Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 13
PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA
BAB 13
PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA
I. PENDAHULUAN
Garis-garis Besar Haluan Negara menyebutkan bahwa pemba-
ngunan perhubungan yang meliputi pembangunan perhubungan
darat, laut dan udara, telekomunikasi serta pos dan giro di-
arahkan untuk memperlancar arus manusia, barang dan jasa
serta informasi ke seluruh penjuru Tanah Air. Dengan demikian
pembangunan perhubungan akan memperlancar roda perekonomian,
memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka perwu-
judan Wawasan Nusantara, serta makin meningkatkan ketahanan
nasional. Pembangunan perhubungan dilaksanakan secara serasi
dan terpadu baik dalam sektor perhubungan sendiri maupun da-
lam hubungannya dengan sektor-sektor pembangunan lainnya dan
selalu memperhatikan kelestarian kemampuan sumber alam dan
lingkungan serta penghematan penggunaan energi.
Tujuan utama pembangunan perhubungan dalam Repelita V
adalah meningkatkan kemampuan perhubungan agar dapat memenuhi
kebutuhan secara lebih luas, tertib, teratur, aman, lancar,
cepat dan efisien dengan biaya yang terjangkau oleh masya-
rakat serta mampu menunjang kehidupan masyarakat dan mendo-
rong pemerataan pembangunan ke seluruh wilayah Tanah Air.
191
Tujuan itu akan dapat dicapai terutama dengan jalan mening-
katkan efisiensi dan mutu pelayanan dalam pengelolaan usaha
perhubungan. Langkah-langkah yang juga perlu ditingkatkan un-
tuk itu adalah mengembangkan dan memanfaatkan teknologi per-
hubungan yang tepat, menyelenggarakan pendidikan dan latihan
untuk penyediaan tenaga kerja yang ahli dan terampil, dan me-
laksanakan penyederhanaan peraturan agar meningkatkan peran
serta masyarakat dalam penyediaan jasa perhubungan.
Selain dari pada itu, tujuan pembangunan perhubungan
adalah mendorong pemerataan pembangunan ke seluruh wilayah
Tanah Air. Untuk mencapai hal itu langkah yang perlu diting-
katkan adalah mengembangkan jaringan dan jasa perhubungan
yang diarahkan untuk melayani daerah pedesaan, daerah dan
pulau terpencil, daerah transmigrasi dan daerah perbatasan.
Dalam hal ini perhatian khusus perlu diberikan kepada pengem-
bangan angkutan perintis baik di darat, laut maupun di udara
dan didukung dengan pengembangan jaringan jalan yang menghu-
bungkan daerah-daerah yang terpencil dengan daerah-daerah
yang lain. Pengembangan-pengembangan tersebut akan mendukung
pengembangan daerah pemukiman baru, termasuk pemukiman trans-
migrasi, dan pengembangan daerah perbatasan dan membantu pem-
bangunan daerah yang dilaksanakan secara terpadu dan serasi.
Selanjutnya keselamatan dan keamanan perhubungan baik di da-
rat, di laut maupun di udara harus terus menerus ditingkatkan.
Pembangunan perhubungan dilaksanakan dengan memperha-
tikan kelestarian kemampuan sumber daya alam serta lingkungan
dan diupayakan agar sejalan dengan usaha penghematan energi.
Secara keseluruhan keberhasilan pembangunan perhubungan akan
membantu memperlancar roda perekonomian. Di samping itu ke-
berhasilan pembangunan perhubungan juga akan makin memperko-
koh kesatuan dan persatuan bangsa dalam mewujudkan Wawasan
192
Nusantara, dan makin dapat meningkatkan ketahanan nasional/
negara.
Pembangunan kepariwisataan akan ditingkatkan dengan tu-
juan mengembangkan dan mendayagunakan sumber dan potensi ke-
pariwisataan nasional agar menjadi kegiatan ekonomi yang
dapat diandalkan. Dengan meningkatkan kegiatan-kegiatan kepa-
riwisataan akan membantu memperbesar penerimaan devisa, mem-
perluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja,
terlebih-lebih bagi masyarakat setempat. Di samping itu pe-
ningkatan tersebut akan mempunyai dampak mendorong pemba-
ngunan daerah, memperkenalkan dan mengembangkan nilai dan bu-
daya bangsa, memperkenalkan keindahan alam dan negara. Dalam
hubungan ini perlu diperhatikan agar dalam melaksanakan pem-
bangunan kepariwisataan tetap dijaga terpeliharanya kepriba-
dian bangsa dan kelestarian serta mutu lingkungan hidup. Pem-
bangunan kepariwisataan dilakukan secara menyeluruh dan ter-
padu dengan sektor-sektor pembangunan lainnya. Dalam pada
itu akan dijaga agar antara berbagai usaha kepariwisataan dan
antara usaha-usaha kepariwisataan yang kecil, menengah dan
yang besar dapat serasi dan Baling menunjang.
Pariwisata dalam negeri akan dikembangkan dan di samping
untuk memperluas kesempatan kerja dan kesempatan usaha, akan
diarahkan untuk memupuk rasa cinta Tanah Air dan bangsa serta
menanamkan jiwa, semangat dan nilai-nilai luhur bangsa dalam
rangka lebih memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional.
Usaha pembinaan dan pengembangan kepariwisataan dalam negeri
ditujukan pula untuk meningkatkan kualitas kebudayaan bangsa,
memperkenalkan kekayaan peninggalan sejarah serta keindahan
alam, termasuk alam bahari, di berbagai daerah di seluruh pe-
losok Tanah Air. Sehubungan dengan itu pelayanan dan penye-
193
lenggaraan wisata untuk masyarakat terutama untuk golongan
remaja dan pemuda akan ditingkatkan.
Dalam rangka pembangunan kepariwisataan juga akan ditem-
puh langkah-langkah terpadu yang terarah pada pengembangan
obyek-obyek wisata dan kegiatan promosi serta pemasarannya,
baik di dalam maupun di luar negeri. Di samping itu kegiatan
pendidikan dan latihan kepariwisataan, penyediaan sarana dan
prasarana, peningkatan mutu dan kelancaran pelayanan pariwi-
sata akan ditingkatkan. Untuk mendukung hal tersebut kesada-
ran dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan kepariwisataan
akan ditingkatkan melalui usaha-usaha penyuluhan dan pembi-
naan kelompok-kelompok seni budaya, industri kerajinan dan
usaha-usaha lain. Dalam rangka peningkatan usaha kepariwisa-
taan akan dicegah hal-hal yang dapat merugikan kehidupan ma-
syarakat dan bangsa.
Pembangunan perhubungan diarahkan untuk memperlancar
arus manusia, barang dan jasa serta informasi yang dilaksana-
kan secara serasi dan terpadu dengan memperhatikan kemampuan
dan kelestarian sumber alam dan lingkungan serta penghematan
penggunaan energi. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi dan kemampuan perhubungan dalam memperlancar roda
perekonomian agar dapat menunjang kehidupan masyarakat dan
mendorong pemerataan pembangunan ke seluruh wilayah Tanah
Air. Sejalan dengan itu ditingkatkan pula pembangunan kepari-
wisataan melalui langkah yang serasi dan terpadu agar tumbuh
menjadi kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan sehingga dapat
memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha serta me-
ningkatkan kualitas kehidupan bangsa.
194
II. KEADAAN DAN MASALAH
Pelaksanaan pembangunan perhubungan sejak Repelita I
sampai dengan Repelita IV telah dapat meningkatkan kapasitas
prasarana dan sarana sektor perhubungan sehingga sektor ini
dapat memberikan pelayanan yang semakin meningkat kepada ma-
syarakat. Menyadari akan luasnya wilayah Tanah Air dan
persebaran sumber daya manusia serta sumber daya alam yang tidak
seimbang, pembangunan perhubungan terus diupayakan agar dapat
mendorong kelancaran kegiatan perdagangan dalam negeri se-
hingga dapat menjadi faktor pendorong keseimbangan pertum-
buhan antar daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah
masing-masing. Hasil-hasil pelaksanaan pembangunan perhu-
bungan sejak Repelita I sampai dengan Repelita IV telah dapat
memantapkan kelancaran penyediaan jasa perhubungan yang ter-
padu sebagai salah satu sendi kerangka landasan pembangunan
nasional.
Pelaksanaan pembangunan perhubungan selama Repelita IV
telah dipadukan dan diserasikan prioritasnya dengan perkem-
bangan kegiatan dan pertumbuhan masing-masing sub sektor
perhubungan. Dalam kaitan ini upaya peningkatan efisiensi dan
efektivitas penyediaan jasa perhubungan telah diutamakan de-
ngan menyempurnakan peraturan-peraturan di bidang perhu-
bungan, sehingga dapat pula meningkatkan keterandalan dan
mutu pelayanan kepada rakyat banyak.
Walaupun telah diupayakan peningkatan kemampuan dalam
penyediaan jasa perhubungan yang cukup, murah, aman dan
lancar, karena luasnya wilayah Nusantara maka dengan kapasi-
tas prasarana dan sarana yang ada pada akhir Repelita IV
masih terdapat wilayah-wilayah yang belum dapat terlayani ke-
butuhannya akan prasarana dan sarana perhubungan secara
195
memadai. Keadaan dan masalah yang pada permulaan Repelita V
terdapat dalam sub sektor masing-masing dipaparkan dalam
uraian di bawah ini.
1. Perhubungan DaratSub sektor ini meliputi prasarana jalan dan jembatan
angkutan jalan raya, angkutan kereta api, serta angkutan
sungai, danau dan penyeberangan.
a. Jalan dan Jembatan
Dalam Repelita IV telah dilaksanakan pengembangan sis-
tem jaringan jalan sesuai dengan U.U. No.13 tahun 1980 dan
PP No.26 tahun 1985. Dalam Undang-undang tersebut sistem
jaringan jalan dikelompokkan menurut peranannya ke dalam jalan
arteri, jalan kolektor dan jalan lokal. Sedangkan untuk pem-
binaannya, sesuai dengan P.P. No.26 tahun 1985, dikelompokkan
menjadi jalan nasional, jalan propinsi dan jalan kabupaten dan
lokal serta jalan desa dan jalan khusus.
Dalam Repelita IV prioritas utama diberikan kepada pro-
gram rehabilitasi dan pemeliharaan jalan dan jembatan, pro-
gram peningkatan jalan dan jembatan serta program penggantian
jembatan. Kebijaksanaan demikian ditempuh dengan tujuan agar
dapat mempertahankan dan meningkatkan kondisi dan fungsi ja-
ringan jalan sesuai dengan pertumbuhan lalu lintas yang ber-
langsung.
Selama Repelita IV telah dilakukan rehabilitasi dan pe-meliharaan jalan sepanjang 101.018 km dan jembatan 72.172 m;
penunjang jalan sepanjang 58.370 km dan jembatan 114.877 m;
peningkatan jalan sepanjang 16.148 km, peningkatan jembatan
196
11.642 m dan penggantian jembatan sepanjang 40.119 m; penun-
jangan jalan dan jembatan kabupaten dan lokal sepanjang
49.300 km, pembangunan jalan baru sepanjang 989 km dan jem-
batan 2.195 m, serta pembangunan jalan tol 224 km. Dengan de-
mikian terlihat bahwa program rehabilitasi dan pemeliharaan
jalan telah dapat melampaui sasaran yang ditetapkan dalam Re-
pelita IV. Sedangkan untuk beberapa program lainnya, yaitu
program peningkatan jalan dan penggantian jembatan serta pro-
gram pembangunan jalan dan jembatan baru, masih terdapat sa-
saran yang harus diselesaikan dalam Repelita V. Realisasi
program-program di bidang jalan dan jembatan selama Repe-
lita IV dibandingkan dengan hasil pelaksanaan Repelita III
dapat dilihat pada Tabel 13-1.
Apabila pada awal Repelita IV panjang jaringan jalan
yang ada adalah 199.707 km, pada akhir Repelita IV telah men-
capai 228.003 km, terdiri dari jalan nasional sepanjang
12.594 km, jalan propinsi sepanjang 33.398 km, jalan kabupa-
ten dan lokal 152.168 km, jalan kotamadya 29.539 km dan jalan
tol 304 km. Dengan pertumbuhan lalu lintas yang terjadi maka
jalan nasional dan propinsi sepanjang 45.992 km telah ber-
fungsi sebagai jalan arteri sepanjang 12.835 km, sebagai
jalan kolektor 25.262 km dan sebagai jalan lokal 7.895 km.
Apabila diperhatikan pertumbuhan lalu lintas yang menggunakan
prasarana jalan tersebut, maka dapat diperkirakan bahwa se-
tiap hari sepanjang 23.200 km dilalui oleh kurang dari 1.000
kendaraan, 18.090 km dilalui oleh 1.000 sampai 5.000 kenda-
raan, dan 4.700 km dilalui oleh lebih dari 5.000 kendaraan.
Apabila dilihat kondisi prasarana jalan tersebut, pada
awal Repelita IV terdapat hanya 15.402 km (34,7%) panjang ja-
ringan jalan nasional dan jalan propinsi yang berada dalam
197
TABEL 13 - 1REALISASI PROGRAM-PROGRAM DI BIDANG JALAN DAN
JEMBATAN REPELITA III DAN REPELITA IV
No. Jenis Program Satuan RepelitaIII
RepelitaIV
1. Rehabilitasi dan Pemeli-haraan Jalan dan Jembatan(volume pekerjaan)
- Jalan km 31.971 101.018- Jembatan m 41.022 72.172
2. Penunjangan Jalan dan Jem-batan (volume pekerjaan)
- Jalan km 90.547 58.370- Jembatan m 135.329 114.877
3. Peningkatan Jalan dan Jem-batan
- Jalan km 10.707 16.148- Jembatan m 14.416 11.642
4. Penggantian Jembatan m 32.723 40.119
5. Pembangunan Jalan Baru
a. - Jalan arterikm 1.385 989
- Jembatan m 7.037 2.195
b. - Jalan tol km 80 224
198
kondisi mantap, yaitu dalam kondisi baik dan dapat berfungsi
melayani pertumbuhan lalu lintas dengan umur rencana antara 5
sampai 10 tahun. Sedangkan sisanya yaitu sepanjang 26.778 km
(60,3%) berada dalam kondisi tidak mantap, artinya dalam kon-
disi masih relatif baik tetapi sewaktu-waktu dapat terputus
dan rusak. Selanjutnya sekitar 2.259 km (5,1%) berada dalam
kondisi kritis. Dengan pelaksanaan pembangunan prasarana
jalan, pada akhir tahun 1987/88 jaringan jalan kritis telah
semakin berkurang can jalan dalam kondisi mantap telah di-
tingkatkan menjadi 24.200 km, yaitu 53% dari seluruh jaringan
jalan nasional dan propinsi. Pelaksanaan pembangunan dalam
tahun 1988/89 diharapkan akan dapat meningkatkan panjang ja-
ringan jalan dalam kondisi mantap menjadi 27.480 km atau 59%
dari panjang jaringan jalan nasional dan propinsi. Apabila
harapan tersebut terpenuhi maka berarti mendekati tercapainya
sasaran Repelita IV. Dalam Repelita IV diharapkan 60% dari
panjang jaringan jalan nasional dan propinsi berada dalam ke-
adaan mantap.
Perbandingan panjang dan kondisi jalan arteri dan ko-
lektor akhir Repelita IV dibandingkan dengan hasil Repe-
lita III dapat dilihat dalam Tabel 13-2.
Dalam pelaksanaan Repelita IV realisasi penunjangan
jalan kabupaten dan lokal adalah sepanjang 69.700 km. Reali-
sasi penunjangan jalan tersebut telah berhasil meningkatkan
kelancaran perhubungan dengan wilayah pemukiman transmigrasi,
wilayah produksi perkebunan dan tambak inti rakyat, dan wila-
yah pengembangan pariwisata. Di samping itu realisasi penun-
jangan jalan tersebut juga berhasil membuka beberapa daerah
terisolasi. Hasil-hasil pelaksanaan penunjangan jalan kabu-
paten dan lokal telah meningkatkan panjang jalan beraspal
199
TABEL 13 - 2
PANJANG DAN KONDISIJALAN ARTERI DAN JALAN KOLEKTOR
REPELITA III dan REPELITA IV
No. Kondisi Satuan Repelita III Repelita IV
1. Mantap km 15.402 27.480
2. Tidak mantap
km
26.778 17.207
3. Kritis
km
2,259 1.305
Jumlah 44.439 45.992
200
menjadi 28,6% dari seluruh panjang jaringan jalan kabupaten
dan lokal. Sisanya, sepanjang 43.805 km adalah jalan kerikil
dan 75.534 km masih merupakan jalan tanah.
Dalam pelaksanaan peningkatan jalan kabupaten keterba-
tasan yang masih dihadapi adalah kemampuan aparat teknis dan
keterbatasan kemampuan jasa industri konstruksi di masing-ma-
sing Kabupaten. Selama Repelita IV telah diupayakan untuk me-
ningkatkan pelaksanaan program penunjangan jalan kabupaten
dan lokal. Upaya itu dilaksanakan melalui peningkatan kemam-
puan dengan memberikan kepada aparatur teknis Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten, pendidikan dan latihan. Mengingat fungsi ja-
ringan jalan kabupaten dan lokal sangat strategis, baik dalam
meningkatkan perkembangan pusat-pusat produksi, seperti pusat
produksi pertanian dan perkebunan, maupun dalam membuka wila-
yah terisolir, maka pelaksanaan program kegiatan ini dalam
Repelita V akan ditingkatkan. Program penunjangan jalan kabu-
paten dan lokal tersebut terutama bertujuan untuk mengembang-
kan sistem jaringan jalan kabupaten dan lokal yang terpadu
dengan jaringan jalan nasional dan jalan propinsi.
Selama Repelita IV telah dapat dilaksanakan peningkatan
jalan kota sepanjang 582 km dan jembatan 2.500 m. Pembangunan
jalan baru di wilayah perkotaan adalah sepanjang 172 km dan
pembangunan jalan bebas hambatan sepanjang 224 km.
Dengan terdapatnya kondisi prasarana jalan yang semakin
baik maka langkah kebijaksanaan dalam Repelita IV perlu di-
lanjutkan dalam Repelita V dengan mengutamakan pelaksanaan
program pemeliharaan dan rehabilitasi jalan dan jembatan se-
cara terpadu di masing-masing propinsi, kabupaten dan kota-
madya. Pelaksanaan program yang demikian dalam Repelita V
akan memerlukan usaha-usaha peningkatan kemampuan teknis apa-
ratur, pengembangan standar teknis yang lebih efisien dengan
201
perencanaan dan pemantauan yang terpadu, serta usaha terpadu
lainnya yang diperlukan dalam rangka pengembangan kemampuan
jasa industri konstruksi nasional di masing-masing daerah.
b. Angkutan Jalan Raya
Kebijaksanaan yang ditempuh dalam Repelita IV di bidang
angkutan jalan rays adalah melaksanakan peningkatan kesela-
matan dan penertiban lalu lintas jalan raya. Kebijaksanaan
tersebut bertujuan mengurangi dan menurunkan angka kecelakaan
lalu lintas baik yang disebabkan oleh faktor teknis kecela-
kaan maupun yang disebabkan oleh kelengahan pemakai jalan.
Dalam kegiatan sehari-hari pelaksanaannya dilandasi oleh
Undang-undang Nomor 3 Tahun 1965. Sejalan dengan undang-un-
dang tersebut telah dilakukan usaha untuk meningkatkan kese-
lamatan angkutan barang dan penumpang di jalan raya, baik
angkutan dalam kota maupun angkutan antar kota. Prioritas
utama diberikan kepada usaha untuk melaksanakan pengembangan
sistem angkutan jalan raya melalui pengaturan dan penetapan
trayek atau lintas pelayanan. Selain dari itu dilakukan pula
pembinaan teknis operasi kendaraan dengan menentukan spesifi-
kasi teknis kendaraan yang sesuai. Di samping itu juga dila-
kukan pembinaan sistem operasi angkutan dengan mengeluarkan
peraturan perizinan angkutan. Sejalan dengan pertumbuhan sa-
rana angkutan, maka melalui pembinaan tersebut telah dapat
dilakukan pengendalian dalam pemanfaatan jasa angkutan, yaitu
dengan jalan menyesuaikan kapasitas sarana angkutan dengan
kesempatan penggunaan ruas jalan, dan dapat` didorong terja-
dinya keseimbangan antara kebutuhan dan penawaran jasa ang-
kutan jalan raya.
202
Walaupun selama Repelita IV telah ditempuh langkah-lang-
kah kebijaksanaan pengembangan angkutan jalan raya seperti
tersebut di atas, pelaksanaan langkah-langkah tersebut secara
terpadu masih menghadapi berbagai hambatan. Adanya berbagai
hambatan itu antara lain disebabkan oleh belum adanya kesera-
gaman dalam menjabarkan fungsi dan tanggung jawab berbagai
instansi yang terkait dalam pengendalian lalu lintas dan ang-
kutan jalan raya di masing-masing daerah.
Sementara itu perkembangan teknologi sarana angkutan dan
perkembangan teknologi pembangunan prasarana jalan sudah ber-
kembang sehingga diperlukan adanya penyempurnaan atas Undang-
undang Angkutan jalan Raya Nomor 3 Tahun 1965.
Salah satu kelemahan yang dapat dirasakan akibatnya di
setiap daerah adalah kurangnya pengawasan atas mutu pelayanan
yang diberikan oleh perusahaan angkutan umum. Lemahnya peng-
awasan atas kualitas angkutan menyebabkan terjadinya kekurang
terpaduan dalam perizinan trayek. Hal ini berakibat terdapat-
nya beraneka ragam pelayanan angkutan dengan mutu angkutan
yang berbeda-beda.
Selain dari pada itu dengan adanya Undang-undang Jalan
Nomor 13 Tahun 1980, maka Undang-undang Angkutan Jalan Raya
Nomor 3 Tahun 1965 perlu pula disesuaikan. Hal-hal yang perlu
disesuaikan terutama menyangkut peraturan umum angkutan jalan
raya, antara lain yang mengenai peraturan batas kecepatan,
tanggung jawab pengemudi, tanggung jawab pemilik kendaraan,
keselamatan pejalan kaki, pengendara sepeda dan penyandang
cacat tubuh. Dengan penyesuaian-penyesuaian itu diharapkan
peningkatan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan raya
dapat terus dikembangkan.
203
Selama Repelita IV pertumbuhan sarana lalu lintas ang-
kutan jalan raya per tahun rata-rata adalah 21,8% untuk ken-
daraan bis, 8,2% untuk kendaraan truk dan pick up dan 7,4%
untuk kendaraan penumpang. Perincian perkembangannya selama
Repelita IV dapat dilihat dalam Tabel 13-3.
Perkembangan sangat pesat terjadi dalam jumlah kendaraan
komersial, dan terkait dengan itu, jumlah perusahaan angkutan
jalan raya. Pada akhir Repelita IV perusahaan angkutan jalan
raya berjumlah 2.922 buah. Dari jumlah ini 50,5% adalah pe-
rusahaan angkutan truk (1.475 buah), 4,1% perusahaan angkutan
taksi (12.1 buah) 39,9% perusahaan angkutan bis (1.168 buah),
dan 5,4% perusahaan angkutan darat lainnya (158 buah).
Hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai selama Repe-
lita IV dalam peralatan keselamatan angkutan jalan raya
adalah pemasangan 24.014 buah rambu lalu lintas, 37 unit
lampu pengatur lalu lintas, 22 unit alat fasilitas pengujian
kendaraan bermotor, dan 23 unit tempat tunggu bis kota. Se-
lain daripada itu dilanjutkan penyelesaian pembangunan
pusat-pusat pengujian kendaraan bermotor di Jawa Barat, Su-
lawesi Tenggara dan Nusa Tenggara Timur.
Selama Repelita IV telah pula terjadi pertumbuhan arus
lalu lintas di berbagai wilayah perkotaan. Untuk melayani ke-
butuhan masyarakat akan angkutan di berbagai kota telah di-
kembangkan berbagai jenis angkutan umum.
Pelayanan angkutan umum dalam kota terdiri dari angkutan
kereta api, yang. terdapat di beberapa kota, angkutan bis kota
dan jenis angkutan umum lainnya. Angkutan umum itu umumnya
dikelola dan dikembangkan oleh perusahaan perusahaan swasta
dan koperasi. Angkutan bis di beberapa kota dikembangkan oleh
pemerintah, yaitu di kota-kota Jakarta, Surabaya, Semarang,
204
TABEL 13 - 3
ARMADA ANGKUTAN JALAN RAYA
1983 dan 1988
(buah)
No. Janis Armada 1983 1988 1)
1. B i s 160.260 334.741
2. T r u k 717.873 1.012.770
3. Mobil Penumpang 869.940 1.189.764
4. Sepeda Motor 4.135.677 11.536.212
1) Angka sementara (sampai dengan Juli 1988)
205
Medan, Ujung Pandang, Bandar Lampung, Surakarta, Jember,
Dilli, Banda Aceh dan Bandung. Sementara itu untuk melayani
kebutuhan angkutan ke daerah-daerah terpencil di beberapa
daerah dikembangkan pelayanan bis perintis dengan armada se-
banyak 170 buah, tersebar di 19 lokasi. Penyediaan bis pe-
rintis tersebut telah dapat memperlancar arus penumpang umum
ke daerah-daerah terpencil.
c. Angkutan Kereta Api
Kebijaksanaan pembangunan di bidang angkutan kereta api
selama Repelita IV adalah melanjutkan rehabilitasi dan pe-
ningkatan jalan kereta api disertai dengan peningkatan dan
penambahan sarana dan fasilitas operasionalnya. Hasil yang
telah dicapai berupa rehabilitasi dan peningkatan jalan ke-
reta api sepanjang 1.324 km, rehabilitasi lokomotif 193 buah,
rehabilitasi kereta rel listrik dan diesel 435 buah, rehabi-
litasi kereta penumpang 530 buah, dan rehabilitasi gerbong
4.074 buah. Di samping itu juga telah direhabilitasi jembatan
sebanyak 314 buah dengan volume bahannya 3.283 ton dan reha-
bilitasi perangkat sinyal dan telekomunikasi 403 buah. Di
samping rehabilitasi dan peningkatan tersebut telah pula di-
lakukan penambahan berbagai sarana dan prasarana kereta api
untuk melayani kebutuhan angkutan bahan-bahan hasil produksi
pertanian, perkebunan, industri dan pertambangan. Untuk tu-
juan ini telah dilakukan penambahan lokomotip diesel sebanyak
86 buah, kereta penumpang 152 buah, gerbong barang 1.641 buah
dan kereta rel listrik 56 buah dan kereta diesel 28 buah.
Usaha-usaha peningkatan prasarana angkutan kereta api
seperti yang disebutkan di atas ini telah berhasil mening-
katkan kualitas jalan kereta api, kemampuan jalan kereta api
dan kemampuan beban jalan kereta api.
206
Menjelang akhir Repelita IV peningkatan produksi kereta
api adalah sebagai berikut. Selama Repelita IV angkutan pe-
numpang meningkat rata-rata 1,3% per tahun sehingga pada
akhir Repelita IV mencapai 50.600.000 orang; angkutan barang
meningkat rata-rata sebesar 17,1% per tahun sehingga mencapai
10.007.000 ton. Angkutan barang yang terbesar pertumbuhannya
adalah angkutan batu bara dan angkutan pupuk yang meningkat
masing-masing sebesar 96,1% dan 23,7% per tahun.
Dinyatakan dalam satuan/penumpang/km angka-angka di
atas menjadi 8.032.400.000 ton/km dengan pertumbuhan rata-
rata 6,2% per tahun untuk angkutan penumpang dan
2.209.000.000 ton/km dengan pertumbuhan rata-rata 26,5% per
tahun untuk angkutan barang.
Selama Repelita IV telah dilakukan langkah-langkah dan
upaya yang terpadu dalam meningkatkan efisiensi operasi ke-
reta api. Upaya itu terutama bertujuan meningkatkan efekti-
fitas dan efisiensi pemanfaatan sumber daya angkutan kereta
api. Dengan upaya itu diharapkan PJKA segera dapat melayani
kebutuhan masyarakat akan angkutan secara mandiri. Dalam hu-
bungan ini disadari bahwa angkutan kereta api mempunyai bebe-
rapa keunggulan komparatif dibandingkan angkutan jalan raya.
Dengan kapasitas yang dimiliki PJKA akan berusaha menggali
sumber-sumber pendapatan baru. Usaha itu akan dilakukan de-
ngan jalan memanfaatkan dan mengembangkan keunggulan kompa-
ratif yang dimiliki PJKA, antara lain daya angkutnya yang
besar, yang memungkinkannya menyelenggarakan angkutan yang
relatif murah, aman dan hemat energi.
Dalam rangka usaha ini salah satu pelayanan jasa ang-
kutan yang dikembangkan adalah angkutan peti kemas. Pengemba-
ngannya dimulai dengan membuka terminal peti kemas Gede Bage
207
(Bandung). Usaha itu akan membantu memperlancar kegiatan
ekspor non migas dengan jalan mengangkut langsung dari pusat-
pusat produksi Jawa Barat ke pelabuhan ekspor Tanjung Priok.
Usaha itu akan dikembangkan pula di beberapa lokasi lainnya yang mempunyai potensi peningkatan ekspor komoditi non migas.
Pengembangan kegiatan ini telah dapat meningkatkan efisiensi
angkutan barang dan mendorong pengembangan dan pemanfaatan
teknologi transportasi dengan peti kemas. Di samping itu ke-
giatan tersebut dikembangkan secara terpadu dengan memperte-
mukan keunggulan komparatif yang dimiliki angkutan lanjutan,
yaitu angkutan laut.
d. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan
Kebijaksanaan pembangunan angkutan sungai, danau dan pe-
nyeberangan selama Repelita IV meliputi pengembangan armada
kapal, peningkatan fasilitas dermaga dan terminal, pemba-
ngunan rambu-rambu sungai dan laut serta pembersihan dan
pengerukan alur pelayaran. Selain dari itu dilakukan pula pe-
ningkatan pelayanan operasional dan pembinaan usaha angkutan,
baik untuk lintasan utama maupun pelayanan perintis. Hasil
pembangunan yang dilaksanakan dalam Repelita IV adalah penam-
bahan 7 buah kapal penyeberangan, 7 buah dermaga sungai, 16
buah dermaga penyeberangan, 2 unit dermaga danau, 7 buah
rambu laut dan pengerukan sebanyak 163.221 m3 lumpur.
Sebagai hasil dari pelaksanaan pembangunan angkutan
sungai, danau dan penyeberangan maka menjelang akhir Repeli-
ta IV telah dapat dilakukan penyeberangan secara teratur di
27 lintasan. Jasa angkutan penyeberangan telah dapat melayani
angkutan penumpang, barang dan• kendaraan (roll on roll off)
dengan menggunakan 78 buah kapal penyeberangan, sedangkan di
208
bidang angkutan sungai dan danau telah beroperasi lebih dari
44.000 buah kapal di 46 sungai yang terutama terdapat di
P. Sumatera, P. Kalimantan dan Propinsi Irian Jaya. Sampai de-
ngan akhir Repelita IV telah dapat dilakukan penyeberangan
secara teratur antara: Balohan - Krueng Aceh, Meulaboh - Si-
nabang, Palembang - Kayu Arang, Bangka - Belitung, Merak -
Bakauhuni, Kalipucang - Cilacap, Ujung - Kamal, Jangkar -
Kalianget, Ketapang - Gilimanuk, Padangbai - Lembar, Lombok -
Alas, Sape - Komodo - Labuhan Bajo, Larantuka - Kupang, Kupang -
Rote, Penajam - Balikpapan, Bajoe - Kolaka, Bira -
Pamatata, Torubulu - Tampo, Luwuk - Salakan, Poka - Galala,
Hunimoa - Waipirit, dan Sorong - Jefman serta penyeberangan
sungai Sekura dan Kartiasa.
Dengan meningkatnya fasilitas angkutan maka produksi
angkutan sungai, danau dan penyeberangan juga meningkat.
Jumlah penumpang meningkat rata-rata sebesar 7,8% per tahun,
jumlah barang meningkat rata-rata 0,21% per tahun dan jumlah
kendaraan meningkat rata-rata 3,80% per tahun. Perinciannya
dapat dilihat dalam Tabe113-4.
Pembukaan dan penambahan rute penyeberangan telah pula
dilaksanakan. Namun masih cukup banyak kebutuhan lintas pe-
nyeberangan yang belum dapat dilayani, khususnya wilayah yang
terpencil. Terutama yang masih perlu mendapat perhatian dalam
rangka penyediaan lintas penyeberangan dengan teratur adalah
di daerah-daerah kepulauan dan daerah-daerah perbatasan. Se-
hubungan dengan itu, keterpaduan pelayanan angkutan sungai,
danau dan penyeberangan dengan angkutan laut, khususnya ang-
kutan perintis, perlu semakin ditingkatkan. Kedua jasa ang-
kutan itu perlu dikembangkan menjadi sistem angkutan yang
saling mendukung, terlebih-lebih di wilayah Indonesia bagian
timur.
209
TABEL 13 - 4
PRODUKSI ANGKUTAN PENYEBERANGAN1983/84 - 1988/89
No. Jenis Angkutan Satuan 1983/84 1988/89 1)
1. Angkutan penumpang ribu orang 18.005 25.050
2. Angkutan barang ribu ton 4.753 4.802
3. Angkutan kendaraan ribu buah 1.585 2.489
1) Angka sementara (sampai dengan Juli 1988)
210
2. Perhubungan Laut
Kebijaksanaan pembangunan perhubungan laut dalam Repe-
lita IV adalah meningkatkan peranan dan kemampuan jasa ang-
kutan laut nasional secara terpadu dengan sektor pembangunan
lainnya. Peningkatan sarana dan kemampuan tersebut bertujuan
untuk dapat menyediakan pelayanan perhubungan laut yang se-
makin luas, tertib, teratur, aman, lancar dan efisien. Dalam
hubungan ini perhatian yang lebih besar akan diberikan untuk
peningkatan pelayanan daerah terpencil.
Langkah-langkah kebijaksanaan yang ditempuh selama Repe-
lita IV dan sebelumnya, secara bertahap, telah dapat mening-
katkan peran serta angkutan laut dalam menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional, terutama dalam mendorong pertumbuhan
perdagangan antar pulau. Untuk itu selama ini telah diting-
katkan pembinaan armada pelayaran nasional dan peningkatan
fasilitas pelabuhan serta keselamatan pelayaran.
Sejalan dengan hal tersebut beberapa langkah kebijaksa-
naan strategis telah dilakukan, terutama dengan tujuan me-
ningkatkan efisiensi penyediaan jasa angkutan laut. Dengan
demikian sebab-sebab adanya ekonomi biaya tinggi yang ber-
sumber di bidang perhubungan laut akan dapat dihilangkan.
Dalam hubungan ini beberapa tahun yang lalu telah dikeluarkan
Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 1985 mengenai kebijaksanaan
kelancaran arus barang untuk meningkatkan kegiatan ekonomi.
Inpres tersebut mencakup penyempurnaan peraturan di bidang
perhubungan laut berikut:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1969 tentang Pe-
nyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut telah
disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25
211
Tahun 1985 mengenai masalah pengaturan gudang laut
dan bongkar muat barang dari dan ke kapal.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 1983 tentang
Pembinaan Kepelabuhanan disempurnakan dengan Per-
aturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1985 yang me-
nyangkut penataan kembali Administrator Pelabuhan
beserta unit kerjanya.
c. Penyempurnaan Pedoman Perhitungan Tarip Bongkar
Muat Pelabuhan dan menata kembali pembinaan tenaga
kerja bongkar muat.
d. Penambahan jumlah pelabuhan yang dapat disinggahi
oleh kapal-kapal niaga asing sehingga menjadi 118
pelabuhan.
Selain langkah-langkah penyempurnaan tersebut di atas,
dalam rangka meningkatkan efisiensi jasa pelayaran telah pula
diundangkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1988 tentang
penyelenggaraan dan pengusahaan angkutan laut, serta Per-
aturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1988 tentang penetapan badan
pelaksana bursa komoditi sebagai penyelenggara kegiatan pe-
nyediaan informasi muatan dan ruang kapal. Peraturan Peme-
rintah Nomor 17 Tahun 1988 bertujuan untuk mendorong perusa-
haan pelayaran nasional untuk meningkatkan kemandirian ber-
usaha, antara lain dengan menyesuaikan dan menentukan ke-
kuatan armada serta daerah operasinya. Dengan Peraturan Peme-
rintah ini perusahaan pelayaran bebas untuk menentukan trayek
pelayarannya. Di samping itu Peraturan Pemerintah ini juga
menentukan bahwa dalam menambah pengadaan kapal dapat dila-
kukan melalui kontrak sewa pakai ataupun beli baru.
212
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1988 bertujuan mem-
berikan kemudahan dalam penyediaan jasa informasi tentang
adanya muatan dan ruang muat kapal. Tersedianya informasi
muatan dan ruang kapal tersebut akan lebih mendekatkan penye-
dia dan pemakai jasa angkutan laut, sehingga dapat menekan
biaya dan meningkatkan daya saing komoditi.
Menjelang akhir Repelita IV armada pelayaran Nusantara
yang melayani angkutan dalam negeri berjumlah 255 kapal de-
ngan kapasitas 434.900 dwt; armada pelayaran lokal, yang ber-
peran besar pula dalam menunjang sistem jaringan pelayaran
Nusantara, berjumlah 1.018 kapal dengan kapasitas 151.896 dwt;
dan armada pelayaran rakyat, yang telah dibina melalui kope-
rasi dan bantuan motorisasi, berjumlah 3.701 kapal dengan ka-
pasitas 199.384 brt.
Dalam usaha membuka hubungan ke daerah terpencil dan
terisolir sejak 1978 telah dikembangkan armada pelayaran pe-
rintis. Pelayaran perintis melayani 16 trayek yang dilayani
dengan 16 kapal. Di samping itu juga ada armada pelayaran
khusus, yang sampai sekarang berfungsi mengangkut hasil per-
tambangan dan industri kimia. Armada itu berjumlah 2.955
kapal dengan kapasitas 2.970.317 dwt. Selain itu masih ter-
dapat tongkang dengan kapasitas 649.589 brt dan kapal tunda
dengan kapasitas 562.003 hp. Di samping itu armada pelayaran
samudera yang terdiri dari 35 kapal dengan kapasitas 446.980
dwt menunjang perdagangan internasional. Selanjutnya untuk
melayani angkutan penumpang antar pulau telah pula diting-
katkan jumlah kapal penumpang dari 4 buah kapal pada akhir
Repelita III menjadi 7 buah kapal pada akhir Repelita IV.
Ketujuh kapal ini secara keseluruhan telah dapat menyinggahi
31 pelabuhan di 20 propinsi.
213
Dalam Repelita IV perkembangan jumlah muatan dalam ne-
geri yang diangkut mengalami peningkatan yang sangat berarti;
selama Repelita III telah meningkat dengan 54,6%, dari
58.483.100 ton pada akhir Repelita III menjadi 90.417.997 ton
menjelang akhir Repelita IV. Perkembangan produktivitas arma-
da nasional dari tahun 1983/84 sampai dengan tahun 1988/89
dapat dilihat pada label 13-5.
Dalam Repelita IV juga diusahakan peningkatan kapasitas
prasarana perhubungan laut. Hasil-hasil usaha itu ialah: re-
habilitasi dermaga sepanjang 6.525 m, rehabilitasi gudang se-
luas 18.985 m2 dan penambahan dermaga baru sepanjang 5.104 m,
penambahan gudang seluas 79.550 m2, lapangan penumpukan se-
luas 114.765 m2 dan lapangan peti kemas seluas 97.770 m2. Be-
berapa pelabuhan utama telah ditingkatkan dengan pembangunan
fasilitas bongkar muat peti kemas, yaitu pelabuhan Tanjung
Priok, Tanjung Emas (Semarang), Belawan, Surabaya (Tanjung
Perak), Panjang, Palembang dan Ujung Pandang. Pelabuhan-pela-
buhan tersebut sejak pertengahan 1985 mengalami kenaikan yang
tajam dalam bongkar muat peti kemas, yaitu dalam mengangkut
barang-barang ekspor dan impor. Dengan peningkatan kapasitas
dermaga dan fasilitas pelabuhan lainnya, maka produktivitas
dermaga pelabuhan utama pada akhir Repelita IV mencapai 628,7
ton/m/tahun, pelabuhan kolektor 999,6 ton/m/tahun, pelabuhan
trunk mencapai 1.398,9 ton/m/tahun, dan pelabuhan lokal 597,2
ton/m/tahun. Hal tersebut merupakan salah satu keberhasilan
yang diperoleh dengan pelaksanaan Inpres 4/1985 dan terutama
dengan diizinkannya pelaksanaan angkutan ekspor dan impor
langsung ke 124 pelabuhan di Indonesia.
Sejalan dengan peningkatan fasilitas pelabuhan juga te-
lah dilakukan pengerukan pelabuhan dan slur pelayaran yang
214
TABEL 13 - 5
PRODUKTIVITAS ARMADA NASIONAL1983/84 dan 1988/89
(Ton/MT/Tahun)
Jenis Pelayaran 1983/84 1988/89
- Nusantara -
Lokal
- Perahu Rakyat 15,87
- Khusus dalam negeri 20,17- Samudera 30,41
14,82 18,46
18,88 21,50
14,80
25,20
39,99
215
strategis. Di beberapa pelabuhan yang mengalami pendangkalan
kolam pelabuhan dan alur pelayaran, selama Repelita IV dila-
kukan pengerukan lumpur sebanyak 61,936 juta m3. Sedangkan
untuk menunjang keselamatan pelayaran selama Repelita IV te-
lah dibangun 29 buah menara suar, 51 buah rambu suar, 112
buah pelampung suar, 86 buah stasiun radio pantai. Dalam
kurun waktu itu juga telah dilakukan penyempurnaan peta laut
di 5 lokasi. Selanjutnya telah diadakan penambahan fasilitas
kesyahbandaran yang meliputi pembangunan 30 buah kapal bandar
dan penambahan kapal patroli pengamanan pelabuhan sebanyak 4
buah kapal. Di samping itu telah pula ditingkatkan kemampuan
operasional Biro Klasifikasi Indonesia, dalam membantu pelak-
sanaan pengawasan teknis pembangunan dan perbaikan kapal.
3. Perhubungan Udara
Dalam Repelita IV kebijaksanaan pembangunan perhubungan
udara diarahkan untuk meningkatkan kemampuan angkutan udara
baik untuk pelayanan dalam negeri, termasuk angkutan udara
perintis, maupun untuk pelayanan luar negeri. Peningkatan ke-
mampuan angkutan diusahakan sejalan dengan peningkatan per-
mintaannya. Untuk melaksanakan kebijaksanaan tersebut telah
diupayakan penambahan daya tampung armada, perluasan jaringan
penerbangan, dan penambahan frekuensi penerbangan. Upaya-
upaya tersebut telah berhasil meningkatkan utilisasi pesawat,
baik untuk penerbangan dalam negeri maupun luar negeri. Se-
jalan dengan itu juga telah ditingkatkan kemampuan prasarana
landasan bandar udara disertai dengan peningkatan dalam pe-
nyediaan peralatan pendukung keselamatan penerbangan.
Dalam usaha meningkatkan operasi lalu lintas angkutan
udara, telah diusahakan penyempurnaan peraturan bina usaha
216
perusahaan penerbangan sehingga kerja sama penerbangan inter-
nasional dapat ditingkatkan. Untuk dapat memperluas jaringan
penerbangan internasional dilakukan perundingan-perundingan
dengan negara-negara sahabat untuk mengatur peningkatan pe-
manfaatan sepenuhnya jalur penerbangan (Air Rights) bagi ne-
gara yang berlintasan.
Selama Repelita IV pertumbuhan angkutan udara dalam ne-
geri rata-rata setiap tahun adalah: untuk penumpang sebesar
3,9% dan untuk angkutan barang 9,3%. Untuk angkutan udara
luar negeri berjadwal tingkat pertumbuhan rata-rata angkutan
lebih tinggi; untuk penumpang sebesar 9,1% dan untuk angkutan
barang 13,8%. Selain itu angkutan haji tumbuh rata-rata se-
besar 2,1% per tahun dan angkutan penerbangan perintis tumbuh
rata-rata sebesar 12,5%.
Produksi angkutan penerbangan dalam negeri dan luar ne-
geri pada akhir Repelita III dan akhir Repelita IV dapat di-
lihat dalam Tabel 13-6.Untuk dapat melayani tingkat pertumbuhan tersebut dalam
Repelita IV telah dilaksanakan peningkatan landasan udara.
Pada akhir Repelita IV sejumlah 5 bandara dapat digunakan
untuk pesawat sejenis B-747, 9 bandara digunakan untuk pe-
sawat sejenis DC-10/A-300, 19 bandara digunakan untuk pesawat
sejenis DC-9, 37 bandara digunakan untuk pesawat sejenis F-28
dan 55 bandara digunakan untuk pesawat sejenis F-27/CN-235.
Pada akhir Repelita IV seluruh ibukota propinsi telah dapat
didarati oleh pesawat terbang bermesin jet. Di samping itu
sebanyak 17 bandara telah digunakan sebagai pintu gerbang pe-
nerbangan internasional. Salah satu dari bandar udara ter-
sebut adalah bandar udara Soekarno-Hatta yang selesai di-
bangun dalam Repelita IV dan sejak selesai pembangunannya
217
TABEL 13 - 6PRODUKSI PENERBANGAN DALAM NEGERI
DAN PENERBANGAN LUAR NEGERIAKHIR REPELITA III DAN AKHIR REPELITA IV
218
U r a i a n Akhir AkhirRepelita Repelita
III IVSatuan
Penerbangan Dalam Negeri :
1. Km pesawat ribuan 88.163 101.650
2. Penumpang diangkut orang 5.286.497 6.679.438
3. Barang ton 49.772 76.486
4. Jam terbang jam 226.783 242.388
5. Ton-km tersedia ribuan 808.072 870.348
6. Ton-km produksi ribuan 374.776 485.362
7. Faktor muatan 1) persen 46 56
Penerbangan Luar Negeri :
orang 1.048.943 1.735.3281. Penumpang diangkut
2. Barang ton 28.366 61.576
3. Jam terbang jam 36.835 60.046
4. Ton-km tersedia ribuan 1.175.122 2.470.466
5. Ton-km produksi ribuan 545.791 1.190.910
6. Faktor muatan 1) persen 46 48
ton-km produksi 1) Faktor muatan = ton-km tersedia
telah berfungsi sebagai pintu gerbang utama penerbangan na-
sional dan internasional. Sedangkan pintu-pintu gerbang yang
lain, adalah Ngurah Rai/Bali, Pattimura/Maluku, Sam Ratu-
langi/Sulawesi Utara, Frans Kaisiepo/Irian Jaya, Polonia/Su-
matera Utara, Simpang Tiga/Riau, Tabing/Sumatera Barat, Hang
Nadim/P.Batam, El Tari/Nusa Tenggara Timur, Sepinggan/Kali-
mantan Timur dan, Juanda/Jawa Timur, S. Badarudin II/Sumatera
Selatan, Kijang/Riau, Juwata/Kalimantan Timur, Mopah/Irian
Jaya. Di bidang keselamatan penerbangan telah dilakukan pe-
nambahan peralatan telekomunikasi dan navigasi udara, sehing-
ga selama Repelita IV kehandalan operasional telah meningkat
secara berarti sehingga kemungkinan kecelakaan lalu lintas udara
makin terkurangi. Adapun perkembangan kemampuan bandar
udara selama Repelita III dan Repelita IV dapat dilihat dalam
Tabel 13-7.
Sejalan dengan peningkatan kebutuhan angkutan udara
dalam negeri, perusahaan penerbangan telah menambah armada
pesawat udaranya. Penambahan armada tersebut terdiri dari:
pesawat jenis Cassa 212 Series 100 sebanyak 1 buah, pesawat
jenis Cassa Series 200 sebanyak 9 buah, pesawat jenis CN-235
sebanyak 3 buah dan jenis F-28 series 4000 sebanyak 11 buah.
Dengan demikian, maka pada akhir Repelita IV jumlah pesawat
terbang yang beroperasi di Indonesia ada sebanyak 797 buah,
terdiri dari 216 buah pesawat dengan berat diatas 10.000 kg,
379 buah pesawat dengan berat di bawah 10.000 kg dan 202 buah
pesawat jenis sayap berputar (helikopter). Dari jumlah ter-
sebut 176 buah pesawat dioperasikan oleh perusahaan pener-
bangan berjadwal yaitu, oleh Garuda Indonesia sebanyak 81
buah pesawat, Merpati Nusantara 39 buah, Mandala 11 buah dan
Bourag 25 buah pesawat.
Dalam mengimbangi peningkatan kebutuhan masyarakat akan
219
TABEL 13 - 7
PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BANDAR UDARA
AKHIR REPELITA III DAN REPELITA IV
Kemampuan untuk Akhir Akhirpesawat sejenis Repelita III Repelita IV(penuh/terbatas) ( lokasi ) ( lokasi )
B - 747 4 5
DC-10/A-300 4 4
DC- 9 5 10
F - 28 8 18
F-27/CN-235 23 18
220
angkutan udara telah dilakukan pula perluasan jaringan pener-
bangan. Penerbangan domestik komersial berjadwal telah me-
ningkat dari 115 rute pada akhir Repelita III menjadi 134
rute pada akhir Repelita IV atau meningkat sebesar 16,5%. Se-
dangkan untuk angkutan penerbangan luar negeri, jumlah kota
yang disinggahi meningkat dari 23 kota menjadi 29 kota. Ke-
naikan rute penerbangan dalam negeri antara lain disebabkan
oleh adanya rute penerbangan perintis yang berkembang menjadi
rute komersial. Rute-rute penerbangan baru yang telah dibuka
adalah: Balikpapan - Pontianak, Pontianak - Batam, Batam -
Medan, Denpasar - Manado, Denpasar - Biak. Dalam Repelita IV
juga telah dikembangkan kerja sama penerbangan regional dengan
negara-negara tetangga, yaitu lintasan penerbangan Kupang -
Darwin, Balikpapan - Brunei Darusallam, Tarakan - Kota Kini-
balu, Manado - Cebu dan Pontianak - Kuching.
4. Pos dan Giro
Tujuan pembangunan pos dan giro dalam Repelita IV adalah
terutama memperluas jangkauan pelayanan sampai ke semua ke-
camatan, desa-desa, daerah pemukiman transmigrasi dan daerah-
daerah terpencil. Menjelang akhir Repelita IV jangkauan pela-
yanan pos telah mencapai 3.525 kecamatan dari 3.552 kecamatan
di Indonesia, atau telah mencapai 99,2%. Selain itu sebanyak
719 lokasi transmigrasi dari 783 lokasi transmigrasi yang
ada, atau 91,8%, telah pula memiliki fasilitas pos.
Pelayanan pos dan giro tersebut dilaksanakan oleh 313
kantor pos besar, 532 buah kantor pos tambahan, 1.978 buah
kantor pos pembantu, 9 buah sentral giro dan 103 buah loket
lanjutan. Untuk meningkatkan mutu pelayanan dan efisiensi
serta produktivitas kegiatan pos telah ditingkatkan pemakaian
peralatan mekanis di loket-loket pelayanan, standardisasi
221
sampul surat, dan penetapan sistem kode pos. Dalam hubungan
ini dilakukan pembukaan jenis-jenis pelayanan baru yang ter-
diri dari birofax, surat kilat luar negeri (E.M.S) dan penam-
bahan dapur-dapur pos di pusat-pusat kegiatan masyarakat.
Tabel 13-8 menggambarkan lebih lanjut perkembangan beberapa
fasilitas pos dan giro selama Repelita IV.
Dalam Repelita IV tugas pelayanan pos juga telah semakin
dapat membantu masyarakat dalam berbagai kegiatan. Pelayanan
dukungan kemudahan tersebut meliputi, misalnya, pelaksanaan
pendaftaran dan pungutan iuran Televisi, penerimaan pemba-
yaran rekening listrik, pelayanan untuk pembayaran berbagai
jenis pajak, penerimaan penyetoran tabungan uang muka dan
angsuran KPR-BTN, penunjang penyelenggaraan kegiatan Univer-
sitas Terbuka, dan pelayanan lain di pusat-pusat wisata.
Dengan langkah-langkah tersebut lalu lintas pos dan giro
dalam negeri dan luar negeri meningkat rata-rata 9% per ta-
hun. Lalu lintas pos tersebut meliputi surat pos biasa, surat
pos kilat, pos kilat khusus dan pos udara ke luar negeri. Pe-
ningkatan produksi tersebut didukung dengan usaha peningkatan
efisiensi dan efektivitas pelayanan yang terdiri dari penyem-
purnaan tolok ukur waktu tempuh, penyempurnaan pola antaran
pos serta pemasyarakatan pemakaian kode pos seluas-luasnya.
Di samping itu dikembangkan pula diversifikasi pelayanan jasa
pos dengan mengikutsertakan swasta dalam penyelenggaraan
pengiriman surat pos jenis tertentu. Peningkatan pemeliharaan
dan fungsi pengawasan melekat dalam sistem operasional pos
dan giro telah dikembangkan secara menyeluruh.
5. Telekomunikasi
Pembangunan telekomunikasi selama Repelita IV ditujukan
222
TABEL 13 - 8
FASILITAS POS DAN GIROREPELITA III DAN REPELITA IV
No. Uraian Satuan Repelita III Repelita IV
1. Kantor Pos Pembantu/ buah 1.218 1.978Kantor Pos Tambahan buah 284 532Kantor Pos buah 211 313
2. Sentral Giro buah 9 9
3. Loket Ekstension buah--
103
4. Kantor Kepala Daerah Pos buah 12 14
5. Pos Keliling dan Angkutan Lokal :
a. Mobil/Kendaraan Pos buah 607 967b. Sepeda Motor buah 2.876 4.016
6. Bis Surat buah 6.422 12.674
223
untuk memperluas jaringan dan sambungan telepon, transmisi,
telegrap dan teleks, dan jaringan komunikasi data. Pemba-
ngunan tersebut terutama diutamakan agar dapat meningkatkan
keandalan pelayanan bagi masyarakat.
Hasil yang dicapai dalam pembangunan telekomunikasi sam-
pai menjelang akhir Repelita IV antara lain adalah: penam-
bahan kapasitas telepon otomat, digital dan manual sebanyak
411.093 SST, telepon umum sebanyak 17.974 unit, telegrap se-
banyak 20.220 ss dan teleks sebanyak 7.900 SSTX. Selain itu
telah pula diperluas jaringan transmisi yang terdiri dari:
Transmisi Gelombang Mikro di 3 lokasi, pembangunan Sistem Ko-
munikasi Serat Optik (SKSO) di wilayah Jabotabek, pembangunan
transmisi laut berupa Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) di
2 lokasi, dan pembangunan transmisi satelit yang meliputi
pembangunan 124 buah SBB/SBS/SBK. Juga dilakukan peluncuran
satelit yang mendukung Sistem Komunikasi Satelit Domestik
(SKSD) Palapa B2P dan B2R.
Dengan hasil pembangunan di bidang telekomunikasi dalam
negeri, maka jangkauan pelayanan telekomunikasi pada akhir
Repelita IV telah mencapai 2.069 kecamatan, yang berarti
58,4% dari seluruh kecamatan yang ada di Indonesia. Sedangkan
jumlah kota yang terjangkau oleh jaringan Sambungan Langsung
Jarak Jauh (SLJJ) meningkat dari 106 buah pada akhir Repelita
III menjadi 113 buah pada akhir Repelita IV.
Di bidang jasa telekomunikasi internasional, jumlah ne-
gara tujuan yang dapat dihubungi dengan Sambungan Langsung
Internasional (SLI) telah meningkat dari 58 negara pada tahun
1983 menjadi 127 negara pada akhir Repelita IV. Hubungan
langsung internasional dapat dilakukan dari 8 kota yaitu
Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Nusa
224
Dua/Denpasar dan Makale/Tana Toraja. Di samping itu telah
pula dikembangkan Sambungan Komunikasi Data Paket (SKDP) dari
kota Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan yang masing-masing
dapat berhubungan dengan 29 negara. Di samping telah dikem-
bangkan pula pelayanan Birofax di 10 kota lainnya. Selain
dari itu juga telah dikembangkan hubungan telekomunikasi lin-
tas batas dengan negara tetangga dari kota-kota Sekupang,
Tanjung Pinang, Dumai, Pekanbaru dan Balikpapan dengan kota
Singapura.
Jasa pelayanan telekomunikasi di beberapa kota telah
dapat dikembangkan dengan mengikutsertakan pihak swasta,
yaitu dalam pelayanan Radio Panggil untuk umum di 10 kota.
Selain itu dilaksanakan pula pengembangan Sistem Telekomuni-
kasi Kendaraan Bermotor (STKB) dengan penggunaan teknologi
cellular yang telah dapat pula dioperasikan untuk hubungan
antar kota.
Di bidang operasional terus diupayakan peningkatan
efisiensi operasi melalui peningkatan keberhasilan panggil
telepon. Pelaksanaannya telah dapat menurunkan tingkat gang-
guan telepon, yaitu dari 6,34 gangguan per 100 telepon pada
akhir Repelita III menjadi 5,53 gangguan per 100 telepon pada
akhir Repelita IV. Usaha ini telah meningkatkan produksi te-
lekomunikasi dari 20.300,0 juta pulsa pada akhir Repelita III
menjadi 24.000,0 juta pulsa pada akhir tahun 1988. Demikian
pula halnya penggunaan teleks yang telah meningkat dari 790
juta pulsa pada akhir Repelita III menjadi 2.015,0 juta pada
akhir tahun 1988.
Walaupun telah diupayakan penambahan kapasitas telepon
untuk kebutuhan masyarakat, pertumbuhan permintaan sambungan
telepon setiap tahunnya meningkat dengan pesat. Sehingga
225
perlu ditingkatkan efisiensi operasional jasa telekomunikasi.
Pengembangan manajemen pengelolaan, keuangan, perencanaan,
dan pengendalian, terus diupayakan untuk ditingkatkan agar
dapat melayani peningkatan permintaan masyarakat.
Salah satu usaha dalam meningkatkan pengawasan dan pe-
nertiban penggunaan frekuensi radio adalah pelaksanaan pemba-
ngunan jaringan monitoring frekuensi radio nasional. Kegiatan
itu untuk tahap pertama mencakup pembangunan 3 buah Stasiun
Monitor Tetap HF dan VHF/UHF, 2 buah Stasiun Semi Tetap HF
dan 16 buah Stasiun Monitor Bergerak HF dan VHF/UHF. Dengan
adanya penambahan peralatan tersebut, selama Repelita IV
pengawasan penggunaan spektrum frekuensi radio makin dapat
ditingkatkan. Untuk meningkatkan keterampilan dan efisiensi
operasi, sejumlah tenaga pelaksana telah pula dilatih dan di-
tambahkan di daerah-daerah.
Pemanfaatan peralatan telekomunikasi produksi dalam ne-
geri telah pula ditingkatkan. Penggunaan perangkat telekomu-
nikasi produksi dalam negeri meliputi antara lain Sentral Te-
lepon Otomat/Digital (STO/STD), Sambungan Telepon Kendaraan
Bergerak (STKB), Stasiun Bumi Kecil (SBK) dan perangkat komu-
nikasi radio. Perangkat komunikasi radio dengan tingkat
frekuensi antara 400 MHz - 1,5 GHz diutamakan penggunaannya
untuk meningkatkan hubungan antara daerah-daerah pedesaan de-
ngan ibukota kecamatan. Mutu perangkat telekomunikasi pro-
duksi dalam negeri telah pula meningkat sehingga beberapa di
antaranya telah dapat dipasarkan di beberapa negara lain.
Adapun kapasitas prasarana telekomunikasi pada akhir Re-
pelita IV dibandingkan akhir Repelita III dapat dilihat pada
Tabel 13-9.
226
TABEL 13 - 9
KAPASITAS TELEKOMUNIKASI
1983/84 dan 1988/89
No. U r a i a n 1983/84 1988/89
1. Kapasitas Telepon Manual/Analog/Otomat/Digital 666.133 sst 1.095.200 sst
2. Kapasitas Teleks 12.220 sstx 20.120 sstx
3. Jaringan Kabel (UPS) 394.150ssp 960.660 ssp
4. Kota dengan saran (SLJJ) 106 kota 113 kota
5. Sambungan Langsung Internasional(SLI)
58 negara 127 negara
6. Transmisi Satelit :
. SBB/SBS/SBK/SBM 97 buah 221 buah
. Retrofit Antenna - 24 lokasiKanal SCPC/FDMA/TDMA - 900 kanal
. Palapa B1/B2P/B2R 2 buah 2 buah
. Saluran 25.730 kanal 38.833 kanal
7. Pencapaian Jangkauan Pelayanandari 3.541 kecamatan 1.407 Kec. 2.069 Kec.
227
6. Meteorologi dan Geofisika
Dalam pelaksanaan Repelita IV pengembangan jasa meteoro-
logi dan geofisika telah dapat pula ditingkatkan. Sasaran
utama ditujukan pada bidang prasarana; hasilnya adalah pemba-
ngunan stasiun meteorologi sebanyak 5 unit, stasiun klimato-
logi 1 unit, stasiun geofisika sebanyak 2 unit, stasiun kerja
sama (Pos Pengamatan Meteo Pertanian Khusus, Pos Pengamatan
Iklim, Pos Pengamatan Penguapan dan Pos Pengamatan Hujan) se-
banyak 586 buah, dan stasiun bumi satelit cuaca sebanyak 1
buah. Dengan tersedianya peralatan tersebut telah dapat di-
tingkatkan dan diperluas jaringan stasiun pengamat dengan lo-
kasi yang lebih tersebar di semua daerah sehingga dapat digu-
nakan untuk pelayanan operasi data meteorologi dan geofisika
selama 24 jam. Di samping itu dengan penggunaan teknologi
yang lebih maju telah dimungkinkan usaha peningkatan dan per-
luasan inventarisasi data meteorologi dan geofisika yang
lebih teliti berdasarkan sumber daya alam yang dimiliki se-
cara nasional. Selanjutnya telah ditingkatkan pula keteram-
pilan tenaga ahli dalam pengelolaan jasa tersebut.
Pelaksanaan pembangunan tersebut pada akhir Repelita IV
telah berhasil memberikan ramalan cuaca dengan ketelitian
mendekati 90%. Pada akhir Repelita III ketelitian ramalan
baru mencapai 72,5%.
Dengan adanya peningkatan mutu penggunaan data ramalan
telah dapat ditingkatkan untuk menunjang pembangunan. Publi-
kasi periodik yang dihasilkan mencakup informasi mengenai pe-
rubahan-perubahan alam yang terjadi, seperti hujan, angin,
gempa, iklim serta prakiraan dan ramalan cuaca, telah digu-
nakan secara teratur untuk penerbangan, klimatologi perta-
nian, dan informasi geofisika.
228
Adapun peningkatan stasiun dan kemampuan peralatan yang
dimiliki pada akhir Repelita IV dibandingkan akhir Repeli-
ta III dapat dilihat dalam Tabel 13-10.
7. Pariwisata
Tujuan utama pembangunan pariwisata dalam Repelita IV
diarahkan agar dapat memperluas kesempatan kerja dan kesem-
patan berusaha. Selain daripada itu peningkatan arus kun-
jungan wisatawan ke Indonesia diharapkan akan meningkatkan
penerimaan devisa. Untuk mencapai sasaran tersebut antara
lain telah ditempuh langkah-langkah yang diarahkan pada
pengembangan dan perluasan Daerah Tujuan Wisata (DTW). Dalam
kegiatan pengembangan DTW diusahakan selalu dijaga terpeliha-
ranya keseimbangan dan keserasian dalam memanfaatkan kekayaan
alam dan budaya sebagai daya tarik menjadi objek wisata yang
terpadu. Berkaitan dengan langkah tersebut dikembangkan pula
kegiatan pembinaan lingkungan wisata dengan jalan mendorong
pertumbuhan usaha kepariwisataan, meningkatkan mutu produk
wisata, menyederhanakan perizinan, memperluas pintu masuk
wisata serta memberikan kemudahan izin dan masa tinggal kun-
jungan wisatawan asing.
Selama Repelita III telah mulai dilaksanakan pengembang-
an 10 DTW, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, DKI Jakarta,
Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Bali,
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Dalam Repelita IV selain
melanjutkan pengembangan DTW tersebut, telah diperkenalkan
pula 6 DTW lainnya yaitu propinsi-propinsi Aceh, Riau, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Kalimantan
Timur. Dalam Repelita IV telah dapat ditingkatkan kunjungan
wisatawan ke DTW-DTW tersebut. Keberhasilan usaha peningkatan
229
TABEL 13 - 10
KEADAAN STASIUN-STASIUN METEOROLOGI DAN GEOFISIKATahun 1983/84 dan 1988/89
(buah)
No. Jenis Stasiun 1983/84 1988/89
1. Stasiun Meteorologi 107 112
2. Stasiun Klimatologi 15 16
3. Stasiun Geofisika 26 28
4. Stasiun Kerjasama :Pos Pengamatan Meteo per-)tanian Khusus )Pos Pengamatan Iklim ) 4.596 5.182
5.
Pos Pengamatan Penguapan )Pos Pengamatan Hujan )
Stasiun Bumi Satelit Cuaca 1
230
kunjungan ke DTW-DTW tersebut terutama berkat adanya pening-
katan pengembangan obyek wisata alam dan budaya, peningkatan
kerja sama perusahaan penerbangan Indonesia dengan perusaha-
an-perusahaan penerbangan negara lain, pembinaan industri
pariwisata dan berkat pemberian kemudahan keimigrasian serta
bebas visa bagi wisatawan dari 32 negara. Di samping itu da-
lam Repelita IV juga ditingkatkan kegiatan-kegiatan pemasaran
di beberapa negara lainnya. Dalam hubungan ini dilakukan pe-
ningkatan kunjungan misi-misi budaya nasional dan partisipasi
dalam pameran dan peristiwa-peristiwa pariwisata dunia. Di
samping itu telah ditambah pula pintu masuk bagi para wisa-
tawan yang akan berkunjung ke negara kita. Berkat langkah dan
usaha tersebut di atas jangkauan pasar wisata kita telah da-
pat diperluas ke negara-negara Eropa Barat, Skandinavia, Ko-
rea Selatan, Taiwan, Australia dan Selandia Baru.
Tantangan yang dihadapi dalam upaya meraih peningkatan
arus kunjungan wisatawan selama Repelita IV antara lain
adalah resesi dunia yang berkepanjangan dan semakin mening-
katnya persaingan dari negara-negara tujuan wisata lainnya,
khususnya dari negara-negara tetangga. Menghadapi kedua hal
tersebut telah diupayakan pelaksanaan beberapa terobosan, mi-
salnya dengan menambah dan membuka rute penerbangan baru
langsung ke obyek-obyek wisata seperti Bali, Pontianak,
Kupang, Biak, Medan dan P. Batam. Untuk penerbangan ke obyek-
obyek wisata tersebut diberikan insentif berupa tarip pener-
bangan disertai perbaikan dalam pelayanan.
Beberapa tahun terakhir ini juga diupayakan untuk me-
ningkatkan kunjungan wisatawan terutama dengan memanfaatkan
peluang yang timbul sebagai akibat menguatnya nilai beberapa
231
mata uang asing terhadap rupiah. Di samping itu variasi pro-
duk wisata Indonesia akhir-akhir ini juga ditingkatkan, se-
hingga mutu, jenis dan nilai jual produk wisata meningkat
baik daya tariknya bagi para wisatawan maupun daya saingnya.
Untuk membantu meningkatkan pertumbuhan usaha di bidang
industri pariwisata juga telah diciptakan berbagai kemudahan
guna meningkatkan iklim investasi. Berbagai penyederhanaan
peraturan perizinan bagi para pengusaha telah diberikan.
Salah satu bidang pemasaran yang telah diprioritaskan
untuk ditingkatkan adalah partisipasi nasional dalam pangsa
pasar konvensi dan pertemuan-pertemuan internasional. Dalam
hubungan ini terus ditingkatkan usaha penggalakan "mice in-
dustry" (meetings, insentive travels, conventions, exhibi-
tions) yang semakin berkembang dan telah banyak dilangsungkan
di Indonesia. Pangsa pasar ini diharapkan dapat menjadi pasar
potensial yang dapat meningkatkan kunjungan wisatawan asing
dan penerimaan devisa karena pengeluaran yang meningkat oleh
setiap wisatawan.
Berkat pelaksanaan pembangunan di bidang pariwisata,
laju pertumbuhan kedatangan wisatawan asing sejak tahun 1983
menunjukkan pertumbuhan yang terus meningkat. Pertumbuhannya
dalam tahun 1984 mencapai 9,3%, tahun 1985 mencapai 6,9%, ta-
hun 1986 mencapai 10,1%, tahun 1987 mencapai 27,3% dan tahun
1988 mencapai 26,4%. Negara pasaran utama adalah Jepang,
Eropa Barat, Amerika Utara, ASEAN, Australia dan negara Asia
Pasifik lainnya. Arus kunjungan wisatawan asing tahun 1983
dan tahun 1988 dapat dilihat pada Tabel 13-11.
Berkat peningkatan peran serta kalangan swasta dalam
pengembangan industri pariwisata, dewasa ini telah dibangun
sarana akomodasi yang memadai, antara lain berupa hotel yang
232
TABEL 13 - 11
ARUS KUNJUNGAN WISATAWAN ASING KE INDONESIA
1983 dan 1988
(orang)
T a h u n Jumlah Wisatawan
1983 638.855
1988 1) 1.326.800
1) Angka sementara
233
berbintang. Jumlah hotel berbintang sampai tahun 1988 ada se-
banyak 391 buah, tempatnya tersebar di 24 propinsi dan kapa-
sitas seluruhnya sebanyak 29.253 kamar.
I I I . KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH
Sejalan dengan petunjuk Garis-garis Besar Haluan Negara,
peranan Sektor Perhubungan dan Pariwisata dalam Repelita V
diarahkan untuk dapat mendorong tercapainya kenaikan produksi
barang dan jasa di seluruh sektor pembangunan. Selain itu
pembangunan perhubungan bertujuan pula mendorong terlaksa-
nanya pemerataan pembangunan ke seluruh wilayah Tanah Air,
dengan mengutamakan pembangunan perhubungan untuk daerah pe-
desaan, daerah dan pulau terpencil, daerah transmigrasi dan
daerah perbatasan. Pelaksanaan pembangunan perhubungan, di
samping akan memperlancar pelaksanaan roda perekonomian, juga
akan membantu usaha memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa
dan usaha mewujudkan Wawasan Nusantara, serta dapat makin me-
ningkatkan ketahanan nasional.
Sasaran langsung pembangunan perhubungan adalah untuk
dapat memperlancar arus manusia, barang dan jasa serta in-
formasi keseluruh penjuru Tanah Air. Sasaran itu dicapai de-
ngan jalan meningkatkan pembangunan perhubungan darat, perhu-
bungan laut dan perhubungan udara, telekomunikasi serta pos
dan giro. Di samping itu dalam rangka meningkatkan mutu pela-
yanan dan produktivitas prasarana dan saran perhubungan akan
ditingkatkan kegiatan operasi dan pemeliharaan di masing-ma-
sing subsektor.
Pembangunan perhubungan selama Repelita V dilaksanakan
secara serasi dan terpadu, baik dalam lingkungan sektor per-
234
hubungan sendiri maupun dalam hubungannya dengan sektor-sek-
tor pembangunan lainnya. Tercapainya keserasian dan keterpa-
duan itu diharapkan akan dapat meningkatkan hasil-hasilnya
berupa prasarana dan sarana yang memungkinkan terlaksananya
kegiatan-kegiatan perhubungan yang lebih luas, tertib, ter-
atur, aman, lancar, cepat dan efisien dengan biaya yang ter-
jangkau oleh masyarakat. Khusus bagi daerah pedesaan, daerah
dan pulau terpencil, daerah transmigrasi dan daerah perbatas-
an pelaksanaan pembangunan perhubungan akan ditingkatkan se-
cara lebih serasi dan terpadu serta saling menunjang dengan
bidang-bidang lainnya.
Dalam rangka pengembangan potensi perhubungan nasional
perlu dilaksanakan penyederhanaan peraturan di berbagai bi-
dang perhubungan. Penyederhanaan peraturan di berbagai bidang
akan dapat mendorong peningkatan peran serta masyarakat dan
peningkatan mutu pelayanan serta peningkatan efisiensi dalam
pengelolaan usaha perhubungan. Di samping itu langkah-langkah
yang juga perlu dilanjutkan adalah pengembangan dan peman-
faatan teknologi perhubungan yang tepat. Langkah lain yang
juga masih sangat diperlukan adalah penyelenggaraan pendidik-
an dan latihan untuk penyediaan tenaga kerja yang ahli dan
terampil. Dalam pendidikan dan latihan yang diselenggarakan
perlu diperhatikan pembinaan jiwa kebaharian dan kedirganta-
raan. Selanjutnya prasarana dan sarana keselamatan dan ke-
amanan perhubungan baik di darat, di laut maupun di udara
juga perlu terus ditingkatkan.
Adapun rencana pengembangan dan langkah kebijaksanaan
yang akan dilaksanakan dalam masing-masing sub sektor adalah
sebagai berikut.
235
1. Perhubungan Darat
Pembangunan perhubungan darat dalam Repelita V dilan-
jutkan dengan tujuan agar dapat meningkatkan penyediaan, ke-
mampuan, dan pelayanan angkutan jalan raya, angkutan kereta
api, serta angkutan sungai, danau dan penyeberangan dan ang-
kutan di wilayah perkotaan. Langkah dan kebijaksanaan yang
ditempuh dalam Repelita V di bidang perhubungan darat adalah
seperti di bawah ini.
a. Jalan dan Jembatan
Kebijaksanaan dan langkah-langkah di bidang Jalan dan
Jembatan dalam Repelita V adalah melanjutkan kegiatan pemba-
ngunan jalan dengan mengutamakan pembangunan jaringan jalan
di pusat-pusat pertumbuhan dan pusat-pusat produksi serta ja-
lan yang menghubungkan daerah produksi dengan daerah pemasar-
annya. Selain dari itu diutamakan pula pembangunan jalan
untuk membuka daerah terpencil dan jalan yang mendukung pe-
ngembangan pemukiman transmigrasi. Pembangunan jalan dalam
kota yang lalu lintasnya sangat padat juga akan dilanjutkan
dan ditingkatkan.
Pelaksanaan pembangunan jalan dan jembatan selama Repe-
lita V diarahkan agar pengembangannya dapat membentuk sistem
jaringan jalan yang terpadu yang terdiri dari jalan nasional,
jalan propinsi, jalan kotamadya dan jalan kabupaten. Keterpa-
duan sistem tersebut dapat mendukung peningkatan kemampuan
perhubungan darat yang lebih luas dan efisien diseluruh dae-
rah. Dengan demikian sistem jaringan yang ada akan dapat me-
layani kebutuhan masyarakat secara optimal.
Sasaran utama pembangunan jaringan jalan nasional dan
propinsi adalah meningkatkan kemampuan teknis jaringan jalan
236
tersebut. Dengan peningkatan itu diharapkan pada akhir Repe-
lita V jaringan jalan nasional dan propinsi yang telah berada
dalam kondisi mantap semakin meningkat. Di samping itu ke-
giatan pemeliharaan yang terencana dan berjadwal teratur akan
ditingkatkan sehingga jalan dapat dipertahankan dalam keadaan
baik. Mengingat sebagian besar dari jaringan jalan tersebut
mempunyai fungsi sebagai jalan arteri dan jalan kolektor,
maka melalui program peningkatan diupayakan agar jaringan ja-
lan tersebut mempunyai kemampuan teknis yang lebih tinggi,
terlebih-lebih mengingat jaringan jalan tersebut melayani
angkutan jalan raya dengan daya angkut kendaraan yang besar.
Diharapkan jaringan jalan tersebut dapat menunjang kelancaran
angkutan dari pusat-pusat produksi ke daerah pemasarannya se-
cara optimal.
Usaha-usaha tersebut di atas ini didukung dengan pening-
katan kemampuan pelaksanaan pekerjaan pembangunan jalan se-
hingga dapat diperoleh mutu konstruksi yang semakin meningkat.
Tujuan utama pembangunan jalan kabupaten dalam Repe-
lita V adalah memperpanjang jaringan jalan kabupaten yang
berada dalam kondisi mantap. Di samping itu melalui pening-
katan kegiatan pemeliharaan yang teratur dan mantap kondisi-
nya dapat dipertahankan. Dengan demikian dapat diperluas ja-
ringan jalan dalam kondisi mantap dan terpadu yang akan mampu
mendukung perkembangan daerah-daerah produksi dan perkembang-
an pemukiman, termasuk pemukiman transmigrasi. Peningkatan
kemampuan struktur dan geometri jalan kabupaten dalam Repe-
lita V akan menjadi perhatian utama dan dilaksanakan secara
bertahap di semua daerah. Dengan usaha-usaha itu diharapkan
pada akhir Repelita V semakin banyak jalan kabupaten yang
berada dalam keadaan baik dan terpelihara.
237
Peningkatan tersebut disesuaikan dengan pertumbuhan lalu
lintas yang terjadi di masing-masing ruas jalan. Untuk pe-
ningkatan itu dikembangkan kemampuan pelaksanaannya di ma-
sing-masing wilayah sekitar ruas jalan yang ditingkatkan se-
hingga dapat memperluas kesempatan kerja bagi tenaga kerja
setempat.
Tujuan pembangunan jalan kotamadya adalah meningkatkan
kapasitas jaringan jalan di masing-masing kotamadya, sejalan
dengan meningkatnya fungsi pelayanan jalan dalam kota.
Dalam pembangunan jalan bebas hambatan (tol) dalam Repe-
lita V diutamakan penyelesaian sasaran Repelita IV. Biaya
pembangunannya dibebankan pada pemakai jalan melalui peneri-
maan biaya tol dan pengerahan tabungan masyarakat. Pembangun-
an jalan bebas hambatan dilaksanakan setelah dilakukan pene-
litian yang seksama mengenai manfaat dan biayanya secara ke-
seluruhan. Pelaksanaan pembangunannya mengikutsertakan seba-
nyak mungkin modal masyarakat dan dunia usaha.
Demikianlah dapat disimpulkan bahwa kebijaksanaan pemba-
ngunan jalan dan jembatan selama pelaksanaan Repelita V meng-
usahakan agar seluruh jaringan jalan dapat berfungsi dalam
hubungan yang saling mendukung secara terpadu. Kegiatan ma-
sing-masing program diarahkan untuk menjadikan fungsi jaring-
an jalan sebagai suatu sistem jaringan prasarana yang meluas
dan terpadu sehingga dapat mengikat dan menghubungkan pusat-
pusat pertumbuhan dan pusat-pusat produksi dengan simpul-sim-
pul jasa distribusi di semua daerah.
Dengan memperhatikan kemampuan yang dapat tersedia dalam
Repelita V, kapasitas masing-masing ruas jalan tahap demi ta-
hap ditingkatkan. Peningkatannya dilaksanakan melalui bebe-
rapa kegiatan program pembangunan. Program rehabilitasi dan
238
pemeliharaan jalan dan jembatan terutama bertujuan memperta-
hankan kemampuan ruas-ruas jalan strategis dan mantap dalam
jaringan jalan nasional, propinsi, kabupaten dan kotamadya.
Program rehabilitasi dan pemeliharaan meliputi kegiatan peme-
liharaan rutin, pemeliharaan berjangka, penunjangan dan reha-
bilitasi konstruksi jalan dan jembatan. Selain rehabilitasi
dan pemeliharaan ruas-ruas jalan juga dilakukan peningkatan
jalan dan penggantian jembatan agar dapat menampung arus lalu
lintas kendaraan yang terus tumbuh. Program peningkatan jalan
dan penggantian jembatan meliputi jalan yang sudah mantap
yang perlu ditingkatkan serta diupayakan dapat pula memper-
baiki keadaan jalan yang tidak mantap.
Pembangunan jalan baru akan diutamakan untuk dapat me-
nembus daerah-daerah yang belum terjangkau oleh jasa pelayan-
an perhubungan. Tujuannya adalah membuka daerah-daerah poten-
sial agar dapat didorong pertumbuhan ekonominya dan kegiatan-
kegiatan pembangunannya di bidang-bidang yang lain.
Rencana pembangunan di bidang jalan dan jembatan selama
Repelita V untuk masing-masing program adalah sebagai berikut.
(1) rehabilitasi dan pemeliharaan jalan nasional dan
propinsi sepanjang 188.010 km dan jembatan sepanjang
149.100 m, jalan dan jembatan kabupaten 323.500 km,
jalan dan jembatan kotamadya sepanjang 68.950 km.
(2) peningkatan jalan dan jembatan nasional dan propin-
si sepanjang 24.800 km dan 54.000 in, jalan dan jem-
batan kabupaten 45.153 km dan 80.000 m, jalan dan
jembatan kotamadya 1.100 km dan 15.000 in.
(3) pembangunan baru jalan arteri sepanjang 500 km dan
jembatan sepanjang 4.200 in, jalan dan jembatan
kotamadya 344 km dan pembangunan jalan tol 295 km.
239
TABEL 13 - 12RENCANA PROGRAM DI BIDANG JALAN DAN JEMBATAN
UNTUK REPELITA V
SatuanSasaranRepelita V
km 188.010
km 323.500
km 68.950
km 24.800m 54.000
km 45.153m 80.000
km 1,100m 15.000
km 500
m 4.200
km 344
km 295
No. Jenis Program
1. Rehabilitasi dan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan
a. Jalan Nasional dan Propinsi
b. Jalan Kabupaten
c. Jalan Kota
2. Peningkatan Jalan dan Jembatan
a. Jalan Nasional dan Propinsi Jembatan
b. Jalan Kabupaten Jembatan
c. Jalan Kota Jembatan
3. Pembangunan Jalan dan Jembatan
a. Jalan Arteri
b. Jembatan
c. Jalan Kota
d. Jalan Tol
240
Perincian program pembangunan jalan dan jembatan dapat
dilihat pada Tabel 13-12.
b. Angkutan Jalan Raya
Kebijaksanaan pembangunan di bidang lalu lintas dan ang-
kutan jalan raya, sesuai dengan petunjuk Garis-garis Besar
Haluan Negara, ditujukan untuk dapat meningkatkan efisiensi
jasa angkutan jalan raya yang meliputi angkutan penumpang dan
muatan dalam kota, antar kota, dan antar daerah. Untuk menca-
pai tujuan tersebut dalam Repelita V dilakukan pembinaan dan
pengembangan jasa angkutan secara serasi dan terpadu dengan
memperhatikan fungsi pelayanan masing-masing jenis jasa ang-
kutan. Kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan jasa angkutan
jalan raya dalam Repelita V diutamakan untuk dapat meningkat-
kan daya guna masing-masing jenis angkutan dalam mendukung
kelancaran mobilitas barang dan penumpang sehingga biaya ang-
kutan dapat rendah sesuai dengan kemampuan masyarakat.
Dalam hubungan ini peningkatan efisiensi pengelolaan
jasa angkutan dilakukan dengan menyempurnakan jaringan ang-
kutan jalan raya yang terpadu yang terdiri dari jaringan lin-
tas angkutan penumpang dan jaringan lintas angkutan barang.
Dalam hubungan ini diperhatikan penggunaan ruang angkut de-
ngan kendaraan yang sesuai, sehingga dapat menciptakan kete-
raturan dan keterandalan pelayanan angkutan yang didasarkan
pada kebutuhan masyarakat.
Dalam rangka usaha meningkatkan efisiensi pengelolaan
jasa angkutan dikembangkan pula pengawasan kelaikan kendaraan
dengan penetapan spesifikasi teknis kendaraan, yaitu dimensi
dan berat kendaraan yang sesuai dengan kemampuan daya dukung
prasarana jalan.
241
Selain itu dalam usaha meningkatkan efisiensi jasa ang-
kutan jalan raya, di masing-masing daerah dikembangkan termi-
nal-terminal jalan raya sebagai simpul jaringan distribusi
angkutan, baik angkutan penumpang maupun angkutan barang.
Pengelolaan kawasan terminal tersebut diusahakan dengan
cara-cara yang dapat meningkatkan efisiensi jasa angkutan
jalan raya. Untuk itu dalam pengembangannya dipadukan dengan
rencana pengembangan angkutan di masing-masing daerah. Kawas-
an terminal tersebut dapat pula dikembangkan menjadi pusat-
pusat pertumbuhan, baik untuk angkutan antar jenis perhubung-
an termasuk pengembangan terminal angkutan antar kota dengan
peti kemas. Dalam pembangunan dan pengelolaan kawasan termi-
nal tersebut didorong dan diberikan kesempatan yang seluas
luasnya keikutsertaan pihak swasta.
Dalam Repelita V dilakukan penyederhanaan perizinan
usaha angkutan jalan raya, dengan mengutamakan pemberian per-
izinan sesuai dengan profesionalisme dalam berusaha. Masing-
masing pengusaha jenis angkutan dapat menyediakan jasa ang-
kutan dengan mempertimbangkan mutu pelayanan. Untuk itu perlu
terus diberikan pembinaan dan bimbingan kepada masing-masing
perusahaan dalam usaha meningkatkan kemampuan profesionalisme
berusaha melalui pemberian petunjuk tentang sistem pengelola-
an angkutan jalan raya.
Salah satu langkah yang dapat mendukung keberhasilan
rencana tersebut adalah penyempurnaan Undang-undang Angkutan
Jalan Raya Tahun 1965. Penyempurnaan Undang-undang itu akan
dapat membantu meningkatkan peranan dan fungsi Dinas Lalu
Lintas Angkutan Jalan Raya di masing-masing daerah. Dengan
penyempurnaan itu akan dapat tersusun mekanisme yang lebih
mantap dalam pembinaan dan pengembangan angkutan jalan raya.
Penyempurnaan Undang-undang Angkutan Jalan Raya Tahun 1965
242
diperlukan mengingat perkembangan teknologi angkutan dan tek-
nologi pembangunan prasarana jalan. Penyempurnaan itu juga
diperlukan untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas melalui
perbaikan teknik lalu lintas dan melalui peningkatan tanggung
jawab unsur pemakai jalan.
Dalam usaha meningkatkan keselamatan lalu lintas angkut-
an jalan raya, selama Repelita V akan dilakukan penambahan
rambu lalu lintas sebanyak 63.140 buah, lampu persimpangan
jalan lebih dari 30@ unit dan marka jalan sepanjang 300.000
meter. Di samping itu dilakukan rehabilitasi jembatan timbang
11 buah, perawatan jembatan timbang 175 buah, relokasi 10
buah dan modifikasi jembatan timbang 8 buah. Selanjutnya akan
dilanjutkan rehabilitasi unit pengujian kendaraan bermotor
mekanis sebanyak 7 unit dan perawatan sebanyak 55 unit.
Dalam Repelita V juga dilakukan pembinaan dan peningkat-
an efisiensi angkutan dalam kota secara terpadu dengan mem-
perhatikan rencana pemekaran kota dan pengembangan pengelola-
an lalu lintas angkutan kota. Di masing-masing kota dilakukan
rencana peningkatan kelancaran lalu lintas kota dengan mem-
perhatikan perbaikan arus lalu lintas, pengembangan sistem
pengendalian lalu lintas elektronis terpadu, penyempurnaan
dan penambahan rambu lalu lintas dan marka jalan, dan pemben-
tukan unit pengendali lalu lintas kota secara terpadu. Seja-
lan dengan itu diperhatikan penyediaan prasarana bagi pejalan
kaki dan penyandang cacat tubuh serta jenis kendaraan tanpa
mesin, jembatan penyeberangan, dan perluasan tempat perhenti-
an bus kota. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan kendara-
an dalam kota, khususnya kendaraan pribadi, ditingkatkan pula
penyediaan angkutan umum dalam kota dengan kapasitas dan mutu
pelayanan yang semakin baik. Di samping itu dalam merangsang
penggunaan angkutan umum, khususnya dalam kota yang kepadatan
243
lalu lintasnya tinggi, disediakan jalur khusus bus kota dan
angkutan transit penumpang sehingga dapat dikurangi kepadatan
lalu lintas di jalur-jalur tertentu yang kapasitas pelayanan-
nya semakin terbatas.
Dalam pengembangan sistem angkutan masal baru dan jenis
pelayanan baru lainnya perlu diteliti dan dikaji secara me-
nyeluruh pengembangannya dilihat dari segi biaya pembangunan,
manfaat dan biaya operasinya agar tidak menimbulkan beban
yang tidak wajar bagi masyarakat.
c. Angkutan Kereta Api.
Kebijaksanaan pembangunan perkeretapian, sesuai dengan
Garis-garis Besar Haluan Negara, dilanjutkan dengan mening-
katkan daya angkut, mutu pelayanan dan efisiensi pengelolaan-
nya agar dapat diandalkan oleh masyarakat sebagai angkutan
umum penumpang dan barang. Selanjutnya dalam meningkatkan pe-
layanan angkutan dalam kota dan antar kota diusahakan pula
peningkatan pengembangan sistem angkutan kereta api.
Dalam Repelita V pemanfaatan angkutan kereta api sebagai
jasa angkutan yang murah, aman dan hemat energi dikembangkan
secara terpadu dengan angkutan jalan raya dan perhubungan
laut. Dengan keunggulan komparatif yang ada, sarana angkutan
kereta api dapat menyediakan kemampuan prasarana dan sarana
perhubungan yang sifatnya dapat melayani angkutan antar moda.
Pengembangannya dapat mendorong kelancaran perdagangan dalam
negeri dengan menyelenggarakan pelayanan angkutan yang berke-
sinambungan dan dengan kapasitas muatan yang besar dari
pusat-pusat produksi ke pelabuhan ekspor. Pengembangan sistem
angkutan antar moda ini juga dapat mengurangi biaya angkutan
244
TABEL 13 - 13PERKIRAAN PRODUKSI JASA ANGKUTAN KERETA API
SELAMA REPELITA V
Jenis Angkutan 1989 1994
Penumpang (ribuan) 52.518 65.647
Penumpang/km (jutaan) 8.020 9.987
Barang/ton (ribuan) 11.416 16.553
Barang/ton/km 2.708 4.002
245
serta dapat mempertahankan mutu barang sampai ke tujuan
ekspor (label 13-13).
Pengembangan pelayanan kereta api memerlukan dukungan
pengembangan teknologi pengepakan dan pengiriman dengan meng-
gunakan peti kemas. Untuk itu dalam Repelita V dibangun dan
dikembangkan beberapa terminal peti kemas yang mempunyai
akses langsung pada angkutan kereta api ke pelabuhan ekspor.
Terminal-terminal tersebut antara lain berlokasi di Gede Bage
dan Perujakan (Jawa Barat), Solo Jebres (Jawa Tengah) dan
Rambipuji (Jawa Timur), Tebing Tinggi (Sumatera Utara), Ker-
tapati (Sumatera Selatan), dan lokasi lain di Sumatera Barat.
Dengan pengembangan jasa angkutan ini dapat pula dikurangi
beban lalu lintas angkutan jalan raya yang semakin meningkat
pada ruas-ruas jalan di wilayah-wilayah tersebut.
Untuk mencapai tujuan tersebut dan agar angkutan kereta
api dapat memberikan jasa pelayanan yang bersaing, maka se-
lama Repelita V terus diupayakan perbaikan efisiensi operasi,
melalui penekanan biaya dan peningkatan kemampuan operasi dan
pemeliharaan. Program pemeliharaan yang berjadwal dan teratur
dikembangkan sehingga dapat mempertahankan siap guna operasi
lokomotip dan bakal pelanting secara lebih efisien. Perbaikan
penjadwalan operasi kereta api dan peningkatan pengendalian
pengawasan operasi dilakukan agar dapat meningkatkan utili-
sasi dan produktivitas prasarana dan sarana yang ada. Di sam-
ping itu dilakukan pula rehabilitasi dan peningkatan lintas
lintas utama yang produktif agar dapat meningkatkan kecepat-
an, dan mempertinggi kapasitas angkut dengan tetap mengem-
bangkan sistem keselamatan operasi yang semakin mantap.
Untuk dapat mencapai sasaran tersebut dalam Repelita V
langkah-langkah kebijaksanaan pembangunan perkeretaapian juga
mencakup pemantapan struktur organisasi perusahaan menjadi
246
perusahaan umum, agar makin mampu meningkatkan efisiensi dan
kegiatan operasi dan pemeliharaan. Dengan demikian angkutan
kereta api akan mampu melayani pertumbuhan permintaan masya-
rakat baik untuk angkutan penumpang maupun barang.
Prasarana dan sarana perkeretaapian ditingkatkan dengan
melaksanakan rehabilitasi dan pembangunan jalan kereta api
sepanjang 1.835 km, peningkatan dan pemasangan jembatan bawah
sebanyak 175 buah dan jembatan atas 2.500 ton, rehabilitasi
lokomotip 739 buah dan penambahan lokomotip 50 buah, rehabi-
litasi kereta penumpang 2.009 buah dan penambahan kereta
penumpang 272 buah, rehabilitasi gerbong barang 13.997 buah
dan pengadaan gerbong baru 300 buah, rehabilitasi dan peng-
adaan kereta rel listrik masing-masing 640 buah dan 136 buah
dan rehabilitasi kereta rel diesel 224 buah. Perincian pemba-
ngunan prasarana dan sarana tersebut dapat dilihat dalam
Tabel 13 - 14.
d. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan
Pembangunan angkutan sungai, danau dan penyeberangan,
sesuai petunjuk Garis-garis Besar Haluan Negara, perlu makin
ditingkatkan. Peningkatannya dilaksanakan baik sebagai sarana
angkutan yang berdiri sendiri maupun sebagai bagian terpadu
dari angkutan jalan raya dan angkutan kereta api. Pembangunan
angkutan sungai, danau dan penyeberangan akan menunjang pem-
bangunan di berbagai sektor dan daerah-daerah, khususnya dae-
rah pemukiman penduduk di pedalaman dan daerah terpencil.
Selama Repelita V pembangunan di bidang angkutan sungai,
danau dan penyeberangan diutamakan untuk lebih meningkatkan
pelayanan pada jalur sungai, danau dan jalur penyeberangan
yang ada, agar dapat memberikan pelayanan perhubungan yang
247
TABEL 13 - 14
SASARAN DI BIDANG PEMBANGUNAN PERKERETA
APIAN
SELAMA REPELITA V
u r a i a n Satuan Jumlah
1. Rehabilitasi, penggantian danPembangunan jalan kereta api ( km ) 1.835
2. Pembangunan jembatan :- Jembatan bawah (buah) 175- Jembatan atas ( ton ) 2.500
3. Lokomotip :
- Rehabilitasi/pemeliharaan (buah) 739- Penambahan (buah) 50
4. Kereta Penumpang :
- Rehabilitasi/pemeliharaan (buah) 2.009- Penambahan (buah) 272
5. Gerbong
- Rehabilitasi/pemeliharaan (buah) 13.997- Penambahan (buah) 300
6. K.R.L.- Rehabilitasi/pemeliharaan (buah) 640- Penambahan (buah) 136
7. K.R.D.- Rehabilitasi/pemeliharaan (buah) 224
248
semakin meningkat. Untuk maksud tersebut dilakukan rehabili-
tasi dan peningkatan prasarana dan sarana angkutan, khususnya
penyelesaian pembangunan fasilitas dermaga pada lintasan-lin-
tasan yang telah dimulai pembangunannya. Juga dikembangkan
penambahan jalur-jalur baru yang dapat membuka isolasi dae-
rah, terutama yang dapat mendorong pertumbuhan lalu lintas
yang mempunyai potensi untuk berkembang sehingga dapat terse-
dia jasa angkutan yang handal dan berjadwal teratur.
Dalam usaha meningkatkan pelayanan jasa angkutan sungai,
danau dan penyeberangan juga direncanakan untuk menyempurna-
kan peraturan perundang-undangan, khususnya yang mencakup ke-
tentuan pemuatan kapal, penetapan izin trayek dan rincian tu-
juan pelayaran. Selain itu akan diadakan peraturan yang dapat
mendorong pengusaha pelayaran untuk meningkatkan pendidikan
dan keterampilan pengemudi kapal serta meningkatkan keleng-
kapan unsur keselamatan pelayaran agar kegiatan angkutan di
wilayah perairan pedalaman terlaksanakan dengan lancar dan
aman.
Dalam Repelita V penyediaan sarana angkutan sungai,
danau dan penyeberangan akan semakin diperluas dengan meng-
ikutsertakan dunia usaha swasta dan koperasi serta mening-
katkan usaha angkutan tradisional rakyat.
Sasaran yang direncanakan dalam Repelita V adalah pe-
ningkatan dan pembangunan dermaga dan terminal penyeberangan
sebanyak 65 unit di 48 lintasan penyeberangan dan rehabilita-
si dermaga penyeberangan sebanyak 16 unit. Juga dilakukan
pembangunan dermaga danau sebanyak 10 unit dan rehabilitasi
dermaga 4 unit. Selain itu juga direncanakan pembangunan der-
maga sungai sebanyak 14 unit dan rehabilitasi dermaga 22
unit, serta pengadaan dan pemasangan rambu sungai dan laut
249
TABEL 13 - 15
SASARAN DI BIDANG PEMBANGUNAN FASILITAS ANGKUTAN SUNGAI
DANAU DAN PENYEBERANGAN SELAMA REPELITA V
250
U r a i a n
a. Prasarana :
1. Terminal/dermaga penyeberangan -
Rehabilitasi - Pembangunan
2. Dermaga danau -
Rehabilitasi -
Pembangunan
3. Dermaga sungai -
Rehabilitasi -
Pembangunan
Jumlah
16 unit 65
unit
4 unit 10
unit
22 unit 14
unit
4. Rambu Sungai dan Taut 4.668 buah
b. Sarana
1. Rehabilitasi kapal penyeberangan 18 buah
2. Kapal penyeberangan 8 buah
sebanyak 4.668 buah. Perincian pembangunan prasarana tersebut
dapat dilihat da].am Tabel 13 - 15.
2. Perhubungan Laut
Sesuai dengan petunjuk Garis-garis Besar Haluan Negara,
pembangunan perhubungan laut akan dilanjutkan untuk dapat me-
ningkatkan pelayanan angkutan laut agar makin mampu menghu-
bungkan seluruh wilayah Tanah Air. Di samping itu pembangunan
perhubungan laut juga bertujuan mendorong pertumbuhan perda-
gangan serta meningkatkan daya saing dan pemasaran hasil pro-
duksi dalam negeri baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Sejalan dengan itu pelayaran nasional untuk angkutan
laut dalam negeri akan ditingkatkan kemampuan dan peranannya.
Diusahakan agar pelayaran nasional dapat saling mendukung dan
membentuk kesatuan armada angkutan yang tangguh sehingga
dapat mendorong peningkatan perdagangan antar pulau dan per-
dagangan luar negeri.
Pelayaran nasional luar negeri direncanakan ditingkatkan
kemampuan, peranan dan daya saingnya, terutama dalam pengang-
kutan barang ekspor. Usaha pelayaran rakyat dan pelayaran pe-
rintis terus pula dibina dan dikembangkan agar jasa angkutan
laut ini makin dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
dan dapat mendorong pertumbuhan perdagangan dan pemasaran ha-
sil produksi, terutama dari dan ke daerah-daerah terpencil
dan dapat pula mendorong pertumbuhan usaha-usaha pengangkutan
laut setempat. Untuk menunjang hal tersebut khusus untuk pe-
layaran perintis direncanakan pengikutsertaan usaha angkutan
swasta dan koperasi dalam melayani angkutan perintis dengan
tarif yang terjangkau oleh masyarakat didaerah-daerah ter-
251
pencil. Pengelolaan fasilitas pelabuhan dan jasa perhubungan
laut lainnya makin ditingkatkan pula agar menjadi lebih efi-
sien dan lebih berdaya guna dalam menunjang kelancaran dan
keselamatan angkutan laut.
Langkah-langkah kebijaksanaan pembangunan perhubungan
laut dalam Repelita V diarahkan pada usaha-usaha meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pemanfaatan prasarana dan sarana
jasa angkutan laut. Dalam hubungan ini diutamakan peningkatan
peran dunia usaha pelayaran nasional, agar makin mampu menye-
diakan jasa angkutan sesuai dengan perkembangan permintaan
kebutuhan angkutan. Untuk itu antara lain akan diciptakan
iklim usaha yang akan mendorong dunia usaha pelayaran untuk
meningkatkan jumlah kapal sesuai dengan perkembangan kebutuh-
an akan angkutan laut.
Sehubungan dengan yang tersebut di atas ini dalam Repe-
lita V dilanjutkan dan ditingkatkan upaya-upaya penyempurnaan
dan penyederhanaan peraturan dan kelembagaan yang menyangkut
organisasi pelayaran nasional, struktur industri pelayaran
dan kepelabuhan. Langkah tersebut bertujuan agar perhubungan
laut makin mampu mendukung usaha-usaha pembangunan di sektor
lainnya, makin mampu menekan biaya angkutan laut semaksimal
mungkin dan makin mampu merangsang pertumbuhan perdagangan
dalam dan luar negeri. Dalam hubungan ini salah satu usaha
yang akan dilaksanakan ialah meningkatkan keterpaduan penye-
lenggaraan kegiatan informasi mengenai muatan dengan infor-
masi mengenai persediaan ruang kapal agar penyelenggaraan
transaksi muatan dan ruang kapal makin lancar.
Sejalan dengan peningkatan peran dunia usaha pelayaran
nasional, dilakukan pula peningkatan kemampuan armada kapal
252
nasional dalam menangani angkutan peti kemas. Peningkatan ke-
mampuan tersebut dimaksudkan untuk mendorong pelaksanaan sis-
tem angkutan laut yang terpadu melalui pelaksanaan kerja sama
konsesi angkutan antar usaha pelayaran. Dengan adanya kerja
sama dalam penggunaan angkutan peti kemas dunia usaha akan
makin dapat menekan biaya angkutan. Dalam hubungan itu perlu
ditingkatkan kemampuan dan efisiensi perusahaan ekspedisi
muatan, perusahaan jasa bongkar muat dan perusahaan jasa ang-
kutan darat.
Pada akhir Repelita V muatan laut diperkirakan akan men-
capai 12 juta ton untuk pelayaran nusantara, 4,5 juta ton un-
tuk pelayaran lokal, 3,4 juta ton untuk pelayaran rakyat dan
22,4 juta ton untuk pelayaran luar negeri. Sehubungan dengan
itu selama Repelita V diperkirakan penggantian dan penambahan
armada pelayaran nusantara sebesar 168.400 dwt. Dalam armada
pelayaran lokal diperkirakan penambahan kapasitas kapal sebe-
sar 79.500 brt dan dalam pelayaran rakyat diharapkan ada pe-
nambahan kapasitas sebesar 63.590 brt. Sejalan dengan pertum-
buhan pusat-pusat industri, dalam pelayaran khusus dalam ne-
geri diperkirakan penambahan kapasitas sebesar 119.800 DWT.
Dengan keterpaduan langkah-langkah seperti diuraikan
terdahulu serta dengan peningkatan efisiensi pola trayek dan
arus muatan kapal maka diperhitungkan produktivitas armada
Pelayaran Nusantara akan mencapai 15 ton/dwt/tahun, pelayaran
lokal 17 ton/brt/tahun dan pelayaran rakyat 22 ton/brt/tahun.
Perkiraan pengembangan armada laut selama Repelita V dapat
dilihat pada Tabel 13 - 16.
Dalam rangka pembangunan pelabuhan laut akan dilanjutkan
rehabilitasi dan pemeliharaan dermaga dan fasilitas pelabuh-
an, dan dilanjutkan pembangunan dan peningkatan dermaga pela-
buhan. Sesuai dengan perkiraan pertumbuhan muatan laut selama
253
TABEL 13 - 16SASARAN DI BIDANG PENGEMBANGAN ARMADA LAUT
SELAMA REPELITA V
Jenis Armada
Pelayaran Nusantara:
1. Armada Niaga Nusantara (DWT)
2. Kapal Penumpang (BRT)
3. Armada Pelayaran Lokal (DWT)
4. Armada Pelayaran Rakyat (BRT)
5. Armada Pelayaran Khusus (DWT)
Penambahan dan Penggantian selama Repelita V
168.400
40.000
79.500
63.590
119.800
254
Repelita V antara lain di pelabuhan-pelabuhan Tanjung Priok,
Semarang, Belawan, Surabaya, Panjang, Ujung Pandang, Teluk Bayur,
Palembang, Banjarmasin, Pontianak, Balikpapan dan Dumai
dibangun pelabuhan peti kemas. Selain dari pada itu, 31 pelabuhan
lainnya terus dikembangkan sehingga pada akhir Repe-lita V di
negara kita akan tersedia kapasitas dermaga pela-
buhan sepanjang 16.539 m. Di samping itu dalam rangka memper-
tahankan produktivitas dan mutu pelayanan kegiatan pemeliha-
raan di seluruh pelabuhan akan ditingkatkan.
Pengerukan kedalaman pelabuhan dan beberapa alur pe-
layaran yang potensial di 19 lokasi ditingkatkan. Diperkira-
kan volume lumpur yang dikeruk rata-rata akan berjumlah 15
juta m3 setiap tahunnya. Untuk meningkatkan kemampuan keruk
diadakan penggantian dan modifikasi kapal keruk. Sasaran da-
lam pengembangan fasilitas pelabuhan dan pengerukan selama
Repelita V dapat dilihat pada Tabel 13 - 17.
Dalam Repelita V pengembangan keselamatan maritim juga
ditingkatkan melalui penyempurnaan peraturan keselamatan pe-
layaran, pengawasan laik laut kapal, penertiban dan penegakan
hukum di laut serta peningkatan keandalan sarana bantu navi-
gasi dan telekomunikasi maritim. Di samping itu, secara ber-
tahap akan direhabilitasi dan ditingkatkan kapal kesyahban-
daran sebanyak 18 buah, kapal navigasi 22 buah. Demikian juga
peralatan penunjang lainnya seperti menara suar 32 buah, pe-
lampung suar 80 buah, sarana operasi telekomunikasi di 6 lo-
kasi.
3. Perhubungan Udara
Garis-garis Besar Haluan Negara menegaskan agar perhu-
bungan udara makin ditingkatkan kemampuan dan pengelolaannya.
255
TABEL 13 - 17
SASARAN DI BIDANG PENGEMBANGAN
FASILITAS
PELABUHAN DAN PENGERUKAN
SELAMA REPELITA V
Jenis Fasilitas Satuan Repelita V
1. Dermaga ( M ) 4.910
2. Gudang ( M2) 53.750
3. Lapangan Penumpukan ( M2) 67.200
4. Lapangan Peti Kemas ( M2) 80.000
1. Pengerukan rutin (ribu m3) 75.250
256
Langkah kebijaksanaan yang perlu ditempuh dalam Repelita V
khususnya dalam perhubungan udara dalam negeri adalah mening-
katkan perhubungan udara perintis. Diusahakan agar jasa ang-
kutan ini dapat menjangkau semua daerah dan pulau terpencil,
terutama yang belum dihubungkan oleh jaringan angkutan darat
dan laut. Dalam pada itu penerbangan nasional luar negeri ma-
kin ditingkatkan mutu pelayanan dan daya saingnya agar dengan
demikian dapat meningkatkan arus kunjungan wisata dan dapat
menambah penghasilan devisa.
Selama Repelita V diperkirakan pertumbuhan permintaan
akan jasa angkutan udara dalam negeri meningkat rata-rata
8,6% setiap tahunnya, angkutan udara internasional 9,1% se-
tiap tahunnya dan angkutan perintis 11,2% setiap tahunnya.
Untuk dapat mengimbangi tingkat pertumbuhan tersebut, dalam
Repelita V kemampuan jasa angkutan udara perlu ditingkatkan
terutama dengan jalan meningkatkan keterpaduan antara pemba-
ngunan prasarana dan pengadaan sarana angkutan udara.
Sejalan dengan itu rehabilitasi dan pemeliharaan prasa-
rana dan sarana angkutan udara ditingkatkan melalui pemeliha-
raan dan peningkatan landasan serta pengadaan peralatan kese-
lamatan lalu lintas penerbangan. Peningkatan rehabilitasi dan
pemeliharaan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemanfaat-
an prasarana dan sarana angkutan udara yang sudah ada untuk
memenuhi permintaan masyarakat.
Selain dari itu ditingkatkan pula kemampuan operasional
pengelolaan jasa pelabuhan udara untuk memperlancar arus lalu
lintas penumpang dan barang. Dalam Repelita V semakin diting-
katkan keteraturan pelayanan, mutu pelayanan dan ketepatan
jadwal penerbangannya. Peningkatan dalam hal-hal itu akan da-
pat mendorong penyediaan jasa angkutan yang saling mendukung,
257
yaitu tersedianya kapasitas tempat duduk dan ruang angkut ba-
rang yang sesuai dengan pola jaringan penerbangan. Dengan de-
mikian diperoleh peningkatan utilisasi pesawat sesuai dengan
keseimbangan antara permintaan dan penyediaan kapasitas ang-
kutan.
Untuk mendukung sasaran tersebut diatas akan diadakan
penyederhanaan peraturan agar dapat memberikan kesempatan
yang lebih luas kepada dunia usaha penerbangan nasional untuk
meningkatkan jasa angkutan. Dalam hubungan ini akan diusaha-
kan untuk meningkatkan pangsa usaha penerbangan nasional da-
lam melayani rute regional luar negeri jarak pendek dan rute
utama dalam negeri. Penggunaan pesawat produksi dalam negeri
akan-didorong dengan tetap memperhatikan pentingnya angkutan
dalam mendukung pelaksanaan pembangunan nasional.
Menyadari akan luasnya wilayah Tanah Air, serta keadaan
dan tingkat pembangunan daerah yang berbeda-beda, angkutan
perintis akan lebih ditingkatkan lagi pembangunannya. Dalam
Repelita V akan semakin ditingkatkan peranan angkutan perin-
tis dalam menyediakan jasa angkutan ke daerah-daerah terpen-
cil dan terisolir. Dalam peningkatan peranan penerbangan pe-
rintis akan diutamakan peningkatan jaringan penerbangan yang
dimaksudkan untuk mendukung tugas-tugas pelaksanaan pemerata-
an pembangunan. Sehubungan dengan hal tersebut direncanakan
untuk mengembangkan pelayanan angkutan perintis udara ke dae-
rah terpencil secara terpadu dengan sektor pembangunan lain-
nya, khususnya dalam pengiriman tenaga pendidik dan tenaga
pelayanan kesehatan. Pengembangan kemampuan sumber daya manu-
sia di tempat-tempat yang masih terisolir, seperti halnya di
wilayah Irian Jaya dan Kalimantan, sangat tergantung dari
tersedianya jasa angkutan tersebut. Pengembangannya dilaksa-
nakan dengan memanfaatkan jenis pesawat yang lebih sesuai dan
258
efisien sehingga dapat tersedia jasa pelayanan yang aman,
lancar dan teratur, dan dengan memberikan kesempatan kepada
dunia usaha penerbangan swasta untuk meningkatkan pelayanan-
nya.
Perusahaan penerbangan nasional milik pemerintah akan
mengisi jalur penerbangan berjadwal internasional. Selama Re-
pelita V terus dilakukan upaya agar perusahaan penerbangan
tersebut mampu meningkatkan pangsa kapasitasnya melayani
penerbangan internasional. Sasaran utama ditujukan untuk me-
ningkatkan angkutan para wisatawan dari mancanegara yang da-
tang berkunjung ke Tanah Air. Dalam hubungan ini ditingkatkan
kerja sama yang semakin serasi dan terpadu dengan kegiatan
pemasaran pariwisata, sehingga tersedia jalur pelayanan yang
berkesinambungan sampai ke daerah tujuan wisata. Rute-rute
strategis dan potensial terus ditingkatkan dan dikembangkan
sehingga dapat tersedia jasa angkutan yang bersaing. Perusa-
haan penerbangan nasional terutama menyediakan pelayanan ke
benua Eropa, Amerika, Australia, dan negara Jepang dan
Selandia Baru.
Pembangunan dan peningkatan peralatan keselamatan lalu
lintas penerbangan, yaitu peralatan keselamatan bergerak, te-
lekomunikasi, navigasi dan listrik, direncanakan diperluas
dan dilengkapi agar dapat beroperasi dengan mantap dalam me-
nunjang keamanan dan kelancaran arus penerbangan. Kegiatan
ini diutamakan untuk mendukung peningkatan keselamatan pener-
bangan internasional, khususnya di pintu-pintu masuk kunjung-
an arus kepariwisataan. Kegiatan ini bertujuan untuk dapat
memenuhi standar keselamatan penerbangan internasional untuk
menunjang operasi penerbangan yang lebih efisien dan efektif.
259
Sejalan dengan itu direncanakan pula untuk meningkatkan
kapasitas armada udara dengan penambahan sebanyak 11 buah pe-
sawat dan landasan serta fasilitas terminal dan pergudangan
sesuai dengan jenis pesawat yang dapat mendaratinya. Rencana-
nya sebanyak 6 bandar udara dapat didarati pesawat udara se-
jenis B-747,10 bandar udara dapat melayani pesawat sejenis
DC-10/A-300, 22 bandar udara bisa menampung operasi pesawat
sejenis DC-9/B-737, 39 bandar udara dapat didarati pesawat
sejenis F-28 dan 63 bandar udara dapat melayani pesawat
sejenis F-27/ CM-235.
4. Pos dan Giro
Pembangunan pos dan giro, sesuai dengan petunjuk Garis-
garis Besar Haluan Negara, terus dilanjutkan untuk makin me-
ningkatkan kemampuan, efisiensi dan keandalannya dalam mela-
yani kebutuhan masyarakat. Khususnya pembangunan pos dan giro
di semua kecamatan ditingkatkan sehingga jasa pos dan giro
makin menjangkau desa-desa, termasuk daerah pemukiman trans-
migrasi dan daerah terpencil lainnya.
Selama Repelita V pertumbuhan produksi lalu lintas pos
dan giro diperkirakan rata-rata sekitar 12% per tahun. Diren-
canakan untuk memantapkan terbentuknya dan terselenggaranya
sistem perposan nasional yang efisien, efektif dan andal de-
ngan jalan meningkatkan profesionalisme, kemampuan operasi,
pengelolaan dan pengawasan dalam penyelenggaraan pelayanan.
Untuk mencapai hal tersebut, selama Repelita V semakin
ditingkatkan pemantapan waktu tempuh surat dan paket pos
secara optimal.
Peningkatan pemantapan itu akan dilaksanakan melalui
restrukturisasi jaringan perhubungan pos, peningkatan pema-
260
kaian peralatan mekanis di loket-loket pelayanan pos, pema-
syarakatan standardisasi sampul surat dan penyebarluasan
penggunaan sistem kode pos Indonesia.
Juga direncanakan untuk meningkatkan mutu pelayanan de-
ngan membuka jenis-jenis pelayanan baru sesuai dengan kebu-
tuhan masyarakat, khususnya yang mempunyai potensi untuk ber-
kembang. Langkah yang akan dilaksanakan antara lain memberi-
kan kemudahan-kemudahan baru melalui jasa pos untuk pembayar-
an iuran televisi, pembayaran listrik dan telepon, pembayaran
pajak, penerimaan penyetoran angsuran perumahan KPR/BTN dan
pembayaran premi asuransi jiwa dan kecelakaan.
Peningkatan untuk pelayanan antara lain diusahakan mela-
lui peningkatan pembinaan kemampuan tenaga kerja pos, baik
karyawan perusahaan maupun tenaga kerja tidak langsung, khu-
susnya tenaga pelayanan di desa-desa, daerah pemukiman trans-
migrasi dan daerah-daerah terpencil. Dengan peningkatan pem-
binaan itu mereka akan makin dapat membantu meningkatkan ke-
lancaran pos sampai ke tempat-tempat tujuan yang terpencil.
Peran serta usaha swasta juga diupayakan agar semakin mening-
kat, khususnya dalam melayani pengiriman jenis surat pos ter-
tentu. Peningkatan peran serta usaha swasta diharapkan akan
mendorong jasa angkutan pos untuk semakin meningkatkan daya
saingnya.
Di samping itu akan ditingkatkan pula kerja sama dengan
pengelola pos di negara lain, baik ditingkat regional maupun
internasional agar dapat membantu makin memantapkan jaringan
pos dunia. Diupayakan pula adanya kerja sama yang semakin me-
ningkat dalam melayani pos remaja dan pramuka serta pengem-
bangan potensi philately sebagai sarana peningkatan hubungan
pos internasional. Sejalan dengan itu akan semakin ditingkat-
261
kan produk-produk perangko baru yang dapat memperluas penge-
nalan alam, nilai budaya bangsa dan obyek-obyek wisata agar
dapat semakin memupuk dan meningkatkan rasa cinta Tanah Air,
khususnya bagi remaja dan pemuda, dan untuk promosi wisata di
luar negeri.
Selama Repelita V direncanakan pembangunan sebanyak 820
kantor pos, kantor pos pembantu dan kantor pos tambahan.
Adapun perincian sasaran pembangunan prasarana dan sara-
na pos dan giro selama Repelita V dapat dilihat dalam Tabel
13 - 18.
5. Telekomunikasi
Garis-garis Besar Haluan Negara menggariskan bahwa pem-
bangunan telekomunikasi dalam Repelita V dilanjutkan untuk
meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanannya dengan memper-
luas jaringan dan sambungan telekomunikasi serta meningkatkan
efisiensinya. Sejalan dengan itu dikembangkan fasilitas tele-
komunikasi umum yang makin tersebar dan menjangkau masyarakat
banyak baik diperkotaan, pedesaan maupun didaerah-daerah ter-
pencil. Untuk itu warung telekomunikasi (wartel) akan ditam-
bah jumlahnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya
dilokasi-lokasi perdagangan, industri, pariwisata, pusat ke-
giatan masyarakat (pusat perbelanjaan, terminal-terminal
angkutan, kampus dan lain-lain) serta daerah rawan bencana.
Permintaan akan jasa telekomunikasi selama Repelita IV
semakin meningkat, setiap tahun rata-rata tumbuh dengan 12% -
15%. Hal itu merupakan tantangan yang harus dihadapi dalam
Repelita V. Dengan demikian terdapat perbedaan yang semakin
besar antara kapasitas telepon yang tersedia dengan perminta-
an masyarakat.
262
TABEL 13 - 18
SASARAN DI BIDANG PENGEMBANGAN FASILITAS POS DAN GIROSELAMA REPELITA V
U r a i a n SatuanSasaranRepelita V(buah)
1. Pembangunan Kpp/Kptb buah 805
2. Pembangunan Kp/Kpb. buah 15
3. Pembangunan Kantor Kepala DaerahPos buah 2
4. Pembangunan Kantor Pos Ibu Kota buah 1
5. Pos Keliling dan Angkutan Lokal :
a. Mobil/Kendaraan pos unit 300
b. Sepeda Motor unit 1.500
b. Pengadaan Bis Surat buah 2.500
7. Timbangan Elektronik buah 500
263
Menjelang akhir Repelita IV jumlah permintaan yang belum
terlayani hampir mendekati jumlah kapasitas telepon yang te-
lah dibangun sejak Repelita I sampai dengan Repelita IV. Un-
tuk dapat memenuhi permintaan sambungan telepon dalam Repe-
lita V dilakukan penambahan kapasitas secara bertahap.
Pada tahap pertama peningkatan pelayanan jasa telekomu-
nikasi dalam negeri dipenuhi dengan menyelesaikan pembangunan
telepon digital dan analog sebanyak 600.410 satuan sambungan
telepon (sst), telepon umum 15.000 sst dan teleks 6.620 sstx.
Sasaran-sasaran tersebut adalah kegiatan yang merupakan lan-
jutan pelaksanaan Repelita IV. Diharapkan sasaran-sasaran ini
dapat diselesaikan pembangunannya dalam Repelita V mengingat
persiapan perencanaan dan perekayasaannya secara bertahap te-
lah dilakukan. Untuk menunjang pembangunannya dalam menambah
sambungan telepon kepada masyarakat, dilanjutkan pula per-
luasan jaringan kabel dan transmisi darat, laut, transmisi
satelit dan penambahan stasiun bumi.
Dalam sasaran tersebut di atas pada tahap selanjutnya
dalam Repelita V akan dilaksanakan pula langkah-langkah per-
siapan untuk meningkatkan jumlah sambungan telepon. Dalam hu-
bungan ini dilakukan langkah-langkah persiapan bagi perenca-
naan lokasi, fasilitas pendukungnya serta perekayasaannya
yang terpadu. Dengan demikian diharapkan dapat menambah sam-
bungan telepon sebanyak 799.590 sst, sambungan teleks 15.200
sst, telepon pedesaan 5.000 sst dan telepon umum 27.000 sst.
Untuk ini perlu ditingkatkan keterpaduan pengendalian dalam
pelaksanaannya dan peningkatan kerja sama antara industri
konstruksi, industri telekomunikasi, industri kabel, jasa ke-
rekayasaan dan perangkat pendukung lainnya. Dengan langkah
keterpaduan ini dapat diharapkan pelayanan telekomunikasi
264
dalam negeri secara bertahap mampu memberikan tambahan satuan
sambungan telepon sebesar 1.400.000 satuan sambungan.
Pelaksanaan pembangunan ini memanfaatkan sebesar-besar-
nya produksi dalam negeri dan kemampuan sumber daya dalam ne-
geri. Dalam memperluas kapasitas sentral telepon pada tahap
kedua dalam Repelita V sedang dipersiapkan kemungkinan peng-
gunaan sistem telepon digital kedua untuk melengkapi perpadu-
an teknologi telekomunikasi yang telah digunakan selama ini.
Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efek-
tivitas yang sebesar besarnya dalam mewujudkan sistem teleko-
munikasi nasional melalui peningkatan mutu dan daya saing pe-
manfaatan teknologi sentral telepon.
Selain dari itu direncanakan pula untuk memperluas pe-
nyelenggaraan telekomunikasi untuk umum dengan memanfaatkan
perkembangan teknologi telekomunikasi. Pengembangannya ditu-
jukan untuk meningkatkan efisiensi dalam administrasi peme-
rintahan, mengembangkan dunia ilmu pengetahuan, mendorong
perkembangan dunia usaha dan investasi, meningkatkan kelan-
caran perdagangan dan pemasaran, memperluas penerangan serta
meningkatkan pembangunan pariwisata.
Untuk meningkatkan pelayanan jasa telekomunikasi luar
negeri direncanakan penambahan pembangunan sebuah sambungan
gerbang internasional, pembangunan sistem komunikasi kabel
laut dengan negara ASEAN sejumlah 8 saluran, dan memperluas
jaringan sambungan langsung internasional yang mencakup 27
ibukota propinsi dan dapat mencapai 150 negara sahabat.
Di bidang industri perangkat telekomunikasi direncanakan
peningkatan produksi telepon digital sebanyak 160.000 sst/
tahun, pesawat telepon 160.000 pesawat/tahun, pesawat telepon
umum 10.000 unit/tahun, sistem telepon kendaraan bermotor
265
2.000 unit/tahun, sistem telepon jarak jauh 1.000 sst/tahun,
sentral terbatas (PABX) 5.000 sst/tahun, transmisi PCM 6.000
alur/tahun dan stasiun bumi kecil 30 buah/tahun.
Rencana peningkatan prasarana dan sarana telekomunikasi
selama periode Repelita V secara rinci dapat dilihat pada
Tabel 13 - 19.Dalam pelaksanaan rencana tersebut akan diperlukan dana
yang sangat besar. Untuk itu dalam upaya mencapai sasaran
tersebut, dunia usaha nasional yang terdiri dari usaha nega-
ra, koperasi dan usaha swasta diharapkan akan turut berperan
serta dalam mendukung pencapaian sasaran tersebut. Penanaman
modal oleh masyarakat, terutama penanaman modal dalam negeri
perlu di kembangkan untuk menunjang pembangunan telekomunika-
si juga. Dalam mengembangkan peningkatan peran serta dunia
usaha ini, dipersiapkan landasan-landasan operasional penge-
lolaannya. Kerja sama yang serasi antara usaha negara dan
usaha swasta akan dikembangkan. Di samping itu ditingkatkan
pengawasan dan pengendaliannya agar dapat memberikan keun-
tungan yang optimal bagi masyarakat. Pelaksanaannya tetap
memperhatikan kedudukan badan-badan usaha milik negara di bi-
dang telekomunikasi selaku pengelola tunggal jasa telekomuni-
kasi nasional.
6. Meteorologi dan Geofisika
Dalam menunjang keberhasilan pembangunan perhubungan dan
pembangunan sektor-sektor pembangunan lainnya, maka Garis-
garis Besar Haluan Negara menegaskan bahwa pembangunan jasa
meteorologi dan geofisika perlu dilanjutkan untuk menunjang
keselamatan masyarakat pada umumnya dan keselamatan pelayaran
266
TABEL 13 - 19SASARAN PEMBANGUNAN FASILITAS
TELEKOMUNIKASIDALAM REPELITA V
No. Jenis Kegiatan Satuan Sasaran
A. Lanjutan Repelita IV
I. Pelayanan Dalam Negeri
1. Telepon : - Analog sst 20.000- Digital sst 580.410
2. Telepon Umum sst . 15.000
3. Teleks sstx 6.620
II. Pelayanan Luar Negeri
1. Sambungan LangsungInternasional kota 7
III. Penataan Penggunaan Frekuensi
1. Stasiun Pemantauan lokasi 11
B. Repelita V
I.
(Perencanaan/Perekayasaan/Pembangunan)
Pelayanan Dalam Negeri
1. Telepon : - Analog - -- Digital sst 799.590
2. Telepon Umum sst 27.000
3. Teleks sstx 15.200
4. Telepon Pedesaan sst 5.000
II. Pelayanan Luar Negeri
1. Sambungan Langsung Internasional
- dalam negeri kota 20
- luar negeri negara 150
267
III. Penataan Penggunaan Frekuensi
1. Stasiun Pemantauan lokasi 39
dan penerbangan pada khususnya serta untuk kepentingan pemba-
ngunan di berbagai sektor. Untuk itu perlu ditingkatkan pem-
bangunan sarana dan prasarana meteorologi dan geofisika, agar
dapat menunjang kegiatan di berbagai sektor yang membutuhkan
seperti perhubungan, pertanian, perindustrian dan pertam-
bangan.
Langkah kebijaksanaan pembangunan selama Repelita V ada-
lah, pertama-tama meningkatkan kemampuan Badan Meteorologi
dan Geofisika untuk mengadakan analisis iklim. Dengan kemam-
puan analisis yang meningkat badan itu makin mampu membantu
pembangunan sektor-sektor produksi dan semakin mampu me-
ngurangi kecelakaan sebagai akibat gangguan alam terutama ke-
celakaan perhubungan laut atau udara. Dalam pada itu semakin
ditingkatkan pendidikan dan latihan tenaga terampil, demikian
juga penyediaan peralatan analisa dan informasi data.
Dengan langkah-langkah peningkatan tersebut Badan Mete-
orologi dan Geofisika akan mampu menghasilkan prakiraan cuaca
dan iklim dengan tingkat ramalan yang semakin teliti dan
jangkauan yang semakin luas.
Dalam Repelita V juga ditingkatkan kerja sama dalam bi-
dang informasi dan analisa dengan badan-badan internasional
dan regional. Kerja sama itu antara lain akan dimanfaatkan
untuk pendayagunaan teknologi yang dimiliki agar dapat meng-
gali dan meneliti potensi sumber alam klimatologi dan geofi-
sika dengan jangkauan yang seluas-luasnya.
Untuk maksud tersebut sasaran pembangunan meteorologi
dan geofisika selama Repelita V adalah meningkatkan kemampuan
operasi stasiun-stasiun pengamat dengan menambah kelengkapan
pendukungnya. Di samping itu akan dikembangkan pula sistem
penyebaran informasi yang lebih baik sehingga data pengamatan
268
yang diperlukan dapat tepat dan cepat sampai pada pemakai ja-
sa. Pengembangan sistem tersebut, selain dilakukan dengan
peralatan yang dimiliki, juga akan dilaksanakan dengan bekerja
sama dengan sistem informasi yang ada dalam masyarakat.
Di bidang operasi selama Repelita V akan ditingkatkan
kemampuan operasi stasiun pengamat menjadi 24 jam setiap
harinya, ditingkatkan kecepatan telekomunikasi sesuai dengan
volume data yang masuk, dilaksanakan kalibrasi secara teratur
dengan meningkatkan sarana laboratorium dan akan ditingkatkan
pula jaringan pengamatan meteorologi, pengamatan klimatologi
dan pengamatan geofisika yang ada. Di samping itu dalam rang-
ka meningkatkan mutu pelayanan dan produktivitas prasarana
dan sarana yang ada kegiatan pemeliharaan akan ditingkatkan.
Adapun sasaran pembangunan di bidang meteorologi dan
geofisika selama Repelita V dapat dilihat dalam Tabel 13-20.
7. Pencarian dan Penyelamatan
Kemampuan pencarian dan penyelamatan sebagaimana telah
ditetapkan di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara perlu le-
bih ditingkatkan dengan memperkuat organisasi, memantapkan
koordinasi serta mengembangkan kemampuan tenaga dan sarana
agar dapat mengambil tindakan yang cepat dalam pencarian dan
penyelamatan jiwa manusia. Untuk itu langkah kebijaksanaan
yang direncanakan dalam Repelita V adalah meningkatkan koor-
dinasi dan komunikasi dengan aparatur dan lembaga masyarakat
yang mempunyai potensi untuk meningkatkan us-aha pencarian dan
penyelamatan. Dalam hubungan ini akan dikembangkan peningkat-
an kemampuan tenaga operasional melalui pendidikan dan latih-
an keterampilan. Dengan langkah ini akan dapat tersedia sumber
269
TABEL 13 - 20
SASARAN BIDANG PENGEMBANGAN FASILITAS METEOROLOGI DAN GEOFISIKASELAMA REPELITA V,(1989/90-1993/94)
270
daya yang tangguh dalam menghadapi kecelakaan dan musibah,
baik yang disebabkan unsur teknis, gejala gangguan alam,
terutama kecelakaan perhubungan.
Peningkatan pelaksanaan tugas koordinasi akan dikembang-
kan melalui tata laksana dan peraturan operasional terpadu
antara unsur-unsur penunjangnya dan melalui penyebarluasan
petunjuk dan pedoman kerja ke seluruh daerah di Indonesia.
Untuk maksud tersebut badan pelaksana SAR di wilayah akan
semakin ditingkatkan kemampuan tata laksananya.
8. Pariwisata
Pembangunan kepariwisataan, sesuai Garis-garis Besar
Haluan Negara, terus dilanjutkan dan ditingkatkan dengan
mengembangkan dan mendayagunakan sumber dan potensi kepariwi-
sataan nasional menjadi kegiatan ekonomi yang dapat diandal-
kan untuk memperbesar penerimaan devisa, memperluas dan meme-
ratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja terutama bagi
masyarakat setempat, mendorong pembangunan daerah serta mem-
perkenalkan alam, nilai dan budaya bangsa. Perlu diperhatikan
pula bahwa dalam pembangunan kepariwisataan tetap dijaga ter-
peliharanya kepribadian bangsa dan kelestarian serta mutu
lingkungan hidup. Selain itu pembangunan kepariwisataan perlu
dilakukan secara menyeluruh dan terpadu dengan sektor-sektor
pembangunan lainnya serta antara berbagai usaha kepariwisata-
an dan antar usaha-usaha kepariwisataan yang kecil, menengah
dan besar agar dapat saling menunjang.
Dalam Repelita V pariwisata dalam negeri terus dikem-
bangkan dan diarahkan untuk dapat memupuk rasa cinta Tanah
Air dan bangsa serta menanamkan jiwa, semangat dan nilai-
nilai luhur bangsa dalam rangka lebih memperkokoh persatuan
271
dan kesatuan nasional di samping untuk meningkatkan kegiatan
ekonomi. Langkah dan usaha pembinaan dan pengembangan kepari-
wisataan dalam negeri selama Repelita V ditujukan pula untuk
meningkatkan kualitas kebudayaan bangsa, memperkenalkan keka-
yaan peninggalan sejarah serta keindahan alam termasuk alam
bahari di berbagai daerah di seluruh pelosok Tanah Air. Sehu-
bungah dengan itu pelayanan dan penyelenggaraan wisata untuk
masyarakat terutama remaja dan pemuda perlu ditingkatkan.
Mengingat hal-hal tersebut di atas dalam rangka pemba-
ngunan kepariwisataan dalam Repelita V perlu ditingkatkan
langkah-langkah yang terarah dan terpadu dalam pengembangan
obyek-obyek wisata, peningkatan dan penambahan DTW, pening-
katan produk pariwisata serta kegiatan promosi dan pemasaran-
nya baik di dalam maupun di luar negeri. Untuk lebih menambah
lama tinggal wisatawan serta dalam rangka diversifikasi pro-
duk dan atraksi wisata, diperkenalkan konsep Wilayah Tujuan
Wisata (WTW), yaitu suatu wilayah yang meliputi beberapa Pro-
vinsi atau DTW yang berdekatan, dirangkai menjadi suatu paket
wisata yang terintegrasi dan saling mengisi. Sehubungan de-
ngan itu selanjutnya perlu ditingkatkan pendidikan dan lati-
han kepariwisataan agar dapat menyediakan tenaga yang terdi-
dik dan terampil. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah
peningkatan prasarana dan sarana serta mutu dan kelancaran
pelayanan dalam penyelenggaraan pariwisata.
Keberhasilan pembangunan kepariwisataan sangat ditentu-
kan oleh kesadaran dan partisipasi masyarakat dan untuk hal
tersebut perlu ditingkatkan melalui usaha-usaha penyuluhan
dan pembinaan kelompok-kelompok seni budaya, industri kera-
jinan dan usaha-usaha lain guna dapat memelihara, memperke-
nalkan dan mengembangkan kebudayaan bangsa dengan tetap men-
jaga kepribadian dan martabat bangsa. Dalam pada itu dalam
272
rangka peningkatan usaha kepariwisataan tersebut perlu dice-
gah hal-hal yang dapat merugikan kehidupan masyarakat dan
bangsa.
Sejalan dengan hal-hal tersebut di atas dalam Repelita V
akan semakin dimantapkan upaya untuk meningkatkan keunggulan
dan memanfaatkan peluang yang dimiliki kepariwisataan nasi-
onal agar semakin mampu bersaing di pasaran pariwisata inter-
nasional.
Arus kunjungan wisatawan asing diarahkan pada peningkat-
an penyebaran kunjungan yang semakin meluas dan masa tinggal
yang semakin meningkat. Tingkat pertumbuhan pariwisata rata-
rata setiap tahun diperkirakan sebesar 15% sehingga pada
akhir Repelita V jumlah kunjungan wisatawan mencapai 2,5 juta
orang. Dengan upaya peningkatan potensi dan objek wisata yang
lebih bervariasi dan menyebar, maka diharapkan lama tinggal
rata-rata kunjungan sekitar 12 hari untuk setiap wisatawan.
Dengan demikian kepariwisataan akan dapat membantu menjadi
salah satu sumber penerimaan devisa.
Langkah-langkah kebijaksanaan dalam pembangunan kepari-
wisataan, selain melanjutkan upaya dan terobosan yang telah
dikembangkan dalam Repelita IV, adalah meningkatkan pemantap-
an citra pelayanan dan penyuluhan wisata, pengembangan poten-
si daya tarik yang lebih spesifik di daerah-daerah tujuan wi-
sata, peningkatan kualitas kebudayaan nasional, optimalisasi
dan pemeliharaan fasilitas akomodasi, restoran, serta rekreasi
dan hiburan umum. Dalam hubungan ini direncanakan meningkat-
kan kerja sama antara kalangan usaha akomodasi, Biro Perja-
lanan Umum, agen perjalanan, usaha angkutan wisata, pemandu
perjalanan dan industri pengrajin cinderamata.
273
Untuk mendukung hal-hal tersebut ditingkatkan kemampuan
dan profesionalisme usaha jasa perjalanan melalui pembinaan
dan peningkatan jumlah perusahaan perjalanan. Jumlah perusa-
haan perjalanan diperkirakan akan meningkat jumlahnya sekitar
16% setiap tahunnya. Peranan perusahaan perjalanan nasional
diupayakan agar semakin meningkat dan mereka diharapkan mampu
mengembangkan hubungan langsung dengan pasar-pasar wisata
yang potensial di luar negeri. Kemudahan-kemudahan yang diper-
lukan untuk mencapai hal itu disediakan secara serasi dan
terpadu dengan jasa-jasa lainnya, agar dapat terbentuk ja-
ringan pemasaran yang berkesinambungan dan dapat diandalkan.
Langkah yang ditempuh pertama-tama adalah pemilihan pri-
oritas kawasan pasar, yaitu pasar jarak dekat di sekitar
ASEAN, pasar jarak menengah sekitar negara Pasifik, Jepang
dan Australia, pasar jarak jauh negara-negara Eropa dan
Amerika. Selanjutnya direncanakan untuk meningkatkan sistem
informasi dan inventarisasi kepariwisataan nasional. Sistem
itu dilengkapi antara lain dengan informasi mengenai tema dan
event produk wisata, informasi mengenai tempat berbelanja,
informasi mengenai sistem angkutan darat, laut dan udara yang
ada, dan informasi mengenai akomodasi yang tersedia. Sistem
informasi itu dikembangkan menjadi sistem informasi. yang
terpadu dengan rencana pariwisata yang siap jual dengan pi-
lihan rute yang mempunyai daya tarik cukup besar. Keterpa-
duannya dengan jaringan penerbangan internasional perlu pula
ditingkatkan dan diserasikan sehingga dapat memberikan pilih-
an rute yang terbaik dan termurah bagi wisatawan.
Di samping segmen pasar yang telah ada, akan lebih di-
tingkatkan lagi segmen pasar baru, misalnya wisata konvensi
dan wisata kapal pesiar. Kedua segmen pasar ini merupakan
274
potensi pelayanan yang diharapkan dapat menghasilkan penge-
luaran rata-rata wisatawan yang cukup tinggi.
Pengembangan wisata konvensi dikaitkan dengan peningkat-
an kegiatan pertemuan internasional, konperensi, eksibisi dan
pameran yang semakin menyebar di pusat-pusat daerah tujuan
wisata di Indonesia.
Pengembangan wisata kapal pesiar perlu ditingkatkan me-
lalui kerja sama dengan perusahaan wisata kapal pesiar inter-
nasional untuk dapat menjaring peningkatan kunjungan transit
ke objek-objek wisata bahari dan taman laut, serta obyek
wisata lainnya.
Upaya penyederhanaan berbagai peraturan yang menyangkut
dunia usaha kepariwisataan termasuk perizinan serta upaya un-
tuk lebih menjamin kepastian berusaha di bidang pariwisata
akan ditingkatkan. Di samping itu terus ditingkatkan kerja
sama dalam pelaksanaan memberi kemudahan pelayanan keimigra-
sian dan bea cukai.
Pembangunan kepariwisataan dalam negeri dilaksanakan
agar dapat mendorong dan meningkatkan minat masyarakat untuk
ikut serta menikmati potensi dan obyek-obyek kepariwisataan
nasional. Dalam hubungan ini direncanakan pula menciptakan
insentif bagi wisatawan dalam negeri, terutama wisatawan
remaja, pemuda dan pelajar, melakukan kegiatan berwisata. Da-
lam pelaksanaannya dapat dikaitkan dengan paket-paket rom-
bongan studi ilmiah dan study lingkungan, pengenalan kebuda-
yaan nasional, kegiatan pesta olah raga, dan masa liburan.
Dalam Repelita V direncanakan penyusunan peraturan per-
undangan yang lebih mantap yang dapat mendukung pembangunan
kepariwisataan. Dalam rangka peningkatan persediaan dan ke-
mampuan tenaga kerja terdidik direncanakan untuk memperluas
275
sarana pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan di Pusat,
di Balai Pendidikan dan Latihan Pariwisata milik pemerintah
yang secara bertahap akan dikembangkan di daerah-daerah. Di
samping itu ditingkatkan juga pembinaan akademi dan pusat
pendidikan yang dikelola masyarakat. Selanjutnya direncanakan
pula untuk meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan
pariwisata secara terpadu, yang antara lain akan mencakup pe-
nelitian mengenai minat dan kebutuhan pasar internasional.
Sejalan dengan hal-hal yang dikemukakan di atas ini,
pembangunan industri kepariwisataan, khususnya industri kera-
jinan termasuk yang informal dan tradisional, akan dipriori-
taskan. Pemberian bimbingan teknis kepada mereka dilanjutkan
untuk meningkatkan efisiensi produksi. Kemampuan koperasi pa-
riwisata akan ditingkatkan dan akan didorong kerja sama antara
koperasi dan perusahaan-perusahaan negara dan swasta yang
berkecimpung di bidang kepariwisataan.
Adapun sasaran peningkatan dan pembangunan prasarana
obyek wisata sesuai dengan potensi dan keunggulan yang dimi-
liki dapat dilihat dalam Tabel 13 - 21.
IV. PROGRAM-PROGRAM
Pelaksanaan pembangunan selama Repelita V disektor per-
hubungan dan pariwisata dilaksanakan melalui program-program
sebagai di bawah ini.
1. Program-program di bidang Jalan dan Jembatan
Program-program di bidang ini meliputi kegiatan-kegiatan
sebagai berikut.
276
Potensi Obyek Wisata Lokasi Obyek Wisata
TABEL 13 - 21SASARAN PEMBANGUNAN
OBYEK WISATA
277
1. Wisata Alam Bahari P. Batam dan P. Bintan/Riau; Bunaken dan Tanjung Pisok/Sulawesi Utara; Banda Naire/Maluku; Maumere/Nusa Tenggara Timur; Senggigi, Gili Air dan Tanjung-Aan/Nusa Tenggara Barat.
2. Wisata Keindahan Alam, Taman Nasional Gunung Leuser/Aceh; DanauPeninggalan Sejarah Toba dan Berastagi/Sumatera Utara; Bukitdan Budaya. Tinggi dan Ngarai Sihanok/Sumatera Barat;
Jambi; Bengkulu; Sumatera Selatan; Krakatau/Lampung; Taman Nasional Ujung Ujung Kulon/Jawa Barat; Borobudur, Pram-banan dan Keraton Solo di Jawa Tengah; ,Kraton Jogja di Jogjakarta; Bromo dan Tengger di Jawa Timur; Bali; Taman Nasional Lore Linder/Sulawesi Tengah; Tanah Toraja/Sulawesi Selatan; Pontianak/Kalimantan Barat; Taman Nasional Tanjung Puting/Kalimantan Tengah; Mahakam dan Tenggarong/Kalimantan Timur; Biak dan Jayapura/Irian Jaya; Kawah Berwarna dan P.Komodo/Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tenggara.
3. Wisata Konvensi dan DKI Jakarta, Bali, Sumatera Utara, Jawa-Pameran. Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah.
a. Rehabilitasi dan pemeliharaan jalan dan jembatan
berupa kegiatan untuk mempertahankan kondisi jalan
mantap yaitu jaringan jalan yang sudah ditingkatkan
dalam mendukung pertumbuhan arus lalu lintas. Di-
rencanakan, mencakup jalan nasional dan propinsi
sepanjang 188.010 km dan jembatan 149.100 m, jalan
kotamadya 68.950 km dan jalan kabupaten 323.500 km.
b. Peningkatan jalan dan jembatan adalah kegiatan un-
tuk meningkatkan kondisi jalan dan jembatan yang
belum mantap untuk memenuhi pertumbuhan lalu lintas
yang meningkat dengan masa pelayanan 5-10 tahun.
Program peningkatan jalan dan jembatan ini dalam
Repelita V merupakan program utama di bidang jalan
dan jembatan dan akan mencakup jalan sepanjang
24.800 km dan jembatan 149.000 m.
c. Pembangunan jalan dan jembatan berupa pekerjaan
konstruksi jalan dan jembatan baru yang diperlukan
oleh daerah-daerah yang selama ini belum terjang-
kau. Pembangunan jalan dan jembatan baru di bebera-
pa kota besar diperlukan guna menampung pertumbuhan
lalu lintas kota dan untuk pemekaran kota. Jalan
dan jembatan baru juga sangat diperlukan oleh
daerah-daerah pemukiman transmigrasi, daerah-daerah
produksi pertanian, dan perkebunan. Sasaran pemba-
ngunan jalan selama Repelita V, 1.139 km.
2. Program Pengembangan Fasilitas Lalu Lintas Jalan
Dalam rangka pengembangan lalu lintas angkutan jalan
raya akan dilanjutkan pembangunan Pusat Pengujian Kendaraan
278
Bermotor, perbaikan dan penambahan lampu lalu lintas, penye-
diaan rambu jalan, pembuatan marka jalan, pemasangan pagar
pengaman jalan, pembangunan fasilitas pengujian kendaraan
bermotor serta pengadaan bus kota dan bus perintis. Dalam
rangka pengembangan lalu-lintas di wilayah perkotaan juga
akan dilaksanakan pengembangan sistem angkutan yang terpadu.
3. Program Prasarana Angkutan Kereta Api
Untuk menjadikan perkeretaapian tetap berfungsi sebagai
angkutan umum yang murah, tertib dan aman, maka dalam pening-
katan jasa angkutan kereta api selama Repelita V akan dilan-
jutkan rehabilitasi dan pembangunan jalan kereta api sepan-
jang 1.835 km dan peningkatan pemasangan jembatan kereta api
sebanyak 175 buah untuk jembatan bawah dan 2.500 ton untuk
jembatan atas.
4. Program Sarana Angkutan Kereta Api
Program sarana angkutan kereta api meliputi rehabilitasi
kereta penumpang sebanyak 2.009 buah, gerbong barang 13.997
buah, kereta rel listrik 640 buah, dan kereta rel diesel 224
buah, sedangkan pembangunan meliputi pembangunan kereta pe-
numpang sebanyak 272 buah, gerbong barang 300 buah, dan
kereta rel listrik 136 buah.
5. Program Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan
Dalam meningkatkan pelayanan angkutan sungai, danau dan
penyeberangan, terutama di daerah-daerah yang belum dilayani
oleh jenis angkutan lainnya, selama Repelita V direncanakan
pembangunan 65 unit dermaga sungai dan terminal pada 48 lin-
279
tasan penyeberangan, dan 10 dermaga danau. Juga akan dilaku-
kan rehabilitasi beberapa dermaga dan terminal penyeberangan,
dermaga sungai serta dermaga danau dan penambahan sejumlah
rambu-rambu untuk keselamatan pelayaran.
6. Program Pengembangan Fasilitas PelabuhanDalam program ini akan ditekankan kegiatan pemeliharaan
dan rehabilitasi serta peningkatan dan pengembangan fasilitas
pelabuhan di 43 lokasi yang mencakup pelabuhan induk, pela-
buhan kolektor dan pelabuhan distributor. Selama Repelita V
direncanakan akan dibangun pelabuhan dermaga sepanjang
4.910 m, lapangan peti kemas seluas 80.000 m2, lapangan
penumpukan 67.200 m2 dan gudang 53.750 m2.
7. Program Pengerukan Pelabuhan dan Alur Pelayaran
Pengerukan alur-alur pelayaran yang termasuk dalam pela-
yanan pelabuhan terns dilakukan. Selama Repelita V akan dila-
kukan pengerukan rutin sebanyak 75,25 juta m3 lumpur. Ke-
giatan pengerukan alur pelayaran pelabuhan rutin akan dilak-
sanakan antara lain di Belawan, Palembang, Tanjung Priok,
Surabaya, Banjarmasin, Samarinda, Pontianak dan Jambi.
8. Program Pengembangan Fasilitas Keselamatan Maritim
Pengembangan kesyahbandaran dalam Repelita V direncana-
kan penambahan fasilitas kapal bandar 18 buah. Di bidang pem-
bangunan navigasi akan dilanjutkan kegiatan rehabilitasi dan
pembangunan menara suar 32 buah, rambu suar 80 buah, peralat-
an telekomunikasi dan radio pantai di 6 lokasi dan peremajaan
kapal sebanyak 22 buah. Sedangkan untuk kesatuan penjagaan
280
laut dan pantai direncanakan menampung kegiatan operasi dan
pemeliharaan sarana patroli serta operasi SAR.
9. Program Pembinaan dan Pengembangan Armada PelayaranDalam usaha meningkatkan produktivitas armada pelayaran
nusantara, armada pelayaran lokal dan armada pelayaran rak-
yat, dalam Repelita V akan dilakukan penambahan armada baru
sebesar 178.500 DWT untuk pelayaran nusantara. Armada pela-
yaran rakyat juga akan ditingkatkan serta pengoperasian arma-
da perintis dilanjutkan.
10. Program Pengembangan Fasilitas Bandar Udara dan Keselamatan Penerbangan.
Sasaran program pengembangan fasilitas bandar udara dan
keselamatan penerbangan dalam Repelita V disesuaikan dengan
kebutuhan pengoperasian semua jenis pesawat penerbangan ko-
mersial yang meliputi: Penambahan armada udara yang terdiri
dari Pesawat Atra-90 sebanyak 1 buah, DC-9/B-737 sebanyak 5
buah, dan B-747 sebanyak S buah. Peningkatan pembangunan ban-
dar udara agar dapat menampung pesawat udara sejenis B-747 di
6 lokasi, DC-10/A-300 di 4 lokasi, DC-9/B-737 di 12 lokasi,
F-28 di 17 lokasi, F-27/CN-235 di 24 lokasi, secara penuh
atau terbatas. Juga pemasangan alat-alat bantu navigasi dan
keselamatan penerbangan lainnya di bandar-bandar udara yang
akan ditingkatkan kemampuannya, serta pembangunan fasilitas
terminal dan pergudangan untuk menampung kegiatan dunia usaha.
11. Program Pengembangan Jasa Pos dan Giro
Program pengembangan jasa pos dan giro akan mencakup
pembangunan Kantor Pos Pembantu dan Kantor Pos Tambahan seba-
281
nyak 805 buah untuk ibukota-ibukota kecamatan, Kantor Pos 13
buah untuk kota-kota kabupaten, Kantor Pos Besar 2 buah, Kan-
tor Kepala Daerah Pos 2 buah dan pelanjutan gedung Kantor Pos
Ibukota di DKI Jaya. Selain daripada itu akan dikembangkan
juga unit-unit pelayaran pos dan giro didaerah transmigrasi.
Juga akan dilakukan penambahan pengadaan bis surat seba-
nyak 2.500 buah dan kendaraan pos dan sepeda motor masing-
masing 300 buah dan 1.500 buah antara lain untuk kelancaran
dinas Pos Keliling Kota dan Pos Keliling Desa.
12. Program Pengembangan Jasa TelekomunikasiProgram Pengembangan jasa telekomunikasi meliputi pemba-
ngunan lanjutan dari Repelita IV dan pembangunan baru dalam
penyediaan fasilitas telepon, teleks, telegrap/data, komuni-
kasi data paket (packsatnet), faksimili/birofaks dan pemba-
ngunan telekomunikasi pedesaan. Di samping itu juga dilakukan
perluasan kapasitas dan pembangunan baru transmisi, seperti
Gelombang Mikro Trans Sumatera, Gelombang Mikro Cross Kali-
mantan, Jawa-Bali dan Gelombang Mikro Indonesia Bagian Timur
sampai ke Ujung Pandang serta sistem komunikasi kabel laut
Surabaya-Banjarmasin. Juga diadakan perluasan pemanfaatan
transmisi satelit berupa kanal SKSD dan jaringan ekor serta
penambahan Stasiun Bumi Kecil.
13. Program Pengembangan Meteorologi dan Geofisika
Program pengembangan meteorologi dan geofisika meliputi
peningkatan dan pembangunan baru stasiun-stasiun meteorologi,
klimatologi, geofisika serta pembangunan baru stasiun kerja
sama pengamatan iklim, pertanian khusus, penguapan dan peng-
amatan hujan. Di samping itu juga pembangunan laboratorium
282
dengan peralatan meteorologi dan geofisika serta penggantian
peralatan dengan peralatan yang mutakhir disesuaikan dengan
kemajuan teknologi dan peralatan telekomunikasinya.
14. Program kemampuan pencarian dan penyelamatan
Program kemampuan pencarian dan penyelamatan lebih di-
tingkatkan dengan memperkuat organisasi, memantapkan koordi-
nasi serta mengembangkan kemampuan tenaga dan sarana dalam
rangka memungkinkan dilaksanakannya tindakan yang cepat dalam
pencarian dan penyelamatan jiwa manusia.
15. Program Pengembangan Pariwisata
Dalam Repelita V program pengembangan pariwisata akan
lebih diarahkan pada usaha untuk menarik jumlah wisatawan
asing hingga mencapai lebih dari 2,5 juta orang pada tahun
terakhir Repelita V. Untuk itu akan ditempuh berbagai lang-
kah, seperti: pemberian izin bebas visa bagi wisatawan asing
yang berasal dari negara pasaran wisata, pelonggaran lebih
besar dalam kebijaksanaan pintu masuk, penyelesaian Rancangan
Undang-undang Kepariwisataan Nasional (RUU Kepariwisataan Na-
sional), penyelesaian obyek Wisata (resort) di daerah tujuan
wisata, pemberian insentif bagi calon investor dalam kepari-
wisataan (perpajakan, retribusi, pungutan) dan pemantapan
promosi ke luar negeri, terutama dalam mencapai sasaran pasar
wisata internasional.
283
TABEL 13 - 22PEMBIAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KELIMA,
1989/90 - 1993/94(dalam milyar rupiah)
PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA
1989/90 1989/90-1993/94No. Kode SEKTOR/SUB SEKTOR/PROGRAM (Anggaran
Pembangunan)(Anggaran
Pembangunan)
04 SEKTOR PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA 2.522,1 20.512 ,0
04.1 Sub Sektor Prasarana Jalan 1.380,3 11_89411
04.1.01 Program Rehabilitasi dan PemeliharaanJalan dan Jembatan 300,8 2.677,4
04.1.02 Program Peningkatan Jalan dan Penggan-tian Jembatan 887,3 7.630,3
04.1.03 Program Pembangunan Jalan dan Jembatan 192,2 1.586,4
04.2 Sub sektor Perhubungan Darat 295,7 2 .338,6
04.2.01 Program Pengembangan Fasilitas LaluLintas Jalan 80,1 625,0
04.2.02 Program Prasarana Angkutan Kereta Api 109,5 886,9
04.2.03 Program Sarana Angkutan Kereta Api 52,2 396,7
04.2.04 Program Peningkatan Angkutan Sungai,Danau dan Penyeberangan 53,9 430,0
284
PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA1989/90 1989/90-
1993/94No. Kode SEKTOR/SUB SEKTOR/PROGRAM (AnggaranPembangunan)
(AnggaranPembangunan)
04.3 Sub Sektor Perhubungan Laut 285,5 2 .169,8
04.3.01 Program Pengembangan FasilitasPelabuhan Laut 159,6 1.245,1
04.3.02 Program Pengerukan Pelabuhan dan Alur-alurPelayaran 16,6 189,0
04.3.03 Program Pengembangan Fasilitas KeselamatanPelayaran 41,0 303,4
04.3.04 Program Pembinaan/Pengembangan ArmadaPelayaran 68,3 432,3
04.4 Sub Sektor Perhubungan Udara 378,2 2 .563,8
04.4.01 Program Pengembangan Fasilitas BandarUdara dan Keselamatan Penerbangan 237,6 1.663,3
04.4.02 Program Pembinaan/Pengembangan Armada Udara 140,6 900,5
04.5 Sub Sektor Pos dan Telekomunikasi 144,9 1 .177,9
04.5.01 Program Pengembangan Jasa Pos dan Giro 20,5 144,4
04.5.02 Program Pengembangan Jasa Telekomunikasi 124,4 1.033,5
04.6 Sub Sektor Pariwisata 37 2 5 367,8
04.6.01 Program Pengembangan Pariwisata 37,5 367,8
285