56
WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIA Oleh: M. Agus Budianto, S. Th.I NIM: 1320512110 Tesis Diajukan Kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Humaniora PROGRAM STUDI AGAMA DAN FILSAFAT KONSENTRASI STUDI AGAMA DAN RESOLUSI KONFLIK YOGYAKARTA 2016

WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

WACANA

ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIA

Oleh:

M. Agus Budianto, S. Th.I NIM: 1320512110

Tesis

Diajukan Kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Magister Humaniora

PROGRAM STUDI AGAMA DAN FILSAFAT

KONSENTRASI STUDI AGAMA DAN RESOLUSI KONFLIK

YOGYAKARTA

2016

Page 2: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa
Page 3: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa
Page 4: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa
Page 5: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa
Page 6: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa
Page 7: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

vii

MOTTO

Artinya;

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah

menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia

bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang

yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula)

matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk

kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah

hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam. (Q.S.

Al-A’raaf, ayat 54).1

1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Toha Putra,

1989), hlm. 224.

Page 8: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

viii

PERSEMBAHAN

Dengan segenap hati, kupersembahkan tesis ini untuk; Bapakku (almarhum), Ibu dan saudari-saudariku yang dengan tulus memberiku support serta spiritnya demi terselesaikannya karya tulis ini. Semoga Allah SWT selalu memberkahinya dan melindunginya. Aminn.. Tesis ini juga dipersembahkan kepada Almamater peneliti, UIN Sunan Kalijaga, para peneliti dan civitas akademika lainnya.

Page 9: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

ix

ABSTRAK

Indonesia adalah negara berlandaskan Pancasila dengan sila kesatu

berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

Indonesia adalah negara yang berketuhanan, negara yang menjamin kemerdekaan

bagi tiap-tiap warganya untuk beriman dan beragama sesuai kepercayaannya

masing-masing. Konsep kebertuhanan ini juga tertuang dalam Ayat 1 dan 2 Pasal

29 Undang-undang Dasar (UUD) 45. Dari UU tersebut, menunjukkan bahwa

Indonesia tidak mengakui keberadaan warganya yang tidak bertuhan/tidak

beragama (ateis), karena itu bertentangan dengan pancasila dan konstitusi negara.

Namun bagaimana apabila ateisme ini berada dalam ruang siber “cyberspace”

yang disana mereka aktif mewacanakan isu-isu ateisme dan kritik atas agama?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan,

perkembangan, jejaring dan bentuk-bentuk wacana ateisme di Cyberspace

Indonesia. Penelitian ini berjenis penelitian lapangan dengan fokus riset di sosial

media di Cyberspace Indonesia. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan

metode observasi partisipatif pasif, terang dan tersamar. Peneliti juga

menggunakan dua model teknik wawancara, yakni wawancara mendalam (indepth

interview), dan tidak terarah (non directed interview). Penelitian ini menggunakan

pendekatan fiosofis, karena persoalan ateisme adalah persoalan filsafat ketuhanan.

Hasil dari penelitian tesis ini, peneliti mendapati banyak sekali orang-

orang yang mewacanakan dirinya sebagai ateis dan memanfaatkan tekonlogi

komputer dan internet untuk eksis di cyberspace Indonesia. Orang-orang ini

berkumpul dan membuat komunitas maya serta aktif mewacanakan isu-isu

ateisme dalam diskusi-diskusi yang dihadirkan dalam grup media sosial seperti

facebook, twitter dan youtube. Komunitas ini peneliti dapati tidak hanya

berjumlah satu atau dua saja, akan tetapi dalam jumlah ratusan, meski sebagian

diantaranya ada yang sedikit membernya dan tidak aktif diskusi-diskusinya.

Selain itu, satu diantara banyak komunitas ateis Indonesia ini ada yang berjejaring

dengan komunitas ateis di tingkat Asia Tenggara dan dunia.

Peneliti juga menganalisis keberadan ateisme di cyberspace Indonesia ini

dari sisi sejarah, perekrutan keanggotaan, akifitas, wacana-wacana yang

dihadirkan di grup dan faktor- faktor penyebab keateisan member komunitas

ateisme cyber Indonesia. Selain itu, penelitia juga membahas keberadaan ateisme

dari aspek legal hukumnya, dari sisi Pancasila, UUD 45, UU Kependudukan, UU

Perkawinan dan UU Informasi dan Transaksi Elektronika (UU ITE) yang berlaku

di Indonesia.

Kata kunci: Wacana, Ateisme, Cyberspace, Cyber community

Page 10: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT. karena hanya

dengan hidayah inayah serta rahman dan rahim-Nya peneliti dapat

menyelesaikan Tesis ini dengan judul ”Wacana Ateisme di Cyberspace

Indonesia”. Sholawat serta salam peneliti haturkan kepada nabi dan rasul

terakhir, Muhammad SAW. yang pada diri beliau terdapat banyak teladan bagi

umatnya.

Tesis ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti

untuk memenuhi tugas akhir studi guna memperoleh gelar Magister

Humaniora pada Studi Agama dan Resolusi Konflik, Program Pascasarjana

UIN Sunan Kalijaga. Perlu diketahui pembaca, bahwa peneliti adalah warga

muslim yang memegang teguh nilai-nilai keislaman yang sedari kecil hidup di

pesantren dan lahir dari keluarga muslim yang taat. Informasi ini penting guna

menghindari stigma-stigma negatif dari terma ateisme yang peneliti tulis ini.

Tujuan dari penulisan tesis ini adalah untuk mengetahui keberadaan

wacana ateisme di dunia maya atau cyberspace Indonesia. Konsentrasi dari

tesis ini adalah komunitas-komunitas, jejaring serta wacana yang dihadirkan

dalam grup-grup sosial media di cyberspace Indonesia. Mengingat penelitian

ini sangat sensitif, peneliti mencoba menggunakan bahasa-bahasa non judment

mengenai keperbedaan faham antara peneliti dan objek yang diteliti. Selain

itu, guna memenuhi etika kepenulisan dalam penelitian ini, peneliti

Page 11: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

xi

memberikan nama samaran bagi informan yang pendapatnya dicantumkan

dalam tesis ini.

Selanjutnya tidak lupa, peneliti mengucapkan terimakasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan karya ini secara materil

maupun spirituil, khususnya;

1. Kepada Bapak (almarhum), Ibu, dan saudari-saudari peneliti;

Mbak Dewi, Mbak Enok, dan Mbak Ramlah yang selalu memberi

support, spirit serta do’a yang terus mengalir kepada peneliti.

Semoga Allah selalu memberi keberkahan dan kesehatan untuk

mereka tercinta, amin.

2. Prof. Dr. Noorhaidi Hasan, M.A., Ph.D. selaku Direktur

Pascasarjna UIN Sunan Kalijaga Yogakarta beserta jajarannya.

3. Dr. Moch. Nur Ichwan, MA., selaku pembimbing yang telah

banyak memberikan waktunya untuk konsultasi-konsultasi intens

peneliti dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Dr. Iswandi Syahputra, M.Si., sebagai penguji yang telah berkenan

untuk mengoreksi dan memberikan masukan kedalam penulisan

tesis ini.

5. Dr. Munirul Ikhwan, sebagai ketua sidang merangkap penguji yang

juga telah memberikan masukan kedalam penulisan tesis ini.

6. Kepada teman-teman kelas SARK 2013, yang selama ini telah

memberikan kebersamaan dan kehangatan dalam suka maupun

duka peneliti; Hendra Lesmana, Hanung Sito Rahmawati, Restra

Page 12: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

xii

Tri Widyadara, Sri Wahyuni, Pujatian Azhar, Imam Muklis,

Rahman, Suparman, dan bang Sauki. Semoga kalian semua sukses

dan mendapat jalan terbaik.

7. Kepada Siti Fatimah, gadis penuh semangat, kesetian, kejujuran

dan keceriaan yang banyak memberi support dan inspirasi dalam

hidup peneliti.

Selanjutnya penulis menyadari bahhwa penulisan tesis ini masih jauh

dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kurang lebihnya informasi dan khazanah

keilmuan yang terangkum dalam tesis ini semoga memberi manfaat kepada

seluruh sifitas akademika, peneliti dan masyarakat umum lainnya. Akhirnya

semoga Allah selalu meridhoi jerih payah kita, amin.

Yogyakarta, 30 Agustus 2016

Peneliti,

M. Agus Budianto, S.Th.I

NIM: 1320512110

Page 13: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i

PERNYATAAN KEASLIAN.............................................................................. ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI................................................................. iii

PENGESAHAN DIREKTUR.............................................................................. iv

PERSETUJUAN TIM PENGUJI........................................................................ v

NOTA DINAS PEMBIMBING............................................................................ vi

MOTTO................................................................................................................... viii

PERSEMBAHAN.................................................................................................. viii

ABSTRAK.............................................................................................................. ix

KATA PENGANTAR.......................................................................................... x

DAFTAR ISI........................................................................................................ xiiiviii

BAB I : PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................ 7

C. Tujuan Penelitian..................................................... ………………8

D. Kajian Pustaka................................................................................. 8

E. Kerangka Teori............................................................................ 12

F. Metode Penelitian............................................................................ 18

G. Sistematika Pembahasan.................................................................. 29

BAB II TEORI ATEISME WACANA DAN CYBERSPACE…………........ .30

A. Pengertian dan Teori Ateisme............................................................ .30

1. Pengertian ......................................................................... .30

2. Ruang Lingkup Ateisme..................................................... .31

3. Klasifikasi Ateisme............................................................ .32

4. Bentuk-bentu Ateisme..................................................... ……….35

5. Tokoh-tokoh Ateisme..................................................... ……….36

B. Pengertian dan Teori Wacana.......................................................... .46

1. Pengertian Wacana.................................................................46

2. Analisis Wacana......................................................................... .50

3. Teori Wacana Michel Foucault.................................................. .51

C. Cyberspace………............................................................................. 54

D. Kajian Media……............................................................................. 56

1. Pengertian Media........................................................................56

2. Media dan Jejaring Sosial...........................................................57

3. Jenis-jenis Media dan Jejaring Sosial.........................................58

4. Internet dan Era Baru Media....................................................... .58

Page 14: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

xiv

BAB III : ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIA……..............................60

A. Komunitas Ateisme Cyberspace Indonesia…………...........................60

B. Bentuk-bentuk Wacana Ateisme di Cyberspace Indonesia……..........76

BAB IV : ANALISIS DATA WACANA ATEISME DI CYBERSPACE

INDONESIA…......................................................................................86

A. Sejarah Ateisme di Indonesia.................................................................86

B. Komunitas Ateisme di Cyberspace........................................................88

C. Anggota Komunitas Ateisme di Cyberspace.........................................93

D. Jumlah Ateisme di Indonesia.................................................................97

E. Aktifitas Komunitas Ateisme di Cyberspace Indonesia.......................100

F. Faktor-faktor Munculnya Ateisme di Indonesia……….......................101

G. Bentuk-bentuk Wacana Ateisme di Cyberspace Indonesia..................107

H. Jaringan Ateisme di Indonesia..............................................................109

I. Model dan Jenis Ateisme di Indonesia.................................................111

J. Ateisme dalam Kajian Filsafat..............................................................113

K. Ateisme dalam Masyarakat Beragama..................................................117

L. Ateisme dalam Pancasila.......................................................................119

M. Ateisme dalam UUD 45 Indonesia........................................................122

N. Ateisme dalam UU Kependudukan Indonesia.......................................123

O. Ateisme dalam UU Perkawinan Indonesia............................................124

P. Ateisme dalam KUHP Indonesia...........................................................125

Q. Ateisme dalam UU ITE.........................................................................126

BAB V PENUTUP.......................................................................................128

A. Kesimpulan.......................................................................................... 128

B. Saran......................................................................................................131

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 132

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 15: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang majemuk, beraneka ragam, baik budaya,

suku bangsa, kepercayaan dan agama. Oleh karena itu tak heran bila Indonesia

dijuluki sebagai Negara yang multikulture1, negeri yang plural,

2 dengan tingkat

toleransi yang tinggi. Kemajemukan itu bisa dilihat dari termaktubnya falsafah

“Bhinika Tunggal Ika” pada ekor Garuda; lambang Negara Indonesia, meski

“berbeda-beda namun tetap satu jua”.3

Dari keberagaman itu justru tidak membuat bangsa Indonesia terpecah

belah, namun sebaliknya menyatukan antara satu entitas dengan entitas yang lain

dalam satu wadah kebangsaan, bangsa Indonesia. Dari keragaman itu pula,

Indonesia tetap memberikan hak dan kebebasan kepada warganya untuk

berpendapat, berekspresi dalam menjalankan adat, tradisi dan keyakinanannya

masing-masing.

1 Lawrence Blum mendifinisikan Multikulture atau mulitkulturalisme sebagai sebuah

pemahaman, penghargaan dan penilaian atas budaya seseorang, serta sebuah penghormatan dan

keingintahuan tentang budaya etnis lain. Sebagaimana dikutip oleh St Nugroho dalam Andrea Ata

Ujan dkk, Multikulturalisme, Belajar Hidup Bersama dalam Perbedaan, (Jakarta: Indeks, 2009),

hlm. 14.

2 Huston Smith, dalam “kata pengantar” buku Frithjof Schuon, “Mencari Titik Temu

Agama-Agama” menuliskan kata pluralitas berasal dari bahasa latin “plurals” yang berarti

“beberapa” dengan implikasi penerimaan terhadap perbedaan. lihat Frithjof Schuon, Mencari Titik

Temu Agama-Agama, terj. Saafroedin Bahar (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1994), hlm, x-xi.

3 Djaka Soetapa. Ummah Komunitas Religius, Sosial dan Politik dalam Al-Qur’an

(Yogyakarta: Duta Wacana University Press dan Mitra Gama Widya, 1991), hlm, 1.

Page 16: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

2

Seperti yang kita tahu bahwa di dalam Pancasila ayat satu, terdapat

falsafah; Ketuhanan Yang Maha Esa.4 Dari falsafah ini dapat ditafsirkan bahwa

Indonesia adalah negara berideologi agama, mengakui keberadaan Tuhan yang

Maha Esa,5 maka selayaknyalah kita sebagai warganya beragama dan beriman

kepada salah satu agama atau kepercayaan yang diakui di Indonesia.

Kewajiban untuk beriman kepada salah satu agama yang diakui negara itu

bagi sebagian orang merupakan bentuk kepedulian negara kepada warganya untuk

memeluk suatu agama, akan tetapi bagi sebagian yang lain, tekanan akan

keharusan beriman kepada salah satu agama ini menciderai kebebasan individu

untuk berekspresi dan memilih agama yang akan ia anut. Beberapa dari mereka

berpendapat, bahwa untuk menjadi individu yang beriman perlu ada proses

pencarian keyakinan, dan apabila belum menemukan bukti-bukti yang

menguatkan keyakinan itu maka berhak untuk tidak beriman dan hidup bebas

seperti warga lainnya.

Mencari akar sejarah kedekatan manusia dengan tuhan memang sangatlah

tidak mudah, banyak tokoh dan pemikir mencoba merunutnya, akan tetapi banyak

pula yang menyanggah keotentikannya. Pun juga persoalan keberadaan alam

semesta, perdebatan apakah alam terjadi dengan sendirinya ataukah ada tangan

agung yang membuatnya atau perdebatan siapakah yang lebih dahulu diciptakan,

manusia dahulu atau Tuhan dahulu6 telah membawanya kepada beberapa aliran.

4 P. Hardono Hadi, Hakikat dan Muatan Filsafat Pancasila, (Yogyakarta, Kanisius,

1994), hlm. 101.

5 Burhanuddin Salam, Filsafat Pancasilaisme, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), hlm. 28.

6 Perdebatan ini sama seperti pertanyaan apakah ayam dahulu atau telur dahulu yang

diciptakan lebih awal. Tentu teka-teki semacam ini tidak akan pernah mencapaii titik terang

Page 17: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

3

Aliran pertama, aliran yang mempercayai adanya kekuatan super being, yaitu

Tuhan dalam proses penciptaan manusia dan alam semesta. Aliran kedua, aliran

yang mempercayai, bahwa alam semesta ini terjadi karena proses seleksi alam.

Sehingga dengan adanya alam semesta raya, bumi dan manusia adalah proses dari

keberlangsungan kosmos yang sudah berjalan selama ratusan, ribuan dan bahkan

jutaan tahun yang lalu.

Proses perdebatan alam ini melebar ke persoalan terdalam manusia, yakni

persoalan keyakinan. Ketidakmampuan akal manusia akan besarnya jagad raya

dan kesadaran akan dirinya yang memiliki banyak keterbatasan mengantarkannya

kepada keyakinan bahwa ada creator atau kekuatan lain diluar dirinya. Kekutan

yang maha sempurna, yang menciptakan segala sesuatu sesuai kehendaknya

sekaligus juga menakutkannya. Kesadaran inilah yang membuat manusia

menciptakan konsep Tuhan berdasar pengetahuan dan pengalamannya. Membuat

ritus-ritus pemujaan, pengorbanan, pujian-pujian dan lain sebagainya.

Sementara aliran yang mengagungkan rasionalitas akalnya melihat

fenomena alam, bumi dan keberadaannya tak lepas dari proses alam itu sendiri

dan tidak percaya akan adanya Tuhan. Aliran ini berpendapat bahwa segala

sesuatu yang ada di alam semesta raya memang telah ada, dan keberadaanya yang

sekarang ini adalah proses dari evolusi dan seleksi alam. Tuhan bagi aliran ini

jawabannya, karena masing-masing akan saling berargumen. Di sini Barbara Smith-Moran dalam

artikelnya yang berjudul Evolusi Masa Lalu dan Masa Depan, menjelaskan bahwa Tuhan dan

manusia ibarat lebah dan bunga, lahir dan berkembang bersama yang masing-masing spesies

saling berguna dan mendukung bagi spesies lainnya. Lihat: Barbara Smith-Moran, “Evolusi Masa

Lalu dan Masa Depan” dalam: God for 21 Century, terj. Happy Susanto, (Yogyakarta: Belukar,

2005), hlm. 61-64.

Page 18: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

4

hanyalah ilusi bagi dirinya dan imajinasi dari ketakberdayaannya7. Aliran ini juga

melihat bahwa segala sesuatu bisa dirasionalisasikan, bisa dijangkau oleh manusia

melalui ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya.

Senada dengan hal di atas, Richard Dawkins, tokoh yang dikenal sebagai

sosok Ateis8 abad ini berkeyakinan bahwa alam jagad raya ini berasal dari sesuatu

yang bermula, darinya alam berproses dan berkembang menuju keadaannya yang

sekarang ini. Semua yang ada di semesta ini melewati proses evolusi dan seleksi

alam. Spesies yang kuat akan bertahan dan berkembang menuju kesempurnaan,

sementara yang lemah akan kalah, berpindah atau musnah sama sekali. Dawkins

berpendapat bahwa Tuhan yang ada pada manusia hanyalah hayalan dan ilusi.

Persepsi mengenai ketuhanan manusia ini bergantung kepada seberapa kuat daya

hayal dan ilusi yang dibuatnya.9 Menurutnya keberadaan Tuhan sangatlah lemah,

karena belum adanya bukti kuat yang menggambarkan akan eksistensi

kemahakuasaan Tuhan pada alam jagad raya, karena menurutnya setiap segala

sesuatu bisa dijelaskan dengan akal dan ilmu pengetahuan.10

Perdebatan-perdebatan mengenai ketuhanan dan alam semesta di atas tentu

sangat menarik dan terbatas. Perdebatan ini biasanya hanya terdapat di artikel-

7 Menurut Ludwig Feuerbach, Tuhan baginya adalah hasil imajinasi dan proyeksi

manusia atas dirinya sendiri, mempunyai eksistensi pada dirinya sendiri, maka manusia merasa

takut dan menyembah dan menghormatinya, padahal apa yang dia sembah adalah gambaran dari

diri mereka sendiri yang tak berdaya karena keterbatasnnya. Frans Magnis Suseno, Menalar

Tuhan, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm 66-67.

8 Louis Leahy mengartikan kata “Ateis” berasal dari kata Yunani, a theos, yang berarti

tanpa Tuhan, dari sisi istilah, “Ateis” ditunjukkan kepada orang yang mengingkari dan tidak

mengakui adanya Tuhan, lihat, Louis Leahy SJ, Filsafat Ketuhanan Kontemporer, (Yogyakarta:

Kanisius, 1993), hlm. 297.

9 Lebih lengkapnya mengenai ateisme Richard Dawkins silahkan lihat; Hillary Rodrigues

and John S. Harding, Introduction to the Study of Religion, (New York: Routledge, 2009). hlm.

121.

10 Hillary Rodrigues and John S. Harding, Introduction to the Study… hlm. 122.

Page 19: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

5

artikel dan buku-buku filsafat saja atau di Universitas-universitas Eropa dan di

negara-negara yang memperbolehkan warganya menganut ateisme. Di Indonesia

perdebatan mengenai ketuhanan ini cukup sulit ditemukan, mengingat ateisme di

Indonesia tidak diakui keberadaannya dan sangat sensitif apabila diperbincangkan

di khalayak umum. Namun begitu, peneliti justru menemukan wacana-wacana

ateisme ini di ruang-ruang yang sangat tidak terfikirkan banyak orang, yakni di

dunia internet atau orang menyebutnya ruang maya “cyberspace”.11

Karena keterbukaan internet dan kecanggihan teknologi informasi, wacana

keberadaan warga Ateis Indonesia sangat mudah ditemukan di ruang maya.

mereka memanfaatkan cyberspace untuk menjadi tempat berkumpul dan

berdiskusi hingga terbentuklah sebuah komunitas maya atau cyber community12

yang di dalamnya mereka bebas berekspresi, berdialog mengenai persoalan-

persoalan ketuhanan, agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan persoalan-

persoalan sosial politik terkini lainnya.

11

Istilah “cyberspace” atau ruang maya pertamakali dipopulerkan oleh William Gibson

pada tahun 1984 dalam novelnya Neouromancer yang mendapatkan ide dari fenomena keyakinan

anak-anak yang muncul setelah mereka bermain video games. Dimana anak-anak tersebut tampak

meyakini bahwa permainan tersebut adalah nyata, baik dari sisi bangunan, benda-benda yang ada

didalam permainan itu ada dan eksis, meski kenyataan itu tidak bisa dijangkau oleh mereka. Dari

pengamatan itulah, Gibson memperkenalkan istilah “Cyberspace” untuk menjelaskan bahwa ada

tempat dimana ia tidak nyata tetapi keberadaannya dapat dirasakan bahkan menjadi kenyataan

dalam benak. Lihat Rulli Nasrullah, Cyber Media, (Yogyakarta: CV. Idea Sejahtera, 2013). Hlm.

22.

12 Komunitas maya atau cyber community adalah sebuah ruang yang di desain khusus

untuk dimungkinkannya orang masuk, menghuni, berkumpul berdiskusi dan berkolaborasi secara

maya di internet. Komunitas maya ini melibatkan banyak orang nyata yang sevisi dan

berkomunikasi secara real time. Mereka menjalin diri melalui piranti berbasis komputer atau

gadget yang terhubung melalui internet. Lihat; Karlina Supeli, “Ruang Publik Dunia Maya”, dalam

Ruang Publik, (F. Budi Hardiman, ed), (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm. 335. Onno W Purbo,

memaknai bahwa pengguna interntet yang menghuni dan berkumpul di satu komunitas cyberspace

bisa disebut komunitas virtual atau virtual community. Lihat Onno W Purbo, Perkembangan

Teknologi Informasi dan Internet di Indonesia, (Jakarta: Kompas, 2000), hlm. 50.

Page 20: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

6

Data-data perkembangan wacana mengenai ateisme di Indonesia juga bisa

dilihat dari banyaknya website-website, komunitas-komunitas, grup-grup maupun

funspage yang berlabel ateis di ruang cyber. Tak jarang dari komunitas/grup-grup

itu memiliki ratusan, ribuan bahkan puluhan ribu anggota dan ribuan like untuk

funspagenya. Grup Facebook dengan nama: Dialog Ateis+Teis Indonesia (DATI)

misalnya, grup ini memiliki anggota hingga mencapai 18.276 Anggota. Grup

facebook Anda Bertanya Ateis Menjawab (ABAM), memiliki 20.453 anggota.

Grup Dialog Atheis Agnostic & Sekuler Indonesia memiliki 2.110 Anggota. Grup

terpopuler Indonesian Atheists (IA) memiliki 1.736 anggota. Grup Dialog Atheis

Indonesia-Sekuler Ilmiah (DAISI), memiliki 9.600 Anggota.13

Data terbaru dari sensus ateis yang beralamat di www.atheistscensus.com,

situs resmi yang dikhususkan untuk mensensus keanggotaan ateis secara

internasional, jumlah anggota ateis Indonesia telah mencapai sebanyak 1.355

orang, sensus ini peneliti akses pada 31 Maret 201614

, jumlah ini lebih kecil dari

yang pernah dirilis oleh The Jakarta Globe, sebanyak 1.400 orang di tahun 2010.15

Pada tahun 2012 The Jakarta Globe seperti yang dimuat oleh Koran Pikiran

Rakyat, menyatakan bahwa, pertumbuhan penganut ateis telah mencapai 1% dari

total penduduk Indonesia.16

13

Jumlah masiing-masing data terbaru dari anggota grup ini peneliti akses pada tanggal

26 April 2016, di laman grup yang ada di Facebook.

14 http://www.atheistcensus.com, diakses pada tanggal 31 Maret 2016.

15 http://jakartaglobe.beritasatu.com/lifeandtimes/the-rise-of-indonesian-atheism/410166,

diakses Tgl, 20 Desember 2015.

16 http://www.pikiran-rakyat.com/nasional/2012/01/20/173796/populasi-atheis-di-

indonesia-capai-satu-persen-dari-jumlah-penduduk. diakses Tgl, 20 Desember 2015.

Page 21: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

7

Dari persoalan tersebut di atas dapat dimengerti bahwa persoalan

ketuhanan yang termuat dalam sila ke satu Pancasila belumlah selesai. Pancasila

yang menjadi dasar negara masih diuji oleh keberadaan komunitas yang

meragukan akan adanya Tuhan (Agnostik),17

dan bahkan yang sama sekali tidak

mempercayai Tuhan (Ateis),18

baik dari tanda-tanda keberadaanNya maupun

dzatNya.

Berdasar data-data di atas peneliti menjadi tertarik untuk melakukan

research mengenai keberadaan ateisme di Indonesia dengan judul penelitian

Wacana Ateisme di Cyberspace Indonesia. Perlu diketahui, mengingat wacana

mengenai ateisme ini sangat sensitif dan untuk menghindari persepsi negatif

mengenai peneliti, maka peneliti menegaskan diri bahwa peneliti adalah seorang

muslim (teis), yang semenjak kecil hidup di lingkungan pesantren Islam dan dari

keluarga muslim taat.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana komunitas Ateisme berkembang dan berjejaring di Cyberspace

Indonesia?

2. Bagaimana bentuk-bentuk wacana Ateisme di Cyberspace Indonesia?

17

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Menteri

Pendidikan Nasioanal, 2008), hlm. 19.

18 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,… Hlm. 102.

Page 22: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

8

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perkembangan dan jejaring komunitas Ateisme di

Cyberspace Indonesia.

2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk wacana Ateisme di Cyberspace Indonesia

D. Kajian Pustaka

Kajian tentang ateisme di Indonesia ini menarik untuk dikaji dan diteliti.

Terutama dalam hubungannya dengan keindonesiaan, mengingat Negara

Indonesia berlandaskan Pancasila dengan sila pertama yang berbunyi; “Ketuhanan

Yang Maha Esa”. Disini peneliti mencoba mendiskripsikan hasil penelitian dan

buku-buku yang mengupas tentang ateisme.

Masykur Arif dengn tema skripsinya: Kritik atas Ateisme (Kajian Filsafat

Ketuhanan Frans Magnis-Suseno), 2010.19

Dalam penelitiannya, masykur bertitik

tolak pada buku Franz Magnis-Suseno yang berjudul Menalar Tuhan dan

Berfilsafat dari Konteks. Disini masykur lebih banyak membicarakan filsafat

ketuhanan dan filsafat murni. Masykur juga banyak mendiskripsikan kritik Frans

Magnis Susesno kepada lima pemikir atau tokoh ateis yang paling berpengaruh

sejak pada zamannya hingga dewasa kini. Kelima tokoh ini diwakili oleh Ludwig

Feuerbach, Karl Marx, Friedrich Nietzche, Sigmund Freud dan Jean Paul Sartre.

Kritik Franz Magnis atas pemikiran ateisme, karena ateisme telah

menghilangkan makna terdalam dari keyakinan terhadap adanya Tuhan.

Keyakinan terhadap Tuhan direduksi oleh ateisme menjadi sekedar proyeksi,

19

Masykur Arif, Kritik atas Ateisme (Kajian Filsafat Ketuhanan Frans Magnis-Suseno)

(Yogyakarta: Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, 2009), tidak diterbitkan.

Page 23: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

9

pelarian, neurosis, dan membelenggu perkembangan manusia. Semua itu tidak

dibenarkan oleh Franz Magnis karena menurutnya keyakinan terhadap tuhan

melampaui proyeksi, kemerdekaan, memotivasi dan mencerahkan manusia. Frans

Magnis juga tidak setuju dengan pemaknaan akan keyakinan terhadap tuhan yang

sewenang-wenang oleh kelima tokoh ateis tersebut.20

Louis Leahy dalam bukunya, Aliran-aliran Besar Ateisme: Tinjauan Kritis

(Yogyakarta: Kanisius, 1985), menuliskan bahwa ada beberapa tokoh dan aliran-

aliran dalam ateisme. Tokoh yang termasyhur dalam hal ini seperti: Fridrich

Nietzsche, Karl Marx, Sigmund Freud, dan Jean Paul Satre. Dengan kemasyhuran

pemikiran kelima tokoh tersebut menyebabkan terbentuknya aliran-aliran dalam

pemikiran ateisme, seperti aliran Ateisme Marxis dan Existensialisme Ateis.21

Ignace Lepp dalam bukunya, Ateisme Dewasa Ini: Potret Kegagalan

Manusia Modern, dengan judul asli: Psycheanalyse De L’atheisme Moderne,

diterjemahkan dan diterbitkan oleh Salahuddin Press pada tahun 1985, menulis

bahwa, secara harfiah ateisme merupakan kebalikan dari dan penolakan terhadap

suatu kepercayaan atau agama. Seorang ateis sejati adalah orang yang sama sekali

tidak percaya terhadap mahluk atau kekuatan yang menyalahi tatanan empiris.

Menurutnya, buku-buku dan pemikiran dari para intelektual ateisme banyak

memberi peran dalam munculnya penolakan atas agama di era modern ini.22

20

Masykur Arif, “Kritik atas Ateisme, … hlm: V.

21 Louis Leahy, Aliran-aliran Besar Ateisme: Tinjauan kritis (Yogyakarta: Kanisius,

1985), hlm. 14.

22 Ignace Lepp, Ateisme Dewasa Ini: Potret Kegagalan Manusia Modern, (Terjemahan

“Psycheanalyse De L’atheisme Moderne”), (Yogyakarta: Salahuddin Press, 1985), hlm. 1-7.

Page 24: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

10

Karen Armstrong dalam bukunya: Masa Depan Tuhan: Sanggahan

Terhadap Fundamentalisme dan Ateisme. Menulis bahwa orang yang menolak

kata “Tuhan” harus dihargai, sebab telah begitu banyak hal mengerikan yang

dilakukan atas namanya. Tuhan yang ditolak Sartre sebenarnya tuhan yang ditolak

juga oleh Ibn Sina, namun perbedaannya Sartre berhenti pada penolakan hingga

menolak esensi tuhan, sedangkan Ibn Sina terus mencari hingga menemukan

tuhan yang dimaksud. Fenomena ateisme dan perkembangan sains mungkin

sebuah indikasi atau langkah yang lebih maju dari keyakinan yang telah usang.

Sebuah step yang mungkin terdengar menyakitkan tapi awal dari kemajuan yang

lebih cemerlang, karena kebanyakan orang ateis adalah mereka yang mau berpikir

ketimbang hanya sekedar mau menerima dan dicekokin doktrin iman Tuhan. 23

Sekripsi dengan judul: Desakralisasi dalam novel Atheis24

karya Achdiat

Karta Mihardja yang ditulis Eny Sugiyarti, Fakultas Ushuluddin UIN Sunan

Kalijaga pada tahun 2007,25

menullis bahwa dalam kisah novel Atheis karya

Achdiat Karta Mihardja bercerita tentang kisah anak manusia Indonesia yang

tradisional religious dalam menghadapi pemikiran dan ideologi barat yang atheis

mterialistik. Menurutnya, Ideoologi dan kemajuan ilmu pengetahuan barat telah

membuat terjadinya desakralisasi dan merusak tatanan realitas sosial yang ada

23

Karen Armstrong, Masa Depan Tuhan: Sanggahan Terhadap Fundamentalisme dan

Ateisme, (Terjemahan “The Case for God: what Religion Really Means), (Jakarta: Mizan, 2011).

24 Lihat: Achdiat K. Miharja, “Atheis” (Jakarta: Balai Pustaka, 2005).

25 Eny Sugiyarti, Desakralisasi dalam novel Atheis karya Achdiat Karta Mihardja,

(Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, 2007), tidak diterbitkan.

Page 25: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

11

pada masa 1940-an. Dimana hal itu telah membuat terjadinya desakralisasi agama,

alam, keluar/perkawinan, politik dan sosial budaya pada era tersebut.26

Bahaja Atheisme Terhadap Keamanan Sila Ketuhanan J.M.E yang

dieditori oleh: Muchammad Iljas, kumpulan makalah yang disampaikan dalam

simposium di IAIN Syarif Hidayatullah pada tanggal 4 – 8 Februari 1966.

Diterbitkan oleh: IAIN Syarif Hidayatullah pada tahun1967.27

Franz Magnis Suseno dalam bukunya: Menalar Tuhan, (Kanisius, 2010).

Menuliskan bahwa pergulatan manusia dalam mencari Tuhan telah terjadi berabad

tahun lamanya. Dalam sejarah filsafat-filsafat dunia, baik filsafat Yunani hingga

filsafat India, pertanyaan akan keberadaan Tuhan terus digemakan, bahkan hingga

memasuki abad modern ini. Penalaran manusia akan tuhan terus menimbulkan

gejolak pemikiran dan pertentangan dari mereka yang mengimani maupun yang

menolak keberadaan tuhan. Frans Magnis juga menuuliskan tokoh-tokoh Ateis

yang paling berpengaruh hingga abad 21 ini, diantaranya: Ludwig Feuerbach,

Karl Marx, Fridrich Nietzsche, Sigmund Freud, Jean Paul Sartre. Menurut Frans

Magnis Suseno, hampir seluruh dari pemikiran para tokoh ateis ini gagal

membuktikan ataupun memberikan pendasaran objektif dan meyakinkan bahwa

Tuhan tidak mungkin ada, menurutnya, semua filosof itu idak menyinggung

persoalan fundamental itu.28

26

Eny Sugiyarti, Desakralisasi dalam novel…., hlm. 6.

27 Muhammad Iljas (ed), Bahaja Atheisme Terhadap Keamanan Sila Ketuhanan J.M.E

kumpulan makalah yang disampaikan dalam simposium di IAIN Syarif Hidayatullah pada tanggal

4 – 8 Februari 1966. (Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah, 1967).

28 Franz Magnis Suseno, Menalar Tuhan, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm. 64-100.

Page 26: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

12

Buku 10 Filsuf Pemberontak Tuhan; Argumen-argumen Ateisme Modern,

(diterbitkan oleh Panta Rhei Books tahun 2004) yang diterjemahkan dan dieditori

Damanhuri Fattah menjelaskan bahwa ateis itu seperti nabi, bukannya dilahirkan,

namun diciptakan, karena untuk menjadi seorang ateis tidaklah mudah,

membutuhkan pergulatan pemikiran, bahkan meski ia pun dilahirkan. Mereka

diindoktrinasi sejak kecil dalam sekolah-sekolah Ateis yang rapid an terorganisir,

yang pada akhirnya saat dewasa nanti dia harus mengabdi atau melawan tuhan.

Hal ini sama seperti kaum agamawan atau kristiani yang dilatih dasar-dasar

keyakinan sejak kecil di biara-biara.29

Berdasarkan telaah di atas, maka peneliti melihat tidak ada kesamaan dari

penelitian sebelumnya, hal ini karena penelitian di atas lebih banyak membahas

ateis dari sisi teoritiknya saja, sementara peneliti melakukan penelitian berbasis

media, baik dari sisi wacana, komunitas dan jejaringnya di cyberspace Indonesia.

E. Kerangka Teori

Untuk mempermudah penelitian ini, peneliti mencoba mengulas teori dan

konsep ateisme yang digunakan dalam penelitian ini:

Atheisme pada dasarnya sudah ada masa Yunani kuno, namun peredebatan

mengenai ateisme ini kembali hangat pada abad ke 18 masehi, dimana pada saat

itu dipengaruhi oleh perkembangan filsafat modern yang menjadikan rasionalisme

29

Damanhuri Fattah (ed), 10 Filsuf Pemberontak Tuhan; Argumen-argumen Ateisme

Modern, (Yogyakarta: Panta Rhei Books, 2004), hlm. VII-VIII.

Page 27: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

13

(empirisisme-positivisme) dan materialisme30

sebagai basis/tolak ukur

pemikirannya. Ateis bukanlah suatu system kepercayaan atau keyakinan (agama),

melainkan hanya suatu system ketidakpercayaan atau ketidak yakinan terhadap

adanya tuhan, karenanya dia tidak memiliki ajaran secara resmi, seperti nabi, kitab

atau menyembah sesuatu apapun.

Ateis dapat diklompokkan dalam beberapa bagian; Pertama, Ateis Klasik,

adalah penyangkalan Tuhan berdasarkan pengalaman-pengalaman pahit yang

dialami manusia dalam hidupnya.31

Hal ini dipengaruhi oleh keyakinan bahwa

bumi dan alam semesta ini tidak memperhatikan kesempurnaan yang diharapkan

oleh sang pencipta dan tuhan tidak adil.

Kedua, Ateis Materialisme dan positifisme. Bentuk ateis ini secara mudah

dapat ditemui dalam terma materialism dan positifisme. Aliran ateis ini menolak

keberadaan Tuhan yang ruhani dan transenden.32

Ketiga, Ateis Praktis. Ateis Praktis pada dasarnya masih meyakini adanya

Tuhan, namun menolak keberadaanya dalam hidupnya, biasanya penganut ateis

ini dalam hidupnya ia bertindak seolah-olah tuhan tidak ada33

Keempat, Ateis Teoritis. Terdapat dua model Ateis teoritis, Ateis Teoritis

Negatif dan Ateis Teoritis Positif. Ateis Teoritis Negatif, paham ini mengakui

bahwa tidak mengetahui tuhan, maksudnya ia kacau dalam masalah ketuhanan.

30

Filsafat rasionalisme dan materialisme ini di plopori oleh Ludwigh Feuerbach, Karl

Marx dan Jean-Paul Sartre dengan eksistensionalismenya. Lihat Harry Hamersma, Tokoh-tokoh

Filsafat Barat Modern, (Jakarta: Gramedia, 1992), Hlm. 80.

31 Louis Leahy SJ, Masalah Ketuhanan Dewasa Ini, (Yogyakarta: Kanisius, 1982), Hlm.

80.

32 M. Wahyuni Nafis, Passing Over: Melintasi Batas Agama, (Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 1998), Hlm. 88.

33 M. Wahyuni Nafis, Passing Over: Melintasi,… Hlm. 88.

Page 28: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

14

Meragukan keberadaan tuhan, karena argument mengenai ketuhanan itu mustahil.

Sementara Ateis Teoritis Positif meyakini bahwa secara subjektif tuhan memang

tidak ada.34

Ateisme teoritis bersifat penyangkalan keberadaan tuhan yang didasarkan

pada teori-teori tertentu, seperti teori monisme kosmis yang berpendapat bahwa

dunia adalah satu-satunya kenyataan, sementara ateisme praktis tidaklah

mempersoalkan teori apakah tuhan ada atau tidak, tetapi meang betul-betul tidak

mau mengakui meski pada dasarnya Tuhan bentul-betul ada.35

Beberapa diantara filosof36

atau tokoh ateisme yang berpengaruh sampai

hari ini adalah Ludwigh Feuerbach, ia berpendapat bahwa: Agama hanyalah

sebuah proyeksi manusia dan manusia lupa bahwa apa yang diangankannya itu

adalah ciptaannya sendiri.37

Feuerbach juga berkeyakinan bahwa kepercayaan

kepada Tuhan akan menghalangi kemajuan ilmu pengetahuan, pencerahan,

kedewasaan, dan kebebasan manusia”38

Filosof Karl Marx39

berpendapat bahwa ”Agama adalah candu rakyat”.40

Dengan pandangan ini Karl Mark melihat bahwa agama telah menyesatkan dan

34

M. Wahyuni Nafis, Passing Over: Melintasi,… Hlm. 88.

35 AM. Hardjana, Penghayatan Agama Yang Otentik Dan Tidak Otentik, (Yogyakarta:

Kanisius, 2012). Hlm. 80.

36 Ada banyak filosof Ateisme yang cukup berpengaruh hingga hari ini, misalnya:

Auguste Comte, Ludwig Andeas Feuerbach, Karl Marx, Fridrich Nietzsche, Sigmund Freud, Ernst

Bloch, Martin Heidgger, Jean Paul Sartre, Maurice Merleau-Ponty, Albert Camus. lihat

Damanhuri Fattah (ed.), 10 Filsuf Pemberontak Tuhan; Argumen-argumen Ateisme Modern,

(Yogyakarta: Panta Rhei Books, 2004), hlm. 1-382. Lihat juga: Theo Hujibers, Mencari Allah,

Pengantar ke dalam Filsafat Ketuhanan, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hlm. 198-208.

37 Franz Magnis Suseno, Menalar Tuhan, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm. 66.

38 Franz Magnis Suseno, Menalar Tuhan… hlm. 68.

39 Karl Marx (1818-1883) Marx dilahirkan di Jerman, belajar hukum di universitas Bonn,

belajar filsafat dan sejarah di Berlin, dan mendapat gelar Doktor dari Universitas Jena berdasarkan

Page 29: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

15

menipu rakyat. Menurutnya pandangan agama, yang menjanjikan kebahagiaan di

alam sesudah kematian, membuat orang miskin dan tertindas menerima saja nasib

yang mereka terima daripada memberontak terhadapnya. Jadi agama telah dengan

licik diciptakan kelas-kelas atas untuk menenangkan rakyat tertindas.41

Maka,

Menurut Marx, kritik tidak boleh berhenti pada agama, melainkan harus diarahkan

pada keadaan sosial-politik yang mendorong manusia kedalam agama.

“perjuangan melawan agama secara tidak langsung adalah perjuangan melawan

dunia yang bau harumnya adalah agama”.42

Tokoh Ateisme lainnya adalah Nietzsche,43

dalam pandangan Ateismenya

adalah pengumumannya tentang kematian Tuhan, yang menurutnya merupakan

“peristiwa baru paling besar”:

“Tuhan telah mati.. dan kamilah yang membunuhnya!... kematian

Tuhan menjadi nafiri “terbitnya nihilisme”. Dan nihilism tidak lagi dapat

ditangani manusia. Karena itu, “manusia harus di atasi” dengan manusia

super (Ubermensch)44

tesisnya tentang Epicrus dan Democritus. Beberapa karyanya yang terkenal seperti: Communist

Manifesto dan Das Kapital telah berhasil mempengaruhi pemikiran filsafat dan gerakan sosial

hingga kini. Harold H.Titus dkk. Persoalan-persoalan Filsafat, (Terjemahkan H.M. Rasjidi),

(Jakarta: Bulan Bintang, 1984), hlm. 301.

40 Louis Leahy, Aliran-aliran Besar Ateisme: Tinjauan kritis (Yogyakarta: Kanisius,

1985), hlm. 98.

41 Franz Magnis Suseno, Menalar Tuhan, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm. 72.

42 Franz Magnis Suseno, Menalar Tuhan… Hlm. 73.

43 Friedrich Nietzsche (1844-1900) dilahirkan di Prussia, Jerman; mendapat pendidikan di

universitas-universitas di Bonn dan Leipzig. Ia mahir dalam bidang philologist, sastra-sastra kuno,

filosof dan penyair. Bukunya yang terkenal: The Birth of Tragedy, The Four Meditations, Thus

Spoke Zarathustra, Beyond Good and Evil, Toward a Genealogy of Morals; The Will to Power.

Harold H.Titus dkk. Persoalan-persoalan Filsafat, (Terjemahkan H.M. Rasjidi), (Jakarta: Bulan

Bintang, 1984), hlm. 390.

44 Franz Magnis Suseno, Menalar Tuhan, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm. 76.

Page 30: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

16

Pada dasarnya Tuhan tidak dibunuh. Nietzsche hanya tidak mau

mengatakan bahwa Tuhan pernah ada. Menurutnya, “manusialah yang

menciptakan Tuhan”. Tuhan yang dibunuh adalah Tuhan ciptaan manusia. Tetapi

Tuhan itulah yang ditegaskan oleh Nietzsche, harus dan akhirnya dibunuh. Karena

sesudah Tuhan diciptakan oleh manusia, ia menguasai manusia, mengasingkan

dari dirinya sendiri dan dari dunianya. Penilaian Nietzsche begitu keras karna

baginya agama tak lain adalah pelarian dari dunia yang seharusnya dihadapi

apabila ia jujur. Agama adalah ciptaan mereka yang kalah, yang tidak berani

melawan, tidak berani berkuasa.45

Sigmund Freud46

“bapak psikoanalisis” dan salah seorang ilmuan paling

berpengaruh di dunia, adalah seorang ateis. Bagi Freud, “Tuhan jelas tidak ada,

yang ada adalah alam dengan manusia dan segala masalahnya”. Gagasan

mengenai“Tuhan” menurut Freud, sedemikian menguasai kesadaran dan

kehidupan manusia, padahal “tuhan” tidak dapat dilihat, didengar ataupun

dirasakan. Sehingga menurut Freud, “… agama menurut kodrat psikologisnya

merupakan sebuah ilusi”.47

Freud dalam pandangan ateismenya menyatakan, bahwa agama adalah

bentuk pelarian neorotis dan infantil dari realitas manusia. Daripada berani

menghadapi dunia nyata dengan segala tantangannya, manusia mencari

45

Franz Magnis Suseno, Menalar Tuhan… hlm. 77.

46 Sigmund Freud (1856-1939) lahir di Morovia. Freud menerima gelar sarjana di bidang

kedokteran pada tahun 19881. Tulisan-tulisannya yang terkenal: The Interpretation of Dreams

(1900) dan The Psychopathology of Everyday Life (1904). Totem and Taboo 1913; Civilzation and

its Discontents 1922 (1919) dan Moses and Monothism (1939). Harold H.Titus dkk. Persoalan-

persoalan Filsafat, (Terjemahkan H.M. Rasjidi), (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), hlm. 75.

47 Franz Magnis Suseno, Menalar Tuhan, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm. 85.

Page 31: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

17

keselematan dari “tuhan” yang tidak kelihatan dan tidak nyata. Penuh ketakutan

manusia tunduk terhadap sesuatu yang tak ada kaitannya dengan dunia nyata dan

tantangannya. Menurutnya, sikap seperti itu khas sikap orang neorotis, sekaligus

infantil. Kalau manusia ingin mampu untuk betul-betul menanggulangi tantangan-

tantangan dunia nyata , ia harus membebaskan diri dari neorosis kolektif itu.48

Jean-Paul Sartre49

(1905-1980) lebih mirip dengan Ateisme Nietzsche,

daripada Ateisme Feuerbach dan Freud. Ateisme merupakan unsur kunci dalam

pemikiran Sartre. ”Ateisme adalah usaha panjang dan kejam; aku berpendapat

bahwa aku meneruskannya sampai pada batasnya”. Bagi Sartre, demi keutuhan

manusia tidak mungkin ada Tuhan. Hanya bila tidak ada Tuhan, manusia bisa

betul-betul menjadi dirinya sendiri. Menurutnya, keberadaan Tuhan hanya akan

mencegah manusia menjadi dirinya sendiri, karenaya satu-satunya jalan untuk

mencapai kemerdekaan itu, manusia harus menjadi Ateis.50

“bahkan seandainya ada sesuatu yang disebut Tuhan itu ada, hal

itu tidak akan mengubah apa-apa; itulah titik pandang kami. Bukan

seakan-akan kami percaya bahwa Tuhan ada, tetapi kami berpendapat

bahwa pertanyaan itu bukan pertanyaan tentang eksistensinya; manusia

harus menemukan diri dan meyakinkan diri bahwa tak ada yang dapat

menyelamatkan dirinya sendiri, juga tidak ada suatu bukti sah adanya

Tuhan”.51

48

Franz Magnis Suseno, Menalar Tuhan… hH lm. 89.

49 Jean-Paul Sartre (1905-1980) dilahirkan di paris, prancis dan juga belajar di kota

tersebut. Ia termashur melalui novel-novelnya, drama-drama tulisannya dan cerita-cerita

pendeknya. Karyanya dalam filsafat yang pokok adalah Being and Nothingness, suatu karya besar

yang membicarakan tentang alam, bentuk-bentuk eksistensinya atau “being”; dan Existensialism

and Humanism, suatu buku kecil tentang manusia. Buku-bukunya yang berisikan filsafat adalah

Nausea; drama tulisannya No Exit dan The Flies; dan cerita pendek yang memuat tentang

psikologi kematian, yaitu “The Wall”. Harold H.Titus dkk. Persoalan-persoalan Filsafat,

(Terjemahkan H.M. Rasjidi), (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), hlm. 395.

50 Louis Leahy, Aliran-aliran Besar Ateisme: Tinjauan kritis (Yogyakarta: Kanisius,

1985), hlm. 58.

51 Franz Magnis Suseno, Menalar Tuhan, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), Hlm. 92-93.

Page 32: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

18

Inti ateisme Sartre adalah: Manusia hanya dapat bertanggungjawab atas

dirinya sendiri apabila ia bebas. Tetapi kalau ada Tuhan, ia tidak lagi bebas.

Semuanya sudah ditentukan. Manusia lalu tidak pernah bisa menjadi diri sendiri.

“apabila ada Tuhan, manusia itu merupakan ketiadaan”.52

F. Metode penelitian

Metode pada dasarnya berarti cara yang dipergunakan untuk mencapai

tujuan.53

Arti luas metode adalah cara bertindak menurut sistem atau aturan

tertentu. Sedangkan arti khususnya adalah cara berpikir menurut aturan system

atau system tertentu.54

Metodologi juga bisa berarti suatu ilmu metode atau cara-

cara dan langkah-langkah yang tepat untuk menganalisa suatu penjelasan serta

menerapkan cara.55

Karenaya sebuah metode haruslah bisa meliputi seluruh

perkembangan pengetahuan, seluruh rangkaian dari sebuah permulaan hingga

kesimpulan ilmiah, baik dari bagian yang khusus maupun terhadap keseluruhan

bidang dan obyek penelitian.56

Selanjutnya untuk memfokuskan penelitian yang

terkait dengan wacana Ateisme di cyberspace Indonesia ini digunakanlah tahapan

penelitian sebagai berikut:

52

Franz Magnis Suseno, Menalar Tuhan… hlm. 94.

53 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada University

Press; 1998), hlm, 61.

54 Sudarto, Metodelogi Penelitian Filsafat (Jakarta: 7 November 2001 Raja Grafindo

Persada, 1996), hlm, 41.

55 Pius A Partanto dan M. Dahlan, Kamus Ilmiah Popular (Surabaya: arkola, 1994), hlm,

461.

56 Anton Baker, Metode-Metode Filsafat (Jakarta Ghalis Indonesia, 1984), hlm, 10.

Page 33: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

19

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field

research). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengumpulan data yang

diperoleh dengan melakukan penelitian secara langsung di lapangan.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari secara intensif tentang latar

belakang suatau keadaan sekarang dan berinteraksi langsung di lingkungan

suatu unit sosial, individu, kelompok, lembaga atau masyarakat yang diteliti.57

Adapun yang dimaksud dengan mempelajari secara intensif dalam

penelitian ini adalah mempelajari dan menganalisa keadaan yang ada

khususnya tentang wacana ateisme di cyberspace Indonesia. Selain itu,

peneliti juga menggunakan penelitian pustaka (library research) sebagai

bahan tambahan dalam penelitian ini. Library research diperlukan guna

membedah dari sisi aspek sejarah, pemikiran dan dinamika yang tertulis dalam

dalam bentuk buku maupun artikel dari suatu penelitian.58

2. Sumber Data

Sumber data dalam rencana penelitian ini dibedakan menjadi dua macam,

yaitu, data primer dan data sekunder:59

a. Data Primer

Data primer atau sumber data utama dalam rencana

penelitian ini adalah hasil catatan-catatan lapangan dari

57

Suparjana dan Hemprisuyanto, Pengembangan Masyarakat dari Pembangunan sampai

Pemberdayaan, (Yogyakarta: Aditya Media, 2003), hlm. 3.

58 Anton Baker, Metode-Metode Filsafat … hlm, 136.

59 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,

1990), hlm. 157-162

Page 34: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

20

pengamatan di lapangan, wawancara dan literatur-literatur dengan

kata kunci wacana ateisme di cyberspace Indonesia.

b. Data Sekunder

Data Sekunder atau sumber data tambahan adalah yang

berasal dari sumber-sumber tertulis seperti, jurnal, makalah, dan

dokumen-dokumen yang terkait dan dapat mendukung pemahaman

atas objek penelitian.

3. Tehnik Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data ini, peneliti menggunakan

beberapa teknik:

a. Observasi Partisipatif

Observasi partisipatif (pengamatan) adalah peneliti

melakukan penelitian terjun langsung ke lapangan atau ke suatu

komunitas guna mendapatkan sumber data sebanyak mungkin,

yang meliputi kondisi sosio-historis, fenomena serta peristiwa-

peristiwa yang berkaitan dengan objek yang di teliti.60

Observasi Partisipatif yang digunakan oleh peneliti adalah

observasi partisipasi pasif serta observasi terang dan tersamar.

Maksud dari Observasi Partisipasi pasif adalah dalam

pengamatannya peneliti bukanlah bagian dari warga ateis. Peneliti

hanya sebatas mengamati grup, pendiri, pengurus dan diskusi-

60

Dedi Mulyadi, Metode Kualitatif: Paradigm Baru Ilmu Komunikasi Dan Ilmu Budaya

Lainnya (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), hlm. 61.

Page 35: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

21

diskusi yang dihadirkan dalam kemunitas ateis di cyberspace

Indonesia.

Sementara yang dimaksud dengan Observasi Partisipatif

Terang adalah peneliti memberitahukan kepada komunitas ateis

cyber bahwa peneliti sedang melakukan penelitian mengenai

keberadaan komunias ateisme di cyberspace Indonesia. Observasi

Partisipatif Tersamar adalah, peneliti melakukan pengamatan

tanpa diketahui oleh komunitas ateis di cyberspace Indonesia.

b. Wawancara

Terdapat dua model wawancara yang akan peneliti lakukan

dalam pengumpulan data penelitian ini, metode wawancara tidak

terarah (Non Directed Interview) dan metode wawancara secara

Mendalam (indepth interview).

Wawancara Non Directed Interview adalah wawancara

yang tidak terarah dan bersifat spontanitas dan acak, guna

mengetahui keadaan dan informasi yang sebenarnya dari sang

informan.61

Sementara wawancara indepth interview adalah

wawancara dengan tujuan untuk menggali data yang berasal dari

seorang informan kunci (key informan) menyangkut data

pengalaman individu atau hal-hal khusus yang sangat spesifik.

Wawancara seperti ini bertujuan agar peneliti sampai kepada

analisis emik atau budaya. Wawancara mendalam biasanya

61

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 2008), hlm. 228.

Page 36: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

22

dilakukan terhadap persoalan yang peneliti angkat dan dapat

dilakukan kepada mereka yang ahli terhadap persoalan yang

diteliti.62

Dalam metode wawancara mendalam ini peneliti

menggunakan teknik snowboling sampling, yaitu wawancara yang

tertuju kepada key person. Key person nantinya diharapkan dapat

memberikan informasi sebanyak-banyaknya dan sedalam-

dalamnya, dan nantinya peneliti berharap agar key person dapat

mengarahkan kepada peneliti tentang informan-informan

selanjutnya yang mampu memberikan informasi dan data yang

dibutuhkan oleh peneliti di lapangan. Dalam teknis ini peneliti

menggunakan alat-alat bantu seperti: Handphone, laptop,

boldpoint, kertas dan alat perekam. Hal ini sangat penting untuk

menyimpan dan mengumpulkan data-data yang nantinya diperoleh

dari para informan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu pengumpulan data

kualitatif dengan mellihat atau menganalisis dokumen-dokumen

yang telah dibuat oleh subjek sendiri atau orang lain tentang

subjek.63

62

Moh. Soehada, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Studi Agama, (Yogyakarta: Suka

Press, 2012), hlm. 113.

63 Haris Hardiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Sosial, (Jakarta:

Salemba Humanika, 2010), hlm. 143.

Page 37: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

23

Menurut Lexy J. Moleong, dokumentasi adalah

memperoleh data penelitian dengan cara mencatat atau

mengumpulkan dokumen-dokumen yang ada. Semua itu dapat

menjadi sumber data yang dapat dimanfaatkan untuk

diinterpretasikan, diuji, bahkan untuk memprediksikan, sehingga

penelitian ini memiliki validitas untuk dipertanggung jawabkan

secara ilmiah.64

4. Teknik Pengolahan Data

Dalam melakukan pengolahan data yang berkaitan dengan ateisme di

cyberspace Indonesia ini, peneliti menggunakan tahapan-tahanpan sebagai

berikut:

a. Deskripsi

Sebagai langkah awal, peneliti akan mendiskripsikan hasil

penelitian baik yang berdasar pada literature maupun kejadian yang di

lapangan. Deskripsi merupakan langkah awal dalam melakukan

pengolahan data, yang bertujuan untuk menuturkan dan menafsirkan

data yang telah ada, secara sistematik dan akurat, berdasar fakta dan

karakteristiknya,65

misalnya saja, situasi yang dialami, satu hubungan,

kegiatan, serta sikap yang terlihat. Selanjutnya menyajikan obyek-

64

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya, 1990), hlm. 161.

65 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm, 7.

Page 38: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

24

obyek, kasus-kasus tertentu dan situasi-situasi tersebut secara

terperinci.66

Metode deskriptif juga dapat diartikan sebgai prosedur

pemecahan masalah yang diselidiki. Pada saat sekarang berdasarkan

fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.67

b. Interpretasi

Peneliti memahami pokok-pokok pemikiran yang dihadirkan

dalam wacana ateisme di cyberspace Indonesia dan juga memahami

berbagai pendapat yang terkait dengan masalah tertentu yang

mendukung analisis dari objek kajian yang diteliti tersebut.68

c. Analisis

Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan

mengurutkan data kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian

dasar sehingga dapat ditemukan tema dandapat dirumuskan hipotesis

kerja seperti yang disarankan data.69

Analisis data juga merupakan upaya untuk mendapatkan

pemahaman secara konsepsional guna menemukan pemahaman lebih

66

Anton Baker dan A. Charis Zubair, Metodologi, Penelitian Filsafat (Yogyakarta,

Kanisius, 1990), hlm, 54.

67 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 1998), hlm 61.

68 Anton Baker dan A. charis Zubair, Metodologi, Penelitian Filsafa t… hlm, 54.

69 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,

1990), hlm. 103.

Page 39: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

25

jauh, dengan melakukan perbandingan pokok-pokok pikiran dalam

suatu data penelitian.70

5. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan

Filosofis. Pendekatan filosofis adalah proses yang cermat, metodis,

mendalam, evaluatif dan kritis.71

Kata filosofis atau filsafat berasal dari

bahasa Yunani, philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau

philia (persahabatan/tertarik kepada) shopia (kebijaksanaan/

pengetahuan).72

Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta pada

kebijaksanaan.73

Filsafat adalah upaya berfikir secara mendalam

sistematik, radikal dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti,

hikmah atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada.74

Menurut Rene

Descartes, Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan,

alam dan manusia menjadi pokok penyeledikan.75

Filsafat sebagai salah satu bentuk metodologi pendekatan

keilmuan, sama halnya dengan cabang keilmuan yang lain.76

Sering kali

70

Lois Katsof, Pengantar Filsafat, terjemahan Soerjono Soemargono, (Yogyakarta, Tiara

Wacana, 1992), hlm, 18.

71 Rob Fisher, “Pendekatan Filosofis”, dalam Peter Connolly (ed.) Aneka Pendekatan

Studi Agama, (Yogyakarta: LKiS, 1999), hlm. 159.

72 Poerwantana dkk, Seluk Beluk Filsafat Islam, (Bandung: Rosda Karya, 1998) hlm. 1.

73 Rob Fisher, “Pendekatan Filosofis”, dalam Peter Connolly (ed.) Aneka Pendekatan

Studi Agama, (Yogyakarta: LKiS, 1999), hlm. 161.

74 Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967), hlm. 15.

75 Suparlan Suhartono, Dasar-dasar filsafat “Cogito Ergo Sum“ Aku Berpikir Maka Aku

Ada (Rene Descartes), (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), hlm. 46.

76 M. Amin Abdullah, Antologi Studi Islam, Teori & Metodologi, (Yogyakarta: Sunan

Kalijaga Press, 2000), hlm. 8.

Page 40: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

26

dikaburkan dan dirancukan dengan paham atau aliran-aliran

filsafat tertentu seperti rasionalisme, eksistensialisme, pragmatisme, dan

lain-lain. Ada perbedaan antara kedua wilayah tersebut, bahwasanya

wilayah pertama bersifat keilmuan, open-ended, terbuka dan dinamis.

Sedangkan wilayah kedua bersifat ideologis, tertutup dan statis. Yang

pertama bersifat inklusif (seperti sifat pure sciences), tidak bersekat-sekat

dan tidak terkotak-kotak, sedang yang kedua bersifat ekslusif (seperti

halnya applied sciences), seolah-olah terkotak-kotak dan tersekat-sekat

oleh perbedaan tradisi, kultur, latar belakang pergumulan sosial dan

bahasa.77

Siapa pun yang bergerak pada wilayah ''applied sciences'' pada

dasarnya harus dibekali persoalan-persoalan dasar yang digeluti oleh ''pure

sciences'', sedang yang bergerak pada wilayah ''pure sciences'', tidak harus

tahu dan menjadi expert pada setiap wilayah ''applied sciences''.78

Cara

berpikir dalam pendekatan kefilsafatan haruslah bersifat keilmuan, open-

ended, terbuka, dinamis dan inklusif yang tepat dan cocok untuk

diapreasiasi dan diangkat kembali ke permukaan kajian keilmuan.

Filsafat sebagai pendekatan keilmuan setidaknya ditandai antara

lain dengan tiga ciri, yaitu sebagai berikut:79

77 M. Amin Abdullah, Antologi Studi Islam,… hlm. 9.

78 M. Amin Abdullah, Islamic Studies di Perguruan Tinggi, Pendekatan Integratif-

Interkonektif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 13.

79 M. Amin Abdullah, Islamic Studies,… hlm. 14-15.

Page 41: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

27

a. Kajian

Telaah dan penelitian filsafat selalu terarah kepada pencarian atau

perumusan ide-ide dasar atau gagasan yang bersifat mendasar-

fundamental (fundamental ideas) terhadap objek persoalan yang dikaji.

Ide atau pemikiran fundamental biasanya diterjemahkan dengan istilah

teknis kefilsafatan sebagai al-falsafatu al-ula, substansi, hakekat atau

esensi. Pemikiran fundamental biasanya bersifat umum (general),

mendasar dan abstrak.

b. Pengenalan

Pendalaman persoalan-persoalan dan isu-isu fundamental dapat

membentuk cara berpikir kritis (critical thought).

c. Kajian dan pendekatan falsafati

Kajian dan pendekatan falsafati yang bersifat seperti dua hal di

atas, akan dapat membentuk mentalitas, cara berpikir dan kepribadian

yang mengutamakan kebebasan intelektual (intellectual freedom),

sekaligus mempunyai sikap toleran terhadap berbagai pandangan dan

kepercayaan yang berbeda serta terbebas dari dogmatisme dan

fanatisme.

Ada empat pola kerja berfikir yang dilakukan dalam pendekatan

filosofis menurut Louis O. Kattsoff,80

pertama, Mendalam: dilakukan

sedemikian rupa hingga dicari sampai ke batas akal tidak sanggup lagi.

kedua, Radikal: sampai ke akar-akar nya sehingga tidak ada lagi yang

80

Mark B. Woodhouse, A Preface to Philosophy, (Belmont California: Wadsworth

Publishing Company, 1984), hlm. 16-19.

Page 42: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

28

tersisa. Ketiga, Sistematik: dilakukan secara teratur dengan menggunakan

metode berpikir tertentu. Keempat, Universal: tidak dibatasi hanya pada

satu kepentingan kelompok tertentu, tetapi menyeluruh.

Filsafat dalam segala usaha nya untuk mengetahui berbagai hakikat

dari segala sesuatu, tidak selalu mencapai hasil yang maksimal, yang

terpenting adalah upaya (memanfaatkan hasil usaha), yang akan membuat

suatu perubahan ke arah yang lebih baik lagi atau kemajuan.

Manfaat yang bisa didapat ketika seseorang menggunakan

pendekatan filosofis dalam kajian nya adalah sebagai berikut:81

a. Agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran agama dapat

dimengerti dan dipahami secara seksama.

b. Setiap individu dapat memberi makna terhadap segala sesuatu

yang dijumpainya dan mengambil hikmah sehingga ketika

melakukan ibadah atau apa pun, ia tidak mengalami degradasi

spriritualitas yang menimbulkan kebosanan.

c. Membentuk pribadi yang selalu berpikir kritis (critical thought).

d. Adanya kebebasan intelektual (intellectual freedom).

e. Membentuk pribadi yang selalu toleran.

81

Omar Mohammad at-Toumy Al-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1979), hlm. 35.

Page 43: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

29

G. Sistematika Pembahasan

Untuk memberi arah pada penelitian ini, peneliti perlu melakukan

pemetaan dan sistematika pembahasan kedalam beberapa bagian berikut:

Bab pertama, berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah,

rumusan masalah, fungsi dan tujuan penelitian, kajian pustaka, kerangka teori,

metodedologi penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, peneliti akan memaparkan kajian ateisme secara teoritik-

filosofisnya, baik dari sisi sejarah dan tokohnya. Peneliti juga membahas

mengenai wacana dan cyberspace Indonesia.

Bab ketiga, peneliti akan mendiskripsikan mengenai keberadaan

komunitas-komunitas ateisme di cyberspace Indonesia. Selain itu peneliti juga

akan menyajikan data-data mengenai wacana-wacana ateisme apa saja yang

dimunculkan dalam komunitas ateisme di cyberspace Indonesia.

Bab keempat, Peneliti akan menganalisis hasil-hasil yang didapat dari

penelitian tesis ini ke dalam beberapa terma-terma, seperti dari sisi sejarah

ateisme di Indonesia, jumlah dan perekrutan keanggotaan, jaringan dan model

ateisme Indonesia. Selain itu peneliti juga menganalisisnya dari aspek legal

hukumnya; seperti ateisme dalam Pancasila, UUD 45, UU Kependudukan, UU

Perkawinan, UU ITE dan KUHP Indonesia.

Bab kelima adalah bab penutup yang berisi kesimpulan dari peneliti

setelah melakukan pengkajian terhadap ateisme di Indonesia dan saran-saran dari

peneliti bagi peneliti berikutnya yang memiliki ketertarikan untuk mengkaji

ateisme yang marak diwacanakan di cyberspace Indonesia.

Page 44: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

128

BAB V

PENUTUP

Dalam BAB V ini peneliti akan memberikan kesimpulan dari hasil

penelitian dan saran bagi peneliti baru yang akan melakukan objek penelitian

yang sama namun dari sudut pandang yang berbeda.

A. Kesimpulan

1. Komunitas Ateisme di Cyberspace Indonesia

Dari hasil kajian peneliti, Ateisme di Indonesia banyak

didapati di dunia maya atau cyberspace. Orang-orang ini

memanfaatkan teknologi informasi berbasis komputer dan internet

untuk membuat sebuah ruang virtual bersama, berkumpul, berdikusi

dan berbagi informasi di dunia maya. Dari ruang-ruang maya ini

mereka membuat suatu group atau semacam komunitas bersama yang

disebut virtual community di media sosial internet.

Di ruang siber/cyberspace ini peneliti mendapati banyak sekali

komunitas/group Ateisme. Hasil pencarian peneliti dari group

facebook saja, terdapat ratusan group. Total yang peneliti catat dalam

tesis ini 130 group, tentu dengan berbagai ragam nama yang

bertemakan Ateis. Angka ini belum peneliti tambahkan apabila

fanspage dan group-group yang ada di media sosial lainnya juga

Page 45: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

129

dimasukkan. Group/komunitas ini ada yang bersifat terbuka adapula

yang bersifat tertutup.

Dari sebanyak130 lebih group yang peneliti dapati dan peneliti

amati, hanya beberapa group saja yang dialog dan wacananya aktif.

Karenanya dari seluruh group yang ada, peneliti hanya menampilkan

beberapa group yang aktif di media sosial termasuk di facebook,

twitter, dan youtube.

Berikut nama-nama komunitas Ateisme tersebut: Indonesian

Atheists [tertutup], Dialog Ateis Indonesia [terbuka], Dialog Ateis-

Teis Indonesia [tertutup], Dialog Antar Teis dan Ateis [tertutup],

Dialog Ateis Indonesia-Sekuler Ilmiah [tertutup], Anda Bertanya

Atheis-Menjawab [terbuka)], Grup Ateis, Agnostik, dan Teis

[terbuka], Ateis Bertanya Islam Menjawab [terbuka], Dinamika Orang-

orang Tak Beragama [terbuka].

Komunitas ateisme juga terdapat di medsos Twitter, seperti:

Indonesian Atheists. Terdapat juga di Youtube: Indonesian Atheists.

Sementar dalam bentuk portal website ada dua: Indonesian Atheists

dan Anda Bertanya-Atheis Menjawab.

Dalam tesis ini, peneliti menganalisa keberadaan komunitas

Ateisme di cyberspace ini dari berbagai perspektif, mulai dari sejarah

munculnya ateisme di Indonesia, keberadaan Ateisme di cyberspace,

proses prekrutan keanggotaan, jumlahnya di Indonesia, aktifitas,

Page 46: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

130

faktor-faktor munculnya ateisme, wacana dan jaringan ateisme

Indonesia.

Selain itu peneliti juga menganalisisnya dari sisi filsafat,

keberadaaan Ateisme dalam masyarakat beragama, dan dari sisi

hukum legal formalnya. Karenanya peneliti juga menganalisa

keberdaan Ateis dalam perspektif Sila kesatu Pancasila, UUD 45, UU

Kependudukan, UU Perkawinan, KUHP dan UU ITE.

2. Wacana-wacana Ateisme di Cyberspace Indonesia

Pada dasarnya apa yang dimaksud dengan wacana itu sangat

luas. Dalam konteks penelitian tesis ini, keberadaan dari group atau

komunitas dari Ateisme di media sosial cyber sendiri, bagi peneliti

adalah termasuk salah satu bagian dari wacana yang dihadirkan warga

Ateis di ruang maya Indonesia.

Wacana kedua, selain membentuk komunitas virtual, orang-

orang ini aktif membuat wacana-wacana tertulis yang diupload di

group-group ateis yang ada di cyberspace Indonesia. Wacana-wacana

tulis yang dihadirkan sangat beragam, biasaya membahas mengenai

ketiadaan tuhan, ayat-ayat alkitab yang tidak sesuai dengan ilmu

pengetahuan, mukjizat para nabi yang tidak masuk akal, konsep surga-

neraka, kehidupan setelah kematian, kekerasan atas nama agama,

teknologi informasi, teori evolusi, konsep penciptaan alam semesta

Page 47: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

131

dan lain sebagainya yang kesemuanya biasanya berhubungan dengan

isu-isu besar tentang teisme dan ateisme.

B. Saran-saran

Peneliti menyadari bahwa penelitian dengan topik Ateisme seperti

ini sangat minim. Ini karena istilah dan stigma mengenai Ateisme sangat

negatif dan sensitif, sehingga penelitian seperti ini jarang didapti di dunia

akademik dan pendidikan formal lainnya.

Karena sensitivitasnya ini maka penelitian mengenai ateisme

banyak dihindari, dengan asumsi bahwa warga Ateis di Indonesia tidak

ada. Padahal hasil pengamatan peneliti, ternyata mereka ada dan banyak

tersebar di internet. Mereka membentuk komunitas-komunitas virtual dan

berkomunikasi satu sama lain melalui media social di cyberspec Indonesia.

Atas dasar itu, peneliti berharap penelitian-penelitian seperti ini

terus digalakkan guna menambah pengetahun mengenai ragam dari

perbedaan pandangan terhadap ketuhanan di Indonesia. Peneliti juga

berhadap adanya peneliti baru yang membedah dari sisi legal formal

keberadaan komunitas Ateisme di indoenesia secara utuh dan

menyeluruh/komprehensif.

Page 48: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal:

Aat Hartanto: Panduan Aplikasi Smartphone, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2010

Abdul Rani dkk., Analisis Wacana, Malang: Banyumedia Publising, 2006

Achdiat K. Miharja, “Atheis”, Jakarta: Balai Pustaka, 2005

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisi Wacana,

Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004

Andrea Ata Ujan dkk, Multikulturalisme, Belajar Hidup Bersama dalam

Perbedaan, Jakarta: Indeks, 2009

Anton Baker dan A. Charis Zubair, Metodologi, Penelitian Filsafat Yogyakarta,

Kanisius, 1990

Anton Baker, Metode-Metode Filsafat, Jakarta Ghalis Indonesia, 1984.

Aris Badara, Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya Pada Wacana

Media, Jakarta: Kencana, 2014

Asnawir dan Basyirudin Usman, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers, 2002

Barbara Smith-Moran, Evolusi Masa Lalu dan Masa Depan dalam: God for 21

Century, Terj: Happy Susanto. Yogyakarta: Belukar, 2005

Burhanuddin Salam, Filsafat Pancasilaisme, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996

Damanhuri Fattah (ed), 10 Filsuf Pemberontak Tuhan; Argumen-argumen

Ateisme Modern, Yogyakarta: Panta Rhei Books, 2004

Danah Boyd & Nicole B. Ellison, Sosial Network Site: definision, History and

scholarship. Jurnal of Computer Mediated Communication, International

Communication Associattion, 2008

Danis Puntoadi, Menciptakan Penjualan Melalui Media Sosial, Jakarta: PT. Elex

Media Komputiindo, 2011

Dedi Mulyadi, Metode Kualitatif: Paradigm Baru Ilmu Komunikasi Dan Ilmu

Budaya Lainnya, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001

Page 49: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang: CV. Toha

Putra, 1989

Depdiknas, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Menteri Pendidikan Nasioanal,

2008

_______, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Menteri Pendidikan

Nasioanal, 2008

_______, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2001

Djaka Soetapa. Ummah Komunitas Religius, Sosial dan Politik dalam Al-Qur’an,

Yogyakarta: Duta Wacana University Press dan Mitra Gama Widya,

1991

Eny Sugiyarti, Desakralisasi dalam novel Atheis karya Achdiat Karta Mihardja,

Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, 2007

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta : LKiS,

2001

F. Budi Hardiman, Kritik Ideologi: Pertautan Pengetahuan dan Kepentingan.

Yogyakarta: Kanisius, 1990

Frans Magnis Suseno, Menalar Tuhan, Yogyakarta: Kanisius, 2010

_______, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, Yogyakarta: Kanisius, 1992

Frithjof Schuon, Mencari Titik Temu Agama-Agama, terj. Saafroedin Bahar

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1994

Gardon Graham, The Internet: A Philosophical Inquiri, London: Routledge, 1999

Guy Cook, Disourse, Oxford: Oxford University Press, 1989

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada

University Press; 1998

Haris Hardiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Sosial, Jakarta:

Salemba Humanika, 2010

Harold H.Titus dkk. Persoalan-persoalan Filsafat, Terj H.M. Rasjidi, Jakarta:

Bulan Bintang, 1984

Henry Guntur Tarigan, Pengajaran wacana. Bandung: Angkasa, 1987

Herbert Dreyfus, On The Internet, London: Rouledge, 2009

Page 50: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

Hillary Rodrigues and John S. Harding, Introduction to the Study of Religion,

New York: Routledge, 2009

Ignace Lepp, Ateisme Dewasa Ini: Potret Kegagalan Manusia Modern, Terj

“Psycheanalyse De L’atheisme Moderne”, Yogyakarta: Salahuddin

Press, 1985

Josep Hayon, Membaca dan Menulis Wacana Jakarta: Storia Grafika, 2003

Kaplan, Andreas M.; Michael Haenlein (2010) "Users of the world, unite! The

challenges and opportunities of Sosial Media". Jurnal Business Horizons

53.

Karen Armstrong, Masa Depan Tuhan: Sanggahan Terhadap Fundamentalisme

dan Ateisme, Terj “The Case for God: what Religion Really Means”,

Jakarta: Mizan, 2011

Karlina Supeli, Ruang Publik Dunia Maya, dalam “Ruang Publik” (F. Budi

Hardiman, ed), Yogyakarta: Kanisius, 2010

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya, 1990

Lois O Katsof, Pengantar Filsafat, terjemahan Soerjono Soemargono,

Yogyakarta, Tiara Wacana, 1992

Louis Leahy SJ, Aliran-aliran Besar Ateisme: Tinjauan kritis, Yogyakarta:

Kanisius, 1985

_______, Filsafat Ketuhanan Kontemporer, Yogyakarta: Kanisius, 1993

_______, Masalah Ketuhanan Dewasa Ini, Yogyakarta: Kanisius, 1982

M. Amin Abdullah, Antologi Studi Islam, Teori & Metodologi, Yogyakarta:

Sunan Kalijaga Press, 2000

_______, Islamic Studies di Perguruan Tinggi, Pendekatan Integratif-

Interkonektif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006

Manuel Castells, The Information Age. Economy, Societyy and Culture. Volume I:

The Rise of The Network Society, Oxford: Blackwell, 2001

Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, Yogyakarta: Kanisius, 1995

Mark B. Woodhouse, A Preface to Philosophy, Belmont California: Wadsworth

Publishing Company, 1984

Page 51: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

Masykur Arif, Kritik atas Ateisme Kajian Filsafat Ketuhanan Frans Magnes-

Suseno, Yogyakarta: Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga,

2009

Michael Stubbs, Discours Analysis, Chicago: The University at Chicago Press,

1983

Michel Foucault, Power/Knowledge. Brighton: Harvester, 1980

Michel Foucault. 2002. Arkeologi Pengetahuan. (terj. oleh H.M. Mochtar Zoerni).

Yogyakarta: Qalam, 2002

Moh. Soehada, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Studi Agama, Yogyakarta:

Suka Press, 2012

Muhammad Iljas (ed), Bahaja Atheisme Terhadap Keamanan Sila Ketuhanan

J.M.E kumpulan makalah yang disampaikan dalam simposium di IAIN

Syarif Hidayatullah pada tanggal 4 – 8 Februari 1966, Jakarta: IAIN

Syarif Hidayatullah, 1967

Mulyana, Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi, Prinsip-Prinsip

Analisis Wacana, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005

Nicholas Gane and David Beer, New Media: The Key Concept, Oxford & New

York: Berg, 2008

Nurudin, Media Sosial Baru dan Munculnyya Revolusi Kemunikasi Baru,

Yogyakarta: Buku Litera, 2012

Omar Mohammad at-Toumy Al-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:

Bulan Bintang, 1979

Onno W Purbo, perkembangan teknologi informasi dan internet di Indonesia,

Jakarta: Kompas, 2000

P. Hardono Hadi, Hakikat dan Muatan Filsafat Pancasila, Yogyakarta, Kanisius,

1994

Peter Salim dan Yeny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta:

Modern English Press, 2002

Pius A Partanto dan M. Dahlan, Kamus Ilmiah Popular, Surabaya: arkola, 1994

Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka

Poerwantana dkk, Seluk Beluk Filsafat Islam, Bandung: Rosda Karya, 1998

Page 52: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

Rob Fisher, “Pendekatan Filosofis”, dalam Peter Connolly (ed.) Aneka

Pendekatan Studi Agama, Yogyakarta: LKiS, 1999

Romdon, Metodologi Ilmu Perbandingan Agama (suatu pengantar awal), Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 1996

Rulli Nasrullah, Cyber Media, Yogyakarta: CV. Idea Sejahtera, 2013

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999

Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, Jakarta: Bulan Bintang, 1967

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Press, 2008

Sudarto, Metodelogi Penelitian Filsafat, Jakarta: 7 November 2001 Raja Grafindo

Persada, 1996

Suparjana dan Hemprisuyanto, Pengembangan Masyarakat dari Pembangunan

sampai Pemberdayaan, Yogyakarta: Aditya Media, 2003

Suparlan Suhartono, Dasar-dasar filsafat “Cogito Ergo Sum“ Aku Berpikir Maka

Aku Ada (Rene Descartes), Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009

T. Fatimah Djajasudarma, Wacana: Pemahaman dan Hubungan Antar Unsur,

Bandung: Eresco, 1994 Abdul Rani dkk., Analisis Wacana, Malang:

Banyumedia Publising, 2006

Teun A. Van Djik, The Network Society: Sosial Aspects of New Media. London:

Sage, 2006

Theo Hujibers, Mencari Allah, Pengantar ke dalam Filsafat Ketuhanan,

Yogyakarta: Kanisius, 1992

Yasraf Amir Piliang, “Masyarakat Informasi Dan Digital: Teknologi Informasi

Dan Perubahan Sosial” dalam Jurnal “Sosioteknologi”, edisi 27 Tahun

11, Desember 2012, Hlm. 145

Kitab Undang-Undang dan Konstitusi Negara:

Butir kesatu dan kedua dari butir-butir sila pertama Pancasila.

Butir ketujuh dari butir-butir sila pertama Pancasila.

Pasal 156a KUHP Republik Indonesia

Page 53: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

Pasal 2 UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Pasal 2 UU No. 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan

Pasal 28 UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektrionik.

Pasal 45 UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektrionik.

Pasal 29 ayat 1 & 2Undang-undang Dasar 1945 (UUD 45)

Pasal 61 ayat 1 dan Pasal 64 ayat 1 UU No. 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi

Kependudukan

Pasal 61 ayat 2 dan Pasal 64 ayat 2 UU No. 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi

Kependudukan

Website:

http://iheu.org. diakses pada hari Senin, 13 Juni 2016

http://islamlib.com/agama/ateisme/tiga-jenis-ateisme-di-indonesia/

http://jakartaglobe.beritasatu.com/lifeandtimes/the-rise-of-indonesian-

atheism/410166, diakses Tgl, 20 Desember 2015

http://www.atheistcensus.com diakses pada hari Minggu, 27 Juni 2016

http://www.atheistcensus.com, diakses pada tanggal 31 Maret 2016.

http://www.merdeka.com/khas/kami-tidak-percaya-tuhan-dalan-wujud-apapun-

komunitas-ateis-5.html diakses pada hari Kamis, 9 Juni 2016

http://www.pikiran-rakyat.com/nasional/2012/01/20/173796/populasi-atheis-di-

indonesia-capai-satu-persen-dari-jumlah-penduduk, diakses Tgl, 20

Desember 2015

http://www.sea-atheists.org diakses pada hari Senin, 13 Juni 2016

https://andabertanyaateismenjawab.wordpress.com diakses pada hari Rabu, 15

Juni 2016

https://andabertanyaateismenjawab.wordpress.com/2012/10/14/apakah-ateisme-

dilarang-di-indonesia-kaitannya-dengan-sila-pertama-pancasila/ diakses

pada hari Senin, 27 Juni 20016

https://docs.google.com/forms/d/1PjClUiujk9CBseLDkb_2oHrhE3zApC-

x_VhVOOym4OE/viewform diakses pada hari Kamis, 9 Juni 2016

Page 54: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

https://id.wikipedia.org/wiki/Ateisme diakses Tgl, 20 Desember 2015

https://indonesianatheists.wordpress.com diakses pada hari Senin, 13 Juni 2016

https://indonesianatheists.wordpress.com/about/ diakses pada hari Rabu, 15 Juni

2016

https://twitter.com/indoatheists diakses pada hari Senin, 20 Juni 2016

https://www.atheistalliance.org. diakses pada hari Senin, 13 Juni 2016

https://www.facebook.com/groups/1492467634359739/ diakses pada hari Kamis,

9 Juni 2016

https://www.facebook.com/groups/588317367992193/ diakses pada hari Kamis, 9

Juni 2016

https://www.facebook.com/groups/749554548508426/ diakses pada hari Selasa,

14 Juni 2016

https://www.facebook.com/groups/AteisBertanyaIslamMenjawab/ diakses pada

hari Kamis, 9 Juni 2016

https://www.facebook.com/groups/dialogateisindonesia.VI diakses pada hari

Rabu, 8 Juni 2016

https://www.facebook.com/groups/dialogateisteis/ diakses pada hari Rabu, 8 Juni

2016

https://www.facebook.com/groups/indonesianatheists/ dikses pada hari Kamis, 9

Juni 2016

https://www.facebook.com/groups/KAMI.CINTA.ALLAH.SWT/ diakses pada

hari Senin, 13 Juni 2016

https://www.facebook.com/groups/tanyaABAM/ diakses pada hari Kamis, 9 Juni

2016

https://www.facebook.com/search/str/ateis/keywords_groups diakses pada hari

Rabu, 8 Juni 2016

https://www.facebook/groups/dialogateisteis/permalink/574238282736697/

diakses pada hari Kamis, 16 Juni 2016

Page 55: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

CURRICULUM VITAE

Personal Data

Name : M. Agus Budianto

Place, Date of Birth : Sumenep, August 17 1984

Address : Sumenep, Madura, Indonesia

Educational Background

2013 Sunan Kalijaga State Islamic University, Yogyakarta, Indonesia

Study of Religion and Conflict Resolution , Master Degree,

G.P.A.: 3.52 out of 4 (Cumlaude)

2003 Sunan Kalijaga State Islamic University, Yogyakarta, Indonesia

Comparative Religion, Bachelor Degree

G.P.A.: 3.53 out of 4 (Cumlaude)

1999 Madrasah Aliyah, An-Nuqayah Islamic Boarding School,

Sumenep, East Java, Indonesia

1996 Madrasah Tsanawiyah, An-Nuqayah Islamic Boarding School,

Sumenep, East Java, Indonesia

1990 Madrasah Ibtidaiyah, An-Nuqayah Islamic Boarding School,

Sumenep, East Java, Indonesia

Organization Activities

2013 to Present Islamic Organization Nahdhatul Ulama (Jamaah Nahdhiyin)

Yogyakarta

2012 to Present Non Government Organization Pagarbatu Pintar, Center of

Education,Trarining and Human Resource Development

2007-2010 Chief of Presidium Council for Simpul Iman (Interfaith)

Community, Yogyakarta

2007-2009 Chief of Students Executive Assosiation for Comparative

Religion Department, Sunan Kalijaga State Islamic University

2005-2007 Chief of Presidium Council for Communication Forum of

Comparative Religion Students in Yogyakarta and Central Java

Region, Indonesia

2005-2007 Secretary of Students Executive Assosiation for Comparative

Religion Department, Sunan Kalijaga State Islamic University

Article and Book Review

Article:

Email : [email protected]

Page 56: WACANA ATEISME DI CYBERSPACE INDONESIAdigilib.uin-suka.ac.id/23046/1/1320512110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan sila ini menunjukkan bahwa

“MDGs (Millenium Development Goals) and Danger of Poverty in Indonesia” published in

Bernas on Monday August 8 2005

Book Review:

1. “Iman dan Norma Kebebasan Beragama” (Original Tittle: “Kredo dan Kebebasan

Beragama”), published by Pusat Studi Agama dan Peradaban (PSAP) 2006. In

Journal of RELIGI. Vol. V, No. 2, Sunan Kalijaga State Islamic University, July

2006.

2. "Membongkar Kedok Kristenisasi Dibalik Agenda Dialog lintas Agama” (Original

Tittle: "Menggugat Arogansi Kekeristenan"), published by Kanisius 2005 in Journal

of RELIGIOSA. Vol. I, No. 1, Sunan Kalijaga State Islamic University, February

2006.

Working Experiences

2013-present CEO of Jogja Flash and Micro Flash (business in Computer

Accessories)

2009 -2013 Chief of laboratory for Faculty of Theology and

Islamic Thought, Sunan Kalijaga State Isamic University

Research

2014 Expert Assistant in research entitled “Satuan Pengamanan UIN

Sunan Kalijaga (Kajian Historis-Deskriptif), Sunan Kalijaga

State Isamic University

2007 Expert Assistant in research entitled “Penerapan Mata Kuliah

Anti Korupsi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta” by Research

Institutes of Sunan Kalijaga State Isamic University

2006 Expert Assistant and Expeditor Team in research entitled “Anti

Korupsi Perspektif Agama Budda, Hindu dan Konghucu” in

coorporation Laboratorium Religi dan Budaya Lokal (LABEL), Faculty of Theology and Islamic Thought, Sunan Kalijaga State

Isamic University and Ministry of Communication and

Information, Indonesia.

Sincerely,

M. Agus Budianto