Upload
others
View
23
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
TIPE-TIPE KERUSAKAN PERKERASAN JALAN BETON
DAN CARA PERBAIKANNYA
Kerusakan perkerasan beton sering terjadi oleh akibat turunnya kualitas bahan.
Kerusakan ini adalah akibat dari hancurnya beton, karena menggunakan
campuran dari material yang daya tahan terhadap perubahan iklim kurang baik.
Perkembangan retak sering terjadi berangsur-angsur yang pada akhirnya akan
merusakkan seluruh area perkerasan. Kerusakan pada perkerasan beton dapat di
akibatkan oleh dua hal:
1. Kondisi perkerasan yang memburuk atau kurangnya mutu kekuatan
perkerasan beton yang disebabkan oleh:
a. Material pembentuk yang tidak awet
b. Proses beku – cair es
c. Reaksi agregat alkali
d. Melengkung atau tidak tepatnya kelurusan batang ruji (dowel)
e. Tegangan-tegangan yang timbul akibat ekspansi dan penyusutan.
2. Kerusakan yang diakibatkan oleh lemahnya struktur perkerasan beton,
lapis pondasi bawah dan tanah dasar yang disebabkan oleh:
a. Akibat beban yang berlebihan
b. Pemompaan
c. Pecahnya bagian pojok pelat
d. Rusaknya sambungan dan lain-lain.
Kerusakan perkerasan beton dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Deformasi (Deformation)
Deformasi adalah perubahan permukaan perkerasan dari bentuk aslinya.
Gambar 1. Kerusakan perubahan bentuk (deformasi)
Faktor penyebab kerusakan:
a. Beban lalu lintas
b. Pengaruh lingkungan atau pengaruh lain misalnya tanah pondasi mudah
mengembang, mudah membeku atau penurunan tanah pondasi yang berlebihan.
c. Retakan pelat beton atau gerakan relatif diantara pelat-pelat.
Resiko lanjutan:
a. Mengurangi kenyamanan dan keselamatan kendaraan.
b. Dapat menimbulkan genangan air yang memungkinkan air masuk ke
dalam perkerasan.
1.1 Pemompaan (Pumping)
Gambar 2. Kerusakan pumping
Pemompaan adalah peristiwa terangkatnya campuran air, pasir, lempung dan
atau lanau di sepanjang sambungan transversal atau longitudinal, dan pinggir
perkerasan oleh gerakan berulang-ulang pelat beton akibat beban lalu lintas.
Tipe kerusakan semacam ini tidak mudah untuk diidentifikasi.
Kemungkinan kerusakan dapat dikenali dengan sambungan atau retakan yang
sampingnya terdapat endapan material berbutir halus yang terpompa.
Faktor penyebab kerusakan
a. Akibat terpompanya material berbutir halus dari tanah dasar dan/atau
lapis pondasi.
b. Ketika retakan atau sambungan tergenang air dan dilalui kendaraan secara
berulang-ulang, sehingga mengurangi dukungan tanah dasar pada
pelat beton.
Resiko lanjutan
a. Area yang mengalami pemompaan meluas.
b. Memicuh terjadinya retakan dan rocking.
c. Kehilangan kenyamanan dan keselamatan kendaraan.
Data yang diperlukan untuk perbaikan
a. Persen panjang sambungan yang dipengaruhi pemompaan.
Cara perbaikan
a. Menutup retakan atau celah sambungan dengan material pengisi
(joint sealing).
b. Menyutikkan (grouting) material pengisi ke dalam rongga di bawah
pelat yang retak (under seal).
Tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI, identifikasi dan
pemilihan perbaikannya ditunjukkan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1. Tingkat kerusakan perkerasan aspal, identifikasi dan pilihan perbaikan
Sumber: (Shahin, 1994)
1.2 Blow-Up atau Buckling
Gambar 3. Kerusakan buckling
Blow-Up/Buckling adalah rusaknya perkerasan beton akibat tekuk (buckling)
lokal dari perkerasan beton. Biasanya terjadi pada retakan atau
sambungan melintang yang mengalami tegangan tekan yang tinggi, yaitu jika
material keras mengisi sambungan sehingga menghambat pemuaian pelat beton,
akibatnya ujung pelat beton terangkat secara lokal dan tekuk terjadi di dekat
sambungannya.
Blow-Up sering terjadi selama musim panas, dimana pelat memuai secara
berlebihan. Menghindari Blow-Up adalah dengan merawat sambungan secara
regular, agar ruang ekspansi tersedia saat beton memuai. Untuk hal ini sambungan
harus selalu dibersihkan.
Faktor penyebab kerusakan:
a. Sambungan pelat terisi dengan material keras material tidak mudah
mampat: pasir, kerikil, sehingga menghambat pemuaian pelat beton.
Resiko lanjutan
a. Menyebabkan terjadinya retakan dan gompal.
b. Jika blow-up berjarak dekat, maka akan merusakkan fungsi jalan raya.
Data yang diperlukan untuk perbaikan:
a. Beda elevasi beton yang mengalami tekuk.
b. Jumlah dan kondisi sambungan yang mengalami kerusakan yang sama.
c. Pada satu retakan, blow-ups terjadi pada sambungan dan
mempengaruhi dua pelat beton, maka kerusakan harus dianggap terjadi
pada dua pelat beton.
Cara perbaikan
a. Menambal kedalaman parsial atau diseluruh kedalaman pelat.
b. Penggantian pelat.
1.3 Penurunan atau Patahan (Settlement or Faulting)
Gambar 4. Kerusakan faulting
Penurunan atau patahan adalah beda elevasi dua pelat beton pada
sambungan atau retakan.
Patahan biasanya terjadi akibat tidak adanya transfer beban di antara dua
pelat yang diikuti dengan pemadatan atau penyusutan volume lapisan tanah di
bawah pelat tersebut. Patahan disambungan mengakibatkan kurang nyamannya
pengendara dan termasuk kerusakan fungsional.
Faktor penyebab kerusakan
a. Beban kejut lalu lintas yang bergerak di atas sambungan.
b. Dukungan tanah dasar dan lapis pondasi buruk.
c. Pelat tertekuk atau bergelombang akibat perubahan temperatur atau
beda kelembaban.
d. Hilangnya butiran halus material lapis pondasi akibat pemompaan.
e. Perubahan volume tanah dasar.
Resiko lanjutan
a. Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas.
b. Menimbulkan suara yang mengganggu ketika kendaraan lewat.
Data yang diperlukan untuk perbaikan
a. Beda elevasi melintang sambungan atau retakan.
b. Jumlah pelat yang dipengaruhinya.
Cara perbaikan
a. Mengembalikan pelat ke posisinya semula dengan cara pengisian
bagian dasar pelat beton (pengisian rongga di bawah pelat).
b. Untuk beda elevasi kurang dari 25 mm, diberikan lapis perata dan
pengisi retakan.
c. Bila beda elevasi lebih dari 25 mm, perbaikan dilakukan dengan
menambal atau dengan mengganjal pelat dengan pasak yang diikuti
dengan lapis tambahan aspal (overlay).
1.4 Punch-Out
Punch-Out adalah kerusakan lokal pada perkerasan beton yang pecah
menjadi beberapa bagian yang relatif kecil, sering diikuti dengan tenggelamnya
pecahan pelat. Punch-Out mempunyai banyak perbedaan bentuk,
biasanya didefinisikan dari retakan dan sambungan, atau retak yang berjarak dekat
berkisar 1,5 meter.
Gambar 5. Kerusakan Punchout
Faktor penyebab kerusakan
a. Pelat perkerasan beton yang terlalu tipis.
b. Pengecoran beton buruk (tidak sesuai spesifikasi yang sudah ditetapkan).
Resiko lanjutan
a. Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas.
b. Retak meluas yang diikuti dengan amblesan.
Data yang diperlukan untuk perbaikan
a. Kedalaman amblesannya pecahan.
b. Luas daerah yang mengalami kerusakan.
Dalam metode Indeks Kondisi Perkerasan / Pavement Condition Index
(PCI), jika pelat mengalami satu atau lebih punchout maka tingkat kerusakan
dihitung berdasarkan pelat yang mempunyai kerusakan terparah.
Cara perbaikan
a. Retakan diisi.
b. Penambalan di seluruh kedalaman pelat yang pecah.
1.5 Rocking
Rocking adalah fenomena dinamik yang berupa gerakan vertikal pada
sambungan atau retakan akibat beban lalu lintas. Rocking terjadi oleh akibat
turunnya tanah dasar atau pemompaan lapisan pendukung dibawah pelat sehingga
dukungan hilang yang dapat menimbulkan patah permanen.
Gambar 6. Kerusakan rocking
Faktor penyebab kerusakan:
a. Pemadatan yang buruk pada lapis pondasi bawah
b. Tanah dasar yang buruk
c. Terjadi beda penurunan pada tanah dasar
d. Hilangnya butiran halus pada lapis pondasi bawah atau tanah dasar
akibat pemompaan.
Resiko lanjutan:
a. Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas
b. Retak yang diikuti dengan patahan
c. Rocking meluas yang diikuti dengan pecahan beton
Data yang diperlukan untuk perbaikan:
Besarnya gerakan pelat yang diakibatkan oleh lewatnya kendaraan tidak
dapat selalu diidentifikasi.
Cara perbaikan
a. Dilakukan penutupan retak dengan bahan pengisi retakan (crack filling)
b. Dilakukan penutupan sambungan dengan pengisi sambungan (joint
sealing)
c. Jika mungkin pelat yang patah diangkat ke posisi semula dan diikuti
dengan pengisian dengan bahan pengisi misalnya dengan semen.
2. Retak (Cracks)
Retak yang terjadi pada perkerasan beton disebabkan oleh beberapa
faktor dengan pola retak yang berbeda-beda. Penyebab perbedaan pola ini juga
bermacam-macam. Retak susun terjadi akibat dari penyusutan beton sendiri. retak
ini sering terjadi selama masa pengeringan. Bentuk retakan biasanya pendek-
pendek dengan jarak yang acak, baik dalam arah memanjang dan melintang.
Semua Perkerasan dari beton semen portland akan mengalami retak susut,
tapi bila perancangan baik, maka retak ini bisa dikendalikan sehingga tidak
merusakkan perkerasan.
Faktor penyebab kerusakan:
a. Kekuatan mutu bahan dan tebal beton berkurang
b. Beban kendaraan berlebihan (overload)
c. Kehilangan dukungan tanah dasar yang diakibatkan oleh
pemompaan (pumping).
d. Rasio lebar pelat beton terhadap panjang tidak benar (sambungan
terlalu jauh).
e. Tegangan tekuk yang berlebihan oleh akibat perubahan temperatur.
f. Tidak sempurnanya transfer beban pada sambungan-sambungan dowel
macet atau melengkung, atau sambungan terlalu melebar.
g. Sambungan tidak cukup dalam, atau buruknya sambungan.
Problem terbesar adalah infiltrasi air dan bahan keras yang masuk kedalam
sambungan, sehingga menghambat pemuaian.
Hal ini terakhir ini dapat menimbulkan tegangan tekan yang tinggi pada
sambungan.
Resiko lanjutan
a. Hilangnya kenyamanan dalam berkendaraan (kegagalan fungsional)
b. Hilangnya kemampuan pelat beton dalam menyebarkan beban kelapisan
dibawahnya
c. Hilangnya keindahan permukaan jalan
d. Korosi pada tulangan beton
e. Masuknya air ke lapisan lebih dibawah, sehingga dukungan terhadap pelat
melemah.
Cara perbaikan
a. Jika perkerasan beton timbul retak, maka segera dibersihkan dan di tutup.
b. Jika terdapat problem struktural, maka harus di tambal pada
seluruh kedalaman.
c. Jika terdapat rongga di bawah pelat, maka rongga harus ditutup dengan
aspal atau bahan semen.
d. Seluruh sambungan dan retakan harus ditutup dengan bahan perekat
agar supaya masukknya air dan bahan asing yang lain dapat dicegah.
e. Jika sambungan atau retakan tidak ditutup, maka kemungkinan besar
akan terjadi kerusakan perkerasan secara menyeluruh.
Tipe-tipe retak pada perkerasan beton menurut AUSTROADS (1987) adalah:
1. Retak memanjang (longitudinal cracks)
2. Retak melintang (transversal cracks)
3. Retak diagonal (diagonal cracks)
4. Retak berkelok-kelok (meandering cracks)
5. Retak/Pecah sudut (corner breaks)
6. Retak Teluk (warping cracks)
7. Retak Susut (strinkage cracks)
8. Retak Bersilangan Pelat Pecah (shattered slab intersecting cracks)
9. Retak Pelat Terbagi (devided slab)
10. Retak Daya Tahan (durability “d” cracking)
2.1 Retak memanjang (Longitudinal Cracks)
Gambar 7. Kerusakan Retak Memanjang
Retak memanjang adalah retak individual atau tidak saling berhubungan satu
sama lain yang memanjang disepanjang perkerasan. Retak ini bila nampak sebagai
individu maupun sekelompok retakan yang sejajar.
Faktor penyebab kerusakan:
a. Beda penurunan tanah dasar.
b. Sudut lateral, karena pelat terlalu lebar.
c. Sambungan memanjang terlalu dekat dengan jalur lintasan lalu lintas.
d. Sambungan memanjang terlalu dangkal.
e. Pelat kurang tebal.
Resiko lanjutan:
a. Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas.
b. Dapat berkembang menjadi patahan atau gombal.
c. Retak meluas ke seluruh area pelat beton.
Data yang diperlukan untuk perbaikan
a. Lebar retakan.
b. Jarak retakan.
c. Panjang retakan.
d. Luas daerah yang dipengaruhi.
Cara perbaikan
a. Untuk celah yang kecil (misalnya kurang dari 5 mm, maka dilakukan
pengisian celah dengan aspal. Retakan dibersihkan dan ditutup untuk
mencegah infiltrasi air ke dalam perkerasan.
b. Untuk celah yang lebih lebar (misalnya lebih dari 5 mm), maka
dilakukan pembangunan kembali pelat secara lokal.
c. Penambahan di seluruh kedalaman.
2.3 Retak melintang (Transversal Cracks)
Gambar 7. Kerusakan Melintang
Retak melintang atau transversal adalah retak individual atau tidak saling
berhubungan satu sama lain, yang melintang perkerasan beton.
Jika pelat yang panjang dibangun, retak melintang dapat timbul akibat
pelengkungan atau kontraksi yang berlebihan dari pelat. Perkerasan beton semen
portland yang tidak dilengkapi dengan tulangan baja untuk perubahan temperatur,
akan lebih beresiko mempunyai retak melintang yang besar.
Faktor penyebab kerusakan:
a. Penyusutan beton selama masa perawatan dan pelat beton terlalu panjang.
b. Adanya rocking (gerakan vertikal pada sambungan atau retakan, oleh
beban dinamis lalu lintas).
c. Pelat beton kurang tebal
Resiko lanjutan
a. Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas.
b. Dapat berkembang menjadi patahan.
c. Retak meluas ke seluruh area pelat beton.
Data yang diperlukan untuk perbaikan
a. Lebar retakan.
b. Jarak retakan.
c. Panjang retakan.
d. Luas daerah yang dipengaruhi.
Cara perbaikan
a. Untuk celah yang kecil (misalnya kurang dari 5 mm, maka dilakukan
pengisian celah dengan aspal. Retakan dibersihkan dan ditutup untuk
mencegah infiltrasi air ke dalam perkerasan.
b. Untuk celah yang lebih lebar (misalnya lebih dari 5mm), maka
dilakukan pembangunan kembali pelat secara lokal.
c. Penambahan di seluruh kedalaman.
2.3 Retak diagonal (Diagonal Cracks)
Retak diagonal adalah retak induvidual atau tidak saling berhubungan
satu sama lain yang menyilang secara diagonal pada perkerasan beton,
menunjukkan retak diagonal pada perkerasan kaku akibat pecahnya struktur
pada perkerasan beton yang dibangun pada tanah dasar dari pasir halus.
Kerusakan yang berupa pecahannya pelat beton terjadi pada bagian sudut
pelat. Penyebab kegagalan struktur semacam ini adalah akibat dari memadatnya
tanah dasar pasir halus, segingga mengurangi kekuatannya dalam mendukung
pelat.
Kondisi ini mengakibatkan pecahnya pelat beton oleh akibat tegangan yang
berlebihan dalam pelat.
Gambar 8. Kerusakan Diagonal
Faktor penyebab kerusakan
a. Penyusutan beton selama masa perawatan dan pelat beton yang berlebihan.
b. Penurunan tanah dasar dan perkerasan.
c. Pelat beton kurang tebal.
d. Pelat mengalami rocking
Resiko lanjutan
a. Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas.
b. Dapat berkembang menjadi patahan atau gombal.
c. Retak meluas ke seluruh area pelat beton.
Data yang diperlukan untuk perbaikan
a. Lebar retakan.
b. Panjang retakan.
c. Luas daerah yang dipengaruhi.
Cara perbaikan
a. Untuk celah yang kecil (misalnya kurang dari 5 mm, maka dilakukan
pengisian celah dengan aspal. Retakan dibersihkan dan ditutup untuk
mencegah infiltrasi air ke dalam perkerasan.
b. Untuk celah yang lebih lebar (misalnya lebih dari 5 mm), maka dilakukan
pembangunan kembali pelat secara lokal.
c. Penambahan di seluruh kedalaman.
2.4 Retak berkelok-kelok (Meandering Cracks)
Gambar 9. Kerusakan Retak Berkelok
Retak berkelok-kelok adalah retak berkelok-kelok tidak beraturan
individual atau tidak saling berhubungan satu sama lain.
Faktor penyebab kerusakan
a. Penyusutan pelat beton selama masa pengeringan beton dengan
panjang pelat beton yang berlebihan.
b. Penurunan tanah dasar dan perkerasan.
c. Pelat beton kurang tebal.
d. Pelat mengalami rocking.
Resiko lanjutan
a. Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas.
b. Dapat berkembang menjadi patahan atau gombal.
c. Retak meluas ke seluruh area pelat beton.
Data yang diperlukan untuk perbaikan
a. Lebar retakan yang dominan.
b. Panjang retakan.
c. Jumlah pelat beton yang dipengaruhi.
Cara perbaikan
a. Untuk celah yang kecil (misalnya kurang dari 5 mm, maka dilakukan
pengisian celah dengan aspal. Retakan dibersihkan dan ditutup untuk
mencegah infiltrasi air ke dalam perkerasan.
b. Untuk celah yang lebih lebar (misalnya lebih dari 5 mm), maka
dilakukan pembangunan kembali pelat secara lokal.
c. Penambahan di seluruh kedalaman.
2.5 Retak/Pecah sudut (Corner Breaks)
Gambar 10. Kerusakan retak sudut
Pecah sudut/Retak sudut adalah retakan atau pecahan yang terjadi di sudut
pelat beton dengan bentuk pecahan berupa segitiga. Pecahan beton memotong
sambungan pada jarak kurang atau sama dengan setengah dari panjang pelat di ke
dua sisi panjang dan lebarnya diukur dari sudut pelat.
Pecah sudut berbeda dengan gompal sudut, dimana pecah sudut berkembang
memotong keseluruhan pelat secara vertikal, sedangkan gompal sudut adalah
gompal yang memotong sambungan dengan sudut tertentu.
Faktor penyebab kerusakan:
a. Beban lalu lintas berulang yang berlebihan dan kurangnya dukungan
tanah dasar. Kurangnya dukungan tanah dasar diakibatkan oleh
pemompaan atau hilangnya transfer beban pada sambungan memanjang
dan melintang.
b. Pelat beton kurang tebal.
Resiko lanjutan:
a. Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas.
b. Dapat berkembang menjadi patahan atau gombal.
c. Retak meluas ke seluruh area pelat beton.
Data yang diperlukan untuk perbaikan:
a. Lebar retakan.
b. Panjang retakan.
c. Jumlah pelat beton yang dipengaruhi.
Kerusakan dicatat sebagai kerusakan satu pelat, bila:
a. Berisi satu pecah sudut.
b. Berisi lebih dari satu pecahan dari satu tingkat kerusakan tertentu.
c. Berisi satu atau lebih pecahan dengan tingkat kerusakan yang berbeda-
beda.
Untuk dua atau lebih pecahan, tingkat kerusakan tertinggi yang dicatat.
Cara perbaikan
a. Pengisian retak dengan aspal untuk retakan melebihi 3 mm.
Retakandibersihkan dan ditutup untuk mencegah infiltrasi air ke dalam
perkerasan.
b. Untuk celah yang lebih lebar (misalnya lebih dari 5 mm), maka
dilakukan pembangunan kembali pelat secara lokal.
c. Penambahan di seluruh kedalaman.
2.6 Retak Tekuk (Warping Cracks)
Gambar 11. Kerusakan Retak Tekuk
Jika perkerasan beton dibangun tanpa sambungan, retak tekuk dapat terjadi
dengan acak. Tekukan yang nampak sebagai retak memanjang menunjukkan
bahwa beda gerakan telah terjadi pada retakan yang diikuti rusaknya beton.
Faktor penyebab kerusakan
a. Perubahan temperatur. Perubahan panjang oleh kenaikan suhu,
menghasilkan tegangan tinggi pada sumbu permukaan perkerasan
beton, sehingga pelat retak, karena tertekuk.
b. Beban lalu lintas cenderung memperparah atau munculnya retakan.
c. Pelat beton kurang tebal.
Resiko lanjutan
a. Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas. Dapat
mengakibatkan bingungnya pengendara pada letak garis sumbu jalan.
b. Dapat berkembang menjadi patahan.
c. Retak meluas ke seluruh area pelat beton.
Data yang diperlukan untuk perbaikan
a. Lebar retakan.
b. Panjang retakan.
c. Luas daerah yang dipengaruhi.
Cara perbaikan
a. Untuk celah yang kecil (misalnya kurang dari 5 mm), maka dilakuan
pengisian celah dengan aspal. Retakan dibersihkan dan ditutup untuk
mencegah infiltrasi air ke dalam perkerasan.
b. Untuk celah yang lebih lebar (misalnya lebih dari 5 mm), maka
dilakukan pembangunan kembali pelat secara lokal.
2.7 Retak Susut (Shrinkage Cracks)
Gambar 11. Kerusakan retak susut
Retak susut adalah retak rambut yang biasanya hanya beberapa feet dan
tidak berkembang memotong seluruh pelat.
Retak ini terjadi saat waktu penawaran beton dan biasanya tidak sampai
memotong ke seluruh kedalaman tebal pelat.
Faktor penyebab kerusakan
a. Penyusutan beton pada waktu masa perawatan
Resiko lanjutan
a. Retak menyebar keseluruh kedalaman
Data yang diperlukan untuk perbaikan
a. Jika satu atau lebih retak susut nampak di suatu pelat beton, pelat
dihitung sebagai satu pelat yang mengalami retak susut.
2.8 Retak Bersilangan Pelat Pecah (Shattered Slab Intersecting Cracks)
Retak bersilangan adalah retak yang memecahkan pelat beton menjadi 4 atau
lebih kepingan, oleh akibat beban lalu lintas berlebihan dan/atau dukungan yang
buruk.
Faktor penyebab kerusakan
a. Beban berlebihan dan kurang dukungan lapis pondasi bawah dan tanah
dasar.
b. Kelelahan pelat beton, atau pecahnya pelat beton merupakan kelanjutan
dari beberapa macam tipe retakan.
c. Pelat beton kurang tebal.
Resiko lanjutan
a. Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas.
b. Retak meluas ke seluruh area pelat beton.
Data yang diperlukan untuk perbaikan
a. Lebar retak yang dominan
b. Lebar sel yang dominan.
c. Luas daerah yang dipengaruhi.
Cara perbaikan
a. Pembangunan kembali pelat beton di area pecah secara lokal.
b. Jika problemnya melebar, pembangunan kembali perkerasan dengan
lapis tambahan (overlay) aspal.
2.9 Pelat Terbagi (Divided Slab)
Gambar 12. Kerusakan akibat pelat terbagi
Pelat terbagi adalah retakan yang membagi pelat menjadi empat atau lebih
bagian pecahan oleh akibat beban berlebihan, atau oleh buruknya dukungan pelat.
Jika seluruh pecahan atau retakan berada didalam kerusakan pecah sudut, maka
kategori kerusakan dianggap sebagai pecah sudut yang parah.
Faktor penyebab kerusakan
a. Beban kendaraan berlebihan dan/atau dukungan di bawah pelat buruk
Resiko lanjutan
a. Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas.
b. Dapat berkembang menjadi patahan.
c. Retak meluas ke seluruh area pelat beton.
Data yang diperlukan untuk perbaikan
a. Jumlah pecahan dalam pelat yang rusak. Jika tingkat kerusakan sedang
(medium) atau tinggi (high), kerusakan yang lain tidak dihitung.
Cara perbaikan
a. Retak ditutup jika lebarnya lebih dari 1/8 inch.
b. Penggantian pelat.
2.10 Retak Daya Tahan (Durability “D” Cracking)
Retak daya tahan atau retak “D” disebabklan oleh ekspansi, yaitu akibat
proses beku-cair dari agregat besar yang dengan berjalannya waktu secara
berangsur-angsur yang memecahkan beton. Kerusakan ini nampak berupa
retakan-retakan yang berada di dekat sambungan atau retakan. Oleh akibat beton
retak-retak didekat sambungan atau retakan, endapan berwarna gelap sering
dijumpai di sekitar retak “D” ini.
Gambar 13. Retak daya tahan
Faktor penyebab kerusakan
a. Ekspansi yang timbul akibat proses beku – cair dari agregat besar yang
dengan berjalannya waktu secara berangsur – angsur yang memecahkan
beton.
Resiko lanjutan
a. Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu lintas.
b. Retak meluas ke seluruh area pelat beton.
Data yang diperlukan untuk perbaikan
a. Luas daerah yang dipengaruhi.Jika terdapat lebih dari satu tipe kerusakan,
maka kerusakan pelat dihitung berdasarkan tipe kerusakan yang lebih
parah.
Contohnya: Retak “D” tingkat kerusakan rendah dan sedang berada dalam
satu pelat yang sama, maka pelat dihitung sebagai mempunyai kerusakan
sedang
Cara perbaikan
a. Penambalan diseluruh kedalaman.
b. Sambungan direkonstruksi
c. Penggantian pelat beton.
3. Disintegrasi
Disitegrasi adalah terurainya pelat beton kedalam bagian kecil-kecil,
kerusakan ini apabila tidak dicegah secepatnya maka dapat mengakibatkan
perbaikan total.
3.1. Scaling/Map Cracking/Crazing
Map cracking atau crazing menunjukkan suatu bentuk jaringan retak
dangkal, halus atau rctak rambut yang, herkembang hanya di permukaan
perkerasan beton. Retakan cenderung bersudut 1200 map cracking atau crazing
biasanya discbabkan oleh pekerjaan akhir beton yang berlebihan (oveyinishing)
dan mungkin berakinat scaling yang memecahkan permukaan beton pada
kedalaman sampai 1/4 - 1/2 inch. (6-13 mm) (Shahin, 1994). Scaling map.
Merupakan pengelupasan permukaan beton semen portland secara
berangsur-angsur akibat hilangnya mortar yang diikuti dengan hilangnya agregat,
atau hilangnya agregat oleh akibat gangguan, yang diikuti dengan hilangnya
mortar. Dalam kerusakan yang sudah parah, pengelupasan permukaan beton bisa
bcrlanjut sampai kedalaman yang dalam scaling mudah sekali dikenali, dan
merupakan kerusakan yang umum terjadi pada beton. Ditinjau dari kekuatan
struktur, kerusakan semacam ini tidak berakibat serius.
Faktor penyebab kerusakan
a. Pencampuran adukan beton buruk.
b. Agregat kotor yang menyebabkan lumpur/lanau dan lempung mengalir
ke permukaan saat proses penyelesaian.
c. Perawatan/pengeringan beton kurang baik.
d. Siklus beku-cair, hilangnya lapisan es.
Cara perbaikan
a. Pelat diganti.
2) Penambalan parsial atau di seluruh kedalaman
3) Pada area rusak dengan kedalaman sekitar 10 mm atau kurang,perbaikan
sementara dapat dilakukan dengan menggunakan penutup larutan emulsi
aspal.
4) Jika kerusakan perkerasan dalam, perkerasan hares (hull) dengan beton
aspal sebagai lapis tambahan (overlay)
4.2 Gompal (Spoiling)
Gompal pada sambungan dan sudut adalah pecan atau disintegrasi dari
beton pada bagian pinggir perkerasan, sambungan atau retakan pada arah
memanjang atau melintang. Gompal tidak meluas ke seluruh pelat, tapi hanya
memotong sebagian sambungan atau retakan di sudut.
• Faktor penyebab kerusakan
1) Akibat dari penutupan sambungan atau retakan yang buruk, sehingga
memungkinkan material keras masuk ke dalam lubang sambungan atau
retakan.
2) Bentuk sambungan buruk. Gompal terjadi oleh akibat panas yang
menyebabkan pelat memuai. Pemuaian ini memecahkan beton pada
sambungan atau retakan yang terisi oleh material keras, karena pemuaian
pelat menjadi tertahan.
3) Dowel yang digunakan untuk alat transfer beban memotong sambungan
ekspansi, tidak diletakkan dalam posisi sejajar dengan sumbu dan
perrnukaan perkerasan.
• Cara perbaikan
1) Penambalan pada sebagian kedalaman, untuk kedalaman gompal lebih
besar dari 50 mm.
2) Pelapisan tambahan tipis, untuk kedalaman gompal kurang dari 50 mm.
4.3 Agregat Licin (Polished Aggregate)
Agregat licin adalah tergosoknya partikel agregat di permukaan
perkerasan, sehingga permukaannya menjadi licin karcna aus . Kadang-kadang,
permukaan perkerasan menjadi licin dan mengkilat.
• Faktor penyebab kerusakan
1) Kualitas agregat campuran beton tidak bagus, sehingga oleh beban lalu
lintas permukaan perkerasan menjadi aus dan licin terutama saat basah
atau hujan.beberapa kerikil secara alami permukaannya halus. Bila
agregrat ini tidak dipecah saat digunakan dalam campuran beton maka
akan mengurangi kesesatan permukaan
2) Kualitas mortar pada permukaan tidak baik
3) Pengcoran beton kurang baik sehingga mengakibatkan naiknya air semen
ke permukaan
• Cara perbaikan
1) Permukaan perkerasan ditutup dengan aspal yang tahan aus.
2) Dibuat alur-alur kecil untuk mengkasarkan permukaan.
4.4 Popouts
Popouts adalah pecahan kecil-kecil perkeresan oleh aksi kombinasi beku-
cair dan ekspansi agregat,yang menyebabkan material perkerasan lepas dan
menyebar dipermukaan.popouts biasanya berdiameter antara 25-100 mm dengan
kedalaman 13 - 50 mm.
• Faktor penyebab kerusakan
Aksi kombinasi beku-cair dan ekspansi agregrat yang menyebabkan
material lepas dan menyebar dipermukaan.
• Cara perbaikan
Tidak perlu diperbaiki.
5 Tambalan dan Galian Utilitas (Patching and Utility Cuts)
Tambalan adalah area perkerasan asli yang telah dibongkar dan diganti
dengan material pengisi. Penambalan sering dilakukan dalam area perkerasan
guna perbaikan perkerasan, di mana di bawah perkerasan ada parit atau lubang
yang harus diperbaiki. Oleh kurangnya pcmadatan, maka di area tambalan ini
terjadi penurunan yang merusakkan tambalan.
• Faktor penyebab kerusakan
1) Pemadatan tambalan kurang.
2) Cara penambalan tidak benar.
• Cara perbaikan
1) Tambalan dibongkar dan lapis pondasi bawah dipadatkan lagi, lalu
ditambal.
2) Perbaikan sementara dapat dilakukan dengan menambal perkerasan yang
rusak di permukaan.
6 Lubang (Pothole)
Lubang adalah kerusakan bcrbentuk cekungan akibat Penurunan
permukaan perkerasan beton, dengan tidak memperlihatkan pecahan-pecahan
bersudut seperti gompal. Pada kerusakan lubang, perkerasan beton pecah dan
ambles.Kedalaman lubang dapat bertambah oleh pengaruh air. Lubang ini terjadi
akibat retak dan disintegrasi dan pelat beton.
• Faktor penyebab kerusakan
1) Reta local didalam tulangan yang terbuka
2) Aksi pembekuan
3) Penempatan dowel terlalu dekat dengan permukaan
4) Retakan atau kerusakan lain yang tidak segera ditutup
• Cara perbaikan
1) Penambalan beton yang rusak dipermukaan untuk perbaikan sementara
2) Penambalan di seluruh kedalaman untuk perbaikan permanen
7 Kerusakan Penutup Sambungan (Joint Seal Damage)
Kerusakan penutup sambungan adalah sembarang kondisi yang
meniungkinkan tanah atau batuan berkumpul pada sambungan, atau sembarang
kondisi yang memungkinkan infiltasi air yang berlebihan masuk ke dalam
sambungan. Hilangnya penutup sambungan menimbulkan tanggul-tanggul kecil
pada sambungan. Kerusakan bahan pengisi sambungan juga dapat menyebabkan
masuknya material keras ke dalamnya, sehingga dapat menghalangi pemuaian
arah horisontal. Kondisi ini mengakibatkan tegangan berlebihan pada sambungan,
sehingga dapat mengakibatkan gompal. Selain itu, masuknya air dapat
mengakibatkan pemompaan.
• Faktor penyebab kerusakan
1) Aus dan lapuknya bahan penutup sambungan.
2) Persiapan pemasangan penutup sambungan buruk.
3) Kualitas bahan penutup sambungan rendah.
4) Kurangnya adhesi bahan penutup terhadap dinding sambungan.
5) Bahan penutup sambungan kurang, atau terlalu banyak di dalam
sambungan.
6) Bentuk penutup sambungan tidak bagus.
7) Pemompaan dan rocking pada pelat.
• Cara perbaikan
Penggantian bahan penutup sambungan.
8 Batang Dowel Macct (Frozen Dowel Bars)
Tegangan kekang dapat timbul ketika dowel tidak Inrus atau tidak licin,
sehingga pelat beton menjadi tidak bebas memuai dan menyusut.
• Faktor penyebab kerusakan
Dowel tidak lurus dan licin
• Cara perbaikan
1 . Dowel diberi pelican/diminyaki
2 .Bila pelat telah mengalami gompal ,maka dilakukan penambalan pada
dowel yang macet
9 Persilangan jalan rel (Railroad Crossing)
• Faktor penyebab kerusakan
1) Amblasnya perkerasan sehinggga menimbulkan beda elevasi antara
permukaan perkerasan dengan permukaan rel
2) Pelaksanaan pemasangan rel yang buruk
• Cara perbaikan
1) Penambalan parsial.
2) Pekonstruksi persilangan jalan
10 Retak pada perkerasan Beton Bertulang Tanpa Sambungan
Gambar 4.55 menunjukkan retak dalam perkerasan beton bertulang tanpa
sambungan. Retak umurrmya berjarak dekat (1,2 — 2,4m) dan sering polanya
acak (Yoder dan Witczak, 1975).
Pada pandangan sekilas, pada bagian retak tersebut merupakan struktur
yang lemah. Akan tetapi, retak semacam ini sudah biasa dan bukan merupakan hal
yang serius, asalkan beberapa faktor yang lain harus juga diperhatikan. Dalain
praktek, tipe perkerasansemacam ini beresiko terjadinya pemompaan (pumping).
Karena itu, struktur perkerasan harus diletakkan pada pondasiyang kuat. Tipe
perkerasan seperti ini, jika dibangun dengan perancangan yang baik, dan jika
tulangan beton cukup memadai. maka akan menghasilkan perkerasan yang rata
dengan sedikit pemehharaan. Banyak perkerasan kontinyu yang telah dibangun
rnenunjukkan kinerja yang memuaskan dapat melayani volume lalu limas sangat
tinggi (Yoder dan Witczak, 1975).
11 Konsolidasi atau Gerakan Tanah Pondasi
Seperti halnya pada perkerasan aspal, gerakan pondasi di bawah timbunan
jalan akan menyebabkan gerakan perlahan lerengnya, dan dapat menyebabkan
kerusakan perkerasan yang relatif meluas. Gerakan lereng ini umumnya akan
menyebabkan perkerasan beton bergerak ke bawah, dan suing diikuti dengan
retakan-retakan. Dalam Gambar 4.56 ditunjukkan perkerasan beton yang
dibangun di atas lapisan lanau organik yang tebal dan mengalami penurunan
konsolidasi yang diikuti dengan keruntuhan tanah timbunan pada kedalaman yang
dalam. Dalam gambar tersebut, terlihat bahwa pelat beton terlihat turun dan telah
bergerak mengikuti gerakan vertikal tanah pondasi. Pola retak yang mengarah ke
bawah menunjukkan gerakan tanah pondasi yang berlebihan di bawah perkerasan.
Sama halnya dengan kerusakan pada perkerasan aspal, unitik jenis kerusakan yang
sama seperti ini, kerusakan dapat diperbaiki dengan meletakkan lapisan perata,
sehingga kualitas kerataan perkerasan dapat dikembalikan ke kondisinya semula.
Namun perlu diingat bahwa menambahkan material di atas perkerasan akan
menambah beban timbunan, sehingga bila penurunan konsolidasi yang terjadi
diikuti dengan gerakan lereng timbunan ke arah bawah, maka penambahan lapis
perata atau material lain di atas perkerasan akan menambah beban timbunan
sehingga bila penurunan konsolidasi yang terjadi diikuti dengan gerakan lereng
timbunan ke arah bawah maka penambalan lapis perata atau material lain diatas
timbunan akan semakin menambah resiko terjadinya longsoran pada lereng
timbunaan oleh karena itu bila gerakan lereng semakin besar maka lebih baik
dilakukan perbaikan lereng
DAFTAR RUJUKAN
http://sustersexy.blogspot.co.id/2014/11/ tipe-tipe-kerusakan-perkerasan-kaku .html .
Diakses pada 10 april 2016
http://nanang-supriyadi.blogspot.co.id/2013/09/tipe-tipe-kerusakan-perkerasan-kaku-
dan.html?m=1. Diakses pada 10 april 2016
http://krisnaangga.blogspot.co.id/2012/11/bengkel-komputer-jenis-jenis-
kerusakan.html. Diakses pada 10 april 2016