4
ZAT WARNA REAKTIF Ciri khas zat warna reaktif adalah warnanya yang relatif cerah dan kemampuannya berikatan dengan serat membentuk ikatan kovalen. Ikatan ini terbentuk dari hasil reaksi antara gugus reaktif pada zat warna reaktif dengan gugus –OH, -SH, -NH 2 , dan >NH yang ada dalam serat, sehingga disamping memberikan hasil celupan yang cerah juga tinggi tahan lunturnya. Struktur Molekul Zat Warna Reaktif Struktur zat warna reaktif dibuat sedemikian rupa agar dapat memberikan sifat zat warna reaktif yang dikehendaki, seperti mempunyai tingkat efisiensi fiksasi yang tinggi, stabil pada penyimpanannya, mudah pemakaiannya, tahan luntur warnanya tingi, dan secara teknis maupun ekonomis mudah membuuatnya,. Faktor mendasar yang lazim dipertimbangkan dalam mendisain struktur zat warna reaktif tertentu adalah sifat primer zat warna reaktif, yaitu kereaktifan, substantifitas, koefisien difusi dan kelarutannya. Konsep yang umum dilakukan dalam mendesain struktur zat warna reaktif adalah Mengatur kereaktifan zat warna sedemikian rupa guna memperbesar reaksi fiksasi dan berusaha memperkecil reaksi hidrolisis. Hal ini penting karena zat warna

Zat Warna Reaktif

  • Upload
    ifat212

  • View
    308

  • Download
    11

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Zat Warna Reaktif

ZAT WARNA REAKTIF

Ciri khas zat warna reaktif adalah warnanya yang relatif cerah dan

kemampuannya berikatan dengan serat membentuk ikatan kovalen. Ikatan ini

terbentuk dari hasil reaksi antara gugus reaktif pada zat warna reaktif dengan

gugus –OH, -SH, -NH2, dan >NH yang ada dalam serat, sehingga disamping

memberikan hasil celupan yang cerah juga tinggi tahan lunturnya.

Struktur Molekul Zat Warna Reaktif

Struktur zat warna reaktif dibuat sedemikian rupa agar dapat memberikan

sifat zat warna reaktif yang dikehendaki, seperti mempunyai tingkat efisiensi

fiksasi yang tinggi, stabil pada penyimpanannya, mudah pemakaiannya, tahan

luntur warnanya tingi, dan secara teknis maupun ekonomis mudah membuuatnya,.

Faktor mendasar yang lazim dipertimbangkan dalam mendisain struktur

zat warna reaktif tertentu adalah sifat primer zat warna reaktif, yaitu kereaktifan,

substantifitas, koefisien difusi dan kelarutannya.

Konsep yang umum dilakukan dalam mendesain struktur zat warna reaktif adalah

Mengatur kereaktifan zat warna sedemikian rupa guna memperbesar reaksi

fiksasi dan berusaha memperkecil reaksi hidrolisis. Hal ini penting karena zat

warna reaktif yang terhidrolisa tidak dapat bereaksi dengan serat, sehingga

akan menurunkan tingkat fiksasi zat warna. Kereaktifan juga akan berpengaruh

terhadap stabilitas penyimpanan dan ketahanan luntur warna hasil celupannya.

Subtantifitas zat warna reaktif biasanya diatur tidak terlalu tinggi, agar zat

warnanya bersifat mudah rata dan untuk memudahkan dalam proses

pencucianketika membuang sisa zat warna yang tidak fiksasi. Substantivitas zat

warna reaktif juga tidak boleh terlalu rendah sebab akan mengurangi jumlah

penyerapan zat warna.

Ketahanan luntur hasil zat warna reaktif terhadap pencucian sangat tergantung

pada kestabilan ikatan antara serat dengan zat warna serta kesempurnaan

proses pencucian dalam membuang zat warna yang tidak fiksasi.

Page 2: Zat Warna Reaktif

Untuk mendapatkan zat warna reaktif yang sifat – sifatnya sesuai dengan yang

diharapkan, dalam mendesain struktur zat warna reaktif perlu dipilih jenis gugus

reaktif yang sesuai, umumnya digabung dengan kromofor yang substantifitasnya

tidak terlalu tinggi dan mempunyai kelarutan yang optimum.

Kereaktifan

Cara memperkirakan kereaktifan secara kualitatif zat warna reaktif adalah

dengan cara mempertimbangkan sifat penarikan atau pendorongan electron dari

suatu gugus tertenru terhadap kerapatan muatan pada atom pusat reaksi (yaitu

atom C elektrofilik pada gugus reaktif), dimana sifat penarikan atau pendorongan

elektron suatu gugus dapat terjadi baik yang melalui efek induksi, efek mesomeri,

serta efek sterik dari gugus tersebut. Apabila suatu gugus tertentu berpengaruh

meningkatkan muatan positif dari atom C elektrofilik pusat reaksi, maka

kereaktifannya akan makin besar, dan sebaliknya.

Menyatakan kereaktifan secara kuantitatif dapat dilakukan dengan

menggunakan berbagai indeks kereaktifan. Indeks kereaktifan tersebut dapat

diperoleh melalui percobaan (empiris) maupun secara teoritis. Indeks kereaktifan

secara teoritis umumnya diturunkan berdasarkan teori orbital molekul dari ilmu

kimia kuantum.

Zat warna yang kereaktifannya tinggi cenderung mempunyai tetapan laju

hidrolisis yang lebih besar. Dengan kata lain menunjukkan bahwa makin reaktif

suatu zat warna reaktif maka kestabilan zat warna tersebut terhadap hidrolisisnya

makin rendah.

Kereaktifan zat warna reaktif tergantung pada kondisi pencelupan (suhu,

pH) dan struktur molekulnya(gugus reaktif, gugus lepas, gugus penghubung,

kromofor, dan gugus pelarut).