50
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Praktek Kerja Industri adalah suatu pembentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesi yang mengandung sistematik, program pendidikan disekolah dan program penguasaan yang diperoleh melalui kegiatan kerja langsung didunia kerja untuk mencapai suatu tingkat keahlian professional tertentu. Tahun 1993 UU No. 2 Tahun 1989 tentang pendidikan nasional menetapkan untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul, disiplin tinggi dan mampu berperan sebagai tenaga kerja yang terampil dan layak bekerja dalam berbagai bidang pembangunan. Sehubungan dengan hal tersebut, setiap SMK menetapkan program pendidikan dengan mengadakan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) di dunia industri. 1.2 TUJUAN PRAKERIN 1. Memiliki tenaga kerja yang keahliannya berkualitas yaitu tenaga kerja yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Laporan Praktek Kerja Industri 1

fauzulumam.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaporan Praktek Kerja Industri. 35. BAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG. Praktek Kerja Industri adalah suatu pembentuk penyelenggaraan

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Praktek Kerja Industri adalah suatu pembentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesi yang mengandung sistematik, program pendidikan disekolah dan program penguasaan yang diperoleh melalui kegiatan kerja langsung didunia kerja untuk mencapai suatu tingkat keahlian professional tertentu.

Tahun 1993 UU No. 2 Tahun 1989 tentang pendidikan nasional menetapkan untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul, disiplin tinggi dan mampu berperan sebagai tenaga kerja yang terampil dan layak bekerja dalam berbagai bidang pembangunan. Sehubungan dengan hal tersebut, setiap SMK menetapkan program pendidikan dengan mengadakan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) di dunia industri.

1.2 TUJUAN PRAKERIN

1. Memiliki tenaga kerja yang keahliannya berkualitas yaitu tenaga kerja yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja.

2. Meningkatkan, memperluas, menetapkan siswa sebagai bekal untuk terjun ke dunia Industri yang sesungguhnya.

3. Memudahkan perkembangan karir dan keterampilan kehidupan melalui eksplorasi di tempat kerja.

4. Siswa atau peserta program PRAKERIN dapat berintraksi secara utuh sehingga seseorang yang telah selesai mengikuti program ini tidak hanya mengenal lapangan kerja saja tetapi juga memahami, menganalisa dan ikut berpartisipasi dalam dunia kerja sehingga bukan hanya siap kerja tetapi lebih baik dari itu yaitu siap bersaing di pasar kerja.

1.3 MANFAAT PRAKERIN

1. Membentuk tenaga kerja yang memiliki kemampuan tinggi, pengembangan, dan sifat kreatifitas setelah melaksanakan PRAKERIN.

2. siswa dapat mengetahui situasi dalam perusahaan sebagai bekal untuk bekerja di masa yang akan datang. Siswa dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan.

3. Sekolah merasa di akui oleh perusahaan yang bersangkutan karena telah menerima peserta didiknya dalam prusahaan tersebut.

4. Di harapkan setelah melaksanakan PRAKERIN siswa dapat merubah sikapnya menjadi lebih baik.

5. Sekolah memiliki siswa terampil dan disiplin dalam belajar karena telah mendapatkan pendidikan atau kedisiplinan dari dunia industri.

6. Membentuk mental siswa agar mempunyai jiwa pekerja keras yang mampu konsisten.

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN PT. KRAKATAU STEEL

2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

PT Krakatau Steel memiliki 6 (enam) buah fasilitas produksi yang membuat perusahaan ini menjadi satu-satunya industri baja terpadu di Indonesia. Keenam buah pabrik tersebut menghasilkan berbagai jenis produk baja dari bahan mentah.

Proses produksi baja di PT Krakatau Steel dimulai dari Pabrik Besi Spons (Direct Reduction Plant). Pabrik ini mengolah bijih besi pellet menjadi besi dengan menggunakan air dan gas alam. Besi yang dihasilkan kemudian diproses lebih lanjut pada Electric Arc Furnace (EAF) di Pabrik Slab Baja (Slab Steel Plant) dan Pabrik Billet Baja (Billet Steel Plant). Di dalam EAF besi dicampur dengan scrap, hot bricket iron dan material tambahan lainnya untuk menghasilkan dua jenis baja yang disebut baja slab dan baja billet.

Baja slab selanjutnya menjalani proses pemanasan ulang dan pengerolan di Pabrik Baja Lembaran Panas ( Hot Strip Mill) menjadi produk akhir yang dikenal dengan nama baja lembaran panas. Produk ini banyak digunakan untuk aplikasi konstruksi kapal, pipa, bangunan, konstruksi umum, dan lain-lain. Baja lembaran panas dapat diolah lebih lanjut melalui proses pengerolan ulang dan proses kimiawi di Pabrik Baja Lembaran Dingin ( Cold Rolling Mill) menjadi produk akhir yang disebut baja lembaran dingin. Produk ini umumnya digunakan untuk aplikasi bagian dalam dan luar kendaraan bermotor, kaleng, peralatan rumah tangga, dan sebagainya. Sementara itu, baja billet mengalami proses pengerolan di Pabrik Batang Kawat (Wire Rod Mill) untuk menghasilkan batang kawat baja yang banyak digunakan untuk aplikasi senar piano, mur dan baut, kawat baja, pegas, dan lain-lain.

PT. Krakatau Steel Cilegon merupakan pemilik industri baja terpadu yang pertama di Indonesia. Didirikan pada 31 Agustus 1970, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.35 tahun 1970. Menurut pasal 1 Peraturan Pemerintah tersebut, PT. Krakatau Steel didirikan dengan tujuan menyelesaikan dan mengoperasikan proyek industri baja bekas bantuan Rusia dan mengembangkan industri baja di Indonesia dalam arti luas. Gagasan didirikannya industri baja ini berasal dari Perdana Menteri Ir. Juanda tahun 1956. Namun, gagasan ini baru terealisasi pada tahun 1960 dengan ditandatanganinya kontrak pembangunan pabrik baja Cilegon antara RI dengan All Export Import Corporation (Tjazpromex Pert) of Moscow, dengan kontrak nomor 080 tanggal 7 Juni 1960.

Usaha untuk membangun industri besi baja di tanah air sebenarnya telah dimulai dengan mendirikan dua proyek, yaitu proyek besi Lampung dan proyek baja Cilegon. Besi yang dihasilkan di Lampung dilebur bersama-sama dengan besi tua di Cilegon serta baja yang dihasilkan pada proses lebih lanjut menjadi barang-barang baja jadi yang berupa besi beton, besi profil, dan kawat. Namun, proyek besi Lampung dihentikan karena bahan baku yang berasal dari bijih besi setempat tidak cukup banyak. Sedangkan, proyek baja Cilegon sempat terhenti karena adanya pemberontakan G 30 S/PKI.

Pada tanggal 30 Agustus 1970, pemerintah melalui PP No. 35 tahun 1970 menetapkan kelanjutan proyek Pabrik Baja Cilegon dengan merubahnya kedalam bentuk badan hukum Perseroan Terbatas. Sejak saat itu, pabrik baja Cilegon berubah menjadi PT. Krakatau Steel. Sementara itu, pada tanggal 23 Oktober 1971 akte pendirian PT. Krakatau Steel ditandatangani di hadapan notaris.

Dengan bantuan konsultan Inggris, PT. Krakatau Steel mengadakan perubahan rencana dengan membatalkan pemasangan dapur peleburan baja karena teknologinya sudah tidak sesuai. Sementara proyek bekas bantuan Rusia belum selesai dibangun, PT. Krakatau Steel dengan bantuan Pertamina (tahun 1974) memutuskan untuk memperluas produksi agar dapat membuat billet, bahkan dapat langsung membuat baja lembaran, slab, dan hot strip.

Teknologi yang dipilih adalah pembuatan besi dengan Direct Reduction dengan peleburan di dapur listrik (Electric Arc Furnace), yang bahan bakunya berasal dari bijih besi import. Kapasitas produksi baja yang rencana semula hanya 100.000 ton/tahun ditingkatkan menjadi 500.000 ton/tahun untuk pembuatan billet, dan 1,5 juta ton/tahun untuk pembuatan slab.

Berdasarkan proyeksi kebutuhan baja dalam negeri dan hasil negosiasi dengan kontraktor-kontraktor dari Jerman, disusunlah rencana pengembangan PT. Krakatau Steel selanjutnya untuk jangka waktu 1975-1985. Pembangunan yang dilaksanakan sampai sekarang masih mengikuti rencana induk tersebut, hanya beberapa proyek yang diatur kembali jadwal pembangunannya untuk disesuaikan dengan keadaan penyelesaian tiap-tiap tahap selalu ditandai dengan peresmian oleh presiden yaitu bulan Juli 1977, Oktober 1979, Februari 1983 (Peresmian HSM), dan tahun 1985 (Peresmian CRM).

Pada 10 November 1990 dilaksanakan peletakan batu pertama perluasan PT. Krakatau Steel oleh Menteri Muda Perindustrian RI, Ir. Tungky Ariwibowo selaku Direktur Utama PT. Krakatau Steel. Proyek perluasan ini direncanakan selesai sekitar tahun 1993 atau 1994. Diantara proyek perluasan adalah pabrik besi spons, DRI HYL-III, SSP, dan HSM. Sasaran program perluasan dan modernisasi pabrik PT. Krakatau Steel adalah:

1. Peningkatan kapasitas produksi dari 1,5 juta ton menjadi 2,5 juta ton/tahun

2. Peningkatan kualitas

3. Peragaman jenis baja yang dihasilkan

4. Efisiensi produksi.

2.2 Perkembangan PT. KRAKATAU STEEL

Adapun perkembangan PT. Krakatau Steel dari tahun ke tahun adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1956

Munculnya gagasan perlunya industri baja di Indonesia di kemukakan oleh Chaerul Saleh, Mentei Perindustrian dan pertambangan dan Ir. H. Juanda, Dirjen Biro perancangan Negara (menjadi Perdana Mentri RI tahun 1958)

Persatuan pokok kerja sama dalam lapangan ekonomi dan teknik antara republik Indonesia dan Uni Republik Soviet Sosialis tanggal 15 September 1956. direalisasi dengan penandatanganan kontrak pembangunan proyek vital oleh perdatam:

a. Proyek Aluminium Medan

b. Proyek Besi Baja Kalimantan

c. Proyek Besi Baja Trikora

Pembentukan team proyek besi baja, dikepalai Drs. Soejipto dibantu Ir. A.Sayoeti, Ir. Tan Boen Liam, dan RJK Wiriasoeganda. Penelitan sumber bijih besi dib ayah/ Ujung kulon Banten dan di lampung di Bantu ahli dari Belanda Ir. Binghorst.

2. Tahun 1958

Penelitian sumber bijih besi di Kalimantan dipimpin RJK Wiriasoenada bekerja sama konsultan jerman barat W. EDEXRO (West Deutche Ingenineur Bureau) yang dipimpin Dr. Walter Roland.

3. Tahun 1959

Penelitan lokasi pendirian Pabrik Besi Baja dilakukan terhadap dua propinsi, dan dibantu team ahli Rusia. Dua Propinsi tersebut:

a. Jawa Timur, penelitian di Jawa Timur dilakukan di empat daerah yaitu Gresik, Probolinggo, Pasuruan dan Banyuwangi.

b. Jawa Barat, Penelitian di Jawa Barat dilakukan di Cilegon Banten.

c. Prinsip yang dipegang dalam survey lokasi pendirian Pabrik Bisi Baja adalah:

1) Menggunakan bahan baku dari dalam negri, alternative: ditimur berasal dari Kalimantan dan dri barat berasal dari Lampung.

2) Air yang cukup

3) Dekat pelabuhan

4) Pendirian sumber tenaga listrrik veru (diesel, gas dan batu bara)

Hasil survey menyatakan bahwa Cilegon dan Probolinggo yang memenuhi syarat prinsip diatas. Lalu pemerintah Indonesia melalui Mentri Departemen perindustrian. Perdagangan dan pertambangan (Departadam) memutuskan Cilegon yang paling cocok untuk dijdikan pabrik baja berkapasitas produksi baja mencapai 100.000 ton per tahun, menggunakan proses Tanur Siemens Martin (Open Heart Furnance), dengan pertimbangan:

a) Bahan baku 70% scrub dan 30% pig iron Lampung.

b) Air dari daerah cidanau (Cinangka)

c) Pelabuhan Merak

4. Tahun 1960

Kontrak pembangunan pabrik baja Cilegon Nomor 080 tanggal 7 Juni 1960 antara Republik Indonesia dengan all Uniaon Export-Import Corporation (Tjazpromex Pert) of Moskow.

5. Tahun 1961

Peletakan batu pertama atau peresmian pembangunan proyek besi baja Trikora Cilegon di aera 616 Ha pada tanggal 20 Mei 1962, danberdasarkan ketetapan MPRS No. 2/1960 Proyek diharuskan selesai sebelum tahun 1968.

6. Tahun 1963

Pemerintah RI mengeluarkan keputusan Presiden RI No. 123 tahun 1963 tanggal 25 juni 1963 tentang penetapan status proyek pabrik baja Trikora Cilegon menjadi Vital.

7. Tahun 1965

Terhentinya kegiatan pembangunan besi baja Trikora Karena krisis politik (Pemberontakan G30S/PKI)

8. Tahun 1967

Berubahnya proyek besi baja Trikora menjadi bentuk perseroan terbatas (PT) Berdasrkan intruksi Presiden Republik Indonesia No. 17 tanggal 28 Desember 1967.

9. Tahun 1970

PT. Krakatau Steel resmi berdiri berdasarkan peraturan pemerintah Repubilk Indonesia No. 35 tanggal 31 Agustus 1970 tentang penyertaan modal Negara Republik Indonesia untuk pendirian perusahaan perseroan (persero) PT. Krakatau Stell, dengan maksud dan tujuan untuk menyelenggarakan penyelesaian pembangunan proyek baja Trikora serta mengembangkan industri baja arti luas.

10. Tahun 1971

Pendirian PT. Krakatau Steel disahkan dengan akte notaries Tan Thong Kie No. 34 tanggal 23 Oktober 1971 di Jakarta di Perbaiki dengan naskah No. 25 Tanggal 29 Desember 1971.

11. Tahun 1973-1974

PT. Krakatau Steel dengan bantuan keuangan dari pertamina telah memutuskan memperluas kapasitas produksi agar membuat billet sendiri, bahkan bisa membuat slab dan baja lembaran panas. Namun rencana ini tidak dapat berjalan dengan semestinya karena PERTAMINA sendiri mengalami masalah keuangan

12. Tahun 1975

Kelanjutan pembangunan PT. Krakatau Steel tahap satu kapasitas produksi 0,5 juta tn per tahun berdasarkan Kep Pres No. 30 tanggal 27 Agistus 1975.

13. Tahun 1977

Peresmian Pabrik Besi Beton, Besi Profil dan Pelabuhan Khususnya Cigading PT. Krakatau Steel oleh Presiden Soeharto tanggal 27 juli 1977.

14. Tahun 1979

Peresmian Pabrik Besi Spons model hysa (50%). Pabrik Billet Baja (Electric Are Furnace) atau Dapur Thomas Wire Rood. PLTU 400Mw, dan pusat penjernihan air (Kapasitas 2.000 liter per detik). PT. Krakatau Steel serta KHI Pipe Oleh Presiden Soeharto tanggal 9 Oktober 1979.

15. Tahun 1982

Penambahan dua M/module Pabrik Besi Spons.

16. Tahun 1983

Peresmian Pabrik Slab Baja (EAF). Hot Strip Mill, dan Pabrik Besi Spons Unit dua PT KS oleh Presiden soeharto tanggal 24 Februari 1983.

17. Tahun 1985

Export perdana produk baja PT KS ke beberapa Negara seperti Jepang, Inggris, Amerika, India, China, Timur Tengah, Korea dan negara-negara ASEAN.

18. Tahun 1987

Cold Rolling Mill dioperasikan oleh perusahaan swasta (Inda Steel).

19. Tahun 1989

PT Krakatau Steel dan 9 BUMN strategis lain (PT Boma Indra, PT Dhana, PT INKA, PT IPTN, PT INTI, PT LEN, PT Barat Indonesia, PT Pindad, dan PT PAL) berdasarkan keputusan Presiden RI No. 44 Tanggal 28 Agustus 1989.

20. Tahun 1990

Peletakan batu pertama perluasan dan modernisasi PT KS oleh Mentri Muda Perindustrian atau Dirut PT KS Ir. Tungky Ariwibowo tanggal 10 November 1990, dengan sasaran:

a. Peningkatan kapasitas produksi dari 1,5 juta ton menjadi 2,5 juta ton pertahun

b. Peningkatan kualitas dan peragaman jenis baja.

c. Efisiensi produksi.

21. Tahun 1991

Pembangunan usaha 9Merger) PT Cold Rolling Mill Indonsia Utama (PT CRMTU) dan PT Krakatau Baja Pertama (PT KBP) menjadi unit operasi PT Krakatau Steel, tanggal 1 Oktober 1991 (CRM) didirikan 19 Februari 1983 yang diresmikan tahun 1987.

22. Tahun 1992

Pemisaha Pabrik Baja Tulang, Pabrik Besi Profil, dan Pabrik Kawat Baja menjadi PT Krakatau Wajatama tanggal 24 Juli 1992

23. Tahun 1993

Peresmian peluasan PT Krakatau Steel oleh Presiden Soeharto 18 Februari 1993, meliputi:

a. Modernisasi dan perluasan HSM dari 1,2 juta ton menjadi 2 ton pertahun.

b. Peningkatan kualitas dan efisiensi HSM.

c. Perluas Pelabuhan Pellet Bijih Besi dari kapasitas pembongkaran 3 juta menjadi 6 juta pertahun

24. Tahun 1994

PT Krakatau Steel memperoleh pengakuan mutu Internasional dengan diterimanya Sertifikasi ISO9002, yaiti pada tanggal 17 November 1994.

25. Tahun 1995

Penyelesaian proyek perluasan dan modernisasi PT Krakatau steel oleh Mentri Muda Perindustrian Republik Indonesia atau komisaris utama PT Krakatau Steel Ir. Tunky Ariwibowo bertepatan dengan HUT Ke- 25 PT KS tanggal 31 Agustus 1995. Pabrik yang mengalami proyek perluasan tersebut yaitu Pabrik Besi Spons-HYL III.

26. Tahun 1996

PT Krakatau Steel memisahkan unit-unit otonom (unit penunjang) menjadi anak-anak perusahaan yang meliputi:

a. PLTU 400Mw menjadi PTKrakatau Daya Listrik.

b. Penjernihan Air Krenceng menjadi PT Krakatau Tirta Industri.

c. Pelabuhan khusus Cigading menjadi PT Krakatau Bandar Samudra.

d. Rumah Sakit Krakatau Steel Menjadi PT Krakatau Medika.

27. Tahun 1997

PT Krakatau Steel mendapat Sertifikasi ISO14001 pada bulan April 1997.

28. Tahun 1998

PT Krakatau Steel Menjadi anak perusahaan PT Pakarya Industri (Persero), tanggal 10 Agustus 1998 berdasarkan PP No.35/1998.

29. Tahun 1999

PT Pakarya Industri (PERSERO) berubah nama manjadi PT Bahan pakarya Industri Strategi (BPIS) dengan Total Asset Rp 16 triliun. Neuro Furnace Controller (NFC) yang merupakan system pengendalian elektroda terpadu berbasis jaringan taraf tiruan, mulai diterapkan pada operasi rutin Electric Arc Furnace (EAF), pabrik SSP II PT. KS. NFC adalah hasil karya inovasi tenaga-tenaga PT. KS dengan LSDE-BPPT dan telah dipatenkan dengan Nomor P(990187) serta meraih ASEAN ENGINEERING AWARD (24-10-2001).

30. Tahun 2002

Pemerintah melalui forum RUPS luar biasa pada tanggal 28 Maret 2002 telah membubarkan PT. BPIS. Pengalihan asset BUMNIS (Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis) ke pemerintah (Kantor Menneg BUMN sebagai pemegang kuasa menteri keuangan.

2.3 Visi dan Misi Perusahaan

Visi Perusahaan

“Perusahaan baja terpadu dengan keunggulan kompetitif untuk tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan menjadi perusahaan terkemuka di dunia”.

Misi Perusahaan

“Menyediakan produk baja bermutu dan jasa terkait bagi kemakmuran bangsa”.

Nilai Budaya Perusahaan ( CORPORATE VALUES ) :

COMPETENCE

(Mencerinkan kepercayaan akan kemampuan diri serta semangat untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, keahlian dan sikap mental demi peningkatkan kinerja yang berkesinambungan).

INTEGRITY

(Mencerminkan komitmen yang tinggi terhadap setiap kesepakatan, aturan dan ketentuan serta undang – undang yang berlaku, melaui loyalitas profesi dalam memperjuangkan kepentingan perusahaan).

RELIABLE

(Mencerminkan kesiapan, kecepatan dan tanggap dalam merespon komitmen dan janji, dengan mensinergikan berbagai kemampuan untuk meningkatkan kepuasan dan kepercayaan pelanggan).

INNOVATIVE

(Mencerminkan kemauan dan kemampuan untuk menciptakan gagasan baru dan implementasi yang lebih baik dalam memperbaiki kualitas proses dan hasil kerja diatas standard).

2.4 Unit-Unit Produksi

PT. Krakatau Steel sebagai pabrik baja terpadu memiliki unit-unit yang saling mendukung, yaitu :

(Gambar 2.1. skema produksi PT Krakatau Steel)

1. Pabrik Besi Spons ( Direct Reduction Plant / DRP )

Direct Reduction Plant adalah pabrik yang mengolah Iron Ore Pellet (IOP) menjadi Sponge Iron (besi spons). Mengolah bahan baku bijih besi dalam bentuk pellet menjadi besi spons yang berbentuk pellet juga. Disini bijih besi (pellet) direaksikan dengan gas alam atau bahan padat dalam dua unit furnace yang masing-masing berkapasitas 1 juta ton/tahun. Pabrik ini menggunakan proses reduksi langsung atau tanpa dilebur, yaitu dengan mereaksikan pellet dan gas pereduksi yang dihasilkan dari gas alam dan steam dalam sebuah reformer. Pabrik ini dapat memproduksi 2,3 juta ton besi spons tiap tahun dari dua unit pabrik. Produk besi spons yang dihasilkan memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan sumber metalik lain, utamanya disebabkan oleh rendahnya unsur pengotor (residual elements) serta kandungan karbon yang cukup tinggi sehingga proses pembuatan menggunakan dapur listrik berlangsung efisien dan akurat, menjamin konsistensi kualitas baja yang dihasilkan. Pabrik besi spons terdiri atas :

Pabrik besi spons dengan teknologi HYL-I dari Meksiko yang mulai beroperasi tahun 1979. Unit ini beroperasi dengan menggunakan 4 model. Tiap model mempunyai empat buah reaktor dengan proses fixed batch. Unit ini mempunyai kapasitas produksi satu juta ton besi spons per tahun. Kapasitas reaktor 200 ton per batch dan tingkat metalisasi 88-89%. Selama tahun 2002, HYL-I tidak beroperasi atau diberhentikan operasinya karena umur ekonomisnya yang sudah habis dan teknologinya yang obsolete (usang).

Pabrik besi spons dengan teknologi HYL-III dari Meksiko yang lebih canggih dari HYL-I dan mulai beroperasi tahun 1994. Unit ini beroperasi dengan menggunakan dua reaktor tegak dengan proses kontinyu. Unit ini mempunyai kapasitas produksi 1,35 juta ton besi spons per tahun. Dengan teknologi proses kontinyu 170 ton spons atau hour (1993). Tingkat pencapaian metalisasi 91-92%.

Fasilitas Utama Pabrik Besi Spons :

Nama Perusahaan

Fasilitas Utama

HYL-I

 

 

Reformer

Kapasitas

1.000.000 mtpy

Cooling System

OP.Rate

500.000 mtpy

Primary Reduction

Teknologi

Hylsa (Mexico)

Secondary Reduction

Ferrostaal (Germany)

Reactor

HYL-III

 

 

Reformer (Rekondisi ex. HYL-I)

Kapasitas Desain

1.500.000 mtpy

Heat Recuparator

Teknologi

Hylsa (Mexico)

Gas Heater

Ferrostaal (Germany)

Reactor

Proses Hyl-III secara umum terdiri dari tiga area utama, yaitu :

a. Area Proses Reformasi

b. Area Proses Reduksi

c. Area Sistem Penunjang

Proses Reformasi adalah proses reaksi antara natural gas dengan steam yang terjadi di dalam pipa–pipa katalis di reformer. Sedangkan proses reduksi adalah proses reaksi bijih besi dan gas proses yang terjadi di dalam reaktor.

Sistem penunjang pada proses Hyl-III adalah :

1. O2 absorption system

2. Process Cooling Water System

3. Equipment Cooling Water System

4. Steam System

5. Inert Gas System

6. Instrument Air System

7. Hydraulic System

8. Sulfur Injection System

9. Iron Ore Pellet Handling System

10. Sponges Handling System

11. Emergency Generator System.

Hasil produksi dari pabrik besi spons terutama digunakan sebagai bahan baku pembuatan baja yang nantinya akan dikirim ke Slab Steel Plant dan Billet Steel Plant

2. Pabrik Billet Baja ( Billet Steel Plant / BSP )

Pabrik billet baja adalah pabrik yang membuat baja dalam bentuk batangan yang digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan baja profil, baja tulang beton, dan baja kawat. Bahan baku pabrik ini adalah besi spons, besi tua (scrap), dan paduan ferro yang dilebur dan diolah di dalam dapur listrik (Electric Arc Furnace) untuk dicairkan. Setelah mencair, selanjutnya baja dituang dalam cetakan atau sebuah mesin pengecoran kontinyu (Continuous Casting Machine) sehingga menjadi billet baja.

(Gambar 2.3. skema produksi BSP)

Pabrik BSP mempunyai empat buah dapur listrik dengan kapasitas mesin 65 ton per cetak atau Billet Continuous Caster. Kapasitas pabrik BSP adalah 700.000 ton/tahun. Pabrik ini menggunakan sumber radioaktif untuk mengukur level dari baja cair. Penampang billet pada pabrik baja ini diproduksi dalam tiga macam :

a. Ukuran 100 x 100 mm, 110 x 110 mm, 120 x 120 mm

b. Standar panjangnya adalah 6 m, 10 m, dan 12 m

c. Ukuran 130 x 130 mm.

Hasil dari produk ini dipakai untuk bahan baku wire rod bar dan section mill.

Fasilitas utama Pabrik Baja Billet :

Nama Perusahaan

Fasilitas Pabrik

BSP

EAF (4x65) - 40/48 MVA UHP

Kapasitas

675.000 mtpy

Ladle Furnace

Teknologi

ManGHH (Germany)

Water Cooling Panel

Concast (Germany)

Tundish

 

 

Continuous Casting Machine

 

 

Diameter 100-130 mm

Sumber data : PT. Krakatau Steel

(Gambar 2.4 billet)

3. Pabrik Baja Slab ( Slab Steel Plant / SSP )

PT. Krakatau Steel memiliki dua pabrik baja slab, yaitu SSP I yang dibangun tahun 1982 dan SSP II yang dibangun tahun 1993. Slab Steel Plant I yang dibangun dengan menggunakan teknologi pembuatan baja MANGHH dan CONCAST ini, mempunyai empat dapur baja listrik yang masing-masing berkapasitas 130 ton dan dua mesin concast (mesin tuang kontinyu) serta ladle furnace. SSP II dibangun dengan teknologi pembuatan baja dari Voest Alpine-Australia memiliki dua dapur baja listrik, satu mesin concast, ladle furnace, dan RH vacuum degassing.

Pabrik baja slab memproduksi lembaran baja yang bahan baku utamanya adalah besi spons dan scrap ditambah dengan batu kapur, serta dicampur dengan unsur-unsur lain seperti C, Fe, dan Si. Pabrik ini juga memanfaatkan peleburan ulang baja-baja reject (rusak) dari pabrik-pabrik lain seperti HSM, CRM, dan WRM. Komposisi kimia dari baja didaur ulang sesuai permintaan konsumen.

(Gambar 2.5 skema produksi SSP)

Pabrik ini memproduksi baja slab dengan ukuran : tebal 200 mm, lebar 950 – 2080 mm, dan panjang maksimum 12.000 mm, dengan berat maksimum 30 ton. Baja yang dihasilkan dari SSP ini merupakan baja ultra low carbon dengan kandungan gas terlarut (hidrogen dan nitrogen) relatif rendah. Hasil produksi SSP ini kemudian dikirim ke HSM.

Fasilitas utama Pabrik Baja Slab :

Nama Perusahaan

Fasilitas Pabrik

SSP 1

 

EAF (4x130) - 80 MVA UHP

Kapasitas

1.000.000 mtpy

Ladle Furnace

Teknologi

 

Tundish

Concast (Germany)

Mould

 

 

Continuous Casting Machine (2)

 

 

Scarfer

SSP 2

 

EAF (2x130) - 90 MVA UHP

Kapasitas desain

800.000 mtpy

Ladle Furnace

Teknologi

VAI (Austria)

Tundish

 

 

Mould

 

 

Continuous Casting Machine (1)

 

 

Vacuum degassing

Sumber Data : PT. Krakatau Steel

4. Pabrik Baja Lembaran Panas ( Hot Strip Mill / HSM )

Pabrik Baja Lembaran Panas atau Hot Strip Mill (HSM) merupakan pabrik yang menghasilkan baja lembaran tipis berupa coil, plat, dan sheet dengan proses pemanasan sampai suhu ± 1250 0C, yang merupakan pemrosesan lanjutan dari baja lembaran yang dihasilkan oleh pabrik slab baja dan kemudian dilakukan pengerolan panas (milling).

Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Panas atau Hot Strip Mill (HSM) mempunyai kapasitas produksi 2 juta ton/tahun. Pengendalian proses dilakukan secara otomatis dengan control set up computer, sehingga dapat menjamin kualitas produk yang dihasilkan dalam hal kekuatan mekanik, toleransi ukuran, maupaun kualitas bentuk (shape)

(Gambar2.6. skema produksi HSM)

Perlengkapan utama Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Panas adalah :

a. Dua buah dapur pemanas dengan kapasitas 300 ton/jam dengan bahan bakar gas alam, yang berfungsi untuk memanskan slab

b. Sebuah sizing press yang digunakan untuk mengatur lebar

c. Sebuah roughfing yang dilengkapi flange edgerroll dan water descaler dengan tekanan air 180 bar

d. Sebuah pemotong kepala dan ekor slab crospshar

e. Enam buah finishing stand yang dilengkapi dengan alat ukur pengontrol lebar, panjang, tebal, dan temperatur strip secara otomatis

f. Dua buah measuring house.

Pabrik ini memanfaatkan sumber radioaktif untuk mengukur ketebalan dan profil strip untuk mengatur posisi slab dalam furnace. Selain itu juga, pabrik ini menghasilkan strip dengan ketebalan 2 mm sampai dengan 25 mm, lebar 500 mm sampai 2080 mm.

Fasilitas Utama Pabrik Baja Lembaran Panas :

Nama Pabrik

Fasilitas Pabrik

Hot Strip Mill (HSM)

Reheating Furnace I : Double Pusher Type

Kapasitas

2.000.000 mtpy

Reheating Furnace II: Walking Beam System Type

Teknologi

ManGHH (Germany)

Sizing Press Automatic Width Control

 

Reversing 4-Hi Rougher (Roughing Stand)

 

 

Finishing Stand # 1-5

Kapasitas

165.000 ton

Shearing line # 1 (4-25 mm)

 

Shearing line # 2 (2-8/10 mm)

 

 

Hot Skin Pass Mill/HSPM (2-4/6 mm)

Sumber Data : PT. Krakatau Steel

(Gambar 2.7 hasil produksi HSM)

5. Pabrik Baja Batang Kawat ( Wire Rod Mill / WRM )

Pabrik batang kawat atau wire rod beroperasi tahun 1979 dengan kapasitas awal 220.000 ton/tahun, menggunakan teknologi SMS dari Jerman, kapasitasnya meningkat menjadi 300.000 ton/tahun pada tahun 1992 karena penambahan equipment dari Morgan USA. Pabrik ini menggunakan bahan setengah jadi dari pabrik baja billet sebagai bahan baku utama untuk diolah menjadi batang baja kawat. Kapasitas produksi saat ini sebesar 450 ribu ton/tahun batang kawat baja. Dengan variasi produk :

a. Batang kawat karbon rendah

b. Batang kawat untuk elektroda las

c. Batang kawat untuk cold heading diameter 5,5mm, 8mm, 10mm, dan 12mm.

(Gambar 2.8. skema produksi WRM)

Pabrik kawat baja ini dilengkapi dengan enam mesin pembuat kawat dan unit pelapis seng. Pabrik ini menghasilkan kawat baja dengan kadar karbon rendah.

LAYOUT MILL DAN SPESIFIKASI PERALATAN

Proses pembuatan kawat pada pabrik batang kawat merupakan proses reduksi dari bahan baku

Billet baja yang di panaskan dan di lakukan reduksi melalui beberapa tahapan penting yang di pergunakan Untuk proses produksi.

a) Colling Bed

Colling bed merupakan peralatan pertama yang di control secara automatis berupa meja sebagai penyimpanan Billet yang akan di Rolling menggunakan feed chain yang akan di gerakan dengan tenaga Motor AC.

b) Length Meanstruring Device

Alat ini di gunakan untuk mengukur panjang Billet, ukuran panjang Billet langsung di record di komputer selain sebagai data produksi juga di kirim ke proses untuk menentukan posisi penempatan Billet di dalam furnace.

c) Roll Table Aproach

Roll table di gunakan untuk mentransfer Billet dari lengh meansuring kedalam furnace. pada roll table ini juga di lengkapi juga di timbulkan yang berfungsi untuk menimbang billet sebelum masuk furnance. Hasil di timbulkan juga automatis masuk ke dalam computer.

d) Charging Roll Table

Roll table yang berbeda dalam Furnace berfungsi untuk mengatur posisi billet di dalam furnace.

e) Reheating Furnance (Dapur Permanas).

Bagian ini berfungsi untuk memanaskan billet sama kondisi siap di Roll dalam temperature tertentu sesuai dengan kelas Baja. Untuk pengontrolan temperature dalam furnance untuk mendapatkan Billet dengan suhu yang di inginkan dengan menggunakan system select set point, yaitu dengan pemanasan setahap yang di kendalikan secara Automatis. Pengendalian suhu ini biasa di pantau lewat PLC dari furnance Pulfit pemantau ini di buat oleh sensor panas yaituThermocouple pada tiap zona.

· Furnance buatan : Krosaki Furnanse Japan

· Kapasitas : 150 T/H

· Tipe : Walking beamrehatang Furnace

· Bahan yang di pasangkan : Billet

· Max isi Furnance : 130 batang

· Max berat Billet :2289 Kg

f) Discharging Roll Table

Roll table dalam furnance yang berfunsi untuk mengeluarkan Billet yang siap di roll.

g) Water Discaler

Alat ini berfungsi untuk membersihkan skill atau kerak yang menempel pada bar (Billet). sebelum alat masuk ke roll table in let dengan tekanan minimal 200 Bar Actual di lapangan hanya dipakai antara 80 s/d 150 bar tergantungukuran square billet.

h) Roll Table In Let

Alat ini berfungsi untuk mentranferbar (Billet) dari Water Discaler menuju FREE ROUGHING MILL.

i) Free Ruoging Mill

Berfungsi untuk mereduksi billet dengan ukuran 180x180mm menjadi 30 x30 mm mempunyai dua kontruksi yaitu kontruksi semi housing system kontruksi close system.

j) Rotary Shear

Rol table yang berbeda dalam furnance berfungsi sebagia pengatur posisi inlet dalam Furnance.

k) Deviator

Berfungsi menentukan arah bar (Billet) ke jalur satu dan jalur dua. Dalam kondisi normal Deviator ini bekerja secara Automatis bergantian dengan jalur satu dan dua.

l) Roll Table Outlet

Alat ini berfungsi mentransfer bar (Billet) dan Deviator menuju rounghing Stand.

m) Roughing Stand

Terdiri dari 10 stand Horizontaluntuk mereduksi Billet hingga dapat masuk ke intermidate stand.

n) Shear 10

Berfungsi untuk memotong bar (Billet) dari deviator menuju roughing Stand.

o) Intermidate Stand

Berfungsi untuk mereduksi bar yang keluar dari diameter 30mm menjadi 10,5 mm masing-masing standnya di gerakan oleh motor DC, gear unit dan universal spindel. Pada stand 14 dan seterusnya terpisah menjadi dua jalur, dan masing-masing stand di gerakan dengan pengggerak motor yang berbeda.

p) Flying Shear (CD)

Berfungsi sebagai pemotong kepala bar yang keluar dari Diameter 30mm menjadi 10,5mm masing – masing stand nya di gerakn oleh Motor DC, gear Unit Universal Spinder pada stand 14 dan seterusnya terpisah menjadi 2 jalur, dan masing – masing di gerakan dengan penggerak motor yang berbeda.

q) Chooping Shear

Suatu mesin atau equipment berfungsi untuk memotong-motong bar (Billet). Problem atau mesin di lokasi equipment Finishing Blok.

r) Snap Shear

Alat ini berfungsi untuk memotong kawat apabila dalam proses produksi terdapat gangguan.

s) Side Leoper dan Up Looper

Berfungsi untuk mengatur speed motor sesuai dengan speed Rolling. Prinsip kerja dari pekerjaan ini adalah mengatur speed dengan selalu menjaga kegiatan Looper sesuai dengan set point.

t) Free Finishing Blok (PFB)

Blok stand diantaranya intermidate dan finishing blok yang berfungsi untuk mereduksi bar yang keluar dari intermidate horizontal dan vertical stand belum masuk ke dalam finishing blok. PFB terdiri dari dua stand (18 dan19) yang di mana bar masuk ke dalam Stand 18 dalam bentuk roud dan masuk ke stand 19 dalam bentuk oval, dan saat keluar dari PFB bar bentuk roud lagi, tempratur berkisar 950 c.

u) Finishing Stand

Terdiri dari 10 vertikal horizontal yang digerakan oleh satu motor synchronous 5000Kw dengan pengaturan menggunakan system LCI pada TYAK buatan ABB master pada Finishing stand ini pembuatan kawat terakhir. Diameter kawat sesuai pesanan yang di inginkan.

v) Pinch Roll

Berfungsi untuk mengatur bar masuk ke dalam Lying head.

w) Laying Head

Alat ini berfungsi menentukan ring. Kawat yang sebelum nya lurus, sehingga membektuk ring.

x) Stelmor Conveyor

Alat ini berfungsi untuk mendinginkan kawat setelah proses dengan menggunakan udara. Sesuai dengan hasil prosuk yang di pesan. Pendingin ini dapat di kontrol sedemikian rupa sesuai dengan produk end use.Pada kelas baja tertentu seperti (Elektroda) justru pendingin ini perlambat dengan jalan menuju Cover pada stelemor conveyor.

y) Reforming Station

Berfungsi sebagai Collecting atau pengumpulan batang kawat yang datang dari stelmor conveyor untuk di bentuk gulungan kawat, dengan two arm mandrel dan bantuan coil car untuk membawa gulungan ke C-Hook.

z) Transfer Roll Table (C-hook)

Berfungsi untuk memindahkan Coil Collecting menuju compactor untuk di lakukan building dan pengepakan. Alat ini di gerakan oleh motor AC yang di atur berurutan dengan bantuan PLC dan pengatur putran dengan ATIVAR 18.

Peralatan yang menunjukan diantara lain :

· Motor DC untuk penggerak beroperasi semi Automatis Dengan daya 5000 Kw di bagian Rougung Mill 1000 Kw Di bagian intermidate Mill dan di bagian Finishing Mill 130 Kw.

· Motor AC 3 fhase untuk sebagai penggerak pada Coil Car/Transfort Roll Table, yang berfungsi sebagai pengatur nya dengan Converter Frekuensi.

· Water Tripment Plant untuk kebutuhan air pendingin pada proses system open colling system.

· Sensor – sensor untuk input system Control atau untuk pengawas proses seperti Hot metal detektor,tension,detector, Termocouple dan Lain-lain.

A. Distribusi dan Pemasaran

Selain untuk memunuhi kebutuhan dalam negeri, produk yang dihasilkan perusahaan baja terbesar di asia Tenggara ini juga di ekspro ke mancanegara. Adapun Negara tujuan ekspomnya adalah, Jepang , Amerika Serikat , Inggris, India, Cina ,Timur Tengah ,dan Negara-negara dikawasan Asia Tenggara. Jenis baja yang menjadi

primadona ekspor adalah besi spons ,besi beton , batang kawat , plat baja gulung, dan plat bajalembaran.

Angka penjualan PT.Krakatau Steel tiap setiap tahunnya mengalami penigkatan. Tahun 1995 angka penjualan mencapai nilai Rp. 2,2 Triliun, meningkat 10% dari level penjualan sebelumnya dengan profit sebesar pajak Rp. 250 Milyar.

B. Pemiliharaan Tempat Kerja dan Lingkungan Hidup.

Suatu tempat kerja atau industri , disamping menghasilkan barang-barang produksi juga dapat menimbulkan hal-hal yang dapat merusak, baik lingkungan kerja itu sendiri maupun lingkungan hidup yang berada di sekitarnya sehinga akan membahayakan baik karyawan maupaun penduduk. Oleh sebab itu perlu adanya proses industri dapat dihindari atau ditekan serendah mungkin. Jenis pencemaran yang dapat mengakibat kerusakan baik pada tempat kerja maupun lingkungan hidup:

1) Debu

2) Kebisingan

3) Limbah Industri

A. Penanggulangan pencemaran yang diakibatkan oleh debu yang di lakukan secara kedalam:

i. Dengan dibuatnya tong-tong penyerap debu, artinya debu yang jatuh dikumpulkan lalu di buat sedemikian rupa sehingga debu tersebut menjadi keras seperti krikil yang dapat digunakan untuk melapisi jalan yang belum teraspal.

ii. - Penanggulangan terhadap pencemaran yang diakibatkan oleh debu yang dilakukan secara keluar:

1. dengan dilaksanakannya penghijauan yaitu dengan menanami pohon sebagai filter hidup sehingga tidak menjangkau perkampungan penduduk.

2. -Cerobong-cerobong debu pabrik, dibuat sedemikianrupa sehingga debu tidak melalui batas.

iii. - penanggulangan terhadap pencemaran yang dilakukan secara kedalam oleh suara bising. Ruang-ruang produksi yang dilengkapi alat peredam suara sehingga tidak menimbulkan kebisingan dan bahaya bagi kariawan.

Peralatan utama Pabrik Batang Kawat (WRM) :

Nama Pabrik

Fasilitas Pabrik

Wire Rod Mill (WRM)

 

Furnace

Kapasitas

450.000 mtpy

Roughing stand

Kapasitas awal

220.000 mtpy

Rotary Shear

Teknologi

SMS (Germany) & Morgan (USA)

Intermediate Stand

 

CD Shear

 

Chopping Shear

 

10 Finishing Stand

 

Side Looper

 

Water Box

 

Pinch Roll Water Head

 

Stelmor Conveyor

 

Mandrel

 

Transfer Car

 

 

Compactor

Sumber Data : PT. Krakatau Steel

(Gambar2.9. hasil produksi WRM)

6. Pabrik Baja Lembaran Dingin ( Cold Rolling Mill / CRM )

Pabrik ini diselesaikan tahun 1986 dengan menggunakan teknologi CLECIM dari Perancis. Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin atau Cold Rolling Mill (CRM) merupakan pabrik yang menghasilkan baja lembaran tipis seperti divisi HSM, tetapi hasil produksinya berdimensi lebih tipis, dengan proses tarik dan tekan yang merupakan pemrosesan lanjutan dari baja produksi HSM. Hasil produksi dalam bentuk gulungan atau coil. Kapasitas dari pabrik CRM yaitu 850 ribu ton/tahun.

Coil yang dihasilkan berukuran :

Lebar : 600 - 1300 mm

Tebal : 0,18 - 3 mm

(Gambar2.10. skema produksi CRM)

Fasilitas utama Pabrik Baja Lembaran Dingin :

Nama Pabrik

Fasilitas Pabrik

Cold Rolling Mill (CRM)

Continuous Picking Line (CPL)

Kapasitas

650.000 mtpy

Tandem Cold Mill

Kapasitas awal

850.000 mtpy

Continuous Aneling Line (CAL)

Teknologi

CLECIM (Perancis)

Temper Processing Mill (TPM)

 

Recoiling Line (REC)

 

Shearing Line (SHR)

 

Electrical Cleaning (ECL) #1

Shearing Line #2

 

Batch Anneling Furnace (BAF)

Kapasitas

165.000 ton

Preparation Line (PRP)

 

Sitting Line (SLT)

 

 

Electrical Cleaning (ECL) #2

Sumber Data : PT. Krakatau Steel

2.5 Unit-Unit Penunjang PT. Krakatau Steel

Disamping unit–unit produksi di atas, ada beberapa unit penunjang agar pabrik dapat berjalan dengan baik, yang merupakan anak perusahaan PT. Krakatau Steel, yaitu:

1. PT. Krakatau Daya Listrik (KDL)

Perusahaan ini memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berkapasitas 400 MW yang terdiri dari lima unit turbin dan masing–masing berkapasitas 80 MW. Selain itu juga dilengkapi dengan sistem jaringan dan distribusi sampai ke konsumen.

2. PT. Krakatau Bandar Samudra (KBS)

Saat ini, perusahaan ini memiliki dermaga dengan panjang total 1098 m dan kedalaman 14 m. Pelabuhan Cigading yang dikelola PT. KBS mampu melayani bongkar muat kapal dengan bobot mati hingga 70.000 DWT.

3. PT. Krakatau Tirta Industri (KTI)

Dengan debit air sebesar 2000 liter/detik air bersih yang dihasilkan, cukup untuk memenuhi kebutuhan proses industri di seluruh kawasan PT. Krakatau Steel maupun untuk kebutuhan hidup bagi warga kompleks perumahan.

4. PT. KHI Pipe Industries (PT. KHI)

Memproduksi pipa-pipa baja untuk penyaluran minyak, gas, air, ataupun struktur bangunan. Pada saat ini PT. KHI mampu memproduksi pipa dengan diameter 4 – 80 inchi dengan spesifikasi AKI sampai dengan grade SLX – 70.

5. PT. Krakatau Engineering (PT. KE)

PT. KE bergerak dalam bidang usaha engineering, procurement, construction, project management, dan prediktif management (PEC MM) yang didukung oleh 468 orang tenaga profesional yang telah berpengalaman.

6. PT. Krakatau Wajatama (PT. KW)

PT. KW menghasilkan baja tulangan beton, baja profil ukuran medium ke bawah, serta kawat paku, dengan kapasitas masing- masing 150 ton per tahun, 45 ribu ton per tahun, dan 18 ribu ton per tahun.

7. PT. Krakatau Information Technology (PT. KIT)

PT. KIT didukung oleh 131 orang tenaga profesional yang telah berpengalaman di bidang pengelolaan dan pengembangan sistem, otomasi pabrik, jaringan dan komunikasi, dan Value Added Network.

8. PT. Pelat Timah Nusantara (PT. Latinusa)

PT. Latinusa mampu menghasilkan 130.000 ton per tahun timplate (coil dan sheet) dengan kualitas prime, assorted waste, dan unassorted waste yang dapat digunakan untuk can (food critical), general can (noncritical) dengan pasar domestik.

9. PT. Krakatau Industri Estate Cilegon (PT. KIEC)

Sebagai pengelola seluruh aset-aset perusahaan, baik produk maupun jasa.

10. PT. Krakatau Medika (PT. KM)

Sebagai Rumah Sakit bagi karyawan PT KS, karyawan anak Perusahaan PT KS, serta umum.

2.6 Tata Letak Pabrik

PT. Krakatau Steel terletak sekitar 110 Km dari Jakarta dengan luas keseluruhannya 350 hektar. PT. Krakatau Steel terletak di kawasan industri Krakatau, tepatnya di jalan Industri No. 5 PO BOX 14, Cilegon 42435. Kantor pusat PT. Krakatau Steel terletak di Wisma Baja dan Gatot Subroto Kav. 54 Jakarta. Adapun yang menjadi pertimbangan pemilihan lokasi pabrik adalah :

1. Dekat dengan laut, sehingga dapat memudahkan pengangkutan bahan baku dan produk menggunakan kapal

2. Dekat dengan daerah pemasaran (ibukota)

3. Tanah yang tersedia untuk pabrik cukup luas

4. Sumber air cukup memadai

5. Adanya jaringan rel kereta api dan jalan raya yang memadai untuk pengangkutan.

BAB III

PERAWATAN MOTOR ELDRO

3.1 PENGERTIAN MOTOR ELDRO

Motor eldro adalah motor yg berfungsi untuk pengereman pada motor hoist yg terdapat pada crane. Motor eldro bekerja menggunakan 2 system yaitu motor listrik dan system hydraulic tertutup.

Di dalam motor eldro terdapat piston yg berfungsi untuk melaksanakan proses kerja motor, yaitu mengadakan langkah isap, mampat, kerja,dan buang.

Cara kerja dari pada motor eldro adalah motor menggunakan motor 3 phasa yg bekerja menggerakan piston pada bagian motor tersebut.

TYPE Ed 30/5 S

3 Phasa motor

220/380 V. 50 Hz .0,43 A .180 W

N 300 .50 mm

Untuk mengoperasikan motor eldro terdapat alat penunjang agar motor berjalan dengan baik,di antaranya :

· Terminal box

· Kabel gland (25 x 1,5 – 4 x 2,5 mm2)

· Piston

· Silinder hydraulic

· Oil guider

· Motor circuit breaker

3.2 LANGKAH-LANGKAH PERAWATAN MOTOR ELDRO

1. Alat keselamatan kerja yang digunakan :

· Pakaian Kerja

· Safety Shoes

· Safety Helmet

· Masker Debu

· Safety bell

2. Alat-Alat yang digunakan untuk perawatan motor eldro :

· Obeng (-) besar / kecil.

· Obeng (+) besar / kecil.

· Tang kombinasi/tang potong.

· Majun

· Koas.

· Multi tester.

· Kunci pass ring no. 8,10,12,13,17,dan 19

3.3 PROSES PERAWATAN

Proses perawatan untuk motor eldro :

· Mengoff kan power supply

· Melepas tutup terminal conection motor dengan menggunakan obeng (-) besar

· Cek dan bersihkan terminal conection motor

· Bersihkan body motor dengan majun

· Cek kebocoran oli pada piston

· Cek isolasi kabel conection pada motor

· Memasang kembali tutup terminal conection motor

· On kan kembali power supply

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Setelah penulis mengikuti Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) di PT. KRAKATAU STEEL selama kurang lebih satu bulan , penulis banyak sekali mendapat ilmu pengetahuan mengenai pekerjaan yang dikerjakan di PT. KRAKATAU STEEL. Sehingga penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dengan adanya Praktek Kerja Industri ( PRAKERIN) ini merupakan program yang sangat penting dan bermanfaat untuk mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan yang belum di dapat dari sekolah.

2. PT. Krakatau Steel memiliki sarana dan prasarana yang lengkap, tempat yang nyaman, asri, rapi, dan bersih. Sehingga penulis merasa nyaman melakukan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) di PT. Krakatau Steel.

3. Dengan adanya Praktek Kerja Industri(PRAKERIN) ini menjadikan tolak ukur kedepannya bagi penulis pribadi untuk melangkah kedunia kerja, agar penulis tidak merasa asing dengan dunia kerja untuk saat ini.

4.2 SARAN

Dengan segala kerendahan hati penulis memberanikan diri untuk menulis, mengemukakan diri untuk menulis saran yang mudah-mudahan akan menjadi bahan pertimbangan bagi pihak sekolah maupun pihak industri dengan harapan ini dapat bermanfaat untuk perbaikan di masa depan :

1. Penulis mengharapkan terjalin hubungan yang baik antara pihak sekolah dan pihak perusahaan.

2. Hubungan karyawan dengan para siswa PRAKERIN diharapkan agar selalu terjaga keharmonisannya.

3. Waktu pelaksanaan prakerin di rasakan sebagian siswa terlalu singkat, mengigat banyaknya pengetahuan yang harus di serap oleh siswa Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) dari perusahaan.

4. Pihak sekolah dan industri supaya lebih peka terhadap perkembangan ilmu teknologi yang baru, modern, dan mutakhir di dalam segala bidang baik bidang industri dan bidang pendidikan.

Laporan Praktek Kerja Industri

35