Upload
ariel-drencong
View
87
Download
17
Embed Size (px)
Citation preview
1
RENCANA PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PEMANDIAN AIR
DINGIN LUBUK MINTURUN KOTA PADANG
ARTIKEL
Oleh :
DEFI LORA
No. BP : 1021206022
Dosen Pembimbing:
1. Prof.Dr. Syafrizal,SE, MA
2. Prof.Dr. Elfindri,SE, MA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ANDALAS
2012
2
DAFTAR ISI
halaman
DAFTAR ISI i
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang………………………………………………………….. 1
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………. 4
1.3. Tujuan Penelitian……………………………………………………….. 5
1.4. Ruang Lingkup…………………………………………………………. 6
BAB II. TINJAUAN LITERATUR
2.1. Perencanaan …………………………………………………………….. 6
2.2. Konsep Pariwisata……………………………………………………... 6
2.3. Objek dan Daya Tarik Wisata…………………………………………... 6
2.4. Studi Kelayakan Proyek……………………………………………….. 7
2.5. Analisis Finansial………………………………………………………. 7
2.6. Pengertian Willingness To Pay ( WTP)……………………………….. 8
BAB III. METODOLOGI
3.1. Metode Penelitian……………………………………………………… 9
3.2. Metoda Pengambilan Data…………………………………………….. 9
3.3. Metode Analisis………………………………………………………… 10
BAB IV. Hasil Dan Pembahasan
4.1. Kondisi Pariwisata di Air Dingin Lubuk Minturun Koto Tangah……… 11
4.2. Faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan ke daerah wisata
pemandian di Lubuk Minturun………………………………………….
13
a. Daya Tarik Objek Wisata Pemandian Lubuk Minturun…… 13
3
b. Aksesbilitas ke lokasi objek wisata pemandian Lubuk ...Minturun 14
c. Dukungan / Pelayanan di objek wisata pemandian Lubuk .Minturun 15
4.2.2
.
Pengembangan Objek wisata pemandian Lubuk Minturun 16
4.2.3
.
Pengembangan dengan analisis WTP ( willingness to pay) dari
wisatawan………………………………………………………………..
17
4.3. Analisis Kelayakan Investasi……………………………………………. 17
a. Skenario pesimis……………………………………………. 21
b. Skenario Moderat………………………………………………….. 21
c. Skenario Optimis…………………………………………………… 22
4.2.5 Analisis Aspek Non financial………………………………………………. 23
1 Aspek Pasar………………………………………………………… 23
a Peluang Pasar………………………………………………. 24
b Strategi Pemasaran………………………………………… 24
2 Aspek Teknis……………………………………………………….. 26
3 Aspek Hukum………………………………………………………. 26
4 Aspek Sosial………………………………………………………… 27
4.2.6 Analisis Sensitifitas………………………………………………………. 27
1 Kenaikan Harga Barang…………………………………………….. 27
2 Penurunan Pengunjung………………………………………………. 29
4.2.7 Singkronisasi Dengan Perencanaan Kota Padang…………………………… 29
BAB VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan……………………………………………………………….. 33
5. 2 Rekomendasi Kebijakan Dalam Pengembagan Objek Wisata Pemandian Air
Dingin Lubuk Minturun Kota Padang………………………………………
33
4
5.3. Strategi Dalam Pengembagan Objek Wisata Pemandian Air Dingin Lubuk
Minturun Kota Padang…………………………………………………….
34
5.4. Saran………………………………………………………………………. 35
DAFTAR PUSTAKA
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan
secara maksimal, termasuk didalamnya di sektor pariwisata. Pembangunan bidang
pariwisata diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, karena sektor
pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan di bidang ekonomi. Kegiatan
pariwisata merupakan salah satu sektor non migas yang diharapkan memberikan kontribusi
yang cukup besar terhadap perekonomian negara. Usaha mengembangkan dunia pariwisata
Indonesia ini didukung dengan UU nomor 9 Tahun 1990 dan UU nomor 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan yang menyebutkan keberadaan obyek wisata pada suatu daerah
akan sangat menguntungkan, antara lain meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD),
meningkatnya taraf hidup masyarakat, dan memperluas kesempatan kerja mengingat
semakin banyaknya pengangguran saat ini, meningkatkan rasa cinta lingkungan serta
melestarikan alam dan budaya setempat. Oleh karena itu pengembangan dan pelaksanaan
kepariwisataan harus diupayakan secara terencana, bertahap dan berkesinambungan setelah
melalui pengkajian secara cermat.
Salah satu daerah yang mempunyai potensi cukup besar dan sejak lama telah
diproyeksikan untuk suatu daerah tujuan wisata yang diandalkan adalah Propinsi Sumatera
Barat. Sumatera Barat dicanangkan sabagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia
ternyata semakin dikenal oleh wisatawan mancanegara. Hal ini dibuktikan dengan semakin
meningkatnya kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun, dari tahun 1998-2004, sampai
terjadinya gempa dan tsunami di Aceh pada akhir tahun 2004 yang sangat berpengaruh
kepada kegiatan wisata di Sumatera Barat khususnya untuk Kota Padang, dimana
kunjungan wisatawan langsung mengalami penurunan.
6
Kota Padang merupakan salah satu kota kunjungan wisata di Sumatera Barat,
terutama daerah bagian pantainya. Selama ini wisatawan, baik wisatawan lokal maupun
asing hanya terpaku dengan kawasan wisata di daerah pantai saja, dan melupakan banyak
daerah yang bukan pantai juga menarik untuk dikunjungi. Banyak daerah-daerah yang
berpotensi untuk dijadikan daerah wisata menjadi terlupakan karena wisatawan terlalu
terobsesi dengan pantainya kota Padang. Pada Tabel 1.1 di bawah ini dapat dilihat objek-
objek wisata yang ada di kota Padang dan menurut RTRW 2010-2030 termasuk objek
wisata yang akan dikembangkan.
Table 1.1. Rencana Pengembangan Objek Wisata Di Kota Padang No
. Kecamatan Lokasi Nama Objek Wisata Jenis Objek Wisata Kepemilikan
1 Bungus Teluk
Kabung Kel. Bungus Barat 1. Air Terjun Tiga Tingkat Alam Masyarakat Kel. Bungus Timur 2. Pantai Caroline Pantai Swasta
3. Pantai Bungus Pantai 4. Pantai Sungai Pisang Pantai 5. Pantai Carlos Pantai 6. Puncak Lampu Alam 7. Benteng Jepang Bukit Lampu Sejarah & kepurbakalaan 8. Sungai Pisang Alam 9. Gunung Meru Alam 10. Pulau Sirandah Bahari Masyarakat 11. Pulau Sikuai Bahari Swasta 12. Pulau Sironjong Bahari Masyarakat 13. Pulau Bintangur Bahari Masyarakat 14. Pulau Pasumpahan Bahari Masyarakat 15. Pulau Sibunta Bahari Masyarakat 16. Pulau Sinyaru Bahari Masyarakat 17. Pulau Setan Bahari Masyarakat 18. Pulau Setan Kecil Bahari Masyarakat 19. Pulau Kasik Bahari Masyarakat 20. Pulau Ular Bahari Masyarakat 21. Lubuk Timbulun Alam/Pemandian
2 Lubuk Kilangan Kel. Indarung 1. Taman Hutan Raya Bung Hatta Alam Pemkot. Pdg
Kel. Indarung 2. Pemandian Lubuk Peraku Alam/Pemandian Masyarakat 3. Panorama Sitinjau Laut I Alam 4. Panorama Sitinjau Laut II Alam 5. Gua Kelelawar Alam 6. Lubuk Paraku Alam/Pemandian
3 Lubuk Begalung Kel. Sungai Beremas 1. Pantai Nirwana Pantai Masyarakat 2. Pantai Beremas Pantai 3. Pantai Teluk Bayur Pantai
4 Padang Selatan Kel. Air Manis 1. Pantai Aie Manih Pantai Masyarakat 2. Legenda Malin Kundang Sejarah & kepurbakalaan Pemkot. Pdg 3. Pulau Pisang Gadang Bahari Masyarakat 4. Pulau Pisang Ketek Bahari Masyarakat 5. Pulau Pasir Gadang Bahari Masyarakat 6. Pulau Toran Bahari Masyarakat 7. Pulau Bindalang Bahari Masyarakat 8. Pulau Pandan Bahari Masyarakat
7
No
. Kecamatan Lokasi Nama Objek Wisata Jenis Objek Wisata Kepemilikan
Kel. Batang Arau 9. Taman Siti Nurbaya Sejarah & kepurbakalaan Masyarakat 10. Kelenteng Agama
Kel .Pasar Gadang 11. Bangunan Kota Tua Sejarah Masyarakat 12. Masjid Tua Ganting Sejarah
Kel. Nipah 13. Pantai Padang Pantai Pemkot. Pdg 14. Gunung Padang/Bukit Gado-gado Alam
5 Padang Timur - - - - 6 Padang Barat Kel. Belakang Tangsi 1. Museum Adityawarman Pendidikan/Sejarah dan
kepurbakalaan Pemkot. Pdg
2. Taman Melati 3. Gedung Balai Kota Sejarah & kepurbakalaan Pemkot. Pdg 1. Tugu Pemuda Young Sumatera Sejarah & kepurbakalaan Pemkot. Pdg 5. Tugu Bagindo Azis Chan Sejarah & kepurbakalaan Pemkot. Pdg 6. Taman Budaya Sejarah & kepurbakalaan Pemkot. Pdg
Kel. Purus 7. Pantai Purus Pantai 7 Padang Utara - - - - 8 Nanggalo - - - - 9 Kuranji Kuranji 1. Lubuk Tempurung Alam 10 Pauh Kel. Koto Baru 1. Air Terjun Sikayan Balumuik Alam Masyarakat
2. Sarasah Aia Angek Jariang Alam 11 Koto Tangah Kel. Pasia Nan Tigo 1. Pantai Pasie Jambak Pantai Masyarakat
2. Pantai Pasir Sabalah Pantai 3. Pantai Pasir Kandang Pantai
Kel. Balai Gadang 4. Pemandian Air Dingin Alam/Pemandian Masyarakat Kel. Lubuk Minturun 5. Pemandian Lori Alam/Pemandian Masyarakat
6. Miniatur Mekah (H. Nurli) Agama Masyarakat 7. Pulau Sawo Bahari Masyarakat 8. Pulau Air Bahari Masyarakat 9. Lubuk Minturun Alam Pemandian Masyarakat
Sumber: RTRW 2010-2030 kota Padang
Sesuai dengan RTRW 2010-2030 dan pengembangan kota mulai di arahkan kearah
Timur, baik pusat pemerintahan, pusat kegiatan masyarakat dan permukiman. Orientasi
wisata mulai berpindah, daerah bukan pantaipun mulai dilirik untuk dikembangkan.
Dengan sudah dipindahkannya pusat pemerintahan Kota Padang ke Air Pacah dan
adanya isu tsunami di Kota Padang, memberikan dampak positif (+) untuk pengembangan
objek wisata ke arah Timur, salah satunya ke daerah Lubuk Minturun.
Daerah Lubuk Minturun yang terletak di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang
merupakan salah satu daerah yang berpotensi untuk menjadi daerah kunjungan wisata,
apalagi daerah ini sekarang sudah mempunyai Agro Wisata, dan didukung oleh adanya
batang air lubuk minturun yang menjadi tempat pemandian dan pemandian Lori, dan
daerah yang masih alami dan belum tercemar akan sangat berpotensi untuk menarik para
8
wisatawan kedaerah ini. Ditambah lagi daerah ini jauh dari hiruk pikuknya kota, dikelilingi
oleh sungai dan bukit. Hal ini akan menjadi nilai tambah bagi daerah ini sebagai tempat
kunjungan wisata
Gambar 1.1. Foto Udara Lubuk Minturun
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka dicoba untuk menguraikan rumusan dari permasalahan
yaitu:
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi kedatangan wisatawan ke daerah wisata
pemandian Air Dingin di Lubuk Minturun
2. Objek wisata apa yang dapat dikembangkan di daerah wisata pemandian Lubuk
Minturun sesuai dengan keinginan dan kemampuan wisatawan
3. Apakah daerah wisata pemandian Air Dingin di Lubuk Minturun layak untuk di
kembangkan untuk menarik investor
4. Kebijakan yang bagaimana yang relevan untuk pengembangan daerah wisata
pemandian Air Dingin di Lubuk Minturun sebagai kawasan wisata
9
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis faktor apa yang mempengaruhi kedatangan wisatawan ke kawasan
wisata pemandian Air Dingin di Lubuk Minturun
2. Menganalisis objek wisata yang bisa dikembangkan di daerah pemandian Air
Dingin Lubuk Minturun sesuai dengan keinginan dan kemampuan wisatawan.
3. Menganalisis kelayakan pengembangan kawasan wisata pemandian Air Dingin
Lubuk Minturun untuk menarik investor
Menyusun kebijakan untuk pengembangan daerah wisata pemandian Air
Dingin Lubuk Minturun
1.4. Ruang Lingkup
Kajian dibatasi mangkaji pengembangan pariwisata di pemandian Air Dingin Lubuk
Minturun dengan asumsi objek wisata yang lain yang terdapat di kawasan wisata Lubuk
Minturun akan di kembangkan oleh pihak lain.
10
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
2.1 Perencanaan
Perencanaan pada dasarnya merupakan cara, teknik atau metode untuk mencapai
tujuan yang diinginkan secara tepat, terarah dan efisien sesuai dengan sumber daya yang
tersedia. Sedangkan secara umum perencanaan pembangunan adalah cara atau teknik untuk
mencapai tujuan pembangunan secara tepat, terarah, dan efisien sesuai dengan kondisi
negara atau daerah yang bersangkutan. Sedang tujuan pembangunan pada umumnya untuk
mendorong proses pembangunan secara lebih cepat guna mewujudkan masyarakat yang
maju, makmur dan sejahtera. (Sjafrizal,2009)
2.2 Konsep Pariwisata
Dari banyak literatur ada bermacam-macam pendapat tentang definisi dari pariwisata,
namun kesemuanya mempunyai tujuan yang hampir sama.
Secara umum pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan seseorang untuk
sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan
meninggalkan tempat semula dan dengan suatu perencanaan atau bukan maksud untuk
mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya, tetapi semata-mata untuk menikmati
kegiatan pertamasyaan atau rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
2.3. Objek dan Daya Tarik Wisata
Menurut Fandeli (2000: 58), obyek wisata adalah perwujudan daripada ciptaan
manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang
mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. Sedangkan obyek wisata alam adalah
11
obyek wisata yang daya tariknya bersumber pada keindahan sumber daya alam dan tata
lingkungannya.
2.4.Studi Kelayakan Proyek
Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek
(biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Pengertian
keberhasilan ini mungkin bisa ditafsirkan agak berbeda-beda. Ada yang menafsirkan dalam
artian yang lebih terbatas, ada juga yang mengartikan dalam artian yang luas. Artinya yang
lebih terbatas, terutama dipergunakan oleh pihak swasta yang lebih berminat tentang
manfaat ekonomis suatu investasi
2.5.Analisis Finansial
Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan
manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek
(Husnan dan Suwarno, 1994). Menurut Drs. M. Giatman, 2005, berikut adalah metode yang
sering digunakan dalam menganalisis kelayakan ekonomi suatu kegiatan:
a) Metode Net Present Value
Metode nilai sekarang bersih (NPV) mengandalkan pada teknik arus kas yang
didiskontokan. Untuk mengimplementasikan pendekatan ini, proses nya adalah sebagai
berikut :
a. Tentukan nilai sekarang dari setiap arus kas, termasuk arus masuk dan arus keluar,
yang didiskontokan pada biaya modal proyek
b. Jumlahkan arus kas yang didiskontokan ini, hasil ini didefinisikan sebagai NPV
proyek
12
c. Jika NPV adalah positif, maka proyek harus diterima, sementara jika NPV adalah
negatif, maka proyek itu harus ditolak. Jika dua proyek dengan NPV positif adalah
mutually exclusive, maka salah satu dengan nilai NPV terbesar harus dipilih .
Metode NPV pada dasarnya memindahkan cash flow yang menyebar sepanjang
umur investasi ke waktu awal investasi (t=0) atau kondisi present. NPV diperoleh
dengan menghitung Present Worth of Benefit (PWB) dan Present Worth of Cost
(PWC). Suatu proyek dapat dikatakan layak jika nilai NPVnya lebih besar dari pada 1.
b) Analisis Benefit Cost Ratio (BCR)
Analisis Benefit Cost Ratio (BCR) yang juga disebut sebagai Analisa biaya-
manfaat (CBA) merupakan metode yang paling umum dipakai dalam melihat perkiraan
nilai ekonomi dan kebijakan untuk suatu proyek. Suatu kegiatan dapat dikatakan layak
jika nilai BCRnya besar sama 1.
c) Metode Internal Rate of Return
Metode ini untuk membuat peringkat usulan investasi dengan menggunakan
tingkat pengembalian atas investasi yang dihitung dengan mencari tingkat diskonto
yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas masuk proyek yang diharapkan
terhadap nilai sekarang biaya proyek atau sama dengan tingkat diskonto yang membuat
NPV sama dengan nol.
2.6.Pengertian Konsep Willingness To Pay ( WTP )
Secara umum, dapat didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang
ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya, atau dapat
juga diartikan sebagai jumlah maksimal seseorang mau membayar untuk menghindari
terjadinya penuruna terhadap seseorang ( Akhmad Fauzi, 2004)
Menurut Bambang Pudjianto (2002) WTP (willingness to pay) adalah kemauan
membayar dari masyarakat terhadap suatu jasa atau barang berdasarkan keinginan untuk
mendapatkan pelayanan setimpal dengan uang yang dimiliki.
13
BAB III
METODOLOGI
3.1. Metode Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif. Metode penelitian yang
dipakai adalah metode kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan data primer dan data
sekunder. Teknik pengumpulan data primer dengan melakukan observasi (pengamatan
langsung) dan wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner, sedangkan
untuk data skunder diperoleh dari studi pustaka
3.2. Metoda Pengambilan Data
Data yang diambil adalah data primer dan data skunder. Data primer diambil
dengan teknik survey kelapangan untuk melakukan obsrevasi (pengamatan langsung
ke lapangan) dan melakukan penyebaran angket/kuesioner terhadap wisatawan yang
datang, masyarakat dan terhadap pihak-pihak terkait lainnya. Dalam melakukan
survey interview dengan responden ini dibantu oleh surveyor untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari kusioner. Dimana dalam survey ini dimungkinkan
mendapatkan informasi dan data secara fleksibel. Dan data skunder diambil dari
data statistik yang dikeluarkan pemerintah, penelitian sebelumnya dan juga laporan
studi yang terkait dengan penelitian yang dapat dijadikan penunjang dalam
penelitian.Data-data dari instansi-instansi terkait seperti Dinas Pariwisata, Bappeda,
Dinas Pertanian, Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan, dan sumber lainnya.
14
3.2.Metode Analisis
1. Metoda Kualitatif yang di kuantitatfkan dengan menggunakan alat ukur Skala
Likert (untuk menjawab tujuan 1: Faktor apa saja yang mempengaruhi kedatangan
wisatawan ke daerah/kawasan wisata di Lubuk Minturun
2. Contingent Valuation Method (CVM) dengan Pendekatan WTP (willingness to
pay) (untuk menjawab tujuan 2: Menentukan objek-objek wisata yang bisa
dikembangkan di daerah pemandian Lubuk Minturun dan sekitarnya)
3. Contingent Valuation Method (CVM) dengan Pendekatan WTP (willingness to
pay) (untuk menjawab tujuan 2: Menentukan objek-objek wisata yang bisa
dikembangkan di daerah pemandian Lubuk Minturun dan sekitarnya)
Analisis Finansial (untuk menjawab tujuan 3: menentukan kelayakan
pengembangan kawasan wisata pemandian di daerah Lubuk minturun untuk
menarik investor). Untuk anlisis finansial ini dipakai nilai-nilai di bawah ini.
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Kondisi Pariwisata di Air Dingin Lubuk Minturun Koto Tangah
Daerah Lubuk Minturun yang terletak di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang
merupakan salah satu daerah yang berpotensi untuk menjadi daerah kunjungan wisata,
apalagi daerah ini sekarang sudah menjadi daerah Agro Wisata, dan didukung oleh adanya
batang air Lubuk Minturun yang menjadi tempat pemandian dan pemandian Lori, dan
daerah yang masih alami dan belum tercemar akan sangat berpotensi untuk menarik para
wisatawan kedaerah ini. Ditambah lagi daerah ini jauh dari hiruk pikuknya kota, dikelilingi
oleh sungai dan bukit. Hal ini akan menjadi nilai tambah bagi daerah ini sebagai tempat
kunjungan wisata
Daerah ini juga didukung dengan adanya Miniatur Mekkah di Mesjid Nur-Zikrillah
di Sungai Lareh sebagai daerah wisata dengan konsep Islami dan di campur modern karena
adanya wisata out bond di lingkungan mesjid tersebut yang menambah daya tarik kawasan
ini untuk dijadikan pengembangan kawasan wisata Padang ke daerah Lubuk minturun ini
Berwisata ke pemandian alam memang menjadi pilihan banyak warga Kota Padang
dan sekitarnya. Barangkali konotasi tempat pemandian sembari menikmati keindahan alam
sungguh mengasyikkan. Tak sulit mencari tempat pemandian alam di wilayah Sumbar.
Khusus Kota Padang, salah satunya tempat wisata pemandian alam Lubuk minturun.
16
Gambar 4.4 Foto Suasana Wisata Pemandian Lubuk Minturun Saat Ini
Pada saat liburan lokasi ini sangat banyak dikunjungi walau dengan fasilitas yang
masih tradisional dan belum di sentuh perencanaan yang terarah. Apalagi kalau dikembang
dengan perencanaan yang terarah tanpa merobah objek aslinya
17
4.2. Hasil dan Pembahasan
4.2.1 Faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan ke daerah wisata
pemandian di Lubuk Minturun
Untuk mengindentifikasi faktor apa saja yang mempengaruhi wisatawan datang ke
daerah wisata pemandian Lubuk Minurun ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan
dalam bentuk kuisioner guna mendapatkan informasi dari para wisatawan yang datang
mengunjungi tempat ini.
Variabel-variabel daya tarik objek wisata pemandian, aksesbilitas ke lokasi dan
daya dukung/layanan yang ada di lokasi pemandian Lubuk Minturun diharapkan dapat
menjawab dari faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan datang ke lokasi
pemandian ini.
a. Daya Tarik Objek Wisata Pemandian Lubuk Minturun
Ketika di tanya kepada responden mengenai daya tarik objek wisata yang mereka
kunjungi dengan beberapa pertanyaan melalui kuesioner dengan menggunakan skala likert
dengan empat pernyataan yang di ajukan kepada 104 responden, ternyata jawaban
responden rata-rata berada daerah netral dan setuju dengan nilai skor yang berada antara
312– 416 dan lebih mendekati setuju dengan pernyataan yang di buat peneliti dalam
kuesioner. Dari hasil analis analisis di dapat kalau skor tertinggi ada pada pernyataan
bahwa daya tarik objek pemadian Lubuk Minturun unik dan berbeda dari tempat lain, dan
yang kedua adalah karena keindahan alam yang tetap terjaga. Karena itu dapat dikatakan
karena tempat ini unik dari tempat yang lain yang mendorong wisatawan datang ke lokasi
ini. Selain itu Untuk pertanyaan hal yang mendorong mereka (wisatawan) datang ke lokasi
wisata ini sebanyak 46,66% menyatakan datang karena keindahannya, 20,69% menyatakan
datang ke sini karena lokasi berada tidak jauh dari tempat tinggal mereka. Sedangkan yang
ingin tahu menjawab sebanyak 25% dan sebanyak 7,7 % menjawab lain dari yang tiga
sebelumnya.
18
Seiring dengan pertanyaan sebelumnya, ketika ditanya tentang hal apa yang ingin
dinikmati oleh renponden selama berkunjung ke lokasi wisata, sebanyak 23,77% menjawab
karena keindahan alamnya, dan 27,05 % menjawab karena ketenangannya. Paling banyak
menjawab karena pemandian yang bersih yaitu sebanyak 44,26% dan selebihnya sebanyak
4,92% menjawab lain-lain.
b. Aksesbilitas ke lokasi objek wisata pemandian Lubuk Minturun
Untuk pencapaian ke lokasi sebanyak 64,42% responden mengatakan kalau untuk
mencapai lokasi mudah, sebanyak 24,04 % mengatakan sangat mudah dan hanya sebanyak
11,53% responden yang mengatakan sulit untuk mencapai lokasi wisata. Hal ini mungkin
juga didukung dengan jarak lokasi dengan jalan utama cenderung dekat menurut
sebahagian besar pengunjung
Pertanyaan Frekuensi Persentase
A Sangat mudah 25 24,04%
B Mudah 67 64,42%
C Sulit 12 11,53%
46,66% Karena Keindahan 20,69% Tidak
jauh dari tempat tinggal
25% Ingin tahu 7,70% Lain..
Yang Mendorong Wisatawan Datang
24%
27% 44%
5%
Yang Ingin Dinikmati Selama berkunjung
23,77% Keindahan alam
27,05% Ketenangan
44,26% Pemandian yang bersih 4,92% Lain..
19
Mengenai jarak tempat wisata dengan jalur utama sebanyak 61,54 % respoden
mengatakan kalau lokasi dekat dengan jalur utama karena mereka menempuhnya kurang
dari 15 menit dan sebanyak 38,46% mengatakan jauh karena mereka menempuhnya lebih
dari 15 menit dan Aksesbilitas ke lokasi sangat menentukan tempat ini akan di kunjungi
atau tidak. Dari hasl di atas dapat di lihat kalau aksesbilitas ke lokasi menurut sebagian
besar pengunjung adalah mudah dan dekat.
c. Dukungan / Pelayanan di objek wisata pemandian Lubuk Minturun
Untuk pertanyaan tentang fasilitas dukungan / pelayanan di objek wisata
pemandian ini dari total skor yangdiperoleh sepertiyang terlihat pada tabel di atas rata-rata
jumlah skor tetap berada antar daerah netral dengan setuju akan pernyatan yang di berikan
pada kuesioner yang ajukan, kecuali pada pernyataan banyaknya informasi dan promosi
tentang objek wisata di sini. Jumlah skor berada di daerah antara tidak setuju dengan netral
( skor antara 208 – 312 ), dimana total skor untuk pernyataan ini adalah 276
Sedangkan untuk 3 pernyaataan terakhir yaitu : Obyek Wisata Pemanadian Lubuk
Minturun menyediakan fasilitas untuk melaksanakan ibadah bagi pengunjung, Obyek
Pariwisata Lubuk Minturun menyediakan fasiltas parkir bagi kendaraan pengunjung,
Lingkungan di sini sangat nyaman, ramah, membuat saya ingin kembali ke sini , total skor
berada pada nilai 416 – 520 dimana responden setuju – sangat setuju dengan pernyataan
yang di ajukan dalam kuesioner.
Pendapat pengunjung dengan fasilitas rekreasi yang ada saat ini, dimana menurut
55,34% responden fasilitas yang ada saat ini kurang memadai, sedangkan sebanyak 33,01%
responden mengatakan memadai dan responden yang mengatakan sangat memadai
sebanyak 11,65% . Jadi sebagaian besar pengunjung memang merasakan kalau fasilitas
rekreasi yang ada saat ini kurang memadai. Jadi tempat ini menang perlu pembenahan
lebuh lanjut. Sedang untuk pennyedia informasi tentang lokasi ini ternyata jawaban
20
responden 57,28% responding mengatakan kalau informasi kurang memadai, 36,89%
mengatakan memadai dan hanya 5,82% yang mengatakan sangat memadai.
4.2.2 Pengembangan Objek wisata pemandian Lubuk Minturun
Kondisi objek wisata pemandian Lubuk Minturun saat ini masih alami, belum ada
pengembangan yang berarti. Ini disebabkan tidak adanya dana yang di anggarkan untuk
pengembangan dari APBD. Tidak adanya anggaran untuk pembenahan tempat ini di
sebabkan karena objek wisata ini tidak memberikan kontribusi yang berarti ke daerah.
Walaupun dengan kondisi seperti saat ini masih banyak pengunjung yang datang
untuk menikmati keindahannya, alangkah baiknya kalau tempat ini dikembangkan dengan
wahana yang lebih menarik tanpa mengurangi unsur alam yang ada disini. Maka untuk
pengembangan ini ditanyakan kepada pengunjung seberapa besar keinginan pengunjung
untuk pengembangan lokasi ini melalui kuesioner yang disebar kepada pengunjung.
Untuk pengembangan kawasan wisata, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan dalam kuesioner dijawab dengan rata-rata skor yang berada di daerah setuju
dengan sangat setuju, yaitu dengan total skor berada pada nilai 416 – 520. Sedangkan pada
pernyataan Seandainya disini ada penginapan saya ingin lebih lama lagi di sini, Perlu
inovasi–inovasi baru untuk pengembangan kawasan ini, Pelayanan yang baik untuk
kenyamana dan keamanan pengunjung sangat kami butuhkan, dan kami bersedia membayar
untuk itu, total skor untuk jawaban respoden berada pada nilai 312 – 416 yang berarti
responden netral – setuju dengan pernyataan yang diajukan.
Maka dapat disimpulkan kalau sebagian besar dari pengunjung setuju dan
menginginkan kalau tempat ini dikembangkan lagi. Pengembangan ini direncanakan dari
segi arena permainan, fasilitas penunjang lainnya seperti fasilitas parkir, ibadah,
kuliner,penginapan dan lain-lainnya. Dan dari hasil survey pengunjung bersedia membayar
lebih sesuai dengan kepuasan yang mereka terima apabila tempat ini dikembangkan.
21
Pernyataan ini mempunyai skor 450 yang berada di daerah sangat setuju. Apabila
dipresentasekan dari 104 responden sebesar 91,35 % setuju dengan pernyataan.
4.2.3. Pengembangan dengan analisis WTP ( willingness to pay) dari wisatawan
Hasil dari nilai WTP dapat dilihat seberapa besar keinginan pengunjung untuk
mengorbankan uang mereka untuk kepuasan yang akan mereka terima. Nilai WTP yang di
tawarkan kepada pengunjung berkisar antara Rp.2000.- – Rp.100.000.- untuk 3 alternatif
yang ada pada kuesioner.
Tingkat Kesediaan Membayar
WTP (Rupiah) Alternatif
(A)
Alternatif
(B)
Alternatif
(C)
2.000 - 5.000 4 4 4
5.500 - 1.0000 3 4 2
10.500 - 15000 8 18 13
15.500 - 20.000 17 27 18
20500 -25.000 13 13 18
25.500 - 35.000 26 14 18
35.500 - 45.000 15 7 13
45.500 - 55.000 6 3 5
55.500 - 70.000 3 2 2
70500 - 85.000 - - -
85.500 - 100.000 - - -
95 92 92
Dari Tabel di atas dapat dilihat kesediaan wisatawan untuk membayar berkisar Rp.2000 –
Rp.70.000, dengan jumlah terbanyak pada alternatif A ( water boom ) yaitu berkisar
Rp.25.500 – Rp.35.000 yang di isi oleh 26 orang dari 95 orang responden (27,37%) dan
rata-rata untuk alternatif A ini Rp.27.544,74. Nilai rata-rata menunjukkan suatu dugaan
besaran WTP rata-rata dari pengunjung untuk membayar retribusi masuk ke objek wisata
untuk alternatif A.
22
Sedangkan untuk alternatif B ( arung jeram ) dengan 92 responden yang mengisi, jumlah
terbanyak ada pada nilai Rp.15.500- Rp.20.000. yang diisi oleh 27 orang responden
(29,3%). Untuk nilai rata-rata pada alternatif ini adalah Rp.22.513,59.
Dan untuk alternatif C ( out bond) jumlah terbanyak berada pada nilai Rp.15.500 –Rp.
20.000, Rp.20500 - Rp.25.000 dan Rp.25.500 - Rp.35.000 masing masing diisi oleh 18
responden (19,35%) , sedangkan nilai rata-rata untuk alternatif ini adalah Rp.25.470,43.
Dari 3 alternatif di atas nilai rata – rata yang paling tinggi adalah Rp.27.544,74 yang berada
pada alternatif A dan pada alternatif ini jumlah terbanyak berada pada kisaran Rp.25.500 –
Rp.35.000. Ini adalah kisaran tertinggi bila dibanding dengan dua alternatif lainnya. Dan
nilai tertinggi ke dua adalah berada pada alternatif C dengan WTP rata-rata Rp.25.470,43
dan jumlah terbanyak berada pada kisaran Rp.15.500 - Rp.35.000. Sedangkan untuk
alternatif B mempunyai nilai terendah yang membuktikan kurangnya minat wisatawan akan
alternatif ini. Hal ini dikarenakan arena arung jeram peminatnya hanya pada kalangan
terbatas saja, dan alternatif B tidak bisa dipilih juga karena kecepatan air yang kurang
mendukung untuk wahana ini
Dengan hasil di atas maka daerah ini akan dikembang dengan wahana waterpark sebagai
hasil WTP tertinggi dari wisatawan yang dipadukan dengan wahana outbond yang tak
terlepas dari nuansa air sungai dan wahana yang akan di rencanakan di sesuaikan dengan
nilai WTP wisatawan agar harga dapat dijangkau oleh masyarakat dan layak untuk investor
untuk berinventasi.
4.2.4. Analisis Kelayakan Investasi
Rencana pengembangan ini akan dilakukan dalam 3 skenario, yaitu skenario
pesimis dimana pengembangan hanya pada daerah pemandian sungai Lubuk Minturun
dengan memanfaatkan sarana prasarana eksisting yang sudah di benahi dimana pengunjung
23
yang datang hanya datang untuk mandi di sungai sekalian menikmati alam , skenario
moderat yaitu pengembangan dengan memanfaatkan kondisi eksisting yang sudah dibenahi
dan ditambah dengan wisata outbond yang tak lepas dari suasana air tanpa melakukanan
penambahan area wisata, serta skenario optimis yaitu pengembangan dengan kondisi
eksisting ditambah dengan penambahan area untuk area wahana water park lainnya antara
lain water boom yang sangat digemari oleh wisatawan.
Perbandingan ketiga skenario perencanaan
Skenario Pesimis Skenario Moderat Skenario Optimis
Pengembangan: Pada skenario ini hanya
memanfaatkan sarana
prasarana eksisting yang ada
saja dimana pengunjung
yang datang hanya datang
untuk mandi di sungai
sekalian menikmati alam
Pengembangan dengan
memanfaatkan kondisi eksisting
yang sudah dibenahi dan di
tambah dengan wisata outbond
(flying fox, jembatan clatter,
postman walk, net bridge, log
bridge)
Pengembangan pada skenario
moderat ditambah dengan
penambahan area untuk
wahana wate rpark berupa
water boom
Penerimaan:
Dari karcis masuk
penyewaan ban karet dan
parkir
Dari penerimaan pada skenario
pesimis dan ditambah dengan
tiket tiap permainan outbond
yang di tawarkan
Dari penerimaan pada
skenario moderat, ditambah
dengan tiket waterboom
Pengeluaran:
Biaya perbaikan lahan, biaya
promosi, anggaran untuk
operasional dan maintenance
serta biaya personil atau gaji
pegawai
Pengeluaran pada skenario
pesimis ditambah dengan
pengeluaran pembuatan wahana
outbond
Pengeluaran pada skenario
moderat ditambah dengan
pengeluaran pembuatan
wahana waterboom pada area
baru
Investasi
Rp. 276.810.000
Rp. 1.129.729.900 Rp.10.034.772.300.
24
Asumsi Dasar dalam tiga skenario perencanaan
No Skenario Pesimis Skenario Moderat Skenario Optimis 1 Modal awal untuk investasi diperoleh dari investor. Modal ini merupakan modal sendiri, bukan
pinjaman dari bank.
2 Tingkat diskonto yang dipakai sebesar 7%, yang merupakan Tingkat Suku Bunga Deposito
Berdasarkan Sekelompok Bank Umum tahun 2011 yaitu 6% - 7%
3 Umur proyek adalah 20 tahun berdasarkan umur teknis dari aset yang ada dan peralatan utama
dari outbound dan waterboom
4 Diasumsikan investor akan membayar royalti sebesar 15% dari pendapatannya ke
Pemerintah Kota Padang. 5 Pengunjung pada skenario
pesimis adalah pengunjung
keadaan sekarang dan akan
mengalami kenaikan 2%
pertahun. Hal ini berdasarkan
pertumbuhan penduduk di
daerah Kota Padang 7 tahun
terakhir adalah 2%-5%
/pertahun dan diambil 2%
sebagai pertumbuhan yang
terendah
Pengunjung pada skenario
maderat adalah pengunjung
pada keadaan sekarang dan
mengalami kenaikan 5%
pertahun. Hal ini berdasarkan
pertumbuhan penduduk kota
Padang per tahun adalah 2%-
5% dan diambil nilai 5%
Pengunjung pada skenario
maderat adalah pengunjung
pada keadaan sekarang dan
mengalami kenaikan 5%
pertahun. Hal ini
berdasarkan pertumbuhan
penduduk kota Padang rata-
rata per tahun adalah 5%
6 Investor akan dikenakan pajak penghasilan sesuai tarif pajak progresif berdasarkan UU No. 23
tahun 2009 tentang Tarif Umum PPh Wajib Pajak pribadi
7 Kenaikan harga tiket 5% pertahun berdasarkan rata-rata dari Indeks Harga Konsumen Kota
Padang tahun 2004 sampai 2011.
8 Diasumsikan investor melakukan kerjasama dengan Pemerintah
Kota Padang untuk pengembangan objek wisata pemandian
melalui sistem BOOT (Build-Own-Operate-Transfer) maka
diusulkan bahwa investor akan membayar royalti sebesar 15%
dari pendapatannya ke Pemerintah Kota Padang.
Sistim Kerjasama Bangun-Miliki-Operasi-Transfer
(Build-Own-Operate-Transfer) BOOT merupakan bentuk
kemitraan yang dalam hal ini pihak swasta mendapatkan
waralaba ekslusif untuk pembiayaan, pembangunan, operasi,
perawatan, pengaturan dan pengumpulan bayaran dalam
periode yang tetap sebagai kompensasi investasinya. Dan pada
akhir masa waralaba, fasilitas tersebut dapat kembali menjadi
milik pemerintah.
Diasumsikan investor
melakukan kerjasama
dengan masyarakat dalam
penyediaan tanah untuk
arena waterboom untuk
pengembangan objek wisata
pemandian melalui sistem
BOOT (Build-Own-Operate-
Transfer) maka diusulkan
bahwa investor akan
membayar royalti sebesar
25% dari pendapatannya ke
masyarakat sebagai pemilik
tanah selama umur proyek,
setelah itu dikembalikan
kepada masyarakat.
25
a. Skenario Pesimis
Pada skenario pesimis yang dapat dinikmati oleh pengunjung adalah berupa atraksi
pemandian di objek pemandian. Ada penyewaan ban karet dengan sewa Rp.2000 dan akan
mengalami kenaikan 25% per lima tahun dan diasumsikan 30% dari pengunjung menyewa
ban karet. Sumber pendapatan lain adalah berupa area parkir kendaraan roda 4 dengan
biaya parkir Rp. 2000/unit dan roda 2 dengan biaya parkir Rp.1000/unit. Diasumsikan
setiap tahun kelimanya biaya parkir naik RP. 500 (25%). Berdasarkan hasil survey lebih
dari ± 50% pengunjung memakai kendaraan roda 4 dan ± 20% memakai kendaraan roda 2.
Uraian Skenario Pesimis
Net Present Value (NPV) Rp. 91.409.729.-
).-
Layak
Internal Rate of Return
(IRR)
29% Layak
Benefit Cost Ratio (BCR) 0,9 Tidak layak
Kerena pada penghitungan BCR yang tidak layak maka kegiatan pengembangan pada skenario ini
tidak dilanjutkan.
b. Skenario Moderat
Pada skenario ini pengunjung yang datang dapat menikmati lokasi yang sudah di
kembangkan. Pengembangan dengan memanfaatkan kondisi eksisting yang sudah dibenahi
dan di tambah dengan wisata out bond dengan beberapa permainan yang tak lepas dari
suasana air tanpa melakukanan penambahan area wisata. Wisata Outbond yang ditawarkan
kepada pengunjung adalah flying fox, jembatan clatter, postman walk, net bridge, log
bridge ( ada 5 permainan outbond yang memacu adrenalin) dimana semua permainan ini
semuanya tidak terlepas dari nuansa sungai. Penerimaan berasal dari penerimaan pada
skenario pesimis dan ditambah dengan tiket tiap permainan outbond yang di tawarkan.
Berdasarkan perbandingan dengan lokasi lain dengan permainan yang sama tiap permainan
dikenakan harga tiket sebesar Rp.10.000.-s/d Rp20.000.-. Disini diasumsikan tiap
permainan dikenakan biaya Rp.10.000.-/permainan dan akan mengalami kenaikan 5%
pertahun, dan di asumsikan 20% dari pengunjung akan menikmati tiap-tiap permainan yang
26
ada . Sedangkan untuk pengunjung mengalami kenaikan 5% pertahun dengan jumlah
ditahun pertama. Dari hasil analisis finasialmaka didapat hasil sebagai berikut
Uraian Skenario Moderat
Net Present Value (NPV) Rp. 2.120.197.328.- Layak
Internal Rate of Return
(IRR)
22 % Layak
Benefit Cost Ratio (BCR) 1,57 Layak
Dari ketiga hasil analisis financial pada skenario moderat layak dilakukam dengan kata lain
kegiatan pengembangan pada skenario ini akan menguntungkan
c. Skenario Optimis
Pada skenario ini pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan pada
skenario moderat ditambah dengan penambahan area untuk wahana water park berupa
water boom yang sangat digemari oleh wisatawan berdasar hasil survey yang telah
dilakukan. Untuk skenario ini ada penambahan lahan untuk wahana waterboom dengan
bekerja sama dengan masyarakat. Diasumsikan investor melakukan kerjasama dengan
masyarakat untuk pengembangan objek wisata pemandian melalui sistem BOOT (Build-
Own-Operate-Transfer) maka diasumsikan bahwa investor akan membayar royalti sebesar
25% dari pendapatannya ke Masyarakat yang punya tanah, dan ini hanya pada arena
waterboom
Sistim Kerjasama Bangun-Miliki-Operasi-Transfer (Build-Own-Operate-Transfer)
di sini merupakan bentuk kemitraan yang dalam hal ini pihak swasta mendapatkan
waralaba ekslusif untuk pembiayaan, pembangunan, operasi, perawatan, pengaturan dan
pengumpulan bayaran dalam periode yang tetap sebagai kompensasi investasinya. Dan
pada akhir masa waralaba, fasilitas tersebut dapat kembali menjadi milik masyarakat.
Pada kondisi ini pengunjung yang datang dapat menikmati selain dari kondisi pada
skenario moderat, akan menikmati wahana waterboom yang berada masih di sekitar area
pemandian pada kondisi moderat. Untuk memasuki area ini di asumsikan pengunjung
27
membayar sesuai dengan analisis WTP dengan rata-rata Rp.27544,74.- dan harga tertinggi
Rp 35.000.- dan akan mengalami peningkatan 5% pertahun. Harga terebut diambil sesuai
dengan analisis sebelumnya dimana kesanggupan orang mem bayar untuk wahana yang
disediakan adalah Rp. 25.0000.- s/d Rp. 35.0000.- Untuk wahana ini di asumsikan 50%
pengunjung akan memasuki mengingat ketika survey tingginya minat pengunjung untuk
wahana ini. Sedangkan untuk tiket masuk Rp.10000.-/orang dengan kenaikan 5% pertahun.
Untuk skenario ini di asumsikan pengunjung meningkat 40% pada tahun pertama dari
skenario pesimis dan mengalami peningkatan 5% pertahun. Dari hasil analisis di dapat nilai
NPV, IRR, dan BCR sebagai berikut
Uraian Skenario Optimis
Net Present Value (NPV) Rp. 12.707.660.139.- Layak
Internal Rate of Return
(IRR)
17 % Layak
Benefit Cost Ratio (BCR) 1,5 Layak
Dari ketiga hasil analisis financial pada skenario moderat layak dilakukam dengan kata lain
kegiatan pengembangan pada skenario ini akan menguntungkan
4.2.5. Analisis Aspek Non financial
1. Aspek Pasar
Aspek pasar merupakan aspek yang menjadi prioritas utama dalam
menentukan layak tidaknya suatu usaha. Jika pasar yang dituju tidak jelas, prospek
usaha kedepannya pun tidak jelas, maka resiko kegagalan usaha menjadi besar.
Untuk itu, dalam menentukan layak tidaknya kegiatan pengembangan objek wisata
pemandian Air Dingin Lubuk Minturun dari aspek pasar perlu dikaji dengan baik
struktur pasar yang terbentuk dan peluang pasar yang ada. Melalui strategi
pemasaran yang baik pula maka peluang pasar yang tersedia dapat diraih dengan
baik. Suatu usaha dikategorikan layak untuk dijalankan dilihat dari aspek pasar
dengan syarat jika tersedia pasar yang siap menerima produk perusahaan tersebut
(Suratman, 2002).
28
a. Peluang Pasar
Dari hasil pengamatan, terlihat bahwa permintaan akan tempat wisata di
Kota Padang terbilang tinggi. Hal ini tampak dari ramainya kunjungan
wisatawan pada lokasi wisata yang ada termasuk daerah pemandian Lubuk
Minturun, terutama di hari libur. Dengan tingginya permintaan tersebut
membuat daerah pemandian Lubuk Minturun mempunyai peluang untuk
dikembangkan sebagai kawasan wisata. .
b. Strategi Pemasaran
Manajemen pemasaran berhubungan dengan bauran pemasaran yang
meliputi analisis terhadap produk, harga, dan promosi dari produk wisata yang
ditawarkan di lokasi Pemandian Air Dingin Lubuk Minturun. Strategi
pemasaran yang dilakukan sebagai berikut:
a) Strategi Produk
Pada penelitian ini, pengembangan lokasi Pemandian Air Dingin Lubuk
Minturun dilakukan dalam 3 skenario, yaitu pesimis, moderat dan optimis.
Pada skenario pesimis produk yang ditawarkan adalah alam dan ban
karet/pelampung. Disini pengunjung dapat melakukan mandi-mandi di
lokasi pemadian dan dapat menyewa ban pelampung bagi yang berminat.
Selain taman bermain , pengunjung juga bisa sambil makan-makan di
tempat yang sudah disediakan .
Pada skenario moderat, produk wisata yang ditawarkan merupakan
produk wisata pada skenario pesimis ditambah dengan arena outbound
dengan lima permainan yang memacu adrenalin (flying fox, jembatan
clatter, postman walk, net bridge, log bridge). Lokasi ini tetap berada
dilokasi yang sama dengan skenario pesismis.
29
Sedangkan pada skenario optimis produk yang ditawarkan adalah
produk yang sama dengan produk pada skenario moderat ditambah dengan
arena waterboom yang berada berdampingan dengan lokasi sebelumnya dan
menyatu dengan lokasi yang ada pada skenario moderat. Di arena ini
terdapat kolam orang dewasa dan anak-anak dan dilengkapi dengan atraksi
seluncuran.
b) Strategi Harga
Untuk karcis masuk pada skenario pesimis dan moderat ditetapkan
sebesar Rp.5.000.- dan untuk skenario optimis karcis masuk dikenakan
Rp.10.000.- Untuk penyewaan ban karet dikenakan biaya 2000/ban
sedangkan untuk arena out bond pada skenario moderat, tiap-tiap permainan
dikenakan biaya sebesar Rp. 10.000.-/orang. Untuk memasuki arena
waterboom pada skenario optimis dikenakan biaya sebesar Rp.35.000.-
/orang dan mereka dapat menikmati arena ini sepuasnya. Harga yang telah
ditetapkan akan mengalami kenaikan 5% pertahun dikarenakan rata-rata
indeks harga konsumen Kota Padang dari tahun 2004 sampai 2011 adalah
5%.
c) Strategi Promosi
Promosi dilakukan melalui brosur, pamflet, booklet, spanduk, promosi
melalui televisi dan radio, melalui internet serta promosi dari orang ke
orang.
Dari hasil analisis aspek pasar di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan
pengembangan daerah pemandian Air Dingin Lubuk Minturun layak untuk
diusahakan karena kebutuhan akan wisata di Kota Padang masih besar sementara
lokasi wisata di Kota Padang belum mampu memenuhi kebutuhan yang besar
tersebut. Hal ini menyebabkan gap antara permintaan dan penawaran wisata yang
cukup besar.
30
2. Aspek Teknis
Daerah pemandian Air Dingin Lubuk Minturun memiliki lokasi yang cukup
strategis. Hal ini dipertegas dengan pernyataan sebagian besar responden melaui
kuesioner. Lokasi ini terletak di kawasan Agrowisata Lubuk Miturun. Sangat mudah
dijangkau, baik dengan menggunakan motor, mobil, maupun angkutan
umum/angkot. Posisinya yang berdekatan dengan tempat wisata lainnya seperti
Mesjid Nur-Zikrillah, air terjun 100 tingkat dan pemandian Lori,membuat lokasi ini
sangat berpotensi untuk dikembangkan
Dengan adanya isu akan terjadinya tsunami dan dipindahkannya pusat
pemerintahan kearah By-Pass juga membuat daerah ini sangat potensial untuk
dikembangkan , karena wisatawan yang berkunjung ke Padang akan disuguhi
produk wisata yang berbeda, seperti diketahui selama ini Padang hanya terkenal
dengan wisata pantainya, dan lokasi ini aman dari tsunami karena berada 30 m di
atas permukaan laut sehingga wisatawan dapat berekreasi dengan perasaan tenang
dan jauh dari rasa takut.
3. Aspek Hukum
Menurut Subagyo (2007) suatu usaha dikatakan layak secara aspek hukum
jika usaha tersebut legal. Legal atau ilegalnya suatu perusahaan ditentukan oleh ada
tidaknya surat izin untuk mendirikan usaha. Untuk kegiatan pengembangan daerah
pemandian Lubuk Minturun harus sesuai dengan dengan Undang-Undang RI nomor
10 tahun 2009 dan Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : KEP-
012/MKP/IV/2001 tentang Pedoman umum perizinan usaha pariwisata dan investor
juga harus mengantongi izin dari Pemerintah Kota Padang untuk pengembangan
daerah pemandian Air Dingin Lubuk Minturun tersebut.
31
4. Aspek Sosial
Menurut Gittinger (1988) suatu usaha dikatakan layak dari aspek sosial
memberi dampak positif terhadap penghasilan negara, berpengaruh terhadap devisa
negara, membuka peluang kerja, dan berdampak positif terhadap pengembangan
wilayah dimana proyek dilaksanakan. Pengembangan Daerah Pemandian Lubuk
Minturun oleh investor memberikan pengaruh bagi pendapatan negara atau
pemerintah daerah berupa pajak dan royalti yang di kenakan terhadap investor.
Selain itu, pengembangan ini tidak memberikan dampak buruk bagi kondisi
lingkungan daerah sekitar lokasi pemandian. Pengembangan ini akan memberikan
peluang kerja bagi masyarakat sekitar. Karenanya jika dilihat dari aspek sosial,
pengembangan objek wisata pemandian Lubuk Minturun layak untuk dijalankan.
Selain tidak menimbulkan limbah yang dapat merusak lingkungan, kegiatan ini juga
dapat menambah kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar dimana akan tumbuh
usaha-usaha ikutan akibat berkembangnya objek wisata ini dan akan memberikan
kontribusi bagi pemerintah berupa pajak pribadi dari investor.
4.2.6. Analisis Sensitifitas
Kegiatan pengembangan objek wisata pemandian Air Dingin Lubuk Minturun tidak
selamanya berada dalam situasi yang menguntungkan secara terus menerus, dampak
perubahan dari perekonomian dapat menyebabkan arus kas kegiatan ini ikut berubah.
Kegiatan pengembangan yang dilakukan harus mampu membuat perencanaan dalam
mengatasi resiko usaha salah satunya seperti jika terjadi kenaikan harga barang atau
penurunan jumlah pengunjung. Dengan demikian dilakukan analisis sensitivitas untuk
memperkirakan kondisi finansial perusahaan.
1. Kenaikan Harga Barang
Kegiatan pengembangan objek wisata pemandian Air Dingin Lubuk
Minturun harus membuat perencanaan untuk mengatasi kemungkinan-
32
kemungkinan yang terjadi akibat perubahan harga barang yang nanti akan
berpengaruh terhadap biaya maintenance yang harus dianggarkan, agar usaha ini
tetap mampu beroperasi dan memperoleh laba. Analisis sensitivitas dilakukan pada
kegiatan pengembangan dengan skenario yang layak pada analisa sebelumnya yaitu
skenario moderat dan skenario optimis. Hasil analisis sensitivitas pada kedua
skenario dapat dilihat pada Tabel
Analisis Sensitivitas Kegiatan Pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Dingin
Lubuk Minturun Terhadap Kenaikan Harga Barang Sebesar 20.47 %
Uraian Skenario Moderat Skenario optimis
Kenaikan Harga Barang 20,47 % 20,47 %
Net Present Value (NPV) Rp. 2.103.904.932.-
Rp.12.589.952.335,-
Internal Rate of Return (IRR) 21% 16 %
Benefit Cost Ratio (BCR) 1,52 1,48 Sumber : Hasil Analisis, 2011
Analisis sensitivitas dilakukan terhadap kenaikan harga barang sebesar 20,47
persen. Nilai ini merupakan persentase kenaikan inflasi paling tinggi di Kota Padang sejak
tahun 2000-2011. Dan kenaikan sebesar ini dikenakan pada biaya maintenance sekali 5
tahun. Tabel diatas menunjukkan bahwa pada kenaikan harga barang sebesar 20,47 persen
diperoleh nilai NPV positif sebesar Rp.2.103.904.932,- pada skenario moderat dan sebesar
Rp.12.589.952.335, – pada skenario optimis, sehingga kegiatan pengembangan tetap dapat
dijalankan. Nilai Net B/C yang diperoleh nilai sebesar nilai sebesar 1,52 pada skenario
moderat dan 1,48 pada skenario optimis, berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang
dikeluarkan akan terganti dengan 1,52 rupiah pada skenario moderat dan 1,48 rupiah pada
skenario optimis yang masuk pada pendapatan. Nilai pengembalian investasi (IRR) sebesar
21% pada skenario moderat dan 16 % pada skenario optimis menunjukkan kegiatan
pengembangan tersebut akan memperoleh keuntungan karena nilai tersebut lebih besar dari
tingkat suku bungan yang berlaku yaitu 7%. Dengan demikian, meskipun menghadapi
kenaikan harga barang sebesar 20,47 persen, kegiatan pengembangan objek wisata
pemandian Air Dingin Lubuk Minturun tetap dapat dijalankan pada semua skenario.
33
2. Penurunan Pengunjung
Kegiatan pengembangan objek wisata Pemandian Lubuk Minturun juga membuat
perencanaan untuk mengatasi adanya penurunan kunjungan terhadap objek wisata ini.
Analisis sensitivitas terhadap penurunan kunjungan wisatawan dilakukan pada ketiga
skenario perencanaan. Untuk analisis ini digunakan kenaikan pengunjung 2% pertahun
seiring dengan laju pertumbuhan penduduk kota Padang terendah pertahun dari tahun 2000-
2010. Dari hasil analisis maka didapat hasil sebagai berikut
Analisis Sensitivitas Kegiatan Pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Dingin
Lubuk Minturun Terhadap Kenaikan penurunan pengunjung dari 5% menjadi 2%
pertahun
Uraian Skenario Moderat Skenario optimis
Penurunan Pengunjung 2% / tahun 2% / tahun
Net Present Value (NPV) Rp. 1.913.428.138,-
Rp 11.223.524.406,-
,-
Internal Rate of Return (IRR) 20% 15 %
Benefit Cost Ratio (BCR) 1,48 1,45 Sumber : Hasil Analisis, 2011
Dari Tabel di atas bisa dilihat penurunan pengunjung sampai dengan kenaikan 2% pertahun
pada kegiatan pengembangan masih layak dilakukan pada kedua skenario yaitu skenario
moderat dan optimis.
4.2.7. Singkronisasi Dengan Perencanaan Kota Padang
Kegiatan pengembangan objek wisata Pemandian Lubuk Minturun akan dikatakan
layak apabila sesuai dengan perencanan Kota. Dalam hal ini kegiatan pengembagan sudah
sesuai dengan RPJPD Kota Padang 2004-2020, RPJMD Kota Padang 2009-2014 ,RTRW
Kota Padang 2010-2030 dan RIPPDA Kota Padang 2008-2017.
a. RPJPD Kota Padang 2004-2020
Kebijakan pengembagan kepariwisataan dalam RPJPD Kota Padang diarahkan kepada
pengembangan sumber daya kepariwisataan yaitu objek dan atraksi wisata yang
berkaitan dengan sarana dan prasarana penunjang termasuk keramahan komunitas kota
34
b. RPJMD Kota Padang 2009-2014
Penyelenggaraan urusan Pariwisata antara lain diarahkan untuk:
1. Menerapkan kaidah good governance pada penyelenggaraan urusan Pariwisata.
2. Meningkatkan kapasitas penyelenggara urusan Pariwisata.
3. Menerapkan kebijakan Pariwisata yang menyeluruh, terpadu dan
merupakan solusi terhadap masalah kota.
4. Melaksanakan promosi terpadu antar pelaku usaha industri pariwisata,
perdagangan, investasi dan kebudayaan.
5. Melakukan pembinaan lembaga penunjang kepariwisataan Daerah
6. Melaksanakan promosi dan pelayanan pariwisata
7. Mengembangkan kualitas atraksi, obyek wisata, kawasan, dan lingkungan wisata
tematik.
8. Mewujudkan Kota Padang sebagai destinasi pariwisata
9. Mengembangkan Kota Padang sebagai destinasi wisata kota yang berbasis
potensi masyarakat/kota/alam.
10. Meningkatkan peran aktif dan aktivitas jaringan kerja sama dari
komunitas/lembaga/asosiasi/organisasi kepariwisataan daerah, provinsi dan
nasional serta internasional
11. Meningkatkan standar kualitas pelayanan kepada masyarakat dan
kalangan pelaku industri pariwisata maupun industri pendukung, termasuk standar
kualitas pelayanan sarana transportasi wisata, terminal bus, stasiun kereta
api, pelabuhan laut, bandara udara, dan keamanan sehingga Kota Padang
mampu memenuhi kenyamanan dan kepuasan wisatawan.
12. Meningkatkan peran masyarakat dan komunitas professional dalam
penyelenggaraan urusan Pariwisata.
13. Memenuhi Standar Pelayanan Minimum (SPM) urusan pilihan Pariwisata
35
c. RTRW Kota Padang 2010-2030
Dalam pembahasan sebelumnya sudah dijelaskan kalau Objek wisata pemandian Lubuk
Minturun termasuk objek wisata yang akan dikembangkan dalam periode 2010-2030 .
Dan pengembangan ini di dukung dengan Rencana Sistem Pusat-pusat Pelayanan Kota
2010-2020 dimana pelayanan kota tidak terfokus hanya di pusat kota, perkembangan
sub-sub pusat pelayanan kota didorong di Lubuk Buaya, Air Pacah, Bandar Buat dan
Bungus, dan pembangunan jalan lingkar timur seperti yang dapat di lihat pada Gambar
dibawah
Rencana Sistem Pusat-pusat Pelayanan Kota
d. Rencana Induk Pengembagan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Padang 2008-
2017
Menurut RIPPDA Kota Padang 2008-2017 Lubuk Minturun berada pada Wilayah
Pngembangan Pariwisata (WPP) IV yang berfungsi sebagai simpul gerbang wisata Lubuk
Minturun dengan pengembangan atraksi berupa wisata hutan, goa, pegunungan dan tirta.
WPP IV ini terdiri dari 1Satuan Kawasan Wisata (SKW) yaitu SKW V dengan tema
pengembangan “ Nature Atraction; espescialy Mountain, and Water Tourism Adventure”.
Pusat Kota
Lubuk BuayaAir Pacah
Limau Manis
BandarBuat
Teluk Bayur
Bungus
GunungSarik
Anak Air
Sp. LubukMinturun
IndarungGunungPadang
Sungai Pisang
Ketaping
BIM
36
Cakupan wilayahnya adalah Kec. Koto Tangah, Kec. Kuranji, Kec. Nanggalo dan Kec.
Padang Utara dengan Kel.Lubuk Minturun, Kec Koto Tangah sebagai pusat
pelayanannya.
37
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1.Kesimpulan
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Keindahan, keunikan, alami dan tenang atau jauh dari keramaian yang menjadi
pendorong sebagian besar pengunjung datang ke lokasi ini.
2. Sebagian besar wisatawan berkeinginan agar objek wisata pemandian Air Dingin Lubuk
Minturun dikembang dengan fasilitas/produk wisata yang menarik yaitu arena outbond
dan waterboom tanpa menghilangkan lingkungan aslinya.
3. Hasil analisis finansial kegiatan pengembangan objek wisata pemandian Air Dingin
Lubuk Minturun pada skenario pesimis tidak layak dilanjutkan, dan kegiatan
pengembagan pada skenario moderat dan optimis menunjukkan bahwa kegiatan
tersebut layak untuk dilakukan dan akan menguntungkan bagi investor
5.2.Rekomendasi Kebijakan Dalam Pengembagan Objek Wisata Pemandian Air
Dingin Lubuk Minturun Kota Padang
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat di rekomendasikan beberapa kebijakan
untuk pengembangan objek wisata pemandian Lubuk Minturun ini.
1. Mengingat sektor pariwisata merupakan sektor tersier dimana preferensi wisatawan sangat
ditentukan oleh tingkat kenyamanan, maka dukungan sarana dan prasarana untuk meningkatkan
aksesibilitas ke lokasi obyek wisata mutlak dibutuhkan
2. Perlunya adanya perhatian dari pihak terkait dalam hal ini dinas pariwisata untuk
kemajuan daerah ini mengingat untuk kondisi saat ini tidak banyaknya campur tangan
pemerintah untuk kemajuan daerah ini.
38
3. Perlunya promosi yang lebih gencar dari daerah agar masyarakat luar mengetahui
daerah ini, mengingat untuk kondisi saat ini wisatawan mengetahui baru dari mulut ke
mulut.
4. Mengingat dari hasil pembahasan daerah ini mempunyai fasilitas yang tidak memadai
maka perlu penambahan fasilitas yang layak bagi wisatawan yang mengunjungi.
5. Pembenahan masalah kebersihan untuk lokasi pemandianLubuk Minturun
6. Untuk pengembangan daerah ini berdasarkan keinginan dan kemampuan masyarakat
perlu adanya kerjasama dengan pihak investor dengan kerjasama yang saling
menguntungkan.
7. Pengembangan pariwisata harus diupayakan dapat melibatkan seluruh stakeholder.
Dalam konteks ini peran dari dinas pariwisata , pihak swasta dan masyarakat
5.3.Strategi Dalam Pengembagan Objek Wisata Pemandian Air Dingin Lubuk
Minturun Kota Padang
Berdasarkan kebijakan yang telah di uraikan di atas maka untuk mencapainya perlu strategi
untuk mendudung kebijakan tersebut, diantaranya :
1. Pengembangan dukungan sarana transportasi untuk kelancaran transportasi kelokasi
wisata pemandian Lubuk Minturun.
2. Adanya penambahan angkutan umum ke daerah Lubuk Minturun agar cepat diakses dari pusat
kota.
3. Dipercepat pembangunan terminal dan tipe-C (terminal angkot) di daerah Air Pacah by Pass
dan pusat kota(goan hoat) untuk kelancaran pengunjung ke daerah ini.
4. Peningkatan peran serta masyarakat setempat dalam pengembangan pariwisata dari proses
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dan dalam menyelenggarakan kegiatan pariwisata,
sehingga manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat
5. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi antar sektor, dan antar pelaku pengembangan
pariwisata
39
6. Mendorong pemberdayaan peran yang strategis dan efektif melalui perwujudan kemitraan yang
saling menguntungkan dan sinergis diantara pelaku utama kegiatan pariwisata, yaitu Pemerintah
- Swasta – Masyarakat
7. Menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam kegiatan kepariwisataan.
8. Meningkatkan promosi pariwisata melalai brosur, pamflet, booklet, spanduk, promosi
melalui televisi dan radio, melalui internet dan mendorong tumbuhnya investasi di bidang
pariwisata di Kota Padang.
5.4.Saran
1. Pengelolaan objek wisata pemandian Air Dingin Lubuk Minturun oleh Pemerintah Kota
Padang belum efisien dan efektif dari segi waktu dan penyediaan anggaran.
Hal ini dikarenakan tidak maunya masyarakat setempat untuk melepaskan pengelolaan
kepada pemerintah. Untuk itu perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat tentang
system pengelolaan objek wisata ini, dan diberdayakan masyarakat setempat untuk ikut
andil dalam usaha pengembangan objek wisata ini.
2. Kepada investor dan pihak swasta yang ingin mengembangkan objek wisata pemandian
Air Dingin Lubuk Minturun, agar memperhatikan lingkungan mengingat lokasi berada
di kawasan pemukiman penduduk.
3. Penelitian ini hanya dilakukan hanya pada satu objek wisata pemandian Air Dingin
Lubuk Minturun, diharapkan ada penelitian lain untuk daerah yang lain pada satu
kawasan mengingat penelitian ini bisa menjadi estimasi yang logis dari sisi kelayakan
dan akan ada usaha usaha ikutan disekitar objek wisata baik kuliner, penginapan,
souvenir dan lain-lain
40
Daftar Pustaka
Ardike, GI, (1993), Penentuan Prioritas Dalam Pengembangan Potensi Pariwisata,
Majalah Teknis Pariwisata, Jakarta.
Bouvy, M, Baud & Lawson,F,(1998) ,Tourism products are an amalgam of resources,
facilities and services, Tourism & Recreation Handbook of Planing and
Design
Bambang Pudjianto (2002), Bahan Kuliah Sistem Angkutan Umum dan Barang, PPs
MTS Konsentrasi Transportasi UNDIP, Semarang
Fauzi,A, (2004), Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi,
PT.Gramedia Pustaka Utama
Fandeli, C, et al.( 2000). Pengusahaan Ekowisata. FakultasKehutanan Universitas
Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta..
Giatman,M,(2005), Ekonomi Teknik, Rajawali Pers
Gittinger, J. P.1986. Analisa Ekonomi ProyekProyek Pertanian. Jakarta. UI PressJohns
Hopkins. 579 hlm
Sjafrizal, Teknik Praktis Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah, Buduose Media
Subagio,A. (2007). Study Kelayakan Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT Alex Media
Komputindo
41