3
TUGAS INDIVIDU
MENGATASI MASALAH ORGANISASIUNTUK MENCAPAI TUJUAN
(Makalah)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pengganti UAS Mata Kuliah
ORGANISASI DAN ADMINISTRASI
KESEJAHETRAAN SOSIAL
Dosen :
Drs. Catur HW, MM
Disusun oleh :
Kelas 2-C REHSOS
Joko Setiawan
(08.04.100)
SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL
BANDUNG
2010
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
limpahan rahmad serta hidayah dan bimbingan-Nya Tugas ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya tanpa mengalami hambatan yang berarti.
Makalah yang dibuat ini adalah sebagai tugas pengganti Ujian Akhir mata
kuliah Organisasi dan Administrasi Kesejahteraan Sosial Semester IV tahun
ajaran 2009/2010 di kelas II-C Rehabilitasi Sosial STKS Bandung, diantaranya
berisi hal-hal yang menjadi permasalahan di dalam suatu organisasi dan
bagaimana cara mengatasinya.
Ucapan terima kasih kami haturkan kepada Bapak Drs. Catur HW, MM
selaku dosen mata kuliah Organisasi dan Administrasi Kesejahteraan Sosial yang
telah memberikan ilmu, arahan dan juga panutan untuk kita semua dan kami
secara pribadi. Kemudian ucapan terima kasih juga untuk teman-teman semua
yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu di sini.
Seperti fitrah manusia, tidak ada manusia yang sempurna. Begitu juga
dengan penyusunan tugas makalah ini, masih banyak sekali kekurangan dan
kesalahan yang terlewatkan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan guna untuk perbaikan pada penyusunan tugas
berikutnya.
Bandung, 1 Juni 2010
Penyusun
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………….…………….. I
DAFTAR ISI …………………………………………………………………. II
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………..…. 1
B. Perumusan Masalah …………………………………………..…. 2
C. Maksud dan Tujuan …………………………………………...… 3
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian ………………………………………………….….…. 3
B. Masalah di dalam Organisasi …………………………………….. 5
C. Potensi di dalam Organisasi ……………………………….…….. 9
BAB III : PEMBAHASAN
A. Masalah atau Konflik Vertikal ……………………………….….. 11
B. Masalah Karyawan ……………………………..…………….…. 13
C. Mewirausahakan Organisasi …………………………………..... 16
BAB IV : PENUTUP
A. Simpulan ………………………………..…………………….… 19
B. Saran ………………………………………..……………..….… 19
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….………. 20
3
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidang praktek pekerjaan sosial salah satunya adalah di dalam organisasi
dan administrasi kesejahteran sosial. Hal ini penting mendapatkan
intervensi dari pekerja sosial karena merupakan usaha dalam memberikan
pelayanan yang terbaik bagi klien. Selanjutnya diharapkan keefektifan
dalam menjalankan organisasi dapat tercapai.
Salah satu sasaran perubahan pekerjaan sosial adalah organisasi
kemasyarakatan meliputi organisasi sosial(social organization) dan
organisasi lokal(local organization). Pengertian organisasi adalah sikap
bentuk persekutuan dua orang atau lebih yang bekerjasama untuk
mencapai tujuan bersama dan terikat secara formal dalam suatu ikatan
hierarkhi, dimana selalu terdapat hubungan antara seseorang atau beberapa
orang yang disebut pimpinan dan seseorang atau sekelompok orang yang
disebut bawahan (Sondang P. Siagian). Kemudian yang dimaksud dengan
organisasi sosial adalah organisasi formal, fungsi utamanya
menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial ditujukan untuk
memecahkan masalah dan atau memenuhi kebutuhan masyarakat.
Sedangkan yang dimaksud dengan organisasi lokal itu sendiri dapat
dikategorikan ke dalam organisasi non formal yang berada di tingkat lokal
(desa/kelurahan) dimana anggota, jangkauan dan sasarannya pelayannya
pun relatif terbatas.
Secara konseptual organisasi dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu
sebagai wadah atau tempat sekelompok orang menyatu dan sebagai
aktivitas atau kegiatan untuk mencapai tujuan bersama. Untuk itu,
organisasi sering dinyatakan sebagai sistem yang statis, karena melihat
pada wadah yang terstruktur organisasi yang bersifat dinamis, karena
menggambarkan adanya kegiatan tata hubungan dalam organisasi, baik
secara formal maupun informal.
3
Dalam suatu organisasi pasti akan ditemukan banyak sekali permasalahan.
Apalagi seiring dengan perkembangan organisasi yang ada, maka masalah
itu akan senantiasa mengikuti dan semakin beragam adanya. Maka melalui
makalah inilah akan kami paparkan mengenai permasalahan dan cara
efektif untuk mengatasi masalah tersebut sehingga sebuah organisasi tetap
dapat mencapai tujuan awalnya secara optimal.
B. Perumusan Masalah
Di dalam perumusan masalah ini antara lain adalah sebagai berikut :
Apakah yang menjadi masalah di dalam organisasi?
Apakah yang menjadi penguat di dalam organisasi?
Bagaimana cara menyelesaikan masalah di dalam organisasi untuk
mencapai tujuan?
C. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dalam pembuatan makalah ini antara lain :
Mengetahui kriteria dan jenis permasalahan di dalam suatu organisasi
Mengetahui potensi di dalam organisasi
Mengetahui cara menyelesaikan masalah di dalam organisasi secara tepat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Akan sangat banyak sekali mengenai pembahasan dari pengertian
organisasi. Oleh karena itu akan kami sajikan beberapa pengertian tentang
organisasi yang berasal dari pendapat para ahli. Di antaranya adalah :
Organisasi adalah suatu proses penetapan dan pembagian pekerjaan yang
akan dilakukan, pembatasan jumlah tugas atau tanggung jawab serta
wewenang dan penetapan hubungan-hubungan antara unsur organisasi
sehingga memungkinkan orang-orang dapat bekerja bersama-sama
seefektif mungkin untuk mencapai tujuan(Manullang).
Organisasi adalah kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar, yang
memungkinkan anggota mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai melalui
tindakan individu secara terpisah (Dydiet Hardjito).
Organisasi suatu sistem perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi
dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu.
Organisasi hanya merupakan alat dan wadah saja(Malayu P Hasibuan).
Organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih
yang bekerja sama untuk sesuatu tujuan bersama dan terikat secara formal
dalam persekutuan, dimana selalu terdapat hubungan antara seorang/
sekelompok orang yang disebut pimpinan dan seorang/sekelompok lain
yang disebut bawahan(Sondang P Siagian).
Berlandaskan beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa suatu organisasi berikut ini :
1. Adanya sekelompok orang
2. Membentuk persekutuan
3. Kerjasama
4. Tujuan
5. Terikat secara formal
3
6. Terstruktur
7. Teknologi
8. Pekerjaan
9. Lingkungan
Kemudian prinsip-prinsip daripada organisasi menurut Sondang P Siagian
antara lain :
a. Ada tujuan yang jelas.
b. Tujuan dipahami & diterima oleh setiap anggota.
c. Ada kesatuan arah (unity of direction).
d. Ada kesatuan perintah (unity of command).
e. Ada keseimbangan antara wewenang & tanggung jawab.
f. Ada pembagian tugas.
g. Ada struktur organisasi yang disusun sesederhana mungkin.
h. Ada jaminan jabatan (security of tenure).
i. Pola dasar organisasi relatif permanen.
j. Balas jasa yang diberikan seimbang dengan jasa
Definisi di atas mengantarkan kita kepada pemahaman mengenai
pengertian dari organisasi. Selanjutnya adalah memasuki pemahaman kita
mengenai organisasi sosial dan organisasi pelayanan sosial. Beberapa
pengertiannya antara lain :
Organisasi sosial adalah organisasi formal, fungsi utamanya
menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial ditujukan untuk
memecahkan masalah dan atau memenuhi kebutuhan masyarakat.
Organisasi ini berperan sebagai mediator antara kepentingan dan program
pemerintah disatu pihak dengan kebutuhan masyarakat di pihak lain.
Organisasi sosial merupakan wahana dan wujud partisipasi masyarakat
dalam pembangunan kesejahteraan sosial. Secara luas organisasi sosial
adalah organisasi formal, baik berbadan hukum maupun tidak berbadan
3
hokum. Di Indonesia organisasi sosial umumnya menunjuk pada lembaga
pelayanan kesejahteraan sosial yang dikelola oleh masyarakat (cont: Panti
asuhan, panti jompo dll) bernaung pada sebuah yayasan.
B. Masalah di dalam Organisasi
Sudah sewajarnya suatu organisasi memiliki beberapa masalah yang pelik.
Namun tidak berarti kita harus memakluminya begitu saja, harus ada
usaha-usaha nyata agar bisa keluar dari permasalahan tersebut. Masalah-
masalah yang ada dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Kurangnya Koordinasi
Koordinasi dalam Program kerja
Seringkali dalam sebuah organisasi yang suadah mapan sekali pun,
atau dapat dikatakan ketika dalam organisasi terdapat sebuah program
kerja yang sangat bagus sekali pun, jika tidak ada koordinasi maka
sering kali menyebabkan kesalahpahaman, yang tentunya dapat
menyebabkan kacaunya terlaksanya sebuah program.
Kekacauan tersebut dapat terjadi ketika antar penanggung jawab tidak
mengetahui batasan-batasan jobnya, yang seringkali hanya dapat
diperoleh melalui koordinasi antar penanggungjawab. Hal tersebut
dapat menyebabkan overlaping karena beberapa panitia
mengerjaknnya, dalam beberapa tugas, sementara kekosongan dalam
tugas yang lainnya.
Koordinasi antar Pimpinan
Parahnya lagi, koordinasi yang buruk dapat mengarah pada
komunikasi yang buruk pula. Komunikasi yang buruk antar pimpinan
tersebut dalam sebuah program dapat berakibat pada program-
program selanjutnya. Maka seringkali terjadi salah sangka dan salah
paham diantaranya.
3
Padahal para pimpinan selain berhubungan dalam pelaksanaan
program kerja seharusnya memiliki ikatan cultural, ketika terjalin
komunikasi yang baik diantaranya.
2. Pengkaderan
Rekrutmen
Bagi sebagian periode organisasi, dan bagi berbagai macam organisasi
masalah pengkaderan ini dirasakan berbeda-beda, oleh karena tingkat
animo peminat organisasi yang berbeda beda misalnya.
Namun pernyataan “kesuksesan suatu periode adalah buakan sekedar
sukses ketika masa jabatanya namun ketika dapat menghasilkan
(kader-kader) periode yang lebih sukses”.
Maka dapat dikatakan dalam sebuah organisasi adalah ketika dalam
suatu periode dapat dikatakan sebagai masa kejayaan, namun hal
tersebut tidak ada artinya ketika setelah itu organisasi tersebut
terpuruk atau bahkan bubar karena kelemahan tau bahkan tidakadanya
kader penerus.
Mempertahankan kader
Pengkaderan ini, terkait erat pada pengembangan organisasi. Ketika
suatu organisasi dapat merekrut kader dalam animo besar,
memungkinkan jangkauan organisasi tersebut pada komunitas yang
luas, serta hal tersebut merupakan sumber daya yang tidak bisa
diremehkan.
Setelah berhasil merekrut kader dalam animo yang besar, jika tidak
dapat memberdayakan, dalam rangka mempertahankan kader-
kadernya maka seringkali kader-kader tersebut akan maengalami
3
seleksi alam. Oleh karena itu usaha mempertahankan kader sering kali
lebih penting daripada rekrutmenya.
3. Etika
Masalah etika selalu muncul dalam situasi yangmelibatkan orang lain,
tetapi seringkali organisasi lebih banyak menyoroti masalh etika ini
daripada pihak – pihak lainnya. Pelanggaran terhadap etika yang telah
diterima secara umum merupakan masalah yang harus diwaspadai
dalam organisasi. Bagi sebagian orang perilaku etis dalam organisasi
tidak selalu penting. Charles Saxon, kartunis majalah The New
Yorker, menerbitkan serial kartun bisnis berjudul “ kejujuran adalah
salah satu kebijakan yang lebih baik”, Tampaknya Saxon berpendapat
bahwa dikusi etika dalam organisasi bisnis diperlukan, dan mungkin
bermanfaat bagi kita untuk mempelajari beberapa masalah etika dalam
konteks pembuatan keputusan mengenai pekerjaan dalam organisasi.
Bidang karier apapun yang anda putuskan untuk anda tekuni, pasti
mencakup sejumlah dilemma dan paradoks mengenai etika kehidupan
yang sesunguhnya.
Lantas apakah yang dimaksud dengan etika? Sekelompok teoritis
(Solomon & Hanson, 1985) mengemukan bahwa etika berkaitan
dengan pemikiran dan cara bersikap, pemikiran mengenai etika terdiri
dari evaluasi masalah dan keputusan dalam arti bagaimana kedua hal
ini memberi andil pada kemungkinan penigkatan seseorang seraya
menghindari akibat yang merugikan orang lain dan diri sendiri.
Perilaku etis berhubungan dengan tindakan yang sesuai dengan
keputusan yang relevan, yang sejalan dengan seperangkat pedoman
yang menyangkut perolehan yang mungkin dan akibat yang
merugikan orang lain.
3
Masalah etika dalam organisasi dapat dibagi dalam dua kategori :
1. Yang menyangkut praktik – praktik organisasi di tempat kerja, dan
2. Yang menyangkut keputusan perorangan
Praktik – praktik Organisasi
1. Rasa hormat, martabat, dan kebebasan perorangan. Masalah ini
berhubungan dengan cara organisasi memperlakukan anggotanya.
Dari sudut pandang sebagian besar anggota oraganisasi, kepentingan
organisasi didahulukan dan kepentingan anggota dijadikan yang
paling akhir.
2. Kebijakan dan praktik personel. Masalah ini berkenaan dengan
etika kepegawaian, pemberian gaji, kenaikan pangkat, pendisiplinan,
pemberhinetian dan masalah pension anggota organisasi. Kewajiban
umum organisasi adalah berlaku adil pada anggota organisasi yang
prospektif disetiap jenjang karirnya.
3. Keleluasaan (privacy) dan pengaruh terhadap keputusan
pribadi. Perjanjian eksplisit dan implicit antara pegawai dengan
organisasi yang memperkerjakan mereka, memberi peluang kepada
organisasi untuk memperhatikan faktor – faktor yang secara jelas
mempengaruhi prestasi kerja pegawai. Namun masalah etika muncul
bila organisasi menaruh perhatian khusus pada masalah kehidupan
pribadi anggotanya yang tidak secara langsung mempengaruhi prestasi
kerja mereka dalam organisasi, misalnya segala sesuatu yang terjadi
selama cuti yang mungkin mempengaruhi citra organisasi,
keikutsertaan dalam masalah – masalah public seperti kegiatan
masyarakat dan organisasi pelayanan, kontribusi pada badan – badan
amal, dan keterlibatan dalam kelompok kegiatan politik.
3
Lebih jauh lagi, kita akan mencoba mengetahui permasalahan apa yang
bisa menimpa organisasi sosial. Beberapa contoh yang dialami oleh suatu
organisasi sosial adalah :
a. Kekurangan dana, sangat tergantung pada dukungan dana dari luar.
b. Kurang mampu memenuhi kebutuhan anggota dan masyarakat.
c. Manfaat produknya kurang dirasakan oleh masyarakat.
d. Rendahnya motivasi dan unjuk kerja pengurus dalam melaksanakan
tugas.
e. Sulit mengukur pengaruh atau dampak pelayanan.
f. Masyarakat dan lembaga donor kurang percaya dalam memberikan
dukungan finansial.
Dari uraian di atas, ternyata memang banyak yang perlu ditanggulangi
dalam pemecahan masalah tersebut, apalagi sebuah organisasi sosial
adalah sebuah organisasi spesial yang tolak ukur pelayannya adalah
kepuasan manusia.
C. Penguat di dalam Organisasi
Seringkali ketika kita mendapati pertanyaan mengenai apa potensi
organisasi?, maka umumnya jawaban berkisar pada sesuatu yang tampak
besar, bagus, mahal, dan sejenisnya. Namun benarkah potensi organisasi
hanya ditentukan oleh nilai barang itu sendiri?
Anggapan ini sungguh tidak tepat. Selain itu anggapan ini juga
menyebabkan kita berfikir bahwa hanya organisasi dengan modal besar,
gedung megah, dan sejenisnya yang memiliki potensi besar untuk
berkembang. Oleh karena itu, anggapan ini perlu di ubah dengan mengacu
pada tujuan organisasi.
Dalam organisasi, sesungguhnya segala sesuatu tidak bernilai hingga ia
dapat membantu mencapai tujuan organisasi. Sebuah gedung yang mewah
tidak akan menjadi potensi apabila tujuan dari organisasi itu adalah rumah
bagi orang miskin. Bahkan menjadi semakin tidak berguna dan tidak
memiliki potensi ketika organisasi tersebut tidak memiliki tujuan apapun.
3
Saat ini pengenalan potensi dapat dilakukan menggunakan
model appreciative inquiry (AI) melalui tahap 4D, yaitu: Dream,
Discover, Design, dan Deliver.
Dream: Pada tahap ini sebuah organisasi harus membuat tujuannya, baik
jangka pendek, menengah, atau panjang. Tujuan ini juga harus
menggambarkan visi dan misi organisasi.
Discover: Tahap ini adalah tahap menemukan potensi organisasi. Pada
tahap ini organisasi diminta untuk menemukan segala potensi yang dapat
dimanfaatkan untuk mencapai tujuan organisasi. Disinilah kita akan
menyadari bahwa sesuatu yang awalnya dianggap tidak bernilai justru
dapat menjadi potensi untuk mencapai tujuan organisasi.
Design: Pada tahap ini kita diminta merancang segala potensi tersebut
dalam sebuah struktur yang teratur sehingga setiap potensi dapat
didayagunakan secara maksimal.
Deliver: Tahap ini merupakan tahap akhir dimana ketiga tahap di atas
tidak akan pernah berhasil kecuali kita berusaha menjalankannya.
Akhirnya, organisasi hanya akan berkembang tergantung pada semangat
individu-individu di dalamnya.
D.
3
BAB III
PEMBAHASAN
MENGATASI MASALAH ORGANISASI
UNTUK MENCAPAI TUJUAN
A. Masalah atau Konflik Vertikal
Terjadinya sebuah konflik dalam setiap organisasi merupakan sesuatu hal
yang tidak dapat dihindarkan dan bukanlah suatu perkara yang tidak
mungkin terjadi. Hal ini bisa disebabkan karena dalam sebuah organisasi
itu terdapat berbagai macam karakter serta berbagai macam perbedaan dari
anggota yang terdapat dalam organisasi tersebut.
Di lain pihak ketertarikan serta keterkaitan dari anggota yang berbeda
itulah yang bisa menyebabkan warna dalam organisasi tersebut yang
membuatnya berbeda dari yang lainya. Kita harus menyadari bahwa tidak
semua konflik atau permasalahan dalam organisasi itu bisa menjadi
masalah besar yang mengkhawatirkan. Konflik yang ditata dan
dikendalikan dengan baik dapat menguntungkan organisasi sebagai suatu
kesatuan. Dalam menata konflik dalam organisasi diperlukan keterbukaan,
kesabaran serta kesadaran semua fihak yang terlibat maupun yang
berkepentingan dengan konflik yang terjadi dalam organisasi.
Pengertian konflik
Konflik dapat diartikan sebagai ketidaksetujuan antara dua atau lebih
anggota organisasi atau kelompok-kelompok dalam organisasi yang timbul
karena mereka harus menggunakan sumber daya yang langka secara
bersama-sama atau menjalankan kegiatan bersama-sama dan atau karena
mereka mempunyai status, tujuan, nilai-nilai dan persepsi yang berbeda.
Anggota-anggota organisasi yang mengalami ketidaksepakatan tersebut
biasanya mencoba menjelaskan duduk persoalannya dari pandangan
mereka
3
Contoh permasalahan
Dari berbagai macam organisasi, penemuan tentang sebuah konflik itu
merupakan sebuah hal yang lazim. Dari yang sederhana seperti hubungan
yang terjalin dalam sebuah “ jabatan “ yang dikatakan disini adalah
mengenai hubungan dari bawahan dan atasan. Konflik jenis ini relatif sulit
karena sering tidak dinyatakan secara terbuka.
Umumnya karyawan pihak karyawan lebih cenderung untuk diam,
meskipun mengalami pertentangan dengan pihak atasan. Dari situ saja bisa
terjadi konflik yang dapat menimbulkan permasalahan dalam sebuah
organisai jika ditelaah banyak sekali konflik – konflik yang terjadi dari hal
tersebut yang bisa dikaji serta di pahami untuk menjadikan suatu
organisasi yang lebih baik lagi.
Konflik yang bisa timbul
- miscommunication
- tidak tercapainya target atau tujuan organisasi
- ketidakharmonisan lingkungan
- perpecahan sub grup organisasi
Penanganan Permasalahan atau solusi
- Dalam sebuah miscommunication atau bisa dibilang tidak adanya
komunikasi yang baik antara kedua pihak yang menyebabkan hal utama
permasalahan atau konflik dalam organisasi. Dalam hal ini sebuah solusi
yang dapat dilakukan adalah sebuah pendekatan yang baik antara
hubungan bawahan dan atasan dan penghapusan border line yang
menyebabkan adanya garis pembatas antara dua pihak yang tengah terkait
masalah tersebut. Keterbukaan yang terutama untuk mengatasi konflik
yang timbul dari hal ini. Serta pengertian dari pihak atasan yang terkadang
3
mementingkan ego untuk merasa berada di tingkat yang tertinggi dan tidak
bisa menerima masukan dari bawahan dalam menyikapi “ego“ nya itu.
- Tidak tercapainya tujuan organisasi disebabkan karna konflik vertical ini
mungkin saja terjadi apabila permasalahan tidak cepat dilaksanakan, yang
nantinya berpengaruh terhadap pencapaian target. Dalam mengatasinya
bisa kita lakukan sebuah musyawarah dan pembicaraan mengenai konflik
tersebut dan dari situlah maka bisa dilakukan pencegahan terhadap
permaslahan yang nantinya bisa berakibat terjadinya penurunan
pencapaian target dari sebuah organisasi itu sendiri.
- Ketidakharmonisan lingkungan merupakan akar cabang dari masalah
seperti miskomunikasi yang telah dibiarkan begitu saja tumbuh. Dengan
menjalin hubungan yang baik atau diadakannya pihak ketiga yang bisa
membantu mengatasi permasalahan maka hal ini bisa dihindarkan.
- Perpecahan sub group organisasi, dalam hal ini maksud sub group
organisasi adalah bagian dalam sebuah kelompok yang sedang terjadi
suatu konflik. Perpecahan yang terjadi ini karena kurangnya penanganan
serius terhadap masalah yang terjadi maka terciptalah keretakan dan
kerusakan berat dlam tubuh sebuah organisasi. Langkah yang dapat
diambil dalam Hal ini adalah dengan dilakuakan langkah awal dalam
menemukan akar permaslahan yang terjadi antara atasan dan bawahan
yang ada di dalam lingkup konflik. Dengan menemukan akar
permasalahan.
B. Masalah Karyawan
Idealnya seorang manajer yang sekaligus sebagai pemimpin suatu unit
kerja dapat mengetahui kebutuhan, kepribadian, dan masalah-masalah
yang dihadapi karyawannya. Masalah-masalah yang sering dihadapi
karyawan antara lain ketidakpuasan kerja dan motivasi kerja. Kedua faktor
itu berhubungan antara lain dengan gaya kepemimpinan manajer,
3
manajemen kompensasi, manajemen karir, dan intensitas hubungan
vertikal dan horisontal. Dengan demikian masalah yang dihadapi
karyawan disini lebih ditekankan pada faktor penyebab eksternal dirinya.
Artinya kalau faktor-faktor eksternal tadi tidak diperbaiki maka kepuasan
kerja dan motivasi kerja bakal rendah dan akan memengaruhi kinerja
karyawan. Pada gilirannya akan memengaruhi kinerja perusahaan.
Sementara itu karyawan bermasalah dapat diindikasikan antara lain
sebagai sifat atau perilaku malas, komitmen kurang, emosional,
kedisiplinan tidak terkendali, kerap bolos kerja, dan egoistis dalam
bekerjasama. Ciri bekerja dan kinerjanya adalah sangat marjinal, asal-
asalan, dan kurang toleran dengan lingkungan. Perilaku tersebut lebih
berkait dengan faktor internal ketimbang eksternal. Faktor internal
karyawan meliputi faktor-faktor pendidikan, usia, pengalaman kerja, sikap,
dan ketrampilan. Namun demikian lemahnya manajemen kontrol,
kurangnya pelatihan dan pengembangan, tidak adilnya manajemen
kompensasi dan karir, rendahnya mutu hubungan horisontal dan vertikal
dapat mendorong terjadinya perilaku negatif dari karyawan seperti itu.
Baik masalah karyawan dan karyawan bermasalah akan dapat
menimbulkan masalah perusahaan yang kronis dan menimbulkan ongkos
mahal. Ujungnya adalah keuntungan perusahaan yang menurun.
Bayangkan misalnya perusahaan harus menanggung beban kalau
produktivitas menurun akibat potensi karyawan yang rendah. Begitu juga
kalau perusahaan harus menghentikan program produksinya karena
banyak karyawan yang malas dan tidak disiplin. Selain itu bisa
menimbulkan kegagalan pendistribusian barang ke pasar dan
ketidakpuasan konsumen dan pelanggan.
Karena masalah-masalah yang dihadapi karyawan pada dasarnya lebih
disebabkan faktor eksternal maka pendekatannya adalah pada sistem
3
manajemen. Untuk itu yang dapat dilakukan perusahaan antara lain dengan
dengan pendekatan-pendekatan umum:
1. Mengadakan pengkajian mendalam apa saja faktor-faktor eksternal
karyawan yang memengaruhi kepuasan kerja, motivasi kerja, dan
kinerja.
2. Melakukan kajian kekuatan dan kelemahan perusahaan dilihat dari
penerapan sistem manajemen sumberdaya manusia kaitannya dengan
strategi bisnis termasuk dalam hal analisis pekerjaan dan beban kerja
karyawan.
3. Melakukan perbaikan fungsi-fungsi MSDM mulai dari fungsi
rekrutmen dan seleksi karyawan, program orientasi, manajemen
pelatihan dan pengembangan, penempatan karyawan, manajemen
kompensasi, dan manajemen karir.
4. Mengefektifkan keterkaitan strategi bisnis secara sinergis dengan
strategi-strategi lainnya seperti strategi SDM, strategi finansial, strategi
produksi, strategi pemasaran, dan strategi informasi sebagai suatu
kesatuan yang utuh.
5. Melakukan reposisi gaya kepemimpinan yang dinilai tepat diterapkan di
perusahaan.
Sementara itu strategi yang dapat dilakukan dalam menghadapi karyawan
bermasalah antara lain dengan pendekatan-pendekatan umum:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor utama yang memengaruhi terjadinya
karyawan bermasalah misalnya terhadap karyawan yang malas, tidak
disiplin, sangat sensitif, temparamental, dan sangat egoistis.
2. Melakukan sosialisasi dan internalisasi budaya organisasi atau korporat,
budaya kerja, dan budaya mutu kerja secara intensif; kalau diperlukan
diperlukan tindakan penegakan kedisiplian dan koreksi yang
bergantung pada derajad masalahnya.
3
3. Melakukan pelatihan dan pengembangan khususnya yang menyangkut
softskills disertai dengan bimbingan dan konseling kepada karyawan
khususnya oleh manajer dan karyawan senior yang berwibawa.
4. menerapkan sistem imbalan yang menarik kepada karyawan berprestasi
dan hukuman kepada yang berkinerja dibawah standar secara obyektif,
tegas dan tidak diskriminasi.
5. Mengembangkan sistem umpan balik tentang proses dan kinerja
perusahaan berikut masalah-masalah yang dihadapi perusahaan dan
karyawan dalam membangun suasana pembelajaran yang dinamis dan
merata di semua karyawan; baik dilakukan secara formal maupun
informal.
6. Mengembangkan tim kerja yang solid dan dinamis dengan
kepemimpinan yang berorientasi membangun motivasi dan
transformasional.
Fenomena masalah karyawan dan karyawan bermasalah merupakan hal
yang rutin terjadi di suatu perusahaan. Yang berbeda cuma derajad dan
frekuensinya saja. Mulai dari kondisi yang ringan sampai yang parah.
Karena itu pendekatannya pun ada yang dengan menggunakan jalur
keorganisasian berupa penyusunan strategi dan kebijakan SDM yang baru
dan ada yang hanya dilakukan dengan pendekatan personal. Namun
apapun derajadnya, mengatasi masalah karyawan dan karyawan
bermasalah tidak bisa ditunda-tunda; menunggu masalahnya sudah
mencapai titik kritis. Kalau seperti itu maka permasalahannya akan
semakin kampleks. Jadi harus sudah diantisipasi dan segera diatasi.
C. Mewirausahakan Organisasi
Sebagai langkah yang kongrit dan relevan, disamping harus adanya
seorang pemimpin yang memiliki visi dan teknik yang brilian untuk
mengatasi suatu permasalaan, selayaknya organisasi juga harus bisa
3
mewirausahakan dirinya dengan cara sebagai berikut : (Menurut Osborne
and Gaebler, 1996)
1. Steering rather than rowing. Lembaga sebaiknya menjadi pengarah
dan penggerak ketimbang hanya menjadi pelaksana kegiatan itu
sendiri.
2. Empowering rather than serving. Lembaga sebaiknya lebih dapat
memberdayakan klien daripada terus menerus memberikan pelayanan
kepada mereka.
3. Injecting competition into service delivery. Lembaga sebaiknya dapat
menyuntikkan semangat kompetisi kedalam tubuh para petugas dan
organisasi pelayanannya.
4. Transformating rule-driven organizations. Lembaga sebaiknya
memberikan kebebasan dalam berkreasi, daripada mengaturnya dengan
peraturan-peraturan dan petunjuk pelaksanaan yang ketat.
5. Funding outcomes, not inputs. Strategi pembiayaan lembaga sebaiknya
lebih berorientasi kepada hasil (outcomes) yang ingin dicapai, daripada
terlalu memfokuskan kepada faktor masukan (inputs).
6. Meeting the needs of the customer, not the bureaucracy. Lembaga
sebaiknya lebih mementingkan terpenuhinya kepuasan penerime
pelayanan, klien atau pelanggan (customer), daripada memenuhi
kemauan birokrasi.
7. Earning rather than spending. Lembaga sebaiknya pandai mencari
dana dan jangan hanya pandai membelanjakan saja.
8. Prevention rather than cure. Lembaga sebaiknya mampu bertindak
untuk mencegah masalah, daripada hanya menanggulanginya.
3
9. From hierarchy to participation and teamwork. Lembaga sebaiknya
mampu menggeser pola kerja hierarki yang dianutnya ke model kerja
partisipatif dan kerjasama.
10. Leveraging change through the market. Lembaga sebaiknya
berorientasi kepada pasar, dan mampu melakukan perubahan melalui
penguasaan terhadap mekanisme pasar.
3
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Permasalahan di dalam organisasi sangatlah kompleks dan beragam
2. Kepemimpinan yang tangguh diperlukan dalam menyelesaikan
permasalahan organisasi
3. Semakin matang perusahaan, maka semakin banyak masalah yang akan
timbul
4. Pengalaman dan pengetahuan sangat berperan dalam penyelesaian masalah
organisasi
5. Ada banyak tehnik yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah
organisasi
B. Saran
Setelah membahas panjang lebar mengenai permasalahan di atas, maka dapat
kami berikan saran sebagai berikut :
1. Penanganan masalah organisasi ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih
khusus lagi
2. Mengagendakan evaluasi pemecahan masalah mingguan/bulanan
dan/tahuan
3. Memberikan penguat kepada karyawan di setiap pemecahan masalah
4. Menyertakan teknik pengubahan perilaku dalam menyelesaikan
permasalahan organisasi
3
DAFTAR PUSTAKA
Albrecht, Karl. 1985. Pengembangan Organisasi.Bandung : Angkasa.
Makmur. 2007. Patologi Serta Terapinya dalam Ilmu Administrasi dan
Organisasi. Bandung : Refika Aditama.
Internet :
http://irfafahd.wordpress.com/2008/04/06/permasalahan-dalam-organisasi/
diakses pada 25 Mei 2010
http://aaipoel.wordpress.com/2007/12/16/masalah-etika-dalam-organisasi/ diakses
pada 26 Mei 2010
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/“konflik-vertikal-dalam-organisasi”/
diakses pada 26 Mei 2010
http://jasapsikologi.com/?p=100 diakses pada 29 Mei 2010
http://indosdm.com/mengatasi-masalah-karyawan-dan-karyawan-bermasalah
diakses pada 31 Mei 2010