I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak negara yang mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan
persoalan yang pelik. Namun semuanya merasakan bahwa pendidikan merupakan
salah satu tugas negara yang amat penting. Bangsa yang ingin maju, membangun,
dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia tentu mengatakan bahwa
pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu bangsa. Pengemasan pendidikan,
pembelajaran, dan pengajaran sekarang ini belum optimal seperti yang diharapkan.
Hal ini terlihat dengan kekacauan-kekacauan yang muncul di masyarakat bangsa ini,
diduga bermula dari apa yang dihasilkan oleh dunia pendidikan.
Sesungguhnya pendidikan sangat banyak memberikan kontribusi terhadap kekacauan
ini.
Tantangan dunia pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses demokratisasi
belajar. Hal penting yang perlu ada dalam lingkungan belajar yang demokratis adalah
realness. Lingkungan belajar yang bebas dan didasari oleh realness dari semua pihak
yang telibat dalam proses pembelajaran akan dapat menumbuhkan sikap dan persepsi
yang positif terhadap belajar.
Bagi para guru, salah satu pertanyaan yang paling penting tentang belajar adalah
kondisi seperti apa yang paling efektif untuk menciptakan perubahan yang
diinginkan dalam tingkah laku? Atau dengan kata lain, bagaimana bisa apa yang kita
ketahui tentang belajar diterapkan dalam instruksi? Sebelum kita menjawab
pertanyaan tersebut, kita harus melihat pada penjelasan-penjelasan psikologis tentang
belajar.
Manusia adalah makhluk individu dan sosial. Secara kodrati manusia akan selalu
hidup bersama. Dengan demikian, kegiatan hidup manusia akan selalu dibarengi
dengan proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan,
interaksi dengan sesama, maupun interaksi dengan tuhannya, baik itu sengaja
maupun tidak disengaja.
Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ketidak terbatasannya akal dan
keinginan manusia, untuk itu perlu dipahami secara benar mengenai pengertian
proses dan interaksi belajar. Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang tunggal
tapi memang memiliki makna yang berbeda. Belajar diartikan sebagai suatu
perubahan tingkah-laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Sedangkan
mengajar adalah kegiatan menyediakan kondisi yang merangsang serta mangarahkan
kegiatan belajar siswa/subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan,
nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan serta kesadaran diri sebagai pribadi.
Menurut Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang
itu untuk belajar antara lain sebagai berikut.
1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;
2. adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
3. adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-
teman;
4. adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang
baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetensi;
5. adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman; dan
6. adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar. (Frandsen, 1961,
p. 216).
Secara luas teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang psikologi
atau bagaimanapun juga membicarakan masalah belajar ialah membicarakan sosok
manusia. Ini dapat diartikan bahwa ada beberapa ranah yang harus mendapat
perhatian. anah-ranah itu ialah ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.
Akan tetapi manusia sebagai makhluk yang berpikir, berbeda dengan binatang.
Binatang adalah juga makhluk yang dapat diberi pelajaran, tetapi tidak menggunakan
pikiran dan akal budi.
B. Rumusan Masalah
Makalah ini membahas tentang bagaimana proses belajar itu terjadi menurut
pandangan berbagai teori belajar, pemabahasan makalah ini memiliki beberapa
rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apakah pengertian teori belajar Behaviorisme, Gestalt, Medan, dan
Eklektik?
2. Bagaimanakah konsep-konsep yang disusun atas dasar pemikiran
spekulatif?
3. Bagaimanakah penerapan teori-teori belajar tersebut?
C. Tujuan Pembahasan
Secara terperinci tujuan pembahasan dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Untuk memahami berbagai macam teori belajar;
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep-konsep atas dasar pemikiran
spekulatif; dan
3. Untuk mengetahui bagaimana cara menerapkan teori-teori belajar dalam
pendidikan.
Adapun penyusunan makalah ini bermanfaat secara (a) teoretis, untuk mengkaji
ilmu pendidikan khususnya dalam memahami implikasi pendidikan, pembelajaran,
pengajaran, prinsip-prinsip pembelajaran, dan perkembangan teori pembelajaran. (b)
praktis, bermanfaat bagi (1) para pendidik, agar pendidik tidak salah persepsi tentang
pendidikan, pembelajaran, dan pengajaran, serta dapat menerapkan prinsip-prinsip
pembelajaran dan teori pembelajaran yang sesungguhnya. (2) mahasiswa, agar
memahami tentang pengertian, prinsip, dan perkembangan teori pembelajaran.
D. Manfaat Pembahasan
Pembahasan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:
1. Bahan diskusi pada mata kuliah Psikologi Pendidikan;
2. Bahan informasi dan telaah yang berguna bagi pengembangan pengetahuan
dan wawasan tentang teori-teori belajar; dan
3. Bahan informasi dan bacaan bagi mahasiswa, guru ataupun calon guru
dalam pengembangan strategi belajar di kelas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belajar
1. Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku
individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah,
dan mengabaikan aspek–aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak
mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu
belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa
sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Teori kaum behavoris lebih
dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil
belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan.
Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional
atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya
dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan.
Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia.
Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap
lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari
hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini
adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis,
menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon,
menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil
belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah
munculnya perilaku yang diinginkan.
Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah
laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau
reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat
jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang
menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi
terhadap lingkungan dan tingkahlaku adalah hasil belajar.
Macam-macam teori belajar menurut aliran ini adalah
1) Teori belajar Classical Conditioning
Teori ini dikembangkan oleh Ivan Petrovich Pavlov (14 September
1849-1936) di Ryazan Rusia. Ia mengemukakan bahwa dengan menerapkan strategi
ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara stimulus alami dengan stimulus
yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara
individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar
dirinya. Hal ini berdasarkan percobaan Pavlov terhadap anjing di laboratories. Dalam
percobaan ini anjing diberi stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada
anjing.
Menurut teori ini, belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi
karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi. Hal terpenting dalam belajar
disini adalah latihan dan pengulangan.
2) Teori belajar Operant Conditioning
Teori ini dikembangkan oleh Burr Federic Skinner (1904-1990). Dia
memandang bahwa manusia sebagai mesin yang bertindak secara teratur dan dapat
diramalkan responnya terhadap stimulus yang datang dari luar. Skinner mengadakan
eksperimen dengan menggunakan kotak yang di dalamnya terdapat pengungkit,
pemampung makanan, lampu, lantai dengan grill yang dialiri listrik (dikenal dengan
nama Skinner box). Skinner menggunakan tikus lapar sebagai hewan percobaannya.
Berdasarkan eksperimen tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
Reward dan reinforcement merupakan faktor penting dalam belajar karena
dapat meningkatkan kecepatan terjadinya respon.
Setiap respon yang diikuti dengan penguatan (reward atau reinforcing
stimuli) cenderung akan diulang kembali.
Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal, mengontrol
tingkah laku. Misalnya, guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi
sehingga anak akan lebih rajin.
Prinsip belajar Skinners adalah
a) Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan
jika benar diberi penguat.
b) Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran
digunakan sebagai sistem modul.
c) Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak
digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari
hukuman.
d) Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah
diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer.
e) Dalam pembelajaran digunakan shapping.
3) Teori Thorndike: Koneksionisme atau Bond-psikology
Teori ini dikembangkan oleh Edward Thorndike (1874-1949). Menurut
Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara
peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Thorndike menggambarkan proses
belajar sebagai proses pemecahan masalah. Hal ini didasarkan pada eksperimen
puzzle box miliknya. Dalam eksperimennya dia menggunakan kucing sebagai hewan
percobaan. Kucing tersebut dimasukkan ke kandang tertutup yang apabila pintunya
dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam kandang disentuh. Percobaan
tersebut menghasilkan teori trial dan error. Ciri-ciri belajar dengan trial dan error,
yaitu adanya aktivitas, berbagai respon terhadap berbagai situasi, eliminasi terhadap
berbagai respon yang salah, kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.
Berdasarkan percobaan puzzle box di atas, Thorndike menemukan hukum-
hukum belajar sebagai berikut.
Hukum kesiapan (Law of Readiness)
Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh
stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu
sehingga asosaiasi cenderung diperkuat.
Ada 3 keadaan yang menunjukkan berlakunya hukum ini, yaitu:
Apabila individu memiliki kesiapan untuk bertindak atau berperilaku dan
dapat melaksanakannya, maka dia akan puas.
Apabila individu memiliki kesiapan untuk bertindak atau berperilaku tapi
tidak dapat melaksanakannya, maka dia akan kecewa.
Apabila individu tidak memiliki kesiapan untuk bertindak atau
berperilaku dan dipaksa untuk melaksanakannya, maka akan
menimbulkan keadaan yang tidak memuaskan.
Hukum latihan (the law of excercise)
Hukum latihan berbicara kegunaan (use) dan ketidakgunaan (disuse) atau
makin kuat atau makin lemah hubungan S-R. Semakin sering suatu tingkah laku
dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebut semakin kuat. Hukum ini tercermin
dalam perkataan repetioest mater studiorum atau practice makes perfect.
Hukum akibat (the law of effect)
Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat
menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.
Rumusan tingkat hukum akibat adalah suatu tindakan yang disertai hasil
menyenangkan cenderung untuk dipertahankan dan pada waktu lain akan diulangi.
Jadi, hukum akibat menunjukkan bagaimana pengaruh hasil suatu tindakan bagi
perbuatan serupa.
2. Teori Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang artinya “konfigurasi, pola,
kesatuan, keseluruhan”. Teori ini menyatakan bahwa belajar harus dimulai dari
keseluruhan dan dilanjutkan kepada bagian-bagian. Suatu keseluruhan terdiri atas
bagian-bagian yang mempunyai hubungan yang bermakna satu sama lain.
Salah satu hukum dari teori Gestalt yang terkenal adalah Hukum Pragnanz yang
berarti “teratur, seimbang, harmonis. Mencari dan mendapatkan Pragnanz merupakan
belajar yang memerlukan pemahaman (insight). Menurut Ernest Hilgard, ada enam
ciri dari belajar pemahaman ini, yaitu: (1) insight dipengaruhi oleh kemampuan
dasar, (2) insight dipengaruhi oleh pengalaman belajar yang lalu, (3) insight
tergantung kepada pengaturan situasi, (4) insight didahului oleh usaha coba-coba, (5)
belajar dengan insight dapat diulangi, (6) suatu insight yang telah sekali didapatkan
dapat diaplikasikan untuk insight situasi lain.
3. Teori Medan
Teori ini dikembangkan oleh Kurt Lewin (1890-1947). Teori ini
menyatakan bahwa perilaku ditentukan oleh totalitas situasi yang melingkupi
seseorang. Dalam teori medannya, 'lapangan' didefinisikan sebagai thetotality of
coexisting facts which are conceived of as mutually interdependent (totalitas fakta-
fakta yang mengiringi dan dipahami saling tergantung atau terkait satu dengan yang
lainnya). Setiap individu berperilaku berbeda, sesuai dengan persepsi diri dan
lingkungannya bekerja. Medan psikologis atau lifespace, di mana orang berperilaku harus
ditinjau, dalam rangka memahami perilaku itu sendiri. Penilaian seseorang
berdasar persepsi diri dan aspek lingkungan yang mendukungnya ini disebabkan
karena otak adalah sistem fisik, otak menciptakan medan yang mempengaruhi
informasi yang masuk ke dalamnya, seperti medan magnet memengaruhi partikel
logam. Medan kekuatan inilah yang mengatur pengalaman sadar.
Lewin berpendapat bahwa tingkahlaku merupakan hasil tindakan antar
kekuatan-kekuatan, baik yang dari dalam diri individu seperti tujuan, kebutuhan,
tekanan kejiwaan, maupun dari luar diri individu, seperti tantangan dan
permasalahan.
4. Teori Eklektik
Wilford A.Weber (1986) menyatakan bahwa teori/pendekatan dengan cara
menggabungkan semua aspek terbaik dari berbagai pendekatan belajar untuk
menciptakan suatu kebulatan atau keseluruhan yang bermakna secara filsofis,
teoretis, dan psikologis.
B. Konsep-konsep yang Disusun Atas Dasar Pemikiran Spekulatif
Adapun konsep-konsep yang berdasarkan pemikiran spekulatif sebagai berikut.
a) Belajar menurut ahli-ahli golongan skolastik
Menurut pendapat aliran skolastik, belajar itu pada hakikatnya adalah
mengulang bahan yang harus dipelajari. Dengan diulang-ulangi maka bahan
pelajaran akan makin diingat (dikuasai). Jadi, menurut aliran skolastik, inti
belajar itu adalah ulangan.
b) Belajar menurut golongan kontra reformasi
Ahli-ahli dari golongan kontra reformasi pada hakikatnya melanjutkan dan
mempertahankan apa yang telah dirumuskan oleh ahli-ahli skolastik, jadi
mereka menganggap sebagai inti kegiatan belajar adalah ulangan. Adapun
sebuah semboyan yang masih populer hingga sekarang yang mengatakan
bahwa pokok atau induk belajar itu adalah “repetioest mater studiorum”
atau “practice makes perfect”.
c) Belajar menurut konsepsi ahli-ahli psikologi daya
Para ahli dari aliran psikologi daya ini memikirkan jiwa di analogikan
dengan raga atau jasmani. Sebagaimana raga (jasmani) itu mempunyai
tenaga atau daya, maka jiwa juga dianggap memiliki daya-daya, misalkan
daya untuk mengenal, mengingat, berkhayal, berfikir, merasakan,
menghendaki dan sebagainya.
d) Ebbinghaus merintis cara pendekatan eksperimental
Hermann ebbinghaus, sesuai dengan situasi zamannya, telah merintis cara
pendekatan eksperimental dalam membahas belajar ini. Ebbinghaus
berusaha menghafal sejumlah besar kombinasi-kombinasi huruf tanpa arti
secara berulang-ulang. Dari eksperimen yang dilakukan itu dapat ditarik
kesimpulan bahwa dalam konsep ebbinghaus inti dari belajar adalah
ulangan.
e ) P e n d a p a t H e r b a r t
Dia menentang konsepsi psikologi daya yang dipandangnya tidak
bersifatilmiah, karena psikologi daya tidak dapat menerangkan kehidupan
jiwa. Dia menghendaki supaya psikologi mampu menerangkan kehidupan
jiwa. Untuk itu dia mengemukakan teorinya yang terkenal dengan nama teori
tanggapan (vorstellungstheorie).
C. Aplikasi Teori Belajar
Berikut ini adalah teori belajar dan aplikasinya dalam kegiatan pembelajaran.
1. Teori Behaviorisme
Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi
antara stimulus dan respon. Perubahan perilaku dapat berujud sesuatu yang konkret
atau yang non konkret, berlangsung secara mekanik memerlukan penguatan. Aplikasi
teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran, tergantung dari beberapa hal seperti
tujuan pembelajaran, sifat meteri pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia.
Aplikasi teori belajar behaviorisme menurut tokoh-tokoh antara lain:
a. Aplikasi Teori Pavlov
Contohnya yaitu pada awal tatap muka antara guru dan murid dalam
kegiatan belajar mengajar, seorang guru menunjukkan sikap yang ramah dan
memberi pujian terhadap murid-muridnya, sehingga para murid merasa terkesan
dengan sikap yang ditunjukkan gurunya.
b. Aplikasi Teori Thorndike
Sebelum guru dalam kelas mulai mengajar, maka anak-anak
disiapkan mentalnya terlebih dahulu. Misalnya anak disuruh duduk
yang rapi, tenang dan sebagainya.
Guru mengadakan ulangan yang teratur, bahkan dengan ulangan
yang ketat atau sistem drill.
Guru memberikan bimbingan, pemberian hadiah, pujian, bahkan bila
perlu hukuman sehingga memberikan motivasi proses belajar
mengajar.
c. Aplikasi Teori Skinner
Guru mengembalikan dan mendiskusikan pekerjaan siswa yang telah
diperiksa dan dinilai sesegera mungkin.
2. Teori Gestalt
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain:
1) Pengalaman tilikan (insight)
Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki
kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur
dalam suatu obyek atau peristiwa.
2) Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning)
Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang
jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
3) Perilaku bertujuan (pusposive behavior)
Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal
tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya
menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu
peserta didik dalam memahami tujuannya.
4) Prinsip ruang hidup (life space)
Perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia
berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki
keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta
didik.
5) Transfer dalam Belajar
Yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran
tertentu ke situasi lain. Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik
telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan
menemukan generalisasi yang akan digunakan dalam pemecahan
masalah pada situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat
membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari
materi yang diajarkannya. Teori belajar gestalt secara umum sangat
berpengaruh dalam metode membaca dan menulis.
3. Teori Medan
Aplikasi teori Medan dalam proses pembelajaran antara lain:
1. Belajar sebagai perubahan sistem kognitif;
2. Hadiah dan hukuman sebagai situasi yang mengandung konflik; dan
3. Sukses memberikan mobilisasi energi cadangan sehingga kemampuan
individu menyelesaikan problem bertambah.
4. Teori Eklektri
Untuk dapat menerapkan pendekatan eklektik guru harus menguasai dua
syarat, yaitu:
1) Menguasai pendekatan manajemen kelas yang potensial, seperti
pendekatan pengubahan perilaku, penciptaan iklim sosio-emosional,
proses kelompok,
2) Dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur
dengan baik sesuai dengan masalah manajemen kelas [M.Entang dan
T.Raka Joni, 1983:43].
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori behaviorisme, belajar adalah input yang berupa stimulus dan output
yang berupa respon. Teori gestalt, belajar harus dimulai dari keseluruhan
dan dilanjutkan kepada bagian-bagian. Teori medan, perilaku ditentukan
oleh totalitas situasi yang melingkupi seseorang.Teori eklektik adalah
teori/pendekatan dengan cara menggabungkan semua aspek terbaik dari
berbagai pendekatan.
Konsep-konsep yang disusun atas dasar pemikiran spekulatif, yaitu belajar
menurut ahli-ahli golongan skolastik; golongan kontra reformasi; konsepsi
ahli-ahli psikologi daya; Ebbinghaus merintis cara pendekatan
eksperimental; dan pendapat Herbart.
Manfaat dari beberapa teori belajar adalah
1. Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar dan mengelola kelas;
2. Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses pembelajaran
efektif, efisien, dan produktif;
3. Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri, serta hasil
belajar siswa yang telah dicapai;
4. Membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada siswa
sehingga dapat mencapai hasil prestasi yang maksimal.
B. Saran
Pengertian, konsep, dan aplikasi teori pembelajaran hendaknya dipahami oleh
para pendidik dan diterapkan dalam dunia pendidikan dengan benar, sehingga
pendidikan yang berkembang di bangsa kita niscaya akan menghasilkan output-
output yang berkualitas yang mampu membentuk manusia Indonesia seutuhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sukmadinata, Nana Syaodih.2003.Landaan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung.
PT Remaja Rosdakarya.
http://riefahidayati.blogspot.com/2011/08/definisi-belajar.html
http://moshimoshi.netne.net/materi/psikologi_pendidikan/bab_7.htm
http://nuraeni68.blogspot.com/2011/10/makalah-teori-belajar-gestalt.html
http://www.scribd.com/doc/42404959/Makalah-Teori-Belajar-Kurt-Lewin
http://zidandemak.blogspot.com/2011/12/teori-belajar-behavioristik.html
www.scribd.com/doc/42404959/ Makalah - Teori - Belajar -Kurt-Lewin
Makalah
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
“TEORI BELAJAR”
OLEH
KELOMPOK 9:
FAIZAL FARIZA (1006103020090)
MAULIDAR (1006103020082)
SURASTA SARI DEWI (1006103020106)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2011
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbila’lamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan
tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan, pada semester IV, di tahun
ajaran 2012, dengan judul “Teori Belajar”.
Dalam penyelesaian karya ilmiah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, karya ilmiah ini dapat terselesaikan
dengan cukup baik. Mudah-mudahan amal dan jasa baik mereka diterima oleh Allah
SWT, dan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda. Amin.
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran,
makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang konstruktif, guna penulisan karya ilmiah
yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Harapan kami, semoga karya tulis ini
bermanfaat, khususnya bagi penulis, pembaca, dan bagi seluruh mahasiswa-
mahasiswi Universitas Syiah Kuala terutama mahasiswa/i Program Studi
Matematika.
Banda Aceh, Maret 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan...............................................................................................3
D. Manfaat Pembahasan.............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belajar........................................................................................4
B. Konsep-konsep yang Disusun Atas Dasar Pemikiran Spekulatif..........................8
C. Aplikasi Teori Belajar...........................................................................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................12
B. Saran.....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................13