19
1

repository.stikespantiwaluya.ac.idrepository.stikespantiwaluya.ac.id/322/3/STIKES_Gabriela... · Web viewPada klien 2 mengalami demam dengan peningkatan suhu tubuh hingga 41,6 ˚C,

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: repository.stikespantiwaluya.ac.idrepository.stikespantiwaluya.ac.id/322/3/STIKES_Gabriela... · Web viewPada klien 2 mengalami demam dengan peningkatan suhu tubuh hingga 41,6 ˚C,

1

Page 2: repository.stikespantiwaluya.ac.idrepository.stikespantiwaluya.ac.id/322/3/STIKES_Gabriela... · Web viewPada klien 2 mengalami demam dengan peningkatan suhu tubuh hingga 41,6 ˚C,

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PNEUMONIA DENGANMASALAH HIPERTERMI DI RUMAH SAKIT PANTI

WALUYA SAWAHAN MALANG

Gabriela Vanicha Asri Kirana, Sr Felisitas A Sri, Wisoedhanie Widi A SProgam Studi DIII Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Panti Waluya Malang

Email: [email protected]

ABSTRAK

Pneumonia merupakan proses inflamasi pada parenkim paru yang disebabkan proses infeksius dan non-infeksius. Mikroorganisme yang terhirup akan menginfeksi paru-paru dan tubuh merespons dengan meningkatkan suhu tubuh sehingga mengakibatkan hipertermia. Penelitian ini bertujuan untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada klien pneumonia dengan masalah hipertermia. Desain penelitian menggunakan studi kasus. Pengambilan data didapatkan dari 2 responden yang dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2019 di ruang Placida Paviliun Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang. Pada kedua klien dilakukan rencana tindakan keperawatan mandiri maupun kolaboratif. Pada klien 1 masalah teratasi dengan tercapainya 6 dari 6 kriteria hasil yang telah ditetapkan dan pada klien 2 masalah teratasi sebagian dengan tercapainya 5 dari 6 kriteria hasil yang telah ditetapkan. Tindakan keperawatan yang tepat pada masalah hipertermia adalah melakukan pemberian kompres hangat dengan teknik masase yang dapat menurunkan suhu tubuh melalui proses konduksi dan membantu memberi rasa nyaman pada klien.

Kata kunci: Pneumonia, Hipertermi, Kompres Hangat

ABSTRACT

Pneumonia is an inflammatory process in the pulmonary caused by infection, and non-infection process. Inhaled microorganisms will infect the lungs, and the body responds by increasing body temperature and resulting hyperthermia.This study aims to implement nursing intervention for pneumonia clients with hyperthermia problems. The design of this study uses a case study method. These data are taken from 2 respondents from June to July 2019 in Placida Pavilion room at Panti Waluya Sawahan Hospital, Malang. Both clients carried out independent and collaborative nursing planning. Client 1 problems is resolved by achieving 6 out of 6 outcomes criteria and client 2 problems are partially resolved by achieving 5 out of 6 outcomes criteria. The right nursing planning on the problem of hyperthermia is by give warm compresses with massage techniques that can reduce body temperature through the conduction process and help provde comfort to the client.

Keywords: Pneumonia. Hyperthermia, Warm Compresses

2

Page 3: repository.stikespantiwaluya.ac.idrepository.stikespantiwaluya.ac.id/322/3/STIKES_Gabriela... · Web viewPada klien 2 mengalami demam dengan peningkatan suhu tubuh hingga 41,6 ˚C,

Pendahuluan

Pneumonia adalah inflamasi pada parenkim

paru yang sering mengganggu pertukaran gas,

dan sering menyebabkan keterbatasan intake

oksigen (Farida et al, 2017). Pneumonia dapat

terjadi karena proses infeksius oleh bakteri,

virus, jamur, dan proses non infeksius yang

dapat disebabkan oleh reflux isi lambung dan

inhalasi gas yang dapat mengiritasi paru-paru

(LeMone et al, 2016).

Global Burden of Disease (GBD) mencatat

pada tahun 2017 terjadi 1,1 juta kematian

akibat pneumonia di dunia (IHME, 2017). Data

yang diambil Institute for Health Metrics and

Evaluation (IHME) pada tahun 2017 terjadi

peningkatan sebesar 92% dari tahun 2000 di

Indonesia (IHME, 2017). Data Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2017 di

Jawa Timur didapatkan insiden pneumonia

meningkat hingga 80% dari 79,61% di tahun

2016 (KEMENKES RI, 2017). Berdasarkan

profil Kesehatan Kota Malang tahun 2016

didapatkan peningkatan penderita pneumonia

sebesar 64,44% yang sebelumnya pada tahun

2015 sebesar 63,80% (Pratiwi et al, 2016). Di

Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang

tahun 2018 didapatkan data sebanyak 146

kasus Pneumonia pada dewasa (RM Rumah

Sakit Panti Waluya Sawahan Malang, 2019).

Pada bulan Agustus tahun 2018 saat praktek

klinik di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan

Malang, Penulis menemukan dua klien dengan

pneumonia yang dirawat di ruang Maria

Paviliun dan ICU. Klien pertama mengeluhkan

sesak nafas, pusing, dan badan menggigil

diikuti peningkatan suhu tubuh sebesar 37,8˚C.

Klien kedua mengalami penurunan kesadaran,

dan ekstremitas teraba hangat serta terjadi

peningkatan suhu tubuh sebesar 39,5˚C.

Hipertermia pada klien pneumonia terjadi

ketika mikroorganisme yang masuk ke paru-

paru melepaskan pirogen, lalu tubuh merespons

dengan melepaskan pertahanan tubuh seperti

makrofag, limfosit, dan sel darah putih yang

akan melepaskan Interleukin-1 dan di ikuti

pengeluaran prostaglandin E2 pada

hipotalamus, Prostaglandin E2 akan bekerja

meningkatkan suhu tubuh dan mengakibatkan

demam (Mubarak et al, 2015).

Menurut Zahroh & Khasanah (2017), Ketika

seseorang mengalami hipertermia, tubuh

merespons untuk mengeluarkan panas melalui

proses vasodilatasi dan keringat yang jika tidak

ditangani dapat mengakibatkan dehidrasi.

Demam juga akan membuat seorang individu

merasa tidak nyaman, sakit kepala, mual dan

muntah, merasa bingung dan gelisah (Kozier et

al, 2011; Zahroh & Khasanah, 2017).

Peran perawat dalam mengatasi hipertermia

pada klien pneumonia adalah dengan

memberikan kompres hangat dengan teknik

3

Page 4: repository.stikespantiwaluya.ac.idrepository.stikespantiwaluya.ac.id/322/3/STIKES_Gabriela... · Web viewPada klien 2 mengalami demam dengan peningkatan suhu tubuh hingga 41,6 ˚C,

masase. Manfaat kompres hangat adalah

menurunkan suhu tubuh melalui proses

konduksi dan membantu memberi rasa nyaman

pada klien. Perawat dapat berkolaborasi dalam

pemberian terapi cairan intravena untuk

mencegah terjadinya dehidrasi, dan pemberian

antipiretik yang berfungsi menurunkan suhu

tubuh (Cahyaningrum & Putri, 2017; Zahroh &

Khasanah, 2017).

Berdasarkan latar belakang tersebut, Penulis

tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah

dalam bentuk “Asuhan Keperawatan pada

Klien Pneumonia dengan Masalah

Hipertermia” di Rumah Sakit Panti Waluya

Sawahan Malang.

Metode Penelitian

Studi kasus ini adalah studi untuk menggali

lebih dalam masalah asuhan keperawatan pada

klien yang mengalami Pneumonia dengan

masalah hipertermia di Rumah Sakit Panti

Waluya Sawahan Malang. Maka penulis

menjabarkan klien yang dimaksud adalah :

1) Klien dengan diagnosa medis Pneumonia

atau dengan hasil foto thorax Pneumonia.

2) Klien dengan peningkatan suhu tubuh diatas

batas normal (lebih dari 37,5 ˚C).

3) Klien dewasa berusia lebih dari 21 tahun.

4) Klien yang memiliki kulit tubuh teraba

hangat pada ekstremitas atas dan bawah.

5) Klien yang memiliki kulit tampak

kemerahan pada wajah.

Pada penelitian ini yang menjadi partisipan

yaitu klien 1 Ny. S yang berusia 79 tahun

dengan diagnosa Pneumonia, dikaji pada

tanggal 11 Juni 2019, dan Klien 2 Tn A yang

berusia 24 tahun dengan diagnosa Pneumonia,

dikaji pada tanggal 2 Juli 2019. Ke 2 klien

menderita Pneumonia dengan masalah

hipertermia dan dirawat di Ruang Placida

Paviliun di Rumah Sakit Panti Waluya

Sawahan Malang

Hasil

Pada studi kasus ini didapatkan data sebagai

berikut:

1. Pengkajian

Berdasarkan hasil pengkajian menunjukkan

bahwa klien 1 dan 2 sama-sama di diagnosa

Pneumonia. Pada klien 1 saat dilakukan

pengkajian didapatkan klien mempunyai

riwayat penyakit DM, klien 1 menyatakan

keluhan batuk tidak berdahak sejak 3

minggu lalu, sesak, nyeri dada, dan demam.

Klien tampak lemah dengan kesadaran

composmentis, saat dilakukan pemeriksaan

tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah

140/78 mmHg, RR 28/menit, nadi

116x/menit, dan suhu 38°C. Klien

mengeluhkan adanya nyeri tekan pada dada

kanan atas dan auskultasi paru terdengar

ronchi. Sebelumnya klien merasa menggigil

diikuti badan yang terasa hangat, akral

4

Page 5: repository.stikespantiwaluya.ac.idrepository.stikespantiwaluya.ac.id/322/3/STIKES_Gabriela... · Web viewPada klien 2 mengalami demam dengan peningkatan suhu tubuh hingga 41,6 ˚C,

teraba panas, dan tampak kemerahan

disekitar pipi. Pada klien 2 saat dilakukan

pengkajian didapatkan klien adalah seorang

perokok aktif sejak usia 15 tahun. Klien

mengeluhkan 1 minggu sebelumnya

mengalami demam disertai pusing dan batuk

kering, klien mengatakan sudah pergi

kedokter untuk mendapatkan pengobatan. 1

minggu berikutnya klien dibawa ke IGD

dengan keluhan demam, pusing, dan batuk

kering. Keadaan umum klien cukup dan

kesadaran composmentis, pemeriksaan

tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah

130/80 mmHg, RR 24x/menit, nadi

128x/menit, suhu 41,6˚C, pada pemeriksaan

auskultasi paru terdengar bunyi ronchi.

Sebelumnya klien merasa menggigil diikut

dengan badan terasa panas, wajah tampak

kemerahan, dan akral teraba panas.

2. Diagnosis Keperawatan

Pada klien 1 dan 2 ditetapkan diagnosis

keperawatan “Hipertermia berhubungan

dengan proses infeksi pada alveoli”

3. Rencana Keperawatan

Tujuan: Klien tidak mengalami hipertermia

setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24

jam.

Kriteria Hasil:

1. Suhu tubuh dalam rentang

normal (36,5 ˚C- 37,5 ˚C)

2. Denyut nadi dalam rentang

normal (60-100x/menit)

3. Frekuensi napas dalam rentang

normal (12-20x/menit)

4. Tidak terdapat perubahan warna

pada kulit

5. Tidak terjadi dehidrasi

6. Tidak teraba hangat pada kulit

Pada klien 1 dan 2 ditetapkan rencana

tindakan meliputi: 1) Monitor tanda tanda

vital 2) Anjurkan untuk penggunaan pakaian

tipis 3) Berikan pemberian kompres hangat

dengan teknik masase 4) Observasi input

dan output cairan 5) Anjurkan asupan cairan

oral 1,5-2 lt sehari, 6) Kolaborasi pemberian

terapi cairan intravena 7) Kolaborasi

pemberian terapi antibiotic 8) Kolaborasi

pemberian terapi antipiretik 9) Beri edukasi

pada keluuarga tentang pemberian kompres

hangat.

Pada klien 1 ditambahkan rencana tindakan

karena klien di diagnosa Diabetes Melitus

yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup

dan mengurangi risiko komplikasi akut pada

klien, rencana tindakan yang ditetapkan

meliputi: 1) Edukasi tentang penyakit DM

2) Edukasi pengaturan nutrisi menggunakan

3J (Jenis, Jumlah, Jadwal) 3) Anjurkan

untuk latihan jasmani 4) Edukasi konsumsi

obat sesuai dengan anjuran dokter 5)

Monitoring kadar glukosa dalam darah

4. Implementasi

Pada klien 1 dan 2 telah dilakukan tindakan

keperawatan sesuai rencana keperawatan

5

Page 6: repository.stikespantiwaluya.ac.idrepository.stikespantiwaluya.ac.id/322/3/STIKES_Gabriela... · Web viewPada klien 2 mengalami demam dengan peningkatan suhu tubuh hingga 41,6 ˚C,

dan telah mendapat persetujuan/informed

consent dari klien dan keluarga.

5. Evaluasi

Pada Klien 1 didapatkan masalah

keperawatan Hipertermia teratasi dengan

tercapainya 6 krtieria hasil yang sudah

ditetapkan dan pada Klien 2 masalah

keperawatan Hipertermia teratasi sebagian

dengan tercapainya 5 dari 6 kriteria hasil

yang sudah ditetapkan.

Pembahasan

1. Pengkajian

Menurut penulis dari data hasil pengkajian,

ditemukan klien 1 dan 2 di diagnosa

pneumonia, pada klien 1 didapatkan juga

diagnosa DM. Klien 1 mengalami

pneumonia ditandai dengan keluhan batuk,

sesak nafas, demam, nyeri dada kanan, dan

auskultasi paru terdengar ronchi, ditunjang

dengan hasil bacaan foto thorax terdapat

infiltrat pada lapang bawah paru kanan dan

kiri. Klien 2 mengalami pneumonia karena

klien seorang perokok aktif, dan

mengeluhkan demam serta batuk kering,

pada auskultasi paru terdengar bunyi ronchi

dan ditunjang pemeriksaan foto thorax

dengan bacaan pada paru tampak infiltrat

parakardial kanan dan perihilier kanan kiri

dan kesimpulan Pneumonia. Adanya

kenaikan suhu tubuh lebih dari 37,5˚C pada

klien 1 dan klien 2 merupakan proses dari

infeksi didalam tubuh, yang dapat

menyebabkan pusing, wajah kemerahan,

kulit teraba panas, peningkatan frekuensi

pernafasan dan nadi.

Berdasarkan teori dari Ignatavicius (2013)

dan Nurarif (2016), Pneumonia merupakan

penyakit pernafasan dengan tanda dan gejala

seperti batuk, demam, sesak nafas, nyeri

dada, dan keluaran nasal. Demam atau

hipertermia yang terjadi pada klien

pneumonia merupakan respon tubuh

terhadap adanya infeksi, dimana

mikroorganisme akan memicu tubuh

mengeluarkan Interleukin-1 dan diikuti

pengeluaran prostaglandin E2 yang

meningkatkan suhu tubuh sehingga terjadi

hipertermia (Cahyaningrum, 2017; Potter,

2010). Menurut PPNI (2017) hipertermia

adalah keadaan saat suhu tubuh meningkat

diatas rentang normal dengan karakteristik

suhu lebih dari 37,5°C, kulit memerah, kulit

terasa hangat, takikardia, dan takipnea.

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut penulis dari data hasil pengkajian,

pada klien 1 dan 2 ditetapkan memiliki

diagnosa keperawatan yang sama yaitu

Hipertermia berhubungan dengan proses

infeksi pada alveoli. Pada klien 1 mengalami

demam dengan peningkatan suhu hingga 38

˚C, nadi 116 x/menit, RR 28 x/menit,

kemerahan pada area pipi, dan akral teraba

panas. Pada klien 2 mengalami demam

dengan peningkatan suhu tubuh hingga 41,6

˚C, nadi 128 x/menit, RR 24 x/menit, klien

6

Page 7: repository.stikespantiwaluya.ac.idrepository.stikespantiwaluya.ac.id/322/3/STIKES_Gabriela... · Web viewPada klien 2 mengalami demam dengan peningkatan suhu tubuh hingga 41,6 ˚C,

mengeluh pusing, kemerahan pada wajah,

dan akral teraba panas.

Menurut Potter (2010) dan Cahyaningrum

(2017), Hipertermia adalah keadaan dimana

individu mengalami peningkatan suhu tubuh

diatas rentang normal karena kerentanan

terhadap faktor eksternal. Demam

merupakan respon normal tubuh terhadap

adanya infeksi, Menurut Mubarak et al

(2015) dan PPNI (2017) batasan

karakteristik pasien pneumonia dengan

hipertermia antara lain: 1) Suhu tubuh diatas

nilai normal (36,5 ˚C-37,5 ˚C) 2) Kulit

memerah 3) Kulit teraba hangat 4)

Takikardia 5) Takipnea.

3. Rencana Keperawatan

Menurut penulis intervensi yang digunakan

pada kedua klien berbeda. Pada klien 1 di

berikan 9 intervensi dan 5 intervensi

tambahan karena klien pertama di diagnosa

Diabetes Melitus yang jika tidak ditangani

akan terjadi komplikasi. Pada klien kedua

telah ditetapkan 9 intervensi. Intervensi

masalah keperawatan hipertermia pada

kedua klien ditetapkan dengan intervensi

yang sama dengan tujuan dan kriteria hasil

yang sama. dari Kondisi kedua klien

mendukung untuk dilakukan intervensi yang

sama karena ditegakkan diagnose

pneumonis dan masalah keperawatan yang

sama yaitu hipertermia.

Intervensi yang direncanakan pada kedua

klien sesuai dengan teori dari Ackley

(2010), Wilkinson (2013), Nurarif (2016),

dan PPNI (2017) yaitu: 1) Monitor tanda –

tanda vital 2) Anjurkan untuk penggunaan

pakaian tipis 3) Berikan kompres hangat

dengan teknik masase 4) Observasi input

dan output 5) Anjurkan asupan cairan oral

1,5-2 lt sehari 6) Kolaborasi pemberian

terapi intravena 7) Kolaborasi pemberian

terapi antibiotic 8) Kolaborasi pemberian

terapi antipiretik 9) Edukasi pada keluarga

tentang pemberian kompres hangat. Menurut

Soelistijo (2015) klien dengan Diabetes

Melitus perlu diberikan tata laksana dengan

tujuan memperbaiki kualitas hidup dan

mengurangi risiko komplikasi akut,

intervensi yang diberikan meliputi: 1)

Edukasi mengenai penyakit DM 2) Edukasi

pengaturan nutiri menggunakan 3J 3)

Menganjurkan untuk latihan jasmani 4)

Edukasi konsumsi obat yang sesuai dengan

anjuran dokter 5) Monitoring kadar glukosa

dalam darah.

4. Implementasi

Pada klien 1 dilakukan 14 implementasi dari

9 intervensi masalah keperawatan

hipertermia dan 5 intervensi klien dengan

Diabetes Melitus yang sudah diterapkan

pada hari pertama dan kedua, sedangkan

pada hari 3 klien 1 sudah tidak dirawat di

Rumah Sakit dan dilakukan homecare

dengan 6 implementasi dari intervensi

masalah keperawatan hipertermia tidak

termasuk implementasi kolaborasi

7

Page 8: repository.stikespantiwaluya.ac.idrepository.stikespantiwaluya.ac.id/322/3/STIKES_Gabriela... · Web viewPada klien 2 mengalami demam dengan peningkatan suhu tubuh hingga 41,6 ˚C,

pemberian terapi cairan intravena, terapi

pemberian antibiotik, terapi pemberian

antipiretik, dan dilakukan 5 implementasi

klien dengan Diabetes Melitus. Pada klien 1

setelah dilakukan pemberian kompres

hangat terjadi penurunan suhu tubuh namun

belum memenuhi suhu normal. Pada klien 2

dilakukan 9 intervensi dari 9 implementasi

yang sudah ditetapkan pada hari 1-3. Setelah

diberikan kompres hangat terjadi penurunan

suhu tubuh dan klien mengatakan merasa

sedikit rileks dan nyaman.

Implementasi keperawatan merupakan

pengelolaan dan wujud dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap

perenpcanaan atau intervensi (Setiadi,

2012). Manfaat kompres hangat adalah

menurunkan suhu tubuh melalui proses

konduksi dengan melebarkan pembuluh

darah dan memicu pengeluaran keringat

pada tubuh dan membantu memberi rasa

nyaman pada klien. Selain itu perawat dapat

berkolaborasi dalam pemberian terapi cairan

intravena untuk mencegah terjadinya

dehidrasi serta dalam pemberian antipiretik

yang berfungsi menurunkan suhu tubuh

(Nurarif & Kusuma 2016, Cahyaningrum &

Putri, 2017).

5. Evaluasi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

selama 3 hari didapatkan hasil pada klien 1

masalah teratasi pada hari ke 3 dan pada

klien 2 masalah teratasi sebagian pada hari

ke 3. Pada klien 1 didapatkan data yang

sesuasi dengan kriteria hasil dan pada klien

2 masalah teratasi sebagian dengan

tercapainya 5 dari 6 kriteria hasil. Klien 1

dan 2 diberikan tindakan non farmakologi

yaitu kompres hangat untuk membantu

menurunkan demam dengan tanda suhu

tubuh dalam rentang normal (36,5°C-

37,5°C), RR dalam rentang normal (12-20

x/menit), denyut nadi dalam rentang normal

(60-100 x/menit), kulit tidak tampak

kemerahan, kulit tidak teraba hangat.

Kriteria hasil yang diharapkan setelah

dilakukan intervensi keperawatan pada saat

evaluasi adalah:

1) Suhu tubuh dalam rentang

normal (36,5°C-37,5°C) (Mubarak et al,

2015)

2) Denyut nadi dalam rentang

normal (60-100x/menit) (Nurarif &

Kusuma, 2016)

3) Frekuensi napas dalam rentang

normal (12-20 x/menit) (Nurarif &

Kusuma, 2016)

4) Tidak terjadi dehidrasi (Nurarif

& Kusuma, 2016)

5) Tidak teraba hangat pada kulit

(PPNI, 2017)

Kesimpulan

Asuhan keperawatan pada klien Pneumonia

yang mengalami masalah Hipertermia di

Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang

8

Page 9: repository.stikespantiwaluya.ac.idrepository.stikespantiwaluya.ac.id/322/3/STIKES_Gabriela... · Web viewPada klien 2 mengalami demam dengan peningkatan suhu tubuh hingga 41,6 ˚C,

telah dilaksanakan pada klien 1 dan klien 2

dengan waktu 3x24 jam. Pada klien 1 masalah

teratasi karena pada evaluasi terakhir klien

memenuhi 6 kriteria hasil yang sudah

ditetapkan, dan pada klien 2 masalah teratasi

sebagian karena pada evaluasi terakhir klien

memenuhi 5 dari 6 kriteria hasil yang

ditetapkan.

Daftar Pustaka

Ackley, Betty J. & Ladwig, Gail B. 2011. Nursing Diagnosis Handbook: An Evidence Based Guide To Planning Care, Ed 9. United States of America: Mosby Elseiver.

Cahyaningrum, Etika Dewi; & Putri, Diannike. 2017. Perbedaan Suhu Tubuh Anak Demam Sebelum dan Sesudah Kompres Bawang Merah. Jurnal Ilmu-Ilmu Kesehatan. Vol. 15 No. 2.

Farida, Yeni; Trisna, Ayu; & Nur W, Deasy. 2017. Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Pneumonia di Rumah Sajur Rujukan daerah Surakarta. Journal Od Pharmaceutical Science and Clinical Research. Vol. 02 No. 01.

Ignatavicius, Donna D. & Workman, M. Linda. 2013. Medical-Surgical Nursing: Patient-Centered Collaborative Care, Ed 7. United States of America: Elseiver Saunders.

Kozier, Barbara; Erb, Glenora; Berman, Audrey; & Snyder, Shirlee J. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, & Praktik, Ed. 7 Vol. 1. Jakarta: EGC.

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2017. Jakarta: Kemenkes RI.

LeMone, Priscilla; Burke, Karen M.; & Bauldoff, Gerene. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Ed 5, Vol 4. Jakarta: EGC.

Mubarak, Iqbal; Indrawati, Lilis; & Susanto, Joko. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis jilid 2. Jogjakarta : Mediaction.

Potter, Patricia A. & Perry, Anne G. 2010. Fundamental Keperawatan, Ed 7 Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.

Pratiwi, Dinar Septi; Yunus, Moch; Gayatri, Rara Warih. 2018. Hubungan Antara Faktor Orang Tua dengan Kejadian Pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang. The Indonesian Journal Of Public Health, Vol.3 No.2.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Wilkinson, Judith M. & Ahern, Nancy R. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis Nanda, Intervensi NIC, Kriteria Hasil Noc, Ed 9. Jakarta: EGC.

Zahroh, Roihatul & Khasanah, Ni’matul. 2017. Efektifitas Pemberian Kompres Air Hangat dan Sponge Bath Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pasien Anak Gastroenteritis. Jurnal Ners LENTERA. Vol. 5 No. 1.

9

Page 10: repository.stikespantiwaluya.ac.idrepository.stikespantiwaluya.ac.id/322/3/STIKES_Gabriela... · Web viewPada klien 2 mengalami demam dengan peningkatan suhu tubuh hingga 41,6 ˚C,

10

Page 11: repository.stikespantiwaluya.ac.idrepository.stikespantiwaluya.ac.id/322/3/STIKES_Gabriela... · Web viewPada klien 2 mengalami demam dengan peningkatan suhu tubuh hingga 41,6 ˚C,

LAMPIRAN

1. Le

mbar Konsultasi Pembimbing 1

11

Page 12: repository.stikespantiwaluya.ac.idrepository.stikespantiwaluya.ac.id/322/3/STIKES_Gabriela... · Web viewPada klien 2 mengalami demam dengan peningkatan suhu tubuh hingga 41,6 ˚C,

12

Page 13: repository.stikespantiwaluya.ac.idrepository.stikespantiwaluya.ac.id/322/3/STIKES_Gabriela... · Web viewPada klien 2 mengalami demam dengan peningkatan suhu tubuh hingga 41,6 ˚C,

2 Lembar Konsultasi Pembimbing 2

13