Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PELAKSANAAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN YANG DILAKUKAN OLEH KPKNL
(Studi di Kota Bima)
JURNAL ILMIAH
Oleh :
MUHAMMAD RIFALDI SETIAWAN
D1A015 183
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2019
PELAKSANAAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN YANG DI LAKUKAN OLEH KPKNL (STUDI DI KOTA BIMA).
MUHAMMAD RIFALDI SETIAWAND1A015183
FAKULTAS HUKUM UNRAM
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Pelaksanaan Eksekusi Hak Tanggungan yang di lakukan oleh KPKNL (Studi di Kota Bima) tujuanya untuk mengetahui bagaimana bentuk pelaksanaan dan hambatan eksekusi Hak Tanggungan yang di lakukan oleh KPKNL Bima.Jenis penelitian yaitu penelitian normatif-empiris.Hasil penelitian dalam penulisan skripsi ini yaitu dalam pelaksanaan eksekusi Hak Tanggungan tersebut di KPKNL Bima dengan melalui 2 (dua) sistem, yaitu sistem konvensional dan online.Hambatan yang di temui di lapangan yaitu tindakan wanprestasi yang dilakukan oleh pembeli dan penolakan pengosongan obyek lelang oleh debitur atau keluarga debitur.
Kata kunci : PelaksanaanEksekusi, HakTanggungan
IMPLEMENTATION OF MORTGAGE RIGHT’S EXECUTION CONDUCTED BY KPKNL (Study in Bima Regency)
ABSTRACT
This thesis title is the Implementation of Morgage Rights Execution Conducted by KPKNL (Study in Bima Regency) which aim is to know how is the form of implementation and obstacles of mortgage rights execution which conducted by KPKNL of Bima Regency. The type of this research is normative-empiric. The result of this research is in the implementation of mortgage rights execution by the KPKNL of Bima Regency conducted through two systems, ie conventional and online system. The faced obstacles in the fields are a breach of contract by the buyer and discharge rejection of auction object by debtor or their family
Keywords : Implementation of Execution, the Mortgage Rights
i
I. PENDAHULUAN
Mengingat pentingnya kedudukan dana perkreditan tersebut dalam proses
pembangunan, sudah semestinya jika pemberi dan penerima kredit serta pihak lain
yang terkait mendapat perlindungan melalui suatu lembaga hak jaminan yang kuat
dan yang dapat pula memberikan kepastian hukum bagi semua pihak yang
berkepentingan.1
Dalam Pasal 51 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria yang disebut juga Undang-Undang Pokok Agraria,
sudah disediakan lembaga hak jaminan yang kuat yang dapat dibebankan pada
hak atas tanah, yaitu Hak Tanggungan. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996
tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan
Tanah. Dengan berlakunya Undang-Undang Hak Tanggungan, ketentuan
mengenai Credietverband dalam S. 1908-542 jo. S. 1937-190 jo. S. 1937-191 dan
ketentuan mengenai Hypotheek dalam buku II KUH Perdata sepanjang mengenai
pembebanan Hak Tanggungan pada hak atas tanah beserta benda-benda yang
berkaitan dengan tanah tidak berlaku lagi.
Mekanisme eksekusi hak tanggungan terhadap debitur yang cidera janji
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) UU No. 4 Tahun 1996 tentang
Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan
Tanah, maka:
1. Berdasarkan hak pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual obyek Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 UU No. 4 Tahun 1996, atau;
2. Berdasarkan titel eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) UU
1 Adrian Sutedi, Hukum Hak Tanggungan, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm. 2-3.
ii
No. 4 Tahun 1996, obyek Hak Tanggungan dijual melalui pelelangan umum menurut tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan untuk pelunasan piutang pemegang Hak Tanggungan dengan hak mendahulu dari pada kreditor-kreditor lainnya.
Penjualan benda objek hak tanggungan dapat dilaksanakan di bahwah
tangan jika dengan cara tersebut memperoleh harga tertinggi dan menguntungkan
oleh pemberi dan pemegang hak tanggungan (debitur dan kreditur).2
Jika penjualan benda objek hak tanggungan dilakukan melalui lembaga
pelelangan umum, waktunya adalah 1 (satu) bulan sejak tanggal diberitahukan
secara tertulis kepada pihak-pihak yang berkepentingan misalnya kepada
pemegang hak tanggungan yang lain. Disamping itu, sebelumnya harus
diumumkan melalui minimal 2 (dua) media masa setempat dimana objek hak
tanggungan berada dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.3
Pelaksanaan lelang eksekusi Hak Tanggungan dilakukan di Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang dengan mengikuti prosedur yang sudah
ditentukan. Di wilayah Kota Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat pelaksanaan
lelang eksekusi Hak Tanggungan dapat dilaksanakan di Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lelang Bima.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka penyusun tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul : “Pelaksanaan Eksekusi Hak Tanggungan
yang dilakukan oleh KPKNL (Studi di Kota Bima).
2 Litigasi, Eksekusi Hak Tanggungan, diakses dari https://litigasi.co.id/posts/eksekusi-hak-tanggungan pada tanggal 25 Desember 2018 pada pukul 15.22 Wita.
3Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Hak Tanggungan, Kencana, Jakarta, 2005, hlm 13.
iii
Berdasarkan judul diatas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut: 1.Bagaimana pelaksanaan eksekusi Hak Tanggungan
yang dilakukan oleh KPKNL Bima? 2. Apasaja hambatan pelaksanaan eksekusi
Hak Tanggungan yang dilakukan oleh KPKNL Bima?
Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah: 1.Untuk mengetahui
pelaksanaan eksekusi Hak Tanggungan yang di lakukan oleh KPKNL di Bima. 2.
Untuk mengetahui hambatan pelaksanaan eksekusi Hak Tanggungan yang di
lakukan oleh KPKNL di Bima.
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis,
untuk mengembangkan Ilmu Hukum pada umumnya dan Hukum Perbankan
terkait pelaksanaan eksekusi Hak Tanggungan di KPKNL Bima. 2. Manfaat
Praktis, dapat menjadi refrensi dan menambah wawasan bagi orang lain, sehingga
dapat berguna bagi pengetahuan, serta dapat menjadi acuan untuk penyusunan lain
dengan penelitian atau perkara serupa.
Berdasarkan judul dan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian ini
adalah jenis penelitian hukum normatif empiris dengan menggunakan dua metode
pendekatan yaitu: 1. Pendekatan Perundang-undangan, 2. Pendekatan Konseptual,
dan 3. Pendekatan Sosiologis. Kemudian jenis dan sumber bahan hukumnya
adalah: 1. Bahan Hukum Primer, 2. Bahan Hukum Sekunder, dan 3. Bahan
Hukum Tersier. Adapun teknik/cara pengumpulan data adalah dengan melakukan
studi yaitu:1.Data Kepustakaan, 2. Data Lapangan. Sementara itu analisis bahan
hukumnya menggunakan Analisis Kualitatif.
iv
II. PEMBAHASAN
Prosedur Pelaksaan Eksekusi Hak Tanggungan di KPKNL Bima
Dalam membahas pelaksanaan Eksekusi Hak Tanggungan di KPKNL
Bima, penulis membagi ke dalam 3 (tiga) tahapan yaitu: 4
1. Pra Pelaksanaan Eksekusi Hak Tanggungan
Setelah melengkapi persyaratan dari permohonan lelang tersebut, maka
pihak penjual atau pemohon memasukan permohonan lelang tersebut kepada
Balai Lelang (Institusi) atau Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan
Lelang (KPKNL) Bima.Selanjutnya Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara
dan Lelang (KPKNL) Bima atau Pejabat Lelang Kelas II wajib meneliti
kelengkapan dokumen persyaratan lelang dan legalitas formal subjek dan objek
lelang. Dalam hal ini Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
(KPKNL) Bima Pejabat Lelang Kelas II tidak boleh menolak permohonan lelang
yang diajukan kepadanya sepanjang dokumen persyaratan lelang sudah lengkap
dan telah memenuhi Legalitas Formal Subjek dan Objek Lelang.
Apabila Penjual telah memenuhi kelengkapan dokumen persyaratan lelang
yang bersifat umum maupun khusus dan telah memenuhi legalitas formal subjek
dan objek lelang, Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
(KPKNL) Bima atau Pejabat Lelang Kelas II harus menetapkan dan
memberitahukan kepada Penjual tentang jadwal lelang secara tertulis, yang berisi:
1) Penetapan waktu dan tempat lelang; 2) Permintaan untuk melaksanakan
4 Indonesia, Peraturan Direktur Jendral Kekayaan Negara Nomor 2/KN/2017 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lelang.
v
pengumuman lelang dan menyampaikan bukti pengumuman kepada Kepala
Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Bima atau Pejabat
Lelang Kelas II sebelum pelaksanaan lelang.
Setelah proses penetapan waktu lelang di tetapkan, selanjutnya pihak
penjual dan tim penilai melaksanakan kegiatan guna menunjang berjalannya
lelang sebagi berikut : 1) Pihak penjual membuat harga limit berdasarkan tim
penilai atau tim penaksir yang dimana harga limit ini merupakan harga minimal
dari Hak Tanggungan tersebut yang dimana dasar penetapan harga limit atau nilai
limit tersebut berlaku untuk jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak
tanggal penilaian atau penaksiran sampai dengan tanggal pelaksanaan lelang,
kecuali terdapat perubahan kondisi yang signifikan menurut penjual, apabila hal
ini terjadi maka jangka waktu penetapan harga limit atau nilai limit dapat kurang
dari 12 (dua belas) bulan. 2) Pihak penjual akan membuat pengunguman tentang
adanya lelang eksekusi dengan mengunakan bahasa Indonesia dan/atau untuk
yang bersifat tambahan tidak apa-apa menggunakan bahasa lain selain bahasa
Indonesia. Pengumuman lelang eksekusi terhadap Hak Tangungan dilakukan
sebanyak 2 (dua) kali dengan selang waktu 15 hari dengan menggunakan
selebaran atau tempelan atau media elektronik dan/atau surat kabar harian dan
pengumuman lelang kedua paling singkat 14 hari sebelum pelaksanaan lelang dan
diatur sedemikian rupa sehingga tidak jatuh pada hari libur atau hari besar,
penyebaran pengumuman ini menggunakan surat kabar.
Bagi para peserta lelang yang akan berpartisipasi dalam kegiatan lelang
Eksekusi Hak Tanggungan terlebih dahulu memenuhi beberapa persyaratan,
vi
yaitu:5 1) Wajib menyerahkan fotokopi KTP dan NPWP; 2) Penyetoran uang
jaminan penawaran lelang melalui rekening bendahara penawaran KPKNL dapat
dilakukan dengan cara: a) Tunai melalui teller bank, dengan mencantumkan nama
peserta lelang/kuasa pada slip setoran; b) Pemindahbukuan dari rekening peserta
lelang, dengan mencantumkan nama peserta lelang dimaksud pada slip
pemindahbukuan, apabila nama peserta lelang berbeda dengan nama pemilik
pemindahanbukuan atau rekening maka setoran uang jaminan penawaran lelang
dianggap tidak sah dan dikembalikan oleh bendahara penerimaan kepada pemilik
rekening; c) Tunai/pemindahbukuan melalui virtual account(VA) yang disediakan
oleh KPKNL/Pejabat Lelang Kelas II/Balai Lelang.
Dari persyaratan di atas apabila point b telah terpenuhi maka dengan
otomatis point c akan gugur. Dalam pelaksanaannya setiap peserta lelang hanya
dapat menyetorkan satu uang jaminan penawaran lelang untuk setiap satu barang
atau paket barang dengan jumlah setoran uang jaminan penawaran lelang untuk
masing-masing barang dan besaran uang jaminan harus sama dengan besaran
uang jaminan yang disebutkan dalam pengumuman lelang.
Bagi peserta lelang yang tidak disahkan sebagai pembeli atau pemenang
dari lelang tersebut maka uang jaminan penawaran lelang yang telah disetorkan,
dikembalikan seluruhnya tanpa potongan kecuali terdapat biaya transaksi yang
dikenakan oleh perbankan, menjadi tanggungan peserta lelang. Apabila
pengambilan uang jaminan penawaran lelang yang dilakukan oleh kuasa, maka
harus disertai dengan surat kuasa dari peserta lelang yang secara tegas
5Ibid
vii
menyebutkan bahwa pengambilan uang jaminan penawaran lelang sebagai
perbuatan yang dikuasakan. Pengembalian uang jaminan penawaran lelang
dengan cek atas nama atau pemindahbukuan ke rekening pihak yang namanya
tercantum dalam bukti setor atau slip setoran pemindahbukuan uang jaminan
penawaran lelang oleh bendahara penerimaan lelang. Sementara permintaan
pengembalian jaminan penawaran lelang berupa garansi bank disertai penyerahan
fotokopi identitas peserta lelang dengan menunjukkan aslinya serta bukti tanda
terima penyerahan garansi bank.
2. Penawaran Lelang Eksekusi Hak Tanggungan
Pelaksanaan penawaran lelang eksekusi Hak Tanggungan ini terbagi dalam
2 (dua) sistem yang di terapkan di KPKNL Bima, yaitu sistem konvensional dan
Online yang dimana penjelasannya sebagai berikut: 6
1) Sistem Konvensional
Dalam sistem konvensional ini dikenal dengan sistem lelang lama
atau pelaksannan lelang secara umumnya yang dimana penawaran lelang
ini dilakukan dengan cara lisan dan tertulis yang pesertanya hadir pada
kegitan lelang dan pelaksanaanya sebagai bertikut : a) Dari penawaran
lelang dengan cara lisan, sistem ini rutin di laksankan di KPKNL Bima
yang pelaksanaannya sebagai berikut : (1) Penawaran lelang dengan cara
lisan semakin meningkat dalam pelaksanaan lelang yang menggunakan
nilai limit, penawaran lelang dimulai paling kurang sama dengan nilai
limit. (2) Penawaran lelang secara lisan semakin meningkat yang tidak
6Ibid.
viii
menggunakan nilai limit, penawaran lelang dimulai secara bebas dan
diakhiri dengan penawaran tertinggi yang terbentuk. (3) Penawaran lelang
secara lisan semakin meningkat, besaran kelipatan kenaikan nominal
penawaran ditentukan oleh Pejabat Lelang. b) Dari penawaran lelang
dengan cara tertulis, sistem yang di jalankan dalam jenis lelang
konvensional dilaksankan di KPKNL Bima yang pelaksanaannya sebagai
berikut : (1) Penawaran lelang secara tertulis dengan kehadiran Peserta
Lelang dilaksanakan dengan menyampaikan surat penawaran dalam
amplop tertutup yang ditulis dalam Bahasa Indonesia berisi nama peserta
lelang, alamat peserta lelang, Barang yang ditawar, harga penawaran
dalam rupiah dengan angka dan huruf, dan tanda tangan peserta lelang di
atas meterai cukup. (2) Penyampaian surat penawaran dilakukan setelah
lelang dibuka oleh pejabat lelang, dengan dua cara, yang pertama surat
penawaran diserahkan langsung kepada pejabat lelang atau kedua surat
penawaran dimasukkan dalam kotak penawaran. (3) Dalam hal penawaran
lelang dilakukan dengan cara tertulis terdapat 2 (dua) atau lebih peserta
lelang yang mengajukan penawaran tertinggi yang sama, lalu pejabat
lelang melanjutkan penawaran secara lisan semakin meningkat atau tertulis
di antara penawar tertinggi tertulis yang sama. (4) Dalam hal penawaran
lelang dilakukan secara tertulis dengan kehadiran peserta lelang, peserta
lelang hanya dapat mengajukan 1 (satu) surat penawaran untuk 1 (satu)
barang.
ix
2) Sistem Online
Sistem ini merupakan sistem terbaru yang diterapkan di KPKNL
Bima, dimana dalam proses penawaran lelang melalui internet dengan cara
tertulis namun tanpa kehadiran peserta, adapun prosedurnya sebagai
berikut : (a) Melalui surat elektronik (email)diterima paling lambat
sebelum pelaksanaan lelang lalu dikirim ke alamat emailPejabat Lelang
Kelas II/Balai Lelang yang melaksanakan lelang dan sesuai ketentuan pada
pengumuman lelang. (b) Melalui surat tromol pos diterima paling lambat 1
(satu) hari kerja sebelum pelaksanaan lelang dan dilakukan dengan
menggunakan surat penawaran yang diperoleh/diunduh dari
KPKNL/Kantor Pejabat Lelang Kelas II/Balai Lelang sesuai syarat dan
ketentuan pada pengumuman lelang. (c) Melalui internet baik cara terbuka
(open bidding)maupun cara tertutup (closed bidding) sesuai ketentuan
peraturan pada lelang internet dan dikirim dengan menggunakan aplikasi
yang disediakan oleh KPKNL/Balai Lelang yang melaksanakan lelang.
Peserta Lelang yang melakukan penawaran lelang melalui aplikasi lelang
internet cara terbuka (open bidding) dengan nilai paling tinggi dan telah
memenuhi persyaratan sebagai peserta lelang, ditetapkan/disahkan oleh
pejabat lelang sebagai pembeli.
3. Pasca Pelasksanaan Eksekusi Hak Tanggungan
Pejabat lelang pada saat peserta lelang ditetapkan jadi pemenang lelang
atau pembeli maka disitulah proses lelang tersebut berakhir dan dalam proses
pemindahan hak antara penjual dan pemilik tentunya diwajibkan dalam
x
menyelesaikan proses administrasi. Proses administrasi yang dilaksankan oleh
KPKNL Bima diberikan jangka waktu selama 5 (Lima) hari kerja. Apabila
pemenang dari lelang tersebut tidak menyelesaikan proses penyelesaian
administrasi tersebut, maka akibat hukumya lelang tersebut di anggap batal, uang
jaminan yang sudah di storkan tidak dapat dikembalikan dan di gugat dengan
tuntutan ganti rugi atas wanprestasi yang dilakukan oleh si pemenang lelang atau
pembeli.7
Apabila pemenang lelang telah menyelesaikan proses adinistrasi tersebut
makan pihak dari lembaga lelang atau pejabat lelang menyerahkan obyek lelang
dan langung dilaksanakan proses balik nama kepemilikan yang sebelumnya obyek
lelang tersebut atas nama debitor yang mengalami wanprestasi selanjutnya diganti
menjadi atas nama pemenang lelang tersebut.8
Hambatan Pelaksanaan Eksekusi Hak Tanggungan yang dilakukan di
KPKNL Bima
Adapun Hambatan yang Dihadapi Pihak KPKNL Bima setelah didapat
pemenang lelang kemudian timbul adanya 2 (dua) kendala atau permasalahan
secara garis besar, yaitu:
1. Pertama, dari 66 kasus eksekusi Hak Tanggungan yang di tangani pihak
KPKNL Bima selama 3 (tiga) tahun terakhir terhitung sejak tahun 2016-2018
terdapat 16 kasus yang megalami tindakan wanprestasi yang dilakukan oleh
7 Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, SinarGrfika, Jakarta, 2007, hlm 6.
8 Mardani, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Mahkamah Syari’ah, Sinar Grafika, Jakarta , 2010, hlm. 142
xi
Pemenang lelang(Pembeli) dalam hal pelunasan obyek lelang. Tentunya ini
sangat merugikan dari pihak KPKNL Bima yang dimana adanya timbul
kerugian berupa materi dan non materi yang ditimbulkan atas tindakan
wanprestasi yang dilakukan oleh pembeli tersebut.
2. Kedua, dari 66 kasus eksekusi Hak Tanggungan yang di tangani pihak KPKNL
Bima selama 3 (tiga) tahun terakhir terhitung sejak tahun 2016-2018 terdapat
10 kasus yang mengalami kendalaperihal pengosongan obyek Hak tanggungan.
Hal ini sangat merugikan pihak Pembeli. Pemenang lelang (pembeli) setelah
membayar sejumlah uang untuk mendapatkan obyek lelang harus dihadapkan
pada permasalahan dimana pihak debitor, keluarga khususnya disini ahli waris
yang bersangkutan tidak mau meninggalkan obyek lelang.
xii
III. PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.Pelaksanaan eksekusi Hak Tanggungan
dilakukan dengan 2 (dua) sistem pelaksanaan yaitu sistem konvensional dan
online. Dalam sistem konvensional ini dikenal dengan sistem lelang lama atau
pelaksannan lelang secara umumnya yang dimana penawaran lelang ini dilakukan
dengan cara lisan dan tertulis yang pesertanya hadir pada kegitan lelang tersebut.
Sedangkan dengan sistem online ini merupakan sistem terbaru yang diterapkan
oleh KPKNL Bima, dimana dalam proses lelang melalui aplikasi yang
tersambung dengan internet dan penawaran obyeknya dilakukan dengan cara
tertulis namun tanpa kehadiran peserta lelang. 2. Hambatan-hambatan yang timbul
setelah terjualnya obyek lelang ada 2 (dua), yaitu pihak pembeli melakukan
tindakan wanprestasi dalam menyelesaikan administrasi dan juga pembeli tidak
dapat menguasai obyek Hak Tanggungan dikarenakan debitor atau pihak
keluaraga debitor tidak menerima untuk pengosongan obyek lelang. Maka bentuk
penyeleseaian hambatan-hambatan dengan cara mediasi dalam penyelesaian
tindakan wanprestasi dan tindakan penolakan pengosongan obyek lelang. Apabila
Tindakan diatas tidak menemukan penyelesaian khususnya dalam hal
pengosongan Obyek lelang maka tindakan yang di ambil adalah Penerbitan Surat
Penyitaan Paksa dan dalam pelaksanaan penyitaan di bantu oleh Aparat/Pihak
Berwenang untuk meminimalisir terjadinya Konflik di lapangan pada saat
Eksekusi berlangsung.
xiii
Saran
Adapun saran yang dapat dikemukakan oleh penyusun adalah sebagai
berikut: 1. Sebaiknya seluruh peserta sidang diberitahukan informasi lebih awal
terkait dengan proses setelah di tetapkannya menjadi pembeli agar dapat
meminimalisir dari tindakan wanprestasi yang dilakukan oleh Pembeli. 2.
Sebelum diadakan Lelang atau Penjualan Obyek Hak Tanggungan sebaiknya
dilakukan negosiasi/perundingan terlebih dahulu terhadap penghuni obyek Hak
Tanggungan. Melakukan upaya pengosongan terlebih dahulu sebelum
diadakannya Eksekusi Hak Tanggungan.Sehingga nantinya Pembeli dapat
memperoleh Haknya sebagai Pembeli tanpa adanya kesulitan dalam penguasaan
terhadap obyek Hak Tanggungan yang telah dibelinya.
i
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Adrian Sutedi, 2010, Hukum Hak Tanggungan, Sinar Grafika, Jakarta.
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Hak Tanggungan, Kencana, Jakarta,
2005.
Mardani, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Mahkamah Syari’ah,
Sinar Grafika, Jakarta, 2010.
Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata,
Sinar Grafika, Jakarta, 2007.
B. Peraturan Perundang-undangan
Indonesia, Undang-UndangNomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah, (LNNo.42 Tahun 1996,TLN 3632).
Indonesia, Peraturan Direktur Jendral Kekayaan Negara Nomor 2/KN/2017 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lelang.
C. Sumber Website
Litigasi, Eksekusi Hak Tanggungan, diakses dari https://litigasi.co.id/posts/ eksekusi-hak-tanggungan, pada tanggal 25 Desember 2018 pada pukul 15.22 Wita.