1 Universitas Kristen Petra
1. PENDAHULUAN
1.1 Judul Proyek
“VIHARA BUDDHA MAITREYA INDONESIA”
1.2 Pengertian Judul
1.2.1. Vihara :
• Vihara (berasal dari bahasa pali)
(Salim, 1984)
• Suatu tempat/bangunan untuk beribadah bagi umat Budha.
(Purwadarminta. 1980).
• Tempat Tinggal atau tempat Untuk Mengadakan Puja bhakti (bahasa India
Utara kuno/pali)
Biara yang didiami oleh para Bhiksu Umat Buddha
(Purwadarminta. 1980).
1.2.2. Buddha :
• Sang Penemu (Bujjhita) Kebenaran
• Ia yang telah mencapai Pengerangan Sempurna
• Ia yang memberikan penerangan (Bodhita) dari generasi ke
generasi
• Merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia.
(Purwadarminta. 1989, 113).
1.2.3. Maitreya :
• Berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti cinta kasih semesta.
• Buddha yang akan datang
Universitas Kristen Petra
2
1.2.4. Indonesia :
• Nama Negara kepulaan di Asia Tenggara yang terletak diantara benua
Asia dan Australia.
• Bangsa, Budaya, Bahasa yang ada di Negara Indonesia.
( Purwadarminta, 1995)
Mengacu pada pengertian masing-masing kata, maka pengertian judul
Vihara Buddha Maitreya secara keseluruhan adalah suatu wadah bagi umat
Buddha Maitreya untuk beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui Sang
Tri Ratna yang dilengkapi dengan berbagi macam fasilitas yang dapat digunakan
untuk menunjang ataupun mendukung para umat Buddha Maitreya. Baik dari segi
kerohanian, bersosialisasi, ataupun sebagai wadah untuk melangsungkan kegiatan
bagi para umat Buddha Maitreya agar dapat meningkatkan ataupun memperbaiki
kualitas hidup mereka. Hal ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan kepada
generasi-generasi penerus penganut agama Buddha maitreya, dimana mereka
nantinya diharapkan mampu untuk mempertahankan Agama dan kebudayaan
yang telah dimiliki oleh mereka.
Selain untuk beribadah, fasilitas ini dipergunakan untuk kegiatan rohani
lainnya, seperti pelayanan, tempat pengajaran dan penyebaran dhamma,
kebaktian, informasi keagamaan, konsultasi, tempat tinggal, dan tempat
bersosialisasi dengan masyarakat mengenai segala sesuatu yang berhubungan
dengan bidang agama Budha Maitreya yang letaknya ada di Surabaya, Jawa
Timur, Indonesia.
Dengan demikian proyek ini diharapkan dapat menjadi suatu wadah
kegiatan keagamaan, yang mana dapat memberikan kemudahan dan pelayanan
serta informasi yang dibutuhkan oleh umat Buddha Maitreya demi peningkatan
kualitas dan kuantitas perkembangan kehidupan keagamaan Budha Maitreya serta
agama Budha pada umumnya, baik di Surabaya maupun di kota atau daerah lain
yang ada di Indonesia.
Universitas Kristen Petra
3
1.3. Latar Belakang Masalah
Pada hakekatnya pembangunan harus dilaksanakan untuk pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia,
maka pembangunan yang dilaksanakan harus seimbang antara pembangunan fisik
dan pembangunan mental spiritual. Sebuah perkembangan bangsa tidak terlepas
daripada perkembangan keragaman kebudayaan yang ada. Nilai-nilai kebudayaan
yang mampu untuk diwariskan dan diaplikasikan akan memberikan suatu nilai
atau jiwa tersendiri terhadap suatu keberadaan kebudayaan tersebut. Di zaman
yang modern ini, kita harus tetap mampu untuk menunjukkan dan
mempertahankan nilai-nilai kebudayaan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar dalam
perkembangannya, kita mampu mengenali dan mampu untuk mepertahankan
nilai-nilai, prinsip-prinsip dari kebudayaan tersebut, sehingga hal tersebut mampu
dilestarikan, dijaga, dan diwariskan kepada anak cucu kita.
Berdasarkan pokok pikiran tersebut, maka jelas bahwa agama punya arti
dan peranan yang sangat penting dalam pembangunan dan perkembangan bangsa
Indonesia. Dibangunnya vihara ini di Surabaya dikarenakan di Surabaya belum
ada vihara yang lengkap. Karena itu, vihara ini perlu dibangun karena agama
Budha merupakan salah satu agama yang pernah membawa kemakmuran dan
kesejahteraan bagi bangsa dan negara Indonesia pada masa lampau.
1.3.1 Sejarah Agama Budha
Agama Budha merupakan salah satu agama yang tertua di dunia, berasal
dari India sekitar 2500 tahun yang lalu melalui Sang Budha Gautama
(Sakyamuni). Pada waktu itu Agama Budha telah menyebar ke seluruh Asia
hingga seluruh dunia. Dalam penyebarannya, Agama Budha telah banyak
tercampur dan terakulturasi dengan kebudayaan setempat.
Pada tahun 28, Bodhidarma meninggalkan India berangkat ke daratan
China untuk menyebarkan Agama Budha melalui “Jalan Sutra” dan menetap di
Canton kira-kira tahun 520. Bodhidarma menjadi patriat pertama di China, patriat
kedua ialah Seng Kwang, patriat ketiga ialah Ceng Chan, patriat keempat ialah
Tong Sin, patriat kelima ialah Hong Ren, dan patriat keenam ialah Hui Neng.
Agama Budha semakin berkembang setelah patriat keenam (675-700 M). Enam
Universitas Kristen Petra
4
patriat tersebut merupakan garis patriat guru-guru Chan Buddhism (China) dan
Zen Buddhism (Jepang).
Setelah patriat keenam, maka garis kepatriatan terpecah dan menjadi
beberapa sekte. Salah satu sekte-sekte tersebut adalah Buddha Maitreya dan terus
berkembang menurut garis kepatriatannya sendiri.
Sekte Buddha Maitreya juga mengalami interaksi dengan kebiasaan dan
kebudayaan di China. Maitreya merupakan Buddha Yang Akan Datang, arti dari
kata Maitreya adalah Gentleness. Buddha Maitreya digambarkan sebagai Buddha
yang gemuk dan selalu tertawa dan ditangannya memegang seuntai tasbih.
Buddha Maitreya dianggap penerus Buddha Gautama yang dikenal juga sebagai
Buddha Kebahagiaan. Ajaran ini berkembang di Asia termasuk di Indonesia.
1.3.2 Buddha Maitreya
Dalam Agama Budha Maitreya, penerangan dicapai melalui
kekuatan/keinsafan diri sendiri serta perjuangan yang ada dengan berkat/kekuatan
dari luar (Tuhan Yang Maha Esa).
Jadi Tuhan Yang Maha Esa ada di dalam keberadaan diri kita. Disinilah
letaknya sebuah kenyataan yang terluhur dan hidup, yang tidak berawal dan tidak
berakhir, yang pada dasarnya adalah “bagian” dari pribadi Tuhan Yang Maha Esa
dalam diri umat manusia. Dan disamping iman yang teguh juga dituntut jiwa yang
tulus untuk membina diri hingga seorang umat dapat menyerahkan diri
sepenuhnya dengan pikiran bulat terhadap kekuatan dari atas, kasih Tuhan Yang
Maha Esa.
Buddha Maitreya yang berdasar pada inti dari ajaran Tri Dharma
berkembang pesat di Asia Timur terutama di Taiwan & China daratan, dimana
kedua negara ini merupakan pusat dari penyebaran dan perkembangan Agama
Budha. Selanjutnya Buddha Maitreya menyebar hingga di Asia Tenggara seperti
Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Di Indonesia, Buddha Maitreya masuk
sekitar tahun 1970-1980 yang dibawa oleh para pendeta agama dari Taiwan.
Walaupun masih terbilang baru namun angka pertumbuhan umatnya atau
penganutnya menunjukkan perkembangan yang pesat.
Universitas Kristen Petra
5
Gambar 1.1 Buddha Maitreya
Dalam Buddha Maitreya, penganutnya hanya dibedakan berdasar
kemampuan untuk melepaskan diri dari keterikatan duniawi, juga partisipasinya
dalam ajaran dan penghayatan Buddha Maitreya. Penganut Buddha Maitreya yang
mulai bisa melepaskan diri dari keduniawian dan juga telah berpartisipasi
terhadap penyebaran Buddha Maitreya disebut Pandita. Dalam Buddha Maitreya
ada tingkatan-tingkatan sebagai berikut :
• Umat
• Pelaksana
• Pandita muda
• Pandita madya
• Pandita
• Maha pandita sesepuh
• Sesepuh tua
Pelayanan terhadap masyarakat dari Buddha Maitreya lebih diutamakan,
hal ini menyebabkan tidak adanya tingkatan Bhiksu, hanya sebatas Maha Sesepuh
yang merupakan tingkatan paling tinggi dan paling dihormati. Masyarakat Buddha
Maitreya menganggap fungsi dan tugas Bhikku sudah digantikan Pandita.
Makna yang ada pada altar Buddha Maitreya berbeda dengan altar Agama
Budha lain, meskipun demikian kalau kita mempelajari ajaran Trikarya dari
Sakyamuni maka kita akan dapat menerjemahkan makna dari sarana altar
tersebut. Didalam Agama Budha yang dianut oleh umat Buddha Maitreya, ajaran
Universitas Kristen Petra
6
tentang Ketuhanan yang memegang peranan yang sangat menonjol dan sangat
utama. Karena itulah setiap altar dari Buddha Maitreya pasti terdapat tulisan
Tuhan Yang Maha Esa yang ditulis di belakang altar bagian atas sehingga
kelihatan sangat jelas sekali.
Gambar 1.2 Altar Buddha Maitreya
Pada waktu umat Buddha Maitreya melaksanakan kebaktian atau upacara
persembahyangan ada tiga lampu yang dinyalakan, ketiga lampu ini mempunyai
makna yang berbeda. Lampu yang pertama dan yang utama ini melambangkan
alam surya yang melambangkan aspek Darmakaya dan Nirmanakaya. Lampu ini
merupakan lampu Ketuhanan Yang Maha Esa yang menerangi seluruh alam
kehidupan ini. Umat Buddha Maitreya bercita-cita mencapai nirwana untuk
kembali pada Tuhan Yang Maha Esa untuk mencapai Darmakaya. Karena itulah
betapa pentingnya lampu Ketuhanan ini dimana tidak ada kelahiran, penderitaan,
umur tua dan kematian, sebagai nirwana atau alam surya.
Lampu kedua adalah lampu alam surga atau lampu matahari yang
mengandung aspek Sambhagahaya. Di alam surga ini Sang Buddha memberikan
kotbah kepada para Dewa dan Bodhisatva dengan menggunakan badan yang
disebut Sambahagakaya. Lampu ini dinyalakan untuk menyinari alam surga ini
dan mendapatkan sinar Ketuhanan dari lampu utama, dari darmakaya dan alam
surya.
Lampu ketiga adalah lampu yang menyinari alam kehidupan kita, alam
manusia yang disebut juga lampu rembulan. Di alam ini kekuatan positif dan
negatif berpelukan erat, karena itu upaya paling utama adalah bagaimana kita
Universitas Kristen Petra
7
dapat memisahkan kedua kekuatan ini agar dapat dilahirkan di alam surgawi yang
lebih baik dibandingkan dengan dunia ini. Altar Buddha Maitreya menyatukan
alam surya, alam surga dan alam manusia.
Di Indonesia penganut Buddha Maitreya menunjukkan perkembangan
yang pesat. Dalam waktu singkat telah didirikan beberapa vihara baru yang
digunakan untuk menampung umat yang terus bertambah, meskipun begitu
jumlah dan fungsi yang ada masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan
seluruh umat Buddha Maitreya tersebut. Selain itu, fasilitas dan prasarana yang
mendukung kegiatan keagamaan ini juga belum memiliki tempat yang memadai,
mengingat usianya yang terbilang baru di Indonesia.
Pada umumnya vihara Buddha Maitreya yang ada saat ini hanya tempat
ibadah saja, tidak punya tempat kebaktian. Maka untuk mempersatukan seluruh
umat dengan sistem kekeluargaan perlu suatu tempat ibadah bagi umat Buddha
Maitreya yang dilengkapi dengan fasilitas pelengkapnya.
Seringkali dalam melaksanakan kegiatan keagamaan menjadi terhambat
karena minimnya fasilitas yang ada, dengan begitu pengajaran dan pembinaan
keagamaan yang ada itu belum mencapai hasil yang maksimal. Misalnya untuk
mengadakan seminar/ceramah, hanya dilakukan dalam skala kecil karena fasilitas
yang terbatas, kemudian untuk acara retret/acara pemuda belum mempunyai
wadah yang layak sehingga biasanya memakai ruang-ruang vihara yang
difungsigandakan untuk kegiatan/acara tersebut.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa semakin banyak masyarakat
yang memeluk agama Budha Maitreya di Indonesia yang membutuhkan suatu
tempat yang dapat digunakan untuk beribadah, belajar, pertunjukkan seni serta
tempat berkumpul yang dilengkapi dengan kedai-kedai penjual makanan dan
minuman. Konsep Vihara seperti ini sudah banyak dijumpai di China seperti di
daerah Beijing, Shanghai, Hangzhou, dll sehingga Vihara tersebut tidak hanya
digunakan sebagai tempat sembahyang saja tetapi juga dijadikan sebagai objek
wisata yang menarik bagi turis dari seluruh penjuru dunia.
Universitas Kristen Petra
8
Gambar 1.3 Sekolah Buddha Maitreya
Gambar 1.4 Klinik Buddha Maitreya
Gambar 1.5 Restoran Vegetarian Buddha Maitreya
Universitas Kristen Petra
9
Gambar 1.6 Souvernir Shop Buddha Maitreya
Tetapi, menurut survei yang saya lakukan di Indonesia belum ada satupun
Vihara yang dapat mencakup semuanya. Di Surabaya sudah ada beberapa Vihara
Buddha Maitreya seperti di Jalan Pandegiling, Tambak Bayan Tengah, Kupang
Indah, dll. Kebanyakan Vihara tersebut hanya digunakan sebagai tempat
bersembahyang saja padahal sangat perlu adanya tempat pengajaran dan ceramah
atau seminar-seminar agar kebudayaan tersebut dapat diturunkan ke generasi-
generasi selanjutnya dengan benar serta tempat perkumpulan yang akan dapat
mempererat hubungan kekeluargaan di antara mereka.
Karena itu, berdasarkan pada konsep tersebut, maka saya mencoba untuk
membangun sebuah Vihara yang lengkap yang dapat mencakup semua
kebutuhan-kebutuhan tersebut di daerah Citraland, Surabaya. Proyek Vihara ini
diharapkan mampu menjadi sarana bagi seluruh pemeluk agama Budha Maitreya
di Indonesia yang jumlahnya cukup banyak untuk beribadah sekaligus belajar bagi
serta perkumpulan bagi mereka. Kegiatan perkumpulan ini penting, karena
kegiatan tersebut merupakan suatu kebiasaan hidup bagi masyarakat penganut
Buddha Maitreya yang sebagian besar adalah masyarakat Tionghoa, dimana
kebanyakan dari mereka memiliki kesukaan akan kumpul-kumpul bersama,
sambil bercerita dan juga minum-minum atau biasa disebut kongkow-kongkow
maka diaplikasikan dengan adanya tempat makan dengan kedai-kedai kecil yang
menjual bermacam-macam makanan dan minuman khas dari beberapa daerah di
Indonesia serta China.
Universitas Kristen Petra
10
Karena Buddha Maitreya adalah lambang kedamaian dan kebahagiaan.
Sumpah AgungNya melindungi dan membimbing semua umat manusia dan akan
tersebar luas ketika proyek pembangunan vihara ini selesai.
1.4 Rumusan Masalah
Kebudayaan merupakan kekayaan tersendiri yang dimiliki oleh suatu
bangsa. Keragaman budaya merupakan suatu manfaat besar yang harus
dipertahankan dan dilestarikan oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Surabaya merupakan salah satu kota di propinsi Jawa Timur dan sekaligus
kota dengan pemukiman yang cukup ramai serta mempunyai jumlah
penduduk yang cukup banyak sehingga harus diperhatikan tempat atau rumah
ibadah yang memadai. Pembangunan sebuah Vihara Budha Maitreya perlu
dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang digunakan untuk memenuhi keinginan
seluruh masyarakat kota Surabaya.
Fasilitas tersebut antara lain sekolah, pertunjukkan seni khas China serta
tempat makan dengan kedai-kedai khas China tanpa menghilangkan kebudayaan-
kebudayaan aslinya sehingga dapat menarik perhatian bagi wisatawan atau
pelancong dari daerah-daerah lain di Indonesia maupun mancanegara.
Vihara Budha Maitreya ini sebaiknya dibangun di tempat yang strategis
sehingga mudah dijangkau oleh sebagian besar umatnya dan dapat menjadi tempat
beribadah yang nyaman, tenang, khusuk dan khidmat serta dapat digunakan
sebagai tempat perkumpulan antar umat Buddha Maitreya sehingga dapat
mempererat hubungan kekeluargaan diantara mereka sesama penganut Buddha
Maiteya.
Adapun permasalahan yang timbul dalam pembangunan Vihara Budha
Maitreya di Surabaya ini adalah:
• Bagaimana membangun sebuah vihara yang sesuai dengan
situasi, tempat dan masyarakatnya sehingga dapat menghadirkan
suasana ruang ibadah yang tenang, aman, nyaman, khidmat dan
khusuk?
Universitas Kristen Petra
11
• Bagaimana merancang vihara Budha yang mempunyai ciri
khas dan dapat mencerminkan image atau citra agama Budha sehingga
dapat menarik minat umatnya untuk beribadah?
• Bagaimana merancang elemen-elemen pembentuk ruang
(lantai, dinding, plafon) dan pemakaian atau pemilihan warna dan
material atau bahan yang tepat sehingga dapat memperlihatkan
karakteristik sebuah vihara?
• Bagaimana pengaturan zoning atau pendaerahan, grouping atau
pengelompokan dan pola sirkulasi yang teratur, nyaman, efektif dan
efisien serta sistem penghawaan dan pencahayaan di dalam sebuah
vihara yang dapat mendukung suasana vihara tersebut?
1.5 Tujuan perancangan dan perencanaan proyek
Adapun maksud dan tujuan perecanaan proyek ini antara lain adalah :
1.5.1 Tujuan Utama
• Menyediakan wadah keagamaan bagi umat Buddha Maitreya di Surabaya
dengan fasilitas yang lengkap dan memadai agar dapat beribadah,
berkumpul dan berdiskusi bersama.
• Memberi kesempatan kepada seluruh umat Buddha Maitreya untuk lebih
tekun dan rajin beribadah serta memberi kesempatan kepada generasi muda
untuk mendapat pendidikan dan pembinaan agama yang baik.
• Menyediakan fasilitas pendukung seperti sekolah pelajaran Budha Maitreya
untuk kegiatan dan pembinaan keagamaan bagi umat maupun para pemuda.
1.5.2 Tujuan Umum
• Membangun sebuah potensi wisata rohani atau keagamaan di daerah
Surabaya
• Mendukung peningkatan devisa pemerintah dari sektor non migas,
khususnya di industri pariwisata
Universitas Kristen Petra
12
1.6 Manfaat perancangan dan perencanaan proyek
1.6.1 Manfaat bagi umat Buddha Maitreya
• Sebagai tempat beribadah sekaligus meningkatkan pemahaman dan
melakukan ajaran-ajaran agama Buddha Maitreya
• Sebagai tempat perkumpulan antara umat Buddha Maitreya untuk dapat
mengakrabkan diri sehingga dapat mengembangkan potensi dalam
kebersamaan
1.6.2 Manfaat bagi masyarakat Surabaya
• Memiliki kelengkapan fasilitas untuk beribadah
1.6.3 Manfaat bagi Wisatawan
• Sebagai suatu pilihan obyek yang menarik dalam menciptakan keragaman
budaya atau agama
1.6.4 Bagi Pemerintah
• Meningkatkan nilai jual pariwasata yang ada di kota Surabaya.
• Menunjang lingkungan buatan yang tertata baik
1.7 Sasaran Perancangan dan Lingkup Pelayanan
1.7.1 Sasaran Vihara Budha Maitreya
• Meningkatkan kesalehan dalam hidup umat Budha sesuai ajaran Budha
Maitreya
1.7.2 Lingkup Pelayanan
• Seluruh umat Budha Maitreya khususnya di wilayah Surabaya Barat
Universitas Kristen Petra
13
1.8 Metode Pengumpulan Data
Banyak data yang dibutuhkan dalam proyek ini guna menunjang
perencanaan dan perancangan yang akan dilakukan. Adapun metode yang
digunakan dalam pengumpulan data ini adalah :
Studi Literatur
Dalam pengumpulan data yang diperlukan mengenai vihara Budha ini
dilakukan dengan cara studi literatur pada buku-buku, majalah, artikel, internet
dan sebagainya yang masih relevan dengan proyek yang dirancang.
Survei Lapangan
Sedangkan untuk survei lapangan dilakukan dengan cara pengamatan
dan analisa secara langsung pada lokasi tapak di daerah Citraland, Surabaya
dengan tujuan untuk memahami dan mengetahui keadaan lahan atau lokasi
yang sebenamya dan juga lingkungan disekitarnya yaitu mengenai
aktivitas yang terjadi, lama atau waktu aktivitas, potensi lahan, sampai
pada kendala yang ada sehingga akan sangat berguna dan membantu
dalam proses perancangan.
Wawancara
Selain itu dalam pengumpulan data ini juga dilakukan dengan cara
wawancara secara langsung dengan pihak yang terkait dalam hal ini seperti
petinggi vihara Budha Maitreya, umat pemeluk Budha Maitreya serta
pengurus vihara Budha Maitreya untuk melengkapi data-data yang diperlukan.
Studi Banding
Dalam pengumpulan data mengenai vihara Budha ini juga dilakukan
dengan cara studi banding berupa pengamatan langsung pada obyek-obyek
yang relevan (dalam hal ini vihara Budha Maitreya) untuk memperoleh
gambaran secara obyektif dan jelas.
Setelah mendapatkan data-data dengan tahapan-tahapan diatas, dilakukan
penyusunan dan penganalisaan data yang bertujuan untuk menentukan data-data
manakah yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pengerjaan proyek suci ini.
Universitas Kristen Petra
14
Data-data yang terpakai dipergunakan sebagai masukan dalam memecahkan
masalah dalam pengerjaan proyek ini.