34
Nama : Widodo Purwo NIM : 1208010147 FORMULASI SEDIAAN STERIL DEFENISI Sediaan steril yaitu sediaan terapetis yang bebas mikroroganisme baik vegetatif atau bentuk sporanya baik patogen atau nonpatogen. Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa kebagian dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksik dan harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi dan luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi secara fisik, kimia atau mikrobiologi Sediaan steril secara umum adalah : sediaan farmasi yang mempunyai kekhususan sterilitas dan bebas dari mikroorganisme PERSYARATAN SEDIAAN STERIL 1. Efikasi mencakup kemanjuran suatu obat yang dalam terapi termasuk efektivitas obat dalam terapi. 2. Safety : keamanan ini antara lain meliputi: keamanan dosis obat dalam terapi, memberikan efek terapi sesuai dengan yang diinginkan dan tidak memberikan efek toksik atau efek samping yang tidak diinginkan. 3. Aceeptable : maksudnya disukai oleh pasien. Jadi obat perlu dibuat sedemikian menarik dan mudah dipakai konsumen. 4. Keseragaman volume/berat. Terutama untuk sediaan solid steril. 5. Memenuhi uji kebocoran. Terutama untuk injeksi yang dikemas dalam ampul. Uji kebocoran dapat dilakukan dengan:

widodo purwo adilisno

Embed Size (px)

Citation preview

Nama : Widodo Purwo

NIM : 1208010147

FORMULASI SEDIAAN STERILDEFENISI

Sediaan steril yaitu sediaan terapetis yang bebas mikroroganisme baik vegetatif atau bentuk sporanya baik patogen atau nonpatogen.Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa kebagian dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksik dan harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi dan luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi secara fisik, kimia atau mikrobiologiSediaan steril secara umum adalah : sediaan farmasi yang mempunyai kekhususan sterilitas dan bebas dari mikroorganisme

PERSYARATAN SEDIAAN STERIL

1.      Efikasi mencakup kemanjuran suatu obat yang dalam terapi termasuk efektivitas obat dalam terapi.

2.      Safety : keamanan ini antara lain meliputi: keamanan dosis obat dalam terapi, memberikan efek terapi sesuai dengan yang diinginkan dan tidak memberikan efek toksik atau efek samping yang tidak diinginkan.

3.      Aceeptable : maksudnya disukai oleh pasien. Jadi obat perlu dibuat sedemikian menarik dan mudah dipakai konsumen.

4. Keseragaman volume/berat. Terutama untuk sediaan solid steril.5. Memenuhi uji kebocoran. Terutama untuk injeksi yang dikemas dalam ampul. Uji kebocoran dapat dilakukan dengan:

         Uji dengan larutan warna (dye bath test)         Metode penarikan vakum ganda (the double vacuum pull method)

6. Kejernihan Kejernihan adalah suatu batasan yang relatif, yang artinya sangat dipengaruhi oleh penilaian subjektif dari pengamat. Tujuan dilakukan uji kejernihan ini adalah untuk mengetahui kejernihan dari sediaan yang dibuat.

Syarat kejernihan yaitu sediaan larutan ( kecuali suspensi dan emulsi) adalah tidak ada zat yang terdispersi dalam larutan jernih

7. PartikelSediaan steril harus bebas dari partikel melayang karena dapat menyebabkan kontaminasi dan membawa mikroorganisme.Partikel asing tersebut merupakan partikel-partikel yang tidak larut yang dapat berasal dari larutan dan zat kimia yang terkandung, lingkungan, peralatan, personal, maupun dari wadah. Partikel asing tersebut dapat menyebabkan pembentukan granuloma patologis dalam organ vital tubuh. Untuk mengetahui keberadaan partikel asing dilakukan dengan menerawang sediaan pada sumber cahaya. Tujuan dari uji partikel asing ini adalah agar mengetahui apakah ada partikel dalam sediaan. Dari hasil uji ini mensyaratkan bahwa tidak terdapat partikel asing dalam sediaan. Pada waktu pembuatan sediaan steril kemungkinan jika masih terdapat partikel asing bisa terjadi karena sewaktu penyaringan masing ada partikel yang lolos dari saringan

8. Tipe suspenseUntuk sediaan steril tipe suspense harus memenuhi persyaratan yang berlaku untuk suspensi sterilSuspensi optalmik merupakan sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada mata. Suspensi untuk injeksi merupakan sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal. Sedangkan suspensi untuk injeksi kontinyu merupakan sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.Suspensi steril berlaku sebagai obat yang hipertonis, mengambil cairan dari jaringan sekitar. Sehingga akhirnya bisa larut. Walau sudah larut semua, cairan tetap sebagai hipertonis

4. Tonisitas •      Tonisitas menggambarkan tekanan osmose yang diberikan oleh suatu larutan

(zat padat yang terlarut di dalamnya)•      Suatu larutan dapat bersifat isotonis, hipotonis, atau hipertonis •      NaCl 0,9 % sebagai larutan pengisotoni •      Tidak semua sediaan steril harus isotonis, tapi tidak boleh hipotonis,

beberapa boleh hipertonis

.Persyaratan dalam larutan injeksi :

1.      Kerja optimal dan sifat tersatukan dari larutan obat yang diberikan secara parenteral hanya akan diperoleh jika persyaratan berikut terpenuhi

2.      Sesuainya kandungan bahan obat yang dinyatakan di dalam etiket dan yang ada dalam sediaan, tidak terjadi penggunaan efek selama penyimpanan akibat perusakan obat secara kimia dan sebagainya.

3.      Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril tetapi juga mencegah terjadinya antaraksi antarbahan obat dan material dinding wadah.

4.      Tersatukan tanpa terjadinya reaksi. Untuk beberapa faktor yang paling menentukan: bebas kuman, bebas pirogen, bebas pelarut yang secara fisiologis, isotonis , isohidris, bebas bahan melayang.

PRAFORMULASI DAN FORMULASI SEDIAAN PARENTERAL VOLUME BESAR

A.  PraformulasiUntuk memformulasikan suatu sediaan dengan baik, perlu diperhatikan sifat dari bahan-

bahan yang akan digunakan baik dari segi sifat kimia maupun sifat fisika dari masing-masing

bahan yang akan digunakan. Dengan mengetahui sifat kimia maupun sifat fisika dari bahan-

bahan tersebut, maka diharapkan akan dapat mengetahui bagaimana interaksi antara bahan yang

satu dengan yang lainnya.

Adapun parameter-parameter yang perlu diperhatikan yaitu:

1.      Parameter fisiologi

Bila penderita dirawat dengan diberi cairan parenteral volume besar (infus) hanya untuk beberapa hari, maka umumnya cukup dengan larutan sederhana yang mengandung air dan dekstrosa secukupnya dan sejumlah kecil natrium dan kalium. Teteapi bila penderita tidak dapat menerima nutrisi atau cairan lewat mulut untuk masa yang lebih lama, maka dapat digunakan larutan yang mengandung kalori tinggi. Yang termasuk dalam larutan ini adalah protein, hidrolisat, karbohidrat, vitamin, mineral, elektrolit dan air yang cukup dapat menunjang fisiologi tubuh.

Faktor fisiologi perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada formulasi. Tekanan osmosa atau osmolaritas merupakan faktor fisiologi yang dimana tekanan osmosa adalah perpindahan pelarut dan zat terlarut melalui membran permeabel yang memisahkan 2 komponen, dinyatakan dalam osmole per kilogram = osmolarita.

2.      Faktor fisikokimiaa.       Organoleptis

Hal pertama yang harus diperhatikan adalah pemerian dari bahan-bahan yang akan digunakan

secara kasat mata, meliputi : warna, aroma dan rasa. Manfaat pengamatan organoleptis misalnya

yaitu setelah melakukan pengamatan dengan kasat mata, maka dapat diketahui bagaimana

penyimpanan bahan-bahan yang akan digunakan tersebut.

b.      Kelarutan

Kelarutan menjadi hal yang harus diperhatikan apabila sediaan parenteral volume besar dipakai sebagai pembawa obat lain, atau terjadinya kristal pada beberapa zat. Pada umumnya obat-obatan yang digunakan untuk mermbuat sediaan parenteral volume besar adalah obat-obatan/zat yang mudah larut.

Kelarutan sangat penting untuk pengembangan larutan yang dapat disuntikkan baik secara intravena maupun intramuscular. Sediaan dalam bentuk infus harus jernih, maka bahan-bahan obat/zat yang akan digunakan untuk membuat infus harus larut sempurna dalam pembawanya.

Air merupakan pelarut yang paling umum digunakan sebagai zat pembawa yang digunakan dalam formulasi infus. Selain itu, untuk memperoleh kelarutan yang baik, komponen yang akan digunakan harus memiliki kualitas yang baik. Kontaminasi fisika dan kimia tidak hanya menyebabkan iritasi ke jaringan tubuh, tetapi jumlah kontaminasi tersebut juga dapat menyebabkan degradasi produk sebagai hasil dari perubahan kimia, khususnya selama waktu pemanasan bila digunakan sterilisasi panas.

Adapun pelarut bukan air yang dipilih harus dengan hati-hati, karena pelarut tersebut tidak boleh bersifat iritasi, toksik atau terlalu pekat dan juga tidak boleh memberi efek merugikan pada bahan formulasi lainnya. Pemilihan pelarut seperti itu harus melibatkan suatu evaluasi sifat-sifat fisiknya seperti kerapatan, viskositas, kemampuan bercampur dan kepolaran, kestabilan, aktivitas pelarut dan toksisitas. Contoh pelarut bukan air yang dapat dikombinasi dengan air adalah dioksilan, dimetil-asetamida, N-(β-hidroksietil )-laktamida, butilen glikol, polietilen glikol 400 dan 600, propilen glikol, gliserin, etil alkohol. Pelarut bukan air yang tidak dapat bercampur dengan air contohnya minyak lemak, etil oleat, isopropil miristat, dan benzilbenzoat.

c.       pH pH perlu diperhatikan mengingat pH yang tidak tepat dapat menyebabkan :

         berpengaruh terutama pada darah tubuh         berpengaruh pada kestabilan obat         berpengaruh pada wadah terutama wadah gelas, plastik, dan tutup karet.

pH sediaan parenteral volume besar tidak boleh diluar batas pH darah normal karena akan menyebabkan masalah pada tubuh yang dimana pH darah normal yaitu 7,35 – 7,45.

d.      Ukuran partikelUkuran pratikel bahan obat mempunyai peranan dalam sediaan farmasi sebab ukuran

partikel mempunyai pengaruh yang besar dalam pembuatan sediaan obat dan juga terhadap efek fisiologisnya.

Untuk sediaan infus harus memiliki ukuran partikel yang kecil karena sediaan infus pemberiannya langsung ke dalam pembuluh darah vena. Jika terdapat ukuran partikel yang besar dalam infus maka dikhawatirkan akan terjadi penyumbatan atau gangguan dalam pembuluh darah.

e.       PembawaPada sediaan parenteral volume besar umumnya digunakan pembawa air tetapi dapat juga

dipakai emulsi lemak intravena yang diberikan sendiri atau dikombinasi dengan asam amino dan atau dekstrosa asalkan partikel tidak boleh lebih besar dari 0,5 µm.

f.       Viskositas Dalam sediaan infus viskositas sangat berpengaruh karena jika sediaan infus terlalu kental

maka akan susah menetes, distribusi obat dalam darah akan lambat, sehingga ketercapaian efek terapi yang diinginkanpun akan lambat pula.

g.      Cahaya dan suhu

Cahaya dan suhu erat hubungannya dengan tampat/wadah penyimpanan obat/bahan obat. Cahaya dan suhu dapat mempengaruhi kestabilan obat sehingga dalam hal penyimpanan obat sangat perlu sekali diperhatikan karakteristik dari obat/bahan obat yang akan disimpan.

h.      Faktor kemasan Faktor kemasan juga berpengaruh terhadap kestabilan obat/bahan obat. Untuk sediaan

parenteral volume besar sebaiknya kemasan yang digunakan diusahakan kemasan tidak mempengaruhi kestabilan obat/bahan obat dari sediaan parenteral volume besar.

3.      Stabilisator pada sediaan parenteral volume besarUntuk bahan penambah seperti dapar, antioksidan, komplekson,jarang ditambahkan pada

sediaan parenteral volume besar.

B.  FormulasiFormulasi suatu produk steril meliputi kombinasi dari satu atau lebih bahan dengan zat

obat untuk menambahkan keefektifan produk tersebut dan kemampuan diterima. Oleh karena itu

perlu diperhatikan untuk setiap kombinasi dua bahan obat atau lebih untuk memastikan apakah

terjadi interaksi merugikan atau tidak. Jika terjadi interaksi yang tidak diinginkan, maka perlu

dilakukan modifikasi formulasi sehingga reaksi yag tidak diinginkan tadi dapat dihilangkan atau

dikurangi.

Bahan tambahan bisa ditambahkan ke suatu formulasi untuk memberikan kestabilan yang

dibutuhkan dan kemanjuran terapi. Adapun jenis-jenis bahan/zat tambahan yang dimaksud

adalah zat antibakteri, antioksidan, dapar, dan pembantu isotonis.

         Contoh zat antibakteri : Benzil Alkohol, Benzetonium klorida, Butilparaben, Klorobutanol,

Metakresol.

         Contoh Anktioksidan : Asam askorbat, Natrium bisulfit, Natrium formaldehida sulfoksilat,

Tiourea.

         Andil Tonisitas, senyawa yang membantu ke isotonisitas suatu produk mengurangi sakit pada

daerah injeksi yang berakhir ke syaraf. Dapar bertindak sebagai pembantu tonisitas serta

penstabil pH larutan. Walaupun penurunan titik beku larutan paling sering digunakan untuk

menentukan apakah suatu larutan bersifat isotonis, isotonisitas sebenarnya tergantung pada

permeabilitas suatu membran semipermeable; hidup yang memisahkan larutan dari sitem.

Macam – macam Sediaan Steril

Macam-macam sediaan steril umumnya terdiri atas sediaan parenteral, sediaan untuk mata, dan larutan irigasi.

a. Sediaan parenteral

Merupakan sediaan yang disuntikan melalui kulit atau membrane mukosa ke bagian dalam tubuh. Karena sediaan tersebut harus menembus membrane kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksis dan harus mempunyai tingkat kemurnian yang tinggi.

b. Sediaan untuk mata

Merupakan sediaan yang membutuhkan sterilitas karena walaupun sediaan ini tidak dimasukkan kedalam rongga bagian dalam tubuh , namun ditempatkan berhubungan dengan jaringan-jaringan yang sangat peka terhadap kontaminasic. Larutan irigasi

Larutan irigasi harus memiliki standard yang sama dengan larutan parenteral, karena selama pemberian dengan irigasi, sejumlah zat dari larutan dapat memasuki aliran darah secara langsung melalui pembuluh darah luka yang terbuka atau membrane mukossa yang lecet.

Contoh sediaan steril :a. LVPs1. Water for Injection USP2. Dextrose Injection USP

SVPs1. Ranitidin injection USP2. Progesteron injection BP3. Epinephrine Oil Suspension USP4. Sterile Ceftazidine USP5. Diamorphine injection BP

Macam-macam sediaan steril :

1. Salep mata2. Infus3. Tetes Telinga4. Injeksi5. Tetes Mata

Dalam makalah ini kami akan membahas khususnya tentang sediaan steril yaitu infuse.

1.       Pengertian

   Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 10 ml yang diberikan melalui 

intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. Asupan air dan elektrolit dapat terjadi 

melalui makanan dan minuman dan dikeluarkan dalam jumlah yang relatif sama. Rasionya dalam tubuh 

adalah air 57%; lemak 20,8%; protein 17,0%; serta mineral dan glikogen 6%. Ketika terjadi gangguan 

hemeostatis   (keseimbangan   cairan   tubuh),   maka   tubuh   harus   segera   mendapatkan   terapi   untuk 

mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit.

2.      Tujuan Komposisi Cairan Infus

Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan 

pengobatan dan pemberian makanan.

3.      Berbagai Regimen Infus

Pada   pasien   trauma   akibat   kecelakaan   lalu   lintas   atau   karena   sebab   lainnya,   kita   sering  

menjumpai keadaan syok hipovolemik alias suatu kondisi dimana terjadi kehilangan cairan darah dengan 

cepat dalam jumlah yang cukup banyak sehingga komponen darah yang berfungsi untuk mengangkut 

oksigen   ke   organ   organ   tidak   lagi   adekuat,   menyebabkan   gangguan   perfusi   pada   jaringan   dan 

berkontribusi terhadap metabolisme anaerob  dan akumulasi asam laktat. 

Namun, maha besar Allah selalu ada upaya homeostasis untuk melindungi terlebih dahulu organ 

yang dianggap penting yaitu otak dan jantung, dengan cara vasokonstriksi dan mengorbankan perfusi di 

ginjal, otot, usus, dan kulit.

Kasus kematian pada syok hemoragik disebabkan sebagai hasil dari pola perfusi dan hipoksia 

jaringan   yang  progresif   juga   karena   asidosis.   Berbagai   regimen   yang   kita   kenal   untuk  penanganan 

resusitasi   cairan  yaitu  diantaranya  adalah  koloid,  kristaloid,  whole  blood  dan komponen-komponen 

darah. 

a.  Cairan Kristaloid

Larutan   kristaloid   adalah   larutan   air   dengan   elektrolit   dan   atau   dextrosa,   yang   tidak 

mengandung  molekul   besar.  Dalam waktu   yang   singkat,   kristaloid   sebagian  besar   akan  keluar  dari 

intravaskular .  Sehingga volume yang diberikan harus lebih banyak (  3:1 dengan volume darah yang 

hilang).  Ekspansi  cairan dari  ruang  intravaskuler  ke  interstitial berlangsung selama 30-60 menit,  dan 

akan keluar sebagai urin dalam 24-48 jam. Secara garis besar kristaloid bertujuan untuk meningkatkan 

volume ekstrasel,   tanpa peningkatan volume  intra sel.  Meskipun banyak  jenis  cairan kristaloid yang 

tersedia, namun NaCl 0,9% dan Ringer laktat adalah pilihan pertama yang paling masuk akal. 

         NaCl 0,9% 

Keuntungannya   yaitu   murah   dan  mudah   didapat,   cairan   infus   ini   juga   kompatibel   untuk 

dicampurkan dengan produk-produk darah dan merupakan pilihan yang terbaik untuk resusitasi volume.

Kekurangannya.  NaCl   0,9%   dapat   berkontribusi  menyebabkan   asidosis   hipercloremik   ketika 

resusitasi cairan jumlah besar diperlukan. (untuk menggantikan setiap   liter volume darah, maka kita 

membutuhkan sekitar 3 liter Nacl 0,9% ) jadi perbandingan cairan ini dengan volume darah yang hilang 

adalah 3 : 1.

         Ringer Laktat

Keuntungannya:  murah dan mudah didapat,  memiliki  komposisi   isotonis  yang  lebih fisiologis 

dengan cairan tubuh, menghasilkan pergantian elemen kalsium dan pottasium, ion sodium dan chlor 

yang dihasilkan  juga lebih fisiologis.

Kekurangannya: Relatif tidak kompatibel terhadap produk-produk darah, kandungan Ca pada 

Ringer laktat dapat mengaktifasi cascade koagulasi pada produk-produk darah, serta kandungan laktat 

dalam infus ringer laktat ini juga dapat memperburuk koreksi terhadap metabolik asidosis yang sedang 

berlangsung.

         Dextrose atau glukosa

Tidak di indikasikan untuk pasien trauma karena memilki potensi bahaya. Stress sebagai respon 

yang dipicu oleh trauma mayor atau pembedahan   sering menyebabkan kadar gula darah meningkat. 

Pemberian dextrose secara cepat dalam jumlah banyak selama resusitasi dapat menyebabkan diuresis 

osmotik   dan   menjadi   faktor   perancu   terhadap   defisit   intravaskular.   Penggunaan   dextrose   dapat 

menyebabkan   hiperglikemi   pada   pasien   trauma.   Namun   glukosa   dapat   digunakan   sebagai   cairan 

maintainance selama fase post resusitasi.

                        b. Cairan Koloid

Penggunaan cairan koloid intra vena pada penanganan trauma masih kontroversi.  Pada jaman  

perang dulu, koloid yang digunakan hanyalah albumin dan plasma. Namun sekarang, dikenal Dextran , 

haemacel,  albumin,  plasma dan darah.  Koloid mengandung molekul-molekul  besar berfungsi  seperti 

albumin dalam plasma, tinggal dalam intravaskular cukup lama (waktu paruh koloid intravaskuler 3-6 

jam), sehingga volume yang diberikan sama dengan volume darah. Kekurangan dari koloid yaitu mahal. 

Koloid  mempunyai   kelebihan   yaitu   dapat  menggantikan  dengan   cepat   dan  dengan   volume 

cairan yang lebih sedikit,ekspansi  volume plasma lebih panjang, dan resiko edema pheripheral  kecil. 

Secara umum koloid dipergunakan untuk : 

   Resusitasi   cairan  pada  penderita  dengan  defisit   cairan  berat   (syok  hemoragik)   sebelum transfusi 

tersedia

  Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat, misalnya pada luka bakar. 

4.      Jenis- Jenis Cairan Infus

           ASERING

Indikasi:

     Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah 

dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.

Komposisi:

Setiap liter asering mengandung:

                     Na 130 mEq

                     K 4 mEq

                     Cl 109 mEq

                     Ca 3 mEq

                     Asetat (garam) 28 mEq

Keunggulan:

                     Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami   

gangguan hati

                     Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik 

dibanding RL pada neonatus

                     Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi 

dengan isofluran

                     Mempunyai efek vasodilator

                     Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA, 

           dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk 

           edema serebral.

KA-EN 1B             Indikasi:

                     Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus 

emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)

                     < 24 jam pasca operasi

                     Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 

             300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak

                     Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam

KA-EN 3A & KA-EN 3BIndikasi:

                     Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan

kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas

                     Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

                     Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A

                     Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B

KA-EN MG3Indikasi :

                     Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan 

kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas

                     Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

                     Mensuplai kalium 20 mEq/L

                     Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L

KA-EN 4AIndikasi :

                     Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak

                     Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai 

             kadar konsentrasi kalium serum normal

                     Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi (per 1000 ml):

                     Na 30 mEq/L

                     K 0 mEq/L

                     Cl 20 mEq/L

                     Laktat 10 mEq/L

                     Glukosa 40 gr/L

KA-EN 4BIndikasi:

                     Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun

                     Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia

                     Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi:                     Na 30 mEq/L

                     K 8 mEq/L

                     Cl 28 mEq/L

                     Laktat 10 mEq/L

                     Glukosa 37,5 gr/L

Otsu-NSIndikasi:

 Untuk resusitasi

 Kehilangan Na > Cl, misal diare

 Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium     

            (asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)

Otsu-RL

Indikasi:

                     Resusitasi

                     Suplai ion bikarbonat

                     Asidosis metabolic

MARTOS-10Indikasi:

                     Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik

                     Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres 

berat dan defisiensi protein

                     Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam

                     Mengandung 400 kcal/L

AMIPAREN

 Indikasi:

                     Stres metabolik berat

                     Luka bakar

                     Infeksi berat

                     Kwasiokor

                     Pasca operasi

                     Total Parenteral Nutrition

                     Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit

AMINOVEL-600Indikasi:

                     Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI

                     Penderita GI yang dipuasakan

                     Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, 

trauma dan pasca operasi)

                     Stres metabolik sedang

                     Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)

PAN-AMIN GIndikasi:

                     Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik 

ringan

                     Nitrisi dini pasca operasi

                     Tifoid

5. Tujuan pemasangan infus

Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang menganung air, elektrolit, vitamin, protein lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral

Memperbaiki keseimbangan asam basa Memperbaiki volume komponen-komponen darah Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh Memonitor tekan Vena Central (CVP) Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan di istirahatkan.

6. Pasien yang harus di infusPasien seperti apa yang harus dilakukan pemasangan infus?

Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP), yang memungkinkan pemberian obat langsung ke dalam Intra Vena

Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat (seperti furosemid, digoxin) Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalui Intra vena Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit Pasien yang mendapatkan tranfusi darah Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar 

dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)

Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.

Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan dengan injeksi intramuskuler.

7. Daerah pemasangan infus

Pemasangan Infus adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh. Pemasangan infus dilakukan pada pasien yang memerlukan masukan cairan melalui intravena yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat, dehidrasi, dan syok.

Vena bagian mana saja yang boleh dipasang infus?

Pemberian cairan melalui infuse dengan memasukkan ke dalam vena (pembuluh darah pasien) diantaranya vena lengan (vena safalika basilica dan mediana kubiti), pada tungkai (vena safena), atau pada vena yang ada di kepala, seperti vena temporalis frontalis ( khusus untuk anak-anak).

Pemasangan infus tidak dianjurkan pada daerah yang mengalami luka bakar, lengan pada sisi yang mengalami mastektomi (aliran balik vena terganggu), lengan yang mengalami edema, infeksi, bekuan darah, atau kerusakan kulit.

8. Prinsip pemasangan infus

Prinsip pemasangan infus

Prinsip pemasangan infus pada pediatric (anak)

Karena vena klien sangat rapuh, hindari tempat-tempat yang mudah digerakkan atau digeser dan gunakan alat pelindung sesuai kebutuhan (pasang spalk kalau perlu)

Vena-vena kulit kepala sangat mudah pecah dan memerlukan perlindunga agar tidak mudah mengalami infiltrasi (biasanya digunakan untuk neonatus dan bayi)

Selalu memilih tempat penusukan yang akan menimbulkan pembatasan yang minimal

Prinsip pemasangan infuse pada lansia

Pada klien lansia, sedapat mungkin gunakan kateter/jarum dengan ukuran paling kecil (24-26). Ukuran kecil mengurangi trauma pada vena dan memungkinkan aliran darah lebih lancar sehingga hemodilusi cairan intravena atau obat-obatan akan meningkat.

Kestabilan vena menjadi hilang dan vena akan bergeser dari jarum (jaringan subkutan lansia hilang). Untuk menstabilkan vena, pasang traksi pada kulit di bawah tempat insersi

Penggunaan sudut 5 – 15 ° saat memasukkan jarum akan sangat bermanfaat karena vena lansia lebih superficial

Pada lansia yang memiliki kulit yang rapuh, cegah terjadinya perobekan kulit dengan meminimalkan jumlah pemakaian plester.

9. Prosedur pemasangan infus

Alat yang harus disiapkan:

Standar infuse  Set infuse Cairan sesuai program medic  Jarum infuse dengan ukuran yang sesuai Pengalas Torniket Kapas alcohol Plester Gunting

Kasa steril Betadin Sarung tangan

Prosedur kerja:

 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan Cuci tangan Hubungkan cairan dan infus set dengan memasukkan ke bagian karet atau akses selang ke botol 

infuse Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian dan buka 

klem slang hingga cairan memenuhi selang dan udara selang keluar Letakkan pangalas di bawah tempat ( vena ) yang akan dilakukan penginfusan Lakukan pembendungan dengan torniker ( karet pembendung ) 10-12 cmdi atas tempat 

penusukan dan anjurkan pasien untuk menggenggam dengan gerakan sirkular ( bila sadar ) Gunakan sarung tangan steril Disinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol Lakukan penusukan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagian bawah vena da posisi jarum 

( abocath ) mengarah ke atas Perhatikan keluarnya darah melalui jarum ( abocath / surflo ) maka tarik keluar bagian dalam 

( jarum ) sambil meneruskan tusukan ke dalam vena Setelah jarum infus bagian dalam dilepaskan atau dikeluarkan, tahan bagian atas vena dengan 

menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar. Kemudian bagian infus dihubungkan atau disambungkan dengan slang infuse

Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan Lakukan fiksasi dengan kasa steril Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

PENGGOLONGAN SEDIAAN INFUS BERDASARKAN KOMPOSISI DAN

KEGUNAANNYA

     2.1 Larutan Elektrolit

a.       Cairan Fisiologis Tubuh Manusia

        Tubuh manusia mengandung 60% air dan terdiri atas cairan intraselular (di dalam sel) 40%

yang mengandung ion-ion K+, Mg++ , sulfat, fosfat, protein, serta senyawa organik asam fosfat

seperti ATP, heksosa monofosfat, dan lain-lain. Air pun mengandung cairan ekstraselular (diluar

sel) 20% yang kurang lebih mengandung 3 liter air dan terbagi atas cairan interstisial ( di antara

kapiler dan sel) 15% dan plasma darah 5% dalam sistem peredaran darah serta mengandung

beberapa ion seperti Na+, klorida, dan bikarbonat.

Tabel. Jenis elektrolit dalam plasma darah

Ion Jumlah normal mV/liter

Na

K

Ca

Mg

Cl

HCO3

HPO4

SO4

Protein

137,0 – 148,0

3,9 – 5,0

4,8 – 5,4

1,7 – 3,3

98,0 – 108,0

24,0 – 28,0

1,5 – 2,3

1 – 2,0

14,6 – 19,4

b.      Fungsi Larutan Elektrolit

        Secara klinis, larutan digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau penyimpangan jumlah

normal elektrolit dalam darah. Ada 2 jenis kondisi plasma darah yang menyimpang, yaitu:

o   Asidosis

Kondisi plasma darah yang terlampau asam akibat adanya ion klorida dalam jumlah berlebih.

o   Alkalosis

Kondisi plasma darah yang terlampau basa akibat adanya ion natrium, kalium, dan kalsium

dalam jumlah berlebih.

Sistem dapar darah adalah keseimbangan asam basa darah mengikuti sistem dapar, yaitu :

Hidrogen karbonat – karbonat

Hidrogen fosfat – dihidrogen fosfat

Serum – protein

Penyebab berkurangnya elektrolit plasma adalah kecelakaan, kebakaran, operasi atau

perubahan patologis organ, gastroenteritis, demam tinggi, atau penyakit lain yang menyebabkan

output dan input tidak seimbang.

Kehilangan natrium disebut hipovolemia, sedangkan kekurangan H2O disebut dehidrasi.

Kemudian, kekurangan HCO3 disebut asidosis metabolic dan kekurangan K+ disebut

hipokalemia.

Asidosis berbeda dengan asidemia. Asidosis berkaitan dengan proses fisiologis yang

menyebabkan penurunan pH darah, sedangkan asidemia adalah keadaan pH arteri < 7,35.

Contoh:

Infus Asering (Otsuka)

Formulanya sebagai berikut :

Resep larutan dasar elektrolit

Na+                         130 mEq

K+                                         4 mEq

Cl-                           109 mEq

Ca ++                                  3 mEq

Asetat                       28 mEq

Aqua p.i.                 1000 ml

2.2 Infus Karbohidrat

                

       Infus karbohidrat adalah sediaan infus berisi larutan glukosa atau dekstrosa yang cocok

untuk donor kalori. Kita menggunakannya untuk memenuhi glikogen otot kerangka,

hipoglikemia, dan lain-lain.

Kegunaan : 5% isotonis, 20% untuk diuretika, dan 30-50% terapi oedema di otak.

Contoh : larutan manitol 15-20% digunakan untuk menguji fungsi ginjal.

2.3 Larutan Kombinasi Elektrolit dan Karbohidrat

Contohnya : Infus KA-EN 4B paed (otsuka)

Formulanya sebagai berikut :

Na+                                30 mEq

K+                                                8 mEq

Cl-                                  28 mEq

Laktat                            10 mEq

Glukosa                             37,5 g

Aqua p.i.                        1000 ml

2.4 Larutan Irigasi

          Larutan irigasi adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besar (3 liter). Larutan tidak

disuntikkan ke dalam vena, tetapi digunakan di luar sistem peredaran dan umumnya

menggunakan jenis tutup yang diputar atau plastik yang dipatahkan, sehingga memungkinkan

pengisian larutan dengan cepat. Kita menggunakan larutan untuk merendam atau mencuci luka-

luka sayatan bedah atau jaringan tubuh dan dapat pula mengurangi pendarahan. Kita biasa

menggunakannya dalam kegiatan  Laparatomy, Arthroscopy, Hysterectomy, dan Turs (urologi).

Persyaratan larutan irigasi sebagai berikut :

a.  Isotonic

b. Steril

c.  Tidak absorpsi

d. Bukan larutan elektrolit

e.  Tidak mengalami metabolism

f.  Cepat diekskresi

g. Mempunyai tekanan osmotic diuretik

Contohnya : Larutan Glycine 1,5% dalam 3 liter

                     Larutan asam asetat 0,25% dalam 1-3 liter

Larutan Dialisis Peritoneal

          Larutan dialisis peritoneal merupakan suatu sediaan parental steril dalam jumlah besar (2

liter). Larutan tidak disuntikkan ke dalam vena, tetapi dibiarkan mengalir ke dalam ruangan

peritoneal dan umumnya menggunakan tutup plastik yang dipatahkan, sehingga memungkinkan

larutan dengan cepat turun ke bawah. Penggunaan cairan demikian bertujuan menghilangkan

menghilangkan senyawa-senyawa toksik yang secara normal dikeluarkan atau diekskresikan

ginjal. Pada kasus keracunan atau kegagalan ginjal, penggunaaan larutan dialisis peritoneal

merupakan pilihan lain yang dapat dilakukan. Larutan diabsorbsi dalam membran peritoneal

mengikuti peredaran darah. Kemudian, di dalam ujung sel peritoneal terjadi penarikan zat toksin

dari darah ke dalam cairan dialisis, yang bekerja sebagai membran semipermeabel.

Persyaratan larutan dialisis peritoneal adalah

a.       Hipertonis

b.      Steril

c.       Dapat menarik toksin dalam ruang peritoneal

Larutan Plasma Expander Atau Penambah Darah

Larutan plasma expander adalah suatu sediaan larutan steril yang digunakan untuk

menggantikan plasma darah yang hilang akibat perdarahan,luka bakar,operasi, dan lain-lain.

1.      Whole Blood

         Whole blood atau darah lengkap manusia adalah darah yang telah diambil dari donor

manusia, yang di pilih dengan pencegahan pendahuluan aseptic yang ketat. Darah di tambahkan

ion sitrat atau heparin sebagai antikoagulasi. Kita menyimpan darah yang di kumpulkan pada

temperature 1˚C-10˚C dan mempertahankannya tetap konstan dengan kisaran 2˚C. Tanggal

kadaluarsanya tidak lebih dari 21 hari sesudah tanggal pengambilan bila sitrat yang di gunakan

sebagai  antikoagulasi dan tidak lebih dari 48 jam bila heparin yang di gunakan. Kita umumnya

mengemas darah dalam 1 unit (500 ml) volume dan memberikan atau memasukannya kedalam

pembuluh darah. Namun, terlebih dulu pastikan ketercampuran darah donor dengan darah

penerima.

         Sebaliknya, sel-sel darah merah adalah darah lengkap manusia dengan plasma telah di

buang. Plasma dapat di pisahkan dari dengan disentrifuse (diputar). Kita menyimpan sel darah

pada temperature yang sama dengan darah lengkap manusia atau dapat membekukannya  pada

temperatur -65˚C.

2.      Human Albumin

         Human albumin adalah sediaan steril albumin serum yang di dapat dengan melakukan

fraksinasi darah dari donor manusia sehat. Tidak kurang dari 96% protein harus albumin. Setiap

100 ml mengandung 25 g albumin serum sebanding atau ekuivalen keosmotikannya dengan 500

ml plasma manusia normal atau 5 g sebanding dengan 100 ml plasma manusia normal. Kita

memberikan albumin serum sebagai penyokong volume darah dengan infuse melalui pembuluh

darah dan umumnya dengan volume yang ekuivalen dengan 25-75 g albumin setiap harinya.

Tanggal kadaluarsanya berkisar antara 3-10 tahun, tergantung pada keadaan penyimpanan.

Contoh :

Infuse Human Albumin 20%

Formulanya sebagai berikut :

Resep Human Albumin 20% (mengandung 20% protein dari minimum 96% Human Albumin

     Human Albumin                                 192 g

     Ion Natrium                              125 mmol/L                                                 2,88 g/L

     Ion Kalsium                          max 2 mmol/L                                                 0,08 g/L

     Ion Kalsium                          max 2 mmol/L                                         max 0,08 g/L

     Ion Klorida                       max 100 mmol/L                                         max 3,55 g/L

     Aqua untuk injeksi                         1000 ml

3.      Plasma Protein

         Plasma protein adalah larutan steril protein yang terpilih dari plasma darah donor manusia

dewasa. Plasma mengandung ± 5 g protein per 100 ml, 83-90% adalah albumin, lalu sisanya alfa

dan beta globulin. Umumnya, kita memberikan plasma protein dalam volume 250-500 ml. tetapi

kadang-kadang sampai 1500 ml sebagai penyokong volume darah. Tanggal kadaluarsanya antara

3-5 tahun, tergantung pada kondisi penyimpanan. Plasma yang digunakan sebagai penambah

darah dinamakan darah lengkap manusia, sel darah merah manusia, albumin serum manusia

normal, dan fraksi protein plasma manusia. Pada pengumpulan darah manusia dari donor-donor

darah untuk digunakan pada tranfusi, kita harus hati-hati memperlakukan seluruh darah atau sel

darah agar sel darah atau darah tidak menggumpal. Berikut adalah larutan  resmi yang digunakan

untuk tujuan tersebut.

         Kehilangan cairan tubuh sebanyak 10% belum berakibat besar karena masih mampu

dinormalisasikan oleh peredaran darah sendiri. Namun, bila cairan tubuh atau jumlah plasma

yang hilang lebih dari itu, maka tubuh memerlukan pengganti untuk mencegah penggumpalan

sel-sel darah serta menormalkan viskositas darah yang membesar.

         Larutan yang dibutuhkan adalah senyawa koloid dengan BM>30.000, inert, cairan tidak

mudah dieliminasi, dan dapat digunakan dengan atau tanpa elektrolit.

Contoh:

Infus Plasmanate

Formulanya sebagai berikut:

Plasma Protein Fraction (Human) 5%, 100 ml USP

     Plasma Protein                                    5 g

     Sodium carbonat                                 0,004 M

     (setara dengan sodium caprylate dan acetyl tryptophan)

     Sodium ion                                          145 mEq/L

     Potasium                                             0,24 mEq/L

     Chloride                                              100 mEq/L

4.      Larutan Gelatin

            Larutan gelatin merupakan hasil hidrolisis kolagen, yakni suatu senyawa polipeptida.

Larutan sangat cocok untuk plasma ekspander karena strukturnya terdiri atas protein, sehingga

dengan protein plasma dapat memberikan efek osmotik yang sama. Pada suhu kamar, gelatin

dapat mengental, sehingga kita perlu menghangatkan larutan dan pada pemanasan gelatin dapat

terurai. Untuk memperbaiki kelarutan, kita perlu menambahkan glioksal atau isosianat agar

bentuk molekulnya bertambah panjang dan bercabang. Setelah 24 jam dieliminasi atau diurai

secara enzimatik, gelatin hilang dari peredaran darah.

            Sebagai cairan pengganti darah, kita menggunakan larutan gelatin 5% yang diisotonikkan

dengan natrium klorida dan dapat disterilkan pada suhu 121-124˚C dalam autoklaf.

Contoh:

Infus Haemacel, Infus Haemaccel.

5.      Larutan Dekstran

              Larutan dekstran adalah suatu senyawa polisakarida dengan satuan glukosa sebagai

komponen monomer, yang terikat secara glikosidik pada posisi alpha 1,6. Bentuk molekulnya

berupa benang panjang bergelombang. Dekstran terbentuk di dalam media yang mengandung

sakarosa di bawah pengaruh enzim dekstran-sakarase yang diproduksi berbagai spesies

leuconostoc.

              Sebagai pengganti plasma, kita menggunakan 6% atau 10% larutan dekstran 40 atau 70

dengan berat molekul rata-rata 40.000 atau 70.000 dengan penambahan NaCl 0,9%. Pada

umumnya, kita tidak menjumpai persoalan teknis pada pembuatan larutan dekstran. Kita dapat

mengsterilkan larutan pada suhu 120˚C dan yang disimpan pada suhu 4˚C terbukti stabil dalam

waktu 19 tahun.

Contoh:

Infus Otsutran -70 (Otsuka)

6.      Larutan Protein (Asam Amino)

            Larutan protein diinfuskan ke dalam tubuh jika tubuh mengalami kekurangan protein.

Umumnya, larutan terdiri atas 8 asam amino penting, yaitu: L-Isoleusin, L-Leusin, L-Lisine, L-

Metionin, L-Fenilalanin, L-Trionin, L-Triptopan, dan L-Valin. Kedelapan asam amino ini

penting dan harus selalu ada dalam jumlah dan perbandingan yang tertentu di dalam infus.

Hilangnya satu komponen menyebabkan efek yang diharapkan tidak tercapai, malah akan terjadi

gangguan dalam pertukaran protein tubuh. Kemudian, jumlah yang berlebih pun tidak ada

gunanya.

            Komponen lainnya adalah sorbitol sebagai penyangga energy, demikian pula vitamin dan

tambahan elektrolit. Larutan diatur pada pH sekitar 6. Harga pH yang lebih tinggi akan

mengurangi stabilitas larutan.

            Untuk mengurangi penguraian asam amino pada sterilisasi panas, kita umumnya

melakukannya pada suhu 120˚C dengan tekanan uap disertai penjenuhan gas netral. Natrium

pirosulfit dalam jumlah sangat kecil mampu mengusir oksigen pada kondisi tertentu.

Contohnya:

Infus Aminofusin L (Primer).