BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1 Sumber Data
Dalam perancangan komunikasi visual animasi edukasi ini, penulis
melakukan riset untuk memperoleh data yang mendukung dan referensi visual
yang sesuai. Beberapa metode yang telah dilakukan diantaranya adalah: literatur
buku, literatur internet, praktek membuat pop up, referensi video.
2.1.1 Literatur Buku
Penulis merancang animasi edukasi ini dengan literatur buku, e-
book atau majalah yang berkaitan dengan tema, desain dan teknik yang
digunakan. Beberapa di antaranya yaitu:
1. Paper Engineering: fold, pull, pop, turn. The Smithsonian Libraries
Exhibition Gallery, National Museum of American History
2. Pop-up books: An introductory guide Rhonda Harris Taylor; Nancy
Larson Bluemel Collection Building; 2003; 22, 1; ProQuest Research
Library
3. Stop-Motion Earl. By: Dominic Milano
4. Pantone: Guide to Communication With Color” (OhioGrafix Press,
2002)
5. Educational Psychology. John W. Santrock. Edisi buku 3, Salemba
Humanika
6. Zaharuddin G.Djalle/Edi Purwantoro/Demi Dasmana, 2007. 3D Animation Movie Using 3DStudioMax. Informatika Bandung. hal 5
2.1.2 Literatur Internet
1. http://desainbagus.com/pengertian-dan-proses-pembuatan-stop-
motion/
2. http://www.minieco.co.uk/8-bit-popup-cards/
3. http://www.petapixel.com/2012/07/11/how-to-make-a-diy-polaroid-
pop-up-card/
4. http://digilib.its.ac.id/ITS-Undergraduate-3100009035043/5380
5. http://dkv.binus.ac.id/2010/04/14/12-prinsip-animasi
2.1.3 Referensi Video
1. http://www.youtube.com/watch?v=AJCsuItuSFI
2. http://www.youtube.com/watch?v=_IVgo9WEUEc
3. http://www.youtube.com/watch?v=n-eM6J-YWlI
4. http://www.youtube.com/watch?v=nGPIOz1QMEo
5. http://www.youtube.com/watch?v=yJwf-J84CjE
6. http://www.youtube.com/watch?v=p31jH5AdVaw
2.1.4 Observasi Lapangan
Untuk menentukan 5 bangunan bersejarah yang dibuat dan
dimasukkan ke dalam buku pop up, penulis membuat dan
menyebarkan kuisioner kepada 100 orang.
2.2 Data Umum
2.2.1 Animasi
Definisi animasi sendiri berasal dari kata 'to animate, dalam kamus
umum inggris zindonesia berarti menghidupkan (Wojowasito 1997).
Misalkan sebuah benda yang mati, lalu digerakkan melalui perubahan
sedikit demi sedikit dan teratur sehingga memberikan kesan hidup.
Animasi adalah proses penciptaan efek gerak atau efek perubahan bentuk
yang terjadi selama beberapa waktu. Animasi juga merupakan suatu teknik
menampilkan gambar berurut sedemikian rupa sehingga penonton
merasakan adanya ilustrasi gerakan (motion)pada gambar yang
ditampilkan. Dengan demikian animasi tidak semata- mata hanyalah
menggerakkan, tetapi juga memberikan suatu karakter pada obyek-obyek
yang akan dianimasikan. Esensi inilah yang kemudian dikembangkan oleh
beberapa animator-animator sehinggaobyek animasinya tidak bersifat
perubahan gerak, tetapi lebih daripada itu, mood, emosi, watak sering
dimasukkan sebagai suatu pengembangan karakterisasi. Jadi Animasi
dapat simpulkan secara sederhana ialah "menghidupkan benda diam
diproyeksikan menjadi bergerak" yang di maksud di proyeksikan ialah
dengan menggunakan toolproyeksi atau softwareaplikasi. ( Zaharuddin
G.Djalle, dkk , 2007).
2.2.1.1 Prinsip Animasi
Modal utama seorang animator adalah kemampuan meng-
capture momentum ke dalam runtutan gambar sehingga seolah-
olah menjadi bergerak atau hidup. Sedikit berbeda dengan
komikus, ilustrator, atau -katakanlah- karikaturis yang menangkap
suatu momentum ke dalam sebuah gambar diam (still). Animator
harus lebih memiliki ‘kepekaan gerak’ daripada ‘hanya’ sekedar
kemampuan menggambar. Gambar yang bagus akan percuma
tanpa didukung kemampuan meng-’hidup’-kan. Sebagaimana
definisi dasar animasi yang berarti: membuat seolah-olah menjadi
hidup.
Ada berbagai macam teori dan pendapat tentang bagaimana
seharusnya animasi itu dibuat. Tetapi setidaknya ada 12 prinsip
yang harus dipenuhi untuk membuat sebuah animasi yang ‘hidup’.
Ke-12 prinsip ini meliputi dasar-dasar gerak, pengaturan waktu,
peng-kaya-an visual, sekaligus teknis pembuatan sebuah animasi.
1. Solid Drawing
Menggambar sebagai dasar utama animasi memegang
peranan yang signifikan dalam menentukan -baik proses maupun
hasil- sebuah animasi, terutama animasi klasik. Seorang animator
harus memiliki kepekaan terhadap anatomi, komposisi, berat,
keseimbangan, pencahayaan, dan sebagainya yang dapat dilatih
melalui serangkaian observasi dan pengamatan, dimana dalam
observasi itu salah satu yang harus dilakukan adalah: menggambar.
Meskipun kini peran gambar -yang dihasilkan sketsa
manual- sudah bisa digantikan oleh komputer, tetapi dengan
pemahaman dasar dari prinsip ‘menggambar’ akan menghasilkan
animasi yang lebih ‘peka’.
2. Timing & Spacing
Grim Natwick -seorang animator Disney pernah berkata,
“Animasi adalah tentang timing dan spacing”. Timing adalah
tentang menentukan waktu kapan sebuah gerakan harus dilakukan,
sementara spacing adalah tentang menentukan percepatan dan
perlambatan dari bermacam-macam jenis gerak.
Contoh Timing: Menentukan pada detik keberapa sebuah bola
yang meluncur kemudian menghantam kaca jendela.
Contoh Spacing: Menentukan kepadatan gambar (yang pada
animasi akan berpengaruh pada kecepatan gerak) ketika bola itu
sebelum menghantam kaca, tepat menghantam kaca, sesudahnya,
atau misalnya ketika bola itu mulai jatuh ke lantai. Spacing
(pengaturan kepadatan gambar) akan mempengaruhi kecepatan
gerak bola, percepatan dan perlambatannya, sehingga membuat
sebuah gerakan lebih realistis.
3. Squash & Stretch
Squash and strecth adalah upaya penambahan efek lentur
(plastis) pada objek atau figur sehingga -seolah-olah ‘memuai’ atau
‘menyusut’ sehingga memberikan efek gerak yang lebih hidup.
Penerapan squash and stretch pada figur atau benda hidup (misal:
manusia, binatang, creatures) akan memberikan ‘enhancement’
sekaligus efek dinamis terhadap gerakan/ action tertentu, sementara
pada benda mati (misal: gelas, meja, botol) penerapan squash and
stretch akan membuat mereka (benda-benda mati tersebut) tampak
atau berlaku seperti benda hidup.
Contoh pada benda mati: Ketika sebuah bola dilemparkan. Pada
saat bola menyentuh tanah maka dibuat seolah-olah bola yang
semula bentuknya bulat sempurna menjadi sedikit lonjong
horizontal, meskipun nyatanya keadaan bola tidak selalu
demikian.Hal ini memberikan efek pergerakan yang lebih dinamis
dan ‘hidup’.
Contoh pada benda hidup: Sinergi bisep dan trisep pada manusia.
Pada saat lengan ditarik (seperti gerakan mengangkat barbel)
maka akan terjadi kontraksi pada otot bisep sehingga nampak
‘memuai’, hal inilah yang disebut squash pada animasi.
Sedangkan stretch nampak ketika dilakukan gerakan sebaliknya
(seperti gerakan menurunkan lengan), bisep akan nampak
‘menyusut’.
4. Anticipation
Anticipation boleh juga dianggap sebagai persiapan/ awalan
gerak atau ancang-ancang. Seseorang yang bangkit dari duduk
harus membungkukkan badannya terlebih dahulu sebelum benar-
benar berdiri. Pada gerakan memukul, sebelum tangan ‘maju’
harus ada gerakan ‘mundur’ dulu. Dan sejenisnya.
5. Slow In and Slow Out
Sama seperti spacing yang berbicara tentang akselerasi dan
deselerasi. Slow In dan Slow Out menegaskan kembali bahwa
setiap gerakan memiliki percepatan dan perlambatan yang berbeda-
beda. Slow in terjadi jika sebuah gerakan diawali secara lambat
kemudian menjadi cepat. Slow out terjadi jika sebuah gerakan yang
relatif cepat kemudian melambat.
Contoh: Dalam gerakan misalnya mengambil gelas. Tangan akan
memiliki kecepatan yang berbeda ketika sedang akan menjamah
gelas, dengan ketika sudah menyentuhnya. Ketika tangan masih
jauh dari gelas, tangan akan bergerak relatif cepat. Sedangkan
ketika tangan sudah mendekati gelas, maka secara refleks tangan
akan menurunkan kecepatannya (terjadi perlambatan) atau dalam
konteks ini kita menyebutnya slow out.
6. Arcs
Dalam animasi, sistem pergerakan tubuh pada manusia,
binatang, atau makhluk hidup lainnya bergerak mengikuti
pola/jalur (maya) yang disebut Arcs. Hal ini memungkinkan
mereka bergerak secara ‘smooth’ dan lebih realistik, karena
pergerakan mereka mengikuti suatu pola yang berbentuk lengkung
(termasuk lingkaran, elips, atau parabola). Pola gerak semacam
inilah yang tidak dimiliki oleh sistem pergerakan mekanik/ robotik
yang cenderung patah-patah.
7. Secondary Action
Secondary action adalah gerakan-gerakan tambahan yang
dimaksudkan untuk memperkuat gerakan utama supaya sebuah
animasi tampak lebih realistik. Secondary action tidak
dimaksudkan untuk menjadi ‘pusat perhatian’ sehingga
mengaburkan atau mengalihkan perhatian dari gerakan utama.
Kemunculannya lebih berfungsi memberikan emphasize untuk
memperkuat gerakan utama.
Contoh: Ketika seseorang sedang berjalan, gerakan utamanya
tentu adalah melangkahkan kaki sebagaimana berjalan
seharusnya. Tetapi seorang animator bisa menambahkan
secondary action untuk memperkuat kesan hidup pada animasinya.
Misalnya, sambil berjalan ‘seorang’ figur atau karakter animasi
mengayun-ayunkan tangannya atau bersiul-siul. Gerakan
mengayun-ayunkan tangan dan bersiul-siul inilah secondary
action untuk gerakan berjalan.
8. Follow Through and Overlapping Action
Follow through adalah tentang bagian tubuh tertentu yang
tetap bergerak meskipun seseorang telah berhenti bergerak.
Misalnya, rambut yang tetap bergerak sesaat setelah berhenti
berlari.
Overlapping action secara mudah bisa dianggap sebagai
gerakan saling-silang. Maksudnya, adalah serangkaian gerakan
yang saling mendahului (overlapping). Pergerakan tangan dan kaki
ketika berjalan bisa termasuk didalamnya.
9. Straight Ahead Action and Pose to Pose
Dari sisi resource dan pengerjaan, ada dua cara yang bisa
dilakukan untuk membuat animasi.
Yang pertama adalah Straight Ahead Action, yaitu
membuat animasi dengan cara seorang animator menggambar satu
per satu, frame by frame, dari awal sampai selesai seorang diri.
Teknik ini memiliki kelebihan: kualitas gambar yang konsisten
karena dikerjakan oleh satu orang saja. Tetapi memiliki
kekurangan: waktu pengerjaan yang lama.
Yang kedua adalah Pose to Pose, yaitu pembuatan animasi
oleh seorang animator dengan cara menggambar hanya pada
keyframe-keyframe tertentu saja, selanjutnya in-between atau
interval antar keyframe digambar/ dilanjutkan oleh asisten/
animator lain. Cara yang kedua ini lebih cocok diterapkan dalam
industri karena memiliki kelebihan: waktu pengerjaan yang relatif
lebih cepat karena melibatkan lebih banyak sumber daya.
10. Staging
Seperti halnya yang dikenal dalam film atau teater, staging
dalam animasi juga meliputi bagaimana ‘lingkungan’ dibuat untuk
mendukung suasana atau ‘mood’ yang ingin dicapai dalam
sebagian atau keseluruhan scene.
11. Appeal
Appeal berkaitan dengan keseluruhan look atau gaya visual
dalam animasi. Sebagaimana gambar yang telah menelurkan
banyak gaya, animasi (dan ber-animasi) juga memiliki gaya yang
sangat beragam. Sebagai contoh, anda tentu bisa mengidentifikasi
gaya animasi buatan Jepang dengan hanya melihatnya sekilas.
Anda juga bisa melihat ke-khas-an animasi buatan Disney atau
Dreamworks. Hal ini karena mereka memiliki appeal atau gaya
tertentu.
Ada juga yang berpendapat bahwa appeal adalah tentang
penokohan, berkorelasi dengan ‘kharisma’ seorang tokoh atau
karakter dalam animasi. Jadi, meskipun tokoh utama dari sebuah
animasi adalah monster, demit, siluman atau karakter ‘jelek’
lainnya tetapi tetap bisa appealing.
12. Exaggeration
Exaggeration adalah upaya untuk mendramatisir sebuah
animasi dalam bentuk rekayasa gambar yang bersifat hiperbolis.
Dibuat untuk menampilkan ekstrimitas ekspresi tertentu, dan
lazimnya dibuat secara komedik. Banyak dijumpai di film-film
animasi sejenis Tom & Jerry, Donald Duck, Doraemon dan
sebagainya.
Contoh: 1) Bola mata Tom yang ‘melompat’ keluar karena kaget,
2) Muka Donald yang membara ketika marah, 3) Air mata Nobita
yang mengalir seperti air terjun ketika menangis. (oleh: Ardiyansyah)
2.2.2 Stop Motion
Stop Motion adalah teknik di mana sebuah obyek berupa boneka,
clay, model, atau gambar 2D digerakkan oleh tangan animator dengan cara
memindahkan posisi obyek secara bertahap dan perlahan. Setiap gerakan
direkam atau difoto satu-persatu dengan kamera, kemudian hasil rekaman
atau foto tersebut disusun dan digabungkan secara berurutan menggunakan
software tertentu. Penggabungan foto tersebut akan berubah menjadi satu
kesatuan dalam bentuk video/ film yang apabila kita play maka akan
tercipta kesan seolah-olah obyek bergerak dan hidup.
Dalam proses pembuatan stop motion terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan agar hasil yang didapat sesuai dengan yang diharapkan,
seperti keahlian dan ketelitian untuk menggerakkan obyek atau boneka,
teknik pengambilan gambar yang tepat untuk komposisi gambar yang
diperlukan dan untuk menghasilkan gambar yang bagus serta terkonsep
secara matang. Untuk menghasilkan kualitas stop motion yang baik dan
efektif, tahap pertama yang harus dilakukan adalah membuat skenario atau
skrip terlebih dulu, merancang dasar konsep obyek dan layout setting yang
dibutuhkan agar sesuai dengan tema yang diinginkan. Keahlian dalam
editing dan menguasai penggunaan kamera dan software juga sangat
mendukung dalam pembuatan video stop motion ini. Tahap pengeditan,
pemberian efek, pencampuran audio dan video juga sangat berpengaruh
agar hasil tampak sempurna dan mempunyai unsur cerita tersendiri. Dalam
membuat stop motion yang terkonsep jelas kita harus menyiapkan banyak
gambar. Tidak hanya belasan gambar, bisa jadi puluhan sampai ratusan
bahkan ribuan gambar. Nah, untuk menyatukan gambar-gambar tersebut
hingga menjadi video, kita bisa menggunakan aplikasi Windows Movie
Maker atau aplikasi sejenisnya. (http://desainbagus.com/pengertian-dan-proses-
pembuatan-stop-motion/)
2.2.3 Teori Edukasi
Taksonomi Bloom
Mengklasifikasikan tujuan pendidikan menjadi tiga ranah:
a. Ranah Kognitif
Pengetahuan dan pemahaman(tingkat yang lebih rendah atau
dasar) aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi ( tingkat yang
lebih tinggi). Pada tingkat yang lenih tinggi meggunakan tujuan
yang lebih rendah sebagai dasar untuk perkembangan lebih
lanjut, yang artinya untuk mencapai tujuan pendidikan yang
diinginkan dan maksimal, harus dimulai dari pemahaman/ ilmu
dasar secara matang.
b. Ranah Afektif
Ditujukan untuk menunjukkan beberapa tingkat komitmen atau
intensitas emosional. Tujuan-tujuan ranah afektif:
Menerima, merespons, menghargai, mengorganisasi,
menghayati nilai-nilai.
c. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor menghubungkan aktivitas motorik dengan
pendidikan fisik dan atletik, Seni manual dan visual
membutuhkan koordinasi tangan-mata yang baik. Tujuan
psikomotor bloom:
Gerakan reflex, fundamental dasar, kemampuan perceptual.
2.2.4 Pop Up
Pop up art telah memuaskan dan menarik pembaca dan non-
pembaca, tua dan muda, selama hampir 800 tahun. Menggunakan cara-
cara kreatif untuk melipat kertas yang menciptakan pergerakan.
Seniman pop-up dan insinyur kertas mengubah halaman yang
dicetak dari dua dimensi bentuk dengan pengalaman tiga dimensi.
Benda-benda bergerak memiliki mekanisme seperti tutup, tab
tarik, dan roda (bisa diputar) yang menyebabkan gerakan
pada permukaan halaman. Pop-up menggunakan berbagai perangkat
lipat yang menyebabkan objek terangkat, muncul, bangkit dan
membuka, atau terbentang dan mengembang saat halaman dibuka.
Meskipun perubahan dalam teknologi, bahan, dan mekanisme, buku
kontemporer, seperti para pendahulunya, masih dirakit dengan tangan
dan berbagi beberapa yang sama prinsip-prinsip konstruksi.
Aset yang bergerak dan buku pop up mengajar
dengan cara cerdas, membuat pembelajaran mengalami lebih efektif,
interaktif, dan mengesankan Aset yang bergerak dan pop-up juga
membantu mendokumentasikan dan mengeksplorasi pengalaman
keajaiban alami lingkungan.
Pop up element:
Box and cylinder:A box-like cube or rounded cylinder rises from the center of the page spread as the book is openedCarousel:In a carousel book, the covers are folded back and opened to a complete circle and secured with string, ribbon, snaps, or Velcro. This creates a series of three-dimensional dramatic scenes that tell a story or sometimes present a set of little rooms to play in. Dissolving images and slats:An illustration changes into a completely different scene at the pull of a tab. The dissolving effect, or transformation, is achieved by the pictures being printed on horizontal, vertical, or circular sections that slide over each other. These are sometimes also called metamorphoses.Flap or lift the flap:One of the simplest forms in a movable. When a piece of illustrated paper, attached to the base page at a single point, is lifted, a hidden illustration, message, or movable is revealed. Harlequinades or pantomime books, in which each lifted flap changes the picture or reveals a new twist in the plot, are a form of flap mechanism. Flaps may be cut into the shape of the illustration. Floating layers or platforms:This mechanism is best understood when seen from the side. Hinged multi-tier paper supports lift an illustration off the page, creating the illusion that it is floating over the surface. Harlequinades and metamorphoses:A series of flaps that when lifted reveal a new picture or message. Also, a booklet with illustrations split in the center, laterally. When the illustration is folded up or down, or the series of flaps are lifted, a new picture or message underneath is revealed. Some 18th-century
flap books were inspired by the theater. Often featuring the comic character Harlequin, these were called harlequinades or pantomime books.Leporello:An accordion book formed of one long sheet of folded paper that stretches out in a zigzag or concertina shape. It is named after Leporello, the servant in the opera Don Giovann, who carries such a book to record the endless list of Giovanni’s romantic conquests.Paper engineer:An artist who uses various techniques (e.g., cutting, folding, and/or gluing) to make paper illustrations move or pop up. The paper engineer may or may not also be the illustrator. Pull-tab:A sliding paper tab, ribbon, or string is pulled, pushed, and maneuvered to reveal a new image. The tabs can also activate a pop-up. A figure goes into action when you pull or slide a tab: dancers sway, dogs sit up and beg, robots move. Stage set or multiple layers:A book becomes a theater set when it is opened to a 90-degree angle. This was one of the first constructions to be used for pop-up books and particularly suited to display interior scenes. Tunnel book or peep-show:A series of cut paper panels are placed or hinged one behind the other, creating the illusion of depth and perspective, like looking into a tunnel. The term “peep-show” is derived from 18th- and 19th-century itinerant showmen who carried these mechanisms from place to place and charged a fee for viewing. V-fold:This versatile form is what most people think of when they hear the term “pop-up.” The pop-up element is attached to facing pages and unfolds from the center of the page when the book is open; it collapses into itself when the book is closedVolvelle or wheel:An illustrated paper disc or circle is attached to a page using string, paper, or grommets and revolves around a central pivot. As the reader turns the wheel, the discs align images and information. The disc can be perforated to reveal designs underneath. The word volvelle is derived from the Latin verb, volvere, to turn.Waterfall:An embellishment of the pull-tab activated flap, several flaps open onto each other sequentially as the single tab is pulled in the opposite direction.
2.3 Grafik Data
Untuk menentukan 5 bangunan yang akan dimasukan ke dalam tutorial,
penulis melakukan survei. Ini adalah grafik data hasil pengumpulan kuesioner
dari 100 responden:
Gambar 2.1 Grafik Hasil Survei
Sumber: https://www.surveymonkey.com/analyze/?survey_id=39338824
2.4 Analisa
2.4.1 Faktor Pendukung
1. Animasi menjadi media yang efektif di bidang edukasi,
menggunakan teknik stop motion, menjadikan informasi yang
disampaikan lebih unik dan menarik.
2. Penyisipan cerita dan karakter non dialog, membuat tampilan
visual yang lebih ekspresif.
2.4.2 Faktor Penghambat
Step pembuatan buku pop up tanpa narasi membuat penonton harus
lebih cermat dalam memperhatikan tahap-tahap pembuatan dari awal
hingga selesai.