1
PERBANKAN Kontan Rabu, 4 November 2020 KREDIT SINDIKASI n Mengejar Potensi Hingga Akhir Tahun JAKARTA. Pandemi Covid 19 menghambat penyaluran kre- dit sindikasi. Nilai kredit ter- sebut di tahun ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan angka penyaluran di periode yang sama tahun lalu. Namun, kesepakatan sindikasi di tiga bulan terakhir jauh lebih be- sar dibanding selama tujuh bulan pertama tahun ini. Mengutip data Bloomberg League Table Reports Global Syndicated Loan, total kredit sindikasi dari sisi mandated lead arranger sepanjang Ja- nuari-Oktober 2020 tercatat sebesar US$ 17,83 miliar atau sekitar Rp 256,7 triliun. Itu turun 23,6% dari capaian pe- riode yang sama tahun lalu yaitu US$ 23,33 miliar. Dari tabel tersebut, Bank BNI mencatat perolehan kre- dit sindikasi paling tinggi yak- ni US$ 2,92 miliar dari 15 pro- yek sindikasi. Angka ini me- mang turun jika dibanding hasil di periode sama tahun lalu, yang mencapai US$ 3,16 miliar dari 25 proyek. Tetapi kenaikannya sudah cukup tinggi jika dibandingkan de- ngan tujuh bulan pertama ta- hun ini. Capaian per Juli seki- tar US$ 733,3 juta. Bank Mandiri berada di tempat kedua, dengan hasil US$ 2,43 miliar dari 17 proyek sindikasi. Berikutnya, Bank Rakyat Indonesia (BRI) de- ngan nilai US$ 1,15 miliar dari delapan proyek. Dari kelom- pok bank swasta, Bank Cen- tral Asia (BCA) mencatatkan kredit sindikasi dari sisi bookrunner senilai US$ 487,3 juta dan CIMB Niaga senilai US$ 318,03 juta. Rommel Sitompul, Kepala Divisi Sindikasi dan Solusi Korporasi BNI mengatakan, pandemi Covid-19 yang mene- kan banyak sektor ekonomi secara langsung berdampak ke pasar sindikasi. "Kesepa- katan sindikasi BNI selama 10 bulan pertama tahun ini hanya 63% dari jumlah kesepakatan di periode yang sama tahun lalu," ujar dia ke KONTAN, Selasa (3/11). Namun, BNI melihat masih ada beberapa pipeline kredit sindikasi yang kemungkinan akan ditutup dalam dua bulan terakhir tahun ini. Rommel bilang, potensi kesepakatan itu berasal dari industri peng- olahan dan infrastruktur. Hingga September, BNI me- ngantongi fee based income (FBI) Rp 263 miliar dari kredit sindikasi, atau turun 19% year on year (yoy). Namun, Rom- mel optimistis, tingkat penu- runan FBI akan melandai di saat tahun 2020 berakhir. Aestika Oryza Gunarto, Sekretaris Perusahaan BRI mengatakan, pandemi Covid- 19 membuat banyak proyek- proyek pembangunan tertun- da karena tingginya ketidak- pastian, meski bunga kredit cenderung turun. BRI melihat prospek sindi- kasi sampai akhir tahun masih menjanjikan sebagai motor penggerak FBI. Alasan dia, pembiayaan sindikasi proyek strategis nasional yang diga- rap BUMN tetap bergairah. BRI masih punya pipeline sindikasi sampai Desember US$ 311 juta yang berasal dari infrastruktur dan smelter de- ngan potensi FBI Rp 30,8 mili- ar. Sampai akhir tahun, BRI menargetkan FBI dari sindi- kasi Rp 157,5 miliar dan sam- pai September sudah tercapai Rp 140,7 miliar. Sementara Vera Eve Lim, Direktur Keuangan BCA me- ngatakan, terus berupaya un- tuk meningkatkan kemampu- an dalam pengelolaan kredit sindikasi bersama dengan bank atau lembaga keuangan lainnya. "Kami mencermati bahwa kredit sindikasi merupakan sarana untuk memberikan pinjaman kepada nasabah da- lam jumlah besar dan butuh tenor panjang," ujar dia. Per akhir September, nilai out- standing kredit sindikasi BCA mencapai Rp 42 triliun. Dina Mirayanti Hutauruk Bank Harda Amankan Kebutuhan Modal Bank Harda (BBHI) harus penuhi ketentuan modal inti minimal Rp 1 triliun akhir tahun ini JAKARTA. Tenggat waktu bagi bank untuk memenuhi nilai minimum modal inti se- makin dekat. Mengutip aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang tertuang dalam Peratur- an OJK (POJK) Nomor 12/ POJK.03/2020 tentang Konso- lidasi Bank Umum, bank kecil harus memiliki modal inti mi- nimal Rp 1 triliun pada akhir tahun ini. Pemenuhan modal mini- mum itu yang menjadi latar belakang pengambilalihan PT Bank Harda Internasional Tbk (BBHI) oleh PT Mega Corpora, milik pengusaha Chairul Tanjung (CT). Salah satu pemegang saham Bank Harda yaitu PT Hakimputra Perkasa menjual 3,06 miliar saham atau 73,71% saham yang ditempatkan dan disetor penuh ke Mega Corpora. Direktur Operasional Bank Harda Yohanes Simon menga- takan, rencana akuisisi terse- but masih terus berproses. Dengan begitu, Yohanes be- lum bisa merinci rencana bis- nis Bank Harda setelah proses akuisisi rampung, termasuk mengenai kemungkinan peng- gabungan Bank Harda dengan bank milik CT yaitu PT Bank Mega Tbk (MEGA). Menurut dia, prioritas Bank Harda saat ini adalah menambah modal agar se- gera naik ke kelompok BUKU II. "Betul (akuisisi), salah satu strategi dalam menambah permodalan un- tuk naik BUKU," ujar dia ke KONTAN, Selasa (3/11). Sementara mengenai har- ga akuisisi dan target akui- sisi ini rampung, akan me- nunggu hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Bia- sa (RUPSLB) yang akan se- gera dijadwalkan oleh Bank Harda. "RUPSLB dibutuh- kan untuk menyetujui pro- ses penambahan modal mela- lui rencana akuisisi, sekaligus sebagai syarat untuk memper- oleh izin OJK," ujar Yohanes. Aksi korporasi ini sontak membuat harga saham Bank Harda terbang di bursa. Pada perdagang- an Selasa (3/11), saham Bank Harda ditutup menguat 34,55% diban- ding harga penutupan di hari sebelumnya, menjadi Rp 222 per saham. Itu sebabnya Nafan Aji Ana- lis Binaartha Sekuritas meni- lai saham BBHI kini sudah memasuki fase overbought. Adapun nilai buku Bank Harda saat ini berada di kisar- an Rp 83. Bila proses akuisisi memakai harga di pa- sar pada saat ini, maka harga BBHI sudah ter- bilang mahal. Maka dari itu, bisa saja, Chairul meminta harga diskon. Harga pembelian bergantung pada kesepakatan ke- dua pihak. "Kembali kepada nilai yang di- anggap adil dan sebera- pa urgent dana segar dibutuhkan," ujar Ke- pala Riset PT Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma. Senin (2/11), pemilik Bank Harda lain, Ibnu Susanto, juga melego saham miliknya seba- nyak 6,69% atau 280 juta saham seharga Rp 139 per saham. n Marshall Sautlan KREDIT MACET BANK n NPL Bank Terkerek Sektor Bisnis yang Rentan Pandemi JAKARTA. Rasio non perfor- ming loan (NPL) perbankan selama pandemi Covid-19 cenderung naik. Sampai kuar- tal III-2020, Otoritas Jasa Ke- uangan (OJK) mencatat NPL gross perbankan mencapai 2,09%, terkerek cukup tinggi dibandingkan posisi akhir 2019, yang di bawah 1,50%. Jika dilihat berdasarkan sektor ekonomi, industri per- tambangan, pengolahan, dan perdagangan punya kontribu- si paling besar. Masing-masing sektor itu menyumbang NPL berturut-turut 5,51%, 4,58%, dan 4,58%. Sejumlah bank jumbo pun mengakui sektor-sektor terse- but memang menjadi biang keladi semakin tingginya NPL perbankan. Direktur Manaje- men Risiko PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Ahmad Siddik Badruddin mengatakan, pan- demi memperparah sejumlah sektor ekonomi yang sudah jatuh sebelumnya. “Sektor yang mendorong kenaikan NPL berasal dari pertambangan batubara, per- dagangan mesin besar dan peralatan. Sektor-sektor ini umum sebelum pandemi su- dah terdampak pelemahan harga komoditas,” ujar dia ke KONTAN, Selasa (3/11). Lantaran telah bermasalah sebelum pandemi, debitur- debitur pada sektor ekonomi tersebut disebut Siddik juga tak mampu dibantu bank da- lam program relaksasi re- strukturisasi OJK. Pada kuartal III-2020 NPL Bank Mandiri meningkat tipis dari 3,39% pada kuartal II-2020 menjadi 3,47%. Adapun sam- pai akhir tahun NPL ditaksir masih akan meningkat ke ki- saran 3,50%. Direktur Kredit PT Bank Danamon Tbk (BDMN) Dadi Budiana menjelaskan telah berhasil menekan NPL dari 4,2% pada kuartal II-2020 men- jadi 3,2% di akhir September. “Kami masih melihat ada kenaikan NPL pada sektor perdagangan, konstruksi, dan transportasi. Pandemi menja- di salah satu tantangan terbe- sar bagi perusahaan di sektor- sektor tersebut,” ujar Dadi kepada KONTAN. Anggar Septiadi Akuisisi jadi salah satu strategi dalam menambah permodalan untuk naik BUKU. Yohanes Simon, Direktur Operasional Bank Harda Sektor Ekonomi Pendorong NPL September 2020 (%) Total NPL Industri Pengolahan 4,58 Perajutan 10,67 Kayu lapis & sejenisnya 9,54 Total NPL Konstruksi 3,69 Perumahan tipe >70 m2 6,18 Total NPL Perdagangan 4,58 Mesin, suku cadang dan perlengkapan 6,26 Total NPL Pertambangan 5,51 Batubara 6,43 Sumber: OJK Kinerja Bank Harda Internasional (dalam Rp miliar) 20-Sep 19-Sep YOY (%) Modal Inti 290,88 279,55 4,05 Laba bersih 48,39 -6,71 - Aset* 2,12 2,51 -15,54 Kredit* 1,37 1,73 -20,81 Total Ekuitas 326,69 336,48 -2,91 Sumber : Laporan Keuangan; (*) = dalam Rp triliun Kinerja Bank Mega (dalam Rp miliar) 20-Jun 19-Jun YOY (%) Modal Inti 14,73 13,23 11,34 Laba bersih 1,18 891,38 32,59 Aset 99,23 84,27 17,75 Kredit 49,97 46,15 8,28 Total Ekuitas 15,3 14,35 6,62 Sumber : Laporan Keuangan Pemegang Saham Bank Harda Porsi PT Hakim Putra Perkasa 73,71% Ibnu Susanto 6,69% Kwee Sinto 3,79% Masyarakat 15,81% Pemegang Saham Bank Mega PT Mega Corpora 58,01% Masyarakat 41,98%

Yohanes Simon, Direktur Operasional Bank Harda Kredit ......Tbk (BBHI) oleh PT Mega Corpora, milik pengusaha Chairul Tanjung (CT). Salah satu pemegang saham Bank Harda yaitu PT Hakimputra

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Yohanes Simon, Direktur Operasional Bank Harda Kredit ......Tbk (BBHI) oleh PT Mega Corpora, milik pengusaha Chairul Tanjung (CT). Salah satu pemegang saham Bank Harda yaitu PT Hakimputra

Perbankan �Kontan Rabu, 4 November 2020

Kredit SindiKaSin

Mengejar Potensi Hingga Akhir TahunJAKARTA. Pandemi Covid 19 menghambat penyaluran kre-dit sindikasi. Nilai kredit ter-sebut di tahun ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan angka penyaluran di periode yang sama tahun lalu. Namun, kesepakatan sindikasi di tiga bulan terakhir jauh lebih be-sar dibanding selama tujuh bulan pertama tahun ini.

Mengutip data Bloomberg League Table Reports Global Syndicated Loan, total kredit sindikasi dari sisi mandated lead arranger sepanjang Ja-nuari-Oktober 2020 tercatat sebesar US$ 17,83 miliar atau sekitar Rp 256,7 triliun. Itu turun 23,6% dari capaian pe-riode yang sama tahun lalu yaitu US$ 23,33 miliar.

Dari tabel tersebut, Bank BNI mencatat perolehan kre-dit sindikasi paling tinggi yak-ni US$ 2,92 miliar dari 15 pro-yek sindikasi. Angka ini me-mang turun jika dibanding hasil di periode sama tahun lalu, yang mencapai US$ 3,16 miliar dari 25 proyek. Tetapi kenaikannya sudah cukup tinggi jika dibandingkan de-ngan tujuh bulan pertama ta-hun ini. Capaian per Juli seki-tar US$ 733,3 juta.

Bank Mandiri berada di tempat kedua, dengan hasil US$ 2,43 miliar dari 17 proyek sindikasi. Berikutnya, Bank Rakyat Indonesia (BRI) de-ngan nilai US$ 1,15 miliar dari delapan proyek. Dari kelom-pok bank swasta, Bank Cen-tral Asia (BCA) mencatatkan kredit sindikasi dari sisi bookrunner senilai US$ 487,3 juta dan CIMB Niaga senilai US$ 318,03 juta.

Rommel Sitompul, Kepala Divisi Sindikasi dan Solusi Korporasi BNI mengatakan, pandemi Covid-19 yang mene-kan banyak sektor ekonomi secara langsung berdampak ke pasar sindikasi. "Kesepa-katan sindikasi BNI selama 10 bulan pertama tahun ini hanya 63% dari jumlah kesepakatan di periode yang sama tahun lalu," ujar dia ke KONTAN,

Selasa (3/11).Namun, BNI melihat masih

ada beberapa pipeline kredit sindikasi yang kemungkinan akan ditutup dalam dua bulan terakhir tahun ini. Rommel bilang, potensi kesepakatan itu berasal dari industri peng-olahan dan infrastruktur.

Hingga September, BNI me-ngantongi fee based income (FBI) Rp 263 miliar dari kredit sindikasi, atau turun 19% year on year (yoy). Namun, Rom-mel optimistis, tingkat penu-runan FBI akan melandai di saat tahun 2020 berakhir.

Aestika Oryza Gunarto, Sekretaris Perusahaan BRI mengatakan, pandemi Covid-19 membuat banyak proyek-proyek pembangunan tertun-da karena tingginya ketidak-pastian, meski bunga kredit cenderung turun.

BRI melihat prospek sindi-kasi sampai akhir tahun masih menjanjikan sebagai motor penggerak FBI. Alasan dia, pembiayaan sindikasi proyek strategis nasional yang diga-rap BUMN tetap bergairah.

BRI masih punya pipeline sindikasi sampai Desember US$ 311 juta yang berasal dari infrastruktur dan smelter de-ngan potensi FBI Rp 30,8 mili-ar. Sampai akhir tahun, BRI menargetkan FBI dari sindi-kasi Rp 157,5 miliar dan sam-pai September sudah tercapai Rp 140,7 miliar.

Sementara Vera Eve Lim, Direktur Keuangan BCA me-ngatakan, terus berupaya un-tuk meningkatkan kemampu-an dalam pengelolaan kredit sindikasi bersama dengan bank atau lembaga keuangan lainnya.

"Kami mencermati bahwa kredit sindikasi merupakan sarana untuk memberikan pinjaman kepada nasabah da-lam jumlah besar dan butuh tenor panjang," ujar dia. Per akhir September, nilai out-standing kredit sindikasi BCA mencapai Rp 42 triliun.

Dina Mirayanti Hutauruk

Bank Harda Amankan Kebutuhan Modal Bank Harda (BBHI) harus penuhi ketentuan modal inti minimal Rp 1 triliun akhir tahun ini

JAKARTA. Tenggat waktu bagi bank untuk memenuhi nilai minimum modal inti se-makin dekat. Mengutip aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang tertuang dalam Peratur-an OJK (POJK) Nomor 12/POJK.03/2020 tentang Konso-lidasi Bank Umum, bank kecil harus memiliki modal inti mi-nimal Rp 1 triliun pada akhir tahun ini.

Pemenuhan modal mini-mum itu yang menjadi latar belakang pengambilalihan PT Bank Harda Internasional Tbk (BBHI) oleh PT Mega Corpora, milik pengusaha Chairul Tanjung (CT). Salah satu pemegang saham Bank Harda yaitu PT Hakimputra Perkasa menjual 3,06 miliar saham atau 73,71% saham yang ditempatkan dan disetor penuh ke Mega Corpora.

Direktur Operasional Bank

Harda Yohanes Simon menga-takan, rencana akuisisi terse-but masih terus berproses. Dengan begitu, Yohanes be-lum bisa merinci rencana bis-nis Bank Harda setelah proses akuisisi rampung, termasuk mengenai kemungkinan peng-gabungan Bank Harda dengan bank milik CT yaitu PT Bank Mega Tbk (MEGA).

Menurut dia, prioritas Bank Harda saat ini adalah menambah modal agar se-gera naik ke kelompok BUKU II. "Betul (akuisisi), salah satu strategi dalam menambah permodalan un-tuk naik BUKU," ujar dia ke KONTAN, Selasa (3/11).

Sementara mengenai har-ga akuisisi dan target akui-sisi ini rampung, akan me-nunggu hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Bia-sa (RUPSLB) yang akan se-gera dijadwalkan oleh Bank Harda. "RUPSLB dibutuh-kan untuk menyetujui pro-

ses penambahan modal mela-lui rencana akuisisi, sekaligus sebagai syarat untuk memper-oleh izin OJK," ujar Yohanes.

Aksi korporasi ini sontak membuat harga saham Bank Harda terbang di bursa. Pada perdagang-an Selasa (3/11), saham Bank Harda ditutup menguat 34,55% diban-

ding harga penutupan di hari sebelumnya, menjadi Rp 222 per saham.

Itu sebabnya Nafan Aji Ana-lis Binaartha Sekuritas meni-

lai saham BBHI kini sudah memasuki fase overbought.

Adapun nilai buku Bank Harda saat ini berada di kisar-an Rp 83. Bila proses akuisisi

memakai harga di pa-sar pada saat ini, maka harga BBHI sudah ter-bilang mahal.

Maka dari itu, bisa saja, Chairul meminta harga diskon. Harga pembelian bergantung pada kesepakatan ke-dua pihak. "Kembali kepada nilai yang di-anggap adil dan sebera-pa urgent dana segar dibutuhkan," ujar Ke-pala Riset PT Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma.

Senin (2/11), pemilik Bank Harda lain, Ibnu Susanto, juga melego saham miliknya seba-nyak 6,69% atau 280 juta saham seharga Rp 139 per saham. n

Marshall Sautlan

Kredit macet banKn

NPL Bank Terkerek Sektor Bisnis yang Rentan PandemiJAKARTA. Rasio non perfor-ming loan (NPL) perbankan selama pandemi Covid-19 cenderung naik. Sampai kuar-tal III-2020, Otoritas Jasa Ke-uangan (OJK) mencatat NPL gross perbankan mencapai 2,09%, terkerek cukup tinggi dibandingkan posisi akhir 2019, yang di bawah 1,50%.

Jika dilihat berdasarkan sektor ekonomi, industri per-tambangan, pengolahan, dan perdagangan punya kontribu-si paling besar. Masing-masing sektor itu menyumbang NPL berturut-turut 5,51%, 4,58%,

dan 4,58%.Sejumlah bank jumbo pun

mengakui sektor-sektor terse-but memang menjadi biang keladi semakin tingginya NPL perbankan. Direktur Manaje-men Risiko PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Ahmad Siddik Badruddin mengatakan, pan-demi memperparah sejumlah sektor ekonomi yang sudah jatuh sebelumnya.

“Sektor yang mendorong kenaikan NPL berasal dari pertambangan batubara, per-dagangan mesin besar dan peralatan. Sektor-sektor ini

umum sebelum pandemi su-dah terdampak pelemahan harga komoditas,” ujar dia ke KONTAN, Selasa (3/11).

Lantaran telah bermasalah sebelum pandemi, debitur-debitur pada sektor ekonomi tersebut disebut Siddik juga tak mampu dibantu bank da-lam program relaksasi re-strukturisasi OJK.

Pada kuartal III-2020 NPL Bank Mandiri meningkat tipis dari 3,39% pada kuartal II-2020 menjadi 3,47%. Adapun sam-pai akhir tahun NPL ditaksir masih akan meningkat ke ki-

saran 3,50%. Direktur Kredit PT Bank

Danamon Tbk (BDMN) Dadi Budiana menjelaskan telah berhasil menekan NPL dari 4,2% pada kuartal II-2020 men-jadi 3,2% di akhir September.

“Kami masih melihat ada kenaikan NPL pada sektor perdagangan, konstruksi, dan transportasi. Pandemi menja-di salah satu tantangan terbe-sar bagi perusahaan di sektor-sektor tersebut,” ujar Dadi kepada KONTAN.

Anggar Septiadi

Akuisisi jadi salah satu strategi dalam menambah permodalan untuk naik BUKU.Yohanes Simon, Direktur Operasional Bank Harda

Sektor Ekonomi Pendorong NPL

September 2020 (%)Total NPL Industri Pengolahan 4,58Perajutan 10,67Kayu lapis & sejenisnya 9,54Total NPL Konstruksi 3,69Perumahan tipe >70 m2 6,18Total NPL Perdagangan 4,58Mesin, suku cadang dan perlengkapan 6,26

Total NPL Pertambangan 5,51Batubara 6,43

Sumber: OJK

Kinerja Bank Harda Internasional (dalam Rp miliar)

20-Sep 19-Sep YOY (%)Modal Inti 290,88 279,55 4,05Laba bersih 48,39 -6,71 -Aset* 2,12 2,51 -15,54Kredit* 1,37 1,73 -20,81Total Ekuitas 326,69 336,48 -2,91Sumber : Laporan Keuangan; (*) = dalam Rp triliun

Kinerja Bank Mega (dalam Rp miliar)

20-Jun 19-Jun YOY (%)Modal Inti 14,73 13,23 11,34Laba bersih 1,18 891,38 32,59Aset 99,23 84,27 17,75Kredit 49,97 46,15 8,28Total Ekuitas 15,3 14,35 6,62Sumber : Laporan Keuangan

Pemegang Saham Bank Harda

Porsi

PT Hakim Putra Perkasa 73,71%

Ibnu Susanto 6,69%Kwee Sinto 3,79%Masyarakat 15,81%

Pemegang Saham Bank Mega

PT Mega Corpora 58,01%Masyarakat 41,98%