84
i  UPAYA PENINGKATAN LITERASI BACA TULIS MELALUI PEMBIASAAN MENULIS JURNAL HARIAN ANAK KELAS 4 SDN 1 KRETEK Tesis Diajukan oleh CATUR AMPRI INDRAGIRI 172903872 Kepada MAGISTER MANAJEMEN STIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA 2019 STIE Widya Wiwaha Jangan Plagiat

Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

UPAYA PENINGKATAN LITERASI BACA TULIS MELALUI

PEMBIASAAN MENULIS JURNAL HARIAN ANAK KELAS 4 SDN 1 KRETEK

Tesis

Diajukan oleh CATUR AMPRI INDRAGIRI

172903872

Kepada

MAGISTER MANAJEMEN

STIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA

2019

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 2: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

ii  

UPAYA PENINGKATAN LITERASI BACA TULIS MELALUI

PEMBIASAAN MENULIS JURNAL HARIAN ANAK KELAS 4 SDN 1 KRETEK

Tesis

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Mencapai derajat Sarjana S-2

Program Studi Magister Manajemen

Diajukan oleh CATUR AMPRI INDRAGIRI

172903872

Kepada

MAGISTER MANAJEMEN

STIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA

2019

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 3: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

iii  

HALAMAN PENGESAHAN

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 4: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

iv  

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta , September 2019

Catur Ampri Indragiri

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 5: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

v  

KATA PENGANTAR

  

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah, segala Puja dan Puji bagi Allah serta shalawat semoga

tercurahkan selalu kepada Rosulullah Muhammad SAW, beserta keluarga ,

sahabat dan orang – orang yang mengikuti beliau hingga hari akhir.Puji Syukur

kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga tersusunnya tesis

ini yang berjudul “Upaya Peningkatan Literasi Baca Tulis Melalui

Pembiasaan Menulis Jurnal Harian Anak Kelas IV SDN 1 Kretek”.Penulisan

tesis ini untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2

Program Studi Magister Manajemen konsentrasi Manajemen Pendidikan.

Dalam penyelesaian tesis ini penyusun telah berusaha semaksimal

mungkin sesuai dengan kemampuan,pengetahuan dan pengalaman serta sumber

daya yang penulis miliki, namun penyusun menyadari bahwa penulisan tesis ini

masih sangat jauh dari kesempurnaan baik dalam isi maupun teknis penulisannya.

Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penyusun mengharap pandangan

pemikiran, saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya tesis ini.

Penyusun menyadari tesis ini tidak akan terwujud tanpa adanya

bimbingan,bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penyusun

mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang besar kepada yang terhormat :

1. Drs. Jhon Suprihanto,MM,Phd, selaku Dosen pembimbing I yang telah

banyak meluang waktu untuk membimbing dan memotivasi penyusun

dalam menyelesaikan tesis ini.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 6: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

vi  

2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang

telah banyak meluang waktu untuk membimbing dan memotivasi

penyusun dalam menyelesaikan tesis ini.

3. Seluruh Dosen dan karyawan STIE Widya Wiwaha yang juga telah

banyak membantu dan memberikan kemudahan dalam pembuatan tesis

ini.

4. Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan SDN 1 Kretek Kecamatan Rowokele

yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.

5. Kepada kedua orang, keluarga yang telah membesarkan,menemani dalam

segala situasi serta memotivasiku.

6. Kepada teman-teman seperjuangan yang telah bersama-sama menempuh

Magister Manajemen di STIE Widya Wiwaha yang telah banyak

memotivasi dan menghibur.

Semoga Allah SWT berkenan membalasan semua kebaikan

Bapak/Ibu/Saudara/Saudari serta teman-teman sekalian, dan semoga

penelitian ini bisa bermanfaat bagi orang lain.

Rowokele, September 2019

Penyusun

Catur Ampri Indragiri

NIM. 172903872

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 7: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

vii  

DAFTAR ISI

SAMPUL TESIS .................................................................................................. i

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN............................................................................ iv

KATA PENGANTAR ......................................................................................... v

DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................ix

ARTI SIMBOL DAN SINGKATAN ...................................................................x

INTISARI ............................................................................................................xi

BAB I. PENDAHULUAN................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang............................................................................................. 1

1.2. Perumusan Masalah ..................................................................................... 9

1.3. Pertanyaan Penelitian................................................................................... 9

1.4. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 9

1.5. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 10

BAB II. LANDASAN TEORI........................................................................... 11

2.1. Pengertian literasi ...................................................................................... 11

2.2. Pengertian literasi baca tulis ...................................................................... 21

2.3. Indikator literasi baca tulis......................................................................... 31

2.4. Tahapan literasi baca tulis disekolah ......................................................... 39

2.5. Jurnal membaca harian .............................................................................. 41

2.6. Penelitian yang relevan.............................................................................. 43

2.7. Kerangka berfikir....................................................................................... 44

BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................... 46

3.1. Rancangan/Disain Penelitian ..................................................................... 46

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 8: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

viii  

3.2. Perencanaan tahap penelitian..................................................................... 49

3.3. Subyek penelitian....................................................................................... 53

3.4. Objek penelitian......................................................................................... 53

3.5. Setting penelitian ....................................................................................... 53

3.6. Instrumen penelitian .................................................................................. 54

3.7. Data dan teknik pengumpulan data............................................................ 62

3.8. Teknik analisis data ................................................................................... 65

3.9. Keabsahan data .......................................................................................... 67

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................. 70

4.1. Deskripsi Data ............................................................................................ 70

4.2. Hasil penelitian dan pembahasan................................................................ 73

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN............................................................... 101

5.1. Simpulan ................................................................................................... 101

5.2. Saran ......................................................................................................... 102

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 103

LAMPIRAN .................................................................................................... 104

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 9: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

ix  

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tabel kunjungan dan peminjaman di perpustakaan. ......................... 70

Tabel 3.1 Kisi-kisi intrumen minat baca............................................................ 55

Tabel 3.2 Acuan penskoran instrumen. ............................................................. 55

Tabel 3.3 Skala instrumen minat baca. .............................................................. 57

Tabel 3.3 Angket minat siswa. .......................................................................... 58

Tabel 4.1 Data siswa kelas IV SDN 1 Kretek. .................................................. 72

Tabel 4.2 Hasil angket siswa. ............................................................................ 58

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 10: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

x  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Contoh jurnal membaca harian . ................................................... 41

Gambar 2.1. ..................

Gambar 2.1. ..................

Gambar 2.1. ..................

Gambar 2.1. ..................

Gambar 2.1. ..................

Gambar 2.1. ..................

Gambar 2.1. ..................

Gambar 2.1. ..................

Gambar 2.1. ..................

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 11: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

xi  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ..................

Lampiran 2 ..................

Lampiran 3 ..................

Lampiran 4 ..................

Lampiran 5 ..................

Lampiran 6 ..................

Lampiran 7 ..................

Lampiran 8 ..................

Lampiran 9 ..................

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 12: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

xii  

INTISARI

Judul Tesis :

MENUMBUHKAN LITERASI BACA TULIS MELALUI PEMBIASAAN MENULIS JURNAL HARIAN ANAK KELAS 4 SDN 1 KRETEK

Berdasarkan penelitian Perpustakaan Nasional pada tahun 2017 rata – rata orang Indonesia hanya membaca buku 3-4 kali per minggu dengan durasi waktu membaca per hari rata-rata 30 – 59 menit. Secara umum masyarakat kita sangat rendah dalam minat membacanya. Salah satu terobosan yang dilakukan permerintah untuk mendongkrak minat baca adalah dengan menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ( Permendikbud ) Nomor 23 Tahun 2015 Tentang Penumbuhan Budi Pekerti diwujudkan dengan wajib membaca 15 menit sebelum waktu pembelajaran dimulai, khususnya bagi siswa SD,SMP dan SMA.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya guru meningkatkan minat baca pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Kretek ,Rowokele, Kebumen. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif jenis deskriptif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Kretek ,Rowokele, Kebumen. Penelitian ini membahas tentang upaya menumbuhkan literasi baca dan tulis melalui (1) Menyediakan waktu membaca setiap hari sebelum mulai pembelajaran, (2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menulis jurnal harian tentang (3) Memotivasi siswa untuk menulis sebuah cerpen atau puisi (4) Memberikan reward kepada setiap siswa yang mengumpulkan hasil karya cerpen atau puisinya (5) Membukukan hasil karya siswa (6) Mendorong siswa untuk meningkatkan minat baca dengan cara meminjam buku cerita diperpustakaan .Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya guru menumbuhkan minat baca dan tulis masih rendah, perlu kesadaran bersama antara guru dan siswa untuk terus konsisten dalam melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan Gerakan Literasi Sekolah ( GLS ).

Kata kunci: Literasi Sekolah, Jurnal harian, baca tulis

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 13: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

xiii  

ABSTRACT

Based on National Library research in 2017 the average Indonesian only reads books 3-4 times per week with an average duration of reading time per day of 30 - 59 minutes. In general our society is very low in interest in reading it. One of the breakthroughs made by the government to boost interest in reading is by issuing Minister of Education and Culture Regulation (Permendikbud) No. 23 of 2015 on the Growth of Characteristics which is realized by having to read 15 minutes before the learning time begins, especially for elementary, middle and high school students. This study aims to describe the efforts of teachers to increase reading interest in fourth grade students at SD Negeri 1 Kretek, Rowokele, Kebumen.

This research is a descriptive qualitative research. The subjects of this study were fourth grade students at SD Negeri 1 Kretek, Rowokele, Kebumen. This study discusses efforts to foster literacy in reading and writing through (1) Providing reading time every day before starting learning, (2) Providing opportunities for students to write a daily journal about (3) Motivating students to write a short story or poem (4) Providing reward to every student who collects the work of short stories or poetry (5) Booked the work of students (6) Encourages students to increase interest in reading by borrowing story books in the library. Data collection techniques use observation, interviews and documentation.

The results of the study showed that teachers' efforts to foster interest in reading and writing were still low, it needed mutual awareness between teachers and students to continue to be consistent in carrying out activities related to the School Literacy Movement (SLM). Keywords: School Literacy, Daily Journals, literacy reading and writing  

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 14: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

1  

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berpengaruh

dalam pembentukan karakter watak atau pribadi manusia. Hal ini bertujuan

untuk meningkatkan langkah dalam mewujudkan pengetahuaan bagi anak

bangsa. Pendidikan adalah usaha sadar akan menyiapkan peserta didik

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi perannya yang akan

datang. Semua peserta didik baik yang tergolong normal maupun luar biasa

akan mengambil peran masing-masing dan masa yang akan datang maka

meraka semua memerlukan pendidikan. Dunia pendidikan salah satu yang

wajib dilakukan oleh peserta didik yaitu membaca. Hal ini di karenakan pada

setiap aspek kehidupan masyarakat, kegiatan membaca akan terlibat lebih

banyak dan lebih sering.

Dengan ini membaca dapat menambah ilmu pengetahuan baik di

kalangan pendidikan maupun di kalanagan masyarakat. Menurut Crawley dan

Mountain (Farida Rahim, 2005: 2), membaca adalah suatu yang rumit yang

melibatkan banyak hal, tidak sekedar melafalkan tulisan, tapi juga melibatkan

aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. menurut

(Sudarso, 1991: 4). Membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan

mengarahkan sejumlah besar dengan tindakan yang terpisah-pisah. Meliputi:

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 15: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

2  

orang yang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati dan

mengingat-ingat. Kita tidak dapat membaca tanpa menggerakan mata atau

tanpa menggunakan pikiran kita. Pemahaman dan kecepatan membaca

menjadi amat bergantung pada kecakapan dalam menjalankan setiap organ

tubuh yang diperlukan untuk itu.

Menurut Nurhadi (1987: 13) membaca adalah suatu kompleks dan

rumit. Kompleks berati dalam proses membaca terlibat berbagai faktor

internal dan faktor eksternal pembaca. Faktor internal berupa faktor

intelegensi, minat, sikap, bakat, motivasi, tujuan membaca, dan sebagainya.

Faktor eksternal bisa dalam bentuk sarana membaca, teks bacaan, faktor

lingkungan atau faktor latar belakang sosial ekonomi, sosial, dan tradisi

membaca. Untuk mencapai keberhasilan membaca yang baik salah satunya

yaitu adanya minat. sebab tanpa adanya minat segala kegiatan akan dilakukan

kurang efektif dan efesien.

Pengertian minat adalah sumber motivasi yang mendorong dari

seseorang untuk melakukan apa yang akan ingin dilakukan ketika bebas

memilih, ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan akan bermanfaat,

maka akan menjadi berminat, kemudian hall tersebut akan mendatangkan

kepuasan, ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akan menurun,

sehingga minat tidak bersifat pemanen, tetapi minat bersifat sementara atau

berubah-ubah. Minat adalah fondasi bagi terbentuknya lifelong learner

(pembelajaran sepanjang hayat) jika kita menumbukan minat baca anak,

sebenarnya kita sudah meletakan fondasi untuk menolong anak kita menjadi

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 16: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

3  

pembelajar sepanjang hayat (lifelong learner) karena buku adalah jendela

dunia yang membawa kita maupun anak-anak kemana saja kita suka (Anna

Yulia,2005: 2). Menurut Slameto (1991: 182), minat adalah suatu rasa lebih

suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal aktivitas, tanpa ada yang menyuruh,

minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri

sendiri dengan suatu dari luar diri, semakin kuat atau dekat dengan hubungan

tersebut, semakin besar niat. Marksheffel (Lusi Nuryanti,2008: 59)

menjelaskan bahwa minat atau interest adalah sebagai berikut.

1) Minat hasil pembawaan manusia, tetapi dapat dibentuk atau diusahakan,

dipelajari, dan dikembangkan.

2) Minat bisa dihubungkan untuk maksud-maksud tertentu untuk bertindak.

3) Secara sempit, minat itu diasosiasikan dengan keadaan sosial seseorang

dan emosi seseorang.

4) Minat itu biasanya membaca inisiatif dan mengarah kepada kelakuan atau

tabiat manusia.

Meningkatkan minat membaca harus di mulai dengan motivasi diri dalam

membaca, sehingga dapat memicu akan pentingnya membaca bagi siswa dan

masyarakat. Oleh sebab itu dengan membaca, pandangan siswa maupun

masyarakat terbuka terhadap hal-hal baru yang tidak di ketahui

sebelumnya.Angka produksi buku di Indonesia sampai saat ini masih belum

membanggakan. "Kita masih setara dengan Malaysia dan Vietnam, padahal

jumlah penduduk Indonesia lebih banyak. Kondisi ini tidak masuk akal," kata

Direktur Eksekutif Kompas Gramedia, Suwandi S Subrata, dalam jumpa pers

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 17: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

4  

usai pembukaan Gramedia Fair di Istora Senayan Jakarta, Rabu (29/2/2012).

Suwandi menyebutkan, tahun 2011 tercatat produksi buku di Indonesia

sekitar 20.000 judul. Dari sisi oplah, Indonesia memang lebih tinggi jika

dibandingkan Malaysia. Untuk penerbit besar, umumnya satu buku dicetak

sebanyak 3.000 eksemplar. Adapun di Malaysia sekitar 1.500 eksemplar per

buku, atau hampir sama dengan penerbit kecil di Indonesia.

(edukasi.kompas.com, Rabu, 29 Februari 2012 )

Berdasarkan data survei badan puast statistika (bpsdmkp.kkp.go.id, 11

November 2014) menunjukkan pada tahun 2006 masyarakat Indonesia belum

menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan

informasi. Masyarakat lebih memilih menonton televisi (85,9%),

mendengarkan radio (40,3%) daripada membaca koran (23,5%). Pada tahun

2009 berdasarkan data yang dilansir Organisasi Pengembangan Kerja sama

Ekonomi (OECD), budaya baca masyarakat Indonesia menempati posisi

terendah dari 52 negara di kawasan Asia Timur. Tahun 2011 berdasarkan

survei United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization

(UNESCO) rendahnya minat baca ini, dibuktikan dengan indeks membaca

masyarakat Indonesia hanya 0,001 (dari seribu penduduk, hanya ada satu

orang yang masih memiliki minat baca tinggi). Pada tahun 2012 Indonesia

menempati posisi 124 dari 187 Negara dunia dalam penilaian Indeks

Pembangunan Manusia (IPM), khususnya terpenuhinya kebutuhan dasar

penduduk, termasuk kebutuhan pendidikan, kesehatan dan ‘melek huruf’.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 18: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

5  

Ditahun berikutnya data dari World’s Most Literate Nations yang

dilakukan oleh Central Connecticut State University tahun 2016, Indonesia

menempati urutan ke-60 dari 61 negara partisipan survei dalam hal

kemampuan literasi (Miller & McKenna, 2016). Sementara berdasarkan hasil

tes Progress International Reading Literacy Study (PIRLS) tahun 2011,

kemampuan membaca peserta didik di Indonesia berada di peringkat ke-45

dari 48 negara sedangkan survei yang dilakukan Programme for International

Student Assessment (PISA) pada tahun 2015, menempatkan Indonesia di

urutan ke-61 dari 72 negara partisipan survey (OECD, 2018). Data

Perpustakaan Nasional tahun 2017, frekuensi membaca orang Indonesia rata-

rata hanya tiga sampai empat kali per minggu (Pratiwi, 2018). Sementara

jumlah buku yang dibaca rata-rata hanya lima hingga sembilan buku per

tahun. Hasil dari berbagai survei tersebut menunjukkan bahwa literasi

merupakan masalah yang serius dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Salah satu respons pemerintah terhadap era globalisasi dan pentingnya

literasi ini dapat terlihat dari program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang

gencar disosialisasikan dan diimplementasikan di banyak sekolah di

Indonesia. Di dalam Buku Saku Gerakan Literasi Sekolah (Satgas, 2016),

konsep literasi dibahas berdasarkan enam kategori yaitu literasi dini, literasi

dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi

visual. Selain keenam jenis literasi ini, salah satu penulis di bidang literasi,

Hoggart (1998: 56) berpendapat bahwa memiliki konvensional literasi, atau

yang selama ini lebih dikenal dengan kemampuan literasi dasar dalam

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 19: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

6  

menulis, membaca, dan berhitung tidaklah cukup, saat ini dibutuhkan

kemampuan literasi kritis atau yang lebih dikenal dengan critical literacy

untuk terlibat secara aktif di era globalisasi. Literasi kritis juga menjadi salah

satu aspek literasi yang kami sadari sangat penting dimiliki oleh anak muda

Indonesia di era serba terbuka dan digital saat ini. Apalagi melalui Kurikulum

2013, peserta didik dituntut untuk lebih aktif mencari informasi demi

memperdalam pengetahuan mereka. Tentu saja keaktifan ini perlu dibarengi

dengan kemampuan memahami teks secara kritis agar mereka dapat

menyaring berbagai informasi yang tersedia, baik yang berasal dari sumber

terpercaya maupun tidak.

Indonesia sebagai Negara berpenduduk 165,7 juta jiwa lebih, hanya

memiliki jumlah terbitan buku sebanyak 50 juta per tahun. Itu artinya, rata-

rata satu buku di Indonesia dibaca oleh lima orang. Minat membaca siswa di

sekolah dasar tersebut tentu tidak terlepas faktor-faktor yang mempengaruhi

atau penghambat minatnya membaca.

Sama halnya dengan siswa kelas IV SD Negeri 1 Kretek Kecamatan

Rowokele Kabupaten Kebumen, yang merupakan siswa sekolah dasar kelas

atas. Berdasar observasi terdapat banyak siswa kelas IV mempunyai minat

baca yang rendah, siswa belum dapat memanfaatkan sarana pembelajaran dan

sumber belajar seperti buku pelajaran dan buku latihan kerja siswa yang

optimal. Siswa belum memiliki inisiatif sendiri untuk mempelajari materi dari

sumber lain selain dari penjelasan guru. Jika guru meminta siswa membuka

dan membaca sumber belajar seperti buku, maka siswa baru melaksanakan

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 20: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

7  

perintah tersebut. Program lain adalah adanya jadwal kunjungan

keperpustakaan, yakni setiap kelas memiliki jadwal hari di mana meraka

dapat berkunjung keperpustakaan. Adanya program menyangkut

perpustakaan tersebut termasuk seimbang dengan adanya kesediaan buku

yang cukup di perpustakaan sekolah saat ini. Namun berdasarkan data daftar

kunjungan perpustakaan yang telah ada, pengunjung perpustakaan yang

berasal kelas IV juga masih tergolong rendah lihat tabel 1.1 dibawah ini.

Tabel 1.1.

Tabel kunjungan dan peminjaman di perpustakaan SDN 1 Kretek

Uraian

jUL

I

AG

US

TU

S

SE

PT

EM

BE

R

OK

TO

BE

R

NO

PE

MB

ER

DE

SE

MB

ER

JAN

UA

RI

PE

BR

UA

RI

MA

RE

T

AP

RIL

ME

I

JUN

I

JUM

LA

H

Kunjungan

Laki – laki 12 16 33 11 32 28 24 22 39 26 9 252

Perempuan 19 12 51 2 40 26 53 25 28 10 11 277

JUMLAH 31 28 13 72 54 77 47 67 36 20 529

Peminjaman

Laki – laki 15 2 3 20

Perempuan 26 26

JUMLAH 41 2 3 46

Sumber : Data perpustakaan SDN 1 Kretek tahun 2018/2019

Menunjukkan angka kisaran 1 - 6 siswa perminggunya terhitung

Berdasarkan hasil wawancara tanggal 8 - 9 Agustus 2016 dengan guru kelas,

pertama kali program membaca buku di perpustakaan diadakan, siswa sangat

antusias. Bahkan terdapat siswa yang membawa buku kedalam kelas pada

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 21: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

8  

saat jam pelajaran. Hingga pada akhirnya guru memberikan pengertian bahwa

buku-buku di perpustakaan di baca saat luang jam istirahat saja. Namun

berdasarkan pengamatan, hanya 1-2 siswa yang berminat untuk membaca

buku di perpustakaan. Perpustakaan memiliki jadwal tiap harinya secara

bergantian untuk berkunjung dan meminjam buku di perpustakaan. Minat

baca siswa SD Negeri 1 Kretek jika diamati secara keseluruhan seimbang

atau hampir sama. Namun tenyata terdapat perbedaan minat membaca antara

siswa laki-laki dan perempuan. Siswa laki-laki lebih suka bermaian dibanding

membaca buku. Siswa perempuan lebih menyukai membaca dibanding

bermain seperti yang dilakukan laki-laki. Perbandingan antara minat

membaca siswa laki-laki dan perempuan di kelas IV adalah jika siswa

perempuan sebanyak 1-4 siswa maka siswa laki-laki yang berminat membaca

1-2 siswa saja.

Berdasarkan masalah yang telah disebutkan sebelumnya, mengundang

keingintahuan peneliti untuk memandang lebih jauh mengenai upaya guru

meningkatkan minat baca siswa sekolah dasar, mengingat pada bahwa buku

adalah media yang sangat efektif, yang akan menjadi nutrisi menyehatkan

yang sangat berarti bagi otak anak, seperti berartinya makanan bagi tubuh.

Makanan yang bergizi dan ada yang tidak, maka untuk anak-anak pun harus

diberikan buku-buku bermutu yang dapat menyehatkan mental dan psikologi

bagi mereka.

Penulis berpendapat bahwa pengembangan minat dan kemampuan

literasi penting dilakukan sedini mungkin. Tinggal bagaimana cara untuk

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 22: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

9  

mengembangkan minat literasi anak sekolah dasar baik minat membaca

maupun minat menulis. Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan

tersebut maka dilakukan penelitian ini dengan tujuan untuk memahami secara

mendalam dan mendeskripsikan proses pengembangan minat dan

kemampuan literasi anak Sekolah Dasar kelas 4 di SDN 1 Kretek.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka muncul masalah di SD Negeri 1

Kretek yaitu rendahnya literasi baca dan tulis dikelas 4 SDN 1 Kretek

1.3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikembangkan pertanyaan penelitian :

1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya literasi baca dan tulis

di kelas IV SDN 1 Kretek

2. Mengapa faktor-faktor tersebut menyebabkan rendahnya literasi baca dan

tulis di kelas IV SDN 1 Kretek

3. Bagaimana senyatanya kondisi literasi baca dan tulis di kelas IV SDN 1

Kretek

4. Bagaimana upaya meningkatkan literasi baca dan tulis di kelas IV SDN 1

Kretek

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukanya penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya literasi

baca dan tulis di kelas IV SDN 1 Kretek.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 23: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

10  

2. Menganalisis mengapa faktor-faktor tersebut mempengaruhi rendahnya

literasi baca dan tulis di kelas IV SDN 1 Kretek.

3. Mengevaluasi kondisi literasi baca dan tulis di kelas IV SDN 1 Kretek.

4. Mengimplementasikan pola pembiasaan menulis jurnal harian di kelas IV

SDN 1 Kretek.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, adapun manfaat

penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat memberikan masukan kegiatan pembelajaran dikelas

khususnya, upaya guru menumbuhkan literasi baca dan tulis siswa kelas

IV SD Negeri 1 Kretek

2. Manfaat praktis

a. Bagi guru

Memberikan gambaran mengenai kegiatan yang dapat menumbuhkan

minat baca siswa.

b. Kepala sekolah

1. Memberikan informasi kepada kepala sekolah tentang

meningkatkan minat baca untuk kelas IV

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan

bagi kepala sekolah dalam meningkatkan minat baca siswa kelas

IV SDN 1 Kretek

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 24: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

11  

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. LITERASI BACA TULIS

2.1.1. Pengertian Literasi

Ketika berbicara mengenai pengertian kata literasi, banyak pihak

yang mendeskripsikannya dalam konteks baca tulis. Orang yang literate

diartikan sebagai orang yang mampu membaca dan menulis, sedangkan

orang yang illiterate diartikan sebagai orang yang tidak bisa membaca dan

menulis atau disamakan dengan buta aksara/butu huruf. Pengertian yang

sederhana mengenai literasi ini dirasakan dapat memberikan kesan bahwa

persoalan literasi, terutama di Indonesia akan selesai ketika angka buta huruf

menurun. Tentu saja, pemberantasan buta huruf merupakan salah satu

agenda utama dalam menciptakan masyarakat Indonesia yang literat. Jika

dilihat dari data angka buta huruf di Indonesia, memang angka buta huruf

masyarakat Indonesia tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara-

negara berkembang lainnya. Kita patut berbangga hati karena program

pemberantasan buta huruf yang gencar dijalankan pada zaman Presiden

Suharto berjalan dengan baik (Antoro, 2017). Akan tetapi, jika kita mengkaji

lebih lanjut pengertian literasi di berbagai jurnal, buku, laporan, tulisan baik

akademis maupun kebijakan di tingkat nasional dan internasional, dapat

dilihat bahwa pengertian literasi sudah menjadi lebih luas dan kompleks. Ini

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 25: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

12  

dikarenakan oleh perkembangan zaman dan pemahaman akan literasi yang

sudah menjadi semakin dalam.

Istilah literasi dalam bahasa latin disebut sebagai Literatus yang

artinya adalah orang yang belajar. National Institute for Literacy

menjelaskan bahwa literasi adalah kemampuan seseorang untuk membaca,

menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat

keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.

Education Development Center (EDC) juga turut mengeluarkan pengertian

dari literasi, yaitu kemampuan individu untuk menggunakan potensi serta

skill yang dimilikinya, jadi bukan hanya kemampuan baca tulis saja. Lebih

lanjut lagi, menurut UNESCO (2006), literasi merupakan keterampilan

kognitif dalam membaca dan menulis yang tidak hanya terikat pada konteks

sumber dan cara pemerolehan keterampilan tersebut. Hal ini disebabkan

pemahaman literasi seseorang terpengaruh oleh kondisi akademis,

lingkungan, unsur-unsur budaya, dan pengalaman orang tersebut.

Menurut (Kemendikbud, 2016: 2) Literasi adalah kemampuan

mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui

berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak,menulis,

dan/atau berbicara.Menurut (Devi Rahma, 2018), Literasi adalah kegiatan

untuk lebih membudidayakan gerakan membaca dan mnenulis.Menurut

UNESCO juga menjelaskan bahwa literasi adalah seperangkat keterampilan

yang nyata,khususnya keterampilan kognitif dalam membaca dan menulis

yang terlepas dari konteks dimana keterampilan yang dimaksud

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 26: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

13  

diperoleh,dari siapa keterampilan itu diperoleh,dan bagaimana cara

memperolehnya

Dengan demikian, secara umum literasi berarti kemampuan

seseorang untuk mengelola dan memahami informasi ketika membaca

maupun menulis. Namun demikian, literasi tidak hanya terbatas pada

kemampuan baca dan tulis saja sebab literasi berkaitan erat dengan

keterampilan berbahasa yang membutuhkan kemampuan kognitif,

pengetahuan tenatang jenis sumber bacaan yang dibaca beserta budaya yang

melingkupinya.

. Dari pengertian literasi di atas dapat disimpulkan bahwa Literasi

adalah kemampuan kolaboratif membaca, melihat menyimak,menulis, dan

berbicara,yang dilakukan seseorang dalam rangka memanfaatkan secara

optimal berbagai sumber baik cetak maupun tidak tercetak.

Pada saat ini, gerakan literasi mulai dikembangkan dan ditumbuhkan

kepada seluruh masyarakat dengan harapan agar setiap orang dapat

menggunakannya sebagai sarana untuk belajar sepanjang hayat. Dengan

meningkatnya kemampuan literasi setiap individu masyarakat, diharapkan

akan meningkat pula daya belajar masyarakat tersebut. Dengan demikian,

diharapkan pula kualitas hidup masyarakat dapat meningkat.

Demi mendukung upaya gerakan literasi, Kemendikbud

menyelenggarakan berbagai program Gerakan Literasi Nasional (GLN)

melalui program Gerakan Literasi Sekolah, Gerakan Indonesia

Masyarakat, dan gerakan Literasi Keluarga, serta kegiatan turunan dari

ketiga program tersebut. Gerakan ini merupakan upaya untuk

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 27: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

14  

menyinergikan semua potensi serta memperluas keterlibatan publik

dalam menumbuhkan, mengembangkan, dan membudayakan literasi di

Indonesia. GLN akan dilaksanakan secara masif, baik dalam ranah

keluarga, sekolah, maupun masyarakat di seluruh Indonesia.

Tujuan umum Gerakan Literasi Nasional adalah untuk menumbuh

kembangkan budaya literasi pada ekosistem pendidikan mulai dari

keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam rangka pembelajaran sepanjang

hayat sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup.

2.1.2. Prinsip Gerakan Literasi

Gerakan literasi dilaksanakan dengan mengacu pada prinsip-prinsip

sebagai berikut.

a. Berkesinambungan

Sebagai suatu gerakan, literasi harus dilaksanakan secara terus-

menerus dan berkesinambungan, tidak bergantung pada pergantian

pemerintahan. Literasi harus menjadi program prioritas pemerintah

yang selalu dikampanyekan kepada seluruh lapisan masyarakat,

pemimpin, tokoh masyarakat, tokoh agama, cendekia, remaja, orang

tua, dan warga masyarakat sehingga budaya literasi terbentuk di

lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.

b. Terintegrasi

Pelaksanaan literasi harus terintegrasi dengan program yang

dilaksanakan oleh Kemendikbud dan kementerian dan/atau lembaga

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 28: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

15  

lain, termasuk nonpemerintah. Dengan demikian, literasi menjadi

bagian yang saling menguatkan dengan program lain.

c. Melibatkan Semua Pemangku Kepentingan

Sebagai suatu gerakan, literasi harus memberikan kesempatan dan

peluang untuk keterlibatan semua pemangku kepentingan, baik secara

individual maupun kelembagaan. Literasi harus menjadi milik

bersama, menyenangkan, dan mudah dilaksanakan, baik di

lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat, sesuai dengan

kapasitas dan kemampuan masing-masing.

2.1.3. Dimensi Literasi

a. Literasi Baca dan Tulis

Literasi baca dan tulis adalah pengetahuan dan kecakapan untuk

membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah, dan memahami

informasi untuk menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks

tertulis untuk mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan

potensi, serta untuk berpartisipasi di lingkungan sosial.

b. Literasi Numerasi

Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk (a) bisa

memperoleh, menginterpretasikan, menggunakan, dan

mengomunikasikan berbagai macam angka dan simbol matematika

untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks

kehidupan sehari-hari; (b) bisa menganalisis informasi yang

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 29: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

16  

ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb.) untuk

mengambil keputusan.

c. Literasi Sains

Literasi sains adalah pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk

mampu mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru,

menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan

berdasarkan fakta, memahami

karakteristik sains, membangun kesadaran bagaimana sains dan

teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual dan budaya, serta

meningkatkan kemauan untuk terlibat dan peduli dalam isu-isu yang

terkait sains.

d. Literasi Digital

Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk

menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan

dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat

informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat,

tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan

interaksi dalam kehidupan sehari-hari.

e. Literasi Finansial

Literasi finansial adalah pengetahuan dan kecakapan untuk

mengaplikasikan (a) pemahaman tentang konsep dan risiko, (b)

keterampilan, dan (c) motivasi dan pemahaman agar dapat membuat

keputusan yang efektif dalam konteks finansial untuk meningkatkan

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 30: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

17  

kesejahteraan finansial, baik individu maupun sosial, dan dapat

berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat.

f. Literasi Budaya dan Kewargaan

Literasi budaya adalah pengetahuan dan kecakapan dalam

memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai

identitas bangsa. Sementara itu, literasi kewargaan adalah

pengetahuan dan kecakapan dalam memahami hak dan kewajiban

sebagai warga masyarakat.

2.1.4. Ranah GLN

a. Gerakan Literasi Sekolah

Gerakan literasi sekolah dilaksanakan dengan mengintegrasikannya

dengan kegiatan kurikuler, kokurikuler dan ektrakurikuler.

Pelaksanaannya dapat dilakukan di dalam kelas atau di luar kelas

yang didukung oleh orang tua dan masyarakat.

b. Gerakan Literasi Keluarga

Gerakan literasi keluarga dilaksanakan dalam bentuk penyediaan

bahan bacaan keluarga, penguatan pemahaman tentang pentingnya

literasi bagi keluarga, dan pelaksanaan kegiatan literasi bersama

keluarga. Semua anggota keluarga bisa saling memberikan tauladan

dalam melakukan literasi di dalam keluarga dengan berbagai macam

variasi kegiatan.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 31: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

18  

c. Gerakan Literasi Masyarakat

Gerakan literasi masyarakat dilaksanakan dalam bentuk penyediaan

bahan bacaan yang beragam di ruang publik, penguatan fasilitator

literasi masyarakat, perluasan akses terhadap sumber belajar, dan

perluasan pelibatan publik dalam berbagai bentuk kegiatan literasi.

2.1.5. Gerakan Literasi Sekolah

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan gerakan literasi yang

aktivitasnya banyak dilakukan di sekolah dengan melibatkan

siswa,pendidikan dan tenaga kependidikan, serta orang tua. GLS

dilakukan dengan menampilkan praktik baik tentang literasi dan

menjadikannya sebagai kebiasaan serta budaya di lingkungan sekolah.

Literasi juga dapat diintegrasikan dalam kegiatan belajar mengajar di

sekolah sehingga menjadi bagian tidak terpisahkan dari semua rangkaian

kegiatan siswa dan pendidik, baik di dalam maupun di luar kelas.

Pendidik dan tenaga kependidikan tentu memiliki kewajiban moral

sebagai teladan dalam hal berliterasi. Agar lebih masif, program GLS

melibatkan partisipasi publik,seperti pegiat literasi, orang tua, tokoh

masyarakat, dan profesional. Keberhasilan berliterasi di sekolah perlu

diupayakan melalui kegiatan-kegiatan yang menumbuhkan budaya

literasi. Kegiatan-kegiatan tersebut mengacu pada lima aspek strategi

yang sudah ditetapkan.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 32: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

19  

1. Penguatan Kapasitas Fasilitator

a. Pelatihan guru dan tenaga kependidikan dalam menerapkan

literasi pada pembelajaran;

b. Pelatihan guru dan tenaga kependidikan dalam pembuatan

mainan edukatif berbasis literasi; dan

c. Forum diskusi bagi warga sekolah untuk mengembangkan

kegiatan literasi dan menigkatkan kemampuan berliterasi.

2. Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Bacaan Bermutu

a. Penyediaan bahan bacaan nonpelajaran yang beragam;

b. Penyediaan alat peraga dan mainan edukatif yang

c. mendukung kegiatan literasi;

d. Penyediaan bahan belajar literasi dalam bentuk digital; dan

e. Program menulis buku bagi siswa, guru, dan tenaga

kependidikan.

3. Perluasan Akses terhadap Sumber Belajar dan Cakupan Peserta

Belajar

a. Pengembangan sarana penunjang yang membentuk ekosistem

kaya literasi;

b. Penyediaan laboratorium yang berkaitan dengan literasi,

c. misalnya, laboratorium bahasa, sains, finansial, dan digital;

d. Penyediaan pojok baca, baik di tiap kelas maupun di

e. tempat-tempat strategis di sekolah;

f. Pengoptimalan perpustakaan sekolah;

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 33: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

20  

g. Penyelenggaraan open house oleh sekolah yang sudah

h. mengembangkan literasi;

i. Program pengimbasan sekolah; dan

j. Pelaksanaan kampanye literasi.

4. Peningkatan Pelibatan Publik

a. Pelaksanaan sesi diskusi dengan tokoh atau pegiat berbagai

bidang literasi mengenai pengalaman dan pengetahuan mereka

terkait dengan bidang yang mereka kuasai;

b. Pelaksanaan festival atau bulan literasi yang melibatkan pakar,

pegiat literasi, dan masyarakat umum; dan

c. Pelibatan BUMN dan DUDI dalam pengadaan bahan bacaan

dan kegiatan literasi di sekolah.

5. Penguatan Tata Kelola

a. Pengalokasian waktu atau jadwal khusus untuk melakukan

berbagai kegiatan literasi di sekolah;

b. Pengalokasian anggaran untuk mendukung literasi di sekolah;

c. Pembentukan tim literasi sekolah yang terdiri atas kepala

d. sekolah, pengawas, guru, dan wakil orang tua peserta didik

dengan tugas memantau berjalannya kegiatan-kegiatan literasi di

sekolah;

e. Pembuatan kebijakan yang mengatur kegiatan literasi di sekolah

sehingga dapat memaksimalkan keterlibatan semua warga

sekolah; dan

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 34: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

21  

f. Penguatan peran komite sekolah untuk membangun relasi kerja

sama dan komitmen dalam melaksanakan kegiatan literasi.

2.1.6. Penilaian Implementasi Gerakan Literasi Sekolah

Implementasi kegiatan literasi di sekolah bisa dalam berbagai

bentuk, yaitu pembelajaran di kelas, budaya sekolah (pembiasaan), dan

pemanfaatan sumber belajar dari masyarakat.Kegiatan di kelas berupa

materi yang diberikan dalam mata pelajaran, metode pembelajaran, dan

pengelolaan kelas. Kegiatan pembiasaan (budaya sekolah) merupakan

kegiatan yang dilakukan siswa di luar pembelajaran di kelas, mulai dari

masuk sekolah,sebelum masuk ruang kelas, mengisi waktu istirahat,

hingga menjelang akhir pembelajaran (kegiatan penutup). Contohnya,

gerakan membaca lima belas menit sebelum masuk kelas, upacara

bendera, menyanyikan lagu Indonesia Raya, lagu-lagu nasional dan lagu-

lagu daerah, kebiasaan menabung, pemanfaatan media digital dalam

pembelajaran yang mengacu pada Permendikbud tentang Penumbuhan

Budi Pekerti. Sementara itu, untuk kegiatan pemanfaatan sumber belajar

dari masyarakat bisa dalam bentuk

2.2. PENGERTIAN LITERASI BACA TULIS

2.2.1. Pentingnya Literasi Baca-Tulis

Salah satu di antara enam literasi dasar yang perlu kita kuasai

adalah literasi baca-tulis. Membaca dan menulis merupakan literasi yang

dikenal paling awal dalam sejarah peradaban manusia. Keduanya

tergolong literasi fungsional dan berguna besar dalam kehidupan sehari-

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 35: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

22  

hari. Dengan memiliki kemampuan baca-tulis, seseorang dapat menjalani

hidupnya dengan kualitas yang lebih baik. Terlebih lagi di era yang

semakin modern yang ditandai dengan persaingan yang ketat dan

pergerakan yang cepat. Kompetensi individu sangat diperlukan agar

dapat bertahan hidup dengan baik. Membaca merupakan kunci untuk

mempelajari segala ilmu pengetahuan, termasuk informasi dan petunjuk

sehari-hari yang berdampak besar bagi kehidupan. Ketika menerima

resep obat, dibutuhkan kemampuan untuk memahami petunjuk

pemakaian yang diberikan oleh dokter. Jika salah, tentu akibatnya bisa

fatal. Kemampuan membaca yang baik tidak sekadar bisa lancar

membaca, tetapi juga bisa memahami isi teks yang dibaca. Teks yang

dibaca pun tidak hanya katakata,tetapi juga bisa berupa simbol, angka,

atau grafik.Membaca penuh pemahaman juga akan menumbuhkan

empati.Untuk memahami isi bacaan, kita berusaha untuk membayangkan

dan memosisikan diri pada situasi seperti yang ada di dalam teks bacaan.

Dengan begitu, kita mengasah diri untuk berempati dengan kondisi-

kondisi di luar diri yang tidak kita alami. Membaca juga akan

mengembangkan minat kita pada hal-hal baru. Semakin beragam jenis

bacaan yang dibaca, memungkinkan kita untuk mengenal sesuatu yang

belum pernah kita ketahui. Hal ini tentu akan memperluas pandangan

dan membuka lebih banyak pilihan baik dalam hidup.Berkaitan erat

dengan membaca, kemampuan menulis pun penting untuk dimiliki dan

dikembangkan. Membaca dan menulis berkorelasi positif dengan

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 36: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

23  

kemampuan berbahasa dan penguasaan kosakata. Masukan kata-kata dan

gagasan didapat melalui membaca,sedangkan keluarannya disalurkan

melalui tulisan. Seseorang yang terbiasa membaca dan menulis bisa

menemukan kata atau istilah yang tepat untuk mengungkapkan suatu hal.

Kemampuan seperti inilah yang membuat komunikasi berjalan dengan

baik.Untuk dapat menyerap informasi dari bacaan atau meramu ide

menjadi tulisan diperlukan fokus yang baik. Dengan begitu,

membiasakan diri untuk melakukan aktivitas membaca dan menulis akan

meningkatkan daya konsentrasi. Kinerja otak menjadi lebih maksimal. Di

samping itu, imajinasi dan kreativitas pun akan tumbuh karena semakin

banyak wawasan yang didapat dan semakin tajam cara berpikir yang

terbentuk.Membaca dan menulis juga bisa dijadikan sarana hiburan yang

dapat menurunkan tingkat stres.Kualitas hidup dapat menjadi lebih baik

dengan adanya kemampuan baca-tulis. Tanpa literasi baca-tulis yang

baik, kehidupan kita akan terbatas, bahkan berhadapan dengan banyak

kendala.Oleh karena itu, literasi baca-tulis perlu dikenalkan, ditanamkan,

dan dibiasakan kepada masyarakat Indonesia, khususnya oleh para

pemangku pendidikan.

2.2.2. Pengertian Literasi Baca-Tulis

Literasi baca-tulis bisa disebut sebagai moyang segala jenis

literasi karena memiliki sejarah amat panjang. Literasi ini bahkan dapat

dikatakan sebagai makna awal literasi, meskipun kemudian dari waktu ke

waktu makna tersebut mengalami perubahan. Tidak mengherankan jika

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 37: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

24  

pengertian literasi baca-tulis mengalami perkembangan dari waktu ke

waktu. Pada mulanya literasi baca-tulis sering dipahami sebagai melek

aksara, dalam arti tidak buta huruf. Kemudian melek aksara dipahami

sebagai pemahaman atas informasi yang tertuang dalam media tulis.

Tidak mengherankan jika kegiatan literasi baca-tulis selama ini identik

dengan aktivitas membaca dan menulis. Lebih lanjut, literasi baca-tulis

dipahami sebagai kemampuan berkomunikasi sosial di dalam

masyarakat. Disinilah literasi baca-tulis sering dianggap sebagai

kemahiran berwacana.Dalam konteks inilah Deklarasi Praha pada 2003

mengartikan literasi baca-tulis juga mencakup bagaimana seseorang

berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi baca-tulis juga bermakna

praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa,

dan budaya (UNESCO,2003). Deklarasi UNESCO tersebut juga

menyebutkan bahwa literasi baca-tulis terkait pula dengan kemampuan

untuk mengidentifikasi,menentukan, menemukan, mengevaluasi,

menciptakan secara efektif dan terorganisasi, menggunakan dan

mengomunikasikan informasi untuk mengatasi bermacam-macam

persoalan. Kemampuan-kemampuan tersebut perlu dimiliki tiap individu

sebagai syarat untuk berpartisipasi dalam masyarakat informasi, dan hal

tersebut merupakan bagian dari hak dasar manusia yang menyangkut

pembelajaran sepanjang hayat.Sejalan dengan itu, Forum Ekonomi Dunia

2015 dan 2016 mengartikan literasi baca-tulis sebagai pengetahuan baca-

tulis,kemampuan memahami baca-tulis, dan kemampuan menggunakan

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 38: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

25  

bahasa tulis. Senada dengan itu, dalam Peta Jalan GLN, literasi baca-tulis

diartikan sebagai pengetahuan dan kemampuan membaca dan

menulis,mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses

membaca dan menulis, serta kemampuan menganalisis, menanggapi, dan

menggunakan bahasa. Jadi, literasi baca-tulis adalah pengetahuan dan

kecakapan untuk membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah dan

memahami informasi untuk menganalisis, menanggapi, dan

menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan, mengembangkan

pemahaman dan potensi, serta untuk berpartisipasi di lingkungan

sosial.Di tengah banjir bandang informasi melalui pelbagai media, baik

media massa cetak, audiovisual, maupun media sosial, kemampuan

literasi baca-tulis tersebut sangat penting. Dengan kemampuan literasi

baca-tulis yang memadai dan mantap, kita sebagai individu, masyarakat,

dan/atau bangsa tidak mudah terombang-ambing oleh berbagai informasi

yang beraneka ragam yang datang secara bertubi-tubi kepada kita. Di

samping itu, dengan kemampuan literasi baca-tulis yang baik, kita bisa

meraih kemajuan dan keberhasilan. Tidak mengherankan, UNESCO

menyatakan bahwa kemampuan literasi baca-tulis merupakan titik pusat

kemajuan.Vision Paper UNESCO (2004) menegaskan bahwa

kemampuan literasi baca-tulis telah menjadi prasyarat partisipasi bagi

pelbagai kegiatan sosial, kultural, politis, dan ekonomis pada zaman

modern. Kemudian Global Monitoring Report Education for All (EFA)

2007: Literacy for All menyimpulkan bahwa kemampuan literasi baca-

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 39: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

26  

tulis berfungsi sangat mendasar bagi kehidupan modern karena–seperti

diungkapkan oleh Koichiro Matsuura, Direktur Umum UNESCO–

kemampuan literasi bacatulis adalah langkah pertama yang sangat berarti

untuk membangun kehidupan yang lebih baik (2006).

2.2.3. Prinsip Dasar Pengembangan dan Implementasi Literasi Baca-

Tulis

Dalam Gerakan Literasi Nasional, literasi baca-tulis dikembangkan

dan diimplementasikan berlandaskan pada lima prinsip dasar. Kelima

prinsip dasar pengembangan dan implementasi literasi baca-tulis yang

dimaksud adalah keutuhan dan kemenyeluruhan (holistik), keterpaduan

(terintegrasi), keberlanjutan (sustainabilitas), kontekstualitas, dan

responsif kearifan lokal. Tiap-tiap prinsip dasar tersebut diuraikan secara

ringkas sebagai berikut.

a. Prinsip Keutuhan dan Kemenyeluruhan

Literasi baca-tulis dikembangkan dan diimplementasikan

secara utuh-menyeluruh (holistik), tidak terpisah dari aspek terkait

yang lain dan menjadi bagian elemen yang terkait dengan yang lain,

baik internal maupun eksternal. Di sini pengembangan dan

implementasi literasi baca-tulis tidak terpisahkan dari literasi

numerasi, sains, digital, finansial, serta budaya dan

kewargaan.Pengembangan dan implementasi literasi baca-tulis di

ranah sekolah, keluarga, dan masyarakat juga merupakan satu

kesatuan dan keutuhan, harus saling mendukung dan

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 40: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

27  

memperkuat,tidak merintangi dan menghambat. Lebih lanjut, literasi

bacatulis sebagai satu keutuhan literasi dasar perlu dikembangkan

dan diimplementasikan secara serasi, serempak, dan sinkron dengan

pengembangan kualitas karakter (dalam Gerakan PPK) dan

kompetensi (dalam pelaksanaan Kurikulum 13) sebagai roh utama

Kecakapan Abad XXI. Begitu juga pengembangan dan implementasi

literasi baca-tulis yang dilaksanakan oleh berbagai unit kerja di

Kemendikbud dan lingkungan pemerintahan lain (kementerian dan

LPNK) serta kelompok masyarakat merupakan satu keutuhan dan

kesatuan untuk mencapai tujuan dan maksud GLN, tujuan

pendidikan nasional, dan visi pemerintahan.

b. Prinsip Keterpaduan

Literasi baca-tulis dikembangkan dan diimplementasikan

dengan memadukan (mengintegrasikan) secara

sistemis,menghubungkan dan merangkaikan secara harmonis, dan

melekatkan literasi baca-tulis secara sinergis dengan yang lain,baik

dalam hal kebijakan, program, kegiatan, maupun pelaksana dan

berbagai pihak yang mendukung; bukan sekadar tambahan,tempelan,

dan sisipan dalam kebijakan, program, dan kegiatan pendidikan dan

kebudayaan di ranah sekolah, keluarga, dan masyarakat. Dalam

belajar dan pembelajaran di sekolah,misalnya, program dan kegiatan

literasi baca-tulis perlu melekat secara sinergis dengan program dan

kegiatan pembelajaran semua mata pelajaran; program dan kegiatan

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 41: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

28  

literasi baca-tulis di dalam kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan

ekstrakurikuler perlu saling terhubung dan terangkai secara baik; dan

guru mata pelajaran, pendamping kegiatan kokurikuler, dan pembina

kegiatan ekstrakurikuler yang melaksanakan kegiatan literasi baca-

tulis perlu saling melengkapi dan memperkaya. Demikian juga

program dan kegiatan literasi baca-tulis di masyarakat harus bisa

saling melengkapi dan memperkaya program dan kegiatan literasi

baca-tulis di keluarga. Bahkan, kebijakan literasi bacatulis di

Kemendikbud perlu terhubung dan tersatukan dengan kebijakan

literasi baca-tulis di kementerian dan LPNK lainnya.

c. Prinsip Keberlanjutan

Literasi baca-tulis dikembangkan dan diimplementasikan

secara berkesinambungan, dinamis terus-menerus, dan berlanjut dari

waktu ke waktu, tidak sekali jadi dan selesai dalam satuan waktu

tertentu. Pengembangan dan pelaksanaan kebijakan literasi bacatulis

di ranah sekolah, keluarga, dan masyarakat dilakukan secara

berkesinambungan dan terus-menerus di samping partisipasi dan

keterlibatan berbagai pihak terkait secara terus-menerus diperluas

dan diperkuat dari waktu ke waktu. Perbaikan dan peningkatan

program dan kegiatan literasi baca-tulis juga dilakukan secara terus-

menerus dan berkesinambungan berdasarkan praktik baik,hasil

evaluasi program, peluang dan tantangan baru yang muncul,dan

masalah-masalah pelaksanaan literasi baca-tulis di ranah sekolah,

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 42: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

29  

keluarga, dan masyarakat oleh berbagai pemangku kepentingan

GLN, khususnya gerakan literasi baca-tulis.

d. Prinsip Kontekstualitas

Kebijakan, strategi, program, dan kegiatan literasi baca-tulis

dikembangkan dan diimplementasikan dengan mendasarkan dan

mempertimbangkan konteks geografis, demografis, sosial, dan

kultural yang ada di Indonesia. Oleh sebab itu, sekalipun terikat

dengan kebijakan dan program pokok yang tercantum dalam Peta

Jalan GLN, secara operasional pelaksanaan atau penerapan

kebijakan, program, dan kegiatan literasi baca-tulis di Indonesia bisa

beraneka ragam dan berbineka, tidak seragam dan sama.Misalnya,

program, jenis, dan bahan kegiatan literasi baca-tulis di daerah

urban, satelit, perdesaan, dan perbatasan dapat berbeda sesuai

dengan karakteristik daerah masing-masing, sekalipun tidak boleh

asal berbeda. Penyesuaian dan adaptasi sesuai dengan karakteristik

daerah dimungkinkan dalam implementasi literasi baca-tulis. Di

samping itu, karakteristik sosial dan kultural masyarakat juga

diperhitungkan. Sebagai contoh, bentuk dan strategi kegiatan literasi

baca-tulis di sekolah, keluarga, dan masyarakat dapat

mendayagunakan dan memanfaatkan kekayaan sosial dan budaya

setempat. Pengembangan dan implementasi literasi baca-tulis yang

peka konteks seperti ini niscaya akan memiliki keberterimaan dan

tingkat keberhasilan yang lebih baik.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 43: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

30  

e. Prinsip Responsif Kearifan Lokal

Literasi baca-tulis tidak berada di ruang vakum sosial dan

budaya serta tidak bisa dikembangkan dan diimplementasikan

dengan mengabaikan, lebih-lebih meniadakan lokalitas sosial dan

budaya. Agar gerakan literasi baca-tulis membumi dan berhasil

tujuannya, pengembangan dan implementasi literasi baca-tulis perlu

responsif dan adaptif terhadap kearifan lokal; kearifan lokal

nusantara yang demikian kaya dan beragam perlu didayagunakan

dan dimanfaatkan secara optimal dalam perencanaan dan

pelaksanaan literasi baca-tulis di sekolah, keluarga, dan masyarakat

sehingga literasi baca-tulis juga mampu merawat,merevitalisasi, dan

melestarikan serta meremajakan (rejuvinasi) kearifan lokal

Indonesia. Untuk mewujudkan hal ini, diperlukan kesigapan dan

kecekatan para pemangku kepentingan literasi baca-tulis yang ada di

berbagai lini GLN, baik di Kemendikbud dan dinas pendidikan

dan/atau kebudayaan maupun di lingkungan kementerian dan LPNK

lain.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 44: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

31  

2.3. INDIKATOR LITERASI BACA TULIS

2.3.1. Indikator Literasi Baca-Tulis di Sekolah

Indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan literasi baca-tulis

di sekolah adalah sebagai berikut.

1. Basis Kelas

a. Jumlah pelatihan fasilitator literasi baca-tulis untuk kepala

sekolah, guru, dan tenaga kependidikan;

b. Intensitas pemanfaatan dan penerapan literasi numerasi dalam

kegiatan pembelajaran, baik berbasis masalah maupun berbasis

proyek; dan

c. Skor PISA, PIRLS, dan INAP mengenai literasi membaca.

2. Basis Budaya Sekolah

a. Jumlah dan variasi bahan bacaan;

b. Frekuensi peminjaman bahan bacaan di perpustakaan;

c. Jumlah kegiatan sekolah yang berkaitan dengan literasi baca-

tulis;

d. Terdapat kebijakan sekolah mengenai literasi baca-tulis;

e. Jumlah karya (tulisan) yang dihasilkan siswa dan guru; dan

f. Terdapat komunitas baca-tulis di sekolah.

3. Basis Masyarakat

a. Jumlah sarana dan prasarana yang mendukung literasi baca-tulis

di sekolah; dan

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 45: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

32  

b. Tingkat keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam

mengembangkan literasi baca-tulis di sekolah.

2.3.2. Sasaran Gerakan Literasi Baca-Tulis di Sekolah

Keluaran dan capaian yang ingin diwujudkan dalam literasi baca-tulis di

sekolah adalah sebagai berikut.

1. Basis Kelas

a. Jumlah pelatihan fasilitator literasi baca-tulis untuk kepala

sekolah, guru, dan tenaga kependidikan;

b. Intensitas pemanfaatan dan penerapan literasi numerasi dalam

kegiatan pembelajaran, baik berbasis masalah maupun berbasis

proyek; dan

c. Skor PISA, PIRLS, dan INAP mengenai literasi membaca.

2. Basis Budaya Sekolah

a. Jumlah dan variasi bahan bacaan;

b. Frekuensi peminjaman bahan bacaan di perpustakaan;

c. Jumlah kegiatan sekolah yang berkaitan dengan literasi

bacatulis;

d. Terdapat kebijakan sekolah mengenai literasi baca-tulis;

e. Jumlah karya (tulisan) yang dihasilkan siswa dan guru; dan

f. Terdapat komunitas baca tulis di sekolah.

3. Basis Masyarakat

a. Jumlah sarana dan prasarana yang mendukung literasi bacatulis

di sekolah; dan

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 46: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

33  

b. Tingkat keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam

mengembangkan literasi baca-tulis di sekolah.

2.3.3. Strategi Gerakan Baca-Tulis di Sekolah

1. Penguatan Kapasitas Fasilitator

a. Pelatihan bagi kepala sekolah dan guru terkait dengan

pengembangan pembelajaran yang terintegrasi dengan literasi

baca-tulis. Pada dasarnya, semua kegiatan pembelajaran dilandasi

oleh aktivitas membaca dan menulis. Dalam pelatihan ini, dapat

disampaikan teknik-teknik membaca yang efektif agar dapat

menangkap isi bacaan dengan baik.Selain itu, disampaikan juga

strategi untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis,

baik menulis ilmiah maupun kreatif.

b. Pelatihan bagi kepala sekolah, guru, dan siswa terkait dengan

penggalian nilai pada sebuah buku dan membuat tulisan menarik

dan sederhana. Materi pelatihan ini bisa berupa cara mengelola

kegiatan membaca buku dan menganalisis isinya lalu membuat

tulisan mengenai isi buku tersebut.

c. Pelatihan bagi guru dan siswa untuk dapat melakukan berbagai

kegiatan membaca yang menyenangkan. Mulai dari memilih buku

yang sesuai dengan minat, menentukan waktu yang tepat, dan

menciptakan suasana membaca yang nyaman. Dengan demikian,

siswa dan guru menjadi lebih antusias untuk membaca.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 47: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

34  

d. Tantangan membaca bagi seluruh warga sekolah. Peserta kegiatan

ini ditantang untuk menyelesaikan sejumlah bahan bacaan dalam

waktu tertentu. Tujuannya adalah agar warga sekolah terbiasa

untuk membaca buku. Peserta yang berhasil menyelesaikan

tantangan ini akan diberikan penghargaan oleh pihak sekolah.

e. Jurnal baca bagi siswa dan guru. Jurnal ini berfungsi sebagai alat

kontrol untuk mencatat judul buku yang sudah dibaca dan

menjabarkan hal-hal menarik yang ada di buku tersebut secara

singkat.

f. Forum membaca bagi warga sekolah untuk bertukar pendapat

mengenai buku yang dibaca. Kegiatan ini dapat memperluas

pandangan peserta diskusi karena setiap orang memiliki sudut

pandang yang berbeda walaupun membaca buku yang persis

sama. Kegiatan ini juga dapat menumbuhkan budaya berpikir

kritis, menghargai pendapat orang lain, kolaborasi, dan berani

mengungkapkan pendapat pribadi.

2. Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu

a. Penyediaan bahan bacaan di perpustakaan sekolah. Jenis bacaan

yang beragam dapat memperluas pengetahuan terhadap banyak

hal sehingga siswa dapat melihat berbagai kesempatan dan

memiliki lebih banyak pilihan.

b. Penggunaan alat peraga dan permainan edukatif yang

menggunakan teks, misalnya, scrabble untuk memperkaya

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 48: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

35  

kosakata siswa. Permainan dan alat peraga dapat menstimulasi

siswa untuk belajar banyak hal tanpa merasa terbebani.

c. Pemanfaatan media teknologi informasi (gawai) dalam kegiatan

baca-tulis dengan bimbingan guru. Media digital menyediakan

banyak sumber belajar, baik dari segi jumlah, maupun ragam

sehingga dapat memperkaya bahan pembelajaran.

d. Program menulis buku bagi guru dan tenaga kependidikan. Guru

dapat mengaktualisasi pemikirannya ke dalam tulisan juga dapat

menjadi teladan bagi siswa untuk mengembangkan literasi

menulis.

e. Program dan aktivitas literasi yang menyenangkan, baik di dalam,

di luar kelas, maupun di luar sekolah yang dapat membuat siswa

dan guru terlibat langsung di dalamnya. Misalnya, perkemahan

menulis, bedah buku, dan peluncuran buku, melakukan kunjungan

ke perpustakaan daerah, pameran buku, dan penerbit buku

setempat.

3. Perluasan Akses terhadap Sumber Belajar Bermutu dan

Cakupan Peserta Belajar

a. Pengembangan sarana penunjang yang membentuk ekosistem kaya

literasi, misalnya, dengan memasang tulisan peribahasa atau

kalimat-kalimat positif dari tokoh terkenal di koridor sekolah.

b. Pengoptimalan perpustakaan sebagai wahana belajar yang

komprehensif bagi warga sekolah. Perpustakaan merupakan akar

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 49: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

36  

dari budaya membaca dan menulis. Sudah sepatutnya

perpustakaan sekolah dapat memberikan kemudahan kepada

pengguna untuk mengakses bahan bacaan. Di perpustakaan pun

dapat dilaksanakan beragam kegiatan literasi yang menarik bagi

warga sekolah.

c. Penyediaan sudut baca di kelas. Dengan begitu, siswa dapat

memanfaatkan waktu-waktu tertentu untuk membaca di kelas,

misalnya, ketika guru belum datang. Tersedianya bahan bacaan di

kelas pun akan lebih memudahkan siswa untuk mencari referensi

ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Adapun buku-bukunya

merupakan sumbangan dari siswa di kelas tersebut.

d. Penyelenggaraan open house oleh sekolah yang sudah

mengembangkan literasi. Sekolah yang sudah menjalankan

program literasi dapat membuka diri untuk menjadi percontohan

bagi sekolah lain yang juga ingin mengembangkan literasi.

Melalui open house, sekolah lain dapat belajar mengenai cara

pengelolaan, jenis kegiatan, dan inovasi-inovasi yang dilakukan

untuk menanamkan budaya literasi di sekolah.

e. Program pengimbasan sekolah. Sekolah yang dijadikan model

memiliki tanggung jawab untuk mengimbaskan praktik baik

penerapan kegiatan literasi di sekolah. Sekolah-sekolah imbas

dapat ditentukan berdasarkan jarak terdekat.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 50: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

37  

4. Peningkatan Pelibatan Publik

a. Menyelenggarakan festival atau bulan literasi. Dalam kegiatan ini,

sekolah dapat melibatkan pegiat literasi, penulis, atau sastrawan

yang ada di luar sekolah untuk mendorong budaya literasi. Selain

itu, dapat juga mengundang sekolah lain atau masyarakat sekitar

untuk berpartisipasi. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan

ruang pada praktik-praktik literasi di sekolah dengan turut

mengundang sekolah lain atau masyarakat sekitar sekolah untuk

berpartisipasi.

Festival atau bulan literasi ini dapat diisi dengan pameran buku,

pasar pertunjukan, diskusi, pemutaran film, dan kegiatan lain

yang dapat menumbuhkan minat terhadap literasi.

b. Pelibatan BUMN dan DUDI untuk mendukung kegiatan literasi

baca-tulis di sekolah. Dalam hal pendanaan, pengadaan bahan

ajar, dan kerja sama. Misalnya, meminta CSR perusahaan untuk

mendukung pembuatan fasilitas sekolah bertema literasi dan

pengadaan bahan bacaan.

5. Penguatan Tata Kelola

a. Alokasi waktu dan dana untuk kegiatan yang mendukung literasi

baca-tulis. Hal ini merupakan faktor yang krusial dalam

pelaksanaan gerakan literasi di sekolah. Sekolah perlu

menyediakan waktu tertentu dan anggaran khusus untuk

menyelenggarakan kegiatan yang mendukung literasi.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 51: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

38  

b. Pembentukan Tim Literasi Sekolah yang dapat terdiri atas kepala

sekolah, pengawas, guru, dan wakil orang tua peserta didik dengan

tugas memantau berjalannya kegiatan-kegiatan literasi di sekolah.

c. Pembuatan kebijakan sekolah yang menyatakan pentingnya literasi

baca-tulis. Adanya kebijakan yang dibuat terkait pelaksanaan

literasi merupakan wujud keseriusan sekolah untuk

mengembangkan budaya literasi. Dalam hal ini, sekolah dapat

melakukan intervensi positif agar seluruh warga sekolah dapat

berpartisipasi aktif dalam kegiatan literasi. Kebijakan ini bisa

bermacam-macam bentuknya, misalnya, ditetapkannya waktu

khusus untuk membaca bersama.

d. Penguatan peran komite sekolah untuk membangun relasi kerja

sama dan komitmen di dalam kegiatan literasi. Kegiatan literasi di

sekolah membutuhkan keterlibatan banyak pihak. Untuk mengelola

pelibatan dan relasi tersebut, perlu adanya pengoptimalan peran

komite sekolah.

e. Pelibatan guru dalam memilih buku yang layak untuk siswa. Tiap

buku memiliki tingkat keterbacaan yang berbeda. Begitu pula

dengan kemampuan siswa untuk memahami bacaan.Oleh karena

itu, perlu pendampingan dari guru untuk memilihkan bahan bacaan

yang tepat, baik dari segi bahasa maupun isi cerita, sesuai dengan

kondisi psikologis dan tingkat pemahaman siswa. Jika siswa

membaca bahan bacaan yang seusai dengan kondisinya, siswa

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 52: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

39  

dapat merasakan kenikmatan membaca. Dengan begitu, minat

bacanya pun akan semakin meningkat.

f. Penyusunan buku panduan guru untuk pemilihan bahan bacaan

yang diterbitkan. Agar dapat memilihkan buku yang tepat untuk

siswa, guru perlu terlebih dahulu memahami kriteria bahan bacaan

dan berbagai macam kondisi setiap anak. Ketersediaan buku

panduan yang mudah diaplikasian bagi guru akan sangat membantu

untuk melakukan hal tersebut.

2.4. TAHAPAN LITERASI BACA TULIS DI SEKOLAH

2.4.1. Tahap Pembiasaan

a. Kegiatan membaca lima belas menit dilakukan setiap

hari,namun guru tidak perlu memberikan pertanyaan tentang

isi buku setiap hari. Pada tahap pembiasaan, prinsip TANPA

TAGIHAN harus dijaga agar tujuan penumbuhan minat baca

peserta didik bisa dicapai.

b. Kegiatan bertanya tentang isi buku bisa dilakukan sesekali,

misalnya: 2–3 minggu sekali. Selain itu, sifatnya opsional dan

tanpa paksaan. Meskipun begitu, guru bisa memberikan

apresiasi bila peserta didik mau menjawab pertanyaan guru.

2.4.2. Tahap Pengembangan

a. Guru bisa menggunakan tabel atau peta cerita sebagai kegiatan

tindak lanjut. Semua peserta didik didorong untuk menuliskan

ringkasan cerita/buku dan respon mereka di dalam peta

cerita/buku.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 53: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

40  

b. Prinsip kegiatan adalah TANPA PENILAIAN AKADEMIK.

Untuk mendorong dan memberikan apresiasi peserta didik atas

upaya mereka, peta cerita/buku yang sudah diisi bisa

ditempelkan di dinding kelas.

c. Peserta didik bisa diminta menyampaikan isian peta

cerita/buku kepada teman dalam kelompok atau di depan kelas.

Kegiatan semacam ini bisa digunakan sebagai PENILAIAN

NONAKADEMIK

2.4.3. Tahap Pembelajaran

a. Peserta didik sudah terbiasa dengan rutinitas kegiatan

membaca lima belas menit selama kurun waktu tertentu.

Diskusi tentang isi buku juga sudah sering dilakukan di kelas.

Peserta didik sudah memiliki persepsi membaca sebagai

kegiatan yang menyenangkan.

b. Daftar pertanyaan dan peta cerita/buku bisa dikembangkan

menjadi bagian pembelajaran bahasa dan menjadi TAGIHAN

AKADEMIK.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 54: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

41  

2.5. JURNAL MEMBACA HARIAN

Pengertian jurnal membaca harian adalah instrumen berupa tabel

rekaman capaian membaca peserta didik yang dilakukan 15 menit setiap hari.

Dapat berupa buku, kartu, atau selembar kertas di dalam portofolio kegiatan

membaca yang berisi judul buku, nama pengarang/penulis, genre, jumlah

halaman yang dibaca, serta informasi lain yang dikehendaki.

Manfaat jurnal membaca harian adalah membantu peserta didik dan

guru untuk memantau jenis dan jumlah buku yang dibaca untuk kegiatan

membaca 15 menit, terutama membaca dalam hati. Mengetahui capaian

kegiatan membaca yang dilakukan oleh peserta didik setiap hari. Mengetahui

kegiatan membaca peserta didik dalam satu bulan atau lebih.

Gambar 2.1. Contoh jurnal membaca harian

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 55: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

42  

Sumber : Panduan Praktis Gerakan Literasi Sekolah Kemendikbud 2017

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 56: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

43  

2.6. PENELITIAN YANG RELEVAN

Penelitian ini juga didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya adapun hasil penelitian tersebut adalah :

Penelitian yang dilakukan I Made Ngurah Suragangga pada tahun 2017

dengan judul “Mendidik Lewat Literasi Untuk Pendidikan Berkualitas”.Hasil

penelitian menunjukkan bahwa upaya peningkatan literasi baca tulis dengan

mewajibkan siswa membaca buku atau novel kemudian diwajibkan untuk

menulis laporan bacaan dibuku harian mereka.

Penelitian yang dilakukan Luluk Agustin Ratnawati pada tahun 2018

dengan judul “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah di SD Negeri

Bhayangkara Yogyakarta” .Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya

peningkatan literasi baca tulis melakukan tahapan dalam literasi yaitu tahap

pembiasaan, pengembangan dan tahap pembelajaran.

Penelitian yang dilakukan Benediktus pada tahun 2017 dengan judul

“Upaya Guru Meningkatkan Minat Baca Pada Siswa Kelas III A SD Negeri

Kotagede I Yogyakarta” .Hasil penelitian menunjukkan upaya meningkatkan

minat baca dengan caram mendorong anak bercerita tentang apa yang telah

didengar atau dibacanya, (2) membeli buku yang menarik minat baca, (3)

menukar buku dengan teman, (4) memberikan buku sebagai hadiah, dan (5)

menyediakan waktu membaca pada saat proses pembelajaran guru

memberikan dorongan kepada siswa untuk meningkatkan minat baca. Salah

satunya dengan cara guru meminta siswa pergi ke perpustakaan pada saat jam

istirahat untuk meminjam buku yangsiswa sukai.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 57: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

44  

Penelitian yang dilakukan Syaifur Rohman pada tahun 2017 dengan

judul “membangun Budaya membaca Pada Anak melalui Program gerakan Literasi

Sekolah” .Hasil penelitian menunjukkan upaya meningkatkan untuk

memaksimalkan potensi bahasa dan baca tersebut dibutuhkan peran aktif dari

berbagai pihak, mulai keluarga, sekolah hingga masyarakat. Kendala utama

dalam memaksimalkan kemampuan bahasa dan menumbuhkan minat baca

pada diri anak adalah minimnya sumber-sumber bacaan yang sesuai dengan

dunia anak sehingga mereka lebih memilih untuk menghabiskan waktu

dengan hiburan lain yang memang jumlahnya lebih banyak.

Penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian

yang akan dilakukan dengan judul “Upaya Peningkatan Literasi baca Tulis

melalui Pembiasaan Menulis Jurnal Harian Anak kelas IV SD Negeri 1

Kretek”

2.7. KERANGKA BERFIKIR

Kegiatan literasi di SD Negeri 1 Kretek belum mencapai hasil yang

optimal dikarenakan didalam pelaksanaan kegiatan literasi masih sebatas

rutinitas saja yaitu membaca 15 menit buku non pelajaran, sekolah belum

fokus meningkatkan literasi disekolah. Untuk meningkatkan literasi baca dan

tulis di kelas IV SD Negeri 1 Kretek guru melakukan dengan cara

pembiasaan menulis buku jurnal harian. Di bawah ini akan disajikan

kerangka berpikir mengenai kondisi awal pembelajaran, pemberian tindakan

serta kondisi akhir yang dicapai :

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 58: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

45  

Kondisi Awal

1. Literasi baca tulis masih rendah 2. Kunjungan dan peminjaman buku

diperpustakaan masih rendah

Tindakan (Pembiasaan menulis Jurnal harian/diary)

1. Guru menyampaikan kepada siswa untuk menyiapkan buku yang

nantinya sebagai buku jurnal untuk menulis setiap hari baik disekolah maupun dirumah

2. Sebelum pemebelajaran dimulai siswa disuruh untuk menulis bebas dibuku jurnalnya bisa puisi, cerita pendek, atau kegiatan yang sudah dilakukan

3. Memberi semangat kepada peserta didik untuk menulis setiap hari baik disekolah maupun dirumah

4. Hasil tulisannya disetorkan kepada guru setiap harinya. 5. Guru mencatat dan memberikan reward kepada siswa yang

menyetorkan hasil tulisanya setiap kali siswa setor 6. Hasil tulisan siswa dikumpulkan yang kemudian dijadikan sebuah

buku.

Kondisi Akhir

1. Literasi baca tulis meningkat 2. Kunjungan dan peminjaman buku

diperpustakaan meningkat 3. Siswa mempunyai karya literasi

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 59: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

46  

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1. RANCANGAN PENELITIAN

Rancangan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas. Arikunto (2009) menyatakan PTK adalah pencermatan

terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan

dan terjadi dalam sebuah kelas secara sengaja. Pelaksanaan PTK ini melalui 4

tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi, dan refleksi.

Alur penelitian tindakan kelas menurut Arikunto (2009: 31) dapat di lihat

pada bagan di gambar 2 di atas ini.

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif antara guru

dengan pihak-pihak lain sebagai upaya bersama untuk mewujudkan perbaikan

kualitas pembelajaran yang diinginkan. Adapun 4 tahapan PTK sebagai

berikut:

Gambar 2. Alur Kegiatan Pemecahan Masalah (Arikunto, dkk; 2009)

n

Perencanaan

Pelaksanaan 

Observasi

Refleksi

Perencanaan

Pelaksanaan 

Observasi

Refleksi

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 60: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

47  

3.1.1. Perencanaan

Tahap menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik atau

fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk

diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk

membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan

berlangsung (Arikunto, 2009). Arikunto (9:17) menjelaskan bahwa

dalam tahap perencanaan peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa,

kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.

Dalam tahap perencanaan ini peneliti membuat perencanaan sebagai

berikut:

a. Menyiapkan buku bacaan yang akan dibaca anak dalam kegiatan

literasi dikelas yaitu membaca 15 menit sebelum pelajaran.

b. Menyiapkan jurnal membaca harian

c. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa

d. Menyiapkan alat evaluasi berupa angket siswa dan angket minat

baca siswa.

e. Menyiapkan lembar observasi berupa deskriptor yang telah

ditetapkan dari kisi-kisi penelitian, daftar wawancara untuk

memeperoleh informasi dari guru, dan catatan lapangan untuk

mengamati kegiatan literasi disekolah

3.1.2. Pelaksanaan Tindakan

Tahap kedua dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan

tindakan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan,

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 61: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

48  

yaitu mengenakan tindakan dikelas. Hal yang perlu diingat adalah

bahwa dalam tahap kedua ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha

mentaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus

pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat (Arikunto, 2009 : 18). Dalam

pelaksanaan Penelitian Tindakan kelas ini direncanakan menjadi 3

siklus.

3.1.3. Pengamatan

Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara

mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara

sistematis (Arikunto, 2009: 30). Kegiatan observasi penelitian ini

dilaksanakan secara kolaboratif untuk mengamati aktivitas siswa

dalam kegiatan literasi baca tulis di kelas dengan pembiasaan menulis

jurnal harian. Pengumpulan data pada penelitian tindakan kelas ini

melalui pengamatan langsung dan dilakukan saat tindakan

dilaksanakan.

Kegiatan pengamatan ini dilaksanakan untuk mengamati aktivitas

siswa dalam kegiatan literasi baca dan pembiasaan menulis jurnal

harian. Lembar pengamatan kegiatan literasi disekolah terdiri dari

daftar kunjungan dan peminjaman diperpustakaan, indikator

pencapaian literasi di sekolah, instrumen angket siswa, instrumen

minat baca siswa dan rubrik penilaian dan keberhasilan Gerakan

Literasi Sekolah (GLS).

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 62: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

49  

3.1.4. Refleksi

Menurut Poerwanti (2008), refleksi adalah perenungan kembali

atas apa yang telah dilakukan untuk dijadikan pedoman perbaikan

bagi aktivitas selanjutnya. Sedangkan menurut Arikunto (2009),

refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang

sudah terjadi dan sudah dilakukan.

Peneliti mengkaji aktivitas siswa dalam kegiatan literasi di kelas juga

mengkaji kegiatan itu sudah efektif atau belum, serta mengkaji

kekurangan dan membuat daftar permasalahan yang muncul dalam

pelaksanaan siklus pertama. Kemudian semua itu akan dijadikan

acuan bagi peneliti dalam membuat perencanaan tindak lanjut untuk

siklus berikutnya. Peneliti melakukan perbaikan untuk pencapaian

indikator yang diinginkan pada tahapan siklus kedua agar

pelaksanaannya lebih efektif dan semua permasalahan dapat teratasi

dengan baik. Kegiatan refleksi penelitian ini mengkaji aktivitas siswa

serta hasil belajar dalam pelaksanaan kegiatan literasi baca tulis

dengan melihat ketercapaian dalam indikator kinerja pada siklus

pertama.

3.2. PERENCANAAN TAHAP PENELITIAN

Berikut ini deskripsi dari setiap tahap siklus 1 penelitian tindakan

kelas “ Upaya Peningkatan Literasi Baca Tulis Melalui Pembiasaan Menulis

Jurnal Harian di kelas IV SD Negeri 1 Kretek

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 63: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

50  

3.2.1. Siklus I

a. Perencanaan

1. Menyiapkan buku bacaan yang akan dibaca anak dalam kegiatan

literasi dikelas yaitu membaca 15 menit sebelum pelajaran.

2. Menyiapkan jurnal membaca harian

3. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa

b. Pelaksanaan

1. Guru mengkondisikan kelas

2. Menyampaikan tentang kegiatan literasi sebelum pelajaran

3. Memotivasi siswa agar membaca buku sampai selesai

4. Membebaskan peserta didik untuk memilih buku yang sesuai dengan

minat dan kesenanganya

5. Membolehkan peserta didik untuk memilih tempat yang disukainya

untuk membacanya

6. Memberi semangat kepada peserta didik bahwa ia harus membaca

buku tersebut sampai selesai dalam kurun waktu satu minggu dan

apabila tidak selesai bisa diteruskan pada saat istirahat atau dirumah

7. Peserta didik dan guru bersama-sama membaca buku masing-masing

dengan tenang selama 15 menit

c. Observasi

1. Melakukan pengamatan aktivitas siswa dalam kegiatan literasi baca

tulis

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 64: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

51  

2. Guru menggunakan 5-10 menit setelah membaca untuk bertanya

kepada peserta didik tentang buku yang dibaca dan menuliskan

secara singkat isi dari buku yang telah dibaca.

d. Refleksi

1. Mengevaluasi proses dan hasil pada siklus 1

2. Mengkaji pelakasaan literasi dan efek tindakan pada siklus I

3. Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus I

4. Menganalisis data buku yang dibaca peserta selama satu bulan

5. Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus II

Siklus kedua memiliki tahapan yang sama dengan siklus pertama. Hanya saja

Pada siklus kedua peserta didik tidak disuruh membaca buku dari perpustakaan

tetapi menuliskan sebuah puisi atau cerita pendek

3.2.2. Siklus II

a. Perencanaan

4.1.1. Merancang perbaikan berdasarkan refleksi siklus I.

4.1.2. Menyampaikan kepada peserta didik untuk menyiapkan buku

sebagai buku diary untuk kegiatan menulis setiap hari disekolah atau

dirumah

4.1.3. Membebaskan peserta didik untuk menuliskan dibuku diarynya

baik itu sebuah puisi, cerita pendek, atau cerita kegiatan sehari-hari

yang sudah dilakukan

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 65: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

52  

4.1.4. Memberi semangat kepada peserta didik bahwa ia harus menulis

setiap hari dan setiap yang menulis serta menyetorkan kepada pak

Guru akan mendapatkan bintang yang nantinya apabila sudah

terkumpul sebanyak 20 bintang akan mendapatkan hadiah.

4.1.5. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati penerapan

kegiatan literasi baca tulis.

b. Pelaksanaan

1. Melakukan pengamatan aktivitas siswa dalam kegiatan literasi baca

tulis

2. Peserta didik menulis puisi, cerita pendek atau cerita aktifitas yang

sudah dilakukan di buku diary selama 15 menit dan menyetorkanya

langsung bagi yang sudah selesai.

c. Observasi

1. Melakukan pengamatan aktivitas siswa dalam kegiatan literasi baca

tulis

2. Guru menggunakan waktu 5-10 menit untuk mengumpulkan hasil

tulisan peserta didik

d. Refleksi

1. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus II

2. Mengkaji pelakasaan pembelajaran dan efek tindakan pada siklus II

3. Menganalisis dan merekap hasil karya peserta didik serta

mengumpulkan hasil karya tersebut menjadi sebuah buku kumpulan

hasil literasi peserta didik

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 66: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

53  

4. Apabila hasil dari siklus II belum mencapai kriteria ketuntasan,

maka peneliti merencanakan siklus selanjutnya. Apabila hasil dari

siklus II sudah mencapai kriteria ketuntasan maka, penelitian

dihentikan pada siklus tersebut.

5. Menyusun laporan

3.3. SUBJEK PENELITIAN

Subjek utama penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Kretek.

Siswa kelas IV tersebut terdiri 24 siswa. Selanjutnya setelah data diperoleh

dari siswa kelas IV SD Negeri 1 Kretek, yang dilakukan adalah membuat data

dari guru kelas, dan petugas perpustakaan untuk keakuratan

3.4. OBJEK PENELITIAN

Objek penelitian merupakan informasi yang didapat dari subjek

penelitian. Objek dalam penelitian ini adalah Upaya Guru Meningkatkan

Minat Baca Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Kretek, Rowokele, Kebumen.

3.5. SETTING PENELITIAN

a. Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 1 Kretek. Kecamatan

Rowokele, Kebumen , jawa Tengah yag beralamat di Jalan Yos Sudarso

Barat , Kretek, Rowokele.54472

b. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan alokasi waktu sejak bulan Januari 2019

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 67: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

54  

3.6. INSTRUMEN PENELITIAN

Lexy J. Moleong (2007:168) menyatakan bahwa kedudukan peneliti

dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Penelitian sekaligus merupakan

rencana, pelaksanaan pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan akhirnya

ia menjadi pelopor hasil penelitianya, sedangkan (Suharsimi Arikunto dan

Cepi Syafruddin, 2007:69) instrumen merupakan suatu yang mempunyai

kedudukan sangat penting, karena instrumen akan menemukan kualitas data

yang disimpulkan.

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap

fenomena sosial maupun alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih

tepat kalau dikatakan membuat laporan dari pada melakukan penelitian.

Namun demikian dalam skala yang paling rendah laporan juga dapat

dikatakan sebagai bentuk penelitian ( Emory, 1985).

Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran , maka

harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya

dinamakan instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat

yang digunakan untuk mengukur fenomena alam ataupun sosial yang

diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut dengan variabel

penelitian.

Jumlah instrumen penelitian tergantung pada jumlah variabel penelitian

yang telah ditetapkan untuk diteliti. Pada penelitian kali ini berjudul “ Upaya

Peningkatan Literasi Baca Tulis Melalui Pembiasaan Menulis Jurnal Harian

Kelas IV SD Negeri 1 Kretek “, ada 2 instrumen yang akan digunakan, yaitu

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 68: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

55  

instrumen untuk mengukur faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya

literasi baca dan tulis dan instrumen untuk mengukur mengapa faktor – faktor

tersebut menyebabkan rendahnya literasi baca dan tulis.. Penjabaran

instrumen untuk penelitian ini tertera pada lampiran.

Tabel.3.1. Kisi – Kisi Instrumen Minat Baca

No. Komponen Indikator Pernyataan Jml

Butir Positif Negatif

1 Pemusatan

perhatian

Mampu melaksanakan kegiatan membaca secara

fokus 1,2,3 4,5 5

Mampu melaksanakan kegiatan secara aktif di kelas 6, 7, 8 9,10 5

2 Penggunaan

Waktu Mampu menggunakan waktu secara efektif 11, 12, 13 14, 15 5

3 Motivasi

Membaca

Mampu mengatasi hambatan membaca 16, 17, 18 19, 20 5

Mampu mengutamakan membaca dari pekerjaan

lain 21, 22, 23 24, 25 5

Mampu menunjukkan prestasi belajar 26, 27, 28 29, 30 5

4 Emosi dalam

membaca

Mampu menyimpulkan hasil dari membaca 31, 32, 33 34, 35 5

Mampu memberikan tanggapan terhadap buku yang

dibaca 36, 37, 38 39, 40 5

Mampu melaksanakan kegiatan dengan rasa senang

tanpa keterpakasaan 41. 42, 43 44, 45 5

5 Usaha untuk

membaca

Mampu memiliki buku bacaan 46, 47, 48 49, 50 5

Mampu meminjam buku bacaan 51, 52 53, 54 4

Jumlah Butir 33 21 54

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 69: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

56  

Petunjuk Penggunaan Instrumen Minat Baca

Petunjuk :

Pembakuan instrumen dalam penelitian ini dilengkapi dengan petunjuk

penggunaan angket minat baca. Secara rinci, petunjuk penggunaan angket minat

baca mencakup (1) petunjuk umum, (2) petunjuk penyekoran, dan (3) petunjuk

penggunaan.

1) Petunjuk Umum

Beberapa petunjuk pengunaan instrumen angket minat baca diuraikan sebagai

berikut :

b) Karakteristik siswa sasaran adalah siswa SMA.

c) Angket diberikan dengan diawali petunjuk bahwa tidak ada hubungan

pengisian minat baca ini dengan nilai sehingga perlu dijawab jujur sesuai

dengan kondisi yang dimiliki.

d) Siswa mengerjakan sesuai waktu yang ditentukan yaitu selama 1 jam

pelajaran (45 menit).

2) Petunjuk Penyekoran Instrumen Minat Baca

Instrumen minat baca sebagai hasil penyempurnaan sejumlah 54 butir.

Penyekoran dilakukan sesuai tabel berikut :

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 70: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

57  

Tabel.3.2. Acuan Penyekoran Instumen

Pernyataan Sangat

Setuju Setuju

Kurang

Setuju

Tidak

Setuju

Positif 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk pernyataan positif (melakukan)

selalu skornya 4, setuju skornya 3, kurang setuju skornya 2, dan tidak setuju

skornya 4. Skor untuk pernyataan negatif (tidak melakukan) sangat setuju skornya

1, setuju skornya 2, kurang setuju skornya 3, dan tidak setuju skornya 4. Dengan

jumlah 55 butir, instrumen minat baca mencapai skor maksimum 216.

3) Petunjuk Penilaian dan Penafsiran Instrumen Minat Baca

Setelah mendapatkan skor mentah, pengguna instrumen perlu melihat tabel

penilaian yang berisi transformasi dari skor mentah menjadi nilai standar seperti

dipaparkan berikut:

Tabel.3.3. Skala Instrumen Minat Baca

No.

Interval Persentase

Tingkat Pengusaan

Literasi

Skor Mentah Nilai

1 85 % - 100 % 178 - 216 A

2 75 % - 84 % 132 – 175 B

3 60 % - 74 % 88 – 131 C

4 40 % - 59 % 44 – 87 D

5 0 % - 39 % 0 – 43 E

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 71: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

58  

Tabel tersebut sebagai penentu acuan kriteria dan skala A, B, C, D, dan E

sebagai level penafsiran hasil minat baca siswa. Level A berarti minat baca siswa

kategori sangat tinggi, level B berarti minat baca siswa kategori tinggi, level C

berarti minat baca siswa kategori cukup, level D berarti minat baca siswa kategori

rendah, dan level E berarti minat baca siswa kategori sangat rendah.

Tabel.3.4. Angket Minat Siswa

Identitas Responden

Nama : ...............................................

Kelas : ...............................................

Petunjuk

1

Berilah tanda (√) pada salah satu pilihan yang

kamu anggap sesuai dengan keadaanmu yang

sebenarnya.

2

Apapun jawaban yang kamu berikan tidak

mempengaruhi nilai pelajaran kamu di

sekolah.

Keterangan

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

KS : Kurang Setuju

TS : Tidak Setuju

No Pernyataan Jawaban

SS S KS TS

1 Saya selalu membaca secara seksama.

2 Jika ada buku-buku sastra baru, saya akan

segera membacanya.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 72: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

59  

3 Saya suka jika dimintai pendapat teman ketika

saya membaca.

4 Saya tidak suka jika teman saya mengganggu

ketika saya membaca.

5 Saya terkadang tidak mengetahui sesuatu hal

yang penting dari bacaan tersebut.

6 Saya bersedia membacakan teks di depan kelas

tanpa di suruh.

7 Guru selalu menyuruh teman lain ketika

membaca.

8 Saya selalu memberikan pendapat tentang

buku yang saya baca.

9 Saya kurang bersemangat ketika guru

menyuruh saya membaca di depan kelas.

10 Saya kurang bersedia jika guru meminta saya

untuk menceritakan buku yang saya baca.

11 Dalam sehari paling tidak saya bisa membaca

minimal satu buku.

12 Di waktu luang lebih baik membaca buku dari

pada bermain.

13 Di waktu liburan saya tetap membaca buku.

14 Ketika membaca saya lupa bersosialisasi

dengan teman.

15 Pada saat membaca, saya cenderung

mengabaikan kegiatan lain.

16 Saya dapat mengatasi gangguan di sekitar saya

ketika saya membaca.

17 Saya dapat berkonsentrasi dengan baik dalam

lingkungan yang bising.

18 Saya dapat melakukan hal lain meskipun saya

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 73: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

60  

membaca.

19 Saya tidak dapat berkonsentrasi jika suasana

ramai.

20 Saya tidak dapat membaca jika pikiran saya

tidak tenang.

21 Saya lebih suka membaca daripada

mengerjakan tugas.

22 Saya lebih suka membaca daripada bermain

dengan teman.

23

Jika ada tugas sekolah yang berhubungan

dengan membaca akan saya selesaikan lebih

dahulu daripada tugas-tugas lain.

24 Mengikuti ekstrakurikuler itu lebih

menyenangkan daripada membaca.

25 Saya bosan dengan genre buku yang saya baca.

26 Saya selalu mendapat nilai yang baik ketika tes

membaca.

27 Saya selalu ditunjuk guru untuk menjawab

pertanyaan yang berkaitan dengan isi bacaan.

28 Saya dapat membantu teman ketika

menemukan kesulitan.

29 Saya tidak pernah memikirkan peringkat

berapa di kelas dalam hal membaca.

30 Saya tidak pernah iri jika teman saya mendapat

nilai yang lebih baik.

31 Saya dapat menjawab dengan tepat pertanyaan

yang terkait dengan isi bacaan.

32 Saya dapat menyampaikan kembali isi bacaan.

33 Saya dapat menyimpulkan bacaan.

34 Saya sulit untuk mengingat kembali bacaan

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 74: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

61  

yang telah dibaca.

35 Saya kurang bisa menyimpulkan isi bacaan

dengan tepat.

36 Saya dapat menyampaikan struktur isi bacaan.

37 Saya dapat menyampaikan kekurangan isi

buku.

38 Saya dapat menyampaikan kelebihan buku

tersebut.

39 Saya tidak dapat memberikan komentar yang

tepat tentang isi buku.

40 Saya tidak dapat memberikan perimbangan

tentang baik buruknya isi buku.

41 Saya merasa senang ketika membaca buku

42 Ada kepuasaan tersendiri ketika saya membaca

buku.

43 Banyak pengalaman baru yang saya peroleh

ketika membaca.

44 Saya tidak pernah merasa bosan membaca.

45 Saya hanya tertarik dengan buku-buku

tertentu.

46 Saya memiliki banyak koleksi buku di rumah.

47 Buku-buku yang saya suka saja yang saya

miliki.

48 Genre buku yang saya miliki beragam.

49 Saya lebih suka membeli barang-barang yang

lebih penting daripada buku.

50 Saya tidak terlalu suka membeli buku yang

tidak menarik.

51 Apabila ada teman yang memiliki buku baru,

saya akan meminjamnya.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 75: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

62  

52 Jika tidak dapat membeli buku sendiri, saya

akan meminjam di perpustakaan.

53 Jika teman memiliki buku baru, saya tidak

memiliki keinginan meminjam buku

54 Jika teman-teman memiliki buku kesukaan

saya, saya tidak berusaha untuk membelinya.

3.7. DATA DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA

3.7.1 Jenis Data

3.7.1.1 Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari hasil kegiatan siswa selama proses

kegiatan literasi baca tulis dari siklus 1 dan siklus 2 yang dilakukan siswa.

3.7.1.2 Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari hasil pengamatan dengan menggunakan

lembar pengamatan, aktivitas siswa, wawancara, catatan lapangan, serta

dokumentasi berupa foto dan video dalam kegiatan literasi baca tulis.

3.7.2 Sumber Data

3.7.2.1 Guru

Sumber data guru diperoleh dari hasil pengamatan yang diambil dari

pengamatan serta wawancara yang dilakukan secara sistematis selama

pelaksanaan siklus pertama sampai siklus kedua dalam kegiatan literasi baca

tulis. Selain itu sumber data guru diperoleh dari catatan lapangan selama proses

berlangsung serta metode dokumentasi berupa foto dan video.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 76: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

63  

3.7.2.2 Siswa

Sumber data siswa diperoleh dari hasil observasi yang diperoleh secara

sistematik berupa lembar pengamatan, hasil literasi baca tulis siswa, dan angket

respon siswa selama pelaksanaan siklus pertama sampai siklus kedua.

Selain itu sumber data siswa diperoleh dari catatan lapangan selama proses

berlangsung serta metode dokumentasi berupa foto dan video.

3.7.2.3 Data Dokumen

Sumber data dokumen diperoleh dari data awal yang didapatkan dari

nilai/hasil tes, catatan lapangan, dan beberapa foto sebelum dilakukan tindakan.

3.7.2.4 Catatan Lapangan

Sumber data yang berupa catatan lapangan, diperoleh dari catatan selama

proses kegiatan literasi berlangsung.

3.7.3 Teknik Pengumpulan Data

3.7.3.1 Observasi

Observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian

terhadap sesuatau objek dengan menggunakan seluruh alat indera (Arikunto,

2009: 133).

Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan

aktivitas siswa dalam kegiatan literasi baca tulis.

3.7.3.2 Catatan lapangan

Kekayaan data dalam catatan lapangan memuat secara deskriptif

berbagai kegiatan, suasana kelas, iklim sekolah, kepemimpinan, berbagai

bentuk interaksi sosial, dan nuansa-nuansa lainnya merupakan kekuatan

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 77: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

64  

tersendiri dari Penelitian Tindakan Kelas yang beriklim kualitatif secara

mendasar.

Catatan lapangan ditulis oleh guru pengamat untuk menggambarkan

keadaan saat kegiatan literasi baca tulis dengan pembiasaan menulis jurnal

harian juga untuk mengetahui apabila ada permasalahan yang muncul dan

tidak diharapkan oleh peneliti. Catatan lapangan digunakan untuk merekam

kegiatan selama proses pembelajaran dari siklus pertama sampai siklus kedua.

3.7.3.3 Tes

Poerwanti, dkk. (2008: 1.5) menjelaskan tes adalah seperangkat tugas

yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh

peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan penguasaannya

terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan

pengajaran tertentu.

3.7.3.4 Dokumentasi

Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa daftar kelompok

siswa, daftar nilai siswa dan foto kegiatan pembelajaran.

3.7.3.5 Wawancara

Narbuko dan Achmadi (2007: 83) mengemukakan metode wawancara

adalah proses tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan

antara dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung

informasi-informasi atau keterangan-keterangan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara/interview

bebas, yang dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juaga

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 78: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

65  

akan ada data yang akan dikumpulkan. Metode ini digunakan untuk

mendapatkan kelengkapan informasi dan data secara lisan untuk

mendapatkan keterangan yang berkaitan dengan tujuan penelitian yang

berhubungan dengan literasi baca tulis.

3.8 TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan

kualitatif. Data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan

menganalisa data lalu menggambarkan tentang fenomena yang terjadi.

Fenomena yang diteliti secara deskriptif tersebut dicari informasinya tentang

beberapa hal yang dianggap mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian

mengorganisasikan data.

Analisis data adalah proses mencari dan penyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke

dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana

yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga

mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2012: 335).

Suharsimi dan Cepi Syafrudin (2007: 106) menambahkan bahwa kegiatan

menganalisis data merupakan kegiatan lanjutan setelah data terkumpul dan

ditabulasi. Dari pengolahan data bisa didapatkan keterangan/informasi yang

bermakna atas sekumpulan angka, simbol, atau tanda-tanda yang didapatkan

dari lapangan. Menurut Miles dan Huberman (Andi Prastowo, 2012: 241),

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 79: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

66  

analisis data kualitatif adalah suatu proses analisis yang terdiri dari tiga alur

kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data,

dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Adapun visualisasi dari keterangan

tersebut adalah terdapat pada gambar berikut.

Adapun penjelasan dari model analisis data Miles dan Huberman adalah

sebagai berikut.

a. Reduksi Data

Pada reduksi data dalam penelitian ini, peneliti memilah-milah data

yang berupa pemahaman sumber data mengenai minat membaca,

faktor-faktor yang mempengaruhi minat membaca dan faktor yang

menghambat minat membaca yang diperoleh dari catatan lapangan.

Data tersebut masih berupa data kompleks. Selanjutnya, peneliti

menyederhanakan data tersebut. Peneliti fokus dan lebih tertuju pada

tujuan penelitian sehingga data yang dianggap tidak sesuai dengan

tujuan penelitian akan direduksi agar dapat menghasilkan data yang

lebih mengarah pada hal yang dimaksudkan peneliti.

b. Data (Data Display)

Sugiyono (2012: 341) menjelaskan bahwa dalam penelitian

kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,

bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Pada

penelitian ini, peneliti menyajikan data dalam bentuk uraian singkat

berupa penjelasanm mengenai minat baca siswa kelas IV SD Negeri 1

Kretek

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 80: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

67  

c. Penarikan Kesimpulan (verification)

Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan

pada penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2012: 345) yang

diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum

pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek

yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah

diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif,

hipotesis atau teori. Pada penelitian ini, data-data yang didapatkan

berupa penjelasan dan pemahaman mengenai minat baca siswa kelas IV

SDN 1 Kretek yang telah dikemukakan dalam penyajian data kemudian

diinterpretasikan. Setelah itu data tersebut dianalisis untuk

mendapatkan kesimpulan.

3.9 KEABSAHAN DATA

Setelah dikemukakannya teknik analisis data yang akan digunakan,

selanjutnya dikemukakan pula rencana pengujian keabsahan data yang

akandilakukan. Menurut Lexy J. Moleong (2007: 324) ada empat kriteria

yang digunakan dalam menguji keabsahan data suatu penelitian, yaitu derajat

kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan

(dependability), dan kepastian (confirmability). Pada penelitian ini, peneliti

menggunakan uji kredibilitas dalam uji keabsahan data. Sugiyono (2012: 368)

menyatakan bahwa uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil

penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 81: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

68  

peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman

sejawat, analisis kasus negatif, dan member check.

Pada penelitian ini, pengujian kredibilitasnya menggunakan triangulasi.

Moleong (2007: 330) menjelaskan bahwa triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar

data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data

itu. Sugiyono menambahkan bahwa terdapat triangulasi sumber,triangulasi

teknik pengumpulan data, dan waktu (2012: 372). Triangulasi yang

digunakan peneliti adalah triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Adapun

penjelasan dari triangulasi tersebut adalah sebagai berikut.

a. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber adalah suatu teknik pengecekan kredibilitas

data yang dilakukan dengan memeriksa data yang didapatkan melalui

beberapa sumber (Andi Prastowo, 2012: 269). Peneliti menggali

informasi dari siswa lalu dilakukan triangulasi ke guru serta melebar ke

orang tua. Data dari sumber tersebut kemudian dideskripsikan dan

dikategorikan antara yang memiliki pandangan berbeda dan pandangan

yang sama serta mana pandangan yang lebih rinci.

b. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan den

gan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik

yang berbeda (Sugiyono, 2012: 373). Panton juga mengungkapkan

bahwa untuk teknik ini ada dua strategi. Pertama, pengecekan derajat

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 82: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

69  

kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan

data. Kedua, pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data

dengan teknik yang sama (Andi Prastowo, 2012: 270). Pada penelitian

ini, peneliti mengungkapkan data tentang Upaya Guru meningkatkan

minat baca pada siswa denagan teknik wawancara, observasi, kemudian

diperkuat dengan dokumentasi. Selanjutnya, menjabarkan indikator-

indikator minat membaca tersebut ke dalam butir-butir pertanyaan

(untuk observasi) dan pertanyaan (untuk wawancara).

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 83: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

104  

DAFTAR PUSTAKA

Atmazaki, Nur Berlian Venus Ali, Wien Muldian, Miftahussururi, Nur

Hanifah, Meyda Noorthertya Nento, dan Qori Syahriana Akbari,

(2017), Panduan Gerakan Literasi Nasional , sekretariat Tim GLN

Kemendikbud Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Basrowi, Suwandi (2008), Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, cetakan

pertama, Bogor : Ghalia Indonesia.

Benedictus (2017), Upaya Guru Meningkatkan Minat Baca Pada Siswa kelas

IIIA SD Negeri Kotagede Yogyakarta.

Faizah, Dewi Utama dkk. 2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah Di

Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan

Menengah Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan

Fitria fatmawati (2015), Peningkatan Ketrampilan Membaca Pemahaman

Melalui SQ4R Berbantuan Media Audio Visual kelas IV SD

Ika Nur Harini (2017), Upaya Meningkatkan Minat Baca Pada Siswa Kelas

III A SD Negeri 1 Kotagede Yogyakarta.

Nana Syaodih Sukmadinata,(2010), Metodologi Penelitian

Pendidikan,Cet.6,Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 84: Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1066/1/172903872 CATUR AMPRI INDRAGIRI 1-3.pdfvi 2. Drs Muda Setia Hamid,MM.Akt, selaku Dosen pembimbing II juga yang telah banyak meluang

105  

Syaifur Rohman (2017), Membangun Budaya Membaca Pada Anak Melalui

Program Gerakan Literasi Sekolah

Uus Toharusin, Sri Hendrawati, Andrian Rustaman, (2011), Membangun

Literasi Sains Peserta Didik, Cet.1, Bandung:Humaniora

Yunus Abidin, Tita Mulyani, Hana Yunansah, (2018), Pembelajaran Literasi

: Stategi Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika, Sains,

membaca, dan Menulis, Cet.2,Jakarta: Bumi Aksara

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at