Upload
nurainifitri
View
24
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
PERWUJUDAN WAWASAN NUSANTARA DALAM KEHIDUPAN
BERBANGSA DAN BERNEGARA INDONESIA
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pendidikan Kewarganegaraan
Yang dibina oleh Bapak Drs. Gatot Isnani, M.Si
oleh
Nur Aini Fitri (24)
130543612907
No Hp. 085735084055
Offering : A
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI
April 2014
Senin 3-4
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan d-
engan tepat waktu.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan maklah ini, khususnya
kepada Bapak Drs. Gatot Isnani, M.Si selaku dosen matakuliah Pendidikan
Kewarganegaraan yang tak pernah lelah memberikan saran kepada penulis.
Dalam pembuatan makalah ini,mungkin masih banyak kekurangan baik
pada segi bahasa maupun materi yang ada di dalam makalah ini, mengingat akan
keterbatasan kemampuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi tercapainnya kesempurnaan makalah ini.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.
Malang, 10 April 2014
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
A. Wawasan Nusantara .................................................................... 3
1. Pengertian Wawasan Nusantara ............................................. 3
2. Unsur Dasar Konsepsi Wawasan Nusantara .......................... 3
3. Asas Wawasan Nusantara ...................................................... 4
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Wawasan Nusantara ....... 5
B. Perwujudan Wawasan Nusantara ................................................ 12
1. Wawasan Nusantara dalam Pembangunan Nasional ............. 13
2. Wawasan Nusantara sebagai satu Kesatuan Politik ............... 14
3. Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan Ekonomi ............ 15
4. Wawasan Nusantara sebagai Kesatuan Sosial dan Budaya ... 15
5. Wawasan Nusantara Kesatuan Pertahanan Keamanan .......... 16
6. Perwujudan tentang Luas Wilayah......................................... 17
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 18
A. Kesimpulan ................................................................................. 18
B. Saran ........................................................................................... 18
DAFTAR RUJUKAN .................................................................................... 19
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam hubungannya dengan kehidupan setiap manusia memiliki
kedudukan sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa. Di bumi ini manusia menerima
amanat untuk mengelola kekayaan alam yang ada. Dengan adannya amanat
tersebut manusia berkewajiban untuk memanfaatkan dan memelihara kekayaan
alam yang ada dengan menjaga dan memelihara untuk kebutuhan hidupnnya.
Sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki kekhasan berupa kelebihan
dan kekurangan. Kelebihannnya terletak pada posisi geografi yang strategis dan
kaya akan sumber daya alam. Sementara kekurangannya Indonesia terletak dalam
negara kepulauan dan beranekaragam masyarakat. ”Penyelenggaraan negara
kesatuan Republik Indonesia merupakan salah satu cita-cita bangsa Indonesia
yang dalam pelaksanaannya tidak akan pernah lepas dari pengaruh interaksi
dengan lingkungannya, baik regional maupun Internasional” (Kaelan Ed, 2002:
123).
Dalam menjalankan cita-cita masyarakat Indonesia perlu memiliki prinsip-
prinsip agar tidak terombang-ambing dalam memperjuangkannya. “Perlu disadari,
bahwa dalam konteks bangsa dan negara Indonesia, aspirasi budaya lokal
merupakan sebuah potensi bangsa yang sangat bermakna bagi pembangunan
nasional, terutama bagi nation and character building Indonesia” (Al Hakim dkk,
2012: 176). Wawasan nusantara merupakan salah satu prinsip yang sangat
diperlukan untuk mencapai kelangsungan hidup, keutuhan wilayah dan jati diri
negara yang bersangkutan. Wawasan nusatara sangat diharapkan dapat
menyatukan dan membari solusi terbaik atas pandangan-pandangan bangsa
Indonesia agar cita-cita bangsa Indonesia terealisasi dan sampai pada tujuan yang
nyata. Agar tercapai tujuan nasional Indonesia maka diperlukan perwujudan
wawasan nusantara dalam berbangsa dan bernegara sehingga dapat mencapai
tujuan nasionalnnya.
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan wawasan nusantara?
2. Bagaimana perwujudan wawasan nusantara dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara?
Teknis penulisan makalah ini berpedoman pada Buku Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah Universitas Negeri Malang (UM, 2010)
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Wawasan Nusantara
1. Pengertian Wawasan Nusantara
Kaelan, Ed (2002: 124) mengemukakan bahwa.
Istilah wawasan nusantara berasal dari kata “wawas” yang berarti
pandangan, tinjauan, atau pengelihatan inderawi. Akar kata ini
membentuk kata “mawas” yang berarti memandang, meninjau,
melihat. Sedangkan “wawasan” berarti cara pandang, cara tinjau,
atau cara melihat. Sedangkan istilah nusantara berasal dari kata
“nusa” yang berarti pulau pulau, dan “antara” yang berarti diapit
diantara dua hal. Istilah nusantara dipakai untuk mengambarkan
kesatuan wilayah perairan dan gugusan pulau pulau Indonesia
yang terletak diantara samudra pasifik dan samudra Indonesia
serta diantara benua Asia dan benua Australia.
“Wawasan nasional, pada dasarnya menjadi cara pandang suatu bangsa
yang di dalamnya menampakkan bagaimana suatu bangsa itu melakukan
dialogis dengan kondisi geografis dan sosial budayanya” (Al Hakim dkk,
2012: 178)
Secara umum wawasan nusantara dapat didefinisikan sebagai cara
pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan ide
nasionalnya, yang dilandasi Pancasila dan UUD 1945, yang merupakan
aspirasi bangsa Indonesia yang merdeka, berdaulat, dan bermartabat, serta
menjiwai tata hidup dan tindak kebijaksanaanya dalam mencapai tujuan
nasionalnya.
2. Unsur Dasar Konsepsi Wawasan Nusantara
a. Wadah (Countur)
“Wadah adalah suatu ruang kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara meliputi seluruh wilayah Indonesia yang memiliki
kekayaan alam dan penduduk dengan keanekaragaman budaya”
(Sumarsono dkk, 2002: 85). Dimana didalam wadah ini dibutuhkan
kemampuan untuk melihat lingkungan (keadaan sekitar).
4
b. Isi (Content)
“Isi adalah aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan
cita-cita serta tujuan nasional yang terdapat dalam Pembukaan UUD
1945 sebagai pemberi arah semua kegiatan dan kebijaksanaan yang
dilakukan” (Sumarsono dkk, 2002: 86). Isi menyangkut dua hal yang
esensial, yaitu :
Realisasi aspirasi bangsa sebagai kesepakatan bersama serta
pencapaian cita-cita dan tujuan nasional.
Persatuan dan kesatuan dalam keBhinekaan yang meliputi semua
aspek kehidupan nasional.
c. Tata Laku (Conduct)
“Tata laku merupakan hasil interaksi antara wadah dan isi”
(Sumarsono dkk, 2002: 86). Didalam tata laku menuntut kemampuan
untuk melihat diri sendiri (mawas) dan terdiri dari :
Tata laku batiniah, mencerminkan jiwa, semangat, dan mentalitas
yang baik dari bangsa Indonesia.
Tata laku lahiriah, tercermin dalam tindakan, perbuatan dan perilaku
dari bangsa Indonesia.
3. Asas Wawasan Nusantara
“Asas wawasan nusantara merupakan ketentuan-ketentuan atau kaidah-
kaidah dasar yang harus dipatuhi, ditaati, dipelihara dan diciptakan demi tetap
taat dan setianya komponen pembentuk bangsa Indonesia (suku bangsa atau
golongan) terhadap kesepakatan bersama” (Sumarsono dkk, 2002: 87). Asas
wawasan nusantara terdiri dari :
a. Kepentingan yang sama
Ketika menegakkan dan merebut kemerdekaan, kepentingan
bersama bangsa Indonesia adalah menghadapi penjajahan secara fisik
dari bangsa lain. Tujuan yang sama adalah tercapainya kesejahteraan
dan rasa aman yang lebih baik daripada sebelumnya.
5
b. Keadilan
Yang berarti kesesuaian pembagian hasil dengan andil, jerih payah
usaha dan kegiatan baik orang perorangan, golongan, kelompok
maupun daerah.
c. Kejujuran
Yang berarti keberanian berpikir, berkata dan bertindak sesuai
realita serta ketentuan yang benar biarpun realita atau ketentuan itu
pahit dan kurang enak didengarnya.
d. Solidaritas
Yang berarti diperlukannya rasa setia kawan, mau memberi dan
berkorban bagi orang lain tanpa meninggalkan ciri dan karakter budaya
masing-masing.
e. Kerja sama
Berarti adanya koordinasi, saling pengertian yang didasarkan atas
kesetaraan sehingga kerja kelompok, baik kelompok yang kecil maupun
kelompok yang lebih besar dapat tercapai demi terciptanya sinergi yang
lebih baik.
f. Kesetiaan
Kesetiaan terhadap kesepakatan bersama ini sangatlah penting dan
menjadi tonggak utama terciptanya persatuan dan kesatuan dalam ke
Bhinekaan. Jika kesetiaan terhadap kesepakatan bersama ini goyah
apalagi ambruk, dapat dipastikan bahwa persatuan dan kesatuan dalam
keBhinekaan bangsa Indonesia akan hancur berantakan. Dalam hal ini
berarti hilangnya negara kesatuan Indonesia.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Wawasan Nusantara
Didalam pengejawantahan cita-cita atau tujuan nasional atau tujuan
negara, dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Bumi (Geografi) tempat hidup
1) Asas Kepulauan (Archipelagic Principel)
Kata archipelago dan archipelagic berasal dari kata Italia
archipelagos. Akar kata dari archi berarti terpenting, terutama, dan
6
pelagos berarti laut atau wilayah lautan. Jadi, archipelago dapat
diartikan sebagai lautan terpenting.
“Lahirnya asas archipelago mengandung pengertian bahwa
pulau-pulau tersebut selalu dalam kesatuan utuh, sementara tempat
unsur perairan atau lautan antara pulau-pulau berfungsi sebagai
unsur penghubung dan bukan unsur pemisah” (Kaelan Ed, 2002:
125).
2) Kepulauan Indonesia
Setelah melalui beberapa sebutan mulai dari Nederlandsch
Indishe Archipelago, Hindia Timur, Insulinde, Nusantara, Hindia
Belanda hingga menjadi Indonesia. Indonesia merupakkan suatu
negara yang tidaklah dengan tiba-tiba menjadi sebutan Indonesia
yang dalam bahasa Yunani, Indo berarti India dan nesos berarti
pulau. Nama Indonesia mengandung arti kepulauan India.
Meskipun bukan berasal dari bahasannya sendiri, bangsa Indonesia
bangga dan sangat mencintai nama negarannya.
Nama Indonesia juga sering dipakai dalam nama keilmuan.
“Setelah cukup lama istilah Indonesia dipakai hanya sebagai nama
keilmuan, pada awal abad ke-20 perhimpunan para mahasiswa
Indonesia di Belanda menyebut diri dengan perhimpunan Indonesia
kemudian membiasakan pemakaian kata Indonesia” (Kaelan Ed,
2002: 126). Kemudian di pakai dalam peristiwa sumpah pemuda
yang pada akhirnya sejak proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia pada 17 Agustus 1945, Indonesia resmi menjadi nama
negara dan bangsa Indonseia hingga saat ini.
3) Konsepsi tentang Wilayah Lautan
Sesuai dengan Hukum Lautan Internasional, secara garis besar
Indonesia sebagai negara kepulauaan memiliki Laut Teritorial,
Perairan Pedalaman, Zona Ekonomi Eksklusif, dan Landas
Kontinen. Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :
7
(a) “Negara kepulauan adalah suatu negara yang seluruhnya terdiri
dari satu atau lebih kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau
yang lain” (Kaelan Ed, 2002: 127).
(b) “Laut Teritorial adalah satu wilayah laut yang lebarnya tidak
melebihi 12 mil laut yang diukur dari garis pangkal, sedangkan
garis pangkal adalah garis air surut terendah sepanjang pantai”
(Kaelan Ed, 2002: 127).
(c) “Perairan Pedalaman adalah wilayah sebelah dalam daratan
atau sebelah dalam dari garis pangkal” (Kaelan Ed, 2002: 128).
(d) “Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia adalah jalur laut di
luar Laut Wilayah Indonesia sejauh 200 mil laut dari garis
pangkal atau garis dasar” (Pandoyo, 1994: 45). Didal-am ZEE
mengeksplorasi sumber daya alam yang ada.
(e) “Landas Kontinen menurut pengertian hukum laut internasional
mencakup seluruh Tepian Kontinen (Continental Margin),
yang secara geografik meliputi: Landas atau Daratan Kontinen,
lereng Kontinen, dan Kaki kontinen” (Pandoyo, 1994: 39).
“Dimana jaraknya 200 mil laut dari garis pangkal atau dapat
lebih dari itu dengan tidak melebihi 350 mil, tidak boleh
melebihi 100 mil dari batas kedalaman dasar laut sedalam 2500
m” (Kaelan Ed, 2002: 128).
4) Karakteristik Wilayah Nusantara
Indonesia merupakan suatu negara yang mempunyai batas-batas
astronomi sebagai berikut :
Utara : ± 6º 08’ LU
Selatan : ± 11º 15’ LS
Barat : ± 94º 45’ BT
Timur : ± 141º 05’ BT
Meskipun sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki letak
yang strategis, yaitu: “Terletak diantara 2 benua Asia dan benua
Australia dan diantara 2 samudra yaitu samudra Pasifik dan
8
sammudra Indonesia, yang terdiri dari 17.508 pulau besar maupun
kecil” (Kaelan Ed, 2002: 128).
“Luas Indonesia seluruhnya adalah 5.193.250 km2, yang terdiri
dari daratan seluas 2.027.087 km2 dan perairan 127.3.166.163 km
2”
(Kaelan Ed, 2002: 128).
b. Jiwa atau Pandangan (Wawasan) Manusia yang mendiami
1) Geopolitik
“Ilmu bumi politik (Political Geography) mempelajari
fenomena geografi dari aspek politik, sedangkan geopolitik
mempelajari fenomena politik, dari aspek geografi” (Kaelan Ed,
2002: 129).
“Pandangan geopolitik bangsa Indonesia didasarkan pada nilai-
nilai ketuhanan dan kemanusiaan yang luhur dengan jelas dan tegas
tertuang didalam pembukaan UUD 1945” (Kaelan Ed, 2002: 131).
“Menurut cara pandang Geopolitik, kelangsungan hidup suatu
bangsa tergantung pada ruang hidupnya atau wilayahnya” (Al
Hakim dkk, 2012: 52).
Oleh karena itu, dalam rangka ikut mewujudkan perdamaian dan
ketertiban dunia yang abadi, bangsa Indonesia harus ikut berpijak
didalam melakukan hubungan Internasional dan saling bekerja
sama dan selalu terbuka, dan di dalam hubungan Internasional
bangsa Indonesia harus tetap memgang teguh pandangan geopolitik
bangsa Indonesia yang telah tertuang didalam pembukaan UUD
1945.
2) Geostrategis
“Strategi adalah politik pelaksanaan, yaitu upaya bagaimana
mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan sesuai dengan
keinginan politik” (Kaelan Ed, 2002: 131).
“Bagi bangsa Indonesia geostrategi diartikan sebagai metode
atau aturan-aturan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan melalui
proses pambangunan yang memberikan arahan tentang bagaimana
9
membuat strategi pembangunan dan keputusan yang terukur dan
terimajinasi guna mewujudkan masa depan yang lebih baik, lebih
bermartabat” (Kaelan Ed, 2002: 143).
“Sebagai contoh pertimbangan geostrategi untuk negara dan
bangsa Indonesia adalah kenyataan posisi silang Indonesia dari
berbagai aspek, disamping aspek geografi juga aspek-aspek
demografi, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam”
(Kaelan Ed, 2002: 132). Posisi siang Indonesia dapat dirinci
sebagai berikut.
(a) Geografi: wilayah Indonesia terletak diantara dua benua, Asia
dan Australia, serta diantara dua samudra, Hindia dan Pasifik.
(b) Demografi: penduduk Indonesia terletak di antara penduduk
jarang di selatan (Australia) dan penduduk padat di utara (RRC
dan Jepang).
(c) Ideologi: ideologi Indonesia (Pancasila) terletak diantara
liberalisme di selatan (Australia dan Selandia Baru) dan
Komunisme di utara (RRC, Vietnam, dan Kore Utara).
(d) Politik: Demokrasi Pancasila terletak diantara demokrasi
leberal di selatan dan demokrasi rakyat (diktatur proletar) di
utara.
(e) Ekonomi: ekonomi Indonesia terletak diantara ekonomi
Kapitalis di selatan dan Sosialis di utara.
(f) Sosial: masyarakat Indonesia terletak di antara masyarakat
individualisme di selatan dan sosialisme di utara.
(g) Budaya: budaya Indonesia terletak diantara budaya barat di
selatan dan budaya timur di utara.
(h) Hankam: geopolitik dan geostartegi Hankam (Pertahanan dan
Keamanan) Indonesia terletak diantara wawasan kekuatan
maritim di selatan dan wawasan kekuatan kontinental di utara.
“Dengan demikain geostrategi adalah perumusan strategi
nasional dengan mempertimbangkan kondisi dan konstelasi
geografi sebagai faktor utamanya” (Kaelan Ed, 2002: 132).
10
c. Perkembangan Wilayah Indonesia dan Dasar Hukumnya
1) Sejak 17-8-1945 sampai dengan 13-12-1957
Wilayah negara Indonesia Indonesia meliputi wilayah bekas
Hindia Belanda. Menurut UUD 1945 Pasal 25A Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri
Nusantara dengan wilayah batas-batas dan hak-haknya ditetapkan
undang-undang. “Berdasarkan ketentuan “Territoroal Zee en
Maritieme Krigen Ordonantie” tahun 1939 tentang batas wilayah
laut teritorial Indonesia, ordonansi 1939 menetapkan sejauh 3 mil
laut teritorial dari garis pantai ketika surut, dengan asas pulau demi
pulau secara terpisah-pisah” (Kaelan Ed, 2002: 133).
“Dengan adannya ketetapan batas perairan wilayah sebagaimana
menurut “Territorial Zee en Mariteme Krigen Ordonantie” yang
dimuat didalam Staatsblad 1939 No.442 pasal 1 ayat (1) sudah
tidak cocok lagi dengan kepentingan Indonesia setelah merdeka”
( Pandoyo, 1994: 28).
2) Dari Deklarasi Juanda (13-12-1957) sampai dengan 17-2-1969
“Pada tanggal 13 Desember 1957 dikeluarkan sebagai deklarasi
juanda sebagai pengganti Ordonansi tahun 1939” (Kaelan Ed, 2002:
133). Dengan tujuan sebagai berikut.
(a) Perwujudan bentuk wilayah kesatuan Republik Indonesia yang
utuh dan bulat.
(b) Penentuan batas-batas wilayah Negara Indonesia di sesuaikan
dengan asas negara kepulauan (Archipelagic State Principles).
(c) Peraturan lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin
keselamatan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Undang-undang No. 4/Prp/1960 tanggal 18 Februari 1960
tentang perairan Indonesia memperkukuh adannya Deklarasi
Juanda. Dengan adannya perubahan tersebut berubahlah bentuk
wilayah nasional dan cara penghitungannya. “Laut teritoroial
11
diukur sejauh 12 mil dari titik-titik pulau terluar yang saling
dihubungkan” (Kaelan Ed, 2002: 134)
“Untuk mengatur lalu lintas perairan maka dikeluarkan
Peraturan Pemerintah No.8 tahun 1962 tentang lalu lintas damai di
perairan pedalaman Indonesia (internal waters)” (Kaelan Ed, 2002:
134). Di dalamnya meliputi.
(a) Semua pelayaran dari laut bebas ke suatu pelabuhan Indonesia.
(b) Semua pelayaran dari pelabuhan Indonesia ke laut bebas.
(c) Semua pelayaran dari dan ke laut bebas dengan melewati
perairan Indonesia.
3) Dari 17-2-1969 (Deklarasi Landas Kontinen)
“Deklarasi Landas Kontinen dipandang sebagai upaya untuk
mengesahkan wawasan nusantara. Disamping itu dipandang
sebagai upaya untuk mewujudkan pasal 33 ayat 3 UUD 1945.
Konsekuensinnya bahwa sumber kekayaan alam dalam landas
kontinen Indonesia adalah milik ekslusif negara RI” (Kaelan Ed,
2002: 134).
Kaelan Ed, (2002: 134) di dalam deklarasi tentang landas
kontinen terdapat asas-asas pokok yang dapat dijabarkan sebagai
berikut.
(a) Segala sumber kekayaan alam yang terdapat dalam landas
kontinen Indonesia adalah milik eksklusif negara RI.
(b) Pemerintah Indonesia bersedia menyelesaikan soal garis batas
landas kontinen dengan negara-negara tetangga melalui
perundingan.
(c) Jika tidak ada garis batas, maka landas kontinen adalah suatu
garis yang ditarik di tengah-tengah antara pulau terluar
Indonesia dengan wilayah terluar negara tetangga.
(d) Claim tersebut tidak mempengaruhi sifat serta status dari
perairan diatas landas kontinen Indonesia maupun udara
diatasnnya.
12
4) Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)
Kaelan, Ed (2002: 135) mengemukakan bahwa.
Melalui perjuangan panjang di Forum Internasional,
akhirnya konferensi PBB tentang Hukum Laut II di
New York 30 April 1982 menerima “The United
Nation Convention on the Law of the Sea”
(UNCLOS), yang kemudian ditandatangani pada 10
Desember 1982 di Montego Bay, Jamaica oleh 117
negara termasuk Indonesia. Konvensi tersebut
mengakui asas negara kepulau (Archipelagic State
Principele) serta menetapkan asas-asas pengukuran
ZEE. Pemerintah dan DPR RI kemudian menetapkan
UU No.5 Tahun 1983 tentang ZEE, serta UU No.17
Tahun 1985 tentang Ratifikasi UNCLOS. Sejak 3
Februari 1986 Indonesia tercatat sebagai salah satu
dari 25 negara yang telah mertifikasinnya.
“Untuk lebih dapat memberikan kesejahteraan bangsa, dan
sesuai dengan opini negara-negara pantai lainnya, maka pemerintah
Indonesia pada tanggal 21 Maret 1980, mengumumkan Deklarasi
Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI)” (Pandoyo, 1994: 45).
B. Perwujudan Wawasan Nusantara
“Sebagai cara pandang dan visi nasional Indonesia, wawasan nusantara
harus dijadikan arahan, pedoman, acuan, dan tuntunan bagi setiap individu
bangsa Indonesia dalam membangun dan memeliharatuntutan bangsa dan
negara kesatuan republik Indonesia” (Sumarsono dkk, 2002: 92).
Didalam Perwujudan wawasan nusantara dalam satu kesatuan politik telah
dijabarkan melalui Rencana Pembangunan Jangka Nasional, kemudian di
jabarkan melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang di
susun oleh Presiden dan wakil Preiden untuk mewujudkan pembangunan dan
visi misi Indonesia.
“Hakikat wawasan nusantara adalah kesatuan bangsa dan keutuhan
wilayah Indonesia” (Winarno, 2011: 157). Cara pandang bangsa Indonesia
tersebut mencakup.
13
1. Wawasan Nusantara Dalam Pembangunan Nasional
a. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Politik
Bangsa Indonesia bersama bangsa-bangsa lain ikut menciptakan
ketertiban dunia dan perdamaian abadi melalui politik luar negeri yang
bebas aktif. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan politik
akan menciptakan iklim penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis.
Hal tersebut tampak dalam wujud pemerintahan yang kuat aspiratif dan
terpercaya yang dibangun sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat.
Kekayaan di wilayah nusantara, baik potensial maupun efektif, adalah
modal dan milik bersama bangsa untuk memenuhi kebutuhan di
seluruh wilayah Indonesia secara merata.
Tingkat perkembangan ekonomi harus seimbang dan serasi di seluruh
daerah tanpa mengabaikan ciri khas yang memiliki daerah masing-
masing.
Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah nusantara
diselenggarakan sebagai usaha bersama dengan asas kekeluargaan
dalam sistem ekonomi kerakyatan untuk sebesarbesar kemakmuran
rakyat.
b. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Ekonomi
Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan ekonomi akan
menciptakan tatanan ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan
dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan
merata.
Di samping itu, implementasi wawasan nusantara mencerminkan
tanggung jawab pengelolaa sumber daya alam yang memperhatikan
kebutuhan masyarakat antar daerah secara timbal balik serta kelestarian
sumber daya alam itu sendiri.
c. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial
Budaya
Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan sosial budaya
akan menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui segala
14
bentuk perbedaan sebagai kenyataan hidup sekaligus karunia Tuhan.
Implementasi ini juga akan menciptakan kehidupan masyarakat dan
bangsa yang rukun dan bersatu tanpa membedakan suku, asal usul daerah,
agama, atau kepercayaan, serta golongan berdasarkan status sosialnya.
Budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu kesatuan dengan
corak ragam budaya yang menggambarkan kekayaan budaya bangsa.
Budaya Indonesia tidak menolak nilai-nilai budaya asing asalkan tidak
bertentangan dengan nilai budaya bangsa sendiri dan hasilnya dapat
dinikmati.
d. Perwujudan Kepulauan Nusantara Sebagai Satu Kesatuan
Pertahanan dan keamanan
Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan pertahanan dan
keamanan akan menumbuhkan kesadaran cinta tanah air dan bangsa,
yang lebih lanjut akan membentuk sikap bela negara pada tiap warga
negara Indonesia.
Kesadaran dan sikap cinta tanah air dan bangsa serta bela negara ini
menjadi modal utama yang akan mengerakkan partisipasi setiap warga
negara indonesia dalam menghadapi setiap bentuk ancaman antara lain :
Bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah pada hakikatnya
adalah ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara.
Tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama
untuk ikut serta dalam pertahanan dan keamanan Negara dalam
rangka pembelaan negara dan bangsa.
2. Wawasan Nusantara Sebagai Satu Kesatuan Politik
Bahwa kebulatan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya
merupakan satu kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup, dan kesatuan
matra seluruh bangsa serta menjadi modal dan milik bersama bangsa.
Bahwa bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan berbicara
dalam berbagai bahasa daerah serta memeluk dan meyakini berbagai
agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus
merupakan satu kesatuan bangsa yang bulat dalam arti yang seluas-
luasnya.
15
Bahwa secara psikologis, bangsa Indonesia harus merasa satu, senasib
sepenanggungan, sebangsa, dan setanah air, serta mempunyai tekad
dalam mencapai cita-cita bangsa.
Bahwa Pancasila adalah satu-satunya falsafah serta ideologi bangsa dan
negara yang melandasi, membimbing, dan mengarahkan bangsa menuju
tujuannya.
Bahwa kehidupan politik di seluruh wilayah Nusantara merupakan satu
kesatuan politik yang diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
Bahwa seluruh Kepulauan Nusantara merupakan satu kesatuan sistem
hukum dalam arti bahwa hanya ada satu hukum nasional yang mengabdi
kepada kepentingan nasional.
Bahwa bangsa Indonesia yang hidup berdampingan dengan bangsa lain
ikut menciptakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial melalui politik luar negeri bebas
aktif serta diabdikan pada kepentingan nasional.
3. Wawasan Nusantara Sebagai Satu Kesatuan Ekonomi
Bahwa kekayaan wilayah Nusantara baik potensial maupun efektif
adalah modal dan milik bersama bangsa, dan bahwa keperluan hidup
sehari-hari harus tersedia merata di seluruh wilayah tanah air.
Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh
daerah, tanpa meninggalkan ciri khas yang dimiliki oleh daerah dalam
pengembangan kehidupan ekonominya.
Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah Nusantara merupakan satu
kesatuan ekonomi yang diselenggarakan sebagai usaha bersama atas asas
kekeluargaan dan ditujukan bagi sebesarbesar kemakmuran rakyat.
4. Wawasan Nusantara sebagai Kesatuan Sosial Dan Budaya
Bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, perikehidupan bangsa harus
merupakan kehidupan bangsa yang serasi dengan terdapatnya tingkat
kemajuan masyarakat yang sama, merata dan seimbang, serta adanya
keselarasan kehidupan yang sesuai dengan tingkat kemajuan bangsa.
16
Bahwa budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu, sedangkan corak
ragam budaya yang ada menggambarkan kekayaan budaya bangsa yang
menjadi modal dan landasan pengembangan budaya bangsa seluruhnya,
dengan tidak menolak nilai – nilai budaya lain yang tidak bertentangan
dengan nilai budaya bangsa, yang hasil-hasilnya dapat dinikmati oleh
bangsa.
5. Wawasan Nusantara Sebagai Kesatuan Pertahanan Keamanan
Penerapan wawasan nusantara di bidang pertahanan keamanan terlihat
pada kesiap-siagaan dan waspada seluruh rakyat melalui system pertahanan
dan keamanan rakyat semesta untuk menghadapi berbagai ancaman bangsa
dan Negara. Dalam artian bahwa :
Bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah pada hakekatnya
merupakan ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara.
Bahwa tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang
sama dalam rangka pembelaan negara dan bangsa.
Dewasa ini kita menyaksikan bahwa kehidupan individu dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sedang mengalami perubahan.
Dan kita juga menyadari bahwa faktor utama yang mendorong terjadinya
proses perubahan tersebut adalah nilai-nilai kehidupan baru yang di bawa
oleh negara maju dengan kekuatan penetrasi globalnya. Apabila kita
menengok sejarah kehidupan manusia dan alam semesta, perubahan dalam
kehidupan itu adalah suatu hal yang wajar, alamiah.
Dalam dunia ini, yang abadi dan kekal itu adalah perubahan. Berkaitan
dengan wawasan nusantara yang syarat dengan nilai-nilai budaya bangsa
Indonesia dan di bentuk dalam proses panjang sejarah perjuangan bangsa,
apakah wawasan bangsa Indonesia tentang persatuan dan kesatuan itu akan
terhanyut tanpa bekas atau akan tetap kokoh dan mampu bertahan dalam
terpaan nilai global yang menantang Wawasan Persatuan bangsa. Tantangan
itu antara lain adalah pemberdayaan rakyat yang optimal, dunia yang tanpa
batas, era baru kapitalisme, dan kesadaran warga negara.
17
6. Perwujudan Tentang Luas Wilayah
Salah satu manfaat paling nyata dari penerapan wawasan nusantara.
Khususnya di bidang wilayah. Adalah diterimanya konsepsi nusantara di
forum internasional. Sehingga terjaminlah integritas wilayah territorial
Indonesia. Laut nusantara yang semula dianggap “laut bebas” menjadi
bagian integral dari wilayah Indonesia.
Pertambahan luas wilayah sebagai ruang lingkup tersebut menghasilkan
sumber daya alam yang mencakup besar untuk kesejahteraan bangsa
Indonesia. Pertambahan luas wilayah tersebut dapat diterima oleh dunia
internasional terutama negara tetangga yang dinyatakan dengan persetujuan
yang dicapai.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara dapat didefinisikan sebagai cara pandang
terhadap diri dan lingkungannya yang tertera didalam Pembukaan
Undang Undang Dasar 1945, yang didalamnya terdapat unsur dasar
konsepsi wawasan nusantara, asas-asas wawasan nusantara, dan faktor-
faktor yang mempengaruhi wawasan nusantara.
2. Perwujudan Wawasan Nusantara
Hakikat untuk mewujudkan wawasan nusantara berdasarkan pada
filsafat pancasila, kesatuan politik, kesatuan ekonomi, kesatuan sosial
budaya, dan kesatuan pertahanan dan keamanan, serta luas wilayah yang
dijabarkan didalam Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasional.
B. Saran
Makalah ini dibuat, agar bangsa Indonesia dapat faham tentang wawasan
nusantara, kemudian mengimplementasikannya kedalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
19
DAFTAR RUJUKAN
Al Hakim, S. dkk. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan: Dalam Konteks Indones-
ia. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.
Kaelan, (Ed). 2002. Pendididkan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: Paradigma.
Pandoyo, T. S. 1994. Wawasan Nusantara. Jakarta: Rineka Cipta.
Peraturan Presiden RI No 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional, (Online), (http://www.kemenkeu.go.id/sites/default
/files/perpres2010_5.pdf), diakses 12 Maret 2014.
Sumarsono. dkk. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tes-
is, Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir, Laporan Penelitian. Edisi Keli-
ma. Malang: Universitas Negeri Malang.
Undang Undang Dasar 1945, (Online), (http://www.itjen.depkes.go.id.pdf), diak-
ses 15 Maret 2014.
Winarno. 2011. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan: Panduan Kuliah
di Perguruan Tinggi. Edisi Kedua. Jakarta: PT Bumi Aksara.