40
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu adanya pembangunan di segala bidang, terutama dalam pembangunan di dunia bisnis. 1 Pada era globalisasi saat ini telah membawa perubahan dalam berbagai bidang kehidupan, salah satunya dalam dunia perdagangan. Perkembangan perdagangan saat ini tidak hanya meliputi adanya berbagai produk perdagangan yang heterogen dan selalu mengalami inovasi tetapi juga mengenai cara melakukan perdagangan yang semakin canggih dan modern. Dengan adanya kemajuan sistem teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat, kini transaksi 1 C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Pokok-Pokok Hukum Pasar Modal, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2002, hlm. 37. 1

digilib.uinsgd.ac.iddigilib.uinsgd.ac.id/26545/4/4_bab1.docx · Web viewatau hak jaminan. Sementara jaminan-jaminan lainnya yang bersifat kontraktual, seperti hak tanggungan atas

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: digilib.uinsgd.ac.iddigilib.uinsgd.ac.id/26545/4/4_bab1.docx · Web viewatau hak jaminan. Sementara jaminan-jaminan lainnya yang bersifat kontraktual, seperti hak tanggungan atas

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang

adil dan makmur. Untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu adanya pembangunan

di segala bidang, terutama dalam pembangunan di dunia bisnis.1 Pada era

globalisasi saat ini telah membawa perubahan dalam berbagai bidang kehidupan,

salah satunya dalam dunia perdagangan. Perkembangan perdagangan saat ini tidak

hanya meliputi adanya berbagai produk perdagangan yang heterogen dan selalu

mengalami inovasi tetapi juga mengenai cara melakukan perdagangan yang

semakin canggih dan modern. Dengan adanya kemajuan sistem teknologi

informasi dan komunikasi yang sangat pesat, kini transaksi perdagangan tidak

hanya dilakukan dalam dunia nyata saja tetapi juga dapat dilakukan dalam dunia

maya yaitu dengan transaksi perdagangan melalui media internet yang biasa

dikenal dengan istilah electronic commerce (E-Commerce).

Industri E-Commerce di Indonesia berkembang cukup baik. Perkembangan

E-Commerce yang cukup baik tersebut tidak terlepas dari jumlah pengguna

internet di Indonesia yang meningkat tiap tahunnya. Kemenkominfo mencatat

Indonesia berada di posisi ke-6 pengguna internet terbanyak di dunia. Pada tahun

1 C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Pokok-Pokok Hukum Pasar Modal, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2002, hlm. 37.

1

Page 2: digilib.uinsgd.ac.iddigilib.uinsgd.ac.id/26545/4/4_bab1.docx · Web viewatau hak jaminan. Sementara jaminan-jaminan lainnya yang bersifat kontraktual, seperti hak tanggungan atas

2

2014, pengguna internet di Indonesia naik hingga mencapai 83,7 juta.2 Kegiatan

perekonomian terus berlangsung dimanapun dan oleh siapa pun sebagai pelaku

usaha, baik pribadi, badan hukum privat atau publik. Tidak dapat disangkal bahwa

kegiatan tersebut dilakukan oleh siapapun bagian dari upaya peningkatan

perekonomian negara.

E-Commerce merupakan suatu tindakan melakukan transaksi bisnis secara

elektronik dengan menggunakan internet sebagai media komunikasi yang paling

utama. E-Commerce juga dapat diartikan sebagai suatu proses berbisnis dengan

memakai teknologi elektronik yang menghubungkan antara perusahaan,

konsumen, dan masyarakat dalam bentuk transaksi elektronik dan pertukaran

penjualan barang, servis, dan informasi secara elektronik.3

Dalam pengertian tersebut E-Commerce merupakan suatu transaksi

komersial yang dilakukan antar penjual dan pembeli atau dengan pihak lain dalam

hubungan perjanjian yang sama untuk mengirimkan sejumlah barang, pelayanan

atau peralihan hak. Transaksi komersial ini terdapat di dalam media elektronik

(media digital) yang secara fisik tidak memerlukan pertemuan para pihak yang

bertransaksi dan keberadaan media ini di dalam public network atau sistem yang

berlawanan dengan private network (sistem tertutup). Perdagangan seperti inilah

yang sedang diminati di kalangan masyarakat dunia, begitu pula di Indonesia.

2 Kominfo, Pengguna Internet Indonesia Nomor Enam Dunia, Diakses Melalui: <https://kominfo.go.id/content/detail/4286/pengguna-internet-indonesia-nomor-enam-dunia/0/sorotan media>, pada 10 Januari 2018.

3 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis:Menata Bisnis Modern di Era Globalisasi, Edisi ke dua, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, hlm. 407.

Page 3: digilib.uinsgd.ac.iddigilib.uinsgd.ac.id/26545/4/4_bab1.docx · Web viewatau hak jaminan. Sementara jaminan-jaminan lainnya yang bersifat kontraktual, seperti hak tanggungan atas

3

Meskipun Indonesia merupakan negara yang berkembang, namun mengenai

transaksi perdagangan melalui media internet atau E-Commerce Indonesia tidak

kalah saing dengan negara lain yang mana perkembangan jumlah transaksi E-

Commerce di Indonesia saat ini terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Dengan adanya perkembangan ekonomi secara pesat, sangat berpengaruh

pada daya beli masyarakat. Salah satu faktor yang menjadi modal penting untuk

menjalankan dan mengembangkan suatu kegiatan dalam mewujudkan

pembangunan perekonomian tersebut adalah dana atau uang. Dana yang

dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan perekonomian dan pengembangan usaha

dapat diperoleh dengan meminjam kepada lembaga keuangan. Di Indonesia

lembaga keuangan dibedakan menjadi dua, yaitu Lembaga Keuangan Bank dan

Lembaga Keuangan Bukan Bank. Pelaksanaan pinjaman melalui Lembaga

Keuangan Bank dinamakan pemberian kredit, sedangkan lembaga keuangan bukan

bank dinamakan lembaga pembiayaan.4

Lembaga Pembiayaan sebagai salah satu lembaga keuangan yang dikenal

oleh masyarakat dan sangat diminati karena prosesnya lebih mudah dibandingkan

dengan lembaga keuangan bank. Hal ini disebabkan keterbatasan jangkauan

penyebaran kredit oleh bank, keterbatasan sumber dana dan keterbatasan-

keterbatasan lain yang mengakibatkan kurang fleksibel dalam melakukan

fungsinya.5 Lembaga keuangan bank kurang ampuh untuk menanggulangi 4 Miranda Nasihin, Segala Tentang Hukum Lembaga Pembiayaan, Buku Pintar, Yogyakarta,

2012, hlm. 5.5 Retnowulan Sutantio, Perjanjian Pembiayaan Konsumen, Dalam Pustaka Peradilan Proyek

Pembinaan Tehnis Yustisial Mahkamah Agung RI, Jakarta, 1994, hlm. 1

Page 4: digilib.uinsgd.ac.iddigilib.uinsgd.ac.id/26545/4/4_bab1.docx · Web viewatau hak jaminan. Sementara jaminan-jaminan lainnya yang bersifat kontraktual, seperti hak tanggungan atas

4

berbagai keperluan dana dalam masyarakat, hal ini terlihat dari banyaknya bank

yang ambruk dan likuidasi. Lembaga pembiayaan memiliki berbagai bidang usaha

meliputi:6

1. Sewa Guna Usaha (Leasing);

2. Modal Ventura (Ventura Capital);

3. Perdagangan Surat Berharga (Securitas Company);

4. Anjak Piutang (Factoring);

5. Usaha Kartu Kredit (Kredit Card);

6. Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance).

Dari berbagai bidang usaha lembaga pembiayaan tersebut di atas, lembaga

pembiayaan konsumen sudah cukup populer dalam dunia bisnis Indonesia,

mengingat sifat dan transaksi pembiayaan konsumen tersebut mampu menampung

masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan dengan jenis pembiayaan yang

biasa dari bank-bank. Jika dihubungkan pada transaksi E-Commerce, pembiayaan

konsumen kini sudah memasuki dunia online, di mana banyak lembaga

pembiayaan konsumen yang menawarkan jasanya dalam toko-toko online di

Indonesia. Salah satunya terdapat dalam situs Blibli.com.

Pada dasarnya, pelaksanaan pinjam meminjam uang oleh perusahaan

pembiayaan konsumen diberikan kepada siapa saja yang memiliki kemampuan

6 Munir Fuady, Hukum Tentang Lembaga Pembiayaan (Dalam Teori dan Praktek), PT Citra Aditya, Bandung, 2002, hlm 5.

Page 5: digilib.uinsgd.ac.iddigilib.uinsgd.ac.id/26545/4/4_bab1.docx · Web viewatau hak jaminan. Sementara jaminan-jaminan lainnya yang bersifat kontraktual, seperti hak tanggungan atas

5

untuk membayar kembali dengan syarat melalui suatu perjanjian di antara kreditur

dan debitur.7 Hakikat hukum perjanjian pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan

hukum pelaku bisnis, dalam arti tidak sekedar mengatur namun lebih dari itu

memberi keleluasaan dan kebebasan sepenuhnya kepada para pelaku bisnis untuk

menentukan apa yang menjadi kebutuhan mereka. Hal ini karena pelaku bisnis

yang lebih mengetahui kebutuhan dalam kegiatan bisnisnya. Perjanjian merupakan

instrumen penting dalam hubungan hukum dan mengamankan transaksi mereka.8

Perjanjian Pembiayaan Konsumen adalah bentuk perjanjian tidak bernama yang

tunduk pada ketentuan Buku III KUH Perdata. Perjanjian pembiayaan konsumen

dianggap sah dan mengikat secara penuh bagi para pihak yang membuatnya sejauh

tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum yang berlaku, tidak melanggar

kesusilaan dan ketertiban umum.9

Dalam perjalanannya perjanjian pembiayaan konsumen secara online di

Indonesia bukanlah tanpa risiko. Risiko usaha yang terjadi terutama menyangkut

pemberian pembiayaan itu sendiri. Dalam perjanjian pemberian pembiayaan oleh

perusahaan pembiayaan pada dasarnya harus dilandasi keyakinan kreditur atau

perusahaan pembiayaan atas kemampuan dan kesanggupan kreditur untuk

melunasi hutangnya. Jaminan merupakan sarana perlindungan bagi keamanan

7 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hlm. 1.

8 Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Cetakan ke-1, Kencana Perdana Media Group, hlm. 97.

9 Subekti, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, 2005, hlm 13.

Page 6: digilib.uinsgd.ac.iddigilib.uinsgd.ac.id/26545/4/4_bab1.docx · Web viewatau hak jaminan. Sementara jaminan-jaminan lainnya yang bersifat kontraktual, seperti hak tanggungan atas

6

kreditur, yaitu kepastian atas pelunasan utang debitur atau pelaksanaan suatu

prestasi oleh debitur atau oleh penjamin debitur.

Keberadaan jaminan merupakan persyaratan untuk memperkecil risiko

perusahaan pembiayaan dalam menyalurkan biaya kepada kreditur. Terhadap

barang atau benda milik debitur yang dijadikan jaminan, akan dibuat perjanjian

pembebanannya yang disebut perjanjian jaminan. Perjanjian jaminan sendiri

didasarkan pada suatu asas, yaitu asas kebebasan berkontrak sebagai alas hukum

bagi kedua belah pihak, sehingga para pihak harus lebih hati-hati dalam membuat

perjanjian.

Sehubungan dengan perjanjian jaminan, perjanjian jaminan ini timbul

karena adanya perjanjian pokok, yang berupa perjanjian pembiayaan konsumen.

Tidak mungkin ada perjanjian jaminan tanpa ada perjanjian pokoknya. Perjanjian

jaminan tidak berdiri sendiri, melainkan selalu mengikuti perjanjian pokoknya.

Apabila perjanjian pokok berakhir, maka perjanjian jaminan juga akan berakhir

atau hapus. Sifat perjanjian jaminan adalah merupakan perjanjian accessoir.10

Perjanjian jaminan merupakan perjanjian khusus yang dibuat oleh kreditur dengan

debitur yang membuat suatu janji dengan mengikatkan benda tertentu atau dengan

tujuan memberikan keamanan dan kepastian hukum pengembalian pemberian

pembiayaan atau pelaksanaan perjanjian pokok.11

10 Munir Fuady, Jaminan Fidusia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hlm. 19.11 Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda Lain yang

Melekat pada Tanah dalam Konsepsi Penerapan Azas Pemisahan Horizontal, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 236.

Page 7: digilib.uinsgd.ac.iddigilib.uinsgd.ac.id/26545/4/4_bab1.docx · Web viewatau hak jaminan. Sementara jaminan-jaminan lainnya yang bersifat kontraktual, seperti hak tanggungan atas

7

Dalam fidusia, benda yang dijadikan jaminan tetap berada dalam

penguasaan pemilik benda atau pemberi jaminan dan bukan pada penerima

jaminan. Sehingga benda yang dibebani dengan fidusia tetap dapat digunakan oleh

pemilik bendanya.12 Perjanjian pembiayaan konsumen yang terjadi antara pihak

perusahaan pembiayaan dengan pihak debitur dalam praktiknya sering kali tidak

sesuai dengan keinginan para pihak. Seperti debitur yang wanprestasi terhadap

kreditur sehingga objek jaminan sering kali bermasalah seperti objek jaminan yang

hilang. Hilangnya benda yang dijaminkan dalam perjanjian pembiayaan konsumen

dapat disebabkan karena kelalaian debitur, atau di luar kuasa kreditur. Hal ini

menimbulkan kerugian pada debitur dan perusahaan pembiayaan. Debitur akan

kehilangan barang yang telah ia bayar secara berkala kepada perusahaan

pembiayaan dan perusahaan pembiayaan akan kehilangan objek yang dijaminkan

secara fidusia sehingga perusahaan pembiayaan tidak ada jaminan kebendaan lagi

dalam perjanjian pembiayaan konsumen.

Maka jika jaminan fidusia yang diperjanjikan secara elektronik hilang akan

menimbulkan suatu pertanyaan, apakah perjanjian yang dilakukan oleh kedua

belah pihak itu sah menurut peraturan hukum yang berlaku, mengingat perjanjian

tersebut merupakan hal yang baru dengan menggunakan media yang baru. Dan

apabila objek jaminan fidusia tersebut hilang, bagaimana pertanggungjawaban

baik itu kreditur maupun debitur, mengingat tidak selamanya hilangnya objek

jaminan fidusia yang hilang merupakan tanggung jawab debitur, apalagi jika isi

12 Gunawan Wijaya dan Ahmad Yani, Op. Cit, hlm. 26.

Page 8: digilib.uinsgd.ac.iddigilib.uinsgd.ac.id/26545/4/4_bab1.docx · Web viewatau hak jaminan. Sementara jaminan-jaminan lainnya yang bersifat kontraktual, seperti hak tanggungan atas

8

perjanjian tidak mengatur lebih lanjut mengenai hilangnya objek jaminan. Lebih

lanjut disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Fidusia

Pasal 25 ayat (1) mengenai hapusnya jaminan fidusia yaitu sebagai berikut:

(1) Jaminan Fidusia hapus karena hal-hal sebagai berikut :a. hapusnya utang yang dijamin dengan fidusia;b. pelepasan hak atas Jaminan Fidusia oleh Penerima Fidusia; atauc. musnahnya Benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia.

Berdasarkan uraian di atas maka, penulisan ini menitikberatkan kepada

pembahasan tentang ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam pembuatan

perjanjian pembiayaan konsumen secara online didasarkan pada UNDANG-

UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG FIDUSIA dan akibat

hukumnya atas kehilangan objek yang dijaminkan secara fidusia karena kelalaian

debitur dari perjanjian pembiayaan konsumen. Seperti kasus yang terjadi pada

objek kajian penulis yaitu terhadap seorang debitur yang telah melakukan kredit

motor melalui online shop, setelah motor tersebut digunakan sekitar setahun oleh

debitur, motor tersebut hilang pada saat diparkirkan di rumahnya, maka

berdasarkan ketentuan perjanjian pokok yang dibuat oleh pihak kreditur dan

debitur perjanjian tersebut seharusnya berakhir, hal itu dimuat dalam Pasal 11

Perjanjian Pembiayaan Konsumen. Pada klausul tersebut tertulis “...perjanjian

berakhir apabila kendaraan yang dibiayai hilang, dicuri, musnah, atau rusak berat”.

Namun yang terjadi adalah pihak debitur harus terus mengangsur sepanjang

hutang masih ada walau motor yang diperjanjikan sebagai jaminan fidusia hilang,

sehingga perbuatan tersebut merugikan pihak debitur.

Page 9: digilib.uinsgd.ac.iddigilib.uinsgd.ac.id/26545/4/4_bab1.docx · Web viewatau hak jaminan. Sementara jaminan-jaminan lainnya yang bersifat kontraktual, seperti hak tanggungan atas

9

Ditambah pihak kreditur tetap menagih debitur setelah itu dan mengancam

akan melakukan sita barang jaminan yang hal tersebut merupakan tindakan

pemaksaan. Oleh karena itu sepanjang pengetahuan penulis, penelitian ini belum

pernah ada. Oleh karena itu, maka dipandang perlu untuk diteliti mengenai

perjanjian pembiayaan konsumen secara online dan jaminan fidusia. Maka penulis

akan memilih judul penelitian dalam penulisan skripsi dengan judul: “AKIBAT

HUKUM HILANGNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA KARENA KELALAIAN

DEBITUR DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA

TRANSAKSI SECARA E-COMMERCE DIDASARKAN PADA UNDANG-

UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas, maka beberapa pokok

permasalahan yang akan di teliti di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana akibat hukum apabila yang ditimbulkan atas tuntutan pelunasan

oleh kreditur terhadap hilangnya objek jaminan fidusia yang dilakukan oleh

debitur dalam perjanjian pembiayaan konsumen pada transaksi secara e-

commerce didasarkan pada Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang

Fidusia?

2. Bagaimana upaya hukum debitur dalam hilangnya objek jaminan fidusia pada

perjanjian pembiayaan konsumen dan alat bukti pada transaksi secara E-

Commerce?

Page 10: digilib.uinsgd.ac.iddigilib.uinsgd.ac.id/26545/4/4_bab1.docx · Web viewatau hak jaminan. Sementara jaminan-jaminan lainnya yang bersifat kontraktual, seperti hak tanggungan atas

10

C. Tujuan Penelitian

Bertitik tolak pada permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka

penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengkaji dan menemukan akibat hukum yang ditimbulkan atas tuntutan

pelunasan oleh kreditur terhadap hilangnya objek jaminan fidusia yang

dilakukan oleh debitur dalam perjanjian pembiayaan konsumen pada transaksi

secara e-commerce didasarkan pada Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999

Tentang Fidusia.

2. Untuk mengkaji dan merumuskan upaya hukum debitur dalam perjanjian

permbiayaan konsumen serta yang dapat digunakan sebagai alat bukti pada

transaksi secara e-commerce.

D. Kegunaan Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian sebagaimana tersebut di atas, maka

hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat ganda, baik manfaat praktis

maupun manfaat teoritis di antaranya sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu

hukum khususnya hukum bisnis yang berkaitan dengan pelaksanaan eksekusi

jaminan fidusia dalam rangka penyelesaian kredit macet sesuai dengan Undang-

undang Nomor 42 Tahun 1999.

Page 11: digilib.uinsgd.ac.iddigilib.uinsgd.ac.id/26545/4/4_bab1.docx · Web viewatau hak jaminan. Sementara jaminan-jaminan lainnya yang bersifat kontraktual, seperti hak tanggungan atas

11

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu mendukung pelaksanaan

eksekusi jaminan fidusia berupa motor oleh perusahaan Leasing Oto Finance

sesuai dengan Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 sebagai upaya

penyelesaian kredit macet.

E. Kerangka Pemikiran

Untuk menjawab permasalahan tersebut dalam kerangka konseptual

dibutuhkan pendekatan secara teoritis yaitu melalui pendekatan kepustakaan yang

berupa pendapat para pakar dibidang Hukum Perikatan (Perjanjian) dan Jaminan

sebagai acuan. Adapun teori hukum yang digunakan yaitu Pacta Sun Servanda,

asas Kepastian Hukum dalam perjanjian, yaitu para pihak dalam perjanjian

memiliki kepastian hukum dan oleh karenanya dilindungi secara hukum, sehingga

jika terjadi sengketa dalam pelaksanaan perjanjian, maka hakim dengan

keputusannya dapat memaksa agar pihak yang melanggar itu melaksanakan hak

dan kewajibannya sesuai perjanjian. Dalam hal ini konsumen dirugikan dengan

adanya perilaku wanprestasi oleh pihak kreditur sebagai lembaga pembiayaan.

Adapun yang ditekankan dalam kerangka pemikiran ini adalah sebagai berikut:

1. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian

Ketentuan mengenai perjanjian diatur dalam buku III KUH Perdata

Pasal 1313 KUH Perdata “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan

Page 12: digilib.uinsgd.ac.iddigilib.uinsgd.ac.id/26545/4/4_bab1.docx · Web viewatau hak jaminan. Sementara jaminan-jaminan lainnya yang bersifat kontraktual, seperti hak tanggungan atas

12

mana suatu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain

atau lebih”.

Menurut Mariam Darus Badrulzaman, bahwa definisi perjanjian tersebut

sudah otentik rumusannya namun di satu sisi tidak lengkap karena hanya

menekankan pada perjanjian sepihak saja dan disisi lain terlalu luas karena

dapat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan janji kawin yaitu sebagai

perbuatan yang terdapat dalam bidang hukum keluarga.13 Pengertian perjanjian

menurut Subekti, suatu perjanjian adalah suatu peristiwa, di mana seseorang

berjanji kepada seseorang lain, atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk

melaksanakan sesuatu hal.14 Pengertian perjanjian menurut Sudikno

Mertokusumo adalah: hubungan hukum antara kedua orang yang bersepakat

untuk menimbulkan akibat hukum, dua pihak sepakat untuk menentukan

peraturan atau kaidah atau hak-hak dan kewajiban yang mengikat mereka untuk

di taati atau di jalankan.15

Dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata menegaskan “semua perjanjian

yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya.” Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan

kebebasan kepada pihak untuk membuat atau tidak membuat perjanjian,

mengadakan perjanjian dengan siapa pun, menentukan isi perjanjian/

13 Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Penerbit Alumni, Bandung, 1994, hlm. 18.

14 Subekti, Op. Cit., hlm. 1.15 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Edisi 4 cetakan 2, Liberty,

Yogyakarta, 1999, hlm. 23.

Page 13: digilib.uinsgd.ac.iddigilib.uinsgd.ac.id/26545/4/4_bab1.docx · Web viewatau hak jaminan. Sementara jaminan-jaminan lainnya yang bersifat kontraktual, seperti hak tanggungan atas

13

pelaksanaan dan persyaratannya, menentukan bentuknya perjanjian yaitu

tertulis atau lisan. Asas kebebasan berkontrak merupakan sifat atau ciri khas

dari Buku III BW, yang hanya mengatur para pihak, sehingga para pihak dapat

saja mengenyampingkannya, kecuali terhadap Pasal-Pasal tertentu yang

sifatnya memaksa.

2. Kredit

a. Pengertian Kredit

Proses pemberian kredit akan menyangkut suatu jumlah uang dari

nilai yang relatif kecil sampai jumlah yang cukup besar, sehingga ada

berbagai kemungkinan pula yang dapat terjadi yang akan membawa

kerugian finansial bagi pemberi kredit apabila kredit-kredit tersebut tidak

dikelola dengan baik. Kata “kredit” berasal dari bahasa latin “creditus” yang

merupakan bentuk past participle dari kata ”credee” yang berarti to trust.

Kata tersebut sendiri berarti kepercayaan.16 Dengan kata lain kepercayaan

akan kebenaran. Bahasa belanda menyebut kredit dengan Ventrouwen dan

bahasa inggris dengan belive, trust confident.17 Sedangkan dalam bahasa

Indonesia kata kredit mempunyai arti kepercayaan, jadi seorang memperoleh

kredit berarti memperoleh kepercayaan. Walaupun sebenarnya kredit itu

tidak hanya sekedar kepercayaan.16 Munir Fuady, Hukum Perkreditan Kontemporer, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996,

hlm. 5.17 Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,

1991, hlm. 23.

Page 14: digilib.uinsgd.ac.iddigilib.uinsgd.ac.id/26545/4/4_bab1.docx · Web viewatau hak jaminan. Sementara jaminan-jaminan lainnya yang bersifat kontraktual, seperti hak tanggungan atas

14

Dalam arti yang lebih luas kredit diartikan sebagai kepercayaan.

Begitu pula dalam makna latin berarti “credere” artinya percaya. Maksudnya

percaya bagi si pemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima kredit

bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai dengan

perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit menyatakan kepercayaan

sehingga mempunyai kewajiban untuk membayarnya sesuai jangka waktu.18

b. Jaminan Kredit

Masalah jaminan sangat penting, tidak saja dalam masalah

perkreditan tetapi juga dalam transaksi dagang atau bisnis. Di Amerika hal

tersebut terkenal dengan istilah secured transaction. Istilah secured

transaction bukanlah istilah yang dikenal dalam hukum Indonesia, namun

sudah sering digunakan di Indonesia dalam percakapan bisnis. Suatu

transaksi dagang atau bisnis, tidak hanya melibatkan adanya suatu perjanjian

penjualan barang yang diikuti dengan pelaksanaannya berupa penyerahan

barang yang dijual dan dilakukan pembayaran, yaitu baik dengan uang tunai

atau dengan alat pembayaran lain yang bukan uang tunai seperti cek atau

wesel, tetapi dapat pula melibatkan pemberian security interest atau hak

jaminan.

Sementara jaminan-jaminan lainnya yang bersifat kontraktual, seperti

hak tanggungan atas tanah, gadai, hipotik, fidusia, dan sebagainya hanya

18 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hlm. 104-105.

Page 15: digilib.uinsgd.ac.iddigilib.uinsgd.ac.id/26545/4/4_bab1.docx · Web viewatau hak jaminan. Sementara jaminan-jaminan lainnya yang bersifat kontraktual, seperti hak tanggungan atas

15

dianggap sebagai “jaminan tambahan” semata-mata, yakni tambahan atas

jaminan utamanya berupa jaminan atas barang yang dibiayai dengan kredit

tersebut.19

3. Pengertian Pembiayaan Konsumen

Dalam rangka memasuki era pasar bebas dan dalam menunjang

pertumbuhan perekonomian nasional, maka sarana penyediaan dana yang

dibutuhkan masyarakat perlu diperluas. Salah satunya pembiayaan Konsumen.

Lahirnya pemberian kredit dengan sistem pembiayaan konsumen ini sebenarnya

sebagai jawaban atas kenyataan-kenyataan sebagai berikut :20

a. Bank-bank kurang tertarik/tidak cukup banyak dalam menyediakan kredit

kepada konsumen, yang umumnya merupakan kredit-kredit berukuran kecil.

b. Sumber dana yang formal lainnya banyak keterbatasan atau sistemnya

kurang fleksibel atau tidak sesuai dengan kebutuhan.

c. Sistem pembayaran informal seperti yang dilakukan oleh para lintah darat

atau tengkulak dirasakan sangat mencengkeram masyarakat dan sangat

usuary oriented. Sistem pembiayaan formal lewat koperasi, seperti Koperasi

Unit Desa ternyata tidak berkembang seperti yang diharapkan.

4. Obyek dan Subyek Fidusia

19 Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999. hlm. 69-70.

20 Munir Fuady, Op.Cit., hlm. 163.

Page 16: digilib.uinsgd.ac.iddigilib.uinsgd.ac.id/26545/4/4_bab1.docx · Web viewatau hak jaminan. Sementara jaminan-jaminan lainnya yang bersifat kontraktual, seperti hak tanggungan atas

16

a. Objek Jaminan Fidusia

Obyek jaminan Fidusia adalah benda yang dapat dimiliki dan

dialihkan kepemilikannya, baik berwujud maupun tidak berwujud, terdaftar

maupun tidak terdaftar, bergerak maupun tidak bergerak yang tidak dapat

dibebani hak tanggungan atau hipotik. Uraian mengenai benda yang menjadi

objek jaminan fidusia harus disebut dengan jelas dalam akta jaminan Fidusia

baik identifikasi benda tersebut, maupun penjelasan surat bukti

kepemilikannya dan bagi benda inventory yang selalu berubah-ubah dan atau

tetap harus dijelaskan jenis bendanya dan kualitasnya.

b. Subyek jaminan Fidusia

Subjek Jaminan Fidusia menurut UUJF adalah Pemberi Fidusia yaitu

orang perorangan atau korporasi pemilik benda yang menjadi objek jaminan

fidusia dan penerima Fidusia dalam hal ini adalah seorang perseorangan atau

korporasi yang menerima piutang yang pembayarannya dijamin dengan

fidusia.

5. Pengertian E-Commerce

Definisi E-Commerce merupakan suatu tindakan melakukan transaksi

bisnis secara elektronik dengan menggunakan internet sebagai media

komunikasi yang paling utama. E-Commerce juga dapat diartikan sebagai suatu

proses berbisnis dengan memakai teknologi elektronik yang menghubungkan

antara perusahaan, konsumen, dan masyarakat dalam bentuk transaksi

Page 17: digilib.uinsgd.ac.iddigilib.uinsgd.ac.id/26545/4/4_bab1.docx · Web viewatau hak jaminan. Sementara jaminan-jaminan lainnya yang bersifat kontraktual, seperti hak tanggungan atas

17

elektronik dan pertukaran penjualan barang, servis, dan informasi secara

elektronik.21 Definisi E-Commerce jika dijabarkan lebih lanjut dibagi ke dalam

7 perspektif pokok:22

a. Perspektif komunikasi: E-Commerce adalah penyampaian barang, jasa,

informasi, atau pembayaran melalui

b. Jaringan komputer atau sarana elektronik lainnya.

c. Perspektif komersial (perdagangan): E- Commerce memfasilitasi kapabilitas

pembelian dan penjualan produk, jasa dan informasi melalui Internet dan via

jasa online lainnya.

d. Perspektif proses bisnis: E-Commerce adalah melakukan bisnis secara

elektronik dengan jalan merampungkan proses bisnis melalui jaringan

elektronik.

e. Perspektif layanan/jasa: E-Commerce merupakan alat yang mampu

memenuhi kebutuhan pemerintah, perusahaan, konsumen dan manajemen

untuk menekan biaya layanan sembari menyempurnakan kualitas layanan

dan meningkatkan kecepatan penyampaian jasa,

f. Perspektif pembelajaran: E-Commerce merupakan enabler bagi pelatihan

dan pendidikan online di sekolah, universitas, dan organisasi lainnya,

termasuk organisasi bisnis.

21 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis:Menata Bisnis Modern di Era Globalisasi, Edisi ke dua, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, hlm. 407.

22 Anastasia Diana dan Fandy Tjiptono, E-Business, ANDI, Yogyakarta, 2007, hlm. 29.

Page 18: digilib.uinsgd.ac.iddigilib.uinsgd.ac.id/26545/4/4_bab1.docx · Web viewatau hak jaminan. Sementara jaminan-jaminan lainnya yang bersifat kontraktual, seperti hak tanggungan atas

18

g. Perspektif kolaboratif: E-Commerce merupakan kerangka bagi kolaborasi

antar organisasi dan intra-organisasi.

h. Perspektif komunitas: E-Commerce menyediakan tempat berkumpul atau

berinteraksi bagi para anggota komunitas untuk saling belajar, bertransaksi,

dan berkolaborasi.

F. Langkah-Langkah Penelitian

Yang dimaksud dengan metode, adalah proses, prinsip–prinsip dan tata

cara memecahkan suatu masalah, sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara

hati–hati, tekun dan tuntas terhadap suatu gejala untuk menambah pengetahuan

manusia, maka metode penelitian dapat diartikan sebagai proses prinsip-prinsip

dan tata cara untuk mencegah masalah yang dihadapi dalam melakukan penelitian.

Sesuai dengan tujuan penelitian hukum ini, maka dalam penelitian hukum

kita mengenal adanya penelitian secara yuridis empiris. Penelitian normatif

dilakukan dengan meneliti bahan pustaka yang merupakan data sekunder dan juga

disebut penelitian kepustakaan. Penelitian hukum empiris dilakukan dengan

wawancara kepada responden sebagai nara sumber. Menurut Sutrisno Hadi,

metode penelitian merupakan penelitian yang menyajikan bagaimana caranya atau

langkah–langkah yang harus diambil dalam suatu penelitian secara sistematis dan

logis sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Metode Pendekatan

Page 19: digilib.uinsgd.ac.iddigilib.uinsgd.ac.id/26545/4/4_bab1.docx · Web viewatau hak jaminan. Sementara jaminan-jaminan lainnya yang bersifat kontraktual, seperti hak tanggungan atas

19

Penelitian yuridis empiris dilakukan wawancara dengan responden di

lapangan yang merupakan data primer dan meneliti bahan pustaka yang

merupakan data sekunder atau penelitian kepustakaan.23 Penelitian mengenai

jaminan fidusia yang hilang akibat kelalaian debitur pada transaksi secara E-

Commerce merupakan penelitian empiris, karena penelitian ini menitik

beratkan pada penelitian di lapangan yang menjelaskan situasi serta Hukum

yang terjadi dan berlaku dalam masyarakat secara menyeluruh, sistematis,

faktual, akurat mengenai fakta-fakta yang semuanya berhubungan dengan judul

penelitian “AKIBAT HUKUM HILANGNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA

KARENA KELALAIAN DEBITUR DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN

KONSUMEN PADA TRANSAKSI SECARA E-COMMERCE DIDASARKAN

PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN

FIDUSIA”.

Dalam penelitian ini lokasi yang diambil adalah perusahaan pembiayaan

yang bergerak di bidang pembiayaan yaitu Oto Finance. Dalam menjalankan

usahanya melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan kendaraan sepeda

motor untuk digunakan oleh perorangan.

2. Jenis Data

Jenis data penelitian ini adalah berupa penelitian studi kasus dengan

metode yuridis empiris yaitu dengan cara meneliti di lapangan dengan

mewawancarai responden yang merupakan data primer serta meneliti bahan

23 Ibid.

Page 20: digilib.uinsgd.ac.iddigilib.uinsgd.ac.id/26545/4/4_bab1.docx · Web viewatau hak jaminan. Sementara jaminan-jaminan lainnya yang bersifat kontraktual, seperti hak tanggungan atas

20

pustaka yang merupakan data sekunder dan juga disebut penelitian

kepustakaan, dikaitkan dengan kenyataan.24 Istilah analitik di sini mengandung

makna mengelompokkan, menghubungkan, membandingkan dan memberi

makna pelaksanaan perjanjian melalui pembiayaan konsumen melalui

perusahaan pembiayaan Oto Finance.

3. Sumber Data

Adapun jenis-jenis dengan sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini dibagi menjadi dua macam, yaitu sumber data primer dan sumber

data sekunder.

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari masyarakat.

Data primer ini diperoleh melalui wawancara bebas terpimpin, yaitu

dengan mempersiapkan terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan sebagai

pedoman, tetapi tidak menutup kemungkinan adanya variasi pertanyaan

sesuai dengan situasi ketika wawancara berlangsung. Wawancara dilakukan

dengan pihak yang berwenang dan terkait serta berkompeten dalam bidang

hukum jaminan khususnya terhadap persoalan jaminan fidusia dalam

penyelesaian jaminan fidusia yang hilang;

a. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari bahan kepustakaan.

Data sekunder ini diperoleh melalui studi kepustakaan yang berkaitan

dengan fokus penelitian, yang terdiri dari:

24 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Yumetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990, hlm. 9.

Page 21: digilib.uinsgd.ac.iddigilib.uinsgd.ac.id/26545/4/4_bab1.docx · Web viewatau hak jaminan. Sementara jaminan-jaminan lainnya yang bersifat kontraktual, seperti hak tanggungan atas

21

1) Data sekunder umum, yang diteliti adalah:

a) Data sekunder yang bersifat pribadi, yang terdiri dari:

(1) Dokumen-dokumen pribadi;

(2) Data pribadi yang tersimpan di lembaga-lembaga.

b) Data sekunder yang bersifat publik, yang terdiri dari:

(1) Data arsip;

(2) Data resmi pada instansi-instansi pemerintah;

(3) Data yang dipublikasikan.

2) Data sekunder di bidang hukum yang berhubungan dengan fokus

penelitian, dapat dibedakan menjadi:

a) Bahan hukum primer, antara lain terdiri dari:

(1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

(2) Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

(3) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988

tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga

Pembiayaan;

(4) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 448/KMK.017/2000

tentang Perusahaan Pembiayaan.

b) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan

bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan memahami

bahan hukum primer, yang diperoleh dari:

(1) Rancangan peraturan perundang-undangan;

Page 22: digilib.uinsgd.ac.iddigilib.uinsgd.ac.id/26545/4/4_bab1.docx · Web viewatau hak jaminan. Sementara jaminan-jaminan lainnya yang bersifat kontraktual, seperti hak tanggungan atas

22

(2) Hasil-hasil penelitian.

c) Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi

tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang berupa:

(1) Kamus hukum;

(2) Kamus bahasa.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap penelitian ini agar diperoleh data yang valid dan bisa

dipertanggungjawabkan, maka dat diperoleh melalui :

a. Studi Kepustakaan

1) Observasi

Observasi adalah suatu aktivitas pengamatan terhadap suatu objek secara

cermat dan langsung di lokasi penelitian. Dengan ini peneliti melakukan

observasi langsung di Perusahaan Oto Leasing Finance Bandung.

2) Wawancara

Wawancara sebagai upaya mendekatkan informasi dengan cara

bertanya langsung kepada informan. Tanpa wawancara, peneliti akan

kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan bertanya

langsung. Adapun wawancara yang dilakukan adalah wawancara berstruktur.

Adapun dalam pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara bersama

staf Oto Finance di Bandung. Hal demikian dilakukan dengan tujuan untuk

memperoleh data secara luas dan menyeluruh sesuai dengan kondisi saat ini.

b. Penelitian Lapangan

Page 23: digilib.uinsgd.ac.iddigilib.uinsgd.ac.id/26545/4/4_bab1.docx · Web viewatau hak jaminan. Sementara jaminan-jaminan lainnya yang bersifat kontraktual, seperti hak tanggungan atas

23

Observasi langsung adalah cara pengumpulan data dengan cara

melakukan pencatatan secara cermat dan sistematik. Observasi harus

dilakukan secara teliti dan sistematis untuk mendapatkan hasil yang bisa

diandalkan, dan peneliti harus mempunyai latar belakang atau pengetahuan

yang lebih luas tentang objek penelitian mempunyai dasar teori dan sikap

objektif. Observasi langsung yang dilakukan oleh peneliti bisa direalisasikan

dengan cara mencatat berupa informasi yang berhubungan dengan Transaksi

pada perjanjian pembiayaan konsumen Oto Finance.

c. Studi Dokumen

Yaitu dengan proses melihat kembali sumber-sumber data dari

dokumen yang ada dan dapat digunakan untuk memperluas data-data yang

telah ditemukan. Adapun sumber data dokumen diperoleh dari lapangan

berupa buku, arsip, majalah bahkan dokumen perusahaan atau dokumen

resmi yang berhubungan dengan fokus penelitian.

5. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah di mana

penelitian tersebut akan dilakukan. Adapun lokasi penelitian yang lakukan oleh

penulis mengambil lokasi di Kantor Oto Finance Bandung.

6. Analisis Data

Page 24: digilib.uinsgd.ac.iddigilib.uinsgd.ac.id/26545/4/4_bab1.docx · Web viewatau hak jaminan. Sementara jaminan-jaminan lainnya yang bersifat kontraktual, seperti hak tanggungan atas

24

Teknik analisis data yang penulis lakukan adalah deskriptif kualitatif

yakni dengan memberikan gambaran secara khusus berdasarkan data yang

dikumpulkan secara kualitatif. Metode ini memusatkan diri pada pemecahan

masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang

aktual. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian di

analisa. Analisis dilakukan atas suatu yang telah ada, berdasarkan data yang

telah masuk dan diolah sedemikian rupa dengan meneliti kembali, sehingga

analisis dapat diuji kebenarannya. Analisis data ini dilakukan peneliti secara

cermat dengan berpedoman pada tipe dan tujuan dari penelitian yang

dilakukan.25

25 Ronny Hanitijo Soemitro, Op. Cit, hlm. 35.

Page 25: digilib.uinsgd.ac.iddigilib.uinsgd.ac.id/26545/4/4_bab1.docx · Web viewatau hak jaminan. Sementara jaminan-jaminan lainnya yang bersifat kontraktual, seperti hak tanggungan atas

25