STRES
KELOMPOK 3Oleh:
1. SAROFAH JAUHARI (1111011052)2. NI KETUT SRI ASTUTI (1111011057)3. KADEK AYU SEPTIANA (1111011059)4. PUTU EDY JUNIARTHA (1111011061)5. NI KOMANG VALENTINA (1111011072)6. NI PUTU EKA RISNA DEWI (1111011077)7. NI PUTU SUBIANTARI (1111011079)
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2012
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
rahmatnyalah penulis dapat menyelesaikan tugas yang berjudul STRESS dengan tepat pada
waktunya.
Tugas ini dapat terselesaikan atas kerja sama dan bantuan dari berbagai pihak, oleh
karenanya melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas
kerja sama dan bantuannya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah pada tugas ini masih jauh dari sempurna.
Penulis mohon kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi pembuatan tugas
berikutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga isi dari tugas ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Singaraja, 29-Maret-2012
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................................ i
Daftar isi ........................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Larat Belakang ………………………………………………………………………… 1
1.2 Ru,usan Masalah ……………………………………………………………………… 1
1.3 Tujuan Masalah ……………………………………………………………………… 2
1.4 Manfaat Masalah……………………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAAHASAN
2.1 Pengertian Stress ……………………………………………………………………… 3
2.2 Pengertian Stress Kerja ………………………………………………………………… 4
2.3 Faktor Penyebab Kerja Stress Kerja …………………………………………………… 6
2.4 Model Stress Dalam Pekerjaan ………………………………………………………... 8
2.5 Hubungan Antara Motivasi, Kinerja dan Stress ………………………………………. 15
2.6 Jurnal Relevan …………………………………………………………………………. 16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………….. 17
3.2 Saran……………………………………………………………………………………. 18
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stress merupakan bagian kehidupan.Kejadian sehari-hari merupakan tantangan
yang membutuhkan peranan pikiran, tubuh dan emosi.Individu beradaptasi terhadap
stress dan belajar menggunakannya demi keuntungannya.Manusia cenderung mendapat
stress fisik dan psikologis.Udara dingin menyebabkan stress fisik pada tubuh sehingga
timbul respons perubahan sirkulasi,pernapasan dan denyut jantung. Paparan terhadap
virus, penyakit serta udara berasap dan berkabut,semuanya menyebabkan stress
fisik.Batas waktu suatu pekerjaan,kecemasan akan acara sosial khusus atau kehilangan
teman dekat adalah contoh stress psikologis.Stress adalah suatu kekuatan yang memaksa
seseorang untuk berubah, bertumbuh, berjuang, beradaptasi atau mendapatkan
keuntungan.Semua kejadian dalam kehidupan, bahkan yang bersifat positif juga
menyebabkan stress.Sebagai contoh, kenaikan pangkat merupakan perubahan yang
positif namun tanggung jawab yang baru menyebabkan stress.Tidak semua stresbersifat
merusak karena rangsangan, tantangan dan perubahanakan memberikan keuntungan bagi
kehidupan seseorang.Meskipun demikian, sebagian besar menderita stress yang
berlebihan dan kemampuan untuk mengatasinya terbatas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian stress?
2. Apakah pengertian stress kerja?
3. Apakah faktor penyebab kerja stress kerja?
4. Bagaimana hubungan antara motivasi, kinerja dan stress?
5. Apakah pengertian jurnal relevan?
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian stress.
2. Untuk mengetahui pengertian stress kerja.
3. Untuk mengetahui faktor penyebab stress kerja.
4. Untuk mengetahui hubungan anara motivasi, kinerja dan stress.
5. Untuk mengetahui pengertian jurnal relevan.
1.4 Manfaat
1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian stress.
2. Agar mahasiswa mengetahui pengertian stress kerja.
3. Agar mahasiswa mengetahui faktor penyebab stress kerja.
4. Agar mahasiswa mengetahui hubungan anara motivasi, kinerja dan stress.
5. Agar mahasiswa mengetahui pengertian jurnal relevan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Stress
Stress menurut transactional model dari Lazarus dan Folkman (1984) adalah
tergantung secara penuh pada persepsi individu terhadap situasi yang berpotensi
mengancam. Penilaian individu terhadap sumber daya yang dimilikinya menentukan
bagaimana individu memandang sebuah situasi spesifik sebagai sesuatu yang dapat
dikendalikan atau ancaman yang berbahaya. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
bagaimana individu mempersepsikan situasi yag dihadapinya menentukan bagaimana
respon yang dimunculkan individu.
Lazarus dan Folkman (1984) juga mendiskripsikan stress sebagai segala
peristiwa/ kejadian baik berupa tuntutan-tuntutan lingkungan maupun tuntutan-tuntutan
internal(fisiologis/psikologis) yang menuntut, membebani, atau melebihi kapasitas
sumber daya adaptif individu. Dari definisi di atas dapat disimpulkan stress merupakan
keadaan dan tuntutan yang melebihi kemampuan dan sumber daya adaptif individu untuk
mengatasinya. Sehingga tuntutan dan keadaan (stressor) tersebut menimbulkan
ketegangan baik secara fisik maupun psikis. Stress juga dapat didefinisikan sebagai
keseluruhan proses yang meliputi stimulasi, kejadian, peristiwa, respon, interpretasi
individu yang menyebabkan timbulnya ketegangan di luar kemampuan individu untuk
mengatasinya (Rice,1994).
Dari definisi ini dapat dilihat bahwa stress mencakup dua hal yang saling
berkaitan yaitu stimulasi, peristiwa, kondisi, kejadian yang menimbulkan ketegangan
yang biasaanya disebut sebagai stressor, dan kedua merupakan respon.
Menurut Selye (Bell, 1996) stress diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction)
terhadap adanya ancaman, yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis, seperti :
meningkatnya denyut jantung, yang kemudian diikuti dengan reaksi penolakan terhadap
stressor dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga (exhaustion) jika individu merasa
3
tidak mampu untuk terus bertahan.Lazarus (1984) menjelaskan bahwa stress juga dapat
diartikan sebagai:
1) Stimulus, yaitu stress merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan
stress atau disebut juga dengan stressor.
2) Respon, yaitu stress merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena
adanya situasi tertentu yang menimbulkan stress. Respon yang muncul dapat secara
psikologis, seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
3) Proses, yaitu stress digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif
dapat mempengaruhi dampak stress melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Berdasarkan berbagai definisi diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
stress adalah keadaan yang disebabkan oleh adanya tuntutan internal maupun eksternal
(stimulus) yang dapat membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan
individu sehingga individu akan bereaksi baik secara fisiologis maupun secara psikologis
(respon) dan melakukan usaha-usaha penyesuaian diri terhadap situasi tersebut (proses).
2.2 Pengertian Stress Kerja
Gibson et al (dalam Yulianti, 2000:9) mengemukakan bahwa stress kerja
dikonseptualisasi dari beberapa titik pandang, yaitu stres sebagai stimulus, stress sebagai
respon dan stres sebagai stimulus-respon. Stres sebagai stimulus merupakan pendekatan
yang menitikberatkan pada lingkungan. Definisi stimulus memandang stres sebagai suatu
kekuatan yang menekan individu untuk memberikan tanggapan terhadap stresor.
Pendekatan ini memandang stres sebagai konsekuensi dari interaksi antara stimulus
lingkungan dengan respon individu.Pendekatan stimulus-respon mendefinisikan stres
sebagai konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan respon individu.
Stres dipandang tidak sekedar sebuah stimulus atau respon, melainkan stres merupakan
hasil interaksi unik antara kondisi stimulus lingkungan dan kecenderungan individu untuk
memberikan tanggapan.
Luthans (dalam Yulianti, 2000:10) mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan
dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses
4
psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa yang
terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang.Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa stres kerja timbul karena tuntutan lingkungan dan tanggapan
setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda.Masalah Stres kerja di dalam
organisasi perusahaan menjadi gejala yang penting diamati sejak mulai timbulnya
tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan. Akibat adanya stres kerja tersebut yaitu orang
menjadi nervous, merasakan kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada
emosi, proses beriikir dan kondisi fisik individu. Selain itu, sebagai hasil dari adanya
stres kerja karyawan mengalami beberapa gejala stres yang dapat mengancam dan
mengganggu pelaksanaan kerja mereka, seperti : mudah marah dan agresi, tidak dapat
relaks, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mampu
terlibat, dan kesulitan dalam masalah tidur.
Di kalangan para pakar sampai saat ini belum terdapat kata sepakat dan kesamaan
persepsi tentang batasan stres. Baron & Greenberg (dalam Margiati,1999:71),
mendefinisikan stres sebagai reaksi-reaksi emosional dan psikologis yang terjadi pada
situasi dimana tujuan individu mendapat halangan dan tidak bias mengatasinya. Aamodt
(dalam Margiati, 1999:71) memandangnya sebagai respon adaptif yang merupakan
karakteristik individual dan konsekuensi dan tindakan ekstcrnai, situasi atau peristiwa
yang terjadi baik secara fisik maupun psikologis.Berbeda dengan pakar di atas, Landy
(dalam Margiati, 1999:71) memahaminya sebagai ketidakseimbangan keinginan dan
kemampuan memenuhinya sehingga menimbulkan konsekuensi pcnting bagi dirinya.
Robbins memberikan definisi stres sebagai suatu kondisi dinamis di mana individu
dihadapkan pada kesempatan, hambatan dan keinginan dan hasil yang diperoleh
sangatlah penling tetapi tidak dapat dipastikan (Robbins dafam Dwiyanti, 2001:75).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya stres kerja adalah
dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan
dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua kondisi
pekerjaan. Adanya bcberapa atribut tertentu dapat rnempengaruhi daya tahan stres
seorang karyawan.
5
Ada bebrapa pendapat menurut para ahli mengenai pengertian stres kerja, yaitu
sebagai berikut :
1. Menurut Anwar (1993:93) Stres kerja adalah suatu perasaan yang menekan atau rasa
tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaannya.
2. Yoder dan Staudohar (1982 : 308) mendefinisikan Stres Kerja adalah Job stress refers
to a physical or psychological deviation from the normal human state that is caused
by stimuli in the work environment, yang kurang lebih memiliki arti suatu tekanan
akibat bekerja juga akan mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi fisik
seseorang, di mana tekanan itu berasal dari lingkungan pekerjaan tempat individu
tersebut berada.
3. Beehr dan Franz (dikutip Bambang Tarupolo, 2002:17), mendefinisikan stres kerja
sebagai suatu proses yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau
tegang karena pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu.
4. Stres merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses
berpikir dan kondisi seseorang. Jika seseorang / karyawan mengalami stres yang
terlalu besar maka akan dapat menganggu kemampuan seseorang / karyawan tersebut
untuk menghadapi lingkungannya dan pekerjaan yang akan dilakukannya (Handoko
1997:200).
5. Menurut Pandji Anoraga (2001:108), stres kerja adalah suatu bentuk tanggapan
seseorang, baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan di lingkunganya yang
dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam.
6. Gibson dkk (1996:339), menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu tanggapan
penyesuaian diperantarai oleh perbedaan- perbedaan individu dan atau proses
psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar
(lingkungan), situasi, atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan.
2.3 Faktor Penyebab Kerja Stres Kerja
Menurut (Robbin, 2003, pp. 794-798) penyebab stres itu ada 3 faktor yaitu:
1. Faktor Lingkungan
Ada beberapa faktor yang mendukung faktor lingkungan. Yaitu:
6
1. Perubahan situasi bisnis yang menciptakan ketidakpastian ekonomi. Bila
perekonomian itu menjadi menurun, orang menjadi semakin mencemaskan kesejahteraan
mereka.
2. Ketidakpastian politik. Situasi politik yang tidak menentu seperti yang terjadi
di Indonesia, banyak sekali demonstrasi dari berbagai kalangan yang tidak puas dengan
keadaan mereka. Kejadian semacam ini dapat membuat orang merasa tidak nyaman.
Seperti penutupan jalan karena ada yang berdemo atau mogoknya angkutan umum dan
membuat para karyawan terlambat masuk kerja.
3. Kemajuan teknologi. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, maka hotel pun
menambah peralatan baru atau membuat sistem baru. Yang membuat karyawan harus
mempelajari dari awal dan menyesuaikan diri dengan itu.
4. Terorisme adalah sumber stres yang disebabkan lingkungan yang semakin
meningkat dalam abad ke 21, seperti dalam peristiwa penabrakan gedung WTC oleh para
teroris, menyebabkan orang-orang Amerika merasa terancam keamanannya dan merasa
stres.
2. Faktor Organisasi
Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres. Tekanan
untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam kurun waktu terbatas,
beban kerja berlebihan, bos yang menuntut dan tidak peka, serta rekan kerja yang tidak
menyenangkan. Dari beberapa contoh diatas, penulis mengkategorikannya menjadi
beberapa faktor dimana contoh-contoh itu terkandung di dalamnya. Yaitu:
1. Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan tuntutan atau tekanan
untuk menunaikan tugasnya secara baik dan benar.
2. Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang
sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam organisasi itu.Konflik peran
menciptakan harapan-harapan yang barangkali sulit dirujukkan atau dipuaskan.
Kelebihan peran terjadi bila karyawan diharapkan untuk melakukan lebih daripada yang
dimungkinkan oleh waktu. Ambiguitas peran tercipta bila harapan peran tidak dipahami
dengan jelas dan karyawan tidak pasti mengenai apa yang harus dikerjakan.
3. Tuntutan antar pribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain.
Kurangnya dukungan sosial dari rekan-rekan dan hubungan antar pribadi yang buruk
7
dapat menimbulkan stres yang cukup besar, khususnya di antara para karyawan yang
memiliki kebutuhan sosial yang tinggi.
4. Struktur Organisasi menentukan tingkat diferensiasi dalam organisasi, tingkat
aturan dan peraturan dan dimana keputusan itu diambil. Aturan yang berlebihan dan
kurangnya berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada karyawan
merupakan potensi sumber stres.
3. Faktor Individu
Faktor ini mencakup kehidupan pribadi karyawan terutama faktor-faktor
persoalan keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik kepribadian bawaan.
1. Faktor persoalan keluarga. Survei nasional secara konsisten menunjukkan
bahwa orang menganggap bahwa hubungan pribadi dan keluarga sebagai sesuatu yang
sangat berharga. Kesulitan pernikahan, pecahnya hubungan dan kesulitan disiplin anak-
anak merupakan contoh masalah hubungan yang menciptakan stres bagi karyawan dan
terbawa ke tempat kerja.
2. Masalah Ekonomi. Diciptakan oleh individu yang tidak dapat mengelola
sumber daya keuangan mereka merupakan satu contoh kesulitan pribadi yang dapat
menciptakan stres bagi karyawan dan mengalihkan perhatian mereka dalam bekerja.
3. Karakteristik kepribadian bawaan. Faktor individu yang penting mempengaruhi
stres adalah kodrat kecenderungan dasar seseorang. Artinya gejala stres yang
diungkapkan pada pekerjaan itu sebenarnya berasal dari dalam kepribadian orang itu.
2.4 Model Stress dalam Pekerjaan
Dalam dunia kerja, sering timbul (muncul) berbagai masalah sehubungan dengan
stres dan kondisi-kondisi yang dapat memicu terjadinya stres. Baik disadari maupun
tidak, pekerjaan seseorang menimbulkan stres pada dirinya. Hal ini pasti akan tampak
dalam kurun waktu yang panjang, karena memang manusia setiap harinya berkecimpung
di tempat kerjanya lebih dari sepertiga kali waktunya.Stres kerja sering menimbulkan
masalah bagi tenaga kerja, baik pada kelompok eksekutif (white collar workers) maupun
8
kelompok pekerja biasa (blue collar workers). Stres kerja dapat mengganggu kesehatan
tenaga kerja, baik fisik maupun emosional. Hal itu juga didukung oleh Sullivan dan
Bhagat (1992) dalam studi mereka mengenai stres kerja (yang diukur dengan role
ambiguity, role conflict, dan role overload) dan kinerja, pada umumnya ditemukan bahwa
stres kerja berhubungan secara negatif dengan kinerja.Stres mempunyai posisi yang
penting dalam kaitannya dengan produktivitas sumberdaya manusia, dana dan materi.
Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada dalam diri individu, stres juga dipengaruhi
oleh faktor-faktor dari organisasi dan lingkungan. Hal ini perlu disadari dan dipahami.
Pemahaman akan sumber-sumber dan penyebab stres di lingkungan pekerjaan disertai
pemahaman terhadap penanggulangannya adalah penting baik bagi para karyawan
maupun para eksekutif untuk kelangsungan organisasi yang sehat dan efektif.
Tenaga kerja merupakan salah satu aset perusahaan yang paling utama, oleh
karena itu perlu dibina secara baik. Stres pada karyawan sebagai salah satu akibat dari
bekerja perlu dikondisikan pada posisi yang tepat agar kinerja mereka juga pada posisi
yang diharapkan. Berdasarkan fenomena tersebut, dirumuskan permasalahan penelitian
sebagai berikut: (a) Bagaimana tingkat stres kerja dan kinerja karyawan pada departemen
plant PT. Nippon Indosari Corpindo, (b) Indikator-indikator pembangkit stres kerja apa
yang dapat mempengaruhi stres kerja pada karyawan departemen plant PT. Nippon
Indosari Corpindo, (c) Indikator-indikator apa yang dapat mempengaruhi kinerja
karyawan pada departemen plant PT. Nippon Indosari Corpindo, dan (d) Bagaimana
pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan pada departemen plant PT. Nippon
Indosari Corpindo.
Penelitian ini bertujuan: (a) Mengidentifikasi tingkat stres kerja (posisi stres) dan
kinerja karyawan di departemen plant PT. Nippon Indosari Corpindo pada saat ini, (b)
Menganalisis indikator-indikator pembangkit stres kerja yang diduga mempengaruhi stres
kerja karyawan di departemen plant PT. Nippon Indosari Corpindo, (c) Menganalisis
indikator-indikator yang diduga mempengaruhi kinerja karyawan di departemen plant PT.
Nippon Indosari Corpindo, dan (d) Mengidentifikasi seberapa besar pengaruh stres kerja
terhadap kinerja karyawan di departemen plant PT. Nippon Indosari Corpindo.
9
Adapun rumusan hipotesis penelitian sebagai berikut: (1) Pembangkit stres kerja
(stresor) berpengaruh signifikan terhadap stres kerja karyawan, dan (2) Stres kerja
berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Ruang lingkup penelitian adalah
lingkungan pekerjaan di departemen plant PT. NIC yang berkaitan dengan kegiatan plant,
produksi dan teknik, khususnya yang berhubungan dengan stresor. Stresor adalah suatu
peristiwa, situasi, obyek, atau seseorang yang dirasakan sebagai unsur yang menekan
sehingga menimbulkan reaksi stres. Stresor pada penelitian ini adalah stresor kerja, yang
terdiri dari tekanan pekerjaan(job pressure) dan kurangnya dukungan(lack of support).
Stresor kerja ini dinilai berdasarkan stresor kerja yang dirasakan karyawan departemen
plant PT.NIC selama enam bulan terakhir dengan menggunakan konsep Charles D.
Spielberger.
Penelitian dilakukan menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan survei
dengan cara observasi dan wawancara tertulis untuk menganalisis tingkat stres kerja dan
kinerja karyawan. Obyek penelitian dan sekaligus populasi yang menjadi responden
penelitian ini adalah keseluruhan karyawan departemen plant PT. NIC. Untuk
pengambilan karyawan contoh dilakukan dengan teknik Disproportionate Stratified
Random Sampling. Karyawan yang berada pada level jabatan Assistant General Manager
(AGM), Supervisor, dan Officer diambil semuanya sebagai sampel. Hal ini dilakukan
karena ketiga level jabatan tersebut terlalu kecil bila dibandingkan dengan level jabatan
Operative yang berjumlah 219 karyawan. Selanjutnya, untuk menetapkan jumlah sampel
dari level Operative tersebut ditetapkan dengan menggunakan pendapat Slovin (5%).
Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel keseluruhan sebanyak 155 sampel
(orang).
Teknik pengolahan data menggunakan analisis deskriptif dan Model Persamaan
Struktural (Structural Equation Modeling SEM) dengan menggunakan program LISREL
8.30 (Linear Structural Relationship) dan bantuan SPSS 11.5 (Statistical Program for
Social Sciences). Selanjutnya untuk keperluan penolakan atau penerimaan hipotesis,
digunakan taraf signifikansi P<0,05. Hasil analisis SEM menunjukkan bahwa hipotesis 1
dan 2 diterima.Berdasarkan hasil pengolahan dengan menggunakan analisis SEM
diperoleh hasil bahwa stresor kerja berpengaruh langsung dan bersifat positif terhadap
10
tingkat stres kerja karyawan secara signifikan, sedangkan stres kerja tersebut secara
signifikan berpengaruh negatif terhadap kinerja karyawan. Sementara itu kinerja juga
berpengaruh secara signifikan terhadap stres kerja karyawan. Artinya, semakin tingginya
stresor yang dirasakan atau dialami karyawan akan menyebabkan semakin tinggi pula
tingkat stres yang dimiliki oleh karyawan tersebut. Tingkat stres ini kemudian akan
mempengaruhi kinerja karyawan, dimana semakin tinggi tingkat stres yang dimiliki
karyawan maka akan semakin rendah kinerja yang dihasilkannya. Namun apabila ditinjau
dari segi kinerjanya, menunjukkan bahwa semakin tinggi kinerja yang dilakukan
karyawan maka akan menyebabkan stres kerja karyawan juga meningkat.
Selanjutnya, dalam membentuk stresor yang nantinya akan mempengaruhi stres
kerja karyawan, indikator yang paling dominan adalah Kurangnya Dukungan, hal ini
dapat dilihat pada nilai Squared Multiple Correlation (SMC) dari Kurangnya Dukungan
yang lebih tinggi daripada indikator lainnya (Tekanan Pekerjaan), yaitu sebesar 0,84.
Stresor kerja ini dinilai berdasarkan stresor kerja yang dirasakan karyawan departemen
plant PT.NIC selama enam bulan terakhir dengan menggunakan konsep Charles D.
Spielberger.
Menurut Bailey (1980), stres kerja adalah suatu kondisi dimana satu atau
beberapa faktor di lingkungan tempat kerja berinteraksi dengan pekerja sehingga
mengganggu keseimbangan fisiologi dan psikologi. Dari dua indikator yang membentuk
stres (gejala stres) kerja karyawan, sikap/perilaku merupakan indikator yang terbesar
pengaruhnya, yaitu sebesar 98 persen (SMC = 0,98). Dengan demikian perusahaan atau
pimpinan harus mampu menangkap gejala stres tersebut dengan cepat, terutama melalui
sikap/perilaku, sehingga dapat mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan yang
disebabkan oleh stres yang bersifat negatif (distres).
Karyawan departemen plant PT. Nippon Indosari Corpindo, Cikarang-Bekasi,
secara umum memiliki kategori stres yang rendah (41,9%), sedangkan kategori
kinerjanya tinggi/baik (60,6%). Artinya, stres yang ada saat ini adalah stres yang bersifat
positif (eustres) karena telah mampu berperan sebagai pendorong dalam melaksanakan
pekerjaannya.
11
Mengacu pada hasil analisis dari penelitian yang dilakukan dapat disarankan hal-hal
sebagai berikut:
1. Membuat program-program yang dapat membantu karyawan mengatasi
masalahnya. Program ini meliputi berbagai area yang pada intinya berkaitan dengan
usaha membantu karyawan menyesuaikan diri dengan kondisi pekerjaan. Misalnya saja
mengadakan konseling pribadi, pendidikan mengenai bagaimana mengelola stres dan
mengatasinya, konseling perubahan karir, instropeksi dalam mengorganisir pekerjaan,
istirahat, mengendalikan waktu, dan sebagainya.
2. Dari hasil pengolahan data, diperoleh keterangan bahwa karyawan menilai
pendapatan yang mereka terima kurang memadai. Hal ini ditunjukkan dari besarnya nilai
(persentase) yang diperoleh dalam hasil tabulasi stresor karyawan dibandingkan stresor-
stresor lainnya. Diharapkan jika imbalan kerja yang karyawan terima lebih tinggi dari
saat ini, akan mengakibatkan peningkatan kepuasan kerja dan penurunan tingkat stres
kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja karyawan tersebut. Oleh sebab itu
perlu dilakukan peninjauan ulang terhadap peraturan dan pelaksanaan kompensasi yang
telah berjalan selama ini, dan mengupayakan untuk melakukan peningkatan pendapatan
(gaji) yang proporsional dan disesuaikan dengan peningkatan biaya hidup yang terus
meningkat.
3. Membahas lebih lanjut mengenai bagaimana hubungan (keterkaitan) antara
frekuensi dan intensitas stres kerja terhadap kinerja karyawan. Jika memungkinkan model
dibuat berbeda.
4. Membuat pengembangan model mengenai stres atau stresor, yang kemudian
dapat dikaitkan dengan hal-hal yang relevan dengan stres. Misalnya hubungan stres
dengan pengambilan keputusan, pengaruh stres terhadap tipe individu (X dan Y), ataupun
mengenai hubungan stres, konflik dan produktivitas.
Menurut (Dwiyanti, 2001:75) terdapat dua faktor penyebab atau sumber
muncuinya stres atau stres kerja, yaitu faktor Lingkungan kerja dan faktor
personal.Faktor lingkungan kerja dapat berupa kondisi fisik, manajemen kantor maupun
hubungan sosial di lingkungan pekerjaan. Sedang faktor personal bisa berupa tipe
12
kepribadian, perisliwa/pengalaman pribadi maupun kondisi sosial-ekonomi keluarga di
mana pribadi berada dan mengembangkan diri.Betapapun faktor kedua tidak secara
langsung berhubungan dengan kondisi pekerjaan, namun karena dampak yang
ditimbulkan pekerjaan cukup besar, maka faktor pribadi ditcmpatkan sebagai sumber atau
penyebab munculnya stres. Secara umum dikelompokkan sebagai berikut (Dwiyanti,
2001:77-79):
1.Tidak adanya dukungan sosial.
Artinya, stres akan cendcrung muncul pada para karyawan yang tidak
mendapat dukungan dari lingkungan sosial mereka. Dukungan sosial di sini bisa
berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan maupun lingkungan keluarga.
Banyak kasus menunjukkan bahwa, para karyawan yang mengalami stres kerja
adalah mercka yang tidak mendapat dukungan (khususnya moril) dari keluarga,
seperti orang tua, mertua, anak, teman dan semacamnya. Begitu juga ketika
seseorang tidak memperoleh dukungan dari rekan sekerjanya (baik pimpinan
maupun bawahan) akan cenderung lebih mudah terkena sires. Hal ini disebabkan
oleh tidak adanya dukungan social yang menyebabkan ketidaknyamanan
menjalankan pekerjaan dan tugasnya.
2.Tidak adanya kesempatan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan di kantor.
Hal ini berkaitan dengan hak dan kewenangan seseorang dalam
menjalankan tugas dan pekerjaannya. Banyak orang mengalami stres kerja ketika
mereka tidak dapat memutuskan persoalan yang menjadi tanggung jawab dan
kewcnangannya. Stres kerja juga bisa terjadi ketika seorang karyawan tidak
dilibatkan dalam pembuatan keputusan yang menyangkut dirinya.
3.Pelecehan seksual.
Yakni, kontak atau komunikasi yang berhubungan atau dikonotasikan
berkaitan dengan seks yang tidak diinginkan. Pelecehan seksual ini bisa dimulai
dart yang paling kasar seperti memegang bagian badan yang sensitif, mengajak
kencan dan semacamnya sampai yang paling halus berupa rayuan, pujian bahkan
13
senyuman yang tidak pada konteksnya. Dari banyak kasus pelecehan seksual yang
sering menyebabkan stres kerja adalah perlakuan kasar atau pengamayaan fisik
dari lawan jenis dan janji promosi jabatan namun tak kunjung terwujud hanya
karena wanita.. Stres akibat pelecehan seksual banyak terjadi pada negara yang
tingkat kesadaran warga (khususnya wanita) terhadap persamaan jenis kelamin
cukup tinggi, namun tidak ada undang-undang yang melindungnya (Baron and
Greenberg dalam Margiati, 1999:72).
4.Kondisi lingkungan kerja.
Kondisi lingkungan kerja fisik ini bisa berupa suhu yang terlalu panas,
terlalu dingin, tcrlalu sesak, kurang cahaya, dan semacamnya. Ruangan yang
terlalu panas menyebabkan ketidaknyamanan seseorang dalam menjalankan
pekerjaannya, begitu juga ruangan yang terlalu dingin. Panas tidak hanya dalam
pengertian temperatur udara tetapi juga sirkulasi atau arus udara. Di samping itu,
kebisingan juga memberi andil tidak kecil munculnya stres kerja, sebab beberapa
orang sangat sensitif pada kebisingan dibanding yang lain (Muchinsky dalam
Margiati, 1999:73).
5.Manajemen yang tidak sehat.
Banyak orang yang stres dalam pekerjaan ketika gaya kepemimpinan para
manajernya cenderung neurotis, yakni seorang pemimpin yang sangat sensitif,
tidak percaya orang lain (khususnya bawahan), perfeksionis, terlalu
mendramatisir suasana hati atau peristiwa sehingga mempengaruhi pembuatan
keputusan di tempat kerja. Situasi kerja atasan selalu
mencurigai bawahan, membesarkan peristiwa/kejadian yang semestinya sepele
dan semacamnya, seseorang akan tidak leluasa menjalankan pekerjaannya, yang
pada akhirnya akan menimbulkan stres (Minner dalam Margiati, 1999:73).
6.Tipe kepribadian.
Seseorang dengan kepribadian tipe A cenderung mengalami sires
dibanding kepribadian tipe B. Beberapa ciri kepribadian tipe A ini adalah sering
14
merasa diburu-buru dalam menjalankan pekerjaannya, tidak sabaran, konsentrasi
pada lebih dan satu pekerjaan pada waktu yang sama, cenderung tidak puas
terhadap hidup (apa yang diraihnya), cenderung berkompetisi dengan orang lain
meskipun dalam situasi atau peristiwa yang non kompetitif. Dengan begitu, bagi
pihak perusahaan akan selalu mengalami dilema kctika mengambil pegawai
dengan kepribadian tipe A. Sebab, di satu sisi akan memperoleh hasil yang bagus
dan pekerjaan mereka, namun di sisi lain perusahaan akan mendapatkan pegawai
yang mendapat resiko serangan/sakit jantung (Minner dalam Margiati, 1999:73).
7.Peristiwa/pengalaman pribadi.
Stres kerja sering disebabkan pengalaman pribadi yang menyakitkan,
kematian pasangan, perceraian, sekolah, anak sakit atau gagal sekolah, kehamilan
tidak diinginkan, peristiwa traumatis atau menghadapi masalah (pelanggaran)
hukum. Banyak kasus menunjukkan bahwa tingkat stres paling tinggi terjadi pada
seseorang yang ditinggal mati pasangannya, sementara yang paling rendah
disebabkan oleh perpindahan tempat tinggal. Disamping itu, ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan sehari-hari, kesepian, perasaan tidak aman, juga termasuk
kategori ini (Baron & Greenberg dalam Margiati, 1999:73).
2.5 Hubungan antara Motivasi, Kinerja dan Stress
Stres yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menyebabkan tingkat
prestasi (kinerja) yang rendah (tidak optimum).Bagi seorang manajer (pimpinan)
tekanan-tekanan yang diberikan kepada seorang karyawan haruslah dikaitkan
dengan apakah stres yang ditimbulkan oleh tekanan-tekanan tersebut masih dalam
keadaan wajar. Stres yang berlebihan akan menyebabkan karyawan tersebul
frustrasi dan dapat menurunkan prestasinya,sebaliknya stres yang terialu rendah
menyebabkan karyawan tersebut tidak bermotivasi untuk berprestasi.
15
2.6 Jurnal Relevan
Dalam proses bimbingan skripsi tidak jarang mahasiswa dengan susah payah
menentukan judul, menyusun skripsi kemudian mengoreksi serta mengevaluasi bersama
dosen pembimbing, atau diminta untuk memperbaiki sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Hal ini dapat menimbulkan stres bagi sebagian mahasiswa. Stres bagi
mahasiswa dapat disebabkan oleh faktor eksternal maupun internal. Salah satu faktor
internal stres yang akan diteliti adalah efikasi diri. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh efikasi diri terhadap stres mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi. Sampel penelitian sebanyak 132 mahasiswa, diambil dengan teknik
random sampling dari populasi sasaran dalam penelitian ini sebanyak 661 mahasiswa
penyusun skripsi di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang pada tahun
2009. Data efikasi diri dan stres mahasiswa diambil dengan metode skala
likert.Reliabilitas skala efikasi diri sebesar 0.940, sedangkan skala stres sebesar 0.958.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Stress mencakup dua hal yang saling berkaitan yaitu stimulasi, peristiwa, kondisi,
kejadian yang menimbulkan ketegangan yang biasaanya disebut sebagai stressor, dan
kedua merupakan respon.
Stres kerja adalah dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara karakteristik
kepribadian karyawan dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi
pada semua kondisi pekerjaan.
Fator penyebab kerja stress kerja yaitu :
1. Faktor lingkungan
2. Faktor organisasi
3. Faktor individu
Dalam dunia kerja, sering timbul (muncul) berbagai masalah sehubungan dengan
stres dan kondisi-kondisi yang dapat memicu terjadinya stres. Baik disadari maupun
tidak, pekerjaan seseorang menimbulkan stres pada dirinya.
Stres yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menyebabkan tingkat prestasi
(kinerja) yang rendah (tidak optimum).Bagi seorang manajer (pimpinan) tekanan-tekanan
yang diberikan kepada seorang karyawan haruslah dikaitkan dengan apakah stres yang
ditimbulkan oleh tekanan-tekanan tersebut masih dalam keadaan wajar.
Dalam proses bimbingan skripsi tidak jarang mahasiswa dengan susah payah
menentukan judul, menyusun skripsi kemudian mengoreksi serta mengevaluasi bersama
dosen pembimbing, atau diminta untuk memperbaiki sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Hal ini dapat menimbulkan stres bagi sebagian mahasiswa. Stres bagi
mahasiswa dapat disebabkan oleh faktor eksternal maupun internal.
17
3.2 Saran
Penulis menyarankan agar para pembaca lebih memahami dan mendalami faktor
penyebab dari stress kerja tersebut, kondisi yang dapat memicu terjadinya stres. Baik
disadari maupun tidak, pekerjaan seseorang menimbulkan stres pada dirinya.
18
DAFTAR PUSTAKA
www.google.co.id search : pengertian stress. Diakses , 28-Maret-2012.
www.google.co.id search : pengertian stress kerja. Diakses, 28-Maret-2012.
www.google.co.id search : faktor penyebab kerja stress kerja. Diakses, 28-Maret-2012.
www.google.co.id search : model stress dalam pekerjaan. Diakses, 28-Maret-2012.
www.google.co.id search : hubungan antara motivasi,kinerja dan stress.
Diakses, 28-Maret-2012.
www.google.co.id search : jurnal relevan. Diakses, 28-Maret-2012.
Swarth Judith.1993.Stres dan Nutrisi.Jakarta:Radar Jaya Offset