22
Pan Balang Tamak Hiduplah seorang lelaki di Bali pada zaman dahulu. Pan Balang Tamak namanya. Pan Balang Tamak dikenal selaku orang yang licik dan cerdik. Kecerdikannya kerap digunakannya untuk berbuat licik. Ia juga dikenal selaku sosok pembohong, sombong, pemalas, dan jarang bergaul dengan orang lain. Orang-orang di desanya tidak menyukai Pan Balang Tamak. Sang Kepala Desa di mana Pan Balang Tamak tinggal termasuk orang yang tidak senang dengan Balang Tamak. Kepala Desa merencanakan cara untuk menghukum Pan Balang Tamak. Setelah dipikirkannya masak-masak, sang Kepala Desa akhirnya menemukan cara. Ia lantas memerintahkan agar segenap warga untuk melaksanakan perburuan bersama. "Siapa yang tidak turut dalam perburuan bersama itu akan dikenakan hukuman berupa denda!" begitu pengumuman sang Kepala Desa. Kepala Desa memerintahkan segenap warga desa pimpinannya untuk berkumpul dan berangkat setelah ayam jantan berkokok dan mulai turun mencari makan. Pan Balang Tamak jelas mengetahui adanya pengumuman dari kepala desa itu. Ia juga bisa merasakan adanya niat kepala desa untuk menghukum dan menjatuhkan denda padanya. Ia pun merencanakan siasat licik untuk menghadapinya. Pada hari yang telah ditentukan, warga desa berdatangan di rumah kepala desa tepat pada waktu yang telah ditetapkan. Hanya Pan Balang Tamak sendiri yang tidak terlihat di tempat itu. Warga desa yakin, kali ini Pan Balang Tamak tidak akan dapat lagi mengelak dari tuntutan hukuman dan denda yang akan dijatuhkan Kepala Desa. Pan Balang Tamak akhirnya datang juga ke tempat pertemuan itu meski sangat terlambat dari waktu yang ditentukan. Ia terlihat tenang seraya menuntun seekor anak anjing miliknya ketika datang ke pertemuan warga tersebut. Ia tetap juga terlihat tenang dan

pgsdhihdn.files.wordpress.com  · Web viewPerburuan pun berakhir ketika waktu senja tiba. Mereka kembali tanpa mendapatkan seekor hewan buruan pun. Sebelum kembali ke rumah masing-masing,

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: pgsdhihdn.files.wordpress.com  · Web viewPerburuan pun berakhir ketika waktu senja tiba. Mereka kembali tanpa mendapatkan seekor hewan buruan pun. Sebelum kembali ke rumah masing-masing,

Pan Balang Tamak Hiduplah seorang lelaki di Bali pada zaman dahulu. Pan Balang Tamak namanya. Pan Balang Tamak dikenal selaku orang yang licik dan cerdik. Kecerdikannya kerap digunakannya untuk berbuat licik. Ia juga dikenal selaku sosok pembohong, sombong, pemalas, dan jarang bergaul dengan orang lain. Orang-orang di desanya tidak menyukai Pan Balang Tamak. Sang Kepala Desa di mana Pan Balang Tamak tinggal termasuk orang yang tidak senang dengan Balang Tamak.

Kepala Desa merencanakan cara untuk menghukum Pan Balang Tamak. Setelah dipikirkannya masak-masak, sang Kepala Desa akhirnya menemukan cara. Ia lantas memerintahkan agar segenap warga untuk melaksanakan perburuan bersama. "Siapa yang tidak turut dalam perburuan bersama itu akan dikenakan hukuman berupa denda!" begitu pengumuman sang Kepala Desa.

Kepala Desa memerintahkan segenap warga desa pimpinannya untuk berkumpul dan berangkat setelah ayam jantan berkokok dan mulai turun mencari makan.

Pan Balang Tamak jelas mengetahui adanya pengumuman dari kepala desa itu. Ia juga bisa merasakan adanya niat kepala desa untuk menghukum dan menjatuhkan denda padanya. Ia pun merencanakan siasat licik untuk menghadapinya.

Pada hari yang telah ditentukan, warga desa berdatangan di rumah kepala desa tepat pada waktu yang telah ditetapkan. Hanya Pan Balang Tamak sendiri yang tidak terlihat di tempat itu. Warga desa yakin, kali ini Pan Balang Tamak tidak akan dapat lagi mengelak dari tuntutan hukuman dan denda yang akan dijatuhkan Kepala Desa.

Pan Balang Tamak akhirnya datang juga ke tempat pertemuan itu meski sangat terlambat dari waktu yang ditentukan. Ia terlihat tenang seraya menuntun seekor anak anjing miliknya ketika datang ke pertemuan warga tersebut. Ia tetap juga terlihat tenang dan tidak sedikit pun memperlihatkan rasa bersalahnya karena datang sangat terlambat dan mendapat ejekan warga desa lainnya.

Ketika perburuan dimulai, Pan Balang Tamak turut pula dalam kegiatan tersebut. Tanpa diketahui warga lainnya, Pan Balang Tamak melemparkan anak anjing miliknya ke semak-semak berduri. Anak anjing itu pun meraung-raung kesakitan karena tubuhnya terkena duri-duri tajam. Orang-orang yang tengah berburu terperanjat dan buru-buru mendatangi Pan Balang Tamak. Mereka mendapati Pan Balang Tamak tengah menimang-nimang anjingnya itu dan membersihkan darah dari tubuh anjingnya.

"Pan Balang Tamak, apa yang terjadi dengan anjingmu itu?" tanya sang Kepala Desa.

"Anjingku ini tadi habis bertarung dengan seekor babi hutan besar." jawab Pan Balang Tamak berbohong. "Ia begitu gigih bertarung hingga sekujur tubuhnya terluka dan mengeluarkan darah."

"Kemana babi hutan itu Iari?" tanya seorang warga.

Page 2: pgsdhihdn.files.wordpress.com  · Web viewPerburuan pun berakhir ketika waktu senja tiba. Mereka kembali tanpa mendapatkan seekor hewan buruan pun. Sebelum kembali ke rumah masing-masing,

Pan Balang Tamak menunjuk ke sebuah arah. "Kesana!" jawabnya.

Kumpulan Cerita Cerita Rakyat Pan Balang Tamak Yang Licik

Maka, warga desa pun segera bergerak ke arah yang ditunjukkan Pan Balang Tamak. Sementara Pan Balang Tamak sendiri hanya duduk seraya terus membersihkan darah dari luka di tubuh anjing miliknya. Dengan cara itu maka Pan Balang Tamak tidak harus bersusah-payah mengikuti perburuan. Siasat Iiciknya telah berhasil mengelabui Kepala Desa dan juga warga desa lainnya.

Perburuan pun berakhir ketika waktu senja tiba. Mereka kembali tanpa mendapatkan seekor hewan buruan pun. Sebelum kembali ke rumah masing-masing, Kepala Desa memerintahkan segenap warga desa untuk berkumpul keesokan harinya. Warga desa mengetahui, Kepala Desa akan menghukum Pan Balang Tamak karena berani melanggar perintah Kepala Desa.

Pan Balang Tamak mengetahui jika dirinya akan dijatuhi hukuman Kepala Desa. Namun ia tidak terlihat resah atau takut. Setibanya di rumah, ia malah menyuruh istrinya untuk membuat abug iwel (Sejenis penganan atau kue yang terbuat dari ketan). "Bentuklah abug iwel itu hingga menyerupai tahi anjing."

Istri Pan Balang Tamak keheranan mendengar ucapan suaminya. "Untuk apa abug iwel dibentuk menyerupai tahi anjing, Pan?" tanyanya.

"Sudahlah, jangan banyak tanya." jawab Pan Balang Tamak. "Aku akan mengolok-olok Kepala Desa karena akan menjatuhkan hukuman untukku. Aku akan buktikan, aku lebih cerdik dibandingkan Kepala Desa."

Meski tidak mengetahui rencana suaminya yang sebenarnya, istri Pan Balang Tamak menuruti perintah suaminya. Ia membuat abug iwel dan membentuknya hingga menyerupai tahi anjing.

Page 3: pgsdhihdn.files.wordpress.com  · Web viewPerburuan pun berakhir ketika waktu senja tiba. Mereka kembali tanpa mendapatkan seekor hewan buruan pun. Sebelum kembali ke rumah masing-masing,

Keesokan harinya, Pan Balang Tamak pagi-pagi telah datang di Balai Desa. Secara sembunyi- sembunyi ia meletakkan abug iwel buatan istrinya itu di bawah tiang Balai Desa. Diberinya air di sekitar abug iwel itu hingga kian mengesankan air kencing anjing. Selesai dengan tugas rahasianya itu Pan Balang Tamak lantas kembali ke rumahnya. Ia mandi dan beberapa saat kembali ia berangkat ke Balai Desa untuk bergabung dengan warga desa lainnya.

Setelah semua warga desa berkumpul, Kepala Desa lantas menghadapkan Pan Balang Tamak kepadanya. Katanya, "Engkau harus kami hukum karena telah melanggar perintah Kepala Desa. Hukuman untukmu adalah membayar denda."

Dengan wajah yang menyiratkan kepolosan, Pan Balang Tamak menyahut, "Mengapa aku harus dihukum? Apa kesalahanku? Bukankah aku telah mematuhi perintah Kepala Desa?"

"Patuh pada perintah Kepala Desa bagaimana maksudmu?" kata Kepala Desa dengan wajah yang menyiratkan kemarahan. "Bukankah aku telah umumkan agar segenap warga desa datang dan berkumpul di Balai Desa ketika ayam jago berkokok dan turun untuk mencari makan? Lantas, bagaimana dengan dirimu sendiri?"

Dengan suara lantang Pan Balang Tamak menjelaskan, jika ia tidak mempunyai ayam jago, walau seekor pun. Ayam yang dimilikinya hanyalah ayam betina yang tengah mengerami telur-telurnya. "Tentu saja ayamku tidak berkokok. Sesuai perintah Kepala Desa, aku langsung berangkat ke Balai Desa setelah ayarnku turun untuk menari makan. Bukankah aku telah mematuhi perintah Kepala Desa? Lantas, bagaimana mungkin aku harus dihukum dengan membayar denda?"

Kepala Desa dan segenap warga desa tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk menyanggah penjelasan Pan Balang Tamak. Mereka semua mengetahui, Pan Balang Tamak memang hanya mempunyai seekor ayam betina. Jika ia datang ke Balai Desa setelah ayam betinanya turun untuk mencari makan, maka jelas Pan Balang Tamak tidak bisa disalahkan karenanya.

Pan Balang Tamak akhirnya dibebaskan dari hukuman denda. Pan Balang Tamak lantas berlagak. Diperhatikannya keadaan di bawah tiang Balai Desa.

Katanya kemudian dengan wajah bersungut-sungut seraya menunjuk pada abug iwel, "Balai Desa ini tampak kotor. Lihat banyak tahi anjing di dekat tiang ini:'

Kepala Desa dan beberapa warga desa melihat ke arah yang ditunjuk Pan Balang Tamak. Mereka dapat membenarkan ucapan Pan Balang Tamak.

Mendadak Pan Balang Tamak berujar, "Aku menantang siapa pun di antara kalian. Siapa pun yang berani memakan tahi anjing ini, aku akan membayarnya sepuluh ringgit!"

Kepala Desa sangat jengkel mendengar ucapan Pan Balang Tamak. "Bagaimana dengan dirimu sendiri? Jika engkau berani memakan tahi anjing itu, aku akan membayar dua kali lipat dari tawaranmu! Bagaimana? Engkau berani menerima tantanganku?"

Page 4: pgsdhihdn.files.wordpress.com  · Web viewPerburuan pun berakhir ketika waktu senja tiba. Mereka kembali tanpa mendapatkan seekor hewan buruan pun. Sebelum kembali ke rumah masing-masing,

Pan Balang Tamak pura-pura berpikir dan menimbang-nimbang. Ia terus berlagak hingga Kepala Desa dan orang-orang kian bersemangat memintanya untuk melakukan tantangan Kepala Desa. Dengan tetap berlagak menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, Pan Balang Tamak lalu memakan abug iwel yang dibentuk menyerupai tahi anjing itu.

Kepala Desa maupun warga desa yang melihat Pan Balang Tamak memakan 'tahi anjing` menjadi mual perutnya. Mereka menutup mulutnya dan tak sanggup melihat aksi Pan Balang Tamak. Kepala Desa lantas memberikan uang dua puluh ringgit untuk Pan Balang Tamak dan memintanya untuk segera pulang.

Pan Balang Tamak pulang dengan wajah berseri-seri. Kecerdikannya untuk berbuat licik kembali memperdaya Kepala Desa dan juga warga desa tempat tinggalnya.

Pesan moral dari kumpulan cerita cerita rakyat : Pan Balang Tamak yang licik adalah kecerdikan sudan seharusnya tidak dilakukan untuk berbuat kelicikan atau memperdaya orang lain. Kecerdikan hendaknya digunakan untuk membantu orang yang membutuhkan.

I Gusti Gede PasekanPada zaman dahulu hiduplah seorang raja yang memerintah Kerajaan Klungkung. Sri Sagening nama sang raja itu.Ia mempunyai banyak istri. Istri terakhirnya bernama Ni Luh Pasek.

Ketika Ni Luh Pasek mengandung, ia disingkirkan secara halus oleh Sri Sagening. Suaminya itu menikahkannya dengan Kyai Jelantik Bogol. Tak terkirakan kecewanya Ni Luh Pasek mendapati perlakuan buruk suaminya itu. Ia hanya bisa menerima kenyataan yang sangat mengesalkan hatinya itu. Secercah keberuntungan masih didapatkan Ni Luh Pasek, karena Kyai Jelantik Bogol mencintai dan menyayanginya sepenuh hati. Ni Luh Pasek pun akhirnya dapat menerima kenyataan yang harus dihadapinya. Bahkan, ia dapat hidup berbahagia dengan suaminya itu. Hingga ketika waktu melahirkan baginya tiba, Ni Luh Pasek melahirkan seorang bayi lelaki. Sehat dan tidak kurang suatu apapun juga bayi lelaki itu. Diberinya nama I Gusti Gede Pasekan untuk bayi Ielakinya itu. Kian berbahagia hati Ni Luh Pasek karena suaminya benar-benar mencintai dan menyayangi I Gusti Gede Pasekan laksana cinta dan kasih sayangnya kepada anak kandungnya sendiri.

I Gusti Gede Pasekan tumbuh menjadi anak yang sehat, kuat, dan cerdas. Baik pula perilaku dan budi pekertinya. Semakin bertambah usianya semakin terlihat bakat dan kemampuannya dalam memimpin. Kewibawaannya terpancar keluar. Dikenal sakti pula dirinya.Ia sepertinya ditakdirkan Sang Hyang Dewata Agung selaku pemimpin. Dengan semua kelebihan yang terdapat padanya, orang-orang pun rnencintai dan menghormati I Gusti Gede Pasekan.

Ketika I Gusti Gede Pasekan berusia dua puluh tahun, Kyai Jelantik Bogol memerintahkannya untuk pergi ke Den Bukit di daerah Panji. "Daerah itu adalah tempat kelahiran ibumu. Pergilah

Page 5: pgsdhihdn.files.wordpress.com  · Web viewPerburuan pun berakhir ketika waktu senja tiba. Mereka kembali tanpa mendapatkan seekor hewan buruan pun. Sebelum kembali ke rumah masing-masing,

ke sana bersama ibumu. Semoga Sang Hyang Dewata Agung senantiasa melindungi kalian dan memberi kalian keselamatan:'

I Gusti Gede Pasekan segera berangkat memenuhi perintah ayah tirinya. Empat puluh pengawal turut serta dengannya. Mereka dipimpin Ki Dumpiung dan Ki Kadosot. I Gusti Gede Pasekan juga membawa dua pusaka pemberian Kyai Jelantik Bogol, yaitu tombak Ki Tunjung Tutur dan keris Ki Baru Semang. Setelah melakukan perjalanan selama empat hari, tibalah mereka di daerah Batu Menyan. Mereka pun berniat bermalam di tempat itu.

Meski Ki Dumpiung dan Ki Kadosot telah memberikan pengawalan sebaik mungkin, tetap tak mampu mereka menjaga agar tidak terjadi penyusupan. Sang penyusup adalah makhluk gaib penghuni hutan di daerah Batu Menyan itu. Si makhluk gaib menemui I Gusti Gede Pasekan dan mengajaknya terbang. Tanpa ragu-ragu I Gusti Gede Pasekan menuruti ajakan makhluk gaib itu.

I Gusti Gede Pasekan merasa takjub ketika melihat pemandangan dari atas. Dilihatnya daratan dan lautan yang sangat indah, meski waktu itu masih malam hari. Ketika ia menatapkan pandangannya ke arah timur dan barat laut, ia melihat pulau-pulau di kejauhan. Ketika melihat ke arah selatan, ia melihat sebuah gunung yang tinggi menjulang Iaksana paku bumi.

Si makhluk gaib mengembalikan I Gusti Gede Pasekan ke tempatnya semula. Seketika makhluk gaib itu menghilang, I Gusti Gede Pasekan mendengar bisikan suara gaib, "Wilayah-wilayah yang engkau lihat tadi kelak akan menjadi wilayah kekuasaanmu."

Kumpulan Cerita Cerita Rakyat Bali I Gusti Gede Pasekan

Meski masih terheran-heran, tak urung gembira juga hati I Gusti Gede Pasekan seandainya apa yang dibisikkan suara gaib itu menjadi kenyataan. Bukankah menguasai wilayah-wilayah yang amat luas itu berarti ia akan mendapatkan suatu kedudukan yang sangat mulia?

Page 6: pgsdhihdn.files.wordpress.com  · Web viewPerburuan pun berakhir ketika waktu senja tiba. Mereka kembali tanpa mendapatkan seekor hewan buruan pun. Sebelum kembali ke rumah masing-masing,

Kejadian menggetarkan itu lantas diceritakan I Gusti Gede Pasekan kepada ibunya. Ni Luh Pasek turut merasa gembira pula. Ia turut mendoakan agar bisikan suara gaib itu benar-benar akan mewujud pada diri putranya itu. ia pun memberi nasihat, "Anakku, hendaknya engkau senantiasa berusaha sekuat kemampuanmu untuk mewujudkan apa yang menjadi keinginanmu."

Rombongan itu pun meneruskan perjalanan mereka menuju Den Bukit di daerah Panji. Rintangan dan halangan yang mereka temui kian berat, jauh melebihi beratnya rintangan maupun halangan yang mereka temui hingga tiba di Batu Menyan. Namun, semua rintangan dan halangan itu berhasil mereka lewati. Tibalah mereka kemudian di daerah Panji dengan selamat. Mereka kemudian bermukim di tempat kelahiran Ni Luh Pasek itu.

Syandan pada suatu hari sebuah perahu besar terdampar di pantai Panimbangan, tak jauh dari tempat tinggal I Gusti Gede Pasekan dan rombongannya. Perahu besar itu berasal dari Bugis. Nakhoda dan segenap awak kapal telah berusaha sekuat tenaga untuk membebaskan perahu mereka, namun tetap usaha mereka itu tidak menemui keberhasilan. Para nelayan di pantai Panimbangan telah pula turut berusaha membebaskan perahu yang terdampar itu, namun tetap juga perahu besar itu tidak bisa kembali ke laut. Di tengah rasa bingung dan hampir putus asa, nakhoda kapal didatangi Kepala Kampung. Kata sang Kepala Kampung, "Hanya ada seorang yang mampu membebaskan perahu Tuan yang kandas itu."

"Siapa dia?"

"I Gusti Gede Pasekan namanya;" jawab sang Kepala Kampung. "Ia pemuda sakti yang sangat berwibawa. Jika engkau meminta bantuan padanya, niscaya ia akan mampu mengatasi masalah besar yang tengah Tuan alami ini.”

Nakhoda kapal segera menemui I Gusti Gede Pasekan. Ia meminta bantuan I Gusti Gede Pasekan dan berjanji akan memberikan sebagian muatan perahu kepada I Gusti Gede Pasekan jika perahu besar yang dikemudikannya itu dapat terbebas.

"Baiklah," jawab I Gusti Gede Pasekan, "aku akan mencobanya."

Bersama sang nakhoda kapal, I Gusti Gede Pasekan segera menuju pantai Panimbangan. Seketika tiba di pantai Panimbangan dan melihat kondisi perahu yang kandas itu, I Gusti Gede Pasekan lantas mengeluarkan dua senjata andalannya, tombak Ki Tunjung Tutur dan keris Ki Baru Semang. Tiba-tiba muncullah dua makhluk gaib yang luar biasa besar tubuhnya dari dalam dua senjata pemberian Kyai Jelantik Bogol tersebut. Keduanya hanya dapat dilihat I Gusti Gede Pasekan dan sama sekali tidak tampak pada pandangan orang-orang lainnya.

I Gusti Gede Pasekan lantas memerintahkan dua makhluk gaib itu untuk menyeret perahu besar itu dari pantai Panimbangan.

Dengan kekuatan gaibnya, kedua makhluk gaib itu menyeret dan membebaskan perahu dari kondisi kandasnya. Perahu pun kembali dapat ke taut lepas.

Page 7: pgsdhihdn.files.wordpress.com  · Web viewPerburuan pun berakhir ketika waktu senja tiba. Mereka kembali tanpa mendapatkan seekor hewan buruan pun. Sebelum kembali ke rumah masing-masing,

Tak terkirakan keheranan dan keterkejutan orang-orang mendapati perahu yang kandas itu berhasil ditarik oleh sesuatu kekuatan yang tidak terlihat, sementara yang tampak pada mereka hanyalah I Gusti Gede Pasekan yang berdiri seraya menunjuk-nunjuk pada perahu.

Nakhoda berikut seluruh awak kapal amat bergembira setelah mendapati perahu mereka dapat kembali ke laut. Sang nakhoda lantas memenuhi janjinya. Sebagian dari muatan perahu yang sangat berharga itu diberikan kepada I Gusti Gede Pasekan. Di antara benda-benda yang diberikan kepada I Gusti Gede Pasekan adalah dua buah gong besar. Dengan banyaknya barang-barang pemberian itu membuat I Gusti Gede Pasekan menjadi sosok yang kaya raya. Namanya kian disegani, terutama karena kesaktian dan kewibawaannya. Karena kekayaan dan juga kesaktiannya, orang-orang pun menggelari I Gusti Gede Pasekan dengan gelar I Gusti Panji Sakti.

I Gusti Panji Sakti lantas mendirikan kerajaan di Den Bukit di daerah Panji tersebut. Orang-orang yang mendengar dan mengetahui kebaikan, kewibawaan, dan kesaktiannya datang berbondong-bondong ke daerah tersebut untuk menjadi rakyat kerajaannya. Rakyat di daerah-daerah lain juga menyatakan tunduk pada kekuasaan I Gusti Panji Sakti. Tak berapa lama kemudian wilayah kekuasaan I Gusti Panji Sakti telah meluas. Ibukota kerajaan itu kian dikenal meluas dengan nama Sukasada. Di sebelah utara Sukasada itulah I Gusti Panji Sakti mendirikan pusat pemerintahan kerajaannya yang diberinya nama Buleleng. Ada pun kerajaan baru itu lantas diberi nama Singaraja.

Pesan moral dari Kumpulan Cerita Cerita Rakyat Bali : I Gusti Gede Pasekan adalah patuh pada perintah orangtua dan berusaha keras akan dapat mewujudkan cita-cita menjadi kenyataan. Keberhasilan hanya akan diraih dengan kerja keras dan juga usaha yang tidak mengenal kata menyerah.

I SIAP SELEM

Ada cerita, seekor ayam betina bernama I Siap Selem. Dia mempunyai anak ayam yang banyak juga, yang masing-masing memiliki nama-nama unik. Salah satunya, I Ulagan yang berarti tanpa bulu. Sebagai seorang induk, I Siap selem ini sangat protektif terhadap anak-anaknya dan juga sangat cerdik. Musuh abadi keluarga ayam kecil dan sejahtera ini adalah seekor luwak bernama Men Kuwuk.

Suatu hari, keluarga ayam ini berkelana kesana kemari mencari makan sampai sore hari. Tanpa dinyana, mereka tersesat. Tepat saat itu, hujan turun dengan lebat. Rombongan keluarga ayam yang berjumlah tujuh ekor, termasuk I Ulagan, tersesat dalam sebuah hutan. Tentu mereka mencari tempat berteduh dan akhirnya sampai dirumah Men Kuwuk.

Seperti kita ketahui, luwak dikenal sebagai binatang pemakan ayam. Kedatangan I Siap Selem dan keluarganya, membuat Men Kuwuk girang bukan kepalang. Dalam kepala mereka terbayang hidangan lezat dari daging ayam. Men Kuwuk mempersilakan keluarga ayam untuk menginap di rumahnya saja, karena tampaknya hujan belum reda dalam waktu dekat, sementara hari sudah malam. Naluri I Siap Selem waspada. Ia merasa ada sesuatu pada kebaikan Men Kuwuk. Karena ia tahu sepak terjang Men

Page 8: pgsdhihdn.files.wordpress.com  · Web viewPerburuan pun berakhir ketika waktu senja tiba. Mereka kembali tanpa mendapatkan seekor hewan buruan pun. Sebelum kembali ke rumah masing-masing,

Kuwuk terhadap kaum ayam.

Kedua belah pihak, baik I Siap Selem dan Men Kuwuk, sama-sama mengatur strategi. Men Kuwuk memikirkan bagaimana caranya menyantap I Siap Selem dan anak-anaknya. Sementara, I Siap Selem memikirkan bagaimana bertahan dan memenangkan pertarungan dengan Men Kuwuk - karena ayam tidak kuat cuaca hujan.

***

Ketika hujan sudah reda, I Siap Selem segera memerintahkan anak-anaknya untuk kabur dengan cara terbang melewati pagar pembatas rumah Men Kuwuk. Yang kabur terlebih dulu anak ayam pertama, disusul kedua, ketiga dan seterusnya, hingga tersisa I Siap Selem dan I Ulagan. Karena I Ulagan masih kecil dan belum punya sayap kuat untuk terbang melewati pagar, maka I Siap Selem dengan berat hati meninggalkannya dengan pesan.

"I Ulagan, ibu percaya kamu bisa memperdayai Men Kuwuk dan keluarganya. Karena kamu yang paling cerdik disini."

Sebetulnya, I Ulagan enggan ditinggal. Tapi, apa boleh buat, ibunya tentu tidak kuat membawanya. Akhirnya, ia membulatkan hati untuk tetap tinggal di rumah Men Kuwuk yang kelaparan.

Diam-diam, Men Kuwuk mengamati keluarga I Siap Selem dari jauh. Ia merasa yakin, tidak ada jalan lain bagi I Siap Selem melarikan diri dari rumahnya. Pagar rumahnya terlalu tinggi untuk dilewati. Sementara itu, I Ulagan tengah menggeser batu-batu berwarna hitam yang berbentuk ayam di dekatnya. Ia sendiri lalu bersembunyi supaya tidak terlihat Men Kuwuk.

Ketika tengah malam tiba, Men Kuwuk bersiap untuk memangsa I Siap Selem dan anak-anaknya. Dipanggil-panggillah I Siap Selem. Tak ada sahutan. Men Kuwuk yakin, I Siap Selem dan keluarganya sudah tertidur pulas. Lalu, dengan mengendap-endap, ia mendekati tempat I Siap Selem berteduh. Begitu melihat batu-batu berwarna hitam yang berbentuk ayam, secepat kilat, Men Kuwuk menerkam dan menggigitnya. Sontak, gigi Men Kuwuk tanggal semuanya. Karena ia menggigit batu bukannya I Siap Selem. I Ulagan yang melihat Men Kuwuk tanpa gigi itu, tertawa terpingkal-pingkal. Men Kuwuk meringis kesakitan. I Ulagan bernyanyi, Ngik... Ngik... Ngak... Gigi Pungak Ngugut Batu (Ngik Ngik ngak, Giginya nerkam batu).

Putri AyuPada zaman dahulu, ratusan tahun yang lalu, Raja Surakarta mempunyai empat orang anak. Keempat anak itu selalu tinggal di dalam Istana. Pada suatu hari ketika mereka sedang bercengkrama di Tamansari, mereka mencium bau harum, bau harum aneh yang sama sekali belum pernah dicium selama hidupnya. Mereka amat tertarik akan bau itu sehingga ingin mencari sumbernya.Mereka berjalan ke arah timur, menyusuri pantai utara.

Page 9: pgsdhihdn.files.wordpress.com  · Web viewPerburuan pun berakhir ketika waktu senja tiba. Mereka kembali tanpa mendapatkan seekor hewan buruan pun. Sebelum kembali ke rumah masing-masing,

Mereka terus berjalan kea arah timur, bahkan sampai menyebrangi pulau Bali. Mula-mula mereka menginjak perbatasan pulau Bali sebelah timur, yaitu antara desa-desa Culik Karangasem dan Buleleng. Disini keempat putra raja itu mencium bau yang lebih harum lagi. Bau harum itu makin bertambah ketika mereka tiba di daerah Batur.Mereka berjalan terus tanpa menghiraukan rintangan dan halangan alam. Tentu saja mereka keluar masuk hutan belantara yang amat lebat dan susah dilalui. Harus berkelahi dengan binatang buas, seperti harimau dan ular.Setibamya di kaki selatan Gunung Batur, putri Bungsu memutuskan untuk berdiam di Pura Batur di lereng gunung Batur.“Aku senang melihat daerah ini” kata Putri Bungsu. “Pemandangan alamnya sungguh mempesona. Aku ingin tetap tinggal disini. Aku tidak mau meneruskan perjalananku Kanda. Izinkan aku!”“Kalau memang itu kehendakmu, Dinda, silahkan engkau menetap di sini,” Jawab kakaknya yang tertua.Kemudian putrid itu bergelar sebagai seorang Dewi, Ratu ayu Mas Maketeng namanya.Ketiga saudara laki-lakinya melanjutkan perjalanan.Kini mereka menyusuri tepi Danau Batur. Ketika mereka tiba di suatu tempat yang datar di sebelah barat daya danau, mereka mendengar suara kicauan seekor burung. Karena girangnya mendengar suara burung, saudara yang termuda berteriak-teriak.“Hai burung bagus! Aku akan menangkapmu!”Burung itu hinggap di dahan pohon yang rendah, namun ketika hendak di tangkap, tiba-tiba burung itu terbang tinggi.Si adik berteriak-teriak memanggil si burung itu.Kelakuannya membuat kakaknya yang tertua merasa malu dan geram lalu si kakak menghkumnya.“Kau jangan ikut mengembara lagi, aku tidak suka melihat tingkah lakumu,” kata kakak yang tertu. “Engkau tidak pantas beserta kami”.“Tidak…..” Aku harus ikut! Aku ingin terus mengembara, ingin tahu asal bau harum itu,” Jawab Adiknya sambil terus merengek minta ikut.Kemudian kakaknya menyepak adiknya sehingga terjatuh bersila.Setelah meninggalkan adikmnya yang berupa patung, kedua putra raja itu meneruskan pengembaraan mereka, menyusuri tepi danau Batur sebelah timur.Ketika mereka tiba di suatu daerah lain, mereka menemukan dua orang wanita. Seorang diantaranya sedang mencara kutu di kepala yang lainnya.Putra kedua merasa senang dengan kedua perempuan itu. sebab sudah lama mereka tidak bertemu dengan manusia.Kerena girang bertemu manusia, putra kedua menyapa kedua wanita itu. perbuatan adiknya ini menimbulkan menimbulkan rasa tidak suka kakaknya.“Engkau jangan ikut lagi” bentak kakaknya. “Perbuatanmu mengecewakan hatiku. Tidak pantas!”“Aku ingin ikut terus. Aku tidak mau ditinggal sendiri disini. Tidak!” Rengek adiknya.Akan tetapi si adik terus merengek, tetap ingin ikut terus. Akhirnya si kakak sangat marah lalu di sepaklah adiknya. Oleh karena sepakan yang keras itu, adiknya terjatuhtertelungkup. Dalam keadaan begitu si kakak meninggalkan adiknya dengan hati yang penuh kemarahan.Setelah menimnggalkan adik-adiknya di desa-desa itu, putra sulu melanjutkan perjalanan kea rah utara, menyusuri pinggir timur Danau Batur yang amat curam. Akhirnya ia tiba di suatu daratan

Page 10: pgsdhihdn.files.wordpress.com  · Web viewPerburuan pun berakhir ketika waktu senja tiba. Mereka kembali tanpa mendapatkan seekor hewan buruan pun. Sebelum kembali ke rumah masing-masing,

lagi.Pada saat itu ia merasa kelelahan karena barusan menuruni tebing yang curam.Ia ingin beristirahat, berteduh dibawah pohon yang rindang.Namun niat beristirahat itu diurungkan. Sebab bau harum aneh yang mengusik jiwanya di tanah Jawa kini semakin kuat semerbaknya.Ia merasa penasaran, lalu cepat berdiri dan melangkah mendekati seebuah pohon besar yang sangat menarimk perhatiannya.Disana ia menemukan seorang gadis cantik yang sangat mempesona hatinya. Gadis itu sedang bersimpuh seorang diri di bawah pohon Taru Menyan.Sementara bau harum semakin kuat dan seakan bergulung-gulung di tempat itu. ternyata pohon itulah yang menjadi sumber bau harum yang dicarinya selama ini.Putri sulung itu terpana melihat gadis cantik yang bagaikan bidadari. Ia mengira gadis itu adalah seorang dewi, ia khawatir jika dewi itu segera terbang ke langit, maka cepat dihampirinya.Bahkan lalu diperluknya sang dewi erat-erat. Tentu saja si gadis merasa sangat malu diperlakukan demikian, namun karena pada dasarnya ia merasa suka kepada putra sulung maka dia diam saja, dan memaafkan perbuatan pemuda itu.“Wahai dewi jelita. Siapakah namamu? Tanya putra sulung. “Engkau ini manusia atau Bidadarikah?”“Tuan, aku ini adalah manusia biasa. Jika tuan memang menyukai aku, lamarlah aku. Aku masih mempunyai kakak sebagai wakil dari orang tuaku.”Kemudian ia menghadap kakak sang dewi untuk melamar dewi yang cantik itu. “Aku terima lamaranmu. Boleh adikku engkau jadikan isri asal engkau mau memenuhi syarat-syarat,” kata Kakak sang Dewi.“Katkan padaku, syarat-syarat apasaja yang harus aku penuhi,” Jawabnya.“Engkau harus bersedia dijadikan pimpinan Desa Truyan”.“Saya bersedia! Katanya.Karena putra sulung bersedia menerima tanggung jawab sebagai pemimpin desa maka lamarannya di terima.Pesta perkawinan segera dilaksanakan dengan meriah.Putra sulung hidup bahagia dengan isrinya. Ia memenuhi janjinya, segala ketrampilan dan pengetahuan bermanfaat, yang didapatkan di tamnah jawa, diajarkan kepada penduduk setempat. Sehingga tanah pertanian baik sawah maupun ladang di daerah itu menjadi subur.

Kera dan Kura Kura

Seekor kera bernama Lutung dan kura-kura darat bernama Kekua hidup bersahabat di sebuah hutan setiap hari mereka bersama-sama mencari pisang untuk makanan pada suatu hari mereka tiba di sebuah kebun Pan Dangin. Kebun Pan Dangin di penuhi oleh pohon pisang si Lutung bertugas untuk memanjat dan memetik pisang sementara Kekua bertugas untuk mengumpulkan pisang di bawah, hari pertama hingga hari ketiga mereka selalu bernasib mujur tidak diketahui oleh Pan Dangin dan perut mereka berdua saat kembali masuk hutan tempat tingggal selalu dalam kondisi kenyang. Pan Dangin si pemilik kebun yang sehari-hari menggantungkan hidupnya dari hasil kebun dan padi di sawah saat datang kekebun merasa kecewa karna pisang yang siap untuk di panen dan di jual tiba-tiba habis, dan lebih terkejut lagi saat melihat kulit pisang yang berserakan di sekitar kebun tersebut akhirnya Pan Dangin menyimpulkan bahwa ada orang atau binatang yang mencuri pisangnya akhirnya pan dangin memasang perangkap binatang

Page 11: pgsdhihdn.files.wordpress.com  · Web viewPerburuan pun berakhir ketika waktu senja tiba. Mereka kembali tanpa mendapatkan seekor hewan buruan pun. Sebelum kembali ke rumah masing-masing,

di sekitar kebun pisang.Kekua dan Lutung ternyata cerdik juga melihat perangkap yang dipasang cukup bagus mereka mengurungkan niatnya untuk mengambil pisang, mereka melanjutkan perjalanan menuju kebun sebelah yang ditanami mentimun, terong dan sayuran lainnya, rupanya Pan Dangin sibuk mengintip pencuri pisangnya sementara kebun mentimun dan terongnya ditinggalkan akhirnya nasib mujur kembali berpihak pada si Lutung dan Kekua mereka kembali kerumah mereka di hutan dengan perut kenyang dan penuh perbekalan untuk makanan malam harinya.Pan Dangin jadi semakin marah setelah mentimun dan terong tanamannya di kebun sebelah di curi oleh Lutung dan Kekua akhirnya Pan Dangin mengumpulkan semua petani di desa itu mereka merencanakan untuk menangpak pencuri Pisang, Mentimun dan Terong di kebun Pan Dangin.Dari hasil rapat diputuskan untuk mengintip dari balai gubuk yang dibuat di tengah kebun karna jika menggunakan perangkap sampai saat ini tidak pernah tertangkap.Hari yang naas bagi Lutung dan Kekua setelah seminggu mereka menghilang tidak berani datang ke kebun Pan Dangin mereka merasa kelaparan karna persediaan makanan di hutan sudah habis musim kering telah mencapai puncak puncaknya kedua sahabat ini Lutung dan Kekua memaksakan diri untuk melawan bahaya dengan memasuki kebun Pan Dangin sementara Pan Dangin dan teman temannya telah bersembunyi di dalam gubuk dengan membawa panah dan parang, keadaan semakin genting Pan Dangin dan teman teman tidak berani untuk berbicara sementara Lutung dan Kekua melihat kondisi sepi langsung bersorak ayo mumpung lagi sepi kita makan dan bawa ke hutan mentimun dan pisang ini.Saat Lutung sedang asik memanjat pisang dan memetiknya tiba tiba anak panah Pan Dangin menancap hampir mengenai si lutung akhirnya lutung lari tunggang langgang sementara Kekua tidak kuat lari dan akhirnya tertangkap. Pan Dangin merasa puas dengan hasil tangkapannya ternyata yang selama ini memakan buah mentimun, terong dan pisangnya adalah seekor kura kura dan monyet, kebetulan yang tertangkap seekor kura kura yang bisa dibuat sate dan lawar.Pan Dangin dan teman teman membawa Kekua pulang dan ditaruh di bawah kurungan ayam yang di timpani pemberat agar Kekua tidak bisa keluar dari kurungan tersebut. Rencana Pan Dangin selanjutnya adalah menyiapkan racikan bumbu untuk membuat sate dan lawar kura kura. Sementara Lutung sedih sendirian di hutan tanpa teman lagi, akhirnya Lutung memutuskan untuk datang ke rumah Pan Dangin malam hari untuk membebaskan Kekua.Ditemukanlah Kekua berada di kurungan ayam di pojok rumah dan Lutung mulai meng olok-olok sahabatnya, “wah kamu bakal segera jadi sate dan lawar” kata Lutung ber bisik bisik, Kekua tidak kalah akal di per olok –olok “aku bukan akan di jadikan sate aku ini diminta untuk memper istri anak Pan Dangin yang cantik itu, tapi aku tak mau makanya aku di kurung aku di minta bersedia menjawab kembali besok pagi dan saat ini mereka lagi berembuk di Sekepat yang ada di tengah pekarangan bersama keluarga untuk merencanakan hari perkawinanku” jawab Kekua dengan wajah yang serius tidak sedikitpun menampakkan wajah bahwa dia sedang mengibuli Lutung. Rupanya lutung tidak mau kalah akal ia mengendap enadap di atas rumah sambil memandangi sekepat tempat pan dangin dan keluarganya meracik bumbu, selintas terlihat anak pandangin yang cantik itu, rambutnya panjang, bibirnya mungil dengan seniuman yang manis membuat lutung jatuh cinta, akhirnya lutung kembali mendekati Kekua, “eh itu kan mereka sedang membuat bumbu untuk membuat kamu jadi sate” kata Lutung , “ salah itu mereka lagi membuat bumbu untuk pesta perkawiananku jika aku menjawab bersedia untuk mengawini putrinya” kata Kekua “Terus bumbu itu “ kata lutung “ya itu akan di pakai membuat sate Babi yang ada di belakang rumah sebelah” kata Kekua, Lutung tak mau kalah dia segera melihat

Page 12: pgsdhihdn.files.wordpress.com  · Web viewPerburuan pun berakhir ketika waktu senja tiba. Mereka kembali tanpa mendapatkan seekor hewan buruan pun. Sebelum kembali ke rumah masing-masing,

kanbdang Babi sebelah rumah ternyata betul ada dua ekor babi yang siap di potong, tanpa berpikir panjang Lutung memohon agar dia bisa menggantikan Kekua menjadi pengantin, akhirnya kekua menyetujui Lutung masuk ke kurungan dan Kekua keluar berjalan menuju hutan, kesesokan harinya Pan Dangin sudah siap dengan Golok di tangannya mendekati kurungan itu betapa kagetnya ketika Kekua berubah enjadi Lutung akhirnya seisi pekarangan pandangin menjadi heboh dikiranya Lutung ini adalah seekor Kera jadi jadian atau siluman Leak, akhirnya kesepakatan kera yang ada di kurungan akan di bakar, di kumpulkanlah daun kelapa kering dan di jadikan obor lalu di dekatkan ke kurungan tersebut betapa terkejutnya Lutung melihat kondisi ini maka dengan segala kekuatan diterjangnya kurungan ayam itu hingga Lutung terbebas dan lari menuju hutan.Setelah berlari cukup jauh dari gubuk Pan Dangin akhirnya Lutung duduk di atas pohon untuk beristirahat saat itulah dilihat Kekua jalan di bawah sana sambil bernyanyi nyanyi, si Lutung turun dari pohon dan mendekati Kekua sambil tertawa-tawa mengingat kisah mereka berdua.Hari Hari berlalu persahabatan Lutung dan Kekua semakin intim mereka berdua kesana kemari mencari makan bersama pada suatu hari datanglah hujan yang cukup lebat air kali menjadi keruh dan berlumpur, Kekua dan Lutung berteduh di bawah pohon beringin yang cukup besar mereka berencana menanam pisang untuk kebutuhan sehari hari “Dimana kita mencari pohon pisang “ kata Lutung “ Nanti selesai Hujan pasti ada beberapa pohon pisang yang hanyut di kali kita bawa ke hutan lalu kita tanam “ kata Kekua , akhirnya selesai hujan mereka berdua bersama-sama mendekati kali ternyata benar ada pohon pisang yang sudah cukup besar hanyut di bawa banjir, pohon pisang itu mereka angkat berdua menuju hutan tempat mereka tinggal Lutung merasa tidak puas dengan ide Kekua itu lutung memilih mengambil daun pisang tersebut untuk di makan sementara Kekua memilih menanam batang pisang tersebut dan beberapa bulan kemudian pisang Kekua sudah berbuah dan Lutung mulai tertarik ber hubung kekua tidak bisa memanjat maka lutung di perbolehkan untuk memetik pisang Kekua, Lutung mulai bermain curang dia memakan pisang di atas pohon dan kulitnya di lempari Kekua, akhirnya kekua mengalah dan makan kulit pisang tersebut, suatu ketika pisang lainnya mulai menguning Lutung bermaksud untuk memetik pisang menggunakan karung dan akan memakannya bersama-sama di bawah namun Kekua sudah paham akan akal-akalan Lutung yang nantinya pasti akan di makan sendiri di bawa ke atas pohon, akhirnya kekua mempersiapkan karung yang sudah di lubangi bawahnya sehingga setiap Lutung memetik pisang dan memasukkan ke karung pisang akan jatuh, ternya ta strategi Kekua manjur juga sehingga kekua berhasil memakan buah pisang dan Lutung disisakan Kulit kulitnya.Seiring dengan gelapnya malam Kakek telah mengantuk dan kami sudah tertidur pulas tanpa tahu batas akhir dari Dongeng sang Kakek mungkin pikiran ku telah melayang menyatu antara mimpi dengan dongeng hingga tak terasa hari sudah pagi.

Satua Bali (Dongeng): I Cerukcuk Kuning.

Sebenarnya dongeng rakyat ini lebih tepatnya berjudul “I Bawang Lan I Kesuna”  terjemahannya adalah Bawang Merah Dan Bawang Putih.   Namun karena di dalam cerita itu melibatkan peranan seekor Cerukcuk Kuning, maka terkadang dongeng ini juga disebut dengan nama I Cerukcuk Kuning.

Dikisahkan pada jaman dahulu,hiduplah dua orang anak perempuan bersaudara yang diberi nama I Bawang dan I Kesuna.  Suatu hari karena Ayahnya mau berangkat ke sawah dan ibunya berangkat ke pasar, mereka ditugaskan oleh kedua orangtuanya untuk mengerjakan pekerjaan di

Page 13: pgsdhihdn.files.wordpress.com  · Web viewPerburuan pun berakhir ketika waktu senja tiba. Mereka kembali tanpa mendapatkan seekor hewan buruan pun. Sebelum kembali ke rumah masing-masing,

rumah,  seperti menyapu, mencuci pakaian, memasak dan sebagainya. Merekapun mengiyakan perintah itu.

Ketika kedua orangtuanya pergi,  Si Bawang berkata kepada adiknya (Si Kesuna) ” Kesuna, kamu saja yang nyapu ya? Nanti biar saya yang ngepel” kata SI Bawang.  Kesunapun setuju. Lalu ia menyapu.  Setelah selesai menyapu, si Bawang berkata lagi “Kesuna, kamu saja yang ngepel ya? nanti saya yang mencuci piring” katanya. Kesunapun mengepel lantai. Setelah selesai, SI Bawang berkata lagi “Kesuna, kamu saja yang mencuci piring ya, nanti saya yang masak”  Kesunapun menurut saja apa kata kakaknya. Demikian seterusnya hingga ia menyelesaikan semua pekerjaan rumah. Mulai  dari nyapu,ngepel,mencuci piring, memasak, mengisi air, mencuci pakaian, menyeterika.  Kesuna bekerja keras, sedangkan Si Bawang hanya berleha-leha saja dan terus memberi perintah.  Namun Kesuna mengerjakannya dengan senang hati.

Ketika menjelang sore, Kesuna yang rajin dan  telah menyelesaikan pekerjaanya pun mandi dan berhias diri. Sedangkan Bawang yang pemalas segera pergi ke dapur dan membalur tubuhnya dengan abu dapur agar terlihat kotor. Ketika orangtuanya datang, Si bawang bersandiwara dan menangis di hadapan orangtuanya, sambil berkata bahwa  ia sangat kelelahan karena dari pagi harus bekerja sendiri, sementara Kesuna tidak mau membantunya sedikitpun.  Menurutnya Kesuna hanya duduk duduk saja dan asyik berdandan. Mendengar pengaduan Bawang, maka kedua orangtuanya pun marah dan memanggil Kesuna.  Kesuna berusaha menjelaskan kejadian yang sebenarnya, namun karena Bawang lebih pintar mengambil hati orangtuanya, maka orangtuanyapun lebih percaya kepada Bawang. Terlebih lagi ketika melihat penampilan Bawang yang kotor penuh abu dan belum sempat mandi, sedangkan Kesuna bersih, rapi dan wangi, membuat kedua orangtua mereka semakin percaya akan perkataan Bawang.

Karena sedih akan kemarahan orangtuanya, maka Kesuna menangis dan pergi membuang diri  ke dalam hutan. Di sana ia bertemu dengan seekor Burung Cerukcuk Kuning yang  bertanya mengapa ia bersedih. Kesunapun menceritakan kisahnya yang menyedihkan dan membuat dirinya ingin mengakhiri hidupnya. Lalu ia pun meminta tolong kepada Burung Cerukcuk Kuning itu agar mematok kepalanya sekuat-kuatnya sampai ia mati, karena merasa sudah tidak tahan lagi akan nasibnya.  “Caiiii caiiiii… Cerukcuk Kuning.  Dong tulungin ja patok sirah tiyange”. Terjemahannya “Wahai engkau Cerukcuk Kuning. Tolong dong kepala saya dipatokin”.

Burung Cerukcuk Kuning itupun mendekat, terbang diatas kepala Kesuna dan  “Cruk cuk cuk…” ia mematok kepalanya.  Namun keajaiban seketika terjadi, diatas kepala si Kesuna sekarang terpasang bunga-bunga emas yang indah dan gemerlap. Demikian juga ketika Si Cerukcuk Kuning mematok leher, pergelangan tangan, jari tangannnya, cruk cuk cruk cuk cruk cuk... maka terpasanglah kalung,gelang dan cincin emas permata yang gemerlapan. Cerkcuk Kuning memberikan semua itu kepada Kesuna karena ia tahu bahwa Kesuna adalah anak perempuan yang rajin dan baik hati. ia lalu memberi nasihat kepada Si Kesuna agar mengurungkan niat bunuh diri dan sebailknya pulang ke rumah. Jika merasa belum siap juga, lalu Cerukcuk Kuning menyarankan agar Kesuna pulang ke rumah neneknya saja.Sejak itu Kesuna lalu tinggal di rumah neneknya yang menerimanya dengan baik.  Di sana  ia membantu neneknya memintal benang dan menenun kain.

Page 14: pgsdhihdn.files.wordpress.com  · Web viewPerburuan pun berakhir ketika waktu senja tiba. Mereka kembali tanpa mendapatkan seekor hewan buruan pun. Sebelum kembali ke rumah masing-masing,

Suatu hari Si Bawang berkunjung ke rumah nenek mereka dan menemukan SIKesuna sedang menenun di sana. Wajahnya kelihatan bahagia dan pakaiannya gemerlap dengan perhiasan emas permata. Melihat itu, maka Si Bawang bertanya dari mana Kesuna mendapatkannya. Kesuna pun menceritakan kisahnya dengan Cerukcuk Kuning.

Seketika Si Bawang berlari ke dalam hutan, menangis dan memanggil-manggil nama Cerukcuk Kuning dan mengarang cerita bahwa ia sudah bekerja keras di rumah, namun difitnah oleh Kesuna sehingga orangtuanya marah dan mengusirnya ke dalam hutan. Ia pun meminta agar Cerukcuk Kuning mematok kepalanya sampai mati.   Caiiii caiiiii… Cerukcuk Kuning.  Dong tulungin ja patok sirah tiyange”.. Atas permintaan itu, maka Cerukcuk Kuningpun mematok kepala Si Bawang. ”  Cruk cuk cuk…”  maka seketika duri-duri tajam menancap di kepala Si bawang.  Demikian juga ketika Cerukcuk Kuning mematok lehernya, maka tiba-tiba seekor ular berbisa sudah membelit lehernya, kelabang yang juga berbisa mengelilingi pergelangan tangannya dan jari-jari tangannya pun dikelilingi ulat bulu yang sangat gatal. Maka SI Bawang pun akhirnya meninggal karena kemalasannya, karena fitnah dan keserakahannya sendiri.  Sifat buruk yang sebaiknya kita semua hindari.

 Burung Blibis dan Kura-kura

Sementara itu, beberapa minggu sudah berlalu sejak kejadian itu. Tapi musim hujan belum juga tiba. Kolam tempat si kura-kura tinggal telah mengering dan menyisakan lumpur. Si kura-kura mencoba sembunyi di balik lumpur itu untuk bertahan hidup den melindungi diri dari panasnya sengat matahari. Ketika suasana semakin kritis dan kondisi kura-kura sudah sangat memprihatinkan hampir mati, tak sengaja ada sepasang burung blibis terbang melewati kolam itu. Melihat ada kura-kura yang butuh bantuan, mereka ahirnya memutuskan untuk turun menolongnya.

“Hai kawan.. apa yang terjadi pada mu? Apakah kau tidak ikut berpindah seperti para hewan-hewan yang lain?’. Tanya si burung blibis.“Oh burung kawan ku.. akau di tinggalkan oleh mereka ketika aku tengah tertidur lelap. Dan kini aku hampir mati karena kehabisan air..”. jawab kura-kura berbohong.“oh.. kasian.. kalau begitu kami akan menolong mu. Ada sebuah danau di ujung selatan hutan ini. Dan semua hewan juga berkumpul di sana. akau dan istri ku ini akan mebawa mu ke sana”. kata si burung blibis yang ternyata bersama istrinya.“Bagaimana cara kaian mebawa ku? Aku tak bisa terbang. Jika akau naik di punggung mu, tubuh ku terlalu berat untuk mu, kau tak akan sanggup..”. kata si kura-kura.

“Kau tak usah hawatir, akau akan mengangkat mu berdua bersama istri ku. Kami akan menggunakan ranting kayu yang kami gigit kedua ujungnya, lalu kau gigit di bagian tengah agar kami bisa membawa mu terbang bersama kami”. Jelas di burung blibis.Ahirnya rencana tersebut di laksanakan, kedua burung blibis itu membawa terbang si kura-kura yeng menggigit bagian tengah ranting yang mereka bawa. Dan dengan cara itu mereka dapat mengangkat kura-kura dan membawanya terbang. Melihat dirinya dapat terbang tinggi seperti burung, tentu hal tersebut mebuat si kura-kura merasa bangga dan cukup senang. Seakan-akan dia ingin menceritakan kepada seluruh dunia tentang kehebatanya yang dapat terbang di angkasa.

Page 15: pgsdhihdn.files.wordpress.com  · Web viewPerburuan pun berakhir ketika waktu senja tiba. Mereka kembali tanpa mendapatkan seekor hewan buruan pun. Sebelum kembali ke rumah masing-masing,

Ketika di angkasa, tak sengaja si kura-kura meihat gerombolan hewan yang di pimpin oleh si banteng yang dulu pernah bertemu denganya di kolam. Geromboan itu terlihat tengah asik memakan rumput-rumput hijau di pinggir telaga. Meihat hal tersebut, muncul niat sombong di hati kura-kura dan ingin pamer tentang dirinya yang kini dapat terbang tinggi di angkasa. Dia pun berteriak untuk memanggil gerombolan hewan itu. Tapi celaka, dia lupa bahwa dia dapat terbang karena di angkat oleh kedua burung blibis di kanan kirinya dengan menggigit ranting yang mereka bawa. Ketika si kura-kura membuka mulut untuk berteriak, maka dengan tanpa di sadarinya dia juga melepaskan peganganya pada ranting itu. Dan ahirnya si kura-kura pun terjun bebas dari angkasa dan menghantam tanah dengan keras, kura-kura pun tewas.

Melihat hal tersebut, kedua burung blibis itu sangat kaget. Tapi mereka tak bisa berbuat apa-apa, karena apa yang menimpa kura-kura, adalah murni dari sifat ceroboh dan kesombongan hatinya sendiri. Dan kedua burung itupun terbang meneruskan perjalanan mereka meninggalkan kura-kura yang kini telah menjadi bangkai.