48
Membangun cinta persaudaraan AGGIORNAMENTO “PACEM IN TERRIS” SINGA, DOMBA, DAN TERANG KANONISASI DUA PAUS AMETUR UBIQUE TERRARUM COR IESU SACRATISSIMUM, IN AETERNUM DUA PAUS DARI DUA MASA BERBEDA, KONSISTEN MEMPERJUANGKAN DAMAI DAN MARTABAT MANUSIA KANONISASI DAN WARISAN ST. YOHANES PAULUS II DUA PAUS DIGELLARI KUDUS MEREKA ADALAH PARA PRIA PEMBERANI DEMI YESUS YANG DIABDI Chevalier WARTA KELUARGA TAHUN XII • NO. 5 • MEI 2014

WKC (Warta Keluarga Chevalier) Mei 2014

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Monthly publication of Chevalier Family Indonesia (MSC, FDNSC, FBHK, TMM and Lay Associates).

Citation preview

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 1

Membangun cinta persaudaraan

AGGIORNAMENTO“PACEM IN TERRIS”

SINGA, DOMBA,DAN TERANG

KANONISASIDUA PAUS

AMETUR UBIQUE TERRARUM COR IESU SACRATISSIMUM, IN AETERNUM

DUA PAUS DARI DUA MASA BERBEDA, KONSISTEN MEMPERJUANGKAN DAMAI DAN MARTABAT MANUSIA

KANONISASI DAN WARISAN ST. YOHANES PAULUS II

DUA PAUS DIGELLARI KUDUS MEREKA ADALAH

PARA PRIA PEMBERANI DEMI YESUS YANG DIABDI

Chevalier

W A R T A K E L U A R G A

TAHUN XII • NO. 5 • MEI 2014

2 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

KANONISASI DUA PAUS

PROSES BEATIFIKASI P. JULES CHEVALIER

DAFTAR ISI

SINGA, DOMBA, DAN TERANG

Dua paus yang memerintah pada dua masa yang berbeda

digelari kudus. Mereka adalah para pria pemberani, yang

tiada takut memandang Kristus yang terluka, dengan segala

konsekuensinya.

Pater Raymond Dossmann, postu-lator utama, menyampaikan kepa-da kita tahap-tahap yang dituntut oleh Gereja untuk beatifikasi dan kanonisasi seseorang yang dibaptis.

Kanonisasi dan warisan St. Yohanes Paulus II

venerabilisalain guynotde boismenu

16

AGGIORNAMENTO “PACEM IN TERRIS”Dua Paus yang memerintah pada masa berbeda digelari kudus. Mereka peduli untuk menciptakan dunia yang damai.

04

10

07

14

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 3

LUKA YANG MENGALIRKAN RAHMAT

MISIONARISSEGALACUACA

hanya pendidikanBISA mengubahmanusia papua

EDITORIAL

HAL. 20

HAL. 22

HAL. 42

HAL. 44

Tanggal 21 April 2014 adalah hari istimewa bagi P Lambertus Somar

MSC. Ia merayakan 50 tahun imamat. Perayaan diadakan 26

April 2014 di gereja Stella Maris Pluit, Jakarta.

P. Hendrikus Kariwop MSC, Putra Papua yang sekarang menjadi ketua Yayasan Pendidikan Katolik Keuskupan Agung Merauke meng- ungkapkan cita-cita dan keya- kinannya.

Diterbitkan oleh: Ametur Indonesia Redaktur: Joni Astanto MSC Keuangan: Sr. M. Rosina Angwarmase PBHK Grafis & Tata Letak : Joni Astanto MSC Team Redaksi: P. Joni Astanto MSC Sr. M. Violetha Kereh PBHK Fr. Vincensius BHK P. Patris Jeujanan MSC Sr. M. Evarina PBHK Sr. M. Fransina Ulmasembun TMM Distribusi : Keluarga Chevalier Kontributor: P. Joseph Harbelubun MSC P. Jimmy Balubun MSC P. Antonius Dedian MSC P. Lexy Sarkol MSC P. Aris Angwarmase MSC P. Gregorius Hertanto MSC Sr. M. Margaretha PBHK Sr. M. Cornelia PBHK Sr. M. Agusta PBHK Fr. Kardinus BHK Fr. Patrik BHK Sr. M. Paskalina Fun TMM Bp. Yan Pontoan Drg. Petrus Sidharta Maringka Koresponden Luar Negeri: P. Hermas Asumbi MSC (Jepang) P. Angky Welliken MSC (Ekuador) P. Adrianus Budhi MSC (US) P. Alfin Buarlele (Australia) P. Anton Kaseger (Australia) Sr. M. Valentine PBHK (Afrika) Sr. M. Virginia PBHK (Afrika) P. Timoteus Ata MSC (Philippines).

AMETUR INDONESIALantai 1 Gedung Pax, Jl. KH. Hasyim Ashari No. 23 JAKARTA 10130Tlp : (021) 6326737, 63857105. Fax : (021) 6326778. Email: [email protected]; [email protected]

18

30

40

MENCINTA DENGAN HATI MANUSIAWI

MANUSIA BUKAN BARANG DAGANGAN

HOSTI MADE IN PURWOREJO

PERLINDUNGAN SOSIAL DAN KEPEMIMPINAN BARU PASCA PEMILU 2014

4 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

AGGIORNAMENTO “PACEM IN TERRIS” Dua Paus yang memerintah pada masa berbeda digelari kudus. Mereka peduli untuk menciptakan dunia yang damai.

BUDAYA CINTAOleh: P. Johanis Mangkey MSC

Pada hari Minggu, 27 April 2014, Hari Minggu Kerahiman Ilahi, Paus Fransiskus menggelar Paus Yohanes XXIII dan Paus Yohanes Paulus II menjadi Santo. Suatu peristiwa iman yang penuh rahmat! Mereka adalah dua Paus di saat dunia moderen semakin berkembang dalam pelbagai aspek kehidupan dan seka-ligus berhadapan dengan pelbagai ma-salah kemanusiaan. Mereka memerin- tah sebagai Paus pada masa berbeda: Yohanes XXIII (1958 – 1963) dan Yo-hanes Paulus II (1978 – 2005). Namun, mereka antara lain dipersatukan oleh kepedulian untuk menciptakan du- nia yang diliputi oleh perdamaian serta penghargaan terhadap martabat seti-ap pribadi manusia dan hak-hak asasi manusia. Semasa pontifikatnya Paus Yohanes Paulus II tak henti-hentinya menyuarakan penghargaan terhadap setiap pribadi manusia, penghormatan dan pembelaan atas martabat manusia,

hak-hak asasi manusia, perlawanan ter-hadap perang, diskriminasi, kemiskinan, dsb.

Di samping memaklumkan dan membuka Konsili Vatikan II (1962 – 1965), yang menghantar Gereja pada era pembaruan dan pengkinian (aggior-namento) di dunia moderen, pada 11 April 1963 Paus Yohanes XXIII merilis ensiklik Pacem in Terris (Damai di Bumi), yang tidak hanya ditujukan kepada umat Katolik, tetapi kepada setiap warga du- nia yang berkehendak baik. “Perdamaian di bumi sangat dirindukan oleh setiap orang di sepanjang zaman” adalah ka-ta-kata yang mengawali ensiklik ini.

Ketika itu dunia menjadi sangat tegang karena Perang Dingin yang ter-utama melibatkan dua negara adidaya yakni Amerika Serikat dan Federasi Rusia. Juga tembok Berlin belum lama didirikan dan krisis senjata misil Kuba serta proliferasi senjata nuklir sedang

mengancam perdamaian dan keamanan dunia. Situasi itu menimbulkan ketakut- an akan kemungkinan pecahnya perang dunia ketiga. Maka Paus Yohanes XXIII memilih “perdamaian” sebagai tema ensikliknya. Baginya, konsolidasi per-damaian merupakan aspirasi semua orang yang berkehendak baik dan umat manusia masih menghadapi tantangan besar untuk mewujudkan perdamaian yang sejati sebagaimana ditetapkan oleh Allah. Paus ingin meyakinkan du- nia dan semua orang bahwa perdamaian di atas muka bumi ini adalah mungkin karena itulah yang ditetapkan oleh Allah. Pada hakekatnya manusia diciptakan menurut gambar dan citra Allah (Kel 1:26) dan dianugerahi akal budi dan ke-bebasan serta kuasa atas bumi ini untuk hidup dalam damai. Ia juga dianugerahi hak-hak dan kewajiban-kewajiban.

Setiap orang mempunyai hak un-tuk hidup dengan sarana-sarana yang

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 5

Menjadi idola karena perjuangan demi kemanusiaan universal.

dibutuhkan: makanan, tempat ting-gal, perawatan medis, istirahat, pe-layanan-pelayanan sosial, dsb. Setiap orang mempunyai kewajiban untuk memelihara kehidupan, menghargai hak-hak orang-orang lain, bekerja sama dan bertanggungjawab untuk kebaikan bersama. Hak-haknya haruslah dihor-mati, seperti hak untuk menyembah Allah, untuk hidup sesuai pilihannya, untuk bekerja dan memelihara keluarga, membentuk asosiasi-asosiasi, beremi-grasi dan mengambil peran dalam ke-hidupan publik.

Pemerintah, negara atau peme-gang otoritas sipil ada demi menca-pai kesejahteraan umum dan serentak berkewajiban untuk menciptakan per-damaian. Hal ini akan terpenuhi apa-bila hak-hak dan kewajiban-kewajiban setiap orang dilindungi. Juga, setiap negara mempunyai hak eksistensi dan berkembang serta sarana-sarana untuk mencapainya. Kerja sama antar nega-ra perlu digalakkan dan setiap negara mempunyai kewajiban untuk memban-tu perkembangan ekonomi negara lain. Relasi antar negara harus dicirikhaskan oleh kebenaran, keadilan, kerjasama dan kebebasan. Sementara itu, nega-

ra-negara yang sudah maju harus ikut serta meningkatkan kesejahteraan ber-sama. Selain itu, perlombaan senjata harus diakhiri dan senjata nuklir harus dilarang. Semuanya itu perlu agar per-damaian dapat terwujud. Demikianlah, perang, yang merusak kepentingan umum, harus dihindarkan dan harus ada niat untuk membangun perdamaian da-lam suatu dunia yang saling bergantung.

Paus Yohanes XXIII juga mengutip ucapan dari Paus Pius XII: “Nothing is lost by peace; everything may be lost by war - Tidak ada sesuatu pun yang hilang oleh perdamaian; segala sesuatu bisa hilang oleh perang”. Paus Yohanes Pau-lus II menyatakan: “Perang selalu dapat dihindarkan; perang selalu merupakan kekalahan bagi umat manusia” (Sambu-tan pada Korps Diplomatik pada Takhta Suci, 13 Januari 2003).

Apa yang digambarkan dan menja-di kepedulian serta keprihatinan Paus dalam ensiklik Pacem in Terris masih relevan dengan situasi dunia pada um-umnya dan masyarakat Indonesia pada khususnya. Seruan dan suara lantang untuk perdamaian di atas muka bumi ini masih sangat dibutuhkan, seperti di Su-riah yang masih dilanda perang sauda-

ra, di Palestina yang masih merindukan kemerdekaan, di Ukraina yang masih dilanda perpecahan, senjata kimia masih menjadi ancaman serius, dsb. Di tanah air Indonesia perdamaian dan hidup ber-dampingan secara damai masih dige- rogoti dan diancam oleh intoleransi, ke-kerasan, konflik, pemasungan hak-hak untuk hidup layak, ketidakadilan, dsb.

Perdamaian tetap merupakan ha- srat terdalam dari hati setiap orang dan setiap bangsa yang berkehendak baik. Perdamaian yang sejati memang seyogianya terpateri dalam hati setiap manusia. Ajaran ensiklik tersebut ma-sih terus memberikan inspirasi bahwa perdamaian sesungguhnya adalah ke- rinduan setiap manusia sepanjang masa, yang tetap perlu diperjuangkan. Segala sesuatu yang bertentangan dengan per-damaian haruslah ditolak; segala upaya perdamaian haruslah dipromosikan dan didukung. Kita belajar menciptakan per-damaian dan bukannya perang.

Ya, perang selalu merupakan keka-lahan bagi umat manusia. Perang mer-usak kemanusiaan, sedangkan perda-maian membangun peradaban manusia. Benarlah “Nothing is lost by peace; every-thing may be lost by war”.

6 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

Warta Keluarga Chevalier membuka kesempatan untuk siapa saja, baik Imam, Biarawan, Biarawati maupun awam

angggota Keluarga Chevalier untuk berkontribusi dalam bentuk tulisan. Tulisan dikirim ke Redaksi melalui email:

[email protected] atau [email protected], disertai dengan ilustrasi atau foto.

Tulisan yang tidak dimuat tidak dikembalikan.

Saudara-saudari sidang pembaca Warta Keluarga Chevalier yang ter-kasih, selamat bersua kembali dalam sarana pemersatu kita dalam Spiri-tualitas HATI. Mari kita sejenak melu-angkan waktu untuk menimba kekuat- an melalui refleksi dan berita aktual yang termuat dalam media kita yang terkasih ini; suatu sarana yang mem-perkaya sekaligus mengakrabkan tali persaudaraan di antara kita.

Awal bulan Mei, tepatnya tanggal 2 Mei, kita peringat sebagai Hari pen-didikan Nasional. Mari sejenak mere-nungkan hakekat yang mendalam tentang ada dan keberadaan kita,ma-nusia. Seorang filsuf Yunani pernah berkata: ”Jika seorang manusia tidak dididik, ia akan menjadi lebih liar dari pada seekor binatang.” Pernyataan ini mau menegaskan betapa pentingnya pendidikan dalam keseluruhan eksis-tensi manusia. Untuk kita, pendidikan adalah suatu proses yang berjalan te- rus-menerus dari saat kita lahir hing-ga pada saat sang ajal menjemput kita. Sistem dan bentuk pendidikan apapun bertujuan untuk menciptakan seorang individu yang berbudaya, berpengeta-huan dan beradab. Maka, pendidikan harus memfasilitasi proses tumbuh dan berkembangnya seseorang men-jadi makhluk yang holistic, seseorang berkembang dalam seluruh dimensi kemanusiawiannya. UNESCO meng-garisbawahi empat elemen dasar da-lam pendidikan sebagai “learning to know, learning to do, learning to live to-gether and learning to be”. Tujuan akhir pendidikan menurut lembaga inter-

Dikasihilah Hati Kudus Yesus di seluruh dunia, Selama-lamanya. Amin.

nasional ini adalah pengembangan seluruh potensi/kemampuan manusia menuju proses aktualisasi diri yang utuh. Karenannya, pendidikan yang hanya menekankan aspek intelektual seseorang bukanlah suatu pendidikan yang utuh.

Kita, Keluarga Chevalier, diajak un-tuk sejenak merenungkan sejauh mana kehadiran kita dalam dunia pendidikan sungguh menumbuhkan pribadi lain dalam seluruh dimensinya. Keterli-batan kita secara perorangan maupun lembaga dalam proses pembentukan manusia entah secara formal atau-pun non-formal melalui pendidikan di sekolah-sekolah, kursus-kursus ke- trampilan ataupun pendampingan pri- badi dalam keluarga-keluarga hendak-nya mempunyai warna khas tersendi-

ri. Kita yang menghidupi spritualitas hati diajak untuk mendidik dengan “HATI” artinya pemberian diri dan pe-layanan kita dalam dunia pendidikan dijiwai oleh kesatuan yang erat de- ngan semangat Yesus sendiri. Ia adalah seorang guru sejati yang mengajarkan kebenaran, cintakasih, persahabatan, keadilan, harmoni serta keutamaan lainnya bahkan memberikan hidup- Nya sendiri sebagai contoh kepada yang lain. Ketergerakkan hati Yesus ini terwujud nyata dalam sikap-Nya yang selalu menghargai tiap pribadi sebagai makhluk yang bermartabat.

Semoga kita pengikut Hati Ku-dus-Nya sungguh dijiwai oleh keutamaan-keutaman hidup Kristus sendiri dalam seluruh proses pen-didikan. Inilah suatu harapan agung sekaligus suatu tantangan yang berat dalam dunia pendidikan dewasa ini. Kebijakan Pemerintah yang timpa-ng dan moderat dalam dunia pendi-dikan menjadi suatu batu sandungan tersendiri untuk lembaga-lembaga pendidikan Katolik pada umumnya dan lembaga-lembaga persekolahan yang dikelola oleh anggota Keluarga Che-valier pada khususnya. Ini menjadi tantangan sekaligus kesempatan un-tuk menjadi terang dan garam di te- ngah kekacauan dunia zaman ini. Kita yang diinspirasikan oleh spiritualitas Hati hendaknya memberikan warna lain atau nilai lebih dalam pelayanan karitatif khususnya dalam dunia pen-didikan dimanapun kita berkarya. Nilai lebih inilah yang kita tawarkan kepada masyarakat.

SAPAAN

Fr. M. Dominikus BHKProvinsial Frater Bunda Hati Kudus

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 7

KANONISASI DUA PAUSDua paus yang memerintah pada dua masa yang berbeda digelari kudus. Mereka adalah para pria pemberani, yang tiada takut memandang Kristus yang terluka, dengan segala konsekuensinya.

Para suster dengan banner kedua santo di antara para peziarah yang hadir di Lapangan St Petrus

SAJIAN UTAMA

Paus Fransiskus mengangkat dua pendahulunya, Yohanes XXIII (1958 – 1963) dan Yohanes Paulus II (1978 – 2005) sebagai orang-orang kudus (Santo) dalam misa di Lapangan St. Petrus, Roma, Minggu 27 April 2014.

Menurut laporan berbagai media, kurang lebih 800.000 orang peziarah hadir di Roma untuk menghadiri misa kanonisasi tersebut. Tepat sebelum kanonisasi, umat beriman diundang untuk menyanyikan dan mendaraskan kaplet Kerahiman Ilahi. Hadir juga da-lam misa kanonisasi, Paus Emeritus Benediktus XVI, bersama dengan 150 kardinal, 1.000 uskup, dan para utusan sekurang-kurangnya dari 90 negara di segala penjuru dunia.

Ritus kanonisasi ditempatkan pada awal Misa, sesudah Litani para kudus dan madah pembuka dinyanyikan. Kemudian Kardinal Angelo Amato, Prefek Kongregasi Penganugerahan gelar Santo-Santa, membaca tiga per-mohonan, dan yang terakhir berbunyi: “Bapa Suci, Gereja Yang Kudus, de- ngan mempercayakan diri pada janji Tuhan untuk mengutus Roh Kebenaran atasnya, yang dari setiap jaman men-jaga Magisterium terbebas dari ke-

8 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

salahan, memohon dengan sangat agar Bapa Suci memasukkan mereka, pilihannya, di antara para Kudus.”

Kemudian Paus Fransiskus mengu-capkan formula kanonisasi:

“Untuk menghormati Tritunggal Mahakudus, peninggian iman Katolik dan peningkatan kehidupan Kristen, oleh otoritas Tuhan kita Yesus Kris-tus, dan Rasul-rasul Kudus Petrus dan Paulus, dan kita sendiri, setelah musy-awarah yang sepantasnya dan doa-doa memohon bantuan ilahi, dan setelah memohon nasihat dari banyak sauda-ra Uskup-Uskup, kami menyatakan dan menetapkan Beato Yohanes XXIII dan Yohanes Paulus II menjadi San-to dan kami memasukkan diri mere- ka di antara para Orang Suci, mene-tapkan bahwa mereka harus dihormati sedemikian rupa oleh seluruh Gereja. Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus.”

Kemudian, anggota keluarga St. Yo-hanes XXIII dan seorang wanita yang disembuhkan melalui perantaraan St. Yohanes Paulus II membawa reli-

kui-relikui mereka kepada Paus Fran-siskus.

Kedua santo ini “tidak takut un-tuk memandang luka-luka Yesus, menyentuh tangan-tangan-Nya yang terluka serta lambungnya yang ter-tikam tombak,” kata Paus Fransiskus dalam kotbahnya. “Mereka tak pernah malu akan daging-Nya, mereka tidak pernah dibuat malu oleh-Nya, oleh salib-Nya; mereka tidak memandang rendah kedagingan saudara-saudara mereka, karena mereka memandang Yesus dalam setiap pribadi yang men-derita dan berjuang. Mereka adalah para pemberani, dipenuhi dengan par-rhesia [keberanian] Roh Kudus, dan mereka menjadi saksi di hadapan Ge-reja dan dunia akan kebaikan dan belas kasih Allah.”

“Mereka berdua adalah para imam, uskup, dan Paus di abad XX,” lanjut Paus Fransiskus. “Mereka mengala-mi peristiwa-peristiwa tragis di abad tersebut, namun mereka tak kewalah-an karenanya. Bagi mereka, Allah lebih berkuasa; iman lebih berkuasa – iman

kepada Yesus Kristus sang Penebus dan Tuhan atas sejarah; kerahiman Al-lah, yang dinyatakan dengan kelima lu-ka-luka-Nya, lebih berkuasa; dan juga lebih berkuasa adalah kedekatan de- ngan Maria Bunda kita.”

“Dalam diri kedua orang ini, yang memandang luka-luka Kristus dan menjadi saksi kerahiman-Nya, ting-gal harapan yang hidup dan suka cita yang tak terlukiskan,” tegas Paus Fran-siskus. “Harapan dan suka cita yang dikaruniakan oleh Kristus yang bang- kit kepada murid-murid-Nya, harapan dan sukacita yang tak dapat diambil dari mereka oleh siapapun dan oleh apapun. Harapan dan suka cita Paskah, yang tertempa dalam ujian penyangkal- an diri, pengosongan diri, penempatan diri sebagai orang-orang yang berdo-sa, bahkan hingga pada titik kemuakan dan kepahitan piala itu. Itulah harapan dan suka cita yang telah diterima oleh kedua Paus sebagai anugerah dari Tu-han yang bangkit dan yang pada gili-rannya mereka limpahkan dalam ke-limpahan atas Umat Allah, dan patut

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 9

Paus Fransiskus mencium relikui St Yohanes Paulus II yang dibawa oleh Floribeth Mora Diaz. Kesembuhan Mora Diaz dari aneurysm pada tahun 2011 adalah muji-zat kedua dalam proses kanonisasi St. Johanes Paulus II.

mendapat ucapan syukur kita yang kekal.”

Paus Fransiskus menghormati St. Yohanes XXIII sebagai “Paus keterbu-kaan terhadap Roh Kudus” dan St. Yo-hanes Paulus II sebagai “Paus Keluarga”. “Yohanes XXIII dan Yohanes Paulus II bekerjasama dengan Roh Kudus dalam membaharui dan mengkinikan Gereja dalam menjaga ciri-ciri kemurniannya, ciri-ciri yang diberikan oleh para kudus dari abad ke abad. Marilah kita tidak melupakan bahwa para kuduslah yang memberikan arah dan pertumbuh- an kepada Gereja.”

“Dalam mengundang Konsili, St. Yohanes XXIII memperlihatkan suatu keterbukaan yang sempurna terhadap Roh Kudus. Ia membiarkan diri dipim- pin dan bagi Gereja ia adalah seorang Gembala, seorang pemimpin-pelayan, yang dibimbing oleh Roh Kudus. Itu adalah pelayanan agungnya terha-dap Gereja. Karena alasan itulah saya menyebutnya “Paus Keterbukaan ter-hadap Roh Kudus.”

“Dalam pelayanannya terhadap Umat Allah, St Yohanes Paulus II ada-lah paus bagi keluarga. Ia sendiri per-nah mengatakan bahwa ia ingin dike-nang sebagai seorang paus keluarga. Saya dengan gembira menunjuk hal ini sebab kita sedang ada dalam proses perjalanan bersama keluarga-kelaurga menuju Sinode tentang kelaurga. Tentu saja ini sebuah perjalanan yang, ditun-tun dan ditopangnya dari dari surga.”

“Semoga kedua santo baru dan gembala-gembala umat Allah ini men-jadi perantara Gereja, sehingga selama dua tahun perjalanan menuju Sinode Gereja terbuka bagi roh Kudus dalam pelayanan pastoral bagi keluarga,” tu-tup Paus Fransiskus. “Semoga mereka berdua mengajar kita untuk tidak malu karena luka-luka Kristus dan masuk lebih dalam lagi ke dalam misteri ker-ahiman ilahi, yang selalu berharap dan selalu mengampuni, karena selalu mengasihi.” Jonast MSC, Dihimpun dari pelbagai sumber.

Dua Paus bertemu: Paus Emeritus Benediktus XVI dan Paus Fransiskus bertemu di Lapangan St Petrus pada saat misa Kanonisasi (atas).Seorang pengunjung dengan gambar St Yohanes Paulus II (bawah).

10 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

SAJIAN UTAMA

Banyak orang menyaksikan sambil menitikkan air mata, ketika sang hamba para hamba Allah, Paus orang Polandia itu mengawali sejarah kepausannya

seperti seekor Singa, namun pada akhir hidupnya, kembali kepada Bapa di surga bagai seekor domba.

Sepanjang masa itu, dari 16 Oktober 1978 hingga 2 April 2005, Yohanes Paulus II dengan indah dan

atas cara kenabian menunjukkan jalan kepada Sang Penyelamat dan Harapan dunia, Yesus Kristus.

Kini ia telah tinggal bersama dengan “banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita”

(Ibrani 12: 1). Bersama dengan persekutu-an orang kudus itu ia kini memancarkan

terang Kristus Cahaya Dunia, untuk suatu era yang sungguh

memerlukan pembebasan sejati.Dalam sebuah wawancara de- ngan seorang jurnalis Polandia

bernama Wlodzimierz Redzioch, 7 Maret 2014, Paus Emeritus Benediktus XVI dengan kasih yang tulus dan dalam, men-

ceriterakan, pengaruh dan dampak dari Yohanes Paulus II terhadap hidupnya sendiri

dan terhadap pelayanan- nya bagi Gereja.

Ia menegaskan, betapa indahnya ketika jenazah St

SINGA,DOMBA,

DAN TERANG

KANONISASIDAN WARISAN HIDUP

ST. YOHANES PAULUS II

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 11

Yohanes Paulus II diarak di jalan-jalan Roma, umat berseru: Santo Subito! “Da-lam kerjasama selama bertahun-ta-hun dengannya, memang menjadi semakin jelas bahwa Yohanes Paulus II adalah seorang Santo,” tegas Bene- diktus. Mengenai keputusan untuk proses beatifikasi yang lebih cepat dari biasanya, Benediktus XVI mengatakan bahwa ia melakukannya karena ia ya-kin akan kekudusan Yohanes Paulus II. “Ia mempunyai relasi yang sangat kuat dengan Tuhan,” tegasnya. Hal itu nam-pak kasat mata. St. Yohanes Paulus II mengejawantahkan kata-kata Pau-lus, “Aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidup-ku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku,” (Gal 2: 20).

Katekismus Gereja Katolik men-jelaskan bahwa “Kalau Gereja meng-gelari kudus orang-orang beriman tertentu, artinya mengumumkan de- ngan resmi bahwa mereka telah men-jalankan kebajikan-kebajikan dengan ksatria dan telah hidup dengan setia

kepada rahmat Allah, Gereja mengakui kekuasaan Roh kekudusan yang ada di dalamnya. Ia memperkuat harap- an umat beriman, karena ia memberi orang kudus kepada mereka sebagai contoh dan perantara. "Dalam situasi sejarah Gereja yang paling sulit, selalu terdapat orang-orang kudus pada awal pembaharuan" (CL 16,3). "Sumber ra-hasia dan ukuran yang tidak dapat salah dari kekuatan misioner Gereja adalah kekudusannya" (CL 17,3).”

Dalam sebuah wawancara dengan Radio Vatikan, Kardinal Jose Sara-via Martins, Prefek Kongregasi untuk Penggelaran para Kudus, pada tahun 2008, diangkat kembali peristiwa yang nampak di Lapangan St Petrus, pada saat pemakaman Yohanes Paulus II: “Kita ingat seruan umat “Santo Subito”. “Santo sekarang juga!” Seruan terse-but, menyatakan apa yang orang pikir-kan. Itu berarti bahwa Yohanes Paulus II benar-benar memiliki reputasi yang sejati akan kekudusan di antara para umat beriman. Dan kita tahu bahwa itu adalah sangat mendasar dalam proses beatifikasi.”

Wawancara tersebut menjawab cita rasa umat, dan kita mempunyai

seorang Santo di tengah-tengah kita. Tuhan tahu, kita membutuhkan te- ladan hidupnya dan doa-doanya di sepanjang abad baru Gereja missioner ini. Berjuta-juta umat di seluruh dunia berdoa bagi Yohanes Paulus II. Ia telah menunjukkan kepada kita bagaimana kita hidup, dengan mempersembah-kan seluruh keseharian kepada Yesus Kristus. Ia telah menunjukkan kepa-da kita bahwa penderitaan, disatukan dengan Sang Penyelamat, akan men-jadi tanda belas kasih Allah yang tiada henti dan menjadi suatu kesempatan rahmat ketika digabungkan dengan penderitaan-Nya, dalam suatu kurban Cinta yang total. Kesaksiannya melam-paui kata-kata.

Kemudian, ia menunjukkan kepada kita bagaimana memeluk kematian, tanpa takut, namun dengan iman. Ia mengetahui saatnya untuk pergi, se- perti yang ia katakan dalam bahasa Polandia, enam jam sebelum kema-tiannya, kepada teman dekatnya di pembaringannya, “Biarlah saya pergi ke rumah Bapa.”

Kita sungguh mendapat kesem-patan istimewa untuk mengalami kepemimpinan, baik dalam kata-ka-

“Santo Subito! Santo Subito!” Santo sekarang juga! Seruan yang mengaskan bahwa Yohanes Paulus II adalah seorang santo!

12 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

ta maupun perbuatan, dari Pengganti Petrus, yang sekarang telah menja-di Santo Yohanes Paulus II. Rasanya proses penggelaran kudus yang diper-cepat ini tepat. Hal itu menjadi tanda dimulainya masa kenabian Gereja.

Kita masih ingat dalam bulan Ok-tober 1978, ketika ia melangkah ke balkon Basilika St. Petrus dan berkata: “Jangan takut! Bukalah, ya, buka lebar- lebar gerbang-gerbang bagi Kristus. Bukalah bagi kuasa penyelamatan-Nya batas-batas Negara-negara, bukalah sistem-sistem ekonomi dan politik, kerajaan-kerajaan budaya, peradaban dan perkembangan…. Jangan takut!”

Diyakini banyak orang bahwa ia adalah salah satu “arsitek” Konsili Va-tikan II dengan dokumennya tentang Gereja dalam dunia modern, Gaudium et Spes. imam dan Uskup yang kuat, ener- gik, kharismatis ini menduduki tahta Petrus dengan rahmat dan martabat yang menunjukkan kepada semua yang berjumpa dengannya, Tuhan yang ia abdi. Pada masa kritis sejarah Gereja dan dunia modern, ia melangkah maju seperti seekor singa, dengan auman kenabiannya. Ia melangkah ke dalam panggung itu dengan kekuatan dan vi-talitas dan seluruh dunia mengetahui bahwa Allah sedang melakukan sesu- atu yang luar biasa.

Paus yang gemar mendaki gunung ini dipenuhi dengan kasih Allah dan kasihnya itu “menular”. Ia adalah seo-rang yang berbakat dalam menyurat, seorang dramawan, seorang filsuf, seorang intelektual besar, seorang penulis puisi, tapi yang lebih penting lagi, ia adalah seorang manusia tu-len dengan hati yang besar yang me- rangkul seluruh dunia, seperti Hati Dia yang dihadirkannya dengan amat in-dah sebagai wakil-Nya di bumi, yakni hati sang Raja Diraja, Yesus Tuhan kita.

Seperti seekor singa di tahta Petrus, ia konsisten dan tanpa lelah meng-hidupi apa yang dikatakannya dengan berani. Tiada takut, ia berkeliling dunia, mewartakan kebebasan kepada para tawanan dan kebenaran kepada para korban ideologi palsu yang telah meru- sak manusia abad 20, masa paling berdarah dalam sejarah manusia.

Ia tak pernah berhenti dengan penuh kesungguhan menghadirkan warta Kristiani yang tak pernah beru-

bah dengan kemendasakan profetis, namun dengan jelas dan relevan sesuai jamannya. Komunisme, atheism, seku-larisme, humanisme palsu, semuanya terbongkar janji-janji kosongnya. St. Yohanes Paulus II menyatakan bahwa “Sang Penebus Umat Manusia”, Yesus Kristus, adalah jalan menuju kebe-basan pribadi, sosial, universal yang autentik.

Ia menulis lebih banyak ensiklik, ekshortasi apostolik, konstitusi dan surat-surat dibandingkan Paus lain-nya dalam sejarah Gereja. Dalamnya ia mengembangkan topik-topik yang kaya selama pelayanannya bagi Ge-reja dan dunia yang masih berada da-lam “kandungan”. Banyak istilah-isti-lah yang dalam proses kelahiran dan semuanya mengandung potensi pem-baharuan. Frase-frase seperti Budaya Kehidupan, Peradaban Kasih, Evangel- isasi Baru, Musim Semi Misi Dunia, Panggilan universal kepada kekudus- an; Perkawinan Kristiani dan Hidup berkeluarga sebagai Gereja Domes-tik; Spiritualitas Persatuan, Theolo-gi Tubuh, Kebaikan Umum, Kesatuan Hidup, Humanisme Baru, Feminisme Baru dan Feminin Jenius, Dua paru-pa-ru Timur dan Barat, Aksi Katolik Baru, Antropologi Teologis Rahmat, dan Ad-vent baru umat manusia dalam Yesus Kristus, adalah contoh-contoh frase tersebut.

Ajarannya memberikan suatu ce-tak biru bagi pembangunan kembali Gereja masa kini. Misi dan warta ini dengan amat terampil dan cemerlang dikembangkan oleh penerusnya, Paus Emeritus Benediktus XVI dan dilanjut-kan dalam tindakan-tindakan kenabi-an Paus Fransiskus. Kita semua hidup dalam tuntunan Roh Kudus yang mengemudikan bahtera Gereja.

St. Yohanes Paulus II menegaskan bahwa tiada ruang dalam pengalaman hidup manusia yang tak terjangkau oleh pengaruh Injil dan Gereja. Gere-ja adalah, dalam kata-kata para Bapa Konsili Vatikan II, “ahli dalam kemanu-siaan”. Ia sungguh-sungguh seorang Paus Penginjil, memanggil seluruh umat manusia, pria dan wanita untuk menjumpai Injil, Kabar Gembira, Yesus Kristus yang bangkit. Ia memanggil semua kepada Satu Penebus, Yesus Kristus. Dalam Dia, mereka diundang,

untuk menemukan tujuan dan pe-menuhan hidup itu sendiri. Ia mewar- takan kebenaran bahwa eksistensi manusia adalah sebuah undangan un-tuk bersatu dengan Allah dan sesama. Ia berbicara kepada suatu masa yang dipenuhi dengan “pemenuhan diri” bahwa kita hanya dapat menemukan pemenuhan kemanusiaan kita dalam pemberian diri dalam kasih, kepa-da Allah dan kepada sesama, sebagai anugerah.

Ia memanggil kita semua untuk menghidupi iman Kristiani dan gaya hidup yang dinamis namun terintegrasi secara penuh, menunjukkan apa yang disebutnya sebagai “kesatuan hidup”. Dengan kata lain, meyakinkan bahwa kita melaksanakan apa yang kita ka-takan, bahwa implikasi iman Kristiani nampak dalam keseluruhan hidup kita, tanpa kontradiksi dan pemisahan. Ia menghadapkan dan menunjukkan apa yang ia sebut sebagai budaya ke-matian, dalam mana pribadi manusia diperlakukan sebagai sebuah sara-na saja dan bukan sebagai anugerah. Ia mengusulkan cara yang berbeda, yakni membangun sebuah budaya kehidupan, di mana setiap pribadi ma-nusia memiliki martabat dan hak untuk hidup, kemerdekaan dan cinta. Ia sela-lu mendorong kita untuk membangun Peradaban Cinta, baik melalui kata-ka-ta maupun kesaksian hidup.

Ia membangun jalan menuju damai dan solidaritas otentik, dengan men-canangkan kepada bangsa-bangsa bahwa kita adalah “our brothers’ keeper” dan bahwa kita punya kewajiban untuk solider satu dengan yang lainnya, dan secara lebih khusus, terhadap mereka yang miskin dalam segala bentuknya. Ia menegaskan bahwa kebebasan ma-nusia yang sejati adalah “kebebasan untuk” dan bukan hanya “kebebasan dari”. Apa yang kita pilih benar-benar berarti. Itu (pilihan kita itu) tidak hanya mengubah dunia, tetapi mengubah kita. Ia senantiasa mengingatkan kita akan esensi ajaran moral baik Hukum Alam maupun penyingkapan bahwa penerapan kebebasan manusia harus diarahkan kepada pilihan yang benar, baik dan indah. Ia menunjukkan apa yang disebutnya sebagai arti palsu kebebasan, seperti ketika kebebasan secara salah diarahkan dan menggu-

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 13

nakan pribadi-pribadi sebagai “prop-erty.” Karena semuanya itu ia disebut sebagai “Guru Ajaran Sosial Gereja Katolik.” Sesungguhnya Kompendium Ajaran Sosial Gereja dipersembahkan baginya.

Ia berpegang bahwa khasanah Ajaran Sosial Gereja Katolik ditujukan bagi dunia. Ajaran-ajaran sosial terse-but memberikan prinsip-prinsip yang dapat membantu membangun masya- rakat yang sungguh-sungguh adil dan damai yang memajukan kebaikan ber-sama. Ia percaya bahwa prinsip-prinsip tersebut, bila diterapkan dalam kebijak- an umum, akan menghantar kepada hubungan-hubungan yang adil baik secara nasional maupun internasional. Masalahnya adalah bahwa Ajaran So-sial Katolik sebagian besar belum di- baca dan belum dicoba. Tulisan-tu-lisannya, dalam kelanjutan dengan Tradisi dan dilanjutkan dalam kebijak-sanaan penerusnya, Benediktus dan Fransiskus, memberikan sarana yang kita perlukan untuk membangun bu-daya kehidupan dan peradaban kasih.

St Yohanes Paulus II dapat disebut sebagai seorang nabi. Dalam ensiklik- nya yang pertama “Redemptor Hominis” hingga yang terakhir, ia dengan fasih menyatakan Kebenaran. Ia juga seo-rang rasul bagi kesatuan Umat Kristen. Ia menyerukan rekonsilasi antar umat Kristiani yang terpecah-pecah dan da-lam sebuah ensiklik yang paling berani, “Ut Unum Sint” ia menawarkan model persatuan yang dibangun oleh Paus Emeritus Benediktus dan dinyatakan secara luar biasa oleh Paus Fransiskus.

Dengan cinta yang dalam, respek dan dedikasi bagi apa yang disebutnya “Orientale Lumen”, St Yohanes Paulus II menyerukan agar Umat Kristiani Barat dan Timur menemukan kembali keter- kaitan satu terhadap yang lain agar seluruh Tubuh Kristus dapat bangkit kembali dan bernafas dengan dua pa-ru-paru sehingga dapat menghadirkan Yesus Kristus kepada dunia yang perlu dibebaskan.

Tema-tema transformasional dari kepausah St Yohanes Paulus II masih memberi jalan bagi pembaharuan Ge-reja terus-menerus, dan melalui Gere-ja, pembaharuan budaya umat manu-sia terus menerus. Gaudium et Spes no 22, yang dipercaya bahwa dialah penu-

lisnya, adalah kunci utama untuk me-mahami pemikirannya yang menda-lam, iman dan harapannya yang dalam:

“Sesungguhnya hanya dalam mis-teri Sabda yang menjelamalah misteri manusia benar-benar menjadi jelas. Sebab Adam, manusia pertama, meng-gambarkan Dia yang akan datang yakni Kristus Tuhan. Kristus, Adam yang Baru, dalam perwahyuan misteri Bapa serta cinta kasih-Nya sendiri, sepenuhnya menampilkan manusia bagi manusia, dan membeberkan kepadanya peng-gilannya yang amat luhur. Maka tidak mengherankan pula, bahwa dalam Dia kebenaran-kebenaran yang diuraikan diatas mendapatkan sumbernya dan mencapai puncaknya.”

Iman Kristiani kita tidak hanya ber-bicara tentang kehidupan pribadi kita. Itu bukanlah hal yang pribadi saja. Iman Kristiani berbicara kepada seluruh ke-hidupan dan dimaksudkan untuk mem-beritahukan serta mengubah seluruh cara kita melihat dan menghidupi hidup kita di dunia nyata.

St. Yohanes Paulus II telah menun-jukkan jalannya. Ia mengawali masa kepausannya bagaikan seekor Singa yang mengaum. Ia mengakhiri- nya sebagai Domba yang memeluk ke-matian dengan cinta. Pengaruhnya kini berlanjut sebagai terang bagi millenni-um Kristiani yang ketiga.

St. Yohanes Paulus II, doakanlah kami, doakanlah seluruh Gereja, do-akanlah seluruh dunia! Deacon Keith Fournier/www.chatolic.org/Jonast MSC

14 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

Kita ingat bahwa Pater Jules Cheva-lier lahir pada tanggal 15 Maret 1824 di Touraine, Richelieu. Ibunya, yang sungguh saleh, menanamkan kepada Jules kecil nilai-nilai kristiani tradision-al. Hampir setiap sore ia menghantar Jules ke gereja paroki. Tidaklah meng-herankan Jules mendapatkan ‘selera akan hal-hal Gerejawi’, sebagaimana ia sendiri suka mengatakannya. Juga tidaklah mengherankan ketika kelak ia menyatakan keinginannya untuk ma-suk seminari menengah. Namun, ke- luarganya terlalu miskin untuk dapat mewujudkan keinginannya, sehingga ia pun mengambil keputusan untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan ekonomi guna mencapai tujuannya. Tu-juannya ini terpenuhi, bukannya tanpa kesulitan-kesulitan, pada 14 Juni 1851. “Oh hari yang tak terlupakan!,” ia meng- akuinya. “Pada saat konsekrasi, kea-gungan misteri dan pikiran akan keti-daklayakanku meresapi diriku sede-mikian rupa sehingga aku meneteskan air mata. Aku membutuhkan dorongan dari imam yang mendampingiku untuk menyelesaikan korban Suci.”

Dalam perjalanan studi teolog-inya ia memperoleh rahmat khusus yang mengarahkan seluruh hidupnya. “Ketika sedang mempelajari bahasan tentang Inkarnasi”, tulisnya, “pengajar kami menambahkan satu tesis tentang devosi kepada Hati Kudus. Seluruh- nya menarik minat saya. Ajaran ini

PROSESBEATIFIKASIP. JULES CHEVALIER

Kanonisasi Paus Yohanes XXIII dan Paus Yohanes Paulus II mengingatkan

kita akan proses beatifikasi dan kanonisasi P. Jules

Chevalier.Berikut ini, berita tentang

perkembangan proses tersebut, diterjemahkan oleh

J. Mangkey, msc, dari “La cause de béatification et

canonisation du père Jules Chevalier”, dalam

“Annales”, février 2014, halaman 26-27

meresapi hati saya. Pelajaran tentang kehidupan Beata Margaretha Maria menimbulkan dalam diri saya suatu keinginan besar untuk menjadi rasul devosi ini, yang telah diberikan oleh Tu-han kita kepada dunia sebagai sarana kuat untuk pengudusan.”

Proses beatifikasi berlangsung da-

lam dua tahap: tahap diosesan/keus- kupan yang diikuti tahap Romawi. Tahap pertama disebut tahap ‘di-osesan’ karena berlangsung di keus- kupan di mana Hamba Tuhan mening-gal dunia pada 21 Oktober 1907. Tahap ini diikuti dengan tahap ‘Romawi’ pada Kongregasi untuk Penggelaran para

Mgr. Maiilard, Uskup Agung Bourges ditugaskan untuk membuka dan menutup langkah tingkat Keuskupan dari proses beatifikasi dan kanonisasi Pastor Chevalier. Nampak hadir pula Pemimpin Umum Tarekat MSC P Mark McDonald MSC. (foto: Annales d’Issoudun, Fevrier 2014, p. 27).

Pater Raymond Dossmann, postulator utama, menyam-paikan kepada kita tahap-tahap yang dituntut oleh Gereja untuk beatifikasi dan kanonisasi seseorang yang dibaptis.

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 15

Penyerahan seluruh akta proses ke kantor Kongregasi untuk Penggelaran Para Kudus.

Kudus di Roma.Pada 25 Mei 2012, vigili perayaan

pesta Bunda Hati Kudus, Mgr Mail-lard, uskup agung Bourges, membuka ‘tahap diosesan’ dari proses beatifikasi dan kanonisasi Pater Jules Chevalier, pendiri Kongregasi Misionaris Hati Ku-dus dan Putri-Putri Bunda Hati Kudus, di basilika Hati Kudus, Issoudun. Dua komisi yakni ‘para ahli teologi’ dan ‘ahli sejarah’ telah memeriksa doku-men-dokumen menyangkut proses ini, dan para saksi tentang ketenaran kekudusannya didengarkan. Pada 8 Desember lalu Mgr Maillard meng-umpulkan kembali tribunal di basilika Issoudun untuk melanjutkan dengan

kesimpulan definitif dari tahap perta-ma ini.

Semua akta proses dikirimkan ke Kongregasi untuk Penggelaran para Kudus untuk sekali lagi dianalisa oleh para ahli teologi dan para ahli seja- rah. Apabila pendapat mereka positif maka aktanya akan diserahkan pada suatu komisi para Kardinal. Dan pada akhirnya berkasnya akan diserahkan kepada Bapa Suci, yang akan menge-luarkan suatu dekrit pengakuan akan keutamaan-keutamaan heroik dari Hamba Allah, dan sejak itu ia akan dise-but “Venerabilis” (yang patut dihormati).

Hanya setelah pengakuan terse-but oleh Sri Paus maka, apabila ada

suatu mukjizat yang terjadi atas pe- ngantaraannya, Hamba Allah itu akan dinyatakan “Beato”. Akan diperlukan mukjizat kedua agar ia dimaklumkan sebagai “Santo”.

Yohanes Paulus II mengatakan bahwa “untuk mukjizat-mukjizat ha-rus mendengarkan suara Allah melalui pemilah-milahan Roh oleh Gereja.” Mukjizat-mukjizat itu menerangi dan meneguhkan pertimbangan yang meli-batkan otoritas Petrus dan Gereja.

Perlulah kita mengintensifkan doa-doa kita untuk memperoleh rahmat mukjizat melalui pengantaraan Hamba Allah, Pater Jules Chevalier.

16 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

VENERABILISALAIN de BOISMENUGereja mengeluarkan Dekrit menggelari Hamba Allah Alain Guynot de Boismenu sebagai “venerabilis”. Dibutuhkan sebuah mukjizat yang diatributkan kepadanya agar ia digelari “Beato”.

Hamba Allah Alain Guynot de Boismenu (Saint Malo,

Prancis, 27 Desember 1870 - Kubuna, 5 November 1953)

SAJIAN UTAMA

Pada hari Selasa, 15 April 2014, Bapa Suci Fransiskus menerima da-lam audiensi pribadi Yang Mulia Angelo Kardinal Amato, SDB, Kepala Kongre-gasi untuk Penggelaran Para Kudus, dan mengotorisasikan promulgasi Dekrit tentang pengakuan akan keba-jikan-kebajikan heroik (heroic virtues) dari Hamba Allah Alain Guynot de Bo-

ismenu dari Kongregasi Misionaris Hati Kudus Yesus, Vikaris Apostolik Niugini, pendiri Kongregasi Hamba-Hamba Tu-han, yang meninggal pada tanggal 5 Nopember 1953 di Kubuna.

Dengan Dekrit ini Gereja memberi-kan kepada Hamba Allah Alain Guynot de Boismenu gelar “Venerabilis” (yang patut dihormati). Sekarang hal yang

dibutuhkan adalah pengakuan akan suatu mukjizat yang diatributkan pada pengantaraan Venerabilis Alain Guynot de Boismenu agar Gereja memaklum-kan beliau sebagai “Beato”. Kewajiban kita ialah untuk terus menerus berdoa agar Tuhan memberikan kepada kita rahmat melalui pengantaraannya. Jean Jules Chassem, msc, Postulator Umum.

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 17

Sebagai tambahan pada panggil- an umum pada kekudusan, yang kita semua terima, ada suatu kekudusan yang dapat membuat kita dikanonisasi (canonizable), dengannya Gereja men-gucap syukur kepada Allah atas anuge- rah bahwa para anggotanya mampu menanggapi dengan murah hati rah-mat Allah, yakni dengan menghor- mati mereka dan memohonkan doa-doa mereka sebagai pengantara kita. Sesuai dengan praktek Gereja, kekudusan ini diakui melalui dua tahap: beatifikasi dan kanonisasi. Syarat-syarat utama untuk proses tersebut adalah: reputasi/nama masyur dalam hal kekudusan, praktek kebajikan-kebajikan heroik dan penga-kuan akan suatu mukjizat melalui pen-gantaraan Beato/a atau Santo/a masa depan. Dalam tulisan ini saya ingin ber-bicara tentang syarat terakhir ini yakni tentang mukjizat.

Sebagaimana mukjizat-mukjizat yang dilaporkan dalam Injil-Injil meng- undang kita untuk mengakui dalam pribadi Yesus dari Nasaret sang Mesias

Allah dan kuasa Putera Allah, demikian juga mukjizat-mukjizat dalam proses penggelaran para Kudus meyakinkan kita bahwa Hamba Allah berada di surga dalam persekutuan dengan Allah. Atas cara ini mereka menegaskan tentang peneguhan ilahi atas pertimbangan yang dibuat oleh otoritas Gereja me- nyangkut kehidupan penuh kebajikan dari pribadi yang bersangkutan.

Pentinglah untuk menambahkan bahwa mukjizat yang dituntut dalam proses penggelaran para kudus adalah suatu mukjizat yang terjadi sesudah kematian (post mortem). Tambahan pula bahwa itu bukan sembarang mukjizat. Biasanya, itu harus merupakan suatu mukjizat dalam hal penyembuhan fisik, yang langsung, total (menyeluruh), ber-langsung terus dan penyakit tersebut tidak berulang kembali, dan mukjizat ini diperoleh melalui pengantaraan Hamba Allah.

Dalam bukunya berjudul “Beatifika-si Hamba-Hamba Allah dan Kanonisasi Para Beato” Prospero Kardinal Lamber-

tini (kelak Paus Benedictus XIV) men-definisikan dan memformalkan nor-ma-norma mengenai pengakuan akan mukjizat-mukjizat, yakni:• Diagnosis seharusnya merujuk pada

kondisi patologis yang serius dan ti-dak dapat disembuhkan. Hanyalah penyakit fisik (dan bukan psikologo-is atau neurologis) yang dipertim-bangkan.

• Prognosis adalah keadaan tanpa harapan: orang sakit berada dalam keadaan hampir meninggal.

• Penyembuhan tidak diatributkan pada pengobatan medis atau se- suatu terapi. Penyembuhan terjadi karena doa langsung dari si pende- rita atau karena permohonan tidak langsung (misalnya: novena doa oleh kaum keluarga dari si penderita atau dari suatu komunitas) melalui pengantaraan Hamba Allah atau Beato.

• Bukti penyembuhan: dalam meng- akui penyembuhan para dokter haruslah setepat mungkin sesuai situasi, khususnya bahwa penyem-buhan itu terjadi secara langsung. Mereka harus yakin bahwa penyem-buhan itu total (menyeluruh), ber-langsung terus dan penyakit terse-but tidak berulang kembali.

Menjadi kewenangan dari para dok-ter untuk menyatakan bahwa penyem-buhan tersebut tidak dapat dijelaskan, namun tergantung pada Gereja un-tuk menyatakannya sebagai mukjizat. Secara konkrit, mukjizat tidak dapat diakui begitu saja kecuali melalui suatu Dekrit dari Bapa Suci setelah melaku-kan evaluasi atas keajaiban tersebut, yang menyerupai keajaiban dalam hal kebajikan-kebajikan heroik dan reputasi kekudusan, dalam dua tahap: tahap di-osesan/keuskupan di mana suatu tribu-nal dibentuk oleh Uskup di mana keaja- iban itu terjadi dan tahap Romawi pada Kongregasi untuk Penggelaran Para Kudus. Jean Jules Chassem, msc

Kami memuji Engkau, ya Tuhan, atas kehidupan dari Alain de Boismenu, yang dibaktikannya demi melayani Injil dan umat Papua Niugini.Kami bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, atas imannya yang sederhana dan mendalam, yang dihayati dalam setiap saat keseharian hidupnya, atas penyerahan dirinya pada kehendak-Mu,atas kebaikannya menyambut semua orang yang membutuhkannyadan atas kebijaksanaan dan kebesaran hatinya untuk melayani mereka.Kami mohon kepada-Mu, ya Tuhan, demi kemuliaan-Mu yang lebih besar,dengan kanonisasi permuliakanlah dia di bumi ini sebagai rasul cintakasih-Mu yang berbelaskasih.Melalui teladan dan pengantaraannya,semoga Roh Kudus-Mu mempersatukan kami secara lebih erat dengan Dikau dalam Hati Putra-Mu, agar melalui kami juga cinta-Mu dapat mengubah dunia.Kami panjatkan doa ini dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.Amin.

DOA MEMOHON RAHMAT MELALUI PENGANTARAAN HAMBA ALLAHUSKUP ALAIN GUYNOT DE BOISMENU MSC

MUKJIZAT-MUKJIZAT UNTUK PENGGELARAN PARA KUDUS

18 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

LUKA YANG MENGALIRKAN RAHMATSebuah Kontemplasi

Baik juga rasanya membagikan peng- alaman kontemplasi pengalaman hati kepada keluarga Chevalier. Sejenak tu-lisan ini mengajak anda untuk masuk ke dalam pengalaman hati masing-masing dalam memandang curahan rahmat dari Hati Kudus Yesus.

Suatu kali usai menerima absolu-si, saya menuju ke Kapel. Saya diminta untuk merenungkan Hati Yesus yang tertikam. Mendengar penitensi seper-ti ini, saya merasa kaget serentak juga terbangkitkan semangat yang memba-ra dalam hati saya. Saya sangat terta- rik dengan misteri “Hati Yesus”, terlebih untuk merenungkan Hati-Nya yang ter-

tikam dengan tombak itu. Sementara berjalan, saya menundukkan kepala. Dalam angan bangkit lagi “aura Hati Ku-dus” – saya sebut “aura Hati Kudus” se-bab pengalaman ketertarikan saya ter-hadap Hati Kudus berawal dari rumah.

Ketertarikan saya akan Hati Ku-dus berawal di rumah tempat saya dibesarkan. Kakek saya ialah seorang pemuka umat. Saya diajarkan banyak hal tentang “Hati Kudus Yesus”, terlebih dalam lagu yang samar-samar saya i- ngat, “Lihatlah, hai anak-Ku, akan Hati Yesusmu … Salam … bagi-Mu, hai Raja kami dalam bulan Juni ini / pada hari Jumat ini.” Sebuah lagu yang sangat se-

derhana. Mungkin orang akan tertawa mendengarnya. Tapi saya merasakan betapa simpel-nya Hati Kudus Yesus dalam lagu ini. Saya juga sadar bahwa bulan kelahiran saya, Juni, adalah bulan penghormatan untuk Hati Kudus Yesus. Sungguh, saya sangat merasa tersen-tuh dan terbangkitkan suatu semangat lain dalam diri saya. Suatu rasa yang untuk sekarang ini sulit diungkapkan dengan untaian kata-kata. Inilah yang secara sederhana saya sebut “aura Hati Kudus.”

Dalam kontemplasi, saya dibawa oleh Tuhan ke suatu pemandangan yang membentang di kaki gunung batu.

OLEH: Fr Sandro Pinangkaan

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 19

Kini saya dibawa ke puncak gunung batu itu. Di sana Sang Kristus tergan-tung pada sebuah salib. Ia tertunduk kaku. Antara saya dan salib itu nampak ada batas. Saya berdiri di tempat yang gelap pijakkannya. Saya lihat diri saya berpakaian jubah hitam dengan keru-dung perkabungan. Batas itu sungguh kentara memisahkan saya dengan Salib itu. Dihantar oleh nyanyian Taizè, saya berseru, ‘Kyrie eleison, Christe eleison’.

Saya melihat sebilah tombak perla-han bersandar di lambung Yesus, yang kemudian membenam masuk dan mero- bek kulit-Nya. Keluarlah darah serta air menembus batas itu, memancar ke wajah dan lalu ke seluruh tubuh saya. Mula-mula darah merah segar mem-basahi wajah dan seluruh tubuh saya, baru kemudian air putih yang keluar dari Sumber yang sama itu menyapu bersih darah itu. Kembali animasi ini terputar. Ya, tombak itu ialah keberdosaan saya sebagai manusia. Dosa-dosa merobek lambung Kristus. Tapi, kerahiman-Nya sungguh luar biasa: meski dosa-dosa saya melukai-Nya, namun justru dari luka-Nyalah rahmat kehidupan keluar dan melimpah membasahi seluruh ke-hidupan saya. Ketika darah lalu kemu-dian air kehidupan itu keluar dan me-mancar mengena wajah, saya merasa seperti disirami oleh suatu “kesegaran” yang luar biasa. Saya diperhadapkan dengan apa yang menjadi realitá ke-hidupan saya dalam menapaki jalan panggilan ini.

Setelah mengalir turun dari sekujur tubuh, aliran darah dan air itu saya ikuti. Ke mana hendak pergi? Entahlah. Saya tidak mau diganggu pikiran-pikiran yang merusak permenungan saya. Saya hanya membiarkan diri saja dibawa oleh aliran rahmat itu. Aliran itu berjalan mengikuti celah-celah batu. Lama ke-lamaan menjadi besar dan mulai deras. Aliran itu ternyata membawa saya sing-gah di Novisiat MSC Karanganyar, di ru-mah saya sekarang ini. Saya merasakan situasi rumah saya yang real, di mana kehadiran saya harus menjadi suatu cahaya lilin kecil, bukan suatu bena-lu. Saya sadari hal ini sangat perlu. Di sini saya membangun niat untuk maju dan berkembang dalam hal-hal kecil yang berguna, sebagaimana cahaya li- lin kecil yang berguna dalam kegelapan besar. Saya perhatikan teman-teman

Jules Chevalier 1900

Sang Sabda, yang datang dari Hati Bapa-Nya menciptakan dunia muncul dari ketiadaan

dan dari Hati Sang Sabda yang menjadi manusia, yang tertikam di Kalvari,

saya melihat sebuah dunia baru lahir; dunia dari mereka yang dipilih-Nya.

Dari ciptaan ini, yang begitu subur, penuh dengan kemegahan

dan yang terinspirasikan oleh cinta dan pengampunan, adalah Gereja, tubuh mistik Kristus,

yang membuat ciptaan baru ini hadir di dunia sampai akhir zaman.

saya yang lain hadir dalam doa saya ini. Nampaknya sedang ada pertanding- an. Beberapa teman turun dalam satu tim sepak bola berseragam putih de- ngan bis merah – persis seragam sepak bola pranovisiat. Saya duduk di bangku penonton, dan dengan semangat, aku menjadi supporter. Celoteh dan kelakar tawa mewarnai pemandangan ini. A- langkah indah hidup bersama sebagai saudara – Ecce quam bonum et quam iucundum habitare fratres in unum (Mzm 133).

Kuperhatikan kembali aliran rahmat darah dan air suci tadi. Setelah memba- waku ke rumah saya di novisiat, saya dibawa kepada keluarga saya. Sepintas saja, saya melihat mama dan papa serta adik. Mereka melempar senyuman khas mereka masing-masing. Saya seakan di-transfer sebuah spirit yang meng-gembirakan lewat senyuman itu; sea- kan mereka hendak berkata, “sema- ngat… kami selalu ada”.

Air itu membawa saya ke sebuah lautan luas – samudera raya yang ce- rah. Saya berada dalam sebuah pera-

hu bersama dengan Yesus. Yesus hadir dengan jubah putih cerah. Ia tersenyum manis memandang dan menyapak de- ngan namaku. “Anakku, mendekatlah…” Sambil tersenyum Ia menunjukkan ke-padaku dada-Nya: di situ dengan jelas nampak Hati-Nya yang bernyala-nyala. Dalam Hati-Nya itu, nampak bola du- nia. Saya mendekat kepada-Nya. Saya perhatikan dengan seksama Hati Yesus. Perlahan tampaklah juga wajah saya dengan jubah putih tersenyum. Kupan-dang Yesus. Kami berdua saling terta-wa. Begitu gembiranya saya melihat itu. Ia berkata “Engkau tetap ada dalam Hati-Ku, anak-Ku!”

Saudaraku, Hati Ilahi bukan suatu konsep yang jauh. Ia adalah Cinta yang sungguh hidup dan melekat dalam hati kita sendiri, yang melayakkan kita men-jadi anak-anak-Nya dan kita menyebut-nya Bapa. Meski kita berdosa dan melukai Hati-Nya, kita tetap dikasihi oleh-Nya. Menjadi permenungan yang kiranya masih relevan, “Sungguhkah kita setia berada dalam Cinta itu?”.

20 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

Pada tanggal 21-24 April 2014, para frater novis MSC menjalani Pro- ses Spiritualitas Hati yang dibawakan oleh Romo P. J. Budi Santoso MSC, setelah mengalami pekan suci. Pro- ses dilaksanakan di Komunitas Novisiat MSC Karanganyar Kebumen. Sebagai masa penuh rahmat (Tahun kanonik), para novis dihantar untuk mengenal, memahami, dan mendalami Spiritual-itas Hati yang menjadi kekhasan dari Terekat MSC sendiri. Proses ini diikuti oleh semua novis yang terdiri dari 17 frater dan 2 bruder. Tema dari Pro- ses ini ialah Perjalanan Menurut Hati. Bertolak dari Konstitusi MSC no. 10,

Romo Budi Santoso mengajak para novis untuk mengenal makna kalimat dari konstitusi itu yang menyentuh bagi masing-masing pribadi kemudian mensharingkannya kepada novis yang lain. Dari sharing atas konstitusi MSC no. 10, ada 8 orang yang tertarik pada kalimat ‘hidup berdasarkan keper-cayaan akan cinta Allah’, 8 orang lagi tertarik pada kalimat ‘mencinta de- ngan hati manusiawi’, 2 orang tertarik pada kalimat ‘mencinta melalui Dia dan bersama Dia’, serta satu orang tertarik pada kalimat ‘mewartakan cinta-Nya kepada manusia’.

Berdasarkan ketertarikan para no-

vis terhadap konstitusi MSC no. 10 itu, poin-poin ditarik menjadi pokok-pokok permenungan dalam Proses ini. Pokok-pokok tersebut bukan dilihat secara te-oretis tapi secara lebih mendalam dan konkrit berdasarkan pengalaman ma- sing-masing pribadi. Karena itu, di awal proses Romo Budi mengajak para no-vis, pertama-tama mencoba mengenal Siapakah Allah bagiku, Siapakah Yesus bagiku dan Siapakah aku, untuk ma-suk pada point pertama, yakni hidup berdasarkan kepercayaan akan cinta Allah Bapa.

Dalam kesempatan sharing salah seorang frater mengatakan, “Bagi

MENCINTADENGANHATI MANUSIAWIMencinta dengan hati yang terluka namun terbuka

SPIRITUALITAS

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 21

saya Allah itu adalah telinga, kadang ia mendengarkanku tapi kadang tidak”. Ada juga yang berkata “bagiku Allah seperti tempat sampah, di mana aku dapat mengungkapkan kesalahanku, kemarahanku, ketidaksenanganku, dan segala kebusukanku”. Kemudian ada yang melihat Yesus sebagai saha-bat yang baik dan sebagai kakak. Ke-banyakan pengenalan akan Yesus para novis itu bertolak dari pengalaman Retret Agung. Misalnya, ada seorang frater yang berkata bahwa Yesus ada-lah kakak baginya yang mengajarkan dan menunjukkan banyak hal tentang kehidupan padanya.

Kemudian para novis mulai diajak mencoba mengenal diri sendiri. Dalam mengenal diri, pada novis dibantu de- ngan sebuah garis yang ditarik dari ang- ka 0 hingga 100, lalu para novis mulai melihat dan menyadari di mana titik kepercayaan pada dirinya sendiri dan penerimaan pada dirinya sendiri.

Setelah melihat dan mengenal siapa Allah, siapa Yesus bagiku, juga siapa aku, para novis diajak untuk me-lihat gambaran dunia ini. Pertanyaan penting yang diberikan oleh Romo Budi kepada para novis ialah ‘Apa-

kah anda memandang perkembangan masyarakat dunia dewasa ini penuh harapan atau penuh kecemasan?’ Dari beberapa sharing para novis, banyak yang melihat dan memandang dunia dewasa ini masih punya harapan.

Setelah para novis diajak mema-hami hidup berdasarkan kepercayaan akan cinta Allah Bapa melalui penge- nalan akan gambaran Allah, Yesus, diri sendiri, dan dunia, para novis kemu-dian dihantar untuk mengenal Yesus yang mencinta dengan hati manusiawi. Pertama-tama Romo mengajak para novis untuk terlebih dahulu mencoba masuk ke dalam hati sendiri, supaya menyadari akan kekayaan dan ker-apuhan hati yang dimiliki. Point-point penting yang diberikan untuk mem-bantu para novis ialah menyadari siapa aku di dalam Allah yang mencintaiku, menyadari kelekatan dalam diri, me- nyadari akan kemarahan dan keben-cian dalam diri, dan menyadari kaitan antara kelekatan/kemarahan dengan luka batin. Baru kemudian para novis diajak untuk mencoba masuk dalam Hati Yesus sendiri.

Dalam mencoba memasuki Hati Yesus, para novis dibimbing dengan

meditasi dan kontemplasi mulai dari misteri penjelmaan, Yesus di Naza-reth, Yesus dan keluarga-Nya, godaan di padang gurun, Visi perutusan Ye-sus, hingga pergumulan dan penyer-ahan Yesus di kebun Zaitun, dan wa-fat-Nya di salib. Menanggapi situasi ini salah seorang frater berkata “Proses ini mengingatkan dan menghidupkan kembali pengalaman retret agung”

Kemudian setelah diajak masuk ke dalam hati sendiri dan hati Yesus un-tuk belajar mencintai dengan hati ma-nusiawi, pada point terakhir para novis dihantar untuk memahami bagaimana mencintai melalui Dia dan Besama Dia. Tujuan dari point ini yakni mempersatu- kan diri dengan Yesus yang mencinta dengan hati manusiawi yang terlu-ka namun terbuka. Romo Budi coba menghantar para novis untuk melihat dan menyadari apa yang masih kurang dari diri masing-masing pribadi untuk bersatu dengan Yesus. Mulai dari ren-cana Allah pada manusia, penolakan manusia, kehadiran Yesus, makna kehadiran-Nya, syarat-syarat mengi-kutinya dan ditutup dengan melihat kesemuanya itu dengan diri pribadi masing-masing. Fr. Devid Abram

Para Novis MSC bersama P. Petrus Joseph Budi Santoso MSCsesudah proses Spiritualitas Hati

22 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

HOSTI MADE IN PURWOREJO

Lokakarya para Suster PBHK untuk meningkatkan

pelayanan kepada Gereja mencetuskan beberapa

gagasan. Salah satu perwujudannya adalah usaha

pembuatan hosti dan Lenan Liturgi di Purworejo.

Sejak 4 Juni 1928, Para Suster PBHK untuk pertama kalinya menje-jakkan kaki di Indonesia, tepatnya di Purworejo - Keuskupan Purwokerto Jawa Tengah. Mereka adalah Sr. Patricia Leemijer, Sr. Marianna Dieckmann, Sr. Valeria Schneiders dan Sr. Crescentia van Hasselt. Sejak saat itu pula mere-ka berupaya untuk membagikan karya cinta kasih Allah kepada umat beriman melalui berbagai bidang karya. Baik itu bidang pendidikan, kesehatan maupun pastoral kerohanian dan sosial, yang makin berkembang ke berbagai daerah di Indonesia.

Untuk meningkatkan pelayanan di tengah Gereja, maka pada tg. 25 - 28 Februari 2012 diadakan Lokakarya

bagi para Suster PBHK di Rumah Re-tret BHK Parakan. Dalam Lokakarya itu tercetus beberapa ide, di antaranya ide membuat pelayanan alternatif demi pelayanan kepada Gereja. Di antara- nya adalah rencara pembuatan hosti di Purworejo & pembuatan Lenan Liturgi. Atas ide tersebut, tarekat memberi-kan tawaran kepada Sr. M. Margaretha Retno, PBHK untuk mewujudkan ide tersebut.

Sejak tanggal 2 September mu-lai dilakukan orientasi seperlunya, di antaranya mencari informasi tentang pembuatan hosti. Setelah masa orien-tasi, maka dibuat perencanaan langkah kerja dan pembuatan anggaran belan-ja.

ANTAR KITA

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 23

Unit pembuatan hosti di Purworejo kini sudah beroperasi. Usaha ini sangat membantu pelayanan Gereja khususnya untuk

Keuskupan Purwokerto dan sekitarnya.

Sebelumnya pada tanggal 23 Janu- ari 2013, dalam kesempatan per-jumpaan dengan Bapa Uskup, Suster Superior Daerah telah membicarakan rencana proyek kecil ini kepada Bapa Uskup untuk mohon restu. Bapa Us- kup mendukung Proyek ini, mengingat di Keuskupan Purwokerto selama ini belum ada Unit yang menangani Pem-buatan Hosti. Dalam pelaksanaan- nya Sr. Margaretha akan bekerja sama dengan beberapa orang (umat) paroki Purworejo, di bawah arahan Suster Su-perior Daerah Jawa.

Setelah melampaui beberapa tahap langkah kerja, di antaranya pemesanan mesin pencetak hosti dari ATMI (Aka-demi Tekhnik Mesin Indonesia) di Solo,

pengadaan perlengkapan kerja, ori-entasi pasar, dan mencari beberapa partner kerja, maka segera dilakukan beberapa langkah persiapan.

Pada hari Sabtu 7 September 2013 mesin pencetak hosti tiba dari ATMI Solo. Tanggal 19 dari ATMI mengirim-kan mekanik untuk memberikan pela-tihan bagi Sr. Margaretha cara pengo-perasian mesin pencetak & pemotong Hosti. Pelatihan berlangsung selama 2 hari

Pada Sabtu, 27 September 2013, Rm Firmus Batyol, MSC berkenan memberkati Unit Produksi disaksikan juga oleh Rm. F. Miranto, Suster Su-perior Daerah Jawa, perwakilan Suster komunitas Karya, Postulan dan Novi-

siat. Dengan demikian, Unit Produksi siap melayani Gereja. “Semoga Unit ini dapat menjadi sarana yang indah bagi para Suster PBHK untuk melayani Ge-reja” demikian doa dan harapan Rm Firmus, menutup serangkaian upacara pemberkatan.

Walaupun masih dalam tahap awal, namun Unit Pembutan Hosti ini mulai bergerak untuk melayani Gereja de- ngan mulai memproduksi hosti bagi paroki - paroki. Disampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah turut membantu dan membe- rikan kemudahan demi terwujudnya proyek kecil ini. Sr. Margaretha Retno PBHK

24 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

Putra-Putri Altar Paroki Santa Pe- rawan Maria Purworejo menyeleng-garakan Rekoleksi sehari pada tanggal 30-31 Maret 2014 dengan tema 'One Night with The King' di Novisiat MSC Sananta Sela - Karanganyar. Peserta berjumlah 130 anak yang terdiri dari PPA MAFITA Purworejo (98 anak), PPA Purwosari (10 Anak) dan PPA Karang-anyar (20 anak), ditambah dengan tim pendukung yakni OMK Purworejo, OMK Purwosari,OMK Karanganyar, Novis MSC serta pembina dari Purworejo dan Karanganyar. Dengan demikian jumlah yang berproses iman selama semalam ini adalah 160 orang. Kegiatan ini ber-tujuan untuk: 1) persiapan iman men-jelang pelayanan paskah; 2) aksi kenal dan aksi panggilan Misionaris Hati Ku-dus (MSC) dengan metode live-in; dan 3) menyambut ajakan Paus Fransiskus untuk 24 jam bersama Yesus dengan

'pendekatan yang berbeda”.

One Night with The King

Dalam seluruh hari 30 Maret 2014, para peserta mengikuti proses hari pertama yakni fellowship and worship. Kegiatan fellowship yakni usaha peng- akraban seluruh peserta malalui per-mainan-permainan yang dibawakan oleh panitia (pengurus PPA Mafita). sedangkan proses 'worship' melalui dua hal yakni Adorasi Sakramen Maha Kudus a la Taize yang dipandu oleh Frater Novis MSC kemudian dilanjut-kan dengan permenungan pra-pas-kah dengan metode olah batin-olah rasa yang dibawakan oleh Firman dan kawan-kawan (OMK Purworejo beker-jasama dengan OMK Purwosari dan OMK Karanganyar). Kegiatan worship ini ditutup dengan doa 'sembah' oleh Fr. Adri MSC.

Joy with The King

Hari kedua, 31 Maret 2014 dimu-lai dengan Laudes Mulia yang difasili- tasi oleh para Novis MSC. Walaupun banyak yang bingung karena cara doa yang 'tidak biasa' bagi mereka namun memancing rasa ingin tahu tentang hidup doa para biarawan. Setelah laudes diadakan proses Outbond yang sepenuhnya dikelola oleh para Novis MSC yang bekerjasama dengan OMK. Seluruh kegiatan rekoleksi ini kemu-dian ditutup dengan Perayaan Ekaristi oleh RP. Dwi Rahadi MSC sebagai se- lebran utama, didampingi oleh RP. AE. Wignyoseputra MSC.

Kiranya kegiatan ini semakin memupuk semangat guyub sebagai anggota PPA yang cinta akan Tuhan dan sesama serta memupuk panggil- an sebagai rohaniwan/biarawan-bia- rawati. Liem MSC

ONE NIGHT WITH THE KING

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 25

I WANT TO BEWITH YOU

SD Katolik Sta Theresia Manado ter-masuk salah satu sekolah yang dikenal lewat berbagai prestasi yang telah dica-pai. Setiap tahun sekolah yang bernaung di bawah Yayasan Yoseph ini menga-dakan retret. Retret tahun ini diadakan di Rumah Retret Sta Clara Lotta dan di-adakan pada tanggal 3-12 April 2014. Retret yang dibuka langsung oleh Kepala Sekolah, Sr. Elisabeth Ray JMJ, S.Ag, M.Pd ini diikuti oleh semua siswa dari kelas 1-6, dan dibagi dalam enam gelombang berdasarkan kelas masing-masing.

Retret dibimbing oleh Pst Bram Tu-lusan MSC dengan tema I Want To Be With You (Aku ingin bersamaMu). Para siswa diajak untuk menyadari betapa Allah sangat mencintai manusia. Allah mengungkapkan cintaNya kepada ma-nusia dengan sangat jelas. Jelas karena sangat dekat dengan kehidupan hari-an mereka. Allah menyatakan cintaNya lewat kehadiran orang tua yang selalu setia menjaga dan mengasihi mereka di

rumah; Kasih Allah dinyatakan juga le-wat perhatian dan bimbingan guru-guru dan teman di sekolah. Akan tetapi aki-bat dosa-dosa manusia sehingga ke-beradaan kasih Allah ini kurang disadari. Inilah yang menyebabkan munculnya perilaku tidak hormat pada orang tua, tidak menghargai guru di sekolah serta bersikap sombong kepada teman.

Oleh karena itu para siswa diajak untuk makin menyadari dan mulai men-syukuri akan rahmat kasih Allah ini, de- ngan membangun perilaku hormat ke-pada orang tua dan guru serta menghar-gai teman. Sehingga lewat pembaharuan perilaku ini para siswa diharapkan sema-kin memiliki karakter yang kuat. Karakter yang dibangun atas dasar kepercayaan diri bahwa mereka adalah pribadi-priba-di yang unik dan berharga di mata Tuhan. Inilah langkah awal positif yang meya- kinkan, menuju masa depan yang sangat menjanjikan. BT MSC

Sejak dini anak-anak perlu diajak menyadari cinta

Allah kepada mereka yang dinyatakan atas pelbagai

cara.

26 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

Pertemuan tahunan yang diadakan oleh para ekonom tarekat-tarekat Keluarga Chevalier kali ini diselenggarakan di aula Propinsialat MSC-Jakarta dari tanggal 23-25 April 2014. Peserta yang hadir adalah para ekonom tarekat MSC, BHK, PBHK dan TMM, berjumlah 13 orang. Dalam sapaan hati sebagai pembina; Pastor Benedictus Estephanus Untu, MSC menguatkan peserta agar tetap bersemangat dalam gerak hidup bersama sebagai Keluarga Chevalier. Semua didorong untuk kembali pada spiritualitas pendiri dalam bentuk yang konkret berupa karya apostolik, atau karya pe-rutusan lainya. Kita mempunyai rupa-rupa visi pelayanan namun kita tetap satu spiritualitas, tegas Propinsial MSC ini.

P. Benny Laisina MSC sebagai pengurus EKC menyam-paikan bahwa tujuan kegiatan pertemuan kali ini adalah untuk belajar bersama dalam wadah persaudaraan Kelu-arga Chevalier, mengenai hal-hal atau bidang pengelolaan keuangan tarekat, pengelolaan asset dan investasi.

Diskusi dan sharing dengan tema-tema yang aktu-al membuat peserta terus semangat dan antusias sam-pai akhir pertemuan. Setiap ekonom dari masing-masing Tarekat mensharingkan pengalamannya mengelola Dana

dan Asset. Dihadirkan pula nara sumber dari pihak luar yang membantu untuk memberikan pemahaman tentang penge-lolaan dana dan asset.

Pada sesi pendalaman Undang-Undang Yayasan dan Perkumpulan dihadirkan Ibu Liliana Arif, seorang pakar hu-kum dan notaris. Tentang Perencanaan Keuangan dan Fund-raising dihardirkan Bpk. Bismarck sebagai narasumber.

Peserta juga dihantar untuk mengetahui kondisi ekonomi global dan domestik, Investasi Pasar Modal, perbankan dan koperasi oleh beberapa narasumber yang berbeda-beda.

Pertemuan ini merupakan pertemuan EKC ke-4 kalinya. Dalam pertemuan ini juga diadakan pemilihan pengurus EKC yang baru untuk periode 2014 – 2018.

Semoga persaudaraan ini terus ditingkatkan dan se-makin menjadi wadah untuk saling belajar dalam men-gelola keuangan dan asset tarekat, saling mendorong un-tuk menghidupi semangat Tarekat, bekerja dalam tim dan membangun rasa memiliki. Output yang diharapkan adalah pengelolaan dana dan asset yang prima, efisien, efektif dan akuntabel. Fr. Kardinus Nong BHK

PERTEMUAN EKONOMKELUARGA CHEVALIER

Para peserta pertemuan berfoto bersama para narasumber di Aula Provinsialat MSC, Kamis, 25/04/2014.

ANTAR KITA

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 27

Salah satu program yang ditung-gu-tunggu oleh para novis MSC di bu-lan April ini adalah hiking ke Bukit Con-dong. Tanggal 2 April 2014 menjadi hari bersejarah bagi kami yang untuk pertama kalinya menginjakkan kaki ke puncak Bukit Condong. Bukan sema-ta-mata itulah yang hendak kami cari dalam program ini, melainkan makna apa yang terkandung di balik program ini, apa yang kami peroleh sebagai calon MSC lewat program mendaki ke Bukit Condong ini.

Tepat jam 5 subuh, kami berangkat dari Novisiat. Kami bersembilan be-las, bersama ibu Kartila dan Romo Dwi Rahadi berangkat dengan semangat. Di tengah jalan kami berjumpa dengan Romo Berry Parera, Pak Awen dan Mas Paulus yang juga akan ikut bersama kami mendaki. Makin bahagialah kami karena makin banyak yang ikut bersa-ma kami dalam program ini.

Di puncak Bukit Condong, kami mengadakan perayaan Ekaristi dan membuat permainan-permainan yang dituntun oleh Fr. Devid. Setelah itu, kami makan siang, berfoto-foto lalu pulang. Kira-kira pukul 12 siang kami turun dari Bukit. Namun, pemandangan dari puncak bukit Condong masih sangat membekas di pikiran kami, karena kami banyak melakukan pemotretan di sana.

Pelayanan Tiada Habis-habisnya

Dalam perjalanan kurang lebih

3 jam kami tidak lupa untuk mene- barkan Hati Tuhan dengan memberikan sapaan-sapaan kepada orang-orang yang kami jumpai: tua-muda, besar-ke-cil, mendapat perhatian dari kami. Wa-laupun lelah dengan berbagai kegiatan pada hari-hari sebelumnya yang meng- uras tenaga, tetapi tidak membuat kami kehilangan semangat dalam mendaki dan memberi perhatian kepada mere-ka yang kami jumpai. Dalam perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Romo Berry di puncak Bukit Condong, romo meng-garisbawahi dimensi pelayanan yang tiada habis-habisnya sebagai pengikut Kristus. Inilah konsekuensi dari pilihan mengkhususkan diri untuk membakti-kan hidup kita kepada Kristus. Karena itu, walau lelah, penat, letih, tetap se-mangat dalam menyebarkan Kasih Tu-han.

Aku untuk alam dan Alam untuk Aku

Salah satu tema yang hendak di-angkat oleh komisi kepribadian melalui kegiatan ini adalah “Aku untuk alam dan Alam untuk Aku”. Karena itu, salah satu bentuk kegiatan yang kami laku-kan adalah memungut sampah dari puncak bukit sampai di Novisiat. Sebe-lum berangkat mendaki, kami sudah menyiapkan tas kresek untuk dijadikan sebagai tempat ‘penyimpanan’ se-mentara bagi sampah-sampah yang kami pungut nanti di jalan. Salah satu

hal yang mendasari gerakan ini ada-lah kesadaran akan lingkungan hi- dup yang mulai tumbuh di dalam diri kami. Ini juga sangat dibantu oleh pro- ses JPIC (Justice, Peace and Integrity of Creation) yang dibawakan oleh Romo John Mitakda MSC dan Bapak Stef To-kan. Kesadaran yang makin tumbuh itu membuat kami semakin menaruh per-hatian kepada keseimbangan lingkung- an hidup. Kita, bukan saja hidup untuk orang lain, tetapi juga untuk lingkungan di mana kita berada.

Akhirnya……

Pengalaman mendaki Bukit Con-dong membuat kami semakin sadar arti dari pelayanan yang tiada habis-habis- nya sebagai pengikut Kristus. Dalam hal ini, semangat untuk pantang menye- rah menjadi hal yang perlu kami perha-tikan terus-menerus dalam membina diri. Kesadaran akan lingkungan hidup juga mulai menjadi perhatian tersendiri bagi kami dalam rangka membina hidup yang semakin membuka diri pada du- nia. Pembinaan kami di Novisiat ini te- lah memasuki bulan yang ke-8. Karena itu kami berharap sisa waktu yang ada dapat kami gunakan secara maksimal untuk terus membina diri dan membina diri dan membina diri. Pantang menye- rah dalam membina diri menjadi lang-kah awal untuk menjadi pelayan yang pantang menyerah. Ametur! Red. Cordis

BERJALAN SAMBIL MELAYANIPara Novis mendaki Bukit Condong

28 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

Pada tanggal 5-6 April 2014 yang lalu telah berlangsung perkemahan dalam rangka pelantikan Penggalang Ramu di SMP Pius Tegal. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan rutin se-kolah yang terletak di jalan Dr. Sutomo tersebut. Perkemahan diikuti oleh 112 siswa kelas VII, 31 dewan penggalang didampingi oleh 10 pembina.

Ada beberapa dasar pemikiran yang melatar belakangi pelaksanaan kegiatan tersebut, yakni: meningkat-kan kemandirian, kedisiplinan, ke-cakapan, ketrampilan serta pembinaan karakter dasar kepramukaan. Lebih lanjut menurut Pak Sarwono ada be-berapa tujuan kegiatan tersebut dibuat antara lain: mempersiapkan agar para peserta memiliki pribadi yang matang, meningkatkan kedisiplinan, kerjasama serta kemandirian.

Acara dibuka pada Sabtu sore pukul 14.30 wib, di halaman SMP Pius. Ber-tindak selaku pembina apel Kagudep SMP Pius Bapak S. Sarwono, S.Pd. Apel berlangsung selama 30 menit. Sesudah

acara pembukaan tiap regu mulai sibuk mendirikan kemahnya masing-masing. Pada pukul 16.00 diadakan kegiatan uji TKK (memasak). Pada malam hari dia-dakan wisata malam yaitu kunjungan ke makam Hadad pada pukul. 00.00 wib. Sebelumnya dipersiapkan dengan renungan malam yang diberikan oleh Sr.M.Bernadette PBHK. Seluruh peser-ta terlihat gembira dan bersemangat karena seluruh acara berlangsung de- ngan aman, tertib dan lancar. Akhirnya perkemahan Pelantikan Penggalang Ramu ditutup pada hari Minggu pagi sekitar pukul 08.00 wib. Sayonara.

Paskah Membangkitkan Semangat Baru

Sementara itu, pada tanggal 26 April 2014 yang lalu, Keluarga SMP Pius Tegal mengadakan Paskah ber-sama, setelah hampir satu dekade tidak ada perayaan tersebut. Sebagai sebuah lembaga pendidikan Katolik, perayaan tersebut digelar walaupun waktu persiapannya sangat singkat. Kepercayaan sebagai penggerak uta-

ma perayaan Paskah diserahkan kepa-da OSIS SMP PIUS.

Berbagai macam lomba diadakan antara lain; menghias telur paskah, bercerita tentang kisah kebangkitan Yesus dan mencari telur paskah. Di-antaranya yang paling seru adalah lomba mencari telur paskah. Ada 300 butir telur puyuh yang disebar untuk lomba tersebut. Pak Krisna dan Lukas bersama anak-anak OSIS diserahi un-tuk mengatur jalannya acara yang ber-langsung pada Sabtu tersebut.

Dalam apel bersama untuk menga-wali acara rohani ini Pak Bimo selaku kepala sekolah menerangkan mak-na telur paskah dalam hubungannya dengan peristiwa kebangkitan Tuhan. Seluruh acara berlangsung dengan lancar lagipula didukung dengan cua-ca yang cerah. Puji Tuhan atas berkat yang diterima keluarga besar SMP Pius Tegal. Semoga perayaan paskah ini semakin mempererat satu sama lain dalam semangat pelayanan kepada sesama. Sr. Bernadette PBHK

GELIAT SMP PIUS - TEGALSelama bulan April 2014 ini nampak geliat pelbagai kegiatan SMP Pius, Tegal. Dalam kepramukaan, telah terlaksana perkemahan pelantikan Penggalang Ramu, dan dalam menyambut Paskah, diadakan pula pelbagai kegiatan.

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 29

Malam itu, para frater berusaha untuk menampilkan talenta-talen-ta mereka. Mulai dengan penampilan dari Fr Devid, Fr Ichal, Fr Beni, dan Br Very yang membawakan lagu Imagine dengan iringan band. Kemudian diiku-ti penampilan duet The Prayer oleh Fr Sandro dan Fr Bill yang diiringi oleh in-strument biola dan piano oleh Fr Ayong dan Fr Valen. Setelah itu, Group Band ‘The Baby’ (Fr Vino, Fr Ichal, Fr Beni dan Br Very) tampil membawakan lagu “Mama Bakar Sagu”. Yang terakhir ada-lah penampilan The Diva (Fr Ayong dan Fr Devid) yang membawakan sebuah pertunjukkan modern dance. Selain itu, di sela-sela acara, ada juga yang rela menunjukkan kebolehan spontan- nya, yaitu Fr. Tosman dan Fr. Ichal yang membawakan lagu Kisah Cintaku de- ngan Fr. Tosman sebagai rapper.

Bertindak sebagai juri adalah Rm Antonius Dwi Rahadi MSC dan Fr. Reza. Dalam acara ini, para peserta berusa-ha menarik hati para juri dan penonton dengan menunjukkan kebolehan ma-

sing–masing, karena dalam sistim pe-nilaian bukan saja juri tetapi penonton juga terlibat dalam memberikan suara kepada peserta yang menjadi favorit- nya. Dengan diadakannya Noviciate Got Talent ini, para frater dapat menum-buhkembangkan rasa percaya diri dan talenta-talenta yang dimiliki.

Bukan sekedar ajang unjuk ke-bolehan

Lewat acara Noviciate Got Talent ini, para novis juga diajak untuk melihat secara lebih mendalam “Tugas Peru-tusan” seperti yang terdapat dalam konstitusi MSC yang berbunyi: “Melalui tarekat kita menerima penugasan kita sebagai misioanaris. Isi penugasan di-tentukan oleh keputusan masyarakat, tugas perutusan Gereja, tradisi tarekat dan bakat – kemampuan dari ma- sing-masing orang”. Bakat-kemam-puan dari masing-masing orang juga menjadi hal yang penting dalam tugas perutusan.

Sebagai Misionaris Hati Kudus Yesus kita diajak untuk bukan saja

menumbuhkan cinta akan doa di dalam diri, tetapi kita juga untuk mengem-bangkan talenta-talenta yang Tuhan berikan kepada kita masing-masing sebagai sarana untuk mengabdi Tu-han dalam sesama. Misalnya kalau kita mempunyai talenta dalam bermain gi-tar, kita dapat menggunakannya untuk mengajak orang-orang muda dalam berbagai acara atau rekoleksi dan itu akan membuat suasana semakin hidup dan bersemangat. Lewat cara itu pula, hendaknya talenta menjadi sarana pendukung dalam Tugas Perutusan. Di samping itu, pengembangan tersebut perlu dibarengi dengan optimisme dan percaya diri, serta mensyukuri segala talenta yang dimiliki.

Lewat ajang ini, kita diajak untuk semakin percaya dan yakin akan or-ganisme diri lalu menatap ke depan ke arah pelayanan bahwa ‘semua yang ada pada kita akan diberikan demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan manusia’. Fr. Teofilus Manunwembun

Pada tanggal 30 April 2014, di Novisiat MSC Sanantasela, Karanganyar diselenggarakan kegiatan Noviciate Got Talent. Dalam kegiatan ini, para frater menunjukkan talenta – tal-enta yang terpendam dalam diri mereka.

NOVICIATE GOT TALENT

30 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

MISIONARISSEGALACUACAPerayaan Ekaristi 50 tahun Imamat P Lambertus Somar di Gereja Stella Maris, Pluit, Jakarta, dipimpin oleh Provinsial MSC, didampingi oleh Mgr. Joseph Theodorus Suwatan MSC, Mgr. Nikolaus Adiseputra MSC, dan para imam yang berasal dari Merauke.

Tanggal 21 April 2014 adalah hari istimewa untuk P Lambertus Somar MSC. Genap 50 tahun yang lalu, ia menerima tahbisan imamat di Seminari Menengah Kakaskasen, Tomohon, Sulawesi Utara oleh Mgr. Andreas Sol MSC. Perayaan 50 tahun imamat itu baru dirayakan pada tanggal 26 April 2014 yang lalu di gereja Stella Maris Pluit, Jakarta Utara. Kurang lebih pukul 9 pagi sudah banyak tamu dan umat berdatangan. Di antara para tamu, hadir cukup banyak imam, biarawan dan biarawati.

Tepat pukul 10.30 Perayaan Ekaristi dimulai. Dari pintu gerbang gereja berarak putera altar, diikuti oleh para imam baik diosesan maupun dari pelbagai kong- regasi. Kurang lebih 50 imam berarak di tengah gedung gereja menuju altar. Di bagian belakang terdapat 4 imam yang berasal dari Merauke, berarak bersama dengan Uskup Keuskupan Manado Mgr Joseph Theodorus Suwatan MSC, Uskup Keuskupan Agung Merauke Mgr Nikolaus Adiseputra MSC, Pater Provinsial MSC

PESTA EMAS IMAMAT P. LAMBERTUS SOMAR MSC

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 31

Indonesia P Benediktus Estephanus Untu MSC dan sang jubilaris P Lam-bertus Somar MSC. Perayaan Ekaristi meriah ini dipimpin oleh Provinsial MSC sebagai selebran utama.

Mengomentari bacaan Injil (Mrk 10: 28 – 31) tentang upah mengikuti Yesus, P Johanes Mitakda MSC dalam homilinya mengatakan bahwa apa yang dikatakan Injil hari ini sungguh nyata dalam hidup P. Lambert Somar. Ia sangat percaya akan kuasa Allah da-lam hidupnya. Ia senantiasa terpesona untuk mewartakan Injil. “Barangsiapa menaruh kepercayaan kokoh kepada Allah, ia akan menghasilkan banyak buah,” kata P John.

Upah mengikuti Yesus yang dibe- rikan kepada P Lambert Somar itu ti-dak berhenti pada dirinya tetapi me- ngalir kembali kepada banyak orang dalam usahanya menghidupi passion for Christ and passion for humanity. Passion tersebut nyata dalam pel-bagai bentuk karya dan pelayanan P Lambert Somar. Sebagian besar orang mengenal P Lambert sebagai seorang penyembuh. Kemampuannya itu ter-kuak oleh Fr Jaime Bulatao SJ, Phd., ketika ia menjalani kursus pelayanan pastoral selama enam bulan dia East Asian Pastoral Institute (EAPI) di Ateneo University, Manila, pada tahun 1982 – 1983. Perjumpaannya dengan Fr Bu-latao itu membuka suatu babak baru dalam kehidupannya.

Dengan kemampuan itu ia mam-pu membantu begitu banyak orang. Ia menghayati bahwa kekuatan yang memampukannya itu adalah kekua-tan dari Tuhan sendiri. Ia menghayati bahwa seorang imam diberi karunia untuk menyembuhkan melalui sakra-men-sakramen. Tuhan sendiri yang menyembuhkan bukan seorang Lam-bert Somar MSC. Karena passion-nya kepada humanity yang membara, maka lahirlah pelayanan-pelayanan yang berhubungan dengan orang sakit, an-tara lain Panti Rehabilitasi Kedhaton Parahita yang menjadi pusat penyem-buhan bagi para pengguna narkoba, di Sentul, Jawa Barat. Selain itu ada

banyak proyek lainnya demi pelayanan dan pemberdayaan orang-orang kecil di pelbagai penjuru Indonesia. Bahkan passion P Lambert menembus ba-tas-batas negara, ras, dan agama. Pada tanggal 3 Desember 2011 yang lalu diresmikan Fr Lambertus Somar Hall di Barangay Miranda, Talisai, Batangas, Philippines. Gedung tersebut menjadi tanda kerjasama antara Yayasan Kasih Mulia dan Self Enhancement for Life Foundation, Inc untuk bersama men-ciptakan masyarakat yang bebas dari penyalahgunaan obat-obat terlarang. Hingga kini P Lambert masih menjabat Vice President of Word Federation Thera-peutic Community (WTFC) New York dan anggota Badan Pengurus Asian Federa-tion Therapeutic community (AFTC).

Tentu tidak pernah dilupakan bah-wa P Lambert adalah anggota MSC Indonesia pertama yang diutus untuk misi luar negeri. Tahun 1984 – 1994 P Lambert berkarya sebagai misionaris di Fiji.

Dalam sambutannya Provinsial MSC, P Benedictus Estephanus Untu MSC menyebut P Lambert bukan ha-nya sebagai MSC dalam arti Misionaris Hati Kudus, tetapi juga MSC dalam arti Misionaris Segala Cuaca. “Perjalanan hidupnya berawal dari Papua, menja-di imam MSC pertama dari Kepulauan Tanimbar – Maluku Tenggara Barat, menjadi MSC Indonesia pertama ber-karya di luar negeri, merintis pelbagai bentuk karya pemberdayaan baik di dalam dan luar negeri, menjadi bukti P Lambert sebagai seorang misionaris yang tahan banting menghadapi sega-la cuaca,” tandas P Rolly.

Kreatifitas dan pandangannya yang visioner rupanya sudah nampak se-jak P Lambert masih frater. Mgr. Jos Suwatan MSC dalam sambutannya mengisahkan bagaimana Frater Lam-bert “banyak akal” dalam pelbagai kegiatan di seminari. Sedangkan Mgr Nikolaus Adiseputra MSC menandas-kan bahwa P Lambert bukan hanya milik Gereja Indonesia tetapi juga milik Gereja seluruh dunia. Secara khusus P Lambert dekat dengan orang-orang

kecil. Selain itu Mgr Niko berterima kasih atas bantuan P Lambert untuk mengusahakan tanah untuk Seminari di Jayapura, yang bermanfaat bukan hanya untuk para frater tetapi juga un-tuk orang-orang kecil.

Kehadiran P Lambert selalu mem-beri inspirasi. Secara khusus sebagai seorang Rohaniwan ia mengajarkan bagaimana menerapkan ajaran ge-reja secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Itulah yang diungkapkan oleh Dr Gunawan Jusuf, President Di-rector Sugar Group Companies. “Romo Somar adalah teladan yang baik. Beli-au menunjukkan secara nyata apa arti Sabda Tuhan dan bagaimana caranya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,” tandasnya. “Pertemuan dengan P Lambert adalah berkat bagi banyak orang.”

Semangat yang melandasi pe-layanan P Lambert dapat dirangkum dalam kata ini: altar kehidupan. Sela-ma 50 tahun berkarya sebagai anggota MSC, ia meyakini semangat cinta kasih, solidaritas, bela rasa dan keadilan yang dirangkum dalam Ajaran Sosial Gereja tak boleh berhenti di mimbar (Maria Hartiningsih & Agnes Aristiarini, Meniti Jalan Cinta-Nya, Penerbit Buku Kompas, 2014, hal. 6).

Secara nyata, hidupnya menge-jawantahkan kata-kata Kosntitusi Tarekat:

“Dalam diri mereka yang miskin dan hina-dina, dan dalam setiap orang yang menjadi korban ketidakadilan dan kekerasan, kita hendaknya meli-hat wajah Kristus. Ia meminta agar kita membawa cinta kasih-Nya ke dalam hidup mereka. Dalam menanggapi se-ruan-Nya, kita hendak menunjukkan belas-kasih terhadap mereka dengan bekerja penuh keberanian agar supaya hak-hak mereka sebagai manusia dija-min dan hati para penindasnya beru-bah,” (Konstitusi MSC no. 22).

Untuk itu semua, memang perlu para MSC, Misionaris Segala Cuaca, seperti P Lambertus Somar! Jonast MSC

CINTA MILIK TUHAN DI DALAM HATI YESUS. DARI HATI-NYA AKAN MENJADI HATI KITA, UNTUK DIBAGIKAN KEPADA ORANG LAIN AGAR MEMILIKI HATI YANG SAMA.

32 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

P. LAMBERTUS SOMAR MSC

TUHAN MEMPUNYAI GRAND DESIGN UNTUK SETIAP ORANG. BERBAHAGIALAH ORANG YANG MENEMUKAN JALAN-NYA.

Foto

: Rob

ert H

asan

udin

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 33

“Perjalanan panjang menjadi Imam selama 50 tahun sesungguhnya merupakan anugerah yang turut merubah dirinya. Ia mengalami selama 50 tahun, pangilan itu menjadi nyata dalam pelayanan,” demikian ungkapan Pastor Lambertus Somar MSC menjelang perayaan 50 Tahun sebagai Imam MSC.

Bagaimana Pater mengalami awal panggilan untuk menjadi Imam ?

Panggilan tidak nyata sejak awal. Yang nyata adalah saya hidup di tengah lingkungan di mana pengabdian kepada Allah itu sesuatu yang luar biasa. Ayah yang mengabdi sebagai Katekis, yang mendidik orang-orang pada masa itu, yang menghabiskan seluruh bagian be-sar dari hidupnya. Benih panggilan ber-tumbuh pertama lewat kehidupan, khu-susnya lewat orangtua, Ayah dan Ibu. Saya melihat apa yang dilakukan mere-ka. Juga Pengalaman dengan beberapa misionaris yang bekerja di daerah peda-laman Papua, khususnya para Pastor Paroki, yang kehadiran mereka dinan-tikan oleh orang-orang pada masa itu, termasuk ayah dan Ibu saya. Kehadiran mereka membuat ayah dan Ibu serta orang-orang pada masa itu diteguhkan dan diberi semangat. Mereka melayani dengan setia dan mendidik orang-orang yang menjadi penggerak utama dalam kehidupan menggereja. Pengalaman ini menimbulkan dalam diri saya keinginan untuk menjadi seperti ayah dan seperti Pastor Paroki, yang mengajar orang dan

SAKSICINTA ALLAH

bermakna bagi orang lain. Pengalaman ini terbawa terus, dan kemudian saya mengikuti pelajaran di Sekolah Guru desa. Sesudah itu, tatkala berada di Sekolah-sekolah Lanjutan pendidikan Seminari ini, perjumpaan dengan Para Imam dan Suster yang menangani se-kolah-sekolah, yang telah menunjukkan dedikasi, disiplin dan pengabdian yang luar biasa. Semuanya ini membuat saya ingin mengabdi seperti itu. Dari sanalah, saya yakin bahwa benar-be-nar ingin menjadi Imam. Pastor-pastor MSC menjadi contoh dan teladan bagi orang-orang pada masa itu, apalagi saya sebagai seorang muda yang penuh semangat. Tahun pertama di Seminari Tinggi, panggilan itu semakin kuat dan saya sungguh-sungguh mau menekuni panggilan sebagai Frater.

Bagaimana perjalanan awal Pater sebagai seorang Imam di tengah pelayanan?

Sejak tahun pertama sebagai imam, saya merasakan penuh sukacita. Saya ditahbiskan Imam tanpa kehadiran orangtua, pada tahun terakhir kuliah di Manado. Hal ini sungguh berkesan bagi saya. Sebagai imam, saya bahagia dan senang. Menjadi MSC turut meng- ubah arah perjalanan sebagai imam. Kehidupan sebagai imam merupakan jawaban cinta Allah kepada manusia, termasuk mencintai diri sendiri. Saya melihat langkah-langkah yang pan-jang dan saya menyadari bahwa Tuhan mencintai saya untuk mencintai orang lain. Saya mulai memahami ketekunan, disiplin dan penyerahan diri para mi- sionaris, yang berkorban di Papua dengan fasilitas yang terbatas. Yang

Penampilan Lambertus Somar kecil dan ketika menjadi seorang imam MSC muda yang bersemangat.

34 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

Passion P Lambertus Sommar terhadap

kemanusian antara lain melahirkan Panti

Rehabilitasi korban narkoba Kedhaton

Parahita, yang terletak di Sentul Selatan, Bogor,

Jawa Barat (kiri). P. Lambert memberikan

sambutan pada Perayaan 50 Tahun Imamat di greja Stella Maris Pluit (kanan).

CINTA SELALU BERSIFAT TIMBAL BALIK. CINTA-NYA

YANG MELIMPAHI HIDUP KITA HARUS DIBAGIKAN.

sungguh lebih berkesan adalah tatka-la sebagai Imam baru yang diterima di Papua dan di daerah-daerah terpencil. Saya melihat para suster, imam dan umat yang sederhana, berpindah-pin-dah dari perahu, motor laut yang satu dengan yang lain. Mereka mengangkat barang-barang dengan sukacita dan kegembiraan. Saya berjuang untuk turut mengangkat barang-barang bersama para suster. Inilah yang semakin me-neguhkan panggilan untuk berbuat ses-uatu bagi orang lain, khususnya di daer-ah-daerah yang sangat membutuhkan. Kesan awal ini begitu kuat sehingga saya sadar bahwa menjadi imam itu bukan hanya merayakan ekatisti tetapi juga menjadi bagian dari hidup orang. Menjadi saksi cinta kasih Allah kepada orang lain, khususnya penyalur berkat Tuhan bagi setiap orang yang dijumpai.

Bagaimana Pater menghayati ke-hidupan sebagai seorang MSC de- ngan Spiritualitas Hati?

Sesudah perjalanan yang begitu lama, saya mengalami bahwa tantang- an-tantangan dan pengorbanan, ser-ta apapun yang dialami menjadi sum-ber sukacita pada akhirnya. Tantang-

an-tantangan menjadi bagian dari perkembangan. Saya berjumpa dengan para misionaris di Papua, Langgur dan berbagai daerah yang rela meninggal-kan kampung halaman, dan memba- ngun komunitas. Juga bertemu dengan teman-teman yang berasal dari berba- gai latar belakang yang berbeda-beda selama di Seminari, menjadi kesempat- an terindah untuk membangun kerjasa-ma dengan semua orang. Pengalaman dalam komunitas-komunitas ini me-neguhkan dan menyemangati saya un-tuk bertumbuh dalam Spiritualitas Hati

Kudus. Karena itu, saya berani untuk diutus kemana saja, termasuk menja-di imam MSC Pertama dari Indonesia yang diutus untuk misi Luar Negeri. Saya berjuang untuk bertahan sebagai seorang MSC di Fiji, Asia Pasifik. Juga dalam berbagai tugas yang dipercaya- kan kepada saya. Saya yakin bahwa orang melihat saya, orang melihat MSC, dalam semangat yang sama dan selalu

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 35

ANTAR KITA

WRITE HERESOMETHIN

YOU MAYNEED

dihidupkan kembali.

Sejauh mana Spiritualitas Hati itu menggerakkan untuk hadir bagi orang lain dalam pelayanan di tengah masyarakat? Khusus- nya nampak dalam perhatian pada pemberdayaan Komunitas dan kelompok-kelompok di tengah masyarakat?

Saya sungguh menemukan bah-wa sejak awal saya bertumbuh dan berkembang dalam perhatian untuk pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Masyarakat. Sejak menjadi Imam muda di Kepulaan Kei dan mulai men-jalani pendidikan di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, dengan berbagai pelatihan-pelatihan serta keterlibatan dalam bidang sosial kemasyarakatan, saya menemukan bahwa orang-orang kampung membutuhkan kehadiran kita secara baru. Mereka bukan hanya membutuhkan hidup rohani tetapi juga aspek pemberdayaan. Pelatihan-pela-tihan yang teratur untuk orang-orang Kampung. Semua ini dilakukan dalam kerjasama dengan Para Imam dan Para Suster serta semua umat awam, yang membutuhkan perhatian. Berbagai

kegiatan ini dilakukan terus-menerus hingga saat ini. Saya berjuang untuk menggerakkan di berbagai tempat. Berbagai komunitas Suster, Bruder, Frater dan kelompok kategorial ingin diberdayakan. Tentu saja, hal utama adalah perhatian saya kepada Pusat Rehabilitasi Para Korban Narkoba. Saya sungguh melihat mereka sangat mem-butuhkan pendampingan. Semuanya ini dilakukan dalam kerjasama kemitraan dengan begitu banyak orang, pemerin-tah, tokoh masyarakat, pengusaha dan semua yang lain

Sesudah 50 tahun sebagai Imam, apa sesungguhnya penghayatan Imamat yang ditemukan? Apa yang hendaknya menjadi kualitas utama dari seorang Imam?

Sesudah 50 tahun, saya akhirnya lebih mengerti apa yang hendaknya menjadi kualitas seorang Imam. Satu yang utama adalah Ekaristi. Imam itu ti-dak mungkin ada tanpa Ekaristi. Ekaristi adalah pusat dan puncak saya sebagai imam. Begitu dekat terasa dalam ka-ta-kata konsekrasi: “inilah tubuh-Ku, Inilah darah-Ku”, begitu dekat dengan Yesus, dengan Bapa dan Roh Kudus,

yang membuat saya memahami hi- dup saya lain dari yang lain. Saya lebih mengerti siapakah saya ini. Ini perjala-nan saya sebagai penyembuh, pelayan, dan juga memperhatikan bidang sosial. Semuanya itu berhasil karena Ekaristi. Kedekatan dengan Yesus adalah se-gala-galanya. Kalau jauh dari Yesus kita akan menjadi lemas. Saya merasa gembira sebagai imam karena Ekaristi. Karena saya merasa sebagai bagian dari Yesus sendiri. Saya berubah banyak dari Ekaristi. Setiap kali saya bertanya: apakah “tubuh-Ku dan darah-Ku”, jadi saya atau jadi Yesus. Kualitas seorang Imam adalah dekat dengan Tuhan dan dengan Yesus. Dia menghadirkan Yesus. Inilah kualitas yang paling tinggi. Selain itu, apapun yang saya lakukan adalah saya selalu ingat akan ekaristi itu. Yang Yesus lakukan seakan-akan hidup kem-bali. Saya berjuang untuk menghadirkan Yesus sebagai kekuatan bagi saya. Saya sadar bahwa tidak selalu bersema- ngat sekali. Tetapi, saya sungguh sadar bahwa saya tengelam dalam peristi-wa Yesus. Inilah yang membuat saya penuh sukacita. Juga menjadi seorang religious. Disamping itu, saya merasa kedekatan dengan Imam dan teladan dari Imam-Imam yang sungguh-sung-guh luar biasa. Mereka meninggalkan segala-galanya dan mereka bisa hidup dengan segala keterbatasan. Saya se-bagai MSC mengalami Yesus yang tan-pa syarat, dan cinta-Nya yang tidak bisa diukur. Semuanya ini membuat saya berubah tatkala berhadapan dengan teman-teman, dan setiap orang, saya berjuang memahami bahwa hidup ber-sama merupakan kekuatan yang luar biasa. Disamping itu, saya berjuang un-tuk menjadi saksi sebagai seorang MSC. Orang melihat saya, orang melihat cin-ta Hati Kudus Yesus. Ada Imam-imam yang istimewa dalam kehidupan saya, diantaranya Mgr. Andreas Sol MSC yang mentahbiskan saya, dialah yang mem-bimbing saya. Saya berjuang memba-wa berkat keselamatan kepada setiap orang dimana saja berada. Dekat de- ngan Yesus dan spiritualitas membuat kita memahami Yesus lebih mendalam dari aspek-aspek tertentu sebagai seo-rang MSC. Patris MSC

36 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

MEMBERIKANPELAYANAN TERBAIKUNTUK MASYARAKAT

Diutus Untuk “Membuka Kembali” Balai Pengobatan

Saya diutus oleh Pimpinan Tarekat TMM untuk menjalani tugas di Ru-mah Sakit Santa Melania – Larat. Saya tiba di sana sejak tahun 2011. Apa yang saya temukan ? Saya senang untuk memberikan pe-layanan kepada orang kecil. Tatkala saya tiba di Rumah Sakit, saya me-nemukan berbagai keterbatasan. Yang ada dalam diri saya adalah niat dan komitmen untuk bekerja untuk masyarakat Larat. Rumah Sakit ini sudah kurang dikunjungi oleh pasien. Kepercayaan masya- rakat kepada Rumah Sakit Misi ini merosot. Mereka beranggapan,

Rumah Sakit Misi sudah mati di Larat. Selain, berhadapan dengan kepercayaan masyarakat, saya juga berhadapan dengan keprihatinan terhadap sarana dan prasarana serta obat yang terbatas. Di sam- ping itu, ada keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM). Saya ber-juang di tengah keterbatasan-ket-erbatasan ini.Komitmen untuk Pembaharuan: Kerjasama dengan berbagai pihak

Saya ingin bekerja dan mem-berikan yang terbaik. Karena itu, saya mulai dengan pembaharuan manajemen Rumah Sakit. Mana-jemen yang baik akan membantu

untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Sesudah itu, saya memutuskan langkah konkrit untuk pemba-haruan terutama meningkatkan kepercayaan masyarakat. Lang-kah konkrit dilakukan dengan membuat kegiatan-kegiatan dan pelayanan-pelayanan baik di dalam kota Larat maupun kunjungan- kunjungan ke kampung-kampung sekitarnya. Langkah lain yang juga dilakukan adalah membangun kerjasama dengan Puskesmas dan Rumah Sakit Pemerintah yang ada di Kota Larat dan Kabupaten Malu-ku Tenggara Barat. Saya berjuang untuk membangun kerjasama

Pimpinan Tarekat TMM kini bersama-sama menata manajemen yang bagus dengan mendirikan Yayasan khusus untuk Rumah Sakit pertama milik Tarekat TMM.

Bekerja di bidang kesehatan di daerah terpencil membutuhkan kesabaran. Apalagi, sering kali mengalami keterbatasan obat, dan keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM). Hal inilah yang mendorong Suster Ida Jeujanan TMM untuk berupaya mencari jalan keluar agar mampu menghidupkan pelayanan yang sudah lama di tutup. Ia ber-syukur sebab ada para pastor yang mau membantu.

ANTAR KITA

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 37

Sr. IdaJEUJANAN

TMM

BERUSAHA MEMBERIKAN PELAYANAN YANG

TERBAIK UNTUK MASYARAKAT

ANTAR KITA

38 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

Sekarang ini sedang dibangun gedung Rumah

Sakit yang baru demi peningkatan pelayanan

yang lebih bermutu kepada masyarakat.

dengan mereka. Hal ini dilakukan karena kesadaran bahwa ada keterbatasan dan membutuhkan kerjasama dengan semua pihak. Saya bekerjasama dengan para dokter dan bidan. Diusahakan juga kerjasama dengan Dinas Kese-hatan Kabupaten untuk bantuan tenaga dokter dan perawat. Hingga kini, kerjasama tersebut terus berkembang.Bangunan Baru Rumah Sakit dengan Manajemen Baru

Satu hal yang sedang berkembang dalam pembaharuan ini adalah pembangunan kembali Rumah Sakit ini. Saya berterima kasih atas bantuan dari Pastor Lambertus So-mar MSC, yang sungguh menun-jukkan kepedulian besar terhadap kondisi Rumah Sakit ini. Dengan bantuan, Pastor Lambert Somar MSC, Rumah Sakit sedang mem-bangun gedung yang bagus untuk pelayanan di tengah masyarkat Larat dan kampung-kampung sekitarnya yang sungguh sangat membutuhkan sarana ini. Selain itu, Pastor Lambert Somar juga memberikan motivasi yang sangat besar agar kami terus berjuang dan bertahan demi pelayanan kepada masyarakat. Hal ini juga ditun-jukkan oleh para Pastor lainnya. Sejalan dengan bangunan yang

sudah bagus, Pimpinan Tarekat TMM kini bersama-sama menata manajemen yang bagus dengan mendirikan Yayasan khusus untuk Rumah Sakit pertama milik Tarekat TMM tersebut. Berbagai hal sedang dilakukan oleh Pimpinan Tarekat TMM. Lagi pula, Pimpinan tarekat juga mulai mengirimkan tenaga-tenaga anggota tarekat yang bekerja di Komunitas dan Rumah Sakit. Inilah bukti konkrit perhatian tarekat terhadap Karya Pelayanan ini.Masyarakat Percaya terhadap Rumah Sakit

Berangkat dari pergumulan dan keterbatasan, ternyata Tuhan menunjukkan jalan kepada Tarekat TMM. Perkembangan yang bagus ini, sesungguhnya mampu mening-katkan kepercayaan masyarakat terhadap Rumah Sakit ini. Saya mengalami bahwa Masyarakat dan Pemerintah mengungkapkan syukurnya karena ada Rumah Sakit yang bagus untuk pelayanan bagi masyarakat. Tentu dengan ge-dung yang baru, perhatian kepada kebersihan dan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat, menjadikan Rumah Sakit ini se-bagai bagian dari mereka. Penga-kuan ini secara khusus diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten

Maluku Tenggara Barat yang mengakui pelayanan di Rumah Sakit ini. Bahkan, kerjasama yang semakin meningkat antara Rumah Sakit dengan pihak Pemerintah menjadi bukti nyata bahwa Rumah Sakit sudah mendapatkan keper-cayaan. Di samping itu, masyarakat terus-menerus memanfaatkan pelayanan di Rumah Sakit Santa Melania ini. Mereka mulai berkun-jung dan mendapatkan pelayanan di rumah sakit ini. Tentu saja, tan- tangan bagi kami adalah mening-katkan terus-menerus pelayanan di Rumah Sakit ini, juga mendapa-tkan tenaga-tenaga yang bisa membantu dalam pelayanan se-bagai Perawat dan lain sebagainya. Saya percaya bahwa Tuhan terus bekerja dalam pelayanan dan membuat saya terus berjuang bagi orang-orang yang membutuhkan. Terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu, secara khusus kepada Pastor Lambertus Somar MSC yang sungguh sangat berjasa dalam penataan rumah Sakit ini. Semuanya ini mengem-balikan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan misi di Larat. Patris MSC

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 39

OMKMASUK BIARA

Berdasarkan Program Kegiatan Tim Kerja Promosi Panggilan Gereja Katho-lik Paroki St. Ignatius Magelang Tahun 2014 tentang Safari Panggilan, yaitu Kunjungan ke Biara Aktif, maka pada tanggal 31 Maret 2014 OMK Paro-ki Magelang mengadakan kunjungan ke biara-biara yang ada di Purworejo. Bruderan Karitas & Susteran PBHK. Hal ini berdasar kesadaran bahwa salah satu pilihan terpromosikannya Panggilan Hidup bakti adalah dengan bekerjasama secara sinergis dengan orang Muda Katholik (OMK, PIA & PIR). Tujuan kunjungan adalah untuk meli-hat secara dekat karya pelayanan kasih para biarawan biarawati.

Rombongan yang didampingi oleh Rm. AR. Yudono Suwondo, Pr (Romo

Paroki Magelang) tiba di Purworejo lansung menuju ke Bruderan Kari-tas. Di sana mereka mengunjungi PSK (Panti Sahabat Kita) yang menangani orang-orang yang mengalami gang-guan jiwa. Kunjungan ke dua ke biara Suster PBHK. Rombongan diterima oleh para Suster PBHK di Aula Suste-ran. Acara dipandu oleh Sr. M. Vian-ney PBHK. Acara meliputi perkenalan tarekat yang dikemas dalam sesi Tanya jawab langsung. Ada beberapa per-tanyaan yang muncul dari OMK. Acara dimeriahkan juga dengan Quis menarik oleh Sr. Vianney & Rm Suwondo. Door-price kecil menambah suasana menar-ik dan akrab diantara kaum muda dan para Suster.

Acara dialanjutkan dengan kunjung-

an ke Novisiat, Postulan dan Panti Asuhan Panti Rini. Di Panti Asuhan Panti Rini para OMK yang berjumlah sekitar 60 orang tersebut, sengaja telah mempersiapkan acara mena- rik bagi adik-adik Panti. Ada nyanyian dan permainan menarik. Di akhir kun-jungan mereka memberikan bingkisan kecil bagi anak-anak Panti Rini.Kun-jungan selanjutnya adalah ke SLB yang dikelola oleh Bruder Karitas. “Semoga kunjungan ini membawa berkah bagi semua dan melalui perkenalan ini kelak menumbuhkan benih-benih panggilan dalam hati kaum muda.” demikian pe-san pastor Paroki St Ignatius Magelang bagi para OMK pada siang hari itu. Sr Retna PBHK

Jumlah kaum muda yang tertarik pada panggilan hidup bakti, khususnya di Jawa, sema-kin menurun. Usaha kerjasama sinergis bersama kaum muda untuk promosi panggilan perlu digalakkan.

40 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

P. HENDRIKUS KARIWOP MSC

“BUTUH PROSES UNTUK MENGUBAH MENTALITAS.”

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 41

Keprihatinan terhadap Pendidikan

Yang menggerakkan Pastor Heng- ki untuk peduli terhadap pendidikan Papua adalah situasi pendidikan yang sungguh memprihatinkan. Kualitas Sumber Daya Manusia Papua sangat rendah karena minimnya pendidikan. Sekolah-sekolah tidak berjalan baik karena tenaga pendidik kurang mem-perhatikannya. Banyak anak yang melek huruf dan putus sekolah. Se-bagai anak negeri, ia merasa berdosa kalau tidak berbuat apa-apa. Kondisi inilah, yang menggerakkannya untuk terus-menerus menyuarakan kepa-da pihak Gereja dan Pemerintah. Se-lain menyuarakan, dia berjuang untuk memperhatikan secara serius. Apala-gi, di kampung-kampung yang jauh di pedalaman dengan mayoritas pen-duduknya adalah orang Papua dan Katolik. Ia membayangkan bagaimana anak-anak Papua yang berada dalam kondisi ini bertahan 10 hingga 20 ta-hun ke depan. Apa yang bisa diharap-kan? Para Misionaris era tahun 1960-an dan 1970-an sudah bekerja secara penuh bagi pendidikan di Papua. Bah-kan mereka dipercaya oleh Pemerintah untuk mengelola pendidikan dengan baik. Mereka menunjukkan dedikasi yang sangat tinggi terhadap pendi-dikan Papua, juga bekerjasama dengan para katekis, para guru serta semua pihak sehingga pendidikan pada masa itu sungguh-sungguh sangat bermutu. Inilah yang menjadi tantangan untuk dikembangkan pada saat ini.

Terlibat langsung

P. Hengki ditahbiskan pada tahun 2000. Dua tahun kemudian ia diper-caya oleh Uskup Jacobus Duivenvoorde

MSC untuk memperhatikan pendidikan sekaligus sebagai Pastor Paroki. Bagi- nya, hanya melalui pendidikan, cara hidup anak-anak Papua dapat diubah. Kemudian, tahun 2009, Mgr. Nikolaus Adiseputra MSC mempercayakannya tugas sebagai Ketua Yayasan Pendi-dikan Katolik Keuskupan Agung Mer-auke. Tanggung jawab ini menjadi tan-tangan baginya untuk terus-menerus membangun kerjasama dengan Pe-merintah dan berbagai lembaga demi pendidikan anak-anak Papua. Ia ber-juang untuk kunjungan ke sekolah-se-kolah dan berbicara dengan para guru untuk terlibat aktif dalam pengembang- an pendidikan.

Kerjasama yang Konkrit

Saat ini, menurut Pastor Hengki, pemerintah sungguh-sungguh mem-perhatikan pendidikan di Papua. Hal ini nampak secara konkrit dengan mem-berikan subsidi penuh kepada seko-lah-sekolah. Subsidi tersebut dalam bentuk sarana dan prasarana, tenaga pengajar dan juga pendanaan. Subsi-di ini bahkan telah dituangkan dalam Peraturan Daerah. Walaupun demiki-an, baginya Yayasan Pendidikan ha-rus mempersiapkan diri agar mampu mandiri. Karena itu, ia berjuang agar Yayasan dan Sekolah-Sekolah memiliki dana abadi. Bantuan dari Pemerintah dikelola untuk keberlangsungan Se-kolah. Diupayakan juga pengelolaan yang baik agar sekolah dapat mandi-ri. Ia berjuang untuk mengembang-kan kesadaran bahwa bantuan bukan hanya untuk dihabiskan. Disamping itu, tenaga-tenaga disiapkan oleh Yayasan. Kendala yang dihadapi yakni kebanyakan tenaga pengajar adalah pegawai negeri sehingga mereka lebih

taat kepada pemerintah dibandingkan Yayasan.

Tantangan dan Optimisme

Sejak melayani sebagai imam Mi-sionaris Hati Kudus (MSC) dan Ke- tua Yayasan selama 5 tahun, Pastor Hengki mengakui bahwa tantangan yang dihadapi adalah mengembang-kan mentalitas pegawai yang siap terus-menerus melayani. Hal ini tidak mudah. Ia mengakui bahwa ada per-gumulan dalam bidang ini. Walaupun demikian, ia optimis bahwa karya ini sesungguhnya adalah karya Tuhan. Umat yang dilayani adalah Umat Al-lah, maka Tuhan pasti menyertai dan memberkati. Karena itu, setiap orang yang diutus untuk melayani di daerah ini akan diberkati oleh Tuhan dan Tu-han menyertai pekerjaan ini. Hal inilah yang menyebabkan ia percaya bah-wa apa yang sudah ditaburkan akan berkembang, bukan sekarang tetapi 10 tahun dan di masa yang akan datang. Tuhan akan mengatur dan memberi-kan pencerahan bagi kita. Hal ini juga yang terjadi pada Pendidikan Katolik. Untuk membentuk manusia, dibutuh-kan proses. Kenyataan ini membuat ia tetap optimis. Ada berbagai pihak yang setia membantu dalam upaya menata pendidikan di Keuskupan Agung Me- rauke. Karena itu, ia juga terus-me-nerus berjuang untuk mengembangkan diri, mengembangkan pendidikan dan akhirnya mengembangkan Yayasan Pendidikan yang bermutu. Ia menga-kui bahwa untuk mengubah mentalitas sebagai pelayan dalam lingkungan ker-janya, tidak segera berhasil. Dibutuh-kan proses untuk mengembangkan hal ini di tengah kecenderungan material-istik. Patris MSC

“HANYA PENDIDIKANBISA MENGUBAH MANUSIA PAPUA”

Ungkapan di atas sudah sering diutarakan. Namun, kali ini diutarakan oleh seorang Imam MSC yang berasal dari Papua, yang berjuang untuk sungguh-sungguh terlibat dalam pendidikan di Papua, khususnya di Keuskupan Agung Merauke. Berikut penutur-annya kepada Warta Keluarga Chevalier.

42 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

MANUSIA BUKAN BARANG DAGANGAN

“Kami bukan untuk dijual...”

JPIC

Kasus perdagangan orang/manusia (human trafficking) di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Menurut data International Organization for Migration (IOM), Indonesia menempati peringkat teratas perdagangan manusia di du-nia, sebesar 3.943 orang. Bahkan untuk 2013, jumlah kasus meningkat drastis. Dari Januari sampai Juli 2013, IOM su-dah menerima laporan sebanyak 1.045 kasus pelaporan tindak pidana per-dangangan orang. Perdagangan orang merupakan tindakan yang bertentang- an dengan harkat dan martabat ma-nusia, serta melanggar hak-hak asasi manusia, sehingga harus diberantas. Diakui bahwa, Indonesia merupakan daerah sumber, transit dan tujuan per-dagangan orang.

Modus trafficking di Indonesia 70 persen berawal dari pengiriman tena-ga kerja ilegal ke dalam dan luar neg-eri. Berdasarkan data IOM, setidaknya

90,3 persen dari korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) terdiri dari perempuan dan 23,6 persen terdiri dari anak-anak.

Para perempuan korban itu, ke-banyakan berasal dari Pulau Jawa dan Sulawesi Utara. Mereka berasal dari kantong-kantong kemiskinan di Jawa. Namun, fenomena yang menarik per-hatian adalah semakin banyak ditemu-kan kasus perdagangan orang yang menimpa para perempuan asal Provin-si Nusa Tenggara Timur. Kasus tera-khir yang menghebohkan masyarakat adalah kasus “sarang burung walet” Medan, yang menimpa 18 perempuan asal NTT (Flores dan Timor). Mereka direkrut dari kampung halaman mer-eka dengan iming-iming menggiurkan, dengan kedok tenaga kerja wanita (TKW) diberangkatkan ke Medan (tem-pat tujuan yang semula tak diberitahu-kan kepada mereka), dipekerjakan di

perusahaan sarang burung walet tan-pa diberi upah, dikurung dalam rumah tanpa boleh keluar dan diperlakukan secara kasar, bahkan hingga menelan dua korban meninggal dunia.

Menanggapi fenomena kian me- ningkatnya kasus perdagangan manu-sia, IOM Indonesia mengundang be-berapa pihak terkait untuk berdiskusi dan mencari solusi terhadap fenomena ini. Pertemuan digelar pada 27 Maret lalu, di Kantor International Organiza-tion for Migration (IOM), Sampoerna Strategic Square, North Tower, Lantai 12A, Jl. Jend. Sudirman Kav.45-46, Ja-karta 12390. Para peserta terdiri dari: Sekretariat Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Per-dagangan Orang (PTPPO) Pusat, Ke-menterian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP&PA); Direktorat Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran (KTKPM), Kemen-

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 43

terian Sosial Republika Indonesia; Unit Trafficking, MABES POLRI; Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK); Rumah Perlindungan dan Trauma Center (RPTC); KOMNAS Perempuan; Aliansi Melawan Perdagangan Orang (AMPERA); Konferensi Waligereja In-donesia (KWI); Kesusteran Gembala Baik; dan JPIC MSC Indonesia. Ikut had-ir juga 2 korban, yakni Nona J. Abuk (17) dan Ibu Tobe (36).

Kepedulian Gereja

P. John Giscard dari JPIC MSC In-donesia bertanya mengapa dari NTT muncul banyak kasus korban perda-gangan orang, padahal di sana suara Gereja cukup kuat. Sementara di Papua dan Maluku, kurang terdengar kasus seperti ini. Tak tertutup kemungkinan, ada faktor kultural yang turut men-dukung. Sebuah sharing memperlihat-kan ada pastor paroki yang ikut men-dorong umatnya untuk merantau jadi TKW dan TKI karena prihatin dengan kemiskinan, tanpa sang pastor sadar bahwa ia sedang dijebak dalam sin- dikat human trafficking. Kita perlu pu-tuskan “faktor penyebab” dari jaringan ini dengan memberi seruan kepada para uskup dan imam yang bekerja di sana, dan mengubah mindset kultural yang keliru terhadap manusia. Per-dangan orang kini dipandang sebagai bentuk dari perbudakan modern (mod-ern day slavery) yang memandang ma-nusia tidak sebagai pribadi manusia yang utuh tetapi sekedar komoditas ekonomi belaka. Tubuh manusia lebih dihargai ketimbang aspek keseluruh- an manusia. John Mitakda mengutip kata-kata dari Andrew Forrest, pendi-ri Walk Free Foundation yang menga-takan, "There is no beter way to make the economy grow than valuing a human being for all their abilities not just their bodies" (Tak ada cara yang lebih baik untuk membuat ekonomi berkembang dari pada menilai pribadi manusia atas keseluruhan kemampuannya dan bu-kan tubuh semata-mata).

Menurut Romo Siswantoko, KKP-PMP KWI telah membangun jaringan penyadaran di kalangan Gereja Kato-lik, terutama antara Keuskupan-keu-skupan di NTT sebagai daerah asal korban perdagangan orang dan Keu-skupan-keuskupan tempat transit (Ka-

limatan) serta Keuskupan-keuskupan di Kinabalu, Malaysia, yang menjadi tempat tujuan dari para calon korban ini. Kita sedang melakukan “perto-batan” ke dalam, terhadap Gereja dan tokoh agama, agar tidak terlibat (tan-pa sadar) dalam jaringan perdagangan orang ini. Kita butuh kesadaran dan kerja sama dengan birokrasi maupun tokoh agama di NTT,” tuturnya.

Melihat kasus-kasus seperti ini, Ibu Chandra dari Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Per-dagangan Orang (PTPPO) Pusat, Ke-menterian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP&PA), me- ngatakan, kita harus melakukan proses penyadaran dan kesadaran. “Karena, masalah kita adalah ketidaktahuan. Tanpa komunikasi, pemerintah juga tak tahu, demikian juga pemimpin agama tak tahu bila kita tidak saling berko-munikasi. Ada kesan, kita masih jalan sendiri-sendiri,” tegasnya. Ia mengi- ngatkan, eksploitasi seksual adalah se-buah “area diam” yang belum banyak dituntaskan.

Koordinator IOM Indonesia, Nurul Qoirah, mengatakan, respons dari Ge-reja Katolik sudah sangat baik, namun ia belum melihat sikap dari Gereja Pro- testan. “Ketika menangani masalah migran di Ambon, Uskup Amboina amat disegani sehingga masalah mi-gran di sana bisa selesai. Pada kasus migran di Ambon, Nurul merasa amat dibantu dibantu oleh P. John Giscard dari JPIC MSC Indonesia, yang memberi informasi jaringan demi penyelesaian kasus ini,” tuturnya.

Bentuk Forum Anti Trafficking

Menindaklanjuti pertemuan di Kan-tor IOM Indonesia, Komisi Keadilan, Perdamaian dan Pastoral-Migran Per-antau KWI (KKP-PMP KWI) mengun-dang beberapa Kongregasi/Tarekat Religius yang selama ini telah bekerja di bidang terkait untuk bersama-sama memberikan kontribusi bagi pencega-han dan penanganan korban perda-gangan orang, antara lain PBHK, FMM, RGS, PK, HK, RSCJ, BKK, JPIC MSC, Vi-vat Internasional, dan Caritas Indone-sia (Karina). “Ada harapan bagaimana kita yang di Jakarta dapat menyatukan kekuatan untuk atasi korban perda-gangan orang,” kata Sekretaris KKP-

PMP KWI, Romo P.C. Siswantoko.Pada bagian pertama pertemuan

ini, peserta diminta memberi input berdasarkan pengalaman mereka di lapangan. Menanggapi kasus terakhir perdagangan 23 orang di Batam, yang sedang didampingi oleh Pastor Pascal dari Paroki St. Petrus, Batam, dengan segala bentuk teror dari sindikat (orang NTT sendiri), Sr. Theresia dari Vivat In-ternational, mengatakan, mendapat-kan intimidasi itu hal biasa ketika kita mau membela kemanusiaan. Intimida-si tak perlu mengendurkan keprihati-nan kita. “Yang perlu kita buat adalah sosialisasi tentang hak-hak para pem-bantu di rumah-rumah orang Katolik. Sosialisasi lewat paroki dan sekolah,” tutur biarawati asal NTT ini.

Direktur Eksekutif Karitas Indone-sia, Rm Adrianus Suyadi SJ, menga-takan, trafficking telah menjadi isu na-sional maka perlu dijadikan isu dalam Gereja Katolik. Kesulitan kita adalah bagaimana mengidentifikasi agen bila aparat kita juga terlibat. “Maka, kita harus perkuat jaringan di antara kita,” tegasnya.

Sementara Wensislaus dari JPIC MSC Indonesia mengingatkan pentin-gnya melihat human trafficking dalam kaitan dengan tenaga-tenaga kerja di perusahaan-perusahaan, yang sedang mengeksplotasi sumber daya alam di daerah dan mengancam kehidupan penduduk asli.

P. John Giscard MSC mengingat-kan adanya “jaringan terputus-putus” yang dibangun para sindikat human trafficking. “Ini menyulitkan kita da-lam mengungkap tuntas kasus-kasus ini,” tuturnya berdasarkan pengalaman pendampingan rohani terhadap pelaku perdagangan orang yang menjalani masa tahanan di Bareskrim POLRI, di Jakarta.

Peserta rapat memutuskan mem-bentuk sebuah Forum sebagai wa-dah untuk mewujudkan dan mengek-spresikan kepedulian kepada para korban perdagangan orang. Sr. Anna dari Gembala yang Baik terpilih sebagai Ketua Forum ini. Walau, nama dari Fo-rum ini belum ada, namun seluruh peserta sepakat untuk mengadakan pertemuan berikut pada Agustus nanti. Stef Tokan

44 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

Niat baik pemerintah memberikan perlindungan sosial yang kita kenal dengan sebutan BPJS (Badan Penye-lenggara Jaminan Sosial) untuk warga negaranya menimbulkan persoalan baru. Temuan KPI (Koalisi Perempuan Indonesia) mengungkapkan bahwa perlindungan sosial yang dibuat pe-merintah tidak melibatkan pemerin-tah daerah dan sangat sentralistik, top down tanpa mempertimbangkan kebutuhan kepentingan masyarakat desa. Raskin (beras miskin) tidak se-suai dengan standar mutu misalnya ketika beras yang didapat tidak layak dikonsumsi maka menimbulkan per-soalan baru bagi perempuan misal- nya KDRT. Perempuan sebagai penye-lenggara kebutuhan keluarga harus mengeluarkan dana tambahan supaya raskin layak dikonsumsi keluarga. So-sialisasi tidak diberikan secara jelas se-

hingga perempuan tidak mampu meng- advokasi dirinya untuk mendapatkan haknya atas perlindungan sosial.

‘Perlindungan Sosial dan Kepemi-mpinan Baru pasca Pemilu 2014’ men-jadi tema seminar Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) dalam rangka mempe- ringati Hari Kartini pada tanggal 25 April 2014 lalu. “Negara sejak awal didirikan telah memilih model kese-jahteraan rakyat dalam menyeleng-garakan pemerintahannya. Negara Kesejahteraan rakyat (welfare state) bertujuan mengusahakan sebesar be-sarnya kesejahteraan rakyat dengan itu ada 2 hal yang mesti dipahami yakni hak warganegara dan kewajiban nega-ra.” Demikian Wiwik Afifah, MH (Koal-isi Perempuan Indonesia wilayah Jawa Timur) salah satu narasumber kepada 125 peserta seminar utusan dari 13 propinsi di Gedung Nyi Ageng Serang

PERLINDUNGAN SOSIALDAN KEPEMIMPINAN BARUPASCA PEMILU 2014

Sejak didirikan, negara kita telah memilih model welfare

state, dengan mengusahakan sebesar-besarnya

kesejahteraan rakyat.

SEMINAR NASIONAL KOALISI PEREMPUAN INDONESIA

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 45

Kuningan Jakarta.Lebih jauh ia mengatakan bahwa

kewajiban negara adalah memenuhi, menjamin, melindungi, memajukan dan menegakkan hak-hak dasar warga negara sebagaimana tercantum da-lam konstitusi (hak-hak konstitusonal). Dalam memenuhi 4 kewajiban negara tersebut salah satunya adalah melalui program perlindungan sosial oleh Bapenas. Dalam penelitiannya di be-berapa wilayah, cakupan dan distribusi penerima bantuan yang berbasis data justru memunculkan adanya kelas-ke-las sosial tentang yang mampu dan tidak mampu. Layanan sosial ini tidak banyak melibatkan perempuan sebagai penyelenggara kelangsungan rumah tangga. Kualitas layanan kurang baik terutama dalam menjawab kebutuhan kelompok masyarakat yang berbe-da-beda. Layanan tidak memberi per-hatian kepada perempuan yang meng- alami KDRT seperti yang diceraikan. Perempuan juga tidak memperoleh cukup informasi tentang kebijakan dan prosedur distribusi perlindungan sosial sehingga tidak dapat menuntut haknya atas layanan sosial. Realitas yang ter-jadi mendapati bahwa bantuan tidak segera datang saat dibutuhkan. Nega-ra baru hadir ketika sudah jatuh korban.

Ibu Rukmini seorang nelayan pemilik perahu tidak mendapat layanan sosial seperti jamkesmas atau bantuan mo- dal ketika terlilit hutang. Berharap dapat sedikit modal ia pergi menja-di TKW di Malaysia. Sampai kemba-li ke tanah air Ibu Rukmini tidak juga mendapatkan bantuan. Ketika ia jatuh sakit dan terkena stroke bantuan itu baru turun.

“Niat baik saja tidak cukup untuk menjawab persoalan masyarakat. Tetapi ada prinsip etika lain yang mes-ti dipenuhi negara dalam menerapkan kebijakannya”, kata Robertus Robert narasumber kedua seminar ini. Suatu kebijakan mesti memuat 3 prinsip etika yaitu prinsip niat baik, prinsip keadilan dan prinsip otonomi. Niat baik akan suatu kebijakan mestinya juga bisa berlaku adil bagi seluruh warganeg-ara dan tidak mengekang kebebasan warga negara, lanjut dosen Universitas Negeri Jakarta itu.

“Kebijakan dan penyelenggaraan Perlindungan Sosial harus mendasar-kan pada realitas bahwa dalam mas-yarakat ini terdapat kelompok-kelom-pok sosial dan ekonomi yang berbeda-beda yang berhierarkhi dan tidak merata (plural dan inequal), ada- nya Sistem Pasar yang mengandung

ketaksetaraan dan ketidakpastian dan memiliki kemungkinan besar menim-bulkan krisis.” Maka diperlukan refor-masi birokrasi yang dibuat berbasis pada keadilan, tepat sasaran dan tepat waktu.

Utusan BAPPENAS yang juga ha- dir sebagai narasumber dalam se- minar tersebut Ibu Utin Kiswanti me- nyatakan bahwa untuk mengentaskan kemiskinan dan menyelenggarakan layanan sosial kepada warganegara, ada program jangka pendek mene- ngah dan panjang. BAPPENAS terus menyempurnakan program layanan dengan membuka kesempatan kepa-da masyarakat luas seperti LSM untuk memberikan masukannya. Sehingga program layanan sosial ini dapat terus berkelanjutan walaupun presidennya berganti.

Berdasarkan temuan-temuan ter- sebut dan belum terpenuhinya hak-hak warga negara khususnya perem-puan, Koalisi Perempuan Indonesia menuntut beberapa hal kepada Calon Presiden periode 2014-1019 sebagai berikut:1. Menunjukkan komitmennya ter-

hadap penyelenggaraan Program Perlindungan sosial yang inklu- sif, adil gender, transformatif dan berkelanjutan

2. Komitmen terhadap penyelengga-raan Program Perlindungan Sosial tersebut harus diwujudkan dalam platform dan visi-misi calon pre- siden, yang disampaikan kepada publik, pada masa kampanye. Agar dapat dijadikan alat tagih bagi masyarakat, apabila telah terpilih menjadi presiden

3. Sebagai wujud dari pelaksanaan demokrasi dan otonomi pemer-intahan di daerah, dalam proses perencanaan, implementasi dan monitoring penyelenggaraan Pro-gram Perlindungan sosial harus dilaksanakan dengan melibat-kan pemerintah daerah dan ma- syarakat luas. Lucia Wenehen/ICRP/Patris MSC

KEBIJAKAN DAN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN SOSIAL HARUS

BERDASARKAN PADA REALITAS MASYARAKAT YANG TERDIRI DARI

KELOMPOK - KELOMPOK SOSIAL EKONOMI YANG BERBEDA-BEDA.

46 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

Trihari Suci yang lalu saya rayakan bersama dengan umat di kampung halaman saya. Meminjam istilah Pas-kah dari Yesus, “Katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea dan di sanalah mereka akan melihat Aku” (Mat. 28: 10). Gal-ilea adalah kampung halaman Yesus. Di sana ada Nazaret dan Kapernaum. Kebetulan umat di paroki memberi-kan pinjaman mobil supaya saya dapat pergi ke stasi-stasi. Saya misa Kamis Putih dan Malam Paskah di Gereja Paroki bersama dua romo di Paroki; Jumat Agung di gereja stasi tempat saya dibaptis; Minggu Paskah dua kali di stasi tempat adik saya berada dan satun lagi di stasi tempat ibu saya be-rada. Saya benar-benar merasakan di Galilea dan melihat Yesus dalam pengalaman-pengalaman itu. Sela-ma turne dengan mobil pinjaman itu ibu dan adik serta dua orang lain yang masih bersaudara ikut menemani saya ke stasi-stasi. Tidak ada pengalaman lebih membahagiakan daripada pergi melayani umat ditemani oleh ibu dan adik. Mereka juga gembira mempunyai Romo yang bisa melayani Tri Hari Suci. Setiap kali sampai di stasi ibu saya juga menikmati penerimaan umat yang ra-mah untuk Romo, anaknya. Betapa Paskah yang membahagiakan.

Tetapi yang ingin saya ceriterakan di sini ialah permenungan saya tentang Paskah dari tengah sawah. Kebetulan saat itu sedang musim menaman padi di sawah. Beberapa pria dan wanita desa yang masih tersisa, karena yang lainnya merantau ke kota, dan ma-sih kuat, karena yang lainnya sudah tua, bekerja di sawah sepanjang hari. Hamparan sawah begitu luas dan di-tanami secara manual (dengan tangan) satu per satu benih padi ditancap-kan ke dalam lumpur tanah. Ibu-ibu yang hebat itu membungkuk hampir sepanjang hari dengan bergerak mun-

dur. Betapa pegal-pegal punggungnya karena harus membungkuk terus dan betapa sakit jempol tangan yang se-lalu bergesekan dengan tanah lumpur dalam jumlah tanpa batas. Saya ber-tanya, “Dapat uang berapa sehari?” mereka menjawab: “50 ribu.” Saya ber-tanya; “Tidak sampai 100 ribu?” Mere-ka bilang: “Tidak dapat.” Ada pekerjaan yang lebih gila lagi karena harus dilaku-kan pada malam hari; yaitu mencabut benih padi dari tempat persemaian un-tuk kemudian ditanam di lahan sawah. Karena pekerja sedikit dan sudah sanggup, maka mereka harus lembur: kerja dari jam 8 malam sampai jam 12 tengah malam dengan kaki direndam dalam tanah sawah berair yang din-gin. Perut mereka dihangatkan han-ya dengan air teh hangat saja, bukan kopi panas; karena harus menghemat. Mengapa harus kerja pada malam hari saat orang-orang lain tidur? Karena siang hari masih kerja untuk pemilik sawah yang lainnya lagi. Percakapan dengan para petani sawah pekerja keras yang miskin itu menggoreskan rasa pilu di hati saya.

Saya menerawang jauh dan meng-ingat banyak orang di kota-kota yang hidupnya jauh lebih nyaman. Saya ingat apa yang dikatakan oleh Sofyan Wanan-

di di TV, bahwa Indonesia ini negara agraris dan kita semua diberi makan oleh para petani. Tetapi kebijakan per-tanian pemerintah Indonesia tidak pernah jelas. Di Amerika saja pertani-an diberi subsidi yang besar sehingga bisa berkembang. Indonesia negara pertanian dan perikanan, tetapi para petani dan nelayan adalah kelompok yang paling miskin. Kebijakan ekonomi Indonesia sebagai negara agraris dan kelautan tidak pernah memihak pada rakyat kecil yang menjadi mayoritas anak bangsa dan yang bekerja keras memberi makan dari hasil-hasil perta-nian mereka.

Pada hari Paskah itu dari tengah sawah saya bertanya kepada Tuhan Yesus: “Tuhan... apa pendapatmu ten-tang orang-orang miskin yang baik, jujur, pekerja keras, makan dari hasil keringatnya sendiri dan tidak menger-ti arti kata “korupsi” itu?” Pertanyaan itu saya jawab sendiri: mereka adalah orang-orang suci; meskipun mereka tidak dibaptis, bukan orang Kristiani dan tidak ke Gereja, tetapi saya meli-hat mereka sebagai orang-orang yang suci; Tuhan Yesus yang bangkit ada di dalam hidup mereka; Salib Kristus terpancar dalam tubuh-tubuh mere-ka yang kurus dan kotor. Berhadapan dengan realitas yang sederhana itu ti-ba-tiba saya merasa bahwa semarak-nya liturgi Gereja dan khusuknya doa tidak terlalu bermakna. Formalisme iman dan agama juga terasa menjadi sandiwara saja. Apalagi kalau kelakuan para orang beragama itu hanya ber-pura-pura karena melakukan korupsi dan kecurangan-kecurangan dalam hidup. Formalisme, kepura-puraan dan sandiwara itu seolah-olah akan luluh, pudar dan meredup kalau dihadapkan pada cermin kehidupan orang-orang menderita dan susah payah mencari nafkah. Tetapi sepertinya justeru itulah artinya Paskah!

RENUNGAN PASKAHDARI SAWAH

Oleh: ALBERTUS SUJOKO

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 47

A D M U LTO S A N N O S

01 P. JOSEPH NARCANSIUS WELLIKEN MSC01 P. SALFINUS BUARLELE MSC01 FR. ANDREW MIKEL S. WOHON MSC02 SR. M. ATANASIA TMM02 SR. M. SELESTINA TMM03 SR. M. REGINA PRATIWI PBHK04 FR. MIKAEL JEKSEN WAROUW MSC05 P. IZAAK RESUBUN MSC05 SR. M. ANTONETTA KAMAN PBHK05 SR. M. SYLVIA PATANDEAN PBHK05 SR. M. MATILDA KAMAMAS PBHK05 SR. M. DIONISIA TMM05 SR. M. BERNADETTA TMM06 SR. M. YOSEFITA SUKATINEM PBHK06 FR. KRISTOFORUS BHK07 SR. M. LUDGARDIS LAIAN PBHK07 FR. RUDOLF DAYU WICAHYO MSC08 SR. M. STEPHANIE SUMINI PBHK08 SR. M. PAULA WUARMANUK PBHK08 SR. M. CHRISTELLA KILU HAYON PBHK09 SR. M. FERDINANDA W. PERMANASARI PBHK09 SR. M. FELISIA KANDRUNMAS PBHK09 SR. M. CAROLA HARBELUBUN PBHK09 FR BRANDO CORNELIUS ANLO MSC10 P. GERARDUS ESSEREY MSC10 P. TARCISIUS WIGNYOSOEMARTO MSC10 P. ALFRITS MANUS MSC10 P. ROBERTUS BELLARMINUS S. WIDI HARGONO MSC10 SR. M. REINALDA LILI PBHK11 P. YOHANES LASONO WIBOWO MSC11 SR. M. FLORENTIA SUDARMINI PBHK12 SR. M. IMELDA RUMYAAN PBHK12 SR. M. IRENE BANNE PBHK14 P. JOHANNES van PAASSEN MSC14 P. YOHANES MELKI TORE MSC15 P. HENDRIKUS KARIWOP MSC15 FR. KARDINUS BHK16 P. FRANSISCUS XAVERIUS WAHYUDI MSC17 SR. M. CHRISTIANA TMM18 P. JOHANIS MANGKEY MSC18 P. IGNATIUS SARKOL MSC18 P. YOSEPH KALISTUS JOROLAN MSC18 FR. TITUS BHK19 FR. YOHANES MAU BHK19 SR. M. ANASTASIA TMM20 P. LAMBERTUS SOMAR MSC20 P. LEONARDUS SUGIYONO MSC20 P. THEODORUS LA EDI MSC21 FR. FERDINANDUS TARAN MSC22 P. HIRONIMUS RONNY DAHUA MSC22 SR. M. MECHTILDIS SUKINI PBHK22 SR. M. PETRONELLA KENJAPLUAN PBHK22 SR. M. DOROTHEA MERLIANA SAMUDIA PBHK23 SR. M. YOHANETTA ANI DWI ASTUTI PBHK24 SR. M. MARCELLA ENDAH TRI MUKARTI PBHK24 P. TIMOTEUS ATA LEU EHAQ MSC24 SR. M. ANSELMA NANIK WARDANI PBHK24 FR. RENATUS HANAFI BHK24 FR. AGUSTINUS BHK25 SR. M. WENDELINA WARAT PBHK25 SR. M. ROBERTHA TMM26 FR. CHRISTIAN MARSELINO RUOH MSC27 P. BARNABAS OHOIWUTUN MSC27 FR. NORBERTUS BHK27 FR. VENANSIUS BHK27 FR. ANGELUS BHK28 SR. M. ADRIANA NGUTRA PBHK29 P. PETRUS JOSEPH BUDI SANTOSO MSC29 P. GERARDUS OHODUAN MSC29 P. STENLY VIANY PONDAAG MSC30 FR. IGNATIUS BHK31 BR. PETRUS NARIS LIOTAN PUTALAN MSC

Mei 2014

Terima KasihKepada para donatur bulan April 2014:1. Ibu Milly Karmila Sareal Rp. 250.000,002. Kel. Bpk. Stef Gunadi Rp. 500.000,003. Kel. Haryanto Santoso Rp. 50.000,004. Kel. Paulus - Etty Rp. 50.000,005. Kel. Susilo Santoso Rp. 50.000,006. Kel. Andrianto Santoso Rp. 50.000,007. NHC XIV Rp. 350.000,008. Nio Cen Se Rp. 20.000,009. Ree Nee Rp. 20.000,0010. Ibu Irene Rp. 100.000,00Dukungan anda untuk majalah ini dapat disalurkan melalui:

KCP Hasyim Ashari, JakartaNo. Rek. 2620172963A.N. Sulvisius Joni Astanto atau Rosina Angwarmase

Masih tersedia buku:SPIRITUALITAS HATI UNTUK MASA KINI MENURUT KHARISMA PATER JULES CHEVALIERSebuah buku karya P. Hans Kwakman MSC yang hendak menunjukkan jangkauan dan relevansi Spiritualitas Hati. Sambil bercermin pada Yesus yang hadir di ten-gah-tengah kita sebagai Putera Allah yang mencinta dengan hati manusiawi, Spiritu-alitas Hati memberi arti dan arah kepada hidup priba-di, keluarga, kemasyarakatan dan bidang-bidang hidup lainnya.

Hubungi AMETUR INDONESIA, Lantai Dasar Gedung Pax, Jl. KH. Hasyim Ashari No. 23.Tlp: (021) 6326737; 63857105.email: [email protected] [email protected]

48 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

APA DAN SIAPA

Sore itu, Rabu 18 April 20 14 para Suster PBHK Purworejo mendapatkan berita bahwa Sr. M. Valeria PBHK di panggil Tuhan pada pukul 15.00 WIB. Tanpa menunda para Suster segera saling kontak untuk mengadakan pembentukan “panitia kilat” untuk acara pemakaman. Seperti yang sudah berjalan selama ini, Komunitas Purworejo adalah “Panitia” tetap setiap kali ada Sus-ter PBHK yang kembali ke rumah Bapa, karena Komunitas Purworejo adalah Komunitas terdekat dengan “Komunitas Angelus” (Red : makam para Suster PBHK). Sr. M. Valeria PBHK terlahir di Tegal dengan nama Indriyati pada tanggal 7 Maret 1934. Beliau adalah putri ke dua dari pasangan Yosep Liong Moi dan Yosepha Tien Fin Nio. Menjalani masa Postulan tahun 1956 di Purworejo. Masa Novisiat 1957 dan mengikrarkan Prasetya perta-ma pada tanggal 25 Agustus 1959. Tugas demi tugas pelayanan sebagai seorang kepala sekolah TK di berbagai kota dijalaninya. Diantaranya di Kramat, Cilacap, Wonosobo, Grogol, Purworejo dan Pemalang semakin memantapkan panggilannya. Hingga beliau berani mengikrarkan pra-setya abadi pada tanggal 25 Agustus 1965. Pesta emas dan perak hidup membiara yang telah boleh dirayakan adalah bukti kesetiaan beliau dalam menanggapi panggilan Tuhan, hingga masa pensiun 2002. Sejak masa pensiun itu, atas permohonanya sendiri beliau tinggal di Komunitas Wisma Bunda Hati Kudus Pemalang (tempat para Suster Lansia) hingga saat Tuhan menganggap cukup segala pelayanan dan pengabdian hidupnya di dunia, yaitu pada hari Rabu, 18 April 2014 pukul 15.00 WIB. Ada banyak hal yang pantas dikagumi dari pribadi Sr Valeria. Ia mampu bergaul dan mem-berikan kepercayaan kepada yang muda. Itulah kekhasan beliau dalam pelayanan di tengah Komunitas dan karya. Bahkan saat sakitnya, beliau tetap menjadi penghibur bagi yang datang mengunjungi Suster yang lembut, sabar dan ramah ini. Selamat jalan Sr. Valeria terkasih. Doakan kami yang masih berjuang di dunia ini. Sr. Retna PBHK.

In MemoriamSR. M. VALERIA, PBHK