Click here to load reader
Upload
ajeng-gembul
View
102
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
Zona Kendeng dan Sangiran
Zona Kendeng juga sering disebut Pegunungan Kendeng dan adapula yang
menyebutnya dengan Kendeng Deep, adalah antiklinorium berarah barat-timur.
Pada bagian utara berbatsan dengan Depresi Randublatung, sedangkan bagian
selatan bagian jajaran gunung api (Zona Solo). Zona Kendeng merupakan
kelanjutan dari Zona Pegunungan Serayu Utara yang berkembang di Jawa Tengah.
Mandala Kendeng terbentang mulai dari Salatiga ke timur sampai ke Mojokerto dan
menunjam di bawah alluvial Sungai Brantas, kelanjutan pegunungan ini masih dapat
diikuti hingga di bawah Selat Madura.
Menurut Van Bemmelen (1949), Pegunungan Kendeng dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu bagian barat yang terletak di antara G.Ungaran dan Solo (utara Ngawi), bagian
tengah yang membentang hinggaJombang dan bagian timur mulai dari timur
Jombang hingga Delta Sungai Brantas dan menerus ke Teluk Madura. Daerah
penelitian termasuk dalam Zona Kendeng bagian barat.
Stratigrafi
Menurut Harsono P. (1983) Stratigrafi daerah kendeng terbagi menjadi dua
cekungan pengendapan, yaitu Cekungan Rembang (Rembang Bed) yang
membentuk Pegunungan Kapur Utara, dan Cekungan Kendeng (Kendeng Bed)
yang membentuk Pegunungan Kendeng. Formasi yang ada di Kendeng adalah
sebagi berikut:
1. Formasi Kerek Formasi ini mempunyai ciri khas berupa perselingan antara
lempung, napal lempungan, napal, batupasir tufaan gampingan dan batupasir
tufaan. Perulangan ini menunjukkan struktur sedimen yang khas yaitu perlapisan
bersusun (graded bedding) yang mencirikan gejala flysch. Berdasarkan fosil
foraminifera planktonik dan bentoniknya, formasi ini terbentuk pada Miosen Awal –
Miosen Akhir ( N10 – N18 ) pada lingkungan shelf. Ketebalan formasi ini bervariasi
antara 1000 – 3000 meter. Di daerah Lokasi Tipe, formasi ini terbagi menjadi 3
anggota (de Genevreye & Samuel, 1972), dari tua ke muda masing-masing : a.
Anggota Banyuurip Tersusun oleh perselingan antara napal lempungan, napal,
lempung dengan batupasir tuf gampingan dan batupasir tufaan dengan total
ketebalan 270 meter. Pada bagian tengah perselingan ini dijumpai batupasir
gampingan dan tufaan setebal 5 meter, sedangkan bagian atas ditandai oleh adanya
perlapisan kalkarenit pasiran setebal 5 meter dengan sisipan tipis dari tuf halus.
Anggota ini berumur N10 – N15 (Miosen Tengah bagian tengah – atas). b. Anggota
Sentul Tersusun oleh perulangan yang hampir sama dengan Anggota Banyuurip,
tetapi lapisan yang bertufa menjadi lebih tebal. Ketebalan seluruh anggota ini
mencapai 500 meter. Anggota Sentul diperkirakan berumur N16 (Miosen Tengah
bagian bawah). c. Batugamping Kerek Anggota teratas dari Formasi Kerek ini
tersusun oleh perselang-selingan antara batugamping tufan dengan perlapisan
lempung dan tuf. Ketebalan dari anggota ini adalah 150 meter. Umur dari
Batugamping Kerek ini adalah N17 (Miosen Atas bagian tengah).
2. Formasi Kalibeng Formasi ini terletak selaras di atas Formasi Kerek. Formasi ini
terbagi menjadi dua anggota yaitu Formasi Kalibeng Bawah dan Formasi Kalibeng
Atas. Bagian bawah dari Formasi Kalibeng tersusun oleh napal tak berlapis setebal
600 meter berwarna putih kekuningan sampai abu-abu kebiruan, kaya akan
foraminifera planktonik. Asosiasi fauna yang ada menunjukkan bahwa Formasi
Kalibeng bagian bawah ini terbentuk pada N17 – N21 (Miosen Akhir – Pliosen).
Pada bagian barat formasi ini oleh de Genevraye & Samuel, 1972 dibagi menjadi
Anggota Banyak, Anggota Cipluk, Anggota Kalibiuk, Anggota Batugamping, dan
Anggota Damar. Di bagian bawah formasi ini terdapat beberapa perlapisan
batupasir, yang ke arah Kendeng bagian barat berkembang menjadi suatu endapan
aliran rombakan debris flow, yang disebut Formasi Banyak (Harsono, 1983, dalam
Suryono, dkk., 2002). Sedangkan ke arah Jawa Timur bagian atas formasi ini
berkembang sebagai endapan vulkanik laut yang menunjukkan struktur turbidit.
Fasies tersebut disebut sebagai Formasi Atasangin, sedangkan bagian atas Formasi
Kalibeng ini disebut sebagai Formasi Sonde yang tersusun mula – mula oleh
Anggota Klitik, yaitu kalkarenit putih kekuningan, lunak, mengandung foraminifera
planktonik maupun foraminifera besar, moluska, koral, alga, bersifat napalan atau
pasiran dan berlapis baik. Bagian atas bersifat breksian dengan fragmen gamping
berukuran kerikil sampai karbonat, kemudian disusul endapan bapal pasiran,
semakin ke atas napalnya bersifat lempungan, bagian teratas ditempati napal
lempung berwarna hijau kebiruan.
3. Formasi Pucangan Di bagian barat dan tengah Zona Kendeng formasi ini
terletak tidak selaras di atas Formasi Sonde. Formasi ini penyebarannya luas. Di
Kendeng Barat batuan ini mempunyai penyebaran dan tersingkap luas antara Trinil
dan Ngawi. Ketebalan berkisar antara 61 – 480 m, berumur Pliosen Akhir (N21)
hingga Plistosen (N22). Di Mandala Kendeng Barat yaitu di daerah Sangiran,
Formasi Pucangan berkembang sebagai fasies vulkanik dan fasies lempung hitam.
4. Formasi Kabuh Formasi Kabuh terletak selaras di atas Formasi Pucangan.
Formasi ini terdiri dari batupasir dengan material non vulkanik antara lain kuarsa,
berstruktur silangsiur dengan sisipan konglomerat dan tuff, mengandung fosil
Moluska air tawar dan fosil – fosil vertebrata berumur Plistosen Tengah, merupakan
endapan sungai teranyam yang dicirikan oleh intensifnya struktur silangsiur tipe
palung, banyak mengandung fragmen berukuran kerikil. Di bagian bawah yang
berbatasan dengan Formasi Pucangan dijumpai grenzbank. Menurut Van Bemmelen
(1972) di bagian barat Zona Kendeng (daerah Sangiran), formasi ini diawali lapisan
konglomerat gampingan dengan fragmen andesit, batugamping konkresi,
batugamping Globigerina, kuarsa, augit, hornblende, feldspar dan fosil Globigerina.
Kemudian dilanjutkan dengan pembentukan batupasir tuffaan berstruktur silangsiur
dan berlapis mengandung fragmen berukuran kecil yang berwarna putih sampai
cokelat kekuningan.
5. Formasi Notopuro Terletak tidak selaras di atas Formasi Kabuh. Litologi
penyusunnya terdiri dari breksi lahar berseling dengan batupasir tufaan dan
konglomerat vulkanik. Makin ke atas, sisipan batupasir tufaan makin banyak. Juga
terdapat sisipan atau lensa – lensa breksi vulkanik dengan fragmen kerakal, terdiri
dari andesit dan batuapung, yuang merupakan ciri khas Formasi Notopuro. Formasi
ini pada umumnya merupakan endapan lahar yang terbentuk pada lingkungan darat,
berumur Plistosen Akhir dengan ketebalan mencapai lebih dari 240 meter.
6. Formasi Undak Bengawan Solo Endapan ini terdiri dari konglomerat polimik
dengan fragmen batugamping, napal dan andesit di samping batupasir yang
mengandung fosil-fosil vertebrata, di daerah Brangkal dan Sangiran, endapan undak
tersingkap baik sebagai konglomerat dan batupasir andesit yang agak terkonsolidasi
dan menumpang di atas bidang erosi pad Formasi Kabuh maupun Notopuro.
Gambar Stratigrafi Kendeng (Harsono, 1983)
Struktur Geologi
Deformasi pertama pada Zona Kendeng terjadi pada akhir Pliosen (Plio – Plistosen),
deformasi merupakan manifestasi dari zona konvergen pada konsep tektonik
lempeng yang diakibatkan oleh gaya kompresi berarah relatif utara – selatan dengan
tipe formasi berupa ductile yang pada fase terakhirnya berubah menjadi deformasi
brittle berupa pergeseran blok – blok dasar cekungan Zona Kendeng. Intensitas
gaya kompresi semakin besar ke arah bagian barat Zona Kendeng yang
menyebabkan banyak dijumpai lipatan dan sesar naik dimana banyak zona sesar
naik juga merupakan kontak antara formasi atau anggota formasi.
Deformasi Plio – Plistosen dapat dibagi menjadi tiga fase/ stadia, yaitu; fase pertama
berupa perlipatan yang mengakibatkan terbentuknya Geantiklin Kendeng yang
memiliki arah umum barat – timur dan menunjam di bagian Kendeng Timur, fase
kedua berupa pensesaran yang dapat dibagi menjadi dua, yaitu pensesaran akibat
perlipatan dan pensesaran akibat telah berubahnya deformasi ductile menjadi
deformasi brittle karena batuan telah melampaui batas kedalaman plastisnya. Kedua
sesar tersebut secara umum merupakan sesar naik bahkan ada yang merupakan
sesar sungkup. Fase ketiga berupa pergeseran blok – blok dasar cekungan Zona
Kendeng yang mengakibatkan terjadinya sesar – sesar geser berarah relatif utara –
selatan.
Deformasi kedua terjadi selama kuarter yang berlangsung secara lambat dan
mengakibatkan terbentuknya struktur kubah di Sangiran. Deformasi ini masih
berlangsung hingga saat ini dengan intensitas yang relatif kecil dengan bukti berupa
terbentuknya sedimen termuda di Zona Kendeng yaitu Endapan Undak.
Gambar Pola Struktur Jawa (Sribudiyani dkk., 2003)
Secara umum struktur – struktur yang ada di Zona Kendeng berupa : 1. Lipatan
Lipatan yang ada pada daerah Kendeng sebagian besar berupa lipatan asimetri
bahkan beberapa ada yang berupa lipatan overturned. Lipatan – lipatan di daerah ini
ada yang memiliki pola en echelon fold dan ada yang berupa lipatan – lipatan
menunjam. Secara umum lipatan di daerah Kendeng berarah barat – timur. 2. Sesar
Naik Sesar naik ini biasa terjadi pada lipatan yang banyak dijumpai di Zona
Kendeng, dan biasanya merupakan kontak antar formasi atau anggota formasi. 3.
Sesar Geser Sesar geser pada Zona Kendeng biasanya berarah timur laut- barat
daya dan tenggara -barat laut. 4. Struktur Kubah Struktur Kubah yang ada di Zona
Kendeng biasanya terdapat di daerah Sangiran pada satuan batuan berumur
Kuarter. Bukti tersebut menunjukkan bahwa struktur kubah pada daerah ini
dihasilkan oleh deformasi yang kedua, yaitu pada Kala Plistosen.
GEOLOGI REGIONAL ZONA KENDENG
1. Geomorfologi Regional
Berdasarkan morfologi tektonik (litologi dan pola struktur), maka wilayah
Jawa bagian timur (meliputi Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur) dapat
dibagi mejadi beberapa zona fisografis (van Bemmelen, 1949) yakni : Zona
Pegunungan Selatan, Zona Solo atau Depresi Solo, Zona Kendeng, Depresi
Randublatung, dan Zona Rembang. Zona Kendeng meliputi deretan
pegunungan dengan arah memanjang barat-timur yang terletak langsung di
sebelah utara sub zona Ngawi. Pegunungan ini tersusun oleh batuan
sedimen laut dalam yang telah mengalami deformasi secara intensif
membentuk suatu antiklinorium. Pegunungan ini mempunyai panjang 250
km dan lebar maksimum 40 km (de Genevraye & Samuel, 1972)
membentang dari gunungapi Ungaran di bagian barat ke timur melalui Ngawi
hingga daerah Mojokerto. Di bawah permukaan, kelanjutan zona ini masih
dapat diikuti hingga di bawah selatan Madura.
Ciri morfologi Zona Kendeng berupa jajaran perbukitan rendah dengan
morfologi bergelombang, dengan ketinggian berkisar antara 50 hingga 200
meter. Jajaran yang berarah barat-timur ini mencerminkan adanya perlipatan
dan sesar naik yang berarah barat-timur pula. Intensitas perlipatan dan
anjakan yang mengikutinya mempunyai intensitas yang sangat besar di
bagian barat dan berangsur melemah di bagian timur. Akibat adanya
anjakan tersebut, batas dari satuan batuan yang bersebelahan sering
merupakan batas sesar. Lipatan dan anjakan yang disebabkan oleh gaya
kompresi juga berakibat terbentuknya rekahan, sesar dan zona lemah yang
lain pada arah tenggara-barat laut, barat daya-timur laut dan utara-selatan.
Proses eksogenik yang berupa pelapukan dan erosi pada daerah ini berjalan
sangat intensif, selain karena iklim tropis juga karena sebagian besar litologi
penyusun Mandala Kendeng adalah batulempung-napal-batupasir yang
mempunyai kompaksitas rendah, misalnya pada formasi Pelang, Formasi
Kerek dan Napal Kalibeng yang total ketebalan ketiganya mencapai lebih
dari 2000 meter. Karena proses tektonik yang terus berjalan mulai dari
zaman Tersier hingga sekarang, banyak dijumpai adanya teras-teras sungai
yang menunjukkan adanya perubahan base of sedimentation berupa
pengangkatan pada Mandala Kendeng tersebut. Sungai utama yang
mengalir di atas Mandala Kendeng tersebut adalah Bengawan Solo yang
mengalir mulai dari utara Sragen ke timur hingga Ngawi, ke utara menuju
Cepu dan membelok ke arah timur hingga bermuara di Ujung Pangkah,
utara Gresik. Sungai lain adalah Sungai Lusi yang mengalir ke arah barat,
dimulai dari Blora, Purwodadi dan terus ke barat hingga bermuara di pantai
barat Demak-Jepara.
2. Stratigrafi Regional
Stratigrafi penyusun Zona Kendeng merupakan endapan laut dalam di bagian
bawah yang semakin ke atas berubah menjadi endapan laut dangkal dan
akhirnya menjadi endapan non laut. Endapan di Zona Kendeng merupakan
endapan turbidit klastik, karbonat dan vulkaniklastik. Stratigrafi Zona Kendeng
terdiri atas 7 formasi batuan, urut dari tua ke muda sebagai berikut (Harsono,
1983 dalam Rahardjo 2004) :
1. Formasi Pelang
Formasi ini dianggap sebagai formasi tertua yang tersingkap di Mandala
Kendeng. Formasi ini tersingkap di Desa Pelang, Selatan Juwangi. Tidak
jelas keberadaan bagian atas maupun bawah dari formasi ini karena
singkapannya pada daerah upthrust ,berbatasan langsung dengan formasi
Kerek yang lebih muda. Dari bagian yang tersingkap tebal terukurnya
berkisar antara 85 meter hingga 125 meter (de Genevraye & Samuel, 1972
dalam Rahardjo, 2004). Litologi utama penyusunnya adalah napal, napal
lempungan dengan lensa kalkarenit bioklastik yang banyak mengandung
fosil foraminifera besar.
2. Formasi Kerek
Formasi Kerek memiliki kekhasan dalam litologinya berupa perulangan
perselang-selingan antara lempung, napal, batupasir tuf gampingan dan
batupasir tufaan. Perulangan ini menunjukkan struktur sedimen yang khas
yaitu perlapisan bersusun (graded bedding). Lokasinya berada di Desa
Kerek, tepi sungai Bengawan Solo, ± 8 km ke utara Ngawi. Di daerah sekitar
lokasi tipe formasi ini terbagi menjadi tiga anggota (de Genevraye & Samuel,
1972 dalam Rahardjo, 2004), dari tua ke muda masing-masing :
a. Anggota Banyuurip
Anggota Banyuurip tersusun oleh perselingan antara napal lempungan,
lempung dengan batupasir tuf gampingan dan batupasir tufaan dengan total
ketebalan 270 meter. Di bagian tengahnya dijumpai sisipan batupasir
gampingan dan tufaan setebal 5 meter, sedangkan bagian atasnya ditandai
dengan adanya perlapisan kalkarenit pasiran setebal 5 meter dengan sisipan
tuf halus. Anggota ini berumur N10 – N15 (Miosen tengah bagian tengah
atas).
b. Anggota Sentul
Anggota Sentul tersusun atas perulangan yang hampir sama dengan
anggota Banyuurip, tetapi lapisan yang bertuf menjadi lebih tebal. Ketebalan
anggota Sentul mencapai 500 meter. Anggota Sentul berumur N16 (Miosen
atas bagian bawah).
c. Anggota Batugamping Kerek
Merupakan anggota teratas dari formasi Kerek, tersusun oleh perselingan
antara batugamping tufaan dengan perlapisan lempung dan tuf. Ketebalan
anggota ini mencapai 150 meter. Umur batugamping kerek ini adalah N17
(Miosen atas bagian tengah).
3. Formasi Kalibeng
Formasi ini terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian bawah dan bagian atas.
Bagian bawah formasi Kalibeng tersusun oleh napal tak berlapis setebal 600
meter, berwarna putih kekuning-kuningan sampai abu-abu kebiru-biruan,
kaya akan kanndungan foraminifera plangtonik.
a. Formasi Kalibeng bagian bawah
Formasi Kalibeng bagian bawah ini terdapat beberapa perlapisan tipis
batupasir yang ke arah Kendeng bagian barat berkembang menjadi suatu
endapan aliran rombakan, yang disebut sebagai Formasi Banyak (Harsono,
1983 dalam Rahardjo, 2004) atau anggota Banyak dari formasi Kalibeng
(Nahrowi dan Suratman, 1990 dalam Rahardjo, 2004), ke arah Jawa Timur,
yaitu di sekitar Gunung Pandan, Gunung Antasangin dan Gunung Soko,
bagian atas formasi ini berkembang sebagai endapan vulkanik laut yang
menunjukkan struktur turbidit. Fasies tersebut disebut sebagai anggota
Antasangin (Harsono, 1983 dalam Rahardjo, 2004).
b. Formasi Kaliben bagian atas
Bagian atas dari formasi ini oleh Harsono (1983) disebut sebagai Formasi
Sonde, yang tersusun mula-mula oleh anggota Klitik yaitu kalkarenit putih
kekuning-kuningan, lunak, mengandung foraminifera plangtonik maupun
besar, moluska, koral, algae dan bersifat napalan atau pasiran dengan
berlapis baik. Bagian paling atas tersusun atas breksi dengan fragmen
gamping berukuran kerikil dan semen karbonat. Kemudian disusul endapan
napal pasiran, semakin keatas napalnya bersifat semakin bersifat
lempungan. Bagian teratas ditempati oleh lempung berwarna hijau kebiru-
biruan. Formasi Sonde ini ditemukan sepanjang sayap lipatan bagian
selatan antiklinorium Kendeng dengan ketebalan berkisar 27 – 589 meter
dan berumur Pliosen (N19 – N21).
4. Formasi Pucangan
Formasi Pucangan ini mempunyai penyebaran yang cukup luas. Di Kendeng
bagian barat satuan ini tersingkap luas antara Trinil dan Ngawi. Di Mandala
Kendeng yaitu daerah Sangiran, Formasi Pucangan berkembang sebagai
fasies vulkanik dan fasies lempung hitam. Fasies vulkaniknya berkembang
sebagai endapan lahar yang menumpang diatas formasi Kalibeng. Fasies
lempung hitamnya berkembang dari fasies laut, air payau hingga air tawar.
Di bagian bawah dari lempung hitam ini sering dijumpai adanya fosil
diatomae dengan sisipan lapisan tipis yang mengandung foraminifera
bentonik penciri laut dangkal. Semakin ke atas akan menunjukkan kondisi
pengendapan air tawar yang dicirikan dengan adanya fosil moluska penciri
air tawar.
5. Formasi Kabuh
Formasi ini mempunyai lokasi tipe di desa Kabuh, Kec. Kabuh, Jombang.
Formasi ini tersusun oleh batupasir dengan material non vulkanik antara lain
kuarsa, berstruktur silang siur dengan sisipan konglomerat, mengandung
moluska air tawar dan fosil-fosil vertebrata. Formasi ini mempunyai
penyebaran geografis yang luas. Di daerah Kendeng barat formasi ini
tersingkap di kubah Sangiran sebagai batupasir silang siur dengan sisipan
konglomerat dan tuf setebal 100 meter. Batuan ini diendapkan fluvial dimana
terdapat struktur silang siur, maupun merupakan endapan danau karena
terdpaat moluska air tawar seperti yang dijumpai di Trinil.
6. Formasi Notopuro
Formasi ini mempunyai lokasi tipe di desa Notopuro, Timur Laut Saradan,
Madiun yang saat ini telah dijadikan waduk. Formasi ini terdiri atas batuan
tuf berselingan dengan batupasir tufaan, breksi lahar dan konglomerat
vulkanik. Makin keatas sisipan batupasir tufaan semakin banyak. Sisipan
atau lensa-lensa breksi volkanik dengan fragmen kerakal terdiri dari andesit
dan batuapung juga ditemukan yang merupakan cirri formasi Notopuro.
Formasi ini terendapkan secara selaras diatas formasi Kabuh, tersebar
sepanjang Pegunungan Kendeng dengan ketebalan lebih dari 240 meter.
Umur dari formasi ini adalah Plistosen akhir dan merupakan endapan lahar
di daratan.
7. Endapan undak Bengawan Solo
Endapan ini terdiri dari konglomerat polimik dengan fragmen napal dan
andesit disamping endapan batupasir yang mengandung fosil-fosil
vertebrata. di daerah Brangkal dan Sangiran, endapan undak tersingkap
baik sebagai konglomerat dan batupasir andesit yang agak terkonsolidasi
dan menumpang di atas bidang erosi pada Formasi Kabuh maupun
Notopuro.