117
KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN PERANAN WANITA

 · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIALDAN PERANAN WANITA

Page 2:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga
Page 3:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

B A B XVIIIKESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL

DAN PERANAN WANITA

A. KESEHATAN

1.

PendahuluanSesuai dengan Garis-garis Besar Haluan Negara kebijaksa-

naan umum pembangunan kesehatan ditujukan untuk memperluas kesempatan bagi setiap penduduk untuk memperoleh derajat ke-sehatan yang sebaik-baiknya. Dalam rangka kebijaksanaan umum tersebut telah dirumuskan langkah-langkah sebagai berikut :a. Pelayanan kesehatan di prioritas kan bagi golongan

masyarakat berpenghasilan rendah yang bermukim baik di desa maupun di kota;

b. Pelayanan kesehatan ditekankan kepada usaha pencegahan dan pembinaan;

c. Cara pelayanan diutamakan kepada pengobatan jalan;d. Sistem pelayanan kesehatan ditujukan untuk memberikan pe-

layanan kepada masyarakat secara merata- dengan meningkat- kan peranan dan partisipasi aktif masyarakat, termasuk pe- ranan pengobatan tradisional yang telah terbukti efektif.

Pembangunan kesehatan adalah merupakan usaha yang menyeluruh dan terpadu untuk memanfaatkan sarana-sarana yang terbatas dan dilaksanakan melalui program-program sebagai berikut :a) Peningkatan Pelayanan Kesehatan, b) Pemberantasan Penyakit Menular, c) Perbaikan Gizi, d) Peningkatan Penyediaan Air Bersih, e) Penyehatan Lingkungan Pemukiman, f) Penyuluhan Kesehatan, g) Pengawasan Obat, Makanan dan sebagainya, h) Pendidikan dan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan, i) Generasi Muda, j) Peranan Wanita, k) Penyempurnaan Efisiensi Aparatur Pemerintah dan Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan, 1) Penyempurnaan Prasarana Fisik Pemerintah dan m) Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

919

Page 4:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

2. Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan a. Pelayanan Kesehatan

Peningkatan pelayanan kesehatan terutama ditujukan kepada golongan masyarakat berpenghasilan rendah yang bermukim baik di desa maupun di kota. Pelaksanaannya diutamakan pada usaha pencegahan dan pembinaan, pelayanan orang sakit dengan obat jalan agar pelayanan kepada masyarakat dapat diberikan secara merata dengan peranan dan partisipasi aktif masyarakat, termasuk pengobatan traditional yang telah terbukti efektif.

Pelaksanaannya dilakukan oleh unit-unit pelayanan kesehatan yang diusahakan agar dapat bekerja secara serempak dan serasi. Unit-unit utama pelayanan kesehatan masyarakat terdiri dari Puskesmas, Puskesmas Pembantu sebagai unit penunjang, Puskesmas Keliling untuk masyarakat yang belum dapat dijangkau oleh Puskesmas, dan Rumah Sakit.

Dalam rangka memperluas jangkauan pelayanan kesehatan agar dapat dirasakan lebih merata oleh masyarakat, maka jumlah Puskesmas maupun fungsinya terus ditingkatkan. Peningkatan fungsi diarahkan agar Puskesmas dapat melaksanakan dengan baik usaha-usaha kesehatan yang meliputi : pengobatan, kesejahteraan ibu dan anak serta keluarga berencana, pemberantasan penyakit menular, hygiene sanitasi, penyuluhan kesehatan masyarakat, perawatan kesehatan masyarakat, pencatatan dan laporan,peningkatan gizi, kesehatan sekolah, kesehatan gigi, kesehatan jiwa dan laboratorium sederhana. Selain itu peranan dan partisi-pasi masyarakat ditingkatkan dalam bentuk pembangunan kese-hatan masyarakat desa (PKMD).

Sehubungan dengan usaha peningkatan fungsi tersebut, maka terus dilaksanakan pemenuhan dan penataran tenaga-tenaga dokter agar mampu memimpin Puskesmas maupun tenaga paramedis seperti perawat, bidan, sanitarian dan lain-lain. Di samping itu disediakan faktor-faktor penting lainnya berupa sarana gedung, obat-obatan dan peralatan. Untuk mengisi dan memenuhi kebutuhan tenaga dokter, dalam rangka Inpres Program Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan tahun 1979/80 telah disediakan dana untuk mengangkat/menempatkan 550 dokter dan 550 dokter lagi dalam tahun 1980/81. Dokter

920

Page 5:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

yang ditempatkan itu ditugaskan un-

Page 6:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

tuk memimpin Puskesmas yang baru dibangun, atau untuk meng-gantikan dokter yang habis masa dinasnya dan atau mengisi Pus-kesmas yang belum dipimpin oleh dokter.

Dengan penambahan dokter tersebut, maka jumlah Puskesmas yang dipimpin dokter dari tahun ke tahun terus meningkat. Dalam tahun 1974 dari 2.343 Puskesmas baru 796 buah di antaranya dipim-pin dokter. Akhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter.

Untuk mengisi kebutuhan tenaga paramedis di Puskesmas pada tahun 1980/81 diangkat/ditempatkan sejumlah 3.925 orang yang terdiri dari perawat, bidan, perawat gigi dan tenaga sanitasi.

Dalam usaha meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan, maka pada tahun 1979/80 telah dibangun 200 unit Puskesmas Baru dan pada tahun 1980/81 telah dibangun lagi 200 unit, setiap unit Puskesmas terdiri dari gedung Puskesmas lengkap dengan per-alatan medis sederhana, alat non medis, obat-obatan, rumah dokter dan 2 buah rumah staf. Pembangunan Puskesmas tersebut diuta-makan di kecamatan-kecamatan yang berpenduduk lebih dari 30.000 orang atau kecamatan yang Wilayahnya cukup luas, terpen-cil, daerah pemukiman baru atau daerah transmigrasi.

Untuk memperlengkapi Puskesmas dengan rumah dokter, baik yang sudah ada dokter, maupun yang akan ditempatkan dokter, maka dalam tahun 1980/81 telah dibangun lagi 250 buah rumah jabatan.

Agar jangkauan pelayanan kesehatan melalui Puskesmas da-pat lebih luas dan merata, maka setiap Puskesmas akan ditunjang oleh dua sampai lima Puskesmas Pembantu. Selanjutnya Puskes-mas Pembantu yang sudah ada dan belum memenuhi persyaratan akan ditingkatkan sarananya baik gedung maupun peralatan, di samping jumlahnya ditambah. Maka dalam tahun 1980/81 telah dibangun 1.000 buah Puskesmas Pembantu yang akan dilengkapi dengan seorang tenaga kesehatan atau lebih, peralatan medis se-derhana dan peralatan non medis. Di samping itu untuk memper-luas jangkauan pelayanan dalam kesehatan, khususnya bagi daerah-daerah yang luas dan terpencil, pada tahun 1979/80 dan tahun 1980/81 telah disediakan masing-masing 125 dan 250 buah Puskesmas keliling yang dapat berbentuk mobil maupun perahu

921

Page 7:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

bermotor. Kegiatan pelaksanaan Inpres program bantuan sarana kesehatan, khususnya mengenai pelayanan kesehatan masyarakat tersebut dapat dilihat pada Tabel XVIII-1.

Dengan demikian perkembangan jumlah Puskesmas dan Puskesmas Pembantu menunjukkan hal yang cukup menggembirakan. Apabila pada akhir Repelita I Puskesmas baru tercatat 2.343 buah, pada akhir Repelita II tahun 1978/79 berjumlah 4.353 buah dan pada akhir tahun kedua Repelita III tahun 1980/81 telah mencapai 4.753 buah. Hal ini berarti bahwa setiap Kecamatan telah mempunyai sekurang-kurangnya sebuah Puskesmas.

Selanjutnya jumlah Puskesmas Pembantu dalam tahun 1979/80 hanya 7.342 buah telah bertambah menjadi 8.342 buah dalam tahun 1980/81 atau meningkat 13,6% jumlahnya dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sebaliknya pembangunan Balai Pengobatan dan BKIA ditiadakannya karena telah diintegrasikan ke dalam Puskesmas Pembantu. Perkembangan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu dapat dilihat pada Tabel XVIII-2.

Pada akhir tahun kedua Repelita III kunjungan pada Puskesmas menunjukkan kenaikan yang cukup menggembirakan dengan rata-rata pengunjung Puskesmas per hari telah mencapai 57 orang lebih. Dalam rangka usaha menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu, bayi dan anak dilakukan peningkatan jangkauan pelayanan/pemeriksaan ibu hamil, ibu nipas dan ibu yang sedang meneteki, di samping juga peningkatan pencakupan pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih (baik bidan maupun dukun bayi). Apabila pada tahun 1979/80 jangkauan terhadap ibu-ibu hamil, bayi dan anak mencapai 30,6%, 36,3% dan 8,73% maka pada tahun 1980/81 masing-masing telah meningkat dengan 34,4%, 39,1% dan 10,1%.

Untuk meningkatkan ketrampilan para dukun bayi agar dapat menolong persalinan menurut persyaratan yang ditetapkan, telah dilakukan penataran dukun. Dalam tahun 1979/80 telah ditatar sejumlah 54.000 dukun bayi, dan dalam tahun 1980/81 jumlahnya telah meningkat menjadi 58.889 orang.

Perluasan pelayanan kesehatan anak sekolah melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) semakin ditingkatkan dengan sasaran angka kesakitan anak sekolah dapat dikurangi. Secara berkala te-naga Puskesmas mengadakan kunjungan dan pemeriksaan kese-

922

Page 8:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

TABEL XVIII - 1

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAMBANTUAN SARANA KESEHATAN,

1978/79 — 1980/81

Jenis Program Satuan 1978/79 1979/80 1980/81

A. Pelayanan Kesehatan Masyarakat1. Bantuan Obat-obatan rupiah per

penduduk70,o 90,0 160,0

2. Pembangunan Puskesmas unit 300 200 2003. Pembangunan Puskesmas

Pembantu gedung — 750 1.0004. Pembangunan Rumah Dokter rumah 338 250 2505. Perbaikan Puskesmas gedung 51) — —6. Perbaikan Puskesmas

Pembantu gedung 208 2) — —7. Pengadaan Puskesmas

B.

Keliling unit 241 125 250

Sarana Penyediaan Air Bersih

1. Penampungan Mata Airdengan Perpipaan (PP) buah 150 150 150

2. Penampungan Air Hujan(PAH) bak 500 500 600

3. Perlindungan Mata Air(PMA) buah 200 200 200

4. Sumur Artetis (SA) sumur 50 50 505. Sumur Pompa Tangan

Dangkal (SPTDK) sumur 25.000 25.000 26.0006. Sumur Pompa Tangan

C.

Dalam (SPTDL) sumur 2.000 2.000 2.500

Sarana Kesehatan Perumahan

dan Lingkungan

Pembangunan Jamban Keluarga buah 200.000 150.000 150.000

1) Akibat bencana alam2) BP dan BKIA ditingkatkan untuk selanjutnya

menjadi Puskesmas Pembantu.

923

Page 9:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

TABEL XVIII — 2

PERKEMBANGAN JUMLAH PUSKESMAS, PUSKESMAS PEMBANTU,PUSKESMAS KELILING, BALAI PENGOBATAN, DAN

BALAI KESEJAHTERAAN IBU DAN ANAK,1978/79 — 1980/81 1)

Fasilitas Kesehatan 1978/79 1979/80 1980/81

1. Puskesmas 4.353 4.553 4.7532. Puskesmas Pembantu — 7.342 2) 8.342²

)3. Puskesmas Keliling 604 729 9794. Balai Pengobatan (BP) 4.180 — —

5. Balai Kesejahteraan Ibu2.412 — —dan Anak (BKIA)

1) Keadaan pada akhir tahun fiskal2) Termasuk BP dan BKIA yang ditingkatkan

menjadi Puskesmas Pembantu

hatan, imunisasi dan penyuluhan. Pada tahun 1979/80 telah dilaku-kan kegiatan UKS pada 68.948 SD Negeri dan Madrasah. Dan penataran sekitar 11.924 guru SD, selanjutnya dalam tahun 1980/81 kegiatan UKS mencakup pula tambahan 11.085 SD dan Madrasah, sehingga secara keseluruhan meliputi 80.035 buah SD, selain itu UKS juga dilaksanakan di SLTP dan SLTA masing-masing 1.725 dan 801 buah.

Kebijaksanaan pembangunan Rumah Sakit diarahkan untuk peningkatan dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sehubungan dengan kebijaksanaan tersebut dilaksanakan penambahan dan peningkatan mutu tenaga, pemantapan pengelolaan dan penggu-naan tenaga, pemantapan sistem rujukan, peningkatan RS pendi-dikan, penyebaran dokter ahli, peningkatan jumlah dan penggu -

naan tempat tidur, peningkatan sarana penunjang seperti tersedi-anya obat-obatan, sarana peralatan medis dan non medis serta gedung.

Usaha tersebut meliputi pengembangan dan peningkatan RS Pendidikan dan atau RS Vertikal antara lain RSU dr. M. Jamil Padang, RSU Palembang, RSU Fatmawati, RSU Persahabatan,

924

Page 10:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

GRAFIK XVIII – 1

PERKEMBANGAN JUMLAH PUSKESMAS, PUSKESMAS PEMBANTU, PUSKESMAS KELILING,

BALAI PENGOBATAN, DAN BALAI KESEJAHTERAAN IBU DAN ANAK,

1978/79 – 1980/81

925

Page 11:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

RSU dr. Cipto Mangunkusumo, RSU dr. Hasan Sadikin, RSU dr. Karyadi, dan RSU Denpasar. Kegiatan pengembangan antara lain meliputi peningkatan mutu tenaga, memperbesar penyediaan obat-obatan, penambahan dan perbaikan peralatan medis dan non medis, pembangunan penambahan sarana dan prasarana gedung, listrik, air bersih dan lain-lain. Selain itu sarana gedung poliklinik, laboratorium, ruang perawatan, ruang operasi, ruang darurat gawat dilengkapi dengan peralatannya juga terus ditingkatkan. Selanjutnya telah diselesaikan pembangunan RS dr. Sardjito agar dapat berfungsi sebagai RS Pendidikan dan RS yang memberi -kan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Jawa Tengah bagian Selatan. Demikian pula RS dr. Soetomo Surabaya ditingkatkan agar dapat berfungsi sebagai RS Pendidikan dan RS Rujukan untuk Indonesia bagian Timur.

Sejalan dengan usaha-usaha tersebut di atas telah dilaksana-kan pula peningkatan mutu tenaga serta peralatan bagi RS yang ditetapkan, sebagai pusat sub keahlian seperti RS dr. Cipto Mangunkusumo untuk sub keahlian penyakit kanker dan RS dr. Karyadi Semarang untuk sub keahlian penyakit jantung. Untuk dapat menampung perkembangan kemajuan teknologi telah di-laksanakan peningkatan ketrampilan bagi tenaga-tenaga dalam bidang-bidang medical record, radiologi emergency dan hospital manajemen.

Untuk peningkatan rumah sakit yang dilola Propinsi dilakukan melalui penambahan/penyediaan peralatan medis dan non medis, penambahan serta perbaikan sarana fisik, serta bantuan obat-obatan Rp. 100,-/hari/tempat tidur. Jika pada rumah sakit terse-but ditempatkan dokter ahli, bantuan obat-obatan akan ditambah lagi dengan Rp. 50,0/hari/tempat tidur.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga dokter ahli, maka dalam tahun 19'79/80 telah disediakan dana untuk menempatkan 55 orang tenaga di 54 RS. Propinsi atau RS. Kabupaten/Kodya kelas.C atau di rumah-rumah sakit yang akan ditingkatkan dari kelas D ke C. Dokter-dokter ahli yang ditempatkan meliputi keahlian dalam bidang-bidang bedah, kandungan/kebidanan, kesehatan anak dan penyakit dalam. Selanjutnya disediakan dana lagi untuk menem-patkan 52 dokter ahli di 49 rumah sakit dalam tahun 1980/81(Tabel XVIII-3). Begitu pula agar dapat melaksanakan tugasnya dengan

926

Page 12:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

baik, para dokter ahli yang diangkat/ditempatkan diperlengkapi dengan alat-alat kedokteran sesuai dengan keahliannya, dan dise-diakan gedung/sarana fisik, perumahan dan kendaraan.

TABEL XVIII—3

HASIL USAHA PENINGKATAN PELAYANAN KESEHATANMELALUI RUMAH SAKIT (RS).

1978/79 — 1980/81

Jenis Usaha Satuan 1978/79 1979/80 1980/81

1. Pembangunan RSU 4) gedung — 13 1) 13 2)

2. Pembangunan RSJ 5) gedung — 1 3 3)

3. Penempatan 4 dokter keah-lian pokok pada RSU orang 62 55 52

4. Rehabilitasi fisik, prasaranadan peralatan

rumahsakit 22 224 207

5. Bantuan kepada RS Swasta(obat-obatan, peralatan, am-bulans)

rumahsakit — — 86

1) 10 RS dibangun Pemerintah Pusat, 3 RS dibangun Pemerintah Daerah

2) 12 RS dibangun Pemerintah Pusat (3 RS Pengganti). 1 RS dibangun Pemerintah Daerah3) 1 RSJ pengganti4) RSU = Rumah Sakit Umum5) RSJ = Rumah Sakit Jiwa

Sejalan dengan itu sistem rujukan diteruskan dan ditingkat-kan. Sistem rujukan tersebut berupa pengiriman/kunjungan dok-ter ahli ke rumah sakit yang belum mempunyai dokter ahli, peng-iriman penderita dari puskesmas ke rumah sakit, dan pengiriman penderita dari rumah sakit ke rumah sakit yang lebih tinggi tingka-tannya, kunjungan dokter dan para tenaga para medis rumah sakit

927

Page 13:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

ke Puskesmas, dan dokter Puskesmas ke Puskesmas lain yang belum mempunyai dokter. Di samping itu penataran telah dilakukan bagi dokter dan tenaga paramedic dari RS Kabupaten/Kotamadya yang belum memiliki dokter ahli di rumah sakit yang telah memiliki dokter ahli.

Pembangunan RS Kabupaten yang sudah dimulai semenjak tahun pertama dan kedua Repelita III diteruskan dan dipercepat penyelesaiannya yang berlokasi di Meulaboh (Aceh), Muarabungo, Kualatungkal, Tanjungjabung, Sarolangun/Bangko (Jambi), Pangkal Pinang (Sumatera Selatan), Tanah Laut, Tapen, Barito Kuala (Kalimantan Selatan), Mamuju, Sinjai, Goa, dan Takalar (Sulawesi Selatan), Halmahera (Maluku), Lombok Timur (Nusa Tenggara Barat), Kupang, Sumba Timur, dan Sumba Barat (Nusa Tenggara Timur). Di samping itu pembangunan RSU Dili, RSU Maliana dan RSU Baucau di Propinsi Timor Timur, diteruskan dan diselesaikan. Kecuali itu diteruskan dan diselesaikan pembangunan RSU Argamakmur (Bengkulu), RSU Polewali Mamasa (Sulawesi Selatan), RSU Arjawinangun (Jawa Barat) dan RSU Tamiang Layang (Kalimantan Tengah). Selain pembangunan baru, bagi RSU Kabupaten/Kotamadya yang telah ada dilakukan peningkatan fasilitasnya, berupa pembangunan serta perbaikan gedung-gedungnya khususnya gedung perawatan, poliklinik, laboratorium, roentgen, operasi dan lain-lain, serta penambahan daya listrik dan penyediaan air bersih. Guna memenuhi kebutuhan peralatan telah dilaksanakan pengadaan peralatan untuk 196 RSU Kabupaten/Kotamdya dan 17 RSU Pendidikan/RSU Propinsi. Selanjutnya guna memenuhi keperluan obat-obatan untuk RSU Kabupaten/Kotamadya dan Puskesmas, melalui Inpres bantuan sarana kesehatan telah disediakan bantuan obat-obatan sebesar Rp. 150,0/penduduk/dengan batas terendah Rp. 12,5 juta untuk setiap Kabupaten/Kotamadya.

Adapun peningkatan fasilitas bagi RS khusus telah dilaksana-kan pula, antara lain RS Orthopedi dan Protese Solo, dengan pembangunan fasilitas perawatan dan bengkel Protese di Pabelan Solo. Di samping peningkatan perawatan, pengembangan dititik beratkan pada peningkatan produksi Protese agar dapat melayani masyarakat yang lebih luas dan dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat pemakai, khususnya yang berpenghasilan rendah. Peningkatan tersebut juga dimaksudkan agar fungsinya sebagai

928

Page 14:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

Rumah Sakit Rujukan Puncak untuk rehabilitasi bagi penderita cacat dapat berjalan dengan baik. RS Kusta Sitanala Tangerang, RS Kusta Sungai Kundur dan RS Kusta lainnya, juga mendapatkan perhatian demi peningkatan pelayanan kesehatan bagi penderita kusta. Di samping itu RS Mata Cicendo ditingkatkan baik peralatan maupun gedungnya untuk dapat berfungsi sebagai RS pendidikan dokter ahli mata serta sebagai RS rujukan penyakit mata.

Untuk merangsang dan meningkatkan pelayanan kesehatan bagi RS Swasta telah diberikan bantuan berbentuk obat-obatan sebesar Rp. 100/tt/hari serta peralatan medis sesuai dengan kebu-tuhan dan urgensinya masing-masing kepada 86 RS Swasta. Dengan diberikannya bantuan tersebut RS Swasta yang bersangkutan di-haruskan menyediakan lebih dari 25% tempat tidur untuk golongan masyarakat yang kurang mampu. Pembinaan dan bimbingan, baik mengenai manajemen maupun ketrampilan ketenagaan juga harus dilaksanakan sehingga memungkinkan RS Swasta mampu memberikan pelayanan kesehatan setinggi-tingginya. Di samping itu kepada Palang Merah Indonesia (PMI) diberikan bantuan pula untuk dapat meningkatkan pelayanannya. Bantuan tersebut ber-upa ambulance, peralatan transfusi darah, bahan laboratorium pemeriksaan darah dan lain-lain. Pembukaan cabang-cabang PMI di daerah Tingkat II yang belum memiliki nya, mendapatkan perha-tian, sehingga apabila diperlukan dapat segera memberikan perto-longan dengan cepat.

Penyempurnaan organisasi manajemen rumah sakit, pengem-bangan sistem rujukan pengumpulan data untuk perbaikan la-poran dan pencatatan, usaha standardisasi baik gedung, obat-obatan, peralatan medis dan non medis dilanjutkan dan ditingkat-kan sehingga pelayanan melalui rumah sakit bertambah baik.

Pemerataan dan Peningkatan kesehatan gigi dilaksanakan melalui usaha pencegahan dan penyembuhan, dan dengan mende-katkan pelayanan kesehatan gigi kepada rakyat.

Pada tahun 1980/81di dilakukan pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas, RS kelas D dan RS kelas C. Begitu pula dilakukan pelayanan kesehatan gigi bagi 15.000 murid Sekolah Dasar pada tahun 1979/80 dan sekitar 26.250 murid SD pada tahun 1980/81 yang meliputi usaha kesehatan gigi sekolah (UKGS) integrasi di 21 Pro-pinsi, sekolah selektip di 5 Propinsi. Sementara itu dalam rangka

929

Page 15:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

Program Inpres Bantuan Sarana Kesehatan tahun 1980/81 untuk keperluan bimbingan dan pengawasan pelayanan/perawatan ke-sehatan gigi di Puskesmas-puskesmas, telah ditempatkan 60 dokter gigi dengan diperlengkapi peralatan sederhana (dental equip-ment). Usaha penempatan ini akan terus ditingkatkan untuk waktu-waktu mendatang. Pemenuhan kebutuhan tenaga perawat gigi beserta penyediaan alat kesehatan gigi sederhana pada Pus-kesmas dari tahun ke tahun mendapatkan perhatian yang seksama demi peningkatan pelayanan kesehatan gigi.

Pembinaan kesehatan jiwa diarahkan kepada usaha pence-gahan, penyembuhan dan rehabilitasi bagi penderita. Kegiatan itu meliputi usaha pelayanan melalui RS Jiwa yang telah ada, pe-layanan dengan integrasi melalui Puskesmas dan RS Umum, serta penyuluhan.

Pada tahun 1980/81 dilakukan pengintegrasian pembinaan kesehatan jiwa dengan 5.250 kunjungan dokter ahli jiwa (dalam bentuk team) untuk memberikan pelayanan, penyuluhan dan kon-sultasi di 161 Puskesmas, dan telah mulai dilaksanakan pula pe-layanan kesehatan jiwa di 47 RS Umum. Dalam rangka rehabilitasi penderita dilakukan 2.184 kunjungan team dokter jiwa/psikolog kerumah-rumah untuk memberikan pengobatan dan konsultasi lebih lanjut untuk melayani 3.040 orang yang memerlukan konsul-tasi.

Selain melalui pelayanan integrasi, fasilitas pelayanan pada RS Jiwa yang ada juga ditingkatkan, dengan penambahan tempat perawatan khususnya gedung perawatan poliklinik, laboratorium, daya listrik, air bersih, peralatan medis khusus kesehatan jiwa. Sedangkan untuk rehabilitasi mental disediakan industri/bengkel ketrampilan industri, pertanian, tanah pertanian dan lain seba-gainya. Peningkatan mutu petugas dengan penataran serta seminar/lokakarya juga dilaksanakan dalam tahun 1980/81. Pembangunan/penyelesaian RS Jiwa Palu (Sulawesi Tengah), Kendari (Sulawesi Tenggara) dan RS Jiwa Pakan Baru (Riau) diteruskan, dan pemindahan lokasi RS Jiwa yang sudah tidak memenuhi persyaratan, seperti RS Jiwa Mentok ke Sungai Liat, RS Banda Aceh, RS Jiwa Surabaya, RS Jiwa Medan, RS Jiwa Semarang telah mulai dilaksanakan dan sedang dalam tahap mendekati penyelesaian. Sampai tahun 1980/81 jumlah Rumah Sakit Umum (RSU) dan Ru-

930

Page 16:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

mah Sakit Khusus (RSK) serta daya tampungnya yang nampak dari jumlah tempat tidur, terus meningkat dari tahun ketahun. Secara keseluruhan dalam tahun 1979/80 jumlah Rumah Sakit dan tempat tidur tercatat masing-masing 1.190 dan 96.739 buah dan pada tahun 1980/81 telah meningkat masing-masing menjadi 1.208 dan 98.543 buah. Dengan demikian jumlah rumah sakit dan tempat tidur masing-masing bertambah 18 buah dan 1.804 buah selama tahun 1980/81. Perkembangan jumlah Rumah Sakit dan tempat tidur da-pat dilihat pada Tabel XVIII-4.

Guna menunjang peningkatan pelayanan kesehatan dilakukan peningkatan fasilitas laboratorium kesehatan melalui penam-bahan sarana, pemantapan rujukan specimen; peningkatan ke-mampuan pemeriksaan serta peningkatan kemampuan tenaga. Pada tahun 1980/81 telah dilakukan perbaikan, penambahan labo-ratorium dan peralatan laboratorium, baik laboratorium Pusat, tingkat propinsi dan kabupaten/kotamadya serta penataran tenaga laboratorium. Khusus di daerah-daerah terpencil diutamakan peningkatan laboratorium mengingat fungsi penunjangnya yang mutlak dalam rangka pengobatan penderita.

Peranan dan partisipasi masyarakat dalam usaha memperluas jangkauan pelayanan kesehatan sangat menentukan dan disalurkan antara lain melalui Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) dengan kegiatan-kegiatan promotor kesehatan desa yang sebagai sukarelawan atau tenaga sejenis, dana sehat, dan lain-lain. Kegiatan masyarakat dibimbing dan diawasi oleh tenaga perawat kesehatan yang berkedudukan di Puskesmas atau Puskesmas Pembantu, staf tingkat kecamatan, dan sektor-sektor yang bersangkutan dalam pembangunan desa. Seorang perawat kesehatan dari Puskesmas diharapkan dapat membimbing 20 - 60 prokesa/promotorkesehatan desa. Pengembangan PKMD dari tahun ke tahun terus meningkat, dan pada tahun 1980/81 PKMD telah mencapai 12 Pro-pinsi dengan 21 Kabupaten terdiri dari 154 Kecamatan dan 500 Desa serta sekitar 750 prokesa yang telah ditatar. Di samping itu juga terdapat kegiatan PKMD yang timbul secara spontan dari masyarakat, sehingga kegiatan PKMD diharapkan akan meluas dan lebih merata.b. Pemberantasan Penyakit Menular

Pemberantasan penyakit menular diarahkan pada perbaikan kesehatan masyarakat termasuk lingkungan hidup dalam rangka

931

Page 17:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

TABEL XVI I I - 4PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (RS) DAN TEMPAT TIDUR (TT),

1978/79 – 1980/81 ¹)

menunjang pembangunan. Sasaran yang ingin dicapai pemberan-tasan penyakit menular adalah menurunkan serta mengurangi angka kesakitan, angka kematian dan jumlah penderita yang mengalami cacat tubuh akibat dari penyakit menular. Dalam me-nentukan prioritas pemberantasan dipergunakan beberapa per-timbangan sebagai berikut :

932

Page 18:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

GRAFIK XVIII – 2

PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (RS) DAN TEMPAT TIDUR (TT),

1978/79 – 1980/81

933

Page 19:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

1. Angka kesakitan dan atau angka kematian yang tinggi;2. Menyerang golongan anak-anak dan tenaga kerja usia produktif;3. Menyerang penduduk daerah pedesaan atau penduduk yang

berpenghasilan rendah di daerah perkotaan;4. Menyerang daerah-daerah pembangunan ekonomi;5. Adanya metodologi yang berdayaguna dan berhasilguna untuk

pemberantasan nya;6. Adanya ikatan perjanjian dengan luar negeri, International

Health Regulation (IHR) atau termasuk dalam ruang lingkup UU Wabah dan Karantina.Pemberantasan penyakit menular pada tahun 1980/81

merupakan kelanjutan dari tahun yang lalu. Sasaran pemberantasan di kelompok kan dalam dua kategori sebagai berikut : Penyakit-penyakit yang termasuk dalam prioritas I adalah : malaria, kolera/gastroenteritis, TBC paru, immunisasi, penanggulangan wabah dan penyediaan air bersih, dan yang termasuk prioritas II adalah : demam berdarah, filariasis schistosomiasis, patek dan kelamin, pengamatan penyakit menular, serangga penyakit, kusta, usaha kesehatan haji dan karantina dan penyehatan lingkungan pemukiman. Upaya pemberantasan penyakit menular sejak Repelita I telah diintegra-sikan dalam kegiatan Puskesmas, kecuali beberapa kegiatan yang masih memerlukan penanganan secara khusus sehingga perlu di-laksanakan oleh tingkatan yang lebih tinggi, seperti Kabupaten, Propinsi dan/atau Pusat. Pemberantasan penyakit malaria dititik beratkan kepada usaha menurunkan jumlah penderita dan menanggulangi wabah yang terjadi di Jawa — Bali, melindungi penduduk yang telah kebal dan yang berpindah tempat tinggal dari Jawa — Bali, menurunkan jumlah penderita di Daerah yang keadaan sosial ekonominya relatif rendah, Daerah transmigrasi serta Daerah pemukiman baru. Kegiatan pemberantasan serta pencegahan meliputi penyemprotan rumah, pengumpulan sediaan darah dan pengobatan penderita di daerah endemis. Pada tahun 1980/81 telah dilakukan pengumpulan dan pemeriksaan terhadap sekitar 9,0 juta sediaan darah dan pemberian obat kepada sekitar 9,0 juta penderita tersangka penderita malaria dan penyemprotan terhadap sekitar 3,7 juta buah rumah. Jumlah penderita malaria di Jawa — Bali adalah sekitar 174.200 orang dan di luar Jawa — Bali sekitar 57.000 orang. Apabila dibandingkan dengan tahun 1979/80

934

Page 20:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

terdapat kenaikan jumlah penderita karena adanya peningkatan intensitas pengamatan, dan bertambahnya luas daerah yang di-amati, namun angka kematian dapat dipertahankan persentase- nya, yaitu 0,14%.

Pada tahun 1980/81 usaha pemberantasan penyakit demam berdarah (arbovirosis), telah dilakukan dengan membersihkan sarang nyamuk di 140.096 rumah. Pemberantasan jentik nyamuk juga telah dilaksanakan di 416.629 rumah dengan menggunakan racun serangga abate (aplikasi abate) dan penyemprotan 318.554 buah rumah di daerah wabah. Jumlah penderita yang ditemukan sebanyak 4.725 orang dan yang meninggal 178 orang, yang berarti angka kematian sebesar 3,76%. Dengan demikian terdapat angka kematian yang relatif menurun dibandingkan dengan tahun sebe-lumnya yang berjumlah 145 orang meninggal dari 3.307 penderita atau 4,38%, hal ini karena intensipnya usaha pemberantasan.

Dalam rangka pemberantasan rabies dan pes, pada tahun 1980/81 telah dikumpulkan dan diperiksa 1.605 sediaan tersangka rabies dan telah diobati 12.948 orang yang digigit oleh hewan ter-sangka rabies. Di bidang pemberantasan penyakit pes telah diobati 248 orang tersangka pes dan dikumpulkan 3.902 sediaan untuk kon-firmasi laboratorium. Penderita pes terakhir ditemukan pada ta-hun 1970. Setelah itu sampai sekarang belum pernah ditemukan penderita pes lagi. Meskipun demikian upaya pengamatan (survei l -lance) tetap dilaksanakan karena diperkirakan masih ada kuman penyebab penyakit pada hewan (tikus).

Dalam rangka pemberantasan penyakit kaki gajah (filariasis), pada tahun 1980/81 telah diperiksa 98.349 sediaan darah malam (diperiksa waktu malam) dan telah diobati 153.591 orang penderita. Dalam usaha pemberantasan penyakit demam keong (schistosomiasis), pada tahun 1980/81 telah diadakan survai serta penanggulangan di 13 daerah focus danau Lindu, propinsi Sulawesi Tengah dan pengobatan selektif terhadap 218 orang penderita. Kegiatan pemberantasan dititik beratkan pada pencegahan penyebaran ke tempat-tempat lain di luar Sulawesi Tengah.

Dalam usaha pemberantasan penyakit TBC paru, pada tahun 1980/81 telah diperiksa dahak dari 202.957 orang penduduk dan diobati 25.129 orang penderita. Jumlah penderita yang diobati ter-sebut belum termasuk penderita yang diobati di BP4 (Balai Peng-

935

Page 21:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

obatan Penyakit Paru-paru) dan di rumah sakit. Sejalan dengan itu maka telah dilakukan peningkatan BP4 dengan penambahan per-alatan roentgen dan gedungnya.

Usaha pemberantasan penyakit kolera/muntah berak (gastroen-teritis) dalam jangka pendek masih tetap ditujukan untuk mencegah sejauh mungkin kematian penderita kolera/muntah berak. Untuk itu telah ditingkatkan penemuan dan pengobatan penderita sedini mungkin melalui peningkatan kewaspadaan akan timbulnya wabah (surveillance) dan penanggulangan wabah. Agar Puskesmas yang merupakan unit terdepan dapat berfungsi sebagai pusat rehidrasi dalam usaha pelayanan kesehatan, maka Puskesmas dilengkapi dengan alat-alat. Dalam tahun 1979/80 hanya 160 Puskesmas yang telah dilengkapi dengan alat-alat untuk memberikan pengobatan kepada penderita dengan cairan infus atau garam diare, dan dalam tahun 1980/81 ditambah dengan 169 Puskesmas lagi, secara keselu-ruhan telah ada 1.724 Puskesmas yang telah dilengkapi dengan alat-alat untuk menjadi pusat rehidrasi. Dalam tahun 1979/80 dan 1980/81 telah diobati masing-masing sekitar 30.150 orang dan 61.768 orang penderita tersangka karena/muntah berak dan sejalan dengan ke-giatan tersebut dalam tahun 1980/81 telah dikembangkan 169 Pus-kesmas menjadi RHC. Angka kematian penderita kolera menunjuk-kan penurunan dari tahun ke tahun. Apabila pada tahun 1969 angka kematian tersebut tercatat 35,8%, telah turun pada tahun 1977, dan 1980, masing-masing menjadi 6,6% dan 3,2%. Angka penurunan ter-sebut disebabkan karena berbagai hal, antara lain adanya pening-katan sarana pencegahan dan pemberantasan, peningkatan penyu-luhan dan yang tidak kalah pentingnya pula adalah meningkatnya kesadaran masyarakat untuk segera melapor apabila terjadi wabah serta cepatnya meminta pengobatan bagi penderita. Di samping itu jumlah penduduk yang dapat menggunakan air bersih makin me-ningkat.

Dalam usaha pemberantasan penyakit frambusia pada tahun 1980/81 telah dilakukan pemeriksaan terhadap sekitar 8,7 juta orang, dan ditemukan penderita sekitar 6.500 orang, baik yang bersifat menular maupun yang tidak menular. Usaha pemberantasan dan pencegahan penyakit kelamin terutama diprioritaskan di kota-kota besar dan pelabuhan. Pada tahun 1980/81 telah dilakukan pemeriksaan terhadap sekitar 179.000 sediaan darah dan 40.692 orang penderita penyakit kelamin telah mendapat pengobatan.

936

Page 22:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

Pemberantasan penyakit kusta diarahkan ke daerah yang angka kesakitannya tinggi, misalnya di Sulawesi, Maluku, Irian Jaya, dan daerah-daerah lainnya. Dalam hubungan ini pada tahun 1980/81 telah diperiksa sekitar 401.629 orang kontak (orang yang mempu-nyai hubungan dengan penderita kusta), 4,6 juta anak sekolah dan dari hasil pemeriksaan ditemukan 7.425 orang penderita. Dari jum-lah yang diperiksa tersebut telah diobati sebanyak 84.689 orang penderita. Di samping pengobatan jalan, bagi penderita yang memerlukan perawatan pada RSK diberikan perhatian khusus, yaitu kecuali perawatan kesehatan juga dipersiapkan untuk dire-habilitasi sehingga yang bersangkutan dapat mencari nafkah hidup sendiri. Pengobatan penderita memakan waktu yang lama, kurang lebih 1,5 tahun. Oleh karena itu penemuan penderita baru merupa-kan hal yang paling penting di samping pengobatan secara teratur bagi penderita yang telah ditemukan.

Dalam usaha pemberantasan penyakit cacing dan penyakit perut lainnya telah dilakukan pemeriksaan terhadap 17.366 se-diaan darah untuk menentukan kadar hemoglobin, dan pemerik-saan tinja 17,366 sediaan untuk penentuan jenis parasit, serta pengobatan terhadap 103.000 penduduk. Prioritas sasaran pem-berantasan meliputi 13 propinsi yang merupakan daerah yang tinggi angka kesakitannya, khususnya daerah-daerah pertambang-an.

Dalam rangka pemberantasan dan pencegahan penyakit menular sedini mungkin dengan tindakan yang cepat dan tepat, telah dilaksanakan pengamatan melalui survai pola penyakit di lapangan dan di rumah-rumah sakit. Untuk itu dalam tahun 1980/81 telah dilaksanakan survai epidemiologi di 5.936 lapangan/lokasi kejadian luar biasa (KLB) dan survai khusus di 327 rumah sakit.

Sejak Januari 1972 di Indonesia tidak diketemukan penderita penyakit cacar lagi. Setelah WHO mengadakan penelitian selama 2 tahun, pada tahun 1974 Indonesia telah dinyatakan bebas dari ca-car. Untuk mempertahankan bebas cacar tersebut pada tahun 1980/81 telah dilakukan vaksinasi cacar pada 7.778.790 anak diba-wah umur 14 tahun, vaksinasi pertama BCG pada 2.995.863 anak, Revaksinasi BCG pada sejumlah 1,2 juta anak. Di samping itu telah pula dilakukan vaksinasi TFT pada 827.077 ibu hamil untuk mence-gah tetanus pada bayi yang baru dilahirkan serta vaksinasi DPT

937

Page 23:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

pada 646.114 anak. Perkembangan beberapa usaha pemberantasan dan pencegahan penyakit menular dapat dilihat pada Tabel XVIII-5.

Dalam usaha mencegah keluar masuknya penyakit dari dan ke dalam wilayah Republik Indonesia, pada tahun 1980/81 telah ditingkatkan fasilitas kerja kantor kesehatan pelabuhan. Terhadap para jemaah haji senantiasa diadakan pengamatan dan bila dipandang perlu dikarantinakan. Pada tahun 1980/81 telah dilakukan pengamatan/karantina terhadap 80.000 haji. Bagi calon transmigran diberikan pemeriksaan dan pengobatan sebelum diberangkatkan ke daerah baru. Di samping pengobatan penyakit lain, pemeriksaan/pengobatan tersebut diarahkan untuk pengobatan penyakit malaria agar para transmigran memperoleh kekebalan. Di samping itu bagi daerah-daerah yang akan ditempati oleh para transmigran telah diambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengamankan para transmigran. Untuk itu pada tahun 1980/81 di 149 lokasi baru transmigrasi telah diadakan persiapan pengamanan terhadap terjangkitnya penyakit menular, khususnya penyakit malaria.

c. Perbaikan Gizi

Usaha perbaikan gizi diarahkan untuk melanjutkan dan mem-perbaiki usaha peningkatan status gizi masyarakat dan usaha pencegahan serta penanggulangan masalah gizi, khususnya kurang kalori protein (KKP), kekurangan vitamin A, anemia gizi besi dan gondok endemik dengan peran-serta aktif masyarakat.

Sasaran utama kegiatan adalah untuk memulihkan anak yang menderita gizi buruk dari kematian atau cacat, dan menyelamat-kan anak-anak yang menderita KKP tingkat ringan dan sedang, dengan sasaran kelompok penduduk berpenghasilan rendah serta penduduk di daerah rawan pangan.

Dalam usaha menurunkan jumlah penderita KKP melalui Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang memerlukan kerja sama berbagai instansi dan dengan peran serta masyarakat, pada tahun 1980/81 telah dilakukan kegiatan yang mencakup 26 Propin-si, dan meliputi 9.917 desa. Sekitar 2.000.000 anak balita yang tercakup dalam program UPGK Terpadu dan UPGK Intensif, dan 70.165 di antaranya mendapat makanan tambahan. Ibu hamil dan ibu menyusui yang mendapat makanan tambahan masing-masing ber-

938

Page 24:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

TABEL XVIII – 5

PERKEMBANGAN USAHA PEMBERANTASAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR,1978/79 - 1980/81

Jenis Usaha Satuan 1978/79 1979/80 1980/81

1. Pemberantasan Penyakit Malaria

- Pengumpulan dan pemeriksaanSediaan Darah sediaan 8.595.000 8.407.500 8.978.416

- Pengobatan Penderita orang 8.948.350 9.517.500 9.031.482- Penyemprotan rumah rumah 5.589.773 7.468.830 3.734.764

2. Pemberantasan Arbovirosis

- Pembersihan sarang Nyamuk rumah 124.000 204.000 140.096- Aplikasi Abate rumah 189.000 279.000 416.629- Penyemprotan Rumah rumah 188.000 283.000 318.554

3. Pemberantasan Filariasis

- Survai Darah sediaan 69.000 57.000 98.349- Pengobatan massal orang 22.000 234.500 153.591

4. Pemberantasan Penyakit TBC Parts

- Pemeriksaan Bacteriologi orang 272.200 273.800 202.957- Pengobatan orang 28.820 22.362 25.129

6. Pemberantasan Penyakit Kolera/

Gastro Enteritis Acute

- Mencari dan Mengobati Penderita orang 30.000 30.150 61.768- Pengembangan Puskesmas menjadi RHC puskesmas 319 178 169

6. Pemberantasan Penyakit Kusta

- Pemeriksaan Kontak orang 397.610 418.500 401.629

- Pemeriksaan anak sekolah orang 5.135.700 4.291.000 4.619.934- Penemuan Penderita orang 13.490 10.330 7.425

- Pengobatan teratur orang 77.250 94.032 84.689

7. Pengamatan Penyakit Menular

- Survai Epidemiologi KLB 1.826 1.997 5.936- Survai Khusus rumah sakit 363 358 327

6 Imunisasi

- Vaksinasi Cacar anak 2.166.045 2.350.675 7.778.790

- Vaksinasi BCG anak 2.652.782 2.441.740 2.995.863

- Vaksinasi TFT Ibu hamil 577.947 899.860 827.077- Vaksinasi DPT anak 545.472 785.445 646.114

- BCG Revaksinasi anak 446.677 961.407 1.209.122- Revaksinasi Polio anak – – 71.276

939

Page 25:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

jumlah 3.580 dan 3.566 orang. UPGK terpadu dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan, Departemen Pertanian, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional dan Departemen Agama serta swa-daya masyarakat. UPGK Intensif sebagai proyek percobaan di dae-rah perintisan (pilot proyek) dalam rangka menyempurnakan UPGK yang pada tahun 1979/80 dilaksanakan di Kabupaten Bojo-negoro Jawa Timur dan Kabupaten Lombok Nusa Tenggara Barat, pada tahun 1980/81 diperluas ke Kabupaten Gianyar Bali, Kabupa-ten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Tasik-malaya Jawa Barat dan Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan.

Dalam usaha pencegahan kebutaan sebagai akibat kekurangan vitamin A, pada tahun 1980/81 telah didistribusikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 I X ) melalui UPGK kepada 1.006.000 anak 1 - 4 tahun. Distribusi vitamin A dosis tinggi secara khusus di daerah rawan vitamin A, pada tahun 1980/81 berjumlah 559.500 anak 1 – 4 tahun berturut-turut dilaksanakan di Propinsi Daerah Istimewa Aceh kepada 70.000 anak, di Propinsi Nusa Tenggara Barat kepada 135.000 anak, di Propinsi Sumatra Utara kepada 116.500 anak, di Propinsi Sumatra Selatan kepada 114.000 anak di Propinsi Sula-wesi Selatan kepada 124.000 anak.

Usaha pencegahan dan penanggulangan gondok endemik pada tahun 1984/81 telah dilaksanakan di 21 propinsi dengan sasaran 1.900.000 penduduk dan jumlah yang mendapatkan penyuntikan lipiodol mencapai sekitar 1.620.000 penduduk. Lanjutan pemerik-saan kadar yodium dalam urine penduduk dilakukan di 4 propinsi yaitu Sumatera Barat, di Sumatera Utara, di Jawa Tengah dan di Sulawesi Tengah. Pemetaan daerah gondok telah dilaksanakan di 11 propinsi.

Usaha pencegahan dan penanggulangan anemia gizi besi pada tahun 1980/81 telah dilakukan terhadap sekitar 450.000 ibu hamil dari target sebesar 900.000 ibu hamil - lewat kegiatan UPGK yang diintegrasikan dalam paket pertolongan gizi.

d. Peningkatan Penyediaan Air Bersih

Peningkatan penyediaan air bersih diprioritaskan pada dae-rah pedesaan yang sulit memperoleh air bersih, serta tempat-tempat di mana angka kesakitan penyakit wabah kolera dan penya-

940

Page 26:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

kit perut lainnya tinggi. Di samping tersedianya air yang cukup, pengawasan mutu air serta usaha melindungi masyarakat dari penggunaan air yang tidak memenuhi syarat terus ditingkatkan. Di samping penambahan jumlah sarana air minum yang tersebar di seluruh daerah, juga dilakukan penyuluhan akan arti hidup sehat dengan melalui pengadaan air bersih.

Pada tahun 1980/81 melalui Inpres Program Bantuan Sarana Kesehatan disediakan dana untuk membangun sarana penyediaan air bersih yang terdiri dari 150 penampungan mata air dengan perpipaan (PP), 500 penampungan air hujan (PAH), 200 perlin-dungan mata air (PMA), 50 sumur artetis (SA), 25.000 sumur pompa tangan dangkal (SPTDK), dan 2.500 sumur pompa tangan dalam (SPTDL) (Tabel XVIII - 1). Di samping itu kepada 10 daerah peng-embangan yaitu Madura, Indramayu, Gunung Kidul, Lombok, Ta-burana, Takalar, Goa, Pasaman, Way Abung dan Grobokan dilaku-kan penanganan penyediaan air secara terpadu. Agar pemba-ngunan sarana air bersih tersebut mencapai daya guna yang setinggi-tingginya, khususnya untuk pembangunan PP, SA dan PAH telah diadakan penilaian/survai secara seksama sebelum dimulai pembangunannya.

Agar pembangunan tersebut dapat berjalan lancar, maka disediakan pula dana untuk pengadaan peralatan yang diperlukan misalnya alat pengebor (hydradril), alat survai disain perpipaan dan lain-lain. Partisipasi dari masyarakat pemakai adalah sangat menentukan, oleh karena itu sarana yang telah selesai dibangun menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dan masyarakat se-tempat. Pembinaan organisasi masyarakat serta penyuluhan kese-hatan masyarakat untuk mengelola sarana penyediaan air bersih yang telah dibangun terus ditingkatkan. Di samping itu untuk ke-perluan pemeliharaan agar sarana yang dibangun tetap baik dan berfungsi, petugas sanitasi di Puskesmas dilengkapi dengan alat perbaikan sederhana untuk mengadakan perbaikan bila terjadi kerusakan kecil.

e. Penyehatan lingkungan pemukimanPenyehatan lingkungan ditujukan untuk meningkatkan taraf

kesehatan masyarakat melalui peningkatan sarana kesehatan lingkungan yang kemudian digunakan, dipelihara dan dikembang-

941

Page 27:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

kan oleh masyarakat. Di samping itu peningkatan pengawasan mutu lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan manusia mendapatkan perhatian pula.

Kegiatan untuk meningkatkan kesehatan lingkungan terutama dilakukan dengan peningkatan sarana air bersih, peningkatan ke-sehatan perumahan dan lingkungan, peningkatan pengawasan pencemaran lingkungan yang mengganggu kesehatan, serta pe-ningkatan sanitasi lingkungan lainnya. Peningkatan kesehatan perumahan dan lingkungan dengan cara mendorong masyarakat, khususnya masyarakat desa dan kota yang berpenghasilan rendah untuk mewujudkan pengadaan dan cara pembuangan bahan buangan rumah tangga yang memenuhi syarat kesehatan. Langkah-langkah penanggulangan pencemaran lingkungan yang ada hubungannya dengan kesehatan yang timbul sebagai pemin-dahan penduduk, urbanisasi serta pengembangan industri menda-patkan perhatian secara seksama.

Untuk peningkatan kesehatan perumahan dan lingkungan te-lah dilakukan penyuluhan mengenai arti dan pentingnya jamban pembuangan kotoran bagi suatu keluarga. Melalui Inpres Program Bantuan Sarana Kesehatan pada tahun 1980/81 telah disediakan biaya untuk membangun 150.000 jamban keluarga (Tabel XVIII - 1). Dengan tersedianya biaya tersebut diharapkan masyarakat akan lebih banyak lagi membangun dart menggunakan jamban sebagai tempat pembuangan kotoran.

Dalam usaha meningkatkan lingkungan hidup sehat bebas dari bahaya pencemaran lingkungan dan penggunaan air bersih, dalam tahun 1980/81 telah dilakukan usaha pengawasan kwalitas air pada instalasi air bersih dengan pengambilan berkala contoh air minum dari 21 Propinsi, pemeriksaan specimen kesehatan lingkungan di wilayah DKI Jakarta dan Surabaya serta beberapa kota pusat pengembangan lainnya. Di samping itu telah dilakukan pemerik-saan pengawasan pada tempat pembuatan dan penjualan makanan (TP2M) tempat-tempat umum (TTU) misalnya kolam renang, tempat pembuatan, penyimpanan, penggunaan pestisida (TP2) sebanyak 30.720 tempat/pemeriksaan.

f. Penyuluhan KesehatanPenyuluhan kesehatan masyarakat ditujukan untuk menjadi-

kan cara hidup sehat sebagai kebiasaan hidup masyarakat sehari-

942

Page 28:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

hari, menggerakkan individu dan kelompok dalam masyarakat agar memanfaatkan fasilitas serta pelayanan kesehatan yang telah tersedia dan mengembangkan nya serta berperan serta dalam usahausaha kesehatan.

Kegiatan penyuluhan kesehatan dilaksanakan dengan meng-gunakan pendekatan edukatif, pembinaan metode, teknik dan sa-rana yang diterapkan oleh semua petugas kesehatan dalam menjalankan tugasnya masing-masing. Untuk mencapai tujuan tersebut penyuluhan kesehatan dilaksanakan melalui Puskesmas, rumah sakit, media massa baik yang modern maupun yang tradisional dan alat/lembaga komunikasi lainnya.

Pada tahun 1980/81 telah dilaksanakan penyuluhan kesehatan melalui 819 Puskesmas di sekitar 2.000 desa, melalui media massa TV, radio, pers yang meliputi sekitar 2.223 kegiatan.

Kegiatan penyuluhan kesehatan dilakukan pula melalui 17 rumah sakit. Di samping itu penyuluhan kesehatan diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah umum dan sekolah (pendidikan) kesehatan.

Prasarana penyuluhan berupa selebaran, buku pegangan te-naga penyuluh, alat bantu atau alat peraga dan lain-lain ditingkat-kan pula agar pelaksanaan penyuluhan kesehatan dapat berjalan dengan lancar.g. Pengawasan Obat, Makanan dan sebagainya

Kebijaksanaan yang ditempuh adalah melanjutkan, mening-katkan dan memantapkan usaha-usaha pengawasan produksi, per-edaran dan penggunaan obat, makanan dan minuman, kosmetika dan alat kesehatan serta pengawasan terhadap penyalahgunaan narkotika dan bahan obat berbahaya lainnya.

Dalam hubungan ini langkah dan sasaran yang ingin dicapai adalah :a) Mengusahakan tersedianya obat-obatan yang cukup aman,

efektif dan penyebarannya makin merata serta dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat banyak.

b) Meningkatkan usaha-usaha di bidang prasarana dan sarana pengawasan yang berupa peraturan perundang-undangan mau-pun pedoman pelaksanaan yang meliputi persyaratan-persyaratan badan produksi dan badan distribusi.

943

Page 29:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

c) Meningkatkan kegiatan pemeriksaan dan pembinaan terhadap badan produksi dan badan distribusi.

d) Meningkatkan kegiatan pendaftaran obat, makanan dan seba-gainya untuk mendapatkan kepastian mengenai keamanan, khasiat, nilai gizi atau kegunaan, serta standar mutu.

e) Meningkatkan usaha pencegahan penyalahgunaan narkotika, obat psikotropika, obat berbahaya lainnya dari minuman keras.

f) Pengembangan sistem pengendalian tentang akibat sampingan, keracunan dan hal-hal lain yang disebabkan oleh obat, obat tradisional, makanan dan minuman, kosmetika dan alat-alat kesehatan serta narkotika dan obat-obat berbahaya lainnya.

g) Meningkatkan jenis dan mutu tenaga, peningkatan laboratorium pemeriksaan serta sarana-sarana penunjang lainnya.Di dalam melakukan pengawasan terhadap obat-obatan, ma-

kanan, kosmetika, alat kesehatan yang beredar agar tidak memba-hayakan bagi pemakainya, maka ditetapkan kebijaksanaan wajib daftar bagi obat, makanan, kosmetika, alat kesehatan sebelum beredar serta diadakan pengambilan contoh obat-obatan, makanan, kosmetika dan alat kesehatan yang beredar untuk dilakukan pemeriksaan mutu dan khasiatnya.

Pada tahun 1980/81 telah dilakukan pendaftaran obat-jadi pro-duksi dalam negeri sebanyak 7.518 produk/macam dan 80 pro -

duk/macam produksi impor, 10.688 makanan buatan dalam negeri dan 2.823 makanan buatan luar negeri, kosmetika 1.603 macam buatan dalam negeri dan 1.023 macam buatan luar negeri, obat tradisional dari 124 perusahaan. Di samping itu telah pula diting-katkan pengambilan contoh dan pemeriksaan obat yang beredar sebanyak 7.210 sample, serta makanan 4.490 sample, kosmetika 2.225 sample, obat tradisional 1.465 sample dan narkotika 1.125 sample. Terhadap contoh tersebut dilakukan pemeriksaan dan analisa, dan berdasarkan hasil pemeriksaan itu, telah diambil langkah-langkah pengamanan untuk melindungi si pemakai antara lain apabila hasil pemeriksaan sample menunjukkan basil di ba-wah standar yang telah ditetapkan dapat diambil langkah-langkah dengan memberikan peringatan, atau dapat ditarik dari peredar-an/pencabutan izin produksi. Jika terdapat unsur kesengajaan dapat diajukan ke depan pengadilan.

944

Page 30:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

Dalam usaha peningkatan penertiban dan pengawasan telah dikeluarkan beberapa peraturan, antara lain pengaturan dan pe-doman persyaratan badan produksi dan distribusi obat, makanan dan sebagainya, pembakuan mutu, ketentuan pendirian apotik umum termasuk tata cara pengajuan izinnya, bahan tambahan makanan yang diizinkan, cara produksi ikan kaleng, daging yang baik dan cara produksi usaha catering dan lain-lain.

Untuk melindungi masyarakat terhadap penyalahgunaan nar-kotika dan obat-obatan berbahaya dilakukan usaha pengaturan penyimpanan, penunjukan laboratorium pemeriksaan, penggu-naan dalam pengobatan, dan pengujian obat berbahaya/narkotika. Untuk itu telah dilakukan pengambilan contoh narkotika dan psi-kotropika sebanyak 61 unsur, dan evaluasi basil pemeriksaan labo-ratorium sebanyak 554 sample. Di samping itu telah dilakukan pemberian sertifikat obat narkotika dan psikotropika secara teliti dan terbatas.

Pembinaan bimbingan dan pengawasan terhadap sarana produksi dan distribusi mendapatkan perhatian. Jumlah 269 buah industri farmasi sampai dengan pada tahun 1980 dianggap sudah cukup. Perkembangan sarana distribusi sampai dengan pada tahun 1980 sudah dianggap cukup dengan jumlah 880 buah Pedagang Besar Farmasi (PBF), sedangkan jumlah apotik terus meningkat. Pada tahun 1978/79 tercatat 1.413 apotik dan pada tahun 1979/80 menjadi 1.532 apotik. Pada tahun 1980181 telah bertambah lagi menjadi 1.662 apotik. Perkembangan industri farmasi dan sarana distribusi obat-obatan dapat dilihat pada Tabel XVIII—6.

TABEL XVIII — 6PERKEMBANGAN INDUSTRI FARMASI DAN SARANA DISTRIBUSI

OBAT-OBATAN,1978/79 — 1980/81 *)

Unit kegiatan Satuan 1978/79 1979/80 1980/81

1. Industri Farmasi pabrik 267 269 269

2. Pedagang BesarFarmasi pabrik 880 880 880

3. Apotik apotik 1.413 1.532 1.662

*) Keadaan pada akhir tahun fiskal

945

Page 31:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

h. Pendidikan dan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan

Tujuan pokok pengembangan dan pembinaan tenaga kese-hatan adalah untuk meningkatkan penyediaan jumlah dan jenis tenaga kesehatan yang dapat melakukan fungsi untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat dan meningkatkan pengem-bangan serta pelaksanaan proses pendidikan dan latihan yang se-suai dengan keperluan. Dalam usaha memenuhi kebutuhan terse-but komponen yang sangat penting meliputi kegiatan perencanaan, pendidikan dan latihan, serta penggunaan dan pendayagunaan tenaga kesehatan.

Dalam usaha pengembangan pendidikan tenaga kesehatan diutamakan pengembangan tenaga perawat kesehatan, tenaga sa-nitasi, tenaga gizi dan tenaga kesehatan lainnya antara lain pendidikan pengatur rawat gigi, pengatur analis, sekolah guru perawat, akademi perawat, akademi fisioterapi, akademi roentgen dan lain-lain.

Untuk dapat menyediakan tenaga perawat yang bermutu, dan jumlah yang mencukupi, maka dilakukan usaha peningkatan 33 Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) yang tersebar di 19 Propinsi dengan menambah fasilitas gedung sekolah, asrama, perpustakaan dan fasilitas praktek. Di samping itu pengembangan kurikulum, peningkatan mutu pengajar dan penataran terus dilanjutkan. Un-tuk dapat memenuhi kebutuhan guru perawat telah selesai dibangun Sekolah Guru Perawat di Ujung Pandang dan Jakarta.

Di dalam pengembangan sarana pendidikan tenaga sanitasi, telah dilakukan pembangunan/penambahan gedung, asrama, tem-pat praktek, dan penyediaan peralatan untuk 9 Sekolah Pembantu Penilik Hygiene Sanitasi (SPPH) di 9 Propinsi dan 2 Akademi Peni -lik Kesehatan (APK) di Jakarta dan Surabaya. Dengan selesainya 9 SPPH dan 2 APK tersebut diharapkan keperluan tenaga sanitasi akan dapat dipenuhi, dengan mutu yang cukup memadai. Untuk meningkatkan mutu para pengajar, dilakukan pengiriman tugas belajar bagi para pengajar, baik ke lembaga-lembaga pendidikan di dalam maupun di luar negeri.

Untuk memenuhi kekurangan tenaga gizi, dilakukan pengembangan dan peningkatan Akademi Gizi dan Sekolah Menengah Gizi di Jakarta dengan meningkatkan pengetahuan para pengajar,

946

Page 32:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

menambah fasilitas sarana gedung, asrama, peralatan serta mem-perbaiki sistem pengelolaan.

Pengembangan dan peningkatan pendidikan tenaga kesehatan lainnya, seperti Sekolah Pengatur Rawat Gigi di 8 tempat, Pendidi-kan Pengatur Analis, Akademi Pendidikan Perawat, Akademi Fi-sioterapi, Akademi Penata Roentgen dan lain-lain, dilakukan melalui usaha peningkatan mutu pendidikan, pelembagaan dan pengembangan sistem pengelolaan sekolah/akademi, penyusunan kurikulum, peningkatan pengetahuan dan ketrampilan para pengajar, serta peningkatan sarana fisik yang diperlukan. Dalam usaha peningkatan sarana, telah diadakan penambahan/perbaikan gedung, penambahan peralatan sekolah, tempat praktek, laboratorium dan lain-lain. Dengan peningkatan tersebut diharapkan tenaga-tenaga yang dihasilkan mempunyai mutu tinggi dan mampu mendorong usaha peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Perkembangan jumlah beberapa jenis tenaga kesehatan sampai pada tahun 1980/81 tercatat 12.931 orang dokter, 35.520 orang bidan dan perawat, dan 35.698 orang penjenang kesehatan lihat (Tabel XVIII—7).

TABEL XVIII — 7

PERKEMBANGAN JUMLAH BEBERAPA JENIS TENAGA KESEHATAN,

1978/79 — 1980/81(orang)

Jenis Tenaga 1978/79 1979/80 1980/81

1. Dokter 10.456 11.6$1 12.9312. Perawat

31.061 32.854 35.5203. Bidan4. Penjenang Kesehatan 35.577 35.361*) 35.698

*) Mulai tahun 1979/80 Sekolah Tenaga Penjenang Kesehatan tidak lagi menerima murid baru, dan tenaga Penjenang Kesehatan ditingkatkan menjadi tenaga perawat

947

Page 33:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

GRAFIK XVIII - 3PERKEMBANGAN JUMLAH BEBERAPA JENIS TENAGA KESEHATAN,

1978/79 — 1980/81

948

Page 34:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

Selanjutnya usaha peningkatan mutu serta ketrampilan tenaga kesehatan juga dilakukan melalui 14 macam penataran berbagai jenis tenaga kesehatan yang meliputi sekitar 1.100 peserta antara lain SESPA Kesehatan, penataran pengelola barang, petugas pengolah data, pendidikan ahli kedokteran gigi, tenaga komputer, manajemen tenaga kesehatan Daerah Tingkat II, administrasi ke-pegawaian dan penataran bidang teknis kesehatan lainnya. Selain itu untuk meningkatkan kemampuan serta pengetahuan dilakukan pula pengiriman tugas belajar baik dalam negeri maupun ke luar negeri.

Peningkatan pendayagunaan kesehatan dilakukan dengan cara penyebaran tenaga kesehatan secara lebih merata, serta melalui peningkatan kemampuan dan produktivitas kerja. Dalam rangka pendayagunaan tenaga kesehatan dalam tahun 1980/81 telah diangkat dan ditempatkan 172 orang yang terdiri dari dokter umum, dokter gigi dan sarjana farmasi 172 orang, dokter ahli 25 orang, tenaga paramedis 34 orang, selain itu telah dilakukan pe-mindahan dan alih tugas 324 orang/dokter umum/dokter gigi/sar-jana farmasi/dokter ahli, dan 43 orang tenaga paramedis. Pengangkatan serta pemindahan tenaga kesehatan dititik beratkan pada usaha pemerataan dan penyebaran tenaga kesehatan ke rumahrumah sakit serta unit-unit kesehatan lainnya. Di samping itu dalam rangka Inpres Bantuan Sarana Kesehatan telah disediakan biaya pengangkatan 550 dokter, 60 dokter gigi dan 3.925 tenaga paramedis untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan Puskesmas.

Untuk meningkatkan dan mempercepat pengangkatan dan kenaikan pangkat pegawai negeri, disediakan biaya untuk 70 Team Penguji Kesehatan (TPK) yang berkedudukan di ibukota Propinsi di luar Jawa - Bali, dan bekas ibukota Keresidenan di Jawa - Bali, serta 879 Dokter Penguji Tersendiri (DPT) yang beranggotakan 3 orang untuk masing-masing Daerah Tingkat II. Di samping itu dise-diakan pula biaya untuk pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi sekitar 5.400 orang pejabat teras dan anggota DPR.

i. Generasi MudaProgram Generasi Muda bertujuan untuk membentuk

generasi muda yang sehat fisik, mental dan sosial sejak dalam kandungan sampai kira-kira berumur 30 tahun. Tujuan lainnya adalah agar

949

Page 35:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

generasi muda berperan aktif dalam pembangunan dan mengikut sertakan golongan remaja dalam kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat. Selain itu anak-anak remaja dilindungi dan dicegah dari bahaya narkotika dan obat-obat berbahaya lainnya.

Pada tahun 1980/81 telah .dilaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan di 8 propinsi yang mencakup 400 desa di 40 kecamatan dari 20 kabupaten di desa bagi balita penderita gizi buruk melalui Puskesmas. Dalam rangka meningkatkan kesadaran pemuda akan arti dan manfaat kesehatan telah dilaksanakan percontohan parti-sipasi anak sekolah dan pramuka memberikan penyuluhan keber-sihan lingkungan, penyelenggaraan usaha kesehatan dari anak untuk anak, bantuan rehabilitasi korban narkotika pada remaja dari keluarga berpenghasilan rendah di RS. Fatmawati Jakarta, pengikut sertaan guru-guru sekolah dalam penanggulangan narko-tika, dan pembinaan pendapat masyarakat terhadap bahaya narkotika.j. Peranan Wanita

Tujuan dari Program Peranan Wanita adalah untuk mening-katkan keadaan gizi dan kesehatan wanita khususnya wanita hamil dan menyusui, wanita pekerja terutama yang berpenghasilan ren-dah di desa maupun di kota. Selain itu program ini juga diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan wanita dalam pemeliharaan kesehatan dan keadaan gizi keluarga, khususnya perawatan dan pemeliharaan bayi dan anak, dan organisasi wanita diikutsertakan dalam usaha peningkatan keadaan gizi dan kesehatan masyarakat.

Pada tahun 1980/81 telah dilaksanakan kegiatan berupa pen-dirian Taman Gizi dengan penimbangan anak balita, penyuluhan kesehatan terutama mengenai higiene dan sanitasi dan immuni-sasi serta penyuluhan gizi di 26 propinsi yang mencakup 1.000 desa binaan serta pengembangan 1.000 desa baru. Pembinaan organi-sasi wanita dilaksanakan dengan menyelenggarakan Kursus Pe-nyegar.

k. Penyempurnaan efisiensi Aparatur Pemerintah dan Peng-awasan Pelaksanaan PembangunanDalam usaha mempertinggi daya guna dan hasil guna pe-

layanan kesehatan dilakukan usaha peningkatan serta penyem-

950

Page 36:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

purnaan sistem dan proses perencanaan, monitoring dan evaluasi pembangunan kesehatan, penyempurnaan organisasi dan ketata-laksanaan, penyempurnaan administrasi keuangan serta pening-katan bimbingan dan pengawasan. Dalam hubungan ini telah di-usahakan peningkatan dan perbaikan sistem dan proses perenca-naan, peningkatan mutu staf perencana baik di pusat maupun di daerah, peningkatan pengumpulan data dan statistik sebagai bahan penyusunan rencana serta penyusunan sistem informasi kesehatan.

Di dalam penyempurnaan organisasi dan tatalaksana telah dilakukan usaha yang bertujuan meningkatkan kemampuan admi-nistrasi dan ketatalaksanaan bidang kesehatan, sesuai dan serasi dengan tingkat pertumbuhan pembangunan. Penyusunan, pe-nyempurnaan dan penertiban di bidang kelembagaan di ling-kungan Departemen Kesehatan seperti susunan organisasi dan tatakerja rumah sakit, unit pelaksana, dan penyesuaian struktur organisasi sehingga mampu menunjang kelancaran pelaksanaan pembangunan terus dilanjutkan. Dalam penyempurnaan admi-nistrasi keuangan telah diusahakan kegiatan yang mendorong ke-lancaran perbaikan administrasi keuangan.

Di samping itu dalam kegiatan pengawasan dan bimbingan te-lah dilakukan pemeriksaan di bidang kepegawaian terhadap 206 satuan kerja di 20 Propinsi, di bidang keuangan pada 402 proyek/bagian proyek dan di bidang perlengkapan terhadap 29 proyek. Titik berat pengawasan diarahkan kepada pencegahan ter-jadinya penyimpangan ataupun penyelewengan. Penyuluhan/pe-nerangan serta pengawasan terus ditingkatkan dan dilaksanakan secara lebih terpadu, agar dana yang tersedia dimanfaatkan sebaik-baiknya.1. Penyempurnaan Prasarana Fisik Pemerintahan

Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja aparatur Pemerintahan diusahakan peningkatan sarana dan prasarana kerja antara lain penambahan/penyediaan tempat kerja, peralatan dan sarana penunjang lainnya. Dalam hubungan ini dalam tahun 1980/81 telah dilakukan pembangunan Kantor Wilayah Departe-men Kesehatan Tingkat Propinsi lengkap dengan peralatannya untuk propinsi Jawa Timur, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat dan Irian Jaya. Di samping itu Kantor Wi-

951

Page 37:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

layah yang telah mulai dibangun tahun-tahun sebelumnya disele-saikan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dalam usaha meningkatkan produktivitas dan efektivitas kerja, telah dimulai pembangunan Kantor Pusat Departemen Kesehatan sehingga unit-unit kerja yang sekarang menempati lokasi yang terpencar pada waktunya dapat berada pada satu tempat. Demikian juga tetap dilaksanakan secara bertahap penambahan peralatan kantor, dan fasilitas kerja lainnya seperti kendaraan untuk transpor pegawai.

m. Penelitian dan Pengembangan KesehatanUsaha penelitian dan pengembangan kesehatan diarahkan

untuk memberikan sarana cipta ilmiah dan teknologi bagi pelak-sanaan program kesehatan dan bahan pengambilan keputusan untuk pengelolaan kebijaksanaan kesehatan serta penilaian mengenai dampaknya.

Langkah-langkah yang diambil dalam mencapai tujuan terse-but adalah : menyusun program penelitian dan pengembangan yang terarah kepada pelaksanaan program, meningkatkan kemampuan unit penelitian dan pengembangan kesehatan beserta pusat-pusatnya, dan meningkatkan kerjasama ilmiah di dalam dan di luar negeri.

Pada tahun 1980/81 telah dilakukan penelitian di bidang kese-hatan meliputi 37 macam penelitian, antara lain : 3 penelitian far-masi dan obat-obatan, 4 penelitian di bidang pelayanan kesehatan, 8 penelitian bidang gizi, 22 penelitian penyakit menular dan lain-lain. Hasil-hasil penelitian tersebut sangat penting sebagai bahan untuk merumuskan kebijaksanaan yang tepat dan terarah dalam usaha pemerataan pelayanan kesehatan. Agar penelitian tersebut menghasilkan penelitian yang bermutu tinggi, telah dilaksanakan peningkatan kemampuan tenaga peneliti melalui penataran dan pengiriman tugas belajar ke lembaga-lembaga pendidikan baik di dalam dan maupun luar negeri.

Di samping itu telah dilaksanakan pemantapan pengelolaan dan tata laksana penelitian, pemantapan organisasi dan tata kerja serta penyusunan rencana jangka panjang penelitian dan pengem-bangan kesehatan yang berkaitan erat dengan Sistem Kesehatan dan Rencana Jangka Panjang Kesehatan.

952

Page 38:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

Pusat jaringan serta unit-unit dokumentasi dan perpustakaan yang sangat berperan dalam usaha menyediakan informasi ilmiah bidang kesehatan dan kedokteran, terus dibina dan ditingkatkan agar kebijaksanaan dapat diterapkan secara tepat, efisien serta efektif demi peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyara-kat. Pada tahun 1980/81 telah dilakukan kegiatan-kegiatan yang meliputi : peningkatan pengadaan/memperlengkapi kepustakaan baik di pusat maupun di daerah, peningkatan tersedianya buku-buku ilmiah bidang kesehatan dan kedokteran, pengadaan infor-masi ilmiah untuk Puskesmas, pencetakan dan penyebaran buku petunjuk (manual), peningkatan sistem dokumentasi melalui pe-nyusunan 2.000 buah Bibliografi karya ilmiah, penyusunan 2.000 indeks artikel majalah, serta penggunaan dan penyebaran 1.700 buku hasil-hasil dokumentasi. Di samping itu peningkatan mutu tenaga melalui penataran, seminar, tugas belajar di dalam dan di luar negeri terus dilanjutkan.

B. KESEJAHTERAAN SOSIAL

1. PendahuluanPembangunan di bidang kesejahteraan sosial terutama dimak-

sudkan untuk meningkatkan pelayanan sosial bagi anggota masya-rakat yang mengalami masalah-masalah keterlantaran, kemiskin-an, keterbelakangan serta ketunaan sosial. Usaha tersebut dilak-sanakan dengan bekerjasama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga sosial yang telah ada. Dalam kerangka itu ditempuh upaya untuk mengembangkan kesadaran dan tanggung jawab sosial serta kemampuan setiap warga agar secara nyata aktif ikut serta dalam pembangunan.

2. Kebijaksanaan dan langkah-langkahKebijaksanaan utama dalam bidang kesejahteraan sosial di-

arahkan untuk membina dan meningkatkan pelayanan sosial ke-pada keluarga-keluarga yang dalam keadaan sangat miskin atau keserakat, anak-anak terlantar, para lanjut usia atau jompo terlan-tar, para cacat, para tuna sosial, kelompok masyarakat terasing serta masyarakat yang menderita akibat bencana alam atau korban lainnya. Untuk mencapai maksud tersebut, dalam tahun kedua pelaksanaan Pelita III, dilanjutkan usaha-usaha perluasan sistem

953

Page 39:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

penyantunan dalam panti melalui rehabilitasi maupun memba-ngun panti-panti sosial baru beserta perlengkapannya. Di samping itu sasaran sistem penyantunan di luar panti ditingkatkan melalui pembentukan tenaga-tenaga lapangan (Pembimbing Sosial Masyarakat) yang mampu menjangkau pelosok desa pada kecamatankecamatan rawan.

Selanjutnya diusahakan bimbingan sosial guna mengembang-kan tingkat kesadaran sosial serta disiplin sosial masyarakat se-hingga tercipta suatu suasana kehidupan kekeluargaan dan kegotong-royongan dalam masyarakat yang memungkinkan peng-galian dan pemanfaatan sumber-sumber dana sosial masyarakat bagi kepentingan usaha-usaha di bidang kesejahteraan sosial. Di samping itu diteliti kemungkinan-kemungkinan untuk penyeleng-garaan suatu perintisan jaminan sosial yang berdasarkan asas gotong-royong sesuai dengan kemampuan negara dan masyarakat.

Keseluruhan pembangunan bidang Kesejahteraan Sosial tetap diusahakan menjadi salah satu unsur penunjang yang melengkapi pembangunan bidang-bidang lainnya secara serasi dalam rangka meningkatkan stabilitas aan ketahanan sosial masyarakat yang semakin mantap.

3. Pelaksanaan Kegiatan Pembangunana. Program Pembinaan Kesejahteraan Sosial

Program ini dimaksudkan untuk membina, mengembangkan, serta mendorong usaha-usaha kesejahteraan sosial terhadap la-pisan masyarakat yang tergolong miskin terutama di daerah pedesaan, agar mereka dapat meningkatkan taraf hidup dan kehidupannya menuju ke arah kesejahteraan sosial secara swadaya dengan memanfaatkan semaksimal mungkin potensi sosial yang ada, sehingga mereka mampu berfungsi serta mendukung sepenuhnya kegiatan pembangunan bidang kesejahteraan sosial.

Program tersebut di atas meliputi kegiatan sebagai berikut :1. Bimbingan dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Masyara-

katKegiatan ini terutama dilaksanakan dalam rangka pembinaan

potensi sosial masyarakat untuk meningkatkan kesanggupan dan kemampuan berusaha bagi keluarga-keluarga berpenghasilan

954

Page 40:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

rendah di pedesaan. Mereka dibimbing dan dilatih, agar tumbuh dan berkembang kesadaran dan rasa tanggung jawab sosialnya serta mampu berusaha secara swadaya untuk meningkatkan pen-dapatan dalam rangka memenuhi keperluan hidupnya secara wa-jar.

Perincian kegiatan tersebut meliputi antara lain :a. Latihan Usaha Swadaya Sosial Masyarakat (USSM) untuk mem-

berikan ketrampilan di bidang ekonomis produktif;b. Pemberian bantuan stimulans berupa peralatan kerja dan

bahan untuk melakukan usaha produktif, danc. Mengadakan pusat-pusat latihan kerja sebagai tempat

kegiatan kelompok kerja produktif.Dalam tahun 1980/81 telah diselenggarakan bantuan dan bim-

bingan/latihan kepada 46.040 keluarga miskin. Apabila dibanding-kan basil yang telah dicapai tahun 1979/80 sebanyak 20.409 keluar-ga, basil jangkauan pembinaan terhadap populasi keluarga miskin tahun 1980/81 ini lebih dari 125% (lihat Tabel XVIII-8).2. Pembinaan Swadaya Masyarakat Bidang Perumahan dan Ling-

kunganKegiatan ini ditujukan untuk mengembangkan kemampuan

berswadaya golongan masyarakat miskin baik di daerah pedesaan maupun di kota-kota, terutama di daerah rawan sosial ekonomis untuk dapat mengatasi masalah perumahan anggota masyarakat tersebut secara bergotong-royong. Sehubungan dengan itu potensi lingkungan yang ada dimanfaatkan untuk mewujudkan suasana perumahan dan lingkungan yang sejahtera.

Perincian kegiatan tersebut meliputi :a. Pemberian latihan-latihan bagi keluarga miskin dalam bidang

usaha pembangunan perumahan secara gotong-royong dengan semaksimal mungkin, penggalian dan pemanfaatan bahan-bahan bangunan yang tersedia di lingkungan setempat, dan pemberian pengetahuan serta ketrampilan dalam memelihara, serta pengembangan peranan dan fungsi lingkungan bagi kehi-dupan masyarakat yakni dengan menggalakkan penghijauan, pengaturan saluran pembuangan air, serta pengembangan dan pemeliharaan sumber-sumber alami lainnya untuk kepentingan kehidupan secara turun temurun.

955

Page 41:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

TABEL XV III – 8PELAKSANAAN BANTUAN DAN BIMBINGAN KEPADA KELUARGA MISKIN

MENURUT DAERAH TINGKAT I,1978/79 - 1980/81

( K K )

No. Daerah Tingkat I/ Propinsi 1978/79 1979/80 1980/81

1. DKI Jakarta 240 1.125 4.0802. Jawa Barat 690 1.840 4.4403. Jawa Tengah 678 1.880 4.3504. D.I. Yogyakarta 490 1.281 4.3205. Jawa Timur 660 1.695 2.9706. Daerah Istimewa Aceh 240 745 1.3657. Sumatera Utara 210 595 1.715

956

Page 42:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

8. Sumatera Barat 240 755 1.6209. J a m b i 240 525 1.035

10. R i a u 210 535 1.20011. Sumatera Selatan 180 755 1.72512. Lampung 270 855 1.59013. Kalimantan Barat 125 495 1.14014. Kalimantan Tengah 210 273 60015. Kalimantan Selatan 180 495 1.12516. Kalimantan Timur 210 460 1.18517. Sulawesi Utara 180 450 94518. Sulawesi Tengah 240 530 1.18519. Sulawesi Selatan 300 948 1.96520. Sulawesi Tenggara 180 497 1.05021. M a l u k u 300 361 78022. B a l i 180 1.144 1.68023. Nusa Tenggara Barat 214 618 1.23024. Nusa Tenggara Timur 240 548 1.06525. Irian Jaya – 241 36026. Bengkulu 240 563 1.320

J u m l a h : 7.147 20.409 46.040

Page 43:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

G R A F I K X V I I I - 4PELAKSANAAN BANTUAN DAN BIMBINGAN KEPADA KELUARGA MISKIN,

1 9 7 8 / 7 9 - 1 9 8 0 / 8 1

957

Page 44:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

b. Pemberian Latihan Pembimbing Sosial Masyarakat (PSM) khu-sus bidang perumahan, dan

c. Pemberian stimulans berupa bahan bangunan non-lokal dan peralatan kerja.Dalam tahun 1980/81 telah dilatih dan dibantu sebanyak 5.068

keluarga di dalam membangun rumah, serta memperbaiki ling-kungan. Hal ini berarti pelayanan telah meningkat dibandingkan tahun yang lalu (1979/80) sebanyak 1.941 keluarga.

3. Pembinaan Pembimbing Sosial MasyarakatPelayanan kesejahteraan sosial pada umumnya diarahkan

kepada masyarakat miskin di pedesaan secara luas. Untuk memacu tercapainya usaha-usaha di bidang kesejahteraan sosial sangat diperlukan partisipasi anggota-anggota masyarakat yang mampu dan mau mengajak warga masyarakat melakukan secara bersama usaha-usaha di bidang kesejahteraan sosial.

Guna memenuhi kebutuhan tersebut dibentuk Pembimbing Sosial Masyarakat (PSM) yang dipilih dari anggota masyarakat setempat melalui latihan dan praktek lapangan. Kemudian PSM ditugaskan sebagai penggerak kegiatan sosial di lingkungannya, dan sebagai tenaga pelaksana kegiatan-kegiatan kesejahteraan sosial yang sekaligus merupakan pendorong kegiatan yang semakin meluas secara swadaya di kalangan masyarakat.

Perincian kegiatan tersebut meliputi antara lain :a. Pemberian latihan ketrampilan dalam bidang pendekatan

serta bimbingan sosial terhadap masyarakat, danb. Pemberian paket peralatan kerja serta sarana pengangkutan.

Dalam tahun 1980/81 telah dibina Pembimbing Sosial Masyara-kat (PSM) sebanyak 11.640 orang terdiri dari 10.440 PSM utama dan 1.200 PSM pratama, yang bertugas membantu pelaksanaan kegiatan-kegiatan kesejahteraan sosial masyarakat. Hal ini meru-pakan peningkatan dibandingkan dengan tahun 1979/80, yaitu se-besar 7.500 orang, yang terdiri 3.900 PSM Utama dan 3.600 PSM pratama.4. Pembinaan Partisipasi Sosial Masyarakat

Pembinaan partisipasi sosial masyarakat dimaksudkan untuk dapat meningkatkan pengembangan, menyebar luaskan dan me-lembaga kan partisipasi masyarakat dalam pembangunan bidang

958

Page 45:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

kesejahteraan sosial pada khususnya dan bidang lain pada umum-nya. Dengan semakin meluasnya kegiatan-kegiatan partisipasi so-sial masyarakat dalam pembangunan secara melembaga dan berkesinambungan, maka di kalangan masyarakat sendiri diharapkan akan terwujud adanya prasarana dan sarana serta mekanisme pembangunan kesejahteraan sosial yang searah dan terpadu.

Tujuan tersebut akan dicapai melalui usaha-usaha :a. Meningkatkan mutu dan kemampuan organisasi sosial dengan

jalan memberikan latihan-latihan kepada para pengurus atau anggota organisasi sosial mengenai bidang organisasi dan pe-kerjaan sosial serta bantuan peralatan kantor.

b. Membentuk Tenaga Kesejahteraan Sosial Sukarela (TKS) yang pada umumnya terdiri dari anggota organisasi sosial melalui latihan dan bimbingan sosial, agar semakin lebih memahami tata cara penyelenggaraan pekerjaan sosial serta dengan sadar mengabdi kepada kepentingan masyarakat.

c. Memantapkan keserasian dan kesetiakawanan antara kelompok masyarakat melalui berbagai pertemuan dan penyuluhan sosial, agar tercipta suasana keakraban serta saling membantu dalam mengatasi masalah sosial di lingkungannya yang dilakukan se- cara gotong royong.

d. Menyebar luaskan pengertian kesejahteraan sosial dan masalah-masalah sosial serta cara-cara untuk mengatasi serta usaha-usaha pencegahannya.Pada tahun 1980/81 ini, telah diberikan latihan/bimbingan

kepada 1.600 orang pengurus/anggota organisasi; bantuan berupa peralatan/prasarana perkantoran kepada 1.242 organisasi; peng-adaan 540 orang Tenaga Kesejahteraan Sosial Sukarela, serta Pembinaan keserasian sosial terhadap 330 orang yang pada umumnya terdiri dari tokoh masyarakat. Di samping itu telah disebarluaskan buku-buku kesejahteraan sosial sebanyak 90.000 exsemplar.

5. Pembinaan Kesejahteraan Keluarga dan Remaja

Melalui bimbingan konsultasi baik secara perorangan maupun kekeluargaan, kegiatan ini ditujukan untuk menangani keluarga dan remaja yang mengalami permasalahan sosial psikologis antara lain sebagai akibat terjadinya perubahan/keresahan sosial. Me-

959

Page 46:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

reka mendapatkan bimbingan, nasehat dan pengarahan dalam rangka membantu mengatasi permasalahan nya, selain itu mereka dibina agar dapat menyadari kemampuannya untuk mengadakan penyesuaian dengan lingkungan masyarakatnya. Kepada keluarga maupun remaja yang memerlukan bantuan yang bersifat material diberikan bantuan berupa paket untuk usaha yang bersifat produk-tif. Dalam tahun 1979/80 telah ditangani sebanyak 1.100 keluarga dan 2.608 remaja, dan dalam tahun 1980/81 ditangani sebanyak 1.778 keluarga dan 3.900 remaja.6. Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial kelompok-kelompok masyarakat terasing melalui kegiatan memukimkan mereka secara menetap agar dapat melaksanakan kehidupan yang layak, serta ber kemampuan pula untuk meningkatkan kesejahteraannya. Dalam tahun 1980/81 telah dilakukan usaha-usaha guna memberikan bimbingan serta memukimkan sebanyak 2.550 KK ke daerah pemukiman baru, yang letaknya lebih menguntungkan bagi masa depan mereka, maupun bagi pergaulan mereka dengan sesama warga masyarakat lainnya. Perkembangan jumlah dan perincian lokasi tersebut, dapat dilihat pada Tabel XVIII—9 dan Tabel XV III—10.

TABEL XVIII — 9

PERKEMBANGAN JUMLAH LOKASI DAN JUMLAHMASYARAKAT TERASING YANG DIBINA,

1978/79 — 1980/81

Tahun DaerahTingkat I /

Propinsi

Kabupaten Kecamatan

Masyarakat yang dibina

Suku KepalaKeluarga

1978/79 15 19 19 18 1.350

1979/80 17 25 27 25 1.9951980/81 19 27 29 24 2.550

960

Page 47:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

TABEL XVIII — 10

PERINCIAN LOKASI DAN JUMLAH MASYARAKAT TERASING YANG DIBINA, 1980/81

Masyarakat yang dibina

No.Daerah Tingkat I/

Propinsi Kabupaten Kecamatan SukuKepalaKeluarga

1. Jawa Barat Lebak Leuwidamar Baduy 752. Daerah Istimewa Aceh Aceh Timur Serbajadi Gayoluas 753. Sumatera Utara Karo Mardinding Karo 1004. Sumatera Barat Padang Pariaman Siberut Utara Paghai 1005. R i a u Bengkalis Bukit Batu

Mandau Sakai 100

6. J a m b i Tanjung Jabung Tungkal Hulu Anak Dalam 100Batanghari Jambi Luar Kota Anak Dalam 50

7. Sumatera Selatan Mud Banyuasin Bayung Lincir Anak Dalam 100& Kalimantan Barat Sintang Kayan Hilir Dayak Kayan 100

Pontianak Menyalin Dayak Kendayan 1009. Kalimantan Tengah Kotawaringin Timur Mentaya Hilir Selatan Dayak Hulu 100

Gunung Mas Kahayan Hulu Utara Dayak Kahayan 5010. Kalimantan Selatan Tapir) lapin Utara Dayak Bukit 76

Hulu Sungai Tengah Batu Benawa Dayak Bukit 7511. Kalimantan Timur Bulungan Malinau Dayak Punan 10012. Sulawesi Utara Gorontalo Suwawa Gorontalo 100

.13. Sulawesi Tengah Buol Tolitoli Dampal Utara Pendau 100Poso Ulu Bongka Wana 150

14. Sulawesi Selatan Luwu Masambe Toranti 150Bantaeng Bissappu Tomapung 50

15. Sulawesi Tenggara Kendari Lasulu Bajo 100

1& M a l u k u Maluku Tengah Buru Utara Barat Kaka 53Buru Utara Timur Kaka 75

17. Nusa Tenggara Barat Sumbawa Plampang Semawa 100

1& Nusa Tenggara Timur Timor Tengah Amanatun Utara Anas 100SelatanSumba Barat Walakaka Gaura 75

19. Irian Jaya Sorong Salawati Samate 100

Yapen' War open War open Bawah Botawa 100

J u m l a h 2.550

961

Page 48:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

Sementara itu 7 buah lokasi yang telah dibina selama kurang lebih 3 - 5 tahun dan dinilai sudah mampu berswadaya, pada tahun 1980/81 telah diserahkan pembinaannya kepada Pemerintah Daerah setempat.

Ketujuh lokasi tersebut adalah :1. Buluh Kasab, Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, Propinsi

Riau, dihuni oleh suku Sakai sebanyak 75 KK.2. Talang Buluh, Kecamatan Babataman, Kabupaten Musi Banyua-

sin, Propinsi Sumatera. Selatan, dihuni oleh suku Anak Dalam sebanyak 100 KK.

3. Sambung Makmur, Kecamatan Tapin Utara, Kabupaten Tapin, Propinsi Kalimantan Selatan, dihuni oleh suku Dayak Bukit sebanyak 100 KK.

4. Bonagan, Kecamatan Dampal Utara, Kabupaten Bual Tolitoli, Propinsi Sulawesi Tengah, dihuni oleh suku Pendau sebanyak 100 KK.

5. Rimbingalo, Kecamatan Rimbingalo, Kabupaten Tanah Toraja, Propinsi Sulawesi Selatan, dihuni oleh suku Topakalotong se-banyak 100 KK.

6. Selmae, Kecamatan Buru Utara Timur, Kabupaten Maluku Te- ngah, Propinsi Maluku, dihuni oleh suku Rana sebanyak 100 KK.

7. Roraya, Kecamatan Tambayo, Kabupaten Kendari, Propinsi Sulawesi Tenggara, dihuni oleh suku Tolaki sebanyak 100 KK.

b. Program Bantuan dan Penyantunan SosialProgram ini dimaksudkan untuk memberikan bantuan dan

penyantunan/rehabilitasi, pemeliharaan serta usaha-usaha yang mengarah kepada peningkatan kesejahteraan sosial bagi golongan-golongan masyarakat, keluarga dan atau kelompok sosial tertentu yang tidak dapat menjalankan fungsi sosialnya karena faktor pathologis dan non pathologis. Melalui usaha pelayanan tersebut di atas diharapkan mereka akan mampu menolong dirinya sendiri/terlepas dari ketergantungan terhadap orang lain sehingga dapat mengembangkan kehidupannya sendiri sesuai dengan kelayakan martabat manusia pada umumnya.

Pelayanan tersebut dilakukan melalui sistem panti dan non panti, antara lain :

962

Page 49:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

1. Bantuan Penyantunan Anak TerlantarKegiatan pelayanan kepada anak-anak terlantar yang terham-

bat perkembangannya dilakukan melalui usaha peningkatan kehi-dupan sosial ekonomi serta bimbingan dan pendidikan praktis sebagaimana dibutuhkan oleh anak-anak pada umumnya. Kegiatan tersebut mencakup asuhan dalam Panti maupun bimbingan dan bantuan di luar Panti. Asuhan melalui Panti dilaksanakan dengan menyelenggarakan Panti Asuhan, Panti Karya Taruna, Panti Peti-rahan Anak dan Taman Penitipan Anak. Pelayanan di luar Panti diselenggarakan melalui asuhan keluarga.

Kebijaksanaan pelayanan diprioritaskan pada usaha mem-bimbing anak terlantar, agar mempunyai kemampuan untuk mela-kukan kegiatan yang dapat menunjang kehidupan sehari-harinya. Sehubungan dengan itu telah diusahakan peningkatan jumlah Panti dan jumlah anak yang mendapatkan pelayanan, sekaligus dilakukan perbaikan mutu pembinaan. Jumlah Panti Asuhan dalam tahun 1980/81 sebanyak 501 buah dengan jumlah anak yang di asuh sebanyak 23.839 orang. Panti Penyantunan Anak berjumlah 27 buah dengan kapasitas 2.700 anak. Sasana Petirahan Anak ber-jumlah 7 buah dengan kapasitas 380 anak. Di samping itu sampai pada tahun 1980/81 telah dilatih sebanyak 1.045 orang Pengurus Panti agar kemampuan mengelola Panti yang dipimpinnya lebih meningkat. Panti Swasta juga diberikan bantuan berupa peralat-an/perlengkapan dan sampai pada tahun 1980/81 telah diberikan bantuan bagi 32 buah Panti. Untuk pelayanan di luar Panti pada tahun 1980/81 telah dibantu sebanyak 49.970 anak.2. Bantuan dan Penyantunan Lanjut Usia/Jompo

Kegiatan ini dimaksudkan untuk membina para lanjut usia dan atau orang jompo. Melalui sistem pelayanan kesejahteraan sosial secara panti maupun secara non panti, orang jompo yang terlantar dan atau kurang terurus dibina selain itu dilaksanakan pula kegiatan-kegiatan pembinaan kerja bagi para lanjut usia yang masih potensial, serta kegiatan-kegiatan rekreasi, kemasyarakatan dan pembinaan mental spiritual.

Jumlah lanjut usia seluruh Indonesia diperkirakan sebanyak 6.350.866 orang. Dari jumlah tersebut diperkirakan ada sebanyak 760.000 orang, yang sangat miskin/kesrakat, yang diprioritaskan untuk mendapat bantuan dan santunan sosial.

963

Page 50:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

Pelayanan kepada mereka ini dilaksanakan dalam bentuk :a. Pelayanan dalam panti

Pelayanan dalam panti (Sasana Tresna Werdha) dilaksanakan dengan membangun panti-panti di seluruh Indonesia. Untuk ting-kat Propinsi direncanakan membangun satu unit panti dengan kapasitas 500 orang dan untuk tingkat Kabupaten dengan kapasitas 50 orang per unit.

Dalam tahun 1980/81 telah dapat dibangun 59 buah wisma un-tuk tingkat Propinsi dengan daya tampung sekitar 590 orang.

Pelayanan dalam panti diperuntukkan bagi para lanjut usia yang terlantar dan secara phisik sudah tidak mampu untuk mencari nafkah, pelayanan yang diberikan antara lain berupa jaminan makan, pakaian, perawatan kesehatan dan pengisian waktu ter-luang yang bersifat rekreatif produktif ringan.

b. Pelayanan di luar panti.a) Pemberian bantuan usaha produktif yang terdiri dari per-

alatan, bahan kegiatan, dan modal usaha kepada lanjut usia yang kondisi phisik nya cukup mampu namun keadaan sosial ekonominya lemah.

b) Pelaksanaan kegiatan melalui bimbingan kelompok oleh Pembimbing Sosial Masyarakat.

c) Pemberian pelayanan di luar panti bagi lanjut usia yang da-lam tahun 1980/81 berjumlah sekitar 50.000 orang. (Lihat Tabel XVIII-11).

3. Bantuan dan Penyantunan Tuna Sosial

Dalam usaha kesejahteraan sosial ini dilaksanakan rehabili -tasi sosial bagi para pengemis, gelandangan dan orang terlantar baik melalui sistem panti dan non-panti, maupun dengan cara pemukiman setempat (baru), Rehabilitasi sosial bagi para tuna susila antara lain dilakukan melalui sistem panti dan non-panti, demikian pula dilaksanakan rehabilitasi sosial bagi para remaja korban narkotika, dan bagi anak-anak/remaja nakal serta rehabili-tasi sosial bagi para bekas narapidana.

Dalam tahun 1980/81 telah diselenggarakan kegiatan-kegiatan yang meliputi :

964

Page 51:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

TABEL XVIII - 11

PELAKSANAAN BANTUAN DAN PENYANTUNAN KEPADA PARALAN JUT USIA BERDASAR SISTEM DI LUAR PANTI MENURUT

DAERAH TINGKAT I,1978/79 - 1980/81 (orang)

No. Daerah Tingkat I / 1978/79 1979/80 1980/81Propinsi

1. DKI Jakarta 600 1.300 4.5002. Jawa Barat 600 1.500 4.5003. Jawa Tengah 600 1.800 4.5004. Daerah Istimewa Yogyakarta 300 1.000 1.5005. Jawa Timur 300 1.200 4.5006. Daerah Istimewa Aceh - 600 1.5007. Sumatera Utara 600 900 1.8008. Sumatera Barat 300 900 1.8009. J a m b i - 600 1.500

10. R i a u - 600 1.50011. Sumatera Selatan 300 900 1.80012. L a m p u n g - 600 1.50013. Kalimantan Barat 300 600 1.50014. Kalimantan Tengah - 300 1.20015. Kalimantan Selatan 600 900 1 50016. Kalimantan Timur 300 600 1.20017. Sulawesi Utara 300 600 1.80018. Sulawesi Tengah - 300 1.40019. Sulawesi Selatan 600 900 1.80020. Sulawesi Tenggara - 300 1.20021. M a l u k u 300 600 1.20022. B a l i 300 900 1.20023. Nusa Tenggara Barat - 900 1.20024. Nusa Tenggara Timur 300 600 1.80025. Irian Jaya - - 90026. Bengkulu 300 600 1.200

J u m l a h : 6.900 20.000 50.000

965

Page 52:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

GRAFIK XVIII - 5PELAKSANAAN BANTUAN DAN PENYANTUNAN KEPADA PARA LANJUT USIA

BERDASAR SISTEM DI LUAR PANTI,1978/79 - 1980/81

966

Page 53:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

a. Rehabilitasi Orang Terlantar/GelandanganKegiatan ini dimaksudkan untuk memecahkan masalah sosial

bagi orang terlantar. Untuk itu dilakukan suatu kegiatan penyan-tunan dengan jalan memberikan bimbingan untuk memulihkan kembali rasa bangga diri serta membangkitkan ke cintaan kerja. Selama dalam Panti Rehabilitasi orang-orang terlantar/gelan-dangan tersebut mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan mengenai pengolahan tanah pertanian, peternakan, pertukangan dan lain sebagainya agar mereka mampu berusaha mencukupi kebutuhannya.

Dalam rangka meningkatkan daya tampung sampai saat ini sudah dibangun 9 buah Panti di 9 Propinsi masing-masing DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan dan Nusa Tenggara Barat, selanjutnya dalam rangka usaha ini mereka disalurkan dengan beberapa cara yaitu melalui Transmi-garasi Sosial, Penempatan Lokal, dan Swakarya. Dalam tahun 1980/81 telah disalurkan sebanyak 3.110 kepala keluarga.

a. Rehabilitasi Tuna Susila.Kegiatan ini ditujukan untuk menanggulangi kehidupan yang

sesat dari sekelompok wanita yang antara lain disebabkan oleh kemiskinan, keretakan keluarga dan penyesuaian yang tidak serasi terhadap perubahan lingkungan hidup yang berlangsung dengan cepat, sehingga mereka terdorong untuk mencari nafkah di luar norma kesusilaan. Mereka dibimbing agar menyadari peranan wanita dalam kehidupan yang wajar serta diberikan ketrampilan kerja yang diperlukan untuk memasuki sesuatu lapangan kerja pada waktu mereka disalurkan kembali kepada keluarganya atau ke dalam masyarakat.

Untuk menunjang maksud tersebut telah dibangun Panti-panti Penyantunan sebanyak 8 buah asrama dan 6 buah Sasana Karya yang tersebar diberbagai Propinsi. Dalam tahun 1980/81 telah di-santun sebanyak 350 orang wanita.b. Rehabilitasi Sosial Bekas Hukuman

Kegiatan ini ditujukan kepada para bekas narapidana yang telah selesai menjalani masa hukuman di Lembaga Pemasyarakat-an, dan setelah ke luar ternyata tidak sedikit yang mengalami per-

967

Page 54:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

masalahan sosial maupun ekonomi. Terhadap mereka yang meng-alami masalah sosial diberi bimbingan dan pengarahan, agar dapat memecahkan permasalahan sosial yang dihadapi antara lain dengan jalan memberikan bantuan berupa bimbingan konsultasi maupun latihan-latihan ketrampilan praktis yang diperlukan serta bantuan material berupa paket peralatan kerja. Untuk menunjang usaha ini telah dibangun 4 buah Loka Bima Karya, yang untuk pertama kali dalam tahun 1979/80 telah menangani sebanyak 140 orang bekas hukuman, dan dalam tahun 1980181 ditangani sebanyak 330 orang.d. Rehabilitasi Sosial Korban Narkotika dan Anak Nakal

Kegiatan ini ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada remaja yang mengalami masalah sosial seperti penyala gunaan narkotika dan kenakalan remaja. Untuk maksud ini telah dibangun Panti Rehabilitasi Sosial Korban Narkotika di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan. Selain itu untuk usaha Re-habilitasi sosial terhadap anak-anak nakal telah dibangun Panti Penyantunan di Jakarta, Palembang dan Jawa Tengah.

Penyantunan dalam Panti-panti tersebut dimaksudkan, agar mereka dapat kembali ke masyarakat serta mampu mengembang-kan bakat dan pribadi nya sebagai pemuda yang wajar. Kegiatan-kegiatan dalam rangka rehabilitasi terhadap remaja ter-sebut dilaksanakan pembinaan mental, sikap dan tanggung jawab sosial serta diberikan pula latihan-latihan ketrampilan kerja, agar menjadi bekal kemampuan usaha setelah mereka keluar dari Pan-ti. Dalam tahun 1980/81 telah berhasil ditangani sebanyak 535 orang korban narkotika dan 90 orang anak nakal.

4. Rehabilitasi Penderita CacatKegiatan ini dimaksudkan untuk membantu para penderita

cacat mengembalikan dan meningkatkan kemampuan jasmani maupun rokhaninya, agar dapat berdiri sendiri sehingga memung-kinkan dapat hidup secara wajar. Penyantunan penderita cacat dilaksanakan melalui sistem dalam Panti maupun di luar Panti. Pada tahun 1980/81 telah dilakukan perluasan pada panti-panti penyantunan berupa bangunan : asrama 12 buah, lokal kerja 9 buah, lokal Protese 2 buah, ruang pendidikan 2 buah, rumah 8 buah, dan kantor 1 buah tersebar diberbagai propinsi.

968

Page 55:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

Dalam rangka mengatasi hambatan-hambatan dalam lapangan kerja bagi penderita cacat yang telah selesai direhabilitasi kan telah dibangun 31 buah loka Bina Karya. Dalam Loka Bina Karya diberikan berbagai ketrampilan serta diperoleh bantuan guna mendapat memasarkan hasil produksinya. Bagi mereka yang tergolong ringan jenis kecacatan nya dan pada umumnya masih bisa tinggal di lingkungan keluarga, diberikan bimbingan dan bantuan berupa bahan serta peralatan kerja sebagai modal usaha guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dalam tahun 1980/81 ini telah dapat diberikan bantuan penyantunan dengan sistem di luar Panti sebanyak 25.150 orang (Lihat Tabel XVIII-12).

5. Bantuan Sosial bagi Keluarga Pahlawan dan Perintis/Pejuang KemerdekaanKegiatan ini diarahkan kepada pembinaan kesejahteraan so-

sial bagi para keluarga pahlawan, pembinaan kesejahteraan sosial para perintis/pejuang kemerdekaan dan keluarganya, dan pemeli-haraan serta pembinaan Makam Pahlawan dan Taman Makam Pah-lawan.

Dalam rangka ini telah diberikan bantuan berupa peralatan kerja kepada 425 orang keluarga pahlawan dan Perintis Kemerde-kaan, agar dapat dipergunakan sebagai modal usaha untuk meme-nuhi keperluan keluarga yang mendesak. Untuk memelihara dan mengembangkan jiwa kepahlawanan bangsa, telah dilakukan pemugaran terhadap Taman-Taman Makam Pahlawan yang terse-bar di berbagai propinsi. Di samping itu untuk memelihara keles-tarian semangat keperintisan, telah diusahakan untuk menerbit-kan biografi serta buku Pergerakan kemerdekaan yang merekam pengorbanan dan perjuangan para Perintis Kemerdekaan.

6. Perintisan Sistem Jaminan Kesejahteraan Sosial Gotong Royong

Untuk mempersiapkan adanya perintisan sistem jaminan kese-jahteraan sosial telah diselenggarakan suatu penelitian untuk menghimpun data mengenai lembaga-lembaga sosial yang secara tradisional telah dan atau pernah menyelenggarakan langkah-langkah semacam pemberian bantuan jaminan sosial kepada war-ganya. Dari data yang diperoleh akan dicoba merumuskan suatu sistem jaminan kesejahteraan sosial berdasarkan gotong royong

969

Page 56:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

TABEL XVIII — 12

PELAKSANAAN BANTUAN DAN PENYANTUNAN KEPADAPARA CACAT BERDASAR SISTEM DI LUAR PANTI MENURUT

DAERAH TINGKAT I,1978/79 — 1980181

(orang)

No. Daerah Tingkat I/Propinsi 1978179 1979/80 1980/81

1. DKI Jakarta 810 1.000 2.0002. Jawa Barat 500 1.000 1.5003. Jawa Tengah 1.000 1.500 2.5504. Daerah Istimewa Yogyakarta 500 400 6005. Jawa Timur 700 1.300 2.0006. Daerah Istimewa Aceh 200 400 7007. Sumatera Utara 700 900 1.5008. Sumatera Barat 140 600 1.3009. J a m b i 200 200 400

10. R i a u 200 400 45011. Sumatera Selatan 600 1.200 2.15012. Lampung 200 300 40013. Kalimantan Barat 200 200 25014. Kalimantan Tengah 200 200 25015. Kalimantan Selatan 600 800 80016. Kalimantan Timur 300 45017. Sulawesi Utara 400 400 60018. Sulawesi Tengah 600 800 1.50019. Sulawesi Selatan 600 1.000 2.60020. Sulawesi Tenggara 200 200 30021. M a l u k u 250 400 60022. B a l i 400 400 55023. Nusa Tenggara Barat 600 400 70024. Nusa Tenggara Timur 600` 400 55025. Bengkulu 400 300 40026. Timor Timur 50 50

J u m l a h : 10.800 15.050 25.150

yang mungkin dapat diterapkan secara menyeluruh bagi anggota masyarakat yang paling miskin. Di samping itu dipersiapkan pula suatu penelaahan untuk menyusun Rancangan Undang-undang

970

Page 57:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

GRAFIK XVIII – 6

PELAKSANAAN BANTUAN DAN PENYANTUNAN KEPADA

PARA CACAT BERDASAR SISTEM DI LUAR PANTI,

1978/79 – 1980/81

971

Page 58:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

yang akan mendasari langkah dan pelaksanaan jaminan kesejah-teraan sosial di masa mendatang.

7. Bantuan dan Penyantunan Sosial bagi para Korban Bencana Alam dan Bencana lainnya

Bantuan dan Penyantunan sosial ditujukan pula kepada para korban bencana alam, yang setiap tahun terjadi sekitar 3.000 peristiwa dengan menelan korban manusia rata-rata 1.000 jiwa serta kehilangan tempat tinggal 200.000 Kepala Keluarga (KK).

Untuk mengatasi permasalahan korban bencana alam penang-gulangannya dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :a. Kegiatan preventif yang ditujukan untuk meningkatkan

kesiap- siagaan masyarakat serta aparat Pemerintah dalam mengha- dapi kemungkinan adanya korban akibat terjadinya bencana alam seminimal mungkin.

b. Kegiatan represif yang ditujukan untuk meringankan para korban berupa pemberian pelayanan bantuan pada saat dan setelah terjadinya bencana alam.

c. Kegiatan rehabilitasi yang ditujukan kepada para korban yang ternyata setelah menerima bantuan stimulans namun kondisi so-sial ekonominya belum pulih kembali, sehingga masih perlu di-laksanakan usaha pembinaan lanjutan.Usaha-usaha bantuan dan rehabilitasi sosial terutama diarah-

kan agar para korban bencana dapat dan bersedia dipindahkan ke wilayah lain yang bebas dari bencana serta sekaligus menjadi te-naga yang produktif dan lebih meningkat taraf hidupnya. Dalam rangka ini pada tahun 1980/81 telah dapat dimukimkan sebanyak 6.650 KK yang dipindahkan dari daerah yang rawan bencana, baik melalui program transmigrasi maupun pemukiman secara setem-pat. Mereka mendapatkan perumahan, tanah, bibit-bibit tanaman dan lain sebagainya untuk bekal memulai perjuangan hidupnya. Selain itu untuk membantu kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi datangnya bencana sewaktu-waktu, maka diberbagai daerah rawan bencana telah diberikan peralatan pertolongan per-tama berupa tenda, perahu karet serta peralatan dapur umum.

Mengingat sering terjadinya bencana angin taufan di lautan pada daerah-daerah alur pelayaran para nelayan, maka untuk menyediakan penampungan sementara para korban dalam tahun

972

Page 59:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

1980/81 telah dibangun 5 buah Panti Persinggahan di Propinsi Jawa Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara dan Propinsi Nusa Tenggara Timur.

c. Peranan WanitaKegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan ke-

pemimpinan di kalangan wanita dan meningkatkan kesanggupan dan kemampuan wanita dari keluarga miskin untuk dapat melak-sanakan usaha-usaha peningkatan penghasilan secara swadaya dan terorganisir.Perincian kegiatan yang diberikan meliputi :a. Latihan kepemimpinan wanita, tingkat nasional sampai

dengan tingkat desa dan latihan ketrampilan di bidang usaha-usaha ekonomis produktif.

b. Bantuan paket buku-buku dan sarana motivasi untuk pimpinan wanita dan stimulans bahan serta peralatan untuk usaha-usaha bidang ekonomis produktif bagi para wanita miskin.

c. Pengadaan pusat latihan kerja untuk kegiatan kelompok- kelompok wanita miskin di Desa yang mendapat bimbingan yang lebih intensif. .Dalam rangka memberikan bimbingan dan latihan-latihan

dengan berbagai jenis keterampilan kerja untuk usaha-usaha eko-nomis produktif bagi wanita-wanita dari keluarga miskin, maka dalam tahun 1980/81 melalui kegiatan-kegiatan tersebut di atas, telah dilatih dan diberi bantuan sebanyak 6.400 orang miskin. Di samping itu untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan kaum wanita yang ikut serta dalam kegiatan organisasi sosial, juga telah diselenggarakan latihan kepemimpinan wanita baik tingkat Nasional, Propinsi maupun Kabupaten. Latihan ini meliputi antara lain pengetahuan manajemen, cara mengadakan pendekatan terhadap masyarakat luas, dan dasar-dasar pekerjaan sosial dalam rangka mengembangkan kesejahteraan keluarga. Dalam tahun 1980/81 telah dilatih sebanyak 1.140 pimpinan wanita.

d. Generasi MudaDalam rangka mencegah masalah kelainan sosial di kalangan

remaja, khususnya kelompok remaja yang kurang mampu, program generasi muda melalui Karang Taruna menyelenggarakan bim-

973

Page 60:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

bingan dan pengarahan, agar para remaja menyadari peranan dan tanggung jawabnya dalam menyongsong hari depannya. Dalam program Karang Taruna, para remaja diberikan berbagai kegiatan meliputi latihan ketrampilan kerja, kerajinan tangan, kesenian dan olah raga, agar waktu terluang dapat dimanfaatkan untuk karya yang produktif. Kegiatan-kegiatan tersebut dimaksudkan untuk menanamkan disiplin dan tanggung jawab sosial serta upaya penghayatan dan pengamalan Pancasila di kalangan para remaja serta mencegah dan membatasi timbulnya masalah kenakalan remaja. Dalam rangka membina dan meningkatkan kegiatan generasi muda telah diberikan bantuan berupa paket peralatan ketrampilan dan kerajinan tangan kepada 2.155 Karang Taruna dalam tahun 1980/81.e. Penelitian Kesejahteraan Sosial

Kegiatan penelitian di bidang kesejahteraan sosial ditujukan kepada penyempurnaan kebijaksanaan pelayanan bagi masyarakat, peningkatan daya guna sistem pelayanan serta penyempurnaan data dasar yang diperlukan.

Penelitian yang diselenggarakan dalam tahun 1980/81 adalah :1. Lanjutan penyusunan data dan pemetaan permasalahan

kese- jahteraan sosial khususnya di daerah-daerah rawan sosial.

2. Lanjutan penelitian sistem jaminan kesejahteraan sosial khu- susnya mengenai kondisi dan ciri-ciri mengenai sasaran pe- layanan jaminan kesejahteraan sosial (persyaratan eligibilitas).

3. Penelitian daya guna dan hasil guna input pelayanan kesejah- teraan sosial secara panti dan non panti.

4. Studi kasus masalah tunasusila di pusat pertumbuhan ekonomi.5. Penelaahan masalah-masalah sosial yang memberikan peng-

aruh pada usaha-usaha peningkatan peranan wanita.

f. Pendidikan dan Latihan Tenaga SosialProgram Pendidikan dan Latihan Tenaga Sosial sangat diper-

lukan, oleh karena pelaksanaan pembangunan senantiasa menuntut peningkatan pengetahuan dan kemampuan para pelaksana nya. Berhubung dengan itu maka dalam tahun 1980/81 telah diselenggarakan berbagai pendidikan dan latihan yang meliputi :1) Sekolah Pimpinan Administrasi Tingkat Lanjutan (SEPALA),

diselenggarakan di D I Yogyakarta, Banjarmasin, Malang, Me-

974

Page 61:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

dan, Ujung pandang, Padang dan Kupang dan diikuti secara keseluruhan oleh 195 peserta.

2) Sekolah Pimpinan Administrasi Tingkat Madya (SEPADYA), di Jakarta yang diikuti oleh 25 orang peserta.

3) Latihan bagi 50 tenaga-tenaga sarjana non profesi Kesejah-teraan Sosial, di Bandung.

4) Latihan bagi 50 orang Tata Usaha Keuangan dan Perbendaha-raan, di Jakarta.

5) Sekolah Staf dan Pimpinan Administrasi (SESPA), diselengga-rakan di Jakarta yang diikuti oleh 25 orang peserta.

6) Latihan bagi 30 orang Tata Usaha Kepegawaian, di Jakarta.7) Latihan Kejuruan Kesejahteraan Sosial, di Bandung yang diikuti

oleh 25 orang peserta.8) Latihan Penataran P4, di Jakarta yang diikuti oleh 260 orang

peserta.Di samping itu dalam rangka meningkatkan fasilitas unit pen-

didikan Kursus Tenaga Sosial (KTS) di daerah, antara lain dalam tahun 1980/81 telah dibangun 1 buah lokal pendidikan, 3 buah as-rama, 2 buah ruang perpustakaan, dan 3 buah rumah dinas di KTS.

g. Penyempurnaan Efisiensi Aparatur Pemerintah dan Peng-awasan Pelaksanaan Pembangunan

Dalam upaya penyempurnaan efisiensi aparatur serta peng-awasan pelaksanaan pembangunan telah ditempuh melalui usaha-usaha:1) Penghimpunan data yang lebih mantap serta perencanaan

proyek yang lebih ber titik tolak pada permasalahan sosial di wilayah pembangunan.

2) Peningkatan pengawasan serta pengendalian proyek-proyek.3) Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang fakir

miskin dan jaminan sosial.4) Penyempurnaan administrasi kepegawaian melalui analisa

jabatan/pekerjaan serta penertiban tata usaha kepegawaian.5) Bimbingan dan pengerahan teknis serta evaluasi pelaksanaan

proyek-proyek di lingkungan Direktorat Jenderal.

975

Page 62:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

h. Penyempurnaan Prasarana Fisik PemerintahDalam program ini telah dilakukan kegiatan untuk

menunjang usaha-usaha peningkatan dan penyempurnaan prasarana fisik pemerintah, baik di Pusat maupun di Daerah-daerah.

Dalam tahun 1980/81 telah dibangun 4 buah Kantor Wilayah di Kalimantan Barat, Lampung, Sulawesi Tenggara dan Irian Jaya. Juga telah dibangun 12 buah Kantor untuk tingkat Kabupaten di Bolaangmongondow (Sulawesi Utara), Selayar, Pinrang dan Wajo (Sulawesi Selatan), Sikka dan Alor (Nusa Tenggara Timur), Lombok Barat (Nusa Tenggara Barat), Klungkung (Bali), Padang Pariaman dan Tanah Datar (Sumatera Barat), Sarko dan Kerinci (Jambi).Demikian pula telah disediakan perlengkapan dan peralatan kantor serta mobilitas yang sangat diperlukan, khususnya untuk meningkatkan kegiatan di daerah-daerah.C. PERANAN WANITA

1. PendahuluanSebagaimana digariskan di dalam Garis-Garis Besar Haluan

Negara maka pembangunan yang menyeluruh mensyaratkan ikut serta nya pria maupun wanita secara maksimal di segala bidang pembangunan. Oleh karena itu wanita mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dengan pria untuk ikut serta sepenuhnya dalam segala kegiatan pembangunan. Peranan wanita dalam pembangunan tidak mengurangi peranannya dalam pembinaan keluarga sejahtera umumnya dan pembinaan generasi muda khususnya, dalam rangka pembinaan manusia Indonesia seutuhnya. Untuk lebih memberikan peranan dan tanggung jawab kepada kaum wanita dalam pembangunan, maka pengetahuan dan ketrampilan wanita perlu ditingkatkan di berbagai bidang yang sesuai dengan kebutuhannya.

Sesuai dengan apa yang dikemukakan di dalam GBHN, maka di dalam Repelita III diusahakan untuk lebih meningkatkan peranan wanita dalam pembangunan. Secara langsung wanita membina perkembangan mental dan fisik generasi-generasi penerus dalam keluarga masing-masing, yang merupakan kelompok-kelompok yang akan terjun dalam masyarakat, yaitu kelompok generasi muda, penerus cita-cita bangsa yang akan mewarisi dan melanjutkan perjuangan bangsa generasi demi generasi. Dengan meningkatkan pendidikan, pengetahuan, ketrampilan, sikap kaum wanita, dan

976

Page 63:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

penghasilan keluarga serta meniadakan keadaan sosio-budaya yang tidak menguntungkan bagi wanita, maka ditingkatkan pula mutu hidup manusia dan dengan demikian akan lebih mampu un-tuk mengelola dan memanfaatkan lingkungan alam untuk mening-katkan kesejahteraan dirinya sendiri, keluarga dan seluruh ma-syarakat. Perubahan sikap mental yang positif dan mendasar dari kaum wanita dapat dijadikan tumpuan yang kokoh untuk pengem-bangan lebih lanjut bagi kepercayaan pada diri sendiri. Selain itu tambahan pengetahuan dan ketrampilan, dapat menyumbang ke arah perwujudan keluarga sejahtera dan menempatkan kaum wa-nita dalam arus utama pembangunan nasional.

Di samping adanya kehendak politik seperti dituangkan dalam GBHN tentang Peranan Wanita dalam Pembangunan dan Pembinaan Bangsa, dapat pula dikemukakan adanya faktor-faktor yang mendukung peningkatan peranan wanita dalam pembangunan, yaitu telah meluasnya pergerakan wanita yang sejak kebangkitan bangsa Indonesia turut berpartisipasi dan selalu berusaha meningkatkannya melalui perjuangan persamaan hak, kewajiban dan kesempatan. Selain itu telah tumbuh semangat dan kegairahan para pemimpin wanita baik di tingkat pusat maupun daerah untuk membantu keberhasilan pembangunan, yang telah dituangkan dalam Rencana Kegiatan Nasional Wanita Indonesia.

2. Kebijaksanaan dan langkah-langkah

Selama Pelita III diperkirakan 70%dari jumlah wanita Indone-sia yang diprioritaskan di dalam kegiatan peningkatan peranan wanita, berada di daerah pedesaan dan daerah perkotaan yang rawan untuk di ikut sertakan di dalam pembangunan. Kegiatan peningkatan peranan wanita dalam tahun 1980/81 terangkum di dalam paket kegiatan Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (Program Terpadu P2W-KSS) dengan memanfaatkan Pendidikan Kesejahteraan Ke-luarga (PKK) sebagai wadahnya. Kegiatan Program Terpadu P2W-KSS diselenggarakan secara lintas sektoral oleh berbagai Depar-temen dan Lembaga Non Departemen dalam usaha meningkatkan peranan wanita dalam pembangunan, khususnya dalam membina keluarga menuju keluarga sehat dan sejahtera antara lain melalui keterpaduan dalam peningkatan ketrampilan dasar dan perubahan sikap mental yang positif. Kelompok sasaran utama Prog-

977

Page 64:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

ram Terpadu P2W-KSS adalah keluarga yang tergolong berpengha-silan rendah dengan memprioritaskan wanita yang berusia 10-45 tahun, baik di pedesaan maupun di perkotaan yang rawan.

3. Kegiatan PembangunanKebijaksanaan dan langkah-langkah untuk meningkatkan per-

anan wanita dalam Repelita III berjalan secara terpadu di pelba-gai bidang pembangunan. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan keadaan yang memungkinkan wanita ikut serta dan ber integrasi secara lebih baik dalam pembangunan material dan spiritual, an-tara lain dalam bidang-bidang pertanian, perdagangan dan koper-asi, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, penerangan, sosial, tenaga kerja dan transmigrasi serta pengembangan pusat infor-masi yang menyangkut peranan wanita dan lain sebagainya.

Dalam tahun kedua Pelita III (1980/81) sebagai peningkatan Crash Program Keluarga Sehat telah dilanjutkan pelaksanaan Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (Program Terpadu P2W-KSS). Dalam pelaksa-naannya selain merupakan program lintas sektoral yang bersifat terpadu dan terarah, juga melibatkan organisasi-organisasi ma-syarakat seperti Kowani, Dharma Wanita, Dharma Pertiwi, Komite Nasional Kedudukan Wanita Indonesia (KNKWI) dan lain-lainnya.

Di bidang pendidikan dan kebudayaan telah dilaksanakan pembakuan kurikulum, selain itu juga diselenggarakan berbagai kursus ketrampilan wanita pembinaan Pamong belajar, dan peng-embangan warga belajar bagi 3.360 orang wanita. Sejalan dengan kegiatan tersebut di atas dilaksanakan kursus kepemimpinan bagi 6.280 orang anggota organisasi wanita serta latihan dan pengembangan warga belajar bagi 21 orang dari tingkat propinsi. Di samping itu pengadaan sarana pendidikan ditingkatkan pula antara lain dengan pencetakan 24.000 eksemplar naskah kurikulum dan dengan pengadaan pilot proyek bagi 92 kelompok pembinaan belajar wanita. Dalam tahun 1980/81, juga telah diadakan lomba desa binaan Keluarga Sehat Sejahtera (KSS) yang diikuti oleh 84 desa.

Di bidang kesehatan telah dilaksanakan kegiatan pendirian Taman Gizi dengan penimbangan anak balita, penyuluhan kese-hatan dan gizi di 26 propinsi, yang mencakup 1.000 desa binaan serta 1.000 desa baru. Terhadap organisasi wanita dilakukan pula kegiatan pembinaan dengan menyelenggarakan kursus-kursus

978

Page 65:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

penyegaran. Selain itu dilakukan pula penelitian tentang peranan wanita di dalam pembangunan kesehatan.

Kegiatan di bidang kesejahteraan sosial diselenggarakan me-lalui bimbingan dan latihan berbagai jenis ketrampilan kerja un-tuk usaha-usaha ekonomis produktif terhadap 6.400 wanita dari keluarga miskin. Selain itu juga telah diselenggarakan latihan kepemimpinan wanita untuk organisasi sipil di tingkat nasional, propinsi dan kabupaten pada sejumlah 1.140 pimpinan wanita yang meliputi antara lain pengetahuan manajemen, cara pendekatan terhadap masyarakat dan dasar-dasar pekerjaan sosial dalam rangka mengembangkan kesejahteraan keluarga.

Di bidang penerangan, kegiatan yang dilaksanakan ialah me-nyelenggarakan pendidikan bagi 150 Juru Penerangan (Jupen) Wanita dari 27 Propinsi. Kegiatan ini telah dilengkapi pula dengan penyediaan bahan-bahan publikasi, penerbitan khusus, poster dan lain-lain. Selain itu melalui kegiatan proyek Siaran Wanita dan Pembangunan telah diselenggarakan 5 produksi paket siaran RRI dan 6 produksi paket siaran TVRI.

Dalam meningkatkan peranan wanita tani dan nelayan, telah dilaksanakan latihan, kursus dan penyuluhan mengenai penge-nalan dan cara-cara pemanfaatan teknologi baru dalam bidang produksi, cara-cara penyimpanan dan pemanfaatan hasil-hasil pertanian terutama dalam rangka perbaikan gizi keluarga. Di sam-ping itu juga disebar luaskan kegiatan cara-cara pemanfaatan ta-nah pekarangan untuk perbaikan gizi keluarga melalui tanaman pekarangan, usaha peternakan dan perikanan. Kegiatan tersebut mencakup 26 propinsi meliputi 238 unit yang terdiri dari 755 ke-lompok Wanita Tani dan 41 kelompok Wanita Nelayan.

Kegiatan di bidang pembangunan daerah diselenggarakan melalui kursus PKK bagi Pengurus Seksi PKK dalam LKMD dengan sasaran 10.000 orang, kursus PKK bagi para Ibu Rumah Tangga di Desa serta Pemugaran Perumahan dan Lingkungan dengan sa-saran 360 desa di 20 propinsi.

Di bidang perdagangan dan koperasi kegiatan pembinaan Per-anan Wanita dilaksanakan melalui penataran dan konsultasi dengan sasaran 600 wanita pedagang/pengusaha di 20 propinsi, konsultasi lanjutan dengan sasaran 360 wanita pedagang/peng-usaha yang telah ditatar pada tahun 1979/80 di 12 propinsi serta

979

Page 66:  · Web viewAkhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter. Untuk mengisi kebutuhan tenaga

penerbitan brosur bahan informasi dan penyuluhan sekitar 2.500 eksemplar.

Di bidang koperasi telah diselenggarakan kegiatan pendidikan dan latihan perkoperasian wanita pedesaan di Pusat dan di 10 propinsi.

Di bidang tenaga kerja telah diadakan kegiatan peningkatan peranan buruh wanita, peningkatan produktivitas tenaga kerja wanita serta peningkatan ketrampilan wanita. Usaha-usaha terse-but dilaksanakan secara terpadu dengan usaha perlindungan te-naga kerja wanita seperti pembinaan tempat penitipan anak, fasili-tas keluarga berencana dan program kejar (bekerja sambil bela-jar), yang mencakup 4.500 orang di 32 kecamatan dari 12 propinsi.

Kegiatan di bidang transmigrasi meliputi latihan bagi wanita transmigran terpilih, penerapan teknologi masuk desa dan lain-lain yang dilaksanakan di 3 propinsi lama dan 3 propinsi baru.

Untuk memberikan kesempatan dan meningkatkan ketram-pilan kepada pemuka-pemuka wanita desa yang terpilih diadakan Widya-wisata dengan mengunjungi kabupaten-kabupaten atau propinsi-propinsi dan secara langsung mempelajari kegiatan pe-ningkatan peranan wanita yang telah berhasil dengan cara peng-amatan dan diskusi. Sehubungan dengan kegiatan-kegiatan terse-but di atas dalam tahun 1980/81 telah mulai dirintis pembentukan Pusat Dokumentasi dan Informasi berupa "clearing house" yang bertujuan untuk meningkatkan pengertian yang lebih baik meng-enai keadaan, potensi dan kebutuhan wanita dan anak. Kegiatan ini antara lain meliputi pengadaan fasilitas pengumpulan doku-mentasi dan penyimpanan data mengenai wanita dan anak dalam bentuk statistik, penerbitan berkala majalah Wanita dalam Pem-bangunan, studi dan informasi.

Selain itu sudah mulai disusun suatu kebijaksanaan pelayanan dan pendidikan yang menyeluruh dan terpadu bagi anak Balita di perkampungan. Kegiatan tersebut sudah mulai dilaksanakan di 4 kota Semarang, Cirebon, Yogyakarta dan Ujung Pandang.

Dalam tahun kedua Pelita II I (1980/81) Program Terpadu P2W-KSS dilaksanakan di 26 propinsi, 276 Kabupaten/Kodya, 564 keca-matan, 1.046 desa dan 44.970 keluarga.

980