37
yang tinggi Laman Halaman Muka Soal Manajemen Keuanagan 1 Manajemen Pemasaran-Jenis Pasar dan Perilakunya Hukum Bisnis-leasing Perekonomian Indonesia

Yang Tinggi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

DEPOSITO

Citation preview

yang tinggiLaman Halaman Muka Soal Manajemen Keuanagan 1 Manajemen Pemasaran-Jenis Pasar dan Perilakunya Hukum Bisnis-leasing Perekonomian Indonesia

FollowersMengenai Saya

motivasi Lihat profil lengkapku LinksRusli Syam

Create Your Badge Arsip Blog 2010 (4) Juni (2) Maret (2) Menulis motivasiDaily CalendarCari Blog IniTop of Form

Bottom of FormHukum Bisnis-leasing Bab I Pendahuluan I. Sejarah Perkembangan LeasingPranata hukum sewa menyewa yang dikembangkan sebagai ilmu pengetahuan telah terekam dalam sejarah paling tidak sudah ada sejak lebih kurang 4500 tahun Sebelum Masehi. Yakni sewa menyewa yang dipraktekkan dan dikembangkan oleh orang-orang Sumeria.Perkembangan leasing dalam sejarah Indonesia dapat diklasifikasikan ke dalam tiga fase sebagai berikut:1. Fase Pengenalan Fase pertama merupakan fase pengenalan dari bisnis leasing di Indonesia terjadi antara tahun 1974 sampai dengan tahun 1983. Fase pertama kali ini dimulai dengan keluarnya beberapa tahun 1974 yang khusus mengatur tentang pranata hukum leasing tersebut. Dalam fase ini, leasing belum dikenal masyarakat, dan perkembangannyapun tidak begitu pesat. Kosekuensinya jumlah perusahaan leasing waktu itu belum seberapa dan jumlah transaksinyapun masih relative kecil. Sampai dengan tahun 1980, jumlah perusahaan leasing hanya berjumlah 5 buah dengan besarnya kontrak Rp 22,5 miliar. Dan sampai dengan tahun 1984, jumlah perusahaan leasing bertambah sehingga seluruhnya menjadi 48 buah dengan total kontrak Rp 436,1 miliar.

2. Fase PengembanganFase kedua yang merupakan fase pengembangan ini terjadi kira-kira antara tahun 1984 sampai dengan tahun 1950. Dalam fase kedua ini, bisnis leasing ini cukup pesat perkembangan berbarengan pesatnya pertumbuhan bisnis di Indonesia.Ini terlihat misalnya pada indicator peran dan kontribusi leasing terhadap investasi nasional sacara keseluruhan. Dalam hal ini, dari 2,60% di tahun 1986 misalnya menjadi 6,32% di tahun 1989. Demikian juga perkembangan perusahaan dan jumlah besarnya kontrak leasing, dimna jumlah perusahaan 89 buah di tahun 1986, dengan nilai kontrak Rp 645 miliar, bertambah menjadi seluruhnya 122 buah perusahaan di tahun 1990, dengan nilai kontraknya tidak kurang dari Rp 4,061 triliyun.Pada fase kedua ini, beberapa segi operasionalisasi leasing telah berubah, misalnya dalam hal metode perhitungan penyusutan untuk kepentingan perpajakan. Hal ini akibat berlakunya UU pajak 1984. Sementara sistem pelaporan pajak dalm period eke dua ini masih memakai operating metode seperti pada fase sebelumnya,tetapi dengan beberapa distorsi.

3. Fase KonsolidasiFase ketiga, yang merupakan fase konsolidasi dari perkembangan leasing di Indonesia ini, terjadi sejak tahun 1991 sampai sekarang. Pada periode ini izin-izin pendirian perusahaan leasing yang sebelumnya diperketat, kemudian dibuka kembali. Perusahaan multi finance juga banyak didirikan pada periode ini. Dan, salah satunya adalah perubahan yang terjadi pada fase konsolidasi ini adalah diubahnya sistem perpajakan, dari semula dengan operating metode berubah menjadi financial metode. Perubahan sistem perhitungan perpajakan ini mulai berlaku sejak 19 Januari 1991, berdasarkan ketentuan dalam SK Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991.

Bab IITeori LeasingA. Pengertian Istilah leasing sebenarnya berasal dari kata lease yang berarti sewa-menyewa. Karena dasarnya artinya memang sewa- menyewa. Jadi leasing adalah derevatif dari sewa-menyewa. Kemudian dalam dunia bisnis berkembanglah sewa-menyewa yang disebut leasing itu kadang-kadang disebut saja sebagai lease, dan telah berubah menjadi salah satu jenis pembiayaan. Dalam bahasa Indonesia leasing sering di istilahkan dengan sewa guna usaha.Sungguhpun terdapat berbagai variasi dari pihak yang terlibat dalam system pembiayaan berpolakan leasing, pada prinsipnya para pihak tersebut adalah:1.Lessor, yakni pihak yang memberikan pembiayaan dengan cara leasing kepada pihak yang membutuhkannya. Dalam hal ini lessor bisa merupakan perusahaan pembiayaan yang bersifat multi finance tetapi dapat juga perusahaan yang khusus bergerak di bidang leasing.2.Lessee, adalah pihak yang memerlukan barang modal,barang modal mana dibiayai oleh lessor dan diperuntukkan kepada lessee.3.Supplier, adalah pihak yang menyediakan barang modal yang menjadi objek leasing, barang modal mana dibayar oleh lessor kepada supplier untuk kepentingan lessee. Supplier, juga dapat disebut dengan penjual biasa. Tetapi ada juga leasing yang tidak melibatkan supplier, melainkan hubungan bilateral antara pihak lessee. Misalnya dalam bentuk sale and lease back.Sementara mengenai mekanisme sehingga terjadinya hubungan hukum antar paraPihak , yaitu lessor, dan juga supplier,terdapat berbagai alternatif sebagai berikut:1. Lessor membeli barang atas permintaan lessee, selanjutnya memberikan kepada lessee secara leasing.2. Lessee membeli barang sebagai agentnya lessor dan mengambil barang tersebut secara leasing dari lessor.3. Lessee membeli barang atas namanya sendiri, tetapi dalam kenyataannya sebagai agen dari lessor, dan mengambil barang tersebut secara leasing dari lessor.4. Setelah lessee mengambil barang atas namanya sendiri, kemudiaan melakukan novasi, sehingga lessor kemudian menghendaki barang tersebut da membayarnya.5. Setelah lesse membeli barang untuk dan atas namanya sendiri, kemudian menjualnya kepada lessor dan mengambil kembali barang tersebut secara leasing.ini adalah contoh sale and lease back.6. Lessor sendiri yang mendapatkan barang secara leasing dengan hak melakukan subleasing dan memberikan subleasing kepada lessee.

Elemen-elemen dari suatu leasing adalah sebagai berikut :a. Suatu pembiayaan perusahanAwal mulanya leasing memang dimaksudkan sebagai usaha memberikanKemudahan pembiyaan kepada perusahaan tertentu yang memerlukannya. Tetapi dalam perkembangan kemudian. Bahkan leasing dapat juga diberikan kepada individu dengan peruntukkan barang belum tentu untuk kegiatan usaha.b. Penyediaan barang modalUnsur selanjutnya dari leasing adalah adanya penyediaan barang modal, biasanya oleh pihak supplier atas biaya dari lessor. Barang modal tersebut akan dipergunakan oeh lessee umumnya untuk kepentingan bisnisnya. Barang modal ini sangat bervariasi. Dapat misalnya berupa mesin-mesin, pesawat terbang, peralatan kantor seperti computer, mesin foto copy, kendaraan bermotor dan sebagainya.c. Keterbatasan jangka waktuSalah satu unsur penting dari lembaga leasing adalah adanya jangka waktu yang terbatas. Sehingga , apabila ada deal-deal yang tidak terbatas jangka waktunya, ini belumlah di katakana leasing. Melainkan sewa menyewa biasa. Biasanya dalam kontrak leasing ditentukan untuk berapa tahun leasing tersebut dilakukan. Selanjutnya setelah jangka waktu tertentu tersebut berakhir, ditentukan pula bagaimana status kepemilikan dari barang tersebut. Misalnya pada saat itu kepada lessee diberikan hak opsi yakni pilihan apakah lessee akan membeli barang tersebut pada harga yang terlebih dahulu disepakati bersama, atau lessee tetap menyewa,ataupun mengembalikan barang kepada pihak lessor.d. Pembayaran kembali secara berkalaKarena lessor telah membayar lunas harga barang modal kepada pihak penjual/supplier,maka adalah kewajiban lessee kemudian untuk mengangsur pembayaran kembali harga barang modal kepada lessor. Besarnya dan lamanya angsuran sesuai dengan angsuran pembayaran ini, maka leasing mirip dengan suatu kredit bank, dengan barang itu sendiri sebagai angunanya.e. Hak opsi untuk membeli barang modalHak opsi yang dimiliki oleh lessee untuk membeli barang modal pada saat tertentu pada syarat tertentu pula, juga merupakan salah satu unsur dari leasing. Artinya, di akhir masa leasing, diberikan hak (bukan kewajiban) kepada lessee untuk apakah membeli barang modal tersebut dengan harga yang bersangkutan. Sungguhpun diakui pula bahwa tidak semua jenis leasing memberikan hak opsi ini. Karena ada juga jenis leasing yang sama sekali tidak memberikan hak opsi tersebut kepada lessee, melainkan harus menyerahkan kembali barang modal tersebut kepada pihak lessornya di akhir masa leasing. Tetapi ada juga leasing yang justru memberi hak kepemilikan kepada pihak lessee diakhir masa leasing tanpa perlu memberikan hak opsinya.f. Nilai Sisa (Residu)Nilai sisa merupakan besarnya jumlah uang yang harus dibayar kembali kepada lessor oleh lessee diakhir masa berlakunya leasing atau pada saat lessee mempunyai hak opsi. Nilai sisa biasanya sudah terlebih dahulu ditentukan bersama dalam kontrak leasing.

B. Landasan Hukum Leasing di Indonesiaa. Surat Keputusan Bersama No. 122/MK/IV/2/1974 tanggal 7 februari 1974 tentang perijinan usaha leasing.b. Surat Keputusan Menteri Keuangan No.Kep.649/MK/IV/5/1974 tanggal 6 mei 1974 tantang perijinan usaha leasing.c. Surat Keputusan Menteri Keuangan No.Kep.650/MK/IV/6/1974 tanggal 6 mei 1974 tentang penegasan ketentuan pajak penjualan dan besarnya bea materai terhadap usaha leasing.d. Surat edaran Dit.Jen.Moneter No.Peng.307/DJM/III.1/7/1974 tanggal 8 juli 1974 tentang:1. Tata cara perizinan2. Pembatasan usaha.3. Pembukuan.4. Tingkat suku bunga.5. Perpajakan.6. Pengawasan dan pembinaan.e. Surat Dit.Jen.Pajak No. D. 15.4/II/8/34-3/1976 tanggal 23 desember 1976 tentang ketentuan PPS dan PBDR.

C. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam leasing:a. Siapakah yang dapat menjadi subyek leasing.Subyek leasing yaitu lembaga-lembaga keuangan seperti bank yang memperoleh izin dari menteri keuangan, dan lembaga-lembaga yang bukan lembaga keuangan seperti perseroan terbatas.b. Obyek dari pada leasing tersebut.Obyek leasing, harus ada peincian diterangkan secara detail misalnya: jenisnya apa, jumlahnya berapa, lokasinya di mana dan sebagainya.c. Jangka waktu dari pada leasing tersebut.Jangka waktu leasing: masa berlakunya dari barang tadi harus ditanyakan kepada perusahaan appraisal, jadi harus sama dengan masa guna barang tadi.d. Cara pembayaran, yaitu dengan melihat nilai ekonomi benda yang di leasing tersebut, biasanya yang dinilai oleh appraisal.e. Pemeliharaannya.f. Kewajiban untuk mengasuransikannya.g. Hak opsi, yaitu kapan dan berapa harus di bayar.

D. Macam-Macam LeasingPada prinsip ada 2 macam prototype leasing, yaitu leasing yang berbentuk operating dan leasing yang berbentuk financial. Namun demikian terdapat juga berbagai bentuk lainnya yang merupak derivative dari kedua bentuk pokok tersebut. Untuk itu akan ditinjau satu persatu. a. Operatiang LeaseDisebut juga service lease. Leasing seperti ini tidak dibenarkan dilakukan oleh perusahaan financial, sebab menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991, yang dibenarkan hanya leasing yang mempunyai hak opsi. Operating Lease ini biasanya merupakan suatu corak leasing dengan karakteristik sebagai berikut:1.) Jangka waktu berlakunya leasing relative singkat, dan lebih singkat dari usia ekonomis dari barang tersebut. 2.) Besarnya harga sewa lebih kecil ketimbang harga barang ditambah keuntungan yang diharapkan lessor.3.) Tidak diberikan hak opsi bagi lessee untuk membeli barang di akhir masa leasing.4.) Bisanya operating lease di khususkan untuk barang-barang yang mudah terjual setelah pemakaian (yang berlaku di pasar barang bekas).5.) Operating lease biasanya diberikan oleh pabrik atau leveransir karena umumnya mereka mempunyai keahlian dalam seluk beluk tentang barang tersebut. Sebab dalam operating lease, dasar pemeliharaan merupakan tanggung jawab lessor.6.) Bisanya harga sewa setiap bulannya ditambah dengan jumlah yang tetap. 7.) Biasanya lessor lah yang menanggung biaya pemliharaan, kerusakan, pajak dan asuransi.8.) Biasanya kontrak leasing dapat dibatalkan sepihak oleh lessee dengan mengmbalikan yang bersangkutan kepada lessor.

b. Financial LeaseSering disebut juga dengan capital lease atau full-payout lease. Financial lease merupak suatu corak leasing yang lebih sering diterapkan, dengan ciri-ciri sebagai berikut:1.) Jangka waktu berlakunya leasing relative panjang.2.) Besarnya harga sewa plus hak opsi harus menutupi harga barang plus keuntungan harga barang yang diharapkan oleh lessor.3.) Diberikan hak opsi untuk lease untuk membeli barang diakhir masa lease.4.) Financial lease dapat diberikan oleh perusahaan pembiayaan.5.) Harga sewa yang dibayar per bulan oleh lease dapat dengan jumlahnya yang tetap, maupun dengan harga berubah-ubah sesuai dengan suku bunga pinjaman.6.) Biasanya lessee yang menanggung biaya pemeliharaan kerusakan, pajak dan asuransi.7.) Kontrak leasing tidak dapat dibatalkan sepihak.

E. Perbedaan Leasing dengan Perjanjian lain-Laina. Perbedaan Leasing dengan KreditLeasing Kredit1.Menyewakan barang modal.2.Pemilik barang: lessor.3.Resiko pada financial dan barang.4.Jaminannya barang modal.

5.Wanprestasi tidak ada pengmbalian kelebihan harga barang. 1.Menyediakan dana.2.Kreditur bukan pemilik barang.3.Resikonya financial saja.4.Jaminanya benda tetap maupun benda bergerak.5.Wanprestasi: ada pengembalian kelebihan harga.

b. Perbedaan Leasing dengan Sewa MenyewaLeasing Sewa Menyewa1.Jangka waktu dan umur pemakaian barang menjadi fokus utama.2.Merupakan pembiayaan bisnis.3.Objeknya barang modal.4.Merupakan pembiayaan bisnis.

5.Lessor sebagai penyandang dana, barang berasal dari lessee atau pihak ketiga.6.Jangka waktunya terbatas.

7.Dokumennya lebih komplit.

8.Jaminan tertentu. 1.Jangka waktu dan umur pemakaian barang tidak menjadi fokus utama.2.Tidak merupakan pembiayaan bisnis.3.Objeknya barang apa saja.4.Dapat tidak merupakan pembiayaan bisnis.5.Lessor sebagai pemilik barang.

6.Jangka waktu bisa terbatas dan tidak terbatas.7.Dokumen-dokumen tidak begitu komplit.

8.Tidak ada jaminan.

c. Perbedaan Leasing dengan Jual BeliLeasing Jual Beli1.Objek barang modal.2.Lessor sebagai penyandang dana (Penengah Keuangan).3.Harga barang relative tinggi.4.Hak milik akan beralih jika hak opsi digunakan. 1.Objek bendanya apa saja.2.Lessor bukan penyandan dana.

3.Harganya lebih murah.4.Hak milik akan beralih jika ada levering

F. Untung Ruginya Menggunakan LeasingAda pun yang menggunakan kelebihan-kelebihan leasing bila dibandingkan dengan metode-metode pembayaran lainnya, terutama dengan kredit bank dapat disebutkan sebagai berikut:1. Unsur Fleksibilitas.2. Ongkos yang relative murah.3. Penghematan pajak.4. Pengaturannya tidak terlalu complicated.5. Kriteria bagi lessee yang longgar.6. Pemutusan kontrak lessee oleh lease.7. Pembukaan yang lebih murah.Diantara kelemahan-kelemahan leasing tersebut dapat disebutkan sebagai berikut:a. Biaya bunga yang tinggi.b. Biaya marginal yang tinggi.c. Kurangnya perlindungan hukum.d. Proses eksekusi leasing macet yang sulit.G. Jaminan Hutang dalam LeasingSeperti juga pada metode pembiayaan lainnya, leasing juga memerlukan jaminan-jaminan tertentu agar dana yang telah dikeluarkan oleh lessor ditambah dengan keuntungan-keuntungan tertentu dapat dterima kembali oleh lessor.

Jaminan-jaminan hutang untuk leasing yang sering kali dipraktekkan dapat dikategorikan sebagai berikut:a. Jaminan UtamaJaminan utama pada transaksi leasing adalah keyakinan dari lessor bahwa lessee akan dan sanggup membayar kembali cicilan sebagai mana mestinya. Jika terhadap perjajian kredit bank, jaminan utama keyakinan ini ditentukan dengan tegas dalam UU Perbankan No. 7 tahun 1922.b. Jaminan Pokok Jaminan pokok ini berupa barang, modal hasil pembelian dari transaksi leasing itu sendiri.c. Jaminan TambahanJaminan tambahan dalam leasing tidak begitu krusial dibandingkan dengan jaminan pada kredit bank. Hal ini dikarenakan memang hakikat dari leasing yang berbeda dengan suatu jaminan bank. Sering dikatakan bahwa kredit bank sangat collateral minded, semntara leasing bussines minded.

H. Dokumentasi yang Diperlukan Dalam LeasingTidak ada keharusan untuk membuat kontrak leasing di depan notaris. Jadi sebelumnya kontrak bawah tangan diantara leasing dengan lessor saja secara yuridis sudah cukup dan mempunyai kekuatan hokum. Namun demikian, kadang-kadang dalm praktek sering juga dibuat leasing dalam bentuk akta notaries, terutama jika menyangkut dengan leasing dan dengan jumlah uang yang besar-besar. Pembuatan leasing dapat dibedakan ke dalam cara pembuatannya yaitu sebagai berikut:1. Model Kontrak yang MenyatuPada prinsipnya sistem menyatu ini dari 3 set dokumen sebagai berikut:a. Dokumen permintaan dan penawaran, ini merupakan dokumen pendahuluan dalam transaksi leasing, biasanya lessee tinggal mengisi formulir khusus yang sudah tersedia pada lessor berupa aplikasi untuk mendapatkan leasing. Dalam kontrak pokok leasing biasanya disebut bahwa terms condition ns dalam dokumen pendahuluan ini tidak berlaku lagi dan diganti dengan terms dan condition yang ada dalam kontrak pokok tersebut. Tetapi tidak semua leasing didahului oleh dokumen permintaan dan penawaran ini.b. Dokumen pokok, di sini adalah kontrak leasing itu sendiri. Hanya dalam sistem kondisinya yang menyatu ini, disamping mengatur tentang leasing itu sendiri, kontrak leasing ini mengatur juga tentang jaminan utamnya, misalnya berupa fidusia, kuasa jual, pengalihan insurance proceeds, pletge deposito, garansi dan sebaginya.c. Dokumen tambahan, biasanya dalam perjajnian pokok disebutkan bahwa seluruh dokumen tambahan ini merupakan suatu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dengan perjanjian pokoknya. Dokumen-dokumen tambahan tersebut antara lain berupa:a. Jadwal pembayaran.b. Tanda bukti penerimaan barang.c. Perjajian jual beli.d. Pegaliahan order pembelian.e. Sertifikat penyerahan dan penerimaan.f. Surat konfirmasi.g. Invoice.h. Sertifikat of title.2. Model Kontrak MandiriBedanya hanyalah bahwa dalam kontrak model mandiri, maka seluruh atau sebagian besar dari detail dokumen jaminan utang dibuat secara terpisah dengan akta sendiri. Dalam kontrak leasing paling-paling tentang jaminan hutang secara mandiri lebih baik mengingat isinya yang lebih detail sehingga bisa dihindari dispute di kemudian hari.

PenutupA. Kesimpulan1. Leasing adalah suatu kontrak antara lessor dengan lessee pemakaian aset selama periode waktu yang ditentukan.2. Landasan Hukum Leasing di Indonesiaa. Surat Keputusan Bersama No. 122/MK/IV/2/1974 tanggal 7 februari 1974 tentang perijinan usaha leasing.b. Surat Keputusan Menteri Keuangan No.Kep.649/MK/IV/5/1974 tanggal 6 mei 1974 tantang perijinan usaha leasing.c. Surat Keputusan Menteri Keuangan No.Kep.650/MK/IV/6/1974 tanggal 6 mei 1974 tentang penegasan ketentuan pajak penjualan dan besarnya bea materai terhadap usaha leasing.d. Surat edaran Dit.Jen.Moneter No.Peng.307/DJM/III.1/7/1974 tanggal 8 juli 1974 tentang a. Tata cara perizinan.1. Pembatasan usaha.2. Pembukuan.3. Tingkat suku bunga.4. Perpajakan.5. Pengawasan dan pembinaan.e. Surat Dit.Jen.Pajak No. D. 15.4/II/8/34-3/1976 tanggal 23 desember 1976 tentang ketentuan PPS dan PBDR.3. Macam-macam leasing :1. Operating lease2. Financial lease4. Untung Ruginya Menggunakan Leasingkelebihan-kelebihan leasing bila dibandingkan dengan metode-metode pembayaran lainnya, terutama dengan kredit bank dapat disebutkan sebagai berikut:1. Unsur Fleksibilitas.2. Ongkos yang relative murah.3. Penghematan pajak.4. Pengaturannya tidak terlalu complicated.5. Kriteria bagi lessee yang longgar.6. Pemutusan kontrak lessee oleh lease.7. Pembukaan yang lebih murah.Diantara kelemahan-kelemahan leasing tersebut dapat disebutkan sebagai berikut:a. Biaya bunga yang tinggi.b. Biaya marginal yang tinggi.c. Kurangnya perlindungan hukum.d. Proses eksekusi leasing macet yang sulit.

B. Saran1. Agar makalah ini dapat digunakan sebaik mungkin.2. Agar makalah ini digunakan sebagai referensi untuk pembuatan makalah selanjutnya.3. Agar penulis selanjutnya mengarah juga pada buku rujukan lainnya.4. Perlunya pengembangan lebih lanjut mengenai isi dari makalah ini, karena penulis kekurangan referensi saat pembuatan makalah ini.

Kamis, 11 Oktober 2012HUKUM LEASING DALAM PANDANGAN ISLAM Saudaraku.... !istilah leasing berasal dari kata lease, yang berarti sewa menyewa.Leasing terbagi ke pada dua macam :

Pertama, finance lease yaitu hak lessee (pihak penerima sewa guna usaha) untuk membeli barang modal yang disewa guna usaha atau memperpanjang waktu perjanjian sewa guna usaha. Leasing inilah yang kemudian dikenal dengan istilah "leasing" saja. Kedua, operating lease atau sewa menyewa biasa.

Pada kesempatan ini kita tidak membahas jenis leasing yang kedua, karena sudah jelas kebolehannya.Nah, yang akan kita bahas adalah jenis yang pertama, yaitu finance lease, bagaimanakah tinjauan islam dalam masalah ini ?

finance lease banyak dilakukan dalam kredit motor, mobil, barang elektronik, furnitur, dan lain-lain yang diberikan oleh berbagai bank atau lembaga pembiayaan, seperti Adira, FIF, dan sebagainya. Praktik yang biasa terjadi sebagai berikut (misal leasing motor) : seorang (misal fulan) datang ke lembaga pembiayaan dan ingin membeli motor secara kredit karena tak punya uang tunai. Lembaga pembiayaan membeli motor dari suplier/dealer motor, lalu dilakukan akad leasing antara lembaga pembiayaan dengan Fulan misalnya dalam jangka waktu tiga tahun. Dalam akad leasing itu terdapat fakta transaksi sebagai berikut:

Pertama, lessor (lembaga pembiayaan) sepakat setelah motor itu dia beli dari dealer/suplier, dia sewakan kepada lessee selama jangka waktu tiga tahun.

Kedua, lessor sepakat setelah seluruh angsuran lunas dibayar dalam jangka waktu tiga tahun, lessee (Fulan) langsung memiliki motor tersebut.

Ketiga, menurut fakta leasing yang ada, selama angsuran belum lunas dalam jangka tiga tahun itu motor tetap milik lessor.

Keempat, motor itu dijadikan jaminan secara fidusia untuk leasing tersebut. Karena itu BPKB motor itu tetap berada di tangan lessor hingga seluruh angsuran lunas. Konsekuensinya jika lessee (Fulan) tidak sanggup membayar angsuran sampai lunas, motor akan ditarik oleh lessor dan dijual.

Leasing ini (finance lease) hukumnya haram, berdasarkan dalil-dalil berikut:

Pertama, dalam leasing terdapat penggabungan dua akad, yaitu sewa menyewa dan jual beli, menjadi satu akad (akad leasing). Padahal syara' telah melarang penggabungan akad menjadi satu akad.Rasulullah bersabda :

. Nabi SAW melarang dua kesepakatan dalam satu kesepakatan. HR. AhmadKata Ibn Mas'ud . Dua kesepakatan dalam satu kesepakatan adalah riba. HR. Alhafidz Ibn Hammam As Shan'any

Didalam hadits lain ,Rasulullah SAW bersabda :

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang dua bentuk transaksi dalam satu akad. HR. An Nasai no. 4632, Tirmidzi no. 1231 dan Ahmad 2: 174

Ketiga, dalam akad leasing ada akad jaminan , yaitu menjaminkan barang yang sedang menjadi obyek jual beli :Ada 2 pendapat di dalam masalah ini :1. Pendapat yang tidak membolehkan. Imam Ibnu Hajar Al-Haitami berkata, "Tidak boleh jual beli dengan syarat menjaminkan barang yang dibeli.: (Al Fatawa al Fiqhiyah al Kubra, 2/287). Imam Ibnu Hazm berkata, " Tidak boleh menjual suatu barang dengan syarat menjadikan barang itu sebagai jaminan atas harganya. Kalau jual beli sudah terlanjur terjadi, harus dibatalkan." (Al Muhalla, 3/437 ).

2.Pendapat yang membolehkan :

Pendapat Ulama Madzhab Maliki :

.Pokok Madzhab Imam Malik dalam masalah obyek gadai (rahn) adalah diperbolehkan mengambil gadai pada seluruh jenis harga dalam beragam transaksi jual beli kecuali transaksi sharf (pertukaran mata uang) dan pokok harta dari transaksi salam yang terkait dengan tanggungan, karena syarat dalam transaksi sharf adalah adanya serah terima (taqabudh) pada majlis akad (spot transaction). (Kitab Bidayatul Mujtahid Ibn Rusyd, Jilid 2/hal. 221)

Pendapat Madzhab Hambali : : 3/189 : 190 ( ) : ( , ) () ( ) ( ) , ( ) ) : , :

Madzhab Hambali: termasuk syarat-syarat sah (syarat dari maslahat akad) yaitu maslahat yang kembali kepada apa yang dipersyaratkan, (seperti syarat sifat pada harga, seperti harga yang diakhirkan) mengakhirkan (sebagiannya) hingga waktu tertentu (atau) menetapkan syarat (menjaminkan (gadai) sesuatu) atas harganya, atau sebagian (walau) jika pemilik barang (rahin) menjaminkan barang yang dibeli secara kredit), maka sah penetapan syarat untuk menjaminkan (gadai) barang yang dibeli secara kredit atas harganya, jika penjual berkata: saya jual barang ini supaya anda menjaminkan barang tersebut atas harganya, kemudian pembeli menjawab: saya beli dan saya jaminkan (gadai) barang ini kepada anda, maka sah jual beli dan gadainya. (Lihat: Kitab Kasyaf Al-Qana jilid 3/hal. 189 190 )

Pendapat Al-Alamah Ibn Al-Qayyim :

- 2/53Ibn Qayyim berkata: boleh menggadaikan barang yang dijual (kepada penjual) atas harganya (atas pembayaran secara mencicil/tangguh) sebelum diserahterimakan menurut pendapat yang paling shahih dari 2 pendapat yang ada, sebagaimana boleh menggadaikan barang sebelum diserah-terimakan atas hutang lain yang bukan termasuk harganya dan kepada selain penjual barang. Bahkan menjaminkan barang (kepada penjual) atas harganya (atas pembayaran secara mencicil/tangguh) lebih utama, karena penjual memiliki hak menahan barang atas harganya (atas pembayaran secara mencicil/tangguh) tanpa harus digadai. Maka diperbolehkan (penjual) menahan barang atas harganya adalah lebih utama dan lebih baik. (Lihat: Syeikhul Islam Ibnul Qayyim Al-jauziyah, Kitab Ighasatul Lahfan Jilid 2/hal. 53 )

. ( 4/33).Al-Alamah Ibnul Qayyim berkata: Demikian terkait dengan barang yang dijual (al-mabi) ketika penjual menetapkan syarat kepada pembeli untuk menggadaikan (menjaminkan) barang atas harganya (yang dibeli secara tangguh/kredit) hingga ia (pembeli) menyerahkan (membayar) harganya. Dan hukum asalnya, hal tersebut tidak berdosa. Tidak ada suatu pengertian, argumentasi yang kuat untuk menolak keabsahan syarat dan gadai ini. Dan para ulama telah bersepakat jika penjual menetapkan syarat kepada pembeli untuk menggadaikan barang lain untuk menjamin harga barang (yang dibeli secara tangguh/kredit) adalah boleh. Apa yang menghalangi kebolehan menjaminkan barang atas harganya (yang dibeli secara tangguh/kredit) ? Tidak ada perbedaan antara ia (penjual) menguasai (al-qabdh) barang atau tidak, menurut pendapat yang paling shahih dari 2 pendapat yang ada. Imam Ahmad menyatakan tentang kebolehan syarat menjaminkan barang atas harganya (yang dibeli secara tangguh/kredit). Pendapat ini adalah pendapat yang benar (shawab) dan sesuai dengan maksud kaidah dan pokok hukum syara.Hal ini merupakan pendapat madzhab Imam Malik, Abu Hanifah, salah satu dari 2 pendapat Imam Asy-SyafiI dan sebagian sahabat Imam Ahmad. Pendapat ini adalah pendapat yang absah (shahih) (Lihat: Syeikhul Islam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, Kitab Ilamul Muwaqiin, Jilid 4/hal. 33 )

Pendapat Imam Buhuti Al-Hambali :

: : - 3 / 189.Diperbolehkan syarat menjaminkan barang yang dijual atas harganya (atas pembayaran secara mencicil/tangguh). Jika ia (penjual) berkata: aku menjual kepadamu barang ini, agar kamu menggadaikan barang ini atas harganya (atas pembayaran secara mencicil/tangguh), lalu ia (pembeli) menjawab: aku membeli (barang ini) dan aku menggadaikannya kepadamu, maka hukum jual beli dan gadai ini adalah sah (shahih). (KItab Kasyaf Al-Qana Ann Matanil Iqna, jilid 3/hal. 189, Penerbit Darul Fikr , Tahun Terbit 1982 )

Pendapat Imam Ibn Qudamah :

, , , . - 86391Dan Jika keduanya (penjual dan pembeli) tidak menetapkan syarat jaminan (gadai) dalam jual-beli, kemudian pembeli secara sukarela (tathawu) memberikan jaminan (gadai) dan pembeli menahan (al-qabdh) barang tersebut, maka hukumnya adalah hukum gadai yang bersyarat dalam jual beli, dan akad berlaku terus (tidak dapat dibatalkan) hingga ia (pembeli) melunasi seluruh hutangnya. Penerima barang gadai (ar-rahin) tidak memiliki hak untuk mencabut barang tersebut (mengusainya) dan melakukan tasharuf (perbuatan hukum) atasnya, kecuali dengan izin dari pemberi barang gadai (al-murtahin).Adapengecualian tatkala pembeli mengembalikan barang karena adanya cacat (aib) atau sebab lainnya, maka ia (pembeli) tidak memiliki hak untuk membatalkan (al-faskh) jual beli tersebut. (lihat: Ibn Qudamah, Kitab Al-Mughni Kitab Ar-Rahn hal. 391)Pendapat Syeikh DR. Hishamudin Afanah (Guru Besar Fakultas Ilmu Fiqh & Ushul di Kota Al-Quds Palestina) :

. - . .Jual beli murabahah dengan pesanan (murabaha lil Amr bi Asy-Syira), jika terjadi pada barang setelah menjadi milik bank, dan telah diterima atau dikuasai (al-qabdhu) seperti yang dikehendaki oleh syariah, adalah jual beli yang mubah selama berjalan sesuai dengan yang diperintahkan, seperti terkait tanggung jawab kerusakan sebelum diserah terimakan, mengembalikan barang karena ada cacat yang tersembunyi, dan hal lian yang mengahruskan pengembalian barang setelah diserah terimakan. Serta telah terpenuhi rukun dan syarat dalam jual beli, tidak ada penghalang (mawani) seperti keputusan yang dikeluarkan oleh Majma Fiqhi. Maka diperbolehkan bagi bank syariah untuk menetapkan syarat gadai atas barang yang dijual secara kredit (contoh: mobil) sebagai jaminan atas pembayaran harganya. Ini merupakan pendapat yang kuat (rajih) dari pendapat para fuqaha, dan ini merupakan pendapat Madzhab Imam Abu Hanifah, Malik dan salah satu dari 2 pendapat Imam SyafiI dan pendapat yang shahih menurut Imam Ahmad. Syeikhul Islam Ibn Taimiyah dan muridnya Al-Alamah Ibnul Qayyim dan Al-Alamah Ibn Utsaimin dan ulama lainnya, bahkan Majma Fiqh Al-Islamy-pun memilih pendapat ini )

Pendapat Syeikh Shalih Fauzan : : , , Penulis kitab Al-Mulakhash Al-Fiqhi berkata: boleh menjaminkan barang yang dijual (al-mabi) atas harganya (atas pembayaran secara mencicil/tangguh). Karena harga barang tersebut adalah hutang yang menjadi tanggung jawab pembeli. Barang adalah milik pembeli, maka boleh bagi pembeli utuk menjaminkan barang (yang diperoleh secara tangguh/kredit) kepada penjual. Jika ia membeli rumah atau mobil secara tangguh/kredit dan ia belum menerima barangnya, maka ia dapat menjaminkan (gadai) barang tersebut hingga ia melunasinya (hutang-hutang) (Lihat: Syeikh Shalih Fauzan, Kitab Al-Mulakhash Al-Fiqhii )

Pendapat Syeikh Suud As-Safarii :

: : .Boleh menjaminkan (gadai) barang yang dibeli secara kredit jika pemilik barang rela (ridha). Namun jika pembeli tidak dapat membayar hutangnya pada saat jatuh tempo, maka penerima barang gadai (murtahin) dapat menjual barang gadai (ar-rahn) dan mengambil haknya dan mengembalikan kelebihan harga penjualan kepada pemilik barang tanpa mengambil kelebihan apapun tatkala ada perbedaan harga.

Pendapat Majma Al-Fiqh Al-Islamii :

: (133) (7/14) : .Terdapat keputusan dari Lembaga Majma Al-Fiqh Al-Islamii sesuai dengan pendapat yang terpilih (mutamad) dalam madzhab hambali. Hal tersebut dalam keputusan No. 133 (14/7): penjual tidak berhak menahan kepemilikan barang yang telah dijual, tetapi penjual boleh menetapkan syarat kepada pembeli untuk menjaminkan barang miliknya untuk menjamin hak penjual dalam pemenuhan cicilan harga yang ditangguhkan.(lihat: : 53/2/6: )

Pendapat situs islamweb.com :

. : Dan terkait menggadaikan barang yang dijual atas harganya (atas pembayaran secara tangguh/mencicil), maka pendapat yang kuat (rajih) membolehkan hal tersebut. Seperti keputusan dari Lembaga Majma Al-Fiqh Al-Islamii sebagai berikut: penjual tidak berhak menahan kepemilikan barang yang telah dijual, tetapi penjual boleh menetapkan syarat kepada pembeli untuk menjaminkan barang miliknya untuk menjamin hak penjual dalam pemenuhan cicilan harga yang ditangguhkan.

Pendapat Haiah Kibaril Ulama Kerajaan Arab Saudi :

Haiah Kibaril Ulama Kerajaan Saudi Arabia dalam pertemuannya ke 52 memperbolehkan aktifitas menjual suatu barang dan menjaminkan (gadai) barang tersebut atas harganya (atas transaksi jual beli secara tangguh/kredit), dan menjaga kepentingannya dengan melakukan tindakan pencegahan untuk menjaga kontrak, dan hal yang serupa dengan itu.

Fatwa dari Dewan Fatwa dan Pengawas Shariah Dubai Islamic Bank :

[ : - ] .Apakah boleh bagi Bank Islam menjadikan barang yang dijual dalam akad murabahah (secara tangguh/kredit) sebagai jaminan ?Jawab :Akad yang mengikat kedua pihak (pembeli dan penjual), jika penjual menetapkan syarat untuk menahan barang yang dijual (al-mabi) hingga pembeli melunasi seluruh hutangnya. Hal ini adalah syarat yang ditunjukkan oleh akad (muqtada al-aqd). Penjual boleh menahan barang, hingga pembayaran dilakukan secara tunai (lump sum). Adapun jika jual beli dilakukan secara tangguh/kredit, maka tidak boleh penjual menahan fisik barang karena ia telah rela dengan pembayaran dilakukan secara tangguh/kredit. Tapi pembeli boleh menjaminkan dokumen kepemilikan barang (rahnan itimaniyah/rahnan rasmiyan) klausul ini disebutkan dalam akad hingga pembeli melunasi seluruh hutangnya sebagai jaminan atas hak bank. Karena menjaminkan dokumen kepemilikan barang tidak menghalangi pembeli untuk melakukan tasharuf (perbuatan hukum) atas barang tersebut (Dewan Fatwa dan Pengawas Syariah Dubai Islamic Bank)Pendapat Standards of the Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI ):

[ . .] ( 115)Hendaknya Lembaga Keuangan Syariah (LKS) meminta jaminan yang dipersyaratkan pada akad murabahah dengan cara pesanan (murabahah lil amr bi asy-syira). Sehingga LKS memperoleh jaminan (kafalah) dari pihak ketiga, atau jaminan (gadai) cash collateral nasabah (bias berupa tabungan atau deposito nasabah), atau jaminan dari harta bergerak atau tidak bergerak (aktiva tetap), atau yang dijaminkan (digadaikan) adalah barang yang menjadi obyek akad (silah mahal al-aqd) baik pengikatan jaminan dengan menguasai barang tersebut (ar-rahn Itimaniyah rasmiyan hiyazah) atau mengusai dokumen kepemilikan barang (ar-rahn Itimaniyah rasmiyan duna hiyazah). Dan pelepasan atas jaminan (gadai) dilakukan secara bertahap sesuai prosentase pembayaran hutang. (Lihat Maayir Asy-Syariyah Standar Organisasi Akuntansi dan Auditing untuk Lembaga Keuangan Islam, hal. 115)Pedoman Akad Murabahah Yang Dikeluarkan Oleh Dewan Syariah Islamic Bank of Saudi Arabia :[ . : . .] .Bank Syariah dapat meminta jaminan kepada nasabah berupa jaminan yang dipersyaratkan pada akad murabahah dengan cara pesanan (murabahah lil amr bi asy-syira). Baik berupa jaminan (kafalah) dari pihak ketiga, atau jaminan (gadai) cash collateral nasabah (bias berupa tabungan atau deposito nasabah), atau jaminan dari harta bergerak atau tidak bergerak (aktiva tetap), atau barang yang dijaminkan (mortgaged) adalah barang yang menjadi obyek akad (silah mahal al-aqd) baik pengikatan jaminan dengan menguasai barang tersebut (ar-rahn hiyaziyan) atau mengusai dokumen kepemilikan barang (ar-rahn rasmiyan). Dan pelepasan atas jaminan (gadai) dilakukan secara bertahap sesuai prosentase pembayaran hutang. (Lihat: Dhawabith Aqd Al-Murabahah Ash-Shadirah Ann Al-Haiah Asy-Syariyah Lil Bank Al-Balad Al-Islamii As-Suudii)5) Menjawab Argumentasi Kelompok Yang Melarang Menjaminkan Barang Yang Diperoleh secara KreditSyeikh Shalih Fauzan memaparkan sejumlah alasan untuk menjawab argumentasi kelompok yang menolak dan mengharamkan aktifitas menjaminkan (gadai) barang yang diperoleh secara tangguh/kredit, sebagai berikut:1- Argumen pertama:menjaminkan barang yang diperoleh secara kredit adalah menjaminkan barang sebelum dimiliki.Jawaban:Hal ini tidak mempengaruhi hukum, karena telah disepakati kedua pihak dalam akad. Mereka (penjual & pembeli) dapat memasukkan klausul dalam akad yang membawa maslahat. Walhasil, tidak ada larangan pada hal ini menurut syara dan kebiasan (urf).* Hal ini sesuai dengan hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari Amr bin Auf al-Muzani, Nabi s.a.w. bersabda: .Perdamaian (musyawarah mufakat) boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.2- Argumen kedua:Menjaminkan barang yang diperoleh secara kredit, menyebabkan penjual tidak memperoleh harga barang, karena penyerahan barang yang dijual adalah sarana untuk mendapatkan harga barang.Jawaban:Hal ini merupakan istilah dan ijtihad mereka, dan bukan merupakan hukum syara itu sendiri. Lalu apa penghalang dari menyerahkan harga barang (uang) sebelum penyerahan barang yang dimaksud ? * Padahal sebagian ulama membolehkan akad rahn sebelum ada serah terima, seperti pernyataan beberapa ulama berikut :Pendapat Ibnul Qayyim :

( 2/53)boleh menggadaikan barang yang dijual (kepada penjual) atas harganya (atas pembayaran secara mencicil/tangguh) sebelum diserahterimakan menurut pendapat yang paling shahih dari 2 pendapat yang ada, sebagaimana boleh menggadaikan barang sebelum diserah-terimakan atas hutang lain yang bukan termasuk harganya dan kepada selain penjual barang. (Lihat: Syeikhul Islam Ibnul Qayyim Al-jauziyah, Kitab Ighasatul Lahfan Jilid 2/hal. 53)Pendapat Ibnul Haajib :

) ( ,

Absah akad gadai (rahn) sebelum serah terima barang, dan tidak sempurna akan rahn kecuali dengannya. (Lihat: Ibn Arafah Ad-Dusuqii, Hasyiyah Ad-Dusuqi Alaa Syarhil Kabir, Dar Ihya Kutub Al-Arabiyah, Cetakan Ke-4)3- Argumen ketiga:Menjaminkan barang yang diperoleh secara kredit berarti pembeli telah menyerahkan harga dari barang, sedangkan pembeli memiliki pilihan (khiyar) untuk menyerahkan bagian manapun dari barang yang telah dibeli atau barang lainnya.Jawaban :Tetapi Syara tidak memberikan perhatian khusus atas hal ini, maka tidak terlarang untuk melakukannya. * Hal ini sesuai dengan kaidah : .( 3/107- 112 ; 29/17-18; 3/3)Pada dasarnya, segala bentuk muamalat boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.Para ulama-pun mencantumkan dalam karya mereka nash-nash syara yang mendukung validitas kaidah ini (Lihat: kitab ilamul muwaqiin 3/107; Majmu Fatawa Syeikul Islam 29/17-18; Al-Umm 3/3). Oleh karena, tidak ada dalil spesifik yang melarang, maka hukum menjaminkan barang yang diperoleh secara kredit kepada penjual adalah boleh (mubah ).4- Argumen Keempat:Menjaminkan barang yang diperoleh secara kredit menghalangi pembeli untuk melakukan tasharuf atas barang tersebut.Jawaban :Menjaminkan barang yang diperoleh secara tangguh/kredit tidak menghalangi pembeli untuk melakukan tindakan hukum (tasharuf) atas barang tersebut. * Karena pada prakteknya yang dilakukan adalah rahn iqary/rasmi, dimana yang digadaikan berupa dokumen kepemilikannya, namun barangnya sendiri masih tetap dikuasai dan dipergunakan oleh pemberi gadai (ar-rahin ).)

Walhasil, dapat disimpulkan bahwa finance lease secara syariat diharamkan karena adanya fakta yang pertama yaitu ada dua kesepakatan dalam satu transaksi . Wallahu alam bi shawab.

hukum pembiayaan Dasar Hukum Pembiayaan : Kepres 61/1988 tentang Lembaga Pembiayaan dan KepMenkeu 1251/ KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tatacara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. II. HUKUM TENTANG SEWA GUNA USAHA(LEASING)

Pengantar- merupakan pranata hukum yang setengah2/ragu2.- Mirip sewa menyewa, ada unsur jual-beli, dan pinjammeminjam.- Macam : dari leasing barang modal mahal (pesawat) sampaileasing utk keperluan sehari-hari (motor).Dasar Hukum Pembiayaan : Kepres 61/1988 tentang Lembaga Pembiayaan dan KepMenkeu 1251/ KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tatacara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. - Merambah ke dunia bisnis dan non bisnis.

- Dasar Hukum :1) SK Menkeu No. Kep-38/MK/IV/1/1972 ttg LembagaKeuangan, diubah No. 562/KMK/011/1982.

2) SKB Menkeu, Menperind & Menperdag RI ttg PerizinanUsaha Leasing.

3) Keppres RI No. 61 th 1988 ttg Lembaga Pembiayaan.

4) Kepmenkeu RI No. 1251/KMK.013/1988 ttg Ketentuan danTatacara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, diubah No.1256/KMK.00/1989.

5) Kepmenkeu 634/KMK.013/1990 ttg Pengadaan BarangModal Berfasilitas melalui Perusahaan Sewa Guna Usaha(Leasing).

6) Kepmenkeu 1169/KMK.01/1991 ttg Kegiatan Sewa GunaUsaha (Leasing).

Pengertian LeasingLeasing < lease : sewa menyewa.

Para pihak yang terlibat :1. Lessor : Pihak yang memberikan pembiayaan mrpperusahaan pembiayaan, bersifat multi finance atau khusus.2. Lessee : Pihak yang memerlukan barang modal.3. Supplier : Pihak yang menyediakan barang modal yang menjadi obyek leasing.Barang modal dibayar lessor kepada supplier untuk kepentinganlessee (ada tiga pihak). Leasing tidak harus melibatkan supplier, bisa terjadi hubungan bilateral antara lessor dengan lessee saja (hanya dua pihak).

Pengertian leasing menurut Kepmenkeu RI No. 1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing) :Suatu kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barangmodal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (financelease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk dipergunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.

Ciri-ciri/Unsur Leasing1. Suatu Pembiayaan Perusahaan : pada awalnya diperuntukkan bagi perusahaan, namun dalam perkembangannya juga diberikan kpd individu.2. Penyediaan Barang Modal : oleh supplier atas biaya lessor dan diperuntukkan lessee.3. Jangka waktu dibatasi : jangka pendek/singkat minimal 2 tahun, jangka menengah minimal 3 tahun, dan jangka panjang minimal 7 tahun.4. Pembayaran kembali secara berkala : angsuran/berkala, mirip kredit bank, agunan barang modal.5. Hak Opsi : membeli barang modal atau memperpanjang kontrak leasing. Jenis lain, ada leasing yg tdk memberi hak opsi kpd lessee.6. Bisa menyerahkan kembali barang modal kpd lessor, atau memberi hak kepemilikan kpd lessee.7. Nilai sisa (residu) : sisa pembayaran yg harus dibayar lessee kdp lessor pd saat akhir leasing atau saat lesse memp. hak opsi.8. Nilai residu biasanya sudah ditentukan bersama dlm kontrak leasing.

Sejarah Leasing- Merupakan improvisasi pranata hukum konvensional sewamenyewa (lease). Muncul skitar 4500 tahun SM.

- Berkembang di AS sbg leasing modern, kmd berkembang ke Eropa.

- Pertama : utk transportasi (KA tahun 1850)

- 1877 : telepon; 1980 an : IBM lessor terbesar utk komputer, Xerox lessor terbesar utk fotocopy.

- Di Indonesia : awal 1970-an

Fase Pengenalan : 1974-1983, belum berkembang, br khususmengatur ttg pranata hukum leasing. s/d 1984 ada 48perusahaan leasing.Fase Pengembangan :1984-1990, berkembang cukup pesat.s/d 1990 ada 122 perusahaan leasing. Mis. Metodeperhitungan penyusutan asset utk kepentingan pajak.Fase Konsolidasi : sejak 1991. Perijinan pendirian leasing ygtadinya diperketat, mulai dibuka kembali. Berdiriperusahaan multifinance.

B. Jenis Leasing

1. Operating lease/service leaseTidak dibenarkan dilakukan oleh perusahaan finansial.Waktu relatif pendekHarga sewa < harga barang + keuntungan lessorTak ada hak opsiBesarnya harga sewa tiap bulan tetapPemeliharaan, rusak, asuransi, pajak ditanggung lessorLessee dapat membatalkan kontrak secara sepihak

2. Financial lease/capital lease/full-payout leaseJangka waktu relatif panjangSewa + hak opsi > harga barang + keuntungan lessorAda hak opsi utk lesseeHarga sewa per bulan bisa tetap, bisa berubahPemeliharaan, rusak, asuransi, pajak ditanggung lesseeKontrak leasing tak dapat dibatalkan secara sepihak

C. Perbedaan Leasing dengan Perjanjian yang Lain

1. Dengan Loan

LOAN LEASING

LEASING

1. Tujuan : sediakan dana1. Barang modal

2. Fokus : uang, kreditur bukan pemilik barang2. Yuridis : lessor pemilik barang modal

3. Resiko : berupa financial risk 3. Financial & physical risk atas barang modal

4. Jaminan : tak ada hubungan dgn tujuan penggunaan dana4. Ada hubungan langsung antbarang modal dgn dana

5. Wanprestasi D : jaminandilelang, kelebihandikembalikan.5. Lessor tinggal mengambilbarang modal tanpamemperhitungkan sisa

2. Dengan Sewa menyewa

SEWA MENYEWA

LEASING

1. Waktu bukan fokus utama1. Waktu sangat penting

2. Bukan metode pembiayaan2. Mrp metode pembiayaan

3. Obyek bebas3.Obyek ditentukan, umumnyabarang modal

4. Lessor bebas 4. Lessor perusahaan pembiayaan

5. Lessor = penyedia barang5. Lessor = penyandang dana

6. Jangka waktu bebas6. Jangka waktu terbatas

7. Dokumen biasa7. Dokumen kompleks

8. Tak ada jaminan8. Kadang perlu ada jaminan

3. Dengan Jual beli

JUAL BELILEASING

1. Tunduk KUH Perdata1. Aturan tersendiri

2. Tak ada lessor2. Lessor penengah keuangan

3. HM pembeli demi hukum3. HM hak opsi digunakan

4. Dengan Sewa beli

SEWA BELI

LEASING

1. HM : cicilan terakhir1. HM : opsi digunakan

2. =/ lembaga pembiayaan2. = lembaga pembiayaan

3. Lessor = investor3. Lessor sekedar membiayai

D. Keuntungan dan Kerugian/kelemahan Menggunakan Leasing

Keuntungan :1. Fleksibel dalam hal apapun2. Murah3. Hemat pajak4. Pengaturannya tidak kompleks5. Kriteria bagi lessee longgar6. Pemutusan kontrak oleh lessee7. Pembukuan mudah

Kerugian/kelemahan :1. Biaya bunga tinggi2. Biaya marginal tinggi3. Perlindungan hukum kurang4. Proses eksekusi leasing macet relatif sulit

E. Jaminan Hutang dalam Leasing1. Jaminan Utama : Prinsip 5 CCharacterCapacityCapitalCondition of economyCollateral.2. Jaminan Pokok : Barang modal transaksi itu sendiri3. Jaminan Tambahan : kebendaan atau perorangan

F. Pemilik Barang ModalPemilik yuridis : pihak yang menyewakan- Kepemilikan berpindah jika lessee menggunakan hak opsinya

G. Dokumen Leasing1. Dokumen kontrak yang menyatuDokumen permintaan dan penawaranDokumen pokok : kontrak leasing itu sendiriDokumen tambahan : kelengkapan administrasi

2. Model kontrak mandiri : seluruh detil jaminan hutang dibuatsecara terpisah dengan akta tersendiri.

H. Berakhirnya Leasing1. Konsensus jarang terjadi.2. Wanprestasi3. Force majeure

I. Eksekusi Jika Cicilan Macet- Kontrak dinyatakan putus, tetapi lessee wajib membayarseluruh tunggakan, bunga dan biaya lessee diberikebebasan utk menjual.- Lessor mengambil alih barang leasing.