BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proyek integrasi kesehatan jiwa di Puskesmas dan rumah sakit
menunjukkan adanya kebutuhan pelayanan kesehatan jiwa yang lebih
terkoordinasi dengan baik di semua unsur kesehatan. Hakekat pembangunan
kesehatan merujuk pada penyelengaraan pelayanan kesehatan untuk mencapai
kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk.(Depkes RI, 2006).
Pravelensi penderita Skizofrenia di Indonesia adalah 0,3 – 1 persen dan
biasanya timbul pada usia sekitar 18-45 tahun namun ada juga yang baru
berusia 11-12 tahun sudah menderita Skizofrenia. Apabila penduduk
Indonesia sekitar 200 juta jiwa maka diperkirakan sekitar 2 juta jiwa
menderita Skizofrenia, dimana sekitar 99% pasien di RS jiwa di Indonesia
adalah penderita Skizofrenia. Gejala-gejala Skizofrenia mengalami penurunan
fungsi / ketidakmampuan dalam menjalani hidupnya, sangat terlambat
produktifitasnya dan nyaris terputus relasinya dengan orang lain. ( Arif, 2006).
Masalah keperawatan yang paling sering ditemukan di RSJD Amino
Gondohutomo Semarang adalah perilaku kekerasan, halusinasi, menarik diri,
harga diri rendah, waham, bunuh diri, ketergantungan napza, dan defisit
perawatan diri. Dari delapan masalah keperawatan diatas akan mempunyai
manifestasi yang berbeda, proses terjadinya masalah yang berbeda dan
sehingga dibutuhkan penanganan yang berbeda pula. Ketujuh masalah itu
1
dipandang sama pentingnya, antara masalah satu dengan lainnya. ( Depkes
2006). Sedangkan perilaku kekerasan sendiri adalah suatu keadaan dimanan
seorang individu mengalami perilaku yang dapat melukai secara fisik baik
terhadap diri / orang lain. (Townsend, 1998)
Walau demikian meskipun perilaku kekerasan kadang bernilai negative
tapi tetap ada karena sebenarnya marah juga berguna yaitu untuk
meningkatkan energi dan membuat seseorang lebih berfokus/bersemangat
mencapai tujuan. Kamarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan
akan mempersulit diri sendiri dan mengganggu hubungan intra personal.
(Harnawatiaj,2008,¶ 3,http://www.gaya hidup sehat online.com,27 januari
2008).
Hasil pengamatan dan pencarian data oleh penulis dalam satu bulan
Desember 2007, jumlah pasien yang dirawat di ruang VI mencapai 75 orang
dengan lama rawat rata-rata 21 hari. Dari jumlah tersebut 96% (72 pasien)
adalah didiagnosa medic Skizofrenia dan 4% (3 pasien) adalah dimensia
(Lansia). Dan dari masalah keperawatan perilaku kekerasan ada 42% (30
pasien) biasanya dirumah marah-marah dan mengganggu lingkungan sekitar
dan sisanya ada yang halusinasi,menarik diri, harga diri rendah dan waham.
Oleh sebab itu penulis dalam karya tulis ini mengambil judul asuhan
keperawatan perilaku kekerasan di RS Jiwa Amino Gondohutomo semarang.
Hal ini melihat fenomena-fenomena diatas baik gejala yang muncul / akibat
dari masalah itu sendiri yang akhirnya mengurangi produktifitas pasien. Untuk
2
itu Askep yang professional pada pasien perilaku kekerasan sangat diharapkan
oleh pasien atau keluarga.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Penulis dapat memberikan asuhan keperawatan secara optimal.
2. Tujuan khusus
a. Penulis dapat mengidentifikasikan hambatan dalam perawatan pasien
marah agresif sehingga dapat dicari pemecahan masalahnya
b. Penulis dapat mengganbarkan hasil pengkajian keperawatan pada
Tn. N dangan prilaku kekerasan
c. Penulis dapat mendiskripsikan hasil analisa data yang diperoleh pada
Tn. N dengan prilaku kekerasan
d. penulis dapat mendiskripsikan diagnosa keperawatan yang muncul
pada Tn. N dengan prilaku kekerasan
e. penulis dapat mendiskripsikan implementasi yang telah dilakukan pada
Tn. N dengan prilaku kekerasan
f. penukis dapat mendiskripsikam hasil evaluasi yang berhasil dilakukan
C. Metode dan Teknik Pengambilan Data
Dalam penyusunan karya tulis ini penulis menggunakan metode
studi kasus dan teknik deskripsi dengan pendekatan proses keperawatan.
Dan pengkajian perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Sedangkan teknik
3
pengambilan data yang penulis gunakan adalah wawancara yaitu penulis
lakukan secara langsung terhadap pasien, keluarga, perawat dan team
kesehatan lain.
1. Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap
perkembangan keadaan pasien dengan marah agresif selama melakukan
asuhan keperawatan.
2. Dokumentasi yaitu dengan catatan medik dan perawatan yang pernah
dilakukan.
3. Studi kepustakaan atau literature yaitu dengan membaca, kemudian
menyadur dan mencocokan dengan kategori.
D. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui secara menyeluruh karya tulis ini penulis akan
menguraikan sistematika penulisannya.
Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, metode
dan teknik penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II Konsep dan Teori, yang berisi tentang pengertian, faktor
predisposisi, precipitasi, pohon masalah, pengkajian, diagnosa, intervensi.
Bab III Tinjauan Kasus yang berisi tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan perilaku kekerasan.
Bab IV Pembahasan, dalam bab ini akan dibahas tentang kesenjangan
antara tinjauan kasus dengan konsep dan teori.
4
Bab V Penutup yang merupakan akhir dari bagian karya tulis dan terdiri
dari Kesimpulan dan Saran.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Amarah merupakan suatu emosi yang menentang dari sifat mudah
tersinggung hingga marah yang hebat yang dialami oleh setiap orang. (Kaplan,
1995). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang individu
mengalami perilaku yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri / orang
lain. (Towsend, 1998).
Struart and Sundeen, (1991) menyatakan kemarahan adalah : Perasaan
jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan / kebutuhan yang
tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman pengungkapan kemaranag
dengan langsung dan konduktif pada waktu terjadi akan melegakan individu
dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Perasaan
marah normal bagi individu, namun perilaku yang dimanifestasikan oleh
perasaan marah seperti berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan mal adiptif.
(Keliat, 1992)
Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara, yaitu :
Mengungkapkan secara verbal, menekan, menentang. Dari tiga cara iri yang
pertama adalah kontruktif dam sedangkan dua cara lain destruktif.
Dengan melarikan diri / menantang akan menimbulkan rasa
bermusuhan, dan cara ini dipakaiterus menerus, maka kemarahan dapat
diekspresikan pada diri sendiri / lingkungan dan akan tampak sebagai depresi
6
dan psikomotik / agresif dan mengamuk. (keliat, 1992)
Skema. 2.1.
Rentang Respon Marah. ( keliat, 1992)
Respon adaptif respon maladaptif
Assertif Frustakasi pasif agresif amuk
a. Asertif (pernyataan)
Kemarahan / rasa tidak setuju yang dinyatakan / diungkapkan tanpa
menyakiti orang lain akan memberi ketegangan individu dan tidak akan
menimbulkan masalah
b. Frustasi
Respon terjadi akibat gagal mencapai tujuan kemajuan yang tidak
realistic / hambatan dalam mencapai tujuan
c. Pasif
Suatu keadaan dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan
yang dialami
d. Agresif
Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak
dalam bentuk destruktif dan masih dapat terkontrol. Perilaku yang tampak
dapat berupa : muka muram, bicara kasar, menuntut, kasar disertai
kekerasan
7
e. Amuk
Dapat disebut juga dengan perilaku kekerasan yaitu perasaan marah dan
bermusuhan yang kuat kehilangan control diri, individu saat merusak diri
sendiri, orang lain / lingkungan
Stress, emosi, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus
dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat mengakibatkan kecemasan yang
menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam kecemasan tersebut
bisa menimbulkan kemarahan. (keliat,1992 )
Menurut Stuart and Sundeen, 1991. Perbandingan perilaku marah
asertif, pasif, agresif adalah sebagai berikut :
1 Dilihat dari pembicaraan
Asertif prilaku yang ditunjukan di antaranya yaitu positif, menawarkan
diri “saya dapat …, saya akan … ”
Pasif prilaku yang di tunjukan di antaranya yaitu negative, merendahkan
diri “dapatkan saya …”
Agresif prilaku yang di tunjukan yaitu sombongkan diri, merendahkan
orang lain “kamu selalu … ”, “kamu tak pernah … ”
2 Dilihat dari suara
Asertif prilaku yang di tunjukan yaitu sedang
Pasif prilaku yang ditunjukan diantaranya yaitu lambat, rendah, mengeluh
Agresif , prilaku yang ditunjukan di antarnya yaitu keras, ngotot
3 Dilihat dari posisi badan
Asertif prilaku yang di tunjukan diantaranya yaitu tegap, santai
8
Pasif prilaku yang ditunjukan yaitu menundukkan kepala
Agresif prilaku yang di tunjukan yaitu kaku, condong kedepan
4 Dilihat dari jarak
Asertif prilaku yang ditunjukan di antaranya yaitu mempertahankan jarak
yang nyaman
Pasif prilaku yang di tunjukan di antaranya yaitu menjaga jarak (sikap
yang tak acuh)
Agresif , prilaku yang ditunjukan di antaranya yaitu siap dengan jarak
menyerang orang lain
5 Dilihat dari penampilan
Asertif prilaku yang di tunjukan yaitu siap melaksanakan
Pasif, prilaku yang di tunjukan yaitu loyo, tidak dapat tenang
Agresif prilaku yang di tunjukan yaitu mengancam, tak dapat terang
6 Dilihat dari kontak mata
Asertif prilaku yang di tunjukan yaitu mempertahankan kontak mata
sesuai kebutuhan yang berlangsung
Pasif prilaku yang di tunjukan di antaranya yaitu sedikit / sama sekali
tidak
Agresif prilaku yang di tunjukan yaitu mata melotot dan dipertahankan
B. Etiologi
Etiologi dari perilaku kekerasan : marah menurut Struart & sundeen, ( 1991)
1 Faktor Predisposisi
a. Faktor Biologis
9
1. Instirtual Drive Teory
Perilaku agresif disebabkan oleh dorongan kebutuhan dasar yang
kuat.
Contoh : marah, karena tak dipenuhi kebutuhan sex.
2. Psyhosomatis Theory
Pengalaman rasa marah adalah sebagai akibat dari respon psikologi
terhadap stimulus eksternal, internal dan lingkungan.
Contoh : stress pada masa lampau, cemas dan kecewa.
b. Faktor psikologis
Menurut Struart and Sandeen ( 1991 ) adalah sebagai berikut :
1. Frustaction agression theory
Frustasi terjadi bila keinginan individu untuk mencapai sesuatu
gagal sehingga akan menyebabkan suatu keadaan yang akan
mendorong individu untuk berlaku agresif.
Contoh : kehilangan pekerjaan.
2. Behabehavioral theory
Kemarahan adalah respon belajar dan hal tersebut dapat dicapai
bila ada fasilitas / situasi yang mendukung.
Contoh : rasa jengkel, rasa tidak sedang.
3. Exintentinal theory
Berperilaku adalah kebutuhan manusia, bila kebutuhan tersebut
tidak dipenuhi lewat hal yang positif, maka individu akan
melakukan hal negatif.
Contoh : bertindak mengamuk, kekerasan.
10
c. Faktor sosial kultural
1. Social environment theory
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Norma kebudayaan dapat mendukung
individu untuk berespon asertif / kasar (agresif).
Contoh : menarik diri
2. Sosial learning theory
Perilaku agresif dapat dipelajari secara langsung maupun imitasi
dari proses sosialisasi.
Contoh : bertindak kekerasan, mengejek, berdebat.
2.. Faktor prespitasi
Menurut Struart and Sundeen (1991), Secara umum marah terjadi
karena adanya tekanan / ancaman yang unik atau berbeda-beda.
Ada 2 macam yang mengakibatkan terjadi kemarahan, stresor
tersebut yang pertama dapat di sebabkan dari luar yaitu eksternal
stresor dapat berupa serangan fisik, kehilangan dan kematian
sedangkan penyebab stresor ke dua stresor disebabkan dari dalam
yaitu internal stresor dapat berupa putus cinta, kehilangan
pekerjaan, ketakutan pada penyakit yang di derita.
C. Manifestasi klinik (stuart and sundeen, 1991)
Tanda dan gejala, perilaku kekerasan yaitu suka marah, pandangan
mata tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat, sering pula memaksakan
kehendak, merampas makanan dan memukul bila tidak sengaja.
11
1. Motor agitation
Gelisah, mondar-mandir, tidak dapat duduk tenang, otot tegang, rahang
mengencang, pernafasan meningkat, mata melotot, pandangan mata tajam.
2. Verbal
Memberi kata-kata ancaman melukai, disertai melukai pada tingkat ringan,
bicara keras, nada suara tinggi, berdebat.
3. Efek
Marah, bermusuhan, kecemasan berat, efek labik, mudah tersinggung.
4. Tingkat kesadaran
Bingung, kacau, perubahan status mental, disorientasi dan daya ingat
menurun.
D. Pohon masalah
Resiko menciderai diri / orang lain / lingkungan
Prilaku kekerasan : core problem
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
(keliet, 1998)
E. Diagnosa keperawatan
1. Resiko menciderai dilingkungan orang lain berhubungan dengan perilaku
kekerasan.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.
12
Intervensi
Prilaku Kekerasan berhubungan dengan ketidak mampuan mengungkapkan
marah secara asertif
No. Diagnosa Rencana Intervensi
Tujuan Kriteria evaluasiPrilaku kekerasan berhubungan dengan ketadak mampuan megungkap kan marah secara asertif
TUM:- Pasien dapatmelanjutkanhubungan peransesuai tanggungjawab.TUK:1. Pasien
dapat Membina Hubungan saling percaya
1.1 Pasien mau membalas salam.
1.2 Pasien mau jabatan1.3 Pasien menyebutkan
Nama1.4 Pasien tersenyum1.5 Pasien ada kontak Mata1.6 Pasien tahu nama
Perawat1.7 Pasien menyediakan
waktu untuk kontrak
1) Beri salam / panggil nama pasien.
2) Sebut nama perawat sambil Salaman
3) Jelaskan maksud hubungan Interaksi
4) Beri rasa nyaman dan sikap Empatis
5) Lakukan kontrak singkat tapi sering
TUK: 2. Pasien
dapat mengidentifikasi penyebab marah / amuk
2.1 Pasien dapat Mengungkapkan perasaannya.
2.2 Pasien dapat menyebutkan perasaan marah / jengkel
1) Beri kesempatan untuk Mengungkapkan perasaannya.
2) Bantu pasien untuk mengungkapkan marah atau jengkel.
TUK:3. Pasien
dapat mengidentifikasi tanda marah
3.1. Pasien dapatmengungkapkanperasaan saat marah /jengkel.3.2. Pasien dapatmenyimpulkan tanda-tanda jengkel / kesal
1) Anjurkan pasienmengungkapkan perasaansaat marah /jengkel.2) Observasi tanda perilakukekerasan pada pasien
13
TUK: 4. Pasien
dapat mengungkapkan perilaku marah yang sering dilakukan
4.1 Pasien mengungkapkan marah yang biasa dilakukan
4.2 Pasien dapat bermain peran dengan perilaku marah yang dilakukan
4.3 Pasien dapat mengetahui cara marah yang dilakukan menyelesaikan masalah atau tidak
1) Anjurkan pasien mengungkapkan marah yang biasa dilakukan
2) Bantu pasien bermain peran sesuai perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
3) Bicarakan dengan pasien apa dengan cara itu bisa menyelesaikan masalah
TUK: 5. Pasien
dapat mengidentifikasi akibat perilaku Kekerasan
5.1. Pasien dapatmenjelaskan akibatdari cara yangdigunakan
1) Bicarakan akibat / kerugian cara yang dilakukan
2) Bersama pasien menyimpulkan cara yang digunkana pasien.
3) Tanyakan pasien apakah mau tahu cara marah yang sehat
TUK:6. Pasien
mengidentifikasi cara construksi dalam berespon terhadap perilaku kekerasan
6.1. Pasien dapatmelakukan beresponterhadap kemarahansecara konstruktif.
1) Tanyakan pada pasien apakah pasien mau tahu cara baru yang sehat
2) Beri pujian jika pasien engetahui cara lain yang ehat
3) Diskusikan cara marah yang sehat dengan pasien.a) Tarik nafas
dalamb) Mengatakan
pada teman saat ingin marah
c) Anjurkan pasien sholat atau berdoa.
d) Pukul bantal untuk melampiaskan marah.
TUK:7. Pasien
dapat mendemonstras ikan cara mengontrol marah
7.1. Pasien dapatmendemonstrasikancara mengontrolperilaku kekerasana) Tarik nafas dalamb) Mengatakansecara langsungtanpa menyakitic) Dengansholat/berdoa
1) Pasien dapat memilih cara yang paling tepat.
2) Pasien dapat mengidentifikasi manfaat yang terpilih
3) Bantu pasien menstimulasi cara tersebut.
4) Beri reinforcement positif atas keberhasilan.
5) Anjurkan pasien
14
menggunakan cara yang telah dipelajari.
Resti mencideraidiri,lingkuangdan oranglain b/ddenganperilakukekerasan.
TUK: 8. Pasien
dapat dukungan keluarga mengontrol marah
8.1. Keluarga pasiendapat :a) Menyebutkan
cara merawat pasien dengan perilaku kekerasan.
b) Mengungkapkan rasa puas dalam merawat pasien
1) Identifikasi kemampuan keluarga merawat pasien dari sikap apa yang telah dilakukan
2) Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat pasien.
3) Jelaskan cara-cara merawat pasien.
4) Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat pasien.
5) Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi.
TUK: 9. Pasien
dapat menggunakan obat dengan benar
9.1. Pasien dapatmenggunakan obat-obat yang diminumdengan kegunaannya.9.2. Pasien dapat minumobat sesuai programpengobatan
1) Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum pasien dan oeluarga.a) Diskusikan
manfaat minum obat.b) Jelaskan
prinsip 5 benar minum obat
c) Anjurkan pasien minum obat tepat waktu
TUK: 10. Pasien
dapat dukungan dari lingkungan untuk mengontrol marah
0.1. Lingkunganmengetahuibagaimana caramenyikapi pasiendengan perilakukekerasan.
1) Jelaskan peran serta lingkungan terhadap kondisi pasien
2) Beri penjelasan bagaimana cara menyikapi pasien dengan perilaku kekerasan
3) Diskusikan cara -cara yang dilakukan untuk menyikapi pasien dengan perilaku kekerasan
15
Intervensi
Haraga diri rendah berhubungan dengan ketidak sesuaian peran
Tgl NoDx
Diagnosa keperawatan
Perencanaan Intervene
1 2 3 4 5 6Harga diri rendah berhubungan dengan ketidak sesuaian peran
TUM:Pasien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan orang lainTUK 1 :Pasien dapat membina hubungan saling percaya
1.1. Ekspresi Wajahbersahabat, menunjukkan rasa scaang, ada kontik mala, mau bcrjabai tangan, mau menyebutkan iiama, mau menjawab salam, Idien mau duduk berdampingan dengan pera\vat, mau mcngutarav-an masalah yang dihadapi
1.1.1 Bina hubufigan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi tcrapcutikSapa pasien dengan mmah laik vubal maupun non verbal a. Perkenaik
an diri dengan sopan
b. Tanyakan nama iengkap pasien dan nama panggilan disukai pasien
c. Jelaskan tujuan pertemuan
d. Jujurdan menepati janji
e. Tunjukkan siknp empati dan menerima pasien apa adanya
f. Beri perhatian kcpada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar pasien
TUK 2 : Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimilik
2.1 Dafiar kemampuan yang dimiliki pasien di ruraah sakit, rumah, sckolah dan tempat kerja
2.2 Daftar posilif keluarga pasien
2.3 Dafiar positif lingkungan pasien
2.2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki buat daflarnya
2.2.1 Setiap bertemu pasien dihindarknn dari metnberi penilni; ncgatif
2.3.1 Utamakan memberi pujian yang realistic pada kemampuan dan aspek positif pasien
TUK 3Pasien dapat menilai kemanrpuari yang digunakan
3.1 Pasien memlai kemampuan yang digunakan
3.2 Pasien menihii kemampuan yang dapat digunakan di
3.1.1 Diskusiknn dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan selama
16
Tgl NoDx
Diagnosa keperawatan
Perencanaan Intervene
1 2 3 4 5 6rumah sakit
3.1.2 Diskusikan kcmampuan yang dapat dilanjutkan pcngguna di rumah sakit
3.1.3 Berikan pujainTUK4:Pasien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
4.1 Pasien menilai kemampuan yang akan . dilatih
4.2 Pasien mencoba4.3 Susunanjadwal ha nan
4.1.1 Meminta pasien untuk:memilih satu kcgiatan yang mau dilakukan di rumah sakit
4.1.2 Bantu pasien melakukannya jika perlu beri contoh
4.1.3 Beri pujian atas keberhasilan pasien.
4.1.4 Diskusi kaji jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih
Catalan : Ulangi untuk kcmampuan lain sampai semua selesai
TUK5:Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dari kcmampuannya
5.1 Pasien mclakukan kegiatan yang telah di latih (mandiri, dengan bantuan atau tcrganlung)
5.2 Pasien marnpu melakukan beberapa kegiatan secara mandiri
5.5.1 Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kcgiatan yang telah direncanakan
5.5.2 Beri pujian atas keberhasian pasien
5.5.3 Diskusikan kemungkinrin pcnaksiiran di rumah
TUK 6: Pasien dapat memanfatkan system pendukung yang ada
6.1 Keluorga member! dakungan dan pujian
6.2 Keluarga memahami jadwal kegialan harian pasien
6.6.1 Beri pendidikan kcschatan pada keluarga tentang cara merawat pasien dengan harga diri rcndah
6.6.2 Bantu keluarga memberikan dukungnn selama pasien dirawat.
6.6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
6.6.4 Jelaskan cara pelaksmann jadwal kegiatan pasien di rumah
17
Tgl NoDx
Diagnosa keperawatan
Perencanaan Intervene
1 2 3 4 5 66.6.5 Anjurkan memberi
pujian pada pasien setiap berhasil
18
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Identitas Pasien
Pengkajian dilakukan pada tanggal 9-01-2008 di ruang VII (Hudowo)
RSJ Amino Gondohutomo Semarang, dengan diagnosa medik : skizofrenia tak
terinci. Pasien bernama Tn. N, umur 23 tahun, jenis kelamin laki-laki,
pendidikan pasien SMP, pasien tinggal di mangunjiwan, demak, dan pasien
dibawa ke RSJ oleh ayahnya, Tn. M, jenis kelamin laki-laki, sebagai
penanggung jawab dari pasien selama dirawat di RSJ, pasien masuk pada
tanggal 8 Desember 2008.
B. Riwayat keperawatan
1. Alasan masuk
Menurut keterangan keluarga pada tanggal 8 januari 2008, pasien
dibawa ke RSJ karena dirumah, pasien mengamuk, memukul orang dan
bicara kasar. Keluarga mengatakan pasien punya keinginan membuka
usaha yang dulu bangkrut tapi tidak terlaksana.
2. Faktor predisposisi
Dalam keluarga sebelumnya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.
Kurang lebih 2 tahun yang lalu pasien pernah dirawat di RSJD Amino
Gonda Hutomo Semarang, dengan gejala yang sama selama 3 minggu,
kemudian sembuh. Pasien jarang control dan minum obat selama dua
bulan terakhir karena pasien mengatakan malas dan jenuh dengan obat.
19
Sebelum sakit pasien aktif mengikuti kegiatan organisasi remaja di
kampong, hubungan dengan tetangga baik tetapi karena usaha dagangnya
yang bangkrut kurnag lebih 1 tahun lau, pasien jadi renggang hubunagn
dengan masyarakat dan keluargapun juga renggang. Pasien jadi mudah
marah dan tersinggung. Pasien mengatakan kurang lebih dua tahun lalu
pernah mau menikam tapi gagal karena tidak direstui oleh orang tua
kekasihnya.
3. Faktor prespitasi
Kurang lebih satu bulan yang lalu pasien ditagih hutangnya oleh pihak
grosir tapi pasien belum bisa membayar. Pasien merasa bingung jadi
mudah marah dan tersinggung. Sehari yang lalu yang nagih datang lagi
sama pasien, meminta untuk pasien melunasi hutang-hutangnya. Pasien
mengatakan sangat marah dan sempat memukul karena jengkel yang nagih
tidak mau disemayani padahal tahu pasien tidak punya uang.
4. Riwayat penyakit sekarang (tanggal 9 desember 2008)
Pasien mengatakan bingung, pengen pulang karena takut biaya Rumah
Sakit mahal. Pasien mengatakan ingin marah, kenapa hanya bisa buat
beban keluarga, pasien juga mengatakan memukul teman seruangan
karena jengkel.
1) Tanda vital : tekana darah : 110/70 mmHg, nadi : 80 kali/menit
2) Ukur : tinggi badan : 168 cm, berat badan : 50 kg.
20
C. Psikososial
1. Genogram
Pasien merupakan anak pertama dari 5 bersaudara, pasien mempunyai
4 adik, 2 sudah bekerja dan yang 2 lagi perempuan, yang satu SMA dan
SD. Pasien di rumah dididik secara baik oleh orang tuanya. Dalam
pengambilan keputusan pasien selalu dimintai pendapat, dirumah yang
bertanggungjawab ekonomi adalah ayahnya. Dalam keluarga pasien suka
bertukar pendapat dengan orang tua dan adiknya ke-2 dan ke-3 tentang
masalah pribadi / usaha pasien.
2. Konsep Diri
a. Gambaran Diri
Pasien mengatakan dari semua anggota badannya disenangi, pasien
mengatakan bagaimana caranya supaya cewek tertarik dan mau
menikah dengan pasien.
b. Identitas Diri
Pasien mengatakan tahu bahwa dirinya laki-laki dan pasien adalah
anak pertama dari 5 bersaudara. Pasien mengatakan dulu punya usaha
21
dagang, sukses dan akhirnya bangkrut, sekarang pasien tidak bisa kerja
apa-apa, pasien bingung karena hutangnya banyak dan tidak bisa
membayar.
c. Peran Diri
Pasien sebelum gangguan jiwa punya usaha sembako sukses tapi
setelah bangkrut pasien tidak punya kerja lain. Di keluarga sebagai
anak pertama tapi tidak bisa Bantu orang tua. Pasien merasa tidak bisa
jadi contoh adik-adiknya, pasien merasa dirinya gagal. Dalam kegiatan
masyarakat pasien mengatakan jarang ijut karena malu dengan
usahanya yang bangkrut.
Masalah Keperawatan: Gangguan Konsp Diri;Harga Diri Rendah
d. Ideal Diri
Pasien mengatakan ingin lagi bisa membangun usaha dagangnya,
pasien ingin sukses seperti dulu agar bisa membuat bangga orang tua.
e. Harga Diri Rendah
Pasien mengatakan dengan usahanya yang bangkrut dan tidak lagi
bisa membantu orang tua merasa tidak layak sebagai kakak dan
sungkan untuk berkumpul dengan masyarakat. Pasien mengatakan
menyesal tidak bisa membantu orang tua tapi malah menjadi beban
mereka.
Masalah Keperawatan: Ketidak sesuaian peran
3. Hubungan Sosial
22
Pasien jika ada masalah sering cerita dengan ibu dan adik pertamanya. Di
masyarakat pasien jarang punya teman karena pasien jarang kumpul dengan
warga. Di Rumah Sakit lebih banyak memisahkan diri karena merasa tidak
kenal dan malu menceritakan tentang masalahnya usaha yang gagal
4. Spiritual
Pasien selalu taat beribadah, di Rumah Sakit juga terlihat tekun
ibadahnya.
D. Status Mental
1. Penampilan
Penampilan pasien tidak rapi, rambut gondrong dan kotor.
2. Pembicaraan
Saat menyinggung masalah pasien, pasien bicara tiba-tiba keras, tatapan
mata tajam, pasien mengatakan jengkel saat ditanya masalahnya, pasien
agresif saat menjawab pertanyaan. Pasien mengatakan “Saya orangnya
memang suka ngomong keras dan kasar, apalagi saat jengkel di rumah
saya juga seperti ini.”
Masalah Keperawatan: ketidakmampuan mengungkapkan marah secara
asertif
3. Aktivitas Motorik
Kontak mata tajam, tangan mengepal, pembicaraan tidak focus / mudah
beralih. Sebelum dilakukan pengkajian pasien diruangan teriak-teriak dan
sempat memukul temannya. Pasien mengatakan jika jengkel suka marah-
marah dan berteriak kadang mukul dan ada disekitarnya.
23
Masalah Keperawatan : Prilaku Kekerasan
4. Afek
Afek pasien sesaat stimulus yang diberikan, ekspresi wajah tegang saat
ditanya soal masalahnya.
4.Alam Perasaan
Pasien mengatakan bingung dan pusing bagaimana bisa membayar hutang-
hutangnya, sedangkan dirumah menganggur, apalagi sekarang saya sakit
siapa yang menanggung biaya Rumah Sakit, saya tidak bekerja dan tidak
punya uang. Pasien khawatir.
5. Interaksi Selama Wawancara
Kontak mata ada, wajah tegang, pasien kooperatif menjawab pertanyaan
namun tiba-tiba bicara pasien kasar saat ditanya masalahnya.
6. Persepsi
Kurang lebih 2 tahun lalu saat pertama kali dirawat di RSJ pasien
mengatakan sering mendengar suara-suara orang menyuruh lari, suara
anak yang tidak ada wujudnya itu datang setiap pasien sedang
melamun/menjelang tidur tapi sekarang pasien sudah tidak mendengar
suara-suara itu lagi.
7. Proses Fikir
Pembicaraan pasien bisa dimengerti, pasien sering mengulang
pembicaraan tentang masalah pasien yaitu tentang usahanya yang
bangkrut.
24
8. Isi FikirPasien ada gangguan isi fikir yaitu obsesi, pasien mengatakan
ingin sekali membuka usaha dagang baru biyar dapat melunasi hutang dan
tidak membebani orang tua dan keluarganya lagi.
9. Tingkat Kesadaran
Pembicaraan pasien terkadang kacau
10. Memori
Pasien dapat mengingat kejadian jangka panjang, pasien mengatakan ± 2
tahun pernah dirawat disini karena ditinggal pacar.
11. Tingkat konsentrasi berhitung
Pasien dapat berkonsentrasi terhadap pertanyaan yang diajukan pasien
mampu berhitung “1,2,3,4,5,6,7,8,9,10. pasien mengatakan umurnya 23 th.
E. Kebutuhan persiapan pulang
1. Makan
Dirumah pasien mau makan tanpa disuruh, di SRJ pasien makan teratur.
2. BAK / BAB
Dirumah pasien BAK/BAB pada tempatnya, di RSJ pasien juga selalu
BAK/ BAB di tempatnya.
3. Mandi
Pasien mengatakan dirumah mandi 2x sehari, dirumah sakit mandi tanpa
disuruh.
25
4. Berpakaian
Selama dirumah tidak pernah memperdulikan cara berpakaian/
penampilan, cara berpakaian tidak rapi, di RSJ pasien juga tidak perduli
dengan penampilannya.
5. Kebersihan Diri
Pasien mandi rutin tapi Kalau tidak diingatkan gosok gigi pasien tidak
mau gosok gigi di Rumah Sakit juga.
6. Istirahat dan Tidur
Dirumah pasien jarang bisa tidur lebih suka melamun, dirumah sakit
pasien bisa tidur malam saja jam 22.00 s/d 05.30 WIB.
7. Penggunaan Obat
Setelah pasien pulang dari RSJ pasien suka kontrol, tapi pasien
mengatakan jenuh dan malas dengan obat. Pasien mengatakan ± 2 bulan
tidak lagi mengkonsumsi obat. Di RSJ harus dipaksa dulu minum obat.
F. Mekanisme Koping
Pasien mengatakan ingin bisa usaha dagang lagi agar bisa melunasi
utang dan membantu orang tua, pasien mengatakan saat di rumah karena tidak
ada kesibukan kerja, pasien bingung dan marah-marah, pikiran panas dan
akhirnya pasien melampiaskan dengan teriak / memukul apa yang ada
disekitar.
26
G. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Pasien mengatakan setiap ada masalah tidak pernah bercerita dengan
orang lain kecuali ibu dan adiknya / ayah pasien.
27
H. Penatalaksanaan
1. Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
Glukosa 5 waktu
Ureum
Creatinin
Cholesterol total
Trigliserid
Protein total
Albumin
SGOT
SPGT
Uric acid
120
49.9
0.9
146
42
73
4.4
76
38
8.2
Mg / 100 ml
Mg / 100 ml
Mg / 100 ml
Mg / 100 ml
Mg / 100 ml
Mg / 100 ml
Mg / 100 ml
Unit / l
Unit / l
Mg / 100 ml
7-115
10-50
LK 0.6-1.1
150-220
SD / 150
6.3-8.0
3.8-5.1
LK s/d 37
KK : s/d 42
L. 3.5-7.0
P. 2.5-5.7
2. Diagnosa : skizofrenia tak terinci
3. Therapy Medik : - Holoperidol 2x5 mg
- Thrihexypenidyl 2x2 mg
28
I. Analisa Data
No. Tgl/jam Data Problem
1 9 Januari 08
13.30 WIB
Ds : Pasien mengatakan jika kesal pengen
marah dan berteriak
- pasien mengatakan dirumah sempat
memukul karena yang nagih hutang
tidak mau disemayani.
- Pasien mengatakan sejak usaha
bangkrut jadi mudah marah dan
tersinggung.
- Pasien mengatakan diruangan
memukul teman karena jengkel.
Do : pasien saat berbicara wajah tegang,
tatapan mata tajam, menjawab dengan
agresif, pembicaraan tidak fokus,
pasien diruangan berteriak-teriak, dan
sempat memukul teman.
Perilaku
kekerasan
2 9 Januari 08 Ds : Pasien mengatakan kalau marah
bicara saya kasar, kadang sampai
memukul yang ada disekitar saya.
- pasien mengatakan : saya orangnya
memang suka bicara keras dan kasar
dirumah saya juga seperti ini
apalagi saat jengkel.
Do : Pasien waktu bercerita wajah tegang,
diruang berteriak-teriak menjawab
pertanyaan agresif.
Ketidakmampuan
mengungkapkan
marah secara
asertif.
3 9 Januari 08 Ds : Pasien mengatakan sejak usaha
bangkrut tidak bisa membantu
keluarga malah membebani.
Gangguan
konsep diri,
harga diri rendah
29
Do : Pasien menganggur dan tidak punya
kerja apa-apa.
4 9 Januari 08 Ds : Pasien mengatakan merasa gagal
sebagai anak pertama, tidak bisa jadi
contoh adik-adiknya.
Do : Pasien tidak bisa kerja dan memebntu
keluarga dengan kondisinya yang
sakit.
Ketidaksesuaian
peran
30
Core problem
J. Pohon Masalah
K. Diagnosa
1. Perilaku kekerasan berhubungan dengan ketidakmampuan
mengungkapkan marah secara asertif
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah, berhubungan dengan
ketidaksesuaian peran
31
Perilaku kekerasan
Ketidakmampuan mengungkapkan
marah secara asertif
Gangguan konsep diri :
Harga diri rendah
Ketidak sesuaian
peran
Tindakan Keperawatan
Tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
09-01-08
jam:09.30
. wib
Perilaku
kekerasan b/d
ketidakmampuan
mengungkapkan
marah secara
asertif
TUK : 1.2.3
- mengucap salam
- memperkenalkan diri
- menanyakan nama
dan panggilan yang
disukai
- menjelaskan tujuan
- memberi kesempatan
pasien bicara
- menanyakan
penyebab
jengkel/marah pasien.
- Menanyakan perasaan
yang dialami pasien
saat jengkel.marah
S: pasien menjawab : nama
saya N, mbak mau kita
ngomong soal apa?
- Pasien mengatakan :
saya marah karena
kepikiran dagangan
yang bangkrut, utang
yang menumpuk dan
ditambah biaya Rumah
Sakit ini.
- Pasien mengatakan
saat marah pikiran saya
panas, bingung,
jengkel, saya ingin
berteriak/memukul
yang ada disekitar
saya, dengan begitu
saya lega.
O: wajah pasien memerah,
pandangan mata tajam,
nada suara tinggi.
- pasien kooperatif
menjawab pertanyaan.
A: TUK 1,2,3 tercapai
- pasien mau
menyebutkan nama
- pasien mau diajak
berinteraksi/bertukar
32
pikiran.
- Pasien menyebutkan
penyebab marahnya
karena dagangan
bangkrut, utang
menumpuk dan biaya
Rumah Sakit
- Pasien menyebutkan
tanda-tanda marahnya.
P: - lanjut ke TUK 4,5,6
- pasien dapat
mengidentifikasi
marah yang sering
dilakukan.
- Pasien dapat
mengidentifikasi akibat
marah.
- Pasien dapat
mengidentifikasi cara
konstruksi terhadap
marah
10-01-08
jam:09.30
Dx. 1 TUK : 4,5,6
- Menanyakan pasien
cara marah yang biasa
dilakukan.
- Menanyakan pasien
apa dengan marah
yagn dilakukan dapat
menyelesaiakan
masalah.
- Menanyakan apa
S: Pasien mengatakan
Kalau saya marah,
pengennya berteriak dan
memukul apa yang ada
disekitar saya.
- pasien mengatakan
dengan marah yang
saya lakukan saya
hanya merasa puas tapi
tidak menyelesaikan
33
akibat dari
kemarahannya.
- Menanyakan pasien
apakah mau cara yang
sehat untuk mengatasi
marah.
- Mengajarkan pasien
cara sehat mengontrol
marah :
1. saat ingin marah /
ingin mukul pasien
bisa memukul
bantal.
2. dengan melakukan
kegiatan atau
mengutarakan
marahnya dengan
teman/orang sekitar
tanpa harus berteriak
atau memukul.
3. berdoa atau tarik
nafas dalam sambil
mengucapkan
astaghfirullah.
masalah
- pasien mengatakan
“kalau saya habis
marah
(berteriak/mukul),
tenggorokan saya sakit,
tangan saya sakit,
orang yang saya pukl
juga marah.
- Pasien mengatakan
ingin tahu cara marah
sehat seperti apa.
- Pasien mengatakan
jadi saya harus belajar
cara marah yang
seperti mbak yanti
ajarkan.
A: TUK 4,5,6 tercapai
- pasien mau
mengutarakan marah
yang biasa dilakukan
- pasien mengatakan
akibat dari marahnya.
- Pasien mengerti dan
mau belajar cara marah
yang sehat.
- TUK 4,5,6 tercapai.
O: tidak ada gerakan
motorik dari wajah,
kaki/ tangan pasien.
- pasien kooperatif
34
menjawab pertanyaan.
P: - Lanjut ke TUK 7-9
- Pasien dapat
mendemonstrasikan
cara mengontrol
marah.
- Pasien dapat
menggunakan obat
dengan benar.
11-01-08
Jam:10.30
wib
Dx. 1 TUK 7-9
- Menyuruh pasien
memilih cara yang
sehat yang diajarkan
untuk mengontrol
marah.
- Menyuruh pasien
mendemonstrasikan
cara yang dipilih
untuk mengontrol
marah.
- Menjelaskan manfaat
minum obat
- Menjelaskan kapan
waktu minum obat.
- Menjelaskan dosis
jenis obat yang harus
pasien minum sesuai
kebutuhan.
S: pasien mengatakan saya
akan memilih cara
marah yang sehat
dengan memukul bantal.
- pasien mengatakan
jadi obat yang harus
saya minum jambon
dan putih,saya akan
minum obat rutin dan
tepat waktu pagi, sore,
malam, saya ingin
cepat sembuh dan tidak
marah-marah lagi.
O: pasien
mendemonstrasikan cara
marah dengan memukul
bantal.
A: TUK 7-9 tercapai
- Pasien mau
mendemonstrasikan
salah satu marah yang
sehat yang telah
35
diajarkan
- Pasien mengerti
manfaat , jenis dan
waktu kapan pasien
harus minum obat.
P: - Lanjut ke TUK 8
- Pasien dapat
dukungan keluarga
untuk mengontrol
marah.
12-01-08
jam:08.30
Gangguan konsep
diri harga diri
rendah
TUK 1,2,3
- membina hubungan
saling percaya
- menanyakan
kemampuan positif
yang dimiliki di
rumah
- menanyakan
kemampuan dan
mendiskusikan
kemampuan positif
yang dapat digunakan
di Rumah Sakit.
S: pasien mengatakan
dirumah suka bersih-
bersih, nyapu, nyuci
baju, kadang saya suka
adzan di masjid.
- pasien mengatakan
dirumah sakit kadang
saya nyapu, Bantu
mbak perawat nyapu
dan merapikan tempat
tidur.
O: pasien pagi-pagi
membantu perawat
merapikan tempat tidur.
- pasien mencatat
kegiatan yang
dilakukan di rumah
A: TUK 1,2,3 tercapai
- pasien mau
mengungkapkan
kemampuan yang
36
dapat digunakan
dirumah dan di Rumah
Sakit.
P: - lanjut TUK 4, 5, 6
- pasien dapat
menetapkan dan
merencanakan kegiatan
sesuai jadwal.
- Pasien dapat
melakukan kegiatan
sesuai kondisi sakit.
- Pasien dapat
dukungan dari keluarga
- Mendelegasikan
TUK 4,5,6 pada
poerawat jaga
13-01-08
jam:10.30
Dx. 1 TUK 8
- menanyakan keluarga
bagaimana
kemampuan keluarga
dari sikap yang telah
dilakukan dirumah
Menjelaskan tanda
pasien marah :
1. mata melotot
2. muka merah
3. tangan mengepal/
ada gerakan pad
muka yang
menunjukkan
permusuhan.
S: keluarga mengatakan
saat pasien marah sikap
keluarga hanya
mendiamkan, kadang
ikut memarahi pasien.
- keluarga
mengatakan “tanda
marah yang mbak
jelaskan tadi persis
dengan tanda saat anak
saya mau marah, muka
merah, mata melotot,
suara kasar, kadang
sampai memukul”.
- Keluarga
37
4. nada suara tinggi
- melatih keluarga cara
mengajari pasien
marah yang sehat
dengan :
1. memberikan
kegiatan
2. latih untuk ambil
nafas dalam
3. menyuruh pasien
mengutarakan marah
dan apa
penyebabnya.
4. menyuruh pasien
berdoa dengan
membaca istighfar
5. menyuruh
melampiaskan marah
dengan memukul
bantal.
- Menganjurkan pada
keluarga memilih cara
melatih anak marah
dan membantu
keluarga
mendemonstrasikan.
- Mengajurkan pada
keluarga untuk
mengawasi pasien
mengatakan “jadi
mbak, kalo nanti anak
saya marah, saya tidak
boleh mendiamkan /
marah, tapi harus
mengajari anak saya
marah yang sehat
seperti yang mbak
ajarkan.
- Keluarga
mengatakan “saya
ingin mencoba
bagaimana cara
menanyakan sebab
anak marah.
- Keluarga
mengatakan “anak saya
disini marah karena
ingin pulang dan takut
biaya Rumah Sakit
mahal.
- Keluarga
mengatakan “saya akan
selalu mengawasi anak
saya rutin minum obat.
O: keluarga kooperatif
- keluarga
mendemonstrasikan
cara menanyakan
penyebab anak marah.
A: TUK 8 tercapai
38
rutin minum obat. - keluarga
mengungkapkan sikap
yang dilakukan saat
anak marah.
- Keluarga memilih
dan
mendemonstrasikan
cara marah yang sehat
kepada anaknya.
P: - keluarga dapat
mendemonstrasikancara
lain yang diajarkan
untuk melatih anak cara
marah yang sehat.
- lanjut ke-TUK 10
pasien dapat dukungan
dari lingkungan untuk
mengontrol marah
- mendelegasikan
TUK 10 ke perawat
jaga.
39
EVALUASI
.Pada diagnosa pertama yaitu prilaku kekerasan dilakukan evaluasi pada
tanggal 13- 01- 2008dengan melakukan TUK 8 klien dapat dukungan dari
keluarga.. Data subyektif yang di dapat keluarga mau mengajarkan pasien
bagaimana cara marah yang sehat dengan menanyakan apa yang mengakibatkan
marahnya, dan keluarga juga mengatakan saat pasien marah tidak akan
mendiamkan dan memarahi tetapi akan mengajarkan bagaimana marh yang sehat .
keluarga mengatakan senang bisa bertemu dengan pasien dan lega sudah mengerti
masalah yang dihadapi pasien Data obyektif yang di dapat keluarga kooperatif dan
tersenyum, keluarga mau mengerti kondisi pasien. Sedangkan evaluasi yang di
dapat pada pasien yaitu pasien tenang, bicara dengan nada rendah tidak agresif,
kontak mata ada. pasien mengungkapkan masalah yang membuatnya marah.
Pada TUK 9 yaitu klien dapat minum obat dengan benar sudah dilakukan rada
tanggal 11- 01- 2008, sedangkan padaTUK 10 perawat tidak melaksanakan sesuai
intervensi kemudian mendekegasikan keperawat jaga.
Pada diagnosa kedua yaitu gangguan konsep dari harga diri raendah
dilakukan evaluasi pada tanggal 12- 01- 2008 dengan melakukan TUK 1,2,3 yaitu
Pasien mengungkapkan kemampuan yang positif yang dimiliki di rumah dan
kemampuan yang dapat di lakukan di rumah sakit dengan data subyektif pasien
mengatakan di rumah saya suka bersih-bersih, nyuci baju kadang adzan di
masjid,sedangkan di rumah sakit pasien kadang menyapu dan membantu perawat
merapikan tempat tidur. Data obyektif yang di dapat pagi- pagi rasien memabantu
perawat merapikan tempat tidur, pasien mencatat kegiatan yang dapat dilakukan
40
druamah dan di rumah salit. Pada TUK 4, 5, 6 perawat tidak menyelesaikan
sesuai intervensi kemudian mendelegasikan ke perawat jaga
41
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan kasus ini penulis akan menguraikan yang terjadi dalam
kasis dengan konsep teori yang telah diteliti dalam Bab satu baik tentang
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi
A. Pengkajian
Pada saat awal melakukan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 9
Januari 2008, sikap yang ditunjukkan pasien yaitu nada suara tinggi dan
ngotot saat menjawab pertanyaan, pembicaraan tidak fokus atau mudah
berilih, pandangan pasien tajam dan menuntut, dari sikap yang ditunjukkan
pasien tersebut masih dalam rentang respon agresif seperti yang diungkap oleh
Keliat, (1992) yaitu perilaku yang menyertai marah merupakan dorongan
untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih dapat terkontrol. Perilaku
yang tampak dapat berupa muka merum, bicara keras, menuntut, kasar disertai
kekerasan.
Menurut Stuart & Sundeen (1991) penyebab perilaku kekerasan ada 3
faktor yaitu faktor biologis yang terdiri dari intirtual driveteory, dan
psychomatik teory, faktor psikologis yang terdiri dari frustachan agregession
teory sosial learning theory. Sedangkan penyebab Tn. N mengalami perilaku
kekerasan dilihat dari faktor biologis didapatkan pasien mengatakan kurang
lebih 2 tahun lalu pernah mau menikah tapi gagal karena tidak direstui oleh
orang tua kekasihnya. Berdasarkan teory yang di ungkapkan oleh Stuart &
42
Sundeen (1991), yang pasien alami termasuk fungsi psyhosometis theory yaitu
pengalaman rasa marah sehingga akibat dari respon psikologi terhadap
stimulus eksternal, internal dan lingkungan, diantaranya stres pada masa
lampau, cemas dan kecewa. Penyebab yang kedua dilihat dari faktor
psikologis didapatkan data karena usaha dagangannya yang bangkrut kurang
lebih 1 tahun lalu pasien jadi renggang hubungan dengan keluarga /
masyarakat, pasien mudah marah dan tersinggung. Berdasarkan theory Stuart
& Sundeen, (1991) yang diungkapkan diatas pasien mengalami frustasion
agragration theory yaitu frustasi terjadi bila keinginan individu untuk
mencapai sesuatu gagal sehingga akan menyebabkan suatu, keadaan yang
akan mendorong individu untuk berperilaku agresif diantaranya karena
kehilangan pekerjaan. Dengan penyebab prilaku kekerasan yang ketiga dilihat
dari faktor sosial kultural didapatkan data sebelum sakit pasien aktif mengikuti
kegiatan organisasi remaja, tapi karena usahanya yang bangkrut pasien jadi
renggang hubungan dengan masyarakat dan pasien jadi mudah marah
dan tersinggung. Dan yang dialami pasien disini termasuk sosial
learning theory yaitu prilaku agresif dapat dipelajari langsung / mengatasi
dari proses sosialisasi diantaranya bertindak kekerasan dan mengejek.
Menurut Stuart and Sundeen, (1991) Ada 2 faktor prespistasi atau
faktor pencetus yang menyebabkan terjadi kemarahan yaitu eksternal stresor
dan internal stresor misalnya kehilangan pekerjaan, kehilangan cinta.
Sedangkan pada pasien didapatkan data, kurang lebih 1 bulan yang lalu pasien
ditagih hutangnya oleh pihak grosir tapi belum bisa membayar, pasien jadi
43
mudah marah dan tersinggung, sehari yang lalu yang sebagian hutang datang
lagi sama pasien, meminta untuk pasien melunasi hutang, pasien mengatakan
sangat marah dan sempat memukul karena jengkel yang nagih tidak mau
disemayani padahal tahu pasien tidak punya uang. Berdasarkan data yang
menjadi faktor prespitasi ini, menurut Sturat and Sundeen, (1991) termasuk
pada internal stresor, walaupun pada faktor prespitasi ini tidak terdapat data
pasien kehilangan pekerjaan / cinta yang sesuai dengan teori tapi yang
menyebabkan pasien banyak kurang dan terus dikejar penagih karena pasien
dagangannya bangkrut dan tidak bisa mendapatkan penghasilan lain.
Pada pengkajian ini ditemukan masalah keperawatan perilaku
kekerasan menciderai diri orang lain dan lingkungan nerhubungan dengan
ketidakmampuan mengungkapkan masalah secara asetif dengan di dapatkan
data pasien mengatakan “Saya kalau teringat usahaku yang bangkut rasanyan
ingin marah apalagi dengan orang yang menagih saya, kalau saya ingin marah
saya berterik / memukul apa yang di sekitar, saya akan puas”. Jika sudah
begini, saya orangnya memang suka bicara keras dan kasar di rumah saya juga
seperti ini apalagi saat jengkel.
Menurut Stuart and Suddent, (1991) pasien mengatakan dengan
masalah perilaku kekerasan merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai
respon terhadap kecemasan / kebutuhan tidak terpenuhi yang dirasakan
sebagai ancaman. Faktor yang berhubungan dengan memperbesar rasa
perilaku kekerasan adalah kehilangan penganiayaan
Apabila masalah perilaku kekerasan pada Tn. N tidak segera ditangani,
44
pasien akan mengamuk dan merugikan atau menciderai diri maupun orang
lain, dengan ditandai gejala perilaku kerusakan yaitu pandangan mata tajam,
nada bicara kasar dan tinggi,otot tegang
Masalah keperawatan berikutnya adalah gangguan konsep diri harga
diri rendah ini ditandai dengan pasien mengatakan “saya juga menyesal tidak
bisa jadi contoh adik saya malah membebani keluarga”. Stuart and Sundden,
(1991) mengemukakan bahwa tanda – tanda orang Harga Diri Rendah yaitu
gangguan dalam berhubungan dengan orang lain, perasaan tidak mampu
mudah tersinggung perasaan negatif pada diri sendiri dan menarik diri karena
sosial. Sedangkan penyebab dari harga diri rendah pada pasien yaitu
kegagalan yang berulang, merasa mempunyai tanggung jawab personal dan
ketergantungan pada orang lain (Sundeen, 1998)
B. Masalah Keperawatan
Dari masalah keperawatan diatas didapatkan diagnosa keperawatan
sebagai berikut :
Diagnosa yang muncul pada pasien dengan
1. Perilaku kekerasan berhubungan dengan ketidakmampuan
mengungkapkan masalah asertif. Pada kasus Tn. A ditemukan pasien
mudah tersinggung, karena usahanya bangkrut dan dikejar-kejar penagih
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah sesuai dengan
teori Sandra J Sundeen, 1998 hal 230 ditandai dengan pasien sering
menyendiri, perasaan tidak mampu, merasa bersalah, perasaan tidak
mampu, ketegangan peran yang dirasakan. Pada kasus Tn. N ditemukan
45
data-data tersebut tapi data yang mendukung untuk menegakkan
keperawatan dengan perilaku kekerasan adalah ketidakmampuan dalam
mengungkapkan marah secara asertif dan data yang ditemukan adalah
pasien mengatakan “saya orangnya memang suka bicara keras dan kasar,
di rumah saya juga seperti itu apalagi saat jengkel, pasien bercerita dengan
wajah tegang, di ruang berteriak-teriak, menjawab pertanyaan dengan
agresif dan nada suara tinggi”
Pada kasus Tn. N ditemukan data pasien mengatakan “sejak usaha
bangkrut tidak bisa membantu malah membebani keluarga, pasien
menganggur dan tidak bekerja apa-apa, pasien mengatakan tidak menjadi
contoh adik-adiknya, pasien tidak bisa bekerja dan membantu keluarga
dengan kondisinya yang sakit sehingga muncul diagnosa Gangguan
Konsep Diri ; Harga Diri Rendah berhubungan dengan Ketidaksesuaian
Peran.
C. Perencanaan dan Implementasi
Upaya yang dilakukan penulis dalam mengatasi atau mengurangi
masalah yang dihadapi pasien adalah
Dx
1. Perilaku kekerasan berhubungan dengan ketidakmampuan
mengungkapkan marah secara asertif
Dalam perencanaan penulis melakukan sesuai SOP yang sesuai di rumah
sakit tapi dari 10 tujuan khusus yang ada penulis hanya menyelesaikan 9
tujuan khusus saja. Pada hari pertama tanggal 9 Januari 2008 memulai
46
dengan melakukan tujuan khusus 1,2,3 saja yaitu pasien bersikap terbuka
dengan mengatakan masalahnya,pasien juga mengatakan tanda marah
yang biasa di lakukan. Pada hari ke dua tanggal 10 Januari 2008
melakukan tujuan khusus 4,5,6 yaitu pasien menyebutkan marah yang
biasa di lakukan akibat dari marahnya dan pasien mau belajar cara marah
yang sehat. Pada hari ke tiga tanggal 11 Januari 2008 karena keluarga
belum berkunjung maka penulis berusaha melanjutkan tujuan khusus ke 7
dan 9 yaitu dengan pasien mendemostrasikan salah satu cara mengontrol
marah yang sudah diajarkan dan pasien mengerti cara minum obat yang
benar. Pada hari ke lima penulis berusaha menyelesaikan tujuan khusus ke
8 yaitu keluarga mau mengerti dan memerima kondisi pasien, keluarga
juga mendemostrasikan cara merawat pasien seperti yang penulis ajarkan.
Penulis tidak berhasil menyelesaikan tujuan khusus ke 10 kemudian
penulis mendelegsikan ke perawat jaga, namun sebelumnya penulis sudah
berusaha untuk melaksanakan tapi karna teman se-bangsal dengan pasien
tidak bisa di ajak ber-sosialisasi, penulis sudah berusaha untuk memberi
pengertian pada pasien lain tapi mereka tidak perduli di antara-nya ada
yang mengatakan ”ah wegah cedak nurdin lawong galak’e nemen
“ ,sebelumnya pasien sendiri juga pernah mengatakan kalau pernah
memukul teman se-kamar.
Sedangkan untuk diagnosa keperawatan ke dua yaitu Gangguan
Konsep Diri Harga Diri Rendah penulis tidak melaksanakan rencana
tindakan keperawatan yang sesuai dengan intervensi yang telah di susun
47
yaitu intervensi empat, lima, enam yang telah disusun dengan perencanaan
tidak semua dilaksanakan. Baru diberikan untuk tujuan khusus pertama,
kedua, dan ketiga yaitu pasien mengatakan kemampuan yang biasa
dilakukan di rumah sebelum sakit dan kemampuan yang dilakukan di
rumah sakit. Pasien sudah mulai mengerti dengan kondisi sakitnya maka
pasien tidak bisa menjalankan perannya secara maksimal.
D. Evaluasi
Pada diagnosa keperawatan pertama didapat evaluasi menyebutkan
nama, kontak mata ada, pasien menjawab salam dan duduk berdampingan dan
mengutarakan masalahnya.
Sedangkan pada konsep evaluasi yang diharapkan pasien mengadakan
hubungan personal yang efektif. Tingkah laku pasien merefleksikan
kemampuan mengadakan hubungan interpersonal intim yang terapeutik seperti
jujurm terbuka, dan bekerja sama.
Pada diagnosa keperawatan yang sedang penulis tidak menyelesaikan
semua tujuan khusus sesuai rencana. Penulis hanya menanyakan apa
kemampuan yang biasa dilakukan di rumah dan kemampuan yang bisa
dilakukan di rumah sakit, pasien kooperatif menjawab pertanyaan pasien juga
berhasil melakukan kegiatan positif memanfaatkan kemampuannya dengan
membantu perawat merapikan tempat tidur, menyapu ruangan. Selain itu
penulis juga memberikan motivasi dan semangat agar pasien harga diri rendah
mau bergaul dengan lingkungan sekitar
48
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan masalah yang telah kami sampaikan maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Pasien yang mengalami perilaku kekerasan, pasien akan condong
menunjukkan tanda-tanda pandangan mata tajam, bibir kasar / dengan nada
tinggi, otot tegang, memukul bila tidak tenang dengan memberikan asuhan
keperawatan dengan komunikasi terapeutik kepada pasien akan dapat
membantu meminimalkan tindakan kekerasan yang terjadi.
Pada saat melakukan asuhan keperawatan pada pasien perilaku
kekerasan masalah yang sering didapatkan yaitu melakukan komunikasi
terapeutik, menciptakan hubungan terapeutik, sikap jujur, sabar dan terbuka,
sangat tepat diterapkan dalam rangka membina hubungan saling
percaya dengan pasien
Keikutsertaan keluarga dalam lingkungan dan memberikan asuhan
keperawatan pasien masih kurang, selama pasien dirawat hanya ayah
saja yang menjenguk pasien, keluarga yang lain, saudara ataupun tetangga
jarang yang menengok pasien. Tetapi kebersihan asuhan keperawatan
pada pasien tidak lepas dari peran serta keluarga, sering perlunya
mengikutsertakan pasien, keluarga dan rekan yang ada di lingkungan
sekitar secara rutin. Kebersihan keluarga dan lingkungan dalam asuhan
keperawatan agar lebih ditingkatkan lagi dengan mengaftifkan petugas
49
sosial rumah sakit untuk memberikan motivasi pada keluarga dan
lingkungan sekitar untuk ikut memperhatikan / mengetahui keadaan pasien di
rumah sakit sehingga keluarga dan lingkungan dapat ikut aktif dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
B. Saran
Bagi perawat diperlukan pendekatan yang optimal pada klien dengan
masalah perilaku kekerasan untuk memberikan perawatan secara optimal
agar klien dapat melakukan marah secara asertif dan dapat mengontrol
emosinya saat marah
Bagi institusi rumah sakit untuk menunjang keberhasilan keperawatan
klien dengan perilaku kekerasan perlu ditingkatkan lagi hubungan kerja sama
antara pihak rumah sakit dan keluarga dalam perawatan klien baik di rumah
sakit maupun sudah pulang di rumah
Bagi keluarga diharapkan memberik motivasi kepada klien dengan
perilaku kekerasan dengan cara inilah rasa optimisme dan perasaan positif
terhadap diri sendiri ataupun orang lain akan muncul sehingga pasien dapat
mengontrol emosinya saat marah
Bagi institusi pendidikan agar senantiasa mengembangkan sayap
melalui secara aktual dalam menyelesaikan masalah klien dengan perilaku
kekerasan
50
DAFTAR PUSTAKA
Keliat Budi Ana, 1996, Hubungan Therapeutik Perawat pasien. EGC Jakarta
Keliat Budi Ana dan Sinaga Cristina, 1992, Marah Akibat Penyakit yang Diderita, Arcan Jakarta
Stuart and Sundeen, SJ, 1991, Principle and Practive of Psychiatrik Nursing, Masby Year Book, St. Louis
Towsend, Mary C, 1998, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri : Pedoman untuk Pembuatan Rencana Keperawatan, Edisi 3, Alih Bahasa, Novi Helena C Daulian, EGC, Jakarta
Harold Caplan, M.D, 1994, Psikiatric Clinik, Binakarsa, Jakarta
Stuart, G. W and Sundeen, S.J. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3 alih bahasa : Achiryani S hamid, D. N. Sc. EGC Jakarta.
Harnawatiaj, 2008, ¶ 3,http://www.gayahidupsehat.online.com.27Januari2008
51