Kata Pengantar
Laporan ini merupakan Laporan Survai Topografi pekerjaan ” Rencana Teknik
Akhir Penambahan Lajur Ruas Waru-Porong Jalur A/B dan Ruas Tanjung Perak-
Dupak Jalur A/B pada Jalan Tol Surabaya-Gempol”. Laporan ini pada dasarnya
merupakan laporan setiap kegiatan dari pelaksanaan pekerjaan studi yang telah
dikerjakan dilapangan pada suatu ruas jalan.
Laporan Topografi dijelaskan antara lain mengenai latar belakang perlunya
studi, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan keluaran yang diinginkan, serta
perhitungan data penggambaran situasi ruas jalan.
Kami berharap semoga hasil laporan ini dapat bermanfaat bagi optimalnya
kinerja Lajur Ruas Waru-Porong Jalur A/B dan Ruas Tanjung Perak-Dupak Jalur
A/B pada Jalan Tol Surabaya-Gempol. Juga tidak lupa kami mangucapkan
terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu upaya penyusunan
laporan ini.
Jakarta, Agustus 2013
PT.YODYA KARYA PERSERO
KONSULTAN
Laporan Topografi Bab 1-1
Daftar Isi
COVER PENDAHULUAN I
KATA PENGANTAR II
DAFTAR ISI III
DAFTAR GAMBAR IV
DAFTAR TABEL VI
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. DATA PROYEK 1
1.2. LATAR BELAKANG 1
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN SURVAI TOPOGRAFI 3
1.4. SASARAN 3
1.5. RUANG LINGKUP PEKERJAAN 3
1.6. SISTEMATIKA PENULISAN 3
BAB 2 KEGIATAN SURVAI TOPOGRAFI 4
2.1. SURVAI TOPOGRAFI 4
2.2. METODE PELAKSANAAN PENGUKURAN TOPOGRAFI 8
2.3. PERHITUNGAN POLIGON 10
2.4. PERHITUNGAN BEDA TINGGI (WATERPASS) 10
2.5. PENGUKURAN SITUASI 14
DAFTAR PUSTAKA 15
Laporan Topografi Bab 1-2
BAB 1 Pendahuluan
1.1. DATA PROYEK
Adapun data dan lokasi proyek seperti tertera dibawah ini :
Pekerjaan / Paket : Rencana Teknik Akhir Penambahan Lajur Ruas Waru-
Porong Jalur A/B dan Ruas Tanjung Perak-Dupak Jalur
A/B pada Jalan Tol Surabaya-Gempol
Pengguna Jasa : PT. Jasa Marga (Persero)
Lokasi : Surabaya, Jawa Timur
1.2. LATAR BELAKANG
Dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap pengguna jalan tol terutama
yang berkaitan dengan hal kepadatan dan keselamatan lalu lintas yang dapat
mengurangi kapasitas jalan yang pada akhirnya mengurangi kenyamanan pada
Jalan Tol Surabaya-Gempol, maka PT Jasa Marga (Persero) Tbk., sebagai
pengelola jalan tol akan melaksanakan pekerjaan Penambahan Lajur Ruas Waru-
Porong Jalur A/B dan Ruas Tanjung Perak-Dupak Jalur A/B pada Jalan Tol
Surabaya-Gempol.
Pembangunan penambahan lajur ruas jalan tersebut dimaksud untuk
mengurangi beban jaringan jalan tol yang sudah ada pada ruas Surabaya-
Gempol agar dapat melayani arus lalu lintas di ruas tersebut tanpa adanya
hambatan dan kepadatan.
Laporan Topografi Bab 1-3
BAB 1
Dengan adanya pekerjaan ini maka diperlukan Jasa Konsultansi Pekerjaan
Desain untuk merancang desain penambahan lajur yang meliputi jalan dan
jembatan.
Sumber dana untuk Jasa Konsultasi Pekerjaan Desain adalah berasal dari RKAP
tahun 2012 dan 2013 PT Jasa Marga (Persero) Tbk.
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN SURVAI TOPOGRAFI
Maksud Pekerjaan Teknis Jalan ini adalah dalam rangka membuat perencanaan
teknis jalan lengkap (Detail Engineering Design).
Adapun tujuannya dalam pengukuran topografi ini adalah mengumpulkan data
koordinat dan ketinggian permukaan tanah sepanjang rencana trase jalan dan
jembatan di dalam koridor yang ditetapkan untuk penyiapan peta topografi
dengan skala 1 : 1000 untuk perencanaan jalan dan skala 1 : 500 untuk
jembatan yang akan digunakan untuk perencanaan geometrik jalan.
1.4. SASARAN
Sasaran dari pekerjaan perencanaan teknis ini adalah untuk mendapatkan
jaminan bahwa hasil pekerjaan yang diperoleh sudah sesuai dengan isi
Dokumen Pelelangan Konstruksi, sehingga kinerja penanganan jalan yang
ditangani dapat memberikan layanannya sampai akhir umur rencana.
1.5. RUANG LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan Rencana Teknik Akhir Penambahan Lajur Ruas Waru-Porong
Jalur A/B dan Ruas Tanjung Perak-Dupak Jalur A/B pada Jalan Tol Surabaya-
Gempol sebagai berikut :
− Pemasangan patok - patok pengukuran
− Pengukuran titik kontrol horisontal
− Pengukuran titik kontrol vertikal
− Pengukuran situasi
− Pengukuran Penampang Melintang
Laporan Topografi Bab 1-4
1.6. SISTEMATIKA PENULISAN
Sesuai dengan yang diuraikan dalam Rencana Kerja dan Syarat (RKS),
sistem pembahasan Usulan Teknis dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
Bab 1 Pendahuluan
Pada tahap ini akan diuraikan mengenai latar belakang, maksud, tujuan, dan
sasaran, jenis dan lokasi kegiatan, serta tujuan yang akan dicapai dalam
kegiatan pekerjaan ini.
Bab 2 Kegiatan Survai Topografi
Bab ini berisi mengenai hasil survai Topografi beserta perhitungan poligon,
waterpas, dan situasi dan analisa data koordinat yang akan digunakan dalam
penggambaran situasi.
Laporan Topografi Bab 1-5
BAB 2 Kegiatan Survai Topografi
2.1. SURVAI TOPOGRAFI
Pekerjaan ini adalah suatu kegiatan pengumpulan data permukaan bumi,
perhitungan dan melakukan pemetaan dengan skala tertentu serta disajikan pada
lembaran kertas.
Survai topographi dilakukan dengan kegiatan yang meliputi pekerjaan-pekerjaan
sebagai berikut :
a. Pekerjaan Pendahuluan
Pekerjaan pendahuluan yaitu membuka sebagian daerah yang akan diukur
sehingga pengukuran dapat berjalan lancar dan tidak terhalang oleh pohon,
semak belukar atau tanaman pada umumnya.
Peralatan yang dipakai untuk perintisan adalah parang, kampak, dan
sebagainya.
Pekerjaan pendahuluan diusahakan mengikuti jalur atau koridor yang telah
diplot diatas peta topographi atau yang telah direncanakan sebagai trase yang
dipilih atau atas petunjuk Kepala Proyek atau yang mewakilinya.
b. Pekerjaan Pengukuran
Pekerjaan ini terdiri dari:
Pengukuran titik kontrol horizontal dan vertikal
1) Pengukuran situasi
2) Pengukuran penampang memanjang dan melintang
3) Pengukuran khusus
4) Perhitungan dan penggambaran peta
Pekerjaan pengukuran topographi dilakukan sepanjang sumbu jalan dengan
mengadakan pengukuran-pengukuran tambahan pada daerah persilangan dengan
Laporan Topografi Bab 2-6
BAB 2
sungai dan jalan lain, sehingga memungkinkan diperoleh sumbu jalan yang sesuai
dengan standar yang ditentukan.
Awal pengukuran dilakukan pada tempat yang mudah dikenali dan aman.
Awal dan akhir pekerjaan hendaknya diikatkan pada titik-titik tetap (BM).
Ketentuan dan tata cara pelaksanaan pengukuran di lapangan, adalah sebagai
berikut:
1) Pemeriksaan dan koreksi alat ukur
a. Sebelum melakukan pengukuran harus dilakukan pemeriksaan dan koreksi
terhadap alat-alat ukur yang digunakan. Pemeriksaan harus dilakukan di
lokasi pekerjaan.
b. Ketelitian pengukuran :
Kesalahan sudut yang diperoleh adalah 10"√n, (n adalah jumlah titik
poligon dari pengamatan matahari pertama ke pengamatan matahari
selanjutnya atau dari pengukuran GPS geodetik yang mempunyai
presisi tinggi pertama ke pengukuran GPS berikutnya.
Kesalahan azimuth pengontrol kurang dari 5"
c. Alat ukur Waterpass harus memenuhi syarat-syarat:
Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung
Garis bidik harus sejajar dengan garis arah nivo
d. Cara pemeriksaan dan koreksi alat berdasarkan pada standar teori ilmu
ukur tanah atau buku petunjuk pemakaian alat.
e. Hasil pemeriksaan dan koreksinya serta hasil akhir setelah dikoreksi harus
dicatat dalam buku ukur sesuai pekerjaannya, dan dilampirkan dalam
laporan.
2) Pemasangan patok-patok
Patok - patok BM harus dibuat dari beton dengan ukuran 10 x 10 x 75 cm atau
pipa pralon ukuran beton 4 inci yang diisi dengan adukan beton dan diatasnya
dipasang nut dari baut dengan ujung kepala baut (nut) diberi alur silang (cross
grooving), ditempatkan pada tempat yang aman, mudah terlihat.
Patok BM dipasang / ditanam dengan kuat, bagian yang tampak di atas
tanah setinggi 20 cm, dicat warna kuning, diberi lambang Bina Marga,
notasi dan nomor BM dengan warna hitam.
Patok BM yang sudah terpasang, kemudian difoto sebagai dokumentasi
yang dilengkapi dengan nilai koordinat serta elevasi.
Laporan Topografi Bab 2-7
Untuk setiap titik poligon dan sifat datar harus digunakan patok kayu yang
cukup keras, lurus, dengan diameter sekitar 5 cm, panjang sekurang -
kurangnya 50 cm, bagian bawahnya diruncingkan, bagian atas diratakan
diberi paku, ditanam dengan kuat, bagian yang masih nampak diberi
nomor dan dicat warna kuning. Dalam keadaan khusus, perlu ditambahkan
patok bantu.
untuk memudahkan pencarian patok, sebaiknya pada daerah sekitar patok
diberi tanda-tanda khusus,
3) Pengukuran titik kontrol horizontal
Pengukuran titik kontrol horisontal dilakukan dengan sistem poligon, dan
semua titik ikat (BM) harus dijadikan sebagai titik poligon.
Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimum 100 meter, diukur
dengan meteran atau dengan alat ukur secara optis ataupun elektronis.
Sudut - sudut poligon diukur dengan alat ukur theodolit dengan ketelitian
baca dalam detik.
4) Pengukuran titik kontrol vertikal
Pengukuran ketinggian dilakukan dengan cara 2 kali berdiri / pembacaan
pergi - pulang
pengukuran sifat datar harus mencakup semua titik pengukuran (poligon,
sifat datar, dan potongan melintang) dan titik BM.
Rambu - rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik, berskala
benar, jelas dan sama.
Pada setiap pengukuran sifat datar harus dilakukan pembacaan ketiga
benangnnya, yaitu Benang Atas (BA), Benang Bawah (BB), dan Benang
Tengah (BT), dalam satuan milimeter. Pada setiap pembacaan harus
dipenuhi 2BT = BA + BB
5) Pengukuran situasi
Pengukuran situasi dilakukan dengan alat ukur Theodolit (To).
Ketelitian alat yang dipakai adalah 10 detik terbaca
Pengukuran situasi daerah sepanjang rencana jalan harus mencakup
semua keterangan yang ada didaerah tersebut
Untuk tempat-tempat jembatan atau perpotongan dengan jalan lain
pengukuran harus diperluas (lihat pengukuran khusus)
Untuk membentuk gambar tikungan yang sesuai dengan kenyataannya
(untuk jalan yang sudah ada), maka pada daerah tikungan/lengkungannya
Laporan Topografi Bab 2-8
harus mempunyai paling sedikit 3 (tiga) titik koordinat sumbu jalan
(jaraknya kurang dari 25 m).
Tempat-tempat yang merupakan sumber material jalan yang terdapat
disekitar jalur pengukuran, dilakukan pengukuran dan dicatat untuk
dipetakan dan difoto (lokasi dan jenis material).
6) Pengukuran penampang memanjang dan melintang
Pengukuran kondisi dan situasi daerah sisi kiri dan kanan as jalan selebar
sampai dengan batas ROW untuk main road, dan minimal 500 m pada daerah
crossing jembatan atau simpang susun dengan referensi pada suatu sistem
grid yang dapat diterima.
7) Pengukuran khusus
Pengukuran sekitar perpotongan dengan sungai
Daerah sungai diukur:
– 100 m di kiri-kanan sungai sepanjang jalan
– 100 m di kiri-kanan dari as jalan/pada daerah sungai
8) Perhitungan dan Penggambaran
Perhitungan koordinat poligon utama didasarkan pada titik-titik ikat yang
dipergunakan.
Penggambaran titik-titik poligon harus didasarkan pada hasil perhitungan
koordinat, tidak boleh secara grafis.
Ketinggian detail dihitung berdasarkan ketinggian patok yang dipakai
sebagai titik pengukuran detail, dihitung secara tachymetris.
Gambar ukur yang berupa gambar situasi harus digambar berdasarkan titik-
titik poligon dengan skala 1:1000 sedangkan jembatan 1 : 500 dan interval
kontur 1 meter.
Untuk titik-titik ikat (BM) harus dicantumkan koordinatnya (x,y,z).
Ketinggian titik detail harus tercantum dalam gambar ukur begitu pula
semua keterangan-keterangan yang penting.
Laporan Topografi Bab 2-9
Gambar 2.1 Pengukuran Poligon
2.2. METODE PELAKSANAAN PENGUKURAN TOPOGRAFI
Tujuan dari pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalah
mengumpulkan data koordinat dan ketinggian permukaan tanah sepanjang
rencana trase jalan dan jembatan di dalam koridor yang ditetapkan untuk
penyiapan peta topografi dengan skala 1 : 1000 untuk perencanaan jalan dan
skala 1 : 500 untuk jembatan yang akan digunakan untuk perencanaan geometrik
jalan.
Sebelum dilakukan pengukuran, hal yang pertama dilakukan yaitu
mempersiapkan beberapa kebutuhan survai meliputi alat survai, personil survei,
seta formulir pengukuran.
a) Alat Survai Topografi
Total Station
Waterpass
GPS Map
Patok Bench Mark
Control Point
Meteran, Bak Ukur, Palu, dan perkakas lain
Laporan Topografi Bab 2-10
b) Personil untuk pengukuran
Chief Surveyor
Ahli Surveyor
Tenaga Pendukung
Geodetic Engineer
Drafter
c) Formulir Survai
Bagan alir pengukuran topografi :
Laporan Topografi Bab 2-11
Frame Work Pelaksanaan Kegiatan
07/2012Mulai
Penyusunan Metode dan Rencana Kerja
Orientasi Lapangan termasuk Penentuan Base Camp, Tenaga
Lokal, dan logistik
Dokumentasi Survei (Foto BM dan Situasi)
Pengukuran Poligon Utama
Pemasangan Patok BM Awal
Pengukuran Poligon Cabang/Patok
Chek Terhadap poligon utama
Chek Sudut Azimut terhadap
arah Utara
Perhitungan Poligon
Data meliputi data poligon, profil, dan situasi
Kordinat BM, poligon, dan cross section
Pengumpulan Peta Dasar
Persiapan antara lain alat ukur Total Station, Personil, dan
Formulir Survei
Mobilisasi Personil Survei
Penentuan Titik Awal Sesuai Survei Pendahuluan
Pengukuran BedaTinggi dengan Waterpass
Perhitungan Profil dan Situasi
Chek Loop atau pergi pulang
Perhitungan Beda Tinggi
Tinggi BM dan patok
PENGGAMBARAN (PETA SITUASI, LONG DAN CROSS SECTION)
2.3. PERHITUNGAN POLIGON
Kegunaan dari pengkuran poligon antara lain :
Laporan Topografi Bab 2-12
1. Sebagai kerangka Horizontal pada daerah pengukuran
2. Kontrol Jarak dan sudut
3. Dasar titik untuk pengukuran selanjutnya
4. Memudahkan dalam perhitungan dan ploting peta
Dalam pengukuran desain jalan, digunakan metode poligon terbuka terikat
dengan GPS geodetik yang diukur pada patok BM setiap interval 5 Km. Tahap
perhitungan poligon yaitu tahap persiapan, orientasi lapangan, penentuan
azimuth awal, pengukuran sudut dan jarak, hitungan poligon, kemudian ploting
poligon.
Gambar 2.2 Bagan alir perhitungan poligon
2.4. PERHITUNGAN BEDA TINGGI (WATERPASS)
Perhitungan waterpass dimaksudkan untuk mengetahui ketinggian suatu
titik diatas permukaan tanah. Ketinggian disini adalah perbedaan vertical antara
dua titik atau jarak dari bidang referensi yang telah ditetapkan kesuatu titik
tertentu sepanjang garis vertical.
Laporan Topografi Bab 2-13
Gambar 2.3 Pengukuran beda tinggi
a) Penentuan beda tinggi antara dua titik
Gambar 2.4 Waterpass dengan instrument ditengah antara 2 titik
Selisih tinggi antara titik A dan titik B adalah sebesar H. Arah bidikan ke titik
A disebut pembacaan baak belakang dan titik B disebut pembacaan baak
muka. Untuk mengurangi kesalahan diusahakan letak instrument ditengah-
tengah antara titik A dan B. Selisih tinggi besarnya adalah:
ΔH = BT Belakang – BT muka
Dimana, BT belakang = Pembacaan benang tengah pada baak belakang
BT muka = Pembacaan benang tengah pada baak muka
Jika hasil positif maka kondisi permukaan tanah dari titik A ke titik B naik,
sebaliknya bila ΔH negative maka titik A ke titik B turun. Pembacaan dilakukan
melalui rambu-rambu ukur yang dapat dilihat dari teropong. Pembacaan
terlihat dalam bidang diafragma yaitu benang atas (BA), benang tengah (BT)
dan benang bawah (BB), dimana:
ΔH = BT Belakang – BT muka
Serta jarak dapat diketahui yaitu : D = (BA – BB) x 100
Angka yang tercantum menunjukkan jarak antara angka tersebut dengan alas
mistar.
Laporan Topografi Bab 2-14
A
B
H B
belakang muka
H A H = H B - H A
Gambar 2.5 Waterpass dengan istrument tidak ditengah antara 2 titik
Cara lain untuk menentukan beda tinggi seperti terlihat pada Gb. 7 instrumen
ditempatkan disebelah kanan titik B atau sebelah kiri titik A serta titik di A dan
B atau sebelah kiri titik A serta tinggi titik di A dan B diketahui, selisih tinggi
(ΔH) besarnya: ΔH = HA - HB
Dimana, ΔH= Selisih tinggi antara titik A dan B
HA = Tinggi titik A (pembacaan benang tengah di titik A)
HB = Tinggi titik B (pembacaan benang tengah di titik B)
Pembacaan pada rambu di titik B bisa dianggap pembacaan muka, sedang
pada rambu di titik A adalah pembacaan belakang.
b) Pengukuran tinggi dengan garis tinggi bidik
Apabila selisih tinggi (ΔH) telah diketahui, maka tinggi suatu titik dapat dicari
bila tinggi titik lainnya diketahui.
Mendapatkan tinggi titik pengukuran untuk B bila titik A telah diketahui
tingginya Tinggi garis vizir/bidik (tgv) adalah: Tgv =TP + TA
Dimana, tgv = Tinggi garis vizie
TP = Tinggi pesawat
TA = Tinggi titik A
Tinggi titik B dapat dicari yaitu TB = tgv - BT
Pengukuran cara ini dipakai untuk pengukuran titik detail/kipas yang akan
diuraikan kemudian. Cara lain untuk mencari vizir adalah tgv = BT + TA.
c) Waterpass memanjang
Laporan Topografi Bab 2-15
H B
H A
A
B
H
Pesawat
TB =B T B
TP =B T
A
B
Waterpass memanjang/berantai dimaksud untuk memperoleh suatu rangkaian
/ jaring-jaring pengukuran.
Gambar 2.6 Waterpass memanjang
Untuk menentukan tinggi antara titik A dan titik B dibagi dalam jarak-jarak
yang lebih kecil. Jarak-jarak tersebut disebut 1 slag, sehingga pengukuran
dapat dilakukan dengan mudah diteliti.
ΔH1 = b1 – m1
ΔH2 = b2 – m2
ΔH3 = b3 – m3
H4 = b4 – m4
∑1nH = (b1+b2+b3+………+bn) – (m1+m2+m3+………+mn)
∑1nH = ∑1
nb - ∑1nm
Dimana, ∑ H = Jumlah beda tinggi
∑ b = Jumlah pembacaan benang tengah belakang
∑ m= Jumlah pembacaan benang tengah muka
Untuk memberikan hasil yang teliti maka dilakukan pengukuran pergi dan
pulang, dimana apabila hasil antara dua pengukuran mempunyai selisih
terhadap hasil rata-rata antara dua pengukuran tersebut maka harganya
harus memenuhi toleransi yang diisyaratkan. Toleransi tersebut dinyatakan
dalam rumus:
E = K x S
Dimana, E = nilai kesalahan
K = konstanta
S = Jarak
Tabel berikut adalah toleransi kesalahan pada berbagai tingkat pengukuran
Laporan Topografi Bab 2-16
H1 H2 H3 H4
b1 m1 b2 m2
b3 m3 b4 m4
A
B
12
3
Tabel 2.1 Toleransi kesalahan pada berbagai tingkat pengukuran
KeteranganTingkat Pertama
Tingkat Kedua
Tingkat Ketiga
Catatan
Perbedaan dua
pembacaan (Kedepan
dan kebelakang)
2,5mm x S 5 mm x S 10 mm x SS adalah
jarak satu arah
Kesalahan penutup
2 mm x S 5 mm x S 10 mm x S S dalam Km
d) Waterpass memanjang
Yang dimaksud dengan waterpass lapangan adalah untuk menentukan
ketinggian dari titik-titik dilapangan sehingga mendapatkan gambaran
lengkap tentang kedudukan tinggi dari wilayah dilapangan tersebut. Metode
ini disebut metode koordinat kutub. Titik-titik dilapangan diukur sudut
horizontal dan vertikanlnya serta jarak optisnya dengan menggunakan
Theodolit. Dengan cara ini semua titik-titik dilapangan dapat ditentukan letak
situasi maupun tingginya. Cara ini diuraikan lebih lanjut pada pengukuran
detail. Toleransi pengukuran untuk tingkat ketiga 10 mm x S = 10 x 0.326 =
5,7 mm, pada perhitungan diatas selisih = 6 mm maka pengukuran harus
diulangi karena kesalahan (selisih) lebih besar dari toleransi yang diisyaratkan.
e) Pengukuran Detail
Yang dimaksud dengan pengukuran detail atau pengukuran kipas adalah
pengukuran sama benda-benda atau titik-titik dilapangan yang merupakan
kelengkapan daripada sebagian permukaan bumi baik benda buatan seperti
jalan, jembatan, bangunan, dsb ataupun benda alam seperti gunung, sungai
dsb. Dari pengukuran ini kedudukan tinggi dari keadaan dilapangan dapat
diketahui dapat digambarkan kembali dan akhirnya berwujud suatu peta.
2.5. PENGUKURAN SITUASI
Pengukuran situasi dilakukan berdasarkan aturan yang tercantum dalam
Kerangka Acuan Kerja (KAK). Pengukuran Situasi meliputi :
– Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem tachimetri, yang mencakup
semua obyek yang dibentuk oleh alam maupun manusia yang ada
Laporan Topografi Bab 2-17
disepanjang jalur pengukuran, seperti alur, sungai, bukit, jembatan, rumah,
gedung dan sebagainya.
– Dalam pengambilan data agar diperhatikan keseragaman penyebaran dan
kerapatan titik yang cukup sehingga dihasilkan gambar situasi yang benar.
Pada lokasi - lokasi khusus (misalnya : sungai, persimpangan dengan jalan
yang sudah ada) pengukuran harus dilakukan dengan tingkat kerapatan
yang lebih tinggi.
– Untuk pengukuran situasi digunakan alat theodolit
Selain pengukuran situasi, juga diikuti dengan pengukuran penampang melintang.
Pengukuran penampang melintang dilakukan sesuai dengan KAK.
DAFTAR BENCH MARK (BM)
Laporan Topografi Bab 2-18
No
.
NAMA
KOORDINAT UTM (ZONA 49)
KETERANGANX (m) Y (m) Z (m)
Laporan Topografi Bab 2-19
RUAS TANJUNG PERAK - DUPAK
1. BM. 1 POSISI DI MEDIAN JALAN
2. BM. 1A POSISI DI MEDIAN JALAN
3. BM. 2 POSISI DI MEDIAN JALAN
4. BM.3 POSISI DI MEDIAN JALAN
5. BM.4 POSISI DI MEDIAN JALAN
RUAS WARU - PORONG
1. BM. 1 688782.408
9
9187386.60
33
10.9171 POSISI DI BAHU LUAR
JALAN
2. BM. 1A 688772.636
9
9187403.32
40
10.8916 POSISI DI BAHU LUAR
JALAN
3. BM. 2 689119.756
8
9186388.54
33
4.7933 POSISI DI BAHU LUAR
JALAN
4. BM.3 689209.679
7
9185398.60
76
4.3123 POSISI DI BAHU LUAR
JALAN
5. BM.4 689258.533
6
9184411.2658
4.4845 POSISI DI BAHU LUAR
JALAN
6. BM.5 689592.7920
9183481.4924
5.2856 POSISI DI BAHU LUAR
JALAN
7. BM.6 690006.8814
9182572.69
80
6.3913 POSISI DI BAHU LUAR
JALAN
8. BM.7 690432.7826
9181676.8268
5.9447 POSISI DI BAHU LUAR
JALAN
9. BM.7A 690400.272
5
9181714.2191
6.2329 POSISI DI BAHU LUAR
JALAN
10
.
BM.8 691059.419
9
9180909.5093
6.2089 POSISI DI BAHU LUAR
JALAN
11
.
BM.9 691563.4553
9180045.9054
6.2811 POSISI DI BAHU LUAR
JALAN
12
.
BM.10 691948.5515
9179166.2931
5.3103 POSISI DI BAHU LUAR
JALAN
13
.
BM.11 692720.3661
9178560.6066
4.1631 POSISI DI BAHU LUAR
JALAN
14
.
BM.12 693439.3721
9177868.9545
3.7153 POSISI DI BAHU LUAR
JALAN
15 BM.12A 693528.179 9177745.61 5.3380 POSISI DI BAHU LUAR
Laporan Topografi Bab 2-20
. 6 59 JALAN
16
.
BM.13 693883.9121
9177032.6052
2.7977 POSISI DI BAHU LUAR
JALAN
17
.
BM.14 694178.1780
9176078.7540
3.2780 POSISI DI BAHU LUAR
JALAN
18
.
BM.15 694454.1673
9175121.2594
3.9477 POSISI DI BAHU LUAR
JALAN
19
.
BM.16 694746.9237
9174170.7832
3.7847 POSISI DI BAHU LUAR
JALAN
20
.
BM.17 695319.2181
9173371.2857
2.8150 POSISI DI BAHU LUAR
JALAN
21
.
BM.17A 695358.2088
9173344.5142
2.8194 POSISI DI BAHU LUAR
JALAN
22
.
BM.18 696189.5285
9172905.9442
2.8895 POSISI DI BAHU LUAR
JALAN
23
.
BM.19 697136.4317
9172509.3341
2.6007 POSISI DI BAHU LUAR
JALAN
24
.
BM.20 697816.5537
9171818.0337
2.7014 POSISI DI BAHU LUAR
JALAN
25
.
BM.21 698629.6338
9171247.1091
2.4447 POSISI DI BAHU LUAR
JALAN
26
.
BM.21A 698782.3804
9171247.1375
2.5478 POSISI DI BAHU LUAR
JALAN
Laporan Topografi Bab 2-21