2
Pikiran Rakyat . Sen;n 123 17 18 19 OJan .Peb o Se/asa 4 5 20 o Mar o Rabu 0 Kam;s 0 Jumat 6 7 <a> 9 10 11 21 22 23 24 25 26 OApr o Me; OJun OJul 0 Ags o Sabtu 0 M;nggu 12 13 14 15 16 27 28 29 30 31 OSep OOkt OHov ODes Solit Memal,"zull,"an ~ - -- ... - < ~~ .Yudhoyono -..' -.-. W ACANA pemakzu1an ter- hadap pasangan Susilo Bam- bang Yudhoyono-Boediono ~g diembuskan Partai Gerindra men- jadi serius dibahas oleh banyak kalan- gan. Hal ini ditambah dengan pola kepemimpinan Yudhoyono yang diang- gap melankolik dan tidak setegar waktu periode pertama kepresidenannya. .Meski dianggap angin lalu oleh partai koalisi pemerintah di DPR, guliran pe- makzu1an Yudhoyono-Boediono menja- di kekhawatiran kalangan terdekat di lingkaran istana. Hal ini ditegaskan dengan berbagai respons dari Yudhoy- ono, selain selalu curhat kepada publik berkaitan dengan perilaku politik yang mengancam pemerintahannya. . Langkah konsolidasi yang dilakukannya terhadap pimpinan lembaga tinggi ne- gara makin memperkuat bahwa pe- makzu1an bukan lagi sekadar wacana. Hal lain yang agak menarik dalam konteks ini adalah bahwa SBYterkesan selalu merasa dalam posisi bertahan dan memosisikan diri seolah sebagai figur yang teraniaya secara politik. Hal ini secara teoretik agak aneh, mengin- gat Yudhoyono-Boediono mengantungi dukungan publik lebih dari 60%. Se- harnsnya, Yudhoyono khususnya mam- pu melakukan berbagai bentuk artiku- lasi politik dalam merealisasikan pro- gram,nya. Bahkan yang paling serius adalah wacana pemakzu1an tersebutju- ga "dipopulerkan" oleh Yudhoyono den- gan berbagai curhat politik yang di- lakukannya kepada publik. Model dan prasyarat Penurunan presiden dari ke- kuasaannya setidaknya telah teIjadi empat kali dalam sejarah Indonesia. Hal ini tidak termasuk dengan pergant- Ian PerdanaMenteri di era Demokrasi Parlementer. Empat proses pemakzu1an tersebut bisajadi model bagi kita untuk mengukur sejauh mana proses yang sarna dapat teIjadi pada Yudhoyono- Boediono. . Adapun keempat model tersebut adalah, pertama, model Soekarno, yakni pemakzulan terhadap kekuasaan Soekarno sebagai presiden oleh MPRS karena menolak mempertanggung- jawabkan krisis ekonomi dan politik, serta dianggap melindungi PKI. Soekarno menyebut Peristiwa G30Sj- PKI adalah riak dalam revolusi seba- gaimana yang diungkapkannya dalam pidatonya di depan MPRS beIjudul Nawaksara. Kedua, model Soeharto, yakni proses penurunan dirinya dari kekuasaan Orde Barn. Hal yang menarik dari model Soeharto adalah kecerdaS'arrnrelihat '--- situasi politik, di mana tidak lagi ada duktingan politik, baik dari lingkaran politiknya, DPRjMPR, maupun tentara. Soeharto memilih mundur secara sukarela daripada diberhentikan oleh MPR. Ketiga, model Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Model pemakzu1an Gus Dur ini sesungguhnya mencerminkan di- namika politik yang khas dan sangat di- namis. Praktis Gus Dur diturunkan oleh MPR melalui sidang istimewanya kare- na koalisi partai politik yang men- dukungnya menarik diri. Hal yang menarik, jauh sebelum itu Gus Dur melakukan berbagai manuver politik yang sebenarnya agak kurang tepat, mengingat koalisi partai politik yang mendukungnya sangat rapuh. Keempat, model Habibie. Model ill sebenarnya bukan bagian dari proses pemakzu1an, hanya karakteristiknya mirip dan dekat dengan upaya penu- runannya dari kekuasaan. Penolakan pertanggungjawaban Habibie dalam SU MPR adalah bagian skenario politik un- tuk mematikan langkah politik Habibie yang akan dicalonkan kembali menjadi presiden oleh Partai Golkar dan bebera- pa partai gurem pasca-Pemilu 1999. Dari keempat model pemakzu1an tersebut, setidaknya memiliki kesamaan prasyarat yang membuat empat presi- den Indonesia tersebut diturunkan, mundur secara sularela, dan atau dito- lak pertanggungjawaban politiknya oleh MPR. . Adapun prasyarat tersebut adalah, pertama, adanya kasus atau peristiwa sebagai pemicu politik teIjadinya pe- makzu1an. Pada model Soekarno adalah peristiwa G30SjPKI; Soeharto, gugurnya mahasiswa dalam aksi unjuk rasa yangkemudian dikenal sebagai Tragedi Trisakti; Gus Dur, Bruneigate dan kontroversi pergantian Kapolri; dan Habibie, lepasnya Timor- Timur dari NKRI sebagai akibat dari kebijakan IJabibie membarikan opsi referendum kepada provinsi termuda Indonesia tersebut. Kedua, koalisi politik pendukung ter- pecah atau menarik dukungan. Pada konteks Soekarno, partai politik pendu- kung Nasakom terpecah, selain PKI yang terlibat dalam peristiwa G30SjPKI, PNIjuga dilanda konflik in- ternal, sedangkan NU memilih jalan aman dengan merapat pada militer. Se- mentara itu, pada model Soeharto, pimpinan MPR ketika itu, yang juga Ke- tua Umum Golkar ketika itu menyaran- kan Soeharto mundur dari kekuasaan- nya. Sementara itu, pada model Gus Kliping Humas Unpad 2010 --

Yudhoyono - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/02/pikiranrakyat... · mirip dan dekat dengan upaya penu-runannya dari kekuasaan. Penolakan ... aman dengan

  • Upload
    lecong

  • View
    234

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Pikiran Rakyat. Sen;n

12317 18 19

OJan .Peb

o Se/asa4 5

20

o Mar

o Rabu 0 Kam;s 0 Jumat

6 7 <a> 9 10 1121 22 23 24 25 26

OApr o Me; OJun OJul 0 Ags

o Sabtu 0 M;nggu12 13 14 15 16

27 28 29 30 31

OSep OOkt OHov ODes

Solit Memal,"zull,"an~ - -- ... - < ~~

.Yudhoyono-..' -.-.

W ACANA pemakzu1an ter-hadap pasangan Susilo Bam-bang Yudhoyono-Boediono

~g diembuskan Partai Gerindra men-jadi serius dibahas oleh banyak kalan-gan. Hal ini ditambah dengan polakepemimpinan Yudhoyono yang diang-gap melankolik dan tidak setegar waktuperiode pertama kepresidenannya..Meski dianggap angin lalu oleh partaikoalisi pemerintah di DPR, guliran pe-makzu1an Yudhoyono-Boediono menja-di kekhawatiran kalangan terdekat dilingkaran istana. Hal ini ditegaskandengan berbagai respons dari Yudhoy-ono, selain selalu curhat kepada publikberkaitan dengan perilaku politik yangmengancam pemerintahannya. .Langkah konsolidasi yang dilakukannyaterhadap pimpinan lembaga tinggi ne-gara makin memperkuat bahwa pe-makzu1an bukan lagi sekadar wacana.

Hal lain yang agak menarik dalamkonteks ini adalah bahwa SBYterkesanselalu merasa dalam posisi bertahandan memosisikan diri seolah sebagaifigur yang teraniaya secara politik. Halini secara teoretik agak aneh, mengin-gat Yudhoyono-Boediono mengantungidukungan publik lebih dari 60%. Se-harnsnya, Yudhoyono khususnya mam-pu melakukan berbagai bentuk artiku-lasi politik dalam merealisasikan pro-gram,nya. Bahkan yang paling seriusadalah wacana pemakzu1an tersebutju-ga "dipopulerkan" oleh Yudhoyono den-gan berbagai curhat politik yang di-lakukannya kepada publik.

Model dan prasyaratPenurunan presiden dari ke-

kuasaannya setidaknya telah teIjadiempat kali dalam sejarah Indonesia.Hal ini tidak termasuk dengan pergant-Ian PerdanaMenteri di era DemokrasiParlementer. Empat proses pemakzu1antersebut bisajadi model bagi kita untukmengukur sejauh mana proses yangsarna dapat teIjadi pada Yudhoyono-Boediono. .

Adapun keempat model tersebutadalah, pertama, model Soekarno,yakni pemakzulan terhadap kekuasaanSoekarno sebagai presiden oleh MPRSkarena menolak mempertanggung-jawabkan krisis ekonomi dan politik,serta dianggap melindungi PKI.Soekarno menyebut Peristiwa G30Sj-PKI adalah riak dalam revolusi seba-gaimana yang diungkapkannya dalampidatonya di depan MPRS beIjudulNawaksara.

Kedua, model Soeharto, yakni prosespenurunan dirinya dari kekuasaan OrdeBarn. Hal yang menarik dari model

Soeharto adalah kecerdaS'arrnrelihat '---situasi politik, di mana tidak lagi adaduktingan politik, baik dari lingkaranpolitiknya, DPRjMPR, maupun tentara.Soeharto memilih mundur secarasukarela daripada diberhentikan olehMPR.

Ketiga, model Abdurrahman Wahid(Gus Dur). Model pemakzu1an Gus Durini sesungguhnya mencerminkan di-namika politik yang khas dan sangat di-namis. Praktis Gus Dur diturunkan olehMPR melalui sidang istimewanya kare-na koalisi partai politik yang men-dukungnya menarik diri. Hal yangmenarik, jauh sebelum itu Gus Durmelakukan berbagai manuver politikyang sebenarnya agak kurang tepat,mengingat koalisi partai politik yangmendukungnya sangat rapuh.

Keempat, model Habibie. Model illsebenarnya bukan bagian dari prosespemakzu1an, hanya karakteristiknyamirip dan dekat dengan upaya penu-runannya dari kekuasaan. Penolakanpertanggungjawaban Habibie dalam SUMPR adalah bagian skenario politik un-tuk mematikan langkah politik Habibieyang akan dicalonkan kembali menjadipresiden oleh Partai Golkar dan bebera-pa partai gurem pasca-Pemilu 1999.

Dari keempat model pemakzu1antersebut, setidaknya memiliki kesamaanprasyarat yang membuat empat presi-den Indonesia tersebut diturunkan,mundur secara sularela, dan atau dito-lak pertanggungjawaban politiknya olehMPR. .

Adapun prasyarat tersebut adalah,pertama, adanya kasus atau peristiwasebagai pemicu politik teIjadinya pe-makzu1an. Pada model Soekarno adalahperistiwa G30SjPKI; Soeharto,gugurnya mahasiswa dalam aksi unjukrasa yangkemudian dikenal sebagaiTragedi Trisakti; Gus Dur, Bruneigatedan kontroversi pergantian Kapolri;dan Habibie, lepasnya Timor- Timurdari NKRI sebagai akibat dari kebijakanIJabibie membarikan opsi referendumkepada provinsi termuda Indonesiatersebut.

Kedua, koalisi politik pendukung ter-pecah atau menarik dukungan. Padakonteks Soekarno, partai politik pendu-kung Nasakom terpecah, selain PKIyang terlibat dalam peristiwaG30SjPKI, PNIjuga dilanda konflik in-ternal, sedangkan NU memilih jalanaman dengan merapat pada militer. Se-mentara itu, pada model Soeharto,pimpinan MPR ketika itu, yang juga Ke-tua Umum Golkar ketika itu menyaran-kan Soeharto mundur dari kekuasaan-nya. Sementara itu, pada model Gus

Kliping Humas Unpad 2010--

Dur justru makin kentara denganadanya penarikan diri koalisi partaipolitik yang dulu mengusungnya men-jadi presiden. Dan, hal yang sarna jugateIjadi pada model Habibie, pada waktuitu internal Golkar juga tidak soliddalam mengusung Habibie, sem opor-tunitas partai politik pendukung lain-nya, yang cenderung bermain di dua ka-ki.

Ketiga, militer tidak mendukung danatau terpecah dukungannya. Pada mod-el Soekarno, TNI secara mayoritasmenarik dukungannya dari Soekarno,kecuali sekelompok kecil di tubuh TNIAU. Masa Soehan:o, TNIjustru terlibatkonflik internal, antara Wiranto yangcenderung ingin mengamankankekuaSaan Soeharto, dengan Prabowoyang memiliki ambisi politik untukmemimpin TNI sepeninggal Soeharto.Pada era Gus Dur, tentara cenderungmengikuti arus politik ketika itu, danmeninggalkan Gus Dur serta memilihproses konstitusional dalam konteks SIMPR Sementara pada model Habibie,TNI justru tengah melakukan koreksitotal sehingga dinamika yang teIjadi pa-da saat SU MPR tidak terlibat secaraaktif.

Keempat, tidak solidnya lingkarandekat Istana. Prasyarat keempat inimenjadi garda terakhir dari kekuasaanpresiden. Dapat dibayangkanbagaimana Soekarno merindukanorang yang loyal di sekitarnya saatdirinya tengah gundah karena tuduhandan serangan politik terhadap dirinya.Namun satu per satu meninggalkannya,baik yang dianggap terlibat dalam peris-tiwa G30SjPKI ataupun karena alasanoportunis semata.

Konteks Soeharto juga hampir mirip.Empat belas menteri di bawah koordi-nasi Ginanjar Kartasasmita menolakbergabung dengan kabinet yang diben-tuk Soeharto sebagai respons dari tun-tutan publik. Era Gus Dur juga demi-kian, satu persatu menteri yang berasaldari koalisi partai politik pendukungnyamenarik diri. .Sementara pada kasusHabibie, Partai Golkar dan ICMI yangmenjadi pilar penopang di lingkaranterdekatnyajuga tidak menunjukkansoliditas yang tinggi. Alhasil, langkahpolitik Habibie terhenti karena pertang-gungiawabannya ditolak MPR

Yudhoyono?Berkaca pada model dan prasyarat

tersebut di atas, masih relevankah up-aya pemakzulan Yudhoyono-Boediono?Tentu saja semua tergantung dari di-namika politik yang ada. Namun, secarakalkulatif politik upaya pemakzulan ter-

hadap Yudhoyono-Boediono menjadisangat sulit dilakukan. Selain empatprasyarat yang diurai tersebut di atasbelum teIjadi, juga secara legitimasipolitik, Yudhoyono-Boediono lebih ku-at.

Bahwa kasus Century Gate akanmenjadi pemicu politik penurunanYudhoyono-Boediono merupakan ben-tuk harapan politik, bukan sebagaipemicu. Apalagi secara realitas, meskiPKS dan Partai Golkar berupayamengambil momentum politik pada ka-sus tersebut, namun faktanya koalisipartai politik pengusung pasangantersebut relatif solid. Sementara itudukungan tentara terhadap kepemim-pinan Yudhoyono- Boediono juga taktergoyahkan. Meski ada sejumlah kasusseperti pengambilalihan perumahan di-nas tentara yang sedikit banyak men-goreksi persepsi umum di kalangan ten-tara dan keluarganya terhadap Yudho-yono. Apalagi ditambah dengan solidi-tas KIB II dan kalangan terdekat istanayang secara tim juga tidak bermasalah.

Namun, tentu Yudhoyono juga di-hadapkan pada dua pilihan yang rumitguna menyudahi polemik Century Gateagar dirinya dan KIB II dapat secarafokus menjalankan programnya. Pilihanitu, yakni, mengambil alih seluruh tang-gungjawab permasalahan Bank Centu-ry, dengan harapanakan mendapatkansimpati publik dan permasalahan terse-but selesai dengan permohonan maafYudhoyono kepada publik. Atau, men-gorbankan anak buahnya demi menjagapencitraan politiknya. Dua orang yangdisinyalir terlibat langsung dalam kasusCentury Gate adalah Boediono dan SriMulyani akan dilengserkan demi alasanstabilitas di KIB II.

Agaknya SBYcenderung memilih pil-ihan kedua karena biaya politiknyalebih rendah dibandingkan denganmengambil alih tanggungjawabmasalah Century Gate, yang belum ten-tu dapat dimaatkan oleh publik. Justrubisa saja pilihan pertama tersebut akanmenjadi bola liar dan mengarah padapemakzulan dirinya, sebagaimana yangteIjadi pada kasus Soekarno dan GusDur. Artinya, cukup mengganti duaorang dari KIB II, maka dua hal pentingdapat diraih, menghindari pemakzulandan mendapatkan tambahan dukungandi parlemen. Sebab, selain koalisi partaipolitik yang mengusungnya, bisa jadiPDI PeIjuangan juga akan merapat.(Muradi, staf pengajar Ilmu Pemerin-tahan, FISIP Unpad, Bandung. Direk-tur Program Institute for PoliticalLeadership Studies Universitas Para-madina, Jakarta)***

-- -