1
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
RISALAH RAPAT
PANITIA KERJA (PANJA)
PEMBAHASAN RUU TENTANG GERAKAN PRAMUKA
Tahun Sidang : 2010-2011
Masa Persidangan : I (satu)
Jenis Rapat : Rapat Panja RUU tentang Kepramukaan
Sifat Rapat : Tertutup
Rapat ke :
Hari, tanggal : Rabu, 25 Agustus 2010
Waktu : Pukul 10.00 WIB s.d. selesai
Tempat : Lounge Lt. 9, Hotel Atlet Century Park, Senayan
Dengan : Tim Panja Pemerintah RUU tentang Kepramukaan
Ketua Rapat : Drs. Abdul Hakam Naja, M.Si/F-PAN
Sekretaris : Agus Salim, S.H./Kabagset. Komisi X DPR-RI
Acara : 1. Pembahasan RUU tentang Kepramukaan
2. Lain-lain.
Anggota Hadir : 23 dari 25 orang Anggota Panja
Pemerintah : 12 orang
PIMPINAN KOMISI X DPR-RI
1. PROF. DR. H. MAHYUDDIN NS, SP.OG (K) (F.PD/KETUA)
2. IR. RULLY CHAIRUL AZWAR, M.Si (F.PG/WAKIL KETUA
3. HERI AKHMADI (F.PDIP/WAKIL KETUA
4. DRS. ABDUL HAKAM NAJA, M.Si (F.PAN/WAKIL KETUA
F.PD :
5. DRS. PARLINDUNGAN HUTABARAT
6. THERESIA EE. PARDEDE, S.Sos
7. RINTO SUBEKTI, S.E., M.M., S.E., M.M.
2
8. VENNA MELINDA, S.E.
9. JEFIRSTSON R. RIWU KORE, M.M.
F.G :
10. DRS. KAHAR MUZAKIR
11. DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN
12. IR. H. ZULFADHLI
13. DR. IR. HETIFAH, M.P.P.
F.PDIP :
14. DRA. SRI RAHAYU
15. DR. IR. WAYAN KOSTER, M.M.
16. PUTI GUNTUR SOEKARNO, S.Ip
17. DRS. UTUT ADIANTO
F.PKS :
18. NURHASAN ZAIDI
19. AKBAR ZULFAKAR, S.T.
F.PAN :
20. PRIMUS YUSTISIO
F.PPP :
21. DR. RENI MARLINAWATI
22. DRS. H. HISYAM ALIE
F.PKB :
23. MUH. HANIF DHAKIRI
FP.GERINDRA :
24. JAMAL MIRDAD
FP.HANURA :
25. H. HERRY LONTUNG SIREGAR
3
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.
Yang saya hormati Ketua Komisi X, Pak Mahyuddin serta seluruh Anggota Panja
DPR RI.
Yang saya hormati Ketua Panja Pemerintah Pak Sudrajat, Wakil Ketua Pak
Sahyan, beserta seluruh Anggota Panja dari Pemerintah.
Alhamdulillah pada pagi ini kita melanjutkan Rapat Panja menyambung rapat
panja beberapa yang lalu, dan hari ini settingannya memang ini agak beda, tadinya
direncanakan di Senayan, kemdudian kita nggak tahu pindah... dirubah disini, karena
mungkin barangkali agar sama dengan Cagar Budaya yang juga disini. Tapi sebelum
itu marilah kita buka Rapat Panja pada hari ini dengan bacaan basmallah.
Bismillahirrahmanirahim.
(Ketok Palu : 1 Kali )
Bapak Ibu sekalian, saya kira sebelum kita bicara lebih lanjut kita sepakati dulu
ini ya, jadi karena tampaknya settingannya kita akan lanjut terus disini ya, begitu Pak
Drajat? Insya Allah ya, oke, jadi hari legislasi DPR itu kan hari Rabu, Kamis, hari
legislasi, konsinyeringnya itu kita sepakati seperti pada rapat awal Kamis, Jum’at,
Sabtu, agar hari Minggu bisa kita jangan sampai juga kita nggak pernah pulang juga
kan. Jadi saya kira hari Minggu kita... itu kesepakatan awal ya, barangkali kalau ada
pertimbangan lain.
Nah Bapak Ibu sekalian, kalau seperti itu artinya memang hari ini kita berarti
jadualnya adalah hari Rabu, Kamis, Jum’at, Sabtu. Nah sebenarnya hari Rabu itu kita
cadangkan ya, cadangkan misalnya untuk RDPU. Jadi hari legislasi tapi kita ngundang
pakar, ngundang para pemangku kepentingan dan sebagainya, itu kita cadangkan. Tapi
karena waktunya juga kemarin barangkali pendek, jadi baru minggu depan kita akan
undang para pemangku kepentingan, para pakar untuk memperkaya pembahasan kita.
Jadi hari Rabu kita cadangkan untuk RDPU, hari Kamis, Jum’at, Sabtu konsinyering kita
bahas substansi, anunya begitu kira-kira settingannya.
Nah dengan begitu artinya kita perlu menyepakati agenda kita sejak hari ini, pagi
ini, sampai hari Sabtu siang, begitu kan, waktunya sampai Sabtu siang Pak, tempatnya
ya, dan artinya dari hari ini sampai Sabtu kita konsinyeer disini begitu? Nah monggo,
mungkin Pak Drajat artinya gimana tentang masalah apakah kita dikonsinyeer disini,
dikamp disini, ya kan, sahur disini, buka disini, misalnya begitu, nanti kan kita atur ya,
mungkin anu dulu kita teknis dulu.
Silakan, monggo Pak Drajat!
4
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Mungkin dari Sekretariat DPR dulu yang...
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, jadi ternyata memang kita sudah disipakan disini, jadi kita beristirahat juga
disini disiapkan, buka disini, nanti saur disini begitu. Jadi ini saya kira penting untuk
kita... artinya barangkali ada yang sebagian belum mempersiapkan secara perbekalan
logistik dan sebagainya kan begitu, ini kan jadi kita perlu merencanakan dari awal, tapi
tidak masalah, ini kan toh kita ada banyak break, sehingga nanti kita inilah.
Jadi Bapak Ibu sekalian, dengan demikian kita sepakati ya, artinya pagi ini kita
seperti biasa nanti siang waktu rehat siang kita istirahat untuk istirahat, kemudian nanti
lanjut lagi sampai nanti berbuka. Nah nanti tentang sesi malam kita sepakati juga ya,
kalau... saya kira rehat siang nanti sore kita akhiri jam 5 sore, kemudian berbuka,
malam kita sepakati jam berapa ininya nanti? Jam 8? Begitu ya, jadi jam 8 ya, jadi jam
5 sore, nanti jam 8 baru kita mulai lagi. Begitu Bapak Ibu sekalian, kita sepakati? Kalau
pola dimana, pola kemarin di Novotel itu kan biasanya jam 11, kita akhiri jam 11 malam,
nanti kita mulai lagi paginya... jam 9 ya, karena kita memang artinya disinilah kita apa,
rumah kita disebelah sana, kira-kira gitu, jadi kita hanya cukup 1 menit saja dari kamar
ruang ini disediakan. Begitu Bapak Ibu sekalian, jadi disepakati ya, jadi jam 9, nanti
rehat siang kita anukan jam 12, nanti jam 1 jalan lagi, nanti mungkin sore jam setengah
4 istirahat sebentar atau jam 3 sampai 3.30, nanti terakhir jam 5. Begitu Bapak Ibu
sekalian, kita sepakati?
Silakan Pak Parlin!
F.PD (DRS. PARLINDUNGAN HUTABARAT)
Hanya usul, kalau malam-malam kan habis sholat, habis buka puasa, sholat
Tarawih, ya nanti kalau malam tidak usah ada kegiatan, namanya usul gitu loh, ya gitu
saja, dan kalau tidak ada kegiatan malam, menurut saya nggak perlu nginap malam
Pak, ya ini hanya pendapat kan, kalau... saya kira nggak perlu sampai dua, tiga hari
kalau persepsinya, mindsetnya nanti sama semua begitu, ini hanya usul, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya, terima kasih Pak Parlin.
Jadi memang... apa kita ini kan masih awal ya, jadi 244 kita baru 15... Selamat
datang Bu Tere, saya kira tidak apa-apa bergabung dengan PDIP saya kira, mulai ada
pendekatan...(tertawa bersama).
Oke, silakan Pak Mahyuddin!
5
F.PD (PROF. DR. H. MAHYUDDIN NS, SP.OG (K))
Terima kasih Pak Ketua.
Jadi mengenai ini, kita membahas ini supaya lebih cepat tuntas dan di dalam
konsinyering ini kan satu persatu kita lihat kemana dan pasalnya masih banyak Pak,
sedangkan Presiden sudah dua kali, artinya menegur saya untuk menyelesaikan
masalah ini. Jadi menurut saya kita terus saja malam ya, misalnya jam 9 atau 8.30
sudah ini ndak apa-apa, sampai jam 11 gitu. Saya kira sampai malam Pak, karena ini
kan tantangan... ya Presiden ini kan. Saya dua kali, artinya Presiden itu negur saya itu,
bahkan Pak sudah dido’akan Bapak supaya sehat, supaya tegar untuk menyelesaikan
UU Kepramukaan, sedangkan Cagar Budaya ndak disinggung gitu. Jadi saya kira gitu
Pak, saya setuju kalau ya... menginikan Pak Parlin, ya kita me..(tdk jelas) ya, apa
namanya... jam 9 lah jangan jam 8, atau setengah 9.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Silakan Pak Parlin!
F.PD (DRS. PARLINDUNGAN HUTABARAT)
Oke. Saya dukung pendapat Pak Ketua, efektifitas saya setuju. Saya kasih
sampaikan, saya sampaikan saran sistematika berdzikir ya, supaya tepat nanti. Kalau
kita di DPR sudah membuat hasil, ini adalah tesistasi, kemudian sampai ke Baleg ya,
itu adalah antitasi, yang dibuat oleh pemerintah adalah sintesa ya, ahlinya disini gitu,
mempermudah kita untuk mengejust, dan tolong Ahli Bahasa dan Ahli Hukum dengan
Aparatur Pemerintah sama gitu, jangan Ahli Bahasa lain seperti disana yang dihukum
lain begitu, nah itu usul saya. Dan mempermudah, tolong draft UU ini ya, karena dalam
dunia falsafah administrasi negara, kalau ingin mempelajari atau mendalami, kalau
miring begini belum berbentuk begini, apa... tolong draft Uunya secara utuh, maka kita
semua bisa all, ya ini usul ya, ini pengalaman saya belajar O M, menyederhanakan ya,
sehingga sistimatika berpikirnya sama gitu. Dan kita juga semua teman-teman DPR ya
mari kalau kita tahu, tahu yang benar, kalau tidak tahu benar, ya mari kita dengarkan,
karena kita bisa satu kalimat saja setengah hari begitu, ini mohon maaf, ya pendapat
boleh donk ya. Ini usul Pak Ketua, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke terima kasih Pak Parlin, juga tadi Pak Mahyuddin.
Bapak Ibu sekalian, jadi memang kita mencoba untuk mengefektifkan, tapi terus
terang beberapa agenda kita ini kita belum mengukur kecepatan kita, karena kan baru
masuk substansi, DIM baru satu sesi kita, nah itupun baru dua point yang kita sepakati,
6
satu disepakati di Panja, satu ke Timus kan gitu... dua. Artinya memang tambahannya
kita perlu terus sampai nanti menemukan nanti gelombangnya, nanti kan ada point-
point yang saya katakan tadi mungkin pendingnya 15, tapi begitu disepakati satu hal itu
bisa... point itu akan selesai, karena saling terkait seperti pada pembicaraan awal. Nah
sekalian, jadi kalau memang kita sepakati, karena memang godaan di tengah kota,
konsinyering itu besar ya, ini nanti ada undangan buka bersama, ada ini... ini
godaannya, tapi kalau di Novotel mau kemana kita. Jadi keunggulan konsiyering di luar
kota jauh, itu begitu datang nggak bisa pergi, kalau nggak pergi ya... kalau nggak
datang ya sekalian nggak datang sekalian gitu, jadi datang. Nah, tapi ini kalau memang
kita sepakat, maka dari awal saya kira sangat penting kesepakatan kita, maka ya oke,
misalnya yang malam kita mulai setengah 9, jadi mungkin bagi yang Tarawih, mungkin
Pak Akbar ceramah dimana gitu kan, jadi saya kira nanti bisa sampai sini setengah 9,
kita mulai sampai jam 11. Jadi tetap kita optimalkan, artinya apa yang sudah kita
sepakati, karena kita sudah booking juga tempat disini, ruang maupun kamar, ya jadi
saya kira anulah, jangan kita mubazirkan. Jadi begitulah saya kira ya, kita sepakati,
sepakat ya?
(Rapat Sepakat)
Bismillahirrahmanirrahim.
(Ketok Palu : 1 Kali )
Oke, jadi pagi ini kita akan membahas sampai nanti siang break, rehat ya,
ishoma, tetap ishoma, istirahat, sholat dan makan...(tertawa), maaf ya, bagi yang mau
kan gitu, oke. Jadi nanti siang jam 12 kita istirahat, jam 1 kita mulai lagi, nanti jam 3 kita
break, setengah 4 kita mulai lagi sampai jam 5 gitu, kira-kira waktunya begitu, nanti
malam waktunya setengah 9, ya.
Oke Bapak Ibu sekalian.
Sedikit saya me-review, jadi pada pembahasan yang lalu kita sudah sampai
pada DIM... ini saya nglayarnya agak susah ini ya, memang disini ini... tapi ya, oke tapi
moga-moga bisa dioptimalkanlah, ndak apa-apalah. Oke, jadi kita tetap seperti yang
lalu, pola pembahasannya kita akan perDIM ya, tapi saya kira kemarin sudah mulai
terbaca mana-mana yang berbeda, mana-mana yang sama, dan saya kira sudah
mulailah kita, kita juga... kita akan lakukan lobi, lobi kecil disini sebelum lobi besar, nanti
hal yang besar kita juga tadi juga sudah kita bicarakan dengan Pemerintah, mungkin
sampai ke tingkat menteri nanti lobinya, tapi nanti kita kumpulkan saja nanti point-point
yang krusial, nanti kita akan lobi dengan Menteri. Nah pada rapat panja yang terakhir,
7
kita sudah sampai pada DIM yang ke 15, kita akan masuk kepada DIM 16 ya. Ini nanti
pada DIM 21 ini sudah, berarti the finishi atau ketentuan umum, ini sampai DIM 21,
nanti baru sampai Bab II Azas, Fungsi, dan Tujuan pada DIM 22.
Bapak Ibu sekalian.
Membacakan DIMnya, sehingga nanti kita tetap akan putar pendapat, dua
putaran seperti biasa. Jadi DIM yang 16 dari DPR point 3 Kententuan Umum,
Organisasi Kepramukaan adalah sekumpulan orang yang menjalin kerjasama dengan
membentuk organisasi untuk penyelenggaraan kepanduan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Kami persilakan DIM dari pemerintah, usulan
pemerintah, silakan!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Selamat pagi, salam sejahtera, salam damai bagi kita semua.
Bapak Ketua Komisi X DPR RI yang kami hormati.
Bapak Ketua Panja RUU Kepramukaan di Komisi X DPR RI yang saya hormati.
Bapak Ibu sekalian Anggota DPR RI yang terhormat.
Perkenankan sayaa dari pemerintah menyampaikan berkaitan dengan DIM
nomor 16, dan ini juga tidak terlepas dengan DIM yang nomor 17 barangkali Pak Ketua.
Pada prinsipnya dari pemerintah berpandangan bahwa DIM nomor 16 dengan DIM
nomor 17 ini kan tidak terlepas dari DIM nomor 1. Dan alasan-asalan kami rasa-
rasanya sudah cukup kami jelaskan pada pertemuan yang lalu, bahwa pemerintah tetap
pada satu pandangan bahwa rancangan undang-undang ini adalah berkait dengan
gerakan Pramuka. Oleh sebab itu disini kami menegaskan, bahwa sejak tahun 1961
sesuai dengan Keppres 238 tahun 1961, organisasi-organisasi kepramukaan,
kepanduan telah bertekad untuk bersatu menjadi gerakan Pramuka. Selanjutnya
langkah maju ini dipertahankan demi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beberapa
alasan yang kami sudah sampaikan secara lebih komprehensip, baik dari tinjauan
historis, dari tinjauan sosiologis, dan juga dari tinjauan perspektif hukum itu sendiri.
Jadi dengan demikian Bapak Ketua Panja yang saya hormati, kami masih tetap apa
namanya, menyampaikan suatu pandangan, kami tetap berpegang pada pandangan-
pandangan yang lalu, dan kalau mungkin ini tidak terlepas dari pandangan kami yang
berkait dengan DIM nomor 1.
Terima kasih.
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
8
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih Pak Sudrajat.
Jadi pemerintah mengusulkan penghapusan DIM ini, ya ini sebenarnya terkait
dengan DIM-DIM sebelumnya ya. Saya kira kemarin kita bicara tentang judul, tentang
istilah kepramukaan dan seterusnya. Ini terkait dengan pasal-pasal sebelumnya, tapi
saya kira kami akan putar pendapat dari fraksi.
Silakan dari Demokrat untuk DIM 16, silakan!
F.PD (DRS. PARLINDUNGAN HUTABARAT)
Pendapat dari Fraksi Demokrat, jadi point 16, 17 sependapat untuk dihapus, ya
terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
16 Pak, jadi ini satu DIM.
F.PD (DRS. PARLINDUNGAN HUTABARAT)
Oke, 16 oke.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke. Selanjutnya Golkar!
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
Terima kasih Pimpinan.
Terkait dengan kesepakatan kita, bahwa kelompok pertama diantaranya judul
belum ada kesepakatan, maka tentu logikanya kami tidak mau dihapus, karena
memang terkait dengan judul, nah itu. Jadi kami tetap seperti ini, tidak dihapus,
terkecuali kalau nanti judul sudah ada kesepakatan.
Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih dari Golkar tadi, dari Demokrat setuju dengan dihapus, Golkar tidak
sepakat dengan dihapus. Selanjutnya dengan PDIP, silakan!
F.PDIP (DRA. SRI RAHAYU)
Fraksi PDI Perjuangan juga sama dengan yang sebelumnya, karena kita sepakat
untuk gerakan Pramuka, maka ini setuju untuk dihapus. Terima kasih.
9
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih PDIP setuju untuk dihapus DIM 16, selanjutnya PKS.
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
PKS tetap, tidak dihapus.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke PKS tetap, selanjutnya ke PPP, silakan!
F.PPP (DRS. H. HISYAM ALIE)
Saya kira PPP setuju untuk dihapus.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke PPP setuju untuk dihapus.
Saya kira beberapa tanggapan respon tadi, kami akan memberikan kesempatan
lagi kepada pemerintah, barangkali ada hal-hal yang ingin disampaikan, sekiranya bisa
memberikan perspektif baru ya tentang ini, karena memang ada sekiranya problemnya,
meskipun tadi... saya kira ini berpatokan juga dari DIM-DIM sebelumnya.
Kami persilakan Pemerintah!
F.PD (JEFISTSON R. RIWU KORE)
Interupsi Pak Ketua.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Silakan Pak Jefri!
F.PD (JEFISTSON R. RIWU KORE)
Ini karena kebetulan Fraksi PANnya belum hadir Pak ya, apakah boleh Bapak
mewakili langsung, sehingga kita juga mendengar nih, karena atau kalau nggak boleh
ya, saya nggak tahu aturan minta maaf karena memang baru pernah mau ikut seperti
ini Pak, terima kasih, supaya maksudnya fraksinya kan semakin banyak gitu
pendapatnya.
10
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya sebenarnya bisa saja kalau seperti ini, tapi nanti saya kira... kecuali kalau
misalnya hal-hal yang sifatnya kalau ini masih saya kira masih posisinya seperti ini tidak
ada masalah, kecuali misalnya semuanya bersepakat itu atau semua tidak bersepakat,
barangkali kalau posisi seperti ini saya kira bisa saja, nanti kan lewat, yang belum
datang lewat, jadi PAN dalam kategori karena saya posisi sebagai pimpinan rapat, jadi
sementara tidak ada masalah ya.
Oke, silakan dari Pemerintah, untuk memberikan respon.
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Baik Bapak Ketua Panja.
Didahului dengan rasa bangga, permohonan maaf juga kami sampaikan, jadi
terima kasih banyak pada bapak-bapak yang sudah memberikan apresiasi terhadap
usul dari pemerintah itu, maka kami rasa-rasanya dengan kearifan yang ada kami tetap
mempertahankan yang sudah ada disini, dengan saya juga tetap menghargai apa yang
disampaikan oleh tje Popong tadi dari Golkar dan dari PKS, kami tetap menghargai itu.
Terima kasih, jadi kami tetap berpegang pada DIM yang sudah disampaikan oleh
pemerintah. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya jadi saya kira penjelasan tetap, karena memang saya kira sudah ini sangat
jelas mengenai posisinya, tapi sekali lagi kami ingin memberikan kesempatan yang
kedua untuk kita, putaran kedua, kalau memang ada kesepakatan point 16 maka kita
bisa sepakati, kalau belum ada kesepakatan maka kita akan masuk ke point yang
belum disepakati. Kami kembalikan yang pertama ke Demokrat, sekali lagi untuk
memberikan pendapat.
F.PD (THERESIA EE. PARDEDE, S.Sos)
Ya Pimpipnan.
Tadi sudah disampaikan, jadi point ke 17 juga...sorry 16, point ke 16 ya kita
sepakat untuk dihapuskan.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, artinya Demokrat tetap untuk point 16, ini kayaknya mba There nggak tahu
nih, kok 17nya karena ada ulang tahun yang ke 17, sweet seventen... (tertawa).
Oke selanjutnya ke Golkar.
11
F.PG (Ir. H. ZULFADHLI)
Ya tetap untuk tidak dihapus.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Tetap tidak dihapus.
Kemudian PDIP!
F.PDIP (DRA. SRI RAHAYU)
Tetap dihapus.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Tetap dihapus. PKS!
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
Tetap tidak dihapus. PPP!
F.PPP (DRS. H. HISYAM ALIE)
Tetap dihapus.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Tetap dihapus.
Oke, jadi nampaknya belum ada kesepakatan, jadi ini masuk kategori point atau ayat
atau DIM yang belum disepakati, gitu ya Bapak Ibu sekalian ya?
(Ketok Palu : 1 Kali )
Oke lanjut, kita ke DIM yang ke 17. Ini tetap terkait pointnya, saya kira juga point
yang penting ya. DIM 17 atau ketentuan umum pada point ke 4 di dalam RUU adalah
berbunyi : “Asosiasi kepramukaan adalah wadah berhimpun organisasi kepramukaan
dan merupakan anggota Organisasi Pandu Internasional.” Ini DIM dari DPR.
Silakan Pemerintah!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Baik terima kasih Bapak Ketua.
Berkait dengan DIM nomor 17 ini, setelah kami merenungkan dengan seksama,
setelah kami mempelajari fakta-fakta sejarah, perjalanan sejarah dalam kehidupan kita
12
berbangsa dan bernegara yang di dalamnya ada kegiatan Pramuka, dan sudah
memperhatikan juga kondisi-kondisi sosiologis, dan kondisi psykologis yang menyatu di
dalam kehidupan masyarakat, juga menyatu di dalam kehidupan remaja, pelajar, dan
mahasiswa, dan juga pada kehidupan pada orang dewasa yang ada saat ini, maka
pertimbangan kami sampai pada suatu kesimpulan yaitu menghapus definisi asosiasi
kepramukaan dengan alasan seperti yang di atas, tidak terlepas dari DIM nomor 16.
Terima kasih atas perhatiannya.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih Pak Sudrajat atas argumentasi yang diberikan untuk menghapus
usulan dari pemerintah untuk menghapus DIM 17.
Selanjutnya kami persilakan yang pertama dari Demokrat untuk DIM 17.
F.PD (VENNA MELINDA,S.E.)
Ya kami dari Fraksi Partai Demokrat setuju untuk point DIM 17 dihapuskan,
karena menurut kami sesuai dengan usulan ya, judul dari Gerakan Pramuka sehingga
tidak diperlukan lagi definisi organisasi kepramukaan, dan sebetulnya masalah dari
pluralisme itu sendiri sudah terakomodir di gugus depan nantinya. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih, Demokrat setuju dihapus. Selanjutnya dari Golkar, silakan!
F.PG (Ir. H. ZULFADHLI)
Terima kasih. Karena terkait juga dengan point 16, kami tetap ingin bahwa pasal
17 ini masih tetap ada untuk tidak dihapus. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih, Golkar tetap, tidak dihapus. Selanjutnya PDIP.
F.PDIP (PUTI GUNTUR SOEKARNO, S.IP)
Terima kasih. Kami dari Fraksi PDI Perjuangan setuju bahwa DIM nomor 17 ini
dihapuskan sesuai dengan historis dan juga pada kesepakatan kami mengenai
Gerakan Pramuka, dan unsur kemajukan itu berada pada gugus depan.
Terima kasih.
13
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, PDIP setuju untuk usulan penghapusan. PKS!
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
PKS merasa ini tidak perlu dihapus, karena ini yang kami lihat disini hal yang
sangat substansi dari reformasi kepramukaan itu, jadi mengakomodir gerakan-gerakan
kepanduan lainnya ada disini, di asosiasi ini.
Ya terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya terima kasih, dari PKS setuju untuk tetap pada draft awal dari DPR.
Selamat datang Pak Primus, mau langsung on atau putar dulu? Putar dulu ya,
barangkali punya ilmu telepati atau tadi sudah ada komunikasi nyambung. Oke ya, jadi
kita sampai pada DIM 17 Asosiasi, dan tadi dari PKS sepakat pada draft DPR untuk
tetap.
Selanjutnya langsung ke PPP Pak.
F.PPP (DRS. H. HISYAM ALIE)
Sebagai konsekuensi karena pasal 16 tadi masih apa... untukdihapus, oleh
karenanya ini membicarakan di 17 ini konsekuensinya dihapus juga.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, dari PPP setuju untuk dihapus DIM 17.
Kami persilakan sekali pemerintah untuk memberikan barangkali pencerahan,
apakah memang bisa nanti pendapat yang ada disini bisa bergerak atau bagaimana,
kami persilakan!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Rasa-rasanya masih begitu kuat di dalam memori kita, bahwa Pramuka sudah
merupakan satu alat perjuangan, dan gerakan Pramuka merupakan satu kekuatan yang
menghimpun perjuangan itu sendiri. Dan kita masih hangat di dalam ingatan kita, ketika
Bapak Presiden juga menyampaikan dan ini mendapat sambutan dari masyarakat
untuk melakukan revitalisasi Gerakan Pramuka. Oleh karena itu di dalam revitalisasi
kesemangatnya adalah membuka kesempatan untuk kita bersama-sama memajukan
Gerakan Pramuka. Semangat memajukan gerakan Pramuka adalah satu Pramuka
14
untuk satu tanah air, satu Pramuka untuk satu Merah Putih, maka inilah yang menjadi
alasan kami untuk mempertahankan bahwa butir 17 tetap dihapus.
Terima kasih Bapak.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih, dari pemerintah memberikan penekanan.. garis bawah ini terhadap
pendapatnya.
Pak Mahyuddin ada pendapat, silakan Pak!
F.PD (PROF. DR. H. MAHYUDDIN NS, SP.OG (K))
Pak Drajat, itu kan gerakan-gerakan itu kan berlangsung umurnya nggak lama
kan, seperti gerakan Keluarga Berencana dulu, gerakan Keluarga berencana kan
gerakan sudah dia diterima masyarakat, kemudian dia ini berhenti jadi gerakan, apa ini
nanti akan berhenti? Misalnya disini sekarang misalnya ya gerakan, tapi apakah di
dalam pikiran Bapak yang kelas tadi nanti pada suatu saat dia tidak gerakan lagi, ada
enggak Pak itu?
Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Silakan, saya kira ini Pak Mahyuddin memberikan perspektif, saya kira bagus,
sehingga kita bisa lebih kaya, silakan Pak!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Baik.
Di dalam gerakan ini... mohon maaf saya ijin Pimpinan, jadi di dalam gerakan ini
yang kami kemas itu adalah mengemas 4 substansi Bapak. Yang pertama, gerakan ini
adalah menganut azas system ability atau berkelanjutan, logika ini berkaitan dengan
logika pembangunan. Kita menganut logika berkelanjutan, dan gerakan ini Gerakan
Pramuka adalah dalam membentuk kader bangsa, dalam membentuk karakter bangsa
yang tidak bisa terlepaskan dari gerakan pembangunan, karena pada hakekatnya
gerakan pembanguna itu adalah gerakan untuk membangun bangsa itu sendiri. Intinya
adalah nation and caracter building, jadi azas yang pertama yang kami anut dalam
gerakan ini adalah system ability atau berkelanjutan.
Azas yang kedua yang kami lakukan di dalam gerakan ini adalah sistemik. Azas
yang ketiga adalah sistematis, azas yang ketiga adalah adaptif. Jadi gerakan ini selalu
beradaptasi dengan fenomena-fenomena yang terjadi, dengan tantangan-tantangan
yang terjadi. Jadi gerakan ini adalah bukan gerakan yang sifatnya temporer, tetapi
15
gerakan yang sifatnya stay-stay, sehingga sifatnya berkelanjutan, karena ini merupakan
bagian integral dari pembangunan bangsa. Nah itulah konsep gerakan.
Terima kasih.
F.PD (PROF. DR. H. MAHYUDDIN NS, SP.OG (K))
Sekali lagi Pak!
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Silakan, silakan!
F.PD (PROF. DR. H. MAHYUDDIN NS, SP.OG (K))
Ndak... begini belum menjawab substansi pertanyaan saya tadi Pak. Kami kalau
gerakan-gerakan itu simultan dan continews, dan sistim yang terdiri dari gerakan,
teruuuuss bergerak dia, nah itu sampai kapan dia gerakan ini kan, bergerak terus. Apa
nanti ada titik kulminasi big level dari gerakan ini ya berhenti, ada endak itu pikiran
Bapak, sebab gini, seperti di BKKBN dulu gerakan Keluarga Berencana, kebetulan saya
ikut di dalam itu, kemudian dikumandangkan setelah penerimaan shitdan dari
masyarakat, belum karena belum shitdan dari masyarakat, nah masyarakat sudah
menyatakan bahwa Keluarga Berencana itu adalah semacam needs daripada
masyarakat seperti odol, sikat gigi gitu, akhirnya pada waktu itu gerakannya ditutup,
tidak gerakan lagi dia, Program Keluarga Berencana Republik Indonesia. Nah ini
misalnya kita setujui gerakan sekarang, kapan dia bergerak aktif kan, apakah ada titik
kulminasi, bergerak pikiran Bapak nanti, kalau terus bergerak sampai apa ini nanti.
Terima kasih Pak. Nggak... bukan, artinya saya bukan membantai ini, bisa saja
gerakan sekarang, tapi ada enggak nanti pada saat gerakan ini berubah menjadi suatu
program yang laten gitu. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya terima kasih. Jadi saya kira Pak Mahyuddin memberikan perspektif tentang
ini kan revitalisasi awal. Jadi seperti tadi mencontohkan... karena Pak Mahyuddin ini
ahli urusan kependudukan, urusan lahir-melahirkan, jadi beliau cocok di BKKBN. Nah
ini saya kira bagus, artinya keadaan kita juga kaya perspektif ya, sehingga
argumentasinya bisa dilihat dari banyak sisi.
Silakan Pak!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Terima kasih Bapak.
16
Kami bersumber dari satu pemahaman, bahwa tidak ada satu negarapun yang
ketika berbicara tentang pembangunan manusia itu ada batas. Dan selama
pembangunan itu adalah pembangunan karakter, maka tidak ada batasnya. Oleh
karena itu dalam konsep kami, gerakan ini akan tetap ada selama republik ini ada.
Gerakan ini dilandasi oleh suatu konsep untuk satu Pramuka untuk satu tanah air, ini
mengandung arti bahwa selama NKRI ini masih ada, maka gerakan ini masih ada, kita
masih memerlukan generasi-generasi muda, dan kita tidak ada suatu ketika yang
terhenti untuk kita menutup atau memotong alih generasi ini. Jadi konsepnya ini adalah
konsep pada pembangunan manusia. Terima kasih Bapak.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih. Jadi di dalam... saya kira mungkin elaborasi sedikit, jadi dari
Pemerintah, Pak Drajat menyampaikan bahwa tampaknya pemerintah sekarang ini
beranggapan ini akan terus berkelanjutan, meskipun tentu saja nanti barangkali dalam
kesempatan apa, raker barangkali nanti ya akan terjabarkan, apakah jangka panjang 25
tahun atau apa. Jadi barangkali sementara ini mandat ke Pak Sudrajat pokoknya
sustainable, tapi tentang jangka waktunya barangkali nanti akan dibicarakan, begitu
mungkin Pak Mahyuddin ya? Ada lagi, silakan!
F.PD (PROF. DR. H. MAHYUDDIN NS, SP.OG (K))
Ya saya kira dengan ini kita harus artinya membuat suatu kesepakatan, karena
ini kalau ada umurnya gerakan ini tje Popong mungkin berubah dia, yang di sama ini
apa PKS berubah, tapi kalau tidak ada mungkin nanti kita masih tetap 24 ini, ya jadi
terserahlah nanti Pak, ya mungkin diakumulasi di dalam rapat berikutnya. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke terima kasih. Jadi saya kira memang perlu juga melihat dari banyak
perspektif ya, tidak apa-apa, tapi saya kira ini nanti menjadi catatan kita juga, ya
barangkali nanti pada kesempatan apakah nanti lobi dengan Menteri ya kan, karena
tentu saja pembicaraan DIM ini sangat banyak, sehingga mungkin penjabarannya
mungkin belum sampai ke apakah langkah-langkah ke depan tahun kesekian
bagaimana, tahun sekian bagaimana, ini barangkali pemerintah belum sampai kesana,
barangkali ya. Tahun pertama bagaimana langkahnya, tahun ke 5, tahun ke 10, tahun
ke 25 dan seterusnya sampai jangka panjang.
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
Saya mau menambahkan sedikit.
17
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, kalau begitu kita putar saja untuk putaran kedua ya... (dipotong).
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
Saya hanya ingin menambahkan sedikit punya Pak Pimpinan tadi, hanya
wacana saja sedikit.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, bagaimana atau sebaiknya kita putar, soalnya nanti memberikan anu,
biar..biar lebih enak, tidak apa-apa, jadi nanti sekalian menyisipkan pada saat nanti...
nggak apa-apa, oke ya.
Oke kami persilakan untuk putaran kedua pada DIM 17, ini kami berikan kesempatan,
silakan untuk Demokrat!
F.PD (THERESIA EE. PARDEDE, S.Sos)
Ya Pimpinan, tadi seperti sudah disampaikan bahwa pada prinsipnya
keberagaman dan pluralisme yang ada di gerakan Pramuka ini akan diwadahi di Gugus
Depan, jadi untuk itu kami konsisten juga untuk tetap menghapus asosiasi
kepramukaan dengan alasan tadi.
Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih, Demokrat tetap, kemudian Golkar silakan!
F.PG (Ir. H. ZULFADHLI)
Terima kasih. Kita masih tetap sepaham dengan ide awal dan rancangan
undang-undang inisiatif Komisi X ini, bahwa kita perlu wadah yang bersama, dan kita
sepakat bahwa wadah inilah menjadi satu-satunya wakil negeri Indonesia di tingkat
internasional. Jadi pasal ini tetap, itu tidak dihapus.
Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih, Golkar tetap untuk pada DIM DPR, DIM 17. Kemudian PDIP,
silakan!
18
F.PDIP (PUTI GUNTUR SOEKARNO, S.IP)
Kami tetap dengan pendapat awal kami untuk setujui dihapus.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Demikian pula PDIP DIM 17 tetap dihapus, tidak ada perubahan.
PKS, silakan!
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
Kami tetap dengan apa yang diusulkan oleh DPR, karena pertimbangannya
memang disini sebenarnya... gagasan besar tentang reformasi kepramukaan. Jadi ada
akomodir gerakan-gerakan kepanduan yang ada di Indonesia, bahkan kami membuka
sebesar mungkin memang, jadi asosiasi itu membuka ruang gerak kepanduan yang
lain, itu kita hargai pada posisi yang tepat. Jadi peran mereka di bangsa ini tidak berarti
hanya diwakili oleh satu wadah, jadi semua punya peran yang saya pikir sangat
strategis, tapi kita juga menghargai persatuan itu sehingga kita tetap menguatkan
dengan asosiasi itu. Jadi tetap kita hargai, karena kalau tidak gerakan-gerakan
kepanduan itu akan tetap berdiri sendiri akhirnya, dengan semangat reformasi yang
sudah sangat terbuka seperti ini. Kalau kita paksakan pada kondisi-kondisi hari ini,
undang-undang ini akan tetap jadi Pramuka tapi Gerakan Kepanduan yang sudah hidup
itu tetap akan hidup sendiri, tidak akan pernah bersatu, kan dulu perdebatan itu disitu
yang kita tangkap itu. Pemerintah itu sudah tidak boleh mengkooptasi gerakan-gerakan
kepanduan yang ikut berperan untuk mengangkat negara itu, mereka juga merasa itu
bahwa negara ini mereka berperan dalam membangun negara ini. Ketika mewakili di
internasional mereka juga mengatasnamakan kepanduan sendiri begitu.
Nah ini jadi persoalan nanti, sehingga kita punya win-win solution itu adalah kita
buat asosiasi dimana mereka bisa bersatu disitu, karena kalau tidak ini tetap jadi...
Pramuka tetap gitu, kepanduan Hizbuwathon tetap mereka, kepanduan PKS tetap
bergerak dan kepanduannya, dan tidak akan bersatu lagi tetap, tapi dengan adanya
wadah asosiasi kita berharap mereka bisa legowo, bahwa kita memang dihargai semua
gerakan-gerakan kepanduan itu.
Saya pikir itu, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya terima kasih, jadi PKS memberikan beberapa argumentasi untuk tetap pada
DIM 17 sesuai dengan DIM dari DPR.
Selanjutnya PAN, silakan untuk yang pertama kali,silakan!
19
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
Pertama langsung dua kali, langsung dua putaran dirapel.
Tadi menarik apa yang dikatakan Pak Sudrajat, bahwa prinsipnya sama, artinya
pertanyaan Pak Sudrajat, karena tidak ada batasan pada konsepnya. Oleh karena itu,
kami dari PAN tetap bahwa DIM 17 ini tidak dihapus, alasannya adalah Asosiasi
Kepramukaan sangat strategis untuk menjaring organisasi-organisasi kepanduan untuk
bersama-sama mendidik watak dan karakter generasi muda kita.
Yang kedua, tadi putaran pertama itu sudah disiapkan, yang kedua, bukan
memaksa mereka untuk menjadi satu tapi berhimpun untuk membawa nama Indonesia
di kancah internasional gitu. Oleh karenanya DIM 17 tidak dihapus.
Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih. Dari PAN tetap pada posisi DIM dari DPR ya.
Selanjutnya dari PPP, silakan!
F.PPP (DRS. H. HISYAM ALIE)
Seperti tadi sudah saya sampaikan bahwa DIM ke 17 ini sebagai konsekuensi
usulan yang DIM 16 tadi, oleh karenanya konkritnya adalah tetap dihapus seperti DIM
16.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih, tadi saya kira ada beberapa hal yang mungkin kalau mereka ingin
memberikan penjelasan dari PKS dan dari PAN tentang beberapa hal tadi yang
dipertanyakan tentang apa... (tdk jelas)... organisasi yang lain dan sebagainya.
Silakan ini pemerintah anda merespon!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Ya mungkin Bapak yang tadi disampaikan oleh yang terhormat dari PKS, bahwa
masih ada DIM lain yang nanti kita bisa kita bicarakan.
Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya oke. Jadi tampaknya dari pemerintah membuka ruang di DIM lain, tidak di
DIM ini, kira-kira begitu Pak Drajat ya. Jadi sekali lagi tampaknya DIM 17 ini belum ada
kesepakatan, jadi kita lanjut dan DIM 17 belum disepakati, ya.
20
(Ketok Palu : 1 Kali )
Selanjutnya untuk DIM 18, ini sudah disahkan di raker ya Definisi, saya kira ini
sesuai dengan undang-undang standar, jadi tidak ada perubahan Cuma tata urutan
saja ya, jadi saya kira... dan inipun sudah disahkan, jadi yang tetap itu sudah disahkan
paket ya, paket raker, hanya urutannya saja dari angka 5 menjadi angka 4, saya kira
nanti teknis penyusunan perundang-undangan.
Kemudian DIM 19 juga sama, urutannya saja beda, redaksionalnya persis sama dan ini
paket di raker.
Kemudian masuk DIM 20, ini ada usulan baru dari pemerintah, jadi langsung saja.....
(pembicaraan dipotong)....
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
Pimpinan interupsi.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Silakan!
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
19 apa tidak dikasih kesempatan untuk diputar, nggak karena...(dipotong).
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ini sudah disahkan di raker, jadi yang DIM tetap, ini sudah paket. Ketika kita
raker pertama kali dengan tiga menteri itu, jadi DIM yang tetap disahkan di raker
ini..dog, jadi sudah paket semua, kecuali ada pendapat baru, disini kecuali ya, tetap
jadi waktu itu mandat penuh kepada panja, jadi barangkali ternyata ditemukan ini, ini
definisinya misalnya ini mohon maaf, misalnya “keliru menurut Undang-undang dasar
atau apa, jadi dipersilakan, tetapi kalau tidak ada hal yang sama sekali baru, ini adalah
paket sudah diketok di raker. Sekiranya ada hal yang baru, kita akan catat karena tentu
kita tidak bisa merubah hasil raker, tapi kita catat bahwa ternyata ada catatan dari....
silakan kalau ada hal yang baru!
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
Oke terima kasih Pimpinan.
Waktu itu juga ada semangat kebersamaan, bahwa yang menjadi perangkat-
perangkat maksudnya di daerah-daerah itu, artinya menjadi struktur di kepramukaan itu
bukan kepada daerah, artinya supaya tidak ada politisasi ke depannya, tidak dijadikan
21
alat Pramuka ini ke depannya, kecuali Presiden sebagai Kwartir Utama itu, sebagai
Kepala Negara, sebagai simbol negara, kepala daerah-kepala daerah dari Gubernur
maupun Bupati dan Walikota, itu sangat mungkin untuk mempolitisasi Pramuka ini.
Oleh karenanya implikasinya kalau ini ditetapkan nanti ada DIM-DIM atau pasal-
pasalnya yang mengatur ini semua. Saya rasa di raker itu harusnya ditinjau kembalilah
seperti itu, atau di rapat panja hari ini diberi kesempatan nanti bisa dibicarakan kembali
gitu. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih. Jadi memang definisi ini sebenarnya hampir disemua undang-
undang ada, karena nanti memang ini tidak mengatur teknis tetapi ini definisi, karena
misalnya begini, nanti tentang APBD, jadi bahwa pemerintah daerah atau dan
sebagainya mengalokasikan APBD. Nah tentang teknis apakah nanti pejabat publik itu
dia masuk ke dalam kepengurusan atau pembina, itu ada DIMnya sendiri. Jadi
sesungguhnya DIM ini bicara sangat umum dan ini hampir di semua undang-undang di
negara kita ada, dan ini standar, makanya tadi saya sampaikan kalau kecuali ada yang
sangat khusus, definisi ini mungkin keliru, redaksional atau kita catat, tetapi kalau
misalnya kekhawatiran itu saya kira akan diwadahi di DIM lain bahwa ada DIM lain yang
membicarakan khusus, masalah setuju tidak setuju nanti saya kira kita bicarakan, tetapi
ini saya kira tidak akan mengkooptasi, karena ini definisi umum saja, netral sifatnya,
begitu ya.
Jadi saya kira masalah pemerintahan pusat, pemerintahan daerah ini definisi
umum di sebuah undang-undang, karena tentu ada kewenangan berkaitan dengan
otonomi bagaimana pemerintah pusat, pemerintah daerah terhadap APBN, APBD dan
sebagainya. Jadi belum mengatur masalah pejabat publiknya tetapi pemerintahannya,
begitu saya kira ya Pak Primus, jadi saya kira tidak ada hal yang perlu kita khawatirkan.
Oke kita lanjut, saya kira ke DIM 20, karena itu dipersilakan usulan pemerintah
ada DIM baru ya, substansi baru untuk DIM 20, dipersilakan!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Bapak Ketua yang saya hormati, dan Bapak Ibu sekalian yang saya hormati
pula. Dari pemerintah memang merasa berkepentingan Bapak Ketua, untuk
memberikan elaborasi pengertian tentang orang, karena ini nanti akan bersangkut
dengan anggota-anggota Pramuka, itu jadi saya kira ini juga merupakan suatu hal yang
biasa, suatu yang umum di dalam definisi undang-undang.
Terima kasih Pak.
22
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih, ini usulan baru dari pemerintah, jadi waktu itu usulan DIM dari
DPR belum ada, pemerintah perlu menganggap ada definisi ini, berkaitan orang,
kelompok dan seterusnya. Ini biasanya memang pengaturan tentang organisasi
...(Kaset 1 Habis).
F.PD (JEFISTSON R. RIWU KORE)
Ini hal yang umum Pak, karena bagaimanapun hanya definisi Pak, definisi yang
akan kita pakai dalam apa namanya, pembahasan atau pembuatan undang-undang ini,
sehingga dengan demikian kami setuju untuk ditambahkan definisi itu.
Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, Demokrat setuju dengan usulan dari pemerintah untuk substansi baru.
Selanjutnya dari Golkar, silakan!
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
Singkat saja, untuk 20 ini setuju.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Golkar setuju.
PDIP, PDIP silakan DIM 20!
F.PDIP (DRA. SRI RAHAYU)
Terima kasih.
Memang umum pengertian ini, namun pengertian ini tidak dimanfaatkan di dalam
pasal-pasal itu juga tidak ada gunanya. Kalau saya melihat dari pasal-pasal ini
kayaknya orang berdiri itu ndak ada itu, oleh karena itu sepanjang itu tidak ada di dalam
semua kalimat-kalimat di dalam pasal-pasal, kami tidak memerlukan itu.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, ini saya kira sangat penting tolong dicatat ini. Jadi PDIP melihat apakah
ada, karena semua di ketentuan umum ini mestinya merujuk kepada batang tubuh,
artinya di pasal-pasal atau di ayat, ada enggak? Kalau ternyata nggak ada, ngapain
dibuat kete... anu, saya kira itu, saya kira substansinya sangat.... jadi kira-kira masih
23
netral lah, kalau memang ada ya dimuat, tapi kalau nggak ada ya nggak usah, kira-kira
begitu. Oke, itu pendapat dari PDIP. Selanjutnya PKS, silakan!
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
Tanpa harus merenungi, saya setuju masukan ini.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ini mantap ini...(tertawa bersama).
Oke lanjut ke PAN, silakan PAN DIM 20!
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
Putaran pertama tidak setuju, putaran kedua setuju.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya, ini baru putaran pertama padahal...(tertawa bersama).
Oke, lanjut ke PPP!
F.PPP (DRS. H. HISYAM ALIE)
Setelah ada komunikasi dengan ....(tdk jelas)... (tertawa bersama), oleh
karenanya ini tetap setuju.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, jadi setuju ya? Oke PPP setuju usulan dari pemerintah. Saya kira kita akan
serahkan pemerintah, saya kira ada catatan yang menarik tadi, apakah ada di dalam
batang tubuh undang-undang ini. Silakan dari Pemerintah!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Ya, sepanjang penelusuran kami itu dulu ada, dan kalau dari pandangan-
pandangan yang diskusi-diskusi kita akan nyangkut kesitu, jadi pasti ada.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya barangkali tolong mungkin juga ada tim yang mengecek, sehingga biar
konkrit di DIM mana muncul itu, sehingga kita ada keyakinan, karena ini saya kira
DIM...(dipotong)
24
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Misalnya di Pasal 43 itu ada.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
DIM berapa Pak?
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
DIM 226.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
DIM 226, oke ini DIM ini juga muncul dari pemerintah, jadi barangkali betul, jadi
pemerintah satu paket ini, jadi ketentuan pidana itu pemerintah mengusulkan setiap
orang dan seterusnya. Ya oke ya, jadi saya kira clear pada contohnya DIM 226 dan
seterusnya ini, DIM 227 juga begitu, 228 dan seterusnya. Oke saya kira clear ya.
Oke Bapak Ibu sekalian, saya kira mungkin karena tidak banyak keberatan, saya
kembali ke PDIP dulu saya kira ya, karena yang lain saya kira tidak keberatan, tadi
PDIP masih menyisakan “kalau ada setuju, kalau tidak ada ya ngapain ada”, kami
silakan ke PDIP saya kira!
F.PDIP (PUTI GUNTUR SOEKARNO, S.IP)
Setelah kami amati ternyata ada, jadi kami berubah pikiran menjadi setuju.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Jadi kali ini ulangannya betul-betul oposisi tulen ini saya kira, khusus untuk DIM
ini.
Oke Bapak Ibu sekalian, oke saya kira DIM 20 kita sepakati ya untuk diketok, saya
bacakan ulang, jadi definisi orang adalah “orang perseorangan, kelompok orang, dan
atau Badan Hukum”, ini definisi standar saya kira di dalam legal drafting atau
penyusunan undang-undang. Oke sepakat ya, oke silakan..silakan, ini 20 ya, khusus
DIM 20... oke diketok dulu, ini DIM 20 kita beresin dulu, oke ya sepakat ya...
Bismillahirrohmanirrahim.
(Ketok Palu : 1 Kali )
Oke Bapak Ibu sekalian, kita masuk DIM 21. DIM 21 ini pemerintah merubah sedikit
redaksionalnya dari DIM dari DPR, saya bacakan DIM dari DPR, “Menteri adalah
25
Menteri yang menangani urusan Kepramukaan”. Nah selanjutnya perubahan dari
pemerintah, silakan!
F.PD (DRS. PARLINDUNGAN HUTABARAT)
Terima kasih Pimpinan.
Jadi dari pemerintah ini memang mengusulkan untuk mengubah definisi Menteri.
Kami berpandangan bahwa Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan kepramukaan. Ini
alasannya adalah bahwa kita sama-sama sepakat bahwa gerakan pramuka itu pada
dasarnya merupakan gerakan pendidikan, gerakan pendidikan yang tidak terpisah dan
tidak bisa terlepas dengan aktivitas kepramukaan. Oleh karena itu, inilah tambahan
definisi dari kami. Kita melihat sekarang ini bahwa di dalam rangka menyusun RUU
tentang Kepramukaan yang sedang kita bahas, Presidenpun memerintahkan kepada 2
Menteri paling tidak, yaitu Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Pemuda dan Olah
Raga. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya terima kasih. Jadi ini ada substansi baru, saya kira juga menjadi point penting
karena menambahkan Menteri Pendidikan, nah ini nggak tahu ini apa maksudnya ada
Menteri Pendidikan. Jadi Menteri yang urusan pemerintahan di bidang pendidikan
kepramukaan. Nah ini substansi baru, apakah kaitannya 20% anggaran pendidikan kita
atau juga tadi pemerintah tidak secara eksplisit... tapi itu saya kira posisi pemerintah
tadi menyampaikan.
Kami persilakan lagi putaran yang pertama dari Demokrat silakan, DIM 21,
silakan!
F.PD (THERESIA EE. PARDEDE, S.Sos)
Ya, mewakili Fraksi Partai Demokrat, kami kira ada sejumlah kementerian yang
sebenarnya bersinergi bersama untuk memperkuat revitalisasi dari gerakan pramuka
ini, dimana tetap di bawah koordinasi dari Menpora dalam hal ini, karena kita juga
mengetahui bahwa ada sejumlah kegiatan dari Pramuka yang bisa disinergikan seperti
dengan Menteri Kelautan, juga Menteri Koperasi dan lain sebagainya. Jadi kami kira ini
mungkin harus dielaborasi lebih dalam lagi supaya tidak terjebak hanya dalam reduksi
tugas kementerian yang berkaitan dengan pendidikan kepramukaan itu saja. Jadi
mungkin agak diperluas.
26
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Artinya?
F.PD (THERESIA EE. PARDEDE, S.Sos)
Justru lebih diperluas.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oh justru diperluas, jadi ada... atau mungkin ada usulan konkrit barangkali atau
belum... nanti putaran kedua.
F.PD (THERESIA EE. PARDEDE, S.Sos)
Nanti coba kita formulasikan.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, ya silakan, jadi kalau ini Demokrat pada posisi akan mencoba mencari
rumusan, mungkin nanti kesempatan kedua dipersilakan. Selanjutnya dari Golkar, DIM
21!
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
Terima kasih.
Setelah saya persandingkan dari DPR dan dari Pemerintah, saya akui dari
Pemerintah lebih baik, jadi saya terima dari pemerintah.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Lebih cepat lebih baik, oke jadi Golkar setuju dengan usulan Pemerintah.
Selanjutnya PDIP!
F.PDIP (DRS. UTUT ADIANTO)
Baru pertama mencet gagap nih Pak.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya selamat datang nih Pak Utut nih.
F.PDIP (DRS. UTUT ADIANTO)
Mohon maaf telat karena banyak tugas yang di luar jadual.
Kami setuju.
27
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Setuju ya, oke, jadi langsung, Pak Utut datang dan setuju. Untuk DIM 21 PDIP
setuju untuk DIM usulan perubahan dari Pemerintah. Selanjutnya PKS!
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
Dari PKS, apa yang disampaikan oleh Pemerintah kami setuju, karena ada
beberapa hal yang saya pikir penyempurnaan dari usulan DPR. Ada dua kata yang
penting disini yang disampaikan oleh Pemerintah adalah pertama kata
menyelenggarakan itu sama dengan konsistensi kami mengusulkan ketika berbicara
tentang gagasan kepramukaan. Jadi menyelenggarakan kepramukaan, dan di
dalamnya ada pendidikan, dan yang kedua ada kata kepramukaan, jadi pemerintah
disini sudah menyetujui pendidikan kepramukaan itu, jadi bukan pendidikan gerakan
pramuka. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Wah ini luar biasa, ini mencoba mengkait-kaitkan, ini ilmu silat ini...(tertawa
bersama). Jadi PKS setuju tapi dengan ilmu silatnya. Oke, silakan dari PAN DIM 21!
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
Ya, sependapat dengan Pemerintah dirubah, tadi juga sependapat dengan
Demokrat redaksionalnya, mungkin saya ingin menambahkan, Menteri adalah Menteri
yang terkait dan bertanggung jawab menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendidikan kepramukaan. Jadi tambah “yang terkait dan bertanggung jawab”, artinya
supaya lebih luas lagi.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, dari PAN menambahkan kata terkait dan ya, jadi ada sedikit usulan
redaksional. Setuju intinya dengan usulan pemerintah dan menambahkan tambahan
kata. Selanjutnya PPP!
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Pimpinan, lebih dulu saya mohon maaf karena ada urusan yang tidak bisa
digantikan oleh yang lain, urusan anak ini, jadi saya harus mendengar keluh kesah
anak dulu sepulang sekolah. Untuk DIM 21, sebetulnya ini kita tidak bisa diputus,
karena ini ada keterkaitan jika kita ingin menggunakan kepramukaan, sesungguhnya
DIM yang usulan inisiatif ini jauh lebih tepat, tetapi jika kita ingin menggunakan ada
28
unsur misalkan apa, lebih luas, maka DIM yang dari pemerintah jauh lebih memadai.
Saya mungkin dalam hal ini lebih cenderung tetap usulan inisiatif, tetapi sekali lagi
tergantung kepada judul yang akan digunakan gitu, karena disini kan ada penyempitan
pendidikan kepramukaan, bukan saja pendidikan kepramukaan, kepramukaan di
dalamnya ada pendidikan gitu. Jadi kalau di dalam inisiatif pemerintah ada penyempitan
gitu, ada pembatasan hanya menyelenggarakan bidang pendidikan kepramukaan,
padahal kepramukaan bukan hanya sekedar pendidikannya saja, ada aspek-aspek lain
gitu. Untuk sementara saya tetap bersepakat dengan usulan inisiatif dan kembali nanti
dengan catatan tergantung kepada judul yang akan kita sepakati. Dan konkrit bahwa
judul tetap Undang-Undang Kepramukaan. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih, dari PPP ini Bu Reni segar ini baru datang, baterynya masih
full...(tertawa). Oke, jadi PPP pada posisi untuk DIM DPR ini saya kira juga menarik ya,
pada posisi itu karena terkait dengan DIM-DIM yang lain ya, ini saya kira satu perspektif
yang lain. Pak Mahyuddin ada... silakan Pak Mahyuddin!
F.PD (PROF. DR. H. MAHYUDDIN NS, SP.OG (K))
Terima kasih Pimpinan.
Jadi yang saya artinya mau bicarakan itu yang Bu Reni tadi, ada penyempitan, sebab
begini, harus artinya kalau di dalam ini pendidikan Pak Drajat, harus ada pasal lain
diskripsi daripada pendidikan ini, apakah me...(tdk jelas).. yang boleh pendidikan,
membangun untuk pendidikan, sehingga usul saya mungkin ya, tadi dikatakan oleh
PKS sangat senang dengan adanya kepramukaan, jadi lebih baik urusan pemerintahan
di bidang gerakan pramuka gitu, jadi tidak artinya sempit ini kan, sempit dan kurang
dalam ini kependidikan ini...susah, terima kasih Pak.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ini kalau ahlinya ini bicara meskipun puasa, tapi kalau ahlinya kan kita bicara
profesional sebagai seorang ahli ya to...(tertawa bersama).
Jadi Bapak Ibu sekalian, tampaknya ini ada beragam meskipun saya kira
gradasinya tidak terlalu tajam, sebagian setuju ada tambahan redaksional, ada yang
tidak setuju karena terkait dengan substansi yang lain. Saya kira ini pemerintah perlu
lebih mengelaborasi memberikan penjelasan tentang beberapa catatan tadi.
Dipersilakan Pak!
29
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Baik terima kasih Bapak Pimpinan. Yang pertama manusia memang tidak
pernah lepas dari khilaf. Yang pertama mengenai Menteri adalah Menteri, ini
seyogyanya memang yang seharusnya menterinya karena banyak menteri yang terkait,
maka m adalah huruf kecil, itu. Jadi kami memperbaiki yaitulah tadi bahwa manusia
tidak pernah lepas dari salah dan khilaf.
Kemudian kami bisa memahami apa yang disampaikan, tapi tanpa mengurangi
rasa hormat tentang pendidikan kepramukaan yang kami sampaikan disini, memang itu
sebetulnya merupakan jiwa dari gerakan pramuka. Jadi roh dari gerakan pramuka ini
adalah pada dasarnya berkaitan dengan pendidikan dan aktivitas yang bersama-sama
menyatu di dalam aktivitas kepramukaan atau gerakan pramuka yang kami elaborasi
beberapa waktu yang lalu, saya kira begitu.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, jadi pemerintah... silakan..silakan!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Saya tambahkan, mungkin mengenai elaborasi yang lain itu nanti kita akan
berjumpa pada DIM yang berikutnya begitu.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya terima kasih, ini memang ada catatan ya tentang pendidikan yang dianggap
menyempit, terus apa... ya tadi saya kira Pak Mahyuddin dan Bu Reni agak
senyambung ya, nah tadi pemerintah tampaknya melihat di DIM yang lain akan lebih
memberikan penjelasan, tapi saya kira its oke, kita beri putaran yang kedua untuk DIM
ke 21 ini, definisi menteri, karena ini saya kira penting, nanti siapa yang bertanggung
jawab, kalau nggak ada yang bertanggung jawab akan ribet juga nanti urusan ini.
Selanjutnya putaran kedua dimulai dari Demokrat, silakan!
F.PD (JEFISTSON R. RIWU KORE)
Ya terima kasih Pak Ketua, kami dari Fraksi Demokrat, saya kira mempunyai
konsep yang baru yang prinsipnya hampir sama dengan yang diusulkan oleh
pemerintah atau dengan teman-teman lain, yang pertama bahwa menteri adalah
menteri-menteri yang bertanggung jawab di bidang pendidikan kepramukaan. Maksud
kami bahwa kemungkinan yang bertanggung jawab untuk bidang kepramukaan
pra...(tdk jelas)... satu menteri saja, sehingga ada beberapa menteri yang bertanggung
30
jawab mungkin di bidang kelautan, di koperasi, ada lain dan sebagainya, sehingga
kalimat itu berubah menteri-menteri yang bertanggung jawab, gitu Pak. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oh doble, doble menteri, oke nanti tolong dicek....
F.PD (JEFISTSON R. RIWU KORE)
Jadi kalau menteri seolahnya satu orang saja, yang bertanggung jawab pada
bidang kepramukaan. Jadi kalimat pemerintahan itu nggak perlu ada lagi.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Jadi mungkin dibacakan sekali lagi, Pak Jefri ini dicatat ya, jadi diulangi mungkin
biar lebih akurat definisinya.
F.PD (JEFISTSON R. RIWU KORE)
Menteri adalah menteri-menteri yang bertanggung jawab di bidang pendidikan
kepramukaan.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Dibidang pendidikan kepramukaan ya, oke. Jadi ini dari Demokrat memberikan
streaching di menteri-menteri ya, selebihnya saya kira.....
F.PD (JEFISTSON R. RIWU KORE)
Jadi urusan pemerintahan itu nggak usah ada lagi kalimta itu, jadi kalimatnya
menteri yang bertanggung jawab dibidang pendidikan kepramukaan.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, selanjutnya Golkar silakan!
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
Baik, sedikit penjelasan dari saya mengapa saya katakana bahwa kalimat dari
pemerintahan itu sudah baik. Begini, di dalam undang-undang manapun istilah menteri
itu hanya satu. Nananananananann menteri, nanananananna menteri, nah menteri
apa.... betul..betul, nah ada kalimat yang... diserahkan kepada menteri, nah yang
dimaksud menteri ini yang mana, itu hanya satu. Kalau di dalam kalimat-kalimat nanti
dalam ayat-ayat lain ada istilah menteri, maka menteri ini sudah jelas di dalam definisi
31
itu menteri yang mana. Sedangkan menteri-menteri lain pasti harus disebut itu, Menteri
pendidikan, Menteri Sosial, menteri khusus di dalam undang-undang yang sudah
ditentukan bahwa yang dimaksud menteri itu adalah menteri yang bertanggung jawab di
bidang kepramukaan, begitu. Jadi kalau punten dari Demokrat, kalau misalnya yang
dimaksud menteri adalah menteri-menteri, jadi nanti di dalam kalimat-kalimat ayat-ayat
lain itu jadi rancu, karena di dalam ayat-ayat lain itu hanya boleh ada satu saja yang
istilah menteri doank, tidak pakai menteri embel-embel, menteri. Nah yang dimaksud
menteri mangga atuh calik yang baru dateng, mangga Pak Mansur....
Jadi tolong nanti dijelaskan kembali oleh pemerintah supaya tidak salah tangkap.
Jadi yang dimaksud dengan definisi menteri itu memang hanya satu menterinya, karena
memang dimana-mana itu nanti, di DIM-DIM lain kalau ada istilah menteri adalah
menteri yang sudah disepakati yaitu yang bertanggung jawab dibidang kepramukaan.
Menteri-menteri lain itu harus eksplisit disebut, Menteri Sosial, Menteri Agama, Menteri
Kesehatan, Menteri Pendidikan Nasional, nah itu penjelasan sedikit dari tje Popong,
nanti diperkuat lagi, oleh karena itu yang kedua ini putarannya tje Popong sudah
menerima karena memang inilah yang paling tepat untuk suatu undang-undang. Terima
kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih tje Popong, selamat datang Pak Mansur Ramli, nih pemerintah
tambah doping lagi nih, kabalitbang, ada dopingnya agar lebih bersemangat.
Ibu Bapak sekalian saya kira perlu dicatat nanti berkaitan dengan ada pendapat
menteri, ada menteri-menteri, nanti mungkin elaborasi, nanti design di DIM sebenarnya
Pak, jadi nanti bagaimana sesungguhnya design undang-undang ini, apakah nanti
menterinya banyak atau menterinya tunggal, atau bagaimana sesungguhnya
setingannya, ini saya kira penting, karena untuk dari awal setingan atau design draft
DPR kan menteri, satu. Nah ada usulan menteri-menteri, nah saya kira ini perlu
diberikan apa, bagaimana posisi pemerintah berkaitan dengan design ini.
Selanjutnya dari PDIP!
F.PDIP (PUTI GUNTUR SOEKARNO, S.IP)
Terima kasih, kami dari PDI perjuangan intinya menyetujui redaksional ini,
artinya menteri adalah menteri yang bertanggung jawab menyelenggarakan urusan
pemilahan di bidang pendidikan, tapi ada sedikit perubahan, disini bidang pendidikan
gerakan pramuka, jadi bukan pendidikan kepramukaan.
32
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oh, di bidang pendidikan gerakan Pramuka. Oke, ini ada gerakan atau
pergeseran sedikit ya dari PDIP, putaran yang kedua ini menambahkan menjadi
kepramukaan diganti pendidikan gerakan Pramuka. Konsisten rupanya dengan DIM
yang lain. Oke, selanjutnya PKS!
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
Yang putaran kedua saya pikir saya agak sedikit berubah ini kalimatnya. Jadi
persoalan pendidikan di kepramukaan itu masih belum tepat itu. jadi yang konkritnya
menteri itu adalah menteri yang bertanggung jawab menyelenggarakan kepramukaan,
jadi kalau di... saya merubah, menangani urusan itu dirubah menjadi yang bertanggung
jawab menyelenggarakan kepramukaan, karena saya pikir memang bukan
menyelenggarakan pendidikannya disini, tapi menyelenggarakan kepramukaannya itu,
di dalamnya ada pendidikan, ada pelatihan, ada pengawasan, ada pembinaan, itu
penyelenggaraan kepramukaan.
Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Jadi urusan pemerintahan tidak ada disini?
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
Tidak ada.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, jadi langsung?
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
Bertanggung jawab menyelenggarakan kepramukaan.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, jadi tadi PKS ada pergeseran, menyelenggarakan kepramukaan, oke, yang
bertanggung jawab menyelenggarakan kepramukaan, oke.
Dari PAN silakan!
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
Sama, sama putaran yang pertama, jadi tetap ditambah terkait dan.
33
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terkait dan, ada....
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
Bertanggung jawab.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Pendidikan, oke. Dari PAN masih pada posisi yang pertama.
Dari PPP silakan!
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Ya terima kasih.
Lagi-lagi menurut saya ini akan cukup alot gitu, karena muaranya satu terkait
dengan judul, tapi mungkin secara redaksional saya mengusulkan menteri adalah
menteri yang bertanggung jawab menangani kepramukaan. Kenapa saya tetap
“menangani”, karena kalimat penyelenggara, menyelenggarakan, melaksanakan itu
bagian dari menangani gitu. Biasanya menyelenggarakan jauh taktis dan teknis,
demikian juga melaksanakan, kalau menangani saya kira the whole segala macam
terkait dengan kepramukaan itu menjadi tanggung jawab menteri terkait begitu.
Jadi konkrit dari PPP saya ulang, menteri adalah menteri yang bertanggung
jawab menangani urusan kepramukaan. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke dari PPP kira-kira posisinya adalah seperti redaksi di DPR tetapi
ditambahkan “bertanggung jawab menangani”, oke ya, jadi posisi PPP.
Bapak Ibu sekalian banyak sekali catatan usulan redaksional maupun beberapa hal
yang substansial tadi, apakah menteri-menteri itu tunggal atau bisa menteri banyak
dalam undang-undang. Ini saya kira hal yang penting di dalam legal drafting, ini saya
kira pemerintah diminta untuk melakukan beberapa... merespon disini tentang
masalah..... silakan panja pemerintah, Pak Drajat!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Terima kasih Bapak.
Kami teringat untuk merujuk kepada UU Nomor 39 tahun 2008 tentang Kementerian
Negara. Bahwa ada kata yang memang selalu menjadi apa namanya, menjadi yang
34
harus eksplisit disitu. Jadi sebagai contoh saja, menteri adalah menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang, jadi menteri itu adalah yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang, ini berdasarkan undang-undang,
maka kami mencantumkan yang bertanggung jawan menyelenggarakan urusan
pemerintahan, hanya mungkin di bidangnya ini tadi ada banyak masukan-masukan
yang diberikan, eperti dari tje Popong ya harus satu menterinya itu menteri apa. Ya
kalau misalnya kita bersimulasi disini, nah ini memang menterinya kan ada Menteri
Pendidikan Nasional, ada Menteri Keolahragaan. Mungkin ini bisa menjadi wacana kita
juga, tetapi kalau misalnya menyepakati di dalam forum ini adalah menteri itu adalah
Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga, ya kami kembalikan kepada floor.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, jadi substansinya adalah memang satu menteri atau bisa menteri-menteri?
Ini saya kira sangat penting ini, karena tadi ini sebelum masuk substansi dan
redaksional ya....
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Sistem dulu baru...baru...jadi mohon ijin Pak...
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, oke silakan kalau ada yang mau menjelaskan, silakan!
KEMENKUMHAM (IBU OLILAH)
Terima kasih melalui Bapak Pimpinan.
Bapak Pimpinan Rapat, berkaitan dengan masalah pasal yang mengenai
ketentuan umum ini, yakni mengenai definisi, justru dalam definisi ini harus memberikan
suatu kepastian, jadi tidak mungkin di dalam definisi ini menterinya macam-macam
begitu, jadi harus ditentukan satu menteri untuk kepastian siapa yang bertanggung
jawab masalah kepramukaan. Nanti di lapangan kalau tidak ditentukan satu menteri,
seketika perlu ada hal-hal yang dipertanggungjawabkan, saling tunjuk nanti siapa yang
bertanggung jawab. Jadi justru sesuai dengan apa namanya, teknis penyusunan
peraturan perundang-undangan, ketentuan umum ini juga memberikan suatu batasan di
dalam suatu undang-undang. Jadi dalam undang-undang ini, khusus undang-undang ini
yang dimaksud dengan menteri, menteri apa sih begitu. Jadi memang salah satu fungsi
dari ketentuan umum adalah memberikan batasan dan juga memberikan pengertian
atau juga bisa membuat suatu singkatan, akronim gitu Pak. Sementara itu, terima kasih.
35
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih, penjelasan dari Kumham bu ya? Ya, dari Kemenkumham, jadi
tampaknya memang harus eksplisit, jadi ada UU Nomor 10 tahun dua ribu..... undang-
undang, jadi tampaknya memang agar tidak melempar, saya nggak tahu apakah ada
kebiasaan lempar-melempar ya. Jadi oke, saya kira tambahannya itu tentang posisi
menteri.
Oke, nah sekarang begini Bapak Ibu sekalian, sebenarnya beberapa hal tadi, ini
tidak ada hal yang memang... meskipun ada yang tadi pergeseran pada putaran kedua
ini lebih..lebih apa, saya tadinya berpikiran ke timus, tapi tampaknya beberapa ini terkait
dengan DIM ternyata, kan ada PDIP menambahkan “gerakan pramuka”, yang lain
“kepramukaan”, jadi pada posisi ini tampaknya memang masih sifatnya substantif ya,
jadi belum bisa disepakati tampaknya untuk DIM 21 ini, setelah kita putar dua kali,
karena tampaknya terkait dengan DIM lain, tapi saya kira tentang masalah menteri itu
tadi mungkin clear, sehingga mungkin redaksinya posisinya adalah menteri spesifik,
gitu ya.
Bapak Ibu sekalian, jadi.... atau ada tambahan pemerintah? Silakan!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Saya sudah lobi dengan doping-doping... (tertawa bersama), lobi internal, jadi ini
mungkin bisa menjadi satu apa namanya, satu pemecahan kebekuan. Saya sudah
berbicara dengan rekan tercinta dari Kementerian Pendidikan Nasional, karena ini
adalah domain yang berkaitan dengan Pramuka atau apapun nanti namanya itu, jadi
nampaknya beliau setuju apabila yang bertanggung jawab menterinya itu adalah
Menteri Kepemudaan.
KEMENDIKNAS (MANSYUR RAMLI)
Saya tambah penjelasan sedikit.
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Baik..baik.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Silakan Pak Mansyur, untuk yang pertama kali.
36
KEMENDIKNAS (MANSYUR RAMLI)
Terima kasih.
Pimpinan dan Anggota Panja Komisi X dan Pemerintah.
Sebenarnya kan ini juga kita kaitkan dengan undang-undang Sisdiknas, kalau
posisi dari Kementerian Pendidikan Nasional. Dalam UU Sisdiknas memang ada diatur
pendidikan non formal, dan pendidikan non formal itu ada banyak disini, ada pendidikan
kepemudaan, kewanitaan, pemberdayaan perempuan, kepramukaan dan sebagainya.
Nah semua itu kelihatannya sudah... ya kalau ke peranan perempuan sudah ditangani
penuh oleh Kementerian PP, Kepemudaan sudah masuk Kemenegpora, kepramukaan
tetapi Kemendiknas juga tidak melepaskan diri dari tanggung jawab itu, kalau ada yang
berkaitan dengan pendidikan, ya nanti kepramukaannya ya pasti Kemendiknas
bertanggung jawab utnuk itu, yang lainnya juga seperti itu. Jadi kalau... karena memang
kalau menurut kami ini harus ada satu menteri yang diberikan tanggung jawab, yang
penuh gitu. Kira-kira gitu cara berpikirnya kami, jadi buat kami kalau misalnya memang
harus disini di tetapkan dalam UU ini, heavinya memang ini ke Kementerian Pemuda
dan Olah Raga. Kalau heavinya kesana maka memang patutlah menteri yang
bertanggung jawab itu adalah Menteri Pemuda dan Olah Raga. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke terima kasih, mungkin barangkali redaksionalnya bagaimana, ini saya kira
kita agar nanti agar juga posisinya jelas, artinya dengan tadi kesepakatan, kira-kira
gampangnya ke Menporalah kira-kira gitu sajalah pemerintah bersepakat ya, kira-kira
bagaimana nanti disini Pak, silakan!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Ini ada satu tawaran saja, sudah kami juga berkonsultasi dengan legal drafter,
dari Kumham, jadi rumusannya sederhana, menteri adalah menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kepemudaan, kalau tambah
ditambah keolahragaan seperti yang sekarang ini, biar tegas begitu.
Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, saya kira ini tolong dicatat, tapi nanti kita akan masuk ke sesi yang lain
karena ini segera kita apa, konsisten pada aturan kita, sudah dua putaran, jadi ini kita
ini posisinya dengan catatan terakhir pemerintah tadi, pemerintah ada mengusulkan ya,
37
jadi menteri adalah menteri yang bertanggung jawab... ya oke, sorry mungkin diulangi
Pak, nanti biar dicatat ulang.
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Ya, jadi ini adalah menganut pada ketentuan UU Nomor. 39 tahun 2008 tentang
Kementerian Negara, maka berkait dengan DIM nomor 21 ini rumusannya, menteri
adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kepemudaan
dan keolahragaan.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya oke, saya kira ini usulan terakhir versi pemerintah, ya kita catat, karena kita
akan masuk dalam pembicaraan ini nanti pada kesempatan sesi yang lain, karena ini
sudah dua putaran, jadi posisinya DIM ini DIM 21 belum disepakati ya.
Oke, silakan! Ada tambahan, pemerintah cukup? Cukup, ada... silakan Pak
Rinto!
F.PD (RINTO SUBEKTI, S.E., M.M., S.E., M.M.)
Tambahan sedikit saja Pak, kalau yang usulan baru pemerintah ini saya pikir itu
malah akan membuat dilematis kepada Pemerintah sendiri, karena nanti pemerintahan
di bidang pemuda dan olah raga kalau namanya Kementerian itu tidak dirubah, kalau
dirubah berarti rubah semua undang-undang. Jadi mungkin itu Bapak, tambahannya.
Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, saya kira menarik dari Pak Rinto, ini kan istilahnya nomenclatur itu memang
judul atau nama kementerian, sehingga mungkin barangkali karena ini UU, mungkin
sifatnya generik saja, umum. Atau mungkin pemerintah ada usulan baru, kalau ada kita
catat, ini semuanya tercatat, atau masih pada posisi yang dibacakan,kalau enggak kita
pending ini posisinya? Silakan!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Begini Bapak, makanya dalam kata ini tidak ada, tidak terkait langsung dengan
nama kementerian, justru malah yang bertanggung jawab urusan pemerintahan.
Apapun nanti kementeriannya sudah barang tentu ada fungsi yang menyelenggarakan
urusan itu, begitu bapak pengertian di dalam undang-undang itu begitu.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
38
Oke, Bu Reni tambahan, silakan!
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Ya, saya kira ini pemerintah malu-malu nih, mau menyebut nama menteri nggak
mau. Begini, jika namanya kepramukaan, kemudian ingin dinaungi hanya oleh salah
satu kementerian saja, justru disitu jauh lebih spesifik tanpa harus menyebutkan urusan
pemerintahan, pemuda, olah.... malah itu malah semakin menyempitkan gitu. Substansi
yang dimaksud oleh pemerintah tadi, saya menangkap justru menteri lebih pas menteri
adalah menteri yang bertanggung jawab menangani urusan kepramukaan gitu, nanti
disini kalau menurut saya bisa Menpora disini bisa Mendiknas, tergantung nanti
kesepakatan kita. Dan juga lagi-lagi ini lari kepada judul gitu loh, jika judulnya
Pendidikan Kepramukaan itu batasan... malah kalau istilah pendidikan kepramukaan
digunakan, itu jauh Mendiknas lebih berkompeten untuk mempertanggungjawabkan
tentang ini gitu, karena ini sudah ada di dalam UU Sisdiknas gitu, di dalam pendidikan
non formal, maka ini menjadi ranah Mendiknas, asli ini. Tetapi jika ini tidak dilakukan
apa, tidak ada unsur pendidikan kepramukaan, ini bisa jadi lintas sektoral gitu, menjadi
koordinatif dua kementerian atau bisa tiga kementerian gitu menurut saya. Terserah....
lagi-lagi menurut saya memang ada kaitannya dengan judul, tapi substansi tadi jika
ingin mempersempit.... apa, jika ingin bisa merubah pendidikan, maka mempersempit
dan bukan menjadi domainnya Menpora, tetapi jika ingin menjadi domainnya Menpora
terlepas nanti seperti apa, malah di menteri adalah menteri yang bertanggung jawab
menangani kepramukaan. Segala macam tetek bengek nanti ada Menpora, nah itu
nanti tinggal mempertegas saja begitu, kalau menurut saya begitu.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke terima kasih, saya kira beberapa hal tadi dari floor dari DPR maupun dari
pemerintah, semuanya kita rangkup, kita catat, tapi tambahannya belum ada
kesepakatan, dan nampaknya akan... (tidak jelas)...sel, jadi kita lanjut ya, jadi ini belum
disepakati untuk DIM 21, ya.
(Ketok Palu : 1 Kali)
Bapak Ibu sekalian, berikutnya ini DIMnya terkait ada substansi baru, DIM 22,
23, dan 24. Jadi kalau usulan DPR itu Bab II itu Azas, Fungsi, dan Tujuan, di DIM 22 ini
pemerintah menambahkan dasar tambahan substansi baru. Nah makanya saya
sampaikan saja, nanti pemerintah akan menyampaikan sekaligus 3 DIM, 3 DIM artinya
DIM 22, 23, dan 24 karena ini terkait ya, jadi tidak perlu satu-satu DIM, karena ini dari
judul, isi dan substansi, saya kira satu tarikan nafaslah, kira-kira begitu ya.
39
Kami persilakan untuk DIM 22, 23, dan 24 sekaligus, ya sekaligus karena ini kita
nggak mungkin bicara, ini tambah langsung substansi, jadi langsung saja. Silakan!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Baik terima kasih Bapak Pimpinan.
Dari pemerintah memang kami mengusulkan ada tambahan dasar, nah dasar ini
adalah kita konsisten dan konsekuen dengan dasar negara, karena dasar negara ini
menjadi landasan filosofis dan menjadi sumber dari segala macam sumber hukum, oleh
karena ini kami mencantumkan dasarnya ini pendidikan kerpamukaan berdasarkan
pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Ini untuk mengingatkan kita bahwa
jangan sampai kita lepas dari filosofi bangsa kita dari ketentuan-ketentuan hukum
bangsa kita, dan lebih dari itu adalah sumber dari segala sumber hukum yang berlaku
di negara kita. Kita memahami betul bahwa sumber dari segala sumber hukum itu
adalah UUD 1945. Nah kemudian filosofi dalam kehidupan kita berbangsa dan
bernegara, dasar negaranya itu adalah Pancasila, itu yang menjadi alasannya.
Kemudian yang terkait dengan DIM 25 ini mendapat dasar tadi sudah saya
jelaskan bahwa kami berkepentingan dan ini untuk mengingatkan kita semua, bahwa di
dalam rangka kita melaksanakan program-program pembangunan dalam rangka
membangun kehidupan berbangsa dan bernegara jangan sampai lepas dari dasar
sumber dari segala sumber hukum, dan tidak boleh lepas dari dasar filosofis dalam
kehidupan kita berbangsa dan bernegara. Terima kasih Bapak Pimpinan.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih, jadi DIM baru dari pemerintah mungkin saya sedikit
menyampaikan, jadi posisi pemerintah ini menambahkan dasar, dasarnya pendidikan
kepramukaan dasarnya Pancasila dan UUD 1945, DPR memasukkan Pancasila itu di
azas, itu DIM 28, ya jadi ini posisinya begitu, jadi DIM awalnya itu azasnya adalah
Pancasila menurut DPR, kemudian pemerintah memasukkan Pancasila dan UUD 1945
di dasar, sementara azasnya kemudian banyak nih di DIM 28 itu cukup banyak, artinya
itu saya kira, tapi saya kira gambarannya agar kita secara komprehensif posisinya
begitu, jadi pemerintah memasukkan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar, azasnya
lain. Kita DPR draft awal adalah azasnya Pancasila, begitu kira-kira gambaran
umumnya. Kami persilakan dari Demokrat untuk DIM 22, 23, dan 24, satu paket
silakan!
F.PD (RINTO SUBEKTI, S.E., M.M., S.E., M.M.)
Terima kasih Pimpinan.
40
Pada prinsipnya saya sepakat dengan pemerintah, karena Pancasila dan UUD
1945 adalah dasar dari pondasi bangsa kita ini, jadi rohnya bangsa ini adalah di
Pancasila dan UU, kalau terjadi azas itu bagian dari implementasi kesemuanya, ada
penambahan-penambahan. Terima kasih Pimpinan.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, dari Demokrat sepakat dengan usulan baru dari pemerintah.
Dari Golkar silakan!
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
Baik, pada prinsipnya saya setuju, Golkar setuju dengan ditambah kata “dasar”,
Cuma penempatannya yang ingin saya pertanyakan, azas itu adalah filosofi, oleh
karena itu di dalam DIM kami ada azas yaitu Pancasila, yaitu adalah filosofi. Kalau kita
bandingkan dengan pemerintah nomor 1, nomor 2 dan... itu kan azas, nah pertanyaan
saja terlenih dahulu sebelum menyampaikan sikap, yaitu mengapa dasar lebih di
dahulukan dari azas, karena kalau yang saya baca semua ormas atau itu parpol atau
institusi-institusi lain itu berazaskan Pancasila, dasar adalah UU, apakah itu UUD,
apakah itu UU terkait, itu saja pertanyaan saya dulu, kalau nanti bisa saya mengerti,
mengapa azas itu disimpan nomor 2, kami akan menyampaikan sikap. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih, dari Golkar nampaknya memberikan catatan terkait dengan ini dan
saya kira tidak banyak hal yang cukup berbeda, tapi saya kira nanti akan dilakukan
beberapa penjelasan tambahan. Silakan dari PDIP!
F.PDIP (PUTI GUNTUR SOEKARNO, S.IP)
PDI Perjuangan belum menentukan sikap, artinya gini Pimpinan, kami ingin
mengetahui dulu apa maksudnya dari pemerintah menambahkan kata “dasar”, dan
kemudian perbedaan antara azas dan dasar itu sendiri, mungkin pada putaran kedua
kami bisa menentukan sikap. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya terima kasih dari PDIP masih mengelaborasi, mengeksplorasi, jadi nanti
redaksional atau usulan akan dilakukan pada putaran kedua, dan selanjutnya PKS!
41
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
PKS tetap pada usulan DPR, dengan pertimbangan bahwa sebenarnya azas itu
sudah kita pahami, azas yang namanya azas... kalau azas pengertian azas ini kan
belum tentu Pancasila, sehingga diperjelas oleh kami disini, kalau dasar itu sudah tidak
perlu lagi disebutkan, karena dasar itu sudah jelas Pancasila, tidak ada dasar yang lain,
sehingga kami jelaskan disini azasnya adalah dasar Pancasila gitu, jadi azasnya itu
adalah dasar Pancasila, jadi dasar itu tidak perlu disebutkan lagi kan jadi perdebatan,
tapi kalau bicara azas kami tegaskan disini azas itu azas tunggalnya Pancasila disini,
jadi kalau dasar kita masih masukan lagi ya tidak perlu diajarin, dasar sudah jelas
Pancasila. Nah yang kita khawatirkan itu ada azas lain disini, ada azas bukan Pancasila
gitu. Sehingga kami jelaskan disini kami konsisten dengan usulan DPR azasnya
Pancasila yaitu dasar negara kita, fungsi dan tujuan.
Kalau yang kedua, kalau kita tambahkan disini usulan pemerintah, usulan
pemerintah adalah azas itu diterjemahkan lain lagi, ini akan menjadi perdebatan yang
lagi itu azas ini. Justru kita ingin memperdebatkan satu hal, azasnya apa ini? Dasar
Pancasila. Tapi kalau disini ada pemerintah usulkan azasnya lain lagi ketuhanan dan....
point 6, 7 akan menjadi perdebatan, belum tentu kita setuju dengan kemandirian dan
non partisan, bisa usulan yang lain yang masuk gitu, saya pikir itu. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih, ini tampaknya karena terkait dengan perundang-undangan,
mungkin nanti pemerintah bisa menjelaskan lebih komprehensif. Selanjutnya dari PAN!
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
Ya, untuk putaran pertama tentu belum bisa memutuskan, karena juga pingin
mendengar dulu dari ahli bahasa, apa perbedaan antara dasar dan azas, karena dalam
pidato kenegaraan, negara berdasarkan Pancasila, negara berazaskan Pancasila, itu
juga sering kalimat itu ada, untuk putaran pertama itu mungkin.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, soalnya ini penting dipenjelasan pemerintah terkait dengan dasar dan azas,
dan mungkin rujukannya, referensinya, bagaimana undang-undang yang lain atau
bahkan di konstitusi kita. Selanjutnya PPP!
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Ya, ini alot juga sampai kebetulan banyak Komisi III, kita minta pandangan
mereka gitu. Dan saya buka kamus juga untuk mempertegas, bahwa di dalam Kamus
42
Bahasa Indonesia, yang dimaksud azas itu adalah dasar dalam kurung sesuatu yang
menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat gitu. Kemudian saya buka juga di
pengertian dasar salah satu pengertian dasar disini itu pijakan, azas gitu. Jadi menurut
saya dasar dan azas itu sama gitu, substansinya sama gitu, oleh karena itu kita waktu
itu menggunakan istilah azas gitu, karena azas itu kita memaknainya labih dalam gitu
ya, lebih filosofis. Oleh karena itu Fraksi Partai Persatuan Pembangunan tetap kepada
usulan inisiatif.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
…definisi mungkin dari pemerintah, silakan!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Terima kasih Bapak Pimpinan. Bahwa kami di dalam di DIM yang sedang kita
bahas pada DIM 22, 23, dan 24, mohon maaf jadi kami berpegang pada UU Nomor 10
tahun 2004 tentang Pembentukan Perundang-undangan. Ini jelas termasuk secara
eksplisit pada Pasal 2 bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum
negara, sekalai lagi Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara.
Kemudian pada Pasal 3 ayat (1) UU Negara Republik Indonesia tahun 1945 merupakan
hukum dasar dalam peraturan perundang-undangan. Nah kita ini sedang membuat UU,
dalam arti dalam bentuk rancangan undang-undang, oleh karena ini analog dengan
Pasal 2, Pasal 3 ayat (1) maka ini yang memperkuat kami untuk mengusulkan ditambah
dengan “dasar”. Terima kasih Pak.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya, jadi Bapak Ibu sekalian.
Jadi ini ada UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, jadi dari pasal yang ada, ini tampaknya memang ini perlu hal
yang... jadi begini, kalau meriver ke UU saya mungkin... tadi Pak Drajat merujuk ke
Pasal 2 Pak ya? Pasal 2 dan Pasal 3, ada saya Pasal 6 juga disini. Pasal 6 itu materi
muatan peraturan perundang-undangan mengandung azas a) Pengayoman,
Kemanusiaan, Kebangsaan dan seterusnya, di Pasal 6. Jadi ini saya kira juga penting,
karena ini memang terkait dengan... karena begini, pembuatan UU mestinya memang
merujuk kesini. Saya tidak tahau sebenarnya di Baleg ini kan karena kita sekarang lebih
waktu itu gampangannya kalau bahasa Perancisnya itu “pasarah bongkokan” ke Baleg
lah, kira-kira begitu kan, dimana nih perundang-undangan gitu, nah tapi ternyata ya
nggak tahu, ini saya kira terus terang nanti akan sangat terkait dengan teknis
perundang-undangan agar betul-betul perundang-undangan kita lebih baik. Tapi itu
43
saya kira tadi pemerintah mencoba menjelaskan di UU Nomor 10 ya, ini memang
mestinya UU itu sistematika seperti ini agar semua UU standar, atau barangkali ada
pemerintah akan ada penjelasan tambahan? Cukup? Cukup sementara ya, ya jadi di
pasalnya memang ada itu azas, titik dua azas. Oke, jadi mungkin sebenarnya kalau ada
undang-undangnya mungkin bisa ditampilkan sebenarnya, saya lebih suka sebenarnya
kita semua baca, ada nggak coba tolong tenaga ahli ditampilkan UU Nomor 10, biara
kita semua baca ya, jadi kita baca semua biar nanti biar lebih mendekatkan lah kita
pada hal.... oke, pasal 2 ya, pasal 2 tolong dibesarkan, ya oke mungkin tolong
dibesarkan yang khusus menyangkut pasal 2, nanti juga Pasal 6. Oke, jadi saya
bacakan ya, di Pasal 2 Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum
negara, oke Pasal 2. Kemudian bawahnya saya kira UUD merupakan hukum dasar,
nah ini Pasal 3 ayat (1) UUD Republik Indonesia merupakan hukum dasar dalam
peraturan perundang-undangan, nah oke. Kemudian kita Pasal 6, Pasal 6 saya
bacakan, materi point ayat (1) materi muatan peraturan perundang-undangan
mengandung azas titik dua atau disini nggak ada titik dua kan, nggak tahu ini, a)
Pengayoman, Kemanusiaan, Kebangsaan dan seterusnya. Jadi ini versi UU Nomor 10
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, jadi kira-kira juklak atau
juknisnya atau istilahnya apa itu, jadi biar undang-undang sekarang.... kira-kira begitu
Bapak Ibu sekalian, jadi ini tambahan, saya kira sebelum kita masuk putaran kedua.
Oke selanjutnya kami persilakan yang pertama dari Demokrat, silakan!
F.PD (RINTO SUBEKTI, S.E., M.M., S.E., M.M.)
Terima kasih Pimpinan.
Prinsipnya saya tetap seperti semula sama dengan pemerintah, kami memang
sepakat, patokan kita membuat UU adalah UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, disitu sudah jelas, Cuma memang dari
azas ini dari kami mungkin ada penambahan satu point...(dipotong)
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Mungkin nanti azas kita DIM.....(dipotong).
F.PD (RINTO SUBEKTI, S.E., M.M., S.E., M.M.)
Ya karena tadi Pimpinan menyampaikan 3 pasal ini terkait, oke kalau mungkin
nanti kita bedah satu pasal perpasal lagi mugnkin tidak ada masalah.
Terima kasih Pimpinan.
44
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, Demokrat tetap pada posisi menyetujui perubahan dari pemerintah.
Golar silakan untuk DIM 22, 23, 24 khusus bicara tentang dasar, tapi ini juga
menyangkut judul sebenarnya memang ada tambahan dasar, silakan Golkar!
F.PG (Ir. H. ZULFADHLI)
Ya, kalau kita konsekuen dengan aturan yang sudah ada seperti UU Nomor 10
itu, maka ya konsekuensinya kita harus menggunakan itu sebagai acuan di dalam
penyusunan UU ini, maka Partai Golkar setuju dengan usulan pemerintah,
menempatkan dasar pada pasal tambahan, namun isi daripada DIM 25, itu bukan
Pendidikan Kepramukaan, tapi Kepramukaan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
itu. jadi kalau hanya pendidikan kepramukaan itu menyempitkan gitu loh.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, jadi Golkar menambahkan Kepramukaan ya, Kepramukaan, jadi
Pendidikannya tidak ada? Oke, jadi Golkar menambahkan setuju usulan pemerintah
tapi pendidikannya dihilangkan, jadi langsung Kepramukaan dan seterusnya.
Oke, lanjut ke PDIP, DIM 22, 23, 24.
F.PDIP (DRS. UTUT ADIANTO)
Karena patokan yang tadi disampaikan Pak Ketua bahwa dalam membentuk UU
adalah dasar dan azas, ya artinya kita ikut itu, artinya ikut pemerintah walaupun
pencerahan dari mba Reni tadi.... bahwa sebenarnya dasar sama azas mirip-mirip saja,
dan kalau nanti praktek di lapangan karena kita nggak berhubungan dengan kepolisian,
biasanya nggak ada apa-apanya, jadi saya rasa kali ini lebih menekankan taat azas,
berarti tambah dasar tadi. Adapun di Pasal 2 karena ini gabungan, ini kan beli satu
dapat tiga, jadi kita tahu rabatnya, rabatnya langsung gabungan, jadi Pendidikan
Kepramukaan berdasarkan Pancasila dan UU... bukan UUD 1945, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya, jadi memang penulisan resminya UUD NRI, lengkap, itu saya kira betul. Oke,
ini tambahan dari PDIP ya, jadi UUD NRI ya.
Oke, lanjut ke PKS, 22, 23, 24, 25, sorry ini ada 4 DIM, silakan!
45
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
PKS tetap dengan usulan DPR, dengan pertimbangan bahwa kalimat ini tepat
sekali usulan DPR Kepramukaan berazaskan Pancasila, tapi kalau pernyataannya
disini penyelenggaraan kepramukaan, maka bukan berazas, berdasarkan Pancasila.
Tapi kalau kepramukaan disini usulan kita adalah kepramukaan, maka berazasnya
Pancasila, karena kami tidak mengatakan disini penyelnggaraan, tapi kalau kalimat di
depannya ada penyelenggaraan kepramukaan, bukan berazaskan, tapi berdasarkan
Pancasila. Jadi kami tetap pada usulan DPR, disini kita maksud kepramukaannya
berazaskan Pancasila. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, jadi ini menarik ya, meskipun DIMnya belum kita bahas, tapi saya kira tidak
apa, agar kita lebih komprehensif, kait-mengkait. Silakan dari PAN!
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
Tetap setuju dengan usulan DPR, azas, fungsi, dan tujuan.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, PAN tetap pada posisi usulan dari DPR.
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
Apa 25 juga langsung Pak.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oh ya, ini satu paket, jadi karena ... sorry..sorry, 22, 23, 24, oh ya..ya, oke..oke
sorry, 22, 23, 24.. sorry..sorry.. lewat..lewat, sorry maaf..maaf. Oke 22, 23, 24, ini
kelewatan, oke ada kelewatan tadi oke. Oke jadi kita 22, 23, 24, karena nanti kita...
yang khusus nanti ada materi sendiri, yang 24 ini karena substansi, sorry, jadi tadi 22,
23, 24 hampir kelewatan, maaf tadi diralat ya, 22, 23, 24 ini satu paket, baru nanti kita
masuk substansi karena DIM 25 itu substansi sendiri, nanti kita ini.. beda. Oke, jadi
yang Pak Utut dan Pak Akbar memang nanti ada DIM sendiri, tadi kita tadi, tapi saya
kira sebagian masih tetap pada... lanjut PPP, 22, 23, 24.
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Tetap terhadap usulan inisiatif.
46
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, tetap usul inisiatif, jadi masih “azas”.
Oke, selamat datang Pak Herry Lontung, baru nyampe, kalau sudah on, boleh
juga langsung, sudah on ya, oke lanjut Pak Hery Lontung untuk DIM-DIM 22, 23, 24
silakan dari Hanura!
FP. HANURA (H. HERRY LONTUNG SIREGAR)
Ya pertama mohon maaf, karena kita juga ikut panja di ICW ya, jadi kita offline..(tdk
jelas) gimana, sebentar disana sebentar disini gitu, jadi kalau melihat ini prinsipnya ini
kan usulan dari kita, kita tetap kepada ini, azas, fungsi dan tujuan gitu.
Terima kasih Pimpinan.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke terima kasih.
Bapak Ibu sekalian, jadi sekali lagi tampaknya memang masih belum ada
kesepakatan untuk DIM 22, 23, 24 ya, jadi nanti barangkali ini nanti akan ada
elaborasi, karena memang barangkali juga mungkin kita minta nanti pemerintah juga
mempersiapkan untuk DIM-DIM ke depannya apa yang akan dibahas dirujuk undang-
undang yang lain bagaimana, nanti saya juga minta nanti mungkin ditampilkan seperti
tadi kita baca dan seterusnya, jadi saya kira kita akan lebih komprehensip. Nah ini
memang proses disini saya kira seperti ini, ya nanti tentu ada tahapannya, jadi biar kita
akan lanjut untuk yang belum disepakati, nanti ada mekanisme lobi dan seterusnya,
tidak ada masalah itu.
Terakhir kalau ada yang akan dijelaskan sebelum kita break, jadi tambahannya
kita tadi bersepakat jam 12 break ya satu jam, silakan pemerintah!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Barangkali sementara sudah cukup Bapak, kita.... ada tambahan silakan!
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Silakan dari pemerintah Pak Mansyur!
KEMENDIKNAS (MANSYUR RAMLI)
Terima kasih Pimpinan dan pemerintah.
47
Jadi ini bukan pendapat, tapi masuk kategori pencerahan sedikit gitu ya. Saya ingin
menggunakan metode kias gitu, jadi kita kan masih berbeda pandangan dasar, azas,
dan sebagainya menggunakan UU Nomor 10 juga seperti itu. nah coba kita kias, kita
melihat UU yang telah kita lahirkan, ya bersama di era yang telah apa... pembuatan UU
ini berdasarkan pada UU Nomor 10, gimana formatnya, disitu ada dasar, kalau ada
dasar apa substansinya, kalau ada azas apa substansinya. Sebab kalau UU Nomor 10
itu memang bisa ditafsirkan, ini kan penafsiran juga, kalau Pancasila itu sudah
merupakan sumber hukum, tidak perlu distulis lagi, misalnya seperti itu kan, ada
pandangan seperti itu atau memang harus ditulis. Nah supaya kita bisa memastikan itu
kita bisa menabba keyakinan kita atas tafsiran itu dengan kias, ya kita melihat UU yang
sudah kita lahirkan, misalnya kalau UU Sisdiknas nggak bisa, tahun 2003 belum lahir
itu, belum 2003, setelah 2004, misalnya UU yang terbit tahun 2008, 2009, atau 2010,
kita lihat disitu memang apa ada dasar, apa ada azas, kalau ada dasar apa isinya,
kalau ada azas apa isinya, itu. Terima kasih. Assalamu’alaikum wr. wb.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Wa’alaikumussalam wr. wrb.
Silakan... ini sebenarnya menarik, artinya begini, ada berapa UU saya kemarin
kita ada UU Kepemudaan yang setelah juga... ada UU Kepariwisataan juga Komisi X,
UU Perpustakaan, apalagi... Bendera, Lambang, Bahasa dans seterusnya, saya kira ini
bisa jadi referensi. Oke mungkin begini, jadi saya kira argumentasi pemerintah segera
sangat penting, jadi mungkin ditampilkan saja, UU ini misalnya kita river juga UU yang
sudah ada gitu, sehingga kita juga lebih enak, karena kalau mungkin penjelasannya
lisan, itu mungkin akan lebih kuat kalau ada audio visual gitu, visualnya ditampilkan ini
UU nya coba dibuka, ya nanti saya kira dikoordinasikan dengan tenaga ahli, UU yang
mau di insert, yang mau ditampilkan, disediakan, disiapkan, dimunculkan, kami merujuk
ini sudah spesifik, sehingga kita akan lebih produktif saya kira, ya jadi kalau memang
seperti itu UUD juga disiapkan, kalau perlu meriver UUD, UU lain dan sebagainya.
Oke Bapak Ibu Sekalian.
Jadi tambahannya kita sudah dua kali putaran, jadi belum ada kesepakatan, tapi
saya kira nanti sesi setelah break kita minta untuk lebih di siapkan dengan matang baik
dari pemerintah juga dari DPR, agar nanti kita bisa lebih efektif.
Bapak Ibu sekalian, kita sepakat untuk break, tadi kita sepakat . sekarang sudah jam
12 lebih 10 menit ya, betul ya, kita sepakat break satu jam, jadi jam 13 lewat 10 kita
akan masuk. Oke, mari kita ucapkan hamdallah untuk diskors.
Alhamdulillahhirrobil’alamin.
(Ketok Palu : 1 Kali )
48
Jam 13.10 kalau yang untuk ishoma berarti bisa berhubungan dengan panitia.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Marilah kita cabut skors dengan bacaan basmallah
Bismillahirrahmanirrahim.
(Ketok Palu 1 Kali)
Bapak Ibu sekalian, tadi saya kira pembahasan sudah cukup laju, laju artinya kita
sudah membahas beberapa DIM meskipun mungkin beberapa bagian belum
bersepakat. Dan saya kira mungkin yang sesi ini terus nanti ke depan hari ini
tampaknya akan banyak perkembangan dan persiapan kita mungkin lebih matang,
nanti mungkin dari fraksi maupun dari pemerintah, dan tadi ada yang berseloroh
bahkan nanti kalau sampai malam barangkali sudah selesai ini UU ini, alhamdulillah.
Bapak Ibu sekalian, tadi kita terakhir sampai DIM 24, DIM 24... tadi DIM 22, 23, 24 tadi
belum ada kesepakatan, kita akan lanjut pada DIM selanjutnya, tadi saya kira sudah
sebagaian disinggung, tapi saya kira kita akan langsung masuk, karena ini yang DIM 25
ini memang substansial jadi memang tidak kita gabung, saya kira biar khusus saja ini,
ada beberapa hal yang menyangkut masalah yang mendasar yang terkait juga dengan
DIM yang lain. Jadi selanjutnya kami persilakan kepada pemerintah untuk
menyampaikan DIM 25, karena ini ada tambahan substansi dari pemerintah,
dipersilakan!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Terima kasih Pak Ketua.
Jadi pada dasarnya mengenai DIM nomor 25 itu juga merupakan
keberkelanjutan, kelanjutan dari DIM nomor 24. Nah ini juga terkait dengan substansi
baru yang dinamakan dengan dasar dan sudah barang tentu seperti tadi sudah kami
kemukakan, bahwa pendidikan kepramukaan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
inilah alasan-alasan kami, namun demikian Bapak, mohon ijin melalui Bapak Pimpinan
saya akan memohon bantuan dari legal drafter untuk memberikan penjelasan yang
terkait dengan term yang kita pakai dasar tadi.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Maaf dengan ibu... Ibu Cholilah ya, dari Kemenkumham, oke silakan Bu, silakan
Bu Cholilah!
49
KEMENKUMHAM (IBU OLILAH)
Terima kasih Bapak Pimpinan yang kami hormati .
Berkaitan dengan usulan dari pemerintah dan tadi telah disampaikan oleh wakil
pemerintah, dan juga telah disampaikan bahwa di dalam usulan tambahan dari
pemerintah ini mengacu kepada UU tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan. Dalam hal ini perlu kami sampaikan, memang di pasal 2 dan pasal 3 serta
pasal 5 dan pasal 6 dari UU tersebut menyatakan bahwa Pancasila sebagai sumber
dari segala sumber hukum negara, dan berikutnya juga UUD tidaklah dimaksudkan
bahwa ini harus “plek” begitu dituangkan di dalam suatu UU, jadi tidak demikian,
maksudnya pasal ini dijadikan pegangan bagi perancang atau di dalam merancang
suatu peraturan perundang-undangan, tentunya suatu UU itu harus bersumber kepada
Pancasila, tidak boleh lari dari Pancasila. Begitu juga dengan UUD Negara Republik
Indonesia tahun 1945, tapi tidak serta merta dirumuskan seperti apa yang ada di UU
Nomor 10 ini. Jadi maksudnya dielaborasi, dikalimatkanlah, dalam artian yang tidak lari
dari ketentuan-ketentuan yang ada di UU nomor 10 ini.
Jadi demikian Pak yang dimaksudkan dengan Pasal 2, Pasal 3, begitu juga
Pasal 6, kan tidak mungkin dirumuskan UU berazaskan pengayoman, ide itu kan tidak
demikian halnya, tentunya dikalimatkanlah, jangan lari dari pakemnya ini. Beginilah
ketika kita membuat suatu rancangan undang-undang, suatu undang-undang,
janganlah lari dari Pasal 2, Pasal 3, 5 dan 6 mengenai azas pembentukan suatu
perundang-undangan. Kalau kita lihat disini juga kan Pasal 5 mengenai kejelasan
tujuan, kan tidak mungkin kita cantumkan apa namanya, UU ini berdasarkan kejelasan
tujuan, kan tidak demikian tentunya, sehingga untuk Pancasila dan UUD kebiasaannya
kita kalau tidak kita cantumkan didalam konsiderans mengingat, kita juga rumuskan
secara gamblang di dalam penjelasan umum, hal tersebut kita cantumkan untuk
menggambarkan bahwa memang suatu UU ini memang sudah tidak lari dari ketentuan
Pancasila dan juga tidak lari dari UUD 1945.
Disamping itu juga bisa kita lihat disini perlu saya sampaikan bahwa beberapa contoh
UU yang disahkan dan dibentuk sesudah berlakunya UU Nomor 10 itu, juga tidak
secara tegas dikatakan ada dasarnya, dasar UU itu Pancasila, cuman memang masih
ada yang mencantumkan azas dan tujuan, contohnya UU Tahun 2007 mengenai
Penataan Ruang, UU mengenai Penanaman Modal, UU mengenai Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Terkecil, dan juga UU mengenai energi, itu hanya
mencantumkan azas dan tujuan saja, jadi tidak ada dasar dicantumkan secara tegas-
tegas di dalam suatu UU. Sementara itu Pak penjelasan kami, terima kasih.
50
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Ini Pak, kebetulan masih ada beberapa contoh-contoh, mungkin bisa untuk kita
jadikan pertimbangan bersama dan kita jadikan solusi kesepakatan kita. Ini contoh-
contoh saja, ada dasar, fungsi dan tujuan. Misalnya di UU Keolahragaan, Keolahragaan
Nasional diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia
tahun 1945, ini juga merupakan rujukan kami juga sebagai bahan kenapa kami
mencantumkan dasar, ini salah satu contoh saja. Depdiknas berikutnya 2003... tapi
memang ini Pak, ini memang disini belum UU Nomor 10.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke terima kasih.
Coba tolong tadi ditampilkan lagi tadi, jadi saya kira menarik ya penjelasan dari
Ibu Cholilah tadi, ada beberapa UU tidak pakai dasar, jadi azas. Nah oke, nah
kemudian ada UU Sistem Keolahragaan tahun berapa? 2005, jadi pakai sebenarnya,
jadi UU Keolahragaan ini tahun 2005, artinya berlaku UU Nomor 10 tahun 2004, ini
dasar tidak pakai azas, nah ini memang tampaknya ini di masing-masing UU ini ada
keragaman, jadi rupanya UU pun ada kemajemukan juga ini. Nah ini yang saya kira
menarik ini untuk kita ini, jadi saya kira memang disini fungsi Baleg ini ya, kalau ada
Anggota Baleg barangkali sangat penting ya. Nah oke jadi ini dasar tanpa azas, yang
lain ada azas tanpa dasar, kan gitu ini maksudnya gitu, jadi ini saya kira tadi Bu
Cholilah UU Energi Bu ya, UU Energi, UU Penanaman Modal itu ada azas tanpa dasar,
ini ada dasar tanpa azas. Nah ini tampaknya pemerintah mengajukan usulan baru
“dasar”. Ini saya kira artinya biar kita sebelum nanti masuk ke pembahasan fraksi, saya
kira biar ada pembanding ya, jadi artinya kita lebih komprehensif lah tentang dasar dan
azas.
Silakan barangkali kalau ada tambahan dulu, sebelum kita putar, tambahan dari
pemerintah tampaknya ada temuan baru ini Bu Cholilah melihat... silakan kalau ada hal
yang ingin disampaikan, ke Pak Drajat atau Bu Cholilah, Bu Cholilah silakan!
KEMENKUMHAM (IBU OLILAH)
Saya sampaikan juga bahwa di lampiran di dalam UU Nomor 10 ini, disini
dikatakan di dalam hal-hal yang bersifat umum bagi pasal-pasal berikutnya antara lain
ketentuan yang mencerminkan azas, maksud, dan tujuan.
Jadi memang ada juga Pak, beberapa UU yang tidak mencantumkan lagi azas, tujuan
tidak mencantumkan lagi, ada juga yang demikian, hanya menurut Kementerian Hukum
dan HAM azas tujuan dari suatu UU itu ya ini yang tercantum di dalam UU Nomor 10,
jangan lari dari UU Nomor 10 tetapi tidak harus dicantumkan secara jelas-jelas seperti
51
apa yang diatur dirumuskan di dalam pasal-pasal di dalam UU nomor 10, tentunya kita
sesuaikan, tidak “plek” dipindahkan begitu saja.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya oke, saya kira ini penting ya bagi kita, karena ini kita selalu akan masuk ke
wilayah dua ini, apapun Uunya demi ke depan ini saya kira sangat penting pengayaan
kita, kita buka UU lain, kita buka rujukan dan terus, saya kira ini bagus.
Oke saya kira kita akan putar, nanti silakan barangkali kalau ada yang ingin
memberikan beberapa argumentasi tambahan tentang itu. Kami persilakan yang
pertama Demokrat untuk DIM 25!
F.PD (THERESIA EE. PARDEDE, S.Sos)
Terima kasih Pimpinan.
Dan terima kasih tentunya kepada Ibu Cholilah atas pengayaannya.
Kami kira aadlah hal yang paling mendasar sebenarnya adalah kondisi Pancasila
dan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 itu sendiri. Kita sendiri saat ini mulai,
mulai mungkin lupa malahan Pak, jadi makanya saya pikir ada sosialisasi UU yang
sudah diamandemen, ini sebabnya barangkali itu yang menyebabkan mengapa kami
pikir disini tetap saja perlu dicantumkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia
1945 untuk memastikan bahwa kita tidak keluar dari koridor itu dalam membuat segala
bentuk peraturan perundang-undangan di bawah itu.
Mungkin itu Pimpinan, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, jadi prinsipnya Demokrat saya kira tidak masalah ini tentang itu.
Selanjutnya dari Golkar, silakan, DIM 25.
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
Terima kasih.
Sebagaimana tadi sudah kami sampaikan bahwa pada dasarnya kami tidak
langsung menolak, tapi minta penjelasan tadi. Nah kenapa kami dari DPR itu Bab II itu
karena saya berangkat dari Bab II dulu karena nanti kan dari DIM 22 dulu karena
kaitannya nanti dengan 25 ini. Nah kan disini dikatakan, tadi kata Ibu bahwa tidak
semua UU itu sama, ada yang azas saja, ada yang azas dan dasar, ada yang dasar
saja. Nah jadi artinya itu bisa fleksibel ya, nah yang dimaksud dengan Bab II ini tentu
azas, fungsi dan tujuan. Yang dimaksud tentu azas apa, azas UU itu, kan begitu, fungsi
apa, fungsi UU itu, kan begitu kan ya, dan tujuannya tujuan dari mana, tujuan dari UU.
52
Jadi baik dari pemerintah dasar, azas, fungsi dan tujuan maupun dari kami azas, fungsi
dan tujuan, itu mengenai azas apa, fungsi apa, yaitu fungsi UU ini, ya kan begitu.
Sedangkan judulnya sendiri itu kan kita masih belum ada kesepahaman. Kalau judulnya
gerakan, maka tentu yang dimaksud azas dari gerakan Pramuka itu apa,kan begitu.
Kalau dari kami azas dari Kepramukaan itu apa.nah oleh karena itu kami konsisten
sebetulnya pada bagian ke satu di bawah, yaitu langsung azas, karena memang azas,
namun kami tidak serta merta menolak ada istilah dasar, karena ternyata tadi
dibenarkan oleh Ibu ahli hukum itu bahwa tidak mutlak harus seperti itu, tidak mutlak
harus seperti ini. Nah untuk itu maka untuk DIM 25, untuk itu kami bersepakat berdua
Pasal 2 nya itu jadi ya ada dua alternatif, kita hilangkan pendidikannya itu, karena
memang yang dimaksudkan itu adalah kepramukaannya, jadi kalau kepramukaan, jadi
bukan.... kepramukaannya kalau mau pakai pendidikan kepramukaan yaitu menurut
saya tidak perlu dengan hanya... artinya cukup dengan berdasarkan UUD NRI 1945.
Jadi di Pasal 2 ini dari pemerintah kan maksudnya pendidikannya kan? Disini yang
dimaksudkan pendidikannya kan? Bukan UU nya kan? Yang dimaksud berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 ini kan pendidikannya kan, yang dimaksudkan, bukan
judulnya, bukan gerakannya? Betul bukan gerakannya. Nah sedangkan yang kita lihat
Bab II di atas, dasar, azas, fungsi dan tujuan. Dasarnya kan yang dimaksud kan dasar
dari UU nya, jadi ini sudah melenceng kalau menurut Tje Popong, yang dimaksudkan
dasarnya itu kan dasar dari UU nya, tapi pada Pasal 2 ini, DIM 25 ini jadi pendidikan
kepramukaannya, mana yang benar yang dimaksud, apakah gerkannya, judulnya yang
berdasarkan Pancasila dan UUD itu atau pendidikannya? Nah itu justru harus dijawab,
makanya kalau judul berarti kudu Gerakan Pramuka atuh ya kan, Gerakan Pramuka
berdasarkan Pancasila dan sebagainya, tapi ini langsung karena pendidikannya.
Padahal yang dimaksud bagian ke 1 adalah dasar, pasti dasar dari judul. Nah itu tolong
jelaskan dulu sama saya, kalau sudah jelas baru saya kasih sikap. Terima kasih Pak.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke mantap.
Jadi tampaknya Bu Popong masih perlu ada penjelasan penegasan, memang
saya kira penting ini, dasar, azas ini apakah dari bahasa atau dari segi aspek yuridis, ini
saya kira pengertian penting ini karena menyangkut pengaturan prinsip di Undang-
undang. Selanjutnya PDIP, silakan!
F.PDIP (DRS. UTUT ADIANTO)
Kita mungkin antara dasar, azas ini makin nambah bingung, walaupun isinya
nanti praktek di lapangan orang juga nggak musingin. Tetapi kalau kita lihat pendidikan
kerpamukaan, pendidikan itu kan bagian dari gerakan Pramuka yang ingin kita
53
jalankan, disitu ada pendidikan, ada tepok-tepok tangan, ada baris – berbaris. Jadi kami
menyarankan, Gerakan Pramuka berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, ini PDIP konkrit, ususlan baru redaksi Gerakan Pramuka. Jaid sinkron
dengan pendapat DIM sebelumnya.
Oke lanjut PKS!
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
Ya PKS insya Allah sama dengan inisiatif DPR, dimana yang diangkat disini
adalah kita memakai azas karena yang kita maksud disini adalah lembaga, jadi
kepramukaannya itu yang ada di judul. Jadi kalau lembaga itu azas, tapi kalau sudah
berbentuk aktif bergerak itu “berdasarkan”. Jadi mislanya penyelenggaraan
kepramukaan itu “berdasarkan”, tapi kalau lembaganya, dimana-mana lembaga itu
“azas” gitu, azas tunggal kita pakai, bisa azas Islam, bisa azas Pancasila, karena yang
kita maksud adalah lembaga kepramukaannya maka kami berazaskan Pancasila,
karena bukan penyelenggaraan... iya, tapi kalau disini penyelenggaraan kepramukaan,
maka berdasarkan Pancasila. Saya pikir kembali kepada inisiatif DPR. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Jadi PKS tidak setuju dengan dasar ini, begitu ya, jadi kembali ke azas, oke.
Oke silakan ke PAN!
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
Kalau dari PAN sependapat dengan PKS, Cuma redaksionalnya dikurangi
pendidikannya, menjadi Kepramukaan berazaskan Pancasila dan UUD Negara
Republik Indonesia tahun 1945.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, ini kan ada dasar ya, kan nanti ada azas, artinya di DIM 25 ini setuju
dengan adanya tambahan DIM ini, berdasarkan.
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
Tidak setuju.
54
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Tidak setuju ya, tidak setuju dengan DIM tambahan, oke dari PAN. Lanjut ke
PPP!
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Ya terima kasih.
Yang pertama saya ingin kembali menyampaikan bahwa di dalam perdebatan
dulu yang dikawal oleh teman-teman Baleg, itu ini kan diperdebatkan, boleh dasar
boleh azas, tapi harus pilih salah satu. Tetapi dasar me.... azas itu jauh lebih.. lebih
tinggi, lebih hakiki gitu, lebih filosofi gitu ketimbang penggunaan istilah dasar, tetapi itu
tetap di dalam perumusan UU boleh dipergunakan salah satu, boleh azas, boleh dasar.
Hanya saya melihat karena apa, kenapa Pancasila, saya tetap mengusulkan seperti ini,
kemudian tidak dicantumkan Undang-undang Dasar. Ini kan landasan ideal, landasan
ideal itu adalah Pancasila, UUD itu bagian dari bagian dari Pancasila. Jadi landasan
operasional kalau jaman Pak Soeharto dulu landasan operasional itu baru UUD 1945.
Jadi landasan idealnya sesungguhnya kristalisasi dari berbangsa dan bernegara ini
Pancasila gitu. Oleh karena itu, saya merasa cukup bahwa azas ini cukup azas....
Kepramukaan berazaskan Pancasila.
Jadi satu tahap kepada usulan inisiatif DPR dan mungkin hanya penajaman saja,
kita ingat dulu Pak Hakam bahwa ini sudah perdebatan juga dengan teman-teman di
Baleg yang notabene mereka lebih well a inform dengan apa, perundang-undangan.
Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih Bu Reni, jadi PPP tetap pada posisi usulan DPR, tidak setuju
dengan ususlan tambahan dari pemerintah. Saya kira penting saya kira pemerintah
mungkin beberapa pendapat atau keberatan atau mungkin tadi dari Golkar minta
penjelasan argumentasi saya kira.
Pak Mahyuddin ada yang ditambahkan, silakan!
F.PD (PROF. DR. H. MAHYUDDIN NS, SP.OG (K))
Terima kasih Pak.
Jadi sebelum pemerintah, jadi masukan dari saya ya, sesuai dengan... bukan
karena simpatisannya Bu Reni gitu, jadi sesuai dengan Reni, saya setuju kalau itu kan
tidak dibedakan dasar atau azas, kalau azas, azas, kalau dasar, dasar. Saya seperti
misalnya dari pembentukan partai politik saja misalnya, itu kan berazaskan, partai
55
politik itu 15 berazaskan Pancasila, 6 berazaskan Islam, yang 3 berazaskan marhaen,
jadi azas disitu.
Nah kemudian saya lihat berhubungan dengan DIM ini 28, jadi yang terkait
kepramukaan berazaskan Pancasila sudah betul, jadi yang dimasukkan azas lagi
ditambah dengan kemandirian dan nonpartisipan, nah itu bukan azas, itu sifat, sifat dari
kepramukaan, organisasi ini. Itu masukan saya untuk menjadi pikiran, jadi jangan
sampai nanti kita... kok ada dasar, ada azas, tapi kebanyakan itu 80% itu pakai azas
itu, baik dalam UU maupun di dalam organisasi politik. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih Pak Mahyuddin. Pak Mahyuddin sampai hafal partai politik yang
azasnya Pancasila, Islam... karena pernah jadi Gubernur dulu...(tertawa bersama).
Oke, jadi Bapak Ibu sekalian, saya kira tadi banyak saya kira beberapa catatan, ini
sangat penting, jadi saya kira memang harus clear ini ya, dasar itu bagaimana, azas itu
bagaimana, dan kemudian urgensi kepentingan apa adanya dasar dan azas di dalam
segi bahasa maupun perundang-undangan. Silakan Pemerintah!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Baik terima kasih.
Pertama-tama ijinkan saya untuk menyampaikan apresiasi yang mendalam pada
Tje Popong, Pak Akbar, dan juga tadi dari Pak Utut, ternyata ini sudah mencerahkan
kita semua. Dari Tje Popong terima kasih banyak, memang kalau kita berbicara tentang
dasar ini dasar untuk siapa, atau dasar dari apa, sudah barang tentu dasar dari UU, dari
UU yang kita buat itu sendiri. Jadi itulah sebabnya memang kadang-kadang manusia
suka-suka khilaf gitu, khilaf itu sebagian dari kehidupan manusia, didahului permohonan
maaf sebesar-besarnya kalau itu sebuah kekhilafan, tapi kami kan tidak mau terus
salah gitu, lebih baik meminta maaf dan kembali di jalan yang benar gitu.
Jadi dari analog dengan hal ini, kalau itu menggunakan dasar yang sesuai
dengan judul UU ini yang diusulkan oleh pemerintah adalah Gerakan Pramuka, jadi
kembali ke azas gitu, jadi mohon maaf kalau memang kita kan dibelajarkan lagi ini, jadi
di awali permohonan maaf dan terima kasih. Juga kepada Pak Utut dan Akbar, tadi
sudah jelas betul, jadi kalau memang ini berpegang pada UU ini dasarnya apa, maka
karena namanya itu adalah gerakan Pramuka, ya kita kembali kesana. Jadi terima kasih
banyak, inilah sebabnya yang menjadi motivasi kami kenapa menggunakan dasar,
tetapi tadi sudah diklarifikasi oleh Pak Utut sangat bagus sekali, ya memang kami
menyampaikan bahwa kenapa disini kok tiba-tiba Pendidikan Kepramukaan, karena
Pendidikan Kepramukaan disini adalah merupakan salah satu, bukan salah satu,
merupakan esensi dari Gerakan Kepramukaan. Itu saja Pak, terima kasih banyak Pak.
56
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, sekarang posisi pemerintah bagaimana Pak, apakah ada perubahan
redaksional, mungkin nanti kita catat soalnya kalau pemerintah memang ada usulan
perubahan redaksional, hanya tadi apakah kemudian perubahan tadi usulan awal ini.
Silakan mungkin nanti kami catat, dibacakan kalau ada usulan perubahan.
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Jadi seperti yang tadi diingatkan oleh Tje Popong dan juga oleh Pak Utut, jadi
kami kalau menggunakan dasar yang dari asal kami memang Gerakan Kepramukaan
berdasarkan Pancasila dan UUD Negara republik Indonesia tahun 1945.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, jadi pemerintah merubah usulannya DIM 25 menjadi Gerakan Pramuka
berazaskan Pancasila dan UUD Negara republik Indonesia tahun 1945.
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Berdasarkan.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oh sorry, berdasarkan, oke jadi Gerakan Pramuka berdasarkan Pancasila dan
UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, begitu kali, begitu ya, sama persis
dengan AD ART PDI katanya..(tertawa bersama).
Oke, jadi Bapak Ibu sekalian, ini tampaknya putaran kedua ini menjadi
menanggapi usulan dari pemerintah, karena pemerintah melakukan perubahan usulan
redaksional terhadap DIM yang sudah diajukan ini.
Oke, kami berikan kesempatan pertama pada Demokrat untuk menanggapi DIM
perubahan pemerintah, redaksi yang terakhir tadi dibacakan, silakan!
F.PD (THERESIA EE. PARDEDE, S.Sos)
Prinsipnya memang seperti tadi sudah dikemukakan Pimpinan, bahwa memang
karena dari awal juga Fraksi Demokrat konsisten bahwa ini adalah UU tentang Gerakan
Pramuka, otomatis substansi dasar yang tadi dimaksudkan adalah Gerakan Pramuka.
Jadi kami sepaham dengan pemerintah.
Terima kasih.
57
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, Demokrat sepaham, sepaham dan setuju. Oke, selanjutnya Golkar!
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
Terima kasih. Karena sekarang sudah jelas, jadi kita sudah sepemikiran bahwa
yang dimaksud dasar, azas itu adalah judul UU. Dengan demikian tentu gampang
sekali bagi kami yaitu bahwa kami pun konsen yaitu Kepramukaan. Tapi karena di
dalam DIM 28, itu kami sudah jelas-jelas Pak Ketua, punten saya karena itu nanti
kaitannya DIM 28 itu sudah jelas, usulan dari DPR Kepramukaan berazaskan
Pancasila. Nah jadi tinggal sekarang kita berundingnya itu urutannya saja. Kami
berpendapat, azas itu lebih tinggi kedudukannya dari dasar, karena memang azas itu
filosofi. Jadi usul dari kami yaitu Kepramukaan berazaskan Pancasila, kemudian baru
dasar kalau mau ditambah dasar itu, atau satu kalimat dalam satu DIM Berazaskan
Pancasila dan berdasarkan UUD .... itu bisa satu kalimat, atau kita menghargai
pemerintah bisa, Cuma urutannya dibalik, azas hela baru kepada dasar, azasnya
Pancasila, istilahnya Kepramukaan, konsen. Kemudian kalau mau dijadikan dua berarti
Kepramukaan berdasarkan UUD dan sebagainya. Itu sebetulnya sama saja, apakah
mau disatukan rent ya, berazaskan dan berdasarkan di satu kalimat, jadi satu ayat, atau
mau dibagi dua ayat, itu hanya teknis saja, tidak masalah.
Kemudian yang DIM 28 itu kan yang dari pemerintah, azas dalam
penyelenggaraan adalah Ketuhanan Yang Maha.... itu adalah azas dalam
penyelenggaraannya, bukan azas UU, kalau azas UU jelas itu harus Pancasila, nggak
bisa yang lain, tapi kalau azas penyelenggaraan, oh itu silakan saja nanti kita bicarakan
lagi, azas penyelenggaraan pendidikan maksudnya tentu, ya itu ada Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kebangsaan, Keadilan, itu bukan.... memang bukan
Pancasila ini, karena maksudnya adalah azas dari pendidikannya itu, nah itu kami tidak
keberatan, tapi kami yang keberatan adalah... eh yang kami pertahankan adalah
Kepramukaan berazaskan Pancasila. Terima kasih Pimpinan.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih.
Jadi Golkar posisi terhadap “dasar” ini apakah setuju?
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
Kami setuju saja, tapi pertama Gerakannya...Gerakan Pramukanya tidak,
Kepramukaan... nah Kepramukaan berazaskan Pancasil, jadi Pancasilanya di ke atas
dulu, baru dasarnya di bawah, kalau mau disatukan berarti Kepramukaan berazaskan
58
Pancasila dan berdasarkan UUD NRI 1945. Jadi kesimpulannya kami menerima
tambahan dengan “dasar” itu, tapi yang dijadikan dasar itu adalah UUDnya, begitu.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya oke, saya kira tadi dari Golkar substansinya adalah jadi azas itu Pancasila,
dasar itu UUD NRI 1945 begitu kan Bu Popong ya, oke jadi pointnya itu. Oke, ini saya
kira penting, jadi ini nanti substansinya adalah Golkar setuju kepada Kepramukaan
berdasarkan UUD 1945, berazaskan... atau dibalik, dibalik, Pancasila azas dulu, oke...
oke terima kasih. Selanjutnya dari PDIP, DIM 25.
F.PDIP (DRS. UTUT ADIANTO)
Tetap (suara kesil).
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
masih tetap sama gerakan Pramuka tadi? Ya oke. Selanjutnya dari PKS!
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
Tetap sama dengan usulan DPR, Kepramukaan berazaskan Pancasila. Saya
pikir landasan idiil itu cukup sudah untuk menjadi landasan undang-undang. Terima
kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih. Tetap. PAN!
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
Sama dengan DPR.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Sama dengan DPR. PPP!
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Sama. Pimpinan, saya hanya mengingatkan ini perdebatan akhirnya kita masuk
ke dalam dua ranah, termasuk ke dalam dua rel gitu, pemahamannya akhirnya susah
menciut. Pemahaman yang satu pemahaman tetap di dalam rel Kepramukaan atau
Gerakan Pramuka, sesungguhnya ini memiliki makna yang berbeda gitu, dan
berimplikasi juga terhadap pengistilahan kayak Tje Popong tadi, jadi mana ... (tidak
jelas) Tje Popong gitu. Jadi ketika ini Kepramukaan itu memiliki makna yang berbeda
59
dengan istilah Gerakan Pramuka gitu, dari pendekatan linguistik gitu, itu satu. Akhirnya
lari juga kepada penggunaan azas dan dasar, mungkin hanya pengayaan saja. At least
bahwa PPP tetap konsisten dengan rumusan dari inisiatif DPR. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih. Tampaknya tidak banyak pergeseran, jadi artinya memang ada
yang setuju tadi dari Demokrat dan PDIP setuju usulan pemerintah Gerakan Pramuka
berdasarkan Pancassila UU NRI 1945, dan yang lain Golkar saya kira ada variant
sedikit Golkar tapi pada posisi kepramukaan berdasarkan ya, sorry... berazaskan
Pancasila dan UU NRI 1945. Sementara PKS, PAN, dan PPP itu pada DIM
pemerintah... sorry DIM DPR, jadi artinya tidak setuju usulan tambahan dari
pemerintah.
Oke, ini sekarang posisi yang ada pada pembahhhasan DIM 25, nah ini kami
persilakan pemerintah sekali lagi membeikan tanggapan pada putaran kedua ini Pak,
silakan, belum diketok!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Baik Bapak Pimpinan.
Tanpa mengurangi rasa hormat kami pada bapak-bapak dan ibu-ibu dari Panja
DPR dari Golkar, PKS, PAN dan dari PPP, mungkin nanti kita bisa cari solusi yang
terbaik dan itu ada mekanismenya dan yang pasti kami tetap berpegang bahwa tadi
juga sudah diingatkan oleh tje Popong bahwa dasar ini adalah kepada Uunya, maka
kami adalah maksudnya adalah gerakan Pramuka begitu, jadi mungkin nanti kita bisa
menempuh mekanisme yang lain dan itu lazim di dalam penyusunan UU, jadi nanti
kalaupun belum ada kata ada sepakat, barangkali ini masuk di dalam kategori pending
barangkali pak. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih Pak Sudrajat dari Panja Pemerintah, tampaknya untuk DIM 25 ini
belum bersepakat tadi saya kira apa, posisi masing-masing fraksi sudah saya berikan
kembaran, jadi kita belum bersepakat ya untuk DIM 25.
(Ketok Palu 1 Kali)
Oke belum.
Nah Bapak Ibu sekalian, ini ada tiga DIM yang saling terkait ya, jadi ini sekaligus
satu tarikan nafas ini, 26, 27, dan 28. Ini kita minta pemerintah nanti menyampaikan
60
argumentasinya untuk DIM 26, 27, 28 dan sekali lagi ini masih juga terkait dengan
diskusi tadi, jadi barangkali ini bisa memperkaya dan nanti bisa menjadi salah satu pintu
masuk untuk kita untuk memecahkan permasalahan yang ada. Dipersilakan untuk DIM
26, 27, dan 28, silakan pemerintah!
Saya bacakan untuk DIM dari DPR, yang Bagian ke-1 azas, kemudian DIM 26, DIM 27
Pasal 2, dan DIM 28 Kepramukaan berazaskan Pancasila, ini DIM dari DPR, kami
persilakan untuk DIM Pemerintah!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Terima kasih Bapak Pimpinan.
Bahwa sebetulnya DIM 26, 27, 28 merupakan DIM yang tidak bisa terpisahkan
antara satu dengan yang lain pada DIM nomor 25, namun sebagai bahan pencerahan
kita saja, seyogyanya nanti kalau kita mencantumkan azas, itu kan tadi kita sudah jelas
azasnya dari bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian Pancasila. Tetapi kalau nanti pada
tataran operasional seperti yang kami cantumkan pada DIM nomor 28, ini saya kira
bisa-bisa saja dan mungkin seperti tje Popong juga sudah mengetakan ini, tetapi
mungkin nanti kalau ada pengayaan ini, mohon mari kita melihat di Pasal 6 UU Nomor
10 Tahun 2004, ini juga bisa menjadi bahan pertimbangan kita untuk melakukan
pengayaan atau untuk mengkroscek apakah betul yang disini sudah memenuhi UU ini.
Rasa-rasanya menurut hemat kami apa yang kami diskripsikan disini tidak
bertentangan dengan apa yang dicantumkan, apa yang diatur di dalam Pasal 6 ayat (1)
UU Nomor 10 Tahun 2004. Terima kasih Bapak Ketua.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih Pak Drajat.
Jadi tampaknya pemerintah mengacu melihat tadi UU Nomor 10 Tahun 2004
tentang pembuatan peraturan perundang-undangan, dan tadi memang ini diskusi
masalah azas ini, azas lembaga, azas undang-undang atau azas penyelenggaraan, ini
pemerintah mengambil posisi azas penyelenggaraan. Jadi ini saya kira gambaran awal
sebelum saya kira sata beri kesempatan kepada masing-masing fraksi untuk
berpendapat sekaligus 3 DIM 26, 27, dan 28.
Kami berikan kesempatan pertama pada Demokrat untuk 3 DIM sekaligus!
F.PD (THERESIA EE. PARDEDE, S.Sos)
Ya terima kasih Pimpinan.
Tadi kami ingin memperkuat lagi bahwa disini peraturan perundang-undangan
yang kita bahas menurut perspektif fraksi kami adalah tentang gerakan Pramuka,
61
dimana tadi sudah disampaikan juga diDIM sebelumnya, kami sepaham bahwa gerakan
Pramuka adalah berdasarkan Pancasila dan UU NRI Tahun 1945. Kami juga sepaham
dengan konsep yang tadi disampaikan juga di fraksi PDI Perjuangan bahwa di dalam
gerakan Pramuka itu terdapat pendidikan Kepramukaan dimana azas dari
penyelenggaraan pndidikan Kepramukaan adalah hal-hal yang seyogyanya kita
referensikan juga dari undang-undang leg specialist tentang pembentukan peraturan
perundang-undangan dari Pasal 5, 6 UU Nomor 10 Tahun 2004. Jadi kurang lebihnya
seperti itu Pimpinan, mungkin koreksi kami hanya di point 28 ini bukan tentang
kepramukaannya tetapi tentang pendidikannya, ya seperti itu, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, dari Demokrat , mengusulkan sedikit perubahan dari pemerintah tentang
penyelenggaraan pendidikan, atau penyelenggaraan dihilangkan, pendidikan saja, oke
jadi azas dalam pendidikan kepramukaan, oke dari Demokrat.
Selanjutnya dari Golkar untuk DIM 26, 27, 28!
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
Terima kasih.
Sebagaimana tadi sudah saya katakan “azas”, jadi tadi berapa teh 25... 25, 26...
DIM nya teh 26, 27, 28 kan, 26 azas ya tetap Pancasila itu kami, Kepramukaan
berazaskan Pancasila gitu Pak. Nah kalau toh mau ditambahkan dasar, maka itu
didalam pendidikan kerpamukaan berdasarkan UUD 1945 kalau itu mau ditambahkan,
karena dari kami itu kan azas, fungsi, dan tujuan. Nanti fungsi... tapi karena ada usul
dari pemerintah untuk menambahkan dasar, kami bisa mengakomodasi itu, cuman
yang menjadi dasar itu adalah UUD 1945, karena azasnya sudah jelas ini dari kami itu,
Kepramukaan berazaskan Pancasila, begitu... jelas..jelas karena itu kita belum
berbicara tentang fungsi kan, kita baru berbicara tentang azas yang pemerintah
mengusulkan ada tambahan dasar kan begtiu. Nah kami bisa mengakomodasi akan
tetapi azas dulu baru dasar, kalau pemerintah kan di balik, dasar dulu baru azas,
karena yang dimaksud azas oleh pemerintah bukan azas judul, tapi azas pendidikan
atau penyelenggaraan Kepramukaan. Nah sekarang tinggal pemerintah, apakah mau
untuk judul azas ini, kalau untuk judul ya harus Pancasila mau tidak mau, atuh bisa
dipecat nanti kita, begitu. Mangga terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terus terhadap usulan DIM pemerintah Bu Popong, DIM 28?
62
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
Kalau azas ini kalau dimasukkan dan itu sebagai bukan gerakan Pramukanya,
azas pendidikan kepramukaan boleh yang ini, azas pendidikan, tapi... jadi
Kepramukaan berazaskan Pancasila.... gitu, itu dari kami ya. Kemudian kalau mau
menambahkan dasar, Kepramukaan berdasarkan UUD 1945. Kemudian ayat lain
kalau... (SUARA KECIL)
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Halo..halonya Bu Popong, halo..halonya direkam halo..halo.
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
Eh ini kepencet merena nyeri mah nah..... kalau ingin azas dari pemerintah itu
dimasukkan, pertama istilah azasnya jangan dipakai, karena nanti jadi lier, azasnya
untuk Pancasila atau.... baik kalau saya usulkan, sok atuh jadi landasan saja, landasan
pendidikan kepramukaan adalah nananananannna.. ini 7 sudah bagus sekali, karena
saya seorang pandu jadi saya tahu ini sudah benar yang 7 ini, ya tapi jangan dibilang
azas nanti pabeuleuit dengan azas Pancasila itu begitu. Nah apakah dengan landasan,
jangan juga menggunakan dasar, karena kalau menggunakan dasar pabeuleuit lagi
dengan undang-undang dasar 1945. Jadi konkritnya pak ketua, untuk dim 28 ini kami
bisa menerima dengan syarat 28 tetap yang kepramukaan berazasakan Pancasila itu
malah sudah diatas dari lami itu, iyakan. Nah untuk mengakomodasi yang 7 itu karena
ini memang bagus tah, pertama jangan menggunakan istilah azas, karena nanti akan
pabeuleuit bahasa sundana mah dengan azas Pancasila. Jangan juga menggunakan
dasar, karena kalau menggunakan dasar nanti dengan Undang Undang Dasar 1945,
kalau tetap ini akan dimaksudkan dan saya rasa ini bagus, gunakanlah istilah lain,
landasan misalnya dalam pendidikan kepramukaan, bukan landasan kepramukaan
sebagai judul bukan, dan juga bukan landasan gerakan pramuka bukan tapi landasan
pendidikan kepramukaan, karena tadi kata bapak, dari pemerintah bahwa esensi dari isi
undang-undang ini yang terpenting adalah pendidikan. Terima kasih pimpinan.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih bu popong, jadi dari Golkar mengusulkan perubahan landasan, ini
landasan terbang apa landasan aneh, ini landasan jadi ada azas, dasar dan landasan,
setuju ya pak. Oke terima kasih, selamat datang pak Herry dengan tampilan baru. Oke
selanjutnya dari PDIP.
63
F.PDIP (PUTI GUNTUR SOEKARNO, S.IP)
Terima kasih Pimpinan.
Yang pertama kalau kami berpendapat bahwa mengenai azas dan dasar itu
adalah sama, punya pemahaman yang sama. Di dalam DIM 25 sudah disepakati
bahwa PDI Perjuangan itu redaksionalnya adalah Gerakan Pramuka dan UUD NRI
tahun 1945. Kemudian ini DIM 26, 27, 28 untuk ini kami mempunyai keterkaitan dengan
DIM 25, sehingga menurut kami di DIM 28 ini azas dalam penyelenggaraan dan
seterusnya itu tidak perlu lagi, karena pemahaman kami adalah azas ya azas dan dasar
itu sama. Kita sudah mengatakan disini bahwa Gerakan Pramuka berdasarkan atau
berazaskan itu masih dalam apa namanya bisa juga pada berazaskan pada Pancasila
dan UUD.......
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
… PDIP.
Selanjutnya PKS!
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
Ya PKS tetap dengan usulan DPR yang DIM 26 Bagian ke I Azas, DIM 27 Pasal
2, DIM 28 Kepramukaan berazaskan Pancasila. Nah sedikit masukan untuk
pemerintah, ketika pemerintah sudah merubah, prinsipnya adalah Gerakan Pramuka
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, maka saya pikir memang di Pasal 3 ini azas ini
sudah otomatis hilang, karena sudah mengambil gerakan Pramuka tadi, karena kita
ambil judul disini.
Yang kedua, kalau pemerintah mengatakan disini azas dalam penyelenggaraan
kepramukaan, maka ini akan berbenturan lagi dengan usulan pemerintah di DIM 15
tentang Pendidikan Kepramukaan. Ini kan dulu perdebatannya antara penyelenggaraan
dan pendidikan, ya itu saya pikir perlu di ini Pak, dari pemerintah ini, ada konsistensi ini.
Jadi penyelenggaraan ini masih dipakai oleh pemerintah, penyelenggaraan
kepramukaan, tapi DIM yanag 15 sebelumnya itu tidak dipakai itu, lebih kepada
pendidikan kepramukaan. Nah ini saya pikir perlu di inilah, dipertimbangkan oleh
pemerintah disini, azas dalam penyelenggaraan. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya terima kasih, PKS pada posisi DIM DPR, tadi memberikan catatan terhadap
DIM sebelumnya atau konsistensi dengan DIM yang lain. Selanjutnya dari PAN!
64
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
Tetap sama DPR, tidak..... apalagi azas dari pemerintah ini kan 7 point ini
bagian dari Pancasila semuanya, itu saja. Jadi oleh karenanya tetap, dari 26 sampai 28
tetap dengan DPR.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke PAN tetap DPR. Selanjutnya PPP!
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Ya tetap, dan saya kira apa yang diperdebatkan tadi mengenai kependidikan
kepramukaan, dasar pendidikan kepramukaan, sebetulnya di DIM berikutnya dengan
harmonis terjadi bersamaan antara pemerintah dan DPR di dalam Bab III mengenai
Pendidikan Kepramukaan. Setiap yang diperdebatkan kita ...(tidak jelas suara cepat) itu
semua di dalamnya sudah tercantum mengenai pendidikan kepramukaan, disitu ada
landasan pendidikan kepramukaan, kemudian dasar kepramukaan, prinsip dasar gitu,
saya kira seperti itu.
Dan kemudian di pasal usulan pemerintah yang DIM 28 ini sesungguhnya mana
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan itu bagian dari pemaknaan Pancasila itu sendiri
begitu. Jadi menurut saya mubazir gitu, dan tidak memiliki signifikan apa-apa dari
perspektif perundang-undangan gitu, kalau menurut saya. Jadi lebih baik kita.... saya
tidak tahu sampai sejauh mana ini harus diselesaikan, karena lagi-lagi tadi ketika judul
itu belum diperoleh, maka saja terjadi multi interpretasi terhadap setiap kalimat yang
tercantum di pasal-pasal di dalam DIM ini gitu menurut saya.
Demikian Pak Ketua, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya terima kasih. Jadi memang ini DIM ke depannya akan terkait, jadi misalnya
pada DIM ini sekedar over views, sekedar melihat lebih besar tentang pemerintah
mengajukan tentang landasan, itu tadi yang dari Golkar usulkan, di DIM 36 itu loh,
usulan pemerintah : Landasan Pendidikan Kepramukaan, misalnya ini disini sudah
mulai pemerintah memberikan beberapa tambahan usulan, terus juga tentu akan
terkait nanti tetap prinsip dasar kepramukaan dan sebagainya. Jadi ini memang
tampaknya ada disini di prinsip dasar ada dasar atau landasan pendidikan
kepramukaan dan seterusnya, ini pada DIM-DIM selanjutnya, tapi saya kira memang ini
tentu saja betul-betul... tadi betul Pak Akbar mengingatkan agar konsistensi dari DIM ke
DIM, peristilahan ini memang betul-betul... karena kalau tidak nanti antara satu dengan
yang lain bisa tidak.... ya pendidikan, penyelenggaraan dan seterusnya. Ini saya kira
65
sangat penting terhadap urutan dari sejak judul dan substansi isi. Oke saya
kira....(dipotong)...
FARID ?
Pak boleh ngasih masukan?
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Boleh..boleh sebelum kami beri.... silakan!
FARID ?
Nggak ini hanya masukan saja, kan demokrasi, boleh donk untuk
pejabat...(tertawa).
Supaya persepsinya sama ya, coba mari kita sama-sama pelajari UU Nomor 10 Tahun
2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Kalau tahu, tahu yang
benar, pemerintah... ahli hukum tahu nggak? Jadi semua mengacu kepada kesana
dulu. Misalnya yang menyangkut azas, dasar, ini ada kaitan Pasal 3, 4, 5, 6 begitu....
enggak, kalau mau tahu, tahu yang benar, jangan lari dari itu ketentuan hukum, ini
hanya masukan, diterima bagus, tidak diterima tidak apa-apa. Ya oke, ya terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih Pak Farid, tadi juga saya sudah bacakan, jadi kita tampilkan Pasal
3, 4, 5, 6, saya bacakan dan kemudian dari pemerintah tadi menjelaskan, tapi
tampaknya memang belum bergeser, begitu Pak. Jadi ini memang.... ada beberapa
saya kira untuk mencoba elaborasi satu sama lain tapi tampaknya belum ada titik
temulah ya untuk point-point ini, tadi... (dipotong).
FARID ?
Bukan, ini masukan...masukan, bukan mau mendebat.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya... ya, oke Pak terima kasih.
F.PD (THERESIA EE. PARDEDE, S.Sos)
Ya ijin saja Pimpinan untuk tambahan saja ini mengenai, ini kita mencoba untuk
memberikan pemahaman hanya untuk memperkaya saja, bahwa di Pasal 3 disebutkan,
Pasal 3 UU Nomor 10 Tahun 2004 ayat (1) disebutkan bahwa UUD NRI Tahun 1945
66
merupakan hukum dasar dalam peraturan perundang-undangan. Itu yang kami pikir
menjadi dasar mengapa pada Gerakan Pramuka harus berdasarkan Pancasila dan
UUD NRI 1945.
Lalu poin yang kedua, dalam membentuk peraturan perundang-undangan, ini
Pasal 5, harus berdasarkan pada azas pembentukan perundang-undangan yang baik
yang meliputi, disini disebutkan dari point a sampai point g. Lalu Pasal 6 ayat (1) juga
disebutkan bahwa materi muatan peraturan perundang-undangan mengandung azas a
sampai j. Lalu point 2 nya disebutkan bahwa selain azas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) peraturan perundang-undangan tertentu dapat berisi azas lain sesuai dengan
bidang hukum peraturan perundang-undangan yang bersangkutan. Jadi point yang
ingin kami sampaikan disini adalah bahwa azas bagaimanapun juga tetap diperlukan
untuk memastikan bahwa Gerakan Pramuka ini benar-benar bisa memastikan tidak
adanya... ya seperti nonpartisan, itu ..itu harus diakomodir disitu, karena kalau tidak ada
azas tentang bagaimana pendidikan kepramukaan dilakukan, kami juga khawatir ini
akan membuat tujuan utamanya jadi berubah, karena kita tentunya semua sepakat
bahwa yang kita inginkan dari peraturan perundang-undangan ini adalah out put berupa
pembentukan karakter. Itu yang ingin kami pastikan, terima kasih Pimpinan.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke terima kasih.
Ini kita berikan kesempatan kepada pemerintah. Jadi saya kira... oh silakan Pak
Heri, ini...
F.PDIP (HERI AHMADI)
Perdebatan tentang azas ini juga sudah ribut pada waktu di Baleg
sesungguhnya, justru pada saat terakhir kita hadir, itu juga ribut. Tolong diingat bahwa
masalah ini ada sejarahnya juga gitu Pak, mengapa pengertian azas ini menjadi
kemudian menjadi baku atau tertentu itu kan adalah ketika pembahasan tentang UU
Keormasan, yang pada waktu itu sangat-sangat heboh mengenai azas tunggal yang
ditolak oleh semua banyak pihak pada waktu itu, tapi diteruskan.
Yang dimaksud oleh UU tentang Keormasan tentang azas itu adalah Pancasila
pada waktu itu. berbagai macam organisasi kemudian berusaha menghindari kata-kata
azas ini dengan kata-kata lain, misalkan organisasi... kebetulan saya mengikuti pada
waktu ada sidang di Muktamar Muhammadiyah, bagaimana dia menghindari azas
dengan akidah misalkan, dibedakan levelnya gitu Pak. Tetapi dalam pemahaman kalau
kita lihat, dalam pemahaman di undang-undang yang ada di undang-undang
Keormasan, maka kalau dilihat hierarchinya di luar yang urusan tadi kayak keagamaan
yang kemudian diambil aqidah atau yang lainnya, itu maka pengertian azas tentu saja
67
yang dianggap paling dasar, dan tadi sudah disebutkan yang paling dasar adalah
Pancasila itu. Jadi pada hemat saya kalau disini dicantumkan azas Pancasila sebagai
azas itu tidak salah. Kemudian waktu debat di Baleg juga kemudian memang masuk
usulan-usulan yang lain. Usulan-usulan yang lain itulah yang kemudian ditempatkan di
bawahnya azas itu apa. Saya kira Pak Hakam waktu itu sudah ada ya, dibawahnya
azas itu misalkan apa sifat, apa landasan atau yang lain dan sebagainya itu. itu hanya
untuk mengingatkan kembali bahwa tidak hanya dalam konteks undang-undang Nomor
10 itu, tetapi sejarah dan undang-undang yang lain juga ada yang menyebutkan seperti
itu. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih, jadi saya kira tadi Pak Heri memberikan perspektif. Jadi mungkin
memang begini, saya kira dari awal memang kita mencoba di DIM DPR, itu kan
memang azas, kemudian pemerintah mengajukan dasar, kemudian azasnya menjadi
azas pendidikan atau azas penyelenggaraan disini. Ini saya kira memang pergeseran
dari pemerintah ini penting, makanya sebenarnya yang penting argumentasi mereka
adalah tadi pergeseran menempatkan azas seperti keadaan tadi. Jadi ini kan
pemerintah menempatkan dasar, ini adalah masalah UUD 1945, azasnya adalah azas
penyelnggaraan, kan begitu noh jadi. Ini saya kira penting atas azas pendidikan, azas
teknislah, azas teknis, sementara landasan adalah... tapi kemudian dibelakang ada juga
landasan, sorry yang ini dasar ya, dasar kemudian di DIM berikutnya landasan
Pendidikan Kepramukaan, misalnya di DIM berapa ya, selanjutnya itu.
Nah ini saya kira juga penting, mungkin penjelasan komprehensif dari sisi itu
agar kita lebih clear nih, karena perbedaannya saya kira masing-masing masih pada
posisi yang susah untuk didekatkan. Kalau ini disepakati, apakah misalnya gini, kita
sepakati apakah kita menggunakan terminologi azas atau dasar, atau kita pakai salah
satu, kan gitu, atau kita pakai azas saja misalnya, tanpa dasar misalnya. Nah nati tentu
saja pemerintah ini usulannya, apakah pemerintah artinya apakah merubah DIMnya,
sehingga misalnya azasnya misalnya Pancasila, UUD, misalnya nanti kalau itu nanti
yang belakangnya saya kira tidak banyak berubah, kita saya kira banyak bersepakat ya
dari DPR kalau misalnya Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 saya kira hampir
semuanya bersepakat. Tapi apakah dasar ini penting untuk pemerintah? Apa dasarnya
gitu? Kalau tidak ya kita berarti kembali ke azas kemudian mungkin menambahkan
UUD, begitu kira-kira Pak, ini saya kira sangat penting dalam pembicaraan ini untuk
mencari titik temu, kita mencoba ini melakukan terobosan, kalau sekiranya ... kecuali
mereka punya argumentasi bahwa memang merujuk ini dan itu, dasar ini harus ya kan,
sehingga nah ini saya kira kita bisa...
68
Kita berikan kesempatan kepada pemerintah untuk memberikan tanggapan,
silakan!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Baik terima kasih Bapak Pimpinan.
Untuk kesekian kalinya memang yang pertama kami merasa berkepentingan
untuk mencantumkan dasar disini adalah kita sendiri mengingatkan pada diri kita bahwa
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ini harus
betul-betul menjadi dasar yang kokoh dari Gerakan Pramuka. Jadi Gerakan Pramuka
itu adalah gerakan yang betul-betul karena kami konsisten bahwa Gerakan Pramuka
untuk satu Indonesia dan disitu adalah NKRI dan NKRI berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jadi itu inti
subtsansinya dari pemerintah kenapa mencantumkan dasar.
Yang kedua juga kami membandingkan bahwa ada perundangan yang
mencantumkan dasar. Jadi seperti tadi ditayangkan, keolahragaan berdasarkan pada
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 . Jadi
kami juga mencontoh pada perundang-undangan yang lain dan itu juga mencantumkan
itu, itu substansinya.
Kemudian yang kedua ini dalam hal azas, disini memang tadi dalam
penyelenggaraan pendidikan kepramukaan. Dan disini memang ada satu hal yang kami
merujuk juga pada pasal 5, dari Pasal 5 dan Pasal 6 dari Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2004. Disini yang kami ketonjolkan adalah azas kemandirian dan nonpartisan. Ini
menjadi sangat penting bagi kami bahwa kegiatan-kegiatan pendidikan kepramukaan
itu juga tidak boleh partisan. Artinya nonpartisan ini adalah terbuka bagi siapa saja
tanpa membeda-bedakan golongan, tanpa membedakan partai, tanpa membedakan
apapun bahwa setiap Pendidikan Kepramukaan memperoleh akses yang sama Terima
kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih. Jadi tambahannya pemerintah tetap pada posisi pada usulan
dasar karena merujuk ke undang-undang yang lain UUD. Pak Heri ada, silakan!
F.PDIP (HERI AHMADI)
Saya Cuma ingin mengusulkan karena tampaknya kan pemerintah mau
mengulang kembali tanpa mengulas argumentasi yang ada. Ini upaya untuk mencari
pendekatan, susah kalau begini Pak, barangkali pendekatan yang bisa kita lakukan
sekarang untuk memahami dulu arti dari kata itu sendiri, mana yang lebih tinggi antara
69
azas dan dasar, nanti kita tanyakan kepada ahlinya. Kemudian urutannya apakah azas,
dasar, kemudian landasan, apakah dasar, azas kemudian landasan? Kita pakai saja
pengertian itu sehingga nanti tidak perlu juga kita terlalu kaku. Tadi yang saya
sampaikan Pak, ada undang-undang karena ada penyebutan azas itu, biasanya azas
itu dianggap yang paling tinggi paling mendasar, itu kalau bisa dikatakan begitu bisa
juga atau seperti apa, ini kan kesepakatan, kita mencari kesepakatan antara
pemerintah dan DPR. Kita pahami dulu pengertiannya, baru nanti kita masukkan, kita
pahami, kemudian setelah itu. saya khawatir sebenarnya dari sisi substansi kita tidak
keberatan gitu terhadap tadi yang disebutkan uraian dari azas yang disebut pemerintah
tadi Pancasila, tapi karena formatnya di itu ini... saya usul begitu Pak Hakam. Terima
kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya jadi tampaknya ini penting sekali, makanya dari tadi saya katakan ini
terminology azas, dasar, landasan ini menjadi sangat urgen, kalau tidak kita akan
berputar, berkutat disini, karena kalau sudah kita sepakati kan sesuai kemarin Pak
Zafrullah mengatakan, sesungguhnya kata itu tergantung definisinya, kan gitu. Nah
sekarang kita sepakatilah definisinya. Kalau kita sudah bersepakat, nah baru bisa
mendekat nih, kalau enggak susah, juga kan. Ini saya kira sangat penting.
Kalau barangkali pemerintah ada ke.... Bu Reni ada tambahan, silakan sebelum saya
berikan pemerintah, silakan!
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Terima kasih.
Mungkin saya meminta sebagaimana teman-teman tadi, konsistensi
pemerintahlah saya kira. Sesungguhnya apa yang dimaksud, apa yang diminta, apa
yang dinginkan, itu terjadi titik kesamaan, apa diperdebatan sana itu terjadi titik
kesamaan jika pemerintah konsisten di dalam pasal-pasal berikutnya yang terkait
dengan landasan tentang Pendidikan Kepramukaan, di dalamnya ada landasan
Pendidikan Kepramukaan dasarnya apa gitu, disitu ada tentang nilai-nilai kepramukaan,
ada keimanan, ada segala macam gitu. Makanya diawal saya bilang yang paling azasi
paling hakiki itu kan kristalisasi dari berbangsa dan bernegara itu Pancasila, maka azas
tertinggi itu adalah Pancasila gitu.
Nah kemudian mengenai landasan berikutnya, dasar berikutnya, sesungguhnya
di dalam Pendidikan Kepramukaan itu sudah tercantum, dan disinilah kita menemukan
banyak titik kesamaan begitu. Jadi mungkin saya minta konsistensinya saja barangkali
supaya kita tidak berlarut-larut untuk memperdebatkan hal-hal yang secara substansi
70
sesungguhnya kita sudah sepakat gitu. Saya tidak tahu apakah ada alasan lain yang
tidak perlu berlarut-larut tapi tidak terjadi titik kesamaan gitu. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih. Begini, ini saya kira sangat penting pemerintah menjelaskan
posisinya, karena gini, saya lihat pada DIM berikutnya kan ada Prinsip Dasar. Jadi saya
kira ini pemerintah memberikan gradasi atau beberapa level. Jadi misalnya pada DIM
berikutnya DIM 40 misalnya.. DIM 39 Prinsip Dasar Kepramukaan misalnya ini usulan
pemerintah ya, oke ini pendidikan, terus landasan, DIM 36 Landasan, kemudian DIM 39
Prinsip Dasar Kepramukaan yang di pemerintah ini, kalau di DPR kan Dasar. Ini saya
kira sangat penting, artinya gini, ketika konstruksi pemerintah menjelaskan azasnya
begini,dasarnya begini, prinsip dasar dan seterusnya, nah ini kalau kita sepakati saya
kira ini akan lebih mudah ini penempatan isinya. Jadi saya kira kerangkanya dulu,
framenya dulu kita sepakati, kalau iya oke, isinya nanti tadi, misalnya kita bisa
mendekat enggak satu istilah saja, azas saja atau dasar saja misalnya, ini apakah
harga mati misalnya bagi pemerintah, misalnya gitu. Ini saya kira sangat penting kecuali
kalau nanti ada hal yang lain. Jadi ini sebelum kita ketok saya beri kesempatan
pemerintah ini untuk menjelaskan yang lain, silakan Pak Drajat!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Saya sudah gamblang apa yang tadi dijelaskan oleh Pak Heri, saya pikir tidak
ada salahnya untuk kami bisa mengikuti jalan pikiran Pak Heri. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, mungkin dipertegas Pak, karena khawatir nanti bisa mis ini, artinya apa,
sehingga nanti kita jadikan...(dipotong).
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Saya setuju kalau memang itu digunakan menjadi azas.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Azas saja? Oke, jadi tanpa dasar? Oke. Baik ini ada pergeseran yang bagus ya,
jadi azas saja tanpa ada dasar, nah ini saya kira tadi point penting. Nah baru kita bicara
substansi... oh jangan dulu, silakan Pak Heri!
71
F.PDIP (HERI AHMADI)
Saya usul kalau kita sudah setuju yang tertinggi itu adalah azas, berikutnya apa,
karena masih ada berikutnya. Ada istilah tadi disebut Pak Hakam, ada dasar, ada
landasan, ada juga prinsip dasar, ini harus clear Pak supaya nanti ketika kita
membahas berikutnya tidak bingung gitu ya, kalau kita melihat rujukannya mungkin ada
ahli bahasa yang bisa menjelaskan juga dan mugkin yang bacaannya di ini mungkin
kita baca kembali. Dasar itu kan biasanya orang menyebutnya dalam bahasa
Inggrisnya apa Pak, vast, base, basicnya kan. Kemudian dasar itu bisa juga disebutnya
principle biasanya, kemudian ada juga basic principle, yang tadi bisa prinsip dasar, kan
tadi ada istilah prinsip dasar juga kan, nah kita mengambil pengertian alur bahasa yang
mana Pak, dasar itu benar seperti diartiakan oleh pemerintah disini, dasar itu dianggap
dasarnya, prinsipnya, nah landasan itu apa kemudian, kemudian landasan dasar apa,
kan ada juga landasan dasar pengertiannya, supaya istilahnya sebenarnya akan lenih
mudah kalau istilahnya lebih sederhana, tapi kan ini pemerintah mengajukan konsepsi
yang tadi dituntut oleh Bu Reni, ada juga konsistensinya sesuai dengan hierarhi yang
nanti lebih baik kita pahami dulu supaya kita tidak luput gitu, ya silakan..
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, jadi tampaknya perlu lebih anukan dulu... ini karena menyangkut kita
sepakati, jadi kesepakatan, tapi pemerintah bersepakat menggunakan istilah azas, jadi
berarti dasar tidak kita pakai.
Nah kita sekarang tampaknya akan bergeser ke beberapa hal dulu, ini tampaknya kalau
metode ini bisa kita gunakan akan lebih bagus karena ke depan akan lebih baik. Jadi
ada istilah azas tadi kita sepakati, jadi tidak ada dasar. Yang kedua ada landasan, yang
ketiga ada prinsip atau prinsip dasar. Ini saya kira penting, konstruksinya bagaimana ini,
tertinggi apa? Azas misalnya, terus berikutnya apa, pengertiannya bagaimana, nah
sehingga nanti pemeringkatan ini akan penting, kemudian kita nanti akan bisa jelas, tapi
ini saya kira karena DIM pemerintah, tentu pemerintah dulu yang menjelaskan apa yang
dimaksud dengan tadi azas, saya kira kita semua nanti bisa bersepakat, nanti kemudian
landasan, kemudian prinsip dasar dan seterusnya, ini bagaimana urutannya dan
penjelasannya, silakan!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Baik terima kasih Bapak, saya mohon bantuan dari Lempabag Pusat Bahasa,
silakan!
72
AHLI BAHASA :
Terima kasih Pimpinan.
Yang pertama saya setuju kalau yang paling tinggi itu adalah azas, ingat kita
punya hak azasi, hak azasi itu berlaku dimanapun dan tidak satupun yang boleh
melanggar, karena nilai-nilai itu akan berlaku sama bagi manusia dimanapun, itu hak
azasi. Di Indonesia yang kita jadikan dasar adalah Pancasila. Mengapa dulu itu tidak
disebut azasi juga, karena memang itu lebih sempit lingkupnya dibandingkan dengan
yang disebut azasi, itu hanya berlaku di Indonesia, kita tidak bisa memaksa
menerapkan pasal-pasal itu di tempat yang lain.
Yang disebut “prinsip” itu adalah hal yang paling penting, mungkin diantara yang
penting itu masih ada yang sebenarnya tercakup di dalam dasar, tetapi yang paling
penting dari dasar-dasar itu apa. Berbeda dengan basic, kalau basic itu sekurang-
kurangnya ini yang harus ada di dalamnya padahal bukan dasar atau landasan ataupun
dasi bukan yang basic, ingat kalau kita kursus bahasa Inggris untuk bisa sampai ke
yang advanc kita harus menguasai yang basic dulu. Basic itu artinya prinsip yang paling
utama harus dikuasai dulu sebelum menguasai yang lain. Yang ini harus diterapkannya
dahulu baru menguasai yang lain, jadi tampaknya memang azasi itu yang paling umum,
paling universal, kalau dasar itu sudah dijadikan lebih sempit lagi lingkupnya. Mudah-
mudahan membantu Pimpinan, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya ini saya kira akan merujuk ke DIM ya, jadi DIM 36 itu ada landasan, kemudian
di DIM 40..sorry DIM 39 itu ada prinsip dasar. Nah ini saya kira penting agar nanti
nyambung, ini DIM pemerintah ini, kita merujuk... saya tidak merujuk ke DIM
DPR...(dipotong).
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
Ketua, saya menambahkan sedikit.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke silakan!
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
Saya mau menjelaskan sedikit bahwa sebenarnya pada bagian kesatu ini yang
kita perdebatkan itu adalah sebenarnya hal yang sensitif begitu, yaitu yang persoalan
yang tadi yang sering diperdebatkan masalah azas tunggal atau bukan, itu yang ingin
kita simpulkan disini. Jadi saya pikir tidak perlu diperlebar sampai pada landasan dan
73
itu, kita perdebatkan disini sepakat nggak pemerintah, yang kita maksud disini yang
sekarang kita bicarakan di Bab ini adalah persoalan sensitif itu dulu, karena saya
khawatir kalau dimasukkan dalam bagian ke 1 ini hal-hal yang bukan sensitif itu, kita
tidak fokus ini, itu bisa dijelaskan pada pasal yang tadi disebutkan oleh Pimpinan tadi,
ada landasan, ada prinsip. Yang sekarang kita masalah ini itu sekarang ini adalah yang
sangat sensitif tadi itu, apakah ini azas tunggal kita mau pakai atau bukan. Jadi yang di
luar itu yang dimaksud disini, nanti kita definisikan lagi yang dimaksud oleh pemerintah
azas bukan yang sensitif ini bagi kami, ini adalah lebih kepada penyelenggaraan, bukan
pada lembaganya. Yang kita tentukan sekarang adalah lembaga ini, apa azas apa gitu,
bukan pelaksanaannya...bukan. saya pikir itu perlu ditegaskan dulu, jadi tidak melebar
ke Bab lain kita nanti.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke. Ya jadi tadi memang ini kaitan leveling agar kita pemeringkatan untuk ada
level azas, tadi pemerintah bersepakat terhadap azas terpenting, artinya kalau azas ini
dianggap terpenting, tentu DIM 28 ini juga berubah dari pemerintah, kan gitu ini Pak,
maka kenapa tadi saya minta penjelasan tentang landasan dan prinsip, karena ini bisa
jadi bukan di level azas kan gitu, bisa di level berikutnya, kan gitu ini maksudnya. Jadi
ini saya kira kenapa saya tadi minta penegasan mungkin ahli bahasa. Jadi kalau 1945
dan Pancasila, kan gitu.
Oke, azas yang 28 usulan pemerintah tentu akan otomatis berubah ini kalau tadi
yang disampaikan Pak Drajat, kan gitu ini Pak. Jadi ini saya kira, nah nanti saya kira
perbedaan di dalam apa, di kita adalah tadi, azas kepramukaan atau azas Gerakan
Pramuka, kembali lagi nanti ke atas, kan gitu ini nanti, labih..lebih mudah, sehingga
nanti begitu disepakati di atas, bawahnya tentu akan mengikuti, nah itu saya kira. Jadi
kalau kita bersepakat azas, oke jadi azas tertinggi, maka kemudian yang muncul adalah
dua alternatif, azas Gerakan Pramukan atau azas kepramukaan, kan gitu dua opsi, nah
artinya itu misalnya nanti akan kita sepakati adalah Pancasila, gitu ya, oke, dan UUD
NRI? Tidak... oke tetap variant, oke tapi substansinya sudah ketemu ya, sebelumnya
azas. Nah kemudian tentu ini akan berimplikasi kepada DIM 28, pemerintah ini.
Jadi sekali lagi nanti kita sebelum nanti gini, kalau opsinya tinggal itu nanti akan
lebih mudah ini. Jadi kita sudah bersepakat itu adalah yang tertinggi. Kemudian oke,
kemudian dengan begitu kita hanya opsinya dua yaitu gerakan pramuka atau
kepramukaan, oke itu nanti buntutnya adalah tadi ada tambahan Pancasila saja atau
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, itu juga saya kira lebih
mudah dikompromikan, nanti saya kira kita akan merujuk kepada peraturan dan
sebagainya. Tetapi kemudian yang DIM 28 saya kira kita minta pemerintah
menjelaskan ini dengan perubahan ini, silakan! Silakan Pemerintah DIM 28!
74
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Terima kasih Bapak Pimpinan.
Karena kami sependapat bahwa azas itu adalah merupakan yang tertinggi, yang
paling elementer, yang paling mendasar, dan sebutan berbagai-bagai mana yang lain,
jadi kami berpandangan bahwa azas dari gerakan pramuka itu adalah Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, itu azas yang kami
masukkan di dalam RUU ini. Kemudian karena azas itu sudah kita akui adalah yang
paling tinggi, yang paling mendasar, yang paling fundamental, maka sudah barang
tentu ini akan merubah kepada DIM yang 28. Tanpa mengurangi yang disini mungkin
DIM 28 ini akan kita cari proporsinya pada DIM yang lain, kira-kira begitu.
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
Otomatis DIM 23 hilang, dasar itu hilang sudah.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya oke, jadi ini saya kira penting untuk kita ketok, tetapi ketok dalam posisi opsi
ya, jadi opsi artinya yang kita sepakati yang pertama tidak ada dasar, pemerintah
menarik usulan dasar, kan begitu ya, betul Pak Drajat? Dasar..... kita masukkan azas,
azas adalah yang tertinggi, dengan begitu kemudian kita masuk wilayah azas, apa
isinya. Azas itu kemudian ada dua pilihan, ada pilihan Gerakan Pramuka, ada pilihan
Kepramukaan, kemudian isinya ada yang Pancasila , kemudian juga ada Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, nah ini substansi, sementara
DIM 28 usulan pemerintah akan dicari kembali nanti pijakannya, tetapi menggeser,
artinya ini tidak lagi menjadi azas, begitu Pak ya, tidak dobel, jadi yang... kemudian DIM
23 artinya dasar ini kemudian didrop untuk kata dasar. Saya kira ini.... bu Popong ada
interupsi?
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
Ada sedikit.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Silakan!
75
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
DIM dari kita jelas bahwa azas dari Kepramukaan adalah Pancasila, itu jelas
kan. Tadi sudah saya katakan, kalaupun toh itu nanti gantinya Kepramukaan
berazaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, kami dari Golkar kurang setuju, karena UUD itu adalah landasan yuridis bukan
landasan filosofis, yang dasar filosofis itu hanya Pancasila yang istilahnya adalah azas.
Jadi usulan konkrit dari kami ya, kalau tetap kita ingin menghargai pemerintah dengan
menambah dasar untuk undang-undang kita, urutannya itu Kepramukaan atau Gerakan
Pramuka itu nanti kita belum bicarakan, Kepramukaan/Gerakan Pramuka berazaskan
Pancasila, itu satu ayat. Kemudian kalau mau mengakomodasi dasar tinggal
menambah kalimat baru, kalimat lain, Kepramukaan/Gerakan Pramuka berdasarkan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, karena itu adalah
landasan hukum, jadi kalau misalnya tadi mau diangkatnya itu Kepramukaan... ini pakai
garis miring itu karena kita belum tahu karena yang mau dipakai itu Kepramukaan....
Kepramukaan tadi kan berazaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, itu kami yang tidka setuju kalau disatukan seperti itu,
karena azas dengan dasar itu berbeda. Jadi kalau toh ingin mengakomodasi tambahan
dasar, maka urutannya adalah atau satu kalimat Kepramukaan berazaskan Pancasila
dan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 itu
kalau mau satu kalimat, kalau mau dijadikan dua boleh-boleh saja, berazaskan
Pancasila itu kalimat yang pertama, kemudian nanti apakah itu namanya ayat itu
Kepramukaan berdasarkan UUD 1945. Itu baru hanya sampai situ tadi itu begitu. Jadi
jelas barangkali ya Pak ya.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke terima kasih.
Saya mencoba memformulasikan dari DIM 22 sampai 28. Ini kalau kita bisa
bersepakat untuk menjadi pasal pending tetapi alternatifnya lebih sedikit. Jadi yang
pertama tadi kalau pemerintah misalnya menarik DIM 23, dasar, artinya berarti
redaksinya menjadi azas, fungsi, dan tujuan kan begitu. Kemudian kita masuk ke
bagian azas, karena dasarnya nggak ada kan, sudah misalnya ini disepakati, jadi azas,
kemudian azas ada pilihan, yang pertama adalah, seperti disini adalah Kepramukaan
berazaskan Pancasila, yang kedua Gerakan pramuka berdasarkan Pancasila, tadi ada
juga yang menambahkan dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, itu opsi. Nah kemudian yang 28 ini DIM pemerintah juga kemudian
dicarikan pijakan untuk DIM 28. Kalau ini disepakati rumusannya, DIM 22 sampai 28
seperti itu, sehingga tinggal dua pilihan saja nanti, begitu ya, disepakati ya? Oke kalau
disepakati, jadi rumusannya seperti itu, dari DIM 22 – 28 kita sepakati dua pilihan,
76
hanya satu azas tapi ada alternatif Kepramukaan, dan alternatif kedua Gerakan
Pramuka, Oke?
Rapat Sepakat.
Oke mantab.
(Ketok Palu 1 Kali)
Jadi nanti di lobby ini bisa beres nanti, jatuh urusannya. Oke, kita masuk ke DIM
29. DIM 29 saya kira biar enak kita langsung masuk saja DIM 29, 30, dan 31 karena ini
terkait ya. Kami persilakan Pak... kami akan bacakan dulu draft dari DPR biar ada
pengingat kita. Jadi bagian kedua DIM 29, fungsi DIM 30 Pasal 3, DIM 31
Kepramukaan berfungsi menumbuhkembangkan setiap warga negara menjadi warga
negara yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cerdas, disiplin, bertanggung jawab,
dan terampil agar berperan serta dalam memajukan bangsa dan negara.
Silakan pemerintah ada perubahan DIM, usulan perubahan, silakan!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Terima kasih Bapak Pimpinan.
Disini memang kami mengajukan perubahan untuk yang DIM 29 fungsi, namun
demikian mungkin pasal-pasal yang nanti ada perubahan-perubahan, dan disini yang
tertulis ini adalah fungsi pendidikan kepramukaan adalah menumbuhkembangkan dan
seterusnya, karena tadi kami di dalam azas juga adalah gerakan kepramukaan, maka
dengan seijin dari teman-teman dari pemerintah, kami disini agak merubah, jadi bukan
fungsi pendidikan kepramukaan tapi fungsi gerakan Pramuka. Fungsi Gerakan
Pramuka dalam menumbuhkembangkan generasi muda bangsa menjadi warga negara
yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cerdas, disiplin dan seterusnya, itu Bapak
Ketua.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya tolong di anukan usulan baru dari pemerintah ini, jadi merubah pendidikan
kepramukaan menjadi gerakan Pramuka, selebihnya saya kira tidak ada perubahan dari
yang ada di teks.
Oke Bapak Ibu sekalian, jadi kita sekaligus membahas DIM 28, 29, 30 dan 31, ya
tadi dengan perubahan fungsi pendidikan kepramukaan menjadi fungsi gerakan
Pramuka, DIMnya pemerintah.
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Interupsi Ketua.
77
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Interupsi, silakan!
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Saya mengingatkan bagian ke 3 berubah menjadi bagian ke 2 saya kira.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke ya, ini ada yang teknis dari Pasal 3 dirubah menjadi Pasal 4 dan seterusnya,
oke. Kami persilakan DIM 29,30, 31 Demokrat!
F.PD (THERESIA EE. PARDEDE, S.Sos)
Ya Pimpinan, kami hanya memastikan kembali bahwa sesuai tadi dengan
kesepakatan mengenai terminologi bahwa azas merupakan point yang tertinggi dimana
kami menyikapi bahwa UU ini adalah Gerakan Pramuka berazaskan Pancasila dan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka sebenarnya kami ingin
menambahkan satu point ini sebagai pengayaan bahwa diperlukan juga selain azas
adalah prinsip, dimana Gerakan Pramuka harus memiliki prinsip kemandirian dan
nonpartisan sebagai jaminan bahwa ini adalah demi revitalisasi dari Gerakan Pramuka
itu sendiri, karena kalau kita hanya mengacu pada azas Pancasila dan UUD NRI kami
kira tujuan awal dari Gerakan Pramuka itu sendiri dalam hal kemandirian dan
nonpartisan tidak tercakup jadinya di dalam situ.
Lalu untuk point yang.... jadi itu sebabnya kami hanya ingin memastikan bahwa
UU Gerakan Pramuka ini kembali lagi objektifnya adalah demi pembentukan karakter
bangsa dan kalau tadi sudah dipastikan bahwa prinsip bisa dimasukkan, kami kira
perubahan yang mungkin kami usulkan ada di point.. DIM 22 dimana Bab II itu
menyangkut azas, prinsip, fungsi dan tujuan. Lalu dari situ kita bisa melanjutkan ke
bagian fungsi dari Gerakan Pramuka dan selanjutnya. Itu mungkin Pimpinan, terima
kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, terhadap posisi DIM ini 29, 30, 31 bersepakat atau tidak?
F.PD (THERESIA EE. PARDEDE, S.Sos)
Intinya sepakat, tapi kita hanya ingin memastikan bahwa ada prinsip yang harus
kita junjung tadi, kemandirian dan...(dipotong).
78
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Di DIM 39 pemerintah mengajukan prinsip dasar, ini nanti mungkin....(dipotong)...
F.PD (THERESIA EE. PARDEDE, S.Sos)
Ya harusnya di depan, kalau di belakang malah jadi rancu nanti.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, mungkin nanti gini, kita nanti bicara substansi prinsip dasar nanti tentang
penempatan, tapi nanti bisa memposisikan itu, jadi karena ada DIM yang...(tidak jelas),
oke, jadi Demokrat setuju dengan DIM pemerintah, yang DIM 29, 30, 31. Oke ya, lanjut
Golkar!
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
Terima kasih. DIM 29 tetap karena fungsi sama kan, DIM 30 mengenai Pasal,
Nomor, itu nanti karena kita tidak tahu itu pasal jadi pasal-pasal berapa. Sekarang yang
terpenting adalah DIM Nomor 31, kalau tadi pemerintah yang minta maaf pada kami
karena tidak sempurna, dia lemah, nah sekarang bagian kami meminta maaf tapi bukan
untuk isi keseluruhan. Saya bacakan yang aslinya, tadinya Kepramukaan berfungsi
menumbuhkembangkan setiap warga negara. Nah itu yang ingin kami ubah sendiri, jadi
ini mohon maaf karena memang ini kesalahan ya, yang lain tetap, menjadi warga
negara yang nananananann... itu tetap. Setiap warga negara itu kami ingin mengganti,
meralat ya, sesuai dengan DIM 14, tolong dilihat DIM 14, DIM 14 disana sudah jelas
dan itu kita juga sudah setuju, Pramuka adalah warga negara Indonesia yang aktif
dalam Pendidikan Kepramukaan serta mengamalkan setiap Pramuka dan Dharma
Pramuka. Jadi frasa setiap warga negara itu diganti dengan Pramuka. Jadi dengan
demikian jelas Kepramukaan berfungsi menumbuhkembangkan Pramuka, siapa
Pramuka itu yang tadi itu, menjadi warga negara yang beriman, bertaqwa, berahlak
mulia, cerdas, disiplin, bertanggung jawab, dan terampil agar berperan serta dalam
memajukan bangsa dan negara. Jadi yang diganti itu hanya setiap warga negara,
karena memang tidak logis kalau setiap warga negara. Masak mulai dari orok itu
sampai dengan aki-aki... nah atau kita melihat kepada istilah kaum muda. Nah kalau
disini kan ada generasi muda dari pemerintah, jelas itu tidak tepat, karena generasi
muda itu mulai dari nol tahun sampai kakek-kakek, kan bukan itu, subjek dari Pramuka
itu dari Kepramukaan adalah Pramuka, dan Pramuka itu siapa sudah jelas dalam DIM
nomor 14. Jadi tidak perlu ada tambahan... serta mampu membangun dunia... lebih
79
baik itu tidak perlu. Jadi pada dasarnya tetap yang dari DPR, hanya penggantian setiap
warga negara diganti dengan Pramuka.
Terima kasih Pimpinan.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih, ini Gokar memberi beberapa catatan, yang pertama tentang DIM
14 yang sudah disetujui, ini saya kira satu catatan yang menarik, jadi memang suatu
kunstruksi undang-undang, karena Pramuka disini definisinya sudah disepakati, disini
memang adalah warga negara Indonesia yang aktif dalam Pendidikan Kepramukaan
serta mengamalkan Satya Pramuka dan Dasa Dharma dan seterusnya, nah ini bisa
diketok ya ini masukan. Yang kedua DIM pemerintah yang serta mampu itu dihilangkan,
ini pendapat dari Golkar.
Oke lanjut dari PDIP!
F.PDIP (DRS. UTUT ADIANTO)
Terima kasih. Mungkin saya... bisa saya sebentar mas Heri, bahwa supaya
saran saja, supaya Pak Drajat juga nggak kerepotan sekali, idealnya Pak Drajat
ditemenin satu orang dari pemerintah juga, jadi juga ada konsultasi, karena kita
konsultasi ber-15, Pak Drajat setiap sendirian kan kerepotan juga.
Kemudian mengenai pasal ini kami pribadi berkeinginan bahwa kalau yang disini
ini kan lebih banyak kepenekanan kayak keagamaan itu ahlakhul khorimah, jadi kami
menginginkan kalau masih mungkin Gerakan Pramuka berfungsi
menumbuhkankembangkan generasi muda menjadi warga negara yang patriotik
berkepribadian cerdas, cakap, taat hukum, bertanggung jawab, dan berbudi pekerti
luhur. Kenapa kami sampaikan demikian ini juga bagian dari revitalisasi Pramuka
melalui pembentukan undang-undang ini adalah dalam rangka juga .......
F.PDIP (DRS. UTUT ADIANTO)
... menjadi warga negara yang patriotik berkepribadian cerdas, cakap, taat
hukum, bertanggung jawab, dan berbudi pekerti luhur.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Nah ini Pak Heri menambahkan ini dari PDIP, silakan!
FPDIP (HERI AHMADI)
Berkaitan dengan generasi muda, saya ingin mengusulkan sesungguhnya ada
versi komisi yang asli sebelum diobrak-abrik oleh Baleg. Bahasanya adalah disini,
80
Gerakan Pramuka bertujuan untuk membentuk pemuda ya itu, dan istilahnya disini, di
Baleg pun diobrak-abrik atau di naskah aslinya dari ini tujuan baru fungsi, kemudian di
Baleg dirubah fungsi dulu baru tujuan, tapi kita bacalah saja dulu, yang berkaitan
dengan fungsi itu yang generasi muda tadi bahasanya asli adalah
menumbuhkembangkan tunas bangsa, menjadi warga negara yang lebih bertanggung
jawab, mampu membina dan mengisi kemerdekaan, serta mampu membangun dunia
yang lebih baik. Jadi ini maksud saya istilahnya tadi kan ada warga negara, ada
generasi muda, kemudian ternyata yang aslinya itu tunas bangsa, mana yang diterima
tapi ini juga dari bahasanya Komisi X sendiri Pak yang dulu, yang itu yang warga
negara itu sesungguhnya adalah bahasanya dari Baleg gitu, bukan dari kita. Terima
kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih. Jadi memang ini banyak hal yang melalui liku-liku ya, dari Komisi
ke Baleg berubah lagi, tapi saya kira itu oke sebagai salah satu catatan menarik ya dari
Pak Heri tadi ada istilah kaum muda, generasi muda, tunas bangsa ya, ini kan yang
muncul di dalam DIM...apa sorry, dalam draft awal ketika kita mengajukan ke Baleg.
Oke, lanjut ke PKS, silakan!
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
PKS sama dengan yang diusulkan oleh DPR, Cuma dirubah seperti halnya oleh
Golkar, Tje Popong, dimana menghilangkan perdebatan antara pengertian warga
negara dan tunas bangsa, kaum muda, warga negara, itu menghilangkan perdebatan
itu kita bisa kembali kepada pengertian Pramuka saja. Jadi yang Kepramukaan itu
adalah membina Pramuka, nah Pramuka seperti apa? Ada di DIM 14 pengertiannya,
warga negara yang aktif, nah yang aktif itulah yang masuk kepramukaan, yang kena
undang-undang ini, kalau tidak aktif tidak kena ini, tidak wajib menjadi tanggung jawab
kepramukaan undang-undang ini, kalau dibatasi umur itu sudah didefinisikan di
kepramukaan, di arti Pramuka itu sudah selesai. Saya pikir itu menghilangkan
perdebatan, terus untuk pengertiannya adalah bahwa kesana sudah oke, apa yang
ditambahkan teman kita di PDIP Pak Utut ini sangat menggugah betul, ada patriotik,
kepribadian dan taat hukum. Ini kuat sekali memang, luar biasa ini...(tertawa
bersama)...
Ya itu saya pikir kalau dipertimbangkan, Cuma kami disini bahasa itu kita perjelas
dengan kata memajukan bangsa dan negara itu sudah bagian yang dimaksud oleh Pak
Utut tadi, memajukan bangsa dan negara, itu bagian dari patriotik, bagian dari taat
hukum. Terima kasih.
81
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke terima kasih, dari PKS bersepakat dengan Golkar dalam kaitan definisi
Pramuka, dan tadi menyinggung sedikit tentang PDIP, ruh..ruhnya sama ya. Oke, dari
PAN silakan!
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
Tetap dengan usulan DPR, juga alasan pemerintah tidak perlu menggunakan
istilah generasi muda itu, karena nantinya ada pembatasan usia, cukup diatur dalam AD
ART nya saja menurut saya. Terus juga istilah membangun dunia lebih baik ini saya
rasa dengan kata dari DPR memajukan bangsa dan negara ini sebenarnya juga sudah
termasuk membangun dunia lebih baik, artinya sama. Jadi tetap pada usulan DPR.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke dari PAN tetap berpatokan atau merujuk pada usulan DPR, tidak ada
perubahan.
Lanjut ke PPP!
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Ya, yang pertama kami ingin konsisten bahwa pada DIM 13 kita sudah sepakati
pengertian Pramuka, maka penggunaan istilah kepramukaan itu sendiri pun berfungsi
menumbuhkembangkan Pramuka, bukan setiap warga negara. Dan untuk selanjutnya
pun tetap, kami beralasan bahwa redaksi ini sudah mengakomodir seluruh tujuan atau
out put yang hendak dicapai yaitu selain aspek keimanan, aspek ketaqwaan, aspek
budi pekerti, karakter bangsa, tapi aspek disiplin, cerdas, terampil dan segala macam
sudah terakomodir. Jadi kami beranggapan bahwa fungsi Kepramukaan disini sudah
mengakomodir seluruh aspek yang hendak dituju oleh kepramukaan itu sendiri. Jadi
tetap pada usulan inisiatif DPR dengan dilakukan perubahan yang hampir sama juga
dan diusulkan oleh Golkar, setiap warga negara dirubah menjadi Pramuka, mengacu ke
DIM sebelumnya yang telah kita sepakati. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya terima kasih. Ini saya kira penting, pemerintah mungkin merespon berkaitan
dengan tadi ya, masalah definisi Pramuka, diinsert disini, sebab kalau yang misalnya
mbuntutnya ini, kan tadi PDIP menambahkan ada berapa hal, tadi patriotik, taat hukum
dan seterusnya, kalau misalnya ini nanti disepekati seperti itu, perbedaannya tinggal
kepramukaan dan gerakan Pramuka, jadi akan lebih enak, kita akan lebih simpel ya,
82
jadi itu Pak saya kira ada beberapa hal yang mungkin pemerintah bisa merespon,
tinggal nanti kita akan... silakan!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Baik Bapak pimpinan. Pertama kami ingin menyampaikan apresiasi yang
setinggi-tingginya pada Pak Utut, dan kami sangat merespon baik, dan mudah-
mudahan itu menjadi catatan kita juga yang tadi yang patriotik dan lain sebagainya
sudah dicatat. Kemudian mengenai generasi muda, kami tidak keberatan untuk
menginsert Pramuka disini. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke Bapak Ibu sekalian.
Jadi tampaknya sekarang akan sedikit lebih maju ya, jadi perbedaan yang pokok
hanya kepramukaan dan gerakan Pramuka, itu klasik, artinya nanti akan terkait dengan
di ataslah. Nah sekarang pemerintah setujuberkaitan dengan warga negara dan
generasi muda dikumpulkan menjadi Pramuka, kembali ke DIM 14, bahwa Pramuka
ada definisinya adalah warga negara dan seterusnya yang aktif dalam kegiatan
pramuka kan dan seterusnya.
Kalau ini kita berikan putaran sekali lagi kalau ini kita bersepakat, artinya bisa
masuk ke timus termasuk tambahan dari PDIP tadi kan gitu, atau langsung? Langsung
ya, jadi kalau kita bersepakat bahwa yang Pramuka itu masuk menumbuhkembangkan
warga negara itu menjadi Pramuka, kita berarti tinggal ketok untuk ditimuskan,
perbedaannya tinggal Kepramukaan atau Gerakan Pramuka.
FPDIP (HERI AHMADI)
Itu maksudnya yang usulnya PDIP tadi mas, jadi...
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Enggak Pak, gini Pak..gini Pak, karena ada keperluan yang prinsip Pak, jadi
disini ada kepramukaan satu versi, ada gerakan Pramuka, ini madhad lama ini, ini yang
masih, ya tapi kita ketok untuk nanti kita bawa ke timus, yang ini tinggal nanti kalau
sudah disepakati kan tinggal menyesuaikan, begitu ya...
F.PDIP (WAYAN KOSTER)
Termasuk yang itu.
83
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oh ya, ini dicatat tadi yang soal patriotik tadi ke timus, jadi catatan, itu nanti jadi
pertimbangan ditimus yang redaksional, yang prinsipil itu menjadi materi yang nanti
akan terkait dengan kesepakatan besar nanti yang akan kita lakukan, gitu ya. Jadi DIM
29, 30, 31 disepakati ini, jadi adalah Kepramukaan atau Gerakan Pramuka berfungsi
menumbuhkembangkan Pramuka menjadi warga negara dan seterusnya, begitu ya?
Oke.
(Ketok Palu : 1 kali)
Jadi nanti yang teknis ke timus, yang pokok nanti kita selesaikan di tingkat level
lain yang lebih tinggi. Bapak Ibu sekalian, saya akan menawarkan dulu ini, tadi kita
bersepakat ada break, kita akan break ini atau kita lanjut, kita perpendek menjadi
setengah lima misalnya, atau sholat dulu? Oke..oke, ini sekarang sudah jam 3 lebih.. ini
pas waktu asar, oke kalau begitu biar kita fresh mungkin ada lobi-lobi ringan, begitu Pak
Parlin ada usulan? ... (berbicara bergantian). Enggak karena gini, kita nanti bersepakat
itu jam 5 selesai gitu nih tadi ini, jadi kalau ini lanjut, ini pasti akan nabrak kesana, ini
saya kembali kepada kesepakatan awal dulu ini...(bergantian)... bukan, ini kalau kita
bersepakat ini ya, kalau kesepakatan awal tadi kan jam 3 sampai setengah 4 break, ya
kan, 03.30 – 05.00 sesi, kemudian jam 05.00 – 08.30 break gitu loh, ini kesepakatan
dari pagi ini, nah makanya sekarang sudah jam 3 lebih 20 ya, oke kalau kita bersepakat
berarti kita jam 03.45 untuk yang istirahat, untuk yang sholat..sholat, nanti jam 03.45
kita masuk lagi sampai jam 5, begitu ya? Setuju?
Rapat Setuju.
Oke kita skors dengan membaca hamdallah sampai jam 03.45.
Alhamdulillahirrobil’alamin.
(Ketok Palu : 1 kali)
(Rapat Diskors Pukul 15.20 s.d. 15.45 WIB)
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
... kita mulai, sudah jam berapa ini, sudah lewat, tadi memang nunggu Bu Reni
saja, sampai jam 5, jam 5.
Oke Bapak Ibu sekalian kita cabut skors dengan bacaan basmallah.
Bismillahirrahmanirrahim.
84
(Ketok Palu : 1 kali)
(Skors dicabut pada pukul 15.50 WIB)
Sudah segar, dan tampaknya memang ya begini kalau membuat undang-undang
kita harus serius tapi juga santai, tidak usah ngoyo, tidak usah...
Ibu Bapak sekalian, kita tadi sudah masuk pembahasan DIM sampai 31,
sekarang kita akan masuk DIM 32, 33, dan 34, saya akan bacakan, jadi pemerintah ada
penambahan bagian ke empat di tujuan, kemudian DIM dari DPR DIM 34 Kepramukaan
bertujuan untuk membentuk setiap warga negara memiliki watak kepribadian dan
kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara
Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, mewujudkan masyarakat adil
dan beradab, menjaga ketertiban dunia, serta melestarikan lingkungan hidup. Luar
biasa, oke kami mempersilakan pemerintah untuk menyampaikan DIM 32, 33, dan 34,
silakan!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Terima kasih Bapak Pimpinan.
Pada dasarnya yang DIM 32 itu hanya perubahan apa namanya, struktur saja
Pak, tetapi substansi yang adanya di DIM 34 sama yang di DIM dari DPR Pasal 4,
kalau di kami itu Pasal 5 karena ada perubahan-perubahan tadi. Jadi dari kami itu
berbicara di dalam konteks tujuan gerakan Pramuka, maka Gerakan Pramuka bertujuan
untuk membentuk kaum muda yang memiliki watak kepribadian ahlak mulia dan nilai-
nilai keimanan, serta memiliki keterampilan hidup sebagai kader bangsa dalam
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila,
mewujudkan masyarakat adil dan beradab, melestarikan lingkungan hidup, dan
menjaga perdamaian dunia. Saya ingin memberikan sedikit ulasan mengenai menjaga
perdamaian dunia, yang pertama kita sudah sependapat tadi yang namanya dari PKS,
dari Golkat itu bahwa Kepramukaan itu menjadi Anggota Dunia, menjadi Anggota
Organisasi Internasional, itu di Pramuka, di gerakan Pramuka juga begitu dan sekarang
Gerakan Pramuka Indonesia sudah menjadi anggota dari organisasi kepanduan dunia,
jadi World Organisation of Scouth Movement. Kita sudah menjadi anggota dari Badan
Internasional, tetapi ada yang paling strategis ikut menjaga perdamaian dunia ini adalah
pesan dari pembukaan UUD 1945 dan kita sudah mencantumkan itu sebagai dasar
atau sebagai azas. Bahwa ikut menciptakan perdamaian dunia yang berdasarkan
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Jadi ini dalam konteks bahwa Pramuka atau
nanti apapun namanya, tunas bangsa kita apapun namanya atau predikatnya memang
harus ikut melaksanakan perdamaian dunia, dan kita tidak hanya menjadi warga negara
85
Republik Indonesia, tapi kita menjadi bagian dari warga dunia, untuk itu konteks
pemikirannya. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih. Ini ada sedikit usulan DIM 32, 33 hanya sistimatika, substansi ada
DIM 34 itu hanya Kepramukaan, Pemerintah, Pendidikan Kepramukaan, kemudian
yang lain adalah merubah posisi atau melestarikan lingkungan hidup dan perdamaian
dunia. Itu yang di DIM pemerintah itu lingkungan hidup dulu baru perdamaian dunia
belakangan, itu dibandingkan dengan DIM DPR. Jadi saya tidak terlalu substansial, jadi
saya kira kalau kita bisa meringkas, disitu nanti akan sama pikiran dengan DIM
sebelumnya. Saya putar untuk DIM 32, 33, dan 34, dari Demokrat silakan!
F.PD (VENNA MELINDA)
Ya baik kami dari Fraksi Demokrat setuju dengan apa yang disampaikan oleh
pemerintah, tidak ada hal yang spesifik untuk dirubah, jadi menurut saya, kami setuju.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Sepakat dengan pemerintah dari Demokrat.
Lanjut Golkar!
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
Baik terima kasih. Mengenai penomoran 4, 5 dan sebagainya itu belakangan,
langsung saja kepada substansi yang nomor 34, DIM 34 seperti yang tadi, Setiap
Warga Negara itu diganti dengan Pramuka, jadi konsisten dengan yang tadi. Jadi
secara keseluruhannya, Kepramukaan bertujuan membentuk Pramuka memiliki watak,
kepribadian, dan kecakapan, itu sebagai kader bangsa dalam menjaga dan
membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila,
mewujudkan masyarakat adil dan beradab, ganti apa itu... ganti tempat, melestarika
lingkungan serta menjaga perdamaian dunia. Melestarikan lingkungan hidup dan
menjaga perdamaian dunia itu hanya changes saja, tukar tempat. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke terima kasih. Dari Golkar tadi memasukkan Pramuka, jadi warga negara
menjadi Pramuka, sementara yang lain setuju dengan pemerintah untuk merubah
posisi, perdamaian dunia dan lingkungan hidup. PDIP silakan!
86
F.PDIP (DRS. UTUT ADIANTO)
Kami seperti biasa tetap dengan Gerakan Pramuka, yang lainnya sama seperti
yang disampaikan Ibu Popong. Gerakan Pramuka bertujuan untuk membentuk
Pramuka memiliki watak, kepribadian, dan kecakapan hidup dan seterusnya, tetapi
kami merasa tidak perlu harus ditambah menjaga perdamaian dunia, karena ini
kejauhan, porsi ini sendiri saja sudah bagus begitu. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, saya kira sudah jelas ya, jadi Gerakan Pramuka PDIP dan perdamaian
nggak usah, ini urusan apa, TNI apa.... oke jadi PDIP tidak setuju dengan perdamaian
dunia, ini katanya. Oke, lanjut PKS!
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
PKS sama dengan usulan DPR, sama-sama oleh usulan Bu Popong tadi ganti
Pramuka, setelah itu menambah akhlak mulia, dan akhlak mulia.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, PKS menambahkan akhlak mulia, tadi usulan dengan Golkar setuju dan
tambahkan akhlak mulia. Akhlak mulia dimana posisinya?
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
Setelah kecakapan hidup.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, jadi memiliki watak, kepribadian dan kecakapan hidup, serta ahklak mulia,
oke. Kemudian PAN silakan!
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
Tetap dengan usulan DPR, ya sama dengan usulan PKS, tujuan dari
pendidikannya yang dari pemerintah itu kan secara keseluruhan tujuannya
Kepramukaan, maksudnya dalam Pramuka tidak hanya pendidikan yang diambil
manfaatnya, namun juga pelatihan, efek kepribadian dan seterusnya, sehingga jika
hanya pendidikannya, makna Pramukanya terlalu sempit. Tujuan kepramukaan yang
dimaksud ada proses mengikuti Pramuka menjadi generasi muda yang berkhlak mulia
dan membangun karakter bangsa, itu.
87
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, dari PAN juga bersepakat untuk menambahkan akhlak mulia, posisinya
kepramukaan pada... seperti DIM dari DPR. Lanjut PPP silakan!
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Iya, ada sisi kesamaan dengan pemerintah, kepramukaan bertujuan untuk
membentuk Pramuka memiliki watak, kepribadian, akhlak mulia, dan keimanan, serta
kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga bla bla bla sampai habis dalam
konsep pemerintah, jadi ada beberapa sisi kesamaan tentang akhlak mulia dan nilai-
nilai keimanan dengan pemerintah. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, ini sebenarnya di dalamnya substansinya pemerintah ini ada akhlak
mulia.... nilai keimanan, jadi saya kira di dalamnya ini lengkap ini yang pemerintah,
tinggal diujungnya ini... di apa, di depannya. Ya ini antara kepramukaan, pemerintah
yang posisi pendidikan kepramukaan, tadi dari PDIP Gerakan Pramuka, oke. Sekarang
jadi opsi saya tinggal dua saja saya ini, Kepramukaan atau Gerakan Pramuka.
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Pimpinan sebaga catatan untuk di timus nanti, ini ada dari pemerintah kan ada
istilah ketrampilan hidup, kayaknya ada pembakuan kecakapan hidup sesuai....
kecakapan hidup jadi, pemerintah sudah setuju, pemerintah.....
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, saya kira saya silakan pemerintah mungkin mengelaborasi, tadi ada
kecapakap hidup menjadi ketrampilan hidup, silakan!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Pertama saya menegaskan bahwa tujuan ini adalah Gerakan Pramuka, jadi kita
betul-betul kita ada dua poros, tapi bukan poros yang baru. Kemudian yang kedua Pak
Ketua, saya setuju untuk menginsert Pramuka, jadi di kaum muda diganti dengan
Pramuka, dan saya juga tidak keberatan ketrmapilan hidup menjadi kecakapan hidup.
Terima kasih.
88
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke Bapak Ibu sekalian, rumusannya sudah sama kepramukaan atau Gerakan
Pramuka kan gitu, terus ada warga negara menjadi Pramuka, kemudian yang
belakngnya ada saya kira bersepakat, ya kalau ketrampilan hidup... kecakapan hidup
bersepakat, dan akhak mulian dan keimanan saya kira juga tidak ada masalah, sepakat
ya, saya kira tidak problem, dan yang belakang tinggal masalah perdamaian, nanti
dinegosiasikan dengan PDIP, perlu damai apa enggak ini..(tertawa bersama).
F.PDIP (DRS. UTUT ADIANTO)
Maksud kami justru kita ingin menjadi bangsa yang serius, yang kejauhan nggak
usah dipikirin, kalau ini kan perdamaian dunia ini kan urusannya kalau memang itupun
nanti TNI yang maju kan begitu, nah artinya kalau kita sudah taat hukum tadi sudah
pasti damailah dunia ini, kan begitu. Nah kalau tadi ada sedikit yang belum pas,
Gerakan Pramuka yang kami maksud kami sama dengan usulan inisiatif, jadi tidak
perlu ditambah-tambah yang banyak sekali ini tadi, watak, kepribadian, akhlak mulia, ini
kan terlalu sangat agamis, sementara itu kan tetap kita inginnya menjadi Pramuka yang
ke depan itu yang kami harapkan tadi, yaitu yang patriotik, cerdas, cakap, taat hukum
gitu intinya. Jadi kalau memang mau ditambahin ini boleh saja, tapi kami juga
ditambahin yang tadi, jadi panjang lagi gitu, ada ditambahin patriotik dan taat hukum.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke saya kira begini, ini ada tambahan, pointnya dari PDIP ini dua, yang
pertama patriotik, taat hukum, kemudian yang kedua perdamaian dunia itu diliaskan,
saya kira gini, usulan yang saya tawarkan kalau ini bia disepakati, saya kira tinggal
kepramukaan atau Gerakan Pramuka, selebihnya tadi subtansi... isi point-point, nanti
saya kira kita dianukan di timus, jadi ini nanti point terbuka jadi kita sepakati, tetap nanti
diforum lobi, begitu ...(tidak jelas) selesai, nanti ke timus, point-point tadi masalah
perdamaian dunia yang dicabut, kemudian masalah apa, taat hukum, patriotik dan
seterusnya, tapi saya minta tetap ini dicatat usulan dari DPIP nanti kita bicarakan di
timus. Begitu ya untuk DIM 32, 33, dan 34 tinggal dua alternatif dengan dua catatan tadi
usulan PDIP untuk dibahas di timus, kalau nanti yang opsinya disetujui.
Begitu Bapak Ibu sekalian? Bismillahirrahmanirrahim, setuju.
(Ketok Palu : 1 kali)
Kita masuk ke DIM berikutnya, ini ada 4 DIM sekaligus ini, DIM 35, 36, 37, dan
38 ya satu paket, karena judul dan isi sehingga nanti bisa menjadi satu kesatuan, satu
89
tarikan nafas. Kami persilakan dari pemerintah, ini karena yang dari DPR hanya judul
saja Bab III Pendidikan Kepramukaan sama tapi isinya di dalam berbeda, silakan!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Terima kasih Bapak Pimpinan.
Mohon ijin saya menjelaskan bahwa di dalam Bab III ini tidak ada perbedaan
antara pemerintah dengan DPR, hanya kami menambahkan landasan Pendidikan
Kepramukaan memang ini sudah merupakan pertama, ini adalah merupakan satu
sistem yang sudah mantab sampai sekarang ini sejak Gerakan Pramuka itu ada di
Indonesia.
Dan yang kedua, ini merujuk kepada world organisation of scoup movement, jadi
memang ada disitu, karena kita tidak bisa melepaskan diri dari organisasi dunia, nah
sehingga ada berimplikasi ke belakangnya, mohon maaf kalau saya mendahului, itu
ada basic principle, disini prinsip dasar, jadi ini landasan untuk pendidikan
kepramukaan. Pendidikan Kepramukaan diselenggarakan berlandaskan pada prinsip
dasar kepramukaan. Nah ini juga disemua negara juga ada prinsip dasar kepramukaan,
seperti di Malaysia itu ada prinsip pengatap gitu.
Kemudian Kode Kehormatan Pramuka, saya kira kita sudah mengetahui bahwa
Kode Kehormatan Pramuka dari mulai Dwi Satya, Dwi Dharma, Tri Satya, Dasa
Dharma itu merupakan basic atau suatu landasan untuk menyelenggarakan Pendidikan
Pramuka. Jadi tidak ada di dalam setiap pendidikan kepramukaan yang tidak
menggunakan Dwi Satya dan Dwi Dharma.
Kemudian Metode Kepramukaan dan Sistem Among, ini Sistim Among ini adalah
merupakan satu khas Indonesia di dalam melakukan Pendidikan Kepramukaan, jadi
tidak mengajarkan tetapi memberikan contoh-contoh, memberikan keteladanan. Begitu
Bapak.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih Pak Drajat untuk DIM 35, 36, 37, dan 38. Jadi ini substansinya
memang pemerintah mengajukan adanya pendidikan kepramukaan berlandaskan itu
ada 4, nah memang kemudian di DIM asli di DPR itu dasar kepramukaan, pemerintah
menambahkan adanya prinsip dasar atau basic prinsiple, prinsip dasar ini saya kira
satu hal yang nanti akan menjadi bagian dari pembahasan kita.
Saya berikan kesempatan yang pertama untuk DIM 35, 36, 37, dan 38 sekaligu dari
Demokrat, kami silakan!
90
F.PD (JEFISTSON R. RIWU KORE)
Seperti biasa setuju dengan ini, kebetulan ini juga bagus dan baru....(tertawa
bersama).
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Mantab sudah pokoknya ya, jadi Demokrat setuju dengan usulan pemerintah.
Lanjut Golkar!
F.PG (Ir. H. ZULFADHLI)
Ya idem, sama setuju dengan masukan dari pemerintah.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, wah ini Gokar setuju, langsung ini, luar biasa.
PDIP, silakan!
F.PDIP (PUTI GUNTUR SOEKARNO, S.IP)
Kami setuju, tapi ada sedikit redaksional, catatan, berusaha untuk konsisten,
Pendidikan Kepramukaan menjadi Pendidikan Gerakan Pramuka, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke silakan... jadi dari PDIP mengusulkan redaksinya Pendidikan Gerakan
Pramuka, ya dari PDIP.
Kemudian ke PKS, silakan!
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
Ya, dari PKS sebenarnya kan ketika draft dari DPR ini hanya mencantumkan
Pendidikan Kepramukaan, ini kan berdasar pada perdebatan juga. Ketika awal waktu di
DPR itu persoalan Pendidikan Kepramukaan itu diserahkan kepada masing-masing
kepanduan, karena mereka sudah punya sistem pendidikan yang jelas asal tidak
bertentangan dengan dasar negara, bertentangan dengan azas negara kita, itu saja,
akan berhimpun dalam suatu asosiasi nanti. Itu dasarnya yang tadi, kenapa tidak ada?
Nah sudah akan diatur di masing-masing AD ART setiap organiasasi Kepramukaan itu.
Untuk sementara saya masih pakai Bab III saja, Pendidikan Kepramukaan, putaran
pertama saya masih setuju dengan apa yang diusulkan oleh DPR. Terima kasih.
91
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih, PKS berpatokan pada DIMnya DPR, singkatnya belum bersepakat
dengan DIM dari pemerintah. Silakan PAN!
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
Setuju dengan usulan pemerintah, apalagi Pak Jefri sudah kasih kode dari
tadi..(tertawa bersama).
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Wah ini ada kode-kodean ini ya, dan ini semakin seru, nampaknya ini kita full ini,
bisa 9 fraksi hadir semua tampaknya ini, dari PKB, Gerindra, Hanura, lengkap. Jadi
setelah terbuka lebih bersemangat lagi, sudah on kita ya, Pak Jamal sudah on kita ya...
Oke, Bapak Ibu sekalian, lanjut kita dengan PPP, ini bagi yang baru datang jadi DIM 35,
36, 37, dan 38 satu tarikan nafas, silakan!
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Ya, saya kira sebetulnya ngegantung gitu, saya inginnya ada..ada Pasal 39, 40
sekaligus satu paket, tapi tidak apa-apa lah. Jadi untuk sementara.....(berbicara
bergantian)...... Boleh saya lanjutkan berbicara?
ANGGOTA
Boleh...boleh…boleh….(tertawa bersama).
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Saya setuju dengan usulan inisitaif DPR.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
PPP setuju dengan usulan DPR, ya oke. Jadi posisi PPP setuju dengan usulan
inisiatif DPR DIM 35, 36, 37, dan 38. PKB, oke lanjut silakan PKB!
FPKB (MUH. HANIF DHAKIRI)
Pertama saya ingin menyetujui dari usulan pemerintah dengan pertimbangan
bahwa karena ini menyangkut juga substansi dari Pendidikan Kepramukaan dan saya
kira yang tempo hari pernah saya sampaikan juga, ini..ini agak rentan, kepanduan ini
agak rentan, dia bisa menjadi medium untuk pendidikan terorisme juga, dia bisa
menjadi... enggak...enggak ini fair saja, fair saja, saya ingin buka ini, jadi biar … biar
92
kita tidak ... tidak tedeng aling soal ini, jadi saya setuju ini dimasukkan karena
pertimbangan itu, jadi biar ada kerangka dasarnya. Jadi misalnya nggak ada di
Pramuka itu soal Allahu Akbar, atau misalnya haleluya yang berlebihan sudah ndak
ada, jadi tetap Pramuka, kira-kira itu. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke PKB setuju dengan usulan pemerintah.
Selanjutnya Gerindra!
…
Belum, sebentar bos baru... baru melek..(tertawa bersama).
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, Hanura? Oke silakan!
FP. HANURA (H. HERRY LONTUNG SIREGAR)
Kita sudah juga baru masuk, tapi saya tetap masih bertahan kepada usulan
DPR.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, jadi Hanura... tetap dari usulan DPR.
Oke saya kira tadi ada beberapa hal yang perlu ditanggapi pemerintah terkait
dengan tadi ya, hal-hal yang sifatnya... jadi apakah hal yang diusulkan pemerintah ini
sesuatu yang tadi misalnya sesuatu yang harus dielaborasi di undang-undang ini,
sementara tadi ada sebagian yang menyatakan diserahkan kepada masing-masing. Ini
saya kira apa urgensinya sehingga ini nanti perlu diatur detail di undang-undang.
Silakan Pemerintah!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Baik. Ada tiga urgensinya, urgensi dari yang paling substansial bahwa setiap kita
melakukan pendidikan pasti memerlukan landasan olahnya, itu sudah pasti. Ibaratnya
kita mau terbang Pak, pesawat, itu harus ada landasan, kalau tidak ada landasannya
sulit pesawat itu untuk bisa terbang. Tetapi landasan kepramukaan yang kami
diskripsikan disini adalah sesuatu juga yang memberikan kepada kita arah, bahwa
jangan melaksanakan Pendidikan Kepramukaan itu tanpa arah dan tanpa tujuan, dan
tanpa landasan. Inilah yang menjadikan landasannya, mengingatkan kepada kita
karena saya suah mengemukakan bahwa dalam melaksanakan Pendidikan
93
Kepramukaan juga ya memang harus sistemik, harus sistimatis, jelas tujuannya, jelas
arahnya. Ini adalah merupakan formula yang akan memberikan penguatan pada saat
kita akan melaksanakan kegiatan Pendidikan Kepramukaan.
Terima kasih Pak Ketua.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih. Bapak Ibu sekalian, jadi tampaknya posisinya tetap pada DIM
PDR, artinya tidak setuju dengan DIM pemerintah, ada yang bersepakat dengan DIM
pemerintah. Nah ini saya kira kita akan memberi kembali kesempatan yang kedua
barangkali ada pergeseran, untuk ada beberapa hal yang mungkin bisa disampaikan,
kami juga nanti kesempatan yang baru datang sekaligus bisa merefresh, bisa
menyegarkan. Kami persilakan kembali ke Demokrat!
F.PD (THERESIA EE. PARDEDE, S.Sos)
Ya, tetap pada pendapat kami sebelumnya Pimpinan, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke tetap setuju dengan DIM pemerintah.
Lanjut Golkar !
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
Terima kasih.
Mengapa ...(berbicara bergantian)
F.PG (Ir. H. ZULFADHLI)
Tetap Pak, tetap tidak berubah dari usulan pemerintah.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, jadi Golkar setuju terhadap usulan pemerintah, oke ya, kemudian PDIP!
F.PDIP (DRS. UTUT ADIANTO)
Masih tetap Pak.... ini saking semangatnya dua-duanya rebutan...(tertawa
bersama), jadi kami tetap dengan catatan yang kesemuanya kepramukaan diganti
Gerakan Pramuka.
94
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya jadi dari PDIP kepramukaan menjadi Gerakan Pramuka, pendidikan Gerakan
Pramuka dan seterusnya. Oke selanjutnya dari PKS!
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
Ya, masih tetap dengan pendapat tadi, bahwa ini masih pada usulan DPR
dengan pertimbangan tadi bahwa apa yang dikhawatirkan oleh Saudara Hanif itu
sebenarnya memang perlu dijaga memang, jangan sampai kepanduan itu gerakan-
gerakan lainnya itu menjadi sumber dari teroris ya, tapi saya setuju itu semangatnya itu,
Cuma itu kami tenang saja karena kita sudah sepakat dengan azas organisasi kita,
tidak akan menyimpang dari Pancasila dan juga pada prinsip pembentukan karakter
bangsa kita sudah setuju pengertian pendidikan yang di atas. Cuma masalah
metodologinya itu bisa beda-beda metodologi, mencapai karakter bangsa itu tiap
sekarang ini kepanduan ini masing-masing sudah berjalan dengan baik, tinggal
membentuk karakter bangsa masing-masing, bahkan pesantren saja dengan
metodologi saja sudah dengan.. bisa membentuk karakter bangsa.
Jadi saya pikir untuk Pendidikan Kepramukaan ini cukup diserahkan AD ART
masing-masing organisasi dan berdasarkan mereka berazaskan Pancasila itu, saya
pikir itu. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, dari PKS menegaskan memberikan argumentasi tambahan terkait dengan
masalah... dia tetap pada patokan DIM DPR. Selanjutnya PAN!
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
PAN masih tetap Pak, masih dilihatin...(tertawa bersama)...
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Masih tetap setuju dengan DIM pemerintah.
PKB!
F.PKB (MUH. HANIF DHAKIRI)
Tetap...tetap, masih seperti yang dulu Pimpinan, intinya perlu landasan.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, perlu ya, jadi setuju ya, oke setuju dengan DIM pemerintah. Oke, PPP!
95
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Ya, saya ingin memperoleh penjelasan makna substansi dari cakupannya prinsip
dasar, ini erat kaitannya dengan landasan tadi, sesungguhnya tanpa landasan dan apa
dari prinsip dasar ini pemaknaan penjelasan di Pasal 7 atau di Pasal 5 menjadi ...
sesungguhnya sama, hanya memang di pemerintah ini uraiannya lebih dijabarkan,
untuk uraiannya saya kira saya sepakat, tetapi mengenai pemaknaan prinsip di dalam
dasar kepramukaan ini saya tidak tahu dimana letaknya begitu, karena menurut saya
dasar kepramukaan itu justru sudah menjadi acuan, menjadi basis, menjadi apa lagi lah
namanya gitu. Tanpa perlu landasanpun dasarnya memang sudah harus begitu gitu.
Oleh karena itu kenapa tadi saya tidak setuju dengan apa penggunaan landasan,
demikian juga dengan penggunaan prinsip dasar, kan begini logikanya, ketika
digunakan yang prinsip berarti ada hal-hal yang tidak prinsip begitu loh, kan logikanya
harus begitu. Apa logical framework dalam perumusannya harus seperti itu, sementara
ini kan tidak ada, kan ini merupakan satu-satunya ini loh dasar kepramukaan itu
bla..bla..bla gitu. Dan oleh karena itu menurut saya tanpa harus menggunakan kata...
menyertakan kata prinsip pun saya kira sudah sangat cukup.
Oleh karena itu untuk judul, saya lebih setuju Dasar Kepramukaan, tetapi untuk
uraian mungkin kalaupun ini belum dibuka, saya banyak hal yang setuju dengan
pemerintah. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, tadi PPP setuju dengan pemerintah dengan merubah catatan, termasuk
definisi landasan...apa, prinsip dasar tadi yang perlu lebih diperjelas.
Selanjutnya Gerindra!
FP.GERINDRA (JAMAL MIRDAD)
Ini kan orang baru nih ceritanya ini, meneruskan Ibu Nora ini Kepramukaan
....(tertawa bersama)..ya Ketua, jadi memang dasar kepramukaan mudah-mudahan
tidak salah, dasar kepramukaan dan prinsip dasar kepramukaan saya kira kalau ini
tidak begitu banyak perbedaan, tapi uraiannya saya juga setuju dengan pemerintah,
bahwa 1, 2, 3 dengan alenia yang disebelah sini ini memungkinkan sekali untuk kita
setujui. Jadi pada prinsipnya setuju dengan pemerintah, kurang lebih begitu.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, kali ini Gerindra setuju dengan pemerintah. Hanura silakan!
96
FP.GERINDRA (JAMAL MIRDAD)
Prinsip Dasar Kepramukaan atau Dasar Kepramukaan ini saya kira ya sama
saja, Dasar Kepramukaan juga harus punya prinsip, prinsip juga harus punya dasar.
Jadi ya pemerintah dengan DPR saya kira lebih sana duluan.....(tertawa bersama),
sesekali harus seperti itu Pak Ketua, sesekali harus seperti itu saya kira... selamat sore
Pak pemerintah...(tertawa bersama)....
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke terima kasih Pak Jamal. Pak... Hanura sekarang!
FP. HANURA (H. HERRY LONTUNG SIREGAR)
Kita minta penjelasan dari pemerintah ini, apa sih bedanya prinsip dasar dengan
dasar gitu? Tolong berikan pencerahan kepada kita gitu... (pembicaraan bergantian)...
Sebenarnya tolong diberikan pencerahan ke kita gitu, ya isinya sebenarnya semua
hampir sama ini ya, karena ini hanya pengaturan kata-kata bisa berubah artinya gitu ya
kan, tolong diberikan penjelasan sama kita, itu saja. Terima kasih Pak.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, saya kira Ibu Bapak sekalian, jadi memang beberapa hal sebenarnya tidak
banyak perbedaan, Cuma memang beberapa hal perlu dielaborasi beberapa
terminologi, istilah tadi yang perlu lebih lanjut diberikan respon oleh pemerintah.
Dipersilakan!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Tapi mohon ijin Pak, pakai bagi-bagi tugas, demokrasi juga, jadi ini dari pusat
bahasa untuk menjelaskan.
AHLI BAHASA
Baik, terima kasih Pak Pimpinan.
Dasar itu memang punya banyak arti dalam bahasa Indonesia. Jadi dasar yang
ada di prinsip dasar itu maknanya berbeda dengan dasar yang artinya pondasi, dasar
ya. Dasar laut itu artinya bagian paling bawah laut, tapi dasar yang ini, itu berarti utama,
fundamental boleh dikatakan begitu, yang utama. Jadi kalau ini prinsip ini yang minimal
harus dipenuhi oleh Pendidikan Kepramukaan, masih ada prinsip-prinsip yang lain
tetapi tidak dianggap prinsip dasar. Saya kira itu penjelasan pendeknya Pimpinan,
mudah-mudahan membantu.
97
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya, jadi ini memberikan dia apa, atribut..atribut barangkali kalau dibahasa apa
namanya itu...
AHLI BAHASA
Keterangan.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Keterangan ya, penegasan atau keterangan ya prinsip dasar, hal-hal yang
pokok.
Nah Bapk Ibu sekalian, jadi tampaknya dari dua putaran ini masih adaa
beberapa yang memang belum bersepakat, yang pertama ada yang berpatokan tetap
pada rumusan DPR, artinya tidak perlu ada DIM pemerintah. Sebagian juga setuju
dengan DIM pemerintah ya. Kemudian ada lagi yang setuju dengan dua... (tdk jelas)…
dengan penyempurnaan. Misalnya dari PDIP Pendidikan Kepramukaan menjadi
pendidikan Gerakan Pramuka. Ini saya kira posisinya seperti itu, jadi memang tidak bisa
diposisikan sebagaimana DIM-DIM sebelumnya yang bisa tinggal dua, nanti jadi
tampaknya kita belum bersepakat tapi masih variantnya menurut Pak Utut masih cukup
banyak ini, kalau dalam catur itu. Ya jadi tampaknya untuk DIM 35, 36, 37, dan 38 itu
masih ada tiga alternatif ya, jadi tampaknya belum bisa disepakati.
Mau ada yang berpendapat?
F.PKB (MUH. HANIF DHAKIRI)
Pendapat saja.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke silakan!
F.PKB (MUH. HANIF DHAKIRI)
Pendapat umum, tapi jangan diarahkan ke setuju atau tidak setuju ya. Begini, ini
kan kaitannya dengan soal rancang bangun dari sebuah sistem pendidikan di dalam
Gerakan Pramuka. Jadi misalnya ada beberapa teman yang berargumen ini, oh itu
hanya persoalan metode bisa diserahkan kepada kelompok masing-masing,
kepanduan masing-masing misalnya. Soal prinsip dasar apa yang penting azasnya apa,
sudah dibundeli, sudah diikat gitu, tapi dalam pemahaman saya, menurut saya memang
98
ini diperlukan, ini karena menyusun ibaratnya dari A sampai Z nya, mulai dari azas nya
kemudian sampai agak detailnya, kenapa? Karena satu ini yang terkait dengan soal
pendidikan karakter, sehingga kita ini perlu membuat apa, merancang bangun yang
cukup lengkap lah.
Yang kedua sebagai contoh misalnya kalau metode, metode serahkan saja
kepada kelompok-kelompok kepanduan yang ada. Pertanyaan saya adalah, boleh
enggak pakai menggunakan cara militer mendidik itu, latihan pakai senjata misalnya.
Jadi kalau misalnya metode tidak kita bahas, besok itu kepanduan bisa didik pakai
latihan... pakai latihan kemiliteran, jangan bisa. Nah oleh karena itu pada level metode
saja merasa perlu kemudian untuk mengatur ya kan, berarti ke atas dan ke bawahnya
menurut saya juga perlu begitu, diatur. Nah ini sebagai pertimbangan, terima kasih
Pimpinan.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih dari Pak Hanif, tadi catatan, jadi tampaknya memang belum ada
titik temu, jadi kita untuk DIM 35, 36, 37, dan 38 belum disepakati, nanti akan kita bahas
lebih lanjut.
(Ketok Palu : 1 Kali)
Bapak Ibu sekalian, DIM berikutnya, ini saya tidak tahu ini tampaknya kok
bayangan saya ini DIM nya tidak sepanjang ini, mungkin ada... saya tidak tahu, apakah
memang ada penomoran yang keliru? Bukan... karena DIM pemerintah ini panjang,
ayat 1, 2, 3 kok satu DIM, rasanya kok tidak begini, wong pasal saja satu DIM, tapi
pada DIM 41, ini kok satu apa, satu pasal.... iya, ini tampaknya ada kekeliruan, betul
ya? Betul ya, jadi tampaknya ini bukan satu DIM 41, ini ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4,
yang ke 5 bahkan... nggak bisa bernafas kita ini kalau anu, ini tampaknya yang benar
ini adalah Prinsip Dasar ayat 1 ini satu DIM. Dua, Nilai Dasar sampai... bahkan
sesungguhnya point-point A B satu DIM, penting, iya kan, kan begitu kan. Nah ini
bagaimana cara manata ulangnya ini, karena kalau tidak ini bisa susah kita, karena
penomoran DIMnya sudah terlanjur tertata begini. Mungkin begini, polanya yang saya
usulkan, jadi 41 Azas saja, biar tidak merubah konstruksi, jadi kalau begini, misalnya
ayat 1 itu adalah 41 Azas, ini DIMnya pemerintah ini ya. Kemudian untuk 2, itu adalah
sampai meliputi itu B. Kemudian A. Iman dan seterusnya C, dan selanjutnya begitu.
Baik, tapi harus diprint lagi khusus... tolong mungkin sebentar, kita minta untuk di
printkan dibagikan ulang, khusus untuk DIM 41 ya, jadi mungkin kita break sebentar
untuk ini, tolong ditata ulang ya, jadi ayat 1 itu 41 Azas ya, kemudian... ini yang di
99
pemerintah ya, kemudian ayat 2 sampai meliputi Berdasarkan, A...C, kemudian Peduli...
B itu D, dan seterusnya. Kemudian ayat 3 lagi dan seterusnya ya.
Tolong dirapikan, nanti di print terus dibagikan, sehingga ini nanti dibalik, bisa
segera... ya Pak, ini..ini nggak mungkin ini..ini nggak benar ini, karena kayak gini nggak
betul, karena pasal saja Pasal 7 ini satu DIM gitu, jadi keliru ini pasti. Sebentar... kalau
begitu apa kita lanjut? Nggak bisa ya, jangan ya, bisa mis ya....
F.PDIP (DRS. UTUT ADIANTO)
Ijin Pak Ketua, jangan dilanjutkan karena nanti bisa kebolak... kabalik
maksudnya.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Itu kita beri kesempatan sebentar, tenaga ahli untuk dibereskan, untuk nanti
dibagikan.
Kita skors dulu lah, 5 menit ya, barangkali kalau ada yang mau ke belakang.
(Ketok Palu : 1 Kali )
Rapat diskors 5 menit pada Pukul 16.30 WIB.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
... jadi tadi kita sampai pada DIM 41 ya, jadi ini ada permasalahan teknis, ini
urusan gaptek ini, gagap teknologi ini..(tertawa bersama), jadi kalau diprint juga tidak
muncul rupanya, saya juga ndak tahu mungkin kalau ditampilkan bisa enggak muncul?
Oke ditampilkan saja, jadi ini ada problem teknis, ini memang juga tampaknya waktunya
juga sudah hampir jam 5... oke coba ditampilkan dulu, kita rapikaan dulu ya, jadi DIM
41A itu Prinsip, ini 41 A. Kemudian ayat (2) itu Berdasarkan, 41 Berdasarkan, kemudian
ayat (3) c, 41 c, kemudian (4) d, dan (5) e. Saya ulangi, di Pasal 7 atau DIM 41, jadi
Pasal 7 pemerintah ini, prinsip dasar ini ayat (1) ini Azas, jadi 41A. Dua, nilai-nilai itu
Berdasarkan, ayat (3) c, (4) d, (5) e. Jadi ini sementara manual dulu nanti akan
dirapikan dan akan diprint dibagikan ya. Oke ya, jadi ini biar konsisten karena
dibelakang juga begitu, nanti akan dirapikan, ini banyak ternyata yang tidak konsisten,
ya beberapa tadi ada yang digabung ayatnya, ayatnya kemudian disatukan, jadi ini
sekarang distandarkan satu ayat itu satu DIM per ayat.
Oke Bapak Ibu sekalian, kita akan masuk kepada DIM 39, 40, Dan 41. Nah tapi
tampaknya 41 ini memang meskipun panjang ini tapi satu rangkaian, ini yang agak....
ya, jadi a, c, d, ini satu rangkaian. Prinsip dasar kemudian nilai kepramukaan ini satu
100
dasar. Tapi mungkin agar lebih enak, kita mungkin dimulai dari 39, 40, kemudian 41 A
dan Berdasarkan, jadi karena 41 A dan B ini, A dan B satu rangkaian nanti C dan D dan
seterusnya ya.
Oke Bapak Ibu sekalian, jadi aslinya dari DPR atau rumusan awal itu bagian
kesatu DIM ke 9 itu Dasar Kepramukaan, pasal 5 pemerintah menjadi pasal 7, ayat (1)
dasar kepramukaan mencakup nilai dan keahlian kepramukaan dalam upaya
pembentuk watak, kepribadian dan kecakapan hidup kader bangsa, itu, kemudian ini
karena masih satu DIM menjadi... karena susah ini dipisah, kita sudah terlanjur.
Kemudian dasar kepramukaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 itu terdiri atas nilai
kepramukaan dan kegiatan pendidikan kepramukaan. Nah kemudian pemerintah
mengajukan perubahan dan tambahan, kami persilakan, mungkin kita batasi sampai 39,
40, 41 A dan B, dipersilakan!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Terima kasih Bapak Pimpinan.
Mulai dari DIM nomor 39, kalau dari panja DPR DIM nomor 39 itu adalah bagian
kesatu dasar kepramukaan, sedangkan yang dari pemerintah kami usul diubah dan
ditambah bagian kesatu ini sehingga menjadi paragraf satu, dan judulnya adalah
Prinsip Dasar Kepramukaan, tadi sudah dijelaskan Prinsip Dasar Kepramukaan ini
adalah begitu banyak dasar-dasar Kepramukaan yang bisa diakses, tetapi kami dari
pemerintah menetapkan bahwa inilah prinsip dasar, artinya sesuatu yang minimal yang
harus ada dan harus menjadi bahan rujukan di dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
Kepramukaan.
Kemudian yang di pasal 40, di DIM 40 pasal 5 karena kami ada perubahan-
perubahan, maka diubah pasal 5 menjadi pasal 7, ini hanya struktur saja sebetulnya.
Nah sekarang mulai pada substansi DIM 41 A, kami menjelaskan bahwa prinsip dasar
kepramukaan sebagaimana dimaksud pada pasal 6 tadi yang diatas sudah ada huruf a,
ini mencakup nilai-nilai kepramukaan. Dan ini memang mohon maaf Pak Ketua, jadi
antara satu dalam kurung dengan dua tidak bisa terlepas, jadi mohon maaf kalau saya
sampai apa namanya, lanjutkan, mohon ijin...
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya.
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Kemudian yang keduanya, nilai-nilai kepramukaan sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 meliputi ini iman dan taqwa kepada Tuhan YME, peduli terhadap bangsa dan
101
tanah air, sesama hidup dan alam seisinya, peduli terhadap diri pribadinya dan taat
kepada kode kehormatan Pramuka. Ini barangkali ini dulu, ini yang menjabarkan dari
nilai-nilai kepramukaan, nilai kepramukaan seperti yang tercantum atau dimaksud
dalam ayat 1, ini meliputi butir satu kurung ini, yang tadi a, b, c, dan d, begitu Bapak
Ketua.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya terima kasih. Jadi saya kira kita melihta pemerintah mengajukan ada
beberapa hal yang terminologi maupun juga isinya yang berbeda, kita mulai dari DIM
39, 40, 41A dan B ya, oke dipersilakan dari Demokrat yang pertama kali, silakan!
F.PD (VENNA MELINDA)
Kami dari Fraksi Partai Demokrat setuju, karena menurut kami Pendidikan
Kepramukaan itu mengajarkan nilai-nilai kepramukaan yang sebetulnya merupakan
intisari dari kurikulum Pendidikan Kepramukaan itu sendiri ya. Jadi pada dasarnya
untuk menghasilkan kaum muda yang memiliki karakter bangsa, kami setuju dengan
apa yang sudah tertulis dari pemerintah.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, Demokrat setuju dengan usulan pemerintah, selanjutnya Golkar silakan!
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
Terima kasih Pimpinan.
Mengacu kepada DIM nomor 39, dimana kami sudah menyetujui dengan istilah
Prinsip Dasar Kepramukaan, maka tentu saja untuk DIM selanjutnya itu judulnya adalah
Prinsip Dasar Kepramukaan. Bahwa itu bagian kesatu atau paragraf kami kurang begitu
ngerti, silakan saja dari ahlinya. Kemudian untuk DIM selanjutnya, sebelumnya mau
bilang terima kasih, jadi tidak ada yang usul Kepramukaan ini diganti dengan Gerakan
Pramuka, terima kasih, jadi ini sudah Prinsip dasar nilai-nilai kepramukaan, nggak ada
yang usul Prinsip Dasar Gerakan Pramuka, jadi terima kasih. Jadi dalam hal ini kami
tentu saja... karena uraian-uraian yang dari pemerintah, Kepramukaan ya ini bukan
Gerakan Pramuka ya, karena uraiannya itu menurut saya sebagai salah seorang yang
memang aktivis di Pramuka, hal-hal yang tercantum disini, ini akan sangat baik kalau
nanti kita terapkan untuk gugus-gugus depan yang akan dibentuk oleh semua lapisan
masyarakat, terima kasih.
102
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih Tje Popong, jadi sepakat ya dengan usulan pemerintah redaksinya
ya Golkar. Oke lanjut PDIP!
F.PDIP (DRS. UTUT ADIANTO)
Terima kasih Pimpinan.
Kami prinsipnya setuju dengan apa yang disampaikan oleh pemerintah, hanya
kepramukaan seperti biasa kita ganti Gerakan Pramuka, ini kawan lamo soalnya. Yang
pertama kami setuju yang disebut A kami setuju, jadi Prinsip Dasar Gerakan
Kepramukaan, nah yang B nya Nilai-nilai Gerakan Pramuka sebagaimana dimaksud
pada ayat A meliputi 1 kecil mestinya, bukan iman dan taqwa kepada Tuhan YME, tapi
1) patriotisme dan cinta tanah air, 2) Kepemimpinan dan Kepeloporan, 3)... ini tentunya
satu kecil, dua kecil, tiga kecil, Peduli terhadap sesama dan alam seisinya, 4) Taat
kepada kehormatan Gerakan Pramuka Indonesia, dan yang terakhir berbudi pekerti
luhur. Terima kasih,
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke dari PDIP ada perubahan usulan dari pemerintah, kemudian isinya berbeda,
tolong dicatat ini bagian dari pendapat dari Fraksi PDIP, selanjutnya PKS, silakan!
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
PKS melihat usulan DPR, saya pikir dengan kata dasar Kepramukaan itu sudah
cukup, karena saya pikir prinsip dasar itu akan tumpang tindih ketika di dalamnya ada
nilai-nilai. Jadi kalau bicara dasar, maka nanti ada nilai-nilai di dalamnya, tapi kalau
prinsip dasar terus ada nilai-nilai lagi, ini saya pikir agak terlalu tumpang tindih, saya
pikir cukup dengan Dasar Kepramukaan cukup, nanti ada nilai-nilai di dalamnya itu
menjadi prinsip, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, jadi dari PKS tetap pada posisi DIM DPR ya, oke. Lanjut PAN!
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
Setuju dengan pemerintah.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, dari PAN setuju dengan pemerintah. Selanjutnya PPP!
103
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Ya, yang pertama untuk penggunaan prinsip saya kira tidak perlu, jadi cukup
dasar kepramukaan, uraiannya... mohon maaf tadi sampai c ya atau sampai d? Oh
sampai b, ya bersepakat dengan pemerintah.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, jadi bersepakat dengan pemerintah usulannya ya.
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Pengecualian kata prinsip tidak diperlukan, jadi dasar...
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Tidak diperlukan, jadi hanya dasar saja.
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Ya, demikian juga di pasal paragraf satu Dasar Kepramukaan, pasal 7 ayat 1
Dasar Kepramukaan sebagaimana bla bla bla, nilai kepramukaan bla bla bla, setuju.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, jadi intinya PPP sepakat hanya tanpa prinsip, jadi hanya dasar saja. Oke
selanjutnya PKB!
F.PKB (MUH. HANIF DHAKIRI)
Terima kasih Pimpinan.
Saya ingin menyetujui pemerintah, cuman karena pilihan yang diambil oleh
pemerintah itu menurut saya tidak cukup logis, jadi kalau disitu ditulis prinsip dasar
terus kemudian di dalamnya memang ada nilai ada apa segala macam itu sudah tidak
logis, lebih logis memang hanya menggunakan dasar kepramukaan dengan catatan
bahwa di dalamnya itu harus ada elaborasi lebih lanjut soal nilainya, soal prinsip-
prinsipnya dan seterusnya. Nah kalau logical frameworknya seperti itu saya cenderung
pada usulan DPR ya, usulan DPR, ya sekali-kali usulan DPR nggak apa-apa. Jadi
Dasar Kepramukaan tetapi dengan catatan kontentnya harus ada, jadi harus ada nilai
dasarnya, harus ada prinsip dasarnya, tapi kalau di kontentnya itu nggak ada,
ditiadakan, saya setuju misalnya menggunakan prinsip dasar, tapi kalau dilihat di DIM
104
disini kan kontentnya ada, nah kontentnya ada berarti apa, cukup menggunakan kata
dasar.
Yang kedua, kalau dilihat di DIM pemerintah ini dengan DIM DPR ini juga dalam
mengelaborasi soal nilai-nilai ini beda juga, misalnya disini nilai kepramukaan yang dari
usulan pemerintah itu ada 4 point, isinya kayak gitu, terus kemudian meskipun di DIM
yang lain ya, tidak di DIM nomor ini, tapi di DIM 43, 44 itu pemerintah juga ada usulan
DIM yang soal nilai-nilai kepramukaan, nah itu isinya beda, beda banget dan dari ini
saya melihat yang usulan DPR ini lebih komplit, lebih komprehensif lah mencerminkan
itu dari sisi kontentnya, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya, jadi dari PKB bersepakat dengan DIM dari DPR, karena nanti itu di
bawahnya DIM 43, 44 itu memang bicara nilai-nilai secara detail ya, oke lanjut dari PKB
ke Gerindra, silakan!
FP.GERINDRA (JAMAL MIRDAD)
Gerindra setuju dengan usulan pemerintah, kali ini malah saya betul-betul
menyampaikan bahwa kata prinsip ini kalau kita dahulukan didepan mudah-mudahan
akan menjadi satu acuan. Jadi kali ini saya betul-betul setuju dengan pemerintah.
Sesuatu kalau diawali dengan prinsip, mudah-mudahan menjadi baik, jadi saya setuju
dengan pemerintah, artinya Gerindra, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke mantab sudah, jadi dari Gerindra setuju dengan usulan pemerintah. Hanura
silakan!
FP. HANURA (H. HERRY LONTUNG SIREGAR)
Terima kasih Pimpinan.
Sebenarnya yang devault oleh pemerintah ini kan penyempurnaan dari pada
yang kita usulkan itu. Cuma kalau saya lihat ke belakang yang dibuat pemerintah ini
juga melanggar apa yang dia mau, kita dasar kepramukaan, dia mau Gerakan Pramuka
gitu. Jadi ini secara nggak langsung pemerintah sudah menyetujui...(tertawa bersama).
Jadi kalau saya ini ya sebenarnya setuju lah dengan yang dia mau pemerintah itu.
terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke dari Hanura setuju dengan DIM pemerintah.
105
Oke Bapak Ibu sekalian, jadi tampaknya memang ada beberapa hal, jadi
memang kalau mengacu sebagian setuju dengan pemerintah, ada juga yang setuju
dengan DIM DPR. Oh ini rupanya sudah coba dibagi. Nah beberapa hal tadi saya kira
pemerintah bisa memberikan respon, karena terkait memang DIM selanjutnya di DPR
juga... jadi ini sesungguhnya DIM yang ada di 44 itu sebagian memang ada kaitannya
ini dengan DIM 41, jadi kira-kira gitu. Ini pemerintah meresponnya ditarik ke atas, kira-
kira begitu tapi dengan formula yang benar.
Oke, silakan pemerintah untuk menanggapi!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Terima kasih atas tanggapan-tanggapannya, atas respon yang disampaikan oleh
Bapak dan Ibu tetapi tidak selamanya ketika kita masuk pada area substansi materi
tidak selamanya harus menggunakan Gerakan Pramuka, tapi untuk lebih jelasnya apa
makna Kepramukaan huruf besar dengan kepramukaan dengan huruf kecil ini dari
bahasa Pak, mohon ijin nanti dari Pusat Bahasa menjelaskan. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Silakan Pak!
AHLI BAHASA
Terima kasih Pimpinan.
Masalah huruf besar dan huruf kecil ini ada bedanya di dalam Bahasa Indonesia
karena itu berkaitan dengan kata yang umum itu hurufnya kecil. Jadi kepramukaan
disini diartikan hal atau tentang Pramuka. Jadi nilai-nilai, nilai-nilai kepramukaan ini
nilai-nilai yang berkaitan dengan Pramuka. Kalau hurufnya besar berarti itu
nomenclatur, dan nomencaltur ini biasanya sudah ada di dalam dokumen-dokumen
sebelumnya.
Dalam pasal yang sama, ayat (2), yaitu disana disebut kode kepramukaan
Pramuka, pasti dokumen itu dinamai itu, lepas nama itu benar atau salah, dan kita tidak
akan bisa mengubah nomenclatur itu secara mudah di dalam dokumen ini. Jadi kalau
disini nilai-nilai kepramukaan itu yang dimaksudkan bukan nilai-nilai Gerakan Pramuka,
tetapi nilai-nilai yang berkaitan dengan Pramuka itu sendiri. Terima kasih Pimpinan.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya, terima kasih ini penjelasan... ya Bapak Ibu sekalian, jadi tampaknya memang
ini ada dua hal pokok, yang pertama saya kira sebagian setuju dengan dasar di DIM
DPR, yang lain kemudian ada yang setuju dengan DIM pemerintah dengan prinsipnya
106
hilang, jadi tetap judulnya Dasar, tapi substansinya setuju. Dengan penjelasan tadi ya,
jadi tadi dari Pusat Bahasa menjelaskan tentang kepramukaan dengan huruf kecil tadi
dan huruf besar, jadi kalau... katanya kalau BHP itu tulisannya harus kecil berarti
namanya bisa apa saja, tapi kalau BHP ya namanya harus Badan Hukum Pendidikan,
kira-kira begitu, jadi ini sesungguhnya nomenclatur nama, nama generik atau nama
khusus, atau nama umum itu saya kira disitu, jadi kalau huruf besar namanya harus
seperti itu, berarti nama diri, nama diri yang bersangkutan.
Bapak Ibu sekalian, saya kira kita akan sekali lagi memberikan kesempatan
kedua, kalau barangkali bisa mengerucut ya kita bisa setujui, untuk mengerucut
sepakati, kalau tidak ya berarti menjadi pasal yang belum disepakati. Sekali lagi satu
putaran lagi, sekarang sudah jam 5, tetapi kita tuntaskan saja, Demokrat silakan untuk
DIM 39, 40, 41 A dan B!
F.PD (THERESIA EE. PARDEDE, S.Sos)
Baik Pimpinan.
Seperti tadi juga sudah mendapatkan pengayaan dari ahli bahasa, jadi kami
tetap pada pendirian dari fraksi kami sebelumnya sepakat dengan pemerintah dalam
hal ini, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, jadi Demokrat tetap pada DIM pemerintah. Kemudian Golkar!
F.PG (Ir. H. ZULFADHLI)
Ya tetap setuju dengan pemerintah, usul pemeirntah.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Golkar setuju dengan pemerintah, kemudian PDIP!
F.PDIP (DRS. UTUT ADIANTO)
Ini kami rasanya perlu sekali menjelaskan kenapa patriotisme sangat menjadi
perhatian kami. Jadi RUU ini kita bahas antara lain dengan dorongan dari Bapak
Presiden Yudhoyono. Jadi Pak Yudhoyono di 14 Agustus 2006 pada sebagai
pembimbing nasional Gerakan Pramuka ada 7 point yang memang sama persis dengan
kami, antara lain memperkuat Gerakan Pramuka sebagai wadah pembentukan karakter
bangsa, itu kita tahu rohnya. Kemudian mengajak kaum muda meningkatkan semangat
bela negara, mantabkan tekad kaum muda sebagai patriot pembangunan, utamakan
kepentingan bangsa dan negara di atas segala-galanya. Itu yang kami rangkum
107
sebagai patriotisme. Dan yang terakhir kami juga merangkum dengan taat dengan serta
budi pekerti, yaitu dengan amalkan Satya Dharma Pramuka. Jadi kami tidak selalu
berseberangan dengan Pak Yudhoyono, kali ini kebenaran sama persis
rohnya...(tertawa bersama), jadi susunya tuh pas gitu...(tertawa bersama). Jadi kami
mohon taat hukum serta patriotisme ini jadi pas, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, jadi ini sekali lagi dari PDIP menjelaskan usulan tadi untuk adanya
perubahan misi atau subtsansi, tapi kerangkanya sama, substansinya berbeda ini ya.
Oke, lanjut ke PKS!
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
PKS sama seperti yang diusulkan DPR, dimana sudah jelas disini dijelaskan
pada pasal 5 ini dasar kepramukaan sendiri di ayat ke 2 itu ada dasar kepramukaan
yang terdiri dari dua, nilai-nilai dan kegiatan pendidikan kepramukaan. Saya kira untuk
sementara saya masih sepakat dengan usulan DPR.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke PKS masih tetap pada usulan DPR, PAN!
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
Tetap setuju dengan usulan pemerintah.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
PAN pada pemerintah, setuju pemerintah, PPP!
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Ya, pada dasarnya saya keputusan tetap, yang pertama tanpa harus
menggunakan prinsip, karena pemaknaan dari prinsip itu yang menyangkut aspek nilai
itu dijabarkan dengan baik dan cukup lengkap saya kira oleh pemerintah dalam hal ini.
Kemudian yang... mohon maaf, saya sebelum apa, kalaupun ini belum masuk, tapi saya
ingin mengingatkan bahwa nilai-nilai yang diusulkan oleh pemerintah waktu itu kan saya
lihat kronologisnya, waktu itu mohon maaf, adalah saya memasukkan itu, di dasarkan
pada Dasa Dharma waktu itu, didasarkan pada kode kehormatan, ternyata pemerintah
sudah mencantumkan dengan baik kode kehormatan itu di dalam dasar-dasar
kepramukaan ini, ini saya kira sudah baik. Oleh karena itu, hanya mungkin sebagai
108
catatan nanti di timus ada dalam nilai-nilai kepramukaan itu nanti ada redaksional...
bukan redaksional, ada..ada apa, pemindahan kata, misalkan seperti perduli terhadap
dirinya, keluarga dan masyarakat, seperti itu misalkna, itu tidak substantif nanti bisa
dilakukan di timus.
Saya kira tetap kepada semula tanpa harus menggunakan kata prinsip,
sekaligus kesempatan ini untuk interupsi Pimpinan, untuk putaran berikutnya boleh
donk mulai dari yang bawah dulu gitu, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih, boleh, atas bawah boleh... silakan Gerindra... eh sorry..sorry PKB
dulu, maaf..maaf, PKB dulu silakan!
F.PKB (MUH. HANIF DHAKIRI)
Terima kasih. Saya mau koreksi dulu dari catatn saya, dari yang saya sampaikan
tadi adalah bahwa...... innalillahiroji’un...(suara bergantian).
Terima kasih, jadi posisi PKB di awal kan disitu menurut saya nggak tepat
mendefinisikan apa yang tadi saya sampaikan, sebetulnya lebih tepat dengan sikapnya
PPP. Jadi saya tidak setuju dengan penggunaan kata prinsip disitu, tetapi dari
kontentnya saya setuju dengan yang usulan pemerintah, kenapa? Karena kalau
memulai dari sesuatu hal, misalnya dalam logika-logika apa penyusunan kerangka
organisasi itu tidak ada yang mulainya dari prinsip, orang pasti mulainya terhadap
nilainya dulu yang penting, kenapa, karena prinsip itu adalah operasionalisasi dari nilai
ya, tapi dari dirinya saja yang paling tinggi, jadi bukan prinsip, jadi artinya kalau disitu
mau disebutkan juga soal nilai, soal prinsip juga, kan judulnya tidak mungkin donk pakai
prinsip, gitu kan, di dalamnya ada nilai. Jadi mending judulnya seperti DPR, misalnya
Dasar Kepramukaan, baru nanti misalnya ada paragraf-paragraf tentang nilai-nilai
kepramukaan, terhadap paragraf mengenai prinsip dasar kepramukaan, nanti soal kode
kehormatan, soal ini dan seterusnya, gitu posisi kami Pimpinan, terima kasih.
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Terima kasih Pak Hanif, akhirnya....(tertawa bersama)
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, jadi ini PKB bersekutu dengan PPP, sama, oke jadi tolong di revisi
pendapatnya. Selanjutnya Gerindra, silakan!
109
FP.GERINDRA (JAMAL MIRDAD)
Terima kasih Pimpinan, masih tetap seperti yang tadi, sepakat dengan
pemerintah.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, setuju dengan pemerintah. Hanura silakan!
FP. HANURA (H. HERRY LONTUNG SIREGAR)
Tetap saja mas.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, terima kasih.
Jadi saya kira memang ini ada dua opsi besar ya, artinya ada beberpa pilihan,
yang pertama adalah sebagian setuju dengan opsi pemerintah dengan beberapa
catatan penyempurnaan, ada tadi yang penyempurnaan prinsipnya dhilangkan dan
seterusnya, itu variant, aa juga tadi setuju dengan pemerintah tapi isinya berbeda,
PDIP. Kemudian pilihan yang kedua adalah dari PKS yang tetap pada opsi DPR.l ini
sudah dua kali putaran, jadi saya kira ya sudah, belum disepakati berarti ya, tapi
petanya begitu, ya petanya, jadi ada dua pilihan...
Bapak Ibu sekalian, tampaknya kita untuk DIM 39, 40, 41 A dan B itu belum
disepakati, tetapi dengan catatan ini semua sudah dicatat pendapat masing-masing,
masih dua dan dua ini nanti di sisi yang bersepakat masih ada beberapa variant, nanti
mungkin kalau sudah disepakati nanti akan menjadi bagian dari timus, tapi ini belum
disepakati, oke.
(Ketok Palu : 1 Kali)
Bapak Ibu sekalian, tampaknya kita sudah jam 5 lebih seperempat, jadi seperti
kesepakatan, tampaknya kita break ya, dan nanti kita akan bertemu lagi pada jam
20.30, jam setengah 9 ya, karena ada yang ceramah tarawih, ada yang buka bersama
dan sebagainya barangkali. Jadi jam 20.30 kita akan ketemu kembali ditempat yang
sama, moga-moga bisa tepat waktu kita akan mulai, karena jam 11.00 kita akan kahiri
malam ini.
Bapak Ibu sekalian mari kita skors dengan bacaam basmallah sampai ketemu
jam 20.30...alhamdulillahirrobilla’lamin...(tertawa bersama)... sudah hampir buka ini, jadi
sudah mulai.... oke setengah 9, 20.30 WIB. Terima kasih.
110
(Ketok Palu : 1 Kali)
(Rapat di Skors Pukul 17.18 WIB s.d. 20.30 WIB)
Ini buka disediakan ya disini, ini disediakan buka bersama di hotel.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke Bapak Ibu sekalian,
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Selamat malam dan salam sejahtera untuk kita semua, marilah kita cabut skors
dengan membaca basmallah. Bismillahirrahmanirrahim
(Ketok Palu : 1 Kali )
Alhamdulillah Bapak Ibu sekalian, setelah berbuka tampaknya energinay sudah
segar kembali, sudah pulih ya, jadi kalau tadi agak lemes-lemes gitu, saya kira mungkin
malam ini kita lebih bergairah, tapi biasa kalau habis makan memang ngantuk, tapi ini
saya kira enggak.
Bapak Ibu sekalian, tadi pada sesi terakhir, sore itu sudah sampai pada
pembicaraan DIM 41B ya, dan posisi terakhir tampaknya memang masih belum ada
kesepakatan. Kemudian di DIM 41 ini masih ada DIM 41 C, D, dan E, ini saling terkait,
sebenarnya dari A, B, C, D, E ini saling terkait, tapi tadi saya kira biar tidak terlalu rumit
variabelnya kita pilahkan menjadi dua bagian, AB dan kemudian CDE. Bapak Iubu
sekalian, jadi saya kira akan langsung saja saya berikan kesempatan kepada
pemerintah, karena ini DIMnya di pemerintah ya usulan, kami persilakan Pak Sudrajat
ya, dari DIM 41 C, D, E, silakan!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Terima kasih Pimpinan.
Assalamu’alaikum wr. wb.
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita semua.
Seperti yang telah disampaikan oleh Bapak Ketua, memang butir 3, 4, dan 5
atau 41C, 41D, 41E ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan antara satu
dengan yang lain, artinya yang satu bisa mempertegas yang lain. Saya ingin sampaikan
bahwa di 41C atau butir 3, nilai-nilai kepramukaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diatas, dihayati dan diamalkan dengan penuh kesadaran, kemandirian , kepedulian,
bertanggung jawab, dan keterikatan moral baik sebagai pribadi, warga negara, maupun
sebagai anggota masyarakat. Nilai-nilai Kepramukaan sebagaimana dimaksud pada
111
ayat 2 merupakan inti kurikulum kepramukaan, Pendidikan Kepramukaan. Pada 41E
atau butir 5, penerapan nilai-nilai kepramukaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan melalui kode kehormatan Pramuka. Saya ingin mengomentari sedikit, bahwa
apa yang dicantumkan pada DIM 41A sampai dengan 41E ini sudah mengakomodasi
apa yang ada pada Pasal 6 dari DPR, jadi yang Pasal 6 dari DPR ini sudah diangkat ke
Pasal 7 yang baru, yang di DPR ini pasal 5. Jadi ini merupakan suatu yang
mengintegrasikan antara di Pasal 5 dengan Pasal 6 yang ada di DPR, dan kami di
pemerintah ini yang ada Pasal 7 yang ayat-ayatnya terdiri dari Pasal 7 ini ayat (1), (2),
(3), (4), sampai dengan (5).
Saya kira itu Bapak Ketua, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya terima kasih Pak Drajat, jadi ini memang DIM ini saling terkait ini, jadi
penempatannya memang ada beberapa ya, jadi pasal 6, jadi kalau DIM apa, DIM
sandingan ini di DIM 43, 44 itu ada DIM dari DPR, dan tadi pemerintah katanya
mengadopsi DIM DPR kan gitu tadi, jadi mungkin dengan redaksi dan bahasa yang lain,
tapi substansinya sama. Kemudian DIM 41 A, B, C, D, E ini tampaknya juga mencoba
untuk meramu, jadi menempatkan seperti itu.
Oke, kami akan langsung memberikan kesempatan yang pertama dipersilakan,
ini karena belum lengkap ya tetap dari ini tadi ada usulan dari bawah, tapi yang dari
bawahnya belum ada, atas lagi rupanya, oke, silakan dari Demokrat, silakan!
F.PD (RINTO SUBEKTI, S.E., M.M.)
Terima kasih Pimpinan.
Tadi sudah disampaikan oleh pemerintah dimana DIM 41 dari A sampai E ini
sebenarnya hanya rangkuman, walaupun ada sedikit perbedaan tentang posisi pasal,
tapi substansinya sudah sangat mendasar untuk bagaimana implementasi Pramuka ke
depan. Jadi pada prinsipnya kami sepakat, setuju sama pemerintah.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, Demokrat bersepakat dengan pemerintah untuk DIM 41 C, D, E ini satu
paket. Selanjtnya Golkar!
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
Terima kasih.
Jadi ini langsung saja B, C, D...
112
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
C, D, E… AB tadi sebelum istirahat sudah.
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
Jadi langsung C, D, E ya, analog kepada.....
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
DIM 41 C, D, E, silakan!
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
CDE ya, analog kepada tadi yang disampaikan bahwa ini merupakan rangkaian
dari kalau pasal-pasal dan angka-angka itu nanti mengalir sendiri, sudah baik cuman
ada yang ingin ditanyakan karena disini yang nomor D, nilai-nilai kepramukaan
sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan seterusnya, itu ada pada Dim kami di 45, itu
bagaimana, nanti saja ini dibicarakannya, karena persis ya, jadi nanti ya... jadi mungkin
nanti hanya diitegrasikan saja ya pindah tempat, jadi ya... ya jadi berarti itu nanti diatur,
pokoknya kalimatnya persis, dilakukan oleh kode kehormatan Pramuka, ya saya rasa
sudah pas, sudah pas ya.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Pas setuju artinya?
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
Ya, pas itu kan artinya....(berbicara bergantian)....
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke setuju ya, Golkar setuju dengan DIM pemerintah, DIM 41 CDE. Jadi
memang ini mungkin kalau mau disandingkan dengan DIM kita, DIM DPR yang 44 ya,
44 gitu, 45 rangkumannya, 44 rinciannya. Oke selanjutnya PDIP!
F.PDIP (PUTI GUNTUR SOEKARNO, S.IP)
Pimpinan, PDI Perjuangan pada prinsipnya setuju untuk point 41 CDE, tapi
karena kita konsisten dengan apa yang telah kami sepakati, jadi nilai-nilai kepramukaan
tetap diganti dengan nilai-nilai Gerakan Pramuka. Untuk point selanjutnya saya
sepakat, kami sepakat, terima kasih.
113
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih PDIP, CDE ini oleh kepramukaan diusulkan untuk berubah menjadi
nilai-nilai Gerakan Pramuka, konsisten dengan usulan-usulan sebelumnya DIM yang
lain. Kemudian dari PAN, silakan!
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
Ya, dari PAN karena nilai-nilai kepramukaan itu sudah ada di dari DIM DPR, dan
diintegrasikan, ditarik ke pasal 7 pemerintah, point-pointnya sama, jadi setuju dengan
pemerintah.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, setuju PAN, kemudian PKB, silakan!
F.PKB (MUH. HANIF DHAKIRI)
Terima kasih Pimpinan.
Kami juga setuju dengan apa yang diusulkan pemerintah dengan sejumlah
catatan, catatannya adalah bahwa untuk soal strukturisasi dari apa, ini sitilahnya apa
sih, strukturisasi dari yang disini ada nilai-nilai, ada prinsip, ada segala maam itu, itu
harus diini ulang, terus terang saya agak, pikiran saya ini agak rancu karena kita ini
membahasnya jadi holdpicturenya itu belum dapat kita ini. Jadi ibaratnya kalau kita ini
mau merumuskan sistem Pendidikan Kepramukaan mestinya kita harus sepakati dulu
besarannya A sampai Z, baru kemudian nanti detailingnya itu masuk, tapi kan gambar
gedenya itu kita sudah disepakati, terus terang yang membuat saya agak confius. Nah
oleh karena itu saya ingin mengembalikan soal ini ke track situ, misalnya dalam
pemahaman saya untuk tadi di point A dan B ini nyinggung yang sebelumnya di DIM
nomor 40, itu kan misalnya prinsip lebih dulu daripada nilai, kalau buat saya mestinya
nilai lebih dulu dari pada prinsip, karena prinsip itu adalah working the life, jadi
operasionalisasi dari nilai, mungkin catatan saya hanya itu saja, terus nanti ke
bawahnya juga biar logikanya seperti itu, tapi secara substansi saya setuju dengan dari
pemerintah, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya terima kasih. Jadi tampaknya hampir semuanya bersepakat terhadap
substansi di CDE, meskipun tadi di BC ini masih ada beberapa perbedaan ya. Jadi
makanya yang AB ini ada beberapa hal yang rumusannya tadi PDIP mengusulkan ada
beberapa substansi yang penambahan, tadi juga dari PKS itu tetap pada DIM DPR.
114
Nah sekarang ini tampaknya yang CDE itu sebagian besar atau hampir semuanya
saya kira setuju dengan beberapa penyesuaian dari PDIP mengusulkan tadi, konsisten
dengan DIM tadi Kepramukaan menjadi Gerakan Pramuka, tapi selebihnya saya kira
hampir semuanya bersepakat. Bagaimana kalau diusulkan ke timus saja ini? Begitu ya,
jadi untuk CDE ke timus.
(Ketok Palu : 1 Kali)
Oke kemudian lanjut, ini DIM berikutnya ini DIM DPR, tapi kemudian oleh
pemerintah diadopsi, begitu ya, jadi ini diadopsi ke DIM sebelumnya tadi 41 ABCDE ya,
DIM 41 ABCDE ini, B terutama ini, meskipun barangkali tidak... belum semuanya
mungkin yang dicantumkan, ini karena ini gabungan, yang disini ada kode kehormatan,
ini masuk ke DIM sebelumnya, misalnya DIM 38 ini yang dari Pemerintah kemudian
diturunkan disini, nah jadi kalau barangkali semuanya bersepakat dim 42, 43, 44 ini
diintegrasikan ke dim 41, ini tadi diubah dan ditambah, kalau bersepakat ya berarti kita
akan melewati dim ini, karena diharap diintegrasikan, tapi sekali lagi saya ingin
memutar agar saya kira komprehensi ini karena dimilikan Pemerintah, tetap ini
usulannya diubah dan ditambah kembali kesana, tapi saya kira saya ingin memberikan
kesempatan dulu pemerintah untuk memperjelas ini usulan diubah dan ditambah pada
poin 42 karena selanjutnya sampai 45 saya kira, ini kan kosong, tapi apakah yang di
atas ini melingkupi juga seluruh DIM 42, 43, 44, 45. Kami persilakan Pak Drajat!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Secara substansif Bapak, apa yang ada di dalam DIM dari DPR di DIM 43,
kemudian DIM yang sebelumnya kami sudah mengintegrasikan kepada pasal 7 yaitu
pada DIM 41 yang diberikan penjelasan ini 41A sampai dengan 41E, jadi tanpa
mengurangi rasa hormat kami dan ini memang sudah termasuk disini untuk
sistimatisasi saja Pak, jadi tanpa mengurangi semuanya sudah terintegrasi di dalam
pasal 7 perubahan yang baru yang diajukan oleh pemerintah dan tadi sudah ditegaskan
bahwa untuk ayat 1 dan ayat 2 masih perlu pertimbangan, kemudian yang ayat 3, 4,
dan 5 ini sudah masuk di timus. Jadi tanpa mengurangi itu, ini sudah termasuk.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, Bapak Ibu sekalian, jadi silakan ini mencermati apakah memang point-
point di 44 ini sudah diadopsi apa belum, ini saya kira juga satu paket, kalau ini kita
sepakat jadi dari DIM 42, 43, 44, dan 45 ini sekaligus ini, jadi pemerintah menganggap
ini sudah diadopsi semua di DIM tadi ya, 41 terutama, 41 ini saya kira sudah lengkap
sekali pemerintah merumuskan, tapi apakah ini memang sudah mencoba mengadopsi
115
dan disetujui oleh kita, saya kira saya akan memberikan kesempatan. Silakan, jadi kali
ini ada DIM 42, 43, 44, dan 45 sekaligus. Silakan dari Demokrat!
F.PD (VENNA MELINDA)
Terima kasih Pimpinan.
Kami dari Fraksi Demokrat untuk DIM 43 sampai 45 setuju dihapus karena
sudah masuk di DIM 41.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya oke, 42 sebenarnya, dari DIM 42, oke. Jadi Demokrat setuju bahwa ini sudah
dimasukkan, akhirnya dihapus, jadi... oke selanjutnya dari Golkar, silakan!
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
DIM dari kami walaupun tidak sacewerelena begitu dalam bahasa Sunda, tapi
sudah terakomodatif disini, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke Golkar setuju ya, jadi ini dianggap sudah diakomodasi. Selanjutnya PDIP,
silakan!
F.PDIP (DRS. UTUT ADIANTO)
Kami setuju tetapi dengan catatan yang kami masukkan tadi, yang patriotik dan
taat hukum tetap ikut terbawa, artinya ini setuju dihapuskan.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke setuju, catatan tadi sudah masuk di dalam DIM ya oke, jadi yang DIM ini
dihapuskan, diintegrasikan disana. Oke, selanjutnya PKS sudah on.... jadi DIM 42, 43,
44, dan 45 silakan kalau akan menggunakan kesempatan, 42, 43, 44, dan 45 ini tadi
pemerintah menyampaikan itu sudah diintegrasikan di dalam DIM 41, tadi ABCDE itu
pemerintah menyampaikan DIM ini tidak diperlukan atau dihapus karena sudah
diadopsi di dalam DIM 41 pemerintah, maka DIM42, 43, 44, dan 45 terutama pointnya
itu tidak diperlukan, silakan PKS!
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
Ya terima kasih, mohon maaf agak terlambat, terima kasih atas dimaafkan.Terus
saya melihat begini, jadi sebenarnya apa yang disampaikan oleh pemerintah ini saya
116
pelajari juga, secara substansinya tidak ada persoalan ya, tapi ada yang mendasar
kenapa DPR ketika itu kita di komisi membahas ini. Sebenarnya kan bayangan saya
undang-undang ini membuka ruang, jadi membuka ruang apa, akomodir dari model
kepanduan yang lain, sehingga istilah-istilah yang ada di kepramukaan itu, di Pramuka
kita berharap lebih kepada substansinya yang disampaikan, bukan kepada judul-judul
yang ada, misalnya disini ada seperti Dharma Pramuka, Kode Kehormatan, maksud
saya ini yang menjadi ini yang menjadi persoalan, jadi kalau untuk isi Dharma Pramuka
saya setuju, sehingga waktu itu DPR hanya menyampaikan nilai-nilai kepramukaannya,
jadi nilai-nilai universal yang diterima oleh seluruh gerakan Pramuka maupun
kepanduan, ini contoh, contoh saja, jadi yang kita maksud disini ada nilai-nilai universal
yang di undang-undang, nanti setiap organisasi silakan mengatur secara ini di AD ART
masing-masing, apakah Pramuka itu menamakan Sapta Pramuka, apakah itu Dharma
Pramuka, silakan. Kalau itu digunakan di undang-undang ini akan mempersulit
kepanduan-kepanduan lain, menggunakan istilah itu, itu saja sebenarnya, tapi kalau isi
yang disampaikan oleh pemerintah saya setuju sebenarnya, isinya, cuman kalau dibuat
ini, ini akan mempersulit kepanduan yang lain begitu. Karena saya melihat ketika kita
masuk ke paragraf di DIM 45, nilai-nilai ini sudah cukup sangat universal, nilai
keimanan, ketaqwaan, kecintaan kepada alam, itu yang... itu di DIM 46 itu menjadi nilai-
nilai yang dimaksud merupakan inti kurikulum pendidikan, nah itu. jadi DIM 46 itu
ditegaskan bahwa nilai-nilai yang kita sebutkan yang universal itu menjadi inti
kurikulum.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
44 maksudnya?
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
46, 45 dan 46, 46 itu sudah disebutkan 46 ayat 2 yang usulan DPR, ya 45 ya,
jadi seperti disini ada Satya Pramuka, Dharma Pramuka, Dasa Dharma ada disini, jadi
ini saya pikir kalau dijadikan undang-undang terlalu... ada di AD ART Pramuka saya
baca, saya pernah baca ada di AD ART Pramuka, nah jadi kalau ada di AD ART ini
agak sulit untuk kepanduan lain gitu, tapi substansinya saya tidak persoalkan, Cuma
istilah-istilah itu saja.. coba kita buka lebih luas untuk memasukkan kepanduan yang
lain. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, jadi PKS dalam posisi ini...oh DIM DPR ya, DIM DPR, ya oke. Kami
persilakan selanjutnya dari PAN!
117
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
Saya melihat DIM 42 sampai 45 sudah diakomodir ya di 41 oleh Pemerintah, di
DIM 41 di CDE, nilai-nilainya, jadi saya setuju dengan pemerintah, tidak ada masalah.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, jadi tidak ada keberatan untuk menghapuskan DIM 42 sampai 45,
selanjutnya dari PKB ya, silakan!
F.PKB (MUH. HANIF DHAKIRI)
Makin ke belakang itu saya ndak tahu harus bicara apa ini, kan aku strukturnya
terus terang ruwet duluan, tapi substansinya saya setuju, saya setuju dengan... menurut
saya memang harus ada patokan yang agak standar untuk soal itu, karena nggak lucu
juga kalau misalnya seperti yang disampaikan sahabat Akbar ini, kalau misalnya
sumpah setianya beda kan lucu Pak sama-sama Pramuka, misalnya satu Dasa
Dharma, yang satu Dasa Muka kan ....(tertawa bersama) Menurut saya ketika kita
bersepakat untuk mengatur ini, artinya memang kita memberikan batasan, jadi terhadap
proses pengorganisasian gerakan-gerakan kepanduan yang ada di masyarakat. Tapi
kembali ke ini substansi saya setuju dengan pemerintah, tapi sekali lagi untuk
strukturnya saja, untuk proses strukturisasi ini menurut saya ini harus diberi catatan ke
timusnya, jadi biar logikanya ini satu tidak terlalu ridanden, yang kedua juga pilihan-
pilihannya itu memang lebih tepat, misalnya sebagai pembanding misalnya, contoh
nilai-nilai kepramukaan dalam usulan pemerintah misalnya ada 4 point, yang diusulan
DPR misalnya ada 10 point, dengan tujuan is barrel, nah ini kan jadi soal, menurut saya
ini pekerjaan di timus saja nanti, tapi sebagai catatan, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya terima kasih. Jadi memang masalah ini sebenarnya kita ingin membicarakan
ini dari awal semua designnya, tapi saya bisa paham, karena beberapa hal memang
designnya agak berbeda, sehingga mungkin ketika kita bicara desain secara global dari
awal akan menemukan beberapa titik persinggungan, tapi saya kira dari tiga sesi yang
lalu ketika di Novotel kita sudah bicara panjang lebar, memang tampaknya ya sudah
mulai yang penting ada penjajakan titik temu atau sebagian dipahami untuk tidak
sepakat.
Oke jadi dari PKB ini setuju untuk adopsi dari pemerintah, DIM-DIM 42, 43, 44,
45 masuk dalam 41, jadi DIM ini dihapus. Selanjutnya PPP, baru datang apakah sudah
118
on? DIM 42, 43, 44, 45 pemerintah mengusulkan dihapus, karena pemerintah
menganggap ini sudah diakomodasi di DIM 41, silakan!
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Ya bersepakat dengan pemerintah.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oh bersepakat, oke. Jadi sudah on langsung ya...(tertawa bersama). Oke Bapak
Ibu sekalian, ini tampaknya memang sebagian bersepakat, PKS belum bersepakat
karena menganggap bahwa DIM DPR itu masih dianggap lebih dijadikan rujukan oleh
PKS, yang lain setuju, PDIP memberikan catatan tadi ada beberapa hal yang
penyempurnaan secara revisi redaksional.
Oke dengan demikian tampaknya belum ada kesepakatan ini, ya tentang ini, tapi
tentu saja ini masih belum disepakati, karena DIM yang belum disepakati karena
memang ada dua pendapat yang karena nanti tentu akan kita bawa di dalam forum lobi.
Jadi DIM 42, 43, 44 belum disepakati.
(Ketok Palu : 1 Kali )
Oke, Bapak Ibu sekalian, kita akan masuk ke DIM selanjutnya, saya kira kita
akan masuk saja, ini perDIM kayaknya karena substansial, tapi 3 DIM sekaligus, yang
pertama adalah DIM 46, 47, 48 ya, sekaligus ini usulan baru dari pemerintah kode
kehormatan Pramuka. Ini merujuk kalau DIMnya pemerintah itu masuk ke DIM 41B, dan
juga DIM 38, DIM 38 Kode Kehormatan Pramuka, jadi ini merujuk DIM yang pemerintah
38, juga DIMnya pemerintah 41B, kemudian dijabarkan di dalam DIM-DIM selanjutnya
ini mulai DIM 46, 47, 48 dan seterusnya. Silakan pemerintah untuk 3 DIM yang pertama
ini, silakan!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Baik, terima kasih Bapak Pimpinan.
Memang kami sangat berkepentingan sekali seperti yang ada pada DIM 38 pasal
6, ini merupakan suatu kelanjutan dari usulan kami DIM 38 dimana pada butir B, pada
huruf B ini ada kode kehormatan Pramuka. Seperti halnya kalau boleh saya merujuk
pada apa yang disampaikan oleh panja DPR dari Fraksi PKB, bahwa memang sutau
undang-undang perlu ada pembatasan juga, dan kita pada waktu di Novotel begitu jelas
dan gamblang disampaikan oleh Anggota Panja dari PKB, bahwa Pramuka fokus pada
pengembangan pembentukan pengembangan karakter bangsa. Nah karakter bangsa
119
khususnya pada Pramuka dan atau pada tunas muda tadi dikatakan oleh Pak Heri, atau
mungkin pada generasi muda atau mungkin pada kaum muda, dimana formula dari
pembentukan karakter itu tergambar secara jelas pada... kalau untuk siaga itu ada Dwi
Satya dan Dwi Dharma, kemudian untuk penggalang, penegak dan pandega ada Tri
Satya dan Dasa Dharma. Inilah patokan-patokan yang sifatnya universal, dan ini
menjadi satu landasan ketika kita mau membina, mengembangkan karakter bangsa,
karakter unggul bagi kaum muda melalui Gerakan Pramuka. Jadi kami berkepentingan
sekali dengan ini, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke terima kasih atas penjelasan pemerintah untuk usulan DIM baru, ini
substansi baru sama sekali. Saya berikan kesempatan pertama pada Demokrat untuk
DIM 46, 47, 48.
F.PD (RINTO SUBEKTI, S.E., M.M.)
Tidak panjang lebar, setuju dengan pemerintah karena ini juga tindak lanjut dari
DIM 38. Terima kasih Pimpinan.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih, Demokrat setuju usulan pemerintah. Selanjutnya Golkar!
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
Karena memang hal ini merupakan landasan-landasan dasar kepramukaan
seluruh dunia, jadi tentu karena kita itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
seluruh dunia itu, jadi tentu saya terima.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke Golkar setuju, selanjutnya PDIP, silakan!
F.PDIP (WAYAN KOSTER)
Setuju ini, cuman itu kok ada batas secara sukarela, ini untuk apa ini?
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Nah ini DIM berikutnya Pak, ini kita sampai DIM anu saja dulu, sampai DIM 48.
120
F.PDIP (WAYAN KOSTER)
Saya kira nggak usah lah itu, yang di ayat 2....
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Enggak, sampai ayat 1 aja dulu, ayat 1 saja dulu, oke setuju, oke jadi PDIP
setuju DIM 46, 47, 48. Selanjutnya dari PKS!
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
46 saya masih tetap pakai... jadi saya minta mungkin ini pemahamannya tidak...
bukan berarti saya ingin beda dengan pemerintah, tapi saya ingin angkat hal-hal yang
kira-kira yang awal-awal memang itu yang menjadi inti perdebatannya disitu. Misalnya
saya sreg dengan ini dengan usulan DPR, Cuma menurut argumentasi saya bahwa
ketika masuk dalam undang-undang ini sepakat memang ada sumpah yang sama
misalnya atau ada nilai yang sama, tapi istilah-istilah yang menjadi persoalan bagi
kepanduan lain itu kita tidak ada... tidak sampai ketakutan merubah namanya gitu,
misalnya dasar Pramuka, diusulan DPR misalkan nama Pramuka itu ada 9, kan tidak
ada persoalan kalau itu menjadi ininya. Jadi tidak perlu pakai dasar Pramuka yang
sudah menjadi ikon Pramuka. Nah disini nilai-nilai yang disampaikan DPR kemarin kita
Cuma rumuskan ada 9, nah ini kita bisa rubah namanya menjadi nama Pramuka,
silakan itu, kalau tadi Hanif bilang juga masalah sumpah, kita bisa mengatakan disini,
silakan kita buatkan sumpah satu yang sama, misalnya tidak pakai Satya Pramuka,
karena itu Satya Pramuka memang sumpah Pramuka, kita buatkan saja apa komitmen-
komitmen Pramuka gitu atau apa atau sumpah pemuda, sumpah pramuka, itu tidak
masalah, maksud saya lebih kepada... jangan sampai ikon-ikon itu menjadi mengikat
dan juga bagi gerakan lain itu menjadi persoalan sendiri gitu. Jadi AD ART Pramuka
kita pakai di AD ART lain kan nggak masalah juga. Jadi saya pikir tidak ada persoalan,
kita tetap, saya tetap pada usulan DPR yang substansinya adalah membuka runag
kepada kepanduan lain untuk membuat AD ART nya. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya artinya berarti usulan ini tidak sepakat dengan artian tambahan usulan ini,
karena kembali ke substansi usulan DPR. Oke, silakan PAN!
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
46 sampai 48 sebenarnya setuju, pada prinsipnya setuju, cuman ada sedikit
catatan bahwa ada kekhawatiran nantinya tidak mengaraj kepada kebersamaan dalam
membentuk karakter kaum muda, karena ada kesan point-point ini semua belum
121
mengakomodasi kepentingan pandu-pandu lain gitu, pada prinsipnya...Cuma dengan
beberapa catatan saja.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke jadi akomodasi prinsipnya kalau itu mengakomodasi organisasi kepanduan
lain setuju gitu?
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
Setuju.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Intinya gitu ya, oke jadi catatan dari PAN untuk akomodasi terhadap organisasi
kepanduan lain. Oke selanjutnya PPP!
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Ya, saya kira jika kita bersepakat dengan pasal-pasal sebelumnya, maka
konsekuensi logisnya sebetulnya paragraf kedua ini harus disetujui. Saya mungkin
hanya sekedar informasi saja, bahwa dalam usulan pemerintah pasal 6 ini nilai-nilai
kepramukaan sesungguhnya waktu itu mohon maaf, saya mengusulkan dengan teman-
teman TA, asumsinya dari Dasa Dharma Pramuka gitu, jadi di 10 kan keimanan,
ketaqwaan gitu, itu kan cinta alam, dan kasih sayang sesama manusia gitu, jadi yang
ada di pasal 6 usulan inisiatif itu sesungguhnya memang apa, saya mencantumkan
dengan didasarkan kepada Dasa Dharma itu sendiri gitu, sehingga yang dimaksudkan
oleh pasal 6 itu sesungguhnya sudah terakomodir dengan baik oleh pemerintah gitu
kan.
Nah kemudian saya ingin menyampaikan mengenai Kode Kehormatan Satya
Pramuka dan Dasa Dharma Pramuka, sesungguhnya ini tidak akan mengganggu
kegiatan-kegiatan atau sejenis kepramukaan yang lainnya, karena ini merupakan
universalisasi kepramukaan justru substansinya disini. Jika nanti misalkan ada
kepanduan di..(tdk jelas) dari segala macam gitu ya, itu justru harus mengacu kepada
Satya Pramuka, Tri Satya dan Dharma Pramuka ini begitu, jadi ini sama se..(tdk jelas),
jadi nanti jika misalkan ada organisasi-organisasi sejenis Pramuka membuat AD ART,
maka harus mengacu kepada ini, jadi ini adalah ruh, ada universalisasi kepramukaan
itu sendiri begitu. Oleh karena itu saya bersepakat dengan pemerintah mengenai kode
kehormatan Pramuka. Jadi sekali lagi saya ingin menyampaikan bahwa nilai-nilai
kepramukaan yang diadop oleh pemerintah itu memang dasarnya dari nilai-nilai
kepramukaan yang terutama yang tercantum dalam kode kehormatan ini begitu. Jadi
122
rumusan pemerintah dalam hal ini sampai pasal 8 ayat 1 ini saya setujui, untuk ayat 2
dan lainnya kita bahas selanjutnya. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, jadi PPP setuju dengan usulan pemerintah ya, DIM 46, 47, 48. Oke
berikutnya PKB!
F.PKB (MUH. HANIF DHAKIRI)
46, 48 kami juga setuju dengan catatan, di... satu mengenai peristilahan, dan
kalau di dalam bahasa yang digunakan oleh Gerakan Pramuka sebelumnya kan
menggunakan istilah Satya Pramuka dan Dharma Pramuka. Menurut saya soal apakah
itu Dharma, atau Nawa, atau Catur atau berapapun itu tergantung dari kontent ketika
kita berdebat nanti. Nah menurut saya itu juga jangan ditabukan misalnya untuk
melengkapi, melengkapi dari kontent apakah itu nanti apa namanya Dharma, saya
nggak tahu kalau 11 apa, siapa tahu 11, kalau saya suka 17 jadi nilainya mungkin... ada
17 misalkan. Jadi itu soal istilah, jadi mohon juga nanti pemerintah untuk istilahnya ini
jangan dibuat apa terlalu kaku juga, tapi yang penting adalah kontentnya, bahwa itu apa
jangan...oh karena dulu Dharma Pramuka maka sekarang juga harus dharma, siapa
tahu dunia juga berubah kok, ya kan siapa tahu kalau dulu butuh 10, hari ini butuh 9
atau berkurang, tapi dari sisi kontent itu yang nanti kita perdebatkan. Sebenarnya ini
ada yang perlu penjelasan khusus...(bergantian). Jadi itu saja catatan saya untukt 46
sampai 48, nah nanti implikasikasinya nanti kepada dim yang berikutnya. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih. Jadi substansinya PKB tidak ada penamaan ya, jadi pada isi,
rendahkan iu, namanya terserah, dasa, jadi tidak apa, tidak terpaku kepada nama
disini.
F.PKB (MUH. HANIF DHAKIRI)
Sedikit tambahan.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Silakan!
123
F.PKB (MUH. HANIF DHAKIRI)
Tapi ini menurut saya jangan diputus dulu karena ketika kalau pembahasan
dikontent, misalnya dari 10 berkembang jadi 11 namanya pasti bukan dharma lagi, nah
misalnya kayak gitu, ya untuk sementara, jadi nama nanti menyusulkan kontentnya,
terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, jadi PKB pada substansilah bukan pada nama kira-kira begitu, pada
substansinya. Oke, Bapak Ibu sekalian, jadi untuk posisi 46, 47, 48 memang tampaknya
masih pada posisi ya ada yang setuju dengan DIM pemerintah, ada yang tidak setuju,
tetapi kemudian juga ada yang PAN dan PKB sama yaitu substansi terhadap... intinya
terhadap substansi setuju, tapi bagaimana agar ini lebih kepada substansi, PAN kepada
keberagaman, kemajemukan, PKB pada substansi isi, tidak pada namanya itu sendiri
ya. Jadi tetap saya kira tampaknya belum ada kesepakatan, tapi kalau dikasih
kesempatan kepada pemerintah barangkali mencari titik singgung ada hal tadi tentang
substansi misalnya, apakah nama ini harus dasa dan seterusnya, tadi PAN menuntut
agar akomodasi terhadap organisasi lain dan sebagainya, silakan!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Terima kasih. Saya mungkin sependapat apa yang tadi disampaikan oleh kak
Reni dari PPP itu sudah sangat memberikan wawasan yang sangat luar biasa pada kita
semua. Sebetulnya ada, ada sesuatu yang ingin diangkat disini, bahwa ini sesuatu hal
yang sudah memasyarakat. Ketika saya menjelaskan di Century dari segi pendekatan
historis, pendekatan sosiologis, ini memang sudah begitu berakar dimasyarakat istilah
itu. namun apabila nanti ada hal-hal yang perlu kita diskusikan lagi termasuk pada DIM
berikutnya mungkin itu yang bisa kita diskusikan, tetapi kami dari pemerintah memang
berpegang pada penting sekali untuk kita memberikan patokan-patokan atau kaidah-
kaidah dasar sebagai satu bangun pembentukan karakter yang akan kita lakukan
melalui disini dalam konteks Pramuka kan gitu, terima kasih Bapak.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke pemerintah nurmatif ya, jadi saya kira masih dalam berkaitan itu, saya kira
perlu diberi kesempatan yang kedua kalau ada hal yang baru barangkali, kalau tidak ya
di pas saja, tapi kalau ada hal usulan baru, tetap dari Demokrat silakan!
124
F.PD (RINTO SUBEKTI, S.E., M.M.)
Mungkin di luar dari apa namanya, substansi tadi bapak, bagimana kalau saya
ingin tahu saja mekanisme dari apa namanya proses RUU ini Pak, kita bisa prediksi ini
3 hari kita tidak akan selesai perbandingan DIM, padahal waktu kita sangat mepet,
bagaimana nanti pada saat perumus juga nanti koordinasi dengan Baleg, ini juga tidak
bisa ada satu sepakat mekanisme apa yang akan dijalankan oleh Pimpinan, karena kan
tidak ada voting Pak di dalam RUU ini, mekanismenya bagaimana Pak, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Tadi sebenarnya sudah saya jelaskan, jadi ini ada pasal-pasal induk yang nanti
ada lobi, nanti lobi dengan menteri. Jadi kalau nanti point-point tentang gerakan,
tentang kepramukaan dan seterusnya nanti di lobikan dan itu nanti ada kesepakatan,
kalau datelock ya sudah, artinya kan gitu, bisa voting? Kalau sampai nanti di tingkat
pertama tidak ada kesepakatan ya nanti voting fraksi sampai ke paripurna gitu, itu
mekanismenya biasa, tetapi di panja tidak ada voting, voting itu ada di raker di komisi.
Jadi inisaya kira jalan saja, dan kita memang tidak berambisi menyelesaikan sampai
hari Sabtu, targetnya memang 15 Oktober, jadi sampai habis lebaran ya, nanti agar
juga berkunjunglah ke Jepang, Korea, ke Afrika agar nanti... ini mewarnai kan ini kira-
kira gimana sih Pramuka atau kepanduan di Afrika, kemudian di Jepang, di Korea,
mungkin nanti juga akan mewarnai disini, oh ternyata di negara lain begini, apakah
negara lain itu tunggal atau plural kan kita juga belum tahu, kita akan lihat nanti
pengalaman. Jadi saya kira tidak... kita berhak khawatirlah ini masih sangat awal,
DIMnya belum tiga digit, masih dua digit ya, belum sampai ratusan, jadi nggak perlu
khawatir. Oke kembali ke laptop, tentang DIM ini Demokrat tetap atau ada perubahan?
F.PD (RINTO SUBEKTI, S.E., M.M.)
Tetap Pimpinan.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke terima kasih, ke Golkar silakan!
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
Tetap.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Golkar jadi setuju dengan pemerintah, kemudian PDIP!
125
F.PDIP (DRS. UTUT ADIANTO)
Tetap.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Kemudian PKS!
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
Jadi...jadi tetap tapi berubah, ada perubahan argumen, berubah argumen, jadi
saya katakan tadi bahwa apa yang diusulkan oleh pemerintah, kontentnya itu menurut
saya tidak ada persoalan secara substansi, Cuma karena istilah-istilah tadi itu dan juga
belum ada alternatif dari pemerintah mengusulkan hal lain, masih tetap apa yang
diperdebatkan msalah dasa dharma, satya pramuka dan termasuk di point dasa
dharma pun kita juga agak merubah beberapa point, misalny disini dipoint dasa dharma
itu suci dalam pikiran, perkataan, perbuatan itu diusulan DPR itu bukan suci dalam
debu begitu, dalam pikiran gitu, jadi dia jernih dalam berpikir, berkata dan berbuat, jadi
kita lebih rasionalisasikan apa yang ada di dasa dharma itu, karena terlalu tinggi
misalnya kita mengatakan suci dalam pikiran, ini hanya malaikat yang pikiran begitu,
jadi yang bayangan kami masalah yang sangat universal disini jernih dalam berpikir,
berkata dan berbuat, itu saya pikir menjadi nilai yang bisa kita terima juga, kita tidak
perlu kaku dengan dasa dharma itu. diantara juga yang lain ada, selain itu ada point lain
di dasa dharma juga sedikit dirubah, patriot yang sopan, ini saya tidak mengerti ini
maksudnya seperti apa ini, patriot yang sopan itu...(berbicara bergantian). Jadi saya
membayangkan apa yang disebut Pak Utut tadi sudah selesai saya, patriot itu sudah
nggak usah ada di... ditambah-tambah gitu...(berbicara bergantian). Ini ada kata-kata
yang saya pikir akan membuat puyeng kita sendiri itu, jadi patriot yang sopan dan
ksatria, itu kan jadi agak ini... nah disini kita rubah, ada kedisplinan, keberanian dan
kesetiaan, itu ada keberanian disana yang nilai maksud disini, saya pikir itu, jadi
kalaupun pemerintah mengusulkan yang lain nanti kita lihat lagi, kalau memang itu kita
bisa... saya tidak ada persoalan. Substansi dari DPR ini saya pikir agak..maaf pusing,
terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih Pak Akbar, tadi membandingkan DIM 44 DPR dengan DIM 51 dari
pemerintah, jadi ini isi dari dasa dharma, jadi tadi ini nyambung Pak Akbar, iman..(tdk
jelas) ya, dasa dharmanya dikonversi ada berapa tadi, ada suci diganti jernih dan
seterusnya. Jadi saya kira ini pada substansi, ini coba untuk merevitalisasi itu pendapat,
126
jadi membandingkan itu. Oke, selanjutnya dari PAN untuk DIM 46, 47, 48, silakan kalau
ada perubahan atau tetap.
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
Tetap, tapi sedikit interupsi sebenarnya tapi diluar ini, boleh? Saya melihat
urutan dari awal ini mengikat sama persetujuan pasal-pasal berikutnya, dan saya juga
melihat ada kekhawatiran dari kawan-kawan yang mewakili fraksinya itu punya
pendapat, artinya sebenarnya tolok ukurnya pada waktu di Bogor itu, pasal 42 ini yang
dikhawatirkan itu, ada beberapa kawan, yang tidak boleh ada pandu yang lain. Nah
kalau tidak keberatan mungkin kan sudah disetujui, kita kan dari awal, mungkin bisa
nggak itu kita bahas duluan, yang belakangnya dulu, yang sekarang itu songdake(tidak
jelas)... kalau menurut saya, seperti itu, tentu dengan seijin Pimpinan, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih. Jadi begini, saya kira kita akan lebih enak kalau berurut, karena
kalau... itu sebenarnya kita sengaja sudah membicarakan di Novotel itu sampai secara
lengkap. Jadi bicara tentang apa, plural, tunggal dan seterusnya, maka ini turunannya
disini, jadi kemarin sudah kita eksplorasi agar masing-masing fraksi bersiap dirilah
menghadapi realitas apa yang kita diskusikan, tapi kalau DIMnya meloncat kesana,
khawatir malah nggak runtut, ini biar saya kira ada pemanasan dululah, pemanasan.
Jadi intinya dari PAN tetap ya. Oke selanjutnya PPP!
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Saya kira sebelum berdebat apakah harus satya Pramuka Indonesia dan
mengamalkan Pancasila masih relevan enggak gitu? Kemudian yang kedua, menolong
sesama hidup dan ikut serta membangun masyarakat, masih relevan enggak gitu?
Yang ketiga, mendapati dasa dharma gitu, baru di dasa dharmanya gitu. Jika kita masih
menganggap relevan, kenapa tidak, kita tetapkan saja seperti itu gitu. Lalu yang kedua
misalkan, yang dasa dharma Pramuka, yang pertama taqwa kepada Tuhan dan
selanjutnya gitu, masih relevan enggak, kalau misalkan ada satu kata atau dua kata
seperti yang dimaksudkan oleh Pak Akbar gitu, patriot yang sopan apa sih gitu.
Pimpinan saya mohon ijin, saya masih teringat ketika Pramuka di Tsanawiyah boleh
enggak menyanyikannya..(suara bergantian)... begini, begini, saya ingin mengatakan....
saya ingin menyampaikan bahwa hal-hal yang tercantum disini memang jangkauannya
tidak hanya jangkauan logika saja, tapi ada suasana kebatinan yaitu yang ketika
melaksanakan itu begitu melekat gitu loh. Ada hal-hal yang tidak bisa dirasionalisasi
127
sedemikian rupa oleh orang dewasa gitu, karena ini kan terutama pembentukan itu
sejak masa anak-anak dan usia.....(pembicaraan bergantian)..
F.PKB (MUH. HANIF DHAKIRI)
Interupsi, itu namanya pidato, bukan nyanyi...(pembicaraan bergantian)...
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Ya, jadi teringat sama waktu masih di tsanawiyah, rajin, terampil dan gembira,
senantiasa pradja muda karana (menyanyi), kemudian (menyanyi lagi) sopan dan tak
pernah rasa sombong, bersahaja dan suka menolong, ya..ya..ya itulah Pramuka,
Pramuka sejati, sejati kata dan perilakunya, ya..ya..ya itulah Pramuka, Pramuka sejati,
sejati kata dan perilakunya. Maksud saya waktu saya tsanawiyah itu saya sudah
mengingatnya dan melekat begitu. Inikan kalau pendekatan rasional orang dewasa,
ngapain sih bersahaja dan suka menolong gitu kan cildes banget gitu, tapi itulah dunia
yang untuk tingkatan-tingkatan kepramukaan di bawah. Oleh karena itu saya kira
tanggapan pemerintah sudah bagus, ada suasana kebatinan yang tak pernah bisa
dirasakan kecuali orang yang pernah merasakan...(bersahutan)...
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke terima kasih. Oke, terima kasih atas kontribusi nyanyian malam ini, ini bisa
dilanjutkan biar segar. Bapak Ibu sekalian, jadi ini tadi saya kira kita masuk kepada
substansi tadi ya dengan beberapa nyanyian yang dilakukan, jadi PPP setuju ya
terhadap itu usulan. Selanjutnya PKB!
F.PKB (MUH. HANIF DHAKIRI)
Ya, menegaskan kembali yang saya sampaikan, jadi kalau soal keranjangnya,
katakanlah kalau dasa dharma itu disebut keranjang, satya Pramuka itu disebut sebagai
keranjang, keranjangnya bisa apa saja, yang penting itu isinya apa, itu yang menurut
saya harus disepakati dulu. Tadi misalnya Akbar melontarkan perbedaan misalnya
antara DIM pemerintah dengan DIM DPR misalnya mengenai soal kontent itu, nah
menurut saya, karena ini DIM berikutnya setelah ini menurut saya ini harus didetailkan
dan saya minta juga pemerintah misalnya untuk terbuka, soal yang terbuka artinya
jangan menganggap ini kayak kitab suci yang nggak bisa diutak-atik gitu, misalnya dasa
dharma harus 10 atau harus berapa, menurut saya yang penting apa, mencari
relevansinya tadi, yang bilang bu Reni mencari relevansi dari nilai-nilai ini. Nah kalau
misalnya soal sosialisasinya seperti apa, soal lagu misalnya itu bisa diganti, ada There
128
yang bisa jadi komposernya, ada bu Reni yang sudah bisa menyanyi, ada mba Venna
yang bisa joget... barangkali itu, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih, lengkap sudah ya, ini sudah dua putaran, tampaknya masih dalam
posisi yang sama, jadi ada yang sepakat dengan usulan pemerintah seperti ini,
kemudian dari yang satu nafas itu kira-kira tadi dari PKS dan PKB, dan juga PAN, itu
substansinya jadi kepada nilai. Jadi ini saya kira masih ada yang belum sepakat, tapi
pada intinya saya kira ini yang satu itu ada pada tadi istilahnya Pak Hanif itu
keranjangnya, jadi artinya pada nama dasa dharma, satya gitu, sementara yang belum
bersetuju itu sesungguhnya substansinya, lebih kepada substansinya, apapun namanya
kira-kira, karena tidak harus dasa misalnya begitu, ini jadi saya kira substansi yang
sesungguhnya, jadi kita sebenarnya bisa lebih dekat, artinya kalau nanti ada diskusi,
tapi intinya ini saya kira menjadi catatan kita bahwa belum disepakati DIM 46, 47, 48
dengan catatan tadi masing-masing yang bersepakat Demokrat, Golkar, PDIP,
kemudian PPP, bersepakat dengan pemerintah. Kemudian PKS, PAN, dan PKB
kepada substansi, jadi substansinya artinya bersepakat dengan substansinya tetapi
tidak pada redaksinya ini begitu. Jadi misalnya PAN memberikan contoh pada
pluralisme memberikan kepada apa adanya eksistensi kelembagaan lain, sehingga... ini
PKS kemudian juga dengan beberapa penyesuaian. Jadi saya kira hampir sama 3
fraksi ini kurang lebih begitu, pada posisi itu ya.
Oke, jadi tampaknya belum ada kesepakatan juga untuk ini, pada posisi itu, tapi
saya kira bisa dirembugkan, bisa dikomunikasikan karena lebih pada substansinya
bukan pada hal yang sifatnya fundamental, posisi fundamental. Oke, jadi kita belum
bersepakat atau pending istilahnya untuk DIM 46, 47, 48.
(Ketok Palu : 1 Kali)
Oke, berikutnya kita akan masuk ini satu-satu saja biar enteng, jadi 49, 50, 51 itu
masing-masing saja ya, meskipun tadi sebagian sudah dibahas, tetapi saya kira kita
akan mencoba satu-satu biar lebih ringan. DIM 49, silakan pemerintah!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Terima kasih Pak Ketua.
DIM 49 ini adalah ayat (2) lanjutan dari ayat (1) di atas tadi, Kode Kehormatan
Pramuka sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan baik dalam kehidupan
pribadi maupun bermasyarakat secara sukarela dan ditaati demi kehormatan diri. Jadi
memang yang namanya kode kehormatan ini menjadi sangat penting karena untuk
129
memposisikan diri kita mempunyai suatu posisi yang terhormat, jadi memang untuk
kehormatan ini, dan kadang-kadang suatu malapetaka ketika seseorang sudah
kehilangan rasa kehormatan ini. Ini menjadi sangat penting dan fundamental dan ini
tidak bisa dipisahkan dengan ayat (1) diatasnya pak. Kemudian saya juga ingin
menyampaikan apresiasi daripada bu Reni bahwa sungguh apa namanya, nyanyian itu
saya sendiri merasa teringat kembali, inikan saya masih di pramuka memang ada
nyanyian itu, tetapi yang pasti bahwa itulah..itulah satu kehormatan yang melekat pada
diri setiap orang yang memang pernah mengalami di pramuka, saya kira begitu. Terima
kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, terima kasih penjelasan dari Pemerintah untuk dim 49, kami persilakan
Demokrat!
F.PD (THERESIA EE. PARDEDE, S.Sos)
Ya terima kasih Pimpinan. Ya contohnya prinsip dari kode kehormatan ini kan
substansinya adalah untuk menjadi acuan bagi setiap Pramuka untuk menjalankannya
diinternalisasi dalam kehidupan baik secara pribadi maupun di masyarakat. Jadi
memang pointnya kami sepakat, dan ... prinsipnya sepakat Pimpinan.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, Demokrat bersepakat dengan point usulan dari pemerintah untuk DIM 49.
Golkar!
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
Saya terima.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Golkar setuju. PDIP!
F.PDIP (PUTI GUNTUR SOEKARNO, S.IP)
Pada dasarnya sepakat, tapi seperti yang tadi disampaikan adalah kalimat
sukarela ini, apakah ini perlu atau tidak, kalau kami sih berpendapat tidak perlulah ada
kalimat sukarela gitu, terima kasih, yang lainnya kami sepakat.
130
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, tidak mau sukarela, tidak perlu ada kata sukarela maksud saya. Oke jadi
PDIP setuju tapi tanpa sukarela. Selanjutnya PKS!
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
Masih kembali ke subtsansi yang tadi, kita perlu apa namanya, jadi tidak
romantisme Pramuka disini, jadi pembahasan ini pembahasan undang-undang
kepramukaan bukan romantisme Pramuka, karena terus terang saya agak tidak lulus di
Pramuka memang, jadi tidak merasakan lagu-lagu itu, Cuma saya lulus di kepanduan,
saya sampai terakhir di kepanduan, tapi ruhnya ada gitu, jadi ruh tentang kepanduan itu
ada, sehingga kalau lagu-lagu Pramuka saya tidak tahu, kalau dikita janji setianya ada
terhadap agama, terhadap Allah itu kan ada gitu. Jadi artinya, ketika disini ada sumpah
setia,satya Pramuka, di point terakhir ada menepati dasa dharma, nah ini kan tidak
dapat dimasukkan, karena bisa jadi bukan dasa dharma lagi yang kita pahami, bisa jadi
kalau yang masuk ke nilai-nilai kepramukaan maka nawa dharma kan gitu, kalau seperti
itu. saya pikir kita kembali, saya masih tetap sebelum ada argumentasi kuat dari sini,
saya masih tetap dengan usulan DPR, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke terima kasih, PKS tetap dengan usulan DPR. PAN!
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
Setuju dengan pemerintah, tetapi kode kehormatan Pramuka ini tampaknya
memaksakan diri dan terbatas pada kata-kata dalam nilai saja, maksudnya batasan-
batasan nilai-nilai Pramuka perlu diperkaya khasanahnya agar pihak-pihak yang
berkepentingan pada kepanduan mewakili... bisa terwakili terhadap pasal ini, dengan
catatan lagi.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya PAN menyambung dengan DIM sebelumnya ada substansi menyangkut
organisasi kepanduan. Selanjutnya dengan PPP.
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Iya Pimpinan, DIM nomor 49 ini memang nggak bisa berdiri sendiri sejak dari
atas gitu, dan saya kira bagi teman-teman tadi dengan segala hormat kepada teman-
teman dari PAN, PKS, dan PKB, ketika memperdebatkan substansi marilah nanti kita
131
simak maknanya baik-baik pada DIM 50, 51 maksud saya, karena inilah yang
diperdebatkan, jika nanti tidak setuju, maka disinilah sesungguhnya itu dilakukan gitu.
Nah oleh karena itu saya untuk DIM 49 ini setuju dan bersepakat juga dengan PDIP,
sukarelanya dihapus, dan jadi bunyinya “Kode kehormatan Pramuka sebagaimana
yang dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan baik dalam kehidupan pribadi maupun
masyarakat dan ditaati demi kehormatan diri”, gitu, jadi sukarelanya dihapuskan.
Kemudian lain-lainnya saya kira saya mengajak teman-teman dari yang saya sebutkan
tadi untuk memperdalam pada DIM 50, 51, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih, PPP setuju, sama dengan PDIP tanpa sukarela, menghilangkan
sukarela. Oke Bapak Ibu sekalian, tampaknya ini hal-hal yang ada terekam disini
sebenarnya hampir sama dengan DIM sebelumnya ya posisinya, jadi saya akan
memberikan catatan kepada pemerintah, barangkali pemerintah ada argumentasi
yang.... oh maaf..maaf, jadi pemeritah setelah PKB akan memberikan berupa
penjelasan, silakan Pak Hanif!
F.PKB (MUH. HANIF DHAKIRI)
Terima kasih Pimpinan. Untuk DIM nomor 49 saya usul dihapus,
pertimbangannya karena ini sangat normatif dan menurut saya tidak gunanya untuk
ditaruh, akan lebih berguna dari sisi substansi itu nanti ditaruh di katakanlah kalau
misalnya ada pasal tentang kewajiban anggota, misalnya anggota Pramuka itu wajib
untuk menaati satya Pramuka dan dasa Pramuka misalnya, itu akan menjadi lebih kuat
kalau ini ditaruh dalam pasal ketimbang misalnya coba, dibaca saja, kode kehormatan
Pramuka sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan baik dalam kehidupan
pribadi maupun bermasyarakat secara sukarela dan ditaati demi kehormatan diri, itukan
statement yang sangat amat datar, yang di dalam konteks undang-undang menurut
saya tidak terlalu relevan, nah tetapi bahwa substansi saya nangkep, saya nangkap
substansi dari ini adalah bahwa intinya bagaimana kode kehormatan itu bisa diamalkan,
bisa dijalankan, dan itu akan menjadi lebih kuat kalau misalnya ditaruh misalnya di
pasal mengenai kewajiban anggota atau semacamnya atau kalau ada, atau kalau tidak
ada ya kita adakan kalau begitu, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, PKB minta ini direposisi, tempatnya tidak disini, jadi kalaupun ada tidak
dalam bahan ini mungkin dalam... ya, substansi setuju, ya relokasi, reposisi, oke kami
132
lanjutkan silakan pemerintah untuk merespon beberapa tanggapan dan mungkin juga
sebagian pendapat dan pandangan dari per fraksi, silakan!
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Boleh, mohon ijin?
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oh boleh, silakan..silakan!
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Enggak, tadi kita... mohon maaf saja mohon maaf mumpung saya ingat,
menanggapi apa yang diusulkan oleh Pak Hanif tadi mengenai kewajiban,
sesungguhnya itu di dalam Bab Hak-hak dan Kewajiban itu sudah terpenuhi dengan
sangat baik gitu ya tentang... ini saya hanya memberitahukan saja supaya nanti siapa
tahu Pak Hanif berubah..enggak..enggak sorry..sorry, menginformasikan saja, oke
dilanjutkan.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, jadi nanti saya kira yang tadi Pak Hanif setuju, silakan... Pak Hanif setuju,
tapi lokasinya, reposisinya, jadi reposisi itu relokasi nanti, jadi tidak pada disini, PKB
tadi. Kami persilakan pemerintah untuk memberikan tanggapan!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Baik, kami merasa perlu untuk memberikan respon terutama apa yang
disampaikan oleh PDIP dan PPP tentang kata “sukarela” kami tidak keberatan, terima
kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Yang lain mau direspon? Cukup yang dua saja? Oke, karena tadi saya kira dari
PKS dan PKB untuk relokasi Pak, yang PKB tadi kan minta direposisi, relokasi, bukan
disini tempatnya, substansinya setuju, kemudian kalau PKS tadi DIMnya tetap, PAN
sama yaitu bahwa posisinya agar tidak hanya Pramuka saja gitu ya. Oke, mungkin ada
respon, silakan!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Ya, mengenai reposisi sebagai catatan, kita boleh saja, tapi nanti kita lihat
karena ada di DIM berikutnya Bapak.
133
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, jadi kembali, saya kira ini memang belum ada titik temu pada DIM 49 ya,
tentu saya kira kalau... kecuali ada hal baru saya kira... tidak ada ya yang baru, jadi kita
masukkan ini dipending, tapi tadi posisinya ada sedikit pergeseran, pemerintah setuju
dengan usulan PDIP dan PPP menghilangkan “sukarela”, jadi artinya posisi DIM
pemerintah itu setuju dengan itu, tetapi memang belum disepakati karena dari PKS,
PAN, PKB belum bersepakat, dan khusus PKB setuju substansi tapi tidak disini. PKS
dan PAN belum setuju, substansinya setuju tapi tidak hanya mengatur Pramuka,
demikian.
Oke, jadi saya kira apakah perlu diputar lagi atau kita cukup bahwa ini masuk
pasal yang disepakati ya, Dim ya belum disepakati ya, DIM 46.
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
Saya ingin menambahkan, jadi artinya dari point-point tadi masalah istilah dasa
dharma, satya Pramuka, dharma Pramuka, kita sepakat ini tidak menjadi satu hal yang
tidak mungkin dirubah termasuk nilai-nilai 10 nya yang ada di dalam. Saya sempat
berbicara dengan teman kita tokoh idiolog PDIP Utut al mukarrom, jadi artinya seperti
kata suci ini saya sepakat dengan PDIP, ini bisa dirubah jadi jernih misalnya. Ini kata-
kata ini kan lebih kita menerima lebih enak gitu, membumi dan membawa dharma itu
tidak berat kita pikul. Apalgi ini saya pikir dari temen PDIP juga sudah berpikir ini tidak
ada persoalan, saya pikir ini bisa kita ambil substansinya disitu. Jadi jangan dipaksakan
karena nikmat menyanyikan itu, kita mesti pakai itu gitu, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya oke, kita akan masuk ke substansi pada DIM 50 dan 51, 51 khususnya, tapi
saya kira untuk DIM 49 tadi pada posisi belum ada kesepakatan khususnya yang
sepakat dengan DIM pemerintah dan sukarela, menghilangkan sukarela, tapi ada 3
fraksi yang belum bersepakat khususnya PKS dan PAN, dan PKB setuju substansi
tetapi posisinya tidak disini. Oke, jadi DIM 49 belum bisa disepakati.
(Ketok Palu : 1 Kali)
Berikutnya kita masuk DIM 50, ini sudah point-point di satya Pramuka yang
diajukan oleh pemerintah, ini saya kira ini sudah mulai bisa masuk ini, apakah usulan
point-pointnya mau direlevansikan, mau disesuaikan dengan perkembangan dan
sebagainya saya kira kalau memang ada perubahan atau termasuk mungkin
134
peristilahan dan sebagainya, substansi dan judulnya atau peristilahan ini. Kami
persilakan DIM 50, pemerintah!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Baik, ijin Pimpinan. DIM 50 ini adalah Satya Pramuka, memang ini adalah
sesuatu yang sudah memasyarakat. Satya Pramuka ini, kata satya itu mengandung arti
satu setia, kesetiaan, jadi ini merupakan suatu kosa kata yang memang melegitimasi
dan apa namanya, berakar betul di Pramuka. Jadi satya Pramuka sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 merupakan janji dan komitmen diri yang diucapkan pada saat
pelantikan atau berbunyi, “demi kehormatanku akau berjanji akan bersungguh-sungguh
menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
mengamalkan Pancasila, menolong sesama hidup serta membangun masyarakat,
menepati dasa dharma”.
Tadi sudah muncul kepermukaan diangkat oleh sohib saya, ini dari PKS, jiga dari
PKB mengenai dasa dharma. Saya pikir pintu masih terbuka buat kita, ketika kita ingin
melakukan evaluasi, jadi saya sependapat dengan Bu Reni dari PPP, kita resapkan
dulu yang ada disini baru kita komentari, dan kalau perlu kita membuat sandingan, jadi
kita membuat sandingan, ini yang sudah ada yang eksis sekarang, kemudian
pemikiran-pemikiran kita yang baru seperti apa, jadi jangan dulu mengamanir sebelum
kita membuat sandingannya, komentarnya begitu, terima kasih Bapak.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih pemerintah. Jadi pemerintah terbuka terhadap usulan, sekiranya
ada penyempurnaan terhadap satya Pramuka untuk DIM 50, kami persilakan untuk DIM
50 dari Demokrat!
F.PD (RINTO SUBEKTI, S.E., M.M.)
Terima kasih Pimpinan...(dipotong)
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Mohon maaf Pak, ini mohon maaf ada tambahan...
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke silakan..silakan!
135
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Mengenai dasa dharma, dasa itu kan 10, tetapi ada sesuatu yang mungkin ini
bukan persoalan...(dipotong).
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Pak Drajat, mungkin gini, karena ini DIMnya nampaknya agak kontentnya berat,
kita satu-satu saja. Jadi dasa dharma kan DIM 51 ya?
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Ya, ya artinya “dasa”nya yang bisa berubah, tapi mengenai kata dharma ini
yang... dharma ini kewajiban.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya kita masuk DIM 50 Satya Pramuka, oke, jadi nanti ini biar kita fokus dulu,
kalau barangkali ada usulan terhadap satya ini, kemudian baru masuk lagi dharma,
karena ini juga agak berat ini, ada 10 point, jadi mungkin tidak dirangkum, tidak
disatukan itunya, satu-satu.
Silakan Demokrat!
F.PD (RINTO SUBEKTI, S.E., M.M.)
Terima kasih Pimpinan.
Satya Pramuka ini sebenarnya tadi juga uraian bu Reni tadi juga sudah
menyampaikan, kami coba untuk meresapi, tapi yang point penting adalah kami
menghargai dimana point-point yang sudah dilakukan oleh teman-teman Pramuka
dalam membentuk satya Pramuka ini, karena ini merupakan roh pada saat mereka
akan dilantik untuk menjadi seorang Pramuka, sehingga kami sepakat dengan
pemerintah. Ini perlu, walaupun sebenarnya kalaupun ada sandingan yang nanti
mungkin lebih baik ini kita terbuka untuk ini, tetapi prinsipnya kami setuju, terima kasih
Pimpinan.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih. Ada yang menarik, mungkin sedikit ilustrasi, ketika sumpah DPR,
sumpah DPR itu di undang-undang Pemilu itu ada.... nggak ini makanya ada sedikit ya
gambaran, jadi sumpah Anggota DPR di undang-undang terbaru itu ada tambahan
sedikit, yaitu memperjuangkan daerah pemilihan, iya itu berbeda dengan periode
sebelumnya. UU Pemilu Sumpah Anggota DPR itu memperjuangkan daerah pemilihan,
136
ini point baru, jadi mengenai waktu itu karena memang sistimnya dapil, lebih fokus,
maka memang kemudian menjadi melekat bahwa kita bersumpah memajukan atau apa
lupa saya, pokoknya daerah pemilihan gitu, nah waktu itu dirumuskan sehingga itu
melekat jadi tugas kita, artinya kalau kita itu dapat aspirasi daerah pemilihan itu
memang karena kita bersumpah kira-kira begitu, ada konsekuensinya, maksudnya
relevansi dengan ini adalah apakah kita juge melihat ada relevansi terhadap perubahan
sumpah dan seterusnya itu, terhadap perkembangan jaman. Ini saya kira untuk
membuka wacana saja, diskusi.
Oke selanjutnya Golkar!
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
Terima kasih. Untuk DIM 50 ini saya punya sedikit pandangan yang berbeda ya,
inikan undang-undang, apakah perlu mencantumkan yang sangat detail seperti ini
sampai janji ini harus dimasukkan di dalam undang-undang. Apakah perlu, yang lain
tadi beda lagi, tapi yang ini karena ini sebetulnya kan dari anggaran dasar ya dasa
dharma ditarik menjadi undang-undang, jadi menurut pendapat saya sejalan dengan
dari PKS, saya kali ini sejalan dengan PKS yaitu, apakah... tadi ada relevansinya,
apakah tidak terlalu mengikat nanti organisasi-organisasi lain walaupun secara
mendasar memang yang Pancasilanya, yang UUD 1945 nya, yang lain-lain yang
sangat mendasar secara internasionalnya itu tentu kita sudah sepakat, tapi apakah
perlu sampai harus detail seperti ini gitu. Mohon dijelaskan lagi, nanti baru saya bisa
memberikan.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, jadi Golkar dalam posisi meminta dijelaskan apakah perlu ada sumpah di
undang-undang ya. Oke selanjutnya PDIP DIM 50!
F.PDIP (IRSAL YUNUS)
Kami dari PDI Perjuangan setuju dengan DIM 50 ini dengan beberapa
perubahan redaksional di dalam sumpah ini, kalau kita baca sumpahnya, “demi
kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh menjalankan kewajibanku
terhadap Tuhan YME, NKRI, dan mengamalkan Pancasila”, kemudian ynag berikutnya
“menolong sesama mansuia dan makhluk hidup lainnya serta ikut membangun
masyarakat”, terkahir “menepati dasa dharma”. Disini ada perbedaan kita memisahkan
antara manusia dengan makhluk hidup lainnya, jadi derajat manusia itu lebih tinggi dari
hewan, kira-kira begitu, karena itu kita pisahkan, menolong sesama manusia dan
makhluk hidupnya, kemudian begitu juga Tuhan Yang Maha Esa, biasanya kata-kata
137
Tuhan ini sudah menjadi baku atau satu set dengan Yang Maha Esa. Kemudian bisa
juga kami tambahkan tadi kalau boleh Pimpinan, tadi tje Popong bilang apakah perlu
ditaruh di dalam undang-undang, saya kira ini bagian dari pembentukan akhlak karakter
building itu. jadi ini merupakan suatu keharusan untuk diucapkan setiap kali dia masuk
Pramuka, kan ini masalah yang sangat fundamental, itu kalau boleh kami kemukakan,
kalau boleh kami komentari, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih, PDIP mengusulkan beberapa perubahan, ini mulai masuk ini, jadi
ada perubahan Tuhan Yang Maha Esa, kemudian disini menolong sesama hidup,
memang kurang lengkap redaksinya, sesama manusia dan makhluk hidup, tadi cermat
memang ya dan selanjutnya. Jadi saya kira ini PDIP mulai membuka untuk
menyempurnakan isi kalau ini disepakati sebagai bagian sumpah. Selanjutnya PKS
DIM 50!
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
Ya, DIM 50 pertama undang-undang ini bayangan saya memang hanya untuk
menjelaskan, mengatur tentang apa tadi, tentang hal-hal yang bersifat universal dan
pembangunan karakter secara umum, sehingga bayangan saya hal yang sangat teknis
ini yang ada sumpah setia ini, janji setia ini saya pikir dalam undang-undang itu tidak
perlu diatur seperti ini, tidak perlu diatur seperti ini dalam undang-undang itu
dimasukkan janji setia, karena di Pramuka juga ada beberapa satya Pramuka, ada dwi
satya, ada tri satya, yang dimasukkan disini yang mana? Ada dwi satya itu untuk dasar,
ada tri satya untuk pandega dan lain-lain. Nah ini saya pikir terlalu teknis sekali kalau
dimasukkan menjadi satu sumpah di undang-undang, lalu diatur bahkan tanpa ada
sumpah setia juga biasa kalau misalnya kepanduan, taruhlah di PKS misalnya, itu janji
setianya kepada partai misalnya, sudah ada, ada baiat gitu, ada baiat gitu misalnya, itu
sudah selesai. Jadi saya pikir untuk hal ini tidak perlu diatur dalam undang-undang,
hanya cukup mengatur nilai-nilai tadi kepramukaan dan ini saja apa namanya, karakter
bangsa itu saja saya pikir, jadi saya pikir ini tolong apa saya tidak untuk dimasukkan
dalam undang-undang ini, tidak setuju dimasukkan, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya PKS tidak setuju untuk ini menjadi bagian dari undang-undang. Selanjutnya
PAN.
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
138
Saya setuju, kami setuju dari PAN ini pasal ini dihapus gitu, ini kan janji ini,
komitmen ini tidak main-main, seperti sumpah. Saya cuman memberikan contoh
membayangkan pemula itu yang di Pramuka siaga yang usianya 7 tahun, ini kan
anggota Pramuka itu kan batasannya 7 sampai 25 tahun, ya taruh yang 7 tahun itu
mereka sudah mempunyai komitmen, satu disini menjalankan kewajibannya terhadap
Tuhan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kewajiban terhadap Tuhan balik lagi
kepada agamnya masing-masing, kita tahu 7 tahun itu ya kalau keyakinan saya itu di
Islam itu baru 10 tahun diingatkan, ini sudah lebih awal sebenarnya, jadi bebannya
terlalu berat, kalau menurut hemat saya bgeitu. Jadi saya tidak menutup kemungkinan
nantinya pasal ini masih dipertahankan, tapi saat ini tidak melihat bahwa harus
diadakan pasal ini, itu saja.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya PAN setuju untuk tidak ada atau di hapus, tidak dimasukkan dalam undang-
undang tentang itu meskipun terbuka untuk diskusi. Kemudian PPP, DIM 50!
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Ya terima kasih.
Saya ingin mengilustrasikan terlebih dahulu mengenai sumpah, bahwa sumpah
itu bukan sesuatu hal yang teknis dalam suatu lembaga. Saya ingin menggambarkan
terlebih dahulu bagaimana sumpah Presiden itu diatur dalam Undang-Undang Dasar
pada perubahan ke-4 pada pasal 9. Kemudian bagaimana juga janji DPR itu dituangkan
dalam UU MD3. Oleh karena itu ketika sumpah janji Pramuka itu dicantumkan di dalam
undang-undang, saya kira memang seharusnya begitu, karena inilah bentuk pengikat
antara dia gitu, sebagai seorang Pramuka gitu, itu satu, ilustrasi saja. Jadi sumpah ini
bukan sesuatu yang teknis, bukan, justru substantif gitu, ini maknanya sangat-sangat
filosofis gitu, makanya sumpah disini erat kaitannya dengan azas Pramuka itu sendiri
yaitu Pancasila, di dalamnya ada ketuhanan, ada kemanusiaan gitu, ada keadilan
segala macam gitu. Oleh karena itu, satya Pramuka menurut saya masih sangat
diperlukan dan secara redaksi saya menambahkan dari Fraksi PPP, Satya Pramuka
sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 merupakan janji dan komitmen diri yang
diucapkan pada saat pelantikan berbunyi “Demi kehormatanku aku berjanji akan
bersungguh-sungguh menjalankan kewajibanku kepada Allah SWT, Tuhan YME,
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan mengamalkan Pancasila”. Kemudian kedua
“Menolong sesama hidup dan ikut serta menolong masyarakat”. Tiga, “Menepati Dasa
Dharma”. Terima kasih.
139
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, PPP menambahkan Allah SWT dan Tuhan YME. Oke, selanjutnya PKB!
F.PKB (MUH. HANIF DHAKIRI)
Terima kasih Pimpinan.
Pertanyaan pertama adalah mengapa sumpah harus ada? Itu tentu kita harus
kembali kepada tujuan dasar dari pengaturan mengenai Pramuka ini, yang intinya
adalah pembentukan karakter bangsa. Dan kita semua tahu bahwa apapun namanya
entah itu sumpah entah itu janji, entah itu baiat, mungkin kalau diteman-teman muslim
atau apapun namanya, tapi itu selalu berkorelasi dengan sikap moral yang hendaknya
mendasari dari seluruh perilaku baik itu pribadi ataupun organisasi. Nah dari
pertimbangan itu kami memandang bahwa sumpah itu penting dan harus ada, dan tadi
juga sudah disampaikan juga oleh beberapa teman bahwa presedennya juga ada di
berbagai lembaga, ini kalau soal kaitannya dengan penempatan sumpah itu di dalam
undang-undang, tapi saya bicara soal substansinya, apakah sumpah itu penting atau
tidak. Nah sejauh pengalaman kita sumpah itu tampaknya memang mejadi sesuatu
yang penting, karena minimal dia merasa terikat secara moral dengan itu, itu satu.
Yang kedua, apakah sumpah itu kemudian harus disamakan atau dibedakan
untuk seluruh gerakan Pramuka atau gerakan kepanduan atau apapun namanya. Nah
menurut saya memang harus disamakan, dan karena harus disamakan dia harus
masuk dalam undang-undang, karena kalau tidak nanti ada sumpah yang lain juga,
menurut saya itu menjadi persoalan, padahal kita ini ingin mengarahkan agar gerakan
Pramuka ini bisa menjadi satu, sehingga sumpahnya itu juga harus satu.
Yang ketiga, adalah masalah kontent, isi sumpahnya adalah apa. Nah itu sesuatu yang
menurut saya itu bisa kita perdebatkan, tapi yang ingin saya katakan pertama bahwa
sumpah penting, jadi ditempatkan di dalam undang-undang ini karena dia berkorelasi
secara positif dengan tujuan dasar untuk membentuk karakter. Yang kedua ini juga
menjadi pengikat dari pribadi-pribadi anggota Pramuka ketika dia masuk dan dilantik,
lalu membacakan ini, jadi ada ikatan, ada ikatan moral. Kemudian yang ketiga soal
substansinya, saya juga kalau redaksinya saya mengusulkan ini diserahkan ke tim
perumus usulan saya untuk diperbaiki, tapi dari sisi kontentnya saya lihat satu, kalau
soal menjalankan kewajiban pasti, terserah mau pakai Tuhan yang mana, silakan kita...
bebas, bebas saja kalau saya, yang penting Tuhan ada, mau Yang Maha Esa atau
Yang Maha Kuasa ya kan, ...(tertawa bersama). Yang kedua kewajiban terhadap
negara, ini saya kira penting. Yang ketiga kewajiban terhadap sesama atau
masyarakat, lalu yang ke empat kewajiban terhadap alam. Baru kemudian yang ke lima
kaitannya dengan pengamalan Pancasila, artinya kontentnya ada lima ini, soal
140
redaksinya monggo mungkin kita bisa sepakat diserahkan ke tim perumus, tapi menurut
saya 5 point ini menjadi penting untuk dirumuskan. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih, PKB setuju ada sumpah istilahnya, ada janji, tapi substansinya
terbuka atau disubstansi beberapa sudah ada yang memberikan substansi usulan
secara detail, artinya secara redaksional, ini saya kira kalau ini disepakati tentu bisa ke
timus ya, nah tadi saya kira ada yang tidak setuju, ada yang belum setuju ini, misalny
tadi dari PKS dan PAN belum bersepakat ini dimasukkan sebagai... oh Golkar, Golkar
minta penjelasan, Golkar masih menunggu penjelasan dari pemerintah, nah penjelasan
ini akan menentukan sikap Golkar kira-kira begitu, yang lain setuju untuk dimasukkan
redaksional. Oke kami persilakan... oh Pak Mahyuddin, masih ada, silakan!
F.PD (PROF. DR. H. MAHYUDDIN NS, SP.OG (K))
Terima kasih, maaf Pak Pimpinan, saya ini sebenarnya kalau istilah kedokteran
hermaprodit, (tertawa bersama), jadi laki-laki bukan, perempuan bukan. Jadi mewakili
fraksi bukan, pimpinan bukan gitu, tapi masukan saja dalam sumpah ini ya, karena
menurut pengalaman saya juga di dalam Undang-Undang terutama 32 Tentang
Pemerintahan Daerah, saya sering menyumpah, sering menyumpahi orang-orang. Jadi
kalau Bupati disumpah, maka itu tidak ada di dalam undang-undang, jadi suatu
keharusan disumpah, tapi bunyinya apakah ini nanti dikorelasi dengan ini, ini berjanji
ini, tidak bersumpah. Bagi yang beragama Islam turutkan kata-kata saya, “Demi Allah
saya bersumpah”, bagi agama lain turuti kata-kata saya, “Saya berjanji demi Sang
Hyang, demi Ibu Bapak dan sebagainya. Jadi harus ada itu kalau di dalam ini, sebab itu
keterikatan komitmen kita di dalam pekerjaan kita nanti di dalam suatu organisasi. Jadi
saya sarankan ya, layaklah sumpah ini, apalagi ini lebih ringan, “saya berjanji”, nah
banyak orang yang sudah berjanji besok lupa, kalau demi Allah itu kan bersumpah,
lebih seram lagi, apakah itu akan saya bersumpah untuk yang beragama Islam, saya
berjanji untuk agama lain ya, terserah nanti kepada tim perumus. Terima kasih Pak,
masukan dari hemaprodit, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih, iya ini Pak Mahyuddin ini Ketua Komisi, ya jadi sebenarnya bukan
hemaprodit ini, disini posisinya adalah supervisi, jadi karena nanti ini semua dilaporkan
ke Raker dan nanti tentu saja dipimpin oleh Ketua Komisi.
Oke, kembali ke substansi, jadi saya kira posisinya adalah ada yang setuju untuk
masuk sebagai sumpah atau janji, tadi Pak Mahyuddin memberikan istilah janji bukan
141
sumpah, nah kalau sumpah biasa diangkat jabatan, tapi ini berjanji, komitmen gitu.
Kemudian ada yang belum bersepakat, Golkar menunggu penjelasan, dan yang tidak
setuju itu PKS dan PAN sebagai janji. PKB setuju substansi, apa setuju terhadap
adanya janji atau sumpah, tapi kemudian substansinya dibicarakan lebih lanjut.
Kami persilakan pemerintah, beberapa penjelasannya ditunggu, karena akan
menentukan sikap pada putaran kedua, silakan!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Baik terima kasih.
Terima kasih Tje Popong atas permohonannya meminta penjelasan pada saya
dari pemerintah kenapa ini penting. Yang pertama, memang kami berpegang pada
peraturan perundangan, dalam peraturan perundangan, undang-undang itu boleh
mengatur secara rinci yang terkait dengan sumpah atau janji. Seperti halnya dalam
undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
sebagaimana diubah dengan UU Nomor 43 Tahun 1999, dan bahkan UUD 1945 pun
mengatur mengenai Sumpah, Janji Presiden dan Wakil Presiden. Sekarang logikanya
kenapa ini menjadi seperti ini, saya ingin menyampaikan seperti tadi yang sudah
disampaikan juga oleh Pak Hanif dari PKB dan Bu Reni dari PPP, kami ini punya
pandangan bahwa Satya ini adalah ikatan moral, ikatan moral yang membentuk pribadi
dari suatu upaya kita untuk membentuk, menumbuhkan, mengembangkan karakter.
Jadi nanti adalah terekspresi di dalam ucapan, di dalam perbuatan, di dalam hubungan
antar personal, dalam hubungan dengan masyarakat, dan lain-lain.
Yang kedua adalah janji ini atau satya ini akan membentuk menjadi identitas,
identitas yang betul-betul membedakan antara dia yang di Pramuka dengan yang
bukan, itu ada perbedaan yang signifikan. Ini makanya betapa pentingnya janji ini
dieksplisitkan dalam peraturan atau perundangan ini.
Yang ketiga adalah janji ini adalah mengingatkan kepada kita ketika akan
melaksanakan satu kegiatan pendidikan, kita sudah bersepakat bahwa di dalam
gerakan ini, ke dalam kepramukaan ini ada pendidikan, dan pendidikan itu memang
harus merujuk kesana. Buat apa suatu pendidikan yang berkaitan dengan Pramuka itu
dilakukan, kalau kita tidak ada muara akhirnya kemana, ini yang ketiga.
Yang ke empat, ini juga menjadi alat evaluasi kita ketika sudah di Pramuka itu memang
tidak bisa mewujudkan janjinya, berarti ada yang salah. Kalau kita sekarang ini
misalnya, ada anak yang tiba-tiba dengan tingkat kesadisan yang tinggi, dia membacok
temannya, dia membacok apa, salahkan dia, itu adalah produk dari sejarah kita, yang
salah itu kita harus berpikir, ada pendidikannya, mungkin kita bertanya, ada yang salah
disini, nah ketika Pramuka juga begitu, kita akan berpikir mana yang salah. Saya kira
itu, dan tadi saya telah menyampaikan bahwa ini menjadi sangat penting, dan karena
142
ini bukan sesuatu janji yang janji begitu saja, tetapi ini janji yang menginternalisasi yang
pada akhirnya akan membentuk satu pribadi yang... saya kira begitu Tje Popong, hatur
nuhun Tje.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih penjelasan dari pemerintah terhadap beberapa tanggapan atau
respon dari anggota panja, kami berikan kesempatan putaran kedua, jadi barangkali
setelah diberikan penjelasan pemerintah ada yang ingin melakukan revisi atau mungkin
merubah pendapat, pandangan atau tetap, silakan dari Demokrat yang pertama!
F.PD (RINTO SUBEKTI, S.E., M.M.)
Terima kasih Pimpinan.
Kami tetap sepakat dengan pemerintah, Cuma memang mengenai isi dari
sumpahnya ini, ini kita fleksibel berdasarkan apa yang menjadi terbaiknya kesepakatan
dari nanti dari... kita berikan kepada tim perumus saja, kalaupun ini menjadi baku saya
pikir tidak ada masalah, tapi kalaupun ada yang lebih baik saya tidak ada masalah,
Cuma kami pointnya adalah sepakat dengan pemerintah karena ini juga bagian dari
seperti undang-undang lain juga kalau sumpah ini menjadi jenis kesatuan di dalam
undang-undang itu sendiri. Terima kasih Pimpinan.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih. Demokrat setuju termasuk nanti ada perubahan redaksional ya,
kemudian Golkar, silakan!
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
Baik, sudah mengerti saya sekarang...(tertawa bersama), tapi ada sedikit apa,
tadi ada dari fraksi mana saya tidak tahu, saya tidak ingat..sumpah, tadi kan ada yang
usul mengenai sumpah, nah kalau menurut pendapat..oh bapak Ketua ya, kalau
menurut pendapat saya memadai, nah kalau sumpah mungkin agak terlalu tinggi, tapi
biar, karena saya kepada pemerintah bukan kepada Bapak. Terima kasih, jadi saya
terima Pak.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, Golkar setuju dengan usulan pemerintah DIM 50. Oke selanjutnya PDIP!
Oke, PDIP tetap setuju dengan DIM 50. PKS!
143
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
Ya saya tetap, walaupun nanti akan memberikan penilaian juga dengan apa
yang isi dari Satya Pramuka ini. Pertama secara substansi tidak perlu dimasukkan di
dalam undang-undang masalah janji ini. Yang kedua, kalaupun ada pertimbangan janji
ini kenapa tidak dimasukkan, karena memang agak berat bagi kita membuat satu janji
ya ataupun sumpah. Janjipun saya pikir tidak perlu dimasukkan, kalau ingin menjadi
suatu spirit saja, bukan menjadi... jadi anak-anak didik ini jangan ada beban-beban..
kita ajarkan suatu janji-janji yang mereka itu sampai ke DPR pun sudah biasa dijanji
mereka, sudah biasa berjanji itu kan, karena ini kan anak-anak SD, SMP sudah ringan
membuat janji-janji begini, kita doktrin, kita berikan dogma seperti itu, jadi pejabat pun
biasa berjanji, nggak ada yang ringan.. yang berat bagi mereka. Ini saya pikir hal yang
penting kita ajarkan disini karakter bangsanya itu adalah ada spirit yang masuk disana,
di anak-anak itu, spiritnya bukan janjinya. Spirit yang masuk, dan ini bukan bentuk janji
atau sumpah, tapi hanya bentuk manifesto. Bentuk Manifesto bentuk slogan-slogan
yang membuat mereka itu berspirit masuk di Pramuka. Kalau dibuat janji, kita sudah
kebiasaan banyak janji kita ini, bahwa Pak Gubernur pernah disumpah gitu kan, janji
banyak betul.
F.PD (PROF. DR. H. MAHYUDDIN NS, SP.OG (K))
Nah ini pakai insya Allah saja, (tertawa bersama).
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
Nah, jadi saya pikir begini, saya pikir saya hanya menilai apa saya usulan saya
tetap pada DPR, usulan DPR tidak dimasukkan dalam undang-undang, kalaupun saya
kasih masukan buat pemerintah, ini hanya bentuk spirit, manifesto kepada anak-anak
Pramuka kita dan bunyinyapun tidak usah ada janji. Manifesto Pramuka, Demi
kehormatanku aku akan bersungguh-sungguh, begitu. Jadi tidak perlu ada janji, Aku
akan bersungguh-sungguh menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan. Jadi tidak ada
janji disana, tidak ada beban, beban agama disana, kalau nanti anak-anak sudah
bohong semua kan, banyak janjinya dia anak-anak sudah banyak bohong lagi.
Dan terakhir, kenapa dimasukkan lagi menepati dasa dharma, menepati dasa
dharma, ini tidak perlu lagi, karena sudah diatur nilai-nilai kepramukaan itu yang
menjadi nilai spiritnya. Jadi tidak perlu lagi menepati, ini kalau tidak ditepati bagaimana?
Kan ada persoalan lagi disitu. Jadi saya pikir kita ringankan disini, di undang-undang itu
kita ringankan betul, jangan dibuat ada romantisme Pramuka yang nanti itu menjadi
beban baru di revitalisasi Pramuka. Ketika nanti tidak ditepati janjinya, urusan lagi nanti,
apa hukumannya, ada sanksinya enggak kira-kira disini, dibuat sanksi kalau satu dasa
144
dharma tidak dipenuhi, anak-anak SD yang masih apa, siaga, masih hijau untuk
berjanji, kan ini ada persoalan ini. Kita DPR saja berjanji ini masih banyak yang kita
tidak amanat gitu, ya apalagi kalau dibuat janji lagi di Pramuka, banyak janji kita ini.
Terima kasih. (Tertawa Bersama).
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke terima kasih. Silakan Pak Mahyuddin!
F.PD (PROF. DR. H. MAHYUDDIN NS, SP.OG (K))
Kalau janji pejabat itu beda dengan janji pegawai negeri, kalau janji pegawai
negeri itu dinyatakan tidak akan menerima sesuatu atau apapun yang dialihkan kepada
saya, dan....(tidak jelas suara kecil)... kepada saya. Jadi kalau Gubernur tidak ada itu
tidak menyetujui.....(tidak jelas suara kecil), makanya banyak Gubernur masuk penjara
gitu...(suara kecil tidak jelas) – (Tertawa bersama)...
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Jadi Pak Mahyuddin mengingatkan kalau nggak ada janji juga bahaya kan, kalau
Pramuka kalau nggak ada janji gimana nanti Pak, melanggar semua. Oke Bapak Ibu
sekalian, jadi dari PKS tadi menegaskan bahwa tidak perlu memberikan beban gitu itu
untuk janji, ini saya kira posisi dari PKS. Selanjutnya PAN!
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
Ya, tadi yang dikatakan oleh Pimpinan bahwa soal janji ini, sumpah, itu kan
semua Anggota DPR semuanya sudah disumpah. Salah satu isinya adalah akan
memperjuangkan aspirasi daerahnya, daerah pilihannya masing-masing,
memperjuangkan, salah satunya itu lah ya. Nah itu Anggota DPR mempunyai
konstituen, sedangkan calon siaga ini, pemula ini kan tanggung jawabnya terhadap
dirinya dan Tuhannya, saya melihat seperti itu. Jadi kalau janji pun, misalnya ada
redaksionalnya saja. Saya masih sependapat supaya ini tidak diadakan, tapi mungkin
ada juga semacam komitmen sebagai anggota dia bersikap, misalnya salah satunya
mungkin kata-katanya, Demi kehormatanku saya berusaha memenuhi janji untuk... dan
sebagainya, seperti itu, jadi ya lebih lembutlah, ya terlalu... mungkin itu saja, terima
kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya terima kasih, jadi PAN pada posisi terbuka untuk dimasukkan tapi dengan
lebih lunak kira-kira begitu. Oke, selanjutnya PPP!
145
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Ya, saya ingin menyampaikan tapi nanti tolong dibantu dari kakak-kakak yang
dari Kwartir Nasional, jadi sumpah yang dilakukan oleh usia siaga, itu bukan ini gitu, jadi
bahasanya itu bukan untuk siaga, tapi ini bisa teman-teman bisa bayangkan, ketika
pakai baju coklat, terus pakai topi, terus pakai shal apa pakai kacu merah putih gitu ya,
terus dia berdiri gini, terus pegang bendera gitu, terus dia mengucapkan... kalau untuk
siaga itu, saya berjanji akan taat dan patuh terhadap ayah dan ibu, kalau nggak salah
begitu, nanti dari Kwartir Nasional tolong diteruskan, saya lupa, itu untuk siaga, untuk
usia anak SD.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ini setiap tingkatan berbeda.
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
He eh, setiap tingkatan berbeda, nah kemudian penggalang, ini penggalang ini
usia SMP sampai penegak, sampai pendega, sampai usia SMA dan perguruan tinggi
baru ini gitu, dan ini diselesaikan ketika dia akan menyelesaikan SKU, Syarat
Kecakapan Umum ya, kak Ifa namanya kalau dulu, ini..ini salah satu yang harus
dipenuhi adalah hafal ini dulu, karena ini adalah pembuka bentuk komitmen terhadap...
jadi maksud saya ketika teman-teman memperdebatkan ini kan bukan untuk anak, tidak
disitu apa diskusinya gitu, tapi ini ruh substansi ketika sudah mengikrarkan jadi
Pramuka, maka dia taat sebagai hamba Tuhan, dia taat kepada Tuhannya, sebagai
warga negara Indonesia dia cinta tanah air, dia mengamalkan Pancasila sebagai azas
kepramukaan itu sendiri begitu loh. Jadi perdebatan bukan dalam tataran usia, bukan,
tapi ini bentuk komitmen apa ya, ikrar diri sebagai Pramuka terhadap bangsa dan
negara, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih, ya PPP setuju dengan masukan, silakan selanjutnya PKB!
F.PKB (MUH. HANIF DHAKIRI)
Terima kasih Pimpinan.
Saya sampai hari ini masih Islam, dan ketika saya memiliki kesadaran awal
sebagai orang Islam saya membaca kalimat syahadat, saya berjanji, hidup saya
memang tidak selalu memenuhi aturannya Islam, tapi pada saat saya melakukan
kesalahan, melakukan dosa saya selalu mengingat itu, bahwa saya melakukan
146
kesalahan, minimal sadarlah, tahu. Artinya apa, janji, sumpah, atau semacamnya ini
meskipun ini sifatnya pribadi tidak terkait dengan orang tetapi ini bagian dari ikatan
moral dari pribadi kita itu, sehingga menjadi penting, dan itu membentuk karakter, jadi
kalaupun melakukan kesalahan kita tahu ya kan, kan kita pernah janji itu. apalagi kalau
bicara soal akherat, minimlal kalau slidenya ditayang ulang gitu, kalau lihat
dibandingkan antara kelakuan sama janjinya gitu kan, jadi enak, bahwa Tuhan untuk
mengevaluasi juga enak..(tertawa bersama), jangankan kalau nggak ada janjinya, tidak
ada parameternya ini untuk ngukur, itu satu. Jadi sumpah menjadi penting.
Yang kedua, saya ingin menambahkan dicatatan itu karena tadi saya usulkan
kalau substansi silakan, itu redaksinya seperti apa, tapi pointnya saya usulkan ada 5,
satu soal kewajiban terhadap Tuhan, yang kedua kewajiban terhadap negara, yang
ketiga kewajiban terhadap masyarakat atau sesama, yang ke empat kewajiban
terhadap alam, yang kelima baru pengamalan soal Pancasila. Saya termasuk juga yang
tidak setuju misalnya menepati dasa dharma dimasukkan disitu saya tidak setuju,
karena nanti toh dasa dharmanya ada sendiri elaborasinya atau apapun namanya nanti
ya kan, yang ini seluruh anggota Pramuka nanti berkewajiban juga untuk menepati itu,
baik itu dasa dharmanya ataupun satya Pramukanya, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya, jadi dari PKB terakhir, saya kira tadi menyampaikan setuju dan ada
beberapa penyesuaian ya, ada beberapa revisi atau usulan untuk penyempurnaan
redaksional.
Bapak Ibu sekalian, jadi tampaknya memang....(berbicara bergantian)... biar
nggak ngantuk ya. Oke, Bapak Ibu sekalian, jadi tampaknya memang pada posisi ini
sebagian sebenarnya secara eksplisit menyampaikan bersetuju dengan beberapa
penyempurnaan, tapi dari PKS juga saya bersepakat dengan redaksinya itu kan, tadi
mengatakan oke dengan lebih lunak dan juga dari PAN tadi terbuka juga, jadi
sesungguhnya tampaknya kalau ini dibawa ke timus barangkali bagaimana kita... ya
jadi karena nanti disana terbuka, disana bersepakat untuk penyempurnaan redaksi, nah
muatannya seperti apa ya kita bicarakan di timus, ya begitu ya, jadi masing-masing
nanti bisa menyampaikanlah apa kira-kira apakah perlu diperhalus, atau diperberat,
atau diper... dan seterusnya ya. Oke jadi DIM 50 kita sepakat bawa ke timus ya?
(Rapat Sepakat)
Oke, bismillahirrahmanirrahim.
(Ketok Palu : 1 Kali )
147
Mantab ini, biar ada yang dianulah.
Ini tampaknya masuk ke DIM juga yang terkait ini DIM 51 tadi banyak
disinggung, tapi ini ada beberapa usulan untuk disempurnakan juga redaksionalnya,
kami usulkan... kami sampaikan pemerintah untuk menyampaikan DIM 51 tentang
Dharma Pramuka, silakan!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Terima kasih Bapak Pimpinan.
DIM 51 ini memang juga... jadi DIM 51 ini merupakan kelanjutan dari DIM yang
50, walaupun tadi banyak mengomentari bahwa tidak perlu mencantumkan menepati
dasa dharma, tapi yang ingin saya komentari adalah bahwa dharma ini adalah
merupakan suatu kewajiban, kalau nanti dari evaluasi kita, dari pemikiran-pemikiran
yang bisa kita akumulasi, sudah barang tentu pemikiran-pemikiran yang kreatif,
pemikiran-pemikiran yang lebih realistik tetapi idealis, itu mungkin bisa terjadi. Dalam
proses diskusi ini, tetapi yang kami sampaikan ini adalah sesuatu yang telah berakar di
dalam kehidupan Pramuka, ini yang dinamakan dasa dharma, dasa sepuluh, dharma itu
adalah kewajiban, seperti yang tercantum disini, dari satu: Taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan selanjutnya, ini lah yang merupakan dasa dharma, tetapi kalau tadi
misalnya seperti halnya di butir 3 atau DIM 50, terjadi penambahan-penambahan
usulan yang bersifat substantif sampai pada redaksi, saya pikir yang di DIM 51 juga
saya ingin menyampaikan bisa saja diantara kita semuanya memberikan pemikiran-
pemikiran yang baru, tetapi nanti saya mohon dengan hormat supaya ada
sandingannya, sehingga kita mengevaluasi dulu apa yang ada di dalam dasa dharma
seperti yang telah ada sejak tahun 1961 sampai dengan sekarang. Terima kasih Bapak.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih. Bapak Ibu sekalian, jadi DIM yang diajukan pemerintah, dan saya
kira ini menarik juga bahwa sesungguhnya di DPR ini juga ada DIM yang senada atau
hampir sama, itu pada DIM 44. Jadi DIM 44 yang tadi diusulkan dianukan... jadi ini
DIM... jadi kira-kira sandingannya DPR itu di 44, pemerintah mengajukan DIM 51, kira-
kira begitu. Itu saya kira, kami persilakan untuk DIM 51, ini dari dari Demokrat, silakan
Pak!
F.PD (RINTO SUBEKTI, S.E., M.M.)
Terima kasih Pimpinan. Kami dari Fraksi Demokrat Cuma agak sedikit, walaupun
juga ada sandingan dari DIM DPR, kami masih melihat ada perbedaan antara satya
148
dan dharma, kalau satya itu kan komitmen diri, janji, kalau dharma itu kan ketentuan
moral, seperti tata tertib. Jadi kami anggap ini hanya cukup ada di AD ART saja, tidak
perlu ada di undang-undang, tapi juga kita terbuka, kita pingin melihat dulu apa
pendapat pemerintah yang lebih terinci. Kalau satya kami sepakat itu ada di undang-
undang, tapi kalau dharma, karena yang saya perhatikan ini Cuma hanya berbentuk
dari ketentuan moral. Jadi ketentuan moral yang ada 10 point ini Cuma ketentuan
moral, jadi semacam kayak tata tertiblah. Tidak perlu saya pikri tata tertib ini masuk di
dalam undang-undang, mungkin itu Pimpinan, tapi kita terbuka untuk pemerintah, kita
pingin tahu dulu apa kajian yang paling detail awalnya, kalau tadi satya kan sudah jelas.
Persandingan-persandingan dari undang-undang yang lainnya kan juga ada, tapi kalau
dharma ini saya perhatikan tidak ada. Terima kasih Pimpinan.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya terima kasih. Ini Demokrat memberikan pikiran baru untuk tidak perlu dharma
ini masuk dalam undang-undang, terbuka tapi untuk diskusi. Selanjutnya Golkar, DIM
51!
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
Terima kasih. Kalau kita kaitkan dengan DIM dari DPR yang DIM 44 itu apakah
istilahnya kan ini dharma Pramuka, nah itu adalah nilai-nilai kepramukaan, namun kan
ada beberapa persamaan, nah jadi... tapi karena ini... apakah yang dimaksud dengan
dasa dharma ini kan yang ini sepuluh? Ya kan, sepuluh kan. Dasa Pramuka
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan ketentuan moral dalam pendidikan
kepramukaan, berbunyi... ya ini yang disebut Dasa Dharma. Nah sekali lagi saya
ingatkan bahwa ini adalah undang-undang, kalau undang-undang berarti itu akan
mengikat nanti kepada seluruh yang dinamakan Pramuka. Nah pertanyaan saya,
walaupun tadi dari pemerintah sudah mengatakan bahwa salah satu alasannya dasa
dharma ini sudah sangat melekat di dalam masyarakat kan, tapi apakah itu berarti
sudah patok harus begini atau ada kemungkinan menambah atau mengurangi tentu
namanya sudah bukan dasa dharma lagi, karena menurut saya itu walaupun sudah
melekat di masyarakat, tapi terlalu, artinya terlalu mengikat. Oke lah kalau tadi janji
saya bisa mengerti, tapi kalau ini, apakah ini tidak cukup... masing-masing nanti kan
punya AD dan ART, apakah harus semua gelap seperti ini, itu satu.
Kedua, kalaupun toh ini nanti kesepakatan bersama harus masuk, itu ada secara
redaksional ada yang harus dibetulkan. Terima kasih.
149
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya terima kasih, ini dari Golkar tampaknya masih menggali ya, menggali nanti
juga pemerintah untuk menjelaskan apakah penting ini ada dalam undang-undang.
PDIP silakan!
F.PDIP (DRS. UTUT ADIANTO)
Memang Pak Ketua, terima kasih. Kami membiasakan namanya PDI
Perjuangan, walaupun makin malam makin... kadang ya berjuang terus, kalau kata mas
Heri yang berkarya Golkar. Mengenai Dharma Pramuka atau Dasa Dharma tentu ini
adalah perjalanan panjang orang-orang Pramuka. Kalau kita ubah memang
konsekuensinya berat, ini mungkin sama dahsyatnya dengan Sapta Marga diteman-
teman kita yang TNI. Kalau kita ubah satu persatu kalimatnya juga kecenderungannya
tidak kontekstual, kalau mau diteliti tentu pasti overlaping, ini banyak, kalau nomor 10
saja sudah dahsyat benar, suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan, langsung tidur
nyenyak kita, sedap. Tetapi untuk menyatakan suci dalam pikiran, perkataan dan
perbuatan ini kayaknya terlalu di awang-awang. Jadi mungkin yang lainnya sih kita
setuju saja, kalau tadi ada... kalau sudah suci biasanya udah serba putih
semua....(suara bergantian), suci sang primadona kata mas Heri, tetapi kalau ada
pemikiran dari kawan Akbar, kalau bahasa Sovietnya kamerat Akbar, itu jernih mungkin
lebih membumi, tetapi pada umumnya kami setuju, setuju, karena ini semuanya kita
setuju 9 ini, kalau memang ada satu ini mungkin bisa kita sampaiin ini walaupun ini
tentu akan sangat banyak, buat Pramuka ini sudah kayak... sudah ininya nafasnya...
bread and butter mereka, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih....(dipotong) :
F.PDIP (DRS. UTUT ADIANTO)
Oh ya maaf, mohon ini nanti timus nanti yang pas ininya.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, terima kasih, ya jadi, ya dari PDIP tampaknya menyinggung tadi pendapat
yang sebelumnya disampaikan oleh PKS tentang point 10, suci dengan jernih, jadi saya
kira ini menarik, kemungkinan kalau nanti ada kesepakatan ya tadi termasuk usulan ke
timus dari PDIP. Selanjutnya PKS!
150
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
Ya, untuk DIM 51 ini secara satu persatu sangat baik nilai-nilainya tidak ada
yang masalah gitu, sehingga ketika berbicara revitalisasi itu sebenarnya kita
membayangkan kita tidak berpijak dulu sebagai Pramuka waktu itu. ketika membahas
ini juga kita berpijak bahwa nilai itu yang mau kita dahulukan dulu, nilai kepanduan, nilai
kepramukaan itu kita bahas dulu. Karena kalau kita berpijak sebagai seorang Pramuka
dulu pasti masuk semua nilai-nilai Pramuka itu. yang itu sudah kita akui juga sebaik-
baikny anilai itu ternyata ada satu disorientasi di Pramuka, itu yang kita rubah, ya terjadi
satu stagnan di Pramuka. Jadi yang kita banggakan di Pramuka itu ada stagnannya di
Pramuka, ini tidak bisa kita andalkan itu suatu nilai yang menjadi kuat betul, ternyata
sekuat-kuatnya dharma Pramuka ya stagnan, sehingga ketika itu kita berpikir, undang-
undang ini kita beri nilai universal, namanya kita namakan nilai- nilai kepramukaan itu
menjadi dasar dari organisasi nanti kepramukaan atau kepanduan menyusun
kurikulumnya. Jadi nilai-nilai akan menjadi kepanduan organisasi manapun yang
menjadi assosiasi kepramukaan nanti untuk menyusun yang punya hari ini, bisa
assosiasi, bisa silalahi silakan. Nah ini bayangan saya seperti itu, sehingga ada nilai-
nilai disini kita rubah juga tidak menjadi istilah Pramuka kita pakai, dasa dharma tidak
kita pakai, atau dharma Pramuka tidak kita pakai sampai ke nilai-nilai dasa dharma pun
coba kita renungkan lagi ini, misalnya tadi sudah disampaikan oleh saudara idiolog dari
PDIP, Utut, PDI Perjuangan seperti halnya suci tadi kita rubah menjadi jernih. Jadi
demikian yang bisa kami sampaikan.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke terima kasih, jadi tambahannya PKS untuk menjadi nilai, jadi mungkin agak
nyambung dengan yang DIM DPR DIM yang ke-44 ya, artinyaa memang terbuka
terhadap ini, jadi substansinya setuju, tapi mungkin tadi istilah dasa dharma saja. Oke,
selanjutnya PAN DIM 51!
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
Ya dari Fraksi PAN sependapat dengan Fraksi Demokrat dan Fraksi Golkar,
bahwa ini masuk dalam AD ART saja. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, PAN menganggap ini tidak perlu di undang-undang, cukup di AD ART di
organisasi. Kemudian PPP!
151
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Ya, ketika ini diharapkan menjadi nilai-nilai sesungguhnya realisasi pemaknaan
terhadap nilai-nilai itu bentuknya kode etik gitu, bentuknya kode kepramukaan maksud
saya, kode kehormatan kepramukaan. Dan salah satu kode kehormatan ini ya dasa
dharma ini gitu. Ini pun istilah dharma ini dalam konteks keindonesiaan tidaklah
Indonesia, karena ini lebih kepada sektoral apa, lebih kepada segi historis saja kenapa
kita harus mempertahankan dharma gitu. Sesungguhnya mungkin kalau dalam konteks
keindonesiaan lebih baik 10 janji Pramuka, kita lebih tepat begitu, tapi ini ada
spe...(tidak jelas) saya menjunjung tinggi betul bahwa istilah dharma Pramuka itu tetap
diadakan.
Kemudian yang kedua, saya kira saya sedikit, bukan tidak mengomentari Pak Akbar,
tapi komitmen kita untuk merevitalisasi Pramuka itu kan pada saat itu kan yang pertama
kemandegan Pramuka ini kan bukan disebabkan karena tidak berfungsinya inti-inti
substansi dari Pramuka, tapi memang sistem yang dibangun dalam situasi yang
kemarin yang pertama ini berupa peraturan pemerintah tidak memiliki kekuatan hukum
yang mengikat. Kemudian yang kedua, memang begitu rentannya sistem demokrasi
yang berubah, sementara apa. Pramuka di politisasi gitu kan ,sehingga menjadi
sesuatu yang sangat rumit untuk berkembang gitu.
Kemudian yang ketiga, bahwa output untuk Pramuka ini kan hari ini adalah budi
pekerti dan karakter bangsa gitu. Sesungguhnya point dari itu yang 10 item itu, justru itu
sudah output, sudah item-item yang memang diharapkan dari Pramuka itu sendiri gitu.
Yang pertama itu sebagai hamba Tuhan dia bertaqwa, kemudian dia sebagai sesama
manusia harus punya kasih sayang, kemudian sebagai sistem the map ...(tidak jelas)
yang demokrasi di patuh dan suka bermusyawarah, kemudian budaya Indonesia yang
gotong royong, rela menolong apa, patuh dan suka apa, rela meolong dan tabah,
kemudian rajin, terampil gitu, hemat, cermat gitu, apalgi hari ini hemat, cermat dan
bersahaja lebih relevan gitu, mengingat kita semua harus ngirit terus macet, enggak
ini..ini hanya tambahannya saja. Oleh karena itu PPP masih berpendapat bahwa dasa
dharma Pramuka ini karena sesuatu yang tidak terpisahkan dari satya Pramuka
merupakan refleksi dari substansi kepramukaan, oleh karena itu harus tetap ada gitu,
karena ini satya Pramuka dan dasa dharma merupakan dua hal yang memang
beriringan. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke terima kasih dari PPP menegaskan perlu dalam undang-undang.
Selanjutnya PKB!
152
F.PKB (MUH. HANIF DHAKIRI)
Terima kasih Pimpinan.
Pertanyaan pertama yang barangkali perlu kita jawab apa posisi dharma
Pramuka ini dalam konteks undang-undang ini. Nah dalam pemahaman kami ini
posisinya kira-kira semacam karakter indoorsment, jadi dia merupakan seperangkat
nilai, dia seperangkat sistem perilaku yang hendak kita dorong agar ini menjadi bagian
dari perilaku individu-individu yang tergabung dalam Pramuka, artinya dengan
pertimbangan itu, maka saya melihat bahwa dharma ini entah itu nanti jumlahnya mau
dasa mau berapapun, ini menjadi sesuatu yang penting, dan menurut pandangan kami
ini harus dicantumkan.
Yang kedua, di dalam konteks revitalisasi gerakan Pramuka ini ada prinsip dasar
yang tentu harus kita pakai, yaitu apa yang disebut sebagai continuity and change, jadi
berarti ada keberlanjutan dan ada perubahan, jadi tidak serta merta harus dibuang, tapi
juga ada akomodasinya terhadap yang baru, tapi juga ada upaya untuk
mempertahankan yang lama, kalau bahasanya PKB itu kira-kira almukhafadhotu
alalkhodimi sholeh wal ahdhu biljadidil ashlah...(suara bergantian), nah ini Islam
Indonesia itu kalau mendengar bahasa Arab dikit langsung diaminkan, jadi kalau lagi
jalan-jalan di Mekkah adan orang maki-maki pakai bahasa Arab, kita langsung
amin..amin ya kira-kira gitu ya..(tertawa bersama). Jadi yang artinya kira-kira adalah
memelihara hal-hal lama yang baik, dan mengambil hal-hal baru yang lebih baik, itu
saya kira konteks di dalam penempatan dasa dharma ini seperti itu.
Yang ketiga, karena saya termasuk yang bersetuju bahwa ini tetap diadakan
disitu, tapi jumlahnya terus kemudian isinya segala macam saya serahkan ini ke timus,
jadi jumlahnya berapa. Usulan kami hanya satu saja, bahwa dari sekian banyak ini,
logika yang nampak dari nilai-nilai yang muncul ini masih logika negara otoritaniaristik
sebenarnya atau bahkan totalitaniaristik. Nah oleh karena itu untuk menyelaraskannya
dengan cita rasa demokrasi sekarang ini juga perlu merasa... merasa perlu untuk
menambahkan satu point, yang namanya soal kreativitas. Di dalam 10 point ini kalau
misalnay mau tetap 10 atau berapa, tapi disini belum ada soal kreativitas, dan hari ini
salah satu gratifitas, inovasi dan segala macam, menurut saya itu point tambahan saja
dari kami yang mungkin bisa dipertimbangkan nantinya di tim perumus, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih, PKB menganggap perlu tapi dengan penyesuaian redaksional
agar lebih kontemporer ya, ada kreatifitas, inovasi dan sebagainya barangkali seperti
itu. Pak Rully ada tambahan silahkan
153
F.PG (Ir. RULLY CHAIRUL AZWAR, M.Si)
Ya karena ini akan dibawa ke timus katanya ya, mungkin catatan saja.
Sebetulnya Pramuka outputnya kan watak yang akan dibentuk. Nah itu yang akan
digambarkan dalam dasa dharma ini kan, ya persoalannya nilai-nilai dalam dasa
dharma itu kita anggap sudah relevan atau masih relevan atau sudah tidak relevan lagi.
Kalau masih relevan nah nanti kaitannya dengan historisnya memang, kita dengar dasa
dharma sudah hafal itu, aset Pramuka juga itu, jadi itu melekat karena namanya dasar,
seperti kita mengatakan kalau ini adalah kesinambungan Pramuka yang dulu dan
sekarang ini nggak berubah, Cuma kita perbaiki mengenai managemen dan mengenai
kebersamaan daripada semua unsur masyarakat, intinya itu kan ya. Kita pikirkan lagi
saja sejauh mana kita akan merubah ya, merubah dalam aspek historis, andaikata nilai
itu seperti kayak kreatifitas nggak masuk, ketika dan sebagainya itu memang sangat
perlu, isi kita rubah tapi namanya nggak usah dirubah gitu, karena itu menjadi semacam
trademarknya Pramuka terhitoris, berkesinambungan. Jadi kita tidak membentuk
Pramuka baru sebenarnya, kalau pikiran saya begitu ya, memang perlu
disempurnakan, kesempatan di undang-undang diperkenankan.
Nah kalau soal diletakkannya, diletakkan atau tidak di undang-undang sepanjang
kita anggap bahwa dasa dharma itu menjadi rohnya daripada kepramukaan ini, nama
dasa dharma itu akan kita pertahankan, bisa saja masuk, tetapi isi daripada dasa
dharma misalnya mau dirubah diadjektif bisa enggak kalau ini masuk... saya ingin
mengatakan bahwa kalau dinamika itu terjadi, kalau itu ada dalam undang-undang,
namanya kita pertahankan, isi perlu dirubah enggak di AD ART, ini hanya renungan,
catatan saja, supaya kita bisa melihat bahwa kepentingannya sama mungkin, tetapi
dalam teknis mengoperasikan ruhnya ini sejauh mana kita komit untuk merubah lagi,
kalau kita mau merubah lagi ya jangan dimasukin disini. Jadi setiap ada musyawarah
Pramuka itu namanya apa itu, AD ART itu bisa dirubah lagi gitu. Begitu saja Pimpinan,
terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih...(dipotong) :
F.PKB (MUH. HANIF DHAKIRI)
Pimpinan..pimpinan nambah sedikit...
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke silakan..silakan!
154
F.PKB (MUH. HANIF DHAKIRI)
Ya ini untuk merespon apa yang disampaikan oleh Pak Rully. Jadi menurut saya
kalau ini dicantumkan, itu kan dia akan menjadi orientasi dari dasar seluruh gerakan
kepanduan yang ada. Bahwa nanti ada kekhasan-kekhasan yang muncul dari masing-
masing gerakan kepanduan itu dipersilakan dia masukkan di dalam AD ART masing-
masing. Sebagai contoh misalnya ada parpol misalnya, partai politik juga prinsip-prinsip
dasar yang harus menjadi norma-norma untuk sebuah partai politik kan ada di dalam
undang-undang. Bahwa misalnya kayak PKB disitu ada prinsip-prinsip Islam
ahlusunnah waljamaah dimasukkan, nah itu kan bagian dari pengkayaan dimasing-
masing institusinya. Jadi menurut saya ini tetap perlu dicantumkan, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih. Ya Bapak Ibu sekalian, ini tampaknya ada beberapa posisi ya,
posisi yang pertama yang bersepakat ada ini dari PDIP, kemudian dari PPP, kemudian
PKB. Sementara dari Demokrat, PAN, dan... saya kira pada posisi apakah ini perlu di
dalam undang-undang ini, ada dasa dharma ini, bahkan PAN mengusulkan di AD ART
saja. Dan PKS tadi menyampaikan kalaupun disini perlu ada penyesuaian dan ini bisa
universal untuk seluruh organisasi kepanduan.
Nah ini posisi dua ini saya kira yang pemerintah perlu memberikan penjembatanan
apakah memang tadi juga dari Golkar minta penegasan tentang seperti itu. jadi kalau
misalnya memang perlu ini di dalam undang-undang, ini dua posisi ini saya kira bahkan
tadi Demokrat menyampaikan kami terbuka, tapi apakah tidak seyogyanya tidak usah di
undang-undang, karena sudah cukup disatya saja. Dipersilakan pemerintah untuk
mengelaborasikan beberapa tanggapan atau respon dari fraksi, silakan!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Terima kasih Bapak Pimpinan.
Yang pertama saya perlu berterima kasih atas nama pemerintah atas pandangan
seperti yang tadi telah dikemakakan oleh PKB, juga tadi dari Pimpinan Pak Rully, dari
yang lain-lain juga, bahwa ini merupakan suatu moral indorsment memang betul, dan ini
merupakan satu patokan dasar ketika kita masih tetap konsisten bahwa betapa
kegiatan-kegiatan ini yang menyangkut Pramuka itu perlu diberikan suatu batasan, atau
diberikan suatu fundament yang betul-betul fundament itu merupakan rujukan bersama,
dan itu merupakan suatu komitmen kolektif kita, sehingga wajah Pramuka dalam satu
Pramuka untuk satu Indonesia ini semakin nyata. Oleh karena itu kami dari pemerintah
tetap berketetapan bahwa dharma Pramuka ini memang menjadi sangat penting untuk
dicantumkan, untuk dieksplisitkan di dalam undang-undang ini. Nah ketika ada
155
penyesuaian-penyesuaian saya pikir itu nanti kita terbuka dan saya setuju kalau ini
dibawa ke timus. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya, jadi istilahnya kalau ke timus ini kan kalau kita semua bersepakat, karena
tadi beberapa yang masih keberatan terhadap adanya ini dalam undang-undang. Nah
tentu kita beri kesempatan kedua, apakah memang ada pergeseran atau tetap pada
posisi semula tentang posisi ini. Kami persilakan yang pertama untuk Demokrat!
F.PD (RINTO SUBEKTI, S.E., M.M.)
Terima kasih Pimpinan. Tadi pemerintah sudah menjelaskan, rupanya dharma
Pramuka ini menjadi roh. Kalau ini memang menjadi spirit kami setuju, tetapi juga ada
catatan juga tentang redaksi, kami berharap ini masuk di tim perumus, karena apa, ada
point-poiny yang dalam hati saya ganjil Pimpinan, seperti point 6 ini “Rajin Terampil dan
Gembira”, kenapa nggak gembira diganti kreatif saja. Terus juga yang 8 ini “Disiplin,
Berani dan Setia”, setia pada siapa, kalau pada NKRI oke saya, saya khawatir setia ini
pendidiknya ini juga belum tentu dia setia pada keluarganya, setia pada janjinya, belum
tentu saya yakin juga, makanya ini bahkan argumennya bisa menceritakan nanti
tentang pelecehan-pelecehan seksual yang dilakukan sama pendidik-pendidik Pramuka
ini, pembina Pramuka ini. Makanya saya sepakat, kalau ini jadi roh saya sepakat
dharma ini masuk ya, tetapi substansinya, jadi isinya kita kasihkan ke tim perumus.
Mungkin itu Pimpinan, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih, dari Demokrat ini memang istilah-istilah yang disini memang
menarik karena sesuai dengan perkembangan jaman ya, oke menarik saya kira tadi
usulan... selanjutnya dari Golkar silakan!
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
Saya memperkuat apa yang disampaikan oleh Pak Rully, memperkuat itu tadi,
tapi sama dengan dari Demokrat, ini ada beberapa yang memang secara tata bahasa
kurang baik, misalnya saja nomor 2, “Cinta Alam dan Kasih Sayang Sesama Manusia”,
kan tentu secara grammar dan kasih sayang terhaap atau kepada sesama manusia, itu
diantaranya begitu. Kebetulan saya guru Bahasa Indonesia, jadi Pak Rully, oke ya Pak
Rully ya, saya perkuat Pak Rully.
156
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke Fraksi Golkar sepakat untuk penyesuaian. Oke lanjut ke PDIP, silakan!
F.PDIP (DRS. UTUT ADIANTO)
Pak Pimpinan, memang kalau melihat bahasanya kalau ditelaah ini memang
keannya jadul banget gitu, tetapi ini kan konsekuensi dari jaman dahulu dan ini
dipegang sebagai spirit. Kalau kita mau bikin memang sandingannya, jadi kontekstual,
nggak bisa ini dikreet gitu, kecuali yang tadi suci itu kejauhan itu memang, nggak
mungkin kita jadi suci, boro-boro perbuatan, ini pikiran saja suci terus kejauhan ini,
kalau jernih mungkin, nah ini yang... benar kata Pak Koster begitu, mens sudah nggak
lagi, ini kata Pak Koster loh (tertawa bersama), tetapi supaya kita sandingannya
pas...(tertawa bersama), Pak Koster loh yang ngomong, supaya sandingannya pas
bahwa konteks jadul ini tidak menjadi lelucon, memang jaman dahulu itu semuanya
harus gembira, Pak siapa, Pak Rinto gembira, tadi bu Reni nyanyi, kalau saya boleh
nyanyi juga bisa bu, boleh nggak? Dulu ada bung Karno membuat lagu namanya Mari
Bersukaria, memang saat itu kita agak kesulitan, sempat makannya dioplos, iya nggak
nasi penuh gitu, mari bersukaria (nyanyi), siapa bilang Indonesia melarat, di Indonesia
banyak makanan (nyanyi) begitu, nah itu cerita kan kalau bahasa sekarang apaan nih
gitu, nggak kontekstual, nggak, benar, coba nanti, ini ada di Fadlizon library, dewan ini
begini nggak, saya nggak main-main ini, kalau saya main-main saya nggak pantaslah
saya jadi anggota dewan..(tertawa bersama), semua ini nyata kok. Jadi memang ini
kontekstual, kalau pakai sekarang memang agak... makanya mohon kalau memang anu
disandingkan, jadi memberi spirit, roh, menatap abad depan bahwa ini, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, jadi intinya plus timus, timus, terbuka untuk ada penyempurnaan.
Selanjutnya PKS!
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
Ya, untuk nilai-nilai dasa dharmanya ini saya pikir memang perlu disempurnakan
dengan perbandingan dengan nilai-nilai kepramukaan yang dirumuskan DPR, karena
ada beberapa sebenarnya yang itu kita tambahkan secara substansi juga di nilai-nilai
kepramukaan itu. Misalnya di ayat (1), di dasa 1 itu apa, di dharma 1 itu kita
menambahkan keimanan disana, keimanan dan ketaqwaan, itu juga menjadi nilai yang
penting di dasa dharma ini.
Yang kedua juga ada perlu juga dipertimbangkan kata yang kelima itu “Rela
Menolong”, ini kan sebenarnya menolong itu nggak perlu rela, memang suka saja, suka
157
menolong atau gemar menolong itu, tapi kalau rela ini... ya udah nolong nggak ikhlas ini
kan... yang penting menolong..(suara bergantian), jangan sampai rela ini kita udah
nolong, tapi sambil ngomong kemana-mana gitu.
Yang berikutnya ada tadi yang tadi disampaikan masalah “suci” juga iya, dan
juga di... saya tetap berprinsip bahwa kata ... kalau memang ini tetap 10, tidak ada
persoalan kalau itu kita katakan dasa dharma, tetapi kalau ternyata memang hasil itu
tidak sampai 10 jangan dipaksakan juga sampai 10, jangan juga. Jadi kalaupun itu
ruhnya harus pakai bahasa ini ya .. kalau 9 ya nawa dharma, jadi 9 saja gitu kan, jadi
tidak perlu dipaksakan 10 gitu, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, jadi dari PKS pada intinya setuju nilai-nilainya, ya jadi terbuka untuk
disempurnakan, ditimuskan. PAN silakan!
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
Dari PAN masih tetap, artinya bahwa nilai-nilai ini masuk adalam AD ART
masing-masing, maksudnya bisa agar bisa mengakomodasi kepanduan yang lainnya.
Tadi Pak Rully mengatakan bahwa tujuan undang-undang ini dibuat adalah agar
menciptakan karakter para anggotanya yang bisa bermanfaat tentu saja untuk nusa
bangsa ini, kalau bahasa PANnya itu khoirunnas amtolinnas, sebaik-baiknya manusia
adalah manusia yang bisa bermanfaat untuk manusia yang lainnya, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke tampaknya PAN masih tetap untuk di AD ART masing-masing organisasi
tidak di undang-undang. Selanjutnya PPP!
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Terima kasih Pak. PPP konsisten dan sekaligus juga menyampaikan
permohonan saran kepada Pimpinan, adaaa baiknya sejak di awal tadi saya sampaikan
bagi teman-teman yang sempat mempermasalahkan tentang substansi ini mari kita kaji,
mari kita simak tentang satya Pramuka dan dasa dharma Pramuka ini gitu. Nah
sekarang ketika ini kita sudah membahas dasa dharma Pramuka sebaiknya bagi
teman-teman yang belum bersepakat, membuat sandingan gitu, yang nanti akan
dibawa ke timus gitu. Barangkali nanti ada perubahan contoh ada suci menjadi jernih
gitu, kemudian ada rela menjadi lola kalau kata Pak Heri tadi (tertawa bersama), hanya
saya tetap bersepakat seperti ini, saya ingin memberikan gambaran di partai kami,
Partai Persatuan Pembangunan ada Gerakan pemuda Ka’bah namanya, disitu dia
158
punya AD ART itu yang mengacu kepada dasa dharma Pramuka ini dan memang sama
sekali tidak bertentangan gitu, baik sebagai partai yang berazaskan Islam maupun dari
segi aktif dan kr...(tidak jelas) yang lainnya, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih dari PPP bersepakat. PKB silakan!
F.PKB (MUH. HANIF DHAKIRI)
Tetap Pimpinan, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Tetap, oke. Jadi Bapak Ibu sekalian sekarang posisinya setelah PAN tetap pada
posisi tidak perlu di undang-undang, di AD ART dan yang lain setuju untuk
penyempurnaan secara redaksional. Nah ini saya kira mungkin
F.PKB (MUH. HANIF DHAKIRI)
... membantu menafsirkan saja, dari yang berkembang ini saya lihat sudah tidak
ada keberatan dari semua teman ini untuk menempatkan yang namanya dharma itu
dalam undang-undang ini, ya kontentnya saja yang dibawa ke timus kan. Jadi artinya itu
menurut saya itu kesepakatan yang... karena tadi ada yang nggak sepakat ditaruh
disini.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Kecuali PAN tadi, jadi mungkin saya sampaikan.
F.PKB (MUH. HANIF DHAKIRI)
Oh PAN belum?
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya..ya belum, makanya saya sampai...
F.PKB (MUH. HANIF DHAKIRI)
Ya... kalau PANnya Pak Ketua, tinggal geser saja kalau tadi Pak Primus
sekarang Pak Hakam yang bicara pasti itu..(tertawa bersama).
159
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke nggak, ini saya kira jadi ini posisinya memang tadi sebagian meminta
sebagian besar untuk ke timus dengan penyempurnaan dan tidak harus. Kalau PKS
tadi eksplisit tidak harus dasa, dia mengatakan bisa 9, bisa... jadi substansinya, lebih
daripada substansi, tidak terikat dengan history lama, jadi ini undang-undang ... Nah
jadi kembali ke PAN saya kira, artinya kita kembalikan apakah memang pada semula
atau bersepakat untuk ditimuskan dengan penyempurnaan substansi, silakan kalau
barangkali!
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
Ya, saya tetap pada pendirian, artinya kalau redaksional dirubah judulnya,
misalnya dirubah menjadi nilai-nilai tidak dasa dharma seperti itu baru sepakat.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya oke, sebenarnya ini sama dengan PKS posisinya, PKS juga tidak posisi harus
dasa dharma begitu, kan gitu ya, jadi kalau bisa kita tangkap artinya posisinya terbuka
untuk didiskusikan, ditimuskan, tidak harus letterlux seperti ini, tapi substansi. Jadi
kalau ini bersepakat berarti kita bawa ke timus? Silakan dari PDIP!
F.PDIP (WAYAN KOSTER)
Pak Ketua jadi mungkin begini, bisa saja tetap dasa dharma tapi substansinya itu
kita kaji, ada yang mengandung spirit aslinya yang lama yang nggak bisa kita hilangkan
karena memang masih relevan dan masih kontekstual, tapi juga kita tidak menutup
bahwa perlunya dimensi baru yang harus kita akomodir terkait dengan... sekarang kan
jaman berubah, tapi jangan berubah ini kan tidak berdiri sendiri, ada yang lama ada
yang akan datang yang punya banyak tantantang masing-masing, saya kira itu perlu.
Jadi itu yang kita rumuskan di tim perumus.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke mungkin begini, saya kira kita bawa saja ke timus, nanti saya kira disana
agar muatannya didiskusikan lebih jauh, saya kira sehingga bisa lebih leluasa, begitu
ya, jadi DIM 51 kita bawa ke timus, sepakat, oke.
(Ketok Palu : 1 Kali)
160
Sekarang kita tanggung tinggal satu DIM untuk bab ini, sehingga kita lanjut saja
meskipun sudah jam 11.00 ya, DIM 52 ini tinggal satu ini saya kira, setelah itu nanti kita
akan break. Silakan pemerintah untuk DIM 52, silakan!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Untuk DIM 52 ini kan sebenarnya ini mempertegas untuk mengoperasionalkan
atau untuk mewujudkan yang tadi yang ada pada DIM 51 dan 50, pelaksanaan
pendidikan kepramukaan terkait kode kehormatan Pramuka sebagaimana dimaksud
pada ayat 2 tadi di atas dilakukan melalui metode kepramukaan. Sehingga nanti pada
berikutnya kami akan muncul lagi dengan metode kepramukaan. Nah metode
kepramukaan ini memang sesuatu yang juga punya nilai historis tetapi juga dan ini
memang sudah merupakan sesuatu yang juga lazim dan itu sudah dilaksanakan seperti
halnya di Malaysia itu juga ada yang istilahnya mirip-mirip dengan metode
kepramukaan. Jadi ini merupakan satu metode kepramukaan yang sudah lazim
dilaksanakan, sudah berakar dan memang ini sudah punya sistem. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih. Jadi ini yang disampaikan pemerintah pada DIM 52 ini terkait
dengan DIM 38 usulan pemerintah point b ada kode kehormatan Pramuka, kemudian
juga pada 41 B, 41 B itu ada dibagian D, 41 B di ayat 2 itu D ada juga Kode
Kehormatan Pramuka, kemudian juga pada DIM 49 itu juga menyangkut Kode
Kehormatan. Nah kemudian pada DIM 52 ini bicara masalah implementasi, ya
pelaksanaan dari kode kehormatan yang nanti diturunkan dengan metode
kepramukaan pada DIM 53 dan seterusnya. Jadi kira-kira gitu konstruksinya ya, kira-
kira biar runtut sehingga meskipun malam saya kira masih anu, masih cukup bisa
melihat dengan jernih, dengan suci. Oke, selanjutnya kami persilakan Demokrat untuk
DIM 52, silakan!
F.PD (JEFISTSON R. RIWU KORE)
Terima kasih Pak, saya kira itu DIM 52 itu sebenarnya adalah bagian dari
metode kepramukaan ini Bapak ya, sehingga menurut hemat saya ini adalah bagian
yang harus masuk dalam metode kepramukaan, bukan masuk di dalam apa namanya,
subjudul kode kehormatan Pramuka kalau menurut saya, karena di depan itu di DIM 38
itu ada Kode Kehormatan Pramuka, Metode Kepramukaan dan sistim among. Ini
penjelasan-penjelasan dari pasal 6 ini kan yang tadi kita bahas, dan di pasal berikutnya
itu di pasal apa namanya, di DIM yang barusan kita baca tadi 51 itu memang sudah
cocok dengan di atas, sedangkan DIM 52 ini harusnya kalau nggak salah masuk dalam
161
Metode Kepramukaan ya. Jadi prinsipnya ini bisa diakomodir tapi dipindahkan ke dalam
paragraf berikutnya, artinya dalam judul Metode Kepramukaan itu, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke Demokrat…(dipotong)...
F.PD (RINTO SUBEKTI, S.E., M.M.)
Tambahan Pimpinan, sedikit saja.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Tambahan, silakan!
F.PD (RINTO SUBEKTI, S.E., M.M.)
Mohon juga secara konsepnya karena ini kan Cuma metodenya kan
menjelaskan di bawah, turunan ke bawah. Coba dicek lagi untuk yang undang-undang
Nomor 10 tahun 2004 tentang Pembuatan Peraturan Perundang-Undangan, ada nggak
konsep ini memang menjadi turunan ataukah hanya langsung pada substansinya,
misalnya apakah harus dihilangkan ataukah boleh dibuat turunan seperti di atasnya,
mungkin itu Pimpinan.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya ini sistimatika, jadi ya saya kira ini bisa dicek tapi memang ini sesungguhnya
urutan, jadi dijelaskan kemudian di bawahnya ini saya kira pemerintah tolong bisa
menjelaskan ini. Jadi urut-urutan pada atau ayat sebelumnya, kemudian di bawahnya
menjelaskan terhadap ayat yang ada di ayat... atau ada di pasal sebelumnya dijelaskan
pada ayat berikutnya, gitu kan, nah ini tolong nanti bisa dijelaskan. Oke lanjut ke
Golkar!
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
Logikanya ini kan hanya penjelasan dari runtutan yang di atas itu, tapi baik tadi
permintaan dari Demokrat kalau dilihat dari undang-undang Nomor 10 bagaimana ini,
apakah runtutannya seperti ini atau terbalik, nanti penjelasannya pemerintah, terima
kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
162
Terima kasih, dari Golkar sama meminta pemerintah menjelaskan,
mengelaborasikan kaitan-kaitan DIM-DIM atau ayat-ayat dan pasal. Selanjutnya PDIP!
F.PDIP (PUTI GUNTUR SOEKARNO, S.IP)
PDI Perjuangan pada prinsipnay setuju, karena ini memang merupakan
penjelasan, tapi juga seperti disampaikan oleh rekan-rekan fraksi lain bahwa
sistematika dan runtutan itu juga minta penjelasan dari pemerintah.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Substansi... oh tambahan silakan Pak Heri!
FPDIP (HERI AHMADI)
Tambahan sedikit untuk disamping tadi persoalan tempat ya juga, tolong dilihat
mungkin rada lebih rasa bahasanya begitu ya. Kalau ada Pendidikan Kepramukaan
kemudian ada Metoda Kepramukaan, bagaiman ini cara melihatnya begitu, nanti ada
ininya kepramukaan lagi misalkan, dan kemudian sistimatika pengelolaan, apa tidak
ada overlapingnya atau hierarkinya ini kan harus jelas, karena kalau ndak begitu nanti
menjadi kacau lagi ini, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya terima kasih, ini sekaligus Pak Heri mengkonfirmasi tentang itu, ya jadi ada
disini metode, ada pendidikan dan seterusnya. Sangat penting saya kira, memang saya
kira bagus juga, kalau pemerintah membuat skema begitu ya, sehingga kita akan lebih
mudah sebenarnya membaca, oh begini, dalam konteks pendidikan, metode, tadi juga
apa landasan, azas dasar. Saya tadi kan sempat kita diskusikan pada awal, nah kalau
skematik, ada skema seperti itu maka kita nanti akan lebih menempatkan.. oh begini
saya kira. Terima kasih...(dipotong).
FPDIP (HERI AHMADI)
Masih boleh tambahkan...
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Silakan!
163
FPDIP (HERI AHMADI)
Dalam pemahaman saya Pak, nggak tahu benar atau salah, tapi kepramukaan
itu sendiri sebenarnya sudah salah satu bentuk metode pendidikan yang dikenal
mungkin sebagai pendidikan nonformal. Jadi kalau pendidikan kepramukaan kemudian
menjadi kayaknya agak... karena kan dikenal secara ini, kepramukaan sendiri kan
sebenarnya kan satu metod, satu metoda, ya bagian besar dari pendidikan itu, terima
kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ini mungkin dari Kemendiknas ini perlu menjelaskan bagaimana sebagai posisi..
karena di undang-undang Sisdiknas kan Kepramukaan atau Kepanduan itu disebutkan
sebagai bagian dari pendidikan atau mungkin masuk pendidikan nonformal. Ini
bagaimana, ini penting saya kira konsturksi ini, agar nanti kita jelas, di undang-undang
ini nanti dimana posisi letaknya di dalam sistim pendidikan kita. Kemudian ke PKS DIM
52!
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
Ya DIM 52 ini kalau kita menarik ke atas ke DIM 35 itu kan memang saya hanya
meluruskan apa yang disampaikan Pak Heri, bahwa ini memang bukan pendidikan
kepramukaan yang kita maksud di Dinas Kepramukaan tapi disini sudah masuk Bab III
masalah Pendidikan Kepramukaannya, bagian dari penyelenggaraan Kepramukaan,
ada Bab khusus Bab III masalah pendidikannya. Jadi itu yang saya maksud, sehingga
ini akan turun terus sampai ke Bab ini, nah pada Bab ini menurut saya metode
kepramukaan ini memang hanya penjelasan dan saya pikir tidak perlu dimasukkan
karena pada usulan DPR ini sudah jelas, yang kita maksud disana atau kegiatan
pendidikan kepramukaannya. Pendidikan Kepramukaan itu sudah dijelaskan 3 hal, ada
3 ayat, satu ayat itu menjelaskan tentang Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan
dengan cara, nah itu dengan kode, karena disini dijelaskan dengan metode lagi jadi
judul terlalu besar. Sudah jelas disini disebutkan dengan cara belajar interaktif dan
progresif, itu sudah metode itu, baru dijelaskan yang berikutnya ayat ke 2, cara interaktif
seperti apa, penerapan cara belajar seperti apa, selesai. Jadi kalau dijelaskan lagi
metode kepramukaan akan bias lagi nanti, apalagi nanti ada judul yang lain lagi gitu.
Saya pikir itu sesuai dengan usulan DPR, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Jadi kembali ke usulan DPR ya?
164
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
Ya.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya oke dari PKS, selanjutnya dari PAN DIM 52!
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
Setuju dengan usulan DPR, karena sudah diintegrasikan di DIM 55, ya DIM 55.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya ini sandingannya memang di DPR, ini ada DIM 53 dan seterusnya ini
kegiatan-kegiatan kepramukaan, kemudian di pemerintah mencoba untuk menurunkan
dalam level metode. Oke, ke PPP silakan!
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Saya kira yang pertama ini ada kaitannya juga dengan di Bab III pasal 6, kalau di
DIM, DIM 37-38. Jadi agak susah memang untuk bersepakat ketika di dalam DIM 37-
38... 35, 36, 37, 38 memang belum disepakati, jadi memang agak sulit juga jika kita
ingin menghimpun permufakatan di dalam DIM 52 ini begitu, namun sejak awal pun
saya tidak bersetuju dengan menggunakan landasan, pada pasal 6 pun PPP dalam
posisi tidak setuju, maka dalam kesempatan ini pun DIM 52 PPP berposisi tetap
konsisten setuju dengan usulan inisiatif untuk DIM 52 ini. Penjelasan mengenai metode
segala macam saya kira mungkin lebih elok karena besok hari... setelah masuk ke
dalam DIM 53, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Terima kasih, jadi untuk DIM 52 DPR kembali ke usulan DPR...maaf, PPP tidak
bersepakat dengan usulan dari pemerintah. PKB silakan!
F.PKB (MUH. HANIF DHAKIRI)
Terima kasih Pimpinan. Saya usul untuk ini dihapus saja, dihapus karena
memang tidak terlalu relevan, karena ini sebenarnya lebih terkait pada pendidikan
kepramukaan, dan kalau berbicara soal pendidikan kepramukaan tentu tidak bisa
misalnya kita hanya mencantelkan antara penyelnggaraan pendidikan kepramukaan
dengan satu metode saja, itu menurut saya itu nggak bisa, karena bunyinya ini
sebenarnya mencoba menghubungkan antara pelaksanaan pendidikan kepramukaan,
165
kemudian nanti terkait dengan soal metode, nah menurut saya barangkali nantinya
akan ada... saya belum melihat kebelakang, bayangan saya kira-kira akan ada Bab
khusus mengenai Pendidikan Kepramukaan yang di dalamnya itu nanti mengelaborasi
kira-kira dasar-dasar Pendidikan Kepramukaan itu apa, jadi itu akan berbicara soal nilai,
berbicara soal prinsip-prinsipnya, disitu mungkin akan berbicara juga soal kode
kehormatan yang disinggung di pasal sebelumnya, lalu mungkin juga akan bicara
mengenai tujuan dari Pendidikan Kepramukaan itu apa, kemudian kegiatan-
kegiatannya, lalau metoden ya seperti apa,kemudian pesertanya siapa, kurikulum dan
seterusnya. Jadi kira-kira seperti orang mau bikin modul gitu lah. Jadi kalau DIM 52 ini
menaruh soal metode dikaitkan dengan pelaksanaan Pendidikan Kepramukaan
menurut pandangan kami ini sama sekali tidak relevan dan oleh karenanya ini
sebaiknya dihapus, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya terima kasih, jadi dari PKB untuk tidak memasukkan ini, agar dihapus.
Dengan demikian memang tampaknya ada dua posisi ini, posisinya adalah yang
bersetuju dengan DIM ini, yaitu kalau Demokrat pada posisi untuk mengecek
sistimatika, jadi apakah sistimatikanya sudah tepat, apakah disini posisinya gitu kan,
atau di bagian lain, di paragraf berikutnya. Jadi masih posisinya terhadap... kemudian
tadi dari Golkar saya kira juga sama ya, kemudian PDIP setuju dengan DIM
pemerintah, kemudian tadi PKS, kemudian PAN itu bersepakat, PPP DIM DPR, dan
PKB itu dihapus. Jadi sesungguhnya ini posisinya anu ya agak... tampaknya ya artinya
sebagian mengatakan mempertanyakan sesungguhnya apakah tepat, tepat istilah
disini, jadi sesungguhnya lebih banyak mempertanyakan ya, jadi saya kira kalau
pemerintah bisa menjelaskan terhadap keberatan atau terhadap beberapa hal yang
dipermasalahkan tentu pada posisi ini nanti kita akan... tapi kami persilakan pemerintah
untuk memberikan penjelasan terhadap beberapa respon dari fraksi!
PEMERINTAH (SUDRAJAT)
Baik, pertama yang ingin saya sampaikan, yang pertama bahwa metode
kepramukaan disini adalah merupakan satu kelanjutan dari DIM nomor 38 butir c
Kemudian yang kedua tadi disampaikan oleh Pak Heri, bahwa metoda itu memang
masuk di dalam kegiatan atau lingkup kegiatan dimana terjemahan bebasnya mungkin
begini, metoda itu adalah salah satu cara atau teknis dalam belajar mengajar dalam
kegiatan pendidikan. Nah memang kalau dilihat dari pengertian yang umum ini di dalam
metoda seperti yang lazim digunakan di dalam pendidikan memang rumah besarnya ya
pendidikan. Tetapi kenapa ini muncul, terus terang saja Bapak dan Ibu sekalian, ini
adalah mengikuti alur sejarah, jadi kami mengeksplisitkan ini disini karena metode
166
kepramukaan adalah prinsip dasar dari Pendidikan Kepramukaan yang menganut
prinsip cara belajar interaktif, penerapan nilai-nilai, kemudian tata cara pencapaian
standar ketrampilan umum dari setiap kegiatan Pramuka dan juga yang menggunakan
sistim among. Jadi begitu yang sudah ada di dalam satu konstelasi kepramukaan yang
hidup sampai sekarang memang ini dikenal dengan metode kepramukaan, itulah yang,
memang kami mengambil dasarnya dari sesuatu yang sudah ada, tetapi kalau ada
pemikiran-pemikiran kreatif saya memohon mungkin ini bisa kita lakukan lebih intens
lagi, tapi mungkin bsaya mohon besok hari karena saya juga harus mempersiapkan
juga jawaban-jawaban yang ini. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, jadi tampaknya pemerintah juga terbuka untuk melakukan beberapa reposisi
termasuk tadi penempatan dan sebagainya, tapi memang barangkali memang ini perlu
dipersiapkan, dan mereka tadi saya kira ada usulan untuk menata, merekonstruksi
tentang beberapa hal terminologi yang digunakan. Dulu awal ketika berbicara azas,
dasar, landasan dan seterusnya, itukan kemudian ternyata ada komplikasi, ini sekarang
sudah mulai masuk nih, ada metode, kemudian apa Pendidikan Kepramukaan dan
seterusnya, ini saya kira pelevelan seperti ini atau bagaimana sistematikanya perlu
dibikin agar nanti ke bawahnya nanti kita lebih enak, ini karena kait-mengkait kan, saya
kira pemerintah... jadi mungkin dibikin skemanya seperti itu, sehingga kita lebih mudah
mendekatkan.
Bapak Ibu sekalian, tampaknya sebagian memang mengharapkan adanya
beberapa penyesuaian terhadap ini, tapi sekali lagi apakah memang kita bisa
menyepakati ini terhadap apa, kita bawa barangkali ini ke timus, tapi kami berikan
kesempatan untuk putaran yang kedua, yang terakhir sebelum tadi masuk nanti ke...
kita skors, kami persilakan untuk Demokrat barangkali ada hal yang mungkin
disampaikan sebelum kita anu...
F.PD (RINTO SUBEKTI, S.E., M.M.)
Terima kasih Pimpinan. Tadi dari pemerintah belum menjelaskan secara
sistimatik, tadipun juga menjelaskan ini secara apa namanya, mengapa harus ada
disini, itu tadi belum. Terus yang kedua, ini pemerintah menjelaskan ini prinsip dasar.
Saya pikir metode itu hanyalah sebuah konsep operasional, atau juknis lah, ini tidak
menjadi satu dasar, kalau metode itu bukan dasar. Nah mungkin saya bisa
mengusulkan, tadi mungkin juga dari pemerintah belum siap, karena mungkin juga
sudah terlalu malam, ini kita bahas besok, dan juga nanti saya juga berharap ada
pengajian dari sistimatika yang ada di undang-undang Nomor 10, gitu.
167
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Ya oke, jadi karena banyak pengajian tampaknya kita akan diminta untuk
pemerintah mempersiapkan, jadi belum bersepakatlah dengan pemerintah. Selanjutnya
Golkar DIM 52, silakan!
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
Tadi sudah disampaikan ini kan sebetulnya hanya penjelasan, jadi artinya tidak
terlalu urgen, namun kami menunggu penjelasan dari pemerintah. Apakah kalau dilihat
dari Undang-Undang Nomor 10 sistimatikanya itu bagaimana, apakah disini atau nanti
ditarik ke bawah, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, jadi tampaknya Golkar juga sama minta penjelasan khususnya tadi
menyangkut dengan undang-undang Nomor 10 tentang masalah sistimatika. Berikutnya
PDIP!
F.PDIP (WAYAN KOSTER)
Ya Pak Ketua. Jadi ini soal prinsip saya kira, pertama terminologi kepramukaan,
yang kedua Metode Kepramukaan, dan yang ketiga Pendidikan Kepramukaan. Ini dari
segi definisi, ruang lingkup, kemudian juga strukturnya terkait satu sama lain seperti
apa posisinya itu harus dijelaskan dulu dengan baik. Jadi saya kira belum bisa dibahas
sekarang ini, jadi lebih bagus pemerintah memberikan ini dulu, penjelasan yang lebih
memadailah gitu, kalau bisa dibuatkan skema juga sekalian gitu, terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke terima kasih, jadi PDIP minta untuk lebih dipersiapkan dengan sistimatika
yang lebih lengkap. PKS silakan!
F.PKS (AKBAR ZULFAKAR, S.T.)
Sesuai dengan DIM DPR.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Sesuai DIM DPR. PAN!
F.PAN (PRIMUS YUSTISIO)
Tetap pada DIM yang pertama.
168
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke, DIM DPR. Kemudian PPP!
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
PAN dari tadi juga tetap, jadi PPP juga tetap.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
PPP tetap. Kemudian PKB!
F.PKB (MUH. HANIF DHAKIRI)
PKB tetap dengan saya ingin memberi respon terhadap yang disampaikan oleh
Pak Drajat juga. Jadi kalau yang dijelaskan Pak Drajat soal metode itu bahwa intinya
ingin mengatakan bahwa metode yang dipakai di dalam Pendidikan Kepramukaan itu
berbeda dengan metode-metode pendidikan yang konvensional misalnya, itu semua
orang juga tahu bahwa metode itu tidak hanya bertumpu kepada yang konvensional,
tapi bisa dikembangkan nanti, itu kan soal pilihan, soal option, artinya tidak ada yang
istimewa, misalnya soal metoda ini, bahwa dia harus dimasukkan iya saya setuju,
artinya profil yang ada disini Pak Drajat, itu saya lihat lebih pada strukturisasi dari
Pendidikan Kepramukaan itu yang disini kemudian munculkan tumpang tindih dan
segala macam. Kalau dilihat sebenarnya undang-undang ini kan besarannya hanya ada
dua itu yang perlu kita selesaikan, satu mengenai organisasi yang akan
menyelenggarakan kegiatan kepramukaan, yang kedua mengenai Pendidikan
Kepramukaan itu sendiri kan, besarannya sebenarnya hanya itu. nah cuman karena ini
kebetulan jadi tumpang tindih begitu akhirnya jadi agak confius, tapi kembali ke DIM ini
posisi PKB tetap menyarankan agar ini dihapus saja karena nanti bisa dimasukkan
dalam klausul khusus mengenai metode Pendidikan Kepramukaan. Terima kasih.
KETUA RAPAT (ABDUL HAKAM NAJA/F.PAN)
Oke terima kasih, tampaknya memang belum bisa diambil keputusan, jadi artinay
belum ada kesepakatan, dan catatannya memang sebagian tadi pemerintah
mensistimatisasi, menskematisasi agar alur dan strukturnya jelas. Ada yang meriver,
merujuk ke undang-undang atau merujuk tadi tentang kaitan ada Undang-Undang
Sisdiknas tentu saja perkara dengan pendidikan, ada yang Undang-Undang Nomor 10
tahun 2004 berkaitan dengan undang-undang pembentukan peraturan perundang-
undangan. Nah ini saya kira sangat penting ya, jadi tampaknya untuk DIM 52 belum
169
bisa disepakati, pending, dan pemerintah diminta untuk memberikan keterangan atau
mempersiapkan penjelasan lebih lanjut, begitu?
(Rapat Setuju)
(Ketok Palu : 1 Kali )
Tampaknya waktu berjalan terus, sudah jam 11.30 WIB, malam ini dua tiga jam
lagi sahur, dan yang bermalam disini nanti sahur disediakan juga ya, betul ya, jadi
disiapkan sahur basamo, ya nanti pada sahur kita makan bersama, ulang tahun nanti
yang ulang tahun.
Bapak Ibu sekalian, jadi malam ini saya kira sampai pada DIM 52, ada yang
sudah disepakati, ada di panja, ada yang belum disepakati. Kita akan lanjutkan besok,
apakah kita bersepakat besok jam berapa? 10.00 ya, oke, tadi kita jam 09.00, tapi
barangkali jam 10.00 lebih moderatlah, kalau jam 11.00 terlalu dekat ke istirahat, jadi...
oke ya jadi.... jadi besok saya kira kita akan mulai lagi jam 10.00, agenda seperti biasa
kita lanjutkan dan nanti tetap sahur bersama, buka bersama di tempat yang sama. Oke
Bapak Ibu sekalian, kita skors dengan bacaan hamdallah.
Alhamdulillahirrobil’alamin (bersama).
(Ketok Palu : 2 Kali )
Assalamu’alaikum wr. wb. Besok jam 10.00 pagi ditempat ini.
(Rapat di tutup pada pukul 23.35 WIB)
Jakarta, 25 Agustus 2010
a.n. KETUA RAPAT SEKRETARIS RAPAT
AGUS SALIM, SH NIP.196010817 198303 1005