KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Provinsi Jambi
Triwulan II - 2008
Kantor Bank Indonesia Jambi
Halaman ini sengaja dikosongkan
K A T A P E N G A N T A R
Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT
atas limpahan rahmat-Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Jambi untuk
triwulan II tahun 2008 dapat diselesaikan dengan baik. KER merupakan salah satu terbitan
periodik sebagai sarana bagi Kantor Bank Indonesia Jambi dalam membangun komunikasi
dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun
stakeholers eksternal sehingga para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha,
perbankan dan terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) dapat
memperoleh masukan untuk mengambil keputusan dan kebijakan yang sesuai dengan
perkembangan yang ada.
KER mencakup beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional,
perkembangan inflasi daerah, perkembangan perbankan, perkembangan keuangan
daerah, perkembangan sistem pembayaran, ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan
serta perkiraan ekonomi dan inflasi daerah. Berdasarkan asesmen atas data dan informasi,
pada triwulan II tahun 2008 akselerasi pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi masih terus
berlanjut. Namun demikian, perkembangan harga-harga secara umum menunjukkan tren
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya sebagai dampak dari kenaikan harga
Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Pertumbuhan perbankan terutama dari sisi kredit
dan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh positif ditunjang dengan perbaikan fungsi
intermediasi sebagaimana tercermin dari peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) serta
penurunan Non Performing Loans (NPL). Pembenahan sektor riil secara langsung
diperlukan sebagai upaya akselerasi penyaluran kredit perbankan. Pertumbuhan ekonomi
pada triwulan yang akan datang sangat tergantung pada peningkatan konsumsi rumah
tangga dan konsumsi pemerintah melalui percepatan realisasi APBD. Di sisi lain, potensi
kenaikan harga-harga secara umum perlu mendapatkan perhatian khusus.
Dalam penyusunan KER triwulan II tahun 2008, kami banyak memperoleh support
dari berbagai pihak seperti dinas-dinas pemerintah daerah, instansi, perbankan,
BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan dan
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak. Kami mengharapkan kerjasama yang
telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang.
Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam
meningkatkan kualitas KER ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk
kemakmuran masyarakat Jambi. Jambi, Juli 2008
Halaman ini sengaja dikosongkan
DAFTAR ISI Daftar Isi ................................................................................................... i Daftar Tabel .......................................................................................... ii Daftar Grafik .......................................................................................... iv Ringkasan Eksekutif ..................................................................................... 1 BAB I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional ................................. 5 A. Umum ............................................................................. 5 B. PDRB Sisi Produksi.............................................................. 7 C. PDRB Sisi Pengeluaran........................................................ 21 Boks 1: Evaluasi Pelaksanaan Program Peningkatan Ketahanan Pangan Provinsi Jambi (Periode semester I Tahun 2008) Boks 2: Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi (Menggunakan Tahun Dasar 2007) BAB II. Perkembangan Harga-Harga..................................................... 31
A. Kajian Umum ................................................................. 31 B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang ................................. 34
Boks 3: Dinamika Inflasi Jambi dan Kenaikan Harga BBM BAB III. Perkembangan Perbankan Daerah ............................................ 43 A. Perkembangan Kelembagaan .......................................... 43
B. Bank Umum ................................................................... 44 C. Bank Perkreditan Rakyat .................................................... 58
BAB IV Keuangan Pemerintah Daerah .............................................. 61 A. Umum ............................................................................. 61 B. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah ............................... 61 C. Keuangan Pemerintah Daerah ........................................... 64
BAB V Perkembangan Sistem Pembayaran ....................................... 67 A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai .............................. 67 B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai ..................... 69
BAB VI Keternagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan ............................ 71 A. Keternagakerjaan Daerah................................................... 71 B. Kesejahteraan .................................................................... 75 C. Kemiskinan ........................................................................ 77 BAB VII Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah....................................... 81 A. Pertumbuhan Ekonomi........................................................ 81 B. Proyeksi Inflasi ..................................................................... 85 Lampiran Daftar Istilah
i
DAFTAR TABEL
1.1 Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi Sisi Produksi dan Sisi
Penggunaan 6
2.1 Perkembangan dan Inflasi Tahun Kalender Kota Jambi Periode Tahun
2003 s.d Juni 2008 32
2.2 Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) serta Tahun Kalender (y-t-d) Kota
Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa 34
3.1 Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi 45
3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik 46
3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek 47
3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 48
3.5 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi 50
3.6 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan
Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi 51
3.7 Tabel Persetujuan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan di Provinsi Jambi 51
3.8 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum Provinsi
Jambi 54
4.1 Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 61
4.2 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 63
4.3 Perkembangan Realisasi Transfer Dana Bagi Hasil (DBH) Pemerintah Pusat
di Provinsi Jambi 64
5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran Provinsi Jambi 67
5.2 Perkembangan Transaksi RTGS 70
6.1 Pertambahan Jumlah Pencari Kerja per Jenjang Pendidikan di Provinsi
Jambi 72
6.2 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan 74
6.3 Penduduk Usia 15 tahun ke atas yang Bekerja menurut Lapangan
ii
Pekerjaan Utama Februari 2006-Februari 2008 74
6.4 Penduduk Usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan
Utama Februari 2006-Februari 2008 75
6.5 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Sumatera dan Indonesia 77
6.6 Garis Kemiskinan Provinsi Jambi 78
6.7 Garis Kemiskinan Menurut Komponen 78
6.8 Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan 79
7.1 Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha 83
iii
DAFTAR GRAFIK
1.1 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q) 5 1.2 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) 6 1.3 Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q) 7 1.3 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha
Triwulan II Tahun 2008 8 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan II Tahun 2008 8 1.5 Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi 8 1.6 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan I Tahun 2008 9 1.7 Luas Tanam Sektor Tabama Trwulan II Tahun 2008 9 1.8 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan I Tahun 2008 9 1.9 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan II Tahun 2008 9 1.10 Indikator Produksi Sub Sektor Tanaman Perkebunan tahun 2008 10 1.11 Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura, Sub Sektor Peternakan dan Sub Sektor Perikanan tahun 2008 10 1.12 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi 10 1.13 Indeks terima dan Indeks Bayar Petani 10 1.14 Distribusi Jenis Pupuk 11 1.15 Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk 11 1.16 Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR 12 1.17 Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis 12 1.18 PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi 14 1.19 Pertumbuhan Lifting Gas Alam 14 1.20 PDRB Industri Pengolahan dan Volume Penjualan Solar 15 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 15 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor Industri 15 1.23 Indeks Produksi Industri CPO, Karet, Kopra dan Kerajinan Batik 16 1.24 Indeks Produksi Industri Barang dari Kayu, Barang dari Semen, Batu bata, Makanan dan Minuman 16 1.25 Perkembangan Total Pemakaian Listrik 17 1.26 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik 17 1.27 Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen 17 1.28 Perkembangan Kredit KPR 18 1.29 Perkembangan Kredit Ruko/Rukan 18 1.30 Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Kapal 19 1.31 Perkembangan Arus Barang 19 1.32 PDRB Sub Sektor Angkutan Udara dan Volume Penjualan Avtur 20 1.33 Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang 20
iv
1.34 Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Pesawat 20 1.35 Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran Terhadap Pertumbuhan (q-t-q) 21 1.36 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan II tahun 2008 22 1.37 Indeks Kondisi Ekonomi 23 1.38 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 23 1.39 Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru 24 1.40 Perkembangan Penjualan Premium dan Solar 24 1.41 Perkembangan Penjualan Minyak Tanah 24 1.42 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Provinsi Jambi 24 1.43 Pertumbuhan Pendaftaran Sedan, Jeep, Minibus Baru 24 1.44 Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru 24 1.45 Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru 26 1.46 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi 26 1.47 Konsumsi Semen di Provinsi Jambi 26 1.48 Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi 27 1.49 Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi 28 1.50 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi 28 2.1 Perkembangan Inflasi ota Jambi 31 2.2 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Kota Jambi Periode Tahun 2003 s.d Juni 2008 32 2.3 Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi (y-o-y) Kota 33 2.4 Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan Kota Sekitarnya 33 2.5 Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng 35 2.6 Perkembangan Harga Tepung Terigu 36 2.7 Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang 37 2.8 Perkembangan Harga Jagung 38 2.9 Perkembangan Harga Daging 38 2.10 Perkembangan Harga Beras 38 2.11 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 40 2.12 Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional 41 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi 44 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi 46 3.3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi 52 3.4 Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Lokasi Proyek per kabupaten/kota di Provinsi Jambi 53 3.5 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 55 3.6 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi 56 3.7 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum Provinsi Jambi 57 3.8 Perkembangan Laba Rugi Triwulanan 58 4.1 Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat Provinsi Jambi 62 4.2 Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi 62 4.3 Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 63
v
4.4 Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi 64 5.1 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi 68 5.2 Perkembangan Nominal 69 5.3 Perkembangan Volume Kliring 69 6.1 Grafik Nilai Saldo Ekspektasi Penganngguran dan Kondisi Pengangguran 73 6.2 Perkembangan Harga Rata-rata Bulanan Beberapa Bahan Kebutuhan Pokok 75 7.1 Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan
Ekspektasi Penhasilan 82 7.2 Rencana Konsumsi dalam 6-12 Bulan yang akan datang 82 7.3 Saldo Bersih Ekspektasi Harga dalam 6-12 bulan yang akan datang 86
vi
a. Inflasi dan PDRB
TAHUN2006 Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV TRW.I Trw.II
MAKROIndeks Harga Konsumen Kota Jambi1) 153.14 158.00 156.08 160.09 164.5 168.06 112.91
Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi 10.66 12.62 9.92 10.96 7.42 6.37 13.99
PDRB - Harga Konstan (Juta Rp)2) 13,351,743 3,451,827 3,518,664 3,597,085 3,655,202 3,687,719 3,767,184- Pertanian 4,029,325 1,029,809 1,049,727 1,066,642 1,078,179 1,128,087 1,150,869 - Pertambangan dan Penggalian 1,636,087 1,029,809 1,049,727 451,346 447,940 395,477 384,917 - Industri Pengolahan 1,845,220 480,569 488,810 504,581 523,844 514,125 541,669 - Listrik, Gas, dan Air Bersih 102,701 26,655 26,927 27,271 27,883 30,089 30,672 - Bangunan 578,938 145,863 147,266 150,651 152,341 176,847 182,753 - Perdagangan Hotel dan Restoran 2,340,199 613,624 626,997 646,549 662,254 641,483 657,827 - Pengangkutan dan Komunikasi 1,084,954 282,568 288,749 296,701 303,470 298,889 303,909 - Keuangan, Persewaan dan Jasa 516,521 129,914 132,295 133,932 135,798 173,095 177,826 - Jasa 1,217,797 309,280 315,783 319,412 323,494 329,626 336,742
Nilai Ekspor Non Migas (USD ribu) 3) 659,744 180,887 203,462 192,696 193,798 241,506 163,970 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 674,284 238,963 207,393 246,509 297,847 311,024 233,324
Nilai Impor Nonmigas (USD Ribu) 4) 163,942 31,655 55,774 42,298 46,448 34,269 23,829 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 121,448 49,153 39,278 30,708 32,360 80,358 11,719
Catatan1) Telah menggunakan tahun dasar 20072) Angka sementara
2008TAHUN 2007
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
4) Pengklasifikasian komoditi dalam statistik impor menggunakan SITC 2 digit yang berlaku data s.d Bulan Mei 2008
INDIKATOR
3) Pengklasifikasian komoditi menggunakan 21 kelompok barang berdasarkan SITC 2 digit yang berlaku data s.d Bulan Mei 2008
b. Perbankan
Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I-08 Tw.II-081)
PERBANKANA. Bank Umum :a. Bank Umum Konvensional:Total Aset (Rp Juta) 9,428,956 9,413,252 10,083,592 10,576,180 10,858,876 11,399,544 DPK(Rp Juta) 7,597,139 8,065,441 8,601,267 9,177,789 9,336,038 9,936,092
- Tabungan 2,204,240 2,411,518 3,617,731 4,310,157 4,378,165 4,510,075 - Giro 3,007,589 2,294,901 2,626,409 2,840,627 2,559,966 2,826,571 - Deposito 2,385,310 3,359,022 2,357,127 2,027,005 2,397,907 2,599,446
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi proyek 6,517,633 7,179,554 7,638,734 7,532,294 8,145,685 9,212,386 - Modal Kerja 2,723,266 3,003,634 3,018,863 3,136,745 3,044,217 3,503,130 - Konsumsi 2,024,795 2,259,769 2,582,007 2,343,552 3,111,679 3,330,606 - Investasi 1,769,572 1,916,151 2,037,864 2,051,997 1,989,789 2,378,650 - Dana 7,603,483 8,038,672 8,613,144 9,167,530 9,579,712 10,068,299 - LDR 85.72 89.31 88.69 82.16 85.03 91.50
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang 4,374,058 4,733,545 5,099,981 5,485,581 5,849,490 6,423,706 - Modal Kerja 1,949,177 2,079,992 2,111,673 2,253,644 2,276,632 2,614,836 - Konsumsi 1,694,214 1,909,516 2,136,652 2,243,694 2,426,131 1,200,510 - Investasi 730,667 744,037 851,656 988,243 1,146,727 2,608,360 - LDR (%) 57.58 58.69 59.29 59.77 62.65 64.65
Kredit UMKM (Rp Juta)Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) 1,866,908 1,890,283 2,064,789 2,096,674 2,169,860 2,388,076
- Kredit Modal Kerja 317,099 252,369 275,830 311701 324,480 405,469 - Kredit Investasi 143,437 140,517 187,368 201832 213,936 230,892 - Kredit Konsumsi 1,406,372 1,497,397 1,601,591 1583141 1,631,444 1,751,715
Kredit Kecil (Rp 50 < x ≤ Rp500 juta) (Rp Juta) 789,041 1,040,725 1,191,908 1,352,253 2,169,860 1,644,428 - Kredit Modal Kerja 454942 575,767 603,578 632,431 324,480 767,870 - Kredit Investasi 89566 97,161 111,092 122,314 213,936 98,686 - Kredit Konsumsi 244533 367,797 477,238 597,508 1,631,444 777,872
Kredit Menengah (Rp500 juta < x ≤ Rp5 miliar) ((Rp Juta) 763,359 830,028 952,253 1,038,498 1,147,411 1,205,201 - Kredit Modal Kerja 545524 594,976 663,514 701,934 692,347 782,440 - Kredit Investasi 174526 190,730 230,916 273,519 317,169 343,988 - Kredit Konsumsi 43309 44,322 57,823 63,045 137,895 78,773
Total Kredit MKM (Rp Juta) 3,419,308 3,761,036 4,208,950 4,487,425 5,487,131 5,237,705 NPL MKM gross (%) 4.13 4.19 3.75 5.75 2.55 2.70- NPL MKM Gross Nominal 141,059 157,702 157,714 258,164 139,918 141,331 - PPAP 81,139 82,829 89,512 128,826 69,378 79,095 NPL MKM net (%) 1.75 1.99 1.62 2.88 1.29 1.19
b. Bank Umum Syariah:Total Aset (Rp Juta) 150,334 164,219 173,390 194,781 230,467 237,975 DPK(Rp Juta) 105,603 114,179 125,935 143,501 159,250 165,401
- Tabungan 30,304 39,492 55,201 71,552 77,112 51,657 - Giro 44,174 25,566 44,884 44,779 52,201 29,468 - Deposito 31,125 49,121 25,850 27,170 29,937 84,276
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang 107,358 111,250 122,763 144,856 176,132 188,556 - Modal Kerja 65,492 67,286 73,387 81793 99624 91702- Konsumsi 31,441 35,020 40,534 15485 57073 36697- Investasi 10,425 8,944 8,842 47578 19435 60157- LDR 101.66 97.43 97.48 100.94 110.60 114.00
Kredit UMKM (Rp Juta)Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) 20,148 14,321 16,357 25,141 32,358 33,090
- Kredit Modal Kerja 1,265 1,245 1,560 1,715 6,564 2,271 - Kredit Investasi 6,130 564 531 2877 475 6118- Kredit Konsumsi 12,753 12,512 14,266 20549 25319 24701
Kredit Kecil (Rp 50 < x ≤ Rp500 juta) (Rp Juta) 41,731 46,322 56,324 68,359 79,110 89,378 - Kredit Modal Kerja 22,789 24,163 29,740 34042 38647 36093- Kredit Investasi 3,339 3,490 3,922 8698 12898 22756- Kredit Konsumsi 15,603 18,669 22,662 25619 27565 30529
Kredit Menengah (Rp500 juta < x ≤ Rp5 miliar) (Rp Juta) 44,251 45,171 45,021 54,715 55,314 57,044 - Kredit Modal Kerja 35,710 36,442 37,026 44908 45063 44294- Kredit Investasi 5,456 4,890 4,389 6310 6062 7823- Kredit Konsumsi 3,085 3,839 3,606 3497 4189 4927
Total Kredit MKM (Rp Juta) 106,130 105,814 117,702 148,215 166,782 179,512 NPL MKM gross (%) 1.58 0.74 1.36 0.96 1.71 1.43 - NPL MKM Gross Nominal 1,674 787 1,596 1427 2848 2574- PPAP 68 5 495 101 532 793NPL MKM nett (%) 1.51 0.74 0.94 0.89 1.39 0.99
INDIKATORTAHUN 2007
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I-08 Tw.II-081)INDIKATORTAHUN 2007
B. BPR :Total Aset (Rp Juta) 153,657 179,973 202,352 227,974 221,537 214,645 DPK (Rp Juta) 116,328 129,841 147,779 160,831 168,149 46,229 - Tabungan (Rp Juta) 23,435 25,054 26,311 29,229 29,638 6,616 - Deposito (Rp Juta) 92,893 104,787 121,468 131,602 138,511 39,613
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi proyek 111,619 132,330 143,816 144,441 150,637 159,478 - Modal Kerja 26,969 33,630 47,359 41,964 43,180 45,598 - Konsumsi 71,676 85,436 78,793 83,399 85,787 89,975 - Investasi 12,974 13,264 17,664 19,078 21,670 23,905
Kredit UMKM (Rp Juta) 111,619 132,330 143,816 144,441 150,637 159,478 Rasio NPL Gross (%) 2.00 3.23 7.33 1,710 1,710 1,710 - NPL Gross (Nominal) 2,237 5,901 7,277 8,296 10,169 10,722 - PPAP 1,589 1,373 1,543 2,666 2,996 2,985 Rasio NPL Net (%) 0.58 3.42 3.99 3.90 4.76 4.85 LDR (%) 95.95 101.92 97.32 89.81 89.59 344.98
Catatan :1) Data s.d Bulan Mei 2008
Keterangana. Sumber data kredit lokasi proyek SEKDA, Tabel II.16, merupakan data perbankan (Data BU + BPR)b. Dana untuk data LDR berdasarkan lokasi proyek bersumber dari sekda tabel II.2
Halaman ini sengaja dikosongkan
RINGKASAN EKSEKUTIF
I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan II tahun 2008 yang
dicerminkan oleh PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000
menunjukkan pertumbuhan sebesar 2,15% (q-t-q), relatif lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan triwulan I tahun 2008 sebesar 1,68% (q-t-q).
Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi sebesar 6,37% (y-
o-y), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 4,93%
(y-o-y). Secara triwulanan (q-t-q), pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi
masih didukung oleh tumbuhnya 3 (tiga) sektor yang termasuk
penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi, yaitu sektor pertanian,
peternakan, kehutanan dan perikanan; sektor perdagangan, hotel dan
restoran dan sektor industri pengolahan.
Perekonomian Provinsi Jambi triwulan II
tahun 2008 ditandai tumbuhnya laju
pertumbuhan ekonomi sebesar 2,15% (q-t-q).....
Di sisi pengeluaran, pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi pada triwulan
laporan didorong oleh masih positifnya laju pertumbuhan pengeluaran
konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah serta net
ekspor.
II. Perkembangan Harga-Harga
Inflasi Kota Jambi pada triwulan II tahun 2008 sebesar 13,99% (y-o-y),
meningkat signifikan dibandingkan triwulan I tahun 2008 yang masih
sebesar 6,37% (y-o-y). Sementara itu, inflasi tahun kalender triwulan II
tahun 2008 melonjak sekitar 769 bps menjadi sebesar 9,85% (y-t-d).
Selama periode 5 (lima) tahun terakhir, inflasi tahunan (y-t-d) pada bulan
Juni 2008 adalah yang tertinggi. Sedangkan pergerakan inflasi bulanan
yang tercatat di bulan April, Mei dan Juni 2008 masing-masing sebesar
0,57%(m-t-m), 2,53%(m-t-m) dan 4,19%(m-t-m).
Pada triwulan II tahun 2008, Kota jambi mengalami inflasi
sebesar 13,99% (y-o-y) ..........
Inflasi yang terjadi pada triwulan laporan terutama berasal dari
meningkatnya angka inflasi dari kelompok bahan makanan, kelompok
makanan jadi serta kelompok transportasi. Meningkatnya angka inflasi
terutama disebabkan oleh kenaikan harga BBM bersubsidi sehingga
berpengaruh terhadap kenaikan biaya input produksi serta biaya
distribusi.
1
RINGKASAN EKSEKUTIF III. Perkembangan Perbankan Daerah
Kinerja perbankan pada triwulan II tahun 2008 masih menunjukkan
pertumbuhan yang positif dari sisi aset, dana pihak ketiga (DPK) serta
kredit yang diberikan. Fungsi intermediasi perbankan yang tercermin dari
Loan to deposits ratio (LDR) juga meningkat sebesar 267 bps
dibandingkan triwulan sebelumnya sehingga menjadi 65,46%.
Kinerja perbankan masih tumbuh positif....
Sejalan dengan peningkatan LDR, kualitas kredit yang diberikan membaik
yang tercermin dari menurunnya ratio Non-Performing Loan (NPL) gross.
Namun demikian, profitabilitas perbankan mengalami penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya.
Outstanding kredit bank umum tumbuh sebesar 9,74%, yakni dari
Rp6.025,62 miliar menjadi Rp6.612,26 miliar pada triwulan II tahun 2008.
Sedangkan penghimpunan dana pihak ketiga meningkat sebesar sebesar
5,25% atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (2,96%),
yaitu dari Rp9.597,49 miliar menjadi Rp10.101,49 miliar pada triwulan
laporan. Namun demikian, jumlah penghimpunan dana BPR di Provinsi
Jambi sebesar Rp162,56 miliar atau turun sebesar 3,32% dibanding
triwulan sebelumnya. Di sisi lain, jumlah kredit yang disalurkan oleh BPR
menunjukkan peningkatan, yaitu sebesar 5,87% sehingga menjadi
Rp159,48 miliar sehingga Loan to Deposit Ratio (LDR) BPR meningkat
menjadi 98,10%.
IV. Perkembangan Keuangan Daerah
Realisasi penerimaan pajak pusat di wilayah Jambi meningkat sebesar
61,78% atau mencapai Rp757,45 miliar. Sedangkan realisasi belanja
pada triwulan laporan sebesar Rp578,83 miliar atau meningkat 73,97%.
Dengan kondisi tersebut, selisih antara pendapatan yang diterima dengan
kegiatan belanja sebesar Rp178,62 miliar atau meningkat 31,93%
dibandingkan triwulan sebelumnya.
Realisasi penerimaan Pajak serta realisasi belanja pemerintah pusat di Jambi meningkat.........
Transfer dana bagi hasil pada triwulan laporan sebesar Rp272,67 miliar,
meningkat signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya
mencapai Rp7,21 miliar. Sedangkan perkembangan simpanan pemerintah
daerah di bank umum Provinsi Jambi menunjukkan tren yang meningkat
selama tahun 2008
2
RINGKASAN EKSEKUTIF
V. Perkembangan Sistem Pembayaran
Pada periode triwulan laporan, aktivitas transaksi baik tunai (kecuali aliran
uang masuk/inflows) maupun non-tunai terjadi peningkatan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut antara
lain disebabkan oleh kebutuhan masyarakat terhadap alat pembayaran
tunai serta peningkatan nominal transaksi melalui kliring ataupun RTGS
sehubungan dengan datangnya musim liburan.
Di bidang sistem pembayaran, aktivitas pembayaran tunai (kecuali inflows) dan non tunai mengalami peningkatan....
Sebagai dampak dari kondisi musiman (libur sekolah), aliran kas keluar
bersih (net cash outflow) meningkat signifikan sebesar 140,63% yang
ditandai dengan peningkatan aliran kas keluar bersih (net cash outflow)
yaitu dari Rp462,30 miliar menjadi Rp1.112,46 miliar. Lalu lintas
pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan laporan sebesar
Rp1.931,68 miliar atau meningkat sebesar 15,61%. Transaksi melalui
Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) di Kantor Bank
Indonesia Jambi secara total (keluar dan masuk/dari dan ke) meningkat
sebesar 7,30% sehingga menjadi sebesar Rp23,23 triliun.
VI. Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Pada periode triwulan laporan, jumlah pencari kerja berdasarkan jenjang
pendidikan meningkat 335,94% jika dibandingkan dengan triwulan I
tahun 2008. Secara tahunan (year on year/y-o-y), jumlah penduduk usia
kerja pada Februari 2008 meningkat sebesar 4,04% (75 ribu orang),
sedangkan jumlah penduduk yang bekerja meningkat sebesar 11 ribu
orang (0,94%). Hal ini berdampak pada turunnya presentasi tingkat
pengangguran terbuka dari sebesar 6,74% menjadi 5,91% pada Februari
2008. Sementara itu, rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap
kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) pada
triwulan II tahun 2008 menurun sebesar 154 bps jika dibandingkan
triwulan I tahun 2008.
Jumlah pencari kerja pada triwulan laporan meningkat. Persentase
jumlah penduduk miskin mengalami
penurunan......
Di sisi lain, berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) bulan
Maret tahun 2008, penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah
garis kemiskinan) di Provinsi Jambi masih dibawah rata-rata penduduk
miskin secara nasional. Persentase jumlah penduduk miskin pada bulan
Maret 2008 dibandingkan bulan Maret 2007 juga mengalami penurunan.
VII. Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah Laju pertumbuhan PDRB
triwulan II tahun 2008 diperkirakan masih tumbuh positif.....
Laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi pada triwulan III tahun 2008
diperkirakan masih tumbuh positif. Pengeluaran konsumsi pemerintah
serta pengeluaran konsumsi rumah tangga diperkirakan menjadi
kontributor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi pada
3
RINGKASAN EKSEKUTIF triwulan mendatang, diikuti dengan ekspor dan investasi. Dari sisi
penawaran, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi masih
disumbangkan oleh sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan
restoran, sektor pertambangan dan penggalian serta sektor industri
pengolahan.
Proyeksi Bank Indonesia Jambi, pertumbuhan ekonomi tahunan (y-o-y)
Provinsi Jambi pada triwulan III tahun 2008 diperkirakan pada kisaran
5,70%-5,99% (skenario pesimis) atau sebesar 6,00%-6,30% (skenario
optimis). Beberapa prasyarat agar pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi
bisa tumbuh lebih baik, antara lain melalui: 1) Percepatan realisasi APBD
terutama proyek-proyek fisik yang berorientasi memacu perekonomian, 2)
Realisasi Pelayanan Satu Atap, dan 3) Strategi percepatan pengembangan
pangan, 4) Pertumbuhan kredit perbankan pada kisaran 20-23% (y-o-y).
Perkembangan harga-harga pada triwulan mendatang diperkirakan masih
terjadi inflasi dengan besaran yang relatif lebih tinggi dibanding triwulan
laporan. Namun demikian, keberlanjutan naiknya harga minyak mentah
dunia dan pergerakan harga-harga komoditas bahan-bahan pangan
(kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO) di pasar internasional
serta datangnya bulan Ramadhan 1429 H berpotensi memicu angka
inflasi Kota Jambi triwulan III tahun 2008 lebih tinggi dari triwulan
laporan. Berdasarkan data-data serta informasi diatas, inflasi Kota Jambi
pada September 2008 diperkirakan berkisar 13,50%-14,50%/y-o-y
(skenario optimis) atau sebesar 14,51%-15,50%/y-o-y (skenario pesimis).
Pada triwulan II tahun 2008 diperkirakan akan
terjadi inflasi tahuan (y-o-y) yang lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya.....
Beberapa faktor-faktor lain yang masih berpotensi akan memberikan
tekanan inflasi serta berpotensi menyebabkan perkiraan inflasi keluar dari
sasaran antara lain 1) Tren peningkatan harga minyak mentah dunia yang
terus membumbung tinggi akan berdampak pada naiknya harga-harga
komoditas lainnya, 2) Masih terkendalanya kondisi infrastruktur (jalan,
jembatan) akan meningkatkan biaya distribusi barang, 3) Kondisi
kelistrikan yang menurun (defisit daya) akan berdampak pada
terganggunya aktivitas dunia usaha sehingga menimbulkan dampak yang
negatif bagi perekonomian terutama terhadap pembentukan harga.
4
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
A. Umum
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan II tahun 2008 yang
dicerminkan oleh PDRB atas dasar harga konstan tahun 20001 menunjukkan
pertumbuhan sebesar 2,15% (q-t-q), relatif lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan triwulan I tahun 2008 sebesar 1,68% (q-t-q).
Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q)
1.64
1.45
0.96
1.90
2.15
1.68
0.96
1.43
0.77
3.16
0.92
1.36
2.46
1.05
1.37
0.51
1.91
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
Trw II-
04
Trw III-
04
Trw IV
-04
Trw I-0
5
Trw. II
-05
Trw.III-
05
Trw.IV
-05
Trw.I-0
6
Trw.II-
06
Trw.III-
06
Trw.IV
-06
Trw.I-0
7
Trw.II-
07
Trw.III-
07
Trw.IV
-07
Trw.I-0
8
Trw.II-
08
Rp miliar
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50Persen
Nominal (aksis kiri) Pertumbuhan (aksis kanan)
Pada periode triwulan laporan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi
sebesar 6,37% (y-o-y), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya
sebesar 4,93% (y-o-y). Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi diperkirakan masih
lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang pada
triwulan II tahun 2008 diperkirakan mencapai 6,28% (y-o-y).2
1 Angka PDRB Provinsi Jambi triwulan II tahun 2008 adalah angka sementara proyeksi Bank Indonesia Jambi. 2 Dari hasil Survei Persepsi Pasar yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada triwulan I tahun 2008, responden memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahunan pada triwulan II-2008 relatif sama dengan triwulan II-2007 (6,28%/y-o-y) atau berkisar 6,1%-6,5% (y-o-y).
5
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.2. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y)
%
4.97
6.28*
6.28
6.25
6.51
6.416.09
6.085.90
5.13
4.90
5.635.63
6.25 6.37
4.93
6.465.87
5.77
5.73 5.74
5.06 5.65
8.15
6.696.13
5.89
6.41
2.00
4.00
6.00
8.00
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II
2005 2006 2007* 2008**
Sumber: BPS (diolah)*): Perkiraan berdasarkan Survei Persepsi Pasar triwulan I-2008 oleh Bank Indonesia
IndonesiaJambi
Secara triwulanan (q-t-q), pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi masih
didukung oleh tumbuhnya 3 (tiga) sektor yang termasuk penyumbang terbesar
PDRB Provinsi Jambi, yaitu sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan
perikanan; sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor industri
pengolahan. Di sisi pengeluaran, pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi pada triwulan
Tabel 1.1. Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi Sisi Produksi dan Sisi Penggunaan
I II III IV I II
1.42 1.40 1.01 (0.37) 1.11 2.02 Pertambangan dan Penggalian 17.78 (7.78) 0.25 (1.84) 1.35 (2.67) Industri Pengolahan 2.06 1.41 0.15 2.65 3.07 5.36 Listrik, Air dan Gas (1.24) 7.07 3.71 0.02 5.95 1.94
(0.23) 8.59 4.99 2.60 1.58 3.34 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.42 (0.28) 2.54 1.32 1.89 2.55 Pengangkutan dan Komunikasi 1.45 1.96 1.19 0.99 1.27 1.68 Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan (8.28) 9.52 3.54 9.20 2.50 2.73
0.80 2.24 1.43 1.07 1.11 2.16 2.68 0.77 1.43 0.96 1.68 2.15
I II III IV I II
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 1.30 0.82 1.42 2.65 1.63 0.58 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (8.06) 9.02 1.96 5.83 1.14 3.46 Lembaga Swasta Nirlaba 0.45 1.23 0.74 3.29 0.16 2.76 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 1.67 0.64 1.48 5.39 0.34 0.64 Perubahan Stok 0.89 0.85 0.83 8.59 0.78 6.24
0.65 14.22 9.17 20.01 -16.97 13.92(4.80) 15.09 8.17 22.19 -14.64 10.292.68 0.77 1.43 0.96 1.68 2.15
2008**
2008**
2007*
2007*JENIS PENGELUARAN
LAPANGAN USAHA
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Pertanian
Bangunan
Jasa-Jasa
Ekspor Impor
6
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
laporan didorong oleh masih positifnya laju pertumbuhan pengeluaran konsumsi
rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah serta net ekspor.
B. PDRB Sisi Produksi
Perkembangan PDRB Provinsi Jambi menunjukkan bahwa sektor-sektor
yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi
Jambi pada triwulan laporan berasal dari sektor industri pengolahan, sektor
pertanian serta sektor perdagangan, hotel dan restoran (lihat grafik 1.3).
Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi
Jambi sebesar 0,75% (q-t-q) pada periode triwulan laporan, diikuti oleh sektor
pertanian (0,62%/q-t-q) serta sektor perdagangan, hotel dan restoran (0,44%/q-
t-q).
Grafik 1.3. Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q)
0.62
(0.29)
0.75
0.02
0.16
0.44
0.14
0.13
0.19
0.34
0.15
0.42
0.05
0.08
0.33
0.10
0.12
0.10
(0.40) (0.20) - 0.20 0.40 0.60 0.80
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Air dan Gas
bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persew aan dan Jasa Keuangan
Jasa-Jasa
TW I-08TW II-08
Dari sisi distribusinya (share), pada periode triwulan laporan
menunjukkan bahwa sektor primer menyumbang sebesar 42,84% dari jumlah
PDRB Provinsi Jambi, diikuti sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 38,01% dan sektor
sekunder sebesar 19,15%. Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku
tercatat sebesar Rp9,17 triliun yang secara sektoral masih didominasi oleh sektor
pertanian sebesar 25,52%, sektor pertambangan dan penggalian sebesar
17,32%, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 15,16%. Dengan
demikian, struktur ekonomi regional dalam jangka pendek tidak mengalami
perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.4).
7
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.4. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan II Tahun 2008
Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan &
Perikanan25.52%
Pertambangan danPenggalian
17.32%Industri Pengolahan
13.40%Listrik dan Air bersih0.91%
Bangunan4.84%
Perdagangan, Hotel dan restauran
15.16%
Pengangkutan dan Komunikasi
7.11%
Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan4.75%
Jasa-jasa10.99%
1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
Secara triwulanan, sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan
dan perikanan tumbuh sebesar 2,02% (q-t-q), lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 1,11% (q-t-q). Peningkatan laju
pertumbuhan sektor ini didorong oleh meningkatnya laju pertumbuhan sebagian
besar sub sektor pertanian kecuali sub sektor kehutanan.
Grafik 1.5. Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi Harga (Rp)
8,730.7
8,148.4
5,005.5
4,391.5
1,913.3
1,761.4
-
1,000.00
2,000.00
3,000.00
4,000.00
5,000.00
6,000.00
7,000.00
8,000.00
9,000.00
10,000.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2006 2007 2008
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi
CPO INTI TBS 10 thn
Masih berlangsungnya musim panen padi di beberapa daerah Provinsi
Jambi memberikan dorongan terhadap pertumbuhan sub sektor tabama. Hal ini
8
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
juga didukung oleh masih membaiknya hasil panenan tanaman bahan makanan
(tabama) lainnya pada periode triwulan laporan. Bahkan untuk beberapa tabama
(kedelai, kacang tanah dan ubi jalar) luas panennya lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya (lihat grafik 1.8-1.9).
Grafik 1.6 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan I tahun 2008 Grafik 1.7 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan II tahun 2008
Luas Tanam (dalam Ha)
738
25965
757116
622 8181801
2131
Padi Sawah Padi Ladang Jagung KedelaiKacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar
Grafik 1.6
Luas Tanam (dalam Ha)
5141
40152109615264
1065
39522
1414
Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai
Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Grafik 1.7
Grafik 1.8 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan I tahun 2008 Grafik 1.9 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan II tahun 2008
Luas Panen (dalam Ha)
676
34674
768
104413
400 1716
16469
Padi Sawah Padi Ladang Jagung KedelaiKacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar
Grafik 1.8
Luas Panen (dalam Ha)
35251606
444561104
708
31663
927
Padi Sawah Padi Ladang Jagung KedelaiKacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar
Grafik 1.9 Sumber: BPS Provinsi Jambi,2008.
Nilai Tukar Petani (NTP) juga mengalami tren peningkatan selama tahun
2008.3 Pada periode triwulan II (s.d. bulan April 2008) NTP mengalami
peningkatan sebesar 2,65% dari sebesar 123,93 pada Maret 2008 menjadi
127,21. Hal ini dikarenakan indeks bayar yang diterima petani tumbuh lebih
rendah (0,67%) dibandingkan indeks yang diterima sebesar 3,33% (lihat grafik
1.12 dan 1.13). Sementara itu, luas tanam seluruh sub sektor tabama (kecuali
kacang tanah) meningkat pada triwulan laporan (lihat grafik 1.6-1.7).
3 Data NTP s.d. bulan April 2008. NTP adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Sehingga NTP merupakan cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani.
9
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Sementara itu, sub sektor perkebunan yang mempunyai share sebesar
11,89% dari PDRB mengalami pertumbuhan sebesar 1,66% (q-t-q), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,22% (q-t-q). Masih relatif baiknya
harga CPO di pasar internasional turut memicu naiknya harga TBS jika
dibandingkan triwulan sebelumnya. Harga rata-rata CPO di Jambi bergerak dari
Rp8.148,4/kg menjadi Rp8.730,7/kg. Harga TBS usia 10 tahun juga bergerak dari
Rp1.761,4/kg menjadi Rp1.913,3/kg. Membaiknya harga-harga komoditas
perkebunan tersebut memberikan dorongan terhadap tumbuhnya PDRB sub
sektor perkebunan.
Grafik 1.10 Indikator Produksi Sub Sektor Tanaman Perkebunan tahun 2008 Grafik 1.11 Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura, Sub Sektor Peternakan
dan Sub Sektor Perikanan tahun 2008 indeks bulanan
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
200.00
1 2 3 4 5 6
2008
Produksi Karet Produksi Kelapa SawitProduksi Kelapa Produksi Pinang
Grafik 1.10
indeks bulanan
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
1 2 3 4 5 6
2008
Produksi Hortikultura Produksi DagingProduksi Telur Produksi Perikanan
Grafik 1.11 Grafik 1.12 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi Grafik 1.13 Indeks terima dan Indeks Bayar Petani
NTP
100
105
110
115
120
125
130
135
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12sumber: BPS Provinsi Jambi,2008
2005 20062007 2008
Grafik 1.12
Indeks
-
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
2006 2007 2008
Sumber: BPS Provinsi Jambi
(8.00)
(6.00)
(4.00)
(2.00)
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
%
indeks terima indeks bayar% g.indeks diterima % g.indeks bayar
Grafik 1.13 Sumber: BPS Provinsi Jambi,2008.
10
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Disamping itu, prompt indikator sub sektor perkebunan selama periode
triwulan laporan juga masih menunjukkan perkembangan yang membaik. Hal ini
terlihat dari indikator produksi untuk karet, kelapa, dan pinang yang
menunjukkan tren peningkatan indeks selama triwulan laporan (lihat grafik 1.10)
Realisasi penyaluran pupuk dalam menunjang proses produksi sub sektor
tanaman bahan makanan dan sub sektor tanaman perkebunan pada triwulan
laporan menunjukkan penurunan dibanding triwulan sebelumnya.4 Berdasarkan
informasi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi, penyaluran pupuk
bersubsidi sebesar 14.562 ton atau menurun sebesar 8,43% dibandingkan
triwulan sebelumnya. Penggunaan pupuk bersubsidi sebagian besar didominasi
oleh pupuk Urea (69,40%), diikuti oleh pupuk SP-36 (10,45%), NPK Phonska
(15,45%) dan ZA (4,70%).
Grafik 1.14. Distribusi Jenis Pupuk Grafik 1.15. Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk
(Ton)
0 5000 10000 15000 20000 25000
TW II
TW III
TW IV
TW I
TW II
TW III
TW IV
TW I
TW II
TW III
TW IV
TW I
TW II
2006
2007
2008
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi
SP-36 ZA NPK PHONSKA Urea
Ton
0
5000
10000
15000
20000
25000
TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II
2006 2007 2008
Persen (%)
(40.00)
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi
Realisasi Pupuk (Ton) Pertumbuhan Realisasi Pupuk
Grafik 1.14. Grafik 1.15.
Sub sektor perikanan tumbuh meningkat sebesar 3,06% (q-t-q).
Sedangkan sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya juga tumbuh lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya dengan pertumbuhan sebesar 2,91% (q-t-q).
Hal ini juga dikonfirmasi dengan tren meningkatnya indikator produksi bulanan
sub sektor peternakan (produksi daging serta produksi telur) serta indikator
produksi sub sektor perikanan selama periode triwulan laporan (lihat grafik 1.11).
Perkembangan sub sektor kehutanan masih belum menunjukkan perkembangan
yang menggembirakan. Selama 5 (lima) triwulan terakhir sub sektor kehutanan
4 Jenis pupuk bersubsidi yang disalurkan terdiri dari SP-36, ZA, NPK Phonska dan Urea
11
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
menunjukkan perlambatan pertumbuhan. Pada triwulan laporan, sub sektor
kehutanan hanya tumbuh sebesar 0,12% (q-t-q).
2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar 2,55% (q-t-q);
lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 1,89% (q-t-
q). Meningkatnya angka pertumbuhan tersebut disebabkan oleh naiknya
pertumbuhan sub sektor perdagangan besar dan eceran serta sub sektor
restoran.
Sub sektor perdagangan besar dan eceran tumbuh sebesar 2,69% (q-t-
q) pada triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
hanya mencapai 1,99% (q-t-q). Sub restoran juga mengalami peningkatan
pertumbuhan sebesar 1,68% (q-t-q) pada triwulan laporan. Namun demikian,
sub sektor hotel mengalami penurunan pertumbuhan pada triwulan laporan
sebesar 2,82% (q-t-q).
Datangnya musim liburan memacu aktivitas perekonomian pada periode
triwulan laporan, terutama untuk volume perdagangan sub sektor perdagangan
besar dan eceran. Begitu juga dengan perkembangan sub sektor restoran yang
mengalami pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.
Sedangkan sub sektor perhotelan mengalami penurunan pertumbuhan sebesar
2,82% (q-t-q).
Grafik 1.16. Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR Grafik 1.17. Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis
indeks
80
85
90
95
100
105
110
115
120
1 2 3 4 5 6
2008
Harga Perdagangan Besar Harga Perdagangan Barang Konstruksi Tingkat Hunian Hotel
Grafik 1.16
KWH (dalam Ribuan)
5.65
(25.48)
5.61 4.43
41.97
4.88
(10.43)
22.41
1.78
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
II III IV I II III IV I II
2007 2008
Sumber: PLN Jambi, 2007 (diolah)
-30.0
-20.0
-10.0
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0Persen (%)
Bisnis Pertumbuhan Bisnis
Grafik 1.17
Dari prompt indicator sub sektor perdagangan terlihat bahwa jumlah
konsumsi listrik untuk golongan bisnis mengalami peningkatan. Begitu juga
12
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
dengan indikator bulanan untuk harga perdagangan besar serta harga
perdagangan konstruksi yang dalam 2 (dua) bulan terakhir periode triwulan II
tahun 2008 menunjukkan tren kenaikan indeks. Hal ini mendukung tumbuhnya
sektor perdagangan. Namun demikian, menurunnya sub sektor hotel dikarenakan
indeks tingkat hunian hotel baru terakselerasi di bulan Juni sehingga
pertumbuhan sub sektor dimaksud masih terbatas.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran berdasarkan pangsanya
didominasi oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran yang mencapai
13,97% terhadap PDRB, diikuti oleh sub sektor restoran dan sub sektor hotel
masing-masing sebesar 1,04% dan 0,15%.
3. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh menurun dibandingkan
triwulan sebelumnya dari sebesar 1,35% (q-t-q) menjadi sebesar minus 2,67% (q-
t-q). Penurunan sektor ini dikontribusi oleh penurunan sub sektor minyak dan gas
bumi yang pada triwulan laporan menurun sebesar 3,61% (q-t-q). Sedangkan
sub sektor pertambangan tanpa migas dan sub sektor penggalian pada triwulan
laporan masih menunjukkan pertumbuhan yang membaik dibandingkan triwulan
sebelumnya. Sub sektor penggalian pada triwulan laporan tumbuh sebesar
2,19% (q-t-q) terkait dengan kebutuhan proyek infrastruktur yang mulai
terlaksana pada triwulan laporan seiring dengan mulai direalisasikannya dana
APBD Provinsi Jambi.
Meningkatnya pertumbuhan sub sektor pertambangan tanpa migas
(2,24%/q-t-q) antara lain berasal dari mulai menggeliatnya aktivitas
penambangan batu bara dikarenakan semakin meningkatnya demand terhadap
komoditas dimaksud untuk keperluan sumber energi dunia industri. Disamping
itu, semakin meningkatnya harga batu bara di pasar internasional turut mengerek
harga batu bara dalam negeri sehingga menjadi insentif bagi perusahaan yang
bergerak di bidang penambangan batu bara untuk meningkatkan volume
produksinya.
13
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Berdasarkan angka perkiraan5, lifting minyak bumi diperkirakan menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya. Sedangkan lifting gas alam diperkirakan
meningkat. Sementara itu, pertumbuhan sub sektor penggalian berasal dari
meningkatnya produksi pasir dan bahan galian lainnya sehubungan dengan
meningkatnya permintaan komoditas tersebut sebagai bahan baku proyek-proyek
perumahan serta ruko/rukan pada triwulan laporan yang meningkat.
Grafik 1.18. PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi Grafik 1.19 Pertumbuhan Lifting Gas Alam
juta rupiah
280,000
290,000
300,000
310,000
320,000
330,000
340,000
350,000
360,000
370,000
380,000
390,000
I II III IV I II III IV I II III IV I* II**
2005 2006 2007 2008
Keterangan: *) angka perkiraan Bank Indonesia Jambi untuk bulan M aret 2008 **) angka perkiraan Bank Indonesia JambiSumber: Dinas Energi dan Sumber Daya M ineral (ESDM ) Provinsi Jambi dan BPS Provinsi Jambi (dio lah)
ribu barrel
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
PDRB sub sektor minyak dan gas bumi Lifting Minyak Bumi
2 per. Mov. Avg. (Lifting Minyak Bumi)
BBTU
18.32
9.10
24.45
19.88
6.18 5.462.40
25.42
2.51
(30.09)
(3.57)(3.76)
(0.05)
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
II III IV I II III IV I II III IV I* II**
2005 2006 2007 2008
Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi. *: Angka proyeksi Bank Indonesia Jambi untuk bulan Maret 2008 **: Angka proyeksi Bank Indonesia Jambi
(40.00)
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
Persen (%)
Lifting Gas Alam (BBTU), aksis kiriPertumbuhan, aksis kanan
Grafik 1.18 Grafik 1.19
4. Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 5,36% (q-t-q); lebih tinggi
bila dibandingkan angka triwulan sebelumnya 3,07% (q-t-q). Membaiknya
pertumbuhan pada sektor ini terutama didorong oleh pertumbuhan sub sektor
industri tanpa migas yang tumbuh sebesar 5,48% (q-t-q) serta sub sektor migas
yang tumbuh sebesar 3,67% (q-t-q), meningkat dibandingkan triwulan I tahun
2008 yang tumbuh sebesar 1,86% (q-t-q).
Pertumbuhan sub sektor migas terutama masih terkait dengan
peningkatan pengilangan minyak bumi yang produknya meliputi LPG. Masih
tumbuhnya produksi sektor industri pengolahan juga tercermin dari peningkatan
volume konsumsi listrik serta pelanggan listrik pada periode triwulan laporan.
5 Agka perkiraan Bank Indonesia Jambi. Lifting minyak bumi pada triwulan laporan diperkirakan sebesar 1.450-1.500 ribu barel. Sedangkan lifting gas alam diperkirakan sebesar 10.490-10.540 BBTU.
14
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.20. PDRB Industri Pengolahan dan Volume Penjualan Solar Grafik 1.21. Perkembangan Total Pemakaian Listrik sektor industri
Grafik 1.22. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik sektor industri
-
10,000,000
20,000,000
30,000,000
40,000,000
50,000,000
60,000,000
70,000,000
80,000,000
90,000,000
100,000,000
TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II
2005 2006 2007 2008
Sumber: Pertamina Wira Penjualan Jambi dan BPS Provinsi Jambi (diolah)
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
Volume penjualan Solar (Liter), aksis kiri PDRB industri pengolahan (juta Rp), aksis kanan
Grafik 1.20
KWH (dalam Ribuan)
16.68
(14.83)
(1.48)
3.86 4.69
0.11
(10.46)
(2.21)
6.88
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
II III IV I II III IV I II
2007 2008
Sumber: PLN Jambi, 2007 (diolah)
-20.0
-15.0
-10.0
-5.0
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
Persen (%)
Industri Pertumbuhan Industri
Pelanggan
(2.25)
0.58
(2.31)
(1.18)
-
(1.15)
(4.94)
(1.30)
(2.99)
140
145
150
155
160
165
170
175
180
II III IV I II III IV I II
2007 2008
Sumber: PLN Jambi, 2007 (diolah)
-6.0
-4.0
-2.0
0.0
2.0
4.0
6.0
Persen (%)
Industri Pertumbuhan Pelanggan Industri
Grafik 1.21 Grafik 1.22
Di sisi lain, perkembangan industri tanpa migas (5,48%/q-t-q) yang
meningkat cukup signifikan pada triwulan laporan menunjukkan industri tanpa
migas mampu memberikan kontribusi yang lebih tinggi terhadap pertumbuhan
ekonomi Jambi. Dari prompt indikator sub sektor industri tanpa migas, indeks
industri karet, kerajinan dari batik, barang dari kayu, barang dari semen, batu
bata, makanan dan minuman pada periode triwulan laporan masih menunjukkan
perkembangan yang membaik (lihat grafik 1.23 dan 1.24)
15
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.23. Indeks Produksi Industri CPO, Karet, Kopra dan Kerajinan Batik Grafik 1.24 Indeks Produksi Industri Barang dari Kayu, Barang dari Semen, Batu Bata,
Makanan dan Minuman
indeks bulanan
-
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
1 2 3 4 5 6
2008
Industri CPO Industri KaretIndustri Kopra Industri Kerajinan Batik
indeks bulanan
-
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
1 2 3 4 5 6
2008
Industri Barang dari Kayu Industri Barang dari SemenIndustri Batu Bata Industri MakananIndustri Minuman
Grafik 1.23 Grafik 1.24
5. Sektor-sektor Lain
Sektor listrik, gas, dan air bersih tumbuh sebesar 1,94% (q-t-q) pada
triwulan laporan atau lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan triwulan
sebelumnya sebesar 5,95% (q-t-q). Menurunnya pertumbuhan sektor ini akibat
turunnya angka pertumbuhan sub sektor listrik dari sebesar 5,64% (q-t-q)
menjadi sebesar 2,00% (q-t-q) serta melambatnya angka pertumbuhan sub
sektor air bersih dari sebesar 7,53% (q-t-q) menjadi sebesar 1,62% (q-t-q).
Seiring dengan gangguan pasokan listrik untuk interkoneksi Sumatera
menyebabkan kapasitas daya listrik di Provinsi Jambi menurun sehingga PLN
mengambil kebijakan pemadaman secara bergilir (bagi industri dan rumah
tangga) agar defisit daya yang semakin membesar dapat teratasi. Dampak dari
hal tersebut tentunya konsumsi listrik berkurang sehingga melambatkan laju
pertumbuhan sektor listrik. Sedangkan melambatnya pertumbuhan sektor air
bersih dikarenakan volume penjualan air dari PDAM kepada konsumennya akan
berkurang karena adanya pemadaman listrik. Pemadaman bergilir yang dilakukan
oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) sangat berpengaruh terhadap pelayanan
masyarakat di berbagai instansi termasuk PDAM karena sebagian besar instalasi
produksi air PDAM tergantung dari tenaga listrik dari PLN (Sebagian besar energi
andalan penggerak generator pompa PDAM adalah tenaga listrik). Akibat
pemadaman listrik tersebut, beberapa pompa air PDAM juga sering mengalami
penurunan voltase sehingga debit produksi air untuk beberapa tandon menurun
16
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
yang berdampak supply terhadap ratusan pelanggan terganggu. Hal ini pada
akhirnya akan berdampak pada volume penjualan air yang menurun selama
periode triwulan laporan.
Grafik 1.25. Perkembangan Total Pemakaian Listrik Grafik 1.26. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik
KWH (dalam Ribuan)
8.73
1.21
(2.25)
4.68
7.056.77
(2.64)
6.775.43
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
200,000
II III IV I II III IV I II
2007 2008
Sumber: PLN Jambi, 2007 (diolah)
-5.0
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
Persen (%)
Total Pemakaian Pertumbuhan Total
Pelanggan
1.01
0.37
2.14
0.75
2.822.93
3.413.60
0.76
240,000
250,000
260,000
270,000
280,000
290,000
300,000
310,000
320,000
330,000
II III IV I II III IV I II
2007 2008
Sumber: PLN Jambi, 2007 (diolah)
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0Persen (%)
Total Pelanggan Perumbuhan Pelanggan
Grafik 1.25 Grafik 1.26
Sektor bangunan menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor bangunan tumbuh sebesar 3,34%
(q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,58% (q-t-q). Meningkatnya
sektor bangunan juga sejalan dengan mulai meningkatnya beberapa proyek
infrastruktur pemerintah daerah pada triwulan laporan.
Grafik 1.27. Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
200,000
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II
2005 2006 2007 2008
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia dan BPS Provinsi Jambi (diolah)
PDRB sektor Bangunan (juta Rp), aksis kiri Konsumsi Semen (ton), aksis kiri
Pert. Konsumsi Semen (%), aksis kanan
Disamping itu, semakin menggeliatnya pembangunan properti residensial
(perumahan) oleh developer (perusahaan pengembang) dan masyarakat umum
maupun properti komersial (ruko, hotel) merupakan pemicu tumbuhnya sektor
17
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
bangunan pada triwulan laporan. Hal ini juga dikonfirmasi dengan meningkatnya
konsumsi semen selama periode triwulan laporan menjadi sebesar 105.091 ton
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 91.341 ton.
Permintaan kredit KPR dan kredit Ruko/Rukan6 juga masih menunjukkan
pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kredit KPR tumbuh sebesar
9,12% (Rp55,56 miliar) sedangkan kredit Ruko/Rukan tumbuh sebesar 20,48%
(Rp9,19 miliar). Masih tumbuhnya kredit KPR dan kredit Ruko/Rukan
menunjukkan masih tingginya minat masyarakat dan pengusaha terhadap
permintaan perumahan dan Ruko/Rukan apalagi terkait dengan mulai naiknya
harga bahan-bahan material yang berdampak pada meningkatnya harga
perumahan sederhana.
Grafik 1.28. Perkembangan Kredit KPR Grafik 1.29. Perkembangan Kredit Ruko/Rukan
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2004 2005 2006 2007 2008
juta Rp
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
Persen
KPR Pertumbuhan
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2004 2005 2006 2007 2008
juta Rp
(40.00)
(20.00)
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
Persen
Ruko/Rukan Pertumbuhan
Grafik 1.28. Grafik 1.29.
Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan sebesar
1,68% (q-t-q) pada triwulan laporan atau lebih tinggi bila dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 1,27% (q-t-q). Meningkatnya angka pertumbuhan sektor ini
berasal dari sub sektor pengangkutan, yaitu angkutan laut, angkutan sungai,
danau dan penyeberangan, dan jasa penunjang angkutan. Meningkatnya
pertumbuhan angkutan laut antara lain disebabkan oleh meningkatnya aktivitas
barang di pelabuhan pada triwulan laporan. Sedangkan meningkatnya
pertumbuhan jasa angkutan laut antara lain disebabkan oleh meningkatnya
6 Yang dimaksud kredit KPR adalah kredit untuk membeli atau memperbaiki/memugar rumah atau apartemen. Sedangkan kredit Ruko/Rukan adalah kredit yang diberikan dalam rangka pemilikan rumah dan toko (Ruko) atau rumah dan kantor (Rukan)
18
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
demand masyarakat dalam menggunakan jasa agen ekspedisi serta jasa-jasa
lainnya terkait dengan datangnya musim liburan.
Grafik 1.30. Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Kapal Grafik 1.31. Perkembangan Arus Barang
unit
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
II III IV I II III IV I II
2007 2008
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
Sumber: Pelindo Jambi
persen(%)
Unit Pertumbuhan
unit
0
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
1400000
1600000
II III IV I II III IV I II
2007 2008
-20.00
-15.00
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
Sumber: Pelindo Jambi
persen(%)
Jumlah Total Arus Barang Pertumbuhan
Grafik 1.30. Grafik 1.31.
Jumlah unit kapal bersandar menurun sebesar 18,05% yang mencapai
1.221 unit, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1.490 unit.7
Namun demikian, jumlah arus barang berdasarkan perdagangan di Pelabuhan
Tungkal dan Pelabuhan Talang Dukuh mengalami peningkatan sebesar 27,32%
dibandingkan triwulan sebelumnya.8
Sub sektor angkutan udara mengalami penurunan pertumbuhan
dibandingkan triwulan sebelumnya dari sebesar 6,28%(q-t-q) menjadi sebesar
minus 2,13%(q-t-q). Perkembangan harga tiket pesawat yang semakin mahal
menyebabkan masyarakat beralih menggunakan angkutan darat (mobil pribadi)
untuk perjalanan ke luar kota dalam rangka liburan sekolah. Dampak kenaikan
harga BBM pada akhir bulan Mei 2008 berakibat pada tingginya biaya yang harus
ditanggung masyarakat serta penyedia jasa angkutan sehingga minat masyarakat
menggunakan jasa angkutan darat (bus, travel, carteran mobil dsb) belum
terakselerasi dengan cepat pada musim liburan sekolah tahun 2008. Di sisi lain,
tidak beroperasinya Adam Air menyebabkan kapasitas angkut dari sisi armada
maupun frekuensi penerbangan menurun dibandingkan kondisi triwulan-triwulan
sebelumnya.
7 Kunjungan kapal yang dimaksud adalah pelayaran luar negeri, pelayaran dalam negeri dan pelayaran rakyat. 8 Arus barang berdasarkan perdagangan yaitu impor, ekspor, bongkar dan muat.
19
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.32. PDRB Sub Sektor Angkutan Udara dan Volume Penjualan Avtur Grafik 1.33. Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang
Grafik 1.34. Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Pesawat
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
45,000
TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II
2005 2006 2007 2008
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
Sumber: Pertamina Wira Penjualan Jambi dan BPS Provinsi Jambi (diolah)
PDRB sub sektor Angkutan Udara (juta Rp), aksis kiriKonsumsi Avtur ( ratusan liter), aksis kiriPert. Konsumsi Avtur (%), aksis kanan
Grafik 1.32
orang
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
II III IV I II III IV I II III IV I II
2005 2006 2007 2008
Sumber: PT. Angkasa Pura II
(25.00)
(20.00)
(15.00)
(10.00)
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
Persen (%)
Kedatangan Penumpang (aksis kiri) Keberangkatan Penumpang (aksis kiri)
Datang (aksis kanan) Berangkat (aksis kanan)
pesawat
0
200
400
600
800
1000
1200
II III IV I II III IV I II III IV I II
2005 2006 2007 2008
Sumber: PT. Angkasa Pura II
(30.00)
(25.00)
(20.00)
(15.00)
(10.00)
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
Persen (%)
Kedatangan Pesawat (aksis kiri) Keberangkatan Pesawat (aksis kiri)
Datang (aksis kanan) Berangkat (aksis kanan)
Grafik 1.33. Grafik 1.34.
Sub sektor pos dan telekomunikasi serta sub sektor jasa penunjang
komunikasi masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 1,81% (q-t-q) dan
1,62% (q-t-q). Walaupun mengalami pertumbuhan yang lebih lambat
dibandingkan triwulan sebelumnya, namun demand masyarakat untuk
menggunakan jasa pos dan telekomunikasi dalam menyambut musim liburan
sekolah masih cukup baik pada triwulan laporan.
Sektor keuangan, persewaan, dan jasa-jasa perusahaan tumbuh sebesar
2,73% (q-t-q) pada triwulan laporan atau meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 2,50% (q-t-q). Peningkatan tersebut disebabkan oleh
pertumbuhan beberapa sub sektor, yaitu sub sektor lembaga keuangan tanpa
20
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
bank (1,35%/q-t-q), sub sektor jasa penunjang keuangan (4,32%/q-t-q), sub
sektor sewa bangunan (2,51%/q-t-q), dan sub jasa perusahaan (2,50%/q-t-q).
Sektor jasa-jasa pada triwulan laporan mengalami peningkatan
pertumbuhan menjadi sebesar 2,16% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 1,11% (q-t-q). Pertumbuhan sektor ini didorong oleh pertumbuhan sub
sektor pemerintahan umum serta sub sektor swasta masing-masing sebesar
2,32% (q-t-q) serta 1,37% (q-t-q). Sub sektor pemerintahan umum meningkat
berasal dari mulai direalisasikannya belanja pembangunan proyek-proyek
pemerintah. Sedangkan meningkatnya sub sektor swasta berasal dari naiknya jasa
sosial kemasyarakatan serta jasa perorangan dan rumah tangga seiring dengan
musim liburan sekolah.
C. PDRB Sisi Pengeluaran
Ditinjau dari sisi pengeluaran, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi
pada triwulan laporan didorong oleh net ekspor, pengeluaran konsumsi
pemerintah dan pengeluaran konsumsi rumah tangga. Berdasarkan kontribusi
terhadap pertumbuhan, net ekspor menyumbang sebesar 0,76% terhadap
Grafik 1.35. Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran terhadap Pertumbuhan (q-t-q)
0.42
0.67
0.01
0.11
0.19
0.76
1.17
0.22
0.00
0.06
0.02
0.20
- 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40
Pengeluaran KonsumsiRumahtangga
Pengeluaran KonsumsiPemerintah
Lembaga Sw asta Nirlaba
Pembentukan Modal TetapDomestik Bruto
Perubahan Stok
Net Ekspor
TW I-08TW II-08
21
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
pertumbuhan ekonomi Jambi, diikuti dengan pengeluaran konsumsi pemerintah
yang menyumbang sebesar 0,67%, serta pengeluaran konsumsi rumah tangga
yang menyumbang sebesar 0,42%.9
Dari sisi distribusinya (share), konsumsi rumah tangga mempunyai
pangsa yang paling besar, yaitu mencapai 64,95% dari PDRB Jambi pada triwulan
II tahun 2008 (lihat grafik 1.36). Selain itu, pengeluaran konsumsi pemerintah
dan PMTDB juga memiliki pangsa yang relatif besar dengan masing-masing
sebesar 16,94% dan 16,54%. Sedangkan share perubahan stok sebesar 2,54%
dan lembaga swasta nirlaba sebesar 0,47%.
Grafik 1.36. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan II tahun 200810
Lembaga Swasta Nirlaba0.47%
Pembentukan Modal Tetap
Domestik Bruto16.54%
Perubahan Stok2.54%
Net Impor1.44%
Pengeluaran konsumsi rumah
tangga64.95%
Pengeluaran Konsumsi
pemerintah 16.94%
1. Pengeluaran Konsumsi
Pengeluaran konsumsi rumah tangga atas dasar harga konstan selama
triwulan laporan tumbuh sebesar 0,58% (y-o-y), menurun dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 1,63% (y-o-y). Dampak kenaikan harga BBM berimbas pada
konsumsi masyarakat dikarenakan jumlah pengeluaran untuk barang dan jasa
meningkat seiring dengan naiknya harga BBM, namun tingkat pendapatan
masyarakat relatif tidak meningkat secara signifikan untuk mengimbangi
kenaikan harga barang dan jasa.
9 Yang dimaksud kontribusi ’net ekspor’ adalah nilai kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan dikurangin nilai kontribusi impor terhadap pertumbuhan pada triwulan laporan. Jika bernilai positif disebut net ekspor, sedangkan jika bernilai negatif disebut net impor. 10 Pangsa (share) net impor sebesar 1,44% merupakan pengurang dari total share PDRB sisi pengeluaran
22
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Melambatnya konsumsi rumah tangga juga diindikasikan oleh
menurunnya indeks keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian
selama periode triwulan laporan. Namun demikian, konsumsi listrik untuk rumah
tangga meningkat 6,73% pada triwulan laporan (lihat grafik 1.37 dan 1.38).
Walaupun tumbuh melambat, pengeluaran konsumsi rumah tangga masih
merupakan salah satu kontributor utama pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi
pada triwulan laporan.
Grafik 1.37. Indeks Kondisi Ekonomi Grafik 1.38. Konsumsi Listrik Rumah Tangga
Indeks
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2005 2006 2007 2008
(50.00)
(40.00)
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
(%)
Kondisi ekonomi saat ini dibandingkan 6 - 12 bln yg lalu Pertumbuhan (%)
KWH (dalam Ribuan)
0.48
3.13
(0.55)
1.75
6.737.87
(2.87)
6.516.74
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
II III IV I II III IV I II
2007 2008
Sumber: PLN Jambi, 2007 (diolah)
-4.0
-2.0
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
Persen (%)
Rumah Tangga Pertumbuhan RT
Grafik 1.37. Grafik 1.38.
Tumbuhnya pengeluaran konsumsi masyarakat juga bisa terlihat dari
beberapa prompt indikator. Penjualan kendaraan bermotor pada triwulan laporan
meningkat sebesar 1,61%. Penjualan mobil baru (sedan, jeep, minibus)
meningkat sebesar 3,62% sedangkan penjualan sepeda motor meningkat
1,05%. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi masyarakat terhadap kendaraan
masih cukup baik. Sejalan dengan hal tersebut, volume penjualan premium juga
masih tumbuh positif pada periode triwulan laporan.
Di sisi lain, walaupun tumbuh melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya, penyaluran kredit konsumsi masih tumbuh sebesar 7,46%.
Tumbuhnya kredit konsumsi mengindikasikan konsumsi rumah tangga masih
meningkat dalam membeli barang tahan lama (durable goods) melalui fasilitas
pinjaman yang disediakan oleh bank.
23
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.39. Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru Grafik 1.40. Perkembangan Penjualan Premium dan Solar
Grafik 1.41. Perkembangan Penjualan Minyak Tanah Grafik 1.42. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Provinsi Jambi
Grafik 1.43. Pertumbuhan Pendaftaran Sedan, Jeep, Minibus Baru Grafik 1.44. Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru
unit
29.89
8.79
(49.37)
14.98
36.26
11.95
(19.40)
1.61
23.64
9.7821.56
26.81
(14.21)
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2005 2005 2006 2007 2008
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi*: Angka perkiraan Bank Indonesia
(60)(50)(40)(30)(20)(10)-1020304050
Persen(%)
KENDARAAN BERMOTOR Pertumbuhan
Ribu Liter
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2006 2007 2008
Sumber: Pertamina Wira Penjualan Jambi
(15.00)
(10.00)
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00Persen (%)
Konsumsi Premium (aksis kiri) Konsumsi Solar (aksis kiri)
Premium (aksis kanan) Solar (aksis kanan)
Grafik 1.39. Grafik 1.40.
Ribu Liter
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008
(%)
(30.0)
(20.0)
(10.0)
-
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
Sumber: Pertamina Wira Penjualan Jambi
M.Tanah/Kerosine Pertumbuhan
7.03
11.96
5.24
8.387.46
12.68
3.33
3.603.80
1.87
0
2
4
6
8
10
12
14
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II
2006 2007 2008
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
Kredit Konsumsi (juta Rp), aksis kanan Pertumbuhan Kredit Konsumsi (%),aksis kiri
Grafik 1.41. Grafik 1.42.
unit
(65.01)
2.16 8.46
(15.88)
8.94(5.47)
31.19
6.62
34.25
(9.42)
35.73
3.62
126.41
-
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2005 2005 2006 2007 2008
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi*: Angka perkiraan Bank Indonesia
(100)
(50)
-
50
100
150Persen(%)
Sedan, Jeep, Minibus Pertumbuhan
unit
29.06
12.03
(50.50)
16.31
36.69
12.38
(19.17)
26.81
1.0510.01
23.4921.26
(15.19)
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2005 2005 2006 2007 2008
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
(60)
(50)
(40)
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50Persen(%)
SEPEDA MOTOR Pertumbuhan
Grafik 1.43. Grafik 1.44.
24
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Pada periode triwulan laporan, pengeluaran konsumsi pemerintah
meningkat sebesar 3,46% (q-t-q), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
triwulan sebelumnya sebesar 1,14% (q-t-q). Lebih tingginya pengeluaran
konsumsi pemerintah pada triwulan laporan terkait dengan mulai
direalisasikannya belanja modal (infrastruktur) Pemerintah Daerah pada triwulan
laporan. Pengeluaran konsumsi lembaga nir laba juga tumbuh sebesar 2,76% (q-
t-q) atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
0,16% (q-t-q).
2. Investasi
Pada triwulan laporan, pembentukan modal tetap domestik bruto
(PMTDB) mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) tumbuh sebesar 0,64% (q-t-
q) yang mencerminkan kondisi investasi mulai sedikit membaik dibandingkan
triwulan sebelumnya. Hal ini juga dikonfirmasi dengan meningkatnya konsumsi
semen pada triwulan laporan sebesar 15,05% menjadi sebesar 105.091 ton.
Masih belum terakselerasinya pertumbuhan investasi dikarenakan masih
belum efisiennya proses perizinan yang ada di Provinsi Jambi sehingga menjadi
disinsentif bagi minat investor untuk berinvestasi di Provinsi Jambi. Program
penyediaan jasa satu pintu pun belum terlaksana di Provinsi Jambi sehingga
belum bisa menjadi insentif yang berarti dalam meningkatkan nilai investasi di
daerah.
Sementara itu, dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) terlihat
situasi bisnis masih cukup baik pada triwulan laporan, tercermin dari nilai saldo
bersih situasi bisnis dunia usaha sebesar 22,92. Masih membaiknya situasi bisnis
dunia usaha juga berdampak pada meningkatnya kredit investasi sebesar 6,09%
atau sebesar Rp71,05 miliar pada triwulan laporan.
Sejalan dengan peningkatan PMTDB, perubahan stok juga mengalami
pertumbuhan menjadi sebesar 6,24% (q-t-q), lebih tinggi bila dibandingkan
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 0,78% (q-t-q). Sementara,
pangsa stok pada triwulan laporan sebesar 2,54%.
25
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.45. Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru Grafik 1.46. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi
Grafik 1.47. Konsumsi Semen Provinsi Jambi unit
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2005 2005 2006 2007 2008
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
(40)
(20)
-
20
40
60
80Persen(%)
TRUCK/PICK UP Pertumbuhan
1.502.33 2.70
4.283.26
1.60
16.18
6.09
16.65
14.28
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II
2006 2007 2008
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
Kredit Investasi (juta Rp), aksis kanan
Pertumbuhan Kredit Investasi (%),aksis kiri
Grafik 1.45. Grafik 1.46.
Ton
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
45,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2005 2006 2007 2008
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI), diolah
(60.0)
(40.0)
(20.0)
-
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
(%)
Konsumsi SemenPertumbuhan
Grafik 1.47.
3. Perdagangan Eksternal
Jumlah perdagangan eksternal ke luar Provinsi Jambi meningkat sebesar
13,92% (q-t-q) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
menurun sebesar sebesar 16,97% (q-t-q). Sejalan dengan hal tersebut,
pertumbuhan impor barang baik yang berasal dari luar provinsi maupun luar
negeri mengalami peningkatan sebesar 10,29% (q-t-q).
Berdasarkan dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB), ekspor
Provinsi Jambi sebesar USD 163,97 juta sedangkan impor sebesar USD 23,83 juta
pada triwulan laporan.11 Dengan kondisi tersebut, Provinsi Jambi masih
11 Data s.d. bulan Mei 2008 (Sumber: Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter, Bank Indonesia).
26
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
mengalami net ekspor sebesar USD 140,14 juta, meningkat sebesar 18,67%
dibandingkan posisi yang sama periode sebelumnya yang mencapai USD 118,09
juta.12 Ekspor Provinsi Jambi masih didominasi oleh komoditas CPO dan karet.13
Sementara kelompok peralatan mesin dan transport masih mendominasi nilai
impor Provinsi Jambi pada triwulan laporan.
Grafik 1.48. Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi
ribu USD
34,232
140,140
207,237
123,888
145,898147,469
73,849
101,075
72,175
149,230
145,699
105,291
135,753
107,288
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II*
2005 2006 2007 2008
Keterangan: *) S.d. Mei 2008
Impor Ekspor Net
Berdasarkan jenis komoditasnya, nilai ekspor tertinggi (April-Mei 2008)
dicapai oleh komoditas karet mentah (crude rubber) sebesar USD 112,14 juta
atau 68,39% dari total ekspor non migas, sementara nilai ekspor lemak nabati
dan minyak (fixed, vegetable oil and fats) serta nilai ekspor barang-barang kayu
dan gabus (wood and cork manufactures) masing-masing mencapai USD 13,46
juta (8,21% dari total ekspor non migas) dan USD 11,78 juta (7,30%). Ekspor
non migas lain yang cukup besar kontribusinya adalah komoditas kertas, kertas
karton, dan olahannya (paper, paperboard, and manutactured thereof) yang
mencapai USD 7,69 juta (4,69%). Berdasarkan struktur ekspor non migas Jambi,
terlihat bahwa ekspor produk primer masih mendominasi terutama komoditas
12 Net ekspor yang dimaksud disini adalah net ekspor bulan April-Mei 2008 dibandingkan net ekspor bulan Januari-Februari 2008. 13 Klasifikasi barang menurut Standard International Trading Classification (SITC).
27
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
karet mentah serta lemak nabati dan minyak disusul produk hasil industri
pengolahan (barang-barang kayu serta kertas dan olahannya).
Grafik 1.49. Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2007 2008
dalam Ribu USD
EKSPOR
CRUDE MATERIALS, INEDIBLE
ANIMAL & VEGETABLE OILS&FATS
Dari sisi impor (April-Mei 2008), impor non migas menurun sebesar
37,99%(USD 10,44 juta) sehingga menjadi sebesar USD 23,83 juta jika
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan laporan,
impor terbesar terjadi pada sub kelompok mesin pembangkit tenaga (power
generating mach.&eqp) sebesar USD 9,06 juta (38,01%), serta sub kelompok
mesin industri tertentu/khusus (mach. Special for partic. inds) sebesar USD 5,23
juta (21,96%).
Grafik 1.50. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2007 2008
dalam Ribu USD
IMPORMACHINERY & TRANSPORT EQPCHEMICAL
28
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Pangsa impor Provinsi Jambi pada periode triwulan laporan masih
didominasi oleh kelompok peralatan mesin dan transport (machinery&transport
equipment) yang menguasai 64,86% dari nilai impor. Selain itu, kelompok kimia
(chemical) juga memberikan kontribusi impor sebesar 12,49% dari total impor
Provinsi Jambi dengan komoditas utamanya adalah pupuk kimia buatan pabrik
(fertilizer manufactured) sebesar USD 1,09 juta.
29
Halaman ini sengaja dikosongkan
Boks 1. Evaluasi Pelaksanaan Program Peningkatan Ketahanan Pangan Provinsi Jambi
(Periode semester I Tahun 2008)1
Perkembangan ekonomi global saat ini menunjukkan bahwa persaingan
antara kebutuhan pangan (food), kebutuhan bahan bakar nabati (bio-fuel) serta
kebutuhan pakan ternak (feed) telah memicu krisis harga pangan di tingkat dunia.
Namun demikian, meningkatnya harga-harga komoditas pertanian tidak serta merta
mampu memberikan manfaat yang berarti kepada pemerintah, khususnya kepada
para petani di Indonesia. Bahkan, harga-harga komoditas pertanian yang meningkat
tinggi melampaui kemampuan sebagian masyarakat (terutama masyarakat miskin)
dalam memenuhi kebutuhan pangan sehari-harinya. Fenomena krisis harga pangan
tentunya sebuah paradoks di negeri yang melimpah sumber daya alamnya (terutama
pertanian dan perkebunan). Provinsi Jambi sebagai salah satu penghasil CPO yang
cukup besar pun nampaknya belum mampu meredam harga minyak goreng yang
masih tinggi di daerah ini.
Menariknya harga CPO diperkirakan masih menjadi pemicu beralihnya lahan
pertanian menjadi perkebunan sawit sehingga mempengaruhi kapasitas produksi
komoditas pangan yang berbasis lahan pertanian. Di satu sisi, kebutuhan pangan di
Provinsi Jambi masih terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah
penduduk, peningkatan daya beli dan perubahan selera masyarakat. Hal lain yang
cukup memprihatinkan adalah masih maraknya aktifitas penduduk dalam
mengeksploitasi sumberdaya alam khususnya pada kawasan hutan sehingga
berdampak memberikan tekanan cukup besar pada sumberdaya alam yang dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan dan menurunnya potensi sumberdaya air bagi
keperluan pertanian.
Sehubungan dengan fenomena ekonomi global diatas, serta mencermati
kondisi sektor pertanian di Provinsi Jambi, maka program peningkatan ketahan
pangan sangat diperlukan dan sangat strategis. Pentingnya ketahanan pangan dalam
pembangunan telah menjadi komitmen bersama antara pemerintah dan rakyat, dan
harus menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan. Ada tiga alasan penting yang
melandasi pentingnya pembangunan ketahanan pangan, yaitu :2
1. Akses atas pangan yang cukup dan bergizi bagi setiap penduduk merupakan
salah satu pemenuhan hak azasi manusia.
1 Data-data terkait evaluasi pelaksanaan peningkatan Ketahanan Pangan Provinsi Jambi bersumber dari Laporan Dewan Ketahanan Pangan Badan Bimas Ketahanan Pangan Provinsi Jambi pada Rapat Koordinasi Ketahanan Pangan Provinsi Jambi pada tanggal 3-4 Juli 2008. 2 Kebijakan Dan Strategi Pemantapan Ketahanan Pangan Wilayah Badan Urusan Ketahanan Pangan Daerah Propinsi Nusa Tenggara Barat. Dadih Permana.
2. Konsumsi pangan dan gizi yang cukup merupakan basis bagi pembentukan
sumberdaya manusia yang berkualitas.
3. Ketahanan pangan merupakan basis bagi ketahanan ekonomi, bahkan bagi
ketahanan nasional suatu negara yang berdaulat.
Dalam rangka merumuskan kebijakan dan langkah-langkah operasional sebagai
upaya mencapai sasaran Program Peningkatan Ketahanan Pangan yang telah
ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Jambi/Ketua Dewan Ketahanan Pangan
Provinsi Jambi Nomor. 29/Kep.Gub/BKP/2008, maka evaluasi terhadap pelaksanaan
program peningkatan ketahanan pangan meliputi aspek penyediaan, distribusi,
konsumsi, kewaspadaan pangan dan aspek pemberdayaan masyarakat. Selama
periode semester I tahun 2008, hasil evaluasi program ketahanan pangan di provinsi
Jambi adalah sebagai berikut:
EVALUASI
A. Aspek Penyediaan
Berdasarkan Keputusan Gubernur Jambi/Ketua Dewan Ketahanan Pangan
Provinsi Jambi No.29/Kep. Gub./BKP/2008, sasaran kebutuhan pangan pokok dan
beberapa pangan strategis Tahun 2008 dan berdasarkan perkiraan produksi tahun
2008 yang dihimpun dari dinas/instansi terkait kondisi penyediaan pangan sebagai
berikut: Tabel 1. Kondisi Penyediaan Pangan Pokok dan Beberapa Pangan Strategis
Provinsi Jambi Tahun 2008
Sasaran Produksi Tersedia
Dikonsumsi*)Kebutuhan*) Plus/Minus*)
(Ton) Satuan % (Ton) (Ton) (Ton)1 Padi/Beras (ARAM II) 657,666 586,631 89 345,903 318,538 27,365 2 Jagung (PPK) 67,078 31,273 47 27,530 994 26,536 3 Kedelai 19,332 4,516 23 4,084 19,056 (14,972) 4 Daging 21,748 29,955 138 28,651 18,840 9,811
-Ruminansia 6,125 6,457 105 6,328 3,344 2,984 -Non Ruminansia 14,940 23,498 157 22,323 15,496 6,827
5 Ikan 86,089 62,476 73 59,352 60,366 (1,014) 6 Telur 6,426 6,765 105 5,209 20,011 (14,802)
Ket:*) Data olahan BBKP
No UraianRamalan I/Perkiraan
Perkembangan penyediaan pangan pokok dibandingkan tahun 2007, adalah sebagai
berikut:
a. Padi meningkat 3,30 % (334.847 ton beras) terhadap tahun 2007 (angka
sementara),
b. Jagung meningkat 4,17% terhadap angka tetap tahun 2007, (26.429 ton PPK),
c. Kedele meningkat 4,85% (3.895 ton biji kering), terhadap tahun 2007
d. Daging meningkat 31% (21.859 ton) terhadap produksi tahun 2007,
e. Ikan menurun 4% (65.173 ton) terhadap produksi tahun 2007
f. Telur menurun 8,68% (7.408 ton) terhadap produksi tahun 2007.
Untuk konsumsi tahun 2008 beras, jagung, daging dan ikan, kedele dan telur
kekurangannya didatangkan dari luar Provinsi Jambi. Diharapkan angka ramalan I dan
perkiraan produksi diatas untuk enam bulan mendatang akan meningkat melalui
Program Aksi periode Juli-Desember 2008 optimis akan dapat ditingkatkan.
B. Aspek Distribusi
1. Pengadaan Pangan (Beras)
Perkembangan pangadaan beras tahun 2008 s.d Juni 2008
Tabel 2. Jumlah Pangadaan Beras Tahun 2008 sampai Mei 2008
Sasaran Sasaran SasaranTon Ton % Ton Ton % Ton Ton %
1 Jambi 500 - - 10,500 1,278 12.17 11,000 1,278 11.62 2 Kuala Tungkal 1,000 45 4.50 6,000 2,000 33.33 7,000 2,045 29.21 3 Bute - - - 6,000 800 13.33 6,000 800 13.33 4 Kerinci 1,500 165 11.00 3,500 1,047 29.91 5,000 1,212 24.24 5 Sarko - - - 7,500 1,200 16.00 7,500 1,200 16.00
3,000 210 7.00 33,500 6,325 18.88 36,500 6,535 17.90
*) Sumber : Bulog Divre Jambi
Jumlah
JumlahLuar Provinsi JambiDalam Provinsi Jambi
Realisasi Realisasi RealisasiNo Sub Divre Bulog
Rendahnya jumlah pengadaan beras di Provinsi Jambi karena harga gabah/beras
cukup baik yaitu diatas Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
2. Penyaluran pangan (beras) RASKIN
Pelaksanaan penyaluran beras raskin sampai dengan Juni 2008 dibandingkan
tahun 2007 dalam periode yang sama meningkat 10%, sedangkan jumlah RTM
meningkat 0,18% (364 RTM). Tabel 3. Penyaluran beras RASKIN Provinsi Jambi Tahun 2008 (sampai Juni 2008)
RTM TON RTM TON1 Kota Jambi 21,502 3,118 21,502 1,489 48 2 Muaro Jambi 19,482 2,825 19,482 1,291 46 3 Batanghari 17,366 2,518 17,366 1,146 46 4 Bungo 17,104 2,480 17,104 994 40 5 Tebo 16,218 2,352 16,218 761 32 6 Merangin 21,858 3,193 22,018 1,014 32 7 Sarolangun 21,035 3,050 21,035 829 27 8 Tanjab Timur 19,550 2,835 19,550 949 33 9 Tanjab Barat 17,788 2,579 17,778 861 33
10 Kerinci 27,406 3,974 27,406 1,918 48 199,309 28,924 199,459 11,252 39
*) Sumber : Bulog Divre Jambi
%
Jumlah
RealisasiSasaran per bulan (Jan-Juni)No Kab./Kota
3. Harga Pangan
Kondisi perkembangan harga di atas bila dilihat fluktuasi harga bulanan cukup
stabil, hal ini sebagai dampak dari pelaksanaan pengendalian oleh instansi yang
cukup insentif. Harga rata-rata bulanan beberapa kebutuhan pangan (harga
produsen dan harga konsumen) relatif stabil pergerakannya selama periode
Januari-Mei 2008.
Tabel 4. Perkembangan Harga Pangan Tahun 2008 (Periode januari-Mei 2008)
Jan Feb Mar Apr Mei Rata-rata Jan Feb Mar Apr Mei Rata-rata1 Beras IR.64 5,500 6,000 6,600 6,100 6,100 5,940 6,050 6,050 6,325 6,525 6,550 6,300 2 Beras IR.42 5,300 5,700 5,700 5,800 5,800 5,560 6,000 6,020 6,125 6,200 6,250 6,109 3 Jagung 1,900 1,900 2,000 2,000 2,000 1,960 6,750 7,350 7,500 7,500 7,400 7,300 4 Kedele 6,500 6,500 6,500 6,500 6,500 6,500 6,750 7,350 7,500 7,500 7,400 7,300 5 Daging
-Ruminansia 54,000 54,000 54,000 55,000 55,000 54,600 60,500 60,500 60,500 60,500 60,300 6,100 -Unggas Ras 17,500 17,500 17,500 1,800 1,800 17,700 18,875 19,750 20,000 19,000 19,875 19,500 - Unggas Buras 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 21,300 23,250 23,000 23,000 23,000 22,710
6 Ubi Kayu 800 900 1,000 1,000 1,000 940 1,213 1,225 1,225 1,225 1,231 1,224 7 Ubi Jalar 1,200 1,200 1,200 1,200 1,200 1,200 1,556 1,575 1,575 1,575 1,575 1,571 8 Telur Ras **) 600 600 650 650 650 630 694 693 700 725 738 710 9 Telur Buras**) 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,125 1,100 1,100 1,100 1,100 1,105
10 Ikan- Ikan Nila 13,000 13,000 14,000 14,000 14,500 13,700 15,000 15,000 16,000 16,000 17,000 15,800 - Ikan Patin 8,000 8,000 9,000 9,000 9,000 8,600 9,000 9,000 10,000 10,000 10,250 9,650
*) Sumber : BBKP Provinsi Jambi
**) Rp/butir
No KomoditasProdusen
Harga pada bulan (Rp/Kg)*
Konsumen
Harga pada bulan (Rp/Kg)*
C. Aspek Konsumsi
Kondisi konsumsi pangan Provinsi Jambi tahun 2006 masih dibawah kecukupan
dibanding Pola Pangan Harapan (PPH) 2020, yaitu 2.000 Kkal/Kapita/Hari.
Tabel 5. Perbandingan Situasi Konsumsi Aktual 2006 dengan Pola Pangan Harapan 2020
Sasaran per bulan (Jan-Juni)
Berat Skor Berat
(Gram/Kkal/kari) PPH (Gram/Kap/Hr)1 Padi-padian 0.5 310.9 1,120.00 55.20 25.00 275.0 1,000 50 25 2 Umbi-umbian 0.5 27.8 25.60 1.30 0.60 100.0 120 6 3 3 Pangan Hewani 2 167.7 179.10 8.80 17.70 150.0 240 12 24 4 Minyak dan Lemak 0.5 42.4 369.50 18.20 5.00 20.0 200 10 5 5 Buah/Biji Berminyak 0.5 16.6 30.00 1.50 0.70 10.0 60 3 1 6 Kacang-kacangan 2 15.5 52.50 2.60 5.20 35.0 100 5 10 7 Gula 0.5 13 47.30 2.30 1.20 30.0 100 5 3 8 Sayuran & Buah 5 205.5 70.80 3.50 17.40 250.0 120 6 30 9 Bahan Lain 0 2.4 7.10 0.30 - - 60 3 -
1,901.90 93.70 72.80 2,000 100 100
*) Sumber : Data olahan BBKP
Skor PPH
% AKG
TOTAL
PPH
No Kelompok Pangan Bobot Konsumsi Energi (Kkal)
% AKE Konsumsi
Energi (Kkal)
Data yang digunakan dan ter-update baru tersedia s.d. tahun 2006
D. Aspek Kewaspadaan Pangan dan Gizi
Status Gizi Masyarakat :
Hasil Prevalensi Status Gizi (PSG) mengatakan bahwa balita yang mengalami kasus
gizi buruk dan kurang gizi di Provinsi Jambi masing-masing sebanyak 9.3% untuk
balita kurang gizi, dan balita gizi buruk 1.8% dari 30.085 balita.
Tabel 6. Perkembangan Kondisi Gizi dengan Indek BB/U, BB/Tb dan TB/U Provinsi Jambi Tahun 2006-2007
Kasus % Kasus % Kasus % Kasus % Kasus % Kasus %1 Status (BB/U) 15,199 20,607 14,886 19,975 30,085 40,582
a. Lebih 412 2.7 364.00 1.8 517.00 3.5 516 2.6 929 3.1 880 2.2b. Baik 168 84.7 17,718.00 86 12,727 85.5 17,459 87.4 25593 85.1 35,177 86.7c. Kurang 1,621 10.7 2,100.00 10.2 1,358.00 9.1 1,675 8.4 2979 9.9 3,775 9.3d. Buruk 300 2.0 425.00 2.1 284.00 1.9 325 1.6 584 1.9 750 1.8
*) Sumber : Data PSG Dinas Kesehatan Prov. Jambi Th.2006-2007
2006 2007
LAKI-LAKI + PEREMPUAN
2006 2007No Uraian LAKI-LAKI PEREMPUAN
2006 2007
Sampai dengan Mei 2008 balita (0-59 bulan) dengan status gizi baik sebanyak
113.800 atau 96.40%, sedangkan status gizi lebih sebanyak 1.072 (0.91%), 3.054
anak (2.59%) dengan status gizi kurang dan sebanyak 123 anak (0.10) gizi buruk.
Dibandingkan tahun 2007 pada periode yang sama terjadi penurunan prosentase gizi
buruk dimana tahun 2007 jumlah balita yang mengalami gizi buruk sebesar 0.23%
dari 91.803 balita. Tabel 7. Hasil Penimbangan Bulanan Balita (0-59 Bulan)
Di Kabupaten/Kota se Provinsi Jambi s.d Mei 2008
lebih baik kurang buruk% Kasus % Kasus
kerinci 38,355 73 34,488 1082.0% 1 35,644 Merangin 35,079 - Sarolangun 25,873 569 10,320 400 26 11,315 Bungo 30,693 248 12,993 409 13,650 Tebo 28,755 - Batanghari 26,068 88 10,887 397 13 11,385 Muaro Jambi 34,862 - Tanjung Jabung Barat 27,118 25 22,980 288 3 23,296 Tanjung Jabung Timur 28,414 - Kota 52,585 65 22,132 478 80 22,759 Provinsi Jambi 327,802 1,068 113,800 1,983 123 118,049 % Status Gizi Balita 0.91 96.40 2.59 0.10 100Sumber : Data LB3 Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Jambi
Jumlah Balita
dipantau
Status GiziJumlah balita
Kabupaten/Kota
E. Aspek Pemberdayaan masyarakat
Sampai dengan Juni 2008 kegiatan yang telah dilaksanakan adalah;
1. Pemberdayaan Koperasi, dengan kegiatan periode Juli-Desember sebagai
berikut: bantuan pabrik pakan ikan kapasitas 25 ton/hari, bantuan bibit karet
2.000.000 batang, bantuan pembibitan sapi lokal 250 ekor, dan bantuan
pasar tradisional 1 unit koperasi.
2. Pembinaan Desa Mandiri Pangan,
Tabel 9. Kegiatan Pengembangan desa Mandiri Pangan Provinsi Jambi tahun 2008
Kabupaten/KotaPersiapan
(Desa)Pertumbuhan
(Desa)Pengembangan
(Desa)Kemandirian Jumlah (Desa)
Kota Jambi - 2 2 0 4Muaro Jambi 1 2 2 0 5Batanghari 1 2 2 0 5Merangin 1 2 2 0 5Sarolangun 1 4 2 - 7Bungo 1 2 2 - 5 Tebo 1 2 2 - 5 Tanjab Barat 1 2 2 - 5 Tanjab Timur - 2 2 - 4 Kerinci 2 2 2 - 7
JUMLAH 9 22 20 - 52 3. Penanganan Keamanan Pangan
a. Pemeriksaan sarana produsen pangan olahan (P-IRT),
b. Pengujian pangan olahan,
c. Antisipasi kejadian luar biasa (KLB) flu burung dan keracunan
4. Pembinaan mutu dan keamanan pangan
5. Sosialisasi konsumsi pangan beragam, berimbang dan bergizi (3B),
6. Sosialisasi PMTAS
7. Peningkatan sumberdaya manusia.
UPAYA-UPAYA YANG TELAH DILAKSANAKAN
Dalam rangka mencapai sasaran Program Peningkatan Ketahanan Pangan tahun 2008,
beberapa program aksi yang telah dilaksanakan yaitu:
1. Penyiapan sarana irigasi,
2. Peningkatan produksi tanaman pangan dan hortikultura,
Realisasi tanaman padi di Provinsi Jambi s.d Mei 2008 sebanyak 62.514 ha atau
sebesar 385 dari sasaran yang ditetapkan sebanyak 165.189 Ha. Realisasi
tanaman jagung sebanyak 2.604 ha atau 14% dari jumlah sasaran yang
ditetapkan (18.078 ha). Sedangkan Kedele mencapai realisasinya mencapai 852
Ha atau 7 % dari sasaran yang ditetapkan.
3. Intensifikasi peternakan
4. Di sektor peternakan dengan upaya-upaya sebagai berikut:
a. Pelatihan budidaya ikan sebanyak 15 orang,
b. Memberikan bantuan untuk pembuatan pakan ikan pontran mandiri 1 unit
c. Promosi dan publikasi kegiatan perikanan budidaya 3 kali,
d. Promosi gerakan sepanjang 4,5 km dengan jumlah ikan kurang lebih 7 ton
ikan patin dengan jumlah peserta 4500 orang.
5. Dukungan sarana produksi dan permodalan
a. Dukungan sarana produksi yaitu penyaluran pupuk bersubsidi dan benih/bibit.
Tabel 8. Realisasi penyaluran benih/bibit Di Kabupaten/Kota se Provinsi Jambi s.d Mei 2008
Komoditas Satuan Sasaran Realisasi %Padi ton 5,618 1,425 25.3649Jagung ton 488 727 148.9754Kedelai ton 735 108 14.69388Bibit Ikan ekor 32,752 10,112,588 30876.25Bibit sapi ekor 1,050 - - bibit kambing ekor 600 - - Sumber : Data LB3 Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Jambi
b. Permodalan, yaitu dengan pemberian Kredit Usaha Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat (KUPEM) dengan berbagai pola, seperti:
1. Pola Executing, sebesar Rp12.751.985 atau 118,26% dari plafon yang
disediakan yaitu sebesar Rp15.080.000.
2. Pola channeling, dengan penyaluran sebesar Rp9.757.382 atau sebesar
117,02% dari kredit yang telah diserahkan ke kota/kabupaten yaitu
sebesar Rp8.338.425.
3. Kupem pensertifikatan hak atas tanah petani, nelayan/jasa/industri;
kredit yang tersalur sebesar 5,02% atau Rp137,25 juta dari alokasi yang
tersedia Rp2.734,46 juta. Upaya yang telah dilakukan dalam
pengelolaan KUPEM adalah Tim provinsi, kabupaten/kota melaksanakan
penagihan kepada nasabah yang menunggak, jika telah berkali-kali
ditagih belum dapat mengembalikan kreditnya diajukan somasi kepada
pihak pengadilan setempat, melaksanakan sosialisasi secara insentif
kelapangan mengenai masalah KUPEM pensertifikatan tanah, dan
kepada kabupaten/kota diupayakan penyediaan dana operasional untuk
pelaksanaan KUPEM persertifikatan tanah.
LANGKAH –LANGKAH OPERASIONAL YANG TELAH DILAKSANAKAN
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan ketahanan pangan
tahun 2008, upaya-upaya yang telah dilaksanakan periode Januari-Juni 2008 adalah
sebagai berikut.
A. Aspek Distribusi
1. Pelaksanaan pasar lelang agro/forward oleh Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Jambi.
2. Mengupayakan percepatan keputusan Badan Ketahanan Pangan
Departemen Pertanian dalam pengelolaan DPM LUEP.
3. Memfasilitasi hubungan kerjasama antara sesama pedagang beras di
Provinsi Jambi dengan Sumatera Selatan guna memenuhi kebutuhan
masyarakat.
4. Mendorong percepatan pembentukan Asosiasi petani pendeder/pembibit dan
petani produsen ikan guna mengatur pola produksi agar harga ditingkat
produsen dan konsumen dapat dikendalikan dengan harga yang layak.
5. Memfasilitasi percepatan peningkatan prasarana jalan dari pelabuhan menuju
gudang guna menekan cost penjualan.
6. Penyaluran minyak goreng dan kedele bersubsidi.
7. Pemantauan perkembangan harga secara kontinue.
B. Antisipasi Dini Kewaspadaan Pangan dan gizi,
1. Kegiatan antisipasi dini terhadap; gangguan/masalah pangan dan gizi,
kejadian luar biasa dan pembinaan mutu dan keamanan pangan.
2. Upaya peningkatan pengetahuan masyarakat dan petugas dengan cara
pelatihan konselor ASI Ekslusif bagi petugas gizi, pembinaan surveilan,
pelatihan SHD-KLB Gizi, penyebarluasan informasi karantina tumbuhan
melalui brosur/leaflet, mas media. Sosialisasi produk halal bagi kalangan
pelaku usaha, pelatihan meat inspektor, sosialisasi ASUH ke sekolah dan
diseminasi hasil-hasil pengkajian.
C. Pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan
pendapatan seperti;
1. Program rintisan akselerasi pemasyarakatan inovasi teknologi pertanian
(PRIMA TANI) di Kota Jambi, Kabupaten Muara Jambi, Tanjung Jabung Barat,
Sarolangun, Merangin, Bungo, dan Kerinci.
2. Penyelenggaraan pendidikan keaksaraan fungsional, pelatihan tutor
keaksaraan fungsional, pelatiahan tenaga pendidik usia dini,
pembentukan/rintisan taman bacaan masyarakat, dan penyelenggaraan
kursus wira usaha desa.
REKOMENDASI
Dalam rangka lebih meningkatkan ketahanan pangan Provinsi Jambi, beberapa
langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan sebagai berikut:
1. Strategi percepatan pengembangan pangan
- Meningkatkan produktivitas lahan pertanian/sawah melalui pemberian
insentif kepada petani secara tepat sasaran dan tepat waktu. Perlunya
pemberian subsidi dalam pemenuhan stok pupuk dan obat anti
serangga/hama yang dapat digunakan untuk mendukung proses produksi
sehingga petani tetap dapat mempergunakan jumlah pupuk yang seimbang
dan sesuai untuk meningkatkan proses produksi. Hal ini perlu dilakukan
mengingat harga-harga pupuk serta obat anti serangga/hama mulai
meningkat harganya sehingga berpotensi tidak terjangkau bagi petani.
Selain itu, penyediaan bibit unggul akan membantu petani dalam
menghasilkan kualitas komoditas pangan yang baik dan berdampak pada
jumlah panen yang meningkat sehingga mampu mendongkrak margin
keuntungan petani. Sedangkan bantuan sarana pertanian kepada petani
dapat dijadikan insentif tambahan yang diharapkan mampu meminimalisir
keinginan petani dalam mengalih fungsikan lahannya.
- Perlunya pengaturan alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non-
pertanian melalui suatu kebijakan yang terintegrasi lintas sektor sehingga
stok kebutuhan pangan di Provinsi Jambi bisa ditingkatkan produktivitasnya.
Fenomena beralih fungsinya lahan pertanian (khususnya sawah) menjadi
lahan perkebunan serta ancaman menyusutnya lahan pertanian akibat
komersialisasi lahan sawah misalnya pendirian ruko-ruko, perumahan/real
estate, dan sebagainya perlu dibatasi dan diatur dengan baik sehingga
pemenuhan kebutuhan stok pangan yang berasal dari dalam Provinsi Jambi
minimal dapat dipertahankan/ditingkatkan. Pengaturan alih fungsi lahan
pertanian menjadi perumahan perlu diatur dan disusun dalam suatu tata
ruang kota/provinsi yang komprehensif serta perlunya disusun Perda yang
mengatur hal tersebut sehingga ketahanan pangan di Provinsi Jambi dapat
terus ditingkatkan.
- Perlunya pembangunan jalur irigasi yang mendukung peningkatan produksi
padi terutama di daerah-daerah yang belum memiliki saluran irigasi yang
memadai dan pemeliharaan jalur irigasi yang telah ada termasuk di sentra-
sentra produksi komoditas pangan. Hal ini diperlukan dalam rangka
menjaga ketersediaan air yang mendukung peningkatan produksi padi
terutama di saat musim kemarau.
2. Pelestarian Sumber Daya Air
- Dalam rangka meningkatkan fungsi hutan serta mendukung pelestarian
lingkungan melalui upaya konservasi, maka rehabilitasi hutan menjadi
strategi yang sangat diperlukan saat ini. Sebagaimana diketahui, salah satu
fungsi hutan sangat penting sebagai catchment area (daerah tangkapan
air). Daerah tangkapan air yang potensial sangat mendukung ketersediaan
air irigasi maupun air baku untuk mendukung produktivitas
(keberlangsungan) sektor pertanian.
- Konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS).
3. Ecodevelopment Strategy. Pemerintah Daerah sebaiknya mengadopsi
konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang
memasukan aspek konservasi, restorasi dan regenerasi didalam strategi
pembangunannya (ecodevelopment strategy). Oleh karena itu, setiap institusi
perencana pembangunan harus memiliki sense of forestry crisis dalam
merumuskan kebijakan pembangunannya sehingga setiap kebijakan
pembangunan ekonomi yang dirancang selalu mengarah pada upaya
penyelamatan sumber daya hutan yang tersisa.
4. Early Warning System dalam kewaspadaan pangan dan gizi. Perlunya
suatu sistem yang dapat mendeteksi terjadinya kerawanan pangan secara
terintegrasi lintas sektor serta berjenjang dari tingkat desa, kecamatan,
kabupaten dan provinsi. Sistem tersebut nantinya dapat memberikan isyarat
dini kepada Pemerintah Daerah (selaku penanggung jawab program
ketahanan pangan) untuk segera melakukan intervensi melalui program-
program/tindakan-tindakan untuk menanggulangi kerawanan pangan secara
efektif dan efisien.
Halaman ini sengaja dikosongkan
Boks 2. Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi
(Menggunakan Tahun Dasar 2007)1
Sampai dengan saat ini, salah satu data resmi yang bisa dijadikan ukuran
dalam mengukur tingkat kesejahteraan petani adalah nilai tukar petani atau biasa
disebut NTP. Nilai tukar petani (NTP) diukur oleh badan Pusat Statistik (BPS) secara
periodik (bulanan) dari beberapa provinsi. NTP adalah angka perbandingan antara
indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang
dinyatakan dalam bentuk persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk
pertanian dengan barang atau jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.
Sehingga, NTP dapat dikatakan sebagai cerminan atau indikator relatif tingkat
kesejahteraan petani.
Sampai dengan perhitungan NTP bulan April 2007, berarti sudah sekitar 14
tahun BPS menggunakan perhitungan NTP dengan tahun dasar 1993. Artinya, kondisi
pola produksi, struktur biaya, pola konsumsi rumah tangga petani, struktur geografis
pada tahun 1993 (yang dijadikan dasar perhitungan) sudah sangat berbeda jika
dibandingkan kondisi tahun 2008. Menyadari akan hal tersebut, BPS telah
menyiapkan diagram timbang baru dengan tahun dasar 2007 yang mulai digunakan
untuk menghitung NTP sejak bulan Mei 2008. Secara umum, beberapa perbedaan
antara NTP tahun dasar 1993 dengan NTP tahun dasar 2007 bisa dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan NTP Tahun Dasar 1993 dengan NTP Tahun Dasar 2007
NO HAL NTP TAHUN DASAR 1993 NTP TAHUN DASAR 2007
1 Tahun
Dasar 1993=100 2007=100
2 Cakupan
Provinsi 23 32
3 Sub Sektor Hanya dibagi 2, yaitu:
1. Tanaman Bahan Makanan.
2. Tanaman Perkebunan Rakyat.
Dibagi menjadi 5, yaitu:
1. Tanaman Pangan.
2. Hortikultura.
3. Perkebunan Rakyat.
4. Peternakan.
5. Perikanan. Sumber: BPS Provinsi Jambi
Nilai NTP sebenarnya diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima
petani (It) dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib). It merupakan sebuah
indikator tingkat kesejahteraan petani dari sisi pendapatan petani, sedangkan Ib dari
sisi pengeluaran petani. Semakin tinggi NTP, mencerminkan semakin sejahteranya
para petani. Syaratnya, harga produk pertanian naik dengan hasil produksi yang tetap
1 Perhitungan NTP mulai Bulan Mei 2008 telah menggunakan tahun dasar 2007. Data dan Informasi terutama bersumber dari Berita Resmi Statistik (BRS) BPS Provinsi Jambi No.33/07/15/Th.II, 1 Juli 2008.
maka pendapatan petani dari hasil panennya juga akan bertambah. Di sisi lain, NTP
juga bisa digunakan sebagai patokan kesejahteraan petani bila petani sebagai pemilik
sekaligus penggarap. Jika petani hanya sebagai penggarap, berapa pun perubahan
NTP relatif tidak terlalu berpengaruh. Hal ini dikarenakan keuntungan terbesar diraih
oleh pemilik.
Tabel 2. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2007=100)
APRIL MEI1 Tanaman Padi Palawijaa Indeks Diterima Petani 96.88 107.54 11.00
- Padi 92.78 104.31 12.43- Palawija 112.86 120.13 6.44
b Indeks Dibayar Petani 108.56 110.2 1.51- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 107.48 109.24 1.64- Indeks BPPBM 113.1 114.23 1.00Nilai Tukar Petani (NTP-P) 89.23 97.59 9.37
2 Hortikulturaa Indeks Diterima Petani 118.35 119.23 0.74
- Sayur-sayuran 126.76 126.42 -0.27- Buah-buahan 108.16 110.52 2.18
b Indeks Dibayar Petani 107.75 109.76 1.87- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 107.13 108.88 1.63- Indeks BPPBM 110.11 113.1 2.72Nilai Tukar Petani (NTP-H) 109.83 108.63 -1.09
3 Tanaman Perkebunan Rakyata Indeks Diterima Petani 116.21 119.94 3.21
- Tanaman Perkebunan Rakyat 116.21 119.94 3.21b Indeks Dibayar Petani 107.11 110.84 3.48
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 108.17 110.68 2.32- Indeks BPPBM 103.03 111.42 8.14Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 108.5 108.21 -0.27
4 Peternakana Indeks Diterima Petani 103.27 105.24 1.91
- Ternak Besar 101.69 102.31 0.61- Ternak Kecil 109.84 109.84 0.00- Unggas 101.15 108.45 7.22- Hasil Ternak 118.66 116.8 -1.57
b Indeks Dibayar Petani 106.63 108.63 1.88- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 106.06 107.98 1.81- Indeks BPPBM 107.43 109.52 1.95Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 96.84 96.88 0.04
5 Perikanana Indeks Diterima Petani 103.77 103.77 0.00
- Penangkapan 100.52 100.52 0.00- Budidaya 110.02 110.02 0.00
b Indeks Dibayar Petani 104.99 109.24 4.05- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 106.61 108.1 1.40- Indeks BPPBM 101.26 111 9.62Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 98.83 94.99 -3.89
a INDEKS YANG DITERIMA (It) 109.19 114.17 4.56b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) 107.53 110.19 2.47c NILAI TUKAR PETANI (NTPp) 101.54 103.61 2.04
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
KELOMPOK DAN SUB KELOMPOKPERSENTASE
PERUBAHAN (%)
BULAN
PROVINSI JAMBI
Dengan menggunakan tahun dasar 2007 (lihat tabel 2.), NTP Provinsi Jambi pada
bulan Mei 2008 sebesar 103,61 atau naik 2,04% dibandingkan bulan April (101,54).
Hal ini menunjukkan kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian relatif lebih
tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh
rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian.
Indeks harga yang diterima petani (It) dari 5 sub sektor menunjukkan fluktuasi
harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Mei 2008, It
mengalami kenaikan sebesar 4,56% dibandingkan bulan April 2008. Sementara itu,
dari 5 sub sektor NTP, sebanyak 4 sub sektor mengalami kenaikan yaitu tanaman
pangan (11,00%), hortikultura (0,74%), perkebunan rakyat (3,21%) serta peternakan
(1,91%).
Indeks harga yang diterima (Ib) mencerminkan fluktuasi harga barang dan jasa
yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan
bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk
memproduksi hasil pertanian. Pada bulan Mei 2008, Ib mengalami kenaikan 2,47%
dari sebesar 107,53 menjadi 110,19. Kenaikan ini juga diikuti oleh kenaikan 5 sub
sektor lainnya yaitu tanaman pangan, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat,
peternakan serta perikanan masing-masing sebesar 1,51%, 1,87%, 3,48%, 1,88%
dan 4,05%.
Sementara itu, dari 32 provinsi yang dilaporkan, Provinsi Jambi mengalami
kenaikan NTP dengan urutan ke-8 besar dari 22 provinsi yang mengalami kenaikan
NTP. Jika dibandingkan se Sumatera, kenaikan NTP Jambi merupakan yang terbesar
diikuti oleh Lampung dan Sumatera Selatan.
Dari data dan informasi diatas, setidaknya ada beberapa kegunaan dari data nilai
tukar petani (NTP), antara lain:
1. Memperlihatkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang
dihasilkan petani yang dapat digunakan sebagai data pendukung dalam
menghitung pendapatan sekto pertanian.
2. Menunjukkan fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh
masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar,
serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi
hasil pertanian.
3. NTP menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang atau jasa
yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. NTP dapat digunakan sebagai
cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani.
4. NTP dapat digunakan untuk membandingkan tingkat kesejahteraan petani
disetiap provinsi sehingga dapat diketahui strategi kebijakan bidang pertanian
yang berhasil serta kurang berhasil di setiap daerah.
Untuk mengukur angka inflasi/deflasi di wilayah pedesaan, dapat digunakan
indeks konsumsi rumah tangga (IKRT). Dari lima sub sektor yang ada dalam
penghitungan NTP, secara relatif kelima sektor tersebut mengalami kenaikan harga-
harga. Pada bulan Mei 2008, IKRT Jambi meningkat sebesar 1,92%, jauh diatas
angka IKRT secara nasional yang sebesar 1,19%. Beberapa penyebab inflasi pedesaan
oleh sub sektor tanaman perkebunan rakyat sebagai akibat adanya kenaikan pupuk
dan BBM.
Tabel 3. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Bulan Mei 2008
SEKTORBAHAN
MAKANANMAKANAN
JADIPERUMAHAN SANDANG KESEHATAN
PENDIDIKAN, REKREASI & OLAHRAGA
TRANSPORTASI&KOMUNIKASI
KONSUMSI RUMAH TANGGA
Tanaman Pangan 1.19 2.34 2.63 0.17 0.00 0.00 10.16 1.63Hortikultura 1.19 2.33 2.63 0.20 0.00 0.00 10.25 1.63Tanaman Perkebunan 1.25 1.34 8.97 0.09 0.00 0.00 16.67 2.33Peternakan 1.41 1.72 1.85 0.20 0.00 0.00 11.91 1.81Perikanan 1.21 1.3 2.56 0.10 0.00 0.00 9.87 1.41PROVINSI JAMBI 1.24 1.83 2.61 0.35 0.33 -1.73 8.37 1.92NASIONAL 1.65 0.52 1.17 0.29 0.94 0.33 1.12 1.19Sumber: BPS Provinsi Jambi
REKOMENDASI
Untuk lebih menyempurnakan perhitungan nilai NTP serta dalam rangka memberikan
data/informasi yang up to date kepada stakeholders, beberapa saran yang dapat
dipertimbangkan dalam perhitungan dan pengumuman NTP antara lain:
1. Penyempurnaan perhitungan NTP
- Kedepannya, dalam perhitungan NTP perlu juga mengukur tingkat
pendapatan petani secara total. Maksudnya, tidak hanya sekedar
pendapatan petani dari komoditas tertentu saja. Sehingga, bisa lebih di-
eksplore lagi pengukuran tingkat kesejahteraan petani.
- Perluasan sektor-sektor (komoditas pertanian, peternakan, perikanan) yang
diukur menjadi lebih detail (misalnya komoditas karet, kelapa sawit atau
komoditas lainnya yang relevan dengan perkembangan sektor pertanian,
peternakan, perikanan).
2. Keterkinian Data
- Dalam rangka mendukung keterkinian data NTP, lag (jeda) antara bulan
laporan perhitungan NTP dengan pengumuman nilai NTP bulan dimaksud
tidak terlalu lama, maksimal 14 hari (10 hari kerja) setelah bulan laporan
berakhir. Sehingga, stakeholders pengguna data NTP bisa menggunakan
data NTP untuk keperluan pengambilan kebijakan, analisis dll secara lebih
tepat dan cepat.
- Penggantian tahun dasar sebaiknya 5 (lima) tahun sekali, atau bisa
dipercepat jika memang ada perubahan struktur pertanian secara radikal
(krisis dll)
BAB II PERKEMBANGAN HARGA-HARGA
A. Kajian Umum
Inflasi Kota Jambi pada triwulan II tahun 2008 sebesar 13,99% (y-o-y),
meningkat signifikan dibandingkan triwulan I tahun 2008 yang masih sebesar
6,37% (y-o-y). Dampak dari naiknya harga BBM bersubsidi secara rata-rata
28,7% pada akhir Mei 2008 berdampak pada meningkatnya sebagian besar
harga barang dan jasa pada triwulan laporan.
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2003 2004 2005 2006 2007 2008
Persen (%)
Bulanan (m-t-m) Year on year (y-o-y) Year to date (y-t-d)
Sementara itu, inflasi tahun kalender triwulan I tahun 2008 yang masih
sebesar 2,16% (y-t-d) melonjak sekitar 769 bps menjadi sebesar 9,85% (y-t-d).
Selama periode 5 (lima) tahun terakhir, inflasi tahunan (y-t-d) pada bulan Juni
2008 adalah yang tertinggi (lihat grafik 2.2). Sedangkan pergerakan inflasi
bulanan yang tercatat di bulan April, Mei dan Juni 2008 masing-masing sebesar
0,57%(m-t-m), 2,53%(m-t-m) dan 4,19%(m-t-m).
31
INFLASI
Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Kota Jambi Periode Tahun 2003 s.d. Juni 2008
y-t-d (%)
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2003 2004 2005
2006 2007 2008
Inflasi yang terjadi pada triwulan laporan terutama berasal dari
meningkatnya angka inflasi dari kelompok bahan makanan, kelompok makanan
jadi serta kelompok transportasi (lihat tabel 2.1.). Meningkatnya angka inflasi
terutama disebabkan oleh kenaikan harga BBM bersubsidi sehingga berpengaruh
terhadap kenaikan biaya input produksi serta biaya distribusi. Sebagaimana
diketahui, hampir sebagian besar bahan makanan di Kota jambi didatangkan dari
luar daerah sehingga komponen biaya distribusi cukup besar pengaruhnya. Di sisi
lain, faktor naiknya harga beberapa komoditas bahan pangan dan CPO di pasar
internasional juga turut mempengaruhi harga-harga komoditas dimaksud pada
tingkat regional (Jambi).
Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
yoy ytd yoy ytd
I Bahan Makanan 11.77 4.06 29.56 16.55
II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 5.59 3.11 13.28 10.66
III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 4.48 0.28 6.10 4.65
IV Sandang 3.99 1.70 8.92 4.08
V Kesehatan 0.45 0.24 5.81 6.99
VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 1.75 0.00 4.53 3.19
VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 1.18 0.60 8.72 9.68
INFLASI 6.37 2.16 13.99 9.85
Sumber : BPS (diolah)
Triwulan I-2008 Triwulan II-2008KELOMPOK
32
INFLASI
Dibandingkan dengan inflasi secara nasional, inflasi Kota Jambi secara
tahunan (y-o-y) meningkat cukup signifikan sebesar 762 bps menjadi sebesar
13,99%(y-o-y) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencapai 6,37% (y-o-y), (lihat grafik 2.3). Laju inflasi tahunan nasional pada
triwulan laporan sebesar 11,03% (y-o-y) atau meningkat sebesar 286 bps
dibandingkan triwulan sebelumnya.
Grafik 2.3. Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi Grafik 2.4. Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan Kota sekitarnya
8.437.66
4.49
8.468.96
7.25
9.65
6.677.
6.20
5.11
6.836.27 6.40
8.81
7.40
9.06
6.52
8.17
16.
11.03
6.59
6.95
14.55
17.11
5.77
5.06
6.837.12
15.53
15.74
6.652
16.35
10.66
12.62
10.96
6.37
13.99
7.42
16.50
9.92
4.675.12
10
15.12
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2003 2004 2005 2006 2007 2008
Persen
Kota Jambi Nasional
Grafik 2.3
catatan: Inflasi bulan Juni 2008 menggunakan tahun dasar 2007
0
5
10
15
20
25
30
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2003 2004 2005 2006 2007 2008
Y-O-Y
Bengkulu Jambi Padang Palembang Pekanbaru
Grafik 2.4
33
INFLASI
Perkembangan secara regional, tingkat inflasi di Jambi tertinggi
dibandingkan daerah sekitarnya. Inflasi di Jambi lebih tinggi dibandingkan
Palembang (13,96%/y-o-y), Padang(12,67%/y-o-y), Pekanbaru (9,89%/y-o-y),
dan Bengkulu(13,81%/y-o-y) pada triwulan laporan.11
B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang
Dilihat per sub kelompok, inflasi tahunan tertinggi pada triwulan laporan
adalah sub kelompok kacang-kacangan. Sementara itu, beberapa sub kelompok
yang mengalami penurunan harga (deflasi) adalah sub kelompok komunikasi dan
pengiriman serta sub kelompok olahraga.
Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) serta Tahun Kalender (y-t-d) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
yoy ytd yoy ytdI. BAHAN MAKANAN 11.77 4.06 29.56 16.55a. PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA -11.85 -4.47 22.60 10.78b. DAGING-DAN HASIL-HASILNYA 8.76 3.07 36.73 26.29c. IKAN SEGAR 9.38 4.54 20.49 19.92d. IKAN DIAWETKAN 2.89 0.00 18.96 12.99e. TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA 15.70 2.33 16.57 7.03f. SAYUR-SAYURAN 51.15 -5.55 38.69 1.30g. KACANG-KACANGAN 50.10 40.78 61.94 59.95h. BUAH-BUAHAN 9.22 1.17 15.25 2.37i. BUMBU-BUMBUAN 13.54 17.13 34.74 12.83j. LEMAK DAN MINYAK 48.70 18.14 53.80 36.38k. BAHAN MAKANAN LAINNYA 4.53 -1.05 26.85 21.85II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 5.59 3.11 13.28 10.66a. MAKANAN JADI 8.93 4.57 18.92 14.01b. MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL -2.69 0.81 2.63 2.87c. TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL 5.05 1.94 7.85 7.89III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 4.48 0.28 6.10 4.65a. BIAYA TEMPAT TINGGAL 8.39 0.25 8.00 5.06b. BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR 0.07 0.06 4.50 4.50c. PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA 5.62 0.91 3.25 2.18d. PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA 2.43 1.33 3.81 5.10IV. SANDANG 3.99 1.70 8.92 4.08a. SANDANG LAKI-LAKI 0.61 0.21 3.31 1.38b. SANDANG WANITA 1.97 0.75 1.99 1.54c. SANDANG ANAK-ANAK 0.20 0.00 4.64 2.82d. BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA 20.32 8.32 30.93 11.44V. KESEHATAN 0.45 0.24 5.81 6.99a. JASA KESEHATAN 0.00 0.00 13.19 15.88b. OBAT-OBATAN 1.02 0.24 0.53 0.75c. JASA PERAWATAN JASMANI 2.58 2.58 5.63 5.64d. PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA 0.25 0.00 1.02 1.47VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 1.75 0.00 4.53 3.19a. JASA PENDIDIKAN 1.36 0.00 5.83 4.17b. KURSUS-KURSUS / PELATIHAN 0.00 0.00 0.00 0.00c. PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN 3.01 0.00 2.45 1.45d. REKREASI 3.14 0.00 4.58 3.11e. OLAHRAGA 0.65 0.00 -1.92 0.00VII TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 1.18 0.60 8.72 9.68a. TRANSPOR 1.39 0.76 18.66 20.38b. KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN 0.13 0.00 -13.29 -13.33c. SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR 1.03 0.00 0.42 0.00d. JASA KEUANGAN 0.00 0.00 1.76 1.76
INFLASI (UMUM) 6.37 2.16 13.99 9.85
Sumber : BPS (diolah)
Triwulan I-2008 Triwulan II-2008KELOMPOK/SUBKELOMPOK
11 Sumber: Data BPS (diolah) dari Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter, BI.
34
INFLASI
1. Kelompok Bahan Makanan
Kelompok bahan makanan pada triwulan II tahun 2008 mengalami
inflasi sebesar 29,56% (y-o-y). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tertinggi
terjadi pada sub kelompok kacang-kacangan sebesar 61,94% (y-o-y), diikuti oleh
sub kelompok lemak dan minyak sebesar 53,80% (y-o-y) dan sub kelompok
sayur-sayuran sebesar 38,69% (y-o-y).
Tingginya inflasi pada sub kelompok kacang-kacangan sangat
dipengaruhi oleh harga kedelai yang merupakan bahan baku beberapa
komoditas dalam sub kelompok kacang-kacangan yaitu tempe, tahu dan taucho.
Harga rata-rata kedelai impor bergerak dari Rp7.500/kg menjadi Rp8.000/kg.
Naiknya harga kedelai tersebut tentunya berimbas pada naiknya harga tempe,
tahu mentah dan taucho pada periode triwulan laporan.
Grafik 2.5. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng
(Ringgit/Ton)
2513
3537
8205
10833
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2006 2007 2008
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
3500
4500
5500
6500
7500
8500
9500
10500
11500
12500
(Rp/Kg)
CPO internasional (aksis kiri)
Minyak goreng lokal (aksis kanan)
Walaupun tren peningkatan harga crude palm oil (CPO) di pasar
internasional sempat menurun pada triwulan sebelumnya, namun pada triwulan
laporan harga CPO mulai bergerak naik kembali sehingga berdampak pada harga
minyak goreng curah (tanpa merek). Harga CPO internasional yang pada Juni
2007 masih sebesar 2.513 ringgit/ton, pada bulan Juni 2008 menjadi 3.573
ringgit/ton. Sejalan dengan perkembangan tersebut, harga rata-rata minyak
goreng curah (tanpa merek) di Provinsi Jambi terus mengalami kenaikan dari
Rp8.205 pada bulan Juni 2007 menjadi Rp10.833 pada bulan Juni 2008. Bahkan,
35
INFLASI harga rata-rata triwulanan minyak goreng curah merupakan yang tertinggi
selama beberapa tahun terakhir.
Grafik 2.6. Perkembangan Harga Tepung Terigu
(USD/Bushel)
582
843.5
4630
7500
0
200
400
600
800
1000
1200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2006 2007 2008
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
3000
3500
4000
4500
5000
5500
6000
6500
7000
7500
8000
8500
(Rp/Kg)
Wheat/Gandum (aksis kiri)
Tepung Terigu lokal (aksis kanan)
Perkembangan harga tepung terigu merek Segitiga Biru mencapai harga
rata-rata tertingginya pada Bulan Juni 2008 sebesar Rp7.500/kg. Sebagaimana
diketahui, gandum yang merupakan bahan baku tepung terigu terus menanjak
harganya di pasar internasional. Harga gandum yang pada Juni 2007 masih
sebesar USD 582/bushel, pada Juni 2008 menjadi USD 843.5/bushel. Kenaikan
harga gandum pada akhirnya akan berdampak pada naiknya harga tepung
terigu.12
Sementara itu, meningkatnya inflasi yang cukup tinggi pada kelompok
sayur-sayuran merupakan imbas dari kenaikan harga BBM. Sebagaimana
diketahui, komoditas cabai rawit, cabai merah, kol, wortel, buncis, kacang
panjang dan beberapa komoditas sayuran lainnya didatangkan dari luar
daerah/dari luar Kota Jambi (Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Utara)
sehingga biaya transportasi merupakan salah satu faktor utama yang memicu
kenaikan harga.
12 Satu bushel setara dengan 27 kg.
36
INFLASI
Sejalan dengan kenaikan harga sayur-sayuran, harga sub kelompok
bumbu-bumbuan juga mengalami peningkatan. Sebagaimana sub kelompok
sayur-sayuran, sebagian besar komoditas bumbu-bumbuan juga didatangkan
dari luar Kota Jambi. Pada periode triwulan laporan, harga bumbu-bumbuan
cenderung berfluktuatif namun di bulan Juni 2008 mulai menunjukkan tren
kenaikan. Hal ini dikarenakan komoditas bumbu-bumbuan sangat bergantung
dari kondisi pasokan. Disamping itu, naiknya biaya transportasi juga menjadi
pertimbangan utama pedagang dalam menetukan harga.
Grafik 2.7. Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang
(Rp/kg)
0
5000
10000
15000
20000
25000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2006 2007 2008
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
Cabe Merah Keriting Cabe merah Biasa Bawang Putih Bawang Merah
Sub kelompok lain yang juga mengalami inflasi cukup tinggi adalah sub
kelompok daging dan hasil-hasilnya. Harga daging memang menujukkan tren
kenaikan harga rata-rata bulanan selama periode triwulan laporan baik daging
ayam maupun daging sapi. Sementara, harga beras lokal (IR 64) yang cenderung
stabil dalam beberapa bulan terakhir mengalami kenaikan harga pada bulan Juni
2008 sejalan dengan kenaikan harga beras di tingkat internasional
37
INFLASI
Grafik 2.8. Perkembangan Harga Jagung Grafik 2.9. Perkembangan Harga Daging
(USD/Bushel)
329.5
724.75
2000
3500
0
100
200
300
400
500
600
700
800
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2006 2007 2008
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
(Rp/Kg)
Jagung internasional (aksis kiri)
Jagung pipilan kering (aksis kanan)
Grafik 2.8
(Rp/Kg)
0
8000
16000
24000
32000
40000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2006 2007 2008
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
(Rp/Kg)
45000
50000
55000
60000
65000
Ayam Kampung (aksis kiri)
Daging Ayam Broiler (aksis kiri)
Daging Sapi Murni (aksis kanan)
Grafik 2.9
Grafik 2.10. Perkembangan Harga Beras13
(USD/CWT)
10.39
20.21
5000
5667
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2006 2007 2008
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
3500
4000
4500
5000
5500
6000
(Rp/Kg)
Beras internasional (aksis kiri)lokal IR 64 (aksis kanan)
2. Kelompok Makanan Jadi
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan
II tahun 2008 mengalami inflasi sebesar 13,28% (y-o-y) dengan laju inflasi tahun
kalender sebesar 10,66% (y-t-d). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi
tertinggi tercatat pada sub kelompok makanan jadi sebesar 18,92% (y-o-y),
diikuti sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol (7,85%/y-o-y) serta sub
kelompok minuman yang tidak beralkohol (2,63%/y-o-y).
Naiknya harga bahan makanan tentunya berimbas pada meningkatnya
harga makanan jadi seperti nasi rames, ketupat/lontong sayur, gado-gado, sate
13 Cwt maksudnya hundredweight (100 pounds). 1 pounds setara dengan 453,59 gram / 0,453 kg. Jadi 100 pounds sekitar 45,3 kg
38
INFLASI
dan soto. Disamping itu, meningkatnya biaya transport akan berdampak pada
naiknya harga minuman dan rokok.
3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan II
tahun 2008 mengalami inflasi sebesar 6,10% (y-o-y) atau dengan laju inflasi
tahun kalender mencapai 4,65% (y-t-d). Berdasarkan sub kelompoknya, sub
kelompok biaya tempat tinggal mengalami inflasi tertinggi sebesar 8,00%, diikuti
dengan sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air (4,50%/y-o-y), sub
kelompok penyelenggaraan rumah tangga (3,25%/y-o-y) serta sub kelompok
perlengkapan rumah tangga (3,25%/y-o-y).
Sub kelompok biaya tempat tinggal yang sebagian besar terdiri dari
bahan material seperti semen, besi beton, paku, batu, kayu lapis dll mengalami
kenaikan harga setelah pengumuman kenaikan harga BBM. Disamping itu, masih
meningkatnya demand masyarakat terhadap kebutuhan rumah/tempat tinggal
serta mulai terakselerasinya proyek fisik Pemerintah Daerah menyebabkan harga-
harga bahan material meningkat.
4. Kelompok Sandang
Kelompok sandang pada triwulan II tahun 2008 mengalami inflasi
sebesar 8,92% (y-o-y) atau dengan laju inflasi tahun kalender mencapai 4,08%
(y-t-d). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi adalah sub
kelompok barang pribadi dan sandang lainnya sebesar 30,93% (y-o-y), diikuti sub
kelompok sandang anak-anak (4,64%/y-o-y), sub kelompok sandang laki-laki
(3,31%/y-o-y) serta sub kelompok sandang wanita (1,99%/y-o-y).
Komoditas emas perhiasan masih merupakan komoditas utama
penyumbang inflasi pada kelompok sandang. Meningkatnya harga emas terkait
dengan peningkatan harga internasional yang terus berlangsung selama periode
triwulan laporan. Harga emas di pasar internasional telah mencapai USD 925,4
per troy ounce pada akhir Juni 2008 atau meningkat dibandingkan posisi pada
akhir Maret 2008 sebesar 916,88 per troy ounce.14 Bahkan dibandingkan harga
bulan Juni 2007 yang sebesar 649,65 per troy ounce, harga emas sudah 14 Sumber: Bloomberg. Satu troy ounce setara dengan 31,1034768 gram (http://en.wikipedia.org)
39
INFLASI meningkat sebesar 42,45%. Hal inilah yang menyebabkan para pedagang emas
terus menyesuaikan harga. Harga emas (logam mulia) di Jambi pada bulan Juni
2008 sebesar Rp197.500/gram untuk emas 22 karat serta sebesar
Rp276.000/gram untuk 24 karat.15
Grafik 2.11. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional
Harga Emas (USD/Troy Ounce)
649.65
925.4
833.92
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
1100
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6
2005 2006 2007 2008
Sumber: Bloomberg
5. Kelompok Kesehatan
Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 5,81% (y-o-y) pada
triwulan II tahun 2008 atau dengan laju inflasi tahun kalender sebesar 6,99% (y-
t-d). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi dialami oleh sub
kelompok jasa kesehatan sebesar 13,19% (y-o-y), diikuti sub kelompok jasa
perawatan jasmani (5,63%/y-o-y), sub kelompok perawatan jasmani dan
kosmetika (1,02%/y-o-y) serta sub kelompok obat-obatan (0,53%/y-o-y).
6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan II tahun 2008
mengalami inflasi sebesar 4,52% (y-o-y). Sub kelompok jasa pendidikan
mengalami inflasi tahunan tertinggi sebesar 5,83% (y-oy) diikuti dengan sub
kelompok rekreasi (4,58%/y-o-y). Sementara itu, sub kelompok olahraga
mengalami deflasi pada triwulan laporan sebesar minus 1,92% (y-o-y).
7. Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
Peningkatan harga yang terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi
dan jasa keuangan di kota Jambi pada triwulan II tahun 2008 sebesar 8,72% (y-o- 15 Sumber: BPS Provinsi Jambi.
40
INFLASI
y) dengan laju inflasi tahun kalender sebesar 9,68%(y-t-d). Berdasarkan sub
kelompoknya, urutan inflasi tertinggi adalah sub kelompok transpor sebesar
18,66% (y-o-y), diikuti sub kelompok jasa keuangan (1,76%/y-o-y), dan sub
kelompok sarana dan penunjang transpor (0,42%/y-o-y). Sementara itu, sub
kelompok komunikasi dan pengiriman mengalami deflasi pada triwulan laporan
sebesar minus 13,29% (y-o-y).
Grafik 2.12. Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional
Harga Minyak (USD/Barrel)
91.75
140
70.68
0
25
50
75
100
125
150
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2005 2006 2007 2008
Sumber: Bloomberg
Dampak dari kenaikan harga minyak dunia ke level yang sangat tinggi
memaksa Pemerintah Pusat untuk menaikkan harga BBM bersubsidi.
Meningkatnya harga BBM bersubsidi secara rata-rata sebesar 28,7% pada akhir
bulan Mei berdampak pula pada meningkatnya harga jasa angkutan. Angkutan
kota naik sebesar 47% untuk umum dan 50% untuk pelajar dan mahasiswa.
Sedangkan tarif angkutan kota dalam propinsi (AKDP) naik dengan batasan tarif
ambang batas atas sebesar Rp155/orang/km sedangkan tarif ambang bawah Rp
96/orang/km.
Di sisi lain, menyambut masa libur sekolah, penyedia jasa penerbangan
mulai menaikkan tarifnya. Demand masyarakat terhadap permintaan tiket
pesawat untuk berlibur keluar Jambi semakin meningkat apalagi liburan sekolah
cukup lama. Meningkatnya demand namun jumlah penerbangan yang relatif
belum banyak (dari dan ke Jambi) berimbas pada naiknya harga tiket pesawat.
41
Halaman ini sengaja dikosongkan
Boks 3.
Dinamika Inflasi Jambi dan Kenaikan Harga BBM
Provinsi Jambi merupakan Provinsi yang banyak bergantung pada pasokannya
provinsi lain. Dengan struktur seperti ini, kenaikan BBM per tanggal 25 Mei 2008
lalu berpotensi akan menyebabkan peningkatan harga di Provinsi Jambi yang relatif
lebih besar dibandingkan Provinsi lain. Untuk mengukur dan memproyeksikan
dampak kenaikan harga BBM terhadap inflasi Jambi merupakan tujuan yang
dipaparkan dalam boks ini.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga tidak lepas dari kondisi
penawaran dan permintaan sektoral di Provinsi Jambi, serta interaksi permintaan
dan penawaran Provinsi Jambi dengan Provinsi lain. Penelusuran pertama adalah
dampak kenaikan harga BBM terhadap biaya produksi. Besarnya dampak langsung
ini tergantung pada intensitas penggunaan BBM dalam struktur produksi masing-
masing sektor. Ketika komoditi ini dipergunakan sebagai input oleh industri lain
yang tidak mempergunakan BBM secara langsung dalam struktur produksi, maka
industri lain akan merasakan dampak tidak langsung dari kenaikan harga BBM.
Karena sifatnya yang looping dan agregat, dampak tidak langsung ini umumnya
lebih besar dibandingkan dengan dampak langsung.
Selain input antara, input primer juga berpotensi mengalami peningkatan.
Pengaruh kenaikan harga BBM akan meningkatkan ekpektasi inflasi pekerja yang
mendorong peningkatan upah. Pada sisi lain, melalui Fischer effect, kenaikan inflasi
cenderung meningkatkan suku bunga yang merupakan biaya atas input modal.
Penelusuran kedua terkait dengan margin transportasi. Setiap pemindahan
komoditas dari produsen ke pengguna (user) membutuhkan biaya transportasi, di
mana mode angkutan, jarak dan struktur pasar jasa angkutan merupakan penentu
utama besarnya biaya ini. Kategori pengguna terdiri dari industri dan final user yang
meliputi rumah tangga, pemerintah, investor, impor yang merepresentasikan final
user domestik dan ekspor yang merepresentasikan final user asing. Perilaku masing-
masing agen ini merupakan penelusuran ketiga yang penting dan selalu menarik
untuk dilakukan. Disini, variabel tujuan, kemampuan, rasionalitas, dan preferensi
final user akan menentukan reaksi dan antisipasi atas semua perubahan yang
diinisiasi oleh kenaikan harga BBM.
Fokus pada kondisi Provinsi Jambi yang terkait erat dengan pasokan dari luar,
maka tulisan dalam box ini memfokuskan analisa pada isu transportasi dan
kelompok komoditas Bahan Makanan yang memberikan kontribusi besar terhadap
pergerakan inflasi di Jambi. Analisa ini dilakukan dengan asumsi bahwa efek
peningkatan harga BBM terhadap ketiga aspek yang disebutkan di atas, telah
terefleksi secara sempurna dalam fluktuasi harga masing-masing komoditi.
Beberapa karakateristik Provinsi Jambi yang terekam dalam KER Bank
Indonesia tahun 2007 menunjukkan bahwa (i) pertumbuhan Ekonomi Jambi
mencatat 6,61% (yoy) pada tahun 2007, lebih tinggi dari tahun 2006 sebesar
5,89% (yoy), (ii) Inflasi pada tahun 2007 tercatat sebesar 7,42% (yoy), lebih rendah
dibanding inflasi tahun 2006 sebesar 10,66%, (iii) Perkembangan Perbankan di
Jambi pada tahun 2007 masih menunjukkan kinerja yang baik, (iv) realisasi belanja
APBD Provinsi Jambi tertinggi dalam 3 tahun terakhir (85,70%), sedangkan untuk
belanja modal mencapai 91,09%, (v) perkembangan sistem pembayaran untuk
transaksi tunai dan non-tunai (kecuali RTGS) mengalami penurunan, (vi) jumlah
pencari kerja & PDRB per kapita meningkat dan jumlah penduduk miskin
mengalami penurunan. Dengan kondisi seperti ini, pertumbuhan ekonomi Jambi
tahun 2008 diperkirakan sebesar 5,8%-6,2% (skenario pesimis) dan 6,3%-6,8%
(skenario optimis) dengan proyeksi inflasi tahunan berada pada kisaran 7,7% ±1,
(KER Jambi, 2007). Proyeksi ini mungkin mengalami perubahan mengingat
perubahan harga BBM baru-baru ini.
Untuk menelusuri karakteristik harga, permintaan dan penawaran pada
perekonomian Jambi, dalam paper ini diaplikasikan metode Vektor Autoregressive
(VAR) sederhana, yang merupakan sistem dari variabel inflasi (mtm) dan
serangkaian indeks harga komoditas (ihk) komoditas yang memberikan sumbangan
besar terhadap inflasi Jambi, yakni makanan, sewa rumah, ikan, dairy product, jasa
transportasi dan harga BBM 1. Fokus analisis pada komoditas ini ditujukan untuk
mengurai lebih kelompok Bahan Makanan yang menjadi penyumbang terbesar
inflasi Jambi.
Meski dengan ketersediaan data struktur margin transportasi untuk
perkomoditas, namun untuk menangkap perbedaan pengaruh harga BBM
berdasarkan alur distribusi, sistem ini membedakan biaya transportasi antar kota
(AKAP) dan angkutan dalam kota (AKDP). Bersama dengan harga BBM yang juga
terbagi menjadi harga bensin dan solar, biaya transportasi diinternalisasi kedalam
sistem VAR sebagai variabel eksogen.
Spesifikasi formal model VAR diberikan di bawah ini. Perlu dipertegas, bahwa
harga BBM diinternalisasi kedalam sistem dalam bentuk lead variable, tepatnya 1
periode kedepan yang didasarkan pada investigasi model empiris2. Hal ini sejalan
dengan antisipasi agen yang lebih dini atas informasi rencana peningkatan harga
BBM oleh pemerintah.
1 Identifikasi komprehensif membutuhkan pelacakan sektoral yang lebih rinci dari 320
komoditas yang terdata bulanan, termasuk variasi spasial lintas kabupaten yang ada dalam Provinsi Jambi. Namun penulis menganggap 5 sektor ini sudah cukup untuk sementara.
2 Dalam investigasi empiris, lead variable 1 sampai 3 periode tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Pemilihan lead terdekat dilakukan untuk mempertahankan horison waktu forecasting yang tidak terlalu jauh.
, dimana dan ∑=
− ++=p
iititsitisit xyy
1
. εBA
⎥⎥⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
=
nt
t
t
t
it
p
pp
...2
1
π
y
⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
= +
+
t
t
t
t
it
akdppakappfuelbpfuelap
__
__
1
1
x
Identifikasi pengaruh biaya transportasi terhadap komoditas utama penentu
inflasi di Jambi ditunjukkan pada Gambar 1. Sejalan dengan ketergantungan
perekonomian Jambi terhadap pasokan dari luar, biaya transportasi memiliki
pengaruh terbesar terhadap komoditas sayur-sayuran, susu - telur dan hasil-
hasilnya, dan komoditas lemak dan minyak. Secara umum pengaruh kenaikan biaya
transportasi ini bersifat persisten terhadap harga-harga komoditas sehingga akan
terefleksi pada tingkat harga dalam periode-periode selanjutnya. Waktu
penyesuaian harga akibat suatu shock pada masing-masing komoditas sangat
tergantung pada struktur pasar masing-masing. Berdasarkan estimasi model, harga
komoditas Minyak dan Lemak bereaksi cukup lambat terhadap kenaikan biaya
tranportasi dan membutuhkan waktu 4 periode untuk penyesuaian harga.
Transmisi lebih lanjut dari kenaikan biaya tranport ke harga komoditas adalah
dari harga komoditas ke inflasi Jambi. Secara umum peningkatan harga komoditas
secara langsung berpengaruh terhadap inflasi dalam periode yang sama, kecuali
untuk minyak dan lemak yang berpengaruh terhadap inflasi setelah 1 periode.
Melalui komoditas ini total waktu transmisi shock kenaikan harga BBM sampai ke
inflasi membutuhkan waktu 3 bulan. Gambar 1 Respon IHK Komoditas di Jambi terhadap Inovasi Biaya Transportasi
-0.4
0.0
0.4
0.8
1.2
1.6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of IHK_TRANSPORT to IHK_TRANSPORT
-0.4
0.0
0.4
0.8
1.2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of IHK_DAIRY to IHK_TRANSPORT
-0.8
-0.4
0.0
0.4
0.8
1.2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of IHK_DWELLING to IHK_TRANSPORT
-1
0
1
2
3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of IHK_FAT to IHK_TRANSPORT
-2
-1
0
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of IHK_FISH to IHK_TRANSPORT
-1.6
-1.2
-0.8
-0.4
0.0
0.4
0.8
1.2
1.6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of IHK_MEAT to IHK_TRANSPORT
-0.5
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of IHK_PADDY to IHK_TRANSPORT
-2
0
2
4
6
8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of IHK_VEGT to IHK_TRANSPORT
-.4
-.2
.0
.2
.4
.6
.8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of INF_MTM to IHK_TRANSPORT
Response to Generalized One S.D. Innovations ± 2 S.E.
Secara umum, pengaruh perkembangan harga setiap komoditi terhadap
inflasi Jambi dapat didekomposisi sebagaimana terlihat pada Tabel 1. Komoditi yang
memberikan pengaruh yang besar terhadap variasi inflasi Jambi adalah biaya
transportasi (13.1%), pergerakan harga Ikan (13.3%), Minyak dan Lemak (11.7%),
dan Padi-padian (11,4%). Sewa rumah memberikan kontribusi terkecil (2,8%)
terhadap variasi inflasi Jambi.
Hasil dekomposisi ini merujuk pada kondisi aktual perekonomian Jambi yang
terefleksi pada besar dan pergerakan harga dari waktu ke waktu. Hasil ini
memberikan kita indikasi terukur tentang kondisi pasokan dan interaksinya dengan
pola konsumsi masyarakat Jambi. Dalam kasus kenaikan BBM ini, kebijakan
antisipasi untuk pengendalian inflasi seyogyanya memiliki sekuense penanganan
sektoral yang dimulai dari sektor dengan reaksi paling cepat. Guidance yang lebih
kaya dapat diperoleh dengan memperhitungkan kondisi spesifik 10 kabupaten
dalam Provinsi Jambi sehingga penanganan juga dapat mempertimbangkan
sekuense wilayah yakni apakah penanganan dimulai dari kabupaten a atau b.
Tabel 1 Dekomposisi Variasi Inflasi Jambi (mtm)
Period S.E. TRANSPORT DAIRY DWELLING FAT FISH MEAT PADDY VEGT INF_MTM 1 1.22 15.20 4.64 2.65 0.02 10.31 11.47 12.98 5.01 37.73 2 1.25 14.44 5.39 2.28 11.86 8.71 9.75 11.04 4.39 32.14 3 1.36 13.44 5.05 2.96 11.23 11.89 9.14 11.68 4.65 29.96 4 1.47 13.17 4.99 2.85 11.70 13.15 8.82 11.53 5.09 28.70 5 1.58 13.11 4.96 2.84 11.73 13.26 8.78 11.44 5.40 28.49 6 1.68 13.10 5.02 2.84 11.71 13.25 8.77 11.42 5.43 28.47 7 1.78 13.09 5.07 2.84 11.69 13.27 8.75 11.41 5.48 28.41 8 1.87 13.08 5.13 2.85 11.68 13.27 8.74 11.39 5.49 28.37 9 1.94 13.08 5.15 2.86 11.67 13.28 8.74 11.39 5.49 28.35
10 1.99 13.07 5.15 2.88 11.67 13.29 8.74 11.38 5.49 28.33 Cholesky Ordering: TRANSPORT DAIRY DWELLING FAT FISH MEAT PADDY VEGT INF_MTM
Jika ditelusuri lebih lanjut, pengaruh kenaikan IHK pada setiap komoditi akan
hilang dalam kurun waktu 4-6 bulan. Ini berarti dampak kenaikan harga BBM
terhadap tingkat inflasi Jambi akan masih terasa sampai Desember 2008. Pengaruh
biaya angkutan kota antara Provinsi (AKAP) terhadap inflasi adalah sebesar 0.104;
menunjukkan bahwa untuk setiap peningkatan 1% biaya transportasi lintas Provinsi
akan berkontribusi sebesar 0.104% terhadap peningkatan inflasi (mtm) Jambi.
Kontribusi ini lebih besar dari angkutan dalam kota (AKDP) dengan koefisien
marginal sebesar 0,07.
Gambar 3 Respon Inflasi (mtm) Jambi terhadap Inovasi Harga Komoditas
-.6
-.4
-.2
.0
.2
.4
.6
.8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of INF_MTM to IHK_TRANSPORT
-.6
-.4
-.2
.0
.2
.4
.6
.8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of INF_MTM to IHK_DAIRY
-.6
-.4
-.2
.0
.2
.4
.6
.8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of INF_MTM to IHK_DWELLING
-.6
-.4
-.2
.0
.2
.4
.6
.8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of INF_MTM to IHK_FAT
-.6
-.4
-.2
.0
.2
.4
.6
.8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of INF_MTM to IHK_FISH
-.6
-.4
-.2
.0
.2
.4
.6
.8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of INF_MTM to IHK_MEAT
-.6
-.4
-.2
.0
.2
.4
.6
.8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of INF_MTM to IHK_PADDY
-.6
-.4
-.2
.0
.2
.4
.6
.8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of INF_MTM to IHK_VEGT
Response to Generalized One S.D. Innovations ± 2 S.E.
Perhitungan ini sudah memperhitungkan lebaran dan natal, namun belum
memperhitungkan kebijakan yang mungkin atau sebaiknya dilakukan oleh otorita
fiskal dan moneter di Jambi. Jika proses penyesuaian perekonomian Jambi akibat
shock berjalan secara natural tanpa adanya intervensi dari pemerintah, maka
proyeksi inflasi (mtm dan yoy) sampai dengan bulan Oktober 2008, ditampilkan
pada Tabel 2. Data aktual yang dipergunakan dalam peramalan ini tersedia sampai
bulan April 2008, dengan demikian peramalan mencakup bulan Mei s.d. Oktober
2008. Informasi yang dipergunakan dalam peramalan ini adalah (i) kenaikan harga
bensin dan solar dan yang berlaku sejak bulan Mei 2008, (ii) skenario kenaikan
angkutan kota antara Provinsi (AKAP) dan dalam kota (AKDP). Perlu ditegaskan
kembali bahwa khusus untuk harga bensin dan solar, keduanya masuk dalam
sistem VAR sebagai lead variable, sementara ongkos transportasi tetap dalam waktu
t sebab perubahan harga transportasi ini terkait dengan ketetapan dinas
perhubungan, Organda, dan keputusan pemilik jasa transportasi. Kebijakan harga
dan skenario kenaikan ongkos transportasi diberikan pada kolom 5 dan 6 Tabel 2.
Tabel 2 Poyeksi Inflasi Jambi sampai September 2008 (dalam %)
Month to Month Year on Year Informasi dan Asumsi Periode
2008 Akual Baseline Akual Baseline BBM AKAP & AKDP
Jan 0.6 0.7 6.5 8.4 Fix Fix
Feb 0.5 0.1 5.9 7.6 Fix Fix
Mar 1.1 1.5 6.4 5.7 Fix Fix
Apr 0.6 0.2 9 7.5 Fix Fix
May NA 2.5 NA 11.3 + 28.6% + 10.00%
Jun NA 4.21 NA 15.3 + 28.6% + 25.00%
Jul NA 1.75 NA 15.4 + 28.6% + 30.00%
Aug NA 1.82 NA 14.2 + 28.6% + 35.00%
Sep NA 2.15 NA 13.6 + 28.6% + 40.00%
Oct NA 1.21 NA 11.5 + 28.6% + 40.00%
Nov NA 0.73 NA 10.6 + 28.6% + 40.00%
Dec NA 1.38 NA 9.5 + 28.6% + 40.00%
Peningkatan inflasi Jambi bulan Juni sebesar 4,2% jauh melebihi tingkat inflasi
nasional, 2,6%. Pada bulan Juli inflasi diperkirakan menurun cukup tajam
dibandingkan bulan Juni, yakni menjadi 1,75%. Menghadapi lebaran Idul Fitri inflasi
bulan September akan meningkat menjadi 2,15%, sementara Natal dan Tahun Baru
diperkirakan mencatat inflasi sebesar 1,38%. Berdasarkan perhitungan model ini,
Inflasi yoy Jambi pada akhir tahun adalah sebesar 9.5%, 50 basis lebih rendah
dibanding prediksi rentang inflasi nasional 10% -11% (Sri Mulyani, 2008). Kondisi
inflasi (yoy) Jambi yang lebih rendah dari inflasi nasional terjadi pada tahun 2003
(3,79% dan 5,06%) dan 2005 (16,5% vs. 17,11%).
Perkiraan inflasi ini menunjukkan informasi dan karakteristik perekonomian
Jambi yang terefleksi dalam tingkat dan perkembangan harga. Dalam
kenyataannya, berbagai variabel yang belum tertangkap dalam variabel harga
tersebut, dapat menyebabkan deviasi dari realisasi inflasi aktual. Jika diasumsikan
bahwa tingkat representasi variabel harga ini sudah cukup memadai, maka hasil
perhitungan model ini menunjukkan bahwa perekonomian Jambi secara alamiah
mampu meredam suatu gejolak seperti peningkatan BBM dalam waktu kurang
lebih 5 bulan. Proses penyesuaian harga di Jambi ini sedikit lebih lambat
dibandingkan penyesuaian inflasi nasional yang mana dampak kenaikan BBM
terhadap inflasi nasional diperkirakan mengalami penurunan setelah 2 bulan.
Dalam kenyataan, proses penyesuaian harga ini tidak berjalan secara alamiah.
Kenaikan BBM ini memberikan ruang spekulasi dan menjadi trigger bagi para
produsen untuk melakukan peningkatan harga. Dalam kondisi seperti ini, maka
kestabilan harga dan menjaga daya beli masyarakat merupakan alternatif agenda
yang dapat dilakukan pemerintah Provinsi Jambi dalam 5 bulan kedepan.
Pendekatan antisipatif ini merupakan rule of thumb yang jamak direkomendasikan
untuk dilakukan oleh pemerintah, sebagaimana dalam skala nasional pemerintah
saat ini tengah berupaya menjaga kestabilan harga pangan, melakukan
pengurangan bea masuk, penanggungan pajak, dan pemberian subsidi langsung
tunai seperti BLT.
REKOMENDASI
Selain melakukan semua kebijakan rule of thumb diatas, beberapa rekomendasi
yang lebih spesifik untuk pemerintah Provinsi Jambi dapat diberikan dengan
merujuk pada hasil estimasi yang telah kita lakukan, yakni:
I. JANGKA PENDEK
1. Menjaga kestabilan pasokan dengan memperhatikan lancarnya arus distribusi
dari Provinsi lain. Termasuk dalam hal ini adalah pendataan yang lebih intensif
tentang kondisi pasokan, khususnya komoditas yang berkontribusi besar
terhadap inflasi dan jika perlu memberikan intervensi bantuan jasa
pendistribusian,
2. Melihat bahwa dampak kenaikan biaya transportasi terhadap harga komoditas
berisfat persiseten, maka pertimbangan fokus pemerintah dapat mengacu pada
komoditas yang bereaksi dengan besar dan cepat akibat peningkatan biaya
transportasi. Dalam ruang lingkup penelitian ini, urutan komoditi tersebut
adalah Sayur-sayuran, Susu Telur dan Hasil-hasilnya, Padi Umbi dan Hasil-
hasilnya, baru kemudian komoditas Ikan, Minyak dan Lemak, dan Daging dan
Hasil-hasilnya.
II. JANGKA MENENGAH DAN PANJANG
3. Peningkatan infrastruktur dan sarana penunjang transportasi seperti jalan,
jembatan dan pelabuhan. Kondisi empiris seperti tersendatnya pembangunan
dermaga pelabuhan Muara Sabak dengan akses jalannya yang sempit dan
berlubang merupakan hal yang kasat mata untuk dibenahi. Terlebih pelabuhan
ini disebut-sebut sebagai pelabuhan dengan prospek yang sangat cemerlang
dimasa mendatang (JICA dan ITB, 2007).
4. Sejalan dengan rekomendasi tentang infrastruktur transportasi, pemerintah
Jambi harus memiliki peta pengembangan sektoral yang jelas, terutama dalam
hal klasifikasi komoditi yang lebih menguntungkan untuk diproduksi sendiri dan
komoditi yang diarahkan untuk dipasok dari luar Jambi.
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Kinerja perbankan pada triwulan II tahun 2008 masih menunjukkan
pertumbuhan yang positif dari sisi aset, dana pihak ketiga (DPK) serta kredit yang
diberikan. Fungsi intermediasi perbankan yang tercermin dari Loan to deposits
ratio (LDR) juga meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Sejalan dengan peningkatan LDR, kualitas kredit yang diberikan membaik
yang tercermin dari menurunnya ratio Non-Performing Loan (NPL) gross. Namun
demikian, profitabilitas perbankan mengalami penurunan dibandingkan triwulan
sebelumnya.
A. Perkembangan Kelembagaan
Secara kelembagaan, jumlah bank yang beroperasi di wilayah kerja Kantor
Bank Indonesia Jambi sampai dengan Triwulan II tahun 2008 tercatat sebanyak
22 (dua puluh dua) bank umum dan 7 (tujuh) BPR yang terdiri dari 156 kantor
bank termasuk BPR dan BRI unit. Pada periode triwulan laporan, terdapat
penambahan satu jumlah bank baru, yaitu Bank Tabungan Pensiunan Nasional
(BTPN) yang mulai beroperasi pada tanggal 2 Juni 2008 di Kota Jambi.
Dari 22 (dua puluh dua) bank umum yang beroperasi di wilayah Jambi,
terdiri dari 5 (lima) bank pemerintah diantaranya satu unit usaha syariah, 1 (satu)
Bank Pembangunan Daerah, dan 16 (enam belas) bank swasta nasional. Dilihat
dari sebarannya, jumlah kantor bank terbesar masih di Kota Jambi sebanyak 60
(enam puluh) buah (38,46%), sedangkan untuk kabupaten yang paling sedikit
kantor banknya adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebanyak 2 (dua) buah
(1,28%).
43
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH B. Bank Umum23
1. Perkembangan Aset Bank
Aset bank umum di Provinsi Jambi pada triwulan laporan meningkat
sebesar Rp572,34 miliar (5,19%) jika dibandingkan triwulan I tahun 2008, yaitu
dari Rp11.021,79 miliar menjadi Rp11.594,12 miliar. Sejalan dengan peningkatan
aset bank umum, aset kelompok bank pemerintah juga mengalami peningkatan
sebesar 5,65% (Rp417,79 miliar). Di sisi lain, aset kelompok bank swasta dan
kelompok bank syariah tumbuh masing-masing sebesar 4,32% dan 3,44% pada
triwulan laporan.
Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
11,000
12,000
13,000
Q1-04 Q2-04 Q3-04 Q4-04 Q1-05 Q2-05 Q3-05 Q4-05 Q1-06 Q2-06 Q3-06 Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08
Rp miliar
-4.00
0.00
4.00
8.00
12.00
16.00
20.00
Persen
Jumlah Aset (aksis kiri) Pertumbuhan (aksis kanan)
Dari total pangsa pasar aset bank umum, aset bank pemerintah
merupakan yang terbesar sehingga mencapai 67,41%, diikuti oleh aset bank
swasta yang memiliki share sebesar 30,54% dan aset bank syariah yang memiliki
share sebesar 2,05% pada triwulan laporan.
2. Perkembangan Dana Masyarakat
Pertumbuhan jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun oleh perbankan
pada triwulan laporan sebesar 5,25% atau lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya (2,96%), yaitu dari Rp9.597,49 miliar menjadi Rp10.101,49 miliar
pada triwulan laporan.
23 Data s.d. bulan Mei 2008
44
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Berdasarkan kelompok bank, pertumbuhan DPK tertinggi secara
persentase dan nominal diraih oleh kelompok bank pemerintah sebesar 5,83%
(meningkat Rp368,34 miliar) sehingga menjadi Rp6.684,22 miliar, diikuti oleh
pertumbuhan kelompok bank swasta nasional yang mencapai 4,15% (meningkat
Rp129,52 miliar). Sedangkan DPK kelompok bank syariah masih mampu tumbuh
sebesar 3,86% (meningkat Rp6,15 miliar) sehingga menjadi Rp165,40 miliar.
Tabel 3.1 Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
Trw III Trw IV Trw I Trw II Nominal PersenBank Pemerintah 5,960,811 6,178,908 6,315,888 6,684,224 368,336.0 5.83
1 2,196,725 2,362,768 1,981,329 2,138,446 157,117 7.93 2 2,410,097 2,936,837 3,021,694 3,093,412 71,718 2.37 3 Simpanan Berjangka 1,353,989 879,303 1,312,865 1,452,366 139,501 10.63
Bank Swasta Nasional 2,640,456 2,998,881 3,122,350 3,251,868 129,518 4.15 1 429,684 477,859 621,135 688,125 66,990 10.79 2 1,207,634 1,373,320 1,377,744 1,416,663 38,919 2.82 3 Simpanan Berjangka 1,003,138 1,147,702 1,123,471 1,147,080 23,609 2.10
Bank Syariah 125,935 143,501 159,250 165,401 6,151 3.86 1 Giro 44,884 44,779 52,201 51,657 (544) (1.04) 2 Tabungan 55,201 71,552 77,112 84,276 7,164 9.29 3 Deposito 25,850 27,170 29,937 29,468 (469) (1.57)
Jumlah 8,727,202 9,321,290 9,597,488 10,101,493 504,005 5.25 1 2,671,293 2,885,406 2,654,665 2,878,228 223,563 8.42 2 3,672,932 4,381,709 4,476,550 4,594,351 117,801 2.63 3 Simpanan Berjangka 2,382,977 2,054,175 2,466,273 2,628,914 162,641 6.59
Giro
Pertumbuhan2008
Tabungan
2007
Tabungan
URAIAN
GiroTabungan
Giro
Berdasarkan jenis penghimpunan dana, giro menunjukkan
pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan jenis DPK lainnya
pada triwulan laporan. Secara nominal, giro di bank pemerintah tumbuh paling
tinggi sebesar Rp157,12 miliar. Pertumbuhan deposito bank umum sebesar
6,59% pada triwulan laporan disumbangkan oleh peningkatan deposito pada
kelompok bank pemerintah serta kelompok bank swasta nasional. Namun
demikian, deposito pada kelompok bank syariah mengalami penurunan pada
triwulan laporan. Di sisi lain, perkembangan outstanding tabungan mengalami
peningkatan pada seluruh kelompok bank sehingga mencapai Rp117,80 miliar
(2,63%).
45
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Grafik 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
5,000
Q1-03
Q2-03
Q3-03
Q4-03
Q1-04
Q2-04
Q3-04
Q4-04
Q1-05
Q2-05
Q3-05
Q4-05
Q1-06
Q2-06
Q3-06
Q4-06
Q1-07
Q2-07
Q3-07
Q4-07
Q1-08
Q2-08
Rp miliar
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000Rp miliar
Giro (aksis kiri) Simpanan Berjangka (aksis kiri) Tabungan (aksis kiri) DPK (aksis kanan)
Berdasarkan golongan pemilik, secara nominal, kenaikan DPK
disebabkan oleh kenaikan kepemilikan Pemerintah Daerah yang tumbuh 9,76%
atau sebesar Rp184,72 miliar sehingga menjadi Rp2.076,45 miliar, yang diikuti
Tabel 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik
(dalam jutaan rupiah)
Nominal Share Nominal Share Nominal Share Nominal Share
Penduduk/Residents
1 Pemerintah 57,775 0.66 44,281 0.48 50,509 0.53 49,436 0.49
2 Pemerintah Daerah 2,248,698 25.77 1,392,907 14.94 1,891,724 19.71 2,076,446 20.56
3 Badan/lembaga pemerintah 29,711 0.34 34,921 0.37 66,334 0.69 82,979 0.82
4 Badan Usaha Milik Negara 43,325 0.50 119,536 1.28 71,010 0.74 115,747 1.15
5 Perusahaan asuransi 42,880 0.49 42,199 0.45 34,872 0.36 35,627 0.35
6 Perusahaan swasta 468,896 5.37 926,409 9.94 527,640 5.50 634,560 6.28
7 Yayasan dan Badan Sosial 55,291 0.63 73,507 0.79 116,504 1.21 68,799 0.68
8 Koperasi 32,719 0.37 39,748 0.43 38,442 0.40 40,029 0.40
9 Perorangan 5,678,966 65.07 6,565,904 70.44 6,754,020 70.37 6,897,472 68.28
10 Lainnya 68,868 0.79 81,775 0.88 46,416 0.48 100,398 0.99
Jumlah 8,727,129 100.00 9,321,187 100 9,597,471 100 10,101,493 100
Bukan Penduduk/Non-Residents 73 103 0 17 0 - -
8,727,202 9,321,290 9,597,488 10,101,493
Trw.III-2007
Penduduk dan bukan penduduk
No. Golongan PemilikTrw.I-2008 Trw.II-2008Trw.IV-2007
oleh kenaikan DPK perorangan sebesar Rp143,45 miliar (2,12%). Berdasarkan
pangsanya, DPK terbesar adalah golongan pemilik perorangan yang mencapai
68,28%; diikuti oleh milik Pemerintah Daerah sebesar 20,56% dan perusahaan
swasta sebesar 6,28%.
Berdasarkan lokasi proyek24, jumlah dana masyarakat di perbankan
mengalami peningkatan di beberapa kabupaten kecuali Kabupaten Batanghari, 24 Data s.d. bulan Mei 2008.
46
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Kabupaten Bungo dan Kabupaten Tebo. Pertumbuhan DPK tertinggi terjadi di
Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebesar 14,89% sehingga menjadi Rp350,85
miliar, diikuti oleh Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar 9,26% sehingga
menjadi Rp905,42 miliar, serta Kabupaten Merangin sebesar 8,08% sehingga
menjadi Rp479,15 miliar. Pada triwulan laporan, secara total, DPK berdasarkan
lokasi proyek tumbuh sebesar Rp504,01 miliar (5,25%).
Tabel 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek
(dalam jutaan rupiah)
Nominal Share Nominal Share Nominal Persen
1 Kota Jambi 5,775,985 60.18 6,137,310 60.76 361,325 6.26
2 Batanghari 431,686 4.50 410,029 4.06 (21,657) (5.02)
3 Tanjung Jabung Barat 828,693 8.63 905,424 8.96 76,731 9.26
4 Merangin 443,331 4.62 479,150 4.74 35,819 8.08
5 Kerinci 443,413 4.62 445,337 4.41 1,924 0.43
6 Sarolangun 371,959 3.88 385,452 3.82 13,493 3.63
7 Bungo 524,916 5.47 514,201 5.09 (10,715) (2.04)
8 Tebo 145,028 1.51 131,689 1.30 (13,339) (9.20)
9 Muara Jambi 269,982 2.81 284,160 2.81 14,178 5.25
10 Tanjung Jabung Timur 305,375 3.18 350,850 3.47 45,475 14.89
11 Lainnya (Others ) 57,120 0.60 57,891 0.57 771 1.35
9,597,488 100.00 10,101,493 100.00 504,005 5.25
Kota/KabupatenNo.
JUMLAH
Trw.I-08 PertumbuhanTrw.II-08
3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana
Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi tumbuh sebesar
9,74%, yakni dari Rp6.025,62 miliar menjadi Rp6.612,26 miliar pada triwulan II
tahun 2008. Akselerasi kredit perbankan pada triwulan laporan mulai
menunjukkan perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercermin dari
meningkatnya pertumbuhan kredit bank umum dari 7,02% menjadi 9,74% pada
triwulan laporan. Hal ini ditandai dengan masih tumbuhnya kredit modal kerja
(KMK), kredit investasi dan kredit konsumsi.
Pertumbuhan kredit bank umum yang menunjukkan perbaikan pada
triwulan laporan mencerminkan masih meningkatnya aktivitas usaha debitur yang
didukung oleh pertumbuhan ekonomi daerah yang masih tumbuh positif
sehingga berdampak pada pertumbuhan kredit di daerah.
47
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II
Kelompok Bank 4,481,416 4,844,795 5,222,744 5,630,437 6,025,622 6,612,2621 Bank Pemerintah 3,181,450 3,491,090 3,721,103 3,906,222 4,087,566 4,428,4322 Bank Swasta 1,192,608 1,242,455 1,378,878 1,579,359 1,761,924 1,995,2743 Bank Syariah 107,358 111,250 122,763 144,856 176,132 188,556
Jenis Penggunaan 4,481,416 4,844,795 5,222,744 5,630,437 6,025,622 6,612,2621 Modal Kerja 2,014,669 2,147,278 2,185,060 2,335,437 2,376,256 2,706,5382 Investasi 741,092 752,981 860,498 1,003,728 1,166,162 1,237,2073 Konsumsi 1,725,655 1,944,536 2,177,186 2,291,272 2,483,204 2,668,517
Sektor Ekonomi 4,481,416 4,844,795 5,222,744 5,630,437 6,025,622 6,612,2621 Pertanian 756,418 742,229 721,818 738,028 717,428 786,262 2 Pertambangan 7,654 7,200 13,756 23,081 30,540 30,359 3 Perindustrian 391,749 418,221 386,950 420,503 383,849 396,417 4 Listrik, Gas dan Air 37,843 37,003 36,001 35,076 33,982 32,920 5 Konstruksi 140,952 163,708 170,362 167,950 217,464 252,844 6 Perdagangan, Restoran dan Hotel 1,124,236 1,241,171 1,398,718 1,522,440 1,707,652 1,924,465
7Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi 75,717 78,203 88,867 130,994 154,559 152,689
8 Jasa-jasa Dunia Usaha 139,402 131,480 142,444 176,662 174,832 232,792 9 Jasa-jasa Sosial Masyarakat 63,818 70,279 77,002 114,119 112,306 116,579
10 Lain-lain 1,743,627 1,955,301 2,186,826 2,301,584 2,493,010 2,686,935
URAIAN2007 2008
Berdasarkan Kelompok Bank, pertumbuhan penyaluran kredit tertinggi
dicapai oleh bank swasta sebesar 13,24% (Rp233,35 miliar). Kelompok bank
pemerintah tumbuh sebesar 8,34% dan kelompok bank syariah tumbuh sebesar
7,05%. Namun demikian, pertumbuhan kredit bank syariah lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu mencapai sebesar 21,59%.
Dilihat dari pangsa (share) penyaluran kredit, kelompok bank pemerintah masih
mendominasi dengan pangsa sebesar 66,97% dari total penyaluran kredit
perbankan, diikuti dengan kelompok bank swasta (30,18%) serta kelompok bank
syariah (2,85%).
Berdasarkan Jenis Penggunaan, pertumbuhan kredit pada triwulan
laporan terjadi terutama karena kenaikan outstanding kredit modal kerja sebesar
13,90% (Rp330,28 miliar) sehingga menjadi Rp2.706,54 miliar. Sedangkan kredit
konsumsi serta kredit investasi tumbuh melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya. Walaupun relatif menurun, tren peningkatan pertumbuhan kredit
investasi selama 3 (tiga) triwulan terakhir menunjukkan pencapaian yang cukup
baik. Hal ini mencerminkan semakin membaiknya kepercayaan investor terhadap
kondisi perekonomian Provinsi Jambi. Disamping itu, sejalan dengan mulai
membaiknya iklim usaha pada jangka menengah dan jangka panjang khususnya
48
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
untuk sektor-sektor yang diminati investor seperti sektor perkebunan juga masih
berkontribusi terhadap meningkatnya kredit investasi. Sedangkan pertumbuhan
kredit konsumsi masih disebabkan oleh meningkatnya kredit mikro dan kecil
untuk pembiayaan sektor-sektor informal dan rumah tangga.
Berdasarkan pangsanya, kredit modal kerja memiliki pangsa paling besar
yaitu sebesar 40,93% dari total kredit pada triwulan laporan, diikuti kredit
konsumsi sebesar 40,36% serta kredit investasi sebesar 18,71%.
Berdasarkan Sektor Ekonomi, pertumbuhan kredit secara nominal pada
triwulan laporan masih disumbangkan oleh sektor tersier. Sumbangan terbesar
penyaluran kredit dari sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp216,81
miliar, diikuti dengan sektor lain-lain25 sebesar Rp193,93 miliar, serta sektor jasa-
jasa dunia usaha sebesar Rp57,96 miliar.
Di sisi lain, pertumbuhan kredit sektor pertambangan selama 3 (tiga)
triwulan sebelumnya yang menunjukkan akselerasi yang menggembirakan, pada
triwulan laporan mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 0,59%. Sebagian
besar kredit pertambangan merupakan kredit sub sektor pertambangan
batubara.
Pangsa penyaluran kredit didominasi oleh kredit sektor lain-lain sebesar
40,64% terhadap outstanding kredit, diikuti sektor perdagangan, restoran dan
hotel sebesar 29,10%, serta sektor pertanian sebesar 11,89%. Penyaluran kredit
ketiga sektor tersebut mendominasi penyaluran kredit yang mencapai 81,63%
dari total outstanding kredit.
Berdasarkan lokasi Proyek26, jumlah kredit yang disalurkan oleh
perbankan berdasarkan lokasi proyek di Provinsi Jambi meningkat sebesar
25 Yang dimaksud sektor lain-lain adalah: 1) Perumahan, yaitu sektor ekonomi dari jenis kredit konsumsi di bidang perumahan dan 2) Lainnya, yaitu sektor ekonomi yang tidak dapat dimasukkan kedalam sektor-sektor ekonomi (ex: kredit konsumsi untuk kendaraan bermotor, alat-alat rumah tangga, dan lain-lain). 26 Data s.d. bulan Mei 2008. Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Daerah (SEKDA) Provinsi Jambi. Data kredit lokasi proyek yang dimaksud masih memasukkan kredit dari BPR serta bank asing dan bank campuran sesuai dengan format SEKDA Provinsi Jambi.
49
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 13,10%, yaitu dari Rp8.145,68 miliar menjadi Rp9.212,39 miliar.27 Meningkatnya
kredit lokasi proyek pada triwulan laporan terutama disumbangkan oleh
tumbuhnya kredit sub sektor jasa dunia usaha sebesar Rp129,43 miliar (49,02%)
serta kredit sektor perindustrian yang tumbuh sebesar Rp335,70 miliar (37,84%).
Hal ini juga masih didukung oleh tumbuhnya kredit lokasi proyek sektor lain-lain
dan sektor perdagangan yang memiliki pangsa kredit terbesar dengan
pertumbuhan masing-masing 7,07% dan 11,89%.
Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
I II III IV I IIPertanian 1,818,407 1,998,586 1,815,559 1,861,997 1,367,665 1,453,320 Pertambangan 197,170 223,574 237,500 276,405 116,753 118,237 Perindustrian 515,470 550,568 634,343 780,282 887,248 1,222,945 Perdagangan 1,275,855 1,392,067 1,547,130 1,647,079 1,807,987 2,022,979
Jasa-jasa 555,003 610,891 682,587 779,587 852,274 1,061,093 - listrik, gas dan air 44,390 43,130 41,814 82,728 86,777 95,665 - konstruksi 169,522 200,829 240,282 193,339 245,164 327,661 - pengangkutan 83,656 92,125 105,097 132,967 132,352 121,054 - jasa dunia usaha 187,827 199,831 212,649 251,034 264,041 393,467 - jasa sosial masyarakat 69,608 74,976 82,745 119,519 123,940 123,246 Lain-lain 1,960,419 2,199,649 2,509,440 2,686,333 3,113,757 3,333,813 TOTAL 6,322,324 6,975,335 7,426,559 8,031,683 8,145,684 9,212,387
2007 2008Sektor Ekonomi
4. Undisbursed Loan dan Persetujuan Kredit Baru
Jumlah undisbursed loan (kredit yang belum ditarik) pada triwulan laporan
menunjukkan peningkatan sebesar 4,48%. Peningkatan tersebut masih lebih
rendah jika dibandingkan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 21,75%. Pada
triwulan laporan, total undisbursed loan sebesar Rp613,22 miliar atau lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp586,93 miliar.
Berdasarkan jenis penggunaan, proporsi undisbursed loan terbesar
terdapat pada kredit modal kerja, yaitu mencapai 82,05% dari total undisbursed
loan. Jika berdasarkan sektor ekonomi, undisbursed loan terbesar adalah sektor
perdagangan, restoran dan hotel (59,53%), diikuti oleh sektor pertanian
(13,01%), serta sektor konstruksi (8,21%).
27 Data s.d. Bulan Mei 2008. Mulai Mei 2007, Data dana/kredit telah menggunakan konsep net, yaitu tidak memasukkan dana/kredit pada pemerintah pusat dan bukan penduduk. Hal ini telah disesuaikan dengan publikasi SEKI (Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia).
50
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Tabel 3.6 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II1 investasi 25,374 11,007 73,341 63,786 79,604 104,987 2 konsumsi 7,933 15,737 4,398 3,330 4,594 5,101 3 modal kerja 399,257 359,885 390,000 414,961 502,731 503,134
432,564 386,629 467,739 482,077 586,929 613,222
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II1 Pertanian 49,736 46,907 69,447 72,440 78,361 79,753 2 Pertambangan 1,015 119 7,230 5,420 2,465 2,789 3 Perindustrian 20,953 20,218 25,961 23,373 24,677 30,247 4 Listrik, Gas dan Air 85 45 730 41 108 75 5 Konstruksi 37,957 25,205 41,302 30,811 38,669 50,365 6 Perdagangan, Restoran dan Hotel 286,212 235,661 253,504 285,660 354,788 365,056
7Pengangkutan, Pergudangan dan komunikasi 8,367 10,663 11,223 12,024 25,614 27,336
8 Jasa-jasa Dunia Usaha 17,701 27,863 27,379 29,674 39,140 33,849 9 Jasa-jasa Sosial Masyarakat 2,605 4,211 26,565 19,304 18,513 18,606
10 Lain-lain 7,933 15,737 4,398 3,330 4,594 5,146 432,564 386,629 467,739 482,077 586,929 613,222 Total
Berdasarkan sektor ekonomi
2008
2007Total
2007Berdasarkan jenis penggunaan
2008
Jumlah persetujuan kredit pada triwulan laporan menunjukkan penurunan
jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, persetujuan kredit
turun sebesar 7,77%. Turunnya jumlah persetujuan kredit pada periode triwulan
laporan antara lain dikarenakan oleh perkembangan kondisi makro ekonomi
(terutama inflasi) yang cenderung meningkat apalagi semenjak kenaikan harga
BBM. Hal ini direspon dengan sikap hati-hati masyarakat dalam mengajukan
kreditnya kepada pihak perbankan sehingga turut berpengaruh terhadap jumlah
realisasi persetujuan kredit. Pangsa terbesar persetujuan kredit yaitu kredit
konsumsi (53,67%), lalu diikuti kredit modal kerja (32,81%), serta kredit investasi
(13,52%).
Tabel 3.7 Tabel Persetujuan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan di Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
Rp. Juta % Rp. Juta % Rp. Juta % Rp. Juta % Rp. Juta %
1. Modal Kerja 272,714 33.85 295,232 27.75 313,938 35.19 187,827 43.16 131,672 32.812. Investasi 128,008 15.89 321,818 30.24 210,946 23.65 108,571 24.95 54,273 13.523. Konsumsi 405,049 50.27 446,991 42.01 367,171 41.16 138,749 31.89 215,382 53.67Jumlah 805,771 100 1,064,041 100 892,055 100.00 435,147 100.00 401,327 100.00
Jenis KreditTw II 07 Tw II 08Tw I 08Tw IV 07Tw III 07
51
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL)
gross Bank Umum di Provinsi Jambi
Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan di Provinsi Jambi mengalami
peningkatan sebesar 267 bps dibandingkan triwulan sebelumnya sehingga
menjadi 65,46%.28 Peningkatan rasio LDR mencerminkan semakin membaiknya
fungsi intermediasi perbankan di daerah. Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi
(9,74%) dibandingkan dengan pertumbuhan DPK (5,25%) pada triwulan laporan
menunjukkan bahwa perbankan memiliki komitmen yang kuat untuk terus
berusaha seoptimal mungkin untuk menyalurkan kredit dalam rangka peran serta
dalam pembangunan daerah.
Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi
Rp juta
88.05%83.26%
89.58%
60.89%57.69% 58.18% 59.23% 59.84% 60.40% 62.78%
65.46%
86.94%87.15%83.95%86.84%
90.39%
-
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
III IV I II III IV I II*
2006 2007 2008
-10%
10%
30%
50%
70%
90%
110%
Kredit Lokasi Proyek (Rp juta) Kredit Perbankan Jambi (Rp juta) DPK Perbankan (Rp juta)
LDR Lokasi Proyek (persen) LDR Perbankan Jambi (persen)
Sementara itu, tumbuhnya LDR berdasarkan lokasi proyek pada triwulan
laporan dibandingkan triwulan sebelumnya berasal dari meningkatnya penyaluran
kredit untuk sektor perdagangan, sektor perindustrian dan sektor lain-lain.29
Secara nominal, penyaluran kredit lokasi proyek sektor perdagangan tumbuh
sebesar Rp214,99 miliar, sektor perindustrian (Rp335,70 miliar) serta kredit sektor
lain-lain (Rp220,06 miliar). Disamping itu, pertumbuhan kredit lokasi proyek 28 LDR perbankan disini maksudnya rasio antara kredit yang disalurkan oleh bank umum dibandingkan dengan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang dilakukan bank umum pada triwulan laporan. 29 Yang dimaksud LDR berdasarkan lokasi proyek adalah rasio antara kredit yang disalurkan berdasarkan lokasi proyek oleh bank umum dibandingkan dengan penghimpunan DPK bank umum pada triwulan laporan.
52
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
berdasarkan sektor ekonomi untuk sebagian besar sektor-sektornya juga mulai
menunjukkan akselerasi yang cukup agresif jika dibandingkan triwulan
sebelumnya sehingga secara total kredit lokasi proyek mengalami peningkatan.
Sementara itu, LDR kredit berdasarkan lokasi proyek secara total per
kabupaten/kota di Provinsi Jambi meningkat sebesar 633 bps, yaitu dari 84,87%
menjadi 91,20%.30 Pada triwulan laporan, Kabupaten Tebo memiliki LDR tertinggi
yaitu 220,22% di antara sepuluh kota/kabupaten di Provinsi Jambi, diikuti oleh
Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Muara Jambi masing-masing dengan LDR
sebesar 196,39% dan 174,14%. Sementara itu, terdapat 4 (empat) kabupaten
dengan tingkat LDR kurang dari 100% dengan LDR terendah di Kabupaten
Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat masing-masing
sebesar 19,69% dan 57,85%.
Grafik 3.4 Loan to deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Lokasi Proyek per kabupaten/kota di Provinsi Jambi
Tanjung Jabung Barat
Sarolangun
Kerinci
Bungo
Tebo
Tanjung Jabung Timur
Kota Jambi
Merangin
Batanghari
Muara Jambi
0 50 100 150 200 250 300
1
LDR <100%
Rendahnya LDR di Kabupaten Tanjung Jabung Timur terkait antara lain
dengan perkembangan daerah tersebut yang masih belum terakselerasi dengan
baik. Sebagaimana diketahui, Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan salah
satu daerah yang masuk dalam program pemekaran di Provinsi Jambi pada tahun
30 Yang dimaksud LDR berdasarkan lokasi proyek per kabupaten/kota adalah rasio antara kredit lokasi proyek perbankan (bank umum dan BPR) dibandingkan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) bank umum. Untuk kredit lokasi proyek per kabupaten/kota belum dipisahkan antara kredit lokasi proyek bank umum dengan BPR. Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Daerah, Mei 2008.
53
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 1999.31 Namun demikian, perkembangan perekonomian yang relatif lebih lambat
dibandingkan kabupaten pemekaran lainnya serta kondisi infrastruktur jalan yang
belum memadai menyebabkan akses dan perkembangan dunia usaha menjadi
terhambat. Disamping itu, dua bank yang beroperasi di Kabupaten Tanjung
Jabung Timur statusnya adalah kantor kas sehingga dalam hal pemberian kredit
kepada nasabah, bank-bank di Tanjung Jabung Timur belum berhak memberikan.
Dampaknya, masyarakat harus meminjam melalui bank-bank yang berada di
kabupaten/kota tetangga. Sementara itu, relatif jauhnya jarak ke kabupaten/kota
terdekat menyebabkan minat masyarakat untuk meminjam kredit menjadi
rendah.
Sejalan dengan perbaikan rasio LDR bank umum, kualitas penempatan
dana perbankan daerah dalam bentuk kredit menunjukkan perbaikan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi ini tercermin dari rasio Non
Performing Loan (NPL) gross bank umum yang mengalami penurunan sebesar
8bps, yaitu dari 3,33% pada triwulan sebelumnya menjadi 3,25% pada triwulan
laporan. Penurunan rasio NPL terjadi pada sektor konstruksi, sektor perdagangan,
hotel, dan restoran, sektor jasa-jasa dunia usaha dan sektor lain-lain.
Tabel 3.8 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum Provinsi Jambi
Kredit Nominal NPL NPL (%) Kredit Nominal NPL NPL (%)1. Pertanian 740,595 48,321 6.52 786,262 67,443 8.58 2. Pertambangan 31,309 - - 30,359 - - 3. Perindustrian 412,005 31,489 7.64 396,417 31,751 8.01 4. Listrik, Gas dan Air 34,075 - - 32,920 - - 5. Konstruksi 177,954 10,695 6.01 252,844 2,440 0.97 6. Perdagangan, Restoran dan Hotel 1,592,798 55,004 3.45 1,924,465 60,922 3.17
7Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi 132,070 444 0.34 152,689 523 0.34
8. Jasa-jasa Dunia Usaha 202,684 4,347 2.14 232,792 4,787 2.06 9. Jasa-jasa Sosial Masyarakat 115,405 580 0.50 116,579 1,016 0.87 10. Lain-lain 2,392,998 43,540 1.82 2,686,935 46,219 1.72
5,831,893 194,420 3.33 6,612,262 215,101 3.25
TW II-08TW I-08
J U M L A H
Sektor Ekonomi
Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi pada sektor pertanian sebesar
8,58%, diikuti sektor industri sebesar 8,01% dan sektor perdagangan, hotel, dan
31 Pada tahun 1999, ada 4 (empat) daerah yang dimekarkan, yaitu Kabupaten Batanghari menjadi Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Muara Jambi, lalu Kabupaten Bungo menjadi Kabupaten Bungo dan Kabupaten Tebo, diikuti Kabupaten Sarolangun Bangko menjadi Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin serta Kabupaten Tanjung Jabung menjadi Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten tanjung Jabung Timur.
54
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
restoran sebesar 3,17%. Masih tingginya NPL pada sektor pertanian terutama
berasal dari outstanding kredit yang disalurkan melalui penyaluran kredit program
terdahulu di beberapa bank pemerintah guna mensukseskan program
pembangunan di sektor pertanian yang masih terhambat. Sedangkan
meningkatnya NPL sektor industri pada triwulan laporan disebabkan oleh naiknya
nominal jumlah kredit macet pada bank pemerintah (Rp31,31 miliar) secara
signifikan di sub sektor industri kayu dan hasil kayu. Dalam kondisi sekarang,
pemenuhan bahan baku kayu log semakin susah sehingga menyebabkan
perusahaan-perusahaan tersebut terkendala dalam proses produksi dan berakibat
pada menurunnya kinerja perusahaan dalam melunasi kredit dari perbankan.
6. Perkembangan UMKM
Pada triwulan laporan, kredit UMKM bank umum tumbuh 10,19%,
meningkat jika dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mampu
mencapai 6,13% (lihat grafik 3.6). Dengan perkembangan tersebut, pangsa
kredit UMKM terhadap total kredit bank umum sebesar 81,93%, meningkat jika
dibandingkan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 81,59%.
Grafik 3.5 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi
Kecil26.22%
Menengah19.09%
Non-UMKM18.07%
Mikro36.62%
Peningkatan kredit UMKM yang disalurkan turut diimbangi dengan
perbaikan kualitas kredit. Hal ini dicerminkan dengan penurunan rasio NPL
UMKM pada triwulan laporan sebesar 24 bps sehingga menjadi 2,66%. Dilihat
dari distribusinya, kredit UMKM sektor usaha mikro masih memiliki pangsa yang
terbesar yaitu 36,62% lalu diikuti sektor usaha kecil sebesar 26,22%, serta sektor
55
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH usaha menengah sebesar 19,09%. Kredit non-UMKM atau kredit yang
nominalnya lebih dari Rp5 miliar memiliki pangsa sebesar 18,07% dari total kredit
pada triwulan II tahun 2008.
Peningkatan laju pertumbuhan kredit UMKM bank umum sebesar 10,19%
pada triwulan laporan terutama berasal dari meningkatnya pertumbuhan kredit
usaha mikro serta usaha kecil dari masing-masing sebesar 3,95% dan 6,39%
menjadi sebesar 9,94% dan 14,72%. Berdasarkan jenis penggunaan, kredit
UMKM masih didominasi oleh kredit konsumsi yang pangsanya mencapai
49,26%, diikuti kredit modal kerja sebesar 37,63% serta kredit investasi sebesar
13,11%.
Grafik 3.6 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi
9.17
18.60
6.54
3.73
11.02
8.46
5.98 5.75
3.32
6.89 7.19 7.49
3.86
9.09
6.10
4.59
1.76
6.23
4.90
9.80
3.60
9.82
11.89
7.06
6.13
10.19
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
TW I-02
TW II-02
TWIII-02
TWIV-02
TW I-03
TW II-03
TWIII-03
TWIV-03
TW I-04
TW II-04
TWIII-04
TWIV-04
TW I-05
TW II-05
TWIII-05
TWIV-05
TW I-06
TW II-06
TWIII-06
TWIV-06
TW I-07
TW II-07
TWIII-07
TWIV-07
TW I-08
TW II-08
Miliar Rp
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
20.00
*) Mulai Triwulan IV tahun 2006 termasuk Bank Syariah
Persen
Mikro Kecil Menengah Pertumbuhan UMKM (%)
7. Profitabilitas
Kondisi profitabilitas perbankan di Provinsi Jambi pada triwulan laporan
menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun demikian,
jika dibandingkan triwulan II tahun 2007, profitabilitas (net) perbankan
menunjukkan peningkatan sebesar Rp42,76 miliar.
Dilihat dari spread bunga (grafik 3.7), terlihat bahwa perbankan di Provinsi
Jambi masih cukup menikmati margin keuntungan dari bunga yang cukup tinggi.
Walaupun margin rata-rata tertimbang antara suku bunga kredit dengan suku
bunga deposito 3 (tiga) bulan sedikit menurun dibandingkan triwulan
sebelumnya (7,06%), pada triwulan laporan perbankan masih menikmati spread
56
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
bunga rata-rata tertimbang sebesar 6,73%. Penurunan laba tersebut antara lain
dikarenakan perbankan Jambi masih memberikan imbal jasa (suku bunga
deposito 3 bulan) yang lebih tinggi jika dibandingkan triwulan sebelumnya dari
sebesar 7,09% menjadi 7,26%. Sehingga, beban bunga yang ditanggung pada
triwulan ini relatif lebih besar dibandingkan triwulan sebelumnya.
7.18 6.83 5.874.64
3.77 3.53 3.65 3.8 4.14 4.48 4.89 5.55 6.286.62 6.8 6.91 7.19 7.73 7.73 7.1 7.07 6.85 6.82 6.92 7.07 6.737.066.72
4.19 3.57 3.97 4.575.97 6.79 7.39
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Juli
Agu
stus
Sept
embe
r
Okt
ober
Nov
embe
r
Des
embe
r
Janu
ari
Febr
uari
Mar
et
Apr
il
Mei
Juni Juli
Agu
stus
Sept
embe
r
Okt
ober
Nov
embe
r
Des
embe
r
Janu
ari
Febr
uari
Mar
et
Apr
il
Mei
Juni Juli
Agu
stus
Sept
embe
r
Okt
ober
Nov
embe
r
Des
embe
r
Janu
ari
Febr
uari
Mar
et
Apr
il
Mei
2005 2006 2007 2008
Persen (%)
Margin SBI Deposito 3 Bulan Kredit
Grafik 3.7 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum Provinsi Jambi
Semenjak bulan Agustus 2007, perbankan secara bertahap terus
menurunkan suku bunga kreditnya dari sebesar 15,16% menjadi 13,99%.
Meningkatnya BI-rate pada triwulan laporan sebesar 50 bps sehingga menjadi
8,50%32 relatif belum direspon secara berarti oleh pihak perbankan dengan
meningkatkan suku bunga kreditnya. Suku bunga kredit cenderung menurun
secara terbatas jika dibandingkan BI rate. Suku bunga kredit (weighted average)
menurun sebesar 16 bps dari sebesar 14,15% pada akhir triwulan I tahun 2008
menjadi sebesar 13,99% pada triwulan laporan. Namun demikian, tren kenaikan
BI rate akan direspon dengan kenaikan suku bunga kredit dalam bulan–bulan
mendatang yang tentunya akan memberatkan dunia usaha di tengah kondisi
32 Posisi BI rate s.d. bulan Mei 2008.
57
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH ekonomi yang cenderung kurang kondusif bagi dunia usaha. Kenaikan suku
bunga kredit tentunya akan mempengaruhi kenaikan harga-harga secara umum
yang berimbas pada konsumen akhir.
Sementara itu, selama periode triwulan II tahun 2008 perbankan di
Provinsi Jambi mencatat laba bersih (net) sebesar Rp77,42 miliar. Laba pada
triwulan ini meningkat jika dibandingkan dengan laba pada triwulan II tahun
2007 yang mencapai Rp34,66 miliar. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan
I tahun 2008, laba pada triwulan laporan menurun sebesar 46,78%.
Grafik 3.8 Perkembangan Laba Rugi Triwulanan
- 50 100 150 200
Tw II-06
Tw III 06
Tw IV 06
Tw I 07
Tw II 07
Tw III 07
Tw IV 07
Tw I 08
Tw II 08
Miliar Rp
L/R (sblm transfer & pajak) L/R (net)
C. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)33
Jumlah aset seluruh BPR di Provinsi Jambi mencapai Rp214,64 miliar, turun
sebesar 3,11% dibanding pada triwulan sebelumnya sebesar Rp221,54 miliar.
Sedangkan jumlah penghimpunan dana BPR di Provinsi Jambi sebesar Rp162,56
miliar atau turun sebesar 3,32% dibanding triwulan sebelumnya. Penurunan DPK
tersebut berasal dari simpanan tabungan maupun simpanan berjangka.
Tabungan turun sebesar 0,15% mencapai Rp43 juta dan simpanan berjangka
yang turun sebesar 4,00% mencapai Rp5,54 miliar.
Di sisi lain, jumlah kredit yang disalurkan oleh BPR menunjukkan
peningkatan, yaitu sebesar 5,87% sehingga menjadi Rp159,48 miliar. Fungsi
intermediasi BPR di Provinsi Jambi yang dicerminkan dari rasio Loan to Deposit
33 Data s.d. Bulan Mei 2008.
58
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Ratio (LDR) meningkat sebesar 852 bps dari sebesar 89,59% menjadi sebesar
98,10%. Sedangkan rasio Non Performing Loans (NPLs) terhadap kredit
menunjukkan perbaikan yang ditunjukkan dengan penurunan persentase kredit
macet sebesar 3 bps dari 6,75% menjadi sebesar 6,72%.
59
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
A. Umum
Realisasi penerimaan pajak pusat di wilayah Jambi meningkat sebesar
61,78% atau mencapai Rp757,45 miliar. Sedangkan realisasi belanja pada
triwulan laporan sebesar Rp578,83 miliar atau meningkat 73,97%. Dengan
kondisi tersebut, selisih antara pendapatan yang diterima dengan kegiatan
belanja sebesar Rp178,62 miliar atau meningkat 31,93% dibandingkan triwulan
sebelumnya.
Transfer dana bagi hasil pada triwulan laporan sebesar Rp272,67 miliar,
meningkat signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai
Rp7,21 miliar. Sedangkan perkembangan simpanan pemerintah daerah di bank
umum Provinsi Jambi menunjukkan tren yang meningkat selama tahun 2008.
B. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah
Penerimaan pajak pusat di wilayah Jambi pada triwulan II tahun 2008
terealisasi sebesar Rp757,45 miliar, meningkat 61,78% dibandingkan triwulan
sebelumnya. Secara nominal, peningkatan penerimaan pajak tertinggi dicapai
Tabel 4.1. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
Nominal (%)
I Pendapatan Pajak Dalam Negeri 732,892,164,631 420,991,912,554 311,900,252,077 74.09 Pendapatan Pajak Penghasilan 148,101,394,575 181,019,739,634 (32,918,345,059) (18.18) Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai 207,285,089,312 228,522,877,116 (21,237,787,804) (9.29) Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan 364,868,670,243 1,433,815,920 363,434,854,323 25,347.39 Pendapatan BPHTB 5,733,657,421 4,275,948,609 1,457,708,812 34.09 Pendapatan Cukai 19,975,971 71,815,971 (51,840,000) (72.18) Pendapatan Pajak Lainnya 6,883,377,109 5,667,715,304 1,215,661,805 21.45
II Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional 13,828,047,619 28,150,920,481 (14,322,872,862) (50.88) Pendapatan Bea Masuk 4,537,763,725 3,438,961,521 1,098,802,204 31.95 Pendapatan Pajak/Pungutan Ekspor 9,290,283,894 24,711,958,960 (15,421,675,066) (62.41)
III Penerimaan Sumber Daya Alam - 885,000 (885,000) (100.00) Pendapatan Pertambangan Umum - 885,000 (885,000) (100.00)
IV Pendapatan PNPB Lainnya 10,727,651,075 19,059,940,523 (8,332,289,448) (43.72) 757,447,863,325 468,203,658,558 289,244,204,767 61.78
Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah
PertumbuhanTriwulan I 2008Triwulan II 2008REALISASI PENDAPATAN
Total Realisasi Pendapatan
KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH
61
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH oleh jenis pajak pendapatan pajak bumi dan bangunan sebesar Rp364,87 miliar,
diikuti jenis pajak pertambahan nilai sebesar Rp207,29 miliar, serta jenis pajak
penghasilan sebesar Rp148,89 miliar.
Berdasarkan pangsanya, pendapatan pajak dalam negeri memiliki pangsa
paling besar yaitu 96,76% dari total penerimaan pajak pada triwulan laporan.
Jika dirinci lagi dari pendapatan pajak dalam negeri, maka pendapatan pajak
bumi dan bangunan memiliki pangsa paling besar (49,78%), diikuti pajak
pertambahan nilai (28,28%), serta pajak penghasilan (20,21%).
Grafik 4.1. Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Grafik 4.2. Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi
Penerimaan Sumber Daya Alam
0.00%Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional
1.83%
Pendapatan PNPB Lainnya1.42%
Pendapatan Pajak Dalam Negeri
96.76%
Grafik 4.1
Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai
28.28%
Pendapatan Pajak Penghasilan
20.21%
Pendapatan Pajak Lainnya0.94%
Pendapatan Cukai0.00%
Pendapatan BPHTB0.78%
Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan49.78%
Grafik 4.2
Dari sisi belanja pemerintah pusat di daerah, belanja pegawai (secara
nominal) masih yang terbesar mencapai Rp241,37 miliar, diikuti dengan belanja
modal yang mencapai Rp194,35 miliar. Peningkatan belanja pegawai terutama
disumbangkan dari peningkatan belanja gaji dan tunjangan. Peningkatan ini
menunjukkan bahwa dana dari pemerintah pusat sebagian besar masih
digunakan pemerintah daerah untuk membiayai kegiatan non-pembangunan.
Belanja modal yang sampai dengan triwulan II tahun 2008 baru terealisasi
Rp314,25 miliar menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah untuk
meningkatkan pembangunan di daerah masih belum optimal. Dengan kata lain,
belanja pemerintah daerah untuk pembangunan seharusnya masih bisa
terakselerasi lebih cepat dalam rangka mendorong perekonomian di daerah.
62
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Tabel 4.2. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
Nominal (%)
I Belanja Pegawai 241,373,374,706 148,019,262,662 93,354,112,044 63.07
Belanja Gaji dan Tunjangan 223,988,765,160 143,909,236,589 80,079,528,571 55.65Belanja Honorarium/Lembur/ Vakasi/Tunj Khusus 17,517,949,047 4,182,051,998 13,335,897,049 318.88Belanja Kontribusi Sosial (133,339,501) (72,025,925) (61,313,576) 85.13
II Belanja Barang 74,394,262,300 26,679,877,675 47,714,384,625 178.84Belanja Barang 44,349,334,932 16,282,317,788 28,067,017,144 172.38Belanja Jasa 6,913,803,776 2,588,704,495 4,325,099,281 167.08Belanja Perjalanan 15,952,460,435 4,583,260,343 11,369,200,092 248.06Belanja Pemeliharaan 7,178,663,157 3,225,595,049 3,953,068,108 122.55
III Belanja Denda dan Subsidi Perusahaan 600,497,972 120,718,775 479,779,197 397.44Belanja Denda 120,275,472 120,718,775 (443,303) -0.37Belanja Subsidi Perusahaan Negara 480,222,500 - 480,222,500 #DIV/0!
IV Belanja Bantuan Sosial 63,913,243,441 36,304,640,073 27,608,603,368 76.05Belanja Bantuan Sosial Lembaga Pendidikan dan Peribadatan 53,939,839,900 34,712,162,000 19,227,677,900 55.39Belanja Lembaga Sosial Lainnya 9,973,403,541 1,592,478,073 8,380,925,468 526.28
V Belanja Lain-Lain 4,190,080,904 1,685,518,232 2,504,562,672 148.59Belanja Lain-Lain 4,190,080,904 1,685,518,232 2,504,562,672 148.59
VI Belanja Modal 194,354,146,063 119,896,628,693 74,457,517,370 62.10Belanja Modal Tanah 1,071,071,001 27,457,200 1,043,613,801 3800.87Belanja Modal Peralatan dan Mesin 10,247,255,075 2,843,580,450 7,403,674,625 260.36Belanja Modal Gedung dan Bangunan 8,238,056,490 1,437,899,800 6,800,156,690 472.92Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan 163,831,609,228 111,650,089,243 52,181,519,985 46.74Belanja Pemeliharaan yang dikapitalisasi 109,080,350 113,645,000 (4,564,650) -4.02Belanja Modal Fisik Lainnya 10,857,073,919 3,823,957,000 7,033,116,919 183.92
578,825,605,386 332,706,646,110 246,118,959,276 73.97Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah
PertumbuhanTriwulan I 2008Triwulan II 2008REALISASI BELANJA
KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH
Total Realisasi Belanja
Berdasarkan pangsanya, share tertinggi dari realisasi belanja adalah
belanja pegawai sebesar 41,70%, diikuti dengan belanja modal yang mencapai
33,58%, serta belanja barang yang mencapai 12,85%. Sedangkan belanja lain-
lain memiliki pangsa terkecil yang hanya mencapai 0,72% dari total realisasi
belanja.
Grafik 4.3. Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
belanja denda dan subsidi perusahaan
negara0.10%
belanja modal33.58%
belanja pegawai41.70%
belanja barang12.85%
belanja bantuan sosial
11.04%
belanja lain-lain0.72%
63
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH C. Keuangan Pemerintah Daerah
Perkembangan transfer dana bagi hasil (DBH) pada triwulan laporan
menunjukkan peningkatan sebesar 188,12% dari sebesar Rp72,11 miliar menjadi
sebesar Rp207,77 miliar. Peningkatan ini terutama disumbangkan oleh
peningkatan transfer DBH PBB untuk kabupaten/kota yang pada triwulan laporan
meningkat signifikan sebesar Rp213,88 miliar.
Tabel 4.3. Perkembangan Realisasi Transfer Dana Bagi Hasil (DBH) Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
URAIAN Triwulan I-2008 Triwulan II-2008 PertumbuhanTRANSFER DANA BAGI HASILTransfer Dana Bagi Hasil Pajak 72,111,960,017 207,770,068,036 188.12 Transfer Dana Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan 4,008,099,953 268,250,050,842 6,592.70 611121 Transfer DBH PBB untuk Propinsi 210,191,865 53,644,672,383 25,421.76 611122 Transfer DBH PBB untuk Kabupaten/Kota 697,643,815 214,578,689,613 30,657.63 611123 Trnasfer DBH Biaya/Upah Pungut PBB untuk Propinsi 884,841,671 1,672,407 (99.81) 611124 Trnasfer DBH Biaya/Upah Pungut PBB untuk Kabupaten/Kota 2,215,422,602 25,016,439 (98.87) Transfer Dana Bagi Hasil Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 3,203,860,064 4,420,017,194 37.96 611131 Transfer DBH BPHTB untuk Propinsi 640,772,006 884,003,429 37.96 611132 Transfer DBH BPHTB untuk Kabupaten/Kota 2,563,088,058 3,536,013,765 37.96 Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah
Sementara itu, perkembangan simpanan pemerintah daerah di perbankan
Jambi mencapai Rp2,09 triliun pada triwulan laporan, meningkat 11,53%
dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan pangsanya, simpanan
pemerintah daerah di perbankan paling besar dalam bentuk giro (70,68%),
diikuti dengan deposito sebesar 28,88%.
Grafik 4.4. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi
(dalam juta Rupiah)
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 May-08 Jun-08
Deposito Giro
64
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Peningkatan tren simpanan pemerintah daerah di perbankan
menunjukkan indikasi beberapa hal. Pertama, tren peningkatan tersebut
mencerminkan pemerintah daerah belum optimal dalam membelanjakan
anggaran pembangunan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Jambi.
Kedua, adanya peningkatan penerimaan pemerintah daerah maupun penerimaan
dari transfer dana perimbangan pada triwulan laporan.
65
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Pada periode triwulan laporan, aktivitas transaksi baik tunai (kecuali aliran
uang masuk/inflows) maupun non-tunai terjadi peningkatan dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut antara lain disebabkan oleh
kebutuhan masyarakat terhadap alat pembayaran tunai serta peningkatan
nominal transaksi melalui kliring ataupun RTGS sehubungan dengan datangnya
musim liburan.
Tabel 5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
2008Trw.I Trw.II Trw. III Trw. IV Trw.I Trw.II Nominal Persen
Nilai Kliring (juta Rp) 1,276,476 1,331,939 1,588,560 1,747,801 1,670,787 1,931,680 260,893 15.61 Volume Kliring (lembar warkat) 59,640 61,382 63,211 59,948 60,526 67,008 6,482 10.71 Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 363,925 178,978 143,278 344,254 270,141 129,608 (140,533) (52.02) Aliran Uang Keluar/Ouflows (juta Rp) 513,429 994,398 751,197 1,511,935 732,444 1,242,066 509,622 69.58 Net Inflows/ (Net Outflows) (juta Rp) (149,504) (815,420) (607,919) (1,167,681) (462,303) (1,112,458) (650,155) 140.63 Penemuan Uang Palsu- Pecahan Rp100.000,00 - - - - - 1 - - - Pecahan Rp50.000,00 - - - - - - - - - Pecahan Rp20.000,00 - - - - - 1 - - - Pecahan Rp10.000,00 - - - - - - - - Jumlah PTTB (juta Rp) 131,345 141,328 84,082 95,963 79,425 63,853 (15,572) (19.61) Perbandingan PTTB thd. Inflows (%) 36.09 78.96 58.68 27.88 29.40 49.27 - Cek dan BG Kosong- Lembar 364 282 308 612 545 557 12 2.20 - Nominal (juta Rp) 8,196 8,853 8,442 14,439 13,453 14,724 1,271 9.45
Pertumbuhan (q-t-q)Uraian
2007
A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai
A.1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi
Pada triwulan laporan, perkembangan aktivitas pembayaran (outflow)
mengalami pertumbuhan sedangkan aktivitas penerimaan (inflow) mengalami
penurunan dibandingkan dengan periode triwulan sebelumnya. Peningkatan
aliran uang keluar (outflow) antara lain disebabkan oleh kebutuhan masyarakat
terhadap alat pembayaran tunai yang mengalami kenaikan sehubungan dengan
datangnya musim liburan sekolah.
67
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 5.1 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
Q1-03
Q2-03
Q3-03
Q4-03
Q1-04
Q2-04
Q3-04
Q4-04
Q1-05
Q2-05
Q3-05
Q4-05
Q1-06
Q2-06
Q3-06
Q4-06
Q1-07
Q2-07
Q3-07
Q4-07
Q1-08
Q2-08
Rp miliar
-200
-100
0
100
200
300
400
500Persen
Inflows Outflows Net Outflows Pert. Net Outflows (%)
Sebagai dampak dari kondisi musiman (libur sekolah), aliran kas keluar
bersih (net cash outflow) meningkat signifikan sebesar 140,63% yang ditandai
dengan peningkatan aliran kas keluar bersih (net cash outflow) yaitu dari
Rp462,30 miliar menjadi Rp1.112,46 miliar. Peningkatan net cash outflow
tersebut ditandai oleh menurunnya aliran kas masuk (cash inflow) sebesar
52,02%, yaitu dari sebesar Rp270,14 miliar menjadi sebesar Rp129,61 miliar dan
meningkatnya aliran kas keluar (cash outflow) sebesar 69,58%, yaitu dari
Rp732,44 miliar menjadi Rp1.242,07 miliar.
A.2. Penyediaan Uang Layak Edar
Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang tidak
layak edar (lusuh/rusak) yang masuk ke Bank Indonesia ditujukan untuk menjaga
kelayakan uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, jumlah
ratio PTTB dibandingkan inflows sebesar 49,27% (Rp63,85 miliar).
A.3. Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan
Pada triwulan laporan ditemukan uang palsu pada pecahan seratus ribu
rupiah (1 lembar) serta dua puluh ribu rupiah (1 lembar). Untuk menjaga tidak
68
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
beredarnya uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor Bank Indonesia Jambi masih
terus melakukan kegiatan Sosialisasi Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah terutama jenis
pecahan baru kepada masyarakat.
B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai
B.1. Perkembangan Kliring Lokal
Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan
laporan sebesar Rp1.931,68 miliar atau meningkat sebesar 15,61% dibandingkan
triwulan sebelumnya yang sebesar Rp1.670,79 miliar. Perkembangan tersebut
diikuti juga dengan peningkatan jumlah warkat kliring sebesar 10,71%, yaitu dari
60.526 lembar menjadi 67.008 lembar.
Di sisi lain, jumlah nominal penolakan kliring meningkat sebesar 9,45%,
yaitu dari Rp13,45 miliar menjadi Rp14,72 miliar. Peningkatan jumlah nominal
penolakan kliring diikuti juga dengan peningkatan cek dan BG kosong. Pada
triwulan laporan, jumlah lembar cek dan BG kosong meningkat sebesar 2,20%,
yaitu dari 545 lembar menjadi 557 lembar.
Grafik 5.2 dan 5.3 Perkembangan Nominal dan Volume Kliring
-
300
600
900
1,200
1,500
1,800
2,100
Trw.I Trw.II Trw. III Trw. IV Trw.I Trw.II
2007 2008
(25)
(15)
(5)
5
15
25
35
dalam miliar Rupiah Persen
Nilai Kliring Pertumbuhan Nilai Kliring
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
Trw.I Trw.II Trw. III Trw. IV Trw.I Trw.II
2007 2008
(30)
(15)
-
15
lembar warkat Persen
Volume Kliring Pertumbuhan Volume Kliring Grafik 5.2 Grafik 5.3
B.2. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)
Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross
Settlement (BI RTGS) di Kantor Bank Indonesia Jambi secara total (keluar dan
masuk/dari dan ke) meningkat sebesar 7,30% sehingga menjadi sebesar Rp23,23
triliun dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai Rp21,65 triliun.
Transfer keluar dari Provinsi Jambi tumbuh sebesar Rp731,75 miliar (13,02%),
sedangkan transfer masuk ke Provinsi Jambi meningkat sebesar Rp849,15 miliar
(5,03%) pada triwulan II tahun 2008.
69
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS (dalam miliar rupiah)
Dari Ke Dari KeTW IV-06 7,711.43 6,850.96 130.70 116.12 19.46 38.01 27.56 47.37 TW I-07 5,552.37 4,540.66 89.55 73.24 (28.00) (33.72) (31.48) (36.93) TW II-07 5,469.05 11,659.81 88.21 188.06 (1.50) 156.79 (1.50) 156.79 TW III-07 6,683.00 15,264.37 102.82 234.84 22.20 30.91 16.56 24.87 TW IV-07 6,789.21 14,003.22 113.15 233.39 1.59 (8.26) 10.06 (0.62) TW I-08 5,620.00 16,025.00 93.67 267.08 (17.22) 14.44 (17.22) 14.44 TW II-08 6,351.75 16,874.15 100.82 267.84 13.02 5.30 7.64 0.28 Sumber: www.bi.go.id
Kumulatif triwulananPertumbuhan
Rata-rata harianKeteranganDari Ke Dari Ke
Kumulatif Triwulanan Rata-Rata Harian
70
BAB VI KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Pada periode triwulan laporan, jumlah pencari kerja berdasarkan jenjang
pendidikan meningkat 335,94% jika dibandingkan dengan triwulan I tahun
2008. Namun demikian, hasil survei ekspektasi konsumen (SEK) pada periode
triwulan laporan menunjukkan menurunnya nilai saldo kondisi pengangguran
serta ekspektasi masyarakat terhadap kondisi pengangguran.33
Secara tahunan (year on year/y-o-y), jumlah penduduk usia kerja pada
Februari 2008 meningkat sebesar 4,04% (75 ribu orang), sedangkan jumlah
penduduk yang bekerja meningkat sebesar 11 ribu orang (0,94%). Hal ini
berdampak pada turunnya presentasi tingkat pengangguran terbuka dari sebesar
6,74% menjadi 5,91% pada Februari 2008. Sementara itu, rasio Upah Minimum
Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup
layak (KHL) pada triwulan II tahun 2008 menurun sebesar 154 bps jika
dibandingkan triwulan I tahun 2008.34
Di sisi lain, berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) bulan
Maret tahun 2008, penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah garis
kemiskinan) di Provinsi Jambi masih dibawah rata-rata penduduk miskin secara
nasional. Persentase jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2008
dibandingkan bulan Maret 2007 juga mengalami penurunan.
A. Ketenagakerjaan Daerah
Berdasarkan data ketenagakerjaan yang dikeluarkan Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Provinsi Jambi pada triwulan II tahun 2008, jumlah pencari kerja
meningkat 335,94% dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni dari 1.049 orang
33 Nilai saldo pengangguran meningkat artinya masyarakat menilai saat ini jumlah pengangguran mulai turun. 34 Rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) dinyatakan dalam satuan persen (%).
71
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN menjadi 4.573 orang.35 Secara nominal, jumlah pencari kerja didominasi oleh
tingkat pendidikan sekolah menegah atas (SMA) sebesar 1783 orang, atau
meningkat 337,01% dibandingkan triwulan sebelumnya, diikuti dengan jumlah
pencari kerja dari sarjana sebanyak 617 orang, atau meningkat 337,59%
dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan distribusinya (share), pencari
kerja dengan jenjang pendidikan SMA merupakan bagian terbesar pencari kerja
(38,99% dari jumlah pencari kerja) diikuti oleh lulusan sarjana (S1) sebesar
13,49%.
Tabel 6.1. Pertambahan Jumlah Pencari Kerja per Jenjang Pendidikan di Provinsi Jambi
No. Jenjang PendidikanJumlah Share Jumlah Share Jumlah Persen
I. 1. Tidak Tamat SD 20 1.91 50 1.09 30 150.00 2. Tamat SD 20 1.91 107 2.34 87 435.00
II. 1. SLTP Umum 35 3.34 224 4.90 189 540.00 2. SLTP Kejuruan 2 0.19 34 0.74 32 1,600.00
III. 1. SMA 408 38.89 1,783 38.99 1,375 337.01 2. STM 137 13.06 527 11.52 390 284.67 3. SMEA 92 8.77 418 9.14 326 354.35 4. SPG/SGO 28 2.67 67 1.47 39 139.29 5. SKKA 2 0.19 11 0.24 9 450.00 6. SPMA 5 0.48 31 0.68 26 520.00 7. SLTA Lainnya 21 2.00 128 2.80 107 509.52
IV. 1. Diploma / Akta I/II 55 5.24 206 4.50 151 274.55 2. Akademi / Akta III 83 7.91 370 8.09 287 345.78 3. Sarjana (S1) 141 13.44 617 13.49 476 337.59
JUMLAH 1,049 100.00 4,573 100.00 3,524 335.94 Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jambi
PertumbuhanTrw.I-08 Trw.II-08
Berdasarkan survei ekspektasi konsumen, jumlah penganguran saat ini
dibandingkan 6 s.d 12 bulan yang lalu menunjukkan peningkatan. Kondisi ini
tercermin dari menurunnyanya nilai saldo kondisi ketenagakerjaan dari sebesar
41,33 pada triwulan I tahun 2008 menjadi 24,67 pada triwulan II tahun 2008.
Sedangkan nilai saldo ekspektasi konsumen terhadap kondisi pengangguran juga
semakin pesimis yang ditunjukkan dengan penurunan nilai saldo yaitu dari
sebesar 52,67 menjadi 34,67. Menurunnya nilai saldo ini menunjukkan bahwa
masyarakat memandang kondisi ketenagakerjaan relatif kurang kondusif.
35 Mulai tahun 2008, jumlah pencari kerja dihitung berdasarkan pertambahannya.
72
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Grafik 6.1. Grafik Nilai Saldo Ekspektasi Pengangguran dan Kondisi Pengangguran
Indeks
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2005 2006 2007 2008
Ekspektasi pengangguran Kondisi pengangguran
Sumber: Bank Indoneisa (diolah)
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh BPS36, kondisi ketenagakerjaan di
Provinsi Jambi pada tahun 2008 diwarnai dengan perubahan beberapa indikator.
(lihat tabel Tabel 6.2). Secara tahunan (year on year/y-o-y), jumlah penduduk usia
kerja meningkat sebesar 4,04% (75 ribu orang), dari sebesar 1.856 ribu orang
pada Februari 2007 menjadi sebesar 1.931 ribu orang pada Februari 2008.
Kondisi ini lebih baik jika dibandingkan pertumbuhan tahun 2007 yang sebesar
1,75%. Sementara, jumlah angkatan kerja relatif stabil jika dibandingkan tahun
sebelumnya, yaitu berkisar 1.257 ribu orang. Sedangkan bulan Februari 2008
terjadi peningkatan jumlah penduduk yang bekerja sebesar 11 ribu orang
(0,94%). Hal ini tentunya berdampak pada penurunan presentasi tingkat
pengangguran terbuka dari sebesar 6,74% menjadi 5,91% pada Februari 2008.
Namun demikian, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mengalami
penurunan dari sebesar 67,7% (Februari 2007) menjadi sebesar 65,06 (Februari
2008) yang disebabkan oleh lebih tingginya laju pertambahan jumlah penduduk
usia 15 tahun keatas jika dibandingkan dengan laju pertambahan angkatan kerja.
36 Sumber: Berita Resmi Statistik Jambi No.24/05/15/Th.II, 15 Mei 2008, BPS provinsi Jambi.
73
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan (Dalam Ribuan)
2008
FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI
1 Penduduk 15+. 1,824 1,838 1,856 1,876 1,931 2 Angkatan Kerja 1,193 1,181 1,256 1,222 1,257
- Bekerja 1,100 1,103 1,171 1,147 1,182 - Penganggur 93 78 85 76 74
3 Bukan Angkatan Kerja 631 657 600 653 675 4 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 65.4 64.26 67.7 65.18 65.065 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 7.77 6.62 6.74 6.22 5.91
Sumber: BPS Provinsi Jambi
2006 2007KEGIATAN UTAMA
Berdasarkan sektor ekonomi (lihat Tabel 6.3), peningkatan jumlah
tenaga kerja terjadi pada sektor pertambangan serta sektor transportasi dan
pergudangan. Sementara, tenaga kerja sektor industri menunjukkan penurunan
yang mencerminkan iklim dunia usaha (industri) masih belum terakselerasi
dengan baik sehingga belum mampu meningkatkan jumlah penyerapan tenaga
kerja melalui pembukaan lapangan kerja baru. Proyek-proyek infrastruktur yang
melambat juga berakibat pada turunnya jumlah tenaga kerja sektor kontruksi.
Tabel 6.3. Penduduk Usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2006-Februari 2008
(Dalam Persen)
2008
FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI
1 Pertanian 60 58 59 58 58 2 pertambangan 2 2 1 1 2 3 industri 3 4 4 4 4 4 Listrik, gas dan air 0 0 0 0 0 5 Kontruksi 4 4 4 3 3 6 Perdagangan 14 14.5 15.3 15.9 15.27 Transportasi & Pergudangan 5.3 5.1 4.7 5.4 5.68 Keuangan 1 0 1 1 1 9 Jasa Kemasyarakatan 11 12 11 12 11
TOTAL 100 100 100 100 100 Sumber: BPS Provinsi Jambi
2006 2007Lapangan Pekerjaaan Utama
Berdasarkan status pekerjaan utama (lihat tabel 6.4), jumlah tenaga kerja
yang bekerja di sektor formal hanya sekitar 29,6% dari total penduduk yang
bekerja.37 Sekitar 70,6% merupakan tenaga kerja informal yang sebagian besar
dengan status pekerjaan adalah: 1) berusaha dibantu buruh tidak tetap (21,5%);
2) pekerja tak dibayar (19,8%); serta 3) berusaha sendiri (18,4%).
37 Yang dimaksud pekerja formal adalah; 1) berusaha dibantu buruh tetap dan 2) buruh/karyawan.
74
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Tabel 6.4. Penduduk Usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama Februari 2006-Februari 2008
(Dalam Persen)
2008
FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI
1 Berusaha Sendiri 27.3 26.0 23.1 23.3 18.42 Berusaha dibantu buruh tidak tetap 24.3 24.3 18.1 18.8 21.53 Berusaha dibantu buruh tetap 4.1 3.6 3.7 3.5 4.04 Buruh/karyawan 21.2 22.3 23.8 25.4 25.65 Pekerja bebas di Pertanian 2.7 2.4 8.4 5.4 7.66 Pekerja bebas di non pertanian 3.6 2.6 3.6 2.5 3.17 Pekerja tak dibayar 16.8 18.7 19.3 21.2 19.8
TOTAL 100 100 100 100 100
Sumber: BPS Provinsi Jambi
2006 2007Lapangan Pekerjaaan Utama
B. Kesejahteraan
Keputusan Pemerintah Pusat untuk menaikkan harga bahan bakar
minyak (BBM) bersubsidi secara rata-rata sebesar 28,7% pada akhir bulan Mei
2008 berdampak langsung pada kenaikan harga-harga beberapa kebutuhan
pokok pada triwulan laporan yang akhirnya menyebabkan naiknya kebutuhan
hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) per bulan di Provinsi Jambi
sebesar 1,76%, yaitu dari Rp832.339.83 menjadi Rp846.992,65.
Grafik 6.2. Perkembangan Harga Rata-rata Bulanan Beberapa Bahan Kebutuhan Pokok
Rp
60000
80000
100000
120000
140000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2006 2007 2008
Rp
4000
4500
5000
5500
6000
Merk Anggur Merk King Merk Belida IR 64 (aksis kanan) IR 42 (aksis kanan)
Perkembangan Harga Beras
Rp
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2006 2007 2008
Segi Tiga Biru Merk Lencana
Perkembangan Harga Tepung Terigu
Rp
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2006 2007 2008
Bimoli Botol Special Tanpa Merk
Perkembangan Harga Minyak Goreng
Rp
0
8000
16000
24000
32000
40000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2006 2007 2008
Rp
0
4000
8000
12000
16000
20000
Ayam Kampung (aksis kiri) Susu Merk Dancow (aksis kiri) Kacang Kedelai Impor Kacang Kedelai Lokal Bawang Merah
Perkembangan Harga Komoditas lainnya
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi, 2008.
75
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Beberapa bahan kebutuhan pokok (lihat Grafik 6.2) mengalami tren
kenaikan harga selama periode triwulan laporan. Harga rata-rata bulanan
komoditas beras (IR 42) terus mengalami tekanan sehingga mencapai Rp5.167/kg
di akhir periode triwulan laporan, begitu juga untuk jenis IR 64 yang mencapai
Rp5.667/kg. Sedangkan untuk beras ukuran 20 kg, yaitu Merek Anggur, Merek
King dan Merek Belida, juga mengalami kenaikan harga pada kisaran Rp1.000-
Rp12.367/20kg selama periode triwulan laporan. Tepung terigu merek Segitiga
Biru juga mengalami kenaikan harga rata-rata pada Bulan Juni 2008 sebesar
Rp200/kg.38
Pada periode triwulan laporan, harga rata-rata bulanan minyak goreng
(merek Bimoli dan Fortuna) naik masing-masing mencapai Rp14.500/kg dan
Rp12.000/kg. Dampak kenaikan harga minyak goreng tentunya akan berimbas
pada kenaikan harga beberapa komoditas yang menggunakan bahan baku
minyak goreng seperti harga nasi rames, kue-kue dan gorengan yang nota bene
sebagian besar adalah usaha kecil. Disamping itu, harga daging (sapi dan ayam),
harga telur, serta minyak tanah dan semen juga mengalami tren kenaikan.
Dengan kondisi diatas, maka tantangan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya akan semakin berat. Sebagaimana diketahui, Upah
Minimum Provinsi (UMP)39 Provinsi Jambi tahun 2008 yang telah ditetapkan
sebesar Rp742.000, atau meningkat sebesar 10,03% dibandingkan tahun 2007.
Namun, meningkatnya harga bahan-bahan kebutuhan pokok pasca kenaikan
harga BBM menyebabkan rasio UMP terhadap KHM/KHL mengalami penurunan
dari 89,15% pada triwulan I tahun 2008 menjadi 87,60% pada triwulan II tahun
2008. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan UMP dalam menutupi KHM/KHL
relatif semakin menurun. Bagi para pekerja yang mendapatkan upah sesuai
dengan UMP atau bahkan dibawah UMP tentunya sangat berat dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
38 Sumber: Disperindag Provinsi Jambi, 2008. 39 Biasanya Upah Minimun Provinsi disesuaikan 1 (satu) tahun sekali.
76
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
C. Kemiskinan40
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang telah
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008, penduduk miskin
(penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan) sebesar 260,3 ribu atau
mencapai 9,32% dari total penduduk Provinsi Jambi (lihat tabel 6.5).41 Angka ini
masih dibawah rata-rata penduduk miskin di Indonesia yang mencapai 15,42%
(34,96 juta penduduk). Sedangkan dari 10 (sepuluh) provinsi di Sumatera,
persentase penduduk miskin di Jambi menempati urutan ke-3 (tiga) paling
rendah. Persentase penduduk miskin tertinggi adalah Provinsi Nangroe Aceh
Darusalam (NAD) sebesar 23,53%, diikuti Lampung (20,98%), dan Bengkulu
(20,64%). Di sisi lain, berdasarkan jumlah penduduk miskin, Provinsi Sumatera
Utara merupakan provinsi yang paling besar jumlah penduduk miskinnya yang
mencapai 1,61 juta penduduk, diikuti Lampung (1,59 juta penduduk) dan
Sumatera Selatan (1,25 juta penduduk).
Tabel 6.5. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Sumatera dan Indonesia
(Rp/Kapita/Bulan)
2007 2008 2007 20081 NAD 26.65 23.53 1,083.6 959.7 2 Sumatera Utara 13.9 12.55 1,768.4 1,613.8 3 Sumatera Barat 11.9 10.67 529.2 477.2 4 Riau 11.2 10.63 574.5 566.7 5 Jambi 10.27 9.32 281.9 260.3 6 Sumatera Selatan 19.15 17.73 1,330.8 1,249.6 7 Bengkulu 22.13 20.64 370.6 352.0 8 Lampung 22.19 20.98 1,660.7 1,591.6 9 Bangka Belitung 9.54 8.58 95.1 86.7
10 Kepulauan Riau 10.3 9.18 148.4 136.4 16.58 15.42 37,171.0 34,963.3 INDONESIA
ProvinsiNo Penduduk Miskin (000)% Penduduk Miskin
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
40 Data-data kemiskinan (s.d. bulan Maret 2008) berdasarkan Berita Resmi statistik (BRS) BPS Provinsi Jambi No.35/07/15/Th.II, 1 Juli 2008. 41 Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach), dimana kemiskinan dipandang sebagai ketidakmakmuran dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Kebutuhan dasar makanan setara dengan 2100 kalori per kapita sehari dan kebutuhan dasar bukan makanan, yaitu kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan.
77
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Garis kemiskinan (GK) Provinsi Jambi pada tahun 2008 sebesar Rp182.229
atau mengalami peningkatan dibandingkan GK tahun 2007 yang sebesar
Rp172.349 (lihat tabel 6.6).42 Peningkatan ini terjadi karena dipengaruhi oleh
Tabel 6.6. Garis kemiskinan Provinsi Jambi (Rp/Kapita/Bulan)
Mar-07 Mar-08Kota 214,769 223,527 Pedesaan 152,019 162,434 Kota + Perdesaan 172,349 182,229
Garis KemiskinanDaerah
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah) inflasi dan kenaikan volume pengeluaran. Peranan konsumsi kebutuhan dasar
makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan
konsumsi kebutuhan dasar bukan makanan. Dari tabel 6.7 terlihat juga bahwa
sumbangan garis kemiskinan makanan (GKM) terhadap GK sebesar 73,97% pada
Maret 2008.
Tabel 6.7. Garis kemiskinan Menurut Komponen
(Rp/Kapita/Bulan)
Makanan Non Makanan Total % GK
Makanan Makanan Non Makanan Total % GK
Makanan
JambiKota 158,562 56,207 214,769 73.83 165,345 58,182 223,527 73.97Perdesaan 122,700 29,318 152,018 80.71 129,973 32,462 162,435 80.02Kota + Desa 134,319 38,030 172,349 77.93 141,434 40,769 182,203 77.62IndonesiaKota 132,258 55,683 187,941 70.37 143,897 60,999 204,896 70.23Perdesaan 116,265 30,572 146,837 79.18 127,207 34,624 161,831 78.60Kota + Desa 123,992 42,704 166,696 74.38 135,270 47,366 182,636 74.07
Maret 2008Garis Kemiskinan
Maret 2007Wilayah
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah) Indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P2)
merupakan salah satu dimensi lain yang perlu diperhatikan dari tingkat
kemiskinan.43 Dari tabel 6.8, terlihat bahwa P1 maupun P2 di daerah perkotaan
42 Garis kemiskinan (GK) adalah suatu batasan untuk memilah antara penduduk miskin dan penduduk tidak miskin, berupa rata-rata pengeluaran per kapita per bulan. GK terdiri dari garis kemiskinan makanan (GKM) dan garis kemiskinan bukan makanan (GKBM). Sumber data untuk mengukur Garis kemiskinan adalah Susenas modul konsumsi Juli 2005 dan panel modul konsumsi Maret 2007. 43 Indeks kedalaman kemiskinan atau poverty gap index (P1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Sedangkan indeks keparahan kemiskinan atau distributionally sensitive index (P2) memberikan gambaran penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin.
78
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Provinsi Jambi lebih tinggi dari di pedesaan. Hal ini menunjukkan bahwa
kesenjangan pengeluaran penduduk miskin di perkotaan terhadap garis
kemiskinannya lebih tinggi daripada di pedesaan dan penyebaran pengeluaran
diantara penduduk miskin di perkotaan lebih bervariasi atau heterogen dari
Tabel 6.8. Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)
P1 P2 P1 P2JambiKota 3.08 0.98 2.74 0.85Desa 1.31 0.32 0.99 0.2Kota+ Desa 1.88 0.54 1.56 0.41IndonesiaKota 2.15 0.57 2.07 0.56Desa 3.78 1.09 3.42 0.95Kota+ Desa 2.99 0.84 2.77 0.76Ket: P1 = Indeks Kedalaman Kemiskinan
P2 = Indeks Keparahan Kemiskinan
Indeks Kedalaman dan Keparahan KemiskinanMar-07 Mar-08Daerah
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
pedesaan. Kondisi ini berbeda jika dibandingkan kondisi nasional yang P1 dan P2
nya lebih tinggi di pedesaan. Indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan di
Jambi juga masih lebih baik jika dibandingkan dengan indeks nasional yang pada
tahun 2007 dan 2008 selalu lebih tinggi dibandingkan Provinsi Jambi.
79
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
Laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi pada triwulan III tahun 2008
diperkirakan masih tumbuh positif. Pengeluaran konsumsi pemerintah serta
pengeluaran konsumsi rumah tangga diperkirakan menjadi kontributor utama
pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang, diikuti
dengan ekspor dan investasi. Dari sisi penawaran, kontribusi pertumbuhan
ekonomi Jambi masih disumbangkan oleh sektor pertanian, sektor perdagangan,
hotel dan restoran, sektor pertambangan dan penggalian serta sektor industri
pengolahan.
Perkembangan harga-harga pada triwulan mendatang diperkirakan masih
terjadi inflasi dengan besaran yang relatif lebih tinggi dibanding triwulan laporan.
Namun demikian, keberlanjutan naiknya harga minyak mentah dunia dan
pergerakan harga-harga komoditas bahan-bahan pangan (kedelai, jagung,
gandum), crude palm oil (CPO) di pasar internasional serta datangnya bulan
Ramadhan 1429 H berpotensi memicu angka inflasi Kota Jambi triwulan III tahun
2008 lebih tinggi dari triwulan laporan.
A. Pertumbuhan Ekonomi
Laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi pada triwulan mendatang
diperkirakan tumbuh moderat dibandingkan pertumbuhan triwulan II tahun
2008. Pengeluaran konsumsi rumah tangga masih menjadi motor utama
pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi walaupun kontribusinya diperkirakan
menurun dibandingkan triwulan II tahun 2008. Hal ini tercermin dengan indeks
ekspektasi penghasilan yang menurun drastis menjadi 60.67 (level pesimis)
dibandingkan triwulan laporan yang sebesar 144,00 (level optimis). Menurunnya
ekspektasi penghasilan ini terkait dengan naiknya harga barang-barang dan jasa
pasca kenaikan harga BBM bersubsidi.
81
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
Grafik 7.1. Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan Ekspektasi Penghasilan
Indeks
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2004 2005 2006 2007 2008
Ekspektasi ekonomi
Ekspektasi pengangguran
Ekspektasi penghasilan
Dari hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) pada triwulan laporan, nilai
saldo rencana konsumsi dalam 6 s.d 12 bulan yang akan datang berada pada
level pesimis kecuali nilai saldo rencana konsumsi barang sandang yang sebesar
139.33. Sedangkan nilai saldo indikator lainnya yaitu: pembelian/perbaikan
rumah (41.33), peralatan rumah tangga (37.33), perabotan rumah tangga
(34,00), kendaraan bermotor (21.33), serta rekreasi/tamasya (58.00). Hal ini
menunjukkan adanya kecenderungan penurunan belanja konsumen di triwulan III
tahun 2008 dibandingkan pada triwulan laporan.
Grafik 7.2. Rencana Konsumsi dalam 6-12 bulan yang akan datang Indeks
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2004 2005 2006 2007 2008
Peralatan rumah tangga Perabotan rumah tangga Kendaraan bermotor
Barang sandang Pembelian/perbaikan rumah Rekreasi/tamasya
82
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
Sementara itu, pengeluaran konsumsi Pemerintah Daerah pada triwulan
mendatang diperkirakan mulai terakselerasi lebih cepat sehingga mampu
memberikan kontribusi yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Provinsi
Jambi. Pada triwulan mendatang, realisasi untuk proyek-proyek fisik Pemerintah
Daerah akan semakin meningkat yang tentunya akan berdampak pada
meningkatnya aktivitas perekonomian serta penyerapan tenaga kerja sehingga
mampu mendorong perekonomian.
Net ekspor diperkirakan masih akan meningkat pada triwulan
mendatang. Hal ini terkait dengan masih cukup baiknya harga-harga komoditas
perkebunan di dunia serta demand yang diperkirakan masih cukup baik sehingga
mendorong eksportir untuk menjual komoditi ke luar negeri/daerah dikarenakan
masih tingginya margin keuntungan yang diperoleh. Pergerakan harga CPO dan
harga karet di pasar internasional diperkirakan masih meningkat sehingga turut
memberikan andil terhadap meningkatnya nilai ekspor sektor perkebunan
Provinsi Jambi.
Berdasarkan hasil SKDU, tercermin bahwa optimisme responden di sektor
pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik dan air
minum, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa
semakin membaik. Hal ini terlihat dari perkiraan nilai Saldo Bersih Tertimbang
(SBT) untuk sektor tersebut yang relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya (Tabel 7.1).
Tabel 7.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha
Triwulan III-2008*
Triwulan II-2008
1 Pertanian (2.67) 1.34
2 Pertambangan dan Penggalian 1.43 -
3 Industri Pengolahan 2.06 1.38
4 Listrik dan Air Minum 0.40 0.20
5 Bangunan - (1.38)
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran (1.63) (0.54)
7 Pengangkutan dan Komunikasi - (0.91)
8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 1.42 0.47
9 Jasa-jasa 2.13 1.06
3.14 1.61
Saldo Bersih TertimbangNo Sektor/Subsektor
Total
83
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
Proyeksi Bank Indonesia Jambi, pertumbuhan ekonomi tahunan (y-o-y)
Provinsi Jambi pada triwulan III tahun 2008 diperkirakan pada kisaran 5,70%-
5,99% (skenario pesimis) atau sebesar 6,00%-6,30% (skenario optimis). Namun
demikian, diperlukan langkah nyata dan effort yang lebih besar dari Pemerintah
Daerah Jambi dalam rangka memacu pertumbuhan ekonominya. Beberapa
prasyarat agar pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi bisa tumbuh lebih baik,
antara lain melalui:
1. Percepatan realisasi APBD terutama proyek-proyek fisik yang
berorientasi memacu perekonomian.
Pembangunan Infrastruktur bidang transportasi harus dipercepat dalam
rangka meningkatkan pelayanan bagi aktivitas perdagangan serta
mengurangi biaya distribusi akibat kurang kondusifnya sarana jalan dan
jembatan. Hal ini tentunya harus diikuti dengan penyerapan tenaga kerja lokal
sehingga mampu membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Jambi
sehingga berdampak pada menurunnya angka pengangguran dan
kemiskinan.
Ketersedian pasokan listrik secara mandiri (dari dalam Provinsi Jambi) menjadi
kebutuhan yang mendesak. Beberapa proyek kelistrikan yang masih
terkendala harus sesegera mungkin diselesaikan sehingga mampu
memberikan dukungan dalam mendukung proses produksi sektor industri
serta kelancaran aktivitas dunia usaha.
2. Realisasi Pelayanan Satu Atap.
Dalam rangka menarik minat investor dari luar untuk berinvestasi di Provinsi
Jambi maka Pemerintah Daerah harus mampu menciptakan iklim usaha yang
kondusif antara lain melalui birokrasi perizinan yang lebih akomodatif
terhadap kepentingan pengusaha. Disamping itu, perlu adanya insentif pajak
bagi perusahaan yang berinvestasi di Jambi dan mampu menyerap tenaga
kerja lokal secara optimal sehingga mampu menurunkan tingkat
pengangguran dan kemiskinan di Jambi.
3. Strategi percepatan pengembangan pangan
Meningkatkan produktivitas lahan pertanian/sawah melalui pemberian
insentif kepada petani secara tepat sasaran dan tepat waktu melalui:
- Perlunya pemberian subsidi dalam pemenuhan stok pupuk dan obat anti
serangga/hama yang dapat digunakan untuk mendukung proses
84
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
produksi sehingga petani tetap dapat mempergunakan jumlah pupuk
yang seimbang dan sesuai untuk meningkatkan proses produksi. Hal ini
perlu dilakukan mengingat harga-harga pupuk serta obat anti
serangga/hama mulai meningkat harganya pasca kenaikan harga BBM
sehingga berpotensi tidak terjangkau bagi petani.
- Penyediaan bibit unggul dalam rangka membantu petani untuk
menghasilkan kualitas komoditas pangan yang baik dan berdampak pada
jumlah panen yang meningkat sehingga mampu mendongkrak margin
keuntungan petani.
- Bantuan sarana pertanian kepada petani dapat dijadikan insentif
tambahan yang diharapkan mampu meminimalisir keinginan petani
dalam mengalih fungsikan lahannya.
- Pembangunan jalur irigasi yang mendukung peningkatan produksi lahan
pertanian (terutama padi) di daerah-daerah yang belum memiliki saluran
irigasi yang memadai dan pemeliharaan jalur irigasi yang telah ada
termasuk di sentra-sentra produksi komoditas pangan.
4. Pertumbuhan kredit perbankan
Mendorong laju pertumbuhan kredit Provinsi Jambi pada triwulan III tahun
2008 berkisar 20-23% (y-o-y) melalui program-program pendampingan
kepada usaha mikro dan kecil.
Jika beberapa prasyarat diatas tidak terpenuhi dan dampak dari
melambatnya perekonomian dunia semakin memburuk serta dampak pasca
kenaikan BBM semakin memberatkan dunia usaha dan daya beli masyarakat,
maka peluang perekonomian Provinsi Jambi dipacu tumbuh lebih tinggi
dibanding triwulan laporan sulit tercapai.
B. Proyeksi Inflasi
Perkembangan harga-harga pada triwulan III tahun 2008 diperkirakan
akan terjadi inflasi yang masih cukup tinggi. Kenaikan harga BBM bersubsidi
secara rata-rata sebesar 28,7% di akhir Mei 2008 serta potensi kenaikan harga
minyak mentah di tingkat dunia diperkirakan masih berimbas pada
perkembangan harga-harga secara umum untuk triwulan mendatang.
85
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
Grafik 7.3. Saldo Bersih Ekspektasi harga dalam 6-12 bulan yang akan datang Indeks
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2004 2005 2006 2007 2008
Bahan sandang Perumahan & bahan bangunan
Transportasi & komunikasi Harga Umum
Bahan makanan
Laju inflasi tahunan (y-o-y) triwulan III tahun 2008 diperkirakan masih
tinggi namun dengan persentase yang tidak berbeda jauh dibandingkan triwulan
II tahun 2008. Kondisi ini tercermin dari hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK)
bahwa keyakinan masyarakat terhadap perbaikan harga-harga masih
menunjukkan pesimisme bahkan beberapa indikator memiliki nilai lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya (lihat Grafik 7.3). Sedangkan nilai saldo
bersih (SB) untuk indikator kenaikan harga umum sebesar 10,67 sedikit
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya namun masih pada level pesimis.36
Dilihat dari perkembangan laju inflasi tahun kalender/y-t-d (lihat grafik
7.4), terlihat selama 5 tahun terakhir (2003-2007) bahwa inflasi Kota Jambi pada
bulan Juni berkisar antara -0,10% (y-t-d) s.d 3,51% (y-t-d). Namun demikian,
pada Juni 2008 inflasi Kota Jambi sudah mencapai 9,85%(y-t-d), jauh diatas rata-
rata 5 tahun sebelumnya. Hal ini antara lain diakibatkan oleh dampak kenaikan
harga BBM di bulan Mei 2008 serta masih tingginya harga komoditas pangan di
pasar internasional. Melihat data historis tersebut serta melihat tren kenaikan
inflasi yang cukup tajam dimulai pada bulan September (terutama 2 tahun
36 SB (Saldo Bersih) = (%baik-%buruk)+100%. Nilai dibawah 100% berarti pesimis. Nilai diatas 100% berarti optimis. Saldo Bersih ekspektasi harga merupakan hasil survey dari jawaban pertanyaan ekspektasi terhadap harga barang/jasa pada 6-12 bulan mendatang.
86
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
terakhir),37 maka inflasi Kota Jambi triwulan mendatang diperkirakan lebih tinggi
melebihi pencapaian selama 5 tahun terakhir.
Grafik 7.4. Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (y-t-d) Kota Jambi periode tahun 2003 s.d. Juni 2008
y-t-d (%)
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2003 2004 2005
2006 2007 2008
Berdasarkan data-data serta informasi diatas, inflasi Kota Jambi pada
September 2008 diperkirakan berkisar 13,50%-14,50% / y-o-y (skenario optimis)
atau sebesar 14,51%-15,50% / y-o-y (skenario pesimis).
Grafik 7.5. Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi periode tahun 2003 s.d. September 2008
y-o-y (%)
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
catatan: inflasi bulan Juli,Agustus dan September 2008 adalah angka perkiraan
2003 2004 2005 20062007 2008 s.d. Juni 2008 optimis 2008 pesimis
37 Dilihat dari grafik, selama 5 tahun terakhir menunjukkan pergerakan inflasi tahunan mulai meningkat signifikan pada bulan September dan Oktober (Pada tahun 2005 meningkat sangat tinggi karena pemerintah menaikkan harga BBM pada bulan Oktober 2005). Disamping itu, secara siklus musiman menunjukkan bahwa datangnya bulan Ramadhan akan memicu harga-harga naik lebih tinggi. Pada tahun 2008, bulan Ramadhan akan berlangsung sejak awal bulan September.Hal ini tentunya akan memicu angka inflasi Kota Jambi meningkat signifikan.
87
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
Beberapa faktor-faktor lain yang masih berpotensi akan memberikan
tekanan inflasi selama triwulan mendatang serta berpotensi menyebabkan
perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1) Tren peningkatan harga minyak
mentah dunia yang terus membumbung tinggi akan berdampak pada naiknya
harga-harga komoditas lainnya. Hal ini dikarenakan kenaikan harga minyak
mentah akan mendorong kenaikan biaya produksi sebagian besar kegiatan
produksi di Indonesia yang pada akhirnya berdampak pada kenaikan harga jual
komoditi. 2) Masih terkendalanya kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) akan
meningkatkan biaya distribusi barang, 3) Kondisi kelistrikan yang menurun (defisit
daya) akan berdampak pada terganggunya aktivitas dunia usaha sehingga
menimbulkan dampak yang negatif bagi perekonomian terutama terhadap
pembentukan harga. Penggunaan genset untuk menggantikan fungsi aliran listrik
PLN saat pemadaman tentunya akan berdampak pada meningkatnya biaya input
produksi sehingga berimbas pada naiknya harga jual suatu produk.
88
LAMPIRAN
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI
Halaman ini sengaja dikosongkan
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
I II III IV I* II**
1. PERTANIAN 1,989,061.62 2,071,069.41 2,137,348.25 2,169,378.70 2,230,755.86 2,338,970.57 a. Tanaman Bahan Makanan 686,750.42 718,207.04 740,578.68 762,396.93 792,471.26 834,630.44 b. Tanaman Perkebunan 948,476.04 975,220.89 987,681.15 1,013,933.27 1,039,542.57 1,089,397.43 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 103,722.77 109,982.39 120,824.20 126,890.83 130,008.64 138,263.02 d. Kehutanan 169,876.09 176,258.53 184,074.21 196,939.98 199,240.48 204,498.56 e. Perikanan 80,236.31 91,400.55 104,190.01 69,217.69 69,491.91 72,181.12 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 1,611,696.95 1,448,251.21 1,495,188.34 1,525,057.30 1,594,620.96 1,587,563.64 a. Minyak dan Gas Bumi 1,483,794.19 1,297,111.69 1,339,095.82 1,367,460.85 1,430,471.65 1,418,923.09 b. Pertambangan tanpa Migas 57,202.28 59,592.70 62,450.15 64,800.54 67,185.45 69,263.67 c. Penggalian 70,700.48 91,546.82 93,642.37 92,795.92 96,962.86 99,376.88 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 871,141.66 925,067.66 965,439.87 1,067,299.53 1,132,582.43 1,228,145.65 a. Industri Migas 90,829.43 98,844.49 100,161.18 105,738.90 111,258.70 116,910.81 1. Pengilangan Minyak Bumi 90,829.43 98,844.49 100,161.18 105,738.90 111,258.70 116,910.81 2. Gas Alam Cair - - - - - - b. Industri Tanpa Migas **) 780,312.23 826,223.17 865,278.70 961,560.64 1,021,323.73 1,111,234.84 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 64,544.49 71,147.20 76,235.82 77,915.34 78,841.26 83,092.27 a. Listrik 52,314.03 58,407.33 63,217.72 64,385.90 64,385.90 67,867.90 b. Gas - - - - - - c. Air Bersih 12,230.47 12,739.87 13,018.10 13,529.44 14,455.35 15,224.36 5. BANGUNAN 315,315.27 354,188.89 393,721.76 409,246.04 423,265.64 443,589.94 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 1,147,501.02 1,146,148.57 1,203,828.61 1,276,434.19 1,321,227.69 1,389,225.83 a. Perdagangan Besar & Eceran 1,049,520.50 1,051,998.09 1,105,075.94 1,172,229.60 1,214,682.18 1,280,733.66 b. Hotel 12,332.87 12,567.62 12,821.13 13,521.95 13,759.24 13,450.79 c. Restoran 85,647.65 81,582.86 85,931.54 90,682.63 92,785.28 95,041.37 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 556,578.21 578,021.10 594,893.15 615,801.33 633,806.19 651,706.31 a. Pengangkutan 517,507.98 536,153.27 549,481.97 569,854.48 583,194.31 599,860.10 1. Angkutan Rel - - - - - 2. Angkutan Jalan Raya 370,046.66 376,569.74 386,247.91 399,995.31 408,401.42 417,791.90 3. Angkutan Laut 55,284.96 58,245.14 60,789.85 63,452.60 63,792.84 67,561.34 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 26,590.02 27,733.52 28,120.51 28,643.77 29,227.28 30,984.34 5. Angkutan Udara 38,726.97 46,064.18 45,803.40 48,559.42 51,689.74 52,123.62 6. Jasa Penunjang Angkutan 26,859.38 27,540.68 28,520.31 29,203.38 30,083.03 31,398.91 b. Komunikasi 39,070.23 41,867.83 45,411.17 45,946.85 50,611.88 51,846.21 1. Pos dan Telekomunikasi 38,324.41 41,098.14 44,627.56 45,151.46 49,793.47 51,014.78 2. Jasa Penunjang Komunikasi 745.82 769.69 783.61 795.40 817.41 831.43 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 285,129.27 320,416.85 339,145.68 395,913.86 412,220.56 435,666.64 a. Bank 74,269.40 99,092.83 111,977.90 148,121.19 156,561.00 166,467.11 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 25,461.44 27,256.60 28,436.88 29,109.80 29,688.96 30,484.82 c. Jasa Penunjang Keuangan 983.70 1,281.85 1,428.26 1,921.69 1,980.20 2,092.87 d. Sewa Bangunan 178,456.31 186,447.57 190,742.15 210,151.07 217,288.89 229,619.74 e. Jasa Perusahaan 5,958.42 6,338.01 6,560.49 6,610.10 6,700.51 7,002.09 9. JASA-JASA 832,904.52 879,560.22 914,414.10 951,671.14 972,886.31 1,007,565.65 a. Pemerintahan Umum 713,109.70 754,179.46 783,766.07 815,435.35 833,856.20 862,915.20 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 481,160.60 513,473.07 537,344.52 559,480.43 571,314.96 590,195.45 2. Jasa Pemerintah lainnya 231,949.10 240,706.40 246,421.55 255,954.93 262,541.24 272,719.75 b. Swasta 119,794.82 125,380.76 130,648.03 136,235.79 139,031.11 144,650.45 1. Sosial Kemasyarakatan 80,684.15 84,918.23 88,386.34 93,222.06 95,138.31 99,757.11 2. Hiburan & Rekreasi 6,700.83 6,603.94 6,730.14 6,828.54 7,124.14 7,229.56 3. Perorangan & Rumahtangga 32,409.84 33,858.58 35,531.55 36,185.19 36,767.66 37,663.78 PDRB Migas 7,673,873.03 7,793,871.12 8,120,215.57 8,488,717.43 8,800,206.91 9,165,526.49 PDRB Tanpa Migas 6,099,249.40 6,397,914.94 6,680,958.57 7,015,517.69 7,258,476.55 7,629,692.59
*) Angka Sementara**) Angka sangat sementara
LAPANGAN USAHA2007* 2008
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
I II III IV I* II** 1. PERTANIAN 1,093,332.08 1,108,631.26 1,119,802.25 1,115,682.88 1,128,086.94 1,150,868.81 a. Tanaman Bahan Makanan 397,123.94 404,181.30 406,624.28 411,003.15 415,963.60 426,452.81 b. Tanaman Perkebunan 517,014.58 517,964.84 518,359.35 519,033.89 525,366.10 534,113.31 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 70,629.08 72,922.82 76,704.44 78,932.09 79,866.51 82,193.97 d. Kehutanan 67,586.44 68,622.40 69,132.56 69,489.82 69,781.68 69,863.92 e. Perikanan 40,978.03 44,939.90 48,981.62 37,223.93 37,109.06 38,244.79 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 429,974.20 396,510.22 397,513.39 390,208.73 395,477.36 384,916.68 a. Minyak dan Gas Bumi 375,713.08 334,175.77 334,320.48 327,114.70 331,487.17 319,514.62 b. Pertambangan tanpa Migas 18,282.23 18,620.05 19,216.40 19,431.47 19,649.40 20,090.03 c. Penggalian 35,978.89 43,714.40 43,976.51 43,662.57 44,340.80 45,312.03 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 478,465.41 485,228.18 485,945.27 498,821.40 514,125.35 541,669.30 a. Industri Migas 30,731.02 32,464.27 32,385.71 33,189.24 33,805.43 35,045.00 1. Pengilangan Minyak Bumi 30,731.02 32,464.27 32,385.71 33,189.24 33,805.43 35,045.00 2. Gas Alam Cair - - - - - - b. Industri Tanpa Migas **) 447,734.39 452,763.91 453,559.56 465,632.16 480,319.92 506,624.30 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 25,569.59 27,378.62 28,395.62 28,400.02 30,089.12 30,671.56 a. Listrik 21,026.22 22,765.16 23,737.77 23,717.76 25,054.47 25,555.33 b. Gas - - c. Air Bersih 4,543.37 4,613.47 4,657.84 4,682.26 5,034.65 5,116.23 5. BANGUNAN 148,836.73 161,618.12 169,680.38 174,088.20 176,847.49 182,753.28 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 607,670.12 605,980.22 621,385.86 629,576.19 641,483.32 657,827.49 a. Perdagangan Besar & Eceran 552,059.59 552,408.40 567,160.46 575,249.67 586,723.92 602,494.97 b. Hotel 7,507.07 7,517.83 7,592.42 7,610.60 7,679.09 7,462.81 c. Restoran 48,103.46 46,054.00 46,632.97 46,715.92 47,080.31 47,869.72 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 283,266.63 288,818.20 292,253.60 295,141.06 298,889.26 303,908.86 a. Pengangkutan 258,644.23 263,621.00 266,166.12 269,213.77 270,756.44 275,268.22 1. Angkutan Rel - - - - 2. Angkutan Jalan Raya 168,451.00 169,320.87 171,042.84 172,739.34 174,173.07 174,976.58 3. Angkutan Laut 34,866.72 35,718.00 36,733.22 37,338.30 37,404.42 38,980.74 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 16,013.26 16,087.32 16,144.59 16,210.45 16,259.87 16,703.35 5. Angkutan Udara 23,486.93 26,277.97 25,787.97 26,425.67 28,084.12 27,484.71 6. Jasa Penunjang Angkutan 15,826.33 16,216.83 16,457.50 16,500.02 16,686.21 17,122.85 b. Komunikasi 24,622.40 25,197.20 26,087.48 25,927.29 28,132.82 28,640.65 1. Pos dan Telekomunikasi 24,341.12 24,913.38 25,803.39 25,643.08 27,842.87 28,346.02 2. Jasa Penunjang Komunikasi 281.28 283.83 284.09 284.21 289.94 294.63 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 136,381.74 149,362.49 154,646.57 168,880.38 173,094.64 177,826.41 a. Bank 41,367.48 52,117.42 56,104.48 68,327.30 70,610.44 72,879.74 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 10,405.63 10,763.07 10,913.80 10,999.11 11,125.60 11,275.85 c. Jasa Penunjang Keuangan 684.17 830.95 885.63 1,048.28 1,061.72 1,107.59 d. Sewa Bangunan 80,630.56 82,289.13 83,352.33 85,095.03 86,870.45 89,051.00 e. Jasa Perusahaan 3,293.90 3,361.92 3,390.32 3,410.66 3,426.43 3,512.23 9. JASA-JASA 311,073.42 318,046.70 322,579.49 326,016.09 329,625.68 336,741.61 a. Pemerintahan Umum 256,499.15 262,437.70 266,094.80 269,078.93 272,143.73 278,470.13 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 163,789.58 167,627.80 170,081.20 172,078.09 173,818.82 177,504.29 2. Jasa Pemerintah lainnya 92,709.57 94,809.90 96,013.60 97,000.84 98,324.92 100,965.84 b. Swasta 54,574.27 55,609.00 56,484.70 56,937.16 57,481.95 58,271.47 1. Sosial Kemasyarakatan 35,062.22 35,741.06 36,175.63 36,428.88 36,735.40 37,316.19 2. Hiburan & Rekreasi 3,315.48 3,304.91 3,309.92 3,312.52 3,381.09 3,390.09 3. Perorangan & Rumahtangga 16,196.57 16,563.03 16,999.15 17,195.75 17,365.46 17,565.20 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 3,514,569.93 3,541,574.02 3,592,202.42 3,626,814.95 3,687,719.17 3,767,184.00 PDRB Tanpa Migas 3,108,125.83 3,174,933.98 3,225,496.23 3,266,511.01 3,322,426.56 3,412,624.38
*) Angka Sementara**) Angka sangat sementara
LAPANGAN USAHA2007* 2008
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)
TRW.I TRW.II Trw III TRW IV TRW.I* TRW.II**
1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 4,866,331.22 5,054,038.84 5,143,526.02 5,362,984.79 5,490,110.21 5,953,403.82
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1,178,122.83 1,287,214.26 1,317,634.96 1,401,431.72 1,433,090.35 1,552,700.32
3. Lembaga Swasta Nirlaba 34,490.24 34,972.19 35,270.51 36,840.63 37,006.41 43,313.53
4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 1,333,220.34 1,346,258.56 1,376,069.58 1,458,032.28 1,453,285.99 1,514,932.14
5. Perubahan Stok 188,326.68 190,713.77 193,163.69 211,999.97 218,220.36 233,252.11
6. Ekspor 2,743,266.93 3,152,800.55 3,488,996.14 4,309,260.82 3,599,171.91 4,157,719.30
7. Impor 2,669,885.22 3,272,127.05 3,434,445.33 4,291,832.77 3,430,678.34 4,289,794.73
JUMLAH 7,673,873.03 7,793,871.12 8,120,215.57 8,488,717.43 8,800,206.91 9,165,526.49 *) Angka Sementara
**) Angka sangat sementara
JENIS PENGELUARANTahun 2007* Tahun 2008
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)
TRW.I TRW.II Trw III TRW IV TRW.I* TRW.II**
1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 2,486,536.57 2,506,873.23 2,542,451.51 2,609,850.47 2,652,358.72 2,667,745.21
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 599,040.28 653,044.93 665,847.30 704,685.99 712,712.34 737,390.97
3. Lembaga Swasta Nirlaba 17,351.77 17,564.37 17,694.07 18,277.02 18,305.69 18,810.17
4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 565,373.86 568,973.82 577,420.72 608,517.48 610,588.07 614,475.93
5. Perubahan Stok 99,935.64 100,782.53 101,616.12 110,345.96 111,211.14 118,153.58
6. Ekspor 1,572,840.26 1,796,464.19 1,961,121.28 2,353,570.11 1,954,097.06 2,226,141.81
7. Impor 1,826,508.44 2,102,129.05 2,273,948.58 2,778,432.08 2,371,553.86 2,615,533.67
JUMLAH 3,514,569.93 3,541,574.02 3,592,202.42 3,626,814.95 3,687,719.17 3,767,184.00 *) Angka Sementara
**) Angka sangat sementara
JENIS PENGELUARANTahun 2007* Tahun 2008
Halaman ini sengaja dikosongkan
Daftar Istilah Ekspor adalah seluruh barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang
bersifat komersil maupun bukan komersil.
Impor adalah seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil.
PDRB atas dasar harga pasar adalah penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian.
PDRB atas dasar harga konstan merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya.
Bank pemerintah adalah bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari Bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI.
Bank swasta adalah perbankan yang sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional sebelum dilakukannya program rekapitalisasi perbankan.
Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito.
Net Interest Margin (NIM) adalah selisih bersih antara biaya bunga operasional dengan pendapatan bunga operasional.
Loan to Deposits Ratio (LDR) adalah rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun.
Non Performing Loan (NPL) adalah jumlah kredit yang termasuk dalam kategori kurang lancar, diragukan dan macet sesuai ketentuan Bank Indonesia.
Cash inflows adalah jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu.
Cash outflows adalah jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu.
Net cashflows adalah selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya.
Administered prices adalah kelompok barang yang pergerakan harganya ditentukan oleh pemerintah baik secara keseluruhan maupun sebagian.
Aktiva Produktif adalah penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh
bank dengan tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank,
seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar bank, penanaman pada
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya.
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) adalah pembobotan terhadap
aktiva yang dimiliki oleh bank berdasarkan risiko dari masing-masing
aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya.
Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot
yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada
perorangan.
Kualitas Kredit adalah penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja
debitur dan kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit
digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus
(DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio antara modal (modal inti dan modal
pelengkap) terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).
Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang diterima perbankan dari
masyarakat, yang berupa giro, tabungan atau deposito.
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara pembiayaan yang
diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep ini sama
dengan konsep LDR pada bank umum konvensional.
Inflasi adalah Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus
(persistent).
Inflasi Administered Price adalah Inflasi yang terjadi pergerakan harga barang-
barang yang termasuk dalam kelompok barang yang harganya diatur oleh
pemerintah (misalnya bahan bakar).
Inflasi Inti adalah Inflasi yang terjadi karena adanya gap penawaran aggregat
and permintaan agregrat dalam perekonomian, serta kenaikan harga
barang impor dan ekspektasi masyarakat.
Inflasi Volatile Food adalah Inflasi yang terjadi karena pergerakan harga
barang-barang yang termasuk dalam kelompok barang yang harganya
bergerak sangat volatile (misalnya beras).
Kliring adalah pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar
peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta
yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.
Kliring Debet adalah kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang
disertai dengan penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro,
nota debet kepada penyelenggaran kliring lokal (unit kerja di Bank
Indonesia atau bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia
sebagai penyelenggara kliring lokal) dan hasil perhitungan akhir kliring
debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja yang menangani SKNBI
di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan secara nasional.
Kliring Kredit adalah kegiatan kliring untuk transfer kredit antar bank yang
dikirim langsung oleh bank peserta ke Sistem Sentral Kliring di KP Bank
Indonesia tanpa menyampaikan fisik warkat (paperless).
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara jumlah kredit yang disalurkan
terhadap dana yang diterima (giro, tabungan dan deposito).
Net Interest Income (NII) adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan
beban bunga.
Non Core Deposit (NCD) adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap
pergerakan suku bunga. Dalam laporan ini, NCD diasumsikan terdiri dari
30% giro, 30% tabungan dan 10% deposito berjangka waktu 1-3 bulan.
Non Performing Loans/Financing (NLPs/Ls) adalah kredit/pembiayaan yang
termasuk dalam kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet
Penyisihan Pengghapusan Aktiva Produktif (PPAP) adalah suatu
pencadangan untuk mengantisipasi kerugian yang mungkin timbul dari
tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP
ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin
besar PPAP yang dibentuk. Misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong
Kurang Lancar adalah 15% dari jumlah kredit Kurang Lancar (setelah
dikurangi agunan), sedangkan untuk kredit Macet, PPAP yang harus
dibentuk adalah 100% dari total kredit macet (setelah dikurangi agunan).
Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs) adalah rasio
kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total
kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs gross.
Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ysb.
Rasio Non Performing Loans (NPLs) – Net adalah rasio kredit yang tergolong
NPLs, setelah dikurangi pembentukan Penyisihan Pengghapusan Aktiva
Produktif (PPAP), terhadap total kredit
Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) adalah proses
penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real
time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat
bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) adalah sistem kliring Bank
Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian
akhirnya dilakukan secara nasional.