PROPOSAL RESIDENSI
PENILAIAN PERSIAPANAKREDITASI RUMAH SAKIT MERUJUK JOINT
COMISSION INTERNATIONAL (JCI)
Disusun Untuk Memenuhi Program Residensi Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh :
1. Cicilia (1602011xxx)
2. Lisna (1602011xxx)
3. Sidiq (1602011xxx)
Pembimbing
Supervisor Utama :Triyani,S.E.,M.Kes.,Akt.
Supervisor Lapangan : Marwati, M.Kes
Co-Supervisor : Firman, M.Kes
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKATMINAT STUDI MANAJEMEN RUMAH SAKIT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA2018
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG (latar belakang berisi uraian mengenai alasan
pemilihan tempat dan masalah residensi).Cth:
Menurut Permekes Republik Indonesia Nomor 012 tahun 2012 Pasal 1,
akreditasi rumah sakit merupakan suatu pengakuan terhadap rumah sakit yang
diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan
oleh Menteri setelah dinilai bahwa rumah sakittersebut memenuhi standar
pelayanan rumah sakit yang berlaku untuk meningkatkan mutu pelayanan
rumah sakit secara berkesinambungan. Tujuannya adalah menentukan apakah
rumah sakit tersebut memenuhi standar yang dirancang untuk memperbaiki
keselamatan dan mutu pelayanan. Standar akreditasi sifatnya berupa suatu
persyaratan yang optimal dan dapat dicapai. Akreditasi menunjukkan
komitmen nyata sebuah rumah sakit untuk meningkatkan keselamatan dan
kualitas asuhan pasien, memastikan bahwa lingkungan pelayanan aman dan
rumah sakit senantiasa berupaya mengurangi resiko bagi para pasien dan staf
rumah sakit. Dengan demikian akreditasi diperlukan sebagai cara efektif untuk
mengevaluasi mutu suatu rumah sakit yang sekaligus berperan sebagai sarana
manajemen.
Proses akreditasi dirancang untuk meningkatkan budaya keselamatan
dan budaya kualitas di rumah sakit, sehingga senantiasa berusaha
meningkatkan mutu dan keamanan pelayanannya. Melalui proses akreditasi
rumah sakit dapat:
1. Meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa rumah sakit menitik
beratkan sasarannya pada keselamatan pasien dan mutu pelayanan
2. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien sehingga staf
merasa puas
3. Mendengarkan pasien dan keluarga mereka, menghormati hak – hak
mereka, dan melibatkan mereka sebagai mitra dalam proses pelayanan
4. Menciptakan budaya mau belajar dari laporan insiden keselamatan pasien
5. Membangun kepemimpinan yang mengutamakan kerja sama.
Kepemimpinan ini menetapkan prioritas untuk dan demi terciptanya
kepemimpinan yang berkelanjutan untuk meraih kualitas dan keselamatan
pasien pada semua tingkatan
Standar akreditasi rumah sakit ini merupakan upaya Kementrian
Kesehatan menyediakan suatu perangkat untuk mendorong rumah sakit
senantiasa meningkatkan mutu dan keamanan pelayanan. Dengan penekanan
bahwa akeditasi adalah proses belajar, maka rumah sakit distimulasi
melakukan perbaikan yang berkelanjutan dan terus menerus.
Standar ini yang titik beratnya adalah fokus pada pasien disusun
dengan mengacu pada sumber – sumber antara lain sebagai berikut :
1. Internasional Principles for Healtcare Standards, A Framework of
requirement for standards, 3rd Editon December 2007, International
Society for Quality in Health Care (ISQua)
2. Joint commision International Accreditation Standards for Hospitals, 4th
edition, 2011
3. Instrumen Akreditasi Rumah Sakit, edisi 2007, Komisi Akreditasi Rumah
Sakit (KARS)
4. Standar-standar spesifik lainnya untuk rumah sakit
Standar ini dikelompokkan menurut fungsi – fungsi dalam rumah sakit
terkait dengan pelayanan pasien, upaya menciptakan organisasi – manajemen
yang aman, efektif, terkelola dengan baik. Fungsi – fungsi ini juga konsisten,
berlaku untuk dan dipatuhi oleh, setiap unit/bagian/instalasi.
Standar adalah suatu pernyataan yang mendefinisikan harapan
terhadap kinerja, struktur, proses yang harus dimiliki RS untuk memberikan
pelayanan dan asuhan yang bermutu dan aman. Pada setiap standar disusun
elemen penilaian, yaitu adalah persyaratan untuk memenuhi standar terkait.
Undang – undang No.44 tahun 2009 tentang rumah sakit mewajibkan
rumah sakit menjalani akreditasi. Dengan demikian rumah sakit harus
menerapkan standar akreditasi rumah sakit, termasuk standar – standar lain
yang berlaku bagi rumah sakit sesuai dengan penjabaran dalam standar
akreditasi rumah sakit.
Setiap rumah sakit, tanpa kecuali harus melalui proses akreditasi dan
bila dinyatakan lulus baru dapat memperpanjang ijin operasionalnya.
Akreditasi rumah sakit, sebagai alat menjaga mutu tidak otomatis
mempertemukan kepentingan regulator, kepentingan manajemen rumah sakit,
dan harapan pasien. Hal inilah yang mendasari KARS untuk membuat standar
baru untuk akreditasi rumah sakit yang akan dicanangkan mulai awal tahun
2012.
Perubahan paradigma standar akreditasi baru diaplikasikan pada
pelayanan berfokus keselamatan pasien menjadi standar utama,
kesinambungan pelayanan harus dilakukan baik saat merujuk keluar maupun
serah terima pasien di dalam RS. Manfaat langsung dari standar akreditasi
baru, yaitu RS mendengarkan pasien dan keluarganya, menghormati hak-hak
pasien, dan melibatkan pasien dalam proses perawatan sebagai mitra;
meningkatkan kepercayaan publik bahwa RS telah melakukan upaya
peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien; menyediakan
lingkungan kerja yang aman dan efisien yang memberikan kontribusi terhadap
kepuasan karyawan; modal negosiasi dengan asuransi kesehatan dan sumber
pembayar lainnya dengan data tentang mutu pelayanan menciptakan budaya
yang terbuka untuk belajar dari pelaporan yang tepat dari kejadian yang tidak
diharapkan; dan membangun kepemimpinan kolaboratif yang menetapkan
prioritas pada kualitas dan keselamatan pasien di semua tingkat.
Pedoman baru ini mengacu pada standar akreditasi rumah sakit dari
Joint Committee International (JCI) yang secara luas diterima di dunia.
Standar baru ini menyoroti proses, sementara standar lama lebih
menggarisbawahi pada outcome dan siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action).
Standar baru ini bukan hanya meneliti secara cross sectional tetapi juga
longitudinal, serta hasil survey pencapaian RS terhadap skoring yang
ditentukan berupa level-level pencapaian pratama, madya, utama dan
paripurna. Standar baru akreditasi rumah sakit tidak lagi berdasarkan enam
belas unit/satuan kerja yang ada di rumah sakit, namun dibagi menjadi dua
kelompok standar dan dua kelompok sasaran yaitu kelompok standar
pelayanan berfokus pada pasien dan kelompok standar manajemen rumah
sakit dan dua sasaran yaitu sasaran keselamatan pasien rumah sakit dan
sasaran millennium development goals (MDGs). Tiap-tiap standar dan sasaran
dibagi menjadi beberapa bab. Masing-masing bab membahas satu topik secara
khusus dan dilengkapi dengan sebuah gambaran umum dan uraian berbagai
standar yang dilengkapi dengan maksud, tujuan, dan elemen penilaian. Elemen
penilaian menjelaskan apa saja yang akan dilihat untuk menilai pencapaian
rumah sakit terhadap suatu standar.
Standar pelayanan berfokus pada pasien terbagi menjadi tujuh bab,
yaitu (1) akses ke pelayanan dan kontinuitas pelayanan (APK; (2) hak pasien
dan keluarga (HPK); (3) asesmen pasien (AP); (4) pelayanan pasien (PP); (5)
pelayanan anestesi dan bedah (PAB); (6) manajemen dan
penggunaan obat (MPO); dan (7) pendidikan pasien dan keluarga (PPK).
Standar manajemen rumah sakit terbagi menjadi enam bab, yaitu (1)
peningkatan mutu dan keselamatan pasien (PMKP); (2) pencegahan dan
pengendalian infeksi (PPI); (3) tata kelola, kepemimpinan, dan pengarahan
(TKP); (4) manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK); (5) kualifikasi dan
pendidikan staf (KPS); dan (6) manajemen komunikasi dan informasi (MKI).
Sasaran keselamatan pasien rumah sakit terbagi menjadi enam sasaran,
yaitu (1) sasaran ketepatan indentifikasi pasien; (2) sasaran peningkatan
komunikasi yang efektif; (3) peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai; (4) kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien operasi;
(5) pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan; dan (6)
pengurangan resiko pasien jatuh. Sedangkan sasaran millennium development
goals terbagi menjadi tiga sasaran, yaitu (1) penurunan angka kematian bayi
dan peningkatan kesehatan ibu; (2) penurunan angka kesakitan HIV/AIDS;
dan (3) penurunan angka kesakitan tuberkulosis.
1.2 TUJUAN
I.1. Tujuan Umum (Menjelaskan tujuan residensi di unit kerja yang
dipilih), cth:
Memperoleh pengalaman, keterampilan, penyesuaian sikap, dan
penghayatan pengetahuan di dunia kerja dalam rangka memperkaya
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan bidang kesehatan dan melatih
kemampuan bekerja sama dengan orang lain dalam satu tim sehingga
diperoleh manfaat bersama baik bagi peserta Residensi maupun instansi
tempat residensi
I.2. Tujuan Khusus
1. Mampu memahami struktur organisasi RS
2. dst...
1.3 MANFAAT (tuliskan manfaat bagi mahasiswa, Instansi tempat
residensi,dan bagi Program Studi S2 IKM Institut Kesehatan Helvetia)
Kegiatan residensi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-
pihak yang terkait di dalamnya.
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Manfaat Program Residensi bagi mahasiswa yang menjalankannya
ialah :
1. Berhadapan langsung dengan berbagai permasalahan nyata di
lingkungan kerja.
2. Mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang lebih aplikatif
dalam bidang kesehatan masyarakat.
3. Mendapatkan pengalaman bekerja dalam tim untuk memecahkan
suatu permasalahan.
4. Mendapatkan pengalaman dalam menggunakan metode yang relevan
untuk melakukan analisis situasi, mengidentifikasi masalah,
merencanakan program intervensi atau pengendalian serta
memonitor dan mengevaluasi keberhasilan suatu program intervensi
atau pengendalian.
5. Menjalin hubungan langsung dengan personal di dunia kerja dan
dunia usaha sebagai bekal jejaring sosial di kemudian hari.
1.3.2 Bagi Tempat Residensi
Adapun kegiatan ini memiliki manfaat bagi tempat residensi antara
lain ialah :
1. Sebagai bahan referensi dan tambahan masukan terhadap
pelaksanaan kegiatan proses identifikasi dan pengendalian risiko.
2. Sebagai bahan evaluasi bagi pelaksanaan proses identifikasi dan
pengendalian risiko.
3. dst…..
1.3.3 Bagi Program Studi
Manfaat Program Residensi bagi Program Studi Kesehatan dan
Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Surabaya ialah :
1. Terbinanya suatu jejaring kerjasama antara institusi tempat residensi
dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan (link and
match) antara substansi akademik dengan kompetensi yang
dibutuhkan di tempat kerja.
2. Tersusunnya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan nyata di
lapangan.
3. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan
menghasilkan peserta didik yang terampil.
BAB II
RENCANA KEGIATAN
2.1 Metode Kegiatan
Pada bab ini mahasiswa menuliskan metode dan pelaksanaan kegiatan mulai
dari tahap persiapan, pelaksanaan, penulisan laporan, sampai seminar
residensi
beserta jadwal pelaksanaannya. Pada metode dijelaskan bagaimana cara maha
siswa memperoleh data, informasi yang diperlukan dalam pembuatan laporan
dengan cara observasi (melihat langsung program kegiatan yang dilakukan),
wawancara mendalamdan penelusuran dokumen.
2.2 Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan, mahasiswa memaparkan langkah-langkah kegiatan
Residensi yang dimulai dari proses persiapan yang dilakukan seperti:
melakukan proses administrasi perizinan,melakukan diskusi dengan
pembimbing. Pada tahap pelaksanaan, mahasiswa menjelaskan bagaimana
prosedur dan kegiatan yang akan dilakukan guna memperoleh akurasi
informasi data yang dibutuhkan. Mengikuti program-program yang relevan
sesuai dengan tujuan residensi. Pada tahap akhir kegiatan
residensi mahasiswa mampu menjelaskan target akhir dari residensi antara
lain adanya laporan residensi, seminar, prosiding.
2.3 Rencana Anggaran Biaya
PEMBIMBING ,KUNJUNGAN DAN OPERASIONAL
No Kegiatan @ Jumlah
1 1 Kunjungan x 2 (Supervisor utama dan
Co-supervisor
Rp. 200.000 Rp. 400.000
2 Honor supervisor utama Rp. 250.000 Rp. 250.000
3 Honor Pembimbing Lapangan
(supervisor)
Rp. 250.000 Rp. 250.000
4 Honor co-supervisor Rp. 250.000 Rp. 250.000
5 Ka. Diklat RS Rp. 250.000 Rp. 250.000
6 Honor Admin Prodi (4 Orang) Rp. 100.000 Rp. 400.000
7 Dst…
Total Rp. 1.800.000
2.4 Penutup
DAFTAR PUSTAKA
Ketentuan Tambahan:
Format penulisan Proposal dan laporan residensi adalah sebagai berikut:
1) Kertas yang digunakan adalah jenis HVS putih tanpa garis minimum 70
gram dengan ukuran A4.
2) Diketik dengan menggunakan huruf “Times New Roman”
Judul Bab : ukuran 14 (Bold)Judul Sub Bab : ukuran 12 (Bold) Naskah isi :
ukuran 12 spasi 2.
3) Margin pengetikan Top : 3 cm Bottom : 3 cm Left : 4 cm Right : 3 cm
4) Antar Bab dan Sub Bab jarak spasi 3.
5) Penulisan halaman dikanan bawah.
6) Judul tabel dan judul gambar ditulis dengan huruf kecil (huruf awal kata tiap
judul dengan huruf besar).
7) Judul tabel ditulis diatas tabel, dan judul gambar ditulis dibawah gambar.
8) Tabel dibuat tanpa garis vertical