Upload
riyan-hidayat
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/10/2019 Warta Anggaran 21
1/48
8/10/2019 Warta Anggaran 21
2/48
8/10/2019 Warta Anggaran 21
3/48
DAFTAR ISIwarta anggaran | 21 Tahun 2011
LAPORAN UTAMA
LAPORANKHUSUS
PEMBANGUNANINFRASTRUKTUR:
Anggaran, Capaian, danTantangan
LAPORAN UTAMA 7
PERENCANAAN ANGGARAN 22
PNBP 25
LAPORAN KHUSUS 29
REFORMASI BIROKRASI 38
SISTEM PENGANGGARAN 41
BERITA 44
RESENSI BUKU 45
INTERMEZO 47
PROFILE 48
PERISTIWA 53
7Jika memang peran infrastrukturpenting, tentu negara-negarayang ingin memajukanperekonomiannya akanmenginvestasikan sebagian(besar) dari anggarannya untukmembangun jalan jembatan yang
memfasilitasi.....
Akar permasalahan berulangnyatemuan BPK berupa PungutanTanpa Dasar Hukum bukansemata-mata terletak padaketidakpatuhan K/L terhadapketentuan di bidang PNBP, namun justru kekakuan ketentuan PNBPyang mengharuskan penetapan jenis dan tarif PNBP minimal
dalam PP sedikit banyak turutmenyebabkan.....
29Pembiayaan 2011 Mengandalkan
Utang SebagaiSumberPenerimaan
PENATAANORGANISASI DJA:
Mengantisipasi KepakanSayap Kupu-kupu di Brazil
38Penataan Organisasi DJA: Di wilayah
manajerial, tuntutan akan keterbukaan
dan akuntabilitas direspon oleh DJA
dengan penguatan di bidang kepatuhan
internal, manajemen risiko, dan bantuan
hukum. Dibentuknya Bagian Kepatuhan
dan Bantuan Hukum merupakan bukti
komitmen DJA terhadap keterbukaan
dan akuntabilitas.
Redaksi menerima kritik saran, pertanyaan, atau sanggahan terhadap masalah-masalah yang berkait dengan keuangan sektor publik
8/10/2019 Warta Anggaran 21
4/48
Salam Redaksi
Edisi 21 Tahun 2011
PENGARAHDirektur Jenderal Anggaran
PENANGGUNG JAWABSekretaris Ditjen Anggaran
REDAKTURKepala Bagian OrtalaKasubdit Data dan Dukungan Teknis Anggaran I
Kasubdit Pengembangan Sistem PenganggaranKasubdit Harmonisasi Kebijakan Penganggaran
Kasubdit Data dan Dukungan Teknis Penyusunan APBNKasubdit Data dan Dukungan Teknis Anggaran IIKasubdit Data dan Dukungan Teknis Anggaran III
Kasubdit Data dan Dukungan Teknis PNBP
REDAKTUR PELAKSANAI.G.A Krisna Murti - Agus Kuswantoro
Puji Wibowo - Afrizal - Triana AmbarsariRini Ariviani - Asrukhil Imro - Mujibuddawah
Eko Widyasmoro - Sunawan Agung S. - Achmad
Zunaidi - Arief Masdi - SudadiDyah Kusumawati - Hidayat Kusuma R.
DESAIN GRAFIS DAN FOTOGRAPHERMulyanto - Dana Hadi
Mujono Basuki - Bayu Segara
KEUANGANFerry Iskandar - Sis Sabani
Arfan Udi Winasis - Rachmat Apriansyah
TATA USAHA DAN DISTRIBUSIAchmad Purwo Hardjanto - Ihsan Maulana
Niken Ajeng Lestari - Eko Prasetyo
ALAMATGedung Sutikno Slamet Lt. 11
Jl. Dr. Wahidin No.1 Jakarta 10710
Telepon : (021) 3435 7505
Redaksi menerima artikel untuk dimuat dalammajalah ini. Artikel ditulis dalam huruf Arial 11 spasi1.5 maksimal 5 hal. Artikel dapat dikirimke www.wartaanggaran.yahoo.co.idIsi majalah tidak mencerminkan kebijakanDirektorat Jenderal Anggaran
Ketika kita meminta uang kepada
orang tua kita apakah kita akan
meminta sesuai dengan kebutuhan
ataukah lebih dari yang kita perlukan?
Setelah uang di tangan apakah kita
dapat membelanjakan uang tersebut
sesuai rencana kebutuhan kita hingga
uang kita habis. Kemudian, jika ternyata
uang tersebut tidak habis apakah
orang tua kita akan meminta kembaliuang yang tersisa. Rasanya tidak, kita
hanya akan menerima nasihat bahwa
kalau kita meminta uang jumlahnya
harus sesuai dengan kebutuhan.
Analogi di atas rasanya dapat
digunakan untuk melihat interaksi
hubungan antara DJA dengan K/L.
Sebagai orang tua yang harus
menjaga anggaran pemerintah,
sudah selayaknya DJA dapat
membina semua K/L agar dapat
merencanakan belanja nya dengan
baik sehingga anggaran yang tersedia
tidak menumpuk di akhir tahun.
Rasanya Peraturan tentang reward
and punishment kepada K/L atas
penyerapan anggaran harus didukung
penuh.
Selain Reward and Punishment,
kami juga menyajikan catatan tentang
Peraturan Pemerintah Nomor 90
Tahun 2010 tentang Penyusunan
RKA-KL yang mengganti PeraturanPemerintah Nomor 21 Tahun 2004.
Anda juga dapat juga menikmati
penjelasan tentang New Innitiative
dan penyesuaian baseline. Selain itu,
untuk mengetahui apa permasalahan
yang dihadapi Kementerian/Lembaga
dalam perencanaan anggaran, kami
melakukan roadshow ke beberapa
K/L.
Dalam hal PNBP, kami mencoba
menyoal mengenai kepatuhan K/L
dalam melaporkan PNBP nya.
Semoga perencanaan anggaran
K/L ke depan lebih baik lagi. Selamat
menikmati sajian Majalah Warta
Anggaran edisi 21.
4 Warta anggaran | 21 Tahun 2011
8/10/2019 Warta Anggaran 21
5/48
8/10/2019 Warta Anggaran 21
6/48
Infrastruktur adalah segala sesuatusarana dasar yang dibutuhkan agarsuatu perekonomian atau masyarakatdapat berfungsi. Dalam hal ini terdapatdua kelompok infrastruktur yaitu
infrastruktur ekonomi dan infrastruktursosial. Infrastruktur ekonomi mencakupsemua struktur teknis yang mendukungperekonomian seperti jalan dan jembatan,air bersih, saluran limbah, pasokan listrik, dan
jaringan telekomunikasi. Fungsi infrastrukturekonomi adalah memfasilitasi produksidan distribusi barang dan jasa, seperti
jalan yang memungkinkan pengangkutanbahan mentah ke pabrik, dan kemudian
pengangkutan barang jadi ke pasar(Wikipedia). Infrastruktur ekonomi inisangat berpengaruh terhadap e siensi
usaha, terutama biaya logistik dan transpor tasi, ser ta biaya produksi, yangpada akhirnya berpengaruh terhadapdaya saing, baik daya saing produk lokal/domestik dalam berhadapan denganproduk luar negeri, maupun daya saingperekonomian dalam memperebutkanpenanaman modal asing.
Sementara itu infrastruktur sosialmencakup sarana kesehatan danpendidikan. Selain itu, infrastruktur dapatpula dibedakan sebagai infrastruktur sik
dan non sik. Infrastruktur sik, disebut
juga hard infrastructure adalah struktursik sarana dan prasarana yang dapat
disentuh (tangible) seperti jalan-jembatan,
pelabuhan, jaringan listrik; sedangkaninfrastruktur dalam pengertian non sik
mencakup infrastruktur yang tidak dapatdisentuh (intangible) yang mendukungpembangunan dan beroperasinyainfrastruktur sik, seperti peraturan dan
perundangan, sistem dan prosedur, sertamekanisme tatakelola, transparansi, danakuntabilitas dalam pembiayaan danpengadaannya (Bhattacharyay 2009).
Infrastruktur non sik juga, disebut jugasebagai soft infrastructure mencakup
sistem keuangan dan sistem hukum(Wikipedia). Pada perkembangannyakemudian, kata infrastruktur lebih seringdimaksudkan, termasuk dalam tulisan ini,sebagai infrastruktur ekonomi dan sik.
Mengingat fungsinya tersebut, peraninfrastruktur dalam perekonomiansangatlah vital. Dari lintasan sejarah negara-negara yang kini disebut sebagai negaramaju, serta negara-negara yang dijulukitheemerging markets dapat diambil pelajaranbahwa infrastruktur berperan fundamentaldalam mendorong pertumbuhan ekonomisecara berkelanjutan. Peran infrastruktur
dalam perekonomian mulai populerantara lain sebagaimana terlihat dalamsejarah Amerika Serikat saat dirintis dandibangunnya jaringan kereta api dan
telekomunikasi (pos dan telegram), padaawal abad ke-20.
Melesatnya perkembangan ekonomi
Jepang, Korea Selatan dan Singapura darisemula negara berkembang menjadi negaramaju, juga didukung oleh pembangunaninfrastruktur yang tidak tanggung-tanggung(WG Huff, 1995; Atkinson et al, 2009).Untuk contoh paling mutakhir, pesatnyaperkembangan ekonomi China jugadifasilitasi oleh pembangunan jaringan
jalan-jembatan, pelabuhan, dan energi listriksecara massif di tahun 1980-an (Yoshimodan Nakahigashi 2000; Sahoo, 2010), yangmerupakan pengembangan lebih lanjut dari
yang sudah dibangun mulai 1876 semasaDinasti Qing (Wikipedia).
Berbagai hasil kajian (antara lain Aschauer1989; World Bank 1994; Calderon danServen 2003; Estache 2006 dalam Sahoo,Dash, dan Nataraj 2010) membuktikanbahwa infrastruktur mempunyai peranpenting dalam memajukan perekonomian,dan sebaliknya taraf perekonomianyang lebih tinggi berpengaruh terhadapketersediaan infrastruktur yang lebihberkualitas.
Namun demikian tulisan ini tidakmengasumsikan peran infrastruktur
non sik dapat diabaikan. Dalamliteratur mengenai pembangunan,infrastruktur non sik juga berperan
penting, sehingga dapat diibaratkansebagai software, sedangkaninfrastruktur sik sebagai hardware,dari sistem perekonomian. Dalam
teori per tumbuhan, infrastrukturnon sik berperan dalam
meningkatkan produktivitas tenaga
kerja (pendidikan dan kesehatan),inovasi teknologi (pendidikan &penelitian dasar, sistem hukum,
khususnya terkait dengan hak paten/intellectual property), atau pembentukankapital (sistem keuangan dan hukum,khususnya terkait dengan perlindunganproperti dan perjanjian bisnis). Jikainfrastruktur sik berpengaruh terhadap
perekonomian jangka pendek (1-2 tahun),
menengah (3-5 tahun), dan panjang (20 tahun atau lebih), maka infrastrukturnon sik berpengaruh dalam jangka panjang.
Anggaran infrastruktur
Jika memang peran infrastruktur penting, tentu negara-negara yang ingin memajukanperekonomiannya akan menginvestasikansebagian (besar) dari anggarannyauntuk membangun jalan jembatan yangmemfasilitasi transportasi orang, bahan
Anggaran infrastrukturtersebut dialokasikan
sebagian terbesar dalambentuk belanja (spending),dan sebagian dalam bentukpemberian pinjaman/kredit,
penyertaan modal padaBUMN,serta penjaminan/
kontijensi.
LAPORANUTAMA
6 Warta anggaran | 21 Tahun 2011
8/10/2019 Warta Anggaran 21
7/48
baku/mentah (raw materials), bahanantara/setengah jadi (intermediate goods),dan produk akhir ( nal product s), danmenghubungkan antara pabrik dan daerahproduksi dengan pasar; pelabuhan dan
bandara untuk pengiriman barang-barang tersebut dari dan ke luar negeri (impor/ekspor) serta antar pulau (interlandtransportasion); jaringan listrik sejak daripembangkitan hingga distribusi yangmemungkinkan beroperasinya pabrik dankantor, pelabuhan dan bandara; sedangkanpembangunan jaringan telekomunikasiumumnya lebih banyak dibiayai oleh sektorswasta.
Berbagai literatur ekonomi antara lainRotner (1983), dan Aschauer (1989)dalam Yoshino & Nakahigashi (2000)menemukan bahwa pemerintah berperanpenting dalam mendorong pertumbuhanekonomi, pengurangan pengangguran,dan pengentasan penduduk miskinsecara berkelanjutan, melalui intervensidalam bentuk belanja pembangunan
infrastruktur. Pembangunan jalan dan jembatan non-tol, ser ta waduk dan sistemirigasi (pertanian) merupakan contohutama dari infrastruktur sebagai barangpublic (public goods) yang pemakaiannya
tidak dikenai biaya dan semua orang bisamenggunakannya (non-excludable).Sementara infrastruktur seperti jalan
tol, telepon, listrik, gas, dan internet,yang penggunanya harus membayar
dengan tarif tertentu (excludable),pengadaan dan pengelolaannyadapat dilakukan sepenuhnya olehsektor swasta. Sektor swasta dapatmelakukan investasi dalam proyekinfrastruktur yang menjanjikan pro t
berkelanjutan, dengan dana dariberbagai sumber seperti modalsendiri, pinjaman, atau patungan.
Dalam situasi di mana pemerintah
dan sektor swasta masing-masing tidak memiliki anggaran atau modal
yang memadai, mereka bisa bekerjasamadalam membangun infrastruktur, terutamainfrastruktur yang bagi pihak swasta bisamendatangkan keuntungan (pro table)dalam jangka panjang. Bentuk kerjasama
tersebut antara lain pember ian penjaminan( guarantee, insurance), pinjaman,penyertaan modal pada BUMN, ataupublic private partnership (PPP). Dalambanyak hal, seringkali suatu infrastruktursangat dibutuhkan masyarakat danperekonomian regional bahkan nasional,namun membutuhkan modal yang sangatbesar untuk pengadaannya sehingga sektorswasta tidak berminat (terjadi apa yang
disebut sebagai market failure, kegagalanpasar), maka pemerintah dapat melakukanintervensi dengan belanja APBN.Kemampuan pemerintah untuk menerimapajak serta melakukan pinjaman domestikdan internasional memungkinkannya untukmendanai proyek infrastruktur berskalabesar.
Berapa besar dana yang telah diinvestasikan
Pemerintah Indonesia untuk infrastruktur?Seperti disajikan dalam Diagram 1, pada tahun 2005 Pemerintah member ikandukungan untuk infrastruktur sebesarRp23,7 triliun (nilai tahun 2005), atau 4,6persen dari total Belanja Negara 2005.
Dibandingkan dengan Produk DomestikBruto (PDB), nilai dukungan tersebut setaradengan 0,9 persen dari PDB nominal 2005(tidak disajikan dalam diagram). Dukungananggaran tersebut diinvestasikan pada
berbagai proyek infrastruktur mencakuppembangunan dan perawatan jalan-
jembatan, waduk dan berbagai bentukpenampungan air berikut jaringan irigasi,pelabuhan kapal dan bandar udara, serta
jaringan listr ik.
Nilai nominal dan riil dari dukungan APBN tersebut meningkat setiap tahunnya, kecualidi tahun 2010 saat kenaikan anggaraninfrastruktur tidak sebesar laju in asi (lihat
Diagram 2). Dalam tahun 2006, belanjainfrastruktur naik pesat 111,6% menjadiRp50,0 triliun (atau 7,5% dari BelanjaNegara, atau 1,5% dari PDB), sebagaidampak dari penghematan subsidi energiyang sudah dilakukan pada tahun 2005.Dalam tahun 2011, anggaran infrastrukturnaik 50% dari tahun sebelumnya Rp82,6
triliun menjadi Rp123,9 tr iliun (atau 10,1%
dari Belanja Negara, dan 1,8% dari PDB).Anggaran infrastruktur tersebut dialokasikansebagian terbesar dalam bentuk belanja(spending ), dan sebagian dalam bentukpemberian pinjaman/kredit, penyertaan
Diagram 1
Sumber: Buku Saku APBN dan Indikator Ekonomi, DJA KemKeuangan, 22 Februari 2011
23.7
50.0 54.0 70.0
78.9
82.6
123.9
4.6
7.5 7.1 7.1 8.4
7.8
10.1
2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0
20.0 40.0 60.0 80.0
100.0 120.0 140.0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Anggaran Infrastruktur,Nominal, triliun Rp (skala kiri),
dan % thdp Belanja Negara (skala kanan)
Anggaran Infrastruktur (triliun) % thdp Belanja Negara (skala kanan)
LAPORANUTAMA
Warta anggaran | 21 Tahun 2011 7
8/10/2019 Warta Anggaran 21
8/48
modal pada BUMN,serta penjaminan/
kontijensi. Sebagaimana disajikan dalamTabel 1, anggaran infrastruktur dalambentuk belanja (spending) adalah sebesarRp115,1 triliun, atau 93% dari total anggaraninfrastruktur dalam tahun 2011 (APBN)sebesar Rp123,8 triliun. Belanja tersebutmencakup belanja infrastruktur yangdikelola oleh kementerian/lembaga , danbelanja non kementerian/lembaga sepertipublic service obligation (PSO) kepada PT
KAI dan PT Pelni, DAK Infrastruktur, danTambahan Otonomi Khusus Infrastruktur,pengembangan Sabang dan Batam. DalamDiagram 3 disajikan perkembangan totalbelanja infrastruktur kementerian/lembaga,sementara dalam Tabel 2 ditampilkan datalebih rinci mengenai anggaran infrastrukturdi luar belanja kementerian/lembaga.
Dalam Diagram 3 terlihat bahwaKementerian Pekerjaan Umum(PU), Kementerian Perhubungan,dan Kementerian ESDMmerupakan tiga kementerian yangmenerima alokasi anggaran belanjainfrastruktur terbesar, dengan totalpagu 90,7 persen dari total pagubelanja infrastruktur kementerian/lembaga dalam tahun 2011. DalamTabel 2, terlihat peran dana alokasi
khusus (DAK) infrastruktur yangsemakin besar. Selain itu, menarikpula untuk dicermati, dukungan
pemerintah dalam bentuk penjaminan &
kontijensi (land capping , kontijensi PLNdan PDAM), investasi pemerintah, sertapinjaman dan kredit. Dengan penjaminan,dana akan dikeluarkan hanya jika resikoyang telah diperhitungkan (kenaikan harga
tanah, BUMN gagal bayar/default) benar-benar terjadi. Guna mengelola penjaminanini, pemerintah telah mendirikan PTPenjamin Infrastruktur Indonesia/IndonesiaInfrastructure Guarantee Funda (PT PII/IIGF)
yang fungsinya adalah menangani prosespenjaminan bagi kewajiban nanasial sektor
publik (kementerian, BUMN, dan pemda)dalam kontrak kerjasama atau konsesidengan sektor swasta. PT PII diharapkandapat menunjang masuknya pendanaan dariswasta untuk pembangunan infrastruktur diIndonesia melalui peningkatan kelayakankredit dan kualitas proyek-proyekinfrastruktur yang menggunakan skim
public private partnership (PPP).
Sementara itu, dukungan pemerintah dalambentuk investasi juga terlihat semakin besar.Investasi tersebut dilaksanakan dalambentuk suntikan modal untuk PT SaranaMulti Infrastruktur (PT SMI), yang khususdidirikan dalam tahun 2009 dalam rangkamempercepat pembangunan infrastrukturserta bersinergi dengan pihak ketiga,baik swasta, pemerintah daerah, BUMN,maupun organisasi multilateral. PT SMImerupakan suatu holding company dan
telah mendir ikan anak perusahaan yaituPT Indonesia Infrastructure Finance (PTIIF) pada tahun 2010, berpatungan denganADB, International Finance Corporation(IFC), dan DEG-Badan Investasi danPembangunan Jerman. PT IIF merupakanperusahaan pembiayaan proyek-proyekinfrastruktur.
Selain itu, dukungan untuk pembangunaninfrastruktur juga dilakukan pemerintahdengan membentuk suatu unit diKementerian Keuangan, yaitu Pusat
Investasi Pemerintah (PIP) pada tahun2007 dan sejak tahun 2009 telah berstatussebagai instansi badan layanan umum(BLU). PIP juga berfungsi sebagai pengelolaRekening Induk Dana Investasi dan penilaikelayakan, manajemen resiko, divestasi,pengembangan instrumen, pengendalian,pembiayaan, dan masalah hukum danperjanjian investasi Pemerintah Pusat.Dengan fungsi tersebut, PIP melakukan
34.7
111.6
7.8
29.8
12.64.7
50.0
17.16.6 6.6 11.1 2.8 7.0 5.30.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
120.0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Kenaikan Anggaran Infrastruktur & Inflasi
Kenaikan Angg. Infrastruktur (%) Inflasi (yoy)
Diagram 2
Tabel 1 Komponen Anggaran Infrastruktur
(triliun rupiah)
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 APBN
Belanja Infrastruktur: 23,5 47,8 51,7 68,0 76,2 65,4 115,1 Belanja K/L 21,4 42,2 45,1 59,4 65,7 57,6 105,1
Belanja Non K/L 2,2 5,6 6,6 8,6 10,6 7,8 9,9 Pemberian Pinjaman/Kredit 0,1 2,3 2,3 1,8 1,3 13,8 5,3 Penyertaan Modal 1,0 1,0 2,0 1,5
Penjaminan &
Kontijensi
0,3
0,4
1,4
1,9
Anggaran Infrastruktur 23,7 50,0 54,0 71,0 78,9 82,6 123,8
Catatan: 2005 2010 adalah data realisasi; sumber Buku Saku APBN dan Indikator Ekonomi, DJ, diolah.
LAPORANUTAMA
8 Warta anggaran | 21 Tahun 2011
8/10/2019 Warta Anggaran 21
9/48
penilaian kelayakan terhadap proyek-
proyek infrastruktur yang akan dilaksanakanoleh kementerian/lembaga. Selain itu, PIP
juga dapat melakukan investasi selain disektor infrastruktur.
Dibandingkan dengan anggaran fungsipendidikan yang sekurang-kurangnya 20%dari belanja negara, anggaran infrastrukturdalam tahun 2011 adalah sekitar setengahdari belanja fungsi pendidikan.
Capaian Pembangunan
Infrastruktur Selain besaran anggaran, yang juga pentingadalah desain ( grand design) dari programdan kegiatan yang didanai dengan alokasianggaran tersebut. Hal ini mengingatbesaran dana yang sama dapat digunakanuntuk berbagai alternatif program dankegiatan. Hanya ketika program dankegiatan yang dipilih adalah yang palingefektif dan e sien dalam mencapai sasasaran,
barulah dapat dinyatakan bahwa anggaranyang besar tersebut telah digunakansecara bertanggungjawab (accountable).Merupakan sebuah pertanyaan yangmenarik untuk dikaji, apakah belanja
infrastruktur dalam APBN telah digunakanuntuk mendanai program/kegiatan/proyekinfrastruktur yang paling efektif dan e sien
dalam mendorong pertumbuhan ekonomiyang berkelanjutan serta meningkatkandaya saing?
Dalam Tabel 3, disajikan stok beberapainfrastruktur di Indonesia sampai dengan2010. Jalan nasional yang telah dibangunmencapai 38.569,49 km, sedangkanpanjang rel kereta api mencapai 4.818,9km. Pertanyaan yang menarik terkaitdengan data ini antara lain adalah berapakilometerkah yang dianggap memadai? Inipenting untuk memperoleh makna daripanjang jalan atau panjang rel KA yang
telah dibangun tersebut. Dibandingkandengan panjang pantai Indonesia sejauh95.181 Km (PBB, 2008), berarti panjang
jalan nasional tersebut adalah sekitar 40persen dari jalan yang perlu dibangun agarseluruh wilayah/pulau mempunyai akses
jalan (asumsi: pulau-pulau yang ter lalu keciluntuk dibangun jalan tidak diperhitungkan).
Namun, apakah pembandingan/rasioseperti demikian dapat digunakan untukmengukur kecukupan penyediaan jalan?Adakah standar mengenai kecukupaninfrastruktur di suatu negara? Untunglah,
Bank Dunia telah mengembangkanIndikator Pembangunan Dunia (WorldDevelopment Indicators/WDI) untukmembandingkan tingkat pembangunanantarnegara. Beberapa indikatordiantaranya berkaitan dengan infrastruktur,salah satu diantaranya yang terkait dengan
jalan adalahroad density, yaitu rasio antara total panjang jaringan jalan (road network ) terhadap luas wilayah (km jalan per
km persegi luas wilayah). Jaringan jalan tersebut mencakup jalan nasional, propinsi,
Diagram 3
Sumber: Buku Saku APBN, Feb 2011
32.11
15.42 5.53 2.20 0.91 0.24 0.64 0.51
57.96
22.11 15.30
3.45 2.76 0.81 1.29 1.16 0.29
Anggaran Infrastruktur dalam Bentuk Belanja K/L (triliun Rp)
2010 (Real) 2011 (APBN)
Tabel 2 Anggaran Infrastruktur Non Belanja K/L (triliun Rp)
2010 (Real) 2011 (APBN)
1 Resiko kenaikan harga tanah (land capping ) 0,35 0,89
2 Investasi Pemerintah 3,61 4,57
3 PMN 2,00 1,50
4 PSO 0,37 1,88
5 Kredit rumah (KPRSH & Rusunami) 0,42 0,70
6 DAK 4,49 6,05 7 Tambahan Otonomi 1,40 1,40
8 Dana Kontijensi PLN 1,00 0,89
9 Dana Kontijensi PDAM 0,15
10 Pinjaman ke PLN 7,50
11 Dana bergulir pengadaan tanah 2,30
12 Pengembangan Kawasan Free Trade Sabang 0,42 0,39
13 Pengembangan Otoritas Batam 0,14 0,14
14 Merauke Integrated Food and Energy Estate
(MIFEE) 0,16
Total Non Belanja K/L (Triliun Rp) 25,01 18,72 Sumber: Buku Saku APBN dan Indikator Ekonomi, DJA Edisi Februari 2011
LAPORANUTAMA
Warta anggaran | 21 Tahun 2011 9
8/10/2019 Warta Anggaran 21
10/48
kabupaten/kota dan pedesaan.
Dari Tabel terlihat, dalam hal kepadatan/kerapatan jalan dibandingkan luas wilayah(daratan), Indonesia menduduki ranking ke91 (dari 134 negara), dengan RD sebesar
20 km jalan per km2 wilayah. Hal ini memangdipengaruhi oleh luas wilayah daratanIndonesia yang jauh lebih luas dibandingkandengan negara-negara tetangga di AsiaTenggara. Dengan wilayah daratan yanglebih luas tentu perlu dibangun jalan yanglebih panjang, dan tentunya diperlukananggaran yang lebih besar. Sebagaiperbandingan, China (mainland China)dengan luas wilayah daratan 9.596.960 km2
atau sekitar lima kali luas daratan Indonesia1.919.440 km2, memiliki RD sebesar 36,02km. Sedangkan India, dengan luas wilayahsekitar 1,5 kali luas Indonesia, memilikiRD yang jauh lebih besar yaitu 1.001 km/km2; menduduki ranking ke-3 di duniadalam hal RD (sumber data luas wilayahdari Wikipedia). Selain beberapa indikatorberkaitan dengan jalan raya, seperti rasiopanjang jalan yang diaspal dibandingkan
keseluruhan jalan, dalam WDI jugadisiapkan data mengenai infrastruktur lainseperti ketersediaan air bersih di perkotaandan pedesaan (diukur dengan persentasependuduk yang mempunyai akses ke airbersih seperti PAM maupun sumber lainseperti sumur penduduk, sumur bor, danpenampungan air); kuantitas lalu lintaspetikemas dari pelabuhan ke transportasidaratan dan sebaliknya/Container Port Traf c
(diukur dalam jumlah petikemas setaraukuran 20 kaki), atau konsumsi listrik per
k a p i t a( k w h /c a p i t a ) .( L i h a tDiagram 4,
5, 6 dan 7).
Tantangan
Sejak krisisekonomi 1998,pembangunani n f r a s t r u k t u rb e r k u r a n gdrastis danhingga kinipunberjalan lambat,
terlebih bilad i b a n d i n g k a nd e n g a nnegara-negaras e k a w a s a n .M e n a r i k n y a ,persoalannya bukan pada ketersediaandana, karena saat ini justru telah tersediaberbagai alternatif pembiayaan, baik dariperbankan, pasar modal/obligasi, dankerjasama bilateral serta multilateral, serta
berbagai model/skim kerjasama. Pemerintah juga telah membentuk beberapa wahanauntuk mempercepat (debotlenecking )pembangunan infrastruktur, seperti PT SMIdan PT IIF dan PT PII. Lembaga-lembaga
keuangan internasional dan negara sepertiChina juga telah banyak yang berminatuntuk memberikan bantuan pendanaan dan
teknis dalam pembangunan infrastruktur diIndonesia. Kesulitannya justru dalam halregulasi dan implementasinya.
Menurut Wakil Presiden Boediono(Tempo, 10/3/2011) ada tiga faktor yangmenyebabkan kemacetan pembangunaninfrastruktur. Pertama, masalah pembebasanlahan, yang tidak mudah dilakukan karena
Tabel 3 Beberapa Capaian Pembangunan Infrastruktur
Infrastruktur Capaian s/d 2009
Jalan nasional 38.569,49 Km Jembatan 17.964 Buah
Panjang rel KA 4.818,90 Km Bandar udara 190 Buah Pelabuhan 644 Buah
Sumber: Kompas
Tabel 4 Ranking Kepadatan Jalan (Road Density/RD)
Ranking Negara Road Density (km/km 2 )
8 Singapore 471,6857 Phillipine 6758 Brunei 6364 Vietnam 48,6171 China 36,0272 Thailand 35,2487 Cambodia 2291 Indonesia 20
umber: World Development Indicators Infrastructure
Diagram 4
Sumber: World Development Indicators
9290 89
80
85
90
95
100
1990 2000 2008
Persentase Penduduk Kota yang Memiliki Akses ke Sarana Air Bersih
Indonesia Malaysia ThailandChina East Asia & Pacific * Lower middle income
LAPORANUTAMA
10 Warta anggaran | 21 Tahun 2011
8/10/2019 Warta Anggaran 21
11/48
antara lain akibat dari iklim demokratisdan desentralisasi yang membuat prosespembebasan lahan ikut terhambat. Kedua,anggaran infrastruktur publik saat inilebih terfokus pada perawatan. Hal inimenggambarkan adanya masalah dalampemanfaatan anggaran. Faktor terakhiradalah kelemahan koordinasi di kalanganpemerintah. Koordinasi ini menjadi pentingdan mendesak mengingat beberapapembangunan infrastruktur melintasi
lebih dari satu kabupaten dan bahkanlebih dari satu propinsi, yang tentunyamemerlukan koordinasi dan sinergi antarapemerintah pusat dengan pemerintahdaerah, antarpemerintah daerah, dan jugaantarkementerian lembaga.
Untuk mengatasi masalah tersebut,pemerintah (i) menyiapkan rancanganundang-undang mengenai pembebasanlahan yang akan segera dibahas bersama DPR,
(ii) memperbaiki koordinasi perencanaandan penganggaran serta pencairan, (iii)memperbaiki/menyederhanakan prosespengadaan barang dan jasa pemerintahdengan ditetapkannya Perpres 54/2010;(iv) mendesain dan memprioritaskanproyek infrastruktur yang strategis antaralain Domestic Connectivity, pengintegrasianpengelolaan transportasi Jabodetabek,pembangunan rel kereta api Jakarta-Bandara Soekarno-Hatta, dan perluasanpelabuhan Tanjung Priok, dan pembangunan
Diagram 6
TEUs: twenty feet Equivalent Units
3,797,948
5,503,176 6,394,190
15,843,486
25,866,400
250,000
5,250,000
10,250,000
15,250,000
20,250,000
25,250,000
30,250,000
2000 2005 2009
Jumlah Lalu Lintas Kontainer Pelabuhan/ Container Port Traffic (TEUs) di 5 Negara Asean
Indonesia Thailand Malaysia Vietnam Singapura
Diagram 7
591.2
3,489.9
799.3
2,455.2
0
1000
2000
3000
4000
1970 1980 1990 2000 2008
Konsumsi Listrik (Kwh/capita)
Indonesia Malaysia Thailand Vietnam China East Asia & Pacific * Lower & middle income
Diagram 5
62 67 71
0
25
50
75
100
1990 2000 2008
Persentase Penduduk Desa yang Memiliki Akses ke Sarana Air Bersih
Indonesia Malaysia Thailand
China East Asia & Pacific * Lower middle income
listrik 10.000 MW, untuk sekedar menyebutbeberapa contoh.
Dalam tahun 2011 ini, dukungan swasta,BUMN, lembaga keuangan internasionaldan beberapa negara sahabat (G to G)
telah menyatakan siap untuk member ikandukungan pendanaan, dan tentunya tenagaahli. Namun apakah Indonesia mampumemanfaatkan kesempatan tersebut, tentu
tergantung apakah Indonesia mampumengatasi kendala-kendala yang disebutWakil Presiden tersebut di atas.
LAPORANUTAMA
Warta anggaran | 21 Tahun 2011 11
8/10/2019 Warta Anggaran 21
12/48
Inisiatif BaruOleh Achmad Zunaidi
Jenis inisiatif baru yang terakhir adalah percepatan pencapaian target. Inisiatifbaru jenis ini merupakan penambahan target baru yang menambah outputpada tahun yang direncanakan karena percepatan pencapaian target (yang
diambil dari target tahun yang akan datang, bisa 1 atau 2 tahun).
LAPORANUTAMA
12 Warta anggaran | 21 Tahun 2011
8/10/2019 Warta Anggaran 21
13/48
Peraturan Pemerintah Nomor 90 tahun2010 tetang RKA-K/L mende nisikan InisiatifBaru sebagai usulan tambahan rencanakinerja selain yang telah dicantumkan dalamprakiraan maju, baik berupa program,kegiatan, keluaran, dan/atau komponen.Selanjutnya de nisi tersebut dijabarkanlebih lanjut dalam Peraturan MenteriPerencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan PembangunanNasional Nomor 1 tahun 2011 tentangTata Cara Penyusunan Inisiatif Baru: InisiatifBaru adalah kebijakan baru atau perubahankebijakan berjalan yang menyebabkanadanya konsekuensi anggaran, baik padaanggaran baseline maupun anggaranke depan. Inisiatif baru dapat berupa
penambahan program (priority focus)/outcome/kegiatan/outputbaru, penambahanvolume target , atau percepatan pencapaiantarget .
Adanya mekanisme Inisiatif Barumerupakan penguatan penerapanpendekatan KPJM. KPJM adalah pendekatanyang digunakan oleh pembuat kebijakandimaksudkan untuk memotret implikasikebijakan yang disusun dan ditetapkan saatini terhadap besaran anggaran yang akan
ditimbulkan pada tahun-tahun anggaranberikutnya. Untuk sebuah kebijakan akandihitung anggaran beserta perhitunganbiaya prakiraan maju-nya dalam jangkawaktu 3 tahun ke depan. Angka prakiraanmaju tersebut merupakan angka dasar(baseline) dalam rangka pengalokasiananggaran tahun yang direncanakan. Angkadasar tersebut selanjutnya disesuikandengan parameter. Angka dasar yang telahdisesuaikan tersebut ditambah dengan
inisiatif baru menjadi anggaran tahun yangdirencanakan. Jika tidak ada kebijakanbaru, maka prakiraan maju tersebut akanditetapkan sebagai alokasi anggaran K/Lpada tahun berikutnya.
Mekanisme Inisiatif Baru mengatur tatacara apabila ada kebijakan baru yang belummasuk dalam perencanaan yang ada.Setiap K/L dapat mengajukan inisiatifbaru sesuai dengan ketersediaanruang skal untuk mendanai
inisiatif baru tersebut. Ketersediaandana untuk Inisiatif Baru dapatbersumber dari tambahan anggaran
(on top), dari realokasi anggaran, ataukombinasi keduanya. Tambahan anggaran(on top) merupakan tambahan alokasiyang dapat berupa Rupiah Murni, Pinjamanatau Hibah. Penambahan anggaran ini akanmenyebabkan bertambahnya anggaranbaseline.
Sumber pendanaan yang berasal darirealokasi anggaran didapat dari realokasi
tahun yang direncanakan atau realokasiantar tahun. Realokasi tahun yangdirencanakan merupakan realokasi denganmengambil anggaran dari program/kegiatan lain pada tahun yang direncanakan,
tanpa mengubah total anggaran tahundirencanakan. Syaratnya target program/kegiatan yang direalokasi tidak bolehberubah. Sedangkan realokasi antar tahundilakukan dengan mengambil anggaranprogram yang sama di tahun selanjutnya.Namun syaratnya adalah target jangkamenengah tidak berubah. Pendanaan inidigunakan untuk mendanai usulan InisiatifBaru jenis Percepatan Pencapaian Target.
Ruang Lingkup Inisiatif Baru
Ruang lingkup inisiatif baru dapatdikelompokkan menjadi tiga jenis. Jenis yangpertama adalah program baru, kegiatanbaru, atau output baru. Inisiatif baru jenisini dapat terjadi apabila ada kebijakan baruatau perubahan kebijakan yang sedangberlangsung (existing) yang berakibatperubahan angka dasar (baseline). MisalnyaKementerian Y pada Tahun 2011 memiliki 3Unit Eselon I dan melaksanakan 3 program(Program A, B, dan C). Pada tahun 2012
terjadi reorganisasi pada KementerianA yang berakibat adanya penambahan 1(satu) Unit Eselon I dengan melaksanakansuatu program baru (Program D). ProgramD ini diklasi kasikan sebagai inisiatif baru(sebelumnya tidak ada) termasuk kegiatandan output yang dihasilkan pada tahun2012.
Jenis yang kedua adalah penambahanvolume target. Penambahan volume
target yang menyebabkan dibutuhkanpenambahan anggaran yang diakibatkanoleh perubahan kebijakan, baik kebijakanyang ada pada kegiatan prioritas nasional,prioritas bidang, atau prioritas K/L.Misal Kementerian Pekerjaan Umummelaksanakan pembangunan jalan pada
tahun 2011 sepanjang 50 km denganvolume prakiraan maju: tahun 2012sepanjang 100 km; dan tahun 2013sepanjang 150 km. Saat penyusunananggaran tahun 2012, ada perubahankebijakan yang menyebabkan perubahan(mengalami penambahan) volume targetmenjadi 120 km. Penambahan volume
sebanyak 20 km (semula 100 km menjadi120 km) diklasi kasikan sebagai inisiatifbaru yang diajukan oleh KementerianPekerjaan Umum.
Jenis inisiatif baru yang terakhir adalahpercepatan pencapaian target. Inisiatif baru
jenis ini merupakan penambahan targetbaru yang menambah output pada tahunyang direncanakan karena percepatanpencapaian target (yang diambil dari
target tahun yang akan datang, bisa 1
atau 2 tahun). Penambahan target outputdisebabkan oleh perubahan kebijakan baikuntuk kegiatan prioritas nasional, prioritasbidang maupun prioritas K/L, namunpercepatan pencapaian target tidak bolehmengubah pagu anggaran baseline jangkamenengah. Sebagai contoh, KementerianPendidikan Nasional memberikan BantuanOperasional Sekolah (BOS) pada Tahun2011 kepada 1000 siswa dengan volumeprakiraan maju: Tahun 2012 sebanyak 1200
siswa; dan Tahun 2013 sebanyak 1500siswa (baseline 2011-2014 sebanyak 5000siswa). Saat penyusunan anggaran tahun2012 terjadi perubahan kebijakan yangmengharuskan percepatan pencapaian
target pemberian BOS dengan perubahansebagai berikut:
Uraian
Tahun
2011(Sebelumnya)
2012(Tahun yangdirencanakan
2013(Prakiraan Maju 1)
2014(Prakiraan Maju 2)
Target BOS (lama) 1.000 1.200 1.500 1.300
Target BOS (baru) 1.000 1.500 1.700 800
LAPORANUTAMA
Warta anggaran | 21 Tahun 2011 13
8/10/2019 Warta Anggaran 21
14/48
(jadi matriks) Selain hal tersebut di atas,perubahan lain yang bukan merupakaninisiatif baru, adalah :
1. Penyesuaian anggaran terhadapparameter ekonomi antara lain berupa
penyesuaian terhadap in asi, kurs;
2. Penyesuaian anggaran terhadapparameter non-ekonomi, sepertiperubahan SBU dan SBK selama tidakmengubah total pagu K/L dan tetapmenjaga output dan outcome yangsudah ditetapkan;
3. Perubahan target tanpa mengubah
anggaran yang telah ditetapkan (diluarprioritas nasional, prioritas bidang danprioritas K/L), seperti perubahan target
program dan kegiatan non-prioritas;
4. Penambahan target yang disebabkan tidak tercapainya target tahunsebelumnya, sehingga target tahun iniditambahkan, tapi total pagu anggaranunit kerja tidak berubah, sepertiLuncuran (carried over) target yang
tidak tercapai pada tahun sebelumnya;
5. Jenis-jenis perubahan kebijakan/anggaran lainnya.
Perhitungan Inisiatif Baru
Inisiatif baru dapat dihitung setelahpenyesuaian baseline dilakukan sehinggaruang skal diketahui. Penghitungananggaran untuk inisiatif baru harusmemperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Mengacu pada tujuan dari proposalyang diajukan. Tujuan yang terdapatdalam proposal mengacu atau harussesuai dengan Arah Kebijakan danPrioritas Pembangunan Nasionalyang ditetapkan Presiden (di awal
tahun berjalan). Tujuan tersebut jugamenginformasikan mengenai rincian
informasi kinerja dan rincian anggaransecara jelas, spesi k, dan terukur ;
2. Menetapkan output mana yangdibutuhkan untuk mencapai tujuan dan
jumlah volumenya;
3. Menetapkan output mana yang bersifaton-going/non-on-going;
4. Menetapkan Komponen Input manayang dibutuhkan untuk menghasilkanoutput;
5. Menetapkan Komponen Input manayang bersifat on-going/non-on-going.
Tahun 2012 2013 2014
Indeks 1,00 1,04 1,08
Uraian
Baru
(B) /Lama
(L)
TahunAwal
TahunAkhir
SifatBiaya
Indeks Biaya 2011sebelumnya
2012Tahun yang
direncanakan
2013PM 1
2014PM 2
Program 3.140 3.584 7.617
Kegiatan
Output 1
Volume Output 10 10 10 10
Tanpa Sub-output
Komponen 1 L 2011 utama Ya 100 1.000 1.040 1.080 1.125
Output 2
Volume Output 10 12 14
Tanpa Sub-output
Komponen 1 B 2012 utama tdk 200 - 2.000 2.400 2.800
omponen 2 B 2012 pendukung ya 100 100 104 108
Inisiatif Baru dan AlokasiAnggaran Tahun 2012
Usulan angka inisiatif baru yang sudahmendapatkan persetujuan selanjutnyaditambahkan kedalam angka baseline
yang telah disesuaikan sebelumnya. Angkagabungan merupakan angka atau jumlahalokasi anggaran untuk suatu program
tahun 2012. Gambaran penghitunganmenjadi angka gabungan atau alokasianggaran tahun 2012, sebagai berikut:
LAPORANUTAMA
14 Warta anggaran | 21 Tahun 2011
8/10/2019 Warta Anggaran 21
15/48
Perbaikan Dan Penyesuaian
Angka Dasar Penyesuaian Angka Dasar merupakan proses menjadikan Angka Dasaryang disusun tahun sebelumnya (misal tahun 2011) sesuai dengan asumsi-asumsi atau parameter yang akan terjadi pada tahun yang direncanakan
(misal tahun 2012).
Oleh: M. Rifki, Dit. SP
LAPORANUTAMA
Warta anggaran | 21 Tahun 2011 15
8/10/2019 Warta Anggaran 21
16/48
Indikatif dari tahun anggaran yang
direncanakan yang dibuat ketika
menyusun anggaran.
Angka Dasar yang dihasilkan ketika
menyusun anggaran tahun sebelumnya(misal tahun 2011) kemungkinan masih
memiliki beberapa kesalahan sehingga
perlu diperbaiki saat penyusunan
anggaran tahun yang direncanakan
(tahun 2012). Perbaikan tersebut juga
meliputi perubahan-perubahan asumsi
pada tahun yang direncanakan yang
berbeda dengan tahun sebelumnya dan
menyebabkan angka dasar tersebut juga perlu disesuaikan.
Angka Dasar merupakan
angka awal ketika akan menyusun
anggaran berdasarkan proyeksi
KPJM. Keakuratan dari angka dasar
akan menunjukkan secara jelas ruang
skal untuk tiap tahun anggaran yang
selanjutnya digunakan untuk pendanaan
Inisiatif Baru (New Initiative). Inisiatif Baru
adalah usulan tambahan rencana kinerja
selain yang telah dicantumkan dalam
prakiraan maju, yang berupa program,
kegiatan, keluaran, dan/atau komponen.
Inisiatif Baru merupakan mekanisme
yang dilaksanakan untuk menguatkan
pelaksanaan KPJM. Mekanisme Inisiatif
Baru dilaksanakan oleh K/L untuk
melaksanakan kebijakan baru yang
belum masuk dalam kebijakan yang
telah ada.Penggabungan angka dasar yang telah
Penerapan pendekatan Penganggaran
Berbasis Kinerja (PBK) dan Kerangka
Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM)
secara penuh merupakan komitmen
Pemerintah yang dilaksanakanKementerian Negara dan Lembaga
(K/L) sejak tahun 2011. Penerapan PBK
memberikan kerangka dasar dalam
penyusunan anggaran yang berdasarkan
kinerja yang akan dihasilkan oleh K/L.
Implementasinya diwujudkan dalam
hasil restrukturisasi program dan
kegiatan K/L. Keluaran (Output ) yang
dihasilkan dari pelaksanaan programdan kegiatan yang dilaksanakan K/L
akan diproyeksikan menjadi Prakiraan
Maju.
Prakiraan Maju dide nisikan sebagai
perhitungan kebutuhan dana untuk
tahun anggaran berikutnya dari tahun
yang direncanakan. Fungsinya adalah
untuk memastikan kesinambungan
program dan kegiatan yang telah
disetujui dan menjadi dasar penyusunan
anggaran tahun berikutnya. Total
keseluruhan Prakiraan Maju suatu K/L
akan menjadi indikasi pagu awal K/L
untuk tahun berikutnya yang disebut
juga dengan Angka Dasar (baseline).
Angka Dasar merupakan indikasi pagu
prakiraan maju dari kegiatan-kegiatan
yang berulang dan/atau kegiatan-
kegiatan tahun jamak berdasarkan
kebijakan yang telah ditetapkan danmenjadi acuan penyusunan Pagu
disesuaikan ditambah dengan angka
alokasi anggaran usulan inisiatif baru
akan menjadi alokasi anggaran tahun
yang direncanakan. Gambaran utuh
hubungan antara angka prakiraan
maju, penyesuaian angka dasar, inisiatif
baru, dan alokasi anggaran tahun yang
direncanakan sebagaimana diagram di
bawah ini.
Perbaikan Angka Dasar
Penyempurnaan KPJM (Angka Dasar)
harus dilakukan untuk memberikan
dasar (benchmark ) yang jelas dalam
penyusunan anggaran tahun berkenaan.
Tahap awal dari penyempurnaan Angka
Dasar adalah memperbaiki Angka
Dasar tersebut. Kesalahan-kesalahan
yang mungkin terjadi disaat menetapkan
angka dasar awal harus di perbaiki
sehingga menunjukan angka yang dapat
dipertanggungjawabkan (reliable).
Alasan utama untuk memperbaiki
angka dasar adalah kurang tepatnya
K/L dalam mengklasi kasikan berhenti
atau berlanjut untuk Output atau
komponen, mengklasi kasikan
komponen utama atau pendukung,
atau ketika mencantumkan Volume
Output pada Prakiraan Maju.
Kesalahan pada Angka Dasar akan
berdampak sangat besar dalam prakiraan
maju ditahun berikutnya terutamakesalahan dalam pencantuman Volume
LAPORANUTAMA
16 Warta anggaran | 21 Tahun 2011
8/10/2019 Warta Anggaran 21
17/48
O u t p u t ,
contoh: kegiatan suatu K/L pada
tahun 2011 menghasilkan Output100 dengan biaya per Output Rp.
100.000 dan untuk tahun berikutnya
direncanakan akan dilaksanakan 100
Output lagi namun terjadi kesalahan
teknis sehingga VolumeOutput pada
Prakiraan Maju tercantum 10.000. Hal
ini akan terjadi peningkatan Angka
Dasar yang sangat signi kan, untuk itu
perlu dilakukan perbaikan Angka Dasar.
Langkah-langkah yang dilakukan K/L
untuk menelusuri kesalahan atau
kekurangtepatan Angka Dasar sebagai
berikut:
1. Pengecekan program/kegiatan
Angka prakiraan maju (misal tahun
2012) yang ditetapkan tahunsebelumnya, lebih besar atau lebih
kecil dibandingkan pagu program/
kegiatan tahun 2011 (misalnya
dengan deviasi 10%)
a. Jika nilainya jauh lebih besar, hal
tersebut mungkin akibat kesalahan
memasukkan Volume Output;
b. Jika nilainya jauh lebih rendah, hal ini
dapat diakibatkan karena Volume
Output
b e l u m
dimasukkan
ke Prakiraan
Maju atau
O u t p u t
salah diklasi kasikan sebagai
berhenti.
2. Lakukan pengecekan satker mana
yang menyebabkan masalah
tersebut
Setelah pengecekan dan pemeriksaan
sehingga kesalahan-kesalahan yang
terjadi pada Angka Dasar dapat
diidenti kasi maka, perbaikan Angka
Dasar dapat dilakukan.
Perbaikan kesalahan klasi kasi berhenti
atau berlanjut
Untuk dapat memperbaiki kesalahan
karena salah mengklasi kasikan
berhenti atau berlanjut, harus
diketahui terlebih dahuluOutput atau
komponen input mana yang harus
diklasi kasikan berhenti
Klasi kasi berhenti diberikan kepada:
1. Proyek jangka pendek atau proyek
dengan waktu yang terbatas, seperti
pembangunan gedung baru;
2. Proyek yang didanai oleh Hutang
atau pembiayaan oleh donor
lainnya, dan tidak ada persetujuan
untuk meneruskan pembiayaan
tersebut; atau
3. Kegiatan yang didanai dari BA 999.
K/L memiliki kesempatan untuk
mereklasi kasi output yang telah
diklasi kasikan sebagai output
berhenti menjadi output berlanjut
namun hal ini akan mengurangi
ruang skal K/L dalam mengajukan
inisiatif baru.
Perbaikan kesalahan klasi kasi utama
dan pendukung
Reklasi kasi terhadap komponen
input dari komponen input utama
menjadi komponen input pendukung
akan memberikan dampak terhadap
angka dasar awal yang telah disusun.
Karakteristik komponen input
pendukung harus diindeks dan tidak
terkait langsung dengan perubahan
Volume Output . Jika hal tersebut
diubah menjadi komponen input
utama yang berkarakteristik terkait
langsung denganVolume Output (tidak
diindeks) atau sebaliknya tentu akanmerubah struktur anggaran (tahapan
proses pencapaian Output ). K/L bisa
melakukan reklasi kasi ini sepanjang
tidak menambah pagu anggaran.
Perbaikan kesalahan dalam
pencantuman Volume Output
Beberapa K/L mungkin telah
LAPORANUTAMA
Warta anggaran | 21 Tahun 2011 17
8/10/2019 Warta Anggaran 21
18/48
mencantumkan Volume Output lebih
besar atau lebih kecil dari yang
seharusnya direncanakan. Dalam
memperbaiki Angka Dasar, K/L dapat
memperbaiki pencantuman VolumeOutput tersebut. Pengecekan terhadap
Volume Output dapat dibandingkan
dengan Volume Outputyang tercantum
dalam Rencana Kerja Pemerintah
(RKP).
Penyesuaian Angka Dasar
Penyesuaian Angka Dasar merupakan
proses menjadikan Angka Dasar yangdisusun tahun sebelumnya (misal tahun
2011) sesuai dengan asumsi-asumsi
atau parameter yang akan terjadi
pada tahun yang direncanakan (misal
tahun 2012). Parameter yang perlu
disesuaikan yaitu parameter ekonomi
yang secara otomatis dilakukan oleh
sistem aplikasi dan parameter non-
ekonomi yang disesuaikan secaramanual oleh perencana. Selain
penyesuaian parameter, penyesuaian
Angka Dasar juga meliputi penyusunan
Prakiraan Maju baru untuk 2 (dua)
tahun dari tahun yang direncanakan
(tahun 2014). Penyesuaian tersebut
meliputi :
1. Penyesuaian parameter ekonomi
Setiap tahun prakiraan in asi
berbeda dari tahun sebelumnya,
oleh karena itu perlu dilakukan
update terhadap asumsi in asi yang
akan digunakan pada tahun yang
direncanakan (misal tahuan 2012).
Asumsi in asi digunakan sebagai
parameter penyesuaian agarpengeluaran yang direncanakan di
tahun 2012 menjadi lebih tepat.
Ketika penyesuaian dilakukan
dengan asumsi parameter
in asi baru untuk menyusun
anggaran tahun 2012 prakiraanpengeluaran dapat meningkat atau
berkurang sesuai dengan kenaikan
atau penurunan asumsi in asi.
Penyesuaian parameter ekonomi
secara otomatis akan dilakukan
oleh sistem aplikasi.
2. Penyesuaian parameter non-ekonomi.
Parameter ekonomi merupakan
parameter yang berkaitan dengan
kebijakan pemerintah atau K/L.
Lingkup parameter ekonomi
yang harus dilakukan penyesuaian
adalah:
a. Penyesuaian perhitungan belanjapegawai disesuaikan dengan
perubahan database kepegawaian.
b. Penambahan atau pengurangan
target Volume Output .
K/L dapat menaikanVolume Output
untuk setiap kegiatan tapi tanpa
menambah anggaran, sedangkan
untuk penguragan target Volume Output hanya boleh untuk Output
yang merupakan non-prioritas atau
prioritas K/L
c. Pengurangan anggaran.
Sesuai peraturan Menteri Keuangan
tentang penerapan Penghargaan
dan sanksi tahun 2011 secara
langsung akan mempengaruhiAngka Dasar yang telah disusun
berdasarkan Prakiraan Maju.
Pemberian sanksi kepada K/L
yang yang tidak sepenuhnya
melaksanakan anggaran tahun 2010
akan mengakibatkan pengurangananggaran ditahun 2011 yang
akan memberikan efek terhadap
pengurangan pada prakiraan maju
di tahun 2012 (Angka Dasar).
Pengurangan anggaran yang
dikarenakan oleh sanksi tidak boleh
mengurangi target Volume Output
yang direncanakan.
Selain diakibatkan oleh pemberian
sanksi, pengurangan anggaran
juga dapat terjadi jika K/L
melakukan optimalisasi. Dalam hal
pengurangan anggaran tersebut
merupakan hasil optimalisasi K/L
dapat mengajukan inisiatif baru
yang dilaksanakan sesuai denganmekanisme pengajuannya.
d. Pengurangan target volume dan
anggaran.
Pengurangan Volume Output dan
anggaran dapat dilakukan jika
dalam evaluasi tahun sebelumnya
Volume Output yang menjadi
target tidak mampu dicapai olehK/L atau K/L melakukan prioritas
ulang pembiayaan untukOutput
baru, atau menaikkan targetOutput
lainnya. PenguranganVolume Output
dan anggaran hanya dapat dilakukan
untuk kegiatan non-prioritas atau
prioritas K/L.
e. Realokasi anggaran dan target
Output serta pagu K/L.
LAPORANUTAMA
18 Warta anggaran | 21 Tahun 2011
8/10/2019 Warta Anggaran 21
19/48
Dalam melaksanakan KPJM K/L
diberikan eksibelitas dalam
melakukan realokasi targetOutput
dalam melakukan penyesuaian
sepanjang dalam pagu anggaranyang tetap. Realokasi dapat
dilakukan antar program, kegiatan,
output dan satker termasuk antar
lokasi. Batasan yang diberikan
adalah realokasi tidak dapat
dilakukan dari priotas nasional atau
prioritas bidang ke non-prioritas
atau prioritas K/L.
f. Memindahkan target Volume
Output ke masa depan.
Dalam melakukan penyesuaian
Angka Dasar, K/L diberikan
eksibilitas untuk memindahkan
Volume Output ke tahun anggaran
berikutnya sesuai dengan
per t imbangan-per t imbangan
pencapaian Output tersebut.Memindah target Volume Output
ke masa depan tidak diikuti dengan
carried over anggarannya.
g. Membuat prakiraan maju baru.
Dasar utama dari penerapan KPJM
adalah rolling budget. Sebagai
bagian dari penyusunan anggaran
setiap tahun maka prakiraan maju
yang baru harus ditambahkandalam Angka Dasar yang telah
disusun sebelumnya.
Contoh:
Penyesuaian Angka dasar yang
dilakukan oleh K/L dilakukan dengan
jangka waktu 3 (tiga) kali dalam setahun
yaitu sebelum pagu indikatif, pagu
angggaran, dan pagu de nitif. Hal ini
sejalan dengan waktu pengajuan Inisiatif
Baru.
Ringkasan
Dalam rangka memperjelas hubungan
antara perbaikan angka dasar,
penyesuaian angka dasar, dan inisiatif
baru, di bawah ini disajikan tabel
ringkasan:
Tabel Perbandingan Perbaikan Angka
Dasar, Penyesuaian Angka Dasar, danInisiatif Baru
No. Perbaikan Angka Dasar Penyesuaian Angka Dasar
Inisiatif BaruPrioitas Nasional, Bidang Non-prioritas, Prioritas K/L
1.
Kesalahan klasifkasiOutputdan
Komponen input berhenti atauBerlanjut. In asi, Kurs In asi, Kurs Program baru
2. Kesalahan klasifkasi Komponen Inpututama atau Pendukung.Realokasi anggaran dalam paguprioritas Perubahan Volume Output Kegiatan baru
3. Kesalahan pencantuman Volume Output . Pengurangan anggaran Pengurangan anggaran OutputBaru
4. Menaikkan Volume Output Pengurangan VolumeOutput dan anggaran Outcome Baru
5. Memindahkan Volume Output ke masa depanRealokasi anggaran dalampagu K/L
Penambahan targetVolume Output
6. Membuat prakiraan maju baruMemindahkan Volume
Output ke masa depan
Percepatan
pencapaian target7. Membuat prakiraan majubaru
Tahun 2011TA2012PM 1
2013PM 2
Anggaran xx.xxx xx.xxx xx.xxx
Tahun 2011Realisasi2012TA
2013PM 1
2014PM 2
Anggaran xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx
LAPORANUTAMA
Warta anggaran | 21 Tahun 2011 19
8/10/2019 Warta Anggaran 21
20/48
PP Nomor 90 Tahun 2010Tentang Penyusunan RKA-K/LDi akhir tahun 2010 telah terbit PP Nomor90 Tahun 2010 Penyusunan RKA-K/Lsebagai pengganti PP Nomor 21 Tahun2004. PP Nomor 90 Tahun 2010 tersebutpada prinsipnya mengatur mekanisme
dan business process perencanaan danpenganggaran yang merupakan hulu dari
sistem pengelolaan keuangan. Meskipundemikian, di lingkungan para pengelolakeuangan tersebut timbul beragampendapat dan pandangan terhadaplahirnya PP 90 tahun 2010, sebagian
menanti kehadirannya dan sebagian lagilebih menunggu rencana operasionalisasi
ketentuan tersebut sembari mereka-rekaperubahan apa yang akan mempengaruhipola kerjanya yang selama ini telah dijalani.
Ibarat pepatah tak kenal maka tak sayang,maka tulisan ini dimaksudkan untukmencoba mengenal sedikit beberapamateri yang termuat dalam PP 90 Tahun
Edy Sudarto : Kepala Seksi Evaluasi Kinerja Penganggaran
PERENCANAANANGGARAN
20 Warta anggaran | 21 Tahun 2011
8/10/2019 Warta Anggaran 21
21/48
2010 tersebut. Dan sebagaimana lazimnyabahwa setiap orang mempunyai perspektifdan kacamata yang berbeda dalam melihatsesuatu yang baru, tergantung dari arahmana dia berdiri. Kebetulan Penulis saat inidalam posisi yang tidak terlibat langsungdalam proses penanganan RKA-K/L danhanya sedikit mengetahui beberapa hal
terkait mekanisme penganggaran.
Pengertian RKA-K/L
Dalam PP Nomor 21 Tahun 2004, RKA-K/Ldiartikan sebagai dokumen perencanaandan penganggaran yang berisi programdan kegiatan suatu kementerian/lembaga
yang merupakan penjabaran dari RKPdan Renstra K/L yang bersangkutan dalamsatu tahun anggaran serta anggaranyang diperlukan untuk melaksanakannya.Sementara, dalam PP Nomor 90 Tahun2010 pengertian RKA-K/L diubah menjadidokumen rencana keuangan tahunankementerian/lembaga yang disusunmenurut Bagian Anggaran kementerian/lembaga. Perubahan ini sepintas terkesanbiasa dan normatif, namun sepertinya PP
Nomor 90 Tahun 2010 mencoba melakukaninisiasi e siensi melalui perubahan dari sisiadministrasi.
Seperti diketahui bersama bahwa saat iniberagam jenis, bentuk, dan variasi dokumenyang dibuat oleh lementerian/lembagayang apabila dicermati lebih seksama, padaprinsipnya memuat hal yang sama. RencanaKerja Kementerian/Lembaga (Renja-K/L),Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L), Daftar IsianPelaksanaan Anggaran (DIPA), dan LaporanKinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)masing-masing memuat hal yang secaraprinsip sama yaitu suatu rencana kinerjasuatu Kementerian/Lembaga dalam satu
tahun berikut anggaran yang dibutuhkanuntuk mencapai kinerja tersebut.
Berbagai macam dokumen tersebutmempunyai implikasi dibutuhkannyacost dalam penyusunannya, baik uang, waktu,
bahan, dan tenaga. Selain itu, masing-masing dokumen tersebut diikuti dengan
berbagai aplikasisoftware sehingga dalamsuatu satker dapat dimungkinkan terdapatpaling sedikit 3 (tiga) aplikasi yang masing-masing mempunyai perbedaan-perbedaanmeskipunoutput -nya sama. Aplikasi itupun
tentu membutuhkan cost , baik dari sisipembuatannya maupun bagi satker yangkemungkinan mempunyai jumlah pegawaiyang terbatas.
PP Nomor 90 Tahun 2010 yang memaknaiRKA-K/L sebagai suatu dokumen rencanakeuangan tahunan Kementerian/Lembagasemoga dapat menjadi pintu masuk bagiintegrasi berbagai dokumen yang secaraprinsip mengandung muatan yang samasehingga dapat menciptakan e siensi
pengelolaan anggaran pada tahap yangpaling awal. Yang perlu digarisbawahiadalah pengintegrasian dokumenanggaran tersebut tidak serta merta akanmenghilangkan fungsi bawaan dari jenis-
jenis dokumen sebelumnya. Pada tahapperencanaan, RKA-K/L berfungsi sebagaidokumen perencanaan dan penganggaranyang selanjutnya menjadi bahan dalampenyusunan Rancangan AnggaranPendapatan dan Belanja Negara (R-APBN).
Pada tahap selanjutnya, RKA-K/L jugaberfungsi sebagai dokumen pelaksanaanAPBN apabila seluruh isinya telah disahkanoleh Menteri Keuangan. Pada tahapan yang
lain, RKA-K/L juga menjadi bahan dalammelakukan audit, pemeriksaan, monitoring,dan evaluasi serta bahan dalam menyusunpertanggungjawaban APBN.
Secara teori, satu dokumen dengan
beragam fungsi akan dapat menciptakane siensi tanpa mengurangi aspekakuntabilitasnya dan tentu perubahan kearah tersebut perlu dijadikan sebagai bahandiskusi lebih lanjut dalam rangka perbaikandalam pengelolaan APBN.
Proses Bisnis Penyusunan RKA-K/L
Menurut Penulis, secara prinsip tidak adaperubahan siklus penyusunan RKA-K/Ldalam PP Nomor 90 Tahun 2010 apabiladibandingkan dengan PP Nomor 21 Tahun2004. Perubahan justru terdapat padacontent pada setiap siklus penyusunan RKA-K/L dimaksud. Perbandingan pengaturanproses bisnis penyusunan RKA-K/L dalamkedua peraturan pemerintah di atas dapatdipetakan sebagaimana dalam Gambar 1.
Dari pemetaan pada Gambar 1 tersebut,
terlihat bahwa dalam proses penyusunanRKA-K/L perlu adanya pengklasi kasianantara kebijakan berjalan dan kebijakanbaru yang akan diusulkan pada tahun yang
Gambar 1
PERENCANAANANGGARAN
Warta anggaran | 21 Tahun 2011 21
8/10/2019 Warta Anggaran 21
22/48
direncanakan. Berdasarkanbest practice,pengklasi kasian dimaksud sangat pentingdan dapat menciptakan peluang e siensiwaktu dalam proses penyusunan RKA-K/L karena dalam setiap pembahasan,baik dalam proses pembahasan di internalPemerintah maupun antara Pemerintah danDPR, akan difokuskan pada usulan kebijakanbaru. Namun demikian, pengaturan barumengenai pengklasi kasi yang terdapatdalam PP Nomor 90 Tahun 2010 tersebutperlu dielaborasi lebih detail sehingga dapatmudah dipahami dan diterapkan oleh parapemangku kepentingan.
Ketentuan lain dalam proses bisnis iniadalah dalam hal penelahaan RKA-
K/L antara Kementerian/Lembaga danKementerian Keuangan serta Bappenasyang pengaturannya dibuat lebih berbobot.Dalam PP Nomor 21 Tahun 2004,penelahaan RKA-K/L dipersepsikan sebagaikegiatan yang lebih bersifat administratifkarena hanya fakus pada kesesuaian RKA-K/L dengan pagu yang telah ditetapkan.Sementara, dalam PP Nomor 90 Tahun2010, penelaahan merupakan kegiatandalam rangka menilai kelayakan anggaran
atas kegiatan-kegiatan yang diusulkan dapatditampung dalam RKA-K/L. Perubahan diatas sangat bagus namun tetap memerlukanpengaturan yang lebih detail mengenaimekanisme dan metode dalam mengujikelayakan dimaksud.
Bagian Anggaran BendaharaUmum Negara
Salah satu ketentuan baru yang diaturdalam PP Nomor 90 Tahun 2010 adalahmengenai mekanisme penyusunananggaran Bandahara Umum Negara, atauyang lebih dikenal dengan BA-BUN.
Pada intinya, pasal-pasal yang mengaturmengenai BA-BUN dalam PP Nomor90 Tahun 2010 ini mengadopsi pasal-pasal sebelumnya dalam PP dimaksudyang mengatur RKA-K/L untuk BagianAnggaran Kementerian/Lembaga, dimana
ada ketentuan penetapan pagu indikasi,penetapan alokasi, sampai dengan
penerbitan dokumen pelaksanaananggaran. Perbedaan utama dibandingmekanisme yang berlaku dalampenyusunan RKA-K/L untuk BA K/L adalahadanya pejabat yang menjalankan fungsisebagai Pembantu Pengguna Anggaran(PPA) serta adanya ketentuan penerbitandokumen pelaksanaan anggaran yang dapatditerbitkan pada tahun anggaran berjalan.
Seluruh ketentuan yang menyangkut BA-BUN tersebut pada hakekatnya merupakanpengukuhan atas apa yang telah berjalanselama ini, misalnya fungsi PPA yangselama ini telah dijalankan oleh beberapapejabat unit eselon I lingkup KementerianKeuangan.
Meskipun secara mekanisme mengadopsipengaturan yang berlaku bagi penyusunanRKA-K/L, namun RKA BUN tetap memilikikarakteristik khusus sehingga dalampengaturan pelaksanaan teknis nantiperlu memperhatikan karakteristik khusus
tersebut. Itulah mengapa PP Nomor 90Tahun 2010 ini memberikan waktu 2 (dua)
tahun bagi penerapan pasal-pasal terkaitBA.
Evaluasi Kinerja Penganggaran
Pengaturan mengenai evaluasi kinerjapenganggaran juga semakin dikembangkandalam PP Nomor 90 Tahun 2010 dibandingdengan PP Nomor 21 Tahun 2004.Sebagaimana dipahami bersama bahwasalah satu elemen penting dalam penerapanpenganggaran berbasis kinerja adalahadanya evaluasi kinerja penganggaran.
Evaluasi kinerja penganggaran padahakekatnya mengandung pengertianmelihat ke belakang untuk menentukanlangkah terbaik ke depan. Oleh karenaitu, PP Nomor 90 Tahun 2010 telahmengatur beberapa indikator yang perludiperhatikan dalam melakukan evaluasiyang antara lain meliputi tingkat keluaran,capaian hasil, tingkat e siensi, konsistensiantara perencanaan dan implementasi,dan penyerapan anggaran. Tentu indikator-
indikator tersebut dapat diperluas sesuaidengan kebutuhan pengukuran kinerja
penganggaran suatu instansi.
PP Nomor 90 Tahun 2010 ini telah mengaturbahwa hasil dari evaluasi tersebut akandigunakan sebagai bahan penetapan alokasianggaran setiap Kementerian/Lembaga.
Dengan demikian, kualitas hasil evaluasisangat menentukan kualitas anggaran yangakan ditetapkan nanti. Mengingat evaluasikinerja penganggaran ini mutlak dibutuhkandi berbagai tingkatan, mulai tingkat makrosampai dengan mikro dan mulai tingkatnasional sampai dengan tingkat satker, makaharus ada kesamaan mekanisme, parameter,ukuran, dan metode. Oleh karena itu, PPNomor 90 Tahun 2010 mengamanatkanagar Menteri Keuangan perlu menyusun
norma dan pedoman dalam melaksanakanevaluasi kinerja penganggaran tersebut.
Penutup
Selain mengatur ketentuan yang telahdisebutkan di atas, PP Nomor 90 Tahun2010 ini juga memuat ketentuan-ketentuanbaru mengenai perubahan RKA-K/L dalampelaksanaan APBN dan sistem informasiyang terintegrasi.
Meskipun PP Nomor 90 Tahun 2010memuat lebih banyak pengaturandibanding PP Nomor 21 Tahun 2004,namun efektivitas pengaturan tersebutakan dilihat dari penerapannya. PenetapanPP Nomor 90 Tahun 2010 bagaimanapunmerupakan upaya menuju penyempurnaandan perbaikan bagi pengelolaan keuangannegara, khususnya dibidang penganggaran.Namun demikian, PP dimaksud baru
sebuah landasan hukum dan normaumum. Langkah penting berikutnyaadalah bagaimana mengoperasionalkanPP tersebut sehingga terwujud tujuandari ditetapkan PP sebagaimana tertuangdalam Penjelasannya, yaitu meningkatkankualitas belanja (quality of spending ).Untuk itu, pekerjaan rumah yang harussegera diselesaikan adalah ditetapkannyaberbagai petunjuk operasional atas normaumum sebagaimana telah diamanatkan di
beberapa pasal dalam PP Nomor 90 Tahun2010.
PERENCANAANANGGARAN
22 Warta anggaran | 21 Tahun 2011
8/10/2019 Warta Anggaran 21
23/48
LAPORANUTAMA
Menyoal KetidakpatuhanKementerian/Lembaga
dalam Pengelolaan PNBPOleh: Supriyadi & Wahyu IndrawanAkar permasalahan berulangnya temuan BPK berupa Pungutan Tanpa Dasar Hukum bukan semata-mata terletakpada ketidakpatuhan K/L terhadap ketentuan di bidang PNBP, namun justru kekakuan ketentuan PNBP yangmengharuskan penetapan jenis dan tarif PNBP minimal dalam PP sedikit banyak turut menyebabkan timbulnyapermasalahan tersebut. Pendelegasian wewenang penetapan jenis dan tarif PNBP kepada Menteri sebagai alternatifsolusi perlu dipertimbangkan, tetapi tetap perlu kajian lebih lanjut. Apabila berdasarkan hasil kajian ternyatapendelegasian wewenang penetapan jenis dan tarif PNBP tersebut lebih banyak manfaatnya daripada kerugiannya,maka revisi UU PNBP perlu dilakukan.
PNBP
Warta anggaran | 21 Tahun 2011 23
8/10/2019 Warta Anggaran 21
24/48
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)sesuai dengan UU Nomor 20 Tahun 1997
tentang PNBP, dide nisikan sebagai seluruhpenerimaan Pemerintah Pusat yang tidakberasal dari penerimaan perpajakan. PNBPmemiliki kontribusi yang cukup signi kanbagi penerimaan negara. Selama lima tahun
terakhir (2006-2010) rata-rata kontribusiPNBP bagi penerimaan negara sekitar 30%.
Pada tahun 2010 penerimaan PNBP sekitarRp270 triliun atau sebesar 27% dari totalpenerimaan negara, dengan komposisisebagaimana gra k sebagai berikut dibawahini.
Penerimaan Sumber Daya Alam (SDA) Migasdan Dividen merupakan PNBP pada BagianAnggaran Bendahara Umum Negara (BABUN) yang dikelola di bawah KementerianKeuangan. Penerimaan SDA Non Migas
terutama dikelola oleh KementerianEnergi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)dan Kementerian Kehutanan. Sementara
itu, penerimaan PNBP Lainnya sepertipenjualan aset, sewa aset, jasa, pendidikan,dan bunga pengelolaannya tersebar pada
Kementerian/ Lembaga.
Berbeda dengan penerimaan pajak yanghanya dikelola oleh satu kementerianyaitu Kementerian Keuangan dalam hal inidikelola oleh Ditjen Pajak, PNBP dikelola
oleh banyak Kementerian atau Lembaga, terutama untuk penerimaan PNBP Lainnya.Saat ini, PNBP dikelola oleh lebih dari3000 satker dengan jenis dari tarif PNBPsangat beragam yang jumlahnya lebih dari15.000 jenis. Oleh karena itu, wajar apabilapenertiban pengelolaan PNBP sesuaiketentuan yang berlaku bukanlah suatupekerjaan yang mudah.
Temuan BPK terkait PNBP
Hasil pemeriksaan BPK dari tahun ke tahunmenunjukkan temuan yang sama yaitu
tingginya Pungutan Tanpa Dasar Hukumatau Terlambat Setor, dan belum adakecenderungan turun. Hal ini dapat dilihatpada tabel dibawah ini:
Berdasarkan tabel diatas, apabiladibandingkan dengan total penerimaanPNBP tentu nilainya tidak begitu signi kan
karena berada dibawah kisaran 1% (sebagaicontoh dalam LKPP TA 2009 PenerimaanPNBP mencapai Rp227.174,42 Milyar).Namun, yang mengkhawatirkan adalahpeningkatan temuan dari tahun ke tahun,baik dari sisi jumlah K/L maupun nilainominal.
Penyebab terjadinya temuan adalah
a. Pungutan Tanpa Dasar Hukum
Sesuai Pasal 2 dan 3 UU Nomor 20 Tahun1997 tentang PNBP diatur bahwa JenisPNBP dan Tarif atas Jenis PNBP harusditetapkan dalam Undang-Undang (UU)atau Peraturan Pemerintah (PP). Dari sisikepastian hukum tentunya penetapan jenisdan tarif PNBP minimal dengan PP tersebutakan memberikan kepastian hukumyang lebih kuat dibandingkan denganperaturan menteri, namun tidak dipungkiriproses pembentukan PP dimaksud seringmembutuhkan waktu cukup panjang danenergi yang cukup besar serta biaya yang
tidak sedikit.
Sebagai gambaran PP Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP yang Berlaku pada KementerianDalam Negeri (PP No 71 Tahun 2009),Kementerian Kesehatan (PP No 13Tahun 2009), Kementerian Kebudayaandan Pariwisata (PP No 41 Tahun 2010)membutuhkan waktu penyelesaian sekitar2 tahun. Bahkan, untuk RPP Jenis danTarif atas Jenis PNBP yang Berlaku padaKementerian Keuangan sendiri sudah lebihdari 3 tahun tetapi sampai dengan saat inibelum juga selesai. Beberapa Kementerian
lain juga mengalami hal serupa seperti RPP Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP yang Berlakupada Kementerian ESDM dan KementerianPekerjaan Umum. Meskipun ada juga yangbisa selesai lebih cepat seperti PP Jenisdan Tarif PNBP pada Badan PertanahanNasional (PP No 13 Tahun 2010) yangdiselesaikan kurang dalam 1 tahun, tetapiperlu dicatat PP tersebut menjadi ProgramPrioritas dari Pemerintah (Program 100Hari Presiden).
Waktu, energi, dan biaya yang cukup
Tahun Jenis Temuan Jumlah K/L Nilai Temuan
2007(i) Pungutan Tanpa Dasar Hukum dan/ataudikelola di luar mekanisme APBN 11 Rp286,41 miliar (ii) PNBP Terlambat/Belum Disetor ke Kas
Negara 10 Rp76,38 miliar
2008 Pungutan Tanpa Dasar Hukum dan/ataudikelola di luar mekanisme APBN 11 Rp730,99 miliar
2009
(i) Pungutan Tanpa Dasar Hukum dan/ataudikelola di luar mekanisme APBN 13 Rp186,47 miliar
(ii) PNBP Terlambat/Belum Disetor ke KasNegara 18 Rp794,90 miliar
PNBP
24 Warta anggaran | 21 Tahun 2011
8/10/2019 Warta Anggaran 21
25/48
banyak dalam pembentukan PP tersebutpada gilirannya membuat keengganan bagiK/L untuk mengusulkan jenis PNBP baruatau mengusulkan perubahan atas jenis dan
tarif yang dirasa sudah tidak sesuai dengan
kondisi sekarang. Hal inilah yang padaakhirnya sering menyebabkan beberapasatker pengelola PNBP pada K/L melakukanpungutan PNBP tanpa dasar hukum yaitudengan memungut jenis PNBP baruhanya dengan peraturan dibawah PP ataumemungut jenis PNBP yang sebagaimana
tercantum di PP namun dengan tarif tidaksesuai di PP.
Sebagai contoh kasus, berdasarkan PP
No 47 Tahun 2004 tentang Jenisdan Tarif atas Jenis PNBP yangberlaku pada Departemen Agama,antara lain ditetapkan bahwa tarifuntuk Nikah sebesar Rp 30.000.Namun banyak KUA yang tidakmenerapkan tarif tersebut karenadianggap sudah tidak sesuai dengankondisi saat ini (dirasa terlalumurah). Oleh karena itu, merebakdi beberapa daerah munculah yang
namanya tarif nikah bedolan yangbisa diartikan sebagai biaya tambahan untuk
transpor tasi dan uang lelah untuk penghulu/pembantu penghulu yang menikahkanpasangan pengantin di luar kantor danbiasanya di luar hari kerja, dengan besaran
tarif bervariasi, bahkan di kota Bandung adayang tarifnya hingga Rp 500.000.
Selain itu, PP juga dipandang kurang mampumengakomodir adanya jenis PNBP yang
tarifnya memiliki karakter khusus seper ti tarif mudah berubah dan tarif dalambentuk kontrak. Sebagai contoh kasus, PPNomor 13 Tahun 2009 tentang Jenis danTarif atas Jenis PNBP yang Berlaku padaDepartemen Kesehatan, yang mengatursekitar 500 jenis dan tarif PNBP, ditetapkan
tanggal 16 Januari 2009, tetapi KementerianKesehatan pada tanggal 13 Juli 2010 telahmengusulkan kembali perubahan atas PPdimaksud mengingat banyak jenis tarifnyayang mempunyai karakter mudah berubah,seperti tarif jasa pengujian laboratorium
yang besaran tarifnya sangat dipengaruhioleh harga bahan baku (bahan kimia) yangdigunakan untuk pengujian, dimana hargabahan kimia tersebut sangat uktuatif.
Melihat permasalahan tersebut di atas, makawaktu untuk penyelesaian PP jelas menjadisalah satu kunci permasalahan. Dengandemikian, sepenuhnya menyalahkanKementerian/Lembaga sebagai biang permasalahan pungutan tanpa dasar hukummenjadi tidak fair . Tentunya, hal tersebut
juga tidak bisa dijadikan pembenaranbagi Kementerian/Lembaga untuk tidakmenunda atau menempatkan jenis dan tarifPNBP pada PP, mengingat ketentuan yang
masih berlaku saat ini menetapkan bahwa jenis dan tar if PNBP minimal harus denganPP. Namun demikian, perlu dilakukankajian mengenai pendelegasian wewenangpenetapan jenis dan tarif PNBP kepadaperaturan yang lebih rendah sepertiperaturan menteri sebagai alternatif solusiatas permasalahan di atas.
b. PNBP dikelola di luar APBN(Penggunaan Langsung)
Sesuai Pasal 4 dan 5 Undang-Undang No.20 Tahun 1997 tentang PNBP antara laindiatur bahwa seluruh PNBP wajib disetorlangsung secepatnya ke Kas Negara dandikelola dalam sistem APBN. Hal tersebutsejalan dengan Undang-Pasal 3 Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
semua penerimaan yang menjadi hak danpengeluaran yang menjadi kewajiban negaradalam tahun anggaran yang bersangkutan
harus dimasukkan dalam APBN dandipertegas dalam Pasal 16 Undang-UndangNo. 1 Tahun 2004 tentang PerbendaharaanNegara, penerimaan kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah
tidak boleh digunakan langsung untukmembiayai pengeluaran.
Tiga undang-undang tersebut di atas secara tegas melarang K/L menggunakan langsungpenerimaan negara untuk membiayaikegiatan operasionalnya, namun mengapamasih banyak K/L pengelola PNBP yangberani melanggar 3 undang-undang
tersebut. Hal ini tentunya perlu analisislebih dalam terhadap temuan BPK tersebut.
Dari temuan BPK berupapenggunaan langsung tersebutsebagian besar merupakanpenggunaan langsung daripenerimaan sewa ruangan ataugedung. Seperti KementerianTenaga Kerja dan Transmigrasimenggunakan langsungpenerimaan sewa WismaKarya Jasa Ciloto atau Badan
Koordinasi Keluarga BerencanaNasional (BKKBN) menggunakanlangsung penerimaan dari Pengelolaan
guest house. Penerimaan sewa tersebut antara lain untuk membiayai pembayaranlistrik, gaji karyawan, pemeliharaan gedungdan bangunan serta untuk kesejahteraananggota. Selain itu, terjadi juga terhadappenggunaan langsung terhadap penerimaan
jasa penelitian, seper ti di KementerianESDM yang menggunakan langsung
terhadap penerimaan jasa Pusat Penelitiandan Pengembangan (Puslitbang) TeknologiMineral dan Batubara.
Dari kasus di atas, tentunya permasalahanalokasi dana yang cukup menjadi kuncipenting untuk penyelesaian masalah
tersebut. Namun, hal tersebut mengapabisa terjadi pada PNBP yang menerapkanearmarking, dimana penerimaan bisadigunakan kembali oleh Satker penghasil
PNBP setelah tentunya terlebih dahuluharus disetor ke Kas Negara. Setelah diteliti,
Sebagai gambaran PP Jenis dan Tarif atas JenisPNBP yang Berlaku pada
Kementerian Dalam Negeri(PP No 71 Tahun 2009),
Kementerian Kesehatan (PPNo 13 Tahun 2009)
PNBP
Warta anggaran | 21 Tahun 2011 25
8/10/2019 Warta Anggaran 21
26/48
ternyataearmarkinghanya diterapkan untukpenerimaan PNBP fungsional, sementarauntuk penerimaan sewa yang merupakanpenerimaan bersifat umum tidak bisa di-earmark atau digunakan kembali oleh K/L
penghasil PNBP.Faktor lainnya penyebab penggunaanlangsung adalah adanya pembatasan waktupengajuan revisi anggaran hanya sampaidengan pertengahan bulan Oktober.Ketentuan ini membuat dilema bagiKementerian/Lembaga khususnya padasaat ada permintaan pelayanan di bulanNovember dan Desember. Dilema terjadimengingat pelayanan dimaksud harus tetap
diberikan sedangkan di sisi lain hal ini akanmengakibatkan adanya kelebihanrealisasi penerimaan PNBP
tetapi biaya pelayanan tidak bisadicairkan mengingat DIPA sudah
tidak bisa dilakukan revisi lagi.Untuk mengatasi hal ini, sebagiansatuan kerja mengambil jalan pintasmenggunakan secara langsungseluruh penerimaan untukmembiayai kegiatan pelayanan
dimaksud, dimana jalan pintas ini tidak sesuai dengan ketentuan danpada akhirnya menjadi temuanoleh aparat pengawas fungsional(BPK).
c. PNBP Terlambat/BelumDisetor ke Kas Negara
Ketidaktertiban atau pelanggaranberikutnya dalam pengelolaan PNBPberupa keterlambatan dalam penyetoranPNBP. Keterlambatan disini diartikan suatudana PNBP yang telah diterima olehBendahara Penerima dari masyarakat tetapi
tidak segera disetorkan ke Kas Negarasecara tepat waktu.
Kriteria yang digunakan oleh auditoryang dalam hal ini BPK adalah ketentuanperundangan di bidang PNBP dan KeuanganNegara, yaitu Pasal 4 Undang-UndangNo. 20 Tahun 1997 tentang PNBP yang
menyatakan bahwa seluruh PNBP wajibdisetor langsung secepatnya ke Kas Negara,Pasal 16 ayat 2 Undang-Undang No. 1 Tahun2004 tentang Perbendaharaan Negarayang menyatakan bahwa penerimaan harus
disetor seluruhnya ke Kas Negara/Daerahpada waktunya yang selanjutnya diaturdalam peraturan pemerintah.
Selanjutnya, dalam Pasal 26 ayat (3)Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007
tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah,yang merupakan peraturan pelaksanaandari Undang-Undang No. 1 Tahun2004 tentang Perbendaharaan Negara,menyatakan bahwa Penerimaan Negara
yang ditampung pada rekening penerimaan
setiap hari disetor seluruhnya ke RekeningKas Umum Negara.
Berdasarkan ketentuan di atas, seluruh jenis PNBP tanpa kecuali harus disetorlangsung ke Kas Negara atau maksimal satuhari di rekening Bendahara dan selanjutnyaharus disetor seluruhnya ke Rekening KasUmum Negara. Ketentuan inilah yangmengakibatkan munculnya temuan BPKberupa PNBP terlambat setor ke KasNegara. Hal ini terjadi karena BendaharaPenerima Kementerian/Lembaga umumnyamenampung terlebih dahulu setoranPNBP dari Wajib Bayar/masyarakat baru
kemudian disetorkan ke Kas Negara.
Seperti temuan BPK yang lain, temuanini terjadi juga tidak sepenuhnya karenakesalahan atau kealpaan BendaharaPenerima K/L. Jenis PNBP yang jumlahnyamencapai puluhan ribu tentu juga diiringidengan beragamnya karakteristik PNBP. Halini berdampak juga terhadap penyetoranmasing-masing jenis PNBP tersebut.Kendala waktu dan biaya mungkin tidak
terlalu mengganggu untuk Satuan Kerjayang berdomisili di daerah perkotaan.Namun, hal ini akan menjadi berbeda bagiSatuan Kerja yang berdomisili di daerah
terpencil.
Sebagai contoh, agar lebih mudahilustrasinya kita gunakan lagi kasusPNBP berupa biaya nikah padaKementerian Agama sebesar Rp30.000, apabila dalam suatu hariatau bahkan dalam suatu minggudi suatu kecamatan terpencildi Kepulauan Aru hanya terjadisatu kali peristiwa pernikahandan harus disetorkan langsung
pada satu hari berikutnya, makapetugas Kantor Urusan Agamasetempat akan mengeluarkanbiaya transportasi yang lebihbesar daripada PNBP akan yangdisetorkan ke Kas Negara karenaBank Persepsi tidak tersedia diseluruh Kecamatan atau bahkanBank Persepsi terletak di pulaulain yang terpisah laut.
Kasus ini tidak dimaksudkan sebagaidasar pembenaran untuk menundapenyetoran PNBP ke Kas Negara secaraumum, tetapi seyogianya dijadikan salahsatu pertimbangan dalam penentuanbatas waktu penyetoran. Oleh karena itu,diperlukan suatu peraturan yang beragamuntuk jenis PNBP yang beragam pula.
Faktor lainnya penyebabpenggunaan langsung adalahadanya pembatasan waktupengajuan revisi anggaran
hanya sampai denganpertengahan bulan Oktober.
Ketentuan ini membuatdilema bagi Kementerian/Lembaga khususnya pada saat
ada permintaan pelayanandi bulan November dan
Desember.
PNBP
26 Warta anggaran | 21 Tahun 2011
8/10/2019 Warta Anggaran 21
27/48
PNBP
Sebagai konsekuensi kebijakan APBNyang de sit, Pemerintah harus berusahamencari sumber penerimaan pembiayaanyang digunakan untuk menutup nancing
gap tersebut. Namun, besaran pembiayande sit tersebut terlihat semakin menurundibandingkan de sit tahun sebelumnya,
dalam APBN-P 2010 ditetapkan besarande sit adalah sebesar 2,1 persen terhadapPDB, sedangkan pada tahun 2011 dalam
APBN ditetapkan besaran de sit adalahsebesar 1,8 persen terhadap PDB.
Pada APBN 2011, Total Pendapatan Negaradan hibah mencapai Rp1.104,9 triliun,sedangkan total belanja Negara mencapaiRp1.229,6 triliun, sehingga terjadi de sitsebesar Rp124,7 triliun. Untuk menutupbesaran tersebut akan ditutup dari sumbernon utang dan utang. Untuk jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Penerimaan cicilan pengembalianpenerusan pinjaman: Penerimaancicilan pengembalian penerusan pinjaman
terhadap APBN pada tahun-tahun
sebelumnya diklasi kasikan ke dalam RDI.Perubahan klasi kasi ini dimaksudkan untukperbaikan sistem dan penertiban rekening
Oleh Agus Kuswantoro
Pembiayaan 2011,Mengandalkan Utang
Sebagai Sumber Penerimaan
LAPORANKHUSUS
Warta anggaran | 21 Tahun 2011 27
8/10/2019 Warta Anggaran 21
28/48
yang dikelola oleh Pemerintah, khususnyayang dikelola oleh Menteri Keuanganselaku BUN. Oleh karena itu, mulai tahun2011 pengembalian dari debitur tidaklagi melalui rekening RDI tetapi langsungdisetorkan kepada Rekening Kas UmumNegara (RKUN). Target penerimaan cicilanpengembalian penerusan pinjaman dalamAPBN 2011 adalah sebesar Rp6,8 triliundimana didalamnya termasuk adanyakonversi piutang penerusan pinjaman padaPT Pupuk Iskandar Muda (PT PIM) sebesarRp1,4 triliun.
Rekening KUN untuk pembiayaankredit investasi pemerintah:Penerimaan ini bersifatin-out , yaituin padarekening KUN untuk pembiayaan kreditinvestasi pemerintah, danout pada investasipemerintah untuk pembiayaan kreditinvestasi pemerintah. Target setoran adalahsebesar Rp853,9 miliar.
Saldo anggaran lebih (SAL):Penggunaan SAL antara lain ditujukan untukmengurangiidle cash sehubungan besarnyaposisi SAL yang terdapat dalam RekeningPemerintah. Target SAL yang digunakan
dalam APBN 2011 adalah sebesar Rp5,0 triliun.
Privatisasi: Kebijakan privatisasi dalamAPBN 2011 adalah privatisasi ditujukanuntuk memperbaiki kinerja dan nilai
tambah perusahaan, perbaikan strukturkeuangan dan manajemen, penciptaanstruktur industri yang sehat dan kompetitif,serta perkembangan BUMN yang mampubersaing dan berorientasi global. Targetprivatisasi APBN 2011 ditetapkan tidak
terlalu besar yaitu hanya Rp340,0 miliar,karena privatisasi tidak ditujukan untukmenutup de sit.
Hasil pengelolaan asset (HPA): Hasilpengelolaan Aset berasal dari penerimaanDitjen Kekayaan Negara (DJKN) dan PTPPA. Penerimaan DJKN berasal dari aseteks bank dalam likuidasi (BDL), aset eks PTPPA. aset eks BPPN, dan hak tagih terhadapPT DI (sebagai akibat dari konversi utangmenjadi PMN). Penerimaan PT PPA berasal
dari percepatan pelunasan Multi Years Bond (MYB) PT Tuban Petrochemical Industries(PT TPI). Adapun target HPA pada tahun
2011 adalah sebesar Rp583,1 miliar. Namun,HPA ini sudah tidak dapat menjadi andalanpenerimaan pembiayaan berhubung asetyang dikelola makin menurun baik kualitasmaupun kuantitasnya.
Sumber utang yang digunakan sebagaipenerimaan pembiayaan pada tahun2011 adalah berasal dari surat berhargaNegara (SBN), pinjaman dalam negeri,dan penarikan pinjaman luar negeri.Dalam mengelola utang tersebut, terdapatkebijakan umum pengelolaan utang yaitu:mengoptimalkan potensi utang domestikmelalui penerbitan SBN dan PDN;melakukan pengembangan instrumenutang agar diperoleh eksibilitas dalammemilih berbagai instrumen yang lebihcost-ef cient dan r isiko minimal; pengadaanPLN dilakukan untuk pembiayaan kegiatanprioritas yang memberikan terms andconditions yang wajar, dan tanpa agendapolitik dari kreditur; mempertahankankebijakan pengurangan PLN dalam periode
jangka menengah; meningkatkan koordinasidengan otoritas moneter dan otoritas
I. Pembiayaan Nonutang 25,402.8 0.4 3,910.9 15.4 (2,387.9) (0.0)
A. Perbankan Dalam Negeri 45,477.1 0.7 21,477.9 47.2 12,657.2 0.2
1. Rekening Dana Investasi 5,504.2 0.1 4,130.0 75.0 6,803.4 0.1
2. Rekening Pembangunan Hutan 625.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
3. Saldo Anggaran Lebih 39,347.9 0.6 17,347.9 44.1 5,000.0 0.1
4. Rek.KUN untuk Pemb. Kredit Invest. Pem. 0.0 0.0 0.0 0.0 853.9 0.0
B. Non Perbankan Dalam Negeri (20,074.2) (0.3) (17,567.0) 87.5 (15,045.2) (0.2)
1. Privatisasi 1,200.0 0.0 2,098.7 174.9 340.0 0.0
2. Hasil Pengelolaan Aset 1,200.0 0.0 1,133.4 94.5 583.1 0.0
3. Dana Inves tas i P emerint ah dan P MN (12, 924.2) (0. 2) (12, 299. 1) 95. 2 (13, 932. 3) (0. 2)
4. Dana P engem bangan P endi di kan Nas ional (1, 000. 0) (0. 0) (1, 000. 0) 100. 0 (1, 000. 0) (0. 0)
5. Kewajiban Penjaminan (1,050.0) (0.0) 0.0 0.0 (1,036.0) (0.0)
6. Pinjaman kepada PT PLN (7,500.0) (0.1) (7,500.0) 100.0 0.0 0.0
II. Pembiayaan Utang 108,344.8 1.7 85,633.7 79.0 127,044.4 1.8
A. Pembiayaan Luar Negeri (Neto) (155.5) (0.0) (5,837.9) 3,753.2 (609.5) (0.0)
1. Penarikan Pinjaman Luar Negeri (Bruto) 70,777.1 1.1 50,616.6 71.5 58,933.0 0.8
2. Penerusan Pinjaman (16,796.6) (0.3) (5,822.0) 34.7 (11,724.8) (0.2)
3. P embay aran Cic ilan Pok ok Ut ang LN (54, 136.0) (0. 9) (50, 632. 5) 93. 5 (47, 817. 7) (0.7)
B. Surat Berharga Negara (neto) 107,500.4 1.7 91,113.8 84.8 126,653.9 1.8
C. Pinjaman Dalam Negeri 1,000.0 0.0 357.7 35.8 1,000.0 0.0
133,747.7 2.1 89,544.6 67.0 124,656.5 1.8Total Pembiayaan Anggaran
APBN % thd
PDBReal 31 Des
(Rev II)% thd
APBN-PAPBN-P
% thdPDB
PEMBIAYAAN, 2010-2011(miliar rupiah)
Keterangan
2010 2011
LAPORANKHUSUS
28 Warta anggaran | 21 Tahun 2011
8/10/2019 Warta Anggaran 21
29/48
pasar modal, untuk mendorong nancialdeepening ; meningkatkan koordinasi dankomunikasi untuk meningkatkan e siensipengelolaan pinjaman dansovereign creditrating .
Surat berharga negara (SBN): Setelahpenerimaan dari HPA menurun, Pemerintahselalu mengandalkan penerbitan SBNsebagai sandaran dalam menutup de sitdan membiayai pengeluaran pembiayaan.Pada APBN 2011, target penerbitan SBN(neto) adalah sebesar Rp126,7 triliun, yangnantinya akan ditutup dari SBN dalamnegeri dan SBN internasional.
Pinjaman dalam negeri (PDN): Pinjaman dalam negeri merupakan sumberpenerimaan pembiayaan yang relatif baru,yaitu mulai tahun 2010. Pinjaman ini berasaldari bank pemerintah yang digunakan untukmembiayai pengadaan alat utama sistempertahanan pada Kementerian Pertahanandan Kepolisian Negara dalam rangkapemberdayaan industri dalam negeri. Targetpenerimaan PDN pada APBN 2011 adalah
sebesar Rp1,0 triliun.Penarikan pinjaman luar negeri(PLN): Pengadaan pinjaman luar negeridilakukan hanya untuk pembiayaan kegiatanprioritas dan dalam rangkabudget support .Sumber pembiayaan PLN ini berasal darilender baik multilateral, bilateral, maupunlembaga keuangan komersial. Sedangkanprioritas pengadaan utang diarahkanbagi (i) lender yang memberikan terms
and condition yang favorable (wajar), (ii) tidak adanya agenda politik ter tentu,dan (iii) ketersediaan sumber pinjamanyang disesuaikan dengan karakteristikkegiatannya. Penarikan PLN ini dibedakanmenjadi pinjaman program (untukbudgetsupport ) dan pinjaman proyek (earmark dengan kegiatan pada K/L). Pada APBN2011, target pinjaman program adalahsebesar Rp19,8 triliun sedangkan pinjamanproyek sebesar Rp39,1 triliun. Dalampinjaman proyek tersebut termasukpenerimaan penerusan pinjaman sebesar
Rp11,7 triliun.
Selain penerimaan, pada pembiayaan juga terdapat pengeluaran pembiayaan baik pada non utang maupun utang.Pengeluaran Pembiayaan yang terdapatpada non utang meliputi Dana investasipemerintah & penyertaan modal Negara(PMN), dana pengembangan pendidikannasional, serta kewajiban penjaminan.Sedangkan pengeluaran pembiayaanyang terdapat pada utang yaitu berupapenerusan pinjaman dan pembayarancicilan pokok Utang LN.
Dana investasi pemerintah &penyertaan modal Negara (PMN):Pembiayaan dalam bentuk dana investasiPemerintah & PMN bersifatcash out ow atau berupa pengeluaran pembiayaan,serta bersifat ad-hoc tergantung padakebijakan Pemerintah. Pengeluaran danauntuk investasi Pemerintah dan PMNdalam APBN 2011, dialokasikan sebesarRp13,9 triliun yang digunakan untuk: (a)Investasi Pemerintah Rp1,9 triliun, (b)PMN sebesar Rp7,1 triliun, yang dirinciPMN kepada BUMN Rp6,4 triliun danorganisasi/lembaga keuangan internasionalRp721,5 miliar, dan (d) dana bergulirRp4,9 triliun, yang terdiri dari LPDBKUKM Rp250,0 miliar, Fasilitas LikuiditasPembiayaan Perumahan Rp3.571,6 miliar,dan Geothermal Rp1.126,5 miliar.
Dana pengembangan pendidikannasional: Dana pengembanganpendidikan nasional merupakan bagiandari anggaran pendidikan nasional secarakeseluruhan, yang dialokasikan untukpembentukan endowment fund dan danacadangan pendidikan untuk mengantisipasikeperluan rehabilitasi fasilitas pendidikanyang rusak akibat bencana alam. DalamAPBN 2011, alokasi anggaran untukdana pengembangan pendidikan nasionaldialokasikan sebesar Rp1,0 triliun.
Kewajiban penjaminan: Danaini ditujukan untuk mengantisipasikemungkinan gagal bayar PT PLN (persero)
maupun PDAM terhadap kreditur sesuaidengan perjanjian pinjaman. Pada APBN2011, Pemerintah mengalokasikan anggaranuntuk dana kewajiban penjaminan sebesarRp1.036,0 triliun, yang terdiri dari untuk PT
PLN (Persero) sebesar Rp889,0 miliar danPDAM sebesar Rp147,0 miliar.
Penerusan pinjaman: Merupakan PLNatau PDN yang diterima Pemerintah Pusatdan diteruspinjamkan kepada pemerintahdaerah atau BUMN. Penerusan pinjamanini bersifatin-out , yaitu in pada pinjamanproyek dan out pada penerusan pinjaman.Sedangkan pada