Upload
meirisa-rahma-pratiwi
View
212
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bhgh
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Muskuloskeletal
Musculoskeletal merupakan ilmu tentang system otot dan rangka atau tulang
yang diliputi oleh otot tersebut. Istilah muskulosketal terdiri atas dua kata yaitu
muskuler dan skeleton. Muskuler artinya otot dan skeleton berarti tulang atau rangka.
Secara sederhana dapat disimpullan bahwa musculoskeletal adalah gabungan dari
system otot dan rangka yang merekat dengan jaringan penghubung yang berfungsi
untuk memudahkan terjadinya gerakan pada manusia (Joseph Ladou, 2002).
Skeleton manusia terdiri dari 206 potong tulang dan terdiri dari ekstremitas
sebagai system ungkit yang dipersatukan oleh sebuah columna vertebrae. Agar
tulang-tulang itu dapat melakukan tugas ungkit, mereka dipertalikan oleh sendi-sendi
yang berlapiskan tulang rawan yang lembut sehingga tugas sebagai pengungkit dapat
terlaksana. Tenaga pengungkit dihasilkan oleh otot yang berkontraksi dan
menimbulkan gerakan (Suyatno Sastrowinot, 1985)
2.1.1 Sistem Skeleton
Sistem skeleton merupakan suatu rangkaian tulang-tulang yang bersendi satu
sama lain untuk membentuk suatu penyangga bagi struktur tubuh. Tipe dari jaringan
yang membentuk skeletal terdiri dari :
Jaringan tulang
Jaringan cartilage
Jaringan ikat fibrosa yang membentuk ligamentum yang menghubungkan
tulang dengan tulang
Adapun fungsi dari tulang (Ladou Joseph, 2002) yaitu :
1. Sebagai pembentuk dan penegak tubuh
2. Pelindung organ-organ penting
3. Tempat perlekatan otot
4. Alat gerak pasif
5. Produksi sel darah
6. Tempat penyimpanan mineral, seperti kalsium dan phopat
2.1.2 Sistem Kerja Otot
Otot terdiri atas sel-sel serat yang panjang dan lembut bersifat kontraksi ke satu
arah. Otot dibagi menjadi 3, otot rangka, jantung dan polos. Otot rangka tersusun
dari serat-serat otot yang merupakan balok penyusun system otot. Hamis seluruh otot
rangka berawal dan berakhir di tendo, dan serat-serat otot rangka tersusun sejajar
diantara ujung-ujung tendo, sehingga daya kontraksi saling menguatkan. Setiap serat
otot berupa satu sel otot berinti banyak, memanjang, silindrik (Chairuddin, Rasjad
2003).
Apabila terjadi kontraksi, maka serat otot akan mengeru ½ panjang asal dan
rentang gerakan otot itu akan bergantung pada panjangnya masing-masing serat.
Tetapi besarnya tenaga yang diperlihatkan oleh serat bergantung pada banyaknya
serat bukan panjangnya serat dalam otot itu (Suyatno, Sastrowinot, 1985).
Kerja otot terdiri dari 2 yaitu otot dinamik dan static. Pada kerja dinamik
pengencangan otot dan pengendorannya terjadi bergantian dan berirama sedangkan
pada otot static akan terus mengencang untuk beberapa lama. Misalnya, pada saat
berdiri otot pada kaki, pinggang, belakang dan tengkuk mengencang secara terus
menerus. Saat static saluran darah terdesak karena naiknya tekanan dalam otot
sehingga darah yang mengalir kedalam otot berkurang sebaliknya saat dinamik otot
itu bekerja sebagai pompa, konraksi menyebabkan darah dikeluarkan pada saat
relaksasi darah akan kembali masuk kedalam otot. Jadi selama bekerja, otot dinamik
lebih banyak menerima glukosa dan oksigen, kaya akan enerfgi dan sisa metabolism
seperti asam laktak dll akan cepat terbuang (Suyatno, Sastrowinot, 1985).
2.2 Anatomi Tulang Belakang
2.2.1 Collumna Vertebralis
Tulang belakang atau vertebrae merupakan bagian penting sebagai pilar utama
tubuh dan berfungsi menyanggah cranium, gelang bahu, ekstremitas superior dan
dinding thorax serta melalui gelang panggul meneruskan berat badan ke ekstremitas
inferio. Collumna vertebralis terdiri atas 33 tulang, 7 tulang cervical (leher), 12 tulang
thorakal, 5 tulang lumbal, 5 tulang sacralis (yang bersatu membentuk os sacrum) dan
4 tulang cocygeus (ekor). Struktur collumna ini fleksibel, karena bersegmen-segmen
dan terssun atas vertebrae, sendi-sendi, dan bantalan fibrocartilago yang disebut
discus intervertebralis (Snell, 2006).
Vertebrae Cervical
Terdiri atas 7 tulang yang memiliki bentuk tulang yang kecil dengan spina atau
procecccus spinosus (bagian seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek,
kecuali tulang ke2 dan 7. Ada yang disebut sebagai vertebrae cervicalis
tipikal( untuk yang khas) dan atipikal (untuk yang tidak khas). Diberi nama sesuai
dengan urutannya dari C1-C7, dengan sebutan khusus untuk C1 atau atlas, C2 atau
aksis dan C7 atau prominens.
Vertebrae Thorakal
terdiri atas 12 tulang yang juga dikenal sebagai tulang dorsal. Procesus
spinosus pada tulang ini terhubung dengan tulang rusuk. Kemungkinan beberapa
gerakan memutar dapat terjadi pada tulang ini.
Vertebrae Lumbal
terdiri atas 5 tulang yang merupakan bagian paling tegap konstruksinya dan
menanggung beban terberat dari tulang yang lainnya. Bagian ini memungkinkan
gerakan fleksi dan ekstensi tubuh dan beberapa gerakan rotasi dengan derajat yang
kecil.
Vertebrae Sacral
terdiri atas 5 tulang dimana tulang-tulangnya tidak memiliki celah dan
bergabung (intervertebral disc) satu sama lainnya. Tulang ini menghubungkan
antara bagian punggung dengan bagian panggul.
Vertebrae Coccygeus
terdiri atas 4 tulang yang juga tergabung tanpa celah antara 1 dengan yang
lainnya. Tulang coccyx dan sacrum tergabung menjadi satu kesatuan dan
membentuk tulang yang kuat.
Tulang belakang adalah struktur yang kompleks, yang terbagi menjadi bagian
anterior dan posterior. Tulang belakang terdiri dati korpus vertebra yang silindris,
dihubungkan oleh diskus intervertebralis, dan dilekatkan oleh ligamentum
longitudinal anterior dan posterior. Bagian posterior lebih lunak dan terdiri dari
pedikulus dan lamina yang membentuk kanalis spinalis. Bagian posterior
dihubungkan satu sama lain oleh sendi facet (disebut juga sendi apofisial atau
zygoapofisial) superior dan inferior. Sendi facet dan sendi sacroiliaka, yang dilapisi
oleh sinovia, diskus intervertebralis yang kompresibel, dan ligamen yang elastic, yang
berperan dalam gerak fleksi, ekstensi, rotasi, dan gerak lateral dari tulang belakang`
Pada tulang belakang terdapat bantalan yaitu intervertebral disc yang terdapat
di sepanjang tulang belakang sebagai sambungan antar tulang dan berfungsi
melindungi jalinan tulang belakang. Bagian luar dari bantalan ini terdiri dari annulus
fibrosus yang terbuat dari tulang rawan dan nucleus pulposus yang berbentuk seperti
jeli dan mengandung banyak air. Dengan adanya bantalan ini memungkinkan
terjadinya gerakan pada tulang belakang dan sebagai penahan jika terjadi tekanan
pada tulang belakang seperti dalam keadaan melompat (Guyton & Hall, 2008). Jika
terjadi kerusakan pada bagian ini maka tulang dapat menekan syaraf pada tulang
belakang sehingga menimbulkan kesakitan pada punggung bagian bawah dan kaki.
Struktur tulang belakang ini 13 harus dipertahankan dalam kondisi yang baik agar
tidak terjadi kerusakan yang dapat menyebabkan cidera (Cailliet, 2005)
Stabilitas tulang belakang tergantung dari integritas korpus vertebrae, diskus
intervertebralis dan struktur penunjang yakni otot dan ligament. Meskipun ligamen
yang menopang tulang belakang sangat kuat, stabilitas tulang belakang tetap
dipengaruhi aktivitas refleks maupun volunteer dari otot sacrospinalis, abdomen,
gluteus maximus, dan otot hamstring.
Struktur tulang belakang yang peka terhadap nyeri adalah periosteum
vertebrae, dura, sendi facet, annulus fibrosus dari diskus intervertebralis, vena
epidural, dan ligamentum longitudinal posterior. Gangguan pada berbagai struktur ini
dapat menjelaskan penyebab nyeri punggung tanpa kompresi radix saraf. Nucleus
pulposus dari diskus intervertebral tidak peka terhadap nyeri dalam situasi yang
normal. Tulang belakang regio lumbal dan servikal merupakan struktur yang paling
peka terhadap gerkana dan mudah mengalami trauma.
2.3. Tas Sekolah
Backpack atau tas punggung adalah sebuah wadah atau tempat yang
digunakan seseorang diatas punggungnya yang dilindungi oleh dua tali yang
memanjang vertical melewati bahu (Nurhayati, 2010). Sindrom Backpack adalah
nyeri yang terjadi akibat pemakaian tas punggung pada anak usia sekolah untuk
membawa alat dan perlengkapan sekolah dengan beban 4,5 – 18 kg atau 10-40% dari
berat badan anak (Keeta, 2002).
2.4 Muskuloskeletal Disorder (MSDs)
2.4.1 Definisi
Muskuloskeletal disorders (MSDs) adalah sekelompok kondisi patologis yang
mempengaruhi fungsi normal jaringan dari system musculoskeletal yang terdiri atas
system saraf, tendon, otot, dan jaringan penunjang seperti discus invertebral (tulang
belakang) (NIOSH, 1997).
MSDs umumnya terjadi tidak secara langsung melainkan penumpukan-
penumpukan cidera benturan kecil dan besar yang terakumulasi secara terus menerus
(statis) dalam waktu yang cukup lama.Yang diakibatkan oleh pengangkatan beban
saat bekerja, sehingga menimbulkan cidera dimulai dari rasa sakit, nyeri, pegal-pegal
pada anggota tubuh. Musculoskeletal disorders merupakan suatu istilah yang
memperlihatkan bahwa adanya gangguan pada sistem musculoskeletal (Grandjean,
1993; Lemastars, 1996 dalam Tarwaka, et al 2004).
Keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua (Tarwaka dkk, 2004) yaitu :
1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot
menerima beban statis, namun demikia nkeluhan tersebut akan segera hilang
apabila pembebanan dihentikan, dan
2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap, walaupun
pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih akan terus
berlanjut. Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang
berlebihan akibat dari pemberian beban yang melebihi beban fisiologis dengan
durasi pembebanan yang lama.
2.4.2 Tahapan Muskuloskeletal Disorders (MSDs)
Gejala yang menunjukkan tingkat dari keparahan MSDs (Oborne, 1995) dapat
dilihat dari tingkatan sebagai berikut :
1. Tahapan pertama
Akan timbul rasa nyeri dan kelelahan saat melakukan aktivitas tetapi setelah
beristirahat akan pulih kembali dan tidak mengganggu kapasitas dari aktivitas
2. Tahapan kedua
Rasa nyeri tetap aka nada setelah semalaman dan mengganggu waktu istirahat
3. Tahapan ketiga
Rasa nyeri akan tetap ada walaupun telah istirahat yang cukup, nyeri ketika
melakukan aktivitas yang berulang, tidur akan terganggu, kesulitan menjalankan
aktivitas yang akhirnya mengakibatkan terjadinya inkapasitas.
2.4.3 Gejala Mukuloskeletal Disorders (MSDs)
Gejala MSDs biasanya sering disertai dengan keluhan yang sifatnya subjektif
yang tergantung dari masing-masing individu, sehingga sulit untuk menentukan
derajat keparahan penuyakit tersebut. MSDs ditandai dengan beberapa gejala yaitu
sakit, nyeri, rasa tidak nyaman, mati rasa, rasa lemas atau kehilangan daya dan
koordinasi tangan, rasa panas, dan agak susah bergerak (Humantech, 1995).
Menurut Suma’mur (1996), gejala-gejala MSDs yang biasa dirasakan oleh
seseorang adalah sebagai berikut :
a. Leher dan punggung terasa kaku
b. Bahu terasa nyeri, kaku ataupun kehilangan fleksibilitas
c. Tangan dan kaki terasa nyeri seperti tertusuk
d. Siku ataupun mata kaki mengalami sakit, bengkak dan kaku
e. Tangan dan pergelangan tangan merasakan gejala sakit atau nyeri disertai
bengkak
f. Mati rasa, terasa dingin, rasa terbakar ataupun tidak kuat
g. Jari menjadi kaku, kehilangan kekuatan, kepekaan, serta mobilitas
h. Kaki dan tumit merasakan kesemutan , dingin kaku ataupun panas
2.3.4 Jenis-jenis Mukuloskeletal Disorders (MSDs)
Ada beberapa jenis cidera yang mungkin dialami oleh anak sekolah dasar yang
disebabkan oleh pembebanan pada tas sekolahnya (NIOSH,2007) antara lain :
a. Cidera pada Bahu dan Leher
Pembebanan pada bahu yang tidak seimbang antara kanan dan kiri seperti
pemakaian tas sekolah model selempang yang hanya mengandalkan satu bahu
bisa menjadi salah satu faktor yang membuat cidera pada bahu dan leher.
Durasi yang lama dan gerakan berulang dapat mempengaruhi timbulnya
cidera dan rasa sakit atau nyeri pada bahu. Ada hubungan yang erat antara
pembebanan yang dilakkukan berulang dengan MSDs pada bagian bahu dan
leher. Menurut penelitian Bernard dkk tahun 1997 menyatahan bahwa
kejadian cidera bahu disebabkan karena eksposure dengan postur janggan dan
beban yang diangkat melebih kapasitas.
Bursitis . Peradangan atau iritasi yang terjadi pada jaringan ikat yang
berada pada sekitar persendian. Penyakit ini terjadi akibat posisi bahu
yang janggal atau tidak seimbang seperti mengangkat beban dengan posisi
bahu terangkat keatas kearah kepala dan terbeban dalam waktu yang lama.
Tension Neck Syndrome. Gejala pada leher yang mengalami ketegangan
pada otot-otot yang disebabkan postur leher yang kelelahan. Sindrom ini
mengakibatkan terjadinya kekakuan pada otot leher, kejang otot dan rasa
sakit yang menyebar ke bagian leher.
b. Cidera pada punggung
Posisi tubuh yang membungkuk, pembebanan pada punggung yang
berlebihan dapat menyebabkan terjadinya nyeri dan sakit punggung bagian
bawah. Jika kondisi ini terjadi dalam waktu yang lama dan berulang-ulang
dapat mengakibatkan masalah yang serius pada otot dan sendi (NIOSH,
2007). Beberapa cidera pada bagian punggung yaitu :
Low back pain. Cidera pada punggung pada otot-otot tulang belakang
yang mengalami peregangan akibat postur punggung yang tertekan terlalu
berat hingga membungkuk. Apabila pembebanan ini berlangsung terus
menerus maka akan melemahkan diskus dan dapat menyebabkan putusnya
diskus atau yang sering disebut dengan diskus hernia.
2.4.5 Faktor Penyebab Muskuloskeletas Disorders (MSDs)
Berdasarkan penelitian Pheasant (1991) faktor penyebab yang dapat
menyebabkan terjadinya MSDs adalah sebagai berikut :
I. Faktor Aktivitas
1. Postur tubuh yang janggal
Posisi tubuh yang bergerak janggal misalnya punggung yang terlalu
membungkuk, menaruh beban yang tidak seimbang antar kanan dan kiri bahu
yang menyebabkan posisi kedua bahu tidak seimbang, kepala terlalu
menengadah dan sebagainya. Postur janggal disebut juga sebgai postur yang
disebabkan oleh keterbatasan tubuh seseorang untuk membwa beban dalam
waktu yang lama dan dapat menyebabkan terjadi berbagai akibat seperti
kelelahan otot, nyeri, dan tidak nyaman
2. Aktivitas yang repetitive
Aktivitas yang dilakukan secara berulang dan terus menerus, yang
menyebabkan otot menerima tekanan dari beban yang dibawa terus menerus
tanpa memperoleh kesempatan untk berelaksasi yang akan membuat
penumoukan asam laktat mengakibatkan kelemahan otot bahkan cidera.
3. Beban
Berat beban yang di angkat tubuh secara berlebihan dapat
menimbulkan cidera pada otot dan tulang hal itu karena beban berat yang
dipikul dapat mengurangi ketebalan dari interverbal disc atau elemen yang
berada diantara tulang belakang. Menurut ACA (American Chiropractic
Assosciation), berat tas ransel yang dibawa oleh anak tidak boleh lebih dari 5
- 10% dari berat tubuhnya. Sebuah ransel berat akan menyebabkan sikap
tubuh condong kedepan karenan menahan beban di punggungnya (ACA,
2004). Menurut hasil penelitian, terdapat sebanyak 45,5 % siswa yang
membawa beban > 10% berat tubuhnya. Walaupun presentase siswa yang
membawa tas dengan berat > 10% lebih sedikit, frekuensi keluhan
muskuloskeletal dominan dialami siswa sekolah dasar.
4. Durasi
Menurut NIOSH (1997), durasi adalah jumlah waktu terpajan faktor
resiko. Durasi dapat dilihat menit-menit dari lama anak sekolah membawa
beban tas/hari. Beberapa penilitian menemukan dugaan adanya hubungan
antara meningkatnya durasi pajanan dan jumlah kasus MSDs pada bagian
leher. Secara umum, semakin besar pajanan durasi pada faktor resiko , maka
semakin besar tingkat resikonya.
Durasi dibagi sebagai berikut: :
Durasi singkat : < 1 jam/hari
Durasi sedang : 1-2 jam /hari
Durasi lama : > 2 jam/hari
Resiko fisiologis utama yang dikaitkan dengan gerakan yang sering
dan repetitive adalah keletihan dan kelelahan otot (Bird, 2005). Menurut
Humantech (1995), pekerjaan menggunakan otot yang sama untuk durasi
yang lama dapat meningkatkan potensi timbulnya fatigue dan menyebabkan
MSDs, bila waktu istirahat tidak mencukupi.
Menurut Alaa’Osaid (2012), penelitian yang dilakukan pada 800 siswa di
Turki yang menyatakan bahwa lama pemakaian tas 5-30 menit dari rumah
menuju sekolah setiap hari dengan berat tas rata-rata 12,3% dari berat badan ,
menyebabkan nyeri punggung bawah sebanyak 21,6%, nyeri bahu 47,8 %,
dan nyeri pada leher 18,2 %.
5. Frekuensi
Pembebanan yang dilakukan berulang-ulang dapat menyebabkan rasa
lelah bahkan nyeri/sakit pada otot karena adanya akumulasi produk sisa
berupa asam laktat pada jaringan. Akibat lain dari pembebanan yang
dilakukakn berulang-ulang dalam durasi yang lama menyebabkan tekanan
pada otot yang akan berefek pada penekanan syaraf, membuat terganggunya
fungsi syaraf untuk merespon sehingga bisa menyebabkan kelemahan pada
otot (Humantech, 1995).
II. Faktor Individu
1. Usia
Pertumbuhan collumna vertebrae seorang anak pada fase critical stage
adalah dari umur 12 tahun-14 tahun dimana semua keluhan musculoskeletal
akan dirasakan sebagai nyeri dan rasa tidak nyaman (Lebouef-Yde and Kyvik,
1998). Penelitian mengatakan keluhan musculoskeletal pada anak-anak yang
sedang mengalami pertumbuhan ada hubungannya dengan beban pada tas
sekolah yang juga bisa merubah postur tubuh anak, namun penelitian tersebut
masih sedikit sehingga belum bisa memberika kepastian dikarenakan banyak
faktor lain (Macki HW, 2008 ; Legg SJ , 2007 ; Sheiir-Neiss G, dkk ,2003).
2. Jenis Kelamin
Menurut penelitian Korovessis, et al (2005) , dari 1263 siswa yang
berumur 12-18 tahun didapat siswa yang berjenis kelamin perempuan lebih
sering merasakan keluhan musculoskeletal. Dikarenakan secara fisiologis,
kemampuan otot wanita lebih rendah dari pada pria, sekitar 2/3 dari pria
sehingga daya tahannya pun lebih renda. Rerata kekuatan otot wanita kurang
lebih 60% dari kekuatan otot pria, khususnya lengan, punggung dan kaki
(Tarwaka, dkk ,2004).
3. IMT
Berat badan , tinggi badan , status gizi (IMT) dan obesitas
diidentifikasikan sebagai faktor resiko untuk beberapa kasus MSDs (Muliana,
2003). Meskipun pengaruhnya kecil, tinggi bdan dan berat badan merupakan
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kelelahan pada otot skeletal
(Karuniasih, 2009).
2.4.6 Dampak Muskuloskeletal Disorder (MSDs)
Dampak yang diakibatkan jika terjadi keluhan musculoskeletal pada
anak-anak adalah :
Penurunan konsentrasi dalam kegiatan belajar mengajar
Terganggunya aktivitas anak
Timbul rasa tidak nyaman pada anak
Anak lebih cepat lelah karena keterbatasan geraknya
Dan masih banyak lagi yang dapat menjadi kerugian bagi para siswa jika
mereka mengalami keluhan musculoskeletal karena penggunaan tas sekolah
yang tidak sesuai dengan yang sudah direkomendasikan.