Upload
infest-yogyakarta
View
236
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Puasa dan lebaran di perantauan memiliki makna tersendiri bagi buruh migran. Kebersamaan antar sesama buruh migran cukup menggantikan kerinduan merayakan lebaran bersama keluarga. Pada edisi kali ini, beberapa Buruh Migran Indonesia (BMI) dari Singapura, Hong Kong dan Taiwan, memotret suasana Ramadhan dan Idul Fitri 1433 H yang mereka jalani. Lebaran Idul Fitri tahun ini juga melahirkan beberapa persoalan bagi BMI yang mudik ke tanah air. Ketakutan dan kekhawatiran melanda di kalangan BMI terkait kebijakan KTKLN. Kasus pencegahan keberangkatan BMI tanpa KTKLN di beberapa bandara di Indonesia, membuat banyak BMI takut untuk mudik. Edisi kali ini juga akan membahas fenomena pencegahan TKI tanpa KTKLN di bandara. Ada beberapa BMI telah mengalami pencegahan keberangkatan di Bandara Soekarno-Hatta. Padahal aksi-aksi pencegahan BMI tanpa KTKLN, baik dilakukan oleh pejabat Imigrasi, maskapai, atau petugas BNP2TKI di bandara adalah bertentangan dengan UU Keimigrasian.
Citation preview
Halaman 1 | Warta Buruh Migran | Agustus 2012
Warta Buruh Migran| Edisi XVII | Agustus 2012
Klik www.buruhmigran.or.id
Salam Redaksi Taiwan
Penanggung JawabYossy Suparyo Muhammad Irsyadul Ibad Pimpinan Redaksi Fika MurdianaTim Redaksi Muhammad Khayat Fathulloh Sindy Nur FitriKontributorM. Zaim WahidTata LetakWahyu Widayat NIlustratorIrvan Muhammad
Alamat Redaksi Jl.Veteran Gg.Janur Kuning No.11A Pandean Umbulharjo Yogyakarta, Telp/Fax:0274-372378 E-mail:[email protected] Twitter: @infoburuhmigranFacebook: buruh migranPortal: http://buruhmigran.or.id Penerbitan buletin ini atas dukungan:
Tim Redaksi
Puasa dan lebaran di perantauan memiliki makna tersendiri bagi buruh migran. Kebersamaan antar sesama buruh migran cukup menggantikan kerinduan merayakan lebaran bersama keluarga. Pada edisi kali ini, beberapa Buruh Migran Indonesia (BMI) dari Singapura, Hong Kong dan Taiwan, memotret suasana Ramadhan dan Idul Fitri 1433 H yang mereka jalani.
Lebaran Idul Fitri tahun ini juga melahirkan beberapa persoalan bagi BMI yang mudik ke tanah air. Ketakutan dan kekhawatiran melanda di kalangan BMI terkait kebijakan KTKLN. Kasus pencegahan keberangkatan BMI tanpa KTKLN di beberapa bandara di Indonesia, membuat banyak BMI takut untuk mudik. Edisi kali ini juga akan membahas fenomena pencegahan TKI tanpa KTKLN di bandara. Ada beberapa BMI telah mengalami pencegahan keberangkatan di Bandara Soekarno-Hatta. Padahal aksi-aksi pencegahan BMI tanpa KTKLN, baik dilakukan oleh pejabat Imigrasi, maskapai, atau petugas BNP2TKI di bandara adalah bertentangan dengan UU Keimigrasian.
Syawalan 1433H, Momen Kebersamaan Pegiat ATKI Taiwan
Minggu (19/08/2012) keluarga besar Asosiasi Tenaga Kerja Indonesia (ATKI Taiwan) menggelar acara Syawalan untuk merayakan hari Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1433 H. Acara ini digelar di Taman 228, Taiwan dari pukul 13.00 hingga 17.00 waktu Taiwan.
“Meskipun digelar dengan sederhana namun acara berjalan sangat meriah, dan kawan-kawan buruh migran menyabut dengan ramah. Acara diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, sekaligus sebagai upacara menyambut HUT RI ke-67, Kemerdekaan ialah hak segala bangsa Indonesia. Merdeka artinya bebas lepas dari belenggu penjajahan tidak terikat, berdiri sendiri dan tidak tergantung kepada orang lain, semacam itulah semangat awal kemerdekaan,” tutur Atin Safitri, Ketua ATKI Taiwan.
Atin Safitri dalam sambutannya juga menyampaikan kepada beberapa BMI yang hadir, walaupun hari Raya Idul Fitri tidak dirayakan bersama keluarga, segenap BMI harus tetap optimis bahwa yang dilakukannya sekarang adalah untuk kebaikan masa depan keluarga.
Perayaan Idul Fitri di Taiwan diwarnai suasana rasa syukur, kebersamaan, dan saling-memaafkan satu sama lain. Acara juga diramaikan dengan pemotongan tumpeng dan pembacaan puisi oleh pegiat ATKI Taiwan. Kemudian acara disambung dengan pertanyaan berhadiah, makna-makna pertanyaan tersebut di ambil dari hak-hak dan kewajiban BMI yang dipandu oleh ketua ATKI Taiwan. Penutupan acara diakhiri dengan pembagian hadiah kepada pemenang dan do’a yang di bacakan oleh Alif (27) dari pegiat ATKI, dan foto-foto bersama. [ ]
Seluruh tulisan dan foto dalam buletin ini dilisensikan dalam bendera Creative Common
(CC). Siapapun bisa mengutip, menyalin, dan menyebarluaskan sebagian atau
keseluruhan tulisan dengan menyebutkan sumber tulisan dan jenis lisensi yang sama,
kecuali untuk kepentingan komersil.
Halaman 2 | Warta Buruh Migran | Agustus 2012
02 | Sekilas Peristiwa
Lautan Jama'ah Ikuti Sholat
Idul Fitri di Hong Kong
Ribuan Buruh Migran Indonesia (BMI) yang ada di Hong Kong pada 19 Agustus 2012 melaksanakan Sholat Idul Fitri di lapangan Victoria Park. Hari raya yang jatuh pada hari Minggu dan bertepatan dengan hari liburnya BMI, menjadikan lapangan penuh sesak oleh lautan jama’ah yang mayoritas adalah BMI Hong Kong.
Sejak pukul 7 pagi, Jama’ah sudah berbondong-bondong memadati lapangan dan sholat baru dimulai pada pukul 9.15 waktu setempat dengan Imam sekaligus Khotib Prof. Dr. KH. Said Agil Siraj (Ketua PBNU).
Seusai Sholat Idul Fitri, para BMI berkumpul membuat kelompok-kelompok untuk silaturahmi dan makan bersama. Banyak BMI yang sengaja memasak untuk lebaran dengan teman-teman sesama BMI. Tentu ini bisa menjadi obat rindu dengan suasana lebaran di kampung halaman.
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) juga mengadakan open house untuk menyambut para BMI yang ingin bersilaturahmi.
Selain di Victoria Park Causeway Bay, Sholat Idul Fitri juga di laksanakan di daerah Shatin Park, Tsuen Wan, Yuen Long, dan masjid yang ada di Hong Kong. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1433 H. Mohon Maaf Lahir Batin. [FN]
Hong Kong Banyumas
Lokakarya Perlindungan TKI di
Tingkat Desa
Selasa 7 Agustus 2012, Pusat Sumber Daya Buruh Migran
bekerja sama dengan Paguyuban Seruni Banyumas dan
Pegiat Gerakan Desa Membangun menggelar lokakarya
bertema “Membangun Mekanisme Perlindungan TKI di
Tingkat Desa”. Lokakarya akan diselenggarakan di Balai
Desa Pancasan, Banyumas.
Kegiatan ini akan dihadiri oleh beberapa desa di kawasan
Banyumas dan beberapa pegiat organisasi di kawasan
Banyumas dan Cilacap, seperti Desa Melung,
Karangnangka, Dermaji, Pancasan, Ajibarang Wetan,
Darmakradenan, Paguyuban Seruni, LAKPESDAM-NU
Cilacap, dan Blogger Banyumas
“Meski terlibat secara administratif, namun pemerintah
desa jarang dibicarakan dalam konteks migrasi aman.
Kepala Desa kerap hanya diposisikan penanggungjawab
administratif, padahal saat ada warganya yang menjadi
TKI sedang bermasalah atau menghadapi kasus, mereka
kerap dibuat pusing dan harus bertanggungjawab terkait
kondisi warganya yang menjadi TKI.” tutur Muhammad
Irsyadul Ibad, fasilitator dalam kegiatan tersebut.
Administrasi pedesaan yang tertata diharapkan turut
membantu mengurangi kerawanan calon TKI untuk
bermigrasi. Melalui administrasi dan data calon TKI yang
tertata sejak dari desa, setidaknya beberapa persoalan
seperti pemalsuan identitas dapat dicegah dari level
desa. [ ]
Halaman 3 | Warta Buruh Migran | Agustus 2012
03 | Kajian
Tanpa KTKLN, TKI Mudik
Terancam Gagal Balik ke Luar
NegeriOleh: M. Zaim Wahid
Sebagai siklus tahunan, saat mudik lebaran Idul Fitri 1433 H ini diperkirakan Buruh Migran Indonesia (BMI) atau yang biasa disebut Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan mudik mencapai kisaran 100.000 orang. Tahun ini arus mudik TKI alias BMI dari luar negeri sudah terjadi sejak awal Ramadhan. Berbeda dengan situasi di tahun 2011, tahun ini arus mudik BMI diwarnai pelbagai ketakutan terkait kebijakan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN). Tindakan melanggar hukum berupa pembatalan penerbangan BMI tanpa KTKLN telah terjadi di beberapa bandara di Indonesia.Kasus Triyawati (25) misalnya, karena tidak memiliki KTKLN, secara sepihak penerbangannya ke Singapura dibatalkan oleh petugas maskapai Air Asia di Bandara Soekarno Hatta Jakarta (18/06/2012). Pada kenyataannya pencegahan keberangkatan BMI tanpa KTKLN oleh maskapai penerbangan internasional ataupun oleh pihak Imigrasi, hanya didasarkan pada permintaan BNP2TKI / BP3TKI secara lisan ataupun melalui Surat Edaran dari Kepala BNP2TKI No:SE.04/KA/V/2011.Permintaan BNP2TKI / BP3TKI kepada pihak maskapai penerbangan seperti Air Asia dan pihak Imigrasi agar menolak keberangkatan setiap BMI atau TKI tanpa KTKLN hakikatnya adalah memperlakukan BMI tak obahnya sebagai pelaku tindak kejahatan seperti teroris, koruptor kakap, gembong narkotika, pengemplang pajak, perampok dll. Padahal, selaras ketentuan UU No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian orang-orang yang dicegah pergi ke luar negeri adalah penjahat-penjahat kelas kakap yang dikhawatirkan melarikan diri ke luar negeri untuk menghindari hukuman.
Lebih ironis lagi berdasarkan fakta hukum terungkap bahwa Kepala BNP2TKI bukanlah pimpinan lembaga yang memiliki kewenangan Pencegahan berdasarkan undang-undang sebagaimana dimaksud Pasal 91 ayat (2) huruf f UU No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian junto Pasal 100 ayat (2) dan ayat (3) UU PPTKILN junto Pasal 2 huruf a, Pasal 3, dan Pasal 15 Peraturan Menakertrans No. 5 tahun 2005 tentang Ketentuan Sanksi Administratif dan Tata Cara Penjatuhan Sanksi Dalam Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri. Tegasnya, maskapai penerbangan, Petugas BNP2TKI / BP3TKI, atau Pejabat Imigrasi bukanlah pihak yang memiliki kewenangan hukum untuk mencegah atau membatalkan keberangkatan BMI tanpa KTKLN ke luar negeri.Secara hukum tindakan pencegahan yang dilakukan oleh Pejabat Imigrasi dan atau petugas BNP2TKI/BP3TKI semata-mata lantaran KTKLN sehingga BMI dirugikan dan kehilangan pekerjaaan di luar negeri adalah merupakan bentuk penyalahgunaan kekuasaan (onrechtmatige overheidsdaad) dan bahkan dapat digolongkan sebagai tindak pidana kejahatan jabatan (ambtsmisdrijven) melanggar ketentuan Pasal 421 KUHP.Fakta yang dialami Triyawati juga menunjukkan kebijakan KTKLN sarat dengan pelbagai bentuk pelanggaran hukum. Alih-alih mengikuti saran pihak Air Asia untuk mengurus KTKLN, petugas di konter BNP2TKI justru menawarkan jasa pembuatan KTKLN dengan biaya 2 hingga 3 juta rupiah. Sementara dalam prosedur resmi pembuatan KTKLN, BMI tidak dipungut biaya.
“Pada kenyataannya pencegahan keberangkatan BMI tanpa KTKLN oleh maskapai penerbangan internasional
ataupun oleh pihak Imigrasi, hanya didasarkan pada permintaan BNP2TKI /
BP3TKI”.
Halaman 4 | Warta Buruh Migran | Agustus 2012
04 |Kajian
Sebagai sebuah kebijakan, KTKLN tidak henti-henti
mendapat kritik dan penolakan dari ratusan ribu BMI di
luar negeri, serikat dan paguyuban buruh migran, serta
pelbagai organisasi masyarakat di Indonesia. KTKLN
oleh banyak pakar perlindungan BMI dinilai tidak
memiliki fungsi mendasar bagi kebutuhan perlindungan
BMI. Jika KTKLN difungsikan untuk memproses asuransi,
bukankah BMI sudah memiliki kartu asuransi? Apabila
KTKLN dipaksakan sebagai kartu identitas, bukankah
BMI sudah memiliki paspor sebagai syarat dokumen ke
luar negeri ? Bahkan sebagai kelengkapan dokumen,
BMI juga memiliki kartu visa kerja yang justru diakui
dunia internasional.
Tukinah, Ketua Indonesian Family Network (IFN)
Singapura menyampaikan bahwa bagi banyak BMI di
Singapura, KTKLN tidak
berfungsi. Sebagai
identitas pekerja,
Pemerintah Singapura
hanya mengakui paspor
dan kartu ijin kerja
(work permit). .Tidak berbeda
dengan Singapura, di negara
penempatan BMI lain seperti Hong Kong, Taiwan, Korea
Selatan, Arab Saudi, dan Malaysia, KTKLN sama sekali
tidak memiliki fungsi.
Surat Edaran Kepala BNP2TKI terkait pencegahan
keberangkatan BMI tanpa KTKLN tidak memiliki
kekuatan hukum dan bertentangan dengan UU
Keimigrasian. Hal ini dibuktikan oleh Tukinah saat
keberangkatannya ke Singapura melalui Bandara Adi
Sucipto Yogyakarta akan dicegah Petugas Air Asia dan
Pejabat Imigrasi (5/8/12). Saat landasan hukum
pencegahan keberangkatan Tukinah dipertanyakan, Ida
Dwi Astuti, selaku Kepala Sub Seksi (Kasubsi) bagian
Lintas Batas Imigrasi Bandara Adi Sucipto Yogyakarta
mengakui surat edaran Kepala BNP2TKI tidak memiliki
kekuatan hukum.
Kondisi ini membuat asumsi BNP2TKI tentang
perlindungan BMI melalui KTKLN semakin tidak
mendasar. Terlebih ketika KTKLN memunculkan
persoalan baru bagi BMI, dari pencegahan
keberangkatan, percaloan, pungutan liar, hingga
pemerasan.
Kasus Triyawati adalah fakta pelanggaran hukum dalam
kebijakan KTKLN. Selain tiket penerbangan Air Asia milik
Triyawati yang bernomor QZ 7790 dengan kode booking
AC359K telah hangus, Ia juga harus kehilangan
kesempatan kerja dengan gaji sebesar 3,4 juta rupiah per
bulan di Singapura. Kebijakan KTKLN membuat ribuan
BMI yang mudik lebaran, rentan mengalami beragam
tindak pemerasan dan penipuan saat akan kembali ke
luar negeri.
Saat ini Mustagfiroh Amin (27 thn), BMI anggota IFN
Singapura, sedang mudik dan akan balik pada tanggal 22
Agustus 2012 nanti. Hari Selasa, 7 Agustus 2012 lalu
ternyata permohonan KTKLN-nya yang ditujukan kepada
BP3TKI Semarang ditolak karena TIDAK PUNYA KONTRAK
KERJA yang telah dilegalisir oleh KBRI Singapura. Karena
itu Mustagfiroh beserta
ratusan ribu BM tanpa
KTKLN lainnya yang
sedang mudik
terancam gagal
balik lagi ke
negara penempatan
masing-masing semata-
mata lantaran KTKLN. Mengapa BNP2TKI / BP3TKI begitu
tega memperlakukan setiap BMI tanpa KTKLN layaknya
penjahat kelas kakap?
Pembatalan keberangkatan BMI tanpa KTKLN yang
dilakukan maskapai penerbangan, atau petugas
BNP2TKI / BP3KI, atau petugas Imigrasi adalah tindakan
melanggar hukum yang merugikan BMI, melanggar HAM
dan bertentangan dengan UUD 1945. Sebab,
keberangkatan setiap BMI ke luar negeri untuk bekerja
adalah merupakan hak konstitusional yang dijamin oleh
Pasal 27 ayat (2), Pasal 28D ayat (2) dan Pasal 28E ayat (1)
UUD 1945. [ ]
Keberangkatan setiap BMI ke
luar negeri untuk bekerja adalah
merupakan hak konstitusional
yang dijamin oleh UUD 1945
M. Zaim WahidStaff Media JGOS
Dan relawan Gerakan Desa
Membangun (GDM
Halaman 5 | Warta Buruh Migran | Agustus 2012
05 | Kajian
“Ini puasa ketujuh saya di Hong Kong. Kangen
dengan suasana puasa di kampung,” ujar Dewi
dengan wajah yang terlihat menyimpan kerinduan
dengan keluarga dan kampung halamannya.
Majikan Dewi termasuk orang yang paham dan
mengerti dengan kebiasaan puasa sebulan penuh bagi
umat muslim. Itulah sebabnya Dewi tidak mengalami
hambatan saat bulan puasa tiba. Pun juga saat malam
hari waktu sahur, majikan sering mengingatkan Dewi
agar tidak lupa untuk bangun dan makan sahur. Saat
pekerjaan selesai, majikan pun mengijinkan Dewi
untuk istirahat sejenak. Kebetulan kedua anak yang
Dewi asuh sedang libur panjang jadi Dewi tak perlu
keluar antar jemput sekolah.
Lain Dewi, lain pula pengalaman Ima yang bekerja
menjaga seorang nenek dan setiap hari hanya berdua
saja di rumah. Meski sudah dijelaskan, nenek tetap
saja tidak mengerti kalau Ima hanya akan makan
setelah waktu buka tiba atau pukul 7 malam lebih.
Memaknai Puasa dan Lebaran
di Negeri Orang
Saat sarapan atau makan siang, nenek tetap saja menawari
Ima untuk makan karena biasanya mereka makan selalu
bersama. Ima menolak dengan halus dan berasalan masih
kenyang.
Beda lagi dengan kisah Wina yang harus kucing-kucingan
dengan majikan saat puasa. Majikan khwatir kalau Wina
puasa, ia tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah. Itulah
sebabnya majikan Wina melarangnya untuk puasa.
Tak kurang akal, karena kedua majikan semua bekerja dan
anak-anak sudah besar semua, di rumah setiap hari
sendiri, Wina bisa tetap menjalankan ibadah puasa, pun
juga dengan pekerjaan rumah, tak mengalami kendala
sama sekali.
Puasa di rantau memang terasa
berbeda dengan puasa di
kampung halaman. Namun para
BMI tetap bersyukur. Meski jauh
dari kampung, puasa Ramadhan
1433 H tahun ini tetap bisa
dijalankan dengan ikhlas.
“Ini puasa ketujuh saya di Hong Kong. Kangen
dengan suasana puasa di kampung,” ujar Dewi
dengan wajah yang terlihat menyimpan kerinduan
Halaman 6 | Warta Buruh Migran | Agustus 2012
06 | Kajian
Sambutan dari keluarga Rini PL ini juga sangat baik
sehingga tidak ada rasa segan duduk bersama berbuka
puasa. Hidangan sederhana namun special bagi
mereka sudah cukup mengisi perut yang seharian
berpuasa. Seperti, bakso, arem-arem dan ayam goreng.
Terlihat wajah ceria dan canda tawa yang memenuhi
ruang tamu. Puspa Sakura, Dheti Winarti, Ya Syara,
Ukhty Fia, Ade Wahyuniarti, Hanny, dan Anung D’Lizta
begitu terlihat bahagianya. Maklumlah tidak setiap hari
mereka bisa berkumpul bersama. Suasana bazaar di
Geylang Serai bukan suatu incaran lagi bagi mereka
untuk kumpul bersama.
Tahun ini, suasana Ramadhan di Singapura semakin
sepi tidak seperti biasanya. Paling biasanya di malam
terakhir bulan ramadhan, bazar Geylang Serai akan
ramai diserbu oleh BMI untuk mendapatkan harga
yang paling murah. Perayaan lebaran tanpa keluarga di
sekitar memang harus dijalani para BMI sebagai
sebuah perjuangan. [disarikan dari catatan Fera
Nuraini, BMI di Hong Kong dan Anung De Lizta di
Singapura]
Saat buka dan sahur menjadi momen yang paling
banyak membuat BMI selalu teringat akan kampung
halaman. Kalau di kampung buka puasa ditandai
dengan suara bedug dan azan, di Hong Kong hal ini
menjadi suatu kemustahilan. Begitu juga saat sahur.
Sebagai gantinya, para BMI biasanya saling mengirim
SMS untuk saling memberi tahu kalau jam buka telah
tiba atau saling membangunkan saat waktu sahur.
Tidak berbeda dengan situasi di Hong
Kong, Saat libur hari Minggu, TKI di
Singapura menjadikan buka bersama
sebagai momentum kebersamaan.
Berbuka dengan makanan yang kadang dimasak sendiri
dari rumah majikan lalu dinikmati bersama bisa sedikit
mengobati kerinduan dengan suasana puasa di
kampung halaman.
Jauh dari keluarga, rindu kampung halaman di saat-saat
suasana Ramadhan tidak begitu terasa. Kehadiran dan
kebersamaan sesama pekerja di perantauan mengobati
semua rasa rindu yang ada. Bisa jadi, karena sudah
terbiasa dan bertahun-tahun menjalani Ramadhan di
luar negeri tanpa keluarga. Suasana tersebut juga
dirasakan sebagian Buruh Migran Indonesia (BMI) di
Singapura.
Seperti pada Minggu, 5 Agustus 2012, di Hougang ST 91
Blk 925, sejumlah BMI berkunjung ke rumah teman
warga Indonesia yang sudah menjadi penduduk tetap
(PR). Acara buka bersama yang digelar secara
sederhana bisa mempererat lagi rasa silahturahmi
sesama BMI. Meskipun sudah menjadi warga Singapura
tetap, Rini Puji Lestari atau yang lebih dikenal dengan
panggilan Bunda Rini PL ini tidak merendahkan pekerja
rumah tangga. Sikap baik hati dan bersahabat sangat
disenangi BMI lainnya.
Halaman 7 | Warta Buruh Migran | Agustus 2012
07 | Kajian
TKI Perlu Memerhatikan Kesehatan
PsikologisOleh: Muhammad Irsyadul Ibad
Ancaman stress dan gangguan psikologis lain
mengancam buruh migran tidak hanya terkait dengan
situasi kerja. Perbedaan kebudayaan dan situasi negara
tempat bekerja adalah ancaman lain, selain kecemasan
yang timbul akibat kekhawatiran terhadap keluarga
yang ditinggalkan. Stress dan gangguan kecemasan
adalah ancaman terbesar bagi TKI. Salah satu penyebab
terbesar persoalan mental adalah tidak terpenuhinya
aspek-aspek yang menjadi faktor mendasar dalam
kebutuhan psikologis dan fisiologis manusia. Nihilnya
pemenuhan aspek-aspek kebutuhan fisiologis (biologis)
dasar, keamanan, sipritual dan ekspresi menjadi salah
satu penyebab kecemasan di tempat kerja dan
kecemasan yang berpotensi menimbulkan gangguan
mental dan fisik lainnya.
Stress secara umum dapat diamati melalui tiga kategori
gejala, yaitu gelaja psikologis, fisik dan perilaku. Gejala
psikologis stress dapat dirasakan dalam pelbagai
bentuk, seperti cemas, keinginan mengurung diri, -
Persoalan ini terkubur informasi seputar kasus dan
persoalan prosedural penempatan di luar negeri. Tes
psikologi pra pemberangkatan nyaris menjadi satu-
satunya aspek yang terbicarakan terkait dengan
kesehatan mental TKI.
Seperti umumnya pandangan tentang kesehatan
mental di Indonesia, kesehatan mental TKI masih
menjadi hal yang tidak terperhatikan. Besarnya jumlah
TKI yang berangkat ke luar negeri dari tahun ke tahun
tidak kunjung membuat layanan psikologi menjadi hal
yang diperhatikan seksama oleh pemerintah.
Kesehatan mental sangat terhubung dengan kesehatan
fisik. Plaut dan Friedman (1981), menemukan
keterhubungan antara stress dan kesehatan. Stress,
dalam penelitian keduanya, menurunkan ketahanan
tubun, imunitas dan katahanan tubuh atas alergi
tertentu. Penelitian tersebut turut mengungkap fakta
menurunnya antibodi saat seseorang sedang berselera
negatif pada situasi tertentu (bad mood).
Perbincangan terkait persoalan kesehatan
mental atau kesehatan psikologi tenaga kerja
Indonesia (TKI), atau yang juga dikenal sebagai
buruh migran Indonesia (BMI), masih sering
tidak terdengar.
Halaman 8 | Warta Buruh Migran | Agustus 2012
08 | Kajian
kebosanan, kehilangan semangat hidup, menurunnya
fungsi intelektual atau kognitif, lelah mental, bingung,
marah dan sensitif. Gejala fisik stress dapat muncul
dalam bentuk gangguan fisik, seperti naiknya detak
jantung dan tekanan darah, gangguan lambung,
kecenderungan mudah merasakan lelah, gangguan
pernafasan, ketegangan otot, migrain dan sakit kepala
lain, gangguan pada kulit hingga kecenderungan
berkeringat yang lebih. Stress juga dapat muncul dalam
perilaku yang teramati, seperti menunda atau
menghindari pekerjaan, menurunnya kinerja,
kecenderungan peningkatan zat adiktif dan
psikotropika, perilaku sabotase, kehilangan nafsu
makan, kecenderungan melakukan tindakan yang nekat
(ngebut dan menantang bahaya), dan meningkatnya
agresifitas (Therry dan Newman, 1978).
Nurkhasanah (38), TKI asal Cilacap, adalah salah satu
potret mantan buruh migran yang mengalami
gangguan mental sepulang dari bekerja di luar negeri.
Sejak kepulangan dari Arab Saudi pada 11 November
2011, Nurkhasanah telah menunjukkan gejala depresi
berat. Gejala depresi yang mulanya dianggap biasa
akhirnya berubah menjadi gejala depresi berat.
Nurkhasanah tidak hanya marah ketika diajak
berbicara soal majikan dan pekerjaan, dia juga kerap
berbicara sendiri atau meracau tidak menentu. Mantan
TKI yang selama 6 tahun tidak digaji di Arab Saudi ini
kini masih masih dalam proses pemulihan psikologis.
Depresi berat yang dialami oleh Nurkhasanah dapat
bermula dari stress ringan atau berat yang tidak
tertanggulangi. Selain faktor tidak digaji menjadi salah
satu pencetus gangguan tersebut. Meski demikian,
tidak selalu persoalan berat menjadi penyebab depresi
atau gangguan mental. Persoalan kerja lain, seperti
ketidaksesuaian dengan majikan atau kultur tempat
bekerja pun bisa menjadi penyebab stress yang dapat
berubah menjadi depresi. Rasa kehilangan atau
ketidakhadiran keluarga adalah pencetus lain yang
turut mengancam.
Gangguan mental perlu menjadi perhatian TKI.
Ancaman gangguan ini sama setara dengan ancaman
gangguan kesehatan lainnya. TKI perlu
mempertimbangkan menemui konselor atau psikolog
apabila merasakan adanya persoalan psikologis yang
dialami. Secara sederhana, TKI dapat pula mengamati
perubahan-perubahan psikologis yang dialami.
Gangguan psikologis cenderung mengarahkan pada
hal dan reaksi negatif. Pengamatan sederhana
tersebut bisa membantu TKI mencegah terjadinya
gangguan mental. Tentu tidak ada yang ingin
gangguan mental membuyarkan cita-cita migrasi para
TKI. [ ]
Tidak selalu persoalan berat menjadi
penyebab depresi atau gangguan
mental. Persoalan kerja lain, seperti
ketidaksesuaian dengan majikan atau
kultur tempat bekerja pun bisa
menjadi penyebab stress yang dapat
berubah menjadi depresi.
Muhammad
Irsyadul Ibad, Direktur Infest Yogyakarta
Halaman 9 | Warta Buruh Migran | Agustus 2012
09 | Jejak Kasus
Melalui upaya banyak pihak, jenazah Marsonah (21), satu
dari empat orang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal
Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah
yang meninggal dunia di Malaysia berhasil dipulangkan
(31/08/12). Jenazah diperkirakan tiba melalui Bandara
Adisutjipto Yogyakarta pada pukul 19.15 WIB.
Menurut keterangan Narsidah, pegiat Paguyuban
Perlindungan Buruh Migran dan Perempuan Seruni
Banyumas, Marsonah dikabarkan meninggal saat
melakukan perjalanan pulang dalam rangka mudik lebaran
menggunakan kapal cepat ke Indonesia. Jika keempat
jenazah lainnya sudah dimakamkan beberapa hari
sebelumnya, maka jenazah Marsonah rencananya baru
dimakamkan Sabtu (1/9/2012) karena surat pernyataan
keluarga baru diproses KJRI Johor sehari sebelum jenazah
dipulangkan. Narsidah menjelaskan, upaya pemulangan
dilakukan setelah surat permohonan pemulangan jenazah
yang ditandatangani keluarga dan dikirim ke KJRI Johor.
Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Dinsosnakertrans) Banyumas menyebutkan Marsonah
dan keempat temannya merupakan TKI ilegal. Dari data
yang ada mereka tidak memiliki surat-surat resmi dan
pihak penyalur TKI. Namun, sekalipun mereka
terkategorikan sebagai TKI ilegal, sejatinya mereka
memiliki hak sebagai WNI. Sehingga keluarga dan Seruni
Banyumas tetap berupaya mendesak jenazah mereka
dipulangkan.
Jenazah Marsonah Dipulangkan dari
Malaysia
Status TKI ilegal sempat membuat Dinsosnakertrans
kesulitan mengurus santunan untuk keluarga jenazah.
Meski demikian, petugas Dinsosnakertrans berjanji
akan mengupayakan pemberian bantuan kepada
keluarga, karena bagaimanapun juga keempat TKI
tersebut adalah warga Banyumas.
“Sebelumnya keluarga almarhumah berniat
merelakan jenazah dimakamkan di Malaysia, namun
setelah melihat 3 jenazah TKI yang lain bisa
dipulangkan, keluarga kemudian meminta bantuan
Seruni untuk membantu mengurus pemulangan
jenazah Marsonah,” tutur Narsidah.
Berdasarkan informasi dari pihak keluarga,
almarhumah Marsonah bersama 3 TKI lain, Sunar
(43), Pardi (40), dan Aryanto (30) meninggal karena
kecelakaan saat mudik menggunakan kapal beberapa
waktu yang lalu. Saat itu kapal yang ditumpangi 3 TKI
tersebut melaju dengan kecepatan sangat tinggi,
kemudian kapal terbalik akibat dihantam ombak.
Pihak Rumah Sakit di Malaysia kemudian
menghubungi seluruh keluarga TKI pada Minggu, 19
Agustus 2012. Kemudian jenazah TKI satu per satu
diproses untuk dipulangkan ke Indonesia. Jenazah
Marsonah sendiri diperkirakan sampai di Desa
Pangadegan, Kecamatan Wangon, Banyumas dan
sesuai rencana akan langsung dikebumikan. [ ]
Sekalipun mereka terkategorikan
sebagai TKI ilegal, sejatinya mereka
memiliki hak sebagai WNI.
Halaman 10 | Warta Buruh Migran | Agustus 2012
10 | Inspirasi
Tulis Buku, TKI Buktikan
KapasitasnyaOleh: Anung De Lizta
Jika masih ada orang yang
merendahkan atau melecehkan
sebutan Pekerja Rumah Tangga (PRT)
sebagai individu dengan derajat
rendahan, maka orang itu salah
besar. PRT bukan sekadar pembantu,
pesuruh, babu, atau bahkan budak
yang mudah diremehkan oleh
segelintir orang.
PRT adalah pekerja yang diakui oleh Organisasi Buruh
Internasional (ILO) melalui konferensi yang bertepatan
100 tahun ILO, sebagai profesi yang memiliki status
seperti profesi atau tenaga kerja lainnya. Dengan
demikian keberadaannya harus diakui sebagai sebuah
profesi dan dihargai hak-haknya sebagai pekerja. Hal
yang akan membuat malu mereka yang menghina TKI
adalah fakta bahwa TKI bisa berkarya, TKI bisa menulis
buku, mengenyam bangku kuliah, bahkan menjadi
dosen atau pengusaha.
Anung D Lizta yang bekerja di Singapura, bersama
kawan-kawannya sesama TKI telah membuktikan bahwa
TKI mampu memiliki keahlian dan kapasitas melalui
tulisan-tulisan yang mereka terbitkan dalam buku
berjudul Penantang Mimpi, Tuhan, Aku, dan Sastra.
Buku tersebut berisi kumpulan karya sastra yang
bersumber dari kisah nyata yang mereka hadapi
sebagai TKI pekerja rumah tangga.
“Hal lainnya yang saya suka dengan jabatan sebagai TKI
saat ini adalah adanya waktu untuk saya menulis.
Berkarya dalam tulisan. Awalnya cuma buat membunuh
rasa sepi tapi lama kelamaan jadi ketagihan. Jadi juara
lomba menulis di dunia maya (FB) juga pernah, juara puisi
dan cerpen. Majikan saya sangat mendukung, selain
menyekolahkan saya lagi sampai tamat setara SMA (Paket
C) walau hasilnya ‘Ngawang‘ alias asal-asalan, tapi ini
menjadi bukti, walau di luar negeri, TKI masih bisa lulus
SMA yang diakui oleh negara.” tutur Anung.
Buku terbaru Anung bersama TKI lainnya dan pendukung
nasib kami, berhasil terbit pada bulan Agustus 2012. Buku
“Penantang Mimpi” adalah sebagai kekuatan bagi
Anung dan jutaan buruh migran yang lain untuk terus
berjuang tanpa mengenal putus asa.
“Meskipun banyak TKI lain yang nasibnya kurang baik.
Dengan hadirnya buku ini saya harapkan para pejabat
mau melihat ke arah kami jangan cuma ngarepin
devisanya saja. Mau sampai kapan kami di jadikan sapi
perah, cuma mengharap devisa tanpa mempedulikan
nasib kami yang perlu adanya perlindungan hukum.
Apalagi itu si KTKLN, bikin saya ketakutan mau pulang.
Sudah paspor dan KTP tahun lahirnya beda, ditambah lagi
pemerasaan.” imbuhnya.
TKI Singapura, majulah terus jangan takut meyerah. Buku
‘PENANTANG MIMPI’ seharusnya menjadi sumber
inspirasi bagi para pejabat untuk memperbaiki kebijakan
soal penempatan dan perlindungan TKI. Bagi mereka yang
peduli TKI wajib membeli buku ini dan bersama-sama
menyuarakan suara-suara yang tertindas.
Halaman 11 | Warta Buruh Migran | Agustus 2012
Panduan Setelah TKI Kembali Ke Tanah Air
11 | Panduan
Ketika seorang TKI benar benar berpegang teguh pada
niat awalnya, berani hemat dan prihatin, bersungguh
sungguh dan bekerja keras selama dirantau hari hari
terakhir kontrak kerja adalah saat yang ditunggu
tunggu. Kontrak habis dan target telah tercapai, rasa
rindu pada keluarga juga sudah tidak tertahankan
sehingga dengan bangga dan senang hati memutuskan
untuk pulang ke tanah air. Tidak ada alasan untuk tidak
pulang.
Berbeda kasusnya dengan TKI yang modal nekat, tanpa
target dan tujuan. Ketika habis kontraknya mereka
baru sadar belum ada output yang bisa dibawa pulang.
Akhirnya sering kita dengar adanya TKI yang lari tidak
pulang ke tanah air. Berikut beberapa langkah yang
bisa dilakukan oleh TKI setelah pulang ke tanah air.
a. Mencoba untuk melangkah mandiri
Dengan modal pengalaman hidup, finansial, ilmu
bisnis dan relasi yang didapat selama menjadi TKI,
maka mencoba untuk berdiri dan melangkah sendiri
sebagai seorang wirausahawan bukanlah hal yang
mustahil. Beberapa komponen pokok untuk memulai
usaha sudah berada digenggaman dan bisa dijadikan
modal untuk mewujudkan cita cita mulia tersebut.
Sebagai contoh bisa dicoba dengan menggabungkan
modal tersebut dengan minat pribadi, misalnya saja
mempunyai minat terhadap otomotif maka bisa
mencoba untuk membuat bengkel motor. Misalnya
seseorang mempunyai minat dengan makanan, bisa
terjun ke bisnis kuliner.
Halaman 12 | Warta Buruh Migran | Agustus 2012
b. Kerja sama dengan pihak lain
Ada model yang cukup menjanjikan yang bisa dilakukan
oleh mantan TKI dalam usaha membangun usaha yaitu
bekerja sama dengan pihak lain. Misalnya saja bekerja
sama dengan sesama mantan TKI. Kerjasama dengan
sesama mantan TKI mempunyai beberapa nilai positif
misalnya saja ada rasa kebersamaan yang tinggi karena
sama sama pernah merasakan jadi TKI, mempunyai
pengalaman hidup yang sama, orientasi kedepan yang
sejalan, mempunyai kemampuan finansial dan bisa juga
mempunyai keahlian yang sama.
Selain bekerja sama dengan mantan TKI, bisa juga
bekerja sama dengan teman, keluarga atau orang lain
yang bisa dipercaya. Dengan model kerja sama seperti ini
maka modal, ide dan tenaga semakin kuat dan sebaliknya
resiko kerugian bisa dikurangi karena adanya asas
pembagian resiko.
c. Berkonsultasi dan meminta bimbingan
pemerintah
Selama belum berpindah kewarganegaraan, TKI
tetaplah WNI sehingga tetap mempunyai kesempatan
dan hak untuk sekedar berkonsultasi maupun
meminta bimbingan kepada pemerintah.
Sebaliknyanya adalah tugas dan kewajiban pemerintah
untuk membimbing dan mengarahkan. Harus diakui
secara jujur, ada berbagai hal yang tidak bisa diurai
tanpa peran dari pemerintah. Disaat seperti ini, tidak
ada salahnya berkonsultasi kepada pemerintah untuk
mengatasinya. Informasi mengenai berbagai macam
peluang usaha yang bisa didapatkan dari pemerintah
juga bisa dijadikan referensi untuk melangkah maju.
Ada celah, harapan dan kesempatan yang bisa
didapatkan oleh TKI jika tidak sungkan, malu dan takut
untuk membuka komunikasi dengan pemerintah.
12 | Panduan