Upload
jashont-dany-lank
View
85
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Nama : Widodo Purwo
NIM : 1208010147
FORMULASI SEDIAAN STERILDEFENISI
Sediaan steril yaitu sediaan terapetis yang bebas mikroroganisme baik vegetatif atau bentuk sporanya baik patogen atau nonpatogen.Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa kebagian dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksik dan harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi dan luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi secara fisik, kimia atau mikrobiologiSediaan steril secara umum adalah : sediaan farmasi yang mempunyai kekhususan sterilitas dan bebas dari mikroorganisme
PERSYARATAN SEDIAAN STERIL
1. Efikasi mencakup kemanjuran suatu obat yang dalam terapi termasuk efektivitas obat dalam terapi.
2. Safety : keamanan ini antara lain meliputi: keamanan dosis obat dalam terapi, memberikan efek terapi sesuai dengan yang diinginkan dan tidak memberikan efek toksik atau efek samping yang tidak diinginkan.
3. Aceeptable : maksudnya disukai oleh pasien. Jadi obat perlu dibuat sedemikian menarik dan mudah dipakai konsumen.
4. Keseragaman volume/berat. Terutama untuk sediaan solid steril.5. Memenuhi uji kebocoran. Terutama untuk injeksi yang dikemas dalam ampul. Uji kebocoran dapat dilakukan dengan:
Uji dengan larutan warna (dye bath test) Metode penarikan vakum ganda (the double vacuum pull method)
6. Kejernihan Kejernihan adalah suatu batasan yang relatif, yang artinya sangat dipengaruhi oleh penilaian subjektif dari pengamat. Tujuan dilakukan uji kejernihan ini adalah untuk mengetahui kejernihan dari sediaan yang dibuat.
Syarat kejernihan yaitu sediaan larutan ( kecuali suspensi dan emulsi) adalah tidak ada zat yang terdispersi dalam larutan jernih
7. PartikelSediaan steril harus bebas dari partikel melayang karena dapat menyebabkan kontaminasi dan membawa mikroorganisme.Partikel asing tersebut merupakan partikel-partikel yang tidak larut yang dapat berasal dari larutan dan zat kimia yang terkandung, lingkungan, peralatan, personal, maupun dari wadah. Partikel asing tersebut dapat menyebabkan pembentukan granuloma patologis dalam organ vital tubuh. Untuk mengetahui keberadaan partikel asing dilakukan dengan menerawang sediaan pada sumber cahaya. Tujuan dari uji partikel asing ini adalah agar mengetahui apakah ada partikel dalam sediaan. Dari hasil uji ini mensyaratkan bahwa tidak terdapat partikel asing dalam sediaan. Pada waktu pembuatan sediaan steril kemungkinan jika masih terdapat partikel asing bisa terjadi karena sewaktu penyaringan masing ada partikel yang lolos dari saringan
8. Tipe suspenseUntuk sediaan steril tipe suspense harus memenuhi persyaratan yang berlaku untuk suspensi sterilSuspensi optalmik merupakan sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada mata. Suspensi untuk injeksi merupakan sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal. Sedangkan suspensi untuk injeksi kontinyu merupakan sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.Suspensi steril berlaku sebagai obat yang hipertonis, mengambil cairan dari jaringan sekitar. Sehingga akhirnya bisa larut. Walau sudah larut semua, cairan tetap sebagai hipertonis
4. Tonisitas • Tonisitas menggambarkan tekanan osmose yang diberikan oleh suatu larutan
(zat padat yang terlarut di dalamnya)• Suatu larutan dapat bersifat isotonis, hipotonis, atau hipertonis • NaCl 0,9 % sebagai larutan pengisotoni • Tidak semua sediaan steril harus isotonis, tapi tidak boleh hipotonis,
beberapa boleh hipertonis
.Persyaratan dalam larutan injeksi :
1. Kerja optimal dan sifat tersatukan dari larutan obat yang diberikan secara parenteral hanya akan diperoleh jika persyaratan berikut terpenuhi
2. Sesuainya kandungan bahan obat yang dinyatakan di dalam etiket dan yang ada dalam sediaan, tidak terjadi penggunaan efek selama penyimpanan akibat perusakan obat secara kimia dan sebagainya.
3. Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril tetapi juga mencegah terjadinya antaraksi antarbahan obat dan material dinding wadah.
4. Tersatukan tanpa terjadinya reaksi. Untuk beberapa faktor yang paling menentukan: bebas kuman, bebas pirogen, bebas pelarut yang secara fisiologis, isotonis , isohidris, bebas bahan melayang.
PRAFORMULASI DAN FORMULASI SEDIAAN PARENTERAL VOLUME BESAR
A. PraformulasiUntuk memformulasikan suatu sediaan dengan baik, perlu diperhatikan sifat dari bahan-
bahan yang akan digunakan baik dari segi sifat kimia maupun sifat fisika dari masing-masing
bahan yang akan digunakan. Dengan mengetahui sifat kimia maupun sifat fisika dari bahan-
bahan tersebut, maka diharapkan akan dapat mengetahui bagaimana interaksi antara bahan yang
satu dengan yang lainnya.
Adapun parameter-parameter yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Parameter fisiologi
Bila penderita dirawat dengan diberi cairan parenteral volume besar (infus) hanya untuk beberapa hari, maka umumnya cukup dengan larutan sederhana yang mengandung air dan dekstrosa secukupnya dan sejumlah kecil natrium dan kalium. Teteapi bila penderita tidak dapat menerima nutrisi atau cairan lewat mulut untuk masa yang lebih lama, maka dapat digunakan larutan yang mengandung kalori tinggi. Yang termasuk dalam larutan ini adalah protein, hidrolisat, karbohidrat, vitamin, mineral, elektrolit dan air yang cukup dapat menunjang fisiologi tubuh.
Faktor fisiologi perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada formulasi. Tekanan osmosa atau osmolaritas merupakan faktor fisiologi yang dimana tekanan osmosa adalah perpindahan pelarut dan zat terlarut melalui membran permeabel yang memisahkan 2 komponen, dinyatakan dalam osmole per kilogram = osmolarita.
2. Faktor fisikokimiaa. Organoleptis
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah pemerian dari bahan-bahan yang akan digunakan
secara kasat mata, meliputi : warna, aroma dan rasa. Manfaat pengamatan organoleptis misalnya
yaitu setelah melakukan pengamatan dengan kasat mata, maka dapat diketahui bagaimana
penyimpanan bahan-bahan yang akan digunakan tersebut.
b. Kelarutan
Kelarutan menjadi hal yang harus diperhatikan apabila sediaan parenteral volume besar dipakai sebagai pembawa obat lain, atau terjadinya kristal pada beberapa zat. Pada umumnya obat-obatan yang digunakan untuk mermbuat sediaan parenteral volume besar adalah obat-obatan/zat yang mudah larut.
Kelarutan sangat penting untuk pengembangan larutan yang dapat disuntikkan baik secara intravena maupun intramuscular. Sediaan dalam bentuk infus harus jernih, maka bahan-bahan obat/zat yang akan digunakan untuk membuat infus harus larut sempurna dalam pembawanya.
Air merupakan pelarut yang paling umum digunakan sebagai zat pembawa yang digunakan dalam formulasi infus. Selain itu, untuk memperoleh kelarutan yang baik, komponen yang akan digunakan harus memiliki kualitas yang baik. Kontaminasi fisika dan kimia tidak hanya menyebabkan iritasi ke jaringan tubuh, tetapi jumlah kontaminasi tersebut juga dapat menyebabkan degradasi produk sebagai hasil dari perubahan kimia, khususnya selama waktu pemanasan bila digunakan sterilisasi panas.
Adapun pelarut bukan air yang dipilih harus dengan hati-hati, karena pelarut tersebut tidak boleh bersifat iritasi, toksik atau terlalu pekat dan juga tidak boleh memberi efek merugikan pada bahan formulasi lainnya. Pemilihan pelarut seperti itu harus melibatkan suatu evaluasi sifat-sifat fisiknya seperti kerapatan, viskositas, kemampuan bercampur dan kepolaran, kestabilan, aktivitas pelarut dan toksisitas. Contoh pelarut bukan air yang dapat dikombinasi dengan air adalah dioksilan, dimetil-asetamida, N-(β-hidroksietil )-laktamida, butilen glikol, polietilen glikol 400 dan 600, propilen glikol, gliserin, etil alkohol. Pelarut bukan air yang tidak dapat bercampur dengan air contohnya minyak lemak, etil oleat, isopropil miristat, dan benzilbenzoat.
c. pH pH perlu diperhatikan mengingat pH yang tidak tepat dapat menyebabkan :
berpengaruh terutama pada darah tubuh berpengaruh pada kestabilan obat berpengaruh pada wadah terutama wadah gelas, plastik, dan tutup karet.
pH sediaan parenteral volume besar tidak boleh diluar batas pH darah normal karena akan menyebabkan masalah pada tubuh yang dimana pH darah normal yaitu 7,35 – 7,45.
d. Ukuran partikelUkuran pratikel bahan obat mempunyai peranan dalam sediaan farmasi sebab ukuran
partikel mempunyai pengaruh yang besar dalam pembuatan sediaan obat dan juga terhadap efek fisiologisnya.
Untuk sediaan infus harus memiliki ukuran partikel yang kecil karena sediaan infus pemberiannya langsung ke dalam pembuluh darah vena. Jika terdapat ukuran partikel yang besar dalam infus maka dikhawatirkan akan terjadi penyumbatan atau gangguan dalam pembuluh darah.
e. PembawaPada sediaan parenteral volume besar umumnya digunakan pembawa air tetapi dapat juga
dipakai emulsi lemak intravena yang diberikan sendiri atau dikombinasi dengan asam amino dan atau dekstrosa asalkan partikel tidak boleh lebih besar dari 0,5 µm.
f. Viskositas Dalam sediaan infus viskositas sangat berpengaruh karena jika sediaan infus terlalu kental
maka akan susah menetes, distribusi obat dalam darah akan lambat, sehingga ketercapaian efek terapi yang diinginkanpun akan lambat pula.
g. Cahaya dan suhu
Cahaya dan suhu erat hubungannya dengan tampat/wadah penyimpanan obat/bahan obat. Cahaya dan suhu dapat mempengaruhi kestabilan obat sehingga dalam hal penyimpanan obat sangat perlu sekali diperhatikan karakteristik dari obat/bahan obat yang akan disimpan.
h. Faktor kemasan Faktor kemasan juga berpengaruh terhadap kestabilan obat/bahan obat. Untuk sediaan
parenteral volume besar sebaiknya kemasan yang digunakan diusahakan kemasan tidak mempengaruhi kestabilan obat/bahan obat dari sediaan parenteral volume besar.
3. Stabilisator pada sediaan parenteral volume besarUntuk bahan penambah seperti dapar, antioksidan, komplekson,jarang ditambahkan pada
sediaan parenteral volume besar.
B. FormulasiFormulasi suatu produk steril meliputi kombinasi dari satu atau lebih bahan dengan zat
obat untuk menambahkan keefektifan produk tersebut dan kemampuan diterima. Oleh karena itu
perlu diperhatikan untuk setiap kombinasi dua bahan obat atau lebih untuk memastikan apakah
terjadi interaksi merugikan atau tidak. Jika terjadi interaksi yang tidak diinginkan, maka perlu
dilakukan modifikasi formulasi sehingga reaksi yag tidak diinginkan tadi dapat dihilangkan atau
dikurangi.
Bahan tambahan bisa ditambahkan ke suatu formulasi untuk memberikan kestabilan yang
dibutuhkan dan kemanjuran terapi. Adapun jenis-jenis bahan/zat tambahan yang dimaksud
adalah zat antibakteri, antioksidan, dapar, dan pembantu isotonis.
Contoh zat antibakteri : Benzil Alkohol, Benzetonium klorida, Butilparaben, Klorobutanol,
Metakresol.
Contoh Anktioksidan : Asam askorbat, Natrium bisulfit, Natrium formaldehida sulfoksilat,
Tiourea.
Andil Tonisitas, senyawa yang membantu ke isotonisitas suatu produk mengurangi sakit pada
daerah injeksi yang berakhir ke syaraf. Dapar bertindak sebagai pembantu tonisitas serta
penstabil pH larutan. Walaupun penurunan titik beku larutan paling sering digunakan untuk
menentukan apakah suatu larutan bersifat isotonis, isotonisitas sebenarnya tergantung pada
permeabilitas suatu membran semipermeable; hidup yang memisahkan larutan dari sitem.
Macam – macam Sediaan Steril
Macam-macam sediaan steril umumnya terdiri atas sediaan parenteral, sediaan untuk mata, dan larutan irigasi.
a. Sediaan parenteral
Merupakan sediaan yang disuntikan melalui kulit atau membrane mukosa ke bagian dalam tubuh. Karena sediaan tersebut harus menembus membrane kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksis dan harus mempunyai tingkat kemurnian yang tinggi.
b. Sediaan untuk mata
Merupakan sediaan yang membutuhkan sterilitas karena walaupun sediaan ini tidak dimasukkan kedalam rongga bagian dalam tubuh , namun ditempatkan berhubungan dengan jaringan-jaringan yang sangat peka terhadap kontaminasic. Larutan irigasi
Larutan irigasi harus memiliki standard yang sama dengan larutan parenteral, karena selama pemberian dengan irigasi, sejumlah zat dari larutan dapat memasuki aliran darah secara langsung melalui pembuluh darah luka yang terbuka atau membrane mukossa yang lecet.
Contoh sediaan steril :a. LVPs1. Water for Injection USP2. Dextrose Injection USP
SVPs1. Ranitidin injection USP2. Progesteron injection BP3. Epinephrine Oil Suspension USP4. Sterile Ceftazidine USP5. Diamorphine injection BP
Macam-macam sediaan steril :
1. Salep mata2. Infus3. Tetes Telinga4. Injeksi5. Tetes Mata
Dalam makalah ini kami akan membahas khususnya tentang sediaan steril yaitu infuse.
1. Pengertian
Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 10 ml yang diberikan melalui
intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. Asupan air dan elektrolit dapat terjadi
melalui makanan dan minuman dan dikeluarkan dalam jumlah yang relatif sama. Rasionya dalam tubuh
adalah air 57%; lemak 20,8%; protein 17,0%; serta mineral dan glikogen 6%. Ketika terjadi gangguan
hemeostatis (keseimbangan cairan tubuh), maka tubuh harus segera mendapatkan terapi untuk
mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit.
2. Tujuan Komposisi Cairan Infus
Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan
pengobatan dan pemberian makanan.
3. Berbagai Regimen Infus
Pada pasien trauma akibat kecelakaan lalu lintas atau karena sebab lainnya, kita sering
menjumpai keadaan syok hipovolemik alias suatu kondisi dimana terjadi kehilangan cairan darah dengan
cepat dalam jumlah yang cukup banyak sehingga komponen darah yang berfungsi untuk mengangkut
oksigen ke organ organ tidak lagi adekuat, menyebabkan gangguan perfusi pada jaringan dan
berkontribusi terhadap metabolisme anaerob dan akumulasi asam laktat.
Namun, maha besar Allah selalu ada upaya homeostasis untuk melindungi terlebih dahulu organ
yang dianggap penting yaitu otak dan jantung, dengan cara vasokonstriksi dan mengorbankan perfusi di
ginjal, otot, usus, dan kulit.
Kasus kematian pada syok hemoragik disebabkan sebagai hasil dari pola perfusi dan hipoksia
jaringan yang progresif juga karena asidosis. Berbagai regimen yang kita kenal untuk penanganan
resusitasi cairan yaitu diantaranya adalah koloid, kristaloid, whole blood dan komponen-komponen
darah.
a. Cairan Kristaloid
Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau dextrosa, yang tidak
mengandung molekul besar. Dalam waktu yang singkat, kristaloid sebagian besar akan keluar dari
intravaskular . Sehingga volume yang diberikan harus lebih banyak ( 3:1 dengan volume darah yang
hilang). Ekspansi cairan dari ruang intravaskuler ke interstitial berlangsung selama 30-60 menit, dan
akan keluar sebagai urin dalam 24-48 jam. Secara garis besar kristaloid bertujuan untuk meningkatkan
volume ekstrasel, tanpa peningkatan volume intra sel. Meskipun banyak jenis cairan kristaloid yang
tersedia, namun NaCl 0,9% dan Ringer laktat adalah pilihan pertama yang paling masuk akal.
NaCl 0,9%
Keuntungannya yaitu murah dan mudah didapat, cairan infus ini juga kompatibel untuk
dicampurkan dengan produk-produk darah dan merupakan pilihan yang terbaik untuk resusitasi volume.
Kekurangannya. NaCl 0,9% dapat berkontribusi menyebabkan asidosis hipercloremik ketika
resusitasi cairan jumlah besar diperlukan. (untuk menggantikan setiap liter volume darah, maka kita
membutuhkan sekitar 3 liter Nacl 0,9% ) jadi perbandingan cairan ini dengan volume darah yang hilang
adalah 3 : 1.
Ringer Laktat
Keuntungannya: murah dan mudah didapat, memiliki komposisi isotonis yang lebih fisiologis
dengan cairan tubuh, menghasilkan pergantian elemen kalsium dan pottasium, ion sodium dan chlor
yang dihasilkan juga lebih fisiologis.
Kekurangannya: Relatif tidak kompatibel terhadap produk-produk darah, kandungan Ca pada
Ringer laktat dapat mengaktifasi cascade koagulasi pada produk-produk darah, serta kandungan laktat
dalam infus ringer laktat ini juga dapat memperburuk koreksi terhadap metabolik asidosis yang sedang
berlangsung.
Dextrose atau glukosa
Tidak di indikasikan untuk pasien trauma karena memilki potensi bahaya. Stress sebagai respon
yang dipicu oleh trauma mayor atau pembedahan sering menyebabkan kadar gula darah meningkat.
Pemberian dextrose secara cepat dalam jumlah banyak selama resusitasi dapat menyebabkan diuresis
osmotik dan menjadi faktor perancu terhadap defisit intravaskular. Penggunaan dextrose dapat
menyebabkan hiperglikemi pada pasien trauma. Namun glukosa dapat digunakan sebagai cairan
maintainance selama fase post resusitasi.
b. Cairan Koloid
Penggunaan cairan koloid intra vena pada penanganan trauma masih kontroversi. Pada jaman
perang dulu, koloid yang digunakan hanyalah albumin dan plasma. Namun sekarang, dikenal Dextran ,
haemacel, albumin, plasma dan darah. Koloid mengandung molekul-molekul besar berfungsi seperti
albumin dalam plasma, tinggal dalam intravaskular cukup lama (waktu paruh koloid intravaskuler 3-6
jam), sehingga volume yang diberikan sama dengan volume darah. Kekurangan dari koloid yaitu mahal.
Koloid mempunyai kelebihan yaitu dapat menggantikan dengan cepat dan dengan volume
cairan yang lebih sedikit,ekspansi volume plasma lebih panjang, dan resiko edema pheripheral kecil.
Secara umum koloid dipergunakan untuk :
Resusitasi cairan pada penderita dengan defisit cairan berat (syok hemoragik) sebelum transfusi
tersedia
Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat, misalnya pada luka bakar.
4. Jenis- Jenis Cairan Infus
ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah
dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami
gangguan hati
Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonatus
Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi
dengan isofluran
Mempunyai efek vasodilator
Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA,
dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk
edema serebral.
KA-EN 1B Indikasi:
Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
< 24 jam pasca operasi
Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya
300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam
KA-EN 3A & KA-EN 3BIndikasi:
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
KA-EN MG3Indikasi :
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium 20 mEq/L
Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L
KA-EN 4AIndikasi :
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai
kadar konsentrasi kalium serum normal
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
KA-EN 4BIndikasi:
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun
Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi: Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Cl 28 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 37,5 gr/L
Otsu-NSIndikasi:
Untuk resusitasi
Kehilangan Na > Cl, misal diare
Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium
(asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)
Otsu-RL
Indikasi:
Resusitasi
Suplai ion bikarbonat
Asidosis metabolic
MARTOS-10Indikasi:
Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik
Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres
berat dan defisiensi protein
Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
Mengandung 400 kcal/L
AMIPAREN
Indikasi:
Stres metabolik berat
Luka bakar
Infeksi berat
Kwasiokor
Pasca operasi
Total Parenteral Nutrition
Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
AMINOVEL-600Indikasi:
Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
Penderita GI yang dipuasakan
Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar,
trauma dan pasca operasi)
Stres metabolik sedang
Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
PAN-AMIN GIndikasi:
Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik
ringan
Nitrisi dini pasca operasi
Tifoid
5. Tujuan pemasangan infus
Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang menganung air, elektrolit, vitamin, protein lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral
Memperbaiki keseimbangan asam basa Memperbaiki volume komponen-komponen darah Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh Memonitor tekan Vena Central (CVP) Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan di istirahatkan.
6. Pasien yang harus di infusPasien seperti apa yang harus dilakukan pemasangan infus?
Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP), yang memungkinkan pemberian obat langsung ke dalam Intra Vena
Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat (seperti furosemid, digoxin) Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalui Intra vena Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit Pasien yang mendapatkan tranfusi darah Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar
dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)
Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.
Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan dengan injeksi intramuskuler.
7. Daerah pemasangan infus
Pemasangan Infus adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh. Pemasangan infus dilakukan pada pasien yang memerlukan masukan cairan melalui intravena yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat, dehidrasi, dan syok.
Vena bagian mana saja yang boleh dipasang infus?
Pemberian cairan melalui infuse dengan memasukkan ke dalam vena (pembuluh darah pasien) diantaranya vena lengan (vena safalika basilica dan mediana kubiti), pada tungkai (vena safena), atau pada vena yang ada di kepala, seperti vena temporalis frontalis ( khusus untuk anak-anak).
Pemasangan infus tidak dianjurkan pada daerah yang mengalami luka bakar, lengan pada sisi yang mengalami mastektomi (aliran balik vena terganggu), lengan yang mengalami edema, infeksi, bekuan darah, atau kerusakan kulit.
8. Prinsip pemasangan infus
Prinsip pemasangan infus
Prinsip pemasangan infus pada pediatric (anak)
Karena vena klien sangat rapuh, hindari tempat-tempat yang mudah digerakkan atau digeser dan gunakan alat pelindung sesuai kebutuhan (pasang spalk kalau perlu)
Vena-vena kulit kepala sangat mudah pecah dan memerlukan perlindunga agar tidak mudah mengalami infiltrasi (biasanya digunakan untuk neonatus dan bayi)
Selalu memilih tempat penusukan yang akan menimbulkan pembatasan yang minimal
Prinsip pemasangan infuse pada lansia
Pada klien lansia, sedapat mungkin gunakan kateter/jarum dengan ukuran paling kecil (24-26). Ukuran kecil mengurangi trauma pada vena dan memungkinkan aliran darah lebih lancar sehingga hemodilusi cairan intravena atau obat-obatan akan meningkat.
Kestabilan vena menjadi hilang dan vena akan bergeser dari jarum (jaringan subkutan lansia hilang). Untuk menstabilkan vena, pasang traksi pada kulit di bawah tempat insersi
Penggunaan sudut 5 – 15 ° saat memasukkan jarum akan sangat bermanfaat karena vena lansia lebih superficial
Pada lansia yang memiliki kulit yang rapuh, cegah terjadinya perobekan kulit dengan meminimalkan jumlah pemakaian plester.
9. Prosedur pemasangan infus
Alat yang harus disiapkan:
Standar infuse Set infuse Cairan sesuai program medic Jarum infuse dengan ukuran yang sesuai Pengalas Torniket Kapas alcohol Plester Gunting
Kasa steril Betadin Sarung tangan
Prosedur kerja:
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan Cuci tangan Hubungkan cairan dan infus set dengan memasukkan ke bagian karet atau akses selang ke botol
infuse Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian dan buka
klem slang hingga cairan memenuhi selang dan udara selang keluar Letakkan pangalas di bawah tempat ( vena ) yang akan dilakukan penginfusan Lakukan pembendungan dengan torniker ( karet pembendung ) 10-12 cmdi atas tempat
penusukan dan anjurkan pasien untuk menggenggam dengan gerakan sirkular ( bila sadar ) Gunakan sarung tangan steril Disinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol Lakukan penusukan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagian bawah vena da posisi jarum
( abocath ) mengarah ke atas Perhatikan keluarnya darah melalui jarum ( abocath / surflo ) maka tarik keluar bagian dalam
( jarum ) sambil meneruskan tusukan ke dalam vena Setelah jarum infus bagian dalam dilepaskan atau dikeluarkan, tahan bagian atas vena dengan
menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar. Kemudian bagian infus dihubungkan atau disambungkan dengan slang infuse
Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan Lakukan fiksasi dengan kasa steril Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
PENGGOLONGAN SEDIAAN INFUS BERDASARKAN KOMPOSISI DAN
KEGUNAANNYA
2.1 Larutan Elektrolit
a. Cairan Fisiologis Tubuh Manusia
Tubuh manusia mengandung 60% air dan terdiri atas cairan intraselular (di dalam sel) 40%
yang mengandung ion-ion K+, Mg++ , sulfat, fosfat, protein, serta senyawa organik asam fosfat
seperti ATP, heksosa monofosfat, dan lain-lain. Air pun mengandung cairan ekstraselular (diluar
sel) 20% yang kurang lebih mengandung 3 liter air dan terbagi atas cairan interstisial ( di antara
kapiler dan sel) 15% dan plasma darah 5% dalam sistem peredaran darah serta mengandung
beberapa ion seperti Na+, klorida, dan bikarbonat.
Tabel. Jenis elektrolit dalam plasma darah
Ion Jumlah normal mV/liter
Na
K
Ca
Mg
Cl
HCO3
HPO4
SO4
Protein
137,0 – 148,0
3,9 – 5,0
4,8 – 5,4
1,7 – 3,3
98,0 – 108,0
24,0 – 28,0
1,5 – 2,3
1 – 2,0
14,6 – 19,4
b. Fungsi Larutan Elektrolit
Secara klinis, larutan digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau penyimpangan jumlah
normal elektrolit dalam darah. Ada 2 jenis kondisi plasma darah yang menyimpang, yaitu:
o Asidosis
Kondisi plasma darah yang terlampau asam akibat adanya ion klorida dalam jumlah berlebih.
o Alkalosis
Kondisi plasma darah yang terlampau basa akibat adanya ion natrium, kalium, dan kalsium
dalam jumlah berlebih.
Sistem dapar darah adalah keseimbangan asam basa darah mengikuti sistem dapar, yaitu :
Hidrogen karbonat – karbonat
Hidrogen fosfat – dihidrogen fosfat
Serum – protein
Penyebab berkurangnya elektrolit plasma adalah kecelakaan, kebakaran, operasi atau
perubahan patologis organ, gastroenteritis, demam tinggi, atau penyakit lain yang menyebabkan
output dan input tidak seimbang.
Kehilangan natrium disebut hipovolemia, sedangkan kekurangan H2O disebut dehidrasi.
Kemudian, kekurangan HCO3 disebut asidosis metabolic dan kekurangan K+ disebut
hipokalemia.
Asidosis berbeda dengan asidemia. Asidosis berkaitan dengan proses fisiologis yang
menyebabkan penurunan pH darah, sedangkan asidemia adalah keadaan pH arteri < 7,35.
Contoh:
Infus Asering (Otsuka)
Formulanya sebagai berikut :
Resep larutan dasar elektrolit
Na+ 130 mEq
K+ 4 mEq
Cl- 109 mEq
Ca ++ 3 mEq
Asetat 28 mEq
Aqua p.i. 1000 ml
2.2 Infus Karbohidrat
Infus karbohidrat adalah sediaan infus berisi larutan glukosa atau dekstrosa yang cocok
untuk donor kalori. Kita menggunakannya untuk memenuhi glikogen otot kerangka,
hipoglikemia, dan lain-lain.
Kegunaan : 5% isotonis, 20% untuk diuretika, dan 30-50% terapi oedema di otak.
Contoh : larutan manitol 15-20% digunakan untuk menguji fungsi ginjal.
2.3 Larutan Kombinasi Elektrolit dan Karbohidrat
Contohnya : Infus KA-EN 4B paed (otsuka)
Formulanya sebagai berikut :
Na+ 30 mEq
K+ 8 mEq
Cl- 28 mEq
Laktat 10 mEq
Glukosa 37,5 g
Aqua p.i. 1000 ml
2.4 Larutan Irigasi
Larutan irigasi adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besar (3 liter). Larutan tidak
disuntikkan ke dalam vena, tetapi digunakan di luar sistem peredaran dan umumnya
menggunakan jenis tutup yang diputar atau plastik yang dipatahkan, sehingga memungkinkan
pengisian larutan dengan cepat. Kita menggunakan larutan untuk merendam atau mencuci luka-
luka sayatan bedah atau jaringan tubuh dan dapat pula mengurangi pendarahan. Kita biasa
menggunakannya dalam kegiatan Laparatomy, Arthroscopy, Hysterectomy, dan Turs (urologi).
Persyaratan larutan irigasi sebagai berikut :
a. Isotonic
b. Steril
c. Tidak absorpsi
d. Bukan larutan elektrolit
e. Tidak mengalami metabolism
f. Cepat diekskresi
g. Mempunyai tekanan osmotic diuretik
Contohnya : Larutan Glycine 1,5% dalam 3 liter
Larutan asam asetat 0,25% dalam 1-3 liter
Larutan Dialisis Peritoneal
Larutan dialisis peritoneal merupakan suatu sediaan parental steril dalam jumlah besar (2
liter). Larutan tidak disuntikkan ke dalam vena, tetapi dibiarkan mengalir ke dalam ruangan
peritoneal dan umumnya menggunakan tutup plastik yang dipatahkan, sehingga memungkinkan
larutan dengan cepat turun ke bawah. Penggunaan cairan demikian bertujuan menghilangkan
menghilangkan senyawa-senyawa toksik yang secara normal dikeluarkan atau diekskresikan
ginjal. Pada kasus keracunan atau kegagalan ginjal, penggunaaan larutan dialisis peritoneal
merupakan pilihan lain yang dapat dilakukan. Larutan diabsorbsi dalam membran peritoneal
mengikuti peredaran darah. Kemudian, di dalam ujung sel peritoneal terjadi penarikan zat toksin
dari darah ke dalam cairan dialisis, yang bekerja sebagai membran semipermeabel.
Persyaratan larutan dialisis peritoneal adalah
a. Hipertonis
b. Steril
c. Dapat menarik toksin dalam ruang peritoneal
Larutan Plasma Expander Atau Penambah Darah
Larutan plasma expander adalah suatu sediaan larutan steril yang digunakan untuk
menggantikan plasma darah yang hilang akibat perdarahan,luka bakar,operasi, dan lain-lain.
1. Whole Blood
Whole blood atau darah lengkap manusia adalah darah yang telah diambil dari donor
manusia, yang di pilih dengan pencegahan pendahuluan aseptic yang ketat. Darah di tambahkan
ion sitrat atau heparin sebagai antikoagulasi. Kita menyimpan darah yang di kumpulkan pada
temperature 1˚C-10˚C dan mempertahankannya tetap konstan dengan kisaran 2˚C. Tanggal
kadaluarsanya tidak lebih dari 21 hari sesudah tanggal pengambilan bila sitrat yang di gunakan
sebagai antikoagulasi dan tidak lebih dari 48 jam bila heparin yang di gunakan. Kita umumnya
mengemas darah dalam 1 unit (500 ml) volume dan memberikan atau memasukannya kedalam
pembuluh darah. Namun, terlebih dulu pastikan ketercampuran darah donor dengan darah
penerima.
Sebaliknya, sel-sel darah merah adalah darah lengkap manusia dengan plasma telah di
buang. Plasma dapat di pisahkan dari dengan disentrifuse (diputar). Kita menyimpan sel darah
pada temperature yang sama dengan darah lengkap manusia atau dapat membekukannya pada
temperatur -65˚C.
2. Human Albumin
Human albumin adalah sediaan steril albumin serum yang di dapat dengan melakukan
fraksinasi darah dari donor manusia sehat. Tidak kurang dari 96% protein harus albumin. Setiap
100 ml mengandung 25 g albumin serum sebanding atau ekuivalen keosmotikannya dengan 500
ml plasma manusia normal atau 5 g sebanding dengan 100 ml plasma manusia normal. Kita
memberikan albumin serum sebagai penyokong volume darah dengan infuse melalui pembuluh
darah dan umumnya dengan volume yang ekuivalen dengan 25-75 g albumin setiap harinya.
Tanggal kadaluarsanya berkisar antara 3-10 tahun, tergantung pada keadaan penyimpanan.
Contoh :
Infuse Human Albumin 20%
Formulanya sebagai berikut :
Resep Human Albumin 20% (mengandung 20% protein dari minimum 96% Human Albumin
Human Albumin 192 g
Ion Natrium 125 mmol/L 2,88 g/L
Ion Kalsium max 2 mmol/L 0,08 g/L
Ion Kalsium max 2 mmol/L max 0,08 g/L
Ion Klorida max 100 mmol/L max 3,55 g/L
Aqua untuk injeksi 1000 ml
3. Plasma Protein
Plasma protein adalah larutan steril protein yang terpilih dari plasma darah donor manusia
dewasa. Plasma mengandung ± 5 g protein per 100 ml, 83-90% adalah albumin, lalu sisanya alfa
dan beta globulin. Umumnya, kita memberikan plasma protein dalam volume 250-500 ml. tetapi
kadang-kadang sampai 1500 ml sebagai penyokong volume darah. Tanggal kadaluarsanya antara
3-5 tahun, tergantung pada kondisi penyimpanan. Plasma yang digunakan sebagai penambah
darah dinamakan darah lengkap manusia, sel darah merah manusia, albumin serum manusia
normal, dan fraksi protein plasma manusia. Pada pengumpulan darah manusia dari donor-donor
darah untuk digunakan pada tranfusi, kita harus hati-hati memperlakukan seluruh darah atau sel
darah agar sel darah atau darah tidak menggumpal. Berikut adalah larutan resmi yang digunakan
untuk tujuan tersebut.
Kehilangan cairan tubuh sebanyak 10% belum berakibat besar karena masih mampu
dinormalisasikan oleh peredaran darah sendiri. Namun, bila cairan tubuh atau jumlah plasma
yang hilang lebih dari itu, maka tubuh memerlukan pengganti untuk mencegah penggumpalan
sel-sel darah serta menormalkan viskositas darah yang membesar.
Larutan yang dibutuhkan adalah senyawa koloid dengan BM>30.000, inert, cairan tidak
mudah dieliminasi, dan dapat digunakan dengan atau tanpa elektrolit.
Contoh:
Infus Plasmanate
Formulanya sebagai berikut:
Plasma Protein Fraction (Human) 5%, 100 ml USP
Plasma Protein 5 g
Sodium carbonat 0,004 M
(setara dengan sodium caprylate dan acetyl tryptophan)
Sodium ion 145 mEq/L
Potasium 0,24 mEq/L
Chloride 100 mEq/L
4. Larutan Gelatin
Larutan gelatin merupakan hasil hidrolisis kolagen, yakni suatu senyawa polipeptida.
Larutan sangat cocok untuk plasma ekspander karena strukturnya terdiri atas protein, sehingga
dengan protein plasma dapat memberikan efek osmotik yang sama. Pada suhu kamar, gelatin
dapat mengental, sehingga kita perlu menghangatkan larutan dan pada pemanasan gelatin dapat
terurai. Untuk memperbaiki kelarutan, kita perlu menambahkan glioksal atau isosianat agar
bentuk molekulnya bertambah panjang dan bercabang. Setelah 24 jam dieliminasi atau diurai
secara enzimatik, gelatin hilang dari peredaran darah.
Sebagai cairan pengganti darah, kita menggunakan larutan gelatin 5% yang diisotonikkan
dengan natrium klorida dan dapat disterilkan pada suhu 121-124˚C dalam autoklaf.
Contoh:
Infus Haemacel, Infus Haemaccel.
5. Larutan Dekstran
Larutan dekstran adalah suatu senyawa polisakarida dengan satuan glukosa sebagai
komponen monomer, yang terikat secara glikosidik pada posisi alpha 1,6. Bentuk molekulnya
berupa benang panjang bergelombang. Dekstran terbentuk di dalam media yang mengandung
sakarosa di bawah pengaruh enzim dekstran-sakarase yang diproduksi berbagai spesies
leuconostoc.
Sebagai pengganti plasma, kita menggunakan 6% atau 10% larutan dekstran 40 atau 70
dengan berat molekul rata-rata 40.000 atau 70.000 dengan penambahan NaCl 0,9%. Pada
umumnya, kita tidak menjumpai persoalan teknis pada pembuatan larutan dekstran. Kita dapat
mengsterilkan larutan pada suhu 120˚C dan yang disimpan pada suhu 4˚C terbukti stabil dalam
waktu 19 tahun.
Contoh:
Infus Otsutran -70 (Otsuka)
6. Larutan Protein (Asam Amino)
Larutan protein diinfuskan ke dalam tubuh jika tubuh mengalami kekurangan protein.
Umumnya, larutan terdiri atas 8 asam amino penting, yaitu: L-Isoleusin, L-Leusin, L-Lisine, L-
Metionin, L-Fenilalanin, L-Trionin, L-Triptopan, dan L-Valin. Kedelapan asam amino ini
penting dan harus selalu ada dalam jumlah dan perbandingan yang tertentu di dalam infus.
Hilangnya satu komponen menyebabkan efek yang diharapkan tidak tercapai, malah akan terjadi
gangguan dalam pertukaran protein tubuh. Kemudian, jumlah yang berlebih pun tidak ada
gunanya.
Komponen lainnya adalah sorbitol sebagai penyangga energy, demikian pula vitamin dan
tambahan elektrolit. Larutan diatur pada pH sekitar 6. Harga pH yang lebih tinggi akan
mengurangi stabilitas larutan.
Untuk mengurangi penguraian asam amino pada sterilisasi panas, kita umumnya
melakukannya pada suhu 120˚C dengan tekanan uap disertai penjenuhan gas netral. Natrium
pirosulfit dalam jumlah sangat kecil mampu mengusir oksigen pada kondisi tertentu.
Contohnya:
Infus Aminofusin L (Primer).