30
1. Kewenangan Kantor Pajak (Fiskus) Untuk memudahkan pemeriksa pajak (fiskus) dalam rangka melakukan pengawasan dan pemeriksaan pajak terhadap WP, UU KUP dan peraturan-peraturan terkait memberikan kewenangan tertentu kepada pemeriksa pajak. Berikut ini akan dipaparkan kewenangan-kewenangan pemeriksa pajak, baik dalam rangka Pemeriksaan Kantor, Pemeriksaan Lapangan, Pemeriksaan Ulang maupun Pemeriksaan Bukti Permulaan. Pemeriksaan Lapangan Dalam melakukan Pemeriksaan Lapangan, termasuk Pemeriksaan Ulang maupun Pemeriksaan Bukti Permulaan, pemeriksa pajak (fiskus) berwenang: 1. Melihat maupun meminjam buku, catatan, serta dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP (orang pribadi), atau objek yang terutang pajak; 2. Mengakses serta mengunduh (download) data yang dikelola secara elektroik; 3. Memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak atau tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen lain, uang maupun barang yang dapat memberi petunjuk tentang penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek yang terutang pajak; 4. Meminta kepada WP untuk memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan, antara lain berupa: 1) menyediakan tenaga maupun peralatan atas biaya WP apabila dalam mengakses data yang dikelola secara elektronik memerlukan peralatan atau keahlian khusus; 2) memberikan bantuan kepada pemeriksa untuk membuka barang bergerak atau tidak bergerak; serta 3) menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya pemeriksaan lapangan apabila pemeriksaan dilakukan di tempat WP;

Wajib Pajak Orang Pribadi Atau Badan Men

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a

Citation preview

Page 1: Wajib Pajak Orang Pribadi Atau Badan Men

1. Kewenangan Kantor Pajak (Fiskus)Untuk memudahkan pemeriksa pajak (fiskus) dalam rangka melakukan

pengawasan dan pemeriksaan pajak terhadap WP, UU KUP dan peraturan-peraturan terkait memberikan kewenangan tertentu kepada pemeriksa pajak. Berikut ini akan dipaparkan kewenangan-kewenangan pemeriksa pajak, baik dalam rangka Pemeriksaan Kantor, Pemeriksaan Lapangan, Pemeriksaan Ulang maupun Pemeriksaan Bukti Permulaan.Pemeriksaan Lapangan

Dalam melakukan Pemeriksaan Lapangan, termasuk Pemeriksaan Ulang maupun Pemeriksaan Bukti Permulaan, pemeriksa pajak (fiskus) berwenang:

1. Melihat maupun meminjam buku, catatan, serta dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP (orang pribadi), atau objek yang terutang pajak;

2. Mengakses serta mengunduh (download) data yang dikelola secara elektroik;

3. Memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak atau tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen lain, uang maupun barang yang dapat memberi petunjuk tentang penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek yang terutang pajak;

4. Meminta kepada WP untuk memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan, antara lain berupa:

1) menyediakan tenaga maupun peralatan atas biaya WP apabila dalam mengakses data yang dikelola secara elektronik memerlukan peralatan atau keahlian khusus;

2) memberikan bantuan kepada pemeriksa untuk membuka barang bergerak atau tidak bergerak; serta

3) menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya pemeriksaan lapangan apabila pemeriksaan dilakukan di tempat WP;

5. Melakukan penyegelan tempat atau ruang tertentu serta barang bergerak maupun tidak bergerak;

6. Meminta keterangan lisan maupun tertulis dari WP; dan

7. Meminta keterangan maupun bukti yang diperlukan dari pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan WP yang diperiksa melalui kepala unit pemeriksaan.

Pemeriksaan Kantor

Dalam melaksanakan Pemeriksaan Kantor, pemeriksa pajak berwenang:

1. Memanggil WP untuk datang ke kantor pajak dengan menggunakan Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor;

1

Page 2: Wajib Pajak Orang Pribadi Atau Badan Men

2. Melihat dan/atau meminjam buku, catatan, dan/atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain termasuk data yang dikelola secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek yang terutang pajak;

3. Meminta kepada WP untuk memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan;

4. Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari WP;

5. Meminjam KKP yang dibuat oleh akuntan publik melalui WP; dan

6. Meminta keterangan dan/atau bukti yang diperlukan dari pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan WP yang diperiksa melalui kepala unit pelaksana Pemeriksaan.

Hak WP dalam Pemeriksaan Pajak

WP dalam setiap pemeriksaan pajak mempunyai hak yang harus dilaksanakan oleh fiskus. Hak-hak WP, sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan dan peraturan yang berlaku antara lain:

1. Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan SP2;

2. Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memberikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan dalam hal Pemeriksaan dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan;

3. Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memperlihatkan surat yang berisi perubahan tim Pemeriksa Pajak apabila susunan keanggotaan tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan;

4. Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan;

5. Menerima SPHP;

6. Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan pada waktu yang telah ditentukan;

7. Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan, dalam hal masih terdapat hasil Pemeriksaan yang belum disepakati antara pemeriksa pajak dengan WP pada saat Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan; dan

8. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh pemeriksa pajak melalui pengisian Kuesioner Pemeriksaan.

2. Pemeriksaan PajakPemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,

keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2

Page 3: Wajib Pajak Orang Pribadi Atau Badan Men

Tujuan dilakukannya pemeriksaan adalah sebagai berikut:

1) Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan :

a. SPT lebih bayar termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan pajak;

b. SPT rugi;

c. SPT tidak atau terlambat (melampaui jangka waktu yang ditetapkan dalam Surat Teguran) disampaikan;

d. Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya; atau

e. Menyampaikan SPT yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil analisis (risk based selection) mengindikasikan adanya kewajiban perpajakan WP yang tidak dipenuhi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2) Tujuan lain, yaitu:

a. Pemberian NPWP secara jabatan;

b. Penghapusan NPWP;

c. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan pencabutan PKP;

d. Wajib Pajak mengajukan keberatan;

e. Pengumpulan bahan untuk penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto;

f. Pencocokan data dan/atau alat keterangan;

g. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil;

h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN;

i. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak;

j. Penentuan saat mulai berproduksi sehubungan dengan fasilitas perpajakan dan/ atau;

k. Pemenuhan permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda.

a. Jenis Pemeriksaan Pajak Pemeriksaan rutinSebagaimana namanya, jenis pemeriksaan ini adalah tugas utama pasukan pemeriksa di Ditjen Pajak. Adapun kriteria dilakukan Pemeriksaan Rutin adalah sebagai berikut:1. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi/Badan yang menyatakan Lebih

Bayar;2. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan yang menyatakan Rugi Tidak Lebih

Bayar:3. Data Prioritas dan atau Alat Keterangan:4. Terdapat kerjasama Operasi (KSO) atau Konsorsium;

3

Page 4: Wajib Pajak Orang Pribadi Atau Badan Men

5. Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan menyampaikan;a. SPT tahunan PPh Pasal 21 yang menyatakan lebih bayar;b. SPT Masa PPN yang masa pajak terakhir dari suatu tahun pajak yang

menyatakan lebih bayar (baik meminta restitusi maupun kompesasi);6. Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan menyampaikan:

a. SPT Tahunan PPh untuk bagian tahun pajak sebagai akibat adanya perubahan tahun buku yang telah disetujui oleh Direktur Jenderal Pajak;

b. SPT Tahunan PPh untuk tahun pajak saat Wajib Pajak melakukan penilaian kembali aktiva tetap yang telah disetujui oleh Direktur Jenderal Pajak;

c. SPT Tahunan untuk tahun pajak saat Wajib Pajak melakukan penggabungan, pemekaran, pengambilalihan usaha, atau likuidasi;

7. SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi menyalahi ketentuan penggunaan Norma Penghitungan Penghasilan Neto;

8. Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas atau Wajib Pajak Badan, yang Mengajukan permohonan pencabutan NPWP; atau perubahan tempat terdaftarnya Wajib Pajak dari suatu KPP ke lain KPP;

9. Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT Tahunan PPh walaupun telah dikirimkan Surat Teguran dan tidak mengajukan permohonan perpanjangan penyampaian SPT, termasuk SPT kembali pos (kempos) dan Wajib Pajak Kelompok Non Efektif (NE);

10. Wajib Pajak melakukan kegitan membangun sendiri yang pemenuhan kewajiban PPN atas kegiatan tersebut patut diduga tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya;

11. Wajib Pajak tidak menyampaikan:a. SPT Tahunan PPh Pasal 21 selama 2 (dua) tahun berturut-turut;b. SPT Masa PPN dalam tahun berjalan selama 3 (tiga) bulan berturut-turut

dari suatu tahun pajak;12. Wajib Pajak menyampaikan SPT Masa PPN (dalam tahun berjalan) yang

menyatakan meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi) terutama sehubungan dengan penyerahan ekspor dan atau penyarahan kepada badan pemungut PPN;

13. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak yang menyatakan rugi yang pelaksanaan pemeriksaannya dikaitkan dengan pelaksanaan Pemeriksaan Rutin untuk tahun pajak lainnya;

14. Wajib Pajak yang atas permintaan sendiri mengajukan untuk dilakukan pemeriksaan atas kewajiban perpajakannya, misalnya untuk kepentingan Rapat Umum Pemegang Saham atau tax clearence;

15. Terdapat data, termasuk data PBB dan atau BPHTB yang dapat dimanfaatkanuntuk ekstensifikasi Wajib Pajak dan atau Pengusaha Kena Pajak (PKP);

16. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil;17. Pemusatan tempat terutang PPN.

4

Page 5: Wajib Pajak Orang Pribadi Atau Badan Men

Pemeriksaan kriteria seleksi

Pemeriksaan Kriteria Seleksi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak tertentu berdasarkan skor otomatis secara komputerisasi. Yang di maksud dengan skor adalah penjumlahan bobot seluruh variabel SPT dan Rasio Laporan Keuangan Wajib Pajak atau variabel lainnya yang mengindikasikan kemungkinan adanya potensi pajak yang belum atau tidak dilaporkan atau menunjukkan rendahnya tingkat ke-patuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Semakin tinggi skor Anda, maka perusahaan semakin menjadi prioritas utama untuk diperiksa.

Pemeriksaan khusus

Pemeriksaan Khusus menurut SE-03/PJ.7/2001 dapat dilaksanakan terhadap:

1. Wajib Pajak yang diduga melakukan tindak pidana di bidang perpajakan;2. Wajib Pajak tertentu berdasarkan pengaduan masyarakat3. Wajib Pajak tertentu berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal Pajak.

Ada klausul menarik tentang Pemeriksaan Khusus sesuai SE-03/PJ.7/1996 yaitu apabila Wajib Pajak pada tahun sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan Sederhana Lapangan, maka persetujuan/instruksi melakukan pemeriksaan khusus tidak dapat diberikan kecuali ada indikasi tindak pidana.

Pemeriksaan wajib pajak lokasi

Sesuai dengan namanya, jenis pemeriksaan ini dilakukan atas Wajib Pajak yang mempunyai cabang atau lebih dari satu tempat usaha.

Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak Lokasi dapat dilaksanakan sehubungan dengan:

1. SPT Tahunan PPh Pasal 21 dan atau SPT Masa PPN menyatakanLebih Bayar;

2. SPT Tahunan PPh Pasal 21 dan atau SPT Masa PPN tidak disampaikan masing-masing selama 2 (dua) tahun berturut-turut atau 3 (tiga) bulan berturut-turut dari suatu tahun pajak;

3. Permintaan dari Unit Pelaksanan Pemeriksaan Pajak (UP3) Wajib Pajak Domisili dan atau usulan dari UP3 Wajib Pajak Lokasi.

Pemeriksaan tahun berjalan

Pemeriksaan Tahun Berjalan, yaitu pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang dilakukan dalam tahun berjalan untuk jenis-jenis pajak tertentu atau seluruh jenis Pajak (all taxes) dan untuk mengumpulkan data atau keterangan atas kewajiban pajak lainnya. Pemeriksaan Tahun Berjalan dilakukan meliputi seluruh jenis

5

Page 6: Wajib Pajak Orang Pribadi Atau Badan Men

pajak (all taxes) dan tidak perlu dikaitkan dengan pemeriksaan tahun sebelumnya. Pemeriksaan Tahun Berjalan dapat dilaksanakan terhadap Wajib Pajak Lokasi berdasarkan pertimbangan Ka Kanwil DPJ khususnya para pemotong atau pemungut pajak (Withholding) termasuk PPh Pasal 23, PPh Pasal 26, dan PPN serta PPnBM. Pemeriksaan Tahun Berjalan Wajib Pajak dalam rangka ekstensifikasi diperlukan seperti pemeriksaan Wajib Pajak Lokasi. Pelaksaan Pemeriksaan Tahun Berjalan hanya dapat dilakukan atas masa pajak sampai dengan bulan Oktober tahun yang bersangkutan.

Pemeriksaan bukti permulaan

Pemeriksaan Bukti Permulaan, yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.

Yang dimaksud dengan bukti permulaan adanya perbutan pidana di bidang perpajakan adalah bukti-bukti, baik berupa tulisan, perbuatan, keterangan ataupun benda-benda yang dapat memberikan petunjuk bahwa suatu tindak pidana di bidang perpajakan telah terjadi atau dilakukan, yang dapat menimbulkan kerugian bagi Negara.

Termasuk dalam kriteria bukti permulaan adalah:

1. Wajib Pajak dengan sengaja tidak mendaftarkan diri.2. Wajib Pajak dengan sengaja menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak

Nomor Pokok Wajib Pajak.3. Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT.4. Wajib Pajak dengan sengaja menyampaikan SPT yang isinya tidak benar atau

tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar.5. Wajib Pajak dengan sengaja memperlihatkan pembukuan, catatan atau

dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar.6. Wajib Pajak dengan sengaja tidak bersedia memperlihatkan atau

meminjamkan pembukuan, catatan atau dokumen lainnya.7. Wajib Pajak dengan sengaja tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong

atau dipungut.

b. Surat Ketetapan Pajak (SKP)ketetapan pajak adalah surat keterangan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih BayarJenis-jenis SKPTerdapat empat jenis Surat Ketetapan Pajak (SKP) yaitu :1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

Definisi SKPKB

6

Page 7: Wajib Pajak Orang Pribadi Atau Badan Men

Menurut UU No.28 Tahun 2007 Pasal 1(16), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.

Penerbitan SKPKBMenurut No.28 Tahun 2007 Pasal 13(1), SKPKB diterbitkan apabila:a) Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang

terutang tidak atau kurang dibayarb) Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang

telah ditentukan dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran

c) Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif 0% (nol persen)

d) Kewajiban menyelenggarakan pembukuan atau pencatatn tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang ;atau,

e) kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan.

Sanksi AdministrasiApabila SKPKB dikeluarkan karena alasan pada poin 2a dan 2e, maka jumlah kekurangan pajak terutang ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan paling lama 24 bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Apabila SKPKB dikeluarkan karena alas an pada poin 2b, 2c, dan 2d, maka dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar :

- 50% dari PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak - 100% dari PPh yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetor dan dipotong atau dipungut tetapi

tidak atau kurang disetorkan.- 100% dari PPN dan PPn BM yang tidak atau kurang bayar Fungsi SKPKBa. Koreksi atas jumlah yang terutang menurut SPT-nyab. Sarana untuk mengenakan sanksic. Alat untuk menagih

2. Surat Ketetapan Pajak NihilDefinisi SKPN

Menurut UU No.28 Tahun 2007 Pasal 1(18), SKPN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya

7

Page 8: Wajib Pajak Orang Pribadi Atau Badan Men

dengan jumlah kredit pajak atau pajak terutang dan tidak ada kredit pajak.

Penerbitan SKPNSKPN diterbitkan apabila setelah dilakukan pemeriksaan jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak.

3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar TambahanSurat ketetapan pajak kurang bayar tambahan (SKPKBT) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan .Penerbitan SKPKBT ini didasarkan pada :

Hasil pemeriksaan atau pemeriksaan ulang terhadap data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang termasuk data yang semula belum terungkap atau penerbitan SKPKBT ini dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak,bagian tahun pajak atau tahun pajak.Sebagai konsekuensinya jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar dalam SKPKBT ditambah sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar.Hasil penelitian atau putusan pengadilan yang telah memperoleh keuatan hukum tetap terhadap wajib pajak yang dipidanakarena melakukan tindak tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.SKPKBT ini diterbitkan dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak,bagian tahun pajak,tahun pajak sebagai konsekuensinya bahwa jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar dalam SKPKBT ditambah sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar.

4. Surat Ketetapan Pajak Lebih BayarSurat ketetapan pajak lebih bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.Dirjen pajak dapat menerbitkan surat ketetapan pajak lebih bayar (SKPLB) berdasarkan:

Hasil penelitian terhadap kebenaran pembayaran pajak atas permohonan wajib pajak (pasal 17 UU KUP) terdapat kelebihan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutangHasil pemeriksaan terhadap surat pemberitahuan terhadap jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang diabayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang (Pasal 17 ayat 1 UU KUP)Hasil pemeriksaan terhadap permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak (pasal 17B UU KUP) terdapat jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang.

8

Page 9: Wajib Pajak Orang Pribadi Atau Badan Men

c. Surat Tagihan Pajak (STP)Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa denda, dan atau bungaFungsi Surat Tagihan Pajak:a. sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT Wajib Pajak;b. sarana untuk mengenakan sanksi berupa bunga dan atau denda;c. sarana untuk menagih pajak.Sebab diterbitkannya STP:a. Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;b. berdasarkan penelitian SPT terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai

akibat salah tulis dan atau salah hitungc. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau bunga;d. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak membuat faktur

pajak atau membuat faktur pajak tetapi tidak tepat waktue. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak mengisi faktur

secara lengkapf. PKP melaporkan faktur tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur pajakg. PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian pajak

masukanJenis administrasi yang ditagih dengan Surat Tagihan Pajak:a. denda administrasi bagi Wajib Pajak yang tidak atau terlambat

menyampaikan SPT Masa PPh dan ;b. denda administrasi bagi Wajib Pajak yang tidak atau terlambat

menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan;c. denda 2% dari Dasar Pengenaan Pajak bagi Pengusaha yang tidak

melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP, PKP yang tidak membuat atau tidak lengkap mengisi Faktur Pajak;

d. bunga, bagi Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Tahunan sehingga mengakibatkan kurarng bayar;

e. bunga, bagi Wajib Pajak yang terlambat atau tidak membayar pajak yang sudah jatuh tempo pembayarannya

3. Sanksi Administrasi PerpajakanLandasan hukum mengenai sanksi administrasi diatur dalam masing-masing pasal undang-undang ketentuan umum perpajakan. Sanksi adminstrasi dapat dijatuhkan apabila wajib pajak melakukan pelanggaran terutama atas kewajiban yang ditentukan dalam Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang perubahan ke 3 atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

A. DendaSanksi denda adalah jenis sanksi yang paling banyak ditemukan dalam UU Perpajakan. Terkait besarannya, denda dapat ditetapkan sebesar jumlah tertentu, presentasi dari jumlah tertentu, atau suatu angka perkalian dari jumlah tertentu.

9

Page 10: Wajib Pajak Orang Pribadi Atau Badan Men

Pada sejumlah pelanggaran, sanksi denda ini akan ditambahkan dengan sanksi pidana. Pelanggaran yang dikenai sanksi pidana ini adalah pelanggaran yang sifatnya alpa atau disengaja. Untuk mengetahui lebih lanjut, dalam tabel berikut dimuat hal-hal yang dapat menyebabkan sanksi administrasi berupa denda, bentuk pengenaan denda, dan besarnya denda.

No Pasal Masalah Sanksi Keterangan1 7 (1) SPT Terlambat disampaikan :

a. Masa Rp100.000 atau Per SPTRp500.000

b. Tahunan Rp100.000 atau Per SPTRp 1.000.000

2 8 (3) Pembetulan sendiri dan belum disidik 150% Dari jumlah pajakyang kurangdibayar

3 14 pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai 2% Dari DPP(4) PKP, tetapi tidak membuat faktur pajak atau

membuat faktur pajak, tetapi tidak tepatwaktu;pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai 2% Dari DPPPKP yang tidak mengisi faktur pajak secaralengkapPKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai 2% Dari DPPdengan masa penerbitan faktur pajak

B. BungaSanksi administrasi berupa bunga dapat dibagi menjadi bunga pembayaran, bunga penagihan dan bunga ketetapan.- Bunga pembayaran

Bunga pembayaran adalah bunga karena melakukan pembayaran pajak tidak pada waktunya, dan pembayaran pajak tersebut dilakukan sendiri tanpa adanya surat tagihan berupa STP, SKPKB dan SKPKBT. Dengan demikian bunga pembayaran umumnya dibayar dengan menggunakan SSP, yaitu meliputi antara lain:a. Bunga karena pembetulan STP.b. Bunga karena angsuran / penundaan pembayaran.c. Bunga karena terlambat membayar.d. Bunga karena ada selisih antara pajak yang sebenarnya terutag dan pajak

sementara.- Bunga penagihan

Bunga penagihan adalah bunga karena pembayaran pajak yang ditagih dengan surat tagihan berupa STP, SKPKB, SKPKBT tidak dilakukan dalam batas waktu pembayaran. Bunga penagihan umumnya ditagih dengan STP (lihat pasal 19 ayat 1 KUP).

- Bunga ketetapanBunga ketetapan adalah bunga yang dimasukkan dalam surat ketetapan pajak tambahan pokok pajak. Bunga ketetapan dikenakan maksimum 24 bulan. Bunga ketetapan umumnya ditagih dengan SKPKB (lihat pasal 13 ayat 2 KUP).

10

Page 11: Wajib Pajak Orang Pribadi Atau Badan Men

No Pasal Masalah Sanksi Keterangan1. 8 (2 Pembetulan SPT Masa dan Tahunan 2% Per bulan, dari jumlah

dan 2a) pajak yang kurang dibayar2. 9 (2a Keterlambatan pembayaran pajak masa dan 2% Per bulan, dari jumlah

dan 2b) tahunan pajak terutang3. 13 (2) Kekurangan pembayaran pajak dalam 2% Per bulan, dari jumlah

SKPKB kurang dibayar, max 24bulan

4. 13 (5) SKPKB diterbitkan setelah lewat waktu 5 48% Dari jumlah paak yangtahun karena adanya tindak pidana tidak mau atau kurangperpajakan maupun tindak pidana lainnya dibayar.

5. 14 (3) a. PPh tahun berjalan tidak/kurang bayar 2% Per bulan, dari jumlahpajak tidak/ kurangdibayr, max 24 bulan

b. SPT kurang bayar 2% Per bulan, dari jumlahpajak tidak/ kurangdibayr, max 24 bulan

14 (5) PKP yang gagal berproduksi dan telah 2% Per bulan, dari jumlahdiberikan pengembalian Pajak Masukan pajak tidak/ kurang

dibayr, max 24 bulan6. 15 (4) SKPKBT diterbitkan setelah lewat waktu 5 48% Dari jumlah pajak yang

tahun karena adanya tindak pidana tidak atau kurang dibayarperpajakan maupun tindak pidana lainnya

7. 19 (1) SKPKB/T, SK Pembetulan, SK Keberatan, 2% Per bulan, atas jumlahPutusan Banding yang menyebabkan pajak yang tidak ataukurang bayar terlambat dibayar kurang dibayar

8. 19 (2) Mengangsur atau menunda 2% Per bulan, bagian daribulan dihitung penuh 1bulan

9. 19 (3) Kekurangan pajak akibat penundaan SPT 2% Atas kekuranganpembayaran pajak

C. Sanksi PidanaMenurut ketentuan dalam undang-undang perpajakan, ada 3 macam sanksi pidana, yaitu: denda pidana, kurungan, dan penjara.a. Denda pidana

Sanksi berupa denda pidana dikenakan kepada Wajib Pajak dan diancamkan juga kepada pejabat pajak atau pihak ketiga yang melanggar norma. Denda pidana dikenakan kepada tindak pidana yang bersifat pelanggaran maupun bersifat kejahatan.

b. Pidana kurunganPidana kurungan hanya diancamkan kepada tindak pidana yang bersifat pelanggaran. Dapat ditujukan kepada Wajib Pajak, dan pihak ketiga. Karena pidana kurungan diancamkan kepada si pelanggar norma itu ketentuannya sama dengan yang diancamkan dengan denda pidana, maka masalahnya hanya ketentuan mengenai denda pidana sekiat itu diganti dengan pidana kurunga selama-lamanya sekian.

11

Page 12: Wajib Pajak Orang Pribadi Atau Badan Men

c. Pidana penjaraPidana penjara seperti halnya pidana kurungan, merupakan hukuman perampasan kemerdekaan. Pidana penjara diancamkan terhadap kejahatan. Ancaman pidana penjara tidak ada yang ditujukan kepada pihak ketiga, adanya kepada pejabat dan kepada Wajib Pajak.

Ketentuan mengenai sanksi pidana di bidang perpajakan diatur/ditetapkan dalam UU No.6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan UU No.12 Tahun 1985 sebagai-mana telah diubha dengan UU No.12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.

Yang dikenakan Norma Sanksi Pidanasanksi pidana

Setiap Orang Kealpaan tidak Didenda paling sedikit 1 kalimenyampaikan SPT atau jumlah pajak terutang yang tidak

menyampaikan SPT tetapi atau kurang dibayar dan paling

tidak benar/tidak lengkap banyak 2 kali jumlah pajak

atau melampirkan terutang yang tidak atau kurang

keterangan yg tidak benar. dibayar, atau dipidana kurungan

paling singkat 3 (tiga) bulan atau

paling lama 1 (satu) tahun.

Sengaja tidak menyampaikan Pidana penjara paling singkat 6

SPT, tidak meminjamkan bulan dan paling lama 6 tahun dan

pem-bukuan, catatan, atau denda paling sedikit 2 kali jumlah

dokumen lain, dan hal-hal pajak terutang yang tidak atau

sebagaimana dimaksud kurang dibayar dan paling banyak

dalam pasal 39 KUP. 4 kali jumlah pajak terutang yang

tidak atau kurang dibayar.

Pidana tersebut ditambahkan 1 kali

menjadi 2 kali sanksi pidana

apabila seseorang melakukan lagi

tindak pidana di bidang perpajakan

sebelum lewat 1 tahun, terhitung

sejak selesainya men-jalani pidana

penjara yang dijatuhkan.

12

Page 13: Wajib Pajak Orang Pribadi Atau Badan Men

Melakukan percobaan untuk Pidana penjara paling singkat 6

melakukan tindak pidana bulan dan paling lama 2 tahun dan

me-nyalahgunakan atau denda pa-ling sedikit 2 kali jumlah

menggu-nakan tanpa hak restitusi yang dimohonkan

NPWP atau PPKP dan/atau kompensasi atau

sebagaimana, atau me- pengkreditan yang dilakukan dan

nyampaikan Surat Pemberi- paling banyak 4 kali jumlah

tahuan dan/atau keterangan restitusi yang di-mohonkan

yg isi nya tidak benar atau dan/atau kompensasi atau

tidak lengkap, dalam rangka pengkreditan yang dilakukan.

menga-jukan permohonan

restitusi atau melakukan

kompensasi pajak atau

pengkreditan pajak.

Sengaja tidak menyampaikan Pidana kurungan selama-lamnya 6SPOP atau menyampaikan bulan dan atau setinggi-tingginya

SPOP tetapi isinya tidak 2 kali jumlah pajak terhutang.

benar sebagaimana

dimaksudkan da-lam pasal

24 UU PBB.

Pidana penjara selama-lamanya 2

Dengan sengaja tidak me- tahun dan atau denda setinggi-

nyampaikan SPOP, mem- tingginya 5 kali jumlah pajak yang

perlihatkan/meminjamkan terutang.

surat/dokumen palsu, dan Sanksi (a) dilipat dua kan jika

hal-hal lain sebagaimana sebe-lumlewatsatutahun

diatur dalam pasal 25 ayat 1 terhitung se-jak selesainya

UU PBB. menjalani sebagian/ seluruh pidana

yang dijatuhkan me-lakukan

tindak pidana lagi.

Pejabat Kealpaan tidak memenuhi Pidana kurungan selama-lamanyakewaji-ban merahasiakan 1 tahun dan atau denda setinggi-

13

Page 14: Wajib Pajak Orang Pribadi Atau Badan Men

hal-hal sebagai-mana tingginya Rp. 25.000.000,- (duadimaksud dalam pasal 34 puluh lima juta rupiah).

KUP (tindak pelanggaran).

Pihak Ketiga Sengaja tidak Pidana Kurungan selama-lamanyamemperhatikan atau tidak 1 ta-hun dan atau denda setinggi-

meminjamkan surat atau do- tingginya Rp. 2.000.000,- (dua jut

kumen lainnya dan atau tidak rupiah).

me-nyampaikan keterangan

yang diper-lukan

sebagaimana dimaksud da-

lam pasal 25 ayat 1 huruf d

dan e UU PBB.

Catatan:1. Pidana penjara dan atau denda pidana (karena melakukan tindak kejahatan

terhadap perpajakan) dapat dilipatduakan, apabila melakukan tindak pidana perpajakan sebelum lewat satu tahun, terhitung sejak selesainya menjalani sebagian atau seluruh pidana penjara yang dijatuhkan.

2. Penuntunan tindak pidana terhadap pejabat hanya dilakukan apabila pengaduan dari orang yang kerahasiannya dilanggar. Jadi, pidana terhadap pejabat merupakan delik aduan.

3. Tindak pidana perpajakan tidak dapat dituntut setelah lampau 5 tahun.

D. KenaikanJika melihat bentuknya, bisa jadi sanksi administrasi berupa kenaikan adalah sanksi yang paling ditakuti oleh Wajib Pajak. Hal ini karena bila dikenakan sanksi tersebut, jumlah pajak yang harus dibayar bisa menjadi berlipat ganda. Sanksi berupa kenaikan pada dasarnya dihitung dengan angka persentase tertentu dari jumlah pajak yang tidak kurang dibayar.Jika dilihat dari penyebabnya, sanksi kenaikan biasanya dikenakan karena Wajib Pajak tidak memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam menghitung jumlah pajak terutang.

No Pasal Masalah Sanksi Keterangan1. 8 (5) Pengungkapan ketidak benaran SPT sebelum 50% Dari pajak yang

terbitnya SKP kurang dibayar2. 13 Apabila: SPT tidak disampaikan sebagaimana

(3) disebut dalam surat teguran, PPN/PPnBM yangtidak seharusnya dikompensasikan atau tidak tarif0%, tidak terpenuhinya Pasal 28 dan 29a. PPh yang tidak atau kurang dibayar 50% Dari PPh yang

tidak/ kurangdibayar

14

Page 15: Wajib Pajak Orang Pribadi Atau Badan Men

b. tidak/kurang dipotong/ dipungut/ disetorkan 100% Dari PPh yangtidak/ kurangdipotong/ dipungut

c. PPN/PPnBM tidak atau kurang dibayar 100% Dari PPN/ PPnBMyang tidak ataukurang dibayar

3. 15 Kekurangan pajak pada SKPKBT 100% Dari jumlah(2) kekurangan pajak

tersebut

15