149
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR ...TAHUN... TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR ...TAHUN... TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, I. UMUM Menimbang: Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16, Pasal 17, Pasal 22, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 49, Pasal 52, Pasal 60, Pasal 67, Pasal 70, Pasal 71, Pasal 74, Pasal 76, Pasal 77, Pasal 81, Pasal 84, Pasal 93, Pasal 97, dan Pasal 99 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pelestarian Cagar Budaya. Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya menegaskan bahwa Cagar Budaya adalah Benda, Bangunan, Struktur, Situs, dan Kawasan yang memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, agama, dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu harus didata, dilestarikan, dikelola secara tepat supaya dapat memberi manfaat sebesar- besarnya kepada bangsa Indonesia. Berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya diperlukan pengaturan lebih lanjut tentang Pengalihan Kepemilikan Cagar Budaya, Penemuan dan Pencarian, Register Nasional, Pelestarian, pengelolaan, serta peran serta masyarakat. Pengaturan lebih lanjut tersebut bertujuan agar upaya Pelestarian dan pengelolaan Cagar Budaya dapat dilaksanakan dengan benar, serta

iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH

NOMOR ...TAHUN...TENTANG

PELESTARIAN CAGAR BUDAYA

PENJELASAN ATAS

PERATURAN PEMERINTAHNOMOR ...TAHUN...

TENTANGPELESTARIAN CAGAR BUDAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. UMUM

Menimbang: Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16, Pasal 17, Pasal 22, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 49, Pasal 52, Pasal 60, Pasal 67, Pasal 70, Pasal 71, Pasal 74, Pasal 76, Pasal 77, Pasal 81, Pasal 84, Pasal 93, Pasal 97, dan Pasal 99 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pelestarian Cagar Budaya.

Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5168).

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH

TENTANG PELESTARIAN CAGAR

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya menegaskan bahwa Cagar Budaya adalah Benda, Bangunan, Struktur, Situs, dan Kawasan yang memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, agama, dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu harus didata, dilestarikan, dikelola secara tepat supaya dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada bangsa Indonesia.

Berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya diperlukan pengaturan lebih lanjut tentang Pengalihan Kepemilikan Cagar Budaya, Penemuan dan Pencarian, Register Nasional, Pelestarian, pengelolaan, serta peran serta masyarakat. Pengaturan lebih lanjut tersebut bertujuan agar upaya Pelestarian dan pengelolaan Cagar Budaya dapat dilaksanakan dengan benar, serta operasional sesuai tujuan Pelestarian.

Pengaturan lebih lanjut kepemilikan Cagar Budaya bertujuan untuk mengatur agar ada kepastian dan pelindungan hukum dalam kepemilikan dan penguasaan Cagar Budaya. Cagar Budaya sering dihadapkan pada perlakuan-perlakuan yang tidak

Page 2: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

BUDAYA. benar dengan memperjualbelikannya secara ilegal, hilang, diterlantarkan, dirusak, dipisah-pisahkan, atau dipindahkan dari wilayah satu ke wilayah lain, sehingga di tempat asalnya secara perlahan jumlahnya terus menurun. Untuk mensikapi hal itu diperlukan sebuah upaya Pendaftaran secara nasional.

Pendaftaran mempunyai arti penting untuk mengetahui jumlah, jenis, dan persebaran Cagar Budaya di wilayahnya. Oleh karena sebagian besar Cagar Budaya berada di tangan masyarakat, perlu pula diupayakan agar masyarakat dapat berpartisipasi aktif melakukan Pendaftaran, sehingga tidak seluruhnya dilakukan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah. Dengan demikian Cagar Budaya berupa koleksi, hasil penemuan, atau hasil pencarian dapa dicatat dan diberi pelindungan hukum terhadapnya. Berkas Pendaftaran dan dokumentasi yang dibuat terhadap Cagar Budaya disimpan, karenanya sebagai arsip untuk kepentingan masa depan sebagai sumber informasi Pengembangan kebudayaan nasional. Peraturan Pemerintah ini turut melindungi pula Objek yang Diduga Cagar Budaya layaknya sebagai Cagar Budaya. Selain itu dalam rangka Pelestarian Cagar Budaya diperlukan Pelindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan.

Pelindungan yang berupa penyelamatan dan Pengamanan diperlukan terhadap Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya. Pelindungan yang berupa Zonasi, Pemeliharaan, dan Pemugaran, diperlukan terhadap Cagar Budaya.

Page 3: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

Cagar Budaya tidak berorientasi pada pelindungannya saja, melainkan juga dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat, sehingga peran masyarakat mendapat tempat dalam pelestarian Cagar Budaya. Pengembangan terhadap Cagar Budaya dapat dilakuka oleh Setiap Orang maupun Masyarakat Hukum Adat dengan cara Penelitian, Revitalisasi, dan Adaptasi.

Pelestarian Cagar Budaya merupakan upaya untuk mempertahankan warisan budaya bangsa yang tersebar di wilayah negara Indonesia maupun yang berada di luar negeri. Pelestarian ini merupakan realisasi amanat Undang-Udang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 untuk menjaga kekayaan yang tersimpan di darat, air, dan udara. Pelestarian yang semula dipahami secara sempit hanya sebagai upaya pelindungan, kini diperluas tidak saja untuk maksud tersebut tetapi terkait juga dengan upaya Pengembangan dan Pemanfaatan. Perluasan pemahaman ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa tidak satu pun unsur dari pengertian Pelestarian itu yang berdiri sendiri, melainkan merupakan sebuah kesatuan yang saling mempengaruhi tanpa dapat dipisahkan.

Upaya pelestarian menjadi tanggung jawab baik Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan dukungan Setiap Orang dan Masyarakat Hukum Adat. Terhadap hal tersebut diperlukan pengawasan. Pelestarian Cagar Budaya oleh Setiap Orang dan/atau Masyarakat

Page 4: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

Hukum Adat merupakan sesuatu yang penting dan mendapatkan penghargaan, oleh karena itu dalam Peraturan Pemerintah ini diatur mengenai Insentif dan Kompensasi.

BAB IKETENTUAN UMUM

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

Pasal 1 Cukup jelas.

1. Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.

2. Benda Cagar Budaya adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia.

3. Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap.

4. Struktur Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam dan/atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk menampung kebutuhan manusia.

5. Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang mengandung Benda

Page 5: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu.

6. Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas.

7. Objek yang diduga Cagar Budaya adalah objek yang diduga memenuhi kriteria sebagai Cagar Budaya.

8. Kepemilikan adalah hak terkuat dan terpenuh terhadap Cagar Budaya dengan tetap memperhatikan fungsi sosial dan kewajiban untuk melestarikannya.

9. Dikuasai oleh Negara adalah kewenangan tertinggi yang dimiliki oleh negara dalam menyelenggarakan pengaturan perbuatan hukum berkenaan dengan pelestarian Cagar Budaya.

10. Pengalihan adalah proses pemindahan hak Kepemilikan dan/atau penguasaan Cagar Budaya dari setiap orang kepada setiap orang lain atau kepada negara.

11. Kompensasi adalah imbalan berupa uang dan/atau bukan uang dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

12. Insentif adalah dukungan berupa advokasi, perbantuan, atau bentuk lain bersifat nondana untuk mendorong pelestarian Cagar Budaya dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

13. Tenaga Ahli Pelestarian adalah orang yang karena kompetensi keahlian khususnya dan/atau memiliki sertifikat di bidang Pelindungan, Pengembangan, atau Pemanfaatan Cagar Budaya.

14. Pendaftaran adalah upaya pencatatan benda,

Page 6: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

bangunan, struktur, lokasi, dan/atau satuan ruang geografis untuk diusulkan sebagai Cagar Budaya kepada pemerintah kabupaten/kota atau perwakilan Indonesia di luar negeri dan selanjutnya dimasukkan dalam Register Nasional Cagar Budaya.

15. Objek Pendaftaran adalah Benda Cagar Budaya dan/atau Situs Cagar Budaya yang pernah ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya, dan/atau Objek yang diduga Cagar Budaya.

16. Tim Pendaftaran adalah tim yang dibentuk Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang terdiri atas petugas penerima pendaftaran, petugas pengolah data, dan petugas penyusun berkas.

17. Tim Ahli Cagar Budaya yang selanjutnya disebut Tim Ahli adalah kelompok ahli pelestarian dari berbagai bidang ilmu yang memiliki sertifikat kompetensi untuk memberikan rekomendasi penetapan, pemeringkatan, dan penghapusan Cagar Budaya.

18. Dokumen Pendukung adalah rekaman berupa suara, gambar, foto, film, teks, atau dalam bentuk lain sebagai bukti yang tidak bisa dipisahkan dari Objek Pendaftaran.

19. Berkas adalah himpunan informasi yang berkaitan dengan Objek Pendaftaran yang disusun sebagai bahan kajian penyusunan rekomendasi penetapan sebagai Cagar Budaya.

20. Pengkajian adalah proses pengujian materi oleh Tim Ahli terhadap Berkas pengusulan Objek Pendaftaran.

21. Penetapan adalah pemberian status Cagar Budaya terhadap benda, bangunan, struktur, lokasi, atau satuan ruang geografis yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota, provinsi, dan

Page 7: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

pemerintah pusat berdasarkan rekomendasi Tim Ahli Cagar Budaya.

22. Pemeringkatan adalah proses penyusunan urutan Cagar Budaya berdasarkan kepentingannya.

23. Pencatatan adalah tindakan mencatat data Cagar Budaya ke dalam Register Nasional.

24. Register Nasional Cagar Budaya, selanjutnya disebut Register Nasional, adalah daftar resmi kekayaan budaya bangsa berupa Cagar Budaya yang berada di dalam dan di luar negeri.

25. Pencabutan adalah penarikan kembali keputusan penetapan status Cagar Budaya atau surat keterangan kepemilikan Cagar Budaya oleh pejabat yang berwenang.

26. Penghapusan adalah tindakan menghapus status Cagar Budaya dari Register Nasional.

27. Pengelolaan adalah upaya terpadu untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan Cagar Budaya melalui kebijakan pengaturan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.

28. Pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan Cagar Budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya.

29. Pelindungan adalah upaya mencegah dan menanggulangi dari kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan dengan cara Penyelamatan, Pengamanan, Zonasi, Pemeliharaan, dan Pemugaran Cagar Budaya.

30. Penyelamatan adalah upaya menghindarkan dan/atau menanggulangi Cagar Budaya dari kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan.

Page 8: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

31. Pengamanan adalah upaya menjaga dan mencegah Cagar Budaya dari ancaman dan/atau gangguan.

32. Pemeliharaan adalah upaya menjaga dan merawat agar kondisi fisik Cagar Budaya tetap lestari.

33. Pemugaran adalah upaya pengembalian kondisi fisik Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan Struktur Cagar Budaya yang rusak sesuai dengan keaslian bahan, bentuk, tata letak, dan/atau teknik pengerjaan untuk memperpanjang usianya.

34. Pengembangan adalah peningkatan potensi nilai, informasi, dan promosi Cagar Budaya serta pemanfaatannya melalui Penelitian, Revitalisasi, dan Adaptasi secara berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan Pelestarian.

35. Penelitian adalah kegiatan ilmiah yang dilakukan menurut kaidah dan metode yang sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan bagikepentingan Pelestarian Cagar Budaya, ilmu pengetahuan, dan pengembangan kebudayaan.

36. Revitalisasi adalah kegiatan pengembangan yang ditujukan untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai penting Cagar Budaya dengan penyesuaian fungsi ruang baru yang tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian dan nilai budaya masyarakat.

37. Adaptasi adalah upaya pengembangan Cagar Budaya untuk kegiatan yang lebih sesuai dengan kebutuhan masa kini dengan melakukan perubahan terbatas yang tidak akan mengakibatkan kemerosotan nilai pentingnya atau kerusakan pada bagian yang mempunyai nilai penting.

38. Pemanfaatan adalah pendayagunaan Cagar Budaya untuk kepentingan sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat dengan tetap mempertahankan

Page 9: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

kelestariannya.39. Perbanyakan adalah kegiatan duplikasi langsung

terhadap Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya, baik seluruh maupun bagian-bagiannya.

40. Di Air adalah berada di laut, sungai, danau, waduk, sumur, kolam, rawa, dan genangan air.

41. Di Darat adalah tidak berada di air, termasuk di bukit, gunung, lembah, dan di daratan yang terletak di dalam tanah di bawah air.

42. Zonasi adalah penentuan batas-batas keruangan Situs Cagar Budaya dan Kawasan Cagar Budaya sesuai dengan kebutuhan.

43. Zona Inti adalah area pelindungan utama untuk menjaga bagian terpenting Cagar Budaya.

44. Zona Penyangga adalah area yang melindungi zona inti.

45. Zona Pengembangan adalah area yang diperuntukan bagi pengembangan potensi Cagar Budaya bagi kepentingan rekreasi, daerah konservasi lingkungan alam, lanskap budaya, kehidupan budaya tradisional, keagamaan, dan kepariwisataan.

46. Zona Penunjang adalah area yang diperuntukan bagi sarana dan prasarana penunjang serta untuk kegiatan komersial dan rekreasi umum.

47. Unit Pelaksana Teknis adalah instansi Pemerintah pusat yang berada di daerah, yang berwenang di bidang Pelestarian Cagar Budaya.

48. Unit Pelaksana Teknis Daerah adalah instansi pemerintah provinsi yang berwenang di bidang Pelestarian Cagar Budaya.

49. Museum adalah lembaga permanen yang tidak

Page 10: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

mencari keuntungan guna melayani masyarakat dan pengembangannya terbuka untuk umum, melakukan pelestarian koleksi Cagar Budaya dan/atau bukan Cagar Budaya di bawah pengelolaan seorang kurator, serta memamerkan dan mengomunikasikannya untuk tujuan pengkajian, pendidikan, dan kesenangan.

50. Polisi Khusus adalah polisi yang melaksanakan tugas fungsi kepolisian terbatas di bidang Pelestarian Cagar Budaya.

51. Setiap Orang adalah perseorangan, kelompok orang, masyarakat, badan usaha berbadan hukum, dan/atau badan usaha bukan berbadan hukum.

52. Masyarakat Hukum Adat adalah kelompok masyarakat yang bermukim di wilayah geografis tertentu yang memiliki perasaan kelompok, pranata pemerintahan adat, harta kekayaan/benda adat, dan perangkat norma hukum adat.

53. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

54. Pemerintah Daerah adalah gubernur, atau bupati/wali kota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

55. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kebudayaan.

BAB IIPENGALIHAN KEPEMILIKAN CAGAR BUDAYA

Pasal 2 Pasal 2(1) Pengambilalihan Kepemilikan Cagar Budaya kepada Cukup Jelas.

Page 11: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

Negara dilakukan apabila pemilik Cagar Budaya:a. meninggal dunia:

1) tidak mempunyai ahli waris; atau2) tidak menyerahkannya kepada orang lain

berdasarkan wasiat, hibah, atau hadiah.b. Warga Negara Asing yang meninggalkan

Indonesia selama 5 (lima) tahun berturut-turut tanpa mengalihkan Kepemilikan dan penguasaan kepada Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat;

c. badan hukum asing yang tidak beroperasi lagi di Indonesia tanpa mengalihkan kepemilikan dan penguasaan kepada Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat;

d. tidak dapat membuktikan sahnya Kepemilikan Cagar Budaya;

e. memperoleh Cagar Budaya secara tidak sah; dan/atau

f. memiliki Cagar Budaya yang sangat langka jenisnya, unik rancangannya, dan sedikit jumlahnya di Indonesia dengan diberikan kompensasi oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah.

(2) Pengalihan Kepemilikan kepada Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan peringkatnya.

(3) Pengalihan Kepemilikan kepada Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan dengan memberitahukan kepada pemilik Cagar Budaya.

Pasal 3 Pasal 3(1) Pengalihan Kepemilikan Cagar Budaya dapat Cukup jelas.

Page 12: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

dilakukan dengan cara diwariskan, dihibahkan, ditukarkan, dihadiahkan, dijual, dan/atau berdasarkan penetapan atau putusan pengadilan, oleh Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat.

(2) Pengalihan Kepemilikan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan kepada:a. Setiap Orang;b. Masyarakat Hukum Adat;c. Pemerintah;d. Pemerintah Daerah; dan/ataue. Museum.

(3) Pengalihan Kepemilikan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan dengan izin yang diajukan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota, sesuai dengan peringkat Cagar Budaya, dilengkapi dengan surat keterangan status dan Kepemilikan Cagar Budaya, dilampiri dengan:a. surat keterangan ahli waris untuk yang

diwariskan;b. surat pernyataan hibah untuk yang dihibahkan;c. surat perjanjian tukar menukar untuk yang

ditukarkan;d. surat pernyataan dari pemberi hadiah untuk yang

dihadiahkan;e. surat perjanjian jual-beli untuk yang dijual; atauf. penetapan atau keputusan pengadilan untuk yang

ditetapkan atau diputuskan oleh pengadilan.(4) Gubernur, atau bupati/wali kota dalam memberikan

izin sebagaimana dimaksud pada ayat (3), harus memperoleh rekomendasi terlebih dahulu dari Unit Pelaksana Teknis.

(5) Pengalihan Kepemilikan sebagaimana dimaksud

Page 13: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

pada ayat (2) ditindaklanjuti dengan surat perubahan status Kepemilikan Cagar Budaya.

(6)Dalam hal pemilik Cagar Budaya yang baru tidak mengajukan permohonan perubahan Kepemilikan, maka tidak berhak mendapatkan Insentif dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai peraturan yang berlaku.

Pasal 4 Pasal 4Ketentuan mengenai tata cara Pengalihan Kepemilikan Cagar Budaya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Direktur Jenderal yang berwenang di bidang Pelestarian Cagar Budaya.

Cukup jelas.

BAB IIIPENEMUAN DAN PENCARIAN

Bagian KesatuPenemuan

Pasal 5 Pasal 5(1) Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat yang

menemukan Objek Yang Diduga Cagar Budaya wajib melaporkan secara langsung atau melalui media elektronik seluruh temuannya kepada Unit Pelaksana Teknis, Kepolisian Negara Republik Indonesia, atau instansi terkait yang wilayah hukumnya meliputi tempat ditemukannya objek tersebut paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak ditemukan.

Ayat (1)Yang dimaksud dengan “instansi terkait” seperti instansi yang yang bertanggung jawab di bidang Kehutanan, Energi dan Sumberdaya Mineral.

(2) Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat yang menemukan Objek Yang Diduga Cagar Budaya yang tidak melaporkan temuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengurusannya diambil alih oleh Unit Pelaksana Teknis untuk dilakukan Pendaftaran, dengan membuat surat pemberitahuan kepada penemu.

Ayat (2)Cukup jelas.

(3) Temuan Objek yang Diduga Cagar Budaya yang Ayat (3)

Page 14: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

tidak dilaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) setelah melalui proses Pendaftaran dan apabila statusnya dinyatakan sebagai Cagar Budaya, maka penemu tidak berhak memperoleh Kompensasi.

Cukup jelas.

Pasal 6 Pasal 6(1) Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat yang

menemukan Objek Yang Diduga Cagar Budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dapat memberikan kuasa kepada pihak lain untuk melaporkan.

Ayat (1)Cukup jelas.

(2) Laporan secara langsung dilakukan dengan mengisi formulir laporan yang wajib disediakan oleh Unit Pelaksana Teknis, Kepolisian Negara Republik Indonesia, atau instansi terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), yang memuat:a. identitas pelapor;b. tanggal penemuan;c. identitas objek:

1) nama/jenis objek; 2) lokasi, desa, kecamatan, kabupaten, dan

provinsi;3) dugaan pemilik atau yang menguasainya;4) bentuk;5) jumlah;6) bahan;7) warna; 8) ukuran: panjang, lebar, tinggi, tebal, diameter;9) perkiraan beratnya; dan10)hal lain yang berhubungan dengan deskripsi

Objek yang Diduga Cagar Budaya.d. dokumen pendukung berupa foto, film, video,

teks, gambar, sket, peta, dan/atau keterangan lain yang berhubungan dengan dokumen pendukung;

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cAngka 1)

Cukup jelas.

Angka 2)Cukup jelas.

Angka 3)Cukup jelas.

Angka 4)Cukup jelas.

Angka 5)Cukup jelas.

Page 15: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

e. tanggal pelaporan; danf. tanda tangan pelapor dan yang menerima

laporan.

Angka 6)Cukup jelas.

Angka 7)Cukup jelas.

Angka 8)Cukup jelas.

Angka 9)Cukup jelas.

Angka 10)Yang dimaksud dengan “hal lain yang berhubungan dengan deskripsi Objek yang Diduga Cagar Budaya” misalnya dalam hal temuan bawah air perlu mencantumkan koordinat atau kedalaman Objek yang Diduga Cagar Budaya, penggunaan atau pemanfaatan Objek yang Diduga Cagar Budaya.

Huruf dCukup jelas.

Huruf eCukup jelas.

Huruf fCukup jelas.

(3) Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat yang Ayat (3)

Page 16: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

melaporkan langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) wajib:a. menunjukkan Objek yang Diduga Cagar Budaya

kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia atau instansi terkait; atau

b. menyerahkan Objek yang Diduga Cagar Budaya kepada Unit Pelaksana Teknis.

Objek yang Diduga Cagar Budaya yang ditunjukkan atau diserahkan adalah Objek yang Diduga Cagar Budaya bergerak yang memungkinkan untuk dibawa.

huruf aYang dimaksud dengan “menunjukkan Objek yang Diduga Cagar Budaya” adalah membawa sebagian atau keseluruhan Objek yang Diduga Cagar Budaya untuk diperlihatkan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia atau instansi terkait.

huruf bYang dimaksud dengan “menyerahkan Objek yang Diduga Cagar Budaya” adalah membawa sebagian atau keseluruhan Objek yang Diduga Cagar Budaya untuk diserahkan kepada Unit Pelaksana Teknis.

(4) Laporan melalui media elektronik ditujukan kepada Unit Pelaksana Teknis, Kepolisian Negara Republik Indonesia, atau instansi terkait dalam keadaan darurat atau memaksa, dengan mengemukakan: a. identitas pelapor;b. tanggal penemuan; dan c. identitas Objek yang Diduga Cagar Budaya.

Ayat (4)Yang dimaksud dengan “keadaan darurat” adalah kondisi yang mengancam kelestarian Cagar Budaya, karena kebakaran, banjir, gempa bumi, bencana alam, dan perang.

(5) Unit Pelaksana Teknis, Kepolisian Negara Republik Indonesia, atau instansi terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) wajib mencatat serta menandatangani laporan dalam daftar laporan lisan.

Ayat (5)Cukup jelas.

Page 17: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

(6) Kepolisian Negara Republik Indonesia dan instansi terkait yang menerima laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) wajib meneruskan laporan kepada Instansi yang Berwenang di Bidang Pelestarian Cagar Budaya paling lambat 7 (tujuh) hari sejak diterimanya laporan.

Ayat (6)Cukup jelas.

(7) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (5), dan ayat (7) wajib ditindaklanjuti oleh Unit Pelaksan Teknis dalam batas waktu paling lama 21 (dua puluh satu) hari.

Ayat (7)Cukup jelas.

Pasal 7 Pasal 7(1) Unit Pelaksana Teknis yang menerima laporan wajib

menyerahkan bukti laporan kepada Tim Pendaftaran paling lambat 7 (tujuh) hari sejak diterimanya laporan.

Cukup jelas.

(2) Tim Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan Pendaftaran sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 8 Pasal 8Temuan Objek yang Diduga Cagar Budaya yang sudah ditetapkan sebagai Cagar Budaya, status kepemilikannya ada pada:a. Pemilik; ataub. Negara, apabila tidak diketahui pemiliknya.

Cukup jelas.

Bagian KeduaPencarianParagraf 1

Pencarian melalui PenelitianPasal 9 Pasal 9

(1) Pemerintah berkewajiban melakukan pencarian Objek yang Diduga Cagar Budaya, melalui Penelitian dengan penggalian, penyelaman, dan/atau pengangkatan, baik Di Darat dan/atau Di Air.

Cukup jelas.

Page 18: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

(2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan metode dan prosedur penelitian arkeologi serta disiplin ilmu bantu lainnya sesuai dengan karakteristik objek kajian.

Pasal 10 Pasal 10(1) Kegiatan pencarian yang dilakukan Pemerintah

dilaksanakan oleh: a. instansi Pemerintah yang berwenang di bidang

Pelestarian Cagar Budaya; dan/ataub. instansi Pemerintah yang berwenang di bidang

Penelitian arkeologi.

Ayat (1)Huruf a

Cukup jelas.

Huruf bYang dimaksud dengan “penelitian arkeologi” adalah penelitian yang dilakukan terhadap Cagar Budaya ataupun Objek yang Diduga Cagar Budaya berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan arkeologi.

(2) Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat dapat melakukan pencarian Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya melalui Penelitian dengan penggalian, penyelaman, dan/atau pengangkatan, baik Di Darat dan/atau Di Air, setelah memperoleh izin.

Ayat (2)Cukup jelas.

(3) Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat yang melakukan pencarian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan Penelitian, harus bekerjasama dengan instansi Pemerintah yang berwenang di bidang Pelestarian Cagar Budaya dan/atau instansi Pemerintah yang berwenang di bidang penelitian arkeologi.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 11 Pasal 11(1) Kegiatan pencarian sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 10 ayat (1) huruf b dan ayat (2) dilaksanakan Ayat (1)

Cukup jelas

Page 19: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

setelah memperoleh izin dari bupati/wali kota, dengan tembusan kepada: a. Menteri;b. gubernur;c. instansi terkait; dand. pemilik dan/atau yang menguasai lokasi

penelitian.(2) Pengajuan permohonan izin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 10 ayat (2) yang dilakukan Di Air diajukan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Ayat (2)Cukup jelas.

(3) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), harus dilampiri dengan proposal yang memuat:a. identitas pemohon;b. maksud dan tujuan pencarian;c. metode dan teknik pencarian;d. lokasi pencarian; dana. tenggang waktu pencarian.

(4) Setiap Orang yang berasal dari lembaga yang akan melakukan pencarian, untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus dilengkapi dengan surat tugas dari pimpinan lembaga.

(5) Bupati/wali kota dalam memberikan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), harus memperoleh rekomendasi terlebih dahulu dari Unit Pelaksana Teknis.

Pasal 12 Pasal 12(1) Hasil pencarian dengan cara Penelitian terhadap

Objek yang Diduga Cagar Budaya dianalisis sesuai dengan metode penelitian arkeologi.

Cukup jelas.

Page 20: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

(2) Hasil analisis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diserahkan kepada Tim Pendaftaran untuk diproses sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 13 Pasal 13(1) Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat yang

memiliki dan/atau yang menguasai lahan tempat dilakukannya pencarian dengan Penelitian, berhak mendapatkan Kompensasi atas hal-hal atau kerugian yang ditimbulkan akibat kegiatan pencarian.

Cukup jelas.

(2) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh yang melakukan pencarian, sesuai ketentuan yang berlaku.

Paragraf 2Pencarian terhadap Cagar Budaya yang Hilang

Pasal 14 Pasal 14(1) Setiap orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat yang

memiliki dan/atau menguasai Cagar Budaya yang hilang karena bencana alam, perang, kecelakaan, kelalaian pengelolaan, tindak pidana, dan sebab-sebab lain, wajib melaporkannya kepada Unit Pelaksana Teknis.

Ayat (1)Yang dimaksud dengan “sebab-sebab lain” seperti huru-hara atau kerusuhan.

(2) Unit Pelaksana Teknis yang menerima laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang disebabkan tindak pidana, wajib melakukan pencarian, berkoordinasi dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Ayat (2)Cukup jelas.

(3) Pelaksanaan dan hasil pencarian terhadap Cagar Budaya yang hilang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dituangkan ke dalam berita acara.

Ayat (3)Cukup jelas.

(4) Berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling sedikit memuat:

Ayat (4)Cukup jelas.

Page 21: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

a. tanggal dimulai dan berakhirnya pencarian;b. objek dan deskripsi Cagar Budaya yang dicari;c. tempat pencarian;d. hasil pencarian; dane. penandatanganan berita acara di atas materai

oleh pihak yang mencari dan yang memiliki atau menguasai.

Pasal 15 Pasal 15(1) Cagar Budaya yang hilang dan ditemukan kembali,

dikembalikan kepada pihak yang memiliki dan/atau menguasai dan dibuatkan berita acara penyerahan.

Ayat (1)Cukup jelas.

(2) Cagar Budaya yang hilang karena tindak pidana dan ditemukan kembali, penyerahan kepada pemilik dan/atau yang menguasai dilakukan setelah ada putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap.

Ayat (2)Cukup jelas.

(3) Cagar Budaya yang hilang dan ditemukan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diambil alih kepemilikannya dan/atau penguasaannya oleh negara dalam hal tidak diketahui lagi pemiliknya atau pihak yang menguasainya.

Ayat (3)Yang dimaksud dengan “penguasaan” adalah pemberian wewenang dari pemilik kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat untuk mengelola Cagar Budaya dengan tetap memperhatikan fungsi sosial dan kewajiban untuk melestarikannya.

(4) Berita acara penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sekurang-kurangnya memuat:a. tanggal pembuatan berita acara;b. identitas yang menemukan;c. deskripsi hasil penemuan yang meliputi:

1) jumlah;2) jenis; dan3) kondisi.

d. tempat penemuan;

Ayat (4)Cukup jelas.

Page 22: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

e. tanggal penemuan; danf. penandatangan berita acara di atas materai oleh

pihak yang menemukan dan yang memiliki dan/atau yang menguasai.

Pasal 16 Pasal 16Ketentuan mengenai tata cara Penemuan dan Pencarian Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Direktur Jenderal yang berwenang di bidang Pelestarian Cagar Budaya.

Cukup jelas.

BAB IVREGISTER NASIONAL

Bagian KesatuUmum

Pasal 17 Pasal 17(1) Register Nasional dibentuk untuk menghimpun data

dan Kepemilikan Cagar Budaya, baik di dalam maupun di luar negeri, yang disusun secara sistematis dengan tetap menghormati Kepemilikan, kerahasiaan, dan kesuciannya.

(2) Kerahasiaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sifatnya tidak dapat diakses, kecuali untuk kepentingan penyidikan dengan diketahui oleh Tim Pendaftaran dan Tim Ahli.

Ayat (1)Yang dimaksud dengan “kerahasiaan” mencakup data dan/atau Dokumen Pendukung, identitas pemilik, lokasi atau tempat Cagar Budaya berada.

Yang dimaksud dengan “kesucian” adalah status benda, bangunan, struktur, ruang, fungsi, atau simbol-simbol yang berhubungan erat dengan penghormatan terhadap agama, kepercayaan, atau tokoh yang disucikan.

Ayat (2)Yang dimaksud dengan “sifatnya tidak dapat diakses” adalah informasi yang apabila diketahui oleh pihak yang tidak

Page 23: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

berhak, dapat mengancam keamanan dan keselamatan Objek yang Diduga Cagar Budaya dan/atau Cagar Budaya.

Pasal 18 Pasal 18(1)Register Nasional mencakup Pendaftaran,

Pengkajian, Penetapan, Pencatatan, Pemeringkatan, dan Penghapusan, yang diselenggarakan tanpa dipungut biaya.

(2)Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara digital maupun nondigital, atau secara manual maupun daring.

Cukup jelas.

Bagian KeduaPendaftaran

Paragraf 1Umum

Pasal 19 Pasal 19(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, Setiap Orang,

dan/atau Masyarakat Hukum Adat yang memiliki dan/atau menguasai Objek Pendaftaran wajib mendaftarkan kepada Menteri, bupati/wali kota, gubernur, sesuai kewenangannya melalui Tim Pendaftaran terhadap:a. Benda Cagar Budaya dan/atau Situs Cagar

Budaya yang telah ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya, untuk memperoleh Pengkajian ulang dan Pemeringkatan; atau

b. Objek yang Diduga Cagar Budaya, untuk memperoleh Pengkajian dan Pemeringkatan

(2) Dalam hal kewajiban Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dipenuhi, Instansi Pemerintah yang Berwenang di Bidang Pelestarian

Ayat (1)Pengkajian ulang dimaksudkan untuk menentukan kelayakan Benda Cagar Budaya dan/atau Situs Cagar Budaya berdasarkan kriteria Cagar Budaya berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Page 24: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

Cagar Budaya mengambil alih Pendaftaran.(3) Dalam hal bupati/wali kota atau gubernur tidak

menjalankan tugas Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka Pendaftaran diambil alih oleh Menteri melalui Unit Pelaksana Teknis.

Pasal 20 Pasal 20(1) Objek Pendaftaran berasal dari:

a. koleksi Museum;b. milik dan/atau yang dikuasai oleh Pemerintah atau

Pemerintah Daerah, Setiap Orang, dan/atau Masyarakat Hukum Adat;

c. hasil Penemuan; dan/ataud. hasil Pencarian.

(2) Objek Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat: a. berada di dalam negeri atau di luar negeri;

dan/ataub. berlokasi Di Darat dan/atau Di Air.

Cukup Jelas.

Pasal 21 Pasal 21Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus melindungi Objek Pendaftaran dari:a. kerusakan;b. kehancuran;c. kemusnahan; dan/ataud. kehilangan

Ayat (1)Cukup jelas

Ayat (2) “daring” merupakan istilah baku dari online

Paragraf 2Tim Pendaftaran

Pasal 22 Pasal 22(1) Pemerintah atau Pemerintah Daerah membentuk

Tim Pendaftaran yang merupakan bagian dari Instansi yang Berwenang di Bidang Pelestarian Cagar Budaya.

(2) Tim Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat

Cukup jelas.

Page 25: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

(1) meliputi:a. Tim Pendaftaran Pemerintah;b. Tim Pendaftaran provinsi; danc. Tim Pendaftaran kabupaten/kota.

Pasal 23 Pasal 23(1)Tim Pendaftaran terdiri atas seorang ketua

merangkap anggota, seorang sekretaris merangkap anggota, dan 3 (tiga) orang anggota.

(2)Anggota Tim Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. 1 (satu) orang petugas penerima Pendaftaran

yang memeriksa kelengkapan persyaratan Pendaftaran;

b. 3 (tiga) orang petugas pengolah data yang melakukan deskripsi, dokumentasi, dan verifikasi; dan

c. 1 (satu) orang petugas penyusun Berkas yang melakukan pemberkasan hasil pengolahan data.

(3) Tim Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai masa kerja 5 (lima) tahun, dan dapat diperpanjang.

(4) Apabila anggota Tim Pendaftaran tidak dapat melaksanakan tugas secara tetap sebelum masa kerja berakhir, dapat diganti oleh anggota baru sampai selesainya masa kerja.

Cukup jelas.

Pasal 24 Pasal 24Tim Pendaftaran bertugas:a. menerima, memeriksa kelengkapan persyaratan

Pendaftaran; b. melakukan deskripsi, klasifikasi, verifikasi, dan

dokumentasi; danc. melakukan pemberkasan hasil pengolahan data.

Cukup jelas.

Paragraf 3

Page 26: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

Kewenangan Pemerintah dan Pemerintah DaerahPasal 25 Pasal 25

Pemerintah berwenang mendaftar Objek Pendaftaran yang: a. lokasinya berada di 2 (dua) provinsi atau lebih;b. merupakan Objek Vital Nasional, Kawasan Strategis

Nasional, dan/atau Warisan Budaya Dunia; c. memiliki nilai kerahasiaan dan keamanan negara;

dan/ataud. memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian

bangsa.

Yang dimaksud dengan “Objek Vital Nasional” adalah kawasan/lokasi, bangunan/ instalasi, dan atau usaha yang menyangkut hajad hidup orang banyak, kepentingan negara dan/atau sumber pendapatan negara yang bersifat strategis.

Yang dimaksud dengan “Kawasan Strategis Nasional” adalah Wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia.

Yang dimaksud dengan “Warisan Budaya Dunia” adalah hasil karya manusia yang memiliki nilai universal luar biasa dan ditetapkan oleh UNESCO.

Pasal 26 Pasal 26Pemerintah Provinsi berwenang mendaftar Objek Pendaftaran yang lokasinya berada di 2 (dua) kabupaten/kota atau lebih.

Cukup jelas.

Pasal 27 Pasal 27Pemerintah kabupaten/kota berwenang mendaftar Objek Pendaftaran yang berada di wilayah administrasinya.

Cukup jelas.

Paragraf 4Pendaftaran di luar negeri

Pasal 28 Pasal 28(1) Pendaftaran Objek Pendaftaran yang berada di luar

negeri dilakukan oleh pemilik, atau pihak lain yang Cukup jelas.

Page 27: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

diberi kuasa melakukan Pendaftaran.(2) Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditujukan kepada Menteri melalui perwakilan Republik Indonesia di luar negeri tempat Objek Pendaftaran berada.

(3) Data Pendaftaran Objek Pendaftaran yang berada di luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diserahkan kepada Kementerian Luar Negeri, untuk kemudian diteruskan kepada Menteri melalui Tim Pendaftaran Pemerintah.

(4) Apabila di negara tempat Objek Pendaftaran belum terdapat perwakilan Indonesia, maka Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan sesuai dengan hukum internasional yang berlaku.

Paragraf 5Partisipasi Pendaftaran

Pasal 29 Pasal 29(1) Setiap orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat

dapat berpartisipasi dalam Pendaftaran Objek Pendaftaran.

(2) Partisipasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa :a. memberikan motivasi atau dorongan kepada

pemilik dan/atau yang menguasai Objek Pendaftaran untuk melakukan Pendaftaran;

b. melaporkan Objek Pendaftaran yang belum didaftarkan kepada Tim Pendaftaran sesuai dengan kewenangannya;

c. memberikan informasi dan/atau membantu mencatat Objek Pendaftaran;

d. membantu proses pengumpulan data; dan/ataue. melakukan pengawasan terhadap proses

Pendaftaran.

Cukup jelas.

Page 28: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

Pasal 30 Pasal 30Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat yang berpartisipasi dalam Pendaftaran wajib menjaga kerahasiaan data.

Cukup jelas.

Pasal 31 Pasal 31Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat yang berpartisipasi dalam Pendaftaran dapat diberikan penghargaan.

Cukup jelas.

Paragraf 6Fasilitasi Pembentukan Sistem dan Jejaring

PendaftaranPasal 32 Pasal 32

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah memfasilitasi pembentukan sistem dan jejaring Pendaftaran baik secara digital maupun non digital.

(2) Pembentukan sistem dan jejaring Pendaftaran secara digital sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penyediaan perangkat keras, perangkat lunak, dan sumber daya manusia.

(3) Perangkat keras sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi penyediaan: a. komputer ;b. alat dokumentasi; c. tempat/ruang penyimpanan Objek Pendaftaran

yang didaftar; dand. sarana transportasi.

(4)Perangkat lunak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi penyediaan:a. aplikasi pendaftaran;b. program pengunggahan data untuk proses

pendaftaran; danc. program akses informasi hasil pendaftaran.

(5) Sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada

Cukup jelas.

Page 29: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

ayat (2) berupa penyediaan tenaga yang kompeten.Paragraf 8

Syarat dan Prosedur PendaftaranPasal 33 Pasal 33

(1) Pendaftaran dapat dilakukan secara manual dan/atau melalui laman.

(2) Pendaftaran manual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara mendaftar langsung ke Tim Pendaftaran sesuai dengan kewenangannya, dengan mengisi data baik secara digital maupun non digital.

(3) Pendaftaran melalui laman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara mengunggah data Objek Pendaftaran melalui alamat laman Tim Pendaftaran sesuai dengan kewenangannya.

(4) Laman Pendaftaran setiap kabupaten/kota wajib tersambung dengan laman Pendaftaran provinsi dan laman Pendaftaran pada Instansi Pemerintah yang Berwenang di Bidang Pelestarian Cagar Budaya.

(5) Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya menyediakan aplikasi dan isian Pendaftaran melalui alamat laman untuk Pendaftaran.

Cukup jelas.

Pasal 34 Pasal 34(1) Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat

mendaftarkan Objek Pendaftaran kepada Tim Pendaftaran sesuai dengan kewenangannya, disertai syarat Pendaftaran.

(2) Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat dapat memberikan surat kuasa kepada pihak lain untuk melakukan Pendaftaran.

(3) Syarat Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

Ayat (1)Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Page 30: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

a. foto kopi identitas diri pemilik dan/atau yang menguasai, dan/atau yang diberi kuasa mendaftarkan;

b. data Objek Pendaftaran;c. Dokumen Pendukung; dand. Objek Pendaftaran apabila memungkinkan untuk

dibawa.(4) Identitas diri sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

huruf a berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Pasport bagi Warga Negara Asing, yang masih berlaku;

(5) Data Objek Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b berupa:a. nama;b. bentuk;c. jenis;d. ukuran;e. bahan;f. warna;g. tempat atau lokasi; h. pemilik atau yang menguasainya;i. pemanfaatan dan penggunaan; dan/atauj. informasi lain yang diperlukan.

(6) Dokumen Pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c berupa rekaman suara, gambar, foto, film, teks, atau bentuk lain yang terkait dengan Objek Pendaftaran.

(7) Petugas penerima Pendaftaran wajib memberikan:a. bukti Pendaftaran kepada pendaftar; dan b. bukti penerimaan penitipan Objek Pendaftaran

apabila ada penitipan.(8) Petugas penerima Pendaftaran wajib menyerahkan

data Pendaftaran kepada petugas pengolah data

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (5)Huruf a

Yang dimaksud dengan “nama” adalah identitas Objek Pendaftaran yang diberikan dan dimengerti oleh masyarakat umum.

Huruf bYang dimaksud dengan “bentuk” adalah wujud Objek Pendaftaran sesuai ciri fisiknya.

Huruf cYang dimaksud dimaksud dengan “jenis” adalah pengelompokan Objek Pendaftaran berdasarkan klasifikasinya.

Huruf dYang dimaksud dengan “ukuran” Objek Pendaftaran meliputi informasi: tinggi, panjang, lebar, tebal, diameter, luas, dan/atau berat dalam ukuran metrik.

Huruf eCukup jelas.

Huruf fCukup jelas.

Page 31: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak diterimanya Pendaftaran. Huruf g

Cukup jelas.

Huruf hCukup jelas.

Huruf iYang dimaksud dengan “pemanfaatan” adalah pendayagunaan Objek Pendaftaran saat didaftarkan. Misalnya memanfaatkan bangunan purbakala sebagai Museum atau objek wisata.

Yang dimaksud dengan “penggunaan” adalah kegiatan memakai Objek Pendaftaran untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Misalnya arca kuno sebagai hiasan hotel.

Huruf jYang dimaksud dengan “informasi lain” adalah informasi yang berhubungan dengan deskripsi Objek Pendaftaran meliputi informasi latar belakang sejarah, langgam seni, dan/atau analisis kepurbakalaan yang menjadi ciri Cagar Budaya.

Ayat (6)Cukup jelas.

Ayat (7)

Page 32: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

Cukup jelas.

Ayat (8)Cukup jelas.

Pasal 35 Pasal 35(1) Data Pendaftaran yang dinyatakan lengkap oleh

petugas penerima Pendaftaran diserahkan kepada petugas pengolah data untuk dilakukan deskripsi, dokumentasi, dan verifikasi.

(2) Deskripsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi uraian tentang:a. jenis/nama;b. bentuk;c. ukuran;d. bahan;e. warna;f. kondisi;g. lokasi; h. pemilik atau yang menguasainya;i. Pemanfaatan dan penggunaan; dan/atauj. hal lain yang berhubungan dengan deskripsi Objek

Pendaftaran.(3) Hasil deskripsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dituangkan dalam bentuk tertulis sebagai data verbal yang selanjutnya dilakukan dokumentasi untuk memperoleh data piktorial.

(4) Dokumentasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan ketentuan:a. setidak-tidaknya dalam bentuk foto; danb. dilakukan dari semua sisi.

(5) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk memperoleh:a. kebenaran informasi, yaitu pada aspek

Ayat (1)Yang dimaksud dengan “deskripsi” adalah tindakan menguraikan kondisi Objek Pendaftaran secara verbal dan lengkap.

Apabila Objek Pendaftaran yang dideskripsikan berjumlah banyak, atau tingkat kesulitanya tinggi maka dapat disesuaikan dengan kepatutan.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Dokumentasi terhadap situs selain dalam bentuk foto juga dapat dilakukan antara lain dalam bentuk peta, video, dan gambar.

Ayat (5)Cukup jelas.

Page 33: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

keakuratan; danb. kelengkapan data pada aspek pemenuhan

jumlah informasi.Pasal 36 Pasal 36

(1) Petugas pengolah data melakukan deskripsi, dokumentasi, verifikasi, dan pemeriksaan kelengkapan data dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya data Pendaftaran dari petugas penerima Pendaftaran.

(2) Petugas pengolah data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibantu oleh Unit Pelaksana Teknis.

(3) Petugas pengolah data dapat mengembalikan data Pendaftaran apabila: a. diragukan keaslian Objek Pendaftarannya; b. diragukan asal usul Kepemilikan dan

perolehannya; dan/atauc. diragukan datanya.

(4) Apabila dari hasil deskripsi, dokumentasi, verifikasi, dan pemeriksaan kelengkapan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan lengkap dan memenuhi syarat, maka diserahkan kepada petugas penyusun Berkas.

Cukup jelas.

Pasal 37 Pasal 37(1) Petugas penyusun Berkas melakukan pemberkasan

yang memuat:a. data Pendaftaran yang telah dinyatakan lengkap;b. deskripsi;c. dokumentasi; dand. Dokumen Pendukung.

(2) Penyusunan Berkas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak diterimanya data dari petugas pengolah data.

(3) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

Cukup jelas.

Page 34: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

dapat diperpanjang sesuai dengan jumlah dan tingkat kesulitan.

(4) Berkas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnya diserahkan kepada Tim Ahli untuk dilakukan Pengkajian.

Pasal 38 Pasal 38(1) Instansi yang Berwenang di bidang Pelestarian Cagar

Budaya dapat memberi fasilitas Pendaftaran apabila Objek Pendaftaran:a. lokasinya sukar dijangkau;b. berjumlah banyak dan beragam jenisnya;

dan/atauc. berada di luar negeri dan tidak ada perwakilan

Indonesia di negara yang bersangkutan.(2) Fasilitas Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dapat berupa:a. Petugas penerima Pendaftaran mendatangi

lokasi; dan/atau

b. bantuan sarana transportasi.

Cukup jelas.

Bagian KetigaPengkajianParagraf 1Tim AhliPasal 39 Pasal 39

(1) Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya mengangkat dan memberhentikan Tim Ahli.

(2) Syarat untuk dapat diangkat menjadi anggota Tim Ahli meliputi:a. warga negara Indonesia;b. sehat jasmani dan rohani;c. berkelakuan baik;

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2)huruf a

Cukup jelas.

huruf b

Page 35: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

d. berusia paling rendah 28 (dua puluh delapan) tahun;

e. memiliki keahlian arkeologi dengan pengalaman kerja paling sedikit 5 (lima) tahun di bidangnya atau memiliki keahlian sejarah, filologi, antropologi, kesenian, arsitektur, biologi, geologi, geografi, dan/atau keahlian lain yang memiliki wawasan kepurbakalaan dengan pengalaman kerja paling sedikit 5 (lima) tahun di bidangnya;

f. berasal dari lembaga formal dan non formal; g. memiliki komitmen di bidang Pelestarian Cagar

Budaya; danh. memiliki sertifikat kompetensi.

(3) Memiliki sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf h melalui uji kompetensi.

Cukup jelas.

huruf c Cukup jelas.

huruf d Cukup jelas.

huruf e Yang dimaksud dengan “keahlian lain” adalah keahlian bidang ilmu tertentu atau keahlian unsur budaya tertentu, misalnya ahli keris, ahli topeng, dan ahli gamelan.

Yang dimaksud dengan “memiliki wawasan” adalah kemampuan dalam membedakan antara objek berusia tua atau muda, atau objek yang memiliki arti penting atau tidak. Wawasan kepurbakalaan dapat diperoleh antara lain melalui pelatihan dan pengalaman kerja yang berhubungan dengan kepurbakalaan.

huruf f Yang dimaksud dengan “lembaga formal” adalah perguruan tinggi dan Instansi yang Berwenang di Bidang Pelestarian Cagar Budaya.

Yang dimaksud dengan “lembaga nonformal” adalah organisasi profesi,

Page 36: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

lembaga swadaya masyarakat, dan/atau masyarakat hukum adat.

huruf gCukup jelas.

huruf h Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 40 Pasal 40(1) Uji dan pemberian sertifikat kompetensi bagi

anggota:a. Tim Ahli tingkat nasional diselenggarakan oleh

Pemerintah;b. Tim Ahli tingkat provinsi dan kabupaten/kota

diselenggarakan oleh Tim Ahli tingkat nasional.(2) Dalam hal uji dan pemberian sertifikat kompetensi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, belum dapat dilakukan oleh Tim Ahli tingkat provinsi atau Tim Ahli tingkat kabupaten/kota, maka uji dan pemberian sertifikat kompetensi dilakukan oleh Tim Ahli tingkat nasional.

Cukup jelas.

Pasal 41 Pasal 41(1) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 39 ayat (2) huruf h berlaku selama 5 (lima) tahun yang dapat diperpanjang setelah mengikuti uji kompetensi dan dinyatakan lulus.

(2)Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibekukan apabila pemegang:a. dinyatakan sebagai tersangka karena melakukan

tindak pidana yang diancam pidana 5 tahun atau

Ayat (1)Cukup jelas.

Ayat (2) Selama sertifikat kelayakan dibekukan, yang bersangkutan tidak dapat bekerja sebagai anggota Tim Ahli. Apabila yang bersangkutan terbukti tidak melakukan

Page 37: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

lebih dan/atau melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Cagar Budaya; dan/atau

b. sakit jasmani atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugasnya yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter, psikiater, dan/atau psikolog.

(3)Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicabut apabila pemegang:a. melanggar kode etik profesi atau etika

pelestarian; b. tidak bekerja sebagai anggota Tim Ahli selama 3

(tiga) tahun;c. dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana

yang diancam pidana 5 tahun atau lebih dan/atau melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Cagar Budaya, berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; atau

d. sakit jasmani atau rohani yang tidak bisa disembuhkan sehingga tidak dapat menjalankan tugasnya yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter, psikiater, dan/atau psikolog.

(4)Pemegang sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat melakukan uji kompetensi kembali, kecuali yang bersangkutan terbukti melakukan tindak pidana korupsi, kolusi, nepotisme, hak asasi manusia, dan pelanggaran terhadap Undang-Undang tentang Cagar Budaya tetap.

tindak pidana atau telah sembuh dari sakit jasmani atau rohani maka yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaan sebagai Tim Ahli.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Pasal 42 Pasal 42(1) Tim Ahli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39

ayat (1) memliki susunan keanggotaan yang terdiri Cukup jelas.

Page 38: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

atas ketua merangkap anggota, sekretaris merangkap anggota, dan anggota.

(2) Anggota Tim Ahli berjumlah gasal dan terdapat ahli arkeologi yang memiliki pengalaman kerja sebagaimana dimaksud Pasal 39 ayat (2) huruf e, serta terdiri dari unsur lembaga formal dan nonformal.

(3) Anggota Tim Ahli tingkat nasional berjumlah:a. paling banyak 15 (lima belas) orang, terdiri atas 5

(lima) orang dari unsur lembaga formal dan 10 (sepuluh) orang dari unsur lembaga nonformal; atau

b. paling sedikit 9 (sembilan) orang, terdiri atas 3 (tiga) orang dari unsur lembaga formal dan 6 (enam) orang dari unsur lembaga nonformal.

(4) Anggota Tim Ahli tingkat provinsi berjumlah:a. paling banyak 9 (sembilan) orang, terdiri atas 3

(tiga) orang dari unsur lembaga formal dan 6 (enam) orang dari unsur lembaga nonformal; atau

b. paling sedikit 7 (tujuh) orang terdiri atas 2 (dua) orang dari unsur lembaga formal dan 5 (lima) orang dari unsur lembaga nonformal.

(5) Anggota Tim Ahli tingkat kabupaten/kota berjumlah:a. paling banyak 7 (tujuh) orang, terdiri atas 2 (dua)

orang dari unsur lembaga formal dan 5 (lima) orang dari unsur lembaga nonformal; atau

b. paling sedikit 5 (lima) orang terdiri atas 2 (dua) orang dari unsur lembaga formal dan 3 (tiga) orang dari unsur lembaga nonformal.

(6) Tim Ahli yang anggotanya kurang dari jumlah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ayat (4) dan ayat (5) tidak dapat memberikan rekomendasi

Page 39: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

sebagai Cagar Budaya.(7) Tim Ahli yang jumlah anggotanya kurang dari jumlah

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) dibantu oleh: a. anggota Tim Ahli provinsi untuk Tim Ahli

kabupaten/kota; danb. anggota Tim Ahli tingkat nasional untuk Tim Ahli

provinsi.(8) Tim Ahli yang anggotanya berkurang karena alasan

sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dan belum ditetapkan penggantinya, tetap dapat menjalankan tugasnya selama masih memenuhi jumlah minimal.

Pasal 43 Pasal 43(1) Tim Ahli bertugas untuk:

a. melakukan kajian atas Berkas yang diusulkan sebagai Cagar Budaya oleh Tim Pendaftaran;

b. menyusun dan menetapkan mekanisme kerja;c. melakukan penyesuaian operasional sesuai

dengan kebijakan Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah;

d. melakukan klasifikasi Cagar Budaya sesuai dengan pedoman Pemerintah;

e. meminta keterangan dari Pemerintah, Pemerintah Daerah, Setiap Orang, dan/atau Masyarakat Hukum Adat yang mendaftarkan Objek Pendaftaran;

f. mengusulkan perbaikan Berkas kepada Tim Pendaftaran;

g. merekomendasikan bentuk dan nilai pemberian Kompensasi;

h. merekomendasikan Objek Pendaftaran yang berupa Benda Cagar Budaya dan/atau Situs Cagar Budaya berdasarkan Undang-Undang

Cukup jelas.

Page 40: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya, yang memenuhi kriteria untuk dinyatakan tetap sebagai Cagar Budaya kepada pejabat yang berwenang;

i. merekomendasikan Objek Pendaftaran yang berupa Objek yang Diduga Cagar Budaya yang memenuhi kriteria untuk ditetapkan sebagai Cagar Budaya kepada pejabat yang berwenang;

j. merekomendasikan penetapan Cagar Budaya;k. menyusun dan merekomendasikan peringkat

kepentingan Cagar Budaya;l. merekomendasikan pencatatan kembali Cagar

Budaya yang hilang dan ditemukan kembali; danm. merekomendasikan penghapusan Cagar Budaya.

(2) Klasifikasi Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d untuk dapat dicatat dalam Register Nasional sesuai dengan:a. karakter Cagar Budaya; danb. sistem pengelompokan Cagar Budaya yang

ditetapkan secara nasional.(3) Tim Ahli tidak dapat menyerahkan wewenang

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada pihak lain.

Pasal 44 Pasal 44(1) Masa kerja anggota Tim Ahli adalah 5 (lima) tahun.(2) Anggota Tim Ahli dapat diganti sebelum masa kerja

berakhir apabila:a. meninggal dunia;b. mengundurkan diri;c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota Tim

Ahli; ataud. tidak melaksanakan tugas selama 4 (empat) kali

berturut-turut atau 6 (enam) kali secara

Ayat (1)Cukup jelas.

Ayat (2)huruf a

Cukup jelas.

huruf bCukup jelas.

Page 41: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

keseluruhan tanpa keterangan yang sah.huruf c

Cukup jelas.

huruf dYang dimaksud dengan “tidak melaksanakan tugas” adalah sengaja tidak memberikan analisis dan/atau tidak menyampaikan hasil kelayakan usulan penetapan Cagar Budaya kepada Tim Ahli.

Pasal 45 Pasal 45(1) Pengawasan terhadap Tim Ahli dilakukan secara

berjenjang oleh:a. Pemerintah terhadap Tim Ahli tingkat nasional;b. Tim Ahli tingkat nasional terhadap Tim Ahli

provinsi; danc. Tim Ahli provinsi terhadap Tim Ahli tingkat

kabupaten/kota.(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi:a. kinerja;b. masa berlaku sertifikat kompetensi sebagai Tim

Ahli; dan/atauc. dugaan tindak pidana yang diancam pidana 5

tahun atau lebih dan/atau melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Cagar Budaya.

d. pelanggaran kode etik profesi atau etika pelestarian.

(3) Pengawasan kinerja dilakukan secara berkala setiap akhir minggu ketiga bulan Juni dan akhir minggu ketiga bulan Desember.

Cukup jelas.

Page 42: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

(4) Apabila dari hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbukti adanya pelanggaran, maka dilakukan teguran, pembekuan, dan/atau pencabutan sertifikat kompetensi anggota Tim Ahli sesuai dengan pedoman kerja Tim Ahli.

Pasal 46 Pasal 46(1) Tim Ahli dalam melakukan tugasnya dapat

memperoleh dukungan dari instansi Pemerintah, instansi Pemerintah Daerah, Setiap Orang, dan/atau Masyarakat Hukum Adat.

(2) Dukungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa informasi, pandangan, pertimbangan, kebijakan, kepakaran, dan/atau fasilitas.

Cukup jelas.

Paragraf 2Pengkajian kelayakan

Pasal 47 Pasal 47(1) Tim Ahli mengkaji Objek Pendaftaran berdasarkan

Berkas yang diserahkan oleh petugas penyusun Berkas, paling lambat 7 (tujuh) hari setelah Berkas diterima.

(2) Pengkajian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan metode dan tata cara yang dapat dipertanggungjawabkan.

Ayat (1)Cukup jelas.

Ayat (2)Yang dimaksudkan dengan “yang dapat dipertanggungjawabkan” adalah pengkajian dilakukan berdasarkan asas kejujuran, kebenaran, keterbukaan, keadilan, akurasi, efisiensi, dan profesionalitas.

Pasal 48 Pasal 48(1) Pengkajian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47

meliputi:a. identifikasi dan klasifikasi Objek Pendaftaran; danb. penilaian kriteria Objek Pendaftaran.

(2) Pengkajian penilaian kriteria Objek Pendaftaran menjadi Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

Ayat (1) Huruf aYang dimaksud dengan “identifikasi” adalah penentuan identitas Objek Pendaftaran. Yang dimaksud dengan “klasifikasi” adalah melakukan pengelompokan berdasarkan karakter atau ciri-ciri Objek Pendaftaran.

Page 43: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

a. usia;b. masa gaya;c. arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan,

pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan;d. nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa;

dane. arti khusus bagi masyarakat atau bangsa

Indonesia.

Huruf bCukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Pasal 49 Pasal 49(1) Kajian yang dilakukan Tim Ahli merupakan

kesimpulan bahwa:a. Objek Pendaftaran yang berupa Benda Cagar

Budaya dan/atau Situs Cagar Budaya berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya, tetap sebagai Cagar Budaya atau bukan Cagar Budaya; dan/atau

b. Objek Pendaftaran yang berupa Objek yang Diduga Cagar Budaya, sebagai Cagar Budaya atau bukan Cagar Budaya.

(2) Kesimpulan dari kajian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan sah apabila disetujui secara aklamasi oleh seluruh anggota Tim Ahli atau paling sedikit 70% (tujuh puluh persen) dari jumlah anggota.

(3) Persetujuan atau penolakan anggota Tim Ahli tidak dapat diwakilkan dan/atau didelegasikan kepada anggota lain atau kepada orang lain.

Cukup jelas.

Pasal 50 Pasal 50(1) Dalam hal kesimpulan Tim Ahli sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) menyatakan bahwa Objek Pendaftaran sebagai Cagar Budaya, maka Tim Ahli menyampaikan surat rekomendasi Penetapan sebagai Cagar Budaya kepada:

Ayat (1)Cukup jelas.

Page 44: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

a. Menteri, untuk wilayah nasional, objek vital nasional, kawasan strategis nasional, dan yang berada di luar negeri;

b. gubernur, untuk wilayah provinsi, daerah istimewa, atau daerah khusus;

c. bupati, untuk wilayah kabupaten; ataud. wali kota, untuk wilayah kota.

(2) Tim Ahli selain memberikan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga memberikan rekomendasi Pemeringkatan Cagar Budaya atau Penghapusan Cagar Budaya.

(3)Tim Ahli sebelum memberikan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib memperhatikan hasil telaah administrasi terhadap:a. status kepemilikan;b. status kependudukan dan/atau kewarganegaraan

pemilik; c. sengketa atas kepemilikan; dand. kerawanan sosial yang dapat terjadi sebagai

akibat dari Penetapan(4)Dalam hal kesimpulan Tim Ahli sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) menyatakan bahwa Objek Pendaftaran bukan sebagai Cagar Budaya, maka Tim Ahli menyampaikan surat pemberitahuan kepada Pendaftar, dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari sejak kesimpulan.

(5) Data dan Dokumen Pendukung Objek Pendaftaran yang dinyatakan bukan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilarang dihapus dari pangkalan data.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (5)Yang dimaksud dengan “pangkalan data” adalah sistem pencatatan informasi dasar yang seragam terhadap setiap jenis Cagar Budaya.

Pasal 51 Pasal 51

Page 45: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

(1) Tim Ahli dapat menghentikan atau membatalkan kajian sebelum atau sesudah rekomendasi disampaikan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya.

(2) Penghentian kajian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam hal Objek Pendaftaran hilang, hancur, atau musnah sebelum direkomendasikan untuk Penetapan sebagai Cagar Budaya.

(3) Pembatalan kajian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam hal:a. Objek Pendaftaran hilang, hancur, atau musnah;

dan/ataub. terjadi pelanggaran terhadap kode etik profesi

atau etika pelestarian, setelah direkomendasikan untuk Penetapan sebagai Cagar Budaya.

Cukup jelas.

Pasal 52 Pasal 52Objek Pendaftaran diperlakukan sebagai Cagar Budaya selama proses Pendaftaran, Pengkajian sampai dengan Penetapan.

Cukup jelas.

Pasal 53 Pasal 53Tim Ahli pada saat memberikan rekomendasi Penetapan Cagar Budaya kepada bupati/wali kota sekaligus memberikan rekomendasi mengenai peringkat Cagar Budaya.

Cukup jelas.

Bagian KeempatPenetapanPasal 54 Pasal 54

(1) Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota mengeluarkan Surat Keputusan Penetapan Cagar Budaya dan Surat Keterangan Kepemilikan Cagar Budaya sesuai dengan kewenangannya, dalam hal

Cukup jelas.

Page 46: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

Tim Ahli merekomendasikan Objek Pendaftaran sebagai Cagar Budaya.

(2) Surat Keputusan Penetapan Cagar Budaya dan Surat Keterangan Kepemilikan Cagar Budaya dikeluarkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak diterimanya surat rekomendasi dari Tim Ahli.

Pasal 55 Pasal 55(1) Surat Keputusan Penetapan Cagar Budaya

dikeluarkan oleh:a. Menteri, untuk Cagar Budaya:

1) milik warga negara Indonesia atau instansi pemerintah yang berada di luar negeri;

2) yang berada di objek vital nasional;3) yang berada di kawasan strategis nasional;4) yang berada dan berhubungan dengan

kawasan warisan dunia; dan5) yang berupa lokasi atau satuan ruang geografis

yang berada di 2 (dua) provinsi atau lebih.b. gubernur, untuk Situs Cagar Budaya atau Kawasan

Cagar Budaya yang berada di 2 (dua) kabupaten/kota atau lebih, atau kawasan strategis provinsi; atau

c. bupati/wali kota, untuk Cagar Budaya yang berada di wilayah kabupaten/kota selain yang disebut dalam huruf a dan huruf b.

(2) Surat Keputusan Penetapan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi:a. nama dan/atau jenis;b. bentuk;c. ukuran;d. bahan;e. lokasi atau tempat penyimpanan;f. koordinat astronomis;

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Huruf a

Cukup jelas.

Huruf bCukup jelas.

Huruf c Cukup jelas.

Huruf d Cukup jelas.

Huruf eCukup jelas.

Huruf f Cukup jelas.

Huruf gCukup jelas.

Huruf h

Page 47: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

g. usia;h. latar belakang sejarah; dani. informasi lain.

Cukup jelas.

Huruf iYang dimaksud dengan “informasi lain” antara lain luas, motif hias, warna, desain, dan cara perolehan.

Pasal 56 Pasal 56(1) Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota

mengeluarkan Surat Keterangan Kepemilikan Cagar Budaya kepada pemilik yang sah.

(2) Surat Keterangan Kepemilikan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan oleh: a. Menteri, untuk Cagar Budaya:

1) milik warga negara Indonesia atau instansi Pemerintah yang berada di luar negeri;

2) berupa Situs Cagar Budaya atau Kawasan Cagar Budaya yang berada di 2 (dua) provinsi atau lebih;

3) yang berada di objek vital nasional;4) yang berada di kawasan strategis nasional;

dan5) yang berada dan berhubungan dengan

kawasan warisan dunia.b. gubernur, untuk Situs Cagar Budaya atau Kawasan

Cagar Budaya yang berada di 2 (dua) kabupaten/kota atau lebih, atau kawasan strategis provinsi; atau

c. bupati/wali kota, untuk Cagar Budaya yang berada di wilayah kabupaten/kota.

(3) Surat Keterangan Kepemilikan Cagar Budaya berisi:a. identitas pemilik;b. kode register;

Ayat (1)Yang dimaksud dengan “pemilik yang sah” adalah setiap orang yang memiliki bukti legal atau diakui kepemilikannya oleh Masyarakat Hukum Adat setempat.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Yang dimaksud dengan “kode Cagar

Budaya” adalah tanda pengenal khusus yang dibuat dengan menggunakan tata cara tertentu terhadap Cagar Budaya tertentu.

Ayat (4)Cukup jelas.

Page 48: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

c. nama dan/atau jenis; dand. lokasi.

(4) Surat Keterangan Kepemilikan Cagar Budaya dapat diubah sesuai dengan Pengalihan kepemilikannya, dan diterbitkan Surat Keterangan Kepemilikan Cagar Budaya yang baru oleh Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai kewenangannya.

Pasal 57 Pasal 57Pemilik Cagar Budaya berhak memperoleh Surat Keterangan Status Cagar Budaya dan Surat Keterangan Kepemilikan setelah Cagar Budaya tercatat dalam Register Nasional.

Cukup jelas.

Pasal 58 Pasal 58(1) Warga negara asing atau lembaga asing yang

berdomisili atau berkedudukan di Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut dapat:a. ditetapkan sebagai pemilik Cagar Budaya; b. menerima atau menyimpan Surat Keterangan

Kepemilikan Cagar Budaya; dan/atauc. menerima atau menyimpan Surat Penetapan

Cagar Budaya.(2) Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai

dengan kewenangannya mencabut Surat Keterangan Kepemilikan Cagar Budaya yang dimiliki warga negara asing atau lembaga asing sebagaimana dimaksud pada ayat (2) apabila diketahui tidak berdomisili atau berkedudukan di Indonesia.

Cukup jelas.

Pasal 59 Pasal 59(1) Menteri, gubernur, bupati dan/wali kota sesuai

dengan kewenangannya dapat mengubah Surat Keputusan Penetapan Cagar Budaya dan/atau Surat Keterangan Kepemilikan Cagar Budaya apabila:

Cukup jelas.

Page 49: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

a. terjadi pemekaran atau penggabungan wilayah;b. terjadi perubahan nama provinsi, kabupaten,

kota, kecamatan, kelurahan, desa, dan/atau nama wilayah sesuai nama wilayah hukum adat; dan/atau

c. terdapat kekeliruan dalam pencantuman identitas pemilik, kode register, nama dan/atau jenis, lokasi, dan/atau informasi lain yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya.

(2) Perubahan terhadap Surat Keputusan Cagar Budaya dan/atau Surat Keterangan Kepemilikan Cagar Budaya dikeluarkan setelah memperoleh masukan dari Tim Ahli.

(3) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib diikuti dengan perubahan pangkalan data yang dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota, untuk disampaikan kepada pemerintah provinsi guna memperbaiki data Register Nasional.

Pasal 60 Pasal 60Cagar Budaya yang telah ditetapkan wajib disusun dalam daftar Cagar Budaya oleh Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya.

Yang dimaksud dengan “instansi pemerintah” adalah Direktorat yagn berwenang di bidang Pelestarian Cagar Budaya

Bagian KelimaPemeringkatan

Pasal 61 Pasal 61(1) Cagar Budaya peringkat kabupaten/kota ditetapkan

oleh bupati/wali kota, berdasarkan:a. Cagar Budaya yang telah didaftar di

kabupaten/kota;b. rekomendasi Tim Ahli kabupaten/kota sesuai

dengan syarat-syarat Pemeringkatan;(2) bupati/wali kota dapat mengusulkan Cagar Budaya

Cukup jelas.

Page 50: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

yang telah dipilih dari daftar Cagar Budaya peringkat kabupaten/kota, menjadi Cagar Budaya peringkat provinsi kepada gubernur, setelah mendapat rekomendasi dari Tim Ahli kabupaten/kota.

Pasal 62 Pasal 62(1) Cagar Budaya peringkat provinsi ditetapkan oleh

gubernur, berdasarkan:a. Cagar Budaya yang telah didaftar di provinsi;b. rekomendasi Tim Ahli provinsi sesuai dengan

syarat-syarat Pemeringkatan;c. usulan dari bupati/wali kota.

(2) Gubernur dapat mengusulkan Cagar Budaya yang telah dipilih dari daftar Cagar Budaya peringkat provinsi, menjadi Cagar Budaya peringkat nasional kepada Menteri, setelah mendapat rekomendasi dari Tim Ahli provinsi.

Cukup jelas.

Pasal 63 Pasal 63(1) Cagar Budaya peringkat nasional ditetapkan oleh

Menteri, berdasarkan:a. Cagar Budaya yang telah didaftar di Direktorat

yang berwenang di bidang Pelestarian Cagar Budaya;

b. rekomendasi Tim Ahli tingkat nasional sesuai dengan syarat-syarat Pemeringkatan;

c. usulan dari gubernur. (2) Menteri dapat mengusulkan Cagar Budaya yang

telah dipilih dari daftar Cagar Budaya peringkat nasional, menjadi Cagar Budaya peringkat dunia kepada badan dunia yang membidangi kebudayaan sesuai konvensi internasional dan kelaziman tata cara di dunia internasional.

Cukup jelas.

Pasal 64 Pasal 64Tim Ahli dalam memberikan rekomendasi dapat Cukup jelas.

Page 51: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

memperoleh dukungan dari lembaga penelitian formal dan/atau lembaga penelitian non formal yang memiliki akreditasi sebagai lembaga penelitian di tingkat Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.

Pasal 65 Pasal 65(1) Bupati/wali kota, gubernur, atau Menteri sesuai

dengan kewenangannya dapat menolak usul Penetapan peringkat Cagar Budaya kabupaten/kota, Cagar Budaya provinsi, atau Cagar Budaya nasional apabila:a. syarat Pemeringkatan tidak terpenuhi; dan/ataub. tidak dapat dipertanggungjawabkan secara

akademik.(2) Usul Penetapan peringkat Cagar Budaya Provinsi

atau Cagar Budaya Nasional, apabila ditolak, status peringkat Cagar Budayanya tetap pada saat sebelum diusulkan.

Cukup jelas.

Pasal 66 Pasal 66(1) Tim Ahli provinsi atau Tim Ahli tingkat nasional

dapat merekomendasikan penurunan peringkat Cagar Budaya peringkat provinsi atau peringkat nasional kepada gubernur atau Menteri sesuai dengan kewenangannya.

(2) Gubernur atau Menteri sesuai dengan kewenangannya dapat menurunkan peringkat Cagar Budaya peringkat provinsi atau peringkat nasional dengan memperhatikan syarat-syarat pemeringkatan.

Cukup jelas.

Pasal 67 Pasal 67(1) Tim Ahli dapat merekomendasikan Pencabutan

Penetapan peringkat Cagar Budaya kepada bupati/wali kota, gubernur, atau Menteri sesuai kewenangannya, berdasarkan syarat-syarat

Cukup jelas.

Page 52: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

Pencabutan peringkat Cagar Budaya.(2) Bupati/wali kota, gubernur, atau Menteri sesuai

kewenangannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencabut penetapan peringkat Cagar Budaya berdasarkan syarat-syarat Pencabutan peringkat Cagar Budaya.

Bagian KeenamPencatatan

Pasal 68 Pasal 68(1) Pemerintah membentuk sistem Register Nasional

untuk mencatat data Cagar Budaya.(2) Data Cagar Budaya dalam Register Nasional

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari:a. daftar Cagar Budaya kabupaten/kota;b. daftar Cagar Budaya provinsi;c. daftar Cagar Budaya nasional;d. daftar Cagar Budaya yang berada di luar negeri.

(3) Daftar Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berisi:a. nomor urut;b. nomor registerc. nama dan/atau jenis;d. peringkat;e. lokasi;f. keterangan tentang Pencabutan, perubahan,

Penghapusan, hilang dan ditemukan kembali.

Cukup jelas.

Pasal 69 Pasal 69(1)Instansi kabupaten/kota yang berwenang di bidang

Pelestarian Cagar Budaya, menyampaikan daftar Cagar Budaya kabupaten/kota kepada instansi provinsi yang berwenang di bidang Pelestarian Cagar Budaya, paling lambat tanggal 20 (dua puluh) bulan berikutnya.

Cukup jelas.

Page 53: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

(2)Instansi provinsi yang berwenang di bidang Pelestarian Cagar Budaya, menyampaikan daftar Cagar Budaya provinsi kepada instansi pemerintah yang berwenang di bidang Pelestarian Cagar Budaya, paling lambat tanggal 20 (dua puluh) bulan berikutnya.

(3)Instansi Pemerintah yang berwenang di bidang Pelestarian Cagar Budaya mencatat ke dalam Register Nasional Cagar Budaya.

(4) Data Cagar Budaya yang dicatat dalam sistem Register Nasional Cagar Budaya meliputi:a. nomor urut;b. nomor registrasi;c. jenis/nama Cagar Budaya;d. tanggal penetapan Cagar Budaya;e. lokasi asal Cagar Budaya;f. peringkat;g. pemilik/penguasa;h. deskripsi;i. dokumentasi;danj. keterangan lain yang diperlukan.

(5) Sistem Register Nasional Cagar Budaya meliputi:a. penyediaan perangkat lunak dan keras;b. sistem Pencatatan, akses, dan Pengamanan data; c. penyediaan sumberdaya manusia; dand. pelaksanaan, pengawasan, dan pembinaan.

(6) Sistem Register Nasional Cagar Budaya dikelola oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 70 Pasal 70Data Cagar Budaya tingkat nasional, tingkat provinsi, tingkat kabupaten/kota dapat dilakukan perbaikan, penggabungan, atau Penghapusan.

Cukup jelas.

Page 54: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

Pasal 71 Pasal 71(1) Usul perbaikan data Cagar Budaya dapat diajukan

oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Setiap Orang, dan/atau Masyarakat Hukum Adat kepada Menteri, gubernur, bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya.

(2) Perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Tim Pendaftaran, dalam hal terdapat kekeliruan, perubahan data, dan/atau kesalahan dalam Pencatatan.

(3) Perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan rekomendasi dari Tim Ahli.

Cukup jelas.

Pasal 72 Pasal 72(1) Penggabungan data dari 2 (dua) atau lebih Cagar

Budaya yang merupakan kesatuan dilakukan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya setelah melalui kajian Tim Ahli.

(2) Penggabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam hal terdapat Cagar Budaya yang merupakan satu kesatuan dan/atau memiliki hubungan satu sama lain akan tetapi didaftar secara terpisah;

(3) Penggabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara memberikan keterangan hubungan antara beberapa Cagar Budaya yang didaftarkan secara terpisah, tanpa mengubah daftar Cagar Budaya sebelumnya.

(4) Penggabungan dilakukan tanpa menghapus data Cagar Budaya yang disatukan dalam Register Nasional, dengan menggunakan salah satu nomor Pendaftaran Cagar Budaya.

(5) Penggabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Cukup jelas.

Page 55: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

ditindaklanjuti dengan perbaikan Surat Keputusan Penetapan Cagar Budaya dan peringkatnya.

Pasal 73 Pasal 73(1) Pemerintah Daerah mengusulkan Penghapusan data

Cagar Budaya kepada Menteri.(2) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

dilakukan dengan Keputusan Menteri atas rekomendasi Tim Ahli tingkat nasional.

(3) Penghapusan dilakukan apabila Cagar Budaya:a. musnah;b. hilang dan dalam jangka waktu 6 (enam) tahun

tidak ditemukan;c. mengalami perubahan wujud dan gaya, sehingga

kehilangan keasliannya; ataud. dikemudian hari diketahui statusnya bukan Cagar

Budaya.(4) Pemerintah Daerah melakukan Penghapusan

sebagai tindak lanjut Keputusan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(5) Setelah Pemerintah Daerah melakukan Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), ditindaklanjuti dengan:a. pencabutan Surat Keputusan Penetapan Cagar

Budaya; danb. pencabutan surat keterangan Kepemilikan Cagar

Budaya.(6) Penghapusan dilakukan tanpa menghilangkan data

dalam Register Nasional.(7) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilakukan dengan memberi tanda pada data Cagar Budaya yang tercatat dalam Register Nasional.

Cukup jelas.

Pasal 74 Pasal 74(1) Cagar Budaya yang statusnya telah dihapus dari Cukup jelas.

Page 56: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

Register Nasional dapat didaftarkan kembali apabila:a. Cagar Budaya yang hilang ditemukan kembali

setelah lebih dari 6 (enam) tahun; ataub. terdapat kesalahan pada hasil kajian atau

penelitian terdahulu.(2) Pendaftaran Kembali dapat diajukan oleh

Pemerintah, Pemerintah Daerah, Setiap Orang, atau Masyarakat Hukum Adat yang memiliki dan/atau menguasai Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Tim Ahli melakukan evaluasi terhadap kajian sebelumnya sesuai dengan kondisi terakhir Cagar Budaya untuk direkomendasikan kepada Menteri, gubernur, bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya.

(4) Pendaftaran Kembali dilakukan dengan mengubah keterangan pada data Cagar Budaya yang tersimpan di dalam Register Nasional.

(5) Perubahan data pada Register Nasional atas Cagar Budaya yang didaftarkan kembali dilakukan tanpa mengubah nomor pendaftaran.

Pasal 75 Pasal 75Ketentuan mengenai tata cara Register Nasional diatur lebih lanjut dengan Peraturan Direktur Jenderal yang berwenang di bidang Pelestarian Cagar Budaya.

Cukup jelas.

BAB VPELINDUNGANBagian kesatu

UmumPasal 76 Pasal 76

(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, Setiap Orang, dan/atau Masyarakat Hukum Adat berperan aktif melindungi Cagar Budaya dan/atau Objek yang

Cukup jelas.

Page 57: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

Diduga Cagar Budaya yang dimiliki dan/atau dikuasainya.

(2) Pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terkoordinasi.

(3) Pelindungan terhadap Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya bertujuan untuk mempertahankan keberadaannya dari ancaman kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau gangguan manusia.

(4) Pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa Penyelamatan, Pengamanan, Zonasi, Pemeliharaan, dan Pemugaran Cagar Budaya.

Bagian KeduaPenyelamatan

Pasal 77 Pasal 77(1) Penyelamatan Cagar Budaya dan/atau Objek Yang

Diduga Cagar Budaya dilakukan sesuai kaidah keilmuan dan etika pelestarian, dengan meminimalisir dampak kerusakannya.

Ayat (1)Cukup jelas.

(2) Kegiatan Penyelamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah diketahui adanya indikasi dan/atau ancaman kerusakan, kehancuran, dan kemusnahan pada Cagar Budaya dan/atau Objek Yang Diduga Cagar Budaya baik yang berasal dari faktor internal maupun faktor eksternal.

Ayat (2)Yang dimaksud dengan “kerusakan” adalah fenomena penurunan karakteristik dan kualitas Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya, baik akibat faktor fisik (misalnya air, api, dan cahaya), mekanis (misalnya retak, dan patah), kimiawi (misalnya asam keras, dan basa keras), maupun biologis (misalnya jamur, bakteri, dan serangga).

(3) Faktor internal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi faktor usia, kualitas bahan, dan teknologi pengerjaan.

Ayat (3)Cukup jelas.

Page 58: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

(4) Faktor eksternal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi faktor alam, binatang, tumbuhan dan/atau manusia.

Ayat (4)Cukup jelas.

(5) Penyelamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam keadaan biasa dan keadaan darurat.

Ayat (5)Cukup jelas.

Pasal 78 Pasal 78(1) Penyelamatan Cagar Budaya dan/atau Objek yang

Diduga Cagar Budaya dalam keadaan biasa dilakukan dengan cara:a. perawatan;b. perkuatan; dan/atauc. konsolidasi;

Ayat (1)huruf a

Cukup jelashuruf b

Cukup jelashuruf c

Yang dimaksud dengan “konsolidasi” adalah perbaikan terhadap Bangunan Cagar Budaya dan Struktur Cagar Budaya yang bertujuan memperkuat konstruksi untuk menghambat proses kerusakan lebih lanjut.

(2) Penyelamatan Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya yang disebabkan oleh faktor eksternal selain dilakukan dengan cara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga dilakukan dengan:a. memberi talud;b. memberi atap;c. memberi pagar;d. menempatkan petugas Pengamanan; dan/ataue. pemindahan ke tempat yang aman.

Ayat (2)Cukup jelas.

(3) Penyelamatan Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya dalam keadaan biasa karena dampak kegiatan pembangunan wajib dilakukan melalui kegiatan terencana dengan:a. didahului kajian;

Ayat (3)Cukup jelas.

Page 59: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

b. menerapkan metode ilmiah baku;c. dilakukan oleh Tenaga Ahli Pelestarian; dand. mempertahankan nilai penting Cagar Budaya

dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya.(4) Penyelamatan Cagar Budaya dan/atau Objek yang

Diduga Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis dan/atau Unit Pelaksana Teknis Daerah.

Ayat (4)Cukup jelas.

(5) Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat yang memiliki, menguasai, atau mengelolanya dapat melakukan Penyelamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dengan Unit Pelaksana Teknis dan/atau Unit Pelaksana Teknis Daerah.

Ayat (5)Cukup jelas.

(6) Penyelamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) mulai dilakukan sejak diketahui adanya indikasi dan/atau ancaman kerusakan, kehancuran, dan kemusnahan pada Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya.

Ayat (6)Cukup jelas.

Pasal 79 Pasal 79(1) Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat

wajib melaporkan kepada Unit Pelaksana Teknis dan/atau Unit Pelaksana Teknis Daerah, apabila mengetahui Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya yang dimiliki dan/atau yang dikuasainya berada dalam keadaan darurat atau memaksa, baik yang disebabkan oleh alam maupun manusia.

Ayat (1)Yang dimaksud dengan “keadaan darurat atau memaksa” adalah kondisi, situasi, kejadian yang mengancam kelestarian Cagar Budaya yang tidak normal atau terjadi tiba-tiba diluar kekuatan yang perlu segera ditanggulangi. Keadaan darurat atau memaksa disebabkan karena faktor alam maupun manusia. Faktor alam seperti terjadi gempa bumi, tanah longsor, kebakaran, gunung meletus, angin topan, petir, atau banjir. Faktor manusia dapat berupa perang, terorisme,

Page 60: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

separatisme, huru-hara, demonstrasi, atau vandalisme.

(2) Unit Pelaksana Teknis dan/atau Unit Pelaksana Teknis Daerah setelah menerima laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) segera melakukan Penyelamatan Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya dalam keadaan darurat atau memaksa baik yang disebabkan oleh alam maupun manusia.

Ayat (2)Cukup jelas.

(3) Penyelamatan Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan manajemen Penyelamatan sebagai berikut: a. mitigasi bencana;b. tindakan siaga bencana;c. tanggap darurat; d. tindakan pemulihan;e. koordinasi; dan f. pemantauan serta pembinaan.

Ayat (3)Cukup jelas.

(4) Manajemen Penyelamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis dan/atau Unit Pelaksana Teknis Daerah bekerja sama dengan instansi terkait.

Ayat (4)Cukup jelas.

Pasal 80 Pasal 80Mitigasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (3) huruf a berupa tindakan terhadap Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya, meliputi:a. melakukan pendataan lengkap di daerah rawan

bencana;b. melakukan pemetaan dan permasalahan di daerah

rawan bencana serta analisis resikonya;c. menentukan prioritas Penyelamatan;

Cukup jelas.

Page 61: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

d. sosialisasi dan penyebarluasan informasi tentang tata cara Penyelamatan dalam menghadapi bencana; dan

e. meningkatkan kerja sama dengan kelompok sosial masyarakat di sekitar lokasi.

Pasal 81 Pasal 81Tindakan siaga bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (3) huruf b, meliputi:a. penyusunan kebijakan dan strategi; b. penyiapan sumber daya manusia;c. penyiapan sarana dan prasarana;d. penyusunan prosedur operasi standar; e. pelatihan dan simulasi secara berkala; f. membuat dan menempatkan tanda-tanda

peringatan, bahaya, larangan memasuki daerah rawan bencana;

g. membuat rencana dan memberi informasi jalur-jalur evakuasi jika terjadi bencana;

h. penyimpanan sementara Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya;

i. membuat bangunan atau struktur pengaman di sekitar Cagar Budaya dan/atau Objek Yang Diduga Cagar Budaya; dan

j. tindakan lain yang dipandang perlu sesuai peraturan perundang-undangan.

Cukup jelas.

Pasal 82 Pasal 82Tanggap darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (3) huruf c terhadap Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya dilakukan melalui tindakan: a. penjagaan;b. pemasangan sarana pelindung;c. pemasangan garis Pengamanan;d. pengumpulan bagian-bagian yang hancur;e. pengangkatan, pemindahan, dan penyimpanan

Cukup jelas.

Page 62: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

sebagian atau seluruhnya ke tempat aman; dan/atauf. pencatatan dan perekaman.

Pasal 83 Pasal 83Tindakan pemulihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (3) huruf d meliputi pembersihan, perbaikan, pemulihan keterawatan objek, pemulihan lingkungan, dan Pemeliharaan, dengan melibatkan Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat.

Cukup jelas.

Pasal 84 Pasal 84(1) Koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79

ayat (3) huruf e, meliputi:a. identifikasi pihak-pihak yang terlibat; b. penentuan tugas, peran dan tanggung jawab

masing-masing pihak; danc. penyediaan dana yang diperlukan.

Cukup jelas.

(2) Pihak-pihak yang terlibat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:a. instansi yang yang bertanggung jawab di bidang

Pekerjaan Umum, Perhubungan, Energi dan Sumber Daya Mineral, Kehutanan, Lingkungan Hidup, Kelautan, dan/atau Badan Penanggulangan Bencana Nasional/Daerah;

b. Tentara Nasional Indonesia dan/atau Kepolisian Negara Republik Indonesia;

c. lembaga penelitian dan/atau perguruan tinggi; d. lembaga swadaya masyarakat; dan/ataue. Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat.

(3) Penentuan tugas, peran dan tanggung jawab masing-masing pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.

(4) Koordinasi dalam pencegahan dan penanggulangan resiko bencana terhadap Cagar Budaya dan/atau

Page 63: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

Objek yang Diduga Cagar Budaya dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis dan/atau Unit Pelaksana Teknis Daerah.

(5) Penyediaan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c menjadi tanggung jawab Instansi yang Berwenang di Bidang Pelestarian Cagar Budaya, dengan bantuan dana dari instansi terkait serta pihak-pihak yang terlibat.

Pasal 85 Pasal 85Pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (3) huruf f meliputi langkah-langkah untuk:a. mengetahui pelaksanaan penanggulangan bencana; b. melakukan penilaian; c. melakukan pembenahan terhadap pelaksanaan

penanggulangan bencana; dand. memantau secara terus-menerus terhadap proses

penanggulangan bencana.

Cukup jelas.

Pasal 86 Pasal 86(1) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79

ayat (3) huruf f dilakukan dengan cara pendidikan dan pelatihan.

Cukup jelas.

(2) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kesadaran, kepedulian, kesiapsiagaan dalam mencegah dan menghadapi bencana terhadap Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya.

(3) Bentuk pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:a. memasukkan pengetahuan tentang resiko

bencana terhadap Cagar Budaya dalam kurikulum pendidikan formal; dan

b. menyelenggarakan penyuluhan dan sosialisasi.

Page 64: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

(4) Bentuk pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:a. pelatihan dasar;b. pelatihan lanjutan;c. pelatihan teknis; dan/ataud. simulasi

Paragraf 1Pengangkatan

Pasal 87 Pasal 87(1) Pengangkatan Cagar Budaya dan/atau Objek yang

Diduga Cagar Budaya Di Air dalam rangka penyelamatan hanya dapat dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis.

Cukup jelas.

(2) Instansi yang Berwenang di Bidang Pelestarian Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bekerja sama dengan pihak lain yang memiliki kualifikasi di bidang pengangkatan Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya Di Air.

(3) Pengangkatan Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat dengan melaporkan kepada Unit Pelaksana Teknis paling lambat 7 (tujuh) hari sejak dilakukan pengangkatan.

Pasal 88 Pasal 88(1) Pengangkatan Cagar Budaya dan/atau Objek yang

Diduga Cagar Budaya Di Air dilakukan dengan memperhatikan keutuhan, keselamatan, dan keamanan, sesuai standar pengangkatan Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya Di Air.

Cukup jelas.

(2) Pengangkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang mengakibatkan kerusakan, kehancuran, atau

Page 65: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

kemusnahan menjadi tanggung jawab pelaksana.(3) Pengangkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditindaklanjuti dengan perawatan, sesuai standar perawatan Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya Di Air, ditindaklanjuti dengan pemindahan ke tempat lain yang aman.

(4) Lokasi asal Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya Di Air yang diangkat harus diberi tanda dan dicatat kedalaman serta titik koordinatnya.

Paragraf 2Pemindahan

Pasal 89 Pasal 89(1) Pemindahan Cagar Budaya dan/atau Objek yang

Diduga Cagar Budaya dalam rangka Penyelamatan hanya dapat dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis dan dapat bekerja sama dengan pihak lain yang memiliki kualifikasi di bidang pemindahan Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya.

Ayat (1)Cukup jelas.

(2) Pemindahan Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya dapat dilakukan oleh Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat dengan melaporkan kepada Instansi yang Berwenang di Bidang Pelestarian Cagar Budaya paling lambat 7 (tujuh) hari sejak dilakukan pemindahan.

Ayat (2)Cukup jelas.

(3) Pemindahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dapat didahului dengan tindakan ekskavasi penyelamatan.

Ayat (3)Yang dimaksud dengan “ekskavasi penyelamatan” adalah penggalian arkeologis yang dilakukan dalam keadaan terdesak oleh waktu karena bencana untuk mendapatkan sebagian atau seluruh Cagar Budaya beserta data yang menyertainya.

Pasal 90 Pasal 90

Page 66: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

(1) Pemindahan Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya dilakukan dengan memperhatikan keutuhan bentuk, keselamatan, dan keamanan, serta dilakukan sesuai standar pemindahan Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya.

Ayat (1) Cukup jelas.

(2) Pemindahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang mengakibatkan kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan menjadi tanggung jawab pelaksana.

Ayat (2) Cukup jelas.

(3) Keselamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi faktor:a. lingkungan, berupa tingkat kelembaban udara,

suhu udara, pencahayaan, curah hujan, air, angin, dan/atau api; dan

b. tindakan, berupa benturan, gerakan, tekanan, dan/atau gesekan.

Ayat (3) Cukup jelas.

(4)Keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kemungkinan terjadinya:a. pencurian;b. perusakan;c. penyanderaan; d. pemusnahan; dan/ataue. penghancuran.

Ayat (4) huruf a

Cukup jelas.

huruf bYang dimaksud dengan “perusakan” adalah perbuatan secara sengaja yang mengakibatkan kerusakan Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya.

huruf cYang dimaksud dengan “penyanderaan” adalah penempatan Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya dalam suatu tempat di bawah kekuasaan seseorang

Page 67: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

secara melawan hukum.

huruf d"Yang dimaksud dengan “pemusnahan” adalah tindakan yang menyebabkan Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya tidak dapat ditemukan lagi.

huruf eYang dimaksud dengan “penghancuran” adalah tindakan yang mengakibatkan Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya tidak tampak lagi wujudnya.

(5) Pemindahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan ke tempat lain yang aman serta lokasi asal Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya yang dipindah harus diberi tanda dan dicatat titik koordinatnya.

Ayat (5) Yang dimaksud dengan “tempat lain yang aman” adalah tempat yang tidak rawan terhadap bencana susulan atau bencana lainnya, pencurian, perusakan, pelapukan, dan/atau kerusakan.

Paragraf 3Penyimpanan

Pasal 91 Pasal 91(1) Penyimpanan Cagar Budaya dan/atau Objek yang

Diduga Cagar Budaya dalam rangka Penyelamatan dilakukan dengan memperhatikan keutuhan, keselamatan, dan keamanannya.

Ayat (1) Cukup jelas.

(2) Penyimpanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan di dalam ruangan, di bawah pelindung, maupun di alam terbuka.

Ayat (2) Cukup jelas.

(3) Penyimpanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan faktor:

Ayat (3) Huruf a

Page 68: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

a. lokasi;b. kondisi; c. jenis bahan; d. kelompok; e. kerapuhannya; dan f. kesatuannya.

Cukup jelas.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dCukup jelas.

Huruf eCukup jelas.

Huruf fYang dimaksud dengan “kesatuannya” adalah bagian-bagian atau unsur-unsur Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya sesuai kelengkapan aslinya.

(4) Penyimpanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan dengan menggunakan metode, teknik, dan peralatan yang sesuai.

Ayat (4) Cukup jelas.

(5) Penyimpanan Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya yang sedikit jumlahnya, unik rancangannya, langka jenisnya, atau bernilai tinggi harus dilakukan pada tempat khusus untuk menjaga keamanan dan keselamatannya.

Ayat (5) Yang dimaksud dengan “tempat khusus” misalnya penempatan dalam Museum yang mempunyai Pengamanan memadai dengan memasukannya ke dalam brankas.

Pasal 92 Pasal 92(1) Penyimpanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

91, dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis dan/atau Unit Pelaksana Teknis Daerah.

Cukup jelas.

(2) Penyimpanan dalam rangka Penyelamatan dapat dilakukan oleh Setiap Orang dan/atau Masyarakat

Page 69: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

Hukum Adat dengan melaporkan kepada Unit Pelaksana Teknis dan/atau Unit Pelaksana Teknis Daerah paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak dilakukannya penyimpanan.

(3) Unit Pelaksana Teknis dan/atau Unit Pelaksana Teknis Daerah dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak mendapat laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melakukan pemeriksaan terhadap lokasi penyimpanan.

(4) Unit Pelaksana Teknis dan/atau Unit Pelaksana Teknis Daerah memerintahkan pemindahan Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya ke tempat yang lebih aman apabila dari hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terbukti lokasi penyimpanan tidak memenuhi syarat.

Bagian KetigaPengamanan

Pasal 93 Pasal 93(1) Pengamanan Cagar Budaya dan/atau Objek yang

Diduga Cagar Budaya dilakukan untuk mencegah atau menanggulangi terjadinya kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan, baik disebabkan oleh faktor alam atau tindakan manusia dengan tetap memperhatikan pemanfaatannya bagi kepentingan sosial, pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, agama, kebudayaan, dan/atau pariwisata.

Cukup jelas.

(2) Pengamanan terhadap Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya dilakukan dengan tindakan: a. memberi pelindung;b. menyimpan; c. menempatkannya pada tempat yang terhindar

Page 70: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

dari gangguan alam dan manusia; dan/ataud. menyediakan juru pelihara, Polisi Khusus dan/atau

sarana Pengamanan.(3) Memberi pelindung sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf a dilakukan dengan memagar, menutup, atau memberi atap pada Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya.

(4) Menyediakan sarana Pengamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d dilakukan dengan menempatkan peralatan untuk melakukan pemantauan, pemindaian, dan pelacakan.

Pasal 94 Pasal 94(1) Pengamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

93, wajib dilakukan oleh pemilik dan/atau yang menguasai Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya dengan pendanaan ditanggung oleh pemilik dan/atau yang menguasainya.

Ayat (1)Cukup jelas.

(2) Instansi yang Berwenang di Bidang Pelestarian Cagar Budaya dapat memberikan bantuan juru pelihara dan/atau Polisi Khusus apabila pemilik Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya tidak mampu menyediakannya.

Ayat (2)Yang dimaksud dengan “tidak mampu menyediakannya“ adalah tidak mampu memberi gaji juru pelihara atau polisi khusus.

Pasal 95 Pasal 95(1) Unit Pelaksana Teknis dan/atau Unit Pelaksana

Teknis Daerah melakukan pembinaan dan/atau pemantauan terhadap upaya Pengamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93.

Cukup jelas.

(2) Unit Pelaksana Teknis dan/atau Unit Pelaksana Teknis Daerah dapat mengambil alih Pengamanan apabila pemilik dan/atau yang menguasai Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya tidak melakukan Pengamanan sesuai ketentuan

Page 71: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

yang berlaku dengan biaya ditanggung oleh pemilik dan/atau yang menguasainya.

(3) Pemilik dan/atau yang menguasai Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya dapat mengajukan permohonan agar Pengamanan dikembalikan kepadanya, dengan membuat pernyataan bahwa pemilik dan/atau yang menguasai Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya akan melakukan Pengamanan sesuai ketentuan yang berlaku.

Pasal 96 Pasal 96(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat

mengangkat juru pelihara dan/atau Polisi Khusus untuk melakukan Pengamanan Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya.

Cukup jelas.

(2) Juru pelihara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berstatus Pegawai Negeri Sipil maupun tenaga honorer yang diperbantukan.

(3) Polisi Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berstatus Pegawai Negeri Sipil.

(4) Polisi Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam melaksanakan tugasnya wajib berkoordinasi dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Unit Pelaksana Teknis dan/atau Unit Pelaksana Teknis Daerah.

Pasal 97 Pasal 97(1) Pemilik dan/atau yang menguasai Cagar Budaya

dapat mengalihkan Kepemilikan, memindahkan, memisahkan, membawa ke luar wilayah Indonesia, ke luar wilayah provinsi, ke luar wilayah kabupaten/kota, mengubah fungsi, dan/atau melakukan Perbanyakan dalam rangka Pengamanan Cagar Budaya, setelah memperoleh izin.

Cukup jelas.

Page 72: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

(2) Membawa ke luar wilayah Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1):a. hanya dapat dilakukan untuk kepentingan

penelitian, promosi kebudayaan, dan/atau pameran;

b. sedapat mungkin diasuransikan; danc. melampirkan sistem Pengamanan untuk

memindahkan dan/atau memisahkan.(3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan

dengan syarat-syarat:a. diajukan oleh pemilik dan/atau yang menguasai

dengan surat permohonan yang memuat:1) identitas pemohon;2) identitas Cagar Budaya; dan3) maksud dan tujuan.dan

b. melampirkan proposal apabila bertujuan untuk kegiatan.

(4) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) diajukan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan peringkat Cagar Budaya.

(5) Gubernur, atau bupati/wali kota dalam memberikan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (4), harus memperoleh rekomendasi terlebih dahulu dari Unit Pelaksana Teknis.

Bagian KeempatZonasi

Pasal 98 Pasal 98(1) Zonasi dibuat berdasarkan prinsip:

a. pelindungan;b. keseimbangan;c. kelestarian;

Ayat (1)huruf a

Yang dimaksud dengan “pelindungan” adalah melindungi Cagar Budaya dari

Page 73: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

d. koordinasi; dan e. pemberdayaan masyarakat.

ancaman luar maupun dalam dengan menentukan batas zona sesuai dengan kebutuhan.

huruf bYang dimaksud dengan “keseimbangan” adalah mengutamakan keseimbangan dalam mengatur dan mengendalikan pemanfaatan ruang serta rencana pengembangan.

huruf cYang dimaksud dengan “kelestarian” adalah mengupayakan kelestarian lingkungan yang mendukung upaya pelindungan Cagar Budaya.

huruf dYang dimaksud dengan “koordinasi” adalah melakukan koordinasi lintas sektoral, antara lain Pemerintah, Pemerintah Daerah, akademisi, Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat.

huruf eYang dimaksud dengan “pemberdayaan masyarakat” adalah meningkatkan peran serta masyarakat dalam memanfaatkan Cagar Budaya.

(2) Zonasi dibuat berdasarkan kriteria lokasi atau satuan ruang geografis yang sudah ditetapkan sebagai Situs

Ayat (2)Cukup jelas.

Page 74: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

Cagar Budaya dan/atau Kawasan Cagar Budaya yang:a. rawan ancaman yang disebabkan faktor alam

maupun manusia;b. mempunyai potensi Pengembangan dan

Pemanfaatan; dan/atauc. memerlukan pengelolaan khusus.

Pasal 99 Pasal 99(1) Zonasi dibuat berdasarkan hasil kajian terhadap

ruang Situs Cagar Budaya atau Kawasan Cagar Budaya untuk kepentingan Pelindungan Cagar Budaya.

Ayat (1)Cukup jelas.

(2) Kajian Zonasi dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis bekerja sama dengan:a. kementerian teknis di bidang tata ruang dan/atau

instansi yang berwenang di bidang tata ruang; danb. akademisi.

Ayat (2)Cukup jelas.

(3) Kajian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan untuk menentukan luas zona, batas zona, sistem zona, dan tata letak dengan memperhatikan:a. kepentingan negara, kepentingan daerah, dan

kepentingan masyarakat; b. kepadatan serta persebaran Cagar Budaya

dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya dalam satuan ruang geografis;

c. pelestarian kebudayaan pendukung Cagar Budaya yang masih hidup di masyarakat; dan

d. lingkungan alam.

Ayat (3)huruf a

Cukup jelas.

huruf b Cukup jelas.

huruf cCukup jelas.

huruf dYang dimaksud dengan “lingkungan alam” adalah lingkungan di sekitar Cagar Budaya seperti perbukitan, sungai, danau, persawahan. Sebagai contoh di kawasan Borobudur terdapat

Page 75: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

danau purba, di Sangiran terdapat tebing yang menunjukan perlapisan tanah dengan unsur Cagar Budaya, dan di Candi Prambanan terdapat sungai Opak yang dialihkan, seperti yang diceritakan dalam prasasti Çiva Grha.

(4) Penentuan luas zona, batas zona, dan sistem zona sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan secara horizontal maupun vertikal terhadap Cagar Budaya maupun lingkungannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Ayat (4)Cukup jelas.

(5) Lingkungannya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat berupa:a. daratan;b. perairan;c. perbatasan antara daratan dengan perairan; ataud. udara dan angkasa.

Ayat (5)Cukup jelas.

Pasal 100 Pasal 100(1) Zonasi dilakukan dengan membagi ruang menjadi

beberapa zona berdasarkan tingkat kepentingan dan rencana pemanfaatannya, yaitu: a. Zona Inti;b. Zona Penyangga; c. Zona Pengembangan; dan/ataud. Zona Penunjang.

Ayat (1)Cukup jelas.

(2) Zona Inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan area pelindungan utama untuk menjaga bagian dari Situs Cagar Budaya dan/atau Kawasan Cagar Budaya yang mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya yang paling penting.

Ayat (2)Cukup jelas.

(3) Zona Penyangga sebagaimana dimaksud pada ayat Ayat (3)

Page 76: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

(1) huruf b merupakan area yang melindungi Zona Inti.

Cukup jelas.

(4) Zona Pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan area yang diperuntukan bagi Pengembangan potensi Cagar Budaya untuk kepentingan rekreasi, konservasi lingkungan alam, lanskap budaya, kehidupan budaya tradisional, keagamaan, dan kepariwisataan.

Ayat (4)Cukup jelas.

(5) Zona Penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan area yang diperuntukkan bagi penempatan sarana dan prasarana penunjang untuk mendukung kegiatan usaha dan/atau rekreasi umum.

Ayat (5)Cukup jelas.

(6) Zonasi pada satu Kawasan Cagar Budaya dapat terdiri atas lebih dari satu Zona Inti.

Ayat (6)Cukup jelas.

(7) Komposisi jumlah zona, penempatan, dan keluasannya dibuat berdasarkan keadaan dengan mengutamakan Pelindungan Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, dan/atau lanskap budaya yang berada di dalam Situs Cagar Budaya dan/atau Kawasan Cagar Budaya.

Ayat (7)Cukup jelas.

Pasal 101 Pasal 101(1) Zona Inti, Zona Penyangga, Zona Pengembangan,

dan Zona Penunjang, dapat dimanfaatkan untuk rekreasi, edukasi, apresiasi, dan religi.

Ayat (1)Cukup jelas.

(2) Pemanfaatan Zona Inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada kriteria:a. mutlak untuk mempertahankan keaslian Cagar

Budaya;b. tidak boleh merusak atau mencemari Cagar

Budaya maupun nilainya;c. tidak boleh mengubah fungsi, kecuali tetap

mempertahankan prinsip Pelestarian Cagar Budaya;

Ayat (2)huruf a

Cukup jelas.

huruf bCukup jelas.

huruf cCukup jelas.

Page 77: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

d. tidak boleh untuk kepentingan komersial, kecuali memenuhi kepatutan;

e. tidak boleh didirikan bangunan baru atau fasilitas lain kecuali taman, fasilitas pelindung, dan fasilitas Pengamanan; dan

f. tidak menjadi ruang kegiatan yang bertentangan dengan sifat kesakralan.

huruf dYang dimaksud dengan “memenuhi kepatutan” adalah menjaga kesopanan, jangka waktu terbatas, jumlah orang, sarana prasarana terbatas, dan tidak mengancam kelestarian Cagar Budaya, misalnya pengambilan gambar di Borobudur antara pengambil foto dan orang yang difoto harus berpakaian sopan dan menggunakan peralatan yang tidak mengganggu kelestarian Cagar Budaya.

huruf eCukup jelas.

huruf fCukup jelas.

(3) Pemanfaatan Zona Penyangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada kriteria:a. mutlak untuk melindungi Zona Inti; b. tidak boleh untuk kepentingan komersial, kecuali

memenuhi kepatutan; c. tidak boleh didirikan bangunan baru atau fasilitas

lain kecuali taman, fasilitas pendukung, dan fasilitas Pengamanan; dan

d. boleh untuk ruang kegiatan yang tidak bertentangan dengan kelestarian.

Ayat (3)Cukup jelas.

(4) Pemanfaatan Zona Pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada kriteria:a. mengembangkan nilai manfaat dari Cagar Budaya;

Ayat (4)Cukup jelas.

Page 78: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

b. dapat dipergunakan untuk tempat fasilitas umum;c. dapat dipergunakan untuk kawasan permukiman

dan fasilitas pendukung; dan/ataud. dapat untuk kepentingan komersial dengan

mempertahankan nilai lingkungan budaya. (5) Pemanfaatan Zona Penunjang sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada kriteria:a. diperuntukkan bagi penempatan sarana dan

prasarana penunjang; b. untuk kegiatan komersial dan rekreasi umum;

danc. luas Zona Penunjang disesuaikan dengan kondisi

dan kebutuhan setempat.

Ayat (5)Cukup jelas.

Pasal 102 Pasal 102(1) Pemanfaatan ruang secara vertikal dapat dilakukan

pada zona horizontal, yaitu ruang yang berada di atas Zona Inti, Zona Penyangga, Zona Pengembangan, dan Zona Penunjang.

Cukup jelas.

(2) Pemanfaatan ruang secara vertikal dalam Zona Inti dan Zona Penyangga memenuhi kriteria:a. tidak boleh mengganggu kelayakan pandang

Bangunan Cagar Budaya;b. tidak boleh melakukan penerbangan di atasnya;c. tidak boleh dilewati kabel jaringan saluran ultra

tegangan tinggi; dand. ketinggian fasilitas pendukung, dan fasilitas

Pengamanan tidak boleh menyamai dan melebihi Bangunan Cagar Budaya.

(3) Pemanfaatan ruang secara vertikal dalam Zona Pengembangan dan Zona Penunjang untuk berbagai kepentingan dilakukan dengan tetap mengutamakan kelestarian Cagar Budaya.

Pasal 103 Pasal 103

Page 79: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

Zonasi Cagar Budaya wajib diikuti sebagai acuan penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah sesuai peringkat Cagar Budaya.

Cukup jelas.

Pasal 104 Pasal 104(1) Cara penentuan Zonasi dilakukan dengan:

a. teknik blok; b. teknik sel; danc. teknik gabungan.

Ayat (1)Cukup jelas.

(2) Teknik blok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat diterapkan jika Zonasi mencakup keseluruhan Situs Cagar Budaya atau Kawasan Cagar Budaya menjadi satu kesatuan.

Ayat (2)Contoh Zonasi dengan teknik blok seperti Kawasan Cagar Budaya Borobudur.

(3) Teknik sel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diterapkan pada wilayah yang mengandung sebaran Situs Cagar Budaya yang jaraknya relatif dekat dan tidak teratur.

Ayat (3)Contoh penetapan Zonasi dengan teknik sel adalah Kawasan Cagar Budaya Candi Prambanan yang terdiri atas, Situs Cagar Budaya Candi Lumbung, Situs Cagar Budaya Candi Bubrah, Situs Cagar Budaya Candi Sojiwan, dan Situs Cagar Budaya Candi Plaosan.

(4) Teknik gabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diterapkan pada satu Kawasan Cagar Budaya jika persebaran Situs Cagar Budaya tidak merata, karena ada Situs Cagar Budaya yang terletak berdekatan sehingga dapat dijadikan blok dan ada Situs yang letaknya berjauhan dengan Situs lainnya sehingga dijadikan sel.

Ayat (4)Contoh penetapan Zonasi dengan teknik gabungan adalah Kawasan Strategis Nasional Candi Prambanan.

Pasal 105 Pasal 105(1) Penentuan batas zona dapat dibedakan atas:

a. batas asli;b. batas budaya;c. batas arbitrer;d. hubungan kontekstual;

Ayat (1)Cukup jelas.

Page 80: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

e. cakupan pandangan; dan/atauf. batas alam.

(2) Batas asli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan batas Cagar Budaya yang masih dapat dikenali berdasarkan sebaran dan kepadatan temuan arkeologi.

Ayat (2)Cukup jelas.

(3) Batas budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan batas kewilayahan menurut kesepakatan pendukung yang berbeda atau persebaran kelompok etnik tertentu.

Ayat (3)Cukup jelas.

(4) Batas arbitrer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan batas yang ditentukan berdasarkan kebutuhan Pengamanan, batas wilayah pemerintahan, atau batas Kepemilikan tanah.

Ayat (4)Cukup jelas.

(5) Batas hubungan kontekstual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan batas antara Cagar Budaya dengan lingkungan alam dan sosial budaya.

Ayat (5)Cukup jelas.

(6) Batas cakupan pandangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e merupakan batas pandangan mata terhadap Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya.

Ayat (6)Cukup jelas.

(7) Batas alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f merupakan batas yang terbentuk secara alamiah.

Ayat (7)Batas alam dapat berupa sungai, bukit, lembah, laut, danau.

Pasal 106 Pasal 106Penetapan Zonasi terhadap Bangunan Cagar Budaya peninggalan kolonial dan/atau Situs Cagar Budaya yang berada di perkotaan dilakukan dengan radius 100 (seratus) meter dari batas terluar Zona Inti.

Cukup jelas.

Pasal 107 Pasal 107(1)Zonasi untuk Cagar Budaya Di Air tidak mengenal

pembagian Zona Inti, Zona Penyangga atau Zona Pengembangan, melainkan keseluruhan kesatuan

Ayat (1) Cagar Budaya Di Air merupakan Cagar Budaya yang sebagian besar masanya

Page 81: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

Cagar Budaya Di Air merupakan Zona Inti. berada di bawah permukaan air, baik di laut, di danau, di rawa atau di sungai, termasuk Cagar Budaya yang terendap di dalam lumpur maupun tanah atau pasir yang berada di bawah air. Sebagai contoh: kapal yang tenggelam beserta muatannya, bangunan di pinggir pantai yang tenggelam Di Air karena pergerakan lempeng tektonik.

(2)Zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan persebaran Cagar Budaya terluar.

Ayat (2)Cukup jelas.

(3)Penetapan Zona Inti Cagar Budaya Di Air dilakukan oleh:a. Menteri, apabila Cagar Budaya Di Air berada di

laut dengan jarak lebih dari 12 (dua belas) mil dari garis pantai;

b. gubernur, apabila Cagar Budaya Di Air berada di laut dengan jarak antara 4 (empat) sampai dengan 12 (dua belas) mil dari garis pantai; dan

c. bupati atau wali kota, apabila Cagar Budaya Di Air berada di laut dengan jarak kurang dari 4 (empat) mil dari garis pantai.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 108 Pasal 108(1) Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai

dengan kewenangannya mengeluarkan Surat Keputusan tentang luas dan batas-batas zona berdasarkan hasil kajian Tim Ahli sesuai dengan kewenangannya.

Cukup jelas.

(2) Dalam hal Situs Cagar Budaya atau Kawasan Cagar Budaya mencakup 2 (dua) provinsi atau lebih, 2 (dua) kabupaten/kota atau lebih, maka Surat Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh:

Page 82: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

a. Menteri, untuk Situs Cagar Budaya atau Kawasan Cagar Budaya yang mencakup 2 (dua) provinsi atau lebih; atau

b. gubernur, untuk Situs Cagar Budaya atau Kawasan Cagar Budaya yang mencakup 2 (dua) kabupaten/kota atau lebih.

(3) Pengaturan Zonasi Cagar Budaya yang berada di dalam atau bersinggungan dengan sistem Zonasi lain:a. ditetapkan tanpa perlu dilakukan perubahan

batas selama zonasi lain mempunyai fungsi Pelestarian;

b. ditetapkan batas baru yang disepakati oleh pihak yang berkepentingan apabila fungsi zonasi lain bukan untuk Pelestarian akan tetapi dapat mendukung upaya Pelestarian; atau

c. apabila fungsi zonasi lain bertentangan dengan tujuan Pelestarian, sistem Zonasi lain dapat:1) dibatalkan sebagian atau seluruhnya untuk

kepentingan Pelestarian Situs Cagar Budaya atau Kawasan Cagar Budaya; atau

2) dilakukan perubahan atas luas dan batasnya untuk disesuaikan dengan kebutuhan Pelestarian Situs Cagar Budaya atau Kawasan Cagar Budaya.

(4) Pengaturan Zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) didasarkan atas hasil Penelitian yang melibatkan pemangku kepentingan.

Pasal 109 Pasal 109(1) Zonasi dibuat setelah suatu lokasi ditetapkan

sebagai Situs Cagar Budaya atau satuan ruang geografis yang memiliki dua Situs Cagar Budaya atau lebih ditetapkan sebagai Kawasan Cagar

Cukup jelas.

Page 83: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

Budaya.(2) Zonasi dilakukan tanpa mengubah luas dan batas

Situs Cagar Budaya atau Kawasan Cagar Budaya yang telah ditetapkan.

Bagian KelimaPemeliharaan

Pasal 110 Pasal 110(1) Pemeliharaan Cagar Budaya dan/atau Objek yang

Diduga Cagar Budaya dilakukan dengan perawatan secara preventif maupun kuratif.

Cukup jelas.

(2) Perawatan secara preventif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara perawatan rutin, sehari-hari, maupun berkala dengan tujuan untuk menjaga kebersihan atau keterawatan Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya.

(3) Perawatan secara kuratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara perawatan tradisional maupun modern untuk menanggulangi Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya yang telah rusak dan/atau lapuk.

Pasal 111 Pasal 111(1) Biaya perawatan Cagar Budaya dan/atau Objek yang

Diduga Cagar Budaya dibebankan kepada pemilik dan/atau yang menguasai.

Cukup jelas.

(2) Pemilik dan/atau yang menguasai Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya yang tidak mampu membiayai perawatan dapat mengajukan permohonan bantuan biaya perawatan kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah, disertai dengan surat keterangan tidak mampu dari pejabat yang berwenang.

Pasal 112 Pasal 112(1) Perawatan Cagar Budaya dan/atau Objek yang Cukup jelas.

Page 84: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

Diduga Cagar Budaya dilakukan melalui tahap-tahap studi teknis perawatan, pelaksanaan perawatan, dan pengawasan perawatan.

(2) Unit Pelaksana Teknis dan/atau Unit Pelaksana Teknis Daerah melaksanakan perawatan Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya, dengan mengangkat juru pelihara yang bertugas merawat dan memelihara Cagar Budaya dan/atau Objek yang Diduga Cagar Budaya sesuai dengan keterampilannya.

Bagian KeenamPemugaranPasal 113 Pasal 113

(1) Unit Pelaksana Teknis melakukan Pemugaran Bangunan Cagar Budaya dan/atau Struktur Cagar Budaya.

Cukup jelas.

(2) Pemilik dan/atau yang menguasai Bangunan Cagar Budaya dan/atau Struktur Cagar Budaya dapat melakukan Pemugaran didasarkan izin dengan syarat:a. mengajukan surat permohonan izin Pemugaran

yang memuat:1) identitas pemohon;2) identitas Bangunan Cagar Budaya dan/atau

Struktur Cagar Budaya yang akan dipugar; dan

3) waktu dan lokasi Pemugaran.b. melampirkan foto kopi surat Penetapan Cagar

Budaya yang dilegalisir;c. melampirkan foto kopi Surat Keterangan

Kepemilikan Cagar Budaya yang dilegalisir;d. dokumen studi kelayakan untuk dapat dipugar;e. rencana studi teknis dan rencana Pemugaran;

Page 85: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

f. menginformasikan Tenaga Ahli Pelestarian yang akan menjadi konsultan;

g. dokumen analisis mengenai dampak lingkungan apabila Pemugaran berpotensi menimbulkan dampak pada kerusakan lingkungan; dan

h. surat keterangan pendanaan.(3) Permohonan izin Pemugaran sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) diajukan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya.

(4) Gubernur, atau bupati/wali kota dalam memberikan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (3), harus memperoleh rekomendasi terlebih dahulu dari Unit Pelaksana Teknis.

(5) Pemilik dan/atau yang menguasai Bangunan Cagar Budaya dan/atau Struktur Cagar Budaya dalam melakukan Pemugaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didampingi oleh Unit Pelaksana Teknis dan/atau Unit Pelaksana Teknis Daerah dalam bentuk konsultasi.

Pasal 114 Pasal 114(1) Pemugaran terhadap Bangunan Cagar Budaya

dan/atau Struktur Cagar Budaya dapat dilakukan, baik sebagai satu kesatuan maupun kompleks, untuk mengembalikan kondisi fisik yang rusak.

Cukup jelas.

(2) Kondisi fisik yang rusak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi keadaan melesak, miring, roboh, retak, pecah, runtuh, patah, lapuk, dan/atau melendut pada struktur maupun komponen Bangunan Cagar Budaya dan/atau Struktur Cagar Budaya.

(3) Pemugaran Bangunan Cagar Budaya dan/atau Struktur Cagar Budaya harus memperhatikan:

Page 86: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

a. prinsip-prinsip keaslian bahan, bentuk, tata letak, gaya, dan/atau teknologi pengerjaan;

b. kondisi semula dengan tingkat perubahan sekecil mungkin;

c. penggunaan teknik, metode, dan bahan yang tidak bersifat merusak; dan

d. kompetensi pelaksana di bidang Pemugaran.Pasal 115 Pasal 115

(1) Prinsip keaslian bahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114 ayat (3) huruf a merupakan prinsip bahan bangunan yang dipakai pada saat dibangun atau ketika pertama kali ditemukan sesuai dengan data yang ada yang mencakup jenis, kualitas, dan asal bahan.

Cukup jelas.

(2) Prinsip keaslian bentuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114 ayat (3) huruf a merupakan prinsip bentuk bangunan pada saat awal dibangun atau ketika pertama kali ditemukan sesuai dengan data yang ada yang mencakup komponen, unsur, dan warna.

(3) Prinsip keaslian tata letak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114 ayat (3) huruf a merupakan prinsip tata letak bangunan pada saat dibangun atau ketika pertama kali ditemukan sesuai dengan data yang ada yang mencakup kedudukan, arah hadap, orientasi bangunan terhadap lingkungannya.

(4) Prinsip keaslian gaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114 ayat (3) huruf a merupakan prinsip gaya bangunan yang dipakai pada saat dibangun atau ketika pertama kali ditemukan sesuai dengan data yang ada yang mencakup komponen langgam, gaya, dan ragam hias.

(5) Prinsip keaslian teknologi pengerjaan sebagaimana

Page 87: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

dimaksud dalam Pasal 114 ayat (3) huruf a merupakan prinsip pengerjaan teknologi bangunan yang dipakai pada saat dibangun atau ketika pertama kali ditemukan sesuai dengan data yang ada yang mencakup teknologi dan cara pembangunannya.

(6) Penggunaan teknik, metode, dan bahan yang tidak bersifat merusak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114 ayat (3) huruf c merupakan penggunaan teknik, metode dan bahan yang tidak menyebabkan berkurangnya nilai arsitektur, seni, dan/atau kelestarian fisik Bangunan Cagar Budaya dan/atau Struktur Cagar Budaya.

(7) Kompetensi pelaksana di bidang Pemugaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114 ayat (3) huruf d, dinilai oleh Unit Pelaksana Teknis dengan memperhatikan keahlian dan pengalaman pelaksana dalam Pemugaran Bangunan Cagar Budaya dan/atau Struktur Cagar Budaya.

Pasal 116 Pasal 116Pemugaran terhadap Bangunan Cagar Budaya dan/atau Struktur Cagar Budaya dilakukan dengan tahapan pra Pemugaran, Pemugaran, dan pasca Pemugaran.

Cukup jelas.

Pasal 117 Pasal 117(1) Tahapan pra Pemugaran sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 116 meliputi kegiatan studi kelayakan, studi teknis, dan perencanaan Pemugaran.

Cukup jelas.

(2) Studi kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk menetapkan kelayakan Pemugaran berdasarkan penilaian atas nilai sejarah dan kepurbakalaan yang terkandung dalam Bangunan Cagar Budaya dan/atau Struktur Cagar Budaya.

Page 88: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

(3) Studi teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data teknis sebagai bahan perencanaan Pemugaran.

(4) Perencanaan Pemugaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tatacara dan teknik Pemugaran berdasarkan data studi teknis.

Pasal 118 Pasal 118(1) Pemugaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116

dilakukan dengan memperbaiki, memperkuat, dan/atau mengawetkan Bangunan Cagar Budaya dan/atau Struktur Cagar Budaya dengan tujuan memperbaiki struktur dan pemulihan arsitekturalnya.

Ayat (1)Cukup jelas.

(2) Pemugaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara rekonstruksi, konsolidasi, rehabilitasi, dan restorasi.

Ayat (2)Yang dimaksud dengan “rekonstruksi” adalah upaya mengembalikan Bangunan Cagar Budaya dan Struktur Cagar Budaya sebatas kondisi yang diketahui dengan tetap mengutamakan prinsip keaslian bahan, teknik pengerjaan, dan tata letak, termasuk dalam menggunakan bahan baru sebagai pengganti bahan asli.

Yang dimaksud dengan “konsolidasi” adalah perbaikan terhadap Bangunan Cagar Budaya dan Struktur Cagar Budaya yang bertujuan memperkuat konstruksi dan menghambat proses kerusakan lebih lanjut.

Yang dimaksud dengan “rehabilitasi” adalah upaya perbaikan dan pemulihan Bangunan Cagar Budaya dan Struktur Cagar Budaya yang kegiatannya dititikberatkan pada

Page 89: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

penanganan yang sifatnya parsial.

Yang dimaksud dengan “restorasi” adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan mengembalikan keaslian bentuk, Bangunan Cagar Budaya, dan Struktur Cagar Budaya yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Pasal 119 Pasal 119(1) Perbaikan struktur sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 118 ayat (1) dilaksanakan untuk menanggulangi atau mencegah kerusakan lebih lanjut terhadap Bangunan Cagar Budaya dan/atau Struktur Cagar Budaya.

Cukup jelas.

(2) Perbaikan struktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara memperkuat struktur dari Bangunan Cagar Budaya dan/atau Struktur Cagar Budaya.

(3) Pemulihan arsitektural sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat (1) dilaksanakan untuk mengembalikan bentuk arsitektural sesuai bentuk aslinya berdasarkan hasil studi teknis.

(4) Pengembalian arsitektural sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan cara memperbaiki Bangunan Cagar Budaya dan/atau Struktur Cagar Budaya.

Pasal 120 Pasal 120Pasca Pemugaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 dilaksanakan dalam bentuk penataan lahan dan lingkungan Situs Cagar Budaya dan/atau Kawasan Cagar Budaya, yang bertujuan untuk kelestarian Bangunan Cagar Budaya dan/atau Struktur Cagar Budaya.

Cukup jelas.

Pasal 121 Pasal 121

Page 90: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

(1) Setiap tahapan Pemugaran dilakukan Penelitian, pendokumentasian, dan pengawasan.

Cukup jelas.

(2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan pengamatan dan pengkajian terhadap temuan-temuan yang diperoleh dalam seluruh proses Pemugaran.

(3) Pendokumentasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk perekaman data dan nilai-nilai yang terkandung dalam Cagar Budaya dalam bentuk tulisan, gambar, dan foto atau film sebagai sumber informasi bagi Pengembangan dan Pemanfaatan Cagar Budaya.

(4) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk menjamin dan mengarahkan agar pelaksanaan teknis Pemugaran tidak menyimpang dari rencana dan tujuan yang telah ditetapkan sesuai peraturan yang berlaku.

Pasal 122 Pasal 122(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat

memberikan bantuan dana kepada pemilik dan/atau yang menguasai Bangunan Cagar Budaya dan/atau Struktur Cagar Budaya yang akan melakukan Pemugaran.

Cukup jelas.

(2) Besarnya bantuan dana ditentukan berdasarkan kebutuhan Pemugaran dan kemampuan Pemerintah dan Pemerintah Daerah, dengan tetap memperhatikan peringkat Cagar Budaya, kondisi ekonomi pemilik dan/atau yang menguasai Cagar Budaya, serta kelestarian Cagar Budaya yang akan dipugar.

(3) Pemilik dan/atau yang menguasai Bangunan Cagar Budaya dan/atau Struktur Cagar Budaya dapat memperoleh bantuan dana sebagaimana dimaksud

Page 91: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

pada ayat (1) dan ayat (2) dengan syarat:a. mengajukan surat permohonan yang memuat:

1) identitas pemohon;2) identitas Bangunan Cagar Budaya dan/atau

Struktur Cagar Budaya;3) kebutuhan dana Pemugaran;4) alasan pengajuan bantuan dana; dan5) waktu dan lokasi Pemugaran.dan

b. melampirkan surat keterangan tidak mampu dari lurah/kepala desa yang dikuatkan oleh camat.

(4) Selain bantuan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Instansi yang Berwenang di Bidang Pelestarian Cagar Budaya dapat memberikan bantuan lain dalam bentuk tenaga teknis, bahan, peralatan, advokasi, dan/atau fasilitas lainnya.

Pasal 123 Pasal 123Pemerintah, Pemerintah Daerah, Setiap Orang, dan/atau Masyarakat Hukum Adat dilarang melakukan Pemugaran dengan membuat bangunan baru dan/atau struktur baru yang menggunakan keseluruhan dan/atau bagian-bagian Bangunan Cagar Budaya dan/atau Struktur Cagar Budaya yang ada.

Yang dimaksud dengan “bangunan baru dan/atau struktur baru” adalah bangunan yang berbeda dengan Bangunan Cagar Budaya dan/atau Struktur Cagar Budaya yang dipugar, dengan menggunakan bahan yang berasal dari bagian Bangunan Cagar Budaya dan/atau Struktur Cagar Budaya yang ada.

Pasal 124 Pasal 124Ketentuan mengenai Pelindungan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Direktur Jenderal yang berwenang di bidang Pelestarian Cagar Budaya.

Cukup jelas.

BAB VIPENGEMBANGAN

Bagian KesatuUmum

Pasal 125 Pasal 125

Page 92: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

(1) Pengembangan Cagar Budaya bertujuan untuk meningkatkan potensi nilai, informasi, promosi, dan Pemanfaatan Cagar Budaya.

Cukup jelas.

(2) Pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui kegiatan Penelitian, Revitalisasi, dan Adaptasi.

(3) Peningkatan potensi nilai dalam rangka Pengembangan Cagar Budaya meliputi peningkatan potensi nilai akademis, nilai ideologis serta nilai ekonomis.

(4) Peningkatan informasi dan promosi untuk Pengembangan Cagar Budaya meliputi peningkatan kualitas dan kuantitas.

Bagian KeduaPenelitianPasal 126 Pasal 126

(1) Penelitian dalam rangka Pengembangan Cagar Budaya bertujuan untuk menghimpun informasi serta mengungkap, memperdalam, dan menjelaskan nilai-nilai budaya.

Cukup jelas.

(2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh:a. Unit Pelaksana Teknis;b. instansi Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah

lainnya; danc. Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat.

(3) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan terhadap Cagar Budaya milik dan/atau yang dikuasai oleh:a. Setiap Orang dan/atau Masyarakat hukum Adat;b. Pemerintah; dan/atauc. Pemerintah Daerah.

(4) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

Page 93: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

didasarkan izin dari Menteri, gubernur, bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya.

(5) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diserta syarat:a. mengajukan surat permohonan yang memuat:

1) identitas peneliti;2) Cagar Budaya yang akan diteliti;3) jenis Penelitian;4) tujuan Penelitian;5) jangka waktu Penelitian; dan 6) lokasi Penelitian.

b. melampirkan proposal Penelitian; danc. menyerahkan laporan Penelitian dan

mempublikasikan hasil Penelitian.(6) Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai

dengan kewenangannya memeriksa dan mempertimbangkan: a. kelengkapan syarat sebagaimana dimaksud pada

ayat (2);b. prinsip keamanan, kemanfaatan, keterawatan,

keaslian, serta nilai-nilai yang melekat pada Cagar Budaya;

c. kemanfaatan hasil Penelitian bagi Pengembangan Cagar Budaya; dan

d. dipenuhinya kewajiban publikasi laporan Penelitian yang sudah dilakukan pada masa sebelumnya.

Pasal 127 Pasal 127(1)Penelitian untuk Pengembangan Cagar Budaya

meliputi Penelitian dasar dan/atau Penelitian terapan.

Cukup jelas.

(2)Penelitian dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan tujuan untuk Pengembangan

Page 94: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

ilmu pengetahuan, rekonstruksi sejarah kebudayaan, cara hidup manusia masa lampau, dan proses budaya.

(3)Penelitian terapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan metode dan teknik Pelestarian, promosi dan Pemanfaatan Cagar Budaya.

(4)Penelitian dasar dan Penelitian terapan untuk Pengembangan Cagar Budaya dilakukan dengan menggunakan metodologi Penelitian ilmiah yang berlaku.

Pasal 128 Pasal 128(1) Penelitian yang dilakukan orang asing atau lembaga

asing berlaku ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 126 ayat (1), ayat (3), dan ayat (5), dan Pasal 127.

(2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Penelitian bagi orang asing atau lembaga asing harus izin Menteri, disertai:a. rekomendasi dari kementerian atau lembaga

yang membidangi Penelitian dan Pengembangan; dan

b. bermitra kerja dengan instansi Pemerintah yang berwenang di bidang Pelestarian Cagar Budaya yang dituangkan dalam bentuk nota kesepahaman atau bentuk lain dari perjanjian.

(3) Menteri memeriksa dan mempertimbangkan: a. kelengkapan syarat sebagaimana dimaksud

pada ayat (2);b. prinsip keamanan, kemanfaatan, keterawatan,

keaslian, serta nilai-nilai yang melekat pada Cagar Budaya;

c. kemanfaatan hasil Penelitian bagi

Cukup jelas.

Page 95: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

Pengembangan Cagar Budaya; dand. dipenuhinya kewajiban publikasi laporan

Penelitian yang sudah dilakukan pada masa sebelumnya.

Bagian KetigaRevitalisasiPasal 129 Pasal 129

(1) Revitalisasi dilakukan terhadap Situs Cagar Budaya dan Kawasan Cagar Budaya, dengan melakukan kegiatan yang berupa:a. menata kembali fungsi ruang;b. menumbuhkan kembali nilai budaya; danc. menguatkan informasi tentang Cagar Budaya.

Cukup jelas.

(2) Revitalisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukan oleh Instansi yang Berwenang di Bidang Pelestarian Cagar Budaya.

(3) Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat dapat melakukan Revitalisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 130 Pasal 130(1) Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat yang

akan melakukan Revitalisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 129 ayat (3) didasarkan izin.

Cukup jelas.

(2) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya.

(3) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan syarat:a. mengajukan surat permohonan yang berisi

identitas pemohon, identitas Situs Cagar Budaya dan/atau Kawasan Cagar Budaya, jenis kegiatan, tujuan, jangka waktu, dan lokasi;

b. melampirkan izin pemilik dan/atau yang

Page 96: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

menguasai Situs Cagar Budaya dan/atau Kawasan Cagar Budaya bagi pemohon yang bukan pemilik dan/atau yang menguasai;

c. melampirkan rencana induk (master plan) kegiatan Revitalisasi;

d. melampirkan hasil kajian dari Tim Ahli Cagar Budaya;

e. melampirkan izin mengubah fungsi ruang situs Cagar Budaya dan/atau kawasan Cagar Budaya;

f. melampirkan perjanjian kerja sama tentang pemanfaatan hasil Revitalisasi antara pemilik dan/atau yang menguasai Situs Cagar Budaya dan/atau Kawasan Cagar Budaya, dengan pengelola; dan

g. melampirkan dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

(4) Gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat melimpahkan kewenangan kepada Unit Pelaksana Teknis.

(5) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dapat dicabut apabila pelaksanaan kegiatan Revitalisasi tidak sesuai dengan tujuannya.

Bagian KeempatAdaptasiPasal 131 Pasal 131

(1) Adaptasi dapat dilakukan terhadap Bangunan Cagar Budaya dan/atau Struktur Cagar Budaya, dengan melakukan kegiatan yang berupa:a. mempertahankan nilai-nilai yang melekat;b. menambah fasilitas sesuai kebutuhan;c. mengubah susunan ruang secara terbatas;

dan/atau

Cukup jelas.

Page 97: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

d. mempertahankan gaya arsitektur, konstruksi asli, dan keharmonisan estetika lingkungan di sekitarnya.

(2) Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis, Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat.

Pasal 132 Pasal 132(1) Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat yang

akan melakukan Adaptasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 131 ayat (2) didasarkan izin.

Cukup jelas.

(2) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya.

(3) Permohonan izin untuk melakukan Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan syarat:a. mengajukan surat permohonan berisi identitas

pemohon, identitas Bangunan Cagar Budaya dan/atau Struktur Cagar Budaya, jenis kegiatan, tujuan kegiatan, jangka waktu kegiatan, dan lokasi;

b. melampirkan izin dari pemilik dan/atau yang mengusai Bangunan Cagar Budaya dan/atau Struktur Cagar Budaya;

c. melampirkan rencana induk (master plan) kegiatan Revitalisasi; dan

d. melampirkan hasil kajian dari Tim Ahli Cagar Budaya.

(4) Gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat melimpahkan kewenangan kepada Unit Pelaksana Teknis.

(5) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat

Page 98: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

(4) dapat dicabut apabila pelaksanaan kegiatan Adaptasi tidak sesuai dengan prinsip Pelestarian Cagar Budaya.

Pasal 133 Pasal 133Setiap orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat yang melakukan kegiatan Pengembangan wajib mendokumentasikan proses dan hasil kegiatan Pengembangan dalam bentuk laporan, serta menyerahkannya kepada pemberi izin.

Cukup jelas.

Pasal 134 Pasal 134Ketentuan mengenai Pengembangan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Direktur Jenderal yang berwenang di bidang Pelestarian Cagar Budaya.

Cukup jelas.

BAB VIIPEMANFAATANBagian Kesatu

Umum

.

Pasal 135 Pasal 135(1) Pemanfaatan Cagar Budaya dilakukan dengan

memperhatikan upaya Pelestarian Cagar Budaya dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Cukup jelas.

(2) Pemanfaatan Situs Cagar Budaya dan/atau Kawasan Cagar Budaya harus sesuai dengan Zonasi berdasarkan pembagian zona yang telah ditetapkan.

(3) Pemanfaatan Cagar Budaya dapat dilakukan untuk kepentingan agama, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan, dan pariwisata.

(4) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pemantauan terhadap Pemanfaatan yang dilakukan oleh Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat.

Bagian Kedua

Page 99: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

Pemanfaatan Untuk Kepentingan AgamaPasal 136 Pasal 136

(1) Pemanfaatan Cagar Budaya untuk kepentingan agama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 135 ayat (3) dapat dilakukan untuk kegiatan penyelenggaraan perayaan hari besar dan upacara/ritual keagamaan.

Cukup jelas.

(2) Pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan pada semua zona.

Pasal 137 Pasal 137(1) Pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

136 didasarkan izin, kecuali untuk living monument. Ayat (1)

Yang dimaksud “living monument” merupakan Cagar Budaya yang masih difungsikan seperti semula, misalnya: mesjid Demak, Pura Besakih, Taman Ayun yang ada di Bali dan sebagainya yang masih difungsikan untuk kegiatan keagamaan.

(2) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan syarat:a. mengajukan surat permohonan yang berisi

identitas penanggung jawab kegiatan, bentuk perayaan dan upacara, waktu pelaksanaan, dan jumlah peserta; dan

b. melampirkan proposal kegiatan.

Ayat (2)Cukup jelas.

(3) Jumlah peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a harus disesuaikan dengan luas Bangunan Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya.

Ayat (3)Cukup jelas.

Bagian KetigaPemanfaatan Untuk Kepentingan Sosial

Pasal 138 Pasal 138(1) Pemanfaatan Cagar Budaya untuk kepentingan

sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 135 ayat (3) dapat dilakukan untuk kegiatan sosial

Ayat (1)Kegiatan sosial kemasyarakatan dapat berupa pameran, lomba, festival, dan lain-

Page 100: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

kemasyarakatan. lain(2) Pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

harus tetap memperhatikan dan menghormati nilai yang terkandung dalam Cagar Budaya dan dapat meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap Cagar Budaya.

Ayat (2)Cukup jelas.

(3) Pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan pada Zona Penyangga, Zona Pengembangan, Zona Pendukung, dan Zona Penunjang.

Ayat (3)Cukup jelas.

(4) Pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk living monument dilaksanakan selain pada Zona Penyangga, Zona Pengembangan, Zona Pendukung, dan Zona Penunjang juga di Zona Inti.

Ayat (4)Cukup jelas.

Pasal 139 Pasal 139(1) Pemanfaatan Cagar Budaya untuk kegiatan sosial

kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 138 didasarkan izin.

Cukup jelas.

(2) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan syarat:a. mengajukan surat permohonan yang berisi

identitas penanggung jawab kegiatan, bentuk kegiatan sosial, waktu pelaksanaan, jumlah peserta;

b. jumlah peserta harus disesuaikan dengan luas bangunan dan situs; dan

c. melampirkan proposal kegiatan.Bagian Keempat

Pemanfaatan Untuk Kepentingan PendidikanPasal 140 Pasal 140

(1) Pemanfaatan Cagar Budaya untuk kepentingan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 135 ayat (3) dapat dilakukan melalui kegiatan:

Cukup jelas.

Page 101: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

a. kemah budaya;b. lokakarya; dan c. kegiatan lainnya yang bertujuan meningkatkan

pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran masyarakat tentang pelestarian.

(2) Pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus tetap memperhatikan dan menghormati nilai yang terkandung dalam Cagar Budaya dan dapat meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap Cagar Budaya.

(3) Pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan pada Zona Inti, Zona Penyangga, Zona Pengembangan, Zona Pendukung, dan Zona Penunjang.

Pasal 141 Pasal 141(1) Pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

140 didasarkan izin.Cukup jelas.

(2) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan syarat:a. mengajukan surat permohonan yang berisi

identitas penanggung jawab kegiatan, bentuk kegiatan pendidikan, waktu pelaksanaan, jumlah peserta; dan

b. melampirkan proposal kegiatan.(3) Jumlah peserta sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) huruf a harus disesuaikan dengan luas Bangunan Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya.

Bagian KelimaPemanfaatan Untuk Kepentingan Ilmu

Pengetahuan dan TeknologiPasal 142 Pasal 142

(1) Pemanfaatan Cagar Budaya untuk kepentingan ilmu Cukup jelas.

Page 102: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

pengetahuan dan teknologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 135 ayat (3) dapat dilakukan melalui kegiatan Penelitian dengan memanfaatkan Cagar Budaya sebagai objek Penelitian, serta kegiatan lain yang bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan/atau teknologi.

(2) Pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus tetap memperhatikan dan menghormati nilai yang terkandung dalam Cagar Budaya, meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap Cagar Budaya, dan/atau meningkatkan ilmu pengetahuan dan/atau teknologi yang berbasis pada nilai-nilai kearifan budaya lokal.

(3) Pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan pada Zona Inti, Zona Penyangga, Zona Pengembangan, Zona Pendukung, dan Zona Penunjang.

Pasal 143 Pasal 143(1) Pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

142 didasarkan izin.Cukup jelas.

(2) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan syarat:a. mengajukan surat permohonan yang berisi

identitas koordinator kegiatan, bentuk kegiatan kebudayaan, waktu pelaksanaan, dan jumlah peserta; dan

b. melampirkan proposal kegiatan.Bagian Keenam

Pemanfaatan Untuk Kepentingan KebudayaanPasal 144 Pasal 144

(1) Pemanfaatan Cagar Budaya untuk kepentingan kebudayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 135 ayat (3) dapat dilakukan melalui kegiatan

Cukup jelas.

Page 103: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

pagelaran, festival, pameran seni dan budaya, dan kegiatan lain yang bertujuan meningkatkan upaya Pelestarian, memperkuat identitas nilai budaya, serta meningkatkan promosi budaya.

(2) Pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus tetap memperhatikan dan menghormati nilai yang terkandung dalam Cagar Budaya, meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap Cagar Budaya dan kearifan lokal.

(3) Pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan pada Zona Penyangga, Zona Pengembangan, Zona Pendukung, dan Zona Penunjang, kecuali untuk living monument termasuk juga Zona Inti.

Pasal 145 Pasal 145(1) Pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

144 didasarkan izin.Cukup jelas.

(2) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan syarat:a. mengajukan surat permohonan yang berisi

identitas penanggung jawab kegiatan, bentuk kegiatan budaya, waktu pelaksanaan, dan jumlah peserta; dan

b. melampirkan proposal kegiatan.(3) Jumlah peserta sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) huruf a harus disesuaikan dengan luas Bangunan Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya.

Bagian KetujuhPemanfaatan Untuk Kepentingan Pariwisata

Pasal 146 Pasal 146(1) Pemanfaatan Cagar Budaya untuk kepentingan

pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 135 Cukup jelas.

Page 104: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

ayat (3) dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan wisata dan kegiatan lain yang bertujuan untuk wisata religi, wisata minat khusus, wisata arkeologi, atau wisata alam yang berkaitan dengan Cagar Budaya.

(2) Pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus tetap memperhatikan dan menghormati nilai yang terkandung dalam Cagar Budaya, meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap Cagar Budaya, dan kesejahteraan masyarakat.

(3) Pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan pada Zona Inti, Zona Penyangga, Zona Pengembangan, Zona Pendukung, dan Zona Penunjang.

Pasal 147 Pasal 147(1) Pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

146 untuk wisata arkeologi didasarkan izin.Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “wisata arkeologi” adalah wisata yang melibatkan wisatawan dalam kegiatan Pelestarian, Penelitian arkeologi, atau permuseuman. Misalnya wisatawan dilibatkan dalam penggalian.

(2) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan syarat:a. mengajukan surat permohonan yang berisi

identitas penanggung jawab kegiatan, bentuk kegiatan pariwisata, waktu pelaksanaan, dan jumlah peserta; dan

b. melampirkan proposal kegiatan dan mengisi surat pernyataan tentang kesanggupan untuk menjaga kelestarian Cagar Budaya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ayat (2)Cukup jelas.

Page 105: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

Bagian KedelapanIzin dan Pelaksanaan Pemanfaatan

Pasal 148 Pasal 148(1) Izin Pemanfaatan Cagar Budaya diajukan kepada

Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya.

(2) Gubernur atau bupati/wali kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melimpahkan kewenangannya kepada Instansi yang Berwenang di Bidang Pelestarian Cagar Budaya.

(3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dicabut apabila pelaksanaan kegiatan Pemanfaatan Cagar Budaya tidak sesuai dengan tujuannya.

Cukup jelas.

Pasal 149 Pasal 149Pelaksanaan Pemanfaatan Cagar Budaya harus dikonsultasikan kepada dan didampingi oleh Unit Pelaksana Teknis.

Cukup jelas.

Bagian KesembilanPemberian Fasilitasi Pemanfaatan dan Promosi

Pasal 150 Pasal 150(1)Pemerintah dan Pemerintah Daerah memfasilitasi

Pemanfaatan dan promosi Cagar Budaya yang dilakukan oleh Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat.

Ayat (1)Yang dimaksud dengan “promosi” adalah mempropagandakan atau memperkenalkan Cagar Budaya seperti pameran, kesenian (tari, musik, lukis, drama, patung, karya sastra, dan lain-lain), pembuatan film, pertunjukan, dan publikasi.

(2)Fasilitasi Pemanfaatan dan promosi Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:a. izin Pemanfaatan;

Ayat (2) Cukup jelas

Page 106: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

b. dukungan Tenaga Ahli Pelestarian;c. dukungan dana; dan/atau d. pelatihan.

(3)Fasilitasi Pemanfaatan dan promosi Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat diberikan terhadap Pemanfaatan yang:a. mengutamakan kelestarian;b. menambah potensi nilai Cagar Budaya; dan c. memberdayakan masyarakat;

Ayat (3) Cukup jelas

(4)Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat dapat memperoleh fasilitasi Pemanfaatan dan promosi Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dengan mengajukan permohonan kepada Menteri, gubernur atau bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya.

Ayat (4)Cukup jelas

Bagian KesepuluhPemanfaatan yang dapat Menyebabkan

Terjadinya KerusakanPasal 151 Pasal 151

(1)Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat yang memanfaatkan Cagar Budaya yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan wajib didahului dengan kajian, Penelitian, dan/atau analisis mengenai dampak lingkungan.

Cukup jelas.

(2)Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat yang memanfaatkan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyerahkan proposal dan mempresentasikan kegiatan Pemanfaatan kepada:a. Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai

dengan kewenangannya, apabila dapat menimbulkan kerusakan terhadap Cagar Budaya, beserta nilainya; dan

Page 107: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

b. Instansi lingkungan hidup apabila dapat menimbulkan kerusakan terhadap Situs Cagar Budaya, Kawasan Cagar Budaya, beserta lingkungan.

(3)Pemberi izin memverifikasi proposal beserta kajian, Penelitian, dan/atau analisis mengenai dampak lingkungan.

(4)Pemberi izin dapat memberikan izin Pemanfaatan apabila hasil verifikasi proposal, kajian, Penelitian, dan/atau analisis mengenai dampak lingkungan yang tidak menimbulkan kerusakan.

Bagian KesebelasPemanfaatan dengan Cara Perbanyakan

Pasal 152 Pasal 152(1) Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat

dapat melakukan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya dengan cara Perbanyakan hanya dengan izin Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya.

Cukup jelas.

(2) Perbanyakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan syarat:a. mengajukan surat permohonan yang berisi

identitas pihak yang akan melakukan Perbanyakan;

b. melampirkan rencana Perbanyakan yang memuat ukuran, bahan, bentuk, warna, corak, dan gaya Perbanyakan yang sama dengan bentuk asli;

c. melampirkan teknik, alat, dan proses Perbanyakan, yang tidak merusak dan/atau mengurangi bentuk asli Benda Cagar Budaya serta nilai yang terkandung di dalamnya; dan

d. untuk kepentingan koleksi Museum, Penelitian dan pendidikan.

Page 108: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

(3)Perbanyakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap Benda Cagar Budaya yang dimililiki dan/atau dikuasai Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat, dilakukan dengan seizin pemilik dan/atau yang menguasainya.

(4)Gubernur atau bupati/wali kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat melimpahkan kewenangannya kepada Unit Pelaksana Teknis dan/atau Unit Pelaksana Teknis Daerah.

(5)Hasil Perbanyakan Benda Cagar Budaya harus diberi tanda.

(6)Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) dapat dicabut apabila pelaksanaan Perbanyakan tidak sesuai dengan tujuannya.

Bagian KeduabelasPendokumentasian Cagar Budaya

Pasal 153 Pasal 153(1)Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat

dapat melakukan pendokumentasian Cagar Budaya untuk kepentingan komersial hanya dengan izin Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya.

Ayat (1)Yang dimaksud dengan “pendokumentasian”adalah dalam bentuk uraian teks, grafis, gambar, audio, video,foto, film.

(2)Pendokumentasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan syarat:a. mengajukan surat permohonan yang memuat

identitas pemohon, tujuan pendokumentasian, bentuk pendokumentasian, dan waktu pelaksanaan;

b. tidak menyebabkan kerusakan, mengurangi keaslian serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya; dan

c. menyerahkan hasil dokumentasi pemberi izin dan

Ayat (2)Cukup jelas.

Page 109: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

kepada pemilik dan/atau yang menguasai Cagar Budaya.

(3)Pendokumentasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) terhadap Benda Cagar Budaya yang dimililiki dan/atau dikuasai Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat, dilakukan dengan seizin pemilik dan/atau yang menguasainya.

Ayat (3)Cukup jelas.

(4)Gubernur, atau bupati/wali kota dalam memberikan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memperoleh rekomendasi terlebih dahulu dari Unit Pelaksana Teknis.

Ayat (4)Cukup jelas.

(5)Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) dapat dicabut apabila pelaksanaan pendokumentasian tidak sesuai dengan tujuannya.

Ayat ()Cukup jelas.

Pasal 154 Pasal 154Ketentuan mengenai Pemanfaatan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Direktur Jenderal yang berwenang di bidang Pelestarian Cagar Budaya.

Cukup jelas.

BAB VIIIPENGELOLAAN KAWASAN CAGAR BUDAYA

Pasal 155 Pasal 155(1) Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya dilakukan oleh

Badan Pengelola.Cukup jelas.

(2) Badan Pengelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat Hukum Adat.

(3) Badan Pengelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat terdiri atas unsur Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan masyarakat.

Pasal 156 Pasal 156Badan Pengelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal 155 diatur lebih lanjut dengan:

Cukup jelas.

Page 110: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

a. Peraturan Presiden, untuk Kawasan Cagar Budaya yang sudah ditetapkan sebagai Warisan Dunia atau Cagar Budaya bersifat internasional;

b. Peraturan Menteri, untuk Kawasan Cagar Budaya peringkat nasional;

c. Peraturan gubernur, untuk Kawasan Cagar Budaya peringkat provinsi; dan

d. Peraturan bupati/wali kota, untuk Kawasan Cagar Budaya peringkat kabupaten/kota.

BAB IXPENGAWASAN

Pasal 157 Pasal 157(1) Pengawasan terhadap Pelestarian Cagar Budaya

dilakukan Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.

Cukup jelas.

(2) Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat ikut berperan serta dalam pengawasan Pelestarian Cagar Budaya.

Pasal 158 Pasal 158(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 157 ayat (1) dalam melakukan Pengawasan dilaksanakan secara fungsional maupun struktural.

Ayat (1)Pengawasan secara fungsional oleh Pemerintah adalah pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian yang bertanggung jawab di bidang kebudayaan. Untuk Pemerintah Daerah dilakukan oleh Badan Pengawas Daerah.

Pengawasan “secara struktural” adalah pengawasan yang dilakukan secara berjenjang dari atasan kepada bawahan, misalnya Menteri mengawasi Direktorat Jenderal.

(2)Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan Pengawasan Pelestarian Cagar Budaya yang

Ayat (2)Cukup jelas.

Page 111: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

dilakukan Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat melalui Unit Pelaksana Teknis dan/atau Unit Pelaksana Teknis Daerah.

Pasal 159 Pasal 159Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat berperan serta dalam pengawasan Pelestarian Cagar Budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 157 ayat (2) dengan cara:a. memantau;b. mencegah;c. meminta informasi;d. memberi masukan atau nasihat; dane. memberikan laporan.

Cukup jelas.

BAB XINSENTIF DAN KOMPENSASI

Bagian Kesatu Umum

Pasal 160 Pasal 160(1) Insentif dapat diberikan oleh Pemerintah dan/atau

Pemerintah Daerah kepada Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat yang memiliki dan/atau menguasai Cagar Budaya yang telah melakukan Pelindungan Cagar Budaya

Cukup jelas.

(2) Kompensasi dapat diberikan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah kepada:a. Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat

yang menemukan Objek yang Diduga Cagar Budaya yang temuannya ditetapkan sebagai Cagar Budaya;

b. pemilik dan/atau yang menguasai Cagar Budaya yang telah melakukan Pelindungan Cagar Budaya.

Bagian Kedua

Page 112: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

InsentifPasal 161 Pasal 161

(1) Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 160 ayat (1) berupa pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan dan/atau Pajak Penghasilan.

Cukup jelas.

(2) Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang perpajakan nasional atau bupati/wali kota sesuai kewenangannya.

(3) Pengurangan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang perpajakan nasional.

(4) Pengajuan Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) harus disertai rekomendasi dari Unit Pelaksana Teknis.

Pasal 162 Pasal 162(1) Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 161 ayat (1) terhadap bangunan dan tanah tempat Cagar Budaya berada, diberikan setinggi-tingginya sebesar 100% (seratus persen).

Cukup jelas.

(2) Pengurangan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 161 ayat (1) diberikan dengan memperlakukan biaya Pelestarian Cagar Budaya sebagai pengurangan terhadap penghasilan bruto.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 161 diatur dalam Peraturan Menteri yang bertanggungjawab di bidang keuangan negara.

Pasal 163 Pasal 163(1) Insentif selain pengurangan Pajak Bumi dan Ayat (1)

Page 113: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

Bangunan dan/atau Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 161 ayat (1) dapat berupa:a. bantuan advokasi;b. bantuan tenaga teknis;c. bantuan tenaga ahli;d. bantuan sarana dan prasarana; dan/ataue. pemberian tanda penghargaan.

Huruf aYang dimaksud dengan “advokasi” adalah berupa pendampingan dalam penyelesaian permasalahan yang berkaitan dengan Cagar Budaya.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dCukup jelas.

Huruf eCukup jelas.

(2) Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan oleh pemilik dan/atau yang menguasai Cagar Budaya yang telah melakukan Pelindungan, kepada Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya dengan syarat:a. dalam keadaan darurat;b. belum mempunyai tenaga teknis;c. belum mempunyai tenaga ahli; dan/ataud. belum mempunyai sarana dan prasarana.

Bagian KetigaKompensasiPasal 164 Pasal 164

(1) Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat dapat memperoleh Kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 160 ayat (2) apabila:a. memiliki Cagar Budaya yang sangat langka

Cukup jelas.

Page 114: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

jenisnya, unik rancangannya, dan sedikit jumlahnya di Indonesia yang diambil alih oleh Negara;

b. menemukan Objek yang Diduga Cagar Budaya yang statusnya dinyatakan sebagai Cagar Budaya; dan/atau

c. memiliki atau menguasai lahan yang mengalami kerugian akibat kegiatan pencarian Objek yang Diduga Cagar Budaya dan/atau Cagar Budaya.

(2) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa uang dan/atau bukan uang.

(3) Kompensasi berupa uang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa fasilitas Pajak Penghasilan.

(4) Fasilitas Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diajukan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang perpajakan nasional.

(5) Pengajuan Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus disertai rekomendasi dari Instansi yang Berwenang di bidang Pelestarian Cagar Budaya.

(6) Kompensasi yang bukan uang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa tanda penghargaan.

Pasal 165 Pasal 165(1) Kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal

164 ayat (2) yang berupa uang besarnya ditentukan berdasarkan nilai Cagar Budaya dan/atau harga umum.

Ayat (1)Yang dimaksud dengan “harga umum” adalah harga yang berlaku dalam pasaran secara wajar. Cagar Budaya yang berupa Bangunan, Struktur, Situs, dan Kawasan dapat ditentukan berdasarkan Nilai Jual Obyek Pajak dalam Pajak Bumi dan Bangunan.

Page 115: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

(2) Penentuan nilai Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan oleh tim penilai Kompensasi.

Ayat (2)Cukup jelas.

(3) Tim penilai Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas unsur:a. Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai

peringkat Cagar Budaya;b. Tenaga Ahli Pelestarian Cagar Budaya; c. akademisi; dand. juru taksir harga.

Ayat (3)Cukup jelas.

(4) Tim penilai Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dibentuk dan ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya.

Ayat (4)Cukup jelas.

Pasal 166 Pasal 166Ketentuan mengenai tata cara pengajuan dan pemberian Insentif dan Kompensasi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Direktur Jenderal yang berwenang di bidang Pelestarian Cagar Budaya.

Cukup jelas.

BAB XIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 167 Pasal 167Pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini semua ketentuan yang mengatur Pelestarian Cagar Budaya dan Objek Yang Diduga Cagar Budaya masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini.

Cukup jelas.

BAB XIIPENUTUPPasal 168 Pasal 168

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Cukup jelas.

Page 116: iaaisulampapua.files.wordpress.com€¦  · Web viewRANCANGAN . PERATURAN PEMERINTAH. NOMO. R ...TAHUN... TENTANG. PELESTARIAN . CAGAR BUDAYA. PENJELASAN . ATAS. PERATURAN PEMERINTAH

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakartapada tanggal…

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakartapada tanggal…MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

AMIR SYAMSUDDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN … NOMOR ...