etheses.iainponorogo.ac.idetheses.iainponorogo.ac.id/14095/1/210317002_HUSNUL... · Web viewSesuai...
Click here to load reader
etheses.iainponorogo.ac.idetheses.iainponorogo.ac.id/14095/1/210317002_HUSNUL... · Web viewSesuai dengan penelitian ini, nantinya peneliti akan mencari data tentang upaya dari Kepala
PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA PADA MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN UPAYA MENGATASINYA DI MA MA’ARIF
AL-MUKARROM, KAUMAN, SUMOROTO, PONOROGO
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Khotimah, Husnul. 2021. Perilaku Prokrastinasi Akademik Siswa pada
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Upaya Mengatasinya di MA
Ma’arif Al-Mukarrom, Kauman, Sumoroto, Ponorogo. Skripsi, Jurusan
Pendidikan Agama Islam Faktultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. Pembimbing, Zeni Murtafiati
Mizani, M. Pd,I.
Kata kunci : Prokrastinasi Akademik, Mata Pelajaran PAI, Upaya
mengatasinya.
Pendidikan sangat berkaitan dengan proses belajar, tak jarang dalam
proses belajarnya terdapat masalah yang menyebabkan hasil belajar
tidak maksimal. Siswa di jenjang SMA/MA masuk dalam kategori
remaja. Dimasa ini harus mampu mengatasi krisis juga akan berdampak
pada penyelesaian kewajiban belajar, termasuk adalah penundaan
pengerjaan tugas dari guru. Perilaku menunda tugas merupakan
perilaku yang dapat menghambat proses belajar siswa yang disebut
Prokrastinasi akademik. Penundaan ini berkaitan dengan pengelolaan
waktu luang. Prokrastinasi biasa terjadi setiap waktu merupakan
masalah serius. Banyak siswa tetap melakukan prokrastinasi meskipun
mereka mengetahui akibatnya.
Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui bentuk perilaku
prokrastinasi akademik yang dilakukan siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam 2) Untuk mengetahui faktor penyebab perilaku
prokrastinasi akademik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam,
dan 3) Untuk mengetahui upaya Kepala sekolah, guru PAI dan siswa
dalam menghadapi perilaku prokrastinasi akademik siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman,
Sumoroto, Ponorogo.
Pendekatan yang digunakan untuk menjawab penelitian ini yakni
dengan pendekatan kualitatif, sedangkan jenis penelitiannya adalah
studi kasus. Teknik pengumpulan data yakni dengan teknik wawancara,
observasi dam dokumentasi. Teknis analisis data menggunakan teori
Milles dan Hubberman, yaitu data reduction, data display, dan
conclusion drawing.
Berdasarkan penelitian ini disimpulkan: 1) Bentuk perilaku
prokrastinasi yang dilakukan siswa pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom adalah prokrastinasi akademik
dengan jenis penundaan fungsional yang dilakukan karena ada
kegiatan lain yang diprioritaskan, dan penundaan disfungsional yang
dilakukan karena kurangnya percaya diri dan ketidakmampuan dalam
menyelesaikan tugas. Sedangkan karakteristik siswa yang memiliki
perilaku prokrastinasi yakni: Perfectionist, dreamer, worrier, dan
over dior. 2) Faktor-faktor yang menjadi penyebab perilaku
prokrastinasi akademik dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
internal disebabkan oleh buruknya pengelolaan waktu, sulit
konsentrasi, kondisi fisik. Dan Faktor eksternal disebabkan oleh
lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. 3) Upaya-upaya yang
dilakukan Kepala sekolah, guru PAI, dan siswa dalam menghadapi
perilaku prokrastinasi akademik pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom adalah: a) Kepala sekolah
dengan memberi skorsing bagi siswa yang tidak dapat dikendalikan
dan memberikan kewenangan kepada guru PAI untuk memberikan
punishment. b) Guru PAI dengan memberikan jangka waktu penugasan
dan memberikan punishment yang bersifat mendidik. c) Siswa dengan
berkomitmen memperbaiki manajemen waktu, memberi reward dan
punishment kepada diri sendiri, dan membuka sarana disksusi di luar
jam pelajaran.
DAFTAR ISI
B. Fokus Penelitian 5
C. Rumusan Masalah 5
D. Tujuan Penelitian 5
E. Manfaat Penelitian 6
F. Sistematika Pembahasan 7
A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu 8
B. Kajian Teori 17
1. Prokrastinasi Akademik 17
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik 23
f. Cara Mengatasi perilaku Prokrastinasi Akademik 25
2. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam 26
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam 26
b. Rumpun materi Pendidikan Agama Islam 27
c. Tujuan Pendidikan Agama Islam 28
d. Fungsi Pendidikan Agama Islam 29
3. Pengertian dan fungsi Kepala sekolah, guru dan siswa 30
a. Pengertian Upaya 30
b. Kepala sekolah 30
B. Kehadiran Peneliti 36
C. Lokasi Penelitian 36
E. Prosedur Pengumpulan Data 38
F. Teknik Analisis Data 40
G. Pengecekan Keabsahan Temuan 42
H. Tahapan-tahapan Penelitian 44
BAB IV: TEMUAN PENELITIAN
1. Sejarah Berdirinya MA Ma’arif Al-Mukarrom 46
2. Letak lokasi penelitian 48
3. Visi, Misi, dan Tujuan MA Ma’arif Al- Mukarrom 48
4. Profil Singkat MA Ma’arif Al-Mukarrom 50
5. Struktur Organisasi Kesiswaan 50
6. Keadaan Guru, Keadaan Siswa, Sarana Prasarana 51
B. Deskripsi Data Khusus 54
1. Bentuk perilaku prokrastinasi akademik yang dilakukan siswa pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom
Kauman, Sumoroto, Ponorogo. 54
2. Faktor penyebab perilaku prokrastinasi akademik pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman,
Sumoroto, Ponorogo. 57
3. Upaya Kepala sekolah, guru, dan siswa dalam menghadapi perilaku
prokrastinasi akademik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo.........
59
BAB V: PEMBAHASAN
1. Bentuk perilaku prokrastinasi akademik yang dilakukan siswa pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom
Kauman, Sumoroto, Ponorogo. 63
2. Faktor penyebab perilaku prokrastinasi akademik pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman,
Sumoroto, Ponorogo. 66
3. Upaya Kepala sekolah, guru, dan siswa dalam menghadapi perilaku
prokrastinasi akademik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo. 69
BAB VI: PENUTUP
A. Kesimpulan 75
B. Saran 76
Menurut Undang – undang Nomor 20 tahun 2003, tentang sistem
pendidikan nasional pasal 1 ayat 1 yang menjelaskan bahwa
pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran, dengan tujuan agar siswa
dapat aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki beberapa
kemampuan diantaranya kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Undang undang tersebut dapat dipahami bahwa dalam pendidikan perlu
adanya perencanaan yang matang bagi seorang individu. Potensi diri
individu akan berkembang jika individu mau berusaha dengan sadar
dalam menjalani proses pendidikan. Hal ini akan membantu individu
memiliki pemahaman dan keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan
baik di lingkungan masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan
sangat berkaitan dengan proses belajar. Sedangkan belajar selalu
berkaitan dengan perubahan-perubahan perilaku, apakah itu mengarah
kepada perilaku yang baik ataupun yang kurang baik, baik
direncanakan ataupun tidak. Kejadian lain yang juga terkait dalam
konsep belajar adalah adanya pengalaman. Bentuk pengalaman yang
ditemukan baik berbentuk kondisi dan komunikasi dengan orang lain
atau lingkungannya.
Menurut Muhibbin, bahwa pada proses belajar mengajar (PBM), belajar
merupakan istilah kunci yang paling vital dalam setiap urusan
pendidikan, tanpa belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan,
perubahan dan kemampuan merupakan batasan dan makna yang terkandung
dalam belajar, disebabkan oleh kemampuan berubahlah manusia
berkembang lebih baik dari pada makhluk-makhluk lainnya, sehingga
ia terbebas dari kemandegan fungsinya sebagai khalifah di muka
bumi.
Siswa yang sedang menempuh pendidikan pada jenjang Sekolah Menangah
Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA), usianya berkisar 15-18 tahun.
Usia ini menurut Kartini Kartono masuk dalam kategori golongan
remaja pertengahan. Remaja dalam fase ini (15-18 tahun) memiliki
kepribadian masih kekanak-kanakan. Tetapi pada fase ini juga remaja
mulai tumbuhnya unsur baru yakni kesadaran dalam sikap kepribadian
dan kehidupannya sendiri. Remaja akan mengawali proses pencarian
hakikat jati dirinya dengan dikelilingi pertanyaaan “siapa saya
sebenarnya”. Fase "pencarian jati diri” pada remaja merupakan tahap
perkembangan yang rawan yang disertai berbagai gejolak serta
benturan. Adanya keinginan kuat seorang remaja mencari jati diri
serta identitas pribadinya yang tidak jarang menyebabkan krisis.
Keberhasilan remaja menghadapi krisis akan meningkatkan dan
mengembangkan kepercayaan dirinya. Sehingga dapat diartikan bahwa
ia mampu memaknai hakikat dari jati dirinya (self identity) dan
siap menjalankan tugas perkembangan berikutnya dengan sempurna.
Namun, bagi remaja yang tidak berhasil dalam menghadapi perjalanan
krisisnya, cenderung akan memiliki kebingungan identitas
(identitiy-diffussion). Terdapat tanda-tanda kebingungan remaja
dalam menghadapi krisis yakni diantaranya timbulnya perasaan tidak
berdaya dan tidak mampu, penurunan harga diri, dan sikap tidak
percaya diri sehingga timbul fikiran pesimis terhadap berbagai hal
daan masa depan.
Ketidakmampuan remaja dalam mengatasi krisis juga akan berdampak
pada penyelesaian kewajiban belajar. Hal yang dimaksud adalah siswa
menunda pengerjaan tugas yang diberikan pendidik yang bersampak
pada keterlambatan pengumpulan tugas, atau malah pengabaian tugas
dengan tidak mengerjakannya sama sekali. Seseorang dikatakan
mempunyai kualitas sumber daya manusia yang tinggi jika dapat
menunjukkan perilaku yang mencerminkan adanya kedisiplinan dalam
pengelolaan waktu dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Kemampuan
mengatur waktu berati dapat dilihat dari bagaimana seorang remaja
mengelola diri sendiri yang dilakukan dengan berbagai cara
bertujuan agar dapat mengoptimalkan waktu yang dimiliki. Maksudnya,
remaja dapat menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu yang telah
tersedia sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal.
Dalam AI-Qur'an Allah menjelaskan arti pentingnya waktu bagi
kehidupan manusia yaitu dalam QS. Al-'Ashr. Dalam surah ini
dijelaskan betapa pentingnya waktu untuk kehidupan manusia. Hal
yang didapat jikalau manusia tidak dapat menghargai waktu akan
mengalami kerugian yang nyata. Perintah pentingnya menghargai waktu
dapat dicerminkan seorang hamba dalam menjalani perintah ibadah
wajib. Hadist yang diriwayatkan oleh Abu Mas'ud AI-Anshori yang di
dalamnya menceritakan bahwa Rosululloh Saw menganjurkan umatnya
agar menyegerakan sholat saat waktunya tiba. Adanya ayat dan hadist
tersebut secara implisit berisi tentang anjuran menghindari
tindakan-tindakan menunda pekerjaan atau prokrastinasi.
Perilaku menunda tugas merupakan salah satu bentuk perilaku yang
dapat menghambat proses belajar siswa, dalam ilmu Psikologi
terdapat istilah prokrastinasi. Prokrastinasi dapat diartikan
kecenderungan sesorang menunda waktu penyelesaian suatu tugas atau
pekerjaan. Adanya kecenderungan penundaan ini berkesinambungan
dengan cara pemanfaatan dan pengelolaan diwaktu luang. Tidak dapat
mengontrol waktu dengan semestinya dan menunda untuk memulai
ataupun menyelesaikan suatu pekerjaan adalah indikasi dari perilaku
prokrastinasi.
Prokrastinasi biasa terjadi setiap waktu dan merupakan masalah yang
sangat urgent. Banyak siswa cenderung melakukan perilaku
prokrastinasi bahkan sudah mnejadi kebiasaan, walaupun sudah
mengetahui dampak yang akan ditanggungnya. Sebagai contoh
terhambatnya penyelesaian tugas dengan tepat waktu seperti
menyelesaikan pekerjaan rumah (PR). Kenyataan yang ada untuk
menyelesaikannya tidaklah mudah, guna memperoleh nilai maksimal,
siswa harus menghadapi berbagai tantangan, kendala dan hambatan.
Salah satu permasalahan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan PR
adalah pengelolaan waktu atau disiplin waktu untuk menyelesaikan
tugas yang mengarah pada bentuk perilaku prokrastinasi. Seperti
informasi yang diterima penulis di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman,
Sumoroto, Ponorogo siswa banyak yang ikut organisasi dan mereka
melalaikan pekerjaan sekolah, banyak melakukan dispensasi saat
materi berlangsung hingga tidak mengetahui dan mengabaikan tugas
sekolah, karena lebih mengutamakan organisasi dari pada
akademiknya. Disamping itu ada kegiatan lain yang mereka utamakan
seperti bermain game online, kebiasaan hunting untuk mencari spot
foto, nongkrong di warung kopi dengan teman-teman yang akhirnya
berakibat tugas-tugasnya terbengkalai dan tidak dapat menyelesaikan
tepat waktu, sehingga hasil yang diperoleh tidak maksimal.
Perilaku prokrastinasi yang dilakukan oleh siswa MA Ma’arif
Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo ini jika terus dibiarkan
akan menimbulkan dampak internal dan eksternal bagi pelaku
prokrastinasi. Oleh karena itu perlu adanya upaya-upaya yang
dilakukan oleh elemen sekolah yakni dengan melibatkan Kepala
sekolah, guru PAI, dan siswa yang memiliki sikap prokrastinasi
akademik agar dapat meminimalisir perilaku siswa. Sehingga dalam
penelitian ini penulis akan mengidentifikasi apa saja faktor yang
mempengaruhi prokrastinasi akademik siswa, serta mengetahui
bagaimana upaya Kepala sekolah, guru PAI, dan siswa dalam
menghadapi perilaku prokrastinasi akademiknya agar proses belajar
mereka sesuai dengan tujuan pendidikan. Dan karena itu penulis
dalam tugas skripsi tertarik mengambil judul “Perilaku
Prokrastinasi Akademik Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam dan Upaya Mengatasinya di MA Ma’arif Al-Mukarrom, Kauman,
Sumoroto, Ponorogo”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti memfokuskan tentang
upaya yang dilakukan oleh Kepala sekolah, guru PAI, dan siswa
terhadap permasalahannya dalam proses pembelajaran, yakni tentang
masalah penundaan tugas atau dikenal dengan istilah prokrastinasi
akademik. Disini penulis membatasi penelitian khusus pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam yakni meliputi Qur’an Hadist,
Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Aqidah Akhlak di MA Ma’arif
Al- Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini
penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk perilaku prokrastinasi akademik yang dilakukan
siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif
Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo?
2. Apa saja faktor penyebab perilaku prokrastinasi akademik pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom
Kauman, Sumoroto, Ponorogo?
3. Bagaimana upaya Kepala sekolah, guru PAI, dan siswa dalam
menghadapi perilaku prokrastinasi akademik pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto,
Ponorogo?
D. Tujuan Penelitian
Dalam sebuah penelitian tentunya harus memiliki tujuan, demikian
halnya dengan penelitian ini bertujuan:
A. Untuk mengetahui bentuk perilaku prokrastinasi akademik yang
dilakukan siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA
Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo.
B. Untuk mengetahui faktor penyebab perilaku prokrastinasi akademik
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif
Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo.
C. Untuk mengetahui upaya Kepala sekolah, guru PAI, dan siswa dalam
menghadapi perilaku prokrastinasi akademik pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto,
Ponorogo.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini ialah ditinjau secara teoritis dan
praktik. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat
menghasilkan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Secara Teoritik
2. Manfaat Secara Praktik
a. Untuk lembaga pendidikan MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman,
Sumoroto, Ponorogo, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
evaluasi guna memberikan solusi terhadap perilaku prokrastinasi
akademik yang dilakukan oleh siswa.
b. Untuk ustadz/ ustadzah, penelitian ini bermanfaat untuk
mengidentifikasi permasalahan siswa agar mendapat perbaikan dalam
belajarnya.
c. Untuk penulis dan rekan-rekan yang berminat dengan permasalahan
yang diangkat dan yang berkaitan dengannya, agar dapat dijadikan
sebagai salah satu kajian lebih lanjut.
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan susunan untuk memudahkan dan
mengarahkan penulis dalam penulisan agar tidak mengarah pada
hal-hal yang tidak berhubungan dengan masalah yang hendak diteliti.
Susunan bagian-bagian tersebut antara lain:
BAB I PENDAHULUAN
BAB II KERANGKA TEORI
Bab ini digunakan sebagai landasan teori yang menyajikan tentang
pengertian prokrastinasi, jenis prokrastinasi, karakteristik
prokrastinasi, faktor prokrastinasi, indikator, pengertian materi
PAI, ruang lingkup PAI, tujuan PAI, fungsi PAI, Pengertian upaya,
pengertian dan tugas Kepala sekolah, guru, dan siswa.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini meliputi Pendekatan dan Jenis Penelitian, Kehadiran
Peneliti, Lokasi Penelitian, Data dan Sumber Data, Prosedur
Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Temuan
dan Tahapan-Tahapan Penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Berisi kegiatan penelitian yang dilakukan penulis di MA Ma’arif
Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo dengan para siswa yang
cenderung memiliki perilaku prokrastinasi akademik pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dari hasil penelitian tersebut
diketahui upaya Kepala sekolah, guru PAI, dan siswa untuk
meminimalisir perilaku prokrastinasi akademik di MA Ma’arif
Al-Mukarrom.
BAB V ANALISIS DATA
Bab ini membahas kajian analisa atas semua jawaban dari rumusan
masalah yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu analisis tentang
penyebab dari perilaku prokrastinasi siswa dan upaya yang dilakukan
Kepala sekolah, guru PAI, dan siswa dalam menghadapi perilaku
prokrastinasi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
BAB VI PENUTUP
Berisi bagian terakhir dari proses penelitian yaitu kesimpulan dan
saran.
BAB II
A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu
Sejauh peneliti melakukan penelitian terhadap skripsi-skripsi
ataupun karya-karya ilmiah lain yang telah dilakukan, penulis
menemui beberapa skripsi atau karya ilmiah sebagai berikut:
1. Siti Musyarofah. Universitas Sunan Kalijaga, 2017 “Hubungan
Kedisiplinan Siswa dengan Prokrastinasi Akademik Siswa Kelas XI SMK
PIRI 1 Yogyakarta”. Peneliti mengamati kedisiplinan siswa di SMK
PIRI 1 Yogyakarta masih kurang dan masih banyak terjadi penundaan
tugas khususnya tugas akademik atau dalam ilmu psikologi dikenal
dengan istilah prokrastinasi akademik.
Dengan penundaan yang dilakukan tersebut seorang siswa akan merasa
cemas dengan hasil yang didapatkan karena tidak sesuai dengan
target yang telah direncanakan. Prokrastinasi akademik disini tidak
hanya fokus pada tugas akademik akan tetapi juga membahas planning
atau rencana yang tidak sesuai target atau kenyataan. Berdasarkan
pembahasan ini disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif yang
sangat signifikan antara kedisiplinan siswa dengan prokrastinasi
akademik siswa kelas XI SMK PIRI 1 Yogyakarta.
Hal ini dibuktikan dengan nilai korelasi dari Product Moment dari
Pearson antara kedisiplinan siswa (X) dengan prokrastinasi akademik
(Y) adalah (rxy) -0,733 dan sig. (2-tailed) atau p adalah 0,000
pada taraf signifikansi 1%. Artinya p<0,01 menunjukkan hubungan
yang sangat signifikan dan (rxy)-0,733 menunjukkan hubungan
negatif. Kedisiplinan siswa memberikan kontribusi sumbangan
terhadap prokrastinasi akademik sebesar 73,3%. Artinya masih ada
faktor lain dari penelitian ini yang dapat mempengaruhi
prokrastinasi akademik. Faktor lain yang dapat mempengaruhi
prokrastinasi akademik meliputi kondisi fisik individu atau
kelelahan, regulasi diri, kontrol diri, tingkat kecemasan, gaya
pengasuhan orang tua dan kondisi lingkungan.
Perbedaan penelitian tersebut dengan skripsi penulis yang berjudul
“Upaya Siswa dalam Mengatasi Perilaku Prokrastinasi akademik pada
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom
Kauman, Sumoroto, Ponorogo” adalah jenis penelitian dalam skripsi
tersebut menggunakan jenis penelitian kuantitif, kemudian
penelitian ini fokus pada hubungan prokrastinasi akademik dengan
kedisiplinan siswa, sedangkan penulis fokus pada upaya mengatasi
sikap prokrastinasi pada siswa dan menggunakan jenis penelitian
kualitatif. Sedangkan objek penelitian pada skripsi di atas fokus
pada kelas XI saja, sedangkan objek yang digunakan penulis adalah
semua siswa yang memiliki sikap prokrastinasi akademik mulai dari
kelas X samPendidikan Agama Islam kelas XI.
2. Dinie Thara Azhari. Universitas Negeri Padang, 2019. “Kontrol
Diri Mahasiswa yang Memiliki Kecenderungan Prokrastinasi Akademik”.
Wawancara yang peneliti lakukan dengan 10 orang mahasiswa di
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sumbar Pariaman pada tanggal 26 Januari
2019, diperoleh hasil bahwa adanya mahasiswa yang kebiasaan
menunda-nunda tugas, menyepelekan, mengabaikan, dan tidak
memperdulikan yang semestinya menjadi kewajibannya sebagai
mahasiswa untuk mengerjakan tugas tersebut. Selanjutnya, peneliti
mendapatkan informasi bahwa adanya mahasiswa yang mengerjakan tugas
beberapa jam sebelum perkuliahan dimulai (deadline). Sehingga
terdengar istilah dikalangan mahasiswa yang mengatakan “kalau
mengerjakan tugas tidak deadline, tidak terasa sensasinya”. Selain
itu, berdasarkan wawancara peneliti dengan beberapa orang dosen dan
petugas tata usaha di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sumbar Pariaman
pada tanggal 8 Febuari 2019, diperoleh keterangan bahwa memang ada
beberapa mahasiswa yang melalaikan tugas, menyepelekan tugas, dan
bahkan terlihat mahasiswa yang mengerjakan tugas saat perkuliahan
sedang berlangsung. Jika hal ini dibiarkan terus menerus, banyak
dampak yang akan ditimbulkan untuk generasi selanjutnya. Sehingga
ini sangat penting untuk diteliti lebih lanjut dan peran Bimbingan
dan Konseling sangat diperlukan demi generasi selanjutnya.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kontrol diri mahasiswa yang
kecenderungan prokrastinasi akademik, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:1) Kontrol diri mahasiswa dalam mengendalikan
situasi dan menghadapi stimulus yang tidak dikehendaki (kontrol
perilaku) dikategorikan tinggi.Hal ini mendeskripsikan bahwa
mahasiswa tergolong baik meskipun ada sebagian mahasiswa yang masih
memikirkan kesenangan-kesenangan saja, seperti bermain dan
menghabiskan waktu untuk hal yang tidak penting. Diketahui bahwa
mahasiswa cenderung belum mampu menahan diri dari hal yang dapat
merugikan dirinya sendiri. 2) Kontrol diri mahasiswa dalam
kemampuan mengantisipasi keadaan yang tidak menyenangkan dan
kemampuan menilai keadaan dengan memperhatikan positifnya (kontrol
kognitif) dikategorikan tinggi. Dalam hal ini, mahasiswa mampu
mengantisipasi keadaan yang tidak menyenangkan dengan cara
memperhatikan dosen dalam materi dan memahami materi yang diberikan
oleh dosen. 3) Kontrol diri mahasiswa memilih hasil dan tindakan
berdasarkan sesuatu yang diyakini (kontrol keputusan) dikategorikan
tinggi. Tetapi dalam hal ini masih ada sebagian mahasiswa tersebut
mengungkapkan bahwa masih belum sepenuhnya yakin atas tindakan yang
dipilihnya. Dalam penelitian ini, masih ada mahasiswa yang
mengambil keputusan tergesa-gesa. Dapat dipahami jika hal tersebut
dibiarkan begitu saja akan menimbulkan dampak yang besar bagi
mahasiswa untuk menempuh karir ke depannya.
Perbedaan skripsi tersebut yang skripsi yang diteliti penulis
adalah jenis penelitian dalam skripsi tersebut menggunakan jenis
kuantitatif deskriptif, kemudian skripsi ini hanya mendeskripsikan
keadaan siswa yang memiliki sikap prokrastinasi saja, sedangkan
dalam penelitian skripsi yang dibahas penulis menggali upaya yang
dilakukan Kepala sekolah, guru PAI, dan siswa untuk mengatasi
perilaku prokrastinasi akademiknya. Kemudian objek dalam skripsi
tersebut adalah tingkat mahasiswa, sedangkan penulis menggunakan
objek siswa tingkat MA/SMA.
3. Satria M. Rafiko. IAIN Batusangkar, 2017, “Strategi Guru
Bimbingan dan Konseling dala Mengatasi Perilaku Prokarstinasi
Akademik Siswa di MAN 2 Batusangkar”. Permasalahan pokok dalam
penelitian ini adalah bagaimana strategi guru Bimbingan dan
Konseling dalam mengatasi perilaku Prokrastinasi Akademik siswa di
MAN 2 Batusangkar. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan
strategi layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan guru BK di
MAN 2 Batusangkar melalui 4 langkah pokok yaitu mengidentifikasi
perilaku prokrastinasi akademik siswa, penyusunan rencana kerja,
pelaksanaan layanan dan penilaian layanan.
Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa: strategi guru BK
dalam mengatasi perilaku prokrastinasi akademik siswa di MAN 2
Batusangkar meliputi, mengidentifikasi perilaku prokrastinasi
akademik siswa, melakukan Need Asessment dan Himpunan Data.
Melakukan koordinasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas,
penyusunan rencana diantaranya : Layanan Informasi, Layanan
Bimbingan dan Kelompok, Layanan Konseling Perorangan dan Layanan
Konsultasi. Pelaksanaan keempat layanan tersebut sudah berjalan
dengan baik dimana siswa mengikuti layanan dengan aktif. Pada
semester pertama layanan yang dilaksanakan sesuai dengan jadwal BK.
pada semester kedua layanan dilaksanakan sesuai kontrak yang
dilakukan dengan siswa karena jam BK pada semester kedua tidak ada.
Terakhir pada langkah penilaian guru BK melakukan peninjauan
setelah melakukan layanan apakah ada perubahan pada siswa.Pelaporan
kegitan disusun dalam bentuk LAPELPROG (laporan pelaksanaan
program). Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi guru
bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku prokrastinasi
akademik di MAN 2 Batusangkar maka dapat disimpulkan sebagai
berikut: 1) Mengidentifikasi perilaku prokrastinasi akademik Jadi
dari hasil wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling, guru
Bimbingan dan Konseling mendapatkan data-data siswa yang melakukan
perilaku Prokrastinasi Akademik berdasarkan laporan dari guru mata
pelajaran dan wali kelas. Namun data tersebut belum terdata dengan
baik hanya sepengetahuan guru mata pelajaran saja. Dan ketika
mendapatkan laporan dari guru mata pelajaran barulah diberikan
layanan bimbingan dan konseling terhadap siswa tersebut. 2)
Penyusunan rencana kerja Pada perencanaan layanan terhadap siswa
yang berperilaku Prorastinasi Akademik memang belum dibuat di dalam
program layanan. Namun berdasarkan wawancara dengan guru bimbingan
dan konseling kegiatan layanan dalam mengatasi perilaku
prorastinasi akademik siswa di MAN 2 Batusangkar telah
dilaksanakan. 3) Pelaksanaan layanan Layanan yang telah dilakukan
dalam mengatasi perilaku prokrastinasi akademik siswa di MAN 2
Batusangkar berupa layanan konseling perorangan, bimbingan
kelompok, layanan informasi, dan layanan konsultasi. Kemudian dalam
pelaksanaanya untuk semester pertama sesuai ketentuan jam BK. Namun
pada semester kedua jam BK tidak ada di sekolah tersebut kemudian
guru BK melakukan kontrak terlebih dahulu dengan siswa sebelum
melakukan layanan. Biasanya dilakukan jam istirahat kemudian pada
saat jam pulang sekolah. 4) Penilaian layanan Guru BK melakukan
peninjauan terhadap perubahan sikap siswa setelah diberikan layanan
dan berkoordianasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas.
Layanan yang telah dilaksanakan disusun dalam bentuk laporan
pelaksanaan program (LAPELPROG).
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian penulis adalah
subjek dari penelitian ini 3 orang Guru Bimbingan Konseling yang
telah melakukan layanan berkaitan dalam mengatasi perilaku
prokrastinasi akademik siswa, sedangkan dalam penelitian penulis
subjek adalah siswa , guru Pendidikan Agama Islam, dan kepala
sekolah. Penulis dalam penelitiannya lebih fokus pada pembatasan
prokratinasi akademik pada lingkup mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam saja.
4. Amalia Puspita Sari. FKIP Universitas Sanata Dharma, 2019.
“Faktor-Faktor Penyebab Prokrastinasi Pada Mahasiswa yang Lambat
Dalam Menulis Skripsi di FKIP Universitas Sanata Dharma”. Perilaku
menunda menulis skripsi juga terjadi pada mahasiswa FKIP
Universitas Sanata Dharma (USD) angkatan 2012-2014. Dari sejumlah
mahasiswa yang kuliah di USD angkatan 2012 - 2014, sebagian dari
mereka belum menyelesaikan skripsi saat ini. Dengan demikian perlu
dicari tahu faktor apa saja yang menyebabkan mahasiswa mengalami
penundaan dalam proses penulisan skripsinya.
Melihat hal ini, maka peneliti berpikir bahwa penting untuk
menemukan secara ilmiah faktor-faktor yang dapat menyebabkan
mahasiswa sering menunda nunda penulisan skripsi yang kemudian
membuatnya terlambat dalam menyelesaikan skripsi, dalam hal ini ada
faktor interen dan faktor eksteren. Jika faktor-faktor tersebut
dapat diketahui, maka hal ini dapat digunakan oleh program studi
dan dosen pembimbing skripsi untuk membantu mahasiswa penulis
skripsi meminimalisir faktor tersebut.
Oleh sebab itu dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis
faktor-faktor apa saja yang teridentifikasi tinggi dalam
menyebabkan mahasiswa penulis skripsi memiliki perilaku
prokrastinasi. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa: 1) Faktor yang teridentifikasi determinan sebagai penyebab
prokrastinasi pada mahasiswa yang lambat dalam penulisan skripsi
adalah kontrol diri yang rendah dengan rata-rata yang paling tinggi
yakni 5.4524 dan efikasi diri dengan rata-rata sebesar
4.4762.
Perbedaan skripsi tersebut dengan skripsi penulis adalah metode
penelitian ini berupa kuantitatif, kemudian subjek yang digunakan
adalah tingkat mahasiswa, sedangkan penulis menggunakan subjek
penelitian di tingkat SMA/ MA. Disamping itu penelitian tersebut
fokus pada faktor penundaan skripsi, sedangkan penulis fokus pada
upaya yang dilakukan Kepala sekolah, guru PAI, dan siswa untuk
mengatasi prokrastiansi akademik pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam.
5. Puswanti. Jurnal Psikopedagogia, 2014. “Upaya Mereduksi
Prokrastinasi Akademik melalui Konseling Kelompok melalui
Pendekatan Behavioristik pada Siswa SMK”. Fakta dari hasil
observasi di SMKN I Kalasan, masih ada beberapa siswa yang
mempunyai masalah pengaturan waktu dalam menyelesaikan tugas
sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi masih
ditemukan beberapa kasus prokrastinasi, yaitu pada saat
mengumpulkan pekerjaan rumah dengan waktu yang telah ditentukan
dari 32 siswa hanya setengah dari jumlah siswa yang mengumpulkan,
masih ada lagi setengah dari jumlah siswa yang tidak mengumpulkan
tugas pada waktunya dengan mengutarakan berbagai alasan.
Pada dasarnya prokrastinasi akademik yang dilakukan siswa tidak
hanya pada tugas. Contoh nyata prokrastinasi akademik lainnya yang
terjadi di SMK Negeri I Kalasan adalah masih ada beberapa siswa
terlambat masuk sekolah dan mengikuti pelajaran. Beberapa siswa
masih ada yang terlambat masuk sekolah dan dengan sengaja
melambatkan diri masuk ke ruang kelas untuk mengikuti kegiatan
belajar mengajar. Saat bel masuk sudah berbunyi siswa tidak segera
masuk kelas, ada beberapa siswa yang masih mengobrol dengan
teman-temannya di kantin, mendengarkan musik handphone bersama-sama
di depan kelas, dan segera masuk kelas setelah ditegur oleh guru.
Berdasarkan latar belakang masalah yang maka perlu adanya usaha
yang diharapkan mampu untuk mereduksi prokrastinasi akademik pada
siswa, yaitu menggunakan layanan bimbingan dan konseling.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis data dan pembahasan,
maka dapat disimpulkan bahwa layanan konseling kelompok dengan
pendekatan behavioristik efektif untuk mereduksi prokrastinasi
akademik pada siswa kelas XI Kayu SMK Negeri 1 Kalasan. Bagi guru
bimbingan dan konseling, diharapkan dapat memberikan layanan
konseling kelompok pendekatan behavioristik kepada siswa yang
mengalami prokrastinasi akademik secara lebih konsisten. Hasil
penelitian ini bermanfaat bagi konselor untuk membantu siswa
mereduksi prokrastinasi akademik melalui konseling kelompok dengan
pendekatan behavioristik.
Perbedaan skripsi tersebut dengan penelitian yang dilakukan penulis
adalah metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah
berupa penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua
siklus. Sedangkan penulis dalam penelitannya menggunakan metode
kualitatif untuk menggali data. Kemudian subjek dalam penelitian
penulis fokus pada Kepala sekolah, guru PAI, dan siswa, sedangkan
pada skripsi tersebut guru BK sebagai subjek dari upaya mengatasi
masalah prokrastinasi pada siswa.
B. Kajian Teori
1. Prokrastinasi akademik
a. Pengertian prokrastinasi akademik
Prokrastinasi dalam American College Dictionary berasal dari kata
procrastinate yang diartikan menangguhkan tindakan untuk
melakasanakan tugas dan dilaksanakan di lain waktu atau hari
berikutnya. Sedangkan istilah prokrastinasi berasal dari bahasa
latin “procrastination” dengan awalan ‘pro’ yang berarti mendorong
maju atau bergerak maju dan akhiran “crastinate” yang berarti
“kepunyaan hari esok”, atau jika digabungkan maka artinya menjadi
“menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya”.
Bangsa Mesir Kuno mempunyai 2 kata kerja yang mempunyai arti
sebagai prokrastinasi, yang pertama menunjukkan suatu kebiasaan
yang berguna untuk menghindari kerja yang tidak penting dan usaha
yang impulsive, sedangkan yang kedua menunjukkan kebiasaan yang
berbahaya akibat kemalasan dalam menyelesaikan tugas yang penting
untuk nafkah hidup, seperti mengerjakan ladang ketika waktu menanam
sudah tiba. Jadi pada abad lalu, prokastinasi bermakna positif bila
penundaan sebagai upaya konstruktif untuk menghindari keputusan
impulsive dan tanpa pemikiran yang matang, dan bermakna negatif
bila dilakukan karena malas atau tanpa tujuan yang pasti.
b. Jenis-Jenis prokrastinasi akademik
Individu melakukan prokrastinasi dengan alasan yang berbeda beda.
Perbedaan alasan dan tujuan dari procrastinator membuat para ahli
mengelompokkan prokrastinasi ke dalam beberapa jenis.
1) Bruno menjelaskan bahwa ada empat jenis prokrastinasi,
yaitu:
a) Penundaan fungsional, adalah penundaan yang dilakukan pada saat
yang tepat dan bertujuan, atau adanya kegiatan lain yang lebih
tinggi prioritasnya, misalnya individu yang menunda tugasnya karena
sakit.
b) Penundaan disfungsional, adalah penundaan yang tidak bertujuan
da tidak berguna, akibatnya tugas-tugas tidak terselesaikan,
kesempatan hilang dan tujuan tidak tercapai. Misalnya, menunda
kerena takut gagal. Ada dua bentuk Dysfunctional procrastination
berdasarkan tujuan mereka melakukan penundaan yaitu:
(1) Decisional procrastination
Suatu penundaan dalam mengambil keputusan. Hal ini terjadi akibat
kegagalan dalam mengidentifikasi tugas yang yang menyebabkan
konflik dalam diri individu dan memutuskan untuk menunda. Bentuk
prokrastinasi ini merupakan sebuah antesenden kognitif dalam
menunda untuk memulai melakukan suatu pekerjaan dan dilakukan
sebagai suatu bentuk coping yang digunakan untuk menyesuaikan diri
dalam menghadapi situasi yang dipersepsikan penuh stress.
Decisional procrastination berhubungan dengan kelupaan, kegagalan
proses kognitif, akan tetapi tidak berkaitan dengan kurangnya
tingkat intelegensi seseorang.
(2) Avoidance procrastination atau behavioral procrastination
Suatu penundaan dalam perilaku yang tampak. Penundaan ini dilakukan
sebagai suatu cara untuk menghindari tugas yang dirasakan kurang
menyenangkan dan sulit untuk dilakukan. Hal ini dilakukan untuk
menghindari kegagalan yang akan memberikan penilaian negatif kepada
dirinya. Avoidance Procrastination berhubungan dengan tipe self
presentation, keinginan untuk menjauhkan diri dari tugas yang
menantang, dan implusiveness
(3) Penundaan jangka pendek, maksudnya penundaan pada target waktu
yang pendek. Misalnya, jam atau harian.
(4) Penundaan kronis, maksudnya penundaan yang telah menjadi
kebiasaan, sulit dihentikan, menjadi masalah dan sangat
merugikan.
2) Ferrari membagi prokrastinasi menjadi dua berdasarkan jenis
tugasnya, yaitu:
a) Prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan
pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik.
Sebagai contoh penundaan terhadap tugas kuliah atau tugas
kursus.
b) Prokrastinasi non-akademik, adalah penundaan yang dilakukan pada
jenis tugas non formal atau berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari. Sebagai contoh penundaan tugas sosial, penundaan
menyapu.
3) Menurut Ghufron ada enam area jenis tugas yang sering
diprokrastinasi oleh pelajar yaitu:
a) Tugas mengarang meliputi penundaan melaksanakan kewajiban atau
tugas- tugas menulis, misalnya menulis makalah, laporan, atau tugas
mengaraga lainnya.
b) Tugas belajar menghadapi ujian mencakup penundaan belajar untuk
menghadapi ujian, misalnya uian tengah semester, ujian akhir
semester, atau ulangan mingguan.
c) Tugas membaca meliputi adanya penundaan untuk membaca buku atau
referensi yang berkaitan dengan tugas Akademik yang
diwajibkan.
d) Tugas kerja administratif, seperti menyalin catatan,
mendaftarkan diri dalam presesnsi kehadiran, daftar peserta
praktikum, dan sebagainya.
e) Menghadiri pertemuan, yaitu penundaan maupun keterlambatan dalam
menghadiri pelajaran, praktikum, dan pertemuan-pertemuan
lainnya.
f) Penundaan dalam kinerja Akademik secara keseluruhan, yaitu
menunda mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas Akademik secara
keseluruhan.
c. Karakteristik Prokrastinasi Akademik
1) Perfectionist
2) Dreamer
3) Worrier
yaitu tidak berfikir tugas akan berjalan dengan baik, tetapi takut
apa yang dilakukan lebih jelek atau gagal. Individu merasa gagal
atau tidak akan dapat mengerjakan tugas dengan baik. Individu
khawatir akan gagal sehingga memilih untuk menunda mengerjakan
tugasnya.
4) Defier
yaitu tidak mau diperintah atau dinasehati oleh orang lain (suka
menentang). Mereka suka disebut penunda karena dengan kebiasaan
pada umumnya.
5) Crisis Maker
yaitu suka membuat masalah dalam pekerjaan karena terlambat
memulai. Individu suka menunda pengerjaan tugas menjelang batas
akhir waktu yang disediakan sehingga sering tidak dapat
menyelesaikan tugas tepat waktu.
6) Over Doer
yaitu terlalu banyaknya tugas mereka. Individu selalu mengatakan
“ya” pada tugas yang diberikan padanya sehingga cenderung kurang
dapat mengatur waktu dan sumber daya yang ada serta tidak dapat
menyelesaikan konflik yang terjadi. Akhirnya individu sering
menunda tugas yang harus diselesaikan.
d. Indikator prokrastinasi akademik
1) Perceived time
Seseorang yang cenderung gagal menepati deadline. Mereka
berorientasi pada masa sekarang dan tidak mempertimbangkan masa
mendatang, prokrastinator tahu bahwa tugas yang dihadapinya harus
segera diselesaikan, tetapi ia menunda-nunda untuk mengerjakannya
atau menunda menyelesaikannya jika ia sudah memulai pekerjaannya
tersebut.
2) Intention-action
Celah antara keinginan dan tindakan, perbedaan antara keinginan
dengan tindakan senyatanya itu terwujud pada kegagalan siswa dalam
mengerjakan tugas Akademik walaupun siswa tersebut punya keinginan
untuk mengerjakannya. Hal ini terkait pula dengan kesenjangan waktu
antara rencana dan kinerja aktual. Prokrastinator mempunyai
kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu.
3) Emotional distress
Adanya perasaan cemas saat melakukan prokrastinasi. Perilaku
menunda- nunda akan membawa perasaan tidak nyaman pada pelakunya,
konsekuensi negatif yang ditimbulkan memicu kecemasan dalam diri
pelaku prokrastinasi. Pada mulanya siswa tenang karena merasa waktu
yang tersedia masih banyak. Tanpa terasa waktu sudah habis, ini
menjadikan meraka cemas karena belum menyelesaikan tugas.
4) Perceived ability
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik
Ada beberapa teori mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
prokrastinasi akademik. Dalam kajian teori ini, akan dipaparkan
beberapa teori.
1) Menurut Knaus ada beberapa alasan yang menyebabkan pelajar
melakukan prokrastinasi, yaitu:
a) Buruknya pengelolaan waktu
Prokrastinasi berarti tidak bisa mengelola waktu secara bijaksana.
Hal ini mengakibatkan individu cenderung menunda mengerjakan tugas
yang menjadi tanggung jawab karena tidak ada prioritas dan
tujuan.
b) Kesulitan dalam berkonsentrasi
Seseorang sering mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi ketika
sedang mengerjkan tugas. Hal ini mengakibatkan individu tersebu
memikirkan hal lain di luar tugas tersebut, misalnya melamun,
mencari cari foto pacar, memainkan pensil atau penghapus.
c) Kepercayaan Irasional dan ketakutan gagal
Takut mengalami kegagalan dapat membuat seseorang berhenti dalam
mengerjakan tugas, seperti merasa tidak sukses di bidang apapun
atau tidak puas dengan kemampuan untuk menyelesaikan tugas.
d) Kebosanan terhadap tugas
Bosan dengan tugas yang sedang dikerjalan dapat membuat seseorang
menunda pengerjaan tugasnya.
2) Menurut Ferrari dapat dipaparkan dua faktor utama yang
mempengaruhi prokrastinasi Akademik yaitu:
a) Faktor Internal, yaitu faktor-faktor dari diri individu yang
turut membentuk perilaku prokrastinasi, meliputi:
(1) Faktor Fisik, faktor fisik yang dimaksud adalah kondisi
fisiologis seseorang yang mendorong kearah prokrastinasi seperti
kelelahan. Seseorang yang mengalami kelelahan yang berlebih akan
memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan
prokrastinasi, walaupun prokrastinasi sering berkaitan dengan
keyakinan keyakinan yang irasional yang dimiliki seseorang.
(2) Faktor Psikologis, faktor psikologis meliputi tipe kepribadian
dan motivasi. Tingkat kecemasan yang tinggi dan kemampuan adaptasi
yang rendah dapat juga mendorong kearah prokrastinasi akademik.
Adapun hasil penelitian yang menemukan aspek psikologis lain yang
mempengaruhi prokrastinasi akademik, antara lain rendahnya kontrol
diri.
b) Faktor Eksternal, yaitu faktor-faktor yang terdapat dari luar
diri individu, antara lain:
(1) Gaya asuh orang tua, hasil penelitian Ferrari dan Ollivete
menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter ayah menyebabkan
munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi yang kronis pada
subyek penelitian anak wanita, sedangkan tingkat pengasuhan
otoriter ayah menghasilkan anak wanita yang bukan procrastinator
ibu yang memiliki kecenderungan melakukan avoidance procratination
menghasilkan anak wanita yang memiliki kecenderungan untuk
melakukan avoidance procrastination pula.
(2) Kondisi lingkungan, kondisi lingkungan yang mendukung
prokrastinasi Akademik lebih banyak dilakukan pada lingkungan yang
rendah dalam pengawasan daripada lingkungan yang penuh
pengawasan
(3) Banyaknya tugas (Overload Task), banyaknya tugas yang menuntut
penyelesaian pada waktu yang hampir bersamaan. Kemudian tugas yang
banyak menguras tenaga seseorang sehingga ia mengalami kelelahan
dan tidak mampu menyelesaikan tugas
f. Cara mengatasi prokrastinasi
Menurut Boice, mengemukakan sepuluh prinsip dasar efikasi diri
untuk membantu mengurangi sikap prokrastinasi, yaitu:
1) Bersikap tenang dan sabar sebelum menulis
2) Sebelum merasa siap menulis, kumpulkan informasi, susun dan buat
kerangka gagasan,
3) Rinci tugas ke dalam aktivitas harian,
4) Berhenti dan lakukan istirahat ketika diperlukan,
5) Seimbangkan antara kerangka gagasan dengan kerja actual,
6) Cermati pikiran dan kebiasaan negatif selama mengerjakan
tugas,
7) Kelola emosi selama bekerja dengan cara menghindari sikap
tergesa-gesa dan supervisial,
8) Hindari melibatkan emosi yang terlalu berlebihan dalam
pekerjaan,
9) Ijinkan orang lain mengkritisi hasil pekerjaan,
10) Hindari upaya menghamburkan energi, seperti bekerja sampai
kelelahan dan tidak toleran terhadap kritik.
Sedangkan menurut Burka dan Yuen juga mengemukakan beberapa solusi
untuk mengatasi prokrastinasi, diantaranya:
1) Visualisasikan kemajuan,
4) Mulailah bekerja sebelum ‘feeling in the mood’,
5) Hindari melakukan rasionalisasi,
8) Jika diperlukan bersikap lah fleksibel terhadap tujuan,
9) Kurangi kebutuhan akan kesempurnaan,
10) Berikan penghargaan atas kemajuan yang dicapai.
2. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Daradjat, Pendidikan Agama Islam atau At-Tarbiyah
Al-Islamiah adalah usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik
agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan
mengamalkan ajaran Agama Islam serta menjadikannya sebagai
pandangan hidup. Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan Islam adalah:
bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukumhukumAgama Islam,
menuju terciptanya kepribadian utama menurut ukuran Islam.
Materi Pendidikan Agama Islam adalah materi pelajaran atau materi
pokok bidang studi Islam yang lakukan secara terencana guna
menyiapkan siswa untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani,
mengamalkan ajaran Islam dan berakhlak secara Islam serta diikuti
tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan dengan
kerukunan antara umat beragama hingga terwujud kesatuan dan
persatuan bangsa.
b. Rumpun materi Pendidikan Agama Islam
Rumpun materi Pendidikan Agama Islam adalah penggolongan mata
pelajaran berkaitan dengan Pendidikan Agama Islam yang dibagi dalam
sub beberapa mata pelajaran antara lain: Al-Qur’an Hadist, Aqidah
Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam.
1) Al-Qur’an Hadist
Pengajaran Al-Quran Hadist adalah pengajaran yang bertujuan agar
siswa dapat membaca Al-Quran dan mengerti arti kandungan yang
terdapat di setiap ayat- ayat Al-Quran serta memahami kandungan
hadist. Akan tetapi dalam prakteknya hanya ayat-ayat dan hadist
tertentu yang di masukkan dalam materi Pendidikan Agama Islam yang
disesuaikan dengan tingkat pendidikannya.
2) Aqidah Akhlaq
Pengajaran aqidah berarti proses belajar mengajar tentang aspek
kepercayaan, dalam hal ini tentunya kepercayaan menurut ajaran
Islam, inti dari pengajaran ini adalah tentang rukun Iman.
Sedangkan akhlak adalah bentuk pengajaran yang mengarah pada
pembentukan jiwa, cara bersikap individu pada kehidupannya,
pengajaran ini berarti proses belajar mengajar dalam
mencaPendidikan Agama Islam tujuan supaya yang diajarkan berakhlak
baik
3) Fiqih
Pengajaran fiqih adalah pengajaran yang isinya menyamPendidikan
Agama Islamkan materi tentang segala bentuk-bentuk hukum Islam yang
bersumber pada Al-Quran, sunnah, dan dalil-dalil syar'i yang lain.
Tujuan pengajaran ini adalah agar siswa mengetahui dan mengerti
tentang hukum-hukum Islam dan melaksanakannya dalam kehidupan
sehari-hari.
4) Sejarah Kebudayaan Islam
Tujuan pengajaran dari sejarah Islam ini adalah agar siswa dapat
mengetahui tentang pertumbuhan dan perkembangan agama Islam dari
awalnya samPendidikan Agama Islam zaman sekarang sehingga siswa
dapat mengenal dan mencintai agama.
c. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan secara formal diartikan sebagai rumusan
kualifikasi, pengetahuan, kemampuan dan sikap yang harus dimiliki
oleh anak didik setelah selesai suatu pelajaran di sekolah, karena
tujuan berfungsi mengarahkan, mengontrol dan memudahkan evaluasi
suatu aktivitas sebab tujuan pendidikan itu adalah identik dengan
tujuan hidup manusia.
Tujuan umum Pendidikan Agama Islam adalah untuk membimbing dan
mengarahkan anak didik supaya menjadi muslim yang beriman teguh
sebagai refleksi dari keimanan yang telah dibina oleh penanaman
pengetahuan agama yang harus dicerminkan dengan akhlak yang mulia
sebagai sasaran akhir dari Pendidikan Agama itu. Sedangkan tujuan
khususnya, Pendidikan Agama Islam adalah untuk meningkatkan
pemahaman tentang ajaran Islam, keterampilan mempraktekkannya, dan
meningkatkan pengamalan ajaran Islam itu dalam kehidupan
sehari-hari. Jadi, secara ringkas dapat dikatakan bahwa tujuan
utama Pendidikan Agama Islam adalah keberagaman, yaitu menjadi
seorang Muslim dengan intensitas keberagaman yang penuh kesungguhan
dan didasari oleh keimanan yang kuat.
d. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Fungsi Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah, menurut
Abdul Majid dan Dian Andayani dalam bukunya Pendidikan Agama Islam
Berbasis Kompetensi, yakni sebagai berikut:
1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa
kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
Pada dasarnya kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan
oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk
menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan,
pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat
berkembangan secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat.
2) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan
dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama
Islam.
3) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan kekurangan dan kelemahan-kelemahan siswa dalam
keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan
sehari-hari.
4) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya
dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia
seutuhnya.
5) Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum
sistem dan fungsional.
6) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki
bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat
berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya
sendiri dan bagi orang lain.
3. Upaya dan Fungsi Kepala Sekolah, Guru, dan Siswa
a. Pengertian Upaya
Upaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai
usaha kegiatan yang mengarah tenaga, pikiran untuk mencapai tujuan.
Upaya juga berarti usaha, akal, ikhtiar, untuk mencapai suatu
maksud, memecahkan persoalan mencari jalan keluar. Dari definisi
tersebut dapat diketahui bahwa upaya adalah kegiatan yang ditempuh
oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Kepala sekolah
Kepala sekolah adalah tenaga fungsional guru yang diberi tugas
untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar
mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang
memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.
Menurut Aswarni Sujud menyebutkan bahwa fungsi kepala sekolah
adalah sebagai berikut:
1) Perumusan tujuan kerja dan pembuat kebijakan sekolah.
2) Pengatur tata kerja sekolah, yang mengatur pembagian tugas dan
mengatur pembagian tugas dan mengatur petugas pelaksana,
menyelenggaran kegiatan.
3) Pensupervisi kegiatan sekolah, meliputi: mengatur kegiatan,
mengarahkan pelaksanaan kegiatan, mengevaluasi pelaksanaan
kegiatan, membimbing dan meningkatkan kemampuan pelaksana.
Sedangkan tugas pokok dan fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin
pendidikan adalah:
1) Perecanaan sekolah dalam arti menetapkan arah sekolah sebagai
lembaga pendidikan dengan cara merumuskan visi, misi, tujuan dan
strategi pencapaian.
2) Mengorganisasikan sekolah dalam arti membuat struktur
organisasi, menetapkan staf dan menetapkan tugas dan fungsi
masing-masing staf.
3) Menggerakkan staf dalam artian memotivasi staf melalui internal
marketing dan memberi contoh eksternal marketing.
4) Mengawasi dalam arti melakukan supervisi, mengendalikan dan
membimbing semua staf dan warga sekolah.
5) Mengevaluasi proses dan hasil pendidikan untuk dijadikan dasar
pendidikan dan pertumbuhan kualitas, serta melakukan problem
solving baik secara analitis sistematis maupun pemecahan masalah
secara kreatif dan menghindarkan serta menanggulangi konflik.
c. Guru
Dalam UU RI nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat 1 tentang Guru dan
Dosen, menyatakan bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih,menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, pendidikan
menengah”.
Secara terminologi, guru atau pendidik yaitu siapa yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan peserta didik, dengan kata lain orang
yang bertanggung jawab dalam mengupayakan perkembangan potensi anak
didik, baik kognitif, afektif ataupun psikomotor sampai ketingkat
setinggi mungkin sesuai dengan ajaran Islam.
Menurut Gary Flewelling dan William Higginson menggambarkan peran
guru sebagai berikut:
1) Memberikan stimulasi kepada siswa dengan menyedian tugas-tugas
pembelajaran yang kaya (rich learning tasks) dan terancang dengan
baik untuk meningkatkan perkembangan intelektual, emosional,
spiritual, dan sosial
2) Berinteraksi dengan siswa untuk mendorong keberanian,
mengilhami, menantang, berdiskusi, berbagi, menjelaskan,
menegaskan, merefleksi, menilai dan merayakan perkembangan,
pertumbuhan dan keberhasilan
3) Menunjukkan manfaat yang diperoleh dari mempelajari suatu pokok
bahasan
4) Berperan sebagai seseorang yang membantu, seseorang yang
mengerahkan dan memberi penegasan, seseorang yang memberi jiwa dan
mengilhami siswa dengan cara membangkitkan rasa ingin tahu, rasa
antusias, gairah dari seorang pembelajar yang berani mengambil
resiko (risk taking learning), dengan demikian guru berperan
sebagai pemberi informasi, dan fasilitator.
d. Siswa
Pengertian siswa atau siswa menurut ketentuan umum Undang Undang RI
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan tertentu.
Siswa adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Mereka merupakan
individu dinamis yang memiliki karakteristik tertentu pada setiap
perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembangann ini merupakan proses
alami yang terjadi dalam kehidupan manusia. Menurut Hamalik siswa
adalah salah satu komponen dalam pengajaran, di samping faktor
guru, tujuan dan metode pengajaran. Sebagai salah satu komponen
maka dapat dikatakan bahwa siswa adalah komponen yang terpenting
diantara komponen lainnya.
Abu Ahmadi juga menuliskan tentang pengertian siswa, siswa adalah
orang yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan
orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya
sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga Negara,
sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau
individu.
Setiap siswa memiliki karakteristik individual yang khas dan terus
berkembang meliputi perkembangan emosional, moral, intelektual dan
sosial. Perkembangan ini berpengaruh terhadap kemampuan siswa
sebagai subjek pendidikan.
Ramayulis mengklasifikasikan siswa sebagai berikut:
1) Siswa bukanlah miniatur orang dewasa tetapi memiliki dunianya
sendiri.
2) Siswa memiliki periodisasi perkembangan dan pertumbuhan.
3) Siswa adalah makhluk Allah SWT yang memiliki perbedaan individu
baik disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan dimana ia
berada.
4) Siswa merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani, unsur
jasmani memiliki daya fisik dan unsur rohani memiliki daya akal
hati nurani dan nafsu.
5) Siswa adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang
dapat dikembangkan dan berkembang secara dinamis.
BAB III
METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif karena dalam penelitian ini menghasilkan kesimpulan
berupa data yang menggambarkan secara rinci, bukan data yang berupa
angka. Peneliti menggunakan pendekatan ini dikarenakan peneliti
ingin menjabarkan fakta-fakta dan kejadian nyata di lapangan,
sehingga data yang dihasilkan ini berupa kata-kata yang
menggambarkan dan menginterprestasikan objek yang diteliti secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang hasilnya
mengarah pada pembuktian suatu teori.
Sesuai dengan penelitian ini, nantinya peneliti akan mencari data
tentang upaya dari Kepala sekolah, guru PAI, dan siswa dalam
mengatasi perilaku prokrastinasi akademik pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto,
Ponorogo yang diperoleh melalui wawancara, dokumentasi dan
pengamatan dari perilaku prokrastinasi yang dilakukan siswa di MA
Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo yang membutuhkan
pendekatan penelitian untuk mendeskripsikan data atau hasil
penelitian, serta membutuhkan pengamatan bentuk perilaku
prokrastinasi siswa. Dalam hal ini penulis mendeskripsikan
temuan-temuan yang merupakan data dan keunikan keunikan yang
ditemukan di lapangan.
Sedangkan jenis metode penelitian ini adalah studi kasus. Peneliti
akan mengumpulkan data mengenai diri subjek yakni pada siswa yang
memiliki perilaku prokrastinasi akademik di MA Ma’arif Al-Mukarrom
Kauman, Sumoroto, Ponorogo meliputi masa sebelumnya yakni menggali
latar belakang siswa melakukan perilaku prokrastinasi akademik, dan
masa sekarang yakni dengan mencari tahu bentuk perilaku
prokrastinasi akademik kemudian dan mengetahui apa upaya yang dapat
dilakukan siswa agar dapat mengatasi masalah prokrastinasi
akademiknya. Dalam penelitian ini peneliti juga melibatkan peran
Kepala sekolah dan guru PAI untuk memberikan informasi mengenai
upaya yang dilakukan dalam mengadapi perilaku prokrastinasi siswa.
Peneliti melakukan study kasus berbekal landasan teori sebagai
acuan saat peneliti akan menggali suatu hal yang berkaitan dengan
subjek. Diharapkan dengan landasan teori yang telah disebutkan pada
bab sebelumnya dapat menjadi dasar setiap langkah yang dilakukan
peneliti termasuk dalam menyusun pedoman wawancara, ketika
melakukan wawancara, ketika menggali data dari sumber lain yang
terkait.
B. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini peneliti akan bertindak sebagai pengumpul data
yang sekaligus akan aktif di lapangan. Oleh sebab itu penulis
berperan aktif bertindak di lapangan dan sebagai pengolah informasi
berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh di lapangan. Peneliti
sebagai pengamat akan mewawancari langsung pihak- pihak yang
bersangkutan seperti kepala sekolah, guru mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam, dan siswa yang memiliki perilaku prokrastinasi
akademik di MA Ma’arif Al-Mukarrom. Kemudian peneliti juga akan
melakukan observasi langsung untuk mengetahui kegiatan siswa yang
melakukan perilaku prokrastinasi akademik.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pendidikan yakni MA Ma’arif
Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo. Pemilihan lokasi ini
berdasarkan kesesuaian dengan topik penelitian yang didasarkan pada
keadaan siswa yang cenderung memiliki perilaku prokrastinasi
akademik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dimana
sebelumnya peneliti mengetahui permasalahan siswa di MA Ma’arif
Al-Mukarrom mengenai keluhan tugas-tugas akademiknya.
D. Data dan Sumber Data
Data-data atau informasi merupakan ruh dalam sebuah penelitian.
Oleh karena itu sumber data merupakan hak yang sangat penting,
sebab dapat membantu lahirnya kualitas penelitian. Dalam penelitian
ini data yang digunakan penulis terdiri dari:
1. Data primer
Data primer yakni data yang langsung diperoleh dalam penelitian.
Dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi langsung di
lapangan seperti mengamati kegiatan siswa saat akan masuk kelas
yaitu mengerjakan pekerjaan rumah bersama- sama di sekolah,
mengamati apa yang dilakukan siswa saat waktu luang misal bermain,
nongkrong atau kebiasaan lainnya. Pengamatan tersebut nantinya akan
menjadi bukti untuk mengidentifikasi kegiatan siswa tentang
perilaku prokrastinasi akademik siswa di MA Ma’arif Al-Mukarrom,
Kauman, Sumoroto, Ponorogo.
Kemudian dari hasil wawancara langsung kepada subjek penelitian
yakni adalah siswa yang memilki perilaku prokrastinasi akademik
bertujuan untuk mengetahui latar belakang, faktor, kendala siswa
melakukan perilaku prokrastinasi akademik, dan upaya siswa dalam
mengatasi perilaku tersebut. Selain itu untuk menggali data
informasi lebih lengkap, penulis juga mewawancai kepala sekolah
serta guru Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman,
Sumoroto, Ponorogo untuk memberikan informasi kepada peneliti
tentang hal hal yang diupayakan untuk menghadapi perilaku
prokrastinasi akademik siswa.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang digunakan sebagai pelengkap dan
pendukung yang diperoleh secara langsung di lapangan. Data yang
yang diperoleh secara tidak langsung dalam penelitian. Adapun
dokumen-dokumen yang dimaksud disini adalah berupa profil sekolah,
data tabel profil sekolah, buku kerja siswa, foto siswa, dan
catatan khusus guru bagi siswa yang memiliki sikap prokrastinasi
akademik dan lembar tata tertib Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di
MA Ma’arif Maa’arif Al-Mukarrom.
E. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode sebagai berikut:
1. Wawancara/Interview
Wawancara merupakan teknik dalam mengumpulkan data dengan
mengajukan pertanyaan kepada responden dan menulis atau merekam
jawaban dari responden.29 Proses wawancara dalam penelitian
dilakukan dengan cara tak terstruktur, karena peneliti akan
menggali data dari siswa yang memiliki sikap prokrastinasi akademik
dengan penjabaran yang luas supaya memperoleh data
sebanyak-banyaknya yang mengarah kedalaman informasi dan
dilaksanakan secara informal.
Dengan demikian wawancara ini dilakukan dengan pertanyaan yang
bersifat terbuka (open-ended) dan mengarah pada kedalaman
informasi, serta dilakukan dengan cara yang tidak secara formal
terstruktur, guna menggali pandangan subjek yang diteliti tentang
banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi
penggalian informasinya secara lebih jauh, lengkap, dan mendalam.
Ada beberapa narasumber yang akan diwawancara dalam penelitian ini
adalah:
a. Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan kunci, karena kepala sekolah berfungsi
sebagai pemberi izin penelitian/pembuka jalan dengan objek yang
diteliti. Selain itu kepala sekolah juga dapat memberikan
rekomendasi dan informasi. Selain itu Kepala sekolah juga diminta
memberikan informasi mengenai hal-hal yang dilakukan untuk
menghadapi perilaku prokrastinasi akademik siswa di MA Ma’arif
Al-Mukarrom.
b. Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dijadikan narasumber
untuk diminta memberikan rekomendasi beberapa nama siswa yang
cenderung memiliki perilaku prokrastinasi dan memberikan informasi
mengenai upaya yang dilakukan guru PAI dalam menghadapi sikap
prokrastinasi akademik siswa di MA Ma’arif Al-Mukarrom.
c. Siswa
Siswa yang dijadikan objek adalah siswa yang cenderung memiliki
perilaku prokrastinasi akademik, yaitu siswa yang selalu menunda
pekerjaan tugas sekolah dengan alasan berbagai macam faktor dan
dikhususkan pada penundaan tugas mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo yang
direkomendasikan oleh guru mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam.
2. Observasi
Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi terhadap subjek
untuk mengetahui informasi bentuk perilaku prokrastinasi, faktor
penyebab dan bagaimana upaya yang dilakukan Kepala sekolah, guru
PAI, dan siswa di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo
dalam masalah tersebut. Observasi ini dilakukan langsung di
lapangan seperti mengamati kegiatan siswa saat akan masuk kelas
yaitu mengerjakan pekerjaan rumah bersama- sama di sekolah,
mengamati apa yang dilakukan siswa saat waktu luang misal bermain,
nongkrong, atau kebiasaan lainnya.
Disamping itu peneliti juga melalukan visit home pada siswa yang
memiliki sikap prokrastinasi akademik, hal ini dilakukan supaya
peneliti mengetahui kegiatan keseharian siswa tersebut. Serta untuk
mengetahui sikap emosional siswa dalam menghadapi tugas, penulis
juga mengamati raut wajah siswa saat dihadapkan tugas yang menumpuk
yang dapat dilihat dari mimik ekspreksinya.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pencarian data meliputi buku-buku yang
relevan, peraturan-peraturan, foto, sebagainya. Adapun
dokumen-dokumen yang dimaksud disini adalah berupa buku kerja
siswa, foto siswa, catatan khusus, rekaman wawancara, dan data
profil sekolah. Dalam teknik dokumentasi ini peneliti memperoleh
data yang berfungsi memberikan informasi atau fakta kepada peneliti
tentang: Sejarah berdirinya, letak geografis, visi dan misi,
struktur organisasi, keadaan guru dan siswa, dam sarana dan
prasarana MA Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo.
F. Teknik Analisis Data
Penelitian kualitatif sudah semestinya melakukan analisis data
bersamaan dengan pengumpulan data dan setelah selesai pengumpulan
data dalam jangka waktu tertentu. Teknik analisis data dalam
penelitian ini penulis menggunakan konsep Miles dan Huberman yaitu
dilakukan secara interaktif dan terus-menerus, tuntas, lengkap
sampai datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data
meliputi:
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Proses pemilihan hal-hal yang menjadi pokok penelitian dan
pemusatan perhatian dengan tujuan mempertajam, menggolongkan,
mengarahkan, dan membuang yang tidak perlu sehingga dapat ditarik
sebuah interprestasi. Kemudian dilakukan pemeriksaan apabila data
telah terkumpul untuk mengetahui kelengkapan dan kesesuaian bahasan
tentang upaya Kepala sekolah, guru PAI, dan siswa dalam menghadapi
perilaku prokrastinasi akademik mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo.
2. Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data dalam penelitian kualitatif bisa berbentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori atau kelompok, flowchart
dan sejenisnya. Maka setelah data diperiksa dan dirasa telah sesuai
dengan penelitian ini, langkah selanjutnya adalah data tersebut
akan disusun dan dikelompokkan berdasarkan pokok pembahasan
penelitian, yakni mengenai faktor yang menyebabkan siswa memiliki
perilaku prokrastinasi dan Akademik dan upaya siswa dalam
menghadapinya .
3. Conclusion Drawing (Menarik Kesimpulan)
Langkah terakhir yakni peneliti melakukan verifikasi terhadap data
yang terkumpul sehingga akan diperoleh suatu kesimpulan. Dalam
skripsi ini peneliti mengkaji data yang terkait dengan upaya Kepala
sekolah, guru PAI, dan siswa dalam menghadapi perilaku
prokrastinasi akademik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo kemudian
ditarik kesimpulan.
Bagan
Keabsahan data adalah bagian terpenting dalam sebuah penelitian.
Menurut Sugiyono teknik untuk menguji keabsahaan data yang
digunakan penulis dalam penelitiannya yakni:
1. Uji kredibilitas data
Uji kredibiltas data dilakukan dengan menggunakan bahan referensi.
Bahan referensi yang dimaksud disini ialah adanya pendukung untuk
membuktikan daya yang telah ditemukan peneliti seperti rekaman
wawancara, foto interaksi dengan informan, dan lembar hasil
observasi. Dalam penelitian ini penulis akan melampirkan
bukti-bukti dokumentasi selama penelitian berlangsung, dokumentasi
tersebut berupa catatan wawancara, hasil observasi, lembaran yang
dilakukan peneliti.
2. Triangulasi
Triangulasi adalah teknis pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Menurut Sugiono dalam bukunya
menjelaskan ada tiga macam triangulasi yaitu triangulasi sember
data, teknik pengumpulan data, dan waktu.
a. Triangulasi sumber
Untuk menguji kredibelitas data dilakukan dengan cara mengecek data
yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang yang
diperoleh dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu
kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan tiga sumber
data yakni wawancara, observasi dan dokumentasi.35
b. Triangulasi teknik pengumpulan data
Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Jika dengan
teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang
berbeda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber
data yang bersangkutan untuk memastikan data mana yang dianggap
benar
c. Triangulasi waktu
Triangualasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan
dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi dalam waktu atau
situasi yang berbeda. Penulis dalam penelitian ini menggunakan
teknik triangulasi sumber yaitu dengan melakukan pengecekan
keabsahan data yang diperoleh melalui sumber berbeda, serta
membandingkan data hasil wawancara dengan data pengamatan dan
dokumen yang berkaitan.
3. Memperpanjang pengamatan
Dengan memperpanjang pengamatan berarti peneliti kembali ke
lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data
yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan memperpanjang
pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan
semakin terbentuk rapport (hubungan), semakin akrab (tidak ada
jarak lagi), semakin terbuka, saling memercayai sehingga tidak ada
informasi yang disembunyikan lagi. Dalam perpanjangan pengamatan
ini, peneliti melakukan penggalian data secara lebih mendalam
supaya data yang diperoleh menjadi lebih konkrit dan valid.
Peneliti datang ke lokasi penelitian walaupun peneliti sudah
memperoleh data yang cukup untuk dianalisis, bahkan ketika analisis
data, peneliti melakukan crosscheck dilokasi penelitian.
4. Pemeriksaan Sejawat
Pemeriksaan sejawat melalui diskusi yaitu teknik yang dilakukan
dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang
diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.
Dari informasi yang berhasil digali, diharapkan dapat terjadi
perbedaan pendapat yang akhirnya lebih memantapkan hasil
penelitian.
H. Tahapan-tahapan Penelitian
1. Tahap Pra Lapangan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan kegiatan yang meliputi: a)
menyusun rancangan penelitian, pada tahap ini peneliti membuat
latar belakang masalah penelitian dan alasan pelaksanaan
penelitian, b) memilih lapangan penelitian, pada tahap ini peneliti
menentukan lapangan sesuai dengan judul yang peneliti ambil, c)
mengurus perizinan, peneliti menyerahkan surat penelitian yang
disetujui oleh Ketua Jurusan IAIN Ponorogo dan Dosen Pembimbing d)
menjajaki dan menilai lapangan. Peneliti melakukan kegiatan
interaksi fisik di dalam lapangan akan diteliti, dan peneliti akan
menjadi peran utama dalam penyaringan data.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahap selanjutnya peneliti melaksanakan kegiatan di lapangan.
Adapun tahap ini disebut dengan tahap pekerjaan lapangan yang
meliputi kegiatan: a) memahami latar penelitian dan persiapan diri,
b) memasuki lapangan dan c) berperan serta sambil mengumpulkan
data. Pada tahap pekerjaan lapangan ini, peneliti akan berusaha
untuk memahami kondisi yang ada di lapangan serta berinteraksi dan
berperan langsung dengan keadaan lapangan guna mengumpulkan
data-data penelitian yang dibutuhkan.
3. Tahap Analisis Data
Dari data-data yang diperoleh selama kegiatan penelitian di
lapangan. Maka tahap selanjutnya adalah analisis data. Pada tahap
ini kegiatan yang dilaksanakan meliputi:
a. Reduksi data,
Tahap akhir dari penelitian yang dilaksanakan ini adalah penulisan
laporan. Adapun kegiatan yang dilaksanakan meliputi: 1) penyusunan
hasil penelitian, 2) konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing,
c) perbaikan hasil konsultasi ketika ditemukannya data yang perlu
untuk direvisi, 4) pengurusan kelengkapan persyaratan ujian, dan 5)
ujian skripsi.
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN
1. Sejarah Berdirinya MA Ma’arif Al-Mukarrom
Madrasah Aliyah Ma’arif Al-Mukarrom Kauman Somoroto Ponorogo adalah
salah satu lembaga pendidikan yang bernaung dalam lembaga Ma’arif.
Lembaga Pendidikan Ma’arif ini merupakan salah satu Badan Otonom
(Banom) dari organisasi masyarakat terbesar di Indonesia, tidak
lain berasal dari Nadhlatu Ulama. Tujuan didirikannya lembaga
pendidikan Ma’arif ini untuk mewujudkan cita-cita dan mecetak
generasi yang berlandaskan Ahlussunnah wal jamaah.
Madrasah Aliyah Ma’arif Al-Mukaarrom berdiri pada tanggal 01
Januari 1972 berdasarkan piagam pengesahan yang resmi disahkan oleh
pimpinan lembaga Ma’arif Cabang Ponorogo Nomor: 07/MA/72/1982 pada
tanggal 28 Oktober 1982. Sedangkan Piagam Pendirian Madrasah Swasta
yang dilakukan oleh departemen agama kantor wilayah departemen
agama provinsi Jawa Timur, Nomor : Lm./3/31.c.1978 tepat pada
tanggal 01 Desember 1978.
Berdasarkaan sejarah, lembaga pendidikan Islam ini dikenal dengan
sebutan Pendidikan Guru Agama yakni pada tahun 1969. Lembaga ini
berdiri diprakarsai oleh para tokoh Nahdlatul Ulama yang berada
dijajaran Majelis Permusyawaratan Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU)
kecamatan Kauman. Tempat madrasah diniyah Kauman tepatnya sebelah
di selatan Masjid Jami’ Kauman adalah tempat awal mula lembaga ini
melaksanakan proses belajar mengajar.
Ada beberapa masa kepemimpinan di lembaga pendidikan Ma’arif
Al-Mukarrom. Pertama PGA dikepalai oleh Sukeni Moh Ridwan,
berkhidmat pada masa kepemimpinan dari tahun 1969 sampai dengan
tahun 1974. Lalu dilantik sebagai Penilik Pendidikan Agama Islam
(PENDAIS) di Kecamatan Sukorejo pada tahun 1974. Dengan demikian
maka masa kepemimpinan dialihkan H. Daroini Umar, BA. Dengan masa
kepemimpinan dari 1974 -1978. Kemudian pada tahun 1978 Daroini
Umar, BA berpindah lokasi di MTs Carangrejo. Dengan adanya
pengubahan nama ini disebabkan karena adanya penghapus nama PGA
swasta dari aturan pemerintah yang berpusat di PGA Negeri Ponorogo.
Sehingga nama yang semula bernama PGA 4 tahun menjadi Madrasah
Aliyah Al-Mukarrom.
Madrasah Aliyah Al-Mukarrom berdiri pada 1972 ini diperkasai oleh
pimpinan MTs Al-Mukarrom berkolaborasi dengan Pengurus Madrasah.
Wahid, BA sebagai Kepala Madrasah Aliyah Ma’arif Al-Mukarrom.
Kemudian masa kepimpinan di gantikan oleh Syamsul Hadi, BA sampai
pada pada tahun 1992. Lalu adanya beberapa urusan Kepala Ma Ma’arif
Al-Mukarrom diamanahkan kembali kepada Wahidi, BA.
Pada tahun 2006 terpilihlah Drs. Agus Yahya sebagai kepala madrasah
yang terpilih diberi kepercayaan untuk memimpin madrasah dari
2006-2013. Dalam kepemimpinanya MA Ma’arif Al-Mukarrom mengalami
perubahan yang sangat besar dan berkembang lebih maju.
Terjadi perubahan nama lembaga pada 01 Januari 2007, semula dikenal
bernama MA Al-Mukarrom, beralih nama menjadi MA Ma’arif Al Mukarrom
sesuai dengan Piagam dari Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Cabang
Ponorogo Nomor 085/SK-4/LPM/I/2007.
Melihat kondisi lembaga pendidikan ini semakin maju dan berkembang,
maka pada tahun 2009, MA Ma’arif Al Mukarrom mendapat kepercayaan
dari pemerintah dengan mendapatkan bantuan dana Madrasah Education
Development Project (MEDP) untuk membangun Gedung IPA.
Masa kepemipinan berikutnya berganti pada tanggal 1 Oktober 2013
diadakan pemilihan kepala Madrasah, dan terpilih Drs Mansur.
Pemilihan ini diikuti oleh semua guru karyawan dan pengurus
madrasah. Beliau memimpin mulai masa bakti 2013-2021 selama 2
periode kepemimpinan. Dimasa jabatannya beliau mengundurkan diri
karena diangkat menjadi Kepala desa, sehingga Agus Yahya ditunjuk
sebagai penanggung jawab pengganti.
Pada masa kepimpinan selanjutnya Pengurus BP3MNU Al Mukarrom
mengamanahkan Eny Zahroh, S.H.I sebagai kepala Madrasah Aliyah
Ma’arif Al Mukarrom tepat di tanggal 26 Agustus 2019. Dengan masa
jabatan periode 2019-2023.
2. Lokasi penelitian
Madrasah Aliyah Ma’arif Al Mukarrom beralamatkan jalan Raden Patah
nomor 2 Desa Kauman, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo, Provinsi
Jawa Timur. Lokasinya satu komplek dengan masjid Jami’Al-Mukarrom.
Dengan letaknya yang sangat strategis yakni berada di tengah-tengah
kota Ponorogo bagian barat. Dekat dengan pasar Sumoroto dan
memiliki akses tempuh yang nyaman. Disetiap ajaran baru selalu
terjadi peningkatan siswa dan selalu diminati siswa khususnya
mereka yang berdomisili di Ponorogo bagian barat.
Letak madrasah yang dekat dengan berbagai jenis tempat hiburan
seperti warung kopi, tempat main game online, pusat perbelanjaan,
maka tidak heran jika siswa setiap pulang sekolah selalu sejenak
menghabiskan waktunya di tempat hiburan tersebut. selain itu
basecamp organisasi yang berada satu lokasi dengan madrasah, hal
ini juga membuat siswa betah untuk tinggal di basecamp tanpa
memiliki tujuan organisasi hingga tidak ingat waktu pulang. Dengan
demikian siswa banyak menghabiskan waktunya untuk hal hal yang
tidak berguna dan melalaikan tugas akademiknya.
3. Visi, Misi, dan Tujuan
a. Visi Madrasah
b. Misi Madrasah
1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga
setiap siswa dapat berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi
yang dimiliki
2) Menumbuhkan penghayatan terhadap pendidikan dan ajaran agama
Islam sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.
3) Menumbuhkan semangat keunggulan secara optimal kepada seluruh
warga madrasah
4) Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali potensi dirinya,
sehingga dapat dikembangkan secara optimal
5) Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh
warga madrasah dan komite madrasah
6) Mendorong dan membimbing siswa untuk melaksanakan ibadah secara
tertib, berakhlakul karimah dan melaksanakan syariat Islam yang
berhaluan Ahlusunnah wal jamaah.
c. Tujuan
Berdasarkan visi dan misi madrasah,tujuan yang hendak dicapai
adalah sebagai berikut:
1) Membentuk siswa memiliki imtak, akhlak mulia, dan budi pekerti
yang baik.
2) Membekali siswa dengan penguasaan ilmu pengetahuan, tehnologi,
sosial, budaya, dan seni untuk bekal menghadapi masa depan.
3) Mengembangkan kemampuan siswa dalam berfikir logis, kreatif,
inovatif dan mandiri.
4) Membekali siswa memiliki wawasan kewirausahaan dan kemauan
bekerja keras untuk mengembangkan diri di masa depan.
5) Memprioritaskan pelayanan pendidikan kepada para siswa dalam
rangka meminimalkan angka drop out.
4. Profil Singkat
Berdiri Tahun : 1972
Alamat Madrasah : Jl Raden Patah No 11 Desa Kauman, Kec Kauman,
Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur
Jenis Madrasah : Swasta
Status : Terakreditasi A
Cabang : Ponorogo
Wakaur Sarana Prasarana : Drs.Dawam
Wali Kelas X : 1. X IPA : Dian Nur Aini, S.Pd.I
2. X IPS : Ela Ayuningtias, S.Pd
Wali Kelas XI : 1. XI IPA : Atik Karomatus S, S.Pd
2. XI IPS : Elly Yuswanti
Wali Kelas XII : 1. XII IPA : Yayuk Suprapti, S.Pd
2. XII IPS 1 :Ulvi Citra Febrinawati, S.Pd
3. XII IPS 2 : Drs. Dawam
6. Keadaan Guru, Keadaan Siswa, Sarana Prasarana
a. Keadaan Guru
Guru merupakan komponen dari proses pendidikan. Guru berperan
penting sebagai fasilitator dalam pendidikan. Dari lampiran tabel
keadaan guru, penulis dapat mendeskripsikan kedaan guru menjadi
beberapa macam yakni meliputi keadaan guru menurut status
kepegawaiannya dan jenjang pendidikan akhir yang ditempuh oleh guru
di MA Ma’arif Al-Mukarrom dengan penjelasan di bawah ini.
Pertama, keadaan guru yang mengajar di MA Ma’arif Al-Mukarrom
menurut status kepegawaiannya yakni dengan jumlah total keseluruhan
35 orang guru adalah berstatus guru tidak tetap/ non PNS. Rincian
dari jumlah keseluruhan tersebut adalah 1 kepala madrasah, 17 guru
laki-laki, 13 guru perempuan, 3 karyawan laki-laki dan 2 orang
karyawan perempuan.
Kedua, keadaan guru menurut jenjang pendidikan. Dari jumlah 30
orang guru. Guru dengan ijazah S1 berjumlah 28 orang, 1 orang
lulusan D3 , dan 1 orang adalah tamatan D2/ D1/SLTA.
Pada data keadaan karyawan diketahui terdapat 4 bagian personil
karyawan dengan jenjang pendidikannya yakni:
1) Tata Usaha, terdapat 3 orang dengan jenjang pendidikan 1 orang
berijasah S-1 dan 2 orang berijazah D-1/D2/D3
2) Pustakawan, Ditempati oleh 1 orang berijazah D1/D2/D3
3) Koperasi, terdapat 1 orang dengan ijazah S-1
4) Pesuruh, terdapat 2 orang dengan taamatan SLTA.
b. Keadaan Siswa
Dari tabel data siswa, penulis dapat mengetahui jumlah siswa di MA
Ma’arif Al-Mukarrom. Di sekolah ini terdapat 2 jenis penjurusan
yakni kelas IPA dan kelas IPS dengan total keseluruhan 178 siswa
yakni 83 siswa laki-laki dan 95 jumlah siswa perempuan.
Berikut rincian jumlah siswa masing-masing kelas:
1) Siswa kelas X
Jumlah keselurahan 59 siswa, 31 siswa dari kelas IPA dan 28 siswa
dari kelas IPS
2) Siswa kelas XI
Jumlah keselurahan ada 51 siswa, kelas IPA berjumlah 25 siswa dan
kelas IPS berjumlah 26 siswa
3) Siswa kelas XII
Jumlah keselurahan terdapat 68 siswa, kelas IPA berjumlah 25 siswa,
sedangkan di kelas IPS dibagi menjadi 2 kelas yakni IPS 1 berjumlah
22 siswa, dan IPS 2 terdapat 21 siswa.
c. Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana adalah dari bagian dari komponen dalam
pendidikan. MA Ma’arif Al-Mukarrom memiliki sarana dan prasarana
yang sangat lengkap dan ideal untuk menunjang proses belajar
mengajar diantaranya:
a. Ruang Kepala Madrasah
b. Ruang Tata Usaha
B. Deskripsi Data Khusus
1. Bentuk Perilaku Prokrastinasi Akademik yang dilakukan Siswa pada
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom
Kauman, Sumoroto, Ponorogo.
Setiap siswa yang sedang menempuh pendidikan tentu di dalamnya akan
menemukan sebuah proses-proses yang harus dilewati. Di dalam proses
belajar inilah siswa akan dapat memperoleh manfaat dari tujuan
dalam pendidikan. Banyak diantara mereka yang berhasil dalam
menempuh proses bahkan ada pula yang gagal mencapainya. Indikator
keberhasilan siswa didapat melalui proses penugasan yang telah
diberikan guru dengan pemberian tugas. Ada berbagai macam tugas
yang diberikan kepada siswa yang harus diselesaikan tepat waktu,
namun ia tidak dapat menyelesaikannya. Seperti penelitian yang
ditemukan penulis bahwa terdapat beberapa jenis tugas yang tidak
dapat diselesaikan dan proses mengerjakannya mengalami penundaan
khususnya dalam materi PAI. Berdasarkan wawancara dengan siswa MA
Ma’arif Al-Mukarrom yang bernama Muh Khamim As-Syafaat
mengatakan:
“Tugas sekolah yang sering saya tunda adalah tugas meringkas pada
materi Qur’an Hadist dan Akidah Akhlak. Tugas mengarang ini menurut
saya berat karena dalam pengerjaan membutuhkan waktu yang lama
dimulai dari membaca materi dahulu, memahami dan menulisnya”.
Bentuk dan model penugasan memberikan dampak bagi siswa untuk
segera mengerjakan ataupun malah menundanya. Dalam penelitian ini
penulis juga mengetahui jenis penugasan lain yang disampaikan siswa
yang bernama Ahmad Nur Kholis.
“Saya selalu terlambat mengerjakan tugas. Tugas yang paling membuat
saya malas mengerjakan adalah mata pelajaran SKI. Alasan saya
menunda tugas SKI ini karena pendidik memberikan tugas sangat
banyak jumlahnya. Sehingga perlu banyak waktu untuk
mengerjakannya”.
Dimasa pandemi ini penugasan dapat dikatakan lebih banyak jumlahnya
dibanding sebelum adanya Covid 19. Siswa yang model
pembelajarannnya dilakukan secara daring ini dibebankan oleh
banyaknya tugas yang lebih berat, disamping itu mereka tidak
memahami isi materinya. Hal tersebut membuat siswa takut jika tugas
yang dikerjakan tidak benar dan tidak tepat dalam menjawabnya.
Seperti yang diungkapkan siswi yang bernama Baik Rini
Handayani.
“Saya belum memahami materi yang disampaikan oleh guru, sehingga
sangat kesulitan mengerjakannya, karena materi SKI ini sangat
banyak bacaannya sehingga perlu ada penjelasan tidak bisa dibaca
sendiri. Selain itu Menurut saya pelajaran SKI ini banyak sekali
tugas yang diberikan, pemberian tugas sekali pengumpulan berjumlah
10-50 soal dan ini membuat saya tidak percaya diri untuk dapat
mengerjakannya dengan sempurna, ditambah lagi tumpukan tugas dari
mata pelajaran lainnya yang belum saya selesaikan”
Pengambilan nilai akademik dari pendidik di masa pandemi ini lebih
menekankan pada tugas tugas harian. Sehingga siswa juga dituntut
agar mengerjakan tugas dengan benar dan tepat waktu. Hal ini
seperti yang diungkapkan Bapak Dawam selaku wali kelas 12 dan guru
SKI.
“Nilai siswa sejak masa Covid 19 lebih banyak menitikberatkan pada
tugas harian, karena kondisi daring dan jadwal masuk sekolah yang
sangat minim, jadi diharapkan siswa serius dan mengerjakan tugas
dengan benar”
Siswa di MA Ma’arif Al-Mukarrom yang memiliki perilaku
prokrastinasi akademik ini adalah siswa yang memiliki kegiatan lain
sebagai prioritas utamanya, diantaranya tanggung jawab di
organisasi, tugas di luar sekolah, bekerja, dan bahkan terdapat
siswa yang menunda mengerjakan tugas, sebab lebih mengutamakan
bermain game. Hal tersebut dapat diketahui dari wawancara beberapa
siswa sebagai berikut:
“Saya lebih mengutamakan kegiatan di organisasi, sehingga lebih
sering aktif di organisasi, sehingga waktu mengerjakan selalu
deadline. Di organisasi ini saya menduduki sebagai bendahara jadi
harus selalu stay berada di base camp”. Ungkap Baik Rini
Handayani.
“Ada hal yang lebih saya prioritaskan yakni menghafal Al-Qur’an,
karena saya juga mengejar target hafalan yang nantinya akan saya
setorkan kepada ustadz saya di pondok”. Kata Muh Khamim
As-Syafaat.
“Saya biasa main game karena dari game saya sering menang dalam
pertandingan dan menghasilkan uang. Jenis game yang saya tekuni
adalah PUBG dan Mobile Legend. Disamping itu saya sangat
memprioritaskan kerja, saya bekerja di usaha jasa pemasangan terop
yang waktu kerjanya tidak dapat dipastikan waktunya”. Ujar Ahmad
Nur Kholis.
Selain dari wawancara Ahmad Nur Kholis peneliti juga berkunjung di
rumahnya. Saat itu penulis mendapati ia bermain games (mabar)
dengan teman-temannya. Kemudian penulis juga menemukan lembaran
soal yang belum dikerjakan, padahal soal tersebut harus
diselesaikan sore itu pula. Lembaran tugas ini adalah tugas ulangan
harian dengan jangka waktu pengerjaan jam 07.00-17.00, namun tugas
tersebut terbengkalai dan tidak dikerjakan.
Hal-hal yang diprioritaskan tersebut sudah menjadi kebiasaan bagi
siswa di MA Ma’arif Al-Mukarrom yang memiliki perilaku
prokrastinasi akademik. Sehingga mereka sangat sering terlambat
mengerjakan tugas, bahkan tidak mengerjakan. Sementara adanya
peringatan dan nasehat dari guru juga tidak diperhatikan. Seperti
yang diungkapkan Ahmad Nur Kholis saat wawancara dengan
penulis.
“Sangat benar jika saya mengumpulkan tugas telat dan sering juga
tidak mengerjakan tugas, apalagi jika waktu pengumpulannya
bertabarakan dengan jadwal pertandingan mabar atau kerja, meskipun
sudah mendapat peringatan beberapa kali dari guru tetapi saya
sering tidak peduli”.
Berdasarkan pengamatan penulis, siswa yang memiliki perilaku
prokrastinasi akademik adalah mereka yang suka membantah saat
diberi masukan atau nasehat dari orang lain. Hal ini diketahui saat
penulis berada di lokasi penelitian. Ketua organisasi PK
Al-Mukarrom memerintah Ahmad Nur Kholis untuk segera mengumpulkan
tugas. Sehingga hal tersebut membuatnya marah dan
menentangnya.
Dari penelitian ini, peneliti mengetahui bentuk dan jenis tugas
yang ditunda-tunda proses pengerjaannya. Prioritas kegiatan lain
menjadi alasan utama siswa dalam menyelesaikan tugas tepat
waktu.
Ciri-ciri karakteristik siswa di MA Ma’arif Al-Mukarrom yang
mengalami prokrastinasi akademik dalam pandangan pendidik yakni
mereka yang tidak tepat waktu dalam mengerjakan tugas dan tidak
mengikuti proses pembelajaran dengan maksimal. Hal tersebut akan
berpengaruh pada nilai akademiknya. Hal ini seperti yang telah
dijelaskan Bu Eny Zahroh selaku Kepala Madrasah MA Ma’arif
Al-Mukarrom.
“Menurut pandangan saya adalah mereka yang mengerjakan tugas tidak
tepat waktu, hal ini dapat saya pantau dari masing-masing bidang
studi, kemudian siswa yang memiliki perilaku ini adalah mereka yang
biasa tidak mengikuti pembelajaran di dalam kelas dan absennya
sering Alpha. Hal tersebut dapat dilihat juga dari nilai
akademikmya”.
Karakter siswa dalam menghadapi tugas dapat tercermin saat siswa
mengumpulkan tugas tepat waktu ataupun menundanya. Dalam hal ini
berkaitan erat dengan akhlak siswa. Budi pekerti siswa dapat
dilihat dari ketepatan menyelesaikan tugas-tugasnya. Seperti yang
diungkapkan Pak Dawam selaku guru SKI di MA Ma’arif
Al-Mukarrom.
“Mereka yang tidak mengerjakan tugas tepat waktu ini berkaitan
dengan pendidikan akhlak . Bentuk menaati peraturan madrasah dan
menghormati guru ini tercermin dalam perilaku mereka saat
dihadapkan tugas. Siswa yang terbiasa mengerjakan tepat waktu
memiliki karakter pribadi yang baik”.
2. Faktor Penyebab Perilaku Prokrastinasi Akademik pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman,
Sumoroto, Ponorogo.
Tugas-tugas yang semestinya diselesaikan dengan benar dan
dikumpulkan tepat pada waktunya merupakan keberhasilan siswa dalam
menerapkan sikap disiplin. Namun banyak juga diantara mereka yang
gagal dalam mencapai tujuan yang sesuai targetnya. Hal tersebut
terdapat masalah-masalah yang menjadi pengaruh terhadap
keberhasilan