124
PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

 · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

PENDIDIKAN, OLAHRAGA,KEBUDAYAAN NASIONAL DAN

KEPERCAYAANTERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

Page 2:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut
Page 3:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

BAB XVII

PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL

DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHANYANG MAHA ESA

A. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan upaya dan wahana strategis untuk mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan sesuai amanat yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia. Pembangunan pendidikan di Indonesia sejak kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 berpegang pada pasal 31 UUD 1945, yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran, dan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan Undang-Undang.

XVII/3

Page 4:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

Sesuai dengan kondisi bangsa yang berada dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan, pada awal kemerdekaan pendidikan di Indonesia ditekankan pada tujuan untuk menanamkan semangat dan jiwa kepahlawanan. Kesadaran nasional dan semangat perjuangan di kala itu memang telah mendorong keinginan masyarakat untuk memperoleh pendidikan, namun sarana dan prasarana pendidikan masih sangat terbatas. Jumlah sekolah rakyat (SR) pada saat itu hanya sekitar 15 ribu sekolah dengan murid sekitar 2,5 juta orang atau rata-rata tidak lebih dari 175 orang murid per sekolah. Pada tingkat lanjutan, keadaannya tidak lebih baik. Sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) pada tahun 1945 tercatat sebanyak 322 sekolah dengan murid sekitar 90 ribu, dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) sebanyak 79 sekolah dengan murid 19 ribu orang. Untuk menampung minat belajar masyarakat yang makin meningkat, berbagai upaya telah dilakukan, seperti mendirikan gedung baru, dan menyewa rumah-rumah rakyat untuk dijadikan gedung sekolah, serta menyelenggarakan proses belajar mengajar dua kali dalam sehari. Dalam keadaan yang serba terbatas itu, peran serta masyarakat sangat menonjol, antara lain dengan membangun sekolah secara gotong-royong.

Pada awal kemerdekaan jumlah tenaga guru juga masih terbatas. Pada tahun 1945, tercatat sebanyak 36,3 ribu guru SR, 4,6 ribu orang guru SLTP dan hanya sekitar 1,6 ribu guru SLTA. Dengan demikian rasio murid per guru juga masih sangat tinggi, misalnya untuk SR adalah 69 murid per guru. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga guru, Pemerintah menyelenggarakan pendidikan dan kursus-kursus guru baik untuk sekolah dasar maupun sekolah lanjutan. Selain itu, upaya peningkatan kesempatan belajar masyarakat dilakukan pula melalui program pemberantasan buta huruf bagi penduduk dewasa.

XVII/4

Page 5:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

Guna meningkatkan mutu pendidikan telah diupayakan penyempurnaan kurikulum pada setiap jenjang pendidikan yang mengutamakan kesesuaian isi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari, meningkatkan pendidikan jasmani dan kesenian, meningkatkan kesadaran bernegara dan bermasyarakat, serta meningkatkan pendidikan watak.

Perkembangan di bidang pendidikan dalam kurun waktu sejak awal kemerdekaan sampai dengan menjelang PJP I banyak dipengaruhi oleh berbagai gejolak politik pads masa itu yang berpuncak pada meletusnya peristiwa G30S/PKI tahun 1965. Dalam keadaan demikian, pembangunan pendidikan masih dapat terus berjalan dengan hasil yang cukup bermakna. Dibandingkan dengan keadaan pada awal kemerdekaan, taraf pendidikan penduduk Indonesia pada tahun 1968 meningkat jauh lebih baik. Murid SD berjumlah sekitar 12,3 juta orang, murid SLTP 1,1 juta orang, dan murid SLTA 482 ribu orang, serta mahasiswa sekitar 156 ribu orang. Tenaga pendidik meningkat menjadi 308,6 ribu orang untuk sekolah dasar, 63,3 ribu orang untuk SLTP dan 36,1 ribu orang untuk SLTA serta sekitar 8,8 ribu untuk perguruan tinggi.

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga terampil tingkat menengah, sejak awal kemerdekaan dikembangkan sekolah kejuruan, seperti sekolah kepandaian putri, teknik, pertanian, dan perdagangan. Pada awal kemerdekaan tercatat sebanyak 72 sekolah kejuruan tingkat pertama dan 13 sekolah kejuruan tingkat atas. Dalam PJP I jumlah dan jenis sekolah kejuruan tersebut terus meningkat, sehingga pada tahun 1969 terdapat sekitar 1.400 sekolah kejuruan tingkat pertama dan 760 sekolah kejuruan tingkat atas.

Di tingkat pendidikan tinggi pada awal kemerdekaan dilakukakan penataan bagi lembaga pendidikan tinggi yang didirikan

XVII/5

Page 6:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

oleh pemerintah Hindia Belanda sebelum kemerdekaan. Lembaga pendidikan tinggi yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda adalah Fakultas (pada waktu itu namanya Faculteit) Hukum, Kedokteran, Ekonomi dan Sastra di Jakarta, Fakultas Pertanian dan Kedokteran Hewan di Bogor, Fakultas Teknik di Bandung, Fakultas Kedokteran Gigi di Surabaya, dan Fakultas Ekonomi di Makasar (Ujung Pandang). Pada tahun 1947 lembaga-lembaga tersebut digabung menjadi Universiteit Van Indonesia. Selain itu, pada awal kemerdekaan didirikan pula lembaga pendidikan tinggi baru yaitu Fakultas Hukum dan Kesusasteraan Darurat di Jakarta, Pergururan Tinggi Kedokteran dan Kedokteran Gigi di Malang, Perguruan Tinggi Kedokteran bagian I di Klaten dan Perguruan Tinggi Kedokteran bagian II di Solo, serta Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan di Bogor. Perguruan tinggi-perguruan tinggi tersebut tergabung dalam Balai Perguruan Tinggi Republik Indonesia (BPTRI) yang berpusat di Klaten dengan menggunakan Rumah Sakit Tegalyasa sebagai kampus. Pada tahun 1950 Universiteit Van Indonesia dan BPTRI bergabung menjadi Universiteit Indonesia.

Selain lembaga-lembaga pendidikan tinggi di atas, pada masa perjuangan berdiri Universitas Gajah Mada di Yogyakarta pada tahun 1949, kemudian diikuti oleh Universitas Airlangga di Surabaya pada tahun 1954, Universitas Hasanuddin di Makassar (Ujung Pandang) dan Universitas Andalas di Bukittinggi pada tahun 1956, serta Universitas Pajajaran di Bandung dan Universitas Sumatera pada tahun 1957. Perkembangan selanjutnya, pada tahun 1959 Fakultas Teknik di Bandung memisahkan diri dari Universiteit Indonesia menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB), yang kemudian pada tahun 1963 diikuti oleh Fakultas Pertanian dan Fakultas Kedokteran Hewan di Bogor menjadi Institut Pertanian Bogor (IPB), sehingga kemudian Universitas Indonesia terdiri hanya dari fakultas-fakultas yang berada di Jakarta. Sementara, pada tahun 1960 didirikan Institut

XVII/6

Page 7:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

Teknologi 10 November Surabaya (ITS) yang dirintis pada tahun 1957 oleh Yayasan Pendidikan Perguruan Tinggi Teknik. Perkembangan pendidikan tinggi di Indonesia terus meningkat sehingga pada awal PJP I sudah terdapat 254 perguruan tinggi, yang terdiri dari 55 perguruan tinggi negeri dan 199 perguruan tinggi swasta.

Meskipun secara kuantitatif banyak kemajuan yang telah dicapai selama kurun waktu sampai dengan menjelang PJP I, namun kemajuan tersebut masih sangat terbatas. Belajar dari pengalaman sejarah, maka sejak awal PJP I pembangunan pendidikan dan kebudayaan diarahkan agar sesuai dengan tekad bangsa Indonesia untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Sejalan dengan itu, pembinaan semangat dan jiwa Pancasila serta pendidikan agama dimasukkan sebagai bagian penting dalam kurikulum pendidikan sejak tingkat sekolah dasar.

Keberhasilan yang patut dicatat dalam pembangunan pendidikan selama PJP I adalah tercapainya Wajib Belajar Enam Tahun yang berdampak pula pada menurunnya jumlah penduduk yang buta aksara.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi jumlah penduduk buta aksara yang pada awal kemerdekaan jumlahnya masih sangat tinggi, misalnya di Pulau Jawa terdapat sekitar 70 persen dari penduduk usia 16-25 tahun. Dalam PJP I upaya tersebut ditingkatkan dan dilanjutkan melalui program pendidikan luar sekolah (PLS) dengan menyelenggarakan kelompok belajar Paket A dan Paket B untuk memberi kesempatan belajar bagi penduduk yang tidak mampu bersekolah terutama karena kemiskinan. Program Paket A dan Paket B tersebut telah berhasil menurunkan jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas yang buta aksara dari 39,1 persen pada tahun 1971 menjadi 15,9 persen pada tahun 1990.

XVII/7

Page 8:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

Kegiatan yang amat menunjang pelaksanaan Wajib Belajar Enam Tahun adalah program Inpres SD yang dimulai pada tahun 1973/74. Melalui program Inpres SD dibangun sarana dan prasarana pendidikan secara besar-besaran, sehingga secara nyata memperluas kesempatan belajar bagi seluruh lapisan masyarakat di seluruh penjuru tanah air. Piagam "Avicenna" yang diterima oleh Presiden RI dari UNESCO pada tahun 1993 merupakan bukti pengakuan dunia terhadap keberhasilan Indonesia dalam pembangunan pendidikan.

Kesempatan belajar pada berbagai jenjang pendidikan meningkat dengan pesat dalam PJP I. Dalam kurun waktu 25 tahun, sejak tahun 1968 sampai dengan akhir PJP I (tahun 1993/94), angka partisipasi kasar (APK) pada tingkat sekolah dasar meningkat dari 68,7 persen menjadi 110,4 persen. APK tingkat SLTP meningkat dari 16,9 persen menjadi 43,4 persen, APK tingkat SLTA meningkat dari 8,6 persen menjadi 30,3 persen, dan APK pada tingkat pendidikan tinggi meningkat dari 1,6 persen menjadi 9,5 persen. Perkembangan lain yang patut dicatat pula adalah meningkatnya jumlah perguruan tinggi secara mencolok yang sebagian besar dibangun oleh swasta. Pada akhir PJP I sudah tercatat 1.252 perguruan tinggi yang terdiri dari 63 perguruan tinggi negeri dan 1.189 perguruan tinggi swasta. Dengan demikian maka di semua propinsi, termasuk propinsi termuda Timor Timur, telah berdiri sekurang-kurangnya satu perguruan tinggi negeri, yang mutunya terus meningkat dengan menitikberatkan pada pola ilmiah pokok (PIP) sesuai dengan kondisi dan potensi sumber daya setempat.

Guna memenuhi kebutuhan industri, pertanian, dan dunia usaha lainnya akan tenaga terampil, selama PJP I sekolah kejuruan tingkat atas yang selanjutnya disebut sekolah menengah kejuruan (SMK) terus meningkat baik jumlah maupun bidang pendidikannya. Pada akhir PJP I tercatat sebanyak 681 SMK negeri dan 2.837 SMK swasta yang

XVII/8

Page 9:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

tersebar di semua propinsi, dengan jumlah murid lebih dari 1,3 juta orang. Sementara itu di tingkat pendidikan tinggi, diselenggarakan pendidikan politeknik keteknikan (engineering) dan politeknik bisnis. Pada akhir PJP I, sudah ada 20 perguruan tinggi negeri (PTN) yang menyelenggarakan lebih dari satu jenis program politeknik, 6 PTN menyelenggarakan program politeknik pertanian, 19 PTN menyelenggarakan program politeknik keteknikan, dan 11 PTN menyelenggarakan program politeknik bisnis.

Selanjutnya, dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) maka segenap kegiatan pendidikan menjadi lebih terarah.

Landasan yang amat mendasar di bidang pendidikan yang diletakkan sejak awal kemerdekaan adalah digunakannya bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di sekolah. Dengan demikian maka seluruh bangsa makin merasakan sebagai bangsa yang satu dan bersatu, dan bahasa Indonesia terus berkembang menjadi bahasa nasional yang membudaya dan digunakan sehari-hari dan secara efektif berfungsi sebagai pemersatu. Upaya pengembangan bahasa Indonesia melalui sekolah diperkukuh pula dengan disempurnakannya tatabahasa dan istilah-istilah bahasa Indonesia dalam ejaan baru yang disebut Ejaan Republik atau Ejaan Suwandi pada tahun 1947.

Dalam PJP I, bahasa Indonesia telah berkembang dengan lebih mantap antara lain didukung oleh pembakuan ejaan bahasa Indonesia menjadi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang berlaku mulai tanggal 17 Agustus 1972. Pengembangan bahasa Indonesia tersebut juga diikuti oleh pengembangan bahasa daerah guna memperkaya perbendaharaan bahasa dan sastra Indonesia serta khazanah kebudayaan nasional. Perkembangan dalam bidang bahasa memberi pengaruh yang besar terhadap perkembangan kebudayaan Indonesia.

XVII/9

Page 10:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

Dalam rangka pembangunan kebudayaan telah dilakukan pemeliharaan serta pemugaran peninggalan sejarah dan kepurbakalaan. Dalam PJP I telah dipelihara dan dipugar antara lain Candi Borobudur, Prambanan, Sewu, Sambisari, Tikus, Bajangratu, Jawi, Benteng Vredeburg, Benteng La Galigo, Masjid Demak, Gereja Tugu, Makam Pangeran Diponegoro, Kiai Mojo, Kraton Mangkunegaran, Kraton Yogyakarta, Kasepuhan dan Kanoman, Situs Muara Jambi, serta beberapa situs lainnya yang bernilai sejarah dan purbakala. Selain itu telah ditemukan juga beberapa situs baru.

Secara keseluruhan pembangunan kebudayaan selama PJP I telah meningkatkan dan mengembangkan keserasian, keselarasan serta keseimbangan kehidupan manusia baik lahir maupun batin. Hal itu tercermin dalam kerukunan kehidupan bermasyarakat, beragama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, makin berkembangnya kebudayaan nasional yang dijiwai nilai-nilai luhur Pancasila, di samping makin kuatnya budaya dan semangat membangun di kalangan masyarakat, serta mantapnya semangat kebangsaan yang berwawasan Nusantara.

Pembangunan di bidang pendidikan dan kebudayaan mencakup pula bidang olahraga. Sejak awal pendidikan jasmani telah diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan, sehingga kegiatan olahraga berkembang mulai di sekolah, diikuti dengan kegiatan di lingkungan masyarakat luas. Upaya menggalakkan olahraga di kalangan masyarakat dikaitkan pula dengan semangat kebangsaan dan perjuangan. Dengan semangat itu diselenggarakan Pekan Olahraga Nasional (PON) yang pertama di Surakarta tahun 1948. Sejak itu kegiatan keolahragaan nasional terus berkembang, dan di tahun 1962 Indonesia diberi kepercayaan untuk menyelenggarakan Asian Games ke IV di Jakarta. Untuk memenuhi keperluan tersebut, dibangun Stadion Utama Senayan yang hingga kini masih merupakan stadion

XVII/l0

Page 11:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

terbesar dan utama di Indonesia. Upaya memajukan kegiatan olahraga ditempuh pula melalui pengembangan kelembagaan olahraga, antara lain dengan pembentukan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) pada tahun 1965.

Dalam PJP I, pembangunan olahraga dilanjutkan secara makin terarah. Salah satu peristiwa olahraga yang penting pada tingkat regional adalah Southeast Asian Games (SEA Games). Dalam SEA Games Indonesia berkali-kali menjadi juara umum. Dalam Asian Games pada tahun 1990 Indonesia menduduki peringkat ke 7. Pada cabang olahraga bulu tangkis, Indonesia menduduki peringkat utama di dunia, yaitu sebagai juara All England dan juara dunia berkali-kali. Salah satu puncaknya dicapai dalam Olympiade ke-25 di Barcelona tahun 1992 dimana Indonesia memperolah dua medali emas, dua medali perak dan satu medali perunggu. Kesadaran masyarakat akan pentingnya olahraga juga makin meningkat. Olahraga telah berkembang sebagai gerakan nasional yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat.

Memasuki PJP II, pendidikan nasional akan ditingkatkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas, yaitu yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.

B. PENDIDIKAN

1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI

Sasaran pembangunan pendidikan dalam Repelita VI adalah mantapnya penataan pendidikan nasional untuk mewujudkan manusia

XVII/11

Page 12:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan, dengan mengutamakan pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan dasar serta perluasan pendidikan keahlian dan kejuruan.

Sehubungan dengan itu, dalam Repelita VI salah satu sasaran pula adalah terwujudnya keterkaitan dan kesepadanan yang lebih baik antara pendidikan dan dunia kerja; meningkatnya pemerataan pendidikan di semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan yang ditunjukkan oleh angka partisipasi kasar (APK) pada akhir Repelita VI sekitar 115 persen untuk SD termasuk MI, sekitar 66 persen untuk SLTP termasuk madrasah tsanawiyah (MTs), sekitar 41 persen untuk SLTA termasuk madrasah aliyah (MA), dan sekitar 13 persen untuk PT termasuk perguruan tinggi agama (PTA); meningkatnya jumlah guru SD yang berkualifikasi D2, guru SLTP yang berkualifikasi D3 dan guru SLTA yang berkualifikasi S 1 dan menurunnya angka buta aksara penduduk usia 10 tahun ke atas menjadi sekitar 10 persen.

Untuk mencapai berbagai sasaran pembangunan pendidikan dalam Repelita VI, ditempuh berbagai kebijaksanaan, antara lain melaksanakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun; membina pendidikan menengah umum dan kejuruan; membina pendidikan tinggi; membina pendidikan luar sekolah; membina guru dan tenaga kependidikan lainnya; mengembangkan kurikulum; mengembangkan buku; membina sarana dan prasarana pendidikan; meningkatkan peran serta masyarakat, termasuk dunia usaha dalam penyelenggaraan pendidikan; dan meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas pendidikan.

XVII/12

Page 13:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

Berdasarkan pada sasaran dan kebijaksanaan pembangunan pendidikan nasional tersebut, dalam Repelita VI dilaksanakan berbagai program pokok yang meliputi : (1) pembinaan pendidikan dasar, (2) pembinaan pendidikan menengah, (3) pembinaan pendidikan tinggi, (4) pendidikan luar sekolah, (5) pendidikan kedinasan, dan (6) pembinaan tenaga kependidikan. Program-program tersebut didukung oleh 6 program penunjang, dua diantaranya dilaporkan dalam bab ini adalah program penelitian dan pengembangan pendidikan, dan program pengembangan informasi pendidikan. Sedangkan program lainnya dilaporkan pada sektor- sektor yang bersangkutan.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tahun Pertama Repelita VI

Pembangunan pendidikan di semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan terus ditingkatkan dengan penekanan pada perluasan dan pemerataan kesempatan belajar, peningkatan mutu, relevansi, serta efisiensi dan efektivitas pendidikan. Dalam tahun pertama Repelita VI (1994/95) pembangunan pendidikan memberikan perhatian yang lebih besar pada pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.

a. Program Pokok

1) Program Pembinaan Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar sebagai jenjang awal dari pendidikan di sekolah ditujukan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik. untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Berdasarkan Undang-Undang

XVII/13

Page 14:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN), pendidikan dasar merupakan pendidikan yang lamanya 9 (sembilan) tahun yang diselenggarakan selama 6 (enam) tahun di sekolah dasar (SD) dan 3 (tiga) tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) atau satuan pendidikan yang sederajat. Dalam program ini selain pembinaan pada sekolah dasar dan sekolah menengah pertama juga dilakukan pembinaan sekolah luar biasa, mengingat jenjangnya sederajat dengan pendidikan dasar yang dimaksudkan dalam UUSPN, serta pembinaan pendidikan prasekolah yang merupakan wahana untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar.

Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun yang dimulai pada tahun pertama Repelita VI (1994/95) direncanakan untuk diselesaikan selambat-lambatnya dalam tiga repelita. Oleh karena itu, kegiatan tahun 1994/95 ditekankan pada penambahan gedung dan ruang kelas baru SLTP dan peralatannya untuk meningkatkan daya tampung SLTP pada tahun berikutnya. Untuk memenuhi kebutuhan guru, program penyetaraan D2 bagi guru SD dan D3 bagi guru SLTP ditingkatkan baik jumlah peserta maupun mutunya.

a) Pembinaan Pendidikan Prasekolah

Pendidikan prasekolah diselenggarakan melalui Taman Kanak-kanak (TK) dan ditujukan untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

Pada tahun 1994/95 jumlah TK tercatat 96,1 ribu buah atau meningkat 500 buah bila dibandingkan dengan keadaan tahun

XVII/14

Page 15:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

1993/94. Pertambahan tersebut menunjukkan meningkatnya prakarsa dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pendidikan, khususnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan prasekolah. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan prasekolah Pemerintah membangun TK Pembina yang berfungsi sebagai TK percontohan di semua propinsi. TK Pembina pada tahun 1994/95 berjumlah 78 buah, meningkat 17 buah dibandingkan tahun 1993/94. Peningkatan kualitas pendidikan di TK diupayakan pula melalui pembinaan kurikulum, penyelenggaraan penataran guru dan pengadaan peralatan pendidikan.

b) Pembinaan Sekolah Dasar

Pendidikan Sekolah Dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa dalam pengembangan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke SLTP. Perluasan kesempatan belajar di sekolah dasar termasuk madrasah ibtidaiyah (SD-MI) dilaksanakan melalui program Inpres SD yang diselenggarakan sejak tahun 1973.

Selama tahun pertama Repelita VI, perluasan kesempatan belajar dan peningkatan mutu pendidikan pada tingkat SD dilakukan melalui penyediaan berbagai fasilitas, yaitu pembangunan unit gedung baru (UGB), ruang kelas baru (RKB), rumah guru dan kepala sekolah, serta rumah penjaga; penyediaan alat peraga, buku pelajaran pokok dan buku bacaan; serta penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan (BOP). Pembangunan UGB diprioritaskan pada daerah permukiman baru, daerah transmigrasi dan daerah terpencil, sedangkan pembangunan RKB ditujukan untuk meningkatkan daya tampung sekolah-sekolah yang terletak di daerah padat penduduk. Bagi SD Inti yaitu SD percontohan yang berfungsi melayani SD-SD di

XVII/15

Page 16:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

sekitarnya, RKB digunakan untuk ruang perpustakaan, ruang KKG (Kelompok Kerja Guru), dan ruang serba guna.

Selain itu, melalui Inpres SD dilakukan juga rehabilitasi gedung baik untuk SD Negeri maupun swasta termasuk madrasah ibtidaiyah swasta (MIS). Mulai tahun 1994/95 kegiatan rehabilitasi ini dilakukan melalui Inpres Dati II sehingga memberi kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar kepada pemerintah daerah.

Untuk meningkatkan pelayanan pendidikan bagi penduduk yang berpindah-pindah dan daerah-daerah berpenduduk jarang diselenggarakan SD Kecil, yaitu SD dengan jumlah murid terbatas, ruang belajar terbatas (hanya 2-3 ruang) dan guru yang terbatas pula (hanya 2-3 orang). Guru-guru yang bertugas di SD Kecil mendapat penataran khusus dan modul sebagai sarana belajar mengajar. Di samping itu, pada tahun 1994/95 dikembangkan proyek percontohan penyelenggaraan SD dengan satu guru. Karena muridnya hanya sedikit, pada sekolah ini seorang guru mengajar dari kelas 1 sampai kelas 6 dalam satu ruangan.

Kegiatan-kegiatan tersebut telah menghasilkan peningkatan angka partisipasi pendidikan (Tabel XVII-1). Pada tahun pertama Repelita VI (1994/95) angka partisipasi murni (APM) atau rasio murid SD/MI berusia 7-12 tahun terhadap penduduk kelompok usia 7-12 tahun mencapai 93,3 persen. Jika dibandingkan dengan APM tahun 1993/94, yang mencapai 93,5 persen, APM tahun 1994/95 sedikit lebih rendah. Hal ini bukan berarti telah terjadi penurunan partisipasi atau penurunan daya tampung sekolah dasar, tetapi dikarenakan oleh makin banyaknya anak didik yang memasuki sekolah dasar sebelum usia 7 tahun dan telah memasuki sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) sebelum genap berusia 12 tahun. Kenaikan partisipasi pada jenjang SD masih berlangsung secara konsisten, sebagaimana

XVII/16

Page 17:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

ditunjukkan oleh naiknya angka partisipasi kasar (APK) dari 110,4 persen pada tahun 1993/94 menjadi 110,8 persen pada tahun 1994/95.

Meskipun angka partisipasi dan daya tampung selalu meningkat, pada tahun 1994/95 masih terdapat sekitar 1 juta anak usia. 7-12 tahun yang tidak bersekolah, baik karena putus sekolah maupun akibat sulitnya menjangkau sekolah karena hidup di daerah terpencil, berpin-dah-pindah, di samping karena rendahnya kemampuan ekonomi keluarga. Selain itu belum semua anak penyandang cacat fisik atau mental yang berusia 7-12 tahun dapat mengikuti pendidikan di sekolah. Upaya untuk menjangkau mereka yang masih belum tertampung, terutama bagi anak-anak di daerah terpencil dan kepulauan dilaksanakan dengan program guru kunjung yang dirintis sejak awal Repelita V di kepulauan Riau.

Oleh karena salah satu penyebab putus sekolah di SD daerah-daerah miskin adalah kekurangan gizi, maka salah satu upaya untuk mengatasinya adalah dengan pemberian makanan tambahan bagi anak sekolah (PMT-AS). Program ini dirintis oleh Departemen Kesehatan, dan pada tahun 1994/95 dikembangkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di 6 propinsi (Aceh, Sumatera Barat, DI Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Utara), yang mencakup 576 anak dari 12 SD. Program PMT-AS yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 1994/95 mencapai 879 sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah, di 20 propinsi. Hasil evaluasi sementara menyimpulkan bahwa PMT-AS telah berhasil meningkatkan keadaaan gizi anak sekolah, yang ditunjukkan antara lain dengan meningkatnya berat dan tinggi badan anak, menurunnya prevalensi cacingan dari 67 persen menjadi 40 persen, dan meningkatnya prestasi belajar.

XVII/17

Page 18:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

Upaya untuk meningkatkan mutu sekolah dasar dilakukan juga melalui penambahan jumlah dan jenis buku bacaan dan buku pelajaran, serta pengadaan peralatan keterampilan, kesenian, olah raga, dan alat peraga untuk berbagai mata pelajaran (Tabel XVII-2). Dalam tahun 1994/95 disediakan buku bacaan lebih dari 24,6 juta eksemplar, meningkat lebih dari 11 persen dari yang disediakan tahun 1993/94. Pengadaan buku pelajaran pokok juga meningkat, yaitu dari 14,9 juta eksemplar pada tahun 1993/94 menjadi 32,3 juta eksemplar pada tahun 1994/95. Meskipun demikian, penyediaan buku pelajaran pokok tersebut masih belum mencukupi kebutuhan, yang diperkirakan sekitar 157 juta eksemplar untuk murid-murid SD dan MI. Oleh karena itu, penyebarluasannya lebih diprioritaskan bagi murid-murid SD dan MI di daerah tertinggal.

Selain itu, mutu guru SD-MI ditingkatkan melalui berbagai penataran dan penyetaraan Diploma II (D2), sesuai dengan ketetapan bahwa pendidikan D2 adalah syarat minimal untuk guru SD-MI. Program penyetaraan D2 ini dilaksanakan melalui program tatap muka dan belajar jarak jauh dengan menggunakan modul dan bimbingan tutor dalam pertemuan secara berkala. Sampai dengan tahun 1994/95 guru SD yang sedang mengikuti pendidikan D2 adalah sekitar 140 ribu orang.

Untuk menumbuhkembangkan wawasan iptek sejak dini, kurikulum sekolah dasar mulai meningkatkan proporsi mata pelajaran matematika dan IPA, serta mengintegrasikan wawasan iptek ke dalam semua mata pelajaran.

c) Pembinaan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar yang merupakan perluasan

XVII/18

Page 19:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di SD, yang bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan warga negara, serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan menengah. Pembinaan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dalam Repelita VI lebih ditekankan pada upaya perluasan kesempatan memperoleh pendidikan dan peningkatan mutu sebagai bagian dari program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.

Untuk memperluas kesempatan belajar di tingkat SLTP dalam rangka menyiapkan pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, fasilitas belajar di SLTP terus diperluas. Pada tahun 1994/95 telah dibangun sebanyak 236 unit gedung baru (UGB) dan 5.220 ruang kelas baru (RKB), yang seluruhnya. setara dengan 7,3 ribu RKB, belum termasuk pembangunan gedung baru dan tambahan ruang SLTP swasta. Di samping itu, untuk meningkatkan mutu pendidikan, dilanjutkan pula pembangunan ruang laboratorium IPA dan ruang perpustakaan masing-masing 81 dan 309 ruangan (Tabel XVII-2).

Pada tahun 1994/95 jumlah lulusan SD-MI yang melanjutkan ke SLTP adalah sekitar 2,2 juta orang atau 57,4 persen dari jumlah seluruh lulusan SD-MI. Angka melanjutkan ini meningkat dari 56,1 persen pada tahun 1993/94. Dengan meningkatnya angka melanjutkan ini, maka jumlah murid juga meningkat. Pada tahun 1994/95 angka partisipasi kasar (APK) pada tingkat SLTP (tidak termasuk MTs) yaitu rasio antara jumlah murid SLTP dengan jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun adalah sebesar 46,2 persen, atau 2,8 persen lebih tinggi dibandingkan tahun 1993/94 (Tabel XVII-3). Apabila murid MTs diperhitungkan, maka APK pada tahun 1994/95 adalah sebesar 56,2 persen atau 3,5 persen lebih tinggi dibandingkan tahun 1993/94. Hal tersebut menunjukkan peranan MTs yang makin

XVII/19

Page 20:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

besar dalam sistem pendidikan nasional karena makin banyak lulusan SD-MI yang memasuki MTs.

Dalam rangka memberi kesempatan yang lebih luas kepada lulusan SD-MI yang tidak dapat meneruskan pendidikan ke SLTP dan MTs, dilakukan pembinaan berbagai jenis SLTP lainnya seperti SLTP Kecil dan SLTP Terbuka. Pembangunan SLTP Kecil dirintis sejak awal Repelita V dalam upaya menjangkau anak usia SLTP di daerah terpencil termasuk daerah kepulauan. SLTP Kecil terutama ditujukan untuk daerah-daerah dengan jumlah murid terbatas dan guru yang terbatas pula. Dengan demikian seorang guru SLTP Kecil disiapkan untuk mengajar lebih dari satu bidang studi. Untuk memberi. kesempatan kepada anak-anak yang kurang mampu mengikuti pendidikan di SLTP umum diselenggarakan SLTP Terbuka yang tempat belajarnya disesuaikan dengan keadaan setempat seperti di pondok, balai pertemuan atau sanggar kegiatan belajar (SKB). Murid SLTP Terbuka belajar secara mandiri dengan mempelajari materi yang disediakan dalam bentuk modul. Untuk membantu mereka disediakan tutor yang melakukan kunjungan dan tatap muka secara berkala. Dalam rangka pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, selain meningkatkan mutu 59 buah SLTP Terbuka yang sudah ada, pada tahun 1994/95 disiapkan 297 SLTP Terbuka baru yang akan mulai beroperasi pada tahun ajaran 1995/96.

Dalam rangka peningkatan mutu SLTP, pada tahun 1994/95 dilakukan penyediaan buku pelajaran pokok dan buku perpustakaan. Pengadaan buku pelajaran pokok SLTP pada tahun 1994/95 berjumlah 10,2 juta eksemplar dan buku perpustakaan berjumlah 5,0 juta eksemplar. Jika dibandingkan kebutuhan total buku pelajaran untuk SLTP negeri dan swasta yang diperkirakan berjumlah kurang lebih 68 juta, jumlah buku yang diadakan tahun 1994/95 ditambah buku yang diadakan selama dua tahun sebelumnya masih jauh dari kebutuhan.

XVII/20

Page 21:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

Untuk memenuhi kebutuhan buku pelajaran, diupayakan untuk meningkatkan rasio buku-murid secara bertahap sehingga mencapai rasio 1 : 1, yang sebagian diharapkan dipenuhi oleh masyarakat dan sekolah-sekolah swasta.

Perhatian diberikan pula pada peningkatan mutu guru melalui berbagai jenis dan jenjang pelatihan dan penataran. Pada tahun 1994/95 guru SLTP dan SMU yang mengikuti penataran berjumlah lebih dari 63,9 ribu orang. Angka ini menurun sekitar 24 ribu orang dari jumlah yang ditatar pada tahun 1993/94, disebabkan karena prioritas program dalam tahun 1994/95 adalah pembangunan UGB dan RKB untuk memperluas daya tampung dalam rangka pelaksanaan Wajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Dalam upaya peningkatan kualifikasi guru SLTP diadakan program penyetaraan Diploma-III (D3) bagi mereka yang belum mencapai jenjang tersebut. Program ini dilakukan dengan sistem tatap muka dan belajar jarak jauh dengan menggunakan modul yang dikombinasikan dengan tatap muka secara berkala yang dibimbing oleh tutor. Pada tahun 1994/95 guru SLTP yang sedang mengikuti pendidikan D3 adalah sebanyak 56,3 ribu orang.

Seperti pada tingkat sekolah dasar, untuk menumbuhkan dan mengembangkan wawasan iptek sejak dini, proporsi mata pelajaran matematika dan IPA dalam kurikulum SLTP telah ditingkatkan, dengan mengintegrasikan wawasan iptek ke dalam semua mata pelajaran. Di samping itu, untuk mengembangkan sifat kepe-mimpinan, kreativitas, dan beta negara, kegiatan ekstrakurikuler di SLTP ditingkatkan, seperti melalui organisasi pramuka, budaya, kesenian, olahraga, dan organisasi kesiswaan lainnya.

XVII/21

Page 22:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

d) Pembinaan Sekolah Luar Biasa

Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan satuan pendidikan yang khusus diselenggarakan bagi peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan atau mental. Tujuan pendidikan SLB adalah untuk membantu peserta didik agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai pribadi atau anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan bekerja atau untuk mengikuti pendidikan selanjutnya.

Sampai dengan tahun 1994/95 jumlah SLB sudah mencapai 964 sekolah, yang terdiri dari 23 SLB Pembina, 209 SDLB, 90 SLB Terpadu, dan 642 SLB Swasta. Dari jumlah tersebut 66,5 persen diantaranya adalah SLB Swasta, yang menunjukkan besarnya perhatian dan partisipasi masyarakat terhadap pendidikan sekolah luar biasa. Peningkatan mutu pendidikan Sekolah Luar Biasa dilakukan melalui penataran guru, bimbingan langsung ke sekolah, pengadaan buku guru dan murid, pengadaan peralatan pendidikan khusus yang sesuai dengan jenis ketunaannya, pelatihan bagi pengelola SLB baik pelatihan di dalam negeri maupun di luar negeri.

Pada tahun 1994/95 dibangun sebuah SLB di Pekanbaru. SLB tersebut dikembangkan untuk menampung 5 jenis ketunaan yaitu: tuna netra, tuna rungu, tuna grahita, tuna daksa dan tuna laras.Di samping itu mulai tahun 1994/95 dilakukan pengembangan kamus bahasa isyarat yang dimaksudkan untuk menunjang komunikasi bagi penyandang tuna rungu.

2) Program Pembinaan Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi

XVII/22

Page 23:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan iptek. Pendidikan menengah terdiri dari sekolah menengah umum (SMU) dan sekolah menengah kejuruan (SMK). Sesuai dengan UUSPN, mulai tahun ajaran 1994/1995 nama SMA secara resmi telah berubah menjadi SMU. Sementara itu istilah sekolah menengah kejuruan tingkat atas telah resmi pula berubah menjadi sekolah menengah kejuruan (SMK).

Jumlah murid baru pendidikan menengah (SMU dan SMK, tidak termasuk madrasah aliyah) pada tahun 1994/95 tercatat sekitar 1,4 juta, atau 100 ribu lebih tinggi dari jumlah murid baru tahun 1993/94. Angka melanjutkan ke pendidikan menengah atau rasio jumlah murid baru SMU dan SMK terhadap jumlah lulusan SLTP juga meningkat dari 82,3 persen pada tahun 1993/94 menjadi 84,8 persen pada tahun 1994/95. Angka partisipasi kasar (APK) SLTA tidak termasuk madrasah aliyah (MA) pada tahun 1994/95 adalah 30,6 persen, sedikit lebih tinggi dari angka tahun 1993/94 yang sebesar 30,3 persen.

a) Pembinaan Sekolah Menengah Umum (SMU)

Guna meningkatkan pemerataan kesempatan belajar, daya tampung SMU terus ditambah, antara lain dengan membangun UGB dan RKB. Pada tahun 1994/95 dibangun 79 UGB dan 1.090 RKB sementara itu pada tahun 1993/94 dibangun sebanyak 83 UGB dan 895 RKB. Di samping pembangunan UGB dan RKB, pada tahun 1994/95 dilakukan pula rehabilitasi 128 gedung (label XVII-5).

Dengan bertambahnya daya tampung SMU, maka jumlah murid baru kelas I SMU pada tahun 1994/95 meningkat menjadi 867,6 ribu orang, dari 835,8 ribu orang pada tahun 1993/94. Jumlah tersebut mendekati sasaran Repelita VI tahun pertama yaitu sebanyak 867,7

XVII/23

Page 24:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

ribu orang. Sejalan dengan itu, jumlah murid SMU pada tahun 1994/95 meningkat menjadi 2.409 ribu orang, atau meningkat sekitar 19,5 ribu dibandingkan dengan jumlah murid pada tahun 1993/94 sebesar 2.389,5 ribu orang. APK SMU, atau rasio jumlah murid SMU terhadap jumlah penduduk usia 16 - 18 tahun pada tahun 1994/95 (19,0%) sudah lebih tinggi dibanding sasaran tahun pertama Repelita VI yaitu 18,7 persen. Jika dibandingkan APK tahun 1993/94 (19,3 persen), APK tahun 1994/95 sedikit menurun, tetapi turunnya APK-SMU tersebut diimbangi dengan kenaikan APK di SMK yang menjadikan APK sekolah lanjutan atas secara keseluruhan (SMU dan SMK) pada tahun 1994/95 mencapai 30,6 persen, lebih tinggi dibanding tahun 1993/94 yakni 30,3 persen (Tabel XVII-4).

Upaya peningkatan perluasan kesempatan belajar di SMU tersebut diiringi dengan upaya peningkatan mutu pendidikannya. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, pada tahun 1994/95 dilakukan penambahan 33 ruang laboratorium bahasa, 32 ruang perpustakaan, 25 gedung sanggar MGMP (musyawarah guru mata pelajaran); 39 ruang laboratorium IPA. Selain itu disediakan pula sekitar 7 juta eksemplar buku pelajaran pokok, sekitar 1,8 juta eksemplar buku perpustakaan, sekitar 1,5 ribu alat peraga matematika, 55 paket komputer dan 149 unit alat pendidikan untuk sekolah swasta, serta lebih dari 1,4 ribu paket alat kesenian dan alat olahraga.

Untuk meningkatkan budaya iptek di kalangan siswa SMU, kegiatan pelatihan penelitian terus ditingkatkan. Upaya ini didukung oleh berbagai lomba karya ilmiah dari tingkat sekolah sampai tingkat nasional. Sejalan dengan itu, dilakukan pula berbagai kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan dan kreativitas peserta didik, seperti melalui kegiatan usaha kesehatan sekolah, palang merah remaja, dan pramuka.

XVII/24

Page 25:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

Upaya pengembangan SMU Plus yang dirintis dalam Repelita V dilanjutkan dalam Repelita VI. Sekolah ini dimaksudkan untuk menampung siswa yang potensial dari segi akademik maupun keterampilan. Sampai dengan tahun 1994/95 telah tercatat 9 SMU Plus tersebar di sembilan propinsi, yang umumnya dibangun atas prakarsa pemerintah daerah dengan ditunjang oleh partisipasi masyarakat.

b) Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Dalam rangka meningkatkan daya tampung dan kesempatan belajar pada SMK, pada tahun 1994/95 dilakukan perluasan dan rehabilitasi berbagai fasilitas pendidikan, yaitu pada 8 STM Pembangunan, 153 STM 3 Tahun, 45 STM Pertanian, 11 STM Khusus terdiri dari STM Penerbangan, STM Perkapalan, STM Grafika dan STM Kimia, 340 SMEA . dan 154 SMK lainnya yang tersebar di semua propinsi (label XVII-6).

Dengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut hampir mencapai sasaran Repelita VI sebesar 541,8 ribu. Sejalan dengan itu, jumlah murid SMK secara keseluruhan juga meningkat. Pada tahun 1994/95 jumlah murid SMK adalah 1,48 juta, meningkat lebih dari 100 ribu dibandingkan dengan jumlah murid pada tahun 1993/94 sebanyak 1,37 juta orang. Dengan demikian APK SMK menjadi 11,6 persen pada tahun 1994/95 atau 0,6 persen lebih tinggi dari APK SMK tahun 1993/94 (Tabel XVII-4).

Walaupun jumlah murid SMK meningkat, tetapi jenis dan mutu pendidikan kejuruan yang ada belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pembangunan, khususnya untuk mendukung pembangunan

XVII/25

Page 26:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

sektor industri. Hal ini antara lain karena SMK yang diselenggarakan oleh swasta pada umumnya menawarkan bidang studi non teknik, karena untuk menyelenggarakan pendidikan kejuruan teknik diperlukan investasi yang lebih besar. Sehubungan dengan itu, pengembangan pendidikan kejuruan oleh pemerintah diutamakan pada bidang-bidang teknik serta peningkatan mutu secara keseluruhan. Untuk lebih menjamin lulusan SMK memenuhi standar yang dapat diterima oleh dunia kerja, dikembangkan unit produksi dan sistem uji profesi, serta memperbanyak jam praktek dalam proses belajar mengajar. Di samping itu untuk lebih menyesuaikan program pendidikan SMK dengan kebutuhan industri dan dunia usaha lainnya serta perkembangan iptek, kerjasama dengan swasta lebih diintensifkan, yang antara lain dilakukan dengan penerapan pendidikan sistem ganda. Sampai dengan tahun 1994/95 sebanyak 132 sekolah telah melaksanakan program magang, dan telah melibatkan lebih dari 36 ribu siswa.

Sejalan dengan meningkatnya kesempatan belajar di SMK, mutu SMK juga ditingkatkan, antara lain dengan meningkatkan kemampuan guru dan pengelola SMK, pengadaan buku pelajaran, pengadaan peralatan praktik yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan program studi, dan peningkatan kemampuan manajerial kepala sekolah. Dalam rangka itu pada tahun 1994/95 telah ditatar sebanyak 14,8 ribu tenaga kependidikan. Jumlah ini lebih kecil jika dibanding dengan jumlah yang ditatar pada tahun .1993/94 yang melibatkan 19,6 ribu orang, karena dalam tahun 1994/95 guru yang belum mengikuti penataran sejenis makin berkurang jumlahnya.

3) Program Pembinaan Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi dibina dan dikembangkan untuk menyiapkan serta membekali peserta didik menjadi anggota masyarakat yang

XVII/26

Page 27:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

memiliki kemampuan akademik dan profesional dalam ragam yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan.

Pada tahun 1994/95 jumlah perguruan tinggi negeri dan swasta tercatat sebanyak 1.481 lembaga atau bertambah dengan 229 lembaga dari tahun 1993/94. Pertambahan tersebut terutama terjadi pada perguruan tinggi swasta. Sementara itu di berbagai perguruan tinggi negeri pada tahun 1994/95 dilakukan penambahan gedung kuliah dan gedung kantor seluas 150,2 ribu m2, gedung laboratorium 89,6 ribu m2, dan gedung perpustakaan 13 ribu m2, serta rehabilitasi gedung pendidikan seluas 136,6 ribu m2 (Tabel XVII-8).

Penambahan jumlah dan perluasan sarana perguruan tinggi telah meningkatkan daya tampung lulusan SLTA yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Pada tahun 1994/95 jumlah mahasiswa baru tercatat sekitar 449,1 ribu orang, sehingga angka melanjutkan ke perguruan tinggi atau rasio jumlah mahasiswa baru terhadap jumlah lulusan SLTA menjadi 39,4 persen, atau meningkat 1,6 persen dibandingkan tahun 1993/94 (Tabel XVII-7).

Masalah yang masih dihadapi dalam pembangunan pendidikan tinggi adalah komposisi bidang studi yang masih belum seimbang dan belum sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Bidang-bidang studi sains dan keteknikan termasuk pertanian yang sangat dibutuhkan masih sangat rendah proporsinya, baru kira-kira 23 persen dari total mahasiswa. Sehubungan dengan itu upaya pengembangan daya tampung di perguruan tinggi negeri lebih diarahkan pada bidang-bidang sains dan keteknikan. Di samping itu dilakukan pula penataan kembali jumlah dan jenis program-program studi. Pada tahun 1994/95 dilakukan penambahan fakultas, jurusan dan program studi baru di 20 perguruan tinggi negeri. Untuk memberikan keleluasaan yang tinggi bagi lulusan perguruan tinggi untuk masuk ke dunia kerja,

XVII/27

Page 28:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

pada tahun 1994/95 dilakukan penyederhanaan jumlah program studi dari 312 menjadi 146 jenis.

Sebagai akibat meningkatnya jumlah mahasiswa baru, pada tahun 1994/95 jumlah mahasiswa seluruhnya (tidak termasuk mahasiswa perguruan tinggi agama) tercatat lebih dari 2,2 juta mahasiswa, atau sekitar 150 ribu lebih tinggi tahun 1993/94. Dengan demikian APK perguruan tinggi atau rasio jumlah mahasiswa dengan penduduk kelompok usia 19-24 tahun adalah . sebesar 10,0 persen pada tahun 1994/95, atau meningkat 0,5 persen dari APK tahun 1993/94. Sejalan dengan meningkatnya angka melanjutkan dan APK, jumlah lulusan pendidikan tinggi juga meningkat. Mahasiswa yang lulus pada tahun pertama Repelita VI (1994/95) sebanyak 227,6 ribu orang, atau 28,4 ribu lebih banyak dibandingkan tahun 1993/94 (label XVII-7). Apabila jumlah mahasiswa perguruan tinggi agama diperhitungkan, maka APK perguruan tinggi pada tahun 1994/95 sudah mencapai 11 persen, sedikit lebih tinggi dari sasaran tahun pertama Repelita VI yaitu sebesar 10,9 persen.

Guna membantu mahasiswa dari keluarga yang kurang mampu tetapi berprestasi akademik tinggi dalam menempuh pendidikan, penyediaan beasiswa terus ditingkatkan. Pada tahun pertama Repelita VI (1994/95) sebanyak 12 ribu mahasiswa telah menerima beasiswa, atau hampir dua kali lipat jumlah mahasiswa penerima beasiswa pada tahun 1993/94. Apabila beasiswa yang diberikan oleh masyarakat termasuk swasta dan Yayasan Supersemar diperhitungkan, penerima beasiswa pada tahun 1994/95 tercatat lebih dari 17 ribu orang.

Sejalan dengan upaya peningkatan kesempatan belajar, peningkatan mutu pendidikan tinggi juga terus diupayakan. Salah satunya adalah dengan meningkatkan jumlah dan mutu dosen. Jumlah dosen pada tahun 1994/95 mencapai 93,5 ribu orang, atau 4,8 ribu

XVII/28

Page 29:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

lebih banyak dari tahun 1993/94. Meskipun secara absolut jumlah dosen bertambah cukup banyak namun karena pertumbuhan jumlah mahasiswa yang juga pesat, maka rasio antara jumlah mahasiswa dengan dosen pada tahun 1994/95 tidak berubah dari tahun 1993/94 yaitu 23:1. Peningkatan mutu dosen dilakukan melalui berbagai pendidikan dan pelatihan baik di dalam maupun di luar negeri. Pada tahun 1994/95 jumlah dosen yang sedang mengikuti pendidikan pasca sarjana (Magister dan Doktor) adalah sekitar 7,5 ribu orang, sedangkan yang mengikuti pelatihan atau penataran lebih dari 5 ribu orang. Pada tahun 1994/95 sarana yang menunjang peningkatan mutu pendidikan juga bertambah, antara lain dengan pengadaan buku sebanyak lebih dari 150 ribu eksemplar, dan pengadaan peralatan laboratorium sekitar 3,1 ribu perangkat. Di samping itu, untuk meningkatkan mutu pendidikan baik di perguruan tinggi negeri maupun swasta dirintis pula pemantapan sistem akreditasi melalui pembentukan Badan Akreditasi Nasional.

Upaya perluasan kesempatan belajar dan mutu pendidikan tinggi tidak hanya terbatas sampai program sarjana, tetapi juga pada program pasca sarjana. Sampai dengan tahun 1994/95 sudah terdapat 22 perguruan tinggi negeri dan 39 perguruan tinggi swasta yang diberi wewenang untuk menyelenggarakan program pasca sarjana. Pada tahun 1994/95 telah dibuka 19 program studi pasca sarjana baru di 4 perguruan tinggi negeri.

Penelitian yang merupakan bagian yang penting dalam pendidikan tinggi, dilanjutkan dan ditingkatkan terutama melalui penelitian Hibah Bersaing yang bersifat kompetitif. Secara keseluruhan, pada tahun 1994/95 jumlah penelitian mencapai lebih dari seribu judul. Untuk penelitian Hibah Bersaing, melalui seleksi yang ketat, pada tahun 1994/95 telah terpilih sebanyak 114 judul dari sebanyak 741 usulan, sehingga secara keseluruhan program ini telah

XVII/29

Page 30:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

membiayai sebanyak 336 judul penelitian termasuk lanjutan tahun 1992/93 dan 1993/94. Di samping penelitian Hibah Bersaing dibuka pula kesempatan untuk penelitian Berbagai Bidang Ilmu (BBI) yang tingkat seleksinya tidak seketat Hibah Bersaing. Pada tahun 1994/95 melalui program ini telah dilakukan penelitian sebanyak 334 judul yang menampung banyak peneliti dari berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Di samping berbagai penelitian di atas, dilakukan pula berbagai penelitian terapan yang hasilnya dapat segera diterapkan di masyarakat. Selain itu, dana penelitian disediakan pula dalam program operasi dan perawatan fasilitas (OPF) khususnya untuk meningkatkan kemampuan dosen muda dalam melakukan penelitian.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga profesional sesuai perkembangan dunia usaha dan industri, pengembangan pendidikan politeknik terus dilanjutkan dan ditingkatkan. Seperti halnya pada tahun 1993/94 program politeknik telah dilaksanakan di 20 perguruan tinggi negeri. Beberapa diantaranya menyelenggarakan lebih dari satu jenis politeknik, 6 perguruan tinggi menyelenggarakan program politeknik pertanian, 19 menyelenggarakan program politeknik keteknikan, dan 11 menyelenggarakan program politeknik bisnis. Politeknik Dili yang baru berdiri tahun 1990 mengelola program politeknik keteknikan dan program politeknik bisnis.

Upaya meningkatkan mutu perguruan tinggi swasta, pada tahun 1994/95 dilakukan melalui pembangunan pusat pengembangan (growth center) di empat Kopertis, yaitu di Medan, Semarang, Surabaya, dan Ujung Pandang.

Upaya untuk memberikan otonomi yang lebih besar pada perguruan tinggi, dilakukan dengan menyediakan kurikulum muatan lokal sekitar 40 persen dari total kredit program sarjana. Dengan

XVII/30

Page 31:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

demikian, kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan daerah dan karakteristik perguruan tinggi yang bersangkutan menjadi lebih terjamin.

4) Program Pembinaan Pendidikan Luar Sekolah

Kegiatan pendidikan luar sekolah terutama yang, berupa pendidikan masyarakat diarahkan pada usaha mendidik warga masyarakat agar memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar sehingga peserta didik mendapat kesempatan belajar dan dapat mengembangkan usaha produktif guna meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Dalam Repelita VI kegiatan pendidikan masyarakat dilakukan melalui pendidikan kesejahteraan keluarga, pembinaan penitipan anak dan kelompok bermain, kelompok belajar paket A setara dengan SD, dan kelompok belajar paket B setara dengan SLTP. Kesemuanya itu dilakukan dalam rangka pemberantasan tiga buta dan sekaligus mendukung penyelenggaraan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.

Kegiatan yang dilakukan dalam pembinaan pendidikan masyarakat pada tahun 1994/95 meliputi: (a) pembinaan kegiatan kelompok belajar dan pendidikan kesejahteraan keluarga; pembinaan kursus yang diselenggarakan oleh masyarakat; dan penataran dan pelatihan petugas.

a) Pembinaan Kegiatan Kelompok Belajar dan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga

Kegiatan kelompok belajar terdiri dari : (a) kelompok belajar (Kejar) pendidikan dasar Paket A dan Paket B; (b) Kejar Usaha; dan

XVII/31

Page 32:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

(c) magang. Kegiatan Kejar Paket A pada tahun 1994/95 menjangkau sekitar 1,6 juta orang atau hampir sama dengan yang dicapai tahun 1993/94. Melalui Kejar paket A diupayakan untuk antara lain menurunkan jumlah penduduk yang buta aksara. Kegiatan Kejar Paket B diarahkan pada penguasaan pengetahuan setara SLTP disertai tambahan penguasaan berbagai keterampilan agar dapat mempunyai bekal mencari mata pencaharian yang layak. Pada tahun 1994/95 kegiatan ini melibatkan lebih dari 123 ribu orang, hampir 7 kali lipat lebih banyak bila dibandingkan tahun 1993/94.

Melalui kegiatan kelompok belajar usaha diberikan modal dan keterampilan berusaha bagi para pedagang kecil yang miskin dan tidak bersekolah agar dapat mandiri serta memperbaiki taraf hidupnya. Pada tahun 1994/95 kegiatan ini melibatkan sekitar 20,2 ribu orang, meningkat lebih dari 5 ribu orang dibandingkan tahun 1993/94.

Kegiatan magang ditujukan untuk memberikan keterampilan kepada peserta didik agar mampu mengelola usaha kecil atau dapat langsung bekerja pada lembaga atau usaha tempat magang. Kegiatan magang diharapkan dapat memperluas kesempatan memperoleh pekerjaan yang sekaligus mengurangi pengangguran. Pada tahun 1994/95 sekitar 20 ribu orang telah mengikuti kegiatan magang, atau 5 ribu lebih banyak dari tahun 1993/94.

Selain berbagai kegiatan di atas, pada tahun 1994/95 telah dirintis kegiatan pendidikan kesejahteraan keluarga, yang meliputi pembinaan anak dan remaja, pembinaan penitipan anak dan kelompok bermain. Untuk menunjang kegiatan-kegiatan tersebut telah disusun pola dasar pembinaan pendidikan prasekolah, serta modul pendidikan anak, penitipan anak, kelompok bermain, dan pendidikan keluarga. Selain itu telah dilakukan pula pelatihan dan penelusuran bakat remaja yang melibatkan 105 orang meliputi latihan fotografi dan agribisnis.

XVII/32

Page 33:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

b) Pembinaan Kursus yang Diselenggarakan oleh Masyarakat

Pembinaan kursus yang diselenggarakan oleh masyarakat meliputi kursus keterampilan seperti kursus menjahit, mengemudikan mobil, perbengkelan, mengetik, komputer, las, kecantikan, dan lain-lain. Kursus-kursus tersebut dibina melalui pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat dan diarahkan menjadi program berkelanjutan (continuing education). Pada tahun 1994/95 telah dilakukan pembinaan bagi sekitar 19,7 ribu kursus, sedikit meningkat dibandingkan tahun 1993/94.

c) Penataran dan Pelatihan Petugas

Penataran dan pelatihan bagi petugas pendidikan masyarakat ditujukan untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan guna melaksanakan tugasnya sehari-hari. Pada tahun 1994/95 penataran dan pelatihan telah diikuti oleh sekitar 82,6 ribu orang, jauh lebih banyak dibandingkan peserta tahun 1993/94 yang hanya mencakup sekitar 53 ribu orang.

5) Program Pembinaan Pendidikan Kedinasan

Pendidikan kedinasan bertujuan untuk meningkatkan kemampu-an, keterampilan, pengetahuan dan sikap karyawan pemerintah di berbagai bidang pembangunan. Usaha tersebut dimaksud untuk lebih menyiapkan dan menyesuaikan mutu tenaga dengan bidang tugasnya agar dapat terus menerus mengikuti dan menguasai cara-cara pengelolaan dan selalu berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat dan teknologi.

XVII/33

Page 34:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

Pada tahun 1994/95 jumlah mahasiswa pendidikan kedinasan di tingkat pendidikan tinggi secara keseluruhan sudah mencapai 123,1 ribu orang, meningkat 9,1 ribu dibandingkan tahun 1993/94. Mahasiswa tersebut tersebar di 105 lembaga pendidikan yang berada di bawah pengelolaan berbagai Departemen dan LPND antara lain di Departemen Dalam Negeri; Departemen Kehakiman; Departemen Kesehatan; Departemen Keuangan; Departemen Pariwisata; Pos dan Telekomunikasi; Departemen Penerangan; Departemen Perdagangan; Departemen Perhubungan; Departemen Perindustrian; Departemen Pertahanan dan Keamanan; Departemen Pertambangan dan Energi; Departemen Pertanian; Departemen Sosial; Departemen Tenaga Kerja; Badan Pertanahan Nasional; Badan Tenaga Atom Nasional; Sekretariat Negara; dan Lembaga Administrasi Negara.

(6) Program Pembinaan Tenaga Kependidikan

Pembinaan tenaga kependidikan dan kebudayaan bertujuan untuk meningkatkan mutu tenaga kependidikan dan kebudayaan dalam upaya meningkatkan pemerataan, mutu, kesesuaian,serta efisiensi dan efektivitas pendidikan. Kegiatan yang dilakukan meliputi penyetaraan guru SD setara D2 (D2 PGSD) dan guru SLTP setara D3 serta penataran bagi tenaga pendidikan luar sekolah.

Upaya meningkatkan mutu guru SD melalui penyetaraan Diploma II (D2 PGSD) dilaksanakan melalui program tatap muka dan program belajar jarak jauh (PBJJ) dengan menggunakan modul dan dikombinasikan dengan kegiatan tutorial secara berkala. Program tatap muka dan program belajar jarak jauh ini juga dilakukan untuk meningkatkan mutu guru SLTP melalui program Diploma III (D3).

Pada tahun 1994/95, peserta baru yang mengikuti penyetaraan D2 adalah sebanyak 31,5 ribu orang, sementara peserta baru program

XVII/34

Page 35:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

penyetaraan D3 adalah sebesar 24 ribu orang. Tambahan peserta baru untuk program penyetaraan D2 tersebut berkurang dibandingkan dengan tahun 1993/94 yang berjumlah 55 ribu orang, sedangkan untuk program penyetaraan D3 terdapat kenaikan dari tahun 1993/94 yang berjumlah 20 ribu orang. Pada tahun 1994/95 secara keseluruhan jumlah peserta program penyetaraan D2 dan D3 pada tahun 1994/95 berturut-turut adalah sebanyak 140 ribu orang dan 56,25 ribu orang.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan guru SD, pendidikan D2 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (D2 PGSD) yang diselenggarakan dengan tatap muka terus dilaksanakan di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), di 10 IKIP Negeri dan 1 IKIP Swasta, 2 STKIP Negeri, serta 18 FKIP Negeri dan 5 FKIP Swasta. Pada tahun 1994/95 tercatat sebanyak 22,4 ribu orang mahasiswa yang mengikuti pendidikan ini. Lulusan PGSD ini diharapkan dapat mendukung program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dengan tersedianya guru yang lebih bermutu.

Dalam rangka meningkatkan mutu tenaga kependidikan luar sekolah termasuk tenaga tutor Paket A dan Paket B untuk mendukung pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, pada tahun 1994/95 dilakukan pelatihan bagi 640 orang tenaga fungsional Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Peserta pelatihan tersebut meningkat dibanding tahun 1993/94 yang mengikutsertakan sebanyak 458 orang.

Kesejahteraan, guru dan tenaga kependidikan diupayakan untuk terus ditingkatkan antara lain dengan pembinaan karier yang terencana, peningkatan honorarium kelebihan jam mengajar, dan penghargaan yang memadai bagi mereka yang bertugas di daerah terpencil, antara lain dengan memberikan tunjangan pengabdian.

XVII/35

Page 36:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

Di samping itu, disediakan pula asrama guru untuk mereka yang bertugas di daerah terpencil, agar para guru lebih merasa tenang dalam bertugas.

b. Program Penunjang

1) Program Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

Program Penelitian dan Pengembangan Pendidikan bertujuan untuk memperoleh masukan bagi upaya perbaikan, perluasan, pendalaman, dan penyempurnaan sistem pendidikan nasional, yang menyangkut penyelenggaraan kegiatan pendidikan serta sarana dan prasarana penunjangnya.

Kegiatan yang dilakukan pada tahun 1994/95 antara lain adalah penelitian yang berkaitan dengan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, yang menghasilkan beberapa temuan antara lain yaitu : (1) potensi kelembagaan madrasah tsanawiyah (MTs) sebagai salah satu lembaga pendidikan dasar berperan dalam meningkatkan angka melanjutkan dari sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah ke sekolah lanjutan tingkat pertama termasuk MTs; (2) adanya sistem SLTP Induk bagi SLTP Terbuka dapat meningkatkan motivasi siswa lulusan jenjang sekolah dasar untuk mendaftar ke SLTP Terbuka, adanya kejelasan struktur organisasi SLTP Induk mempunyai pengaruh yang positif terhadap kelangsungan SLTP Terbuka, dan sebagai suatu lembaga pendidikan dasar, SLTP Terbuka dapat dikategorikan sebagai lembaga yang relatif mapan dibanding Kejar Paket B.

2) Program Pengembangan Informasi Pendidikan

Program ini bertujuan meningkatkan, mengembangkan, dan memantapkan s is tem informasi pendidikan sehingga mampu

XVII/36

Page 37:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

memberikan data dan informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan guna proses pengambilan keputusan, serta untuk memberikan data dan informasi dalam rangka meningkatkan peranserta masyarakat dalam pembangunan pendidikan.

Hasil pengumpulan, pengolahan, dan analisis data yang dilakukan pada tahun 1994/95 antara lain telah dirangkum dalam buku "Statistik Pendidikan dalam Grafik", "Indikator Pemerataan Pendidikan di Indonesia", "Indikator Mutu Pendidikan di Indonesia", dan buku "Pendidikan di Indonesia" yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Selain itu, pada tahun 1994/95 terus dilanjutkan kegiatan pengembangan pangkalan data penelitian dalam versi bahasa Indonesia dan versi bahasa Inggris. Pengembangan pangkalan data dalam bahasa Inggris dimaksudkan untuk meningkatkan kerja sama dengan negara-negara lain, khususnya negara-negara yang tergabung dalam Southeast Asian Research Review and Advisory Group (SEARRAG), yaitu Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, Phillipina, dan Indonesia.

B. OLAHRAGA

1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI

Sasaran pembangunan olahraga dalam Repelita VI adalah meningkatnya pemasalan olahraga secara meluas dan merata ke seluruh pelosok tanah air yang mencakup seluruh lapisan masyarakat; meningkatnya peringkat pada Asian Games dan mempertahankan juara umum pada SEA Games; meningkatnya perolehan medali emas pada

XVII/37

Page 38:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

Olimpiade; dan terciptanya sistem pembinaan olahraga yang mendukung peningkatan prestasi.

Guna mencapai sasaran tersebut di atas, ditempuh berbagai kebijaksanaan antara lain meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya olahraga; meningkatkan prestasi olahraga melalui pembibitan dan pembinaan olahraga sejak usia dini, pemantauan bakat dan pemilihan bibit olahragawan berpotensi; meningkatkan pembinaan terhadap tenaga keolahragaan; meningkatkan peran serta masyarakat dan organisasi keolahragaan yang tumbuh di masyarakat termasuk di perdesaan dalam upaya mendorong keberhasilan pemasalan dan pemasyarakatan olahraga; dan mengembangkan iklim yang mendukung peningkatan keterpaduan dan koordinasi antarlembaga dan instansi terkait guna menumbuhkan pengertian dan tanggung jawab bersama dalam pembinaan dan pengembangan olahraga.

Berdasarkan berbagai sasaran dan kebijaksanaan bidang olahraga di atas, maka dalam Repelita VI dilaksanakan satu program pokok yaitu Program Pembinaan Keolahragaan yang didukung oleh berbagai program penunjang, yaitu : (a) Program Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan Olahraga; (b) Program Peningkatan Samna dan Prasarana Olahraga; dan (c) Program Penelitian dan Pengembangan Olahraga.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tahun Pertama Repelita VI

Pembangunan bidang olahraga merupakan bagian penting dalam upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya. Sehubungan dengan itu kegiatan dan pembinaan olahraga dilanjutkan dan ditingkatkan secara lebih meluas dan merata sehingga makin menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Di samping itu,

XVII/38

Page 39:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

budaya berolahraga dan iklim yang sehat yang mendorong peran serta aktif masyarakat dalam peningkatan prestasi olahraga terus diupayakan.

a. Program Pokok

Program pokok dalam pembangunan olahraga adalah Program Pembinaan Keolahragaan yang meliputi kegiatan-kegiatan : pemasalan olahraga dan peningkatan kesegaran jasmani; pemantauan bakat, pembibitan, dan peningkatan prestasi olahraga; pembinaan olahraga yang berkembang di masyarakat; pembinaan olahraga untuk kelompok khusus; dan pembinaan kelembagaan dan organisasi induk olahraga.

1) Pemasalan Olahraga dan Peningkatan Kesegaran Jasmani

Kegiatan: pemasalan olahraga bertujuan mendorong dan menggerakkan masyarakat agar lebih memahami dan menghayati hakikat dan manfaat olahraga sebagai kebutuhan hidup, khususnya jenis olahraga yang bersifat mudah, murah, menarik, bermanfaat dan masal. Salah satu bentuk kegiatannya adalah peningkatan kesegaran jasmani dalam rangka peningkatan kualitas fisik manusia Indonesia. Secara tidak langsung, peningkatan kesegaran jasmani akan mendukung peningkatan prestasi belajar, prestasi olahraga, dan produktivitas kerja, serta sekaligus merupakan landasan yang kuat bagi peningkatan prestasi olahraga Indonesia.

Pada tahun 1994/95 dilanjutkan pemasalan senam kesegaran jasmani bagi pelajar, mahasiswa, dan masyarakat luas. Untuk menunjang kegiatan tersebut, pada tahun 1994/95 telah diselenggarakan paket pendidikan jasmani dan olahraga sebanyak lebih dari 5 ribu paket, atau 5 kali lipat dari yang diadakan pada tahun

XVII/39

Page 40:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

1993/94. Dengan jumlah paket pendidikan yang lebih banyak masyarakat yang terlibat makin banyak pula jumlahnya.

Selain kegiatan-kegiatan tersebut di atas, pada tahun 1994/95 juga telah diciptakan senam kesegaran jasmani untuk anak usia sekolah dasar yang telah diujicobakan pada peringatan Hari Olahraga Nasional di Sulawesi Utara.

2) Pemantauan Bakat, Pembibitan, dan Peningkatan Prestasi Olahraga

Kegiatan ini bertujuan memperoleh calon atlet berprestasi yang dilakukan melalui pembinaan olahraga usia dini bagi anak berumur 7-14 tahun melalui perkumpulan olahraga, pembinaan pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah ataupun di luar sekolah melalui pertandingan cabang olahraga tertentu. Dengan kegiatan ini diupayakan mencari bibit olahragawan yang berpotensi, serta meningkatkan mutu guru pendidikan jasmani dan kesehatan dalam membina, memantau, dan menemukan bibit olahragawan yang berbakat, baik di perkumpulan maupun di sekolah.

Pemantauan bakat olahraga prestasi dilakukan melalui berbagai pertandingan mulai dari pertandingan antar kelas, antar sekolah, antar kecamatan, kabupaten, propinsi, sampai tingkat nasional yang diselenggarakan melalui PORDES, PORCAM, PORDA, PORNAS, dan PON.

Untuk meningkatkan kemampuan dan prestasi bibit-bibit olahragawan yang terjaring melalui kegiatan pemantauan bakat, dilakukan berbagai pembinaan seperti pelatihan baik di daerah maupun di tingkat nasional. Pada tahun 1994/95 dilanjutkan upaya pembibitan olahragawan melalui sekolah khusus olahraga dan pusat

XVII/40

Page 41:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

pendidikan olahraga, seperti sekolah khusus olahraga SLTP dan SMU Negeri di Ragunan, Jakarta. Selain itu didirikan pula Pusat Pendidik-an dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) di beberapa kota, yaitu untuk sepak bola di Medan, Padang, Palembang, Jayapura, Salatiga, dan Ujung Pandang, bulu tangkis di Jambi, sepak takraw di Ujungpandang, serta tinju di Ambon dan Dilli. Di samping itu, dikembangkan juga kelas olahraga di sekolah umum di kota Medan, Bandung, Salatiga, Kediri, Ujung Pandang, Palangkaraya, Kendari, dan Jayapura.

Dalam rangka olahraga prestasi di arena nasional, atlet Indonesia telah menunjukkan prestasi yang menggembirakan seperti tercermin pada pemecahan rekor nasional untuk berbagai cabang olahraga. Prestasi yang sangat membanggakan telah ditunjukkan tim Indonesia pada tahun .1994 dengan direbutnya Piala Thomas dan Piala Uber sekaligus pada kejuaraan yang diadakan di Jakarta. Selain itu masih banyak lagi kejuaraan-kejuaraan yang dimenangkan atlet Indonesia di cabang bulutangkis pada tahun 1994.

3) Pembinaan Olahraga yang Berkembang di Masyarakat

Kegiatan ini ditujukan untuk menggali, melestarikan, dan mengembangkan jenis olahraga yang berkembang di masyarakat, seperti olahraga tradisional dan olahraga pencinta alam dan alam terbuka. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dalam berolahraga, meningkat pula kegiatan-kegiatan olahraga masyarakat yang salah satu bentuknya adalah olahraga tradisional yang pengembangannya bersifat khas daerah dan banyak yang dikaitkan dengan hiburan atau pariwisata.

Selain itu, perkembangan olahraga pencinta alam dan alam terbuka juga terus meningkat, terlihat dari meningkatnya jumlah

XVII/41

Page 42:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

perkumpulan-perkumpulan olahraga pencinta alam, terutama di perguruan tinggi. Pada tahun 1994 antara lain diselenggarakan lomba arung jeram tingkat nasional yang dilaksanakan di Bali. Selain itu berbagai ekspedisi juga telah dilakukan oleh perkumpulan-perkumpulan pencinta alam.

4) Pembinaan Olahraga untuk Kelompok Khusus

Kegiatan ini bertujuan memberikan kesempatan kepada kelompok khusus masyarakat seperti penyandang cacat clan penduduk usia lanjut untuk berolahraga dan ikut berperan, serta berprestasi pada kejuaraan khusus untuk mereka, baik tingkat nasional, regional maupun inter-nasional.

Kegiatan olahraga khusus bagi penyandang cacat yang dibina oleh Yayasan Pembinaan Olahraga Cacat (YPOC), yang kini menjadi Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC), telah berhasil meningkatkan sportivitas dan solidaritas di kalangan penyandang cacat, dan mening-katkan prestasi atlit penyandang cacat sampai tingkat internasional. Jumlah anggota BPOC pada tahun 1994/95 sudah mencapai lebih dari 4 ribu orang.

Selain itu, jenis olahraga khusus lain yang berkembang di masyarakat adalah yang terkait dengan pemeliharaan atau pemulihan kesehatan seperti olahraga rehabilitasi penderita penyakit jantung, olahraga pernafasan bagi penderita asma, dan olahraga kelenturan bagi penderita rematik sendi. Sebagai contoh, Yayasan Jantung Indonesia telah mengembangkan olahraga jantung sehat, dan untuk itu telah terbentuk Klub Jantung Sehat Indonesia (KJSI), yang telah menjangkau semua propinsi, bahkan telah mempunyai cabang sampai ke daerah tingkat II dan kecamatan-kecamatan.

XVII/42

Page 43:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

5) Pembinaan Kelembagaan dan Organisasi Induk Olahraga

Pembinaan kelembagaan dan organisasi induk olahraga bertujuan untuk meningkatkan kualitas, efisiensi, efektivitas, dan fungsi kelembagaan, serta mekanisme kerja lembaga-lembaga keolahragaan disertai dengan peningkatan koordinasi kerja sektoral baik di pusat maupun di daerah. Pembinaan bagi organisasi-organisasi keolahragaan, termasuk pembinaan yang dilakukan oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) date organisasi olahraga lainnya telah dilanjutkan dan ditingkatkan pada tahun 1994/95.

b. Program Penunjang

1) Program Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan Olahraga

Program Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan Olahraga bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dan kualitas sumber daya manusia di bidang olahraga, baik dari aspek keilmuan maupun keterampilan. Pembinaan dan peningkatan prestasi para olahragawan berbakat, memerlukan keberadaan, keterlibatan dan penanganan yang optimal dan profesional dari pelatihnya. Selama ini kebutuhan dan tuntutan akan jumlah dan mutu pelatih dirasakan masih belum memadai. Pada tahun 1994/95 telah dilakukan penataran guru olahraga bagi sekitar 9.565 orang serta pendidikan dan latihan bagi olahragawan berbakat yang diikuti oleh 130 orang.

Selain kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi pelatih olahraga, dilanjutkan pula kegiatan penyuluhan bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran berolahraga. Salah satu bentuk kegiatannya adalah penyuluhan melalui media massa, termasuk melalui media

XVII/43

Page 44:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

elektronik seperti televisi. Kegiatan ini didukung dengan penyediaan buku pedoman kegiatan olahraga yang pada tahun 1994/95 diadakan sebanyak 68,5 ribu eksemplar.

2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga

Peningkatan sarana dan prasarana olahraga bertujuan meng-upayakan ketersediaan, pengadaan dan pembangunan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang kegiatan pembinaan dan pengembangan olahraga. Pada tahun 1994/95 telah diberikan bantuan kepada beberapa daerah untuk menyelesaikan berbagai sarana olahraga, seperti kolam renang di Solok (Sumatera Barat), stadion olahraga di Sleman (Yogyakarta), di Tondano (Sulawesi Utara), di Sidenreng Rappang (Sulawesi Selatan), gedung olahraga "Susi Susanti" di Tasikmalaya (Jawa Barat), dan gedung Bola Voli di Citeureup (Jawa Barat).

Selain itu, di sekolah-sekolah dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat pendidikan tinggi juga terus dibangun sarana dan prasarana olahraga. Sarana olahraga yang dibangun di perguruan tinggi tidak saja digunakan oleh mahasiswa, tetapi dapat juga digunakan oleh masyarakat di sekitarnya. Untuk menambah pengetahuan dan kecintaan berolahraga, dilanjutkan pula pengadaan buku-buku olahraga untuk sekolah.

Selain Pemerintah, peran pihak swasta dan masyarakat dalam penyediaan sarana dan prasarana olahraga juga teramat penting. Jumlah fasilitas olahraga di kompleks-kompleks permukiman terus bertambah dan makin bervariasi. Meskipun terkait dengan tujuan komersial, fasilitas olahraga yang dibangun seperti lapangan tenis, kolam renang, dan pusat kebugaran (fitness center), dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

XVII/44

Page 45:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

3) Program Penelitian dan Pengembangan Olahraga

Program ini bertujuan mengembangkan, memanfaatkan, dan menerapkan iptek di bidang olahraga, terutama dalam upaya mencapai prestasi olahraga setinggi-tingginya. Pada tahun 1994/95 dilanjutkan dan. ditingkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan kesegaran jasmani dan rekreasi dalam rangka peningkatan prestasi.

C. KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAMA ESA

1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI

Sasaran pembangunan kebudayaan nasional dan kepercayaan terhadap Tuhan Maha Esa dalam Repelita VI adalah meningkatnya penghayatan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang menjiwai perilaku manusia dan masyarakat dalam segenap aspek kehidupan. Sasaran tersebut dijabarkan lebih lanjut dengan makin kukuhnya jati diri, kepribadian bangsa dan jiwa persatuan dan kesatuan, dan kebanggaan nasional; terwujudnya sikap maju dan mandiri melalui penanaman budaya iptek; makin mantapnya mekanisme penyaringan terhadap pengaruh kebudayaan yang negatif yang disebarluaskan melalui berbagai media, serta makin meningkatnya penyebarluasan informasi dan pertukaran budaya, baik pada tingkat nasional, regional maupun internasional.

Sasaran pembinaan kebahasaan, kesastraan, dan kepustakaan antara lain adalah makin meningkatnya pemakaian dan mutu pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar, serta makin berkembangnya bahasa Indonesia sebagai bahasa iptek; tersusunnya bahan bacaan bermutu yang digali dari naskah kuno, cerita rakyat,

XVII/45

Page 46:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

dan sejarah kepahlawanan; meningkatnya penulisan dan penerjemahan berbagai buku bermutu; serta terselenggaranya pelayanan perpus-takaan sampai ke perdesaan dalam rangka mengembangkan minat baca dan minat belajar masyarakat.

Dalam pembinaan kesenian, sasaran yang akan dicapai, antara lain, adalah tergali dan terbinanya kesenian daerah yang hampir punah serta berkembangnya bentuk kesenian kreasi baru, terutama yang berakar pada puncak-puncak budaya daerah.

Sasaran pembinaan tradisi, peninggalan sejarah dan permuseu-man, antara lain, adalah berkembangnya tradisi, peninggalan sejarah, dan purbakala sebagai unsur pembentuk rasa cinta tanah air dan kebanggaan nasional, serta makin meningkatnya fungsi museum sebagai tempat rekreasi dan lembaga pendidikan budaya, termasuk sebagai wahana pembudayaan iptek sejak usia dini.

Dalam hal pembinaan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sasaran pada Repelita VI adalah makin meningkatnya kualitas kerukunan antar- dan antara penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan meningkatnya peran serta penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam pembangunan. Menjadi sasaran pula terbinanya organisasi kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sehingga tidak mengarah kepada pembentukan agama baru dan pelaksaaannya sesuai dengan Pancasila, terutama dasar Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Dalam rangka mencapai sasaran pembangunan kebudayaan nasional dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa seperti tersebut di atas ditempuh berbagai kebijaksanaan yang meliputi : pembinaan dan pengembangan nilai-nilai budaya, antara lain melalui

XVII/46

Page 47:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

identifikasi peranan budaya dan pengembangan komunikasi pemikiran budaya; pembinaan kebahasaan, kesastraan, dan kepustakaan antara lain melalui pemasyarakatan pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar serta peningkatan mutu perpustakaan; pembinaan kesenian antara lain melalui peningkatan apresiasi masyarakat terhadap kesenian daerah serta peningkatan peran serta masyarakat, termasuk dunia usaha dan organisasi kesenian dalam membina dan mengem-bangkan kesenian; dan pembinaan tradisi, peninggalan sejarah, dan permuseuman antara lain melalui peningkatan pengamanan dan perlindungan benda, cagar budaya dan peningkatan peranan museum sebagai wahana penelitian dan pendidikan budaya, termasuk pengembangan budaya iptek sejak usia dini; serta pembinaan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Berdasarkan sasaran dan kebijaksanaan tersebut di atas, digariskan enam program pokok pembangunan kebudayaan nasional dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang meliputi : (1) pembinaan dan pengembangan nilai-nilai budaya, (2) pembinaan kebahasaan, kesastraan, (3) pembinaan kepustakaan; (4) pembinaan kesenian; (5) pembinaan tradisi , peninggalan sejarah, dan permuseuman; serta (6) pembinaan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Program-program tersebut didukung oleh 4 program penunjang, satu diantaranya dilaporkan dalam bab ini adalah program pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan kebudayaan. Sedangkan program penunjang lainnya dilaporkan pada sektor-sektor yang bersangkutan.

XVII/47

Page 48:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tahun Pertama Repelita VI

a. Program Pokok

(1) Program Pembinaan dan Pengembangan Nilai-nilai Budaya

Program pembinaan dan pengembangan nilai-nilai budaya bertujuan untuk mengungkapkan, menanamkan, dan memasyarakatkan nilai-nilai luhur budaya Indonesia dalam rangka memperkukuh jati diri dan kepribadian bangsa. Lingkup kegiatannya meliputi usaha-usaha inventarisasi, penelitian, pengkajian, pendidikan, dan pengungkapan nilai-nilai luhur budaya bangsa.

Melalui kegiatan inventarisasi dan pembinaan nilai budaya, pada tahun 1994/95 dilakukan 142 judul penelitian dan pengkajian kebudayaan daerah, meliputi berbagai cerita rakyat, adat istiadat, arsitektur daerah, dan sebagainya. Jumlah penelitian dan pengkajian tersebut lebih banyak 17 judul dibandingkan tahun 1993/94. Hasil penelitian dan pengkajian tersebut telah dicetak sebanyak 101 ribu eksemplar dan disebarluaskan ke berbagai perpustakaan, taman budaya dan lembaga-lembaga pendidikan. Jumlah tersebut empat kali lebih banyak dari hasil tahun 1993/94 yaitu sebanyak 27 ribu eksemplar. Selain itu, hasil penelitian dan pengkajian tersebut telah disebarluaskan pula melalui media massa baik media cetak maupun elektronik seperti TVRI dan RRI.

Untuk lebih meningkatkan pembinaan dan pengembangan nilai-nilai budaya, pada tahun 1994/95 dilanjutkan pembangunan 5 gedung balai kajian sejarah dan nilai tradisional yaitu di DI Yogyakarta, Sulawesi Utara, Maluku, DI Aceh, dan Bali.

XVII/48

Page 49:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

2) Program Pembinaan Kebahasaan dan Kesastraan

Program pembinaan kebahasaan dan kesastraan bertujuan untuk membina dan mengembangkan bahasa dan sastra Indonesia dalam upaya membina bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan mengembangkan bahasa Indonesia menjadi bahasa modern yang dapat berperan sebagai sarana komunikasi nasional dan wahana pengembangan iptek. Kegiatan yang dilakukan pada tahun 1994/95 meliputi antara lain penyebarluasan hasil penelitian dan pembinaan bahasa dan sastra Indonesia dan daerah, serta penyebarluasan karya sastra Indonesia dan daerah.

Pada tahun 1994/95, telah dilakukan penyuluhan bahasa Indonesia sebanyak 20 kali melalui berbagai media massa dan ceramah di lembaga pendidikan dan berbagai instansi baik di pusat maupun daerah. Penyebaran hasil penelitian bahasa dan sastra Indonesia dan daerah pada tahun 1994/95 mencapai 21,5 ribu eksemplar yang meliputi 43 judul penelitian, dibanding tahun 1993/94 yang mencapai 13,5 ribu eksemplar dan meliputi 27 judul.

Dalam hal pembinaan kesastraan, pada tahun 1994/95 telah dikumpulkan dan diterbitkan 21 naskah sastra lama Indonesia yang bermutu serta langka. Naskah-naskah tersebut kemudian dicetak sebanyak 10 ribu eksemplar dan telah disebarluaskan. Jenis naskah yang diterbitkan pada tahun 1994/95 lebih banyak 16 naskah dibandingkan tahun 1993/94.

Untuk meningkatkan pengetahuan dan kecintaan anak terhadap sastra, pada tahun 1994/95 telah disebarluaskan 27 ribu naskah sastra ke sekolah-sekolah dan perpustakaan. Jumlah tersebut lebih banyak 10 ribu naskah dibandingkan dengan yang disebarluaskan tahun 1993/94.

XVII/49

Page 50:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

3) Program Pembinaan Kepustakaan

Program pembinaan kepustakaan ditujukan untuk meningkatkan kesempatan membaca buku bagi masyarakat, sehingga mendukung upaya mewujudkan masyarakat yang gemar membaca dan belajar dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa menuju terwujudnya masyarakat yang makin berbudaya tinggi, maju, dan mandiri. Melalui program ini, pada tahun 1994/95 antara lain dilakukan kegiatan pemantapan sistem perpustakaan nasional dan pelayanannya, serta pembinaan pengelolaan bagi berbagai perpustakaan.

Dalam upaya memantapkan sistem perpustakaan nasional dan pelayanannya kepada masyarakat sampai ke desa-desa, dilanjutkan rintisan otomatisasi jaringan layanan serta penambahan koleksi buku dan bahan bacaan lainnya. Pada tahun 1994/95 telah disebarkan sekitar 480 ribu eksemplar buku, atau meningkat sekitar 76 ribu dibandingkan tahun 1993/94. Buku-buku tersebut disebarkan ke perpustakaan daerah sekitar 300 ribu eksemplar, ke perpustakaan keliling sekitar 98 ribu eksemplar, ke perpustakaan umum Dati II 15 ribu eksemplar, ke perpustakaan kecamatan dan desa sekitar 25 ribu eksemplar, ke perpustakaan sekolah sebanyak 15 ribu eksemplar, dan ke perpustakaan rumah ibadah sekitar 5 ribu eksemplar. Selain itu untuk koleksi dan pelayanan umum sebanyak 22 ribu eksemplar disimpan pada Perpustakaan Nasional.

Pembinaan pengelolaan perpustakaan dalam tahun 1994/95 telah dilakukan bagi 192 buah perpustakaan keliling, 281 buah perpustakaan umum Dati II, 6,73 ribu perpustakaan umum kecamatan/desa dan sekitar 17,9 ribu buah perpustakaan sekolah. Selain itu untuk meningkatkan kemampuan tenaga teknis perpustakaan pada tahun 1994/95 telah dilakukan pelatihan bagi 594 orang yang

XVII/50

Page 51:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

berarti naik lebih dari 2 kali lipat dibandingkan dengan jumlah yang dilatih pada tahun 1993/94 sebanyak 230 orang.

4) Program Pembinaan Kesenian

Program pembinaan kesenian diarahkan pada upaya menumbuh-kan daya cipta kreatif yang dapat memperkaya khazanah kebudayaan nasional dalam rangka memperkukuh jati diri dan kepribadian bangsa, meningkatkan kebanggaan nasional, mengungkapkan kehalusan perasaan dan keindahan, serta memperkukuh persatuan dan kesatuan. Kegiatan yang dilakukan antara lain adalah penyelenggaraan berbagai pergelaran seni dan pemberian bantuan peralatan kesenian.

Pada tahun 1994/95 telah diselenggarakan 181 kali pergelaran seni di taman budaya di tingkat propinsi, dan 282 kali pergelaran seni di tingkat kabupaten. Di tingkat kabupaten pergelaran yang dilaku- kan lebih banyak 79 kali pergelaran dibandingkan tahun 1993/94, sedangkan untuk tingkat propinsi pergelaran yang dilakukan sama dengan tahun 1993/94. Selama tahun 1994/95 juga diselenggarakan 8 kali pameran seni rupa dan 43 kali pengiriman mini kesenian ke luar negeri. Bersamaan dengan berbagai kegiatan kesenian yang diantara-nya disebutkan di atas, pada tahun 1994/95 telah diberikan bantuan sebanyak 125 unit peralatan kesenian terutama untuk kabupaten/kotamadya, daerah transmigrasi dan taman budaya. Jumlah bantuan peralatan yang diberikan tersebut lebih banyak di-banding tahun 1993/94 sebesar 104 unit.

(5) Program Pembinaan Tradisi, Peninggalan Sejarah dan Permuseuman

Program pembinaan tradisi, peninggalan sejarah dan permuseuman di tujukan untuk mendukung upaya pembinaan

XVII/51

Page 52:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

kebudayaan nasional yang berakar kuat pada tradisi dan nilai-nilai kesejarahan dengan tetap memelihara dinamika yang tinggi, serta untuk melestarikan dan memanfaatkan bukti-bukti peninggalan sejarah dan kepurbakalaan untuk menunjang program pendidikan guna mempertinggi rasa cinta tanah air dan kebanggaan nasional serta memperkaya budaya bangsa dan mendukung kegiatan pariwisata.

Dalam rangka pelestarian dan pemanfaatan peninggalan sejarah dan purbakala, dalam tahun 1994/95 dilanjutkan kegiatan konservasi candi Borobudur melalui observasi stabilitas batu candi dan ling-kungan, evaluasi struktur candi, dokumentasi, dan pengamanan candi Borobudur. Selain itu, pemeliharaan situs kepurbakalaan terus dilanjutkan dan ditingkatkan guna menjaga pengamanan dan pemeliha-raan situs di daerah-daerah. Sampai tahun 1994/95 pemeliharaan situs mencakup 1,6 ribu situs.

Dalam rangka pengembangan museum, pada tahun 1994/95 telah dilakukan 48 kali pameran keliling. Selain itu telah diberikan bantuan pada 18 buah museum swasta, yang merupakan kelanjutan dari pemberian bantuan tahun 1993/94 yang diberikan kepada 15 buah museum swasta.

Untuk lebih meningkatkan fungsi Museum Nasional, pada tahun 1994/95 telah direhabilitasi gedung seluas 2.386 m2, dan disempurnakan tata pameran tetap seluas 500 m2. Selain itu dilaksanakan pula penerbitan 10 ribu eksemplar folder dan brosur yang berisikan informasi mengenai berbagai koleksi museum. Pada tahun 1994/95 diselenggarakan pula 12 kali pameran khusus, yang pada tahun 1993/94 hanya dilakukan dua kali.

Fungsi museum sebagai tempat penyimpanan Benda peninggalan sejarah dan purbakala juga terus ditingkatkan sebagai wahana

XVII/52

Page 53:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

penelitian dan pendidikan budaya guna pemahaman jati-diri bangsa terutama generasi muda. Gagasan pendirian museum iptek telah menghasilkan konsep dasar penyusunan masterplan. Museum tersebut berfungsi antara lain sebagai sarana pendidikan nonformal dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, museum iptek juga berfungsi untuk mendorong kesadaran dan motivasi masyarakat pada ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama bagi generasi muda.

Di samping kegiatan-kegiatan tersebut di atas, dilanjutkan pula penelitian arkeologi untuk mengungkapkan nilai-nilai budaya luhur yang terkandung dalam peninggalan sejarah. Pada tahun 1994/95 telah dihasilkan naskah penelitian arkeologi untuk 62 situs yang meliputi situs prasejarah arkeologi klasik, arkeologi Islam, dan arkeometri.

6) Program Pembinaan Penganut Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

Pembinaan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa ditujukan agar tidak mengarah kepada pembentukan agama baru dan untuk mengefektifkan pengambilan langkah-langkah agar pelaksanaan kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa berlangsung menurut dasar-dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

Pada tahun 1994/95 program ini telah melanjutkan penyebaran informasi tentang budaya spiritual dan budi luhur melalui media massa, khususnya TVRI dan RRI sebanyak 60 tayangan, sama dengan jumlah tayangan pada tahun 1993/94. Di samping itu dilakukan pula kegiatan pemaparan budaya spiritual di semua propinsi.

XVII/53

Page 54:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

b. Program Penunjang

Salah satu program penunjang dalam pembangunan kebudayaan nasional dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha esa adalah Program Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan Kebudayaan. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan efektivitas sumberdaya manusia di bidang kebudayaan dalam mendidik, melatih, dan mengelola kebudayaan baik teknis maupun administratif untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan kebudayaan, serta meningkatkan wawasan budaya masyarakat. Pada tahun 1994/1995 telah dilatih 440 orang tenaga teknis kebudayaan, hampir sama dengan tahun 1993/94 sebanyak 438 orang.

XVII/54

Page 55:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut
Page 56:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

XV

II/55

Page 57:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

XVII/56

Page 58:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut
Page 59:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut
Page 60:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

XVII/59

Page 61:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut
Page 62:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

XVII/61

Page 63:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut
Page 64:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut
Page 65:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut
Page 66:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut

XVII/65

Page 67:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut
Page 68:  · Web viewDengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1994/95 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 541 ribu orang, dari 506,3 ribu pada 1993/94. Jumlah tersebut