PENGARUH VARIASI WAKTU FERMENTASI TERHADAP KADAR BIOETANOL DARI NIRA BATANG SORGUM
SKRIPSI
Untuk Memenuhi SyaratMemperoleh Gelar Sarjana
Oleh:ARRY EKO PRISTIWANTO NIM. H1F114090
PROGRAM STUDI TEKNIK MESINFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATBANJARBARU
2016
TERIMAKASIH KEPADARektor Universitas Lambung
Mangkurat
Prof. Dr. H. Sutarto Hadi,
M.Si., M.Sc
Wakil Rektor Bidang
Perencanaan, Kerjasama dan
Humas
Prof. Dr. Ir. H. Yudi
Firmanul Arifin, M.Sc
Kepala Prodi Teknik Mesin
Achmad Kusairi S, ST,.
MT., MM.
Mahasiswa
Arry eko pristiwanto
Wakil Rektor Bidang
Akademik
Dr. Ahmad Alim
Bachri, SE., M.Si
Wakil Rektor Bidang
Kemahasiswaan dan Alumni
Dr. Ir. Abrani
Sulaiman, M,Sc
Wakil Rektor Bidang
Umum dan Keuangan
Dr. Hj Aslamiah,
M.Pd., Ph.d
Dosen Pengampuh
Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah Amd. Hyp,
ST, M.Kes.
Dekan Fakultas Teknik
Dr. Ing. Yulian Firmana Arifin, ST., MT
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH S.W.T, atas
segala karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyajikan tugas proposal
skripsi yang berjudul:
“Pengaruh Variasi Waktu Fermentasi Terhadap Kadar
Bioetanol Dari Nira Batang Sorgum”.
Di dalam tulisan ini, disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi
dari penelitian sorgum, melakukan proses fermentasi, melakukan proses
destilasi, mengetahui kadar bioetanol dalam sorgum, dan mengetahui
kadar etanol terbaik menurut standar nasional indonesia.
Sangat disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang
dimiliki penulis, walaupun telah mengerahkan segala kemampuan penulis
untuk lebih teliti, masih dirasakan banyak kekurangan disana-sini, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini
bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Banjarbaru, Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................. iii
DAFTAR TABEL......................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR..................................................................... v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah........................................................... 2
1.3 Tujuan................................................................................. 2
1.4 Batasan Masalah................................................................ 2
1.5 Manfaat............................................................................... 3
BAB II DASAR TEORI
2.1 Penelitian Pendahuluan...................................................... 4
2.2 Tanaman Sorgum............................................................... 6
2.3 Komposisi Tanaman Sorgum............................................. 8
2.4 Pemanfaatan Tanaman Sorgum......................................... 8
2.5 Nira .................................................................................. 9
2.6 Fermentasi.......................................................................... 11
2.7 Fakto-faktor Yang Mempengaruhi
Fermentas…………………….................................................................. 12
2.8 Ragi
…………………………………………………………………...................... 14
2.9 Destilasi
………………………………………………………………..........................16
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian............................................ 20
3.2 Bahan Penelitian................................................................ 20
3.3 Metode Penelitian............................................................... 20
3.4 Alat Penelitian..................................................................... 21
3.5 Prosedur Penelitian............................................................ 21
3.6 Parmeter Pengamatan....................................................... 21
3.7 Kadar Alkohol
……………………………………………………….................................... 22
3.8 Brix
…………………………………………………………………...................... 22
3.9 Derajat Keasaman (pH)
……………………………………………................................................... 22
3.10 Diagram Penelitian
…………………………………………………............................................ 23
3.11 Proses Fermentasi
…………………………………………………............................................ 24
3.12 Waktu Penelitian
……………………………………………………........................................ 25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No Judul
Hal
2.1Komposisi serat baku etanol dari beberapa komoditas yang
berbeda.............................. .............................................................. 8
2.2Komposisi Nira Sorgum dan Nira Tebu............................................. 10
DAFTAR GAMBAR
No Judul
Hal
2.1 Sorgum 7
2.2 Ragi ..................................................................................15
2.3 Destilasi Sederhana......................................................................... 16
2.4 Destilasi Uap ..................................................................................17
2.5 Destilasi Vakum................................................................................ 18
2.6 Destilasi Biasa.................................................................................. 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Upaya penciptaan energi baru terbarukan saat ini telah berkembang pesat,
karena disamping tidak hanya didasari pada suatu keyakinan bahwa sumber
energi fosil akan semakin mahal dan sulit didapat juga merupakan suatu tuntutan
perkembangan peradaban manusia untuk penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan pada kenyataannya isu global dunia masih terus didominasi oleh
kepentingan yang saling terkait antara pemenuhan kebutuhan pangan, penguatan
sumberdaya energi serta kepentingan pelestarian lingkungan termasuk
penyediaan air bersih dan semua dampak dari perubahan cuaca dunia (Tatang.H.,
2012).
Indonesia sebagai negara yang jumlah penduduknya besar, cakupan
wilayahnya yang sangat luas maka trilemma concern yang saling ”berkompetisi”
tersebut haruslah dikelola dengan tepat dan benar sehingga dalam proses
pencapaian target setiap bidangnya sebaiknya tertumpu pada upaya penciptaan
lapangan kerja, pengurangan kemiskinan dan mengedepankan pertumbuhan,
sehingga semuanya berlangsung secara lestari (Wahono. S., 2008).
Penelitian menunjukkan bahwa setiap 3 kg biji sorgum dapat
menghasilkan 1,0 l etanol. Produktivitas sorgum dalam menghasilkan
bioetanol adalah 2.000-3.500 l/ha/musim atau 4.000- 7.000 l/ha/tahun,
sehingga untuk menghasilkan 60 juta kl etanol/tahun sebagai pengganti BBM
dibutuhkan lahan seluas 15 juta ha (Sumaryono et al. 2006)
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah ialah
sebagai berikut:
1. Bagaimana kadar bioetanol batang sorgum dengan variasi waktu fermentasi.
2. Bagaimana kadar bioetanol batang sorgum hasil fermentasi terbaik menurut
standar SNI (standar nasional indonesia).
1.3. Tujuan
Penulisan tugas akhir yang memuat gagasan dan ide ini memiliki tujuan:
1. Untuk mengetahui kadar bioetanol batang sorgum dengan variasi waktu
fermentasi.
2. Untuk mengetahui kadar bioetanol batang sorgum hasil fermentasi terbaik
menurut standar SNI (standar nasional indonesia).
1.4. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian dan pengujian ini dilakukan dengan
rencana awal data yang ditetapkan sebagai berikut, yaitu :
1. Menggunakan suhu destilasi yaitu + 91oC dengan 1 kali pengambilan sampel.
2. Pembuatan bioetanol batang sorgum dengan menggunakan proses fermentasi
dan proses destilasi.
3. Sorgum yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari pekarang rumah saya
sendiri terdapat di desa binuang kabupaten tapin kalimantan selatan.
4. Hanya batang dari tumbuhan sorgum yang di pakai dalam penelitian kali ini.
5. Spesifikasi standar bioetanol untuk batang sorgum di batasi pada kadar etanol.
6. Pada proses fermentasi batang sorgum, dilakukan variasi waktu fermentasi nya
yaitu 24 jam, 36 jam, 48 jam dan 60 jam.
7. Pengujian kandungan bioetanol di batang sorgum menggunakan alat Gas
Chromatography.
8. Standar kadar etanol terbaik hasil fermentasi mengacu pada standar SNI
(standar nasional indonesia).
1.5. Manfaat
Manfaat yang dapat di peroleh dari penelitian ini adalah:
a. Bagi peneliti, dengan adanya penelitian ini peneliti peneneliti dapat
menemabah wawasan khusuhnya dalam pembuatan Bioetanol.
b. Bagi Universitas Lambung Mangkurat Khususnya Fakultas Teknik program
studi Teknik Mesin, dengan adanya penelitian ini akan meningkatkan akreditasi
program studi Teknik Mesin serta program studi Teknik Mesin dapat dikenal
dimasyarakat luas.
c. Bagi masyarakat, dengan ada penelitiam ini batang sorgum yang selama ini
banyak yang tidak di ketahui oleh khalayak umum .bisa menjadi nilai jual dan
sorgum tidak hanya sebagai bahan pangan manusia bisa menjadi nilai guna
dimanfaaatkan sebagai bahan baku Bioetanol.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Topik Penelitian Zulaiha manangi, S. Balamba, S. Monintja, dan A. N. Sarajar
Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi
Manado, Sulawesi Utara pada tahun 2014 telah meneliti tentang
“PENGARUH ANGKA POISSON TERHADAP KESTABILAN
PONDASI MESIN JENIS RANGKA (Studi Kasus : Mesin Turbine
Generator PT. PLN (Persero) UIP KIT SULMAPA PLTU 2
SULAWESI UTARA 2 X 25 MW POWER PLAN)”
Mesin–mesin penghasil listrik terdiri dari mesin utama dan
mesin penunjang. Pada pembangkit listrik tenaga uap dan gas
turbine generator merupakan mesin utama yang mengubah energi
dari gas dengan tekanan dan kecepatan yang tinggi hasil dari
pembakaran batu bara menjadi energi mekanik berupa rotasi poros
turbin. Untuk itu, diperlukan analisis statis dan analisis dinamis
sebagai indikator dalam menentukan kestabilan pondasi mesin dan
mengaitkan pengaruh modulus geser tanah terhadap kestabilan
pondasi mesin. Analisis statis yang memperhitungkan penurunan
tanah dan daya dukung tanah dengan menggunakan Metode
Terzaghi dan Metode Meyerhof, sedangkan untuk analisis dinamis
memperhitungkan frekuensi, redaman, dan amplitudo getaran yang
terjadi pada getaran vertikal, getaran horizontal, getaran rocking
dan getaran torsi dengan menggunakan Metode Lumped
Parameter. Pada analisis statis dengan Metode Terzaghi diperoleh
daya dukung tanah ultimate (qu) = 1076,86 t/m2 dan daya dukung
izin (qall) = 358,95 t/m2 sedangkan dengan Metode Meyerhof
diperoleh daya dukung tanah ultimate (qu) = 1641,95t/m2 dan daya
dukung izin (qall)= 547,24t/m2. Nilai beban pondasi untuk pondasi
rangka(σstatis) = 7,28t/m2 Pada analisis dinamis diperhitungkan
Variasi angka poisson untuk memperoleh beban maksimum (Qo)
pada kondisi G=G dan G= 2Gs. Pada frekuensi operasi 1000-5000
rpm pada tiap ragam getaran dan Variasi angka poisson pada
beban maksimum. Penambahan Angka Poisson berpengaruh pada
kestabilan pondasi mesin jenis rangka karena penambahan angka
poisson berbanding lurus dengan frekuensi natural maupun
frekuensi resonansi pada getaran vertikal, horizontal, getaran
Rocking. Tetapi untuk getaran torsi penambahan angka poisson
berbanding terbalik dengan nilai dari frekunsi natural. Penambahan
angka poisson berpengaruh terhadap nilai dari redaman dimana
pada masing-masing ragam getaran nilai dari redaman mulai dari
frekuensi operasi mesin dari 1000–5000 rpm, semakin besar angka
poisson maka semakin besar juga redaman, redaman yang besar
akan memperkecil kemungkinan terjadinya resonansi. Amplitudo
getaran pada masing-masing getaran semakin meningkat hal
dipengaruhi dari nilai maksimum beban dari masing-masing angka
poisson pada masing-masing ragam getaran pada kondisi G=Gs
dan G=2Gs.
2.2 Turbin gasTurbin gas adalah suatu penggerak mula yang memanfaatkan
gas sebagai fluida kerja. Didalam turbin gas energi kinetik
dikonversikan menjadi energi mekanik berupa putaran yang
menggerakkan roda turbin sehingga menghasilkan daya. Bagian
turbin yang berputar disebut rotor atau roda turbin dan bagian
turbin yang diam disebut stator atau rumah turbin. Rotor memutar
poros daya yang menggerakkan beban (generator listrik, pompa,
kompresor atau yang lainnya).
Turbin gas adalah mesin pembangkit energi panas (heat
engine) dimana energi panas tersebut di dalam penggunaannya
dikonversikan menjadi energi mekanik (kerja). Sedangkan sebagian
panas yang tidak dapat menghasilkan kerja merupakan temperatur
yang rendah, maka temperatur rendah tersebut akan dilepaskan
dari sistem (skema kerja heat engine ditunjukan seperti gambar
2.1).
Turbin gas merupakan motor bakar yang terdiri dari tiga
komponen utama, yaitu: kompresor, ruang bakar, dan turbin.
Sistem ini dapat berfungsi sebagai pembangkit gas ataupun
menghasilkan daya poros. Ciri utama turbin gas adalah kompak,
ringan dan mampu menghasilkan daya tinggi serta bebas getaran.
Dengan demikian mudah pemasangannya dan tidak memerlukan
pondasi yang berat.
PenggunaanTurbin Gas dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Pada bidang Aviasi (penerbangan)
Digunakan sebagai mesin yang menghasilkan daya dorong pada
pesawat terbang ( Aeroderivatif). Turbin gas dinilai sangat cocok sebagai
motor propulsi pesawat terbang karena memiliki bobot yang ringan
dimensi yang ringkas,sehingga tidak memerlukan banyak ruangan, serta
mampu menghasilkan daya yang besar. hal ini menjadi penting karena
adanya kecenderungan terbang pada kecepatan tinggi serta jarak jelajah
yang panjang dan muatan yang bertambah berat.
Gambar. Aplikasi Turbin Gas Pada Pesawat Terbang
2. Pada bidang Industri
Turbin gas digunakan untuk menggerakkan bermacam-macam
peralatan, seperti pompa, generator listrik, dan kompresor.
Gambar. Turbin gas Untuk Industri (Pembangkit Listrik)
2.3 OperasiPrinsip kerja dari turbin gas tidak jauh berbeda dengan turbin-
turbin yang lain. Putaran dari rotor turbin, diakibatkan oleh adanya gas
bertekanan yang melewati sudu-sudu turbin. Gas dengan tekanan tinggi
didapatkan dari pembakaran bahan bakar dengan udara, sesaat sebelum
masuk turbin. Ekspansi udara hasil proses pembakaran inilah yang
digunakan untuk menggerakkan sudu-sudu turbin.
Aliran Fluida Kerja Turbin GasTurbin gas menggunakan
udara atmosfer sebagai media kerjanya. Udara masuk melalui sisi
inlet akibat terhisap oleh kompresor. Kompresor ini berfungsi untuk
memampatkan udara hingga mencapai tekanan tertentu. Biasanya,
tekanan di akhir sudu kompresor mencapai 30 kali tekanan inlet
kompresor. Pada sisi akhir kompresor udara bertekanan akan
melewati difuser. Difuser ini berfungsi untuk mendukung kompresor
meningkatkan tekanan udara.
(Udara bertekanan mengalir dari kanan ke kiri)
Proses selanjutnya adalah masuknya udara bertekanan
yang keluar dari k menuju area pembakaran (biasa
disebut combustion chamber). Di area ini, dilakukan injeksi bahan
bakar diikuti dengan proses pembakaran bahan bakar tersebut di
dalam udara. Pembakaran ini mengakibatkan terjadinya ekspansi
dari udara sehingga volume udara hasil pembakaran meningkat,
dan tentu saja temperaturnya yang juga meningkat. Proses
pembakaran di dalam chamber tidak akan meningkatkan tekanan
udara, karena peningkatan volume udara akibat pemanasan cepat
mengakibatkan udara berekspansi ke sisi turbin. Sedangkan
kenaikan suhu udara hasil pembakaran, mengindikasikan
kandungan energi dalam udara (entalpi) yang naik pula. Energi
inilah yang akan dikonversikan menjadi tenaga putaran poros oleh
turbin gas.
Udara hasil pembakaran selanjutnya masuk ke sisi turbin.
Turbin gas terdiri atas beberapa stage sudu. Stage pertama yang
dilewati oleh udara pembakaran disebut sisi high pressure
stage (tekanan tinggi), sedangkan sudu yang paling akhir disebut
dengan sisi low pressure stage (tekanan rendah). Sudu-sudu dari
tiap stage turbin uap berfungsi sebagai nozzle, yang akan
mengubah energi panas yang terkandung di dalam udara hasil
pembakaran untuk menjadi energi gerak. Selain sisi rotor, sudu
turbin juga terdapat pada sisi stator. Untuk lebih memahami
bagaimana proses perubahan energi panas menjadi energi gerak
putaran pada poros turbin, baca artikel berikut.
Kompresor dan Turbin Gas Berada Pada Satu Shaft
Kompresor pada sistem turbin gas, berada pada satu poros
(shaft) dengan turbin. Sebagian energi mekanis berupa rotasi poros
yang dihasilkan oleh turbin, digunakan untuk memutar rotor
kompresor. Pada pembangkit listrik, sebagian energi mekanis
digunakan untuk memutar generator yang juga berada satu poros
dengan turbin dan kompresor.
Animasi Mesin Turbojet Pesawat Terbang
Berbeda dengan mesin turbojet pesawat terbang, sebagian
kecil energi panas udara hasil pembakaran digunakan untuk
memutar turbin, yang selanjutnya energi putaran tersebut
digunakan untuk memutar kompresor. Sebagian besar energi
panas pada udara hasil pembakaran mesin jet digunakan untuk
mendorong pesawat, dimana pada sisi keluaran turbin berbentuk
nozzle. Nozzle ini berfungsi untuk meningkatkan kecepatan dorong
gas buang, sehingga mendapatkan gaya dorong yang lebih besar
bagi pesawat.
Mesin Turbojet Pesawat Terbang
2.4 Pondasi Pengertian Pondasi Dalam teknik sipil, istilah pondasi
didefinisikan sebagai bagian paling bawah dari suatu konstruksi
bangunan yang berfungsi menopang serta menyalurkan beban
bangunan di atasnya langsung ke lapisan tanah dibawahnya.
Dalam penelitian ini, Penulis memfokuskan pembahasan terhadap
pondasi dangkal yang memikul mesin yang memiliki beban dinamis
(pondasi mesin).
Pondasi Mesin atau Definisi Pondasi Mesin Pondasi mesin
merupakan pondasi yang digunakan untuk menopang beban
dinamis berupa getaran yang dihasilkan oleh mesin yang berada
diatas pondasi tersebut. Perencanaan Pondasi Mesin Dalam
merencanakan pondasi mesin yang berkaitan dengan getaran
periodik ada beberapa masalah yang perlu dipertimbangkan, yaitu :
a. Penurunan
Getaran atau vibrasi cenderung memadatkan tanah yang
non plastis sehingga terjadi penurunan.
b. Resonansi
Dalam desain pondasi, kriteria yang pentingadalah
menghindari resonansi ketika frekuensi natural sama dengan
frekuensi operasi.
c. Transmisibilitas
Transmisibilitas adalah rasio antara besarnya gaya dinamis
dari mesin yang disalurkan ke bangunan disekitar pondasi.
Derajat Kebebasan Pondasi Mesin Akibat gaya-gaya yang
bekerja secaradinamis, maka pondasi mesin bergetar dalam enam
ragam getaran yaitu:
1. Translasi (perpindahan), yang terdiri dari:
a. Perpindahan dalam arah sumbu X
b. Perpindahan dalam arah sumbu Y
c. Perpindahan dalam arah sumbu Z
2. Rotasi (perputaran), yang terdiri dari :
a. Perputaran terhadap sumbu X
b. Perputaran terhadap sumbu Y
c. Perputaran terhadap sumbu Z
Keenam ragam tersebut ditunjukkan pada gambar berikut ini:
Gambar Ragam Getaran Pondasi Mesin
(Sumber : Shamsher Prakash, 1981)
Analisis Pondasi Mesin. Pada pondasi mesin perhitungan
yang dilakukan terbagi atas dua yaitu perhitungan analisis statis
yang hanya memperhitungkan beban statis berupa berat sendiri
dan perhitungan analisis dinamis yang memperhitungkan beban
dinamis berupa getaran dari mesin.
Analisis Statis. Pada perhitungan analisis statis, pondasi
mesin diidealisasikan sebagai pondasi dangkal.
1. Komposisi Tanah
Jenis tanah dapat diketahui dari data pengujian SPT
(Standard Penetration Test).
2. Daya Dukung Tanah (Bearing Capacity)
Perhitungan daya dukung tanah menggunakan teori
beberapa ahli, (Bowles, 1991)
Dengan gaya-gaya yang dihasilkan oleh mesin dan didukung
konstruksi pondasi yang menahan gaya tersebut maka penurunan
hanya terjadi akibat beban sendiri (berat mesin dan pondasi).
Analisis Dinamis. Analisis dinamis pada pondasi mesin
memperhitungkan beban dinamis yang berasal dari getaran mesin
menggunakan metode Lumped Parameter yang mengasumsikan
tanah elastis, homogeny, dan isotropis serta diidealisasikan
sebagai sistem massa-pegasredaman. Analisis dinamis terbagi
atas beberapa
bagian tergantung pada jenis getaran yang dianalisis.
Syarat-Syarat Pondasi Mesin. Berdasarkan tinjauan
perencanaan secara umum ada beberapa syarat pada
perencanaan pondasi mesin, yaitu:
a. Beban statis. Pondasi harus mampu memikul beban luar
yang dilimpahkan tanpa menyebabkan keruntuhan.
b. Beban dinamis. Tidak boleh terjadi resonansi yaitu
frekuensi natural tidak boleh sama dengan frekuensi operasi mesin
dan amplitudo dari frekuensi operasi tidak boleh melebihi amplitudo
yang diizinkan.
c. Getaran yang terjadi tidak boleh mengganggu orang-
orang yang bekerja atau merusak mesin-mesin lainnya.
2.5 Perawatan
Maintenance adalah perawatan untuk mencegah hal-hal
yang tidak diinginkan seperti kerusakan terlalu cepat terhadap
semua peralatan di pabrik, baik yang sedang beroperasi maupun
yang berfungsi sebagai suku cadang. Kerusakan yang timbul
biasanya terjadi karena keausan dan ketuaan akibat pengoperasian
yang terus-menerus, dan juga akibat langkah pengoperasian yang
salah. Maintenance pada turbine gas selalu tergantung dari faktor-
faktor operasional dengan kondisi yang berbeda disetiap wilayah,
karena operasional turbine gas sangat tergantung dari kondisi
daerah operasional. Semua pabrik pembuat turbine gas telah
menetapkan suatu ketetapan yang aman dalam pengoperasian
sehingga turbine selalu dalam batas kondisi aman dan tepat waktu
untuk melakukan maintenance. Untuk turbine gas produksi General
Electric batas maintenance bisa di dapat dengan memasukkan
factor penentu lain dalam rumus di bawah ini:
Rumus Maintenance Interval Ditinjau dari Bahan Bakar.
Rumus Maintenance Interval Terhadap Kondisi
Operasional
Secara umum maintenance dapat dibagi dalam beberapa
bagian, diantaranya adalah:
1. Preventive Maintenance
Preventive maintenance adalah suatu kegiatan perawatan
yang direncanakan baik itu secara rutin maupun periodik, karena
apabila perawatan dilakukan tepat pada waktunya akan
mengurangi down time dari peralatan. Preventive maintenance
dibagi menjadi:
a. Running Maintenance, adalah suatu kegiatan
perawatan yang dilakukan hanya bertujuan untuk memperbaiki
equipment yang rusak saja dalam satu unit. Unit produksi
tetap melakukan kegiatan.
b. Turning Around Maintenance, adalah perawatan
terhadap peralatan yang sengaja dihentikan
pengoperasiannya.
2. Repair Maintenance
Repair Maintenance merupakan perawatan yang dilakukan
terhadap peralatan yang tidak kritis, atau disebut juga peralatan-
peralatan yang tidak mengganggu jalannya operasi.
3. Predictive Maintenance
Predictive Maintenance merupakan kegiatan monitor, menguji,
dan mengukur peralatan peralatan yang beroperasi dengan
menentukan perubahan yang terjadi pada bagian utama, apakah
peralatan tersebut berjalan dengan normal atau tidak.
4. Corrective Maintenance
Corrective Maintenance adalah perawatan yang dilakukan
dengan memperbaiki perubahan kecil yang terjadi dalam disain,
serta menambahkan komponen-komponen yang sesuai dan juga
menambahkan material-material yang cocok.
5. Break Down Maintenance.
Kegiatan perawatan yang dilakukan setelah terjadi
kerusakan atau kelainan pada peralatan sehingga tidak dapat
berfungsi seperti biasanya.
6. Modification Maintenance.
Pekerjaan yang berhubungan dengan disain suatu peralatan
atau unit. Modifikasi bertujuan menambah kehandalan peralatan
atau menambah tingkat produksi dan kualitas pekerjaan.
7. Shut Down Maintenance
Shut Down adalah kegiatan perawatan yang dilakukan
terhadap peralatan yang sengaja dihentikan pengoperasiannya.
Shutdown maintenance pada turbine gas terdiri dari Boroscope
Inspection, Combustion Inspection, Hot Gas Path Ispection dan
Major Inspection. Batas-batas pekerjaan dapat dilihat seperti
gambar di bawah ini:
1. Shut Down Inspection Pada Turbin Gas
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada saat
unit tersebut tidak dalam pengoperasian. Shut down
inspection terdiri dari:
A. Combustion Inspection.
Combustion Inspeksi merupakan shut down jangka pendek
yang dibutuhkan untuk memeriksa nozzle tingkat pertama,
combustion liner, transition piece dan cross fire tube. Komponen-
komponen ini membutuhkan pemeriksaan secara berkala, karena
kerja yang dilakukan oleh turbin gas bekerja terus menerus,
sehingga sistem pembakaran yang buruk akan menyebabkan
pendeknya umur dari komponen-komponen tersebut terutama
bagian hilir seperti nozzle dan bucket turbin. Perawatan yang
dilakukan pada waktu combustion dan inspection adalah
pemeriksaan pada bagian ruang bakar, cross fire tube dan
transition piece. Pemeriksaan pada catatan paking menunjukkan
adanya gesekan, bagian atas dan bagian bawah dari diafragma
dan bagian antara diameter horizontal dan vertikal. Pemeriksaan
pada thermocople yang rusak, pada turbin bucket dan over plan
secara visual, leading edge baik secara visual atau boroscape pada
nozzle turbin tingkat pertama dan bucket tingkat pertama terhadap
degradasi, pendapatan clerence. Pemeriksaan fuel nozzle terhadap
pluging pada bagian tutup dan mencatat hasil pemeriksaan. Untuk
melakukan inspeksi secara visual pada bagian rotating dan
stationary pada compressor casing dan turbin casing tanpa
mengangkat atau membongkarnya adalah memakai perangkat
kerja dari borescope.
Bagian-bagian yang diinspeksi pada turbin gas adalah:
1. Turbin Section.
2. Axial Flow Compressor.
3. Combustion System.
Turbin section yang diinspeksi adalah :
1. Turbin Nozzle, untuk menginspeksi kerusakan bagian luar,
korosi, gangguan pada lubang pendingin, retak dan sebagainya.
2. Turbin Bucket, untuk menginspeksi kerusakan bagian luar yang
melepuh, retak, kelonggaran tempat buang dan lain-lain. Pada
compressor section dilakukan inspeksi pada blade atau sudu-sudu tetap
dan sudu gerak.
B. Hot Gas Path Inspection
Pemeriksaan pada daerah panas termasuk dalam combustion
inspection, hanya saja dalam pemerikasaan ini dilakukan lebih terperinci
lagi mulai dari nozzle hingga bucket turbin. Adapun komponen-komponen
yang dibongkar dan diinspeksi antara lain :
1. Flame Detector.
2. Spring Position Spark Plug.
3. Combustion Chambers.
4. Cap and Liner Assembly.
5. Combustion Transition Piece Assembly.
6. Compressor Discharge and Frame Casing Assembly.
7. Support ring Assembly.
8. First Stage Nozzle.
9. Turbine Shell and Shoud Assembly.
10. Second Stage Nozzle
Inspeksi dilakukan secara visual dan juga dilakukan secara
non visual. Inspeksi secara visual dengan melihat perubahan yang
terjadi pada komponen tanpa mata bantu, cukup dengan mata
telanjang seperti perubahan warna, perubahan bentuk, keretakan
dan lain lain. Inspeksi non visual dilakukan dengan menggunakan
alat bantu, seperti melihat keretakan bagian dalam suatu logam
dengan mengunakan radiografi, ultrasonografi dan sebagainya.
Pemeriksaan komponen dilakukan dilapangan atau diruang
perawatan, bahkan pemeriksaan dapat juga dilakukan diluar pabrik,
seperti pemeriksaan struktur mikro marriage bold yang dilakukan di
Singapura. Inspeksi lainnya yaitu pemeriksaan clearance pada
daerah sekitar first stage nozzle, second stage nozzle dan bucket
turbin. Clearance yang diperiksa pada saat hot gas path inspection
tidak boleh kurang atau lebih dari ukuran yang telah ditetapkan.
Clearance yang terlalu besar akan mengurangi efisiensi turbin
sedangkan clearance yang terlalu kecil akan berpengaruh pada
keselamatan turbin walaupun efisiensi turbin semakin besar.
C. Major Inspection
Adapun pemeriksaan pada seluruh bahagian utama turbin
secara garis besar pemeriksaan ini dilakukan pada bagian-bagian :
1. Air Inlet Section
2. Combustion Section
3. Compressor Section
4. Turbine Section
5. Exhaust Section
Pemeriksaan ini meliputi unsur dari combustion dan hot path
inspection. Kegiatan yang dilakukan antara lain pemeriksaan
keretakan sudu rotor dan stator. Clearence pada nozzle dan
clearence pada compressor. Pengikat dan penyekat nozzle serta
diafragma diperiksa dari kemungkinan adanya gesekan,
pengerutan atau kerusakan yang disebabkan oleh panas.
Kompresor dari guide inlet fane diperiksa dari kemungkinan adanya
kotoran, pengikisan, karat dan kebocoran. Bantalan dari sheel
(sekat) diperiksa clearencenya dan tingkat kehausan yang terjadi.
Semua pemeriksaan ini dilakukan berdasarkan spesifikasi yang
ditetapkan oleh pabrik.
2.6 Fermentasi
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam
keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi
adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi terdapat
definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai
respirasi dalam lingkungan anaerobik. Gula adalah bahan yang
umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah
etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen
lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan
aseton. Fermentasi etanol alkohol dan CO2 oleh mikroba,
Karbohidrat akan dipecah dahulu menjadi gula sederhana yaitu
dengan hidrolisa pati menjadi unit – unit glukosa (Fardiaz, 1988).
Fermentasi adalah suatu proses dimana komponen -
komponen kimiawi dihasilkan sebagai akibat adanya pertumbuhan
maupun metabolisme mikroba. Fermentasi dapat meningkatkan
nilai gizi bahan yang berkualitas rendah serta berfungsi dalam
pengawetan bahan dan merupakan suatu cara untuk
menghilangkan zat antinutrisi atau racun yang terkandung dalam
suatu bahan makanan, (Wasito, 2005).
Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
fermentasi alkohol diantaranya konsentrasi inokulum, lama
fermentasi, nutrien dan pH. Sumber karbon bagi S. cerevisiae
biasanya sukrosa, glukosa, fruktosa, galaktosa, manosa dan
maltose. Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu dari
beberapa faktor pentingyang mempengaruhi fermentasi alkohol.
Derajat keasaman optimum untuk prosesfermentasi adalah antara
4 - 5. Pada pH di bawah 3, proses fermentasi alkohol akan
berkurang kecepatannya (Buckle et.al, 2007).
2.7 Faktor – Faktor yang mempengaruhi Fermetasi
Keberhasilan fermentasi ditentukan oleh beberapa faktor
yaitu
a. Lama fermentasi
Waktu yang dibutuhkan dalam proses fermentasi adalah 2 -
3 hari. Waktu yang sesuai akan menghasilkan etanol yang
optimum. Semakin lama fermentasi kadar alkohol yang dihasilkan
akan optimum dan akhirnya akan menurun. Hal ini karena kadar
etanol dipengaruhi oleh waktu fermentasi. Pada tahap awal sel
khamir mulai memasuki fase eksponensial dimana etanol sebagai
metabolit primer dihasilkan, sedangkan tahap selanjutnya sel
khamir mulai memasuki fase stasioner dan kematian sehingga
alkohol yang dihasilkan menurun.
2. Konsentrasi inokulum
Konsentrasi inokulum yang terlibat dalam fermentasi sangat
mempengaruhi efektifitas penghasil produk. Jika konsentrasi
inokulum yang digunakan terlalu sedikit maka proses fermentasi
berjalan dengan lambat, sedangkan konsentrasi inokulum yang
terlalu banyak akan mempengaruhi persaingan pengambilan nutrisi
oleh khamir, sehingga sangat berpengaruh pada pertumbuhan
khamir dan kadar alkohol yang dihasilkan. Semakin tinggi
penambahan konsentrasi inokulum belum tentu menghasilkan
kadar alkohol yang tinggi.
3. Substrat
Substrat sebagai sumber energi yang diperlukan oleh
mikroba untuk proses fermentasi. Energi yang dibutuhkan berasal
dari karbohidrat, protein, lemak, mineral dan zat gizi lainnya yang
terdapat dalam substrat.Bahan energi yang banyak digunakan oleh
mikroorganisme adalah glukosa. Mikroba fermentasi harus mampu
tumbuh pada substrat
4. Suhu
Suhu selama proses fermentasi sangat menentukan jenis
mikroorganisme dominan yang akan tumbuh. Umumnya diperlukan
suhu 30 °C untuk pertumbuhan mikroorganisme.S. cerevisiae dapat
melakukan aktivitasnya pada suhu 4 – 32 °C. S. Cerevisiae dapat
tumbuh optimum pada suhu 28 – 30 ºC.
5. Oksigen
Ketersediaan oksigen harus diatur selama proses
fermentasi. Hal ini berhubungan dengan sifat mikroorganisme yang
digunakan. Contoh khamir dalam pembuatan anggur dan roti
biasanya membutuhkan oksigen selama fermentasi berlangsung,
sedangkan untuk bakteri penghasil asam tidak membutuhkan
oksigen selama proses fermentasi berlangsung. Saccharomyces
cerevisiae merupakan organisme fakultatif anaerob yang dapat
menggunakan baik system aerob maupun anaerob untuk
memperoleh energi.
6. pH substrat
Kebanyakan mikroba dapat tumbuh pada kisaran pH 3,0 –
4,0. Kebanyakan bakteri mempunyai pH optimum berkisar 6,5 –
7,5. Di bawah 5,0 dan di atas 8,5 bakteri tidak dapat tumbuh
dengan baik. Khamir menyukai pH 4,0 – 5,0 dan tumbuh pada
kisaran pH 2,5 – 8,5. Oleh karena itu untuk menumbuhkan khamir
dilakukan pada pH rendah untuk mencegah kontaminasi bakteri.
Dalam fermentasi, kontrol pH penting sekali dilakukan karena pH
yang optimum harus dipertahankan selama fermentasi.
Saccharomyces cerevisiae salah satu jenis khamir yang
biasa dipakai pada produk alkohol secara fermentasi adalah
Saccharomyces cerevisiae. Saccharomyces cerevisiae merupakan
khamir yang paling penting pada fermentasi utama dan akhir,
karena mampu memproduksi alkohol dengan konsentrasi tinggi dan
fermentasi spontan. Proses fermentasi umumnya dipilih
Saccharomyces 13 cerevisiae, karena dapat tumbuh dengan baik
dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap alkohol serta
mampu menghasilkan alkohol dalam jumlah yang banyak (Buckle
et.al, 2007).
Saccharomyces cerevisiae memiliki sel berbentuk ellipsoid
atau silindris. Ukuran sel antara 5 - 20 mikron, biasanya 5 - 10 kali
lebih besar dari ukuranbakteri dan merupakan mikroorganisme
bersel tunggal, Saccharomyces cerevisiae termasuk khamir
uniseluler. Khamir ini bersifat nonpatogenik dannontoksik, sehingga
sejak dahulu banyak digunakan dalam berbagai proses fermentasi
seperti pada pembuatan roti dan alkohol. Saccharomyces
cerevisiae` tahan terhadap kadar gula yang tinggi dan tetap aktif
melakukan aktivitasnya pada suhu 4 – 32 °C. Saccharomyces
cerevisiae memerlukan kondisi lingkungan yang cocok untuk
pertumbuhannya, yaitu nutrisi sebagai sumber energi terutama
gula, pH optimum 4 - 5, temperatur optimum 28 – 30 ºC serta
kebutuhan akan oksigen terutama pada awal pertumbuhan
(Hidayat et.al, 2006).
2.8 Ragi
Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam
fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan
minuman beralkohol lainnya. Ragi mempunyai arti yang penting
dalam makanan yang diolah secara fermentasi seperti dalam
pembuatanbrem, tape dan lain sebagainya. Yeast atau ragi yang
digunakan dalam pangan adalah S.cerevicea yang pada umumnya
dinamakan ragi roti. Fermentasi gula oleh yeastterjadi pada proses
anaerob dan keseluruhan reaksinya (Kavanagh, 2005).
Ragi adalah makhluk hidup dan berada di udara sekitar kita.
Ragi adalah anggota dari keluarga jamur bersel satu. Ragi roti serta
ragi bir termasuk species Saccharomyces cerevisiae. Ragi segar
berwarna gading kekuning - kuningan, lunak dan basah, harus
mudah hancur, berbau segar dan tidak ada warna gelap atau
bagian yang kering (Jaworski, 2008).
Peningkatan kualitas maupun kuantitas bioetanol dapat
dipengaruhi oleh jumlah atau konsentrasi ragi yang digunakan
harus tepat, sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal, karena
ragi digunakan untuk mengkonversi glukosa menjadi alkohol. Jika
ragi yang digunakan berlebihan akan menghambat proses
fermentasi akan terjadi fase pertumbuhan lagi (lambat). Perbedaan
kadar bioetanol sangat berkaitan dengan kinetika sel ragi yang
diinginkan untuk memfermentasi bahan, sedangkan pertumbuhan
dari sel ragi (khamir) itu sendiri juga dipengaruhi oleh media dan
kondisi media, pemilihan khamir, nutrien, kandungan gula,
keasaman (pH), oksigen dan suhu (Budiyanto, 2003).
Gambar 2.2 Ragi
(Sumber: www.bakerymagazine.com)2.9 Destilasi
Prinsip destilasi adalah penguapan cairan dan pengembunan
kembali uap tersebut pada suhu titik didih. Titik didih suatu cairan
adalah suhu dimana tekanan uapnya sama dengan tekanan
atmosfer. Cairan yang diembunkan kembali disebut destilat. Tujuan
destilasi adalah pemurnian zat cair pada titik didihnya, dan
memisahkan cairan tersebut dari zat padat yang terlarut atau dari
zat cair lainnya yang mempunyai perbedaan titik didih cairan murni.
Pada destilasi biasa, tekanan uap di atas cairan adalah tekanan
atmosfer (titik didih normal). Untuk senyawa murni, suhu yang
tercatat pada termometer yang ditempatkan pada tempat terjadinya
proses destilasi adalah sama dengan titik didih destilat (Sahidin,
2008).
Gambar 2.3 Destilasi sederhana (Sumber: analisakimia.com)
Maksud dan proses distilasi adalah untuk memisahkan
etanol dari campuran etanol air. Untuk larutan yang terdiri dari
komponen-komponen yang berbeda nyata suhu didihnya, distilasi
merupakan cara yang paling mudah dioperasikan dan juga
merupakan cara pemisahan yang secara thermal adalah efisien.
Pada tekanan atmosfir, air mendidih pada 100 oC dan etanol
mendidih pada sekitar 77oC.
Perbedaan dalam titik didih inilah yang memungkinkan
pemisahan campuran etanol air. Prinsip nya jika larutan campuran
etanol air dipanaskan, maka akan lebih banyak molekul etanol
menguap dari pada air. Jika uap-uap ini didinginkan (di
kondensasi), maka konsentrasi etanol dalam cairan yang
dikondensasikan itu akan lebih tinggi dari pada dalam larutan
aslinya. Jika kondensat ini dipanaskan lagi dan kemudian
dikondensasikan, maka konsentrasi etanol akan lebih tinggi lagi.
Proses ini bisa diulangi terus, sampai sebagian besar dari
etanol dikonsentrasikan dalam suatu fasa. Namun hal ini ada
batasnya. Pada larutan 96% etanol, didapatkan suatu campuran
dengan titik didih yang sama (azeotrop). Pada keadaan ini, jika
larutan 96% alkohol ini dipanaskan, maka rasio molekul air dan
etanol dalam kondensat akan tetap konstan sama. Jika dengan
cara distilasi ini, allkohol tidak bisa lebih pekat dari 96% (Harahap,
2003).
Macam-Macam Destilasi yaitu :
1. Destilasi Uap
Proses penyaringan suatu campuran air dan bahan yang
tidak larut sempurna atau larut sebagian dengan menurunkan
tekanan sistem sehingga didapatkan hasil penyulingan jauh
dibawah titik didih awal.
Gambar 2.4 Destilasi uap
(Sumber: theprincess9208.com)2. Destilasi Vakum
Untuk memurnikan senyawa yang larut dalam air dengan titik
didih tinggi sehingga tekanan lingkungan harus diturunkan agar
tekanan sistem turun. Distilasi ini tekanan operasinya 0,4 atm
(≤300 mmHg absolut). Proses distillasi dengan tekanan dibawah
tekanan atmosfer.
Gambar 2.5 Destilasi vakum (Sumber: theprincess9208.com)
3. Destilasi Biasa
Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik
pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponen
yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran
dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk memperoleh
senyawa murninya. Senyawa-senyawa yang terdapat dalam
campuran akan menguap pada saat mencapai titik didih masing –
masing.
Gambar 2.6 Destilasi biasa (Sumber: majalah1000guru.net)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Workshop Teknik Mesin dan Lab
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat
pada bulan oktober 2016 sampai dengan desember 2016.
Pengolahan bioetanol dari tanaman sorgum dilaksanakan di
Workshop Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat pada
bulan oktober 2016 sampai dengan desember 2016.
Penelitian kadar bioetanol hasil distilasi dari tanaman sorgum
dilaksanakan di Lab Teknik Kimia Lambung Mangkurat pada bulan
Juli 2016 s/d Agustus 2016.
3.2 Bahan Penelitian
Adapun bahan yang digunakan dalam tahap penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Sorgum manis varietas ICSV 700, urea, ragi dan aquades. yang
terdapat di pekarangan rumah desa Binuang - Kalimantan
Selatan.
2. Ragi sebagai fermentator dalam proses fermentasi.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial. Data yang
diperoleh dianalisis dengan menggunakan SPSS dan persamaan
Arrhenius.
3.4 Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah fermentor,
pompa aquarium, waterbath, timbangan digital, tabung ukur,
alkoholmeter, refraktometer, pHmeter, dan tissue.
3.5 Prosedur Penelitian
a. Penentuan Brix
Nira hasil perasan batang sorgum dimasak dengan api
rendah hingga diperoleh brix 18%, 30%, dan 40%. Digunakan
refraktometer untuk mengetahui bahwa nira yang dimasak sudah
mencapai brix 18%, 30%, 40%.
b. Pencampuran
Sampel yang telah disesuaikan kadar padatannya (brix),
dimasukkan ke dalam fermentor kapasitas 2 liter, kemudian
ditambahkan ureadan ragi masing – masing 2 gr.
c. Proses Fermentasi
Fermentasi dilakukan pada suhu 30 °C, 40 °C dan 50 °C
dengan menggunakan fermentor berdinding ganda. Suhu
fermentasi dikontrol dengan mengalirkan medium pemanas dari
waterbath yang dikontrol suhunya ke bagian luar fermentor.
d. Pengukuran
Proses fermentasi dilakukan selama 20 hari. Pengukuran
kadar alkohol, brix dan pH dilakukan pada hari ke 5, 10, 15, dan 20.
3.6 Parameter Pengamatan
Pengamatan selama proses fermentasi dilakukan pada hari ke 5,
10, 15, dan 20. Parameter yang diamati dalam penelitian ini meliputi :
a. Kadar alkohol (%)
b. Derajat keasaman (pH)
c. Brix
d. Energi Aktivasi
3.7 Kadar Alkohol
Diambil sampel sebanyak 100 ml, kemudian dimasukkan
kedalam gelas ukur, lalu diukur kadar alkoholnya dengan
menggunakan alkoholmeter.
3.8 Brix
Diambil sampel sebanyak 10 ml, dimasukkan ke dalam gelas
ukur lalu diukur brixnya dengan menggunakan refraktometer.
3.9 Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman diukur dengan menggunakan pH meter.
Prosedur pengukuran di lakukan sebagai berikut : pH meter
dihidupkan dan dibiarkan hingga pembacaan stabil. Elektroda pH
meter dibilas dengan aquades dan dikeringkan dengan tissue,
kemudian dicelupkan kedalam sampel sampai diperoleh
pembacaan yang stabil, dan pembacaan pH dicatat.
3.10 DiagramPenelitian
Ti
S
tart
Penambahan ragi dan urea masing-masing 2 gr
Analisa Data dan Pembahasan
Pemasakan nira kental hingga
Fermentasi
dilakukan pada suhu 30
°C, 40 °C, dan 50 °C
dengan menggunakan alat
destilasi
Nira
Dimasukkan
kedalam fermentor
Gambar 3.1 Flow chart penelitian
3.11 Proses Fermentasi
Berikut ini adalah diagram proses fermentasi :
S
elesai
Kesimpul
an
STARTNira Sorgum manis
PRE-
FERMENTER
FERMENTASI
DESTILASI
Evaporasi (TS 16-18
%)
PEMBIAKAN
YEA
CO2
LIMBAH
CAIR (SI OP)
Gambar 3.2 Proses Fermentasi
3.12 Waktu PenelitianTempat dan penelitian adalah di bengkel Teknik Mesin ULM
dan jadwal penelitian direncanakan sebagai berikut:
Rencana
Kegiatan
Bulan
Sep
tember
O
ktober
No
vember
De
sember
J
anuari
Studi
Literatur
Pengum
pulan Data
Pengolah
an Data
Menyusu
n Laporanl
Seminar
Proposal
Seminar
Hasil
Sidang
Akhir
BIOETHANOL
96 % V/V
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1966. Sorgum. http://www.wikipedia.com.Diakses tanggal 22 Oktober 2016
Anonim. 2013. Destilasi. http://analisakimia.com.
Diakses tanggal 22 Oktober 2016
Anonim. 2014. Destilasi Uap. http://theprincess9208.com.
Diakses tanggal 22 Oktober 2016
Anonim. 2014. Ragi. http://www.bakerymagazine.com.
Diakses tanggal 23 Oktober 2016
Anonim. 2014. Destilasi Vakum. http://theprincess9208.com.
Diakses tanggal 24 Oktober 2016
Anonim. 2014. Destilasi Biasa. http://majalah1000guru.net.
Diakses tanggal 25 Oktober 2016
Qomariatus Shalihah. 2016. Metode Penelitian.
https://scholar.google.co.id/citations?
hl=en&authuser=1&user=yE3M1zAA
AAAJ. Diakses tanggal 25 Oktober 2016
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2012. Rancangan Standar
Nasional
indonesia. Jakarta. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI.
1992.
Daftar Komposisi Bahan Makanan.Bhratara,Jakarta.
Bambang Prastowo, (2007), Potensi Sektor Pertanian Sebagai Hasil dan
Pengguna Energi Terbarukan, Perspektif Vol. 6 No. 2 / Desember
2007. Hal 84 – 92.
Apriwinda. (2007). “STUDI FERMENTASI NIRA BATANG SORGUM MANIS(Sorghum bicolor (L) Moench) UNTUK PRODUKSI ETANOL”.Makassar.
Bobi, Yanuar. (2011). “UJI EKSPERIMENTAL KADAR BIOETANOL
ECENG
GONDOK HASIL DESTILASI DENGAN VARIASI WAKTU
FERMENTASI. Banjarbaru