125
ix ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS KINERJA AUDIT AKUNTAN PUBLIK DITINJAU DARI STANDAR PROFESIONAL PSA SA NO.04 : INDEPENDENSI Oleh Y a s m i n NIM : 103082029480 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008

Yasmin FEIS

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Yasmin FEIS

ix

ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KUALITAS KINERJA AUDIT AKUNTAN PUBLIK DITINJAU

DARI STANDAR PROFESIONAL PSA SA NO.04 :

INDEPENDENSI

Oleh Y a s m i n

NIM : 103082029480

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/2008

Page 2: Yasmin FEIS

ix

ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS

KINERJA AUDIT AKUNTAN PUBLIK DITINJAU DARI STANDAR

PROFESIONAL PSA SA NO.04 : INDEPENDENSI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Yasmin

NIM : 103082029480

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Dr. Abdul Hamid, MS Yessi Fitri, SE, Ak., M.Si

NIP. 131. 474. 891 NIP. 150. 377. 440

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/2008 M

Page 3: Yasmin FEIS

ix

Hari ini Senin Tanggal 20 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Tujuh telah dilakukan

Ujian Komprehensif atas nama Yasmin NIM : 103082029480 dengan judul

Skripsi “ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KUALITAS KINERJA AUDIT AKUNTAN PUBLIK DITINJAU DARI

STANDAR PROFESIONAL PSA SA NO.04 : INDEPENDENSI”.

Memperhatikan kemampuan kelimuan mahasiswa tersebut selama ujian

berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta 20 Agustus 2007

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Yessi Fitri, SE, Ak., M.Si Rahmawati, SE, M.Si

Ketua Sekertaris

Prof.Dr. Abdul Hamid, MS.

Penguji Ahli

Page 4: Yasmin FEIS

ix

Hari ini Kamis Tanggal 8 Bulan Mei Tahun Dua Ribu Delapan Telah dilakukan

Ujian Skripsi atas nama Yasmin NIM : 103082029480 dengan judul Skripsi

“ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KUALITAS KINERJA AUDIT AKUNTAN PUBLIK DITINJAU

DARI STANDAR PROFESIONAL PSA SA NO.04 :

INDEPENDENSI”. Memperhatikan kemampuan kelimuan mahasiswa

tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta 9 Mei 2008

Tim Penguji Ujian Skripsi

Prof. Dr. Abdul Hamid. Ms Yessi Fitri, SE, Ak., M.Si Pembimbing I Pembimbing II

Amilin, SE,Ak, M.Si

Penguji Ahli

Page 5: Yasmin FEIS

ix

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT Sang Maha Cahaya, sumber segalala

kebenaran dengan izin Nya akhirnya selesai sudah penelitian ini dilakukan.

Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan

dan khusunya bagi mereka yang meminati bidang audit, penelitian dengan judul :

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Kinerja Audit Akuntan

Publik Ditinjau dari PSA SA. NO 04: Independensi Penulis melakukan penelitian

karena menurut penulis Independensi merupakan topik yang tidak pernah ada

habisnya untuk selalu diangkat, diterapkan,dan menjadi suatu keharusan tanpa

pengecualian khususnya bagi seorang akuntan publik, menurut peneliti tanpa

independensi fungsi seorang auditor menjadi suatu kealfaan.

Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat-

syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa

segala kerja keras demi terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan,

dorongan, serta bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ucapkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Orang tua, Keluarga yang selalu memberikan semangat dan Doa yang tak

henti- hentinya.

2. Drs. Mohammad Faisal Badroen, MBA. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh staf akademik

Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial.

3. Kepada Pembimbing peneliti Bu’Yessy yang selalu memberikan semangat

dan menyediakan waktu dan Pak’Hamid yang selalu memberikan masukan

dan selalu memberikan semangat kepada para mahasiswanya.

4. Special Person’s to KAP Basyiruddin Nur.SE.Ak…..beserta semua

karyawannya,…Pak’Basyir terimakasih ilmu yang sudah diberikan ke

peneliti baik langsung ataupun enggak, Beliau selalu mempunyai cara

berbeda untuk memberikan semangat + masukan kesemua karyawan-

karyawannya untuk menjadi dan selalu memperbaiki diri untuk jadi lebih

Page 6: Yasmin FEIS

ix

baik lagi, mS’Budi… yang selalu bantuin peneliti, Ms’Jok_yo….makaci ya

masukan_tau ilmu- ilmunya ke peneliti, Ms’Aji yang Q Teror terus untuk

bantuin isi Kuesioner. Mb’Anikss wong Solo yang selalu bikin Q

tersenyumm, Iruull, Irwan, Dedi, Nirwan, Lia, Endyah Versi KAP faozan,

mb’NOvi Ajizz …..oH y Wartoyo….and Parmin alias Joniyanto.

5. Eka, Rahill,…Soliyah Wulandari and Endyah terimakasih atas Semangatnya.

6. Andikka dan semuanya untuk temen-temen peneliti Khususnya Akuntansi D

yang selalu Kompak, yg nggak bisa disebutkan satu-persatu, dan Temen-

temen diKelas Audit, temen-temen seAngkatan….

7. Semua yang sudah mengisi Kuesioner peneliti.

8. Dannn…. Semuanya belum disebutkan, karena keterbatasan baik Langsung

ataupun nggak langsung yang sudah bantuin peneliti menjadi : Yasmin, SE.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya skripsi ini masih terdapat kekurangan

karena terbatasnya kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki

penulis. Oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik

yang membangun. Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Jakarta, 26 Desember 2007

Yasmin

Page 7: Yasmin FEIS

ix

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS

KINERJA AUDIT AKUNTAN PUBLIK DITINJAU DARI STANDAR

PROFESIONAL PSA SA NO.04 : INDEPENDENSI

Oleh

Yasmin

Tujuan penelitian ini adalah: Untuk melihat secara empiris faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi kualitas kinerja audit akuntan publik apabila ditinjau

dari independensi yaitu: Audit fee, Lamanya hubungan audit dan penugasan audit

untuk klien yang sama, Tekanan/ konflik peran (Role Stress) dalam penugasan/

penyelesaian audit, Pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit, Audit

delay.

Kualitas kinerja merupakan salah satu hal yang sangat penting didalam setap aktivitas, dalam Standar profesional akuntan publik yang merupakan

standar pemeriksaan yang harus dijalankan/ dimiliki oleh seorang akuntan publik mengatur mengenai profesionalisme auditor salah satunya adalah standar PSA.

SA NO.04 yaitu independensi merupakan sikap yang tidak memihak kepada siapapun, pihak manapun atau oleh faktor apapun, banyak faktor yang dapat

mempengaruhi sikap independensi tersebut. Penelitian dilakukan melalui pengisian kuesioner oleh auditor independen.

Responden penelitian adalah para auditor yang bekerja di KAP di wilayah Jakarta.

Sebanyak 75 auditor terpilih berdasarkan teknik convenience sampling. 45

kuesioner (60,00%) yang diterima dianalisa dengan metode regresi berganda.

Hasil penelitian ini secara parsial hanya faktor audit delay yang

berpengaruh terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik apabila ditinjau dari

independensi. Secara bersamaan faktor-faktor Audit fee, Lamanya hubungan

audit dan penugasan audit untuk klien yang sama, Tekanan/ konflik peran (Role

Stress) dalam penugasan/ penyelesaian audit, Pengaruh sosial dalam

menyelesaikan tugas audit dan Audit delay mempengaruhi kualitas kinerja audit

akuntan publik ditinjau dari independensi.

Kata kunci: Independensi, Kualitas kinrerja audit akuntan publik, Audit fee,

Lamanya hubungan audit dan penugasan audit untuk klien yang sama, Tekanan/

konflik peran (Role Stress) dalam penugasan/ penyelesaian audit, Pengaruh sosial

dalam menyelesaikan tugas audit, Audit delay.

Page 8: Yasmin FEIS

ix

ABSTRACK

ANALYSIS UPON FACTORS AFFECTING AUDIT PERFORMANCE

QUALITY FROM POINT OF VIEW OF PROFESSIONAL STANDARD

PSA SA No. 04 : INDEPENDENCE

By

Yasmin

The objectives of the research were as follows: To see whether there

significant factors that affect audit performance quality by a public accountant

from independence point of view: Audit Fee, the relationship with client, previous

audit assignments with the same client, Role Stress, and social conditions related

with the audit.

The qualities of performances are indeed an important aspect in every

activity. The Professinal Standard of Public Accountant sets the bar for

performance for a public accountant. The PSA SA No. 4 clearly states that a

public accountant must be independent, which translated to the ability to refrain

from taking sides, under any circumstances. Despite the standard, there are many

factors that may mislead a public accountant to take side.

The research was conducted by sending questionnaire to independent

auditors working in Public Accountant Office in Jakarta. Seventy Five auditors

were chosen through convenience sampling method. From 75 questionnaires sent,

45 questionnaires (60%) were responded. These 45 questionnaires were then

analyzed by double regression method.

Partially, the result of this research proves that on audit delay has a direct

effect on audit performance quality from independence point of view. Which

means that together with audt fee, the relationship with client, previous audit

assignments with the same client, Role Stress, and social conditions related with

the audit, audit delay has a direct effect on audit performance quality from

independence point of view

Keywords: Independence, Audit Fee, the relationship with client, previous audit

assignments with the same client, Role Stress, and social conditions related with

the audit.

Page 9: Yasmin FEIS

ix

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yasmin

Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 25 April 1985

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Tabanas Raya Ujung No. 35, Rt. 005/ 04

Kompl. BI Kedaung Bulak – Ciputat 15411

Telp/Hp : 08176805374

Pendidikan Formal

SD Negeri 12 pg , Jakarta Barat : Lulus tahun 1997

SMP Negeri 229, Jakarta Barat : Lulus tahun 2000

SMK Muhammadiyah 09, Jakarta Selatan : Lulus tahun 2003

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Lulus tahun 2008

Page 10: Yasmin FEIS

ix

DAFTAR ISI

Hal.

Daftar Riwayat Hidup ……………………………………………………….. i

Abstract ………………………………………………………………………. ii

Abstrak ……………………………………………………………………….. iii

Kata Pengantar ……………………………………………………………….. iv

Daftar Isi ………………………………………………………………………vi

Daftar Tabel ………………………………………………………………….. x

Daftar Gambar ………………………………………………………………. xiv

Daftar Lampiran …………………………………………………………….... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………. 1

B. Perumusan Masalah ……………………………………………........ 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian ………………………………………….. 10

2. Manfaat Penelitian ……………………………………….... 10

BAB II Tinjauan Pustaka

A. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Kinerja

Akuntan Publik …………………………………………………….. 12

1. Komposisi Tim …………………………………………..... 13

Page 11: Yasmin FEIS

ix

2. Integritas dan Obyektivitas ……………………………… 16

3. Program Audit …………………………………………… 17

4. Supervisi …………………………………………………. 18

5. Kepuasan Kerja ………………………………………….. 21

6. Profesionalisme ………………………………………….. 23

B. Independensi ………………………………………………………. 25

1. Pengertian Independensi …………………………………. 30

2. Komponen-komponen Independensi …………………...... 31

3. Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Independensi .. 32

C. Standar Pemeriksaan ……………………………………………… 36

D. Hipotesis ………………………………………………………….. 45

E. Model Penelitian …………………………………………………... 46

BAB III METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………... 47

B. Metode Penentuan Sampel ……………………………………….. 47

C. Metode Pengumpulan Data ………………………………………. 48

1. Sumber Data ……………………………………………… 48

D. Metode Pengumpulan Data ………………………………………. 49

E. Operasionalisasi dan Pengukuran Variabel ………………………. 50

1. Variabel Dependen ………………………………….. 50

2. Variabel Independen ………………………............... 50

F. Metode Analisis Data …………………………………………….. 54

Page 12: Yasmin FEIS

ix

1. Uji Kualitas Data …………………………………………. 54

2. Uji Normalitas dan Asumsi Klasik ……………………….. 56

3. Analisis Regresi Berganda………………………………… 58

4. Uji Hipotesis ……………………………………………….59

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ………………………………. 61

1. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………...... 61

2. Karakteristik Responden ………………………………...... 62

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ……………………………………. 63

1. Uji Validitas ………………………………………………. 63

2. Uji Reliabilitas ……………………………………………. 64

C. Hasil Uji Normalitas dan Asumsi Klasik ………………………… 66

1. Uji Normalitas ………………………………………......... 66

2. Uji Asumsi Klasik ………………………………………... 67

3. Hasil Uji Hipotesis ..…….…………………………........... 67

D. Penemuan dan Pembahasan ………………………………………68

1. Independensi ………………………………………………68

2. Audit Fee ………………………………………………… 69

3. Lamanya Penugasan Auditor Untuk Klien Yang Sama …..74

4. Tekanan (konflik peran) Dalam Penugasan/

Penyelesaian Audit …………………………………….....77

5. Pengaruh Sosial Dalam Menyelesaikan Tugas Audit ……. 81

Page 13: Yasmin FEIS

ix

6. Audit Delay …………………………………………….. 85

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………. 102

B. Implikasi ………………………………………………………. 103

C. Saran …………………………………………………………... 104

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………... 105

LAMPIRAN …………………………………………………………….. 109

Page 14: Yasmin FEIS

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

4.1 Wilayah dan Nama KAP 62

4.2 Rincian Pembagian dan Pengumpulan Kuesioner 63

4.3 Karakteristik Responden 63

4.4 Hasil Uji Validitas 65

4.5 Hasil Uji Reliabilitas 66

4.6 Sikap Wajib Yang Harus Dimiliki Oleh Auditor 68

4.7 Keharusan Aturan Independensi Dalam

Standar Profesional Akuntan Publik 68

4.8 Sangat Berpengaruh Terhadap Kualitas Kinerja Audit 69

4.9 Kepentingan Independensi Di atas Kepentingan Klien 70

4.10 Laporan Audit Tidak Berguna Tanpa Sikap Independensi 70

4.11 Sangat Berpengaruh Terhadap Opini Auditor Dalam Laporan Audit 71

4.12 Memperhatikan Besarnya Fee Yang Diberikan

Kepada Auditor Oleh KAP Adalah Sangat Penting 72

4.13 Fee Harus Seimbang Dengan Penugasan Audit 72

4.14 Fee Sangat Mempengaruhi Kualitas Kinerja Audit 73

4.15 Semakin Besar Fee Maka Kualitas Kinerja Auditor

Semakin Bagus Dan Begitupun Sebalkinya 73

4.16 Fee Sangat Mempengaruhi Independensi 74

4.17 Semakin Besar Fee Maka Akan Semakin Independen

Opini Yang Akan Diberikan 74

Page 15: Yasmin FEIS

ix

4.18 Lamanya Hubungan Penugasan Auditor Untuk Klien

Yang Sama Suatu Hal Yang Penting Untuk Diperhatikan 76

4.19 Penugasan Auditor Untuk Klien Yang Sama Tidak Boleh Lebih Tiga Tahun Berturut-Turut 76

4.20 Semakin Lama Hubungan Penugasan Auditor Untuk Klien

Yang Sama Maka Kualitas Kinerja Audit Akan Semakin Menurun Begitipun Sebaliknya 77

4.21 Lamanya Hubungan Penugasan Auditor Untuk Klien

Yang Sama Mempengaruhi Independensi Auditor 77

4.22 Semakin Lama Penugasan Auditor Untuk Klien Yang Sama

Maka Akan Semakin Berkurang Independensi Auditor

Begitupun Sebaliknya 78

4.23 Tekanan Internal (KAP) Sangat Mempengaruhi Kinerja

Auditor Dalam Menyelesaikan Tugas 79

4.24 Tekanan Internal Sangat Mempengaruhi Hasil Audit

Yang Dilakukan 79

4.25 Tekanan Internal Sangat Mempengaruhi Kualitas Kinerja Audit 80

4.26 Semakin Tinggi Tekanan Internal Maka Akan

Semakin Rendah Kualitas Kinerja Audit Yang Dihasilkan Dan Begitupun Sebaliknya 80

4.27 Tekanan Internal Sangat Mempengaruhi

Independensi Auditor 81

4.28 Semakin Tinggi Tekanan Internal Maka Akan

Semakin Rendah Independensi Auditor

Begitupun Sebaliknya 81

4.29 Persepsi Masyarakat Tentang Laporan Independen

Audit Merupakan Suatu Hal Yang Sangat Penting

Dalam Proses Audit 82

4.30 Pengaruh Sosial Sangat Mempengaruhi Kualitas Kinerja Audit 83

Page 16: Yasmin FEIS

ix

4.31 Semakin Tinggi Pengaruh Sosial Maka Akan Semakin

Tinggi Kualitas Kinerja Audit Dan Begitupun Sebaliknya 84

4.32 Pengaruh Sosial Sangat Mempengaruhi independensi Auditor 85

4.33 Semakin Tinggi Pengaruh Sosial Maka Akan

Semakin Tinggi Independensi Auditor Begitupun Sebaliknya 85

4.34 Audit Delay Merupakan Suatu Hal Yang Sangat Mempengaruhi Proses Audit 87

4.35 Audit Delay Sangat Mempengaruhi Opini Audit 87

4.36 Audit Delay Sangat Mempengaruhi Kualitas Kinerja Audit 88

4.37 Audit Delay Sangat Mempengaruhi Independensi Auditor 88

4.38 Uji Multikolinearitas 91

4.39 Uji Autokorelasi 92

4.40 Koefisien Determinasi 94

4.41 Hasil Uji F 95

4.42 Hasil Uji t 96

4.43 Hasil Regresi Berganda 97

Page 17: Yasmin FEIS

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Behavioral Model Of Independence 30

2.2 Proses Perencanaan Strategis 36

2.3 Model Penelitian 47

4.1 Uji Normalitas P-Plot 89

4.2 Uji Heteroskedasitas 93

Page 18: Yasmin FEIS

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Kuesioner Penelitian 110

2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 115

3 Hasil Output Regresi 121

Page 19: Yasmin FEIS

ix

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan suatu alat atau media yang dipergunakan

sebagai tempat komunikasi antara pihak yang memiliki laporan keuangan

(perusahaan) dengan para pihak pengguna laporan keuangan itu sendiri yaitu para

investor, dan pihak-pihak eksternal lainnya yang memiliki kepentingan akan

laporan keuangan tersebut. Secara fungsional laporan keuangan menjadi

infrastruktur kunci bagi stockholders untuk meneropong perkembangan dan

kinerja keuangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu. Laporan keuangan

disajikan dalam format informasi tertentu yang membutuhkan kemampuan

analisis tertentu untuk dapat memahaminya.

Laporan keuangan yang berisi mengenai entitas keuangan, keadaan

atau kondisi perusahaan dalam suatu periode tertentu diharapkan dan harus

mencerminkan keadaan sebenarnya dari suatu aktivitas tertentu dan sesuai dengan

periode tertentu pula, sehingga para pengguna dapat memperoleh dan mengambil

informasi dari laporan keuangan untuk pertimbangan bahkan pengambilan

keputusan ekonomik. Oleh karena itu para pengguna informasi, menginginkan

laporan keuangan yang disediakan perusahaan adalah laporan keuangan yang

sesungguhnya terjadi dan menggambarkan keadaan yang sebenarnya, tetapi

acapkali terjadi adalah adanya kecenderungan pihak penyaji informasi untuk

melaporkan yang “baik” saja sedangkan pihak pemakai laporan keuangan sangat

Page 20: Yasmin FEIS

ix

berkepentingan untuk mendapatkan informasi yang objektif mengenai kesatuan

usaha yang sesungguhnya. Biasanya manajemen merupakan pihak yang terpisah

dengan investor, pihak manajemen mempunyai keahlian untuk mengelola sumber

ekonomi, sedangkan investor memiliki dana dalam artian investorlah yang lebih

dominan dan berperan aktif dalam memberikan modalnya kedalam suatu entitas

perusahaan, dalam keadaan seperti ini akan membentuk sebuah kondisi, yaitu

pertentangan kepentingan-kepentingan, walaupun memang pihak investor dengan

pihak manajemen mempunyai satu keinginan yang searah satu sama lainnya yaitu

profit.

Pihak manajemen yang mengelola sumberdaya perusahaan harus

mempertanggungjawabkan pengelolaannya kepada pihak eksternal ataupun

internal perusahaan, pertanggungjawaban inilah yang dicerminkan melalui

laporan keuangan. Untuk menjaga objektifitas laporan keuangan maka diperlukan

pihak yang independen yaitu akuntan publik, yang berkompenten untuk

memeriksa (pengauditan) keabsahan dari laporan keuangan dengan bersandarkan

pada standar yang berlaku umum untuk mengungkapkan penuh hasil evaluasi

yang dilakukan oleh seorang auditor.

Dalam melaksanakan audit, profesi akuntan publik merupakan profesi yang

unik dibandingkan dengan profesi lain. Sebagai contoh misalnya profesi

pengacara, mereka bekerja dan dibayar untuk kepentingan yang memberikan

“fee”. Profesi akutan publik melaksanakan audit bukan hanya untuk kepentingan

klien yang membayar “fee” tetapi juga untuk pihak ketiga atau masyarakat yang

mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan klien yang diaudit.

Page 21: Yasmin FEIS

ix

Pengauditan adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti mengenai

informasi keuangan tentang suatu entitas ekonomik oleh seorang yang kompeten

dan independen guna menentukan kesesuaian antara informasi tersebut dengan

suatu kriteria tertentu. (Arens, et al, 2003:1). Dari definisi tersebut dapat

disimpulkan bahwa pengauditan pada dasarnya adalah suatu proses pengumpulan

bukti dan mengevaluasi bukti dari informasi keuangan suatu entitas ekonomik

dengan standar tertentu. Pihak pemakai informasi yang terkandung di dalam

laporan keuangan adalah pihak yang terpisah dari pihak manajemen yang

bertanggungjawab atas penyusunan laporan keuangan tersebut. Kecenderungan

manajemen untuk melaporkan hal-hal yang menguntungkan bagi kepentingan

manajemen menjadikan pihak-pihak pemakai informasi akuntansi ragu akan

keandalan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Idealnya, setiap

pemakai informasi akuntansi memeriksa kebenaran laporan keuangan yang dibuat

manajemen, namun hal ini selain tidak layak secara ekonomik karena akan terjadi

pengulangan proses (pengauditan) yang serupa atas perusahaan yang sama, juga

yang bersangkutan belum tentu kompeten dalam melakukan pengauditan, dalam

kondisi yang demikian adanya pihak ketiga yang independen untuk melaksanakan

fungsi pengauditan menjadi penting. Oleh karena itu keindependenan seorang

auditor menjadi suatu hal yang wajib dimiliki, karena nantinya akan

mempengaruhi kualitas laporan audit.

Independensi adalah salah satu norma pemeriksaan akuntan yang penting.

Sebab, pendapat akuntan independen diberikan untuk tujuan menambah

kredibilitas laporan keuangan yang pada dasarnya merupakan gambaran kinerja

Page 22: Yasmin FEIS

ix

manajemen, pihak yang membayar fee atas bisnis akuntan publik. Jika akuntan

tidak independen terhadap manajemen atau kliennya, maka pendapat yang

diberikan tidak akan mempunyai arti. Dengan adanya independensi, akuntan

publik dapat menarik kesimpulan yang tidak memihak mengenai laporan

keuangan yang diaudit.

Tanpa adanya ruh independensi peneliti yakin proses audit akan terasa

“beku” karena independensi merupakan sikap yang terpenting dalam pengauditan

walaupun seorang auditor tersebut memiliki kompeten yang tinggi tetapi tetap saja

opini yang nantinya akan diberikan dari seorang auditor tidak akan objektif, sudah

banyak kasus yang terjadi dan skandal-skandal keuangan yang terjadi yang

melibatkan akuntan publik sebagai salah satu penyebabnya. Yang tidak

mengungkapkan secara full disclosure ini menjadi sebuah pertanyaan besar

apakah memang dikarenakan auditor tidak mampu untuk mengerjakan tugasnya

(tidak kompeten) yaitu segala kejahatan dengan trik-trik tertentu tidak bisa

diketahui oleh auditor sebagaimana peran dari auditor tersebut untuk mengaudit

laporan keuangan dari entitas-entitas ekonomik tersebut?Atau memang auditor

tersebut sengaja untuk tidak independen (profesional) di dalam melakukan

tugasnya, tentunya ini sangat erat sekali hubungannya dengan kualitas akhir

pengauditan yaitu pelaporan audit. Banyak faktor–faktor yang mempengaruhi

kualitas kinerja audit akuntan independen, baik itu yang ditimbulkan dari

eksternal kantor akuntan publik (KAP) ataupun yang berasal dari internal kantor

(KAP), hal inilah yang melatar belakangi peneliti untuk melakukan analisis

Page 23: Yasmin FEIS

ix

penelitian terhadap faktor–faktor yang dapat mempengaruhi kualitas kinerja

akuntan publik ditinjau dari independensi.

Menjamurnya skandal keuangan baik domestik maupun mancanegara

sebagian besar bertolak dari laporan keuangan yang pernah dipublikasikan oleh

perusahaan, fakta ini menunjukkan adanya keterkaitan skandal keuangan dengan

kinerja audit. Dan dalam penelitian Lestanti (2005) mengungkapkan dua definisi

independensi (independensi profesi dan independensi praktisi) yang menjadi salah

satu penyebab dari segala permasalahan skandal keuangan yang terjadi seperti

skandal kasus Enron, Andersen, Xerox, WorldCom, Tyco, Global Crossing, dan

Merill Linch, Adelphia, yaitu independensi sikap mental (praktisi) yang bertolak

dari moral auditor dan independensi dalam penampilan (profesi) yang dipengaruhi

oleh ikatan kepentingan keuangan.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian-penelitian terdahulu

dan berdasarkan literatur teori pendukung yang ada, yaitu penelitian dengan

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kinerja audit akuntan

publik, yang ditinjau dari standar profesional akuntan publik PSA No: 04, SA

Seksi 220 (independensi). Alasan peneliti tertarik untuk meneliti dan

mengembangkan penelitian dari peneliti-peneliti terdahulu karena peneliti merasa

bahwa independensi merupakan salah satu standar profesional akuntan publik

yang sangat penting, harus dimiliki oleh seorang “pengaudit”, seorang auditor

yang tidak memiliki sikap independensi adalah seperti “makhluk tanpa nyawa”

segala skandal-skandal keuangan akan semakin menjamur dimana-mana dan

khususnya korupsi di Indonesia akan menjadi semakin kental, takkala seorang

Page 24: Yasmin FEIS

ix

auditor didalam melakukan tugasnya untuk mengungkapkan segala temuan-

temuan audit yang sesungguhnya terjadi menjadi sesuatu yang “langka”

dikarenakan tidak memiliki jiwa independensi yang tertanam dalam setiap

langkah auditor. Oleh karena itu, dibutuhkannya kualitas kinerja audit yang sangat

maksimal, bebas dari ketidak objektifitasan oleh seorang akuntan publik karena

pengungkapan penuh tersebut akan berpengaruh signifikan terhadap opini audit

yang akan diberikan oleh seorang auditor, yang nantinya opini tersebut akan

dimanfaatkan oleh para pengguna informasi keuangan untuk mengambil suatu

keputusan tertentu dari suatu entitas ekonomi.

B. Perumusan Masalah

Pada dasarnya tujuan audit laporan keuangan oleh auditor independen

pada menurut Standar Auditing (SA) seksi 110 adalah untuk menyatakan

pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan,

hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku di Indonesia.

Berdasarkan hasil pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan,

auditor memberikan pendapat akuntan, dalam segala hal yang material, apakah

laporan keuangan tersebut telah disusun secara wajar sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Sebelum mencapai perumusan masalah yang ada peneliti terlebih dahulu

akan mencoba memaparkan identifikasi masalah yang ada. Peneliti

mengidentifikasi masalah dengan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

Page 25: Yasmin FEIS

ix

kualitas kinerja audit akuntan publik ditinjau dari standar profesional akuntan

publik PSA No.04 yaitu independensi.

Penelitian yang dilakukan Deis dan Giroux (1992) yang meneliti

determinan kualitas audit disektor publik menujukkan bahwa kualitas audit

meningkat seiring meningkatnya jumlah klien tetapi menurun seiring dengan masa

jabatan auditor, juga disampaikan bahwa faktor peer review, jam kerja dan

laporan waktu juga meningkatkan kualitas audit.

Penelitian yang dilakukan oleh Retty dan Indra (2001) menyatakan bahwa

faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap independensi penampilan

akuntan publik adalah ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan

klien, sebaliknya faktor-faktor yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

independensi penampilan akuntan publik adalah pemberian jasa selain jasa audit,

lamanya penugasan audit, ukuran kantor akuntan publik, persaingan antar akuntan

publik dan audit fee .

Penelitian yang dilakukan oleh Mayangsari (2000) menguji independensi

terhadap pendapat audit menujukkan bahwa ternyata auditor yang independen

memberikan pendapat yang berbeda dengan auditor yang tidak independen,

sedangkan auditor yang tidak independen memberikan pendapat yang sama

namun demikian, pendapat auditor yang ahli dan independen lebih tepat

dibandingkan dengan auditor yang tidak ahli.

Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2002) pengujian konsekuensi konflik

peran dan ketidakjelasan peran menyediakan dukungan bahwa kesulitan seseorang

atas peran organisasionalnya meningkat pada saat konflik dan ketidakjelasan

Page 26: Yasmin FEIS

ix

meningkat, salah satu untuk menurunkan tekanan peran adalah menurunkan

elemen pemicu tekanan (stress).

Shockley (1981) bukti empiris yang diteliti adalah terdapat tambahan

mengenai masalah independensi akuntan publik. Secara khusus, penelitian yang

dilkukannya itu ingin meneliti dampak variabel- variabel tertentu terhadap

independensi akuntan publik. Variabel-variabel tersebut hanya dibatasi pada

empat varibel utama yaitu : (1) kompetisi, (2) jasa konsultan manajemen (3)

besarnya (size) kantor akuntan publik, dan (4) lamanya akuntan publik mengaudit

klien tertentu. Dengan menggunakan teknik Factorial analysis of variance

Shockley berhasil menyimpulkan bahwa tiga variabel yaitu: kompetisi, jasa

konsultan manajemen, dan besarnya kantor akuntan publik berpengaruh signifikan

terhadap independensi akuntan publik, pada tingkat signifikan 0,01. Namun

variabel lamanya akuntan publik mengaudit klien tertentu tidak berpengaruh

signifikan terhadap independensi akuntan publik. Atau dengan kata lain, kantor

akuntan publik yang beroperasi pada lingkungan yang kompetitif, memberikan

jasa konsultan manajemen dan berskala kecil dipersepsikan akan menghadapi

ancaman yang lebih besar dalam hal menpertahankan independensinya.

Christiawan (2002), hasil penelitiannya membuktikan bahwa dalam

mengambil keputusan akuntan publik dipengaruhi oleh dorongan untuk

mempertahankan klien auditnya, tetapi disisi lain terdapat beberapa kekuatan yang

bisa meredakan pengaruh tersebut, hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa

pemisahan staf audit dari staf yang melakukan consulting service dirasakan akan

meningkatkan independensi akuntan publik, pengaruh budaya masyarakat atau

Page 27: Yasmin FEIS

ix

organisasi terhadap pribadi akuntan publik juga akan mempengaruhi sikap

independensinya.

Penelitian yang dilakukan oleh Mack dan Samet (1992, dalam Lestari

2003) menghasilkan lima kunci karakteristik kualitas audit, yaitu perencanaan,

administrasi, prosedur, evaluasi, dan perlakuan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya peneliti mencoba

untuk mengembangkan penelitian yang berhubungan dengan standar profesional

akuntan publik PSA NO.04 (independensi) yaitu faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas kinerja audit akuntan publik ditinjau dari standar

profesional akuntan publik PSA NO.04, yaitu dengan menganalisis faktor-faktor

yang mempengaruhi kualitas kinerja akuntan publik ditinjau dari independensi

dengan menggunakan variabel : audit fee, lamanya hubungan audit dan

penugasan audit untuk klien yang sama, tekanan/ konflik peran (role stress) dalam

penugasan/ penyelesaian audit, pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit,

audit delay.

Setelah identifikasi masalah yang ada, peneliti membatasi permasalahan

yang akan dibahas, yaitu analisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas

kinerja audit akuntan publik yang ditinjau dari standar profesional akuntan publik

yaitu independensi. Dimana peneliti mencoba untuk mengembangkan penelitian

sebelumnya, dengan landasan teoritis yang ada dan realitas ekonomik yang ada.

Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi pokok permasalahan dalam

penelitian ini, diwujudkan dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah audit fee berpengaruh terhadap independensi akuntan publik?

Page 28: Yasmin FEIS

ix

2. Apakah Lamanya hubungan audit dan penugasan audit pada klien yang sama

berpengaruh terhadap independensi akuntan publik ?

3. Apakah Konflik peran (Role Stress) berpengaruh terhadap independensi

akuntan publik?

4. Apakah Pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit berpengaruh

terhadap independensi akuntan publik?

5. Apakah Audit Delay berpengaruh terhadap independensi akuntan publik?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dan tentunya memberikan bukti

empiris tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas kinerja

audit ditinjau dari standar profesional akuntan publik yaitu independensi

untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan atau apakah terdapat

hubungan terhadap independensi auditor.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat bagi penulis

Selain merupakan prasyarat tugas akhir studi akademis peneliti, manfaat

lain yang dapat diperoleh adalah dengan adanya penelitian ini peniliti

dapat memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh dari independensi

terhadap pengungkapan penuh temuan audit, dan tentunya menambah

khasanah pengetahuan peneliti dalam dunia pengauditan.

b. Bagi dunia akademis

Page 29: Yasmin FEIS

ix

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembuktian empiris mengenai

independensi khususnya kepada para auditor, dan berapa besar

pengaruhnya independensi auditor terhadap kualitas kinerja audit.

c. Bagi para pembaca

Dapat digunakan sebagai salah satu bahan bacaan dan menambah

wawasan tentang independensi dan pengaruh pengungkapan penuh

temuan audit yang disampaikan melalui opini auditor yang nantinya

digunakan sebagai salah satu sumber informasi untuk mengambil

keputusan para pengguna informasi.

Page 30: Yasmin FEIS

ix

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Kinerja Akuntan Publik

Wooten (2003) menyebutkan bahwa kualitas audit sulit untuk diteliti,

karena itu peneliti selama ini melihat pada indikator (surrogates) dari kualitas

audit atau karakter/atribut yang diduga menentukan kualitas audit itu. Dalam

penelitiannya ada dua karakteristik yang menetukan kualitas audit dan ternyata

karakteristik yang melekat pada tim audit lebih penting daripada firm-wide

factors.

Dalam penelitian ini, peneliti akan menguraikan beberapa faktor-faktor

yang mempengaruhi kualitas kinerja audit dan kualitas kinerja audit yang

ditelitipun diartikan sebagai efektifitas didalam pencapaian tujuan audit yang

tertuang dalam SAP mengatur ketepatan waktu secara khusus dalam standar

pelaporan kedua: ”Auditor harus dengan semestinya menerbitkan laporan

untuk menyediakan informasi yang dapat digunakan secara tepat waktu oleh

manajemen, dan pihak lain yang berkepentingan”, efektifitas pencapaian tujuan

audit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kinerja tim

audit (Putra Djaja, 2002). Suksesnya audit sangat erat terkait dengan kinerja

tim audit serta supervisi oleh pengendali teknis dan pengendali mutu. Tim audit

dituntut untuk dapat mengetahui standar waktu dan peneliti membatasinya

yaitu kualitas kinerja audit ditinjau dari independensinya, yang merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas kinerja audit, peneliti akan

Page 31: Yasmin FEIS

ix

menjelaskannya secara terpisah faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas

kinerja akuntan publik dibawah ini:

1. Komposisi Tim

Komposisi tim audit merefleksikan penerapan standar umum

pertama dari Standar Audit Pemerintahan (SAP): “Staf yang ditugasi untuk

melaksanakan audit harus secara kolektif memiliki kecakapan profesional

yang memadai untuk tugas disyaratkan”, begitu pula halnya standar umum

pertama Standar Prosfesional Akuntan Publik (SPAP): “Audit harus

dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan

pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”.

Penyusunan tim audit, berusaha menempatkan pegawai yang berasal

dari unit kerja kompeten (unit kerja pengusul obyek audit) dan tetap

dimungkinkan untuk menggunakan pegawai yang berasal dari unit kerja

lain, baik sebagai ketua/ pemimpin tim ataupun sebagai anggota tim.

Suatu komposisi tim audit merefleksikan kehandalan suatu tim

dalam melaksanakan dan menyelesaikan suatu penugasan. Setidaknya ada

dua faktor yang dapat dijadikan perhatian/pertimbangan dalam penyusunan

tim adalah:

a. Latar belakang pendidikan serta pelatihan anggota tim

Auditor merupakan profesi yang mensyaratkan tingkat pendidikan

dan keahlian tertentu. Keahlian sebagian diperoleh dari pendidikan yang

didapat baik dari pendidikan akademik maupun pendidikan profesi. SAP

mengharuskan organisasi/ lembaga audit mempunyai program

Page 32: Yasmin FEIS

ix

pendidikan dan pelatihan berkelanjutan bagi stafnya. Pendidikan dan

pelatihan berkelanjutan sangat penting bagi auditor untuk meningkatkan

keahlian dan profesionalismenya sehingga dapat mengikuti

perkembangan audit mutakhir. Peningkatan profesionalisme akan

berpengaruh pada peningkatan kualitas audit. Penelitian Deis and Giroux

(1992) menujukkan pendidikan (education) merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi kualitas audit. Beragamnya jenjang pendidikan (D-3

hingga S-2) dan bidang studi pilihan (akuntansi dan non akuntansi)

mencerminkan kemampuan masing-masing anggota tim dalam

memberikan kontribusi pada kinerja tim secara keseluruhan.

SPAP dalam standar umum ketiga mewajibkan auditor menjalani

pelatihan teknis, karena untuk menyatakan pendapat (opini) auditor harus

senantiasa sebagai ahli dalam bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian

keahlian diawali dari pendidikan formal dan diperluas melalui

pengalaman dalam praktik audit dan melalui pelatihan teknis yang cukup

(dalam artian memadai baik dari sisi aspek teknis maupun pendidikan

umum).

b. Masa kerja dan pengalaman anggota tim:

Dengan pengalaman akuntan dapat meningkatkan keahlian

profesionalnya baik berupa keahlian teknis maupun dalam membuat

pertimbangan audit (audit judgment). Pengalaman mempengaruhi

kualitas audit, paling tidak ada dalam kualitas pertimbangan audit.

Pengalaman biasanya diukur dari lamanya akuntan bekerja sebagai

Page 33: Yasmin FEIS

ix

auditor atau menurut jenjang struktural tertentu, walaupun sebenarnya

kurang dapat dijadikan ukuran yang tepat untuk ukuran tingkat

pengalaman auditor. Secara umum memang, usia dan pengalaman dapat

menunjukkan kedewasaan dan kemampuan seseorang dalam memahami

bentuk penugasan yang harus dilakukan. Tetapi masa kerja dan

pengalaman dapat juga berarti sebaliknya (kontradiktif). Hal ini

diungkapkan dalam Stephen P. Robbins, (1996 dalam Putra Djaja, 2002)

yang menyatakan mengenai masa kerja dan usia:

“…there is a widespread belife that job performance declines with

increasing age.Regardless of whether it’s true or not, a lot of people

believe it and act on it.”

………bahwa ada kepercayaan bahwa kinerja seseorang menurun

seiring dengan meningkatnya umur, entah benar atau salah namun

kenyataannya banyak orang mepercayainya dan berlaku seperti itu.

Pengalaman merupakan faktor penting, dibuktikan dari penelitian

Neni Meidawati (2001, dalam Widagdo, Lesmana dan Irwadi, 2002)

bahwa tingkat kesalahan yang dibuat auditor yang tidak berpengalaman

lebih banyak daripada auditor yang berpengalaman. Lebih lanjut Tubs

(1992 dalam, Lestari 2003) masih di dalam jurnal yang sama,

menyebutkan bahwa auditor yang berpengalaman akan memiliki

keunggulan dalam tiga hal: mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan

secara akurat dan mencari penyebab kesalahan.

Demikian juga menurut penelitian Utami dan Mardiasmo (1991,

dalam Lestari 2003 ) yang menguji pengaruh pengalaman mengaudit

laporan keuangan terhadap mutu pertimbangan audit dengan

Page 34: Yasmin FEIS

ix

menggunakan sampel mahasiswa, akuntan yunior dan akuntan senior.

Hasil penelitian menujukkan bahwa pengalaman mengaudit laporan

keuangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap mutu

pertimbangan audit. Pengalaman pelatihan dan pendidikan lanjutan juga

ikut mempengaruhi mutu pertimbangan audit dengan sumbangan efektif

sampai 36%.

2. Integritas dan Obyektivitas

Arens, Elder & Beasley (2003:81) dalam AICPA Code of

Professional Conduct, menyebutkan :

“Integrity: to maintain and broaden public confidence, member

should perform all professional responsibilities with the highest sense of

integrity. Objectivity, a member should maintain objectivity and be free of

conflict of interest in discharging professional responsibilities.

Definisi prinsip diatas, memberikan gambaran prinsip integritas

bahwa seorang auditor harus melaksanakan seluruh professional

responsibilities mereka dengan semangat integritas yang paling tinggi untuk

menjaga dan memperoleh kepercayaan publik. Prinsip Objektivitas, auditor

harus tetap obyektif dan bebas dari konflik kepentingan.

Aturan Etika Kompertemen Akuntan Publik butir 102

menyebutkan: ”Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus

mempertahankan integritas dan obyektifitas, harus bebas dari benturan

kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah

saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan

(mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak lain.”

Page 35: Yasmin FEIS

ix

3. Program Audit

Program audit merupakan wujud dari perencanaan audit.

Didalamnya memuat tujuan dan lingkup audit serta metodologi yang

dipergunakan untuk merealisasikan tujuan tersebut.

Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP) menyatakan hakekat

perencanaan sebagai suatu proses pengidentifikasian peluang dan kendala

yang akan terkait atau yang akan dihadapi dalam upaya mencapai tujuan

yang telah ditetapkan.

Terkait dengan perencanaan baik SAP maupun SPAP

mengharuskan: “Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan

jika digunakan tenaga asisten harus disupervisi dengan semestinya. Dengan

lebih memprioritaskan aspek perencanaan, maka setiap pekerjaan audit

harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dengan mempertimbangkan

antara lain: materialitas, sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit serta

mengevaluasi hasil prosedur audit tersebut. Selain itu untuk mendukung

kepentingan perencanaan dikemudian hari SAP menegaskan bahwa:

“Auditor harus mengikuti tindak lanjut temuan audit yang diketahuinya

material beserta rekomendasinya, yang berasal dari audit sebelumnya.”

Dengan demikian baik buruknya kesiapan perencanaan audit

setidak-tidaknya dapat dicermati dari program audit yang disusun. Program

audit sendiri tidak selalu seragam baik dalam bentuk maupun dalam isinya

antara lembaga/ institusi penyelenggara audit. Idealnya program audit

Page 36: Yasmin FEIS

ix

mengandung unsur-unsur sebagai berikut (Pany dan Whittington dalam

Putra Djaja, 2002):

a. Description of the client company. Its structure, business, and

organization;

b. Objective of the audit (e.g. audit for stockholder, special – purpose

audit, SEC filing);

c. Nature and extant of other services, such as preparation of tax return, to

be performed for the client;

d. Timing and schedulling of the audit work, Including determining which

procedure may be performed before the balance sheet date, what be be

done or after the balance sheet date, and setting dates for such critical

procedures as cash count, account receivable confirmations, and

inventory observation;

e. Work to be done by the clients staff;

f. Staffing requirements during the engagement;

g. Target dates for completing major segments of the engangements, such

as the consideration of internal control, tax returns, the audit report, and

SEC filings;

h. Any special audit risk for the engagement;

i. Preeliminary Jugmen about materiality levels for the enggement.

4. Supervisi

Page 37: Yasmin FEIS

ix

Standar audit SPAP dan SAP mengharuskan pekerjaan harus

direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan tenaga asisten

harus disupervisi dengan semestinya. Supervisi mencakup pengarahan

kegiatan auditor dan pihak lain (misalnya konsultan dan spesialis luar) yang

terlibat dalam audit untuk menentukan apakah tujuan audit dapat dicapai.

Unsur supervisi meliputi pemberian instruksi kepada anggota staf, pemberi

informasi mutakhir tentang masalah signifikan yang dihadapi, pelaksanaan

review atas pekerjaan yang dilakukan dan pemberian pelatihan kerja

lapangan (on the job training) yang efektif.

Supervisi merupakan salah satu elemen pengendalian kualitas dan

prosedur review (quality control and review procedures). Kekuatan

pengendalian kualitas dan prosedur review ikut mempengaruhi kualitas

audit. Selain itu kemampuan supervisor juga mempengaruhi kualitas audit

(Deis and Giroux, 1992). Penelitian tersebut diperkuat oleh penelitian Meier

dan Fuglister (1992 dalam Putra Djaja 2002) yang membuktikan bahwa

supervisi dan training adalah rekomendasi paling penting menurut anggapan

auditor dan klien untuk meningkatkan kualitas audit. Supervisi dapat

membuat auditor berkonsentrasi pada area yang memiliki risiko tinggi. Putra

Djaja (2002) juga membuktikan bahwa supervisi merupakan faktor

penunjang kinerja tim yang paling mempengaruhi dari kelima faktor lainnya

terhadap efektifitas pencapaian tujuan audit.

Accounting Education Change Commision (AECC) melalui issues

statement No.4 (recommendations for supervisor of early work experience),

Page 38: Yasmin FEIS

ix

merekomendasikan pada supervisor akuntan pemula untuk melaksanakan

supervisi dengan tepat khususnya dalam tiga aspek utama sebagaimana

dinyatakan oleh AECC berikut:

a. Supervisor hendaknya menujukkan sikap kepemimpinan dan mentoring

yang kuat, rincian aktifitas yang disarankan oleh AECC adalah:

1) Supervisor sering memberikan feedback yang jujur, terbuka dan

interaktif kepada akuntan pemula dibawah supervisinya;

2) Supervisor mempertahankan pesan-pesan tak langsung dari akuntan

pemula dan jika yang disampaikan adalah ketidakpuasan, secara

langsung supervisor menanyakan keadaan dan penyebabnya;

3) Supervisor meningkatkan konseling dan mentoring, misalnya dengan

memberikan pujian terhadap kinerja yang baik, memperlakukan

akuntan pemula sebagai profesional, membantu akuntan pemula

untuk mengenali peluang kerja masa datang dan memperdulikan

minat serta rencana akuntan pemula;

4) Supervisor dituntut mampu menjadi panutan sebagai profesional

dibidangnya, mampu menumbuhkan kebanggaan akan profesi dan

mampu menunjukkan kepada klien dan masyarakat akan peran

penting profesi yang digeluti tersebut.

b. Supervisor hendaknya menciptakan kondisi kerja yang mendorong

tercapainya kesuksesan, rincian aktivitas yang disarankan oleh AECC

adalah:

Page 39: Yasmin FEIS

ix

1) Menumbuhkan sikap/ mental pada akuntan pemula untuk bekerja

dengan benar sejak awal dan menciptakan kondisi yang

memungkinkan hal itu terjadi.

2) Mendistribusikan tugas dan beban secara adil dan sesuai dengan

tingkat kemampuan akuntan pemula;

3) Meminimalkan stress yang berkaitan dengan pekerjaan.

c. Supervisor hendaknya memberikan penugasan yang menantang dan

menstimulasi terselesaikanya tugas. Rincian aktivitas yang disarankan

AECC adalah:

1) Supervisor mendelegasikan tanggung jawab sesuai kemampuan dan

kesiapan akuntan pemula;

2) Memaksimalkan kesempatan akuntan pemula untuk menggunakan

kemampuan verbal, baik lisan maupun tulisan, berpikir kritis dan

menggunakan teknis analitis serta membantu akuntan pemula untuk

meningkatkan kemampuan tersebut.

Memadai/ tidaknya supervisi dalam suatu penugasan tergantung

pada banyak faktor, termasuk didalamnya kompleksitas permasalahan dan

kualifikasi orang yang melaksanakan penugasan audit.

5. Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja adalah suatu sikap seseorang terhadap pekerjaan

sebagai perbedaan antara banyaknya ganjaran yang diterima pekerja dan

banyaknya yang diyakini seharusnya diterima. Hal ini dikemukakan Robbins

Page 40: Yasmin FEIS

ix

(1996, dalam Trisnaningsih dan Iswati, 2003), lebih lanjut menurut peneliti

tersebut (dalam Putra Djaja, 2002) determinan dari kepuasan kerja adalah:

”mentally challenging work, equitable rewords, supportive working

conditions, supportive colleagues”, sebagai berikut:

a. Pekerjaan yang menantang (mentally challenging work), pelaksana

cendrung menerima penugasan yang memungkinkan mereka untuk

memanfaatkan keahlian dan kemampuannya serta menawarkan beragam

tugas, kebebasan clan umpan balik atas prestasi kerjanya.

b. Kondisi kerja yang kondusif (supportive working conditions), pelaksana

sangat peduli dengan lingkungan kerja yang menawarkan kenyamanan

dan mendukung terciptanya prestasi kerja yang baik.

c. Dukungan rekan kerja (supportive colleagues), pelaksanaan tidak hanya

berfokus pada uang tetapi juga membutuhkan interaksi sosial (social

need). Tidak mengherankan jika untuk mencapai dan meningkatkan

kepuasan kerja mereka bersikap bersahabat dan kooperatif (supportive

worker).

d. Kompensasi yang memadai (equitable rewards), pelaksanaan

mengharapkan adanya sistem pembayaran dan kebijakan promosi yang

menunjang dan sejalan dengan harapan mereka. Kewajaran pembayaran

biasanya disesuaikan dengan penugasan, tingkat keahlian dan standar

yang berlaku.

Vroom (1964, dalam Trisnaningsih dan Iswati, 2003) menjelaskan

bahwa kepuasan kerja dapat mengharapkan kepada sikap positif terhadap

Page 41: Yasmin FEIS

ix

kemajuan suatu pekerjaan. Luthans (1995) dalam jurnal yang sama

menyatakan bahwa kepuasan kerja memiliki tiga dimensi. Pertama, bahwa

kepuasan kerja tidak dapat dilihat tetapi hanya diduga. Kedua, kepuasan

kerja sering ditentukan oleh sejauh mana hasil kerja memenuhi atau

melebihi harapan seseorang. Ketiga, kepuasan kerja mencerminkan

hubungan dengan berbagai sikap lainnya daripada individual.

Berbagai hal dapat mempengaruhi kepuasan kerja, misalnya upah

dan promosi, supervisi yang diterima dan kepuasan dengan rekan sekerja.

Dalam perencanaan audit telah dianggarkan tentang besarnya biaya audit.

Tim auditor menggunakan dana sebatas pada anggaran yang sudah tertuang

pada rencana audit.

Kepuasan kerja juga dipengaruhi oleh fungsi dan kedudukan

karyawan dalam organisasi, seperti yang diungkapkan Basset (1995, dalam

Myrna Nurahma dan Indriantoro, 2000). Lebih lanjut disebutkan bahwa

karyawan pada kedudukan yang tinggi merasa lebih puas karena memiliki

otonomi yang lebih besar, pekerjaannya lebih bervariasi dan memiliki

kebebasan melakukan penilaian. Karyawan level bawah lebih besar

kemungkinannya mengalami ketidakpuasan dan kebosanan karena pekerjaan

yang kurang menantang dan tanggung jawab yang kecil.

Albrecrt dan Brown (1981, dalam Nurahm dan Indriantoro, 2000)

menunjukan bahwa kepuasan kerja akuntan pemula lebih rendah

dibandingkan manajer atau partner dan kepuasan kerja tertinggi dialami oleh

partner.

Page 42: Yasmin FEIS

ix

6. Profesionalisme

Dalam kamus bahasa Indonesia yang baku, menurut A.Th.Soetedjo

(2003) kata “Profesionalisme” berasal dari kata profesi yang mempunyai arti

“Bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan,

kejujuran, dan sebagainya) tertentu”. Selanjutnya profesionalisme adalah

mutu, kualitas, dan tindak-tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau

orang yang ahli dibidangnya, atau profesional; sedangkan profesional

memiliki beberapa pengertian, yaitu: (1) bersangkutan dengan profesi, (2)

memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, (3) mengharuskan

adanya pembayaran untuk melakukannya (lawan kata amatir).

Seiring dengan meningkatnya kompetensi dan perubahan glonal,

profesi akuntan/ auditor saat ini dan masa mendatang menghadapi tantangan

yang semakin berat sehingga menjalankan aktivitasnya seorang auditor

dituntut untuk selalu meningkatkan profesionalisme. Ada tiga hal utama

menurut Machfoedz (1997, dalam Winarna dan Retnowati 2003) yang harus

dimiliki oleh setiap anggota profesi dalam mewujudkan profesionalismenya

yaitu berkeahlian, berpengetahuan dan berkarakter.

SAP, Tepatnya didalam standar umum ketiga menyebutkan:

“Dalam pelaksanaan audit penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya”. Standar ini mewajibkan setiap

auditor untuk menggunakan kemahiran profesionalnya secara profesionalnya secara profesional, cermat dan seksama yang berarti auditor harus selalu

memahami dan melaksanakan seluruh arahan dalam Petunjuk Teknis

Pemeriksaan, selalu menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam

penentuan lingkup audit, pemilihan metodelogi serta pemilihan pengujian

dan prosedur audit serta selalu menggunakan pertimbangan profesional

dalam penentuan standar audit/ kriteria yang digunakan.

Page 43: Yasmin FEIS

ix

B. Independensi

Athur W. Holmer (1971, dalam Nila Eka Putri,1999) mengungkapkan

Independensi sebagai sebuah kebebasan dari pengaruh, bujukan dan

pengendalaian dari klien audit. Dengan kata lain bila auditor mengikuti

kemauan klien maka laporannya tidak akan bermanfaat.

Arens, Elder & Beasley (2003:83) menegaskan juga bahwa:

“Not only is it essential for auditor to maintain an independent attitude

in fulfilling their responsibilities, but it also important that the users of

financial statements have confidence in that independence. These two

objectives are often identified as independence in fact and independence in

appearance. Independence in fact exists when the auditor is actually able to

maintain an unbiased attitude throughout the audit, whereas independence in

appearance is the result of others’ intepretation of this independence. If

auditors are independent in fact, but users believe them to be advocates for the

client, most of the value of the audit function will be lost”

Independensi sangat penting bagi auditor untuk dijaga dalam

melaksanakan tanggung jawabnya. Dua hal independensi, in fact yaitu ketika

auditor mampu menjaga prilaku yang tidak bias sepanjang audit. Kedua, in

appearance ketika auditor terlihat independen menurut penampilan/ sudut

pandang orang. Walaupun auditor bisa menjaga independence in fact tapi jika

users yakin kalau auditor berpihak kepada kliennya maka sebagian besar nilai

dari fungsi audit menjadi hilang.

Standar umum kedua SAP (2001:20) yang mengatur tentang independensi

menyebutkan : “Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit,

organisasi/ lembaga audit dan auditor baik pemerintah maupun akuntan publik,

harus independen (secara organisasi maupun secara pribadi), bebas dari

Page 44: Yasmin FEIS

ix

gangguan independensi yang bersifat pribadi dan yang diluar pribadinya

(ekstern), yang dapat mempengaruhi independensinya, serta harus dapat

mempertahankan dan penampilan terhadap independen”.

Dalam PSA SA Seksi 801 paragraf 06 dijelaskan bahwa: “Tanggung

jawab auditor untuk mendeteksi dan melaporkan salah saji sebagai akibat

adanya unsur pelanggaran hukum yang berdampak langsung dan material

terhadap penelusuran jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan

adalah sama dengan tanggung jawab auditor untuk mendeteksi salah saji yang

disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan”.

Tidak satu alat ukurpun yang secara obyektif dapat mengukur apakah

auditor tersebut benar-benar independen, sehingga auditor dituntut untuk

benar-benar menyadari independensi dalam profesinya dan menjaga

kepercayaan masyarakat dengan menjaga independensi dalam pelaksanaan

audit. Namun auditor dapat mengenali/ mengetahui faktor-faktor apa saja yang

mungkin mempengaruhi (mengurangi) independensi auditor. Menurut

Supriyono (1988, dalam Nila Eka Putri,1999) ada enam faktor yang

mempengaruhi independensi auditor, yaitu:

1. Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien,

2. Persaingan, semakin banyaknya kantor akuntan pesaing membuat suatu

kantor akuntan berusaha apa saja untuk mendapatkan/ mempertahankan

klien.

3. Jasa lain selain audit, bila suatu kantor memberikan jasa non audit juga

kepada klien yang diaudit, tentu hal ini mengurangi independensi,

Page 45: Yasmin FEIS

ix

4. Lamanya penugasan audit suatu kantor akuntan, semakin lama kantor

tersebut memberikan jasa audit kepada satu klien maka akan mengalami

kesulitan untuk memisahkan diri dari manajemen dan bertindak sebagai

pihak ketiga yang bekerja untuk kepentingan masyarakat bukan untuk

manajemen,

5. Ukuran Kantor Akuntan Publik,

6. Audit Fee

SAP juga mengidentifikasikan beberapa gangguan/ hal-hal yang

mengurangi atau meniadakan independensiyang dapat bersifat pribadi, ekstern

atau organisasi. Dengan demikian apabila satu atau lebih dari gangguan yang

terhadap independensi tersebut mempengaruhi kemampuan auditor dalam

melaksanakan tugas auditnya serta melaporkan hasilnya secara tidak memihak,

maka auditor dimaksud sebaiknya menolak penugasan yang dipercayakan

kepadanya

Didalam praktik pelaksanaan audit, (Putra Djaja,2002) ada beberapa

kondisi yang dapat berpengaruh pada independensi auditor, diantaranya:

1. Adanya hubungan keluarga dan kepentingan antar personil tim dengan

manajemen auditan. Kondisi ini berhubungan dengan interprestasi:

independence of patners and staff, cohabitation clan direct and indirect

financial interest clan merupakan perwujudan dari independen dalam

penampilan (independence in appearance).

2. Efek pemberian fasilitas akomodasi dan entertainment oleh auditan. Kondisi

ini berhubungan dengan interprestasi. Other situations that may impair

Page 46: Yasmin FEIS

ix

independence (khusus tentang gifts from clients) clan merupakan

peerwujudan dari independen dalam penampilan (independence in

appearance).

Selain itu, SAP juga menyatakan bahwa gangguan yang dihadapi auditor

yang bersumber dari luar pribadi auditor (gangguan eksternal) dapat

berpengaruh pada independensi dalam menyatakan pendapat (opini) dan

kesimpulan audit. Diantaranya:

1. Pembatasan waktu yang tidak masuk akal untuk penyelesaian suatu audit.

Kondisi ini berhubungan dengan interprestasi: other situations that may

impair independence (khususnya tentang client and auditor litigation) dan

merupakan perwujudan dari independent dalam penampilan (independence

in appearance).

2. Pembatasan data dan informasi yang berdampak pada kemampuan tim audit

menuntaskan penugasan.

Banyak penelitian yang sudah membuktikan mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi independensi, Shockley (1981) membuktikan bahwa

kompetensi untuk mendapatkan klien, jasa layanan management advisory,

ukuran kantor akuntan dan lama waktu audit ternyata mempengaruhi

independensi auditor. Kemudian Gul dan Windsor (1991) membuktikan bahwa

kondisi keuangan klien dan ukuran fee yang diberikan sangat mempengaruhi

independensi auditor. Chang dan Monroe (1993) membuktikan bahwa persepsi

independensi auditor dipengaruhi oleh ketergantungan fee, dimana auditor

Page 47: Yasmin FEIS

ix

yang tidak tergantung pada klien untuk masalah fee income dianggap lebih

independen daripada auditor yang tergantung pada klien.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa untuk mencapai tujuan audit

dengan efektif dibutuhkan sikap independen dari auditor baik in fact ataupun in

appearance. Pengaruh yang ditimbulkan diantaranya transparasi dan kualitas

pelaporan tidak memenuhi standar yang berlaku dan berujung pada

penambahan waktu untuk penyempurnaan laporan audit atau menggugurkan

hasil audit yang telah diperoleh. Karena gangguan pada independensi

pencapaian tujuan audit dan mempertimbangkan bahwa independensi in fact

sulit untuk diukur, maka peneliti hanya melibatkan konsep independensi in

appearance dalam penelitian ini.

Meidawati (2001) untuk dapat menjadi auditor independen yang

menegakkan etika profesinya diperlukan hal – hal sebagai berikut:

1. Menjunjung tinggi tanggungjawab profesinya, dengan mematuhi aturan-

aturan yang telah disepakati bersama

2. Memiliki sikap keadilan dan obyektif

3. Memiliki moralitas yang tinggi

4. Mempunyai visi dan misi yang sama dengan wadah profesinya

5. Menjunjung tinggi tanggung jawab yang lain

6. Mengerti landasan hukum yang dapat digunakan sebagai pijakan dalam

melaksanakan pekerjaannya; dan

7. Berani menolak dalam kondisi tidak dimungkinkan untuk memberikan jasa

astetasi.

Page 48: Yasmin FEIS

ix

Model yang dikembangkan oleh Goldem-Berlev (1974) Behavioral Model

Of Independence (Maria dan Pinnarwan : 2003)

Goldman dan Barlev menyimpulkan bahwa ada hubungan kekuasaan

antara akuntan publik dan klien ternyata lebih berpihak pada klien, akhirnya

hubungan yang tidak seimbang antara akuntan publik dan klien menjadi jawaban

dari pertanyaan mengapa independensi menjadi topik yang sentral dalam diskusi

profesi akuntan publik apabila dibandingkan dengan profesi-profesi lainnya.

1. Pengertian Independensi

Independensi merupakan terjemahan kata independence yang berasal dari

Bahasa Inggris, dalam kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary of

Current English terdapat entri kata independence yang artinya “dalam

keadaan independen”, adapun entri kata independent bermakna ”tidak

tergantung atau dikendalikan oleh (orang lain atau benda); tidak

Kekuatan Kantor

Akuntan

Kemampuan

Auditor Untuk

Bekerja Dibawa

Tekanan

Jumlah Kekuatan

Auditor

Perilaku

berdasarkan

Standar

Profesional

Page 49: Yasmin FEIS

ix

mendasarkan pada diri pada orang lain; bertindak atau berpikir sesuai

dengan kehendak hati; bebas dari pengendalian orang lain; tidak dipengaruhi

oleh orang lain (Hornby, 1987:433). Menurut AICPA, independence is an

attiude of mind, much deeper than the surface display of visible standards,

sedangkan definisi independensi menurut Brown (1971) adalah independent

is not subject to bias influence.

Dari pengertian-pengertian independensi dari berbagai sumber

peneliti dapat menyimpulkan pengertian tersebut yaitu Independensi adalah

suatu sikap mental dari seseorang ataupun auditor yaitu bebas dari pengaruh

dalam menjalankan segala tanggung jawabnya.

2. Komponen-komponen Independensi :

a. Independensi Praktisi atau Independensi sikap mental.

Independensi praktisi mengandung arti ada kejujuran didalam diri

akuntan dalam mempertimbangkan fakta-fakta dan adanya pertimbangan

objektif, tidak memihak didalam merumuskan dan menyatakan

pendapatnya, independensi ini lebih terfokus pada moral seorang auditor,

yaitu kondisi jiwa dan perbuatan hati yang berakibat pada perbuatan

lahiriyah, moral yang baik akan menghasilkan lahiriah yang baik seperti

sikap kejujuran, keadilan dalam bertindak dan lain-lain, tetapi perbuatan

lahiriah yang kelihatannya baik belum tentu didasarkan pada moral yang

baik, moral tersebut dipengaruhi oleh keyakinannya terhadap kekuasaan

Tuhan YME.

b. Independensi Profesi atau Independensi penampilan.

Page 50: Yasmin FEIS

ix

Independensi Profesi mengandung arti bahwa adanya kesan dari

masyarakat bahwa akuntan publik bertindak independen, jadi

independensi penampilan berhubungan dengan persepsi masyarakat

terhadap akuntan publik yang bersangkutan.

3. Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Independensi

a. Independensi Moral

Yaitu berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, dimana

kejujuran, keadilan, kewajiban, moralitas, mematuhi janji dan integritas

menjadi satu kesatuan komponen yang terkait pada independensi ini.

b. Independensi Penampilan

Yaitu yang berhubungan dengan penampilan luar (esternal

kantor akuntan), persepsi masyarakat, rusaknya independensi

penampilan akuntan publik akan merusak kepercayaan masyarakat

terhadap akuntan publik yang bersangkutan. Faktor –faktor yang

mempengaruhinya antara lain:

1) Ikatan kepentingan keuangan

Akuntan publik dapat kehilangan independensinya apabila

mempunyai kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien

yang diauditnya. Beberapa jenis ikatan keuangan dan hubungan

usaha tersebut diantaranya selama perjanjian kerja atau saat

menyatakan opininya, akuntan publik atau kantornya memiliki

kepentingan keuangan langsung dan tidak langsung yang material di

dalam perusahaan yang menjadi kliennya. Misalnya, memiliki utang

Page 51: Yasmin FEIS

ix

atau piutang pada perusahaan yang diaudit, menjadi trustee atau

eksekutor atau administrator atas satu atau beberapa estate memiliki

kepentingan keuangan langsung, dan lain sebagainya.

2) Jasa-jasa lain selain selain jasa audit

Aktivitas bisnis kantor akuntan publik selain memberikan jasa

audit juga memberikan jasa-jasa lain. Misalnya, jasa perpajakan, jasa

konsultasi manajemen, serta jasa akuntansi dan pembukuan.

Pemberian jasa lain ini memungkinkan hilangnya independensi

akuntan publik karena akuntan publik akan cendrung memihak

kepada kliennya.

3) Lamanya hubungan atau penugasan audit

Lamanya penugasan audit digolongkan menjadi dua. Yaitu,

lima tahun atau kurang, atau lebih dari lima tahun. Penugasan lebih

dari lima tahun dianggap dapat mempengaruhi independensi akuntan

publik secara negatif.

4) Ukuran kantor akuntan publik

Kantor akuntan publik yang lebih besar tidak begitu tergantung

pada salah satu klien saja. Hilangnya satu klien tidak akan begitu

mempengaruhi pendapatnya. Sehingga kantor akuntan publik yang

lebih besar dipercaya akan lebih independen dibandingkan dengan

kantor akuntan publik yang kecil.

5) Persaingan antar kantor

Page 52: Yasmin FEIS

ix

Persaingan antar kantor akuntan publik yang tajam

kemungkinan akan berdampak secara signifikan terhadap

independensi kantor akuntan publik sebab, setiap kantor akuntan

publik mempunyai kekhawatiran akan kehilangan kliennya. Kantor

akuntan publik dihadapkan pada dua pilihan. Yaitu, akan kehilangan

kliennya karena klien mencari kantor akuntan publik lain atau

mengeluarkan opini sesuai dengan keinginan klien.

6) Audit Fee

Audit fee yang besar jumlahnya kemungkinan akan

mengakibatkan berkurangnya independensi akuntan publik. Hal ini

setidaknya disebabkan oleh dua hal. Pertama, kantor akuntan yang

melakukan audit merasa tergantung pada klien sehingga cenderung

segan untuk menolak keinginan klien. Kedua, jika memberikan opini

yang tidak sesuai dengan keinginan klien, maka akan muncul

kekhawatiran kantor akuntan akan kehilangan kliennya mengingat

pendapatan yang diterima relatif besar.

7) Tekanan peran (Role Stress)

Tekanan peran yaitu seberapa luas ekspektasi serangkaian

peran anggota organisasi adalah tidak jelas/ membingungkan

(ambiguous) atau tidak sesuai satu dengan lainnya/ bertentangan

(conflict). Tekanan peran mencakup konflik peran (role conflict) dan

ketidakjelasan peran (role ambiguity). Konflik peran didefinisikan

oleh Wolfe dan Snoke (1962) sebagai kejadian yang simultan dari

Page 53: Yasmin FEIS

ix

dua tekanan atau lebih seperti ketaatan pada satu hal akan membuat

sulit atau tidak mungkin untuk menaati yang lainnya. Sedangkan

ketidakjelasan peran adalah tidak adanya informasi yang memadai

yang diperlukan seseorang untuk menjalankan perannya dengan cara

yang memuaskan (Khan dkk.,1946).

8) Tekanan Kesesuaian (Confarmity Pressure)

Confarmity atau peneliti menyebutnya dengan pengaruh

sosial yaitu, mengacu kepada perilaku yang dipengaruhi oleh

contoh-contoh yang diberikan oleh rekan kerja, bukan oleh intruksi

dari figur otoritas. Seseorang/ auditor akan menyesuaikan diri

mereka dengan situasi pengaruh normatif karena mereka takut

terhadap konsekuensi negatif atas penampilan yang menyimpang.

9) Audit Delay

Audit delay yaitu rentang waktu penyelesaian pelaksanaan

audit laporan keuangan tahunan, yang biasanya diukur berdasarkan

lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan

independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan sejak

penugasan audit sampai dengan pelaporan audit independen

diterbitkan. Suksesnya audit sangat erat terkait dengan kinerja tim

audit serta supervisi oleh pengendali teknis dan pengendali mutu tim

audit dituntut untuk dapat memenuhi standar waktu sebagaimana

yang tertuang dalam program audit yang sudah ditetapkan.

4. Standar Pemeriksaan

Page 54: Yasmin FEIS

ix

Standar Perencanaan Pemeriksaan beberapa negara dalam The Fith

ASOSAI Research Procet-Performance Auditing Guidelines disebutkan

bahwa proses perencanaan strategis digambarkan sebagai berikut:

INPUT OUTPUT

Proses tersebut dimulai dengan adanya input yang berupa rencana

strategis audit sebelumnya, gambaran pemerintah, anggaran, laporan dan

evaluasi tahunan, laporan media dan eksternal, pekerjaan audit sebelumnya,

analisis indikasi kinerja, kesepakatan dengan auditee, prioritas legislative

dan pemerintah yang kemudian outputnya berbentuk Rencana Strategik

Audit yang isinya pemeriksaan yang potensial, prioritas, adanya kebutuhan-

kebutuhan yang baru setelah itu dibuat anggarannya.

a. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)

Dalam SPAP dijelaskan bahwa Standar Pekerjaan Lapangan adalah :

1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan

asisten harus disupervisi dengan semestinya.

� Rencana strategis audit sebelumnya � Opini pemerintah, anggaran, dll,

laporan dan evaluasi tahunan agen

laporan media and external

� Audit lapangan sebelumnya

� Analisa indikator kinerja

� Diskusi dengan agen, klien, dll

� Prioritas legislatif

� Prioritas pemerintah

Rencana Strategis Audit

Audit potensial Prioritas

Kebutuhan penunjang

ANGGARAN

Page 55: Yasmin FEIS

ix

2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk

merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup

pengujian yang akan dilakukan.

3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,

pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar

memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang

diaudit.

Oleh karena itu perlu dibuat perencanaan pemeriksaan, dijelaskan

pula dalam perencanaan auditor harus mempertimbangkan, antara lain:

1) Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang

menjadi tempat usaha entitas tersebut.

Informasi yang perlu untuk diketahui terutama di bidang keuangan,

melalui laporan keuangan dapat tercermin jenis industri klien.

2) Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.

Berdasarkan peraturan klien dapat diketahui metode akuntansi yang

digunakan oleh klien. Hal ini perlu diketahui karena dalam akuntansi

terdapat beberapa metode yang dapat digunakan.

3) Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah

informasi akuntansi yang signifikan, termasuk penggunaan

organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi akuntansi pokok

perusahaan.

4) Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.

Page 56: Yasmin FEIS

ix

Risiko pengendalian adalah ukuran penetapan auditor akan

kemungkinan adanya kekeliruan (salah saji) dalam segmen audit

yang melewati batas toleransi, yang tak terdeteksi atau tercegah oleh

srtruktur pengendalian intern klien. Dengan mengetahui kondisi

struktur pengendalian klien, pemeriksaan dapat menetapkan faktor

risiko dalam melakukan pemeriksaan.

5) Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.

Pemeriksaan membuat pertimbangan awal mengenai jumlah

seberapa yang disebut material.

6) Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian.

Meneliti dan memahami pos-pos laporan keuangan bila terjadi

kesalahan pos atau selisih.

7) Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan

pengujian audit, seperti risiko kekeliruan atau kecurangan yang

material atau adanya transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai

hubungan istimewa.

8) Sifat laporan keuangan auditor yang diharapkan akan diserahkan

(sebagai contoh, laporan auditor tentang laporan keuangan

konsolidasi, laporan keuangan yang diserahkan ke Bapepam, laporan

khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak

perjanjian).

Berikut ini standar perencanaan yang digunakan lembaga audit

pemerintah beberapa negara:

Page 57: Yasmin FEIS

ix

1) General Accounting Office (GOA) Financial Audit Manual (Amerika)

Dalam Financial Audit Manual yang digunakan Amerika, standar

perencanaanya adalah:

a) Memahami Bisnis dan Industri Klien.

Sebelum melakukan pemeriksaan, perlu mengenal lebih baik

mengenai kegiatan usaha yang dilakukan klien termsauk bisnis-

bisnis khusus yang dilakukannya.

b) Melaksanakan Prosedur Analitis Pendahuluan.

Dalam melaksanakan prosedur analitis pendahuluan, kegiatan

yang dilakukan meliputi penandingan jumlah-jumlah yang

tercatat atau ratio yang dihitung dari jumlah-jumlah yang tercatat,

dibandingkan dengan harapan yang dikembangkan oleh auditor.

c) Menetapkan Perencanaan, Disain dan Tes Materialitas.

Setelah melakukan prosedur analitik, dibuat perencanaan dan

disain audit juga tes materialitas untuk mmempertimbangkan

tingkat materialitas awal. Yang dimaksud materialitas adalah

besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi

akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat

mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap

pertimbangan orang yang meletakan kepercayaan terhadap

informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji

itu.

Page 58: Yasmin FEIS

ix

d) Memahami Item-item Lini, Perkiraan-perkiraan, Asersi-asersi

dan Kebutuhan Informasi Tambahan yang signifikan.

Tahap ini diperlukan untuk memudahkan pemeriksaan dengan

memahami kegiatan-kegiatan dan pencatatan-pencatatan

akuntansi secara spesifik yang biasa digunakan oleh klien.

e) Memahami siklus-siklus signifikan,

Aplikasi-aplikasi Akuntansi dan Sistem Manajemen Keuangan.

Pada tahap ini juga diperlukan oleh auditor untuk lebih mengenal

klien melalui standar-standar kegiatan yang digunakan dan

ditetapkan oleh klien.

f) Memahami ketetapan-ketetapan hukum dan peraturan.

Hal-hal yang perlu dipelajari dalam memahami ketetapan-

ketetapan hukum dan peraturan antara lain adalah Anggaran

Dasar dan Anggaran Rumah Tangga; Perjanjian Persekutuan;

Notulen Rapat Direksi dan Pemegang Saham; Kontrak;

Peraturan-peraturan Pemerintah Terkait Langsung dengan klien;

Arsip Korespondensi.

g) Memahami Batasan Anggaran Terkait.

Anggaran yang diaudit dipelajari penggunaanya sesuai batasan

yang telah ditentukan entitas.

h) Mempertimbangkan Faktor-faktor Risiko.

Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa

disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya,

Page 59: Yasmin FEIS

ix

atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji

material.

i) Menetapkan Lingkungan Pengendalian Sistem Informasi yang

efektif.

Lingkungan pengendalian terdiri dari tindakan, kebijakan, dan

prosedur yang mencerminkan sikap menyeluruh manajemen

puncak, direktur dan komisaris, dan pemilik suatu satuan usaha

terhadap pengendalian dan pentingnya terhadap satuan usaha

tersebut. Sistem komunikasi dan informasi akuntansi merupakan

komponen dari stuktur pengendalian intern yang merupakan

metode yang dipakai mengidentifikasi, menggabungkan,

mengklasifikasikan, mencatat, dan melaporkan transaksi satu

entitas untuk menjamin akuntabilitas untuk aktiva yang terkait.

j) Memahami Pengendalian Operasi terkait untuk dievaluasi dan

diuji.

Evaluasi dan uji dilakukan untuk menilai efektifitas pengendalian

yang dilakukan entitas sehingga dapat dilakukan perancangan

pengendalian yang efektif.

k) Perancanaan Prosedur Audit Alternatif.

Tahap ini dilkukan apabila prosedur audit yang sedang

dilaksanakan masih kurang sempurna atau tidak sesuai lagi untuk

diteruskan.

l) Perencanaan Kunjungan.

Page 60: Yasmin FEIS

ix

Untuk melaksanakan kegiatan audit dilakukan perencanaan

antara lain mencakup jumlah hari, anggaran, dan jumlah anggota

tim.

m) Dokumentasi.

Membuat ringkasan atas kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan

sesuai dengan kebutuhan perencanaan dan hasilnya, kemudian

dituangkan secara tertulis dalam bentuk laporan.

2) European Communities Court of Auditors, Court Audit Policies and

Standards

Standar yang digunakan di negara-negara Eropa untuk perencanaan

adalah:

a) Perencanaan.

Dalam melaksanakan perencanaan audit, auditor seharusnya

mengembangkan dan mendokumentasikan sebuah Memorandum

Perencanaan Audit (MPA) menyeluruh menggambarkan ruang

lingkup dan pelaksanaan audit yang diharapkan, pertanyaan-

pertanyaan utama yang harus dijawab, bukti-bukti audit yang

dihasilkan, metode-metode yang digunakan dan dasar yang

digunakan untuk mengevaluasi. The APM seharusnya juga

memuat ringkasan hasil prosedur analitik, jadwal dilaksanakanya

audit dan persiapan laporan audit serta anggaran untuk kebutuhan

dan kegiatan audit.

b) Memahami Bisnis dan Industri Klien.

Page 61: Yasmin FEIS

ix

Dalam melaksanakan perencanaan audit, auditor sebaiknya

mempunyai atau memperoleh informasi tentang entitas dan

kegiatan yang cukup agar auditor dapat memahami dan mengerti

kegiatan-kegiatan, transaksi-transaksi dan praktek-praktek yang,

dalam pertimbangan auditor, mungkin mempunyai efek

signifikan atas perkiraan-perkiraan atau pemeriksaan-

pemeriksaan atau laporan audit.

c) Materialitas.

Dalam melaksanakan perencanaan audit, auditor harus

mempertimbangkan materialitas dan hubungannya dengan risiko

audit saat melaksanakan audit.

Untuk setiap temuan audit individu, auditor sebaiknya

mempertimbangkan kemungkinan materialitas disebabkan

nilainya, dasarnya atau keadaan yang menjadikannya material.

3) Annual Audit Manual (Office of the Auditor General of Canada)

Sebagaimana terdapat dalam standar pemeriksaan

keuangannya, standar perencanaan dalam hal ini adalah perencanaan

strategik di Kanada adalah:

a) Tujuan Audit.

b) Memahami Bisnis dan Industri Klien.

c) Materialitas dan Faktor-faktor Risiko.

d) Memahami lingkungan Pengendalian Klien dan Sistem

Pengendalian.

Page 62: Yasmin FEIS

ix

e) Mempertimbangkan Risiko Bawaan.

f) Perencanaan Strategik.

g) Dokumentasi Perencanaan Strategik.

4) Kompilasi Standar Perencanaan Beberapa Negara

Berdasarkan data standar perencanaan pemeriksaan General

Accounting Office (Amerika), European Communities Court of

Auditors (Eropa) dan Office of the Auditor General of Canada

(Kanada) di atas, terdapat beberapa poin yang mempunyai

persamaan, karenanya standar pemeriksaan tersebut dikompilasi agar

tidak terjadi pengulangan. Berikut adalah kompilasi standar

perencaan pemeriksaan General Audit Office (Amerika), European

Communities Court of Auditors (Eropa) dan Office of the Auditor

General of Canada (Kanada):

a) Memahami Bisnis dan Industri Klien.

b) Melaksanakan Prosedur Analitis Pendahuluan.

c) Menetapkan Perencanaan, Disain dan Tes Materialitas.

d) Memahami Item-item Lini, Perkiraan-perkiraan, Asersi-asersi

dan kebutuhan Informasi Tambahan yang signifikan.

e) Memahami Siklus-siklus signifikan, Aplikasi-aplikasi Akuntansi

dan Sistem Manajemen Keuangan.

f) Memahami ketetapan-ketetapan hukum dan peraturan.

g) Memahami Pagu Anggaran Terkait.

h) Mempertimbangkan Faktor-faktor Risiko.

Page 63: Yasmin FEIS

ix

i) Menetapkan lingkungan Pengendalian Sistem Informasi yang

efektif.

j) Memahami Pengendalian Operasi terkait untuk dievaluasi dan

diuji.

k) Perencanaan Prosedur Audit Alternatif.

l) Perencanaan Kunjungan.

m) Dokumentasi.

n) Mempertimbangkan Risiko Bawaan.

o) Perencanaan Strategik.

p) Dokumentasi Perencanaan Strategik.

C. Hipotesis

Melihat dari penelitian-penelitian sebelumnya peneliti ingin

mengembangkan penelitian untuk membuktikan secara empiris mengenai hasil

dari penelitian yaitu sebagai berikut:

Ha1: Audit fee berpengaruh terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik

(independensi).

Ha2: Lamanya hubungan penugasan auditor untuk klien yang sama

berpengaruh terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik

(independensi).

Ha3 : Konflik peran (Role Stress) berpengaruh terhadap kualitas kinerja audit

akuntan publik (independensi).

Page 64: Yasmin FEIS

ix

Ha4: Pengaruh sosial dalam menyelesaikan audit berpengaruh terhadap

kualitas kinerja audit akuntan publik (independensi).

Ha5: Audit Delay berpengaruh terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik

(independensi).

Ha6: Audit fee, lamanya hubungan penugasan auditor untuk klien yang sama

konflik peran (role Stress), pengaruh sosial dalam menyelesaikan audit,

dan audit delay berpengaruh terhadap kualitas kinerja audit akuntan

publik (independensi).

D. Model Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

BAB III

METODA PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas kinerja

audit akuntan publik

1. Audit fee

2. Lamanya hubungan atau

penugasan auditor untuk klien

yang sama. 3. Tekanan peran (Role Stress)

dan tekanan pengaruh sosial. 4. Pengaruh sosial dalam

menyelesaikan audit. 5. Audit Delay

SPAP PSA NO.04

INDEPENDEN

Page 65: Yasmin FEIS

ix

Tujuan penelitian ini pertama adalah untuk membuktikan secara

empiris faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kinerja audit akuntan publik

ditinjau dari standar profesional akuntan publik, peneliti juga ingin mengetahui

seberapa signifikan pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas

kinerja audit akuntan publik tersebut terhadap independensi akuntan publik,

selain itu dapat menjawab pertanyaan apakah kualitas kinerja audit akan sangat

mempengaruhi independensi akuntan publik.

Terdapat dua golongan variabel dala penelitian ini yaitu, variabel

independen dan variabel dependen, variabel independen terdiri dari: Audit fee,

Lamanya hubungan penugasan auditor untuk klien yang sama, Tekanan

(konflik peran) didalam penugasan/ penyelesaian audit, Pengaruh sosial dalam

menyelesaikan tugas audit, Audit Delay, dan variabel dependen adalah standar

profesional akuntan publik PSA SA No.04: Independensi.

B. Metode Penentuan Sampel

Penentuan sampel pada penelitian ini adalah Judgment, menurut metode

ini pengumpulan data berdasarkan atas strategi kecakapan/ pertimbangan

penulis semata. Dengan kata lain, sampel yang diambil sesuai dengan

karakteristik populasi yang diinginkan, siapapun responden yang bersangkutan,

dimanapun, dan kapan saja, ditemui dijadikan elemen-elemen sampel

penelitian (Hamid, 2004 : 22).

Untuk membuktikan secara hipotesis, responden yang peneliti gunakan

sebagai sampel adalah akuntan publik (auditor) yang bekerja pada Kantor

Page 66: Yasmin FEIS

ix

Akuntan Publik di daerah DKI Jakarta. Pertimbangan ini didasarkan karena

peneliti merasa akuntan publik merupakan objek peneliti yang utama, karena

seorang auditor yang lebih mengetahui kinerja audit, didalam melakukan

pemeriksaan terhadap entitas keuangan perusahaan yang telah ditugaskan

kepada auditor tersebut.

C. Sumber dan Metode Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer yaitu

sumber data yang langsung dari sumber asli (Indriantoro dan Supomo, 2000

: 147) untuk memperoleh data digunakan metode penelitian lapangan (field

research) melalui kuesioner. Kuesioner ini terdiri dari pertanyaan umum

(nama, usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pengalaman sebagai

auditor, nama kantor akuntan publik, kantor terletak didaerah) dan

pertanyaan khusus (pertanyaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

kualitas kinerja audit akuntan publik) sebagai sumber data. Kuesioner yang

digunakan adalah kuesioner yang dirancang khusus oleh peneliti dengan

literatur-literatur pustaka yang ada dan disesuaikan dengan konteks saat ini.

Setelah itu instrumen ini disebarkan kepada auditor yang ada dikantor

akuntan publik yang tersebar di daerah DKI Jakarta.

Selain itu penelitian ini juga menggunakan data sekunder yang

biasanya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun di

dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak

Page 67: Yasmin FEIS

ix

dipublikasikan (Indriantono dan Supomo, 2000:147). Data sekunder dalam

penelitian ini berasal dari sumber eksternal, yaitu berupa daftar nama

Kantor Akuntan Publik yang berasal dari Directory Kantor Akuntan Publik

yang dikeluarkan oleh IAI. Selain itu juga berupa buku, jurnal atau

berbagai bentuk terbitan periodi baik secara manual atau melalui komputer.

2. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan, peneliti menggunakan

instrumen berupa kuesioner yang akan diberikan kepada para auditor yang

bekerja di KAP wilayah Jakarta. Kuesioner yang peneliti sebarkan kepada

responden peneliti rancang berdasarkan data-data sekunder yang peneliti

dapatkan yaitu berdasarkan literatur-literatur referensi dimana kuesioner

tersebut sebelum peneliti sampaikan kepada auditor (responden) peneliti

melakukan uji kelayakan kuesioner tersebut untuk melihat validitas dari

butir-butir pertanyaan yang nantinya akan disebarkan. Pada tahap uji

kelayakan kuesioner peneliti menyabarkan kuesioner tersebut kepada 15

responden yaitu yang memiliki jenjang pendidikan S1 (Strata 1) bidang

studi akuntansi dengan kriteria mahasiswa yang telah mendapatkan mata

kuliah auditing. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik personally

administered questionnaires, yakni kuesioner disampaikan, dan

dikumpulkan langsung oleh peneliti (Indriantoro dan Supomo, 2000:154).

Selain itu, peneliti juga menitipkan kuesioner kepada karyawan yang

bekerja di KAP responden demi kemudahan pengumpulan data.

D. Operasionalisasi dan PengukuranVariabel

Page 68: Yasmin FEIS

ix

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

likert yaitu skala pengukuran untuk sikap (attitude) dengan menyatakan setuju

atau ketidak setujuannya terhadap subjek, objek atau kejadian tertentu. Dalam

bagian ini, peneliti menguraikan operasionalisasi dan pengukuran masing-

masing variabel, sebagai berikut:

1. Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variable bebas

(Sugiono, 2005:33). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

Independensi Auditor, independensi yang dimaksud adalah berdasarkan

Standar Profesional Akuntan Publik PSA NO.04 yaitu sikap tidak memihak

dengan pihak manapun.

Variabel ini diukur dengan menggunakan skala Numeris (Numeric

Scala), dengan memberikan 5 (lima) alternatif nomor. Variabel dependen

menggunakan lima penilaian sangat tidak setuju- Sangat setuju diantara

kelima alternatif nomor.

2. Variabel Independen

Variabel Independen dinamakan pula dengan variabel yang diduga

sebagai sebab (presume cause variabel) (Indriantono & Supomo, 2002:63)

adapun termasuk variabel independen dalam penelitian ini adalah:

a. Audit fee.

Merupakan biaya audit didefinisikan sebagai honor yang

diberikan kepada auditor, sebagai timbal balik kontribusinya didalam

Page 69: Yasmin FEIS

ix

menyelesaikan tugas yang diberikan oleh pihak kantor akuntan publik,

adakalanya seorang auditor menyelesaikan tugas pemeriksaan

keuangan terpaku pada fee yang dibayarkan, padahal kewajiban

profesinya lebih harus diutamakan didalam pengauditan suatu entitas,

hal ini dapat mempengaruhi sikap independensi auditor tersebut.

Variabel ini diukur dengan menggunakan 6 butir pertanyaan.

Masing-masing item pertanyaan dalam instrumen dinilai dengan

menggunakan Skala Numeris (Numeric Scala) dengan 5 (lima)

alternatif nomor.

b. Lama atau tidaknya hubungan penugasan untuk auditor untuk

klien yang sama.

Adakalanya kantor akuntan publik cenderung menugaskan

kembali auditornya untuk melakukan pemeriksaan entitas keuangan

disuatu perusahaan yang telah di audit oleh kantor akuntan publik

adalah yang sudah pernah/ berpengalaman (auditor yang sama)

didalam melakukan pemeriksaan tahun berikutnya pada entitas

perusahaan yang sama. Hal ini dipandang karena auditor tersebut

dipersepsikan pernah melakukan pemeriksaan pada periode

sebelumnya, padahal hal ini dapat memungkinkan pergeseran sikap

independensi dari auditor tersebut.

Variabel ini diukur dengan menggunakan 6 butir pertanyaan.

Masing-masing item pertanyaan dalam instrumen dinilai dengan

Page 70: Yasmin FEIS

ix

menggunakan Skala Numeris (Numeric Scala) dengan 5 (lima)

alternatif nomor.

c. Tekanan (konflik peran) didalam penugasan/ penyelesaian audit.

Tekanan peran didalam penyelesaian audit dapat muncul

didalam lingkungan internal perusahaan banyak hal yang mendorong

tekanan peran ini, hal ini berhubungan erat sekali dengan kepuasan

kerja/ kinerja yang dihasilkan baik hal tersebut berasal dari pimpinan

kantor ataupun berasal dari auditor tersebut, hal ini terjadi dapat

disebabkan oleh kecenderungan untuk meninggalakan kantor karena

auditor tidak merasa nyaman dengan pekerjaan yang dilakukan, atau

tuntutan pimpinan yang tidak sesuai dengan sistem kerja yang

dilakukan oleh auditor, dan tekanan lainnya yang dapat muncul dari

internal kantor auditor, sehingga tekanan yang timbul tersebut dapat

mempengaruhi sikap independensi seorang auditor.

Variabel ini diukur dengan menggunakan 6 butir pertanyaan.

Masing-masing item pertanyaan dalam instrumen dinilai dengan

menggunakan Skala Numeris (Numeric Scala) dengan 5 (lima)

alternatif nomor.

d. Pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit.

Pengaruh sosial merupakan pengaruh yang timbul dari luar

kantor (eksternal kantor auditor), hal ini dapat muncul berasal

persepsi, polemik yang timbul dari pendapat masyarakat mengenai

Page 71: Yasmin FEIS

ix

pemeriksaan keuangan yang dilakukan oleh auditor, persepsi yang

dapat muncul sangatlah kompleks sehingga argumen ataupun pola

pikir masyarakat (publik) dapat mendorong auditor didalam sikap

independensi auditor tersebut.

Variabel ini diukur dengan menggunakan 6 butir pertanyaan.

Masing-masing item pertanyaan dalam instrumen dinilai dengan

menggunakan Skala Numeris (Numeric Scala) dengan 5 (lima)

alternatif nomor.

e. Audit Delay.

Audit delay merupakan rentang waktu penyelesaian laporan

audit antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam

penyelesaian pemeriksaan, adakalanya waktu permintaan suatu

perusahaan (klien) untuk dilakukan pemeriksaan keuangannya oleh

kantor akuntan publik adalah tidak setelah tahun bukunya (per 31

Desember pada umumnya), adakalanya rentang waktu tersebut adalah

satu bulan atau dua bulan dari periode tutup buku tersebut, dalam

penelitian ini peneliti mengasumsikan bahwa audit delay tersebut

adalah rentang waktu antara tanggal penugasan (permintaan audit oleh

klien) dengan tanggal diterbitkannya laporan independen akuntan

publik, dalam rentang waktu tersebut terdapat proses pemeriksaan,

didalam proses tersebut terdapat proses pemeriksaan, didalam proses

tersebut dapat memungkinkan pergeseran sikap independensi auditor.

Page 72: Yasmin FEIS

ix

Variabel ini diukur dengan menggunakan 6 butir pertanyaan.

Masing-masing item pertanyaan dalam instrumen dinilai dengan

menggunakan Skala Numeris (Numeric Scala) dengan 5 (lima) alternatif

nomor.

E. Teknik Analisis Data

1. Uji Kualitas Data

Ketepatan pengujian suatu hipotesa tentang hubungan variabel

penelitian sangat tergantung pada kualitas data yang dipakai dalam

pengujian tersebut (Sigarimbun & Effendi, 1989 : 122). Dalam suatu

penelitian diperoleh instrumen yang valid dan reliabel. Validitas

menujukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat mengukur apa yang

ingin diukur. Realibilitas adalah suatu nilai yang menujukkan

konsistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala yang sama

(Husein Umar, 2003 : 113).

a. Validitas

Seperti yang telah diutarakan bahwa uji validitas digunakan

untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat

mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas digunakan untuk

mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Pengujian validitas tiap

butir pertanyaan pada kuesioner digunakan analisis korelasi total

(corrected item – total correlation), yaitu mengkorelasikan skor tiap

butir dengan total yang merupakan jumlah tiap butir dalam tabel.

Page 73: Yasmin FEIS

ix

Setiap butir pertanyaan dapat dilihat dalam output spss (lampiran).

Suatu instrumen penelitian dikatakan valid apabila memenuhi

kriteria sebagai berikut :

1). Bila r hitung > 0,300, maka dinyatakan valid

2). Bila r hitung < 0,300, maka dinyatakan tidak valid

b. Reliabilitas

Menghitung raliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk

menunjukan sejauh mana hasil pengukuran relatif konsisten apabila

pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Pada penelitian ini,

reliabilitas diukur dengan menggunakan Cronbach Alpha.

Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki

nilai Cronbach Alpha >0,6 (Nunnally dalam Nugroho, 2005:72).

Rumus varians: =

n : Jumlah sampel

X : Nilai skor yang dipilih

Rumus Cronbach’s Alpha (

: Reliabilitas instrument

k : Banyak butir pertanyaan

: Varians total

Page 74: Yasmin FEIS

ix

: Jumlah varians butir

3. Uji Normalitas dan Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Tujuan pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam model

regresi variabel independen dan variabel independen dan variabel

dependen keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati

normal. Modal regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal

atau mendekati normal. Dalam penelitian ini, uji normalitas

menggunakan Normal P-Plot. Suatu variabel dikatakan normal jika

gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar

garis diagonal, dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis

diagonal.

b. Uji Asumsi Klasik

1) Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

variabel independen (tidak terjadi multikolinearitas). Menurut

Ghozali (2005:91), uji multikolienaritas dilihat dari nilai

tolerance dan variance inflantion factor (VIF). Suatu model

regresi yang bebas dari multikolinearitas adalah mempunyai nilai

Page 75: Yasmin FEIS

ix

VIF lebih kecil dari 10 dan mempunyai nilai tolerance lebih besar

dari 0,1.

2) Uji Autokolerasi

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t

(sekarang) dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1

(sebelumnya). Model regresi yang baik adalah model yang tidak

terjadi autokorelasi. Uji autokorelasi dalam penelitian ini

menggunakan uji Durbin Watson (DW). Menurut Santoso

(2001:216), regresi yang terjadi autikorelasi jika memiliki nilai

DW antara -2 dan +2(-2<d<2), sedangkan untuk regresi yang

terjadi autokorelasi positif jika memiliki nilai DW lebih rendah

dari -2 dan regresi yang terjadi autokorelasi negatif jika memiliki

nilai DW lebih besar dari +2.

3) Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi terjadi ketidaksamaan Variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain tetap. Uji

heteroskedastisitas dapat dilihat dengan menggunakan grafik plot

antara nilai prediksi variable terikat (ZPRED) dengan residual

(SRESID). Jika grafik plot menujukkan suatu pola titik seperti

titik yang bergelombang atau melebar kemudian mengemput,

Page 76: Yasmin FEIS

ix

maka dapat disimpulkan bahwa terjadi homoskedastisitas (tidak

terjadi heteroskedastisitas) (Ghozali, 2005:105).

4. Analisis Regresi Berganda

Dalam penelitian ini digunakan model analisis regresi berganda

(multiple regression analysis). Model ini digunakan karena penulis

ingin mengetahui tentang pengaruh variabel Audit fee (X1), Lamanya

hubungan audit dan penugasan audit akuntan public (X2), Tekanan

peran ( Role Stress) (X3) Pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas

audit (X4) dan Audit Delay (X5) terhadap kualitas kinerja audit akuntan

publik yaitu independensi (Y). dengan menggunakan rumus regresi:

Y = a + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + ß4X4 + ß5X5 + e

Dimana :

Y : Independensi

a : konstanta (harga Y bila X = 0)

b1-5 : koefisien regresi (menujukkan angka peningkatan atau

penurunan variabel dependen yang didasarkan pada hubungan

nilai variabel independen)

X1 : Audit fee

X2 : Lamanya hubungan audit dan penugasan audit akuntan publik

X3 : Tekanan (konflik peran) dalam penugasan/ penyelesaian audit

X4 : Pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit

X5 : Audit delay

Page 77: Yasmin FEIS

ix

e : error

5. Uji Hipotesis

a. Uji R dan R Square (R2)

Uji ini digunakan untuk melihat seberapa besar kemampuan

variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen

(Nugraha, 2005:50) nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel

independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat

terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen

mampu memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variabel dependen.

b. Uji Statistik F

Uji statisitk F dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua

variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara

bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005:84).

Kriteria yang dipakai untuk membuat keputusan terhadap hasil uji

hipotesis yang diuji adalah berdasarkan tingkat signifikansi sebesar

0,05 yang merupakan probabilitas kesalahan sebesar 5%. Dasar

pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

1) Jika probabilitas > 0,05 dan nilai F < 4, maka Ha ditolak

2) Jika probabilitas < 0,05 dan nilai F > 4, maka Ha diterima

Dimana, Ha : bk 0 semua variabel independen secara simultan

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

Page 78: Yasmin FEIS

ix

c. Uji Statistik t

Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel

independen yang dimasukkan dalam model regresi secara individu

terhadap variable dependen (Ghozali, 2005:84). Kriteria yang

dipakai untuk membuat keputusan terhadap hasil uji hipotesis yang

diuji adalah berdasarkan tingkat signifikansi sebesar 0,05 yang

mrnujukkan probabilitas kesalahan sebesar 5% dasar

pengambilankeputusan adalah sebagai berikut:

1) Nilai Signifikansi > 0,05 dan nilai t < 2, maka Ha ditolak

2) Nilai Signifikansi < 0,05 dan nilai t > 2, maka Ha diterima

Dimana, Ha : bi 0 variabel independen secara parsial

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Page 79: Yasmin FEIS

ix

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap auditor yang bekerja di Kantor

Akuntan Publik di Wilayah Jakarta.. Peneliti membagikan kuesioner kepada

10 KAP yang ada diwilayah Jakarta yang ditunjukkan dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1

Wilayah dan Nama KAP

No. Wilayah Nama KAP

1. Jakarta Pusat Bismar, Salmon & Rekan

2. Jakarta Pusat Erwin, Sugandhi & Jajat Marjat

3. Jakarta Timur Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang

4. Jakarta Timur BDO Tanubrata Sutanto Sibarani

5. Jakarta Barat Jamaludin Iskak

6. Jakarta Selatan Basyiruddin Nur

7. Jakarta Selatan Hadisoerya & Maharani

8. Jakarta Selatan Ishak, Saleh, Soewondo & Rekan

9. Jakarta Selatan S Mannan, Sofwan, Adnan, & Rekan

10. Jakarta Selatan Hertanto, Djoko, Ikah, Sutrisno

Sumber: data primer yang diolah

Pembagian sebanyak 75 Kuesioner dilakukan pada tanggal 25

Juni 2007, dan pengumpulan bagi kuesioner dapat kembali hanya 45

kuesioner tetapi yang bisa diolah hanya 31 kuesioner. Ringkasan pembagian

dan pengumpulan kuesioner dalam penelitian ini ditunjukan dalam tabel

berikut:

Tabel 4.2

Rincian Pembagian dan Pengumpulan Kuesioner

Keterangan Jumlah

Page 80: Yasmin FEIS

ix

Dari rincian di atas dapat dilihat bahwa 75 kuesioner yang dibagikan

yang terkumpul sebanyak 45 kuesioner atau sebesar 60,00% dari total

kuesioner. Hal ini menujukkan tingkat response rate yang sedang.

2. Karakteristik Responden

Berikut ini adalah karakteristik dari responden yang disajikan

dalam bentuk tabel 4.3

Tabel 4.3

Karakteristik Responden

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari jumlah

responden yaitu 31 responden 70,97% pria dan sisanya 29,03% adalah

Pembagian kuesiner

Kuesioner yang tidak terkumpul

Kuesioner yang terkumpul

Kuesioner yang tidak bisa diolah Kuesioner yang bisa diolah

75

30

45

9 31

Tingkat Pengembalian (response rate)

45/75 * 100%

60,00%

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Jumlah Responden

Jenis Kelamin Pria

Wanita

Pendidikan Pasca Sarjana

Sarjana

Diploma

Pengalaman Sebagai

Auditor < 2 Tahun

> 2 Tahun

45

22

9

26

5

23

8

100,0

70,97

29,03

83,87

16,13

74,19

25,80

Page 81: Yasmin FEIS

ix

wanita. Dilihat dari jenis pendidikan, tidak terdapat responden yang

brpendidikan S3 maupun S2 atau Pasca Sarjana, sebagian besar responden

yang terkumpul adalah yang berpendidikan S1 yaitu sebanyak 83,87%

dan sisanya sebanyak 16,13%. Dari kelompok pengalaman sebagai auditor

yang memiliki pengalaman < 2 tahun sebanyak 23 responden atau 74,19%

dari total keseluruhan responden yang terkumpul sedangkan responden

yang memiliki pengalaman > 2 tahun sebanyak 8 responden yaitu 25,80%.

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data primer, peneliti melakukan penyebaran

kuesioner kepada para auditor yang bekerja di 10 Kantor Akuntan Publik di

Wilayah Jakarta sebanyak 75 kuesioner. Sebelum kuesioner disebarkan ke 75

responden peneliti melakukan uji kelayakan kuesioner terhadap 35 responden

dengan 36 butir pertanyaan untuk menguji tingkat validitas dan reliabilitas

instrumen penelitian yang digunakan.

1. Uji Validitas

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

mendapatkan data dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.

Tabel 4.4

Hasil Uji Validitas

No. Butir

Pertanyaan

Variabel r hitung Kesimpulan

Page 82: Yasmin FEIS

ix

1

2

3

4 5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

AF

AF

AF

AF AF

AF

LHP

LHP

LHP

LHP

LHP

LHP

KP

KP

KP

KP

KP

KP

PS

PS

PS

PS

PS

PS

AD

AD

AD

AD

AD

AD

IN

IN

IN

IN

IN

IN

0,541

0,539

0,526

0,678 0,514

0,514

0,432

0,295

0,499

0,357

0,747

0,856

0,908

0,912

0,845

0,793

0,742

0,675

0,352

0,233

0,661

0,634

0,613

0,641

0,379

0,303

0,340

0,231

0,440

0,275

0,830

0,756

0,884

0,575

0,802

0,847

Valid

Valid

Valid

Valid Valid

Valid

Valid

Tdk Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Tdk Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Tdk Valid

Valid

Tdk Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan hasil uji validitas, diperoleh data yang menyatakan

terdapat 4 pertanyaan yang tidak valid, karena nilai korelasi dibawah

0,300 (Sugiyono:2005). Yang memiliki nilai korelasi < 0,300 yaitu

pertanyaan nomor 8, 20, 28, 29 dari ke empat pertanyaan tersebut yang

jauh dibawah nilai korelasi adalah pertanyaan nomor 28 yaitu 0,231.

Page 83: Yasmin FEIS

ix

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel berarti instrumen tersebut bila

digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan

menghasilkan data yang sama. Reliabilitas suatu konstruk variabel

dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Nugroho,

2005:72).

Tabel 4.5

Hasil Uji Reliabilitas

No. Variabel hitung Kesimpulan

1

2

3

4

5

6

AF

LHP

KP

PS

AD

IN

0,792

0,778

0,935

0,776

0,665

0,923

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Sumber : data primer yang diolah

Berdasarkan tabel 4.5 menujukkan bahwa instrumen untuk

setiap variabel penelitian adalah reliabel dengan nilai hitung > 0,60

sedangkan untuk variabel yang lain memiliki hitung > 0,60 yang

paling tinggi adalah Konflik peran (KP) yaitu sebesar 0,935 dan yang

paling rendah adalah Audit delay (AD) yaitu sebesar 0,665. Hasil

tersebut mengindikasikan bahwa instrument penelitian ini akan

menghasilkan data yang sama walaupun digunakan beberapa kali untuk

mengukur objek yang sama.

Terlihat dari uji validitas dan reliabilitas, terdapat 4 (empat)

pertanyaan yang tidak valid yaitu pertanyaan pada Lamanya hubungan

Page 84: Yasmin FEIS

ix

penugasan auditor untuk klien yang sama (LHP) sebanyak 1

pertanyaan, pertanyaan pada variabel pada Pengaruh sosial (PS)

sebanyak 1 pertanyaan, Audit delay sebanyak 2 pertanyaan sehingga

peneliti mengeluarkan 4 butir pertanyaan tersebut, sehingga total

pertanyaan menjadi 32 butir pertanyaan yang semula 36 pertanyaan.

C. Penemuan dan Pembahasan

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas kinerja

audit dalam penelitian ini, peneliti melihat kualitas tersebut dari standar

profesional akuntan publik yaitu Independensi (PSA.04). Faktor-faktor yang

dilakukan penelitian antara lain: Audit fee, Lamanya hubungan penugasan

auditor untuk klien yang sama, Tekanan (konflik peran) dalam

penugasan/penyelesaian audit, Pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas

audit, dan Audit delay.

1. Independensi

Independensi merupakan alat ukur untuk melihat kualitas akuntan

publik yang diukur dengan indikator: pertanyaan antara lain sikap wajib

yang dimiliki oleh auditor, keharusan aturan independensi dalam standar

profesional akuntan publik, sangat berpengaruh terhadap kualitas kinerja

audit, kepentingan independensi diatas kepentingan klien, laporan audit

tidak berguna tanpa sikap independensi, sangat berpengaruh terhadap

opini auditor dalam laporan audit.

Tabel 4.6

Sikap Wajib Yang Harus Dimiliki Oleh Auditor

Page 85: Yasmin FEIS

ix

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 0 0

Tidak Setuju 2 6,5

Ragu-ragu 0 0

Setuju 10 32,3

Sangat Setuju 19 61,3

Total 31 100,00

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas sebanyak 61,3% responden sangat

setuju sikap independensi harus dimiliki oleh seorang auditor sedangkan

yang ragu-ragu sebanyak 0% atau tidak ada yang menjawab ragu-ragu

untuk independensi wajib dimiliki oleh seorang auditor, sedangkan yang

menjawab tidak setuju hanya 6,5% sisanya 32,3% berpendapat setuju.

Independensi merupakan suatu hal yang mutlak dimiliki oleh

seorang auditor, karena fungsi akuntan publik merupakan pihak yang

independen.

Tabel 4.7

Keharusan Aturan Independensi Dalam Standar Profesional

Akuntan Publik

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 1 3,2

Tidak Setuju 0 0

Ragu-ragu 1 3,2

Setuju 11 35,5

Sangat Setuju 18 58,0

Total 31 100

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas 58,0% responden sangat setuju bahwa

independensi harus diatur dalam standar profesional akuntan publik,

Page 86: Yasmin FEIS

ix

sedangkan responden yang tidak yang tidak setuju 0% atau tidak ada, yang

ragu-ragu dan sangat tidak setuju sebanyak 1 respoden saja atau 3,2%,

responden yang setuju sebanyak 11 responden atau 35,5%

Didalam Standar profesional akuntan publik mengharuskan auditor

memiliki sikap independensi didalam melakukan pemeriksaan (audit).

Tabel 4.8

Sangat Berpengaruh Terhadap Kualitas Kinerja Audit

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 1 3,2

Tidak Setuju 1 3,2

Ragu-ragu 1 3,2

Setuju 11 35,5

Sangat Setuju 17 54,8

Total 31 100

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan Tabel di atas 54,8% responden sangat setuju

independensi sangat berpengaruh terhadap kualitas kinerja akuntan

publik, dan 35,5% setuju responden yangsangat tidak setuju, tidak setuju

dan ragu-ragu hanya 3,2% atau masing-masing 1 responden.

Tabel 4.9

Kepentingan Independensi Di atas Kepentingan Klien

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 1 3,2

Page 87: Yasmin FEIS

ix

Tidak Setuju 0 0

Ragu-ragu 5 16,1

Setuju 13 41,9

Sangat Setuju 12 38,7

Total 31 100,0

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas hanya 0% responden yang menyatakan

tidak setuju kepentingan independensi di atas kepentingan klien dengan

kata lain tidak ada responden yang tidak setuju atau 0, sedangkan yang

menjawab ragu-ragu 5 responden atau 16,1 %, sangat setuju 38,7%, setuju

41,9% dan yang sangat tidak setuju hanya 1 responden.

Tabel 4.10

Laporan Audit Tidak Berguna Tanpa Sikap Independensi

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 1 3,2

Tidak Setuju 2 6,5

Ragu-ragu 3 9,7

Setuju 14 45,2

Sangat Setuju 11 35,5

Total 31 100,0

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan Tabel di atas 45,2% responden setuju apabila

laporan audit tidak berguna tanpa sikap independensi, dan jumlah

responden yang menjawab sangat setuju adalah 35,5% atau sebanyak 11

responden, sisanya sebanyak 3 (9,7%) responden menjawab ragu-ragu,

2 (6,5%) responden tidak setuju dan hanya 1 (3,2) responden yang

menjawab sangat tidak setuju.

Tabel 4.11

Page 88: Yasmin FEIS

ix

Sangat Berpengaruh Terhadap Opini Auditor Dalam Laporan

Audit

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 0 0

Tidak Setuju 3 9,7

Ragu-ragu 1 3,2

Setuju 11 35,5

Sangat Setuju 16 51,6

Total 31 100,0

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan Tabel di atas sebanyak 16 responden yang

menjawab sangat setuju atau 51,6%, sebanyak 35,5% atau 11

responden menyatakan setuju, yang sangat tidak setuju sebesar 0%,

tidak setuju sebanyak 3 responden atau 9,7% yang menjawab ragu-ragu

hanya 1 responden atau 3,2%.

2. Audit fee

Audit fee merupakan besarnya biaya audit yang diberikan KAP

oleh auditor.Penilaian kualitas akuntan publik yang dinilai dari audit fee

yaitu terlihat dari jawaban responden atas : memperhatikan besarnya fee

yang diberikan kepada auditor oleh KAP adalah sangat penting, fee harus

seimbang dengan penugasan audit, fee sangat mempengaruhi kualitas

kinerja audit, semakin besar fee maka kualias kinerja auditor semakin

bagus begitupun sebaliknya, fee sangat mempengaruhi independensi,

semakin besar fee maka akan semakin independen opini yang akan

diberikan.

Tabel 4.12

Page 89: Yasmin FEIS

ix

Meperhatikan Besarnya Fee Yang Diberikan Kepada Auditor

Oleh KAP Adalah Sangat Penting

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 2 6,5

Tidak Setuju 5 16,1

Ragu-ragu 0 0

Setuju 12 38,7

Sangat Setuju 12 38,7

Total 31 100

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas, tidak ada responden yang menjawab

ragu-ragu atau 0%, sedangkan responden yang menjawab setuju dan

sangat setuju seimbang yaitu 12 responden atau 38,7% sedangkan

responden yang menjawab sangat tidak setuju ada 2 responden atau 6,5%

dan responden yang tidak setuju sebanyak 16,1% atau 5 responden.

Tabel 4.13

Fee Harus Seimbang Dengan Penugasan Audit

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 0 0

Tidak Setuju 2 6,5

Ragu-ragu 0 0

Setuju 16 51,6

Sangat Setuju 13 41,9

Total 31 100

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas responden yang menjawab sangat setuju

sebanyak 13 responden atau 41,9%, responden yang setuju sebanyak 16

dengan 51,6% sedangkan yang menjawab ragu-ragu dan sangat tidak

setuju adalah 0% yang menjawab tidak setuju sebanyak 2 orang.

Page 90: Yasmin FEIS

ix

Tabel 4.14

fee sangat mempengaruhi kualitas kinerja audit

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas responden yang menjawab setuju fee

sangat mempengaruhi kualitas kinerja audit sebanyak 13 responden atau

41,9%, sangat setuju sebesar 19,4% sedangakan yang sangat tdiak setuju

hanya 1 responden sebesar 3,2% sementara responden yang tidak setuju

sebesar 19,4% atau 6 responden sedangkan ragu-ragu sebanyak 5

responden.

Tabel 4.15

Semakin Besar fee maka kualias kinerja auditor Semakin

Bagus Dan Begitupun sebaliknya

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 1 3,2

Tidak Setuju 8 25,8

Ragu-ragu 6 19,4

Setuju 7 22,6

Sangat Setuju 9 29,0

Total 31 100

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas ternyata yang menjawab sangat setuju

pertanyaan fee besar maka kualitas kinerja auditor semakin bagus dan

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 1 3,2

Tidak Setuju 6 19,4

Ragu-ragu 5 16,1

Setuju 13 41,9

Sangat Setuju 6 19,4

Total 31 100

Page 91: Yasmin FEIS

ix

begitupun sebaliknya sebanyak 29,0% atau 9 responden yang menjawab

setuju sebanyak 7 responden atau 22,6% sedangkan yang ragu-ragu

sebesar 19,4%, tidak setuju sebanyak 8 responden atau 25,8% dan sangat

tidak setuju hanya 1 responden.

Tabel 4.16

Fee Sangat Mempengaruhi Independensi

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas ternyata rata-rata responden menjawab

tidak setuju sebanyak 10 responden atau 32,3%, sedangkan responden

yang menjawab ragu-ragu dan setuju seimbang yaitu 6 responden atau

19,4% dan sangat setuju 5 responden atau 6,1%.

Tabel 4.17

Semakin Besar Fee Maka Akan Semakin Independen Opini

Yang Akan Diberikan

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 4 12,9

Tidak Setuju 13 41,9

Ragu-ragu 6 19.4

Setuju 6 19,4

Sangat Setuju 2 6,5

Total 31 100

Sumber: data primer yang diolah

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 4 12,9

Tidak Setuju 10 32,3

Ragu-ragu 6 19,4

Setuju 6 19,4

Sangat Setuju 5 16,1

Total 31 100

Page 92: Yasmin FEIS

ix

Berdasarkan tabel di atas ternyata yang menjawab sangat setuju

hanya 2 responden atau 6,5% untuk responden yang menjawab tidak setuju

sebanyak 13 responden atau 41,9%, untuk responden yang ragu-ragu dan

setuju sebanyak 6 responden atau 19,4% dan angat tidak setuju 4

responden atau 12,9%.

3. Lamanya Hubungan Penugasan Auditor Untuk Klien Yang Sama

Adakalanya lamanya hubungan auditor terhadap penugasan

pemeriksaan laporan keuangan untuk klien yang sama dapat

mempengaruhi kualitas kinerjanya pada variabel ini indikatornya adalah

lamanya hubungan penugasan auditor untuk klien yang sama suatu hal yg

penting untuk diperhatikan, penugasan auditor untuk klien yang sama tidak

boleh lebih tiga tahun berturut-turut. Semakin lama hubungan penugasan

auditor untuk klien yang sama maka kualitas kinerja audit akan semakin

menurun begitupun sebaliknya, lamanya hubungan penugasan auditor

untuk klien yang sama sangat mempengaruhi independensi auditor,

semakin lama hubungan penugasan auditor untuk klien yang sama maka

akan semakin berkurang independensi auditor, begitupun sebaliknya.

Tabel 4.18

Lamanya Hubungan Penugasan Auditor Untuk Klien

Yang Sama Suatu Hal Yang Penting Untuk Diperhatikan

Page 93: Yasmin FEIS

ix

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas sebanyak 17 responden menjawab setuju

atau 54,8% yang menjawab ragu-ragu sebesar 16,1% atau 5 responden

sedangkan yang tidak setuju dan sangat tidak setuju hanya 1 responden

atau 3,2%.

Tabel 4.19

Penugasan Auditor Untuk Klien Yang Sama Tidak Boleh Lebih

Tiga Tahun Berturut-Turut

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 0 0

Tidak Setuju 1 3,2

Ragu-ragu 2 6,5

Setuju 15 48,3

Sangat Setuju 13 41,9

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas yang menjawab sangat tidak setuju

sebesar 0%, tidak setuju 1 responden atau 3,2% , ragu-ragu 2 responden

atau 6,5% jawaban teringgi dari responden atas pertanyaan tersebut adalah

setuju yaitu sebanyak 15 responden atau 48,3% dan sangat tidak setuju 13

responden 41,9%.

Tabel 4.20

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 1 3,2

Tidak Setuju 1 3,2

Ragu-ragu 5 16,1

Setuju 17 54,8

Sangat Setuju 7 22,6

Page 94: Yasmin FEIS

ix

Semakin Lama Hubungan Penugasan Auditor Untuk Klien

Yang Sama Maka Kualitas Kinerja Audit Akan Semakin

Menurun Begitupun Sebaliknya

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas ternyata responden yang menjawab tidak

setuju sebanyak 11 responden atau 35,5% sedangkan yang tidak setuju

dan ragu-ragu sebanyak 4 responden sebesar 12,9% responden yang

menjawab sangat setuju hanya 9,7% atau 3 responden.

Tabel 4.21

Lamanya Hubungan Penugasan Auditor Untuk Klien Yang

Sama Sangat Mempengaruhi Independensi auditor

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 1 3,2

Tidak Setuju 6 19,4

Ragu-ragu 7 22,6

Setuju 10 32,3

Sangat Setuju 7 22,6

Total 31 100

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas terdapat jawaban dari responden yang

seimbang untuk yang menjawab ragu-ragu dan sangat setuju yaitu sebesar

22,6% sebanyak 7 responden dan untuk jawaban yang setuju sebanyak 10

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 4 12,9

Tidak Setuju 11 35,5

Ragu-ragu 4 12,9

Setuju 9 29,0

Sangat Setuju 3 9,7

Total 31 100

Page 95: Yasmin FEIS

ix

responden atau sebesar 32,3% untuk yang tidak setuju sebanyak 6 responden

atau 19,4% dan sangat tidak setuju 1 responden yaitu sebesar 3,2%.

Tabel 4.22

Semakin lama hubungan penugasan auditor untuk klien yang

sama maka akan semakin berkurang independensi

auditor, begitupun sebaliknya

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 1 3,2

Tidak Setuju 9 29,0

Ragu-ragu 3 9,7

Setuju 11 35,5

Sangat Setuju 7 22,6

Total 31 100

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas yang menjawab setuju sebesar 35,5% atau

11 responden, sedangkan yang sangat setuju sebesar 7 responden atau 22,6%

untuk yang ragu-ragu sebesar 9,7% atau 3 responden yang menjawab sangat

tidak setuju sebanyak 1 responden atau 3,2% sedangkan yang tidak setuju

sebesar 29,0% dengan 9 responden.

4. Tekanan (konflik peran) Dalam Penugasan/ Penyelesaian Audit

Tekanan dalam penugasan audit atau konflik peran merupakan

tekanan auditor yang timbul dari internal kantor dalam menyelesaikan tugas

yang. Indikatornya adalah dalam tekanan internal (KAP) sangat

mempengaruhi kinerja auditor dalam menyelesaikan tugas, Tekanan Internal

sangat mempengaruhi hasil audit yang dilakukan,Tekanan internal sangat

mempengaruhi kualitas kinerja audit, semakin tinggi tekanan internal maka

akan semakin rendah kualitas kinerja audit yang dihasilkan, begitupun

sebaliknya, tekanan internal sangat mempengaruhi independensi auditor,

Page 96: Yasmin FEIS

ix

semakin tinggi tekanan internal maka akan semakin rendah independensi

auditor begitupun sebaliknya

Tabel 4.23

Tekanan internal (KAP) sangat mempengaruhi kinerja

auditor dalam menyelesaikan tugas

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 1 3,2

Tidak Setuju 3 9,7

Ragu-ragu 4 12,9

Setuju 17 54,8

Sangat Setuju 6 19,4

Total 31 100

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas responden yang menjawab setuju sebesar

54,8% atau 17 responden, yang menjawab sangat setuju sebesar 19,4% atau

6 responden sedangkan 4 responden menjawa ragu-ragu, responden yang

tidak setuju sebesar 9,7% atau 3 responden untuk responden yang sangat

tidak setuju sebesar 1 responden saja atau 3,2%.

Tabel 4.24

Tekanan Internal sangat mempengaruhi hasil audit yang

dilakukan

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 2 6,5

Tidak Setuju 3 9,7

Ragu-ragu 3 9,7

Setuju 17 54,8

Sangat Setuju 6 19,4

Total 31 100

Sumber: data primer yang diolah

Page 97: Yasmin FEIS

ix

Berdasarkan tabel di atas responden yang menjawab sangat

setuju sebesar 19,4% atau sebanyak 6 responden sedangkan 17 responden

sebesar 54,8% , 3 responden menjawab tidak setuju dan ragu-ragu yaitu

sebesar 9,7% yang sangat tidak setuju hanya 2 responden yaitu 6,5%.

Tabel 4.25

Tekanan Internal Sangat Mempengaruhi Kualitas Kinerja

Audit

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 3 9,7

Tidak Setuju 2 6,5

Ragu-ragu 6 19,4

Setuju 15 48,4

Sangat Setuju 5 16,1

Total 31 100

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas 48,4% menyatakan setuju dengan

jumlah responden 15, sedangan 5 responden sangat setuju dengan 16,1%, 6

karyawan menjawab ragu-ragu yaitu sebesar 19,4%, 2 responden tidak setuju

dengan perolehan sebesar 6,5% dan yang sangat tidak setuju sebesar 9,7%

atau 3 responden.

Tabel 4.26

Semakin Tinggi Tekanan Internal Maka Akan Semakin Rendah

Kualitas Kinerja Audit Yang Dihasilkan Dan Begitupun

Sebaliknya

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 4 12,9

Tidak Setuju 5 16,1

Ragu-ragu 5 16,1

Setuju 12 38,7

Sangat Setuju 5 16,1

Page 98: Yasmin FEIS

ix

Total 31 100

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas 12 responden atau 38,7% menyatakan setuju

dengan indicator semakin tinggi tekanan internal maka semakin rendah

kualitas kinerja audit yang dihasilkan dan begitupun sebaliknya 5 responden

menjawab sangat setuju, tidak setuju dan ragu-ragu dengan perolehan 16,1%

sedangkan yang menyatakan sangat tidak setuju hanya 4 responden atau

12,9%.

Tabel 4.27

Tekanan Internal Sangat Mempengaruhi Independensi Auditor

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 2 6,5

Tidak Setuju 8 25,8

Ragu-ragu 5 16,1

Setuju 11 35,5

Sangat Setuju 5 16,1

Total 31 100

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas responden yang menyatakan setuju

sebanyak 35,5%, sedangkan yang tidak setuju sebanyak 25,8%, 5 responden

menjawab ragu-ragu dan sangat setuju atau 16,1% dan yang menjawab sangat

tidak setuju sebanyak 2 responden atau 6,5%.

Tabel 4.28

Semakin Tinggi Tekanan Tnternal Maka Akan Semakin

Rendah Independensi Auditor Begitupun Sebaliknya

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 2 6,5

Tidak Setuju 10 32,3

Page 99: Yasmin FEIS

ix

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas 10 responden menyatakan tidak setuju dan

setuju atau 32,3%, 6 responden menjawab ragu-ragu atau 19,4%, 3 responden

menjawab sangat setuju dan 2 responden menjawab sangat tidak setuju atau

sebesar 6,5%.

5. Pengaruh Sosial dalam menyelesaikan Tugas Audit

Terkadang Persepsi masyarakat menjadi pertimbangan tersendiri

dalam opini auditor indikator dalam variabel ini adalah: persepsi masyarakat

tentang laporan independen audit merupakan suatu hal yang sangat penting

dalam proses audit, pengaruh sosial sangat mempengaruhi kualitas kinerja

audit, semakin tinggi pengaruh sosial maka akan semakin tinggi kualitas

kinerja audit begitupun sebaliknya, pengaruh sosial sangat mempengaruhi

independensi auditor, semakin tinggi pengaruh sosial maka akan semakin

tinggi independensi auditor begitupun sebaliknya

Tabel 4.29

Persepsi Masyarakat Tentang Laporan Independen Audit

Merupakan Suatu Hal Yang Sangat Penting Dalam Proses

Audit

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 0 0

Tidak Setuju 8 25,8

Ragu-ragu 3 9,7

Setuju 13 41,9

Ragu-ragu 6 19,4

Setuju 10 32,3

Sangat Setuju 3 9,7

Total 31 100

Page 100: Yasmin FEIS

ix

Sangat Setuju 7 22,6

Total 31 100

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas 41,9% menjawab setuju dengan jumlah

responden 13, sebanyak 25,8% atau 8 responden menjawab tidak setuju,

22,6% responden atau 7 responden menyatakan sangat setuju dan yang

menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0 responden atau 0%.

Tabel 4.30

Pengaruh Sosial Sangat Mempengaruhi Kualitas Kinerja Audit

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 2 6,5

Tidak Setuju 12 38,7

Ragu-ragu 8 25,8

Setuju 6 19,4

Sangat Setuju 3 9,7

Total 31 100

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas 38,7% menyatakan tidak setuju atau

sebanyak 12 responden, sebesar 25,8% responden menjawab ragu-ragu,

sedangkan 19,4% menyatakan setuju bahwa indikator pengaruh sosial sangat

mempengaruhi kualitas kinerja audit sedangkan responden yang menyatakan

sangat setuju sebesar 9,7% atau 3 responden dan responden yang menyatakan

sangat tidak setuju sebesar 6,5% atau 2 responden.

Page 101: Yasmin FEIS

ix

Tabel 4.31

Semakin Tinggi Pengaruh Sosial Maka Akan Semakin

Tinggi Kualitas Kinerja Audit Dan Begitupun Sebaliknya

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas sebesar 41,9% yang menyatakan tidak setuju

atau sebanyak 13 responden, 32,2% yang menjawab ragu-ragu atau 10

responden, 4 responden atau 12,9% menyatakan setuju dan sebesar 9,7%

yang menyatakan sangat setuju apabila semakin tinggi pengaruh social maka

akan semakin tinggi kualitas kinerja audit dan begitupun sebaliknya

sedangkan hanya 1 responden yang menyatakan sangat tidak setuju.

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 1 3,2

Tidak Setuju 13 41,9

Ragu-ragu 10 32,2

Setuju 4 12,9

Sangat Setuju 3 9,7

Total 31 100

Page 102: Yasmin FEIS

ix

Tabel 4.32

Pengaruh Sosial Sangat Mempengaruhi Independensi Auditor

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas sebesar 41,9% yang menyatakan tidak

setuju kalau pengaruh sosial sangat mempengaruhi independensi auditor

presentase ini paling besar di antara jawaban pilihan lainnya pada daftar tabel

di atas , sedangkan hanya 1 responden saja yang menyatakan sangat tidak

setuju atau sebesar 3,2%, yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 9 responden

atau 29,0%, 6 responden menyatakan setuju dan 2 responden sangat setuju

atau sebesar 6,5% responden yang menyatakan sangat setuju pengaruh sosial

sangat mempengaruhi independensi auditor.

Tabel 4.33

Semakin Tinggi Pengaruh Sosial Maka Akan Semakin Tinggi

Independensi Auditor Begitupun Sebaliknya

Sumber: data primer yang diolah

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 1 3,2

Tidak Setuju 13 41,9

Ragu-ragu 9 29,0

Setuju 6 19,4

Sangat Setuju 2 6,5

Total 31 100

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 1 3,2

Tidak Setuju 11 35,5

Ragu-ragu 10 32,3

Setuju 7 22,6

Sangat Setuju 2 6,5

Total 31 100

Page 103: Yasmin FEIS

ix

Berdasarkan tabel di atas hanya 1 responden atau sebesar 3,2% saja

yang mrnyatakan sangat tidak setuju apabila semakin tinggi pengaruh sosial

maka akan semakin tinggi independensi auditor begitupun sebaliknya,

sebanyak 32,3% yang menyatakan ragu-ragu atau sebanyak 10 responden,

sedangkan yang menyatakan tidak setuju 11 responden atau 35,5%, 7

responden menyatakan setuju dan hanya 2 responden yang menyatakan

sangat setuju.

6. Audit Delay

Dalam melakukan proses audit memperhatikan perencanaan waktu

dalam audit delay merupakan suatu hal yang harus diperhatikan karena

akan mempengaruhi kualitas audit akuntan publik, pada variabel ini

peneliti menggunakan indikator: audit delay merupakan suatu hal yang

sangat mempengaruhi proses audit, audit delay sangat mempengaruhi

opini audit, audit delay sangat mempengaruhi kualitas kinerja audit,

semakin lama audit delay maka akan semakin rendah pula kualitas kinerja

audit, begitupun sebaliknya, audit delay sangat mempengaruhi

independensi auditor, semakin lama audit delay maka akan semakin

rendah pula independensi auditor begitupun sebaliknya.

Page 104: Yasmin FEIS

ix

Tabel 4.34

Audit Delay Merupakan Suatu Hal Yang Sangat

Mempengaruhi Proses Audit

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 0 0

Tidak Setuju 3 9,7

Ragu-ragu 5 16,1

Setuju 16 51,6

Sangat Setuju 7 22,6

Total 31 100

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas tidak ada responden yang menyatakan

sangat tidak setuju atau sebesar 0% responden, sedangkan yang

menyatakan yang menyatakan setuju sebesar 51,6% atau 16 responden

sementara itu responden yang menyatakan sangat setuju sebesar 22,6%,

sebesar 9,7% responden menyatakan tidak setuju hanya 16,1% atau 5

responden saja yang menyatakan ragu-ragu.

Tabel 4.35

Audit Delay Sangat Mempengaruhi Opini Audit

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas ternyata yang menjawab audit delay sangat

mempengaruhi opini audit adalah sebesar 51,6% atau 16 responden, 7

responden atau sebesar 22,6% ragu-ragu, yang menyatakan tidak setuju

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 1 3,2

Tidak Setuju 5 16,1

Ragu-ragu 7 22,6

Setuju 16 51,6

Sangat Setuju 2 6,5

Total 31 100

Page 105: Yasmin FEIS

ix

sebesar 16,1%, dan yang menjawab sangat setuju 2 atau 6,5% sedangkan

yang sangat tidak setuju sebesar 3,2%.

Tabel 4.36

Audit Delay Sangat Mempengaruhi Kualitas Kinerja Audit

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 0 0

Tidak Setuju 1 3,2

Ragu-ragu 5 16,1

Setuju 18 58,1

Sangat Setuju 7 22,6

Total 31 100

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas ternyata yang menjawab setuju audit delay

sangat mempengaruhi kualitas kinerja audit sebesar 58,1% atau 18 responden,

7 responden sangat setuju dan yang menjawab sangat tidak setuju hanya 0%,

tidak setuju sebesar 1 responden atau 3,2%, 5 responden atau sebesar 16,1%

ragu-ragu.

Tabel 4.37

Audit Delay Sangat Mempengaruhi Independensi Auditor

Keterangan Frekuensi

Absolut Presentase

Sangat Tidak Setuju 1 3,2

Tidak Setuju 6 19,4

Ragu-ragu 7 22,6

Setuju 13 41,9

Sangat Setuju 4 12,9

Total 31 100

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas sebesar 41,9% responden yang menjawab

setuju, sebanyak 7 responden yang menjawab ragu-ragu, sedangkan 4

Page 106: Yasmin FEIS

ix

responden atau 12,9% yang sangat setuju, 6 responden atau 19,4% yang

menjawab tidak setuju, sedangkan 1 responden saja yang sangat tidak setuju

atau 3,2%

D. Hasil Uji Normalitas dan Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui distribusi

data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam

penelitian ini, normalitas data ditentukan dengan Normal P-Plot. Hasil uji

normalitas data menggunakan program SPSS 12 dapat dilihat pada gambar

berikut

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

Exp

ecte

d C

um

Pro

b

Dependent Variable: INDPDENSI

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Gambar 4.1

Uji Normal P-Plot

Page 107: Yasmin FEIS

ix

Pada gambar “Normal P-Plot” atau garis normalitas, digunakan

untuk uji normalitas data atau menunjukkan apakah perbedaan data

responden dalam penelitian terdapat data yang sangat berbeda diantara

yang lain, data yang normal akan mengikuti garis normalitas, pada gambar

dapat dilihat bahwa data mengikuti garis normalitas sehingga data di

anggap normal. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa distribusi dari

titik-titik data variabel penelitian (Audit fee, Lamanya hubungan

penugasan auditor untuk klien yang sama, konflik peran, pengaruh sosial

dalam menyelesaikan tugas audit, Audit delay) menyebar di sekitar garis

diagonal, dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal.

Jadi data pada keseluruhan variabel dapat dikatakan berdistribusi normal.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Uji ini digunakan untuk melihat apakah ada hubungan secara

bersama-sama antar variabel independen dalam suatu fungsi regresi,

pada penelitian yang baik tidak boleh ada multikolinearitas dalam

fungsinya. Hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada tabel

di bawah ini.

Page 108: Yasmin FEIS

ix

Tabel 4.38

Uji Multikolinearitas Coefficients(a)

Model Collinearity Statistics

Toleranc

e VIF

1 (Constant)

AUDT_FEE ,592 1,691

LMA_HUB ,624 1,602

KON_PRN ,572 1,748

PGH_SOS ,732 1,366

AUDIT_DLY ,624 1,602

a Dependent Variabel: INDPDENSI

Berdasarkan tabel 4.38 terlihat bahwa nlai Tolerance tidak

kurang dari 0,1 dan nilai Varian Inflation Factor (VIF) tidak lebih

dari 10. Dapat disimpulkan hasil tersebut mengindikasikan tidak

terdapat gejala multikolinearitas terhadap variabel penelitian

sehingga model regresi berganda dapat digunakan dalam penelitian.

b. Uji Autokorelasi

Pengujian adanya autokorelasi dilakukan dengan melihat nilai

Durbin Watson yang dapat dideteksi dari output SPSS pada tabel

Model Summary sebagai berikut:

Tabel 4.39

Uji Autokorelasi Model Summary(b)

a. Pa. Predictors: (Constant), AUDIT_DLY, PGH_SOS, KON_PRN, LMA_HUB, AUDT_FEE

b. Dependent Variabel: INDPDENSI

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,710(a) ,504 ,405 3,137 1,724

Page 109: Yasmin FEIS

ix

Dalam penelitian yang baik tidak boleh terdapat korelasi antar

variabel independen. Standar untuk suatu penelitian lolos dari uji

autokorelasi adalah =2 atau mendekati 2. Hasil di atas menujukan nilai

Durbin Watson sebesar 1,724. Nilai Durbin Watson berada pada kisaran

antara –2 dan 2, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi

dan model regresi berganda dapat digunakan dalam penelitian.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini untuk mengetahui apakah jawaban dari responden

bersifat homogen atau rata-rata sama. Gambar “Scatterplot” dapat

digunakan untuk menguji heteroskedastisitas, dalam pengujian yang

baik data responden diharapkan bersifat heterogen, untuk

melakukannya dapat dilihat dari persebaran data scatterplot, data yang

mengumpul dianggap tidak lolos uji heteroskedastis. Deteksi ada

tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya

pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, yang

diperlihatkan pada gambar 4.2

Page 110: Yasmin FEIS

ix

-3 -2 -1 0 1 2

Regression Standardized Predicted Value

-4

-2

0

2

4

Re

gre

ssio

n S

tud

en

tize

d R

esid

ual

Dependent Variable: INDPDENSI

Scatterplot

Gambar 4.2

Uji Heteroskedastisitas

Bedasarkan grafik scatterplot terlihat bahwa data tersebar di

sekitar titik nol dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada

penyebaran data tersebut. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak

terjadi heteroskedastisitas padamodel regresi berganda, sehingga

model regresi layak dipakai untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas kinerja akuntan publik ditinjau dari

independensi berdasarkan masukan variabel independen Audit fee,

Page 111: Yasmin FEIS

ix

Lamanya hubungan penugasan auditor untuk klien yang sama,

konflik peran, pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit,

Audit delay

E. Hasil Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian yang

telah ditentukan, uji ini secara umum menguji tingkat hubungan dan

signifikansi antara beberapa variabel independen dengan 1 variabel

dependen, baik itu secara bersama-sama ataupun secara sendiri-sendiri.

Untuk menilai keseluruhan model regresi apakah fit dengan data, kita

harus memperhatikan nilai koefisien korelasi (R), koefisien determinasi (R

Square), nilai F hitung dan nilai t hitung.

Tabel 4.40

a Predictors: (Constant), AUDIT_DLY, PGH_SOS, KON_PRN, LMA_HUB, AUDT_FEE

b Dependent Variable: INDPDENSI

Nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,504 dan nilai

koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,405. Untuk model

regresi berganda digunakan nilai Adjusted R Square. Jadi, dalam penelitian

ini 40,5% variabel dependen Kualitas kinerja audit (Independensi)

dijelaskan oleh variabel Audit fee, Lamanya hubungan penugasan auditor

untuk klien yang sama, konflik peran, pengaruh sosial dalam

Koefisien Determinasi ( ) Model Summary(b)

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,710(a) ,504 ,405 3,137 1,724

Page 112: Yasmin FEIS

ix

menyelesaikan tugas audit, Audit delay, dan sisanya 59,5% (100%-40.5%)

dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan.

Pengujian adanya pengaruh variabel independen secara simultan

terhadap variabel dependen dilakukan dengan melihat nilai F yang

dideteksi dari output SPSS pada tabel ANOVA

Tabel 4.41

Hasil Uji F

Model Sum of

Squares df Mean

Square F Sig.

1 Regression 249,958 5 49,992 5,081 ,002(a)

Residual 245,977 25 9,839

Total 495,935 30

a Predictors: (Constant), AUDIT_DLY, PGH_SOS, KON_PRN, LMA_HUB, AUDT_FEE

b Dependent Variabel: INDPDENSI

Berdasarkan tabel 4.41 terlihat nilai F adalah 5,081 dengan

probabilitas 0,002. Karena probabilitas (0,002) jauh lebih kecil dari 0,05,

maka model regresi bisa dipakai untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas kinerja audit akuntan publik ditinjau dari

independensi. Atau bisa dikatakan Audit fee, Lamanya hubungan

penugasan auditor untuk klien yang sama, konflik peran, pengaruh sosial

dalam menyelesaikan tugas audit, Audit delay secara bersama-sama

berpengaruh terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik ditinjau dari

independensi. Maka Ha diterima atau Hipotesis keenam diterima.

Untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial

terhadap variabel dependen dapat dilihat dari nilai t dan p value (Sig.) yang

dapat dideteksi dari output SPSS pada tabel Coefficients (tabel 4.42).

Page 113: Yasmin FEIS

ix

Tabel 4.42

Hasil Uji t

Coefficients (a)

Model Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 5,535 3,448 1,605 ,121

AUDT_FEE ,268 ,138 ,354 1,934 ,065

LMA_HUB ,146 ,176 ,149 ,834 ,412

KON_PRN -,047 ,126 -,070 -,375 ,711

PGH_SOS -,083 ,157 -,087 -,527 ,603

AUDIT_DLY ,648 ,262 ,440 2,468 ,021

a Dependent Variabel: INDPDENSI

Berdasarkan uji signifikan dengan menggunakan uji t dengan

penetapan alpha (taraf kesalahan) 5%, menyatakan bahwa variabel Audit

Delay secara parsial berpengaruh signifkan terhadap kualitas kinerja audit

akuntan publik apabila ditinjau dari independensi, berarti Ha5 diterima, hal

ini didukung oleh penelitian Dyer dan McHught (1975, dalam Aryati dan

Theresia 2001) yang membuktikan bahwa ketepatan waktu pelaporan

keuangan merupakan elemen pokok bagi catatan laporan keuangan yang

memadai. Ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan keuangan

seharusnya disajikan pada suatu inteval waktu untuk menjelaskan

perubahan dalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi pemakai

informasi dalam membuat prediksi dan keputusan, sehingga

ketepatanwaktu penyajian laporan keuangan tahunan perusahaan bisa

berpengaruh pada nilai laporan keuangan tersebut kepada publik.

Sedangkan untuk variabel lamanya hubungan penugasan auditor untuk

klien yang sama, konflik peran, pengaruh sosial dalam menyelesaikan

Page 114: Yasmin FEIS

ix

tugas audit tidak berpengaruh signifikan secara parsial, terlihat dari nilai

Sig. hitung > 0,005 untuk masing-masing variabel.

Jika menggunakan uji t dengan penetapan alpha (derajat

kesalahan) 10%, maka secara parsial audit fee dan audit delay berpengaruh

terhadap independensi.

Besarnya pengaruh masing-masing variabel independen terhadap

variabel dependen dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.43

Hasil Regresi Berganda

Variabel Koefisien Probabilitas

Konstanta 5,535 0,121

Audit Fee (AF) 0,268 0,065

Lamanya Hubungan Penugasan

Auditor (LHP)

0,146 0,412

Konflik Peran (KP) -0,047 0,711

Pengaruh Sosial (PS) -0,083 0,603

Audit Delay (AD) 0.648 0,021

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel 4.43 diperoleh persamaan sebagai berikut:

Y = 5,535 + 0,268 + 0,146 - 0,047 - 0,083 + 0,648 . Dari

persamaan tersebut dapat diartikan bahwa harga 5,535 merupakan nilai

konstan. Konstanta sebesar 5,535 menyatakan bahwa jika tidak ada faktor

Audit fee, Lamanya hubungan penugasan auditor untuk klien yang sama,

konflik peran, pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit, Audit

delay, maka kemungkinan terjadinya pengaruh kualitas kinerja akuntan

publik (independensi) sebesar 5,535.

Page 115: Yasmin FEIS

ix

a. Faktor Audit Fee Terhadap Kualitas Kinerja Audit Akuntan

Publik (Independensi)

Pada variabel ini p value (0,065) > 0,05 sehingga hipotesis pertama

ditolak atau Ho diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa Audit fee tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas kinerja audit

akuntan publik ditinjau dari independensi. Nilai koefisien regresi

sebesar 0,268 menujukkan bahwa setiap penambahan 1 satuan variabel

audit fee akan mempengaruhi kualitas kinerja audit akuntan publik

(independensi) sebesar 0,268.

Hasil di atas menujukkan bahwa ternyata audit fee tidak

mempengaruhi kualitas kinerja auditor apabila ditinjau dari

independensi. Hal ini didukung dalam penelitian yang dilakukan oleh

Retty dan Indra (2001) hasil penelitiannya adalah ternyata faktor audit

fee tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap independensi

penampilan akuntan publik, tetapi hasil penelitian Retty dan Indra

berbeda dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Supriyono

(1986) dalam penelitiannya Audit fee mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap independensi, berdasarkan hasil penelitian dan

literatur yang ada peneliti berpendapat bahwa ternyata fee tidak

selamanya berpengaruh terhadap independensi walaupun tidak dapat

dipungkiri bahwa fee biasanya menjadi suatu faktor yang menjadi

dorongan untuk seseorang akuntan publik melanggar suatu etika

profesi, apalagi terlihat bahwa krisis ekonomi yang melanda Indonesia

Page 116: Yasmin FEIS

ix

yang belum hilang, tetapi bahwa faktor budaya yang berkembang

diIndonesia sisi keTimuran atau faktor keAgamaan masih melekat

dalam lingkup berbeda didalam etika seorang akuntan publik, selain itu

kebijakan atau peraturan-peraturan yang ada masih dapat membentengi

pergerakan atau aktifitas akuntan publik, hal ini lah yang

dimungkinkan mengapa audit fee tidak mempunyai pengaruh signifikan

terhadap independensi akuntan publik.

b. Faktor Lamanya Hubungan Penugasan Auditor Untuk Klien Yang

Sama Terhadap Kualitas Kinerja Audit Akuntan Publik

(Independensi).

Pada variabel ini p value (0,412) > 0,05 sehingga hipotesis kedua

ditolak. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa lamanya hubungan

penugasan auditor untuk klien yang sama tidak mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik.

Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan

oleh Christiawan (2002) hasil penelitiannya membuktikan bahwa dalam

mengambil keputusan akuntan publik dipengaruhi oleh dorongan untuk

mempertahankan klien auditnya, tetapi disisi lain terdapat beberapa

kekuatan yang bisa meredakan pengaruh tersebut, hasil penelitiannya

memberikan bukti bahwa pemisahan staff audit dari staf yang

melakukuan consulting service dirasakan akan meningkatkan

independensi akuntan publik, pengaruh budaya masyarakat atau

Page 117: Yasmin FEIS

ix

organisasi terhadap pribadi akuntan publik juga akan mempengaruhi

sikap independensi,

c. Faktor Konflik Peran Terhadap Kualitas Kinerja Audit Akuntan

Publik (Independensi).

Pada variabel ini p value (0,711) > 0,05 sehingga hipotesis ketiga

ditolak. Ternyata konflik Peran auditor tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik apabila

ditinjau dari independensi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sekar

Mayangsari didalam penelitianya menjelaskan bahwa independensi

secara esensial merupakan sikap pikiran seseorang yang dicirikan oleh

pendekatan integritas dan objektivitas tugas profesionalnya, hal ini

senada dengan American Institute of Certified Public Accountant

(AICPA) dan Kell et al. (1989) dalam artikel Pincus (1991) menyatakan

bahwa independensi adalah suatu kemampuan untuk bertindak

berdasarkan integritas dan objektivitas. Berarti bahwa apabila seorang

auditor yang memiliki sikap kerja profesional maka konflik peran yang

ada tidak akan mempengaruhi independensi auditor tersebut.

d. Faktor Pengaruh Sosial Dalam Menyelesaikan Tugas Audit

Terhadap Kualitas Kinerja Audit Akuntan Publik (Independensi).

Pada variabel ini p value (0,603) > 0,05 sehingga hipotesis kempat

ditolak. Ternyata pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas kinerja audit

akuntan publik apabila ditinjau dari independensi. Dalam penelitian

Page 118: Yasmin FEIS

ix

tersebut membuktikan bahwa keadaan sosial atau masyarakat seperti

apapun juga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas

kinerja audit akuntan publik ditinjau dari independensi.

e. Faktor Audit Delay Terhadap Kualitas Kinerja Audit Akuntan

Publik (Independensi).

Pada variabel ini p value (0,021) < 0,05 sehingga Ho ditolak atau

hipotesis kelima diterima. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa

Audit delay mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas

kinerja audit akuntan publik ditinjau dari independensi.Penelitian yang

dilakukan oleh (Giling 1977) menujukkan bahwa kantor akuntan publik

internasional atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai The Big Four

membutuhkan waktu yang lebih singkat dalam menyelesaikan audit,

karena KAP tersebut dianggap dapat melaksanakan audit secara lebih

efisien dan memiliki tingkat fleksibilitas jadwal waktu yang lebih tinggi

untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya. Di samping itu KAP

besar memperoleh insentif yang lebih tinggi untuk menyelesaikan

pekerjaan auditnya lebih cepat dibanding KAP lainnya. Waktu audit

yang cepat juga merupakan cara KAP besar untuk mempertahankan

reputasi mereka.

Page 119: Yasmin FEIS

ix

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Peneliti melakukan pengujian terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas kinerja audit ditinjau dari independensi (sesuai dengan

PSA SA NO.04), peneliti melakukan pengujian dari beberapa variabel yang

ada antara lain adalah Audit fee, Lamanya hubungan penugasan auditor untuk

klien yang sama, Tekanan (konflik peran) didalam penugasan/ panyelesaian

audit, Pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit, Audit delay. Variabel

tersebut merupakan variable yang menurut peneliti variabel yang erat

hubungannya dengan kualitas kinerja auditor dan dapat berpengaruh terhadap

independensi, ternyata dari hasil penelitian variable tersebut dapat disimpulkan

bahwa:

1. Hasil Uji F degan probabilitas 0,002 jauh lebih kecil dari 0,05 atau F =

5,081 > 0,05, menujukkan bahwa audit fee, lamanya hubungan penugasan

auditor untuk klien yang sama, konflik peran, pengaruh sosial dalam

menyelesaikan tugas audit, audit delay secara bersama-sama berpengaruh

terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik ditinjau dari independensi.

2. Hasil Uji t menujukan hanya audit delay yang secara parsial mempunyai

pengaruh terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik apabila ditinjau dari

independensi, sedangkan audit fee, lamanya hubungan penugasan auditor

Page 120: Yasmin FEIS

ix

untuk klien yang sama, konflik peran, pengaruh sosial dalam menyelesaikan

tugas audit secara parsial tidak berpengaruh.

B. Implikasi

Penelitian ini memiliki implikasi terhadap berbagai pihak yang terkait

dengan profesi akuntan, terutama akuntan publik (auditor Independen), antara

lain:

1. Berdasarkan kesimpulan di atas menyebutkan bahwa audit delay

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas kinerja akuntan

publik apabila ditinjau dari independensi, biasanya KAP yang memiliki

internal control yang baik maka kantor tersebut akan selalu menjaga

eksistensinya dan kualitasnya salah satunya adalah perencanaan audit

delay yang sesuai atau proprosional dengan tingkat pekerjaan pemeriksaan

keuangan, pada dasarnya rentang waktu pengerjaan audit ini (audit delay)

tidak mengharuskan KAP untuk membatasi waktu tertentu, tetapi KAP

yang baik selalu mempunyai perencanaan dan supervisi yang efektif dan

efisien dalam melakukan pemeriksaan baik dalam operasional KAP

tersebut ataupun sumber daya manusia yaitu auditor yang nantinya kualitas

kinerja KAP yang dilkukan oleh auditor akan tercermin dari hasil

pekerjaan tersebut. Dalam penelitian ini membuktikan bahwa ternyata

varabel audit delay mempunyai pengaruh terhadap kualitas kinerja audit

akuntan publik.

Page 121: Yasmin FEIS

ix

C. Saran

Sebagai hasil dari analisis yang peneliti lakukan dapat disarankan bahwa:

1. Supervisi yang seksama dalam KAP dan Standar atau Kebijakan

pemerintah dalam meningkatkan kualitas akuntan publik dapat terus

diperhatikan karena fungsi akuntan publik adalah pihak yang paling

independen.

2. Didalam dunia audit khusunya seorang akuntan publik independensi

bukan merupakan “negosiasi” tetapi sikap dan mental yang harus dimiliki

oleh seorang auditor, jadi peneliti menyarankan kepada auditor agar tetap

selalu menjaga sikap independensi tersebut.

Page 122: Yasmin FEIS

ix

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. “Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan

Publik”, Jilid 1 Edisi 3, FEUI, Jakarta, 2004.

Aryati, Titik dan Theresia Maria.”Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Audit Delay Dan Timeliness”. Media Riset Auditing dan Informasi Vol 5 No. 3, Desember 2005.

A.M.B.P. Putra Djaja. “Analisis Pengaruh Faktor-faktor Penujang Kinerja Tim

Pemeriksa Terhadap Efektifitas Pencapaian Tujuan

Pemeriksaan”. Tidak dipublikasikan. Karya Akhir Magister

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2002.

A.th.Soetedjo.”Profesionalisme Auditor dan Tantangan yang Menghadang”.

majalah Pemeriksa No.89, April-Mei 2003.BPK-RI.Hal.34-40.

Arens, Alvian A.; Randal J.Elder, Mark S. Beasley..”Auditing and Assurance

Service : An Integrated Approach”. 9th edition. Prentice Hall,

2003.

Arens, Alvian, dan James K Loebbecke, 2001, “Auditing Pendekatan

Terpadu” Edisi Indonesia Salemba Empat, Jakarta, 2001.

Aryati Titik dan Theresia Maria. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit

Delay dan Timelines” Media Riset akuntansi, auditing, dan

informasi Vol.3, 2004.

Boynton, William C. “Modern Auditing”. Erlangga: Jakarta, 2000.

Christina Sososutikno.“Hubungan Tekanan Anggaran Waktu dengan Perilaku

Difungsional serta Pengaruhnya terhadap Kualitas Audit”. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya, 16-17 Oktober

2003. Hal 1116-1128, 2003.

Page 123: Yasmin FEIS

ix

Christiawan, Yulius Jogi, 2002, “Kompetensi Dan Independensi Akuntan

Publik:Refleksi Hasil Penelitian Empiris”, Jurnal Akuntansi

dan Keuangan, Jan 2002/ Vol 4/ No 2.

Deis, Donald R. Jr. and Gary A. Giroux, “Determinants of Audit Quality in the

Public Sectors”, The Accounting Review, Vol.67 no.3, July,

1992, pp.462-479.

Gul, F., and C. Windsor “The effects of client financial condition, size of audit

tendering on auditors’ ability to resist management pressure”.

Proceedings of the Annual Conference, The Accounting

Association of Australia and New Zealand. pp 263-67, 1991.

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”, Edisi

Ketiga, Badan Penerbit UNDIP, Semarang, 2005.

Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Skripsi”. Grafika Karya Utama, Jakarta,

2005.

Indriantoro, Nur. Supomo, Bambang. ”Metodologi Penelitian Bisnis”. BPFE:

Yogyakarta, 2002

Irwati, Yuke. Mukhlasin, Thio Anastasia Petronila.. ”Hubungan Karakteristik

Personal Terhadap Tingkat Penerimaan Perilaku Dalam

Audit”. Makalah Simposium Nasional Akuntansi VII : Solo,

2005.

IAI Kompartemen Akuntan Publik. ”Standar Profesional Akuntan

Publik”,Salemba Empat, 2002.

Jaka Winarna dan Ninuk Retnowati.”Persepsi Akuntan Pendidik, Akuntan

Publik dan Mahasiswa Akuntansi terhadap Kode Etik Akuntan

Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya, 16-

17 Oktober 2003. Hal 839-848, 2003.

Page 124: Yasmin FEIS

ix

Lastanti, H. Sri.”Tinjauan terhadap kompetensi dan independensi akuntan

publik: Refleksi atas skandal keuangan”. Media Riset

akuntansi, auditing, dan informasi Vol.5, 2005.

Lestari, Martini. “Analisis Kebijakan Pemeriksaan Dalam Rangka

Meningkatkan Kualitas Hasil Pemeriksaan”. Tidak

dipublikasikan. Karya Akhir Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003.

Mayangsari, Sekar.”Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Terhadap

Pendapat Audit: Sebuah Kuasieksperimen”.Makalah

Simposium Nasional Akuntansi VII: Solo, 2005.

Maria, Agnes. Pinnarwan, Djohan.”.Independensi Akuntansi Publik : Sebuah

Rekapitulasi. Media Riset akuntansi, auditing, dan informasi

Vol.3, 2003.

Meidawati, Neni.”Meningkatkan Akuntabilitas Auditor Independen Melalui

Standar Profesional”. Media akuntansi, No.16, 2001.

Mock, T., and M. Samet, 1982_”A multi-attribute model for audit evaluation”, Proceedings of the VI University of Kansas Audit Symposium.

Myrna Nurhama dan Nur Indriantoro, 2000, “Tindakan Supervisi dan

Kepuasan Kerja Akuntan Pemula di KAP”. Jurnal Riset

Akuntansi Indonesia, Januari, hal. 104-105, 2000.

Novianty, Retty dan Wijaya Kusuma, Indra.”Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Independensi Penampilan Akutan Publik”.

Jurnal Akuntansi dan Auditing Vol 5 No. 1, Juni 2001.

Nugroho, Bhuono A. “Strategi Jitu memilih Metode Statistik Penelitian

dengan SPSS”, ANDI, Yogyakarta, 2005.

Pincus, K,V, “Audit Judgment Confindence.” Behavioral Research in Accounting 3. hal. 39-65, 1991.

Page 125: Yasmin FEIS

ix

Supriyono, R. A. “Pemeriksaan Akuntansi (Auditing): Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik”, BPEF, Yogyakarta, 1988.

Rahayu Dyah Sih dan Faisal.”Pengaruh Komitmen Terhadap Respon Auditor

Atas Tekanan Sosial: Sebuah Eksperimen”. Jurnal Akuntansi,

Auditing dan Informasi Vol 9 No. 1, Juni 2005.

Ridwan Widagdo, Sukma Lesmana dan Soni Agus Irwadi.”Analisis Pengaruh

Atribut-atribut Kualitas Audit terhadap Kepuasan Klien”.

Simposium Nasional Akuntansi 5. Semarang, 5-6 September

2002. Hal. 560-574, 2002.

Sawyer, Lawrence. B. et al. Internal Auditing Sawyer. Salemba Empat: Jakarta,

2005.

Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”, Alfabet, Bandung, 2005.

Shockley, R.. “Perceptions of auditor independence”. The Accounting Review, October, pp 785-800, 1981.

Sri Trisnaningsih dan Sri Iswati.”Perbedaan Kinerja Auditor dilihat dari segi

Gender”. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya, 16-17

Oktober 2003. Hal 1036-1047, 2003.

Utami, Wiwik dan Mardiasmo. “Pengaruh Pengalaman Memeriksa Laporan

Keuangan Terhadap Mutu Pertimbangan”, Thesis S-2 tidak

dipublikasikan, Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah

Mada, Yogyakarta, 1991.

Wooten, Thomas C. “Research About Audit Quality”. The CPA Journal. Jan

2003; 73,1; ABI/INFORM Global pg. 48-51, 2003.

.