perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS SEKTOR BASIS DAN SEKTOR EKONOMI
UNGGULAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN
TAHUN 2007-2010
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
SALSABILAH
F0108021
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
DESEMBER 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul:
ANALISIS SEKTOR BASIS DAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN
TAHUN 2007-2010
Surakarta, 2 November 2012
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing
Dra. Nunung Sri Mulyani, MESP.
NIP. 19580805 198601 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji Skripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Surakarta, 1 Desember 2012
Tim Penguji Skripsi
1. Dr. Mulyanto, ME. sebagai Ketua (.................................)
NIP. 19680623 1993021 001
2. Dra. Nunung Sri Mulyani, MESP.sebagai Pembimbing (.................................)
NIP. 19580805 1986012 001
3. Dwi Prasetyani, S.E., M.Si. sebagai Anggota (.................................)
NIP. 19770217 2003122 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu.
(QS. Muhammad: 7)
Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada
kemudahan.
(QS. Al-Insyirah: 5-6)
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah
keadaan mereka sendiri.
(QS. Ar-Ra’d: 11)
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
(QS. Al-Baqarah: 286)
Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu beberapa derajat.
(QS. Al-Mujadilah: 11)
Dari Abu Hurairah ra., bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa menempuh
jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah memudahkan bagi orang itu karena ilmu tersebut
jalan menuju ke surga.
(HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Apabila anak Adam
(manusia) mati, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga hal, sedekah jariyah, ilmu yang
bermanfaat, atau anak saleh yang selalu mendoakannya.”
(HR. Muslim)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman.
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang.
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan.
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.
(Imam Syafii)
Apapun kondisinya, ngedate dengan Sang Pemilik Hati (Allah SWT) harus selalu menjadi
agenda yang utama sebelum agenda-agenda yang lainnya.
(5481L)
Setiap soal pasti ada kunci jawabannya. Tinggal bagaimana kita ikhtiar dalam belajar,
sehingga hasil ujian akan kita raih dengan sukses gemilang. Pun dengan ujian kehidupan
yang Allah berikan, pasti ada solusinya. Maka, mendekat dan mintalah solusi HANYA
kepada-Nya.
(5481L)
Sekali-kali, keluarlah dari “zona nyaman” kita. Karena barangkali saja, di zona yang kita
anggap “tidak nyaman” itulah kita bisa mengukur seberapa kuatkah kita dan siapakah kita
sebenarnya. Life is challenge!
H2N! Hadapi…Hayati…Nikmati…!!!
(5481L)
Biasakanlah yang benar, bukan membenarkan yang biasa!
(5481L)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, dengan hanya mengharap ridho Allah SWT….
Semoga karya kecil ini bisa memberikan motivasi dan inspirasi
kepada saudara-saudaraku di
Yayasan Yatim dan Yatim Piatu Al-Akhyar
“Kita memiliki kesempatan yang sama qo’ untuk sukses!
Buktikan kalo K.I.TA. juga B.I.S.A.!”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
Maha Mengurus hamba-Nya dengan rahmat tak terhingga, hingga tak layak jika
sang hamba berputus asa dari rahmat-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah
kepada Rasulullah SAW, kekasih Allah, yang meski telah dijamin masuk surga
tetap melaksanakan penghambaan total kepada Allah sebagai bentuk syukur.
Skripsi yang berjudul “Analisis Sektor Basis dan Sektor Ekonomi
Unggulan Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2007-2010” ini disusun
untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Persiapan, perencanaan, dan pelaksanaan hingga terselesaikannya skripsi
ini tidak terlepas dari peran dan bantuan berbagai pihak baik secara moril maupun
materil. Tiada yang dapat melukiskan kebahagiaan penulis selain rasa syukur yang
mendalam. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan, peneliti
menghaturkan terima kasih kepada:
1. Ibunda tercinta atas doanya yang tiada putus untuk ananda.
2. Ibu Dra. Nunung Sri Mulyani, MESP. selaku Dosen Pembimbing skripsi yang
dengan arif dan bijak telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam
membimbing dan memberikan masukan yang berarti dalam penyusunan
skripsi ini.
3. Bapak Dr. H. Wisnu Untoro, MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
4. Bapak Drs. Supriyono selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Ibu Hj. Izza Mafruhah, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
sekaligus sebagai dosen pembimbing akademis penulis.
6. Bapak DR. Mulyanto, ME. dan Ibu Dwi Prasetyani, S.E., M.Si. selaku dosen
penguji skripsi yang telah memberikan saran, kritik, dan bimbingannya.
7. Bapak dan Ibu dosen FE UNS Surakarta yang telah memberikan ilmunya
secara ikhlas selama penulis menempuh pendidikan.
8. Teman-teman FE UNS angkatan 2008 khususnya jurusan Ekonomi
Pembangunan yang senantiasa telah menemani perjalanan study penulis.
9. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta yang telah membantu dalam
pengumpulan data.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
selanjutnya. Semoga karya kecil ini bermanfaat bagi para pembaca.
Surakarta, Desember 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
ABSTRAKSI ............................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................ v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1
B. Perumusan Masalah .......................................................... 8
C. Tujuan Penelitian .............................................................. 9
D. Manfaat Penelitian ............................................................ 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 11
A. Pembangunan Ekonomi ................................................... 11
1. Pengertian Pembangunan ............................................. 11
2. Pengertian Pembangunan Ekonomi ............................. 17
3. Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah ................. 18
4. Tujuan Pembangunan Ekonomi. ................................... 22
B. Pertumbuhan Ekonomi ..................................................... 24
1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ............................... 24
2. Faktor-faktor Pertumbuhan Ekonomi .......................... 25
3. Tahap-tahap Pertumbuhan Ekonomi ............................ 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
C. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah ................. 29
1. Teori Ekonomi Neo Klasik .......................................... 29
2. Teori Basis Ekonomi .................................................... 29
3. Teori Lokasi ................................................................. 30
4. Teori Tempat Sentral .................................................... 31
5. Teori Kausasi Kumulatif .............................................. 32
6. Model Daya Tarik ........................................................ 32
D. Indikator Pembangunan Daerah ....................................... 33
1. Indikator Ekonomi ....................................................... 33
2. Indikator Non Ekonomi ............................................... 34
3. Indikator Gabungan ...................................................... 45
E. Penelitian Terdahulu ........................................................ 47
F. Kerangka Pemikiran ......................................................... 51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 53
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................ 53
B. Jenis dan Sumber Data ..................................................... 53
C. Definisi Operasional Variabel .......................................... 54
1. Produk Domestik Regional Bruto ................................ 54
2. Laju Pertumbuhan Ekonomi ........................................ 54
3. Kondisi Perekonomian ................................................. 55
4. Struktur Ekonomi ......................................................... 55
5. Pergeseran Sektor Ekonomi ......................................... 55
6. Pendapatan Per Kapita ................................................. 56
7. Laju Pertumbuhan Sektor ............................................. 56
8. Sektor Basis .................................................................. 56
9. Sektor Potensial ............................................................ 56
10. Sektor Unggulan ........................................................ 57
11. Pertumbuhan Ekonomi ............................................... 57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
D. Metode Analisis Data ....................................................... 57
1. Analisis Deskriptif ....................................................... 57
a. Analisis Kontribusi Sektoral .................................... 58
b. Analisis Pertumbuhan .............................................. 58
2. Analisis Kuantitatif ..................................................... 59
a. Analisis Location Quotient ....................................... 59
b. Analisis Gabungan Statistic Location Quotient dan
Dynamic Location Quotient .................................... 63
c. Analisis Shift Share .................................................. 63
d. Analisis Tipologi Klassen ........................................ 66
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ............................ 70
A. Gambaran Umum Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta .............................................................................. 70
1. Kondisi Geografis ........................................................ 70
2. Arti dan Lambang Provinsi DKI Jakarta ..................... 73
3. Kondisi Demografis ..................................................... 76
B. Gambaran Umum Kota Administrasi Jakarta Selatan ..... 78
1. Kondisi Geografis ........................................................ 78
2. Arti dan Lambang Kota Administrasi Jakarta Selatan 80
3. Pemerintah Daerah ...................................................... 81
4. Pembagian Wilayah Administratif ............................... 82
5. Kependudukan dan Tenaga Kerja ................................ 83
6. Sosial ........................................................................... 86
7. Pertanian ...................................................................... 89
8. Industri dan Listrik ...................................................... 90
9. Pendapatan Regional ................................................... 90
C. Hasil Analisis Data dan Pembahasan ............................... 92
1. Analisis Deskriptif ....................................................... 92
a. Analisis Kontribusi Sektoral .................................... 92
b. Analisis Laju Pertumbuhan ..................................... 94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
2. Analisis Kuantitatif ...................................................... 95
a. Analisis Location Quotient ....................................... 95
b. Analisis Gabungan Statistic Location Quotient dan
Dynamic Location Quotient ..................................... 101
e. Analisis Shift Share ................................................... 102
f. Analisis Tipologi Klassen ......................................... 107
BAB V PENUTUP ............................................................................... 110
A. Kesimpulan ...................................................................... 110
B. Saran ................................................................................ 112
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 114
LAMPIRAN .............................................................................................. 116
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perjalanan Desentralisasi di Indonesia ....................................... 3
Tabel 1.2 PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2007-2010
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun
2000 ............................................................................................ 6
Tabel 1.3 PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2007-2010
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku ............... 7
Tabel 2.1 Paradigma Baru Teori Pembangunan Ekonomi Daerah ............ 33
Tabel 3.1 Analisis Gabungan SLQ dan DLQ ............................................. 63
Tabel 3.2 Status Perekonomian Per Sektor Analisis Tipologi Klassen ...... 67
Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi DKI Jakarta ........... 72
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta .................................... 77
Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Jakarta Tahun 2010 (10
Tahun ke Atas) ........................................................................... 78
Tabel 4.4 Daftar Pejabat Walikota Kota Administrasi Jakarta Selatan
Tahun 1966-2011 ....................................................................... 82
Tabel 4.5 Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kota Administrasi Jakarta
Selatan, 2010 .............................................................................. 82
Tabel 4.6 Jumlah Kelurahan, RW, RT, dan KK Menurut Kecamatan,
2010 ............................................................................................ 83
Tabel 4.7 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan, dan Sex Ratio
Kota Administrasi Jakarta Selatan Menurut Kecamatan, 2010... 84
Tabel 4.8 Jumlah PNS Menurut Golongan di Lingkungan Pemerintah
Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2010 ................................... 86
Tabel 4.9 Jumlah Sekolah Dasar Negeri Menurut Kecamatan, 2010 ........ 87
Tabel 4.10 Jumlah Anak Terlantar yang di Asuh dalam Panti Sosial
Asuhan Anak (PSAA) Menurut Kecamatan, 2010 .................... 88
Tabel 4.11 Pemulangan Orang Terlantar Menurut Provinsi, 2010 .............. 88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Tabel 4.12 PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan Atas Dasar Harga
Berlaku 2007-2010 ..................................................................... 91
Tabel 4.13 PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan Atas Dasar Harga
Konstan 2007-2010 .................................................................... 91
Tabel 4.14 Kontribusi PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan Menurut
Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2007-2010 . 92
Tabel 4.15 Kontribusi PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan Menurut
Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2010 . 93
Tabel 4.16 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun
2007-2010 ................................................................................... 94
Tabel 4.17 Hasil Perhitungan SLQ Kota Administrasi Jakarta Selatan
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010 ............................. 97
Tabel 4.18 Hasil Analisis DLQ Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun
2007-2010 ................................................................................... 100
Tabel 4.19 Klasifikasi Sektor Berdasarkan SLQ dan DLQ dilihat dari
Nilai PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2007-2010 ............................................ 101
Tabel 4.20 Perhitungan Analisis Shift Share Kota Administrasi Jakarta
Selatan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010 ................ 103
Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Analisis Tipologi Klassen Kota
Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2008-2010 ......................... 107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran .............................................................. 52
Gambar 4.1 Peta Wilayah Provinsi DKI Jakarta ....................................... 71
Gambar 4.2 Lambang Provinsi DKI Jakarta ............................................. 73
Gambar 4.3 Peta Wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan .................. 79
Gambar 4.4 Lambang Kota Administasi Jakarta Selatan .......................... 81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS EKONOMI Jl. Ir. Sutami No.36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp. (0271) 647481 Fax. (0271) 638143
SURAT PERNYATAAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret:
Nama : Salsabilah
NIM : F0108021
Jurusan : Ekonomi Pembangunan/S1 Reguler
Tempat /Tgl. Lahir : Jakarta, 19 Januari 1990
Alamat : Jl. Kemang Selatan XA Rt.003/02 No.51 Bangka, Mampang
Prapatan, Jakarta Selatan 12730
Pembimbing : Dra. Nunung Sri Mulyani, MESP.
Judul skripsi : Analisis Sektor Basis dan Sektor Ekonomi Unggulan
Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2007-2010
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi yang saya buat merupakan hasil karya murni saya sendiri.
2. Apabila ternyata dikemudian hari, bahwa skripsi ini merupakan hasil
jiplakan/salinan/saduran karya orang lain, maka saya bersedia menerima sangsi:
a. Sebelum dinyatakan lulus, bersedia menyusun skripsi ulang dan diuji kembali.
b. Setelah dinyatakan lulus, pencabutan gelar dan penarikan ijazah kesarjanaannya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Surakarta, 6 November 2012
Mahasiswa yang menyatakan
Salsabilah
F0108021
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ABSTRAKSI
ANALISIS SEKTOR BASIS DAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN 2007-2010
SALSABILAH
F0108021
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perubahan struktur ekonomi
dan mengidentifikasi sektor unggulan yang terdapat di Kota Administrasi Jakarta
Selatan sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam perencanaan
pembangunan ekonomi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan
analisis, dengan menggunakan data sekunder dari variabel PDRB beserta
komponen-komponennya di Kota Administrasi Jakarta Selatan dan Provinsi DKI
Jakarta tahun 2007-2010. Adapun metode analisis data yang digunakan antara lain
analisis LQ, analisis gabungan SLQ dan DLQ, analisis SS, serta analisis Tipologi
Klassen.
Hasil analisis LQ menunjukkan sektor bangunan; sektor keuangan,
persewaan, dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa merupakan sektor basis.
Analisis gabungan SLQ dan DLQ menunjukkan sektor bangunan; sektor
keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa merupakan
sektor basis di Kota Administrasi Jakarta Selatan. Hasil analisis SS menunjukkan
bahwa sektor yang merupakan sektor kompetitif, yaitu sektor listrik, gas, dan air
bersih; sektor pengangkutan dan komunikasi; serta sektor jasa-jasa. Hasil analisis
Tipologi Klassen menunjukkan sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat yaitu
sektor bangunan..
Hasil analisis per sektor berdasarkan keempat alat analisis menunjukkan
bahwa sektor unggulan di Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan kriteria
sektor basis, kompetitif, dan sektor maju dan tumbuh pesat adalah sektor
bangunan.
Kata kunci: sektor basis, sektor unggulan, analisis Location Quotient
(LQ), analisis gabungan Static Location Quotient (SLQ) dan Dynamic Location
Quotient (DLQ), analisis Shift Share (SS), analisis Tipologi Klassen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana
pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya-sumber
daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah
daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru
dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi)
dalam wilayah tersebut. (Arsyad, 1999: 108)
Pembangunan daerah dimaksudkan untuk mendorong,
memberdayakan masyarakat, menumbuhkan prakarsa serta meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam rangka membangun daerahnya dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Todaro mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi
ditunjukkan oleh tiga nilai pokok yaitu: (1) berkembangnya kemampuan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya (basic needs), (2)
meningkatnya rasa harga diri (self esteem) masyarakat sebagai manusia
dan, (3) meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom
for servitude) yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia. (Arsyad,
1999: 5-6)
Indikator keberhasilan suatu pembangunan tidak hanya diukur
dengan pertumbuhan, tetapi juga harus menjamin terjadinya perubahan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
baik perubahan teknologi maupun sosial ekonomi. Pertumbuhan yang
merupakan indikator utama pembangunan mencakup baik aspek kualitatif
maupun kuantitatif.
Sebelum otonomi daerah diberlakukan, pemerintah daerah
memiliki ketergantungan yang cukup tinggi terhadap pemerintah pusat.
Hal ini bisa dilihat dari aspek keuangan. Pemerintah daerah kehilangan
keleluasaan bertindak (local discretion) untuk mengambil keputusan-
keputusan penting dan adanya campur tangan pemerintah pusat yang
tinggi terhadap pemerintah daerah.
Pasca reformasi, Pemerintahan Habibie memberlakukan dasar
hukum desentralisasi, yaitu Undang-Undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999
mengenai Pemerintahan Daerah. Pada masa pemerintahan Presiden
Megawati Soekarno Putri, UU Nomor 22 Tahun 1999 disempurnakan
menjadi UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah karena
dianggap sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan,
ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah. Dengan
lahirnya UU tersebut, maka dimulai pula masa desentralisasi dan
menggantikan sistem sentralisasi di Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Tabel 1.1
Perjalanan Desentralisasi di Indonesia
Periode Konfigurasi
Politik UU Otonomi
Hakikat
Otonomi
Perjuangan
Kemerdekaan
(1945-1949)
Demokrasi UU Nomor 1 Tahun 1945
UU Nomor 22 Tahun 1948
Otonomi
Luas
Pasca
Kemerdekaan
(1950-1959)
Demokrasi UU Nomor 1 Tahun 1957 Otonomi
Luas
Demokrasi
Terpimpin
(1959-1965)
Otoritarian Penpres Nomor 6 Tahun 1959
UU Nomor 18 Tahun 1965
Otonomi
Terbatas
Orde Baru
(1965-1998)
Otoritarian UU Nomor 5 Tahun 1974 Sentralisasi
Pasca Orde Baru
(1998-sekarang)
Demokrasi UU Nomor 22 Tahun 1999
UU Nomor 25 Tahun 1999
UU Nomor 32 Tahun 2004
UU Nomor 33 Tahun 2004
Otonomi
Luas
Sumber: Modul Ekonomi Regional, 2006
Sesuai dengan UU Nomor 32 Tahun 2004, otonomi daerah adalah
hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pelaksanaan otonomi daerah ini menuntut setiap daerah untuk
dapat mengembangkan dan mengoptimalisasi semua sumber daya yang
dimiliki. Setiap daerah harus cermat dalam memberdayakan potensi daerah
setempat agar dapat berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka
meningkatkan pendapatan daerah.
Mudrajad (2010) mengatakan, salah satu tujuan kebijakan
desentralisasi dan otonomi daerah adalah untuk menjadikan pemerintah
lebih dekat dengan rakyatnya, sehingga pelayanan pemerintah dapat
dilakukan dengan lebih efisien dan efektif. Hal ini berdasarkan asumsi
bahwa pemerintah kabupaten dan kota memiliki pemahaman yang lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
baik mengenai kebutuhan dan aspirasi masyarakat mereka daripada
pemerintah pusat.
Dalam kerangka pembangunan daerah, peningkatan peran
masyarakat ditunjukkan oleh pergeseran peran pemerintah dalam
merencanakan dan melaksanakan pembangunan dari yang semula
tersentral menuju kepada pembangunan yang berdasar pada kemandirian
daerah. Pembangunan daerah juga diarahkan sebagai ajang usaha
peningkatan kualitas taraf hidup masyarakat.
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat diperlukan
pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Pertumbuhan ekonomi ini diukur
dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan
salah satu ukuran tingkat keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi
sekaligus diperlukan untuk menyusun perencanaan dan evaluasi
pembangunan ekonomi regional.
PDRB di Indonesia pada dasarnya terdiri atas sembilan sektor,
yaitu: (1) sektor pertanian; (2) sektor pertambangan dan penggalian; (3)
sektor industri pengolahan; (4) sektor listrik, gas, dan air bersih; (5) sektor
bangunan; (6) sektor perdagangan, hotel, dan restoran; (7) sektor
pengangkutan dan komunikasi; (8) sektor keuangan, perusahaan, dan jasa
perusahaan; dan (9) sektor jasa-jasa.
Sesuai dengan UU Nomor 5 Tahun 1974, tentang Pokok-pokok
Pemerintahan di Daerah, ditetapkan DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara
RI yang merupakan salah satu dari 26 Daerah Otonomi Tingkat I
(Provinsi) di Indonesia dengan struktur wilayah administrasi. Wilayah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
administrasi adalah wilayah yang batas-batasnya di tentukan berdasarkan
kepentingan administrasi pemerintahan atau politik, seperti: provinsi,
kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan, dan RT/RW.
Sukirno (1976) menyatakan bahwa di dalam praktek, apabila
membahas mengenai pembangunan wilayah, maka pengertian wilayah
administrasi merupakan pengertian yang paling banyak digunakan.
Penggunaan pengertian tersebut disebabkan dua faktor, yakni: (a) dalam
kebijaksanaan dan rencana pembangunan wilayah diperlukan tindakan-
tindakan dari berbagai badan pemerintahan. Dengan demikian, lebih
praktis apabila pembangunan wilayah didasarkan pada suatu wilayah
administrasi yang telah ada; (b) wilayah yang batasnya ditentukan
berdasarkan atas suatu administrasi pemerintah lebih mudah di analisis,
karena sejak lama pengumpulan data di berbagai bagian wilayah
berdasarkan pada suatu wilayah administrasi tersebut.
Kota Administrasi Jakarta Selatan merupakan salah satu dari lima
bagian wilayah administrasi yang berada di pusat Ibukota DKI Jakarta
dengan berbagai sektor perekonomiannya yang cukup maju. Berbeda
dengan daerah lainnya, Kota Administrasi Jakarta Selatan tidak mendapat
kontribusi PDRB dari sektor pertambangan dan penggalian, mengingat
kondisi wilayahnya yang tidak mendukung dalam sektor tersebut.
Sehingga untuk sumbangan PDRB dari sektor tersebut bernilai nol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Tabel 1.2
PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2007-2010
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
No. Lapangan
Usaha 2007 2008 2009 2010
1. Pertanian 59.634 59.835 59.766 59.614
2. Pertambangan
dan
Penggalian - - - -
3. Industri
Pengolahan 1.337.597 1.416.373 1.486.441 1.528.293
4. Listrik, Gas,
dan Air Bersih 212.030 228.119 241.601 256.644
5. Bangunan 11.188.386 12.095.764 12.902.777 13.816.485
6. Perdagangan,
Hotel, dan
Restoran 15.573.965 16.490.401 17.321.682 18.470.182
7. Pengangkutan
dan
Komunikasi 5.709.983 6.813.116 7.960.911 9.255.478
8. Keuangan,
Persewaan,
dan Jasa
Perusahaan 31.465.310 32.518.558 33.349.826 34.793.028
9. Jasa-jasa 8.830.147 9.375.296 9.895.181 10.507.457
PDRB 74.377.052 78.997.463 83.218.185 88.687.181
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011
Dari Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa PDRB Kota Administrasi
Jakarta Selatan Atas Dasar Harga Konstan pada tahun 2007 mencapai
Rp74.377.052, tahun 2008 meningkat Rp78.997.463, tahun 2009 juga
mengalami peningkatan Rp83.218.185, dan pada tahun 2010 meningkat
menjadi Rp88.687.181. Dari tahun ke tahun, PDRB Kota Administrasi
Jakarta Selatan mengalami peningkatan. Angka tersebut menunjukkan
bahwa terjadi kemajuan pembangunan di Kota Administrasi Jakarta
Selatan.
Sedangkan jika dilihat dari sektor-sektor pembentuk PDRB Atas
Dasar Harga Konstan, pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, sektor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
keuangan, perusahaan, dan jasa perusahaan menyumbang pendapatan
daerah paling tinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, yaitu
sebesar Rp31.465.310 pada tahun 2007, Rp32.518.558 pada tahun 2008,
Rp33.349.826 pada tahun 2009, dan pada tahun 2010 menjadi
Rp34.793.028.
Sepanjang tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 sektor pertanian
merupakan sektor paling rendah dalam menyumbang pendapatan daerah.
Pada tahun 2007 sebesar Rp59.634, tahun 2008 sebesar Rp59.835, tahun
2009 Rp59.766, dan pada tahun 2010 sebesar Rp59.614.
Tabel 1.3
PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2007-2010
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku
No. Lapangan
Usaha 2007 2008 2009 2010
1. Pertanian 107.160 125.343 134.350 143.984
2. Pertambangan
dan Penggalian - - - -
3. Industri
Pengolahan 2.864.902 3.554.419 3.869.021 4.409.280
4. Listrik, Gas,
dan Air Bersih 671.563 795.930 856.149 936.824
5. Bangunan 19.788.184 24.388.937 27.194.665 31.008.579
6. Perdagangan,
Hotel, dan
Restoran 24.267.704 28.741.012 32.528.577 36.828.655
7. Pengangkutan
dan
Komunikasi 10.316.004 12.486.180 14.603.211 17.474.208
8. Keuangan,
Persewaan, dan
Jasa
Perusahaan 52.228.987 60.016.529 65.383.676 71.411.180
9. Jasa-jasa 18.496.357 22.042.516 24.756.448 27.772.340
PDRB 128.740.860 152.150.866 169.326.097 189.985.050
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011
Berdasarkan Tabel 1.3 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku tahun
2007 sebesar Rp128.740.860 dan sektor yang paling dominan adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yaitu sebesar
Rp52.228.987. Pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi
Rp189.985.050 dan sektor keuangan, perusahaan, dan jasa perusahaan
merupakan sektor yang dominan yaitu sebesar Rp71.411.180.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
perlu diadakan pengkajian ataupun suatu analisis mengenai potensi
unggulan di Kota Administasi Jakarta Selatan agar pemerintah daerah
mengetahui seberapa besar keberhasilan pembangunan dan sektor-sektor
yang perlu dikembangkan secara lebih mendalam. Untuk itu penulis
mengambil judul penelitian ini “Analisis Sektor Basis dan Sektor
Ekonomi Unggulan Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2007-
2010”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diungkapkan diatas,
maka yang menjadi pokok permasalahan di dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana gambaran perkembangan tingkat kontribusi sektoral dan
laju pertumbuhan ekonomi Kota Administrasi Jakarta Selatan tahun
2007-2010?
2. Sektor apakah yang menjadi sektor basis di Kota Administrasi Jakarta
Selatan tahun 2007-2010?
3. Sektor apakah yang menjadi sektor unggulan di Kota Administrasi
Jakarta Selatan tahun 2007-2010?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
4. Bagaimana perubahan struktur ekonomi di Kota Administrasi Jakarta
Selatan tahun 2007-2010?
5. Bagaimana gambaran status sektor ekonomi di Kota Administrasi
Jakarta Selatan tahun 2007-2010?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan
yang diharapkan akan dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perkembangan tingkat kontribusi sektoral dan laju
pertumbuhan ekonomi Kota Administrasi Jakarta Selatan tahun 2007-
2010.
2. Untuk mengetahui sektor basis di Kota Administrasi Jakarta Selatan
tahun 2007-2010.
3. Untuk mengetahui sektor unggulan di Kota Administrasi Jakarta
Selatan tahun 2007-2010.
4. Untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi di Kota Administrasi
Jakarta Selatan tahun 2007-2010.
5. Untuk mengetahui gambaran status sektor ekonomi di Kota
Administrasi Jakarta Selatan tahun 2007-2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ilmiah ini diharapkan dapat memberikan nilai manfaat,
yaitu:
1. Bagi pemerintah daerah: hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi ataupun gambaran mengenai kondisi sektor-
sektor perekonomian Kota Administrasi Jakarta Selatan, sekaligus
dapat menjadi bahan pertimbangan dalam proses pengambilan
keputusan dalam menentukan strategi yang tepat terkait kebijakan
pembangunan daerah di Kota Administrasi Jakarta Selatan.
2. Bagi ilmu pengetahuan: memberikan tambahan pengetahuan dan bahan
perbandingan untuk penelitian-penelitian di masa yang akan datang.
3. Bagi masyarakat: sebagai sarana menambah pengetahuan mengenai
pembangunan daerah di Kota Administrasi Jakarta Selatan.
4. Bagi peneliti: penelitian ini digunakan sebagai salah satu sarana untuk
menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan
dan menambah wawasan serta mampu menjadi motivasi dalam
mengkaji lebih lanjut terkait ekonomi regional Kota Administrasi
Jakarta Selatan maupun daerah lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembangunan Ekonomi
1. Pengertian Pembangunan
Secara tradisional pembangunan memiliki arti peningkatan
yang terus menerus pada Gross Domestic Product (GDP) atau Produk
Domestik Bruto (PDRB) suatu negara. Untuk daerah, makna
pembangunan yang tradisional difokuskan pada peningkatan PDRB
suatu provinsi, kabupaten, atau kota. Namun, muncul kemudian sebuah
alternatif definisi pembangunan ekonomi yang lebih menekankan pada
peningkatan income per capita (pendapatan per kapita). Definisi ini
menekankan pada tingkat kemampuan suatu negara dalam peningkatan
output yang dapat melebihi tingkat pertumbuhan penduduk. (Kuncoro,
2010: 136)
Pada akhir dasawarsa 1960-an, banyak Negara Sedang
Berkembang (NSB) mulai menyadari bahwa “pertumbuhan” (growth)
tidak identik dengan “pembangunan” (development). Pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, setidaknya melampaui negara-negara maju pada
tahap awal pembangunan mereka, memang dapat dicapai, tetapi
dibarengi dengan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan
di perdesaan, distribusi pendapatan yang timpang, dan
ketidakseimbangan structural. (Sjahrir, 1986)
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Myrdal (1971) mengartikan pembangunan sebagai pergerakan
ke atas dari seluruh sistem sosial. Ada pula yang menekankan
pentingnya pertumbuhan dengan perubahan (growth with change),
terutama perubahan niai-nilai dan kelembagaan. Ini dilandasi argumen
adanya dimensi kualitatif yang jauh lebih penting dibanding
pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi tidak
lagi memuja Gross National Product (GNP) sebagai sasaran
pembangunan, tetapi lebih memusatkan perhatian pada kualitas proses
pembangunan.
Ghazali (dalam Kuncoro, 2010: 23), dalam perspektif Islam,
pembangunan dilaksanakan berdasarkan lima pondasi filosofis, yaitu
tauheed uluhiyyah, tauhid rububiyyah, khilafah, tazkiyyah an-nas, dan
al-falah. Kelima pondasi filosofis tersebut merupakan prinsip-prinsip
yang telah melekat dalam Islam dan berasal dari dua sumber utama
Islam, yakni Alquran dan sunnah. Menurut paradigma Islam, kelima
pondasi filosofis ini menjadi syarat minimum yang diperlukan dalam
pembangunan, yaitu sebagai berikut:
a. Tauheed Uluhiyyah, yaitu percaya pada Kemahatunggalan Tuhan
dan semua yang di alam semesta merupakan kepunyaan-Nya.
Dalam konteks upaya pembangunan, manusia harus sadar bahwa
semua sumber daya yang tersedia adalah kepunyaan-Nya sehingga
tidak boleh hanya dimanfaatkan untuk pemenuhan kepentingan
pribadi. Lebih lanjut, manusia hanyalah penerima amanat atas
segala sumber daya yang disediakan kepadanya dan harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
mengupayakan agar manfaat yang dihasilkannya dapat dibagikan
kepada manusia lainnya.
b. Tauheed Rububiyyah, yaitu percaya bahwa Tuhan sendirilah yang
menentukan keberlanjutan dan hidup dari ciptaannya serta
menuntun siapa saja yang percaya kepada-Nya kepada kesuksesan.
Dalam konteks upaya pembangunan, manusia harus sadar bahwa
pencapaian tujuan-tujuan pembangunan tidak hanya bergantung
pada upayanya sendiri, tetapi juga pada pertolongan Tuhan, baik
yang terlihat maupun yang tidak terlihat.
c. Khilafah, yaitu peranan manusia sebagai wakil Tuhan di bumi. Di
samping sebagai wakil atas segala sumber daya yang diamanatkan
kepadanya, manusia yang beriman juga harus menjalankan
tanggung jawabnya sebagai pemberi teladan atau contoh yang baik
bagi manusia lainnya.
d. Tazkiyyah an-nas, ini merujuk kepada pertumbuhan dan penyucian
manusia sebagai prasyarat yang diperlukan sebelum manusia
menjalankan tanggung jawab yang ditugaskan kepadanya. Manusia
adalah agen perubahan dan pembangunan (agent of change and
development). Oleh karena itu, perubahan dan pembangunan apa
pun yang terjadi sebagai akibat upaya manusia ditujukan bagi
kebaikan orang lain dan tidak hanya bagi pemenuhan kepentingan
pribadi.
e. Al-falah, yaitu konsep keberhasilan dalam Islam bahwa
keberhasilan apa pun yang dicapai di kehidupan dunia akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
mempengaruhi keberhasilan di akhirat sepanjang keberhasilan
yang dicapai semasa hidup di dunia tidak menyalahi petunjuk atau
bimbingan yang telah Tuhan tetapkan. Oleh karena itu, tidak ada
dikotomi diantara upaya-upaya bagi pembangunan di dunia
ataupun persiapan bagi kehidupan di akhirat.
Pembangunan dalam kerangka Islam ditemukan pada pola nilai
(value pattern) yang melekat dalam Alquran dan sunnah. Kedua
sumber tersebut membentuk kerangka rujukan yang menjadi dasar
dalam upaya pembangunan sehingga menjadi titik awal dalam
perumusan kebijakan pembangunan, tujuan, dan proses pembuatan
keputusan pada semua level. Hal yang menjadi fokus utama bagi upaya
pembangunan dan jantung bagi proses pembangunan adalah manusia.
Proses pembangunan apa pun harus dimulai dari pembangunan moral,
spiritual, fisik, dan pembangunan lingkungan manusia yang akan
menjadi agen bagi lingkungan fisik dan sosio ekonominya. Manusia
adalah agen perubahan yang aktif dan yang akan bertanggung jawab
bagi keberhasilan atau kegagalan hidupnya, baik di kehidupan dunia
maupun di akhirat kelak. Oleh karena itu, pembangunan mengandung
arti tidak hanya sebagai proses produksi barang dan jasa, distribusi
barang dan jasa, transformasi kelembagaan dan struktural, atau
pencapaian keseimbangan ekologis. Semuanya itu hanyalah alat atau
syarat yang diperlukan bagi pembangunan manusia, lebih lanjut dalam
pencariannya atas martabat manusia yang mungkin saja telah hilang
tidak hanya dalam aspek ekonomi, tetapi juga dalam penurunan moral
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
yang mengancam keberlangsungan hidup manusia di masa akan
datang.
Pembangunan mencakup baik perubahan kualitatif maupun
kuantitatif. Perhatian yang lebih pada aspek-aspek kuantitatif lebih
menyebabkan diabaikannya aspek-aspek kualitatif pembangunan
secara khusus dan kehidupan secara umum. Islam berusaha
memperbaiki ketidakseimbangan tersebut. Pembangunan merupakan
proses yang mencakup multidimensi. Islam telah menggeser fokus
upaya pembangunan lingkungan fisik kepada manusia dan lainnya,
memperluas cakupan dari kebijakan pembangunan.
Indikator keberhasilan suatu pembangunan tidak hanya diukur
dengan pertumbuhan, tetapi juga harus menjamin terjadinya
perubahan, baik perubahan teknologi maupun sosial ekonomi.
Pertumbuhan yang merupakan indikator utama pembangunan
mencakup baik aspek kualitatif maupun kuantitatif. Peran manusia
dalam pembangunan menjadi perhatian utama dalam Islam. Oleh
karena itu, faktor etika, moral, dan spiritual yang merupakan faktor
pembentuk aspek kualitatif sangat menentukan kualitas pertumbuhan
yang akan dicapai. Kualitas pertumbuhan yang baik tersebut pada
gilirannya akan menentukan bentuk perubahan yang terjadi, yang
akhirnya mempengaruhi kualitas proses pembangunan secara
keseluruhan.
Pembangunan merupakan hal yang bersifat multidimensi.
Karena Islam menekankan bahwa wilayah operasional pembangunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
berkaitan dengan manusia, atribut-atribut kemanusiaan, dorongan, dan
aspirasi memiliki nilai yang sama sebagaimana variabel-variabel
kebijakan seperti sumber daya fisik, modal, tenaga kerja, pendidikan,
keahlian, dan organisasi. Dengan demikian, pada satu sisi Islam
menggeser fokus upaya pembangunan dari lingkungan fisik ke
manusia dan di sisi yang lain, Islam memperbesar jangkauan kebijakan
pembangunan.
Ada lima tahapan utama yang harus dilalui agar tujuan akhir
proses pembangunan (Kuncoro, 2010: 26-27), yaitu tercapainya sukses
di akhirat terpenuhi. Kelima tahapan tersebut adalah: pertama, tahapan
persiapan kualitatif. Aspek kualitatif bersumber dari manusia. Dalam
Alquran manusia diumpamakan sebagai sebuah pohon (QS.14: 24-26).
Akar, batang, dan buah merupakan bahasa amtsal untuk akidah,
syariat, dan muamalat. Dengan akidah yang baik, manusia akan
mampu melaksanakan syariat dengan baik, yang akhirnya tercermin
pada muamalat. Sebaliknya, manusia dengan akidah yang buruk pada
akhirnya berdampak pada bentuk muamalat yang buruk pula. Dalam
sebuah sistem, muamalat yang buruk tercermin pada hasil-hasil
pembangunan yang buruk, seperti kemiskinan, pengangguran,
ketimpangan distribusi pendapatan, dan kerusakan lingkungan yang
sangat berbahaya bagi keberlangsungan proses pembangunan generasi
berikutnya. Tahapan kedua adalah peran dan kedudukan manusia
dalam sebuah sistem. Pada tahapan ini, status manusia tidak hanya
dipandang sebagai individu, tetapi juga statusnya sebagai bagian dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
masyarakat sebagai suatu sistem dalam kehidupan sehari-hari. Jika
masyarakat sebagai kumpulan individu tersebut terdiri dari manusia-
manusia yang baik, sistem tersebut akan mampu menciptakan berbagai
manfaat/keuntungan yang sangat berpengaruh bagi tahapan berikutnya
sebagai tahapan ketiga, yakni terciptanya keuntungan kualitatif dan
kuantitatif. Beberapa bentuk keuntungan tersebut adalah kekayaan
alam, keuntungan teknologi, keuntungan sosial ekonomi, kepuasan
spiritual dan moral, serta berbagai bentuk keuntungan lainnya.
Tahapan keempat, yakni utilisasi hasil-hasil pembangunan bagi proses
pembangunan berikutnya. Berbeda dengan ekonomi konvensional
yang menjadikan kelangkaan faktor produksi dan tak terbatasnya
permintaan manusia secara simultan sebagai faktor munculnya
permasalahan ekonomi, Islam menjelaskan bahwa sumber
permasalahan ekonomi terletak pada cara pengalokasian atau distribusi
faktor-faktor produksi yang ada. Keempat tahapan tersebut secara
bersama-sama sangat menentukan tercapainya tahapan kelima
pembangunan, yakni tercapainya kesuksesan di akhirat.
2. Pengertian Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi adalah proses penciptaan suatu
lingkungan oleh masyarakat yang mempengaruhi hasil-hasil indikator
ekonomi seperti kenaikan kesempatan kerja dan pertumbuhan
ekonomi. Lingkungan yang dimaksud sebagai sumber daya
perencanaan meliputi lingkungan fisik, peraturan, dan perilaku.
(Blakely, 1989: 75-77 dalam Kuncoro, 2004: 51)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai
suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita
penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh
perbaikan sistem kelembagaan. (Arsyad, 1999: 6)
Dari definisi di atas jelas bahwa pembangunan ekonomi
mempunyai pengertian:
1. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus-menerus.
2. Usaha untuk menaikkan pendapatan per kapita, dan
3. Kenaikan pendapatan per kapita itu harus terus berlangsung dalam
jangka panjang.
4. Perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang (misalnya
ekonomi, politik, hukum, sosial, dan budaya). Sistem kelembagaan
ini bisa ditinjau dari 2 aspek yaitu: aspek perbaikan di bidang
organisasi (institusi) dan perbaikan di bidang regulasi (baik formal
maupun informal).
Todaro (1992) mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai
suatu proses multidimensional yang mencakup perubahan struktur,
sikap hidup, dan kelembagaan, selain mencakup peningkatan
pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidakmerataan distribusi
pendapatan dan pemberantasan kemiskinan.
3. Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana
pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya-sumber
daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja
baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan
ekonomi) dalam wilayah tersebut. (Arsyad, 1999: 108)
Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak
pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang
didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous
development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia,
kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal (daerah). (Arsyad,
1999: 108)
Beberapa ahli menganjurkan bahwa pembangunan suatu daerah
haruslah mencakup tiga inti nilai (Kuncoro, 2004: 63):
a. Ketahanan (sustenance): kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
pokok (sandang, pangan, papan, kesehatan, dan proteksi) untuk
mempertahankan hidup.
b. Harga diri (self esteem): pembangunan haruslah memanusiakan
orang. Dalam arti luas pembangunan suatu daerah haruslah
meningkatkan kebanggaan sebagai manusia yang berada di daerah
itu.
c. Freedom for servitude: kebebasan bagi setiap individu suatu negara
untuk berpikir, berkembang, berperilaku, dan berusaha untuk
berpartisipasi dalam pembangunan.
Tahap pertama perencanaan bagi setiap organisasi yang tertarik
dalam pembangunan ekonomi daerah adalah menentukan peran (role)
yang akan dilakukan dalam proses pembangunan. Ada 4 peran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
dapat diambil oleh pemerintah daerah dalam proses pembangunan
ekonomi daerah yaitu sebagai: (Arsyad, 1999: 121)
1) Wirausaha
Sebagai wirausaha, pemerintah daerah bertanggung jawab
untuk menjalankan suatu usaha bisnis. Pemerintah daerah dapat
memanfaatkan potensi tanah dan bangunan untuk tujuan bisnis.
Tanah atau bangunan dapat dikendalikan oleh pemerintah daerah
untuk tujuan konservasi atau alasan-alasan lingkungan lainnya,
dapat juga sebagai alasan perencanaan pembangunan atau juga data
digunakan untuk tujuan-tujuan lain yang bersifat ekonomi. Pantai,
jalan raya, dan pusat hiburan rakyat dapat dimanfaatkan untuk
berbagai macam tujuan yang dapat menciptakan peluang kerja.
Organisasi kemasyarakatan memainkan peran penting dalam
menjalankan kewirausahaan sebagai pencipta peluang kerja yang
tidak dapat dilakukan oleh perusahaan swasta, atau untuk
menjamin tersedianya jasa yang tidak mampu disediakan oleh
perusahaan swasta.
Dengan peran sebagai wirausaha, pemerintah daerah
dituntut untuk jeli dan pro aktif dalam mengembangkan bisnis
daerah. Termasuk dalam hal ini adalah bagaimana memanfaatkan
asset pemerintah daerah, mendorong pertumbuhan bisnis daerah,
dan pemberdayaan masyarakat marginal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2) Koordinator
Pemerintah daerah dapat bertindak sebagai koordinator
untuk menetapkan kebijakan atau mengusulkan strategi-strategi
bagi pembangunan di daerahnya. Lebih jauh lagi, peran
koordinator pemerintah dalam pembangunan ekonomi dapat
melibatkan kelompok-kelompok masyarakat dalam mengumpulkan
dan mengevaluasi informasi-informasi ekonomi seperti tingkat
ketersediaan pekerjaan, angkatan kerja, pengangguran, dan jumlah
perusahaan. Dapat juga bekerja sama dengan lembaga pemerintah,
badan usaha, dan masyarakat lain untuk menyusun tujuan,
perencanaan, dan strategi ekonomi.
Perencanaan pengembangan pariwisata daerah atau
perencanaan pengembangan ekonomi daerah yang telah
dipersiapkan di wilayah tertentu, mencerminkan kemungkinan
pendekatan yaitu sebuah perencanaan disusun sebagai suatu
kesepakatan bersama antara pemerintah, pengusaha, dan kelompok
masyarakat lainnya. Pendekatan regional biasanya lebih efektif
karena perhatian pemerintah daerah dapat terpusat pada
perekonomian daerah dan hal tersebut juga dapat menciptakan
pengelolaan daerah yang lebih baik dan hasil kerja sama antara
pemerintah yang lebih tinggi dengan pemerintah daerah.
3) Fasilitator
Pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan
melalui perbaikan lingkungan perilaku di daaerahnya. Peran ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
dapat meliputi pengefisienan proses pembangunan, perbaikan
prosedur perencanaan dan penetapan peraturan. Kelompok
masyarakat yang berbeda dapat membawa kepentingan yang
berbeda dalam proses penentuan kebijakan pembangunan ekonomi.
Oleh karena itu, yang diperlukan adalah tersedianya suatu tujuan
yang jelas agar pemerintah daerah dapat terfokus dalam
memanfaatkan sumber daya dan tenaga yang dimilikinya. Adanya
tujuan yang jelas juga memberikan dasar berpijak untuk penentuan
program-program tambahan yang lain.
4) Stimulator
Pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan dan
pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus yang akan
mempengaruhi perusahaan-perusahaan untuk masuk ke daerah
tersebut dan mempertahankan perusahaan-perusahaan yang ada.
Berbagai macam fasilitas dapat disediakan untuk menarik
pengusaha, misalnya dengan menyediakan bangunan-bangunan
yang dapat disewa untuk menjalankan usaha dengan potongan
biaya sewa untuk beberapa tahun pertama. Dalam bidang
kepariwisataan, pemerintah daerah dapat mempromosikan tema
atau kegiatan khusus untuk objek wisata tertentu.
4. Tujuan Pembangunan Ekonomi
Menurut Todaro (2004) tujuan utama dari usaha-usaha
pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan yang
setinggi-tingginya, harus pula menghapus atau mengurangi tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan tingkat pengangguran.
Kesempatan kerja bagi penduduk atau masyarakat akan memberikan
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat peningkatan produksi
barang dan jasa secara nasional, sedangkan pembangunan berdimensi
lebih luas dari sekadar peningkatan pertumbuhan ekonomi. Manusia
seharusnya merupakan hakikat tujuan pembangunan, bukan hanya
“kue pembangunan” dan “pertumbuhan kue”. Sulit dikatakan ada
pembangunan bila kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan masih
substansial. (Kuncoro, 2010: 146)
Salah satu indikator yang popular untuk mengukur kinerja
pembangunan manusia adalah HDI (Human Development Index) atau
Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM mencoba mengukur kinerja
pembangunan manusia dengan skala 0 (sebagai tingkatan
pembangunan manusia yang terendah) hingga 1 (pembangunan
manusia yang tertinggi) berdasarkan atas 3 tujuan atau prodik
pembangunan, yaitu: (1) usia panjang yang diukur dengan tingkat
harapan hidup; (2) pengetahuan yang diukur dengan rata-rata
tertimbang dari jumlah orang dewasa yang dapat membaca dan rata-
rata tahun sekolah; dan (3) penghasilan yang diukur dengan
pendapatan per kapita riil yang telah disesuaikan, yaitu disesuaikan
menurut daya beli mata uang di masing-masing daerah dan asumsi
menurunnya utilitas marginal penghasilan dengan cepat. (Kuncoro,
2004: 115)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
B. Pertumbuhan Ekonomi
1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Profesor Simon Kuznets mendefinisikan pertumbuhan ekonomi
sebagai “kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara
untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi
kepada penduduknya; kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan
teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang
diperlukannya. Definisi ini memiliki tiga komponen: pertama,
pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara
terus-menerus persediaan barang; kedua, teknologi maju merupakan
faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat
pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang
kepada penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien
memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi
sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia
dapat dimanfaatkan secara tepat. Teknologi moderen misalnya, tidak
cocok dengan corak/kehidupan desa, pola keluarga besar, usaha
keluarga, dan buta huruf. (Jhingan, 1996: 72)
Menurut Budiono (1985), pertumbuhan ekonomi adalah proses
kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Di sini, proses
mendapat penekanan karena mengandung unsur dinamis.
Pertumbuhan ekonomi tidak hanya diukur dengan pertambahan
PDB dan PDRB saja, tetapi juga diberi bobot yang bersifat immaterial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
seperti kenikmatan, kepuasan, kebahagiaan, rasa aman, dan tenteram
yang dirasakan masyarakat luas. (Kuncoro, 2004: 129)
2. Faktor-faktor Pertumbuhan Ekonomi
Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam
faktor, faktor ekonomi dan non ekonomi. (Jhingan, 1996: 85-97)
a. Faktor Ekonomi
1) Sumber Alam. Faktor utama yang mempengaruhi
perkembangan suatu perekonomian adalah sumber alam atau
tanah. “Tanah” sebagaimana dipergunakan dalam ilmu ekonomi
mencakup sumber alam seperti kesuburan tanah, letak dan
susunannya, kekayaan hutan, mineral, iklim, sumber air, sumber
lautan, dan sebagainya. Dalam dan bagi pertumbuhan ekonomi,
tersedianya sumber alam secara melimpah merupakan hal yang
penting. Suatu negara yang kekurangan sumber alam tidak akan
dapat membangun dengan cepat. Jadi dalam pertumbuhan
ekonomi, kekayaan alam yang melimpah saja belum cukup.
Yang terpenting ialah pemanfaatannya secara tepat dengan
teknologi yang baik sehingga efisiensi dipertinggi dan sumber
dapat dipergunakan dalam jangka waktu lebih lama.
2) Akumulasi Modal. Faktor ekonomi penting kedua dalam
pertumbuhan ialah akumulasi modal. Modal berarti persediaan
faktor produksi yang secara fisik dapat direproduksi. Apabila
stock modal naik dalam batas waktu tertentu, hal ini disebut
akumulasi modal atau pembentukan modal. Pembentukan modal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
merupakan investasi dalam bentuk barang-barang modal yang
dapat menaikkan stock modal, output nasional dan pendapatan
nasional. Jadi, pembentukan modal merupakan kunci utama
menuju pembangunan ekonomi.
3) Organisasi. Organisasi merupakan bagian penting dari proses
pertumbuhan. Organisasi berkaitan dengan penggunaan faktor
produksi di dalam kegiatan ekonomi. Organisasi bersifat
melengkapi (komplemen) modal, buruh, dan membantu
meningkatkan produktivitasnya.
4) Kemajuan Teknologi. Perubahan teknologi dianggap sebagai
faktor paling penting di dalam proses pertumbuhan ekonomi.
Perubahan itu berkaitan dengan perubahan di dalam metode
produksi yang merupakan hasil pembaharuan atau hasil dari
teknik penelitian baru. Perubahan pada teknologi telah
menaikkan produktivitas buruh, modal, dan faktor produksi
yang lain.
5) Pembagian Kerja dan Skala Produksi. Spesialisasi dan
pembagian kerja menimbulkan peningkatan produktivitas,
keduanya membawa ke arah ekonomi produksi skala besar yang
selanjutnya membantu perkembangan industri.
b. Faktor Non Ekonomi
1) Faktor Sosial. Faktor sosial dan budaya juga mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
2) Faktor Manusia. Sumber daya manusia merupakan faktor
terpenting dalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
tidak semata-mata tergantung pada jumlah sumber daya manusia
saja, tetapi lebih menekan pada efisiensi mereka.
3) Faktor Politik dan Administratif. Faktor politik dan administratif
juga membantu pertumbuhan ekonomi.
3. Tahap-tahap Pertumbuhan Ekonomi
Profesor W.W. Rostow memakai pendekatan sejarah dalam
menjelaskan proses perkembangan ekonomi. Ia membedakan adanya
lima tahap pertumbuhan ekonomi yaitu: (Jhingan, 1996: 179-187)
a. Masyarakat Tradisional
Masyarakat tradisional diartikan sebagai “suatu masyarakat
yang strukturnya berkembang di sepanjang fungsi produksi
berdasarkan ilmu dan teknologi pra-Newton dan sebagai hasil
pandangan pra-Newton terhadap dunia fisika. Kekuasaan politik
terpusat di daerah, di tangan bangsawan pemilik tanah yang
didukung oleh sekelompok serdadu dan pegawai negeri. Pertanian
biasanya menjadi sumber utama pendapatan negara dan para
bangsawan, yang kemudian dihamburkan untuk pembangunan candi
atau monumen lain, pesta penguburan dan perkawinan, atau untuk
perang.
b. Pra-Syarat Tinggal Landas
Tahap kedua ini merupakan masa transisi dimana prasyarat-
prasyarat pertumbuhan swadaya dibangun atau diciptakan. Prasyarat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
tinggal landas didorong atau didahului oleh empat kekuatan:
Renesans atau era pencerahan, Kerajaan Baru, Dunia Baru, dan
Agama Baru atau Reformasi.
c. Tinggal Landas
Tahap tinggal landas merupakan titik yang menentukan di
dalam kehidupan suatu masyarakat “ketika pertumbuhan mencapai
kondisi normalnya, kekuatan moderenisasi berhadapan dengan adat-
istiadat dan lembaga-lembaga. Nilai-nilai dan kepentingan
masyarakat tradisional membuat terobosan yang menentukan; dan
kepentingan bersama membentuk struktur masyarakat tersebut.
d. Dewasa
Rostow mendefinisikannya sebagai “tahap ketika masyarakat
telah dengan efektif menerapkan serentetan teknologi moderen
terhadap keseluruhan sumber daya mereka. Pada waktu suatu negara
berada pada tahap kedewasaan teknologi, ada tiga perubahan penting
yang terjadi:
Pertama, sifat tenaga kerja berubah. Ia berubah menjadi terdidik.
Orang lebih suka tinggal atau hidup di kota daripada di desa. Upah
nyata mulai meningkat dan para pekerja mengorganisasi diri untuk
mendapatkan jaminan sosial dan ekonomi yang lebih besar.
Kedua, watak para pengusaha berubah. Pekerja keras dan kasar
berubah menjadi manajer efisien yang halus dan sopan.
Ketiga, masyarakat merasa bosan pada keajaiban industrialisasi dan
menginginkan sesuatu yang baru menuju perubahan lebih jauh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
e. Masa Konsumsi Massal
Abad konsumsi massa besar-besaran ditandai dengan migrasi
ke pinggiran kota, pemakaian mobil secara luas, barang-barang
konsumen dan peralatan rumah tangga yang tahan lama. Pada tahap
ini, “keseimbangan perhatian masyarakat beralih dari penawaran ke
permintaan, dari persoalan produksi ke persoalan konsumsi dan
kesejahteraan dalam arti luas”.
C. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah
Teori-teori yang berkaitan dengan pertumbuhan dan pembangunan
daerah antara lain: (Arsyad, 1999: 115-118)
1. Teori Ekonomi Neo Klasik
Peranan teori ekonomi Neo Klasik tidak terlalu besar dalam
menganalisis pembangunan daerah (regional) karena teori ini tidak
memiliki dimensi spasial yang signifikan. Namun demikian, teori ini
memberikan dua konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah
yaitu keseimbangan (equilibrium) dan mobilitas faktor produksi.
Artinya, sistem perekonomian akan mencapai keseimbangan
alamiahnya jika modal bisa mengalir tanpa restriksi (pembatasan).
Oleh karena itu, modal akan mengalir dari daerah yang berupah tinggi
menuju ke daerah yang berupah rendah
2. Teori Basis Ekonomi
Teori basis ekonomi ini menyatakan bahwa faktor penentu
utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah.
Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal,
termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan
menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job
creation).
Strategi pembangunan daerah yang muncul yang didasarkan
pada teori ini adalah penekanan terhadap arti penting bantuan (aid)
kepada dunia usaha yang mempunyai pasar secara nasional maupun
internasional. Implementasi kebijakannya mencakup pengurangan
hambatan/batasan terhadap perusahaan-perusahaan yang berorientasi
ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah tersebut.
Kelemahan model ini adalah bahwa model ini didasarkan pada
permintaan eksternal bukan internal. Pada akhirnya akan menyebabkan
ketergantungan yang sangat tinggi terhadap kekuatan-kekuatan pasar
secara nasional maupun global. Namun demikian, model ini sangat
berguna untuk menentukan keseimbangan antara jenis-jenis industri
dan sektor yang dibutuhkan masyarakat untuk mengembangkan
stabilitas ekonomi.
3. Teori Lokasi
Para ekonomi regional sering mengatakan bahwa ada tiga
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan daerah yaitu: lokasi, lokasi,
dan lokasi! Pernyataan tersebut sangat masuk akal jika dikaitkan
dengan pengembangan kawasan industri. Perusahaan cenderung untuk
meminimumkan biayanya dengan cara memilih lokasi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
memaksimumkan peluangnya untuk mendekati pasar. Model
pengembangan industri kuno menyatakan bahwa lokasi yang terbaik
adalah biaya yang termurah antara bahan baku dengan pasar.
Tentu saja banyak variabel lainnya yang mempengaruhi
kualitas atau suitabilitas suatu lokasi misalnya upah tenaga kerja, biaya
energi, ketersediaan pemasok, komunikasi, fasilitas-fasilitas
pendidikan dan latihan (diklat), kualitas pemerintah daerah, dan
tanggung jawabnya, dan sanitasi. Perusahaan-perusahaan yang berbeda
membutuhkan kombinasi-kombinasi yang berbeda pula atas faktor-
faktor tersebut. Oleh karena itu, seringkali masyarakat berusaha untuk
memanipulasi biaya dari faktor-faktor tersebut untuk menarik
perusahaan-perusahaan industri.
Keterbatasan dari teori lokasi ini pada saat sekarang adalah
bahwa teknologi dan komunikasi moderen telah mengubah signifikansi
suatu lokasi tertentu untuk kegiatan produksi dan distribusi barang.
4. Teori Tempat Sentral
Teori tempat sentral (central place theory) menganggap bahwa
ada hirarki tempat (hierarchy of places). Setiap tempat sentral
didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyediakan
sumber daya (industri dan bahan baku). Tempat sentral tersebut
merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi
penduduk daerah yang mendukungnya.
Teori tempat sentral ini bisa diterapkan pada pembangunan
ekonomi daerah, baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Misalnya, perlunya melakukan pembedaan fungsi antara daerah-daerah
yang bertetangga (berbatasan). Beberapa daerah bisa menjadi wilayah
penyedia jasa sedangkan lainnya hanya sebagai daerah pemukiman.
Seorang ahli pembangunan ekonomi daerah dapat membantu
masyarakat untuk mengembangkan peranan fungsional mereka dalam
sistem ekonomi daerah.
5. Teori Kausasi Kumulatif
Kondisi daerah-daerah sekitar kota yang semakin buruk
menunjukkan konsep dasar dari tesis kausasi kumulatif (cumulative
causation) ini. Kekuatan-kekuatan pasar cenderung memperparah
kesenjangan antara daerah-daerah tersebut (maju versus terbelakang).
Daerah yang maju mengalami akumulasi keunggulan kompetitif
dibanding daerah-daerah lainnya. Hal ini yang disebut Myrdal (1957)
sebagai back wash effects.
6. Model Daya Tarik
Teori daya tarik industri adalah model pembangunan ekonomi
yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang
mendasarinya adalah bahwa suatu masyarakat dapat memperbaiki
posisi pasarnya terhadap industrialisasi melalui pemberian subsidi dan
insentif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Tabel 2.1
Paradigma Baru Teori Pembangunan Ekonomi Daerah
Komponen Konsep Lama Konsep Baru
Kesempatan Kerja Semakin banyak
perusahaan = semakin
banyak peluang kerja
Perusahaan harus mengembangkan
pekerjaan yang sesuai dengan
“kondisi” penduduk daerah
Basis Pembangunan Pengembangan sektor
ekonomi
Pengembangan lembaga-lembaga
ekonomi baru
Asset-aset Lokasi Keunggulan komparatif
didasarkan pada asset
fisik
Keunggulan kompetitif didasarkan
pada kualitas lingkungan
Sumber Daya
Pengetahuan
Ketersediaan angkatan
kerja
Pengetahuan sebagai pembangkit
ekonomi
Sumber: Lincolin Arsyad, 1999: 119
D. Indikator Pembangunan Daerah
Di negara berkembang seperti Indonesia, indikator pembangunan
dikategorikan menjadi:
1. Indikator Ekonomi
Dapat dikatakan bahwa hampir semua indikator dalam kerangka
ekonomi makro tidak ada yang secara langsung dapat berdiri sendiri.
Berbagai indikator ekonomi yang sering dibicarakan, antara lain
mencakup:
a. Tingkat pertumbuhan ekonomi.
b. Tingkat kemakmuran suatu daerah.
c. Tingkat inflasi.
d. Struktur ekonomi atau struktur PDB atau PDRB menurut pendekatan
produksi atau sektoral.
e. Produktivitas sektoral, yang merupakan rasio antara nilai tambah
setiap sektor terhadap jumlah tenaga kerja di sektor yang
bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
f. Struktur PDB atau PDRB menurut pendekatan pengeluaran.
g. Besaran ICOR (Incremental Capital Output Ratioz.
h. Disparitas pendapatan regional yang dilihat dari perbedaan:
1) Pendapatan per kapita
2) Tingkat pertumbuhan PDB atau PDRB
3) Kemampuan investasi
4) Besaran Indeks Gini (Gini Ratio Indeks)
i. Berbagai macam besaran rasio dan perbandingan-perbandingan:
1) Pajak terhadap PDB atau PDRB
2) Biaya pendidikan, kesehatan, penelitian dan sebagainya terhadap
PDB/PDRB
3) Perbandingan penerimaan pemerintah terhadap PDB/PDRB
4) Perbandingan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan
5) Struktur pembiayaan pembangunan
2. Indikator Non Ekonomi
Berbeda dengan indikator pembangunan ekonomi, indikator
pembangunan non ekonomi sebagian besar masih bersifat kualitatif.
Meskipun demikian, adanya upaya untuk mengidentifikasikan indikator
non ekonomi merupakan langkah maju walaupun hanya bersifat kualitatif
daripada tidak dilakukan sama sekali. Dengan semakin membaiknya
ukuran-ukuran dan pendekatan yang digunakan, keberadaan indikator
non ekonomi diharapkan akan dapat disajikan secara kuantitatif.
Beberapa indikator pembangunan non ekonomi ini, antara lain berupa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
a. Indikator Sosial
Banyak segi kehidupan manusia terutama menyangkut
kualitas, yang sangat sulit untuk dikumpulkan keterangannya. Salah
satu kesulitannya adalah karena dalam kehidupan sosial banyak faktor
yang mempengaruhi dan faktor-faktor tersebut saling berkait satu
dengan yang lainnya. Selain permasalahan tersebut, faktor-faktor ini
tidak mudah untuk diukur dan digambarkan dalam bentuk deskriptif
yang sederhana. Oleh karena itu, dalam penyusunannya dilakukan
dengan pertimbangan yang dalam memilih indikator yang disajikan
dari data yang tersedia untuk mempelajari perencanaan pembangunan
di bidang sosial. Indikator-indikator sosial meliputi berbagai umur,
seperti:
1) Indikator Kependudukan
Indikator kependudukan meliputi aspek-aspek
kewilayahan maupun non kewilayahan. Beberapa indikator
kependudukan yang sering digunakan antara lain:
a) Distribusi penduduk menurut daerah.
b) Jumlah penduduk pedesaan dan perkotaan.
c) Kepadatan penduduk.
d) Tingkat urbanisasi.
e) Tingkat pertumbuhan penduduk.
f) Tingkat kelahiran (per 100 atau per 1.000).
g) Tingkat kematian (per 100 atau per 1.000)
h) Angka harapan hidup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
i) Beban ketergantungan.
2) Indikator Keluarga Berencana
Indikator keluarga berencana digunakan untuk mengetahui
dan melakukan pengkajian mengenai sejauh mana perkembangan
penduduk dalam kurun waktu sekian tahun dari sekarang
bilamana faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
penduduk dapat diketahui. Beberapa indikator keluarga berencana
yang sering digunakan antara lain:
a) Persentase pertumbuhan dalam status kawin (umur 10-49
tahun) menurut golongan umur dan cara mengatur kehamilan
yang sekarang dipakai.
b) Persentase perempuan dalam status kawin (umur 10-49
tahun) yang sekarang memakai suatu cara mengatur
kehamilan menurut jumlah anak yang masih hidup dan cara
mengatur kehamilan yang sekarang dipakai.
c) Persentase perempuan dalam status kawin (umur 10-49
tahun) yang sekarang memakai suatu cara mengatur
kehamilan menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan dan
cara pengaturan kehamilan yang sekarang dipakai.
d) Target dan hasil akseptor baru keluarga berencana yang
dicapai.
3) Indikator Tenaga Kerja
Indikator tenaga kerja terkait dengan permasalahan
penduduk dan hasil turunannya, baik yang secara langsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
terlibat dalam lapangan pekerjaan maupun yang belum terlibat
dalam lapangan pekerjaan. Beberapa indikator tenaga kerja yang
sering digunakan antara lain:
a) Tingkat partisipasi angkatan kerja (dalam persen).
b) Tingkat pengangguran terbuka (dalam persen).
c) Tingkat pengangguran tersembunyi (dalam persen).
d) Tenaga kerja menurut lapangan usaha (dalam persen).
e) Tenaga kerja menurut jenis pekerjaan (dalam persen).
f) Tenaga kerja menurut status pekerjaan (dalam persen).
g) Persentase penduduk yang berumur 10 tahun ke atas yang
termasuk angkatan kerja.
h) Persentase penduduk yang termasuk angkatan kerja yang
sedang mencari pekerjaan.
i) Persentase penduduk yang termasuk angkatan kerja yang
sedang mencari pekerjaan atau yang bekerja kurang dari 10
jam.
4) Indikator Pendidikan
Indikator pendidikan dapat diukur dengan besaran secara
langsung maupun tidak langsung terkait dengan peningkatan
kualitas (mutu) maupun kuantitas (jumlah) dalam unsur
pendidikan. Upaya untuk meningkatkan kemampuan penduduk
dalam kegiatan menulis dan membaca, meningkatnya peran serta
penduduk dalam jenjang pendidikan tertentu, merupakan
beberapa contoh yang terkait dengan indikator tingkat pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Beberapa indikator tingkat pendidikan lain yang sering digunakan
antara lain:
a) Besarnya tingkat partisipasi pendidikan menurut jenjang
pendidikan tertentu.
b) Besarnya angka transisi pendidikan (SD-SLTP, SLTP-SLTA,
dan SLTA-AK/PT) terhadap jumlah penduduk usia sekolah
dasar sampai perguruan tinggi (umur 6-24 tahun).
c) Tingkat buta aksara (dalam persen).
d) Tingkat partisipasi pendidikan kasar (gross enrollment ratio)
jenjang SD, SLP, dan SLA.
e) Penduduk berumur 6-12 tahun yang belum tamat SD dan
tidak sekolah lagi (dalam persen).
f) Tenaga kerja menurut tingkat pendidikan.
g) Angka indeks jumlah murid menurut tingkat pendidikan.
h) Angka indeks sekolah menurut tingkat pendidikan.
i) Rasio murid terhadap sekolah, terhadap guru, dan
sebagainya.
j) Banyaknya sekolah dan bangunan sekolah yang mempunyai
fasilitas radio, televisi, dan surat kabar.
k) Banyaknya pesawat televisi dan jumlah televisi per 10.000
penduduk.
5) Indikator Kesehatan
Program peningkatan perilaku sehat dan lingkungan sehat,
disertai dengan adanya upaya pemberdayaan masyarakat yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan yang sehat
mendukung tumbuh dan berkembangnya anak-anak dan remaja
yang memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup sehat. Bebarapa
indikator kinerjanya yaitu:
a) Angka kematian bayi (IMR: Infant Mortality Rate).
b) Umur/usia harapan hidup.
c) Angka kesakitan (insident atau prevalent) beberapa penyakit,
yang antara lain: diare, malaria, TBC, tetanus, dan wabah
atau KLB (kejadian luar biasa).
d) Persentase penduduk pedesaan yang mendapat air bersih
sebanyak 60 liter per hari dan juga persentase penduduk kota
yang mendapatkan air bersih sebanyak 100-150 liter per hari.
e) Persentase penduduk yang mempunyai tempat sampah yang
memadai.
f) Jumlah dokter, perawat kesehatan dan kader pembangunan
bidang kesehatan per 10.000 penduduk.
g) Jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Pos Kesehatan
per 100.000 penduduk.
h) Jumlah tempat tidur rumah sakit per 10.000 penduduk.
i) Jumlah pemeriksaan antenatal dan persalinan di KIA
(kesehatan ibu dan anak).
j) Jumlah imunisasi lengkap per 1.000 penduduk.
k) Tingkat penggunaan Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Pos
Kesehatan dan tempat tidur rumah sakit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
l) Jumlah pengeluaran untuk biaya kesehatan per kapita per
tahun.
6) Indikator Gizi
Dalam hal program perbaikan gizi yang juga masuk dalam
kategori bidang sosial, dapat ditempuh dengan cara meningkatkan
intelektualitas dan produktivitas SDM (Sumber Daya Manusia).
Menurunnya prevalensi kurang gizi pada anak balita (bawah lima
tahun) dari 26,3% menjadi 20,0% dan juga menurunnya
prevalensi gizi lebih dari 12% menjadi kurang dari 10%
merupakan salah satu contoh indikator yang menunjukkan adanya
peningkatan dalam masalah gizi. Beberapa indikator gizi lain
yang sering digunakan antara lain:
a) Rata-rata penyediaan kalori per orang per hari, untuk
konsumsi dalam negeri menurut asal bahan makanan.
b) Rata-rata penyediaan protein per orang per hari, untuk
konsumsi dalam negeri menurut asal bahan makanan.
c) Rata-rata penyediaan lemak per orang per hari, untuk
konsumsi dalam negeri menurut asal bahan makanan.
d) Jumlah anak-anak yang baru lahir dengan berat badan kurang
dari 2.500 gram.
e) Jumlah anak umur 3 tahun dengan berat badan kurang dari
11,5 kg.
f) Angka prevalensi gondok endemik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
7) Indikator Rumah Tangga
Indikator rumah tangga sangat terkait dengan
permasalahan pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, termasuk didalamnya jenis konsumsi
makanan dan perkembangan tingkat harga terkait dengan jenis
makanan yang bersangkutan. Beberapa indikator rumah tangga
lain yang sering digunakan antara lain:
a) Konsumsi rata-rata per kapita setahun yang terdiri dari bahan
makanan pokok.
b) Persentase/pengeluaran rata-rata per kapita tiap bulan untuk
kelompok bahan makanan terhadap keseluruhan pengeluaran.
c) Persentase/pengeluaran rata-rata per kapita tiap bulan untuk
pemakaian alas kaki dan tutup kepala terhadap keseluruhan
pengeluaran.
d) Indeks harga konsumen sektor makanan untuk beberapa
wilayah/daerah/kecamatan.
e) Indeks harga konsumen sektor sandang untuk beberapa
wilayah/daerah/kecamatan.
8) Indikator Hukum
Di bidang hukum, ada upaya dari berbagai pihak untuk
selalu meningkatkan dan mewujudkan supremasi hukum dengan
indikatornya antara lain:
a) Semakin meningkatnya peran-peran dan fungsi legislasi di
dalam menetapkan suatu peraturan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
b) Semakin meningkatnya jumlah tenaga kerja perancang
perundang-undangan yang lebih berkualitas.
9) Indikator Politik
Di bidang politik dapat diprogramkan upaya untuk selalu
meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat akan hak
dan kewajiban politiknya, dan selalu meningkatkan kualitas
komunikasi dan kapasitas kontrol politik masyarakat. Beberapa
indikator kinerjanya, misalnya:
a) Terwujudnya berbagai jenis fasilitas sosialisasi politik dan
komunikasi politik bagi kegiatan partai politik dan organisasi
kemasyarakatan.
b) Meningkatnya budaya politik yang demokratis guna
menetapkan persatuan dan kesatuan antar komponen bangsa.
c) Meningkatnya sikap dan perilaku toleran antar berbagai suku,
agama, ras, dan bangsa.
10) Indikator Keamanan dan Ketertiban Umum
Indikator keamanan dan ketertiban umum sangat
menentukan tingkat disiplin dan kinerja aparat dan masyarakat di
dalam menjaga dan memelihara tingkat stabilitas di suatu
wilayah/daerah/kecamatan. Beberapa indikator kinerjanya antara
lain meliputi:
a) Banyaknya peristiwa yang dilaporkan ke kepolisian, angka
kejahatan per 10.000 penduduk dan indeks angka kejahatan.
b) Persentase kejadian kegiatan per bulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
c) Persentase penyelesaian perkara kejahatan di setiap
kepolisian daerah (Polda).
d) Skala waktu peristiwa kejahatan (dalam detik).
e) Pelanggaran lalu lintas dan jumlah kecelakaan lalu lintas
yang menyebabkan kematian.
b. Indikator Fisik Prasarana
Pembangunan bidang fisik dan prasarana mempunyai fungsi
dan peranan pelayanan, serta fungsi pengembangan dan pertumbuhan
untuk pembangunan di bidang yang lain. Oleh karenanya,
keberhasilan pembangunan di bidang ini, dapat dikaji dari tingkat
efektivitas pemanfaatan sarana fisik dan kelancaran penggunaannya.
Indikator-indikator di bidang fisik dan prasarana, antara lain meliputi:
1) Prasarana Jalan
a) Komposisi jalan menurut kewenangan (nasional, provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan, dan sebagainya)
b) Kondisi jalan (baik, sedang, rusak, dan sebagainya)
c) Efektifitas pengguna jalan
d) Panjang jalan (total, m per kapita, m per km luas daerah)
e) V-Km (Vehicle Kilometer) secara total per kapita dan per
daerah
f) IRI (International Roughness Indeks)
g) Volume per kapita
2) Angkutan Udara
a) Kedatangan dan keberangkatan pesawat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
b) Kedatangan dan keberangkatan penumpang
c) Muat dan bongkar bagasi
d) Muat dan bongkar kargo
e) Muat dan bongkat surat
3) Angkutan Laut
a) Kedatangan dan keberangkatan kapal
b) Muat dan bongkar domestik
c) Muat dan bongkar internasional
d) Muat dan bongkar peti kemas
4) Telekomunikasi
a) Kapasitas sambungan
b) Jumlah sambungan
c) Rasio sambungan terhadap penduduk
d) Jumlah wartel
5) Energi
a) Kapasitas terpasang pembangkit tenaga listik
b) Konsumsi listrik (KWH per kapita)
c) Jumlah desa yang ada sambungan listrik
d) Jumlah rumah tangga berlistrik
e) Konsumsi energi ekuivalen dengan batubara par kapita
6) Irigasi
a) Kapasitas irigasi
b) Sawah beririgasi teknis
c) Fungsi dan efektivitas penggunaan irigasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
7) Lingkungan Hidup dan Perumahan
a) Persentase/pengeluaran per kapita tiap bulan untuk
perumahan, bahan bakar, penerangan dan air terhadap
keseluruhan pengeluaran.
b) Persentase banyaknya rumah tangga di suatu
daerah/wilayah/kecamatan di daerah perkotaan dan pedesaan
menurut jenis penerangan lampu.
c) Persentase rumah tangga menurut jenis tempat buang air
besar di daerah perkotaan dan pedesaan
d) Persentase banyaknya rumah tangga menurut luas lantai yang
didiami.
e) Rata-rata ruangan per rumah tangga, orang per rumah tangga,
orang per ruangan di daerah kota/pedesaan.
3. Indikator Gabungan
Indikator pembangunan gabungan, oleh Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) pada tahun 1970 dinamakan sebagai indikator
perkembangan Sosial Politik Ekonomi. Ada 19 komponen yang
dikembangkan didalam indikator ini, yang antara lain meliputi (Kahlil
Rowter,1996:1-2 dalam Mulyanto: 2011):
a. Usia harapan hidup.
b. Persentase penduduk disuatu daerah dengan jumlah penduduk 20.000
orang atau lebih.
c. Konsumsi protein hewani per kapita per hari.
d. Persentase anak usia sekolah yang bersekolah primer dan sekunder.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
e. Persentase anak usia sekolah yang bersekolah jenjang pendidikan
kejuruan (vocational).
f. Jumlah rata-rata orang per meter ruang (rumah, sekolah, dan
sebagainya).
g. Konsumsi surat kabar per 1000 orang.
h. Persentase penduduk yang menikmati konsumsi listrik, gas dan air
bersih.
i. Hasil pertanian per pekerja pertanian pria.
j. Persentase pekerja pria dewasa yang bekerja di sektor pertanian.
k. Konsumsi listrik (kilo watt per kapita).
l. Konsumsi baja (kg per kapita).
m. Konsumsi energi (ekuivalen kg batu bara per kapita).
n. Persentase PDB/PDRB dari industri pengolahan.
o. Perdagangan luar negeri per kapita dalam harga konstan.
p. Persentase pekerja dengan upah terhadap seluruh pekerja.
Bentuk indikator lain yang sejenis dengan indikator di atas, telah
pula dikemukakan di tahun 1970-an oleh Irma Adelman dan Cynthia Taft
Morris (Rowter, 1996:2) yang menggunakan 40 indikator untuk
melakukan klasifikasi negara-negara sedang berkembang. Indikator-
indikator yang digunakan, antara lain mencakup aspek-aspek:
a. Urbanisasi
b. Mobilitas Sosial
c. Tingkat Melek Huruf
d. Tingkat Kelahiran Kasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
e. Integritas Nasional
f. Kebebasan Politik dan Pers
g. Kekuatan Serikat Buruh
h. Produk Domestik Bruto
i. Besarnya Alokasi Investasi
Dua kritik besar/utama atas kedua pendekatan tersebut di atas,
adalah: (i) Indikator-indikator yang digunakan lebih menekankan
perubahan struktur ketimpangan kesejahteraannya, (ii) Negara-negara
berkembang seakan-akan harus berubah sesuai dengan pola yang terjadi
di negara maju, dan (iii) Penekanannya pada input (misalnya jumlah
dokter per 1.000 orang dan sebagainya, dan bukannya pada output, yakni
tingkat kesejahteraan masyarakat.
E. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian sejenis pernah dilakukan oleh peneliti
terdahulu, antara lain: Achmad Nuzul Chohiri (2008) dalam penelitiannya
yang berjudul “Analisis Perubahan Struktur Ekonomi dan Identifikasi
Sektor Unggulan di Kabupaten Cilacap Pada Masa Sebelum dan Sesudah
Otonomi Daerah”. Metode analisis data mengggunakan analisis LQ, SS,
Tipologi Sektoral, Tipologi Klassen serta Uji Beda Dua Mean. Hasil
analisis menunjukkan ada tiga sektor yang merupakan sektor unggulan
pada masa sebelum otonomi daerah (sektor pertanian; sektor keuangan,
persewaan, dan jasa perusahaan; sektor pertambangan dan penggalian) dan
ada lima sektor unggulan di masa sesudah otonomi daerah (sektor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
pertanian; sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; sektor
pertambangan dan penggalian, ditambah sektor listrik, gas, dan air bersih;
dan sektor pengangkutan dan komunikasi). Berdasarkan analisis SS
mengindikasikan bahwa laju pertumbuhan sektor-sektor ekonomi
Kabupaten Cilacap sebelum otonomi daerah lebih cepat dan akibat
pengaruh bauran industri cenderung mengarah ke perekonomian yang
tumbuh relatif lambat serta memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan
Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan sesudah otonomi daerah laju
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cilacap lebih tinggi, akibat bauran
industri cenderung mengarah pada perekonomian yang akan tumbuh relatif
lambat pula serta memiliki daya saing rendah.
Panca Dian Safitri (2009) dalam penelitiannya yang berjudul
“Analisis Potensi Daerah Kabupaten Pati Pada Masa Sebelum dan Selama
Pelaksanaan Otonomi Daerah (Periode 1995-2006)” memiliki kesimpulan
bahwa menurut analisis LQ menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan
sektor basis pada kedua periode. Berdasarkan analisis MRP menunjukkan
bahwa tidak terjadi perubahan sektor potensial pada kedua periode ini.
Hasil analisis Overlay menunjukkan bahwa sektor unggulan pada peiode
sebelum otonomi daerah adalah sektor pertanian; pertambangan dan
penggalian; listrik, gas dan air bersih; dan keuangan, sewa dan jasa
perusahaan. Pada periode selama pelaksanaan otonomi daerah, sektor
unggulan Kabupaten Pati adalah sektor pertanian; listrik, gas dan air
bersih; keuangan, sewa dan jasa perusahaan; dan jasa-jasa. Dari pengujian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
beda dua mean didapat hasil bahwa perubahan koefisien spesialisasi antara
kedua era tersebut tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Putri Masita (2010) dalam penelitiannya yang berjudul: “Analisis
Penentuan Potensi Ekonomi Kabupaten Wonosobo Tahun 1996-2006”
memiliki kesimpulan yaitu berdasarkan analisis Tipologi Klassen
menunjukkan bahwa pada kurun waktu 1996-2006 Kabupaten Wonosobo
mengalami perubahan pola struktur pertumbuhan. Pada tahun 1996, 1998,
dan tahun 2000 merupakan daerah dengan klasifikasi daerah berkembang
cepat. Sedangkan pada tahun 1997, 1999, 2001 sampai 2006 merupakan
daerah relatif tertinggal. Pergeseran struktur ekonomi dari sektor primer ke
sektor sekunder. Sedangkan sektor basis yang mendukung perekonomian
Kabupaten Wonosobo selama kurun waktu 1996-2006 adalah sektor
pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri
pengolahan; sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor bangunan; sektor
angkutan dan komunikasi; dan sektor bank, lembaga keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan.
Akbar Prima Rambang (2011) dalam penelitiannya yang berjudul
“Analisis Perubahan Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor Unggulan
di Wilayah BAKORWIL II Provinsi Jawa Tengah Tahun 2001-2009”.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: LQ; Gabungan
SLQ dan DLQ; SS; dan Tipologi Klassen. Hasil analisis SLQ sektor yang
merupakan sektor basis dalam perekonomian BAKORWIL II yaitu: sektor
pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor listrik, gas, dan air
bersih; sektor bangunan; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; sektor jasa-jasa. Sedangkan
hasil analisis DLQ yaitu: sektor pertanian; sektor pertambangan dan
penggalian; sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas, dan air bersih;
sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan, dan
jasa perusahaan. Hasil analisis Gabungan SLQ dan DLQ sektor yang
merupakan sektor unggulan dalam perekonomian BAKORWIL II yaitu
sektor pertanian; sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor keuangan,
persewaan, dan jasa perusahaan. Hasil analisis SS, komponen differential
shift wilayah BAKORWIL II tahun 2001-2009 semua sektor ekonomi
menunjukkan < 0 (negatif), maka pertumbuhan seluruh sektor ekonomi di
wilayah BAKORWIL II relatif lebih lambat dari pertumbuhan sektor yang
sama di Provinsi Jawa Tengah. Hasil analisis Tipologi Klassen, sektor
ekonomi yang merupakan sektor maju dan tumbuh dengan pesat di
wilayah BAKORWIL II yaitu sektor listrik, gas, dan air bersih.
Dessy Berta Simangunsong (2012) dalam penelitiannya yang
berjudul “Analisis Struktur Ekonomi, Sektor Basis, dan Sektor Potensial
Ekonomi Kota Yogyakarta Tahun 2006-2010” memiliki kesimpulan yaitu
berdasarkan analisis LQ menunjukkan bahwa sektor basis yaitu sektor
listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan dan sektor jasa-jasa. Hasil analisis SS menunjukkan bahwa
sektor kompetitif di kota Yogyakarta adalah sektor pengangkutan dan
komunikasi dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
Berdasarkan analisis MRP pertumbuhan yang menjadi sektor yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
potensial adalah sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Hasil analisis SWOT
menunjukkan bahwa pemerintah kota Yogyakarta perlu melakukan
program pengembangan komunikasi, teknologi informasi serta perbaikan
sistem transportasi massal yang sudah tidak layak jalan.
F. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran penelitian ini dimulai berdasarkan kondisi
perekonomian Kota Administrasi Jakarta Selatan tahun 2007-2010 yang
terlihat dari PDRB. PDRB merupakan salah satu ukuran tingkat
keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi sekaligus diperlukan untuk
menyusun perencanaan dan evaluasi pembangunan ekonomi regional.
Melalui data PDRB maka akan diteliti dan dianalisis pola
kontribusi sektoral dan laju pertumbuhan PDRB, sektor-sektor yang
menjadi sektor basis, sektor potensial yang akan dikembangkan sehingga
mempermudah pemerintah daerah dalam menyusun strategi kebijakan
sektoral. Dengan demikian, pemerintah daerah dapat menyusun kebijakan
pembangunan daerah Kota Administrasi Jakarta Selatan ke arah yang lebih
baik dan berdampak pada peningkatan pertumbuhan daerah dan dapat
mencapai keberhasilan pembangunan daerah yang lebih baik.
Untuk melakukan identifikasi, maka diperlukan alat analisis yaitu
analisis deskriptif untuk mengetahui kontribusi dan laju pertumbuhan,
analisis LQ untuk mengetahui sektor basis ekonomi wilayah studi, untuk
mengetahui sektor unggulan digunakan alat analisis gabungan SLQ dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
DLQ, untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi digunakan alat
analisis SS, dan Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran
status sektor ekonomi daerah.
Berikut digambarkan kerangka pemikiran yang sistematis, yaitu:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Kondisi Perekonomian
Kota Administrasi Jakarta Selatan
PDRB
Perubahan
Struktur Ekonomi
Location Quotient Gabungan SLQ dan DLQ Shift Share Tipologi Klassen
Kebijakan dalam Pembangunan Ekonomi
Kota Administrasi Jakarta Selatan
Analisis
Kuantitatif
Kontribusi dan
Laju Pertumbuhan
1
Sektor Unggulan
Sektor Basis
Gambaran Status
Sektor Ekonomi
Analisis
Deskriptif
2 3 4 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengkaji tentang struktur ekonomi di Kota
Administrasi Jakarta Selatan. Adapun kurun waktu penelitian adalah dari
tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, dengan menggunakan variabel
PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan dan PDRB Provinsi DKI Jakarta.
B. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder tahun 2007-2010.
Data tersebut mencakup data mengenai kontribusi sektoral, laju
pertumbuhan ekonomi tiap tahun, data penduduk, dan PDRB Atas Dasar
Harga Berlaku dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kota Administrasi
Jakarta Selatan dan Provinsi DKI Jakarta. Data tersebut diperoleh dari
kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta. Dari data ini
akan dilihat kondisi perekonomian secara sektoral di Kota Administrasi
Jakarta Selatan dan kemudian dianalisis pula sektor-sektor yang perlu
dikembangkan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
C. Definisi Operasional Variabel
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB yaitu jumlah nilai barang dan jasa akhir yang diproduksi
sebagai unit produksi di dalam suatu wilayah dan dalam jangka waktu
tertentu (biasanya satu tahun).
Terdapat dua jenis PDRB, yaitu:
a. PDRB Atas Dasar Harga Konstan
Jumlah nilai barang dan jasa akhir yang diproduksi sebagai unit
produksi di dalam suatu wilayah dan dalam jangka waktu tertentu,
dinilai dengan harga tahun dasar.
b. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Jumlah nilai barang dan jasa akhir yang diproduksi sebagai unit
produksi di dalam suatu wilayah dan dalam jangka waktu tertentu,
dinilai dengan harga yang berlaku saat ini.
Dalam penelitian ini yang digunakan adalah PDRB Atas Dasar
Harga Konstan.
2. Laju Pertumbuhan Ekonomi
Laju pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita
dalam jangka panjang. Laju pertumbuhan ekonomi akan diukur
melalui indikator perkembangan PDRB dari tahun ke tahun. PDRB
dapat digunakan sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi
pembangunan daerah atau wilayah tersebut. Kenaikan PDRB yang
tinggi mencerminkan bahwa pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut
tinggi, sebaliknya jika kenaikan PDRB rendah atau bahkan negatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
maka daerah tersebut mempunyai pertumbuhan yang rendah bahkan
merosot.
………………………….. (3.1)
Keterangan:
= laju pertumbuhan ekonomi
x = tahun tertentu
= tahun sebelumnya
PDRB = Produk Domestik Regional Bruto
3. Kondisi Perekonomian
Kondisi perekonomian menunjukkan perekonomian suatu daerah
berdasarkan perbandingan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi
daerah studi dengan daerah referensi. Dalam hal ini Kota Administrasi
Jakarta Selatan sebagai wilayah analisis, sedangkan Provinsi DKI
Jakarta sebagai wilayah referensi.
4. Struktur Ekonomi
Struktur ekonomi adalah susunan/komposisi atau penyebaran, distribusi
dari kegiatan ekonomi secara sektoral yaitu sektor primer, sektor
sekunder, dan sektor tersier.
5. Pergeseran Sektor Ekonomi
Pergeseran sektor ekonomi adalah perubahan kontribusi masing-masing
kelompok sektor (primer, sekunder, dan tersier) terhadap pembentukan
PDRB suatu daerah. Sektor primer mencakup sektor pertanian serta
sektor pertambangan dan penggalian. Sektor sekunder mencakup sektor
industri pengolahan; sektor bangunan; dan sektor listrik, gas, dan air
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
minum. Sektor tersier mencakup sektor perdagangan, hotel, dan
restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan,
persewaan, dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa.
6. Pendapatan Per Kapita
Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk.
Pendapatan per kapita suatu tahun tertentu adalah pendapatan regional
pada tahun itu dibagi dengan jumlah penduduk pada tahun yang sama.
7. Laju Pertumbuhan Sektor
Laju pertumbuhan sektor adalah laju kenaikan sumbangan sektor
ekonomi terhadap PDRB yang diukur dalam persen.
8. Sektor Basis
Sektor basis merupakan sektor ekonomi yang memiliki spesialisasi atau
dominasi di wilayah studi dibandingkan dengan wilayah referensi serta
memiliki keunggulan komparatif di dalam perekonomian wilayah studi.
Untuk mengetahui sektor basis dilakukan perhitungan dengan alat
analisis Location Quotient (LQ). Dengan kata lain, sektor basis
merupakan sektor ekonomi yang mampu memenuhi semua kebutuhan
di daerahnya sendiri dan mampu mengekspor ke daerah lain, serta
dominan jika dilihat dari kontribusinya.
9. Sektor Potensial
Sektor potensial merupakan sektor ekonomi yang tingkat
pertumbuhannya dominan tetapi dari sisi kontribusi terhadap PDRB
masih relatif kecil. Dengan kata lain, sektor potensial merupakan sektor
ekonomi yang mampu memenuhi semua kebutuhan di daerahnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
sendiri dan mampu mengekspor ke daerah lain, serta sektor yang
pertumbuhannya (RPs) dan kontribusinya (LQ) dominan.
10. Sektor Unggulan
Sektor unggulan merupakan sektor ekonomi yang unggul baik dilihat
dari segi pertumbuhan maupun segi kontribusi terhadap PDRB. Untuk
mengetahui sektor unggulan dilakukan perhitungan dengan gabungan
alat analisis Shift Share (SS) dan Location Quotient (LQ).
11. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan dalam kemampuan dari
suatu perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini ada dua, yaitu
analisis deskriptif dan analisis kuantitatif.
1. Analisis Deskriptif
Penelitian dengan menggunakan analisis deskriptif
merupakan penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan
suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya
bersifat sekadar untuk mengungkapkan fakta (fact finding). Hasil
penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang ditekankan pada
gambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari obyek
yang diselidiki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Untuk mengetahui tingkat sumbangan atau kontribusi
sektoral dan laju pertumbuhan PDRB secara sektoral yaitu dengan
menggunakan teknik analisis:
a. Analisis Kontribusi Sektoral
Distribusi persentase sektoral dihitung berdasarkan
perbandingan persentase antara besarnya nilai-nilai tiap sektor
PDRB.
………………….. (3.2)
Keterangan:
= nilai PDRB sektor i
PDRB = total jumlah PDRB
b. Analisis Pertumbuhan
Laju pertumbuhan sektoral digunakan untuk menunjukkan
pertumbuhan masing-masing sektor dari tahun ke tahun dengan
memperbandingkan perubahan pendapatan suatu sektor dengan
pendapatan sektor tersebut sebelumnya.
……………...….. (3.3)
Keterangan:
= nilai PDRB sektor i
= nilai PDRB sektor i tahun sebelumnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif yang digunakan adalah:
a. Analisis Location Quotient
Analisis Location Quotient (LQ) adalah suatu
perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor/industri di
suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut
secara nasional. (Tarigan, 2005: 82).
LQ digunakan untuk melihat keunggulan sektoral dari
suatu wilayah dengan wilayah lainnya atau wilayah studi dengan
wilayah referensi. Alat analisis ini dipakai untuk mengetahui
sektor basis dan non basis di suatu wilayah. Analisis LQ
dilakukan dengan membandingkan distribusi prosentase masing-
masing sektor di masing-masing wilayah kabupaten atau kota
dengan provinsi. (Lincolin Arsyad: 1999).
Rumus yang dipakai untuk menghitung LQ adalah
sebagai berikut:
…………………………………………...……... (3.4)
Keterangan:
LQ = Location Quotient
= sektor ekonomi pembentuk PDRB wilayah
analisis
= PDRB total di wilayah analisis
= sektor ekonomi pembentuk PDRB wilayah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
referensi
= PDRB total di wilayah referensi
Kriteria pengukuran LQ adalah sebagai berikut:
1. Bila nilai LQ = 1, maka sektor yang bersangkutan di
tingkat kota/kabupaten maupun di tingkat provinsi memiliki
tingkat spesialisasi atau dominasi yang sama.
2. Bila nilai LQ > 1, maka sektor yang bersangkutan di
tingkat kota/kabupaten lebih berspesialisasi atau lebih
dominan dibandingkan di tingkat provinsi. Sektor ini dalam
perekonomian daerah di kota/kabupaten memiliki keunggulan
komparatif dan dikategorikan sebagai sektor basis.
3. Bila nilai LQ < 1, maka sektor yang bersangkutan di
tingkat kota/kabupaten kurang berspesialisasi atau kurang
dominan dibandingkan di tingkat provinsi. Sektor ini dalam
perekonomian daerah di kota/kabupaten dikategorikan
sebagai sektor non basis.
Metode LQ dibedakan menjadi dua, yaitu Static
Location Quotient (SLQ) dan Dynamic Location Quotient (DLQ).
a) Static Location Quotient
Analisis SLQ digunakan untuk menghitung
perbandingan relatif sumbangan nilai tambah sebuah sektor
di suatu daerah kabupaten/kota terhadap sumbangan nilai
tambah sektor yang bersangkutan dalam skala provinsi atau
nasional. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
potensi internal yang dimiliki suatu daerah yaitu membaginya
menjadi dua golongan yaitu sektor basis dan sektor non basis.
Analisis SLQ dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan
merumuskan komposisi dan pergeseran sektor-sektor basis
suatu wilayah dengan menggunakan PDRB sebagai indikator
pertumbuhan wilayah (Warpani, 1984: 68 dalam Prima,
2011: 40).
SLQ dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
……………………………..…………. (3.5)
Keterangan:
= nilai produksi subsektor i pada wilayah analisis
= total PDRB wilayah analisis
= nilai produksi subsektor i pada daerah referensi
= total PDRB daerah referensi
Jika SLQ > 1 berarti sektor tersebut merupakan
sektor unggulan di daerah dan potensial untuk dikembangkan
sebagai penggerak perekonomian daerah (sektor basis) atau
sektor tersebut cenderung akan mengekspor keluaran
produksinya ke wilayah lain atau mungkin mengekspor ke
luar negeri. Dan, jika SLQ < 1 berarti sektor tersebut bukan
merupakan sektor ungggulan dan kurang potensial (sektor
non basis) dan cenderung mengimpor dari wilayah lain atau
dari luar negeri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
b) Dynamic Location Quotient
Dynamic Location Quotient (DLQ) adalah
modifikasi dari SLQ, dengan mengakomodasi faktor laju
pertumbuhan keluaran sektor ekonomi dari waktu ke waktu.
DLQ dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
(Tri Widodo, 2006:119)
………………………… (3.6)
Keterangan:
= laju pertumbuhan sektor i wilayah analisis
= rata-rata laju pertumbuhan sektor total di wilayah
analisis
= laju pertumbuhan sektor i di wilayah referensi
= rata-rata laju pertumbuhan sektor total di wilayah
referensi
= Indeks Potensi Pengembangan Sektor i di wilayah
analisis
= Indeks Potensi Pengembangan Sektor i di wilayah
referensi
Kriterianya, jika DLQ menunjukkan nilai lebih dari
satu (DLQ > 1) maka perkembangan sektor pada wilayah
analisis lebih lambat daripada di wilayah referensi. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan daerah non
basis.
b. Analisis Gabungan Statistic Location Quotient dan Dynamic
Location Quotient
Gabungan antara nilai SLQ dan DLQ dijadikan kriteria
dalam menentukan apakah sektor ekonomi tersebut tergolong
unggulan, prospektif, andalan, dan kurang produktif.
Tabel 3.1
Analisis Gabungan SLQ dan DLQ
Kriteria DLQ > 1 DLQ < 1
SLQ > 1 Unggulan Prospektif
SLQ < 1 Andalan Tertinggal
Sumber: Tri Widodo, 2006: 120 dalam Akbar Prima: 2011, 43
c. Analisis Shift Share
Analisis Shift Share (SS) digunakan untuk mengetahui
perubahan dan pergeseran dan peranan sektor perekonomian di
suatu daerah. Analisis ini merupakan teknik yang berguna dalam
menganalisa perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan
dengan perekonomian nasional. Tujuan analisis ini adalah untuk
menentukan kinerja perekonomian daerah yang reatif lebih besar
serta menentukan sektor-sektor yang berkembang di suatu
daerah.
Melalui analisis SS ini maka pertumbuhan ekonomi dan
pergeseran struktural perekonomian wilayah analisis ditentukan
oleh tiga komponen yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
1. Provincial Share (PS) digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan atau pergeseran struktur perekonomian wilayah
analisis dengan melihat nilai PDRB wilayah analisis sebagai
daerah pengamatan pada periode awal yang dipengaruhi oleh
pergeseran pertumbuhan perekonomian wilayah referensi.
Hasil perhitungan PS akan menggambarkan peranan wilayah
referensi yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian
wilayah analisis. Jika pertumbuhan wilayah analisis sama
dengan pertumbuhan wilayah referensi maka peranannya
tetap.
2. Proportional Shift (P) adalah pertumbuhan nilai tambah bruto
suatu sektor i pada wilayah analisis dibandingkan total sektor
di wilayah referensi.
3. Differential Shift (D) adalah perbedaan antara pertumbuhan
ekonomi wilayah analisis dan nilai tambah bruto sektor yang
sama di wilayah refensi.
Secara matematis, PS, P dan D dapat diformulasikan
sebagai berikut: (Glasson, 1990 dalam Prima, 2011: 24)
…………………….…………… (3.7)
a) Provincial Share (PS)
……………………....… (3.8 a)
b) Proportional Shift (P)
…………………...….. (3.8 b)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
c) Differential Shift (D)
………………………. (3.8 c)
Keterangan:
= Provincial Share wilayah analisis
= Proportional Shift wilayah analisis
= Differential Shift wilayah analisis
PDRB = total wilayah analisis
= Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
sebagai wilayah referensi yang lebih tinggi
jenjangnya
= Kota Administrasi Jakarta Selatan sebagai
wilayah analisis
= sektor dalam PDRB
= tahun 2010
= tahun awal (tahun 2007)
Jika > 0, maka wilayah analisis akan berspesialisasi
pada sektor yang di tingkat provinsi tumbuh lebih cepat.
Sebaliknya jika < 0, maka wilayah analisis akan
berspesialisasi pada sektor yang ditingkat provinsi lebih
lambat. Jika > 0, maka pertumbuhan sektor i di wilayah
analisis lebih cepat dari pertumbuhan sektor yang sama di
provinsi dan bila < 0, maka pertumbuhan sektor i di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
wilayah analisis relatif lebih lambat dari pertumbuhan sektor
yang sama di provinsi.
Pergeseran proporsional (Proporsional Shift)
digunakan untuk mengukur perubahan relatif daya tumbuh
perekonomian wilayah analisis dengan perekonomian provinsi.
Sedangkan pergeseran diferensial (Differential Shift) digunakan
untuk menentukan sejauh mana daya saing sektor lokal dengan
perekonomian di tingkat provinsi. (Indah Purnama Sari, 2009)
e. Analisis Tipologi Klassen
Alat analisis Tipologi Klassen digunakan untuk
mengetahui gambaran status perekonomian daerah. Tipologi
Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua
indikator yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan
per kapita daerah.
Untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi wilayah
Kota Administrasi Jakarta Selatan tahun 2007-2010, digunakan
rumus:
%
……………………………………………………………... (3.9)
Keterangan:
= PDRB tahun t
= PDRB tahun t-1
Pada penelitian ini, analisis Tipologi Klassen
menggunakan pendekatan sektoral, dimana setiap sektor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
dikelompokkan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah
ditentukan, seperti ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 3.2
Status Perekonomian Per Sektor Analisis Tipologi Klassen
Kuadran I
Sektor yang maju dan tumbuh
dengan pesat (developed
sector)
si > s dan ski > sk
Kuadran II
Sektor maju tapi tertekan
(stagnant sector)
si < s dan ski > sk
Kuadran III
Sektor potensial atau masih
dapat berkembang (developing
sector)
si > s dan ski < sk
Kuadran IV
Sektor relatif tertinggal
(underdeveloped sector)
si < s dan ski < sk
Sumber: Sjafrizal, 2008 dalam Rachman Kurniaji, 2012
Keterangan:
si = laju pertumbuhan sektor tertentu di wilayah
(kabupaten/kota)
s = laju pertumbuhan sektor tertentu pada Provinsi
ski = kontribusi sektor tertentu terhadap PDRB di
wilayah (kabupaten/kota)
sk = kontribusi sektor tertentu terhadap PDRB Provinsi
Analisis Tipologi Klassen menghasilkan empat
klasifikasi sektor dengan karakteristik yang berbeda sebagai
berikut (Sjafrizal, 2008: 180 dalam Rachman Kurniaji 2012):
1. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed
sector) (Kuadran I). Kuadran ini merupakan kuadran yang
laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang
lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut
dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s) dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
memiliki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang
lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap
PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini
dilambangkan dengan si > s dan ski > sk.
2. Sektor maju tapi tertekan (stagnant sector) (Kuadran II).
Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan
sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih kecil
dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB
daerah yang menjadi referensi (s), tetapi memiliki nilai
kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih besar
dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB
daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini
dilambangkan dengan si < s dan ski > sk.
3. Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing
sector) (Kuadran III). Kuadran ini merupakan kuadran yang
laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang
lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut
dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s), tetapi
memiliki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang
lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap
PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini
dilambangkan dengan si > s dan ski < sk.
4. Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sector) (Kuadran
IV). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih kecil
dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB
daerah yang menjadi referensi (s) dan sekaligus memiliki
nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih kecil
dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB
daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini
dilambangkan dengan si < s dan ski < sk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
1. Kondisi Geografis
a) Batas Administrasi Daerah dan Luas Wilayah
Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang
Selatan dan Bujur Timur. Berdasarkan SK Gubernur
Nomor 171 Tahun 2007, luas wilayah Provinsi DKI Jakarta terdiri
dari daratan seluas termasuk 110 pulau yang tersebar
di Kepulauan Seribu dan berupa lautan seluas .
Ketinggian rata-rata Provinsi DKI Jakarta ±7 m di atas
permukaan air laut, sedangkan sebagian wilayah khususnya di
sekitar pantai Laut Jawa terdapat beberapa tempat yang berada di
bawah permukaan air laut pasang sehingga rawan genangan.
Secara geografis di sebelah Utara Jakarta berbatasan dengan Laut
Jawa. Sebelah Selatan dan Timur berbatasan dengan Provinsi Jawa
Barat. Di bagian Utara membentang pantai dari Barat sampai ke
Timur sepanjang ±35 km yang menjadi tempat bermuaranya 13
sungai, 2 kanal, dan 2 flood way.
70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Gambar 4.1 Peta Wilayah Provinsi DKI Jakarta
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Peta_Jakarta.gif
Wilayah Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi lima (5)
wilayah kota Administrasi dan satu (1) kabupaten Administrasi,
yakni Kota Jakarta Selatan dengan luas daratan
(Gambar 4.1 warna hijau), Jakarta Timur dengan luas daratan
(Gambar 4.1 warna kuning), Jakarta Pusat dengan
luas daratan (Gambar 4.1 warna merah muda), Jakarta
Barat dengan luas daratan (Gambar 4.1 warna
orange), dan Jakarta Utara dengan luas daratan
(Gambar 4.1 warna ungu), serta Kabupaten Administrasi dengan
luas daratan (Gambar 4.1 warna biru). Pembagian
Daerah
Analisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
wilayah administrasi Provinsi DKI Jakarta terlihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 4.1
Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi DKI Jakarta
No. Kota/Kabupaten
Administrasi
Jumlah
Kecamatan Kelurahan RW RT
1. Jakarta Pusat 8 44 394 4652
2. Jakarta Utara 6 31 431 5072
3. Jakarta Timur 10 65 699 7843
4. Jakarta Selatan 10 65 576 6312
5. Jakarta Barat 8 58 580 6409
6. Kepulauan Seribu 2 4 24 125
Jumlah 44 267 2.704 30368
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Provinsi
DKI Jakarta, 2010
b) Iklim
Kota Jakarta dan pada umumnya seluruh daerah di
Indonesia mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim
kemarau. Keadaan Kota Jakarta umumnya beriklim panas dengan
suhu udara rata-rata di sepanjang tahun 2010 berkisar
. Temperatur terendah terjadi terjadi pada bulan
Januari sedangkan tertinggi pada bulan September, dengan tingkat
kelembaban udara rata-rata mencapai 68,0-71,0% dan kecepatan
angin rata-rata mencapai 2,2 m/detik. Curah hujan tertinggi sebesar
547,9 mm yang terjadi pada bulan Januari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
2. Arti dan Lambang Provinsi DKI Jakarta
Lambang Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai berikut:
Gambar 4.2 Lambang Provinsi DKI Jakarta
Sumber: http://logoidme.blogspot.com/2012/06/logo-lambang-dki-jakarta.html
Keterangan:
a. Lukisan perisai segi lima yang didalamnya melukiskan
gerbang terbuka.
b. Didalam gerbang terbuka itu terdapat “Tugu Nasional” yang
dilingkari oleh untaian (krans) padi dan kapas. Sebuah tali
melingkar pangkal tangkai-tangkai padi dan kapas.
c. Pada bagian atas pintu gerbang tertulis sloka “Jaya Raya”,
sedang di bagian bawah perisai terdapat lukisan ombak-ombak
laut.
d. Pinggiran perisai digaris tebal dengan warna emas.
e. Gerbang terbuka bagian atas berwarna putih, sedang huruf-huruf
sloka “Jaya Raya” yang tertulis diatasnya berwarna merah.
f. “Tugu Nasional” berwarna putih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
g. Untaian (krans) padi berwarna kuning dan untaian (krans) kapas
berwarna hijau serta putih.
h. Ombak-ombak laut berwarna dan dinyatakan dengan garis-garis
putih, kesemuanya ini dilukiskan atas dasar ysng berwarna biru.
Lambang Provinsi DKI Jakarta melukiskan pengertian-
pengertian sebagai berikut:
1) Jakarta sebagai kota revolusi dan kota proklamasi kemerdekaan
Indonesia.
2) Jakarta sebagai lbukota Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pengertian kota dilambangkan dengan gerbang (terbuka).
Kekhususan Provinsi DKI Jakarta sebagai kota revolusi dan
kota proklamasi dilambangkan dengan “Tugu Nasional” yang
melambangkan kemegahan dan daya juang dan cipta Bangsa dan
rakyat Indonesia yang tak kunjung padam.
“Tugu Nasional” ini dilingkari oleh untaian padi dan kapas,
dimana pada permulaan tangkai-tangkainya melingkar sebuah tali
berwarna emas, yakni lambang cita-cita daripada perjuangan
Bangsa Indonesia yang bertujuan suatu masyarakat adil dan
makmur dalam persatuan yang kokoh erat.
Dibagian bawah terlukis ombak-ombak laut yang
melambangkan suatu ciri khusus dari kota dan negeri kepulauan
Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Keseluruhan ini dilukiskan atas dasar warna biru, warna
angkasa luar yang membayangkan cinta kebebasan dan cinta damai
bangsa Indonesia.
Dan keseluruhan ini pula berada dalam gerbang dan pada
pintu gerbang itu terteralah dengan kemegahan yang sederhana
sloka “Jaya Raya” satu sloka yang menggelorakan semangat segala
kegiatan-kegiatan Jakarta Raya sebagai lbukota dan kota
perjuangan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dan keseluruhan ini pula berada dalam kesatuan yang
seimbang pada bentuk perisai segi lima yang bergaris tebal emas,
sebagai pernyataan permuliaan terhadap dasar falsafah negara
“Pancasila”.
Tentang arti bentuk lukisan serta warna masing-masing
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Pintu gerbang : lambang kota, lambang kekhususan Jakarta
sebagai pintu keluar masuk kegiatan-kegiatan nasional dan
hubungan intenasional.
b) Tugu Nasional : lambang kemegahan, daya juang dan cipta.
c) Padi/kapas : lambang kemakmuran.
d) Tali emas : lambang pemersatuan dan kesatuan.
e) Ombak laut : lambang kota, negeri kepulauan.
f) Sloka “Jaya Raya”: Slogan perjuangan Jakarta
g) Perisai segi lima : Pancasila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
h) Warna : mas pada pinggir perisai (Kemuliaan
Pancasila), merah sloka (Kepahlawanan), putih pintu gerbang
(Kesucian), putih tugu nasional (Kemegahan kreasi mulya),
kuning padi/hijau putih kapas (Kemakmuran dan keadilan),
biru (Angkasa bebas dan luas), ombak putih (Alam laut yang
kasih).
3. Kondisi Demografis
Jumlah penduduk Kota Jakarta pada tahun 2010 (hasil Sensus
Penduduk 2010) sebanyak 9.588,2 ribu jiwa, terdiri dari laki-laki
4.859,27 ribu orang dan perempuan 4.728,93 jiwa. Jumlah tersebut
melampaui angka proyeksi penduduk DKI Jakarta yang diperkirakan
sebesar 9.295 ribu jiwa. Laju pertumbuhan penduduk DKI Jakarta
tahun 2000/2010 sekitar 1,40 persen. Angka ini meningkat sepuluh kali
lipat dibandingkan laju pertumbuhan penduduk 1990/2000 yang hanya
0,14 persen. Tingginya laju pertumbuhan penduduk disebabkan oleh
banyaknya migran masuk dari daerah lain, sedangkan penduduk yang
keluar DKI Jakarta relatif lebih sedikit. Selain itu jumlah kelahiran
lebih besar daripada jumlah kematian. Jumlah kelahiran pada tahun
2010 diperkirakan sekitar 144 ribu jiwa sedangkan kematian sekitar
32,5 ribu jiwa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta
Uraian Satuan SP 2000 SP 2010
Jumlah penduduk Jiwa 8.347,08 9.588,20
Laki-laki Jiwa 4.223,12 4.859,27
Perempuan Jiwa 4.123,96 4.728,93
Pertumbuhan penduduk Persen 0,14 1,40
Kepadatan penduduk
12.603 14.476
Sex ratio Persen 102,00 103,00
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta 2011
Hasil sementara Sensus Penduduk menurut Kabupaten/Kota
menunjukkan sebaran penduduk terbesar ada di Jakarta Timur, yaitu
sebesar 2.687,027 jiwa, terbesar kedua Jakarta Barat sebanyak
2.278,825 jiwa, diikuti Jakarta Selatan sebesar 2.057,080 jiwa,
berikutnya Jakarta Utara sebesar 1.645,312 jiwa, lalu Jakarta Pusat
sebanyak 898,883 jiwa dan terakhir Kepualaun Seribu ada 21.071 jiwa.
Menurut tingkat pendidikan (khususnya bagi penduduk yang
berusia 10 tahun ke atas) tercatat sebanyak 2.808,1 ribu jiwa atau 35
persen dari penduduk yang berusia 10 tahun ke atas berhasil
menyelesaikan pendidikan dari tingkat Sekolah Menengah Tingkat
Atas (SMTA). Penduduk yang menyelesaikan pendidikan tinggi
mencapai 1.033,4 ribu orang yang terdiri atas 358,5 orang (4 persen)
pada level DI hingga DIII, dan sebanyak 674,9 ribu orang atau sebesar
8 persen berpendidikan sarjana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Tabel 4.3
Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Jakarta
Tahun 2010 (10 Tahun ke Atas)
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. Tidak/belum pernah sekolah 423,5 532,57 955,82
2. SD 720,05 898,71 1.618,76
3. SMTP 780,30 788,31 1.568,61
4. SMTA 1.555,85 1.252,24 2.808,09
5. Diploma I-III 171,61 186,85 358,46
6. Universitas 383,03 291,88 674,91
Jumlah 4.034,09 3.950,56 7.984,65
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta 2011
B. Gambaran Umum Kota Administrasi Jakarta Selatan
1. Kondisi Geografis
a) Letak Geografis
Secara astronomis, Kota Administrasi Jakarta Selatan
terletak antara Lintang Selatan dan
Bujur Timur. Luas wilayah Kota Administrasi
Jakarta Selatan, berdasarkan SK Gubernur Nomor 171 Tahun 2007
adalah . Berdasarkan posisi geografisnya, Kota
Administrasi Jakarta Selatan berbatasan langsung dengan Kota
Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Kota Tangerang,
Tangerang Selatan, dan Kota Depok. Adapun batas wilayah Kota
Administrasi Jakarta Selatan yaitu:
Sebelah Utara : Banjir Kanal, Jalan Sudirman, Kecamatan
Tanah Abang (Kota Administrasi Jakarta
Pusat), Jalan Kebayoran Lama, dan Kebon
Jeruk (Kota Administrasi Jakarta Barat)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Sebelah Timur : Kali Ciliwung (Kota Administrasi Jakarta
Timur)
Sebelah Selatan : Kecamatan Ciputat dan Ciledug Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten
Sebelah Barat : Kotamadya Depok, Provinsi Jawa Barat
Gambar 4.3 Peta Wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011
b) Topografi
Jakarta Selatan merupakan dataran rendah dengan
ketinggian rata-rata 26,2 m diatas permukaan laut dengan rata-rata
hujan 11,7 mm per hari. Kota Administrasi Jakarta Selatan
termasuk wilayah rawan banjir. Dalam siklus lima tahunan, Jakarta
memiliki potensi banjir cukup tinggi, terbukti pada tahun 2002 dan
2007 terjadi banjir besar dan kerugian besar pula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Jakarta merupakan kota yang terbentuk secara alami,
sehingga penataan kota tidak dapat dilakukan secara optimal
khususnya dalam sistem tata air/drainase dan jalan.
c) Keadaan Iklim
Kota Administrasi Jakarta Selatan dan pada umumnya
seluruh daerah di Indonesia mempunyai dua musim yaitu musim
hujan dan musim kemarau. Secara umum, curah hujan tertinggi
selama tahun 2010 terjadi pada bulan Oktober, yaitu sebanyak 518
mm dan terendah terjadi pada bulan Maret, yaitu sebanyak 320
mm. Rata-rata hari hujan per bulan adalah 20 hari.
Kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan September
sebesar 85 persen dan terendah terjadi pada bulan April sebesar 78
persen. Tekanan udara tertinggi rata-rata sebesar 1.009,6 mb dan
temperatur udara rata-rata Celcius.
2. Arti dan Lambang Kota Administrasi Jakarta Selatan
Lambang Kota Administrasi Jakarta Selatan berbentuk perisai
lima. Di lima perisai terlukis pintu gerbang dengan dasar biru
ditengah-tengah berdiri Monumen Nasional warna putih yang
dilingkari padi dan kapas yang dibawahnya terlukis ombak laut
lambang kota Pelabuhan dan Negara Kepulauan. Di atas pintu gerbang
terkis sloka JAYA RAYA atau sloka selora semangat segala kegiatan
Jakarta sebagai Ibukota dan kota perjuangan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Lambang Kota Administrasi Jakarta Selatan berbentuk perisai
lima didalamnya terlukis pohon Rambutan dan buah Rambutan Rapiah
(Flora) serta burung Gelatik (Fauna) yang mengandung arti alam
lingkungan yang hijau dan teduh yang melambangkan persatuan,
kekuatan dan ketenangan serta kebersamaan.
Gambar 4.4 Lambang Kota Administrasi Jakarta Selatan
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Seal_of_South_Jakarta.png
3. Pemerintah Daerah
Sesuai dengan UU Nomor 5 Tahun 1974, tentang Pokok pokok
Pemerintahan di Daerah, ditetapkan Jakarta sebagai Ibukota Negara RI
yang merupakan salah satu dari 26 Daerah Otonomi Tingkat I
(Provinsi) di Indonesia dengan struktur wilayah administrasi. Setiap
wilayah administrasi dipimpin oleh seorang Walikota/Bupati. Pejabat
Walikota terdahulu yang pernah memegang tampuk pemerintahan di
Kota Administrasi Jakarta Selatan adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Tabel 4.4
Daftar Pejabat Walikota Kota Administrasi Jakarta Selatan
Tahun 1966-2011
No. Nama Periode
1. M. Kahfi (1966-1968)
2. H.M.I. Rasma (1968-1972)
3. Sarimin (1972-1974)
4. K.H. Baka Perdana Koemah (1974-1980)
5. Drs. Oetomo (1980-1984)
6. H. Mochtar Zakaria (1984-1989)
7. Drs. H. Harun Al Rasyid (1989-1993)
8. Drs. H.Pardjoko (1993-1998)
9. Drs. H. Abdul Mufti (1998-2001)
10. Drs. H. A. Dadang Kafrawi (2001-2006)
11. H. Syarul Effendi, SH., MM. (2006-2011)
12. H.M. Anas Efendi, SH., MM. (2011-sekarang)
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011
4. Pembagian Wilayah Administratif
Dalam struktur wilayah administrasi, Kota Administrasi Jakarta
Selatan terdiri dari 10 Kecamatan, 65 Kelurahan, 575 Rukun Warga
(RW), 6.127 Rukun Tetangga (RT), dan 472.549 Kepala Keluarga
(KK).
Tabel 4.5
Luas Wilayah Menurut Kecamatan
Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2010
Kecamatan Luas Persentase
Jagakarsa 24,87 17,59
Pasar Minggu 21,69 15,35
Cilandak 18,16 12,85
Pesanggrahan 12,76 9,02
Kebayoran Lama 16,72 11,83
Kebayoran Baru 12,93 9,14
Mampang Prapatan 7,73 5,47
Pancoran 8,63 6,10
Tebet 9,03 6,39
Setia Budi 8,85 6,26
Jumlah 141,37 100
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Kecamatan yang memiliki wilayah paling luas adalah
Kecamatan Jagakarsa dengan luas , 6 kelurahan, 54
RW, 542 RT, dan 54.780 KK.
Tabel 4.6
Jumlah Kelurahan, RW, RT, dan KK
Menurut Kecamatan, 2010
Kecamatan Kelurahan RW RT KK
Jagakarsa 6 54 542 54.780
Pasar Minggu 7 65 725 58.268
Cilandak 5 45 468 41.872
Pesanggrahan 5 51 527 45.453
Kebayoran Lama 6 76 858 70.957
Kebayoran Baru 10 73 659 42.237
Mampang Prapatan 5 38 411 39.446
Pancoran 6 43 481 29.703
Tebet 7 80 942 63.990
Setia Budi 8 50 514 25.843
Jakarta Selatan 65 575 6127 472.549
2009 65 576 6124 425.897
2008 65 577 6121 453.694
2007 65 575 6120 399.073
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011
Dari Tabel 4.6, terlihat Kecamatan Kebayoran Baru
memiliki kelurahan paling banyak yaitu 10. Untuk RW dan RT
dengan jumlah terbanyak ditempati oleh Kecamatan Tebet dengan
jumlah 80 dan 942. Sedangkan untuk KK yang terbanyak ditempati
oleh Kecamatan Kebayoran Lama dengan jumlah 70.957.
5. Kependudukan dan Tenaga Kerja
a) Kependudukan
Berdasarkan hasil sensus penduduk 2010, penduduk Kota
Administrasi Jakarta Selatan berjumlah 2.062.232 jiwa. Komposisi
penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah 1.1043.675 laki-laki
dan 1.018.557 perempuan. Secara keseluruhan jumlah penduduk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk perempuan
seperti tampak dari rasio jenis kelamin penduduk yang lebih kecil
dari 100, dimana pada tahun 2010 sebesar 102.47.
Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara
banyaknya jumlah penduduk laki-laki dengan penduduk
perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya
dinyatakan dengan banyaknya penduduk laki-laki untuk 100
penduduk perempuan. Kepadatan penduduk Kota Administrasi
Jakarta Selatan yaitu 14.587 jiwa per
Tabel 4.7
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan, dan Sex Rasio
Kota Administrasi Jakarta Selatan Menurut Kecamatan, 2010
No. Kecamatan Luas Penduduk Hasil SP 2010
Kepadatan Sex
Ratio Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Jagakarsa 24,87 158.343 151.877 310.220 12.474 104,26
2. Pasar Minggu 21,69 146.688 141.043 287.731 13.266 104,00
3. Cilandak 18,16 94.343 95.063 189.406 10.430 99,24
4. Pesanggrahan 12,76 107.962 103.799 211.761 16.596 104,01
5. Kebayoran Lama 16,72 148.291 145.355 293.646 17.563 102,02
6. Kebayoran Baru 12,93 70.564 71.150 141.714 10.960 99,18
7. Mampang Prapatan 7,73 72.954 68.905 141.859 18.352 105,88
8. Pancoran 8,63 74.777 73.195 147.972 17.146 102,16
9. Tebet 9,03 103.934 105.107 209.041 23.150 98,88
10. Setia Budi 8,85 65.819 63.063 128.882 14.563 104,37
Jumlah 141,37 1.043.675 1.018.557 2.062.232 14.587 102,47
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011
Tabel 4.7 menunjukkan Kota Administrasi Jakarta
Selatan pada tahun 2010 mempunyai jumlah penduduk 2.062.232
jiwa dan luas wilayah 141,37 Dari 10 kecamatan yang ada di
Kota Administrasi Jakarta Selatan, Kecamatan Tebet merupakan
kecamatan dengan kepadatan penduduk yang paling besar yaitu
23.150 jiwa/km, dengan luas wilayah yang dimiliki 9.03 dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
jumlah penduduk sebesar 209.041 jiwa. Kecamatan yang paling
rendah kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Cilandak
sebesar 10.430 jiwa/km, dengan luas wilayah yang dimiliki 18.16
Dapat disimpulkan bahwa tingkat kepadatan penduduk di tiap
kecamatan di Kota Administrasi Jakarta Selatan belum merata. Hal
ini dibuktikan dengan wilayah kecamatan yang luas tetapi justru
hanya memiliki jumlah penduduk yang sedikit, dan sebaliknya
wilayah yang sempit justru mempunyai penduduk dengan jumlah
yang besar. Seperti yang terlihat pada Kecamatan Tebet dan
Kecamatan Cilandak.
b) Tenaga Kerja
Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional
Februari 2006-2010, pada tahun 2006 penduduk yang
pengangguran sebesar 7,52 persen, mengalami penurunan menjadi
6,38 persen pada tahun 2007. Kemudian pada tahun 2008-2009
tingkat pengangguran mengalami kenaikan menjadi 8,56 persen.
Dan pada tahun 2010 kembali mengalami penurunan menjadi 6,78
persen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Tabel 4.8
Jumlah PNS Menurut Golongan di Lingkungan Pemerintah
Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2010
No. Unit Golongan
Jumlah I II III IV
1. Sekretariat Kota
Administrasi
32 144 15 191
2. Badan/Kantor (Pemda) 27 224 37 288
3. Badan/Kantor (Diluar
Pemda)
0
4. Sudin-Sudin 15 930 1.415 137 2.497
5. Kecamatan 25 364 724 16 1.129
6. Pusbinroh, Bazis, dan Korpri 0
7. Gelanggang Remaja 4 2 6
8. Puskesmas Kecamatan 566 113 679
9. Pengawas/TU SD, SLTP,
SLTA
31 304 1.229 66 1.630
10. Guru SD, SLTP, dan SLTA 72 1.472 7.422 8.966
11. Korpri 4 4
12. Bazis 6 6
13. Sekretariat KPU 1 4 2 7
Jumlah 71 1.730 5.792 7.810 15.403
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011
Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) menurut golongan di
lingkungan pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan pada
tahun 2010 tercatat 15.403 orang. Dengan rincian golongan I 71
orang, golongan II 1.730 orang, golongan III 5.792 orang, dan
golongan IV 7.810 orang.
6. Sosial
a) Pendidikan
Berdasarkan data dari Sub Dinas Pendidikan Nasional Kota
Administrasi Jakarta Selatan tahun 2010, jumlah SD Negeri
sebanyak 526 buah. Jumlah SD Negeri terbanyak dimiliki oleh
Kecamatan Kebayoran Lama yaitu 82 buah. Sedangkan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
terendah dimiliki oleh Kecamatan Setia Budi yaitu 35 buah. SMP
Negeri berjumlah 66 buah. SMP Swasta 135 buah.
Tabel 4.9
Jumlah Sekolah Dasar Negeri Menurut Kecamatan, 2010
No. Kecamatan SD Negeri
Jumlah Pagi Siang
1. Jagakarsa 47 15 62
2. Pasar Minggu 50 14 64
3. Cilandak 43 6 49
4. Pesanggrahan 31 18 49
5. Kebayoran Lama 57 25 82
6. Kebayoran Baru 37 6 43
7. Mampang Prapatan 26 10 36
8. Pancoran 37 7 44
9. Tebet 46 16 62
10. Setia Budi 29 6 35
Jumlah 403 123 526
2009 415 112 527
2008 418 109 527
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011
Jumlah murid SD Negeri/Swasta sebanyak 188.433 siswa
dengan perbandingan SD Negeri 150.997 siswa, dan SD Swasta
37.436 siswa. Jumlah murid SMP Negeri sebanyak 65.649 siswa
dengan perbandingan laki-laki 40.430 siswa dan perempuan 25.219
siswa. Jumlah murid SMP Swasta sebanyak 32.057 siswa, dengan
perbandingan 17.036 laki-laki dan 15.021 perempuan. Jumlah
murid SMU Negeri sebanyak 23.531 siswa. SMU Swasta sebanyak
14.347 siswa. SMK Negeri sebanyak 10.537 siswa. SMK Swasta
sebanyak 36.100 siswa.
b) Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
Berdasarkan data Sub Dinas Sosial Kota Administrasi
Jakarta Selatan tahun 2010, jumlah anak terlantar yang diasuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
dalam Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) sebanyak 1.627 anak,
jumlah penyandang cacat 128 orang.
Tabel 4.10
Jumlah Anak Terlantar yang di Asuh dalam
Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Menurut Kecamatan, 2010
No. Kecamatan PSAA Anak Asuh
1. Jagakarsa 9 515
2. Pasar Minggu 4 135
3. Cilandak 2 90
4. Pesanggrahan 5 150
5. Kebayoran Lama 3 175
6. Kebayoran Baru 1 72
7. Mampang Prapatan 0 0
8. Pancoran 9 450
9. Tebet 1 40
10. Setia Budi 0 0
Jumlah 34 1.627
2009 38 1.852
2008 39 1.875
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011
Provinsi Jawa Tengah merupakan Provinsi tertinggi dalam
hal pemulangan orang terlantar yaitu sebesar 40 jiwa. Dan yang
terendah ditempati Provinsi DI Yogyakarta yaitu sebesar 6 jiwa.
Tabel 4.11
Pemulangan Orang Terlantar Menurut Provinsi, 2010
No. Bulan Jawa
Barat Banten
Jawa
Tengah
DI
Yogyakarta
Jawa
Timur
Luar
Jawa
1. Januari 5 3 9 5
2. Februari 5 2 6 3
3. Maret 4 6 6
4. April 4 1 4 4 4
5. Mei 3 3 8 2
6. Juni 5 2 3 1 1
7. Juli 2 1 7 1
8. Agustus 1 5 3
9. September 4 4 1 2
10. Oktober 3 2 2
11. November 1 3 2 1 4
12. Desember 3 3 1 3
Jumlah 40 12 54 6 29
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
c) Kesehatan
Berdasarkan data dari Sudin Kesehatan Kota Administrasi
Jakarta Selatan, pada tahun 2010 terdapat 58 Rumah Sakit terdiri
dari 5 Rumah Sakit Pemerintah dan 53 Rumah Sakit Swasta.
Sedangkan untuk tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis
sebanyak 978 orang, perawat dan bidan 1.734 orang, farmasi 148
orang, dan ahli gizi 1 orang.
7. Pertanian
a) Tanaman Pangan
Data dari Sudin Pertanian dan Kehutanan Kota
Administrasi selama tahun 2009 diperoleh produksi palawija yang
terdiri dari jagung sebanyak 35 ton, ubi kayu 23 ton, dan kacang
tanah 20 ton, kacang panjang 17 ton. Sedangkan untuk sayur-
sayuran terdiri dari kangkung 215 ton, dan bayam 200 ton.
b) Perikanan
Selama tahun 2010, produksi perikanan darat mencapai
64.959 kg meningkat dibandingkan tahun 2009 sebesar 59.052 kg.
c) Peternakan
Populasi ternak menurut jenisnya yang ada di Kota
Administrasi Jakarta Selatan pada tahun 2010 adalah sapi perah
1.829 ekor, kambing 1.354 ekor, domba 136 ekor, dan kerbau 12
ekor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
8. Industri dan Listrik
a) Industri
Produktivitas perusahaan industri besar sedang pada tahun
2010 mencapai Rp125,026 juta dengan tingkat efisiensi 54,71
persen, dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 4.912 jiwa.
b) Listrik
Jumlah pelanggan listrik mengalami peningkatan yaitu pada
bulan November sebanyak 104.633 pelanggan menjadi 104.767
pelanggan pada bulan Desember.
9. Pendapatan Regional
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah
satu ukuran tingkat keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi
sekaligus diperlukan untuk menyusun perencanaan dan evaluasi
pembangunan ekonomi regional. Pada tahun 2007 PDRB Kota
Administrasi Jakarta Selatan Atas Dasar Harga Berlaku sebesar
Rp128.740.860, sedangkan Atas Dasar Harga Konstan sebesar
Rp74.377.052.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Tabel 4.12
PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan
Atas Dasar Harga Berlaku 2007-2010
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011
Berdasarkan Tabel 4.12 PDRB Kota Administrasi Jakarta
Selatan Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2007-2010 mengalami
peningkatan sebanyak Rp61.244.190 dan sektor yang mengalami
peningkatan laju pertumbuhan adalah sektor keuangan, persewaan, dan
jasa perusahaan dan disusul oleh sektor perdagangan, hotel, dan
restoran.
Tabel 4.13
PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan
Atas Dasar Harga Konstan 2007-2010
No. Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010
1. Pertanian 59.634 59.835 59.766 59.614
2. Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0
3. Industri Pengolahan 1.337.597 1.416.373 1.486.441 1.528.293
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 212.030 228.119 241.601 256.644
5. Bangunan 11.188.386 12.095.764 12.902.777 13.816.485
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 15.573.965 16.490.401 17.321.682 18.470.182
7. Pengangkutan dan Komunikasi 5.709.983 6.813.116 7.960.911 9.255.478
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 31.465.310 32.518.558 33.349.826 34.793.028
9. Jasa-jasa 8.830.147 9.375.296 9.895.181 10.507.457
PDRB 74.377.052 78.997.463 83.218.185 88.687.181
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011
No. Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010
1. Pertanian 107.160 125.343 134.350 143.984
2. Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0
3. Industri Pengolahan 2.864.902 3.554.419 3.869.021 4.409.280
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 671.563 795.930 856.149 936.824
5. Bangunan 19.788.184 24.388.937 27.194.665 31.008.579
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 24.267.704 28.741.012 32.528.577 36.828.655
7. Pengangkutan dan Komunikasi 10.316.004 12.486.180 14.603.211 17.474.208
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 52.228.987 60.016.529 65.383.676 71.411.180
9. Jasa-jasa 18.496.357 22.042.516 24.756.448 27.772.340
PDRB 128.740.860 152.150.866 169.326.097 189.985.050
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Berdasarkan Tabel 4.13 PDRB Kota Administrasi Jakarta
Selatan Atas Dasar Harga Konstan tahun 2007-2010, kontribusi
sektoral yang paling tinggi adalah dari sektor keuangan, persewaan,
dan jasa perusahaan; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; dan
sektor bangunan.
C. Hasil Analisis Data dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif
a. Analisis Kontribusi Sektoral
Analisis ini digunakan untuk melihat perubahan struktur
ekonomi di Kota Administrasi Jakarta Selatan. Salah satu indikator
terjadinya perubahan struktur ekonomi adalah terjadinya
pergeseran kontribusi sektoral di dalam PDRB yang ditandai
dengan menurunnya kontribusi salah satu sektor atau beberapa
sektor ekonomi, atau sebaliknya terjadi peningkatan kontribusi.
Tabel 4.14
Kontribusi PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2007-2010
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011, data diolah
No. Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 Rata-
rata
1. Pertanian 0.08 0.08 0.07 0.07 0.07
2. Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0 0.00
3. Industri Pengolahan 1.80 1.79 1.79 1.72 1.78
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 0.29 0.29 0.29 0.29 0.29
5. Bangunan 15.04 15.31 15.50 15.58 15.36
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 20.94 20.87 20.81 20.83 20.86
7. Pengangkutan dan Komunikasi 7.68 8.62 9.57 10.44 9.08
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 42.31 41.16 40.08 39.23 40.69
9. Jasa-jasa 11.87 11.87 11.89 11.85 11.87
PDRB 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Pada Tabel 4.14 diatas menunjukkan kontribusi dari
sembilan sektor ekonomi terhadap PDRB terbesar di Kota
Administrasi Jakarta Selatan dalam kurun waktu 2007-2010 adalah
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 40,69
persen, yang memberikan kontribusi kedua terbesar adalah sektor
perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20,86 persen, lalu sektor
bangunan sebesar 15,36 persen, sektor jasa-jasa 11,87 persen,
sektor pengangkutan dan komunikasi 9,08 persen. Sektor yang
menyumbang kontribusi kecil antara lain sektor industri
pengolahan 1,78 persen, sektor listrik, gas, dan air bersih 0,29
persen, dan sektor pertanian 0,07 persen.
Tabel 4.15
Kontribusi PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2010
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011, data diolah
Berdasarkan Tabel 4.15 diatas dapat dilihat bahwa
kontribusi PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan menurut
lapangan usaha berdasarkan harga berlaku tahun 2007-2010
didominasi oleh sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan
No. Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 Rata-
rata
1. Pertanian 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08
2. Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0 0.00
3. Industri Pengolahan 2.23 2.34 2.28 2.32 2.29
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 0.52 0.52 0.51 0.49 0.51
5. Bangunan 15.37 16.03 16.06 16.32 15.95
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 18.85 18.89 19.21 19.39 19.08
7. Pengangkutan dan Komunikasi 8.01 8.21 8.62 9.20 8.51
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 40.57 39.45 38.61 37.59 39.05
9. Jasa-jasa 14.37 14.49 14.62 14.62 14.52
PDRB 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
sebesar 39,05 persen, kemudian sektor perdagangan, hotel, dan
restoran 19,08 persen, dan bangunan 15,95 persen. Sektor yang
memberikan kontribusi kecil adalah sektor listrik, gas, dan air
bersih 0,51 persen dan sektor pertanian 0,08 persen.
b. Analisis Laju Pertumbuhan
Laju pertumbuhan sektoral digunakan untuk menunjukkan
pertumbuhan masing-masing sektor dari tahun ke tahun dengan
memperbandingkan perubahan pendapatan suatu sektor dengan
pendapatan sektor pada sebelumnya.
Tabel 4.16
Laju Pertumbuhan PDRB
Kota Administrasi Jakarta Selatan Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2007-2010
No. Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
1. Pertanian -1.08 0.34 -0.12 -0.25 -0.28
2. Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0 0.00
3. Industri Pengolahan 6.93 5.89 4.95 2.82 5.15
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 8.99 7.59 5.91 6.23 7.18
5. Bangunan 7.26 8.11 6.67 7.08 7.28
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7.21 5.88 5.04 6.63 6.19
7. Pengangkutan dan Komunikasi 19.55 19.32 16.85 16.26 18.00
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 3.68 3.35 2.56 4.33 3.48
9. Jasa-jasa 6.28 6.17 5.55 6.19 6.05
PDRB 58.82 56.65 47.41 49.29 53.04
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011, data diolah
Selama periode tahun 2007-2010 sektor yang rata-rata
pertumbuhannya negatif adalah sektor pertanian sebesar -0,28
persen, sedangkan yang rata-rata pertumbuhannya positif adalah
sektor industri pengolahan sebesar 5,15 persen, lalu sektor listrik,
gas, dan air bersih sebesar 7,18 persen, sektor bangunan sebesar
7,28 persen, sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 6,19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
persen, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 18,00 persen,
sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar 3,48
persen, dan sektor jasa-jasa sebesar 6,05 persen. Berdasarkan data
diatas dapat dilihat bahwa pada kurun waktu tersebut sektor
pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor yang paling
tinggi rata-rata pertumbuhannya.
2. Analisis Kuantitatif
a. Analisis Location Quotient
Analisis Location Quotient (LQ) adalah suatu perbandingan
tentang besarnya peranan suatu sektor/industri di suatu daaerah
terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut secara nasional.
(Tarigan, 2005: 82).
Analisis LQ digunakan untuk mengetahui sektor-sektor
ekonomi manakah yang termasuk sektor basis dan sektor non basis.
Sektor yang mengekspor ke daerah lain disebut sektor basis
sedangkan sektor yang tidak mampu mengekspor ke luar negeri
disebut sektor non basis.
Rumus yang dipakai untuk menghitung LQ adalah sebagai
berikut:
………………………………………………….. (4.1)
Keterangan:
LQ = Location Quotient
= sektor ekonomi pembentuk PDRB wilayah
studi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
= PDRB total di wilayah studi
= sektor ekonomi pembentuk PDRB wilayah
referensi
= PDRB total di wilayah referensi
Metode LQ dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Statistic Location Quotient
Analisis Statistic Location Quotient (SLQ)
digunakan untuk menghitung perbandingan relatif sumbangan
nilai tambah sebuah sektor di suatu daerah (Kabupaten/Kota)
terhadap sumbangan nilai tambah sektor yang bersangkutan
dalam skala provinsi atau nasional. Analisis SLQ dimaksudkan
untuk mengidentifikasi dan merumuskan komposisi dan
pergeseran sektor-sektor basis suatu wilayah dengan
menggunakan PDRB sebagai indikator pertumbuhan wilayah
(Warpani, 1984 dalam Prima, 2011:40).
SLQ dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
……………………………………….... (4.2)
Keterangan:
= nilai produksi subsektor i pada daerah Kota
Administrasi Jakarta Selatan
= total PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan
= nilai produksi subsektor i pada daerah Provinsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
DKI Jakarta
= total PDRB Provinsi DKI Jakarta
Berdasarkan perhitungan SLQ selama periode waktu
2007-2010 (Tabel 4.17) di Kota Administrasi Jakarta Selatan
dengan menggunakan PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan
dan PDRB Provinsi DKI Jakarta, dapat diketahui sektor-sektor
yang termasuk sektor basis dan non basis. Maka penentuan
suatu sektor itu basis atau non basis didasarkan atas nilai bruto
sektoral atas aktivitas produksinya. Berikut hasil perhitungan
SLQ dari tahun 2007-2010.
Tabel 4.17
Hasil Perhitungan SLQ Kota Administrasi Jakarta Selatan
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010
No. Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
1. Pertanian 0.89 0.89 0.88 0.87 0.44
2. Pertambangan dan Penggalian 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
3. Industri Pengolahan 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 0.43 0.44 0.44 0.44 0.44
5. Bangunan 1.49 1.50 1.50 1.50 1.50
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 0.97 0.96 0.96 0.96 0.96
7. Pengangkutan dan Komunikasi 0.83 0.87 0.87 0.88 0.86
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 1.43 1.42 1.39 1.39 1.41
9. Jasa-jasa 1.03 1.03 1.02 1.02 1.03
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011, data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan analisis SLQ
terhadap sembilan sektor perekonomian di Kota Administrasi
Jakarta Selatan Atas Dasar Harga Konstan kurun waktu 2007-
2010, diketahui rata-rata SLQ bahwa tiga dari sembilan sektor
tersebut merupakan sektor basis/unggul untuk dikembangkan
dalam perekonomian Kota Administrasi Jakarta Selatan, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
sektor bangunan; sektor keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan; dan yang terakhir sektor jasa-jasa. Nilai rata-rata
dari sektor-sektor tersebut di tingkat Kota Administrasi Jakarta
Selatan lebih besar dari sektor yang sama pada perekonomian
di tingkat Provinsi DKI Jakarta. Dengan demikian sektor-sektor
tersebut mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan wilayahnya
dan mampu mengekspor ke daerah lainnya. Sedangkan sektor
perekonomian lainnya merupakan sektor non basis dalam
perekonomian Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan nilai
rata-rata SLQ < 1, artinya bahwa tingkat spesialisasi sektor-
sektor perekonomian tersebut di Kota Administrasi Jakarta
Selatan lebih kecil dari sektor yang sama pada perekonomian
tingkat Provinsi DKI Jakarta sehingga hanya mampu
memenuhi kebutuhan wilayahnya dan belum mampu
mengekspor produksinya ke luar wilayah. Sektor-sektor yag
nilai rata-rata SLQ < 1 yaitu: sektor pertanian; sektor
pertambangan dan penggalian; sektor industri pengolahan,
sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor perdagangan, hotel, dan
restoran; dan sektor pengangkutan dan komunikasi.
b) Dynamic Location Quotient
Dynamic Location Quotient (DLQ) adalah
modifikasi dari SLQ, dengan mengakomodasi faktor laju
pertumbuhan keluaran sektor ekonomi dari waktu ke waktu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
DLQ dapat dihitung menggunakan formulasi sebagai berikut:
(Tri Widodo, 2006:119)
………………………… (4.3)
Keterangan:
= laju pertumbuhan sektor i Kota Administrasi
Jakarta Selatan
= rata-rata laju pertumbuhan sektor total di Kota
Administrasi Jakarta Selatan
= laju pertumbuhan sektor i di Provinsi DKI
Jakarta
= rata-rata laju pertumbuhan sektor total di
Provinsi DKI Jakarta
= Indeks Potensi Pengembangan Sektor i di
Kota Administrasi Jakarta Selatan
= Indeks Potensi Pengembangan Sektor i di
Provinsi DKI Jakarta
Pada penelitian ini, analisis DLQ digunakan untuk
mengetahui sembilan sektor yang ada, manakah sektor
unggulan di Kota Administrasi Jakarta Selatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Tabel 4.18
Hasil Analisis DLQ Kota Administrasi Jakarta Selatan
Tahun 2007-2010
No. Lapangan Usaha Basis Non Basis
1. Pertanian 1.20
2. Pertambangan dan Penggalian 0.00
3. Industri Pengolahan 1.24
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.39
5. Bangunan 1.01
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1.00
7. Pengangkutan dan Komunikasi 1.03
8. Keuangan, Perusahaan, dan Jasa Perusahaan 1.00
9. Jasa-jasa 1.00
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011, data diolah
Berdasarkan perhitungan DLQ terhadap sembilan sektor
perekonomian di Kota Administrasi Jakarta Selatan atas harga
konstan kurun waktu 2007-2010, hasil perhitungan DLQ Kota
Administrasi Jakarta Selatan menunjukkan bahwa sektor pertanian;
sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor
bangunan; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor
pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan, dan
jasa perusahaan; dan sektor jasa-jasa yang memiliki DLQ > 1,
artinya bahwa potensi perkembangan sektor-sektor perekonomian
tersebut di Kota Administrasi Jakarta Selatan lebih cepat
dibandingkan sektor yang sama di Provinsi DKI Jakarta. Hal
tersebut menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut masih bisa
diharapkan untuk menjadi sektor unggulan di masa yang akan
datang bagi Kota Administrasi Jakarta Selatan. Sedangkan sektor
yang mempunyai nilai rata-rata DLQ < 1 adalah sektor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
pertambangan dan penggalian, artinya bahwa potensi
perkembangan sektor tersebut di Kota Administrasi Jakarta Selatan
lebih rendah dibandingkan sektor yang sama di Provinsi DKI
Jakarta yang menjadi sektor non basis. Sektor pertambangan dan
penggalian merupakan satu-satunya sektor yang tidak memberikan
kontribusi apapun terhadap PDRB Kota Administrasi Jakarta
Selatan.
b. Analisis Gabungan Statistic Location Quotient dan Dynamic
Location Quotient
Gabungan antara nilai Statistic Location Quotient (SLQ)
dan Dynamic Location Quotient (DLQ) dijadikan kriteria dalam
menentukan apakah sektor ekonomi tersebut tergolong unggulan,
prospektif, andalan, dan kurang produktif.
Tabel 4.19
Klasifikasi Sektor Berdasarkan SLQ dan DLQ
dilihat dari Nilai PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010
Kriteria DLQ > 1 DLQ < 1
SLQ > 1 Unggulan:
Sektor bangunan; sektor keuangan,
persewaan, dan jasa perusahaan; sektor jasa-
jasa
Prospektif:
-
SLQ < 1 Andalan:
Sektor pertanian; sektor industri pengolahan,
sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor
perdagangan, hotel, dan restoran; sektor
pengangkutan dan komunikasi
Tertinggal:
Sektor pertambangan
dan penggalian
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011, data diolah
Berdasarkan tabel nilai rata-rata SLQ dan DLQ Kota
Administrasi Jakarta Selatan kriteria guna menentukan sektor
ekonomi tersebut tergolong unggulan prospektif, andalan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
tertinggal, dapat dilihat pada gambar yang menjelaskan identifikasi
gabungan SLQ dan DLQ bahwa empat sektor perekonomian Kota
Administrasi Jakarta Selatan yaitu sektor bangunan; sektor
keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; sektor jasa-jasa adalah
sektor unggulan di Kota Administrasi Jakarta Selatan. Sedangkan
sektor pertanian; sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan
air bersih; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor
pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor andalan di Kota
Administrasi Jakarta Selatan. Untuk sektor prospektif di Kota
Administrasi Jakarta Selatan tidak ada. Sedangkan sektor yang
tertinggal di Kota Administrasi Jakarta Selatan yaitu sektor
pertambangan dan penggalian.
c. Analisis Shift Share
Analisis Shift Share (SS) merupakan teknik yang sangat
berguna dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah
dibandingkan dengan perekonomian nasional. Tujuan analisis ini
adalah untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja
perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang
lebih besar (regional atau nasional).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Tabel 4.20
Perhitungan Analisis Shift Share Kota Administrasi Jakarta Selatan
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011, data diolah
Interpretasi nilai SS Kota Administrasi Jakarta Selatan
tahun 2007-2010 adalah sebagai berikut:
a) Sektor Pertanian:
1. Nilai Proportional Shift yang negatif menunjukkan bahwa daya
tumbuh sektor pertanian di Kota Administrasi Jakarta Selatan
tidak terkonsentrasi dengan daya tumbuh sektor pertanian
Provinsi DKI Jakarta.
2. Nilai Differential yang negatif menunjukkan bahwa daya saing
sektor pertanian di Kota Administrasi Jakarta Selatan lebih
lambat bila dibandingkan dengan daya saing sektor yang sama
di Provinsi DKI Jakarta.
b) Sektor Pertambangan dan Penggalian:
1. Nilai Proportional Shift: tidak bisa dihitung, karena sektor ini
tidak memberikan kontribusi PDRB Kota Administrasi Jakarta
Selatan
No. Lapangan Usaha Provincial Share
(PS)
Proportional
Share (P)
Differential
Shift (DS) Total
1. Pertanian 1691.01 -9537.13 -11248.14 -19094.26
2. Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0
3. Industri Pengolahan 104073.69 -147774.75 -61152.45 -104853.51
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 39340.88 -581.02 4692.09 43451.95
5. Bangunan 2511504.46 404907.59 -8441941.94 -5525529.89
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2963542.09 31209.77 -36115.32 2958636.54
7. Pengangkutan dan Komunikasi 2992141.07 1917041.20 2470395.13 7379577.41
8.
Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Perusahaan 4062742.62 -1861679.67 -2596704.29 -395641.34
9. Jasa-jasa 1798816.60 136239.00 14732.40 1949787.99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
2. Nilai Differential: tidak bisa dihitung, karena sektor ini tidak
memberikan kontribusi PDRB Kota Administrasi Jakarta
Selatan
c) Sektor Industri Pengolahan:
1. Nilai Proportional Shift yang negatif menunjukkan bahwa daya
tumbuh sektor industri pengolahan di Kota Administrasi
Jakarta Selatan tidak terkonsentrasi dengan daya tumbuh sektor
industri pengolahan Provinsi DKI Jakarta.
2. Nilai Differential yang negatif menunjukkan bahwa daya saing
sektor industri pengolahan di Kota Administrasi Jakarta Selatan
lebih lambat bila dibandingkan dengan daya saing sektor yang
sama di Provinsi DKI Jakarta.
d) Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih:
1. Nilai Proportional Shift yang negatif menunjukkan bahwa daya
tumbuh sektor listrik, gas, dan air bersih di Kota Administrasi
Jakarta Selatan tidak terkonsentrasi dengan daya tumbuh sektor
pertanian Provinsi DKI Jakarta.
2. Nilai Differential yang positif menunjukkan bahwa daya saing
sektor listrik, gas, dan air bersih di Kota Administrasi Jakarta
Selatan lebih cepat bila dibandingkan dengan daya saing sektor
yang sama di Provinsi DKI Jakarta.
e) Sektor Bangunan:
1. Nilai Proportional Shift yang positif menunjukkan bahwa daya
tumbuh sektor bangunan di Kota Administrasi Jakarta Selatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
terkonsentrasi dengan daya tumbuh sektor yang sama di
Provinsi DKI Jakarta.
2. Nilai Differential yang negatif menunjukkan bahwa daya saing
sektor bangunan di Kota Administrasi Jakarta Selatan lebih
lambat bila dibandingkan dengan daya saing sektor yang sama
di Provinsi DKI Jakarta.
f) Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran:
1. Nilai Proportional Shift yang positif menunjukkan bahwa daya
tumbuh sektor perdagangan, hotel, dan restoran di Kota
Administrasi Jakarta Selatan terkonsentrasi dengan daya
tumbuh sektor yang sama di Provinsi DKI Jakarta.
2. Nilai Differential yang negatif menunjukkan bahwa daya saing
sektor perdagangan, hotel, dan restoran di Kota Administrasi
Jakarta Selatan lebih lambat bila dibandingkan dengan daya
saing sektor yang sama di Provinsi DKI Jakarta.
g) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi:
1. Nilai Proportional Shift yang positif menunjukkan bahwa daya
tumbuh sektor pengangkutan dan komunikasi di Kota
Administrasi Jakarta Selatan terkonsentrasi dengan daya
tumbuh sektor yang sama di Provinsi DKI Jakarta.
2. Nilai Differential yang positif menunjukkan bahwa daya saing
sektor pengangkutan dan komunikasi di Kota Administrasi
Jakarta Selatan lebih cepat bila dibandingkan dengan daya
saing sektor yang sama di Provinsi DKI Jakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
h) Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan:
1. Nilai Proportional Shift yang negatif menunjukkan bahwa daya
tumbuh keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan di Kota
Administrasi Jakarta Selatan tidak terkonsentrasi dengan daya
tumbuh sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan
Provinsi DKI Jakarta.
2. Nilai Differential yang negatif menunjukkan bahwa daya saing
sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan di Kota
Administrasi Jakarta Selatan lebih lambat bila dibandingkan
dengan daya saing sektor yang sama di Provinsi DKI Jakarta.
i) Sektor Jasa-jasa:
1. Nilai Proportional Shift yang positif menunjukkan bahwa
daya tumbuh sektor jasa-jasa di Kota Administrasi Jakarta
Selatan terkonsentrasi dengan daya tumbuh sektor yang
sama di Provinsi DKI Jakarta.
2. Nilai Differential yang positif menunjukkan bahwa daya
saing sektor jasa-jasa di Kota Administrasi Jakarta Selatan
lebih cepat bila dibandingkan dengan daya saing sektor
yang sama di Provinsi DKI Jakarta.
Dari pembahasan diatas dapat diketahui bahwa struktur
perekonomian di Kota Administrasi Jakarta Selatan tahun 2007-
2010 didominasi oleh sektor sekunder dan tersier.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
d. Analisis Tipologi Klassen
Alat analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui
gambaran status perekonomian daerah. Tipologi Klassen pada
dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator yaitu
pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah.
Tabel 4.21
Hasil Perhitungan Analisis Tipologi Klassen
Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2008-2010
Kuadran I
(Berkembang Cepat)
Sektor bangunan
Kuadran II
(Maju tapi Tertekan)
-
Kuadran III
(Maju dan Cepat
Tumbuh/Potensial)
Sektor industri
pengolahan
Sektor listrik, gas,
dan air bersih
Sektor pengangkutan
dan komunikasi
Sektor keuangan,
persewaan, dan jasa
perusahaan
Sektor jasa-jasa
Kuadran IV
(Relatif Tertinggal)
Sektor pertanian
Sektor pertambangan
dan penggalian
Sektor perdagangan,
hotel, dan restoran
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011,
data diolah
Keterangan hasil analisis Tipologi Klassen:
5. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed sector)
(Kuadran I). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju
pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar
dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB
daerah yang menjadi referensi (s) dan memiliki nilai kontribusi
sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih besar dibandingkan
kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
referensi (sk). Yang termasuk dalam Kuadran I yaitu sektor
bangunan.
6. Sektor maju tapi tertekan (stagnant sector) (Kuadran II).
Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor
tertentu dalam PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan laju
pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi
referensi (s), tetapi memiliki nilai kontribusi sektor terhadap
PDRB (ski) yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor
tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk).
7. Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing
sector) (Kuadran III). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju
pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar
dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB
daerah yang menjadi referensi (s), tetapi memiliki nilai
kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih kecil
dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah
yang menjadi referensi (sk). Yang termasuk dalam Kuadran III
yaitu sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas, dan air
bersih; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan,
persewaan, dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa.
8. Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sector) (Kuadran IV).
Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor
tertentu dalam PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan laju
pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
referensi (s) dan sekaligus memiliki nilai kontribusi sektor
terhadap PDRB (ski) yang lebih kecil dibandingkan kontribusi
sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi
(sk). Yang termasuk dalam Kuadran IV yaitu sektor pertanian;
sektor pertambangan dan penggalian; serta sektor perdagangan,
hotel, dan restoran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil analisis perubahan struktur ekonomi dan identifikasi sektor
ekonomi unggulan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2007-
2010 menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Berdasarkan hasil analisis kontribusi sektoral, sektor yang teridentifikasi
sebagai sektor yang paling besar memberikan konribusi terhadap PDRB di
Kota Administrasi Jakarta Selatan selama tahun 2007-2010 didominasi
oleh sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; serta sektor
perdagangan, hotel, dan restoran.
Hasil analisis laju pertumbuhan menunjukkan sektor yang laju
pertumbuhannya paling besar peningkatannya di Kota Administrasi
Jakarta Selatan didominasi oleh sektor pengangkutan dan komunikasi;
serta sektor bangunan.
2. Berdasarkan hasil analisis LQ, sektor yang teridentifikasi sebagai sektor
basis dalam perekonomian di Kota Administrasi Jakarta Selatan selama
tahun 2007-2010 didominasi oleh sektor bangunan; sektor keuangan,
persewaan, dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa.
Hasil analisis DLQ menunjukkan sektor yang merupakan basis di Kota
Administrasi Jakarta Selatan didominasi oleh sektor pertanian; sektor
industri pengolahan; sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor bangunan;
110
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor pengangkutan dan
komunikasi; sektor keuangan, perusahaan, dan jasa perusahaan, serta
sektor jasa-jasa.
3. Berdasarkan hasil analisis gabungan SLQ dan DLQ, sektor yang
teridentifikasi sebagai sektor unggulan dalam perekonomian di Kota
Administrasi Jakarta Selatan selama tahun 2007-2010 didominasi oleh
sektor bangunan; sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; serta
sektor jasa-jasa. Sementara itu, sektor pertambangan dan penggalian
teridentifikasi sebagai sektor tertinggal di Kota Administrasi Jakarta
Selatan.
4. Berdasarkan hasil analisis SS, komponen Differential Shift wilayah Kota
Administrasi Jakarta Selatan tahun 2007-2010 sektor yang Differential
Shift negatif terdiri dari sektor pertanian; sektor industri pengolahan;
sektor bangunan; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; serta sektor
keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Sedangkan komponen
Differential Shift yang positif yaitu sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor
pengangkutan dan komunikasi; serta sektor jasa-jasa. Dengan demikian
struktur ekonomi Kota Administrasi Jakarta Selatan bergerak pada sektor
sekunder dan tersier.
5. Berdasarkan hasil analisis Tipologi Klassen, sektor yang teridentifikasi
sebagai sektor maju dan tumbuh dengan pesat dalam perekonomian di
Kota Administrasi Jakarta Selatan selama tahun 2007-2010 didominasi
oleh sektor bangunan, sementara itu sektor pertanian teridentifikasi
sebagai sektor tertinggal di Kota Administrasi Jakarta Selatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan diatas, maka penulis
memberikan beberapa saran yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun
saran tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pemerintah daerah hendaknya memprioritaskan pengembangan sektor
ekonomi unggulan seperti sektor bangunan, sektor keuangan, perusahaan,
dan jasa keuangan yang menyumbang pendapatan daerah paling tinggi.
Dengan adanya perhatian khusus dari pemerintah daerah, diharapkan
sektor tersebut dapat meningkatkan pendapatan daerah lebih tinggi lagi.
b. Pemerintah daerah hendaknya melakukan pengembangan sarana dan
prasarana dalam mendukung kegiatan usaha agar berjalan lebih efektif,
cepat, dan efektif, sehingga mendorong daya saing industri yang
berimplikasi pada perluasan pasar dan kapasitas produksi. Jenis sarana dan
prasarana tersebut antara lain: sarana penunjang jalur
distribusi/transportasi, pengembangan kawasan industri, serta fasilitas
penunjang lainnya. Pemerintah juga diharapkan bisa memberikan suntikan
modal kepada para pengusaha yang kekurangan modal.
c. Perkembangan perekonomian daerah tidak lepas dari peranan investasi.
Untuk itu, pemerintah daerah sebagai pembuat kebijakan seharusnya dapat
mempertahankan, meningkatkan serta mengembangkan baik sektor
dominan maupun sektor potensial di Kota Administrasi Jakarta Selatan,
memperkenalkan sektor-sektor ekonomi unggulan Kota Administrasi
Jakarta Selatan ke luar daerah untuk menarik investor baik dalam negeri
maupun luar negeri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
d. Salah satu modal dasar pembangunan daerah yaitu tersedianya Sumber
Daya Manusia (SDM) pembangunan yang berkualitas. Oleh karena itu,
upaya yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah yaitu melakukan
pembangunan pendidikan sejak dini yang hasilnya diharapkan
terbentuknya SDM yang terdidik, terampil, dan kreatif. Sehingga para
didikan tersebut bisa menjadi agent of change untuk membangun dan
memajukan Kota Administrasi Jakarta Selatan lebih baik lagi.
e. Pemerintah daerah diharapkan bisa menjalin kerja sama dengan pihak
swasta dan masyarakat setempat untuk memajukan daerah tersebut
sehingga berdampak positif pada peningkatan pendapatan daerah tersebut.