Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 1
LAPORAN RENCANA
BAB III
RENCANA STRUKTUR TATA
RUANG KOTA TERNATE
Rencana struktur ruang wilayah kota merupakan kerangka sistem pusat-pusat
pelayan kegiatan kota yang berhierarki dan satu sama lain dihubungkan oleh sistem
jaringan prasarana wilayah kota. Rencana struktur ruang wilayah kota berfungsi :
1. sebagai arahan pembentuk sistem pusat-pusat pelayanan wilayah kota yang
memberikan layanan bagi wilayah kota;
2. sebagai arahan perletakan jaringan prasarana wilayah kota sesuai dengan fungsi
jaringannya yang menunjang keterkaitan antar pusat-pusat pelayanan kota; dan
3. sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahun
untuk 20 (dua puluh) tahun.
3.1. RENCANA SISTEM PUSAT PELAYANAN
Pusat-pusat pelayanan diwilayah kota merupakan pusat pelayanan sosial,
ekonomi, dan administrasi masyarakat yang melayani wilayah kota dan regional. Kota
Ternate dalam kebijakan tata ruang wilaya h nasional (RTRWN) ditetapkan sebagai
salah satu Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang terletak di wilayah Indonesia Bagian
Timur. Hal ini menujukkan bahwa Kota Ternate mengemban fungsi pengembangan
regional yang luas, dan diarahkan agar memiliki fungsi-fungsi pengembangan sebagai
pusat kegiatan jasa dan perdagangan skala nasional, dan regional, sebagai pintu
gerbang eksport dan import lewat Pelabuhan Laut Ahmad Yani Ternate dan sebagai
simpul transportasi dalam rangka mendukung daerah hinterland serta membuka jalur
lintas transportasi antar regional, nasional dan internasional.
Sebagaimana dimaksud dalam RTRWP Maluku Utara, Kota Ternate
merupakan perkotaan skala sedang dengan kegiatan utama adalah sektor jasa dan
perdagangan, pariwisata, dan perikanan laut.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 2
LAPORAN RENCANA
3.1.1 PUSAT - PUSAT KEGIATAN
Kota Ternate merupakan wilayah yang memiliki potensi kegiatan
Perikanan, pariwisata dan jasa perdagangan. Sedangkan sektor kegiatan industri
kecil dan ringan, pertanian dan peternakan merupakan kegiatan-kegiatan yang
direncanakan didorong untuk mendukung pengembangan potensi unggulan.
Pusat - pusat kegiatan memiliki kegiatan utama dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat perumahan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Pengembangan pusat kegiatan Kota Ternate terdiri dari rencana
pengembangan kegiatan sektor perdagangan dan jasa, rencana pengembangan
sektor perkantoran, rencana pengembangan sektor perumahan, rencana
pengembangan fasilitas pelayanan umum, rencana pengembangan sektor
pariwisata dan rencana pengembangan sektor industri kecil. Dengan adanya
rencana pusat-pusat kegiatan Kota Ternate serta memperhatikan kondisi geografi
dan topografi wilayah Kota Ternate yang terdiri dari pulau-pulau dan merupakan
perpaduan antara kawasan pesisir dan dataran berbukit, maka pengembangan pusat
kegiatan Kota Ternate diarahkan pada wilayah yang memiliki topografi datar
hingga landai dengan kemiringan lereng hingga 25% dengan tetap
mempertimbangkan kawasan rawan bencana alam.
Wilayah yang merupakan lokasi rencana pengembangan pusat - pusat
kegiatan Kota Ternate terdapat di :
1. Kecamatan Ternate Utara meliputi kelurahan Soa,Soa Sio, Kasturian,
Salero,Toboleu, Sangaji, Dufa-Dufa, Tafure, Tabam, Sango, Tarau, Sangaji
Utara, Akehuda dan kelurahan Tubo
2. Kecamatan Ternate Tengah meliputi kelurahan Kampung Makassar Barat,
Kampung Makassar Timur, Salahuddin, Kalumpang, Santiong, Gamalama,
Moya, Marikurubu, Kampung Pisang, Takoma, Muhajirin, Maliaro, Kota Baru,
Tanah Raja dan kelurahan Stadion.
3. Kecamatan Ternate Selatan meliputi kelurahan Sasa, Gambesi, Fitu, Kalumata,
Kayu Merah, Bastiong Talangeme, Ubo Ubo, Mangga Dua, Jati, Toboko, Tanah
Tinggi, Tanah Tinggi Barat, Mangga Dua Utara, Jati Perumnas, Tabona,
Bastiong Karance dan kelurahan Ngade.
4. Kecamatan Moti meliputi kelurahan Takofi, Moti Kota, Tafamutu, Tafaga, Figur
dan kelurahan Tadenas.
5. Kecamatan Batang Dua meliputi kelurahan Mayau, Tifure, Lelewi, Bido, Pantai
Sagu dan kelurahan Perum Bersatu.
6. Kecamatan meliputi kelurahan Hiri Togolobe, Dorari Isa, Faudu, Mado, Tomajiko
dan kelurahan Tafraka.
Pengembangan pusat - pusat kegiatan perkotaan meliputi:
1. Pusat kegiatan sektor perdagangan dan jasa
2. Pusat kegiatan sektor pariwisata
3. Pusat kegiatan sektor perikanan dan pengembangan Minapolitan
4. Pusat kegiatan sektor perumahan
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 3
LAPORAN RENCANA
5. Pusat kegiatan Pertanian
6. Pusat kegiatan sektor industri kecil dan ringan
7. Pusat kegiatan sektor perkantoran; dan
8. Pusat kegiatan fasilitas pelayanan umum
A. Pusat Kegiatan Sektor Perdagangan dan Jasa
Kegiatan sektor perdagangan dan jasa yang dikembangkan di
wilayah Kota Ternate diantaranya terdiri atas:
1. Rencana pengembangan fasilitas perdagangan skala regional & Kota.
- Perdagangan pusat perbelanjaan (mall/plaza/shopping center) terpusat di
kelurahan Gamalama, kawasan rencana reklamasi pantai kelurahan Salero –
Dufadufa.
- Pasar Modern Higienis di kawasan reklamasi pantai tapak I kelurahan
Gamalama
- Pasar Grosir terpusat di kelurahan Gamalama
- Pasar Tradisional diarahkan di Tapak I di kelurahan Gamalama
- Pertokoan/Ruko /Perdagangan modern (supermarket & minimarket)
memusat di Kelurahan Gamalama, Muhajirin, Tanah Raja, Santiong,
Makassar Timur, Soasio, kawasan rencana reklamasi pantai kelurahan
Salero – Dufadufa.
- Pasar Wisata/Pasar seni/kerajinan memusat di kawasan rencana reklamasi
pantai kelurahan Salero – Dufadufa.
- Pasar hewan direncanakan di Kelurahan Sasa & Dufadufa.
- Pusat wisata kuliner (seafood/makanan khas daerah) di kawasan rencana
reklamasi pantai kelurahan Salero – Dufadufa
2. Rencana pengembangan fasilitas perdagangan skala Lokal.
- Pertokoan/Ruko/Supermarket/minimarket khususnya di pulau Ternate
memusat setiap BWK yaitu di kelurahan Bastiong Talangame, Bastiong
Karance, Dufa-dufa, Sasa serta pada ruas-ruas jalan utama di setiap BWK.
Untuk kecamatan Moti di kelurahan Moti Kota, kecamatan Hiri di kelurahan
Togolobe, dan kecamatan Batang Dua di kelurahan Mayau.
- Pasar tradisional dikembangkan pada setiap BWK yaitu di kelurahan Bastiong
Talangame, Dufa-dufa, Sasa, Moti Kota, Togolobe dan kelurahan Mayau.
3. Rencana pengembangan fasilitas perdagangan skala lingkungan.
- Ruko/Toko/supermarket/minimarket tersebar pada semua kelurahan yang
terdapat pada setiap BWK.
- Penjualan cendera mata di kawasan sekitar lokasi objek wisata.
Berdasarkan jenis kegiatan sektor perdagangan dan jasa khususnya
perdagangan yang dikembangkan di Kota Ternate meliputi :
- Pertokoan/Ruko
- Toko
- Pasar Modern Higienis
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 4
LAPORAN RENCANA
- Pasar Tradisional
- Pasar Wisata/Pasar seni/kerajinan
- Perdagangan modern (supermarket/mall/plaza/shopping center)
Sedangkan berdasarkan jenis kegiatan sektor komersial khususnya jasa
umum yang dikembangkan di Kota Ternate meliputi :
- Penginapan (hotel/losmen)
- Lembaga Keuangan
- Perbengkelan/reparasi
- SPBU
- Sport Center
- Salon kecantikan
- Travel
- Ekspedisi pengiriman barang
- Pusat komunikasi
- Restoran
Kegiatan perikanan dikembangkan untuk mendukung sistem kegiatan
minapolitan di Kota Ternate. Bagi kegiatan perdagangan yang mempunyai
spesifikasi tertentu sesuai dengan kecenderungan, yakni industri kerajinan /
cenderamata dikembangkan bersinergi dengan pengembangan kegiatan wisata.
Rencana pengembangan pusat wisata kuliner hasil laut /seafood/makanan
khas daerah di kawasan rencana reklamasi pantai kelurahan Salero – Dufadufa akan
berdampak signifikan bagi pengembangan minapolitan dan sektor pariwisata.
Pembangunan pasar seni/kerajinan/cenderamata dikawasan rencana
reklamasi pantai kelurahan Salero – Dufadufa serta pada kawasan sekitar lokasi
objek wisata, didorong untuk mendukung sektor pariwisata dapat memberikan ciri
khusus bagi Kota Ternate dan berpotensi menjadi tujuan wisata.
Rencana kegiatan reklamasi pantai kelurahan Salero – Dufadufa memiliki nilai
yang cukup strategis, dimana kawasan ini lokasinya berdekatan dengan pusat
sejarah dan budaya Kota Ternate yaitu Keraton sultan Ternate, Jembatan Batu,
Dodoku Ali, air Sentosa, Benteng Orange dan Benteng Toloko. Demikian pula
kawasan ini dapat dikembangkan sebagai pusat perdagangan dan jasa skala
pelayanan regional & kota yaitu pembangunan ruko, mall, plaza, pusat perdagangan
IT, pusat pertokoan, hotel dan pembangunan jalan alternatif yang memberikan akses
dari pusat kota ke bandar udara sekaligus menjadi jalur pengangkutan hasil
perikanan dari PPI Dufa-dufa ke pasar tradisional Gamalama maupun ke Pelabuhan
Ahmad Yani untuk tujuan ekspor (mendukung konsep Minapolitan).
Kawasan pesisir pantai kelurahan Salero – Dufadufa memiliki potensi besar
untuk direklamasi karena topografi laut yang landai dan akan berdampak signifikan
bagi pertumbuhan ekonomi daerah.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 5
LAPORAN RENCANA
B. Pusat Kegiatan Sektor Perkantoran
Kawasan perkantoran yang ada di wilayah Kota Ternate sebagian besar
terfokus di di jalan Yos Sudarso, jalan Cengkih Afo, jalan Pattimura, jalan Ki Hajar
Dewantara, jalan Arnold Mononutu, jalan Ahmad Yani dan jalan Stadion yang
meliputi kelurahan Maliaro, Kampung Pisang, Stadion dan kelurahan Kalumpang.
Adapun jenis perkantoran adalah kantor pemerintah Kota Ternate dan Instansi
vertical.
Sebagian lagi perkantoran yang lokasinya cenderung menyebar. Kondisi ini
karena masih ada SKPD pemerintah Kota Ternate yang tidak memiliki bangunan
kantor sendiri atau statusnya masih kontrak/sewa gedung. Diharapkan kedepan
kawasan perkantoran pemerintah Kota Ternate dapat terpusat pada suatu kawasan.
Kantor WaliKota Ternate sebagai pusat pemerintah di Kota Ternate berada di
jalan Yos Sudarso, namun seiring dengan kepindahan kantor Gubernur provinsi
Maluku Utara ke Sofifi, maka kantor WaliKota Ternate dapat dipertimbangkan untuk
menempati eks kantor Gubernur di jalan Pahlawan Revolusi meskipun belum dalam
waktu dekat ini. Jika pemindahan kantor WaliKota Ternate terwujud dan untuk
mempermudah koordinasi, maka bagian-bagian dibawah sekretariat daerah Kota
Ternate juga dapat menempati kantor ini.
Selain itu juga terdapat perkantoran SKPD pemerintah Kota Ternate yang
lokasinya cenderung menyebar. Bangunan kantor SKPD yang ada sebagian besar
statusnya adalah sewa/kontrak. Mengingat lokasi dari perkantoran yang ada saat ini
tidak berada dalam satu kawasan, maka untuk memudahkan koordinasi, maka perlu
adanya relokasi khusus perkantoran khususnya SKPD yang belum memiliki kantor
tersendiri/sewa. Rencana pemindahan kantor SKPD dapat menempati eks kantor
WaliKota Ternate di jalan Yos Sudarso jika kantor WaliKota Ternate di jalan Yos
Sudarso sudah pindah di gedung eks kantor Gubernur Maluku Utara di jalan
Pahlawan Revolusi). Selain itu, kantor SKPD pemerintah Kota Ternate dapat pula
menempati bangunan kantor yang akan ditinggalkan POLDA Maluku Utara, SKPD
provinsi Maluku Utara dan Instansi vertical yang akan pindah ke Sofifi sebagai ibu
kota provinsi Maluku Utara.
Perkantoran swasta di Kota Ternate adalah perkantoran perusahaan swasta
yang bergerak dibidang jasa keuangan, asuransi, konsultan, pemasaran, biro
perjalanan/travel dan lain-lain. Lokasi eksisting kawasan perkantoran swasta saat ini
tersebar dibeberapa lokasi di Kota Ternate meliputi jalan Pahlawan Revolusi, jalan
Sultan Baabullah, jalan Raya Mangga Dua-Bastiong, jalan Jati Lurus, jalan Kapitan
Patimura, jalan Arnold Mononutu, jalan Busoiri, jalan Hasan Esa, jalan Ki Hajar
Dewantara, jalan Stadion, jalan Zainal Abidin. Rencana pengembangan perkantoran
swasta di Kota Ternate diarahkan terutama pada sisi jaringan jalan kolektor dan jalan
lokal yang tersebar di Kota Ternate.
C. Pusat Kegiatan Sektor Perumahan
Kegiatan pengembangan sektor perumahan yang terdapat di Kota
Ternate berdasarkan karakteristik dan fungsi pengembangan perumahan yang
ada di Kota Ternate. Pembagian kegiatan perumahan yang terdapat dan
direncanakan di Kota Ternate meliputi :
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 6
LAPORAN RENCANA
1) Perumahan dengan kepadatan tinggi di Kota Ternate
Kawasan perumahan berkepadatan tinggi di pusat kota Ternate
merupakan kawasan perumahan perkotaan dengan pola kegiatan
perekonomian yang dominan adalah sektor perdagangan, serta tersedia
pusat pelayanan pemerintahan dan fasilitas pelayanan umum skala kota.
Perumahan kawasan pusat kota merupakan perumahan padat serta memiliki
kelengkapan fasilitas dan utilitas. Kawasan permukiman perkotaan
berkepadatan sedang hingga tinggi tersebar hampir diseluruh pusat Kota
Ternate.
Kawasan permukiman berkepadatan tinggi lainnya di Kota Ternate cukup
besar dipengaruhi oleh perilaku kegiatan perekonomian masyarakatnya yang
pada umumnya adalah pedagang menengah kecil. Seperti halnya kawasan
permukiman Lelong di kelurahan kampung Makassar Timur yang berdekatan
dengan Pasar Gamalama, kawasan permukiman kampung Ce’de, kampung
bugis di kelurahan Bastiong Talangame dan Karance serta permukiman di
kelurahan Mangga Dua pantai yang berdekatan dengan pasar Bastiong. faktor
kedekatan, efisiensi waktu dan biaya transportasi menjadi alasan warga
menempati kawasan permukiman tersebut. Kondisi umum adalah minim fasilitas
dan terkesan kumuh.
Kawasan perumahan berkepadatan tinggi perkotaan juga terdapat di
beberapa kelurahan yang terletak pada pesisir pantai seperti di kelurahan
Kalumata, Kayu Merah, Bastiong Karance, Bastiong Talangame, Mangga Dua,
Mangga Dua Utara, Kota Baru, Kampung Makassar Timur, Soa Sio, Salero,
Sangaji, Kasturian dan Dufa-dufa
2) Lingkungan perumahan dan permukiman berkepadatan rendah dan
sedang
Lingkungan perumahan dan permukiman berkepadatan sedang tersebar
pada seluruh kecamatan di Kota Ternate. Untuk kecamatan Ternate Utara,
Tengah dan kecamatan Ternate Selatan dapat dijumpai pada kawasan yang
terletak bagian atas dengan tingkat kemiringan lereng 15% hingga 25%. Untuk
kecamatan pulau Ternate.
Lingkungan perumahan dan permukiman berkepadatan rendah tersebar di
kecamatan Hiri, Moti dan kecamatan Batang Dua.
Ruang pengembangan pada kawasan yang berkepadatan rendah dan
sedang mengarah pada pola perubahan fungsi lahan dari lahan tidur menjadi
ruang perumahan serta sebagian konversi lahan pertanian/perkebunan tetapi
tetap dibatasi pada kelas kelerengan 25%.
D. Pusat Kegiatan Sektor Pariwisata
Kegiatan pariwisata diarahkan menjadi salah satu andalan kegiatan yang
dapat menyumbang perkembangan perekonomian di Kota Ternate. Jenis
kegiatan wisata yang di kembangkan di Kota Ternate meliputi wisata peninggalan
sejarah, wisata seni & budaya, wisata alam dan wisata buatan.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 7
LAPORAN RENCANA
1) Wisata peninggalan Sejarah
Kedaton Sultan Ternate ; Mesjid Sultan Ternate; Benteng Toluco (Santa
Lucas); Jembatan Residen; Kuburan Sultan Babullah; Gereja Katolik Santo
Willibrordus (Gereja Batu); Klenteng Thian Hou King; Benteng Oranje; Benteng
Kalamata (Santalucia); Benteng Kota Janji (Santo Pedro); Benteng
Kastela/Gamlamo (Santo Paolo/Nostra Senora De Rosario); Rumah Kuno;
Kuburan Sultan Mahmud Badaruddin II; Museum Keraton Ternate; Rencana
Museum Rempah-rempah; Kediaman Alfred Russel Wallace;
2) Wisata Budaya
Di Kota Ternate kebudayaan tradisionalnya tumbuh dan berkembang
dengan baik sebagai suatu tradisi budaya yang dipegang teguh masyarakatnya.
Keindahan tradisi budaya dan religi di Kota Ternate yang dapat dilihat dalam
bentuk atraksi wisata: Legu Gam, Upacara Adat Kolano Uci Sabea, Penobatan
Kapita/Fanyira, Baramasuwen (Bambu Gila), ritual Salajin, ritual Badabus
(Debus) ritual Kololi Kie, tarian Soya-Soya, tarian Cakalele, Lagu dan Dadansa,
Tide dan Ronggeng, tarian Gala, Lala, tarian Dana-Dana, kesenian Togal.
Festival Ela-ela dan Upacara Adat Perkawinan Malut,
3) Wisata alam
Wisata Pantai/Bahari : Pantai Hol & telaga Nita, Pantai Sulamadaha,
Pantai pasir putih Tabanga, Pantai Ake Rica wisata, Pantai Kastela.
Wisata Danau/Mata Air : Danau Laguna , Danau Tolire Besar, Danau
Tolire Kecil Kolam air panas Tobololo, Kolam pemandian air tawar alami Ake
Rica, Kolam Ake Santosa.
Wisata Pegunungan: Pendakian gunung Gamalama, Batus Angus, Bukit
Seribu Rupiah.
4) Wisata Buatan
Botanical/Zoo Garden : Taman burung/bird park kawasan Danau
Laguna/kawasan Danau Tolire, Agrotourism/Agrowisata di kawasan Danau
Tolire, Marikrubu, Fitu, Moya dan Foramadiahi, Cengkeh Afo.
Sportourism yaitu kegiatan wisata yang direncanakan berhubungan
dengan olahraga di alam terbuka : Lomba renang melintasi selat antara pulau
Ternate – Tidore, Menyelam (Diving) dan Snorkling di pantai Hol Sulamadaha,
pulau Gurida, Pulau Makka, pulau Hiri dan Pulau Moti, memancing di Pulau Hiri,
Moti, Mayau dan pulau Tifure, lomba perahu Kora-Kora, Jet Sky di pantai
Sulamadaha, Perahu/kano/berselancar angin di pantai Sulamadaha, Kegiatan
hiking di Gunung Gamalama, bersepeda ron gunung (keliling pulau Ternate),
Rencana kolam pemancingan di Tolire kecil kelurahan Takome, Kolam renang
AL.
Taman Rekreasi, Camping ground and Outbound : Land Mark Kota
Ternate, taman Dodoku Ali, Rencana Kegiatan Outbound dan kamping di
kawasan eks lapangan tembak/danau Tolire, Bumi perkemahan Gambesi.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 8
LAPORAN RENCANA
Pengembangan kawasan wisata terpadu perlu dilakukan terutama yang
memiliki pontensi objek yang berbeda (tidak sejenis) pada suatu kawasan atau yang
berdekatan. Rencana pengembangan kawasan wisata terpadu di Kota Ternate
antara lain :
1. Kawasan wisata terpadu di kelurahan Takome (danau Tolire Besar – Tolire Kecil
dan Agrowisata Tolire.
2. Kawasan wisata terpadu di kelurahan Sulamadaha – Tobololo. (Pantai
Sulamadaha – Hol Sulamadaha – Telaga Nita – Pantai Tabanga – Kolam Air
panas Tabanga)
E. Pusat Kegiatan Sektor Industri
Kegiatan industri yang diperbolehkan ada di Kota Ternate merupakan
industri yang kegiatannya tidak dapat menimbulkan polutan, sehingga dapat
menjaga kelestarian lingkungan dan ekosistem yang ada di wilayah Kota Ternate.
F. Pusat Kegiatan Fasilitas Pelayanan Umum
Kegiatan fasilitas pelayanan yang terdapat di Kota Ternate merupakan
fasilitas pendukung kegiatan permukiman penduduk. Fasilitas pelayanan
tersebar di seluruh wilayah Kota Ternate dan terdapat pada setiap kelurahan dan
desa. Fasilitas pelayanan yang ada di Kota Ternate meliputi :
1) Fasilitas Pelayanan Pendidikan
Rencana pengembangan fasilitas pendidikan terdiri dari:
- Pendidikan tinggi diarahkan di kelurahan Sasa, Gambesi, Jambula, Dufa-
dufa, Tanah Tinggi dan kelurahan Akehuda
- Rencana fasilitas pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama hingga
tingkat atas terdapat pada seluruh BWK dan Ibukota kecamatan.
- Rencana pendidikan TK dan sekolah dasar terdapat ditiap kelurahan.
2) Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Rencana pengembangan fasilitas kesehatan terdiri dari:
- Rencana kawasan fasilitas pelayanan kesehatan regional dan kota yang
terdiri dari rumah sakit umum, rumah sakit swasta, farmasi/laboratorium
kesehatan, apotik, klinik bersalin, puskesmas terdapat BWK II yang
merupakan pusat pelayanan kota.
- Rencana fasilitas kesehatan yang terdiri dari puskesmas, apotik terdapat
pada BWK I, III,IV , V dan VI yang merupakan sub pusat pelayanan kota.
- Rencana fasilitas kesehatan yang terdiri dari puskesmas pembantu, kios
obat terdapat pada pusat pelayanan lingkungan.
- Rencana fasilitas kesehatan berupa Puskesmas di Tiap kecamatan serta
pengembangan Puskesmas dengan ketegori rawat inap untuk bebrapa
kecamatan seperti kecamatan Moti, Batang Dua, dan Pulau Hiri.
- Rencana fasilitas kesehatan berupa apotik pada beberapa daerah yang
berpotesi dikembangkan sebagai wisata alam (laut), sehingga dapat
memenuhi kebutuhan obat-obatan bagi para wisatawan serta perencanaan
beberapa praktek dokter di kawasan tersebut, persebaran apotik juga akan
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 9
LAPORAN RENCANA
diarahkan sesuai dengan keberadaan fasilitas kesehatan pada setiap
kecamatan.
- Rencana fasilitas kesehatan Rumah bersalin pada semua kecamatan dengan
persebarannya memperhatikan aksesibilitas dan konsentrasi darah
pemukiman.
- Rencana pemerataan persebaran fasilitas kesehatan berupa Posyandu pada
semua kelurahan yang ada di Kota Ternate.
3) Fasilitas rekreasi dan olahraga
Rencana pengembangan fasilitas rekreasi dan ataupun olahraga terdiri dari :
- Pelayanan skala kota terdiri dari ruang publik (plaza) Dodoku Ali di kelurahan
Salero dan landmark Kota Ternate yang dikembangkan di swering kelurahan
Muhajirin, hutan kota Tapak III di kelurahan Gamalama stadion olah raga
Gelora Kie Raha, Sport center futsall di Kelurahan Bastiong Karance &
Akehuda, gelanggang remaja di Tapak I plus kelurahan Soasio, lapangan
Ngara Lamo di kelurahan Salero dan rencana taman rekreasi dan olah raga
di kawasan pengembangan kota baru.
- Pelayanan skala lingkungan terdiri dari taman bermain lokal dan lingkungan,
lapangan olahraga yang telah ada maupun yang akan dikembangkan.
4) Fasilitas pelayanan bina sosial
Pengembangan fasilitas bina sosial di Kota Ternate meliputi gedung
pertemuan lingkungan dan kecamatan, gedung serbaguna, lembaga
sosial/organisasi masyarakat.
5) Fasilitas pelayanan peribadatan
Pengembangan fasilitas peribadatan yang terdapat di Kota Ternate diarahkan
menyebar pada setiap BWK. Adapun fasilitas peribadatan yang ada di kota
Ternate berupa masjid raya Al-Munawar, gereja Batu, gereja Ayam merupakan
fasilitas peribadatan skala kota dan regional. Fasilitas Mesjid dan musholla
skala lokal dan lingkungan cenderung menyebar disetiap kelurahan, fasilitas
peribadatan gereja tersebar di kecamatan Batang Dua merupakan pelayanan
skala local dan linngkungan. Wihara di kelurahan Gamalama dan Pura di
kelurahan Kayu Merah.
6) Fasilitas Pelayanan Persampahan
Arahan pemusatan kegiatan pelayanan persampahan yang dikembangkan
di Kota Ternate meliputi TPS, TPA, Pengolahan sampah/limbah, dan daur
ulang. Rencana pemusatan pelayanan persampahan dan pengolahan limbah
di TPA terdapat di kelurahan Takome.
7) Fasilitas pelayanan komunikasi
Arahan pemusatan pelayanan komunikasi yang dikembangkan di Kota
Ternate meliputi pusat transmisi/pemancar jaringan telekomunikasi. Arahan
pengembangan di kelurahan Kayu Merah, Kalumpang, Kalumata, Marikrubu,
Moti Kota, Faudu, Mayau, Tubo, Loto, Jati Perumnas dan Jambula serta
rencana pengembangannya berdasarkan kajian teknis lebih lanjut.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 10
LAPORAN RENCANA
3.1.2 RENCANA SISTEM DAN FUNGSI PERWILAYAHAN
Rencana sistem dan fungsi perwilayahan Kota Ternate dibagi menjadi 7
(Tujuh) Bagian Wilayah Kota (BWK) didasarkan pada batas administrasi wilayah
kecamatan. Setiap BWK direncanakan mempunyai pusat pelayanan BWK dan
fungsi perwilayahan yang berfungsi sebagai:
- Pusat Pelayanan Kota;
- Sub Pusat Pelayanan Kota; dan
- Pusat Lingkungan
Rencana Bagian Wilayah Kota di Kota Ternate terbagi atas :
1) BWK – I sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki pusat BWK
di kelurahan Dufa-Dufa. BWK – I Kecamatan Ternate Utara meliputi wilayah
adminsitrasi Kelurahan Tarau, Sango, Tabam, Tafure, Akehuda, Tubo, Dufa –
Dufa, Sangadji Utara, Sangadji, Toboleu, Kasturian, Salero, Soa-Sio, dan Soa.
BWK I memiliki luas wilayah daratan 1.913,90 ha merupakan bagian wilayah
kota dengan tingkat kepadatan tinggi.
Fungsi dan arah pengembangan di BWK – I meliputi :
- Permukiman;
- Bandara;
- Pelabuhan;
- Pariwisata;
- Militer;
- Jasa;
- Perdagangan;
- Perikanan;
- Pertanian;
- Pendidikan;
- Olah Raga; dan
- Industri Kecil & Ringan; dan
- Peternakan
2) BWK – II sebagai pusat kota dengan memiliki pusat BWK di kelurahan
Salahuddin. BWK – II Kecamatan Ternate Tengah meliputi wilayah adminsitrasi
Kelurahan Makassar Timur, Makassar Barat, Salahuddin, Kalumpang, Santiong,
Gamalama, Moya, Kampung Pisang, Marikurubu, Muhajirin, Tanah raja, Maliaro,
Stadion, Takoma, dan Kota Baru.
BWK II memiliki luas wilayah daratan 1.196,60 ha merupakan bagian wilayah
kota dengan tingkat kepadatan tinggi.
Fungsi dan arah pengembangan di BWK – II meliputi :
- Jasa;
- Perdagangan;
- Pariwisata;
- Pelabuhan;
- Pemukiman;
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 11
LAPORAN RENCANA
- Pendidikan;
- Pemerintahan;
- Militer;
- Pertanian;
- Peternakan
- Olah Raga; dan
- Industri Kecil
3) BWK – III sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki Pusat BWK
di Kelurahan Kalumata. BWK – III Kecamatan Ternate Selatan meliputi wilayah
adminsitrasi Kelurahan Sasa, Gambesi, Ngade, Fitu, Kalumata, Kayu Merah,
Tabona, Ubo-Ubo, Bastiong Karance, Bastiong Talangame, Mangga Dua Utara,
Mangga Dua, Jati Perumnas, Jati, Tanah Tinggi Barat, Tanah Tinggi, dan
Toboko.
BWK III memiliki luas wilayah daratan 2.100,20 ha merupakan bagian wilayah
kota dengan tingkat kepadatan tinggi.
Fungsi dan arah pengembangan di BWK – III meliputi :
- Permukiman;
- Jasa;
- Perdagangan;
- Pariwisata;
- Pelabuhan;
- Perikanan;
- Pertanian;
- Militer;
- Olah Raga;
- Pendidikan;
- Industri Kecil & Ringan; dan
- Peternakan
4) BWK – IV sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki Pusat
BWK di Kelurahan Jambula. BWK – IV Kecamatan Pulau Ternate meliputi
wilayah adminsitrasi Kelurahan Jambula, Kastela, Foramadiahi, Rua, Afe
Taduma, Dorpedu, Togafo, Loto, Takome, Sulamadaha, Tobololo, Bula dan
Kulaba.
BWK IV memiliki luas wilayah daratan 4.946,60 ha merupakan bagian
wilayah kota dengan tingkat kepadatan sedang.
Fungsi dan arah pengembangan BWK – IV meliputi:
- Permukiman;
- Pariwisata;
- Pertanian;
- Peternakan;
- Industri Kecil & Ringan; dan
- Perikanan;
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 12
LAPORAN RENCANA
5) BWK – V sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki pusat BWK
di Kelurahan Faudu. BWK – IV Kecamatan Pulau Hiri meliputi wilayah
adminsitrasi Kelurahan kelurahan Faudu, Tomajiko, Dorari Isa, Togolobe,
Tafraka, dan Mado.
BWK V memiliki luas wilayah daratan 670,5 ha merupakan bagian wilayah
kota dengan tingkat kepadatan Rendah.
Fungsi dan arah pengembangan BWK – V meliputi :
- Permukiman
- Perikanan;
- Pertanian;
- Peternakan;
- Pariwisata; dan
- Industri Kecil;
6) BWK – VI sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki pusat BWK
di Kelurahan Moti Kota. BWK –VI Kecamatan Pulau Moti meliputi wilayah
adminsitrasi Kelurahan Moti Kota, Takofi, Tadenas, Figur, Tafamutu, dan
Tafaga.
BWK VI memiliki luas wilayah daratan 2.478,70 ha merupakan bagian
wilayah kota dengan tingkat kepadatan Rendah.
Fungsi dan arah pengembangan BWK –VI meliputi :
- Permukiman;
- Pertanian;
- Perikanan;
- Pariwisata;
- Industri Kecil & Ringan; dan
- Peternakan
7) BWK – VII sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki pusat
BWK di Kelurahan Mayau. BWK –VII Kecamatan Batang Dua meliputi wilayah
adminsitrasi Kelurahan Mayau, Tifure, Bido, Lelewi, Perum Bersatu dan Pante
Sagu.
BWK VII memiliki luas wilayah daratan 2.900,40 ha merupakan bagian
wilayah kota dengan tingkat kepadatan Rendah.
Fungsi dan arah pengembangan BWK –VII meliputi :
- Permukiman;
- Pertanian;
- Perikanan;
- Pariwisata;
- Industri Kecil & Ringan; dan
- Peternakan
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 13
LAPORAN RENCANA
3.1.3 HIRARKI PUSAT PELAYANAN WILAYAH KOTA
A. PUSAT PELAYANAN KOTA
Pusat pelayanan kota melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional.
Pusat pelayanan Kota Ternate terdapat di :
- sebagian BWKI, BWK II, BWK III yang meliputi Kelurahan Salero, Soa, Kampung
Makassar Timur, Kampung Makassar Barat, Gamalama, Muhajirin, Tanah Raja,
Takoma, Kota Baru, Maliaro, Stadion, Tanah Tinggi, Kalumpang, Santiong dan
Kelurahan Salahuddin.
- Skala pelayanan yang di arahkan di pusat pelayanan kota adalah skala
pelayanan untuk seluruhan Kota Ternate dan merupakan hirarki tertinggi.
- Fungsi sebagai pusat pelayanan skala kota yang meliputi : pusat
pelayanan pemerintahan kota, pendidikan dan olahraga, perdagangan dan jasa,
pusat pelayanan transportasi, pusat pelayanan kesehatan, pusat keamanan dan
keselamatan dan pusat sejarah dan kebudayaan
Kegiatan Pemerintahan Kota Ternate menyebar di jalan Yos Sudarso,
jalan Cengkeh Afo, jalan Pemuda, jalan Ahmad Yani, jalan Hasan Esa, jalan Satelit,
jalan Kapitan Patimura, jalan Batu Angus, jalan Arnold Mononutu, jalan Jati Lurus,
Jalan Stadion dan jalan Pahlawan Revolusi. serta arahan pengembangan
pemusatan perkantoran pemerintah Kota Ternate di jalan Kapitan Patimura, Yos
Sudarso, jalan Cengkeh Afo dan Jalan Stadion.
Pusat pelayanan kegiatan pemerintahan yang dilengkapi dengan
pengembangan fasilitas meliputi:
a. Perkantoran pemerintahan kota .
b. Fasilitas kantor pemerintahan pendukung dan pelayanan publik lainnya.
Kegiatan Perdagangan dan Jasa sebagai pusat pelayanan Kota Ternate dan
regional. Perdagangan pusat perbelanjaan mall/plaza/shopping center terpusat di
kelurahan Gamalama, serta arahan pengembangannya dikawasan rencana
reklamasi pantai kelurahan Salero – Dufadufa. Pasar Modern Higienis, pasar grosir,
pasar Tradisional, di kawasan reklamasi pantai tapak I kelurahan Gamalama.
Pertokoan/Ruko /Perdagangan modern (supermarket & minimarket) memusat di
Kelurahan Gamalama, Muhajirin, Tanah Raja, Santiong, Makassar Timur, Soasio,
kawasan rencana reklamasi pantai kelurahan Salero – Dufadufa. Arahan
pengembangan pasar Wisata/Pasar seni/kerajinan, pusat wisata kuliner
seafood/makanan khas daerah memusat di kawasan rencana reklamasi pantai
kelurahan Salero – Dufadufa. Pasar hewan direncanakan di Kelurahan Sasa &
Dufadufa.
Pusat pelayanan perdagangan modern dan jasa komersial skala kota
dilengkapi dengan :
Kawasan perbelanjaan modern skala kota;
Hotel dan penginapan
Perkantoran swasta
Jasa akomodasi pariwisata lainnya
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 14
LAPORAN RENCANA
Sebagai pusat pelayanan umum dan sosial meliputi kesehatan, pendidikan,
rekreasi, peribatdatan dan olahraga skala pelayanan Kota Ternate terdapat secara
menyebar di Kelurahan Kelurahan Salero, Soa, Kampung Makassar Timur,
Kampung Makassar Barat, Gamalama, Muhajirin, Tanah Raja, Takoma, Kota Baru,
Maliaro, Stadion, Tanah Tinggi, Kalumpang, Santiong dan Kelurahan Salahuddin.
B. SUB PUSAT PELAYANAN KOTA
Sub Pusat Pelayanan Kota Ternate terdapat di sebagian BWK I, BWK II,
BWK III dan Keseluruhan BWK IV, BWK V, BWK VI dan BWK VII. Pembentukan
sub pusat pelayanan kota dikaitkan juga dengan fungsi dan peran sub pusat
pelayanan kota di Kota Ternate dalam melayani skala bagian wilayah lokal atau
skala kecamatan.
1) Sub Pusat pelayanan Kota Ternate di BWK I terdapat di kelurahan Dufa-
dufa yang memiliki peran sebagai :
- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan pemerintahan
skala kecamatan dan kelurahan yaitu : kantor Camat Kecamatan Ternate
Utara dan kelurahan Dufa-dufa.
- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan jasa
perdagangan skala kecamatan yaitu : Pasar Tradisional Dufa-dufa dan
pertokoan skala local serta rencana pengembangan jasa perdagangan skala
local kecamatan yaitu : pembangunan pasar hewan di kelurahan Dufa-dufa.
- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan kategori fasilitas
pelayanan umum skala kecamatan & lingkungan yaitu : Terminal Dufa-dufa,
Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, puskesmas pembantu.
- Fungsi untuk pendukung kegiatan pemerintahan, pendidikan dan
pelayanan umum skala Kota dan Regional yaitu : Pelabuhan Dufa-dufa,
Pelabuhan PPI, STAIN, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, Kantor-kantor
Pemerintah Kota.
2) Sub Pusat pelayanan Kota Ternate di BWK III terdapat di kelurahan
Bastiong Talangame dan Bastiong Karance yang memiliki peran sebagai :
- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan jasa &
perdagangan skala kecamatan yaitu : Pasar Tradisional Bastiong, Pasar Ikan
Bastiong, pertokoan skala local dan Jasa lembaga Keuangan Bank BRI,
Danamon dan Pegadaian, Jasa Perhotelan dan Sport Center
- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan fasilitas umum,
pendidikan dan kesehatan skala kecamatan & kelurahan yaitu : Sekolah
dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, apotik dan praktek dokter dan
Terminal Bastiong.
- Fungsi untuk pendukung kegiatan jasa & perdagangan ,kegiatan
pemerintahan dan pelayanan umum skala Kota dan Regional yaitu :
Pelabuhan Perikanan Nusantara, Pelabuhan Feri, Pabrik Es, Kantor Pos
Pemerintah dan pusat penjualan kendaraan bermotor (Dialer), dan kawasan
Pergudangan.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 15
LAPORAN RENCANA
3) Sub Pusat pelayanan Kota Ternate di BWK IV terdapat di kelurahan
Jambula dan Sasa yang memiliki peran sebagai :
- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan pemerintahan
skala kecamatan dan kelurahan yaitu : kantor Camat Kecamatan Pulau
Ternate dan kantor kelurahan Sasa & Jambula.
- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan jasa &
perdagangan dan fasilitas umum skala kecamatan yaitu : Pasar Tradisional
Sasa, pertokoan skala local, Puskud, Terminal Sasa dan Polsek.
Rencana pengembangan fasilitas umum untuk melayani kegiatan sub pusat
pelayanan skala local kecamatan dan Kota yaitu : Pengembangan pasar
tradisional di Sasa, Pembangunan pasar Hewan, pembangunan Dermaga
Sasa.
- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan fasilitas
pendidikan dan kesehatan skala kecamatan & kelurahan yaitu : Sekolah
dasar, puskesmas pembantu.
- Rencana pengembangan fasilitas kesehatan yaitu : Pembangunan Rumah
sakit Tipe C.
- Fungsi untuk pendukung kegiatan jasa & perdagangan, kantor pemerintahan,
fasilitas pendidikan dan pelayanan umum skala Kota dan Regional yaitu :
Pendidikan Tinggi STIKIP, Univ.Muhammadiyah, Depo Pertamina, Lembaga
Permasyarakatan.
4) Sub Pusat pelayanan Kota Ternate di BWK V terdapat di kelurahan Faudu
dan Togolobe yang memiliki peran sebagai :
- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan pemerintahan
skala kecamatan dan kelurahan yaitu : kantor Camat Kecamatan Pulau Hiri
dan kantor kelurahan Faudu & Togolobe.
- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan jasa &
perdagangan dan fasilitas umum skala kecamatan yaitu : pertokoan skala
local.
Rencana pengembangan jasa & perdagangan skala kecamatan yaitu :
Pembangunan pasar tradisional dan Pembangunan Terminal di kelurahan
Togolobe.
- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan fasilitas
pendidikan dan kesehatan skala kecamatan & kelurahan yaitu : Sekolah
dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan puskesmas pembantu.
- Rencana pengembangan pendidikan yaitu : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
kelurahan Faudu.
5) Sub Pusat pelayanan Kota Ternate di BWK VI terdapat di kelurahan Moti
Kota yang memiliki peran sebagai :
- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan pemerintahan
skala kecamatan dan kelurahan yaitu : kantor Camat Kecamatan Pulau Moti
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 16
LAPORAN RENCANA
dan kantor Lurah Moti Kota, Polsek Moti, Koramil, UPTD Diknas dan
KUA.Kecamatan.
- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan jasa &
perdagangan dan fasilitas umum skala kecamatan yaitu : pertokoan skala
local.
Rencana pengembangan jasa & perdagangan dan fasilitas umum skala
kecamatan yaitu : Pembangunan Terminal di kelurahan Moti Kota dan
pembangunan Dermaga Feri Moti Kota.
- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan fasilitas
pendidikan dan kesehatan skala kecamatan & kelurahan yaitu : Sekolah
dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dan
puskesmas Moti Kota.
6) Sub Pusat pelayanan Kota Ternate di BWK VII terdapat di kelurahan
Mayau yang memiliki peran sebagai :
- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan pemerintahan
skala kecamatan dan kelurahan yaitu : kantor Camat Kecamatan Batang Dua
dan kantor Mayau.
- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan jasa &
perdagangan dan fasilitas umum skala kecamatan yaitu : pertokoan skala
local dan Polsek Batang Dua.
Rencana pengembangan jasa & perdagangan dan fasilitas umum skala skala
kecamatan yaitu : Pembangunan pasar tradisional dan Pembangunan
Terminal di kelurahan Mayau, pembangunan Pos pantau AL.
- Fungsi utama untuk melayani kegiatan sub pusat pelayanan fasilitas
pendidikan dan kesehatan skala kecamatan & kelurahan yaitu : Sekolah
dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dan
puskesmas Mayau.
C. PUSAT LINGKUNGAN
Pusat Lingkungan merupakan pusat pelayanan kegiatan dengan skala
pelayanan lingkungan yang tersebar di setiap Bagian Wilayah Kota Kegiatan dan
kelengkapan fasilitas pada Pusat Lingkungan dapat dalam bentuk pusat pelayanan
pemerintahan tingkat kelurahan, perdagangan tingkat lingkungan atau kegiatan
pendidikan skala lingkungan seperti sekolah taman kanak-kanak atau sekolah dasar.
Konsep dasar struktur tata ruang ditetapkan setelah mencermati hasil analisis
keterhubungan antara pusat-pusat pertumbuhan perkotaan serta keterhubungan
antar Pulau-pulau, baik keterhubungan internal maupun eksternal terhadap orientasi
regional KTI.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 17
LAPORAN RENCANA
Gambar 3.1. Peta Rencana Struktur Tata Ruang
(Peta ini menggambarkan hirarki pusat, sub pusat pelayanan kota dan pusat lingkungan dan rencana
Bagian Wilayah Kota (BWK))
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 18
LAPORAN RENCANA
Pada dasarnya konsep struktur tata ruang Kota Ternate mengambil analogi
struktur sel hidup yang memiliki unsur sub sistim Inti dan sub sistim Plasma yang
diimplementasikan pada pola keterhubungan fungsional antar Pulau Ternate sebagai
pusat utama pertumbuhan Kota terhadap Pulau – pulau hinterlandnya.
Gambar 3.2. Konsep Inti – Plasma untuk Struktur Tata Ruang Kota Ternate
Gambar 3.3. Struktur Prinsipal Tata Ruang Kota Ternate
INTI SEL
PLASMA SEL
PULAU TERNATE SEBAGAI INTI KOTA TERNATE
PULAU HIRI, BATANG DUA, MOTI SEBAGAI UNSUR PLASMA KOTA TERNATE
CLUSTER BATANG DUA
P. MAYAU (INTI)
P. TIFURE, GURIDA (UNSUR PLASMA)
CLUSTER TERNATE
P. TERNATE (INTI)
P. HIRI , MAKA, MANO (UNSUR PLASMA)
CLUSTER MOTI
P. MOTI (INTI)
KETERHUBUNGAN EKONOMI PERDAGANGAN DENGAN KOTA LAIN (BITUNG)
KETERHUBUNGAN
EKONOMI
PERDAGANGAN DENGAN KOTA
LAIN (TIDORE)
KETERKATIAN ADMINISTRASI & SOSIAL (ETNIS,
KELUARGA)
KETERHUBUNGAN ADMINISTRASI,
SOSIAL (ETNIS, KELUARGA) & EKONOMI
KETERHUBUNGAN EKONOMI PERDAGANGAN DENGAN
KOTA / KAB. LAIN (MANADO, HALMAHERA
UTARA, DLL)
KETERHUBUNGAN EKONOMI
PERDAGANGAN DENGAN KOTA / KAB LAIN
(HALTIM,
HALTENG)
CLUSTER TERNATE - HIRI
CLUSTER
MOTI
CLUSTER BATANG DUA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 19
LAPORAN RENCANA
Tabel 3.1. Distribusi Fungsi Pendukung Tujuan Tata Ruang kota pada Pulau-pulau
di Kota Ternate
Tujuan Tata
Ruang Kota
Fungsi Pendukung Tujuan Tata
Ruang Kota
Pulau Pendukung Tujuan
Tata Ruang Kota
KOTA JASA &
PERDAGANGAN
Pusat perdagangan & Jasa Skala
Regional dan Kota P. Ternate
Pusat perdagangan & Jasa Skala
Kecamatan & Lokal
P. Ternate, Hiri, Moti,
Cluster Batang dua
Pusat perdagangan & Jasa Skala
Kecamatan & Lokal
P. Ternate, Hiri, Moti,
Cluster Batang dua
KOTA
PARIWISATA
Wisata pantai, laut & perbukitan P. Ternate, P.Mayau,
P.Gurida
Wisata budaya P. Ternate
Wisata sejarah P. Ternate
Wisata Kuliner P. Ternate
Wisata belanja P. Ternate
Wisata Bahari, Diving, Snorkling &
mincing
P.Ternate,P.Makka,
P.Gurida,
P.Hiri,P.Moti.P.Tifure dan
P.Mayau
KOTA
PERIKANAN
Industri yang berbasis
perikanan/kelautan
P. Ternate, P.moti,
P.mayau, P.tifure, P. Hiri
Pelabuhan pendaratan ikan (PPI) P. Ternate
Pelabuhan Perikanan Nusantara P. Ternate
Pelabuhan/dermaga perikanan lokal P. Ternate, P. Mayau, P.
Moti, P.tifure, P.Hiri
CIRI KOTA
PESISIR
Estetika wajah kota pantai (Water
Fron City) P. Ternate
CIRI KOTA
KEPULAUAN Keterhubungan antar pulau
P. Ternate, P. Moti, P. Hiri,
P. Mayau, P.tifure
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 20
LAPORAN RENCANA
Tabel 3.2. Distribusi fungsi cluster dalam strategi tata ruang
TUJUAN FUNGSIONAL
TATA RUANG KOTA
KOMPONEN UTAMA SINERGISITAS ANTAR RUANG
CLUSTER
TERNATE CLUSTER MOTI
CLUSTER
BATANG DUA
KOTA JASA &
PERDAGANGAN
KOTA PARIWISATA
KOTA PERIKANAN
KOTA PESISIR
KOTA KEPULAUAN
Tabel 3.3. Distribusi peran dan fungsi strategis cluster dalam wilayah kota
Cluster Pulau
Pengembangan peran & fungsi strategis dalam wilayah kota
Sebagai Pusat
Pertumbuhan
Sebagai Sub Pusat
Pertumbuhan
Sebagai
Pendukung
Fungsi Lain
TERNATE
Ternate
Pusat jasa & perdagangan
Sub pusat produksi
peternakan
kota pesisir
Pusat Industri kecil &
menengah
Pusat pariwisata
Pusat pendidikan
Pusat perhubungan
Pusat pertahanan dan
keamanan
Pusat produksi pertanian &
perkebunan
Pusat pelayanan kesehatan
Pusat pengembangan
pertanian & perkebunan
(intensifikasi)
Pusat administrasi
pemerintah kota
Hiri
Pusat produksi
pertanian,peternakan &
perkebunan
Sub pusat pemerintah Kota
Hiterland
MInapolitan
Sub pusat industri kecil &
menengah
Sub pusat pariwisata
Sub Pusat Pendidikan
Sub pusat pelayanan
kesehatan
Sub pusat Perdagangan &
jasa
Sub Pusat perhubungan
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 21
LAPORAN RENCANA
Cluster Pulau
Pengembangan peran & fungsi strategis dalam wilayah kota
Sebagai Pusat
Pertumbuhan
Sebagai Sub Pusat
Pertumbuhan
Sebagai
Pendukung
Fungsi Lain
Sub Pusat pertahanan dan
keamanan
MOTI Moti
Pusat produksi
pertanian,peternakan &
perikanan /kelautan
Sub pusat pemerintah Kota
Sub pusat pariwisata
Sub pusat perhubungan
Sub pusat pelayanan
kesehatan
Hiterland
MInapolitan
Sub pusat industri kecil &
menengah
Sub Pusat Pendidikan
Sub pusat Perdagangan &
jasa
Pusat Industri hasil
pertanian,& peternakan &
perikanan/kelautan
Sub Pusat pertahanan dan
keamanan
BATANG
DUA
Mayau
Pusat produksi
pertanian,peternakan &
perikanan/kelautan
Sub pusat pemerintah Kota
Hiterland
MInapolitan
Sub pusat pariwisata
Sub Pusat Pendidikan
Sub pusat pertahanan dan
keamanan
Sub pusat industri kecil &
menengah
Sub pusat perhubungan
Sub pusat pelayanan
kesehatan
Pusat Industri hasil
pertanian,& peternakan &
perikanan/kelautan
Sub pusat jasa &
perdagangan (antar pulau)
Tifure
Pusat pengembangan
pariwisata bahari & Pusat
produksi perikanan/kelautan
Sub pusat pemerintah Kota
Hiterland
MInapolitan
Sub pusat pariwisata
Sub Pusat Pendidikan
Sub pusat pertahanan dan
keamanan
Sub pusat industri kecil &
menengah
Sub pusat perhubungan
Sub pusat pelayanan
kesehatan
Sub pusat jasa &
perdagangan (antar pulau)
Sumber: Hasil Analisis Tim, Tahun 2010
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 22
LAPORAN RENCANA
3.2. RENCANA PRASARANA WILAYAH
3.2.1 Rencana Sistem Transportasi
A. Sistem Transportasi Darat
Sistem transportasi secara fisik terlihat nyata dan berfungsi dalam
pengangkutan barang maupun penumpang untuk menempuh jarak. Adapun
ruang pelayanan sistem transportasi spasial adalah berupa ruang geografis
yang relatif perkembangannya secara tak beraturan sehingga sulit diprediksi
serta fungsi bagian-bagian ruangnya juga berubah-ubah secara dinamis.
Perluasan jaringan transportasi akan lebih membuka peluang bagi perluasan
pasar komoditas suatu wilayah, sedangkan perluasan kawasan budidaya dan
perluasan pasarnya juga membutuhkan pengembangan sistem transportasi.
Dalam perkembangannya, Kota Ternate khususnya yang terjadi di Pulau
Ternate, sangat terpengaruh oleh tingkat pertumbuhan jaringan jalan. Bagian
wilayah Kota yang terletak pada jalur jalan utama terlihat lebih cepat
berkembang (ruas-ruas jalan di Kelurahan Muhajirin dan Kelurahan
Gamalama) dari pada Bagian Wilayah Kota yang berada pada jalur jalan yang
jarang dilewati kendaraan. Jalur utama yang sangat padat adalah jalur jalan
Pahlawan Revolusi (jalur sangat padat), jalur padat di Jl. Merdeka sampai ke
Bastiong, serta jalur Jl. Merdeka sampai ke Dufa-dufa, jalur padat di jalan
Kapitan Patimura hingga jalan Kalumata puncak, jalur jalan pasar Bastiong,
jalur jalan Busoiri dan jalan Nukila. upaya pemerintah untuk menata sirkulasi
lalu lintas Kota Ternate merupakan usaha yang sangat tepat, mengingat
tingkat pertumbuhan jumlah kendaraan sudah tidak seimbang dengan jumlah
jalan yang ada.
Perkembangan lalu lintas yang terjadi di Kota Ternate selama ini sering
menimbulkan berbagai akibat di sub sektor perhubungan darat. Disatu sisi
perkembangan itu sendiri sangat menggembirakan, namun disisi lain sangat
merisaukan. Sisi ini dibayangi dengan semakin besarnya tantangan yang
dihadapi yakni semakin tingginya mobilitas penduduk dan arus barang dari
satu tempat ke tempat lainnya. Kemampuan untuk membangun sarana dan
prasarana tidak bertahan cukup cepat untuk menampung kenaikan mobilitas
tersebut. Persoalan tidak akan pernah selesai bahkan akan lebih rumit bila
cara pendekatan dalam pemecahan masalah semata-mata hanya melihat
jangka pendek yang tidak mempunyai akar yang kokoh untuk penyelesaian
jangka panjang.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 23
LAPORAN RENCANA
1) Jaringan Jalan
Berdasarkan Undang-Undang RI. No. 38 Tahun 2004, dan Peraturan
Pemerintah (PP) RI. No. 34 tahun 2006, Tentang jalan, jaringan jalan
dibagi menjadi jaringan primer dan sekunder. Jaringan primer
menghubungkan antar kota besar dan kota kecil, desa, dan daerah
hinterlandnya, sedangkan jaringan jalan sekunder adalah jaringan yang
menghubungkan antara pusat pusat kegiatan dalam satu kota.
1) Jalan Umum menurut Sistem Jaringan Jalan :
Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang
terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder
yang terjalin dalam hubungan hierarki. Sistem jaringan jalan disusun
dengan memperhatikan keterhubungan antar-kawasan dan/atau dalam
kawasan perkotaan, dan kawasan perdesaan.
Sistem jaringan jalan primer
Sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan pelayanan distribusi
barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional,
dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud
pusat-pusat kegiatan sebagai berikut:
menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat
kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan
lingkungan; dan
menghubungkan antarpusat kegiatan nasional.
Sistem jaringan jalan sekunder
Sistem jaringan jalan sekunder disusun berdasarkan pelayanan
distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan
yang menghubungkan secara menerus kawasan yang mempunyai fungsi
primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder
ketiga, dan seterusnya sampai ke persil.
2) Jalan Umum menurut Fungsi :
Jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan kedalam jalan arteri,
jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan.
Jalan arteri
Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan
jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 24
LAPORAN RENCANA
Jalan kolektor
Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang,
kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
Jalan lokal
Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah,
dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
Jalan lingkungan
Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan
rata-rata rendah.
Jaringan jalan di wilayah Kota Ternate terdiri dari jaringan jalan
kolektor primer, kolektor sekunder, jalan Lokal primer dan local sekunder.
Jaringan jalan yang memiliki akses utama (kolektor primer & kolektor
sekunder) merupakan jaringan jalan yang mempunyai intensitas yang
relatif tinggi, terutama arus lalu lintas pada kawasan kota. Kapasitas dan
daya tampung kendaraan dengan berbagai jenis moda angkutan terhadap
jalan ini menunjukkan intensitas relatif tinggi, terutama arus lalu lintas pada
kawasan pusat kota. Kondisi dan tingkat pelayanan jalan ini berupa jalan
aspal dan lebar bahu ± 6-8 meter. Sementara jaringan jalan lokal primer
dan local sekunder umumnya berfungsi untuk melayani pergerakan
penduduk, baik antar lingkungan pemukiman maupun antara lingkungan
pemukiman dengan pusat-pusat kegiatan penduduk. Umumnya kondisi
jalan-jalan ini berupa jalan-jalan aspal, perkerasan dan sebagian kecil
merupakan jalan tanah, dengan lebar ± 4-6 meter.
Jaringan jalan yang terdapat di wilayah Kota Ternate berdasarkan
fungsinya, terdiri dari : jalan kolektor primer, kolektor sekunder, lokal primer
dan lokal sekunder.
1. Jalan Kolektor Primer yaitu jalan yang menghubungkan pusat kota
dengan pusat-pusat kawasan. Jalan kolektor ini juga sekaligus
berfungsi sebagai jalan penghubung antara satu distrik dengan distrik-
distrik lainnya.
2. Jalan Kolektor Sekunder yaitu jalan yang menghubungkan pusat distrik
dengan pusat-pusat lingkungan. Disamping itu jalan ini juga menjadi
penghubung antara pusat-pusat lingkungan.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 25
LAPORAN RENCANA
3. Lokal primer yaitu jalan yang menghubungkan secara berdaya guna
pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat
kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antarpusat
kegiatan local, atau pusat kegiatan local dengan pusat kegiatan
lingkungan serta antar pusat kegiatan lingkungan
4. Local sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan sekunder
kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan
perumahan kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke
perumahan
Tabel 3.4.
Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaaan di Kota Ternate Tahun 2010
No Kondisi Jalan Panjang Jalan (Km)
1 Baik 159.315
2 Sedang
3 Rusak 123.754
4 Rusak berat 6.674
Jumlah 289.743
No Jenis Perkerasan
1 Hotmix 104.413
2 Lapen 138.149
3 Tanah 47.182
Jumlah 289.743
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Ternate, Tahun 2010
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 26
LAPORAN RENCANA
Klasifikasi jalan di Kota Ternate menurut kewenangan Jalan Nasional terdiri
dari kolektor primer :
Tabel 3.5. Nama ruas jalan Nasional di Kota Ternate Tahun 2010
Nomor Nama Ruas
Panjang
( Km ) Klasifikasi
Urut Ruas
1 026/14/K JL. Merdeka 0.480 Kolektor
Primer (K1)
2 026/15/K JL. Arnold Mononutu 0.700 Kolektor
Primer (K1)
3 026/16/K JL. Jend. A. Yani 0.490 Kolektor
Primer (K1)
4 026/17/K JL. Hasan Esa 0.875 Kolektor
Primer (K1)
5 026/18/K JL. Mangga Dua 0.923 Kolektor
Primer (K1)
6 026/19/K JL. Bastiong 0.985 Kolektor
Primer (K1)
7 026/1A/K Dermaga Ferry – Bastiong 0.220 Kolektor
Primer (K1)
8 026/1B/K JL. Bastiong –
Jambula/Pelabuhan 7.012
Kolektor
Primer (K1)
9 026/1B/K JL. Keliling Pulau Ternate 29.404 Kolektor
Primer (K1)
Sumber : SK Menteri PU No. 631 Tahun 2009
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 27
LAPORAN RENCANA
Jalan Kota terdiri dari kolektor sekunder, lokal primer dan lokal sekunder
Tabel 3.6. Nama Ruas Jalan Kota di Kota Ternate Tahun 2010
Nomor Nama Ruas
Panjang
( Km ) Klasifikasi
Urut Ruas
1 01 JL. Yos Sudarso 0.760 Kolektor Sekunder
2 01.1 JL. Mesjid Baiturrahman
Maliaro 0.381 Lokal Sekunder
3 01.2 JL. Ling. Kampung pisang 0.321 Lokal Sekunder
4 01.3 JL. Terminal Cinta 0.476 Lokal Sekunder
5 01.4 JL. Lingk. Terminal cinta 0.652 Lokal Sekunder
6 01.5 JL. Lingk. Yos sudarso –
cempaka 0.364 Lokal Sekunder
7 02 JL. Kie Raha 0.913 Lokal Primer
8 03 JL. Stadion 0.524 Lokal Primer
9 04 JL. Kapitan Pattimura 0.860 Kolektor Sekunder
10 04.1 JL. lorong Telkom 0.119 Lokal Sekunder
11 04.2 JL. Lingk. Kalumpang 0.800 Lokal Sekunder
12 05 JL. Cengkeh Afo 0.871 Lokal Primer
13 05.1 Jl. Lorong Cengkeh Afo 0.288 Lokal Sekunder
14 05.2 JL. Lingk. Cengkeh AfO - Bt.
Anteru 0.164 Lokal Sekunder
15 05.3 JL. Cengkeh Afo – Pala 0.219 Lokal Sekunder
16 06 JL. Maliaro – Tongole 5.690 Lokal Sekunder
17 06.1 JL. Lingk. Maliaro 0.310 Lokal Sekunder
18 06.2 JL. Maliaro – Jan 1.200 Lokal Sekunder
19 07 JL. Seruni I 0.868 Lokal Sekunder
20 07.1 JL. SMP 6 Stadion 0.192 Lokal Sekunder
21 08 JL. Seruni II 0.246 Lokal Sekunder
22 09 jl. k.h dewantoro 0.622 Lokal Primer
23 10 jl. lingkungan takoma 0.222 Lokal Sekunder
24 11 jl. Asrama polisi 0.277 Lokal Sekunder
25 12 jl. Kamboja 0.391 Lokal Sekunder
26 12.1 jl. lingk. pasar kota baru 1.132 Lokal Sekunder
27 13 jl. zainal abidin syah 0.385 Lokal Sekunder
28 14 jl. wijaya kusuma 0.407 Lokal Sekunder
29 15 jl. cengkeh 0.223 Lokal Sekunder
30 16 jl. Mawar 0.156 Lokal Sekunder
31 17 jl. sedap malam 0.157 Lokal Sekunder
32 18 jl. falajawa i 0.160 Lokal Sekunder
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 28
LAPORAN RENCANA
Nomor Nama Ruas
Panjang
( Km ) Klasifikasi
Urut Ruas
33 19 jl. Anggrek 0.218 Lokal Sekunder
34 20 jl. halmahera raya 2.612 Kolektor Sekunder
35 21 jl. pahlawan revolusi 1.319 Kolektor Sekunder
36 22 jl. salim fabanyo 0.580 Lokal primer
37 23 jl. h. Busoiri 0.720 Lokal primer
38 24 jl. c.m tiahahu 0.303 Lokal primer
39 24.1 jl. s e n a n g 0.154 Lokal Sekunder
40 25 jl. hasan senen 0.309 Lokal Sekunder
41 26 jl. Kemuning 0.159 Lokal Sekunder
42 27 jl. Nuku 0.392 Lokal Sekunder
43 28 jl. falajawa 0.542 Lokal Sekunder
44 29 jl. ade irma suryani 0.195 Lokal primer
45 30 jl. Nukila 0.740 Lokal Primer
46 30.1 jl. tapikong gamalama 0.241 Lokal Sekunder
47 31 jl. ketilang 0.209 Lokal Sekunder
48 32 jl. kusuma harapan 0.204 Lokal Sekunder
49 33 jl. n u r i 0.612 Lokal Sekunder
50 34 jl. Branjangan 0.669 Lokal Sekunder
51 35 jl. kakak tua 0.420 Lokal Sekunder
52 36 jl. bangau 0.249 Lokal Sekunder
53 37 jl. cendrawasih 0.245 Lokal Sekunder
54 38 jl. Merak 0.200 Lokal Sekunder
55 39 jl. m a l e o 0.149 Lokal Sekunder
56 40 jl. elang 0.250 Lokal Sekunder
57 41 jl. Merpati 0.320 Lokal Sekunder
58 41.1 jl. lingk. Merpati 0.121 Lokal Sekunder
59 42 jl. c a m a r 0.140 Lokal Sekunder
60 43 jl. Pipit 0.128 Lokal Sekunder
61 44 jl. Gagak 0.481 Lokal Sekunder
62 45 jl. Kesatrian 0.239 Lokal Sekunder
63 46 jl. Salak 0.307 Lokal Sekunder
64 47 jl. rambutan 0.568 Lokal Sekunder
65 47.1 jl. lingk. Rambutan 0.250 Lokal Sekunder
66 48 jl. Nanas 0.087 Lokal Sekunder
67 49 jl. Manggis 0.430 Lokal Sekunder
68 50 jl. sultan babullah 0.648 Kolektor Sekunder
69 51 jl. yasin gamsungi 0.877 Lokal Primer
70 51.1 jl. lingk. Lelong 0.126 Lokal Sekunder
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 29
LAPORAN RENCANA
Nomor Nama Ruas
Panjang
( Km ) Klasifikasi
Urut Ruas
71 51.2 jl. sonyie lamo 0.240 Lokal Primer
72 52 jl. Jambu 0.467 Lokal Sekunder
73 53 jl. Jeruk 0.457 Lokal Sekunder
74 54 jl. mesjid sultan 0.112 Lokal Sekunder
75 55 jl. Kedaton 0.495 Lokal Sekunder
76 56 jl. semangka tobenga 1.395 Lokal Sekunder
77 57 jl. soa konora 0.329 Lokal Primer
78 58 jl. Akeboca 0.623 Lokal Primer
79 59 jl. ngidi – kasturian 1.585 Kolektor Sekunder
80 59.1 jl. soa puncak i 0.324 Lokal Sekunder
81 59.2 jl. soa puncak ii 0.718 Lokal Sekunder
82 59.3 jl. lingk. ngidi – kasturian 0.100 Lokal Sekunder
83 59.4 jl. link salero – kasturian 0.534 Lokal Sekunder
84 59.5 jl. lingk. ngade sone 0.460 Lokal Sekunder
85 59.6 jl. ngade sone 1.073 Kolektor Sekunder
86 60 jl. kasturian – facei 0.978 Lokal Primer
87 60.1 jl. lingk. kasturian – facey 0.100 Lokal Sekunder
88 60.2 jl. lingk. Bola 0.374 Lokal Sekunder
89 60.3 jl. stasion pantai sabia 0.380 Lokal Sekunder
90 61 jl. facei – tarau 3.995 Kolektor Sekunder
91 61.1 jl. lingk. toloko puncak 0.100 Lokal Sekunder
92 61.2 jl. lingk. facey – tarau 0.300 Lokal Sekunder
93 61.3 jl. smp tsanawiyah dufa-dufa 0.358 Lokal Sekunder
94 62 jl. smp islam – moya 2.300 Lokal sekunder
95 62.1 jl. lingk. smp islam 0.438 Lokal Sekunder
96 62.2 jl. lingk. Gamayaou 0.151 Lokal Sekunder
97 62.3 jl. lingk. smp islam –skeep 0.860 Lokal Sekunder
98 62.4 jl. lingk. gamayaou puncak 0.500 Lokal Sekunder
99 63 jl. skeep pohong amo 0.379 Lokal Sekunder
100 63.1 jl. lingk. Skeep 0.606 Lokal Sekunder
101 63.2 jl. lingk. skeep pohong amo 0.306 Lokal Sekunder
102 64 jl. Salahudin 0.729 Lokal primer
103 65 jl. kayu manis – moya 2.319 Lokal primer
104 65.1 jl. lingk. Tabahawa 0.550 Lokal Sekunder
105 65.2 jl. lingk. tabahawa ii 0.804 Lokal Sekunder
106 65.3 jl. lingk. kayu manis 0.100 Lokal Sekunder
107 65.4 jl. moya bukubendera 3.300 Lokal Sekunder
108 66 jl. Torano 0.739 Lokal Sekunder
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 30
LAPORAN RENCANA
Nomor Nama Ruas
Panjang
( Km ) Klasifikasi
Urut Ruas
109 66.1 jl. fala lamo torano 1.000 Lokal Sekunder
110 67 jl. BTN – torano 1.310 Lokal Sekunder
111 67.1 jl. lingk. BTN – torano 0.211 Lokal Sekunder
112 67.2 jl. lingk. jepa I 0.310 Lokal Sekunder
113 68 jl. tanah mesjid – btn 0.664 Lokal Sekunder
114 68.1 jl. lingk. tanah mesjid 0.259 Lokal Sekunder
115 68.2 jl. lingk. btn baru 0.280 Lokal Sekunder
116 69 jl. kompleks btn 1.842 Lokal Sekunder
117 70 jl. Marikurubu 1.784 Lokal Sekunder
118 70.1 jl. link marikurubu 0.375 Lokal Sekunder
119 71 jl. pala – marikurubu 0.598 Lokal primer
120 71.1 jl. lingk. btn pala - marikurubu 0.342 Lokal Sekunder
121 71.2 jl. lingk. pala – marikurubu 0.182 Lokal Sekunder
122 72 jl. Palapa 0.259 Kolektor sekunder
123 73 jl. lingk. Palapa 0.149 Lokal Sekunder
124 74 jl. puskesmas kalumpang 0.515 Lokal Sekunder
125 75 jl. terminal baru gamalama 1.822 Local primer
126 76 jl. marikurubu - jati 1.286 Lokal primer
127 76.1 jl. ake oti 1.632 Lokal Sekunder
128 76.2 jl. tanah tinggi barat 0.230 Lokal Sekunder
129 76.3 jl. maliaro - jati jan 0.300 Lokal Sekunder
130 76.4 jl. kamp. kodok jerbus 0.123 Lokal Sekunder
131 77 jl. tanah tinggi 0.717 Kolektor sekunder
132 77.1 jl. lingk. tanah tinggi 0.199 Lokal Sekunder
133 78 jl. belakang rsu 0.596 Lokal Sekunder
134 79 jl. cempaka tanah tinggi 0.653 Lokal Sekunder
135 80 jl. Larat 0.191 Lokal Sekunder
136 81 jl. nusa indah 0.319 Lokal Sekunder
137 82 jl. Kecubung 0.215 Lokal Sekunder
138 83 jl. Teratai 0.105 Lokal Sekunder
139 84 jl. Bougenville 0.192 Lokal Sekunder
140 85 jl. Kenanga 0.311 Lokal Sekunder
141 86 jl. Vanda 0.127 Lokal Sekunder
142 87 jl. Bonsai 0.243 Lokal Sekunder
143 88 jl. kaca piring 0.245 Lokal Sekunder
144 89 jl. Dahlia 0.309 Lokal Sekunder
145 90 jl. kelapa pendek 0.768 Lokal Sekunder
146 90.1 jl. lingk. kelapa pendek 0.081 Lokal Sekunder
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 31
LAPORAN RENCANA
Nomor Nama Ruas
Panjang
( Km ) Klasifikasi
Urut Ruas
147 91 jl. jati I 0.693 Lokal Primer
148 92 jl. jati II 0.562 Lokal Primer
149 92.1 jl. lingk. jati II 0.100 Lokal Sekunder
150 93 jl. jati III 0.552 Lokal Sekunder
151 94 jl. j a t i 0.420 Kolektor Sekunder
152 95 jl. Jerebusua 0.764 Lokal primer
153 95.1 jl. lingk. Jerebusua 0.251 Lokal Sekunder
154 96 jl. jati baru 0.766 Lokal sekunder
155 96.1 jl. lingk. jati baru 0.100 Local sekunder
156 97 jl. jati – jan 2.271 Lokal Primer
157 97.1 jl. lingk. trans tv 0.650 Lokal sekunder
158 97.2 jl. lingk. jati - jan (metro) 0.746 Lokal sekunder
159 98 jl. j a n 1.407 Lokal Primer
160 98.1 jl. lingk. perumahan ubo -ubo 0.391 Local sekunder
161 98.2 jl. lingk. Jan 0.133 Local sekunder
162 98.3 jl. lingk jan baru 0.450 Local sekunder
163 99 jl. perumnas - jati 0.825 Local sekunder
164 99.1 jl. lingk. perumnas – jati 0.455 Local sekunder
165 99.2 jl. lingk. perumnas motoa 1 0.198 Local sekunder
166 100 jl. melati – kalumata 2.378 Kolektor Sekunder
167 100.1 jl. lingk. melati – cempaka 0.394 Local sekunder
168 100.2 jl. lingk. jati 1.023 Local sekunder
169 100.3 jl. melati jati 0.520 Local sekunder
170 100.4 jl. lingk. perumnas danau
toba 0.708 Local sekunder
171 100.5 jl. smp al irsyad 0.706 Local sekunder
172 100.6 jl. himo – himo 0.515 Local sekunder
173 100.7 jl. tobona – bukusandar 2.300 Local sekunder
174 100.8 jl. pengadilan agama kayu
merah 0.509 Local sekunder
175 100.9 jl. dprd kota – kalumata 0.765 Local sekunder
176 100.10 jl. rumah dinas walikota 0.950 Local sekunder
177 101 jl. kalumata – gambesi 4.245 Lokal primer
178 101.1 jl. barito puncak 0.913 Local sekunder
179 101.2 jl. lingk. kalumata puncak 0.569 Local sekunder
180 101.3 jl. lingk. kalumata – gambesi 0.177 Local sekunder
181 101.4 jl. asrama haji ngade 0.250 Local sekunder
182 102 jl. gambesi – sasa 1.500 Kolektor Sekunder
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 32
LAPORAN RENCANA
Nomor Nama Ruas
Panjang
( Km ) Klasifikasi
Urut Ruas
183 102.1 jl. lingk. gambesi – sasa 0.150 Local sekunder
184 103 jl. sasa – foramadiahi 1.975 Kolektor sekunder
185 104 jl. mangga dua – jati 0.404 Local sekunder
186 104.1 jl. lingk. mangga dua – jati 0.093 Local sekunder
187 105 jl. perumnas – bastiong 0.683 Local sekunder
188 105.1 jl. smp 4 bastiong 0.104 Local sekunder
189 105.2 jl. lingk. Talangame 0.100 Local sekunder
190 105.3 jl. masuk bpom bastiong 0.248 Local sekunder
191 106 jl. cakra ubo-ubo 0.836 Local sekunder
192 106.1 jl. lingk. tanah misi 0.488 Local sekunder
193 107 jl. pasar bastiong 0.675 Local primer
194 107.1 jl. lingk. pasar bastiong 0.734 Local sekunder
195 108 jl. bastiong pantai 0.195 Local sekunder
196 108.1 jl. lingk. bastiong pantai 0.440 Local sekunder
197 109 jl. lingk. ferry bastiong 0.177 Local sekunder
198 110 jl. ubo – ubo 0.828 Local primer
199 111 jl. sdn ubo-ubo 0.584 Lokal sekunder
200 112 jl. Meteorologi 0.629 Local sekunder
201 112.1 jl. meteorologi perumnas - jan 0.548 Local sekunder
202 112.2 jl. lingk. Meteorologi 0.137 Local sekunder
203 113 jl. sosial ubo-ubo 0.593 Local sekunder
204 114 jl. falajawa II 0.784 Local primer
205 114.1 jl. kompleks falajawa II 3.139 Local sekunder
206 115 jl. lingk. pemancar RRI 0.386 Local sekunder
207 116 jl. lingk. kayu merah 0.510 Local sekunder
208 117 jl. Vihara 0.464 Local sekunder
209 118 jl. kalumata 0.641 Kolektor sekunder
210 118.1 jl. lingk. Barito 0.649 Local sekunder
211 119 jl. lingk. Kalumata 0.411 Local sekunder
212 120 jl. daniel bohang 0.745 Lokal primer
213 120.1 jl. lingk. daniel bohang 0.308 Local sekunder
214 121 jl. am kamaruddin 1.090 Local sekunder
215 121,1 jl. samping mapolsek utara 0.218 Local sekunder
216 122 jl. air sentosa 0.209 Kolektor sekunder
217 123 jl. SD salero 0.118 Local sekunder
218 124 jl. mesjid kasturian 0.119 Local sekunder
219 125 jl. cempedak – kasturian 0.461 Local sekunder
220 126 jl. Toboleu 1.107 Local sekunder
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 33
LAPORAN RENCANA
Nomor Nama Ruas
Panjang
( Km ) Klasifikasi
Urut Ruas
221 126.1 jl. gang gipsy koloncucu 0.608 Local sekunder
222 127 jl. lingkungan toboleu 0.665 Local sekunder
223 128 jl. b o l a 0.422 Local sekunder
224 129 jl. Gamcim 0.489 Local sekunder
225 130 jl. Koloncucu 0.280 Local sekunder
226 131 jl. penyu sabia 0.405 Local sekunder
227 131.1 jl. lingkungan sabia 0.312 Local sekunder
228 131.2 jl. puskesmas siko 0.395 Local sekunder
229 131.3 jl. sabia facey 0.175 Local sekunder
230 132 jl. mutiara 0.248 Local sekunder
231 133 jl. Kepiting 0.491 Local sekunder
232 134 jl. Teripang 0.175 Local sekunder
233 135 jl. facey - buku bandera 2.394 Local sekunder
234 136 jl. samping makam pahlawan 0.389 Local sekunder
235 137 jl. toloko barat 0.431 Local sekunder
236 137.1 jl. lingk. toloko barat 0.148 Local sekunder
237 138 jl. skb toloko 0.554 Local sekunder
238 139 jl. benteng toloko 0.281 Lokal primer
239 140 jl. cakalang 0.520 Kolektor sekunder
240 140.1 jl. samping SMA 4 dufa-dufa 0.157 Lokal sekunder
241 140.2 jl. terminal dufa – dufa 0.185 Local primer
242 141 jl. kampus stain 0.315 Lokal sekunder
243 142 jl. Julung 0.690 Lokal sekunder
244 142.1 jl. lingk. dufa – dufa 0.528 Lokal sekunder
245 143 jl. Tafure 0.879 Lokal sekunder
246 143.1 jl. lingkungan lanal 0.137 Lokal sekunder
247 143.2 jl. kenari – tafure 0.418 Lokal sekunder
248 143.3 jl. lingk. Tafure 0.431 Lokal sekunder
249 143.4 jl. pantai daulasi 1.500 Lokal sekunder
250 144 jl. pantai tafure 0.300 Lokal sekunder
251 144 jl. asrama AL. 0.845 Lokal sekunder
252 145 jl. daulasi 1.014 Local primer
253 146 jl. sigi heku 0.848 Lokal primer
254 147 jl. Cendana 1.086 Lokal primer
255 148 jl. Tubo 0.777 Lokal primer
256 149 jl. lingkungan tabam 0.800 Local sekunder
257 150 jl. pantai tabam 0.650 Local sekunder
258 150 jl. lingk. Sango 0.252 Local sekunder
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 34
LAPORAN RENCANA
Nomor Nama Ruas
Panjang
( Km ) Klasifikasi
Urut Ruas
259 151 jl. Tarau 0.271 Lokal sekunder
260 151.1 jl. lingk. tarau barat 0.356 Local sekunder
261 151.2 jl. lingk. Tarau 0.294 Local sekunder
262 152 jl. pltd kayu merah 0.256 Local sekunder
263 153 jl. puskesmas kalumata 0.390 Local sekunder
264 154 jl. kalumata baru 0.928 Local sekunder
265 154.1 jl. lingk. kalumata baru 0.487 Local sekunder
266 155 jl. ngade baru 0.790 Local sekunder
267 155.1 jl. laguna permai 0.300 Local sekunder
268 156 jl. danau laguna 1.532 Lokal Sekunder
269 157 jl. fitu baru 0.963 Local sekunder
270 158 jl. nelayan fitu 0.288 Local sekunder
271 159 jl. lingk. prumahan luph 0.157 Local sekunder
272 160 jl. gambesi baru 1.090 Local sekunder
273 160.1 jl. lingk. gambesi baru 0.157 Local sekunder
274 161 jl. sman 3 gambesi 0.474 Local sekunder
275 162 jl. legu gam 1.583 Local sekunder
276 163 jl. sasa puncak 1.200 Local sekunder
277 164 jl. sasa baru 0.720 Local sekunder
278 164.1 jl. lingk. sasa baru 0.488 Local sekunder
279 165 jl. terminal sasa 0.434 Local sekunder
280 166 jl. Foramadiahi 1.400 Lokal primer
281 167 jl. j a m b u l a 1.200 Lokal sekunder
282 167.1 jl. madrasah tsanawiyah
sasa 0.663 Local sekunder
284 169 jl. ake tubo 1.563 Local sekunder
285 170 jl. lingk. Tubo 0.480 Local sekunder
286 171 jl. k u l a b a 0.250 Local sekunder
287 172 jl. b u l a 3.000 Local sekunder
288 173 jl. t o b o l o l o 3.200 Local sekunder
289 174 jl. Sulamadaha 0.805 Local sekunder
290 175 jl. wisata sulamadaha 0.150 Local sekunder
291 176 jl. pelabuhan sulamadaha 0.175 Local sekunder
292 177 jl. puskesmas sulamadaha 0.095 Local sekunder
293 178 jl. t a k o m e 2.000 Local sekunder
294 179 jl. masuk tpa takome 0.698 Local sekunder
295 180 jl. danau tolire 0.249 Local sekunder
296 181 jl. l o t o 0.263 Local sekunder
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 35
LAPORAN RENCANA
Nomor Nama Ruas
Panjang
( Km ) Klasifikasi
Urut Ruas
297 182 jl. t a d u m a 0.472 Local sekunder
298 183 jl. a f t a d o r 2.750 Local sekunder
299 184 jl. t o g a f o 1.800 Local sekunder
300 185 jl. r u a 3.400 Local sekunder
301 186 jl. k a s t e l a 1.560 Local sekunder
302 187 jl. wisata sampalo 0.150 Local sekunder
303 188 jl. keliling pulau hiri 9.338 Local primer
304 189 jl. keliling pulau moti 18.942 Local primer
305 189.1 jl. moti kota 1.340 Local primer
306 189.2 jl. Tadenas 1.420 Local primer
307 190 jl. keliling pulau mayau 21.317 Local primer
308 191 jl. keliling pulau tifure 14.000 Local primer
309 192 jl. Sultan Khairun 0.71 Kolektor sekunder
310 193 jl. Rawasari 1 0.145 Local sekunder
311 192 jl. Rawasari 2 0.215 Local sekunder
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Tahun 2010
Kebutuhan pengembangan sarana transportasi darat di Kota Ternate di
dasari oleh oleh pemikiran strategi yaitu :
A. Untuk mengurangi kemacetan yang terdiri dari:
1. Penambahan jalan baru.
2. Perbaikan geometri dan peningkatan daya tampung.
B. Membuka akses bagi kawasan pertumbuhan baru (pemerataan pertumbuhan
ekonomi) yang terdiri dari Pembangunan Ruas Jalan baru.
C. Membuka akses pada kawasan-kawsan sentra Produksi Perkebunan dan
perikanan (meningkatkan fungsi ekonomi) yang terdiri dari Pembangunan ruas
jalan baru dan peningkatan kualitas jalan eksisting.
D. Membuka keterisolasian kawasan melalui jalur darat, yang terdiri dari
pembangunan jalan baru dan penigkatan kwalitas jalan eksisting.
Berdasarkan fakta yang ada di Kota Ternate terdapat sejumlah titik kemacetan di
sejumlah lokasi khususya pada kawasan dengan fungsi jasa
perdagangan,pendidikan dan perkantoran yang meliputi : ruas jalan Cakalang, ruas
jalan Pemuda, ruas jalan Sultan Khairun, ruas jalan Pahlawan Revolusi, ruas jalan
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 36
LAPORAN RENCANA
Ahmat Yani, ruas jalan Merdeka, ruas jalan Hasan Esa, ruas jalan Mangga Dua,
ruas jalan Bastiong, ruas jalan Kayu Merah, ruas jalan Kalumata, ruas jalan Jati,
ruas jalan Yos Sudarso, ruas jalan Patimura,ruas jalan pasar Inpres.
Hasil survei menunjukkan bahwa kecepatan kendaraan pada ruas jalan tersebut
rata-rata ±10 – 15 km/jam, sementara itu kecepatan ideal perkotaan adalah
30km/jam. Kondisi ini menunjukkan bahwa pada ruas jalan tersebut terjadi
kemacetan, untuk mengurai kemacetan sekaligus untuk mencapai kecepatan ideal
30km/jam di kotaTernate secara umum dibutuhkan panjang jalan minimal 2 kali lipat
dari panjang yg ada pada kawasan kemacetan sebagai jalan alternatif untuk
mencapai tujuan.
Berdasarkan jarak ideal antar kendaraan dengan kecepatan 30 km/jam adalah 4
meter dengan rasio 143 kendaraan per kilometer. Panjang jalan eksisiting total yang
ada dikota ternate pada tahun 2010 adalah 288,89 Km. yang terdiri dari jalan
kolektor primer dengan panjang +- 32,74 Km, kolektor sekunder 24,51 km dan
sisanya merupakan jalan local yakni sepanjang 230,98 Km. jalan yang ada di Kota
Ternate pada tahun 2010 masih dapat manampung jumlah kendaraan yang ada
bahkan jika dilihat dari pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan kepemilikan
kendaraan bermotor hingga tahun 2031 jalan yang ada di Kota Ternate masih dapat
menampung kendaraan yang ada. Kondisi lapangan menunjukkan seakan-akan
bahwa panjang jalan tidak mencukupi menampung kendaraan, hal ini dapat
dimaklumi karena pada ruas tertentu terjadi kemacetan, padahal pada lokasi lain
kondisi jalan lengang.
Menurut hasil analisis dengan mengacu pada kondisi ideal 143 kendaraan per
kilometer serta telah memaksimalkan penggunaan jalan-jalan yang ada maka
didapat bahwa pada tahun 2010 rasio perbandingan antara panjang jalan dan
jumlah kendaraan adalah 10/1 artinya dalam jangkauan 10 m terdapat 1 kendaraan.
Dari hasil analisis hingga tahun 2031 akan terdapat ± 35.911 unit kendaraan jumlah
ini didapat dengan asumsi bahwa tiap kendaraan di gunakan oleh 7 orang, panjang
jalan yang ada sekarang masih dapat menampung jumlah kendaraan hingga tahun
2031 akan tetapi jika tidak memaksimalkan penggunaan jalan local yang ada dalam
kota maka akan terjadi kemacetan pada ruas jalan-jalan kolektor primer dan
sekunder. Untuk menghindari kemacetan yang terjadi ini akan di tambah ruas-ruas
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 37
LAPORAN RENCANA
jalan baru dan peningkatan daya tamping jalan yang nantinya masuk dalam ketegori
jalan kolektor sekunder sebagai jalur tambahan penghubungkan antar pusat-pusat
kegiatan kota.
Ruas jalan yag akan di tambahkan untuk mengurangi kemacetan sekaligus
untuk mendukung program minapolitan di Kota Ternate dan sebagai pendukung
konsep waterfront city.
yaitu ruas jalan antara:
- Rencana jalan reklamasi Kayu Merah – Pasar Sasa kurang lebih 5,6 km
- Rencana jalan reklamasi Dufa Dufa – Salero kurang lebih 1,86 Km
- Jalan reklamasi Kota Baru – Bastiong kurang lebih 1, 56 Km
Rencana ruas jalan lain yang akan dikembangkan untuk mendukung peningkatan
hasil-hasil produksi perkebunan dan pertanian yakni:
- Pembangunan jalan produksi kawasan Foramadiahi - Ngade puncak -
kawasan Tubo kurang lebih 10 km
Sedangkan pengembangan ruas jalan guna mengurangi keterisolasian dan
mewujudkan pemerataan pembangunan serta menunjang pertumbuhan
perekonomian di wilayah pulau –pulau maka akan di bangun baru dan peningkatan
kualitas jalan eksisting yakni:
- ruas jalan keliling pulau Hiri 9.338 km
- ruas jalan keliling pulau Moti 18.942
- ruas jalan pulau Mayau 21.317
- ruas jalan pulau keliling Tifure kurang lebih 1,23 km
- ruas jalan Tomajiko – Dorari isa kurang lebih 1,72 km
- ruas jalan kawasan Kota Baru Gambesi – Sasa kurang lebih 2,8 km.
Selain penambahan ruas jalan diatas tadi juga akan dilakukan perbaikan geometri
dan kapasitas jalan. Berikut ini adalah rencana Pengembangan prasarana dan
sarana jalan di Kota Ternate meliputi :
a. Peningkatan mutu dan daya tampung ruas jalan nasional (kolektor primer).
Peningkatan mutu dan daya tampung ruas jalan nasional ruas jalan Merdeka,
ruas jalan Arnold Mononutu, ruas jalan Jend. A. Yani, ruas jalan Hasan Esa,
ruas jalan Mangga Dua, ruas jalan Bastiong, Dermaga Ferry – Bastiong, ruas
jalan Bastiong – Jambula/Pelabuhan, ruas jalan Keliling Pulau Ternate.
b. Peningkatan mutu dan daya tampung ruas jalan kota (kolektor sekunder)
yang meliputi :
- Ruas Jalan Yos Sudarso, Ruas Jalan Ngidi – Kasturian, Ruas Jalan
Ngade Sone, Ruas Jalan Facei – Tarau, Ruas Jalan Palapa, Ruas Jalan
Tanah Tinggi, Ruas Jalan Melati – Kalumata, Ruas Jalan Gambesi –
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 38
LAPORAN RENCANA
Sasa, Ruas Jalan Sasa – Foramadiahi, Ruas Jalan Kalumata dan Ruas
Jalan Air Sentosa.
c. Peningkatan mutu dan daya tampung ruas jalan Kota (lokal Primer)meliputi :
Ruas Jalan Jati – Jan
Ruas Jalan Lingk. Jati - Jan (metro)
Ruas Jalan J a n
Ruas Jalan Kalumata – Gambesi
Ruas Jalan Pasar Bastiong
Ruas Jalan Ubo – Ubo
Ruas Jalan Falajawa II
Ruas Jalan Daniel Bohang
Ruas Jalan Benteng Toloko
Ruas Jalan Terminal Dufa – dufa
Ruas Jalan Daulasi
Ruas Jalan Sigi Heku
Ruas Jalan Cendana
Ruas Jalan Tubo
Ruas Jalan Foramadiahi
Ruas Jalan Keliling Pulau Hiri
Ruas Jalan Keliling Pulau Moti
Ruas Jalan Moti Kota
Ruas Jalan Tadenas
Ruas Jalan Keliling Pulau Mayau
Ruas Jalan Keliling Pulau Tifure
Ruas Jalan Kie Raha
Ruas Jalan Stadion
Ruas Jalan Cengkeh Afo
Ruas Jalan K.H Dewantoro
Ruas Jalan Salim Fabanyo
Ruas Jalan H. Busoiri
Ruas Jalan C.M Tiahahu
Ruas Jalan Ade Irma Suryani
Ruas Jalan Nukila
Ruas Jalan Yasin Gamsungi
Ruas Jalan Sonyie Lamo
Ruas Jalan Soa Konora
Ruas Jalan Akeboca
Ruas Jalan Kasturian - Facei
Ruas Jalan Salahudin
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 39
LAPORAN RENCANA
Ruas Jalan Kayu Manis – Moya
Ruas Jalan Pala – Marikurubu
Ruas Jalan Terminal Baru Gamalama
Ruas Jalan Marikurubu - Jati
Ruas Jalan Kelapa Pendek
Ruas Jalan Jati I
Ruas Jalan Jati II
Peningkatan kapasitas jalan juga perllu di barengi dengan perbaikan sarana
penunjang lainnya sepert:
1. Perbaikan drainase dan membangun fasilitas jalan (trotoar, marka jalan,
drainase dan lampu jalan) pada jalan utama, terutama di wilayah Pusat Kota
Ternate.
2. Peningkatan kualitas perkerasan jalan pada jalan lokal dari perkerasan batu
atau tanah menjadi perkerasan aspal.
3. Pelebaran jalan yang mengalami bottle neck.
Selain memaksimalkan penggunaan jalan yang ada serta melakukan pembukaan
akses jalan baru pada beberapa kawasan, akan direncanakan pula transportasi
alternative berupa pengoptimalkan sarana transportasi angkutan kota serta akan
dilakukan pemberdayakan terhadap sarana transportasi laut (speedboat) sebagai
moda transportasi alternatife lainnya antar kawasan yaitu atara pusat ke sub-pusat
pelayanan dan sebaliknya, misalnya rute antara Sasa-Mangga Dua, Mangga Dua-
Gamalama, Dufa dufa-gamalama, Sulamadaha-Dufa dufa.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 40
LAPORAN RENCANA
2) Jembatan
Pengembangan prasarana jembatan di wilayah Kota Ternate antara lain
meliputi upaya perbaikan kondisi; peningkatan prasarana; serta pembuatan
prasarana jembatan baru. Pengembangan prasarana jembatan melalui upaya
perbaikan kondisi terutama diarahkan bagi jembatan-jembatan eksisting yang
kondisinya sudah kurang memenuhi persyaratan keselamatan bagi pengguna
yang melintas di atasnya.
Sedangkan upaya peningkatan prasarana ditujukan untuk meningkatkan
kinerja jembatan dalam memberikan layanan transportasi bagi penggunanya.
Upaya peningkatan dilakukan melalui pelebaran jembatan sehingga mampu
menampung lebih banyak lajur jalan. Hal tersebut dilakukan agar jembatan tidak
menjadi salah satu titik kemacetan pada saat kondisi lalu lintas padat di jalur
jalan yang dihubungkan oleh jembatan tersebut.
Berikut rencana pengembangan prasarana jembatan di Kota Ternate
sebagai berikut;
Peningkatan jembatan pada ruas jalan nasional (kolektor primer)
Peningkatan jembatan ruas pada jalan – jalan kota (kolektor sekunder);
Pembangunan jembatan baru dan peningkatan jembatan pada ruas jalan –
jalan Kota (kolektor sekunder, local primer dan sekunder) pada;
Pembangunan Jembatan Ngadesone menghubungkan Kelurahan Kasturian
dan Toboleu.
Jembatan pada Jalur rencana Jalan Pantai Dufa Dufa - ke Salero
Jembatan pada Jalur rencana Jalan Pantai Kalumata - Sasa
Jembatan pada Jalur Jalan Pantai Kota Baru – Bastiong
Jembatan pada keliling pulau Hiri, keliling pulau Moti dan jalur jalan Mayau
dan Tifure.
Perbaikan jembatan-jembatan kecil di jalan jalan lokal sekunder dan lokal
primer.
Pelebaran jembatan kecil penghubung antar kawasan.
Jembatan pada ruas jalan Ngade puncak - Tubo
3) Rencana Sistem Terminal
Terminal adalah pangkalan Kendaraan Bermotor
Umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan
dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang
dan atau barang, serta perpindahan moda angkutan
(UU No.22 Tahun 2009). Sebagai prasarana tempat
naik dan turunnya penumpang dari moda angkutan
umum, maka terminal akan memainkan peran sebagai
“point transfer” (titik perpindahan) dari satu moda angkutan ke moda angkutan
lainnya, dari moda angkutan regional ke moda angkutan lokal atau sebaliknya.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 41
LAPORAN RENCANA
Dengan demikian maka terminal juga akan berperan sebagai simpul
pengikat dari upaya pemisahan sistem pergerakan regional dengan sistem
pergerakan lokal yang bergerak dalam sirkulasi sistem pergerakan kawasannya.
Kondisi saat ini menunjukkan bahwa Kota Ternate telah memiliki 5 buah
Terminal, yaitu Terminal Gamalama di Gamalama kawasan Tapak I, Terminal
Dufa Dufa di Kelurahan Dufa Dufa, Terminal Bastiong di Kelurahan Bastiong
Talagame, Terminal Sulamadaha di kelurahan Sulamadaha, Terminal Sasa di
Kelurahan Sasa.
Menurut Undang Undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, klasifikasi terminal dibagi berdasarkan tingkat intensitas
penggunannya (terminal tipe A, Tipe B, Tipe C). Adapun terminal yang ada di
Kota Ternate jika diklasifikasikan sesuai undang-undang diatas, maka terbagi
sebagai berikut;
a. Terminal Sulamadaha merupakan terminal tipe C yang berfungsi sebagai
terminal dalam kota yang memberikan pelayanan angkutan penumpang dan
barang antar kawasan dan memiliki intensitas rendah. Angkutan barang
dari/ke pulau hiri.
b. Terminal Dufa Dufa merupakan terminal tipe C yang berfungsi sebagai
terminal dalam kota dan melayani lanjutan perjalanan penyeberangan dari
dan ke Kabupaten lain, yaitu Halmahera Barat, dan Halmahera Utara.
c. Terminal Gamalama merupakan terminal tipe A yang berfungsi sebagai
terminal induk yang memberikan pelayanan bagi sistem pergerakan lokal
Kota Ternate melalui angkutan umum dalam kota.
d. Terminal Bastiong merupakan terminal tipe B yang berfungsi sebagai terminal
dalam kota yang memberikan pelayanan angkutan penumpang dan barang
serta melayani lanjutan perjalanan penyeberangan dari dan ke
Kabupaten/kota, yaitu Halmahera Tengah, Halmahera Selatan, dan Kota
Tidore kepulauan.
Untuk mengoptimalkan fungsi dari
terminal yang ada maka setiap Kendaraan
Bermotor Umum dalam trayek wajib
singgah di Terminal yang sudah ditentukan,
kecuali ditetapkan lain dalam izin trayek.
Dalam upaya pengembangan kota serta
memberikan pelayanan yang lebih baik bagi
pergerakan masyarakat melalui angkutan
umum, baik untuk kepentingan sistem pergerakan regional antar kota, maupun
sistem pergerakan antar kawasan di dalam wilayah Kota Ternate, maka
direncanakan untuk dilakukan pengembangan prasarana terminal di Kota
Ternate, yang antara lain :
- Terminal Gamalama Tapak I, penanganan masalah terminal lebih diarahkan
kepada peningkatan kualitas pelayanan bagi pengguna jasa terminal melalui
peningkatan fasilitas ruang tunggu terminal, membuka ruang/lahan parkir
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 42
LAPORAN RENCANA
kendaraan pribadi, perbaikan/mengoptimalkan fasilitas menara kontrol dan
penertiban area pedagang kaki lima.
- Rencana pengembangan terminal Bastiong. Terminal tersebut belum
berfungsi secara optimal dikarenakan kurangnya fasilitas dan penataan.
Karena itu penanganan masalah terminal lebih diarahkan kepada
peningkatan kualitas pelayanan bagi pengguna jasa terminal melalui
peningkatan fasilitas ruang tunggu terminal, perbaikan/mengoptimalkan
fasilitas menara kontrol dan penertiban area pedagang kaki lima.
- Rencana Pengembangan Terminal Dufa Dufa dan Sulamadaha perlu
peningkatan pemberdayaan melalui penambahan fasilitas untuk
meningkatkan kualitas pelayanan.
- Rencana pengembangan terminal baru tipe C di kelurahan Sasa, Moti, Hiri
dan Batang Dua.
Tabel 3.7.
Klasifikasi Terminal di Kota Ternate
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 43
LAPORAN RENCANA
Gambar 3.4. Rencana Pengembangan Terminal
(Gamalama Tapak I (Terminal Tipe C/Induk), Terminal pengumpan meliputi: Dufa Dufa dan
Sulamadaha)
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 44
LAPORAN RENCANA
4) Rencana Sistem Perparkiran
Parkir kendaraan bermotor di Kota Ternate dapat menjadi suatu
permasalahan yang serius terhadap hambatan arus pergerakan lalu-lintas
terutama pada kawasan-kawasan pusat kegiatan ekonomi dan perkantoran.
Kebutuhan parkir harus memadai sehingga seluruh kendaraan tertampung pada
lokasi yang disediakan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penggunaan
badan jalan yang dapat mempengaruhi kelancaran lalu lintas
Untuk peningkatan sistem pelayanan di masa yang akan datang,
diperlukan pengaturan sistem parkir yang baik agar tidak menimbulkan
gangguan pada lingkungan sekitarnya. Kebutuhan tempat parkir untuk
kendaraan, baik kendaraan pribadi, angkutan penumpang umum, sepeda motor
maupun kendaraan besar berbeda dan bervariasi tergantung dari bentuk dan
karakteristik masing-masing kendaraan. Kebutuhan ruang parkir tidak saja
terbatas pada ruang yang digunakan untuk selama kendaraan tersebut berhenti,
tetapi juga diperlukan ruang tambahan untuk keluar masuknya kendaraan yang
parkir.
Ada 2 (dua) sistem perparkiran yang dapat dikembangkan di wilayah Kota
Ternate yaitu parkir sisi jalan (on street parking) dan parkir dalam areal khusus
parkir (off street parking). Gambaran masing-masing-masing jenis sistem
perparkiran tersebut dapat jelaskan sebagai berikut :
a. Sistem off street parking (Areal khusus parkir), yaitu penyediaan areal
parkir diluar ruang milik jalan (ROW), sehingga lokasi parkir ditempatkan pada
halaman bangunan atau area khusus parkir. Penerapan sistem ini dapat
dilakukan untuk semua halaman bangunan gedung baik halaman depan
maupun belakang. Ketentuan off street parking adalah sebagai berikut :
- Pada penataan halaman parkir harus menggupayakan adanya pohon-
pohon peneduh.
- Perkerasaan landasan parkir sebaiknya menggunakan material resap air.
- Pengaturan parkir pada ruang terbuka di antara garis sempadan jalan
(GSJ) –garis sempadan bangunan (GSB) dapat diatur dengan posisi
sejajar (0°), sudut miring (45°) dan tegak lurus (90°).
- Pada kawasan perkantoran (permerintah dan swasta), kawasan
perkonomian dan pendidikan serta fasilitas umum lainnya yang memiliki
area parkir privat diatur berdasarkan kebutuhan.
- Pintu keluar/masuk ke daerah perencanaan minimum 20 m dari tikungan.
- Bagi persil yang tidak dapat memenuhi ketentuan tersebut di atas, letak
pintu keluar/masuk ke daerah perencanaan diletakkan pada ujung sisi
muka (frontage) yang paling jauh dari tikungan tersebut.
Semua lokasi kegiatan yang menimbulkan bangkitan dan tarikan lalu lintas
tinggi, seperti pasar, kawasan perkantoran, sekolah dan lain-lain harus
menyediakan lapangan parkir secara memadai sesuai dengan skala dan
kapasitas pelayanan yang diberikannya. Pada tempat dimana parkir
dikendalikan, ruang parkir harus diberi marka pada permukaan jalan.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 45
LAPORAN RENCANA
b. Sistem on street parking (Parkir sisi jalan), yaitu penyediaan areal parkir di
dalam ruang manfaat jalan. Penempatan parkir berada pada bahu jalan
namun tidak semua jalur diperkenankan menerapkan sistem ini. Parkir pada
badan jalan (on street parking), diarahkan pada jalur jalan dengan tingkat
kepadatan arus lalu-lintasnya rendah sehingga tidak menimbulkan
kemacetan. Pengembangan parkir sisi jalan dapat dilakukan pada jaringan
jalan yang memiliki lebar perkerasan minimal 8 m, dengan sudut parkir yang
sejajar bahu jalan, sehingga dengan ketentuan tersebut pengembangan
parkir sisi jalan diharapkan tidak menimbulkan permasalahan lalu lintas.
Sedangkan parkir pada lingkungan perumahan masih diperbolehkan
menggunakan badan jalan, tetapi untuk setiap penghuni tetap menyediakan
parkir di tiap-tiap rumah yang bersangkutan.
Rencana Pengembangan Sistem Perparkiran di Kota Ternate, berikut adalah
pengaturan parkir berdasarkan lokasi area parkir pada kawasan perekonomian
di Kota Ternate;
Posisi sejajar (00) Jalan Pahlawan Revolusi (Pelabuhan A. Yani –
Depan Kodim 1501; Jalan Nukila (Depan Toko Buku Selecta –
Pegadaian); Jalan Ade Irma Suryani Nasution; Jalan Busoiri (Depan
Toko Sidodadi – Depan Hotel Indah); Sepanjang Jalan Mononutu; Jalan
Merdeka; Jalan Halmahera (Tapak I plus - Tapak III); Jalan Mal –
Muttaqin; Jalan Depan Benteng Orange; Jalan Pasar Inpres Bastiong;
Jalan Pelabuhan Ferry; Jalan Pattimura; Jalan Yos Sudarso; Jalan
Cengkeh Afo; Jalan Satelite Palapa; Jalan Yasin Gamsungi; Jalan
Cristina Marta Tiahau; Jalan Stadion; Jalan Pantai Kota Baru – Bastiong;
Jalan Pantai Salero – Dufa Dufa).
Posisi sudut miring (450) Jalan Pahlawan Revolusi ( Depan RS. Darma
Ibu – Toko Makmur Utama); Jalan Nukila (Depan Toko Sidodadi -
Pertigaan Masjid Raya); Jalan Busoiri (Depan Toko Buku Selecta –
Depan Masjid Muttaqin).
Posisi Tegak Lurus (900) Kawasan Pertokoan Jatiland; Kawasan Parkir
Terminal;
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 46
LAPORAN RENCANA
Gambar 3.5. Tipikal Sistem Perparikiran
Sistem perparkiran di Kota Ternate khususnya pada kawasan
perekonomian agar dikelola secara baik dan profesional sehingga dapat
menghasilkan PAD bagi daerah tanpa mengurangi keamanan dan
kenyamanan bagi pengguna kendaraan. Fasilitas Parkir di dalam Ruang
Milik Jalan hanya dapat diselenggarakan di tempat tertentu pada jalan kota
yang harus dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas, dan atau Marka Jalan (UU
nomor 22 tahun 2009).
5) Rencana Sistem Angkutan Umum
Sistem jaringan transportasi angkutan umum dapat didefinisikan dalam
bentuk yang sama dengan sistem jaringan transportasi angkutan pribadi. Tetapi
terdapat beberapa spesifikasi khusus untuk menyatakan kondisi operasi dan
perjalanan berupa rute, kapasitas, frekuensi dan kualitas, kehandalan serta
keteraturan. Pada sistem transportasi dapat dilihat bahwa kondisi keseimbangan
dapat terjadi pada beberapa tingkat. Keseimbangan tersebut dapat terlihat pada
sistem jaringan jalan, dimana setiap pelaku perjalanan mencoba untuk mencari
beberapa rute altematif yang akhirnya berakhir pada suatu pola rute yang stabil.
Proses pengalokasian pergerakan dapat menghasilkan suatu pola rute
dimana arus pergerakannya dapat dikatakan berada dalam kondisi
keseimbangan jika setiap pelaku perjalanan tidak dapat lagi mencari rute yang
lebih baik untuk mencapai zona tujuannya, karena mereka telah bergerak pada
rute terbaik yang tersedia.
Sistem pergerakan kendaraan yang terdapat di Kota Ternate memiliki
karakteristik bercampur, dimana kendaraan umum dan kendaraan pribadi serta
kendaraan ringan dan kendaraan berat saling bercampur menggunakan ruas
jalan yang sama. Sarana transportasi umum yang terdapat di Kota Ternate
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 47
LAPORAN RENCANA
adalah angkutan perkotaan (angkot) untuk pergerakan lokal, taxi (sedan) untuk
angkutan umum antar alamat (tidak berute). Pergerakan lokal yang cukup padat
di Kota Ternate terjadi pada jalur Terminal Gamalama – Terminal Bastiong,
Terminal Gamalama – Terminal Dufa Dufa.
Rute atau jalur pelayanan angkutan umum yang ada di Kota Ternate saat
ini, sudah menjangkau ke semua bagian kota, namun tingkat pelayanan terpadat
pada jalur jalan bawah (Terminal Dufa dufa - Gamalama – Bastiong – Sasa),
untuk jalur atas (Terminal Gamalama –ruas jalan Pattimura – ruas jalan
Kalumata) hingga saat ini pelayanan angkutan kota belum optimal. Kondisi ini di
karenakan masyarakat di Kota Ternate lebih tertarik menggunakan ojek
(paratransit). Kedepan Keberadaan ojek perlu dikaji, karena ojek bukan
merupakan moda transportasi resmi di Kota Ternate. Pengeoperasian ojek
(paratransit) hanya diberlakukan pada kawasan permukiman atau kawasan
lainnya yang tidak terlayani oleh angkutan umum kota.
Strategi dalam pengembangan jalur pelayanan angkutan di kawasan
perencanaan adalah sebagai berikut:
a. Dapat melayani penduduk di seluruh wilayah perencanaan.
b. Jalur pelayanan diprioritaskan pada jalan kolektor primer dan sekunder,
sedangkan pengembangan pada jalan lokal primer dan sekunder diarahkan
pada jalan-jalan tertentu yang merupakan jalan penghubung penting.
c. Peninjauan rute/trayek angkutan kota guna menghindari terjadinya
penumpukkan kendaraan angkutan umum pada ruas jalan tertentu, seperti
trayek angkutan terminal Gamalama – Sasa dapat melalui ruas jalan terminal
Gamalama – ruas jalan Pattimura – ruas jalan Yos Sudarso – ruas jalan
melati Kalumata – ruas jalan Kalumata (SPBU) - Terminal Sasa. Dengan
demikian tidak terjadi penumpukan angkutan kota pada jalur terminal
Gamalama – terminal Bastiong dan menghindari kemacetan pada ruas jalan
raya mangga Dua - Bastiong.
d. Mengoptimalkan fungsi terminal-terminal yang ada sebagai titik berangkat
dan tujuan rute angkutan umum.
e. Mengoptimalkan jalur/rute yang telah ada terutama jalur/rute atas.
Sehingga dengan dasar strategi pengembangan sistem angkutan umum
sebagaimana disebutkan di atas, maka titik utama tujuan sistem angkutan umum
adalah hubungan antar point terminal yang tersebar di seluruh wilayah Kota
Ternate melalui jaringan-jaringan jalan yang ada dalam wilayah Kota Ternate
dengan memperhatikan pemerataan pelayanan terhadap seluruh wilayah Kota
Ternate. Ini berarti rencana pengembangan sistem dan jalur angkutan umum
tidak dapat dilepaskan dari rencana pengembangan terminal yang menjadi titik
tujuan pencapaiannya.
Strategi pengembangan angkutan umum diluar kawasan perkotaan
Pengembangan angkutan umum di luar perkotaan khususnya pada Pulau Hiri,
moti, dan Batang Dua diarahkan dalam rangka pengembangan sub pusat
pelayanan untuk meningkatkan perekonomian pada kawasan pulau-pulau dalam
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 48
LAPORAN RENCANA
wilayah Kota Ternate. Jenis angkutan umum yang diterapkan disesuaikan
dengan kondisi dan karakteristik wilayah sehingga tercipta moda angkutan darat
yang aman, nyaman dan efesien. Tujuan pengembangan angkutan umum di
Pulau Hiri, moti, dan Batang Dua adalah untuk membuka keterisolasian
sekaligus memperlancar arus manusia, barang dan hasil pertanian, perkebunan
dan perikanan menuju dermaga untuk kemudian diangkut ke pusat pelayanan
(Pulau Ternate).
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 49
LAPORAN RENCANA
Gambar 3.6. Rencana Sistem Angkutan Umum.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 50
LAPORAN RENCANA
6) Jaringan Angkutan Penyebarangan
Angkutan penyeberangan merupakan angkutan yang berfungsi sebagai
jembatan yang menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api
yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan
beserta muatannya (berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 2008 Tentang
Pelayaran). Penetapan lintas angkutan penyeberangan sebagaimana dimaksud
undang-undang diatas dilakukan dengan mempertimbangkan:
- Pengembangan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang
dipisahkan oleh perairan;
- Fungsi sebagai jembatan;
- Hubungan antara dua pelabuhan, antara pelabuhan dan terminal, dan antara
dua terminal penyeberangan dengan jarak tertentu;
- Tidak mengangkut barang yang diturunkan dari kendaraan pengangkutnya;
- Rencana Tata Ruang Wilayah; dan
- Jaringan trayek angkutan laut sehingga dapat mencapai optimalisasi
keterpaduan angkutan antar-dan intramoda.
- Angkutan penyeberangan dilaksanakan dengan menggunakan trayek tetap
dan teratur.
Kota Ternate dalam struktur Tata Ruang Nasional maupun Tata Ruang
Propinsi Maluku Utara, berperan sebagai pintu gerbang utama ke Provinsi
Maluku Utara dan menjadi salah satu tulang punggung pemicu pertumbuhan
ekonomi nasional dan regional dikawasan Indonesia Timur bagian Utara.
Dalam lingkup wilayah provinsi Maluku Utara, Kota Ternate menjadi simpul
asal-tujuan pelayaran antar Kota/Kabupaten dengan tingkat intensitas yang
cukup tinggi melayani penumpang dan barang.
Dalam lingkup wilayah Kota Ternate angutan penyeberangan juga berperan
penting, karena merupakan akses perhubungan dari/ke Kecamatan Batang Dua
(Pulau Tifure dan Mayau). Untuk itu diharapkan dapat berfungsi sebagai akses
transpotasi bagi kegiatan sosial dan perekonomian untuk mewujudkan
keseimbangan antar pulau yang lebih efisien.
Keseimbangan antar kawasan pulau yang dimaksud yaitu berlangsungnya
kegiatan ekonomi antar kawasan yang berimbang yaitu kegiatan ekonomi yang
efisien, dapat mendorong semakin intensifnya interaksi perdagangan antar
pulau, pengangkutan hasil pertanian, perkebunan dan perikanan dengan
demikian dapat berpengaruh terhadap timbulnya pusat-pusat kegiatan ekonomi
di kawasan yang akhirnya membuka kesempatan yang lebih luas dari masing-
masing pulau untuk berkembang.
Jaringan angkutan penyeberangan di Kota Ternate, terdiri atas :
1. Alur pelayaran angkutan penyeberangan dalam wilayah Kota Ternate dan
antar wilayah.
- Alur angkutan penyeberangan dalam wilayah Kota Ternate terdiri atas :
Bastiong-Mayau-Basting
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 51
LAPORAN RENCANA
- Alur angkutan penyeberangan antar wilayah terdiri atas : Bastiong –
Sofifi, Bastiong – Sidangoli, Bastiong – Rum dan Bastiong – Bitung.
2. Pelabuhan/dermaga penyeberangan di Kota Ternate terdiri dari :
- Pelabuhan/Dermaga Ferry Bastiong di Kecamatan Ternate Selatan
- Pelabuhan/Dermaga Ferry Mayau di Kecamatan Batang Dua
Rencana pengembangan angkutan penyeberangan dalam wilayah Kota
Ternate sebagai upaya meningkatkan peran sub pusat pelayanan dan pusat
lingkungan di kawasan pulau-pulau, serta memantapkan perannya sebagai
kawasan hiterland Kota Ternate. Rencana pengembangannya antara lain :
1. Rencana pengembangan alur penyeberangan meliputi :
- Bastiong – Moti Kota – Bastiong
- Mayau – Tifure
- Tifure – Bastiong
2. Rencana pengembangan pelabuhan/dermaga penyeberangan meliputi :
- Pembangunan Pelabuhan/dermaga Ferry di Pulau Moti Kecamatan
Moti, dan
- Pembangunan Pelabuhan/dermaga Ferry di Pulau Tifure Kecamatan
Batang Dua
- Peningkatan tempat tambat, kolam sandar, daya tampung parkir
kendaraan dan peningkatan sarana prasarana ruang tunggu pelabuhan
Ferry Bastiong.
- Peningkatan sarana prasarana pelabuhan Ferry Mayau dikecamatan
Batang Dua
Gambar 3.2. Jumlah Penumpang dan Kendaraan Yang Diangkut
Melalui Angkutan Penyeberangan Fery Ternate
Rute Penumpang Kendaraan
Roda Empat Kendaraan Roda Dua
Ternate - Rum (PP)
Ternate - Sidangoli (PP)
Ternate - Bitung (PP)
40.133
21.488
5.036
11.072
7.004
2.258
11.105
5.663
821
Jumlah 66.657 20.334 17.589
Sumber: PT (Persero) ASDP Kota Ternate, Tahun 2010
B. Sistem Transportasi Laut
Secara geografis posisi Kota Ternate
sangat strategis terletak pada kawasan
Indonesia timur bagian utara, merupakan
pintu gerbang utama dan menjadi simpul
asal-tujuan antar provinsi, Kota/Kabupaten
diwilayah provinsi Maluku Utara. Kota
Ternate terdiri dari beberapa pulau dan
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 52
LAPORAN RENCANA
didominasi oleh perairan/laut sehingga transpotasi laut merupakan moda transportasi
yang memegang peranan penting dalam pengembangan perekonomian di daerah.
Pengembangan sistem transportasi Laut di Kota Ternate didasarkan pada
pembangunan wilayah yang dipacu terlebih dahulu dengan menyediakan sarana dan
prasarana pendukung transportasi laut. Diharapkan nantinya secara bertahap
mengarah ke pola yang lebih sesuai dengan fungsinya, yaitu sebagai faktor
pendukung bagi pengembangan sosial-ekonomi pulau-pulau di wilayah Kota Ternate
yang tercapai pada sector andalan jasa perdangan, perikanan dan pariwisata.
Berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, kegiatan-kegiatan
yang perlu dilakukan untuk mengembangkan sistem transportasi laut di Kota
Ternate, yaitu :
Tatanan kepelabuhanan
Alur Pelayaran
1) Tatanan kepelabuhanan
Tatanan Kepelabuhanan adalah suatu sistem kepelabuhanan yang memuat
peran, fungsi, jenis, hierarki pelabuhan, Rencana Induk Pelabuhan, dan lokasi
pelabuhan serta keterpaduan intra-dan antarmoda serta keterpaduan dengan
sektor lainnya.
Tatanan Kepelabuhanan di Kota Ternate secara umum memiliki peran yaitu
dalam rangka mengembangkan Kota Ternate sebagai Pusat Kegiatan Nasional
(PKN) dan membuka keterisolasian pulau-pulau Kota Ternate serta mewujudkan
keseimbangan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di pulau-pulau dalam
wilayah Kota Ternate.
Secara hierarki saat ini Kota Ternate memiliki beberapa pelabuhan antara
lain :
a. Pelabuhan pengumpul : Pelabuhan Ahmad Yani.
b. Pelabuhan pengumpan :
- Pelabuhan Bastiong di Kecamatan Ternate Selatan
- Pelabuhan Dufa-dufa di Kecamatan Ternate Utara
- Pelabuhan Sulamadaha di Kecamatan Pulau Ternate
- Pelabuhan Togolobe di Kecamatan Hiri
- Pelabuhan Mayau di Kecamatan Batang Dua
- Pelabuhan Tifure di Kecamatan Batang Dua
- Pelabuhan Moti Kota di Kecamatan Moti
- Pelabuhan Tadenas di Kecamatan Moti
- Pelabuhan Tafaga di Kecamatan Moti
- Pelabuhan Takofi di Kecamatan Moti
Kota Ternate juga memiliki dermaga speed boat/pelabuhan rakyat/tambatan
perahu yang fungsinya menunjang pelabuhan tersebut diatas, antara lain
Dermaga Kota Baru, Dermaga Mesjid Raya, Dermaga Dufa-Dufa,Dermaga
Bastiong, Dermaga Moti Kota, Dermaga Tadenas, Dermaga Tafaga,
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 53
LAPORAN RENCANA
Dermaga Takofi, Dermaga Tafamutu, Dermaga Togolobe, Dermaga Mayau
dan Dermaga Tifure.
c. Terminal Khusus.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran,
terminal adalah fasilitas pelabuhan yang terdiri atas kolam sandar dan tempat
kapal bersandar atau tambat, tempat penumpukan, tempat menunggu dan
naik turun penumpang, dan/atau tempat bongkar muat barang. Sedangkan
Terminal Khusus adalah terminal yang terletak di luar Daerah Lingkungan
Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan yang merupakan
bagian dari pelabuhan terdekat untuk melayani kepentingan sendiri sesuai
dengan usaha pokoknya.
Berdasarkan definisi diatas maka, Dermaga VIP di dermaga residen Kel
Muhajirin, pelabuhan BBM Pertamina Jambula dan pelabuhan wisata marina
dodoku ali di kelurahan salero termasuk dalam kategori pelabuhan terminal
khusus.
2) Alur Pelayaran
Struktur jaringan pelayaran transportasi laut di Kota Ternate dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Jaringan pelayaran Nasional.
Sejauh ini Pelabuhan A Yani yang
tergolong sebagai pelabuhan Nasional,
melayani jaringan pelayaran nasional
yang merupakan layanan angkutan laut
antar provinsi, dimana pelabuhan yang
disinggahi hanya pelabuhan dengan
status nasional saja.
Jaringan Pelayanan Nasional ini
diantaranya dilayani oleh PELNI dan
perusahaan pelayaran nasional lainnya. Kota-kota yang dilalui Kapal Pelni
adalah :
- Rute Timur tujuan : Sorong – Manokwari – Biak – Jayapura.
- Rute Barat tujuan : Bitung - Makassar - Bau Bau
Palu – Balikpapan Surabaya
Jakarta – Padang – Medan.
- Rute Selatan : Ambon – Namlea – Banda - Tual.
Sementara itu, jalur pelayaran nasional yang dilayani oleh non PELNI,
juga cukup signifikan, karena sebagian besar membawa muatan barang
bernilai ekonomi. Diantaranya adalah kapal Peti Kemas dan kapal Tanker,
serta kapal barang non peti kemas. Asal tujuan trayek pelayaran kapal non
pelni diantaranya adalah Jakarta, Surabaya, Makasar, Bitung.
Alur pelayaran nasional angkutan penyeberangan :
Bastiong – Bitung (Prop. Sulawesi Utara)
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 54
LAPORAN RENCANA
b. Jaringan pelayaran Regional.
Trayek pelayaran regional yang dilayani oleh Pelabuhan A Yani adalah
tujuan ke
Sanana,
Falabisahaya,
Bobong
(Kab.Kepulauan
Sula), Buli (Kab.
Halmahera
Timur), Weda (Kab. Halmahera Tengah), Tobelo (Kab. Halmahera Utara)
dan Jailolo dan Loloda (Kab.Halmahera Barat), serta Pulau Gebe
(Halmahera Tengah), Daruba (Kab.Morotai), Batang Dua(Kota Ternate).
Trayek regional yang dilayani oleh pelabuhan Bastiong meliputi tujuan ke
Bacan dan Obi (Kab. Halmahera Selatan), Rum, Goto, Gita, Payahe
(Kota Tidore Kepulauan), Labuha, Kayoa dan Makian (Kab. Halmahera
Selatan)
Trayek regional yang dilayani oleh Pelabuhan Dufa-dufa melayani trayek
ke Jailolo.
c. Jaringan pelayaran Lokal/Rakyat
Selain trayek pelayaran nasional,
regional, juga didukung oleh
dermaga speed boat/pelabuhan
rakyat/tambatan perahu dan
merupakan feeder bagi pelayaran
regional serta digunakan untuk
mengangkut hasil bumi dari satu
pulau ke pulau yang lain, yaitu:
- Dermaga VIP Residen : Kel Muhajirin
- Dermaga Kota Baru : Kota Baru - Sofifi
- Dermaga Mesjid Raya : Gamalama - Sidangoli
- Dermaga Dufa-dufa : Dufa-dufa - Jailolo
- Dermaga Bastiong : Bastiong – Rum, Bastiong – Kayoa,
Bastiong – Makian, Bastiong – Gita
- Dermaga Sulamadaha : Sulamadaha – Togolobe.
- Dermaga Moti Kota : Moti Kota – Ternate, Moti Kota – Makian,
Moti Kota – Tidore
- Dermaga Tadenas : Tadenas – Ternate, Tadenas – Makian,
Tadenas – Tidore
- Dermaga Tafaga : Tafaga – Ternate, Tafaga – Makian,
Tafaga – Tidore
- Dermaga Takofi : Takofi – Ternate, Takofi – Makian,
Takofi – Tidore
- Dermaga Tafamutu : Tafamutu – Ternate, Tafamutu – Makian,
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 55
LAPORAN RENCANA
Tafamutu – Tidore
- Dermaga Togolobe : Togolobe – Ternate
- Dermaga Mayau : Mayau – Ternate, Mayau – Tifure
- Dermaga Tifure : Tifure – Ternate, Tifure - Mayau
Untuk meningkatkan peran Kota Ternate sebagai lokomotif pertumbuhan
ekonomi Provinsi Maluku Utara dalam perspektif perhubungan laut, maka perlu
dilakukan pengembangan system transportasi laut yang mencakup pengembangan
dan pembangunan kepelabuhanan, dermaga maupun rute pelayarannya. Antara lain;
a. Pengembangan dan peningkatan hierarki Pelabuhan
Pengembangan Pelabuhan Ahmad Yani dari pelabuhan pengumpul menjadi
pelabuhan Utama yang melayani rute Nasional dan internasional yang
berfungsi sebagai pelabuhan ekspor-impor, sehingga dibutuhkan perluasan
area untuk peningkatan dan pengembangan diantaranya untuk mendukung
fungsi bongkar muat peti kemas dan non peti kemas. Selain itu juga
dibutuhkan pengembangan fasilitas seperti terminal penumpang,
pergudangan, dermaga dan perlengkapannya seperti fasilitas crane,
Lapangan Petikemas dan fasilitas pendukung lainnya.
Pengembangan menjadi pelabuhan internasional akan memperkuat
kedudukan Ternate sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan koridor
ekonomi Indonesia wilayah VI yang berfungsi menghubungkan antara Kota
dan daerah-daerah penting di Indonesia Timur dengan pusat-pusat
pertumbuhan di Luar Negeri, misalnya hubungan dengan Philipina, Jepang,
Hongkong, Taiwan, Korea, Singapura, Negara Negara kepulauan Pasifik,
Hawaii serta pantai Barat Amerika.
Pembangunan beberapa dermaga yang ada saat ini berstatus sebagai
pelabuhan rakyat/tambatan perahu akan ditingkatkan menjadi pelabuhan
pengumpan, yaitu Pelabuhan Moti, Mayau Batang Dua, Tifure Batangdua,
dan pulau Hiri. Fasilitas pelabuhan akan dilengkapi dengan sarana ruang
tunggu dan gudang penyimpanan sementara.
b. Pengembangan dan Peningkatan sarana prasarana pelabuhan.
Pelabuhan Bastiong dan Dufa-dufa tetap dipertahankan sebagai pelabuhan
Pengumpan namun sarana prasarana kepelabuhanannya perlu ditingkatkan
dan dikembangkan seperti fasilitas terminal penumpang, pergudangan,
panjang dermaga, lantai dermaga, daya tampung kolam pelabuhan dan
fasilitas kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan.
Pengembangan dermaga speed boat Dufa-dufa yang melayani trayek Dufa-
dufa – Jailolo, Dufa-dufa – Sidangoli. Pengembangan dermaga mencakup
pembangunan dermaga baru, ruang tunggu, tempat parkir dan fasilitas
penunjang lainnya.
Pengembangan Dermaga speed boat VIP pelabuhan Residen di kelurahan
Muhajirin yang berfungsi sebagai pelabuhan khusus tamu Negara,
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 56
LAPORAN RENCANA
Pemerintah Pusat dan daerah, Tamu wisatawan mancanegara dan tamu
kesultanan dari ke Ternate.
Rehab dermaga/tambatan perahu di kawasan Sub Pusat Pelayanan pulau
Moti yaitu dermaga Tafaga, dermaga Tanjung Pura di Takofi, dermaga
Tafamutu, dermaga Tadenas
c. Pembangunan Dermaga speed boat/tambatan perahu/pelabuhan rakyat.
Pembangunan baru dermaga speed boat terpadu kelurahan Mangga Dua
yang melayani trayek Mangga Dua - Sofifi, Mangga Dua - Rum, Mangga Dua
- Makian, Mangga Dua – Kayoa, Mangga Dua-Gita. Pengembangan dermaga
mencakup pembangunan dermaga baru, ruang tunggu, tempat parker dan
fasilitas penunjang lainnya.
Pembangunan baru Dermaga Sasa yang dipersiapkan untuk menunjang
pengembangan kawasan Kota Baru dan sekitarnya.
Pembangunan Pos AL di Batang Dua untuk pengamanan wilayah perairan
dari kejahatan (misalnya ilegal fishing, dan ilegal loging).
Pembangunan baru dermaga/tambatan perahu di Sulamadaha
Pembangunan baru kolam labuh/Marina di kawasan Dodoku Ali untuk
menunjang wisata bahari di Kota Ternate.
Tabel 3.8. Identifikasi Permasalahan Pelabuhan dan Dermaga
Nama Pelabuhan
dan Dermaga/
Tambatan
Perahu
Jenis
Pelabuhan
Tujuan Pelayaran Identifikasi Masalah
Pelabuhan
Nasional A Yani
Pelabuhan
Pengumpul
Manado, Gorontalo,
Surabaya, Jakarta,
Makasar, Sorong,
Jayapura, Bitung,
Ambon, Bau Bau,
Palu, Balikpapan
Hasil observasi menunjukkan bahwa
dermaga yang ada masih melayani dua
fungsi bongkar muat peti kemas dan arus
barang dan penumpang. Untuk situasi
mendatang diperlukan pemisahan antara
dermaga peti kemas dan dermaga
penumpang. Berdasarkan RTRWN
dimana Kota Ternate ditetapakn sebagai
PKN, maka pelabuhan A.Yani harus
ditingkatkan sebagai pelabuhan eksport-
import. Pelabuhan A.Yani juga sebagai
Gate Way di Propinsi Maluku Utara.
Pelabuhan antar
pulau Bastiong
Pelabuhan
Pengumpan
Bacan, Obi, Gane
Barat, Gita,
Payahe, Tidore,
Moti, Kayoa,
Makian,
Hasil observasi menunjukkan bahwa
setiap hari terjadi arus bongkar muat dan
kunjungan kapal dengan frekuensi yang
sangat padat. Kapal yang berlabuh di
dermaga sudah paralel sampai tiga
kapal. Seharusnya berlabuh secara
serial. Dengan demikian sangat
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 57
LAPORAN RENCANA
Nama Pelabuhan
dan Dermaga/
Tambatan
Perahu
Jenis
Pelabuhan
Tujuan Pelayaran Identifikasi Masalah
mengganggu keamanan dan
kenyamanan pengguna jasa pelabuhan.
Untuk melakukan perluasan pelabuhan
sudah tidak memungkinkan karena
terbatasnya area kolam putar kapal
(wharf). Hal ini disebabkan oleh
keberadaan pelabuhan perikanan (PPN)
di bagian Utara dan pelabuhan Fery di
bagian Selatan dari pelabuhan Bastiong.
Pelabuhan antar
pulau Dufa-dufa
Pelabuhan
Pengumpan
Sidangoli, Jailolo
(Halmahera Barat)
Ibu, Loloda, Morotai
dan Tobelo
Hasil observasi menunjukkan bahwa
kapasitas pelabuhan masih
memungkinkan daya dukung terhadap
kunjungan kapal maupun arus barang
dan penumpang. Namun untuk situasi
mendatang perlu dipikirkan perluasan
kearah Utara pelabuhan.
Pelabuhan Antar
Pulau
Sulamadaha
Pelabuhan
Pengumpan
Pulau Hiri Hasil observasi menunjukkan bahwa
pelabuhan ini belum memiliki dermaga
dan masih minimnya fasilitas dan sarana
kepelabuhanan, sehingga sangat
menyulitkan dalam proses bongkar muat
penumpang maupun barang.
Pelabuhan khusus
BBM di Jambula
Pelayaran khusus
angkutan BBM
Dermaga Speed
boat di Dufa-dufa
Pelabuhan
Pengumpan
Sidangoli, Jailolo
dan Hiri
Hasil observasi menunjukkan bahwa
kapasitas daya dukung dermaga sudah
cukup padat sehingga kedepan perlu di
lakukan pengembangan.
Dermaga VIP
Resident di Fala
Jawa
Lintas Regional Dermaga Resident di Fala Jawa
merupakan salah satu aset sejarah
kesultanan Ternate. Saat ini dermaga
Residen di fungsikan untuk bongkar muat
manusia dan barang dari Sidangoli,
Sofifi, Galala. Hal ini akan berdampak
pada kerusakan fisik aset sejarah
tersebut. Berdasarkan fungsinya sebagai
dermaga VIP maka dermaga ini hanya
dikhususkan untuk tamu khusus
kenegaraan dan daerah, serta tamu
khusus kesultanan dan wisata bahari
tertentu, untuk itu diperlukan
pengembangan fasilitas penunjang
dermaga yang memadai
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 58
LAPORAN RENCANA
Nama Pelabuhan
dan Dermaga/
Tambatan
Perahu
Jenis
Pelabuhan
Tujuan Pelayaran Identifikasi Masalah
Dermaga Moti di
Moti Kota
Pelabuhan
Pengumpan
Ternate, Tidore,
Makian dan Kayoa.
Dermaga Moti saat ini difungsikan
sebagai dermaga antar pulau-pulau di
sekitar pulau Moti. Karena merupakan
pintu gerbang utama Kecamatan Moti,
maka untuk mengantisipasi peningkatan
aktifitas di Pulau Moti pada situasi
mendatang diperlukan pemanjangan
dermaga dan fasilitas ruang tunggu
Dermaga Mayau
di Batang Dua
Pelabuhan
Pengumpan
Ternate, Loloda,
Ibu, Jailolo, Bitung,
Tobelo
Hasil observasi menunjukkan bahwa
kapasitas daya dukung dermaga mampu
untuk melayani aktifitas bongkar muat.
Sudah memiliki ruang tunggu namun
perlu penambahan fasilitas penunjang
yang memadai
Tambatan Perahu
di Tadenas Pulau
Moti.
Pelabuhan
Pengumpan
Kebutuhan nelayan
setempat
Hasil observasi menunjukkan bahwa
kapasitas daya dukung dermaga mampu
untuk melayani aktifitas bongkar muat.
Dermaga Tafaga
di Pulau Moti.
Pelabuhan
Pengumpan
Ternate, Makian
dan Kebutuhan
nelayan setempat
Hasil observasi menunjukkan bahwa
kapasitas daya dukung dermaga mampu
untuk melayani aktifitas bongkar muat.
Namun saat ini kondisinya rusak.
Dermaga Takofi di
Pulau Moti.
Pelabuhan
Pengumpan
Ternate, Makian
dan Kebutuhan
nelayan setempat
Hasil observasi menunjukkan bahwa
kapasitas daya dukung dermaga mampu
untuk melayani aktifitas bongkar muat.
Dermaga di
Togolobe Pulau
Hiri
Pelabuhan
Pengumpan
Ternate, Jailolo,
Batangdua dan
Kebutuhan nelayan
setempat
Dermaga Togolobe di fungsikan untuk
bongkar muat manusia dan barang dari
Ternate, Jailolo. Karena merupakan pintu
gerbang utama di Pulau Hiri. Untuk
mengantisipasi peningkatan aktifitas
maka pada situasi mendatang diperlukan
pemanjangan dermaga dan fasilitas
ruang tunggu.
Dermaga Tifure di
Batangdua
Pelabuhan
Pengumpan
Ternate, Bitung,
Loloda, Ibu, Jailolo
dan Kebutuhan
nelayan setempat.
Dermaga di Tifure fungsikan untuk
bongkar muat manusia dan barang.
Belum memiliki tempat tunggu sehingga
jika terjadi hujan maka hasil
pertanian/perkebunan yang mau
diangkut kapal mengalami
kerusakan/basah.
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2010
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 59
LAPORAN RENCANA
Tabel 3.9. Arus Kunjungan Kapal dan Bongkar Muatan di Pelabuhan A. Yani Ternate
No Bulan Jenis Kapal Barang
Penumpang Barang Bongkar/M3 Muat/M3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
9,990
26.334
24.172
40.043
44.660
30.770
33.812
34.878
53.421
46.411
59.445
-
55.696
33.513
29.167
46.998
59.907
38.128
40.722
56.781
69.543
40.484
68.503
-
1.944
1.376
2.345
3.033
2.445
1.180
2.073
2.584
2.119
1.840
2.131
-
1.944
2.062
2.547
6.255
6.689
1.670
3.118
3.369
2.397
2.851
3.131
-
Jumlah 403.936 541.440 22.239 36.033
Sumber: Kantor ADPEL Ternate, Tahun
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 60
LAPORAN RENCANA
Gambar 3.7. Peta Rencana Pengembangan pelabuhan dan Dermaga Kota Ternate
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 61
LAPORAN RENCANA
Gambar 3.8. Rencana Sistem Pelayaran Transportasi Laut (Pelabuhan A. Yani
Ternate (pelayaran Nasional dan Internasional), Bastiong dan Dufa-dufa (Pelayaran Lokal).
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 62
LAPORAN RENCANA
C. Sistem Transportasi Udara
Berdasarkan RTRWN, sistem jaringan
transportasi udara terdiri atas tatanan bandar
udara dan ruang lalu lintas udara. Bandar Udara
Sultan Babullah-Ternate merupakan bandara
pengumpul Pusat Penyebaran Tersier, yang
merupakan bandara utama di Provinsi ini, dimana
seluruh jalur penerbangan antar pulau di dalam
wilayah Provinsi Maluku Utara maupun dari dan ke
luar wilayah Maluku Utara berpusat di Ternate.
Intensitas kegiatan di bandara ini sangat tinggi.
Perhubungan udara merupakan sarana dan prasarana transportasi dengan
biaya operasionalnya mahal dan dibutuhkan teknologi yang tinggi untuk
menjalankannya. Keuntungan dari transportasi udara ini adalah kecepatan
pergerakan yang tinggi atau waktu tempuh yang singkat. Keuntungan lainnya adalah
biaya pembangunan prasarana (seperti bandara) relatif rendah di bandingkan
dengan transportasi darat, meskipun fasilitas operasi penerbangan relatif mahal.
Pengembangan sistem tranportasi udara ini diutamakan untuk mendukung sistem
tranportasi darat dan laut dan untuk menghubungkan antar wilayah dengan jarak
pendek, volume penumpang dan barang sedikit.
Kedudukan Kota Ternate sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) juga
menjadikan bandar udara ini sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi Provinsi
Maluku Utara, serta memegang peranan penting dalam mendukung pergerakan
masyarakat dari maupun menuju Kota Ternate.
Kondisi Bandar Sultan Baabullah Kota Ternate saat ini secara garis besar
dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Dimensi runway /Arah/PCN adalah 2.150 x 30 m/ 14 -32 / 135.500 LBS
b. Taxiway/Apron/Turning Area adalah 95 x 22,5 m/180 x 60 m/2 x 1500 m
c. Overrun/Stop Way adalah (R/W 32 (74 x 150) M2))/(R/W (30 x30) m2)
d. Memiliki Terminal Domestik seluas 1200 m2
e. Mempunyai pelayanan ADC : APP
f. Kemampuan Operasi adalah Boeing 737 – 400 ER (Kapasitas Terbatas)
Di bawah ini adalah rencana pengembangan bandar udara Sultan Baabullah
dan jalur penerbangan yang diusulkan dengan mempertimbangankan perkembangan
spasial Kota Ternate dan keterbatasan ruang pengembangan. Bandara Udara Sultan
Baabullah di Ternate diusulkan tetap merupakan pusat atau pengumpulan jalur-jalur
penerbangan di Provinsi Maluku Utara dan merupakan Pusat Penyebaran Tersier.
Mengingat masih terbatas kemampuannya, maka diusulkan perlu ditingkatkan dalam
hal pelayanan terhadap konsumennya, terutama dalam hal kenyamanan, kecepatan
pelayanan dan fasiitas pendukungnya. Pelayanan penerbangan dan sistem
penyelamatan penerbangan perlu ditingkatkan, kemampuan atau klasifikasi
landasan ditingkatkan (menjadi kelas II) sehingga mampu didarati oleh pesawat yang
lebih besar.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 63
LAPORAN RENCANA
Selanjutnya ruang udara untuk penerbangan di Kota Ternate direncanakan
meliputi :
a. Ruang udara di atas bandar udara yang dipergunakan langsung untuk kegiatan
bandar udara.
b. Ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk operasi
penerbangan.
c. Ruang udara yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan
Rencana pengembangan jalur penerbangan Bandar Udara Sultan Baabullah
meliputi:
a. Rencana Pengembangan Jalur Nasional Antar Provinsi, yaitu: Ternate –
Jakarta; Ternate – Manado; Ternate – Ambon; Ternate – Makassar; Ternate -
Sorong; Ternate – Fak - Fak; Ternate – Manokwari; Ternate – Luwuk; Ternate -
Gorontalo; Ternate - Surabaya;
b. Rencana Pengembangan Jalur Regional Antar Kabupaten, yaitu: Ternate –
Sanana; Ternate - Bacan; Ternate - Morotai; Ternate – Galela; Ternate – Kao;
Ternate - Gebe dan Ternate – Buli
Rencana pengembangan sarana dan prasarana penunjang Bandar udara Sultan
Baabullah meliputi;
a. Pengembangan terminal ruang tunggu dan fasilitas pendukung.
b. Pengembangan apron untuk meningkatkan daya tampung parkir pesawat.
c. Pengembangan runway untuk pendaratan pesawat yang lebih besar
d. Pengembangan lahan parkir kendaraan.
Transportasi udara merupakan kegiatan pemindahan penumpang dan barang
melalui penerbangan, dari satu tempat ke tempat lain. Berbeda dengan moda
transportasi yang lain, transportasi udara mempunyai karakter yang sangat spesifik,
memiliki kecepatan tinggi, jumlah muatan dan armada yang relatif sedikit, wahana
yang diperlukan untuk pergerakan lalu lintas adalah ruang terbuka yang luas, yang
tidak tergantung pada keadaan topografi bumi seperti sungai, rawa, lembah gunung,
hutan dan lain-lain. Didukung oleh teknologi canggih, baik pesawat udaranya
maupun sarana dan prasarana didarat, merupakan industri global mulai dari
domestik, regional hingga internasional.
Sarana transportasi udara sangatlah berperan penting bagi pengembangan
wilayah Kota Ternate, terutama dalam hubungan antar wilayah yang membutuhkan
perpindahan orang dan barang dalam waktu singkat. Sarana transportasi udara
dapat mendukung sarana transportasi laut dan darat.
Bandar udara Babullah Ternate merupakan bandar udara yang melayani
masyarakat propinsi Maluku Utara secara keseluruhan. Dengan jenis pesawat yang
beroperasi di bandara ini merupakan pesawat jenis F-100, B-737 Seri 200 dan 300,
DASH, ATR, Airbush 318 Cassa 212, Nomad, Helikopter, dan Hercules, yang
melayani rute penerbangan ke Kota kota besar seperti Jakarta, Jogjakarta,
Manado, Makasar, Surabaya, di samping penerbangan lokal yang melayani rute
penerbangan dengan tujuan Morotai, Bacan, Sanana, Galela dan Buli.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 64
LAPORAN RENCANA
Tabel 3.10. Jumlah Penumpang Datang dan Berangkat Melalui Bandara
Sultan Babullah Ternate Tahun 2005- 2010
Bulan
Datang
Arrival
Berangkat
Departures
2005 2005 2006 2007 2008 2005 2005 2006 2007 2008
Januari/ January
Pebruari/ February
Maret/ March
April/ April
Mei/ May
Juni/ June
Juli/ July
Agustus/ August
September/
September
Oktober/ October
Nopember/ November
Desember/ December
228
181
243
223
219
186
208
215
224
239
207
229
228
181
243
223
219
186
208
215
224
239
207
229
227
221
272
275
276
243
254
285
278
252
325
308
278
250
269
276
293
277
283
293
271
326
292
303
302
283
279
302
313
258
263
253
293
280
307
304
228
181
243
223
219
186
208
215
224
239
207
229
227
221
272
275
276
243
254
285
278
252
325
308
278
250
269
276
293
277
283
293
271
326
292
303
302
283
279
302
313
258
263
253
293
280
307
304
327
310
294
321
325
238
310
286
278
395
383
401
Jumlah 2 602 2
602 3 216
3
411
3
437
2
602
3
216
3
411
3
437
3
868
Sumber: Depert Perhubungan, Direk Perhubungan Udara Bandara Sultan Babullah Ternate
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 65
LAPORAN RENCANA
Gambar 3.9. Rencana Transportasi Udara
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 66
LAPORAN RENCANA
3.2.2 Rencana Sistem Energi
Kebutuhan listrik sebagai sarana penerangan/kebutuhan bagi penduduk
diwilayah Kota Ternate diperoleh melalui PT. PLN (Persero) Wilayah IX Cabang
Ternate dengan menggunakan tenaga diesel. Panjang jaringan yang ada untuk
tegangan rendah (SUTR) 11,379 KMS dan tegangan menengah (SUTM) 7,107 KMS,
dengan jumlah gardu sebanyak 133 dan kapasitas terpasang 28,802 VA. Sampai
pada tahun 2010, service area kelistrikan sudah menjangkau seluruh keluruhan di
Kecamatan Ternate Utara, Ternate Selatan, Ternate Tengah dan Kecamatan Pulau
Ternate, namun belum terlayani secara keseluruhan kawasan permukiman yang ada
di kelurahan tersebut.
Tabel 3.11. Jumlah Pelanggan dan Daya Terpasang
Uraian Satuan
TR Jumlah Gardu
Jumlah Pelanggan 27,310 -
SUTM 95 -
SUTR 164 -
Daya Terpasang 28,802 Kayu Merah
Daya Mampu 16,100 -
Sumber: PT.PLN Kota Ternate, Tahun 2010
Tabel 3.12. Jumlah Mesin dan Kapasitas Mesin Pada PT PLN (Persero) Wilayah
Maluku Cabang Ternate
Keadaan Mesin Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
Jumlah Mesin (Unit) 7 7 7 7 13
Keadaan Terpasang
(MW) 21.552 21.122 21.122 24.402 27,310
Daya Mampu (MW) 9,2 13,3 12,8 11.300 16,100 Sumber: PT.PLN Kota Ternate, Tahun 2010
Tabel 3.13. Data Jaringan PLN / Aset Distribusi Tahun 2010
NO Unit
Panjang Jaringan
Jumlah Tiang Gardu Distribusi Jumlah Trafo
Kapasitas Trafo
Ket
SUTM SKTM SUTR TM TR Beton Portal Cantrol
(kms) (kms) (kms) (Buah) (Buah (Unit) (Unit) (Unit) (Unit) (kVA
1 Rayon
Ternate 94,75 1,16 163,92 2.252 2.295 13 146 25 184 27.572
JUMLAH 94,75 1,16 163,92 2.252 2.295 13 146 25 184 27.572
Sumber : Monografi Kota Ternate 2011
Berdasarkan frekwensi kegiatan dan kecenderungan kebutuhan jaringan listrik
untuk permukiman penduduk, maka diperkirakan kebutuhan energi listrik di Kota
Ternate hingga tahun 2030 mencapai sekitar 185.715,59 KVA, dengan rincian
pemakaian pada tabel berikut. Pengembangan jaringan listrik khususnya kawasan
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 67
LAPORAN RENCANA
perencanaan dapat berfungsi sebagai sarana untuk menunjang peningkatan intensitas
dan produsktivitas sektor kegiatan ekonomi, serta memperkuat kemungkinan
terciptanya struktur tata ruang kawasan yang seimbang.
A. Rencana Pengembangan Energi.
Terkait dengan penjelasan di atas, maka arahan rencana pengambangan
sistem energi di Kota Ternate, meliputi :
3) Jaringan prasarana energi sebagaimana dimaksud, terdiri atas :
1. jaringan transmisi tenaga listrik, meliputi :
a. gardu Distribusi sebanyak 184 unit dengan kapasitas 27.572 KVA,
terdapat di kelurahan Kayu Merah Kecamatan Ternate Selatan;
b. jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) yaitu
menghubungkan gardu induk dengan Gardu Transmisi; dan
c. jaringan Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) yaitu menghubungkan
gardu distribusi dengan sambungan rumah.
2. Jaringan energi minyak dan gas bumi, meliputi :
a. Depo pertamina di Kelurahan Jambula;
b. SPBU di kelurahan Kalumata dan Maliaro;
c. SPB khusus TNI AD di Kelurahan Mangga Dua Utara; dan
d. APMS di kelurahan Mangga Dua, kelurahan Tafure dan kelurahan
Muhajirin.
4) Rencana pengembangan sistem jaringan energi listrik dan Minyak dan gas bumi,
meliputi :
a. Peningkatan kapasitas pembangkit energi listrik;
b. Pengembangan Solar Cell untuk penerangan jalan, lampu taman, trafic light
di Kota Ternate;
c. Pengembangan pembangkit listrik tenaga diesel dan jaringan distribusi di
Pulau Hiri, Moti dan Batang Dua;
d. Pengembangan sumber energi terbarukan (angin, surya, arus laut dan lain-
lain) di Pulau Hiri, Moti dan Batang Dua;
e. Pengembangan jaringan distribusi ke kawasan-kawasan permukiman yang
belum terlayani oleh jaringan listrik PLN;
f. Pengembangan Gardu Induk (Gl) dan Gardu Distribusi (GD) sesuai
kebutuhan dan permintaan;
g. Rencana SPBU diarahkan di kecamatan Pulau Ternate dan kecamatan
Ternate Utara;
h. Rencana APMS diarahkan di kecamatan Pulau Hiri, kecamatan Moti dan
kecamatan Batang Dua;
i. Penambahan jaringan distribusi tegangan menengah untuk menyalurkan
daya listrik dari Gardu Induk ke Gardu Transmisi;
j. Penambahan jaringan distribusi tegangan rendah baru melalui kabel tanah
untuk kawasan pusat pemerintahan, serta melalui kabel udara untuk kawasan
permukiman penduduk; dan
k. Pengembangan jaringan kabel bawah laut dari Rum Tidore ke Kota Ternate.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 68
LAPORAN RENCANA
Tabel 3.14. Rencana Kebutuhan Listrik (Mega Watt) Kecamatan Pulau Ternate
Sampai Tahun 2031
Wilayah dan Uraian Tahun 2010 Tahun 2031
Kec. Pulau Ternate MW % MW %
Jumlah RT (Rumah Tangga) 2.958 4.672
Kebutuhan Listrik Rumah Tangga (MW)
3,40 59% 5,4 54%
kebutuhan Listrik Industri, Jasa & Perdagangan (MW)
1,70062 29% 3,5 35%
kebutuhan Listrik Kantor dan Sosial (MW)
0,68025 12% 1,1 11%
Jumlah Kebutuhan Listrik (MW) 5,78 9,9
Tabel 3.15. Rencana Kebutuhan Listrik (Mega Watt) Kecamatan
Moti Sampai Tahun 2031
Wilayah dan Uraian Tahun 2010 Tahun 2031
Kec. Moti MW %
Jumlah RT (Rumah Tangga) 880 1.389,7
Kebutuhan Listrik Rumah Tangga (MW)
1,01 71% 1,6 71%
kebutuhan Listrik Industri, Jasa & Perdagangan (MW)
0,30353 21% 0,5 21%
kebutuhan Listrik Kantor dan Sosial (MW)
0,10118 7% 0,2 7%
Jumlah Kebutuhan Listrik (MW) 1,42 2,2
Tabel 3.16. Rencana Kebutuhan Listrik (Mega Watt) Kecamatan
Pulau Batang dua Sampai Tahun 2031
Wilayah dan Uraian Tahun 2008 Tahun 2030
Kec. Batang Dua MW %
Jumlah RT (Rumah Tangga) 493 777,1
Kebutuhan Listrik Rumah Tangga (MW)
0,57 71% 0,9 71%
kebutuhan Listrik Industri, Jasa & Perdagangan (MW)
0,16995 21% 0,3 21%
kebutuhan Listrik Kantor dan Sosial (MW)
0,05665 7% 0,1 7%
Jumlah Kebutuhan Listrik (MW) 0,79 1,3
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 69
LAPORAN RENCANA
Tabel 3.17. Rencana Kebutuhan Listrik (Mega Watt) Kecamatan
Ternate Selatan Sampai Tahun 2031
Wilayah dan Uraian Tahun 2010 Tahun 2031
Kec. Ternate Selatan MW %
Jumlah RT (Rumah Tangga) 12.741 16.476,1
Kebutuhan Listrik Rumah Tangga (MW)
14,65 71% 18,9 71%
kebutuhan Listrik Industri, Jasa & Perdagangan (MW)
4,39578 21% 5,7 21%
kebutuhan Listrik Kantor dan Sosial (MW)
1,46526 7% 1,9 7%
Jumlah Kebutuhan Listrik (MW) 20,51 26,5
Tabel 3.18. Rencana Kebutuhan Listrik (Mega Watt) Kecamatan
Ternate Tengah Sampai Tahun 2031
Wilayah dan Uraian Tahun 2010 Tahun 2031
Kec. Ternate Tengah MW %
Jumlah RT (Rumah Tangga) 10.417 12.629,7
Kebutuhan Listrik Rumah Tangga (MW)
11,98 71% 14,5 71%
kebutuhan Listrik Industri, Jasa & Perdagangan (MW)
3,59373 21% 4,4 21%
kebutuhan Listrik Kantor dan Sosial (MW)
1,19791 7% 1,5 7%
Jumlah Kebutuhan Listrik (MW) 16,77 20,3
Tabel 3.19. Rencana Kebutuhan Listrik (Mega Watt) Kecamatan
Ternate Utara Sampai Tahun 2031
Wilayah dan Uraian Tahun 2010 Tahun 2031
Kec. Ternate Utara MW %
Jumlah RT (Rumah Tangga) 9.097 13.468,8
Kebutuhan Listrik Rumah Tangga (MW)
10,46 71% 15,5 71%
kebutuhan Listrik Industri, Jasa & Perdagangan (MW)
3,1386 21% 4,6 21%
kebutuhan Listrik Kantor dan Sosial (MW)
1,0462 7% 1,5 7%
Jumlah Kebutuhan Listrik (MW) 14,65 21,7
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 70
LAPORAN RENCANA
Tabel 3.20. Rencana Kebutuhan Listrik (Mega Watt) Kecamatan
Pulau Hiri Sampai Tahun 2031
Wilayah dan Uraian Tahun 2010 Tahun 2031
Kec. Hiri MW %
Jumlah RT (Rumah Tangga) 546 861,8
Kebutuhan Listrik Rumah Tangga (MW)
0,63 71% 1,0 71%
kebutuhan Listrik Industri, Jasa & Perdagangan (MW)
0,18823 21% 0,3 21%
kebutuhan Listrik Kantor dan Sosial (MW)
0,06274 7% 0,1 7%
Jumlah Kebutuhan Listrik (MW) 0,88 1,4
Tabel 3.21. Rencana Kebutuhan Listrik (Mega Watt) Kota Ternate
Sampai Tahun 2031
Kota Ternate Tahun 2010 Tahun 2031
MW %
Jumlah RT (Rumah Tangga) 37.131 50.275
Kebutuhan Listrik Rumah Tangga (MW)
42,70 70% 57,82 69%
kebutuhan Listrik Industri, Jasa & Perdagangan (MW)
13,49 22% 19,23 23%
kebutuhan Listrik Kantor dan Sosial (MW)
4,61 8% 6,32 8%
Jumlah Kebutuhan Listrik (MW) 60,80 83,36
Grafik 3.1 Kebutuhan Listrik Kota Ternate Tahun 2010 dan 2031
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 71
LAPORAN RENCANA
3.2.3 Rencana Sistem Telekomunikasi
Pelayanan jaringan telepon diwilayah Kota Ternate dilayani oleh PT. Telkom
Stasiun Otomat Ternate melalui sambungan langsung jarak jauh (SLJJ) yang pada
tahun 2010 melayani 7450 pelanggan dengan kapasitas jaringan 7.390 dan
kapasitas sentral 7.482. Dibandingkan terhadap jumlah rumah tangga yang ada,
ternyata hanya sebagian kecil dari rumah tangga yang menjadi pelanggan Telkom,
yaitu hanya sekitar 20 %. Namun dengan adanya jaringan telekomunikasi selular,
jaringan komunikasi antar kawasan dapat terlayani dengan baik. Wilayah yang cukup
baik mendapat layanan telekomunikasi adalah di Kecamatan Ternate Selatan,
Ternate Tengah dan Ternate Utara. Sedangkan di sebagian besar wilayah di luar
kawasan perkotaan (Kecamatan Pulau Ternate, Batang Dua, Moti dan Hiri) masih
terbatas jaringan pelayanan.
Mengingat program pembangunan kewilayahan di Kota Ternate maka perlu
dilakukan kebijakan pemasangan jaringan telekomunikasi yang merata di seluruh
wilayah pulau-pulau.
Dengan asumsi bahwa pada tahun 2030 sekitar 90 % RT akan terlayani oleh
sambungan telekomunikasi ditambah sekitar 10 % untuk tambahan SST bagi
kegiatan usaha, niaga, industri, maka diperlukan sekitar 32.000 SST yang tersebar di
Kecamatan Ternate Selatan, Ternate Utara dan Pulau Ternate, di Pulau Ternate.
Telekomunikasi satelit dan radio juga perlu disarankan untuk diterapkan di pulau-
pulau Hiri, Mayau, Tifure, dan Moti.
Tabel 3.22. Jumlah Langganan Percakapan Telepon Yang Dilayani Kantor Telekom
di Kota Ternate
Bulan Telepon
Pelanggan Lokal SLJJ
Januari/ January
Pebruari/ February
Maret/ March
April/ April
Mei/ May
Juni/ June
Juli/ July
Agustus/ August
September/
September
Oktober/ October
Nopember/ November
Desember/ December
8.156
8.158
8.167
8.497
8.442
8.383
8.321
8.288
8.232
8.204
7.937
7.887
130.087.000
125.451.750
110.162.750
119.679.750
113.666.250
104.573.570
110.444.250
120.150.500
114.348.500
106.819.000
103.041.750
103.229.000
894.632.340
1.018 358.227
514.695.299
555.459.873
496.590.843
458.878.976
508.449.441
618.400.041
515.034.559
488.936.512
503.822.198
543.976.410
Sumber: BPS Kota Ternate Tahun 2010
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 72
LAPORAN RENCANA
Sistem jaringan telekomunikasi di Kota Ternate terdiri dari :
1. Sistem Jaringan Kabel.
2. Sistem Jaringan Nirkabel.
A. Sistem Jaringan Kabel
Sistem jaringan telekomunikasi kabel dibedakan menjadi teresterial darat dan
laut, di mana untuk teresterial darat terdiri dari infrastruktur jaringan kabel (tembaga
dan fiber optik) dan radio gelombang mikro. Sedangkan infrastruktur terestrial laut
terdiri dari jaringan kabel tembaga dan fiber optik. Untuk di Kota Ternate Sistem
jaringan telekomunikasi kabel/terestrial darat tersebut ditetapkan dengan
memperhatikan kapasitas yang telah terpasang dan kebutuhan jangka panjang.
Pendistribusian jaringan sambungan telepon dari STO ke pelanggan adalah;
Jaringan distribusi primer, jaringan kabel tanah yang menghubungkan STO
dengan terminal utama pembagi Main Distribution Frame (MDF) dan RK, dan
antar RK.
Jaringan distribusi sekunder, merupakan kabel tanah atau udara yang
menghubungkan RK dan DP.
Jaringan distribusi tersier, merupakan jaringan kabel udara yang menghubungkan
DP dengan masing – masing pelanggan
Berdasarkan ketentuan PP No. 26 Tahun 1985 tentang ruang bebas di dalam
batas Damija, maka pemasangan jaringan kabel telepon di wilayah perencanaan
dilakukan di bawah jalur pejalan kaki/ trotoar diluar perkerasan jalan.
Adapun rencana pengembangan sistem jaringan komunikasi kabel/terestrial antara
lain sebagai berikut:
Penambahan jaringan telepon rumah di kawasan perkotaan di kecamatan
Ternate Utara kurang lebih 2694 SST, Kecamatan Ternate Tengah kurang lebih
2623 SST dan Kecamatan Ternate Selatan kurang lebih 3295 SST, Kecamatan
Pulau Ternate kurang lebih 934 SST, Kecamatan Pulau Hiri kurang lebih 164
SST, Kecamatan Pulau Batang Dua kurang lebih 155 SST dan Kecamatan Moti
kurang lebih 278 SST;
Penambahan telepon umum di kawasan permukiman perkotaan yang belum
terlayani dan kawasan diluar perkotaan baik dengan jaringan kabel maupun nir
kabel yang diarahkan di kecamatan Ternate Utara kurang lebih 27 TU,
Kecamatan Ternate Tengah kurang lebih 26 TU, Kecamatan Ternate Selatan
kurang lebih 33 TU, Kecamatan Pulau Ternate kurang lebih 9 TU, Kecamatan
Pulau Hiri kurang lebih 2 TU, Kecamatan Pulau Batang Dua kurang lebih 2 TU
dan Kecamatan Moti kurang lebih 3 TU;
Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi kabel/terestrial dilakukan melalui
pengembangan infrastruktur jaringan kabel (tembaga maupun fiber optik) lewat
darat;
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 73
LAPORAN RENCANA
Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi kabel/terestrial dilakukan
dengan meningkatkan pelayanan sambungan telepon serta jaringan internet,
dengan memperhatikan kapasitas yang telah terpasang dan kebutuhan jangka
panjang.
B. Sistem Jaringan Nirkabel
Sistem jaringan Nirkabel merupakan sistem telekomunikasi non kabel sebagai
penghubung. Setiap lapisan infrastruktur tersebut mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Infrastruktur kabel/terestrial meskipun mempunyai keunggulan di
"unlimited bandwidth expansion" tapi kekurangannya adalah fleksibilitas dan
mobilitas yang terbatas. Sedangkan infrastruktur nirkabel, kelebihannya adalah
fleksibilitas dan mobilitas yang luas, tetapi resikonya tinggi, "limited bandwidth
expansion"dan kelembaman waktu (time delay) tinggi khususnya untuk suara dan
data interaktif. Sehingga penggunaan kedua infrastruktur tersebut mempunyai dua
segment kebutuhan vertikal yang berbeda.
Keberadaan Menara Telekomunikasi atau tower sangatlah penting untuk
perkembangangan teknologi saat ini, mengingat dengan prasarana ini masyarakat
dengan mudah bisa menerima informasi terbaru dari suatu ilmu baru. Konsep system
pelayanan BTS adalah dengan:
Jangkauan pelayanan maksimal (pada daerah layanan padat dan atau peak
hour) per antenna BTS diarahkan limit kurang lebih dari 3 km.
Jarak antar tower minimum (antar provides/kelompok provider yang tergabung
dalam tower pemanfaatan bersama) diarahkan mendekati (limit) 6 km.
Untuk penguatan spectrum layanan dapat menggunakan antena transmitter
yang dapat ditempatkan pada tower, gedung tinggi dengan disamarkan
menyesuaikan karakteristik estetika kawasan. untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar berikut ini.
Gambar 3.10. Gambar Penguatan Spektrum Layanan
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 74
LAPORAN RENCANA
Gambar 3.11. Konsep Sistem Transmisi
Arahan pengembangan untuk kawasan sekitar tower atau telematika antara
lain adalah :
Penggunaan tanah sekitar tower difungsikan sebagai kawasan RTH, jauh dari
permukiman.
Pemagaran yang rapat pada sepanjang tower demi keamanan, karena
mempunyai tegangan tinggi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Telekomunikasi dan Informatika tentang
pedoman pendirian menara telekomunikasi dan penyiaran, beberapa ketentuan yang
diatur dalam pengembangan menara telekomunikasi, antara lain :
a. Struktur Menara Telekomunikasi Dan Penyiaran
Menara Telekomunikasi dan Penyiaran dapat didirikan di atas permukaan
tanah maupun pada bagian bangunan/gedung.
Pendirian menara telekomunikasi dan penyiaran wajib memperhitungkan
kekuatan dan kestabilan yang berkaitan dengan:
Pondasi;
Pembebanan; dan
Struktur.
b. Menara Telekomunikasi Dan Penyiaran Bersama
Menara telekomunikasi dan penyiaran dapat berupa :
Menara tunggal, apabila digunakan untuk penempatan satu antena atau
lebih oleh satu penyelenggara telekomunikasi atau penyiaran; atau
Menara bersama, apabila digunakan untuk penempatan beberapa
antena dari beberapa penyelenggara telekomunikasi dan atau penyiaran.
Dalam upaya meminimalkan jumlah menara telekomunikasi, para operator
yang mengajukan pembangunan menara telekomunikasi baru, diharuskan
menyiapkan konstruksi menara telekomunikasi yang memenuhi syarat
dijadikan menara telekomunikasi bersama.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 75
LAPORAN RENCANA
Menara telekomunikasi yang telah ada (eksisting) apabila secara teknis
memungkinkan, harus digunakan secara bersama-sama oleh lebih dari satu
operator atau dijadikan menara telekomunikasi bersama.
Penggunaan Menara Telekomunikasi dan Penyiaran bersama dilarang
menimbulkan interferensi antar sistem jaringan.
Setiap pengguna Menara Telekomunikasi dan Penyiaran bersama wajib
saling berkoordinasi dalam hal terjadi suatu masalah.
Beban maksimal untuk menara bersama tidak boleh melebihi perhitungan
struktur menara.
Isolasi antar pemancar merupakan batas aman antar antena pemancar yaitu
30 dB atau dengan jarak antar antena 3 meter.
Adapun rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi nirkabel
antara lain sebagai berikut:
Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi nirkabel merupakan sistem
telekomunikasi yang menggunakan gelombang elektromagnetik sebagai
penghubung, dengan dukungan infrastruktur utama berupa stasiun bumi dan
tower BTS, perlu penambahan jaringan sampai ke seluruh wilayah Kota Ternate.
Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi nirkabel dilakukan dengan
penambahan jumlah tower BTS di wilayah Kota Ternate, Kecamatan Pulau
Batang Dua, Moti, dan Hiri
Upaya perluasan jangkauan pelayanan stasiun bumi melalui penambahan jumlah
tower BTS dapat ditempuh melalui pembangunan BTS bersama yang dapat
dipakai oleh beberapa provider telekomunikasi di Kota Ternate. Dengan Skenario
tower BTS bersama dimaksud adalah sebagai berikut :
i. Tower telekomunikasi yang telah ada (eksisting) apabila secara teknis
memungkinkan,harus digunakan secara bersama-sama oleh lebih dari satu
operator atau dijadikan tower telekomunikasi bersama.
ii. Para operator yang mengajukan pembangunan tower telekomunikasi baru,
diharuskan menyiapkan konstruksi tower telekomunikasi yang memenuhi
syarat dijadikan tower untuk pemanfaatan bersama.
iii. Tower telekomunikasi yang diperuntukkan sebagai jaringan utama (hub)
dapat diperkecualikan untuk dijadikan tower bersama.
iv. Operator yang akan meningkatkan kapasitas layanan (menempatkan BTS
baru) pada area yang telah dilayaninya sendiri (eksisting) karena
meningkatnya permintaan layanan (pengguna), maka penempatan BTS-nya
adalah pada :
a. Tower eksisting (milik provider/operator lain), jika lokasi/area layanannya
sesuai, serta syarat teknis sistem jaringan dan konstruksinya
memungkinkan, atau;
b. Tower Pengembangan Pemanfaatan Bersama (Baru), yang telah berdiri
dan secara teknis layak/masih memungkinkan untuk ditambahi beban;
c. Tower Baru, dengan lokasi yang direkomendasikan dan menyiapkan
kelayakan konstruksi sebagai tower bersama;
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 76
LAPORAN RENCANA
v. Operator yang akan mengembangkan area layanan baru dapat
menempatkan BTS pada :
a. Tower Eksisting (milik provider/operator lain), jika secara teknis
memungkinkan;
b. Tower Pengembangan (Baru) peruntukan Pemanfaatan Bersama, yang
telah berdiri dan secara teknis layak/masih memungkinkan untuk
ditambahi beban;
c. Tower Baru, dengan lokasi yang direkomendasikan dan menyiapkan
kelayakan konstruksi sebagai tower bersama.
vi. Pengembangan tower pada Kawasan Pengembangan Layanan yang sesuai
dengan arahan kebijakan tata ruang pada masing-masing wilayah tersebut,
diupayakan untuk mengembangkan pemanfaatan tower bersama.
vii. Untuk ketinggian tower telekomunikasi di atas 60 meter, jarak tower dari
bangunan terdekat diperbolehkan 20 meter dan untuk ketinggian tower di
bawah 60 meter, jarak tower dari bangunan terdekat diperbolehkan 10 meter.
3.2.4 Rencana Sistem Sumberdaya Air
Pemanfaatan sumber daya air adalah prasarana pengembangan sumberdaya
air untuk memenuhi berbagai kepentingan. Pemanfaatan sumber daya air bersih
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan wilayah Kota Ternate saat ini masih
bersumber dari air permukaan dan air tanah melalui sumur dalam dan sumur
dangkal yang terdapat di wilayah Kota Ternate.
A. Sistem Jaringan Air Baku Untuk Air Minum
KotaTernate memiliki beberapa sumber air baku yang dapat dikembangkan
untuk kebutuhan air bersih masyarakat. Sumber air baku tersebut meliputi :
Danau yang terdapat di Kota Ternate yaitu Danau Laguna dan Danau Tolire.
Mata air yang terdapat di Kota Ternate yaitu mata air Tege - Tege di Kelurahan
Marikurubu, mata air Ake ga’ale di Kelurahan Sangadji, mata air Santosa di
Kelurahan Salero, dan mata air Akerica di Kelurahan Rua, mata air Jebubu di
Kelurahan Tafaga, mata air Ake boki dan Ake Hula Kelurahan Tadenas (Moti).
Sumur dalam sebagai sumber air baku untuk air minum, yaitu Sumur I Santiong,
Sumur II Santiong, Sumur I Kalumpang, Sumur II Kalumpang, Sumur I Stadion,
Sumur I Kampung Pisang, Sumur I Soa, Sumur I Pekuburan Islam, Sumur I
Akegale, Sumur II Akegale, Sumur II Akegale, Sumur III Akegale, Sumur IV
Akegale, Sumur V Akegale, Sumur VI Akegale, Sumur VII Akegale, Sumur VIII
Akegale, Sumur I Foralaha, Sumur II Foralaha, Sumur I Kalumata, Sumur I Ubo-
Ubo, Sumur II Ubo-Ubo, dan Sumur I Togafo.
Sumur dangkal, lokasinya tersebar di kawasan permukiman dan dimanfaatkan
oleh masyarakat sebagai sumber air baku.
Untuk memenuhi kebutuhan air di Kota Ternate maka dibutuhkan rencana
sistem jaringan air baku atau air bersih. Adapun rencana sistem jaringan Air Baku
Untuk Air Minum meliputi:
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 77
LAPORAN RENCANA
membangun bangunan bak penangkap mata air (broncaptering) pada sumber air
baku di mata air Jebubu di Kelurahan Tafaga, mata air Ake boki dan Ake Hula
Kelurahan Tadenas (Moti);
pengembangan sumber air baku danau Laguna sebagai sumber air bersih;
jaringan trasmisi dari sumber air baku (sumur bor, dan mata air) ke instalasi
pengolahan air minum; dan
membangun jaringan transmisi baru untuk menambah kapasitas produksi air
baku;
Pelestarian kawasan sekitar sumber mata air tanah dan air permukaan dengan
melakukan penghijauan.
B. Pengendalian Banjir
Dengan semakin meningkatnya lahan terbangun di wilayah Kota Ternate,
maka dibutuhkan area-area yang berfungsi sebagai pengendalian banjir. Rencana
pengendalian banjir di wilayah Kota Ternate yang akan dikembangkan adalah
sebagai berikut;
Pembangunan dan perbaikan saluran drainase di setiap sisi jalan untuk
memperlancar limpasan air hujan dari jalan dan mencegah terjadinya genangan
air yang dapat merusak konstruksi jalan pada masa mendatang;
Memberikan ruang yang cukup bagi resapan air hujan pada kawasan resapan air
untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah serta mengurangi aliran
permukaan (run off) yang dapat meningkatkan debit air banjir, baik untuk kawasan
bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan;
Rencana pembuatan tangggul kalimati/barangka di kawasan permukiman
masyarakat;
Pada kawasan yang rawan atau sering terjadi banjir/genangan air, maka
direncanakan pembuatan bangunan pengendali banjir pada kalimati/barangka
yang terletak pada kawasan diatasnya.
Sosialisasi intensif kepada masyarakat disepanjang bantaran kalimati/barangka
dalam bentuk lisan, panflet maupun papan larangan agar tidak membuang
sampah di kalimati/barangka. Untuk memberi efek jera kepada pelanggar, maka
pemberian sanksi perlu diterapkan dalam bentuk denda atau kurungan.
Fasilitas persampahan harus ditingkatkan untuk melayani kawasan permukiman
dekat kalimati/barangka baik berupa TPS, gerobak sampah maupun pelayanan
mobil sampah.
Penerapan sempadan disepanjang kalimati/barangka.
Penghijauan diwilayah sekitar bantaran kali mati/barangka.
Normalisasi bantaran kalimati/barangka dengan melakukan penertiban bangunan-
bangunan yang teridentifikasi merubah dimensi kalimati/barangka sehingga
mempengaruhi aliran air.
Pembuatan sumur resapan dan Biopori pada kawasan permukiman, sarana
perkantoran, jasa perdagangan, kesehatan dan pendidikan maupun fasilitas
umum lainnya yang diusahakan secara komunal maupun di setiap kavling
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 78
LAPORAN RENCANA
bangunan. Adapun dimensi sumur resapan disesuaikan dengan luasan tutupan
bangunan. Sumur resapan menjadi persyaratan mutlak untuk mendapatkan Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) yang diatur tersendiri melalui Peraturan Daerah.
3.2.5 Rencana Infrastruktur Perkotaan
Rencana infrastruktur perkotaan meliputi prasarana penyediaan air minum kota,
pengolahan air limbah kota, system persampahan, drainase kota, penyediaan dan
pemanfaatan prasarana dan sarana prasarana jaringan pejalan kaki, dan jalur
evakuasi bencana. Untuk lebih jelasnya akan dirincikan pada penjelasan dibawah ini.
A. Sistem Jaringan Air Minum
Pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat Kota Ternate diperoleh dari
PDAM (Sambungan Rumah dan Hidran Umum), Sumur Gali (SG), Penampung Air
Hujan (PAH) dan Mata Air. Lebih jelas tentang sumber perolehan air bersih pada
tabel berikut :
Tabel 3.23. Sumber Perolehan Air Bersih di Setiap Pulau di Wilayah Kota Ternate
pada Tahun 2010
No Lokasi Jumlah
Penduduk (jiwa)
Sumber Air Bersih
Ket
PDAM Sumur Gali + Penampung Air
Hujan + Mata Air
Jumlah Sambun
gan
Penduduk Terlayani
(jiwa) %
Jumlah Pemakai
Penduduk Terlayani
(jiwa) %
1 Pulau Ternate 176.065 15551 SR + 7 HU
94.006 53,4 - 82.059 46,6 Sistem Air bersih
perpipaan di Kel. Moti Kota dan Tadenas
hingga saat ini belum
difungsikan
2 Pulau Moti 4.399 0 0 0 - 4.399 100,0
3 Pulau Hiri 2.728 0 0 0 - 2.728 100,0
4 Pulau-Pulau Batang Dua
2.463 0 0 0 - 2.463 100,0
Jumlah Terhadap Seluruh Kota Ternate
185.655 14571 SR + 7 HU
94.006 50,6 - 91.649,0 49,4
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2010
PDAM Kota Ternate sebagai satu-satunya perusahaan penyedia air bersih di
Kota Ternate. Pada tahun 2010 telah melayani 15.551 Sambungan Rumah dan 7
Hidran Umum. Jika perhitungan rata-rata untuk 1 KK adalah 6 orang dan 1 HU
melayani 100 orang (standar PU Cipta Karya, Tahun 1998 untuk Kota Sedang),
maka dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari jumlah penduduk Kota Ternate
Tahun 2010 sebesar 185.655 jiwa, terdapat 94.004 jiwa atau 50,60 % telah dilayani
PDAM. Dimana seluruhnya terdapat di Pulau Ternate. Sisanya sebesar 91.649 jiwa
atau 49,4 % yang tersebar di kawasan permukiman di pulau Ternate serta pulau Hiri,
Moti dan Batang Dua masih menggunakan Sumur Gali, Penampungan Air Hujan dan
mata air.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 79
LAPORAN RENCANA
Kebutuhan ideal air bersih adalah 60 - 220 liter/orang/hari dengan cakupan
pelayanan 55% - 75% (Pelayanan Minimal untuk Permukiman dari Keputusan
Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001). Kenyataannya
berbeda tingkat konsumsi air bersih disuatu daerah. Kebutuhan air bersih untuk
masyarakat perkotaan tentu berbeda dengan masyarakat diluar perkotaan. Dengan
demikian maka tingkat konsumsi air di Kota Ternate dibedakan antara masyarakat di
pulau Ternate yang berkarakter perkotaan dan masyarakat di pulau-pulau yang
berkarakter diluar perkotaan/perdesaan. Hal ini berkaitan dengan pola hidup yang
berbeda antara masyarakat perkotaan dan yang berkarakter perdesaan. Dengan
demikian maka kebutuhan air bersih yang direncanakan di kawasan perkotaan
(pulau Ternate) diasumsikan 120 liter/orang/hari dan diluar perkotaan (pulau Hiri,
Batang Dua dan Moti) diasumsikan 60 liter/orang/hari.
Pada tahun 2010 PDAM Kota Ternate memiliki kapasitas sumber air baku
sebesar 380 ltr/det yang terdiri dari beberapa sumur dalam dan mata air. Kapasitas
produksi sebesar 272,94 ltr/det. Melihat hasil analisa kebutuhan air bersih hingga
akhir tahun perencanaan 2031, maka untuk memenuhi kebutuhan air bersih
permukiman, fasilitas umum dan sosial maka diperlukan penambahan sumber air
baku baik yang berasal dari sumur dalam, sumur dangkal, mata air maupun sumber
air baku lainnya seperti danau Laguna di kelurahan Ngade.
Tabel 3.24. Data Kapasitas Sumber dan Produksi Air Bersih Kota Ternate
Jenis Sumber Unit Kap.Sumber Kapasitas
Produksi
Sumur Dangkal/Gali 20 243 ltr/det 174,14 ltr/det
Sumur Dalam/Bor 6 85 ltr/det 70 ltr/det
Bronkaptering 2 52 ltr/det 28,8 ltr/det
Jumlah 28 380 ltr/det 272,94 ltr/det
Sumber: PDAM Kota Ternate, Tahun 2010
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 80
LAPORAN RENCANA
Tabel 3.25. Data Kapasitas dan Produksi Air Bersih Kota Ternate Tahun 2010
I Po. Ake Ga'ale 150.00 90.74
1 Sumur Gali I 5.23 15.00 7.69
2 Sumur Gali II 5.21 12.00 6.30
3 Sumur Gali III 4.46 11.00 6.20
4 Sumur Gali IV 4.76 15.00 10.245 Sumur Gali V 5.54 13.00 6.676 Sumur Gali VI 5.50 14.00 10.247 Sumur (Bron) VII 4.83 22.00 18.308 Sumur Gali VIII 4.67 18.00 14.609 Sumur (Bron) IX 6.30 30.00 10.50
II Po. Kalumpang 94.00 75.701 Sumur Gali I 20.50 20.00 16.662 Sumur Gali II 26.68 12.00 10.143 Sumur Gali III 27.63 12.00 10.344 Sumur Gali IV 25.68 17.00 13.335 Sumur Gali V 26.38 22.00 17.546 Sumur Gali VI 24.42 11.00 7.697 Sumur Bor VII8 Sumur Bor VIII
III Po. Skeep II 44.00 34.401 Sumur Bor I 48.44 32.00 23.902 Sumur Gali II 24.00 12.00 10.50
IV Po. Ubo-ubo 62.00 52.351 Sumur Bor I 53.80 24.00 19.802 Sumur Bor II 57.80 29.00 26.303 Sumur Gali III 9.00 9.00 6.254 Sumur Bor IV
V Po. Faralaha 22.00 14.831 Sumur Gali I 13.00 8.00 5.502 Sumur Gali II 12.80 6.00 3.333 Sumur Gali III 4.46 8.00 6.004 Sumur Gali IV
VI UP. Togafo 8.00 4.921 UP. Togafo 7.00 8.00 4.92
380.00 272.94TOTAL
Data Kapasitas Sumber dan Produksi Air Bersih Kota Ternate
No. NAMA SUMBERKEDALAMAN SUMUR
(Meter)
KAPASITAS
SUMBER
(Liter/Detik)
PRODUKSI
(Liter/Detik)
Sumber: PDAM Kota Ternate, April Tahun 2010
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 82
LAPORAN RENCANA
Tabel 3.26. Proyeksi Kebutuhan dan Tingkat Pelayanan PDAM Kota Ternate Hingga Tahun 2031
2016 2021 2026 2031 2016 2021 2026 2031 2016 2021 2026 2031 2016 2021 2026 2031 2016 2021 2026 2031 2016 2021 2026 2031 2016 2021 2026 2031
1 Jumlah Penduduk Jiwa 17.237 19.278 21.318 23.359 69.042 73.488 77.935 82.381 55.620 59.158 62.695 66.940 51.732 56.936 62.140 67.344 3.051 3.374 3.697 4.084 5.006 5.613 6.220 6.949 2.802 3.140 3.479 3.885
2 Target Pelayanan % 58 65 73 80 58 65 73 80 58 65 73 80 58 65 73 80 58 65 73 80 58 65 73 80 58 65 73 80
3 Penduduk Terlayani Jiwa 9.911 12.530 15.456 18.687 39.699 47.767 56.503 65.905 31.982 38.453 45.454 53.552 29.746 37.008 45.052 53.875 1.754 2.193 2.680 3.267 2.878 3.649 4.510 5.559 1.611 2.041 2.522 3.108
4 Konsumsi Air Bersih lt/org/hr 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
5 Jumlah Kebutuhan Domestik m3/hr 1.189 1.504 1.855 2.242 4.764 5.732 6.780 7.909 3.838 4.614 5.455 6.426 3.570 4.441 5.406 6.465 105 132 161 196 173 219 271 334 97 122 151 186
6 Kebutuhan Non Domestik (40%) m3/hr 476 601 742 897 1.906 2.293 2.712 3.163 1.535 1.846 2.182 2.571 1.428 1.776 2.162 2.586 42 53 64 78 69 88 108 133 39 49 61 75
7 Sub Total Kebutuhan Air m3/hr 1.665 2.105 2.597 3.139 6.669 8.025 9.492 11.072 5.373 6.460 7.636 8.997 4.997 6.217 7.569 9.051 147 184 225 274 242 306 379 467 135 171 212 261
8. % Kehilangan Air m3/hr 40 35 30 25 40 35 30 25 40 35 30 25 40 35 30 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
Jumlah Kehilangan Air 666 737 779 785 2.668 2.809 2.848 2.768 2.149 2.261 2.291 2.249 1.999 2.176 2.271 2.263 37 46 56 69 60 77 95 117 34 43 53 65
9. Faktor Pengaliran Air :
- Hari maksimum 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15
- Jam Puncak 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7
10. Total Kebutuhan Air Bersih
- Rata-rata m3/hr 2.331 2.842 3.376 3.924 9.337 10.834 12.340 13.840 7.522 8.721 9.927 11.246 6.996 8.394 9.839 11.314 184 230 281 343 302 383 474 584 169 214 265 326
- Hari Maksimum m3/hr 2.681 3.268 3.882 4.513 10.738 12.459 14.191 15.916 8.650 10.029 11.416 12.933 8.046 9.653 11.315 13.011 212 265 324 395 348 441 545 671 195 246 305 375
- Jam Puncak m3/hr 4.557 5.556 6.599 7.672 18.254 21.180 24.125 27.057 14.706 17.050 19.408 21.986 13.678 16.409 19.236 22.119 360 450 550 671 591 749 926 1.141 331 419 518 638
11. Kebutuhan Sumber/kecamatan l/detik 40,5 49,3 58,6 68,1 162,1 188,1 214,2 240,3 130,6 151,4 172,3 195,2 121,5 145,7 170,8 196,4 3,2 4,0 4,9 6,0 5,2 6,7 8,2 10,1 2,9 3,7 4,6 5,7
12. Kebutuhan Distribusi/kecamatan l/detik 29,7 36,2 43,0 50,0 118,9 137,9 157,1 176,2 95,8 111,0 126,4 143,2 89,1 106,9 125,3 144,0 2,3 2,9 3,6 4,4 3,8 4,9 6,0 7,4 2,2 2,7 3,4 4,2
13. Kebutuhan Reservoir/kecamatan m3 402,1 490,2 582,3 676,9 1.610,7 1.868,8 2.128,7 2.387,4 1.297,6 1.504,4 1.712,4 1.939,9 1.206,8 1.447,9 1.697,3 1.951,6 31,8 39,7 48,5 59,2 52,1 66,1 81,7 100,7 29,2 37,0 45,7 56,3
I Total Keb.Sumber Kota Ternate l/detik 466,0 548,9 633,7 721,8
II Total Keb.Distribusi Kota Ternate l/detik 341,7 402,5 464,7 529,3
III Total Keb.Reservoir Kota Ternate m3 4.630,3 5.454,1 6.296,6 7.172,1
Sumber Hasil Analisa ,2010
PROYEKSI KEBUTUHAN & TINGKAT PELAYANAN PDAM DI KOTA TERNATE TAHUN HINGGA TAHUN 2031
Kecamatan
No Uraian Satuan Pulau Ternate Ternate Selatan Ternate Tengah Ternate Utara Pulau Batang DuaMotiPulau Hiri
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 83
LAPORAN RENCANA
Dari table diatas diketahui bahwa pada tahun 2031 Total tingkat pelayanan air bersih PDAM sebesar 80% menggunakan sistim perpipaan atau 203.954 jiwa dari total proyeksi penduduk tahun 2031 sebesar 254.943 jiwa. Sisanya masih menggunakan air sumur, mata air dan lainnya yang tersebar di seluruh pulau dalam wilayah Kota Ternate.
Dari hasil perhitungan berdasarkan standar pelayanan minimal air bersih, kebutuhan pada tahun 2031 adalah :
1. Kebutuhan sumber Air : 7.21,8 l/det. 2. Kebutuhan Air distribusi : 5.29,3 l/det. 3. Kebutuhan Reservoir : 7.172,1 m3.
Terkait dengan pengembangan jaringan air minum berdasarkan struktur ruang dan konsep ruang yang berkelanjutan, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
Struktur jaringan air bersih disesuaikan dengan pusat-pusat pertumbuhan. Di tiap
pusat pertumbuhan ada satu pusat distribusi utama untuk melayani dalam radius
tertentu.
Sistem distribusi air bersih harus dipikirkan untuk menghemat sebanyak mungkin
energi dalam penyediaannya. Mengingat kondisi geografi Kota Ternate yang
berbukit, maka yang tepat adalah distribusi air bersih menggunakan sistim tidak
langsung. Dimana sebelum didistribusikan ke daerah pelayanan, air dipompa dari
sumber kemudian ditampung terdahulu dalam reservoir menggunakan pipa
transmisi. Selanjutnya air distribusi ke daerah pelayanan menggunakan potensi
gravitasi.
Sistim distribusi air bersih oleh PDAM Kota Ternate selama ini sebagian besar
masih menggunakan pompa langsung selama 24 jam ke daerah pelayanan.
Kondisi ini berpeluang terjadi pemborosan energy listrik karena pada sistim
perpipaan yang mengalami tingkat kebocoran yang cukup tinggi seperti di Ternate
(kurang lebih 40%), pompa akan beroperasi terus menerus dan umur pakai
Pompa juga akan semakin pendek. Dengan sistim distribusi menggunakan
reservoir maka jam operasi pompa dapat dikurangi dari 24 jam.
Dalam penyediaan air bersih terutama pada kawasan pulau Hiri, Moti dan Batang
Dua juga memanfaatkan pola-pola swadaya masyarakat yang dikelola oleh
masyarakat dengan sistem komunitas pengguna air bersih.
Rencana pengembangan sistem Jaringan air minum meliputi:
Rencana peningkatan pelayanan air Minum sistim perpipaan pada tahun 2031
sebesar kurang lebih 80% dari jumlah penduduk di kecamatan Ternate Selatan,
Ternate Tengah, Ternate Utara, Pulau Ternate, Hiri, Moti dan Kecamatan Pulau
Batang Dua.
Rencana kebutuhan air minum sampai dengan tahun 2031 diperkirakan kurang
lebih 529,3 l/det;
Rencana kebutuhan kapasitas sumber air minum pada tahun 2031 sebesar
kurang lebih 721,8 l/det melalui pengembangan sumber air baku danau Laguna di
kelurahan Ngade, danau Tolire di kelurahan Takome, mata air mata air Tege -
Tege di Kelurahan Marikurubu, mata air Ake ga’ale di Kelurahan Sangadji, mata
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 84
LAPORAN RENCANA
air Santosa di Kelurahan Salero, dan mata air Akerica di Kelurahan Rua, mata air
Jebubu di Kelurahan Tafaga, mata air Ake boki dan Ake Hula Kelurahan Tadenas
(Moti) serta sumur dalam baru yang tersebar diseluruh lokasi. Pengembangan
sumber air baku sebagai sumber air bersih terlebih dahulu dikaji kelayakan teknis
dan ekonomis;
Penerapan teknologi alternative yang dapat merubah air laut menjadi air tawar
atau jaringan pipa air bersih bawah laut ke Pulau Hiri dengan terlebih dahulu
melakukan pengkajian teknis, sosial dan ekonomi yang mendalam.
Pengembangan jaringan perpipaan / hydrant umum di kelurahan berkarakter
perdesaan di Kecamatan Moti, Hiri dan Batang Dua serta lokasi-lokasi ketinggian
yang kesulitan air bersih di kecamatan Pulau Ternate, kecamatan Ternate Utara,
kecamatan Ternate Tengah dan kecamatan Ternate Selatan;
Pengembangan jaringan bukan perpipaan meliputi sumur dangkal, sumur pompa
tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air
kemasan, atau pembangunan penangkap mata air di kecamatan Moti, Hiri dan
Batang Dua.
Penyediaan Hidran Kebakaran pada kawasan kepadatan bangunan tinggi di
pusat kota, kawasan komersial dan bangunan publik;
rencana pengembangan instalasi air minum skala kecamatan (IKK) di kecamatan
Pulau Hiri, kecamatan Moti dan kecamatan Pulau Batang Dua;
B. Sistem Pengolahan Limbah
Kondisi pengelolaan air limbah domestik di Kota Ternate saat ini pada
umumnya masih memanfaatkan badan air terdekat sebagai tempat pembuangan air
buangan domestik, jikalau ada pengelolaan, itupun menggunakan tangki septik tanpa
bidang resapan (dengan sistem pengurasan manual diangkut/dibuang melalui jasa
pembuangan air limbah). Air limbah rumah tangga disalurkan melalui got/saluran
yang ada, Kondisi ini menyebabkan terjadinya pencemaran air tanah, badan air dan
lingkungan yang kurang sehat. Kebiasaaan ini bukan saja terjadi di wilayah
pedalaman permukiman, tetapi terjadi juga di daerah perkotaan/pusat-pusat aktifitas
masyarakat. Dampak yang paling signifikan adalah gangguan estetika yang terjadi
pada badan air penerima sungai mati dan pesisir pantai selain menjadi bau dan
dipenuhi dengan sampah rumah tangga juga menjadi sarang penyakit yang sewaktu-
waktu bisa menyerang masyarakat setempat.
Air Limbah buangan yang ditimbulkan dari aktifitas rumah tangga berupa air
buangan domestik yang dominan berasal dari kegiatan rumah tangga (dapur, mandi,
cuci, dan kakus). Untuk menghindari dampak negatif dari air buangan ini, perlu
adanya pengolahan yang baik agar dihasilkan effluen yang sesuai dengan baku
mutu standar yang telah ditetapkan.
Konsep pengembangan Kota Ternate sebagai water front city, tentunya
memerlukan penanganan air limbah yang lebih baik sehingga tidak berdampak pada
estetika kota pantai. Untuk itu diperlukan rencana penanganan air limbah yang
meliputi :
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 85
LAPORAN RENCANA
Mengoptimalkan IPLT di TPA Buku Deru-deru Kelurahan Takome;
Pembangunan IPAL skala kawasan di pusat perdagangan dan jasa di kelurahan
Gamalama dan pada kawasan rencana pengembangan Kota Baru.
Peningkatan program Sanimas pada kawasan permukiman pasang surut di
Kelurahan Kampung Makassar Timur, Mangga Dua, Bastiong, Kalumata, Salero,
dan Sangaji.
Pembangunan MCK dengan septic tank menggunakan resapan pada kawasan
berkepadatan rendah dan sedang dengan memperhatikan kedalaman muka air
tanah. Untuk kawasan berkepadatan tinggi menggunakan septic tank komunal
dengan sistem Biodigester sehingga limbah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan
sebagai biogas, dan pengelolaannya dilakukan secara berkelompok (Community
Based Sanitation).
Rumah sakit dan klinik harus dilengkapi dengan perangkat untuk penanganan
sampah B3.
C. Sistem Persampahan Kota
Pengelolaan persampahan di Kota Ternate yang ditangani oleh Dinas
Kebersihan Kota Ternate hingga saat ini baru menjangkau 28 Kelurahan pada 3
Kecamatan di Pulau Ternate. Dengan cakupan pelayanan pada tahun 2009
sebesar 80,02 % dari jumlah penduduk Kota Ternate.
1) Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan di Kota Ternate.
Kondisi eksisting penanganan persampahan di Kota Ternate menggunakan
beberapa pola pelayanan yang disesuaikan dengan wilayah pelayanan antara
lain :
a. Sampah Rumah Tangga
Untuk daerah permukiman di Kota Ternate menggunakan pola
pelayanan dengan sistem pola individual langsung atau sistem door to door
yaitu sampah dikumpulkan dan diangkut langsung dengan dump truk dari
sumbernya ke tempat pembuangan akhir. Masyarakat hanya
mengumpulkan dengan kantong-kantong plastik kemudian meletakkan
dipinggir jalan. Pola pelayanan yang dianut Dinas Kebersihan Kota Ternate
ini sering menimbulkan kemacetan atau sulitnya kendaraan berlintasan
pada daerah permukiman yang jalannya sempit. Selain itu sistim door to
door ini waktu tempuh pengumpulan dan pengangkutan sampah menjadi
lebih lama.
b. Sampah Perkantoran
Pola pelayanan sampah perkantoran di Kota Ternate menggunakan
pola kumunal langsung yaitu sampah dikumpulkan pada wadahnya/TPS
kemudian langsung diangkut ke TPA menggunakan dump truk.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 86
LAPORAN RENCANA
c. Sampah Jalan, taman dan drainase.
Pengumpulan sampah jalan, taman dan drainase di Kota Ternate
pada umumnya dilakukan setelah dilakukan pembersihan sampah dan
dikumpulkan pada bak sampah kemudian diangkut langsung ke TPA.
d. Sampah Pasar
Untuk areal pasar pola pelayanan yang dipakai adalah pola kumunal
langsung yaitu sampah diangkut langsung ke TPA setelah sampah
dikumpulkan warga pasar dalam kontainer yang disediakan Dinas
Kebersihan Kota Ternate.
2) Permasalahan pengelolaan persampahan
Tahapan pengelolaan persampahan diketahui terdiri atas pengumpulan,
pengangkutan dan pemusnahan yang masing-masing sistim sangat
mempengaruhi terhadap keberhasilan pengelolaan sampah disuatu Kota.
Kegagalan dalam pengelolaan salah satu tahapan diatas sudah pasti akan
berdampak pada sistim yang lebih besar yaitu pengelolaan sampah secara
keseluruhan.
Dalam konteks kota Ternate, permasalahan pengelolaan sampah juga
tidak terlepas ketiga tahapan diatas, antara lain yaitu :
a. Pengumpulan Sampah.
- Sistim pengumpulan sampah belum maksimal diterapkan terutama
sampah rumah tangga. Aktivitas pengumpulan hanya dilakukan pada
kawasan permukiman ditepi jalan dan dilengkapi TPS dimana sampah
terkumpul akan dengan mudah diangkut truk sampah. Untuk kawasan
permukiman padat yang sulit dijangkau truk sampah atau jauh dari
lintasan truk sampah, kesulitan kerap terjadi bagi warga. Kondisi ini
hampir dijumpai diseluruh kawasan permukiman di Kota Ternate karena
sebagai kota tua yang berkarakteristik geografi pantai-gunung, kota
Ternate tidak memiliki aksebilitas jaringan jalan yang baik dan
permukiman perkotaan sudah ada sejak dulu. Kondisi jalan di kawasan
permukiman berupa jalan lingkungan lebar 2,5 – 3 meter yang sangat
sulit bagi truk sampah untuk bermanufer dan sudah pasti mengganggu
pengguna jalan lainnya. Jalan setapak tidak mungkin dilalui truk
sampah ukuran dump truk / L 300 yang lebih kecil. Dengan demikian
maka warga lebih memilih untuk membuang di kali mati/barangka atau
pesisir pantai daripada ke TPS yang berada jauh di tepi jalan.
- Keberadaan TPS sebagai sarana pengumpulan sampah sebelum
diangkut ke TPA seringkali menjadi polimik, warga menolak
penempatan TPS di depan rumah mereka. Banyak TPS yang dibangun
dinas Kebersihan Kota Ternate malah dibongkar warga. Kondisi TPS
yang tidak berpenutup juga merupakan sumber bau busuk dan vector
penyakit dari lalat dan tikus.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 87
LAPORAN RENCANA
- Jumlah container sampah masih sangat terbatas, padahal timbulan
sampah pasar sangat besar. Kekurangan mobil amrol akibatkan
container sering terlambat diangkut ke TPA.
- Tingkat partisipasi masyarakat rendah dibidang persampahn khususnya
pengumpulan sampah. Hal ini bisa dijumpai dengan tidak adanya
kelembagaan ditingkat masyarakat.
b. Pengangkutan Sampah.
Proses pengangkutan sampai berlangsung mulai dari TPS dan
berakhir TPA melalui/tidak melalui transdepo.
- Sarana pengangkutan sampah dinas Kebersihan Kota Ternate sangat
terbatas jumlahnya dan tidak sebanding dengan timbulan sampah yang
dihasilkan warga Kota Ternate. tak jarang Dump truk / L-300 yang ada
bekerja mengangkut sampah melebihi kapasitas daya angkut maupun
jam kerja, terkadang kawasan yang bukan wewenangnya namun harus
tetap digunakan karena keterbatasan sarana, tak heran sarana
angkutan sampah yang tersisa kondisinya sangat
memprihatinkan/rusak dan tua. Keterbatasan sarana angkut juga
berpengaruh pada service coverate yang ada. Meskipun tingkat
pelayanan sudah diatas 80% namun terbatas hanya di sebagian
kecamatan Ternate Utara, sebagian Ternate Tengah dan sebagian
kecamatan Ternate Selatan. Kecamatan Pulau Ternate yang dekat
dengan TPA Buku Deru-Deru belum tersentuh demikian juga pada
kawasan permukiman diatas ketinggian seperti kelurahan Marikrubu,
Moya, Maliaro, Jan (Tobona), Soa puncak (Soa), Facey (Sangaji Utara),
Gamayou (Makassar Barat) dan lainya, sehingga sampah warga lebih
banyak dibuang ke kalimati/barangka yang menyebabkan banjir di
kawasan bawahnya (hilir).
- Kesejahtraan dan jaminan keselamatan kerja petugas penganggkut
juga belum memadai padahal ujung tombak dilapangan adalah tenaga
pengangkut. Kesejahtraan dapat berpengaruh pada kinerja.
- Waktu pengangkutan sampah seringkali dilakukan pada puncak jam
sibuk 7.00 – 9.00 dimana aktivitas warga/kondisi lalu lintas sudah ramai
sehingga proses pengangkutan terganggu dan tidak maksimal, lalu
lintas macet.
c. Pemusnahan Sampah.
- Pemusnahan sampah utama dilakukan di TPA Buku Deru-deru, walau
terdapat peluang pemusnahan awal di hulu (di permukiman) dengan
sistim 3R ataupun sampah dipilah di transdepo sebelum masuk ke TPA.
Meminimalisir volume sampah yang masuk ke TPA akan
memperpanjang umur pakai TPA.
- TPA Buku Deru-Deru masih menggunakan sistim Open Dumping yang
tidak ramah lingkungan karena menimbulkan bau dan vector penyakit
dari lalat dan tikus. Penerapan sistim controlled landfill atau sanitary
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 88
LAPORAN RENCANA
landfill masih terkendala material cover karena cost cukup mahal. Lebih
efektif pemerintah Kota Ternate melakukan pengadaan lahan sendiri
sekitar TPA sehingga material dapat digunakan sebagai cover.
- Sengketa status lahan TPA Buku Deru-Deru antara pemerintah Kota
Ternate dengan warga Takome dan Sulamadaha hingga kini belum
tuntas. Warga sering melakukan sabotase/blokir jalan sehingga
mengganggu aktifitas di TPA. Demikian juga aktivitas warga sudah
masuk pada radius bebas pemukiman di TPA. Diharapkan Pemerintah
secepatnya mungkin menyelesaikan masalah ini.
- Pembuatan pupuk kompos sebagai salah satu bentuk nilai ekonomis
sampah dan cukup siknifikan mengurangi volume sampah di TPA,
hingga sekarang belum optimal dimanfaatkan. TPA Buku Deru-Deru
sudah di lengkapi bangunan pembuat kompos, namun hasilnya belum
bisa dimanfaatkan secara luas oleh warga atau lembaga tertentu.
Padahal TPA Buku Deru-Deru dikeliling kawasan pertanian/perkebunan
seharusnya dinas Kebersihan dapat melihat peluang ini. Demikian juga
SKPD yang terkait dengan tanam-menanam seperti dinas Pertanian,
BLH, BP4K dan dinas Tata Kota dan Pertamanan, seharusnya dapat
menggunakan pupuk kompos ini karena semakin besar pupuk kompos
diproduksi maka semakin kecil sampah yang masuk TPA dan masa
pakai TPA semakin lama.
- TPA Buku Deru-Deru merupakan satu-satunya tempat pemprosesan
akhir sampah di Ternate masih sering menimbulkan masalah bau yang
terbawa angin hingga kawasan permukiman yang terletak di kelurahan
Takome dan Sulamadaha. Perlunya dibangun Buffer Zone atau sabuk
hijau yang terdiri dari tanaman berdaun lebat atau menimbulkan bau
wangi yang meminimalisir bau hingga radius tertentu.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 89
LAPORAN RENCANA
Tabel 3.27. Tabel Data Produksi / Volume Tempat Pembuangan Sampah (TPA)
Kota Ternate, Tahun 2010
Lokasi
Volume TPA
Produksi Sampah Dan Tingkat
Pelayanan
Produksi sampah Jumlah Tingkat
Pelayanan
(jiwa) Luas
Luas
terpakai Per hari Jiwa / hari
TPA BUKU DERU -
DERU
(KEL. TAKOME)
56 Ha
± 3 Ha
145 m3
2,5 Liter
80,02 %
dari jumlah
penduduk kota
Ternate
Sumber data : Dinas kebakaran dan kebersihan Kota Ternate
Gambar 3.12. Rencana Sistem Persampahan
(Terdiri dari TPA dan Sebaran TPS)
Skema A; Sistem Secara Keseluruhan
A
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 90
LAPORAN RENCANA
SUMBER WADAH KOMUNAL GEROBAK TPS KONTAINER ARMROLL TRUCK
Sistem Blok (Komunal Tidak Langsung)
Sistem Individual Tidak Langsung
SUMBER GEROBAK TPS KONTAINER ARMROLL TRUCK
PENGELOLA SWASTA TPS KONTAINER ARMROLL TRUCK
Sistem Individual Langsung
DUMP TRUCK
PENGELOLA SWASTA
PengangkutanPemindahanPengumpulanPembuangan
PengangkutanPemindahanPengumpulan
PengangkutanPemindahan
PengangkutanPengumpulan
SUMBER
Pengumpulan
Skema B; Prosedur pegelolaan sampah
Tabel 3.28. Analisa Timbulan Sampah (M3/Hari) Permukiman Perkelurahan
Kota Ternate Hingga Tahun 2031
No Kecamatan TAHUN PROYEKSI
2016 2021 2026 2031
I Pulau Ternate 43,09 48,19 53,30 58,40 1 Jambula 5,52 6,18 6,83 7,48 2 Foramadiahi 3,00 3,35 3,70 4,06 3 Kastela 2,56 2,87 3,17 3,47 4 Rua 4,19 4,69 5,19 5,68 5 Afetaduma 2,83 3,16 3,49 3,83 6 Togafo 2,14 2,39 2,64 2,90 7 Loto 2,49 2,78 3,07 3,37 8 Takome 3,03 3,39 3,74 4,10 9 Sulamadaha 4,94 5,52 6,11 6,69
10 Tobololo 3,42 3,83 4,24 4,64 11 Bula 2,52 2,82 3,11 3,41 12 Kulaba 4,69 5,24 5,80 6,35 13 Dorpedu 1,77 1,98 2,19 2,40
B
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 91
LAPORAN RENCANA
No Kecamatan TAHUN PROYEKSI
2016 2021 2026 2031
II Ternate Selatan 172,61 183,72 194,84 205,95 1 Sasa 6,77 7,57 8,37 9,17 2 Gambesi 5,33 5,82 6,32 6,82 3 Fitu 7,72 8,63 9,54 10,46 4 Kalumata 25,80 28,86 31,91 34,96 5 Kayu Merah 14,93 15,30 15,66 16,02 6 Bastiong
Talangame 14,10 14,44 14,78 15,12 7 Ubo-Ubo 7,77 7,95 8,14 8,33 8 Mangga Dua 10,20 10,45 10,70 10,95 9 Jati 12,67 14,17 15,67 17,17
10 Toboko 5,81 5,95 6,09 6,23 11 Tanah Tinggi 9,79 10,03 10,26 10,50 12 Tanah Tinggi Barat 6,48 7,17 7,85 8,53 13 Mangga Dua Utara 12,76 13,07 13,38 13,69 14 Jati Perumnas 7,90 8,09 8,28 8,47 15 Tobona 8,05 9,01 9,96 10,92 16 Bastiong Karance 13,42 13,75 14,07 14,40 17 Ngade 3,12 3,49 3,86 4,23
VI Ternate Tengah 140,82 149,66 158,51 167,35 1 Makassar Barat 11,08 11,84 12,60 13,36 2 Makassar Timur 6,27 6,42 6,57 6,73 3 Salahudin 9,59 9,83 10,06 10,29 4 Kalumpang 7,20 7,38 7,55 7,73 5 Santiong 7,84 8,03 8,22 8,42 6 Gamalama 10,49 11,17 11,84 12,52 7 Moya 14,55 16,27 17,99 19,72 8 Marikurubu 24,18 26,44 28,69 30,95 9 Kampung Pisang 2,55 2,61 2,67 2,74
10 Takoma 3,26 3,34 3,42 3,50 11 Muhajirin 4,63 4,74 4,86 4,97 12 Maliaro 25,85 27,95 30,05 32,15 13 Kota Baru 5,84 5,98 6,12 6,26 14 Tanah Raja 2,71 2,78 2,85 2,91 15 Stadion 4,77 4,89 5,00 5,12
III Ternate Utara 129,33 142,34 155,35 168,36 1 Soa 10,22 11,43 12,64 13,85 2 SoaSio 4,70 4,92 5,14 5,36 3 Kasturian 8,57 9,58 10,60 11,61 4 Salero 7,50 7,85 8,20 8,56 5 Toboleu 11,39 12,74 14,08 15,43 6 Sangaji 16,00 17,03 18,07 19,10 7 Dufa-Dufa 14,66 16,39 18,13 19,87 8 Tafure 14,36 16,06 17,76 19,46
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 92
LAPORAN RENCANA
No Kecamatan TAHUN PROYEKSI
2016 2021 2026 2031
9 Tabam 4,82 5,39 5,96 6,53 10 Sango 4,50 5,03 5,56 6,10 11 Tarau 3,15 3,52 3,89 4,26 12 Sangaji Utara 10,86 12,14 13,43 14,71 13 Akehuda 13,86 14,93 16,00 17,07 14 Tubo 4,76 5,32 5,89 6,45
V Pulau Hiri 7,79 8,60 9,40 10,21 1 Togolobe 1,10 1,24 1,37 1,50 2 Dorari Isa 1,02 1,07 1,12 1,17 3 Faudu 2,74 3,06 3,39 3,71 4 Mado 0,85 0,91 0,96 1,02 5 Tamajiko 1,20 1,34 1,48 1,62 6 Tafraka 0,88 0,98 1,08 1,19
VI Moti 12,82 14,34 15,85 17,37 1 Takofi 2,36 2,64 2,92 3,20 2 Moti Kota 3,16 3,54 3,91 4,29 3 Tafamutu 2,37 2,65 2,93 3,21 4 Tafaga 2,03 2,27 2,51 2,75 5 Figur 1,73 1,93 2,14 2,34 6 Tadenas 1,17 1,31 1,45 1,59
VII Pula Batang Dua 7,17 8,02 8,87 9,71 1 Mayau 2,23 2,49 2,76 3,02 2 Tifure 1,62 1,82 2,01 2,20 3 Lelewi 1,23 1,38 1,53 1,67 4 Bido 1,03 1,16 1,28 1,40 5 Pantai Sagu 0,66 0,73 0,81 0,89 6 Perum Bersatu 0,40 0,44 0,49 0,54
Tabel 3.29. Analisa Timbulan Sampah (M3/Hari) Permukiman Kota Ternate Hingga
Tahun 2031
No Kecamatan TAHUN PROYEKSI
2016 2021 2026 2031 1 Pulau Ternate 43,09 48,19 53,30 58,40 4 Ternate Selatan 172,61 183,72 194,84 205,95 5 Ternate Tengah 140,82 149,66 158,51 167,35 6 Ternate Utara 129,33 142,34 155,35 168,36 7 Pulau Hiri 7,79 8,60 9,40 10,21 2 Moti 12,82 14,34 15,85 17,37 3 Pulau Batang Dua 7,17 8,02 8,87 9,71
Jumlah 513,63 554,87 596,11 637,36 Sumber : Hasil Analisa Tahun 2010
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 93
LAPORAN RENCANA
Tabel 3.30. Analisa timbulan sampah (m3/hari) untuk fasilitas sosial
dan fasilitas umum di Kota Ternate pertahun hingga tahun 2031
Tabel 3.31. Analisa timbulan sampah (m3/hari) untuk permukiman, fasilitas sosial
dan fasilitas umum di Kota Ternate pertahun hingga tahun 2031
No Kecamatan TAHUN PROYEKSI
2016 2021 2026 2031 1 Pulau Ternate 12,93 14,46 15,99 17,52
2 Ternate Selatan 51,78 55,12 58,45 61,79
3 Ternate Tengah 42,25 44,90 47,55 50,21 4 Ternate Utara 38,80 42,70 46,61 50,51 5 Pulau Hiri 2,34 2,58 2,82 3,06 6 Moti 3,85 4,30 4,76 5,21 7 Pulau Batang Dua 2,15 2,41 2,66 2,91
Jumlah 154,09 166,46 179 191 Sumber : Hasil Analisa Tahun 2010
No Kecamatan TAHUN PROYEKSI
2016 2021 2026 2030 1 Pulau Ternate 56,02 62,65 69,28 75,92
2 Ternate Selatan 224,39 238,84 253,29 267,74
3 Ternate Tengah 183,07 194,56 206,06 217,56 4 Ternate Utara 168,13 185,04 201,96 218,87 5 Pulau Hiri 10,13 11,17 12,22 13,27 6 Moti 16,66 18,64 20,61 22,58 7 Pulau Batang Dua 9,33 10,43 11,53 12,63
Jumlah 667,72 721,33 775 829 Sumber : Hasil Analisa Tahun 2010
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 94
LAPORAN RENCANA
Tabel 3.32. Rencana kebutuhan TPS (unit) Kota Ternate hingga tahun 2031
Tabel 3.33. Rencana kebutuhan dump track (unit) Kota Ternate hingga tahun 2031
Rencana pengembangan terkait sistem pengelolaan persampahan di Kota Ternate
meliputi:
a. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat, yaitu sistim pengelolaan yang
melibatkan masyarakat secara langsung dalam pengumpulan sampah
khususnya pada kawasan permukiman berkepadatan tinggi dan pada kawasan
yang tidak terjangkau oleh mobil sampah. Timbulan Sampah yang dihasilkan
No Kecamatan TAHUN PROYEKSI
2016 2021 2026 2031 1 Pulau Ternate 14 17 21 25
2 Ternate Selatan 95 104 114 124
3 Ternate Tengah 78 85 93 101 4 Ternate Utara 71 81 91 101 5 Pulau Hiri 3 3 4 4 6 Moti 5 6 6 7 7 Pulau Batang Dua 3 3 3 4
Jumlah 269 300 332 365 Sumber : Hasil Analisa Tahun 2010
Ket :
Tingkat Pelayanan Kec.Pulau Ternate 2016 = 50% ; 2031 = 65% (tingkat pelayanan rencana = Naik 5% setiap 5 Tahun)
Tingkat Pelayanan Kec.Ternate Utara,Tengah & Selatan 2016 = 85% ; 2031 = 92,5% (tingkat pelayanan rencana = Naik 2,5% setiap 5 Tahun)
Kapasitas TPS Amrol = 6 M3
No Kecamatan TAHUN PROYEKSI
2016 2021 2026 2030 1 Pulau Ternate 2 2 2 3
2 Ternate Selatan 11 12 13 14
3 Ternate Tengah 9 9 10 11 4 Ternate Utara 8 9 10 11 5 Pulau Hiri 0 1 1 1 6 Moti 0 1 1 1 7 Pulau Batang Dua 0 1 1 1
Jumlah 30 35 38 42 Sumber : Hasil Analisa Tahun 2010
Ket :
Tingkat Pelayanan Kec.Pulau Ternate 2016 = 50% ; 2031 = 65% (tingkat pelayanan rencana = Naik 5% setiap 5 Tahun)
Tingkat Pelayanan Kec.Ternate Utara,Tengah & Selatan 2016 = 85% ; 2031 = 92,5% (tingkat pelayanan rencana = Naik 2,5% setiap 5 Tahun)
Kapasitas Dump Truk = 6 M3
Trip Pengangkutan Dump Truk = 3 kali/hari/dump truk
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 95
LAPORAN RENCANA
rumah tangga akan dikumpul atau ditampung dalam tempat sampah disetiap
rumah kemudian akan diangkut oleh petugas pengangkut sampah dengan
menggunakan alat pengumpul yang disesuaikan dengan karekteristik wilayah
seperti gerobak/sepeda motor yang didesign untuk mengangkut sampah menuju
ke TPS. Petugas pengangkut sampah diharapkan merupakan warga di
kelurahan setempat yang direkrut khusus untuk mendukung program
pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Petugas pengumpul sampah bekerja
hanya sebatas dari rumah warga ke TPS dan setiap hari, pada pagi hari
sehingga tidak mengganggu aktifitas warga.
b. Peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang jumlahnya sesuai
kebutuhan yaitu tong sampah pemilihan, TPS/TPST, gerobak sampah, dump
truck, amroll, container sampah dan peralatan berat TPA.
c. Pemanfaatan sarana pemilahan Transdepo/TPST untuk mengurangi volume
sampah yang masuk ke TPA sehingga masa pakai TPA menjadi lebih panjang;
d. Legalisasi kepemilikan lahan TPA Buku Deru-Deru
e. Peningkatan Pengelolaan TPA dari system open dumping menjadi Sanitary
Landfill atau Control Landfill.
f. Sosialisasi dan penerapan pengolahan sampah sistim 3R di masyarakat dan
sekolah-sekolah, melalui seminar, pamflet, papan pengumuman dan media
lainnya;
g. Peningkatan sistem manajemen persampahan;
h. penyusunan master plan persampahan Kota Ternate.
i. Pembuatan Buffer Zone / sabuk hijau di TPA Buku Deru-Deru
D. Sistem Drainase Kota Ternate
Pada prinsipnya drainase yang ada di wilayah Kota Ternate dialirkan ke arah
laut melalui jalur Kali Mati (Barangka) yang melintasi wilayah Kota Ternate dan
sebagian langsung menuju outlet di pantai. Dilihat dari kondisi eksisiting bahwa
umumnya saluran drainase yang ada di Kota Ternate bersifat terbuka dan tertutup
dengan mengikuti arah pengembangan jalan, dimana fungsi saluran drainase
sebagai limpasan air hujan dan juga air limbah rumah tangga.
Jaringan drainase yang terdapat di Kota Ternate yang telah ada saat ini adalah
saluran primer, sekunder, dan tersier. Saluran drainase primer di Kota Ternate
berupa Kalimati/barangka dengan konstruksi pasangan batu maupun tanah
membentuk sistem drainase makro Sedangkan sistem drainase mikro berupa
saluran drainase sekunder terbentang mengikuti jaringan jalan utama dengan
konstruksi pasangan batu dan tanah.
Dengan memperhatikan kondisi eksisting yang ada, di mana saluran drainase
yang melayani Kota Ternate berada di sekitar pusat kota dan jalur jalan utama, maka
untuk tahun-tahun mendatang perlu adanya peningkatan saluran drainase. Adanya
lahan-lahan kosong di kawasan perencanaan pada saat ini memang belum
merupakan suatu masalah bagi aliran air yang mengalir di permukaan, karena air
langsung meresap ke tanah. Akan tetapi dengan perkembangan kegiatan bersifat
perkotaan yang akan terjadi dimana lahan-lahan kosong akan beralih fungsi menjadi
lahan terbangun bila tidak direncanakan suatu jaringan/ saluran drainase maka dapat
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 96
LAPORAN RENCANA
menimbulkan masalah genangan air di kawasan pusat kota. Saluran drainase
tersebut diarahkan pada seluruh wilayah Kota Ternate sehingga permasalahan akan
terjadinya genangan air terutama di daerah pusat kota dapat teratasi.
Beberapa permasalahan umum terkait dengan sistim drainase yang
teridentifikasi penyebab banjir dan genangan di Kota Ternate yaitu :
a. Limpasan air banjir dari kalimati/barangka dalam kota.
b. Limpasan air banjir akibat kecepatan aliran air dalam saluran yang tinggi
terutama drainase pada jalan yang memiliki kemiringan kemudian berbelok 90
derajat seperti pada jalan saluran Jati, Saluran jalan Bastiong – Perumnas (Ajiza
bakti - Kantor Pos Bastiong), Saluran Jati depan toko Setia Kawan - Hotel
Amara dan lain-lain.
c. Menurunnya kemampuan saluran/drainase akibat sedimentasi/endapan lumpur
dan penyumbatan akibat sampah seperti Saluran Kawasan Pasar Bastiong,
Saluran Jalan Fery Bastiong, Saluran Jalan Pahlawan Revolusi (Depan Kodim-
Bank Artha Graha), Saluran jalan Raya Bastiong jembatan 3 - jembatan 4,
Saluran jalan Raya Bastiong (jembatan 4 - pertigaan Falajawa 2) dan lain-lain.
d. Kurangnya Outlet saluran yang menuju langsung ke laut atau kalimati/barangka.
e. Tidak cukupnya kapasitas saluran drainase kota.
f. Dimensi saluran yang mengecil akibat penyerobotan lahan
permukiman/bangunan maupun adanya bangunan di atas saluran seperti
saluran primer disamping Hotel Neraca dan lain-lain.
g. kemungkinan back water di saluran drainase atau di muara-muara
kalimati/barangka karena air pasang atau karena sampah dan sedimentasi.
Berdasarkan kondisi yang ada di wilayah Kota Ternate, maka untuk
pengembangan saluran drainase diperlukan jaringan drainase yang memenuhi
persyaratan teknis dan ekonomis, secara garis besar meliputi :
a. Drainase dapat berfungsi secara optimal dalam pengaliran air tanpa
mengabaikan kriteria desain yang ditetapkan.
b. Jaringan harus mudah dalam pembangunan dan pemeliharaannya.
c. Harus terpadu dengan sistim jaringan drainase kota secara keseluruhan.
d. Memanfaatkan potensi dan kondisi topografi di wilayah perencanaan.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 97
LAPORAN RENCANA
Tabel 3.34. Saluran Drainase Primer yang Teridentifikasi Penyebab Banjir dan Genangan di kawasan Perkotaan Ternate
No
SALURAN PANJANG
(M) KELURAHAN MASALAH PENYEBAB
1 Saluran Primer Samping BRI Gamalama
170 Gamalama Air meluap ke
jalan
Sedimentasi, sampah , kec. air dlm saluran
rendah, dimensi outlet kecil
2 Saluran Primer Pasar Ikan Lama
100 Gamalama Air meluap ke
jalan
Sedimentasi, sampah , kec. air dlm saluran
rendah, dimensi outlet kecil
3 Saluran Primer Samping Hotel Neraca
450 Gamalama Air meluap ke
jalan
Sedimentasi, sampah , dimensi saluran
mengecil,
4 Saluran Primer jalan Busoiri
65 Gamalama Air meluap ke
jalan Sedimentasi, sampah
5 Saluran Primer jembatan 3 Mangga Dua
600 Mangga Dua
Limpasan tinggi air
meluap ke jalan
kec. air dalam saluran tinggi, topografi miring,
dimensi saluran mengecil,
5 Saluran Primer Depan Mangga Dua
350 Mangga Dua
Limpasan tinggi air
meluap ke jalan
kec. air dalam saluran tinggi, topografi miring,
dimensi saluran mengecil,
T o t a l 1735
Sumber : Hasil Analisis 2010
Tabel 3.35. Saluran Drainase Sekunder yang Teridentifikasi Penyebab Banjir dan Genangan di kawasan Perkotaan Ternate
No SALURAN PANJANG
(M) KELURAHAN MASALAH PENYEBAB
1 Saluran jalan jati besar 840 Mangga Dua Limpasan tinggi air meluap ke
jalan
kec. air dalam saluran sangat tinggi, topografi
miring, belokan 90`
2
Saluran jalan Bastiong – Perumnas (Ajiza bakti - Kantor Pos Bastiong)
630 Bastiong
Talangame
Limpasan tinggi air meluap ke
jalan
kec. air dalam saluran sangat tinggi, topografi
miring, belokan 90`
3 Saluran jalan Raya Bastiong (jembatan 4 - pertigaan Falajawa 2)
330 Bastiong karance
meluap ke jalan krn kecepatan air masuk dan
keluar tdk sebanding
Sedimentasi, kec. air dlm saluran rendah, dimensi outlet kecil
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 98
LAPORAN RENCANA
No SALURAN PANJANG
(M) KELURAHAN MASALAH PENYEBAB
4 Saluran jalan Raya Bastiong jembatan 3 - jembatan 4
450 Bastiong
Talangame
meluap ke jalan krn kecepatan air masuk dan
keluar tdk sebanding
Sedimentasi, kec. air dlm saluran rendah, dimensi outlet kecil
5 Saluran depan setia kawan - depan amara
265 Jati Volume air
besar, kec.tinggi
tertutup sampah,kec. air dalam saluran
tinggi, topografi miring, dimensi sal.kecil
6 Saluran kawasan kubur cina santiong
320 Santiong Limpasan tinggi air meluap ke
jalan
Dimensi saluran Kecil, outlet kecil, belokan 90`
7 Saluran Jalan masuk pelabuhan Fery Bastiong
480 Bastiong karance
meluap ke jalan krn kecepatan air masuk dan
keluar tdk sebanding
Sedimentasi, kec. air dlm saluran rendah, dimensi outlet kecil
8 Saluran Kawasan Pasar Bastiong
1594 Bastiong
Talangame
meluap ke jalan krn kecepatan air masuk dan
keluar tdk sebanding
Sedimentasi, kec. air dlm saluran rendah, dimensi outlet kecil
9
Saluran Jalan Pahlawan Revolusi (Depan Kodim-Bank Artha Graha)
1180 Gamalama
meluap ke jalan krn kecepatan air masuk dan
keluar tdk sebanding
Sedimentasi, kec. air dlm saluran rendah, dimensi outlet kecil
10 Saluran Jalan nukila 540 Gamalama
meluap ke jalan krn kecepatan air masuk dan
keluar tdk sebanding
Sedimentasi, kec. air dlm saluran rendah, dimensi outlet kecil
11 Saluran Jalan Busoiri - Mesjid Mutaqin
800 Gamalama
meluap ke jalan krn kecepatan air masuk dan
keluar tdk sebanding
Sedimentasi, kec. air dlm saluran rendah, dimensi outlet kecil
12 Saluran jalan ade irma nasution
390 Gamalama Limpasan tinggi air meluap ke
jalan
Dimesi kecil, belokan 90`
13 Saluran jalan Ketilang (Mall Ternate-Mesjid Mutaqin)
400 Gamalama Limpasan tinggi air meluap ke
jalan
Dimesi kecil, belokan 90`
14 Saluran jalan Kusuma Harapan
394 Gamalama Limpasan tinggi air meluap ke
jalan
Dimesi kecil, belokan 90`
15 Depan RS Darma Ibu - Depan Gereja Ayam
400 Gamalama Limpasan tinggi air meluap ke
jalan
kec. air dalam saluran tinggi, topografi miring,
dimensi sal.kecil
T o t a l 9613
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 99
LAPORAN RENCANA
No SALURAN PANJANG
(M) KELURAHAN MASALAH PENYEBAB
Sumber : Hasil Analisis 2010
Selain itu, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan sistem jaringan
drainase Kota Ternate antara lain :
a. Perencanaan drainase perkotaan selain memperhatian terhadap dimensi
saluran dan percabangannya, kapasitas saluran dan pola aliran, kondisi fisik
setempat, perhatian juga diperlukan pada saluran drainase pada kawasan
diatasnya serta upaya kelestarian daerah tangkapan air (Catchmen Area)
sebagai bagian dari sistem drainase mayor.
b. Target rencana perbaikan saluran induk dan fasilitasnya. Untuk saluran induk
menggunakan debit rencana dengan periode ulang 5 - 25 tahun, sedangkan
untuk saluran percabangannya menggunakan periode ulang 5 tahun.
c. Perencanaan konstruksi harus memperhitungkan kriteria desain drainase yang
telah ditetapkan, salah satunya adalah pengaturan kecepatan aliran air dalam
saluran maksimal 3 m/det agar tidak terjadi limpasan maupun kerusakan
saluran. kecepatan saluran minimal 0,3 m/det agar tidak terjadi
sedimentasi/endapan lumpur. Untuk mengurangi tingginya kecepatan aliran air
saluran pada daerah kemiringan, maka konstruksi saluran harus dilengkapi
bangunan penerjun atau dasar saluran dibuat bertrap/bertingkat.
d. Operasi dan pemeliharaan serta pengelolaannya lebih mudah
e. Sebanyak mungkin memanfaatkan fasilitas dan sistem drainase kota yang
sudah ada
f. Koordinasi bersama instansi terkait seperti Telkom dan PDAM untuk
menghindari kerusakan komponen infrastruktur lainnya yang sudah ada
g. Sedapat mungkin menghindari pembebasan tanah dan relokasi
h. Penggunaan pintu air di outlet pada kawasan muara yang berpotensi terjadi
back water, sehingga pada saat hujan yang bersamaan dengan air pasang tidak
terjadi luapan air maupun banjir rob.
i. Pengembangan sistem drainase Kota Ternate sudah harus menggunakan
paradigma baru yaitu “Ekodrainase”. Konsep ekodrainase yaitu suatu konsep
pengembangan sistem drainase berkelanjutan yang ramah lingkungan. Konsep
dasarnya adalah memanfaatkan jumlah curah hujan semaksimal mungkin untuk
mengisi kebutuhan cadangan air dalam tanah, dan mengalirkan kelebihan air
yang tidak digunakan dan tidak merusak permukaan tanah. Dengan konsep ini
maka pada kawasan permukiman dibuat lubang-lubang permukaan tanah yang
berfungsi sebagai tempat masuknya air permukaan (biopori), sedangkan pada
kawasan permukiman, sarana perkantoran, jasa perdagangan, kesehatan dan
pendidikan maupun fasilitas umum lainnya dibuat sumur-sumur resapan sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan. Selain itu permukaan tanah harus dijaga
tetap tertutup vegetasi dengan stratifikasi yang bervariasi untuk mengurangi
energi kinetik butiran hujan dan aliran permukaan. Sedangkan dimensi saluran
diperhitungkan terhadap kelebihan air yang berasal dari alam ataupun dari
saluran-saluran bangunan perumahan dan gedung.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 100
LAPORAN RENCANA
Rencana pengembangan saluran drainase di wilayah Kota Ternate adalah
sebagai berikut :
Normalisasi saluran Primer pada kawasan rawan banjir/genangan dalam pusat
Kota Ternate dengan panjang total kurang lebih 1735 m, yaitu:
Kawasan Gamalama :
Saluran Primer Samping BRI Gamalama; Saluran Primer Pasar Ikan Lama;
Saluran Primer Samping Hotel Neraca; Saluran Primer jalan Busoiri
Kawasan Mangga Dua :
saluran Primer jembatan 3 dan Saluran Primer Depan Apotik Mangga Dua
Normalisasi saluran Sekunder dan Tersier pada kawasan rawan banjir/genangan
dalam pusat Kota Ternate dengan panjang total kurang lebih 9.013 m, yaitu:
Kawasan Gamalama :
Saluran Jalan Pahlawan Revolusi (Depan Kodim-Bank Artha Graha); Saluran
Jalan Busoiri (Mesjid Mutaqin-depan PT.Alinda); Saluran Mall Ternate-Mesjid
Mutaqin; Saluran Samping Benteng Orange - Mesjid Mutaqin; Depan RS Darma
Ibu - Depan Gereja Ayam
Kawasan Bastiong :
Saluran Kawasan Pasar Bastiong; saluran jalan Bastiong - Perumnas; saluran
jalan Raya Bastiong (jembatan 4 - pertigaan Falajawa 2); saluran jalan Raya
Bastiong jembatan 3 - jembatan 4; saluran jalan masuk pelabuhan Fery Bastiong
Kawasan Mangga Dua :
saluran jalan Jati Besar (pertigaan jalan Jati–Mangga Dua - Trafick Ligth Jati);
saluran depan toko Setia Kawan – kalimati/barangka depan hotel Amara;
Kawasan Santiong :
Saluran kawasan Kubur Cina Santiong;
Normalisasi saluran berupa penggolontoran/pembersihan, mengembalikan
saluran dimensi dan rehabilitasi.
Konservasi daerah tangkapan air hujan (hulu) di kecamatan Pulau Ternate,
Ternate Utara, Ternate Tengah dan Kecamatan Ternate Selatan.
Penertiban bangunan yang mengecilkan dimensi dan yang berada di atas saluran
pada kecamatan Pulau Ternate, Ternate Utara, Ternate Tengah dan Kecamatan
Ternate Selatan.
Pembangunan talud pada saluran kali mati/barangka yang bermuara atau
melintas kawasan dalam kota untuk menghindari pengikisan dinding
barangka/kalimati, sedimentasi berlebihan dan menghindari limpasan air kali mati
pada kawasan rawan banjir di kecamatan Pulau Ternate, Ternate Utara, Ternate
Tengah dan Kecamatan Ternate Selatan.
Pembuatan bangunan pengendali banjir (checkdam) pada kalimati/barangka yang
terletak pada kawasan diatasnya yang berfungsi sebagai sistem pengontrolan dan
pengendalian sedimen sekaligus berfungsi mengendalikan kecepatan air dalam
saluran primer.
Penerapan sempadan disepanjang kalimati/barangka.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 101
LAPORAN RENCANA
E. Pengembangan Sistem Pejalan Kaki
Jalur Pejalan Kaki/Side Walk, adalah semua
bangunan yang disediakan untuk pejalan kaki guna
memberikan pelayanan kepada pejalan kaki
sehingga dapat meningkatkan kelancaran,
keamanan dan kenyamanan pejalan kaki. Jalur
pejalan kaki terletak berdampingan dengan jalur lalu
lintas yang khusus dipergunakan oleh pejalan kaki
(Pedestrian). Dalam artiannya, pejalan kaki
merupakan suatu bentuk dari transportasi yang
penting di kawasan perencanaan. Oleh karena itu
kebutuhan jalur pejalan kaki merupakan suatu bagian yang integral/ terpadu dalam
sistem transportasi jalan.
Untuk keamanan pejalan kaki maka trotoar ini harus dibuat terpisah dari jalur
lalulintas oleh struktur fisik berupa Kereb. Umumnya lebar trotoar yang diarahkan
untuk volume pejalan kaki, tingkat pelayanan pejalan kaki antara 1 – 2 m tergantung
dari kelas dan fungsi jalan. Untuk kawasan perencanaan sendiri direncanakan lebar
trotoar adalah 1 - 2 m untuk jalan Kolektor Primer dan jalan kolektor Sekunder, dan 1
- 1,5 m untuk jalan lokal.
Rencana penyediaan dan pemanfaatan sarana prasarana jaringan pejalan kaki
di Kota Ternate adalah sebagai berikut:
Jalur pedestrian pada kawasan pariwisata, pendidikan, perkantoran, jasa dan
perdagangan;
Rencana pembangunan baru jalur pejalan kaki di ruas-ruas jalan kolektor dan
jalan lokal di Kota Ternate dengan lebar disesuaikan dengan kebutuhan dan klas
jalan;
Peningkatan kualitas jalur pejalan kaki pada kawasan yang memiliki bangkitan
pejalan kaki di seluruh Kota Ternate dengan melakukan perbaikan dan penataan
kembali sehingga menimbulkan rasa aman, nyaman bagi pejalan kaki;
Pengembangan jalur pejalan kaki terpadu yang terdiri dari RTH, yang
terintegrasi dengan joging track, tempat pemasangan reklame, shelter, halte,
dan termasuk jaringan bawah tanah (listrik, telepon, PDAM) yang diarahkan di
jalan Pahlawan Revolusi, jalan Halmahera, jalan pantai Daulasi, jalan kawasan
kota baru Gambesi – Jambula, rencana jalan pantai Salero Dufa-dufa, rencana
jalan pantai Kota baru - Bastiong, rencana jalan pantai Kayu Merah – Sasa.
Pembangunan jalur pejalan kaki yang ramah untuk penggunaan para
penyandang cacat.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 102
LAPORAN RENCANA
Gambar 3.13. Peta Rencana Jaringan Prasarana Lain
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 103
LAPORAN RENCANA
F. Jalur Evakuasi Bencana
Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud terdiri atas :
a. Jalur evakuasi untuk bencana tsunami yaitu :
- Jl.Kutilang, Jl.Nukila, Jl.Juma Puasa, Jl.Stadion, Jl.Ahmad Yani, Jl. Ki
Hajar Dewantara, Jl. Kampung Pisang menuju ruang evakuasi di
lapangan Gelora Kie Raha dan Lapangan Marikurubu.
- Jl.Tanah Misi, Jl.Ubo-Ubo, Jl.Fala Jawa II, Jl.Bastiong-Perumnas,
Jl.Raya Jati, Jl.Jati Jan, Jl.Perumnas menuju ke ruang evakuasi
lapangan Jati.
- Jl. Kalumata, Jl. Melati Sasa, menuju ruang evakuasi Asrama Haji
Ngade.
- Jl.Ade Irma Nasution, Jl.Kapitan Patimura, Jl. Yos Sudarso, Jl. Cengkeh
Afo, Jl.Kompleks BTN menuju ruang evakuasi bencana di lapangan
Marikrubu dan lapangan Kipan.
- Jl.Benteng Toloko, Jl.Cakalang. ke ruang evakuasi SKB
- Jalan lingkungan/setapak disetiap kelurahan pada kecamatan Pulau
Ternate, Hiri, Moti dan kecamatan Pulau Batang Dua. menuju rencana
ruang evakuasi pada kawasan ketinggian aman stunami
- Jl.Kutilang, Jl.Nukila, Jl.Juma Puasa, Jl.Stadion, Jl.Ahmad Yani, Jl. Ki
Hajar Dewantara, Jl. Kampung Pisang menuju ruang evakuasi di
lapangan Gelora Kie Raha;
- Jl.Tanah Misi, Jl.Ubo-Ubo, Jl.Fala Jawa II, Jl.Bastiong-Perumnas,
Jl.Raya Jati, Jl.Jati Jan, Jl.Perumnas menuju ke ruang evakuasi
lapangan Jati.
- Jl. Kalumata, Jl. Melati Sasa, menuju ruang evakuasi Asrama Haji
Ngade.
- Jl.Ade Irma Nasution, Jl.Kapitan Patimura, Jl. Yos Sudarso, Jl. Cengkeh
Afo, Jl.Kompleks BTN menuju ruang evakuasi bencana di lapangan
Marikrubu dan lapangan Kipan.
- Jl.Benteng Toloko, Jl.Cakalang. ke ruang evakuasi SKB
- Jalan lingkungan/setapak disetiap kelurahan pada kecamatan Pulau
Ternate, Hiri, Moti dan kecamatan Pulau Batang Dua. menuju rencana
ruang evakuasi pada kawasan ketinggian aman stunami
b. Jalur evakuasi untuk bencana Gunung Api yaitu
- Jl.Keliling pulau Ternate, jl. Batu Angus, Jl.Cakalang, jl.Benteng Toloko,
jl. Pemuda, jl. AM. Kamarudin, jl.Sultan Khairun, jl. Yasin Gamsungi, jl.
Merdeka, jl.Juma Puasa, jl.Arnold Mononutu, jl.Stadion. jl. Palapa, jl.
Patimura menuju ruang evakuasi lapangan KIPAN, Lapangan Salero dan
Gelora Kie Raha;
- Jl. Keliling Pulau ternate, jl. Bastiong Jambula, jl. Fala Jawa II, Jl. Ubo-
Ubo, menuju ruang evakuasi lapangan Jambula, lapangan Gambesi ,
lapangan Kayu Merah, lapangan Ubo-Ubo dan Asrama Haji Ngade.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 104
LAPORAN RENCANA
- Jalur laut dari dermaga bastiong menuju Pulau Tidore dan Pulau
Halmahera, dermaga Ahmad Yani menuju Pulau Tidore dan Halmahera,
pelabuhan Dodoku Ali, dermaga Sulamada menuju ruang evakuasi pulau
Hiri, rencana dermaga speed terpadu menuju Pulau Tidore dan
Halmahera dan rencana pelabuhan Sasa menuju Pulau Tidore dan
Halmahera.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate Tahun 2011 - 2031 III - 105
LAPORAN RENCANA
Gambar 3.14. Rencana Jalur Evakuasi Bencana Alam