes

kepribadian), work sample test (tes

contoh kerja), dan behavioral event interview (metode dan pendekatan

wawancara yang lebih fokus dalam

penggalian bukti perilaku yang telah

dilakukan).

Namun kenyataannya, menurut ba-

nyak pakar, metode assessment

center memiliki tingkat akurasi yang

lebih tinggi. Keandalan metode ini

sudah dibuktikan melalui lebih dari 50

studi, yang mengindikasikan bahwa

assessment center dalam memprediksi

kinerja dan kesuksesan yang akan

datang hasilnya lebih baik dibandingkan

metode lainnya.

Selain itu, keakuratan metode ini didukung

dengan penggunaan beragam alat ukur

dan tes, seperti Academic Potency Test

(Tes Potensi Akademik), Personality Test

(Tes Kepribadian), Intellegence Test (Tes

Kecerdasan), In-Basket Exercise (Latihan

simulasi di suatu ruangan yang ditata

seperti ruangan kantor sebenarnya

dan peserta dimonitor melalui CCTV),

Group Discussion (Diskusi Grup), Role

Play (Bermain Peran), Presentation Skill (Keahlian Presentasi), dan Test of Creative Thinking (Tes Pemikiran Kreatif).

Serangkaian tes dan kegiatan

assessment center akan menghasilkan

analisis jabatan untuk mendapatkan

kriteria standar jabatan tertentu serta

mendapatkan personil yang tepat untuk

jabatan tersebut. Selain itu, metode

ini akan menghasilkan gambaran

jelas tentang personil, pemimpin

dan kader-kader pemimpin melalui

evaluasi kompetensi dan kepribadian.

Pencapaian-pencapaian ini dapat

digunakan sebagai bahan pengambilan

keputusan yang akurat, transparan, adil

dan dapat dipertanggungjawabkan.

Untuk menjawab tuntutan kinerja

pemerintah yang lebih baik dan

profesional dalam upaya mewujudkan

reformasi birokrasi, metode assessment

center mulai digarap secara serius

oleh beberapa instansi pemerintah,

contohnya Kementerian Keuangan.

Langkah pertama peningkatan

manajemen SDM aparatur adalah

menyusun standar kompetensi untuk

seluruh jabatan eselon II dan eselon

III yang strategis. Langkah tersebut

diikuti dengan pelaksanaan assessment

center untuk melihat profil kompetensi pejabat eselon II dan eselon III serta

penerapan dan pengintegrasian

aplikasi assessment center ke dalam

Basis Data SDM/SIMPEG.

Dalam jangka panjang, assessment cen-ter akan mampu memberikan jawaban

yang dapat dipercaya dan dapat diper-

tanggungjawabkan menyangkut kepu-

tusan kepegawaian serta mengurangi

elemen subjektifitas dalam proses pengembangan karir pegawai. Selain

itu, proses identifikasi terhadap po-

tensi kinerja para pegawai dapat dilaku-

kan secara lebih akurat sehingga dapat

digunakan untuk mendesain program

pelatihan dan pengembangan yang

dibutuhkan pegawai serta penyediaan

informasi bagi organisasi dalam peny-

usunan pola karir pegawai.

Bagaimana dengan Kementerian Peker-

jaan Umum? Sektor infrastruktur Ke-

menterian PU merupakan sektor vital,

strategis dan langsung bersentuhan

dengan masyarakat. Di sisi lain, jumlah

pegawai mencapai 20.000-an orang

yang tersebar di seluruh wilayah di In-

donesia, sementara alat bantu manaje-

men SDM tidak lagi optimal memenuhi

tuntutan dan kebutuhan organisasi,

terlebih saat ini kita tengah melakukan

serangkaian proses dan kebijakan da-

lam rangka reformasi birokrasi.

Keberadaan assessment center akan

memberikan kontribusi besar dalam

meringankan tugas-tugas manajemen

SDM di Kementerian PU dalam

rangka pelaksanaan tugas dan fungsi

Kementerian PU yang lebih baik. Hal

ini tampaknya disadari penuh sehingga

saat ini sebagai langkah awal telah

dibentuk bidang yang menangani

pengembangan kompetensi. Tentunya

diharapkan penerapan assessment

center Kementerian PU akan terwujud

**Analis Kepegawaian Pertama Kementerian Pekerjaan Umum.

Bimbingan Teknis Perpustakaan Kementerian PU. (Foto: Dok.)

Page 82: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH82

HUMANIKA

Ditemui di salah satu sekolah

musik miliknya di kawasan Dar-

mawangsa, Jakarta Selatan,

Ully Sigar, seniman sekaligus aktivis

lingkungan, menyempatkan waktu

untuk berbincang-bincang dengan tim

KIPRAH mengenai kegiatannya seba-

gai aktivis lingkungan dan pandangan-

nya terhadap sumber daya alam serta

perilaku masyarakat dalam menjaga

kelestarian lingkungan.

Pembicaraan dimulai dengan keterse-

diaan air bersih di perkotaan karena

berkaitan dengan peringatan Hari Air

Dunia yang jatuh pada tanggal 22

Maret. Ully berpendapat bahwa kon-

disi air di perkotaan di seluruh dunia

saat ini memprihatinkan. “Selain me-

mang bumi sudah lelah, manusia pun

tidak bijak dalam memperlakukan

alam. Jadi, kini air tidak hanya menjadi

sumber kehidupan sebagaimana slo-

Ully Sigar:

Anda mungkin sudah se-ring mendengar nama Ully Sigar, namun tahukah anda

bahwa Ully Sigar yang kerap dipanggil Bunda oleh para teman dan kerabatnya ini aktif terlibat dalam ber-bagai kegiatan yang terkait

dengan alam, khususnya pelestarian air?

gan ‘air untuk kehidupan’ yang selalu

diserukan orang-orang, tapi juga bisa

mengakibatkan kematian dikarenakan

kualitasnya yang buruk dan memba-

hayakan kesehatan.” ujarnya.

Menanggapi perilaku masyarakat perko-

taan terhadap air, Ully yang bernama

lengkap Rulany Indra Gartika Rusady

Wirahadi Tenaya, memberikan sebuah

ilustrasi. Di kota-kota besar, masih ba-

nyak kita temui permukiman kumuh di

pinggir sungai. Kenapa? Karena bagi

mereka yang tinggal di sana, akses un-

tuk mendapatkan air secara gratis han-

ya bisa didapat dari sungai, tak peduli

betapa kotornya sungai tersebut. De-

ngan adanya sekelompok manusia ting-

gal di sana, timbullah masalah baru,

yakni pencemaran sungai dikarenakan

banyaknya warga sekitar yang mem-

buang sampah, mencuci, dan buang air

di sungai.

Solusinya, menurut Ully, yakni dengan

memberi akses gratis seluas-luasnya

pada masyarakat dan yang lebih uta-

ma lagi, kita harus berupaya mening-

katkan taraf hidup mereka. “Pada

dasarnya mereka tidak ingin bandel,

tapi keadaanlah yang memaksa me-

reka begitu, terutama karena faktor

ekonomi,” jelas wanita yang juga men-

jadi Ketua Pecinta Tanaman Sansiviera

ini.

Menurut pengamatan Ully, masyarakat

adat bisa mengelola sumber daya alam

dengan baik dibandingkan masyarakat

perkotaan. Ini dapat dilihat dari kearif-

an lokal mereka. Kita bisa belajar dari

adat dan kebiasaan masyarakat Badui.

Penduduk Badui sangat menghormati

alam. Sebagai contoh, mereka memiliki

aturan adat untuk tidak mandi, mencu-

ci apalagi buang air di sungai. Mereka

pun tidak membangun sesuatu yang

Tak Kenal Lelah Mendampingi Masyarakat

HUMANIKA

Ully Sigar, ketua Yayasan Garuda Nusantara. (Foto: Wy)

Page 83: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 83

HUMANIKA

berlawanan atau mengganggu aliran

sungai. Dengan kata lain, ikutilah ke

mana air mengalir.

Contoh lainnya adalah masyarakat Bali.

Mereka juga menghormati air, bah-

kan sembahyang di mata-mata air un-

tuk mewujudkan rasa syukur mereka

terhadap pemberian alam. Ully juga

menceritakan pengalamannya saat

mengunjungi Pulau Sebatik, Kaliman-

tan Timur. Masyarakat di sana sangat

bergantung pada air hujan untuk me-

menuhi kebutuhan air mereka sehari-

hari. Semua masyarakat hidup dengan

air hujan yang mereka tampung di ru-

mah masing-masing, tidak mengguna-

kan air ledeng.

Dari pengamatan tersebut, masyarakat

seperti di Badui, Bali, dan Pulau Seba-

tik ini sudah memiliki pola pikir bahwa

air itu sangat penting bagi kehidupan

mereka. Inilah yang harus ditanamkan

di benak kita, khususnya masyarakat

perkotaan mengenai sumber daya

alam.

Ully, melalui LSM-nya, Yayasan Garuda

Nusantara, juga telah melakukan ber-

bagai upaya pelestarian alam. Selain

melakukan penyuluhan, Ully juga kerap

menggalakkan kegiatan penanaman

pohon kepada masyarakat, terutama

di wilayah pegunungan. Tujuan uta-

manya tidak lain adalah untuk meng-

hasilkan mata air baru. Pendampingan

masyarakat terkait dengan air bersih

di perkotaan juga pernah dilakukan di

daerah pinggiran Sungai Ciliwung dan

Cisadane. Kegiatan utamanya adalah

penghijauan kawasan sekitar sungai,

berupa workshop, seminar-seminar un-

tuk ibu-ibu rumah tangga dan tokoh-

tokoh masyarakat. Sebagai seorang

seniman, tak jarang Ully menciptakan

dan mementaskan lagu-lagu bertema-

kan lingkungan dengan gitarnya, se-

bagai wujud kepeduliannya terhadap

alam.

Lebih lanjut lagi Ully mengatakan

bahwa pendampingan masyarakat

memang lebih luwes dilakukan oleh

pihak LSM , tapi sesungguhnya semua

pihak harus bersinergi untuk saling

memberikan informasi. “Kalau dulu,

saya sebagai orang LSM, enggan ber-

koordinasi dengan pemerintah karena

tidak memahami birokrasi pemerin-

tah. Tapi kini, saya harus mempelajari

dan mengerti aturan-aturan pemerin-

tah, harus terbuka, dan jangan sampai

membuat gap. Itu semua semata-mata

demi mencapai tujuan kita untuk men-

jaga kelestarian alam,” tambahnya.

Wanita yang sudah lebih dari 30 tahun

berkecimpung di dunia LSM ini berbagi

pengalamannya mengenai pendamping-

an masyarakat. Ia mengatakan bahwa

untuk mengkampanyekan pentingnya

menjaga lingkungan tidak cukup de-

ngan menyebar leaflet, mengeluarkan

undang-undang, menyediakan sarana,

atau sejenisnya. Tapi yang lebih penting

lagi adalah pendampingan masyarakat

yang berkesinambungan. Layaknya ber-

dakwah mengenai ajaran agama, kita

tidak boleh putus asa untuk terus men-

dampingi masyarakat setiap saat.

“Pendampingan memang perlu pe-

ngorbanan, kalau ingin program kita

berhasil,” kata Ully tegas. Sebagai con-

toh, masalah kebiasaan membuang

sampah sembarangan. Pemerintah

atau LSM sering kali mengadakan

penyuluhan dan pendidikan kepada

masyarakat untuk tidak membuang

sampah sembarangan, tapi tetap saja

banyak orang yang masih melakukan-

nya. Karena itulah, tidak cukup dengan

pendidikan dan pendampingan, tetapi

harus ada pemantauan dan evaluasi.

“Dan sudah bukan saatnya bagi kita

untuk saling menyalahkan. Kita harus

bekerja sama dan memikirkan solu-

sinya bersama-sama. Lepaskan segala

atribut atau jabatan yang kita miliki.

Posisikan diri kita sendiri sebagai manu-

sia, penghuni bumi, yang bergantung

pada sumber daya alam dan kita wa-

jib menjaga kelestariannya,” tambah

wanita yang sejak kecil hobi berenang

melintasi sungai dan laut ini.

Sebelum beranjak untuk melakukan ak-

tivitas lain, Ully Sigar bertutur sekaligus

berpesan, “Negara kita tidak miskin,

setidaknya tidak untuk sumber daya

alamnya. Karena itulah, kita harus me-

lestarikan alam secara berkesinambung-

an. Mari kita bekerja sama dan perbaiki

semua potensi alam dengan segala ke-

mampuan yang kita miliki.”(Ynh)

Kegiatan pelestarian hutan mangrove. (Foto: Dok. Yayasan Garuda Nusantara)

Page 84: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH84

JENDELA

Siapa tak kenal dengan sosok satu ini? Muhammad

Farhan, atau yang akrab dipanggil Farhan, merupakan

salah satu presenter talk show terkenal di Indonesia.

Sosoknya yang ramah, supel, dan bersahaja telah wara-wiri di

layar kaca sejak tahun 1995. Saat tim KIPRAH berkesempatan

mewawancarainya, Farhan mengutarakan keprihatinannya

terhadap penyediaan infrastruktur air, khususnya air minum,

di tanah air. Baginya, penyediaan infrastruktur air minum

yang murah, berkualitas, dan merata masih menjadi sebuah

pekerjaan rumah yang besar.

“Nyatanya, masyarakat di beberapa daerah pelosok,

termasuk kota-kota yang letaknya di pelosok, masih ada

yang terpaksa harus membangun infrastruktur saluran air

sendiri, baik saluran air bersih maupun air kotor. Kalaupun

PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) masuk, warga mesti

bikin sendiri drainase dan sumur resapannya. Jadi, saya

memandang bahwa kita sebagai masyarakat juga mesti

banyak belajar. Bagaimanapun juga, kita sadar, dana dan

jangkauan dari pihak pemerintah terbatas, jadi kita mesti

punya inisiatif dan pengetahuan sendiri untuk membangun

saluran air itu untuk kita sendiri.”

Sebagai salah satu partisipan dalam Program Jakarta Green and Clean, Farhan mengemukakan bagaimana masyarakat juga

seringkali tidak merawat infrastruktur yang telah dibangun

oleh pemerintah. Oleh karena itu, Farhan berpendapat

bahwa akan lebih baik kalau masyarakat justru dididik untuk

memanfaatkan lahan yang ada dan mengelola lingkungan

dengan sebuah teknologi tepat guna yang tidak mahal.

“Yang mengajar ke kampung-kampung ya orang-orang

PU. Dengan begitu, masyarakat bisa membangun sendiri

infrastruktur di kampung mereka sesuai dengan standar

pemerintah. Kalau atas swadaya masyarakat itu sendiri,

Farhan:

maka keinginan masyarakat untuk merawatnya pasti lebih

gede dibandingkan mereka dibikinin begitu saja karena kan

ada sense of belonging (rasa kepemilikan)-nya,” tukas bapak

beranak dua ini.

“Nah, yang kita inginkan adalah bagaimana pemerintah

datang ngayomin kita. Ajarin kita dong, begini lho caranya

bagaimana air kotor di rumah supaya tidak jadi genangan.

Supaya air genangan dan air bekas cuci tidak terbuang

percuma, diginiin, bikin ini, siram ke sini,” tukasnya. “Kalau

Sudah dididik, terus diberi stimulan deh,” ujar Farhan serius.

Ia mencontohkan kegiatan pembuatan saluran air kotor

dan jalan di daerah rumahnya. “Di kampung saya itu, dinas

pekerjaan umum dan suku dinas terkait cuma ngasih uang

stimulan Rp 13 juta. Tetapi dari situ, kita bisa mengembangkan

dan bikin proyek pengaspalan jalan dan saluran air kotor senilai

Rp 75 juta. Ya itu, karena warga merasa milik bersama.”

Berdasarkan pengalaman tersebut, presenter sekaligus

penyiar radio ini benar-benar merasakan manfaat pendekatan

melalui edukasi langsung ke masyarakat. Oleh karena itu, ia

berharap Kementerian Pekerjaan Umum memiliki program

pengajaran secara langsung ke masyarakat, terutama

pengajaran tentang penerapan teknologi tepat guna untuk

pengelolaan program-program ke-Cipta Karya-an.(Endah)

Air merupakan sumber kehidupan bagi semua makhluk, termasuk manusia karena tanpanya tak akan ada kehidupan. Tak salah bila ketersediaan air bersih yang berkelanjutan menjadi perhatian

berbagai pihak. Salah satu tokoh yang peduli akan ketersediaan dan pemanfaatan air di

nusantara adalah Muhammad Farhan.

Edukasi Lebih Penting

Muhammad Farhan. (Foto: Lis)

Page 85: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 85

INFOBUKU

Sumber daya air semakin lama semakin dibutuhkan. Hal

itu bukan hanya disebabkan oleh pertumbuhan jumlah

populasi penduduk dan ekonomi yang menyebabkan

rendahnya kualitas dan kuantitas sumber daya air, tetapi

kebutuhan akan air juga semakin meningkat.

Di sisi lain, pertambahan jumlah penduduk dan perbaikan

kondisi ekonomi yang dialami Indonesia sejak tahun 1970-

an memberikan implikasi pada peningkatan kebutuhan air

dan lahan. Sebagai contoh, di berbagai kota besar, seperti

Semarang, Bandung, Surabaya, dan Jakarta, kebutuhan air

sudah melebihi kemampuan penyediaan secara alamiah.

Berdasarkan data indeks penggunaan air, variasi aliran dan

tingkat pencemaran air menunjukkan bahwa 20 dari 22

Satuan Wilayah Sungai (SWS) yang ada di Jawa dan 59 dari

90 SWS pada skala nasional dalam kondisi kritis.

Buku “Sumber Daya Air dan Lingkungan: Potensi, Degradasi,

dan Masa Depan” ini menyajikan penelitian dan pemikiran

para ahli terkait fenomena-fenomena yang berhubungan

dengan sumber daya air seperti yang dijelaskan di atas.

Buku ini secara lengkap membahas berbagai isu seputar

sumber daya air yang terjadi di beberapa daerah kecil dan

pulau di Indonesia, misalnya isu perubahan iklim di Pulau

Siberut, perubahan tata guna lahan terhadap ketersediaan

air tanah di DAS Citanduy, dinamika air tawar pulau kecil,

serta pengaruh hidromorfologi dan potensi air tanah di

Mari Meninjau Kembali Kondisi dan Potensi SDA Kita

Deskripsi Bibliografis

Judul : Sumber Daya Air dan Lingkungan:

Potensi, Degradasi, dan Masa Depan.

Penyunting : Robert M. Delinom, Dyah Marganingrum.

Impresum : Jakarta: LIPI Press, 2007.

Kolasi : x, 262 hlm.;21 cm.

pesisir Pantai Karanganyar.

Penulis juga memaparkan kajian tentang sumber daya

air, seperti pemetaan mata air di Kabupaten Belu, Nusa

Tenggara Timur, air tanah dangkal sebagai sumber air bersih

Kota Palangkaraya, daur dan tata air di Kalimantan, serta

distribusi spasial dan temporal curah hujan di cekungan

Bandung. Buku “Sumber Daya Air dan Lingkungan: Potensi,

Degradasi, dan Masa Depan” juga membahas dampak

lingkungan pascapenambangan timah di Pulau Bangka,

kondisi Sungai Citarum, serta tata air dan kerentanan

lingkungan lahan gambut.

Buku ini menyajikan pembahasan secara lengkap mengenai

pengelolaan sumber daya air dan lingkungan di berbagai

wilayah di Indonesia. Meski tidak berwarna, data-data

pendukung juga tersedia, seperti gambar-gambar maupun

tabel-tabel yang dapat membantu penjelasan maupun

pemahaman tentang topik yang diangkat.

Pengelolaan sumber daya air dan lingkungan dibahas secara

mendalam sesuai dengan kondisi di lapangan, sehingga

buku ini layak dijadikan referensi bagi orang yang bergelut

di bidang sumber daya air. Namun, orang awam mungkin

memerlukan pengetahuan lebih tentang ilmu air karena isi

buku ini banyak menggunakan istilah-istilah teknis bidang

keairan.(Odhy)

INFOBUKU

Page 86: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH86

KARIKATUR KARIKATUR

Page 87: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH 87

Page 88: Volume 43 KIPRAH · naskahdapatdilakukanmelaluiemailkekiprah@pu.go.id,disertai ... tor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita ... pendalaman

Volume 43 • KIPRAH88